Kentongan Jumboku Yang disayangi banyak Wanita 1
Kentongan Jumboku Yang disayangi banyak Wanita 2
Kentongan Jumboku Yang disayangi banyak Wanita 2
Sudah lama rasanya Petruk tak beristirahat siang di gubung dekat sungai. Biasanya ia tiap hari kesana. Meski tanpa kawan-kawan buruh tani yang juga bekerja di sawah, ia tetap kesana.
Tak lama setelah Petruk beristirahat dengan berbaring, ia kedatangan sang istri.
"Udah ketebak Mas pasti disini" ucapnya saat tiba di gubug itu
"Iya dek, lagipula rasanya sudah lama gak kesini" jawab Petruk
Intan tersenyum menikmati udara dan pemandangan yang sangat menyejukan hati. Terlebih ia sedang berdua dengan suaminya.
"Mas, aku mau jujur. Kalau Mas marah, aku siap. Mas jijik pun, aku siap menyingkir dari hidupmu Mas" ucap Intan yang terlihat tenang dengan masih memandang pemandangan sawah hijau diseberang sungai
"Ada apa Dek?"
"Tadi aku banyak diolok teman-teman karena mau menikahi orang kampung katanya. Mereka bilang aku bodoh, ada juga yang bilang aku cuma mau ngesex dengan banyak laki-laki disini. Cuma Heni aja yang gak komentar. Mungkin karena sudah tahu kamu seperti apa"
"Tapi aku tetap gak peduli, lagi pula aku sudah tak lagi tertarik dengan laki-laki lain. Memang sih karena suatu kejadian."
Petruk terus menyimak apa yang Intan katakan.
"Terutama karena beberapa hari lalu Mas, aku sudah dicap mereka sebagai wanita pemburu kontol. Lalu di balai desa, aku dipaksa melayani beberapa temanku dan Pak Semito, si sekdes"
Petruk mengerutkan kening karena mendengar cerita Intan
"Mereka malah marah-marah meski sudah menggagahiku. Apalagi saat aku bilang kontol mereka kecil gak berasa dimemekku. Aku suruh gak usah banyak tingkah. Bikin kotor aja"
Petruk masih sedikit terbakar emosi karena Intan dipaksa
"Mas malu kan kalau punya istri kayak Intan, perempuan gatal yang cuma cari kontol buat dinikmati" ucap Intan mulai menitikan air mata
Petruk bangkit dan duduk di sebelah istrinya. Petruk rangkul dan peluk dia.
"Tidak sayang, aku tak malu. Aku malah marah. Harusnya lapor ke dewat adat. Apa sayangku gak tahu kalau di desa ini sangat berat kalau memaksa wanita yang bukan istrinya untuk begituan?" ucap Petruk yang masih memeluknya
"Ah bukannya sudah biasa hubungan sama bukan pasangan?" tanya Intan balik
"Hhmm. Hukumannya adalah kematian" jawab Petruk
"Ehh??" ia kaget sampai melepas pelukan lalu memandang wajah suaminya
"Romo tadi malam cerita"
"Gak usah lah mas. Lagian sekarang mereka pasti gak akan mau menyentuhku kok" ucap Intan
Petruk berangsur tenang lantaran istrinya tak ingin masalah itu terus larut. Ia yang sudah tenang teringat cerita pernikahan Ki Sentana dan Ni Darwati, ia tak mau bernasib seperti mantan kekasih Ni Darwati. Dendam adalah neraka dunia.
"Mas udah selesai kerja atau mau lanjut?" tanya Intan
"Emang kenapa Dek?" Petruk balik bertanya
"Kalau dah selesai, mandi lah. Bau gitu" jawab Intan
"Mandi aja dek? Bukan yang lain?" Petruk sambil meringis
"Mas makin pinter.. heee"
Pasangan suami istri yg baru saja mendapat restu itu kini sudah berendam di sungai. Sang istri menggosok suaminya agar lebih bersih, dengan telaten ia telusuri setiap jengkal tubuh suaminya. Seakan ia sangat ingin mengenal tiap bagian tubuh suami. Namun tangannya tak kembali membasuh suaminya saat bertemu dengan benda kesayangannya.
"Mas... Aku mau ya.."
"Iya sayang.. kamu kan istriku"
Elusan dan kocokan pada kontol Petruk berhasil membuatnya keras bak besi. Tegak menantang siapapun wanita di depannya.
Dengan masih membelai kontol yang ia sayangi, Intan menyongsong bibir Petruk yg terbuka karena nafasnya memburu.
*Slurrppp..
Bunyi ciuman keduanya makin menambah nafsu. Suara riak air sudah tak mereka hiraukan. Mereka sudah melupakan bahwa mereka sedang bermain di tempat terbuka.
Petruk yg mendapat serangan bertubi seakan tak mau kalah, dengan tangan kasarnya dia raih buah dada yg ranum milik Intan. Ia remas dengan gemas.
Tak lama setelah Petruk beristirahat dengan berbaring, ia kedatangan sang istri.
"Udah ketebak Mas pasti disini" ucapnya saat tiba di gubug itu
"Iya dek, lagipula rasanya sudah lama gak kesini" jawab Petruk
Intan tersenyum menikmati udara dan pemandangan yang sangat menyejukan hati. Terlebih ia sedang berdua dengan suaminya.
"Mas, aku mau jujur. Kalau Mas marah, aku siap. Mas jijik pun, aku siap menyingkir dari hidupmu Mas" ucap Intan yang terlihat tenang dengan masih memandang pemandangan sawah hijau diseberang sungai
"Ada apa Dek?"
"Tadi aku banyak diolok teman-teman karena mau menikahi orang kampung katanya. Mereka bilang aku bodoh, ada juga yang bilang aku cuma mau ngesex dengan banyak laki-laki disini. Cuma Heni aja yang gak komentar. Mungkin karena sudah tahu kamu seperti apa"
"Tapi aku tetap gak peduli, lagi pula aku sudah tak lagi tertarik dengan laki-laki lain. Memang sih karena suatu kejadian."
Petruk terus menyimak apa yang Intan katakan.
"Terutama karena beberapa hari lalu Mas, aku sudah dicap mereka sebagai wanita pemburu kontol. Lalu di balai desa, aku dipaksa melayani beberapa temanku dan Pak Semito, si sekdes"
Petruk mengerutkan kening karena mendengar cerita Intan
"Mereka malah marah-marah meski sudah menggagahiku. Apalagi saat aku bilang kontol mereka kecil gak berasa dimemekku. Aku suruh gak usah banyak tingkah. Bikin kotor aja"
Petruk masih sedikit terbakar emosi karena Intan dipaksa
"Mas malu kan kalau punya istri kayak Intan, perempuan gatal yang cuma cari kontol buat dinikmati" ucap Intan mulai menitikan air mata
Petruk bangkit dan duduk di sebelah istrinya. Petruk rangkul dan peluk dia.
"Tidak sayang, aku tak malu. Aku malah marah. Harusnya lapor ke dewat adat. Apa sayangku gak tahu kalau di desa ini sangat berat kalau memaksa wanita yang bukan istrinya untuk begituan?" ucap Petruk yang masih memeluknya
"Ah bukannya sudah biasa hubungan sama bukan pasangan?" tanya Intan balik
"Hhmm. Hukumannya adalah kematian" jawab Petruk
"Ehh??" ia kaget sampai melepas pelukan lalu memandang wajah suaminya
"Romo tadi malam cerita"
"Gak usah lah mas. Lagian sekarang mereka pasti gak akan mau menyentuhku kok" ucap Intan
Petruk berangsur tenang lantaran istrinya tak ingin masalah itu terus larut. Ia yang sudah tenang teringat cerita pernikahan Ki Sentana dan Ni Darwati, ia tak mau bernasib seperti mantan kekasih Ni Darwati. Dendam adalah neraka dunia.
"Mas udah selesai kerja atau mau lanjut?" tanya Intan
"Emang kenapa Dek?" Petruk balik bertanya
"Kalau dah selesai, mandi lah. Bau gitu" jawab Intan
"Mandi aja dek? Bukan yang lain?" Petruk sambil meringis
"Mas makin pinter.. heee"
Pasangan suami istri yg baru saja mendapat restu itu kini sudah berendam di sungai. Sang istri menggosok suaminya agar lebih bersih, dengan telaten ia telusuri setiap jengkal tubuh suaminya. Seakan ia sangat ingin mengenal tiap bagian tubuh suami. Namun tangannya tak kembali membasuh suaminya saat bertemu dengan benda kesayangannya.
"Mas... Aku mau ya.."
"Iya sayang.. kamu kan istriku"
Elusan dan kocokan pada kontol Petruk berhasil membuatnya keras bak besi. Tegak menantang siapapun wanita di depannya.
Dengan masih membelai kontol yang ia sayangi, Intan menyongsong bibir Petruk yg terbuka karena nafasnya memburu.
*Slurrppp..
Bunyi ciuman keduanya makin menambah nafsu. Suara riak air sudah tak mereka hiraukan. Mereka sudah melupakan bahwa mereka sedang bermain di tempat terbuka.
Petruk yg mendapat serangan bertubi seakan tak mau kalah, dengan tangan kasarnya dia raih buah dada yg ranum milik Intan. Ia remas dengan gemas.
"Akhhh mas.. ga tahan."
Erangan Intan makin intens saat jemari Petruk bermain di sekitaran liang senggamanya.
Berkali-kali Intan mengeluh tak tahan, ia ingin dituntaskan. Sayangnya Petruk tak juga beranjak dari tempat mereka berandam. Padahal Intan juga tak minta digendong seperti sebelumnya, jika Petruk tak menariknya pun ia akan mengekor ke batu besar yang sebelumnya menjadi saksi bisu kegiatan intim mereka.
"Akhhh maasss.. pindah yukk.. akhh gak tahannnn sayanggg.." keluh Intan mendapat rangsangan di payudara dan liang senggamanya.
Petruk masih saja tak beranjak, ia malah menarik tubuh Intan mendekat. Intan makin tak karuan karena Petruk dengan rakus menikmati buah dadanya, sedangkan satu tangannya mengobel lubang kenikmatan Intan.
Intan tak habis akal, tangannya yang masih menggenggam kontol suaminya, ia arahnya kontol dan memeknya agar berdekatan. Dengan sekali hempas, tubuh bagian bawah Intan diterobos kontol suaminya.
"Akhhhhh" erang keduanya bersamaan
"Nakal kamu mas. Bikin aku pusing"
"Akhirnya kontolmu masuk Mas. Enak kan mas?" tanya Intan memeluk suaminya
"Iya sayang. Kamu terbaik" dibalasnya pelukan Intan dengan hangat
"Kok diem? Gak goyang kayak biasanya dek?" lanjut Petruk
"Gak ahh.. gini aja enak banget. Gerak dikit udah enak. Gak perlu banyak gaya kalau sama Mas" jawab Intan
"Kalau sama orang lain emang gimana dek?" selidik Petruk
"Banyak gaya, itu pun gak bikin enak Mas. Gak segede kontol Mas Petrukku sayang" ucap Intan dilanjut dengan merengkuh Petruk untuk berciuman
Perlahan Petruk merasakan Intan sedikit bergoyang dengan pelan, dengan posisi masih berciuman.
"Emmhhhh"
Mereka merasakan sensasi kenikmatan di kelamin mereka.
Terutama Petruk, kontolnya serasa diremas benda halus.
"Enak banget mas, gini aja aku dah keluar lagi" ucap Intan
"Yaudah yuk kita tuntasin. Biar cepat istirahat. Besok kita menikah loh"
"Iya sayang. Aku patuh kok jadi istri. Apapun kata suami akan aku lakukan." ujar Intan
Dengan posisi kontolnya bersarang di vagina Intan, Petruk membawa Intan ke batu bersejarah bagi mereka. Bagaimana tidak, mereka akan selalu ingat bagaimana mereka bertemu di batu itu. Disitu Intan dengan kasar menarik celana Petruk yang mengira meminta jatah juga seperti kedua lelaki sebelumnya. Sekarang malah dia yang kecanduan kentongan Petruk sampai rela menjadi istrinya.
Jalan hidup seseorang memang tak ada yang tahu, kadang diatas kadang dibawah. Terus berputar seperti roda cakra manggilingan
Hari pernikahan adalah salah satu moment spesial. Pada hari itu, sepasang pengantin diperlakukan seperti raja dan ratu. Tak terkecuali Petruk dan Intan. Meski acaranya hanya acara adat, tapi berkat nama Ki Sentana acara tersebut jadi dihadiri seluruh warga desa.
Seluruh warga desa telah mengetahuinya, mereka sudah dengar berita tentang Petruk yang diangkat anak oleh Ki Sentana. Memang awalnya tak percaya tapi melihat bagaimana ia diperlakukan baik, terutama dibuatkan acara pernikahan adalah bukti kuat bahwa benar adanya mengenai berita itu.
Mata para tamu tak lepas mengagumi sepasang pengantin di kursi pelaminan saat pesta digelar. Bukan, bukan petruk yang diperhatikan melainkan Intan. Intan sudah terkenal sejak ia masuk ke desa tersebut. Kabar mengenai gadis yang sangat cantik masuk desa dan beberapa kali mencoba berhubungan badan dengan warga menjadi sorotan utama. Bagaimana bisa gadis idola para pejantan bisa bertekuk lutut pada Petruk. Manusia buruk rupa yang lebih pantas menjadi budaknya.
Hanya beberapa pria yang sudah mendapat makian dari Intan yang sedikit paham alasannya. Ya, mereka yang diremehkan karena berkontol kecil saat menggagahi Intan ramai-ramai.
Meski begitu, mereka masih berminat kepada Intan. Bagaimanapun, Intan bak titisan bidadari yang turun sebagai lambang kesuburan. Mereka hanya penasaran bagaimana Petruk bisa memuaskan si pemburu kontol itu? Apakah dia memiliki barang seistimewa yang mereka pikirkan?
Beberapa wanita disana juga heran. Bagaimana tidak, beberapa dari mereka pernah ikut bermain bersama Intan. Bisik-bisik sangat riuh membicarakan apa sebab Intan mau menikahi Petruk. Bahkan ada yang berpikir Intan sudah dipelet memakai ilmu warisan Iblis yang tak lain nenek Petruk.
Ya.. nenek Petruk setelah kematiannya di tangan warga desa, ia dijuluki iblis karena tega melakukan persembahan dengan cucunya sebagai tumbal.
Tak ada gangguan apapun dalam acara pernikahan mereka. Hanya saja banyak gosip terbentuk dan menyebar dengan cepat. Gosip mengenai pelet dan gosip mengenai Intan yang hanya bisa puas bermain dengan Petruk. Serta ia sudah tak lagi sudi mencoba kontol warga desa.
Erangan Intan makin intens saat jemari Petruk bermain di sekitaran liang senggamanya.
Berkali-kali Intan mengeluh tak tahan, ia ingin dituntaskan. Sayangnya Petruk tak juga beranjak dari tempat mereka berandam. Padahal Intan juga tak minta digendong seperti sebelumnya, jika Petruk tak menariknya pun ia akan mengekor ke batu besar yang sebelumnya menjadi saksi bisu kegiatan intim mereka.
"Akhhh maasss.. pindah yukk.. akhh gak tahannnn sayanggg.." keluh Intan mendapat rangsangan di payudara dan liang senggamanya.
Petruk masih saja tak beranjak, ia malah menarik tubuh Intan mendekat. Intan makin tak karuan karena Petruk dengan rakus menikmati buah dadanya, sedangkan satu tangannya mengobel lubang kenikmatan Intan.
Intan tak habis akal, tangannya yang masih menggenggam kontol suaminya, ia arahnya kontol dan memeknya agar berdekatan. Dengan sekali hempas, tubuh bagian bawah Intan diterobos kontol suaminya.
"Akhhhhh" erang keduanya bersamaan
"Nakal kamu mas. Bikin aku pusing"
"Akhirnya kontolmu masuk Mas. Enak kan mas?" tanya Intan memeluk suaminya
"Iya sayang. Kamu terbaik" dibalasnya pelukan Intan dengan hangat
"Kok diem? Gak goyang kayak biasanya dek?" lanjut Petruk
"Gak ahh.. gini aja enak banget. Gerak dikit udah enak. Gak perlu banyak gaya kalau sama Mas" jawab Intan
"Kalau sama orang lain emang gimana dek?" selidik Petruk
"Banyak gaya, itu pun gak bikin enak Mas. Gak segede kontol Mas Petrukku sayang" ucap Intan dilanjut dengan merengkuh Petruk untuk berciuman
Perlahan Petruk merasakan Intan sedikit bergoyang dengan pelan, dengan posisi masih berciuman.
"Emmhhhh"
Mereka merasakan sensasi kenikmatan di kelamin mereka.
Terutama Petruk, kontolnya serasa diremas benda halus.
"Enak banget mas, gini aja aku dah keluar lagi" ucap Intan
"Yaudah yuk kita tuntasin. Biar cepat istirahat. Besok kita menikah loh"
"Iya sayang. Aku patuh kok jadi istri. Apapun kata suami akan aku lakukan." ujar Intan
Dengan posisi kontolnya bersarang di vagina Intan, Petruk membawa Intan ke batu bersejarah bagi mereka. Bagaimana tidak, mereka akan selalu ingat bagaimana mereka bertemu di batu itu. Disitu Intan dengan kasar menarik celana Petruk yang mengira meminta jatah juga seperti kedua lelaki sebelumnya. Sekarang malah dia yang kecanduan kentongan Petruk sampai rela menjadi istrinya.
Jalan hidup seseorang memang tak ada yang tahu, kadang diatas kadang dibawah. Terus berputar seperti roda cakra manggilingan
Hari pernikahan adalah salah satu moment spesial. Pada hari itu, sepasang pengantin diperlakukan seperti raja dan ratu. Tak terkecuali Petruk dan Intan. Meski acaranya hanya acara adat, tapi berkat nama Ki Sentana acara tersebut jadi dihadiri seluruh warga desa.
Seluruh warga desa telah mengetahuinya, mereka sudah dengar berita tentang Petruk yang diangkat anak oleh Ki Sentana. Memang awalnya tak percaya tapi melihat bagaimana ia diperlakukan baik, terutama dibuatkan acara pernikahan adalah bukti kuat bahwa benar adanya mengenai berita itu.
Mata para tamu tak lepas mengagumi sepasang pengantin di kursi pelaminan saat pesta digelar. Bukan, bukan petruk yang diperhatikan melainkan Intan. Intan sudah terkenal sejak ia masuk ke desa tersebut. Kabar mengenai gadis yang sangat cantik masuk desa dan beberapa kali mencoba berhubungan badan dengan warga menjadi sorotan utama. Bagaimana bisa gadis idola para pejantan bisa bertekuk lutut pada Petruk. Manusia buruk rupa yang lebih pantas menjadi budaknya.
Hanya beberapa pria yang sudah mendapat makian dari Intan yang sedikit paham alasannya. Ya, mereka yang diremehkan karena berkontol kecil saat menggagahi Intan ramai-ramai.
Meski begitu, mereka masih berminat kepada Intan. Bagaimanapun, Intan bak titisan bidadari yang turun sebagai lambang kesuburan. Mereka hanya penasaran bagaimana Petruk bisa memuaskan si pemburu kontol itu? Apakah dia memiliki barang seistimewa yang mereka pikirkan?
Beberapa wanita disana juga heran. Bagaimana tidak, beberapa dari mereka pernah ikut bermain bersama Intan. Bisik-bisik sangat riuh membicarakan apa sebab Intan mau menikahi Petruk. Bahkan ada yang berpikir Intan sudah dipelet memakai ilmu warisan Iblis yang tak lain nenek Petruk.
Ya.. nenek Petruk setelah kematiannya di tangan warga desa, ia dijuluki iblis karena tega melakukan persembahan dengan cucunya sebagai tumbal.
Tak ada gangguan apapun dalam acara pernikahan mereka. Hanya saja banyak gosip terbentuk dan menyebar dengan cepat. Gosip mengenai pelet dan gosip mengenai Intan yang hanya bisa puas bermain dengan Petruk. Serta ia sudah tak lagi sudi mencoba kontol warga desa.
Berkat gosip-gosip itu, para wanita malah penasaran dengan barang Petruk. Namun mereka takut dengan Ki Sentana dan juga takut mereka salah. Jika mereka salah, mereka akan merasa rugi membiarkan Petruk menikmati tubuh mereka. Ya bagi mereka Petruk masih menjijikan.
Ki Sentana sebagai wali Petruk merasa kaget saat tak sengaja mendengar berbagai berita mengenai sepak terjang menantunya. Ia merasa bersalah menyuruh Petruk menikahi Intan. Namun nasi telah menjadi bubur. Semoga kedepannya bubur itu jadi layak dimakan meski sudah tak lagi berbentuk nasi.
Lain Ki Sentana, lain pula pikiran istrinya yang bernama Darwati. Ia masih marah karena kontol kesukaannya sudah dimiliki orang lain. Ia menyesal meninggalkan pemuda itu untuk pergi ke kota, menjenguk rumah orang tuanya. Andai ia bawa, pasti ia masih bisa menikmatinya. Bahkan suaminya rela dia bersama pemuda tersebut. Tapi sekarang semua sudah pupus, harapan tinggal harapan karena Petruk sudah dalam pelukan Intan. Si jalang penikmat kontol besar.
****
Aku tak menyangka, tamu dalam pernikahanku sangat ramai. Mungkin ini pernikahan paling meriah yang pernah aku lihat. Meski sebelumnya aku hanya melihat dari kejauhan memandangi pesta, tak pernah ikut bergabung.
Para tamu juga sangat baik, mereka memberikan selamat dengan sangat ramah kepadaku. Tak lagi terlihat mereka jijik. Apakah aku sudah diterima?
Mantan kekasih Intan juga memberikan selamat bersama Heni. Aku lihat sekarang mereka sangat mesra, apakah mereka kini berpasangan juga? Haruskah aku memberikan selamat?
****
Selesai acara mereka membubarkan diri dengan tertib. Tapi ada juga yang meminjam rumah-rumah dekat alun-alun desa. Ya mereka mendapat mangsa untuk dinikmati disana. Musik tradisional dan tuak alami memang menjadi sajian dan hiburan tersendiri. Bahkan Petruk sendiri merasa pusing karena hanya tuak lah minuman yg disajikan di depan kursi pelaminan mereka.
Mungkin ini gila, tapi dibeberapa tempat terdengar erangan wanita. Ya, ada beberapa orang yang melakukan itu di dekat acara. Mungkin mereka tak tahan karena suasana, apalagi didorong pengaruh tuak.
Selesai acara Petruk sedikit sulit untuk normal. Baginya, dunia berputar-putar. Ia melihat berbagai bentuk wanita di depannya pun menjadi cantik semua. Hmm tentu saja, itu sukses membuat kontolnya berdiri dibalik kain yang ia kenakan.
Mereka diiringi pagar ayu dan manggagla yudha untuk istirahat di ruang dekat aula desa. Dimana aula tersebut merupakan tempat tinggal para mahasiswa KKN yang sedang kosong. Ya kosong karena para mahasiswa itu sedang berpesta bersama warga desa, atau sedang menikmati hidangan berjalan di suatu sudut.
Petruk merasa panas badannya, padahal ia mengenakan busana tanpa atasan. Ia hanya memakai jarit dan celana pendek sebagai penutup badan dan juga mahkota di atas kepalanya. Hanya saja jalannya terlihat aneh. Itu karena kontolnya menghalangi langkahnya. Ya kontol petruk menjuntai di pahanya. Kontol besar itu sedang mengeras namun terhalang kain.
Beberapa pagar ayu menyadari itu saat Petruk duduk di kursi dalam aula desa. Mereka menelan ludah saat mereka menyadari bahwa itulah senjata yang mampu menaklukan Intan.
Mereka yang masih belia langsung keluar karena takut dengan benda berbahaya itu.
Perias pengantin yang sedang istirahat sambil menunggu acara selesai diruang itu tak lepas memandang ke arah selangkangan Petruk. Mereka penasaran dan ngeri hanya dengan cetakan dari luar saja.
Intan menyadari itu, ia tersenyum memikirkan apa yang akan terjadi di hari pernikahannya. Ia tak mungkin memulai bermain untuk pamer pada mereka.
"Hayooo lihat apa Ibu-ibu?" tanya Intan
"Tidak mbak. Cuma mikir kalau kalian serasi" jawab mereka sekenanya
Berkali-kali mereka kepergok memandangi batang kemaluan yang tercetak disana dengan ekspresi kagum sambil menelan ludah.
Petruk hanya diam dan pusing karena pengaruh alkohol. Ia tak pernah meminumnya, mungkin karena itu dia sangat lemah. Berbeda dengan Intan.
"Kalau mau, silahkan dicoba. Lagian saya gak mampu habis kalau sendiri. Hihiii mau bantu abisin gak?" ujar Intan
Sepasang ibu dan anak yang bekerja sebagai perias itu saling berpandangan. Mereka seperti bisa berkomunikasi hanya dengan saling bertatapan saja dan diakhiri mengangguk.
Ki Sentana sebagai wali Petruk merasa kaget saat tak sengaja mendengar berbagai berita mengenai sepak terjang menantunya. Ia merasa bersalah menyuruh Petruk menikahi Intan. Namun nasi telah menjadi bubur. Semoga kedepannya bubur itu jadi layak dimakan meski sudah tak lagi berbentuk nasi.
Lain Ki Sentana, lain pula pikiran istrinya yang bernama Darwati. Ia masih marah karena kontol kesukaannya sudah dimiliki orang lain. Ia menyesal meninggalkan pemuda itu untuk pergi ke kota, menjenguk rumah orang tuanya. Andai ia bawa, pasti ia masih bisa menikmatinya. Bahkan suaminya rela dia bersama pemuda tersebut. Tapi sekarang semua sudah pupus, harapan tinggal harapan karena Petruk sudah dalam pelukan Intan. Si jalang penikmat kontol besar.
****
Aku tak menyangka, tamu dalam pernikahanku sangat ramai. Mungkin ini pernikahan paling meriah yang pernah aku lihat. Meski sebelumnya aku hanya melihat dari kejauhan memandangi pesta, tak pernah ikut bergabung.
Para tamu juga sangat baik, mereka memberikan selamat dengan sangat ramah kepadaku. Tak lagi terlihat mereka jijik. Apakah aku sudah diterima?
Mantan kekasih Intan juga memberikan selamat bersama Heni. Aku lihat sekarang mereka sangat mesra, apakah mereka kini berpasangan juga? Haruskah aku memberikan selamat?
****
Selesai acara mereka membubarkan diri dengan tertib. Tapi ada juga yang meminjam rumah-rumah dekat alun-alun desa. Ya mereka mendapat mangsa untuk dinikmati disana. Musik tradisional dan tuak alami memang menjadi sajian dan hiburan tersendiri. Bahkan Petruk sendiri merasa pusing karena hanya tuak lah minuman yg disajikan di depan kursi pelaminan mereka.
Mungkin ini gila, tapi dibeberapa tempat terdengar erangan wanita. Ya, ada beberapa orang yang melakukan itu di dekat acara. Mungkin mereka tak tahan karena suasana, apalagi didorong pengaruh tuak.
Selesai acara Petruk sedikit sulit untuk normal. Baginya, dunia berputar-putar. Ia melihat berbagai bentuk wanita di depannya pun menjadi cantik semua. Hmm tentu saja, itu sukses membuat kontolnya berdiri dibalik kain yang ia kenakan.
Mereka diiringi pagar ayu dan manggagla yudha untuk istirahat di ruang dekat aula desa. Dimana aula tersebut merupakan tempat tinggal para mahasiswa KKN yang sedang kosong. Ya kosong karena para mahasiswa itu sedang berpesta bersama warga desa, atau sedang menikmati hidangan berjalan di suatu sudut.
Petruk merasa panas badannya, padahal ia mengenakan busana tanpa atasan. Ia hanya memakai jarit dan celana pendek sebagai penutup badan dan juga mahkota di atas kepalanya. Hanya saja jalannya terlihat aneh. Itu karena kontolnya menghalangi langkahnya. Ya kontol petruk menjuntai di pahanya. Kontol besar itu sedang mengeras namun terhalang kain.
Beberapa pagar ayu menyadari itu saat Petruk duduk di kursi dalam aula desa. Mereka menelan ludah saat mereka menyadari bahwa itulah senjata yang mampu menaklukan Intan.
Mereka yang masih belia langsung keluar karena takut dengan benda berbahaya itu.
Perias pengantin yang sedang istirahat sambil menunggu acara selesai diruang itu tak lepas memandang ke arah selangkangan Petruk. Mereka penasaran dan ngeri hanya dengan cetakan dari luar saja.
Intan menyadari itu, ia tersenyum memikirkan apa yang akan terjadi di hari pernikahannya. Ia tak mungkin memulai bermain untuk pamer pada mereka.
"Hayooo lihat apa Ibu-ibu?" tanya Intan
"Tidak mbak. Cuma mikir kalau kalian serasi" jawab mereka sekenanya
Berkali-kali mereka kepergok memandangi batang kemaluan yang tercetak disana dengan ekspresi kagum sambil menelan ludah.
Petruk hanya diam dan pusing karena pengaruh alkohol. Ia tak pernah meminumnya, mungkin karena itu dia sangat lemah. Berbeda dengan Intan.
"Kalau mau, silahkan dicoba. Lagian saya gak mampu habis kalau sendiri. Hihiii mau bantu abisin gak?" ujar Intan
Sepasang ibu dan anak yang bekerja sebagai perias itu saling berpandangan. Mereka seperti bisa berkomunikasi hanya dengan saling bertatapan saja dan diakhiri mengangguk.
Mungkin kalau mereka dari desa ini, mereka akan lebih aktif atau malah merasa jijik pada badan hitam legam Petruk.
"Gapapa Mbak?" ucap sang Ibu pada Intan
"Berbagi itu indah Bu" jawab Intan yang dibarengi tangannya meraba tonjolan panjang di celana Petruk. Sedangkan jarit sudah dan stagennya sudah dilepas karena Petruk kepanasan dari tadi.
Terlihat sang anak yg sudah cukup matang di usia layak menikah kini mendekati Petruk dan Intan.
"Kalau gak mau gapapa Bu. Kalau mau, aku gak akan cerita ke bapak kok. Yang penting aku harus coba kontol gede itu Bu" ucap si anak sambil mendekat dan bersimpuh di depan Petruk
"Buka aja Mbak kalau penasaran" goda Intan
Petruk hanya berdesis karena merasa ada tangan halus meraba kontolnya yg masih terbungkus dari tadi
Sejurus kemudian anak perias itu menarik celana Petruk. Petruk yg entah sadar atau tidak tapi ia sedikit mengangkat duduknya untuk mempermudah jalannya.
"Gila!!!!!" teriak si anak tak terkontrol
Ibunya yang masih di tempat duduknya berdiri karena kaget dan penasaran. Matanya melotot melihat barang pejantan yang ukurannya tak wajar. Baru sekali ia lihat ukuran yang tak manusiawi itu. Tapi bukannya takut, ia malah merasakan desiran di dadanya. Memeknya pun terasa berkedut karena menerima sinyal positif.
"Janji nak, kamu jangan cerita ke bapak" ucap Ibunya ikut bersimpuh di depan Petruk
Mereka tak akan percaya, di desa pelosok seperti ini mereka menemukan harta karun!! Jika dipikir lagi jarak antara desa mereka adalah yang paling dekat, tapi itu pun butuh beberapa jam untuk ke desa Wanapurwa. Jika ia tahu dari dulu, mungkin akan rajin berkunjung untuk mencicipinya. Bahkan mereka berdua termasuk yang paling sering ke desa Wanapurwa tidak tahu jika disini sex bebas adalah wajar asal tidak ada unsur pemaksaan. Mereka hanya berpikir pengantin wanita ini gila karena merelakan suaminya yang berkontol istimewa dinikmati orang lain.
Bagai sudah punya kesepakatan atau jam pengalaman bermain bersama, kedua ibu anak ini sangat lues memainka kontol Petruk tanpa berebut. Mereka bergantian menjilat bagian yang mereka inginkan. Bahkan kedua biji pelernya pun sempat mereka kulum bersamaan.
Gila!!
Intan sangat menikmati tontonan ini, tapi ia tak mau hanya menonton. Ia adalah pemain utama, bukan cadangan.
Ia merasa dibawah sana sudah tak ada lagi tempat. Ia pun berpikir untuk memulai dari atas saja.
Intan pun hendak melepas busana pengantinnya. Namun ia batalkan karena merasa dengan busana itu ia terlihat semakin menggoda. Terbukti saat di acara sebelumnya ia merasa banyak mata yang menelanjanginya. Intan hanya mengendurkan ikatan pada pinggangnya agar kain jaritnya longgar lalu melepas celana dalamnya.
Intan yang melihat mereka masih rakus melahap kontol suaminya malah membuatnya makin bangga.
"Sayangku akan semakin disayang semua orang. Sudah cukup kamu kesepian selama ini. Aku janji akan lakukan apapun untuk kamu sayang" bisiknya pada petruk tepat di telinganya
Intan membaringkan Petruk di kursi panjang yang mereka duduki. Melihat wanita pemilik sah kontol itu tak melarang, melainkan hanya mengganti posisinya, kedua ibu dan anak itu kembali memposisikan diri mereka mengerubuti kontol Petruk kembali.
"Jangan digigit loh ya, kasihan Mas Petrukku nanti" ucap Intan pada kedua wanita
Mereka tertawa canggung menyambut candaan istri yang merelakan suaminya dinikmati mereka.
Intan yang ingin bergabung lalu menyibakan jaritnya lalu jongkong di atas muka Petruk.
"Sayang tolong jilatin ya" ucapnya pada Petruk yang masih setengah sadar dan makin terbuai oleh rangsangan pada kontolnya.
Petruk belum berpengalaman melakukan oral sex pada wanita, dengan masih terpengaruh guncangan alkohol hanya bisa mengeluarkan lidahnya. Tapi hanya dengan begitu sudah bagus karena Intan seorang yang pro aktif dan mulai mendekatkan vaginanya pada lidah petruk.
Aneh sebenarnya jika diperhatikan, sang wanita diatas muka Petruk menggoyangkan pinggulnya mencari kenikmatan dari lidah yang terjulur. Tapi ia sangat menikmatinya sambil meremas susu yang masih terbungkus busana pengantin model kemben.
"Ekhhh ekhhh" terdengar Petruk mengerang sembari menjulurkan lidah.
"Gapapa Mbak?" ucap sang Ibu pada Intan
"Berbagi itu indah Bu" jawab Intan yang dibarengi tangannya meraba tonjolan panjang di celana Petruk. Sedangkan jarit sudah dan stagennya sudah dilepas karena Petruk kepanasan dari tadi.
Terlihat sang anak yg sudah cukup matang di usia layak menikah kini mendekati Petruk dan Intan.
"Kalau gak mau gapapa Bu. Kalau mau, aku gak akan cerita ke bapak kok. Yang penting aku harus coba kontol gede itu Bu" ucap si anak sambil mendekat dan bersimpuh di depan Petruk
"Buka aja Mbak kalau penasaran" goda Intan
Petruk hanya berdesis karena merasa ada tangan halus meraba kontolnya yg masih terbungkus dari tadi
Sejurus kemudian anak perias itu menarik celana Petruk. Petruk yg entah sadar atau tidak tapi ia sedikit mengangkat duduknya untuk mempermudah jalannya.
"Gila!!!!!" teriak si anak tak terkontrol
Ibunya yang masih di tempat duduknya berdiri karena kaget dan penasaran. Matanya melotot melihat barang pejantan yang ukurannya tak wajar. Baru sekali ia lihat ukuran yang tak manusiawi itu. Tapi bukannya takut, ia malah merasakan desiran di dadanya. Memeknya pun terasa berkedut karena menerima sinyal positif.
"Janji nak, kamu jangan cerita ke bapak" ucap Ibunya ikut bersimpuh di depan Petruk
Mereka tak akan percaya, di desa pelosok seperti ini mereka menemukan harta karun!! Jika dipikir lagi jarak antara desa mereka adalah yang paling dekat, tapi itu pun butuh beberapa jam untuk ke desa Wanapurwa. Jika ia tahu dari dulu, mungkin akan rajin berkunjung untuk mencicipinya. Bahkan mereka berdua termasuk yang paling sering ke desa Wanapurwa tidak tahu jika disini sex bebas adalah wajar asal tidak ada unsur pemaksaan. Mereka hanya berpikir pengantin wanita ini gila karena merelakan suaminya yang berkontol istimewa dinikmati orang lain.
Bagai sudah punya kesepakatan atau jam pengalaman bermain bersama, kedua ibu anak ini sangat lues memainka kontol Petruk tanpa berebut. Mereka bergantian menjilat bagian yang mereka inginkan. Bahkan kedua biji pelernya pun sempat mereka kulum bersamaan.
Gila!!
Intan sangat menikmati tontonan ini, tapi ia tak mau hanya menonton. Ia adalah pemain utama, bukan cadangan.
Ia merasa dibawah sana sudah tak ada lagi tempat. Ia pun berpikir untuk memulai dari atas saja.
Intan pun hendak melepas busana pengantinnya. Namun ia batalkan karena merasa dengan busana itu ia terlihat semakin menggoda. Terbukti saat di acara sebelumnya ia merasa banyak mata yang menelanjanginya. Intan hanya mengendurkan ikatan pada pinggangnya agar kain jaritnya longgar lalu melepas celana dalamnya.
Intan yang melihat mereka masih rakus melahap kontol suaminya malah membuatnya makin bangga.
"Sayangku akan semakin disayang semua orang. Sudah cukup kamu kesepian selama ini. Aku janji akan lakukan apapun untuk kamu sayang" bisiknya pada petruk tepat di telinganya
Intan membaringkan Petruk di kursi panjang yang mereka duduki. Melihat wanita pemilik sah kontol itu tak melarang, melainkan hanya mengganti posisinya, kedua ibu dan anak itu kembali memposisikan diri mereka mengerubuti kontol Petruk kembali.
"Jangan digigit loh ya, kasihan Mas Petrukku nanti" ucap Intan pada kedua wanita
Mereka tertawa canggung menyambut candaan istri yang merelakan suaminya dinikmati mereka.
Intan yang ingin bergabung lalu menyibakan jaritnya lalu jongkong di atas muka Petruk.
"Sayang tolong jilatin ya" ucapnya pada Petruk yang masih setengah sadar dan makin terbuai oleh rangsangan pada kontolnya.
Petruk belum berpengalaman melakukan oral sex pada wanita, dengan masih terpengaruh guncangan alkohol hanya bisa mengeluarkan lidahnya. Tapi hanya dengan begitu sudah bagus karena Intan seorang yang pro aktif dan mulai mendekatkan vaginanya pada lidah petruk.
Aneh sebenarnya jika diperhatikan, sang wanita diatas muka Petruk menggoyangkan pinggulnya mencari kenikmatan dari lidah yang terjulur. Tapi ia sangat menikmatinya sambil meremas susu yang masih terbungkus busana pengantin model kemben.
"Ekhhh ekhhh" terdengar Petruk mengerang sembari menjulurkan lidah.
Intan mengira suaminya kehabisan nafas atau kurang udara karena memeknya menempel pada mulut Petruk. Tapi saat ia angkat pinggulnya, Petruk masih mengerang tapi makin jelas kalau itu erangan karena nikmat.
Sontak Intan melihat ke belakang, ternyata Ibu perias sedang menyusu pada anaknya yang sedang menggigit bajunya sendiri agar tak bersuara. Saat melihat ke bawah, benar saja. Pantas suaminya mengerang nikmat, disana terlihat jelas kontol suaminya ditelan memek yang sangat ketat.
Intan lalu membalikan badan menghadap anak perias pengantin yang sedang menahan ganjalan batang besar pada memeknya. Matanya terlihat merem melek padahal badannya diam saja.
Intan kembali meminta Petruk untuk menjilati liang senggamanya dan menarik tangan Petruk untuk meremasi susunya.
Petruk yang belum berpengalaman hanya menjilat sekedarnya, tapi tangannya meremas kuat susu Intan. Intan merasakan bahwa suaminya seperti sedang sangat bernafsu.
"Kamu goyang, suamiku suka.. akhhh" ucap Intan pada anak perias yg hanya diam saja, mungkin dia merasakan perih pada memeknya
"Iya Mbak. Ekhhhh... Ekhhhh" erang anak yang sedang menyusui ibunya dan memainkan tangannya di memek ibunya.
Erangannya senada dengan gerakan naik turun yang ia lakukan.
"Akhh ayo nak, emak juga pengen" ibunya memohon
"Ekhh sabar makkk.. ekhh ini penuh banget.. ekhh.. sobek makk.. ekhhh" ia mengerang tiap menggerakan badannya naik dan turun
Ibunya yang tak sabar lalu mencari itil anaknya, ia tak kesulitan karena lubang anaknya sedang dijejali kontol besar. Memeknya saja merekah akibat kontol itu. Si ibu menggesek jemarinya pada itil anaknya, ia berharap anaknya cepat selesai dan ia segera merasakan kegagahan kontol Petruk.
"Okhh okhhh ampunn okhhh makk.. okhhh.. okhhhhhhhhhhhh" erangan yang panjang disertai hentakan membenamkan kontol Petruk di memeknya.
"Udah ya nak. Abis ini emak. Emak pengen dari tadi. Gatel banget pengen dijejali kontol" rengek ibunya
Anaknya yang sedang mengatur nafas seakan tak mendengarkan. Ia sibuk menikmati post orgasme dengan rasa ngilu, makanya ia enggan untuk beranjak.
"Gantian emakmu!" ucap Intan
Anak itu patuh, karena ia sadar yang menyuruh adalah pemilik resmi kontol yang sedang ia nikmati. Ia pun beranjak dari pinggul Petruk
"Ohhh" rintihnya saat ia beranjak dan terlepaslah sumpalan pada memeknya yang masih agak mengaga.
Ibunya menelan ludah saat melihat memek anaknya terlihat sangat berbeda dengan sebelum dimasuki kontol Petruk.
Glupp
Ibunya menelan ludah sendiri memandang kontol Petruk yang sudah terlepas dari memek anaknya.
"Mau gak Bu. Kalau gak, saya aja. Saya juga pengen" ucap Intan yang masih sibuk menggesekan memeknya di lidah Petruk.
Terlihat di muka Intan ia sedikit kesakitan. Ya, itu karena tadi dadanya diremas sangat kuat oleh Petruk saat anak perias itu dengan cepat bergoyang. Ia merasa beruntung karena tak melepas kemben yang ia pakai, andai ia lepas mungkin sudah hancur dadanya diremas oleh suaminya.
Tak akan lagi-lagi ia mencekoki suaminya dengan alkohol, karena Petruk tak bisa mengendalikan dirinya bahkan kekuatannya.
Sang Ibu perias perlahan naik ke pinggul Petruk. Ia nampak ragu saat sudah memegang kontol jumbo yang tak mampu tangannya genggam. Ia takut tak bisa pulang lantaran memeknya sobek!!
Tapi dengan bodohnya ia malah menghentakan tubuhnya. Kontol besar nan keras dibawahnya otomatis menyeruak memeknya yang belum terbiasa.
"Akhhhhhhhhhh" teriaknya panjang. Suaranya memenuhi ruang, bahkan pasti terdengar sampai ke luar ruangan.
Intan melotot ingin memakinya karena kebodohan ibu itu!!
Ibu itu sampai terduduk lemah diatas pinggul Petruk. Meski sudah sangat basah akibat keinginan menikmati kontol besar yang di memek anaknya tadi.
Untung saja Intan sudah menyingkirkan tangan Petruk dari dadanya. Ia lega saat menyadari tangan petruk mencengkram pinggiran bangku panjang yang mereka pakai.
"Gila perih banget.. hah hah hah" ucao ibu itu sambil terengah-engah
"Ibu pakai cara kasar. Siapa suruh?" komentar Intan
"Tadi aku juga Mbak, tapi aku gigit baju biar gak ada suara. Hehe" ucap si anak yang sedang menonton dari bangku yang menghadap mereka.
"Pantesan emakmu ngikut" ucap Intan beranjak dari muka Petruk. Ia melihat Petruk yang memperlihatkan lidahnya dengan wajah kenikmatan.
Sontak Intan melihat ke belakang, ternyata Ibu perias sedang menyusu pada anaknya yang sedang menggigit bajunya sendiri agar tak bersuara. Saat melihat ke bawah, benar saja. Pantas suaminya mengerang nikmat, disana terlihat jelas kontol suaminya ditelan memek yang sangat ketat.
Intan lalu membalikan badan menghadap anak perias pengantin yang sedang menahan ganjalan batang besar pada memeknya. Matanya terlihat merem melek padahal badannya diam saja.
Intan kembali meminta Petruk untuk menjilati liang senggamanya dan menarik tangan Petruk untuk meremasi susunya.
Petruk yang belum berpengalaman hanya menjilat sekedarnya, tapi tangannya meremas kuat susu Intan. Intan merasakan bahwa suaminya seperti sedang sangat bernafsu.
"Kamu goyang, suamiku suka.. akhhh" ucap Intan pada anak perias yg hanya diam saja, mungkin dia merasakan perih pada memeknya
"Iya Mbak. Ekhhhh... Ekhhhh" erang anak yang sedang menyusui ibunya dan memainkan tangannya di memek ibunya.
Erangannya senada dengan gerakan naik turun yang ia lakukan.
"Akhh ayo nak, emak juga pengen" ibunya memohon
"Ekhh sabar makkk.. ekhh ini penuh banget.. ekhh.. sobek makk.. ekhhh" ia mengerang tiap menggerakan badannya naik dan turun
Ibunya yang tak sabar lalu mencari itil anaknya, ia tak kesulitan karena lubang anaknya sedang dijejali kontol besar. Memeknya saja merekah akibat kontol itu. Si ibu menggesek jemarinya pada itil anaknya, ia berharap anaknya cepat selesai dan ia segera merasakan kegagahan kontol Petruk.
"Okhh okhhh ampunn okhhh makk.. okhhh.. okhhhhhhhhhhhh" erangan yang panjang disertai hentakan membenamkan kontol Petruk di memeknya.
"Udah ya nak. Abis ini emak. Emak pengen dari tadi. Gatel banget pengen dijejali kontol" rengek ibunya
Anaknya yang sedang mengatur nafas seakan tak mendengarkan. Ia sibuk menikmati post orgasme dengan rasa ngilu, makanya ia enggan untuk beranjak.
"Gantian emakmu!" ucap Intan
Anak itu patuh, karena ia sadar yang menyuruh adalah pemilik resmi kontol yang sedang ia nikmati. Ia pun beranjak dari pinggul Petruk
"Ohhh" rintihnya saat ia beranjak dan terlepaslah sumpalan pada memeknya yang masih agak mengaga.
Ibunya menelan ludah saat melihat memek anaknya terlihat sangat berbeda dengan sebelum dimasuki kontol Petruk.
Glupp
Ibunya menelan ludah sendiri memandang kontol Petruk yang sudah terlepas dari memek anaknya.
"Mau gak Bu. Kalau gak, saya aja. Saya juga pengen" ucap Intan yang masih sibuk menggesekan memeknya di lidah Petruk.
Terlihat di muka Intan ia sedikit kesakitan. Ya, itu karena tadi dadanya diremas sangat kuat oleh Petruk saat anak perias itu dengan cepat bergoyang. Ia merasa beruntung karena tak melepas kemben yang ia pakai, andai ia lepas mungkin sudah hancur dadanya diremas oleh suaminya.
Tak akan lagi-lagi ia mencekoki suaminya dengan alkohol, karena Petruk tak bisa mengendalikan dirinya bahkan kekuatannya.
Sang Ibu perias perlahan naik ke pinggul Petruk. Ia nampak ragu saat sudah memegang kontol jumbo yang tak mampu tangannya genggam. Ia takut tak bisa pulang lantaran memeknya sobek!!
Tapi dengan bodohnya ia malah menghentakan tubuhnya. Kontol besar nan keras dibawahnya otomatis menyeruak memeknya yang belum terbiasa.
"Akhhhhhhhhhh" teriaknya panjang. Suaranya memenuhi ruang, bahkan pasti terdengar sampai ke luar ruangan.
Intan melotot ingin memakinya karena kebodohan ibu itu!!
Ibu itu sampai terduduk lemah diatas pinggul Petruk. Meski sudah sangat basah akibat keinginan menikmati kontol besar yang di memek anaknya tadi.
Untung saja Intan sudah menyingkirkan tangan Petruk dari dadanya. Ia lega saat menyadari tangan petruk mencengkram pinggiran bangku panjang yang mereka pakai.
"Gila perih banget.. hah hah hah" ucao ibu itu sambil terengah-engah
"Ibu pakai cara kasar. Siapa suruh?" komentar Intan
"Tadi aku juga Mbak, tapi aku gigit baju biar gak ada suara. Hehe" ucap si anak yang sedang menonton dari bangku yang menghadap mereka.
"Pantesan emakmu ngikut" ucap Intan beranjak dari muka Petruk. Ia melihat Petruk yang memperlihatkan lidahnya dengan wajah kenikmatan.
"Sayang nih ada susu besar kesukaan kamu" ucap Intan sambil membimbing kedua tangan Petruk ke arah payudara Ibu tukang rias.
"Dah kalian sepuasnya lah. Aku nanti aja gampang dirumah" lanjut Intan menyingkir menuju bangku yang di duduki anak ibu itu
Terlihat ibu itu bergerak perlahan sambil meringis menahan kenimatan. Sedangkan Petruk dengan masih terpejam meremas kasar payudara wanita yang sedang menaikinya.
Gerakannya makin cepat, mungkin karena remasan Petruk makin kuat.
Ya, Intan sadar dia tak memiliki susu besar. Makanya ia rela berbagi dengan wanita lain agar suaminya lebih puas dalam hal sex. Asal suaminya sepenuh hati padanya, ia tak akan protes. Lagi pula ia yakin Petruk tipe setia. Terlebih ia tak sanggup melayani nafsu Petruk setiap hari. Sebenarnya dia kewalahan karena jika Petruk serius, ia pasti dengan mudahnya terkapar seperti halnya saat ia minta untuk benar-benar dipuaskan waktu itu.
Suara erangan, desahan dan ritihan kenikmatan dari keduanya makin keras terdengar. Intan mana peduli, toh pasangan yang bermain juga tak peduli.
Brak!!!!
Intan dan anak penata rias langsung menengok ke arah pintu. Ibu perias yang sedang bergoyang tiba-tiba berhenti. Tapi Petruk masih sedikit menggoyangkan pinggulnya sambil meremasi kedua payudara wanita diatasnya, itulah yang membuat mulut ibu itu tak bisa berhenti mendesah meski pinggulnya sendiri sudah tak ia goyangkan.
"Gila kalian!! Ini hari besar. Kenapa kalian malah ramai-ramai? Sudah enak Ki Sentana memungutmu. Memberikan pengantin cantik! Malah kau ngentot dengan ibu ini dan di depan istrimu sendiri kau lakukan ituuu!!" ucap wanita yang baru saja datang dengan lantang
Petruk? Dia sayup mendengar tapi badannya masih tak bisa ia kendalikan penuh. Hasrat dan alkohol masih berkuasa di sana.
Ibu perias itu panik karena mungkin ia sadar sudah salah. Ia lalu bergegas melepas tangan Petruk pada dadanya lalu beranjak dari pinggul Petruk.
"Ekhh" rintihnya saat kontol besar itu terlepas
Wanita itu malah memperhatikan adegan terlepasnya iblis dari cengkraman memek!
"Gila gede banget. Pantesan berisik!" batinnya
Wanita itu tak melepas pandangannya pada kontol besar keras yang sudah mengkilap akibat air nikmat pasangannya.
Ia menelan ludah diiringi nafas yg mulai berat.
Intan yang melihat itu tersenyum sinis. Ia lalu melihat anak ibu perias di sampingnya. Mereka bertemu pandang. Intan memberikan senyuman yang artinya sulit ditebak.
"Bu Sekdes, maaf ya Ibu. Terima kasih Ibu sudah perhatian. Tapi maaf Bu, bukannya saya tidak berterima kasih. Tapi saya kewalahan menghadapi KONTOL suami saya" ucap Intan dengan penekanan nada
Intan mendekati Bu Sekdes yang masih muda itu, memang sih Sekdes desa ini masih muda. Mereka itu baru punya anak yang umurnya saja belum layak masuk SD. Ya masih mamah muda lah.
"Andai ibu gak ganggu, mungkin kita bisa menenangkan KONTOL MONSTER itu Buu" ucap Intan lagi
Bu Sekdes kali ini tak bisa berbicara. Pikirannya kacau terlebih akhir-akhir ini suaminya sedang aktif memakai para mahasiswi, katanya sayang kalau dilewatkan. Nanti kalau mereka sudah pergi, baru maksimal lagi dengan dia.
"Tapi Ibu tahu gak? KONTOL Mas Petruk enak loh. Aku aja sampe gak mau sama selain Mas Petruk. Sayang banget selama ini dia dijauhi. Kalau gak, pasti dia PEJANTAN nomor 1 di desa" ujar Intan
Intan menempel pada Bu Sekdes. Tanpa perlawanan seperti Bu Sekdes terkena hipnotis. Intan meremas pantat sekal ibu muda itu, lalu ia tak lupa meremas buah dada yang menantang dibalik kebaya Bu Sekdes.
"Ibu gak mau cobain? Hari ini ibu punya kesempatan langka menikmati KONTOL kuat dan besar itu" ucap Intan sambil menunjuk dengan dagunya
Bu Sekdes kembali berbalik melihat ke arah KONTOL yang sedang menunggu dimanjakan.
"Tapi tolong rahasiakan kalau aku main sama Petruk" ucapnya sambil berbalik menatap Intan.
Wajah cantik Bu Sekdes tak lagi mengisyaratkan perang, namun kali ini seperti memohon demi keinginan yang telah terpendam lama.
Kebahagiaan adalah tujuan. Harta tahta dan kemuliaan bukan hanyalah faktor pendukung. Bahkan jika mengejarnya orang malah hanya akan jauh dari kebahagiaan. Jika begitu manusia hanya hidup untuk mengejar keinginan. Padahal keinginan bisa tak ada ujung. Ia bisa bertambah, bisa juga berkurang. Itu hanya kebahagiaan sementara.
Hidup bukan tanpa keinginan, tapi hidup jangan dikendalikan keinginan.
"Dah kalian sepuasnya lah. Aku nanti aja gampang dirumah" lanjut Intan menyingkir menuju bangku yang di duduki anak ibu itu
Terlihat ibu itu bergerak perlahan sambil meringis menahan kenimatan. Sedangkan Petruk dengan masih terpejam meremas kasar payudara wanita yang sedang menaikinya.
Gerakannya makin cepat, mungkin karena remasan Petruk makin kuat.
Ya, Intan sadar dia tak memiliki susu besar. Makanya ia rela berbagi dengan wanita lain agar suaminya lebih puas dalam hal sex. Asal suaminya sepenuh hati padanya, ia tak akan protes. Lagi pula ia yakin Petruk tipe setia. Terlebih ia tak sanggup melayani nafsu Petruk setiap hari. Sebenarnya dia kewalahan karena jika Petruk serius, ia pasti dengan mudahnya terkapar seperti halnya saat ia minta untuk benar-benar dipuaskan waktu itu.
Suara erangan, desahan dan ritihan kenikmatan dari keduanya makin keras terdengar. Intan mana peduli, toh pasangan yang bermain juga tak peduli.
Brak!!!!
Intan dan anak penata rias langsung menengok ke arah pintu. Ibu perias yang sedang bergoyang tiba-tiba berhenti. Tapi Petruk masih sedikit menggoyangkan pinggulnya sambil meremasi kedua payudara wanita diatasnya, itulah yang membuat mulut ibu itu tak bisa berhenti mendesah meski pinggulnya sendiri sudah tak ia goyangkan.
"Gila kalian!! Ini hari besar. Kenapa kalian malah ramai-ramai? Sudah enak Ki Sentana memungutmu. Memberikan pengantin cantik! Malah kau ngentot dengan ibu ini dan di depan istrimu sendiri kau lakukan ituuu!!" ucap wanita yang baru saja datang dengan lantang
Petruk? Dia sayup mendengar tapi badannya masih tak bisa ia kendalikan penuh. Hasrat dan alkohol masih berkuasa di sana.
Ibu perias itu panik karena mungkin ia sadar sudah salah. Ia lalu bergegas melepas tangan Petruk pada dadanya lalu beranjak dari pinggul Petruk.
"Ekhh" rintihnya saat kontol besar itu terlepas
Wanita itu malah memperhatikan adegan terlepasnya iblis dari cengkraman memek!
"Gila gede banget. Pantesan berisik!" batinnya
Wanita itu tak melepas pandangannya pada kontol besar keras yang sudah mengkilap akibat air nikmat pasangannya.
Ia menelan ludah diiringi nafas yg mulai berat.
Intan yang melihat itu tersenyum sinis. Ia lalu melihat anak ibu perias di sampingnya. Mereka bertemu pandang. Intan memberikan senyuman yang artinya sulit ditebak.
"Bu Sekdes, maaf ya Ibu. Terima kasih Ibu sudah perhatian. Tapi maaf Bu, bukannya saya tidak berterima kasih. Tapi saya kewalahan menghadapi KONTOL suami saya" ucap Intan dengan penekanan nada
Intan mendekati Bu Sekdes yang masih muda itu, memang sih Sekdes desa ini masih muda. Mereka itu baru punya anak yang umurnya saja belum layak masuk SD. Ya masih mamah muda lah.
"Andai ibu gak ganggu, mungkin kita bisa menenangkan KONTOL MONSTER itu Buu" ucap Intan lagi
Bu Sekdes kali ini tak bisa berbicara. Pikirannya kacau terlebih akhir-akhir ini suaminya sedang aktif memakai para mahasiswi, katanya sayang kalau dilewatkan. Nanti kalau mereka sudah pergi, baru maksimal lagi dengan dia.
"Tapi Ibu tahu gak? KONTOL Mas Petruk enak loh. Aku aja sampe gak mau sama selain Mas Petruk. Sayang banget selama ini dia dijauhi. Kalau gak, pasti dia PEJANTAN nomor 1 di desa" ujar Intan
Intan menempel pada Bu Sekdes. Tanpa perlawanan seperti Bu Sekdes terkena hipnotis. Intan meremas pantat sekal ibu muda itu, lalu ia tak lupa meremas buah dada yang menantang dibalik kebaya Bu Sekdes.
"Ibu gak mau cobain? Hari ini ibu punya kesempatan langka menikmati KONTOL kuat dan besar itu" ucap Intan sambil menunjuk dengan dagunya
Bu Sekdes kembali berbalik melihat ke arah KONTOL yang sedang menunggu dimanjakan.
"Tapi tolong rahasiakan kalau aku main sama Petruk" ucapnya sambil berbalik menatap Intan.
Wajah cantik Bu Sekdes tak lagi mengisyaratkan perang, namun kali ini seperti memohon demi keinginan yang telah terpendam lama.
Kebahagiaan adalah tujuan. Harta tahta dan kemuliaan bukan hanyalah faktor pendukung. Bahkan jika mengejarnya orang malah hanya akan jauh dari kebahagiaan. Jika begitu manusia hanya hidup untuk mengejar keinginan. Padahal keinginan bisa tak ada ujung. Ia bisa bertambah, bisa juga berkurang. Itu hanya kebahagiaan sementara.
Hidup bukan tanpa keinginan, tapi hidup jangan dikendalikan keinginan.
Petruk tak begitu memahami rumus ini, tapi ia sudah menjalani hidupnya dengan tanpa bimbingan mengenai rumus kebahagiaan. Ia sadar diri, ia hanya manusia tak punya apa-apa. Hanya satu yang ia pilih, yaitu menikmati.
Meski di keadaan hanya setengah sadar, ia pun sedang menikmati. Bagaimana tidak, tangan asing yang lembut sedang bermain dengan kontolnya yang basah karena lendir wanita yang ia bahkan tak tahu namanya.
"Suka gak Bu dengan bentuk kontol Mas Pet? Enak banget loh. Bikin terbang. Hihii" goda Intan yang menonton Bu Carik yang hanya mengelus saja dari tadi
"Gila kamu Mbak. Takut jebol memek nih. Tapi penasaran sih. Enak banget ya?" ucap Bu Carik
"Ga ada lagi yang seenak ini Bu. Pak Carik sih jauh." jawab Intan
"Iya lah. Jauh. Dia cuma lumayan aja. Sama Ngamijan aja kalah enak. Lebih kuat Ngamijan pula" ujar Bu Carik
"Aku pernah sama Pak Ngamijan, dulu sih enak. Tapi abis dilemesin sama Mas Pet, kontol lain cuma kayak lidi Bu. Hihiii geli aja enggak" saut Intan
"Gila sih emang kontol Petruk. Tau punya barang bagus, dah aku angkat adik dari dulu. Biar dapat jatah tiap pengen"
"Telat Bu. Udah punya saya loh." ucap Intan bangga
Bu Carik menyingkat roknya lalu menarik lepas celana dalam yang ia pakai.
"Cepet Bu. Saya juga mau. Masa bulan madu ku digantiin orang terus" ujar Intan
"Iya ini juga baru lepas. Langsung lah ni. Keburu yang punya gak kasih pinjem" balas Bu Carik
Bu Carik naik dan berjongkok diatas selangkangan Petruk. Ia merasa tegang dan ngeri dengan ukuran kontol yang hendak ia coba. Tapi rasa penasaran membuat keraguan yang ia rasa tak berarti lagi.
"Susah banget Mbak. Kegedean kontolnya. Akhhh" lenguh Bu Carik mencoba memasukan kontol Petruk
Kontol besar itu ia duduki. Saat menyeruak dan menggesek itilnya, Bu Carik malah mendesah karena sensasi dari kontol jumbo.
"Gila, belum masuk aja dah enak banget. Akhhh" rancau Bu Carik
Intan tersenyum mendengar komentar Bu Carik. Ia bangkit dari bangkunya untuk mendekat ke samping Bu Carik.
"Jangan ragu Bu" ucap Intan
Saat terdengar lenguhan Bu Carik karena kepala kontol Petruk menggesek itil Bu Carik, dengan gerakan tiba-tiba Intan mendorong pinggul Bu Carik ke bawah.
"Akkkhhh" pekik Bu Carik yang merasakan penetrasi tiba-tiba akibat ulah Intan
"Sakiiitt"
"Nikmati Bu. Barang Istimewa. Selagi bisa" ucap Intan meyakinkan Bu Carik
"Gede banget. Jebol memek aku Mbak. Aduuhh perih Mbak" rengek Bu Carik
Intan tak berkomentar. Ia malah menampar pangkal paha Bu Carik dengan keras.
*Plaaaakkk.
"Akhhhh"
Bu Carik tak mempermasalahkan ulah Intan satu ini. Ia malah menikmati saat ditampar, memeknya mengencang dan membuat kontol besar di dalam memeknya berdenyut. Enak!!
Perlahan Bu Carik menggerakan pinggulnya. Desahannya sangat intens, membuat Intan makin tersenyum bangga atas kinerja kontol Petruk.
Petruk mulai sadar, ia melihat dengan jelas ada seorang wanita yang masih berbaju lengkap duduk di selangkangannya. Ia samar mengenali wanita itu. Ia mengangkat tangannya hendak mendorong wanita itu agar menjauh. Ia sadar, ia sudah berkomitmen dengan seorang wanita yang tak lain adalah Intan. Ia tak mau mengkhianati kepercayaan Intan. Namun, tangannya malah disambut orang yang ia kenal dan diarahkan ke dada orang yang duduk di selangkangannya. Orang itu tak lain adalah wanita yang ia nikahi!!
"Dek" ucap Petruk
"Nikmati Mas, ini hadiah pernikahan kita. Ayo remas susu jalang ini" ucap Intan
Petruk yang sebenarnya menikmati goyangan dan remasan memek Bu Carik pun menurut saja. Ia meremasi susu Bu Carik dengan cukup kuat. Hal itu malah membuat Bu Carik makin liar dalam bergerak dan bersuara.
Desahan, erangan dan rintihan nikmat sangat merdu terdengar. Membuat Intan dan Petruk juga menikmatinya.
Saat Bu Carik semakin lincah bergerak,
"Bu gantian. Memekku kangen kontol suamiku" ucap Intan
Meski di keadaan hanya setengah sadar, ia pun sedang menikmati. Bagaimana tidak, tangan asing yang lembut sedang bermain dengan kontolnya yang basah karena lendir wanita yang ia bahkan tak tahu namanya.
"Suka gak Bu dengan bentuk kontol Mas Pet? Enak banget loh. Bikin terbang. Hihii" goda Intan yang menonton Bu Carik yang hanya mengelus saja dari tadi
"Gila kamu Mbak. Takut jebol memek nih. Tapi penasaran sih. Enak banget ya?" ucap Bu Carik
"Ga ada lagi yang seenak ini Bu. Pak Carik sih jauh." jawab Intan
"Iya lah. Jauh. Dia cuma lumayan aja. Sama Ngamijan aja kalah enak. Lebih kuat Ngamijan pula" ujar Bu Carik
"Aku pernah sama Pak Ngamijan, dulu sih enak. Tapi abis dilemesin sama Mas Pet, kontol lain cuma kayak lidi Bu. Hihiii geli aja enggak" saut Intan
"Gila sih emang kontol Petruk. Tau punya barang bagus, dah aku angkat adik dari dulu. Biar dapat jatah tiap pengen"
"Telat Bu. Udah punya saya loh." ucap Intan bangga
Bu Carik menyingkat roknya lalu menarik lepas celana dalam yang ia pakai.
"Cepet Bu. Saya juga mau. Masa bulan madu ku digantiin orang terus" ujar Intan
"Iya ini juga baru lepas. Langsung lah ni. Keburu yang punya gak kasih pinjem" balas Bu Carik
Bu Carik naik dan berjongkok diatas selangkangan Petruk. Ia merasa tegang dan ngeri dengan ukuran kontol yang hendak ia coba. Tapi rasa penasaran membuat keraguan yang ia rasa tak berarti lagi.
"Susah banget Mbak. Kegedean kontolnya. Akhhh" lenguh Bu Carik mencoba memasukan kontol Petruk
Kontol besar itu ia duduki. Saat menyeruak dan menggesek itilnya, Bu Carik malah mendesah karena sensasi dari kontol jumbo.
"Gila, belum masuk aja dah enak banget. Akhhh" rancau Bu Carik
Intan tersenyum mendengar komentar Bu Carik. Ia bangkit dari bangkunya untuk mendekat ke samping Bu Carik.
"Jangan ragu Bu" ucap Intan
Saat terdengar lenguhan Bu Carik karena kepala kontol Petruk menggesek itil Bu Carik, dengan gerakan tiba-tiba Intan mendorong pinggul Bu Carik ke bawah.
"Akkkhhh" pekik Bu Carik yang merasakan penetrasi tiba-tiba akibat ulah Intan
"Sakiiitt"
"Nikmati Bu. Barang Istimewa. Selagi bisa" ucap Intan meyakinkan Bu Carik
"Gede banget. Jebol memek aku Mbak. Aduuhh perih Mbak" rengek Bu Carik
Intan tak berkomentar. Ia malah menampar pangkal paha Bu Carik dengan keras.
*Plaaaakkk.
"Akhhhh"
Bu Carik tak mempermasalahkan ulah Intan satu ini. Ia malah menikmati saat ditampar, memeknya mengencang dan membuat kontol besar di dalam memeknya berdenyut. Enak!!
Perlahan Bu Carik menggerakan pinggulnya. Desahannya sangat intens, membuat Intan makin tersenyum bangga atas kinerja kontol Petruk.
Petruk mulai sadar, ia melihat dengan jelas ada seorang wanita yang masih berbaju lengkap duduk di selangkangannya. Ia samar mengenali wanita itu. Ia mengangkat tangannya hendak mendorong wanita itu agar menjauh. Ia sadar, ia sudah berkomitmen dengan seorang wanita yang tak lain adalah Intan. Ia tak mau mengkhianati kepercayaan Intan. Namun, tangannya malah disambut orang yang ia kenal dan diarahkan ke dada orang yang duduk di selangkangannya. Orang itu tak lain adalah wanita yang ia nikahi!!
"Dek" ucap Petruk
"Nikmati Mas, ini hadiah pernikahan kita. Ayo remas susu jalang ini" ucap Intan
Petruk yang sebenarnya menikmati goyangan dan remasan memek Bu Carik pun menurut saja. Ia meremasi susu Bu Carik dengan cukup kuat. Hal itu malah membuat Bu Carik makin liar dalam bergerak dan bersuara.
Desahan, erangan dan rintihan nikmat sangat merdu terdengar. Membuat Intan dan Petruk juga menikmatinya.
Saat Bu Carik semakin lincah bergerak,
"Bu gantian. Memekku kangen kontol suamiku" ucap Intan
Bu Carik kaget dan sadar ia siapa. Ia tak berhak menyangkal meski kenimatan itu sudah diujung. Ia menghentikan gerakannya dan menarik dirinya.
Plupp "ahh" suara mulut yang tak rela kenikmatannya terganggu.
Dengan diam Bu Carik duduk di sisi lain bangku panjang itu.
*Sialan. Hampir keluar malah dia minta gantian* runtuk dalam hati Bu Carik
"Sayang, aku nunggu kamu sadar dari tadi loh" sambil ia menaiki tubuh Petruk
"Maaf sayang, aku pusing karena minuman itu" ucap Petruk
"Ekhhhmmm" lenguh keduanya saat Intan sukses memasukan kontol suaminya
"Maaf Bu.. saya gak tahan dari tadi nonton. Okhhh" ucap Intan sambil bergoyang liar
Bu Carik hanya diam. Ia tak menggubris Intan. Satu-satunya yang ingin ia dengar adalah diizinkan kembali memasukan kontol Petruk ke memeknya.
Bu Carik yang tak tahan malah memainkan memeknya sendiri.
"Anjing.. jadi 4jari. Perasan tadi malam 2jari aja dah enak banget" batin Bu Carik
Bu Carik sesekali mendesah karena aktivitasnya, hal itu membuat Intan menoleh ke arahnya
"Pengen ya Bu? Sabar Bu. Akhhh" ucap Intan yang bergerak intens
"Udah berapa hari gak dipake bapak, malah sering ngamijan yang pakai. Sekarang dah longgar. Makin susah cari kontol. Mbak tolong, jangan siksa aku mbak. Ehmmm.. Petruk izinkan memek lonte ini ngerasain kontolmu yang enak itu Truk" Bu Carik merengek sambil mengobel memeknya sendiri
"Duh Bu Carik. Nanti kalau Intan bawa Mas Pet ke kota, gimana tuh?" ucap Intan sambil menikmati orgasme pertamanya
"Akhh anjingggg" teriak Bu Carik yang makin cepat mengocok memeknya sendiri. Entah ia marah atau sedang memburu orgasmenya.
"Silahkan Bu. Ini saya pinjemin kontol suami saya lagi" ucap Intan
Petruk yang ada dibawah hanya pasrah mendengar obrolan tak jelas kedua wanita itu. Ia geleng-geleng mendengar mereka. Saat itu pula ia baru sadar jika di dekatnya ada dua wanita yang sebelumnya merias dan membantunya memakai busana pengantin terbaring kelelahan dengan bertelanjang. Kedua orang yang merupakan Ibu dan anak itu tertidur berpelukan di lantai dekat mereka bercinta.
*Apa mereka juga sama dengan Bu Carik? Jadi tadi bukan mimpi!!!* batin Petruk
Sudah sebulan aku menikah. Menjadi seorang suami. Bekerja di kebun dan sawah sekarang aku merasa semakin semangat. Aku merasa menjadi seorang suami bertanggung jawab.
Ki Sentana makin sering mengobrol denganku, banyak nasehat dan petuah beliau tuturkan untukku.
Hubunganku dengan Ibu sekarang tak lagi di ranjang. Aku kini tahu itu salah, karena aku anaknya meski bukan anak kandung. Hubungan seperti itu seharusnya tidak boleh. Tapi kami bertiga seperti setuju menyimpan rahasia itu rapat.
Intan juga belajar menjadi istri yang baik pada Ibu. Bukan soal ranjang, kalau ranjang dia pasti lebih pro.
Sesuai janji Intan sebelum kami menikah, ia akan mengajakku ke kota untuk menemui orang tuanya. Dan itu tak akan lama lagi, karena kegiatan Intan di desa ini sudah selesai.
Intan sudah bercerita mengenai keluarganya, ibunya yang sibuk bekerja dan abangnya yang juga jarang pulang. Itu lah yang mungkin membuat dia kesepian, makanya mencari kontol sebagai teman dan pelampiasan.
****
Kegiatan perpisahan digelar di aula desa. Acara itu dihadiri semua peserta KKN, segenap perangkat desa dan juga dewan adat.
Pagi itu Petruk tak dibolehkan bekerja ke sawah atau kebun, namun ia disuruh Ibunya untuk membersihkan kandang kambing saja. Karena kambing mereka sudah dijual dan akan dijadikan untuk pondok penyimpanan kayu bakar. Petruk pun mulai melakukan pekerjaannya dari pagi sendiri seperti biasa. Terlebih istri dan Romonya bersiap menghadiri acara pelepasan mahasiswa KKN karena kegiatan mereka di desa sudah selesai. Paling jika masih bertahan itu karena belum puas wisata birahi saja. Ya meski para pejantan kota biasa saja dalam performa namun penampilan mereka semua menarik untuk lawan jenis untuk mencoba.
Petruk yang sudah selesai dari pekerjaan lebih awal hanya bersantai di bangku belakang rumah. Ia memang mengerjakan lebih cepat karena berharap bisa ikut menemani istrinya ke acara, namun sayang ia kalah cepat.
"Le, sini masuk. Ibu ada perlu" ucap Ni Darwati
"Nggih Bu" jawab Petruk bergegas menemui Ibunya
Ia cari Ibunya ternyata ada di kamar, padahal baru saja jelas hanya di dapur.
Plupp "ahh" suara mulut yang tak rela kenikmatannya terganggu.
Dengan diam Bu Carik duduk di sisi lain bangku panjang itu.
*Sialan. Hampir keluar malah dia minta gantian* runtuk dalam hati Bu Carik
"Sayang, aku nunggu kamu sadar dari tadi loh" sambil ia menaiki tubuh Petruk
"Maaf sayang, aku pusing karena minuman itu" ucap Petruk
"Ekhhhmmm" lenguh keduanya saat Intan sukses memasukan kontol suaminya
"Maaf Bu.. saya gak tahan dari tadi nonton. Okhhh" ucap Intan sambil bergoyang liar
Bu Carik hanya diam. Ia tak menggubris Intan. Satu-satunya yang ingin ia dengar adalah diizinkan kembali memasukan kontol Petruk ke memeknya.
Bu Carik yang tak tahan malah memainkan memeknya sendiri.
"Anjing.. jadi 4jari. Perasan tadi malam 2jari aja dah enak banget" batin Bu Carik
Bu Carik sesekali mendesah karena aktivitasnya, hal itu membuat Intan menoleh ke arahnya
"Pengen ya Bu? Sabar Bu. Akhhh" ucap Intan yang bergerak intens
"Udah berapa hari gak dipake bapak, malah sering ngamijan yang pakai. Sekarang dah longgar. Makin susah cari kontol. Mbak tolong, jangan siksa aku mbak. Ehmmm.. Petruk izinkan memek lonte ini ngerasain kontolmu yang enak itu Truk" Bu Carik merengek sambil mengobel memeknya sendiri
"Duh Bu Carik. Nanti kalau Intan bawa Mas Pet ke kota, gimana tuh?" ucap Intan sambil menikmati orgasme pertamanya
"Akhh anjingggg" teriak Bu Carik yang makin cepat mengocok memeknya sendiri. Entah ia marah atau sedang memburu orgasmenya.
"Silahkan Bu. Ini saya pinjemin kontol suami saya lagi" ucap Intan
Petruk yang ada dibawah hanya pasrah mendengar obrolan tak jelas kedua wanita itu. Ia geleng-geleng mendengar mereka. Saat itu pula ia baru sadar jika di dekatnya ada dua wanita yang sebelumnya merias dan membantunya memakai busana pengantin terbaring kelelahan dengan bertelanjang. Kedua orang yang merupakan Ibu dan anak itu tertidur berpelukan di lantai dekat mereka bercinta.
*Apa mereka juga sama dengan Bu Carik? Jadi tadi bukan mimpi!!!* batin Petruk
Sudah sebulan aku menikah. Menjadi seorang suami. Bekerja di kebun dan sawah sekarang aku merasa semakin semangat. Aku merasa menjadi seorang suami bertanggung jawab.
Ki Sentana makin sering mengobrol denganku, banyak nasehat dan petuah beliau tuturkan untukku.
Hubunganku dengan Ibu sekarang tak lagi di ranjang. Aku kini tahu itu salah, karena aku anaknya meski bukan anak kandung. Hubungan seperti itu seharusnya tidak boleh. Tapi kami bertiga seperti setuju menyimpan rahasia itu rapat.
Intan juga belajar menjadi istri yang baik pada Ibu. Bukan soal ranjang, kalau ranjang dia pasti lebih pro.
Sesuai janji Intan sebelum kami menikah, ia akan mengajakku ke kota untuk menemui orang tuanya. Dan itu tak akan lama lagi, karena kegiatan Intan di desa ini sudah selesai.
Intan sudah bercerita mengenai keluarganya, ibunya yang sibuk bekerja dan abangnya yang juga jarang pulang. Itu lah yang mungkin membuat dia kesepian, makanya mencari kontol sebagai teman dan pelampiasan.
****
Kegiatan perpisahan digelar di aula desa. Acara itu dihadiri semua peserta KKN, segenap perangkat desa dan juga dewan adat.
Pagi itu Petruk tak dibolehkan bekerja ke sawah atau kebun, namun ia disuruh Ibunya untuk membersihkan kandang kambing saja. Karena kambing mereka sudah dijual dan akan dijadikan untuk pondok penyimpanan kayu bakar. Petruk pun mulai melakukan pekerjaannya dari pagi sendiri seperti biasa. Terlebih istri dan Romonya bersiap menghadiri acara pelepasan mahasiswa KKN karena kegiatan mereka di desa sudah selesai. Paling jika masih bertahan itu karena belum puas wisata birahi saja. Ya meski para pejantan kota biasa saja dalam performa namun penampilan mereka semua menarik untuk lawan jenis untuk mencoba.
Petruk yang sudah selesai dari pekerjaan lebih awal hanya bersantai di bangku belakang rumah. Ia memang mengerjakan lebih cepat karena berharap bisa ikut menemani istrinya ke acara, namun sayang ia kalah cepat.
"Le, sini masuk. Ibu ada perlu" ucap Ni Darwati
"Nggih Bu" jawab Petruk bergegas menemui Ibunya
Ia cari Ibunya ternyata ada di kamar, padahal baru saja jelas hanya di dapur.
"Sini masuk Le, tutup aja pintunya" ucap Ni Darwati
Petruk pun menurut, menutup pintu sesaat ia masuk kamar tersebut.
Saat berbalik, Petruk heran melihat ibunya bertingkah seperti sebelum ia menikah. Ya.. benar, Ni Darwati sedang menanggalkan pakaian yang ia kenakan.
"Le, maaf. Ibu rindu. Ibu mohon beri ibu sentuhanmu lagi Le" ucap Ni Darwati sambil menitikan air mata.
"Ibu tahu, ibu salah karena berbuat dengan kamu yang sudah Ibu anggap anak. Tapi Ibu belum bisa melepaskan kamu seutuhnya Le. Hati ibu sakit tiap mendengar rintihan Intan tiap malam"
"Ibu selalu membayangkan, andai Ibu yang disana. Menikmati berdua denganmu"
Ni Darwati yang hanya tinggal mengenakan celana dalamnya duduk menutup tangisnya dengan dasternya yang ia lepas sebelumnya.
Petruk merasa sakit di dadanya karena Ibu yang ia sayangi meski tak melahirkan dirinya. Ia merasa semua adalah kesalahannya. Ia merasa dirinya lah penyebab tangis Ibunya.
Petruk mendekat dan merangkul Ni Darwati. Ia peluk penuh kasih. Namun,
-bruk
Petruk terbaring karena di dorong Ni Darwati ke kasur.
"Lepas Le.." ucap Ni Darwati sambil menarik celana kolor hitam gombrang milik Petruk, itu adalah satu-satunya pakaian yang Petruk kenakan.
Petruk terus memandang wajah merah berderai air mata Ni Darwati. Ia menuruti apa yang Ibunya mau, karena ia tak mau berbuat salah hingga Ibunya kembali menangis.
Penis yang masih lemah milik Petruk sudah terhidang dihadapan Ni Darwati. Ia paham, benda itu butuh stimulus lebih. Apalagi pemiliknya sudah sering memakainya untuk melayani wanita yang masih segar.
Kontol hitam itu ia ciumin. Benda yang ia rindukan itu menggeliat seiring rangsangan yang Ni Darwati berikan.
"Le, mungkin ini yang terakhir dengan Ibu. Jangan lupakan Ibu ya Le" suara kesedihan kembali terucap dari wajah sedih Ni Darwati
Kata-kata Ni Darwati tak sanggup Petruk balas, malah kontolnya yang seakan paham dengan keadaan semakin mengeras. Benda itu seperti punya pikiran sendiri, paham dengan apa yang Ni Darwati maksud!
Ni Darwati tersenyum meski setelah ia bederai air mata. Kebahagiaan mulai tampak di wajah ayunya. Memeknya yang sudah ia cukur rapih pun mulai berdenyut meminta dikunjungi kontol hitam nan keras.
Ni Darwati beranjak naik ke pinggul Petruk. Ia cium dan jilati semua dari perut, dada hingga ia sampai ke bibir tebal Petruk.
"Emhhh" suara keduanya berebut nafas disela kegiatan kedua insan itu
"Ibu sudah tak tahan Le" ucap Ni Darwati membimbing kontol kesayangan masuk ke lembah kenikmatan
"Akhhh.. Ibu lama banget nunggu kamu Le.. ohhh..Penuh" erang Ni Darwati
Petruk mulai dapat berpikir, ia yang tadinya tak paham kini mulai paham. Ini adalah sesuatu yang Ibunya rindukan. Berdua bersamanya memadu kasih.
Karena juga tak mau menyianyiakan kesempatan yang terakhir, Petruk mengambil posisi untuk memberikan rangsangan. Yah, ilmu dari Intan semua akan ia kerahkan demi kepuasan sang Ibu angkat.
Dari mulai cara memberikan kenikmatan dari rangsangan di dada hingga mendenyutkan kontol tanpa ia bergoyang. Ia lakukan semua sesuai SOP dari Intan.
Berbagai gaya ia atur, meski kini Ni Darwati seperti hendak pingsan. Namun Petruk tak berhenti. Tusukan rudal hitam di memek Ni Darwati tak ia kendurkan. Ia hanya berhentu saat denyutan dalam memek Ni Darwati menguat.
"Akhhhh buuuuu" erang Petruk saat menembakan cairan nikmatnya dalam memek Ni Darwati.
Tak lagi ada suara Ni Darwati yang mengerang atau mendesah. Matanya terpejam. Petruk akhirnya sadar jika Ni Darwati pingsan!
Petruk yang menyadari itu lantas memberikan aroma minyak kayu putih.
"Maaf Bu, aku terbawa suasana" ucap Petruk pada Ni Darwati yang mulai siuman
Dengan kepuasan terukir di wajahnya, Ni Darwati hanya merentangkan tangan memberi kode bahwa ia ingin dipeluk.
Petruk yang paham lalu memeluknya. Peluk kehangatan dari seorang Ibu? Mungkin lah, karena Intan tak pernah minta dipeluk seusai bercinta. Itulah yang membuatnya berpikir bahwa itu adalah kegiatan berbagi cinta Ibu dan anak.
Petruk pun menurut, menutup pintu sesaat ia masuk kamar tersebut.
Saat berbalik, Petruk heran melihat ibunya bertingkah seperti sebelum ia menikah. Ya.. benar, Ni Darwati sedang menanggalkan pakaian yang ia kenakan.
"Le, maaf. Ibu rindu. Ibu mohon beri ibu sentuhanmu lagi Le" ucap Ni Darwati sambil menitikan air mata.
"Ibu tahu, ibu salah karena berbuat dengan kamu yang sudah Ibu anggap anak. Tapi Ibu belum bisa melepaskan kamu seutuhnya Le. Hati ibu sakit tiap mendengar rintihan Intan tiap malam"
"Ibu selalu membayangkan, andai Ibu yang disana. Menikmati berdua denganmu"
Ni Darwati yang hanya tinggal mengenakan celana dalamnya duduk menutup tangisnya dengan dasternya yang ia lepas sebelumnya.
Petruk merasa sakit di dadanya karena Ibu yang ia sayangi meski tak melahirkan dirinya. Ia merasa semua adalah kesalahannya. Ia merasa dirinya lah penyebab tangis Ibunya.
Petruk mendekat dan merangkul Ni Darwati. Ia peluk penuh kasih. Namun,
-bruk
Petruk terbaring karena di dorong Ni Darwati ke kasur.
"Lepas Le.." ucap Ni Darwati sambil menarik celana kolor hitam gombrang milik Petruk, itu adalah satu-satunya pakaian yang Petruk kenakan.
Petruk terus memandang wajah merah berderai air mata Ni Darwati. Ia menuruti apa yang Ibunya mau, karena ia tak mau berbuat salah hingga Ibunya kembali menangis.
Penis yang masih lemah milik Petruk sudah terhidang dihadapan Ni Darwati. Ia paham, benda itu butuh stimulus lebih. Apalagi pemiliknya sudah sering memakainya untuk melayani wanita yang masih segar.
Kontol hitam itu ia ciumin. Benda yang ia rindukan itu menggeliat seiring rangsangan yang Ni Darwati berikan.
"Le, mungkin ini yang terakhir dengan Ibu. Jangan lupakan Ibu ya Le" suara kesedihan kembali terucap dari wajah sedih Ni Darwati
Kata-kata Ni Darwati tak sanggup Petruk balas, malah kontolnya yang seakan paham dengan keadaan semakin mengeras. Benda itu seperti punya pikiran sendiri, paham dengan apa yang Ni Darwati maksud!
Ni Darwati tersenyum meski setelah ia bederai air mata. Kebahagiaan mulai tampak di wajah ayunya. Memeknya yang sudah ia cukur rapih pun mulai berdenyut meminta dikunjungi kontol hitam nan keras.
Ni Darwati beranjak naik ke pinggul Petruk. Ia cium dan jilati semua dari perut, dada hingga ia sampai ke bibir tebal Petruk.
"Emhhh" suara keduanya berebut nafas disela kegiatan kedua insan itu
"Ibu sudah tak tahan Le" ucap Ni Darwati membimbing kontol kesayangan masuk ke lembah kenikmatan
"Akhhh.. Ibu lama banget nunggu kamu Le.. ohhh..Penuh" erang Ni Darwati
Petruk mulai dapat berpikir, ia yang tadinya tak paham kini mulai paham. Ini adalah sesuatu yang Ibunya rindukan. Berdua bersamanya memadu kasih.
Karena juga tak mau menyianyiakan kesempatan yang terakhir, Petruk mengambil posisi untuk memberikan rangsangan. Yah, ilmu dari Intan semua akan ia kerahkan demi kepuasan sang Ibu angkat.
Dari mulai cara memberikan kenikmatan dari rangsangan di dada hingga mendenyutkan kontol tanpa ia bergoyang. Ia lakukan semua sesuai SOP dari Intan.
Berbagai gaya ia atur, meski kini Ni Darwati seperti hendak pingsan. Namun Petruk tak berhenti. Tusukan rudal hitam di memek Ni Darwati tak ia kendurkan. Ia hanya berhentu saat denyutan dalam memek Ni Darwati menguat.
"Akhhhh buuuuu" erang Petruk saat menembakan cairan nikmatnya dalam memek Ni Darwati.
Tak lagi ada suara Ni Darwati yang mengerang atau mendesah. Matanya terpejam. Petruk akhirnya sadar jika Ni Darwati pingsan!
Petruk yang menyadari itu lantas memberikan aroma minyak kayu putih.
"Maaf Bu, aku terbawa suasana" ucap Petruk pada Ni Darwati yang mulai siuman
Dengan kepuasan terukir di wajahnya, Ni Darwati hanya merentangkan tangan memberi kode bahwa ia ingin dipeluk.
Petruk yang paham lalu memeluknya. Peluk kehangatan dari seorang Ibu? Mungkin lah, karena Intan tak pernah minta dipeluk seusai bercinta. Itulah yang membuatnya berpikir bahwa itu adalah kegiatan berbagi cinta Ibu dan anak.
Ni Darwati sangat nyaman berada dalam pelukan Petruk, ia merasa lebih menikmati pelukan itu daripada pelukan suaminya. Sayangnya sifat setianya tak bisa goyah.
Ni Darwati sadar ia adalah seorang Ibu yang menjerumuskan anaknya pada kenikmatan wanita. Ia berpikir andai saja tak meninggalkan Petruk sendiri, ia pasti masih bisa rutin mendapat pelayanan terbaik dari kontol kesukaannya. Soal tujuan yang ia rundingkan dengan suaminya? Bisa hamil atau tidak sebenarnya ia tak peduli. Meski suaminya berharap ia hamil bahkan jika itu dari benih Petruk, ia merasa kesempatan itu sudah lewat. Terbukti saat cek kandungan saat di kota, hanya memeknya saja yang menganga. Kandungannya tak terisi janin. Ia merasa biasa saja, malah senang karena suaminya masih akan mengizinkan ia bergumul dengan kontol jumbo milik Petruk.
Keduanya tenang dalam kondisi berpelukan. Hingga suara langkah manusia di luar terdengar. Petruk langsung bangkit karena tak akan membuat rahasia mereka diketahui, meski itu istrinya. Ia langsung bergegas keluar setelah memakai celananya. Sedangkan Ni Darwati yang masih lemah hanya terbaring di ranjang menikmati sisa pertempuran terdahsyat yang pernah ia alami.
-----
Ki Sentana dan Intan pulang bersama. Intan memang izin pulang cepat, tidak ingin berlama-lama disana. Karena ia sudah mencium gelagat akan adanya pesta sex yang mana ia pasti akan terlibat. Dengan dalih sedemikian rupa ia berkelit menghindar. Lagipula Intan pun berpikir untuk apa ngentot dengan kontol yang tak bisa memuaskannya?
"Mas Pet kok keringetan? Baru selesai kah benerin kandangnya?" tanya Intan yang merasa aneh.
"Iya dek" katanya sambil mencium kening istrinya yang baru pulang setelah mencium tangan Ki Sentana
"Romo istirahat dulu Le, nduk" ucap Ki Sentana berlalu menuju kamar.
Petruk hanya melihat sang Romo. Ia berharap Romo tak marah jika tahu bahwa ia baru saja membuat Ibunya pingsan dengan kontolnya.
"Mas mandi dulu sana. Oiya ibu mana mas?" tanya Intan lagi
"Ada di kamar dek" jawab Petruk berlalu karena mau mandi
"Ooo" tatap curiga Intan pada suaminya
Insting wanita memang menyeramkan.
***
Selepas mandi, aku kembali ke kamar. Tak ada Intan disana. Kemana dia?
Terdengar suara obrolan di ruang tamu. Ya itu suara Romo dan Intan. Sepertinya ada ketegangan disana. Aku pun bergegas.
"Kamu harus mengerti dan memaklumi nduk. Awalnya memang Romo yang meminta Petruk. Karena Ibu ingin punya anak. Ibumu ingin mengandung agar tahu rasanya jadi wanita seutuhnya" ucap Ki Sentana menggenggam tangan Ni Darwati
Aku yang baru saja sampai seakan terkode untuk duduk di samping Intan.
"Mas kenapa tak jujur? Padahal kan Mas tahu aku tak pernah masalah kalau Mas bercinta dengan siapa saja. Tapi aku merasa di khianati Mas" tangis Intan yang mulai pecah
"Nduk maafkan Ibu. Ibu yang jalang ini lah yang gatal. Sejak kamu disini, Petruk tak lagi bersama Ibu. Ibu rindu" sahut Ni Darwati yang berwajah merah menahan tangisnya
Aku berusaha memeluk Intan, namun dengan lengannya ia menolak pelukanku.
"Aku tak menyesali semuanya. Kalau adek tak merelakan, aku tak bisa apa-apa" ucapku yang mencoba tegar di tengah tangis kedua wanita yang aku kasihi
"Aku rela kok mas. Aku bukan marah karena Mas lakuin itu dengan Ibu, tapi Mas sudah berani berbohong!!" pekik Intan
"Romo pamit istirahat, jika memang ditakdirkan bersama kalian pasti bisa melewati masalah ini" ucap Romo yang seakan pasrah
Romo dan Ibu pun bangkit dari kursi mereka dan berlalu masuk.
"Mas. Aku mohon jangan kecewakan aku lagi" ucap Intan memelukku
Aku tak bisa lagi menjawab. Aku memang salah. Andai saja aku jujur dari awal mungkin ini tak akan terjadi. Tapi rahasia juga harus dijaga. Nanti akan aku jelaskan pada Intan. Semoga dia mengerti.
"Dek ayo kita jalan ke gubug. Aku mau ceritakan semuanya. Semua yang mungkin belum kamu tahu" ucapku
==X==X==X==
Hari telah hampir petang, Intan yang mendapat dongengku ini seakan tak percaya. Cerita dari para orang tentang masa laluku, aku tuturkan ulang. Hingga alasan aku berbohong mengenai aku yang bercinta dengan Ibu angkatku.
Ni Darwati sadar ia adalah seorang Ibu yang menjerumuskan anaknya pada kenikmatan wanita. Ia berpikir andai saja tak meninggalkan Petruk sendiri, ia pasti masih bisa rutin mendapat pelayanan terbaik dari kontol kesukaannya. Soal tujuan yang ia rundingkan dengan suaminya? Bisa hamil atau tidak sebenarnya ia tak peduli. Meski suaminya berharap ia hamil bahkan jika itu dari benih Petruk, ia merasa kesempatan itu sudah lewat. Terbukti saat cek kandungan saat di kota, hanya memeknya saja yang menganga. Kandungannya tak terisi janin. Ia merasa biasa saja, malah senang karena suaminya masih akan mengizinkan ia bergumul dengan kontol jumbo milik Petruk.
Keduanya tenang dalam kondisi berpelukan. Hingga suara langkah manusia di luar terdengar. Petruk langsung bangkit karena tak akan membuat rahasia mereka diketahui, meski itu istrinya. Ia langsung bergegas keluar setelah memakai celananya. Sedangkan Ni Darwati yang masih lemah hanya terbaring di ranjang menikmati sisa pertempuran terdahsyat yang pernah ia alami.
-----
Ki Sentana dan Intan pulang bersama. Intan memang izin pulang cepat, tidak ingin berlama-lama disana. Karena ia sudah mencium gelagat akan adanya pesta sex yang mana ia pasti akan terlibat. Dengan dalih sedemikian rupa ia berkelit menghindar. Lagipula Intan pun berpikir untuk apa ngentot dengan kontol yang tak bisa memuaskannya?
"Mas Pet kok keringetan? Baru selesai kah benerin kandangnya?" tanya Intan yang merasa aneh.
"Iya dek" katanya sambil mencium kening istrinya yang baru pulang setelah mencium tangan Ki Sentana
"Romo istirahat dulu Le, nduk" ucap Ki Sentana berlalu menuju kamar.
Petruk hanya melihat sang Romo. Ia berharap Romo tak marah jika tahu bahwa ia baru saja membuat Ibunya pingsan dengan kontolnya.
"Mas mandi dulu sana. Oiya ibu mana mas?" tanya Intan lagi
"Ada di kamar dek" jawab Petruk berlalu karena mau mandi
"Ooo" tatap curiga Intan pada suaminya
Insting wanita memang menyeramkan.
***
Selepas mandi, aku kembali ke kamar. Tak ada Intan disana. Kemana dia?
Terdengar suara obrolan di ruang tamu. Ya itu suara Romo dan Intan. Sepertinya ada ketegangan disana. Aku pun bergegas.
"Kamu harus mengerti dan memaklumi nduk. Awalnya memang Romo yang meminta Petruk. Karena Ibu ingin punya anak. Ibumu ingin mengandung agar tahu rasanya jadi wanita seutuhnya" ucap Ki Sentana menggenggam tangan Ni Darwati
Aku yang baru saja sampai seakan terkode untuk duduk di samping Intan.
"Mas kenapa tak jujur? Padahal kan Mas tahu aku tak pernah masalah kalau Mas bercinta dengan siapa saja. Tapi aku merasa di khianati Mas" tangis Intan yang mulai pecah
"Nduk maafkan Ibu. Ibu yang jalang ini lah yang gatal. Sejak kamu disini, Petruk tak lagi bersama Ibu. Ibu rindu" sahut Ni Darwati yang berwajah merah menahan tangisnya
Aku berusaha memeluk Intan, namun dengan lengannya ia menolak pelukanku.
"Aku tak menyesali semuanya. Kalau adek tak merelakan, aku tak bisa apa-apa" ucapku yang mencoba tegar di tengah tangis kedua wanita yang aku kasihi
"Aku rela kok mas. Aku bukan marah karena Mas lakuin itu dengan Ibu, tapi Mas sudah berani berbohong!!" pekik Intan
"Romo pamit istirahat, jika memang ditakdirkan bersama kalian pasti bisa melewati masalah ini" ucap Romo yang seakan pasrah
Romo dan Ibu pun bangkit dari kursi mereka dan berlalu masuk.
"Mas. Aku mohon jangan kecewakan aku lagi" ucap Intan memelukku
Aku tak bisa lagi menjawab. Aku memang salah. Andai saja aku jujur dari awal mungkin ini tak akan terjadi. Tapi rahasia juga harus dijaga. Nanti akan aku jelaskan pada Intan. Semoga dia mengerti.
"Dek ayo kita jalan ke gubug. Aku mau ceritakan semuanya. Semua yang mungkin belum kamu tahu" ucapku
==X==X==X==
Hari telah hampir petang, Intan yang mendapat dongengku ini seakan tak percaya. Cerita dari para orang tentang masa laluku, aku tuturkan ulang. Hingga alasan aku berbohong mengenai aku yang bercinta dengan Ibu angkatku.
"Aku paham mas. Lain kali kalau alasannya gak bisa mas ceritakan, mas bilang aja rahasia ya. Atau ceritakan aja siapa tahu aku ada solusi. Aku masih yakin Mas orang baik. Mampu menjaga kepercayaan mereka meski dengan istrimu sendiri" ucap Intan
"Titisan Iblis? Tumbal ritual? Aku kira hanya ada dalam cerita rakyat" imbuhnya
"Begitulah. Maaf juga sebenernya pas aku memergoki adek di situ, aku bukan mau minta jatah loh dek. Adek aja yang mikir gitu. Aku mana tahu dek. Lagian aku jarang ketemu orang. Paling kalau sesama buruh buat kawan istirahat disini" ujarku
"Heee.. lucu juga kalau diinget Mas. Mas nanti ajakin Ibu yuk" si Intan mulai ngide
"Loh dek. Baru aja dirumah gitu kok kamu sekarang malah mau ajakin Ibu. Kita minta maaf aja ya sama mereka. Aku gak enak dengan Romo kalau ajak Ibu" jawabku
"Iya sih. Nanti lah kalau dah terkumpul keberanianku buat hadapi Romo. Aku masih gak berani sama Romo. Gak tahu kenapa" ujar Intan
"Yaudah yuk pulang" ajakku
Kami pun pulang. Sepanjang perjalanan aku gantian diberi cerita tentang orang-orang yang ia temui. Ya aku terkejut juga sih. Ia cerita tentang laki-laki yang pernah mengisi tubuhnya dengan kontol mereka. Jika ku hitung ada belasan. Ah persetan lah, lagi pula aku yakin sekarang kita hanya sepasang. Kecuali jika dia punya ide aneh lagi.
*****
Hari yang ditunggu pun tiba. Itu adalah hari dimana para mahasiswa akan kembali ke kota. Namun kepulangan mereka bertambah 1anggota, yaitu Petruk.
Dari kesepuluh, hanya ada 3 pria dalam kelompok mahasiswa. Masing-masing memegang kendali atas mobil penjelajah mereka. Yang mana kendaraan itu lah yang mampu menembus area terpencil yaitu desa Wanapurwa. Satu penumpang tambahan yaitu Petruk tak terlalu menambah beban. Hanya saja mobil itu kini diisi 4orang, yaitu Bagas, Heni, Intan dan Petruk.
"Truk, gue penasaran sama ukuran kontol lu. Anjing banget memek Heni ternyata juga bekas lu ya? Untung dia punya memek tembem jadi lebih bisa gigit. Haha" gurau Bagas yang tak kenal rasa sungkan
"Hehe maaf Mas. Saya yang gak enak karena sudah berbuat tak nyaman dengan Mas dan Mbak Heni" sahut Petruk
"Ah lupain lah, lagian gue have fun kok di kampung lo. Memek mah cari di kota juga banyak, cuma agak ribet aja" balas Bagas sambil tersenyum kecut
"Laki gue gak usah lo racunin soal memek Gas" komentar Intan
"Ogah amat, tar memek mereka lower semua. Sayang lah" jawabnya
"Good!!!" ucap Intan memuji
"Eh lu diem aja Hen.. sange lu ye?" tanya Intan
"Gila lo!! Kalau gue sange juga paling kangen kontol Petruk!!" jawab Heni asal
"Anjjng!! Jangan dong. Gue masih butuh memek lo Hen.. kontol gue mau masuk kemana kalau gak memek lo. Yang lain gak selera gue. Kurang mantep servicenya" keluh Bagas
*Orang kota emang gini kah?* batin Petruk yang hanya senyum sendiri mendengar dan mencerna obrolan mereka
Jalan yang mereka lalui hanyalah jalan setapak tanah, namun sudah bagus begitu karena sudah jelas tidak manual membelah hutan. Mereka sudah bisa mengakses jaan tanah rata tanpa takut mobil mereka nyangkut menabrak pepohonan. Tapi tetap saja meski begitu mereka butuh beberapa jam untuk sampai ke jalan hitam.
Terdengar usulan menginap dari radio yang mereka bawa. Itu adalah teman mereka yang berbeda mobil. Sepertinya ia sudah tak tahan sampai ke kota terdekat untuk mencari penginapan. Ada yang sange disana!!
"Eh mereka cuma berdua. Emang kuat hadapi 5cewek? Kalau elu sih, gak usah sok lah Gas. Hahaha" Intan berucap
"Gak tau, paling juga ada yang nganggur. Gue mah sama Heni tersayang aja" ujar Bagas
"Sayang apaan. Memek doang isi otak lo" sahut Heni
"Cewek yang nganggur kasih ke laki lu aja Tan. Kali aja lo mau bagi-bagi. Hahaaaa" ucap Bagas
"Boleh juga tuh. Nanti lu atur lah biar sisanya nginep sekamar sama gue. Laki gue kuat kok hadapi mereka. Mau gue pamerin kontol kesukaan gue." jawab Intan
"Titisan Iblis? Tumbal ritual? Aku kira hanya ada dalam cerita rakyat" imbuhnya
"Begitulah. Maaf juga sebenernya pas aku memergoki adek di situ, aku bukan mau minta jatah loh dek. Adek aja yang mikir gitu. Aku mana tahu dek. Lagian aku jarang ketemu orang. Paling kalau sesama buruh buat kawan istirahat disini" ujarku
"Heee.. lucu juga kalau diinget Mas. Mas nanti ajakin Ibu yuk" si Intan mulai ngide
"Loh dek. Baru aja dirumah gitu kok kamu sekarang malah mau ajakin Ibu. Kita minta maaf aja ya sama mereka. Aku gak enak dengan Romo kalau ajak Ibu" jawabku
"Iya sih. Nanti lah kalau dah terkumpul keberanianku buat hadapi Romo. Aku masih gak berani sama Romo. Gak tahu kenapa" ujar Intan
"Yaudah yuk pulang" ajakku
Kami pun pulang. Sepanjang perjalanan aku gantian diberi cerita tentang orang-orang yang ia temui. Ya aku terkejut juga sih. Ia cerita tentang laki-laki yang pernah mengisi tubuhnya dengan kontol mereka. Jika ku hitung ada belasan. Ah persetan lah, lagi pula aku yakin sekarang kita hanya sepasang. Kecuali jika dia punya ide aneh lagi.
*****
Hari yang ditunggu pun tiba. Itu adalah hari dimana para mahasiswa akan kembali ke kota. Namun kepulangan mereka bertambah 1anggota, yaitu Petruk.
Dari kesepuluh, hanya ada 3 pria dalam kelompok mahasiswa. Masing-masing memegang kendali atas mobil penjelajah mereka. Yang mana kendaraan itu lah yang mampu menembus area terpencil yaitu desa Wanapurwa. Satu penumpang tambahan yaitu Petruk tak terlalu menambah beban. Hanya saja mobil itu kini diisi 4orang, yaitu Bagas, Heni, Intan dan Petruk.
"Truk, gue penasaran sama ukuran kontol lu. Anjing banget memek Heni ternyata juga bekas lu ya? Untung dia punya memek tembem jadi lebih bisa gigit. Haha" gurau Bagas yang tak kenal rasa sungkan
"Hehe maaf Mas. Saya yang gak enak karena sudah berbuat tak nyaman dengan Mas dan Mbak Heni" sahut Petruk
"Ah lupain lah, lagian gue have fun kok di kampung lo. Memek mah cari di kota juga banyak, cuma agak ribet aja" balas Bagas sambil tersenyum kecut
"Laki gue gak usah lo racunin soal memek Gas" komentar Intan
"Ogah amat, tar memek mereka lower semua. Sayang lah" jawabnya
"Good!!!" ucap Intan memuji
"Eh lu diem aja Hen.. sange lu ye?" tanya Intan
"Gila lo!! Kalau gue sange juga paling kangen kontol Petruk!!" jawab Heni asal
"Anjjng!! Jangan dong. Gue masih butuh memek lo Hen.. kontol gue mau masuk kemana kalau gak memek lo. Yang lain gak selera gue. Kurang mantep servicenya" keluh Bagas
*Orang kota emang gini kah?* batin Petruk yang hanya senyum sendiri mendengar dan mencerna obrolan mereka
Jalan yang mereka lalui hanyalah jalan setapak tanah, namun sudah bagus begitu karena sudah jelas tidak manual membelah hutan. Mereka sudah bisa mengakses jaan tanah rata tanpa takut mobil mereka nyangkut menabrak pepohonan. Tapi tetap saja meski begitu mereka butuh beberapa jam untuk sampai ke jalan hitam.
Terdengar usulan menginap dari radio yang mereka bawa. Itu adalah teman mereka yang berbeda mobil. Sepertinya ia sudah tak tahan sampai ke kota terdekat untuk mencari penginapan. Ada yang sange disana!!
"Eh mereka cuma berdua. Emang kuat hadapi 5cewek? Kalau elu sih, gak usah sok lah Gas. Hahaha" Intan berucap
"Gak tau, paling juga ada yang nganggur. Gue mah sama Heni tersayang aja" ujar Bagas
"Sayang apaan. Memek doang isi otak lo" sahut Heni
"Cewek yang nganggur kasih ke laki lu aja Tan. Kali aja lo mau bagi-bagi. Hahaaaa" ucap Bagas
"Boleh juga tuh. Nanti lu atur lah biar sisanya nginep sekamar sama gue. Laki gue kuat kok hadapi mereka. Mau gue pamerin kontol kesukaan gue." jawab Intan
Petruk bengong mendengar ucapan istri terkasihnya.
"Sejak kapan lo berubah? Dulu lo cemburuan banget" tanya Bagas
"Bukan gak cemburu njing!! Gue juga gak mampu hadapi laki gue sendiri!!" keluhnya
Bagas yang merasa sudah sangat mengenal Intan pun menelan ludah karena membayangkan wanita ganas itu bertekuk lutut mengakui ia bukan apa-apa dihadapan Petruk.
"Orang Wanapurwa emang juara!!" ucap Bagas berteriak keluar dari jendela mobil
Sebenarnya ia masih kesal karena wanita yang berduit terebut oleh lelaki yang jauh jika dibandingkan tampangnya.
++++++
Kota Kabupaten
Disebuah bangunan yang cukup antik rombongan mahasiswa dan penumpang tambahan sedang tawar menawar soal aturan penyewaan kamar. Mereka hanya akan menyewa 4kamar namun 1kamar hanya diisi oleh 3orang. Sedangkan mereka ada 11orang. Namun jalan tengah telah ditemukan, yaitu 1 kamar yang akan diisi beramai-ramai haruslah kelas yang paling mewah. Dan itu semua disanggupi Intan.
"Yaelah daritadi coba. Pasti dah baring nyaman di kasur" ucapnya sambil membayar
"Iya maaf mbak. Mari saya antar ke kamar" ucap wanita muda yang ngeri melihat sosok Petruk karena badannya yang tinggi besar nan gelap.
"Ga usah takut Mbak, dia suami saya. Bukan orang jahat" ucap Intan yang agak malas karena sikap receptionist yang terlalu mencolok.
"Maafff" jawabnya singkat
Keempat rombongan sudah berada di dalam kamar. Tentu saja Bagas ingin menjauhkan Heni dari Petruk, ia takut memek dan susu jumbo itu tak bisa lagi ia nikmati.
Intan bersama kedua temannya berbaring mengistirahatkan punggung yang lelah duduk berjam-jam di dalam mobil.
"Anjing.. siapa bau pejuh. Mandi sana!!" ucap Intan
"Ah iya lupa. Tadi basah baju gue kena semprot di jalan" jawab Rani
"Lagian sempet-sempatnya di jalan pake mainan kontol segala??" heran Nanda
"Hah.. bising amat. Lagian cowok sangean. Makanya gue gabung sama lo aja" ucap Rani yang sedang melepas bajunya.
Rani tak peduli dengan adanya Petruk disana. Mungkin dia sudah terbiasa selama di Wanapurwa.
Petruk yang sedang bersandar santai di sofa diam-diam memperhatikan kemolekan tubuh wanita yang masih asing baginya.
"Tan, laki lu sange tuh liatin pantat gue mulu kayaknya" ucap Rani
"Biarlah, kalau ngaceng juga gue yang seneng" jawab Intan
"Sakit lo.. ketularan virus Wanapurwa ya?" ucap Rani berlalu masuk ke dalam kamar mandi
"Mas Pet, bentar lagi mandi ya. Nanti bareng" ucap Intan pada suaminya
"Iya dek" jawab Petruk singkat
Rani pun akhirnya selesai. Tubuhnya tak lagi bau pejuh. Harum sabun menutupi aroma tak sedap dari sekujur tubuhnya.
Intan dan Petruk pun bersama memasuki kamar mandi.
"Ya elah mau ngentot aja pake malu lo Tan" ucap Rani yang melihat kedua pasangan suami istri itu masuk kamar mandi hotel
"Kalau ngentot di sini emang lo gapapa? Kalau sange berani lo minta jatah ke lakinya Intan?" cecar Nanda
"Gak lah"
"Lagian modelan begitu, mana bisa bikin gue sange. Kalau Bagas baru gue mau" gumam Rani
Intan dan Petruk pun keluar dengan handuk yang melilit di tubuh masing-masing.
"Cepet amat keluar. Udah ngewenya?" tanya Rani yang sedang mengeringkan rambut
"Ngewe? Ah elah. Ada kasur, kok di toilet. Tapi boleh juga sih kalau quickie" balas Intan yang sedang mencari baju di tas
"Mas baju kamu sama aja kayak di kampung? Emang Ibu gak pernah belikan baju?" tanya Intan heran
"Sejak kapan lo berubah? Dulu lo cemburuan banget" tanya Bagas
"Bukan gak cemburu njing!! Gue juga gak mampu hadapi laki gue sendiri!!" keluhnya
Bagas yang merasa sudah sangat mengenal Intan pun menelan ludah karena membayangkan wanita ganas itu bertekuk lutut mengakui ia bukan apa-apa dihadapan Petruk.
"Orang Wanapurwa emang juara!!" ucap Bagas berteriak keluar dari jendela mobil
Sebenarnya ia masih kesal karena wanita yang berduit terebut oleh lelaki yang jauh jika dibandingkan tampangnya.
++++++
Kota Kabupaten
Disebuah bangunan yang cukup antik rombongan mahasiswa dan penumpang tambahan sedang tawar menawar soal aturan penyewaan kamar. Mereka hanya akan menyewa 4kamar namun 1kamar hanya diisi oleh 3orang. Sedangkan mereka ada 11orang. Namun jalan tengah telah ditemukan, yaitu 1 kamar yang akan diisi beramai-ramai haruslah kelas yang paling mewah. Dan itu semua disanggupi Intan.
"Yaelah daritadi coba. Pasti dah baring nyaman di kasur" ucapnya sambil membayar
"Iya maaf mbak. Mari saya antar ke kamar" ucap wanita muda yang ngeri melihat sosok Petruk karena badannya yang tinggi besar nan gelap.
"Ga usah takut Mbak, dia suami saya. Bukan orang jahat" ucap Intan yang agak malas karena sikap receptionist yang terlalu mencolok.
"Maafff" jawabnya singkat
Keempat rombongan sudah berada di dalam kamar. Tentu saja Bagas ingin menjauhkan Heni dari Petruk, ia takut memek dan susu jumbo itu tak bisa lagi ia nikmati.
Intan bersama kedua temannya berbaring mengistirahatkan punggung yang lelah duduk berjam-jam di dalam mobil.
"Anjing.. siapa bau pejuh. Mandi sana!!" ucap Intan
"Ah iya lupa. Tadi basah baju gue kena semprot di jalan" jawab Rani
"Lagian sempet-sempatnya di jalan pake mainan kontol segala??" heran Nanda
"Hah.. bising amat. Lagian cowok sangean. Makanya gue gabung sama lo aja" ucap Rani yang sedang melepas bajunya.
Rani tak peduli dengan adanya Petruk disana. Mungkin dia sudah terbiasa selama di Wanapurwa.
Petruk yang sedang bersandar santai di sofa diam-diam memperhatikan kemolekan tubuh wanita yang masih asing baginya.
"Tan, laki lu sange tuh liatin pantat gue mulu kayaknya" ucap Rani
"Biarlah, kalau ngaceng juga gue yang seneng" jawab Intan
"Sakit lo.. ketularan virus Wanapurwa ya?" ucap Rani berlalu masuk ke dalam kamar mandi
"Mas Pet, bentar lagi mandi ya. Nanti bareng" ucap Intan pada suaminya
"Iya dek" jawab Petruk singkat
Rani pun akhirnya selesai. Tubuhnya tak lagi bau pejuh. Harum sabun menutupi aroma tak sedap dari sekujur tubuhnya.
Intan dan Petruk pun bersama memasuki kamar mandi.
"Ya elah mau ngentot aja pake malu lo Tan" ucap Rani yang melihat kedua pasangan suami istri itu masuk kamar mandi hotel
"Kalau ngentot di sini emang lo gapapa? Kalau sange berani lo minta jatah ke lakinya Intan?" cecar Nanda
"Gak lah"
"Lagian modelan begitu, mana bisa bikin gue sange. Kalau Bagas baru gue mau" gumam Rani
Intan dan Petruk pun keluar dengan handuk yang melilit di tubuh masing-masing.
"Cepet amat keluar. Udah ngewenya?" tanya Rani yang sedang mengeringkan rambut
"Ngewe? Ah elah. Ada kasur, kok di toilet. Tapi boleh juga sih kalau quickie" balas Intan yang sedang mencari baju di tas
"Mas baju kamu sama aja kayak di kampung? Emang Ibu gak pernah belikan baju?" tanya Intan heran
"Enggak dek. Paling cuma celana yang modelnya itu aja" ucap Petruk yang menunggu bajunya disiapkan sang istri
"Oh iya deh, nanti Intan belikan yg model lain Mas" ucap Intan sambil menyerahkan celana gombrang hitam. Lalu ia pilih baju untuk dia sendiri.
Petruk ragu apakah ia harus ke kamar mandi untuk memakai celana. Karena pasti kedua wanita disitu pasti akan melihat kemaluannya. Tapi karena tadi Rani sudah memperlihatkan tubuhnya tanpa ragu, ia pun inisiatif melakukan hal yang sama.
Handuk ia lempar ke sofa.
Kedua pasang mata yang penasaran auto menoleh ke arah yang sensitif.
Keduanya terbengong melihat ukuran penis yang menggantung di selangkangan Petruk.
*Gila!!* batin keduanya
Intan yang sedang memilih baju melirik pada kedua temannya, ia sedikit tersenyum karena bangga.
Saat Petruk selesai memakai celananya dan duduk, kedua wanita itu barulah tersadar. Keduanya berpandangan seakan mengkonfirmasi apa yang mereka lihat. Lalu keduanya mengangguk sambil menelan ludah sendiri sebagai bentuk terkonfirmasi info yang mereka terima dari mata masing-masing.
Hidup tak selalu berlari. Ada kalanya kita bersantai guna mensyukuri apa yang telah kita capai.
Hidup bagaikan sebuah perjalanan. Hanya singkat dan kita bisa memilih singgah sejenak untuk melepas lelah. Tak melulu berorientasi pada apa yang kita kejar.
Para rombongan mahasiswa yang menempuh perjalanan pun kini mereka sedang beristirahat, sekedar melepas lelah atau mungkin "menikmati" bekal perjalanan.
Petruk sebagai anggota tambahan hanya ikut saja pada pemegang kemudi. Setir berbelok, ia pun pasti ikut.
Petruk memang harusnya menjadi pemimpin dalam rumah tangganya, namun kenyataan lain. Ia bagai kerbau yang diarahkan oleh pembajak yang tak lain adalah istrinya, Intan.
Sekenario "pamer" adalah suatu kepuasan tersendiri bagi Intan. Ia sangat bangga hingga rela suaminya bermain dengan wanita yang terpana dengan pusaka diselangkangan suaminya. Gila memang, kebanggaan yang harusnya dimiliki lelaki pemilik kontol itu malah ia yang membanggakan.
Nafsu Intan selalu bergejolak saat ada wanita lain tertarik dengan suaminya. Ia akan dengan senang hati menabur pukat dalam kolam ikan yg penuh kenikmatan.
Kedua teman seperjalanan yang beristirahat bersama mereka entah untuk apa malah berdandan. Padahal mereka belum ada rencana untuk keluar, bahkan makan saja mereka sudah bungkus saat hendak mencari tempat menginap.
Tapi bukan Intan namanya kalau tak paham dengan gelagat kedua temannya. Dia sudah menyimpulkan jika ikan sudah tergoda dengan umpan. Tinggal sedikit lagi, suaminya akan mereka terkam.
++++
Intan yang hanya memakai baju tidur tipis bertali menyandarkan tubuhnya pada suami tercinta.
"Mas, udah lapar belum?" tanya Intan
"Belum terlalu dek, kalau adek sudah lapar ya kita makan aja. Sudah bungkus juga kan" jawab Petruk
"Atau mau satu ronde dulu?" Bisik Intan
"Hmm ada temen-temenmu" balas Petruk dengan berbisik pula
Intan yang sadar mereka sedang diperhatikan pun mulai tak tahu malu. Kontol yg sudah agak mengembang ia belai dari luar selewah.
Ia melirik kedua temannya. Kedua temannya malah saling berpandangan karena tahu Intan melirik mereka.
"Satu kali Mas keluar ya. Kalian kalau mau makan duluan aja" ucap Intan
"Gila kali makan sambik nonton elu ngentot!!" jawab Rani
Tapi berbeda dengan Rani, Nanda malah berdiri untuk mengambil makanannya di meja depan Petruk dan Intan.
"Gue makan dulu lah, anggap aja hentai live action" jawab Nanda sambil melirik elusan tangan Intan di benda yg membuatnya bergidik ngeri
Belum sempat Nanda berbalik, celana Petruk sudah ditarik paksa Intan sehingga kontol hitam kekar menjulang menantang siapa pun di depannya.
*Beghhh
Suara nasi bungkus terjatuh. Nanda gagal fokus karena kaget ada benda hitam mengerikan tegak menantang di depannya.
Ia tak menyadari nasinya tumpah di lantai.
Rani yang masih duduk di kursi kecil depan kaca rias pun lekat memandang objek yang sama. HP yang sedang ia mainkan tak sadar ia genggam kuat. Ada hasrat ingin mencoba benda itu, tapi dia sadar itu milik Intan.
Intan berdiri menarik Petruk.
Rani dan Nanda sadar ketololan mereka beberapa saat.
"Tan, gue keluar dulu ya. Cari angin!" ucap Nanda
"Gue ikut!!!" sahut Rani yang langsung berdiri dari kursinya
"Oh iya deh, nanti Intan belikan yg model lain Mas" ucap Intan sambil menyerahkan celana gombrang hitam. Lalu ia pilih baju untuk dia sendiri.
Petruk ragu apakah ia harus ke kamar mandi untuk memakai celana. Karena pasti kedua wanita disitu pasti akan melihat kemaluannya. Tapi karena tadi Rani sudah memperlihatkan tubuhnya tanpa ragu, ia pun inisiatif melakukan hal yang sama.
Handuk ia lempar ke sofa.
Kedua pasang mata yang penasaran auto menoleh ke arah yang sensitif.
Keduanya terbengong melihat ukuran penis yang menggantung di selangkangan Petruk.
*Gila!!* batin keduanya
Intan yang sedang memilih baju melirik pada kedua temannya, ia sedikit tersenyum karena bangga.
Saat Petruk selesai memakai celananya dan duduk, kedua wanita itu barulah tersadar. Keduanya berpandangan seakan mengkonfirmasi apa yang mereka lihat. Lalu keduanya mengangguk sambil menelan ludah sendiri sebagai bentuk terkonfirmasi info yang mereka terima dari mata masing-masing.
Hidup tak selalu berlari. Ada kalanya kita bersantai guna mensyukuri apa yang telah kita capai.
Hidup bagaikan sebuah perjalanan. Hanya singkat dan kita bisa memilih singgah sejenak untuk melepas lelah. Tak melulu berorientasi pada apa yang kita kejar.
Para rombongan mahasiswa yang menempuh perjalanan pun kini mereka sedang beristirahat, sekedar melepas lelah atau mungkin "menikmati" bekal perjalanan.
Petruk sebagai anggota tambahan hanya ikut saja pada pemegang kemudi. Setir berbelok, ia pun pasti ikut.
Petruk memang harusnya menjadi pemimpin dalam rumah tangganya, namun kenyataan lain. Ia bagai kerbau yang diarahkan oleh pembajak yang tak lain adalah istrinya, Intan.
Sekenario "pamer" adalah suatu kepuasan tersendiri bagi Intan. Ia sangat bangga hingga rela suaminya bermain dengan wanita yang terpana dengan pusaka diselangkangan suaminya. Gila memang, kebanggaan yang harusnya dimiliki lelaki pemilik kontol itu malah ia yang membanggakan.
Nafsu Intan selalu bergejolak saat ada wanita lain tertarik dengan suaminya. Ia akan dengan senang hati menabur pukat dalam kolam ikan yg penuh kenikmatan.
Kedua teman seperjalanan yang beristirahat bersama mereka entah untuk apa malah berdandan. Padahal mereka belum ada rencana untuk keluar, bahkan makan saja mereka sudah bungkus saat hendak mencari tempat menginap.
Tapi bukan Intan namanya kalau tak paham dengan gelagat kedua temannya. Dia sudah menyimpulkan jika ikan sudah tergoda dengan umpan. Tinggal sedikit lagi, suaminya akan mereka terkam.
++++
Intan yang hanya memakai baju tidur tipis bertali menyandarkan tubuhnya pada suami tercinta.
"Mas, udah lapar belum?" tanya Intan
"Belum terlalu dek, kalau adek sudah lapar ya kita makan aja. Sudah bungkus juga kan" jawab Petruk
"Atau mau satu ronde dulu?" Bisik Intan
"Hmm ada temen-temenmu" balas Petruk dengan berbisik pula
Intan yang sadar mereka sedang diperhatikan pun mulai tak tahu malu. Kontol yg sudah agak mengembang ia belai dari luar selewah.
Ia melirik kedua temannya. Kedua temannya malah saling berpandangan karena tahu Intan melirik mereka.
"Satu kali Mas keluar ya. Kalian kalau mau makan duluan aja" ucap Intan
"Gila kali makan sambik nonton elu ngentot!!" jawab Rani
Tapi berbeda dengan Rani, Nanda malah berdiri untuk mengambil makanannya di meja depan Petruk dan Intan.
"Gue makan dulu lah, anggap aja hentai live action" jawab Nanda sambil melirik elusan tangan Intan di benda yg membuatnya bergidik ngeri
Belum sempat Nanda berbalik, celana Petruk sudah ditarik paksa Intan sehingga kontol hitam kekar menjulang menantang siapa pun di depannya.
*Beghhh
Suara nasi bungkus terjatuh. Nanda gagal fokus karena kaget ada benda hitam mengerikan tegak menantang di depannya.
Ia tak menyadari nasinya tumpah di lantai.
Rani yang masih duduk di kursi kecil depan kaca rias pun lekat memandang objek yang sama. HP yang sedang ia mainkan tak sadar ia genggam kuat. Ada hasrat ingin mencoba benda itu, tapi dia sadar itu milik Intan.
Intan berdiri menarik Petruk.
Rani dan Nanda sadar ketololan mereka beberapa saat.
"Tan, gue keluar dulu ya. Cari angin!" ucap Nanda
"Gue ikut!!!" sahut Rani yang langsung berdiri dari kursinya
Saat Nanda hendak membuka kunci pintu.
"Kalian gak pengen coba kontol laki gue?" tanya Intan dengan senyum penuh makna
Keduanya berbalik memandang arah suara dan mematung.
Tapi Rani yang sudah tak tahan langsung menjauhi pintu dengan gerakan membuka tangtopnya. Tentu saja Intan senang meski tak ada jawaban. Sedangkan Nanda masih ragu karena dia ngeri dengan ukurannya. Tapi ia tak jadi keluar, malah duduk di sofa yang sebelumnya di duduki Petruk.
"Lu duluan deh Ran" ucap Intan mengkode Rani seakan menyerahkan kontol besar yang tak mampu ia genggam.
Rani merasa lidahnya kelu, hanya tubuhnya bergerak lancar. Kini ia malah sudah bersimpuh di depan selangkangan Petruk yang duduk di tepian ranjang.
Sayang tubuhnya yang mulus itu sudah bertekuk lutut di hadapan Petruk. Lelaki hitam legam yang siap mendobrak memeknya. Salah satu idola kampus sudah siap jadi bulan-bulanan kontol suami temannya.
Bagai pemain profesional, ia sudah khatam dengan berbagai jenis genre film blue. Semua teknik memanjakan kontol ia keluarkan demi mendapat kesan baik pada pemilik kontol yang merupakan suami temannya.
Rani membasahi semua permukaan sampai ke buah zakar Petruk.
"Hmm.. akhhh.." desah Petruk menikmati sambil dipeluk Intan dari belakang yang menonton gaya bermain temannya.
"Kalau lu jago, lu nanti boleh ngulang deh sama laki gue. Tapi tetep izin loh" ucap Intan sambil meraba dada bidang suaminya
Rani merasa dirinya seperti budak dj hadapan pasangan tersebut. Namun ia tak sakit hati, terlebih sebentar lagi ia akan menikmati sesuatu yang belum pernah ia coba. Kontol monster!!!
Tatapan sayu dari mata Rani seperti isyarat bahwa dia sudah tak tahan ingin dirinya dirasuki sebatang kontol. Sebab satu tangannya ia pakai untuk menggosok kelentitnya sendiri sebagai pemanasan.
"Tan.." ucap Rani yang bermata sendu
"Yaudah masukin, puasin aja memek gatel lo itu" jawab Intan merespon sambil merebahkan Petruk
Ia yang merasa dianggurkan tak mau diam saja. Ia sodorkan payudara ranumnya ke arah bibir Petruk yang langsung disambut kenyotan gemas.
"Iya sayang, hisapp.. ahh.. enak banget" desah Intan yang mendapat hisapan kuat dan remasan tangan kasar pada pantatnya.
Rani yang hendak menaiki pinggul petruk nampak ragu, ia takut rasa sakit yang pernah ia rasakan terulang kembali. Rasa perih di memeknya seusai digagahi entah berapa teman prianya karena ia mabuk saat pertama kali mencoba keluar malam.
Namun itu semua ia tepis karena hanya kenikmatan yang menanti setelah kesakitan.
Rani menaiki pinggul Petruk, ia gesekkan memeknya ke benda besar yang keras.
"Akhhh kontol gede, tolong beri aku kenikatan sejati!!" Ucapnya sebelum menancapkan kontol hitam kekar milik Petruk
"Okkkhhhhhh" pekik Rani saat memeknya terbelah. Mulutnya terbuka lebar, ia menengadah karena desakan kontol pada memeknya.
"Gede banget.. akhhh enak banget.. anjing.. mantap!!!! Okhhhh" racaunya sesaat Rani bergetar karena sensasi baru yang ia dapat
Petruk semakin meremas pantat mulus Intan karena sensasi kontolnya terhimpit barang hangat nan basah.
Sedangkan Intan meringis yang menandakan entah sakit atau bangga pada reaksi Rani.
"Penuh banget Tan, gila selama ini lo gak pernah gabung ternyata makan sendiri kontol seenak ini. Akhh" ucap Rani yang perlahan bergerak mencari kenikmatan lebih
"Ini juga gue bagi njing.. lagian memek lo abis ini gak akan nemu enak kalo dapat kontol lain. Emang sanggup?" balas Intan
"Ah tai.. jadiin gue selir aja sih.. repot amat. Ahh ahhh ahhh" jawab Rani
"Enak aja lo.. nanti lah kalau lo mau tinggal dateng bawa sajen. Whahaha" Intan serasa menang
"Ahh apa aja asal enak...ohhh kluarrrr" Rani kembali menengadahkan wajahnya karena nikmat berlipat. Remasan tangan kasar Petruk pada dada rani sesaat sebelum ia orgasm menambah sensasi nikmat.
"Kalian gak pengen coba kontol laki gue?" tanya Intan dengan senyum penuh makna
Keduanya berbalik memandang arah suara dan mematung.
Tapi Rani yang sudah tak tahan langsung menjauhi pintu dengan gerakan membuka tangtopnya. Tentu saja Intan senang meski tak ada jawaban. Sedangkan Nanda masih ragu karena dia ngeri dengan ukurannya. Tapi ia tak jadi keluar, malah duduk di sofa yang sebelumnya di duduki Petruk.
"Lu duluan deh Ran" ucap Intan mengkode Rani seakan menyerahkan kontol besar yang tak mampu ia genggam.
Rani merasa lidahnya kelu, hanya tubuhnya bergerak lancar. Kini ia malah sudah bersimpuh di depan selangkangan Petruk yang duduk di tepian ranjang.
Sayang tubuhnya yang mulus itu sudah bertekuk lutut di hadapan Petruk. Lelaki hitam legam yang siap mendobrak memeknya. Salah satu idola kampus sudah siap jadi bulan-bulanan kontol suami temannya.
Bagai pemain profesional, ia sudah khatam dengan berbagai jenis genre film blue. Semua teknik memanjakan kontol ia keluarkan demi mendapat kesan baik pada pemilik kontol yang merupakan suami temannya.
Rani membasahi semua permukaan sampai ke buah zakar Petruk.
"Hmm.. akhhh.." desah Petruk menikmati sambil dipeluk Intan dari belakang yang menonton gaya bermain temannya.
"Kalau lu jago, lu nanti boleh ngulang deh sama laki gue. Tapi tetep izin loh" ucap Intan sambil meraba dada bidang suaminya
Rani merasa dirinya seperti budak dj hadapan pasangan tersebut. Namun ia tak sakit hati, terlebih sebentar lagi ia akan menikmati sesuatu yang belum pernah ia coba. Kontol monster!!!
Tatapan sayu dari mata Rani seperti isyarat bahwa dia sudah tak tahan ingin dirinya dirasuki sebatang kontol. Sebab satu tangannya ia pakai untuk menggosok kelentitnya sendiri sebagai pemanasan.
"Tan.." ucap Rani yang bermata sendu
"Yaudah masukin, puasin aja memek gatel lo itu" jawab Intan merespon sambil merebahkan Petruk
Ia yang merasa dianggurkan tak mau diam saja. Ia sodorkan payudara ranumnya ke arah bibir Petruk yang langsung disambut kenyotan gemas.
"Iya sayang, hisapp.. ahh.. enak banget" desah Intan yang mendapat hisapan kuat dan remasan tangan kasar pada pantatnya.
Rani yang hendak menaiki pinggul petruk nampak ragu, ia takut rasa sakit yang pernah ia rasakan terulang kembali. Rasa perih di memeknya seusai digagahi entah berapa teman prianya karena ia mabuk saat pertama kali mencoba keluar malam.
Namun itu semua ia tepis karena hanya kenikmatan yang menanti setelah kesakitan.
Rani menaiki pinggul Petruk, ia gesekkan memeknya ke benda besar yang keras.
"Akhhh kontol gede, tolong beri aku kenikatan sejati!!" Ucapnya sebelum menancapkan kontol hitam kekar milik Petruk
"Okkkhhhhhh" pekik Rani saat memeknya terbelah. Mulutnya terbuka lebar, ia menengadah karena desakan kontol pada memeknya.
"Gede banget.. akhhh enak banget.. anjing.. mantap!!!! Okhhhh" racaunya sesaat Rani bergetar karena sensasi baru yang ia dapat
Petruk semakin meremas pantat mulus Intan karena sensasi kontolnya terhimpit barang hangat nan basah.
Sedangkan Intan meringis yang menandakan entah sakit atau bangga pada reaksi Rani.
"Penuh banget Tan, gila selama ini lo gak pernah gabung ternyata makan sendiri kontol seenak ini. Akhh" ucap Rani yang perlahan bergerak mencari kenikmatan lebih
"Ini juga gue bagi njing.. lagian memek lo abis ini gak akan nemu enak kalo dapat kontol lain. Emang sanggup?" balas Intan
"Ah tai.. jadiin gue selir aja sih.. repot amat. Ahh ahhh ahhh" jawab Rani
"Enak aja lo.. nanti lah kalau lo mau tinggal dateng bawa sajen. Whahaha" Intan serasa menang
"Ahh apa aja asal enak...ohhh kluarrrr" Rani kembali menengadahkan wajahnya karena nikmat berlipat. Remasan tangan kasar Petruk pada dada rani sesaat sebelum ia orgasm menambah sensasi nikmat.
"Enak enak enak.. gue bakal nagih.. haa haaa haa" ucap Rani sambil terengah nafasnya
Intan tak meresponnya, pandanganya malah tertuju pada wanita lain yang mulai mendekati mereka bertiga.
Nanda!
Gadis kalem ini sedikit unik. Di wajahnya ia seperti malaikat tanpa dosa, namun hasratnya tak bisa ia bendung. Baginya sex adalah cara meluapkan emosi dan birahi adalah getaran yang harus diekspresikan. Meski memeknya masih kurang berpengalaman, namun sebelumnya ia sudah sering bermasturbasi sambil menonton kartun X jepang. Ya, dia dibalik kacamatanya menyimpan hasrat pada kontol bersensor. Sampai ia kehilangan selaput daranya dari lightstick koleksinya sendiri. Sampai semuanya terbantahkan oleh daging nikmat yang ia temukan di Desa Wanapurwa. Dari sana lah ia yang awalnya terjebak dalam rombongan mahasiswa populer menjadi satu dengan mereka karena sex!!
"Tan.. boleh gabung?" Ucap Nanda agak malu.
"Dih Wibu.. kirain jadi pergi. Hahaha" balas Intan
"Ih apaan sih.." jawab Nanda kesal karena kewibuannya dibawa-bawa
"Gabung lah.. tuh si Rani gantiin. Memek lo udah basah kan?" tanya Intan
"Ah taek. Lagi nikmatin kontol gede berkedut malah suruh gantian" sahut Rani yang matanya ternaik seirama rasa berkedut di dalam memeknya.
Rani pun tak berani berlama-lama karena sadar antrean sudah menanti.
"Akhhh" desah Rani saat kontol Petruk lepas dari jeratan memeknya
Nanda yang tak kenal jijik langsung melahap kontol Petuk yang masih sangat basah karena lendir Rani. Ya dia sangat bernafsu ditambah terinspirasi dari film-film referensinya dulu.
"Ah haa aha" nafas Petruk kembali tak teratur akibat serangan Nanda
Meski dia lebih junior dibandingkan yang lain dalam bidang perngentotan, tapi referensi dan doktrin bokep sudah melekat dalam jiwanya.
Nanda sendiri cukup meninggalkan kesan di desa. Ia orang kota yang tak kenal jijik, bahkan meminum pejuh dan menjilati lelehannya yang tumpah. Semua lelaki merasa terpuaskan dengan aksinya.
Meski wajah kalem dan pakaian yang cenderung tertutup tapi keliarannya bahkan melebihi mahasiswi lain.
"Nan, lo pernah ngentot sama Bagas gak?" tanya Intan
"Bagas mana mau sama cewek freak ini" komentar Rani menyela
"Baguslah.. kalau pernah, pasti Nanda yang sama Bagas bukan Heni" jawab Intan
Intan sangat menyukai nanda karena dari sikapnya dari awal tak memandang rendah suaminya. Apalagi sekarang dengan servicenya Nanda perlakukan Petruk seperti raja.
"Slurrp slurp slurp" hisapan dan jilatan Nanda merata di semua bagian yang terkena lendir dan keringat Rani. Itu lah yang membuat Intan merasa harus menarik Nanda kedalam -pemain utama-.
"Tan.. boleh?" tanya Nanda yang menempelkan kontol Petruk di pipinya
Dengan masih berkacamata ia memohon pada permaisuri raja yang ia layani.
Intan hanya senyum dan mengangguk.
"Mas.. aku masukin ya. Udah gak tahan Mas. Pengen rasain kontol monster.. ahh" ucap Nanda yang sudah menaruk kontol milik Petruk di ambang pintu kenikmatannya
"Iya Mbak" jawab Petruk yang tak sabar karena dari tadi ia merasakan sensasi baru dari wanita yang baru pula
"Hekkkhhh.. ehhh" erang Nanda yang perlahan memakan kontol Petruk dengan memeknya
Petruk yang merasakan cengkraman kuat di kontolnya mengekpresikan kenikmatannya dengan meringis dan meremas pantat dan paha dekat tangannya.
Nanda yang dicengkram pahanya makin gila karena memeknya makin membalas perlakuan kasar Petruk dengan makin kencang otot memeknya.
Bagi Petruk itu adalah memek ternikmat dalam sejarah ia berbagi kasih dengan para wanita. Memek Heni yang sebelumnya ia pikir paling enak kini kalah oleh himpitan memek Nanda.
"Akhh perih banget" keluh Nanda saat ia merasa kontol itu sudah seluruhnya masuk.
Intan tak meresponnya, pandanganya malah tertuju pada wanita lain yang mulai mendekati mereka bertiga.
Nanda!
Gadis kalem ini sedikit unik. Di wajahnya ia seperti malaikat tanpa dosa, namun hasratnya tak bisa ia bendung. Baginya sex adalah cara meluapkan emosi dan birahi adalah getaran yang harus diekspresikan. Meski memeknya masih kurang berpengalaman, namun sebelumnya ia sudah sering bermasturbasi sambil menonton kartun X jepang. Ya, dia dibalik kacamatanya menyimpan hasrat pada kontol bersensor. Sampai ia kehilangan selaput daranya dari lightstick koleksinya sendiri. Sampai semuanya terbantahkan oleh daging nikmat yang ia temukan di Desa Wanapurwa. Dari sana lah ia yang awalnya terjebak dalam rombongan mahasiswa populer menjadi satu dengan mereka karena sex!!
"Tan.. boleh gabung?" Ucap Nanda agak malu.
"Dih Wibu.. kirain jadi pergi. Hahaha" balas Intan
"Ih apaan sih.." jawab Nanda kesal karena kewibuannya dibawa-bawa
"Gabung lah.. tuh si Rani gantiin. Memek lo udah basah kan?" tanya Intan
"Ah taek. Lagi nikmatin kontol gede berkedut malah suruh gantian" sahut Rani yang matanya ternaik seirama rasa berkedut di dalam memeknya.
Rani pun tak berani berlama-lama karena sadar antrean sudah menanti.
"Akhhh" desah Rani saat kontol Petruk lepas dari jeratan memeknya
Nanda yang tak kenal jijik langsung melahap kontol Petuk yang masih sangat basah karena lendir Rani. Ya dia sangat bernafsu ditambah terinspirasi dari film-film referensinya dulu.
"Ah haa aha" nafas Petruk kembali tak teratur akibat serangan Nanda
Meski dia lebih junior dibandingkan yang lain dalam bidang perngentotan, tapi referensi dan doktrin bokep sudah melekat dalam jiwanya.
Nanda sendiri cukup meninggalkan kesan di desa. Ia orang kota yang tak kenal jijik, bahkan meminum pejuh dan menjilati lelehannya yang tumpah. Semua lelaki merasa terpuaskan dengan aksinya.
Meski wajah kalem dan pakaian yang cenderung tertutup tapi keliarannya bahkan melebihi mahasiswi lain.
"Nan, lo pernah ngentot sama Bagas gak?" tanya Intan
"Bagas mana mau sama cewek freak ini" komentar Rani menyela
"Baguslah.. kalau pernah, pasti Nanda yang sama Bagas bukan Heni" jawab Intan
Intan sangat menyukai nanda karena dari sikapnya dari awal tak memandang rendah suaminya. Apalagi sekarang dengan servicenya Nanda perlakukan Petruk seperti raja.
"Slurrp slurp slurp" hisapan dan jilatan Nanda merata di semua bagian yang terkena lendir dan keringat Rani. Itu lah yang membuat Intan merasa harus menarik Nanda kedalam -pemain utama-.
"Tan.. boleh?" tanya Nanda yang menempelkan kontol Petruk di pipinya
Dengan masih berkacamata ia memohon pada permaisuri raja yang ia layani.
Intan hanya senyum dan mengangguk.
"Mas.. aku masukin ya. Udah gak tahan Mas. Pengen rasain kontol monster.. ahh" ucap Nanda yang sudah menaruk kontol milik Petruk di ambang pintu kenikmatannya
"Iya Mbak" jawab Petruk yang tak sabar karena dari tadi ia merasakan sensasi baru dari wanita yang baru pula
"Hekkkhhh.. ehhh" erang Nanda yang perlahan memakan kontol Petruk dengan memeknya
Petruk yang merasakan cengkraman kuat di kontolnya mengekpresikan kenikmatannya dengan meringis dan meremas pantat dan paha dekat tangannya.
Nanda yang dicengkram pahanya makin gila karena memeknya makin membalas perlakuan kasar Petruk dengan makin kencang otot memeknya.
Bagi Petruk itu adalah memek ternikmat dalam sejarah ia berbagi kasih dengan para wanita. Memek Heni yang sebelumnya ia pikir paling enak kini kalah oleh himpitan memek Nanda.
"Akhh perih banget" keluh Nanda saat ia merasa kontol itu sudah seluruhnya masuk.
Hanya dengan penetrasi saja sukses membuat Nanda dan Petruk merasa lelah karena perjuangan panjang.
"Mas enak ya?" tanya Intan
Petruk hanya mengangguk. Intan yang khawatir Petruk berpaling pada Nanda langsung melumat bibir Petruk.
Kecipak adu bibir santer terdengar dalam kamar itu.
Rani yang menonton di kursi sebelah ranjang hanya bisa menggigit bibirnya karena merasa dirinya sudah kalah telak dari Nanda dan tentu saja Intan. Ia sempat berpikir akan menjadi yang kedua saja, tapi kini Nanda memberikan kepuasan lebih.
*Ah jadi pembantunya juga gapapa lah asal kebagian kontol si Petruk* batin Rani
Perjalanan mereka sampai ibukota pun berakhir. Meski beberapa kali singgah untuk sekedar melepas hasrat dan istirahat, tak membuat mereka terlena dengan tujuan yaitu pulang.
Formasi mobil dan penumpangnya pun berubah. Kini Petruk bersama ketiga wanita yang menjadikannya sebagai sandaran birahi. Bak raja yang diiringi para selir, ia selalu ditempel ketiga wanita itu.
Kota besar yang menyilaukan sudah menghiasi jendela mobil. Ramai kendaraan pun memadati jalanan, sangat jauh berbeda dengan tempat asal Petruk.
Petruk yang hanya plonga-plongo karena baru pertama keluar kandang bagaikan kecil dihadapan gemerlap kota.
Intan yang sedang memegang setir terkadang melirik Petruk. Ia sangat senang suaminya berhasil ia bawa pulang. Namun bukan ke tempat orang tuanya, tentu saja ke apartemen miliknya. Dasarnya memang Intan sendiri jarang pulang sejak ia kuliah. Meski rumahnya masih di kawasan kota besar itu, ia kurang cocok jika berada di rumah. Rumah baginya hanya menambah penat. Ia merasa lebih bebas tinggal sendiri.
Ia berencana untuk menginap di apartemen sampai yakin sanggup menghadapi orang tuanya. Meski ia tergolong pemberani, tapi Intan masih punya rasa hormat terhadap orang yang lebih tua. Terlebih jika umurnya terpaut jauh darinya.
Malam itu Intan merencanakan pesta selamat datang untuk Petruk. Tentu saja kegiatan seksual, apalagi sih. Tidak mungkin mencekoki Petruk minum, memang ia ingin sedikit minum tapi ia masih ingat betul Petruk yang brutal menghajar Bu Carik setelah ia sedikit tersadar dari mabuknya. Ia sendiri ngeri jika sendirian menghadapi Petruk. Maka dari itu ia mengajak Rani dan Nanda menginap juga. Takut Petruk tak sengaja ikut minum saat ia tak mengawasi.
-
Malam yang panjang mereka habiskan berempat. Rani dan Intan sampai teler entah karena minum atau Petruk yang iseng menghajar keduanya secara membabi buta. Sedangkan Nanda, Petruk memperlakukannya mesra. Karena Nanda tak ikut pesta miras bersama Intan dan Rani. Nanda pula lah yang masih memperlakukan Petruk dengan lembut meski ia binal jika sudah on fire.
-
"Mas tadi malam kamu apain aku? Kok memekku linu banget" keluh Rani yang sedang menikmati sisa efek alkohol. Ia bangun pagi tak seperti kedua wanita yang lain.
"Mbak kan minta dipuaskan" jawab Petruk
Meski merasa aneh memeknya pegal, Rani malah merasa puas ketika sedikit ingatan samar terbayang di benaknya.
"Hmm.. Mas, kalau aku jadi istrimu juga gimana?" tanya Rani mencoba peruntungan.
"Tanya dengan Intan saja Mbak" jawab Petruk. Ia tak serakah!
Petruk pagi itu sedang menahan kebiasaan pagi bagi pria. Ya ngaceng pagi hari. Terlebih disana masih ada tiga wanita yang bertelanjang. Meski Rani sudah bangun dan pergi ke toilet tapi ia masih belum memakai pakaiannya.
Rani malah berharap jika pagi itu ia mendapat pelajaran private dari Petruk selagi Intan dan Nanda masih tidur.
Dengan masih mencoba peruntungan Rani kembali menggoda. Ia duduk di pangkuan Petruk. Ia ingin merasakan melayani Petruk, bukan sebagai pemain tambahan.
"Eh keras Mas" ucapnya saat sadar yang ia harapkan malah sudah sedikit terpenuhi.
Ia elus batang keras itu dari luar celana. Rani menengadah memandang reaksi Petruk, namun itu terlihat seakan memohon.
"Yakin mbak?" tanya Petruk
Rani yang harapannya kali ini terpenuhi melakukan SOP yang ia tahu dalam hal memuaskan pasangan. Ia kali ini menggunakan jurus yang Nanda peragakan selama ini. Jilatan dan ciuman pada kontol hitam milik Petruk ia lakukan dengan telaten. Pelan tapi meninggalkan kesan.
"Mas enak ya?" tanya Intan
Petruk hanya mengangguk. Intan yang khawatir Petruk berpaling pada Nanda langsung melumat bibir Petruk.
Kecipak adu bibir santer terdengar dalam kamar itu.
Rani yang menonton di kursi sebelah ranjang hanya bisa menggigit bibirnya karena merasa dirinya sudah kalah telak dari Nanda dan tentu saja Intan. Ia sempat berpikir akan menjadi yang kedua saja, tapi kini Nanda memberikan kepuasan lebih.
*Ah jadi pembantunya juga gapapa lah asal kebagian kontol si Petruk* batin Rani
Perjalanan mereka sampai ibukota pun berakhir. Meski beberapa kali singgah untuk sekedar melepas hasrat dan istirahat, tak membuat mereka terlena dengan tujuan yaitu pulang.
Formasi mobil dan penumpangnya pun berubah. Kini Petruk bersama ketiga wanita yang menjadikannya sebagai sandaran birahi. Bak raja yang diiringi para selir, ia selalu ditempel ketiga wanita itu.
Kota besar yang menyilaukan sudah menghiasi jendela mobil. Ramai kendaraan pun memadati jalanan, sangat jauh berbeda dengan tempat asal Petruk.
Petruk yang hanya plonga-plongo karena baru pertama keluar kandang bagaikan kecil dihadapan gemerlap kota.
Intan yang sedang memegang setir terkadang melirik Petruk. Ia sangat senang suaminya berhasil ia bawa pulang. Namun bukan ke tempat orang tuanya, tentu saja ke apartemen miliknya. Dasarnya memang Intan sendiri jarang pulang sejak ia kuliah. Meski rumahnya masih di kawasan kota besar itu, ia kurang cocok jika berada di rumah. Rumah baginya hanya menambah penat. Ia merasa lebih bebas tinggal sendiri.
Ia berencana untuk menginap di apartemen sampai yakin sanggup menghadapi orang tuanya. Meski ia tergolong pemberani, tapi Intan masih punya rasa hormat terhadap orang yang lebih tua. Terlebih jika umurnya terpaut jauh darinya.
Malam itu Intan merencanakan pesta selamat datang untuk Petruk. Tentu saja kegiatan seksual, apalagi sih. Tidak mungkin mencekoki Petruk minum, memang ia ingin sedikit minum tapi ia masih ingat betul Petruk yang brutal menghajar Bu Carik setelah ia sedikit tersadar dari mabuknya. Ia sendiri ngeri jika sendirian menghadapi Petruk. Maka dari itu ia mengajak Rani dan Nanda menginap juga. Takut Petruk tak sengaja ikut minum saat ia tak mengawasi.
-
Malam yang panjang mereka habiskan berempat. Rani dan Intan sampai teler entah karena minum atau Petruk yang iseng menghajar keduanya secara membabi buta. Sedangkan Nanda, Petruk memperlakukannya mesra. Karena Nanda tak ikut pesta miras bersama Intan dan Rani. Nanda pula lah yang masih memperlakukan Petruk dengan lembut meski ia binal jika sudah on fire.
-
"Mas tadi malam kamu apain aku? Kok memekku linu banget" keluh Rani yang sedang menikmati sisa efek alkohol. Ia bangun pagi tak seperti kedua wanita yang lain.
"Mbak kan minta dipuaskan" jawab Petruk
Meski merasa aneh memeknya pegal, Rani malah merasa puas ketika sedikit ingatan samar terbayang di benaknya.
"Hmm.. Mas, kalau aku jadi istrimu juga gimana?" tanya Rani mencoba peruntungan.
"Tanya dengan Intan saja Mbak" jawab Petruk. Ia tak serakah!
Petruk pagi itu sedang menahan kebiasaan pagi bagi pria. Ya ngaceng pagi hari. Terlebih disana masih ada tiga wanita yang bertelanjang. Meski Rani sudah bangun dan pergi ke toilet tapi ia masih belum memakai pakaiannya.
Rani malah berharap jika pagi itu ia mendapat pelajaran private dari Petruk selagi Intan dan Nanda masih tidur.
Dengan masih mencoba peruntungan Rani kembali menggoda. Ia duduk di pangkuan Petruk. Ia ingin merasakan melayani Petruk, bukan sebagai pemain tambahan.
"Eh keras Mas" ucapnya saat sadar yang ia harapkan malah sudah sedikit terpenuhi.
Ia elus batang keras itu dari luar celana. Rani menengadah memandang reaksi Petruk, namun itu terlihat seakan memohon.
"Yakin mbak?" tanya Petruk
Rani yang harapannya kali ini terpenuhi melakukan SOP yang ia tahu dalam hal memuaskan pasangan. Ia kali ini menggunakan jurus yang Nanda peragakan selama ini. Jilatan dan ciuman pada kontol hitam milik Petruk ia lakukan dengan telaten. Pelan tapi meninggalkan kesan.
"Akhh okhh akkhhh" suara-suara desah dan erangan keduanya
Nanda terbangun karena suara desahan dan erangan Rani dan Petruk. Ia melihat Petruk memperlakukan Rani tak seperti biasanya. Pagi itu yang ia melihat Petruk dengan sosok romantis menaklukan cinta Rani.
*Mas Petruk kuat banget. Mana romantis pula. Tadi malam saja semua dibuat lemas, ini pagi-pagi sudah ngentot lagi. Andai aku jadi Intan, beruntung banget dia* batin Nanda yang menonton aksi panas Rani dan Petruk di sofa.
Saat Petruk menusuk dari belakang dengan satu kaki Rani Petruk angkat, Nanda ingat betul semalam juga dia mendapat gaya itu dari Petruk. Bahkan ia digendong dengan selangkangan yang terus beradu.
Meski tak mabuk, muka Nanda memerah karena ingat sebegitu halusnya Petruk memperlakukan dia tadi malam. Nanda kasmaran!!!
Nanda bangun lalu ke kamar mandi. Ia kencing lalu mencuci memeknya sendiri. Ia berharap akan mendapat giliran juga saat Rani sudah selesai.
BERSAMBUNG...
Kentongan Jumboku Yang disayangi banyak Wanita 4
Nanda terbangun karena suara desahan dan erangan Rani dan Petruk. Ia melihat Petruk memperlakukan Rani tak seperti biasanya. Pagi itu yang ia melihat Petruk dengan sosok romantis menaklukan cinta Rani.
*Mas Petruk kuat banget. Mana romantis pula. Tadi malam saja semua dibuat lemas, ini pagi-pagi sudah ngentot lagi. Andai aku jadi Intan, beruntung banget dia* batin Nanda yang menonton aksi panas Rani dan Petruk di sofa.
Saat Petruk menusuk dari belakang dengan satu kaki Rani Petruk angkat, Nanda ingat betul semalam juga dia mendapat gaya itu dari Petruk. Bahkan ia digendong dengan selangkangan yang terus beradu.
Meski tak mabuk, muka Nanda memerah karena ingat sebegitu halusnya Petruk memperlakukan dia tadi malam. Nanda kasmaran!!!
Nanda bangun lalu ke kamar mandi. Ia kencing lalu mencuci memeknya sendiri. Ia berharap akan mendapat giliran juga saat Rani sudah selesai.
BERSAMBUNG...
Kentongan Jumboku Yang disayangi banyak Wanita 4
Klik Nomor untuk lanjutannya