Cerita Dewasa - Bidadari Berburu Kenikmatan S-2

Bidadari Berburu Kenikmatan S-1

cewek amoy
NESA


cewek amoy TOBRUT
CINDY


Dari mobil itu, keluar seorang gadis cantik yang lagisg menatap Nesa dan pak Paijo.

"Nesa!? Itu elo?", kata gadis itu saat sudah di depan Nesa.

"Cindy?"

"Omg Nesaaa! Gw kangen sama eloo" kata Cindy yang kemudian memeluk Nesa.

"Ya ampun Cindy, kok bisa disini?"

"Ya elah, ya gw nyariin elu lah"

Pak Paijo jadi agak bingung dan takut kalau2 temannya ini tahu hubungannya dengan Nesa, atau bahkan soal kehamilan Nesa. Bagaimana lagi kalau Nesa malah diajak pulang oleh temannya ini. Cindy juga sepertinya bingung melihat keberadaan pak Paijo disamping temannya ini.

Merasa kurang nyaman ngobrol dijalan, Nesa berkata,"Eh gak enak nih dijalan, ke tempat gw dulu aja yuk".

"Oh... iya deh, yuk naik mobil gw aja"

Ketiganya menuju rumah pak Paijo tanpa terlalu banyak bicara.

Sesampainya di rumah, Nesa menjelaskan situasinya sekarang ini, termasuk fakta bahwa dia sekarang sudah menikah dan bahkan sedang hamil 3bulan.

Pak Paijo makin merasa takut apa reaksi teman istrinya itu setelah mendengar penjelasan ini.

"Hmmm gitu... tapi elu gak keliatan lagi bunting ah" kata Cindy tidak percaya.

"Yee, ya kan gw lagi pake baju daster. Lagian hamil 3 bulan juga blm keliatan banget lah".

"Ah masa? Coba deh berdiri", kata Cindy, yang kemudian Nesa berdiri di depannya.

Tanpa diduga-duga oleh pak Paijo, bukannya mengelus-elus perut Nesa, Cindy justru mengangkat daster Nesa sampai ke dada. Tidak hanya menampakkan perut Nesa yang mulai membesar, tapi juga payudaranya yang tertutupi bra baru yang lebih besar.

"Wih iya lho. Tetek lu juga tambah gedhe Nes"

"Iya lah, namanya lagi hamil Cin". Cindy mulai mengelus-elus perut Nesa, tapi kemudian mulai meremas-remas payudara Nesa juga sampai Nesa agak mendesah.

Pak Paijo melongo melihat kelakuan kedua gadis itu. Nesa menyadari keheranan suaminya itu,

"Hehe ak sama Cindy emg dah biasa gini pak. Siapa lagi coba yang ngajarin yang nakal-nakal ke Nesa kalau bukan Cindy"

Cindy hanya cengengesan, "Halah. Lu juga kan penasaran rasanya nge sex, ya gw ajarin lah"

"Oooh ternyata gara-gara neng Cindy ya, wah makasih ya neng"

"Lho kok malah makasih sih pak?" tanya Cindy heran.

"Yaaa kan kalau gak gara-gara eneng, saya gak ketemu sama neng Nesa, sekarang juga saya mgkn masih sendiri neng", kata pak Paijo sambil tersenyum lebar.

"Wah suami elo baik banget Nes, gak heran lu mau"

"Heh, gak cuma baik, dientot pak Paijo bikin nagih! Udah kuat, panjang gedhe lagi Cin!", balas Nesa.

Pak Paijo ampe kaget istrinya memberi gambaran semacam itu soak kontolnya, tapi dia ttapi merasa bangga bisa membuat Nesa yang masih muda itu ketagihan dientot kontolnya.

"Wih. Beneran?", kata Cindy yang mulai melirik-lirik celana pak Paijo. Tatapan Cindy mendadak berubah seperti tatapan lapar. Cindy jadi penasaran dengan kontol yang bisa menaklukkan temannya ini.

"Eh Cin, tapi lu gak bilang-bilang kan sama siapa-apa gw disini?"

"Ya gak lah, gw juga gak terlalu suka sama ortu elo tuh. Kalo elu bahagia disini ya gw ikutan seneng Nes", kata Cindy yang tidak bisa melepas tatapannya ke arah dimana kontol pak Paijo berada.

Pak Paijo jelas tahu lirikan-lirikan Cindy, tapi tak tahu harus gimana.

"oh ya bentar neng, saya bikinin minum dulu ya, silahkan ngobrol-ngobrol dl" kata pak Paijo yang kemudian ke dapur.

Di ruang depan Nesa dan Cindy lanjut ngobrol, tapi smbl bisik-bisik.

"Cin, drtd lu liatin celananya pak Paijo, penasaran ya?", tanya Nesa sambil tersenyum jahil.

"Iya lah, gw penasaran nih rasa kontol kakek-kakek desa juga"

"kakek-kakek apaan, biar gt masih 48 tahun kali"

"Buset. Eh boleh gak nih gw nyicipin suami elu, kan dulu juga elu dah pernah nyicipin pacar gw"

"Iya. Itu juga gara-gara gw pengen nyoba ngentot. Ya udah deh, coba aja lu godain suami gw. tapi pak Paijo tu org nya baik banget, gak gampang nyaplok cewek kayak cowok-cowok di kampus"

"Ah masa?"

"Iya lah. Gw telanjang aja dia gak lagisg ngentoti gw, musti gw dulu yang nge iyain baru dia mau juga"

"wih, alim juga ternyata. Kirain tua-tua keladi. Yah jadi gak seru donk kalau gt", Cindy memang lebih merasa tertantang kalau yang laki-laki yang agresif.

"Udah, kalau dah dientot ntar gw jamin elu yang minta-minta lagi"

Keduanya tertawa-tawa kecil dan berhenti saat pak Paijo kembali ke ruang depan.

"Pak. Ini Cindy mo nginep disini boleh? Dah sore juga nih, Cindy juga dah capek katanya", kata Nesa.

Pak Paijo smpt bingung. Soalnya cuma ada satu kamar disini.

"Oh boleh neng. Nanti bapak tidur didepan aja."

"Ih ya jangan donk pak, tidur bertiga aja deh, bisa kan Nes?", tanya Cindy ke Nesa.

"Iya, kasurnya cukup kok buat bertiga", kata Nesa. Pak Paijo jadi benar-benar kehabisan kata-kata dengan gadis-gadis ini.

==X=X==

Saat malam tiba, Nesa dan Pak Paijo sudah rebahan diranjang, siap untuk tidur, sedangkan Cindy masih di kamar mandi dulu sblm tidur.

"Anu neng, ini gak apa-apa neng Cindy tidurnya di samping bapak? Apa gak sama neng aja?", tanya pak Paijo canggung.

"Hihi gak apa-apa kali pak, gak usah grogi gt, kan dah sering tidur sama cewek, dulu juga kan bapak tidur sama Nesa"

"I... iya sih neng, tapi kan ada neng Nesa juga sekarang"

"Hhhmmm? jadi kalau Nesa gak disini bapak mau tidur sama Cindy?", goda Nesa smbl meremas-remas kontol pak Paijo.

"Nakal yaaa ternyata bapak".

"Haha ampun neng, geli"

Tak lama, pintu kamar terbuka. Pak Paijo yang lagisg melihat ke arah pintu terkaget-kaget, karena Cindy masuk ke kamar, tanpa sehelai pakaianpun di badannya.

"Hehe, jangan kaget pak, Cindy emg kalau tidur lebih suka telanjang, lebih segar ya Cin?"

"Iya donk, lebih fresh pas bangun"

Nesa bisa merasakan kalau kontol suaminya itu makin keras, pak Paijo jelas-jelas terangsang melihat body Cindy yang tak kalah indah dari body Nesa. Cindy memang terlihat menawan, dengan tinggi badan yang sama dengan model-model, tubuhnya ramping dan mulus dengan kulit putihnya. Payudaranya mungkin cup C, tapi putingnya yang agak coklat itu sudah keras dan menantang ingin di lumat. Bahkan jembutnya terlihat halus dan berwarna coklat seperti rambutnya yang pendek. Cindy seolah2 terlihat seperti artis-artis di tv2, meski penampilannya saat ini lebih mirip artis-artis film bokep.

"Kenapa pak? Bagus gak body Cindy?" tanya Cindy sambil melanggak lenggok menuju ranjang.

Pak Paijo hanya bisa melirik-lirik ke arah lain atau ke arah istrinya yang hanya tersenyum-senyum saja.

Cindy naik ke ranjang di sebelah kanan pak Paijo, dengan Nesa yang tidur di samping kirinya dan ketiganya memakai selimut bersama.

Pak Paijo tidak percaya pada nasibnya, bisa-bisanya ada cewek lain telanjang bulat tidur disampingnya, saat ada istrinya juga di sisi satunya, dan keduanya tidur menghadap pak Paijo yang hanya bisa tidur terlentang.

Setelah beberapa saat berusaha tidur, pak Paijo tetap gagal. Kontolnya sudah ngaceng karena melihat body teman istrinya yang dipajang tanpa malu-malu. Tiba-tiba, ada tangan yang mulai mengelus-elus tonjolan di celananya, dia pikir istrinya lah yang mengelus-elus batang perkasanya yang tertahan celana. tapi saat melirik ke arah istrinya, istrinya sedang tertidur pulas dan kedua tangannya terlihat di sampingnya.

Kalau bukan istrinya, berarti...

Pak Paijo melirik ke kanan. Dan benar saja, Cindy terbangun dan tersenyum sambil menjilat bibirnya.

"Eh neng, ngapain?" tanya pak Paijo sambil berbisik.

"Udah, gak apa-apa pak, Cindy lagi pengen", kata Cindy pelan-pelan yang kemudian masuk ke dalam selimut.

Pak Paijo meski agak takut juga merasa terangsang. Nafsu dan logikanya berperang, di satu sisi pak Paijo tetaplah laki-laki yang tak mungkin menolak keinginan perempuan cantik seperti Cindy. tapi disisi lain, pak Paijo merupakan seorang suami dengan istri yang tidur di sampingnya.

Pak Paijo memilih pura-pura tidur dan tak tahu apa yang Cindy lakukan, meski dia bisa merasakan tangan Cindy berusaha melepas celana kolor pak Paijo.

Di dlm selimut, Cindy akhirnya sukses melepaskan kontol suami temannya dari kurungan celananya. Matanya lagisg terbelalak, ternyata kata-kata Nesa benar. Meski sudah tua, kontol pak Paijo besar, panjang berurat, hitam dan terlihat kokoh berdiri dari pangkalnya.

Cindy makin kegirangan, kontol-kontol yang biasa dia nikmati tak ada yang se gagah ini, kalau dengan kontol macam ini pasti Cindy bakal puas.

Cindy memulai permainan dengan membuka mulutnya dan menjulurkan lidahnya. Secara perlahan lidahnya berjalan-jalan keatas dan kebawah menelusuri kontol pak Paijo. Sesekali dia menggelitik buah pelir pak Paijo yang membuat pak Paijo sedikit bergidik.

Setelah puas bermain-main dengan "makanannya" Cindy berusaha memasukkan kontol raksasa itu kedalam mulutnya.

Ngghhh... mmhh.. Sllrrpp...

Suara mulut Cindy saat dia menaik turunkan kepalanya perlahan-lahan dan menikmati rasa baru, kontol pria desa.

Pak Paijo benar-benar berusaha untuk diam supaya istrinya tidak terbangun dan melihat suaminya sedang di oral oleh temannya.

Mmmhh.. Ssllrrpp... nngghhh...

Cindy mempercepat oralnya, sudah tidak sabar ingin isi mulutnya di semprot peju pria tua ini.

Pak Paijo sudah tak tahan lagi, tangannya dia masukkan ke dlm selimut hingga mencapai kepala Cindy, dan kemudian memaksa kepala Cindy turun hingga seluruh kontolnya masuk sampai ke tenggorokan Cindy. Cindy smpt kewalahan karena ukuran dan panjang kontol pak Paijo di dalam mulutnya.

Mmhh...

Pak Paijo yang sudah mencapai kenikmatan melepaskan pertahanannya dan ejakulasi di dlm tenggorokan Cindy.

Crrroott..

"Hhkk... Uhhuk uhhuk!", Cindy terbatuk-batuk setelah kontol pak Paijo keluar dari mulutnya.

Peju pak Paijo sampai berceceran di sekitar mulut Cindy saking banyaknya.

Pak Paijo panik, karena suara batuk Cindy yang cukup keras, sampai Nesa terbangun.

"Hmm?" kata Nesa sambil mengucek matanya.

"Maaf neng maaf, bapak khilaf neng", kata pak Paijo saat melihat pemandangan di selangkangan pak Paijo.

tapi Nesa hanya tersenyum, "Kenapa Cin? Keselek?".

"Haha iya, buset, peju suami elo banyak banget! gak heran lu cepet bunting", balas Cindy sambil menjilat-jilat peju di sekitar mulutnya.

"Lho neng Nesa, gak marah?", tanya pak Paijo heran.

"Hihi gak lah pak, emg Cindy mah suka ngentot, kan td dah blg yang ngajarin Nesa tu Cindy"

"Hihi, hbisa penasaran pak, katanya bikin nagih kalau dientot bapak", kata Cindy sambil tersenyum.

Bibirnya yang pink dan penuh peju itu terlihat seksi dimata pak Paijo, kontol pak Paijo ereksi kembali, siap untuk ronde 2.

"Gile, dah ngaceng lagi", kata Cindy terpukau.

"Gimana pak, Cindy mau sama bapak tuh"

"Eh, neng Nesa gak apa-apa kalau bapak ngetot temen eneng?"

"Gk cuma boleh pak, malah...", tanpa melanjutkan omongannya, Nesa membuka daster tidurnya dan melepas pakaian dalamnya pula sampai akhirnya ada 2 gadis telanjang di dekat pak Paijo.

"Wih neng, mau main bertiga nih?", kata pak Paijo senang tidak percaya keberuntungannya sendiri.

"Ya kalo pak Paijo kuat sih lawan kita berdua", balas Nesa menantang.

"Woooh awas ya, bapak bikin kalian klepek-klepek ntar".

Pak Paijo lagisg menarik tubuh istrinya itu dan mulai menciumi istrinya itu, sambil meremas-remas kedua susunya. Nesa membalas ciuman suaminya itu dengan ganasnya. Keduanya saling berebut menyedot lidah dan liur di mulut mereka berdua.

Di selangkangan pak Paijo, Cindy kagum melihat passion kedua pasangan suami istri itu. Tangannya mulai mengocok kontol pak Paijo yang sudah basah itu dan kemudian Cindy perlahan-lahan menjilati tubuh pak Paijo. Tangan Nesa tak diam saja dan berusaha melepas kaos pak Paijo yang tipis hingga akhirnya pak Paijo telanjang bulat jg.

Pak Paijo merasa nikmat dan geli saat kedua gadis cantik ini mulai menjilati kedua puting susu pria tua itu, keduanya saling bergantian mengocok kontolnya yang sudah ereksi keras itu.

"Ooohhh neeenngg... Mmmhhh"

"Hehe, emg bapak aja yang bisa nyusu", kata Nesa jahil.

Setelah merasa puas bermain dengan tubuh suaminya, Nesa mulai mengangkang. Cindy yang melihat itu lagisg dengan sigap mengarahkan mulutnya di memek Nesa yang merekah.

"Ooohh Mmmhh.." Desah Nesa menikmati lidah temannya itu.

Melihat adegan lesbian keduanya, pak Paijo ingin ikut main. Pak Paijo menuju bokong Cindy yang mulus dan mulai menjilati dan menggigit-gigitinya.

"hh..Mmmmhhh... Slllrrppp..." desah Cindy sambil menjilati memek Nesa.

Jilatan pak Paijo kini berpindah di memek Cindy. Memek Cindy memang mungkin tak seindah Nesa, karena sudah agak longgar dan bibir vaginanya berwarna gelap. tapi rasa memek gadis muda tetaplah sedap dan menaikkan libido sex pak Paijo.

Srrlllppp... Srrllpp.. Cppphhh...

Pak Paijo sibuk menjilat-jilat dah menyedot-nyedot isi memek Cindy dengan gasanya sampai-sampai Cindy mendesah-desah dan berhenti menjilat-jilat memek Nesa.

Aaahhh... nngghh...

Nesa memainkan memeknya sendiri hingga akhirnya muncrat.

"Aaahhh... aaaahh"

Muncratan cairan memek Nesa mendarat sempurna di mulut Cindy yang menganga. Menyadari Nesa sudah orgasme, Cindy melumat lagi memeknya Nesa dan menelan semua cairan cinta Nesa.

Pak Paijo sekarang memakai tangannya untuk memainkan memek Cindy, jari-jari pak Paijo sampe bisa masuk banyak di memek longgar Cindy.

Tak lama giliran Cindy yang orgasme.

"Aaahh.. Mmmmhh..."

Cindy terjatuh lemas di kasur. Pak Paijo yang sudah pengen ngentot Membalikkan tubuh Cindy, kemudian naik ke atasnya.

Pak Paijo lalu mulai menjilat-jilat payudara Cindy yang kencang ini. Nesa tak kalah, meski sudah mengeluarkan susu sendiri, Nesa ikut menjilati susu Cindy. Cindy terus-terusan mendesah karena kedua susunya di jilati bersamaan, dan memeknya juga di mainkan lagi oleh pak Paijo.

"Mmhh... Ooohh... Teruuussshh... Mmmhh...", desah Cindy.

Kontol pak Paijo yang sudah gatal lagisg diarahkan ke memek Cindy yang sudah siap dientot.

Blessshh

"aahh!!"

Pak Paijo tidak main-main, kontolnya lagisg dihentakkan sampai hampir semuanya masuk.

Meski tidak se sempit memek istrinya, tapi rasanya nikmat yang didapat tidak main-main saat ujung kontolnya mentok di dalam. Hampir saja pal Paijo malu karena nge crot hanya karena skali hentakan kontol.

Pak Paijo mempercepat genjotannya, hingga tubuh Cindy bergoyang hebat. Wajahnta terlihat teler menerima gelombang kenikmatan yang datang berkali-kali dengan mantab.

Nesa naik diatas Cindy, dan mulai menggesek-gesekkan memeknya di kepala Cindy yang bergoyang-goyang seirama dengan hentakan kontol pak Paijo.

"Paaakkhhh..." desah Nesa yang kemudian berciuman mesra dengan suaminya.

Mmmhhh... Ccpphhh...

Ketiganya kini seakan berada disurga kenikmatan.

Hoohhh... Hoohhh... Ngghhh...

Pak Paijo makin mendekati batasnya, dan mempercepat lagi genjotannya.

Jlebbbbhh..

Crooott...

Pak Paijo orgasme lagi, kali ini di dlm rahim gadis lain. Cindy lagisg mendapat orgasme yang tak kalah hebatnya sampai badannya kaku dan agak naik seperti hendak khayang.

Nesa skali lagi orgasme di wajah temannya.

Butuh waktu beberapa menit sampai semua isi pelir pak Paijo masuk di rahim Cindy. Cindy benar-benar teler dengan genjotan pak Paijo, dan hampir pingsan oleh kenikmatan saat pak Paijo menyembur rahimnya dengan benih-benihan.

Pak Paijo dengan cepat melepas kontolnya dari memek Cindy, yang kemudian Nesa lagisg mengemut-emut kontolnya yang masih berkedut-kedut itu dan menelan sisa sperma suaminya.

"Ooohhh bersihin kontol bapak nooonn"

Setelah kontol suaminya bersih, Nesa lanjut menjilati memek temannya yang menumpahkan sperma suaminya yang tak muat di rahim Cindy.

Setelah memek Cindy bersih, Nesa ikut berbarinh di samping temannya. Ketiganya kini mengumpulkan nafas.

"Terimakasih pak... Cindy puasss...", kata Cindy sambil terengah-engah.

"Hehe sama-sama neng, bapak juga puas dah main sama eneng"

"Nes, lu bener, gw bakal ketagihan sama suami lu deh"

"Hihi tuh kan, siapa dulu suami Nesa"

===X=X==

Pak Paijo jadi senang, apa lagi karena ada satu lagi gadis yang sepertinya bisa dia entot.

"Eh beneran neng Nesa? Bapak boleh ngentotin neng Cindy?"

"Hihi iya pak, lagian, nanti kan kalau kandungan Nesa tambah gedhe susah kalau bapak pengen ngetot. Nesa tahu kok bapak bakal ttapi sayang sama Nesa walau ada Cindy jg"

"Wih pastinya donk neng, bapak kan sayang sama istri"

"Makasih suami ku sayaaang", kata Nesa sambil mencium suami tuanya itu.

Setelah istirahat, Cindy kaget saat pak Paijo minta lagi. Tapi Cindy senang bisa merasakan kontol gagah itu dalam memeknya. tapi kali ini Nesa tidak ikut karena sudah ingin tidur. Akhirnya pak Paijo dan Cindy bercinta di ruang depan, dengan Cindy dientot dari belakang oleh pak Paijo dengan gaya doggy style.

lagi-lagi pak Paijo menumpahkan lahar putihnya di dlm rahim Cindy. Aaah, sungguh luar biasa. Memang keluar di dlm memek gadis-gadis cantik jauh lebih memuaskan drpd keluar diluar. Mubazir, hehe.

Cindy lagi-lagi hampir saja pingsan saat menikmati orgasme dari ejakulasi pak Paijo di dlm rahimnya. Cindy tidak pernah berpikir soal kehamilan, tapi saat dientot oleh pak Paijo, entah kenapa ada rasa-rasa ingin terus dibuahi oleh pria tua jelek satu ini. benar-benar lelaki sejati, tidak heran Nesa sampai rela hamil oleh pak Paijo, kalau terus-terusan di entot oleh pak Paijo gini, lama-lama juga Cindy yang minta-minta dibuntingin oleh pak Paijo.

Pak Paijo mau poligami atau gak ya? Pikir Cindy setelah pak Paijo lagi-lagi mengisi rahimnya dengan lahar panasnya.

Pak Paijo menggendong Cindy yang sudah benar-benar lemas setelah berkali-kali menerima peju pak Paijo di memeknya. Sebelum tidur pak Paijo juga tak lupa mencium gadis yang sudah dipuaskannya itu.

Ketiganya kini tertidur lelap menjelang hari-hari baru.

Pagi harinya Cindy pulang ke rumahnya, tapi berjanji pas weekend akan kembali ke rumah pak Paijo, untuk menemani Nesa dan juga menikmati kontol pak Paijo yang gagah.

"Cieee... Kyknya bakal nambah istri nih pak"

"Ah neng Nesa bisa aja, neng Cindy mana mau kawin sama bapak, paling cuma suka ngentot aja neng. Ya bapak sih gak keberatan sih, hehe"

"Ya siapa tahu pak, hbisa dientotin sama bapak malah jadi gak mw sama kontol yang lain"

"Haha ah neng Nesa bisa aja neng"

"Eh pak, tapi nanti jangan kaget yah, soalnya si Cindy itu emg suka banget nge sex, trus lebih suka lagi kalau telanjang"

Pak Paijo merasa gak percaya ada org yang sukanya telanjang, "Ah masa neng?"

"Iya pak, ya jangan kaget aja ntar kalau di rumah lebih sering telanjang drpd pake baju"

Wah, kyknya bakal seru nih, pikir pak paijo. "Eh, tapi neng, emg neng Nesa serius gak keberatan kalau bapak kawin lagi?"

Nesa benar-benar yakin dengan keputusannya, kebaikan hati pak Paijo pasti tak akan hilang karena punya banyak istri. "Iya lah pak, ya asal Nesa atau malah istri2 lain akur aja pak dan mau di poligami jg"

Pak Paijo lagisg memeluk istri terbaiknya ini, baru aja nikah beberapa bulan, istrinya sudah mau aja kalau suaminya kawin lagi. Pak Paijo bersumpah, tak akan pilih kasih kalau nantinya kawin lagi.

"Makasih neeengg! Neng Nesa emang istri terbaik!! Tenang aja neng, bapak tapi pengen punya banyak anak sama eneng Kok"

"Hihi, emg bapak pengen punya berapa sih?"

"Klo sama eneng mah, sebanyak-banyaknya neng"

"Yeee pasti biar bisa nyusu terus kan?", goda Nesa sambil meremas-remas kedua payudaranya.

"Wah neng Nesa nih, bikin bapak pengen nyusu aja sekarang".

"Ya udah nyusu aja, kan td belum", kata Nesa sambil lagi-lagi membuka baju dan bra nya.

"Siap neng", kata pak Paijo yang lagisg melahap susu istrinya itu.

"Aaahh mmmhh...", lagi-lagi Nesa mendesah menikmati suaminya yang menyusu padanya.

===

Beberapa minggu kemudian, Cindy datang tiap weekend ke rumah pak Paijo dan Nesa. Dan seperti kata Nesa, Cindy lebih sering telanjang bulat daripada berpakaian di dalam rumah pak Paijo. Tentunya itu membuat Cindy menjadi lahan garapan baru untuk pak Paijo yang terus-terus menggenjotkan kontolnya kedalam memek Cindy.

"Ooohhh... aaahh... Teruuusss paaakk", desah Cindy yang sedang di entot pak Paijo di ruang tamu.

"Hhhnnhhh... Bapak dah mo keluar neeenngg"

Crooott...

Pak Paijo orgasme di dalam rahim Cindy. Disaat yang bersamaan, gelombang cairan panas di dalam rahimnya membuat Cindy juga mencapai puncak kenikmatan dan orgasme juga.

"aahh paaakk!!"

Cairan panas muncrat keluar dari memek Cindy.

Setelah puas orgasme, pak Paijo mencabut kontolnya sehingga cairan putih mengalir keluar dari memek Cindy.

Cindy masih terengah-engah setelah di setubuhi oleh pak Paijo, tapi puas sudah bisa merasakan kontol pak Paijo lagi yang benar-benar terasa nikmat di dalam tubuhnya.

Pak Paijo lagisg memakai baju lagi setelah tenaganya pulih, sedangkan Cindy bahkan tak terlihat risih telanjang bulat di ruang tamu, seolah Cindy tak peduli kalau ada orang yang melihatnya dari luar rumah.

"Eh neng Cindy gak mau pakai baju dulu?"

"Hmm? Kenapa pak? Kan pak Paijo sama Nesa dah biasa liat badan Cindy", tanya Cindy seolah pertanyaan pak Paijo bukan pertanyaan normal.

"Ya siapa tahu ada tamu dateng lah neng", kata pak Paijo sambil senyum-senyum.

"Hihi, ya kalau gitu ntar tamunya bisa liat pemandangan indah donk pak", jawab Cindy percaya diri.

Memang Cindy memiliki body yang sexy, meski dadanya tidaklah sebesar milik Nesa tapi pria manapun yang melihat Cindy telanjang bulat sudah pasti jadi bernafsu ingin menyetubuhi Cindy dan mengeluarkan benih-benihnya di bagian manapun tubuh indah Cindy. Cindy sendiri merasa bernafsu moleh karena itu, libidonya selalu naik saat melihat tatapan nafsu pria manapun yang melihat tubuh sexy nya.

"Hehe, ntar malah jadi di entot tamunya donk neng kalau gt"

"Emang pak Paijo bolehin kalau Cindy di entot orang?", tanya Cindy dengan wajah menggoda pak Paijo.

Pak Paijo sendiri sebelumnya sudah diperingatkan oleh istrinya bahwa temannya itu terkenal sudah tidur dengan banyak pria. Karena tahu soal itu, pak Paijo jadi tak terlalu merasa Cindy adalah milik pak Paijo sendiri seperti Nesa yang merupakan istri dan ibu dari jabang bayinya. Toh, pak Paijo merasa selama ia sendiri masih bisa menyetubuhi Cindy, pak Paijo tak keberatan kalau Cindy di setubuhi pria lain.

"Haha, ya selama bapak masih bisa entotin neng aja bapak gak masalah neng"

Cindy tersenyum karena pak Paijo menjawab sesuai dengan keinginan Cindy. Cindy memang merasa puas dengan kontol pak Paijo, tapi gairah nafsunya masih muncul dan membuatnya ingin merasakan sensasi-sensasi sex lain selain dengan pak Paijo saja.

Nesa pulang dari belanja di pasar, "Wah bapak habis kerja di rumah ya, hihi"

"Hehe iya neng, enak banget ngerjain neng Cindy"

"Wah, lu bener-bener dah jadi ibu rumah tangga banget ya, masakan lu juga enak-enak ternyata", kata Cindy santai.

"Ah bisa aja lo Cin. Oh ya pak, tadi Nesa ketemu sama bapak-bapak di sawah, katanya pak Paijo diminta bantuin disana"

Pak Paijo memang sudah biasa dipanggil oleh orang untuk membantu di sawah atau lahan mereka, toh lumayan dapat uang makan.

"Oh ya sudah, bapak langsung ke sawah deh neng", kata pak Paijo sigap.

Tak perlu waktu lama sebelum pak Paijo berjalan menuju sawah dan sudah ada 3 orang pria yang sibuk memanen padi yang sudah siap panen.

"Wah pak Paijo datang juga pak", kata pak Sukro.

"Haha iya pak, tadi istri saya lewat sini ya pak?", kata pak Paijo.

"Iya pak, wah beruntung banget pak Paijo bisa punya istri muda cantik", kata pak Juadi yang sedang membabat padi.

"Pak, pake pelet apaan nih pak?", kata pak Juki sambil tertawa.

Ketiga pria itu bercanda-canda soal keberuntungan pak Paijo yang dapat istri muda sambil sibuk bekerja memanen padi di lahan itu.

Saat hari menjelang siang, keempat pria itu beristirahat di gubuk di sawah.

Ketiga pria buruh tani itu kemudian mulai makan bekal mereka dan minum teh dari termos yang dibawa oleh pak Juadi.

Sayangnya pak Paijo lupa membawa bekal, sehingga ia hanya bisa minum saja dan berpikir untuk pergi ke warteg untuk beli makan siang.

tapi baru saja pak Paijo hendak pergi, ia melihat ada perempuan yang berjalan menuju gubuk sawah.

Rupanya Cindy menyusul pak Paijo dengan rantang di tangannya.

Pak Paijo tak hanya kaget melihat Cindy yang berjalan ke arah gubuk sawah, tapi juga melihat pakaian Cindy yang hanya terdiri dari tank top yang memperlihatkan perutnya yang langsing dan dengan rok mini yang mempertontonkan pahanya yang mulus. Penampilan Cindy yang begitu sexy benar-benar membuat nafsu pak Paijo yang melihatnya, apa lagi rok mini Cindy terlihat longgar sehingga kalau di hembus angin sudah pasti isi rok akan terlihat jelas.

"Wah neng Cindy, kok kesini?", tanya pak Paijo. Ketiga pria yang tadinya sedang makan kini melongo melihat gadis cantik yang begitu mengekspose tubuhnya itu.

"Ini pak, tadi bapak lupa bawa makan siang", kata Cindy menunjukkan rantang ditangannya.

"Duh, jadi ngerepotin neng Cindy nih. Makasih neng", kata pak Paijo menerima rantang makan siangnya.

Pak Paijo dan Cindy berjalan menuju gubuk di tengah sawah. Ketiga pria tadi benar-benar terpukau dengan penampilan Cindy yang 'menantang' nafsu mereka.

"Selamat siang bapak-bapak, saya ikut nimbrung ya", kata Cindy yang kemudian naik ke gubuk dan duduk di samping pak Paijo yang mulai makan.

"Bo.. Boleh neng", kata pak Juki terbata-bata.

Cindy memperkenalkan diri pada para pria di gubuk itu.

Cindy tersenyum, dan didalam hati ia sudah gatal ingin menggoda ketiga buruh tani di gubuk ini. Ia bisa merasakan lirikan-lirikan mata ketiganya yang seolah menjamah setiap detil tubuhnya yang ia pamerkan. Tubuh Cindy makin gatal untuk segera melepas bajunya dan merasakan kebebasan sensual di sawah yang indah dan merasakan hembusan angin yang sejuk di seluruh tubuhnya. Terlebih, tatapan2 lapar para pejantan di gubuk ini seolah sudah menggerayangi tubuh indah Cindy, ia bisa merasakan selangkangannya panas dan basah oleh nafsu binalnya sendiri. Apa lagi, Cindy yakin ketiga pria itu bisa melihat 2 tonjolan di kaosnya meski ketiganya tak mengatakan apapun.

Cindy memulai aksinya,"Hmm? kenapa pak? Kok lirik-lirik aja?"

Pak Juki lagisg panik saat ia ketahuan melirik rok mini Cindy, seolah berusaha melihat apa yang ada dibalik rok mini itu,"Oh! Ah gak neng, hehe. Hbisa neng Cindy cantik banget"

Pak Juadi menimpali,"Wah, pak Juki ini, anaknya 6 trus dah punya cucu juga masih aja lirik-lirik cewek"

"Haha, wah masih nafsu aja pak", kata pak Sukro sambil tertawa.

Pak Juki yang merasa malu berusaha mengalihkan pembicaraan, "Eh... Neng, kok kenal sama pak Paijo?"

"Oh, saya temennya Nesa pak, temen istrinya pak Paijo", jawab Cindy.

"O.. oohh pantes, hehe, cantik-cantik ya temennya neng Nesa", kata pak Sukro yang baru saja melirik tonjolan kaos Cindy.

"Hihi, makasih pak. Eh tapi pak Juki hebat ya, punya banyak anak", kata Cindy mendekati pak Juki.

Pak Juki jadi malu-malu karena di dekati oleh Cindy, "Wah, bi.. bisa aja neng"

"Iya lah pak, kan berarti pak Juki mainnya hebat banget ampe istrinya hamil 6 kali, hihi", kata Cindy yang kemudian menaruh telapak tangannya di paha pak Juki.

Pak Juki kaget dengan apa yang Cindy lakukan, pak Juadi dan pak Sukro ikut terbelalak.

Pak Paijo sudah sadar apa yang Cindy lakukan dan apa yang sepertinya Cindy mau. Ia tersenyum dan berkata,

"Wah neng Cindy ini, pengen di isi nih kyknya, haha"

"Hihi, bisa aja nih pak Paijo, tadi aja dah ngisi Cindy lho", kata Cindy santai.

Ketiga buruh tani itu kaget dengan kata-kata jawaban Cindy itu.

Pak Juki yang ada di samping Cindy bertanya,"Di isi apa neng?".

Cindy yang sebelumnya duduk bersila langsung duduk bersila sebelum kemudian membuka kedua kakinya. Di depan tiga pria yang baru saja Cindy kenal, ia memperlihatkan selangkangannya yang tidak tertutupi oleh selembar kain, menampilkan vaginanya yang dihiasi oleh bercak-bercak putih kering.

Pak Paijo sudah tak kaget lagi, sepertinya Cindy memang sengaja tidak membersihkan peju hasil entotannya.

Cindy dengan santainya menjawab pertanyaan pak Juki, "Ya di isi peju lah pak, nih masih ada bekas pejunya pak Paijo"

Ketiga pria itu melongo melihat pemandangan di depan mereka, memek gadis muda yang terlihat menggairahkan meski terdapat bercak-bercak peju kering.

"Wah neng Cindy ini, bikin temen bapak pada melongo", kata pak Paijo tersenyum.

Ketiga pria itu kini benar-benar bernafsu, gadis cantik di depan mereka memang gadis yang bisa "dipake" seperti dugaan mereka. Tapi mereka masih ragu-ragu apa yang bisa mereka lakukan sekarang.

Cindy merasa ketiga pria ini harus diberi aba-aba dulu, yah tidak heran kalau ketiganya tidak lagisg mengganyang tubuh Cindy, tidak tiap hari ada gadis cantik yang mempertontonkan tubuhnya pada orang-orang desa.

"Gimana pak? Mau coba ngisi Cindy gk?", kata Cindy sambil memakai kedua jarinya untuk membuka bibir vaginanya yang terlihat sudah basah.

Pak Juki langsung beraksi, mendorong Cindy sampai ia rebahan dan mulai membuka celananya,"Mau neng, biar bapak isi neng Cindy, hehe"

Pak Sukri juga langsung ikut beraksi, kalau memek Cindy sudah menjadi jatah pak Juki, maka payudara Cindy lah yang akan ia ganyang. Ia langsung membuka kaos Cindy dan sempat takjub melihat payudaranya yang terlihat kencang itu.

"Wih, kyknya susunya enak nih", gumam Sukro sebelum kemudian mulai meremas-remas kedua payudara Cindy dan memainkan putingnya.

"aaahh.. Mmmhh... Enak paakk...", desah Cindy menikmati payudaranya dimainkan oleh pak Sukri dengan tangannya yang kasar. Cindy juga bisa merasakan ada sesuatu yang mencoba masuk di vaginanya.

Pak Juki rupanya sudah melepaskan celananya dan mulai mendorong pinggulnya, berusaha memasukkan kontol hitamnya kedalam memek Cindy.

Blessshh...

"aaaahh... Yaaahh..", desah Cindy menikmati kontol pak Juki.

"Pak, beneran neng Cindy boleh kita pake pak?", tanya pak Juadi yang masih belum percaya dengan apa yang ia lihat.

Pak Paijo hanya tersenyum, ia tahu Cindy sendiri ingin di entot oleh teman-temannya sehingga ia sendiri tidak keberatan,

"Ya boleh lah pak, pak Juadi juga jangan kalah sama pak Juki. Dah umur segitu juga ternyata masih bisa nyogokin memeknya neng Cindy tuh"

Pak Juadi lagisg ikut nimbrung dan mendekatkan wajahnya pada wajah cantik Cindy yang sedang merem melek menikmati genjotan pak Juki dan jilatan-jilatan pak Sukro di payudaranya.

"Ayo Ju, ganyang aja ni cewek!", kata pak Sukro sambil menjilati payudara Cindy sampai basah kuyup oleh ludahnya.

Pak Juadi memegang wajah cantik Cindy, hingga Cindy menatap wajah pak Juadi yang jelek itu, "Neng, cantik banget, saya cium ya neng"

"Mmmmhhh... Iyaaahhh... Cium Cindy donk paakkhhh... Ooohhh..."

Pak Juadi mulai melumat bibir Cindy yang indah itu. Cindy tak mau kalah dan lagisg mendorong lidahnya masuk kedalam mulut pak Juadi hingga akhirnya pak Juadi membalas dengan menyedot-nyedot lidah gadis cantik yang sedang dinikmati oleh tiga orang pria ini.

Pak Paijo sendiri hanya tersenyum dan geleng2, gadis secantik Cindy benar-benar diluar nalarnya. Cindy yang begitu cantik, dan hidup di keluarga berada bisa-bisanya sekrang sedang digarap oleh pria-pria tua yang kerjanya tak lain hanya seorang buruh tani saja.

Tak hanya itu, bahkan pria-pria yang sedang menikmati tubuh gadis itu cukup tua untuk dipanggil ayah atau malah kakek untuk kasus pak Juki.

Tapi pak Paijo hanya melanjutkan makan siangnya yang cukup banyak oleh istri tercinta, dan membiarkan teman-temannya menikmati tubuh Cindy dan Cindy yang juga menikmati kenikmatan dari ketiga pria itu.

suara-suara desahan saling berkesinambungan di gubuk ditengah sawah itu. Ketiga pria itu saling memuaskan nafsu mereka pada gadis cantik nan sexy yang memasrahkan tubuhnya untuk menampung nafsu ketiga pria tua itu.

"Ooohh neng, bapak keluar di dalam neeengg... Bapak mau isi neng Cindyy!!", seru pak Juki mulai mempercepat genjotannya.

Crooott..

Pak Juki mengeluarkan seluruh pejunya di dalam rahim Cindy, rasa nikmat yang ia rasakan benar-benar tak bisa digambarkan dengan kata-kata. Ia benar-benar tak menyangka di umurnya yang sudah tak muda itu, ia bisa melakukan hubungan intim dengan seorang gadis cantik, dan lagi, ia bisa menebar benih lagi setelah sekian lama tak pernah ia lakukan.

Setelah puas mengisi rahim gadis cantik ini dengan pejunya, ia segera mengeluarkan kontolnya yang sudah melaksanakan tugasnya.

"Enak banget memekmu neng, bapak dah lama banget gak keluar banyak", kata pak Juki.

Pak Sukro lagisg menghentikan lumatannya pada payudara Cindy, "Gantian pak, dah gak sabar pengen nyobain memek cewek kota! Haha"

Pak Juadi menyudahi ciumannya saat menyadari pak Juki dan Sukro bertukar posisi.

"Pak, Cindy kocokin kontolnya ya pak. mmhhh...", kata Cindy menwarkan layanan sex pada pak Juadi.

Pak Juadi tersenyum dan melepaskan celananya, menunjukkan kontol yang juga sudah ereksi.

Cindy lagisg meraih kontol pak Juadi dan mulai mengelus-elus batang kejantanan itu dengan lembut.

"Pak Juki, Cindy bersihin kontolnya ya"

Pak Juki tak paham dengan apa maksud Cindy, tapi pak Paijo menyuruh pak Juki untuk mendekati kepala Cindy.

Cindy membuka mulutnya, dan pak Juki paham dan mulai mengarahkan kontolnya yang sudah mulai lemas ke mulut Cindy.

"Wooohh mmmhhh enak neeengg!!". Pak Juki baru sekali ini merasakan blowjob, tidak pernah menyangka kontolnya yang ia rasa kotor bisa masuk dan di servis oleh mulut gadis cantik.

"Bapak masukin ya neng", kata pak Sukro yang menggosok-gosokan kepala kontolnya di belahan memek Cindy yang basah dan meneteskan peju pak Juki. Meski agak kurang nyaman melihat peju orang lain, tapi pak Sukro tetap ingin juga merasakan memek gadis muda.

Blessshh...

Kontol pak Sukro lagisg menusuk memek Cindy yang terasa sempit dan panas itu.

"Mmmhh... Memek cewek cantik emg beda, enak bangeeet!!", seru pak Sukro merasakan kenikmatan yang luar biasa ini.

"Udah cepetan lu genjot!", kata pak Juadi yang juga tak sabar ingin merasakan memek Cindy.

Pak Sukro lagisg menggenjot kontolnya, tiap sodokan makin dalam dan makin cepat.

Cindy menaikkan permainan tangan dan mulutnya, ia mempercepat kocokan kontol pak Juadi dan terus menyedot-nyedot kontol pak Juki, menanti kalau2 ada cairan lezat yang akan keluar lagi karena kontol pak Juki makin mengeras.

"Gimana pak? Enak kontolnya diemut-emut neng Cindy?", tanya pak Juadi sambil tertawa.

"Wooohhh enak banget pak, ini aja rasanya pengen negluarin lagii!!", kata pak Juki sambil memaju mundurkan pinggulanya, seolah sedang ngentotin mulut Cindy.

Tak lama, pak Juki merasa sudah pengen orgasme, "Duh neeeng, bapak dah mau keluar lagi neeenngg!!"

Saat pak Juki hendak mengeluarkan kontolnya dah orgasme diluar, Cindy lagisg memegang kontol pak Juki dan menahannya di dalam mulutnya.

"Wooohhh neeengg, jangan di dalem neeengg!!"

Meski berusaha menahan orgasme nya, tapi Cindy terus menerus menjilat-jilat kepala kontol pak Juki sehingga pak Juki tak lagi bisa menahan puncak kenikmatannya sendiri.

Crooott...

"nnngghh hhaaa..", desah pak Juki yang lagi-lagi orgasme.

Cindy merasakan cairan panas di mulutnya, peju pria tua itu terasa begitu nikmat dan kental. Ia masih menyedot sisa-sisa peju dari kontol pak Juki sampai akhirnya kontol pak Juki benar-benar lemas.

Di lain sisi tubuh Cindy, pak Sukro masih terus menggenjot Cindy dengan penuh gairah, dan rasa nikmat makin membumbung menuju puncak.

"Mmmhh terima pejuku nduuukk!!"

Cindy juga bisa merasakan kontol pak Sukro yang makin cepat dan ia merasa mencapai puncak kenikmatan.

Crooott... Croott..

Pak Sukro mengeluarkan pejunya tanpa ragu, ia hentakkan kontolnya supaya melesak sedalam mungkin dalam memek gadis cantik itu.

"Mmmhh!!!", Cindy mendesah dengan kontol pria lain di mulutnya.

Pak Sukro bisa mersakan cairan panas lain yang keluar dari memek gadis ini, dan ia tersenyum bisa membuat gadis cantik ini orgasme dengan kontolnya.

"Haha, ngicrit juga neng Cindy. Enak kan neng kontol bapak?"

Cindy kini puas, menelan nutrisi spesial dari pak Juki dan melepaskan kontol pak Juki dari tangan dan mulutnya.

"Mmmhh... Iya paaakk enaaakk... Cindy sukaaa...", desah Cindy.

"Kro, gantian! Dah pengen keluar nih!", kata pak Juadi yang menerima kocokan Cindy sedari tadi.

"Iya, nngghh... Dah tuh, masukin kontol lu kedalem", kata pak Sukro sambil mengeluarkan kontolnya yang sudah lemas.

Pak Juadi lagisg bersiap, "Neng, nungging dong neng. Bapak pengen ngentot dari belakang, hehe"

Cindy tersenyum dan mematuhi perintah pak Juadi dan mulai ambil posisi merangkak,

Pak Juadi lagisg mengambil posisi di belakang Cindy, kemudian ia arahkan kepala kontolnya di memek Cindy.

Tanpa aba-aba lagi, memek Cindy di masuki kontol buruh tani lain.

"aaahhnnn!! Mmmmhh...", desah Cindy saat kontol pak Juadi masuk dengan mudahnya di dalam tubuhnya.

Pak Sukro langsung menuju depan wajah Cindy setelah pak Juki duduk kelelahan setelah orgasme 2 kali.

"Gimana pak?", tanya pak Paijo.

"Gila pak, baru sekali ini ngecrot 2 kali, biasanya juga istirahat dulu sblm keras lagi"

"Haha, neng Cindy emg dah pinter ya pak mainnya"

Pak Sukro yang di depan Cindy dilayani Cindy, "Mmmhhh terus neeeng, bersihin kontol bapak neng ampe kinclong! Haha"

Cindy terus menjilat seluruh kontol pak Sukro, sementara dibelakangnya pak Juadi terus menggenjot dengan cukup cepat.

"hhhnngg..."

Tanpa ijin, pak Juadi mencapai puncak kenikmatannya dan mengeluarkan pejunya di dalam rahim Cindy.

Crooott..

"hhmmmmhh enaakkk!!", seru pak Juadi sambil terus mencengkram pantat kenyal Cindy.

"Mmmhhh aaahh.."

"Haha, gimana sih lu Ju, baru bentar aja dah langsung ngecrot!", seru pak Juki.

"Hhh... Hhh... Mo gimana lagi, tadi kan kontol gue dah di kocokin sama neng Cindy, dah siap keluar lah", kata pak Juadi sambil terengah-engah.

Pak Sukro ikut tertawa saja.

Pak Juadi melepaskan kontolnya dari memek Cindy, diikuti dengan cairan putih kental yang mengalir keluar dari memek Cindy. Melihat itu pak Juadi tetap merasa puas, dan terangsang. Pemandangan indah dimana gadis cantik nan sexy menunggingkan pantatnya dan mempertunjukkan memeknya yang sudah dijebol oleh peju yang sangat banyak sampai tidak muat lagi.

Setelah pak Juadi juga diservis kebersihan kontolnya oleh mulut Cindy, Cindy terjatuh dan berbaring di gubug sambil terengah-engah.

Keringat bercucuran di tubuhnya dan senyum kepuasan menghiasi wajahnya.

"Gimana neng Cindy, dah puas di entotin teman-teman bapak?", tanya pak Paijo.

"hh... hh... Iya pak, Cindy puas bangeetthh...", jawab Cindy sambil tersenyum lebar.

Ketiga pria buruh tani itupun juga ikut puas, tak menyangka di umur mereka ini bisa menikmati daun muda yang luar biasa seperti Cindy ini.

"Pak Paijo gak mo ikutan ngentotin neng Cindy?", tanya pak Juki yang kini sudah selesai memakai celananya lagi.

"Haha gak pak, ntar-ntar aja lah", kata pak Paijo santai.

"Wah enak bener pak Paijo, dah punya istri cantik sekarang dah nambah lagi ada cewek cantik", kata pak Juadi.

"Iya nih pak, pake pelet apaan pak?", tanya pak Sukro.

"Halah pelet apaan pak, kalau orang baik-baik ya rejekinya dateng sendiri lah. Hahaha", jawab pak Paijo.

"Wah jadi pengen nyobain neng Nesa juga nih pak", kata pak Juadi.

Mendengar itu pak Paijo jadi lebih serius,"Heh, ya gak boleh lah pak. Ini juga saya biarin bapak-bapak ngentotin neng Cindy gara-gara saya tahu neng Cindy juga pengen. tapi kalau neng Nesa ya beda urusannya pak"

"Hehe, iya pak maaf2. Tapi, lain kali boleh donk kita2 ngegarap neng Cindy lagi", kata pak Juadi penuh harap.

Pak Paijo menhela nafas dan membiarkan kata-kata pak Juadi hilang dari pikirannya,"Ya itu mah terserah neng Cindy aja, gimana neng?"

"Hhh.. hh.. ya boleh aja pak, Cindy mah mau aja pak", jawab Cindy sambil tersenyum.

"Haha Joosss!! Ya udah neng Cindy istirahat dulu aja, bapak-bapak lanjut kerja lagi", kata pak Juki yang kini makin semangat kerja.

Cindy terbaring di gubug, dengan peju terus mengalir dari vaginanya sendiri. Cindy benar-benar puas akhirnya ia telanjang bulat di tempat yang cukup terbuka. Fantasy liarnya akhirnya menjadi nyata.

Setelah pekerjaan selesai, ketiga teman pak Paijo setuju untuk tidak cerita kejadian hari ini pada siapapun. Cindy pulang dengan pak Paijo dengan hati senang dan dengan selangkangan penuh bekas peju tiga orang buruh tani.

===X=X==

Minggu berlalu dan Cindy tetap rajin mengunjungi pak Paijo dan Nesa. Kunjungan dari teman-teman pak Paijo juga ikut rajin datang meski tak selalu bertiga atau kadang juga saat Cindy datang, teman-teman pak Paijo tidak bisa datang kerumahnya.

Hari ini yang bisa datang hanya pak Juki.

"Mmmmhh... Aaahh..", desah Cindy yang sedang di servis oleh pak Juki. Cindy duduk di sofa ruang tamu, dengan selangkangan terbuka lebar dan pak Juki di antara selangkangan Cindy.

Pak Juki beradu lidah dengan memek Cindy yang basah kuyup. Kakek tua itu benar-benar senang tiap kali ia datang ke rumah pak Paijo, karena ada gadis cantik yang pasti sudah telanjang bulat siap dilayani dan melayaninya.

"Wah pak Juki ini, dateng-dateng langsung makan memek aja", kata pak Paijo yang baru saja sampai dirumah.

"Haha maklum pak, dah lama gak ngerasain pak. Legit banget!!", jawab pak Juki.

"Wah pak Juki dah dateng ternyata", kata Nesa saat ia masuk ke rumah.

"Hhh... Iya nih nes, pak Juki dateng-dateng lagisg nyerobot aja", kata Cindy

"Hehe, tapi suka kan neng", kata pak Juki melanjutkan permainan lidah nya.

"aaahh... mmhh suka paaak", desah Cindy kemudian meremas-remas payudaranya sendiri dan mengelus-elus kepala pak Juki yang mulai jarang rambutnya.

Pak Paijo dan Nesa melanjutkan kegiatan mereka, Nesa istirahat dikamar setelah dari klinik kandungan dengan pak Paijo. Pak Paijo sendiri hendak menuju kebun untuk mengurus lahan kecilnya sendiri di samping rumah.

"Inget pak, ntar neng Cindy hamil lho", kata pak Paijo sambil berjalan menuju kebun setelah mengambil sekop kecil di dapur.

"Hehe, ya kalo hamil ya kawinin aja lah pak. Ya gak neng?", kata pak Juki sambil melepas celana panjangnya dan menunjukkan kontolnya yang sudah ereksi.

"Ah pak Juki ini, belum tentu ntar Cindy hamil anaknya bapak lho, bisa aja malah anaknya pak Paijo, apa pak Sukro gitu", balas Cindy.

"Hehe, iya neng, yang penting masih bisa entotin neng aja dah", kata pak Juki yang kemudian melepaskan celananya dan siap menebar benih lagi.

Cindy tersenyum lebar, tahu ia akan menikmati kontol pejantan lagi dan mulai memainkan klitorisnya sambil mendesah,

"Mmmhhh... Ayo paaakk, entotin Cindyyyy"

Pak Juki masih saja merasa geli melihat gadis cantik minta dientot oleh pria tua sepertinya,"Hoho siap neng,"

"Mmmhhh aahh pak Jukiii!!", seru Cindy saat kontol besar hitam menusuk lubang kenikmatannya.

"Mmmmhh bapak masukin semua neeengg!!", seru pak Juki yang terus menusukkan pedang timpulnya sedalam mungkin di memek gadis muda yang begitu sempit nan nikmat.

Pak Juki bisa merasakan kontolnya seperti dipijat oleh memek Cindy, dirinya benar-benar puas bisa membuat gadis kuliahan ini seolah teler dengan ekspresi mabuk oleh kontolnya. Begitu kontolnya masuk semua didalam hingga ia bisa merasakan sesuatu menabrak kepala kontolnya, Cindy membuka tangannya, menyambut pak Juki dalam pelukan. Pak Juki mendekatkan tubuhnya dan memeluk gadis cantik itu dan mulai bercumbu mesra bagaikan pasangan suami istri dimalam pertama.

Pak Juki mulai menggenjot Cindy, awalnya dengan perlahan tapi kemudian makin cepat dan makin cepat.

"Ooohhh paaakk terusss... Kontol bapak enaaakk!!"

Pak Juki terus megeluar masukkan kotnolnya dengan penuh nafsu dan gairah, sudah lama ia ingin menikmati gairah seksual ini, apa lagi sejak istrinya tiada. Ia senang bisa dibantu oleh pak Paijo dan bisa menikmati memek premuim seperti milik Cindy.

Cindy benar-benar bagai di surga, ia benar-benar senang bisa melampiaskan nafsu birahinya di desa ini, dikelilingi keindahan alam dan para pria yang mampu menggenjotnya hingga ia benar-benar KO. Rasanya benar-benar tak ingin pulang lagi ke kota kalau itu artinya ia bisa tetap menikmati kontol-kontol hitam para buruh tani yang begitu jantan ini.

Genjotan pak Juki makin cepat, membuat Cindy mendekati klimaksnya,"Ooohh paaakk Cindy dah mo keluaaarr!!"

"Iya neengg... oohhh bapak jugaaa!!"

Tak lama kemudian pak Juki mengeluarkan lagi benih-benihnya di dalam rahim Cindy.

Crooott...

Cindy yang merasakan cairan panas di dalam rahimnya membuatnya makin terangsang dan kemudian ia membalas cairan cinta pak Juki dengan cairan cintanya sendiri.

"aaaahh pak Jukiii!!"

Pelukan Cindy benar-benar erat dan pak Juki terus menahan posisinya sehingga tak banyak pejunya yang keluar dari memek Cindy.

Pak Juki kini sekali lagi melampiaskan nafsunya sendiri pada Cindy, enath sudah berapa banyak peju yang ia keluarkan di dalam gadis ini.

Setelah sekitar 5 menit tenggelam dalam kenikmatan, pak Juki dan Cindy kembali berciuman. Tubuh keduanya begitu kontras hitam dan putih, kasar dan halus, tua dan muda. Tak hanya alat kawin mereka saja yang terasa hangat, tubuh mereka yang penuh keringat terasa hangat dan begitu nyamannya.

Setelah puas, pak Juki mulai menarik tubuhnya hingga akhirnya kedua insan itu terpisah setelah sebelumnya menjadi satu dalam hubungan sex. Pak Juki duduk di samping Cindy, terngah2 seperti Cindy juga, tapi senyum mengembang di wajah keduanya.

"Hhh.. hh.. Makasih pak, Cindy seneng bisa dientot mulu disini", kata Cindy.

"Wah sama-sama neng. tapi masa' di kota gak ada yang mau entotin neng Cindy sih", kata pak Juki.

"Ya ada sih pak, tapi gak banyak yang kuat2 kayak bapak-bapak disini. Trus pada keluarnya juga dikit2"

"Eh neng beneran gak takut kalau ampe hamil neng?", tanya pak Juki penasaran. Ia tahu kalau gadis itu selalu disetubuhi oleh 4 orang pria di desa ini, dan tak ada satupun yang memakai kondom karena memang barang itu sulit ditemukan di warung2 desa.

"Takut kenapa pak?",tanya Cindy seolah tak paham maksud pria tua itu.

"Ya takut ketahuan ortu neng Cindy lah, gimana donk kalo pulang2 perutnya buncit gitu"

"Hihi, tenang aja pak, ortu Cindy... Dah gak ada... Cindy punya kakak, tapi kakak Cindy fokus sama karir, jadi ya buat dia selama Cindy gak ganggu karirnya ya dia gak mau tau aja", jelas Cindy santai.

"Duh, maaf neng, bapak gak tw kalau kayak gt nasib neng", kata pak Juki.

"Aaah gak apa-apa pak, kalau gak gt, pak Juki dan kawan2 gak bisa entotin Cindy lho, hihi", kata Cindy yang kemudian mendekati kontol pak Juki yang sudah lemas tapi basah oleh peju dan cairan cintanya sendiri.

"Mmmhhh...", Cindy kemudian mulai mengulum kontol pak Juki, membersihkan kontol yang sudah membuat rahimnya penuh dengan cairan hangat yang begitu nikmat.

"Oohh haha, iya sih neng. Berarti neng Cindy gak takut hamil neng? Beneran?", tanya pak Juki.

"Iya pak, emg kenapa sih pak? Masa' bapak masih pengen punya anak lagi? Kan dah punya banyak anak, cucu juga lho", tanya Cindy heran tapi sambil tersenyum.

"I... Iya sih neng, cuman kan anak bapak cewek semua, pengen punya anak cowok neng, lagian...", kata pak Juki.

"Hmm? Kenapa pak?". Cindy sebenarnya sudah merasa pak Juki begitu bernafsu padanya, tidak hanya tubuhnya tapi juga sepertinya ada hal lain. Diantara para buruh tani, hanya pak Juki dan pak Paijo yang paling sering keluar di dalam rahimnya, sedangkan pak Juadi dan pak Sukro lebih sering keluar di mulut, wajah, payudara ataupun bagian2 lain tubuhnya.

"Yaa... Itu neng, kalo boleh, ka... kalo neng mau...", kata pak Juki terbata-bata.

Cindy menebak apa yang ingin pak tua itu katakan,"Mau hamil anak bapak? Gitu pak?"

Pak Juki kaget, ia takut Cindy tak mau memenuhi keinginannya itu,"Iya neng, tapi kalau neng gak mau gak apa-apa, hehe. Maaf neng bapak lancang"

Cindy kemudian memikirkan hal itu, ia sendiri tak akan kaget kalau dia hamil, toh dia juga jarang minum pil pencegah kehamilan. Dan lagi, kalau ia hamil, kondisi keuangannya bisa dibilang jauh lebih dari kata berkecukupan jadi ia juga tak akan pusing soal itu. Hanya saja, ia tak tahu apakah ia bisa membesarkan si anak atau tidak.

"Hmm... Tapi kalau ntar Cindy nya punya anak sama bapak, trus bapak gimana? Mau adopsi anaknya Cindy nanti?"

Pak Juki terlihat lebih sumringah,"I.. Iya neng, apa lagi kalau cowok, bapak pasti bakal adopsi. Ntar bapak bisa minta tolong anak-anak bapak buat bantu bapak neng, jadi tenang aja neng"

"Hmm... Kalo Cindy sih boleh2 aja pak, tapi coba aja minta ijin dulu sama pak Paijo. Oh ya sama pak Sukro sama pak Juadi dulu"

Pak Juki kegirangan,"Be... beneran neng? Wah makasih banyak lho neng makasih!!"

Cindy tersenyum melihat pak Juki kelihatan begitu senang, pria tua itu kegirangan seperti anak kecil yang baru saja mendapat hadiah.

"Eh tapi pak, Cindy ada syaratnya lho"

"Syarat apa neng?"

"Cindy tetep mau dientot sama bapak-bapak lain, jadi kalau Cindy hamil nnti bapak gak boleh cemburu kalau badan Cindy dipake orang. gimana?", tanya Cindy.

Pak Juki lega, ia sendiri tak ambil pusing soal itu, ia sudah senang bisa ikut menikmati tubuh Cindy,"OK neng, gak masalah hehe"

Setelah itu pak Juki segera memakai kembali bajunya dan bergegas menuju kebun pak Paijo.

"Kenapa pak?", tanya pak Paijo.

Pak Juki menjelaskan apa yang sudah ia dan Cindy diskusikan.

"Oooh gitu, trus Cindy nya gak keberatan pak?", tanya pak Paijo.

"Iya pak, jadi gimana pak? Boleh kan saya nitip ke neng Cindy?"

Pak Paijo kemudian berpikir, dia sendiri tak keberatan kalo gadis itu dihamili pria lain, toh Cindy juga bukan gadis yang ekslusif pada satu orang saja, dan kalau Cindy sendiri mau ya pak Paijo tak terlalu keberatan. Tapi ada satu hal yang muncul dipikiran pak Paijo.

"Eh pak, tapi nanti anak-anak bapak gimana? Kan ntar bapak bakal bawa2 jabang bayi trus mo minta bantuan anak-anak bapak buat ngerawat bayinya kan?"

"Oh, tenang aja pak, saya yakin anak-anak saya bakal seneng juga. Wong mereka aja nyuruh2 saya nyari istri lagi, kalau gak ya ikut mereka aja daripada sendirian. kalau ada anak lagi kan saya jadi ikut anak saya, pasti mereka juga seneng pak", kata pak Juadi meyakinkan pak Paijo.

"Hmmm ya udah pak, saya bolehin aja pak, tapi coba bicara sama pak Juadi sama pak Sukro juga biar ntar anaknya beneran anak bapak", kata pak Paijo.

"Iya pak, terimakasih banyak!! Hehe"

"Haha, pak Juki sekarang jadi bisa memperbaiki keturunan nih kyknya", kata pak Paijo sambil tertawa.

"Hehe, iya pak, moga aja ntar gak jelek kayak saya"

Setelah itu, pak Juki pamitan untuk mencari kedua temannya itu dan lagi menuju tukang jamu yang katanya bisa membantu kesuburan pria.

===

Malam harinya.

"Cind, lu beneran mau hamil?", tanya Nesa. Ia kaget temannya yang suka ganti-ganti pasangan itu bisa membuat keputusan seperti itu.

"Iya Nes, lagian pak Juki juga mintanya baik-baik, trus gak keberatan gw tidur sama orang lain jadi ya udah deh gak masalah buat gw", kata Cindy santai. Keduanya kini sedang telanjang bulat dengan pak Paijo dan bergantian mengulum kontol pria itu yang terus menikmati servisan dua gadis cantik diantara selangkangannya.

"Hihi, gw gak nyangka aja lu bakal jadi ibu ntar. tapi kalau lu mah, gw yakin gak bakal masalah punya anak berapa aja", kata Nesa yang kemudian bergantian mengulum kontol suaminya.

"Hmm? Emang ada apa neng?", tanya pak Paijo penasaran dengan kata-kata istrinya itu.

"Bapak gak tw ya? Si Cindy tuh tajir banget pak, keluarganya punya perusahaan gedhe. Sekarang kalau gak salah kakak lo ya yang ngurus?", tanya Nesa.

"Iya Nes, makanya dia ngasih gw duit banyak supaya gw gak ganggu bisnis keluarga. Selama gw gak bikin masalah ya dia gak bakal peduli amat", kata Cindy.

"Wah, bapak gak nyangka neng Cindy kaya banget", kata pak Paijo kagum. Ia tak menyangka gadis yang begitu binalnya ini sedang sibuk mengulum kontolnya yang tak lain hanya orang dari kalangan bawah.

"Ah gak juga pak, tuh istri bapak juga tajir banget!", kata Cindy sambil mengocok kontol pak Paijo.

"Iya sih, cmn kalau gw mah gak dapet apa gara-gara bapak tiri gw Cin, kan lo tw sendiri", kata Nesa yang kemudian mencium suaminya.

"Mmmhh... Wah neng Nesa juga? Emg ada apa neng kok malah jadi kabur dari rumah gini?", kata pak Paijo sambil memainkan payudara istrinya itu.

Nesa mendesah, ia paling suka saat pak Paijo memainkan payudaranya yang makin sensitif sejak iahamil,"Mmmhhh... Itu pak, jadi mama Nesa nikah lagi pas Nesa masih kecil, tapi mama Nesa meninggal gara-gara sakit. Bapak tiri Nesa gak suka sama Nesa dan mau ngambil uang keluarga Nesa, jadi Nesa dibikin gak nyaman tinggal dirumah. jadi ya gitu lah, Nesa minggat. tapi Nesa bersyukur pak, Nesa hidup sama org yang sayang sama Nesa".

Pak Paijo makin ereksi mendengar kata-kata itu, ia senang saat istrinya menunjukkan betapa ia sayang padanya,"Wah, neng Nesa. Bapak jadi makin sayang sama neng nih"

"Wah, pak Paijo jadi tambah nafsu aja nih kyknya Nes", kata Cindy setelah merasakan kontol pak Paijo mengeras di mulutnya.

"Hihi, ya udah yuk kita bikin lemes lagi", kata Nesa kemudian ikut bersenang-senang dengan sahabatnya itu.

Malam itu pak Paijo di servis lagi oleh dua gadis cantik yang ternyata kaya raya. Ia bersyukur tidak lahir kaya raya karena itu artinya ia bisa bertemu dengan kedua gadis itu.

Setelah itu Pak Juki akhirnya mendapat persetujuan dari teman-temannnya dan juga bicara dengan anak-anaknya, dan meski awalnya sempat menentang, anak-anaknya pasrah kalau itu demi kebahagiaan orang tuanya yang sudah berumur itu. Awalnya mereka tak yakin ada gadis yang mau "dititipi" oleh pak Juki, tapi mereka kaget saat di perkenalkan dengan Cindy.

Untuk hari itu Cindy memakai baju yang sopan atas permintaan pak Juki karena keduanya hendak ke rumah anak tertua pak Juki dimana beberapa anaknya berkumpul disitu, Selama pak Juki ngobrol dengan beberapa anaknya, Cindy bisa melihat para menantu pak Juki yang melirik-lirik lekukan2 tubuh Cindy, dan para cucu pak Juki yang sudah remaja hanya berani mengintip dari ruangan lain. lirikan-lirikan para laki-laki di rumah ini membuat Cindy makin gatal untuk melepas semua bajunya, dan memamerkan keindahan tubuhnya pada para mata yang haus keindahan tubuh Cindy. tapi Cindy harus sabar, karena ia akan melampiaskan nafsunya hari ini pada pak Juki yang sudah berjanji akan melayani Cindy sepuasnya.

Dan setelah para anaknya bisa melihat bahwa gadis yang pak Juki bawa bukan gadis yang mengincar harta pak Juki yang hanya terdiri dari rumah dan tanah, dan lagi sepertinya pihak keluarga pak Juki tak akan rugi, akhirnya semua pihak mau menerima Cindy, terutama para menantu pak Juki yang kelihatannya senang ada gadis cantik di keluarga mereka.

Pak Juki dan Cindy pulang ke rumah pak Juki, dimana hari itu Cindy sudah di booking full day bersama pak Juki.

Pak Juki meminum berbagai jamu yang sudah ia siapkan, dan hari itu pak Juki benar-benar merasa seperti pengantin baru yang membawa mempelainya ke ranjang. Cindy langsung membuka semua bajunya dan siap dipuaskan oleh pejantannya dan siap menjadi betina yang akan membuahkan keturunan bagi pak Juki.

Setelah hari itu, Cindy lebih sering di rumah pak Juki dan pak Juki berusaha sebaik mungkin memenuhi kebutuhan2 Cindy saat gadis itu menginap di rumahnya.

3 minggu kemudian, Cindy makin sering merasa mual dan lemas, dan setelah ia melakukan test saat sedang di rumah pak Juki. Pak Juki kegirangan saat hasil test menyatakan Cindy positif hamil. Pak Juki benar-benar kegirangan bukan main, ia benar-benar berharap anak dari Cindy adalah laki-laki supaya impiannya sedari dulu terwujud.

Dan waktu berlalu, tak terasa bulan berganti dan

Nesa akhirnya ada di semester akhir kehamilannya, sedangkan Cindy sendiri masuk bulan ke 6. Karena itu Cindy memutuskan untuk cuti kuliah karena ia tak lagi bisa menyembunyikan perutnya yang membuncit. Tak hanya itu, Cindy kini lebih sering tinggal dengan pak Paijo meski itu artinya sedikit memancing perhatian beberapa warga desa yang mulai bertanya-tanya kenapa ada 2 gadis hamil di satu rumah. Tapi berkat pak Juki, Juadi dan Sukro, muncul rumor lain yang mengatakan pak Paijo nikah siri di desa lain dan berpoligami.

Pak Sukro dan pak Juadi kini meski jarang bercinta dengan Cindy tetap sesekali datang ke rumah pak Paijo.

"Mmmhhh... Srrpp... Mmmhh", desah Cindy yang sibuk menjilati 2 kontol yang ada dikanan dan kiri mulutnya.

"Wooohh wenak neeng", kata pak Juadi.

"Manteeppp!!", kata pak Sukro.

Keduanya baru saja di servis oleh Cindy dengan mulut dan memeknya. Meski tak lagi seliar dan se ganas sebelum saat hamil, pak Juadi dan pak Sukro tetap senang menikmati gadis cantik yang benar-benar binal itu.

"Hihi, bapak-bapak ini masih aja seneng ngentotin Cindy, padahal perut Cindy gak lagi rata kayak dulu"

"Hehe, gak apa lah neng, yang penting memeknya tetep sempit", balas pak Juadi.

Setelah puas, pak Juadi segera pamit sebelum istrinya mencarinya. Tinggal pak Sukro yang kini sibuk bermain dengan payudara Cindy yang kini lebih besar dari sebelumnya.

"Mmmhhh... Aaahh.. Shh...", Cindy terus mendesah menikmati kemanjaan pak Sukro yang seperti bayi dan menyusu padanya.

"Mmmhhh susumu enak neng, maniiisss", kata pak Sukro yang makin semangat menyusu pada Cindy.

"Hihi Pak Sukro ini, suka banget nenen"

"Hehe iya neng, istri bapak dah gak keluar lagi, padahal kan bapak suka", kata pak Sukro.

"Mmmmhhh... Ya udah lanjutin aja pak", kata Cindy sambil mengelus-elus kepala pak Sukro.

Sore harinya, pak Paijo dan Nesa pulang setelah periksa di bidan lagi.

"Wah pak Sukro lagi nenen", kata Nesa.

"Hehe, iya neng.", kata pak Sukro yang kemudian menyelesaikan urusannya dan mulai memakai baju dan kemudian pamitan setelah kenyang dan puas.

"Eh Nes, gimana td di bidan?"

"Katanya minggu ini Cin, jadi harus siap-siap", kata Nesa yang kemudian duduk di samping Cindy yang masih penuh bercak peju dan keringat.

"Oh gt, tenang aja Nes, ntar gw bantu kalau lo butuh mobil", kata Cindy.

"Makasih ya neng, bapak gak punya kendaraan jadi td smpt bingung gimana kalau butuh kendaraan mendadak", kata pak Paijo.

"Iya pak. Lagian kan kemarin juga Cindy dah bantu bapak sama Nesa belanja kebutuhan bayi juga, masa' pas lahiran gak bantuin sih"

Pak Paijo melihat Cindy yang penuh peju itu mendadak merasa terangsang. Di kelilingi oleh para gadis-gadis hamil membuatnya makin gampang terangsang tiap kali membayangkan gadis hamil olehnya. Fantasinya muncul untuk menghamili Cindy setelah nantinya ia melahirkan anak pak Juki. Pak Paijo bisa merasakan kontolnya sendiri mengeras di balik celananya.

Pak Paijo mendekati Cindy dan mulai mengelus-elus paha Cindy, "Neng, bapak pengen nih neng"

Cindy dan Nesa tersenyum, keduanya senang tiap kali pak Paijo yang memulai inistaitif untuk menyetubuhi mereka. Pak Paijo sendiri makin lama juga makin percaya diri dengan kemampuannya memuaskan wanita.

"Hihi, boleh pak. Mau ikutan juga gak Nes?", tanya Cindy yang mulai mengambil posisi untuk doggy style.

"Ah gak deh Cin, lu layani pak Paijo aja ya, gw lagi capek nih pengen tiduran", kata Nesa yang kemudian menuju kamar.

Pak Paijo langsung membuka celananya dan mengarahkan kontolnya ke memek Cindy yang sudah basah. Ia merasa gadis ini selalu horny karena kapanpun diminta, pasti memeknya sudah siap untuk dimasukki kontol.

"Ooohhh... aaahh... pelan-pelan paaak, kasihan dedek bayi pak Jukiii", desah Cindy merasakan kontol besar sekali lagi menjamah isi tubuhnya.

"mmhhh iya neengg...", pak Paijo memelankan genjotannya dan menikmati memek Cindy yang begitu nikmat.

Tangan pak Paijo mulai menjamah payudara Cindy, meremas-remas dan memainkan puting susu Cindy.

"Mmmmhhh aaahhh paaak teruuusss..."

Pak paijo makin memantapkan permainannya, merasakan kenikmatan meningkat hingga ia bisa merasakan bibit2 orgasme mulai muncul.

Melihat puting susu Cindy yang seolah melelehkan susu putih benar-benar terlihat erotis dan memunculkan fantasy2 liar dikepala pak Paijo seperti saat melihat Cindy disetubuhi rame2 oleh teman-temannya.

Fantasy itu membuat pak Paijo makin horny dan setelah sekitar 10 menit menggenjot Cindy, ia sudah tak lagi mau menahan orgasmenya.

Pak Paijo langsung mengeluarkan kontolnya dan mengocok dengan cepat. Cindy juga segera bersimpuh didepan pak Paijo dan menggantikan pak Paijo mengocok kontolnya sambil membuka mulutnya.

"Ayo paaak kasih makan Cindy. aaaa..."

"Makan pejuku neeengg!!"

Croott...

Cairan putih kental panas mendarat di dalam mulut Cindy, dan ketika tak lagi ada cairan yang keluar dari kontol pak Paijo, Cindy segera mengulum dan menyedot-nyedot sisa-sisa peju di dalam kontol pak Paijo.

"Hehe, doyan banget sama peju neng", kata pak Paijo sambil mengelus-elus kepala Cindy.

"Hihi iya pak, habis enak siiih", kata Cindy sambil menjilati kontol pak Paijo dan sesekali mengusap2kan kontol pak Paijo di wajah cantiknya saat tiba-tiba peju sekali lagi muncrat dan membasahi wajah Cindy.

"Wah pak Paijo ini bikin kaget aja", kata Cindy.

"Hehe, neng tambah cantik lho kalo wajahnya dihiasi peju gini"

Cindy tersenyum, senang dipuji karena kebinalannya sendiri. Ia senang bisa merasakan kepuasan seksual di desa ini, dan ia merasa ingin bersenang-senang lebih jauh lagi disini. Ia penasaran apakah hal itu bisa terwujud.

Dan pada akhirnya, tiba juga hari kelahiran bayi pak Paijo dan Nesa.

Nesa kini ada di tempat klinik persalinan dan mulai proses kelahiran, dan setelah usaha yang keras dari sang ibu, akhirnya lahirlah seorang bayi hasil buah cinta seorang pria tua berparas kakek-kakek dengan gadis cantik berparas bagaikan bidadari.

"Oeekk.. Oeekk...", suara bayi menangis terdengar keras di klinik persalinan tesrebut.

"Selamat ya Nesa, bayinya laki-laki", kata seorang bidan sambil menunjukkan bayi laki-laki sehat itu kepada ibunya dan ayahnya yang mendampingi persalinan.

Sambil masih terengah-engah, gadis yang kini berusia 20 tahun ini terharu melihat buah cintanya dengan pak Paijo,"Pak, bayi kita pak"

"Iya neng, terimakasih neng sudah memberi bapak keturunan", kata pak Paijo sambil mencium kening istrinya itu.

"Mau diberi nama apa pak bayinya?", tanya si bidan.

"Neng?", tanya pak Paijo menatap istrinya.

"Terserah bapak aja, Nesa pengen bapak aja yang nentuin nama dedek bayinya"

"Tapi kalau bapak tahunya nama org desa neng", kata pak Paijo khawatir.

"Hihi, gak apa-apa pak, Nesa pengen bapak aja yang nentuin namanya", kata Nesa sambil tersenyum lebar.

"Kalau Bejo aja gimana neng?"

"Hihi, boleh deh pak, namanya Bejo bu"

Bayi yang baru lahir itu kemudian dibawa ke ruang inkubasi, meninggalkan suaminya dan Nesa saling mengasihi karena kini mereka menjadi seorang ayah dan ibu.



===X=X==

Setelah diijinkan pulang kerumah, pak Paijo, Cindy dan putra mereka Bejo meninggalkan klinik diantarkan oleh Cindy.

"Eh Nes, lu gak pengen lanjut kuliah?", tanya Cindy secara tiba-tiba.

Pak Paijo dan Nesa kaget Cindy bertanya soal itu, Nesa sendiri sudah tak memikirkan study nya sejak permasalahan di rumahnya yang membuatnya minggat.

"Kok lu nanya soal itu Cin, ada apa nih?", tanya Nesa yang sedang menimang putranya.

"Iya neng, kok mendadak nanya soal itu?", tanya pak Paijo.

"Gk sih Nes, ni kan gw juga sebenernya tinggal nyelesaiin skripsi gw aja trus wisuda, nah hbisa itu gw agak bingung mo apa", kata Cindy.

"Trus apa hubungannya sama kuliah gw?", tanya Nesa.

"Gini, gw tw lu pinter dan denger-denger dosen-dosen kita sering blg kalau lu punya bakat bisnis, nah, gw pengen buka usaha, perusahaan gt. Emg sih gw blm tw apa, tapi yah drpd gak ngapa-apain jg", kata Cindy.

"Hehe, dah bosen ngentot mulu neng?", gurau pak Paijo.

"Ih ya gak lah paaak, Cindy msh pengen ngentot dimana2 sama siapa aja, hihi", kata Cindy masih fokus ke jalan.

Nesa terdiam sebentar,"Ini ada hubungannya sama kakak lu Cin?"

"Dikit, dia liat gw hamil gini trus blg supaya gw jaga jarak sama perusahaan dia yang secara teknis punya keluarga kita. jadi yah, gw mikir, mndengan gw bikin bisnis sendiri aja", kata Cindy.

"Kakak neng Cindy marah neng?", kata pak Paijo khawatir.

"Gk lah pak, dia mah orangnya cuek banget, dia blg gt supaya image nya sama image keluarga ttapi bagus aja dimata parter bisnisnya.", kata Cindy.

"Oh gt, wah saya jadi gak tw musti lega apa ngerasa gak enak sama neng Cindy nih, kan gara-gara temen bapak neng Cindy jadi hamil"

"Gk apa-apa pak, Cindy mah dah biasa ngadepin kakak Cindy. tapi ya gitulah Nes, ini cmn ide aja, gw bisa bayarin kuliah lu, tapi ntar lu bantu gw bikin bisnis baru. Sekali lagi, ini cmn ide aja", kata Cindy.

Nesa menatap suaminya yang tua itu, dan kemudian anak mereka yang tertidur lelap di timangannya. Pak Paijo juga terlihat seperti memikirkan sesuatu yang tak bisa dibicarakan sekarang jg.

"Gw diskusiin dulu deh Cin, tapi thanks ya tawarannya", kata Nesa.

"Iya, gw gak maksa kok, gw cmn kepikiran aja sekarang mau apa kalau dah lulus kuliah. Hihi, gini-gini juga gw pengen ttapi santai-santai walau gak di support kakak gw"

Nesa tertawa kecil,"Oooh jadi lu pengen gw kerja trus lu santai-santai aja gt?"

"Klo dah sukses ya ntar kita bisa santai-santai Cin", balas Cindy sambil tertawa kecil.

Malam harinya, setelah Nesa menidurkan anaknya, ia dan pak Paijo duduk di kasur membicarakan tawaran Cindy tadi.

"Jadi... Gimana neng?", tanya pak Paijo.

"Ya terserah bapak aja, Nesa kan mau nurut sama suami", kata Nesa tersenyum.

"Bapak takut sih neng, kalau neng Nesa kuliah lagi ntar banyak cowok-cowok yang deketin neng Nesa", kata pak Paijo.

"Hihi, ya gak lah pak, kan Nesa istri bapak, Nesa tetap sayangnya sama bapak aja", kata Nesa memeluk suaminya itu.

"Makasih ya neng, bapak bersyukur bisa bertemu sama neng Nesa. Neng Nesa sudah mau jadi istri bapak yang gak punya apa-apa ini, yang sudah tua ini dan mau memberi bapak keturunan juga. Bapak gak tahu harus berterimakasih seperti apa lagi neng", kata pak Paijo. Ia benar-benar tak menyangka diumurnya yang sudah tak muda, dengan wajah yang jauh dari kata tampan ini bisa mendapat kebahagiaan dlm bentuk istri dan putra yang ia idam2kan.

"Gk usah berterimakasih pak, Nesa juga seneng kok bisa ketemu sama bapak. Bapak dah sayang sama Nesa dan dari awal udah baik hati banget."

"Iya neng, tapi ya bapak sadar, bapak gak bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga, jadi kalau neng Nesa mau nerima tawaran neng Cindy, bapak ngijinin neng. Bapak juga berharap anak kita gak kayak bapak nnti neng, cuma bisa jadi buruh tani aja", kata pak Paijo.

"Iya pak, Nesa cuma berharap Bejo bisa kayak bapak, baik hati dan suka menolong", kata Nesa.

"Klo bapak pengennya Bejo pinter kayak neng Nesa", kata pak Paijo.

"Hihi, amiiin pak", kata Nesa memeluk suaminya.

Pak Paijo kemudian merebahkan istrinya itu dan mulai mencium bibirnya.

"Hayo, bapak mau apa nih?", kata Nesa.

"Aah kayak gak tw aja neng", kata pak Paijo.

"Hihi dasar, tapi jangan masuk kesitu dulu ya pak"

"Iya neng", kata pak Paijo kemudian mulai mencium istrinya yang kini sudah sah menjadi mamah muda super cantik.

Kamar di rumah kecil di desa itu mengeluarkan suara-suara kenikmatan dari kedua insan yang berbeda umur dan penampilan, si cantik yang sudah menyerahkan tubuh dan hatinya untuk si buruk rupa.

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan dan bulan berganti tahun. Kehidupan pak Paijo kini berubah sejak bertemu dengan bidadari yang tiba di desanya. Kehidupannya yang sendiri kini diramaikan oleh bidadari itu dan buah hati keduanya, rumahnya yang kecil di desa, kini berpindah ke rumah kecil di kota dimana ia dan istrinya, Nesa hidup bersama. Meski kini istrinya sudah bekerja di perusahaan yang ia dan temannya bangun, tapi pak Paijo tetap bekerja meski sebagai tukang sapu sekolah saja, sudah seharusnya seorang suami dan kepala rumah tangga bekerja demi keluarganya meski mungkin pendapatan istrinya sudah lebih dari cukup. Putranya tumbuh sehat berkat perawatan dan kasih sayang dari dirinya dan istrinya, dan kebahagiaan pak Paijo bertambah saat istrinya lagi-lagi hamil.

Nesa tetap selalu setia pada suaminya meski memang banyak mata yang meliriknya baik itu di kampus atau saat ia bekerja dengan Cindy membangun usaha mereka. Ia senang bisa menjadi istri pak Paijo, sejak bertemu dengan suaminya itu, hidupnya juga berubah banyak. Meski memang awalnya ia dan suaminya hidup dengan sederhana, tapi kini kesuksesan dan kebahagiaan seolah mengikuti keluarga kecilnya, terlebih kini di dalam rahimnya sudah ada anak lain yang akan ia lahirkan. Tak mengherankan karena suaminya selalu bernafsu pada tubuhnya meski ada juga gadis lain yang siap melayani suaminya itu, Cindy.

Cindy sendiri, setelah melahirkan anak pak Juki, kembali seperti dulu, bebas dalam menikmati tubuhnya dan tubuh orang lain yang mau padanya. Tentu tak perlu waktu lama sebelum ia akhirnya hamil lagi, dan kali ini, entah anak siapa, mungkin anak pak Sukro, pak Juadi, pak Paijo, pak Juki lagi, atau anak orang asing yang mungkin baru ia kenal. tapi Cindy tak peduli, berkat kekayaan keluarganya dan juga bisnisnya yang berjalan dengan lancar, ia tak perlu takut kalau ia hamil berkali-kali, meski tentu ia akan pusing kalau punya banyak anak. tapi yah, untuk sekarang, bagi Cindy, nikmati saja semua yang bisa dinikmati.

---End---


cerita sex yes.. ahhh.. fuck my pussy... oh.. good dick.. Big cock... Yes cum inside my pussy.. lick my nipples... my tits are tingling.. drink milk in my breast.. enjoying my milk nipples... play with my big tits.. fuck my vagina until I get pregnant.. play "Adult sex games" with me.. satisfy your cock in my wet vagina..
Klik Nomor untuk lanjutannya

x
x