Cerita Dewasa - Paijo Bukanlah Aladdin

Klik Next / Nomor untuk membaca kelanjutannya.



Selama proses orgasme yang dialami Vina ini berlangsung, memberikan suatu kenikmatan yang hebat yang dirasakan olehku, dimana penisku yang masih terbenam dan terjepit di dalam liang vagina Vina dan merasakan suatu sensasi luar biasa, batang penisku serasa terbungkus dengan keras oleh sesuatu yang lembut licin yang terasa mengurut-urut seluruha penisku, terlebih-lebih pada bagian kepala penisku setiap terjadi kontraksi pada dinding vagina Vina, yang diakhiri dengan siraman cairan panas.

Perasaanku seakan-akan menggila melihat Vina yang begitu cantik dan ayu itu tergelatak pasrah tak berdaya di hadapannya dengan kedua paha yang halus mulus terkangkang dan bibir kemaluan yang kuning langsat mungil itu menjepit dengan ketat batang penisnku.

Tidak sampai di situ, beberapa menit kemudian Aku membalik tubuh Vina yang telah lemas itu hingga sekarang Vina setengah berdiri tertelungkup di meja dengan kaki terjurai ke lantai, sehingga posisi pantatnya menungging ke arahku. Aku ingin melakukan doggy style, tanganku kini lebih leluasa meremas-remas kedua buah payudara Vina yang kini menggantung ke bawah.

Dengan kedua kaki setengah tertekuk, secara perlahan-lahan aku menggosok-gosok kepala penisku yang telah licin oleh cairan pelumas yang keluar dari dalam vagina Vina dan menempatkan kepala penisku pada bibir kemaluan Vina dari belakang.

Dengan sedikit dorongan, kepala penisku tersebut membelah dan terjepit dengan kuat oleh bibir-bibir kemaluan Vina. Kedua tanganku memegang pinggul Vina dan mengangkatnya sedikit ke atas sehingga posisi bagian bawah badan Vina tidak terletak pada meja lagi, hanya kedua tangannya yang masih bertumpu pada meja.

Kedua kaki Vina dikaitkan pada pahaku. Kutarik pinggul Vina ke arahku, dibarengan dengan mendorong pantatnya ke depan, hingga membuat lenguhan panjang keluar dari mulut Vina,

“Ooooooouuuhhhh....!”,

Penisku tersebut menerobos masuk ke dalam liang vaginanya dan Aku terus menekan pantatnya sehingga perutnyaku menempel ketat pada pantat Vina yang setengah terangkat. Aku memainkan pinggulnya maju mundur dengan cepat sambil mulutku mendesis-desis keenakan merasakan penisku terjepit dan tergesek-gesek di dalam lubang vagina Vina yang ketat itu.

Kemudian Aku merubah posisi permainan, dengan duduk di kursi yang tidak berlengan dan Vina kutarik duduk menghadap sambil mengangkang pada pangkuanku. Aku menempatkan penisku pada bibir kemaluan Vina dan mendorongnya sehingga kepala penisnya masuk terjepit dalam liang kewanitaan Vina, sedangkan tangan kiriku memeluk pinggul Vina dan menariknya merapat pada badanku, sehingga secara perlahan-lahan tapi pasti penisku menerobos masuk ke dalam kemaluan Vina.

Tangan kananku memeluk punggung Vina dan menekannya rapat-rapat hingga kini badan Vina melekat pada badanku. Kepala Vina tertengadah ke atas, pasrah dengan matanya setengah terkatup menahan kenikmatan yang melandanya sehingga dengan bebasnya mulutku bisa melumat bibir Vina yang agak basah terbuka itu.

Vina mulai memacu dan terus menggoyang pinggulnya, memutar-mutar ke kiri dan ke kanan serta melingkar, sehingga penisku seakan mengaduk-aduk dalam vaginanya sampai terasa di perutnya. Tak berselang kemudian, Vina merasaka sesuatu yang sebentar lagi akan kembali melandanya. Gerakannya semakin brutal disertai suaranya yang kadang-kadang memekik lirih menahan rasa yang luar biasa itu. Dan ketika klimaks itu datang lagi, Vina tak peduli lagi,

“Aaduuuh…, eeeehm”, Vina memekik lirih sambil menjambak rambutku memeluknya dengan kencang itu.

Dunia serasa berputar. Sekujur tubuhnya mengejang, terhentak-hentak di atas pangkuanku.

Kemudian kembaliku gendong dan meletakkan Vina di atas kasur. Aku mengambil posisi diantara kedua paha Vina yang kutarik mengangkang, dan dengan tangan kananku menuntun penisku ke dalam lubang vagina Vina yang telah siap di depannya. Aku mendorong penisku masuk ke dalam dan menekan badannya. Desah nafasnya mendengus-dengus seperti kuda liar, sementara goyangan pinggulnya pun semakin cepat dan kasar. Peluhnya sudah penuh membasahi sekujur tubuhnya dan tubuh Vina yang terkapar lemas di atas meja.

Badannya terlonjak-lonjak mengikuti tekanan dan tarikan penisku. Vina benar-benar telah KO tidak berdaya, hanya erangan-erangan halus yang keluar dari mulutnya, kedua tangannya mencengkeram tepi meja untuk menjaga keseimbangannya. Dan aku sekarang merasa sesuatu dorongan yang keras seakan-akan mendesak dari dalam penisku yang menimbulkan perasaan geli pada ujung penisku.

Aku mengeram panjang dengan suara tertahan,

“Agh…, terus”,

Pinggulku menekan habis pada pinggul gadis yang telah tidak berdaya itu, sehingga buah pelirku menempel ketat dan batang penisku terbenam seluruhnya di dalam liang vagina Vina. Dengan suatu lenguhan panjang,

“Sssh…, ooooh!”,

Aku merasakan denyutan-denyutan kenikmatan yang diakibatkan oleh semprotan air maniku ke dalam vagina Vina. Ada kurang lebih lima detik aku tertelungkup di atas badan gadis ayu tersebut, dengan seluruh tubuhku bergetar hebat dilanda kenikmatan orgasme yang dahsyat itu. Dan pada saat yang bersamaan Vina yang telah terkapar lemas tak berdaya itu merasakan suatu semprotan hangat dari pancaran cairan kental hangat ku yang menyiram ke seluruh rongga vaginanya.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30