Klik Next / Nomor untuk membaca kelanjutannya.
Chapter 1
Namaku Paijo, aku hanyalah seorang office boy di sebuah kantor cabang perusahaan telekomunikasi di Bogor. Pekerjaan sehari-hariku bersih-bersih kantor dan melayan para karyawan serta staff. Aku belum menikah di usia 30 tahun ini, karena masih mengumpulkan biaya modal nikah. Walau begitu aku rutin bermasturbasi untuk memenuhi kebutuhan libidoku.
Salah satu yang sering jadi bahan coli ku hari ini adalah Vina, seorang karyawati berhijab berusia 25 tahun yang menurutku sempurna. Wajahnya cantik, bodynya aduhai, toketnya besar. Selain karyawan Vina juga seorang selebgram. Foto-fotonya di IG sering aku nikmati sebagai bacolku setiap malam. Aku juga sering mengintip dan curi-curi pandang kepada Vina di kantor,
“Aaaaahhhh… Sayangg… Aaaahhhh… Vina ku sayang… Aaaaaahhhh….” Aku membayangkan meremas-remas toket Vina, lalu menelanjanginya, menciuminya, lalu menggenjotnya…. Akhirnya aku mengeluarkan air maniku yang cukup banyak. Aku ke kamar mandi sebentar lalu tertidur.
“Selamat pagi Bu Vina”, ujarku kepada si montok yang kutaksir.
“Eh mas paijo, rajin amat nih sudah bersih-bersih.” Kata Vina kepadaku.
“Iya nih bu, hehe.. Bu Vina makin cantik aja..” aku mencoba mengakrabkan diri.
“Ih bisa aja nih, aku kerja dulu ya mas Paijo..” ujar Vina menuju ruangannya.
Duh, kapan ya aku bisa jadi suaminya Vina. Pasti enak banget kalau bisa ngentotin Vina. Pikiranku melayang-layang.
***
“Pak Paijo, tolong bereskan gudang ya. Keluarkan barang-barang yang tidak diperlukan.” Ujar bosku.
“Ah siap pak.! Saya kerjakan.” Ujarku.
Akupun beres-beres gudang, tiba-tiba aku menemukan sebuah benda yang mirip lampu Aladdin.
“Kok benda begini ada di sini? Mirip yang di film-film?” kataku dalam hati.
Akupun iseng menggosok benda itu, siapa tahu keluar jin. Setelah aku gosok, ternyata benar, tiba-tiba ada asap yang keluar dari benda itu. Lalu munculah sesosok jin dengan penampilan kakek tua berambut putih namun masih bugar.
“Eh buset, kok beneran kayak di film?” aku pun jadi ingat film Kabayan yang juga punya pembantu jin.
Aku mencoba mencubit tanganku dan menampar wajahku sendiri, sialan sakit. Berarti ini bukan mimpi, ini nyata.
“Siapa kamu?” tanyaku kepada sosok di depanku.
“Hahaha.. aku adalah jin penunggu lampu ini, siapapun yang menggosok lampu itu akan kukabulkan tiga permintaannya.”
“Wow, serius, kayak di film beneran nih. Boleh apa saja kan permintaannya?” tanyaku.
“Boleh, aku punya kesaktian yang bisa mengabulkan apa saja permintaanmu.” Ujar jin itu.
Ah segera saja aku membayangkan Vina, aku ingin bisa ngentot dia.
“Jin, aku ingin bisa mantap mantap sama Vina.” Ujarku.
“Hahaha.. Gampang itu..” Lalu jin itu pun memejamkan mata dan membukanya lagi.
“Selamat, keinginanmu sudah terkabul. Hihi..” ujar jin itu.
“Kok gak terjadi apa-apa?” dalam hati ku bertanya.
Tiba-tiba hpku berdering, wah ada telepon dari Vina.
“Halo Bu Vina”
“Eh Mas Paijo, siang ini kita makan siang bareng yuk!” ujar Vina
“Wah, eh iya bu. Siap…”
“Oke, ditunggu ya Mas Paijo.”
“Oke bu..”
“Wah beneran berhasil kamu jin hehe. Aduh aku kok jadi deg degan nih.” Ujarku..
“Hahaha.. Om jin mau balik dulu ke lampu ya tuan.. Nanti kalau perlu lagi tinggal gosok. Jaga lampu itu baik-baik..” ujar jin tersebut.
“Oke siap jin…” lalu jin tersebut menghilang.
Aku sudah tak sabar ingin ngentot Vina, wah belum minum obat kuat nih wkwkkwk. Setelah menyelesaikan pekerjaanku membereskan gudang, aku kemudian menuju ke ruangan mbak Vina. Tak seperti biasanya, dia tersenyum dan seperti senang melihatku datang. Aku kemudian masuk ke ruangannya.
“Mas, makan siangnya gak jadi aja ya, saya takut ada yang curiga staf lain.” Ujar Vina.
“Oh iya bu, baik..” ujarku, waduh, kok begini? Dalam hati ku bertanya-tanya, jangan-jangan jin nya gagal.
“Tapi nanti, saat pulang kantor, aku tunggu di hotel mercury ya pak, nanti aku kabari kamarnya.” Ujar Vina..
“Wah asyik… akhirnya…” ujarku dalam hati..
“Eh Pak Paijo, ehmm… tapi sekarang aku mau dpnya dulu…” ujar Vina..
“Eh, maksudnya? Wah saya harus bayar ya bu?” tanyaku.
“Eh bukan gitu, oh ya.. panggil aku Vina aja ya, gak usah pake bu.” Ujar Vina.
“Eh iya Vina, terus gimana?” tanyaku..
“Maksudnya nanti di hotel kan kita gituan, sekarang aku mau kamu remas-remas toket aku sama aku mau nyepong kontol Pak Paijo?” ujar Vina.
“Wow, binal sekali kamu Vina, beneran nih?” tanyaku.
“Eh iya pak, mumpung karyawan lain lagi pada makan siang.” Ujar Vina.
Dan bibirku menyentuh bibir Vina. Lembut. Saling melumat, lidah kami bertautan. Tangan kananku turun, dari bahu Vina menuju pinggang, memainkan pinggang Vina, sedikit meremasnya.
"Mmmm, geli ... “ ujar Vina
Kemudian mulai naik, menyusuri bentuk badan Vina, dan berakhir di bawah lengan kanan, kemudian disusupkan tanganku, sasarannya bukan lain buah dada Vina. Aku memainkan jemari di atas gundukan daging itu, mulai kuremas, perlahan, namun keras. Baju yang digunakan Vina keliatannya bukan sebuah penghalang.
"Aaaaahhhh, Enaaakkk… Pak…. Ohh… Teruss….." ujar Vina.
Aku tidak peduli, kini aku mencium telinga kiri Vina. Membuat Vina semakin mendesah.
"Aaaaaaahhhhhh, sssssssssssss."
Badan Vina semakin didekatkan ke badanku, hal ini mempermudahku meremas buah dada Vina. Dan bibirku kali ini mendapatkan leher Vina, masih tertutup jilbab kuningnya.
Tangan kiriku bergerak, mendapatkan buah dada kiri Vina, kini kedua buah dada Vina dipermainkan. Diremas, keras, namun perlahan. Mulutku pun kini kembali melumat bibir Vina yang indah itu. Memasukan lidahnya jauh ke dalam rongga mulut Vina.
"Mm, slurpp, mmmmmmppp." Air liur kami mengalir di sela-sela mulut.
Aku memeluk tubuh Vina, dan Vinapun balas memelukku. Lidah kami kembali bertemu. Ciuman kami semakin dahsyat, saling gigit dan saling lumat. Aku kemudian dengan tidak sabar mengangkat baju Vina, terlihatlah gundukan daging putih nan indah dibalik BH berwarna hitam. Dan itu pun tidak lama, Bh itu disingkirkan ke atas. Kini buah dada Vina terpapar indah, dengan puting yang masih belum keluar sempurna. Namun itu tidak mengurungkan jari-jariku untuk mencubitnya, mencoba menarik puting-puting itu keluar.
"Aaaaahhhhhss, Pak, geli. Ah ah ah, jangan di sedot, geli bangettttttttt.... " ujar Vina keenakan.
Namun aku terus menyedot kedua puting itu silih berganti, meremasi dua gunung kembar yang bulat indah itu. Membusung kencang. Aku merasa bahagia dan senang, bertahun-tahunaku melihat benda ini. Sebelumnya hanya bisa melihat saja. Namun ini, aku bisa melumat habis buah dada impian para lelaki ini.
"Eh, mau ngapain?" Vina bertanya.
"Mau gini."
Tanganku memeluk Vina dari belakang, kemudian meremas kedua buah dada Vina. Meremasnya, kali ini lebih cepat dan keras. Membuat nafas Vina semakin memburu. Bibirku tidak henti menciumi telinga dan leher Vina, masih dari luar jilbabnya. Dan kini, penisku mulai kutekankan keras, ke belahan pantat Vina yang masih tertutup rok hitam.
Vina merasakan benda keras itu, dia tau itu apa, tapi dia tidak mempedulikannya. Rasa geli ini, dan sensasi bermain di kantor, membuatnya serasa di dunia lain. Walaupun begitu, matanya tetap awas, melihat keadaan.
Tiba-tiba kepalanya ditarik ke belakang, dan aku mulai melumat bibirnya, rakus.
"Hmmmmmmmppppppp, ah, ssssss. Cup, slurppp. Pak… ahhhh, remes yang keras."
Tanpa menunggu perintah dua kali, aku kembali meremas buah dada Vina, kali ini lebih keras. Setelah beberapa lama, tangan kananku turun ke arah selangkangan Vina, dengan cepat aku menyelipkan tangan ke dalam rok hitam Vina.
Di bawah sana, tanganku mulai memainkan jemarinya di atas belahan vagina Vina, masih di luar celana dalamnya, namun ini membuat dia semakin tak kuasa, sebelumnya, cairan vagina Vina sudah mulai membasahi selangkangan, kini, ditambah dengan ku, perasaan yang Vina rasa semakin dahsyat. Dan tiba-tiba
"Aaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhh."
Gelombang itu datang, orgasme. Nikmat. Dan membuat dia lemas hingga hampir terjatuh, jika tidak ditahan oleh ku.
"Kenapa Yang? Keluar ya?"
Vina hanya diam dengan nafas yang memburu.
Kami merapikan diri, terutama Vina, yang jilbab kuningnya sudah acak-acakan dan BH nya dia rapihkan kembali.
"Eh, mau ngapain?" Vina bertanya.
"Mau gini."
Tanganku memeluk Vina dari belakang, kemudian meremas kedua buah dada Vina. Meremasnya, kali ini lebih cepat dan keras. Membuat nafas Vina semakin memburu. Bibirku tidak henti menciumi telinga dan leher Vina, masih dari luar jilbabnya. Dan kini, penisku mulai kutekankan keras, ke belahan pantat Vina yang masih tertutup rok hitam.
Vina merasakan benda keras itu, dia tau itu apa, tapi dia tidak mempedulikannya. Rasa geli ini, dan sensasi bermain di kantor, membuatnya serasa di dunia lain. Walaupun begitu, matanya tetap awas, melihat keadaan.
Tiba-tiba kepalanya ditarik ke belakang, dan aku mulai melumat bibirnya, rakus.
"Hmmmmmmmppppppp, ah, ssssss. Cup, slurppp. Pak… ahhhh, remes yang keras."
Tanpa menunggu perintah dua kali, aku kembali meremas buah dada Vina, kali ini lebih keras. Setelah beberapa lama, tangan kananku turun ke arah selangkangan Vina, dengan cepat aku menyelipkan tangan ke dalam rok hitam Vina.
Di bawah sana, tanganku mulai memainkan jemarinya di atas belahan vagina Vina, masih di luar celana dalamnya, namun ini membuat dia semakin tak kuasa, sebelumnya, cairan vagina Vina sudah mulai membasahi selangkangan, kini, ditambah dengan ku, perasaan yang Vina rasa semakin dahsyat. Dan tiba-tiba
"Aaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhh."
Gelombang itu datang, orgasme. Nikmat. Dan membuat dia lemas hingga hampir terjatuh, jika tidak ditahan oleh ku.
"Kenapa Yang? Keluar ya?"
Vina hanya diam dengan nafas yang memburu.
Kami merapikan diri, terutama Vina, yang jilbab kuningnya sudah acak-acakan dan BH nya dia rapihkan kembali.
Chapter 2
“Yah, gimana mas, aku kan belum nyepong kontol mas Paijo?” Tanya Vina
“Wah, nanti aja Vin di hotel. Dah mau beres nih jam makan siang.” Ujarku
“Oke deh kalo gitu..” kata Vina..
Akupun kembali ke ruang kerja menyelesaikan tugas-tugas. Yang jelas aku sudah tak sabar ingin segera sore dan mantap mantap dengan karyawan terseksi di kantor itu. Aku merasa menjadi orang paling beruntung sedunia karena bisa mendapatkan kenikmatan seks gratis berkat bantuan jin lampu.
Aku melihat Vina sudah mengendarai mobilnya, dengan segera aku mengambil motorku dan mengikuti Vina dari belakang. Tak lama kami sudah sampai di hotel. Aku mencoba mencari aman agar tidak dicurigai dengan menunggu di luar. Setelah Vina memesan kamar dan naik lift, aku kemudian mengikutinya.
“Kamar 418” Vina mengabariku lewat whatsapp.
Aku pun segera masuk dan naik ke atas dengan lift. Aku ketuk pintu, Vina membukanya. Pakaiannya belum diganti masih yang tadi, namun aku pasti akan bisa melihatnya telanjang.
“Eh ayo masuk mas.” Ujar Vina.
Aku kemudian masuk ke kamar dan duduk di kursi yang ada di kamar. Vina sudah berbaring di atas kasur menyalakan TV.
“Gak buru-buru kan mas?” ujar Vina.
“Eh nggak Vin, santai aja hihi.” Ujarku, walau sebenarnya si Joni sudah gak sabar pengen ngerasin memek kamu Vin.
Vina lalu melepas blus yang baju, jilbab dan celananya, tinggal celana dalam dan bra yang masih menempel di tubuhnya. Aku hanya melongo tidak percaya, ternyata lebih indah dari yang kubayangkan. Perfect, sudah montok, putih, mulus lagi. Tak ada cacat. Ingin rasanya aku langsung menindih dan ngentot Vina, namun aku coba menahan diri.
“Vin, body kamu bagus banget, body goals banget pokoknya. Beruntung banget pacar kamu wkwkwkwk” ujarku.
“Ih, kan pacar aku mas Paijo hihi” ujar Vina.
Si Joni ku sudah ngaceng maksimal walau masih ditutupi celana.
“Mas, aku mau mandi dulu ya.” Ujar Vina.
“Oke Vin. Mau aku mandiin? Hihi” tanyaku.
“Ih mas nakal wkwkw” ujar Vina.
Vina kemudian masuk kamar mandi dan mandi. Aku kemudian membuka bajuku tinggal tersisa sempakku saja. Vina keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk. Terlihat di tangannya ada bra dan celana dalamnya. Wah Vina telanjang guys.
“Ayo mas Paijo mau mandi dulu?” Tanya Vina.
“Iya vin..” aku kemudian masuk kamar mandi, aku mandi dengan cepat saja. Pengen cepet-cepet ngentot sih.
Aku kemudian keluar dengan hanya mengenakan handuk. Aku lihat Vina juga masih mengenakan Handuk saja di atas kasur. Aku segera mendekat dan berbaring di samping Vina.
“Vin, aku boleh mints sesuatu gak?”
“mau minta apa mas? Tanya Vina
“Aku pengen kamu pakai jilbab, bawahnya gak apa2 telanjang.” Ujarku.
“Oh kirain apa.” Ujar Vina. Vina lalu segera memakai jilbabnya. Dia membuka handuknya, terlihatlah tubuh telanjang hanya dengan jilbab.
“Gimana mas? Aku seksi kan?” Tanya Vina menggodakku
“Aaaahhh iya Vin.. cowok-cowok pasti sange ngelihat kamu begini.” Ujarku.
“Ayo atuh a, sini biar Vina layanin. Tadi kan belum sempet disepong di kantor.” Ujar Vina
Aku segera mendekati Vina lalu membuka handuk, aku dalam keadaan telanjang juga.
“Vin, kamu seksi banget..” ujarku..
“Hihi ayo atuh Vina dipeluk, jangan didiemin aja..”
Mata kami saling menatap, wajah kami semakin mendekat…dekat dan dekat…sehingga aku rasakan nafasnya menentuh wajahku. Tangan kananku meraih dagunya yang lembut seolah tidak ada tulang di dagunya itu. Sedikit aku tarik dagunya sehingga bibirnya terbuka, sengal nafasnya bisa aku rasakan. Matanya terkatup.
Akupun mendekatkan bibirku dengan bibirnya, aku pagut lembut…vina tidak membalas juga tidak menolak. Kembali aku pagut bibirnya, lembut dan manis kurasakan. Ku pagut bibir atas dan bawahnya bergantian. Kali ini vina mulai merespon, vina membalas pagutanku dengan memagut bibirku juga, basah dan indah. Pagutan kami semakin liar, aku pindahkan kedua tanganku disamping wajahnya dengan posisi jari jempol menempel ke pipinya yang lembut. Keempat jariku berada di bawah telinganya yang masih tertutup jilbab. aku semakin menarik wajahnya mendekatiku, kecupanku semakin liar yang aku yakin membangkitkan gairahnya.
“mhh…ummm….aummmmm…” bergantian kami mengecupi bibir kami.
Kini tangan kiriku melingkari leher hingga kepundak belakangnya, sedangkan tangan kananku menyusup melalui bawah jilbab putihnya yang lebar kemudian mencari gundukan lembut dan besar tepat di dadanya. Tangan kananku menyentuh sebongkah gundukan lembut yang sudah tidak tertutup bra.
“Mhh…payudara yang sangat indah”
Tanganku mulai meremas lembut payudara itu.
“ehhhmmm…mhhmhh…mmhhhhh”
Vina kaget dan mendesah sambil tetap berpagutan dengan bibirku. Sekitar 2 menit meremas remas dada kirinya, meremas lembut dan sesekali memilin putingnya yang kecil dan nampak sudah mengeras.
“mhhh…ummmmm,….aahhh,…mmhh…..mmmm….mmmmp hh….”
Mulutnya terus meracau mencoba menikmati setiap remasanku, matanya masih saja terpejam seolah vina tidak mau melihat kejadian ini atau vina sedang berusaha benar-benar meresapi rangsangan yang aku buat. Aku tarik pundaknya sehingga tubuhnya terbaring ke samping kiriku, dan aku pun menarik bibirku dari bibirnya dengan sedikit suara kecupan yang menggambarkan dua bibir yang sudah lengket dan sulit dilepaskan.
“mhuachh…aahhh”
Wajahnya memerah dan matanya masih terpejam, cantik sekali.
Kini tangan kananku mengangkat jilbabnya ke atas, memberikan ruang agar kepalaku bisa masuk kedalamnya. Aku mencium bau harum dari keringatnya yang mulai mengalir. Aku meihat leher jenjangnya yang putih dan halus, tanpa membiarkan waktu berlalu aku segera mengecupnya lembut dan kecupanku semakin ganas di lehernya
“aahhh….eengg…ehhhh…aahhh….aaahhh….” mulutnya tak berhenti meracau.
Tangan kanannya meraih belakang kepalaku dan menekankan kepalaku agar semakin menempel di lehernya, sedangkan tangan kirinya mendekap punggungku. Aku tidak lupa meninggalkan cupang di lehernya, lalu ciumanku pun turun ke dadanya yang berukuran 36C. Aku mulai mencium payudara kanan vina, aku lakukan masih di dalam jilbabnya. tangan kananku sibuk meremas payudara kanannya.
“aaahhhh…massss….ahhh…..mhhh…masss…..aduuh h…..mhh…..”
Vina tidak kuat menahan rangsangan ini, kepalanya menggeleng ke samping kanan dan kiri, tangan kanannya semakin kuat membekap wajahku ke arah dadanya. Kini tangan kananku melepas remasan di dadanya, mulai turun ke bawah, menyentuh kakinya. tangan kananku membelai-belai paha kirinya dan ciumanku sekarang sudah mendarat di payudara kirinya.
“ahhh…maaasss….maassss… …ahh…”, nafas Vina semakin tersengal-sengal,
Aku tidak lupa meninggalkan cupang juga di payudara kirinya yang sangat lembut. Kontolku semakin tegang. Lalu aku tarik wajahku dari dadanya, aku duduk di samping tubuhnya yang terbaring. Bulir keringat mulai membasahi wajahnya yang putih, nafasnya tersengal, matanya masih terpejam, bibirnya terbuka sedikit.
Kedua tangannya meremas kain sprei kasurnya itu. Kini aku berada di kedua kakinya, aku kangkangkan kakinya. Ciumanku mendarat di bagian bawah perut,
“eenngg…ahhh…” vina merasa geli dan terangsang hebat.
Memek muda berwarna pink yang sangat indah, ditumbuhi bulu halus yang rapih tercukup. Baunya pun sangat wangi. Tapi aku tidak ingin buru-buru, aku ingin Vina membiasakan suasananya dulu. ciumanku jatuh ke pahanya, ke bagian sensitif paha belakang sambil mengangkat kakinya ke atas. lalu pada saat yang tepat aku mulai turunkan ciumanku di antara selangkangannya.
“mhh…ummm….aummmmm…” bergantian kami mengecupi bibir kami.
Kini tangan kiriku melingkari leher hingga kepundak belakangnya, sedangkan tangan kananku menyusup melalui bawah jilbab putihnya yang lebar kemudian mencari gundukan lembut dan besar tepat di dadanya. Tangan kananku menyentuh sebongkah gundukan lembut yang sudah tidak tertutup bra.
“Mhh…payudara yang sangat indah”
Tanganku mulai meremas lembut payudara itu.
“ehhhmmm…mhhmhh…mmhhhhh”
Vina kaget dan mendesah sambil tetap berpagutan dengan bibirku. Sekitar 2 menit meremas remas dada kirinya, meremas lembut dan sesekali memilin putingnya yang kecil dan nampak sudah mengeras.
“mhhh…ummmmm,….aahhh,…mmhh…..mmmm….mmmmp hh….”
Mulutnya terus meracau mencoba menikmati setiap remasanku, matanya masih saja terpejam seolah vina tidak mau melihat kejadian ini atau vina sedang berusaha benar-benar meresapi rangsangan yang aku buat. Aku tarik pundaknya sehingga tubuhnya terbaring ke samping kiriku, dan aku pun menarik bibirku dari bibirnya dengan sedikit suara kecupan yang menggambarkan dua bibir yang sudah lengket dan sulit dilepaskan.
“mhuachh…aahhh”
Wajahnya memerah dan matanya masih terpejam, cantik sekali.
Kini tangan kananku mengangkat jilbabnya ke atas, memberikan ruang agar kepalaku bisa masuk kedalamnya. Aku mencium bau harum dari keringatnya yang mulai mengalir. Aku meihat leher jenjangnya yang putih dan halus, tanpa membiarkan waktu berlalu aku segera mengecupnya lembut dan kecupanku semakin ganas di lehernya
“aahhh….eengg…ehhhh…aahhh….aaahhh….” mulutnya tak berhenti meracau.
Tangan kanannya meraih belakang kepalaku dan menekankan kepalaku agar semakin menempel di lehernya, sedangkan tangan kirinya mendekap punggungku. Aku tidak lupa meninggalkan cupang di lehernya, lalu ciumanku pun turun ke dadanya yang berukuran 36C. Aku mulai mencium payudara kanan vina, aku lakukan masih di dalam jilbabnya. tangan kananku sibuk meremas payudara kanannya.
“aaahhhh…massss….ahhh…..mhhh…masss…..aduuh h…..mhh…..”
Vina tidak kuat menahan rangsangan ini, kepalanya menggeleng ke samping kanan dan kiri, tangan kanannya semakin kuat membekap wajahku ke arah dadanya. Kini tangan kananku melepas remasan di dadanya, mulai turun ke bawah, menyentuh kakinya. tangan kananku membelai-belai paha kirinya dan ciumanku sekarang sudah mendarat di payudara kirinya.
“ahhh…maaasss….maassss… …ahh…”, nafas Vina semakin tersengal-sengal,
Aku tidak lupa meninggalkan cupang juga di payudara kirinya yang sangat lembut. Kontolku semakin tegang. Lalu aku tarik wajahku dari dadanya, aku duduk di samping tubuhnya yang terbaring. Bulir keringat mulai membasahi wajahnya yang putih, nafasnya tersengal, matanya masih terpejam, bibirnya terbuka sedikit.
Kedua tangannya meremas kain sprei kasurnya itu. Kini aku berada di kedua kakinya, aku kangkangkan kakinya. Ciumanku mendarat di bagian bawah perut,
“eenngg…ahhh…” vina merasa geli dan terangsang hebat.
Memek muda berwarna pink yang sangat indah, ditumbuhi bulu halus yang rapih tercukup. Baunya pun sangat wangi. Tapi aku tidak ingin buru-buru, aku ingin Vina membiasakan suasananya dulu. ciumanku jatuh ke pahanya, ke bagian sensitif paha belakang sambil mengangkat kakinya ke atas. lalu pada saat yang tepat aku mulai turunkan ciumanku di antara selangkangannya.
“mmaasss…ahh…”,
Aku jilati bagian luar memeknya dari bawah ke atas, memek itu mulai lembab dan basah. Lalu aku renggangkan lebih luas lagi kakinya, dan aku sibak labia mayora dan labia minora memeknya, aku temukan lubang ke wanitaan yang masih sempit namun berwarna merah seakan bekas luka atau lecet. Aku tidak mempedulikan, karena aku melihat cairan bening meleleh dari dalam lubang kewanitaan Vina, lalu aku jilati dan lidahku pun nakal mencoba masuk ke dalam lubang kewanitaan itu, terus mencari dan mencari…lalu kecupanku pindah ke atas menemukan benjolan kecil tepat di bawah garis memek atas, aku gigit-gigit kecil, aku cium aku sedot, tidak ketinggalan tangan kananku mencoba sedikit demi sedikit masuk ke memeknya.
“aahhhhh…uuhhh……ahhh…maasss… aahh..massss…aduuhh…aaahhh…ahhh…” desahnya
Kepalanya bergeleng tidak teratur ke kanan dan kekiri, kedua tangannya semakin kuat menggenggam sprei yang dikenakan pada kasur busa tersebut. ciumanku semakin kuat dan ganas, cairan kewanitaan semakin deras keluar dari lubang kewanitaan Vina. secara bergantian lidahku merangsang lubang memek dan clitoris, dan tangan kananku pun tidak tinggal vina. Jika lidahku sedang merangsang klitoris maka jari tangan kananku berusaha meransang pubang memek, juga ketika lidahku bermain-main dan mencoba masuk lebih dalam ke lubang memek, jempol tanganku merangang dengan menggesek dan menekan-nekan clitoris Vina.
“aaahhh….aaaaa…uuuu…enhhhh…eeemmm…ahh… aaaa….”
Tangan kananya sekarang meremas-remas rambutku dan menekan kepalaku agar lebih dalam lagi mengeksplorasi memeknya. Sekitar 15 menit aku mengekplor memeknya, vina menjambak rambutku dan kemudian mendorongku.
Sekarang posisi kami sama-sama duduk, nafasnya tersengal-sengal tapi sekarang vina membuka matanya menatapku, keringat mengucur dari tubuh kami. Tiba-tiba bibirnya langsung menyerbu bibirku, ciuman kali ini amat liar terkadang gigi kami beradu, lidah kami saliang bertukar ludah, lidahku coba masuk ke rongga mulutnya, menjilati dinding-dinding mulutnya. Aku sangat kaget ketika ciumannya turun ke leherku dan ke dadaku. Kontolku yang diameternya 4 cm dan panjangnya hampir 15 cm mengacung tegak, kini tangan kananya menggenggam kontolku, aku pun berdiri dan kini wajah ayunya berada di depan kontolku hanya beberapa senti saja. ku lihat vina menelan ludah, apa mungkin vina kaget dengan ukuran ini atau mungkin vina masih ragu melakukan ini. Aku pegang kepalanya yang masih menggunakan jilbab putih yang mulai kusut. kudekatkan kontolku dengan bibirnya.
“Kulum sayang…ciumi sayang…ayo…” seruku
Vina mendekatkan bibirnya sedikit dan mencium ujung kontolku, "Cup" menimbulkan sensasi yang dahsyat, karena bibirnya yang lembut, hangat dan basah menyentuh ujung kontolku, hal yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.
“cuup..mppuhmm..uhhmm…” bibirnya berkali-kali mengulum ujung kontolku,
Ku suruh melakukan Blowjob, walau terlihat kaku. Namun sedikit-demi sedikit kulumannya semakin masuk.
“mhhh…aauuuummm…uummhh” suara vina
Akhirnya mulutnya berani memasukkan kontolku, walau tidak sampai masuk semua, karena kontolku terlalu panjang dan itu akan menyakitkannya.
“shh…ahh…terus Vin…keluar masukin…”
Vina mengikuti perintahku vina memaju mundurkan kepalanya.
“aahh…sayang…terus”…
”mhh..uhmmhh..cuuupp..mu uh”
Vina terus melakukan aktifitasnya. hanya 5 menit lalu vina berhenti,
“Mas…Vina ngga tahan…” pinta vina sambil menarik tubuhku dan aku kini sama-sama duduk berhadapan.
Vina dalam kondisi puncak, tidak dapat lagi menahan libidonya, Aku merebahkannya, regangkan kedua kakinya dan menindihnya. Vina memandangiku dan memperhatikan kontolku yang tepat dihadapan memeknya yang tampak pasrah.
Kini kuarahkan ujung kontolku mendekati lubang kewanitaannya
“Tahan ya Vin…agak sakit…”
Tangan kananku menggenggam batang kontol dan digesek-gesekkan pada clitoris dan bibir vaginanya, hingga Vina merintih-rintih kenikmatan dan badannya tersentak-sentak. Aku terus berusaha menekan senjataku ke dalam kemaluan Vina yang memang sudah sangat basah itu. Pelahan-lahan kepala kontolku menerobos masuk membelah bibir kemaluan Vina.
“Tahan maasss…sakii..t” vina merintih sambil menggigit bibir bawahnya.
Aku jilati bagian luar memeknya dari bawah ke atas, memek itu mulai lembab dan basah. Lalu aku renggangkan lebih luas lagi kakinya, dan aku sibak labia mayora dan labia minora memeknya, aku temukan lubang ke wanitaan yang masih sempit namun berwarna merah seakan bekas luka atau lecet. Aku tidak mempedulikan, karena aku melihat cairan bening meleleh dari dalam lubang kewanitaan Vina, lalu aku jilati dan lidahku pun nakal mencoba masuk ke dalam lubang kewanitaan itu, terus mencari dan mencari…lalu kecupanku pindah ke atas menemukan benjolan kecil tepat di bawah garis memek atas, aku gigit-gigit kecil, aku cium aku sedot, tidak ketinggalan tangan kananku mencoba sedikit demi sedikit masuk ke memeknya.
“aahhhhh…uuhhh……ahhh…maasss… aahh..massss…aduuhh…aaahhh…ahhh…” desahnya
Kepalanya bergeleng tidak teratur ke kanan dan kekiri, kedua tangannya semakin kuat menggenggam sprei yang dikenakan pada kasur busa tersebut. ciumanku semakin kuat dan ganas, cairan kewanitaan semakin deras keluar dari lubang kewanitaan Vina. secara bergantian lidahku merangsang lubang memek dan clitoris, dan tangan kananku pun tidak tinggal vina. Jika lidahku sedang merangsang klitoris maka jari tangan kananku berusaha meransang pubang memek, juga ketika lidahku bermain-main dan mencoba masuk lebih dalam ke lubang memek, jempol tanganku merangang dengan menggesek dan menekan-nekan clitoris Vina.
“aaahhh….aaaaa…uuuu…enhhhh…eeemmm…ahh… aaaa….”
Tangan kananya sekarang meremas-remas rambutku dan menekan kepalaku agar lebih dalam lagi mengeksplorasi memeknya. Sekitar 15 menit aku mengekplor memeknya, vina menjambak rambutku dan kemudian mendorongku.
Sekarang posisi kami sama-sama duduk, nafasnya tersengal-sengal tapi sekarang vina membuka matanya menatapku, keringat mengucur dari tubuh kami. Tiba-tiba bibirnya langsung menyerbu bibirku, ciuman kali ini amat liar terkadang gigi kami beradu, lidah kami saliang bertukar ludah, lidahku coba masuk ke rongga mulutnya, menjilati dinding-dinding mulutnya. Aku sangat kaget ketika ciumannya turun ke leherku dan ke dadaku. Kontolku yang diameternya 4 cm dan panjangnya hampir 15 cm mengacung tegak, kini tangan kananya menggenggam kontolku, aku pun berdiri dan kini wajah ayunya berada di depan kontolku hanya beberapa senti saja. ku lihat vina menelan ludah, apa mungkin vina kaget dengan ukuran ini atau mungkin vina masih ragu melakukan ini. Aku pegang kepalanya yang masih menggunakan jilbab putih yang mulai kusut. kudekatkan kontolku dengan bibirnya.
“Kulum sayang…ciumi sayang…ayo…” seruku
Vina mendekatkan bibirnya sedikit dan mencium ujung kontolku, "Cup" menimbulkan sensasi yang dahsyat, karena bibirnya yang lembut, hangat dan basah menyentuh ujung kontolku, hal yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.
“cuup..mppuhmm..uhhmm…” bibirnya berkali-kali mengulum ujung kontolku,
Ku suruh melakukan Blowjob, walau terlihat kaku. Namun sedikit-demi sedikit kulumannya semakin masuk.
“mhhh…aauuuummm…uummhh” suara vina
Akhirnya mulutnya berani memasukkan kontolku, walau tidak sampai masuk semua, karena kontolku terlalu panjang dan itu akan menyakitkannya.
“shh…ahh…terus Vin…keluar masukin…”
Vina mengikuti perintahku vina memaju mundurkan kepalanya.
“aahh…sayang…terus”…
”mhh..uhmmhh..cuuupp..mu uh”
Vina terus melakukan aktifitasnya. hanya 5 menit lalu vina berhenti,
“Mas…Vina ngga tahan…” pinta vina sambil menarik tubuhku dan aku kini sama-sama duduk berhadapan.
Vina dalam kondisi puncak, tidak dapat lagi menahan libidonya, Aku merebahkannya, regangkan kedua kakinya dan menindihnya. Vina memandangiku dan memperhatikan kontolku yang tepat dihadapan memeknya yang tampak pasrah.
Kini kuarahkan ujung kontolku mendekati lubang kewanitaannya
“Tahan ya Vin…agak sakit…”
Tangan kananku menggenggam batang kontol dan digesek-gesekkan pada clitoris dan bibir vaginanya, hingga Vina merintih-rintih kenikmatan dan badannya tersentak-sentak. Aku terus berusaha menekan senjataku ke dalam kemaluan Vina yang memang sudah sangat basah itu. Pelahan-lahan kepala kontolku menerobos masuk membelah bibir kemaluan Vina.
“Tahan maasss…sakii..t” vina merintih sambil menggigit bibir bawahnya.
Aku pun menghentikan kegiatanku sementara, sambil menunggu aku maju mundurkan kepala kontolku ke bibir kemaluannya supaya bibir kemaluannya mulai menyesuaikan. Matanya masih terpejam dan terus menggigit bibir bawahnya, nafasnya tersengal. Sedikit demi sedikit aku masukkan kembali, pelan tapi pasti. Setiap kontolku masuk vina melengguh menahan sakit. Memeknya masih sempit tapi tanpa halangan kontolku mulai masuk ke dalam. Dengan kasar Aku tiba-tiba menekan pantatku kuat-kuat ke depan sehingga pinggulku menempel ketat pada pinggul Vina. Dengan tak kuasa menahan diri dan berteriak, mungkin sakit.
Dari mulut Vina terdengar jeritan halus tertahan,
“Aduuuh!.., ooooooohh.., aahh…sakii…t....”,
disertai badannya yang tertekuk ke atas dan kedua tangan Vina mencengkeram dengan kuat pinggangku.
Beberapa saat kemudian aku mulai menggoyangkan pinggulku, mula-mula perlahan, makin lama semakin cepat dan bergerak dengan kecepatan tinggi diantara kedua paha halus gadis semok tersebut. Vina berusaha memegang lenganku, sementara tubuhnya bergetar dan terlonjak dengan hebat akibat dorongan dan tarikan kontolku pada kemaluannya, giginya bergemeletuk dan kepalanya menggeleng-geleng ke kiri kanan. Vina mencoba memaksa kelopak matanya yang terasa berat untuk membukanya sebentar dan melihat wajahku, dengan takjub. Vina berusaha bernafas dan …:”
“maasss…, aahh…, ooohh…, ssshh”,
Desisan vina membatku semakin bersemangat. Vina sungguh tak kuasa untuk tidak merintih setiap kali Aku menggerakkan tubuhku, gesekan demi gesekan di dinding liang memeknya. Setiap kali aku menarik kontolnya keluar, dan menekan masuk kontolku ke dalam memek Vina, maka klitoris Vina terjepit pada batang kontolku dan terdorong masuk tergesek-gesek dengan batang kontolku yang berurat itu. Hal ini menimbulkan suatu perasaan geli yang dahsyat, yang mengakibatkan seluruh badan Vina menggeliat dan terlonjak, sampai badannya tertekuk ke atas menahan sensasi kenikmatan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.
Sementara tanganku yang lain tidak dibiarkan menganggur, Tanganku merengkuh punggungnya yang melengkung menahan nikmat, kemudian aku sibak jilbabnya dan terlihat dua payudara indahnya .Aku tarik punggungnya sehingga maskin melengkung ke atas, aku pun terus bermain-main pada bagian dada Vina dan Mencium dan menggigit kedua payudara Vina secara bergantian. Ia berusaha menggerakkan pinggulnya, akan tetapi paha, bokong dan kakinya mati rasa. Tapi ia mencoba berusaha membuatku segera mencapai klimaks dengan memutar bokongnya, menjepitkan pahanya, akan tetapi aku terus menyetubuhinya dan tidak juga mencapai klimaks. Ia memiringkan kepalanya, dan terdengar erangan panjang keluar dari mulutnya yang mungil,
“Ooooh…, ooooooh…, aahhmm…, ssstthh!”.
Gadis ayu itu Semakin erat mendekap kepalaku agar semakin rekat dengan payudaranya, aku tahu pelukan itu adalah penyaluran dari rasa nikmat dan klimaks yang mungkin sebentar lagi vina rasakan. Kedua pahanya mengejang serta menjepit dengan kencang, menekuk ibu jari kakinya, membiarkan bokongnya naik-turun berkali-kali, keseluruhan badannya berkelonjotan, menjerit serak dan…, akhirnya larut dalam orgasme total yang dengan dahsyat melandanya, diikuti dengan suatu kekosongan melanda dirinya dan keseluruhan tubuhnya merasakan lemas seakan-akan seluruh tulangnya copot berantakan.
Vina terkulai lemas tak berdaya di atas kasur dengan kedua tangannya terentang dan pahanya terkangkang lebar-lebar dimana kontolku tetap terjepit di dalam liang memeknya.
Selama proses orgasme yang dialami Vina ini berlangsung, memberikan suatu kenikmatan yang hebat yang dirasakan olehku, dimana kontolku yang masih terbenam dan terjepit di dalam liang memek Vina dan merasakan suatu sensasi luar biasa, batang kontolku serasa terbungkus dengan keras oleh sesuatu yang lembut licin yang terasa mengurut-urut seluruha kontolku, terlebih-lebih pada bagian kepala kontolku setiap terjadi kontraksi pada dinding memek Vina, yang diakhiri dengan siraman cairan panas. Perasaanku seakan-akan menggila melihat Vina yang begitu cantik dan ayu itu tergeletak pasrah tak berdaya di hadapanku dengan kedua paha yang halus mulus terkangkang dan bibir kemaluan yang kuning langsat mungil itu menjepit dengan ketat batang kontolnku.
Dari mulut Vina terdengar jeritan halus tertahan,
“Aduuuh!.., ooooooohh.., aahh…sakii…t....”,
disertai badannya yang tertekuk ke atas dan kedua tangan Vina mencengkeram dengan kuat pinggangku.
Beberapa saat kemudian aku mulai menggoyangkan pinggulku, mula-mula perlahan, makin lama semakin cepat dan bergerak dengan kecepatan tinggi diantara kedua paha halus gadis semok tersebut. Vina berusaha memegang lenganku, sementara tubuhnya bergetar dan terlonjak dengan hebat akibat dorongan dan tarikan kontolku pada kemaluannya, giginya bergemeletuk dan kepalanya menggeleng-geleng ke kiri kanan. Vina mencoba memaksa kelopak matanya yang terasa berat untuk membukanya sebentar dan melihat wajahku, dengan takjub. Vina berusaha bernafas dan …:”
“maasss…, aahh…, ooohh…, ssshh”,
Desisan vina membatku semakin bersemangat. Vina sungguh tak kuasa untuk tidak merintih setiap kali Aku menggerakkan tubuhku, gesekan demi gesekan di dinding liang memeknya. Setiap kali aku menarik kontolnya keluar, dan menekan masuk kontolku ke dalam memek Vina, maka klitoris Vina terjepit pada batang kontolku dan terdorong masuk tergesek-gesek dengan batang kontolku yang berurat itu. Hal ini menimbulkan suatu perasaan geli yang dahsyat, yang mengakibatkan seluruh badan Vina menggeliat dan terlonjak, sampai badannya tertekuk ke atas menahan sensasi kenikmatan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.
Sementara tanganku yang lain tidak dibiarkan menganggur, Tanganku merengkuh punggungnya yang melengkung menahan nikmat, kemudian aku sibak jilbabnya dan terlihat dua payudara indahnya .Aku tarik punggungnya sehingga maskin melengkung ke atas, aku pun terus bermain-main pada bagian dada Vina dan Mencium dan menggigit kedua payudara Vina secara bergantian. Ia berusaha menggerakkan pinggulnya, akan tetapi paha, bokong dan kakinya mati rasa. Tapi ia mencoba berusaha membuatku segera mencapai klimaks dengan memutar bokongnya, menjepitkan pahanya, akan tetapi aku terus menyetubuhinya dan tidak juga mencapai klimaks. Ia memiringkan kepalanya, dan terdengar erangan panjang keluar dari mulutnya yang mungil,
“Ooooh…, ooooooh…, aahhmm…, ssstthh!”.
Gadis ayu itu Semakin erat mendekap kepalaku agar semakin rekat dengan payudaranya, aku tahu pelukan itu adalah penyaluran dari rasa nikmat dan klimaks yang mungkin sebentar lagi vina rasakan. Kedua pahanya mengejang serta menjepit dengan kencang, menekuk ibu jari kakinya, membiarkan bokongnya naik-turun berkali-kali, keseluruhan badannya berkelonjotan, menjerit serak dan…, akhirnya larut dalam orgasme total yang dengan dahsyat melandanya, diikuti dengan suatu kekosongan melanda dirinya dan keseluruhan tubuhnya merasakan lemas seakan-akan seluruh tulangnya copot berantakan.
Vina terkulai lemas tak berdaya di atas kasur dengan kedua tangannya terentang dan pahanya terkangkang lebar-lebar dimana kontolku tetap terjepit di dalam liang memeknya.
Selama proses orgasme yang dialami Vina ini berlangsung, memberikan suatu kenikmatan yang hebat yang dirasakan olehku, dimana kontolku yang masih terbenam dan terjepit di dalam liang memek Vina dan merasakan suatu sensasi luar biasa, batang kontolku serasa terbungkus dengan keras oleh sesuatu yang lembut licin yang terasa mengurut-urut seluruha kontolku, terlebih-lebih pada bagian kepala kontolku setiap terjadi kontraksi pada dinding memek Vina, yang diakhiri dengan siraman cairan panas. Perasaanku seakan-akan menggila melihat Vina yang begitu cantik dan ayu itu tergeletak pasrah tak berdaya di hadapanku dengan kedua paha yang halus mulus terkangkang dan bibir kemaluan yang kuning langsat mungil itu menjepit dengan ketat batang kontolnku.
Tidak sampai di situ, beberapa menit kemudian Aku membalik tubuh Vina yang telah lemas itu hingga sekarang Vina tertelungkup di dipan dengan kaki terjurai ke lantai, sehingga posisi pantatnya menungging ke arahku. Aku ingin melakukan doggy style, tanganku kini lebih leluasa meremas-remas kedua buah payudara Vina yang kini menggantung ke bawah, tanganku menyusup lewat kemeja bagian bawah.
Dengan kedua kaki setengah tertekuk, secara perlahan-lahan aku menggosok-gosok kepala kontolku yang telah licin oleh cairan pelumas yang keluar dari dalam memek Vina dan menempatkan kepala kontolku pada bibir kemaluan Vina dari belakang. Dengan sedikit dorongan, kepala kontolku tersebut membelah dan terjepit dengan kuat oleh bibir-bibir kemaluan Vina, vina melengguh agak kencang..
”aahhgg….” suara vina
ketika kontolku mulai menyeruak ke dalam memeknya lagi. Kedua tanganku memegang pinggul Vina dan mengangkatnya sedikit ke atas sehingga posisi bagian bawah badan Vina tidak terletak pada dipan lagi, hanya kedua tangannya yang masih bertumpu pada kasur. Kedua kaki Vina dikaitkan pada pahaku. Kutarik pinggul Vina ke arahku, berbarengan dengan mendorong pantatnya ke depan, sehingga disertai keluhan panjang yang keluar dari mulut Vina.
“Oooooooh…aahh…shhh…ahh….!”,
Kontolku terus menerobos masuk ke dalam liang memeknya dan Aku terus menekan pantatnya sehingga perutku menempel ketat pada pantat Vina yang setengah terangkat. Aku memainkan pinggulnya maju mundur dengan cepat sambil mulutku mendesis-desis keenakan merasakan kontolku terjepit dan tergesek-gesek di dalam lubang memek Vina yang ketat itu.
“Ahh…ahhh…aahh…maasss..a.duuu..hh…mhh…terus s…” mulutnya terus mengaduh, tanda nikmat tiada tara yang vina rasakan.
Tubuhnya maju mundur terdorong desakan kontolku. Karena bagian pantat lebih tinggi dari kepala .Tangannya sambil terus meremas seprei dan merebahkan kepalanya di kasur.
“shhh…ahh.maass.kakk…aahh..aduuhh…maass….” semakin kencang teriakannya semakin menunjukkan kalau vina akan merasakan klimaks untuk kedua kalinya.
Akupun mempercepat doronganku.
“terus..mass…ahh…jangan berhenti…ahh…,…” pintanya
Vina meracau semakin tidak karuan. dan….
“aaaaaaa……….hhhhhh….”
vinapun mendongakkan kepalanya ke atas disertai lengguhan panjang
Vina klimaks untuk kedua kalinya. Aku cabut kontolku dari lubang memeknya, aku lihat cairan bening semakin banyak meleleh dari memeknya. Tubuhnya melemas dan lunglai ketika aku lepaskan.
Setelah aku biarkan vina istirahat beberapa menit sambil meresapi orgasme untuk kedua kalinya. Kemudian Aku merubah posisi permainan, dengan duduk di sisi tempat tidur dan Vina kutarik duduk menghadap sambil mengangkang pada pangkuanku.
Aku menempatkan kontolku pada bibir kemaluan Vina yang tampak pasrah dengan perlakuanku, Lalu aku mendorong sehingga kepala kontolku masuk terjepit dalam liang kewanitaan Vina, sedangkan tangan kiriku memeluk pinggul Vina dan menariknya merapat pada badanku, sehingga secara perlahan-lahan tapi pasti kontolku menerobos masuk ke dalam kemaluan Vina.
Tangan kananku memeluk punggung Vina dan menekannya rapat-rapat hingga kini badan Vina melekat pada badanku. Kepala Vina tertengadah ke atas, pasrah dengan matanya setengah terkatup menahan kenikmatan yang melandanya sehingga dengan bebasnya mulutku bisa melumat bibir Vina yang agak basah terbuka itu.Dengan sisa tenaganya Vina mulai memacu dan terus menggoyang pinggulnya, memutar-mutar ke kiri dan ke kanan serta melingkar, sehingga kontolku seakan mengaduk-aduk dalam memeknya sampai terasa di perutnya.
Dengan kedua kaki setengah tertekuk, secara perlahan-lahan aku menggosok-gosok kepala kontolku yang telah licin oleh cairan pelumas yang keluar dari dalam memek Vina dan menempatkan kepala kontolku pada bibir kemaluan Vina dari belakang. Dengan sedikit dorongan, kepala kontolku tersebut membelah dan terjepit dengan kuat oleh bibir-bibir kemaluan Vina, vina melengguh agak kencang..
”aahhgg….” suara vina
ketika kontolku mulai menyeruak ke dalam memeknya lagi. Kedua tanganku memegang pinggul Vina dan mengangkatnya sedikit ke atas sehingga posisi bagian bawah badan Vina tidak terletak pada dipan lagi, hanya kedua tangannya yang masih bertumpu pada kasur. Kedua kaki Vina dikaitkan pada pahaku. Kutarik pinggul Vina ke arahku, berbarengan dengan mendorong pantatnya ke depan, sehingga disertai keluhan panjang yang keluar dari mulut Vina.
“Oooooooh…aahh…shhh…ahh….!”,
Kontolku terus menerobos masuk ke dalam liang memeknya dan Aku terus menekan pantatnya sehingga perutku menempel ketat pada pantat Vina yang setengah terangkat. Aku memainkan pinggulnya maju mundur dengan cepat sambil mulutku mendesis-desis keenakan merasakan kontolku terjepit dan tergesek-gesek di dalam lubang memek Vina yang ketat itu.
“Ahh…ahhh…aahh…maasss..a.duuu..hh…mhh…terus s…” mulutnya terus mengaduh, tanda nikmat tiada tara yang vina rasakan.
Tubuhnya maju mundur terdorong desakan kontolku. Karena bagian pantat lebih tinggi dari kepala .Tangannya sambil terus meremas seprei dan merebahkan kepalanya di kasur.
“shhh…ahh.maass.kakk…aahh..aduuhh…maass….” semakin kencang teriakannya semakin menunjukkan kalau vina akan merasakan klimaks untuk kedua kalinya.
Akupun mempercepat doronganku.
“terus..mass…ahh…jangan berhenti…ahh…,…” pintanya
Vina meracau semakin tidak karuan. dan….
“aaaaaaa……….hhhhhh….”
vinapun mendongakkan kepalanya ke atas disertai lengguhan panjang
Vina klimaks untuk kedua kalinya. Aku cabut kontolku dari lubang memeknya, aku lihat cairan bening semakin banyak meleleh dari memeknya. Tubuhnya melemas dan lunglai ketika aku lepaskan.
Setelah aku biarkan vina istirahat beberapa menit sambil meresapi orgasme untuk kedua kalinya. Kemudian Aku merubah posisi permainan, dengan duduk di sisi tempat tidur dan Vina kutarik duduk menghadap sambil mengangkang pada pangkuanku.
Aku menempatkan kontolku pada bibir kemaluan Vina yang tampak pasrah dengan perlakuanku, Lalu aku mendorong sehingga kepala kontolku masuk terjepit dalam liang kewanitaan Vina, sedangkan tangan kiriku memeluk pinggul Vina dan menariknya merapat pada badanku, sehingga secara perlahan-lahan tapi pasti kontolku menerobos masuk ke dalam kemaluan Vina.
Tangan kananku memeluk punggung Vina dan menekannya rapat-rapat hingga kini badan Vina melekat pada badanku. Kepala Vina tertengadah ke atas, pasrah dengan matanya setengah terkatup menahan kenikmatan yang melandanya sehingga dengan bebasnya mulutku bisa melumat bibir Vina yang agak basah terbuka itu.Dengan sisa tenaganya Vina mulai memacu dan terus menggoyang pinggulnya, memutar-mutar ke kiri dan ke kanan serta melingkar, sehingga kontolku seakan mengaduk-aduk dalam memeknya sampai terasa di perutnya.
Karena stamina yang sudah terkuras dengan dua klimaks yang didapatnya, goyangan Vina semakin melemah. Aku pindahkan kedua tanganku ke arah pinggangnya dan tanganku mulai membantu mengangkat dan mendorong pinggul Vina agar terus bergooyang. Aku lihat kontolku timbul tenggelam dibekap lubang memeknya yang hangat. Rintihan tak pernah berhenti keluar dari mulutnya.
“shh…ah…sshhh…ahhh..”
Goyangannya teratur, setelah sekian lama dengan posisi itu, vina mulai bangkit lagi libidonya, dengan tenaga sisa vina mulai membantu tangaku dengan menggerakkan pinggulnya lebih cepat lagi. Kedua tangannya kini merangkul kepalaku dan membenamkannya ke kedua gunug kembarnya yang besar dan halus. Aku tahu vina akan mengalami klimaksnya yang ketiga. Aku kulum dan lumat payudaranya, kepala vina menengadah merasakan nikmat yang tiada tara atas rangsangan pada dua titik tersensitifnya. Tak berselang kemuvinan, Vina merasaka sesuatu yang sebentar lagi akan kembali melandanya.
"Terus…, terus…, "
Vina tak peduli lagi dengan gerakannya yang agak brutal ataupun suaranya yang kadang-kadang memekik lirih menahan rasa yang luar biasa itu. Dan ketika klimaks itu datang lagi, Vina tak peduli lagi,
“Aaduuuh…, eeeehm..ahh…maasss…aahhh…”,
Vina memekik lirih sambil menjambak rambutku memeluknya dengan kencang itu.
Dunia serasa berputar. Sekujur tubuhnya mengejang, terhentak-hentak di atas pangkuanku.Kemudian kembaliku gendong dan meletakkan Vina di atas meja dengan pantat Vina terletak pada tepi dipan dan kasur, kedua kakinya terjulur ke lantai. Aku mengambil posisi vinantara kedua paha Vina yang kutarik mengangkang, dan dengan tangan kananku menuntun kontolku ke dalam lubang memek Vina yang telah siap di depannya. Aku mendorong kontolku masuk ke dalam dan menekan badannya.
Desah nafasnya mendengus-dengus seperti kuda liar, sementara goyangan pinggulnya pun semakin cepat dan kasar. Peluhnya sudah penuh membasahi sekujur tubuhnya dan tubuh Vina yang terkapar lemas dan pasrah terhadap apa yang akan aku lakukan.Badan gadis itu terlonjak-lonjak mengikuti tekanan dan tarikan kontolku.
Vina benar-benar telah KO dan dibuat benar-benar tidak berdaya, hanya erangan-erangan halus yang keluar dari mulutnya disertai pandangan memelas sayu, kedua tangannya mencengkeram Sprei. Dan aku sekarang merasa sesuatu dorongan yang keras seakan-akan mendesak dari dalam kontolku yang menimbulkan perasaan geli pada ujung kontolku. Aku mengeram panjang dengan suara tertahan,
“Agh…, terus”, dan pinggulku menekan habis pada pinggul gadis yang telah tidak berdaya itu, sehingga buah pelirku menempel ketat dan batang kontolku terbenam seluruhnya di dalam liang memek Vina.
Dengan suatu lenguhan panjang,
“Sssh…, ooooh!”,
sambil membuat gerakan-gerakan memutar pantatnya, aku merasakan denyutan-denyutan kenikmatan yang diakibatkan oleh semprotan air maniku ke dalam memek Vina. Ada kurang lebih lima detik aku tertelungkup di atas badan gadis ayu tersebut, dengan seluruh tubuhku bergetar hebat dilanda kenikmatan orgasme yang dahsyat itu. Dan pada saat yang bersamaan Vina yang telah terkapar lemas tak berdaya itu merasakan suatu semprotan hangat dari pancaran cairan kental hangat ku yang menyiram ke seluruh rongga memeknya.
Setelah aku berbaring, menikmati sisa-sisa kenikmatan, tiba-tiba Vina berteriak..
“Aaaaaarrrggghhhh…. Tidak….. Mas Paijo…. Apa yang sudah kita lakukan???...”
“Waduh? Kok efeknya sudah gak berjalan ya? Sial… Vina dah sadar kayaknya..”
“shh…ah…sshhh…ahhh..”
Goyangannya teratur, setelah sekian lama dengan posisi itu, vina mulai bangkit lagi libidonya, dengan tenaga sisa vina mulai membantu tangaku dengan menggerakkan pinggulnya lebih cepat lagi. Kedua tangannya kini merangkul kepalaku dan membenamkannya ke kedua gunug kembarnya yang besar dan halus. Aku tahu vina akan mengalami klimaksnya yang ketiga. Aku kulum dan lumat payudaranya, kepala vina menengadah merasakan nikmat yang tiada tara atas rangsangan pada dua titik tersensitifnya. Tak berselang kemuvinan, Vina merasaka sesuatu yang sebentar lagi akan kembali melandanya.
"Terus…, terus…, "
Vina tak peduli lagi dengan gerakannya yang agak brutal ataupun suaranya yang kadang-kadang memekik lirih menahan rasa yang luar biasa itu. Dan ketika klimaks itu datang lagi, Vina tak peduli lagi,
“Aaduuuh…, eeeehm..ahh…maasss…aahhh…”,
Vina memekik lirih sambil menjambak rambutku memeluknya dengan kencang itu.
Dunia serasa berputar. Sekujur tubuhnya mengejang, terhentak-hentak di atas pangkuanku.Kemudian kembaliku gendong dan meletakkan Vina di atas meja dengan pantat Vina terletak pada tepi dipan dan kasur, kedua kakinya terjulur ke lantai. Aku mengambil posisi vinantara kedua paha Vina yang kutarik mengangkang, dan dengan tangan kananku menuntun kontolku ke dalam lubang memek Vina yang telah siap di depannya. Aku mendorong kontolku masuk ke dalam dan menekan badannya.
Desah nafasnya mendengus-dengus seperti kuda liar, sementara goyangan pinggulnya pun semakin cepat dan kasar. Peluhnya sudah penuh membasahi sekujur tubuhnya dan tubuh Vina yang terkapar lemas dan pasrah terhadap apa yang akan aku lakukan.Badan gadis itu terlonjak-lonjak mengikuti tekanan dan tarikan kontolku.
Vina benar-benar telah KO dan dibuat benar-benar tidak berdaya, hanya erangan-erangan halus yang keluar dari mulutnya disertai pandangan memelas sayu, kedua tangannya mencengkeram Sprei. Dan aku sekarang merasa sesuatu dorongan yang keras seakan-akan mendesak dari dalam kontolku yang menimbulkan perasaan geli pada ujung kontolku. Aku mengeram panjang dengan suara tertahan,
“Agh…, terus”, dan pinggulku menekan habis pada pinggul gadis yang telah tidak berdaya itu, sehingga buah pelirku menempel ketat dan batang kontolku terbenam seluruhnya di dalam liang memek Vina.
Dengan suatu lenguhan panjang,
“Sssh…, ooooh!”,
sambil membuat gerakan-gerakan memutar pantatnya, aku merasakan denyutan-denyutan kenikmatan yang diakibatkan oleh semprotan air maniku ke dalam memek Vina. Ada kurang lebih lima detik aku tertelungkup di atas badan gadis ayu tersebut, dengan seluruh tubuhku bergetar hebat dilanda kenikmatan orgasme yang dahsyat itu. Dan pada saat yang bersamaan Vina yang telah terkapar lemas tak berdaya itu merasakan suatu semprotan hangat dari pancaran cairan kental hangat ku yang menyiram ke seluruh rongga memeknya.
Setelah aku berbaring, menikmati sisa-sisa kenikmatan, tiba-tiba Vina berteriak..
“Aaaaaarrrggghhhh…. Tidak….. Mas Paijo…. Apa yang sudah kita lakukan???...”
“Waduh? Kok efeknya sudah gak berjalan ya? Sial… Vina dah sadar kayaknya..”
Chapter 3
“Anjir! Kok bisa sadar?” aku kaget dalam hati. Payah nih jin, kirain berlaku aku bisa ngentot terus-terusan. Ternyata Cuma buat sekali ngentot efeknya.
Vina terlihat kaget sekali, dirinya sudah telanjang hanya memakai hijab saja. Hijabnya juga sudah tidak karuan. Reflek tangan Vina menutup toketnya dengan tangannya. Vina kemudian menarik selimut untuk menutup seluruh tubuhnya. Vina tampak lebih kaget lagi melihat darah perawan dan spermaku di selangkangannya. Segera air matanya menetes, sambil masih bisa tidak mengerti kenapa bisa tiba-tiba begini.
“Maaassss…. Kurang ajar kamu mas…. Aku akan laporkan kamu ke polisi..” Ujar Vina kepadaku.
“Sabar Vina…” ujarku sambil mendekat.
“Jangan mendekat! Dasar laki-laki jahat.. Mas Paijo tega banget sama Vina…” ujarnya..
Aku pun bingung harus bagaimana. Aku yakin dengan kondisinya sekarang Vina tak akan bisa kabur, kecuali sudah berpakaian normal. Ah aku ingat masih dua permintaan lagi yang belum kugunakan. Aku pun mengambil lampu ajaib di tasku, lalu aku bawa ke kamar mandi hotel. Vina hanya memandangiku sambil menangis. Aku pun menggosok lampu itu dan kembali keluar jin yang tadi.
“Siap bosku… Apa perintah?” ujar jin lampu.
“Heh jin, gimana sih? Kok Vina dah sadar lagi?”
“Loh, tadi tuan minta apa?” Tanya jin.
“Aku minta bisa ngentotin Vina.” Ujarku.
“Nah sekarang udah belum ngentotin Vina nya?” Tanya jin.
“Ya udah, tadi dah beres.” Ujarku.
“Nah yaudah, berarti memang sesuai permintaan tuan kan?” Tanya jin.
“Sialan kamu..”
“Loh, salah tuan sendiri, kalau minta itu yang spesifik gitu loh. Aku Cuma mengabulkan yang tuan minta aja.” Ujar jin merasa menang.
“Oke deh, yang penting kan aku punya jatah dua permintaan lagi. Hehe.” Ujarku.
“Siap tuan, silahkan kalau tuan mau pakai lagi dua permintaan itu.”
“Hhm.. Oke, aku minta supaya jumlah permintaanku kepadamu gak terbatas, gak Cuma tiga?” ujarku.
“Hahaha.. Maaf tuan, permintaan itu gak bisa dikabulkan.” Ujar jin.
“Hah! Gimana sih kamu jin? Katanya bisa mengabulkan permintaan, kok gak bisa?”
“Hehe itu permintaan terlarang tuan. Aku kan gak pernah bilang akan mengabulkan semua permintaan, aku Cuma bilang akan mengabulkan permintaan tuan. Kecuali yang terlarang hehe” kata jin.
Aku pun memutar otak, kira-kira gimana caranya supaya bisa ngentotin Vina sepuasnya ya? Aha aku punya ide.
“Oke jin, permintaan kedua aku minta diberikan kemampuan untuk cewek yang aku suka sebagai budak seksku. Pokoknya kemampuan yang membuat si cewek menuruti apa yang aku mau.”ujarku.
“Oke tuan, nah kalau gini kan spesifik permintaannya. Gampang.” Lalu jin pun menyuruh aku memejamkan mata, dan membukanya kembali.
“Selamat tuan, sekarang tuan sudah punya ilmu menaklukan wanita. Tuan tinggal tatap mata wanita manapun, lalu sebutkan keinginan yang tuan inginkan, maka wanita itu akan mengikuti keinginan tuan.” Ujar jin.
“Wah, mantap nih. Aku harus segera mencobanya.” Aku kemudian keluar, ingin mencoba kepada Vina.
Vina menatapku dengan tajam dan rasa marah, aku menatapnya balik. Sambil menatap dalam hati aku bilang bahwa Vina harus menjadi budak seksku yang akan melayani semua keinginanku. Tiba-tiba tatapan mata Vina berubah, seperti sebelum dia sadar.
“Aaaahhh… tuan Paijo…..” ujar Vina.
Wow, dia memanggilku tuan..
“Aku budak seksmu tuan, entot aku tuan… aaahhh… sssshhh” Vina mencoba menggodaku.
“Oke Vina, sekarang kamu bersih-bersih dulu badan kamu.. Lalu pakai lagi pakaianmu.” Ujarku.
“Baik tuan,” Vina pun menuruti keinginanku.
Aku berpikir hari-hari ke depan bakal lebih mengasyikkan. Karena wanita yang bisa kutaklukan bukan hanya Vina. Aahhh.. Aku sudah membayangkan hari-hari esok akan lebih menantang dan menyenangkan.
Chapter 4
“Haduh, habis ngewe cape nih, lapar.”
Aku lihat Vina sudah memakai pakaiannya kembali lengkap.
“Vin, kamu ada yang nyariin gak kalau nginep di hotel ini?” tanyaku.
“Gak ada sih tuan, aku kan di sini kuliah terus dapat kerja, orang tuaku di kampung. Saudaraku gak tinggal bareng. Jadi aku bebas tuan.”
“Wah, asyik banget nih. Malam ini kita bisa indehoy lagi hihi.” Ujarku.
“Iya tuan, aku gimana tuan aja. Aku kan udah jadi budak seks tuan.” Ujar Vina.
“Eh Vin, kita makan yuk di lobi hotel. Kamu yang bayar ya.” Ujarku.
“Siap tuan. Aku akan melayani tuan dengan sebaik-baiknya.”
Kami berdua turun lewat lift ke lobi hotel, di sana ada restoran yang menyediakan makanan. Beberapa orang menatap kami dengan sinis, mungkin aneh saat ada cewek cantik jalan dengan aku yang jelek ini. Paling aku dianggap supirnya. Aku pegang tangan Vina saat berjalan, biarin supaya orang-orang iri denganku.
Kami pun duduk di meja makan, memanggil pelayan dan memesan makanan. Sambil menunggu makanan kami melanjutkan perbincangan tadi di kamar.
“Emang kamu gak punya pacar vin?” tanyaku.
“Hhm.. aku gak punya tuan, terakhir pacaran setahun lalu tapi dah putus.” Kata Vina.
“Loh kenapa putus?” tanyaku.
“Dia selingkuh, padahal aku dah setia sama dia. Dia janji nikahin aku tapi malah milih wanita lain.” Cerita Vina.
“Wah, bodoh banget ya laki-laki itu, padahal kamu kurang apa coba? Dah cantik, semok, aduhay. Pasti banyak banget cowok yang pengen jadi suami kamu.” Ujarku.
“Ah, namanya lelaki, cewek secantik dan seksi apapun, kalau dah didapatkan, pasti gampang bosen. Makanya aku lagi fokus karir dulu, bahagiain orang tua.”
“Hahaha… eh, ngomong-ngomong pas kamu pacaran udah pernah ngapain aja?”
“Ehm.. baru ciuman sama petting sih, pas cowoku pengen merawanin aku, aku selalu nolak. Dia pernah remas2 tetek, aku pernah sepong dan kocok kontolnya sampai keluar.” Ujar Vina.
“Wow, aku jadi pengen hehe..” ujarku
“Boleh tuan, untuk tuan apa sih yang nggak.. hihi”
Makananpun datang, kami dengan lahap memakan makanan yang tersedia. Sebelum kami kembali ke kamar, aku memberitahukan beberapa hal kepada Vina.
“Vin, dengar ya, kamu adalah budak seksku sekarang, tapi di kantor kita bersikap seperti biasa, jangan sampai ada yang tahu. Kamu gak boleh bilang apa-apa terkait ini ya.” Ujarku.
“Siap tuan, aku akan jaga rahasia ini.” Ujar Vina.
***
Kami berdua kembali ke kamar, ingin melaksanakan persetubuhan kembali. Tenagaku dan Vina sudah pulih kembali. Vina mulai bersimpuh didepan ku dan memelorotkan celana dan celana dalamku. Tiba-tiba kontolku menyembul dan memang kontolku sudah mulai keras dari tadi. Vina tampak kaget, karena kontol hitamku yang telah tegak ada di depan mukanya.
“Sekarang, raih kontolku, Vina sayang…, kamu belai, ciumin dan jilatin kontolku”, perintahku selanjutnya pada Vina. Vina mulai melaksakan perintahku. Mula-mula tangannya mengocok kontolku. Bibirnya yang tipis mendekati kontolku. Dia mulai mencium ujung kontol ku.
“Ayo Vina…, jilat dan kulum kontolku…”, perintahku pada Vina, yang di lanjutkan dengan anggukan dari Vina. Vina mulai menjilati kontolku. Mulai dari ujung kontol sampai ke pelirku.
“Ah…, ya begitu Vin asayang…, terus jilatan mu enak sekali…, sekarang mulai masukan kontolku ke mulutmu”, kataku sambil memegangi jilbab milik Vina.
Vina melanjutkan mengulum kontolku.
“sruupp….,ahh… enak sekali…. sruupp”, Vina tampak menikmati oral pertamanya kepadaku.
“Ahh…. Bagus enak sekali Vina…..”, kataku sambil menjambak jilbab yang di kenakannya.
“ Ahh… kamu cepat belajar….seponganmu enak sekali… , kamu menyukainya sayang?”, tanyaku.
Vina mengangguk dan sambil terus mengulum kontolku…., aku menggerakan pantatku seolah sedang melakukan penetrasi. Vina tampak kelabakan, karena jilbabnya di jambak dan aku memaju mundurkan pantatku. Sampai mentok wajah Vina di selangkanganku. Tampaknya kontolku sampai di rongga kerongkongannya…, vina tampak pucat. Aku menarik lagi jilbabnya. Kemudian aku hentakkan kembali.
“srrruuuuppp…. Aacchh”, Vina yang mulai terbiasa, dan malah menikmati oranya kepadaku. Vina terus melakukan emutan di kontolku.
“Ahh… Vina sayang, enak sekali seponganmu…, aku sebentar lagi keluar…, kamu harus meminum semua pejuku….” Kataku kepada Vina. Disertai anggukan Vina yang terus melakukan oral terhadap kontolku.
“Acckkhhh….keluar sayang…., minum pejuku…..”, Vina hampir tersedak ketika pejuku meluncur dengan deras dan banyak. Tapi tampak rakus meminum semua pejuku. Ada sedikit yang tertumpah di jilbanya. Vina mulai menjilati sisa peju yang masih menempel di kontolku.
“Sekarang kamu lonteku, buka semua bajumu dan celanamu… kamu telanjang…. Dan sisakan jilbab yang kamu pakai….”, perintahku kepada Vina.
Vina mulai membuka semua bajunya…., sehingga yang tersisa hanya jilbab. Payudara Vina terlihat montok sangat menggairahkan, memek si cantik berjilbab tampak terawat dengan bulu-bulu tipis di sekitar vaginanya. Vina sekarang sudah tanpa busana kecuali jilbab yang dikenakannya.
“Mendekatlah kemari lonteku…..”, perintahku kepada Vina.
Vina mulai mendekatiku….., ku remas-remas bongkahan payudaranya…. Dan aku pun mulai menyusu pada payudara si cantik berjilbab tersebut.
“Emmhhh, tubuhmu wangi sayang…., kamu pantas buat di entot sama aku”, kata-kata ku meluncur. Sambil terus menete pada payudara si cantik berjilbab. Sementara tanganku mulai memasuki selangkangan Vina dan mulai memasuki vagina sang gadis berjilbab sambil mencari klitoris Vina.
“EEmmhhh……”, Vina tampak melenguh ketika klitoris nya mulai ketemu oleh aku. Aku mulai memainkan klitoris Vina si cantik berjilbab. Semakin lama vagina si cantik makin basah tubuh Vina tampak melemah, dia mulai terjatuh di atas ranjang.
“Ahhh….. enakk……. Tuan….. “, Vina tampak menikmatinya. Aku mulai mendekatkan bibirku di vagina si cantik. “Emmhhh…. Wangi sekali memek kamu sayang……”, kataku sambil terus menjilat vagina si cantik berjilbab tersebut. Lidahku bermain liar di vaginanya. Kadang sambil aku masukan dua jariku kedalam vagina si cantik tersebut.
Vina makin menggelinjang, dan kakinya menjepit kepalaku…, tangannya menekan kepalaku ke selangkangannya. Seolah tidak mau berhenti untuk terus di jilat vagina si cantik berjilbab tersebut dan diriku pun semakin liar menjilat, dan menyedot vagina si cantik berjilbab tersebut.
“srruuppp….. sruuuppppp…..”, terus aku menjilati vagina Vina.
“Acckkkhhh…… Vina pengen pipis……, Ackkhhhh enak….. ooohhh….”, ucap Vina, yang tidak ku hiraukan ucapan Vina. Aku terus menyedot liang vagina si cantik berjilbab tersebut.
Dan akhirnya “acckkkkhhhhh………. Enak…… nikmat…….”, cairan cinta Vina yang sudah terangsang berat keluar…., dan memenuhi mukaku….
“Ackkhhh Vina…. Memek kamu enak sekali…., kamu memang lonte yang ingin di entot…”, sekarang kontolku sudah mendekati lubang vagina si cantik berjilbab, yang sudah kelelahan setelah orgasme pertamanya.
“Sekarang…. Nikmatilah kontolku ini lonteku….”, kontolku ku gesek kan diatas vagina Vina… “emmhhh….”, vina tampak sayu dan sendu, sedangkan diriku menggenjot vagina si cantik berjilbab…
Dengan lembut aku mencium kening, hidung, pipi dan sambil menghembuskan nafasku mencium telinga Vina yang membuat gairah dalam tubuhnya kembali berkobar dan seluruh bulu-bulu halus di tubuhku berdiri.
“Bibir Vina indah..” itu yang terdengar sebelum oleh Vina sebelum diriku melumat kedua belah bibir sensualnya, Vina tampak menikmat sekali rasanya dicumbui
Lalu aku mulai menggerakan pantatku dan mulai mengobok-obok isi liang vagina Vina.
“Ohh.. Vina.. nikmat sekali.. Kau.. kau.. begitu rapat..” kataku terus mengocok vagina Vina maju dan mundur dan Vinapun semakin menikmatinya, hilang rasanya rasa pedih dan sakit tadi terobati dengan kenikmatan yang tiada taranya. Mulut Vinamulai meracau mengeluarkan desahan dan ocehan.
“Akhh.. Tuan.. Aduuh.. ohh..” lama aku memacu birahinya dan Vinapun mengimbanginya dengan menggelora, sampai akhirnya tubuh Vina mengejang dan sambil memeluk erat tubuhku kembali menyemprotkan cairan yang meledak dari dalam rahim Vina, Vinapun orgasme untuk yang kedua. Untuk beberapa saatku menghentikan gerakannya dan memeluk erat tubuh Vina sambil melumat bibirnya. Vina benar-benar menikmati orgasme yang kedua ini, matanya terpejam sambil melingkarkan kedua kakinya kepadaku. Sementara jilbab Vina sudah tampak tak karuan. Kulepaskan kontolku dari vaginanya.
“Bagaimana kamu masih mau lagi sayang…???”, tanyaku kepada Vina dan dia yang telah diliputi oleh nafsu birahi hanya mengangguk.
Kini kuperintahkan Vina menaiki kontolku. Tidak terlalu sulit kontolku memasuki vagina itu karena sudah basah dan licin. Erangan Vina turut mengiringi proses penetrasi itu hingga akhirnya kontolku itu tertancap seluruhnya.
“Mmhhh…enak Vina, memekmu legit sekali !” gumamku merasakan himpitan dinding vagina Vina terhadap kontolku.
Tanpa menghiraukan ocehanku, Vina mulai menggoyangkan tubuhnya naik-turun. Sesekali ia meliukkan pinggulnya sehingga aku merasa kontolnya seperti dipelintir. Secara refleks tangannya yang saling genggam dengan tanganku itu membimbingnya ke salah satu payudaranya seolah meminta meremasinya. Aku mulai memainkan payudara Vina dan tangan satunya menelusuri tubuh yang molek milik Vina, merasakan kulitnya yang halus dan lekuk tubuhnya yang indah. Vina sudah semakin hanyut dalam persetubuhan.
“Yah…terus Vina, enak…terushh !” desahku itu seiring genjotan Vina yang semakin liar karena semakin dikuasai birahi. Dari bawah diriku juga ikut menggerakkan pinggul, sehingga tumbukkan diriku dan Vina saling berlawanan arah dan menyebabkan kontol itu menusuk lebih dalam. Vina tidak menghiraukan yang lain lagi selain birahinya yang menuntut pemuasan.
“Gimana Vina? Enak ga kontol saya ?” tanya diriku yang telah menaklukkan seorang gadis berjilbab.
“Aahh…ahhh…enak Tuaann…terus…goyang terus Tuaann!” erang Vina.
Tidak sampai lima menit setelah itu, Vinamulai sampai ke puncak, otot-otot vaginanya berkontraksi dengan cepat dan makin basah. Dia menambah kecepatan goyangannya sehingga aku juga makin mendesah.
“Oohhh !” Vinamenggelinjang dahsyat di atas tubuhku.
Selama beberapa saat tubuhnya menegang tak terkendali, dinding vaginanya makin meremasi kontolku yang masih perkasa meski Vinasudah untuk ketiga kalinya orgasme.
“Vinamasih mau kan?” tanyaku dekat telinganya, “mau kan lonte, jawab dong!” tanyanya lagi, kali ini sambil meremas payudaranya.
“Iya…hhhsshh…mau Tuuaann mau!” karena tak kuat menahan keinginan untuk orgasme untuk yang kesekian kalinya, Vinamenjawab terengah-engah.
Kembaliku menjejali vagina Vinadengan kontolku yang masih tegak dan keras. Sambil bepegangan pada pinggang ramping Vinaakupun terus menyodok-nyodokan kontolnya. Sentakan-sentakan kuat itu menyebabkan tubuh Vinaikut bergoncang-goncang, diatas ranjang tempat tangan vinamenahan sodokanku, Desahan-desahan nikmat keluar dari mulutnya, matanya setengah terpejam. Tanganku merambat ke atas hingga menjambak jilbab merahnya. Vinasemakin tak sanggup menahan gelombang birahinya, ia semakin melenguh-lenguh dan nafasnya semakin memburu, sebentar lagi puncak kenikmatan itu akan dicapainya. Namun pada saat Vinaakan orgasme aku menghentikan genjotan, aku memang sedang mempermainkan birahi si cantik berjilbab ini.
Vina terpaksa menggerakkan sendiri pinggulnya agar tetap bergesekan dengan kontol diriku.
. “Oohh…ayo Tuuaann, puasin saya…saya…saya gak tahan lagi…mmhh!” Vina akhirnya memohon supaya diantar ke puncak kenikmatan oleh diriku. memang Vina sudah tak sanggup lagi menahan keinginan untuk orgasme.
Tubuh Vina tersentak-sentak dan makin terdesak ke ranjang, payudaranya yang montok itu kini tertekan pada ranjang. Desahan Vina semakin menjadi ketika gelombang orgasme itu kembali menerpanya, tubuhnya menggelinjang dahsyat seakan melepaskan segala nikmat yang tadi tertunda. Akhirnya Vina mendesah panjang dan seluruh otot-otot tubuhnya mengejang, yang datang kali ini adalah multiorgasme sehingga tubuhnya berkelejotan tak terkendali, sungguh luar biasa seperti melayang ke surga saja rasanya, dari pengalaman seks selama dua tahun dengan kekasihnya saja. Matanya merem-melek dan pandangannya seperti berkunang-kunang selama terhempas gelombang orgasme itu, sensasi itu berlangsung selama 2-3 menit lamanya hingga akhirnya tubuhnya melemas seperti tak bertulang, dan tubuh Vinapun ambruk di ranjang.
Saat itu aku belum mencapai klimaks, aku melanjutkan hujaman-hujamannya terhadap liang vagina gadis itu. Lima menit kemudian barulah kontolku menumpahkan lahar panas di dalam vagina Vina.
“Uuggghh…asyiknya…. Eemmhhh nikmat!” lenguh diriku sambil menekan dalam-dalam kontol yang menyemburkan sperma.
Kontolku masih menyodok vaginanya namun kecepatannya kian menurun. Di paha dalam Vina nampak cairan kewanitaannya yang bercampur dengan sperma pria itu meleleh keluar dari selangkangannya. Setelah genjotan aku berhenti, aku mendekap tubuh gadis itu. Dipeluk tubuh Vina dengan kontol masih menancap di vaginanya walau sudah mulai kendor karena mulai menyusut. Aku memeluknya sambil memijat pelan payudaranya. Vina merasakan betapa banyak cairan orgasme yang keluar dan spermaku yang tertumpah di dalam sana hingga sebagian meleleh keluar dan terasa basah. Perlahan-lahan kontolku mulai melembek dan akhirnya keluar dari vagina Vina.
Aku tersenyum puas setelah selesai menyetubuhi tubuh cantik Vina dan Vinapun mulai tertidur diatas ranjang.
Chapter 5
Ah, malam Sabtu yang indah. Aku sudah kembali ke kosanku dan Vina sudah kembali ke kosannya. Aku ingin beristirahat di kamar kosku setelah staminaku habis melayani Vina. Di tengah aku mau tidur tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kosan, wow. Salma, seorang gadis 18 tahun, kelas 3 SMA. Dia kembang desa di sekitar tempat tinggalku. Anak Pak RW yang cantik dan pintar.
“Assalamualaikum A, maaf ganggu, ini ada titipan makanan dari bapak, kami habis hajatan ulang tahun Salma.” Ujar Salma.
“Wah, Salma, iya makasih ya.. masuk dulu atuh ke kosan aa.”
“Eh gak usah a, Salma mau ke rumah yang lain lagi.” Ujar Salma.
“Hhm.. aku jadikan budak gak ya dik Salma yang bikin ngaceng ini?” tanyaku dalam hati.
Salma ini memang perfect untuk ukuran ABG, buah ranum yang dah bisa dipetik. Ah gue pengen bisa menikmatinya.
“Eh, Salma, tunggu dulu, sini deh..” ujarku memanggilnya kembali saat dia mau pergi.
“Eh iya A, ada apa?” dia menatapku, lalu aku menatapnya, aku pun melafalkan dalam hati perkataan bahwa Salma akan menuruti apa saja yang aku minta, terlihat mukanya agak berubah, mukanya kemudian menunduk, pandangan matanya menjadi kosong. Sepertinya kekuatanku berhasil, namun aku harus mengetesnya terlebih dahulu.
“Salma, masuk dulu yuk ke kosan Aa.” Ujarku.
“Eh iya a..” Salma kemudian masuk, menuruti apa yang aku katakan. Shit, aku dah ngaceng banget nih Salma ada di depanku. Aku kemudian menutup pintu kosan dan menguncinya.
“Salma sayang, aku pengen ngewe kamu.” Ujarku..
“Boleh aa, semua tubuh Salma milik Aa sekarang.” Ujar Salma.
Yes, aku berhasil berarti.
“Salma duduk ya di karpet.” Ujarku. Walaupun sudah bernafsu namun aku tak mau terburu-buru. Santai saja.
Aku pun duduk di hadapan Salma.
“Salma, kamu cantik banget, udah punya pacar belum?” tanyaku pada Salma.
“Ehm.. Salma belum punya pacar kak.” Ujarnya.
“Loh, kok cewek secantik kamu belum punya pacar sih?” tanyaku.
“Aku dilarang pacaran kak sama papahku. Kalau ketahuan aku dihukum papah.” Ujar Salma.
“Wah, Salma belum pernah dipegang-pegang cowok donk?” tanyaku.
“Belum sih..” jawabnya
“Salma masih perawan?” tanyaku.
“Masih A.” ujarnya..
“Wah, aa donk yang pertama kali perawanin kamu?” tanyaku
“Iya a.” hehe
“Kamu pernah ciuman?” tanyaku.
“Belum pernah a” jawabnya.
“Emangnya temen2 laki2 kamu di sekolah atau guru2 kamu gak ada yang nafsu sama kamu ya? Kok kamu yang cantik begini belum tersentuh?” tanyaku
“Mereka Cuma bisa sange dan coli aja bayangin Salma hihi” ujar Salma
“Loh kok kamu tau soal coli dan sange?” tanyaku.
“Tau donk..” jawab Salma
“Kamu pernah nonton film bokep? Tanyaku
“Pernah kak, diajak temen. Hihi”
“Hhm.. pantesan.. ternyata kamu gak polos-polos amat.” Ujarku.
“Sal, kamu berdiri ya..”
Salma pun berdiri memenuhi permintaanku, aku pun berdiri dan memperhatikan detil body Salma, aku kemudian menyentuhkan tanganku ke bagian-bagian sensitifnya. Aku cek payudaranya, pahanya, wow. Membuatku ngaceng maksimal. Aku perhatikan wajahnya yang sangat cantik, benar-benar surga dunia. Aku segera buka celanaku, kontolku ngaceng maksimal. Salma hanya tersenyum saja melihat apa yang aku lakukan kepadanya.
“Sal, kita ke kamar yuk!” ajakku. Salma pun berjalan ke kamarku yang hanya ada sebuah kasur, lalu dia berbaring di kasurku. Aku kemudian berbaring di sebelahnya.
Aroma nafasnya menerpa hidungku dan bau mulutnya yang wangi membuat gelora hasratku terpancing. Bibir gadis berjilbab ini sangat mungil dan sensual. Kulingkarkan tangan kiriku ketubuhnya, dia diam dan malah memejamkan matanya. Pelan tapi pasti bibirku menyentuh bibir Salma dengan lembut. Salma seperti tersentak tiba tiba. Tubuhnya sedikit mengigil dan nafasnya jadi memburu. Kuhentikan gerakan bibirku persis diantara kedua bibir nya, ujung lidahku kudorong keluar sedikit demi sedikit dan bibir Ranum itu mulai kujilati dengan penuh perasaan.Aku sengaja mengontrol gerakan dan keinginan ku sedemikian rupa agar ia dapat merasakan suatu sensasi kelembutan yang membuai dan akan membuat dia terhanyut dalam kenikmatan.
Tubuhnya bergetar dan posisi tidurnya tidak lagi menghadap aku tetapi bergerak telentang dalam dekapanku. Aku segera mengecup kupingnya yg masih tertutup jilbab, sambil pelan2 tanganku menelusup ke balik jilbabnya..mencapai lehernya..mengecup kulit putih tepat leher jenjang itu. Ia mengerang
”Kak.. geli……”
“Nggak papa Salma… ”
aku menjawab sambil terus mengerakkan bibir dan lidahku meluncur di lehernya yang jenjang. Leher mulus itu kujilat dengan lembut dan pelan, terus turun.. turun dan Ouh..Baju muslimahnya tiba tiba terbuka dibagian dadanya, buah dada itu begitu ranum, kulitnya putih dan halus, disekitar putingnya berwarna coklat kemerahan, ditumbuhi bintik bintik putih halus melingkar memagari puting susunya yang kehitaman dan sudah berdiri tegak.
Sungguh satu pemandangan yang sangat indah melihat payudara gadis berjilbab dan baru pertama mengalami rangsangan seksual. Bentuknya masih bulat dan padat membuat aku tidak sanggup lagi menahan diri. Puting muda itu kuhisap dengan lembut dan tubuh ia kembali bergetar .
” Oooouhhhhh kak.. nggak tahan kak.”
” Nggak tahan apanya …”
“Ngak tau kak. nggak tahan aja ”
“Kalau Salma ngerasa sesuatu ikutin aja ” aku berkata sambil memutarkan jempol dan telunjukku keputing susunya.
” kak.. terus kak. ”
” Iya Sal.”
Tanganku makin jauh menelusup ke dalam BH di balik baju muslimahnya. Semua pakaian Salma kulucuti …jilbabnya kulepaskan pelan2.. baju muslimahnyapun aku lepaskan dengan sangat hati2…begitu juga aku..kubuka pakaianku.., kami sekarang telanjang lonjong eh ..bulat. Tubuh putih polos gadis berjilbab sekarang terhidang pasrah dihadapanku. Sementara penisku sudah mulai teler mengeluarkan cairan putih bening pertanda siap tempur. Ia kembali kudekap dengan pelan, penisku kutempatkan persis ditengah belahan vagina
” Ouuuuuuuuuuuuh kak.. Salma jadi basah kak..”
” Iya sayang .. kakak Juga ”
Kugerakkan pinggulku turun naik penuh irama , pelan pelan penisku menyentuh clitoris Salma..
” A aaa duh kak..”
Cengkraman tangan Salma seperti mau merobek kulit punggungku. Dia mulai teransang dengan hebatnya, matanya sayu dan redup, bibirnya merekah setengah terbuka dan basah oleh hasrat kewanitaan yang minta dipuasi.
Sementara aku mulai merasakan cairan panas mengaliri batang penisku, itu adalah cairan vagina Salma yang keluar bagaikan mata air pegunungan sukabumi., kental dan licin. Kedua tanganku mulai membelai payudara nya, kubelai-belai susu kenyal itu, dengan gerakan melingkar bawah ke atas dan berakhir diputingnya yang tegak berdiri. Aku menyadari ini belumlah saat yang tepat untuk melakukan penetrasi, gadis berjilbab ini harus diberi kenikmatan puncak senggama dengan cara lain, setelah nikmat klimaks itu dia cicipi buat pertama kali didalam hidupnya, barulah hal itu akan kulakukan. Pelan pelan kedua kaki Salma kudorong kepinggir, sekarang vagina nya terbentang jelas dihadapan penisku. Bulunya sedikit kepirangan ( ngak pernah disampoin kali ) tepat diatas clitorisnya bulu tersebut membentuk lingkaran kecil seakan disiapkan buat tempat pendaratan lidahku.Aku sudah mau menjilat clitoris itu sambil menunduk tapi tiba tiba
”Kak jangan dijilat ya Salma pasti ngak tahan, kata teman teman kalau vagina dijilat, Salma pasti lansung klimaks.. oooouuuuuuh padahal Salma masih kepingin lebih lama ngerasain seperti ini. ” ujar salam
Ku urungkan niat untuk menjilat vagina yang sudah terbuka lebar tersebut. Kulit diseputar vagina itu putih dan bersih, sementara ketika bibir vagima kusibak dengan jariku, kelihatan warna merah membayang dipinggir bibir dan lubang vagina yang sekarang telah dipenuhi cairan putih bening nan wangi.
Kakinya kuangkat lebih tinggi dan sedikit mengangkang sehingga bibir vagina Salma betul betul terbuka menantang penisku.
” Salma sayaang… kita peting aja dulu ya.”
“Peting itu apa kak..”
” Nih . begini nih ” jawabku
Sambil meletakkan Batang penisku persis ditengah tengah bibir vaginanya dan dengan gerakkan turun naik yang berirama penisku mulai menggosok bibir vagina dan clitoris. Aku merasakan tangan Salma mulai menekan pinggulku agar batang penisku lebih erat menempel di vaginanya. Gerakkanku semakin cepat dan pingul Salma mulai turun naik seirama tarian dangdut penisku. Lendir vagina Salma semakin banyak membuat penisku dengan leluasa bergerak didekapan vaginanya. Akibat licin dan hangat, serta sensasi clitoris yang tersentuh oleh ujung penisku, aku mulai merasakan gerakan sperma menyeruak ingin menyemprot, kukendalikan diri agar air bah sperma ku jangan tumpah duluan sebelum Salma dapat kupuaskan.
” Oooooooooooommmmmm Kak.. Salma ngerasa melayang.dan ooooouuuuuh.... ada yang mendesak dari bawah vaginaku. Ohhhh apa ini kok rasanya seperti ini. Kaaaaakkkkk nggak tahan.. "
"Kak tolong gosokkan penisnya yang kencang…ooooooooooouhhhhhhhhhhh dia datang ouhhhhhhhhh.. " cerocos salam
Sebelum Salma terkulai lemas karena klimaks pertamanya, akupun merasakan gerakan sperma yang tiba tiba kuat menekan dari sela sela kedua torpedoku, terus meniti batang, terus kebagian kepala dan
”oooooooooooooooooOOOOOOOOuuuu"
Sekarang tepat diujung penis "OOOuuhhhh .."
"Salma.. kakak gak tahaannnnn ssssssayang.”
Spermaku muncrat menyirami pusar Salma yang putih bersih, sperma itu begitu kental seperti ingus yang udah mingguan nginap dihidung., diam dan sama sekali tidak meleleh ke bawah, sekalipun dia dipinggir perut Salma.
Chapter 6
30 Menit sebelum Paijo menggarap Salma
Ustadz Heru adalah seorang pemuka agama dan tokoh masyarakat di tempat Paijo dan Salma tinggal. Dia bekerja sebagai PNS dan juga rutin mengajarkan agama kepada masyarakat. Salma adalah salah satu murid privatnya. Ayah Salma meminta Heru untuk mengajarkannya mengaji. Ustadz Heru yang sudah berusia 50 tahun tersebut telah 10 tahun menduda, istrinya meninggal 10 tahun yang lalu karena sakit. Anaknya sudah mulai beranjak dewasa usia kuliah dan SMA. Salma bagi Heru sudah dianggap seperti anak sendiri.
Sampai suatu hari, Heru melihat Salma ada di rumah Paijo. Heru memperhatikan Salma dan Paijo, kemudian mereka berdua masuk ke dalam. Heru mulai curiga karena pintu kontrakan Paijo ditutup. Namun Heru masih menunggu mereka keluar, barangkali Heru terlalu berburuk sangka. 10 menit berlalu tidak ada tanda-tanda Salma keluar dari rumah Paijo. Heru pun berniat untuk menyergap mereka berdua, Heru curiga telah terjadi kemaksiatan di dalam rumah Paijo. Heru mendekat dan berdiri di depan rumah Paijo. Heru mencari celah untuk mengintip apa yang terjadi di dalam. Namun tak ada celah, Heru pun mencoba menguping apa yang terjadi di dalam. Sekilas terdengar desahan mereka berdua, tak salah lagi. Pasti telah terjadi maksiat di dalam. Heru kemudian mengetuk pintu kontrakan Paijo.
---=00000=---
POV Paijo
Aku lega banget akhirnya bisa orgasme di atas perut Salma, walau belum bisa menembus keperawanannya. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu.
“Wah, Sal, itu ada yang mengetuk pintu, cepat rapikan bajumu ya.” Ujarku
“Iya kak.” Aku dan Salma segera ke kamar mandi membersihkan peju dan merapikan pakaian kami.
Setelah rapi, aku kemudian membuka pintu.
“Eh, pak ustadz, apa kabar?” ujarku sambil menyalaminya. Salma aku suruh sembunyi di kamar.
“Hhm.. Paijo, aku gak mau basa-basi, dimana Salma?” tanya Heru.
“Wah, gak ada pak ustadz, Silahkan duduk dulu.” Ujarku.
“Jangan bohong kamu, aku tadi lihat Salma masuk rumah ini, pasti kalian berdua sudah melakukan perbuatan maksiat.” Ujar Heru sambil berjalan ke dalam kontrakan Paijo.
“Sial, ternyata pak ustadz mengetahui Salma di sini.” Ujarku di dalam hati.
“Pasti kamu sembunyikan Salma ya?” tanya Heru.
“Eh, iya pak ustadz. Tapi kami tidak melakukan maksiat di sini.” Ujarku.
“Nah, ternyata kamu ada di sini ya Salma. Ngapain kamu sama Paijo?” ujar Pak Ustadz yang baru melihat Salma di kamar.
“Eh, anu pak ustadz. Gak apa-apa. Tadi Salma habis mengantarkan bingkisan ulang tahun.” Ujar Salma.
“Tuh kan pak ustadz, jangan suuzhan.” Ujarku.
“Gak mungkin, pasti kalian macam-macam, tadi aku nguping mendengar desahan.” Ujar Heru.
Hhm... Tiba-tiba terlintas dibenakku untuk mengerjai ustadz Heru. Aku pun mendekati Salma lalu membisikan sesuatu di telinga Salma. Salma tersenyum dan mengangguk.
“Pak Ustaaadddzzz” Salma memanggil Heru dengan nada manja, lalu perlahan dia membuka kancing kemejanya sehingga branya mulai terlihat...
Aku kemudian menuju ke pintu dan mengunci pintu kamar kontrakanku. Kita bertiga terkunci di kamar.
“Eehhh.. Eeehhh... Salma, kamu ngapain? Paijo kenapa kamu kunci?” tanya Heru..
“Pakkk ustadz... Salma dah gak tahan... Pengen dientot Pak Ustadz...” ujar salma
Salma dengan kemeja sudah terlepas, tinggal rok, bra dan jilbab yang menempel di tubuhnya. Salma kemudian mendekati pak ustadz, lalu memeluk Pak Ustadz. Diam-diam Paijo merekam kejadian tersebut dengan hpnya.
“Jangan Salma, lepasin pak ustadz, ini dosa, zina itu dosa.. Jangan Salma..” Cegah heru
Sungguh tak pernah terbayangkan dalam hidupnya bahwa murid privat mengajinya akan merangsang birahinya. Memang Pak Ustadz mengakui kecantikan dan keseksian Salma, namun tak pernah terlintas sedikitpun untuk bisa menyetubuhi Salma. Namun kali ini Salma sendiri yang menawarkan untuk disetubuhi. Tangan Salma perlahan mengarah kepada kontol Heru dibalik sarungnya. Heru hanya memakai sarung dan celana dalam, hal ini membuat Salma mudah memegang kontol Heru yang sudah ngaceng..
“Aaahhh... Salma... sadar sayang... Kamu dipelet apa sama Paijo kok jadi begini...Aaahhh... jangan Salma.. Aaaahhhh..” ujar Heru.
Sebenarnya dalam dirinya terjadi konflik batin antara rasa berdosa dengan kenikmatan surga dunia. Biar bagaimanapun kontolnya yang ngaceng tak mampu menyembunyikan perasaan nikmat yang sedang di alami Heru.
“Halah... Pak Ustadz.. Jangan munafik deh,... mending nikmati aja..kontol dah ngaceng gitu... kapan lagi bisa ngentot kembang komplek kayak Salma” ujarku...
Setelah memegang-megang kontol Heru dari balik sarungnya, Salma kemudian mendorong Heru untuk berbaring di ranjang. Lalu Salma menarik sarungnya, terlihatlah tonjolan kontol di balik sempak Heru...
“Iiihhh.. kontol pak ustadz dah ngaceng gitu.... Salma suka deh...” ujar Salma.
Tak puas dengan menarik sarung, Salma kemudian menarik sempak Heru. Terlihatlah kontol yang lusalman besar dan panjang. Heru reflek menutup kontolnya dengan tangannya. Salma kemudian membuka bra dan roknya. Salma hanya tinggal memakai celana dalam jilbab di kepalanya.
Salma kemudian menyingkirkan tangan Heru dan mulai mengocok kontolnya. Tak hanya itu Salma pun menyepong kontol Heru.
“Aaahhh... Salma... Oooohhh... jangannn.... Aaaahahhhh...” desah Heru
Yang kali ini penolakan Heru mulai melemah, justru lebih dominan desahan kenikmatan yang keluar dari diri Heru.
Setelah puas menyepong, Salma kemudian mencium Heru, lalu payudara Salma digesek-gesekan ke muka Heru.
“Shiittt.. Enak banget tuh Pak Ustadz... Gue jadi ngaceng lagi...” ujarku melihat Heru dengan Salma..
Tangan Pak Ustadz kemudian meremas-remas payudara Salma... Akhirnya Pak Ustadz menyerah dan mengikuti nafsunya sendiri... Salma kembali menyepong dan mengocok kontol Pak Ustadz..
“AAAaaaahhh... Salmaaaaaa...... Aku gak tahan lagi... Aaaaahahhh...” ujar Pak Ustadz... dan
crot... crot.... crot.....
Air mani Pak Ustadz masuk ke dalam mulut Salma... Salma pun memuntahkan air mani itu ke tangannya.
“Pak Ustadz... banyak banget air maninya...” ujar Salma...
Heru pun lemas...
Aku yang tak tahan lagi segera membaringkan Salma di sebelah Heru, celana dalam Salma aku lepas terlihat memeknya yang indah. Kakinya terentang membuat posisi vaginanya jelas terbuka, pelan pelan kutempatkan ujung penisku dilubang vagina Salma tetapi aku masih dian. Aku ingin dia merasakan sensasi dan getaran hangat dari ujung penisku. Salma menyodorkan payudara untuk kuhisap
” Mmmmm . ” aku langsug menghisapnya,
Tubuh Salma kembali bergetar hebat dan tanpa dia sadari. Ujung runcing penisku pelan pelan telah membuka jalan masuk ke vaginanya. ” Kaaakkkk .. perih” Salma mendekapku ketika batang penisku telah hampir separuh jalan menuju singgasananya. Dinding vagina Salma yang masih perawan terasa menjepit dan menahan gerakan maju penisku, itu mungkin yang membuat dia merasa sedikit perih. Kutarik penis ku dengan pelan, ujungnya kuarahkan ke Clitorisnya.
Dengan gerakan mencongkel yang lembut ujung penisku beradu dengan clitorisnya.
“oooouuuuuuuuOOOOOOOOOO!!!!!, Kak aku nggak tahan.. Oh ouhhhh masuk semua ya kak..! rasanya sesak sekali.” Ujar Salma
” Masih perih sayang? ….” kataku berbisik dikupingnya
” Ngak papa kaaakkkk terus aja kakak tusuk ya.. yang dalam kakkkk .” pintanya
Gerakan keluar masuk penisku di dalam vagina Salma dilakukan berulang dengan kecepatan yang konstan. Jerit lirih kesakitan Salma telah hilang secara total tergantikan oleh sensasi kenikmatan yang dirasakannya..
“ Ouh…kak….nikmat…, Ouh kak…. Ouhhhh…” demikian erangan dan lenguhan Salma keluar dari mulutnya berulang-ulang.
Hingga akhirnya pinggul Salma turut bergerak memberikan tambahan sensasi nikmat yang berlebihan bagiku maupun dirinya
“Auh…auh…” erang Salma
Dengusan dan erangan bersatu dalam keriuhan deru nafas kami. Rasa nikmat ini terus membuat melayang-layang sehingga erangan nikmatku bersahutan dengan erangan nikmat Salma. Sehingga menghasilkan suatu konser desahan kenikmatan yang bisa membuat terangsang bagi yang mendengarnya.
Gerakanku dan goyangan pinggul Salma semakin cepat dan mulai kejang-kejang tanpa dapat dikendalikan. Dan deraan nikmatpun semakin membuat kami lupa diri. Aku dan Salma terus mendengus dan mengerang bersahutan dengan gerakan yang sudah tidak beraturan lagi, seolah sedang menggapai nikmat yang semakin lama semakin bertambah tinggi.
“Ouh…kak…., ouh…nikmat….ouh…..auwh…” Salma semakin meracau
“ Oh … Salma…. Oh …..” Dengus nikmatku semakin nyaring
Tiba-tiba ada dorongan tenaga yang sangat besar dari dalam tubuhku yang tidak bisa dilawan. Badanku melenting kejang kaku, kontolku tertanam dalam menekan vagina Salma hingga ke pangkalnya dan dari mulutku keluar jeritan nikmat yang panjang tak tertahan
“Aaaahkkks…..”
Pada saat yang sama Salma mengalami hal yang sama. Badannya melenting, kukunya menancam dipunggung Ku dan pinggulnya naik menekan selangkanganku serta kepala terdongak dan keluar jeritan panjang
“Aaaaaaahhhhkkkks……..”
Sedetik kemudian….
Cret….cret…cret…
Spermaku keluar dengan derasnya membasahi seluruh rongga liang vagina Salma dan disambut dengan kontraksi yang sangat hebat dari dalam liang vagina Salma yang memeras dan memijit-mijit kontolku serta menghisap-hisap seluruh sperma yang terpancar dari kontol Ku menghasilkan suatu puncak kenikmatan yang tak terbandingkan secara bersamaan yang kami rasakan.
Setelah itu, Badan Ku seolah melayang ringan jatuh terhempas diatas tubuh Salma yang juga merasakan hal yang sama seperti yang kurasakan..
Pak Ustadz hanya terbengong melihat orgasme kami berdua.
Chapter 7
Aku baru selesai menikmati Salma, sekaligus memerawaninya. Pak Ustaz terbelalak melihat murid mengajinya mendesah-desah di bawah genjotanku. Aku yakin kontolnya ngaceng kembali melihat adegan live di depannya. Salma terbaring lemas dengan aurat yang terbuka.
“Pak Ustaz, ini rahasia kita bertiga ya. Kalau mau pak ustadz boleh menikmati Salma, tapi jangan bilang ke siapapun.” Ujarku..
“Gila kamu jo, pakai ilmu apa si Salma bisa nurut begini sama kamu? Pasti pakai pelet ya?” ujar Heru.
“Hehe.. ada deh pak ustadz, rahasia perusahaan. Yang penting pak Ustaz juga kecipratan berkah juga kan? Hihi” ujarku.
“Iya sih jo, tapi aku merasa berdosa juga nih.” Ujar Heru.
“Halah, nikmatin aja taz, soal dosa ga perlu dipikirin. Yang penting kenikmatan duniawi.” Ujarku..
“Hush, kamu kok gitu Jo..” ujar Heru.
“Yaudah, daripada debat, gimana kalau kita garap lagi Salma satu ronde lagi?” ajakku..
“Ayo deh, aku juga dah ngaceng lagi Jo..” ujar Heru.
Akhirnya Salma digarap Paijo dan Heru sampai muka dan badannya penuh dengan peju mereka berdua.
***
Paijo dan Vina kembali masuk kerja, Salma kembali ke sekolah seperti biasa, seolah tak terjadi apa-apa. Mereka beraktifitas normal seperti biasa, menyelesaikan kewajibannya guna mendapatkan nafkah dan penghasilan masing-masing. Di sela-sela istirahat, Paijo kemudian berpikir terkait kenikmatan yang telah didapatkan. Dia ingin mendapatkan kenikmatan-kenikmatan lainnya. Jatah permintaan dari jin lampu tinggal satu lagi. Dia juga memikirkan kira-kira apa yang akan dia minta sebagai permintaan terakhir.
Aku sih masih nafsu sama Vina dan Salma, Cuma namanya laki-laki kalau sudah berhasil menaklukan satu wanita pasti ingin menambah lagi taklukannya. Kalau sudah berhasil merasakan satu sensasi ingin mencoba sensasi lainnya. Itulah yang kurasakan sekarang. Tentu saja aku gak akan melepas Salma dan Vina, aku akan tetap menggunakan mereka untuk memuaskan hasratku.
Aku bertemu Vina di kantor, dia tersenyum kepadaku. Aku balik tersenyum kepadanya, lalu aku mengedipkan mata. Dia balas mengedipkan mata. Memang aku tidak ingin para penghuni kantor ini tahu kalau aku dekat dengan dia. Ah, aku benci harus sembunyi-sembunyi begini terus. Aku kemudian punya ide bagus. Aku segera mengambil lampu di tasku, lalu aku masuk gudang yang sepi tak ada siapapun. Aku menggosok lampu tersebut, keluarlah jin sakti yang bisa mengabulkan permintaanku.
“Hahaha... Akhirnya tuan memanggilku lagi... mau minta apa lagi tuan?” tanya jin.
“Wah.. jatahku tinggal satu permintaan lagi ya?” tanyaku.
“Iya tuan, aku hanya dapat mengabulkan permintaanmu satu kali lagi.” Ujarnya.
“Baik, aku minta bisa berubah wujud menjadi cowok yang ganteng. Apa kamu bisa?” tanyaku.
“Wahh itu gampang sekali tuan.” Lalu si jin memejamkan mata dan membukanya kembali.
“Sudah tuan” ujar jin.
“Mana? Aku belum berubah wujud?” tanyaku.
“Tuan tinggal memejamkan mata, lalu ucapkan mantra ini, sim salabim jadilah ganteng, pasti langsung berubah. Ujar jin tersebut.
Aku mencoba mengikuti arahan si jin, kupejamkan mataku lalu kubaca mantra yang diberikan. Dan, tiba-tiba aku merasa tubuhku lebih tinggi dan kekar. Wow, tubuhku berubah, bagaimana dengan mukaku? Jin itu memberiku cermin, aku kaget karena aku ganteng banget. Mirip artis Jeffry Nichols. Kalau ganteng begini sih tanpa perlu pelet pasti perempuan berlomba-lomba dekat sama aku.
“Oke jin, makasih ya. Gak bisa minta lagi donk ya aku ke kamu.” Ujarku
“Hahaha... kamu sudah gak bisa, tapi orang lain masih bisa hahaha” ujar jin.
“Wah, berarti nanti aku tinggal suruh yg lain gosok lampu, kamu bisa mengabulkan permintaannya ya?” ujarku
“Benar tuan..”
“Eh, ini gimana cara kembali jadi Paijo lagi?” ujarku
“Tinggal pejamkan mata lalu baca mantra, kembali menjadi Paijo.” Ujar jin.
“Oke..”
POV Paijo
Aku jalan bersama Vina dengan wujud baruku, kuberi nama David. Vina sudah tahu bahwa aku bisa berubah wujud sekarang, kini kami tak perlu sembunyi-sembunyi lagi. Aku menamai diriku yang ganteng ini David, wujudku hampir sempurna. Kebetulan sore ini Vina ada ketemuan dengan circlenya, yakni para hijaber.
Kami berdua masuk ke sebuah restoran mewah, aku menggandeng Vina. Kami terlihat sangat serasi. Di sana sudah ada 4 orang hijabers menunggu kami, semuanya sangat cantik. Wow bidadari surga. Andai aku bisa memiliki semuanya. Aku gilir mereka satu per satu. Oh. Pasti sangat nikmat. PIkiranku melayang mengkhayalkan hal-hal mesum. Vina mengajakku duduk bersama mereka.
"Hai Vin, wah dah bawa cowok aja nih.." ujar perempuan berhijab merah.
"Hihi iya nih. kenalin, ini pacar baruku, namanya David. Mas David, kenalin, ini teman-temanku. Yang hijab merah namanya Tasya, dia model hijab. Yang kerudung pink namanya Nurul, dia desainer hijab. Yang hijab putih namanya Nisa, dia model hijab juga. Yang kerudung hitam namanya Bunga, kalau dia investor produk hijab." ujar Vina.
"Halo.. salam kenal semua..." ujarku.
"Vina, gak bilang-bilang dah punya pacar, bikin gue iri aja" ujar Tasya.
"Iya Vin, mana ganteng banget lagi pacarnya," ujar Nisa.
"Hihi.. iya.. makasih.." ujar Vina..
"Ayo pesan makanannya Vin, David." ujar Bunga mempersilahkan kami memesan makanan.
Kami pun mengobrol banyak hal, Vina dan kawan-kawannya sedang punya proyek bersama yang dikerjakan. Jujur aku sudah bernafsu melihat hijaber cantik ini, aku ingin menikmati semuanya. Bisa saja aku langsung membaca mantraku supaya mereka jadi budak seksku. Namun aku ingin lebih menantang. Aku ingin mereka takluk di hadapanku tanpa aku harus memakai kekuatanku. Bagaimana ya caranya? Ah nanti saja aku fikirkan..
Aku dan Vina kemudian menuju kosan Vina, aku kemudian masuk ke dalamnya. Ah, aku pikir bisa ganti oli nih malam ini.
"Vin, kita ngewe yuk!" ujarku.
"Ih, mas Paijo vulgar banget sih."Ujar Vina.
"Hihi.. abis aku dah ga tahan sih..." ujarku..
"Hhm.. dasar.. aku mandi dulu ya mas.." ujar Vina.
"Oke.." ujarku..
Vina lalu keluar kamar mandi dengan legging, kaos ketat dan hijabnya. Membuat aku semakin terangsang dan ingin segera menggenjotnya. Dia lalu duduk disampingku di sofa ruang tamu.
"Hhm.. gimana mas temen-temen Vina? Cantik-cantik kan?" tanya Vina.
"Iya, luar biasa kamu punya teman. Mas pengen ngentot semuanya." ujarku.
"Hihi dasar mesum.." ujarku.
"Mas ada ide, kita sekaran main sambil direkam, nanti rekamannya kamu kirim ke mereka-mereka ya." ujarku.
"Siap tuanku, ide bagus. Tuan memang hebat."ujar Vina
Kami pun berjalan ke kamar, di atas kasur Vina sudah telentang siap aku entot.
Aku pun langsung memegang tangannya. Saat itu aku langsung memegang kedua lengan bagian atas Vina dengan cepat mulai membuka membuka kaos ketat yang dikenakan Vina. Badan Vina hanya bisa menggeliat-geliat. Sebentar saja baju bagian depan Vina telah terbuka, sehingga kelihatan dadanya yang montok itu ditutupi dengan BH yang berwarna putih bergerak naik turun mengikuti irama nafasnya.
Perutnya yang rata dan mulus itu terlihat sangat mulus dan merangsang. Tangan kanan Aku bergerak ke belakang badan Vina dan membuka pengait BH Vina. Kemudian Aku menarik ke atas BH Vina dan…, sekarang terpampang kedua buah dada Vina yang besar sangat mulus dengan putingnya yang coklat muda agak tegang naik turun dengan cepat karena nafas Vina yang tidak teratur. Aku mulai mencium belakang telinga Vina dan lidahku bermain-main di dalam kuping Vina. Hal ini menimbulkan perasaan yang sangat geli, yang menyebabkan badan Vina menggeliat-geliat dan tak terasa Vina mulai terangsang juga oleh permainanku ini.
Aku sengaja tidak melepas jilbabnya, karena aku ingin melihatnya telanjang dengan jilbab yang masih terpakai di kepalanya
Mulutku berpindah dan melumat bibirnya dengan ganas, badan Vina yang tadinya tegang mulai agak melemas, kepala Vina tertengadah ke atas dan badan bagian atasnya yang terlanjang melengkung ke depan, ke arahku, payudaranya yang montok bulat kencang itu, seakan-akan menantangku
Aku langsung bereaksi, tangan kananku memegangi bagian bawah payudara Vina, mulutku menciumi dan mengisap-isap kedua puting itu secara bergantian. Mulanya buah dada Vina yang sebelah kanan menjadi sasaran mulutku. Buah dada itu hampir masuk semuanya ke dalam mulutku, Aku mulai mengisap-isapnya dengan lahap. Terasa sesak napas Vina menerima permainanku yang lihai itu. Badan Vina terasa makin lemas dan dari mulutnya terus terdengar erangan,
“Sssshh…, ssssshh…, aahh…, aahh…, ssshh…, sssshh…, terusss.. aaaahhh”, desis Vina
Mulutku terus berpindah-pindah dari buah dada yang kiri, ke yang kanan, mengisap-isap dan menjilat-jilat kedua puting buah dada Vina secara bergantian selama kurang lebih lima menit.
Badannya benar-benar telah lemas menerima perlakuanku ini. Aku melihat matanya terpejam pasrah dan kedua putingnya telah benar-benar mengeras. Dalam keadaan terlena itu tiba-tiba badan Vina tersentak, karena dia merasakan tanganku mulai mengelus-elus pahanya yang tertutup leggingnya. Vina mencoba menggeliat, badan dan kedua kakinya digerak-gerakkan untuk mencoba menghindari tanganku tersebut beroperasi di pahanya, akan tetapi karena badan dan kedua tangannya terkunci olehku, maka dia tidak bisa berbuat apa-apa, yang hanya dapat dilakukan oleh Vina adalah hanya mengerang,
Aktivitas tanganku makin ditingkatkan, terus bermain-main di paha Vina yang mulus itu dan secara perlahan-lahan merambat ke atas dan jariku menyentuh bibir kemaluannya. Segera badan Vina tersentak dan,
“aahh…, !”,
mula-mula hanya ujung jari telunjuk Aku yang mengelus-elus bibir kemaluan Vina yang tertutup CD, akan tetapi tak lama kemudian tangan kananku menarik CD Vina dan memaksanya lepas dari pantatnya dan meluncur keluar di antara kedua kaki Vina. Vina tidak dapat berbuat apa-apa untuk menghindari perbuatanku ini. Sekarang Vina dalam posisi duduk di atas kasur dengan tidak memakai CD dan kedua buah dadanya terbuka karena BH-nya telah terangkat ke atas. Muka Vina yang ayu terlihat merah merona dengan matanya yang terpejam sayu, sedangkan giginya terlihat menggigit bibir bawahnya yang bergetar.
Tanpa menyia-nyiakan waktu yang ada, tangan kananku mulai membuka kancing dan retsliting celanaku, setelah itu dia melepaskan celana yang dikenakan sekalian dengan CD-ku. Pada saat CD-ku terlepas, maka senjataku yang telah tegang sejak tadi itu seakan-akan terlonjak bebas mengangguk-angguk dengan perkasa. Aku agak merenggangkan badannya, maka terlihat oleh Vina benda yang sedang mengangguk-angguk itu, kedua matanya terbelalak melihat benda yang terletak diantara kedua pahaku. Aku menatap muka Vina yang sedang terpesona dengan mata terbelalak dan mulut setengah terbuka itu,
“Kau Cantik sekali Vina…”, gumamku mengagumi ,,,,kecantikan Vina.
Kemudian dengan lembut Aku menarik tubuh Vina yang lembut itu, sampai terduduk di pinggir kasur dan sekarang Aku berdiri menghadap langsung ke arah Vina. Sambil memegang kedua paha Vina dan merentangkannya lebar-lebar, Aku membenamkan kepalaku di antara kedua paha Vina. Mulut dan lidahku menjilat-jilat penuh nafsu di sekitar kemaluan Vina yang yang masih rapat, tertutup rambut halus itu. Vina hanya bisa memejamkan mata dan berteriak
“Ooohh…, nikmatnya…, ooohh!”, lenguhan vina disertai tubuhnya bergerak menggelinjang-gelinjang kegelian.
“Ooooohh…, hhmm!”, terdengar rintihan halus, memelas keluar dari mulutnya.
“Mass…, aku tak tahan lagi…!”, Vina memelas sambil menggigit bibir.
Tanganku yang melingkari kedua pantat Vina, kini dijulurkan ke atas, menjalar melalui perut ke arah dada dan mengelus-elus serta meremas-remas kedua payudara Vina dengan sangat bernafsu.
Menghadapi serangan bertubi-tubi yang dilancarkan olehku ini, Vina benar-benar sangat kewalahan dan kemaluannya telah sangat basah kuyup.
“Maasss…, aakkhh…, aakkkhh!”, Vina mengerang halus,
Kedua pahanya yang jenjang mulus menjepit kepalaku untuk melampiaskan derita birahi yang menyerangnya, dijambaknya rambutku keras-keras. Aku melepaskan diri, kemudian bangkit berdiri di depan Vina yang masih terduduk di tepi kasur, aku menarik Vina dari atas kasur dan kemudian Aku gantian duduk di tepi kasur dan kedua tanganku menekan bahu Vina ke bawah, sehingga sekarang posisi Vina berjongkok di antara kedua kakiku dan kepalanya tepat sejajar dengan bagian bawah perutnya. Vina sudah tahu apa yang diinginkan olehku, namun tanpa sempat berpikir lagi, tanganku telah meraih belakang kepala Vina dan dibawa mendekati kejantananku.
Tanpa mendapat perlawanan yang berarti dari Vina, kepala penisku telah terjepit di antara kedua bibir mungil Vina, yang dengan terpaksa dicobanya dan dikulum alat vitalku ke dalam mulutnya. Ku lihat Vina bekerja keras, menghisap, mengulum serta mempermainkan batang itu keluar masuk ke dalam mulutnya. Rasanya sangat seksi melihat gadis yang sudah telanjang tapi masih memakai jilbab sedang menyedot penis
Beberapa saat kemudian Aku melepaskan diri, badannya yang ringan itu dan membaringkan di atas ranjang. Kemudian Aku mulai berusaha memasuki tubuh Vina. Tangan kananku menggenggam batang penis dan digesek-gesekkan pada clitoris dan bibir kemaluan Vina, hingga Vina merintih-rintih kenikmatan dan badannya tersentak-sentak. Aku terus berusaha menekan senjataku ke dalam kemaluan Vina yang memang sudah sangat basah itu.
Pelahan-lahan kepala penisku menerobos masuk membelah bibir kemaluan Vina. Dengan kasar Aku tiba-tiba menekan pantatku kuat-kuat ke depan sehingga pinggulku menempel ketat pada pinggul Vina. Beberapa saat kemudian aku mulai menggoyangkan pinggulku, mula-mula perlahan, kemudian makin lama semakin cepat dan bergerak dengan kecepatan tinggi diantara kedua paha halus gadis ayu tersebut. Vina berusaha memegang lenganku, sementara tubuhnya bergetar dan terlonjak dengan hebat akibat dorongan dan tarikan penisku pada kemaluannya, giginya bergemeletuk dan kepalanya menggeleng-geleng ke kiri kanan di atas meja. Vina mencoba memaksa kelopak matanya yang terasa berat untuk membukanya sebentar dan melihat wajahku, dengan takjub. Vina berusaha bernafas dan …:”
“Mass…, aahh…, ooohh…, ssshh”,
Sementara aku tersebut terus menyetubuhinya dengan ganas.
Vina sungguh tak kuasa untuk tidak merintih setiap kali Aku menggerakkan tubuhku, gesekan demi gesekan di dinding liang vaginanya. Setiap kali aku menarik penisnya keluar, dan menekan masuk penisku ke dalam vagina Vina, maka klitoris Vina terjepit pada batang penisku dan terdorong masuk kemudian tergesek-gesek dengan batang penisku yang berurat itu. Hal ini menimbulkan suatu perasaan geli yang dahsyat, yang mengakibatkan seluruh badan Vina menggeliat dan terlonjak, sampai badannya tertekuk ke atas menahan sensasi kenikmatan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.
Aku tersebut terus menyetubuhi Vina dengan cara itu. Sementara tanganku yang lain tidak dibiarkan menganggur, dengan terus bermain-main pada bagian dada Vina dan meremas-remas kedua payudara Vina secara bergantian. Ia berusaha menggerakkan pinggulnya, akan tetapi paha, bokong dan kakinya mati rasa. Tapi ia mencoba berusaha membuatku segera mencapai klimaks dengan memutar bokongnya, menjepitkan pahanya, akan tetapi aku terus menyetubuhinya dan tidak juga mencapai klimaks.
Ia memiringkan kepalanya, dan terdengar erangan panjang keluar dari mulutnya yang mungil,
“Ooooh…, ooooooh…, aahhmm…, ssstthh!”.
Vina melengkungkan punggungnya, kedua pahanya mengejang serta menjepit dengan kencang, menekuk ibu jari kakinya, membiarkan bokongnya naik-turun berkali-kali, keseluruhan badannya berkelonjotan, menjerit serak hingga larut dalam orgasme total yang dengan dahsyat melandanya, diikuti dengan suatu kekosongan melanda dirinya dan keseluruhan tubuhnya merasakan lemas seakan-akan seluruh tulang copot berantakan.
Selama proses orgasme yang dialami Vina ini berlangsung, memberikan suatu kenikmatan yang hebat yang dirasakan olehku, dimana penisku yang masih terbenam dan terjepit di dalam liang vagina Vina dan merasakan suatu sensasi luar biasa, batang penisku serasa terbungkus dengan keras oleh sesuatu yang lembut licin yang terasa mengurut-urut seluruha penisku, terlebih-lebih pada bagian kepala penisku setiap terjadi kontraksi pada dinding vagina Vina, yang diakhiri dengan siraman cairan panas.
Perasaanku seakan-akan menggila melihat Vina yang begitu cantik dan ayu itu tergelatak pasrah tak berdaya di hadapannya dengan kedua paha yang halus mulus terkangkang dan bibir kemaluan yang kuning langsat mungil itu menjepit dengan ketat batang penisnku.
Tidak sampai di situ, beberapa menit kemudian Aku membalik tubuh Vina yang telah lemas itu hingga sekarang Vina setengah berdiri tertelungkup di meja dengan kaki terjurai ke lantai, sehingga posisi pantatnya menungging ke arahku. Aku ingin melakukan doggy style, tanganku kini lebih leluasa meremas-remas kedua buah payudara Vina yang kini menggantung ke bawah.
Dengan kedua kaki setengah tertekuk, secara perlahan-lahan aku menggosok-gosok kepala penisku yang telah licin oleh cairan pelumas yang keluar dari dalam vagina Vina dan menempatkan kepala penisku pada bibir kemaluan Vina dari belakang.
Dengan sedikit dorongan, kepala penisku tersebut membelah dan terjepit dengan kuat oleh bibir-bibir kemaluan Vina. Kedua tanganku memegang pinggul Vina dan mengangkatnya sedikit ke atas sehingga posisi bagian bawah badan Vina tidak terletak pada meja lagi, hanya kedua tangannya yang masih bertumpu pada meja.
Kedua kaki Vina dikaitkan pada pahaku. Kutarik pinggul Vina ke arahku, dibarengan dengan mendorong pantatnya ke depan, hingga membuat lenguhan panjang keluar dari mulut Vina,
“Ooooooouuuhhhh....!”,
Penisku tersebut menerobos masuk ke dalam liang vaginanya dan Aku terus menekan pantatnya sehingga perutnyaku menempel ketat pada pantat Vina yang setengah terangkat. Aku memainkan pinggulnya maju mundur dengan cepat sambil mulutku mendesis-desis keenakan merasakan penisku terjepit dan tergesek-gesek di dalam lubang vagina Vina yang ketat itu.
Kemudian Aku merubah posisi permainan, dengan duduk di kursi yang tidak berlengan dan Vina kutarik duduk menghadap sambil mengangkang pada pangkuanku. Aku menempatkan penisku pada bibir kemaluan Vina dan mendorongnya sehingga kepala penisnya masuk terjepit dalam liang kewanitaan Vina, sedangkan tangan kiriku memeluk pinggul Vina dan menariknya merapat pada badanku, sehingga secara perlahan-lahan tapi pasti penisku menerobos masuk ke dalam kemaluan Vina.
Tangan kananku memeluk punggung Vina dan menekannya rapat-rapat hingga kini badan Vina melekat pada badanku. Kepala Vina tertengadah ke atas, pasrah dengan matanya setengah terkatup menahan kenikmatan yang melandanya sehingga dengan bebasnya mulutku bisa melumat bibir Vina yang agak basah terbuka itu.
Vina mulai memacu dan terus menggoyang pinggulnya, memutar-mutar ke kiri dan ke kanan serta melingkar, sehingga penisku seakan mengaduk-aduk dalam vaginanya sampai terasa di perutnya. Tak berselang kemudian, Vina merasaka sesuatu yang sebentar lagi akan kembali melandanya. Gerakannya semakin brutal disertai suaranya yang kadang-kadang memekik lirih menahan rasa yang luar biasa itu. Dan ketika klimaks itu datang lagi, Vina tak peduli lagi,
“Aaduuuh…, eeeehm”, Vina memekik lirih sambil menjambak rambutku memeluknya dengan kencang itu.
Dunia serasa berputar. Sekujur tubuhnya mengejang, terhentak-hentak di atas pangkuanku.
Kemudian kembaliku gendong dan meletakkan Vina di atas kasur. Aku mengambil posisi diantara kedua paha Vina yang kutarik mengangkang, dan dengan tangan kananku menuntun penisku ke dalam lubang vagina Vina yang telah siap di depannya. Aku mendorong penisku masuk ke dalam dan menekan badannya. Desah nafasnya mendengus-dengus seperti kuda liar, sementara goyangan pinggulnya pun semakin cepat dan kasar. Peluhnya sudah penuh membasahi sekujur tubuhnya dan tubuh Vina yang terkapar lemas di atas meja.
Badannya terlonjak-lonjak mengikuti tekanan dan tarikan penisku. Vina benar-benar telah KO tidak berdaya, hanya erangan-erangan halus yang keluar dari mulutnya, kedua tangannya mencengkeram tepi meja untuk menjaga keseimbangannya. Dan aku sekarang merasa sesuatu dorongan yang keras seakan-akan mendesak dari dalam penisku yang menimbulkan perasaan geli pada ujung penisku.
Aku mengeram panjang dengan suara tertahan,
“Agh…, terus”,
Pinggulku menekan habis pada pinggul gadis yang telah tidak berdaya itu, sehingga buah pelirku menempel ketat dan batang penisku terbenam seluruhnya di dalam liang vagina Vina. Dengan suatu lenguhan panjang,
“Sssh…, ooooh!”,
Aku merasakan denyutan-denyutan kenikmatan yang diakibatkan oleh semprotan air maniku ke dalam vagina Vina. Ada kurang lebih lima detik aku tertelungkup di atas badan gadis ayu tersebut, dengan seluruh tubuhku bergetar hebat dilanda kenikmatan orgasme yang dahsyat itu. Dan pada saat yang bersamaan Vina yang telah terkapar lemas tak berdaya itu merasakan suatu semprotan hangat dari pancaran cairan kental hangat ku yang menyiram ke seluruh rongga vaginanya.
Chapter 8
Haduh, cape juga ngewe Vina. Aku kembali ke kosanku, lalu kembali menjadi Paijo. Ah aku ingin istirahat saja di rumah, aku pura-pura sakit saja ke bosku. Waktuku dihabiskan dengan tidur, main game, dan nonton TV. Sampai aku melihat Salma lewat di depan kosanku dengan seragamnya, kelihatannya dia mau ke sekolah. Aku pun memanggilnya.
“Hai Salma” ujarku
“Eh, tuan Paijo” dia kemudian mendekat kepadaku.
“Siang-siang begini kok baru berangkat sekolah Sal?” tanyaku.
“Iya tuan, Salma kebagian kelas siang, emang kenapa tuan?” tanya Salma.
“Aku ikut ya ke sekolah kamu” ujarku.
“Ih jangan tuan, nanti pada nanya lagi soal tuan.” Ujar Salma
“Kamu naik apa emang ke sekolah?” tanyaku
“Naik ojol.” Ujarku.
“Yaudah, aku susul kamu ya..” ujarku.
“Terserah tuan deh..” ujar Salma..
Aku lalu mengikuti Salma dengan motorku ke sekolahnya, salah satu SMA favorit di kotaku. Aku memarkir motorku di minimarket dekat SMA tersebut. Aku berfikir bagaimana caranya masuk ke sekolah. Ah aku pura-pura saja jadi calon orang tua murid. Mukaku dah tua sih hihi.
“Permisi pak, boleh saya meminta informasi tentang sekolah ini? Kebetulan anak saya rencana tahun depan mau masuk SMA.” Ujarku kepada satpam.
“Oh ya pak silahkan, masuk nanti belok kanan, bisa tanya di kantor.” Ujar Satpam.
Aku pun mengikuti arahan satpam dan masuk ke kantor, berpura-pura menanyakan informasi. Setelah itu aku ke kantin, lalu aku kontak Salma via WA.
Salma sedang di kelas, aku menunggu sampai pelajaran berakhir, dan setelah berakhir Salma segera duduk denganku di kantin.
“Hai Salma, udah belajarnya?” tanyaku.
“Iya nih om, udah.” Ujarnya. Salma memanggilku om bukan tuan agar tidak diketahui hubungan kami.
“Hei Sal, ini siapa?” ujar salah satu temannya menanyakan tentang aku.
“Oh, ini omku, dia kesini pengen liat sekolah, anaknya mau masuk sini juga.” Ujar Salma.
“Oh iya, salam kenal om. Sal aku duluan ya.” Ujar kawannya.
“Yes, akhirnya aku bisa ke sekolah kamu juga.” Ujarku
“Iya ih, ngapain sih tuan ke sekolah Salma.” Tanyanya.
“Pengen tahu aja hihihi.” Ujarku.
“Sal, kamu dah punya pacar belum?” tanyaku.
“Udah om, anak sini juga.” Ujar Salma.
“Wah, mana anaknya? Kalian dah ngapain aja?” tanyaku penasaran
“ kayaknya lagi di kelas deh. Jalan sama pegangan tangan aja sih, eh ciuman pernah deh.” Ujar Salma
“Kalian belum pernah ngentot?” tanyaku.
“Pacarku gak berani om, takut katanya. Grepe-grepe juga ga berani.” Ujar Salma.
“Pacar kamu anak baik2 ya?” tanyaku.
“Dia ketua OSIS sih, ganteng jago olah raga, tapi ya emang anak baik2.” Ujar Salma
“Hhhm... sayang, padahal cewek secantik dan seseksi kamu dianggurin.” Ujarku.
“Nah, itu dia menuju kesini om..” ujar Salma.
“Hai Salma, ini siapa ya?” ujar Gery pacarnya Salma.
“Oh sayang, ini omku, lagi survey sekolah buat anaknya.” Ujar Salma,
“Owh, iya om salam kenal, saya Gery temannya Salma” kelihatan Gery masih malu-malu mengakui hubungannya di depanku.
“Sal, om, aku ada rapat OSIS dulu. Duluan ya.” Ujar Gery.
“Eh iya Ger.” Ujar Salma.
“Silahkan dik” ujarku.
Gery pun menuju ruangan kelas tempat rapat OSIS. Tak sengaja pandanganku tertuju pada seorang siswi yang sedang duduk sendiri di kantin.
“Eh, Sal, kamu kenal gak siswi itu? Cantik banget kayak kamu.” Ujarku.
“Oh, itu namanya Syahwa tuan. Tuan mau jadikan dia budak juga? Kalau dia selain cantik pintar juga, juara kelas terus.” Ujar Salma.
“Wah, iya Sal. Kamu panggil dia ke sini ya.” Ujarku.
Salma kemudian mendatangi Syahwa, lalu mengajaknya duduk bersama kami. Kelihatannya mereka sudah akrab. Aku berkenalan dengan Syahwa, saat kami saling menatap, aku segera merafalkan mantra agar Syahwa jadi budakku. Kemudian dia beberapa saat, kosong pandangannya, lalu setelahnya tersenyum kepadaku.
“Hai Syahwa..” ujarku.
“Iya tuan, Syahwa siap menerima perintah” ujarnya. Wow langsung manjur ternyata sihirku yang didapat dari jin lampu.
“Syahwa, kamu dah punya pacar belum?” tanyaku.
“Udah tuan, pacarku adik kelas, beda dua tahun hihi.” Ujar Syahwa.
“Wah, kamu suka berondong muda ya.” Ujarku
“Iya tuan, habis dia imut gitu.” Ujar Syahwa.
“Udah ngapain aja sama pacar kamu?” tanyaku
“Belum ngapa-ngapain tuan, baru nonton bioskop bareng.” Ujar Syahwa.
“Wah.. Eh, Salma, Syahwa. Aku ada ide deh, kita kerjain yuk pacar-pacar kalian.” Ujarku
“Wah.. boleh.. boleh...” ujar Salma dan Syahwa...
***
Salma sedang whatsappan dengan pacarnya.
“Sayang, aku kangen..” ujar Salma.
“Hihi.. iya sayang, aku juga kangen..” ujar Gery. Mereka berdua sedang di kamar masing-masing pada malam hari.
“Sayang, kita video call yuk.” Ujar Salma.
“Ayo sayang, asyik..” ujar Gery.
Salma pun memulai video call, terlihat dia sedang memakai kaos coklat dan celana training, toketnya sangat tercetak besar. dia memakai jilbab berwarna pink. Melihat itu kontol Gery otomatis ngaceng, dia menelan ludahnya. Selama ini saat di sekolah toket Salma kurang terlihat karena tertutup kerudung sekolah. Jilbab salma disampirkan sekarang sehingga bulatannya sangat jelas terlihat.
“Hai sayang, lagi apa?..” Ujar Salma kepada pacarnya.
“Eh, aku lagi tiduran aja. Kamu lagi apa sayang?” tanya Gery.
“Sama, aku lagi nunggu ngantuk.” Ujar Salma.
Tanpa sepengetahuan Salma, tangan Gery sudah mengelus-ngelus kontolnya yang ngaceng. Sambil membayangkan ngewe dengan Salma. Muka Gerry perlahan-lahan terlihat seperti orang sedang terangsang.
“Ger, kamu lagi ngapain?” ujar Salma.
“Eh, nggak Sal. Aku lagi liatin wajah kamu, sama body kamu. Cantik dan seksi. Oohh...” tiba-tiba Gery tidak sengaja mendesah.
“Aaahhh.. Gery... Kamu bikin Aku terangsang..” Ujar Salma.. Salma pun tiba-tiba meremas-remas toketnya dari luar bajunya...
“Ehhh... Sal.... Kamu ngapain?” Gery semakin semanta mengocok kontolnya, semakin sange...
“Aahhh... Geryyy... Kamu tanggung jawab.. Aku sange nih pengen ngewe kamu... Aaahhhh....”
Salma lalu membuka kaosnya, terlihatlah toketnya yang putih, montok dan tegang. Salma ternyata tidak pakai bra.
“Ooooohhh... Salmaaaaa... Toketmu indah Banget... Aaaaahhh... Aku gak tahan Sal... Aaaaahhhhh....”
Gery lalu memperlihatkan kontolnya yang sudah tegang.... Dia lalu menyemprotkan cairan putih mengenai layar hpnya....
“Aaaaahhh... Salma.... Enak banget kamu.... aku pengen beneran ewean sama kamu... Ooooohhh..”
Salma senang melihatnya karena berhasil melihat Gery puas...
“Aahhhh iya sayang... Nanti kita gituan ya sayang... Oooohhhh.....” Salma pun mengocok-ngocok memeknya sambil mendesah-desah....
Beberapa menit kemudian Salma mencapai klimak... “Aaaahhh... Ooohhh.. Gery.... Enakkk.....”
“Aaaaahhh... Salma.... Aku keluar lagi... ujar Gery....” Mereka berdua pun tidur dalam keadaan lemas...
Chapter 9
Kejadian malam itu membuat Gery semakin bernafsu terhadap Salma. Gery tidak menyangka bahwa Salma mau video call sex dengannya, sesuatu yang telah lama dia inginkan. Selama ini Gery tidak berani meminta duluan karena takut Salma marah lalu hubungan mereka putus. Gery lebih memilih untuk main aman, karena Salma mau sama dia saja sudah merupakan anugerah yg tak terhingga. Namun di luar dugaan, malah Salma yang mengajak Gery duluan walau baru sebatas via video. Namun Gery yakin Salma juga mau jika diajak berhubungan di dunia nyata.
Esoknya Gery kembali bertemu Salma di sekolah, hari itu pelajaran olah raga, Salma dan Gery sama-sama memakai pakaian olah raga. Toket Salma terlihat menonjol dibalik kaos olah raganya. Setelah beres pelajaran dan memasuki jam istirahat, Gey ngobrol dengan Salma di kantin berdua.
“Sal, makasih ya buat semalam. Asli nikmat banget. Aku keluar banyak wkwkwkwk” ujar Gery
“Gery, ih, nanti kedengaran murid lain loh.”
“Hehe.. Tenang aja sayang, masih sepi di sini.”
“Hhm.. Iya Ger, Salma juga tadi malem puas hihi”
“Say, aku boleh minta sesuatu gak?”
“Minta apa sayang...”
“Tapi kamu jangan marah loh.”
“Iya sayang aku gak akan marah”
“Aku pengen kayak kemarin, tapi langsung di dunia nyata, gak di video.” Minta Gery
“Ah sayang, kirain mau apa. Hhm... Kalau aku gak mau gimana?”
“Yah, aku bakal kecewa dong yank.”
“Hihihi.. Gak deh becanda.. Boleh kok..”
“Wah serius yang? Yee.. Asyikk...”
“Ssssttt.. jangan keras-keras, nanti kedengeran yang lain.”
“Wkwkwkwkkwkw.. Iya sayang....”
“Hhm.. Tapi kamu punya tempat yang aman gak?” tanya Salma
“Gimana kalau kita di tempat Om Paijo aja?”
“Om Paijo yang mana?”
“Itu loh yang kemarin aku kenalin ka kamu di sekolah”
“Oh iya, aku ingat. Kok bisa dipakai?” tanya Gery.
“Dia kan kerja baru pulang magrib biasanya, aku pinjam kosannya aja yg kosong.”
“Aman gak? Kalau ada tetangga liat gimana?” tanya Gery
“Nanti aku duluan yang masuk, kamu nyusul supaya gak dicurigai warga.”
Salma pun menelepon Paijo, ternyata kunci kosannya diletakan di bawah keset, pulang sekolah mereka berdua berencana begituan. Salma berbohong akan pulang agak telat karena ada ekskul. Gery juga melakukan hal yang sama, beberapa jam lagi mereka akan lakukan apa yang mereka idam-idamkan.
****
Mereka berdua sudah berada di kosan Paijo, yang terdiri dari beberapa ruangan dan satu kamar tidur. Gery sudah tidak sabar ingin menggarap Salma.
“Sini Salma sayang… sini duduk di kasur sama aku ..” dengan senyum mengembang – Salma pun tersipu2 melihatku –
Salma pun beranjak mendekat kearah ku di tempat tidur.
“Kiss me Salma saayangg…” Ujar Gery..
“ mhh,,, come here sayang…” ujar Salma.
Mereka berdua pun berciuman dan bergumul dengan panas nya sambil masih mengenakan seragam sekolah mereka..
“MMmmhhh... mmmmhh... ssshhh... aaahhh... Gery.....”
“MMmhh.. oohh.. Salma.... Kamu cantik banget.. Kontolku dah ngaceng...
Karena sudah nafsu, Gery langsung membuka baju dan celananya. Celana dalamnya dia juga buka. Gery telanjang bulat dengan kontol kecil yang sudah ngaceng.
“Aku buka bajumu boleh?” tanya Gery
“Aaahhh.. boleh sayang...” ujar Salma –
Aku buka semua pakaiannya kecuali jilbabnya. Dalem hati aku bergairah dan senang sekali.. akhirnya aku bisa melihat Salma bugil di depan mataku bulat2.
Sungguh sensasi luar biasa menggauli perempuan alim yg telanjang bulat dengan hanya bersisa jilbab….
“Mhh.. ahhh.. udah nih…remas-remas susuku sayang, kamu suka kan?” ujar Salma.
“ Woww.. gede banget sih Sal. Aku udah ser2an dari waktu aku liat kamu pertama kali.
sambil meraba lembut toket Salma “..uuuhhh.. kenyel banget Sal.. putih lagi… kamu makan apa sih??? Hehehehe”
“ Ahh kamu dan bisa aja.. makan nasi lahhh …nikmatin aja sayang, iya aku tau kamu juga suka curi2 pandang ke toket ku kan, mentang2 bagian yang paling mancung hehehe…” ujar Salma.
“uuuhhh….. enak banget Sal…” Gery langsung melahap puting coklatnya yg rada besar menantang , dia menjilat2 seluruh bagian susunya sampai dia melenguh keenakan”
“ uuurrhhhh… ya ampun … ouuwhhh… enak bangetth sihh…, yessss honeyhh suckkk it…. Isep semampumu Ger..… aku pasrahh.. ssshhh ahhhhwsss.”
Gery meremas ganas toket bulatnya sampai dia bener2 merem melek.
“Oooouuuhhh Gerrr..... susuku kamu apainnnh sihh?? … goddd…. ..enakhh enakhh enakhhh” Salma semakin melambung kegilaan
“ uuuhhh.. udah sayangg.. hajar ajaah… udah banjir tuh memeknya,, hihihi… entot aja duluan sayang aku belakangan….
“Isepin bentar kontolku sayang.. “Pinta Gery.
Tanpa banyak berpikir Salma langsung melahap penuh batang kontol ku sampai pangkalnya, tak kusangka mulutnya bisa cukup mengulum kontolku sekaligus.
“ arrrrhhhhhhhhh gooddd… gila kamu Sal… BJ mu kok expert banget sihhh… mmmhhhsssh. Udah udah cukup.. tar aku malah muncrat lagi hehehehe..”
Salma pun langsung reflek membuka pahanya selebar mungkin , dan langsung Gery menghunjam kan batang kontolnya masuk kedalam vaginanya,nyaris tanpa halangan karena cairan vaginanya sudah membanjir, dan seketika itu juga Gery sadar bahwa Salma sudah tidak lagi perawan. Sialan, pikirnya. Ah, tapi nanti saja dibahasnya. Gery ingin menikmati persetubuhan ini dulu.
“ oooooooouuughhhhh Gery.. aku… hhh….dimasukinnn… Genjot aku sayanghh.,,,,” ujar Salma
Gery langsung menggenjotnya perlahan …. Dan baru beberapa kali genjotan , Gery sudah mendapatkan orgasmenya.
“Aaaarrghhh.. Sal... Aarrghhh... Aku gak kuat...”
Crot, crot... crot..
Sperma Gery mengenai memek dan perut Salma, karena kontolnya dia cabut.
Kok cepet banget Ger? “ tanya Salma
“Ah maafin sayang, habis enak banget”
“Ah dasar kamu ejakulasi dini ya.” Tanya Salma
“Jangan gitu donk sayang.” Ujar Gery.
“Abis kamu sih, baru segitu udah keluar..” kata Salma
Chapter 10
Tak berselang lama setelah persetubuhan Salma dengan Gery, Paijo datang bersama Vina ke kosannya.
“Wah.. wah…. Ada yang habis ena-ena nih…” ujar Paijo.
Terlihat Salma masih belum memakai pakaiannya kembali, hanya hijab, celana dalam dan bra yang dia kenakan. Sementara Paijo hanya mengenakan celana dalam dan celana panjangnya, badannya masih toples.
“Eh, om Paijo, maaf ya mas kami barusan abis bercinta di sini. Hihi.” Ujar Salma.
“Wah.. Salma.. Kamu nakal ya.. Gak ngajak-ngajak om.. Eh ini kenalin, pacar om, Vina namanya.”
“Kenalin aku Vina”
“Aku Salma mbak, salam kenal.”
“Eh, Mbak Vina, Aku Gery, pacarnya Salma.”
Terlihat anu Gery mengeras kembali dari balik celananya, hal ini karena dia terangsang melihat Vina yang cantik dan montok, lebih montok dari Salma. Dalam pikirannya Gery membayangkan bisa ngewe dengan Vina. Pasti enak sekali dalam bayangan Gery. Tanpa sepengetahuan Gery, Vina sebenarnya menyadari bahwa Gery sudah sange saat melihat dirinya. Hal ini membuat Vina ingin menggoda Gery.
“Wah, ada dua pasangan nih di kamar ini. Kita swinger yuk, tukeran pasangan.” Ujar Vina kepada yang ada di ruangan itu.
Glek, tiba-tiba Gery menelan ludah. Bukan apa-apa, dia kaget karena ternyata dia bisa menikmati tubuh Vina. Namun dia takut akan kembali ejakulasi dini seperti saat mengentot Salma sebelumnya. Bagi Paijo usul Vina biasa saja, wong dia sudah sering menikmati Salma. Salma pun segera fokus kepada ekspresi Gery, dia pasti sedang sange dengan Vina pacar dari Paijo.
“Ih, kamu sayang.. main swinger-swinger aja, Tanya Salma dulu donk rela gak pacarnya ngentot sama kamu.” Ujar Paijo kepada Vina.
“Eh, iya aku izinin kok Gery ngentot sama Kak Vina, kelihatannya dari tadi dia dah sange tuh sama kak Vina hihi..”
Jawaban Salma mengejutkan Gery, dan semakin membuat dia salah tingkah.
“Tuh Gery, benar gak tuh kata Salma.. Katanya kamu dah sange..” Tanya Vina
“Eh, iya kak. Tapi maaf aku gak bisa ngentot sama kak Vina.” Ujar Gery.
“Loh kenapa? Aku kurang menarik ya?” Tanya Vina.
“Bukan kak, kakak perfect banget, body kaka sempurna, kakak juga cantik. Cuma… Emmm… Aku cepet keluarnya kak, nanti kakak gak puas…” Gery menundukan kepala.
“Oh kirain, gak apa-apa, nanti kakak ajarin ya supaya kamu lama keluarnya hihi” ujar Vina.
“Wah benar kak? Asyik… Yaudah, kapan kita ngentot kak?” ujar Gery tidak sabar.
“Huu.. dasar cowok… akhirnya mau juga..” sindir Salma.
“Hehe sayang, izin ya, aku mau belajar ngentot dulu sama kak Vina.” Ujar Gery.
Vina kemudian mendekat kepada Gery, Gery pun berbaring di kasur tempat dia tadi bercumbu dengan Salma. Vina kemudian berbaring juga bersebelahan dengan Gery. Vina masih berpakaian lengkap dengan hijabnya, sementara Gery sudah topless.
"Kak Vin, Gery boleh cium kamu ya.?" Pinta Gery.
Vina mengangguk tanda setuju.
Gery memandang wajahnya yang cantik, kecantikan yang memantik nafsu birahinya. Lalu dia mencium dengan perlahan keningnya. Dari kening Gery cium bibirnya dengan perlahan. Vina kemudian membalas ciuman Gery, mereka beradu lidah. Terasa Vina sudah sangat lihai dan berpengalaman soal ini.
"Mmmuuuaaacchhh.. mmmmhhh... slurp... mmmhhh.."
Lidah mereka beradu dengan khidmat. Mata Vina terpejam menikmati pergumulan ini. Tangan Gery mulai nakal menuju payudara Vina yang sangat menonjol dari balik bajunya. Jilbabnya yang masih terpasang menambah keanggunan sekaligus birahinya terhadap Vina. Montok, empuk dan sekal. Gery meremas-remas payudaranya, terlihat mata Vina menikmati saat organ intimnya disentuh. Perlahan matanya menjadi sendu pertanda menikmati sentuhan Gery. Kontol Gery sudah tegak dari balik celananya, seolah protes ingin segera dikeluarkan dari sarangnya.
"Aaaahhh.. kak Vina, kamu pandai sekali ciumannya." Ujar gery memuji Vina.
"Ini masih belum apa-apa loh, masih pemanasan." ujar Vina sambil tersipu malu.
Mereka pun selesai berciuman, Gery tak sabar ingin melanjutkan untuk menikmati tubuhnya.
"Kak Vina, kamu berdiri ya." Ujar Gery.
Vina pun turun dari ranjang lalu berdiri menghadap Gery yang duduk di ranjang. Gery melepaskan pakaian atasannya, terpampanglah sebuah pemandangan indah, tubuh yang halus dan putih dihiasi dua gunung yang masih tertutup bra putih. Tangan Gery mulai menjelajah pundak, tangan dan perut Vina.
"Kak Vina, mulus banget sih kulit kamu, putih lagi." Puji Gery kepada Vina.
"Hihi iya donk," ujar Vina sambil malu-malu.
Lalu dengan tiba-tiba Gery melepaskan pengait bra Vina.
"Kak Vina, aku mau nenen ya." Ujar Gery kepada Vina dengan senyuman mesum.
Vina pun mengangguk tanda setuju, Gery kemudian agak memajukan tubuh Vina sampai payudaranya tepat berada di depannya. Dia memilin-milin putingnya yang berwarna coklat, dijelajahi senti demi senti payudara putihnya, urat-uratnya terlihat jelas. Benar-benar payudara impian setiap lelaki, Gery beruntung karena bisa menikmatinya. Lalu dengan lahap dia mulai mengemut-ngemut payudaranya. Vina pun terlihat merintih-rintih dan menikmati sedotan dan remasanku pada payudaranya.
10 menit berlalu, setelah puas nenen pada payudara Vina, Gery pun membuka celana panjang dan celana dalamnya. Terpampanglah burungnya yang hitam legam dan lumayan yang tadi mencoba memuaskan Salma namun gagal. Gery pun memelorotkan rok yang dipakai Vina dan celana dalamnya. Kini Vina sudah bugil hanya tinggal jilbabnya saja yang tersisa. Jembutnya terlihat rapi, pertanda Vina rajin merawat bagian kewanitaannya.
Gery pun kemudian berdiri di hadapan Vina, lalu aku arahkan tangan Vina untuk memegang penisku.
"Kak Vina, coba pegang burung aku ya." pintaku.
Vina pun memegang penisnya, spontan Gery terasa dialiri listrik karena mulusnya tangan Vina. Vina pun perlahan mengocok penisnya, aaahhh.. Gery hanya bisa mendesah keenakan. Gery menyuruhnya melakukan blowjob, Vina pun mengulum kontol Gery dengan lahap. Terlihat dia sudah ahli soal ini. Gery terlihat menahan nikmat saking enaknya di BJ oleh Vina. “Ah udah kak, aku mau keluar..” Vina menghentikan kulumannya.
Gery membaringkan Vina, untuk melakukan penetrasi ke memeknya. Perlahan Gery memasukan kontolnya ke memek Vina.
"Aaaahh.. aaaahh.. aaahhh" Gery mulai mendesah,
Penisnya mulai berdenyut-denyut karena jepitan memek Vina.
Ternyata vagina Vina masih sangat sempit, dan tidak..
Gery pun tidak tahan.. Lalu
crot.. crot.. air maninya pun tumpah masuk ke dalam vaginanya. Aaahhh.. Sialan, aku gagal lagi. Ujar Gery. Ternyata memang harus pakai tisu magic atau obat kuat, ujar pun ambruk di atas Vina.
“Yah.. Cepet banget kamu keluarnya Ger…” Tanya Vina
“Ah kak Vina, katanya mau ngajarin Gery.”
“Hihi.. iya sory, kirain kamu gak secepet ini. Kalau begini sih kasian Salma.”
“Yah..” ujar Gery.
T A M A T