Cerita Dewasa - Bidadari Berburu Kenikmatan S-1

cewek amoy
NESA


Di siang hari yang sangat terik itu, berjalanlah seorang pria yang sedang membawa cangkul di pundaknya. Tujuannya hanyalah satu, untuk menggarap lahan yang ada sekitar 1km dari rumahnya. Meski hari sangatlah panas, tapi tubuh pria itu sudah terbiasa dengan terpaan panas, terbukti dari kulitnya yang sudah gelap.

Sesampainya di gubuk di dekat lahan sawah yang hendak ia garap, ia menaruh bawaannya yang lain, bekal makanan di rantang dan air minumnya. Ia mengambil caping yang ada di gubuk itu dan memakainya sebagai tameng dari teriknya sinar matahari.

"Hmm... kyknya cuma tinggal dikit aja, ntar bisa pulang cepet nih..." kata pria itu saat melihat lahan yang sudah dikerjakannya dari kemarin.

Selain dirinya, terkadang ada buruh lain yang juga mengerjakan ladang ini, tapi kali ini adalah gilirannya untuk bekerja disini. Walau berat, tapi uang hasil garapan lahan ini bisa menambah penghasilannya dari lahannya sendiri.

Tanpa banyak bicara, dimulailah pekerjaan siang itu.

Setelah sekitar 3 jam bekerja, pria itu kembali ke gubuk untuk makan dan minum, juga untuk beristirahat sblm pulang kerumah, dia merasa lega karena pekerjaannya sudah selesai sekarang.

Tapi saat ia sudah mendekat di gubuk itu, dia lihat ada orang lain yang sedang tertidur di gubuk itu.

Yah, bukan hal yang aneh juga, toh gubuk itu memang sering dipakai orang berteduh saat terik atau hujan.

Saat pria itu sudah tiba di gubuk itu, barulah dia sadar bahwa yang sedang tiduran di gubuk itu adalah seorang perempuan.

Perempuan itupun juga sadar petani yang dari tadi bekerja di ladang itu datang ke gubuk itu.

"Sore pak", sapa perempuan itu sambil kini duduk dan menaruh tas yang dibawanya di sampingnya.

"Sore juga neng, lagi apa neng?", tanya pria itu penasaran.

Dengan agak canggung perempuan itu menjawab, "Anu, istirahat aja pak, capek habis jalan tadi"

Pria itu heran, perempuan yang di depannya ini sangatlah cantik dan kulitnya putih mulus, kok malah jalan di desa seperti ini"Emang si eneng mau kemana? Kok bawa2 tas gedhe gitu?"

Perempuan itu terlihat tidak nyaman dengan pertanyaan ini,"Anu... Saya belum tahu pak..."

"Lho? Kok belum tahu neng?", tanya pria itu heran.

Sebelum bisa menjawab pertanyaan pria itu, terdengar suara perut keroncongan.

"Eh, maaf pak", kata perempuan itu malu-malu sambil memegang perutnya.

Pria itu teringat dia membawa bekal makan sebelum bekerja dan mengambil rantangnya itu, "Lapar ya neng, silahkan makan aja neng. Bapak masih kenyang".

Meski awalnya malu-malu, tapi perempuan itu menerima pemberian pria itu dan langsung makan dengan lahapnya.

Setelah selesai makan, perempuan itupun berterimakasih kepada pria itu, "Terimakasih banyak pak, dari kemarin saya belum makan. Oh ya, nama saya Nesa pak"

Pria itu menerima jabat tangan Nesa,

"Saya Paijo neng. Kok eneng bisa dari kemarin belum makan?"

Nesa menjelaskan kondisinya kepada pak Paijo. Nesa diusir dari rumahnya karena orangtuanya mengetahui hubungannya dengan pacarnya, dan pacarnya justru meninggalkannya setelah ia diusir dari rumah.

Meski masih ada beberapa pertanyaan di benak pak Paijo tanyakan tapi pak Paijo bertanya hal lain,"Lha nanti eneng tidur dimana?"

"Belum tau pak, beberapa hari ini saya tidur di mushola setelah uang saya habis, beli makan juga sudah tidak bisa"

"Kalau di rumah bapak aja gimana neng? Daripada di sini, dah mulai malem juga neng", entah karena kasihan atau karena terpesona dengan penampilan Nesa yang cantik dan pastinya seksi meski tubuhnya tertutup jaket yang agak tebal.

"Beneran boleh pak? Terimakasih banget pak! Saya sudah takut tadi gak lihat ada tempat yang bisa buat tidur nanti"

"Hehe boleh aja neng, ini bapak dah mo pulang jg, yuk neng"

Nesa langsung memakai tasnya lagi dan berjalan bersama pak Paiji sembari membawakan rantangnya yang isinya sudah dia makan tadi.

"Saya aja yang bawa pak, skalian nanti saya cuci"

Meski agak jauh dari rumahnya, saat menjelang maghrib mereka sudah sampai di rumah pak Paijo.

"Maaf ya neng, rumah bapak udah kecil jauh pula", kata pak Paijo sambil membuka pintu di rumah yang terbuat dari kayu ini.

Rumah pak Paijo memang tidaklah jelek, meski hanya ada 1 kamar, 1 ruang tamu dan dapur dan kamar mandi, tapi masih sangatlah layak ditinggali. Meski di kanan dan kirinya hanya ada pepuhonan dan jarak ke tetangganya agak jauh, tapi setidaknya listrik menyala di rumah ini.

Tapi bagi Nesa, punya tempat berteduh sudah sangatlah bisa di syukuri,

"Gk ah pak, rumahnya bagus kok"

Keduanya masuk ke dalam rumah dan Nesa meletakkan tasnya di kursi di ruang tamu.

"Anu pak, ini di cuci dimana ya pak?"

"Oh dibelakang aja neng, di dapur ada tempat cuci"

Nesa langsung berjalan ke belakang rumah dan terdengar mencuci rantang tadi.

"Gile, mimpi apa gw semalam, bisa ada cewek cakep nginep di rumah gw", kata pak Paijo sambil meminum teh yang ada di meja.

Tak berapa lama Nesa kembali ke ruang tamu,

"Anu pak, saya boleh mandi dulu gak pak?"

"Oh iya neng silahkan, kamar mandinya di luar neng, di belakang rumah"

Nesa dengan cepat membuka tasnya dan mengeluarkan handuk yang tipis tapi cukup besar dan kemudian bergegas untuk mandi.

"Pantesan putih mulus tu cewek, mandi nya pasti rajin banget. Kasihan juga kalau gak bisa dirawat tu tubuhnya", gumam pak Paijo sambil menyalakan TV dan duduk di tikar yang ada di depan tv.

Setelah sekian saat, Nesa kembali ke dalam rumah, dengan balutan handuk tadi.

Mata pak Paijo terbelalak, tubuh Nesa tercetak dengan jelas di balutan handuk itu. Tubuhnya yang tinggi, seksi itu di dukung dengan tonjolan bukit di dadanya yang benar-benar menantang. Mungkin ukuran cup D, pikir pak Paijo dengan seketika. Tubuhnya yang masih agak basah membuatnya benar-benar terlihat erotis. Mulut pak Paijo melongo melihat pemandangan yang sangat merangsang nafsunya itu.

"Eh maaf pak, tadi saya lupa bawa baju ganti, saya numpang ganti di kamar bapak boleh pak?"

Setelah beberapa saat, pak Paijo tersadar dan berkata,

"Umm Bo.. Boleh neng"

Nesa tersenyum dan mengambil tasnya dan ke kamar pak Paijo.

"Buset, jantung gw ampe berhenti. Seksi banget tu cewek", kata pak Paijo sambil mengelus-elus dadanya.

Meski berusaha menenangkan diri, tapi pikiran-pikiran kotor terus bermunculan di pikirannya. Yah memang sudah bertahun-tahun sejak dia berhubungan badan, dan sekarang kontolnya benar-benar berdiri keras di dalam celananya.

Pak Paijo kembali di kagetkan saat Nesa kembali ke ruang depan dan duduk di dekatnya,"Terimakasih banyak pak, sudah dibolehin tidur disini pak"

"oH.. Ohh gak apa-apa neng, bapak malah seneng rumah gak sepi"

"Lho, emang istri bapak kemana?", tanya Nesa penasaran.

"Saya duda neng, ditinggal istri sm anak...", jawab pak Paijo.

"Maaf pak sudah nanya yang gak sopan gini", kata Nesa.

"Oh gak apa-apa neng, dah lama juga kok, saya dah gak ngerasa gimana-gimana lagi hehe"

Nesa jadi merasa lebih baik karena tidak menyinggung tuan rumah,

"Hehe, gak nyari lagi aja pak?"

"Ah si eneng nih, umur segini dah susah neng nyari istri", jawab pak Paijo sambil tertawa.

"Emang umur bapak berapa?", tanya Nesa penasaran.

"48 neng", kata pak Paijo.

Pak Paijo maklum saat Nesa kelihatan bingung atau kaget mendengar jawaban itu karena penampilan pak Paijo memang terkesan lebih tua dari umurnya. Tubuhnya agak kurus meski berotot, rambutnya sudah agak botak dan mulai beruban, kulitnya hitam dan sudah agak keriput karena bertahun-tahun bekerja dibawah sinar terik mentari. Orang bisa saja berpikir dia sudah berumur 60 tahun.

"Haha, kelihatan dah kyk kakek-kakek ya neng?", kata pak Paijo sambil tertawa.

"Ah gak ah pak",jawab Nesa agak canggung, dia jelas berpikir bahwa pak Paijo kelihatan seperti kakek-kakek.

"Lha eneng sndiri umurnya berapa sih? Kyknya masih SMA nih?"

"Hehe, saya udah kuliah pak, baru 19 tahun", kata Nesa sambil mengeringkan rambutnya yang masih agak basah.

"Oh iya neng, saya mandi dl aja ya neng", kata pak Paijo teringat dia blm mandi.

"Oh iya pak", kata Nesa.

Tak lama, setelah pak Paijo mandi, saat dia kembali ke ruang depan dia melihat Nesa sedang menata jaketnya di tikar di depan tv.

"Lho, lagi apa neng?", tanya pak Paijo penasaran.

"Oh ini pak, nanti jaketnya buat bantal tidur"

"Wah jangan neng, nanti bapak saja yang tidur disini, ada kasur lagi kok neng di belakang, nanti bapak gelar di sini buat bapak tidur. Eneng tidur di kamar bapak aja nanti"

"Kan saya numpang pak, masak tidur di kamar yang punya rumah", kata Nesa merasa tidak enak kalao pak Paijo yang malah tidur di lantai dan bukannya di ranjang.

"Kasihan neng kalau eneng di lantai gini, bapak mah dah biasa neng.", kata pak Paijo memaksa.

Entah karena refleks atau apa, Nesa berkata,"Nesa mau tidur di kamar bapak kalau bapak juga dikamar pak".

Pak Paijo kaget mendengar jawaban itu, di benakpak Paijo mau menolak jg, Nesa benar-benar menawan dan kesempatan emas seperti ini hampir mustahil datang.

"Eh eneng mau? Di kamar saya cuma ada satu ranjang aja lho neng"

"Eh ngg, nggak apa-apa deh pak. Kalau bapak gak keberatan aja", kata Nesa malu-malu.

Paijo agak senang, bisa dekat2 dengan gadis secantik dan se seksi Nesa,

"Oh ya gak lah neng, lha eneng gak apa-apa tidur sm bapak2? Hehe"

"Hihi, ya gak lah pak. Bapak kan baik, Nesa yakin bapak gak akan apa-apain Nesa kan?"

"Haha ya gak lah neng", dan memang pak Paijo orang yang tidak akan melakukan hal2 macam itu, setidaknya sampai sekarang...

Dan malam itu menjadi godaan yang besar bagi pak Paijo, sudah hampir 20 tahun dia tidak tidur dengan wanita, atau bahkan perempuan, apalagi yang secantik dan se seksi Nesa. Rasanya tidur disamping bidadari, sama sekali tidak bisa tidur.

Saat melirik ke arah Nesa yang tidur disampingnya dengan nyenyak, pak Paijo hanya bisa menahan tonjolan di celananya. Bagaimana tidak, Nesa tidur membelakanginya dengan hotpants yang mencetak jelas bentuk bokongnya yang sudah pasti kenyal kalau di remas2.Kaos yang dipakainya td juga sangat menunjuka bentuk tubuhnya yang seksi, membuat pak Paijo berfantasi bisa meremas2 dan menjilati kedua payudara yang besar dan berisi itu. Tubuhnya yang putih dan mulus itu membuat pak Paijo berimajinasi bisa menciumi seluruh tubuh Nesa. Dan bibirnya, bibir pink yang penuh itu pasti lembut kalau dilumat.

Pak Paijo benar-benar tersiksa oleh fantasi dan birahinya sendiri malam itu, hanya bisa mengelus-elus tonjolan di celana supaya sabar dan tidak membutakan akal sehatnya. Pak Paijo masih sayang nyawa dan gak mau masuk penjara gara2 nafsu sesaat.

Tapi akhirnya hari berganti juga, meski kurang tidur tapi pak Paijo sudah harus bangun di saat subuh untuk mengurus rumah.

Pak Paijo berjalan perlahan-lahan supaya Nesa tidak terbangun dari tidurnya. Setelah itu, pak Paijo mulai menyapu rumah dan menanak nasi dan membuat teh untuknya dan Nesa nanti. Saat pagi menjelang, pak Paijo mulai menggoreng tempe untuk lauk sarapan.

Mendengar suara tempe digoreng, Nesa terbangun dan berjalan ke dapur.

"Eh, neng Nesa sudah bangun? Tunggu bentar ya neng, sarapannya sudah mau siap", kata pak Paijo sambil menggoreng tempe.

"Wah pak, saya jadi gak enak nih. Saya malah bangunnya siang gini. Kira2 ada yang bisa saya bantu pak? Mungkin nyapu2 gt?", kata Nesa.

"Oh gak apa-apa neng, tadi saya sudah beres-beres rumah juga. Udah, eneng mandi dulu aja, trus makan"

Meski merasa tidak enak, tapi Nesa mandi juga.

Setelah mandi, Nesa dan pak Paijo makan bersama.

"Maaf neng, bukannya bapak gimana-gimana, tapi bapak cuma penasaran aja. Kan eneng diusir dari rumah, trus rencananya mau apa neng?"

Wajah Nesa jadi agak kelam, Nesa mulai takut memikirkan masa depannya, dia hanya lulusan SMA sekarang meski sebelumnya sedang kuliah, tapi sekarang dia sudah tidak punya siapa-apa yang bisa membantunya. Untuk sekarang, ada tempat bernaung saja sudah sangat bisa disyukuri, tapi dia juga sadar tidak mungkin menumpang dan bergantung kepada orang lain.

"Anu... Itu, saya belum tahu pak, Saya mau cari kerja tapi belum tahu gmn, saya mau nyari tempat tinggal juga blm tahu gimana. Maaf pak kalau merepotkan", kata Nesa sungkan.

"Waah gak gitu neng, bapak seneng kok neng bisa bantu neng Nesa. Tenang aja neng, pelan-pelan aja, pasti nemu jalan kok neng", kata pak Paijo meyakinkan Nesa.

"Terimakasih banyak pak, saya bantu2 dirumah ya pak. Kan gak enak kalau saya malah enak-enak dirumah pas bapak kerja."

Hari itu pak Paijo kembali bekerja, dia punya lahan kecil di dekat rumahnya dan dia tanam dengan jagung dan sayuran lain yang bisa dia jual atau makan sendiri. Setelah itu pak Paijo mencari kayu di hutan untuk dijual juga sampai sore. Nesa sempat menawarkan bantuan, tapi pak Paijo tolak karena hutan terlalu berbahaya buat Nesa, yah mubazir lah kulit halus gt disuruh kerja kasar.

Di malam harinya, seperti sebelumnya pak Paijo masih sulit tidur. Sekarang mencium bau wangi Nesa sudah cukup untuk membuat nafsu birahinya naik. Setelah bangun, pak Paijo lgsg bergegas ke kamar mandi. Selain mandi, Pak Paijo berfikir harus melepaskan nafsu ini karena benar-benar sudah gak nahan lagi. Yah, bukan pertama kalinya toh pak Paijo ngocok kontolnya sndiri, yang penting puas dan aman. Daripada buang2 uang buat "jajan" yang blm tentu aman jg.

Kali ini Nesa bangun agak lebih cepat, sempat agak bingung karena tidak ada suara apapun seperti biasa.

"Hmm, apa pak Paijo dah keluar rumah yah?"

Tanpa pikir panjang, Nesa mengambil handuk dan bergegas ke kamar mandi.

Saat Nesa membuka pintu kamar mandi yng sedikit tertutup, sungguh kagetnya Nesa melihat pak Paijo ada di dalam kamar mandi. Tapi bukannya mandi atau malah buang hajat, pak Paijo sedang mengocok kontolnya yang sudah ereksi.

"Aduh maaf pak!", kata Nesa saat menyadari apa yang dia lihat dan lgsg menutup pintu. Nesa juga bisa melihat pak Paijo kaget saat pintunya terbuka td dan terdengar kelabakan di dalam kamar mandi.

Tak lama, pak Paijo kembali membuka pintu dan menatap Nesa yang terlihat ketakutan. Nesa ketakutan karena merasa sudah tidak sopan sudah melihat pak Paijo sedang ngocok. Sedangkan pak Paijo jadi panik karena tamu cantiknya itu melihatnya saat dia sedang melakukan hal yang tidak seharusnya dilihat org, kalau saja yang dilihat itu saat ia melakukan hal lain mungkin pak Paijo tak akan sepanik ini.

"Maaf pak, Nesa gak tahu bapak ada di dalam pak", kata Nesa sambil menunduk karena takut melihat reaksi pak Paijo.

"Aduh, itu neng, saya yang minta maaf neng. Neng Nesa liat yang barusan neng", kata pak Paijo sambil agak mengusap2kan tangannya di celana.

Suasana jadi agak canggung sekarang, keduanya saling diam karena tak tahu harus apa sekarang. tapi pak Paijo berkata terlebih dahulu,

"Anu neng, kalau mau mandi silahkan neng".

Meski agak canggung, tapi Nesa menerima tawaran pak Paijo,

"Oh iya pak".

Meski sedang mandi, kejadian barusan masih terngiang2 di pikirannya. Memang itu bukan pertama kalinya Nesa melihat penis, toh dia juga bukan perawan lg, karena itulah dia diusur dari rumah. Dari perasaan khawatir, muncul perasaan lain di benak Nesa, perasaan menggelitik saat mengingat kontol pak Paijo yang ereksi. Tanpa disadari, Nesa mulai menggosok2 memeknya sndiri sambil mengingat2 ukuran kontol pak Paijo yang ternyata panjang, berurat dan terlihat sangat kokoh.

"Ngghh... Aaahhh..", desah Nesa pelan.

Nesa tidak sadar bahwa dia begitu ingin berhubungan sex, semua masalah yang ia hadapi ini membuatnya begitu stress, dan ia kini merasa ingin merasakan kenikmatan yang sudah lama tidak dia rasakan. Setelah beberapa saat, Nesa membulatkan niatnya. Dia tahu pak Paijo bukanlah orang yang jahat, kalau mau bisa saja Nesa diperkosa, atau bahkan barusan bisa saja pak Paijo memaksakan keinginannya pada Nesa, tapi tidak justru pak Paijo yang minta maaf.

Kalau dipikir2, anggap aja ini balas budi Nesa sudah dibantu oleh pak Paijo.

Setelah selesai mandi, Nesa menuju ruang depan lagi dimana pak Paijo sedang makan.

"Oh ya neng, silahkan makan neng", kata pak Paijo. Di depannya sudah ada piring dan sendok untuk Nesa, nasi dan sepiring lauk telur dan tahu goreng dan sambal.

Nesa duduk seolah tidak terjadi apa-apa sementara pak Paijo terlihat masih agak canggung dan tidak berani bertatap muka langsung dengan Nesa.

Nesa makan dengan santainya,

"Tahunya enak pak".

"Eh, Oh iya mbk, baru beli td, katanya baru aja dibikin", balas pak Paijo.

"Hari ini pak Paijo mo kerja di sawah pak?", tanya Nesa.

"Oh gak sih neng, paling nanti mau ke tempat yang punya sawah ambil upah aja neng".

"Hmm... Pulangnya jam berapa emg pak?", tanya Nesa.

"Palingan gak lama neng, kenapa ya?", tanya pak Paijo penasaran.

"Oh gak apa-apa pak, ya kan Nesa mau beres-beres rumah aja pak. Nanti Nesa masakin mau pak?"

"Eh beneran neng?", tanya pak Paijo tidak percaya. Bukannya marah atau minta mau pergi, Nesa malah menawarkan diri untuk mengurusi rumah dan memasak.

"Iya pak, anggap aja balas budi saya sudah dibantu bapak", kata Nesa sambil tersenyum.

Setelah sarapan, pak Paijo berangkat ke rumah pak Sukro yang merupakan pemilik sawah yang dia kerjakan tempo hari. Dia agak lega karena setidaknya bidadari cantik itu tidak pergi dari rumahnya, ataupun marah oleh kejadian td subuh.

Di dalam rumah, Nesa mulai membereskan rumah seperti janjinya tadi, dan mulai masak saat sudah menjelang siang. Untungnya dia sempat belajar masak, meski tidak lah sangat lezat, tapi cukup enak menurut yang makan. tapi balas budi yang ada dipikiran Nesa bukanlah hanya dengan beres-beres ataupun masakan, tapi hal lain.

Nesa memang bukanlah perempuan gampangan, tapi dia juga bukan perempuan yang polos. Nesa hanya bisa berharap semoga pak Paijo memang tetaplah pria yang baik dan tidak akan memanfaatkan Nesa.

cewek amoy
NESA


Nesa mendapat ide ini dari video2 porno yang pernah dia tonton, dan dari cerita temannya yang juga pernah melakukan hal ini dengan pacarnya. Nesa menutup jendela dan tirai rumah sehingga tidak ada yang bisa melihat isi rumah dari luar rumah. Memang rumah ini agak jauh dari rumah2 lain dan dikelilingi pepohonan yang rindang dan semak2 yang menutupi rumah ini dari jalan kalau tidak terlalu memperhatikan, tapi tetap saja Nesa malu kalau ada yang lihat.

Nesa mulai membuka semua pakaiannya, dan telanjang bulat.

"Hihi, rasanya geli juga telanjang di rumah", kata Nesa. Memang baru sekali ini dia telanjang bulat selain di kamar ataupun di kamar mandi. Seluruh tubuhnya terasa menggelitik saat merasakan hembusan angin secara langsung di ruang depan ini.

Tak berapa lama, pak Paijo hampir mencapai rumahnya. Dia bersyukur pak Sukro ada dirumah dan lgsg memberinya upah untuk menggarap lahannya, dan juga meminta bantuannya lagi untuk nantinya menananm dan mengolah sawah itu.

Saat melihat rumahnya, pak Paijo agak heran, kok tumben2 jendela dan tirainya ditutup semua.

"Apa neng Nesa lagi pergi ya? Wah rumah dikunci gak nih... Hmmm, mungkin cuma lagi tidur...", kata pak Paijo yang tetap berjalan menuju pintu rumahnya.

Saat mencoba membuka pintu, rupanya memang pintunya terkunci. tapi pak Paijo tetap mencoba mengetuk pintu rumahnya, siapa tahu Nesa masih di dalam rumah dan tidur dikamar.

Tok tok tok,

"Neng Nesa~", panggil pak Paijo.

Tanpa diduga jawaban dari Nesa datang nyaris tanpa jeda,

"Pak Paijo? Sebentar ya pak"

Cklek, suara pintu terbukakuncinya. Pak Paijo masuk ke dalam rumah yang cukup gelap karena sumber cahayanya tertutup oleh tirai yang memang agak tebal.

"Neng, kok gelap2an neng? Jendelanya gak dibuka aja?", kata pak Paijo sambil mencari2 Nesa.

"Hihi, ya gak apa-apa pak, habis silau sih. Nyalain lampunya aja pak", kata Nesa.

Meski bingung, pak Paijo menyalakan lampu ruang depannya.

Ctek, lampu menyala menyinari ruang depan rumah pak Paijo.

Tak butuh waktu lama sebelum pak Paijo melihat Nesa, seluruh tubuh Nesa yang indah, telanjang.

Pak Paijo berhenti bernafas, jantungnya seolah lgsg berhenti berdetak saat melihat penampilan Nesa.

Nesa berdiri di samping pintu rumahnya dengan menutupi kedua payudaranya dengan kedua tangannya. Payudaranya yang cukup besar itu terlihat kenyal sekali karena di tekan oleh tangan Nesa. Jelas2 Nesa tidak benar-benar ingin menutupi payudaranya, karena tidak ada sehelai kainpun di tubuhnya, usahanya menutupi payudaranya justru membuatnya makin terlihat seksi dan menggoda. Wajahnya yang cantik tersenyum nakal melihat reaksi pak Paijo.

"Ne.. Neng Nesa?", Kata pak Paijo tidak percaya, mesi begitu kontolnya sudah bereaksi dengan mulai ereksi sampai terasa agak sakit di celananya.

"Hihi, kenapa pak? Kan panas, jadi ya Nesa buka baju deh. Hihi, lebih seger gini pak", kata Nesa berjalan mendekat sambil melenggak lenggokkan paha dan pinggangnya.

"Bapak gak kepanasan?", tanya Nesa.

Masih blm bisa memproses apa yang sedan terjadi, pak Paijo tergagap2,"Ah anu... Itu...".

Nesa merasa geli karena reaksi pak Paijo bisa begitu polosnya meski sudah berumur, tapi mungkin justru itulah yang membuat Nesa berani melakukan hal ini. Dan sekarang Nesa benar-benar terangsang, apa lagi melihat tonjolan di celana pak Paijo yang semakin membesar, rasanya sudah tidak sabar untuk menjilati kontol hitam, panjang dan besar itu. Pasti nikmat rasanya di genjot oleh si empunya kontol perkasa ini. Nesa jongkok di depan pak Paijo yang terus2an melongo melihat gerakan2 anggun dan seksi Nesa. Hasratnya semakin naik karena saat Nesa jongkok, pak Paijo bisa melihat memek Nesa yang terlihat lembab berwarna pink, sangat indah dan menggiurkan.

"Pak, ini gak sakit? Kasihan lho pak kalau ketekuk giniii...", kata Nesa smbl menggigit bibirnya terlihat lapar sambil menatap tonjolan celana pak Paijo. Nesa kemudian melepas tangan kanannya dari payudaranya dan mulai mengelus-elus tonjolan kontol pak Paijo. Kini pak Paijo bisa melihat payudara kanan Nesa yang berbentuk sempurna, kencang, besar dan terlihat kenyal dan lembut.

Tanpa bicara apapun, pak Paijo tak mau melewatkan kesempatan yang mungkin hanya muncul di film2 bokep seperti ini. Pak Paijo lgsg membuka celananya dan menampilkan kontol hitamnya yang menjulang melengkung ke atas.

Pak Paijo hanya bisa berharap bahwa yang terjadi berikutnya sesuai dengan apa yang pernah dia lihat di film2 porno. Dan harapan pak Paijo terjawab. Nesa yang sblmnya melihat kontol perkasa pak Paijo dengan kagum, setelah beberapa detik lgsg melakukan apa yang sudah dia bayang2kan dari tadi subuh.

Hap. Ujung kontol pak Paijo lgsg dilahap Nesa seperti sedang melahap pisang jumbo.

Mmmmhh... Slllrrrpp...

Nesa mulai memainkan lidahnya dan menjilat2 ujung kontol pak Paijo. Air liur Nesa mulai memenuhi mulutnya saat merasakan rasa asin dan agak pesing, mungkin karena pak Paijo td hbisa kencing dl. tapi entah kenapa justru itulah yang membuatnya semakin bernafsu dan semangan menjilati kontol pak Paijo.

"ooohh... Enak neeenngg..", Kata pak Paijo menikmati jilatan-jilatan Nesa di pucuk kontolnya.

Tanpa sadar, pak Paijo memegangi kepala Nesa sambil mengelus-elus rambutnya dengan lembut.

Usapan2 pak Paijo makin membuat hati Nesa melayang2, bahkan pacarnya yang dulu saja tak pernah melakukan hal2 kecil macam ini, dia lebih sering merasa menjadi pemuas nafsu saja oleh pacarnya.

Sllrrrpp...

Nesa mulai mengeluar masukkan kontol pak Paijo di dalam mulutnya.

"oohh Terus neeengg. Ngghh..", Kata pak Paijo sambil ikutan memaju mundurkan pinggangnya sesuai ritme permainan Nesa.

Nesa semakin bernafsu dan mempercepat oral seksnya.

Tangan Nesa juga tidak bisa diam saja, tangan kirinya kini bergantian meremas2 payudaranya dan mengelus-elus memeknya sampai basah.

Cccpphhaaahh..

Nesa terengah2 saat melepaskan mulutnya setelah menyedot semua cairan didalam mulutnya. Dia bisa merasakan rasa asin dan agak amis didlm mulutnya meski pak Paijo belum keluar sama skali. Kemudian Nesa menelan semua cairan itu.

Nesa tersenyum sambil menjilat2 bibirnya yang basah oleh air liurnya sndiri,"Wah, bapak hebat ya. Kontolnya besar banget, enak rasanya"

Pak Paijo juga tersenyum lebar karena Nesa benar-benar menikmati kontolnya. Payudara Nesa mulai basah karena tetesan2 air liurnya yang masih menetes dari dagu dan lehernya, benar-benar terlihat erotis perempuan ini,

"Neng, hebat banget mainnya. Bapak ampe mo keluar barusan. Ke kamar aja yuk neng", kata pak Paijo mengulurkan tangannya kepada perempuan cantik, seksi, montok, dan erotis ini.

Keduanya berjalan dengan cepat kekamar. Dan saat tiba di ranjang, Nesa merebahkan diri dan membuka kedua kakinya dan memperlihatkan memeknya yang sudah basah kuyup. Pak Paijo merangkak mendekati memek yang sangat indah itu, memang beda memek perempuan cantik dan memek istrinya yang dl.

Bau memek Nesa benar-benar memabukkan pikiran pak Paijo, nafas pak Paijo memburu, tidak sabar ingin menjilati memek pink yang merekah indah itu,"Neng, memeknya dah basah banget... Boleh ya neng..."

"Iyaaah paaakk, cepet paakkhhh.." kata Nesa sambil mengelus-elus memeknya sehingga cairan basah menyiprat2 wajah pria tua di depan memeknya itu.

Tanpa ba bi bu lagi, pak Paijo lgsg menerkam mangsanya.

Sllllrrrppp.. Cppphhh... Slllrrppp...

Pak Paijo menjilat2 memek bidadari itu dengan ganasnya.

"Ngghh... aaaahhh... Paaakk.. Nesa sukaaaaahh..", Teriak Nesa sambil menggerakkan pinggangnya naik turun dgn cepatnya. Semua cairan yang keluar dari memek Nesa dengan lahap di telan oleh pak Paijo, rasanya benar-benar seperti air surgawi.

"oohh paaakk... Teruusssshhh!!", racau Nesa.

Lidah pak Paijo menjelajah memek perempuan itu dari luar sampai dalam. Tak lupa clitoris Nesa dimainkan dengan lidahnya.

Tak perlu waktu lama hingga Nesa mencapai klimaksnya dan mengeluarkan cairan cintanya di mulut pria tua yang sudah memuaskannya ini.

"aahh paaak Nesa keluaaarrrr.. Ngghh", yang dilanjutkan dgn tubuh nesa yang hampir khayang karena gelombang kenikmatan dari mulut pak Paijo.

"Ahh... hh... hh", nafas Nesa terpacu setelah ia terbaring lemas.

Sllrrrp, aaah,

Pak Paijo menelan cairan cinta dari Nesa dengan nikmatnya,"Hehe, enak banget memek eneg. Legit banget neng."

Sambil terengah2 Nesa berkata, "Hihi, bapak hebat deh. gak nyangka mainnya hebat banget. Kyk masih sering main nih". Nesa mencoba menaikkan tubuhnya dengan tangannya.

Pak Paijo menciumi tubuh Nesa dari bawah sampai ke perutnya sebelum menatap Nesa sambil masih merangkak diatas Nesa, "Hehe, gak lah neng, takut sakit2 ntar kalau jajan2"

"Hihi, bapak ini jahil niiihh, aaahh..", desah Nesa karena tangan pak Paijo kini memainkan memek Nesa. Jari2 pak Paijo yang kasar dan keras itu keluar masuk di lubang cinta Nesa yang indah itu.

"Hehe, neng sendiri nakal, masak di rumah orang gak pake baju sih"

"aaahhh habiisshh.. Ngghhh... Bapak sendiriihhh, Ngocookk.. Bikinnnhhh Nesaaa pengeennhhh...", kata Nesa sambil meremas2 kedua payudaranya dan memainkan puting susunya yang pink dan sudah keras itu.

Merasa menguasai alur permainan, pak Paijo berkata,"Pengen apa neng?", goda pak Paijo pura2 tidak paham.

"aaahhh... Kontol bapaakkhh... Entotin Nesaa paakkhh.."

"Siap neeengg", kata pak Paijo menghentikan permainan tangannya dan meraih kontolnya yang sudah sangat siap dari tadi untuk masuk ke sarang baru yang sangat indah itu.

Pak Paijo perlahan-lahan menggesek2an kontolnya itu di memek Nesa, dan pelan-pelan mulai memasukkan kontol panjangnya itu ke dalam.

"aaaahh paaakkkhh, ngghh besar bangeeetthhh" teriak Nesa saat kontol pak Paijo mulai masuk.

"Ooohh neng, sempit banget memek eneng. Ngg... Kayak perawan neng...", kata pak Paijo. Memang pak Paijo agak kesusahan memasukkan kontolnya itu kedalam memek Nesa, bener2 seret tapi benar-benar nikmat. Pak Paijo tidak ingin gadis dibawahnya ini merasa kesakitan karena kontolnya, apa lagi kalau sampai melukai memek indah itu.

"NNgghh paaakkh.. pelan-pelan paak mainnyaaahh..."

Pak Paijo mulai mengeluar masukkan kontolnya dengan perlahan meski belum semua kontolnya masuk. tapi rasa nikmat sudah bisa dia rasakan dari Nesa.

"Hooohhh ooohh...", desah pak Paijo menikmati rapatnya memek Nesa saat dia dengan pelan-pelan mengeluar masukkan kontolnya.

Nesa merasa senang dengan perlakuan pak Paijo yang dirasa penuh perhatian. Meski sudah tua, tapi pak Paijo benar-benar laki2 sejati dimata Nesa. Meski bagi orang2 pak Paijo terlihat tua dan jelek, tapi dimata Nesa sekarang ini, pak Paijo merupakan laki2 tertampan yang pernah dia lihat. Tangannya dia naikkan dan meraih wajah keriputan pak Paijo.

Pak Paijo menatap bidadari cantik dibawahnya yng menatapnya dengan wajah penuh cinta.

Pak Paijo menurunkan tubuhnya hingga akhirnya bibir tuanya yang beriputan itu bertemu dengan bibir muda yang lembut.

Cppphhh... Mmmmhhh... Kedua insan beda usia itu saling bercumbu dalam luapan cinta dan nafsu. Pria tua itu tak lupa terus menggenjot gadis cantik itu dengan perlahan tapi makin cepat dan tiap genjotannya membuat kontol kekarnya itu masuk makin dalam di liang cinta sang gadis cantik.

Nesa makin menikmati permainan cinta pria yang sudah berpengalaman yang menindihnya itu.

Cplak.. Cplak.. Cplak...

Suara kedua kelamin yang saling beradu itu terdengar nyaring dan merdu di kamar itu.

"Mmmmhh... Ooohhh paaakkhhh, aaakkhh..." desah Nesa saat genjotan pak Paijo makin cepat dan keras.

"Neeenngg... Enak neenngg... Ngghh..."

Setelah setengah jam menggenjot memek Nesa, pak Paijo sudah merasa benih2nya siap di tanamkan di rahim gadis cantik ini.

tapi pak Paijo merasa mungkin Nesa ingin pak Paijo keluar diluar,

"Neengg... Bapak mo keluar Neeenngg... Saya keluarin diluar neng... Ooohh...".

tapi kaki Nesa justru mengunci tubuh pak Paijo,

"Di dalem paaakkhh... Nesa pengen peju bapak di dalemmm..".

Karena sudah tidak bisa menahan klimaks lagi, pak Paijo mengeluarkan seluruh pejunya di dalam rahim Nesa.

Crroott Crroott Crroott...

Pak Paijo mengeluarkan pejunya sambil menghentakkan kontolnya lebih dlam lagi.

"aaahh!!", teriak Nesa yang juga ikut orgasme menikmati rahimnya yang hangat dari peju pak Paijo.

"Hhhnngghh",

Crroott... Skali lagi pak Paijo menghentakkan kontolnya masuk semakin dalam di memek Nesa. Kemudian keduanya saling mengunci posisi, membiarkan insting alami proses perkembang biakkan insan manusia terjadi.

Setelah beberapa menit, barulah keduanya mulai mengumpulkan nafas. Pak Paijo dan Nesa saling terengah2 dengan badan bercucuran keringat, saling tatap penuh senyum kepuasan.

"Terimakasih banyak neng. Bapak benar-benar gak nyangka bisa ngentot lg. Apa lagi sm perempuan secantik eneng"

"Hihi, justru saya yang harusnya berterimakasih pak, Bapak sudah baik hati banget mau menerima saya dirumah bapak. Walau bisa aja bapak aneh2in Nesa tapi gk. Mungkin cm ini yang bisa Nesa beri sebagai balas budi pak"

"Hehe neng, kalau kyk gini mah, malah Bapak yang jadi utang budi sm eneng"

Nesa mencium pria baik hati itu dengan mesra, dan pak Paijo membalas ciuman Nesa. Nesa merasa, apa yang awalnya dia pikir hanyalah sebagai pelampiasan nafsu dan balas budi, kini terasa lebih. Apa yang dia pikir mungkin hanya hubungan sex sesaat hanya berdasarkan nafsu saja, kini malah terlihat bagaikan hubungan sex antar kekasih, atau malah antara suami dan istri. Pikiran Nesa entah kenapa melayang membayangkan hal itu...

==x

Menjadi istri pak Paijo...

Hati Nesa tergelitik membayangkan itu.

Paijo sendiri sudah sangat bersyukur bukan main, di umurnya yang sudah tidaklah muda ini, bisa menikmati hubungan seksual yang sangat mesra, sangat penuh birahi seperti ini. Dan tidak tanggung2, bersama dengan seorang gadis yang bagaikan bidadari seperti Nesa.

Ciuman panjang mesra itu diakhiri dengan ciuman2 kecil sebelum pak Paijo perlahan-lahan menarik kontolnya yang kini sudah agak lemas dari memeknya Nesa. Meski sudah agak lemas, tapi Nesa masih bisa merasakan kontol pak Paijo berusaha keluar,

"mmmhhh".

Pak Paijo duduk di antara kaki Nesa yang terlentang. Kontolnya yang agak lemas basah kuyup oleh cairan2 cinta mereka berdua. Pak Paijo terlihat puas saat melihat memek Nesa yang masih tetap indah, meski kini pejunya keluar sedikit2 dari lubang memeknya. Nesa yang bisa merasakan itu berusaha duduk dengan bersandarkan tangannya.

"Wah pak, bapak keluarnya banyak banget, ampe tumpah gini", kata Nesa sambil menyentuh2 peju yang keluar dari memeknya.

"Hehe, maklum neng, dah lama banget gak ngentot. Dah lama nabung peju", balas pak Paijo sambil bercanda.

tapi pak Paijo bertanya,

"Anu neng, ini ndak apa-apa saya ngecrot di dlm neng? Kalau eneng hamil nanti gmn?".

Hamil? Memang Nesa kadang takut kalau sampai hamil saat berhubungan badan dengan pacarnya dulu. Mungkin karena tahu bahwa hubungan sex yang dia lakukan hanya untuk pemuas nafsu saja, dan Nesa tahu belum tentu berakhir di pelaminan. Terlebih lg, dl Nesa masih punya keluarga dan sekolah yang dihidupnya, tapi kalau sekarang? Dia sudah tidak punya apapun lagi selain tas berisi baju dan surat2 dirinya sendiri. Mungkinkah karena itu Nesa merasakan rasa yang lain saat berfikir menjadi seorang istri, mungkinkah Nesa kini menginginkan kasih sayang dan rasa aman dihidupnya. Dan mungkinkah pak Paijo menjadi pria yang tepat baginya?

Yah, mungkin kalau memang jodoh, pak Paijo bisa menjadi suami, atau bahkan ayah yang baik seperti ini.

"Ya, kalau hamil ya Nesa jadi ibu, trus pak Paijo jadi bapaknya donk pak?", jawab Nesa sambil tersenyum nakal.

Meski tidak menjawab pertanyaannya, tapi pak Paijo tidak memaksakan,

"Hehe, oh ya jelas neng. Jangan2 malah dah jadi nih dedek bayinya". Pak Paijo menggelitik perut Nesa.

Nesa tertawa geli karena gelitikan pak Paijo.

"Haha ampun paaak".

Meski begitu, Pak Paijo merasa pasti akan bahagia kalau punya istri sprti Nesa, anak2nya juga pasti cantik2 seperti gadis ini.

Setelah keduanya berhenti saling bercanda mesra, Nesa meminta pak Paijo tidur disampingnya.

Setelah tidur di samping pria itu, Nesa mendekat dan tertidur sambil memeluk pria tua itu.

Meski kontol pak Paijo mulai keras lg, tapi ia ikutan tidur, pak Paijo sudah benar-benar bersyukur sudah dipertemukan dengan bidadari cantik nan seksi ini.

Sorenya, keduanya terbangun dari tidurnya dengan perut kosong.

"Pak, makan dulu yuk", kata Nesa sambil memakai kembali pakaiannya.

"iya neng, ampe lupa makan td", pak Paijo memakai celananya lagi.

Keduanya makan masakan Nesa. Pak Paijo makan dengan lahap, seperti saat setelah dia menggarap sawah, meski sekarang yang di garap adalah tubuh gadis cantik di dekatnya ini.

Pak Paijo masih sesekali melirik-lirik Nesa, masih teringat betapa hangat dan lembut kulit Nesa. Pak Paijo benar-benar merasa jatuh hati pada gadis cantik ini.

"Hayo, bapak mikirin apa nih? Kok lirik-lirik mulu drtd?", goda Nesa sambil mencubit lengan pak Paijo.

"Hehe, maklum neng, masih gak percaya hbisa tidur ama eneng tadi", kata pak Paijo malu-malu.

"Iih, kan dah dari kemarin pak tidur barengnya".

"Tidur yang gt neng maksud bapak"

Nesa merasa senang, pak Paijo memang pria yang baik. Bahkan setelah bersetubuh pak Paijo masih lah sopan dan baik kepadanya, benar-benar nilai plus untuk Nesa.

"Gitu yang gmn? yang telanjang2an? Bapak gak suka?"

"Lhooo bukan gt neng, bapak suka banget neng, sumpaaah"

"Hihi, Nesa juga suka kok pak. Nnti malem mau tidurnya gt lg?", tawar Nesa manja.

"Wih beneran neng? Mau neng mau!", kata pak Paijo kegirangan.

Setelah itu, pak Paijo benar-benar bersabar menanti jam tidur tiba, dia benar-benar tidak ingin merusak apapun yang ada diantara dirinya dengan Nesa, kalau Nesa mau malam ini ya tentunya pak Paijo dengan senang hati akan melayani dengan sepenuh hati. Pak Paijo tidak ingin perbuatannya berdasarkan nafsu saja, mungkin hanya ini kesempatan satu2nya untuk memiliki gadis secantik bidadari ini.

==x

Sambil menunggu malam tiba, Nesa mencuci piring2 sedangkan pak Paijo membereskan kasur yang sudah agak berantakan tadi. Meski sudah ada bekas cairan2 cinta di atasnya, Nesa bilang tidak keberatan kalau tidur disitu lagi jadi pak Paijo tidak mengganti sprei kasurnya. Setelah itu pak Paijo mengunci rumah dan menutup semua jendela hingga rumah ditengah hutan itu jadi makin tidak bisa dilihat dari jalan karena semua cahaya di dlm rumah tertutupi tirai.

Pak Paijo bersiap di atas ranjang menanti Nesa masuk ke kamar.

"waaah, pak Paijo dah dikamar ternyata", kata Nesa saat masuk ke dalam kamar.

"Woooh iya donk neng, kan dah malem, dah waktunya bobok", kata pak Paijo sambil mempersilahkan gadis cantik itu untuk ikut tiduran di sampingnya.

"Iya deh pak, bobok dl yuk, Nesa dah ngantuk nih", kata Nesa sambil menguap saat tiduran di atas kasur.

Pak Paijo jadi agak kecewa karena ternyata Nesa dah mau tidur beneran.

tapi belum sempat blg apa-apa, Nesa berkata, "Pak, bukain bajunya Nesa donk"

Kembali sumringah, pak Paijo lgsg mulai membuka kaos Nesa. Nesa tersenyum melihat pria tua ini seperti seorang anak kecil yang sudah tidak sabar membuka kado ulang tahunnya yang tidak lain adalah tubuhnya yang telanjang bulat.

Tak butuh waktu lama sebelum akhirnya Nesa telanjang bulat. Pak Paijo lagi-lagi terkagum2 melihat body seksi Nesa.

"Lho, bapak gak mau buka baju jg?"

Dalam sekejap pak Paijo telanjang bulat juga di samping Nesa. Nesa yang kali ini dibikin ngiler melihat kontol hitam berurat itu berdiri tegak.

Nesa menatap pejantan di depannya, dan mengangguk sambil tersenyum. Dia siap di entot lagi oleh pria tua ini.

Pak Paijo lgsg mencium bibir Nesa sambil meremas2 peyudaranya. Ooohhh sungguh kenyal dan empuk payudara ini, pikir pak Paijo. Pak Paijo memainkan puting susu Nesa, sesekali mencubit dan menyentil2 puting pink itu.

"Ngghh..." Desah Nesa sambil terus menciumi pak Paijo.

Lidah Nesa kini menjelajahi isi mulut pak Paijo, sedangkan tangannya kini sibuk mengelus-elus kontol hitam pak Paijo sambil memainkan bulir2nya.

"Hehe neng, geli..." kata pak Paijo saat pelirnya di elus-elus oleh Nesa.

Nesa hanya tersenyum nakal.

Pak Paijo kini beralih ke kedua payudara montok Nesa. Awalnya menjilat2 kedua payudaranya hingga keduanya basah kuyup dengal air liur pak tua ini. Setelah itu pak Paijo menggigit2 dan bahkan sampai mencium payudara Nesa sampai ada bekas cupangan yang muncul. Nesa menikmati permainan pak Paijo namun juga menginginkan hal lain dari permainan pak Paijo di payudaranya.

"Mmmhh paaak, nyusuu paaakk", desah Nesa yang sudah gatal ingin pak Paijo menyusu di putingnya.

"Hehe, siap neng", dan hap. Mulut kasar pak Paijo melahap puting Nesa yang sudah mengeras dari td.

Didalam mulut pak Paijo, lidahnya kini sibuk menjilat2 puting susu gadis cantik itu. Dari menyentil2 sampai menggilas puting Nesa dengan lidahnya membuat Nesa mendesah keras.

"Ooohh paaakk...", desah Nesa sambil memeluk kepala pak Paijo, seolah supaya pak Paijo tidak berhenti menyusu padanya.

Pak Paijo makin terangsang dan menyedot puting Nesa sampai pipi nya kempot. Namun karena Nesa belum hamil tentunya tidak ada susu yang keluar yang bisa dinikmati oleh pria tua ini. tapi imajinasi pak Paijo sudah melayang2 membayangkan betapa nikmatnya bisa menyusu langsung di payudara gadis ini kalau dia nantinya sudah menjadi seorang ibu, terutama ibu bagi anak2 pak Paijo.

Jari2 tangan pak Paijo kini mulai bergerilya di hutan jembut lembut Nesa sebelum akhirnya sampai di lembah cinta dan kemudian terjun ke dalamnya.

"Ngghhh... Ooohhh.."

Pak Paijo mulai memainkan jari2nya lagi, mengelus-elus bibir memek Nesa sampai mengeluar masukkan jari2nya sampai membuat memek Nesa basah.

Pak Paijo melanjutkan permainannya sampai akhirnya tubuh Nesa menggelinjang karena mencapai orgasme.

Cairan cinta sampai muncrat dari memek indahnya. Pak Paijo merasa bangga bisa membuat gadis muda ini orgasme dengan tangan dan mulutnya saja.

"Hehe, gimana neng? Enak kan?"

Sambil terengah2 Nesa menjawab,"Iya pak, enak bangeeethhh..".

Nafsu pak Paijo sudah mencapai ujung kepalanya. Kontolnya sudah tidak sabar lagi minta kembali masuk ke sarang cintanya yang baru. Sudah terlalu lama kontolnya hanya berkutat dengan tangannya.

Pak Paijo naik keatas tubuh Nesa dan mempersiapkan kontolnya untuk masuk ke memek Nesa.

"Mmmhh pak, gak mau Nesa jilatin dl?", tanya Nesa saat melihat pejantannya sudah siap mengawininya.

"Udah gak sabar nih neng, usah gatel pengen masuk"

"Hihi, iya deh pak, tapi pelan-pelan ya. Kontol bapak gedhe banget sih, panjang lagi. Awas lho kalau memek Nesa ampe melar", goda Nesa.

"Woh siap neng, pasti memek neng Nesa bakal bapak sayang2", kata pak Paijo sambil menggesek2kan kontolnya di bibir memek Nesa sampai kontolnya basah karena Nesa masih mengeluarkan cairan cintanya meski tidak sehebat td.

"Hmmm. Cuma memeknya aja nih?", goda Nesa seolah cemburu.

Mendengar itu, pak Paijo jadi semakin senang karena artinya Nesa ingin di sayang olehnya,

"Woooh ya yang punya juga donk neng".

Setelah itu, kontol hitam itu mulai masuk lagi ke memek Nesa.

"nngghh aaahh paakkkhh..."

Gila, tetep aja sempit memek neng Nesa, pikir pak Paijo yang seperti td agak kewalahan memasukkan kontolnya di mememk gadis itu. tapi secara perlahan, akhirnya hampir seluruh kontol pak Paijo sudah ditelan memek Nesa.

Kemudian pak Paijo mulai menggenjot kontolnya, maju dan mundur, keluar dan masuk.

"Ah.. aaah... mmhhh Aaahhh..." Desah Nesa menikmati kenikmatan yang perlahan datang.

Pak Paijo memang benar-benar memperhatikan kenikmatan pasangan bercintanya. Terlebih sepertinya Nesa lebih senang saat pak Paijo bersikap mesra saat bercinta. Pak Paijo senang bisa menikmati tubuh yang masih sangat subur seperti Nesa ini. Semakin besar pula keinginan pak Paijo untuk memperistri Nesa.

Semakin lama, genjotan pak Paijo semakin cepat. Nesa semakin kewalahan menerima gelombang2 kenikmatan yang semakin cepat datangnya.

"Ooohh neenngg.."

"Paaakkkkhh..."

Cplak cplak cplak cplak...

Suara keduanya kembali terdengar menjadi simphoni malam di rumah itu.

Pak Paijo sesekali mencium bibir lembut Nesa. Dan Nesa dengan senang hati menyambut bibir dan lidah pak Paijo.

"Mmmhh...", keduanya saling melumat lidah masing-masing dan saling menelan air liur yang sudah bercampur menjadi satu diantara mulut mereka.

Pak Paijo makin mendekati puncak kenikmatan, dan hanya menunggu waktu sebelum kembali mengeluarkan pejunya di rahim Nesa.

"Ooohhh neenngg... Bapak dah mo nyampee"

"Nesa juga paaaakkhh", balas Nesa.

"Keluar bangeng ya nengg.." Kata pak Paijo mempercepat genjotannya dan makin memperdalam kontolnya di memek Nesa.

Nesa bisa merasakan kontol pak Paijo sudah menjebol bibir rahimnya, dan sudah tidak sabar lagi merasakan cairan peju pak Paijo di dalamnya lagi.

Di hentakan terakhir, pak Paijo melepaskan seluruh peju yang sedari tadi ditahan. Croooott!!

Nesa langsung mencapai orgasme disaat yang hampir bersamaan.

"Ooohh neeenngg Nesaa!!"

"Paakkhh aaahh!!

Keduanya meneriakkan kenikmatan yang mereka rasakan.

Setelah mengeluarkan seluruh peju nya di dlm rahim Nesa, pak Paijo menindih Nesa sambil mencium bibirnya mesra. Nesa memeluk pria yang sudah bercinta dengannya dengan penuh kasih sayang itu dengan erat. Sepertinya, semakin Nesa bercinta dengan pak Paijo, semakin dia merasa kasmaran pada pria tua ini.

Pak Paijo dengan perlahan mengeluarkan kontolnya dari memek Nesa.

"Ooohh..." desah Nesa saat akhirnya kontol pak Paijo keluar dari lubang cintanya.

Sambil terengah-engah, pak Paijo merebahkan tubuhnya di samping Nesa. Nesa senang melihat pria tua ini puas bercinta dengannya, dia menaikkan tubuhnya sehingga bisa tiduran sambil bersandar dipundak pria perkasa ini, sambil mengelus-elus kontol pak Paijo yang masih basah.

Pak Paijo memeluk gadis manis ini dan mencium keningnya,

"Terimakasih banyak neng".

"hihi, sama-sama pak, bapak hebat deh", kata Nesa sblm akhirnya tertidur pulas di dada pak Paijo.

Pak Paijo tak lama ikut tertidur.

Hari-hari berikutnya berlalu dengan penuh kebahagiaan bagi Nesa dan pak Paijo. Keduanya menjalani hari-hari layaknya pasangan suami istri yang baru menikah. Nesa melayani pak Paijo kapanpun pak Paijo minta. Dan pak Paijo memuaskan Nesa dengan permainan ranjangnya. Pak Paijo makin semangat bekerja, supaya bisa membuat gadis cantik ini terpenuhi semua kebutuhannya.

Pagi itu pak Paijo sudah siap untuk bekerja di ladang. Nesa sedang mencuci piring setelah barusan sarapan.

Melihat Nesa sepertinya sudah mau selesai mencuci piring, pak Paijo memeluk Nesa dari belakang dan mencium pipinya.

"Iiih pak Paijo, geliii", rupanya tangan pak Paijo sudah meremas-remas payudara Nesa.

"Hehe, boleh kan neng"

"Iyaaa pak. tapi kan bapak mo kerja, tapi kok yang dibawah dah berdiri lagi?", kata Nesa yang bisa merasakan kontol pak Paijo menusuk-nusuk bokongnya.

"Hehe, neng, kontol bapak disepong donk neng. Biar semangat kerjanya", pinta pak Paijo.

"Boleh pak", Nesa berbalik badan setelah pak Paijo melepaskan pelukannya.

Nesa berjongkok dan dengan sigap membuka celana pak Paijo hingga akhirnya kontol hitam kekar pak Paijo menjulang di depan wajah cantiknya.

"Mmmhh.. hh... Mantap neeenngg", kata pak Paijo saat Nesa mulai menyedot-nyedot kontolnya dan mulai mengeluar masukkan kontol pak Paijo di mulutnya.

Permainan Nesa semakin cepat saat pak Paijo juga mulai memaju mundurkan pinggulnya. Setelah 15 menit dibikin merem melek, pak Paijo mencapai klimaksnya.

Nesa dengan sangat senang menerima peju pak Paijo di dalam mulutnya.

Sllrrrppp...

Nesa menyedot sisa-sisa peju di kontol pak Paijo sampai habis.

"Ooohhh... hhh..." desah pak Paijo yang nafasnya mulai memburu.

"Hihi, udah puas pak?"

Bukannya menjawab, malah pak Paijo mge crot skali lagi sehingga peju nya mendarat di wajah Nesa.

"Banget neng", jawab pak Paijo sambil cengengesan.

"Ih bapak nih, nakal. Muka Nesa jadi basah deh"

"Gak apa-apa neng, malah jadi tambah cantik lho"

"Hihi bapak nih, bisa aja", kata Nesa sambil menyeka peju-peju di wajahnya dan kemudian dijilat habis.

Pak Paijo berangkat kerja dengan hati seringan kapas. Bahkan kuli-kuli lain di sawah sampai bertanya-tanya kenapa pak Paijo akhir-akhir ini terlihat bahagia sekali. tapi rupanya ada salah satu org yang melihat ada org lain di rumah pak Paijo.

"Pak, lagi ada tamu di rumah ya?" tanya mbok Parmi yang merupakan istri pemilik lahan yang pak Paijo kelola.

"Oh. Itu, iya bu" jawab pak Paijo agak gelagapan.

"Wah. Kalo nginep harus laporan dulu pak ke pak RT, nanti bisa masalah lho kalau gak laporan"

"I.. Iya, hehe lupa saya", pak Paijo mulai agak panik didlm hatinya. Takut kalau warga tahu akan mengusir bidadari cantik itu dari rumahnya.

Saat bekerja, pak Paijo memikirkan bagaimana caranya supaya warga bisa menerima gadis cantik seperti Nesa tinggal dirumahnya.

"Kyknya cuma ada satu cara nih..."

==X=X==

Saat tiba dirumah, Nesa lagisg memeluk pak Paijo dan memberi kecupan di bibir pak Paijo.

"Nesa dah kangen pak", pelukan Nesa makin erat.

"Bapak juga neng", balas pak Paijo sambil mengecup kening Nesa. Nesa terlihat senang dengan kemesraan pak Paijo ini.

"Bapak dah lapar? Nesa dah masak td pak"

Keduanya makan bersama di depan tv.

"eh pak, lain kali Nesa aja yang belanja ya. Kyknya dah kelamaan Nesa gak keluar rumah.". Memang dari pertama tinggal dengan pak Paijo, Nesa belum pernah menjelajah desa ini dan hanya berjalan-jalan di sekitar hutan sekeliling rumah saja, kadang menyapu atau memetik beberapa sayuran di ladang kecil pak Paijo.

"Oh ya itu neng... Sebenarnya ada hal lain yang mau bapak obrolin"

"Hmm soal apa pak?", Nesa agak penasaran karena melihat pak Paijo yang mnddk jadi serius.

"Itu neng, kan bapak harus lapor ke pak RT soal eneng. Dan bapak takutnya itu kalau eneng nnti malah diusir warga neng"

Nesa lagisg takut, dia tidak mau lagi luntang luntung dijalan, sudah syukur dia tidak diperkosa atau malah di culik dan di perdagangkan. Nesa ingin dirumah ini saja, hidup di desa yang simple dan damai seperti ini.

"Waduh, gimana donk pak? Nesa gak mw pergi", kata Nesa panik.

Pak Paijo memberi usulan, "Gini neng, kalo neng jadi istri bapak aja gimana neng?", tanya pak Paijo penuh harap.

Nesa kaget dengan permintaan pak Paijo. tapi setelah beberapa saat, Nesa tersenyum.

"Mau pak. Nesa mau jadi istri bapak", jawab Nesa dengan senyum lebar.

"Be..Beneran neng?!" Pak Paijo terbelalak Nesa mau dipinang oleh pria tua sepertinya. Nesa tersenyum lebar sambil mengangguk-ngangguk senang.

Pak Paijo lagisg memeluk gadis cantik yang kini akan menjadi istrinya ini.

"Ya dah, besok bapak urus neng. tapi mungkin gak pakai acara-acara dulu neng. Hehe, biar sah dulu di KUA".

"Hihi gak apa-apa pak. Nesa dah seneng kok jadi istrinya pak Paijo". Nesa kini sudah yakin bahwa pria tua ini adalah jodohnya, dia merasa sangat bahagia tiap kali bersama pak Paijo.

Beberapa hari kemudian, seluruh surat-surat dan prosedur lagisg diurus pak Paijo. Beberapa warga desa sempat heboh saat tahu siapa istri baru pak Paijo, tapi mereka dengan cepat menerima kenyataan itu kehidupan di desa itu berlanjut seperti biasa.

Pak Paijo terbangun dari tidurnya, setelah semalaman bercinta dengan gadis yang kini sudah sah menjadi istrinya ini. Hari ini pak Paijo bisa bangun agak siang karena memang tidak banyak yang harus dikerjakan di ladang.

"Mmhh... Bapak dah bangun?" kata Nesa saat membuka matanya dan melihat suaminya menatapnya dengan penuh kasih.

"Hehe iya neng, lagi liatin istri bapak yang plg cantik sedunia"

"Iiih bapak nih, bikin Nesa malu aja", kata Nesa sambil mencubit dada pak Paijo.

"Oh iya neng. Neng gak apa-apa gak ngabarin siapa-apa kalau neng sudah nikah?"

Nesa terdiam, mau memberitahu siapa lagi? Toh, Nesa tak yakin ada yang bisa menerima keputusannya, atau malah peduli dengan keputusannya. Baginya sekarang menjadi istri terbaik bagi pak Paijo sudah lah cukup. "Gk pak, Nesa gak tahu mau ngabarin siapa".

"Hmm gt..."

"Oh ya pak. Nnti mau ke ladang?", tanya Nesa.

"Iya neng. gimana?"

"Oh Nesa mau tolong cariin buah mangga donk pak, Nesa pengen nih"

"Wih dah ngidam nih neng? Dah isi nih kyknya?", goda pak Paijo sambil mengelus-elus perut istrinya.

"Hihi, bisa aja ni bapak, kan Nesa pengen aja pak yang seger-seger gt"

"Hmmm. Coba dulu deh neng"

Bingung, Nesa bertanya, "Coba apa pak".

tapi pak Paijo malah merebahkan istrinya yang sblmnya tidur di pundaknya itu dan kemudian mulai meremas-remas kedua payudara Nesa.

"Aaahhh.."

"Hehe, coba neng, kyknya tambah gedhe aja nih teteknya neng Nesa"

"Iiihhh bapak niiih. Kan gara-gara bapak remes-remes mulu. Ya jadi tambah gedhe donk"

Sambil manggut-manggut, pak Paijo berkata" Hmmm. kalau gt coba deh. Dah keluar susunya pa blm". Pak Paijo lagisg melahap puting susu Nesa.

"Mmmmhh.. paaakkhh.. ssshh.." desah Nesa menikmati kelakuan pria tua yang seperti bayi ini.

Ccppphh... Ccpphh...

Pak Paijo menyedot-nyedot dan mengenyot-ngenyot puting susu Nesa dengan kuat sampai membuat Nesa keranjingan karena nikmat.

Puaaahhh pak Paijo menghentikan kegiatan menyusunya.

"Yah belum keluar ternyata neng", kata pak Paijo seolah kecewa meski kedua tangannya masih meremas-remas payudara Nesa yang besar dan kencang itu.

Nesa menggigit bibirnya sambil masih mendesah, "Mmmhhh... Awas ya pak, Nesa bales lho"

"Bales gimana neng? Bapak mah gak bisa ngeluarin susu"

"Masak sih?", balas Nesa yang kini bangun dan gantian menindih pak Paijo.

"yang ini kyknya bisa ngeluarin cairan-cairan putih kayak susu deh", kata Nesa sambil mengocok kontol pak Paijo yang sudah tegang.

"Ooohh... Iya neng... Bapak lupaa" kata pak Paijo menikmati kocokan Nesa.

Nesa menurunkan tubuhnya sehingga kontol pak Paijo masuk perlahan-lahan.

"nngghhh... Besar banget paaakkhhh", desah Nesa sambil menurunkan tubuhnya perlahan-lahan hingga sebagian besar kontol pak Paijo masuk di dalam tubuhnya.

"Ooohh neeenngg, mantab neengg"

Nesa mulai naik turun dan menggoyang-goyangkan pinggangnya. Gelombang kenikmatan menerpa pak Paijo, kontolnya serasa di gelitiki dan dipijat-pijat didalam memek Nesa. Nesa sndiri terlihat bagaikan menari dan bergoyang diatas tubuh pak Paijo, kedua payudara Nesa naik turun kekiri dan kekanan sesuai ritme goyangannya.

"Hah... Hah... Hah... aaahhh.." desah Nesa sambil bergoyang.

Tangan pak Paijo menggenggam kedua payudara Nesa dan meremas-remas keduanya dengan gemasnya. Nesa menggenggam kedua tangan pak Paijo sambil ikut meremas-remas. Kini keduanya saling menikmati hubungan seks ini tidak hanya sebagai pemuas birahi saja, namun juga melaksanakan tugas utama sebagai suami istri, memperoleh keturunan.

Beberapa hari ini pak Paijo sudah membelikan istrinya ini jamu-jamu penyubur rahim, dan Nesa dengan senang hati meminum jamu-jamu tersebut. Rasanya sudah tidak sabar lagi Nesa menjadi seorang ibu.

Setelah bergoyang cukup lama, pak Paijo sudah siap melepaskan benih-benihnya untuk membuahi sel telur di rahim Nesa. Sungguh menggairahkan, membayangkan benih kualitas rendah seperti milik pak Paijo yang sudah tua, hitam, jelek dan keriputan ini akan membuahi sel telur kualitas tinggi dari gadis muda, putih dan cantik bagai bidadari ini. benar-benar bagaikan rakyat jelata yang berusaha menghamili seorang putri raja.

"Neeenngg bapak dah mo keluaaarr"

"Nesa juga paaakkhh.."

Nesa makin mempercepat permainannya dan makin menghentak-hentakan memeknya di kontol pak Paijo hingga bisa terasa kepala kontol hitam pak Paijo menyentuh bibir rahimnya.

Pak Paijo meraih pinggang Nesa dan kemudian blessshh. Pak Paijo menghujamkan pinggangnya naik keatas sementara tangannya menarik badan Nesa kebawah.

"aaagghh!!" jerit Nesa saat merasakan kontol pak Paijo sudah menembus bibir rahimnya.

Crroott!! Pak Paijo orgasme dengan hebatnya,

"Ooohhh neeenngg terima benihkuuu!!", teriak pak Paijo terus menyemprotkan pejunya kedalam rahim Nesa.

"aahhh buntingin Nesa paaakkhh!!"

Didalam rahim Nesa, benih-benih pak Paijo yang subur berenang dengan cepatnya menuju sel telur Nesa yang kini siap untuk dibuahi. Tak makan waktu lama sblm akhirnya salah satu benih kualitas rendah milik pak Paijo berhasil mencapai sel telur kualitas tinggi Nesa dan menyelesaikan proses pembuahan. Nesa, gadis berusia 19 tahun ini kini hamil oleh pria berusia 48 tahun...

===X=X==

Sekitar 3 bulan kemudian.

Kehidupan pak Paijo semakin sempurna, selain memiliki istri yang masih muda dan cantik. Kini keluarga kecilnya akan membesar, seperti halnya perut istrinya yang semakin besar. Nesa bahagia karena memiliki suami yang penuh kasih sayang dan mencintainya sepenuh hati. Buah hati mereka tumbuh dengan sehat di dlm rahimnya, Nesa selalu memulai harinya dengan senyum penuh cinta untuk suami dan bayi di perutnya.

"Selamat pagi neng", seperti biasa, pak Paijo sudah bangun duluan dan mulai menghangatkan air untuk mandi istrinya.

"Pagi juga pak", jawab Nesa sambil sedikit menguap.

Meski sudah menikah dan sudah diberi keturunan, keduanya masih suka memanggil satu sama lain seperti saat mereka bertemu. Entah kenapa panggilan yang sangat berbeda itu justru terdengar lebih alami bagi keduanya.

Hari itu rencananya pak Paijo dan Nesa akan ke pasar, untuk belanja dan juga untuk membeli baju-baju baru untuk Nesa. Nesa sampai sekarang masih memakai baju-bajunya yang dulu, meski kadang memakai baju suaminya juga kalau sedang iseng. Pak Paijo senang-senang saja melihat istrinya memakai baju apa saja, karena istrinya ini tetap terlihat cantik dengan pakaian apapun, apa lagi saat tidak memakai pakaian apapun.

Selesai mandi dan sarapan, pak Paijo melanjutkan ritual paginya.

Nesa sudah sangat senang dengan kebiasaan pak Paijo yang satu ini, karena itu tanpa diminta lagi Nesa langsung membuka kaosnya dan menampilkan payudaranya yang makin membesar seperti halnya perutnya yang semakin menonjol.

Pak Paijo duduk disamping istrinya yang sudah bertelanjang dada itu dan mulai mengelus-elus perutnya.

"Selamat pagi adek, tumbuh sehat yaaa" kata pak Paijo kepada perut istrinya. Kemudian pak Paijo mencium-cium perut istrinya itu.

"Dek, ibu dah gak sabar ketemu, biar ntar ada yang nemenin dirumah kalau bapak kerja", kata Nesa sambil mengelus-elus perutnya.

Ciuman Pak Paijo mulai naik dari perut istrinya itu, hingga akhirnya mulutnya mendarat di puting susu payudara kiri Nesa.

Nggmmm.. Ccppphhh...

Pak Paijo mulai melumat puting susu Nesa, dan mulai menyedot-nyedot.

"nngghh.. Aaahhh.. Dedek jangan iri dulu ya, bapak mau minum, dari pada mubazir...", kata Nesa kini mengelus-elus kepala suaminya yang sudah menempel di payudaranya.

Meski baru hamil muda, tapi susu Nesa sudah keluar walau tidak lah terlalu banyak. Pak Paijo yang mengetahui itu semakin girang, impiannya bisa nyusu ke gadis itu bisa terwujud begitu cepat. Nesa juga senang karena artinya ASI nya pasti akan lancar keluar dan lagi bisa jadi cukup tidak hanya untuk anaknya tapi juga untuk suami tercintanya.

Tangan pak Paijo kini sibuk meremas-remas payudara istrinya. Dan saat puting Nesa di cubit-cubit, cairan putih keluar.

Pak Paijo yang merasakan jarinya basah lalu berpindah lokasi nyusu.

"Nngghh aaahh terus paaakkhh"

Pak Paijo berganti-ganti menyusu di kanan dan kiri sampai keduanya tidak mengeluarkan susu lagi.

"Wah, susu neng tetep mantep. Rasanya bapak jadi tambah sehat tiap nyusu", kata pak Paijo sambil menjilati susu yang ada di bibirnya.

"Hihi, ya bagus donk pak, nanti anaknya sehat, bapaknya juga sehat", kata Nesa sambil kemudian mencium suaminya itu.

Nesa sudah biasa juga merasakan rasa susunya sendiri yang memang manis dan legit karena pak Paijo sendiri kadang mengumpulkan susu Nesa di mulutnya sblm mencium istrinya sambil memberinya susunya sendiri lewat mulut.

Setelah selesai nyusu, pak Paijo dan Nesa bersiap-siap untuk ke pasar.

Di jalan, banyak yang menggoda ataupun memberikan ucapan selamat kepada pak Paijo, tapi dak jarang juga ada yang di dalam hatinya merasa iri kepada pak Paijo yang bisa memiliki istri muda yang cantik dan menggoda.

"Hihi, pak banyak yang ngelirik Nesa nih.", kata Nesa yang berjalan sambil bergandengan tangan dengan suaminya.

Nesa memang seperti biasa berpenampilan sangat menggoda walau sedang hamil. Kaos yang dipakai kini mulai agak sempit, karena kaos2 Nesa memang cukup ketat sehingga tonjolan diperutnya benar-benar terlihat. Lekukan2 tubuhnya juga sangat terlihat, apa lagi payudaranya yang kini sudah mulai tidak muat di bra ukuran lama Nesa.

Banyak juga mata yang melirik lenggak lenggok bokong Nesa yang tercetak jelas di hotpants putih yang kini juga semakin ketat dan kurang nyaman dipakai karena pinggul dan bokong Nesa yang sedikit membesar.

"Hehe, habis neng Nesa seksi banget sih, siapa juga yang pengen liat neng", puji pak Paijo.

"Padahal kan Nesa lagi hamil ya pak"

"Neng Nesa mah, malah tambah hot neng pas hamil"

"Aaah bapak bisa aja nih", kata Nesa senang dipuji-puji suaminya.

Tujuan pertama mereka berdua saat tiba di pasar adalah toko baju. Salah satu pegawai toko menyapa keduanya,

"Selamat pagi, ada yang bisa dibantu?".

"Saya mau cari pakaian dalam kira-kira dimana ya mbak?", tanya Nesa.

"Oh, sebelah sini mbak". Nesa dan pak Paijo mengikuti pegawai toko itu.

Setelah sampai di bagian pakaian dalam Nesa memilih-milih bra yang kira-kira sesuai dengan ukurannya sekarang kemudian masuk ke ruang ganti untuk mencoba.

"wah pak, menantunya cantik sekali", kata pegawai toko tadi.

"Bukan menantu mbak, itu istri saya", balas pak Paijo dengan nada bangga.

Pegawai toko itupun terkaget-kaget tidak percaya dengan jawaban pak Paijo.

"Pak boleh beli yang ini ya?" kata Nesa sambil menunjukkan bra2 baru di tangannya.

"Iyaaa istriku sayaaangg", jawab pak Paijo manja.

Meski agak bingung tapi Nesa senang aja pak Paijo bisa manja seperti itu,"Hihi, makasih suamikuu".

Keduanya kemudian berjalan bersama mencari pakaian baru untuk Nesa, meninggalkan karyawan toko yang masih melongo.

Nesa kali ini mencari baju daster yang pas untuk kehamilannya. Nesa ingin tampil sebagai seorang ibu bagi suaminya. Pak Paijo senang-senang saja, karena Nesa bisa memakai pakaian yang nyaman selama proses kehamilan ini. Pak Paijo benar-benar ingin memastikan istrinya bahagia dan nyaman.

Setelah menemukan daster yang cocok, Nesa mencoba daster2 itu.

Istrinya tampil begitu menawan, bahkan hanya dengan daster yang simple dan murah.

"Hihi Nesa jadi kelihatan kayak ibu-ibu ya pak?", tanya Nesa sambil menunjukkan penampilannya dengan daster baru.

Pak Paijo benar-benar senang istrinya senang meski tak berpenampilan se keren anak-anak muda seumurannya dan benar-benar menjiwai dirinya sebagai istri dan calon ibu.

"Neng, nanti pulangnya pakai baju ini aja neng", kata pak Paijo. Diam-diam, pak Paijo tak terlalu suka mata-mata mesum yang melirik-lirik body istrinya sedari tadi. Kalau pakai daster yang agak besar ini, hampir semua lekuk tubuh istrinya tertutupi.

"Iya pak", kata Nesa patuh pada suaminya.

Setelah selesai belanja baju dan juga kebutuhan2 rumah, Nesa dan pak Paijo berjalan pulang ke rumah.

Saat di jalan, tiba-tiba ada sebuah mobil yang berjalan perlahan seolah mengikuti jalan keduanya. Mobil itu berjalan lebih cepat tapi berhenti tidak jauh di depan keduanya.

Siapa sosok tersebut..?? Lanjutannya di bawah...

Bidadari Berburu Kenikmatan S-1

cerita sex yes.. ahhh.. fuck my pussy... oh.. good dick.. Big cock... Yes cum inside my pussy.. lick my nipples... my tits are tingling.. drink milk in my breast.. enjoying my milk nipples... play with my big tits.. fuck my vagina until I get pregnant.. play "Adult sex games" with me.. satisfy your cock in my wet vagina..
Klik Nomor untuk lanjutannya
x
x