Cerita Dewasa - Paijo Bukanlah Aladdin

Klik Next / Nomor untuk membaca kelanjutannya.


Aku sudah tak sabar ingin ngentot Vina, wah belum minum obat kuat nih wkwkkwk. Setelah menyelesaikan pekerjaanku membereskan gudang, aku kemudian menuju ke ruangan mbak Vina. Tak seperti biasanya, dia tersenyum dan seperti senang melihatku datang. Aku kemudian masuk ke ruangannya.

“Mas, makan siangnya gak jadi aja ya, saya takut ada yang curiga staf lain.” Ujar Vina.

“Oh iya bu, baik..” ujarku, waduh, kok begini? Dalam hati ku bertanya-tanya, jangan-jangan jin nya gagal.

“Tapi nanti, saat pulang kantor, aku tunggu di hotel mercury ya pak, nanti aku kabari kamarnya.” Ujar Vina..

“Wah asyik… akhirnya…” ujarku dalam hati..

“Eh Pak Paijo, ehmm… tapi sekarang aku mau dpnya dulu…” ujar Vina..

“Eh, maksudnya? Wah saya harus bayar ya bu?” tanyaku.

“Eh bukan gitu, oh ya.. panggil aku Vina aja ya, gak usah pake bu.” Ujar Vina.

“Eh iya Vina, terus gimana?” tanyaku..

“Maksudnya nanti di hotel kan kita gituan, sekarang aku mau kamu remas-remas toket aku sama aku mau nyepong kontol Pak Paijo?” ujar Vina.

“Wow, binal sekali kamu Vina, beneran nih?” tanyaku.

“Eh iya pak, mumpung karyawan lain lagi pada makan siang.” Ujar Vina.

Dan bibirku menyentuh bibir Vina. Lembut. Saling melumat, lidah kami bertautan. Tangan kananku turun, dari bahu Vina menuju pinggang, memainkan pinggang Vina, sedikit meremasnya.

"Mmmm, geli ... “ ujar Vina

Kemudian mulai naik, menyusuri bentuk badan Vina, dan berakhir di bawah lengan kanan, kemudian disusupkan tanganku, sasarannya bukan lain buah dada Vina. Aku memainkan jemari di atas gundukan daging itu, mulai kuremas, perlahan, namun keras. Baju yang digunakan Vina keliatannya bukan sebuah penghalang.

"Aaaaahhhh, Enaaakkk… Pak…. Ohh… Teruss….." ujar Vina.

Aku tidak peduli, kini aku mencium telinga kiri Vina. Membuat Vina semakin mendesah.

"Aaaaaaahhhhhh, sssssssssssss."

Badan Vina semakin didekatkan ke badanku, hal ini mempermudahku meremas buah dada Vina. Dan bibirku kali ini mendapatkan leher Vina, masih tertutup jilbab kuningnya.

Tangan kiriku bergerak, mendapatkan buah dada kiri Vina, kini kedua buah dada Vina dipermainkan. Diremas, keras, namun perlahan. Mulutku pun kini kembali melumat bibir Vina yang indah itu. Memasukan lidahnya jauh ke dalam rongga mulut Vina.

"Mm, slurpp, mmmmmmppp." Air liur kami mengalir di sela-sela mulut.


Aku memeluk tubuh Vina, dan Vinapun balas memelukku. Lidah kami kembali bertemu. Ciuman kami semakin dahsyat, saling gigit dan saling lumat. Aku kemudian dengan tidak sabar mengangkat baju Vina, terlihatlah gundukan daging putih nan indah dibalik BH berwarna hitam. Dan itu pun tidak lama, Bh itu disingkirkan ke atas. Kini buah dada Vina terpapar indah, dengan puting yang masih belum keluar sempurna. Namun itu tidak mengurungkan jari-jariku untuk mencubitnya, mencoba menarik puting-puting itu keluar.

"Aaaaahhhhhss, Pak, geli. Ah ah ah, jangan di sedot, geli bangettttttttt.... " ujar Vina keenakan.



1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30