Cerita Pendek Dewasa Jilbabku Tak Mampu Menutupi Kebinalanku A

Cerita Pendek Dewasa Jilbabku Tak Mampu Menutupi Kebinalanku A cewek amoy
DePhut


Part I : (Awal Mula Kebinalanku)

Rindu akan rumah, ya itulah yang setiap hari kurasakan sejak memulai karierku bekerja sebagai pegawai negeri sipil di salah satu kantor pemerintahan di Kota B****. Aku mulai bekerja setelah menamatkan S1 komunikasi di perguruan tinggi ternama di Pe*******, kota tempatku berasal. Di B**** maupun Pe*******, orang-orang terdekatku biasa memanggilku Dephut. Entah darimana panggilan itu bisa melekat denganku, tapi akupun tak keberatan dengan panggilan itu. Oh ya, aku Defi Wahyuni, umurku baru 26 tahun dan masih berstatus single. Beberapa kali pacaran, namun hubungan itu hanya bersifat sementara dan gagal menuju pernikahan.

Dengan keseharianku berjilbab, banyak yang bilang aku cantik, manis, imut-imut dan bertubuh mungil. Tinggi badanku hanya 158 cm, 48 kg berat badan serta ukuran payudara yang terbilang sedang-sedang aja. Hampir setahun sudah aku bekerja di Batam, awalnya aku menikmati pekerjaan ini, tapi aku tak pernah menyangka kalau sejak aku bekerja ternyata banyak pria yang sudah tertarik padaku. Mulai dari honorer sampai pimpinanku sendiri. Disinilah awal mula diriku berubah. Sikapku yang selalu dingin terhadap laki-laki yang umumnya menyukaiku justru menjadi musibah untuk diriku sendiri.

Semua itu bermula di suatu Sabtu sore, dimana para pegawai sudah banyak pulang meninggalkan kantor. Sore itu aku masih disibukkan dengan beberapa pekerjaan penting mengirimkan file-file ke bagian humas. Tak terasa hingga pukul 18.00 WIB, pekerjaanku yang menumpuk tak juga tuntas kuselesaikan. Ditengah kesibukanku itu, pimpinanku sebut saja pak Surya ternyata juga belum pulang dan datang menghampiriku.

"Lho Dephut, kamu belum pulang" sapa pak Surya "kantor sudah sepi, bapak kirain semua pegawai sudah pulang" lanjutnya

"iya belum pak, ini saya masih ngirim file-file buat meeting besok pak, bapak juga kok masih di kantor" balasku

"kebetulan saya tadi kedatangan tamu, jadi kelamaan ngobrol. Kamu nggak usah paksain ngirim semuanya sekarang, kan masih banyak waktu. Bisa kamu lanjutkan di rumah, lagian besokkan libur"

"baik pak. Nanti saya lanjutkan di rumah saja"

"oh ya, kamu pulang sama siapa. Kalau sendiri, barengan sama saya saja"

"saya biasanya dijemput pak sama kakak, tapi hari ini tadi saya bilang ke kakak pulang malam, soalnya banyak kerjaan"

"ya sudah kamu saya antar saja, lagian tinggal kamu sendirian lho di kantor" tawar pak Surya

“….”

"kamu gak usah sungkan, yuk kita pulang" lanjutnya

Langkah kakiku mengikuti ajakan pak Surya menuju parkiran dan naik ke dalam mobil Mobilio yang dibawanya. Tanpa rasa curiga akupun masih berpikir positif pak Surya bakal mengantarku pulang.

"Dephut, sebelum kamu pulang, ntar singgah ke rumah saya dulu ya. Ada berkas dokumen yang mau saya serahkan ke kamu. Masih berhubungan sama file yang tadi kamu susun untuk meeting lusa"

"baik pak" jawabku singkat mengiyakan ajakannya lagi.

Tak terasa 20 menit dalam perjalanan, mobil yang kutumpangi akhirnya sampai di rumah pak Surya. Rumah bertingkat dua yang megah dan diluarnya dijaga oleh seekor anjing Labrador jantan. Ya, pak Surya pimpinanku ini juga salah satu dog lovers yang sering mengikuti festival anjing peliharaan.

"Lho kok bengong, ayuk masuk. Ngapain kmu di luar saja"

"eh iya pak maaf, rumah bapak bagus. Dekorasinya indah" pujiku padanya

"kamu bisa aja mujinya. Oh ya ngomong-ngomong kamu mau minum apa Phut. Panas, dingin?" tanyanya.

"teh manis hangat saja pak"

"oke, kamu duduk saja dulu. Anggap saja rumah sendiri"

Tinggal lah aku sendirian di ruang tamu sambil memandang kemegahan rumah pak Surya. Melirik setiap sudut bagian rumahnya, mulai dari foto keluarganya, fotonya bersama teman-temannya, termasuk fotonya di kantor. Di saat asik memandangi foto-foto tersebut, suara pak Surya tiba-tiba mengejutkanku.

"Dephut, nih tehnya"

"terima kasih pak. Mmm pak, istri sama anak bapak kemana, kok kayaknya sepi"


"Istri sama anak-anak pagi tadi pergi Phut. Istri saya ngajak anak saya ke rumah mamanya. Katanya, mamanya kangen sama cucunya"

"ooo" hanya itu yang terucap dari bibir mungilku

"tuh dihabisin dulu minumnya. Tunggu ya, saya ambil berkas dokumennya dulu" tawarnya.

Karena kebetulan aku juga haus, teh hangat buatan pak Surya pun mulai kuminum hingga akhirnya perlahan-lahan habis tak bersisa. Sambil menunggu, aku kemudian merapikan sedikit dandananku dan mengambil cermin kecil di tasku. Ya bagaimanapun juga aku harus tetap menjaga penampilanku di depan pimpinanku. Di cermin, masih kulihat wajahku yang cantik, lengkap dengan jilbab merah, kemeja sewarna serta rok panjang hitam yang sewarna pula dengan high heels yang kupakai.

Sudah 5 menit aku menunggu pak Surya, tapi dia belum muncul juga. Sampai akupun tiba-tiba merasa aneh dengan tubuhku, entah mengapa aku mendadak gelisah dan rasanya vaginaku gatal. Bahkan secara tak sadar, kusilangkan kaki kananku menghimpit kaki kiriku saat duduk sambil kugesek-gesekan paha bagian dalam kakiku. Uuuuugh...lenguhan itupun keluar secara tak sengaja dari mulutku.

"Ada apa denganku. Kenapa aku mendadak seperti ini" batinku.

"Dephut, duh maaf lama ya. Tadi saya bongkar-bongkar lemari dulu karena lupa letak dokumennya dimana. Untung sudah ketemu"

"iya pak, gak apa-apa kok" jawabku pelan sambil menahan rangsangan yang semakin menjalar di seluruh tubuhku.

"kamu kenapa Phut, kok wajahmu sayu gitu"

"nggak apa-apa pak"

"kamu sakit?"...tanyanya sambil duduk mendekatiku

Sikap pak Surya terasa semakin menyudutkanku. Tanpa bisa menjawab aku tetap mencoba bersikap normal padanya. Tangannya pun lalu mendadak menggenggam tanganku, tapi masih bisa kutepis secara halus.

"Mmm pak, anterin saya pulang ya, kan dokumennya sudah saya terima. Saya sepertinya tidak enak badan" kataku mencoba mencari alasan pada pak Surya.

"iya nanti kamu pasti saya antarkan pulang Phut. Tapi sebelum pulang kamu bantu saya dulu ya"

"bantuin apa pak" ucapku penasaran

Pak Surya pun semakin mendekatkan duduknya disampingku. Lalu dia sedikit berdiri dan membisikkan sesuatu di telingaku..

"bantuin puasin saya ya Phut. Saya tau kamu lagi terangsang. Teh yang kamu minum tadi sudah saya campur dengan obat perangsang dosis tinggi" gumamnya tersenyum licik.

Mendengar pengakuan pak Surya, aku pun bagaikan mendengar sambaran petir di siang bolong. Bagaimana mungkin, pak Surya tega melakukan ini semua.

"apa maksud bapak. Jangan macam-macam pak. Ingat pak, bapak sudah berkeluarga" kataku untuk mengingatkannya.

Tapi bukannya mengurungkan niatnya, pak Surya malah langsung mencium bibirku. Dipegangnya daguku sampai mulutku terbuka lalu dilumatnya bibir dan lidahku. Dengan sedikit sisa kemampuanku melawan nafsu yang hampir menguasaiku akibat obat perangsang tersebut, aku masih sempat menolak kemauan pak Surya.

"pak, jangaan lakukan ini pak. Lepasin saya... kita nggak boleh melakukan seperti ini ppa...kkh mmhh...".

Belum lagi selesai ku bicara, pak Surya kembali menciumi bibirku. Sambil melumat bibirku, tangannya mulai meremas-remas susuku, membuka satu persatu kancing kemeja yang kupakai sampai terlihatlah bra putih yang menutupi susuku.

"paaak aaah sudaah... Dephut aaah geli pak... ooughh. Jjaangan dibukaa paak"

"ssst kamu nikmati aja ya sayang. Kamu pasti suka"

Setelah berhasil membuka kemejaku, tangan pak Surya terus bergerilya menjamah tubuhku. Dibukanya bra ku, lalu terpampanglah susuku yang putih seputih kulitku yang selama ini selalu kututupi dengan pakaian tertutup dan jilbab. Usai mengecupi air ludah dari mulutku, mulut pak Surya kini ikut melumati puting susuku. Dijilatinya dan digigitnya pelan-pelan susuku sehingga semakin membuatku terangsang.

"aaah paaak eegmmpth ssshhh. Geliii aaah"

"kamu benar-benar menggairahkan sayang. Seksi, susumu ranum sekali..."

"Ggrtt SSLLhhh SsLuupthh" bunyi hisapannya di puting susuku.

Tubuhku berasa sudah pasrah dalam kondisi dicabuli, bahkan nafsu di tubuhku terus menginginkan sentuhan nakal pak Surya.

Puas dengan susuku, giliran rok panjangku yang dibuka pelan-pelan olehnya. Tangannya berpindah ke belakang untuk membuka resleting rokku. Disuruhnya aku berdiri dan tanpa kesulitan, lepaslah rokku menuruni kaki jenjangku sampai jatuh ke lantai. Kini diriku hanya tinggal memakai celana dalam dan jilbab yang terpasang di kepalaku. Sementara kemeja, bra dan rokku sudah lepas semuanya.

Dalam posisi berdiri, lagi-lagi pak Surya menciumi bibirku, melumati lidahku sambil meremas-remas susuku. Aku benar-benar dibuat hanyut oleh kelakuan pimpinanku yang cabul tersebut. Karena larut dalam rangsangan yang begitu tinggi, aku bahkan tak sadar jika pak Surya juga telah melepaskan celana dalamku.

Sedetik kemudian, ia pun langsung menarik tanganku dan membimbingku agar aku telentang di lantai ruang tamunya yang beralaskan karpet.

"oough pak Suryaa, aku tidak tahan paaak.. jangaaan, aaagh" racauku ketika lidahnya menjilati vaginaku.

Semakin lama jilatan itu semakin menusuk-nusuk ke lubang vaginaku. Tak lupa pula ia mengusap-usap clitorisku yang sudah membesar seperti kacang.

"paaak, Dephut gak kuaaat, Dephut maaau keluaaar... aaahh..." teriakku diiringi muncratnya cairan vaginaku.

Serr... Serr..

Disedotnya semua cairan vaginaku, tanpa rasa jijik.

"paaak, Dephut lemas.. udah ya pak"

"ini baru permulaannya sayang, sebentar lagi kamu akan rasakan yang lebih nikmat dari ini" tuturnya menjelaskan.

Tepat di lantai ruang tamu tersebut, dengan keadaan lemas telentang, pak Surya lalu melanjutkan serangannya terhadapku. Digesek-gesekkan penisnya di permukaan vaginaku sampai membuatku terasa dialiri listrik.

"inilah saatnya Phut, saya akan memberikan kenikmatan yang sesungguhnya untuk kamu"

"jangan pak, Dephut masih perawan. Jangan dimasukin titit bapak".

Tanpa menghiraukan kata-kataku, pak Surya tetap melakukan keinginannya untuk memerawaniku. Dipegangnya kemaluannya yang sudah tegang, diarahkannya ke lubang vaginaku kemudian didorongnya pelan-pelan.

"eeegghhh ssaaakiitt paaak, berhentii. Titit bapak beesaaar, vagina Dephut rasanya mau koyaak. Aaduuuuh ssaaakit"

"tahan sebentar ya Dephut, nanti lama-lama pasti gak sakit lagi"

"aaah, cabut tititmu pak, Dephut nggak kuaaat" pintaku

Melihat diriku yang kesakitan, pak Surya justru tak menghentikan ulahnya.

Dihentakkannya batang penisnya hingga terbenam seluruhnya ke dalam lubang vaginaku. Hilanglah sudah keperawananku, bersamaan dengan masuknya penis pak Surya, maka keluar pula lah darah perawanku. Tak terasa air mataku menetas, tapi pak Surya mencoba menenangkanku.

"kamu jangan nangis ya Dephut. Sebentar lagi kamu pasti merasakan enaknya" jelasnya sambil ngusap air mataku.

Aku hanya diam saja.

Setelah cukup lama membenamkan kemaluannya di dalam vaginaku, pak Surya mulai menggenjotnya keluar masuk secara lembut. Saat kemaluannya keluar, terlihat juga darah perawanku menetes ke lantai beralaskan karpet tersebut. Setelah sekian kali kemaluan itu keluar masuk ke vaginaku dan akupun tak lagi merasakan sakit seperti yang pertama tadi. Vaginaku kini merasakan enak yang dikatakan pak Surya sebelumnya.

"Dephut, memekmu sempiiitt, kontol saya terasa dijepit. oouhh rasakan kontolku Phut. Kontol ini akan memuaskanmu." desahnya

"Plokk... plokk... Plokk" disertai benturan kelaminku dan kelaminnya.

"paaak, Mmmpthhh tititmuu penuh dalam vaginaku. Bbeesaaar pak. aaah, pelan-pelaan pak. Vaginaku ngiluuu. aaah... aaah" kataku mengimbangi desahannya.

"ini namanya kontol, bukan titit. Yang lagi entotin memekmu ini namanya kontol, Phut. KONTOL. Ayo bilang Phut, apa namanya. Saya mauuu dengaaar" jelasnya.

"Kontolll paaak, aaah. Vagina Dephut lagi dientot sama kontol pak Surya. aaagh aaah ennaaak paaak" tanpa sadar, aku semakin mengikuti permainan panas pak Surya dan ikut mengeluarkan kata-kata jorok.

"sekarang kamu suka kan memekmu dientotin sama kontolku hah, jawab Phut"...

plaaak.. plaaak...

ditamparnya susuku sambil terus menanyaiku dengan pertanyaan-pertanyaan mesumnya.

"iya paaak, hsssshgh... Dephut suka pak..uuughhh kontolmu nyentuh dinding rahimku paaak oouughh"

Plaaak.. sebuaah tamparan keras tiba-tiba mendarat di pipiku.

"Suka apanya Phut. Ngomong yang jelas" plaaak..plaaak. Dua tamparan susulan kembali mengarah ke pipiku karena pak Surya tak puas dengan pengakuanku.

"ampunnn paaak saakiit pipi Dephut. Iaa, Dephut suka kalaaau vagina ini dientotin samaaa kontollnya pak Surya. Genjott yang cepaat kontolmuu paaak. Citan (vagina dalam bahasa melayu) Dephut ini gatal" balasku tak kalah liar.

"tadi kamu nggak mau, sekarang malah minta dientot. Dasar munafik. Cuuuihh. Plaaak" sambil meludahi wajahku, pak Surya juga memberikan satu tamparan lagi ke wajahku.

Sambil menahan sakit di pipiku yang sudah kemerahan karena berulang kali ditampar pak Surya, aku pun pasrah dan malah menikmati perlakuan kasarnya untuk mendapatkan kepuasan birahi.

"lebiiih kencang paaak, jangan berhentiii. Sodok terus vagina Dephut. Hajar vaginaku dengan kontol besaaarmuu pak Surya... aaarghh... enaaak.. teruus paaak aaah"

"Dephut, kamu benar-benar binal. Sama seperti pelacur" hinanya padaku.

"Nih rasakan genjotan kontolku" lanjutnya

plok.. plokk.. ploook

"tekan paaak, tekan kontolmu.. benamkaaan dalam vaginakuuu. aaah mmhh yaahh hh aaah. Dephut mau sampai pak, Dephut mau keluaaar" pintaku sedikit memelas.

Namun disaat orgasmeku mau keluar, tanpa kusangka, pak Surya justru menghentikan goyangannya di vaginaku. Sontak aku pun langsung bingung dan menunjukkan wajah kecewaku padanya.

"paaak, kenapaa berhentii... Dephut mau keluaaar pak.. Dephut pengen keluaaar. Tadi sudah hampirr sampaaiii mm" sesalku.

"kalau kamu mau orgasme, memohonlah padaku. Sebutkan namamu lalu bilang padaku kamu itu wanita baik-baik apa pelacur murahan" tegasnya dan mulai menggenjoti vaginaku lagi.

sleeeb... sleeb..

plok.. plokh... plookkh

"Iyaaa paaak aaah genjot lagi vaginaku... aaaghh, Dephut mohon pak, berilah Dephut orgasme. Enaaak pak aaah..." kataku memohon.

Plaaak...plaaak...

semakin panas rasanya pipiku saat telapak tangan pak Surya menamparku lagi.

"siapa namamu hah!! Saya mau tau kamu itu wanita baik-baik apa pelacur murahan"

"aaah ampun paaak ssaaakit. Namaku Defi Wahyuni, pak. Aku pelacur murahan. Aku lonte jalang berjilbab. Aku mohon pak, biarkanlah pelacurmu ini orgasmeee..." hilang sudah harga diriku, di depan pak Surya, aku bahkan benar-benar telah menjadi perempuan pelacur. Mengemis demi meraih orgasme.

" bagus Dephut, mulai detik ini kamu adalah pelacur. Pelacur berjilbab piaraanku. Budak nafsuku. Akan kukabulkan permintaanmu pelacur". Plookkh... plookk... plookkh...

"Dephutt hampirr sampaaai paaak... Dephut aaah, ooh paaak Suryaa, Dephut keluaaar"

Sssrrr... Sssrrr... Sssrrr...

keluarlah semua cairan vaginaku, menyembur deras seperti kencing.

"saya juga Phut. Saya keluaaar. Terima sperma ini pelacuuur ku. DEFI WAHYUNI PELACURKU..!!!!! " teriaknya membahana sambil mengataiku pelacur, merasakan spermanya tumpah di dalam vaginaku.

===X Part II : Aku Dijadikan Budak Seks Sekaligus Pelacur Berjilbab X===

"mmmmh" gumamku sambil perlahan membukaa mataku yang disilaukan oleh cahaya matahari.

Tak terasa hari sudah pagi. Dalam kondisi masih tanpa busana, aku yang kini berada di rumah pak Surya melihat jarum jam sudah menunjukkan pukul 07.00 WIB. Dengan sisa tenagaku yang masih ada, akupun mulai beranjak bangun, mengambil semua pakaianku, kemeja, rok dan high heelsku agar bisa secepatnya pergi dari rumah pimpinanku yang cabul tersebut.

Meski aku juga bingung disaat aku bangun aku tak melihat pak Surya, tapi aku tak terlalu memikirkannya. Melihat hari yang sudah semakin terang, aku baru tersadar ternyata aku pingsan berjam-jam setelah diperkosa oleh pak Surya, Sabtu malam kemarin. Sambil melangkahkan kaki mencari kamar mandi, tanpa kusadari air mataku kembali menetes mengingat malam biadab saat keperawananku direnggut paksa oleh pak Surya.

Disela tangisku, tiba-tiba aku sedikit dikagetkan dengan suara dan getaran dari handphoneku.

"Jangan-jangan kakak" batinku memprediksi kakak sepupuku menelpon karena semalaman aku tak pulang.

Dengan cepat kuraih handphoneku yang terselip di saku rokku untuk melihatnya. Namun apa yang kuprediksikan ternyata salah, di layar handphoneku yang kulihat justru sebuah pesan masuk dan begitu kubuka pengirimnya adalah pak Surya.

"Gimana tidurnya manis, nyenyak kan? Oia, kalau kamu sudah bangun, kamu langsung ke kantor. Pakai saja salah satu motor dan helm yang ada digarasi rumah saya. Kuncinya ada di atas televisi ruang tengah. Satu lagi, semua pakaian untuk kamu hari ini sudah saya persiapkan di atas tempat tidur kamar saya. Pakaianmu yang lama buang saja, sudah kotor dan kusut. Inget, walaupun ini hari Minggu, tapi jam 8 pagi ini kamu harus sudah sampai di kantor, karena saya perlu pendamping untuk bertemu mitra kerja. Hari ini istri saya juga akan segera pulang" begitu isi sms panjang yang ditujukannya padaku.

Perasaan tak enak pun langsung kurasakan begitu membaca isi pesan singkat itu, membuatku bertanya-tanya mengapa di hari libur, pak Surya ingin sekali agar aku tetap datang ke kantor. Kupercepat langkahku ke kamar mandi untuk membersihkan diriku, terutama membersihkan vaginaku dari sisa-sisa sperma pak Surya.

Selesai mandi, aku kemudian menuju tempat tidur kamar pak Surya untuk memakai pakaian yang sudah dipersiapkannya, apalagi aku memang tak mungkin memakai jilbab, baju gamis dan rokku yang sudah kusut dan kotor akibat pemerkosaan yang kualami kemarin. Kutatapi tubuh telanjangku melalui cermin yang ada di kamar pak Surya, kulihat kedua payudaraku yang ranum, meski tidak terlalu besar. Sedikit kuraba juga bongkahan pantatku yang bulat, termasuk paha dan betisku yang jenjang.

"Pantas pak Surya bernafsu sekali denganku" kataku sambil mengingat kembali kenangan saat tubuh atasanku itu menindih tubuh mungilku.

Walau nasi sudah menjadi bubur, tapi aku tak mau larut dalam kesedihan. Segera kuraih pakaian yang sudah terletak di atas kasur kamar tidur pak Surya, kukenakan satu persatu.

Pagi ini pak Surya memberikan jilbab biru sewarna dengan kemeja lengan panjang untukku. Lengkap beserta bh, celana dalam, rok panjang hitam dan dua heels yang juga berwarna hitam.

Meski aku tak tahu darimana pakaian ini didapatkan oleh atasanku yang cabul itu, tapi aku sedikit lega. Setidaknya ada pakaian layak pengganti pakaianku yang bisa kugunakan hari ini. Tak lupa kuoleskan pula sedikit lipstik di bibir tipisku sebelum pergi meninggalkan rumah pak Surya.

Jam sudah menunjukkan pukul 07.40 WIB, selesai berdandan dan berpakaian, aku pun langsung keluar kamar dan mengambil kunci motor matic di atas televisi.

"Sebentar lagi istri pak Surya pulang, aku harus cepat pergi dari rumah ini" gumamku.

Kupercepat langkahku menuju garasi sambil menghidupkan motor lalu melaju meninggalkan rumah tersebut. Selama diperjalanan, aku masih bertanya-tanya apa yang akan dilakukan pak Surya nanti. Walaupun aku juga belum tahu jawabannya, namun hati kecilku berkata kalau pak Surya berencana mengerjaiku lagi.

Setengah jam di perjalanan, tanpa terasa aku pun akhirnya sampai di kantor. Kulihat di parkiran ada mobil pak Surya. Tapi mobil itu tak terparkir sendiri, ada dua unit mobil lagi yang terparkir berdampingan dengan mobilnya.

"Pak Surya lagi sama siapa ya di kantor. Kok ada mobil lain. Padahal inikan hari Minggu, pegawai pada libur. Apa mungkin itu mitra bisnis yang dibilang pak Surya di SMS tadi" sejumlah pertanyaan kembali muncul di benakku.

Selesai memarkirkan motor yang dipinjamkan pak Surya, aku lantas bergegas jalan menuju ruangan humas.

Tok.. tok.. tok.. kuketuk pintu.

"Ya masuk" jawabnya.

"Dephut.. akhirnya kamu datang juga. Ayo duduk dulu. Gimana suka gak dengan pakaian yang kamu pakai sekarang. Cantik kan, serasi buat kamu" katanya sambil bertanya.

"iiiyaa tterima kasihh pak. Baju sama roknya bagus. Dephut ssuka" jawabku terbata-bata.

"bagus kalau kamu suka. Oiya, hari ini saya kedatangan 4 tamu penting pegawai pemkot dari luar kota. Kamu mesti temani saya untuk menjamu mereka, kamu nggak keberatan kan Phut." ujarnya sambil duduk mendekatiku.

"ttidak pak. Apa yang harus Dephut kerjakan pak" tanyaku.

"nanti saja kalau mereka sudah datang. Tadi mereka keluar sebentar dan akan balik lagi ke sini" sebutnya.

"kamu benar-benar cantik Phut. Sekarang saya mau kamu membuka ini" sambungnya sambil memegang tanganku dan memberikan sebuah bingkisan padaku.

"iniii apa pak" tanyaku lagi dengan penasaran.

"kamu buka aja dulu, ntar kamu juga tahu isinya" himbaunya.

Dengan sejuta rasa penasaran, akupun tanpa ragu mulai membuka bingkisan yang diberikan oleh pak Surya. Mendadak badanku terasa mati lemas begitu melihat isi bungkusan tersebut. Bagaimana tidak, bingkisan berbentuk kotak kubus itu ternyata berisi foto-foto telanjangku saat digagahi pak Surya di rumahnya kemarin. Tak hanya foto, aku juga menemukan sekeping DVD player di dalamnya.

"pakk..ini maksudnya apa. Kenapaa foto telanjang Dephut ada sama bapakk..., kenapa pak..! Apa bapak belum puass memperkosa Dephut semalam" bentakku diiringi tangis yang tak bisa kubendung lagi.

"sudahlah Phut. Kamu jangan nangis lagi, kamu sebenarnya juga menikmatinya kan. Menikmati gesekan kontolku di dalam memekmu. Hahaha..." ejeknya padaku.

"saya sengaja menyimpan foto dan rekaman dirimu telanjang semalam. Saya juga sudah mempersiapkan semuanya, memasang kamera perekam sebelum mencicipi tubuh seksimu manis. Mulai hari ini dan seterusnya, saya ingin kamu jadi budakku, jadi piaraanku" tegasnya.

"nggak, Dephut gak mau pak. Dephut bukan cewek gampangan. Bapak cari saja perempuan lain" ucapku tak mau kalah.

"baiklah kalau kamu tidak mau juga tidak apa-apa. Saya tidak memaksa kok. Tapi ya jangan salahkan saya, kalau pas kamu menginjakkan kaki ke luar dari ruangan ini, foto dan rekamanmu itu langsung tersebar ke semua pegawai dan honorer di sini. Saya akan pastikan video bugilmu dientot akan terkenal di dunia maya. Semuanya sih tergantung kamu" ancamnya tersenyum licik.

Tanpa merasa bersalah, setelah mengancamku secara halus, pak Surya kemudian beranjak dari tempat duduknya dan hendak meninggalkanku. Karena sudah merasa takut dengan ancaman pak Surya, aku pun tak mau diam saja. Cepat-cepat ku pegang tangannya lalu berdiri di depannya.

"pak, Dephut mohon jangan sebarin foto sama rekaman video itu. Dephut gak mau orang lain tahu, apalagi keluarga Dephut di rumah. Dephut mohon.." tangisku di depannya.

"kalau kamu tidak mau ada orang lain yang melihat ketelanjanganmu, kamu harus turuti perintah saya tadi. Kamu harus jadi budakku, budak seksku... paham" bentaknya.

"ttaapi pak apa ttidak adaa cara lain" pintaku mencoba meminta belas kasihannya.

"nggak ada tapi-tapian, nggak ada tawar menawar. Kalau kamu tidak mau kan saya tidak memaksa. Minggir, saya mau jalan" tegasnya untuk kedua kalinya.

Pak Surya tetap bersikeras agar aku mau menuruti permintaannya.

Dilema pun langsung menghampiriku, disatu sisi aku tentu tidak mau dijadikan budak pelampiasan nafsu pak Surya, disisi lain aku juga tidak mau kalau semua foto dan rekaman telanjangku itu tersebar kemana-kemana. Tapi aku harus secepatnya mengambil keputusan.

"pak Surya tunggu. Baiklah kalau itu yang bapak mau. Dephut mau. Tapi Dephut mohon jangan sebarkan foto dan rekaman itu," harapku

"Mau apa??.. bilang yang jelas donk Dephut, saya kan belum paham maksud kamu" tanyanya menginginkan kepastianku.

"Dephut mmm, Dephut mau jadi budakmu ppak" jawabku pelan.

"hahaha... bagus.. bagus.. gitu donk manis. Kalau begitu, sekarang kamu tanda tangani dulu surat pernyataan ini " tawanya lalu memberikan selembar kertas padaku.

Panas dingin rasanya badanku melihat isi surat perjanjian itu. Tak hanya secara lisan, Surya Permana atau pak Surya atasanku ternyata juga ingin membuktikan kata-kataku secara tertulis. Dapat kubaca secara jelas di surat itu tertera namaku yang menginginkan untuk dijadikan seorang slave atau budak tanpa adanya rasa paksaan. Lengkap beserta matrai yang sudah dipersiapkan pak Surya.

Beginilah isi surat itu :
Saya yang bertandatangan dibawah ini,
Nama : Defi Wahyuni
TTL : P********, 28 Desember 1990
Status : Belum Menikah
Pekerjaan : Honorer Pemkot B****

Dengan ini menyatakan ketersediaan saya menjadi seorang budak seks untuk majikan saya, Surya Permana. Segala perintahnya adalah mutlak bagi saya untuk mematuhinya. Tubuh ini miliknya sepenuhnya, jika saya melanggar saya siap menerima hukuman darinya. Semua pernyataan ini saya buat dengan sukarela dan tanpa paksaan orang lain.

Sambil sedikit gemetaran, usai membaca isi surat pernyataan tersebut, aku pun mau tak mau harus menandatanganinya. Dengan terpaksa akhirnya kutandatangani juga surat itu di hadapan pak Surya.

"good slave. Ini adalah bukti bagiku agar kamu selalu menuruti perintahku. Jangan pernah membantah keinginanku. Kamu paham Dephut. Ingat, semua foto, video termasuk surat ini sekarang ada ditanganku. Kalau kamu melawan, dengan sekejap saja semuanya langsung tersebar. Mengerti..!" pesannya mengingatkanku.

"mengerti pak" singkatku yang langsung dibalas dengan ciuman pak Surya ke bibirku.

Dipegangnya daguku dan kembali dilumatnya bibir tipisku yang masih berbalut lipstik.

mmhh.. mmmpth.. desahku mulai menikmati ciuman pak Surya.

Tanpa ragu akupun membalasnya, lidah kami saling menari-nari satu sama lain. Sambil menciumku, tangan pak Surya juga meremasi payudaraku.

"buka mulutmu Phut. Minum air ludahku, telan.." katanya yang disusul dengan meludah ke mulutku.

Cuuuih.. Cuuiih

"aaa'... iiyaa paak, Dephut haus... lagi ppaaak.. ludahi mulutku" mohonku dengan wajah bersemu merah.

Dengan posisi tangan terus bergerilya merabai payudaraku, pak Surya kemudian mulai membuka kancing kemejaku. Perlahan tapi pasti, tanpa kusadari tiba-tiba saja kemejaku sudah terlepas semuanya.

"uuughh... sshhh.. geli pak" kataku.

"Tapi kamu suka kan binal. Dephut binal, ya kan" jawabnya.

"Ssukaa paak mmmpthhs" ucapku mengiyakannya.

Tangan pak Surya pun semakin lincah melolosi bra yang kukenakan, terpampanglah sudah payudaraku saat bra ku ikut terlepas bersama kemeja yang kupakai. Tak menunggu lama, pak Surya lalu dengan cepat melahap kedua payudaraku secara bergantian. Diemut, dijilat dan digigitinya puting payudaraku pelan-pelan.

"Ooughh... paak.. gghhh.. susu Dephut geli.. ssshhh.." desahku merasakan nikmat di kedua payudaraku.

Tak puas memainkan payudaraku, kini tangan pak Surya semakin nakal melepaskan resleting belakang rokku, lalu melucuti celana dalam yang menutupi vaginaku. Pasrah, ya hanya sikap itulah yang bisa kulakukan saat pak Surya mencabuliku sepenuhnya. Terbesit dibenakku keinginan pak Surya untuk menjadikanku budak seks piaraannya dan tampaknya aku juga telah menikmati serta menginginkan hal tersebut.

Dalam posisi duduk mengangkang di depannya, pak Surya selanjutnya mencicipi vaginaku. Dijilat, dikecup dan diemutnya vaginaku sambil memasukkan satu jarinya ke dalam lubang surgaku. Diusap-usapnya clitorisku sehingga membuatku semakin terangsang.

"SsLLhh.. SsLLhh Hhegmpth... Ssrppthh... SLuupth" suara lidah pak Surya ketika melumat habis vaginaku.

Sambil menjilati vaginaku, tangannya juga tak berhenti mengocok lubang vaginaku. Melayang aku dibuatnya, kujambak rambut pak Surya dan kutekankan kepalanya ke arah vaginaku.

"tterrruus pak, jilatt memekk Dephut. aaahh... sssshh jjaangan berhentti"

"teruslah mendesah. Keluarkan kata-kata kotormu pelacur berjilbab. Rasakan gatalnya memekmu. Cuiih, memekmu semakin banjiirr" hinanya mengataiku pelacur saat melihatku menikmati kelakuannya.

Diludahinya vaginaku dan dipercepatnya kocokan tangannya di dalam vaginaku.

Sleebbh... cCcepth... suara jari lincahnya mengobok-obok lubang senggamaku.

"aaakhh pak Surya, Dephut maaau kkeluaaar. Dephut mau nyampee ppakk" teriakku tak bisa menahan rasa ingin orgasme pada vaginaku.

Tapi, di detik-detik ketika orgasmeku mau datang, pak Surya justru menghentikan kocokannya pada vaginaku.

"Kamu tidak akan orgasme semudah itu budakku. Hahaha, kalau kamu ingin merasakan orgasme, puaskan aku dulu" bisiknya ditelingaku.

"Siaaal uuuuh padahal dikit lagi. Dasar bajingan" gerutu memaki pak Surya dalam hati karena merasa tanggung untuk meraih orgasmeku yang sudah terujung namun mendadak hilang gara-gara pak Surya menghentikan rangsangannya pada vaginaku.

"paaak, kenapa berhentii. Tadi Dephut mau keluaar. Mmmhhh" sebutku meminta pengertian darinya.

"nanti kamu pasti mendapatkan orgasmemu jalang. Sekarang berlutut dan tutup matamu. Jangan buka matamu sebelum saya perintahkan. Paham!" perintahnya.

Seperti terhipnotis, aku pun menuruti perintah pak Surya. Telanjang hanya dengan memakai jilbab serta high heels di kakiku, lalu berlutut memejamkan mata tepat sesuai keinginannya. Sambil menunggu apa yang akan terjadi, pak Surya selanjutnya menutup mataku dengan kain.

"inget Dephut, jangan buka matamu sebelum ada perintah dariku" tegasnya mengulangi.

"bbaaik ppak" ujarku.

Sayup-sayup kudengar pak Surya keluar dari ruangan dan memanggil seseorang. Meski suaranya tak terlalu jelas, tapi bisa kudengar juga kalau pak Surya menyebut pelan namaku dengan lawan bicaranya itu. Uugh rasanya semakin deg-degan aja memikirkan nasibku sekarang. Di tengah lamunanku, kudengar pula suara langkah kaki mendekati ruangan pak Surya.

"Pak Surya, apa itu anda" tanyaku penasaran.

"apa kamu sudah tak sabar menungguku manis. Aku punya oleh-oleh untukmu" tawarnya semakin membuatku penasaran.

"Oleh-oleh? Apa kira-kira oleh-oleh yang dimaksud atasanku ini" batinku.

Belum lagi sempat aku menjawab tawarannya, tiba-tiba aku merasakan sesuatu menyentuh pipi dan bibirku. Sesuatu yang lunak namun sudah menjadi keras dan panjang.

"Nggak salah lagi, ini penis. Apakah ini penis pak Surya, apakah ini oleh-oleh yang dimaksudnya" pikirku mencoba menebak.

"sekarang buka mulutmu Phut. Buka yang lebar" pintanya.

Aku yang mengerti keinginannya kemudian membuka mulutku. Detik berikutnya, penis itupun langsung menyeruak masuk ke dalam mulut mungilku.

Ditekannya kepalaku sampai penis itu benar-benar menyentuh kerongkonganku. Tanpa belas kasihan, pak Surya lalu mengentak-hentakkan penisnya yang besar ke rongga mulutku. Membuatku mual, ingin rasanya aku muntah, tapi aku takut membuatnya marah.

"telan kontolku jalang. Awas jangan sampai kena gigimu. aaah terus rasakan kontolku dimulutmu. Mulutmu memang enak Dephut. Mulut pelacur murahan, aahh.." racaunya dengan kasar dan terus memaju mundurkan penisnya dimulutku.

Air liurku terus menetes seiring hentakan penis pak Surya.

gglloggh... ggooghh... hHhegh...

Hanya itu suara yang ku keluarkan dari mulutku saat memberikan service oral seks untuk pak Surya. Dibukanya kain penutup mataku lalu digenggamnya rahangku,

"kemarin sudah kuentot memekmu Phut, sekarang mulutmu juga harus merasakan kontolku. Apakah kamu bersedia pelacurku" ucapnya menanyaiku dengan kasar.

"Bbeeerseddiaa paak. Dephut bersedia"

Plaaak... tamparan keras tiba-tiba mendarat di pipi kananku.

Pak Surya tampak tidak puas dengan jawabanku.

"kamu bersedia ngapain, bersedia buat apa. Saya ingin jawaban pasti darimu Dephut. Katakan ke saya kamu itu siapa." geramnya dan memberikan tamparan lagi di pipi kiriku.

Plaaak

"ampuun ppaak.. ssaaakit.. hiks.. iya pak Dephut bersedia kalau mulut Dephut ini dientot sama kontolmu pak. Aku budak seksmu pak. Akuu mmh pelacur berjilbab piaraanmu. Aku Defi Wahyuni pelacur milikmu" jelasku padanya.

Senyum kepuasan langsung terpancar dari wajah mesum pak Surya ketika mendengar pengakuanku. Tak berapa lama, pak Surya kembali melanjutkan kekasarannya padaku, dijejalinya penis besarnya itu ke mulutku.

"enak kulumanmu Dephut. Sekarang kamu milikku, kamu pemuasku pelacuurrr.." tuturnya semakin menjadi-jadi.

Ggoookh.. ggLLoogh... hhheghh... iringan suara mulutku mewarnai ketidak berdayaanku dalam oral seks yang kuberikan.

Apalagi tanganku masih terikat ke belakang. Praktis hanya mulutku yang bisa bekerja menservice kontol pak Surya. Hentakan dan tekanan kontol pak Surya semakin cepat menghujami mulutku sampai membuatku sulit bernapas. Lantai ruangan pak Surya pun basah oleh air liurku.

Ggllloookkh... ggoohkk... eeghh...

"Eeeghhh Dephuutt, saya mauu keluaaar. Saya muncrat" gumamnya memberitahuku hendak orgasme.

"keluarin di mulutku pak. Kelurin semua spermamu itu di mulut pelacurmu ini pak" saranku menunggu ledakan orgasmenya.

"terima pejuku pelacuuur, terima spermaku.. aaarghh... keluaaar," teriaknya sambil menekan dalam-dalam penisnya menyentuh kerongkonganku.

Ccrrooth.. ccrrhh.. Ccrrrotth

Bisa kurasakan sperma pak Surya mengalir membasahi kerongkonganku. Sperma itu bahkan langsung kutelan agar aku tak tersedak.

"benar-benar luar biasa seponganmu Dephut. Kamu memang perek berjilbab yang membuatku puas" pujinya sekaligus merendahkanku.

"kamu tenang saja, setelah ini giliranmu yang akan terpuaskan. Saya punya kejutan lain buatmu. Tunggu di sini" sambungnya.

Dengan keadaan ngos-ngosan karena baru saja mengoral penis pak Surya dengan perlakuan kasarnya, aku hanya diam saja sambil mengatur napas menyikapi perkataannya. Kulihat dia pun hanya sibuk mengutak-atik handphonenya. Tapi tak sampai lima menit lamanya, pintu ruangan pak Surya tiba-tiba diketuk oleh seseorang.

"Silahkan masuk bapak-bapak" ucapnya

"Astaga siapa mereka. Apa ini juga termasuk rencana pak Surya terhadapku" tanyaku dalam hati ketika kaget melihat 4 orang laki-laki berperawakan tinggi besar masuk ke ruangan pak Surya.

Mereka menyaksikan ketelanjanganku seperti hendak menerkamku.

"inilah kejutan untukmu Dephut, perkenalkan mereka adalah teman saya dan juga mitra bisnis yang pernah saya ceritakan ke kamu. Pak Togar, Dargo, Haris dan Sunyoto. Mereka sengaja datang ke sini untuk membantuku melatihmu menjadi slave yang patuh dan profesional. Nah bapak-bapak, wanita ini adalah honorer di sini, namanya Defi Wahyuni dan biasa dipanggil Dephut. Mulai hari ini, kalian juga bisa mencicipinya. Baru saya saja yang sudah merasakan perawannya. Jadi dijamin masih sempit dan memuaskan. Hahahahaha..." tawanya menjelaskan.

Penjelasan singkat itupun selanjutnya direspon oleh ke empat teman pak Surya. Mereka mulai melepaskan pakaiannya satu persatu. Telanjang dihadapanku dan berdiri melingkar mengelilingiku. Dapat kulihat jelas penis mereka yang sudah berdiri tegak dan membuat perasaanku merinding. Sementara itu pak Surya juga tak mau ketinggalan.

"oh tuhan... apalagi yang harus kuhadapi sekarang" tuturku bergidik ngeri membayangkan nasibku selanjutnya.

Part III : Tubuhku Dinikmati Beramai-ramai

Lima orang laki-laki kini sudah berdiri mengelilingiku yang sedang duduk bersimpuh di lantai dengan kondisi telanjang dan kedua tangan terikat ke belakang. Bagai predator kelaparan, tubuhku seolah menjadi hidangan lezat buat mereka. Ya mereka adalah atasanku Surya dan empat orang temannya, Togar, Sunyoto, Haris dan Dargo.

Di sela kekhawatiranku dengan keberadaan mereka berlima, atasanku pak Surya sempat berbisik dengan teman-temannya untuk mengambil sesuatu. Namun hanya hitungan menit, atasanku yang cabul dan kurang ajar itupun dengan cepat sudah datang kembali membawa dua buah dildo serta sebuah handycam. Didekatinya diriku dan...

"permainan kita mulai budakku" gumamnya sambil menusukkan sebuah dildo bergerigi yang dipegangnya tepat di vaginaku. Posisiku yang sedang bersimpuh secara otomatis langsung menduduki dildo yang berukuran cukup besar itu.

"mmmhhh mmmh...paaak"..mendadak aku mendesah merasakan besarnya dildo tersebut. Belum lagi sempat vaginaku menyesuaikan diri, tiba-tiba vaginaku dikejutkan pula dengan getaran hebat dari dildo itu. Kulirik ke arah pak Surya, ternyata dia memegang remote kecil untuk mengendalikan getaran dildo yang baru saja dibenamkannya di dalam vaginaku tadi.

"uuuughhh uummhh ppaak...jjaangaan diterussin...geelii paaak..Dephut jadii pengenn....hhghh...aah" sebutku pada pak Surya di depan teman-temannya.

Plaaak.. plaaaak, dua tamparan mendarat di pipi kananku.

"apanya yang geli Dephut, kamu pengen apa hah? Pengen apa..?? Kalau bicara itu yang jelas, biar teman-teman saya juga mendengarnya" bentaknya.

"hikss ampun paaak, jangan ditampar lagi.. memek Dephut yang geli pak, memek Dephut gatal jadi pengen dientot" kataku disambut gelak tawa mereka berlima.

"bagus Dephut, saya suka dengan kejujuranmu, hahaha... kalau memang itu keinginanmu saya akan kabulkan. Sekarang katakanlah keinginanmu tadi di depan handycam ini, katakan siapa kamu sekarang, wanita seperti apa kamu dan apa yang kamu mau. Lakukan tanpa keterpaksaan" perintahnya menunjukkan handycam yang sudah standby merekam.

"hai, aku Defi Wahyuni, belum menikah. Aku biasa dipanggil Dephut. Gimana seksi gak kira-kira Dephut kalau telanjang gini tapi masih pakai jilbab. Ssst jangan pada bingung ya, Dephut ini pelacur, pelacur berjilbab yang suka dientot. Mmmhh jadi kalau mau ketemu sama Dephut datang saja ke B****. Dephut akan layani semua keinginan kalian. Mulut, memek dan anus Dephut bisa kalian pakai kapan saja, bbsaa kalian zinahi ssepuasnya. Graatiss mmpthhh" tuturku genit meremas-remas payudaraku lalu melihat ke arah kamera sesuai perintah pak Surya.

Aku tak menyangka, diriku yang selama ini alim dan polos bisa dengan mudahnya mengucapkan kalimat dan kata-kata tak berpendidikan seperti itu. Malu rasanya, apa jadinya jika orang tuaku, saudara dan sahabat-sahabatku melihat kelakuan binalku ini. Tapi semua sudah terlanjur, aku yang dulu bukanlah aku yang sekarang. Kini aku hanyalah budak nafsu pak Surya. Aku pun mencoba menikmati kekasaran dari permainannya, ya itulah peranku. Peranku sebagai seorang pelacur berjilbab.

"nah bapak-bapak, kalian sudah mendengarkannya kan..? Nikmatilah budak piaraanku ini. Mulut, memek dan anusnya bisa kalian pakai sampai puas. Hahaha" tawanya semakin merendahkanku.

Usai menertawai keadaanku, pak Surya kembali mendekatiku, dijambaknya perlahan rambutku lalu dilumatnya bibirku.

Cupp.. Cup.. Ssrrpth.. Ccpthh..

"Detik ini, panggil saya tuan. Termasuk juga ke teman-teman saya. Ingat, jangan membantah apapun yang mereka minta. Puaskan mereka dan berikan live show terbaikmu Phut" pesan pak Surya padaku.

Kubalas dengan anggukan dan pagutan bibir.

Selesai menyampaikan maksudnya, pak Surya langsung menginstruksikan ke empat temannya untuk menggarapku. Sedangkan dia sendiri sibuk mengabadikan setiap adegan demi adegan yang kulakukan.

"ttuuaan, mmmhh ssentuhhlah aku" pintaku malu-malu.

Tanpa kuminta dua kali, Togar, Dargo, Sunyoto dan Haris kemudian mulai menempelkan penisnya di wajahku, tepat mengenai hidung, pipi dan bibirku. Kadang mereka juga menamparkan penis itu ke pipiku. Tercium pula olehku penis mereka yang aromanya beraneka ragam, mulai kecut, asam serta anyir. Meski sedikit jijik, tapi aku sudah tak memperdulikan hal itu lagi, aku tak bisa membohongi diriku bahwa aku juga terangsang dengan kecabulan mereka.

"Buka mulutmu yang lebar Phut, aku mau entot dulu mulutmu itu" kata Togar dengan logat membentakku.

Saat mulutku terbuka, dengan cepat pak Togar membenamkan penisnya ke dalam mulutku. Penis yang besar dan panjang itu bahkan dengan mudah menyentuh kerongkonganku. Sama halnya seperti yang pernah dilakukan pak Surya, pak Togar juga mengulangi hal yang sama padaku. Ditekannya batang penisnya sampai membuatku susah bernapas, tangan kekarnya ikut pula memegang kepalaku sehingga semakin membuatku gelagapan.

"Tahan Phut.. tahaaaan... aaarghh... 1, 2, 3, 4, 5...." teriaknya menahan kepalaku sambil menghitung serta menguatkan benaman penisnya ke bagian terdalam mulutku.

Ketika mencapai hitungan ke 10, barulah pak Togar melepaskan penisnya dari mulutku.

Air ludahku pun langsung meluber membasahi penisnya dan menetes-netes di lantai ketika penis itu keluar dalam mulutku. Tak sampai satu menit mengambil napas, secara tak kuduga pak Togar lagi-lagi memasukkan batang penisnya ke mulutku. Memaju mundurkan penisnya, membenamkannya dengan kuat hingga menyentuh tenggorokanku dan memaju mundurkan penisnya lagi. Begitu berulang-ulang disertai banyaknya air ludahku yang ikut keluar membasahi penisnya.

"Seponganmu memang enak Phut. Sepongan pelacur berjilbab. aakh. Pelacurmu ini memang mantap Surya, nggak kalah dari lonte pinggir jalan..." rintihnya mengataiku sekaligus menikmati service oral yang dirasakannya dari mulutku.

"gantian Gar, aku juga mau nyoba. Dah nggak tahan ni" sambung Sunyoto menanggapi pengakuan Togar.

Senada dengan Sunyoto, Haris dan Dargo pun tak mau kalah untuk merasakan sepongan mulutku. Satu persatu, 4 penis dari 4 laki-laki yang berbeda itu kini secara bergantian merasakan kehangatan mulutku.

Sesekali, kujilati juga buah zakar mereka sampai membuat mereka merem melek menikmatinya.

"ttuaan suka kan service Dephut, mana kontolmu ttuaaan.. entot mulut kotorku ini tuaan, entot yang kuaaaat, yang lebiiih dalaaam." kataku terengah-engah mengulumi penis mereka.

Ssssuurpph.. SsLuupthh... Cccuurphh... SSLhh...

"Kau suka kontol ini kan pelacur... hah, ya kan!?" geram Sunyoto padaku

plaaak..

"makan kontolku ini pelacur...telan kontolkuuu lonteee jalang" lanjut Sunyoto setelah menampar pipiku.

"Gggglooghh...Gglhhkk..haaphhh.. Sss....u..uu..kkaa ttuaaann..gghhh. Dephut meem..aaa..ng pee..llaacuu..rrr...Eeeghmph.." balasku ngos-ngosan Sambil mengulumi penis pak Sunyoto.

Kedua payudaraku secara bersamaan juga menjadi sasaran mereka berempat. Diremasnya dengan kencang payudaraku bahkan sesekali mereka juga memilin dan menarik-menarik puting payudaraku yang telah mengeras.

"aaaghh aampuun ttuaaann, susu Dephut ssaaakiitt jangaaan ditariik kuat-kuaat putingnyaa erghhh... ssakitt, pelan ttuaan" mohonku pada mereka.

Namun bukannya melonggarkan remasannya pada payudaraku, keempat laki-laki bejat itu justru semakin bernafsu mendengar rintihanku. Mereka tampak senang mendengarku meronta-ronta kesakitan tak berdaya.

"Kau harus menikmatinya Phut, sekarang kau cuma pelacurr, jadi kami bebas melakukan apa saja," kata Haris disertai dua kali tamparan di kedua payudaraku.

plaaak.. plaaaakh

Bekas tamparan itu berjejak kemerahan di payudaraku, panas sekali rasanya tapi entah mengapa diperlakukan seperti itu vaginaku malah mendenyut-denyut gatal merasakan sensasi dicabuli oleh mereka secara beramai-ramai.

"Ayo Dephut jangan bohongi tubuhmu, inilah dirimu yang sebenarnya. Tubuhmu berbalut jilbab selama ini hanya penghias luar saja. Lihat dirimu sekarang, lihat Phut... kau adalah perempuan binal, kaau wanita jalang. Keluarkan semua keliaranmu Phut, lepaskan nafsu terpendammu itu, jangan ditahan. Tubuhmu sekarang halal untuk dijamah siapapun, untuk melayani siapapun. Rahimmu pantas sebagai tempat penampungan sperma setiap laki-laki, nikmatilah perzinahanmu Phut. Kau bukan wanita baik-baik lagii, kau sekarang adalah pelacur murahan, pelacur berjilbab" kata sisi liar diriku yang terasa seperti membisikkan keyakinan itu untukku.

"To, buka ikatan tangannya. Aku udah nggak sabar pengen ngerasain memeknya" tutur Haris pada Sunyoto.

"Iya Ris, sama aku juga dah gak sabar" balasnya sambil membuka ikatan di tanganku.

Begitu tali yang mengikat kedua tanganku terlepas, mereka berempat lalu menyuruhkan merangkak seperti anjing menuju kursi.

"Ayo dudukin kontolku Phut" perintah Haris ketika aku sudah mencapai kursi.

Ssslleebh... mmhh...

Penuh rasanya vaginaku saat batang penisnya terasa menancap di liang senggamaku.

"Ayo goyangkan pantatmu Phut, kocok kontolku dengan memekmu" pintanya.

Tanpa disuruh dua kali, aku pun langsung mengabulkan permintaan pak Haris, ku naik turunkan pantatku agar penisnya bisa keluar masuk vaginaku.

"aaaah.. aah... sshh tuann, kontolmuu kebeesaraan aah. Ngilu memek Phut" desahku.

Semakin lama goyanganku pun semakin cepat, harus kuakui aku telah kalah oleh nafsuku sendiri.

"Ennaak aah.. aah. Tuan Hariss sodok memek Phut.. sodok tuan" ceracauku semakin terbuai dengan gesekan penisnya.

"Apanya yang enak Phut, hmm kaau suka ya dientot. Kaalau lagi terangsang gitu kau cocok banget jadi pelacur Phut" jawabnya sambil menghinaku lagi.

"Memek Dephut enak tuan, enak heghhh digenjot sama kontol punya tuan.. aaaah... Dephut aaargh hhaahhh memang pelacur tuan" kataku menanggapi hinaannya yang semakin membuatku kehilangan kontrol diri.

Ditengah menikmati hentakan demi hentakan dari penis pak Haris di vaginaku, tiba-tiba kurasakan batang penis lain menempel di lubang anusku. Kutolehkan wajahku ke belakang dan kulihat ternyata itu adalah pak Togar.

"Ttuan jangaan disitu, Dephut belum pernah dianal, ssaaakit aaawwh.. ampun ssakit" senduku memelas pada Togar.

Namun apa daya, usahaku tetap sia-sia, dengan sekali hentak penis besar pak Togar sekejap saja berhasil menerobos masuk ke dalam anusku. Periih tapi aku hanya menahan sakitnya.

JLeeeeph..!

"ouuuh sedapnya anusmu lontee, sempiitt. Surya, kau belum merawani anus lontemu ini ya" gumamnya sambil bertanya pada pak Surya.

"Hahahaha, belum Gar, kalian puas-puasin aja dulu, yang penting aku sudah merasakan perawannya" tutur pak Surya yang masih sibuk merekam setiap adegan persetubuhan yang kami lakukan.

Lengkap sudah kemalanganku, tubuh mungilku kini diapit oleh tubuh tegap pak Haris dan Togar dengan posisi kedua penis mereka menembus liang vagina dan anusku. Secara serentak mereka berdua kemudian mulai memompa penisnya bersama-sama.

Plooookk Ppoogh...

Sleeephh.. Sleebh...

"ssssh aaaah ppelan tuaan aaaah" rintihku mengiringi suara benturan selangkanganku dengan kemaluan mereka.

Melihat live show tersebut, pak Sunyoto dan Dargo lalu ikut memanfaatkanku untuk mengulum penisnya.

"Ooohh inikah rasanya disetubuhi ramai-ramai, ketika kedua tanganku sibuk mengulumi penis dua orang laki-laki, disaat yang bersamaan anus dan vaginaku dikerjai pula oleh dua laki-laki yang berbeda" batinku.

Ritme kocokan penis di vagina dan anusku juga semakin cepat sampai membuatku gelagapan.

Jika sudah puas menggarapku, maka posisi pak Haris dan Togar selanjutnya digantikan oleh Sunyoto dan Dargo. Berulang kali mereka berempat menggagahiku hingga akhirnya mereka memintaku untuk merubah berbagai posisi, mulai dari menungging hingga telentang di lantai.

Setelah berganti posisi, lagi-lagi vagina dan anusku digarap secara bergantian. Bahkan terkadang mereka juga sedikit kasar seperti menampari wajahku, payudaraku serta meludahi wajahku.

"aaaah tteerruss ttuaan... Dephutt maaaau sampaiii.. teruss entot memekkuu tuaaaan, lebihh kencang aaah" jeritku ingin orgasme.

"keluarin sama-sama lontee, aku juga mau keluaaaar, tteriimaaa pejuku.. kuhamili kau lontee. Dephut LONTeeee... aaaarghh" teriak pak Togar tak kalah keras sambil membenamkan dalam-dalam penisnya di vaginaku.

Croootthh.. croothh

Spermanya menyembur masuk ke rahimku. Aku tak mampu berpikir jernih lagi, kubiarkan saja pak Togar mengeluarkan benihnya tersebut meski aku tahu hal itu bisa saja beresiko menyebabkan aku hamil di kemudian hari. Disaat yang hampir bersamaan aku lalu ikut meledakkan orgasmeku.

"Dephutt keluaaar tuaaan, Dephut keluaaaar... aaah.." balasku.

Srrr.. Sssrrr..

Lemas rasanya badanku lalu kuperhatikan senyum puas terpancar di wajah pak Togar usai menanamkan calon anaknya ke rahimku. Sementara itu tiga orang lainnya, Dargo, Sunyoto dan Haris justru menjadikan wajahku sebagai wadah penampungan sperma mereka.

"Aku juga sampaaai Phut, rasakan pejuku Phuutt, keluaaaar aaaah"

...

"Minum spermaku Phut, minumm pelacurkuu"

...

"Dephut pelacuur binaal, aku keluaaaar, aaaah..." ceracau mereka bertiga bersahut-sahutan.

Crot..! Crot..! Crot..!

Berliter-liter sperma mereka bertiga muncrat membasahi hidung, pipi, bibir dan juga sedikit mengenai mataku.

"Video ini pasti bisa jadi film paling hot di B****. Hahahahaha, kamu memang jalang Dephut" ucapnya.

Tak berapa lama usai digarap ke-empat pria amoral temannya pak Surya, aku yang masih dalam keadaan kelelahan akhirnya terpejam dan tak sadarkan diri. Aku pingsan di ruangan pak Surya.

Part IV : Aku Semakin Tak Dapat Mengendalikan Nafsuku

Tak terasa 4 jam lamanya aku jadi pelampiasan nafsu teman-temannya pak Surya. Berjam-jam pula aku pingsan, sampai aku pun baru terbangun saat hari sudah siang.

"eegmphh aduuuhh", gumamku merasakan badanku yang masih terasa lemas setelah sebelumnya digagahi berkali-kali oleh pak Togar, Dargo, Sunyoto dan Haris.

Bau anyir juga kurasakan dengan jelas karena sisa-sisa sperma kering mereka masih menempel di wajahku. Saat hendak bangkit, tiba-tiba kudengar suara pak Surya menyapaku.

"Ternyata dia belum pulang" batinku.

"hai manis, ternyata kamu sudah bangun ya. Permainan kamu tadi benar-benar hebat. Tau gak Phut, teman-teman saya ketagihan dan suatu saat nanti mereka pengen dilayani lagi sama kamu. Tadi saya juga sudah buat koleksi film live show mu, hasilnya bagus gak kalah sama film-film porno luar negeri..hahaha" tawanya memberitahuku mengenai rekaman persetubuhanku dengan ke empat temannya.

Mendengar pernyataan itu, aku hanya diam saja. Menunduk malu membayangkan betapa liar dan binalnya aku sekarang.

"ppak, tolong jangaann disebariin video ituuu..Dephut mohon. Dephut takut kalau ada orang lain yang tau soal video itu" harapku.

"hahahaha, kamu tenang saja manis, selagi kamu patuhi semua perintah saya, video ini akan aman. Tapi ingat, kalau kamu berani melawan saya, suadara dan orang tuamu pasti akan melihat rekaman video ini. Ingat ituu..Dan satu lagi, apa kamu lupa harus memanggil saya apa??" tegasnya.

"Baiik ttuan, maaf Dephut lupa" singkatku menjawabnya.

"jangan sampai lupa lagi...oh iya, sekarang kamu sudah bisa pulang. Nanti pakai saja baju gamismu yang tadi dan untuk kali ini kamu lepas aja jilbabmu, kamu nggak mau kan pakai jilbab bekas sperma mereka. Tapi sebelum kamu buka jilbabmu itu, saya mau minta tolong" pintanya.

"iya tuan, nanti jilbabnya Dephut buka. Tuan mmaau minta tolong appa?" tanyaku berdebar-debar.

"Begini Phut, closet di toilet ruangan ini rusak, sepertinya tersumbat. Saya sudah telpon tukang untuk memperbaikinya. Sore nanti baru diperbaiki" jelasnya.

"Terus Dephut mesti gimana tuan?" gumamku pelan.

"Masa sih harus aku yang bantu perbaiki closet WC kantor, kan aku nggak bisa" pikirku.

"menjelang tukang yang akan memperbaiki closet itu datang, kamu harus menolong saya untuk menyelesaikan hajat saya yang daritadi tertahan" sebutnya.

"Hajaat, apa maksudnya. Apa mungkin pak Surya menyuruhku mencarikannya WC lain untuk buang hajat" pikirku lagi menebak-menebak.

"sekarang ikuttt saya..."

Baru saja aku berdiri,

"eeitts siapa yang suruh kamu berdiri dan berjalan. Merangkak! Ikuti saya" perintahnya.

Aku langsung merangkak menuruti kata-katanya.

Dengan posisi pak Surya berjalan di depanku, aku bagaikan anjing betina yang setia mengikuti majikannya dari belakang. Dapat kulihat pak Surya menggiringku ke toilet yang berada persis di luar ruangan humas pojok sebelah kanan. Toilet perempuan sudah tertutup dan terkunci dari luar, sedangkan toilet laki-laki masih terbuka lebar. Beruntung, karena hari libur suasana sekeliling kantorku sepi tak ada aktivitas lain, sehingga tak ada yang melihat diriku telanjang mengenakan jilbab dan high heels sambil merangkak seperti anjing betina.

"sekarang lihat toilet yang ini Phut, gimana menurutmu" ucapnya bertanya.

"kottorr ttuaan, baau pesing. Mungkin belum dibersihkan sama CS (Cleaning Service) nya" jawabku.

"kalau saya kencing disitu kira-kira pantas gak Phut. Di toilet yang busuk, bau pesing dan banyak kotorannya" tanyanya kembali padaku sambil membuka resleting celananya dan menunjukkan penisnya yang sudah tegak membesar.

"Uuugh penis itu, penis yang ssudah merenggut keperawananku, kenapa..kenapa aku malah kagum dan terangsang melihatnya" kata hatiku.

"Phut, kenapa melamun, jawab pertanyaan saya barusan" bentaknya.

"maaff ttuaan, ttuan tidak pantas kencing di toilet itu. Harus di tempat yang bersih" saranku.

"Tempat yang bersih, tapi dimana Phut, kamu tau nggak?. Kalau di toilet dalam ruangan saya nggak mungkin dunk, kan lagi rusak dan baru ntar sore diperbaiki. Apa mungkin harus cari toilet di ruangan pegawai lain Phut" katanya sekaligus memberi penjelasan.

Kebimbangan pun seketika langsung menghampiri, ingin rasanya aku mengiyakan apa yang dikatakan pak Surya untuk mencarikan toilet yang lebih bersih, tapi entah mengapa batinku bersikeras menolak.

"Dephut, apa yang kau pikirkan, cepat bantu pak Surya. Kau tidak usah repot mencarikan toilet bersih untuknya, gunakan mulutmu. Jadikan mulut mungilmu itu sebagai toilet, mulutmu bukan cuma untuk menampung spermanya tapi juga kencingnya. Lihat betapa besar kontol itu, kau mengaguminya kan. Rasakan betapa hausnya kerongkonganmu sekarang, tunggu apa lagi Phut, mulutmu pantas dijadikan toilet untuknya. Lakukan Phut, jangan kecewakan tuanmu. Jangan tipu perasaanmu" tutur sisi liarku yang semakin membuatku deg-degan.

"mmh ttuaaan, kita nggak usah nyari toilet ke ruangan lain" kataku gugup.

"jadi gimana dunk..kamu kelamaan mikirnya Phut, saya sudah nggak tahan, ya sudah saya kencing di dalam toilet ini saja" gumamnya tergesa-gesa hendak masuk ke dalam toilet tersebut.

Baru dua langkah berjalan, secara tiba-tiba aku memanggilnya.

"ttuaaan tungguu..."

"apalagi sih Phut, kamu mau menghalangi saya kencing. Mau saya tampar kamu hah!" hardiknya.

"bbukan ttuan, Dephut nggak bermaksud seperti itu, tuan jangan kencing ddisitu. Mmmhh.. pakai mulut Dephut aja ttuaan. Jadikan mulut Dephut toiletmu tuaan, ttuan boleh kencing di mulut Dephut" kataku tanpa malu-malu.

"apa saya tidak salah dengar Phut. Apa kamu serius. Kamu tadi bilang apa" imbuhnya.

"ttuaan nggak salah dengar. Ttuan boleh kencing di mulut Dhephut. Ttuaan boleh jadikan mulut pelacurmu ini ttoileet" teriakku agak kuat yang langsung disambut gelak tawa pak Surya.

"Hahaha.. Buka mulutmu Phut, buka yang lebar. Awas jangan sampai tumpah dari mulutmu" perintahnya untuk yang kesekian kalinya.

Sambil mendongakkan wajah, aku kemudian membuka mulutku lebar-lebar. Hanya hitungan detik, kurasakan hangatnya air kencing pak Surya mengalir membasahi tenggorokanku. Terhirup pula olehku aromanya yang pesing, bahkan semakin lama semakin deras masuk ke kerongkonganku.

Eneg, kecut, mual, pesing itulah yang kurasakan ketika meminum kencingnya pak Surya. Ini adalah pengalaman pertamaku meminum air kencing laki-laki yang seumur-umur belum pernah kulakukan.

Kulirik sekilas di cermin toilet, bagaimana aku merendahkan harga diriku dengan bersimpuh di depan pak Surya, di depan penisnya dan bahkan dengan sukarela dikencingi olehnya. Tak kusangka air kencing berwarna kekuning-kuningan itu keluar sangat banyak dari mulut penis pak Surya. Seperti tak ada habisnya, awalnya aku dibuat mual tapi lama kelamaan aku menjadi terbiasa dengan aromanya, dengan rasanya.

"kamu suka kan kencingku Phut, gimana rasanya enak kan. Tunjukkan padaku air kencingku yang ada di mulutmu setelah itu telan pelan-pelan" kata dia lalu menghentikan sejenak ulahnya.

"Sssu..kaaa ttuaaan, aaaa'.. GgLhhh Gleek. aaa', kencing tuan rasanya keccutt, pessing.. Uuughh ttapi Deep..hutt Sssukaa" jawabku sedikit gelagapan.

"kamu semakin jalang Phut, kamu memang pelacur nggak punya harga diri. Murahann...habiskan air kencingku sundal, ini yang kamu mau kan pelacur" makinya geram dan mengarahkan penisnya ke mulutku lagi.

Untuk kesekian kalinya, kembali kutelan seteguk demi seteguk kencing pak Surya. Bahkan sesekali kudekati mulutku dan kuemut juga penisnya yang besar tersebut. Tanpa rasa jijik, kini cacian dan hinaannya pun menjadi pembangkit gairahku.

"Jauwana, anakmu benar-benar pelacurr palingan murahan. Defi Wahyuni anakmu ini sangat rakus meminum kencingku. Hahahaha. Suatu saat kau harus melihatnya Jau, melihat pelacur yang dulu lahir dari rahimu. Ayo Dephut habiskan kencingku, jangan ada yang tersisa... cuiiih."

Ssseeerr... Ssrrr...

"aaah enaknya mengencingi anakmu jau. Lontee.." ceracau pak Surya sambil menyebut nama mamaku, menghinaku serta beralih mengencingi wajahku.

"aaaah angeet kencingmu ttuaan, muka Dephut kena kencingmu. Uuuuhh mama, Phut lagi dikencingi sama pak Surya ma. Lihat ma, Phut udah jadi pelacur" balasku menceracau sambil membayangkan mamaku menyaksikan kelakuanku.

"legaaa...terima kasih Phut, terima kasih pelacurku..hahahaha" tawanya terbahak-bahak setelah puas menjadikanku toilet.

Tak lama kemudian ia pun pergi begitu saja meninggalkanku seorang diri. Dengan tubuh bau pesing bermandikan kencing, aku selanjutnya buru-buru membersihkan diri. Membuka jilbabku lalu membasuh semua tubuhku dengan air bersih.

Tak lupa kusabuni badanku serta menggosok gigi agar bau sperma ke 4 teman pak Surya yang lengket bisa menghilang sepenuhnya. Termasuk juga agar membersihkan bau pesing kencing pak Surya di sekujur tubuhku. Selesai membersihkan diri, aku lantas berlari mengendap-endap ke ruangan humas untuk mengambil baju gamis dan rokku.

"Jangan sampai ada yang melihatku telanjang seperti ini" risauku mengingat hari yang tak terasa sudah semakin sore.

Tanpa mengenakan jilbab yang sudah kotor dan bau, aku langsung memakai gamis dan rokku. Tak lupa mengunci pintu ruangan pak Surya dan bergegas menuju parkiran. Sedikit kuamati sebentar, mobil pak Surya dan ke 4 temannya kini sudah tak ada lagi di halaman parkir kantorku. Para penjahat kelamin itu tampaknya benar-benar sudah pergi. Tak mau berlama-lama, ketika sampai di parkiran, kunyalakan motor yang kupinjam dari pak Surya kemarin dan pulang ke rumahku.

Part V : Kebinalanku Berlanjut di Rumah

"Hoaaaam.. eeghhh... lelahnya badan ini."

Setelah hampir seharian jadi pelampian nafsu binatang pak Surya dan teman-temannya, akupun merasa lelah dan mengantuk. Begitu sampai di rumah, langsung kurebahkan tubuhku di kasur dan tertidur.

Tepat pukul 20.00 WIB malam barulah aku terbangun kembali. Tak terasa hari Minggu hampir berlalu, Senin esok aku harus kembali kerja ke kantor dan tentunya pasti akan ketemu lagi dengan si bejat pak Surya. Atasan yang sudah menodai kesucianku dan menjadikanku budak seks piaraannya. Ingin menyesal rasanya juga percuma, kubuyarkan lamunanku lalu aku mengambil handuk dan bergegas mandi.

Kunyalakan shower sambil menikmati guyuran air yang membasahi badanku. Segar rasanya, kusabuni setiap inci tubuhku hingga ke telapak kaki. Tak lupa kukeramas rambutku dan barulah menggosok gigi. Baru saja hendak mengeringkan badan, tiba-tiba kudengar handphoneku berbunyi melantunkan lagu Keong Racun ciptaan Sinta dan Jojo yang pernah booming di jejaring sosial Youtube. Lagu khas kesukaanku yang kujadikan ringtone di handphone.

"Kayaknya ada sms, siapa ya" gumamku.

Penasaran dengan sms tersebut, aku kemudian keluar dari kamar mandi dan mengambil handphone itu. Saat kubuka dan kubaca isinya ternyata pesan singkat yang kuterima adalah dari kakakku, Memi.

"Dek, kakak hari ini nginap di rumah teman, mau nyambung ngerjain tesis sama teman. Kamu di rumah sendirian gak apa-apa kan. Kalau ada apa-apa kasih tau kakak ya dek. Jangan lupa makan, kakak tadi dah masak kok" isi pesan singkat kakakku yang langsung kubalas.

Ya begitulah kakakku, selalu sibuk dengan tugas akhir S2 nya. Kuliah sambil kerja yang kadang sampai membuatnya tak ada waktu untuk pulang ke rumah.

"Sendirian deh" kataku bosan karena tak ada teman di rumah.

Selesai membalas sms kakaku, aku selanjutnya mulai mempercantik diri. Sedikit iseng, bukannya pakaian tertutup, malam ini aku justru mencoba dandanan baru. Kukenakan gaun merah selutut yang begitu seksi, tanpa memakai cd dan bh serta tanpa mengenakan jilbab.

Kupakai high heels tali berwarna putih serta kukombinasikan dengan lipstik pink di bibirku. Berdiri menatap cermin dan kulihatlah perbedaanku, benar-benar menggoda. Sangat berbeda dengan tampilanku ketika aku mengenakan jilbab. Leher mulusku, kaki jenjangku, payudara ranumku semua terekspose jelas. Aku bahkan kagum dengan diriku sendiri.

"Benarkah ini aku... mmhh..." sebutku yang masih menatap diriku di cermin.

Sambil terus menatap cermin, kubayangkan lagi saat-saat diriku digagahi beramai-ramai oleh pak Surya dan teman-temannya. Ingatan itu mendadak membuat vaginaku berdenyut. Perlahan kuremasi payudaraku sendiri, kurasakan dari luar gaunku, puting payudaraku juga sudah mengeras.

"aaah, pak Surya" desahku menyebut namanya.

Tergambar di pikiranku bagaimana besar dan panjangnya penis milik pak Surya. Menembusi liang senggamaku sampai menyemburkan spermanya ke dalam rahimku.
"Ooouhhh, semakin gatal saja rasanya vaginaku mengingat kejadian cabul tersebut."

Kini kutatap kembali cermin dihadapanku dan kubayangkan cermin itu adalah pak Surya. Aku lalu merubah posisiku mengangkang menghadap ke depan cermin, detik berikutnya tanganku mulai menyibak rok gaun yang kupakai, menempelkan jariku di bibir vaginaku dan sSleeebh..Oouhh kumasukkan satu jariku ke dalam vaginaku sendiri. Kukocok perlahan serta kubarengi dengan mengusap-usap clitorisku.

"Ttuaaan, ssshh aaghhh lihat Dephut ttuaan. Tuaaan suka kan sama memek Dephut, aaaahh eEn..toot memekku tuaan.. entot ppakaai kkontol besarmu.." ceracauku menjadi-jadi.

Tak puas dengan satu jari, kutusukkan lagi satu jariku hingga akhirnya dua jari pun sudah terbenam ke dalam vaginaku. Terasa basah lubang vaginaku, basah merekah.

"aaahh ttuaan Surya, teruusss genjot memek Phut. Lebih cepaaat tuaaan, leebih kencang. Eeghhh..Uuwghh.." khayalku masih membayangkan sedang disetubuhi pak Surya.

Terbayang pula dipikiranku pak Surya bertanya bagaimana jika nantinya aku hamil.

"Phut memekmu sempittt, menjepit kontolku aaaarghh. Kamu akan kuzinahi sampai hamil lontee. Kalau kamu hamil, apa kamu akan meminta pertanggungjawaban dari saya Phut," katanya dalam lamunanku diiringi suara kocokan jari di vaginaku yang semakin kupercepat.

Cpokk.. Cpokk..

"teerrruss tuaaan tekaan kkontolmuu, tekaaan aaaaghhh. Hamili Dephut tuaan, hamilii lontemu ini. Tuuaan gak perlu bertanggung jawabbb.. Dephuut memang lonte yang ppantass dihamili tuaaan, Dephut pelacuuur berjilbab. aaarghh" gumamku seakan-akan menjawab pertanyaan pak Surya yang ada dalam khayal fantasiku bermasturbasi.

Sedang asiknya bermasturbasi, mendadak khayalanku dibuyarkan oleh suara ketukan pintu di luar rumahmu. Kesal rasanya, belum lagi keluar, ada saja tamu tak diundang yang mengganggu.

Tok.. tok.. tok..

tok.. tok..

"siapa sih malam-malam gini, ganggu aja" sesalku.

Cepat kulangkahkan kakiku lalu kubuka pintu depan rumahku.

"Iya sebentar" teriakku.

Saat pintu terbuka, ternyata tamu tak diundang itu adalah pak Broto, ketua RT di lingkungan rumahku.

"malam Phut, Memi ada gak. Bapak ada perlu sebentar. Maaf ya, kalau bapak sudah mengganggu istirahat kalian" sapanya dengan sedikit segan.

"malam juga pak. Gak kok pak, pak RT nggak ganggu sama sekali. Ada perlu apa ya pak sama kak Memi. Kakak lagi gak ada dirumah soalnya. Mari silahkan masuk dulu pak" ujarku.

"Silahkan duduk pak. Mau minum apa pak, teh apa kopi" sambungku.

"aduh Phut gak usah repot-repot, saya cuma sebentar kok. Memangnya Memi kemana?".

"Saya kesini cuma mau ngantar undangan ini Phut untuk Memi. Lusa di lingkungan RT kita ada kegiatan darma sosial dan istri saya minta agar Memi ikut berpartisipasi," ungkapnya.

"oooh gitu ya pak. Ya deh pak, ntar kalau kakak sudah pulang pasti Phut sampaikan undangannya" janjiku meyakinkannya.

"terima kasih ya Phut. Oh ya kamu mau pergi pesta ya Phut. Kok malam-malam gini dandanan kamu berbeda. Kamu sudah nggak pakai jilbab lagi ya sekarang" tanyanya.

Yang seketika langsung menyadarkanku kalau aku ternyata masih mengenakan gaun terusan seksi selutut dan lupa menggantinya karena buru-buru membukakan pintu tadi.

"Mmmh bukan pak, Dephut nggak mau pergi kemana-mana kok. Ini tadi Phut cuma nyobain gaun ini aja pak, kan sudah lama nggak kepakai. Tapi pas bapak datang, Dephut buru-buru bukain pintu, jadi belum sempat ganti bajunya. Dephut kalau di luar pakai jilbab kok pak" jelasku mencari alasan agar dia tak curiga.

Gugup rasanya menjawab pertanyaan pak Broto. Gara-gara kecerobohanku aku sampai lupa mengganti pakaian gamisku. Sepintas kuperhatikan pak Broto kadang mencuri-curi pandang ke arah tubuhku, terutama paha dan dadaku.

Parahnya, bukannya risih karena sudah mempertontonkan aurat tubuhku, aku justru tertantang untuk melakukan yang lebih lagi. Ya, menggoda pria beristri yang telah berumur dan mempunyai 4 orang anak tersebut.

"oooh saya kira kamu mau pergi keluar. Ya sudah Phut kalau begitu saya pamit pulang dulu ya, sudah malam. Nggak enak nanti kalau dilihat tetangga, ntar disangka pula ngapa-ngapain" khawatirnya sambil bangkit dari kursi dan hendak berpamitan denganku.

"mmm..pak..pak..ttunggu bentar pak..bapak jangan pulang dulu donk. Mumpung mmh pak RT masih di sini, Phut sekalian mau minta tolong" sebutku mencoba menahan kepergiannya.

"minta tolong apa Phut, kalau ada yang bisa saya bantu, pasti saya bantu" katanya balik bertanya.

"tapi janji ya pak cuma kita berdua saja yang tahu. Jangan sampai ada orang lain yang tahu" pesanku.

"memangnya kamu mau minta tolong apaan Phut, kok pakai janji-janji segala" selidiknya.

"pokoknya pak Broto harus janji dulu, abis itu baru Dephut ceritakan" tegasku.

Broto "iya..iya saya janji nggak akan bilang ke siapa-siapa. Kamu bikin saya penasaran saja" imbuhnya.

"ginii pak, beberapa hari ini Dephut sempat dengar kabar kalau di lingkungan kita ini ada perempuan yang suka menjajakan diri sama laki-laki di sini. Itu lho paak dduh apa ya sebutannya pak perempuan kayak gitu itu" ceritaku panjang lebar.

"maksud kamu pelacur, Phut? Kamu dapat kabar itu dari siapa? Kamu nggak bercanda kan Phut?? kok saya baru tahu" kagetnya mendengar penjelasanku.

"saya dapat informasinya dari tetangga di sini juga pak. Saya mau memastikan informasi itu, makanya saya minta tolong sama bapak. Bapak kan mmm ketua RT di sini, kira-kira apa yang bapak lakukan sama perempuan itu" ucapku.

"ya pasti saya kasih pelajaran sama dia, kurang ajar sekali dia berani-beraninya berbuat maksiat dan jual diri di sini. Saya mau ketemu sama orangnya, biar nanti kita arak saja keliling kecamatan, lalu kita usir dan kita suruh pindah ke lokalisasi" geramnya masih tak percaya.

"ppaaak ssabar dulu pak, makanya harus kita buktikan dulu pak. Kan saat ini belum terbukti. Tadi kan bapak sudah janji supaya jangan ada orang lain yang tau selain kita berdua" kataku untuk mengingatkannya.

"gini pak, Dephut punya ide. Bapak boleh menghukum apa saja sama perempuan itu nanti, tapi jangan usir dia dan jangan lukai dia. Pokoknya selain yang dua pengecualian itu, selebihnya bapak boleh lakukan apa saja sama dia" lanjutku.

"baiklaah kalau begitu, saya tidak akan mengusir dan melukainya. Tapi saya tetap akan memberikannya pelajaran. Sekarang siapa dan dimana perempuan yang kamu maksud itu Phut. Kita datangi saja ke rumahnya" sarannya.

"sabaarr paaak, kita jangan ke rumahnya. Dephut bisa kok bawa perempuan itu datang ke sini untuk menemui pak RT. Tapi mmm Dephut pengen tau, ntar hukuman seperti apa yang akan bapak berikan sama dia" ucapku bertanya.

"saya mau siksa diaa, setelah itu akan saya bawa dia ke pabrik somel di ujung jalan sana biar sekalian diperkosa ramai-ramai. Kalau perlu sampai hamil" paparnya.



Astaga kata-katanya barusan membuatku kian berdebar-debar. Setahuku pabrik somel yang letaknya persis di ujung jalan itu mempekerjakan 122 laki-laki. Jaraknya dari rumahku tak lebih dari 1 km. Tak terbayang bagaimana rasanya diperkosa bergiliran oleh 122 orang. Sewaktu melayani pak Surya dan ke 4 temannya saja aku pingsan, apalagi kalau harus 122 orang.

"okee pak, kalau gitu nanti pas perempuan itu ada di depan bapak, bapak boleh menyiksanya. Dephut serahkan semuanya sama pak RT" ujarku.

"tentu. Sekarang kamu panggil saja dia untuk datang ke sini, selanjutnya serahkan padaku" singkatnya.

"mmm paak, sekarang buktikanlah kata-katamu tadi. Perempuan yang Dephut maksud itu sudah ada di sini, di depanmu" godaku genit dengan ekspresi sambil menggigit bibir bawahku.

"apaaa, jadii perempuan pelacur yang kamu maksud itu justru dirimu sendiri Phut. Jadi ini alasanmu supaya aku tidak mengusirmu..!" hardiknya.

"ppaak maaaff kan Dephut. SSsebenarnya.." belum selesai bicara tiba-tiba pak Broto memberiku sebuah tamparan

Pplaaaak..

"dasar lonteee, luarnya saja kelihatan alim tapi dalamnya murahan. Pendosa, penzina" cacinya.

"Uuughhh... ppaaak.. aah" desahku merasakan sensasi kekasarannya.

Dibukanya seluruh pakaian sampai benar-benar bugil tanpa sehelai benang pun. aku dipaksa bersimpuh persis di depan penisnya yang sudah berdiri tegak. Kuperhatikan dengan seksama, penis miliknya ternyata sama besarnya dengan milik atasanku, pak Surya.

"Buka mulutmu jalang" bentaknya sambil menjambak rambutku hingga membuat kepalaku mendongak

“buka mulutmu." Perintahnya

Aku hanya bisa murutinya, dia lansung menjejalkan penis besarnya itu menyeruak masuk ke mulutku lalu dimaju mundurkan penisnya berulang kali.

Gggrrrghh... Gglllhh...

"Mulutku di Deepthroat lagi.. " tebakku yang sudah mempersiapkan diri.

Saat mengoral penis pak Broto aku jauh lebih siap karena sebelumnya aku juga sudah pernah melakukan hal serupa ketika melayani pak Surya dan teman-temannya. Sebentar saja, air ludahku sudah membanjiri batang penisnya.

"ayo nungging sundal." Perintahnya sambil menampar pantatku.

Plaaaak..

Jjjleeeph...

SsLeebhh...

Terasa sesak vaginaku menampung semua penisnya. Usai menenggelamkan penis itu ke dalam lubang peranakanku, pak Broto langsung menggenjot memekku dengan penuh nafsu.


Plllok... Pplook... Poooghh..

"Memekmu ternyata sudah ttidak perawan Phut. Pasti sudah banyak kontol yang ngentotin memek lacurmu ini kan.. ya kan.." racaunya bertanya dan menampar-menampar bongkahan pantatku.

plaaak... Pplaaaah...

Hegghh..

plaaaak..

"aaaah paaak, pelaan... eennggaaak paak.. bbarru ddua kkaali Dephuut aaaah melakukannya ssssh.. aaak pak RT, kencengin sodokanmu paak..." jawabku berusaha membuatnya percaya.

"jangaaan bohonggg lonteee, mau aku usir kamu dari sini hah! Sudah berapaaa orang yang pernah ngentotin kamu Phut.." giliran pipiku ditamparnya dari belakang.

plaaak..

"aaampun jjaangan usir Dephut. Uughh ssudaaah 6 orang pak, termasuk pak RT. aaaarhh enak pak, kontolmuu bessaaar. Zinahi Phut paaak, siksa akuuu, perkosa akuuu" jeritku tak kuasa membendung kenikmatan yang kurasakan.

"kamu memang lontee murahaan Phut, pelacuur hinaaaa.. setelah ini kamu akan ku jadikan pelacurr di pabrik somel sana."

Plaaaak..

"rasakaaan kontolku lonteee.. rassakan..." tuturnya.

Ploook... Cpookkh... ppoKkh..

"iiyaaa paaaak RT aaaah bawaalah Dephut ke sana pak. Jaddikaaan Dephut pelacur untuk merekaaa.. aaah Dephut memang lontee paak, Dephut ssssh pelacur murahaan.. pelacuuur berjilbab" sebutku mengiyakan rencananya.

"Phuutt maau nyampai paaaak, memek Phut maau keeluaaar " sebutku lagi.

"aku juga maaau keluaaaar Phut... aaah kita keluariin sama-sama Phut, aku keluariiin di dalaaaam. Terima pejuku lonte.. terima inii aaaarghh.." pekiknya menekan kuat-kuat penisnya ke lubang vaginaku.

"iiyaa paaaak, keluarin di dalaam paaak, keluarin pejumu dalam rahimku pak. Hamilii Dephut, hamiliii lontemu inii paaak.. aaaah.."

Ccrrroootth.. Crooth

Serrr.. Serr..

menyemburlah cairan orgasme dari vaginaku bersamaan dengan muntahnya sperma pak Broto menyirami rahimku.

Ini adalah yang kedua kalinya rahimku disiram oleh sperma laki-laki setelah pak Surya. Entah apalagi yang selanjutnya akan bakal ku alami, yang jelas aku benar-benar sudah berubah sejak kehilangan keperawananku.

Klik Nomor untuk lanjutannya

Related Posts