Cerita Dewasa - Paijo Bukanlah Aladdin

Klik Next / Nomor untuk membaca kelanjutannya.

Akupun mendekatkan bibirku dengan bibirnya, aku pagut lembut…vina tidak membalas juga tidak menolak. Kembali aku pagut bibirnya, lembut dan manis kurasakan. Ku pagut bibir atas dan bawahnya bergantian. Kali ini vina mulai merespon, vina membalas pagutanku dengan memagut bibirku juga, basah dan indah. Pagutan kami semakin liar, aku pindahkan kedua tanganku disamping wajahnya dengan posisi jari jempol menempel ke pipinya yang lembut. Keempat jariku berada di bawah telinganya yang masih tertutup jilbab. aku semakin menarik wajahnya mendekatiku, kecupanku semakin liar yang aku yakin membangkitkan gairahnya. 

“mhh…ummm….aummmmm…” bergantian kami mengecupi bibir kami.

Kini tangan kiriku melingkari leher hingga kepundak belakangnya, sedangkan tangan kananku menyusup melalui bawah jilbab putihnya yang lebar kemudian mencari gundukan lembut dan besar tepat di dadanya. Tangan kananku menyentuh sebongkah gundukan lembut yang sudah tidak tertutup bra. 

“Mhh…payudara yang sangat indah” 

Tanganku mulai meremas lembut payudara itu. 

“ehhhmmm…mhhmhh…mmhhhhh” 

Vina kaget dan mendesah sambil tetap berpagutan dengan bibirku. Sekitar 2 menit meremas remas dada kirinya, meremas lembut dan sesekali memilin putingnya yang kecil dan nampak sudah mengeras. 

“mhhh…ummmmm,….aahhh,…mmhh…..mmmm….mmmmp hh….” 

Mulutnya terus meracau mencoba menikmati setiap remasanku, matanya masih saja terpejam seolah vina tidak mau melihat kejadian ini atau vina sedang berusaha benar-benar meresapi rangsangan yang aku buat. Aku tarik pundaknya sehingga tubuhnya terbaring ke samping kiriku, dan aku pun menarik bibirku dari bibirnya dengan sedikit suara kecupan yang menggambarkan dua bibir yang sudah lengket dan sulit dilepaskan. 

“mhuachh…aahhh” 

Wajahnya memerah dan matanya masih terpejam, cantik sekali.

Kini tangan kananku mengangkat jilbabnya ke atas, memberikan ruang agar kepalaku bisa masuk kedalamnya. Aku mencium bau harum dari keringatnya yang mulai mengalir. Aku meihat leher jenjangnya yang putih dan halus, tanpa membiarkan waktu berlalu aku segera mengecupnya lembut dan kecupanku semakin ganas di lehernya 

“aahhh….eengg…ehhhh…aahhh….aaahhh….” mulutnya tak berhenti meracau. 

Tangan kanannya meraih belakang kepalaku dan menekankan kepalaku agar semakin menempel di lehernya, sedangkan tangan kirinya mendekap punggungku. Aku tidak lupa meninggalkan cupang di lehernya, lalu ciumanku pun turun ke dadanya yang berukuran 36C. Aku mulai mencium payudara kanan vina, aku lakukan masih di dalam jilbabnya. tangan kananku sibuk meremas payudara kanannya.

“aaahhhh…massss….ahhh…..mhhh…masss…..aduuh h…..mhh…..” 

Vina tidak kuat menahan rangsangan ini, kepalanya menggeleng ke samping kanan dan kiri, tangan kanannya semakin kuat membekap wajahku ke arah dadanya. Kini tangan kananku melepas remasan di dadanya, mulai turun ke bawah, menyentuh kakinya. tangan kananku membelai-belai paha kirinya dan ciumanku sekarang sudah mendarat di payudara kirinya. 

“ahhh…maaasss….maassss… …ahh…”, nafas Vina semakin tersengal-sengal, 

Aku tidak lupa meninggalkan cupang juga di payudara kirinya yang sangat lembut. Kontolku semakin tegang. Lalu aku tarik wajahku dari dadanya, aku duduk di samping tubuhnya yang terbaring. Bulir keringat mulai membasahi wajahnya yang putih, nafasnya tersengal, matanya masih terpejam, bibirnya terbuka sedikit.

Kedua tangannya meremas kain sprei kasurnya itu. Kini aku berada di kedua kakinya, aku kangkangkan kakinya. Ciumanku mendarat di bagian bawah perut, 

“eenngg…ahhh…” vina merasa geli dan terangsang hebat. 

Memek muda berwarna pink yang sangat indah, ditumbuhi bulu halus yang rapih tercukup. Baunya pun sangat wangi. Tapi aku tidak ingin buru-buru, aku ingin Vina membiasakan suasananya dulu. ciumanku jatuh ke pahanya, ke bagian sensitif paha belakang sambil mengangkat kakinya ke atas. lalu pada saat yang tepat aku mulai turunkan ciumanku di antara selangkangannya. 



1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30