Cerita Sex Dewasa - Kehidupan Asih S-4

Kehidupan Asih S-1

Kehidupan Asih S-2

Kehidupan Asih S-3

cewek amoy
xxnamaxx



POV BI NANI

Darah ku mendidih rasanya menyaksikan apa yang tengah di lakukan Pak Mandor dan Asih di dalam sana. Erangan dan desahan yang semakin keras dan jelas membuat hati ku berkecamuk dengan perasaan marah , kecewa , kesal dan juga cemburu menjadi satu.

Dugaan ku benar kalau ada yang tidak beres sejak perginya Asih dan pak Mandor ke mata air untuk melakukan ritual tujuh bulanan. Aku mencium aroma niat busuk saat pak mandor menawarkan diri untuk mengantar ritual tujuh bulanan di mata air kampung kami. Dan kecurigaan ku semakin kuat saat aku melihat Asih keluar rumah lewat pintu belakang dan bercengkrama dengan pak mandor. Di tambah lagi saat Asih mengikuti pak mandor memaksa ku untuk membuntuti mereka hingga sampai di rumah yang tengah di bangun ini.

Aku melihat kilatan api birahi yang menyalanya la di mata pak mandor setiap kali ia menatap Asih. Sebuah tatapan lapar seakan ingin menelanjangi asih bulat bulat dan menerkamnya. Aku pikir usaha ku selama ini dengan terus melayaninya bisa meredam gejolak nafsu dan rasa penasaran pak mandor akan kemolekan tubuh muda Asih yang tengah berbadan dua.

Namun ternyata pak mandor benar benar buaya darat yang licin dengan sepak terjang yang tak perlu di ragukan lagi dalam menaklukan wanita dan menggiringnya untuk luluh di bawah selangkangannya. Bukan hanya sekedar kabar burung ternyata dengan apa yang sering aku dengar selama ini kalau banyak istri anak buahnya yang sering di tidurinya , saling berbagi lendir dan memuaskan birahi satu sama lain.

Termasuk aku juga yang terjerat rayuan mautnya dan akhirnya terjerumus ke lembah nikmat yang dia berikan dengan semua pesona dan kejantanan kontolnya yang mampu membuat setiap wanita kelojotan dan merintih nikmat memohon ampun tak kuasa di dera nikmat saat berada di bawah genjotannya.

Dan kini Asih pun mengalami hal yang sama , dimana dia sudah berhasil masuk ke dalam jerat rayu birahi pak mandor. Telinga ku beberapa kali menangkap ucapan kalau apa yang sedang di lakukannya dengan pak mandor adalah bagian dari ritual tujuh bulanan yang harus di selesaikannya. Padahal itu hanyalah sebuah akal bulus semata yang di ciptakan pak mandor untuk bisa menikmati tubuh mulus Asih. Karena meski aku sama sekali belum pernah mengandung tapi aku tahu betul tak ritual bersetubuh untuk menyempurnakan acara tujuh bulanan ini.

Tangan ku mengepal keras dan beberapa kali menarik narik baju ku sendiri saat ku lihat pantat pak mandor bergerak maju mundur memompa memek Asih yang seakan kesusahan menampung kontol hitam bertasbih pak mandor.

Amarah ku semakin memuncak saat ku dengar lenguhan dan erangan kenikmatan Asih setiap kali pak mandor menghentak kuat pinggulnya membuat batang kontol yang tampak berkilat putih itu lenyap di telan memek asih. tubuhku panas menggelegak di landa nafsu amarah dan juga nafsu birahi yang datang secara bersamaan.

Aku merasakan marah dan kecewa terhadap pak mandor yang tengah menodai Asih anak angkat ku. Aku juga merasa kesal terhadap Asih yang terjerat rayu pak mandor dan dapat ku pastikan Asih tak akan bisa berpaling dan lepas dari pak mandor karena memeknya pasti akan merasa terus ketagihan dan meminta ingin di entot kembali oleh kontol bertasbih itu , sama seperti diriku yang kini di butakan oleh pesona pak mandor yang santun dan kalem namun berbanding terbalik dengan kontolnya yang gahar.

Nafsaku menderu dan dada ku bergemuruh seiring bergolaknya letupan birahi yang menyerang tubuhku melihat betapa liar dan menggeloranya permainan Asih dan pak mandor membuat memek ku mulai basah karena cairan memek ku mulai merembes ke paha karena aku tak mengenakan celana dalam.

" Aarrghhh... oouhhh... ".

Tubuhku hampir limbung rasanya mendengar erangan dan lolongan mereka berdua saat mencapai dermaga birahi membuat tubuh mereka berdua terhempas bagai kapas tertiup angin.

Tak jauh beda dengan mereka tubuh aku pun mengejang dan bergetar saat ku rasakan ledakan hebat yang ku rasakan di dalam memek ku sehingga badan ku hilang keseimbangan. Tak sengaja tangan ku menyenggol tumpukan genteng yang menumpuk di samping ku. Tak pelak lagi genteng itu merosot jatuh dan menimbulkan bunyinya ring yang berisik.

Aku terperanjat dan memundurkan langkah ku namun tubuhku membentur seseorang membuat ku semakin kaget karena ternyata bukan aku saja yang mengintip perbuatan zinah Asih dan pak Mandor.

" Kodirr... ". Pekik ku tak bersuara karena mulut ku keburu di bekap oleh tangan kodir dan menarik tubuhku menjauh.

" Genteng Sialan... ngagetin wae... ". Dengus pak mandor masih terdengar suaranya oleh pendengaran ku.

Kodir membawa ku ke ruangan di paling ujung. Kami saling bertatapan satu sama lain dengan dada turun naik. Kami sama-sama merasa kaget karena hampir saja ketahuan mengintip pak mandor dan Asih. Kodir menatap ku tajam membuat ku salah tingkah dan memalingkan wajah.

Mata ku membeliak saat wajah ku menunduk dan tak sengaja melihat gundukan di celana training yang di pakai kodir membuat tubuhku tiba tiba meremang dan berdesir. Kodir memajukan langkah kakinya hendak mendekat ke arah ku dengan nafas terdengar memburu. Namun aku segera meleos hendak berlalu.

" Mau kemana... ". Seru kodir parau menarik tangan ku.

" Mau... pulang... ". Jawab ku terbata berusaha melepaskan tangan ku.

" Mau pulang apa ngintip lagi... ". Ucapnya tersenyum menyeringai.

Aku membuang muka dan berusaha menarik tangan ku yang masih di pegangnya dengan erat.

" Daripada ngintip mending praktek langsung sama aku mbak... ". Ujarnya kurang ajar dan menarik tangan ku kuat hingga tubuhku tertarik ke arahnya.

" Aaahh... jangan kurang ajar kamu kang... ". Pekik ku mendorong tubuhnya yang berusaha memepet tubuhku ke dinding.

" Yang kurang ajar sih tuh si Asih anak kamu... lagi hamil tua masih sempet sempetnya ngewe sama si bos mandor... ". Todong kodir membuat ku terhenyak.

Wajah ku merah padam terasa di tonjok oleh kata-katanya dan tubuhku mendadak terdiam kaku.

"Gak usah munafik mbak... aku juga tahu si ikin sekarang impoten sudah gak bisa ngentot... daripada memek mbak nani gatal gak ada yang ngontolin mendingan sini aku entot... kontolku juga lebih gede daripada si ikin... ". Rayunya semakin tak sopan dengan berusaha mencium pipi ku.

"Jangan asal ngomong kamu kodir... ". Gertak ku berusaha mendorong kembali tubuh kodir yang semakin memepet ku sehingga bau tubuhnya tercium oleh hidung ku.

Aku dan kodir saling dorong , aku berusaha mempertahankan harga diri ku sebagai seorang istri dan nama baik suami ku. Aku tak mau harus mengkhianati suami ku lagi dengan menyerahkan tubuh dan memek ku pada lelaki kurang ajar macam kodir ini.

"Satu kampung juga sudah pada tahu mbak kalau si ikin itu impoten... sudah jadi rahasia umum... ". Bentak kodir dengan mata melotot tajam.

Kami saling bertatapan dengan kedua tangan ku di cengkram kuat oleh tangan kodir dan di rentangkan ke atas kepala ku. Kodir tersenyum penuh kemenangan melihat ku terpojok dalam keadaan seperti ini.

"Jangan sampe aku berbuat kasar sama mbak nani... aku cuma butuh memek mbak nani... dan mbak nani juga pasti butuh kontol kan... kita sama-sama nikmat mbak... gak usah bohong ni memek mbak nani sudah banjir gini... ". Dengusnya mengobel memek ku dengan tangan kirinya.

tubuhku tersentak dan bergetar merasakan kobelan kodir yang tiba tiba di memek ku. Jempol tangannya menggesek itil ku yang sudah mencuat hingga aku tak sadar melenguh dan mendesah dengan perbuatan rekan kerja suami ku dulu.

Aku yang sudah bernafsu sejak mengintip tadi semakin tak kuasa menahan gejolak birahi yang semakin kuat menembus setiap pori pori ku hingga tubuhku menggigil dan mata ku sayu terbakar nafsu di tambah tangan kodir terus mengobok ngobok lubang memek yang sudah basah dengan dua jarinya.

Aku menggigit bibir bawah ku berusaha tak mengerang dan mendesah. Mata ku pejamkan dan kepala ku menggeleng ke kanan kiri berusaha membuang rasa nikmat yang semakin menjadi di memek ku karena jari kodir terus mengorek memek ku memberikan rasa nikmat yang semakin teramat sangat.

" Aaakhhh... Aakhh... ".

Aku melolong panjang saat memek ku berkedut nikmat mencengkram jari kodir yang masih mengobok ngobok dan mengorek lubang memek ku. Dan selangkangan ku menjepit tangannya. Nafsaku ngos ngosan merasakan ledakan orgasme ini dan cairan mengucur deras dari lubang memek ku yang kini terasa ngilu terus di rojok jari kodir.

"Hehehe... nikmat kan mbak baru sama jari juga... apalagi sama kontolku yang lebih gede...,,, ". Ledeknya terkekeh.

Kodir mencabut kedua jarinya dari memek ku dan bentangan tangan ku pun di lepaskannya. Sehingga tubuhku yang lemas terkulai memeluknya. Nafsaku masih memburu dan putus putus. Untuk menjaga keseimbangan tubuh kedua tanganku , ku lingkarkan di lehernya sehingga kami sekarang saling berpelukan.

Aku mendekap tubuh kodir yang ukurannya hampir sama dengan tubuh kang ikin waktu masih sehat, kulitnya hitam karena sering terpapar sinar matahari. Rambutnya gondrong sebahu dengan wajah di penuhi brewok yang terlihat tak terurus.

Kodir sendiri seumuran dengan kang ikin dan ia juga rekan kerja kang ikin sesama kuli bangunan anak buahnya pak mandor. Selama kang ikin sakit, kodir beberapa kali menjenguk ke rumah karena rumah kami juga tidak terlalu jauh. Kodir sendiri sudah tiga kali menikah dan mempunyai tiga anak dari tiga pernikahannya itu.

" mbak... ". Bisik kodir menyadarkan ku yang masih merangkul tubuhnya.

" Gantian dong mbak...". Ujarnya mendorong tubuhku dan mengelus pipi membuat ku salah tingkah.

" Gaa... gantian apa... ". tanyaku kebingungan.

" aku juga pengen muncrat nih... ". Serunya melempar senyum dan menarik tangan ku di taroh ke selangkangannya yang sudah mengeras.

" Gede... ". Ucap ku refleks saat meraba jendolan celana trainingnya.

" Hehehe... di banding kontol si ikin sih gedean kontol aku mbak... ". Ucapnya dengan mata berbinar mangga.

" Aaahh... ". Bibir ku mendesis saat kodir meremas payudara ku.

Akal sehat ku seketika sirna seiring remasan dan sentuhan tangan kodir di payudara ku. Aku yang semula menolak perlakuan kurang ajarnya kini justru aku balik ikut mengelus gundukan di selangkangannya .

" Aakkhhh... diirr ". Lenguh ku ketika bibir kodir mengecup leher ku hingga aku mendongakan kepala ku.

Tangan ku kembali di bimbingnya untuk masuk ke dalam celana trainingnya . Darah ku berdesir saat telapak tangan ku bersentuhan dengan bulu bulu kasar yang lebat dan keriting yang ku yakini jembut lebatnya kodir.

" Dirr... kodirrr... si bos lagi... Ng...".

Belum juga kontol kodir tersentuh tangan ku , buru-buru aku tarik kembali ketika kami sama-sama mendengar seseorang bersuara dan berjalan tergesa ke arah kami.

Rupanya itu adalah ujang rekan sesama kuli bangunan yang tak lain juga adalah anak buah pak mandor.

" Edaaan... si bos sama si Asih... kamu sama mbak naninya dir... ". Ujar ujang dengan mata melotot.

" Ssstt... pelankan suara mu kang..., ". Ingat kodir membuat ujang celingak celinguk.

Mata ujang menatap ku dengan tajam dan pandangannya jelalatan bak singa lapar yang ingin melahap ku.

" Pantesan wae kamu gak mau ikut bantu nurunin semen... ternyata malah asik indehoyan... ". Cibirnya tersenyum mesum ke arah ku membuat ku merasa risih.

"kang... rumah kamu masih kosong... ". Tanya kodir tiba tiba.

" Masih... anak Istri aku masih di kampung..."

" Sipp lah..., aku pinjem bentar ya... kan rumah kamu gak jauh dari sini... ". Tambah kodir tersenyum penuh arti.

Ujang tampak bingung dengan maksud kodir begitu juga dengan aku yang tak faham dengan ucapan kodir.

"Gila... kamu mau ngewe mbak nani di rumah aku... ". Semprot ujang membuat ku terkejut.

" Ayoolah kang... gaknya mpe dua jam ini... ". Rajuk kodir.

Aku hanya berdiri mematung dengan jantung berdebar dengan apa yang akan di lakukan kodir pada ku.

" Nggak lah... kalian kalau mau ngewenya ri tempat sepi wae atuh...".

" Aaah kamu sih kayak yang aku gak tahu wae... aku juga tahu rumah kamu suka di pinjamkan sama si bos mandor buat dia ewean sama selingkuhannya ... ". Todong kodir membuat ujang terkejut begitu juga aku.

Jadi selama ini pak mandor sering membawa wanita selingkuhannya untuk di ewe di rumah ujang. Atau jangan jangan istrinya ujang juga sering di ewe pak mandor. Membuat ku semakin merasa kesal terhadap buaya buntung bernama pak mandor itu.

" Ii... ituu kan sih beda dir... ". Balas ujang terpojok.

" Sama saja atuh... mana kunci rumah kamunya ... aku sudah gak tahan ni... ". Rajuk kodir lagi meremas jendolan celananya tanpa malu.

" Hhmm... tapi ada syaratnya ... ". Tawar ujang bernegosiasi.

" Syarat apa... ". Ucap ku dan kodir bersamaan.

" Hehehehe... aku juga ikutan ngewenya ... ". Seringai ujang membuat ku bergidik aku harus melayani dua lelaki sekaligus.

" Najisss teuing... memang na aku teh perempuan apaan... ". Bentak ku dengan suara keras pada mereka berdua.

" kang... kodirrr... ". Suara pak mandor dari kejauhan terdengar berteriak memanggil anak buahnya .

" Pak mandor..., ". Seru kami hampir bersamaan dengan wajah kaget.

Kodir menarik tangan ku untuk keluar bangunan rumah ini melewati pintu belakang yang belum terpasang di ikuti oleh ujang di belakang kami.

" Ayooo cepetan jalannya ... jangan sampai bos mandor tahu kita mengintip dia lagi ngewe si Asih... ". Seru kodir menarik tangan ku.

Kami berhenti di kebun sekalig dengan nafas tergopoh gopoh untuk menghindari pak mandor.

"Gimana..., ". Tanya ujang memandang ku lekat.

"Gimana Apanya ... ". Balas ku.

"Di ewe ku aku sama si kodir... mbak nani bakalan puas... kontol aku gak kalah gede sama si kodir... ". Ujarnya dengan celana kolor di pelorotkan.

Mata ku membelalak dengan apa yang di lakukan ujang. kontolnya yang coklat menjuntai lemas membuat ku merasa risih dan juga mulai kembali di serang demam birahi.

Aku memalingkan wajah dan melihat sekeliling ku. Nurani dan akal sehat ku masih bisa berfikir jernih ketimbang aku harus merendahkan diri ku dengan di entoti mereka berdua sekaligus lebih baik aku pergi saja berlari kabur dari mereka.

"Eeh... mbak... mau kemana... kang... kejar kang... ". Seru kodir melihat ku berlari sekuat yang aku bisa.

"Eiitttsss... mau lari kemana kamu mbak...". Sergap Kodir menarik tangan ku.

Usaha ku untuk kabur sia sia hanya membuang tenaga ku saja karena meski sudah merasa berlari kencang tetap saja dengan mudahnya kodir dan ujang mengejar ku. Tenaga ku sama sekali tidak sebanding dengan kekuatan mereka berdua.

Nafsaku ngos ngosan saat ujang dan kodir menggiring ku di sisi kanan dan kiri. Aku tak ubahnya seperti tahanan yang mencoba kabur dan baru saja di sergap oleh petugas. Untuk meminta tolong pun tak ada gunanya sama sekali karena di daerah sini minim sekali rumah penduduk karena berada di pinggiran kampung dan bodohnya aku tadi malah berlari menuju jalan setapak yang menuju ke rumah ujang. Kini aku hanya bisa pasrah dan menikmati apa yang akan terjadi toh aku pun sejujurnya menginginkan untuk di setubuhi mereka.

"Cekreek... ".

Bunyi pintu yang kuncinya terbuka membuat jantung ku bergedup kencang. Dada ku bergemuruh tak karuan dengan nafas memburu antara ketakutan dan juga rasa birahi yang semakin menggebu.

"Masuk... ". Seru Ujang dingin mempersilahkan kami masuk.

Kaki ku terasa berat untuk di langkahkan masuk ke dalam rumah , tubuhku mendadak menjadi panas dan berkeringat tak karuan namun anehnya ada getaran aneh ku rasakan di liang memek ku sehingga tak terasa cairan birahi merembes melewati paha ku.

"Ayo mbak masuk... ". Ujar kodir mendorong tubuhku masuk ke dalam rumah.

"Cekreekk... ".

Kembali terdengar suara pintu terkunci sama seperti tubuhku yang terkunci sehingga aku hanya bisa berdiam diri mematung tak tahu apa yang harus aku lakukan.

Ekor mata ku menatap sekeliling isi rumah sederhana ini yang kondisinya tak jauh berbeda dengan rumah ku. Hanya kursi kayu yang terlihat mulai usang dan rapuh berjejer dengan sebuah meja kecil di tengahnya .

"Aku duluan kang... ". Suara kodir membuat ku tersadar dari kebingungan ku.

"Enak saja... aku dulu dong yang punya rumah... ". Timpal ujang tak terima dan menarik tangan ku masuk ke dalam sebuah kamar.

"Muncratin di luar kang... ". Pesan kodir namun tak di hiraukan oleh ujang yang terus menarik tangan ku masuk ke dalam kamar.

Bagai kerbau di cucuk hidungnya aku sama sekali tak menolak tarikan tangan ujang dan terus membiarkannya membawa diri ku masuk ke dalam sebuah kamar yang tidak terlalu besar dan temaram karena hanya bercahayakan sinar matahari yang masuk melalui celah jendela. Kamar yang tidak berpintu hanya tertutup oleh sebuah kain berwarna biru yang tampak lusuh.

Aku masih diam tak bersuara dan persis seperti orang yang linglung yang tidak tahu harus berbuat apa. Aku sudah seperti seorang pelacur yang akan di segera di gagahi oleh dua lelaki yang sama sekali tak pernah aku pikirkan sebelumnya .

Garis hidup ku berubah 360 derajat sejak musibah yang menimpa kang ikin. Kini tubuhku harus jatuh pada dekapan satu lelaki ke lelaki lain yang memanfaatkan kelemahan ku.

"Kenapa masih belum telanjang mbak... buruan dong buka semuanya...". Gerutu ujang yang sudah berdiri telanjang bulat di hadapan ku.

Suhu tubuhku semakin memanas melihat lelaki yang bukan suami ku berdiri telanjang di depan ku memamerkan kontol yang menjulang tegak seakan siap mengoyak harga diri ku sebagai seorang wanita bersuami.

Nafsaku menderu menyaksikan apa yang ada di depan mata ku. Meski ukurannya tak sebesar kontol pak mandor yang berhiaskan tasbih yang membuat memek ku basah kuyup oleh cairan orgasme yang terus mengucur deras karena tumbukannya yang bertubi tubi tiada henti.

Kontol ujang yang besar dan panjangnya seimbang dengan kontol kang ikin dengan jembut hitam menyemak lebat sampai ke pusar dan perutnya yang rata tetap saja membuat memek ku berdenyut tak karuan di tambah dengan suhu tubuhku yang semakin meningkat karena panasnya birahi ku yang tak bisa ku kontrol lagi.

"Yeehh... malah ngelamun bukannya buruan telanjang...". Omel Ujang lagi mendekat ke arah ku dengan tangan kanan mengocok halus kontolnya yang tegak menjulang.

Dada ku makin dag dig dug tak karuan saat tubuhku sudah berhadapan begitu dekat dengan ujang yang kini duduk persis di depan ku , sampai aroma keringat dari tubuhnya yang berkulit coklat gelap namun cukup berotot itu begitu kuat menusuk hidung ku. Bau lelaki jantan yang semakin mendobrak gairah birahi ku.

Bagai kapas yang jatuh ke tanah kini aku tergolek pasrah di atas ranjang dengan jari jemari ujang yang begitu lincah mempreteli semua pakaian ku sampai tak ada satu benang pun yang menempel di tubuh semok ku. Ku pejamkan kedua bola mata ku saat rasa malu menyadarkan ku bahwa aku tengah mempersembahkan tubuhku untuk di nikmati oleh lelaki yang bukan menjadi imam ku.

"Oouuhh... ".

Bibir ku melantunkan desah lirih saat kedua payudara ku yang masih cukup sekal di usia ku yang sudah kepala tiga ini di remas gemas oleh kedua tangan ujang yang terasa kasar di kulit lembut payudara ku.

"Uughhh... gede juga mbak susunya... ". Dengusnya semakin kuat meremas payudara ku hingga desahan ku semakin keras dan kedua tangan ku mencengkram kain sprei.

Aku berharap ujang akan mencumbu kedua payudara ku dengan kuluman dan juga jilatan mulutnya yang pasti akan membuat ku menggelinjang nikmat dan juga geli saat bibirnya yang berhiaskan kumis dan juga brewok tipis itu menggelitik kulit payudara ku yang sensitif. Namun apa yang aku nantikan tak jua aku dapatkan hanya remasan demi remasan yang semakin kasar yang aku rasakan.

Aku membuka mata saat tak lagi ku rasakan remasan dari tangan kasar ujang di kedua susu ku. Tangan kasar ujang kini ku rasakan menarik kedua kaki ku dan mengangkangkan kedua paha ku sehingga memek ku yang tembem dengan jembut lebat kini merekah seakan tersenyum di hadapan lelaki yang usianya beberapa tahun di bwah ku.

"Anjiiingg... ni memek tembem banget... mana sudah becek lagi... Aaah.. enaknya di entot ni memek...". Seru ujang bersemangat seraya tangannya mengobok ngobok lubang memek ku.

"eemmphhh... sshh... aauuhh... ". Rintih ku menerima kocokan jari ujang di memek ku yang semakin banjir oleh cairan birahi ku.

Kedua tangan ku semakin kuat mencengkram kain sprei dan tubuhku beberapa kali menggelinjang sebagai ekspresi nikmat yang tengah ku rasakan dari apa yang tengah ujang perbuat pada bagian bawah tubuhku. Aku mendengus kecewa saat ujang menghentikan kocokan jarinya di memek ku karena aku hampir saja meraih gelombang orgasme ku.

Nafsaku tersengal dan keringat mulai terasa membasahi kening dan pelipis ku saat ku rasakan sebuah benda lonjong yang keras dan hangat di gesek gesekan ke pintu lubang memek ku yang ku yakin seribu persen itu adalah kontol ujang yang siap mendobrak dan menggempur memek ku yang sudah berdenyut gatal ingin segera di garuk oleh kontol coklat gelap milik ujang.

"Aaakkhh... ".

Desah ku semakin tak tahan saat kepala kontol ujang mencongkel congkel itil ku yang mencuat dan mengeras memberikan sensasi geli nikmat sehingga cairan kelamin ku semakin banyak merembes keluar seolah pertanda aku sudah benar benar siap untuk segera di masuki dan di buahi.

"Bleesshh... Oooughh... ".

Mata ku membeliak dengan mulut terbuka saat perlahan namun pasti kontol ujang menelusup masuk tanpa ada hambatan. Dinding memek ku yang berdenyut gatal terasa tergaruk oleh kontol ujang yang berurat membuat tubuhku terasa tersengat dan bergetar bagai orang kesurupan.

"Aaakkkhh... ".

Desah kami bersamaan saat ujang menghentakan pinggulnya kuat membenamkan seluruh batang kontolnya hingga tak bersisa menyatukan tubuh dan jembut kami yang sama-sama hitam dan lebat.

Tanpa menunggu waktu lama ujang menarik kembali pinggulnya dan membenamkannya lagi dengan cepat dan keras. Terus begitu berulang kali semakin lama semakin cepat dan semakin keras pula desahan dan juga lenguhan dari bibir ku yang kadang ku gigit kadang terbuka menikmati genjotan dan kocokan kontol ujang yang begitu lancar di liang peranakan ku.

"Aaahh... ssshh... ".

Bukan hanya diri ku yang tiada henti mendesah , melenguh kadang merintih nikmat. Begitu juga dengan ujang tak jarang telinga ku mendengar dengusan nikmat dari ujang saat menerima remasan dan jepitan memek ku yang terus berkontraksi menerima gempuran kontol ujang yang semakin cepat membuat ranjang pun ikut bersuara riuh seolah menjadi simponi yang begitu syahdu mengiringi perbuatan zinah kami.

"Aaarrhh... memek tembem memang jepitannya enak banget... kontolku berasa di peras gini... Ooouuhh bangsaaattthh ngentotin memek istri orang memang enak banget... ". Racau ujang makin kesetanan menggenjot liang memek ku.

Ujang menundukan tubuhnya dan kedua kaki ku di taruh di pundaknya sehingga tusukan kontol ujang semakin dalam menghujam memek ku sampai terasa di pintu rahim ku. Ujang memang tak selincah dan se agresif pak mandor saat ngentot , tak banyak gaya yang ia lakukan hanya gaya biasa dan kebanyakan orang saat ngentot ia di atas dan aku di bawah menerima genjotan dan gempuran kontolnya.

Ia tak beda jauh dengan kang ikin saat ngentot dengan ku. bahkan tak ada ciuman maupun cumbuan yang ujang berikan pada ku , namun meski begitu aku menikmati apa yang tengah ia lakukan pada ku.

Genjotan dan kocokan ujang cukup membuat ku kewalahan. Ia semakin cepat dan kuat menggempur memek ku hingga aku megap megap kesulitan mengambil nafas , namun rasa nikmat yang ku rasakan melupakan segalanya .

Tubuh kami sudah sama-sama bersimbah keringat sampai sampai beberapa tetes keringat dari tubuh ujang terasa menetes ke tubuhku namun tak aku perdulikan aku lebih fokus pada kenikmatan yang tengah mendera ku.

"Aaaaoouuhhh... Ooouuhhh... ". Raung ku seraya mencengkram kuat kedua tangan ujang yang berada di sisi tubuhku.

"Aaahhh... enak mbak... enak gak mbak di entot Aku... haahh enak gak... ". Tanya ujang di tengah genjotannya yang semakin cepat.

"Ssshhh... ouuhhh... aaaahh... ". Hanya desahan nikmat ku berikan sebagai jawaban pada ujang.

Rasa gatal semakin menjadi di liang memek ku dan rasa nikmat semakin menguasai tubuhku hingga aku pun ikut menggoyang kan pinggul ku untuk menjemput ledakan orgasme yang sudah di ujung.

"Jang... sudah belum... ". Seru kodir di ujung pintu.

"Aaahh... belum dir lagi nikmat nikmatnya ... ". Timpal ujang tanpa menghentikan genjotannya .

"Haaalaahh lamaa... buru dong gantian... ". Kembali kodir menggerutu seraya menutup kembali kain gorden penutup kamar ini.

"Oouuhh... janghh... aaaahh... ujanghh... ". Raung ku makin tak berdaya akan belenggu nikmat ini.

"Ssshh... iyaa mbak... ngeunahnya a mbak... aaouhhh... ".

"Aaarhhh... ujaanghh... ". Pekik ku merangkul kuat ujang ,

tubuhku terasa melayang dan mata ku mendelik saat ku raih puncak orgasme seiring dengan cairan yang menyemprot dari liang peranakan ku yang masih di kocok kuat oleh kontol ujang tiada henti.

tubuhku lemas bagai tak bertulang dengan nafas tersengal sengal sementara ujang semakin cepat memompa ku.

"Bangsaaattthhh... muncraaatthh aku juga... aaarrghh muncraaathh... ". Lolong ujang menghentak kuat pinggulnya

"Crootttt... Crott.. Crrottt.."

di susul dengan semprotan semprotan panas yang ku rasakan membasahi dan membanjiri liang memek ku.

"Ha... Ha... Ha..."

Nafas ujang tak jauh beda dengan ku tersengal sengal dan putus putus tak ubahnya seperti orang yang habis lari marathon. Tubuhnya yang basah berkeringat ambruk menindih tubuhku beberapa saat sebelum akhirnya ia menggulingkan tubuhnya ke samping ku.

"Nikmat banget mbak memekmu... bakalan ketagihan ni aku... ". Pujinya namun tak ku hiraukan.

Ku lihat ujang beranjak turun dari ranjang dan memungut celananya . Masih ku lihat kontolnya yang masih setengah ngaceng basah oleh cairan lendir nikmat kami begitu juga tubuhnya basah penuh keringat. Ia memungut kain batik ku juga yang ia gunakan untuk mengelap kontolnya kemudian memakai kembali celana trainingnya tanpa sempat memakai sempaknya yang tergeletak di lantai kemudian ia berlalu keluar kamar.

Sementara aku masih menikmati sisa orgasme ku. Meski cuma orgasme sekali namun rasanya begitu nikmat dan membuat ku lemas sehingga aku enggan beranjak dari kasur masih tidur mengangkang dengan memek yang mengalirkan pejuh ujang yang belum sempat aku bersihkan.

"Monyet si ujang, di suruh jangan di muncrati di dalam... ". Gerutu kodir saat masuk ke kamar dan mendapati memek ku basah kuyup oleh lendir sperma ujang.



Mata kodir menatap nanar penuh kobaran api birahi melihat tubuh telanjang ku dengan paha mengangkang dan memek merekah merah sehabis di tumbuk kontol ujang. Aku membuang wajah ku ke samping karena merasa malu saat mata kami saling bertemu pandang. Namun dari sudut mata ku masih bisa ku lihat kodir tengah tergesa menelanjangi dirinya .

tubuhku yang lemas kembali merasa bertenaga saat aliran darah ku mulai terpompa oleh desiran nafsu ku saat ku lihat tubuh telanjang kodir yang tak lain adalah suami tetangga yang rumahnya persis di samping rumah ku sekaligus rekan kerja suami ku mulai merangkak naik ke atas ranjang dan menaiki pula tubuhku.

Kodir bertubuh gempal dengan kulit coklat gelap karena terbiasa bekerja di bawah panas sinar matahari. Pekerjaan kasar dan berat membuat otot otot perkasa terpahat di tubuhnya yang di hiasi oleh bulu bulu yang menyemak lebat di lembah kedua ketiaknya membuat ku menelan ludah.

Begitu juga di area dadanya yang bidang tampak bulu bulu hitam menghias membuatnya terlihat jantan karena bulu itu terus memanjang ke bawah melewati perutnya yang sedikit membuncit dan terus menyambung ke bawah pusarnya dan kembali menyemak blukar terhampar di selangkangannya seakan menjadi sangkar kontolnya yang sudah mengacung besar , keras dan penuh urat.

tubuhku semakin kuat di aliri desiran virus birahi saat mata ku di buat tak berkedip saat memandang lekat kontol kodir yang siap mengoyak memek ku. Kontol hitam dengan ukuran yang hampir sama dengan pak mandor. Aaah teringat akan pak mandor membuat perasaan ku menjadi campur aduk antara merasa birahi dan juga cemburu karena ia baru saja bermain zinah dengan Asih.

"Akhirnya aku bisa kesampaian juga ngentotin mbak nani... ". Dengus kodir mengelus wajah ku , deru nafasnya yang memburu terasa panas menerpa kulit wajah ku.

Kodir menindih tubuhku sehingga kontolnya terasa keras membatu mengganjal di perut ku.

"Ouuhh... mbak nani... sudah lama sekali aku ingin ngentot memek embak... ". Serunya lagi seraya bibirnya mengecupi pipi ku membuat tubuhku semakin merinding di buatnya .

Kodir sangat berbeda sekali dengan ujang saat mengentoti tadi. Kodir begitu lembut memperlakukan diri ku dan mulutnya terus menghadiahi wajah ku dengan ciuman dan juga kecupan.

"eemmpphh... ". Erang ku tertahan saat kodir melumat bibir ku.

Aku di buatnya gelagapan saat lidah kodir memaksa mulut ku membuka dan lidahnya menerobos masuk ke rongga mulut ku , dengan liar lidahnya membelit lidah ku dan sesekali lidah ku di sedot kuat olehnya .

"eempphh... Aahh... ".

Erang ku semakin tak tahan dan tak bisa mengimbangi cumbuannya saat bibir ku di pagut dan di gigitnya beberapa kali. Jujur saja aku tidak bisa berciuman karena jarang sekali aku bercumbu dan berciuman bibir seperti ini.

"Aaakkhhh... udah dir... mbak sih gak bisa ciuman... ". Seru ku malu seraya memukul pundaknya .

"Emangnya sama si ikin gak pernah ciuman bibir kayak gini mbak... ". Tanya kodir menatap wajah ku lekat.

"Udaaah aahh... ". Balas ku semakin tersipu malu dan menyembunyikan wajah ku di lipatan ketiaknya sehingga dapat ku hirup bau jantan dari lipatan ketiaknya .

Entah kenapa bau tubuh kodir membuat ku semakin bernafsu.

"Alaaah bodoh banget si ikin... bibir manis kayak gini gak pernah di cumbu... ". Selorohnya kembali memagut bibir ku.

"Eemmpphhh... ". Erang ku lagi tak kuasa menolak cumbuannya .

"Aaahhh... ooohhh... ayo dir masukin... ". Pinta ku pada kodir saat melepaskan pagutan di bibir ku.

"Nanti dulu mbak... santai saja kita ngentotnya biar mbak nani juga merasa nikmat di entot kontolku... gak usah buru-buru kayak ujang tadi... ". Balas kodir kembali mengelus wajah ku.

Tak ku sangka di balik sikap kodir yang bringas tadi , ternyata ia begitu lembut di ranjang membuat ku semakin terhanyut oleh permainannya dan tubuhku semakin pasrah untuk di gagahinya . Kodir kembali merundukan kepalanya dan kini giliran leher ku yang ia jilat dan cium. Sesekali mulutnya dengan gemas menyedot kuat kulit leher ku membuat ku mengerang keras dan memukul pundaknya .

"Jangan di merahin Aaaakkhh lehernya dir... ". Lenguh ku dengan tubuh menggelinjang namun sepertinya kodir tak mengindahkan kata-kataku , ia terus asik dengan lidah dan mulutnya mencumbui leher ku.

"Aaahhh... Oouhh... ". Nafsaku semakin tersengal sengal karena kini payudara ku yang menjadi bulan bulanannya .

Kedua payudara ku di remas gemas membuat ku merasakan sakit sekaligus nikmat. Kedua pentil ku tak luput dari kejahilan jari tangannya. Ia pelintir pelintir hingga mulut ku tak kuasa untuk terus mengerang menahan nikmat.

"Oouuhhh... Aaauhh... ". tubuhku kelojotan saat mulut kodir mencaplok payudara kanan ku sementara payudara kiri ku terus jadi korban permainan nakal tangannya.

"Oouuhh... koddirrhh... ". Raung ku ketika ku rasakan gigitan di kulit payudara ku dan bisa ku pastikan akan meninggalkan bekas merah , namun aku tak lagi memperdulikannya karena rasa nikmat ini terlalu berat untuk aku tolak.

Permainan lidah dan mulut kodir terus merambat turun ke arah perut , pusar dan hamparan bulu memek ku yang rimbun , sementara kedua tangannya terus meremasi kedua payudara ku.

"Aaaoouhh... ". Erang ku saat ku rasakan geli nikmat di lubang memek ku , sesuatu yang kasar dan basah terasa menjilati bagian paling berharga ku membuat ku menegakan badan.

"Jangan di jilat dir... kotooor... ". Ujar ku mendapati kodir tengah menjilati memek ku yang baru saja di kotori oleh pejuhnya ujang.

"Hehe ,, aku suka memek tembem mbak nani... ". Balasnya kembali membenamkan wajahnya ke selangkangan ku.

Rasa geli dan nikmat kembali ku rasakan di memek ku terlebih saat ku rasakan itil ku yang mencuat di sedot dan terasa di gigit oleh kodir hingga tak ayal lagi tubuhku di buatnya terasa melayang ke nirmawa.

"Aoouuhh..., ". Lenguh ku meremas rambut kodir.

"Diirr... kodiirr... ". Teriak ujang memasuki kamar mengganggu kenikmatan kami.

"Ada apa kang... ganggu saja... ". Protes kodir kesal.

"Aaa... Anu dir... bahaya... ". Timpal ujang dengan wajah cemas namun matanya tak lepas melototi memek ku yang tengah di jilati kodir.

"Bahaya kenapa... ngomong dong yang jelas... ".

"Pak mandor dir... pak mandor tengah berjalan ke arah sini... ". Balas ujang membuat kami semua terlonjak bangun.

Aku gelagapan dan panik mendengarnya begitu juga kodir dan ujang.

"Pak... pak mandor... gimana atuh... ". Seru kodir kebingungan.

"Bi Nani buru-buru pake bajunya terus keluar lewat pintu belakang... buruu bi keburu pak mandor ke sini... ". Ucap ujang membuat ku semakin panik.

Ujang membantu ku memunguti semua pakaian ku dan tergesa gesa segera memakai baju dan juga kain batik ku seadanya . Begitu juga kodir tergesa memakai kembali celananya tanpa celana dalam.

"Buru bi... lewat sini... ". Ujang menuntun ku menuju jalan belakang dan dengan segera membuka pintu belakang rumahnya .

Tanpa pikir panjang lagi aku segera menerobos keluar dan berlari secepat yang aku bisa seraya membenahi pakaian ku. Nafsaku ngos ngosan saat aku menemukan sebuah gubuk di tengah hamparan padi yang baru saja di tanami. Entahlah ini sawah siapa karena otak ku sama sekali belum bisa berfikir sepenuhnya .

"Hhaaaahh..., ". Dengus ku membuang nafas seraya menyeka keringat di dahi ku.

Aku tarik nafas dalam dalam dan membuangnya perlahan , menetralkan kembali degup jantung ku yang berdegup kencang sepuluh kali lipat dari biasanya . Mata ku melihat sekeliling ku untuk memastikan aku tengah berada dimana dan mencari jalan pulang menuju rumah ku. Mimpi apa aku semalam hari ini kesialan terus menimpa ku.

"Ai Kamu teh habis dari mana Nani... di cariin dari tadi... ". Serbu Ambu yang tak lain adalah kakak ku dan ibu kandungnya Asih.

"Haa... Habis nyari daun beringin buat selametan nanti malam mbak... ". Balas ku asal.

"Kenapa gak nyuruh lelaki saja... ". Ujar kakak ku heran.

"Ta... tadi sekalian ke sungai mbak... cuma susah ngambilnya ... ".

"Ya iya lah pohon beringin kan tinggi tinggi... yawdah ayok masuk ke dalam... itu di rumah banyak tamu... ". Ujar kakak ku.

Aku mengikuti langkah kakak ku masuk ke dalam rumah dan sudah ku lihat Asih tengah duduk di ruang tamu tengah bercengkrama dengan Abahnya dan juga kang ikin. Tampak asih wajahnya begitu berbinar dan beberapa kali tersenyum sambil mengelus perutnya yang membuncit besar.

Ada rasa kesal melihat wajah berseri Asih karena hari ini ia begitu beruntung bisa di entoti oleh pak mandor. Sementara aku harus menerima sial harus di entoti oleh ujang dan di buat tanggung karena belum di entoti oleh kodir keburu datang pak mandor membuat ku gagal total untuk menggapai nikmat dengan kodir.

Teringat dengan kodir membuat tubuhku kembali berdesir dan tensi birahi ku mulai merambat naik dan memek ku terasa basah. Bayangan kontol kodir melintas di otak mesum ku membuat ku penasaran bagaimana nikmatnya memek ku di gempur oleh kontol hitam beruratnya .

Di tambah lagi dengan permainannya yang begitu lembut akan kah melebihi nikmatnya dari entotan pak mandor. Aaaah semua ini gara gara pak mandor. semuanya membuat hancur berantakan.

Sepanjang hari ini pikiran ku tak karuan rasanya . Konsentrasi ku tak lagi terfokus pada acara tujuh bulanannya Asih. Isi kepala ku terus di penuhi oleh bayangan bayangan kontol kodir membuat ku semakin tak karuan saja rasanya .

"Kang kodir belum pulang mbak... ". tanyaku pada mbak nining istri kodir yang tengah membuat santan di dapur.

"Eeh mbak nani... belum mbak... soalnya hari ini teh katanya mau bongkar pasir sama semen... duuh maaf ya mbak jadinya kang kodir teh gak bisa bantu bantu... ". Balas cru nining merasa tak enak.

"Aaahh gak apa apa lah mbak... lagian juga kan sudah banyakan tetangga yang bantuin... tapi habis maghrib sih suruh ke sini ya buat selamatan... ". Timpal ku berbasa basi.

"Iyaa mbak... pasti habis maghrib sih aku suruh ke sini... ".

Aku jadi membayangkan menjadi mbak nining pasti ia puas sekali menjadi istri kodir. Setiap malam selalu di buat melayang oleh permainan dan rojokan kontol beruratnya . Karena hampir setiap pagi sering kali ku lihat rambut mbak nining basah habis keramas.

Senja mulai tenggelam tergantikan malam. Suasana di rumah ku justru semakin sibuk dan orang orang mulai banyak berdatangan terutama kaum lelaki yang bertetangga dengan ku. Juga ada beberapa sudara kami yang dari kampung sebelah juga mulai berdatangan.

Ku lihat abah dan kang ikin menyambut dan menyalami satu persatu para lelaki yang akan mendoakan kehamilan Asih. Asih sendiri tengah berada di kamarnya di temani oleh Ambunya . Sedangkan aku tengah berada di halaman rumah beserta para wanita yang lainnya untuk menyiapkan makanan yang akan di suguhkan pada pria.

Sejak tadi siang aku merasa malas berdekatan dengan Asih karena aku merasa Asih telah merebut kenikmatan pak mandor dari ku , meski hati kecil ku yakin kalau pak mandor lah yang telah menjebak atau menggoda Asih agar mau melayani nafsu bejatnya itu.

Ibu ibu yang lain terlihat sibuk dengan pekerjaannya masing masing sementara aku hanya duduk bengong dengan mata terus memperhatikan satu persatu lelaki yang datang. Acara selamatan sudah mau di mulai sementara lelaki yang tengah aku tunggu belum jua terlihat batang hidungnya . Apa mungkin dia tidak datang ke acara tujuh bulanan ini ya. Membuat ku gelisah tak tenang.

Aku ingin bertemu kodir dan ingin menuntaskan apa yang tadi siang belum sempat selesai sampai puncak. Tapi bagaimana caranya aku mengajak kodir. Dimana harga diri ku sebagai seorang perempuan dan juga seorang istri jika memintanya duluan untuk ngentot sementara tadi siang aku menolaknya mentah mentah. Aaahh semua pikiran ini sangat mengganggu dan membuat ku mumet.

"Waahh aku telat euy... sudah di mulai belum ya acaranya ... ". Sebuah suara yang tak asing lagi membuat ku segera menolehkan wajah ku.

"Bee... belum kang... masuk saja ". Balas ku pada pria itu.

Wajah ku yang masam mendadak sumringah saat melihat kedatangan kodir yang terlihat gagah dengan sarung dan baju kokonya . Kehadirannya membuat tubuhku kembali meremang dan darah ku berdesir nikmat membayangkan apa yang ia lakukan tadi siang.

Bukannya masuk ke dalam kodir justru duduk di teras yang sejajar dengan pandangan mata ku. Beberapa kali mata kami saling bertatap dan ia melempar senyum membuat ku tersipu malu dengan jantung berdebar. Dan aku semakin blingsatan saat beberapa ku dapati kodir menggaruk selangkangannya membuat ku kembali teringat akan kontol hitam beruratnya .

tubuhku semakin panas dingin terserang birahi yang semakin menjadi , sementara otak ku terus berputar mencari cara agar aku bisa mereguk nikmatnya birahi bersama kodir. Tapi bagaimana caranya aku masih belum menemukan cara yang tepat.

Bersambung...

cerita sex yes.. ahhh.. fuck my pussy... oh.. good dick.. Big cock... Yes cum inside my pussy.. lick my nipples... my tits are tingling.. drink milk in my breast.. enjoying my milk nipples... play with my big tits.. fuck my vagina until I get pregnant.. play "Adult sex games" with me.. satisfy your cock in my wet vagina..
Klik Nomor untuk lanjutannya
x
x