Cerita Dewasa - Lastri di kerjain Juragan S-1

stw selingkuh colmek vcs
Lastri


Diceritakan tentang kisah tentang hubungan terlarang antara sepasang pria dan wanita yang berawal dari keterpaksaan namun berlanjut menjadi sebuah penghkhianatan cinta yang berbalut nafsu. 

Kisah ini di mulai dari sebuah desa kecil di pelosok kabupaten yang terletak di wilayah pegunungan sewu yang terbentang sepanjang pantai selatan yogyakarta, jawa tengah hingga bagian barat jawa timur. Lastri seorang wanita paruh baya yang sehari hari bekerja sebagai pedagang pasar tradisional tidak jauh dari desanya. Lastri mempunyai seorang suami dan satu orang anak perempuan. Sang suami bernama Aris, setiap hari dia bekerja sebagai sopir truk. Truk yang dia bawa mengangkut material pasir dari gunung merapi untuk disetorkan ke proyek di kabupaten kota sekitarnya. Sedangkan anak perempuannya, Anis, sudah menikah dan tinggal bersama sang suami di kota tempat sang suami bekerja.

Diusianya yang sudah tidak bisa lagi dibilang muda Lastri masih menyimpan kecantikan yang tak pernah pudar. Dulu sewaktu masih muda banyak yang ingin meminangnya sebagai istri. Entah itu pemuda desa tetangganya, duda beranak tiga ataupun juragan yang sudah beristri dua. Namun Aris lah yang beruntung berhasil memiliki Lastri seutuhnya. 

Dan lebih dari dua puluh tahun semenjak pernikahannya, hal ini masih tidak berubah, masih banyak pria yang menggoda Lastri, ada yang sekedar bercanda namun ada pula yang benar benar ingin mendekatinya. Namun semua itu Lastri tolak atas dasar kesetiaan dan cinta kepada sang suami. Meskipun iming iming uang di tengah kehidupan ekonominya yang serba pas-pasan kadang terdengar jadi alasan pembenaran orang orang untuk mempengaruhinya.

"bune, aku berangkat dulu ya? Ini mau ambil pasir trus di setor ke proyek tol yo" pamit sang suami

"iyo pakne, ati ati. Tapi besok pulang tho?" jawab Lastri

"ndak bune, aku harus ambil 3 rit soalnya sudah pesenan dari sana. Mungkin besok paling cepet seminggu lagi baru pulang lagi"

"o.. ya sudah, ati-ati yo pakne"

Lastri melepas kepergian sang suami bersama truk yang menjadi tumpuan hidup mereka. Setelah itu Lastri segera kembali masuk ke dalam rumah sederhananya. Dia harus segera bersiap untuk ke pasar. Hari ini "hari pasaran" dia menyiapkan dagangan lebih banyak dari biasanya. Dia memasukkan tempe yang menjadi dagangannya ke dalam keranjang dagangan. 

Ya Lastri adalah pembuat sekaligus penjual tempe. Sehari hari Lastri membuat tempe dan menjualnya di pasar. Tempe yang di bungkus daun jati khas dari desanya itu selalu terjual habis tiap kali Lastri ke pasar. Penghasilan dari membuat tempe lumayan untuk membantu ekonomi keluarga yang bertumpu pada pekerjaan suaminya. Meskipun serba pas-pasan Lastri selalu bersyukur dengan segara rezeki dari yang maha kuasa.

"mau ke pasar mbakyu? Nanti tolong aku disisain tempenya lima ya" sapa Nining, tetangga depan rumahnya

"iya mbakyu, di rumah masih ada sisa 10 bungkus, duluan ya sudah kesiangan ini" jawab Lastri sembari berjalan menyusuri jalanan desanya.

Sepanjang perjalanan Lastri bertemu banyak orang, entah itu karyawan pabrik yang baru pulang shift malam, petani yang mau ke ladang maupun anak-anak yang akan berangkat sekolah. Sepanjang perjalanan pula Lastri selalu menyapa setiap orang yang di temuinya, karena hampir setiap hari melewati jalan yang sama maka sudah pasti banyak orang yang mengenalnya. 

Selain penampilannya yang menarik, sifat ramah dan gemrapyak inilah yang mungkin membuat orang-orang lebih suka membeli tempe padanya. Namun Lastri juga sadar di balik sapaan ramah dari laki-laki yang di temuinya tersimpan nafsu yang terpancar dari pandangan mereka.

Keadaan Lastri yang berjalan sambil menggendong keranjang anyaman bambu di punggungnya dengan kain selendang membuat kedua buah dadanya menjadi menonjol. Buah dadanya yang memang ukurannnya cukup montok (tobrut) tertekan pada bagian belahannya oleh tali selendang sehingga membuat baju yang dia pakai sedikit terlihat ketat. 

Lastri sebenarnya sudah lama merasa risih dan berusaha sedikit menutupi buah dadanya dari pandangan lelaki mesum dengan jilbab yang dia pakai. Namun nyatanya jilbab yang dia pakai tetap tidak mampu menyembunyikan gundukan toketnya yang montok itu.

Sesampainya di pasar, Lastri langsung menata dagangannya. Belum selesai dia menata dagangan sudah beberapa pelanggan antri untuk mendapatkan tempe buatannya. Dengan ramah dan sabar Lastri melayani pembelinya satu persatu. Tempe yang tadi memenuhi keranjangnya hanya tersisa beberapa puluh buah saja. Lastri kembali optimis hari ini dagangannya akan habis. 

Namun tiba tiba di tengah kesibukannya melayani pembeli, Nining tetangga depan rumahnya datang dengan tergesa.

"walah mbakyu, kalau mau ambil tempe pesenannya di rumah saja. Ini sudah pas buat yang antri" kata Lastri

"mboten (tidak) mbakyu. Aku kesini mau ngabari kalau di rumah njenengan (kamu) kedatangan polisi" jawab Nining

Mendengar hal itu Lastri berubah menjadi panik. Ada apa gerangan dengan kedatangan polisi di ruamhnya.

"lho memangnya ada apa tho?" jawab Lastri sambil buru-buru memasukkan tempe yang di tunggu pembelinya ke dalam plastik.

"Aku juga ndak tau. Yang pasti mereka tadi mencari mbakyu" jawab Nining sambil ikut membantu Lastri memasukkan tempe pesanan ke dalam plastik.

Setelah selesai melayani pembeli Lastri segera membereskan sisa dagangannya. Dia harus segera pulang karena perasaannya menjadi tidak enak sejak Nining datang mengabari kabar perihal kedatangan polisi di rumahnya.

"ayo mbakyu, aku bawa motor" kata Nining

Dengan menaiki sepeda motor matik dengan membonceng Nining, Lastri kembali ke rumah. Sepanjang perjalanan perasaannya menjadi tidak menentu. Ketika memasuki jalanan desanya dari kejauhan terlihat sebuah mobil pick up putih parkir di depan rumahnya. Ternyata mobil dengan lampu strobo di atasnya itu dari satuan lalu lintas polres terlihat dari logo DIRLANTAS serta tulisan satuan lalu lintas di sampingnya. 

Dengan tergesa-gesa Lastri segera berjalan menyusuri halaman rumahnya dan dua orang petugas kepolisian menyambutnya.

"selamat siang, apa benar ini rumah pak Aris susanto?" kata salah satu petugas

"iya benar, aku istrinya, ada apa ya pak?" jawab Lastri

"begini bu, suami ibu mengalami kecelakaan lalu lintas dan saat ini sudah di bawa ke RSUD"

"ya gustiiiiii" jawab Lastri sambil menangis. 

Hampir saja Lastri ambruk jika tidak di tahan oleh petugas yang lain

"terus keadaannya bagaimana pak?" tanya Nining yang sudah berada di sampingnya

"keadaan pak Aris saat ini kritis dan sedang dirawat di UGD. Mari ibu ikut kami ke rumah sakit segera"

"ya sudah mbakyu langsung ke rumah sakit saja, biar rumahmu aku yang urus" kata Nining

"terima kasih (terima kasih) ya mbakyu" kata Lastri sambil menaiki pick up double cabin itu.

===X=X===

Sesampainya di rumah sakit, Lastri beserta kedua polisi disambut oleh dokter yang menangani Aris, suaminya.

"ini keluarga pak Aris susanto" kata dokter tersebut

"benar aku istrinya pak"

"begini bu, suami ibu harus segera dioperasi karena ada cedera pada pahanya. Jika tidak segera dilakukan akan ditakutkan akan terjadi kelumpuhan karena kerusakan saraf"

"baik pak dokter, tolong lakukan apa saja untuk suami saya"

"kalau begitu mohon ibu ikut suster ini untuk mengurus administrasinya"

Lastri segera mengikuti perawat tersebut ke kantor administrasi. Di tengah perjalanan Lastri bertemu Nining yang sudah menyusul bersama anak pertamanya. Nining menyusruh Lastri segera ke ruang administrasi agar suaminya segera bisa dioperasi dan dia beserta anaknya akan menunggu berjaga di depan ruang UGD tempat suaminya di rawat.

"tolong ktp beserta kartu jamninan kesehatannya bisa aku pinjam sebentar bu"

"ini mbak" kata Lastri sambil menyerahkan ktp beserta kartu jaminan kesehatan milik suaminya

Setelah mengisi data formulir dan segala kelengkapannya petugas administrasi kembali.

"begini bu, kartu jamkes suami ibu hanya menutupi biaya perawatan dan obat suami ibu sedangkan untuk operasi tidak ter-cover seluruhnya. Jadi masih ada kekurangan kekurangan 25 juta"

"jadi gimana bu" tanya Lastri cemas

"suami ibu tetap akan dioperasi namun kekurangan 25 juta harus segera dilunasi 2 hari lagi agar suami ibu segera bisa mendapat perawatan pasca operasi"

"terima kasih bu" kata Lastri keluar kantor sambil membawa kertas tagihan rumah sakit.

masalahnya bertambah dia harus mendapat uang 25 juta dalam dua hari. Dia menemui Nining dan menceritakan masalah ini. Nining bisa meminjami uang namun hanya ada simpanan 5 juta di rumah. Lastri ingin meminjam ke bank namun prosesnya tidak akan selesai dalam waktu 2 hari. Lastri juga menelepon anaknya mengabari keadaan bapaknya. Dia menyuruh anaknya segera menyusul ke rumah sakit menunggu Aris. 

Akhirnya Nining menyuruh anaknya pulang mengantar Lastri untuk istirahat sebentar dan menyiapakan baju ganti serta perlengkapan suaminya di rumah sakit.
Sesampainya di rumah Lastri segera menyaiapkan keperluan suaminya di rumah sakit. Dia juga pergi ke tetangga untuk meminjam uang. Ia mendapatkan tambahan pinjaman meskipun hanya sebesar 3 juta. Dia harus segera mencari kekurangan uangnya segera. 

Kemudian dia teringat Sastro, juragan pemilik truk yang di bawa suaminya. Lastri berpikir pask Sastro pasti dapat membantunya. Dengan berjalan kaki Lastri menuju rumah Sastro sambil membawa sertifikat rumah sebagai jaminan,rumah Sastro adalah rumah joglo besar di ujung desa.

"tok tok tok" Lastri mengetuk pintu

"yo sebentar" sahut suara dalam rumah

"eh nduk Lastri, lho kok ndak di rumah sakit?"

"aku habis dari rumah sakit dan ini pulang dulu untuk ambil perlengkapan untuk mas Aris"

"lha trus kesini ada apa nduk?"

"begini pak aku kesini mau cari pinjaman uang?"

"wah gimana ya nduk? Bukannya ndak ada uang. Aku ini habis dari satlantas ngurus truk, truk ku rusak ndak bisa jalan. Udah untung aku ndak minta ganti rugi sama suamimu. Eh ini kamu malah mau pinjam duit"

"tolong pak, tolong aku, aku harus segera membayar tagihan ruamh sakit" kata Lastri sambil meneteskan air mata

"ya sudah aku pinjami uang, tapi ada saratnya harus ada jaminan"

"ini pak aku bawa sertifikat rumah sebagai jaminan"

"dan satu lagi nduk, kamu harus mau melayani aku"

Lastri terkejut mendengar kata-kata itu dari mulut Sastro. Lelaki tua itu berani-beraninya meminta Lastri untuk melayaninya.

"apa maksud pak Sastro?" jawab Lastri dengan marah

"lho ndak usah marah-marah. Kalo ndak mau ya ndak apa-apa. Tapi kamu tahu kan kalau pinjam ke bank prosesnya lama dan nilai rumahmu pun tidak akan cukup untuk sebagai jaminan"

Lastri hanya terdiam bingung menghadapai hal ini. Di satu sisi dia terdesak kebutuhan namun di sisi lain dia diminta untuk melayani tua bangka ini. Pergulatan batin terjadi dalam dirinya dia tidak ingin kehormatannya sebagai istri direnggut orang namun dia juga tidak ingin terjadi apa-apa denga suaminya.

"gimana? Setuju?"

Lastri hanya mengangguk pelan.

"sekarang kamu duduk sini dulu" kata Sastro sambil menepuk kursi panjang yang didudukinya.

Lastri hanya menurut saja dia berpindah dan duduk tepat di samping Sastro. Sastro merangkul Lastri. Dia membelai kepala Lastri dari balik jilbab coklat yang dia pakai. Lalu tangannya yang lain melepaskan ikatan sarung yang dipakainya sambil terus merangkul Lastri yang ada di sebelah kanannya semakin erat. 

Lastri terkejut melihat Sastro melepas sarung dan melihat penis hitam miliknya. Meski Sastro bertubuh pendek dan kecil, namun tidak dengan penisnya. Penis itu masih belum tegang namun ukurannnya sama dengan ukuran penis suaminya yang sudah tegang. Bahkan penis Sastro lebih gemuk dari pada milik suaminya.

"nah, sekarang kamu kocok dulu nduk" kata Sastro menunjukkan penis hitam yang sewarna dengan kulitnya itu.

Dengan ragu-ragu Lastri memegang penis Sastro. Dia merasakan penis itu dalam genggamannnya. Dia tidak mengerti bagaimana mungkin dia sampai rela memegang penis yang bukan milik suaminya itu. Penis milik lelaki tua bangka yang tega melakukan semua ini diatas kesusahannya. 

Awalnya dia ragu-ragu untuk mengocok penis Sastro. Namun setelah Sastro membimbing tangannnya untuk mengocok lebih cepat dia sudah agak terbiasa. Dia terkejut melihat penis Sastro menjadi lebih besar dan tegang. Dia juga mulai merasakan panasnya penis Sastro.

"gimana nduk besar tho?" tanya Sastro tanpa jawaban dari Lastri

"lebih besar mana dari punya suamimu hah? Hahahha" kata Sastro sudah mulai seenaknya.

tangan Sastro juga meremas-remas buah dada Lastri dari luar bajunya. Dia juga tiba-tiba dengan paksa mencium bibir Lastri.

"mmhhh" gumam Lastri berusaha melepaskan ciuman Sastro

"uph, haaahhh, jangan pak mhhh.."

Namun bukannya berhenti Sastro semakin kuat menciumnya. Lidahnya masuk kedalam mulut Lastri, membelit dan menghisap lidah lstri. Air liur mereka bercampur dalam mulut mereka. Begitu juga tangan Sastro semakin kasar meremas buah dada Lastri. Puas bermain dengan buah dada Lastri tangan Sastro mulai mengelus-elus selangkangan Lastri tetap sambil berciuman.

"ss... sudah pak mhhh"

Tanpa menghiraukan protes Lastri, tangan Sastro lebih berani. Tangan kanannya masuk kedalam rok Lastri. Jarinya menggosok-gosok vagina Lastri dari balik celana dalamnya.

"jangan pak ahmmm"

"jangan kok basah gini haahahaha"

Dia berusaha tidak menikmati perlakuan Sastro. Dia berusaha menahan gejolak birahi dalam tubuhnya namun semua itu sia-sia.

"sudah nduk nikamti saja"

Sastro menunutun Lastri berjongkok dihadapannya. Penisnya yang tadi lemas sudah tegang sempurna. Dia memegangi kepala Lastri dan mengarahkannya agar menghisap penisnya

"ayo nduk diemut kontolku" Sastro mulai berbicara kotor

"duh nduk enak emutanmu, sing tambah cepet"

Bahkan meskipun merasa bersalah terhadap suaminya karena mau melayani Sastro. Lastri semakin cepat menghisap penis Sastro seperti yang diperintahkan. Bahkan Lastri sempat berpikir bagaimana jika sampai penis besar nan panjang ini masuk dalam vaginanya.

"surpp... surp"

"uwohhh, enak nduk.. enak.. pinter ya kamu ngemut kontolku, suka ya? Hahahha"

Entah mengapa Lastri mulai menikmati mengoral penis Sastro. Apalagi penis Sastro semakin lama semakin keras dan panas.

"woohhh, wis (sudah) nduk.. aku wis ra tahan, sekarang kamu nungging dulu"

Setelah Lastri berbalik memunggungi Sastro. Dengan paksa Sastro melucuti celana dalam Lastri. Vagina yang selama lebih dari 20 tahun perkawinan hanya pernah dilihat suaminya bebas terlihat oleh Sastro.

"pak jangan, aku mau mengoral bapak sampai keluar tapi jangan dimasukin pak"

"apa? Wong sudah basah gini buktinya kamu masih ngomong gitu?"

Dengan sengaja Sastro memasukkan dua jarinya kedalam vagina Lastri

"ahhh hemm" suara desahan Lastri merasakan sentuhan jari Sastro

"wah, nduk suaramu itu menggairahkan, kamu sudah pengen ya? Sabar.."

Sastro mengahrahkan penisnya ke vagina Lastri yang sudah menungging membelakangi Sastro dan tubuhnya bertumpu pada sandaran kursi.

"kamu pengen ini kan nduk?" kata Sastro sambil mendorong penisnya memasuki vagina Lastri

"ehhh enak nduk tempik seret"

Saking besarnya penis Sastro vagina Lastri terasa penuh dan terbuka lebar tanpa menyisakan ruangan. Dengan lembut Sastro muali menggenjot Lastri. Pada saat itu sensasi nikmat yang belum pernah Lastri rasakan menjalar keseluruh tubuhnya.

"mmahhh. pak ohhh besar banget pakkk"

"gimana enakk to" kata Sastro sambil terus menggenjot Lastri

Sastro menggerakkan pinggulnya dengan lebih cepat. Batangnnya seperti piston beradu dengan vagina Lastri. Kepala penisnya yang membengkak itu menggosok bagian dalam vagian Lastri.

"gimana enak to?"

Lastri tidak mengatakan apapun. Tapi tubuhnya merespon dengan semakin ikut menggoyangkan pinggulnya. Buah dada Lastri berguncang hebat seiring hantaman penis Sastro. Tangan Sastro meraih bauh dadanya dan bermain dengan kedua puting susunya.

"pak aku mau keluar pakk... Ahhh"

"jangan ditahan, aku akan membuat kamu keluar berkali kali nduk dengan kontolku ini"

"kuahhh, aku keluar.. pak aku keluarr.." Lastri klimaks sambil masih menggoyangkan tubuhnya.

Meskipun Lastri sudah orgasme sekali Sastro tetap menghujamkan penisnya tanpa ampun. Dia bahkan belum menunjukkan tanda-tanda akan keluar. Sastro merubah posisi mereka. Lastri bersandar pada kursi sedangkan Sastro menyetubuhinya dari depan. Tangan Sastro kembali bermain pada buah dada Lastri. Mereka terus dalam posisi ini selama beberpa menit hingga akhirnya

"ahh.. ahh.. ahhku mau keluar lagi pak"

"tahan nduk aku juga mau keluar. Kita keluar bareng" kata Sastro sambil mempercepat genjotannnya

"uohhh... ahh.." mereka keluar bersama-sama. 

Crot..!! Crot..!! Crot..!! 

Lastri merasakan sensasi sperma panas Sastro mengalir dalam vaginanya.

Sastro melepas penisnya dari vagina Lastri dan lelehan sperma dalam jumlah banyak langsung keluar dari vagina Lastri. Lastri hanya tergolek lemah tak berdaya setelah dihantam kenikamtan bertubi-tubi oleh Sastro.

"wahh. Sory nduk, hahaaa,.. udah ndak apa-apa nanti kalau kamu sampai hamil bilang aja ini anaknya Aris hahahaa"

Setelah puas menggarap Lastri Sastro masuk ke kamar, lalu kembali dengan dua tumpuk uang seratus ribuan.

"ini uang 20 juta kamu bawa" sambil menyerahkan uang itu pada Lastri

"kalau kamu butuh uang lagi, tinggal kesini saja nanti bisa diatur hahaha" sambungnya

===X=X===
Sudah seminggu sejak operasi suami Lastri. Hari ini Lastri sendirian menjaga Aris suaminya, setelah 2 hari sebelumnya Anis dan suaminya menjaga Aris. Pagi itu Lastri selesai menyuapi sarapan suaminya tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.

Tok.. Tok.. Tok..

"permisi" terdengar suara dari luar ruangan diikuti dengan terbukanya pintu.

Betapa terkejutnya Lastri melihat sosok yang masuk ke kamarnya itu.

"wah pak Sastro" sambut Aris dari atas tempat tidur sambil berusaha duduk.

"udah-udah kamu tidur saja biar cepet sembuh" sambil menyalami Aris dan Lastri.

Lastri tidak menyangka Sastro akan datang menjenguk suaminya. Dia merasa tidak enak apalagi setelah kejadian waktu itu di rumah Sastro.

"gimana ris sudah baikan?"

"alhamdulillah sudah pak, sudah agak lumayan"

"kemarin yang kena apanya ris"

"ini pak paha kanan bagian dalam" jawab Aris sambil menunjukkan bekas operasi yang masih terbungkus perban.

"wah nyaris yo ris? Kalo meleset sedikit saja bisa bahaya itu hahahaha" canda Sastro merujuk pada kondisi cedera yang hampir mengenai alat kelamin Aris. 

Aris pun juga menanggapi guyonan itu dengan tawa. Lastri merasa kasihan pada Aris karena dia tidak tahu apa yang telah orang tua bangka ini pada istrinya seminggu yang lalu.

Tiba-tiba Aris duduk diatas tempat tidurnya "bune. Tolong.. aku mau mandi dulu"

Lastri segera beranjak dari duduknya untuk membantu Aris berdiri dengan tongkat. Sastro pun juga ikut membantu. Dia memapah Aris dari sisi kanan dan Lastri dari sebelah kiri. Mereka berjalan pelan menuju kamar mandi. 

Ketika sedang bersama-sama memapah suaminya ke kamar mandi Lastri merasa tangan kiri Sastro meremar-remas pantatnya. Dia hanya diam saja atas perlakuan Sastro karena keadaannya saat itu. Dia hanya tidak habis pikir bagaimana mungkin orang tua seperti dia berani melecehakan istri orang tepat disamping suaminya sendiri.

Setelah Aris masuk ke kamar mandi, tinggalah Lastri dan Sastro berdua dalam kamar.


"gimana nduk kamu nggak kangen sama ini?" kata Sastro menunjukkan penisnya yang tegang sudah keluar dari celananya.

"jangan kurang ajar ya pak? Suami aku ada di dalam"

"trus kenapa? Wong jalan aja nggak bisa hahaha" jawab Sastro dengan entengnya 

"ingat ya kamu punya hutang denganku dan sertifikat rumahmu ada padaku"

Mendengar ancaman itu Lastri menjadi kaget.

"udah kesini cepat" kata Sastro 

"sekarang emut kontolku nduk"

Tak berdaya melawan perintah Sastro, Lastri hanya jongkok dan mulai mengulum penis Sastro. 

Disaat suaminya yang sedang sakit berada dalam kamar mandi, Lastri di ruangan lain sedang mengulum penis milik orang lain. Dia bingung bagaiman dia bisa melepaskan diri dari jeratan Sastro. Sastro memegangi kepala Lastri menginstruksikan agar semakin cepat memberi service Blowjobnya.

Setelah puas dioral Lastri Sastro menarik Lastri keatas tempat tidur. Tanpa melepas pakaian yang dipakai Lastri, Sastro menurunkan celana dalam Lastri. Dia langsung mengarahkan penisnya kedalam vagina Lastri. Dia menggenjot Lastri dengan liar dalam posisi Lastri terlentang. Dia begitu bringas dan kesetanan seperti kuda jantan yang sedang menyetubuhi betinanya setelah lama tidak mendapat pelampiasan. 

Tempat tidur besi yang seharusnya menjadi tempat Aris menjalani proses pemulihan berubah menjadi arena pemuasan nafsu Lastri dan Sastro. Lastri yang awalnya menolak ikut menggerakkkan pinggulnya keatasa kebawah.

Ranjang besi itu bergoyang-goyang dan suara kulit yang beradu memenuhi salah satu rauangan di rsud itu. Lastri hanya bisa mendesah tertahan takut suaminya mendengar suaranya. Lastri masih merasa penuh di dalam vaginanya meskipun minggu lalu penis yang sama sudah mengobok-obok vaginanya. 

Sastro mulai melucuti baju Lastri dia melepas blouse dan bh yang dipakai. Lastri yang hanya memakai jilbab dan rok yang bahkan tidak menutupi vaginannya hanya pasrah ketika Sastro mulai menghisap pentil payudaranya. Dia seperti bayi besar yang sedang menyusu sambil menyetubuhinya.

Karena takut suara desahannya terdengar Lastri menutup mulutnya dengan kedua tangan. Melihat hal itu Sastro semakin menggila menggenjot Lastri

"ahhhppp hhhmm" suara Lastri tertahan. 

Setelah orgasme menyerang dirinya. Tiba-tiba di tengah-tengah asik bersenggama mereka berdua dikagetkan suara Aris dari dalam kamar mandi

"bune, tolong ini aku sudah selesai"

Sastro meletakkan jari telunjuknya di depan mulut menyuruh Lastri diam saja.

"sebentar ris, istrimu sedang keluar" jawab Sastro berbohong

"o.. iya pak, nanti kalo sudah balik tolong suruh membawakan pakaian ganti ke kamar mandi"

"yooo"

"terima kasih pak"

Kembali Lastri dan Sastro melanjutkan persetubuhan mereka yang sempat terhenti.

"pak aku mau keluahhr" bisik Lastri

"kita keluar bareng-bareng ya"

Lalu tubuh kedua insan itu menengang bersama. 

Serr... Serr... Serr...  

Crot..!! Crot..!! Crot..!!

Sastro kembali menumpahkan sperma kental yang selama seminggu tidak dia keluarkan dalam vagina Lastri. Setelah istirahat sebentar Lastri segera beranjak untuk memakai pakaian. Namun ketika dia akan memakai pakaian dalamnya, Sastro merebutnya dari tangannya.

"lansung pakai bajumu ndak usah pakai ini"

"tapi pak... " belum selesai protes Lastri

"udah cepet, suamimu udah nunggun lama tuh di kamar mandi"

Lastri yang panik langsung memakai baju tanpa pakaian dalam. Lalu dia membawakan pakaian bersih dan masuk ke kamar mandi.

"bune, kok lama kemana sih?"

"maaf pakne tadi baru keluar ke toko beli sabun. Udah ini bajunya dipakai" kata Lastri sambil menyerahkan baju ganti untuk suaminya.

Ketika sedang ganti baju. Aris menyadari sesuatu, lampu kamar mandi yang terang membuat payudara Lastri yang tidak ditutupi bh menerawang

"bune ndak pake beha to?"

Lastri terkejut "i..iya pakne, soalnya semua pakaian dalamku habis semua di cuci"

"lha ini kalo pak Sastro lihat bahaya" kata Aris bercanda sambil menyentuh pentil Lastri dengan telunjuknya

"hus. Pakne jangan bercanda ah"

Segera setelah selesai, dengan dibantu Sastro dan Lastri, Aris kembali ke atas tempat tidur. Dia tidak menyadari bahwa istrinya baru saja selesai disetubuhi oleh Sastro di tempat yang sama, yang ia tidur saat ini.

"yaudah ris, aku balik dulu"

"kok buru-buru pak"

"biar kamu bisa istirahat, dan besok kalo mau pulang telpon saja nanti tak jemput"

"wah terima kasih pak, jadi ngrepotin"

"wis rapopo sing penting cepet sembuh"

Hari ini adalah kepulangan Aris dari rumah sakit. 

Setelah menyelesaikan urusan administrasi Lastri segera membereskan perlengkapan yang dia bawa dari rumah. Jam menunjukkan pukul setengah lima sore, namun belum ada tanda-tanda kedatangan Sastro. Seperti janjinya kemarin Sastro akan bersedia menjemput Aris dan Lastri dari rumah sakit. Aris merasa berterima kasih sekali pada Sastro atas kebaikannya apalagi dia merasa bertanggung jawab atas keadaan truk Sastro yang dia bawa hingga seperti saat ini. Belum lagi atas bantuan pinjaman uang untuk pengobatan dirinya sampai sembuh dia merasa beruntung punya bos seperti Sastro.

Namun tidak halnya dengan Lastri, Lastri merasa ada sesuatu dibalik kebaikan Sastro apalagi melihat yang telah terjadi selama ini sudah dua kali Sastro berhasil menyetubuhinya bahkan yang terkahir terjadi di ruangan tempat suaminya di rawat saat suaminya sedang di kamar mandi.

"sudah pak kita cari omprengan saja, mungkin pak Sastro nya ndak bisa"

"sabar tho bu, ini pak Sastro sms sudah sampai pasar kota" balas Aris

"ya sudah"

Lima belas menit kemudian Sastro datang sendirian.

"gimana ris, sudah siap pulang" tanya Sastro

"sudah pak.. sudah bosen di ruamh sakit hahaha"

"ya sudah. Sekarang kamu nunggu sini dulu. Aku mau pinjem kursi roda dulu biar enak kesananya"

Setelah beberapa saat pergi Sastro dan kembali dengan seorang perawat dengan sebuah kursi roda. Aris segera dipapah untuk duduk di kursi roda.

"sudah semuanya. Ndak ada yang ketinggalan?" tanya Sastro sambil mengangkat tas berisi pakaian.

Satu persatu mereka keluar dari ruangan tempat Aris selama beberapa minngu ini dirawat. Lorong-lorong rumah sakit mereka lalui hingga akhirnya sampai di pintu utama rumah sakit. Mereka berjalan menyeberangi area parkir. 

Terlihat cr-v warna putih milik Sastro sudah menunggu dibawah pohon angsana. 

Mobil melaju menyusuri jalanan kota yang baru saja diguyur hujan. Dalam perjalanan pulang Sastro selalu memperhatikan Lastri dari pantulan kaca. Lastri yang tahu Sastro sedang memperhatikannya sepanjang perjalanan hanya mendiamkannya dan memilih mengarahkan pandangannnya ke luar jendela samping. 

Tak terasa perjalanan mulai memasuki jalanan berbukit dengan pepohonan lebat dipinggir jalan. Perjalanan kurang lebih satu jam itu berakhir ketika mobil Sastro memasuki halaman rumah Lastri.

"wis tekan" kata Sastro

Mereka segera turun dari mobil. Beberapa tetangga juga mulai berdatangan untuk membantu. Ada yang membukakan pintu, ada yang langsung membawakan tas, bahkan beberapa ada yang membawa plastik kresek yang entah apa isinya dan ada yang masuk ke dapur untuk menyiapkan suguhan untuk tamu yang mulai datang. Aris dipapah oleh Sastro dan pak heru (suami Nining) sedangkan Lastri hanya mengikuti dari belakang sampai masuk ke dalam kamar.

"udah kamu istirahat" kata pak heru sesaat setealah Aris direbahkan ke kasur.

"terima kasih ya pak Sastro, pak heru, selama aku di rumah sakit sudah banyak ngrepotin bapak-bapak" sahut Aris

"wis, rasah dipikir, sing penting kamu sehat cepet sembuh" timpal Sastro

"betul itu ris, sudah sepantasnya sebagai tetangga kita harus tolong-menolong" kata seorang tetangga

Sore itu banyak tetangga yang berdatangan untuk menjenguk. Beberapa ada yang belum sempat menjenguk sewaktu di rumah sakit namun ada juga yang sudah ke rumah sakit dan tetap datang menjenguk lagi ketika di rumah. Mereka pun datang tidak dengan tangan kosong, ada yang membawa teh, kopi, gula, sembako, atau sekedar membawa amplop berisi uang. 

Inilah yang membuat Lastri bersyukur. Meskipun baru saja terkena musibah namun banyak kerabat dan tetangga bahkan langganan tempe Lastri yang cukup jauh rumahanya menyempatkan datang untuk memberikan bantuan secara materiil dan moril untuk keluarga mereka.

Saat sedang mengeluarkan barang-barang dari dalam tas Lastri berkata 

"aduh pak, aku lupa buat nebus obat di apotik tadi"

"wah, gimana to bune? Tadi kan pas perjalanan pulang seharusnya bisa mampir dulu ke apotik" jawaba Aris

"ya wong namanya lupa gimana lagi, trus ini gimana pakne?"

"nanti nyuruh Anis sama suaminya buat beli dulu ke apotik sebelum kesini"

"yaa ndak bisa to pakne, wong harus pake resep dokter, trus Anis sama suaminya juga baru datang besok"

"ya sudah belinya besok saja sekalian"

"lha trus pakne ndak minum obat malam ini, jangan ah, sudah tak minta tolong bu Nining buat nganter ke apotik"

Lastri segera memanggil Nining masuk ke dalam kamar

"begini lho bu, aku itu lupa beli obat, padahal obatnya bapak dari rumah sakit sudah ada yang habis"

"trus gimana mbakyu" jawab Nining

"maaf sebelumnya mau ngrepotin bu Nining, boleh ndak aku dianter ke apotik sekarang?"

"wah, motornya baru dipake pakne (suaminya si heru), baru saja berangkat, lagian hujannya turun lagi gini lho"

"ada apa tho ini? Ada apa?" tiba-tiba suara Sastro mengagetkan dari belakang

"ini lho pak, mbak Lastri ini lupa belum nebus obat di apotik" jawab Nining

"iya, tho nduk?"

"iya, pak obatnya sudah ada yang habis" jawab Lastri dengan perasaan tidak enak setelah kedatangan Sastro

"ya sudah, sekarang tak anter mumpung belum kemaleman"

"ndak usah pak, ndak usah, terima kasih" tolak Lastri segera

"ndak papa mbakyu, biar dianter pak Sastro saja lagian hujannya sudah mulai tambah deres lho" kata Nining

Dengan terpaksa Lastri meneriam tawaran Sastro, memang obat untuk suaminya harus di beli sekarang. Namun karena tawaran mengantar itu justru datang dari Sastro Lastri menjadi merasa tidak enak, bukannya tidak enak karena sudah terlalu merepotkan, tapi tidak enak karena ada sesuatu dibalik tawaran dari Sastro itu.

"pakne, aku mau ke apotik dulu dianter sama pak Sastro"

"iya, bune, ati-ati, terima kasih ya pak sudah ngrepotin lagi" kata Aris

"ndak usah dipikir, sudah kamu istirhat saja" jawab Sastro

Lastri berangkat ke apotik dengan mobil Sastro setelah sebelumnya berapamitan kepada beberapa tetangga yang masih ada dirumahnya. Langit di luar sudah gelap, hujan juga semakin lebat. Jam ditangan pak satro menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Mereka segera masuk ke dalam mobil yang sejak tadi terpakir rapi di halaman rumah Lastri. Mesin mobil segera dihidupkan dan Sastro memasukkan transmisi otomatis mobil itu. Mobil berputar dihalaman rumah sebelum akhirnya keluar menyusuri jalanan desa.

Belum juga keluar dari kawasan desa tangan kiri Sastro sudah mulai nakal meraba paha Lastri

"jangan pak jangan" Lastri terpojok

"sudah diam saja" bentak Sastro

Sambil menyetir, tangan kiri Sastro meraih tangan kanan Lastri dan menuntunnya ke arah selangkangannya.

"dielus-elus nduk" pintanya

Dengan perlahan Sastro membimbing Lastri mengelus-elus gundukan yang masih terbungkus celana itu.

"kamu suka kan sama kontolku ini" kata Sastro menggoda 

"tempik mu pasti gatel kan sudah berhari-hari tidak di sodok kontolku"

Lastri hanya diam saja, namun tangannya masih mengelus-elus penis Sastro.

"sekarang dibuka nduk celana ku"

Dengan terpaksa Lastri menurunkan ritsleting celana Sastro dan tanpa disuruh langsung membebaskan penis Sastro dari sangkarnya

"wah sudah mulai pinter kamu nduk, ayo cepet ndang diemut"

Bagaikan anak-anak muda dalam film biru Sastro sedang dioral oleh Lastri sambil menyetir mobil. Posisi panel transmisi mobil yang agak mepet ke dasboard membuat mereka semakin mudah melakukan perbuatan cabul itu dalam keadaan mobil berjalan.

"sruppp mhhh" 

Lastri yang sudah terbiasa mengemut penis Sastro, mulai menikmati penis dalam mulutnya itu. Dia memaju mundurkan kepalanya sambil menghisap-hisap penis itu kuat-kuat.

"wah ehnaakkk nduk ehnakk" kata Sastro yang mulai tidak konsentrasi menyetir.

Untung saja keadaan saat itu sepi sehingga meskipun beberapa kali mobil yang mereka tumpangi melanggar jalur pembatas tidak sampai mengakibatkan kecelakaan. Mobil melaju mulai memasuki jalanan kota hampir 30 menit pak sasstro dioral oleh Lastri. karena jalanan sudah lebih landai, tangan kiri Sastro mulai mengerayangi tubuh Lastri.

"udah nduk, sekarang kamu kocok pake tanganmu saja" perintah Sastro 

"dan angakat bajumu keatas" lanjutnya

Lastri menuruti semua perintah Sastro. Kaos lengan panjang yang dipakai Lastri sudah naik keatas buah dadanya. BH yang dia pakai sudah acak-acakan tidak mampu menutupi buah dada besar miliknya yang sedang diremas-remas oleh Sastro.

"aduh nduk tetekmu mantep, besar sekali nduk" kata Sastro 

"sudah berapa orang yang sering pegang tetekmu ini nduk? Haha"

Lastri hanya diam saja tak menanggapi godaan Sastro namun tetap sambil mengocok penis Sastro. Hampir 10 menit dikocok Sastro segera menepikan mobilnya di depan sebuah toko yang sudah tutup tanpa mematiakn mesin
"aku mau keluar nduk, cepet nduk kontolku diemut lagi" kata Sastro sambil menarik kepala Lastri yang masih tertutup jilbab kearah penisnya.

Crottt!! Crottt!! Crottt!! 

Semburan sperma memnuhi rongga mulut Lastri. sperma laki-laki yang bukan milik Aris memenuhi mulutnya. Namun Sastro tak membiarkan kontolnya lepas dari mulut Lastri.

"disedot nduk, disedot semua sampai bersih" kata Sastro sambil menekan kepala Lastri di Kontolnya

"jangan sampai ada yang netes" lanjutnya

Hampir 2 menit Lastri menyedot-nyedot Kontol Sastro setelah rudal itu memuntahkan sperma dalam mulutnya hingga tetes sperma terakhir keluar seiring kembali lemasnya penis Sastro.

"tampung di mulutmu dulu nduk, jangan ditelan dan jangan sampai muntah keluar, coba tak lihat dulu mulutmu"

Lastri hanya mendongakkan kepala sambil membuka mulutnya. Dia menjaga agar sperma Sastro tidak sampai menetes keluar mulutnya, Namun tetap saja peju Sastro yang over itu merembes keluar hingga jatuh membasahi jilbab dan baju yang dia pakai. Sastro meraih gagang disamping tempat duduk Lastri. Dia menurunkan posisi sandaran kursi Lastri hingga posisi nyaris berbaring. Lastri tidak harus mendongak namun tetap membuka mulutnya lebar-lebar.

Tangan Sastro menurunkan celana Lastri. Lastri pun secara otomatis mengangkat sedikit pantatanya agar mempermudah Sastro melepas celananya. Lalu celana dalam Lastri juga di pelorot sampai ke lutut. Dengan 2 jari Sastro menyolek sperma miliknya yang tertampung dalam mulut Lastri. 

Lastri diam saja, pasrah meneriam perlakuan Sastro. Dua jari yang sudah terlumuri sperma itu segera dipakai mengocok vagina Lastri. Vagian lastri semakin basah karena cairan vagina yang becampur sperma Sastro. Begitu terus menerus selama beberapa menit sampai semua sperma di dalam mulut lastri habis tanpa Lastri mengalami orgasme. Puas bermain Sastro berhenti bermain-main dengan tubuh Lastri dan melajukan kembali mobilnya.

"mau cari apotik dimana nduk" tanya Sastro

"terserah njenegan (anda) pak" jawab Lastri sekenanya menahan nafsu

Lastri hanya tergolek lemas diatas kursi selama mobil menyusuri jalanan kota untuk mencari apotik. Namun tidak satupun apotik yang ditemuai masih buka. Selama perjalanan tadi jari-jari tangan Lastri menggosok-gosk vaginanya sendiri. Dia masih tanggung karena belum sempat keluar sejak Sastro mengocok vaginanya dengan kedua jarinya. Sastro yang menyadari hal ini menjadi terangsang kembali.

"kenapa nduk? Belum puas?" tanya Sastro menggoda

Terkejut atas pertanyaan itu Lastri segera menarik tangannya. Sastro kembali menepikan mobilnya tanpa mematikan mesin sehingg AC tetap nyala dan hanya mematikan lampu depan. Dia menurunkan sandaran kursinya lalu bergerak pindah ke kursi belakang. Lastri diam saja bingung melihat hal ini.

Dikursi belakang Sastro melepas sabuk dan hak celananya dan memelorotkan hingga kelutut. Karena tidak memakai celana dalam penis pak satro terpampang bebas.

"kalo belum puas sini nduk"

Lastri terkejut dan hanya diam saja. Pergolakan batin terjadi dalam dirinya disatu sisi harga diri sebagai wanita bersuami tengah dipertaruhkan dan disisi lain tawaran Sastro untuk memuaskan dirinya bagai oase ditengah padang pasir.

"udah sini ndak usah malu-malu" kat Sastro 

"aku tahu kamu pengen kontolku to nduk?"

Pergolakan dalam diri Lastri semakin memuncak namun kali ini akal logikanya sudah kalah dengan nafsu yang tak tertahan dalam dirinya. Dia berpindah kebelakang dan langsung duduk diatas penis besar Sastro. penis itu kembali memasuki vaginanya untuk ketiga kalinya. 

Namun kali ini Sastro hanya diam saja. Dia sama sekali menggerakkan tubuhnya. Dengan terpaksa Lastri yang harus aktif kali ini. Keadaaan sudah berbalik kemarin Sastro harus sedikit memaksa Lastri, namun kali ini Lastri dengan liar bergoyang-goyang diatas pangkuan pak Sastro dengan penis tertanam dalam vaginanya.

"ahhh hemm ahhh" desahan Lastri memenuhi mobil

"gimana nduk enak tho? Makanya mulai sekarang ndak usah malu-malu, apalagi sekarang keadaan suamimu seperti itu, aku siap kok menjadi suamimu sementara hahahaha"

Tangan pak Sastro melucuti semua pakaian Lastri, baju yang tadi hanya terangkat dan BH acak-acakan tadi sudah tergeletak di latai kabin mobil. Sastro memakaikan kembali jilbab yang tadi sempat terlepas saat meloloskan kaos lengan panjang dari kepala Lastri. 

Penampilan Lastri bagaikan pelacur binal yang memakai jilbab bergoyang-goyang diatas penis Sastro.

Sastro yang tadi sudah keluar menjadi tearngsang kembali. Kepalanya sudah menelusup dari belakang dibawah ketiak Lastri untuk menyusu pada payudara montok Lastri. Dia sedikit menyibakkan jilbab yang menutupi buah dada Lastri sambil mulai menggenjot Lastri dari bawah. 

Sastro memegang buah dada Lastri dan memasukkan puntingnya dalam mulutnya seakan-akan ingin menyusu padanya.

"ahh pak ennnnak pakkk" racau Lastri mulai menggila 

"hisap terus pak"

Merasa disemangati Sastro semakin bersemangat menyusu pada buah dada kanan Lastri. Tangan kirinya juga menarik-narik dan memelintir pentil kiri Lastri. Acara ke apotik yang sejak awal direncanakan berubah menjadi ajang mobil goyang. 

Lastri melihat pantulan dirinya yang bugil dengan jilbab di kepalanya dari kaca depan mobil sedang degenjot oleh lelaki yang lebih pantas dia panggil sebagai ayah.

"nduk, aku mau keluar nduk" kata Sastro

"aku juga pak"

"kita keluar bersama sama"

"ahhkkhhh..." teriakan mereka berdua memenuhi kabin mobil itu.

Crott... !! Serr..!! Crooott.. Seeerrr.. 

Paks Sastro kembali menumpahkan spermanya yang di sambut oleh cairan kenikmatan dari dalam vagina Lastri.

Dan yang lebih gila ada beberapa anak muda yang sedang berjalan tepat ditrotoar disamping mobil. Untung saja mobil itu kedap suara dan kacanya gelap sehingga resiko ketahuan kecil.

Lastri dan Sastro terengah-engah setelah memadu kasih. Mereka masih mengatur nafas dan mengumpulkan tenaga dengan penis Sastro masih tertancap dalam vagina Lastri. Sastro mencium bibir Lastri, Lastripun menyambutnya dengan belitan lidahnya. Mereka berciuman lama. Keringat membanjiri tubuh mereka, hembusan AC sepertinya tidak cukup meredakan panasnya persetubuhan mereka tadi.

Setelah puas, Sastro kembali ke kursi pengemudi dia menghidupkan lampu depan dan melajukan kembali mobil dalam keadaaan telanjang.

"gimana ini nduk? Ndak ada apotik yang buka?" tanya Sastro sambil memperhatikan kanan kiri jalan

"ya sudah pak, kita pulang saja" jawab Lastri lemas dengan lelehan sperma keluar dari vaginanya.

"kamu sih keasikan tadi jadi apotiknya sudah tutup semua, hahahah" kembali Sastro menggoda Lastri.

Baru melaju beberapa kilo Sastro menepikan mobilnya kembali dia mematikan mesin didepan sebuah minimarket yang didepannya banyak anak muda nongkrong.

"kita beli minum dulu disini" kata Sastro 

"pakai bajumu tapi ndak usah pake celana dalam sama BH" lanjutnya

"tapi pak... "

"sudah ndak usah pakai tapi tapian" potong Sastro

Lastri hanya menuruti perintah Sastro. Untuk kedua kalinya Sastro meminta dia tidak memakai pakaian dalam. Namun kali ini keadaannya berbeda, dia akan masuk ke minimarket yang penuh pengunjung dan yang lebih gawat lagi dia hanya memakai kaos tanpa beha. Buah dada Lastri yang besar dihiasi pentil itu pun tercetak dikaos lengan panjang yang dia pakai.

Sastro turun lebih dulu dari mobil lalu diikuti Lastri yang turun dari pintu belakang. Sastro segera merangkul pinggang Lastri layakanya suami istri. Sedangkan Lastri sibuk menutupi buah dadanya yang tercetak jelas dikaosnya.

Pemuda yang sedang nongkrong itu mulai memperhatikan mereka. Perbedaan umur antara Lastri dan Sastro yang berjalan mesra masuk kedalam minimarket menarik perhatian mereka. Di dalam minimarket mereka mengambil minuman dari dalam lemari pendingin, lalu membeli beberapa snack dan roti.

Sastro menyuruh lstri yang membawa semua belanjaan untuk segera antri di kasir sementara dia masih melihat lihat dalam box es krim. Ketika belanjaan mereka mulai dihtung Sastro mulai mendekat ke kasir sambil membawa 2 cone es krim. Tanpa diduga tiba-tiba Sastro dengan suara setenagh berteriak

"nduk, beli kondom sekalian ya, itu yang merah saja, kamu tahu ukurannya juga.."

Semua yang ada dalam minimarket itu terkejut terutama Lastri. Kasir, karyawan yang sedang mengecek barang serta beberapa pengunjung juga ikut menoleh pada Lastri.

Lastri semakin malu menyadari bahwa kasir didepannya dari tadi memperhatikan tonjolan puting buah dada yang nyemplak tercetak jelas di kaosnya akibat tidak tertutupi BH. Belum hilang rasa terkejut Lastri, tiba-tiba dengan suara sedikit menggoda kasir bertanya

"kondomnya jadi sekalian bu?" tanya kasir

"ii... iya mas" jawab Lastri gugup

"yang mana bu? Ukurannya apa?"

"itu yang warna merah. Yang paling besar aja mas"

Betapa malunya Lastri menjawab pertanyaan pertanyaan itu. Meskipun tidak ada yang tahu siapa dia namun membeli kondom, minuman, dan beberapa snack seperti menandakan bahwa dia adalah wanita panggilan yang akan dipakai lelaki tua bangka yang kaya raya.

Sastro cuek aja dan mengambil dompet dan mengambil beberapa lembar lima puluh ribuan dan meyerahkannya ke kasir.
Setelah itu mereka segera keluar dari minimarket menuju mobil. Dalam perjalanan ke mobil sempat terdengar di teleinga Lastri beberapa pemuda berkata

"wah, jebule (ternyata) lonte" ucap salah satu pemuda

"hahah,.. kirain wanita baik baik jebule bisa dipake mbah-mbah" sahut temannya

"iya bro, pakai jilbab tapi susune gede ngecap (toketnya besar nyemplak) di kaos lagi, pentile cumokot tenan (putingnya gemesin banget)"

"alah kamu make juga mau kan"

"kayak kamu nggak aja hahahahha"

Kata-kata yang dilontarkan para pemuda itu semakin memperjelas status Lastri sebagai wanita murahan dia tidak lebih sebagai pelacur.

Namun tidak menggubris kata-kata mereka, Lastri langsung masuk dalam mobil, mereka segera kembali ke rumah. Dalam perjalanan mereka asik makan es krim dan juga masih sempat saling raba. Bahkan Sastro menaruh eskrim diatas penisnya lalu menyuruh Lastri menjilatinya sampai bersih.

Sesampainya di rumah, keadaan sudah sepi tinggal Nining yang sedang menonton tv di ruang depan. Sastro segera berpamitan pulang setelah sebelumnya sempat meremas buah dada Lastri yang tidak tertutupi BH. Jam dinding menunjukkan pukul 10 kurang 15 menit.

"gimana mbakyu dapet obatnya?" tanya Nining

"wah ndak bu, tadi sampai muter-muter tapi semua sudah tutup" jawab Lastri bohong

"oh gitu, yaudah itu mas Aris sudah tidur dari sejam yang lalu, aku pamit pulang dulu"

"iya bu Nining, makasih ya bantuannya"

Lastri melepas kepulangan tetangga depan rumahnya itu. Dia lalu menutup pintu rumah dan kembali mengingat-ingat kembali petualangan birahinya bersama Sastro serta membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.

===skip===
Pagi ini Lastri harus segera bersiap-siap ke pasar. dia harus berjualan tempe untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. semenjak kecelakaan yang dialami sang suami praktis Lastri sendiri yang menjadi tulang punggung keluarga.

Keadaan aris kian berangsur membaik. Aris sudah bisa berjalan sendiri meskipun dengan tongkat sebagai alat bantu berjalan. Lastri bisa sedikit tenang karena Anis (anaknya) juga berada di rumah. sudah 2 hari ini Anis tinggal bersama mereka untuk membantu menjaga dan merawat aris.

Sedangkan suaminya Anies (menantu Lastri dan Aris) yang bernama eko tidak dapat menemani karena harus bekerja. Eko ini bekerja di sebuah bengkel mobil. Setelah lulus STM dia langsung diterima disebuah bengkel resmi pabrikan mobil jepang di kotanya.

"nduk, ibuk berangkat dulu ya" kata Lastri

"ya bu. ngatos-atos ya (hati-hati ya)"

"nanti kalo bapakmu mau makan, sayurnya sudah ibu siapin diatas kompor"

"ya bu"

"oiya, nanti suamimu jadi kesini?"

"hari ini rencana mau kesini bu, tapi belum tau jam berapa"

Setelah itu Lastri segera berangkat ke pasar. Dia tidak membawa tempe banyak sehingga jam 8.30 dagangannya sudah habis. Lastri pulang dan sesekali berbelanja kebutuhan rumah dan kebutuhan membuat tempe.

Setelah Lastri berjalan kurang lebih setengah jam sampailah Lastri di rumahnya. Terlihat sebuah motor jupiter z biru terpakir di teras rumahnya, yang menurut sepengetahuannya motor itu milik eko.

"sepertinya nak eko sudah datang" batin Lastri

"nduk... nduk... buke pulang"

namun tidak ada satupun jawaban.

"pakne... thole ekoo" panggil Lastri ke seluruh penghuni rumah.

Namun masih tetap tidak ada satupun yang menjawab. Lastri akhirnya menuju kamarnya yang tertutup. perlahan dia buka pintu kamar tempat suaminya berada.

"pantes ndak ada yang jawab" batin Lastri melihat sang suami sedang tidur dengan tv yang masih menyala.

"namun kemana anis dan suaminya kira-kira" pikirnya sambil mematikan tv yang sedari tadi menyala tanpa ada yang menonton.

Dia pun segera keluar kamar dan menuju ke dapur. dia membawa belanjaan dalam keranjang. setelah meletakkan bawaannya, dia berjalan ke belakang ke arah kamar mandi yang terletak di pinggir sumur, terpisah dari rumah. baru saja keluar dari pintu dapur dia mendengar suara aneh.

"ahhhmmpphh... ayyoh.. mas terrus.. aahh.."

"terus massshhh, lebih kuat mhh.."

Telinga Lastri mendengar desahan suara wanita dari samping rumah. suara wanita yang tidak asing baginya. Perlahan Lastri mengikuti arah datangnya suara itu. pelan-pelan dia berjalan menyusuri jalanan tanah di belakang rumah. semakin dekat suara itu semakin jelas, hingga sampailah Lastri di dekat tiang kayu jati penyangga rumah. di pojok rumah, Lastri menghentikan langkahnya dan melongokkan kepala.

Terlihat anis anak perempuannya sedang berdiri dengan tangan bertumpu pada tumpukan kayu kering di belakangnya. gamisnya yang berwarna biru tua sudah terbuka bagian depannya menunjukkan payudara anis yang cukup besar. di depannya, eko, sang suami sedang berdiri dengan celana sudah jatuh sampai ke tanah, terlihat sedang menghisap kedua buah dada anis secara bergantian. tangan kanannya terlihat masuk di balik gamis anis yang sudah terangkat sampai ke pinggang.

"ah mas cepet masukin mas, aku udah ndak kuat" pinta anis

"iya dik, ini tahan ya.. sebentar"

"shhh... , ahh... " desis anis seiring eko memasukkan penisnya ke dalam vagina anis.

Centi demi centi penis itu masuk hingga tertanam seluruhnya dalam vagina anis.

"udah siap dik"

"iyyyaaa mas" kata anis sambil menggigit bibirnya

Perlahan eko mulai menggenjot anis. dia memaju mundurkan penisnya dengan mudah dalam vagina Anis. Tubuh Anis yang tadi bersandar ke belakang pada tumpukan kayu sudah berbalik dengan posisi membelakangi eko. tangan eko pun meremas-remas buah dada anis yang menggantung bebas dari belakang. kedua insan yang dipenuhi libido itu melakukan hubungan seks tanpa menyadari ada Lastri yang mengamati mereka sedari tadi.

Dan belum juga ada 5 menit bersenggama.

"ahhhkku mau keluar dikkk"

"ahh... "

Tubuh eko menengang menunjukkan dia sudah mencapai orgasme. eko mengeluarkan spermanya dalam rahim anis. selama hampir 2 menit eko terus menerus menyodok vagina anis hingga selesai orgasme. setelah mencabut penisnya terlihat lelehan sperma keluar dari vagina anis.

"hemmm, cepet banget cuma 5 menit" batin Lastri menyaksikan jalannya persetubuhan itu.

"penis eko juga tidak terlalu besar, jika dibandingkan milik suaminya, apa lagi jika dibandingkan dengan milik pak sas... " batin Lastri

Menyadari apa yang ada dalam batinnya Lastri langsung membuang jauh pikiran itu. sudah hampir dua minggu sejak kejadian malam itu, Sastro sudah tidak menyetubuhinya lagi. beberapa kali dia sempat datang ke rumah namun selalu ada anis atau Nining bersamanya, Sehingga Sastro mengurungkan niat kedatangannya untuk menyetubuhi Lastri.

Untuk sementara ini, Lastri bisa bebas dari gangguan Sastro, apalagi menurut informasi dari tetangga sudah seminggu ini Sastro tidak ada di rumah karena sedang mengunjungi anaknya di jakarta.

Lastri pun juga sudah berniat tidak akan lagi jatuh dalam jebakan Sastro. dia bahkan tidak mau berurusan lagi dengannya apapun alasannya.

Menyadari anis dan eko telah selesai bertempur, Lastri segera kembali ke dalam rumah. dengan langkah cepat dia melangkah ke ruang tengah dan duduk di kursi. Saat terdengar langkah kaki dari belakang rumahnya, lastri pura-pura baru pulang sambil merenggangkan tubuh seolah-olah capek baru pulang.

"lho bu`e sudah pulang tho" tanya anis sedikit terkejut.

Lalu anis salim mencium tangan Lastri dan diikuti sang suami juga bersalaman di belakangnya.

"sudah, baru saja sampai" jawab Lastri berbohong, sambil mengipas-ngipaskan lembaran koran ditangannya.

"lho, jam segini kok sudah pulang?" tanya eko was-was takut persetubuhannya dengan anis barusan di belakang rumah di ketahui sang ibu mertua.

"iya, tadi ibu ndak bawa dagangan banyak jadi bisa pulang cepet. lha kalian ini darimana tho? kok tadi ibu panggil-panggil tidak ada yang jawab" selidik Lastri

"eh annnu, iya, itu dari belakang lihat-lihat pohon kelapa, nyari degan (kelapa muda). lama ndak minum es degan bu" jawab anis sekenanya

"oh gitu... bapakmu sudah makan?"

"sudah bu. tadi setelah mandi bapak langsung dahar (makan). itu bapak nemebe sare (baru tidur)"

"yasudah, kalian nanti nginep sini kan?"

"wah, keliatannya ndak bisa bu. besok mas eko harus masuk pagi soalnya. paling nanti jam 4, kita pamit pulang. bu`e ndak apa-apa kan sendirian?"

"yo, ndak apa-apa, wong biasanya ibu juga cuma berdua sama bapakmu. apalagi sekarang bapakmu sudah bisa kemana-mana sendiri"

= skip =

Sore itu, setelah Lastri selesai membuat tempe, anis dan suaminya berpamitan pulang. dia mengantar mereka berdua sampai halaman rumah. langit sore itu terlihat gelap dan awan hitam pun terlihat menyala nyala akibat kilatan petir dari kejauhan. hujan sepertinya akan segera turun. setelah sepeda motor eko meninggalkan rumah Lastri, dia segera masuk kembali ke dalam rumah.

dia langsung menuju kamar tempat suaminya berada. Lastri melihat suaminya aris sedang menonton tv di kamar. sejak kepulangan suaminya dari rumah sakit, Lastri memindahkan satu satunya tv di rumah itu dalam kamar agar suaminya dapat menonton tv tanpa harus berjalan ke ruang tamu.

Lastri pun ikut duduk di kasur di samping kiri suaminya. sambil melipat jemuran kering, dia ikut menonton siaran tv. saat ditampilkan adegan dari sebuah sinetron india yang menampilkan dialog antar beberapa tokoh wanita dalam cerita. disela sela, menonton tv dan melipat pakaian kering, secara tidak sengaja Lastri melihat gundukan di sarung yang dipakai aris, tepat di atas selangkangannya.

"aduh. pakne iki nonton tv kok sampai burungnya berdiri gitu" kata Lastri menggoda.

"habis pemerannya cantik-cantik sih bune" balas aris bercanda

"oh jadi gitu? jadi ibu sudah ndak cantik lagi" tanya Lastri sambil pura pura marah.

Memang pemeran tokoh wanita dalam sinetron dari tanah hindustan itu memang cantik cantik. Terlebih lagi meskipun masih terlihat muda namun payudara mereka berukuran besar khas wanita asia selatan. terutama tokoh wanita yang berperan antagonis yang saat itu memakai pakaian khas india berwarna putih dengan potongan dada cukup rendah sehingga semakin menampilkan keseksian belahan payudaranya yang montok.

"ya ndaklah bune. kamu tetap yang paling cantik haahhaaa"

"alahhh. njenengan (anda/kamu) itu kok masih pinter gombal" jawab Lastri tertawa bahagia melihat senyum suaminya yang dulu sempat hilang, akibat kecelakaan.

"kalau gitu, dielus elus dong bune, cucak rowonya kasihan sudah lama gak disayang sayang tuh" kata aris sambil memberi kode.

Lastri pun teringat sudah sebulan lebih suaminya tidak bisa menjamah dirinya. dia pun merasa kasihan terhadap suaminya yang kurang terpenuhi kebutuhan ranjangnya semenjak kecelakaan itu. apalagi dulu sebelum kecelakaan, mereka rutin melakukan hubungan suami istri tiap aris pulang kerumah 3 hari sekali. setelah keadaan memungkinkan dan aris sendiri yang meminta, Lastri pun berniat memberi servis dan memuaskan hasrat sang suami.

"ya sudah. mana cucak rowonya?" kata Lastri menyebut penis sang suami

Lastri pun mengelus elus penis suaminya dari luar sarung. dia menggosok gosokkan jari lentiknya pada penis yang masih terbalut sarung itu. tangan aris pun tidak mau kalah, dan tangan kanannya sudah ikut berada di atas buah dada Lastri. jari jari tangannya meremas remas buah dada Lastri yang masih terbungkus pakaian.

"mhhh, tangannya pakne nakal ya" kata Lastri merasakan perlakuan aris pada buah dadanya

"ya gimana lagi bune. namanya sudah lama nggak megang. hiihi" jawab aris

"sini dong bu sambil rebahan di samping bapak" kata Aris sambil menepuk nepuk bantal di sampingnya.

"ya sudah" jawab Lastri sambil merebahkan tubuhnya di samping sang suami.

Lastri pun sudah berbaring di samping sang suami sambil tangannya perlahan lahan masuk ke dalam sarung aris yang tidak lagi terikat. penis suaminya mulai dia kocok perlahan.

"aduh bune ennnak banget" kata sang suami "lebih enak lagi kalo sambil nenen hihhi"

aris meminta menyusu pada istrinya itu. sebuah permintaan yang jarang dilakukan oleh suaminya sebelumnya.

"ahh. apaan sih bapak ini? sudah sepuh kok masih mau netek" jawab Lastri dengan nada penolakan.

Namun tangannya mulai membuka kancing depan daster yang dia pakai satu persatu.dia tetap memenuhi permintaan suaminya itu untuk mengobati rasa sedih suaminya selama ini. Lastri mengeluarkan salah satu buah dadanya dari balik BH putih berenda yang dia pakai. dia memegang pentil payudaranya diantara kedua jari telunjuk dan jari tengahnya. lalu mengarahkannya pada mulut suaminya seperti seorang ibu yang akan menyusui bayinya.

"ini pak, katanya mau netek" kata Lastri sambil menyodorkan puting hitam itu ke mulut suaminya

"mana... mana bu" aris sudah tidak sabar

Aris langsung mencaplok pentil payudara Lastri dengan mulutnya. tanpa aba baba dia menghisap kuat kuat pentil Lastri dalam mulutnya itu. dia memainkan pentil Lastri dengan gigi maupun lidahnya sehingga membuat Lastri mendesah menahan nikmat.

"shhh... ahh.. eemmhh.."

sementara itu Lastri masih mengocok penis aris dari dalam sarung.

"srupp creppp" suara hisapan aris saat menyusu pada pentil Lastri.

"aduhhh pakk aduuhhh enakk" racau Lastri mulai liar

mereka pun terus menerus saling memuaskan dalam posisi itu selama sepuluh menit hingga akhirnya.

"udah bune, bapak nggak kuat, masukin sekarang bune" perintah aris.

Tanpa menunggu lagi, Lastri yang juga sudah terangsang berat pun menuruti perintah sang suami. dia langsung berdiri mengangkang dihadapan sang suami yang terbaring diatas kasur. Lastri melucuti celana dalam yang dipakai sampai lepas.

lalu Lastri jongkok di atas selangkangan aris, menduduki penis aris dengan sedikit mengangkat daster yang dia pakai. perlahan namun pasti penis aris mulai masuk ke dalam vagina Lastri. vagina Lastri yang sudah basah kuyup akibat kegiatan menyusu aris tadi, semakin memudahkan jalannya penis itu masuk dalam sangkarnya.



"sssshhh" Lastri mendesis saat penis suaminya memasuki centi demi centi rongga vaginanya.

setelah penis aris masuk semua dan mendiamkan sebentar agar mendapat posisi yang pas, Lastri mulai bergerak menaik turunkan tubuhnya. keadaan suaminya yang belum sepenuhnya fit, membuat dia yang harus berinisiatif bergerak aktif menggoyankan tubuh. tubuh Lastri meliuk liuk diatas tubuh aris. arispun hanya bisa mengeram nikmat. buah dada Lastri yang besar bergoyang goyang bebas seiring dengan gerakan tubuhnya.

"ahh ehnnnnakkk buhkk" desis aris

namun Lastri merasakan sesuatu yang berbeda. dia merasa kenikmatan yang dia dapat sangat menggoyang penis suaminya tidak sama ketika dibandingkan penis Sastro. bahkan selama mulai berhubungan dengan suaminya tadi, justru Lastri terus terbayang bayang oleh Sastro. bahkan belum sampai lima menit menggoyang tiba tiba.

"ahhhnnnhhh"

"crettt creeett crett"

tiba tiba suaminya sudah sampai orgasme. aris memuntahkan lahar panasnya dalam vagina Lastri. namun Lastri masih tetap bergoyang sampai akhirnya dia dihentikan oleh suaminya

"aduhhh aduhhh, sudah bune, ngilu"

Lastripun paham dan mengehentikan gerakannya

"aduh bapak ini gimana to? kok mau keluar gak bilang bilang" protes Lastri sambil melepaskan penis lemas aris dari vaginanya.

"aku ndak tau, rasanya aku udah gak kuat gitu aja, mungkin pengaruh operasi kemarin" balas sang suami

Lastripun paham akan hal itu namun yang tidak bisa ditahan adalah perasaan tanggung karena belum mendapat sekalipun orgasme. sedangkan suaminya yang sudah keluar terpaksa menyudahi permainan mereka.

"tapi kok ya dikeluarin di dalem to pakne? kalo aku sampai hamil gimana?" tanya Lastri sambil mengeluarkan sperma dari vaginanya.

Lastri memang tidak pernah memakai KB untuk mencegah kehamilan karena selama berhubungan seks suaminya selalu berusaha mengeluarkan spermanya di luar vagina Lastri. apalagi umur Lastri yang menginjak 42 tahun hampir mencapai masa meapause, namun ketakutan sperma yang ditumpahkan aris dalam rahimnya akan membuatnya hamil tetap ada dalam dirinya.

"yasudah gak apa-apa,.. kalau pun bune hamil bisa buat rame-rame di rumah kita haha" kata aris sambil memcubit pinggang Lastri.

"ya sudah aku tak bersih bersih dulu" kata Lastri sembari bangkit dari kasur.

Setelah di kamar mandi, perasaan campur aduk Lastri karena orgasme tertahan yang belum dapat dia tuntaskan. namun bagimana lagi, dia tidak dapat memaksa suaminya untuk menuntaskan hasrat bersamanya. terlebih keadaan suaminya yang seperti itu. dia hanya bisa mencoba meredam mafsunya. mungkin guyuran air akan menghilangkan nafsu yang memuncak dalam dirinya batin Lastri sambil mengambil peralatan mandi.

Lastri mulai melepas pakaian yang menempel pada tubuhnya. lalu perlahan nampaklah kedua buah dadanya yang berukuran besar itu. bh berukuran 40b itu dia gantungkan pada gantungan paku yang ada dalam kamar mandi itu.

Melihat buah dadanya yang berukuran besar itu, dia menjadi teringat kejadian malam itu ketika dia dipaksa masuk ke dalam sebuah minimarket yang penuh dengan pengunjung, yang bahkan sebagian besar anak muda, tanpa menggunakan beha. buah dada besarnya yang berhiaskan pentil hitam diatasnya tercetak jelas di kaos lengan panjang yang dia pakai saat itu.

kejadian malam itu membuat Lastri kembali teringat oleh sosok Sastro. sosok yang selama ini telah merenggut kehormatannya sebagai istri. karena hal itu pula, sekelompok anak muda menyebutnya sebagai wanita murahan. namun entah kenapa hal itu membuatnya menjadi semakin terangsang. hingga tanpa ia sadari, jari jarinya sudah bermain di vaginanya yang basah akibat permainan tanggung dengan aris tadi.

"shhh... hemmhh.."

Perlahan Lastri menggosok-gosokkan jaritangan kirinya pada klitoris yang masih merah membengkak. tangan yang lainnya pun tidak tinggal diam untuk memainkan pentil payudranya.

"shh... ahh pak sastro... ohh"

Tanpa ia sadari, mulutnya menyebutkan nama yang ingin dia hindari dan lupakan dari pikirannya itu. Namun entah kenapa, dia justru menjadi merasa semakin terangsang mengingat perlakuan Sastro selama ini padanya. tidak butuh waktu lama sebelum dia mengalami orgasme. cairan kenikmatan muncrat dari vaginanya. orgasme hebat yang belum pernah ia alami sebelumnya ketika bermasturbasi.

= skip =

Jam menunjukkan pukul setengah delapan malam. langit sudah gelap setelah hampir dua jam hujan mengguyur desa tempat tinggal Lastri. setelah makan malam bersama suaminya, Lastri dan aris sedang bersantai di kamar sambil menonton siaran berita di televisi. ditengah tengah konsentrasi mereka pada berita di tv tiba tiba terdengar suara ketukan lalu diikuti salam di pintu depan.

"tok tok tok, permisi"

"bune, itu ada tamu" kata aris

"iya, siapa sih yang malam-malam begini datang ke rumah?"

"sudah, cepet di bukain ndak enak tamu kok di suruh nunggu lama lama"

"iya pakne, ini lagi pake kerudung dulu" jawab Lastri sambil membetulkan letak kerudung coklat yang dia pakai di depan kaca.

Lastri lalu berjalan menyeberangi ruang tengah hingga ke ruang tamu.

"tok tok tok, kula nuwun" suara ketuka pintu diiringi salam terdengar kembali.

"iyyaaa, sebentar" kata Lastri sambil berjalan terburu buru.

sesampainya di depan pintu Lastri lalu membuka selot kunci yang ada di atas pintu kayu jati itu. dan ketika dia membuka pintu...

"permisi" sapa lelaki berusia 30 tahunan dari luar

"eh. mas danang, silahkan masuk..."

Lastri terkejut atas kedatangan sosok lelaki muda di hadapannya ke rumahnya.

"silahkan masuk mas pinarak"

"ada perlu apa ya mas danang malem malem datang ke sini?"

"ndak kok bu, cuma mau nengok pak aris, katanya habis kecelakaan?"

"iya, sebulan yang lalu tapi sekarang sudah baikan" jawab Lastri

"siapa bune?" tanya aris dari dalam kamar

"ini mas danang dateng"

"oh mas danang to, sebentar mas"

Lastri lalu masuk kembali ke kamar meninggalkan tamunya sendirian. dia membantu suaminya untuk memakai pakaian yang sopan. setelah itu Lastri kembali keluar kamar sambil menuntun aris berjalan ke arah kursi. aris lalu menyalami tamunya itu.

" mas danang silahkan masuk" kata aris mempersilakan tamunya kembali duduk setelah bersalaman dengannya.

"aku tak ke dapur dulu yo pakne, mas danang ngersakne apa?"

"ah, ndak usah repot repot bu"

"ndak repot kok, aku bin teh sebentar ya" kata Lastri sambil beringsut ke arah dapur.

"gimana pak kabarnya?"

"sehat mas, alhamdulillah, sudah baikan"

"aku kemarin dikasih tau bapak kalau pak aris kecelakaan, yang mumpung aku pulang aku sempatin kesini dulu"

"wah, njenengan itu lho repot repot kesini, wong aku sudah ndak apa apa kok"

"ndak repot pak, lagian bapak sudah seperti keluarga sendiri"

sementara itu di dapur Lastri membuat teh panas untuk tamunya itu. selain itu dalam hatinya bertanya tanya perihal kedatangan tamunya itu. mas danang, nama tamunya iyu, tidak lain adalah putra terakhir Sastro.

ya benar Sastro. semenjak kejadian itu segala sesuatu yang berhubungan dengan Sastro membuat hatinya tidak enak.tidak terkecuali dengan kedatangan anaknya yang satu ini. dia tidak yakin tamunya itu kesini hanya untuk menjenguk suaminya, pasti ada sesuatu yang dia bawa seiring kedatangannya itu ke rumahnya.

tidak ingin dipusingkan hal itu, Lastri segera membawa nampan berisi tiga buah cangkir serta seduhan teh dalam poci bersamanya ke ruang tamu. segera dia meletakkan cangkir cangkir itu di atas meja dan menuangkan teh beserta gula batu di dalamnya.

"silakan mas, silahkan di minum mumpung masih panas" kata aris mempersilakan tamunya minum

"terima kasih pak" kata mas danang sambil menyeruput teh gula batu panas dari cangkirnya. setelah beberapa seruput dia meletakkan kembali cangkirnya lalu membuka pembicaraan lagi.

"pak aris, bu Lastri, selain menjenguk pak aris, ada maksud lain kedatangan aku ini"

"iya, ada apa mas" jawab aris

"jadi begini pak, bapak aku (pak Sastro), kan sudah tua. aku dan kakak aku khawatir jika beliau sendirian di desa. Maka dari itu, kemarin bapak aku ajak menginap di jakarta. aku tawari bapak untuk tinggal bersama kami di sana. Namun bapak menolak, ndak mau, ndak betah tinggal di kota katanya"

"jadi?" tanya Aris

"Niatnya kesini aku mau minta tolong. Aku kasihan liat bapak ngurusin rumah sebesar itu sendirian. Oleh karenanya aku minta bantuan pak Aris dan bu Lastri untuk merawat bapak selama kami tidak ada"
"ehhhm.. bagaimana ya mas danang, aku sendiri kondisinya begini?" jawab Aris sambil berpikir

"kalo soal uang lelah tidak usah khawatir, terserah njenengan, aku manut saja pak" tembak danang.

"bukan begitu maksudnya. Aku juga ndak bisa mutusin. ini terserah istri ku. gimana bu?"

Lastri bingung ternyata kedatangan mas danang ini untuk memintanya bekerja di rumah bapaknya. Entah kebetulan atau tidak, namun penawaran ini datang saat suaminya sedang kecelakaan. dan mengingat kejadian beberapa minggu yang lalu bekerja di rumah Sastro bukanlah ide yang baik untuknya saat ini.

"ya, kalau aku sih mau saja mas, tapi gimana ya? mas Aris kan keadaaanya juga baru seperti ini" kata Lastri

"Kalau bune yakin bisa.. udah gak papa.. aku juga sudah bisa ngapa-ngapain tho?" kata Aris

"selain itu bu Lastri tidak harus seharian di rumah, cukup pagi bersih-bersih dan memasak untuk bapak makan tiga kali. setelah itu terserah bu Lastri silakan pulang kalo sudah selesai semuanya. oiya kalo soal pakaian kotor bapak, terserah mau di cuci di rumah bapak atau disini terserah bu Lastri" tambah danang

"sudah bu ndak apa apa. kasian juga pak Sastro sudah sepuh" kata Aris.

Lastri merasa bimbang. Di satu sisi dia membutuhkan uang untuk hidup karena suaminya sedang tidak bekerja dan hasil jualan tempe selalu pas-pasan. untuk kebutuhan lain serta biaya kontrol suaminya dia hanya bisa menggantungkan dari pinjaman ke tetangga atau kiriman dari Anis. dia tidak ingin merepotkan siapa-siapa lagi.

Jika menerima tawaran itu, dia tahu konsekuensi bekerja di rumah Sastro tidak sederhana. perlakuan nakal Sastro pasti akan selalu membayangi selama dia berada di rumah itu. Aris yang mendukung penuh itu, tidak tahu kejadian kemarin, seandainya dia tahu sudah pasti dia tidak diijinkan untuk menerima pekerjaan itu juga.

"ya baiklah, aku mau mas" kara Lastri dengan berat hati.

"wah terima kasih bu Lastri, pak Aris. kalo begitu ini uang pembayaran selama 3 bulan kedepan. trus kalo bisa besok sudah bisa mulai soalnya pagi-pagi aku sudah harus kemabali ke jakarta" kata danang sambil mengeluarkan amplop coklat dari saku celananya

"kalo begitu aku pamit dulu, sudah malem" lanjut Danang setelah menaruh Amplop coklat di atas meja

"oiya, mas terima kasih ya mas" kata Aris

"harusnya aku yang terima kasih, oiya pak satu lagi tadi bapak pesen, kalau sudah sembuh truknya suruh di bawa lagi"

"oiya mas, wah aku benar-benar terima kasih sudah dibantu oleh keluarga mas"

Setelah kepulangan danang, Lastri kembali hantinya menjadi tidak karuan ketika dia melihat amplop coklat berisi uang yang tergeletak di atas meja. entah apa yang akan terjadi selanjutnya.

= Skip =

Malam itu Aris baru saja pulang dari mengantar pasir. Cahaya lampu truk Aris menyoroti gapura kayu, penanda jalan masuk ke desanya. Dia melihat jam di dasboard yang menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Setelah memarkirkan truk tunggangannya sehari-hari, dia segera masuk ke dalam rumah. 

Namun ada yang aneh, tidak biasanya rumahnya dibiarkan gelap seperti ini. Lampu ruang tamu dan ruang tengah tidak dinyalakan. Namun dari pintu depan terlihat lampu dapur sedang menyala.

"Mungkin Lastri sedang di dapur" pikirnya.

dia berjalan menyeberangi ruang tengah. Setelah mendekati dapur, dia mendengar suara terengah-engah bercampur desah.

"tidak salah lagi ini suara Lastri" pikirnya.

Namun yang menjadi pertanyaan,

"apa yang dilakukan Lastri malam-malam begini di dapur sambil mendesah pula, lalu suara yang lain itu milik siapa" batin Aris.

Perlahan lahan, Aris mengintip dari balik daun pintu. dia mencari cari posisi arah suara itu dari celah pintu. dia arahkan pandangannya ke seluruh dapur hingga akhirnya dia menemukan yang dia cari. Dan alangkah terkejutnya Aris melihat pemandangan itu.

Nafasnya tercekat, tubuhnya kaku tak bergerak, dan amarahnya perlahan naik dari dalam dirinya.

"ahh... hah... hah.. hahh.." desah Lastri

"apa-apaan ini?!" geram Aris dalam hati

"ohh... hemmmh... hah"

"suara ini, jangan jangan" batin Aris tertahan

Aris tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Lastri, sang istri, saat itu dalam keadaan telanjang bulat. dia bertumpu dengan kedua tangannya pada tiang kayu penyangga rumah. dari belakanh sepasang tangan meremas-remas toket besar milik Lastri. Jari-jari tangan itu sesekali memelintir dan menarik pentil hitam milik istrinya itu hingga menjadi tegang sempurna.

"ahhh... ahh.. ahhm... ahh"

kembali suara desahan istrinya memenuhi seluruh isi dapur.

"hahh.. enak remes terus tetekku mas"

Aris semakin penasaran. siapa sebenarnya sosok misterius yang oleh istrinya dipanggil "mas" itu.

"fuahh... hmmff" kembali suara desahan tertahan keluar dari mulut Lastri.

Dia baru menyadari sosok di belakang Lastri itu sedang menyetubuhinya dari belakang. terlihat paha sosok misterius yang Aris ya seorang laki-laki itu beradu dengan bongkahan pantat seksi milik Lastri.

"cepet mas ahhh cepet" kata Lastri kembali menyemangati sosok di belakangnya itu.

"ohhh... sodok silitku yang keras mas"

Lastri memberikan lubang anusnya untuk dimasuki penis orang lain.

"ahnhh... buat aku orgasme seperti kemarin mas"

Aris semakin marah ternyata bukan baru pertama kali ini Lastri di anal oleh orang lain. bagaimana mungkin, Lastri yang dia kenal setia itu melayani lelaki lain dengan menggunakan lubang anusnya. sesuatu yang dia sendiri, sebagai suami sah Lastri, bahkan belum pernah merasakannya.

"kamu suka nduk silitmu di sodok kontolku seperti ini?" tanya suara misterius itu pada Lastri.

"ahh... suka mas... ahh"

"kamu lebih suka mana, kontolku atau kontol suamimu?"

Lastri hanya diam menunduk, menahan nikmat.

"ayo jawab, kalo ndak jawab pertanyaanku pentilmu akan ku... " katanya sosok itu sambil menarik puting susu Lastri

"ahh... ahhkku lebih sshsuka kontolmu massh" jawab Lastri

"aku lebih suka silitku disodok dengan kontol besarmu mas... eahhh.ahhh..ah" tambah Lastri lagi.

"bagus, sekarang terima pejuhku ndukk... ahhh"

Crot.!! Crot.!! Crot.!! 

Semburan sperma itu memenuhi rongga anus Lastri. Saking banyaknya sperma yang dikeluarkan di anus Lastri, sampai-sampai sperma itu meleleh keluar membasahi paha mulus Lastri.

Di tengah tengah konsentrasi Aris menyaksikan perselingkuhan istrinya itu tiba tiba terdengar suara istrinya memanggil.

"mas Aris... .mas Aris... mas... "

"uwahh... .hah... hah... hah"

Aris bangun dengan gelagapan dan terduduk di atas tempat tidur. nafasnya terengah-engah. Lastri ada di sampingnya. dia baru sadar yang barusan dia alami itu hanya mimpi.

"aduhhh... maaf pakne sudah bikin kaget pakne" kata Lastri sambil duduk di samping Aris.

"oh.. ndak apa-apa bune"

"yasudah... ini sudah pagi. ayo bangun"

"fiuhhh... ndak mungkin Lastri berselingkuh" batin Aris lega.

= skip =

Pagi itu seisi rumah tengah bersiap dengan kesibukan masing masing. Aris hari ini sudah mulai membawa truk untuk mengangkut pasir lagi. sedangkan Lastri sudah genap 3 minggu bekerja di rumah Sastro.

Lastri sudah jarang ke pasar, tempe buatannya dia titipkan pada tetangganya yang juga berjualan sayur di pasar. karena kesibukannya mengurus Sastro dia hanya lima hari sekali ke pasar yaitu pada hari pasaran, itupun harus berangkat agak siang setelah menyelesaikan tugasnya di rumah Sastro.

"bune, aku berangkat dulu"

"iya pakne, ati-ati, ndak usah ngoyo-ngoyo dulu kalo masih ndak kuat dipake ngaso dulu" pesan Lastri pada suaminya.

"santai saja bune, ini sudah sehat kok" kata Aris sambil menepuk nepuk pundaknya.

"bune kenapa? kok pucet? apa kurang sehat" tanya Aris kepada Lastri yang nampak memikirkan sesuatu.

"ndak ada apa apa, sudah sana berangkat"

Lastri lalu mencium tangan suaminya lalu melepas kepergian Aris dari teras rumah. setelah truk yang dibawa Aris sudah hilang dari pandangan matanya. setelah itu dia segera berkemas kemas menyiapkan tempe sekaligus bersiap ke rumah Sastro.
sebenarnya hari inilah yang ditakuti Lastri selama ini, meskipun sudah 3 minggu bekerja di rumah Sastro, Lastri selalu bisa menghindar dari jeratan Sastro. namun itu semua bukan tanpa alasan, selama 3 minggu itu pula Aris ikut membantu dirinya membersihkan dan merawat rumah Sastro. sehingga Sastro agak mengendurkan niatnya untuk kembali menikmati tubuh Lastri. akan tetapi mulai hari ini, Lastri, seorang diri harus kembali ke rumah itu. tempat dimana tepat 7 minggu yang lalu Lastri terpaksa harus melayani nafsu bejat sang pemilik rumah, yang tidak lain adalah Sastro, karena terdesak kebutuhan uang untuk operasi suaminya.

perlahan setelah mengunci rumah Lastri berjalan menyusuri jalanan desanya.

"ini uangnya yang kemarin" kata bu karni, tetangga sekaligus penjual sayur di pasar tempat Lastri biasa berjualan.

"terima kasih,mabkyu, duluan ya"

setelah mampir sebentar di rumah tetangga yang dia biasa titipi tempe, dia kembali meneruskan langkah kakinya ke rumah Sastro. perasaannya menjadi tidak karuan memikirkan apa yang mungkin terjadi nanti.

akhirnya sampailah dia di depan pintu rumah bergaya joglo kuno itu. meskipun beraksitektur klasik namun material rumah itu terlihat sangat mewah. namun begitu, semua itu tak mampu menutupi kelakuan bejat pemiliknya di mata Lastri.

"tok tok tok" suara ketukan tangan Lastri pada pintu berbahan kayu jati itu.

"iya, sebentar" jawab suara dari dalam yang Lastri ketahui milik Sastro

"eh nduk Lastri, pagi pagi kok sudah kesini?" goda Sastro "lha suamimu mana?"

"mas Aris sudah narik pasir lagi pak" jawab Lastri pelan yang sebenarnya enggan meladeni percakapan dengan Sastro "aku permisi ke belakang dulu pak"

pagi itu selama Lastri bekerja di rumah itu tidak ada gangguan berarti dari Sastro. Lastri berpikir Sastro sudah tidak menginginkan dirinya lagi. namun Lastri masih tetap waspada selama berada di rumah itu, dan berusaha sesegera mungkin menyelesaikan pekerjaannya lalu langsung pulang setelah semuanya selesai.

namun keadaan berbeda terjadi pada siang harinya ketika Lastri menyiapkan makan siang untuk Sastro. setelah makan siang tersedia di atas meja makan, Lastri bermaksud mempersilakan Sastro untuk makan. Lastri menuju ruang keluarga tempat Sastro sedang menonton tv.

"silahkan masuk pak, makanannya sud... "

Lastri terkejut hingga tidak dapat menyelesaikan perkataannya.

Sastro sedang memegangi penisnya sambil melihat ke arah tv. dia mengelus elus penis hitamnya yang telah keluar dari balik sarung yang sehari hari dipakainya. sementara itu, Lastri melihat adegan orang berhubungan seks di layar televisi led 42 inch milik Sastro. dia tidak bisa berkata kata melihat adegan dimana seorang perempuan muda yang memakai baju perawat tengah disetubuhi secara bersama sama alias digangbang oleh sekelompok orang tua penghuni panti jompo. karena terlalu fokus melihat ke arah layar tv, Lastri tidak menyadari Sastro memperhatikannya dari tadi.

"ada apa nduk? nduk Lastri?"

"eh... iya... anu... itu pak makan siangnya sudah siap" ucapa Lastri sedikit terbata.

"ya... aku tak makan dulu. kalau mau lihat film duduk yang enak di kursi situ.hehehe"

tersadar akan godaan Sastro Lastri berniat segera menghindar.

"aku ke belakang dulu pak, masih ada cucian piring" jawab Lastri.

Lastri berjalan menuju ke dapur, pikirannnya penuh dengan adegan adegan yang ditampilkan di ayar tv tadi. entah bagaimana tubuhnya merasa panas melihat adegan perempuan muda tadi di hajar bersama sama oleh kakek kakek tua. tidak ingin larut dalam hal itu Lastri, segera membuang jauh bayangan tadi dan mulai mencuci piring agar bisa segera pulang dan terhindar dari hal hal yang tidak dia inginkan.

karena terlalu buru buru mencuci piring, Lastri sampai tidak sadar ada Sastro yang sekarang sudah berdiri tepat dibelakangnya. ketika sedang membilas piring terakhir, tiba tiba.

"srett"

"tranggggg"

sepasang tangan Sastro sudah memegang sempurna kedua buah dada Lastri. saking terkejutnya Lastri sampai menjatuhkan piring yang dipegangnya ke dalam bak cucian. buah dadanya yang masih tertutup baju diremas remas kasar oleh tangan hitam Sastro.

"hiuhhh... ehmm... jja..ja..jangan pak" ucap Lastri.

sambil melawan untuk melepaskan diri dari dekapan Sastro. namun entah kenapa dia seperti tidak berdaya melawannya.

"susumu mantep nduk, kurasa-rasakan semakin besar saja tetekmu ini" kata Sastro sambil terus meremas payudara besar milik Lastri.

"ampun pakk... sudahh pahhhkk"

"berhh... hentii phakk..ahhh"

namun semua itu tidak di dengar Sastro. bahkan jari jemari tangannya mulai melepas kancing baju lengan panjang yang dipakai Lastri.

"hyah..hahhh.haaaahhh"

Sastro sibuk meremas buah dada Lastri yang hanya terbungkus beha hitam dengan model full-support itu. beha yang tadinya membungkus sempurna seluruh buah dada Lastri sudah terkoyak tak beraturan akibat remasan tangan Sastro. beha yang dipakai Lastri sudah terangkat di atas gundukan payudara lstri. kulit putih mulus buah dada Lastri beradu langsung dengan tangan hitam nan kasar Sastro.

"haaahh... ahhh... aduhhh pakk sakit sudah pakkk" Lastri memelas.

pentil hitamnya yang sudah tegang sempurna kembali menjadi sasaran tangan Sastro. kedua pentilnya dipilin dan ditarik tarik dengan kasar. bahkan kadang Sastro mencubitnya dengan menggunakan kuku panjangnya. seharusnya Lastri merasa kesakitan namun entah kenapa sensasi itu berubah menjadi sensasi nikmat yang membuat dirinya terangsang.

"selain suamimu, pasti sudah banyak lelaki lain yang memegang susumu ini tho nduk? hahahha"

"nhah... hahn..ndak pahkk... ndak... ada... ahhh..hah... hukkkh"

"jangan bohong kamu, hahah" kata Sastro sambil kembali mencubit pentil Lastri dengan kasar.

tangan kiri Sastro mulai turun menyusuri perut Lastri. jari jarinya mulai menyusup masuk ke dalam rok batik yang dipakai Lastri. jari jari itu terus masuk ke dalam celana dalam Lastri hingga akhirnya sampai ke bibir vagina Lastri.

"jangann... pahhkkk... ahhh... ahhh"

"kamu itu dari tadi ngomong jangan, tapi sampai basah begini. hahahaha"

kembali jari jari Sastro mengobok obok vagina Lastri. kombinasi remasan payudara dan permainan jari Sastro pada vaginannya membuat Lastri sudah terangsang berat.

namun bukannya langsung menyetubuhinya seperti biasa. Sastro justru memintanya berjongkok di depannya.

"sekarang buka sarungku nduk" perintah Sastro.

tanpa keinginan melawan, Lastri pasrah, tangannya mulai membuka ikatan sarung kotak kotak berwarna coklat yang dipakai Sastro. setelah sarung itu melorot ke lantai, terpampanglah penis hitam milik Sastro yang masih tertunduk lesu.

"ayo nduk, kontolku diemut"

Lastri tanpa ragu memasukkan penis hitam besar itu dalam mulutnya. mulai dihisapnya penis itu pelan. dia merasakan penis dalam mulutnya itu sedikit demi sedikit mulai membesar.

"nh... hnnn.nbuhhh... nguh"

"nh... nhahh"

penis Sastro sudah menegang sempurna dalam mulutnya. Sastro mulai memaju mundurkan penisnya dalam mulut Lastri. penis hitam itu menghujam hingga rongga tenggorokan Lastri.

"oghhh... nh... bhuuhhh"

"kamu itu istri nakal nduk.hahahha. disuruh kerja di rumah orang kok sekarang malah nyepong kontol yang punya rumah.hahahhahaha"

"ahh... eahh..ughhh... uahhh"

Sastro menarik penisnya keluar dari mulut Lastri. penis hitamnya itu basah karena air liur Lastri.

"suddahh... pa..hemmm"

belum sampai Lastri menyelesaikan kalimatnya. penis Sastro sudah menjejali mulutnya lagi. Sastro semakin liar menghujamkan penisnya dalam mulut Lastri.

"nbuhh... nggguhhh" hanya itu suara yang keluar dari mulut Lastri.

pikiran Lastri kosong, dia sudah tidak mampu berpikir lagi. yang ada dipikirannya hanya penis besar Sastro yang sedang menghujam mulutnya.

"gimana ndukk. enakkk tho kontolku? lebih nikmat dari punya suamimu kan?hahahhaha"

"aghhh... oghhh... obhhh" Lastri tidak bisa menjawab apa apa.

"suaramu ngemut kontolku seksi sekali ndukk.ahh"

Sastro semakin cepat dan tidak beraturan hujaman penisnya. beberapa kali Lastri tersedak dan tidak bisa bernafas karena penis panjang dan besar itu masuk sampai tenggorokannya.

"sekarang terima pejuhku ndukk... ahhh"

"serr... serr... serr"
cairan sperma putih yang kental dan panas membanjiri mulut Lastri. Sastro masih menghujamkan penisnya sampai akhirnya orgasmenya selesai. saking banyaknya sperma yang keluar sampai tidak tertapung dalam mulut Lastri dan meleleh keluar. lelehan sperma itu membasahi jilbab biru yang dia pakai dan beha yang tadi tertarik ke atas gundukan payudaranya. bahkan beebrapa sampai menetes membasahi baju lengan panjang yang dipakainya.

"hah..hahh... hahhh"

Lastri terengah engah. dia mencoba megatur nafas setelah dipaksa mengoral penis besar Sastro.

"sudah sekarang kamu pulang sana" kata Sastro.

Lastri terkejut mendengar kata kata itu. dia tidak menyangka Sastro tidak melanjutkan menyetubuhinya. dia bersyukur hanya sampai disitu perlakuan kurang ajar Sastro padanya. namun jauh dalam lubuk hatinya dia merasakan sedikit kekecewaan. entah mengapa dia merasa seperti itu.

setelah membetulkan pakaiannya, tanpa bersih bersih dahulu, dia segera pamit pulang.

"aku pulang dulu, pak Sastro"

"yaa. nanti sore aku tolong dibuatke sayur terong ya ndukk"

"ya pak"

Lastri segera meninggalkan rumah Sastro. sepanjang perjalanan dia hanya melamun memikirkan perlakuan Sastro padanya. jilbab dan baju lengan panjang yang dia pakai masih terdapat bercak bercak sperma Sastro. untung saja saat itu jalanan sepi sehingga tidak ada yang melihatnya dan mencurigai apa yang baru saja dilakukan Lastri di ruamh Sastro.

===x=x===

sejak kejadian siang itu, setiap Lastri datang ke rumah Sastro. dia selalu dipaksa mengoral penisnya. namun anehnya selama seminggu setelahnya, dia hanya diminta mengoral ppenis Sastro tanpa pernah disetubuhi. dari hari ke hari, perasaan Lastri semakin tidak karuan. dia selalu terangsang berat setelah mengoral penis Sastro. namun dia juga tidak mendapat pelampiasan. suaminya yang hanya pulang tiga hari sekali juga tidak dapat memuaskan nafsu seks Lastri yang kian hari kian menggebu.

Lastri sering bermasturbasi sendiri. dia memainkan vaginanya dengan jari jari tangannya sendiri. atau jiak ada barang yang bisa dipakai dia akan menggunakannnya untuk masturbasi. terong, botol kecap, kayu penumbuk bumbu dan benda lain yang ada disekitarnya dia gunakan semata mata untuk memuaskan hasrat seksnya yang sepertinya tidak pernah habis.

===x=x===

"kukuruyyuuukkk"

pagi itu, suara ayam jantan berkokok memecah hening pagi itu. langit diluar masih nampak gelap, hawa dingin pun masih cukup menusuk kulit. Lastri segera bangun dari peraduannya. di sampingnya, Aris masih terlelap dalam tidurnya. Lastri segera menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya.

"whuttt"

Dibalik selimut, terdapat tubuh telanjang Lastri yang tidak tertutupi sehelai benangpun. setelah pertempurannya dengan Aris semalam, dia belum sempat memakai pakaiannya kembali. tadi malam setelah pulang kerja, Aris meminta jatah dari Lastri.

Meskipun masih di kecewakan dengan Aris yang keluar duluan, Lastri tetap mendapat orgasme setelah dibantu tangan Aris yang mengobok-obok liang vaginanya. namun tetap saja, kenikmatan yang didapat terasa kurang, bahkan Lastri mulai merindukan sodokan penis Sastro. sesuatu yang seharusnya tidak boleh dia rasakan, bahkan memikirkannya saja tidak bolehm karena statusnya sebagai istri sah Aris.

Setelah kembali berpakaian, Lastri segera ke dapur untuk memasak air panas dan memasak nasi. dengan telaten Lastri menjaga nyala api di tungku tempat dia memasak agar tetap hidup.

"bune, tolong bin kopi ya" kata Aris yang baru saja bangun sambil membawa handuk serta alat mandi di tangannya.

"aku mandi dulu"

Setelah air matang, Lastri segera memasukkannya dalam termos. sisanya, dia buatkan kopi hitam dalam gelas kecil kesukaan suaminya. setelah itu dia masak untuk sarapan. pagi itu entah kenapa badannya lemas, rasanya malas sekali memyelesaikan pekerjaannya hari itu.

"sudah sekarang gantian, bune mandi" kata Aris yang baru selesai mandi

"nanti saja pakne, masih dingin sekarang" jawab Lastri.

"bune kenapa? bune sakit?" kata Aris sambil menyentuh dahi Lastri

"ndak, ndak apa apa kok. sudah sekarang kita sarapan dulu"

Saat mereka sarapan bersama.

"bune kok makannya cuma sedikit?" tanya Aris melihat istrinya yang hanya mengambil sedikit nasi dari bakul.

"ahh, pakne ini, wong biasanya juga segini"

Lastri dan Aris mulai menyantap sarapan sederhana mereka. namun baru saja satu suapan dalam mulut Lastri, tiba tiba dia merasa sedikit mual. Dia segera berlari ke pojok dapur tempat biasa dia mencuci peralatan masak.

"hoekk... hoekk... hoekk" Lastri muntah

Dia merasa perutnya di remas-remas hingga hanya keluar udara dari dalam perutnya. melihat hal itu, Aris segera beranjak dari kursi dan mendekati Lastri, dia memijat mijat leher Lastri agar tekanan dalam perutnya bisa sedikit berkurang.

"kenapa bune? bune sakit?" Aris panik

Aris memapah Lastri duduk kembali di meja makan. rasa mual dalam perut Lastri sudah mulai hilang. suaminya memberi teh hangat untuk meringankan gejala mual mualnya.

"hari ini ndak usah kemana mana dulu bune"

Lastri hanya mengangguk. badannya lemas sekali bahkan untuk berbicara pun rasanya tak mampu.

"nanti aku pamitin ke pak Sastro, kalo hari ini bune ndak bisa berangkat kerja"

"ya sudah sekarang ke kamar saja, hari ini aku harus berangkat pagi, banyak pesenan pasir soalnya" lanjut Aris.

setelah mengantar Lastri ke kamar dan berpamitan, Aris segera berangkat bekerja. dari dalam kamar Lastri mendengar suara mesin diesel truk Aris perlahan mulai menghilang dari pendengarannya, tanda Aris sudah meninggalkan rumah. badannya yang terasa lemas membuatnya hanya ingn tidur saja seharian.

== skip ==

Siang harinya Lastri terbangun dari tidurnya. Disampingnya terlihat sesosok wanita duduk diatas kasur sembari menonton tv tanpa suara.

"eh mbakyu sudah bangun? gimana badannya sudah enakan?" tanya suara yang dia kenali milik Nining itu.

"sudah bu, sudah agak mendingan, bu Nining kok disini?" kata Lastri sambil menegakkan tubuhnya.

"tadi mas Aris sebelum berangkat, bilang kalo hari ini mbakyu tidak enak badan dan titip rumah kepada ku"

"aduh, jadi ngerepotin begini"

"ndak apa apa kok mbakyu. mau makan sekarang mbakyu? biar aku ambilin"

"ndak usah bu, mulut aku rasanya masih pait dan masih sedikit mual. aku minum teh saja" kata Lastri sambil mengambil gelas berisi teh yang ada disampingnya.

"kalo gitu sekarang aku anter ke puskesmas ya?"

"alah ndak usah bu, dipake istirahat paling juga sembuh"

"jangan gitu tho mbakyu, jangan suka menyepelekan penyakit. sudah sekarang aku ambil motor dulu nanti aku anter ke puskesmas"

Tanpa menunggu persetujuan Lastri, Nining langsung keluar dari kamar. beberapa menit kemudian, sepeda motor matic milik Nining di depan rumahnya. Nining kemabli masuk ke dalam kamar.

"ini pake jaket dulu" kata Nining sambil menyerahkan jaket kepada Lastri.

Mereka pun berangkat ke puskesmas. roda motor matic menyusuri jalanan desa menuju ke puskesmas desa. perjalanan ke puskesmas ditempuh selama kurang lebih 10 menit. sesampainya disana Lastri dan Nining menunggu antrian. cukup lama Lastri menunggu giliran. meskipun antrian tidak terlalu banyak namun karena puskesmas desa ini hanya memiliki satu tenaga medis yaitu seorang bidan, menyebabkan pengunjung harus dilayani satu persatu yang akhirnya memperpanjang waktu tunggu.

Akhirnya giliran Lastri tiba,

"silakan duduk bu" kata bu bidan mempersilakan Lastri dan Nining duduk.

"ini siapa yang periksa?" tanya bu bidan kembali.

"aku bu" jawab Lastri

"apa keluhannya bu? kalo boleh aku tahu?"

"tadi pagi aku mual mual bu bidan, rasanya badan aku lemes"

"kalau begitu aku periksa dulu, silakan tiduran di sana" kata bu bidan menunjukkan meja periksa di pojok ruangan.

Lastri merebahkan diri diatasnya. bu bidan datang membawa stetoskop dan tensimeter. setelah mengukur detak jantung dan tekanan darah Lastri serta suhu badannya.

"kalau boleh tahu kapan terakhir ibu mendapat menstruasi"

"ehmm... kalo tidak salah lebih dari dua bulan yang lalu" lstri sedikit terkejut mendengar pertanyaan bu bidan.bu bidan kembali sambil menarik meja yang diatasnya ada alat seperti monitor tv. Lastri tahu itu adalah usg, dia semakin takut apa yang tidak dia harapkan akan terjadi. bu bidan membuka baju Lastri.

Setelah itu probe yang berbentuk seperti mikrofon diarahkan ke permukaan perut Lastri. bu bidan menggeser geser probe seakan sedang mencari sesuatu. hingga akhirnya dia berhenti dan tersenyum melihat tampilan monitor usg. Lastri penasaran posisinya yang merebah diatas meja tidak memungkinkan dia melihat tampilan di layar monitor itu. namun akhirnya dia tahu maksud dari senyuman bu bidan tadi.

"selamat ya bu Lastri, ibu hamil"

jeddddeeerrr

Lastri bagai disambar petir di siang bolong. dia belum bisa mencerna perkataan bu bidan tadi yang begitu abstrak dalam otaknya.

"wah selamat ya mbakyu" kata Nining

"dan dari hasil pengukuran, janin dalam perut ibu berusia sekitar 2 bulan"

Lastri kaget bukan kepayang anak siapakah dalam rahimnya.

Aris memang sempat mengeluarkan sperma dalam vaginanya. Pertama kali berhubungan dengan Lastri setelah kecelakaan yang dialaminya. Namun itu baru terjadi sebulan yang lalu. Jika diruntut kebelakang, suaminya tidak pernah keluar dalam vaginanya sebelumnya. justru Sastro yang sekitar dua bulan lalu orgasme dalam rahimnya ketika Lastri datang kerumahnya untuk meminjam uang.

"astaga... "batin Lastri

"sekarang ibu silakan duduk"

Lastri merapikan pakaiannya kembali dan duduk di samping Nining yang terlihat bahagia mendengar kabar kehamilannya.

"meskipun usia ibu hampir 43 tahun, aku tetap menyarankan agar ibu tetap mempertahankan kehamilan ini. namun ibu harus ekstra hati hati, ini adalah kehamilan beresiko. ibu harus menjaga kesehatan ibu, ibu tidak boleh stress dan harus rutin memeriksakan kandungan. sekarang aku beri multivitamin untuk menjaga kesehatan ibu. dan jangan lupa kebutuhan nutrisi ibu juga harus seimbang"

Lastri hampir tidak mendengar apa yang baru saja diucapkan bidan, dia hanya mengangguk lemah. pikirannya berkecamuk.

bagaimana mungkin dia yang sudah berumur lebih dari 40 tahun hamil lagi. terlebih lagi janin yang tumbuh dalam rahimnya dia ya bukan milik suaminya, melainkan milik Sastro, lelaki yang telah merenggut kehormatannya sebagai istri. hebatnya lagi dia bisa hamil hanya gara gara satu kali bercinta.

dalam perjalanan pulang dari puskesmas, Lastri hanya melamun memikirkan kehamilannya. dia bingung bagaimana dia menjelaskan semua ini pada suaminya. dia takut suaminya marah jika sampai mengetahui anak dalam perutnya buka hasil dari Aris. belum lagi tanggapan tetangga, jika sampai tahu dia hamil dari benih orang lain.

sesampainya di rumah, Lastri segera masuk ke kamar. rasanya dia ingin menangis jika saja tidak ada Nining di rumahnya. dia merasa bersalah telah mengkhianati Aris.

"sekarang mbakyu istirahat saja, jangan capek-capek inget kata bu bidan tadi" kata Nining sambil bermain hp di tangan.

Lastri hanya mengangguk. pandangannya kosong. seandainya Nining tahu dia berselingkuh dan sampai menyebabkan dirinya hamil akankah Nining masih mau merawatnya seperti ini.

ditengah lamunan Lastri tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu depan.

"permisi"

"ya sebentar" jawab Nining.

Dia lalu berjalan keluar untuk membuka pintu. Lastri mendengar orang berbicara dengan Nining di depan. Lastri penasaran siapa yang bertamu saat itu. tidak berapa lama Nining kembali bersama seseorang. Lastri terkejut tamu yang datang bersama Nining tidak lain adalah Sastro, ayah dari janin dalam perutnya.

"permisi, katanya kamu ndak enak badan nduk?" tanya Sastro

"iya pak, tapi sekarang sudah mendingan, tadi sudah dianter ke puskesmas sama bu Nining" jawab Lastri

"iya tho, nduk Nining?" tanya Sastro pada Nining

"iya pak, dan ternyata mbak Lastri ini sedang hamil pak, sudah jalan 2 bulan" balas Nining

"wah, selamat yo nduk" kata Sastro pada Lastri

Lastri hanya mengangguk dia tak tahu harus bahagia atau sedih atas kehamilannya kali ini.

"dan selamat juga buat bapak, Pak Sastro kan bapak dari bayinya" kata Nining.

jjjedddeerrr

untuk kedua kalinya Lastri seperti tersambar petir di siang bolong.

Apa mungkin Nining mengetahui hubungan Lastri dengan Sastro. jika memang benar sejak kapan batin Lastri menebak nebak

tante dientot abg
Nining


belum hilang rasa terkejut Lastri mendengar perkataan Lastri, dia semakin bingung apa yang terjadi.

Sastro yang berdiri tepat di belakang Nining, tubuh mereka berhimpitan sedangkan tangan Sastro mulai meremas remas buah dada Nining.

"siang-siang begini memang enaknya minum susu segar" kata Sastro.

"oh mas Sastro sayang, pasti mas haus ya? silakan dinikmati susunya" kata Nining pasrah menerima perlakuan Sastro.

"iya, nduk aku suka susu apalagi kalau minum langsung dari tetekmu nduk" kata Sastro sambil meremas remas buah dada Nining dengan kasar.

sementara Nining hanya bisa pasrah dan mendesah menikmati remasan kasar pada kedua payudaranya.
"ahh... ehnnnakk pak"

saking kasarnya remasan tangan Sastro seluruh kancing baju Nining terlepas dari bajunya. bercak bercak basah mulai terlihat dibaju Nining, tepat diposisi pentil susunya. Nining memang masih dalam masa menyusui anaknya yang nomor 4 bernama adit sekarang baru berumur 1 tahun.

"wah susumu banyak sekali nduk"

Tanpa ampun Sastro meremas remas buah dada Nining sehingga air susu memancar keluar dari kedua pentilnya.

"wah, susumu sampai muncrat muncrat nduk, aku suka"

"silakan diminum pak, susu ku yang melimpah ini" kata Nining.

Sastro langsung mengemut pentil Nining, dihisapnya semua susu yang ada di dalam payudara Nining.

Mereka melakukan itu tanpa malu-malu di depan Lastri yang hanya terbaring lemah di atas kasur. Lastri tidak tahu apa yang harus dilakukan.

"emmhhh... creepppp... emmueaah.

Tak hanya itu, Sastro juga menyelingi dengan mencium bibirnya. air susu yang masih ada dalam mulut Sastro dipindahkan kedalam mulut Nining selama mereka berciuman. puas menyusu , Sastro menyuruh Nining mengoralnya.

Nining jongkok di depan Sastro. dia menjilati penis Sastro seperti seekor anjing.

Sedangkan Lastri, dia seperti melihat bayangan dirinya selama seminggu ini. perlahan tubuhnya mulai merasa panas akibat melihat pergumulan kedua tetangganya itu. vaginanya mulai basah oleh cairan kewanitaan.

"slrrruup... slrepp" suara hisapan mulut Nining pada Sastro.

"aduuhh ennnakk nduk, kamu semakin pinter saja ngemut kontolku"

selama hampir sepuluh menit Nining mengoral penis Sastro hingga basah kuyup oleh air liurnya. Sastro menyuruh Nining berhenti. Sastro menyeret kursi dari bawah meja rias. dia lalu duduk dengan posisi mengangkang dan bersandar pada tembok. Nining mengangkangi penis Sastro lalu perlahan vagiannya dimasuki penis hitam besar itu.

"hhhsss... ahhh"

penis Sastro masuk seluruhnya dalam vagina Nining, dan Nining sperti duduk dalam pangkuan Sastro menghadap Lastri yang terbaring lemah di tempat tidur. Sastro mulai menggenjot nya dari bawah. paha mereka beradu menimbulkan suara kecepak dan penis Sastro bagaikan piston yang bergerak dalam silinder mesin.

"ahhh... ahh... eahhh... terus pak terus sodok pak yang kerashhh"

"ouuohhh... uooohh... uohhh"

"kontolmu nikmat sekali pakk... ahh"

Nining hanya meracau kesetanan saat disodok Sastro dari bawah.

"sudddahhh lama pahhkk aku ndak disodok sama kontolmu... ohhh"

"oohhh... enhhaaak pahkkk"

"hhahahahaa... kamu lebh suka mana nduk kontolku apa kontol suamimu?" kata Sastro sambil terus menyodok Nining

"aku suka punyamu pahhhk, phhhunyamu lebihhh besar"

"hahaha bagus, sekarang kamu ini milik siapa nduk?"

"aaah..aahku milikmu pahhhk..aku milikmu sepenuhnya"

"bagus kalau begitu sekarang bilang yang keras siapa kamu hahahha"

"ahkku Nining... budak seks... sshhhpakhh sashstrooooooo"

"hahha... kalau begitu sekarang terima pejuhku nduk... ahhh"

Crot..!! Crot..!! Crot..!!

"ahhh... nikmat sekali phakk pejjjuhmu, hamili aku pahhkkk, aku sssukka hamil anakmu ahh"

akhirnya Nining dan Sastro mencapai orgasme mereka bersama sama. Sastro memuntahkan lahar panasnya dalam rahim subur Nining. 

Setelah nafas mereka kembali normal terlihat Sastro membisikkan sesuatu pada Nining. entah apa yang dikatakan, namun setelah itu Nining bangkit dari pangkuan Sastro dan berjalan menuju tempat tidur Lastri.

dia menaiki kasur dimana tubuh Lastri terbaring lemas. dengan tubuh telanjang bulat Nining mengangkangi Lastri dan berjalan di atasnya. setelah posisi kepala Lastri dan selangkangan Nining sejajar, dia langsung jongkok diatas wajah Lastri. sperma kental meleleh dari lubang vagina Nining. dan tanpa diperintah Lastri menjilati lubang sperma Sastro pada lubang vagina Nining.
hari itu adalah saat-saat terkelam dalam kehidupan Lastri. setelah menerima kabar kehamilan hasil perbuatan Sastro. dia harus menghadapi kegilaan Sastro dan Nining, ya Nining, tetangga depan rumahnya yang sudah begitu dia percaya melebihi seorang saudara. mereka berdua ternyata bersekongkol untuk menjebaknya dalam pelukan nafsu Sastro.


Lastri di kerjain Juragan S-2


yes.. ahhh.. fuck my pussy... oh.. good dick.. Big cock... Yes cum inside my pussy.. lick my nipples... my tits are tingling.. drink milk in my breast.. enjoying my milk nipples... play with my big tits.. fuck my vagina until I get pregnant.. play "Adult sex games" with me.. satisfy your cock in my wet vagina..
Klik Nomor untuk lanjutannya

Related Posts