Seri 5 Kentongan Jumboku Yang disayangi banyak Wanita

Kentongan Jumboku Yang disayangi banyak Wanita 1

Kentongan Jumboku Yang disayangi banyak Wanita 2

Kentongan Jumboku Yang disayangi banyak Wanita 3

Kentongan Jumboku Yang disayangi banyak Wanita 4



cewek amoy


Petruk dan Johan sudah berada di daerah yang cukup sepi. Disana ada beberapa gedung kosong yang seperti sudah lama ditinggalkan.

"Kayaknya aman Truk. Kita coba masuk, kita jadikan markas. Lumayan sepi juga. Ayo" ajak Johan untuk mengamati kondisi bangunan

Mereka memasuki bangunan yang seperti hangus terbakar. Atapnya sudah tak ada tapi lantai lantai 1 bisa mereka jadikan tempat berteduh karena lantai 2 akan melindungi mereka dari hujan.

Petruk dan Johan mengemasi barang yang yang berserakan. Keduanya sudah cukup lelah berjalan. Meski mangsa tak ditemukan, tapi untuk markas mereka sudah ada. Setidaknya untuk berteduh sudah aman.

Merekapun tertidur diatas kardus bekas yang mereka gelar untuk alas.

===X=X=X===

Hari-hari mereka lewati dengan lembaran baru, tapi bukan lembaran bagus yang tercatat disana melainkan aksi brutal keduanya.

Petruk yang bertindak sebagai algojo tak pandang bulu. Satpam komplek yang sempat memergoki aksi mereka membobol pintu ruko dibuatnya pingsan dengan pukulan Petruk. Sedangkan Johan sebagai otak hanya menginstruksi sebagai pemimpin.

Bermodal besi yang mereka temukan di bangunan kosong tempat mereka tinggal, keduanya melakukan aksinya setiap malam. Toko adalah sasaran mereka. Pemilik toko yang tinggal di bagunan atas pun kadang menjadi sasaran Petruk. Kini rasa kemanusiaan seakan sudah ia tinggalkan. Petuah Ki Sentana seakan hanya bualan belaka.

Hingga suatu malam saat mereka hendak memulai aksinya, mereka melihat mobil yang terparkir dengan lampu hazard menyala. Jalur yang biasa dijadikan jalan pintas itu sangat sepi saat malam, penerangan pun hanya remang tak seperti jalan yang biasa ramai.

"Truk mangsa. Orang kaya, pasti banyak bawaan" ujar Johan yang sudah mulai ketinggalan jaman.

Petruk pun siap melumpuhkan. Saat mereka mulai jelas siapa sosok yang sedang gelisah di samping mobil. Mereka seakan merasa menemukan durian runtuh!!

"Ibu-ibu. Kita main santai aja. Kita bakal ngentot Truk. Dah lama kontol kita nganggur sejak kabur dari pasar!!" ujar Johan

Petruk yang mendengar sedikit tak paham.
Johan tahu akan hal itu.

"Gini Truk. Kita pura-pura mau nolong. Kalau dia sendirian lu pegangin aja. Lu entot juga boleh. Gue mau cari benda berharga di dalem mobil. Abis itu baru gue garap juga memek Ibu itu" jelas Johan

"Ok bang" jawab Petruk singkat

*Pemaksaan? Tai kucing lah. Ini bukan di Wanapurwa* batin Petruk yang sudah mulai cakap dalam mengumpat

Mereka pun semakin mendekati wanita dewasa yang bertubuh mulus. Keduanya yang lama tak merasakan legitnya memek sedikit tak sabar ingin melampiaskan hasrat terpendamnya.

"Malam Bu. Ibu kenapa kok ditempat sepi sendiri?" tanya Johan ramah

"Ini bang, ban mobil saya bocor. Saya gak bisa ganti sendiri. Telepon juga dari tadi gak dapat sinyal. Aneh banget ini, biasanya sinyal lancar. Lagi dibutuhin malah gangguan. Abang bisa bantu?" cerocos wanita cantik itu pada pemangsa yang siap menerkam

Johan pun mendekati wanita itu, Petruk juga melakukan hal yang sama.

"Ban kanan bang, bukan yang ini" ucap wanita itu

Johan mengangguk pada Petruk.

"Apa-apaan ini.. lepaskan!!! Bakal nyesal kalian!!" bentak wanita itu

"Kita cuma cari makan Bu" jawab Johan sambil merampas handphone dari tangan Ibu itu

Petruk pun menyeret wanita itu ke semak-semak. Ia sudah tak sabar ingin menumpahkan air nikmatnya yang lama tak dikeluarkan.

"Anjing.. lepasin!!" bentak wanita itu

Namun tenaga Petruk tentu bukan hal yang bisa seorang wanita lawan. Dengan cekatan Petruk menyingkap rok yang dikenakan ibu itu lalu menarik celana dalamnya. Kontol Petruk yang sudah keras tak lupa ia lepaskan dengan satu tangan.

Gelapnya malam dan rimbunnya semak membuat Ibu itu tak melihat benda besar yang hendak menjebol harta pribadinya.

"Aaakkkhh" pekik panjang ibu itu saat Petruk memaksakan kontolnya tenggelam dalam liang senggama korbannya

"Enak banget memekmu Bu!" puji Petruk

"Akh akh akh akh" wanita itu bersuara setiap kali Petruk bergerak.

Mata indahnya hanya memperlihatkan putihnya saja. Ia merasa gila akan pemerkosaan ini.

Rasa perih yang didapatnya sangat menyakitan, jauh lebih menyakitkan saat ia kehilangan perawannya dulu. Sumbatan benda asing di memeknya membuatnya tak bisa berkata-kata. Hanya erang kesakitan yang bisa keluar dari mulutnya.

*Gila. Kontol apa balok! Sakit bangeeet. Tolongg* jerit hati ibu itu

Makin lama kontol Petruk merasakan ada kehangatan dan lembab didalam. Ya, wanita itu basah!

Petruk tersenyum puas kontolnya kembali dinikmati seorang wanita, padahal akhir-akhir ini selalu terbungkus rapih saja.

"Memek enak.. akhh akhh akhh" desah Petruk

Ibu itu merasa kata kasar itu sebagai penghinaan. Wanita yang dengan pesonanya akan membuat para pria tunduk. Dan dengan hartanya para pemuda siap membuatnya terbuai. Kini memek VIP miliknya dinikmati lelaki berkontol besar yang bahkan ia tak kenali.

*Enak.. kontol gede banget. Sobek memek gue.. anjing enakk..* batin Ibu itu mulai menikmati

Wanita itu tak habis habisnya mengerang dan mendesah. Petruk tak peduli wanita itu orgasme. Ia tetap tancap gas demi meraih kenikmatannya sendiri.

"Akhh akhh akhh ampuunn akhh" rengek wanita itu yang baru saja dilanda orgasme besar

Petruk membalikan posisi ibu itu agar menungging. Dengan hentakan kuat ia mulai lagi menghujam-hujamkan kontolnya keluar masuk.

"Sialan. Pantes memek mak Romlah longgar, kontol lu segede itu. Ahh makan sendiri aja Truk!!" ucap Johan yang kecewa karena ia lupa kalau sebelumnya memek yang biasa ia nikmati berubah tak nikmat akibat Petruk.

Selepas ucapan Johan, Petruk tambah kecepatan. Ia semakin brutal menghajar memek ibu itu.

"Okhhh" erang Petruk saat air yang selama ini ia tampung akhirnya ditumpahkan

Dengan sangat lemah ibu itu memburu nafasnya. Ia tak memiliki tenaga sama sekali akibat pemerkosaan yang ia nikmati itu.

*Enak banget bajingan ini. Anjing kenapa gue keenakan. Tapi brondong gue lebih ganteng!* batin Ibu cantik itu

Nasib seseorang memang tak ada yang tahu. Harta yang berlimpah, lelaki pemuas, jabatan yang tinggi semua tak ada daya dihadapan roda nasib.

Lidya adalah seorang pemilik beberapa perusahaan besar. Ia malam itu baru pulang dari sekedar bersantai dengan teman dan pastinya para pemuas nafsu mereka. Sayang seribu sayang, ban mobilnya bocor di saat ia melintasi jalan pintas. Jalanan sepi membuatnya tak takut, tapi saat sinyal handphone tak bisa digunakan ia pun jadi panik dan kesal.

Tangan lembutnya tak mungkin mampu mengganti roda cadangan. Ia hanya berharap ada orang baik yang singgah untuk membantu.

Ia sangat senang saat ada dua orang datang, tapi nasib berkata lain.

Tubuh yang dirawat penuh olehnya, malah dinikmati seorang monster. Pemuda besar yang berbadan kekar memperkosanya dengan brutal. Namun bukan merasa dilecehkan, ia malah menikmatinya. Sensasi asing yang ia rasakan makin membuatnya gila. Memek yang hanya bisa dinikmati oleh lelaki pilihan dan dipastikan kondisi sehat, malam itu memeknya dinikmati kontol tak jelas. Ia sendiri pun awalnya ragu, benda apa yang memasuki memeknya. Tapi saat benda besar dan keras itu berkedut lalu menyemburkan cairan hangat, ia yakin pemuda yang memperkosanya memiliki ukuran kontol tak wajar.

Meski ia marah dan menginginkan pembalasan dendam, tapi tercegah karena dia sendiri menikmati juga. Ia malah penasaran dengan identitas lelaki itu.

"Aneh mereka. Rampok tapi juga bantu ganti roda mobilku. Mobil pun tak mereka bawa cuma uang, HP dan barang murah yang mereka bawa" gumam Lidya dalam mobil

"Nyeri banget memek gue. Kayak abis pecah perawan aja. Itu orang apa genderuwo sih. Gede bener kontolnya" lanjut Lidya meracau

Mobil mewah itu pun memasuki kawasan elite, dimana penjagaan sangat ketat. Hanya saja Lidya dan para mobil yang sudah ditandai akan mulus masuk tanpa dicegah.

Rumah megah di ujung jalan terbuka gerbangnya karena sang tuan pulang. Lidya langsung mengarahkan mobilnya ke garasi.

"Lemes banget. Masa harus tidur di mobil. Duhhh pejuhnya banyak banget. Sampe basah semua" gumam Lidya

Ia pun memasuki rumah mewah itu dan bergegas ke kamarnya.

Meski Lidya masih terlihat seperti ibu muda, ia sebenarnya sudah cukup berumur. Anaknya saja sudah hampir selesai kuliah. Orang kaya memang beda!!

Sang anak yg melihat penampilan ibunya kacau hanya bisa heran. Meski dia anak semata wayang tapi ia seorang penyendiri. Hobinya saja dengan jejepangan. Wibu lah istilahnya.

+++++

Petruk hanya berbaring sepulang dari aksinya melumpuhkan Ibu cantik yang kaya raya. Ia masih terbayang kenikmatan ibu itu. Penyesalan pun tak lupa hinggap di benaknya.

"Andai waktu bisa diputar, mungkin lebih baik aku hidup didesa saja. Tenang dan yang pasti bisa gituan tiap hari" gumam Petruk yang pola pikirnya sudah rusak

Malam itu mereka sedikit menghamburkan uang karena habis panen. Tentu saja keuangan dipegang oleh Johan. Ia simpan uang mereka di dalam tanah. Petruk tahu tapi ia tak pikirkan. Lagi pula ia santai meski hidup tak pegang uang. Kebutuhan sehari-hari semua dibelikan Johan, bukan karena alasan aneh tapi Johan khawatir muka Petruk sudah dikenali orang atau bahkan petugas.

"Truk, lain kali gue duluan kalau ngewe. Jangan lu embat duluan!" ucap Johan cengengesan

"Heee iya bang" jawab Petruk

"Anjing lah gede bener punya lu. Iri gue. Gue yakin dah Mak Saroh memeknya jebol gara-gara punya lu. Pas gue pake longgar banget, anjing" umpat Johan

+++

Pindah scane..

Sementara di tempat lain..

Intan kini jadi anak rumahan, hanya beberapa teman saja yang berkunjung. Sejak itu ia paham bahwa sebenar kepalsuan dari kata teman itu memang ada.

Heni, Nanda dan Rani. Hanya ketiga nama itu yang kadang berkunjung untuk menengok keadaannya.

"Ran kamu pernah ketemu Mas Petruk?" tanya Intan

"Gak pernah lagi Tan, kalau pun ketemu pasti aku kabari kok. Atau malah lemes gak bisa main kesini. Hehee"

Intan hanya tersenyum kecut mendengarnya. Bukan ia cemburu karena ucapan Rani tapi karena suaminya seperti menghilang ditelan bumi. Ia sudah meminta tolong ke Rani untuk mencari tapi belum juga ia temukan. Nanda? Intan tak terlalu berharap padanya, ia sebelumnya adalah anak rumahan. Untuk pergi ke tempatnya saja selalu bawa sopir.

"Guys, gue dijodohin sama nyokap. Dia direktur relasi nyokap. Lu tau kan Nan?" ucap Intan

"Enggak. Gue gak pernah ngobrol sama nyokap" jawab Nanda

"Direktur ya.. enak dong lo!! Gue aja sejak balik, cari cowok belum dapet lagi!!" ujar Rani

"Hmm.. si ******.. kalau gue mau, ngapain gue minta tolong cari Mas Petruk!?" kata Intan

"Lagian gue udah nyaman sama dia. Gak ada yg bisa gantiin dia. Apa lagi di memek gue.. hehe" lanjutnya sambil cengengesan

Nanda yang punya jam terbang rendah hanya manggut-manggut seakan menyetujui ucapan Intan. Meski di desa Wanapurwa ia hanya digarap beberapa perangkat desa termasuk Pak Carik karena kalah seksi dengan yang lain, tapi ia bisa menyimpulkan bahwa Petruk adalah pejantan terbaik.

"Gue pikir lo mau kasih Petruk ke gue. Gue sih mau banget!!" ujar Rani

Intan hanya menepuk jidat sendiri.

Sejak pulang dari desa memang Rani jadi semakin liar, tapi belum ada yang membuatnya puas selain Petruk. Baginya Petruk adalah candu yang tak tergantikan. Meski sudah beberapa lelaki ia coba saat berburu di club malam, tapi tak ada kepuasan yang ia dapat.

"Elu juga belum pernah ketemu Nan?" tanya Rani

"Heh perek! Apa yang lu arepin dari si wibu? Dia keluar kamar aja udah bagus!" sahut Intan

Nanda hanya cengar cengir karena memang benar kalau ia belum terlalu berubah. Apa yang Intan katakan adalah kenyataan.

++++++++

Scane pindah..

Sudah lebih dari sebulan Johan dan Petruk menapaki jalan suram. Johan yang awalnya "bisnis keamanan" malah sekarang berakhir dalam pelarian. Anehnya mereka tak pernah mendengar kabar mengenai tindakan pembunuhan seseorang dipasar yang dulu Johan kuasai, hanya saja Johan selalu waspada. Ingin dia kembali ke pasar, disana adalah lahan basah yang memiliki resiko kecil. Tapi tak mungkin karena ia harus bertanggung jawab karena sudah melibatkan Petruk. Hanya saja ia rindu dengan basahnya dana yang mengalir setiap hari meski tak sebesar jika ia merampok. Tapi basahnya memek di pasar sudah pasti akan ia dapat, apalagi ia memiliki Tini yang bahkan awalnya tak pernah ia sangka akan bisa nikmati.

"Truk.. gue kangen sama suasana pasar. Jadi buron kayak gini gak bebas banget. Apalagi elu, keluar cuma pas kita beraksi doang. Gak enak kan?" kata Johan

"Kalau abang mau balik ke pasar, balik aja bang. Saya kan yang lakuin dosa itu. Abang gak usah ikut nanggung" jawab Petruk

"Nah ini yang bikin gue gak tega. Elu matiin itu orang gak sengaja. Lagian juga karena belain gue. Malu gue kalau ninggalin elu" ungkap Johan

"Jujur bang. Saya pengen pulang ke desa. Gak betah hidup di kota. Apalagi kayak gini" Petruk yang berbadan besar melinangkan air mata

"Ya udah. Duit simpenan kita, elu bawa. Ya gue minta sih buat ongkos. Lu bawa itu buat modal lu pulang kampung. Nasehat gue cuma satu, jangan terlalu baik!!" ucap Johan serius

Johan pun meninggalkan Petruk untuk mengambil tabungan mereka yang terkubur di halaman rumah itu lalu kembali dengan membawa kaleng biskuit tempat ia menyimpan uang.

Johan hanya mengambil beberapa lembar dan ikatan uang yang lain semua diserahkan ke Petruk.

"Gak usah bang.. lagian saya gak tahu jalan pulang!" kata Petruk

"Lah.. sih gimana. Kirain gak ada duit doang. Trus gimana lu mau balik??" si Johan heran

"Nemuin orang yang kenal saya bang. Kalau ketemu, mau minta bantu buat kasih tahu jalan pulang" jawab Petruk cerdas

"Kita harus cari di dunia luas ini??" tanya Johan geram

Petruk yang bingung hanya menggaruk kepala.

"Oke. Ceritain, siapa mereka yang kenal sama elu" tanya Johan

"Pokoknya mereka 10 orang, mereka ke desa buat tugas kuliah katanya"

Johan yang mendengar itu hanya menarik nafas panjang dan mengeluarkannya perlahan, berharap ia bisa lebih bersabar.

Petruk pun menceritakan identitas dan ciri para mahasiswa KKN yang ia kenal. Mulai Bagas sampai Intan.

"Mahasiswa ya.." Johan mulai terdiam berpikir jauh

"Hmm kayaknya bakal agak ribet nih, tapi terserah lu mau coba apa enggak ide gue ini" ucap Johan

"Apa bang?" tanya Petruk antusias

"Ada tempat yang banyak orang kaya ngumpul. Kadang mahasiswa juga kesitu buat cari hiburan. Disana rame ada pertunjukan musik, kadang ada semacam pertarungan jalanan 1 lawan 1 di tempat yang disediakan. Mereka nonton dan taruhan gitu lah. Kalau lu mau, gue ada kenalan. Kita daftar jadi peserta. Bukan kita sih tapi elu jadi petarung. Kali aja yang kenal sama elu nonton" jelas Johan

"Jadi saya disuruh lawan orang gitu bang?" tanya Petruk meminta penjelasan

"Iya kalau lu mau, lu ikut. Lagian lumayan Truk, yang punya tempat orang kaya. Bayaran gede. Duit mereka kayak gak berseri!! Gak ada abisnyaa" terlihat Johan malah yang antusias

"Kalau elu mau, gue kenalin sama kenalan gue. Nanti biar elu di daftarin jadi petarung. Katanya sih kalau bagus bakal ada yang ngajak kerja jadi pengawal gitu. Hah.. dulu gue coba, tapi kalah. Hahaha" ujar Johan

"Trus abang gimana?" tanya Petruk karena merasa dalam skenario hanya ada dia

"Gue balik ke pasar lahh.. kangen gue sama Tini" ujar Johan cengengesan

"Hmm ya udah. Boleh bang. Kapan kita kesana?" tanya Petruk

"bentar lagi, mandi dulu. Lagian mereka juga palingan baru buka, masih sore gini" ujar Johan

-

Malam menjelang, kedua lelaki menunggu seseorang di belakang sebuah bangunan yang cukup berantakan.

"Kita kok lewat sini bang?"

"Gak liat lu, mereka keren-keren gitu. Gembel kayak kita mana bisa masuk!"

Johan pun memberi pengetahuan tentang "kasta" di kehidupan modern.

"Lama gak muncul. Sekali muncul ngerepotin orang. Ada apa?" tanya seorang wanita yang baru keluar dari pintu belakang

"Truk kenalin ini Dewi, mantan bini gue" ucap Johan pada Petruk

Petruk pun menganggukan kepalanya dengan sedikit memberi senyum pada Dewi.

"Cepetan. Kalau cuma basa basi, mending gak usah lah. Kalau mau pinjem duit, gue gak ada. Narkoba mulu lu yang dipikirin" cerocos Dewi

"Bukan. Lagian gue dah lama berhenti. Ini gue mau minta bantu"

"Bantu apaan?" potong Dewi

"Tolong daftarin temen gue, daftarin jadi fighter" ungkap Johan

"Oh.. bilang kek dari tadi. yaudah masuk. elu pulang aja. Gue males liat muka lu" ucap Dewi sambil menunjuk muka Johan

"Eh bentar.." cegah Johan sebelum Dewi berbalik.

"Apaaan lagi"

"Ini anak polos. Tapi dia bisa jadi petarung. Gue hutang nyawa sama dia. Gue serius. beneran titip dia jangan sampe kena kibulin" kata Johan

Dewi yang tahu Johan serius, ia pun heran kenapa bangsat sepertinya peduli dengan orang lain. Dewi pun melihat muka Petruk, ya dia juga menyimpulkan orang kampung sih. Tapi tak dia sangka suaminya sampai memohon untuk orang lain.

"Iyaa" jawab Dewi singkat

"Ikut gue" ucap Dewi melirik Petruk

Petruk pun berpisah dengan Johan, Johan yang sudah menitipkan Petruk pada Dewi sudah sedikit tenang karena ia percaya mantan istrinya itu.

*Tapi makin cakep aja Dewi. Udah kawin lagi belom ya? Eh tunggu, gue lupa nanya kabar anak!!!!* batin Johan merasa bodoh

-

Suasana ramai ditambah kerasnya musik sangat asing bagi Petruk, ia hanya celingak celinguk duduk menunggu Dewi yang terlihat sedang pergi menemui seseorang.

*Kok mereka pisah ya? Aneh bener bang Johan, istrinya cantik banget tapi malah ditinggal* batin Petruk yang mengamati kaki jenjang Dewi serta lekuk tubuhnya

Terasa sedikit berontak isi celananya.

"Eh tadi siapa nama lu?" tanya Dewi ketus

"Saya Petruk Mbak"

"Hmm lu yakin mau ikut? Bukan ditipu Johan kan?" tanya Dewi lagi

Petruk hanya menggelengkan kepalanya

Dewi pun melihat lekat penampilan Petruk yang sangat mencolok di tempat yang harusnya didatangi orang kaya. Ia lihat mulai sendal jepit sampai ke kaos Petruk. Ia ulangi karena ada sesuatu yang aneh di selangkangan pria yang ia lihat penampilannya itu.

*Itu kontol???* batin Dewi melihat tonjolan besar di celana gombrang Petruk.

"Eh anu.. siapa tadi nama lu?"

"Petruk Mbak"

"Oh kira gue salah denger tadi. Oiya bentar lagi lu tanding. Mereka mau bikin pertunjukan tambahan. Pokoknya aturannya bebas lah kayak tarung jalanan. Cuma gak boleh pake senjata. Hmm lu butuh apa buat persiapan? Bilang sama gue, gue bilang kalau gue bakal jadi manager lu. Kalau lu bagus, gue yang urus buat tanda tangan kontrak" ungkap Dewi

Petruk bingung dengan kalimat yang Dewi keluarkan

*Ah salah gue. Ini orang jelas gak tau apa-apa. Si Johan anjing, mau bunuh orang pake acara lempar kemari* batin Intan was-was

"Ayo kita ke ruang ganti. Gue nanti jelasin aturan dan soal petarung lebih rinci"

Mereka pun ke ruang ganti fighter. Karena Petruk adalah pemula dan belum dikenal maka ia tidak mendapat ruang private. Ruang gantinya bersama para fighter yang tidak terlalu menonjol.

"Lu mau pake baju apa di arena? Pilih aja" ucap Dewi sambil menunjuk berbagai kostum yang tergantung rapih

Petruk pun melihat-lihat kostum yang tersedia disana. Ia mengambil celana hitam gombrang yang mirip dengan miliknya, lalu baju hitam yang berukuran besar tanpa kancing. Kostum itu mirip dengan kostum para dewan adat di desa, hanya saja tak ada ikat kepala dan tali putih sebagai ikat pinggang. Ia lihat ada tali putih dari kain yang sebenarnya adalah tali kostum taekwondo.

Karena celana yang ia ambil sama, ia tak ganti. Hanya saja ia melepas kaosnya dan hanya memakai baju hitam tanpa kancing itu lalu mengikat pinggangnya dengan tali kain berwarna putih.

*Hmm mirip baju Romo tapi sayang talinya bukan tambang* batin Petruk

Petruk yang sudah selesai berganti kostum mendekat ke Dewi kembali.

Dewi pun menjelaskan berbagai aturan, ia sebagai karyawan disana sudah hafal diluar kepala. Sedangkan Petruk hanya menganggukan kepala seakan mengerti.

"Nah itu lu dah dipanggil. sana lu" ucap Dewi

Petruk pun memasuki arena yang asing baginya, berbentuk bulat dan berpagar kawat.

Pembawa acara yang sangat profesional itu memberikan julukan seperti dalam kisah wayang kepada Petruk saat memasuki arena.

Petruk yang disaksikan banyak orang merasa gugup, tak lupa ia membungkuk sebagai tanda hormat pada penonton dan wasit.

Lawan Petruk pun masuk dengan gaya cukup mencolok. Pasalnya ia adalah veteran di arena tersebut meski belum terlalu dijagokan sampai sekarang. Dengan kostum mirip pegulat di TV, memamerkan otot-ototnya ia terlihat meremehkan lawan.

Wasit pun bersiap memulai pertandingan, peraturan sedang ia jelaskan. Kedua petarung mengangguk sebagai tanda mereka paham.

Teng teng

Pertandingan pun dimulai. Pemain yang bergaya pegulat berusaha mengambil kesempatan. Petruk menjaga jarak dengan mengepalkan tangan di depan dadanya.

Tentu saja gaya Petruk itu membuat penonton tertawa. Itu gaya pemula!!

Pegulat itu hanya tersenyum sinis pada Petruk. Dengan sangat meremehkan ia maju berusaha menabrak Petruk agar terjatuh dan melumpuhkannya.

Buakhhh

Pegulat yang berlari mengarah ke Petruk malah lebih dulu menikmati bogem mentah Petruk sebelum sukses menyerang. Hal itu membuat langkahnya terhenti.

Baghhh

Petruk kembali memukul wajah pegulat dengan kuat. Pegulat itu terhuyung dan tumbang, membuat penonton terdiam dengan kecepatan serangan Petruk yang sebelumnya mereka tertawakan.

Wasit pun memberi tanda agar Petruk mundur dan Wasit itu mulai meghitung. Pegulat itu hanya menggeliat sampai hitungan ke sepuluh lalu dinyatakan KO!!

Penonton bersorak karena pertarungan mereka. Banyak yang menilai itu sebuah keberuntungan dan masih memandang sebelah mata.

Banyak mata yang akan mengingat pertarungan itu. Setidaknya untuk keperluan taruhan jika Petruk mulai pertandingannya nanti.

"Sepertinya menjanjikan. Jangkauan pukulan dan kecepatannya gak bisa dianggap remeh. Lumayan menarik perhatian penonton juga. Tapi aku tidak asing dengan orang itu, dimana pernah bertemu ya.." gumam seorang wanita cantik di kursi VIP

"Maaf Bos, orang itu didaftarkan salah satu waiters kita. Dia bilang temannya. Apa bos tertarik jadikan orang itu petarung resmi di sini atau jadi bodyguard?" tanya seorang pria dengan membungkuk. Ia samar mendengar ketertarikan Bos nya pada pertarungan yang baru saja berlangsung

"Boleh Pak Hen, temui waiters itu. Kita tanya dulu tentang petarung baru itu. Kalau petarung itu mau, kita buatkan kontrak. Jadi petarung saja. Pak Hen tahu sendiri kalau saya tidak suka ada bodyguard" ucap seorang wanita yang masih terlihat cantik diusianya yang tak muda lagi

"Tapi demi keselamatan Bos sendiri. Maaf jika saya lancang" imbuh Pak Hen

"Saya kan bermain di balik layar. Saya pengusaha bukan orang bawah Pak Hen. Asal identitas saya tidak dibeberkan kalian, saya baik-baik saja" ucap wanita itu

"Baik kalau begitu Bos, saya pamit untuk urus petarung baru itu"

Manager itu pun izin undur diri guna mengurus permintaan bosnya mengenai waiters dan petarung baru yang dimaksud.

Suasana remang dan musik yang keras kembali terdengar setelah usai pertandingan hiburan sekaligus debut bagi petarung baru.

Para pecinta spekulasi makin bergairah karena punya banyak pilihan yang menantang adrenalin.

Tempat itu sangat fair, tidak ada pengaturan untuk siapa yang akan menang. Itulah yang membuatnya ramai. Para petaruh baru memasang taruhan setelah petarung memasuki arena, meski jadi agak lama tapi demi sportifitas semua diatur sedemikian rupa.

Petruk yang sukses dengan debutnya kini sedang bersama Dewi dan Pak Hen untuk membicarakan kontrak. Tentu saja semua yang urus Dewi, apa yang kalian harapkan dari orang yang tak pernah mengenyam pendidikan formal?

"Cocok gak Wi? Kalau ada yang mau ditanya bisa chat aja" ucap Pak Hen dengan penuh senyum

"Halah Pak. Gak usah basa basi, kayak sama siapa. Lagian kan bapak sering datang ke kontrakan" balas Dewi yang tak malu dengan adanya Petruk

Pak Hen malah kaget karena mengira Petruk adalah kekasih baru Dewi. Ia malah sudah berpikir untuk cari penggantinya jika dugaannya benar.

"Loh dia bukan cowokmu?" tanya Pak Hen

"Bukan"

"Oalah.. jadi bisa dong nanti pulang ke kontrakanmu. Biasa mau nitip uang jajan buat anakmu di kampung" ucap Pak Hen

"Kayak biasa ya Pak.. bisa lah" balas Dewi

*Kasih uang jajan anak kenapa gak sekarang ya?* batin Petruk

Akhirnya kontrak sebagai petarung pun jadi, Petruk sudah menjadi aset bagi tempat itu. Fasilitas akan diberikan setelah pertandingan pertama. Tempat tinggal, peralatan gym, bayaran, bonus kemenangan, tunjangan gizi bahkan keamanan semua dijamin oleh pihak penyelenggara. Hanya saja fasilitas akan diambil jika kalah dalam pertandingan 3kali berturut-turut dan jika sampai 5kali kontrak dibatalkan.

Sebagai manajer dadakan, Dewi tentu saja senang. Ia yang sekarang mengontrak dan berharap bosnya berkunjung barang sebentar ke kontrakan.

Pak Hen pun pergi untuk melaporkan kontraknya sudah berhasil. Sementara Dewi dan Petruk mengobrol karena dengan ia jadi manajer fighter maka ia auto tak peduli dengan tugasnya jadi waiters.

"Selamat elu sekarang dah jadi petarung resmi. Elu bisa pulang sekarang. Besok kita ketemu disini" ucap Dewi

"Anu mbak.. hmm.."

"Apaan yg jelas!"

"Saya gak punya tempat tinggal"

Dewi yang mendengar itu menyerngitkan dahinya

"Selama ini lu dimana?"

"Ikut Bang Johan, mbak"

"Pantes!!"

"Yaudah malam ini elu nginepntempat gue, tapi gak usah mikir mau macem-macem! Elu denger sendiri nanti si Bos datang. Pokoknya lu gak usah komen apa-apa. Jangan bilang siapa-siapa juga!"

"I iyya Mbak" jawab Petruk grogi karena di depannya terhidang paha mulus Dewi

Dewi yang mengenakan seragam waiters memang mengundang birahi, rok mininya sangat ketat membungkus bongkahan pantatnya.

"Tapi besok gue ikut lu pindah ya. Lumayan itung-itung ngirit. Lagian elu gak ada temen kan?"

"Iya mbak. saya sendiri"

"Nah.. ngomong-ngomong gue kerja bentar, sekalian mau pamit sama yang lain"

-

Malam pun makin larut. Saat pesanan di bar mulai sepi, Dewi berpamitan untuk pulang karena besok harus pindahan karena ia sudah jadi manajer dari seorang petarung. Teman-teman yang lain malah meledek Dewi yang janda akan selalu dekat dengan petarung dan katanya malam ini pasti ada pertarungan lagi.

*Ahh..gila aja masa gue masa orang itu. Gak ada cakep-cakepnya sama sekali. Masa dari Johan dapat dia? Mending gue jadi selingkuhan Pak Hen aja dah!* runtuk hati Dewi saat mendengar gurauan kawan-kawannya

"Ayo pulang.. lu depan" ucap Dewi memberikan kunci motor matic nya

Petruk tak berucap apapun untuk membalas karena Dewi langsung berlalu. Petruk mengekor saja.

"Mbak saya gak bisa" ucap Petruk menyerahkan kunci

"Hah? Lu orang goa?" ucap Dewi keheranan

"Yaudah gue yg boncengin" lanjutnya

Mereka pun meluncur menuju kontrakan.

"Kamar cuma satu satunya jadi dapur. Lu tidur di tiker. Tar kalau ada Pak Hen suruh ke kamar" ucap Dewi berlalu

"Iya mbak"

Tak seberapa lama, kontrakan mereka diketuk orang. Petruk yang membukakan pintu lalu mempersilahkan tamu untuk langsung ke kamar.

"Malam begini mau bercinta kali ya?" gumam Petruk saat Pak Hen memasuki kamar Dewi

Petruk yang sangat lelah pun akhirnya terlelap tanpa selimut, hanya celana gombrang ala warok/pesilat.

Suara lenguhan dan erangan sepasang manusia dari dalam kamar tak membangunkan Petruk, ia benar-benar kelelahan.

"Sayang aku pulang ya. Ini nitip buat jajan anak kamu" ucap Pak Hen sambil memeluk Dewi yang telah menerima siramannya

"Makasih loh Pak" jawab Dewi menerima uang dari tangan Pak Hen

Entah kenapa Ahen yang seorang chinese sangat menyukai produk lokal, bahkan kerja juga ikut bos lokal. Ia merasa lebih nyaman jika berada di tengah ras pribumi. Istrinya saja sangat jarang dia "tengok" karena mereka memang awalnya dijodohkan. Sebelum bercinta dengan istri, ia akan mabuk dulu agar nafsunya tidak pilih-pilih.

Dewi yg hanya berdaster tipis mengantar Ahen pulang sampai pintu.

"Ini anak polos apa bego sih. Beneran nurut disuruh tidur sini" gumam Dewi melihat tidur Petruk di karpet berbantal baju yang digulung.

*Itu kontol? Gila gede bener*
Glupp *suara Dewi menelan ludah

Dewi tak sengaja melihat lekukan menonjol yang aneh di selangkangan Petruk.

*Dah lah tidur aja* Dewi pun masuk kamar karena tak mau terjebak dalam imajinasi

+

Menjelang siang, Petruk sudah mandi dan sedang duduk menunggu Dewi bangun. Hanya ditemani air botol yang ia dapatkan dari kulkas sebagai pelepas dahaga di cuaca yang panas.

Terlihat Dewi yang juga kepanasan baru keluar kamar. Ia masih dengan daster tipis tanpa dalaman yang ia pakai setelah melayani tamunya.

"Buset air dingin abis.. hadeeh lupa ngisi!!" pekik Dewi di depan kulkas

Ia yang belum sadar jika sekarang tidak sendiri malah menelanjangi dirinya di depan kulkas

"Berasa pake AC. Segerrr"

Petruk yang melihat adegan itu terbengong. Sebenarnya ia tak hiraukan Dewi tapi karena mau kasih tahu kalau air dinginnya masih dan mau menawarkan pada Dewi ia hendak memanggilnya. Ternyata malah tontonan segar yang ia dapat.

*Mulus banget mantan istri Bang Johan* batin Petruk yang merasakan respon senjata diselangkangannya

"Mbak ada aku loh, kok telanjang?"

"Ehhh" reflek Dewi menoleh sambil memeluk dasternya

"Gobloknya gue" gumamnya setelah memastikan Petruk tak melihatnya lalu mengenakan dasternya lagi

"Bikin kaget aja lo Truk. Gue lupa kalau ada elu. Dah mandi lu? Abis ini kita pindah ke apartemen. Lu bantuin gue pindahan ya" ujar Dewi berlalu ke kamar mandi

Setelah mandi Dewi kembali memakai daster sebelumnya, hanya saja sekarang ia sudah memakai celana dalam!

"Udah mandi masih panas aja. Kipas angin sampe gak berasa" ucap Dewi yang ikut duduk di karpet

"Eh gue dah bilang ke temen, barang-barang gue mau dia ambil. Tar lu bantu angkatin. Abis itu baru kita ke bar ambil konci sama kopian kontrak elu. Baru ke tempat baru" jelas Dewi

Petruk mengangguk-angguk seakan paham

"Eh lu homo ya?" tanya Dewi tiba-tiba

"Homo apa mbak?" tanya Petruk

"Gak doyan memek!"

"Doyan lah mbak. Masa gak doyan"

"Pernah emang? Ah hidup sama Johan sih pasti pernah. Bego banget nanya" ujar Dewi

"Kok lo biasa aja liat gue telanjang?"

"Emang harusnya gimana mbak?" tanya Petruk

"Ya normalnya sih gue kena perkosa"

"Emang mbak mau diperkosa?" tanya Petruk lagi

"Udah deh. Gak usah bahas. Lu emang bukan homo cuma bego" ungkap Dewi

Petruk menggaruk kepalanya sebagai tanda kebingungan

"Gue beli sarapan dulu, lu mau nitip apaan?"

"Apa aja boleh mbak"

"Mana duitnya" kata Dewi sambil mengulurkan tangan

"Gak punya mbak. Lupa gak saya ambil. Kemarin saya titipkan sama Bang Johan"

"Tolol!!"

Petruk bingung karena dibilang tolol

"Elu nitipin duit ke Johan, udah pasti gak bakal balik!" ujar Dewi sambil berdiri

Dewi pun masuk kamar berganti baju

Kemudian pergi untuk membeli makan untuk mereka berdua

++
Tak berselang lama
"Permisiii" suara dari balik pintu

Petruk pun bergegas membukakan pintu

"Cari siapa mbak?"

Wanita seksi yang ada didepannya kaget melihat tubuh dan bentukan Petruk

"A a anu Mas, cari kak Dewi. Saya udah janjian"

"Silahkan masuk"

Wanita seksi yang membawa pickup sendiri untuk mengambil barang-barang Dewi merupakan pekerja di club yang sama. Ia tak menyangka ukuran tubuh dan bentukan Petruk dari dekat begitu besar, ia sedikit ngeri dengan itu.

*Gila kak Dewi, petarung aja udah bikin lemes. Ini badannya gede banget, sanggup pula kak Dewi* batin Wanita itu

"Mbak Dewi lagi cari makan Mbak. Tunggu aja sebentar Mbak" ungkap Petruk

"Ohh iya Mas, kirain masih tidur karena semalam. Hehe" ucap Wanita itu sambil senyum dan menutup bibirnya

"Emang ada apa semalam Mbak?" tanya Petruk polos

Wanita itu berekspresi heran

"Masa sih gak ngentot mas?"

Bahasa vulgar tersebut cukup membuat kaget Petruk, pasalnya keluar dari wanita yg berwajah lembut

"Maaf Mbak. Tapi emang kami gak gituan" ujar Petruk yang hampir keceplosan menceritakan siapa yang semalam ngewe

"Ah payah.. atau Mas homo kali yah?"

"Bukan juga mbak. Saya doyan cewek kok" jawab Petruk segera sebelum wanita itu menyimpulkan

"Ya sudah lah.. kita tunggu Kak Dewi aja. Oiya namaku Tika. Maaf tadi lupa kenalan"

"Saya Petruk mbak"

"Asli? Aku kira pembawa acara ngasal kasih nama. Haha"

"Ya Mbak Asli. Tapi lengkapnya Petruk Harja Sentana bukan Petruk Kanthong Bolong"

"Pembawa acara emang suka ngasal sih kalau bukan pertangan Resmi Mas" ujar Tika yang mencuri-curi pandang ke arah selangkangan Petruk

"Eh dah dari tadi lu?" tanya Dewi yang tiba-tiba datang

"Baru kak" jawab Tika salah tingkah karena fantasinya terganggu

"Kita makan dulu Tik, abis itu Petruk yg bantuin. Lagian elu sewa pickup ga sama sopirnya. Siapa yang bakal angkat?" keluh Dewi

"Hehe ngirit kak. Lagian ada Mas Petruk jadi pasti beres" ujar Tika

Dewi dan Petruk pun makan, sedangkan Tika berbenah barang yang akan ia angkut. Sesekali mereka ngobrol tentang kerjaan, tentu saja dengan suara cukup keras karena Tika sambil beberes.

"Sip. Selesai tinggal angkut" ucap Tika yg mendekati kami

"Gue jalan dulu mau ambil dokumen sama konci apart, Petruk lu anterin ke apart. Ntar gue kasih tau unitnya kalau dah sampe"

"Buset. Kagak ada ide buat bantuin kak??"

"Enggak!!!" balas Dewi sambil membawa 2 tas besar

Petruk yang berada disana hanya geleng-geleng menyaksikan kedekatan kedua wanita itu.

"Lu bantuin Tika. Kalau capek minta pijitin dia aja. Salah sendiri gak mau bayar orang buat angkut" ujar Dewi sambil berlalu

"Enak aja mijitin.. kalau plus nya sih mau" sahut Tika cengengesan

"******!" balas Dewi yang sudah diatas motornya

Dewi pun pergi meninggalkan kedua manusia di kontrakannya. Ia bergegas karena sudah tak sabar tinggal di tempat yang lebih nyaman.

"Mas ayuk bantuin. Naikin ke bak ya"

"Iya mbak" jawab Petruk yang bangkit dari duduk santainya

Mereka berdua pun mengangkut barang yang sudah disiapkan. Tentu saja Petruk yang seorang pemakai otot tak merasa diberatkan karena permintaan itu. Ia senang bisa membantu.

Sementara Tika malah sering terbengong saat melihat otot Petruk yang mengencang saat mengangkat barang-barang yg cukup berat. Ia kepikiran perkataannya sendiri soal "plus". Membayangkan dirinya digenjot oleh pria hitam berbadan besar seperti video yang sering ia tonton.

"Nah beres, tinggal angkut ke rumah. Haha maklum mas anak rantau, kontrkan masih kosong cuma ada kasur. Baru juga tembus ajuin KPR. Hee" ucap Tika berlalu menuju pickup menjinjing bawaan kecil

"Ayo mas" ajak Tika sambil masuk ke ruang kemudi

Petruk yang pernah naik mobil ya tentu saja tahu lah cara buka pintunya.

"Mas emang asli mana sih? Satu kampung sama Kak Dewi?"

Petruk pun menceritakan sepenggal kisahnya kepada Tika yang sedang menyetir.
Tika juga sama, ia tak mau kalah. Ia juga menceritakan kisahnya yang merantau akibat diusir orang tuanya karena dulu hamil. Tapi sayang kandungannya tak sehat dan keguguran saat sampai di ibukota. Ia tak mencari kekasihnya untuk tanggung jawab karena kekasihnya adalah suami orang.

"Ya gini lah hidup Mas, kita gak tahu apa yang akan terjadi. Kita nikmati aja"

"Betul Mbak. Saya juga begitu" balas Petruk

Mereka pun sampai ke perumahan yang masih belum terlalu banyak penghuninya.

"Nah sampai Mas. Ini rumahku. Kak Dewi belum tahu sih, dia taunya aku masih ngontrak. Padahal mau aku ajakin gabung kalau kontrakannya abis" ujar Tika

Mereka pun membongkar muatan pickup. Dengan kadang bercanda, Tika yang periang membuat suasana canggung hilang.

"Nah selesai. Capek banget!!" ucap Tika yg terbaring di lantai ruang tengah.

Petruk yang membawa tabung gas melirik dada kecil Tika yang kembang kempis. Keringat, wajah lelah dan nafas tak teratur membuat Petruk membayangkan adegan sex. Wajar saja begitu, terakhir saja ia lampiaskan saat memperkosa wanita cantik yang mereka rampok. Artinya sudah lebih dari sebulan Petruk tak dimanjakan sempitnya memek. Terlebih bayangan suara Dewi dan Pak Hen pada malam sebelumnya membuat tak tenang.

"Ihh kenapa sih Mas, liatnya gitu banget. Hati2 loh itu gas nya nanti jatuh" ucap Tika yang merasa diperhatikan Petruk

"Eh maaf Mbak"

Tika yang sudah banyak berfantasi akan tubuh hitam dan kekar itu menggaulinya tak menyianyiakan kesempatan. Ia bangkit lalu pergi mengunci pintu.

Setelah mengunci pintu, rasa di dadanya makin tak sabar. Ia putuskan untuk nekat. Karena ia berpikir pasti Petruk tak akan menyentuhnya jika ia sendiri tak nekat. Pikiran Tika menyimpulkan karena malam sebelumnya tak ada perngentotan antara Dewi dan Petruk padahal mereka satu atap.

Tika yang sudah ingin sekali merasakan dirinya digauli oleh seorang petarung langsung melepas celana dan kaosnya dibelakang pintu.

*Nekat dah.. kalau gak diewe brati dia homo!* batin Tika yang nekat

Tika pun mendekati Petruk yang sedang menata barang di ruang tengah. Posisi Petruk yang membelakangi semakin membuat dada Tika berdebar.

"Masss" panggil Tika

Tika yang menyandar di pintu kamarnya terlihat sangat menggoda. Wanita mulus dan manis hanya berbalut pakaian dalam!

Petruk yang melihat Tika menjadi tercengang akan kemolekan wanita yang menggoda.

"Cobain kasur baru yuk!" ujar Tika sambil meremas satu dadanya yg tak terlalu besar

*Glukpp

Petruk menelan ludahnya sendiri melihat pesona Tika. Ia yang merasa itu bukan mimpi tak mau melepas kesempatan!

Bagaimana pun Petruk adalah seorang lelaki sejati bahkan sekarang pikirannya sudah tak sejernih dulu. Akibat insiden beberapa bulan sebelumnya dan bimbingan sesat Johan seakan merubah sosok Petruk yang lain.

Kehidupan yang berubah, cara berpikir dan kesumpekan menjadi manusia kota sangat Petruk rasakan.

Norma yang diajarkan Ki Sentana sudah kian terkikis oleh kerasnya hidup di kota. Sifat keiblisan menguasai sebagian hati. Pusaran kenikmatan yang memabukan membelenggu nurani.

"Ahhh" erang Tika merasakan jilatan nikmat pada pusarnya.

Ia yang biasa melakukan sex demi kepuasan sudah tak lagi tabu untuk mendesah dalam alunan birahi. Petruk yang sudah pernah mengerjakan tugas memuaskan wanita bertubuh kecil tak asing dengan pesona menggemaskan tubuh Tika.

Nanda!!

Hanya saja memek yanh sedang Petruk jilati pelontos tanpa jembut. Berbeda dengan Nanda, itu yang membuatnya sadar bahwa wanita yang sedang ia kerjai bukan orang yang sama.

"Mass... Hmmm.. sini aku iseppp.. emhhh" erang Tika sambil berusaha meraih kontol Petruk

Tika yang cukup kecil tak mampu meraihnya. Ia tak tahan dikerjai Petruk.

"Mass.. ehmmm.. enakkk" ia pun menggelinjang menikmati orgasme pertamanya

Petruk yang menyadari itu malah semakin geram mengobel lubang peranakan Tika dengan lidahnya sampai air nikmat habis ia serap.

Tika yang sedang mengatur nafas setelah Petruk menyudahi aksinya malah sekarang dibuat kaget. Tika tercengang melihat Petruk melepas kaos dan celananya!!

"Gilaa.. kontolmu gede banget Masss"

Petruk tak menanggapi Tika, malah mendekati Tika yang berbaring..

Reflek, Tika malah menjauh.. ia takut!

"Kenapa Mbak?"

"Gede banget Mas. Tika ndak berani" ucap Tika yang masih lekat menatap benda hitam di selangkangan Petruk.

"Saya kira Mbak mau sama saya" ucap Petruk kecewa

Petruk pun mengambil kembali celananya.

Ketika celana hendak ia pakai,

"Mas.. tapi Tika penasaran" ucap Tika sambil memegang tangan Petruk

Petruk menatap Tika dengan tatapan bingung. Ia bingung dengan apa sebenarnya yang diinginkan wanita imut itu.

Perlahan tangan Tika meraba pusaka milik Petruk. Ia gemetar karena cita-cita melawan kontol hitam seperti di video yang ia tonton akhirnya tercapai.

Petruk tak lagi memperlihatkan kekecewaan, meski hanya elusan ia bersyukur ada lagi wanita yang siap menjadi tempat saling berbagi kasih sayang.

Perlahan Tika mengelus dan memandang hikmat benda keras milik Petruk. Ia ngeri tapi juga penasaran dengan candu itu. Ia semakin mendekatkan badan ke depan Petruk. Dengan penuh rasa penasaran, lidah Tika mencoba merasai batang keras di depannya.

"sss" Petruk dibuat mendesis oleh perlakuan Tika yang lembut.

"Mas.. mas baring mas" ucap Tika tak sabar

Petruk pun menurut apa yang diminta wanita imut itu. Ia juga tak sabar menikmati hal yang lama tak ia rasakan. Hasratnya butuh penyaluran!

Tika tak menyianyiakan kesempatan itu, ia dengan mengambil handphone miliknya lalu membuka fitur camera. Ia malah berfoto selfie dengan kontol yang ukurannya lebih besar daripada lengannya.

"Buat kenang kenangan Mas. Biar Tika inget terus sama Mas" ucap Tika sambil menyimpan handphonenya

Dengan posisi merangkak Tika menyimpan HP di dekat kasur. Hal itu membuat ia membelakangi Petruk dan membuat Petruk melihat lubang senggamanya.

*Cukup ku bersabar! Aku rindu rasa lubang itu* batin Petruk tak tahan

Petruk pun menghampiri Tika yang sedang berposisi merangkak. Tika yang sedang mencolokan charger pada Handphonenya pun kaget saat tangan Petruk menangkap pinggulnya. Ia reflek menoleh ke arah Petruk.

"Maaf Mbak. Saya gak tahan!"

"Akkhhh" pekik Tika menerima tusukan benda besar yang ia takuti sebelumnya

"Sakiiit masss"

Terlihat air mata berlinang di mata indah Tika. Ia merasakan memeknya seakan robek karena dijejali kontol secara tiba-tiba, terlebih itu milik Petruk.

"Enak banget Mbak.." Petruk yang tak memikirkan Tika malah memompa pinggulnya.

Meski pelan, tapi Tika yang belum siap malah merasa kesakitan. Ia terus mengerang akibat ulah Petruk.

"Ampuunn masss" Tika memohon

Petruk tak peduli, ia dengan hikmat menikmati jepitan kuat nan kesat memek Tika.

"Mantap.. akhhh.. akhirnya kontol kepake lagi" erang Petruk yang masih memompa

Lama kelamaan Tika tak lagi mengeluh, ia hanya mendesah sebab organ kewanitaannya sudah beradaptasi dengan serangan birahi Petruk. Air-air pelumas sudah membasahi piston, rintih kesakitan pun menjadi desahan merdu ditelinga Petruk.

"Enak kan Mbak? Akhhh akhh akhh"

"Hmm terus masss"

Petruk yang mendengar ucapan Tika tersenyum laknat. Ia sangat senang mengetahui Tika sudah keenakan juga. Artinya kebahagiaan kini saling bertukar.

Petruk yang awalnya bergerak pelan berinisiatif menaikan tempo karena merasakan goyangan pinggul Tika sebagai jawaban atas perlakuannya.

"Ekhhh" erangan nikmat Tika yang mengisyaratkan ia telah mencapai kepuasan pertama.

Petruk cukup pengertian kali ini, ia menghentikan gerakannya saat kontolnya terbenam jauh di dasar lubang senggama Tika. Sebagai imbalan atas kesempatan Tika menikmati orgasmenya, Petruk mendapat pijatan di kontolnya oleh dinding vagina yang berkedut.

*Luar biasa!!! Mantapp* batin Petruk menikmati

Tika cukup lama bergetar bahkan menggelinjang akibat orgasme panjangnya. Ia benar-benar sudah takluk dan lemah dibawah tekanan sang pejantan.

*Basah sampai nyemprot, luar biasa Mbak Tika* batin Petruk yang sedikit menyadari Tika mengalami squirt

Setelah keadaan tenang, Petruk yang belum cukup dalam permainan segera merengkuh tubuh mungil Tika.

Ia dekap hangat tubuh mungil itu, tentu tak lupa ia masukan kembali pusakanya ke sangkar.

"Mas lemes. Nanti dulu. Ini enak banget" ucap Tika sambil mengatur nafas

Bukan memberikan respon verbal, Petruk malah menciumi pipi dan kening Tika. Sedangkan tangan nakalnya meraba dan meremasi pantat kencang wanita mungil itu.

"Mas.. aku sayang kamu" bisik Tika

*Peduli setan! Tapi aku suka tubuh mungilmu. Mirip seperti Nanda!* batin Petruk

Pelan tapi pasti Petruk kembali menyodok-nyodokan pinggulnya ke atas karena Tika berada dalam dekapnya.

++++++

Pernikahan Intan dan lelaki pilihan ibunya telah ditentukan. Ibunya tak sabar karena ia menginginkan tender besar yang akan ia dapatkan jika pihak vendor adalah menantunya sendiri.

Ya, lelaki pilihan Ibunya adalah seorang pria yang jabatannya sama dengan ibunya. Sebenarnya pria tersebut sudah memiliki anak dan istri hanya saja ia sangat menginginkan Intan saat ibunya sendiri memperkenalkan padanya.

Intan yang mengetahui ia akan menjadi istri siri dari pria beristri hanya bisa menertawakan nasibnya. Sebenarnya ia hendak dinikahi secara resmi, namun Intan menolak jika itu yang terjadi. Ia mau menikahi pria tersebut jika hanya sebagai istri siri.

Sebagai lelaki yang memiliki istri, pria tersebut malah merasa diuntungkan. Hanya saja ia tetap akan mengumumkan pernikahannya meski tak resmi secara hukum negara. Bagaimana tidak, memiliki istri yang usianya jauh dibawahnya adalah salah satu tujuan hidup dan juga kebanggaan baginya, terlebih ras lokal seperti yang ia harapkan.

Rani dan Intan yang tengah membercandai keadaan malah semakin terbahak saat mereka membahas malam pertama.

"Bayangin! Dia malam pertama rasain memek hasil permak Mas Pet!! Hahahaha" gelak tawa Rani yang juga disambut Intan

"Eh eh tapi jujur nih. Gue gak bisa bayangin juga. Elu gimana sama cowok hasil hunting?" tanya Intan sambil menahan tawa

"Geli doang anjing!! Wahahah" kembali keduanya tertawa akan celoteh Rani

++++++

"Bangsat dimana laki-laki itu, sudah sering lewat dan puterin semua jalan masa gak pernah liat. Masa hantu sih" gumam seorang wanita cantik dalam mobil mewah

"Mama kenapa?" tanya sang anak yg mendengar Ibunya bergumam

"Oh gapapa. Kamu belajar nyetir lah nak. Mama kan jadi harus pulang karena sopir lagi izin" ujar wanita dewasa pada anaknya

"Malas Mah, emang mamah bangkrut gak bisa bayar sopir lagi?"

"Ya gak, tapi emang Nanda gak pengen jalan sendiri sama temen gak pake ditempel sopir"

"Ah malas. Nanda kan paling keluar cuma ke rumah Intan. Oiya yang mau nikah sama Intan itu emang orang mamah? Kok Intan bilang suruh nanya mama"

"Iya.. calon pemimpin baru yang bakal nangani bar dan club. Bagus orangnya. Sebenernya mama curiga sama Indah, jangan-jangan perusahaan kacau makanya dia sampe pake anaknya buat deketin Hen. Maklum si Hen itu perfeksionis. Salah satunya gak akan bisa diajak kerjasama kalau kurang menjanjikan. Tapi bagus sih gitu" ujar sang ibu

"Iya juga sih, lagian mama biarpun satu grup masa perusahaan gak bisa kerjasama langsung. Bukannya dipermudah"

"Harus gitu nak, kalau tidak sayap tak akan bisa dipakai untuk terbang. Kita harus memperluas jangkauan kita, apa lagi kalau bisa mencaplok mereka" ucap sang ibu disertai senyum sinis.

Nanda yang baru tahu mengenai teori pun kurang paham. Meski begitu ia terima karena cukup masuk akal.

Bagi pengusaha, Lidya memang tak bisa disepelekan. Wanita cantik dan awet muda yang terkesan hanya sibuk merawat diri memang ada dalam dirinya, namun Lidya tak sebatas itu!

"Ngomong-ngomong Ma, kok sekarang gak pernah bawa temen pulang? Kirain bangkrut gak bisa jajanin cowok" sindir Nanda

"Nak, bisa ngomongin yang lain gak?"

"Nanda gak masalah Mama mau lakuin apa aja. Asal jangan main diluar kamar. Mau ke dapur aja susah!" sungut Nanda

"Mama sebenernya malu, tapi mama kapok kalau hubungan serius dengan lelaki. Kalau baper ya mending ganti. Kalau kamu gimana? Udah gede masih nonton kartun danbl sibuk main game. Kapan mama punya cucu!"

Nanda hanya diam.

"Kamu sebenernya kenapa sih. Kok dari dulu kayak jauhin mama?"

"Papa pergi karena mama selingkuh?"

"Emang Nanda gak pernah buka pembukuan perusahaan di ruang kerja mama? Disana ada catatan hutang yang baru bisa kita lunasi 5tahun setelah papamu kabur" ujar Lidya

"Kita hampir bangkrut, nyaris banget. Entah dilarikan kemana dana perusahaan sampai cashflow kacau. Mama marah trus suruh gak usah ke kerja kalau gak becus. Malah kabur. Kemungkinan bawa dana perusahaan. Tapi mama biarin aja lagian udah sehat lagi perusahaan kita" lanjut Lidya

"Oh nanti Nanda pelajari"

"Kamu beneran gak punya pacar nak?"

"Gak"

Lidya menghela nafas mendengar jawaban ketus anaknya.

"Gak pengen atau belum nemu. Enak loh pacaran"

"Kayak mama ngewe di sofa?"

"Jaga mulutmu!!!" ucap tegas Lidya

Nanda kembali membuang muda, pandangan ia alihkan ke sisi kiri mobil.

"Maaf nak. Mama gak suka kamu ngomong kasar" ucap Lidya melunak

"Aku pernah Ma"

"Pernah apa sayang?"

"Ngewe"

Lidya tiba-tiba membanting setir mengarah ke jalan kecil. Mobil pun lalu berhenti.

"Siapa orangnya. Sebut namanya, biar mama seret orang itu!!!" Lidya tersulut emosi mendengar pengakuan Nanda

"Anter ke rumah Intan!" Nanda tak kalah berkata dengan nada tinggi

Kembali Lidya menghela nafas.
Mobil perlahan mulai berjalan ke tempa tujuan awal.

"Anak Indah kah?"

"Apanya?"

"Lelaki itu"

"Abang Intan? Gak kenal"

"Waktu KKN?"

Nanda terdiam. Memang ia pertama melakukan hubungan sex adalah saat di KKN di desa Wanapurwa tapi ia tak mau menyebut apalagi menceritakan soal kejadian disana.

"Ada lah. Tapi dia gak tau dimana sekarang. Intinya ada masalah trus dia kena usir"

"Berandal?"

"Kapan-kapan lah Nanda ceritakan"

"Mau mama kirim orang buat cari?"

"Gak usah"

"Mama gak terima anak mama diperkosa berandal! Mama bisa seret dia sekarang juga!" ujar Lidya kembali dengan Nada tinggi

"Nanda yang mau" sahut Nanda yang cukup mengejutkan Lidya

Lidya yang mendengar itu malah merasa bersalah. Ia berpikir bahwa Nanda melakukan hal tersebut karena dia yang suka membawa teman kencannya pulang.

+++

"Mas jahat banget sih! Sakit tauuu" keluh Tika manja

Petruk yang telah selesai bekerja kini memberikan terapi kenyamanan pada Tika. Cuaca yang cukup panas tak menghalangi keduanya untuk bersatu. Kipas angin di sudut ruang cukup membantu mereka mendapatkan udara segar, jika tidak mungkin tak akan ada penyatuan tubuh yang menjanjikan kenikmatan diantara keduanya.

"Gak tahan Mbak, maaf ya.."

"Iya mas. enak banget sih. Heee.. rugi banget dianggurin"

Tak terasa keduanya tertidur. Tika yang kelelahan dan Petruk yang terhanyut dalam ketenangan membuat keduanya pulas.

++++

"Mana tu anak. Di telp masuk tapi gak diangkat. Jangan-jangan si Petruk diperkosa sama anak itu. Hah bodo lah.." gumam Dewi

"Eh tapi gimana ini, kasur cuma satu. Masa gue yang numpang malah nyuruh dia di sofa. Mana konsep apartemen sesat gini. Masa gak ada pintu. Cuma pintu masuk dan toilet doang. Itu juga toilet tembus pandang. Aduh masa gue ngontrak lagi" keluh Dewi yang sendiri di apartemen

"Nanti kalau Pak Hen kesini, ngentotnya dimana? Bisa ilang sampingan gue"

"Bentar... Kalau gue sekamar sama dia, apa gue gak abis kena entot dia tiap hari. Kalau cakep sih gapapa. Gue KB ini"

Dewi benar-benar tak menyangka jika konsep apartemen jatah fighter sangat berbeda dengan bayangannya. Sebab apartemen itu lebih mirip kamar hotel namun dengan fasilitas yang cukup lengkap dan ruang seluas apartemen. Mungkin desain tersebut bertujuan agar para fighter yang latihan mendapat udara segar dan tak pengab meski berlatih di dalam ruang.

+++

*gila kontol segede ini, kalau gue kirim ke Kak Dewi apa komen dia ya* batin Tika sambil memandangi hasil selfienya

Tika memang cukup terbuka pada Dewi, ia sering curhat dan share segala hal dengan Dewi yang sudah ia anggap sebagai kakak.

"Halo kak.. maaf kemalaman, Mas Petruk gak ada pertandingan kan? Bentar lagi aku antar kesana. Iya iya.. aku izin malam ini. Ketiduran. Iya. Bye" ucap Tika menelepon

Suara Tika berhasil membangunkan Petruk.

"Mandi mas, kita disuruh ke apartemen. Mas mulai hari ini kan dapet fasilitas" ucap Tika sambil mengetik di handphonenya

*Sent

Tika tersenyum menunggu reaksi Dewi yang mendapat kiriman foto selfie dirinya yang bergaya seakan hendak memakan kontol yang lebih besar dari lengannya sendiri.

"Dih gak bales" gumam Tika yang melihat chatnya hanya dibaca

Tika yang sudah mandi pun bersiap-siap mengembalikan pickup sekalian mengambil motor disana, lalu mengantar Petruk ke apartemen.

"Yuk mas" ajak Tika

Mereka pun berangkat

-

*gila itu kontol Petruk? Apa gak jebol memek si Tika?* batin Dewi

Tubuh Dewi bergetar, ia lama sekali mengamati foto yang dikirim oleh Tika. Ia juga merasa penasaran pada benda yang seakan hendak dimakan oleh wanita di foto itu.

*Kalau memek gue kena sodok, sakit gak ya?* Dewi mulai berfantasi

Harta, Kehormatan, Kemuliaan. Tiga candu dunia yang mampu membuat semua orang mabuk di dalamnya.

Mungkin dari ketiga itu bagi Lidya sudah tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan. Namun di dalam hatinya masih ada satu rongga yang belum mampu ia penuhi. Rongga yang muncul akibat incident tempo hari memberikan kesan bahwa kepuasan tidaklah bisa ia capai meski sudah memiliki banyak harta.

"Bangsat kontol sekarang gak ada yang berasa enak!" umpat Lidya di depan beberapa temannya

"Kenapa jeng? Ini loh aku pinjemin kalau butuh" ucap wanita paruh baya di dalam pelukan pria yang umurnya terlihat jauh lebih muda

"Dia aja biasa aja, apa lagi punya bocah lu" tunjuk Lidya pada lelaki yang baru saja ia nikmati

Teman-teman Lidya tak tahu bahwa Lidya pernah mendapat pelecehan dari seseorang yang memiliki barang tak masuk akal.

"Gue lagi nyari tu orang, nanti lah gue kasih liat kalau dah dapet. Kayak apa yang namanya kontol! Bukan titit!" kata Lidya dengan senyum sinis

Lidya yang masih menyimpan birahinya pun pergi dengan hati kecewa pada teman-teman yang selalu memberikan service dengan menyediakan pemuda perkasa. Sebelumnya ia selalu puas dengan pelayanan para pemuda itu, tapi kini rongga kepuasan hanya tergelitik.

"Gila juga bos kita, kontol segini enaknya dibilang titit. Udah longgar kali ya, maklum kebanyakan dipake" ucap salah satu wanita dewasa ditempat yang Lidya tinggalkan

"Bu Indah bisa aja, bos kita tuh emang perfeksionis. Jadi harap maklum" balas wanita lain

+++

"Wih bagus banget apartemennya, mau dong tinggal bareng disini" ucap Tika sesaat setelah memasuki apartemen Petruk yang ia peroleh dari fasilitas petarung

"Bukan apartemennya kali Tik?"

"Heee.. lebih karena ada Mas Petruk sih" balas wanita bertubuh kecil itu

Petruk yang mendapat fasilitas tersebut hanya celingukan. Ia bingung karena hanya dengan berkelahi saja bisa mendapat pinjaman tempat tinggal yang sangat bagus, bahkan Tika yang menurutnya orang kota saja kagum, apalagi dirinya.

Dewi yang tahu jika Petruk agak kurang paham, lalu menjelaskan tentang Kontrak dan segala fasilitas di apartemen tersebut.

"Malam ini lu istirahat, besok malem elu ada pertandingan. Kalau lu bagus dan menang, kita bakal aman tinggal disini lebih lama" jelas Dewi

Petruk dan Tika mengangguk-angguk mendengar penjelasan Dewi.

"Kita maksudnya gue sama Petruk, elu gak ikutan" ucap Dewi sambil melirik Tika

"Jahat amat kak. Lagian kan aku juga pengen disini terus. Bisa bareng Mas Petruk" balas Tika sambil memeluk tangan Petruk

"Ganjen amat lu. Mentang-mentang dah diewe langsung gak tau malu"

"Ehh" Petruk terkejut Dewi mengetahui perbuatan mereka

"Gue kira lu homo!" ucap Dewi sambil senyum meremehkan

Petruk yang merasa terpojok pun menunduk karena malu.

"Dah kalian kalau mau nerusin ngentotnya disini, gue tidur di sofa sana" ujar Dewi sambil beranjak dari kasur yang mereka duduki

Tika yang diberi kesempatan pun langsung memulai peperangan.

*Anjing malah beneran ngewe mereka* batin Dewi

Dewi yang bersandar santai di sofa selalu mencuri pandang pada pasangan mesum di sana.

*Gila kontolnya asli kayak di foto*
-glukk ia menelan ludah karena melihat kedua manusia tak tahu malu itu sangat mesum meski ada dirinya disana

*Gila si Tika, kontol segede itu masuk mulut, apa gak pegel rahangnya*

*Eh main tusuk aja dia, gila apa gak sobek memeknya?*

Dewi menonton dari sisi samping, dimana Petruk yang berdiri tengah merojokan kontolnya ke Tika yang menungging diatas kasur.

*Duh mana HP gue ketinggalan disana. Eh gapapa lah kesempatan liat dari deket. Segede apa kontol si Petruk*

Dewi pun berjalan pelan sambil memperhatikan keduanya. Suara desahan Tika dan Petruk yang bersahutan main membuatnya pusing.

"Kaaakk ekhh ekhh ekhh"

"Gue mau ambil HP" ucap Dewi

"Gabunggg kakkk.. akhh akhh akhh" ucap Tika diiringi erangan nikmat

Dewi tak menjawab, namun saat Petruk mencabut kontolnya dari memek Tika, lalu Petruk mengangkat Tika untuk digendong. Dewi bergetar melihat ukuran sebenarnya kontol Petruk dari dekat.

Dewi duduk di tepian ranjang, dengan HP yang masih tertancap charger ia pura-pura mengetik sambil melirik keperkasaan Petruk.

Petruk yang tahu kalau ia diperhatikan malah makin besar kepala, ia letakan pantat Tika di meja rias tepat di depan Dewi. Jarak antara mereka hanyalah beberapa jengkal!!

"Okhh okhh okhhh" erang Tika kembali saat Petruk menggempurnya dengan cukup cepat

Dewi tenggelam dalam khayalan, matanya fokus melihat proses keluar masuk kontol besar pada memek Tika yang masih rapat.

"Ekhhh" Dewi mendesah dan terkaget saat Tika meremas keras payudara sekalnya

"Kak.. ayoo gabunggg.. akhh akhh akhh" ajak Tika lagi

Dewi yang dilecehkan, untuk pertama kalinya ia tak marah. Malah remasan jemari tika malah ia nikmati.

*Sialan kenapa gue sange gini. Sex tanpa dapet duit apa gunanya?* batin Dewi bentrok

Dewi yang biasa melayani Pak Hen demi uang kini merasa membutuhkan kenikmatan dari persenggamaan.

*Bodo ah.. lagian si kampung bisa hasilin duit buat gue!*

Dewi menepis tangan Tika. Bukan ia marah namun karena itu menghalanginya membuka penutup tubuhnya

"Iyaaakkhhh" di hadapan Dewi, Tika menjerit puas diiringi semburan kuat dari liang senggamanya.

Cairan Tika membasahi dada dan perut Petruk. Tika sangat bersemangat saat Dewi melepas bajunya. Ia berhasil membuat wanita bergabung!

Tika dengan muka lemah dan nafas memburu, ia memandang lekat pada pejantan yang menghajar memek gundulnya.

"Mas, tolong bahagiakan Kak Dewi!!"

Petruk yang paham pun tersenyum.

*Sialan, Tika mengingatkanku pada dia!* batin Petruk

Petruk yang penurut pun mencabut kontol supernya.
"Akhh.. lega rasanya" ucap Tika terengah-engah

"Kena sumpal kontol enak" lanjut Tika

Batang Petruk yang telah dibanjiri cairan Tika, makin terlihat mengkilat. Kali ini batang super itu diacungkannya pada Dewi, yang dari tadi terdiam memandangi keperkasaan batang Petruk.

"Kak.. jangan bengong!" kata Tika tiba-tiba

"Eh.. iya.. anu gede.." balas Dewi tergagap

"Jauh kan sama punya Pak Hen?"

"Iya jauh banget, kontol Hen kecil"

"Bukan kontol kalau kecil kak, tapi titit! Hehe"

*Glukpp

Kembali Dewi menelan ludahnya sendiri memandang kontol besar di hadapannya. Ia takut memulai, ia takut jika kontol itu menghajar dan menghancurkannya.

"Gak mau mbak?" tanya Petruk yang merasa dianggurkan

"Eh.. iya"

Grep.. tangan halus Dewi menangkap batang basah milik Petruk.

Baru saja ia tangkap, batang itu ia paksa masuk ke mulutnya!

"Akhhh" erang Petruk mendapat serangan mendadak sampai paha Tika ia remas.

Tika yang merasa sakit, sangat rela karena itu adalah bukti kepuasan sang pejantan.

"Ayo kak, sedot kuat. Biar kapok mas Petruk" bukan mengeluh sakit, Tika malah memberi semangat pada Dewi

+++

"Anjing anjing bangsaaattt!! Dimana pria berkontol balok itu.. akhh memek gue kangen!!!" maki seorang wanita dewasa di dalam mobil yang ia kendarai

"Sumpah kalau sampe ketemu, bakal gue sekep dirumah tu orang. Biar enak kalau mau pake!! Tai!!! Anjing!!! Dildo dipasaran aja gak segede itu!! Gimana gue kalau gak nemuin dia. Bisa mati penasaran gue!!" keluh wanita itu lagi

Telepon wanita itu berbunyi.

"Halo nak. Udah mau dijemput? Iya mama kesana"

"Ini lagi, baru muter bentar dah minta jemput. Gimana bisa nemu kontol itu lagi!!"

+++++

"Buset dah si wibu. Bos besar di suruh jemput! Bawa mobil sendiri sih ngapa. Minta beliin mobil juga pasti dikasih. Gak bakal berasa kalau cuma beliin mobil mah" ujar Rani

"Dia mana bisa bawa nyet.. ngentot aja dia yang pinter. Hahaha" ujar Intan

Nanda yang dari tadi diledek hanya cemberut, tapi jika ada pria yang melihatnya pasti pria itu akan bilang kalau itu adalah ekspresi terimut ala wifu!

"Awas kalian, kalau aku nemuin Mas Pet. Kalian gak akan aku kasih tahu!!" balas Nanda

"Ya elah.. emang lu mau cari dimana? Ga semudah itu cari, emang lu kira download hentai! Dasar wibu" ujar Intan makin membakar tawa Rani

Nanda pun dengan tingkah merajuk khas wifu anime pergi keluar kare jemputan sudah datang.

+++

"Coba lah bawa mobil sendiri nak" keluh sang Ibu

"Nanti lah belajar sama sopir kalau dah masuk"

"Nah atau kursus aja biar langsung dapet izin"

"Hmm"

Mobil mewah itu pun makin menjauhi rumah Intan.

"Ma"

"Iya nak"

"Nanda mau minta tolong"

"Apa sayang?" ucap Lidya senang karena sang anak mulai mau terbuka

"Bantu cari temen Nanda"

"Siap bos! Sebut aja ciri-cirinya. Nanti anak buah mama yg cari"

"Gak jadi"

"Eh kok ga jadi?"

"Anak buah mama jahat. Tukang kelahi"

"Gak kok nak, itu pacar kamu ya? Siapa namanya? Kayak apa orangnya?" tanya Lidya penasaran

"Gak usah, gak jadi"

"Yaudah deh"

Nanda pun kembali menutup mulut, dan fokus memainkan gadgetnya. Ibunya yang mengajak mengobrol pun tak ia hiraukan.

*Salah apa aku? Ini anak apa marah lagi ya* batin Lidya

++++

Petruk pun tersenyum puas, kepuasan yang lama tak ia dapatkan kini kembali datang. Air kenikmatan yang bersarang dalam liang senggama Dewi membuatnya sangat ringan. Seakan beban pikiran ikut keluar dari batang miliknya bersama air kental itu.

"Puas kan kak?" ucap Tika yang dengan santainya menikmati tontonan Dewi dan Petruk bergulat.

"Lemes. Tulang berasa di lolosin semua. Anjing juga lo Truk. Kirain orang kampung yang jago kelahi doang, ternyata jago ngentot juga" ujar Dewi

"Ini kontol lu gak bisa lemes apa gimana? Masih ngeganjel di dalem memek gue" lanjut Dewi

"Betah dia mbak" canda Petruk

"Gapapa sih, gue juga nyaman. Lagian gue dah suntik KB gak perlu takut bunting juga"

Kedua manusia yang masih melekat itu benar-benar seperti tak mau terpisah. Sejak lubang sempit Dewi dijejali kontol monster, lubang sempit itu seakan tak merelakan batang Petruk untuk keluar. Begitu kuatnya mencengkram membuat Petruk betah di dalamnya.

"Kak, aku tinggal di sini juga ya"

"Serah lu aja dah"

++++

"Petruk dimana kamu? Kami merindukanmu. Kenapa kamu gak balik ke pasar? Cuma Johan yang balik? Apa kamu gak rindu dengan aku dan adikku?" gumam wanita paruh baya yang mendekap tubuh adiknya yang tertidur.

++++

"Sayang, lusa kan temenmu nikah. Kamu dateng bareng mama atau mau dianter sopir?" tanya Lidya pada anaknya sambil berjalan memasuki rumah

"Sama sopir aja"

"Kamu kenapa gak seneng sih? Temenmu mau nikah loh? Kamu gak pengen nyusul?"

"Ya elah Ma, mereka paling gak lama nikahnya. Haha" jawab Nanda tertawa karena terbayang wajah kecewa sang lelaki

"Kok gitu?"

"Gapapa" jawab Nanda singkat sambil memasuki kamar

Lidya pun juga memasuki kamarnya sendiri. Ia ingin mandi membersihkan noda-noda dan kotoran dari gigolo yang ia coba.

Raut kekecewaan kembali hinggap padanya.
"Bangsat!! Kalau tahu cuma geli doang, gak bakal gue rela dientot tu bocah" keluhnya sambil menyalakan kran shower

Lidya pun sambil mandi, ia merenung. Meratapi nasibnya. Ia merasa hampir gila karena beberapa kali mencoba kontol pemuda tapi tak ada yang mampu membuatnya puas lagi.

Saat menyabuni tubuhnya, ia sambil berkaca mengamati tubuhnya. Tubuh yang masih terlihat segar karena kepandaiannya merawat diri. Sayangnya memeknya telah rusak akibat benda besar yang pernah memaksa masuk dan membuatnya puas.

"Eh tunggu... Petarung baru itu!! Badannya besar hitam juga. Apa jangan-jangan dia? Aku harus coba dengan dia. Kalau benar, kontrak akan aku ubah meski harus membayar mahal untuk membatalkan kontrak lama" gumamnya mendapat wahyu

Ia tak sabar ingin mencoba ide gila itu, pasalnya jika ia salah orang maka reputasinya sebagai bos dipertaruhkan.

Lidya pun cepat-cepat menyelesaikan mandinya. Ia ingin menghubungi Hen si calon pengantin yang mengurus bar dan club miliknya.

"Hen.. malam ini petarung baru yang kemarin kita tonton apa ada pertandingan?" tanya Lidya

"Oh ok. Atur besok pertandingan pertamanya. Gak, aku tak peduli berapa pengaturan taruhan kalian dan siapa lawannya pun terserah. Aku cuma mau lihat pertandingan orang itu lagi" ucap Lidya yang langsung menutup telepon

Lidya tersenyum sendiri diatas kasurnya. Membayangkan sang petarung yang ia saksikan sebelumnya menghajar memeknya yang gatal.

*Besok bakal aku bungkus!!* batinnya mantap



BERSAMBUNG...

cerita sex yes.. ahhh.. fuck my pussy... oh.. good dick.. Big cock... Yes cum inside my pussy.. lick my nipples... my tits are tingling.. drink milk in my breast.. enjoying my milk nipples... play with my big tits.. fuck my vagina until I get pregnant.. play "Adult sex games" with me.. satisfy your cock in my wet vagina..
Klik Nomor untuk lanjutannya
x
x