Cerita ini panjang sehingga di bagi dalam beberapa page. Klik Next untuk membaca kelanjutannya.
Chapter 4: Gerbang Dimensi
Pukul 8:20
Sampailah aku dan ibuku di rumah sederhana kami karena jalan yang kulalui tadi sepi maka aku bisa sedikit ngebut.
Kemudian ibuku masuk rumah, sedangkan aku memarkirkan motor di samping rumah.
Seperti biasanya jam segini ayahku sudah berangkat ke sawah pak RT.
Bune: Gas, kamu lapar?
Aku: iya bune.
Bune: Yaudah, bune ganti pakaian, mandi dulu terus ke pasar, kamu pengen makan apa?
Aku: mau makan berduaan sama bune.
Bune: Hus, kalau dirumah jangan gombal gitu nanti ketahuan pakne lho.
Aku: hehehe.
Aku hanya cengengesan sambil duduk di ruang tengah, menyalakan TV, sambil nonton Tayo.
Lalu ibuku beranjak pergi ke belakang untuk mandi.
Setelah selesai mandi dan ganti baju, seperti ibu-ibu pada umumnya ibuku kini mengenakan baju dan rok panjang sopan tertutup dan tidak lupa seperti biasanya saat keluar rumah ibuku mengenakan jilbab.
“Kamu mau makan apa mumpung masih ada uang sisa kemarin? , jawab yang serius!”, kata bune.
“iya deh serius ni bune, emmm ayam kampung aja bune, udah lama kita nggak makan ayam kampung”, jawabku.
Ibuku menyaut ”oke deh, tapi nanti kamu yang bersihin bulu dan jeroannya ya!”
“Siap boss”, kataku.
Ibuku menghampiriku yang sedang asyik duduk di depan TV.
Lalu tiba-tiba ibuku menghalangi pandanganku dari layar TV.
Namun tak ku sangka, sesaat kemudian ibuku bilang “sayang, lihat nih belum bune copot bendungannya yg tadi malem”, sambil menyibakkan roknya tepat dihadapanku tak memakai celana dalam memperlihatkan memeknya yang masih ditutupi plaster tipis.
Lalu dia tersenyum, bergegas beranjak pergi ke pasar tanpa memakai CD.
“Gila, nggak dicopot plaster yang tadi malem, mana nggak pake cawet lagi, sepertinya akibat diperkosa orang2 asing waktu itu sisi exhibisionist ibuku mulai bangkit nih, aku harus memanfaatkannya”, kataku dalam hati.
Tak sampai 10 menit ibuku pulang sambil membawa keranjang berisi jago besar ayam kampung dan bumbu tradisional.
Memang pasar tradisional tak begitu jauh dari tempat tinggalku, Lalu aku menghampirinya, mengambil keranjangnya. Aku mengambilnya lalu memotong ayam tersebut.
Setelah selesai kubersihkan lalu ibuku mulai memasaknya cukup lama.
Saat ayam matang, ayahku pulang dari sawah lalu membersihkan dirinya dan segera menginterogasi ibuku.
Pakne: Tumben masak ayam, gimana ritual tadi malam sama si burhan bune?
Bune: Iya pakne sekali-kali makan ayam, ritualnya nggak gimana-gimana pakne.
Pakne: Ha?
Bune: Lancar maksudnya pakne.
Lalu ayahku tak berniat mencari tahu lebih lanjut karena kutahu dia terbakar api cemburu dengan burhan yang sebetulnya hanya karangan ibuku saja tersebut.
Ayahku tidak tahu bahwa akulah yang sebenarnya tadi malam melakukan ritual dengan ibuku.
Aku dan ibuku berniat menyembunyikan ini jangan sampai ayahku curiga perbuatanku dengan ibuku yang telah beberapa kali melakukan pergumulan terlarang.
Lalu kami semua makan nasi ayam dengan lahapnya karena tidak mesti setahun sekali dapat merasakan ayam.
Waktu demi waktu berjalan, disuatu pagi seperti biasa ayahku telah berangkat ke sawah dan dirumah hanya ada aku dan ibuku.
Aku melihat ibuku mulai mengeluh mual muntah, dan kutahu itu merupakan gejala awal wanita hamil. Ibuku berkata lirih “Gas, bune kayaknya hamil anakmu”.
Janin di perut ibuku bukan kaleng-kaleng, dia merupakan pemenang perlombaan ninja warrior antara sel spermaku dengan sel sperma lainnya yang kini telah memenangkan sel telur ibuku.
Aku minta ibuku merahasiakan hal ini dari ayahku dan aku punya rencana untuk mengelabuhi ayahku.
Aku: Bune, aku punya rencana sebelum kandungan bune membesar.
Bune: Rencana apa sayang?
Aku: Bune nanti malam menggoda pakne sampe muncrat.
Pas udah muncrat bune pura-pura masukin peju pakne ke dalam memek bune biar pakne ngira nanti hamil sama peju pakne, tapi jangan sampai pejunya masuk beneran karena itu dilarang di peraturan ritual.
Bune: Oke gas, sepertinya itu ide cemerlang.
Lalu malamnya aku pantau kegiatan mereka melalui celah pintu.
Seperti biasa ibuku hanya telanjang di depan ayahku yang sedang mengocok kontolnya sendiri, lalu ayahku muncrat, dimuncratkan ke celana dalam ayahku sendiri.
Kasihan batinku "punya istri tapi tidak mau dientot suami sahnya".
Lalu seperti rencanaku ibuku mulai mendekati ayahku mengamil CD ayahku yang ada spermanya.
Ayahku heran.
Lalu ibuku mundur ke belakang, mengumpulkan air liurnya sendiri secara sembunyi-sembunyi sambil tetap membawa CD ayahku di tangan kirinya.
Lalu dengan berpura-pura sambil mendesah-desah ibuku memasukkan lendir liurnya sendiri ke memeknya dengan tangan kanan.
Dan itu dilihat ayahku.
Ayahku terlihat senang, mengira bahwa yang dimasukkan ke memek ibuku itu adalah spermanya.
“Yes Berhasil, kita aman”, batinku.
Lalu satu bulan kemudian ibuku mengaku hamil karena kejadian palsu memasukkan sperma ayah ke memek ibuku.
Dan bagusnya ayahku percaya dan malah senang padahal janin itu sejatinya adalah anakku.
Hari demi hari, bulan demi bulan kami lalui. Dan setiap malam jum’at pon kami ulangi ritual terlarang antara ibu dan anak hingga lengkap 7x berulang di hotel mawar dengan uang dari ayahku dan uangku untuk menyewa kamar hotel tersebut.
Suatu pagi, ayahku dirumah dan tidak menggarap sawah pak RT karena pakne mengeluh sakit di kakinya, mungkin dia keseleo.
Aku bangun tidur, ayahku masih tidur di kamarnya. Sedangkan kulihat ibuku sepertinya bersiap untuk mandi.
Karena pembaca juga pasti tahu di pagi hari saat bangun tidur semua kontol pria normal pasti dalam keadaan tegang maksimal.
Dan ditambah lagi biasanya aku melakukannya dengan ibuku di pagi hari setelah ayaku ke sawah dan sebelum aku berangkat bekerja sebagai kuli.
Karena nafsu, aku nekat menjamah tubuh ibuku yang masih berbalut handuk di depan kamar mandi walaupun ayahku jelas-jelas di dalam rumah,
Tanpa ba bi bu kusingkapkan handuk bagian bawahnya, lalu ku arahkan kontol tegangku ke memek ibuku.
“Akkkkkkhhhh”, jerit ibuku terkaget dengan kehadiranku.
Kugenjot kasar, ibuku agak kesakitan karena memang tanpa foreplay terlebih dahulu.
Namun itu membuat memek ibuku makin terasa sempit.
Lalu dengan kontolku yang masih menancap di kemaluan ibuku dengan posisi dogy aku seret tubuh ibuku ke dalam kamar mandi sambil sesekali berhenti kusentak-sentakkan dalam-dalam ke memek ibuku, ku tutup pintunya lalu kulanjutkan genjotanku di dalam kamar mandi.
Aku lepaskan kontolku dari lubang vagina ibuku sejenak, lalu kesempatan itu digunakan ibuku untuk berbicara kepadaku.
“Sayang jangan sekarang, nanti kita bisa ketahuan pakne”.
Tanpa menggubris omongan ibuku aku tusukkan kembali kontolku, kali ini ke dalam anusnya yang merah muda.
Kupegang pinggang ibuku, setengah jam sudah aku melakukannya, sesekali ku elus-elus perutnya yang sekarang sudah agak membuncit, kugenjot maju-mundur sampai akhirnya aku merasakan ada yang akan keluar dari rudalku.
Aku genjot lebih kencang nan brutal dan detik-detik terakhir ketika sudah mau keluar aku cabut lalu hentakkan ke dalam lubang vagina ibuku aku dan ibuku sama-sama mengerang kenikmatan, dan
crooooot croooot croooot croooot
banyak sekali kurasakan spermaku mengisi rahim ibuku yang kini tengah hamil anakku disusul ibuku orgasme surrrrr, kulepas kontolku lalu mengalir cairan campuran spermaku dan cairan orgasme ibuku.
Puas sudah pagi ini aku dapat menuntaskan syahwatku kembali menodai ibu kandungku sendiri yang kini tengah hamil muda.
Lalu tiba-tiba tanpa kusangka ayahku agak berteriak memanggil bune.
“Bunee”, panggil ayahku yang masih terbaring di kasurnya karena beliau sakit.
Aku dan ibuku terkaget tapi aku mencoba untuk tenang.
“Lagi mandi pakne”, jawab ibuku sedikit berteriak.
“mandinya ditunda dulu bune, tolongin pakne, kaki pakne sakit sekali", ucap ayahku.
Lalu ibuku yang tubuhnya kini penuh keringat dan tetesan spermaku di memeknya belum berhenti mengalir tanpa memperdulikannya langsung saja melilitkan handuk lalu meninggalkanku di kamar mandi, beranjak segera menemui ayahku.
Aku karena khawatir juga ikut menemui ayah dengan kondisiku masih bertelanjang dada dan tubuhku juga masih penuh keringat.
“Kalian habis ngapain kok ngos-ngosan & keringetan begitu?”, tanya ayahku.
“Emm tet tet tet tadi bune habis nyuci pakne,”jawab ibuku gugup.
“Bagas tadi habis olah raga lari kecil”, menyusul jawabku sekenanya.
Disusul ayahku menimpali, “oh gitu".
Tanpa curiga sedikitpun apa yang barusan aku perbuat pada isterinya, bune tolong pijat kaki kiri pakne, sakit sekali rasanya sepertinya keseleo, kamu juga le tolong pijat kaki kananku le”.
Aku menurutinya, setelah kami pijat tetap saja kakinya tak kunjung sembuh malah kulihat kaki ayahku menghitam dari paha sampai ke mata kaki.
Lalu kami panggilkan bidan setempat, ternyata ayahku harus dibawa ke rumah sakit, bidan tersebut menelfon puskesmas dan menjelaskan apa yang terjadi.
Sejenak kemudian mobil ambulan datang, dengan ambulan puskesmas kami antar ayahku ke rumah sakit.
Aku dan ibuku kaget ketika menerima kabar dari dokter syaraf bahwa kedua kaki ayahku ternyata lumpuh total.
Karena tidak ada biaya untuk merawat ayahku di rumah sakit maka dengan terpaksa kami bawa pulang ayahku dan kami bermaksud merawatnya di rumah.
Ibuku masih setia menemani ayahku di kamarnya, merawatnya dengan kasih sayang dan itu membuatku sedikit cemburu namun kumaklumi karena kondisi ayahku saat ini sangat memprihatinkan.
Ini aneh, ayahku kemarin sehat-sehat saja namun tiba-tiba kok sekarang kedua kakinya bisa lumpuh total gini.
Lalu dukun pijat sekitar rumahku memberitahuku hal yang tak masuk akal.
“Le ayahmu itu kena santet rantai bumi, itu adalah santet tingkat tinggi yang susah diobati. berdasarkan pengalaman mbah, semua orang yang terkena santet ini akan lumpuh kakinya lalu menyusul seluruh tubuhnya menghitam secara perlahan kemudian mati.” Kata tukang pijat tadi.
Aku mendengarnya seakan tak percaya, air mataku menetes.
Ku rahasiakan informasi menyedihkan ini dari ibuku agar ibuku tidak tambah sedih.
Aku bersumpah akan mencari siapa pelaku santet ayahku ini dan memberinya pelajaran.
Dalam hatiku juga berkata, “apakah ini akibat ritual yang kami lakukan salah? Atau karena hal lainnya?”
Lalu dimalam hari yang sunyi aku merenung, meratapi nasibku, mencari kesalahanku sudah lengkap 7x aku ulangi melakukan ritual terlarang dengan ibuku setiap malam jum’at pon tetapi malah ayahku mendapat musibah besar seperti ini.
Lalu beberapa waktu kemudian mataku ngantuk berat, aku akhirnya tertidur.
Dalam tidurku aku bermimpi, ada seorang pria didepanku dan wajahnya tidaklah asing.
Ya dia adalah diriku sendiri, wajah postur tubuh sama persis dengan diriku mengenakan baju putih.
Dia berkata kepadaku, "malam ini pergilah kamu ke watu kumpul.
Yakinlah dan terjun ke bawah."
Lalu aku terbangun.
Mendapat mimpi itu seakan percaya tidak percaya namun mimpi itu begitu nyata.
Tanpa pikir panjang aku ambil senter lalu kulihat jam ternyata pukul 23:30 malam aku tinggalkan rumahku tanpa sepengetahuan ibu dan ayahku.
Kuberanikan diriku naik gunung hanya berbekal senter menuju ke watu kumpul di tanah milik ayahku.
Di perjalanan kurasakan beberapa kali bulu kudukku agak merinding.
Kegelapan malam menyelimuti perjalananku, tak ada sumber cahaya lain selain senter yang kupegang ini.
Cahaya bulan pun malam ini tertutup awan mendung, semakin tinggi ku mendaki semaki gelap dan berkabut.
Suara-suara aneh sesekali terdengar, mungkin itu hanya suara hewan atau ... ah sudahlah.
Lalu setelah setengah jam aku berjalan, kini pukul 00:01 sampailah aku di tempat yang aku tuju yaitu watu kumpul.
Kulihat disitu ada tebing tinggi agak curam, dan terdengar di bawahnya gemercik suara air mengalir.
Hanya dua kemungkinanku saat aku nekat terjun nanti, hidupku berakhir disini atau hal misterius akan terjadi padaku.
Saat ini aku frustasi, hanya berfikir aku tak bisa lagi hidup dengan kutukan kemiskinan ini, dan ditambah lagi ayahku kini sakit parah dan konon ayahku akan mati perlahan karena santet rantai bumi.
Aku sebenarnya tak terlalu khawatir jikalau kutinggalkan ibuku, dengan wajah cantiknya yang masih awet muda, tanpa aku dan ayahku pasti dia suatu saat akan dilamar orang kaya atau paling tidak orang menengah dan hidupnya bakalan membaik.
Pokoknya ibuku pasti akan baik-baik saja, tanpaku dan ayahku.
Dengan perasaan dan pikiran kalut, ku letakkan senterku dalam keadaan menyala, kuberanikan diri untuk loncat, dan benar aku loncat.
Ketika melayang diudara proses jatuhku menuju ke bebatuan terjal dibawah, seperti slow motion ku teringat kenangan masa kecilku bermain dengan ibu dan ayahku dengan senyuman gembira di rumahku yang dulu.
Kuteringat kasih sayang mereka berdua, kuteringat kerja keras ayahku selama ini setiap hari membanting tulang di sawah.
Dan seketika BAM!!!! Tubuhku menghantam bebatuan terjal.
Kurasakan sekujur tubuhku sakit tak bisa bergerak, remuk semua tulangku, aroma amis dari darahku sendiri tercium di hidungku, lalu aku terpental, tenggelam kedalam air lalu semuanya gelap.
Kubuka mataku perlahan.
Ketika aku membuka mata kulihat sekelilingku sekarang ini adalah hutan rimba yang kelihatannya jauh dari peradaban manusia. Namun ini di siang hari.
“Sebenarnya dimana aku ini?
Dimana pakne dan bune?
Dimana Semua orang?
Apakah aku sudah mati?” risauku.
Lalu dari kejauhan kulihat seorang pemuda seumuranku mendekatiku dengan tangan dilipat ke belakang, aku heran dia tidak berjalan namun melayang.
“Selamat datang anakku” (kata anakku disini bukan berarti sebutan ayah kandung kepada anaknya, namun lebih ke pengikutku)
Namaku Samudro, Raja kerajaan kemukus.
Kamu adalah manusia pertama yang bisa sampai ke wilayah kerajaan ghaibku.
“Mari kuantar ke dalam kerajaanku”, kata makhluk tersebut.
Lalu dengan menunggang elang aku dibawa ke kerajaan megah khas jaman dahulu seperti yang aku tonton di film-film mengenai atlantis.
Raja tersebut tidak ikut naik elang karena belia bisa terbang melayang.
Didepanku kini kulihat dari udara terdapat kerajaan besar di tengah hutan.
Bahkan ini jauh lebih megah dari atlantis yang dibicarakan orang-orang.
Bangunan-bangunan disini semuanya terbuat dari emas.
Kulihat makhluk-makhluk melayang menyerupai manusia, ular, macan, dan lain-lain berkeliaran didaerah ini melakukan aktifitasnya.
Dan ketika aku dan raja ini lewat, mereka semua minggir dan memberi hormat pada rajanya.
Lalu sampailah ke singga sana raja Samudro, dia duduk di singgah sana kemudian aku dihadapannya kini diajak mengobrol.
Kamu adalah orang yang telah menjalani ritual berbeda dengan orang-orang pada umumnya.
Biasanya aku memberikan harta ke manusia rendahan yang berhasil menyelesaikan ritual gunung kemukus dengan perantara jin bawahanku.
Kali ini engkau mendapat penghormatanku, aku menemuimu dengan tubuhku sendiri.
Kali ini engkau telah menyelesaikan ujian yang berat dan berbeda dari yang lainnya yaitu menyenggamai ibu kandungmu sendiri, dan itu sangat membuatku gembira.
Sebelumnya akan kuceritakan fakta sebenarnya kepadamu.
Pangeran Samudra dalam sejarah kerajaan majapahit adalah manusia yang sholeh dan taat kepada tuhannya, sedangkan aku Raja Samudro sejatinya bukanlah manusia, aku adalah raja bangsa jin.
Kami berdua adalah orang yang berbeda, hanya takdir yang membuat nama kami mirip dan itu menjadikan manusia-manusia mendapatkan sejarah yang rancu karena bisikan syetan.
Sejak awal dilahirkan aku bukanlah manusia, dan ibuku juga bukanlah manusia. Ya, aku sejatinya dahulu mengawini ibu kandungku sendiri karena aturan di bangsa jin seperti aturan hewan, berbeda dengan aturan manusia yang merupakan makhluk sempurna, padahal manusia dalam hidupnya dituntun oleh kitab suci tapi masih saja banyak yang berbuat jahat.
Aku adalah jin terkuat di tanah jawa ini yang telah banyak mengalahkan jawara-jawara penantangku.
Dan jawara-jawara itu setelah kalah dariku, mereka tunduk menjadi pengikutku.
Kukumpulkan jin-jin dari seantero tanah melayu sampai papua membuat kerajaan jin di gunung kemukus, yang mana manusia biasa tidak bisa melihatnya kecuali kuberikan berkatku.
Aku belum pernah berbincang secara langsung dengan kaum manusia.
Aku tidak begitu tahu apakah kita jin dan manusia bisa berteman atau tidak?
Namun karena engkau telah sampai kerajaanku, maka aku mengijinkanmu memilih hadiah dari 3 pilihan ini:
1. Keris Empu Wibawa
Disepuh oleh empu terbaik dari kerajaan kami. Menjadikan siapapun manusia rendahan entah itu pria maupun wanita takhluk kepadamu, engkau bisa dengan mudah mendapat jabatan yang engkau inginkan. Menjadi bupati, gubernur, bahkan raja sekalipun yang diduniamu kini disebut presiden atau entah apa itu sangatlah mudah.
2. Banyu asih
Air pengasihan, bisa menyembuhkan penyakit apa saja, jika engkau orang sehat yang minum maka akan menjadikanmu awet muda. Tahukah engkau, dahulu air ini pernah diuji coba oleh bangsaku ke manusia sebanyak satu tetes. Dan manusia yang beruntung itu adalah manusia bernama indrayanti, ya dia adalah ibu kandungmu di dunia manusia. Maka dari itu engkau janganlah heran jika ibumu awet muda.
3. Peti Emas
Didalamnya berisi harta berupa emas yang tidak akan habis 7 turunan. Semua manusia yang menjalani ritual gunung kemukus kebanyakan mengincar peti ini. Namun yang kuberikan pada manusia rendahan seperti mereka hanya serpihannya saja. Kali ini untuk engkau akan kuberikan satu peti penuh.
“Pilihlah dengan bijak!” Kata Raja tersebut.
Aku bingung dengan pilihan yang diberikan tersebut.
Jika aku memilih pilihan pertama aku mungkin akan jadi orang terkenal, dan bakal kaya dengan usahaku sendiri dari nol, namun jika aku memilih itu maka ayahku tetap mati karena santet rantai bumi.
Jika aku pilih pilihan ke dua maka ayahku bisa sembuh, namun keadaan keluarga kami tetap miskin.
Pun sama jika aku memilih peti emas, walaupun aku punya uang banyak dan bisa membayar biaya rumah sakit pengobatan ayahku sekalipun rasanya 50:50 ayahku akan sembuh dengan penyekit berat yang dialaminya.
Namun walaupun begitu sepertinya pilihan ke 3 lah yang paling menguntungkan bagiku.
“Apa jawabanmu manusia muda?” Tanya Raja Samudro.
Aku merenung, mencoba mengingat dan mencermati dengan detail kalimat pertanyaan Raja Samudro tadi. Tunggu sepertinya ada yang janggal.
Lalu aku tersadar dari buaian harta tadi, dengan yakin aku lalu menjawab pertanyaan raja tersebut.
“Ya, kita bisa berteman walaupun aku manusia dan engkau jin”, jawabku dengan yakin.
Aku menjawab dengan kalimat ini karena raja tersebut sebelum memberikan ke 3 pilihan itu menanyakan “Aku tidak begitu tahu apakah kita jin dan manusia bisa berteman atau tidak?”. (coba pembaca cek lagi kalimat di atas kalau tidak percaya, hehehe)
Lalu raja tersebut menghampiriku, dan mengatakan kepadaku”Sesungguhnya tak salah niatanku hendak berteman denganmu wahai manusia muda, engkau adalah orang bijak dan cermat”. Mulai sekarang ku anggap kau sebagai saudaraku.
Seandainya engkau memilih satu dari ketiga pilihan itu pun percuma, karena ragamu di dunia nyata telah hancur terkoyak batu di watu kumpul dan tenggelam.
Dan keserakahanmu hanya akan menuntunmu menjadi budak di kerajaanku sampai kiamat tiba.
Hanya dengan kekuatan sihirku, aku mampu menyusun kembali potongan tulang, daging, dan bagian tubuhmu dengan sempurna walaupun telah hancur sekalipun.
Karena engkau sekarang telah menjadi saudaraku, maka kuberikan semua dari ketiga hadiahku yaitu Keris Empu Wibawa, Banyu Asih, dan Peti Emas kepadamu.
Ku harap ketiga hadiah tersebut dapat engkau gunakan dengan bijak di dunia manusia.
Ketahuilah wahai saudaraku, peti emas ini tak akan mampu dibawa dan dibuka oleh manusia selain engkau.
Dan keris ini juga tidak akan keluar dari sarangnya tanpa perintahmu, air penyembuh ini pun jika manusia lain yang memegangnya maka khasiatnya seperti air biasa.
Namun tetap saja air ini hanya cukup digunakan 1x dan gunakanlah dengan bijak.
Aku akan menyusun kembali tubuhmu di dunia manusia lalu kembalilah ke rumah.
Lalu mataku ditutup dan tiba-tiba ketika aku membuka mata kini aku terbaring di atas tebing watu kumpul dan matahari sudah mulai terbit.
Bajuku terkoyak-koyak namun kulitku tetap mulus tanpa luka karena telah disusun kembali oleh raja samudro.
Disampingku kulihat ada air dengan wadah kulit hewan, peti warna emas, dan keris.
Aku menyisipkan keris dan air tersebut di pinggangku. Lalu aku memanggul peti tersebut.
Kukira peti itu berat, ternyata sangat ringan mungkin benar kata raja samudro tadi bahwa aku bisa membawa peti ini dengan mudah karena kini akulah pemiliknya.
Sampailah aku di rumah, aku langsung masuk ke dalam kamar ibuku dan ayahku. Mereka masih tertidur, dengan senyuman dan tawa girang aku panggil mereka berdua dan menceritakan hal ghaib yang barusan kualami namun tidak ku ceritakan tentang banyu asih dan keris wibawa kepada mereka. Aku hanya menceritakan peti emas yang kudapatkan.
Aku berniat memberikan air yang kupegang ini ke ayahku, namun aku berhenti sejenak, aku memegang banyu asih yang terbungkus kulit hewan ini sambil gemetar dan membayangkan sesuatu.
Tapi sejenak bisikan syetan menggema dipikiranku, jika ayahku mati maka aku dan ibuku akan lebih leluasa melakukan hal terlarang atau hal apapun yang kami inginkan dikemudian hari.
Namun jika ayahku sembuh maka hubunganku dengan ibuku akan renggang atau bahkan berakhir karena memang perjanjiannya hanya sampai 7x dan kini mereka tahu bahwa keluarga kami telah berhasil mendapatkan peti harta maka ritual terlarang itu tidak perlu dilakukan lagi.
Apa yang harus aku lakukan?
Chapter 5: Sedekah Kepada Sahabat
Jikalau aku berpikir dengan otak jahatku maka pastilah saat ini aku tak memberikan obat penawar ke ayahku.
Namun sejenak ku pikir matang-matang, beliau adalah ayahku. Aku tidak tega untuk membiarkannya mati demi memanjakan nafsuku, itu sama saja aku membunuhnya.
Maka akhirnya ku berikan obat penawar bayu asih, air di dalam kulit hewan ini ku tuntun ke arah mulut ayahku, ibuku yang ada di sampingku kini juga membantu memposisikan ayahku dalam posisi duduk.
Pakne kesakitan ketika diarahkan ke posisi duduk.
Bune: Air apa ini le?
Aku: ini air yang kudapatkan dari watu kumpul, & semoga air ini dapat menyembuhkan pakne.
Lalu ayahku meminumnya seteguk langsung habis, karena memang isinya sangat sedikit.
Mula-mula tidak ada perubahan.
Namun beberapa detik kemudian badan ayahku mulai dingin, dingin seperti es.
Ibuku sampai panik menyadari suaminya malah semakin aneh kondisinya.
Namun berangsur-angsur sepertinya ayahku makin membaik karena beliau sudah tidak menahan kesakitan lagi.
Kutahu santet rantai bumi adalah sihir tingkat tinggi, jadi mungkin ini akan memakan beberapa waktu.
Setelah kami tunggu beberapa jam tidak ada hal yang berubah,
Aku lalu menyimpan dahulu peti emas berharga dan keris di kamarku. Lalu aku mandi, sedangkan ibuku memulai rutinitas seperti biasa mencuci, memasak, dan bersih-bersih.
Pukul 12.00 ayahku terbangun dari tidurnya, dan dengan ajaibnya dia bisa berdiri tegak.
Aku dan ibuku yang menyadarinya langsung bersyukur dan memeluk beliau karena akhirnya beliau sembuh setelah beberapa hari beliau lumpuh dan rumah sakit pun memfonis lumpuh total.
Lalu kusadari ada yang bergerak-gerak dari arah kamarku, seperti suara yang disebabkan tikus.
Lalu kutinggalkan sejenak ayahku dan ibuku yang tengah menangis bahagia.
Ternyata setelah kutelusuri, asal muasal dari bunyi tersebut adalah keris yang tadi pagi kubawa pulang.
Lalu aku menggenggam sarungnya dan mengeluarkannya dari sarung kayu.
Dan betapa terkagetnya aku, setelah aku mencabut keris hitam itu dari sarungnya waktu seakan berhenti dan keris tersebut berbicara kepadaku.
“Tuanku, orang yang mengirim santet rantai bumi kepada bopomu bernama Mbah Karso, dia tinggal di kampung sebelah, hamba bisa menunjukkan jalan kepada tuan jika tuan berkenan”, kata keris tersebut.
“Canggih kali ni keris, udah kayak layanan ok google yang sering kulihat di TV”, batinku.
Lalu tanpa pikir panjang, kusarungkan kembali kerisku kutaruh kedalam tas, tak lupa aku mengambil 1 batang emas dari peti untuk jaga-jaga bisa saja nanti kugunakan untuk menampol wajah mbah karso tersebut.
Saat kuperhatikan peti emas ini, cara kerjanya sangat unik.
Peti ini berisi satu batang emas dengan ukiran huruf jawa yang aku tak bisa membacanya, ketika satu batang ini ku ambil, muncul kembali emas yang sama dari bawahnya.
Jadi walaupun peti ini kecil namun emas didalamnya bersifat unlimited.
Aku keluar rumah menggunakan motor bututku berniat menemui orang tersebut.
Sampailah aku di kampung sebelah.
Aku sebelumnya tak tahu arah dan tujuanku ke rumah orang tersebut.
Namun kuamati sekelilingku terdapat garis cahaya aneh yang kutahu mungkin itu adalah bantuan dari kerisku.
"Wow canggih kali ni keris, ini seperti layanan Gmaps", ujarku dalam hati.
Kuikuti garis cahaya tersebut, sampailah aku di rumah yang kulihat sekelilingnya hutan dan aku menyadari bahwa profesi orang yang bernama Mbah Karso ini adalah dukun.
Aku beranikan diriku ku ketuk pintunya tok tok tok.
Lalu terlihat orang tua lebih tua dari ayahku menggunakan busana khas jawa dengan tak lupa dilengkapi blangkon.
"Ada apa maksud anda kemari?" Tanya dukun tersebut.
"Jangan pura-pura mbah karso, kamu sudah berani coba-coba buat bapak ku celaka!" Hardikku.
Lalu mbah karso menimpali, "memangnya kamu siapa?"
"Aku adalah putra dari pak Suhendro, orang yang telah kamu kirim santet rantai bumi!" Balasku.
Lalu mendengar kataku barusan, mbah karso tiba-tiba mengeluarkan keris dari belakang pinggangnya dan mengayunkannya padaku dari jarak jauh.
Dia tidak berusaha melukaiku dengan tajamnya keris namun dengan sihir dari kerisnya.
Aku terpental keluar dibuatnya, untunglah tubuhku tidak apa-apa karena aku jatuh di tanah.
Lalu tanpa pikir panjang ku keluarkan kerisku dari sarungnya, lalu ku ayunkan balik ke arah mbah dukun tadi.
Aku sebenarnya tidak tahu cara penggunaan keris ini namun aku nekat saja mengayunkannya ke arah pintu rumah didepanku yang kini dia masih berdiri di pintu tersebut.
Dengan satu ayunan robohlah rumah mbah karso yang terbuat dari bambu rata dengan tanah karena saking dahsyatnya kekuatan sihir dari kerisku.
Lalu dia juga ikut terpental, kulihat dia kesakitan ,lalu ku dekati dia.
Kutanyai dia, namun sepertinya dia tetap tutup mulut.
Lalu dengan memegang kerisku, aku berkata kepadanya “Tunduklah perintahku”.
Lalu dengan ajaibnya dia langsung tunduk kepadaku.
“Sepertinya aku bisa menggunakan keris ini dengan benar tanpa tutorial yutub”, batinku.
“Ampun, saya hanya menuruti perintah seseorang, dia adalah Jumadi warga desamu”, kata mbah karso.
“Pak Jumadi? Dia kan ketua RT di daerahku, dan dia adalah juragan tanah tempat ayahku bekerja dan dia gemar mengoleksi wanita cantik, dia sekarang kan memiliki isteri 4” gumamku dalam hati.
“Apa yang dia minta?”, tanyaku kepada mbah karso.
“Jumadi memintaku menghabisi nyawa ayahmu karena setelah ayahmu mati nanti dia berniat mempersunting ibumu, tolong ampuni nyawaku”, lanjutnya.
"Baiklah, aku akan mengampuni nyawamu.
Tapi dengan satu syarat, jangan lagi jadi dukun dan mencelakakan orang lain, pergi dari tempat ini jauh-jauh.
Satu lagi, jangan beritahu ke jumadi apa yang terjadi hari ini, biar aku yang mengurusnya di lain hari",tambahku.
Karena aku kasihan dengannya karena rumahnya telah kurusak, karena kebaikanku, ku berikan saja 1 batang emas yang kubawa tadi kepada mbah karso.
Lalu aku bergegas pulang ke rumah, saat sampai rumah kulihat ayah dan ibuku menyambutku dengan senyuman.
Sepertinya kini ayahku telah sembuh total dan segar bugar kembali.
Lalu aku menghampiri ayahku dan berbincang.
Pakne: Dari mana kamu le?
Aku: Dari kampung sebelah pakne, pakne mulai sekarang jangan lagi pakne bekerja sama pak RT, lagipula sekarang kita sudah punya emas. Kita tinggal menjualnya dan kita bisa kaya.
Pakne: Tapi kenapa tiba-tiba kamu melarangku bekerja sama pak RT le?
Aku: Ya nggak papa pakne, biar pakne juga bisa merasakan istirahat.
Lalu malam tiba, dan kami tidur.
Keesokan harinya aku pergi ke toko emas dan menjual emas yang kupunya.
Setiap toko emas aku jual satu per satu agar tidak terlalu mencolok.
Lalu uang dari hasil menjual emas tersebut ku simpan di bank, dan sebagian kubawa pulang.
Dengan uang yang kumiliki kini kubeli tanah di sekitar rumah dan aku mulai membangun rumah bersama 8 rekan kuli ku.
Ku bangun rumah besar tepat disamping rumahku yang dulu.
Marwan, Paijo, Rukidi, Jarwo, Andi, Agus, Sunar, Aan, mereka adalah nama sohibku di dunia perkulian.
Walaupun aku sudah kaya aku tak ingin sombong, aku tetap ikut membantu membangun rumahku sendiri.
Rumah bambu yang sebelumnya kami tinggali tidak kurobohkan, bermaksud untuk mengingatkanku suatu saat bahwa aku pernah miskin, mencegahku agar tidak sombong dikemudian hari.
Ayahku juga kubelikan sawah, karena walaupun kami sudah kaya namun tetap saja memang hobinya adalah bertani.
Suatu hari ketika ayahku pergi ke sawah dan aku kini masih membangun rumah dengan 8 rekan kuliku.
Aku menemui ibuku yang sedang di kamar rumahku yang dulu yang masih reot berbaring dengan berbusana daster. Lalu aku memanggilnya.
Aku: Bune.
Bune: iya le.
Aku: Bune tolong buatin teh buat para tukang.
Bune: Iya le.
Lalu dia beranjak memasak air teh, setelah matang dia memasukkannya ke dalam teko, lalu ibuku berniat pergi menyuguhkan ke para kuli tersebut.
Aku: Bune, Tunggu!
Bune: Ada apa le?
Aku: Bune ganti baju pake rok mini dulu bune.
Bune: Tapi kan ada teman-temanmu?
Aku: justru itu bikin bagas sange, lagi pula pakne lagi ke sawah. Jadi kita aman.
Bune: Baik tapi sebentar saja ya!
Lalu ibuku masuk kamar dan menutup pintu lalu seperti yang kuinginkan, beberapa menit kemudian dia keluar dengan menggunakan rok mini hitam dan atasan hitam pula.
Namun kali ini pakaiannya benar-benar terlalu mini.
Rok nya hanya sebatas sekitar 10cm dr pinggangnya.
Benar-benar membuatku ngaceng maksimal, di celah ruangan sempit antara kamarku dengan ibuku, kami mulai melakukan adegan terlarang kembali.
Ibuku menghampiriku dan kami ciuman, sesekali kami saling bertukar lidah.
Sampai bertukar air liur, benar-benar romantis.
Lalu kuarahkan kontolku ke mulut ibuku, dengan sukarela dia mengulum kontolku keluar masuk mentok sampai ke tenggorokannya.
Sangat hangat kurasakan, lalu kubalikkan tubuh sintal ibuku yang kini tengah hamil muda.
Ku cabut cangcutnya, masih mengenakan dress mininya lalu dengan satu sentakan ku hujamkan kontolku ke memeknya dengan gaya dogy, tak terlalu susah karena memang memek ibuku sudah basah.
“Ahhhhhkk sayang, enak banget, masukin yang dalam sayang!”, ujar ibuku.
“indrayanti sayang, kamu makin cantik saat hamil muda gini, lubangmu juga rasanya tambah sempit dan enak” kataku.
“iya sayang, hujam sampai mentok memek ibumu ini biar kamu enak sayang, buat kamu puas ahk ahk ahhhh ”, ibuku berkata sambil mendesah.
Rintihannya itu membuatku makin bersemangat menggenjotnya.
Lalu setelah setengah jam bergumul, belum juga aku mencapai klimax.
Sedangkan ibuku sudah 2 kali mengejang orgasme.
Muncul niat isengku untuk memberikan tubuh mulus ibuku agar bisa dinikmati rekan-rekan kuliku di luar sana yang sedang membangun rumahku.
Ini mungkin seperti fetish cukold namun istilah itu biasanya digunakan kepada suami yang menjajakan isterinya, namun kali ini anak yang berniat ingin menjajakan ibu kandungnya.
Kuhentikan genjotanku, kutahan juniorku sejenak, lalu aku mengeluarkannya.
Aku lalu memerintahkan ibuku untuk mengantar teh yang tadi dibuatnya yang kini sudah dingin.
Lalu dia beranjak ingin ganti baju, aku tahan.
Aku: Jangan sayang, tetap pakai pakaian ini.
Bune:Tapi Gas? Ini terlalu mini.
Aku: Nggak papa sayang, kamu lepas dulu BH kamu. Tadi belum sempat aku buka.
Bune: Tapi diluar banyak kuli temanmu gas.
Aku: Justru itu sayang, goda mereka, tapi ingat jangan sampai kamu disetubuhi mereka, anus dan memekmu harus tetap bersih.
Aku:Entah bagaimana caranya kamu harus kumpulin sperma mereka di gelas bening ini, (Sambil ku mengambil salah satu gelas teh disamping teko).
Entah itu dengan mulut, toket, tangan, rambut atau ketiak terserah kamu sayangku indrayanti yang penting pindahkan sperma kuli-kuli itu ke gelas ini.
Aku: Turuti saja kemauanku sayang, bikin aku puas dan makin mencintai kamu. Aku akan mengawasimu dari sini, nanti kamu mainnya harus tepat di depan jendela kamarku ini biar aku jelas melihat kamu, bilang pada mereka kalau aku sedang tidur.
Lalu dengan anggukan kecil ibuku lalu melangkah agak ragu, ibuku mengambil teko dan gelas.
Dengan masih memakai dress hitam ketat, tambah ketat saja karena perut ibuku tengah hamil muda sehingga membuat bagian depan rok tertarik ke bagian perut ibuku, memamerkan paha mulus yang sangat menggoda untuk dijamah.
Juga dibagian dadanya kulihat dress hitam tanpa BH tersebut tak mampu menutupi payudara ibuku, sampai-sampai saking besarnya sampai terlihat painggir aerolanya yang berwarna coklat agak merah muda.
Mungkin karena ibuku hamil maka efeknya membuat toket ibuku makin mengembang.
Lalu kuposisikan mataku ke jendela kayu yang aku buka selebar 10 cm.
Karena disiang hari maka pasti tidak kelihatan dari sisi luar, namun aku dari dalam bisa melihat ke luar dengan jelas.
Ibuku dengan gelisah mulai menghampiri mereka. Lalu berkata “Mas-mas kuli, istirahat dulu minum teh”.
Lalu mereka bergegas turun, lalu cuci tangan.
Saat mendekat ke arah ibuku, akhirnya mereka menyadari pakaian ibuku benar-benar mini.
Kulihat dari kejauhan mereka seperti menelan ludah, dan kulihat celana mereka mengembang.
Marwan: Eh bu indrayanti ibunya bagas.
Paijo: Bagas dimana bu?
Bune: Bagas lagi tidur tu dikamarnya.
Rukidi: Bu indrayanti hamil muda jadi tambah cantik.
Lalu sepertinya mereka kehilangan kontrol, dengan berani mereka mulai melecehkan ibuku.
Jarwo mulai melecehkan ibuku dengan meremasi pantat, sedangkan Andi meremasi toket ibuku yang tanpa BH itu.Mereka melakukannya di outdoor, namun masih aman karena rumahku berada di pojok kampung dan jauh dari rumah warga.
Sunar: Bro, dia kan ibu temen kita. Kasian.
Aan: Alah lu sok suci, mumpung ada cewek hamil muda seksi didepan kita, kita sikat.
Marwan: Jangan teriak! puasi kami!, sambil masih tetap menggerayangi tubuh sintal ibuku.
Bune: Aku akan layani kalian tapi jangan perkosa aku, aku janji nggak akan teriak. Aku bisa bantu kalian dengan bagian manapun tubuhku asal jangan di memek sama anus. Hasil spermanya nanti masukin ke gelas ini.
Lalu ibuku mulai pindah mendekat ke arah jendela tempatku mengintip sambil membawa gelas bening tepat seperti perintahku.
Ibuku menggelar tikar tepat di depan jendelaku, lalu mengarahkan tubuhnya menghadapku.
Setelah itu kulihat jelas di depanku sekitar 2 meter dari bola mataku, mereka mulai mengerubuti ibuku membentuk lingkaran. Lalu dengan nekatnya mereka mengeluarkan batang kontolnya masing-masing.
“Eh sabar satu-satu, jangan kerubutan, kita hompimpa buat menentukan urutan!” kata Paijo.
Lalu kulihat mereka hompimpa, Kutahu urutan dari hasil mereka hompimpa yaitu:
Giliran 1. Agus
Giliran 2. Sunar
Giliran 3. Rukidi
Giliran 4. Marwan
Giliran 5. Andi
Giliran 6. Aan
Giliran 7. Paijo
Giliran 8. Jarwo
Lalu mereka tertib secara berurutan bersiap hendak menuntaskan nafsu mereka.
Giliran pertama, Agus.
Agus mengeluarkan batang kontolnya yang sudah mengeras, dengan kurang ajar menepuk-nepukkan kontolnya ke wajah ibuku. Lalu dengan tergesa-gesa dan penuh nafsu dia menghujam mulut ibuku dengan kasar. Dia maju mundurkan batangnya sambil mengerang-ngerang kenikmatan lalu 10 menit kemudian mengejang dan berniat menghujam sedalam-dalamnya ke tenggorokan ibuku, namun ibuku dengan susah payah menahan paha Agus. Tapi akhirnya Agus hanya bisa keluar di mulut ibuku (CIM). Setelah puas, dia mencabut kontolnya. Lalu dimuntahkan sperma agus yang sangat banyak dari mulut ibuku ke dalam gelas kaca.
Giliran kedua, Sunar.
Karena kini tangan ibuku bebas setelah sebelumnya memegang gelas, maka dia memerintahkan ibuku untuk mengocoknya dengan tangan mulus ibuku. Lalu diludahi kontol Sunar oleh ibuku lalu ibuku kocok dengan cepat berharap semua ini cepat selesai. Setelah 10 menit tangan mungil mulus ibuku mengocoknya dengan tempo yang sangat cepat akhirnya jebol juga pertahanan Sunar. Dia memuncratkan spermanya, karena takut spermanya tercecer maka ibuku tiba-tiba melahapnya dan croot crooot crooot. Keluar sangat banyak di mulut ibuku, kemudian Agus mendekatkan gelas ke mulut ibuku dan mengumpulkan sperma dari mulut ibuku kembali.
Giliran ke 3, Rukidi
Rukidi sepertinya sangat nafsu dengan toket ibuku yang sedari tadi masih tertutupi dress. Lalu dengan kasar rukidi membuka paksa dress tersebut hingga sobek sampai ke perut. Kini tubuh ibuku setengah telanjang. Dengan cepat dia raih kedua payudara ibuku lalu meremasnya, disusul mengeluarkan kontolnya dan menggesek-gesekkan ke payudara ibuku. Sesekali dia juga menusuk-nusuk aerola merah muda kecoklatan milik ibuku dengan kontolnya hingga tertusuk ke dalam. Dan akhirnya dia menjepitkan kontolnya tepat di belahan toket ibuku. Lalu ibuku memegangi kedua toketnya, sehingga rukidi leluasa menikmati servis titsjob dari ibuku. Lalu setelah beberapa saat crooot crooot crooot tumpah ruah sperma rukidi menggumpal di dagu ibuku. Lalu Agus kembali mengumpulkan sperma tersebut masuk ke gelas.
Giliran ke 4, Marwan.
Kali ini marwan mendekat kemudian menggesek-gesekkan kemaluannya di leher ibuku. Ibuku disuruhnya mengapit kontolnya diantara pundak dan kepalanya hingga sesekali leher ibuku kegelian dibuatnya. Leher ibuku digesek-geseknya dengan cepat sampai akhirnya crot-crot-croot. Untung saja Agus sangat cekatan menempatkan wadah tepat di depan kontol marwan hingga semua sperma masuk ke dalam gelas. Karena saking banyaknya deposit sperma mereka, baru satu gelas sudah penuh sperma. Tak cukup lagi untuk menampung sperma yang lain. Kini agus meletakkan gelas penuh sperma ke samping teko teh, dan dia mengambil lagi gelas kosong untuk digunakan sebagai wadah sperma selanjutnya.
Giliran ke 5, Andi
Andi meminta ibuku merapatkan telapak kaki ibuku, foot job! Tak ku kira fantasi selera andi kawanku ini seperti orang jepang. Mungkin karena dia kebanyakan nonton bokep jepang hingga dia melakukan ini, pikirku. Andi mengeluarkan kontolnya mengarahkan ke kaki mulus ibuku, Ibuku meludahi kakinya sendiri lalu dia menggenjot dengan kuat dan setelah 10 menit crot-crot-crot muncratlah spermanya di kaki mulus ibuku. Kemudian dengan cekatan Agus mulai memindahkan sperma di kaki ibuku ke dalam gelas kedua.
Giliran ke 6, Aan.
Aan lalu meminta ibuku berdiri lalu aan ke belakang ibuku. Ibuku lalu berdiri namun ibuku tahu dia berdiri masih tepat di hadapanku berusaha membiarkan aku menikmati visual dari sudut terbaik. Sebelumnya aku tidak tahu apa yang akan diperbuat Aan. Ternyata setelah beberapa saat kulihat dia mengeluarkan batang kontolnya kemudian mengarahkan kepaha ibuku. Lalu dia meminta ibuku merapatkan pahanya. Dengan ganas dia menggenjot kontolnya diantara paha ibuku. Tubuh ibuku sampai tergoncang-goncang karena kelakuannya. Akhirnya setelah beberapa saat kontolnya muncrat, kembali dengan cekatan agus memposisikan gelas tepat di depan kontol aan sehingga satu tetespun tidak ada yang tumpah.
Giliran ke 7, Paijo.
Dengan cekatan paijo maju ke arah ibuku, dipamerkannya batang kemaluan yang besar. Di angkatnya ketiak kanan ibuku menahannya ke kepala, menusukkan kontolnya menghimpitkannya ke ketiak kiri ibuku lalu dengan kasar dia menggenjotnya sambil menekan lengan kiri ibuku. Kulihat ketek ibuku sangat bersih tanpa satupun bulu. Lalu dia menghentakkan sambil menggelitiki ketiak ibuku sebelah kanan hingga ibuku sesekali kegelian dibuatnya. Karena ketek kanannya yang kegelian, membuat kontol yang dihimpit ketiak kiri dan lengan mulus ibuku semakin keenakan karena ibuku makin kencang menghimpitnya ketika kegelian. Dan setelah beberapa saat akhirnya
croot-crooot crooot,
saat keluar paijo mengarahkan kontolnya ke bagian pangkal ketiak ibuku, sehingga kini pangkal ketiak ibuku sebelah kiri belepotan sperma. Lalu tak melupakan tugasnya, Agus kembali mengumpulkan sperma di pangkal ketiak ibuku memasukkannya ke dalam gelas ke dua.
Giliran terakhir, Jarwo
Jarwo maju, tambah menyobek-nyobek dress hitam ibuku yang tipis, memelorotkan dress ibuku yang kini terpampang jelas dihadapanku tubuh telanjang ibuku, dressnya hanya mampu menutupi vaginanya karena sudah robek-robek. Terlihat dihadapanku perut ibuku yang menggembung karena hamil muda. Aku sudah menduga perbuatan yang akan dilakukan paijo dia pasti akan menggesek-gesekkan batangnya ke perut ibuku. Dan benar dugaanku, dengan halus dia menggesek-gesekkan kepala kontolnya ke perut ibuku yang hamil muda. Setelah beberapa lama dia malah semakin nekat sesekali menghujamkan ke perut ibuku. Aku kasihan melihatnya dan takut kalau ibuku nanti keguguran. Setelah 10 menit dia menghujamkan tepat ke lubang pusar ibuku yang memerah dan
crooot croooot croooot crooot
dia menyemprotkan spermanya disana. Kulihat ibuku tidak kesakitan, jadi ku tahu itu tadi aman tak sampai melukai janin. Tapi tetap saja kelakuan jarwo benar-benar keterlaluan. Kembali sperma yang tercecer di perut ibuku dikumpulkan ke gelas ke dua.
Kini terdapat dua gelas penuh yang berisi sperma mereka.
Kemudian setelah mereka semua puas, mereka istirahat dan meminum teh yang dibuat ibuku tadi.
Mereka berterimakasih dengan ibuku karena telah melayani mereka.
Ibuku dengan masih bertelanjang meminta dua gelas penuh berisi peju itu lalu hendak masuk ke dalam rumah reot.
Lalu dia memungut dress robeknya, lalu masuk kamarku sambil menunjukkan dua gelas tersebut kepadaku.
Lalu aku berkata: Bagus sayang kamu sudah menuruti perintahku.
Aku lalu menciumnya, memegang tengkuk lehernya menyedot lidahnya sampai dia gelagapan.
Sambil bergoyang-goyang ibuku mencoba menahan keseimbangan supaya sperma di gelas yang kini dipegang tangan kanan dan kirinya tidak sampai tumpah.
Kemudian aku mencabut bibirku dari lidahnya, kemudian aku perintahkan ibuku untuk meminum sperma-sperma sahabatku itu.
“Minum sayang biar kebutuhan protein anak kita terpenuhi”, perintahku.
“Tapi sayang!”, ucap ibuku keberatan.
“Sudah turuti saja apa mauku, sekarang dirumah ini akulah kepala keluarganya. Aku pula yang menafkahi keluarga ini. Jadi kamu harus patuh pada perintah kepala keluarga! Ujarku.
Lalu dengan terpaksa ibuku mulai meminum seteguk demi seteguk sperma sahabatku tersebut.
Dan habislah satu gelas.
“Amis sayang!”, ujarnya.
“Gelas yang satu lagi minum sampai habis!”perintahku.
Lalu dengan terpaksa kembali meminumnya, hingga lendir kental di kedua gelas tersebut habis tak tersisa.
Wajah ibuku terlihat seperti orang mabuk (klenger) karena telah menghabiskan 2 gelas penuh sperma kental sahabat-sahabatku.
Lalu aku keluarkan kembali kontolku, karena tadi kentang belum sampai klimax aku menyetubuhi ibuku.
Ku hentakkan kontolku ke vagina ibuku, ku genjot dengan posisi dogy style di kamarku.
Setelah beberapa lama aku menggenjotnya kini berganti posisi kutidurkan dia terlentang di kasurku, kemudian ku elus-elus perutnya yang membuncit.
Kemudian ku masukkan kembali kontolku ke liang vaginanya, ku sodok dengan sekuat tenaga dan crooot crooot croooot.
Akhirnya aku klimax, kupancutkan semua spermaku ke vagina ibu kandungku dan kami berdua melayang merasakan kenikmatan.
Setelah selesai kami mandi bersama dan kembai melakukannya di kamar mandi lalu berakhir mandi bareng.
Ibuku kini selalu bersedia dengan suka rela menyedikan lubangnya kususupi kontolku kapanpun dimanapun sampai aku puas dengan syarat ayahku sedang pergi keluar.
Chapter 6: Kentang dan Dendam
Kerja kerasku dan teman-teman akhirnya membuahkan hasil.
Kini pembangunan rumah mewahku selesai.
Rumahku cepat selesai karena sebagian besar adonan semennya dicetak dengan cor dan alat modern.
Ku bayar teman-temanku tiga kali lipat dari bayaran kuli bangunan pada umumnya.
Kupandangi rumah mewah bertingkat berukuran lebar 100 m x 100 m didepanku.
Saking luasnya jalan kaki dari ruang tamu sampai ruang dapur sampai pegal kaki ini melangkah.
Dilengkapi dengan taman indah hijau rumput jepang dan beragam bunga-bunga tepat berada disamping gubug reot rumahku yang dulu, membuatnya kelihatan kontras jika dilihat dan dibandingkan.
Namun itu tak apa, aku akan tetap mempertahankan rumah reot penuh kenangan ini, lagi pula itu semua kini milikku.
Menurut filsafat salah satu orang terkaya di dunia keturunan keluarga Rockefeller mengatakan bahwa “puncak kemewahan adalah kesederhanaan”.
Mungkin sedikit demi sedikit aku mulai paham dengan perkataan orang tersebut.
Aku memiliki banyak emas, banyak uang, kini aku bisa melakukan apapun semauku namun masih tetap menikmati kesederhanaan.
Ayah dan ibuku kini dapat merasakan tinggal di rumah sangat mewah, setiap hari dapat makan ayam sepuasnya bila kami mau.
Selain itu kami sesekali pergi ke kota untuk sekedar membeli sushi, pizza, fried chicken, atau burger karena memang seumur hidup kami belum pernah sekalipun merasakan makanan-makanan tersebut.
Selain makanan kami juga membeli motor baru, dan banyak peralatan rumah tangga seperti kulkas, AC, oven dll.
Sudah seminggu aku sama sekali tak menyetubuhi ibuku karena kesibukanku mengelola uang dan emas dan sesekali harus ke kota.
Suatu malam pukul 22.00 kembali ku lihat ibuku habis dari kamar mandi yang baru.
Aku nekat hendak melakukannya malam ini karena kurasakan kantung zakarku sudah dipenuhi sperma dan sperma-sperma ini harus segera disumbangkan ke memek ibuku, seperti biasa kalau aku sange sesaat setelah ibuku keluar dari kamar mandi ku seret tubuh ibuku masuk ke dalam kamar mandi untuk menodainya.
Ku keluarkan batang kontolku yang kini telah berdiri tegak.
“Sayang, apa yang kamu lakukan, jangan sekarang. Nanti ketahuan, pakne lagi ada di dalam”
Tak peduli dengan pembicaraan ibuku aku ciumi bibir manis ibuku dan dia membalasnya, lalu kuarahkan kontolku yang tegang ke lubang memeknya yang merah merekah dan kini mulai basah. “Aakkkh” suara ibuku ketika aku hujamkan ke memek miliknya.
Perlahan-lahan aku mulai menggenjotnya dengan kecepatanperlahan kemudian semakin cepat namun tetap konstan membuat ibuku semakin kelojotan keenakan.
Lalu sesaat kemudian karena sudah lama aku tak memakai rudalku, jadi kepala penisku kini benar-benar tambah sensitif.
Lalu kurasakan ada yang hendak keluar dari zakarku ini namun sesaat kemudian aku dan ibuku terkaget.
“Bune!”, panggil ayahku.
“Tunggu sebentar disini sayang, jangan kemana-mana”, kata bune berbisik kepadaku.
“Iya pakne”, ibuku lalu melepas penisku dari liang vaginanya lalu dengan terburu-buru ibuku memakai pakaian lalu menghampiri pakne dan kini meninggalkanku dalam keadaan kentang potatto.
Aku mencoba menguping pembicaraan mereka, “Bune, bagas lagi dimana?”
“Bagas lagi pergi main ke temannya sampai sekarang belum pulang pakne”, jawab ibuku.
“Bune, malam ini kita ngewe yuk bune”, kata ayahku.
Lalu karena penasaran aku hampiri kamar ibu dan ayahku yang baru tersebut.
Di temboknya terdapat celah ventilasi yang telah sengaja ku rancang saat membangun rumah ini.
Ku ambil kursi secara perlahan ku letakkan tepat dibawah lubang ventilasi tersebut, kunaiki kursi dan mulai memposisikan bola mataku di lubang tersebut.
Kulihat pintu di tutup oleh ayahku namun tidak dikunci, segera setelah itu ayahku membuka sarungnya lalu melepaskan pakaian yang melekat di tubuh ibuku satu persatu.
“Lampunya dimatiin ya bune!”, kata ayahku sambil mematikan saklar lampu.
Saat lampu mati otomatis gerakan kepala dan cahaya mataku dapat terlihat di celah ventilasi tersebut, namun syukurlah yang sempat melihat mataku hanya ibuku.
Ibuku jelas sekarang telah menyadari bahwa aku sedang mengintai mereka karena sesekali dia menoleh ke arah ventilasi tempatku mengintip ini.
“Jangan pakne, biar jelas nanti nggak salah lubang”, jawab ibuku lalu menyalakan lampunya kembali bermaksud ingin melindungiku agar tidak ketahuan ayahku.
Akhirnya kini kulihat tubuh ibuku telanjang bulat dengan sedikit keringat diakibatkan barusan aku menggenjotnya.
Ayahku meraba-raba daerah sekitar selangkangan ibuku, lalu berkomentar “kok warnanya merah gini bune, dan agak basah?”.
“Anu pakne mungkin karena bune udah pengen”, sambil melirik genit ke arah lubang ventilasi.
“Padahal itu memek memerah dan berlendir karena barusan aku genjot”, batinku menimpali perkataan pakne.
Itu sangat membuatku cemburu namun aneh tubuhku terasa semakin panas dan makin nafsu dengan perbuatan iseng ibuku tersebut.
Kemudian kulihat ayahku menghujamkan kontolnya ke vagina ibuku dan menggenjotnya dengan berbagai gaya.
Saat di genjot ayahku, ibuku jelas-jelas sengaja mengeraskan desahannya dan melihat ke arahku bermaksud ingin membuatku semakin cemburu.
Lalu ayahku membalikkan tubuh mulus ibuku, dan sekarang dogy style.
Ayahku sepertinya mulai mengerang keenakan.
Namun saat ayahku kesetanan menggenjot tubuh mulus ibuku dan kutahu pasti sebentar lagi akan keluar dari belakang tiba-tiba ibuku memajukan tubuhnya dan otomatis itu membuat penis ayahku lepas dari vagina ibuku.
Lalu ibuku minta ijin ayahku untuk ke kamar mandi sebentar.
Kulihat di wajah ayahku benar-benar tergambar wajah kecewa dan kentang sama sepertiku tadi.
Setelah keluar dari kamarnya, dengan nekatnya ibuku menghampiriku dan mengajakku ke kamar mandi lagi.
Dia meraih tanganku dan mengarahkanku sampai ke kamar mandi, setelah sampai kamar mandi, dia menunggingkan pantatnya tepat didepanku.
Dengan tanpa sabar aku lalu menusukkan penisku ke lubang anusnya lalu menggenjotnya dengan kasar.
“Pelan-pelan sayang” kata ibuku.
“Berani-beraninya kamu membuatku cemburu seperti ini yanti sayang”, kataku sambil menghujam anusnya dengan kecepatan penuh.
Walaupun aku dibuatnya cemburu, namun aneh, dengan perbuatannya ini aku malah tambah nafsu untuk menyentakkan kontolku ke anusnya dalam-dalam dan semakin cepat.
Lalu setelah aku mengerang ingin memuntahkan spermaku tiba-tiba kembali ibuku dipanggil ayahku.
“Bune!”, panggil ayahku kepada ibuku.
“Sial”, batinku.
Belum sempat aku keluar ibuku kembali mencabut anusnya dari tusukan batang kontolku dan dengan masih telanjang bulat kembali ke kamarnya untuk menemui ayahku.
“Double kentang”, batinku.
Lalu kembali kususul dengan melihatnya kembali dari lubang ventilasi.
Kulihat ibuku masuk, sesaat setelah ibuku masuk, ayahku langsung menarik tubuh montok ibuku lalu menghujamkan kontolnya secara kasar dalam tempo yang pendek.
Dan 5 menit kemudian setelah penggenjotan kecepatan penuh dari ayahku selesai, crooot crooot,crooot sperma ayahku keluar sejadi-jadinya di lubang kenikmatan milik ibuku.
Vagina ibuku kini akhirnya dipenuhi sperma milik ayahku.
Lalu dengan tangannya ibuku langsung menutupi vaginanya bermaksud agar sperma ayahku tetap di dalam dan sambil lari keluar.
Kulihat ayahku terbaring lemas karena kelelahan.
Lalu kembali dengan tangan kirinya menutup vaginanya sendiri, tangan kanan ibuku menarikku masuk kedalam kamar mandi lagi.
“Gila nih ibuku”, batinku.
“Masukin sayang ke memek ibumu ini, biar sekalian kotornya” ujarnya.
Lalu akhirnya karena sangat nafsu kuhujamkan kontolku ke vagina ibuku yang didalamnya masih terdapat sperma ayahku.
Ku maju mundurkan dengan tempo yang cepat dan aku hentakkan dalam-dalam hingga ibuku kini mendesah sambil menutupi mulutnya sendiri agar desahannya tidak sampai terdengar keluar, setelah beberapa menit akhirnya aku mengerang dan crooot crooot crooot.
Kutambahkan deposit sperma kentalku ke dalam vagina ibuku yang tadi telah di semprot juga oleh ayahku dan kini sperma ayahku dan spermaku bergabung di dalam liang vagina ibuku.
Lalu meleleh keluar sangat banyak sekali dan ibuku membilas vaginanya dengan air lalu kembali ke kamarnya.
Dikamarnya kudengar lagi ibuku merintih kenikmatan, ternyata ayahku sudah bangkit lagi dan kembali melakukan prosesi entot-entotan dengan ibuku.
Lalu malam itu kami ulangi sampai sperma ayahku dan spermaku habis, kami melakukannya secara bergantian namun tetap tanpa diketahui ayahku.
Setelah lelah kamipun tidur.
Paginya, aku bangun tidur tiba-tiba sohibku yang bernama agus menghampiriku.
Mengajakku main catur, saat main catur sesekali dia menanyakan tentang ibuku namun selalu kualihkan pembicaraannya ke materi lain.
Aku mengetahui dari temanku tersebut bahwa tetangga sekitar kampung kami dan tukang sayur mulai membicarakan gosip tentang kami bahwa kami melakukan pesugihan karena secara tidak masuk akal tiba-tiba keluargaku mendadak kaya.
Sebenarnya dugaan mereka sangatlah tepat karena nyatanya aku memang mendapatkan semua kemewahan ini dengan jalan pesugihan.
Namun mereka tidaklah tahu betapa banyaknya penderitaan dan pengorbanan yang kami alami demi mendapatkan kemewahan ini.
Kemudian aku mulai berpikir logis, aku harus mendapatkan pekerjaan yang layak sesuai dengan hartaku yang melimpah ini jika aku tetap masih ingin tinggal di desa ini tanpa nyinyiran tetangga.
Walaupun aku bisa saja membeli atau membangun rumah dimanapun belahan dunia ini namun tetap saja kecintaanku kepada desa tanah kelahiranku mencegahku untuk beranjak dari tempat ini.
Lalu aku setiap harinya kini berpakaian jas rapih bak orang kaya beneran, pergi ke kota setiap siangnya untuk pura-pura bekerja padahal aku hanya nongkrong ngopi atau sekedar jalan-jalan saja.
Walaupun hanya jalan-jalan tak lupa aku membawa keris wibawa kesayanganku sekedar untuk jaga-jaga.
Suatu ketika aku membeli kopi di kedai kopi Starbutt, namun malangnya aku, kursi outdoor penuh, terpaksa aku gabung dengan meja seseorang di dekatku.
Tak sengaja aku duduk dengan seseorang, dan aku menyapanya seperlunya.
“Permisi mbak, boleh saya duduk disini?” kataku.
“Silahkan kak” katanya menyaut.
“Sendirian aja mbak?”
“Iya kak”, sambil tersenyum manis.
Veronica, si gadis kota.
Dengan wajah cantik natural make up tipis, memakai kaos kekinian yang sangat anggun.
Setelah mulai mengobrol kutahu dia seumuranku, umurnya masih 18-san tahun namun tetap saja aku lebih tua darinya beberapa bulan.
Dia ada di sini karena orang tuanya diserahi bisnis di tempat ini dan veronica terpaksa pindah-pindah sekolah.
Kini dia sedang dalam masa tunggu pendaftaran mahasiswa baru di kampusnya yang terletak di jakarta.
Aku jadi salah tingkah saat ngobrol dengannya karena paras cantiknya, berawal dari obrolan sapaan biasa lama-lama obrolan kami makin dalam.
Kami mengobrol tentang pekerjaan, asal usul, makanan favorit, dan lain-lain.
Sebenarnya aku mengaku padanya bahwa aku hanyalah karyawan biasa, namun itu tetap tidak merubah sikapnya terhadapku. Kurasa dia bukanlah cewek matre.
Setelah pembicaraan kami makin lama maka aku ketahua bahwa dia sebenarnya adalah anak orang kaya.
Dia adalah orang kaya sejati yang sudah kaya sejak lahir, bukan sepertiku yang bisa disebut sebagai orang kaya baru.
Dalam obrolannya, dia menceritakan bahwa kakeknya baru saja meninggal dunia karena terpeleset di sungai ciliwung dan terjadi konflik internal di keluarganya karena berebut warisan membuat gadis tersebut mulai menitikan air mata curhat padaku.
Aku kaget kemudian mengetahui bahwa kakeknya ternyata adalah pemilik dari M*tahari department store yang menguasai bisnis mall M*atahari di negeri ini dan banyak bisnis besar lainnya.
Lalu saat kami mengobrol, sesaat kemudian dia mendapat panggilan telepon dari ayahnya, dan terpaksa kami harus berpisah.
Pada akhirnya kami bertukar nomor hp, lalu sebelum pergi dia berpesan padaku bahwa dia akan menghubungiku untuk sekedar curhat tentang kesehariannya sambil tersenyum lalu masuk mobil mewah ferrari merah miliknya.
Beberapa menit kemudian aku menghabiskan kopiku lalu pulang dengan motor baruku.
Saat sampai rumah saat itu pukul 13.00, saat itu ayahku belum pulang dari sawah kesayangannya.
Hanya kudapati ibuku seorang diri terkapar lemas pingsan di belakang rumah reot.
Dia dalam keadaan telanjang namun masih mengenkan jilbab pink tipis menampilkan perutnya yang menonjol karena dia dalam keadaan hamil 7 bulan.
Disampingnya berantakan robekan pakaian ibuku yang telah tersobek-sobek.
Aku kaget melihat ibuku terlentang telanjang bebas di atas beberapa tumpukan daun pisang segar dengan tubuh mulus ibuku belepotan sperma dimana-mana, di mulut, rambut, perut, dan banyak sekali dari bagian dalam vagina dan anusnya meleleh sperma kental.
Lalu aku hampiri ibuku dan menyadarkannya,
“Bune! Bune! Bune! Bangun!”
Lalu dia tersadar dan menangis.
Setelah itu, kuangkat tubuhnya ke kamar mandi rumahku yang lama dan aku membilas tubuhnya.
Lalu ku basuh seluruh tubuh ibuku yang belepotan sperma sampai bersih.
Aku sekedar membilasnya, lalu kubopong tubuh ibuku ke kamar mandi di rumah yang baru.
Ku nyalakan showernya, ku pencet mode air hangat.
Kusabuni tubuhnya.
Menghandukinya, lalu ku tuntun dia ke kamar luasnya yang baru.
Kubaringkan dia yang masih telanjang bulat ke kasur empuk mewah lalu kutanyai dia.
“Bune kenapa?”, tanyaku.
“Tadi bune diperkosa oleh Pak RT dan preman-preman anak buahnya yang berjumlah 5 orang. Katanya lirih sambil menangis.
“Ini salahku karena akhir-akhir ini aku sering meninggalkanmu bune”, ujarku.
“Bagaimana ini semua bisa terjadi bune? Ceritakan padaku!”, tanyaku.
Jadi gini ceritanya le, waktu itu siang hari bune bermaksud keluar rumah memandangi taman-taman bunga yang indah.
Pak Jumadi (RT) dan anak buahnya mendatangiku dan menanyakan pakne dan kamu ada dimana. Anak buahnya adalah preman-preman berbadan besar.
Sepertinya dia bermaksud ingin menghabisi nyawa pakne dengan kekerasan namun pakne kebetulan tidak ada di rumah.
Kujawab bahwa pakne sedang ke sawah dan kamu sedang pergi bekerja di kota.
Lalu sesaat kemudian tiba-tiba mereka memegangi kedua tanganku dan merobek baju yang ku kenakan.
Aku meronta-ronta menjerit namun percuma, tetangga tidak bakalan dengar karena rumah kita berada di pojokan.
Mereka merobek-robek bajuku namun tetap membiarkan jilbab yang kupakai tetap kupakai. Lalu dengan bergantian mereka meremasi tubuhku dan menyogok-nyogok vagina dan anusku dengan tangan kasar mereka.
Aku mencoba berteriak tapi aku diancam akan dibunuh kalau sampai aku berteriak.
Lalu salah preman-preman itu mengeluarkan pisaunya lalu mencari pohon pisang di belakang rumah.
Mereka menggunakan daun pisang sebagai alas.
Membopong tubuhku yang bertelanjang bulat namun masih mengenakan jilbab kemudian pak RT membuka pakaiannya lalu dia giliran pertama menikmati tubuhku.
Dia menghentakkan penisnya ke semua lubang di tubuhku, vagina, anus, sama mulutku semuanya udah dicoba sama dia.
Lalu setelah beberapa kali menghujam paksa semua lubang tubuhku akhirnya dia crooot mengeluarkan spermanya ke vaginaku.
Setelah itu ke 5 preman datang, atas perintah pak jumadi mereka satu persatu memperkosa bune secara brutal.
Dan lagi-lagi mereka mengejat mengeluarkan sperma-sperma kental mereka ke semua lubang yang bune miliki.
Sampai rasanya semua lubang bune, vagina, anus, dan mulut penuh sperma saat itu.
Alhasil sperma mereka belepotan dimana-mana di tubuh bune akhirnya bune pingsan.
Lalu sesaat kemudian kamu datang menyelamatkan bune.
“Begitukah kejadiannya? Oh ini tidak mungkin kini pakne pasti dalam keadaan yang bahaya bune, bune tunggu sini aku akan mengunci rumah, biar bune aman, aku akan pergi menyusul pakne ke sawahnya”, kataku.
“Awas kau Jumadi, aku akan balas dendam. Kemarin kau mencoba menyantet ayahku dan kini sudah menodai ibuku dengan paksa. Tak akan kuampuni nyawamu Jumadi!” Ucapku karena aku emosi.
Lalu bergegas aku mengambil pisau dapur, kawat, dan karung, sebagai alat tempurku untuk membela diri dan tak lupa aku membawa keris sakti kepunyaanku. Ku cabut kerisku dari sarungnya, lalu ku letakkan di dahiku.
OK bowo, antarkan aku ke posisi pakne!
Chapter 7: Pertarungan Sengit
Aku mulai berjalan menyusuri garis petunjuk yang berwarna merah dari benda pusaka yang kumiliki.
Suara petir berbunyi bak lonceng penanda, kumpulan awan hitam menyelimuti langit yang tadinya biru kini menjadi gelap, tanda akan turunnya air hujan dari langit.
Bressss!!!
Suara air hujan yang tiba-tiba sedikit demi sedikit membasahi kaos yang ku kenakan.
Sekitar 15 menit sudah aku berlari dengan kecepatan penuh secepat yang ku bisa.
Kini perjalananku semakin sulit dengan adanya hujan ini.
Kini saatnya aku mulai memasuki area sawah.
Jalan di depanku mulai becek karena adanya air hujan membuatku sesekali terpeleset, dengan langkah cepat tetap ku berlari walaupun nafasku mulai berat karena lelah.
Dari kejauhan kulihat ayahku telah dikepung 5 orang berbadan tegap dan Jumadi terlihat santai memerintahkan anak buahnya tersebut.
Syukurlah ayahku belum mereka bunuh.
Dengan kondisi lelah aku keluarkan karung perlengkapanku, walaupun dalam kondisi darurat seperti ini aku harus tenang dalam memikirkan strategi.
Didalam karung ada caping (topi khas petani), kukenakan caping itu berharap bisa menyamar agar mereka mengira aku sebagai petani yang kebetulan melintas.
Hujan semakin deras, sepertinya mereka mulai menyadari keberadaanku.
Namun Jumadi belum mengetahui identitasku yang sebenarnya adalah anak dari Pak Suhendro yang kini sedang mereka kepung.
Kulihat sepertinya ayahku berteriak minta tolong, wajahnya menghadap kepadaku.
Derasnya hujan membuat suara teriakannya sama sekali tidak terdengar.
Dua dari ke lima preman tersebut mulai memegangi tangan ayahku.
Kutahu sebenarnya mereka mengira aku adalah petani yang kebetulan lewat, dan mereka menungguku sampai pergi baru mereka akan membunuh ayahku.
Aku mengincar Jumadi, karena aku tahu bahwa dia adalah boss nya dan dendamku hanya padanya.
Aku berpura-pura membetulkan aliran air sawah, semakin mendekat semakin mendekat akhirnya aku kini tepat di belakang Jumadi lalu dari belakang kutusukkan pisau dapur ke arahnya.
Namun betapa malang nasibku, aku terpeleset dan tusukanku meleset ke arah lengan kirinya. Mengalirlah darah segar dari lengan kiri Jumadi membuatnya seketika menyadari ancaman di dekatnya.
Lari Pakne!!!! Teriakku.
Seketika kelima preman mengacuhkan ayahku yang kini lari atas perintahku.
Sehingga mereka hanya tertuju padaku.
Karena jumadi mengenaliku bahwa aku adalah bagas anaknya suhendro, dia mulai menjauh lalu kini aku dihadapkan dengan mimpi terburuk, aku harus melawan 5 preman bertubuh besar.
Walaupun tubuhku mulai kekar, namun bentuk tubuhku jelas kalah jauh daripada mereka.
Tubuh mereka bagaikan The Rock sedangkan mereka melihatku seperti young lex.
Ku menyadari kebodohanku, seharusnya aku gunakan saja fitur dari keris pusakaku untuk menundukkan mereka sekaligus sedari tadi.
Karena emosi aku benar-benar tidak bisa berpikir dengan jernih.
Aku berpikir mungkin ini belum terlambat.
Ku keluarkan pusakaku, berharap bisa menundukkan mereka.
Sebelum ku berucap sepatah kata kepada kerisku bogem besar mendarat di kepalaku, kepalaku dipukulnya dengan sekuat tenaga mengakibatkan tubuhku sampai terpental ke samping dan keris wibowo pusakaku terlempar entah kemana.
Ku ambil lagi pisau dapur yang jatuh di sekitarku, tanpa menyerah kuberlari kuincar kembali Jumadi.
Namun dia lari seperti pengecut, lalu kakiku diseret, kembali bogem keras mengenai kepalaku, perutku, dadaku, sekujur tubuhku rasanya sakit karena mereka pukuli.
Setelah babak belur aku masih belum menyerah, dengan langkah lemas kubangunkan tubuhku yang sudah rusak parah ini kudekati Jumadi dengan merangkak.
Kulihat senyuman sinis dari jumadi alu tanpa kuduga, dia mengeluarkan Pistol dari sakunya.
Lalu Dor Dor Dor! 3x tembakan tepat di perut, jantung, dan kepalaku.
Mataku mulai berkunang-kunang, gemuruh air hujan mengiringi sakaratul mautku.
Darah mengucur dari lubang-lubang peluru yang Jumadi tembakkan kepadaku.
Aku bisa melihat aliran darah tersebut namun sama sekali tak bisa bergerak.
Lalu Gelap, ku buka mataku, kini aku berada di tempat yang aku kenal, di dalam istana.
Terlihat disampingku Pangeran Samudro membuatku terjaga.
“Wahai saudaraku aku tahu engkau sedang dalam kesulitan, apakah aku perlu membereskan manusia-manusia rendahan yang mencelakaimu tadi?” Kata raja tersebut.
“Tidak perlu engkau mengotori tanganmu, bantulah aku menyusun tubuhku kembali dan segera kembalikan aku wahai saudaraku, biar aku yang menyelesaikan masalahku sendiri dan satu lagi, untuk sementara buatlah tubuh manusiaku kebal!
“Baiklah, sampai jumpa lagi saudaraku!” Kata raja.
Seketika aku terbangun di tanah sawah berlumpur dengan tangan kananku memegang kerisku yang entah datangnya darimana karena tadi kutahu sempat terlempar.
Kurasakan lukaku mengeluarkan peluru dari dalam tubuhku.
Bekas tembakan di kepala, jantung dan perutku menutup dan sel-sel tubuhku beregenerasi dengan cepat sampai akhirnya aku pulih kembali.
Hujan mulai mereda, kupanggil jumadi yang kini sedang beranjak pergi meninggalkanku
"Jumadi!", seruku.
Mereka heran kebingungan karena mengetahui aku yang telah tertembak di 3 bagian vitalku tetap masih bisa berdiri.
Jumadi mengacungkan kembali pistol yang dia miliki dan menembakannya ke arahku.
“Dor-dor-dor-dor-dor-dor-klik-klik-klik”
Pelurunya sampai habis namun tak satupun peluru tersebut melukaiku.
Kurasakan tadi hanya sedikit geli ketika dia menghujaniku dengan peluru.
Aku berpikir jika aku membunuh mereka sekarang juga bisa-bisa aku dipenjara, dan lagi kalau aku bunuh sekarang aku tak dapat melihat jumadi menderita.
Lebih baik kusiksa sedikit demi sedikit tubuhnya dan mentalnya, kini pikiranku benar-benar seperti psikopat.
Dengan keris saktiku kutubdukkan ke 5 preman bertubuh besar tersebut, sehingga kini mereka menurut padaku dan tidak lagi menuruti perintah Jumadi.
Kuperintahkan ke 5 preman tersebut untuk membawa tubuh Jumadi dengan paksa ke rumahnya.
Pukul 18.00
Setelah sampai rumah Jumadi, kami masuk.
Didalamnya terdapat 4 isteri jumadi yang cantik-cantik, hanya satu yang terlihat seperti ibu-ibu tua.
Yang tua tersebut adalah isteri pertama dari jumadi bernama Yatini, dan tiga yang muda bernama Intan, Yuni, dan Vina.
“Wah lumayan nih”, batinku melihat kemolekan 3 dari 4 wanita di depanku.
Ke 4 wanita tadi seketika terkaget melihat 5 preman yang biasanya melindungi jumadi kini membawa jumadi dengan paksa dan ke 4 wanita tersebut juga mulai merasa ketakutan.
“Bagas? Ada apa ini? Lepaskan suamiku!” perintah isteri tua yang bernama Yatini.
Kucabut kerisku, kutundukkan isteri jumadi yang pertama tersebut dan memerintahkannya pergi ke luar.
Aku memerintahkannya keluar karena dia benar-benar cerewet dan aku tak nafsu sama sekali dengan bentuk tubuhnya.
Kuperintahkan ke 5 preman tersebut mendudukkan jumadi di kamarnya, dan dengan kawat yang ku bawa tadi mereka lilitkan kencang ke tubuh jumadi.
Kini jumadi hanya bisa duduk dikursi dengan ikatan tali kawat yang sangat kencang menghadap tepat ke arah kasur.
Kucari disekitar rumah tersebut lakban dan aku menemukannya di laci, kusobek sedikit lalu kututupkan ke mulut jumadi.
Kuperintahkan peman-preman berjaga di depan rumah dan di dalam rumah agar perbuatan mesumku berjalan lancar.
Kugiring kemudian 3 wanita cantik isteri Jumadi menuju ke dalam kamarnya.
Ku ke kamar mandi lalu membersihkan tubuhku yang penuh lumpur, dengan bertelanjang bulat aku berjalan kembali ke kamar jumadi.
Kututup pintu kamar.
Di kasur sudah dihidangkan 3 daging montok yang wajahnya cantik-cantik.
Ku menatap tubuh jumadi yang kini ke 3 isterinya akan kucicipi.
“Makannya jangan cari masalah denganku, Jumadi!”, ejekku.
Perlu diketahui bahwa ke 3 isteri muda jumadi dan jumadi sendiri tidak dalam pengaruh kerisku.
Dengan sadar mereka akan melayaniku malam ini.
“Jangan gas, jangan perkosa kami, kami mohon”, ucap ke 3 wanita muda tersebut bersautan.
Aku tak peduli dengan rengekan mereka, aku sobek baju piyama yang mereka kenakan hingga telanjang lalu ku ciumi satu-satu.
Ku keluarkan lidahku namun mereka menolak untuk ku cium.
Akhirnya kupaksa saja memasukkan kontol tegangku ke vagina intan.
“Blesssh”
“Aaaak sakit”, jerit intan tertahan, kumaju mundurkan kontolku dengan irama pelan.
Walaupun tadi intan menolak diperkosa namun kulihat sekarang malah dia ikut menggerak-gerakkan selangkangannya untuk mengimbangi gerakanku.
Dan kini kuciumi bibirnya, tidak ada penolakan sama sekali, malah sesekali di mengeluarkan lidahnya melumat lidahku.
Setengah jam kugarap tubuh mulusnya aku hendak muncrat, lalu crot 1x tembakan spermaku aku tahan muncratanku karena akan bagi-bagi ke wanita yang lain, kucabut kontolku dari liang Intan.
Kulihat perasaan kecewa dari wajahnya yang cantik.
“cukup ya mbak intan sayang, biar isteri pak jumadi yang lain juga merasakan nikmatnya kontolku”, sambil ku elus pipinya.
Kini kuarahkan kontolku yang masih keras ke arah vagina Yuni.
Dengan berontak yuni meronta-ronta saat proses kumasukkan penis ini ke vaginanya.
“Jangan gas, kami ini bu RT”, kata Yuni.
“Diamlah sayang, bu RT yang dikenal kampung ini itu cuma bu Yatini.
Kalian bertiga sebenarnya Cuma dijadikan pelampiasan nafsu oleh si bangsat Jumadi ini”, kataku sambil tatapanku mengarah ke jumadi yang kini berbicara di balik lakban tak jelas.
Lalu setelah rontaan Yuni berkurang ku tusukkan langsung ke vaginanya dan Blessss, masuklah kontolku sepenuhnya ke vagina Yuni yang cantik jelita.
Dia kembali meronta-ronta, langsung saja ku maju mundurkan penisku di dalam lubang surgawinya, akhirnya setelah 5 menit berlalu rontaannya berhenti berubah menjadi rintihan kenikmatan dari mulutnya.
Lalu setelah setengah jam aku keluar crot, 1x semprotan ke rahim yuni, lalu sejenak kemudian kucabut, dari wajah Yuni juga tergambar wajah kekecewaan saat penisku ku cabut dari vaginanya.
Sekarang giliran Vina, kurasa vina merupakan gadis penurut.
Postur tubuhnya yang mungil dibandingkan dengan Intan dan yuni membuatku makin bernafsu menjamahnya.
Aku ciumi bibirnya, aku raba toketnya yang ranum, dia sedikit menolak.
Lalu aku dudukkan dia kuelus-elus poninya.
Sepertinya Vina sangat suka ketika kuperlakukan seperti ini, karena ku tahu dia suka dilelus elus kepalanya maka aku usap lebih lama dan mulai mencium bibirnya yang tipis manis.
Ummmuwah kucium, kujilati bibirnya yang manis, sambil ku elus-elus lehernya dia benar-benar telah takhluk.
Kumasukkan penisku ke vaginanya dan blesssssh, tanpa penolakan Vina ikut mengimbangi grakanku.
Vina benar-benar membuatku melayang, setelah beberapa kali menggenjot kasar vagina vina akhirnya setelah 2 jam penuh keperkasaan kontolku diuji, ada sesuatu yang ingin keluar dari kontolku ini. Aku keluarkan spermaku dalam-dalam tepat ke vagina sempit vina dan crot, baru satu kali semprotan aku menahannya sebentar.
Lalu aku cabut dari vagina vina, sambil aku mengocok kontolku tanpa kuminta ke tiga wanita cantik dihadapanku ini Intan, Yuni dan Vina kini terduduk mendongakkan wajahnya & menjulurkan lidahnya berebut ingin mendapatkan spermaku.
Lalu aku muntahkan spermaku kepada mereka crooot croooot crooot crooot. 7x semprotan sperma aku bagi rata ke lidah-lidah mereka.
Kini lidah mereka bertiga belepotan spermaku dan masih memainkannya dilidah mereka dan memamerkannya dihadapan suaminya yang masih terikat kencang di kursi.
“emmwwww wwww ewww www”, perkataan jumadi tak jelas dari balik lakban yang menutup mulutnya.
Kuludahi jumadi agar dia diam.
Lalu aku geledah lemari jumadi, aku ambil beberapa baju dan celana, aku memakainya dan pulang.
Sebelum aku pulang aku mempersilahkan ke 5 preman tersebut untuk ikut memperkosa wanita-wanita cantik di kamar jumadi kalau mereka mau dan kalau sudah selesai bebaskan jumadi dan sembuhkan luka dilengannya.
Dan mereka kegirangan, entah berapa kali malam itu mereka menuntaskan hasratnya ke ketiga isteri jumadi yang cantik-cantik.
Dan aku berpesan kepada mereka bahwa buat jumadi sehari-harinya tetap menjadi RT namun harus kalian awasi kemanapun dia pergi.
Ku tawarkan preman-preman tersebut bahwa besok-besok aku akan membayar dengan bayaran 3x lipat dari bayaran Jumadi biasanya jila menuruti perintahku.
Aku akan menyiksa mentalnya secara perlahan.
Dengan baju jumadi aku berpakain lalu pulang kerumah dengan perasaan lega.
Pukul 22.00 aku sampai rumah.
Tak terasa sudah beberapa jam aku menggarap wanita-wanita cantik tadi.
Dirumah kulihat pintu terkunci, lalu aku mengetuk pintu, mereka mengira yang mengetuk ini adalah jumadi dan preman-premannya.
Akhirnya setelah beberapa lama aku berteriak bahwa aku ini adalah bagas.
Kulihat pintu dibuka secara perlahan, ayah dan ibuku ketakutan memelukku.
“Gimana tadi le?”, ujar ayahku.
“Sudah tak usah dipikirkan pakne, bune. Jumadi sudah kubereskan.”kataku.
“Apa? Kamu membunuhnya gas? Bune nggak mau kamu dipenjara”, kata ibuku khawatir.
“tidak kok bune, aku tidak membunuh jumadi. Jumadi sudah kuselesaikan dengan cara halus”, kataku.
Kemudian pakne dan bune mengajakku berpeukan lagi.
Saat sesi pelukan bahagia tersebut, aku iseng meremas-remas toket ibuku dari balik dasternya.
Dia tersadar dengan perbuatan isengku ini namun pura-pura biasa saja karena ada ayahku, jika saja tidak ada ayahku pasti dia sudah mendesah manja.
Lalu mereka beranjak tidur, dan aku juga beranjak ke kamarku.
Kuihat Smartphone baruku, 11 panggilan tak terjawab, Pesan WA yang isinya:
“Hai kak Bagas”
“P”
“P”
“P”
Banyak sekali huruf P di pesan aplikasi WA ku.
Ku sadar “ini kan Veronica!”, gadis yang tadi siang kutemui di Starbutt.
Lalu aku segera balas pesan tersebut (B: Bagas, & V: Veronica):
B: Maaf tadi lagi pergi ve
V: Oh gitu kak
B: Hehe iya, kamu belum tidur?
V: Belum kak
B: Kok belum tidur, belum ngantuk ya?
V: Ga bisa tidur, aku sekarang lagi nangis nih kak
B: Kenapa nangis ih?
V: Jadi gini, tadi ayah dan ibuku bertengkar karena ibu menganggap ayahku tidak pecus dalam
Pembagian warisan kakekku.
B: Yaudah daripada kamu makin nangis lebih baik kamu sekarang tidur besok ngomong langsung aja ke aku.
V: oke deh kak, besok di tempat kemarin kita pertama bertemu ya jam 11 pagi. Awas kalau nggak dateng. (emot senyum)
B: Janji aku bakalan dateng kok ve. (emot senyum)
Lalu chat pun berakhir, aku tidur nyenyak karena kelelahan dan akhirnya mimpi indah.
Chapter 8: Hari Bahagia
Esok harinya kuterbangun pukul 08.00 pagi.
“Wik wik wik wik wik, wik wik wik wik, wik wik wik wiiiiek”
Terdengar nada dering lagu thailand dari HP baruku lalu bergegas kubuka barangkali Veronica.
Ternyata bukan veronica, saat ku angkat ada seseorang yang memberitahuku bahwa mobil Lamborghini Veneno yang aku pesan sebelumnya pekan lalu telah datang dari Italia dan aku harus mengurus dokumen bea cukai dan Form A (berkas prosedur impor).
Padahal hari ini aku sudah ada janji dengan Veronica namun ada-ada saja kegiatan tak terduga hari ini.
Terpaksa aku bergegas menuju dealer Lamborghini dengan memesan layanan G*jek agar aku nanti bisa langsung membawa pulang mobil baruku.
Setelah sampai tempat aku langsung mengurus semua surat-surat sampai memakan waktu 1 jam lebih.
Setelah kuselesaikan semua administrasi tersebut aku segera menghampiri Veneno ku.
“Wow ini benar-benar keren”, batinku sambil menaikinya.
Aku memang sudah punya sim A karena saat masih menjadi kuli aku sering bolak-balik toko bangunan membawa besi, pasir atau semen dengan mobil pick up sewaan melalui medan yang terbilang sangat sulit menjadikanku sangat ahli dalam menyetir mobil.
Walaupun begitu tetap saja aku sedikit bingung dengan sistem operasi mobil Veneno ini karena begitu banyak tombol.
Aku pencet saja tombol “city” dan aku mulai mengendarainya, lalu dengan mobil baruku aku bergegas menuju ke Starbutt untuk menemui Veronica.
Kuparkirkan mobilku dan kutemukan di kursi outdoor kulihat seorang gadis sedang duduk sendirian dengan senyuman hangat menyambut kedatanganku. Segera ku duduk di kursi di hadapannya.
B: Maaf ve aku terlambat.
V: nggak papa kok, aku juga baru datang.
B: Kamu kesini naik apa?
V: Tadi di anter sama ayah, pulangnya nanti juga dijemput sama ayah.
Setelah beberapa menit kami berbincang akhirnya veronica mulai curhat tentang keluarga besarnya yang akhir-akhir ini selalu ribut berebut warisan.
Dia juga risau karena kehidupannya yang tidak bebas, kemanapun dia pergi harus lapor dan diantar ayahnya.
Lalu aku mendapat ide, hari ini aku harus menghibur gadis manis yang sedang sedih ini.
Kami habiskan kopi yang tadi kami pesan lalu aku mengajaknya masuk mobil baruku.
Sejenak veronica terkesan dengan mewahnya mobilku, lalu kubawa dia ke taman bermain.
Aku dan dia bermain sepuasnya seperti anak kecil sejenak menghilangkan duka yang dia rasakan.
Sampai sore kira-kira pukul 15.00 akhirnya ayahnya menelfon, kulihat veronica menatapku sambil menjawab telepon dari ayahnya.
“Aku nanti nginep di rumah temenku yah”, ucap veronica lalu menutup teleponnya.
“kode keras nih gas!”, batinku berseru.
Kami lanjutkan bersenang-senang di taman bermain ini.
Tak tersa waktu cepat berlalu sampai kini langit mulai gelap.
Ku ajak dia ke tempat karaoke, di dalam ruangan yang tertutup ini kami menyanyikan beberapa lagu sampai kelelahan.
Kupesan minuman kopi karena kami berdua tak terbiasa dengan minuman keras.
Saat beristirahat aku mencoba merapatkan tempat dudukku mendekatinya, tiba-tiba dia juga meresponku dengan menyenderkan kepalanya di bahuku.
“Makasih ya kak, udah buat aku seneng hari ini”, ujarnya.
Lalu kuberanikan diriku untuk menggeser tubuhku, kupegangi pelan kepala belakangnya untuk mengecup bibirnya.
“Cup”, bibirku menyentuh bibir manisnya.
Saat ku menciuminya, pergerakan bibirnya sangat aneh dan tidak beraturan.
Sepertinya dia pemula dalam hal ini.
Namun walaupun begitu, ciuman kami makin panas, kucoba mencari lidahnya namun sejenak kemudian dia menarik kepalanya.
“maaf kak”, ucapnya sambil tertunduk malu.
Lalu dia bercerita bahwa ciuman tadi adalah ciuman pertama dalam hidupnya, karena sewaktu masih sekolah dia benar-benar belum pernah pacaran.
Aku juga jadi salah tingkah dengan keadaan canggung ini.
Pukul 9 malam kubawa dia menginap di hotel berbintang dengan memesan kamar "Presidential Suite" yang biaya sewa semalamnya bisa mencapai 100jt.
Aku hanya menyewa satu kamar namun tidak terlihat penolakan dari veronica, dia tetap mengikutiku kemana aku pergi.
Kami mandi namun tetap masih memakai pakaian yang sama karena kami berdua tidak membawa baju ganti.
Lalu kami tidur berdampingan di kasur yang sama hanya terbatas 1 guling karena inisiatifnya meletakkan guling sebagai pembatas.
Walaupun aku sebenarnya tergolong orang mesum namun aku tak tega menodai gadis polos yang masih tak tahu apa-apa ini secara paksa.
Waktu terus berjalan dan semakin malam, kuamati dari balik guling dia sering mengganti posisi tidurnya tanda dia sedang gelisah.
Dari balik guling aku mencoba memulai percakapan:
B: belum tidur ve?
V: belum kak, nggak bisa tidur nih.
B: Iya wajar, hari ini kan kita minum kopi dua kali.
V: Gara-gara kakak sih tadi pesen kopi mulu (sambil cekikikan)
Kami berbincang sampai kami kehabisan bahan obrolan, kemudian suasana kembali hening canggung.
Lalu dengan nekat aku singkirkan guling pembatas diantara kami berdua, melemparnya ke lantai.
Kudekati tubuhnya, kuelus pipinya secara halus, lalu kembali ku cium seperti tadi waktu di room karaoke dan tidak ada penolakan darinya.
Kali ini ciuman kami terasa makin hot, kukecup bibirnya dengan lidahku kucari lidahnya kemudian lidah kami saling berpangutan sangat romantis.
Kurasakan nafasnya makin memburu tanda bahwa dia nafsu.
Aku coba memeluknya beberapa saat, kuhayati pelukan mesra ini terasa hangat tubuh mungilnya berada didekapanku.
Kutanggalkan semua pakaian yang melekat ditubuhku, lalu menyusul protes darinya.
“Mau apa kak?”, tanya veronica dengan nada khawatir.
“Sssst”, ku arahkan telunjukku ke bibirnya.
Setelah prosesi pelukan, ku mundurkan tubuhku, kuposisikan tubuhku kini tepat dibelakangnya.
Dari belakang kembali kupeluk mesra tubuhnya dan ku mencoba menggosok-gosok perutnya tak ada penolakan, semakin keatas dengan dua tanganku kuremas-remas dua bongkah payudaranya dari balik kaos yang dia kenakan, namun kekenyalannya terhalang BH yang dia kenakan.
“Dibuka aja ya sayang”, sambil ku mengecup menjilat telinganya.
Dia tidak menjawab namun malah mengerang keenakan saat kujilati telinganya.
Kini nafsu sudah menguasai dirinya.
Langsung saja ku buka kaosnya, terlihatlah kulit putih mulus tanpa noda sedikitpun dihadapanku.
Kupelorotkan celana jeans yang dia kenakan.
Kutanggalkan Bhnya kemudian kini tubuh mulus veronica telanjang hanya berbalut CD putih yang menutupi vaginanya.
Ku remas-remas dua bongkah payudara besarnya sambil kembali kujilati telinga dan pipinya.
“Aaahhhh”, desahnya.
“Enak sayang?”, tanyaku.
“Hmmmpsh he em kak, enaaak” ujarnya sambil mendesah.
Kubalikkan badannya namun masih tetap tanganku mengelus-elus tubuh mulusnya dan tak lupa meremas payudaranya.
Dengan mulut mungilnya yang masih terbuka mengeluarkan desahan-desahan menggoda aku kecup mulut manisnya untuk membuatnya diam.
Namun dia malah makin mendesah liar dengan mulutnya yang kini tertutup mulutku, “haaammmm mmmmm mmmm”, desahnya sambil tangannya memeluk erat tubuhku.
Kemudian ku baringkan tubuh mulusnya, ku renggut satu-satunya kain yang menutup tubuhnya.
Kulihat sudah becek, langsung saja ku arahkan kontol tegangku ke arah vagina gadis ini.
“Sempit sekali nih lubang”, batinku.
Kutusukkan saja kontolku ke dalam vaginanya dan blesssh masuklah kontolku ke dalam liang vaginanya, lalu dia tiba-tiba menjerit “aaaaaaakkkk sakiiit”.
“Ternyata seperti ini rasanya merawanin anak orang”, batinku dengan bangga.
Sebentar kemudian kuperhatikan dia menangis kesakitan.
Kucabut kontolku karena aku benar-benar kurang berpengalaman untuk menjamah gadis perawan.
Ditambah lagi aku sangat kasihan dengan melihat matanya mengeluarkan air mata, tak apalah kentang daripada melihatnya menderita.
Keluarlah darah perawan segar dari vaginanya saat kontolku kucabut.
Kuputuskan untuk tidak melanjutkan perbuatan mesumku kepadanya.
Lalu ku bersihkan darah perawan yang mengalir dari vagina veronica dengan handuk hotel.
Lalu ku kecup bibirnya sambil berkata “maafin aku ya ve”.
Dia hanya terisak menangis tanpa menjawab permintaan maafku.
Setelah kurasa vaginanya cukup bersih dari noda darah, kemudian dengan tubuh mulusnya masih telanjang ku selimuti tubuhnya.
Ku pakai celana dalamku kemudian aku mencoba tidur dengan posisi miring memunggunginya.
Sesaat kemudian aku terkaget di dalam selimut tiba-tiba dia memelukku dari belakang sambil mengecup leherku.
“Kak bagas aku sayang kamu, jangan tinggalin aku ya kak”, katanya dibalik selimut sambil memelukku dari belakang.
Kubalikkan tubuhku kupeluk dia, kuposisikan dalam posisi senyaman mungkin lalu akhirnya kami berdua tertidur dengan tubuhnya masih dalam keadaan telanjang.
Pagipun menjelang, ku antarkan veronica menuju ke rumahnya.
Di dalam mobilku kini aku dan dia tetap bisa bercanda seperti biasanya, dia seperti melupakan kejadian semalam.
“Kak, ini ku kayak ada yang ganjel gitu kak”, ucapnya sambil tersenyum mengacungkan jarinya ke arah vaginanya.
“Emangnya itu kamu kenapa ve?”, tanyaku pura-pura polos.
“Yee, kan kak bagas yang tadi malem nusuk, bikin ini ku sekarang jadi rasanya ganjel gini”, ucapnya sambil bercanda.
Aku merasa tenang karena veronica membuat perbuatan mesumku menjadi candaan yang berarti dia telah rela kuperawani tadi malam walaupun hanya satu celupan membuatku kentang.
“itu kamu masih sakit ve?”, tanyaku.
“Udah nggak sakit kak, cm kayak ada yang ganjel gitu, kakak harus tanggung jawab nih obatin aku”, katanya sambil cekikikan.
“Yaudah, besok-besok sering-sering aja latihan sama aku ya ve, nanti sambil ku obatin”, kataku bercanda juga.
“ih maunya”, jawabnya sambil tiba-tiba mengecup mesra pipiku.
Selesailah perbincangan kami, akhirnya kami sampai di rumah mewah milik orang tua veronica.
Entah ini rumah ke berapa karena menurut cerita veronica, di setiap kota besar pasti terdapat rumah milik orang tuanya.
Kulihat jam tanganku ternyata masih pagi, pukul 07.00 akhirnya aku beranikan diriku masuk ke rumahnya bertemu dengan ayah dan ibu kandung veronica.
Mereka belum berangkat bekerja karena masih pagi.
Pak Steven dan Bu Mira.
Mereka berdua menyambutku dengan hangat entah apa cerita yang dikarang veronica hingga aku yang mengantarnya pulang pagi-pagi seperti ini tidak dimarahi oleh kedua orang tuanya.
Mungkin dia mengaku menginap di rumah teman ceweknya, dan aku hanya mengantarnya saja.
Lalu aku diajak pak Steven berbincang mengobrol tentang bisnis.
Aku benar-benar tak paham dengan istilah-istilah rumit yang dikatakannya, namun walaupun begitu aku tahu bisnis apapun didunia ini pasti melibatkan uang.
Dan aku kini punya mesin pencetak uang.
Setelah mengobrol beberapa lama aku ditawari untuk memegang 1% saham M*tahari departmen store.
Aku mendengarnya mendapatkan ide cemerlang,”kenapa tak ku kuasai saja seluruh aset M*tahari department store di negeri ini, pekerjaan itu sangat cocok bagiku dengan keadaanku sekarang yang kaya raya.
Aku melihat sekeliling ruang tamu, hanya ada pak steven dan aku, entah dimana veronica dan ibunya.
Ku keluarkan kerisku dari balik jas belakangku, kuminta pak steven menurutiku.
Akhirnya dia jual seluruh aset M*tahari department store kepadaku 100%.
Sebenarnya aku bisa saja membuat dia menyerahkan department tersebut tanpa syarat, namun aku juga punya belas kasihan terhadap keluarganya.
Selama ini keluarga besar veronica bertengkar karena harta mereka masih dalam bentuk aset sehingga sulit dibagi, sekarang karena aku membelinya membuat bentuk hartanya kini menjadi bentuk uang.
Akhirnya aku bisa membantu menyelesaikan masalah internal keluarga besar veronica, satu kali mendayung dua tiga pulau terlampaui.
Pak Steven mengambil kertas dokumen dan aku menandatangani dokumen tersebut sebagai tanda bahwa akulah sekarang pemilik sah dari Department tersebut.
Lalu aku berpamitan untuk pulang, aku menyalami kedua orang tuanya dan veronica mengantarku sampai depan mobilku.
Setelah itu aku pamit untuk pulang kepada veronica, lalu tanpa diduga didepan mobilku sebelum aku pergi, dia mengecup bibirku “cup”, “hati-hati kak”, ucapnya.
Dengan perasaan berbunga-bunga akhirnya aku menginjak gas menuju ke rumah.
Akhirnya aku sampai ke rumah, kuparkirkan mobilku dan aku masuk ke rumahku yang baru.
Kulihat di dalam ada ibuku duduk dengan perutnya membuncit karena sekarang sedang mengandung anakku yang umur kandungannya kini 7 bulan,
“Pakne dimana bune?”, tanyaku.
“Lagi ke sawah le”, sahutnya.
“Kesempatan emas nih, tadi malam kan aku kentang, sekarang disini ada wanita hamil terduduk sendirian yang sepertinya sebentar lagi bakal menampung sumbangan pejuku”,batinku.
Sudah lama aku tak menyentuh tubuh molek ibuku, sudah lama pula kontolku ini tak pulang ke rahim tempat lahirku dulu, kini kontolku sudah haus akan jepitan daging ibuku.
Kumatikan TV, mulai saja ku buka bajuku dan mendekati ibuku yang sedang duduk di sofa merah ruang TV.
Ibuku agak terkaget dengan ulahku, namun sejenak kemudian ibuku menatapku mengetahui kemauanku yaitu untuk menikmati tubuhnya.
Ciumanku mendarat di bibir merahnya, kuciumi ibuku sampai dia kehabisan nafas. Kuturunkan tanganku ke area dadanya.
Kuraba-raba kedua toketnya dibalik daster dan aku tak menyangka beberapa kali kuraba ternyata bagian depan toketnya makin basah.
Ternyata toketnya sudah mulai mengeluarkan ASI.
Kontolku tak butuh waktu lama untuk berdiri maksimal.
Bagaimana tidak, sekarang tepat dihadapanku tersaji wanita cantik montok dengan dua toket membengkak yang kini mulai mengeluarkan air susu yang tak lain adalah ibu kandungku sendiri.
Dengan tidak sabar ku buka dasternya lalu langsung ku kenyot puting payudara ibuku, sekali lagi aku kembali menyusu seperti waktu aku bayi, bedanya sekarang adalah keadaan kontolku yang menegang karena sangat bernafsu untuk menyenggamai ibu kandungku ini.
“aaahhhh pelan-pelan....sakit.... jangan digigit”, perkataan ibuku disela-sela rintihan keibuannya.
Aku tak menjawab hanya tetap mengenyoti puting payudara ibuku secara bergantian kanan-kiri dengan sesekali kugigit kecil membuatnya sesekali menggelinjang kesakitan agak kegelian.
“Brakkkk”, suara jatuhnya vas bunga yang berada di dekat pintu.
Lalu tak ku sangka kulihat ayahku berdiri tegak di hadapanku dan ibuku.
“Apa-apaan ini bune?”, ucap ayahku dengan nada marah.
Ibuku buru-buru merapikan dasternya kembali namun masih sedikit terlihat bongkahan toketnya yang membengkak karena dia merapikan secara terburu-buru.
Tadinya aku takut dengan perkataan ayahku yang emosinya meledak-ledak.
Namun kuberanikan diriku agak sedikit menggertak.
Dengan detail kuceritakan apa yang terjadi sebenarnya di gunung kemukus, termasuk saat aku pertama kali menyenggamai ibuku, ibuku diperkosa orang banyak saat ritual, diperkosa saat diparkiran, diperkosa pak RT dan bodyguardnya kemarin, hingga persenggamaanku dengan ibuku yang secara sembunyi-sembunyi juga kuceritakan pada ayahku.
Kujelaskan kepada ayahku bahwa sudah berliter-liter sperma telah masuk ke tubuh isterinya tersebut dan aku juga mengaku bahwa anak yang dikandung isterinya adalah darah dagingku.
Seketika kemudian ayahku terduduk lemas tak bertenaga karena shock.
Ibuku juga terduduk lesu.
“Ini semua juga salahmu pakne, sejak awal pakne yang ngijinin bune melakukan ritual dengan orang lain, kalau orang lain yang nggak dikenal saja boleh menyenggamai bune kenapa aku anak kandung yang sudah pakne kenal sedari kecil nggak boleh?”, ucapku dengan nada tinggi juga.
“Sekarang semuanya sudah terlanjur jadi seperti ini, sekarang terserah pakne mengambil keputusan seperti apa kedepannya”, ucapku menambahkan sambil menurunkan nada tinggiku.
Lalu dengan terkaget aku lihat ayahku maju ke arahku, kukira dia hendak memukulku.
Ternyata dugaanku salah.
Ayahku menghampiri ibuku yang masih terduduk di sofa merah.
Dirobeknya dengan paksa daster ibuku, kini tubuh mulusnya, toket dan vaginanya terpampang dengan sobekan-sobekan daster yang compang camping robek dimana-mana.
“Dasar lonte!”, ucap ayahku kepada bune.
Segera ayahku lucuti pakaiannya sendiri dan langsung menusuk memek ibuku dengan kontolnya yang ukurannya sedikit lebih kecil dari punyaku namun tetap berurat, lalu dia maju mundurkan.
“Plok-plok-plok-plok”, bunyi kedua kelamin saling bertemu.
Aku masih terdiam berdiri membisu melihat adegan di depanku.
Tiba-tiba ayahku berhenti menggenjot, lalu melepaskan batang kontolnya dari vagina ibuku.
Dan hal tak terduga kembali ku dengar dari mulut ayahku.
“Ayo le kita entot ni lonte secara bergantian, sekarang giliran kamu”, kata ayahku.
“Gila ini sama saja ayahku mengajak three some”, ucapku dalam hati.
Mendengar persetujuan dari ayahku, aku langsung saja melucuti seluruh pakaianku lalu kuarahkan kontolku tepat ke lubang memek ibuku dan tanpa halangan blessssh.
Masuklah semua batang kontolku terbenam ke vagina ibuku lalu kupompa secara cepat.
“Plok-plok-plok-plok”, suara kelamin beradu kembali terdengar.
Suara desahan merdu dari ibuku langsung terdengar menggema di ruangan ini.
Kulihat ayahku menciumi bibir ibuku dan sesekali mengenyot air susu dari puting payudara ibuku.
“Aduh memek bune enak banget”, rancauku sambil menggenjot memek ibuku dan meremas-remas kedua payudaranya sampai air susunya muncrat kemana-mana membasahi sofa.
“Terus le genjot ni lonte biar kapok”, sahut ayahku.
Setelah beberapa lama ayahku meminta gilirannya.
“Gantian le”, ucap ayahku.
Lalu kami menggenjot memek ibuku secara bergantian setiap 5 menit sekali.
Setelah 2 jam dan beberapa kali bergantian, kurasakan ada yang ingin keluar dari kontolku. Kuremas-remas kedua toket bengkak ibuku dan kucium bibir manisnya sambil menyedot lidahnya.
“emmmh emmmh emmmh”, desahanyya tak jelas karena lidah manisnya ku kulum.
Kupercepat tempo tempurku dan akhirnya crooot crooot crooot crooot, spermaku muncrat sejadi-jadinya ke dalam rahim ibuku menyirami bibit tanamanku agar subur.
“Gantian le”, ucap ayahku kemudian memposisikan kontolnya tepat di depan vaginanya.
Belum sempat spermaku keluar, tiba-tiba ditusukannya kembali kontol ayahku yang berurat ke dalam vagina ibuku.
Kini kembali vagina ibuku digenjot cepat oleh ayahku dan dengan kecepatan penuh dan croottt croot crooot, ayahku juga mengeluarkan spermanya di vagina ibuku.
Kemudian kami bertiga kelelahan.
“Semua sudah terlanjur le, mulai sekarang pakne izinin kamu ngentot ibu kandungmu kapanpun dimanapun, lagipula kita bisa kaya seperti sekarang berkat kalian berdua, tapi kalian harus hati-hati jangan sampai tetangga ada yang tahu tentang hubungan sedarah kalian ini”, kata ayahku.
“iya pakne, makasih”.
Lalu ayahku berdiri lalu mengecup bibir ibuku dengan mesra.
“cup”
Kemudian beranjak meninggalkan kami berdua.
Kulihat tubuh ibuku terkapar memamerkan perut buncitnya, ceceran air susu ibuku muncrat dimana-mana membasahi sofa dan lantai.
Dari dalam vaginanya meleleh peju kental sisa pertempuran kami bertiga.
Lalu karena melihat ibuku dalam keadaan seperti itu aku jadi nafsu kembali dan dengan segera kusiapkan kembali kontolku.
Kuseka sperma yang meleleh tersebut dengan kontolku lalu ku hantam-hantamkan kepala kontolku yang belepotan sperma ke arah perut ibuku yang membuncit.
Kini perut ibuku menjadi mengkilap penuh sperma, kuarahkan kontolku ke anus ibuku.
“Aaaakkk”, rintih ibuku ketika terbenam seluruh kontolku ke anusnya.
Lalu tanpa bosan kembali ku genjot anus ibuku ini.
“Plok-plok-plok-plok-brooot suara merdu gesekan kelaminku dengan anus ibuku yang sesekali terdengar seperti orang kentut karena ada udara dari dalam anus ibuku.
Kembali kuremasi toketnya kali ini ku pilin-pilin putingnya dan kulihat ibuku mengejang prtanda dia orgasme.
Saat orgasme tubuhnya mengejang, air susunya muncrat lebih deras daripada saat ku pilin-pilin.
Air susunya muncrat kemana-mana membuatnya sangat erotis.
Dengan rangsangan visual semesum itu aku genjot kembali dengan kecepatan penuh dan kembali crooot croot crooot, spermaku kini menghujani anusnya yang merah merona.
Puas rasanya aku.
Lalu aku tertidur karena kelelahan, saat malam, tidurku terusik dengan suara berisik di sekitarku.
Ternyata ayahku kembali menggenjot tubuh mulus ibuku yang lemas sedari tadi belum beranjak dari posisinya di sofa.
“Sudah bangun kamu le? Sini bantu pakne muasi ibumu”, ucap ayahku sambil menggenjot anus ibuku.
Ku kembali bangun dan mempersiapkan kontolku.
Malam itu kami bertiga melakukannya sampai puas tiada tara.
T A M A T