Parfum specimen Pembangkit Nasfu

cewek amoy


Orang sering bilang kalo masa muda adalah momen yang paling berharga, dimana orang cari kesenangan, cari teman, pengalaman dengan keluarga, dan lain lain.

Tapi bagiku, itu bullshit. Aku hidup dari keluarga pas-pas an. Masa kecilku cuma keisi dengan kenangan buruk dari kedua ortuku. Papaku yang sering mabuk dan main cewe, sering hukum aku secara fisik. Sedangkan mamaku yang histeris tiap hari, lebih sering keluar sama selingkuhannya daripada di rumah.

Aku sendiri, sebagai orang chinese yang hidup di jakarta, sering dapat tekanan rasisme dari lingkungan sekelilingku. Jadi bagiku, masa kecil yang bahagia itu cuma omong kosong.

Berbekal keinginan untuk segera terpisah dari keluarga, aku fokusin diriku dalam kegiatan akademik. Aku berharap bisa segera dapet beasiswa, dan tinggal terpisah dari kedua ortuku.

Namun ternyata cobaan hidupku punya tujuan lain. Di tahun 2019, pandemi di Indonesia merenggut nyawa kedua ortuku. Saat itu aku berumur 18, anak tunggal, dan udah ga punya siapa-siapa lagi. Beberapa orang dari keluarga besar menawarkanku untuk ikut mereka. Tapi, pengalaman tadi udah cukup buatku trauma dengan kata “keluarga”

Alhasil, 2019 aku putusin untuk pindah Surabaya sendirian. Dan inilah ceritaku dimulai.


==========


Aku sampai di depan kos pertamaku hari sabtu pagi. Kos ini pun aku dapet dari media online. Ngga jelek-jelek amat, tapi dibilang bagus juga ngga. Tapi seenggaknya budgetnya ngga tinggi, jadi aku aman.


Aku pencet bel kos di pagar pintu. Selang beberapa detik, seorang gadis muda keluar dari pintu.


“S-selamat pagi ko, ini ko Leo ya?” Tanya gadis itu sedikit terbata-bata

“Iya, aku baru sampe” Jawabku lemes abis naik travel 15 jam


“Oh.. Mari masuk ko, sini ‘tak bawain tasnya” Ujarnya membukakan pintu sambil mengulurkan tangannya untuk bantu aku.

Aku, yang dari kecil tau etika cowo, dengan halus menolak karena tahu tasku berat. Gadis itu cuma tersenyum kecil lalu berlari kecil di depanku.

Setelah aku masuk, aku liat ada cukup banyak kamar dalam kos ini. Ada sekitar 20-25 mungkin. Gadis ini terus berjalan ke dalam dan berhenti di pintu diujung lorong. Kemudian ia mengambil kunci dan membukanya buatku.


“Ini ko kamar no 15, yang non AC. Disini udah ‘tak ganti spreinya, bantal udah ‘tak siapin, sama ini ngitung listriknya dari meteran ‘e ya” Ujar gadis ini dengan logat medhok jawanya.

“Oh.. Oke oke mbak. Makasih ya”

“Iya ko, sama-sama. Untuk pembayaran kan sudah sama cici ‘e toh? Nanti nek ada perlu apa-apa, panggil aku ae gak papa. Oh iya, namaku Ayu ko, ‘nti panggil ae ‘Yuk’ atau ‘Ayu’ ya gak papa” ujar gadis ini cepat

“Oh oke mbak Ayu, makasih ya”

Dengan sedikit menggangguk, Ayu berjalan meninggalkanku. Aku, yang udah kecapean di travel, buru-buru masuk kamar dan langsung rebah di kasur. Banyak pertanyaan yang mulai muncul di kepalaku, tapi pertanyaan terbesarnya adalah : Gimana masa depanku.


Untuk sementara, aku tertolong dari uang santunan keluarga besarku. Mereka dari golongan orang berada, jadi ngga sedikit nominal yang aku dapet. Karena itu aku bisa bayar kos dan juga bisa daftar di kampus yang notabene cukup terkenal di Surabaya. Tapi mau sampe kapan duidku bertahan? Aku di kampus ga mungkin bisa kerja kan? Sementara aku ga mungkin ngandalin keluarga besarku. Aku harus cari cara.

Aku. Harus. Sukses.


Tenggelam dalam pikiran itu ditambah kelelahan mental dan fisik membuatku terlelap ketiduran. Tanpa terasa, aku kebangun jam 8 malam. Aku ketiduran 12 jam. Aku terbangun dalam kondisi basah kuyup, karena Surabaya itu panas banget ternyata.

Aku ganti baju bentar, tiba-tiba kamarku diketok :

*tok tok tok*

“Ko? Sehat ‘ta ko?” Terdengar suara Ayu pelan di balik pintu

Aku bergegas bukain pintu, Ayu berdiri sambil memegang piring kecil

“O-oh, a-anu ko, ta’ pikir kok ngga ada keluar ngga ada suara, takut’ e koko kenapa-kenapa ‘e. I-ini ko, a-ada nasi buat makan. Takut ‘e koko belum makan. Jam segini udah susah soal’e cari makan” Kata Ayu sambil terbata-bata.

Ternyata Ayu concern sama penghuni kos disini. Aku dengan tersenyum menerima piring tersebut.

“Makasih ya mbak. Iya tadi ketiduran karna kecapean. Terus kebangun karna panas banget ya Surabaya” Balesku basa-basi

“Lhooo ya iya to ko, Surabaya ancen ngene (memang gitu) Panas, apalagi nda ada kipas gitu kok kamar e koko. Makan di ruang makan ae nek gitu ko, lumayan adem” Dialek Ayu makin kental.

Berusaha menghargai effort Ayu, aku mengikuti saran dia untuk ke ruang makan yang terletak di seberang kamarku, sama-sama di ujung lorong. Disana aku makan sambil ditemani Ayu yang cuci piring. Sambil makan, Ayu banyak bercerita dan aku lebih banyak dengerin. Dari sini aku tau bahwa Ayu ini baru 1 tahun kerja di kos Surabaya ini. Dia asli dari Jember. Dia cerita kalo di kos ini cuma diisi 3 orang, salah satunyaku. 1 orang rencananya keluar akhir minggu ini dan 1 yang lainnya akhir bulan. Alasannya ya karena pandemi ini ga kelar-kelar.


“Lah yo, mosok nti di rumah segede ini isine cuma aku sama koko, lak ya ga lucu ga seh?” Oceh Ayu dengan bahasa yang sedikit-dikit aku pahami. Benernya aku ga berapa paham bahasa jawa, tapi seenggaknya aku bisa tafsirin dikit-dikit sih dari konteks. Sayangnya, karena aku ga bisa fokus nyimak omongan Ayu, otakku mulai fokus ke hal lain.

Sebagai anak muda yang masa kecilnya sering jadiin pornografi sebagai pelarian, aku termasuk punya libido yang tinggi. Di titik ini aku baru menyadari, kalo Ayu ini termasuk pembantu top tier.

Dengan kulit kuning langsat, tinggi yang sekitar 150-160 cm. Rambut hitam dan lurus bersih. Pipinya yang cukup tembem, membuat secara face Ayu ini cukup menarik. Tapi yang jadi nilai topnya adalah badannya. Di balik siluet daster yang dipakainya, aku bisa mengira-kira kalo payudara Ayu ini masuk cup C atau D, dengan lingkar sekitar 38-40. Gede banget. Belum lagi bemper bawahnya, bulet banget. Rasanya cukup unik liat komposisi badan sekompleks ini. Gimana ya sensasinya megang badan semontok itu..


“Ko leo?”

“Eh? Ya?” Sahutku kaget

“Nglamun apa ko? Tadi Ayu nanya kuliahnya masuk kapan? Udah diurus?” Cerocos Ayu dengan ekspresi binggung

“Haha, iya ni, masih ngantuk. Kuliahnya.. Lupa tanggalnya” Dalihku. Tapi aku beneran lupa tanggalnya.

“Ntar deh aku cari. Disini ada wifinya kah mbak?”

“Ya ada donk ko. Sek bentar ta ambil’e catatan passwordku” Kata Ayu berjalan arah kamarnya.

Dari sini aku tau kalo kamar Ayu di lantai 2, beda dengan kamar penghuni. Ya mungkin juga demi keamanan si Ayu ya, karena kos ini kos cowo. Jadi daripada ada bajingan bejad nafsu terus Ayu diapa-apain kan repot juga ya. Tapi masalahnya, salah satu bajingan nafsunya ya aku sih.

Setelah Ayu turun membawa secarik kertas berisi password wifi, aku berterima kasih atas makanannya dan segera ke kamarku (waktu aku mau bersihin piring, Ayu ngotot : ‘udah ko, ga usah, aku ae gak papa kok!’)

Sesampainya aku di kamar, aku langsung keluarin satu-satunya harta yang aku miliki, yaitu laptop kuno papaku. Bukan dengan spesifikasi yang modern, tapi cukup untukku yang nantinya akan masuk jurusan IT. Aku buka website kampusku, searching soal tanggal masuk, dan cek ulang semua persiapanku. Seharusnya udah beres dan tersedia semua. Aku liat jam HPku yang udah nunjukkin 23.52. Sambil tersender di kursi, aku mulai kepikiran lagi soal apa yang harus aku lakuin untuk nyambung hidupku. Mulailah aku riset apa yang bisa aku lakuin di usia dan kekosongan waktuku.

Aku mulai cari lowongan kerja part time, freelance, remote work, dsb. Secara skillku cukup pede dengan kemampuanku. Akademikku bagus, aku bisa coding-coding dasar untuk website dan apps, bahkan aku juga bisa design dan video editing. Sayangnya, kerjaan yang tertera saat itu ga ada yang cocok dengan waktuku. Daripada aku paksa kerja sambil kuliah, terus endingnya ga bisa bagi waktu? Ketakutan itu yang akhirnya buatku mengurungkan niat nyari kerjaan dan nutup laptopku sambil rebahan. Setengah stress dan putus harapan, tiba-tiba aku denger rintihan pelan dari dinding belakangku.

Aku penasaran, karena desahan ini kayak suara cewe. Aku beranjak dari kursiku, ambil gelas kaca, dan tempelin di dinding untuk bisa nguping. Suara tersebut terdengar lebih jelas :

“.. ashh... S-s-ayang.. E-enakk..”

Ternyata kamar sebelah aku lagi bawa cewenya dan ngewe di kos. Gila berani juga dia. Kalo ketahuan bisa berabe tuh. Aku yang lagi stress dan butuh pelampiasan berusaha untuk mendengar lebih jelas. Sayangnya, dinding tersebut terlalu tebal dan desahan tersebut makin ga jelas. Aku yang udah ketelen nafsu, balik buka laptopku dan mulai googling website bokep. Pas aku udah nemu dan siap-siap buka celana, mataku tertuju ke salah satu comment video tersebut. Komen ini dalam bahasa asing :

f*ck. I would pay you for another video. Can you give me link for higher resolution? I would pay for your service tho
(jir. Aku berani bayar buat konten video lu. Minta link hi-res nya donk! Aku bayar gapapa deh!)

Intinya adalah seorang viewer rela membayar untuk mendapat lanjutan dari video ini. Aku binggung, karena jujur aja aku asal klik aja yang penting thumbnails nya sesuai seleraku. Ternyata kontennya adalah video amatir pasangan pemuda, yang merekam adegan seksual mereka. Ya istilahnya amateur sex-tape gitulah. Aku penasaran sama kreatornya, karena mereka terlihat cukup muda. Setelah aku lihat baik-baik, ternyata kreatornya asli Indonesia.

Aku lanjut ke link website yang mereka cantumkan di video. Pasangan kreator ini ternyata cukup proper. Mereka membangun website landing page sendiri, video gallery, serta kolom donasi dari viewer. Dari kontennya, aku juga sekilas lihat kalo mereka terkadang ada live show. Tiba-tiba ide gila aku terlintas.

Yang awalnya aku udah nafsu, tiba-tiba otak bisnisku ambil alih. Aku riset dan mencatat beberapa poin. Endingnya, aku menemukan ide baru. Supaya aku bisa survive di masa depan, aku bakal buat konten porno berbayar. Aku bisa bikin website landing page kayak gitu, aku bisa editing video, dan lebih lagi waktuku fleksibel banget untuk ngerjain ginian. Tapi sayangnya aku lupa satu hal:

SIAPA YANG MAU JADI TALENTKU??

Ya kali aku bikin video coli sendiri. Yang ada homo-homo yang view. Kebayang raut wajah homo-homo gitu bikin aku eneg dan illfeel, dan aku mutusin untuk rebahan lagi di kasur.

Tanpa sadar, aku udah kembali terlarut dalam tidurku.


========


Keesokan harinya, aku bangun jam 6 pagi. Sambil setengah sadar, aku ambil peralatan mandi aku dan berjalan ke arah pintu. Pas aku buka pintu, terlihat si Ayu lagi bersih-bersih lantai depan kamar mandi. Momen sederhana ini membuat aku tersadarkan sepenuhnya dari ngantukku.

Ayu, yang lagi ngepel lantai, dalam posisi bungkuk dan nungging di depan kamar mandi. FYI, posisi kamar mandi ini di depan kamar aku persis, jadi posisinya berjejer tuh dari kamarku, kamar mandi, lalu di seberang kamarku ya ruang makan kemarin.

Tapi yang bikin aku bener-bener shock adalah toket Ayu yang bergelantungan liar di balik dasternya. Aku bergerak perlahan menutup pintuku, mengintip perlahan dari tirai jendela. Akhirnya aku bisa melihat detail secara jelas.

Ayu menggunakan kaos kuning cerah yang oversize, tanpa dalaman, sedang menunduk di depan kamarku. Disitu aku bisa melihat jelas toketnya yang bergelantungan, dan benar aja, gede banget. Aku sesekali bisa melihat puting coklatnya di balik dasternya. Dan entah apa yang ada di pikiranku saat itu, aku langsung meraih handphoneku dan merekam momen ini.
Beruntungnya, jarak Ayu dan jendela kamarku ga terlalu jauh, jadi aku bisa zoom Ayu tanpa kualitas video yang pecah. Disitu aku bisa melihat dengan jelas toket Ayu yang bergerak mengikuti gosokan pel nya. Saat memoles dengan lembut, toketnya juga berayun dengan lembut. Namun saat ada noda yang membandel di lantai, maka ayunan toketnya pun menjadi liar tidak terkendali. Memang Ayu terlihat sebagai pribadi yang sangat bersemangat dalam bekerja. Setelah 1 menit lebih menggosok satu bagian, Ayu pun berdiri. Aku yang takut ketahuan, langsung menarik HPku dari jendela.

Aku pikir momen tersebut berakhir.

Aku salah.

Ayu berbalik membelakangiku dan kembali membungkuk. Seakan ingin memberi hiburan bagiku, dia kembali mengepel bagian lain dalam posisi nungging. Dan lebih gilanya, Ayu terlihat jelas tidak mengenakan celana dalam. Pantatnya yang bulat simetris terlihat jelas di balik daster yang dia pakai. Mengikuti gerakan tangannya, pantatnya juga bergerak seirama. Aku yang tidak mau melewatkan momen ini, kembali merekam Ayu di balik tirai. Sesekali terlihat samar-samar warna hitam yang kuduga sebagai bulu-bulu kemaluan Ayu. Sekitar 2 menit kemudian, Ayu kembali berdiri dan menghadap ke arah kamarku lagi. Handphoneku turunin perlahan sambil kamera tetap merekam Ayu. Di tengah ekspresi puas Ayu karena pekerjaan baiknya, terlihat jelas juga putingnya menyembul di balik kaosnya. Ditambah dengan efek basah keringan, warna coklat putingnya semakin kontras dengan warna kuning kaosnya. Ayu terlihat menyadari bajunya yang basah, langsung bergerak menghilang ke arah tangga di samping ruang makan.

Setelah itu aku kembali menutup tirai dan memeriksa hasil video yang kuambil. Kualitas gambarnya terlihat cukup jelas. Tapi aku juga binggung kenapa aku bisa kepikir buat ngrekam adegan ginian. Aku ga punya fetish-fetish voyeurism atau gimana sih, tapi tindakan tadi lebih ke bentuk impulsif aja. Sambil iseng-iseng aku ngedit videonya, mulai dari color gradingnya, intensitas cahaya, kualitas audio dan lain-lain. Ga kerasa sejam udah lewat dan video berhasil kuedit jadi berkualitas.

Sambil menikmati karyaku, tiba-tiba terbersit ide liar. Aku edit video, mensensor muka ayu, dan menguploadnya di website bokep populer item-orange :

“Asian voyeurism - amateur video. Real scene.”

Upload.

Puas dengan apa yang lakuin, aku beranjak dari kursi dan pergi mandi.

Sekeluarnya aku dari kamar mandi, aku papasan dengan Ayu yang udah ganti baju.

“P-pagi ko, gimana tidurnya?” Tanya Ayu ramah

“Hmm.. Ya nyenyak kok, cuma panas aja” Sahutku balik

“Owh.. Ya iya sih ko, panas kalo ngga pake kipas. Oh koko kalo mau beli kipas disitu loh ko! Di depan sana ada..”

Tiba-tiba Ayu berhenti. Matanya terbelalak melihat kebawah. Aku yang binggung melacak arah pandangan Ayu. Ternyata Ayu shock melihat otongku yang berdiri di balik handuk. Aku yang kebiasaan keluar kamar mandi cuma handukan ga pake celana dalam ga nyadar kalo kebiasaan ini berbahaya.

Ayu terdiam beberapa detik sebelum kusadarin dari lamunannya.

“Jadi beli di depan ya? Oke aku cari ntar” Sahutku pendek

“H-ha? O-oh? OH YA! I-IYA KO DI DE-DEPAN ADA!” Sontak Ayu kaget.

Aku memberi senyum kecil dan kembali ke kamarku, sembari Ayu bergegas naik ke kamarnya. Aku ketawa. Ga salah sih Ayu sampe shock gitu, karena ukuran otongku termasuk gede. Dulu aku pernah riset, ternyata ukuran otongku diatas rata-rata orang indo. Dengan panjang yang bisa mencapai 17-19cm, diameter 5-7cm, aku rasa ga malu-maluin lah punyaku. Dibilang gede banget ya ngga, kecil ya ngga. Cuma jujur aja, aku juga belum pernah pengalaman ngeseks sama orang. Mentok juga coli.

Aku balik kamar, ganti baju dan bergegas untuk keluar kos. Pertama kalinya aku melangkahkan kaki diluar kosku. Aku langsung cari-cari toko sekitar kos, dan kebetulan aku nemu toko yang jual kipas angin.

Setelah aku beli dan pasang dalam kamar, kamarku terasa jadi lebih hidup. Pengaruh suhu yang jauh lebih dingin buatku lebih tenang dan lebih rileks, dan gak butuh waktu lama aku ketiduran di ranjangku.

========

Aku kebangun jam 4 sore dengan pikiran yang lebih seger. Karena takut bikin Ayu repot lagi, aku kepikiran untuk cari makan di luar. Baru keluar pintu kuliat Ayu lagi duduk di kursi ruang tamu. Sekedar basa-basi, Ayu kasih tau beberapa lokasi yang bisa aku coba makanannya.

Pas aku jalan keluar kompleks kos, aku baru sadar ada lapangan basket di deket kos. Terlihat dari jauh ada beberapa anak lagi main basket. Tapi begitu udah deket, aku baru keliatan jelas kalo yang lagi adalah main cewe-cewe yang tebakanku masih seumuran sama aku. Dan emang bejadnya mataku sebagai cowo, mataku langsung tertuju ke salah satu cewe rambut pirang jersey hitam. Selain memang good looking, aku bener-bener tertarik sama badannya. Putih, bersih, dan terlihat proporsional. Beruntungnya, di samping lapangan persis ada warung sate. Aku yang ga mau melewatkan momen cuci mata, langsung pesen sate dan nunggu di meja sambil lihat arah lapangan.

Sembari aku duduk, baru aku bisa menilai dengan jelas. Selain terlihat banget cewe ini keturunan chinese, cewe ini punya ginsul yang buat dia lebih manis waktu senyum. Toketnya juga ga main-main, estimasiku sekitar 36-38 C mungkin, kalo dilihat dari “pantulannya” Saat dribble bola. Selain dia, temennya juga ga kalah menarik. Rambut coklat pendek buat tampilan sporty nya menarik. Walau toketnya ga terlalu besar dibanding si cewe pirang, pantatnya ga kalah bulet dan menarik. Apalagi waktu dia lay up, sekilas terlihat guratan sixpack di perutnya. Beberapa menit mereka setelah mereka main, mereka berbicara sebentar sambil menoleh ke arah warung tempatku makan. Aku yang takut ketahuan cuci mata, buru-buru nunduk ke layar HPku. Beruntungnya sateku kelar dan aku bisa mulai makan.

Di tengah-tengah makan, kedua cewe itu dateng ke warung.

“Feb, lu mau makan juga ga?” Tanya cewe sporty ke cewe pirang itu

“Ga ah, masih kenyang” Sahut cewe pirang dengan suara yang cukup imut

Aku, takut ketahuan karena ngeliatin mereka diem-diem, cuma bisa curi-curi pandang. Tiba-tiba si cewe sporty datengin aku :

“Misi ya kak, numpang duduk boleh?” Tanyanya sopan

Aku, yang lagi ngunyah sate, salting, cuma bisa ngangguk-ngangguk semangat. Gobloknya lagi, saking semangatnya, aku keselek.

Mereka ketawa pelan.

Cukup malu karena diketawain, aku buru-buru minum dan abisin makananku.

Begitu makananku abis, aku cuma tinggal nunggu pesenanku yang bungkus. Aku pesen 2, yang satu mau aku kasih ke Ayu buat balas budi. Pas aku bayar, aku bersyukur ga buru-buru balik.

Si cewe pirang “Feb” Ini kepanasan pas nunggu minumannya. Tangannya narik-narik kaos jerseynya, dan sekilas terlihat dua gunung kembar yang gede menyembul di balik jerseynya. Dengan tertutup bra hitam yang aku ga tau itu sports bra atau bukan, aku lihat toketnya yang gede, putih pucat dinding, dan terlihat sekilas arterinya berwarna hijau. Hal ini menunjukkan toketnya dia natural dan bener-bener mengkal. Sayangnya aku ga bisa berlama-lama menikmati pemandangan ini. Si cewe sporty tiba-tiba noleh ke arahku, dan aku (untungnya) dengan smooth mengalihkan pandanganku ke dompet keluarin duid buat bayar abang satenya. Aku buru-buru meninggalkan warung untuk kembali ke kos. Tapi yang penting, aku udah tau nama si cewe pirang ini, si “Feb”...

######

Sesampainya di kos, aku langsung cari Ayu. Kebetulan dia lagi duduk-duduk di ruang makan. Aku kasi sate itu dan si Ayu bener-bener kesenengan (‘Loh ko makasih loh ya ko!’ seru sambil berbinar-binar)
Aku cuma senyum kecil sambil balik arah kamar.

Terduduk aku di kursi sambil mikir mau ngapain. Karena jujur aja, aku ga ad planning apa-apa di dalam kos. Tiba-tiba aku teringat video tadi pagi. Aku langsung buka situs bokep item-orange itu. Dan jujur, aku kaget..

SERATUS RIBU VIEWSS????

Anjir. Aku ga nyangka video ngintip gini doank bisa dapet viewer seratus ribu dalam beberapa jam. Aku aja di utube pernah bikin video, sepuluh hari pengerjaan, cuma ditonton 9 org. Ini? Bikin video ga sampe sehari tapi dapet seratus ribu views?? Emang toket adalah pemersatu bangsa manapun.

Dengan banyaknya komen yang ada kubaca satu persatu. Ada yang nanya sourcenya. Ada yang ngaku-ngaku. Ada juga yang sotoy. Tiba-tiba mataku terlintas pada salah satu baris komen :

“..is this real amateur? I’m interest to give you some proposal and fund for another video if you want..”
(..Ini hasil rekaman asli? Saya tertarik untuk menawarkan proposal dan dana untuk video lainnya jika anda tertarik..)

HA? PROPOSAL APAAN?

Terdorong rasa penasaran, aku langsung bales komen tersebut.

What do you mean? Care to explain?
(Maksudnya? Bisa dijelasin?)

Send. Kekirim.
Aku tinggal nunggu.

2 menit kemudian aku refresh pageku, dan ternyata user ini bales :

“Dm me.”
(DM saya)

Aku berlanjut ke DM personal sama username “Donato” ini.

User ini nanya gimana ceritanya video itu bisa kudapetin. Aku menjelaskan situasi yang terjadi, soal kosku, si Ayu, gimana kondisi kosku dan lain lain.

“So you’re not a couple?” tanya Donato lebih lanjut
(Jadi kalian bukan pasangan?)

“No. We’re just acquintance.”
(Bukan, kami hanya sekedar kenalan)

Balesku pendek.

Selang beberapa menit tiba-tiba dia mempropose sebuah ide:

“I would like to be your patron for some research. Our project is about corrupting women with some scientific method. Do you interest to hear more?”
(Saya ingin menjadi 'pendukung' anda untuk sebuah riset. Projek kami berhubungan dengan mengkorup pikiran wanita dengan metode ilmiah. Apakah anda tertarik lebih lanjut?)

Aku baca baik-baik chat ini. Research? Corrupting?
Sumpah ini kek plot-plot story eroge. Karena aku pikir ini scam, ya aku ikutin aja permainannya

“Okay, i’m interested. But how much you will give me funds for this research?”
(Oke saya tertarik. Tapi berapa banyak yang bisa kalian berikan untuk dana riset ini?)

Done.

Kalo lu scam, ya aku ikutin aja gaya main lu. Aku mulai ketawa ketiwi kecil.

Ga lama kemudian balesan masuk di DMku:

“I don’t care how much you needed for this project. Just let me know how much you need it. But you must succeed our research.”
(Saya tidak perduli berapapun biayanya. Informasikan saja berapapun yang anda butuhkan. Tapi saya minta riset saya harus berhasil)

Period.

Aku mulai ragu. Entah bule ini emang gila, atau jangan-jangan aku masuk sebuah reality show.
Aku yang totalitas ngikutin arus pembicaraan mulai membalas chat tersebut dengan ngelantur:

“OH SURE! I’ll give what you want, for $10,000. Pay it upfront.”
(OKEE!! Saya kasi yang kamu mau dengan biaya $10,000, dibayar langsung di muka!)

Mampus.

Mana ada orang random, yang berani bayar sekian, buat orang random, tanpa perjanjian pula? Kan bisa aja ya aku lari abis terima duidnya, ya kan? Belum selesai aku ngekek-ngekek jahat, tiba-tiba hapeku keluar notifikasi dari apps mobile banking.

“$ 10,000 sudah ditransfer ke dalam rekening Anda. Nominal akan langsung ditukarkan sesuai dengan kurs saat ini”

akunku terisi $ 10,000 dollar.

Aku shock.

Selain karena jumlah ini pertama kalinya kuterima, aku juga kaget darimana duid ini bisa masuk? Dan waktu aku tersadar apa yang terjadi, chat baru masuk di layar laptopku :

“There you go. I will expect great result from you.
And yeah, don’t ever think to run away with my fund without any progress.
(Oke sudah terkirim. Saya mengharapkan hasil yang memuaskan dari anda. Oh dan juga jangan berpikir untuk kabur membawa dana saya..)

I know where you are, and i can find you anytime i want!
(..saya tau dimana anda berada, dan saya bisa menemukan anda kapanpun saya mau!)

See you user#151285, or should i call your real name :
(Sampai ketemu lagi user#151285, atau harus saya panggil nama asli anda)

..Mr. Leonard Cardian?”

Chat itu diakhiri dengan file dokumen yang berisi foto KTP terbaruku dan identitas pribadiku.

Disaat itulah aku mulai keringet dingin.

Engga tau gimana caranya, si “Donato” ini bisa dapet data pribadiku. Bahkan nominal duid yang sekedar gua sebut, tiba-tiba langsung ditransfer ke rekening pribadiku. Benernya kejadian kayak gini bakalan bikin orang normal ketakutan dan lapor polisi. Cuma karena aku lebih pentingin duid yang ditransfer daripada data pribadiku, jadinya aku iyain proposal dari Donato.

Berdasarkan chat terakhir dari Donato, dia bilang kalo aku bakalan dikirimin setiap barang-barang yang diperlukan untuk riset secepatnya. Cuma aku ga nyangka kalo secepatnya yang dimaksud itu bener-bener “secepat”nya

Keesokan harinya kamarku diketok sama Ayu dari luar :

TOK TOK TOK TOK

“Ko.. Ada paket ‘e koko niih!”

Aku bergegas buka pintu. Terlihat Ayu memegang box kayu dengan balutan plastik. Terlihat nama penerimanya yang besar “Mr. Leonard C” di atasnya.

“O-oh.. Makasih mbak” Jawab gua cepet sambil menerima sodoran paket dari Ayu

Aku kembali menutup pintu kamar, dan bergegas membuka paket tersebut. Alamat pengirim tidak dicantumkan di resi pengiriman. Hal ini semakin membuat identitas Donato ini lebih misterius. Di dalam box itu hanya ada kotak kecil yang berisi botol cairan, kemudian disertai user manual kecil di sampingnya. Aku mulai membaca buku pedoman itu :

Specimen #1

This bottle contain liquid perfume that allow you to be more charming for other people. It’s work for both gender, but have increased effect for opposite gender. To use it just simply apply parfume to your neck and wrist. For one’s usage, will sustain for 24-Hour period time.

Udah gitu doank. Ga disebutin apa-apa lagi, cuma bikin aku lebih “Charming” aja. Meski aku cukup binggung, tapi akhirnya aku pake aja. Dengan cepat aku semprotin parfum ini ke leher sama pergelangan tanganku. Buat ngetes efeknya, aku buru-buru keluar buat nyariin Ayu.

Saat aku tiba di luar, keliatan Ayu yang lagi di ruang tamu, baru aja abis ngepel. Aku buru-buru ngedeketin dia.

“Halo mbak, lagi ngapain?” tanyaku basa-basi

“Habis bersih-bersih seh ko, awas jangan diinjek bagian sana, soale masih basah. Kenapa emang e ko?” tanya Ayu balik

“E-emm.. Ngg.. G-gapapa sih, cuma gabut aja. Hehehe..” jawab gua binggung

Ya aku juga kagok mau ngetesnya gimana, apalagi ini cuma dibilang bikin aku lebih charming doank, bukan tiba-tiba Ayu cium bau gua langsung klepek-klepek orgasme. Sembari mikir Ayu cuma natap gua binggung.

“Eeee.. Anu.. Mba liat saya ada yang beda ngga? Kerasa beda ngga?” tanyaku gugup

Ayu ngliat aku dari atas sampe bawah, kanan kiriku. Sambil ngeryitin alis dia cuma bales pendek :

“Emm.. Koko gosongan kah? Mosok cuma berapa hari di Surabaya wes tambah gosong? Hati-hati loh ko nek tambah item, ntar ilank ganteng e koko. Hehehe”

Ayu ketawa garing sambil ngliatin aku. Aku yang binggung juga ikutan ketawa garing biar ga terlalu awkward.

“Ngga tau ko, Ayu yo binggung apa seng beda. Emang koko apa e seng beda?” Tanya Ayu lebih lanjut

“Hemm.. Apa ya.. Ya cuma pake parfum aja sih.. Hahaha” Jawab gua malu-malu

Ayu ngendus-ngendus kecil dari jauh

“Hmm? Kok nda kecium apa-apa ya ko? Opo aku covid ya?”

“Eh? G-gitu ya? Ga ada bau apa-apa ya? Kayaknya aku ketipu berarti.. Hahaha..”

Pingin rasanya aku sembunyiin mukaku.

Malu banget coy, random nanya ginian.

“Loh yo tinggal di balikno ae to ko barang e?”

“Yah masalahnya jauh sih mbak. Kalo balikin sendiri mau naik apa? Sapu terbang? Hehe”

Canda gua semakin jayus gara-gara nerves. Tapi anehnya tiba-tiba Ayu yang lagi megang sapu, langsung menjepitnya dengan kedua kaki, dan melompat kecil berusaha terbang.

“Oh? Kok ngga bisa terbang ko? Beda sapu kah ko?” tanyanya sambil melompat-lompat kecil. Lompatan tersebut membuat kedua dadanya yang montok meronta-ronta liar. Aku tertegun binggung. Ini dia ikutan garing, ato emang bego beneran?

“Eeehhh.. Y-ya ga gitu juga kali mbak..” jawab gua sambil keheranan

“Loh? Katane koko sapu isa terbang? Gitu to?” Ayu keliatan serius penasaran

Di titik ini aku diem. Aku mulai mencerna makna “charming” yang dimaksud dalam buku petunjuk tadi. Jangan-jangan, yang dimaksud bukan sekedar mempesona orang, tapi benar-benar bisa membuat orang percaya dengan omongan gua? Berdasarkan hipotesa pendek ini, aku memberanikan diri untuk eksperimen :

“Emm.. Maksudku yang bisa nerbangin sapu cuma orang-orang yang punya pusar 2 biji di perutnya. Coba deh mbak Ayu angkat bajunya, saya cek pusernya ada berapa”

Dengan cepat Ayu menarik kaosnya ke atas pusarnya. Terlihat perutnya yang mulus, terpampang sexy depanku. Bagian bawah BH warna ungu terlihat menyembul sedikit di bawah lipatan kaosnya yang diangkat

“Ini ko, gimana? Puser Ayu dua ngga ya?” tanya Ayu penasaran

Aku kaget, omongan ngelantur gua bisa dipercaya gitu aja. Aku penasaran seberapa jauh sih suggesti gua bisa kepake.

“Wah.. Pusernya cuma 1 sih mbak. Tapi kadang juga ada yang bilang kalo putingnya 2 di satu payudara, juga bisa loh. Coba deh mbak tunjukkin putingnya ada berapa.” respon gua ngeres

Ayu yang denger itu, langsung buru-buru nutup badannya.

“K-ko! N-ngga boleh donk! Bukan muhrim!” jawab Ayu pendek memalingkan badannya

“O-oh! Sorry-sorry, lupa kalo ini Surabaya. Kalo gitu coba mbak cek aja sendiri. Coba mbak buka BH mbak, terus intip dari balik kaosnya. Saya kan ga bisa liat kalo kayak gitu, jadi aman sih mbak”

Mendengar instruksi gua, Ayu langsung merogoh bagian tali BH di punggungnya, kemudian menarik keluar tali BHnya dari celah-celah lengan kaosnya. Kemudian dengan cepat menarik keluar BH ungunya dari bawah kaosnya, dan mengintip dari balik leher kaosnya.

“Oh.. Ngga ada sih ko, punya Ayu cuma 1 aja per payudara. Berarti Ayu emang ga bisa” Jawabnya sambil ngelihat arah dadanya sendiri.

Aku mulai ngerti konsep fungsi parfum ini.

“Oh.. Ya udah deh kalo gitu.. Ya udah mbak, aku balik kamar dulu ya! Makasih mbak bantuannya. Jangan lupa ga usah pake BH lagi seharian ini, soalnya Surabaya masih panas”

“H-ha? N-Ngga ah ko! Nanti malu diliatin orang! Bentar ya ko aku tak naik dulu, mo pasang ulang BH ku” jawab Ayu sambil ngacir nutupin bagian dadanya

Setelah memastikan Ayu benar-benar menghilang di tangga arah lantai dua, aku bergegas balik ke kamar dan menginformasi ke Donato :

“Hi Donato, I've received the perfume specimen. So, does this perfume work by making people obey whatever I say? Is that how it works?”

Selang beberapa menit dia membalas cukup detail

“Hi Leo, glad to hear you've tried it and drawn that conclusion. However, to be more precise, this liquid makes people more receptive to your logic. So, if your command isn't logical or contradicts with their knowledge, the subject won't accept it.”

Oh dari sini aku baru nangkep. Secara sederhana, suggesti yang aku kasih harus bisa diterima dengan nalar orang tersebut. Kalo orang tersebut ngga nerima, ya suggesti gua ga masuk. Pantes tadi Ayu nolak nunjukkin putingnya. Donato kemudian melanjutkan penjelasannya :

“This specimen only helps you unlock your subject's thought pattern. However, to truly corrupt them, it all depends on how you use the specimen. Feel free to experiment on your own. Good luck.”

Berdasarkan kata Donato, parfum ini ngga bisa langsung mengkorup pikiran target, tapi aku harus cari cara gimana ngembanginnya. Ok ok, masuk akal. Seenggaknya dari sini aku udah mulai tau gimana cara kerjanya parfum ini. Tinggal nyari cara untuk mulai mengkorupt pikiran Ayu.


=================


Awalnya gua pikir hal ini bakalan gampang. Tinggal pake aja parfum, terus ngoceh ngawur di depan Ayu, terus lama-lama dia bakalan ke korupt sendiri. Ternyata ga segampang itu.


Beberapa kali waktu aku ngomong-ngomong ma Ayu, terus tiba-tiba udah bahas fisik, Ayu langsung kesadar. Ga kayak waktu awal-awal gua coba di ruang tamu, si Ayu langsung ngeles kalo udah bahas badannya. Beberapa waktu kemudian aku baru tau kalo Ayu ini “pure maiden”. Ayu ini cewe yang rajin ibadah, jaga kontak fisik sama lawan jenis, bahkan jarang banget keluar kamar. Dari satu kesempatan untuk cerita-cerita, jangankan kissing atau petting, Ayu pacaran aja ga pernah, gandengan cuma sama ortunya doank :

“Kayaknya ga banyak cowo yang tertarik modelanku ko” Lanjut curhat Ayu setelah dia menjelaskan tentang pengalaman asmaranya.

Kita ngobrol-ngobrol pas aku nongkrong nemenin dia sambil cuci piring

“Ha? Kok bisa?” Respon gua pendek

“Yo Ayu lak cuma tukang jaga kos, tamatan SMA, penampilan ga menarik, badan juga gemuk. Ya sapa ko yang mau liat cewe kek gini..”

Padahal dia ngga sadar kalo badannya itu bisa jadi bacolnya orang-orang sekitarnya.
“Ayu itu ya, cuma berani ngomong sama cowo ya cuma sama koko. Ga tau kenapa, tapi Ayu isa percaya ae sama koko. Apa karna koko ganteng kayak oppa-oppa korea di drakor itu yo ko? Hihihi” Celoteh Ayu sambil mesem-mesem.

Aku nyengir doank. Ayu ga sadar aja kalo aku udah nanam sugesti ke dia supaya lebih open-minded ke aku dan ga nutup-nutupin hal privasi.

Tapi meski begitu, aku masih binggung untuk cari cara gimana mulai masuk mengkorupt pikiran Ayu.

Aku yang mulai pasrah nyari ide, tiba-tiba merhatiin Ayu lagi mulet-mulet megangin punggungnya

“Kenapa mbak?” tanyaku basa-basi

“Enngg.. Anu.. Ini loh ko, kayak é Ayu salah posisi angkat barang orang tadi”

Ayu emang tadi pagi abis bantu angkatin barang orang keluar dari kos

“Ini sakit banget eh..” Jawab Ayu sambil sesekali memijat punggung bawahnya

“Waduh.. Ya pergi pijet aja loh mbak”

“Haduh, takut ko. ‘Nti aku di apa-apain. Emoh aku”

“Loh itu loh mbak, kan ada alat pijat elektrik, bisa dipake di rumah”

“Walah ko, takut ko. Nti nek kesetrum kan bahaya?”

Jeder.
Kesetrum alat pijet elektrik.
Aku ga pernah tau sih bisa ngga kesetrum alat gituan.

Tapi dari sini aku dapet ide pertamaku.


===========


Keesokan harinya, paket orderan online gua dateng.

Aku beli alat pijat getar elektrik. Benernya sih menurut gua, ini bukan alat pijet, tapi vibrator jumbo. Itu loh, yang sering ada di video-video JAV gitu. Aku ga nyangka item ginian dijual di toko online, bisa request antar instant lagi. Kenapa aku beli item ini? Yep, karena alat ini bakal bantu aku ngerusak pikiran Ayu.

“Ha? Itu alat pijet ‘ta ko?” tanya Ayu penasaran waktu aku tunjukkin ke dia di ruang tamu

“Iya, baru beli gara-gara kemarin kamu ngomong sakit punggung” Jawab gua sante

“Loh? Emang gimana pake’e ko?” Ayu penasaran

“Gini nih caranya” kata gua sambil menekan tombol kecil di gagangnya

NGIIING...!!
Suara alat tersebut bergetar kencang. Aku juga kaget kenapa geterannya kenceng banget. Gila juga orang Jepang.

Aku arahin alat itu ke bahu Ayu. Ayu langsung mendesah keenakan.

“A-a-aahh.. e-enakk k-ko” Jawab Ayu sambil bergetar.

Perlahan aku gerakkin ke pundak belakang, bahu kiri, lengan, pinggang. Ayu terlihat menikmati pijatan vibrator ini.

Aku menjelaskan ke Ayu kalo dia boleh minjem barang ini sewaktu-waktu. Ayu kelihatan senang banget waktu dengar hal itu, sebelum akhirnya gua kasi syarat :

“Tapi pakenya harus di kamarku dengan pengawasanku mbak”

“W-waduh..” jawab Ayu pendek

“Lah iya mbak, takutnya nanti mbak kenapa-napa kayak kesetrum, kelilit, atau apa gitu, trus yang nolongin sapa emang? Mau gitu?” Aku berusaha menakut-nakuti Ayu

“Lah t-tapi kalo masuk kamarnya koko.. Lak ya ga pantes toh.. Berdua satu kamar bukan muhrim lagi..” Ayu berusaha menolak. Logikanya masih belum bisa menerima suggestiku. Berarti aku harus lebih halus mainnya.

“Oh ya udah, ngga usah di kamarku juga gapapa mbak.. Disini aja deh”

“Ohhh!! Boleh-boleh! Ayu mau ko!”

Aku kembali lanjutin mijet Ayu pake alat “getar” ini. Ga butuh waktu lama bagi Ayu untuk jatuh cinta pada alat ini.

“Gimana? Enak mbak?” tanyaku sambil menggerakkan alat itu perlahan di punggungnya

“H-ho oh ko, w-wenak banget ih. Jadi ketagihan, h-he-ehe” Balas Ayu sambil bergetar kena alat pijat.

Aku membiarkan Ayu beradaptasi sebentar dengan enaknya pijetan ini sebelum memulai plan jahatku.

“Tapi emang enak kah pijet punggung sambil duduk? Harusnya tambah pegel ga sih?” tanyaku memberi sugesti baru di pikirannya

Ayu kembali menggerak-gerakkan pinggangnya.

“Ya bener ‘e ya pegel seh ko, tapi gimana cara e? Masak rebah di lantai?” kata Ayu sambil memegangi pinggangnya

“Hmm.. Yakin ga mau dipijet di kamarku kah mbak?” Tawarku menggoda.

Ayu mulai menunjukkan penolakan.

“H-ha? Ngga ko, jangan.. Ga boleh ko..”

“Halah, bentar aja gapapa mbak.. Lagian ini aku ada perlu buka laptop juga. Nanti aku fokus sama laptop. Dan biar aman, nanti pintu kamarku buka setengah deh.. Kalo gitu gapapa kan? Daripada mbak tambah pijet kalo sambil duduk loh?” bujuk gua nakal

Tujuan gua tadi mijetin supaya Ayu udah nerima sensasi enaknya dan membantu logikanya jadi lemah, baru perlahan-lahan aku hasut lagi.

Ayu terlihat ragu.

“Udah, gini deh.. Coba aja bentar.. nanti kalo engga enak berhenti aja gapapa.. Aku juga ga mungkin aneh-aneh kan daripada dipukulin warga sekitar. Kan kalo aneh-aneh mbak tinggal teriak?”

Karena udah tergiur pijetan elektrik, logika Ayu mulai runtuh kena bujukanku.

“B-bener ya ko? J-jangan aneh-aneh loh..”

“Iyee.. Suer dah!” kata gua sambil berdiri


==========


Aku dan Ayu masuk ke kamar. Seperti perjanjian, pintu aku biarin terbuka setengah. Aku mempersilahkan Ayu untuk rebahan tengkurep di kasurku.

Ayu terlihat ragu-ragu. Aku kembali meyakinkan dia :

“Mbak Ayu rebah aja dulu,
saya di kursi ini, nanti mijetnya dari samping sini.. Jadi saya ngga mungkin aneh-aneh..”

Mendengar bujukan gua, Ayu mulai naik ke kasurku.

Aku kembali menyalakan alat getar itu dan mulai memijat Ayu.

Sekitar 10 menit kemudian, Ayu mulai rileks. Melihat dia yang mulai nyaman, aku lanjut ke fase berikutnya.

“Mbak, ini saya pake headphone sambil lihat video ya, kalo ada apa-apa bilang ya. Tapi jangan teriak-teriak supaya tetangga ga keganggu” ujar gua halus menanamkan logika yang berbanding terbalik

Ayu yang keenakan udah ga bisa mencerna omongan kontradiktif, cuma ngangguk-ngangguk kecil.

Aku mulai nyalain laptop gua dan pake headset. Begitu nyala, aku langsung nyalain OBS buat pake webcam laptop dan rekam kondisi Ayu yang lagi rebahan. Ayu terlihat masih menikmati getaran alat di punggungnya. Setelah memastikan baik visual dan audio kerekam, aku mulai planku.

Perlahan alat getar gua arahin turun ke punggung bawah. Ayu masih belum menyadari apa yang terjadi. Merasa ada celah, vibrator gua mulai gua pindahin di betis Ayu. Dia yang sudah mulai terbiasa, udah ga sensitif dengan gelinya. Perlahan-lahan vibrator mulai bergerak naik. Sekarang sudah di bagian paha belakang. Ayu mulai sedikit bergidik. Aku usahakan bergerak dengan perlahan. Ayu mulai merasa nikmat kembali. Sekitar 5 menit di bagian paha, aku mulai bergerak ke paha dalam dan pantat. Ayu mulai kaget.
“K-k-ko?? S-s-st-stop ko..” Ayu melirih pelan. Namun aku masih pura-pura fokus di laptopku.

Ayu sesekali menggelinjang dan berusaha berteriak. Namun karena ada suggesti gua, dia ga bisa berteriak kencang. Ayu cuma menggelinjang dalam diam. Ga butuh lama, Ayu berhenti berusaha untuk berteriak. Dia juga tidak berusaha berputar atau berdiri. Seakan penasaran dengan rasa nikmat, Ayu terus menahan rasa geli. Melihat Ayu sudah mulai terbiasa, plan jahat gua dimulai.

Vibrator mulai gua arahin tipis-tipis di memeknya dan pantat. Ayu mulai bergidik kembali. Tapi kali ini tidak berkata apa-apa. Sesekali aku melirik, Ayu terlihat menanamkan mukanya di bantal. Beberapa menit Ayu terlihat stabil, aku mulai memberanikan diri. Vibrator aku arahkan pas di bagian memek Ayu. Kebetulan Ayu sedang mengenakan celana training warna abu-abu yang kainnya tipis. Aku yakin getaran vibrator langsung terasa di memeknya.


Benar saja, Ayu mulai gelisah. Sesekali dia meronta mengangkat kaki, (dari lirikan gua lihat) menoleh ke arah gua sesekali, kemudian kembali menggeliyat. Tapi Ayu sama sekali tidak beranjak dari tempat tidur. Aku, yang pura-pura fokus, sekarang mendiamkan vibrator pas di memeknya. Ayu terlihat berusaha menahan rontaannya. Selang beberapa menit tiba-tiba Ayu merintih pelan:

“K-k-kooohh.. A-ahh- AAHH - AAHHH!!”

Lirih Ayu sambil menutup mulutnya. Badannya meronta kencang. Dia mencapai titik klimaksnya. Aku? Masih pura-pura fokus di laptop.

Aku hanya diam dan fokus di laptop, sembari tanganku menahan vibrator tepat di memek Ayu. Seperti takut dan pasrah, Ayu hanya menahan mulutnya. Posisi tidak ada yang berubah, dan vibrator tetap pada posisi memek Ayu.

Selang beberapa menit, Ayu menggelinjang lagi. Kali ini rintihannya terdengar makin kencang, tapi makin tidak jelas.

“H-H-HMMFFF!! MM-MM-MMFHHH!!”

Aku masih pura-pura ga dengar dan membiarkan alat tersebut terus bergetar di memeknya. Ga terasa pijatan ini berlangsung hampir 1 jam. Terhitung Ayu menggelinjang klimaks hampir sekitar 5-6 kali. Aku melihat Ayu mulai lemes, vibrator ini mulai gua turunin ke bagian pahanya kembali. Ayu terlihat tidak merespon. Seakan kehilangan energinya, dia hanya terdiam berbaring. Setelah gua cukup puas, gua mematikan vibrator itu dan beranjak berdiri.

“Gimana mbak? Keenakan kah?”

Ayu lemes ngga gerak. Nafasnya masih memburu. Terlihat celana abu-abunya sudah berubah menjadi abu-abu tua. Sprei gua terlihat basah kuyup kena campuran keringat dan cairan kemaluan Ayu.

“Ini wajar kok, pengalaman pertama dipijet pake alat pijet elektrik. Normal, semua orang ngalaminnya. Mbak kan ga pernah kan? Jadi terima aja dulu, ngga usah kaget dan ga usah cerita ke orang lain. Kalo ngerti ngangguk ya mbak” lanjut gua mensuggesti si Ayu.

Ayu ngangguk sebelum akhirnya menarik mukanya yang tertutup bantal. Matanya terlihat sayu. Ekspresi lemas, namun puas. Mungkin sebagai wanita yang belum pernah masturbasi, kenikmatan orgasme membuat energinya habis.

“Karena menurut mbak enak, sensasi ini coba diinget tiap pagi hari waktu bangun tidur ya mbak. Semakin keinget, semakin mbak pingin ngerasain sensasi ini lagi. Kenapa gitu? Ya karena nikmat. Namanya kenikmatan pasti nagihin, bener kan mbak?” lanjut suggestku.

Ayu terlihat termenung sebentar menerima logika tersebut. Ga lama dia mulai mengangguk kecil.

“Oke mbak, ini saya mau telpon dulu diluar. Nanti kalo mbak udah kuat, tinggal bangun aja dan langsung balik kamar buat ganti baju biar ga basah. Tolong bantu beresih dan cuci spreinya aja deh, karena ini tanggung jawab mbak yang basahin kan? Makasih mbak”

Aku kemudian jalan keluar pura-pura telpon. Selang berapa menit Ayu langsung ngacir keluar kamarku sambil bawa sprei dan balik ke kamarnya di lantai 2. Setelah memastikan dia masuk kamar, gua berhenti pura-pura telepon dan balik ke kamar.

Sesampainya gua di kamar, gua llangsung fokus ke laptopku. Aku memastikan hasil rekaman jelas, dan mulai proses editing video. Dari video ini gua bisa lihat jelas proses klimaks Ayu dari awal sampai akhir. Celana yang awalnya kering, bercorak basah kuyup di akhir menit 58. Sesekali terlihat ada lendir yang muncrat keluar dari balik celana Ayu. Audio gua proses dengan AI, dan kualitasnya menjadi lebih bagus. Rintihan-rintihan Ayu terdengar lebih jelas dalam video. Beberapa part gua edit dengan subtitle Inggris supaya Donato bisa paham. Setelah selesai proses render, gua langsung kirim ke Donato. Puas dengan hasilnya, gua tidur.


==========


Video yang gua kirimkan ke Donato, nampaknya memuaskan buat dia.

Quite briliant ide i say. Using pleasure to corrupt someone. Hope you can keep it up until she’s corrupt. Puji Donato pendek mengapresiasi usahaku.

Awalnya gua merasa ini titik permulaan yang bagus, dimana gua akhirnya bisa mulai mengkorup Ayu dengan kenikmatan dunia. Sayangnya, konsekuensi tindakan kemarin diluar prediksiku.

Semenjak kejadian itu, gua cukup jarang berpapasan langsung dengan Ayu. Karena setiap dia liat gua, dia langsung menghindar. Sekarang dia cuma menggangguk kecil sambil tersenyum kemudian pergi ke tempat lain, atau bahkan sama sekali ga muncul di depanku. Kalo gua panggil atau ajak ngobrol, pasti dia langsung “sok sibuk”.

“..bentar ya ko, Ayu permisi dulu..”
cuma gitu aja jawaban templatenya kalo gua usaha deketin dia.

Meskipun gua udah pake parfum itu, gua juga ga bisa sugesti apapun ke dia. Kalo dari asumsi gua, kayaknya momen terakhir bikin Ayu trauma atau ketakutan banget, sampe-sampe dia bikin “Mental barrier” tiap kali ketemu gua. Aku yang ga sabar mulai pake ide nekat.


==============


Hari Senin pagi gua beranikan diri untuk menyapa dan mencegat Ayu kabur dari gua (dia udah usaha kabur dengan alasan mau angkat jemuran tapi gua potong jalannya)

“M-m-misi ko, A-ayu mau l-lewat!” Desak Ayu buru-buru

“Bentar mbak, aku mau minta tolong ke mbak. Ini urgent banget!” Kata gua memelas.

Ayu terdiam. Entah karena iba, atau karena pengaruh parfum seirama dengan logika dia. Melihat dia sudah mau mendengar, gua melanjutkan permohonanku.

“Jadi gini mbak, aku perlu keluar ketemu orang. Sedangkan kampusku ada meeting online yang harus dihadiri. Aku mau minta tolong mbak tinggal nyalain video rekamanku aja, terus nunggu di dalam kamarku. Kunci aja dari dalam. Nanti kalo meeting udah selesai tinggal matiin aja videonya. Nanti kuajarin, gampang kok” Cerocos gua cepet.

Ayu seakan mau menolak. Namun sebelum ditolak, gua mengeluarkan amplop putih berisi uang.

“Mbak, sorry banget tapi ini urgent banget. Ini mbak ada amplop buat mbak. Ga banyak sih, tapi bisa harusnya ganti waktunya mbak buat nunggu di kamarku. Aku keluar ga lama kok, nanti waktu mau balik aku telp. Mbak bisa langsung tinggal”

Amplop ini gua isi 700rb rupiah pake lembaran 50.000 biar keliatan tebel.
Entah karena Ayu tergiur amplop atau efek dari parfum gua, dia akhirnya mengangguk kecil dan menyanggupi permintaan gua tanpa berkata-kata. Aku nyengir.

5 menit kemudian gua siap-siap keluar. Laptop gua posisi recording, video “meeting online” yang ku buat ku puter, dan yang paling penting, ku keluarin vibrator gua dan taruh di meja. Kenapa? Karena tujuanku pingin buat Ayu kepancing cobain sendiri.

Sambil ku jelasin cara puter videonya, ku yakinkan Ayu untuk pakai vibrator gua lagi.

“Jadi ini video supaya keliatan kayak aku lagi ikut meeting aja mbak. Nah, daripada mbak bosen, sambil nunggu video mbak bisa pake aja alat pijet itu lagi. Mau baring-baring di kasur juga gapapa. Ini ya mbak kuncinya.” ujarku membujuk dia.

Ayu tegang menatap vibrator itu. Kayak ngeliat mantan jahatnya dia. Namun karena ucapan gua terakhir jadi kayak “sugesti” buat dia, terlihat rasa penasaran dari ekspresinya. Setelah itu gua tinggal.

Aku jalan ke salah satu alphamart deket kompleks kos yang ada tempat tongkrongannya. Setelah selesai pesen minum, gua duduk dan mulai memantau kamarku. Gimana caranya? Simple. Aku remote kamera laptop gua sama androidku. Jadi kayak fitur CCTV gitu. Aku mulai memfokuskan diri ke layar androidku.

Terlihat dengan jelas sosok Ayu sedang duduk memantau laptopku. Sambil memasang headset, gua bisa mendengarkan situasi dalam kamarku.

15 menit pertama berlalu. Ayu terlihat bosan diam di kamar. Aku juga mulai takut plan gua ga berjalan. Akhirnya menit ke 20 gua mulai lega, Ayu mulai terpancing.

Terlihat Ayu yang mulai bosan meraih vibrator di meja gua dan menyalakannya. Sesekali dia menggosokkan di balik punggung dan bahunya. Ekspresinya terlihat menikmatinya. Sekitar 5 menit kemudian, Ayu mulai menggerakan ke arah pahanya. Ekspressinya terlihat bimbang. Ayu tiba-tiba berdiri dan mematikan vibrator itu. Aku mulai kecewa.

Ayu ternyata membuka pintu, memastikan sekeliling kamar tidak ada orang. Kemudian dia mengunci pintu dari dalam. Ia kembali menyalakan vibrator tersebut. Namun yang berbeda adalah posisinya.

Kali ini Ayu duduk di kursi depan laptop, sambil kedua kakinya diatas kursi. Perlahan ia mengarahkan vibrator itu ke memeknya. Sesekali terlihat ekspresinya menahan geli. Ayu akhirnya jatuh tergoda oleh kenikmatan.

Ayu terlihat mulai nyaman dengan posisinya. Ia sesekali menggesekkan vibrator di selangkangannya. Terlihat celana pink yang ia gunakan mulai basah. Terlihat dengan ekspresi kenikmatan, mukanya mulai berkeringat, sambil membuka lebar selangkangannya dan menggosok-gosokkan vibrator di memeknya. Perlahan, desah kenikmatan mulai terdengar jelas dari bibir Ayu :

“...mmmhhh.. ssshh..”

Ayu mulai menggerakan ujung vibrator dengan leluasa mengeksplorasi kemaluannya. Setelah beberapa kali bergerak memutar, Ayu berhenti di titik klitorisnya. Terlihat ia memberikan tekanan di bagian itu. Tidak perlu waktu lama tiba-tiba Ayu meracau tidak jelas :

“...aahhh.. a-A-AAHHH.. AAAKKHH! AKHHH!! AAAHHH!!”

Tubuh Ayu terlihat mengejang kencang. Tangannya berusaha menutup mulutnya, meredam desahan nikmat yang keluar dari mulutnya. Celananya basah kuyup sambil terlihat tetesan yang bercucuran di ujung vibrator

Ayu menikmati orgasme pribadi pertamanya. Ia mulai menurunkan kaki dan tersandar lemas di kursi. Matanya terlihat sayu, namun ekspresinya terlihat belum puas. Beberapa menit kemudian, Ayu bersiap masuk ronde kedua.

Ayu bangkit berdiri memastikan kamarku terkunci dan tirai jendela tertutup. Setelah memastikan aman, Ayu melepas celana trainingnya dan celana dalamnya. Terlihat celana dalamnya yang basah kuyup langsung dia gantungkan di kursi. Kali ini Ayu merebahkan diri di kasurku.

Aku sedikit menyesal karena posisi Ayu hanya terlihat dari samping. Meski begitu, posisi Ayu tetap terlihat menggoda. Terlihat ia dalam kondisi terengah-engah, kembali meraih vibrator dan menyalakannya.

Kali ini dia langsung menempelkan vibratornya persis di bibir memeknya. Tidak tahan dengan getarannya, Ayu mendesah kaget sambil menutup mulutnya :

“U-U-UKHHH!!.. HH-HH-HHMMFFF!!” desis Ayu penuh nafsu.

Kali ini seakan sudah ahli, Ayu tidak lagi perlahan menggerakan vibratornya. Ayu dengan sengaja mengayunkan pinggulnya naik turun, menggesekkan vibratornya lebih menempel pada bibir memeknya. Sesekali terlihat jari kakinya mengejang.

Ayu dengan penuh nafsu menggesekkan vibrator itu di memeknya. Selang beberapa detik kemudian, tak kuasa menahan nikmat vibrator di memeknya Ayu merintih kencang :

“AA-A-AAAMMFF!! HHMMFFFHH!!”

pinggul Ayu berhenti mengejang di udara, cairan putih bening terlihat muncrat dari memeknya. Setelah muncrat beberapa detik, Ayu tergeletak lemas di kasur. Aku cukup puas melihat hal ini. Berniat untuk mengabari Ayu, tiba-tiba gua tertahan kembali.

Ayu, terlihat setengah sadar, kembali menggesekan vibrator itu di memeknya. Kali ini matanya setengah terbuka, mulutnya yang ternganga tidak jelas. Tangan satunya memegang vibrator, dan jari - jari tangan satunya menelusuri clitoris dari memeknya. Ayu tanpa sadar mengikuti instingnya sendiri.

Sebelumnya gua pernah pancing-pancing soal masturbasi. Dan Ayu (ngakunya) tidak pernah tau apa itu masturbasi. Entah dia bohong atau tidak tahu, tapi yang pasti dari rekaman ini gua melihat Ayu yang sedang full nafsu masturbasi dengan vibratornya.

“..ssshhmmm.. MMMhh.. Akkkhhh.. Aaahh-aah-aAAAHHH!!” racau Ayu ga jelas

Kali ini erangannya tidak tertutup tangan, namun yang dierangkan semakin tidak jelas.

Ayu terlihat semakin liar.

Seakan mengikuti nalurinya, perlahan tangannya mulai mengusap-usap bagian payudaranya. Sesekali ia terlihat meremas dan memilin bagian ujung payudaranya, yang gua duga bagian putingnya.

Merasa tidak puas dengan sensasi stimulan yang terganggu, Ayu mengambil posisi duduk. Dengan terburu-buru ia mengangkat kaos dan BH nya bersamaan. Setengah tersangkut dengan cara yang kasar, payudaranya yang berhasil keluar bergoncang dengan kencang saat menyembul keluar dari bajunya. Terlihat kemolekkan tubuh Ayu seutuhnya. Ia mengambil posisi menduduki vibrator yang sedang bergerak di bawahnya, kemudianmenyibakkan rambut panjangnya ke belakang. Hal ini membuat kedua payudara 40D (estimasi gua), terlihat jelas. Puting coklatnya menyembul kencang. Seakan tidak mau menunda waktu, kedua tangan Ayu langsung fokus memainkan payudaranya.

Satu tangan fokus meremas payudara kirinya, sedangkan jari tangan kanannya dengan lentik memilin putingnya. Ekspresi muka Ayu sudah menjadi binal dan liar

“HAAHHH.. AAAHHH.. NGGGHHH.. MMFFFHHH!”

Matanya terlihat tidak fokus, seperti ekspresi ahegao. Pinggulnya bergerak liar menindih vibrator yang getarannya kini setengah tertahan karena tekanan memek Ayu. Setelah puas bergerak maju mundur dengan liar, Ayu mengambil posisi berbaring kembali. Kali ini kedua kakinya terbuka lebar pas menghadap kamera laptopku. Terlihat jelas memek pinknya yang sudah mengkilat basah kuyup berkedut-kedut kencang, sebelum kembali dihantam oleh ujung kepala vibrator.

“NGHH! NGGGHH!! AAAHH! AKH AKH AKH GGHHHM!!”

Suara rintihan Ayu sudah berubah menjadi teriakan. Sesekali Ayu memindahkan vibratornya di tangan kanan, tangan kiri. Sesekali juga Ayu menggesekkan dari posisi bawah pantatnya, kemudian kembali di atas.

Tidak lama kemudian Ayu meregangkan pinggulnya ke atas dengan cepat, dan berteriak kencang sekali lagi menyambut orgasmenya :

“OUUHHH!! AAKHHH!! AAANNGG!! AAAKKKHHH!!”

Kali ini cairan kemaluannya tidak hanya sekedar mengucur kecil, namun benar-benar deras seperti sedang pipis. Posisinya terlihat kaku sebentar, sebelum akhirnya full rebah tidak bergerak di kasur. Ayu mencapai klimaks kembali.

Tidak terasa waktu berjalan satu setengah jam. Aku menyadari, Ayu berpotensi sebagai hyperseks. Setelah klimaksnya yang terakhir, Ayu terjatuh, diam dan lemas. Matanya tertutup penuh, jarinya sesekali mengusap ujung memeknya. Terlihat senyum simpul kecil di bibirnya.

Ayu terlihat puas.

Aku lebih puas.

Aku mulai beranjak dari kursi dan menelepon Ayu (gua udah punya nomernya dari pemilik kos). Selang beberapa detik Ayu mengangkat telpon gua

“H-h-ha..lo?? Y-ya ko??” Jawab Ayu gagap

“Halo, mbak aku udah selesai. Ini mau balik. Mungkin sekitar 15 menit lagi aku sampai”

Sebenernya sih dari tempat gua ke Ayu cuma 5 menit, tapi gua tau Ayu perlu beres-beres, jadi gua kasi waktu.
Aku kembali mantau hapeku.

Bener aja, Ayu terlihat panik. Ia buru-buru memakai pakaiannya kembali. Kemudian Ayu menyadari seisi ruangan gua yang ia basahin. Dari kasur, bantal, bahkan lantaiku. Ia buru-buru beresin semuanya. Aku cuma ketawa kecil.

15 menit kemudian gua sampai di kos. Belum sampai kamar, Ayu berlari dari kamar mandi menyambut gua

“K-k-ko! M-maaf.. I-ini aku ganti spreinya dulu. T-t-tadi.. A-a-anu.. T-tadi aku ketiduran dan keringetan, jadi kuganti spreinya. T-t-terus itu t-tadi anu.. A-air nya Ayu tu-tumpah, jadi sekalian kupel kamar k-kkoko! M-m-Maaf ya ko!” Ujar Ayu buru-buru.

Aku yang pura-pura ga tau kejadiannya cuma tersenyum kecil sambil menenangkan Ayu. Muka Ayu terlihat sedikit lebih cerah daripada sebelumnya.

Aku sendiri berusaha keras supaya ga nyengir-nyengir.

Video rekaman hari itu gua edit dalam waktu dua jam. Ga lama gua kirim ke Donato. Responnya terlihat sangat puas, bahkan dia kasi bonus sebesar $ 200 langsung ke rekeningku. Benernya dibandingkan dengan nominal yang udah dia kirim sih, kayak ngga ada apa-apanya buatku. Jadi gua berencana untuk traktir si Ayu, apalagi dia udah bersusah payah kan bersihin kamarku? Aku menutup hari itu dengan senyuman paling lebar yang pernah gua keluarin.


===========================


Sejak momen hari itu gua dan Ayu udah ngga awkward lagi. Ayu terlihat lebih rileks dan akrab samaku. Dia sekarang lebih berani minjem “alat pijet” elektrikku.

“H-halo ko.. M-mau pinjem pijetnya boleh? A-ayu capek hari ini” Ujar Ayu malu-malu.
Aku berusaha menahan ekspresi normal, langsung ngasi vibrator itu ke Ayu. Sesekali kadang kalo gua iseng, gua ke bagian bawah tangga dengerin, sayup-sayup ada suara desahan Ayu lagi “pijet”.

Dari pengalaman terakhir gua, akhirnya gua memutuskan untuk menginstall kamera CCTV di kamarku. Aku taruh di beberapa spot strategis, supaya hasil yang di dapat bisa bervariasi. Sesekali seminggu gua minta tolong sama Ayu lagi. Aku alesan untuk meeting, atau sekedar mau keluar dan minta tolong tungguin rekaman kampus di kamarku, sembari gua keluar. Dan lucunya, kali ini tanpa amplop Ayu pun semangat untuk membantu. Hanya aja kali ini Ayu lebih pinter. Antara dia bawa alas taplak sendiri, atau sekedar “kejang-kejang” di lantai, jadi dia ga panik kalo denger gua mau balik.

Sekitar sebulan berlalu, Ayu mulai berubah. Kali ini ketika dia masuk kamarku dan menguncinya, dia dengan leluasa langsung bugil depan kamera dan langsung “bermain” dengan vibrator. Kali ini Ayu sudah lebih mahir dalam bermain. Sesekali tidak hanya menggunakan vibrator, namun jari jemari Ayu juga sudah bermain-main dalam lubang kenikmatannya. Aku curiga, jangan-jangan Ayu research sendiri gimana caranya mencapai kenikmatan yang lebih lagi.

Sambil menikmati pemandangan ini,

gua mulai mikirin plan gua yang berikutnya..


====X0X====


Tinggal seminggu lagi kehidupan perkuliahan gua dimulai. Cuma uniknya di tahun ini, ospek gua online. Bayangin aja gua harus standby depan laptop, gabut, selama berjam-jam.

Di suatu siang, gua lagi duduk di meja. Aku lagi mikirin strategi berikutnya buat Ayu, tiba-tiba pintu gua diketuk:

*tok tok*

Pas gua buka, gua lihat Ayu dengan muka rada malu depan pintuku.

“P-pagi ko, sorry mau tanya, koko tau soal AC ga ya?” tanya Ayu malu-malu

“Ha? Kenapa emang mbak?” balas gua penasaran

“Emmm.. I-itu.. AC nya Ayu ngga isa nyala eh.. Bisa bantu liatin ga ko?” pinta Ayu malu-malu

Aku mengiyakan untuk bantu periksa ACnya. Beruntungnya gua cukup pengalaman soal elektronik.

Setelah gua cek, gua nemu masalah di AC nya Ayu. Bukan masalah besar, cuma perlu ganti bagian adaptornya aja, udah tua. Baru mau gua sampaiin, gua kepikiran ide jahat lagi.

“Hemm.. Mbak, ini sih bisa diperbaikin, cuma agak nunggu gimana? Aku perlu beli sparepartnya dulu” jawabku sambil pura-pura bongkar AC

“Loh.. I-iya ta ko? Waduh.. Aku takut dimarahin cici eh.. Kira-kira lama ngga? Aku juga mau keluar ke pasar sih..” Balas Ayu khawatir.

“Hmm.. Harusnya sih bisa cepet. Kalo ngga, mau tinggalin kunci dulu kah?”

Ayu terlihat bimbang. Namun gua mulai meyakinkan dia dengan sugesti gua :

“Tenang aja mbak, kan beberapa kali mbak juga saya tinggalin di kamar, saya orangnya bisa dipercaya kan?”

mendengar pernyataan gua, Ayu berpikir beberapa saat, kemudian mengiyakan ideku. Walau terlihat rada enggan, Ayu menyerahkan 2 kunci ke gua.

“Ini ya ko kuncinya. Ta tinggal ke pasar dulu ya.” Ujar Ayu sambil lalu.

Aku ngangguk kecil.

Setelah memastikan Ayu pergi, gua mulai planku.

Aku langsung ke arah tukang kunci deket kompleks (yang gua temu waktu keliling-keliling sekitar kompleks) dan duplikat kunci punya Ayu.

Sekitar 15 menit kemudian, gua balik ke kamarku dan membongkar semua CCTV kamarku. Aku langsung buru-buru ke kamar Ayu, dan memasang CCTV yang gua punya di beberapa lokasi strategis. Setelah memastikan semua kamera lancar, gua langsung benerin adaptor AC Ayu.

Sekitar jam 11 siang Ayu kembali dari pasar, dan AC udah kembali nyala.

“Ini ya mbak kuncinya. AC dah kubenerin juga tuh” kataku sambil serahin kuncinya.

“Wah.. Makasih ya ko! Makasih banget!” Kata Ayu kesenengan. Dia juga ga lupa kasi nasi bungkus yang sengaja dia beliin buat gua (karena gua udah nolak duid buat biaya service yang dia kasi)

Sesudah gua masuk kamar, gua langsung mantau CCTV kamar Ayu. Bener aja, 4 angle terbaik kamar Ayu ready untuk dipantau. Terlihat di layar Ayu baru saja masuk kamar.

Kelihatan setengah gerah karena panas diluar, Ayu segera mengganti bajunya. Badan Ayu bener-bener perfect banget.

Payudara yang cukup besar (sekarang tebakan gua mungkin cup E) menjadikan dia sebagai material utama untuk coli buat semua pria.

Setelah Ayu membuka bajunya, awalnya Ayu bersiap memakai pakaian lain. Namun ia berhenti sejenak. Ia keluar kearah pintu sambil topless. Diluar ia memperhatikan sekitar, kemudian kembali ke dalam kamar. Seakan sudah merasa aman, Ayu kemudian membuka celananya dan CD nya hingga bugil total, kemudian rebah di kasurnya dan mulai mengusap-usap memeknya.

Sekarang Ayu sudah bisa masturbasi mandiri tanpa perlu vibrator. Sesekali jarinya tidak hanya mengusap-usap memeknya, namun dengan liat merogoh masuk dalam lubangnya. Tangannya yang satu sudah lihai meremas dan memilin putingnya. Racauannya mulai terdengar lebih jelas :

“...uuushh.. yessss.. e-enaakkkkkkk.. aaaahh..”

Sekitar 10 menit berlalu, Ayu mencapai titik orgasmenya :

“..-O-OWWHHH!! HMMMMFF!!”
Teriaknya sambil mengelinjang liar di kasur. Cairan kelaminnya keluar membasahi lantai. Setelah terdiam beberapa saat, Ayu berdiri mengambil pel di ujung kamar dan mulai membersihkan hasil-hasil permainannya. Meski banyak yang harus dibersihkan, Ayu terlihat bahagia dari ekspresinya. Dia mengepel kamarnya dengan penuh semangat, sampai membuat toketnya bergelantung liar mengikuti arah ayunan tongkat pelnya.

Aku sendiri tersadarkan oleh klimaks gua :

“...a-a-aaakkkhh!”

Muncratnya cairan sperma menambah sensasi nikmat dan geli di ujung penisku. Aku ternyata tanpa sadar daritadi memperhatikan Ayu sambil onani.

Sebelumnya gua ga terlalu ngerasa nafsu gimana-gimana sih kalo sama Ayu. Tapi semenjak dia semakin binal, sex appeal dia makin naik.

Dan sekarang gua mulai ga bisa nahan nafsu setiap liat Ayu. Aku membersihkan muncratan sperma gua sambil mikir strategi baru gimana cara nikmatin badan Ayu.

=========

Seminggu sudah berlalu. Aku mulai inget kebiasaan-kebiasaan Ayu, mulai dari hal kecil kayak jam dia bangun, naruh kunci gimana, sampai hal-hal detail kapan aja dia nafsu dan masturbasi, gimana gaya masturbasinya yang bikin cepet orgasme, titik-titik sensitifnya, dan lain-lain.

Aku sendiri mulai berpikir gimana caranya eksekusi selangkangan Ayu. Beberapa cara sudah gua coba eksekusi dengan bantuan parfum itu, tapi hasilnya nihil. Karena setelah gua tanya-tanya Donato, parfum specimen ini ngga bisa menyentuh perasaan manusia, kecuali terdorong oleh logika. Nah, cara logis gimana yang bisa buat orang jatuh hati coba? Aku mikir kenceng sambil cari referensi, sampe satu malam, gua akhirnya kepikiran strategi baru.

=========

Di pagi hari Kamis, orderan online gua dateng. Kali ini gua pesen voice changer. Aku pamit keluar kos, dan gua cari tempat sepi di pinggir lapangan. Aku aktifin voice changer gua, dan mulai planku. Aku telepon si Ayu.

“H-halo?” Jawan Ayu ragu dari seberang telepon.

Aku telpon dia dengan private numberku.

“Ayu. Saya cuma ngomong sekali. Jangan lapor polisi atau siapapun juga, atau video telanjang kamu saya sebar.” Aku berusaha terdengar kaku dan galak dalam suara yang berbeda.

“H-h-HA? M-M-MAKSUDNYA APA? KAMU SIAPA??” bentak Ayu kaget

“Jangan banyak melawan. Saya punya video telanjangmu banyak. Mau bukti? Saya kirimkan sekarang”

Aku matiin telponku. Aku langsung kirim beberapa screenshot rekaman bugil Ayu di kamar dari nomer yang berbeda.

Selang berapa menit, gua telpon Ayu lagi.

“Sudah lihat? Jangan lapor siapapun atau akan saya sebarkan video itu!”

Gila.
Aku udah kayak baca script telenovela jadul.

Ayu terdiam.

Mulai terdengar isak tangis.

“K-kamu siapa.. I-i-ini ko L-leo kah?” Tanyanya setengah nangis.

“Leo? Itukah nama pria yang tadi keluar dari tempatmu? Tenang saja. Dia akan jadi bukti seberapa berbahayanya saya. Jangan cerita tentang saya ke Leo, atau videomu akan kusebarkan”

Aku menutup telponku.

Cringe abis.

Selesai telpon, gua ambil cutter steril yang udah gua siapin. Ini rada gila, tapi ini planku. Aku sayat badan gua beberapa kali. Kemudian berjalan balik di kos.

Sesampainya di kos gua merebahkan badan gua di kursi ruang tamu. Ayu yang melihat gua langsung lari kearah sofa.

“K-K-KO LEO!!” teriak Ayu sambil menangis.

“Hehe.. Ya.. Mbak..” Aku melirih pelan berusaha terlihat lemas.

“K-KOKO DIAPAIN TADI??” tanya Ayu setengah histeris.

“Owh.. Gapapa.. Tadi ada ora..ng.. Nabrak..gua.. Dari belakang.. Hehe..”

Ayu terdiam.

Dia berlari ke belakang. Selang waktu kemudian Ayu datang membawa kotak P3K.
Sambil setengah terisak, Ayu membersihkan lukaku.

“Mbak.. Gapapa kok.. Hehe” jawabku berusaha melepaskan tangan Ayu, tapi Ayu tetap bersikukuh. Ayu tetap terdiam dan terlihat menahan isak tangis. Aku juga diam.

Suasana hening hingga akhirnya gua dibantu Ayu untuk kembali ke kamarku.

Sesampai di dalam kamar, gua meninggalkan akting gua dan rebahan di kasur. Tiba-tiba HP private gua di chat, dari Ayu:

Jangan ganggu ko Leo. Dia ga bersalah.

Hmmf

Gimana rasanya kalo dia tau orang yang dia jaga dan ngancem dia itu orang yang sama. Aku cuma nyengir aja. Satu sisi gua ngrasa jahat, tapi satu sisi gua merasa nafsu gua lebih tinggi dari nuraniku.

=========

Keesokan harinya, gua melanjutkan rencana berikutnya ke Ayu. Sebuah pesanan online datang atas nama Ayu. Ia binggung karena ngrasa ga pernah pesen apapun. Aku kembali ke kamar dan chat si Ayu lewat private number gua :

Pakai itu.

Setelah gua chat gua pantau Ayu di kamarnya lewat kamera CCTV.

Ayu terlihat kebinggungan saat membaca chatku. Dengan raut penasaran ia membuka bingkisan paket itu. Saat melihat isinya, ekspresi Ayu terlihat binggung. Apa emang isinya? Isinya adalah vibrator portable.

Tau kan yang di bokep-bokep jepang itu? Ohmibod. Dia bentuknya kecil dengan antena yang menjuntai keluar. Cara pemakaiannya adalah dengan memasukkan bagian vibratornya di dalam lubang memek. Ohmibod ini bisa diatur getarannya menggunakan remote control bluetooth jarak jauh. Dan tentunya remote tersebut berada di tanganku. Untuk ukuran ohmibod ini memang kecil dibandingkan vibrator “pijet” yang lalu, namun getaran maksimalnya dapat memecahkan sebuah gelas kaca men. Emang fetish Jepang ini gila ga pake obat. Bayangin barang kek gituan masuk memek gimana rasanya. Dan itulah yang gua bakalan amati hari ini.

Ayu membaca buku panduannya sekilas. Ekspresinya terlihat ketakutan setelah selesai membaca buku itu. Terlihat Ayu bimbang di depan kaca, apakah dia benar-benar harus menggunakan vibrator itu atau tidak. Ayu memejamkan matanya. Mungkin dia sedang memberanikan diri. Selang beberapa detik kemudian, Ayu menurunkan celana training dan celana dalamnya. Secara perlahan ia memasukkan ohmibod ini dalam lubang memeknya. Aku mengganti view CCTVku.

Kali ini gua mengamati dengan seksama ekspresi Ayu saat berusaha memasang ohmibod dalam lubang memeknya. Selang beberapa menit akhirnya alat tersebut berhasil masuk seutuhnya. Ayu kembali menaikkan celana dalamnya dan membenarkan pakaiannya. Saat Ayu beranjak ke arah pintu, gua dengan sengaja mengaktifkan ohmibod itu di getaran 70%

Sontak Ayu menjerit :
“A-A-AAKKHHH!!”

Dia berlutut lemas sambil memegangi selangkangannya. Tangannya yang lain berusaha menutup mulutnya. Aku, yang kaget dan takut memek Ayu pecah kayak gelas kaca, segera mematikan ohmibod tersebut.

Ayu terlihat kembali normal. Dengan segera ia menarik ohmibodnya keluar dari celana dalam dan melemparkannya ke seberang ruangan.
Ayu terlihat menangis merintih. Aku segera mengambil HP private number gua dan mengirim pesan ke Ayu :

Pakai kalau tidak mau Leo kubunuh.

Ayu terlihat shock saat membaca chatku. Dia melihat sekelilingnya seakan takut dimata-matai. Sayangnya CCTV yang gua tanam tersembunyi dengan baik. Ayu tidak bisa menemukan posisi CCTV tersebut. Dengan ekspresi lemas, Ayu berjalan meraih ohmibod tersebut, kembali memasangnya, dan keluar dari kamar.

Aku merasa plan gua berhasil, segera keluar dari kamar sambil membawa remote kontrol ohmibod Ayu.

Sesampainya gua diluar, gua segera duduk di ruang makan. Selang beberapa menit Ayu menyusul. Terlihat bekas tangisan pada mukanya. Aku berusaha terlihat perhatian:

“Mbak? Kenapa mbak? Ada apa?” tanyaku dengan nada khawatir.

Ayu menatap gua lemas sambil menggeleng kecil.

“Gak..papa.. Ko..” Lirih Ayu sambil berusaha tersenyum. Ia segera berjalan menuju tumpukan piring kotor di wastafel dan mulai mencucinya. Aku mengamati dari belakang. HP gua mulai merekam Ayu, dan saatnya mulai planku.

Ohmibod gua aktifkan di getaran 10%. Terlihat Ayu sedikit bergidik. Meskipun begitu, Ayu terlihat bisa menahannya. Tangannya tetap sibuk bekerja. Aku kembali menaikkan getarannya.

30%

Ayu mulai gelisah. Kakinya sesekali bergerak random. Tangannya tetap berusaha mencuci piring yang ada. Overall Ayu masih bertahan. Aku mulai naikkan lagi.

60%

Kali ini Ayu mulai tertatih. Tangannya mulai berhenti bergerak. Kakinya terlihat sedang berusaha menjepit sesuatu. Aku mengamatinya dengan seksama. Kali ini gua mengimprove getarannya.

Aku mengubah getarannya dininterval 70-80%
Ayu sudah tidak bisa konsen bekerja. Tangannya terhenti. Nafasnya terdengar kacau dan tidak karuan. Tanpa ia sadari, pantatnya ia naikkan dan mulai bergerak tidak karuan. Aku membiarkannya sebentar. Dalam beberapa detik kemudian Ayu menggelinjang. Tangannya berusaha menutup mulutnya, sementara kakinya berusaha menumpu berat badannya. Ayu merasakan klimaks ohmibod pertamanya. Aku pura-pura menghampirinya:

“Mbak?? Mbak Ayu kenapa? Sakit kah???” Aku berusaha terdengar panik.

Ayu terdiam. Tangannya melambai memberikan isyarat tidak apa-apa. Ia berusaha menghindari tatapanku. Dengan perlahan ia berusaha berdiri. Aku membantunya dari belakang. Setelah Ayu berdiri, secara perlahan dia naik kembali ke kamarnya.

Aku kembali memantau Ayu dari CCTVku. Terlihat ia merebahkan diri di kasur sambil menangis. Melihat hal ini, Getaran Ohmibod kembali gua nyalakan. Ayu tersentak kaget. Tapi bedanya, ekspresinya terlihat sedikit menikmati getarannya.
Sesekali gua mengubah interval intensitas getarannya. Pinggul Ayu mengikuti interval tersebut. Saat getarannya merendah, Ayu menggesek-gesekkan pinggulnya di kasur. Namun saat getarannya ditingkatkan, pinggul Ayu terangkat naik sambil matanya memutih. Selang beberapa kali Ayu mengejang klimaks sambil menyemprotkan cairan beningnya.

Merasa risih dengan celana dalamnya yang basah, Ayu melepaskannya dan melemparkannya ke ujung ruangan. Aku terus memainkan getarannya sambil mengamati Ayu lewat CCTV. Sesekali Ayu kembali menggelinjang klimaks. Salah satu jarinya mengusap-usap ujung klitorisnya.

Sesi masturbasi Ayu dengan Ohmibod tanpa terasa berjalan hingga 3 jam. Aku akhirnya berhenti karena baterai Ohmibod itu sendiri yang akhirnya habis.
Bersamaan dengan berhentinya getaran itu, Ayu berhenti begerak. Terlihat lemas, dan kembali tertidur. Mukanya terlihat puas dan bahagia.


====X0X====


12 jam kemudian, Ayu terbangun karena panggilan telpon dari gua

“Halo, mbak Ayu? Mbak sehat kah?” tanyaku cemas

“Ko.. ayu.. Gapapa..” Suara Ayu terdengar lemah

“Yakin kah mbak? Gini mbak, aku habis dari meeting, aku belikan obat ya?” Bujuk gua

Ayu cuma membalas terima kasih dengan lemas. Aku mematikan teleponku.

Jam menunjukkan pukul 23.47
Aku mengambil handphone gua, dan menyalakan perekam videoku. Ini adalah bagian puncak dari planku. Momen dimana akhirnya gua entodin si Ayu.

Dengan modal topeng dan voice changer, gua berjalan merangkak pelan ke lantai 2. Dengan modal duplikat kunci, gua bisa buka pagar dan pintu kamar Ayu.

Terlihat Ayu tergeletak lemas setengah telanjang. Dengan perlahan gua mendekati Ayu di kasurnya. Setelah memastikan prepare siap, gua mulai mengeksekusi planku. Pertama gua menutup mulut Ayu dengan kain supaya ga bisa berteriak. Kedua tangan dan kakinya juga gua ikat. Beruntungnya, Ayu tidur pulas, sehingga tidak merasakan apa-apa.

Kemudian gua mulai mengangkat kaos kuning Ayu. Terlihat gunung kembar Ayu yang dibalut bra warna merah. Tanpa ulur waktu lagi, gua mulai menggunting bra tersebut hingga terlepas. Akhirnya gua melihat toket Ayu menjuntai bebas tanpa halangan.

Prediksi gua tentang toket Ayu benar, ukurannya sekitar 40-42E, dengan puting coklat muda.
Menahan diri untuk tidak menghisapnya puting Ayu, gua mengeluarkan penisku dan melumasinya dengan pelumas dulex yang gua siapin.

Aku memandang arah memek Ayu yang setengah kering dengan cairan kemaluannya. Dengan mengarahkan perlahan ke arah memeknya, gua menghujamkan ujung penisku dalam lubang Ayu

BLESSSHHH

Aku benar-benar shock. Sensasi nikmat memek yang pertama kali gua nikmati nyaris buat gua klimaks pada tusukan pertama. Ayu mendesis pelan di balik handuk yang membekapnya.

“hhmmmmfff..”

Semakin diburu nafsu, gua perlahan menggerakan pinggulku. Setiap sensasi dinding memeknya membalut erat batang penisku. Sesekali dibarengi oleh desahan lembut Ayu. Merasa semakin nyaman, gua memberanikan diri untuk mempercepat gerakanku.

SLEEEBB

SLEEBBHH

SLEEBB

Hujaman penisku mulai membuat suara kencang di kamar Ayu. Gerakan gua yang semakin cepat mulai membangunkan Ayu dari tidurnya.

“H-h-hmm.. Hmm? HHMMFFPPHH!!”

Ekspresi Ayu yang kaget terlihat jelas di depan mataku.

“Halo Ayu. Nikmat sekali memekmu ini.” Gumam gua dalam suara voice changer.

Ayu semakin ketakutan mendengar suaraku. Dia mengira gua adalah pria yang meneror dia selama ini.

Aku mempercepat gerakan pinggulku.

Ayu meronta-ronta kencang. Bulir-bulir air mata menetes deras dari matanya.

Selisih beberapa detik kemudian, terdengar suara pria dari bawah :

“Mbak Ayuu??”

Aku noleh

Ayu, berusaha sekuat mungkin mengeluarkan suara dari balik handuk yang membungkam.

“Mbak?? Aku naik ya??”
Suara pria tersebut diikuti oleh bunyi langkah kaki diatas tangga.

Aku melepas penisku dari memek Ayu.

Ayu bergumam dan meronta sekencang mungkin.

“HMMMFFFHH!! MMFFPHHH!! MMMHH!” gumam Ayu ga jelas.

Aku bergegas secepat mungkin keluar dari kamar Ayu dan berlari ke arah tangga

BRAKKKK!

Suara benturan, diikuti keributan bunyi pukulan terdengar di lorong kamar Ayu.

Ayu dengan ekspresi ketakutan melihat ke arah pintu.

Selang beberapa menit, suara hamtaman terganti bunyi langkah yang berlari. Kemudian hening.

Perlahan suara langkah kaki mendekat di kamar Ayu.

Ayu dengan penglihatan kabur karena air mata melihat sosok pria mendekatinya. Pria tersebut adalah..

“KO LEO!” Teriak Ayu saat handuk yang membekapnya lepas.

Ayu menangis sejadi-jadinya saat melihat sosok pria ini perlahan melepas ikatan pada tubuhnya.

Apa yang sebenarnya terjadi?

Plan gua sebenarnya adalah mendapatkan kepercayaan Ayu.

Aksi gua memperkosa Ayu sebenarnya bukan tujuan puncakku. Dengan sengaja gua merekam suara gua, suara langkah kakiku.

Saat momen gua rasa sudah pas, recording tersebut gua nyalakan.

Aku pura-pura ke arah tangga, mengganti baju gua dan topeng gua, membenturkan badan gua di tangga, seakan gua sedang berkelahi dengan peneror itu, dan akhirnya kembali ke kamar Ayu.

Semua gua atur sedemikian rupa supaya Ayu mengira gua penyelamat Ayu.

“Mbak Ayu.. M-m-maaf, aku terlambat. Aku.. Ga bisa kejar orang itu tadi.. Maafin aku mbak” Akting gua pura-pura sedih.

Aku memeluk Ayu erat. Dia ga bisa berkata-kata apapun. Ayu hanya menangis sesenggukan dalam pelukanku.

Selang 10 menit kemudian, Ayu terlihat lebih tenang. Aku, bersikap selayaknya seorang gentleman, melepas jaket gua dan menutup badan Ayu.

Ayu menatapku sendu.

“K-ko.. m-makasih..”

Ayu membenamkan kepalanya dalam pelukanku.

Sambil membelai rambutnya pelan, gua perlahan nyengir.

Ayu, finally i got you.


====x0x====


Keesokan paginya, gua duduk bersama Ayu di ruang makan. Tatapan Ayu masih kosong. Aku menemani Ayu dalam diam sepanjang malam.

Ayu terlihat sangat trauma dengan kejadian itu.

Aku berusaha menjelaskan kalo gua gagal mengejar orang tersebut.

“Mbak.. Maaf ya.. Aku ga bisa nangkep dia kemarin” Lirih gua pelan sambil menatap mata Ayu.

Ayu membalas tatapanku.

“Gapapa ko.. Makasih kok ko, kalo bukan karena koko, mungkin Ayu..” Katanya terhenti.

Matanya kembali berair.

Aku, segera memeluk Ayu, yang segera disusul erang tangisan Ayu dalam pelukanku.

Butuh sekitar sehari penuh hingga Ayu akhirnya bisa kembali tenang sepenuhnya.

=======

Sore hari itu, gua menemani Ayu membereskan kekacauan dalam kamarnya. Sembari berberes, Ayu menceritakan semua hal yang dialaminya karena peneror itu. Bermodalkan muka polos, gua berpura-pura iba atas kejadian yang dialami Ayu.

“Mbak Ayu, aku janji aku bakalan jagain mbak dari orang itu” Gombalku.

Ayu mengangguk pelan.

Hal berikutnya gua mulai membereskan CCTV dari dalam ruangan Ayu. Dengan modal video dan foto yang ditunjukka Ayu, gua berpura-pura menebak lokasi CCTV tersebut.

Malam harinya, gua makan bareng Ayu di ruang makan.

Ayu terlihat sedikit lebih tenang. Sesekali ia tertawa dengan candaan gua saat makan malam.

Menjelang malam, Ayu mulai terlihat khawatir.

“Mbak.. Kenapa mbak?” Tanyaku.

“Hmm.. k-ko.. A-aku takut..” Gumam Ayu pelan

“A-aku takut kalo nanti malam didatengin lagi sama orang i-itu..”

Aku, yang sudah menduga kesempatan ini datang, membalas dalam nada lembut :

“Ga kok mbak.. Aku janji aku jagain kok”

Mata Ayu tertuju penuh ke gua. Setengah menangis, Ayu bertanya :

“B-b-bener y-ya ko??”

Aku mengangguk kecil.

Ayu kembali memeluk gua erat.

=======

Sesaat sebelum Ayu naik, dia terlihat ragu. Sesekali dia memandang gua yang sedang memandangnya dari bawah.

“Hmm? Kenapa mbak?” Ujarku.

Ayu terlihat bimbang. Selang beberapa detik, seakan mendapat keberanian baru, Ayu mendekati gua dan bertanya:

“K-ko.. M-mau ngga tidur nemenin Ayu di kamar atas?” Katanya sambil malu.

Jeng jeng. Akhirnya.

“Hmm? Kamu yakin mau kutemenin? Ga takut kamu?” Respon gua berusaha terlihat enggan

Ayu menggeleng kecil.

“K-kalo sama koko, Ayu gapapa sih..” Lanjutnya pelan.

Aku diam sejenak, pura-pura mikir. Ayu melihat gua dengan penuh harapan.

Begitu gua memberi anggukan kecil, wajah Ayu terlihat bersemangat. Kasihan sekali Ayu dimanipulasi seperti ini.

Begitu gua naik ke kamarnya, Ayu segera merapikan tempat tidurnya. Sedangkan gua langsung menaruh HP gua on record di posisi strategis. Kenapa gua tau posisi strategis? Ya iyalah gua yang pasang CCTV.

Untuk step pertama, gua harus tarik ulur terlebih dahulu.

Ayu merebahkan diri di kasur.

Aku langsung duduk di lantai pojokkan kamar.

“L-loh ko, k-kok kesitu?” Tanya Ayu terbata-bata

“Hmm? Iya aku disini aja gapapa. Aku jagain kamu kok” Balas gua sambil senyum-senyum

Ayu terdiam.

Dalam hati gua setengah berharap pancingan gua berhasil.

Selang beberapa menit hening, Ayu akhirnya terkena pancingan gua :

“K-k-ko.. M-mau ga nemenin Ayu t-t-tidur di kasur?” Kata Ayu menahan malu

“Wah.. Jangan deh mbak.. Ntar kamu risih lagi.. Gapapa kok aku disini, hehe..” Tolak gua halus

Ayu setengah bimbang.

“A-a-aku g-gapapa kok ko..” Nadanya terdengar mulai memohon

“Bener nih? Gapapa aku tidur satu kasur sama kamu?”

Ayu menggangguk kecil mengkonfirmasi

Yes

Sambil berusaha menahan rasa girang gua, gua berjalan ke kasur Ayu. Ayu bergeser memberi tempat ke gua. Kami berdua dalam posisi saling berhadapan. Ayu terlihat malu. Saat gua lihat Ayu berencana memutar balik badannya, gua mulai step berikut planku.

“Mbak..” kataku lembut

“Y-ya ko?” Balas Ayu sambil menutup mulutnya

“Aku baru sadar loh, kalo mbak Ayu ini.. cantik”

Pipi Ayu terlihat memerah

“H-h-ha?? M-M-MANA A-ADA KOO!! A-AKU I-INI..”

belum selesai berbicara, jari gua menahan lembut bibirnya. Ayu terdiam dan shock. Kami berdua saling bertatapan. Aku mulai menggerakan jari gua, membelai lembut pipinya, alisnya. Awalnya Ayu terlihat kaget, namun beberapa detik kemudian dia terlihat diam menikmati. Melihat Ayu sudah nyaman, gua memberanikan diri untuk membelai dengan tanganku. Dari pipinya, rambutnya, alisnya, matanya.

Pipi Ayu terlihat memerah. Nafasnya semakin terburu. Tapi Ayu tetap memejamkan mata menikmati. Aku memecah keheningan dengan suara pelan :

“Mbak.. Maaf sebelumnya.. Boleh ga..kalo.. Kucium?”

Ayu terbelalak mendengar permintaanku. Aku, berusaha menahan ekspresi datar, terus membelai pipi Ayu dengan lembut. Ayu belum merespon. Matanya terlihat binggung. Selang beberapa detik, Ayu mengangguk kecil.

Jebakan gua dimakan.

Aku mendekatkan bibir gua ke Ayu. Perlahan bibir kami menempel. Nafas Ayu yang terengah-engah terasa di mukaku. Dengan lembut, tanganku membelai dia, berusaha menenangkan. Ayu mulai tenang. Bibir kami mulai beradu. Sesekali gua melepaskan ciuman, kemudian kembalk beradu lagi. Ayu terlihat mulai bisa menikmati. Perlahan tanganku membimbing pipinya semakin ke arahku. Lidah gua sesekali mulai masuk dalam mulut Ayu. Ayu terlihat tidak memberikan perlawanan. Malah yang ada, tangannya mulai memberanikan diri untuk meraih punggungku. Ayu berusaha memelukku.

tanganku berhenti membelai Ayu, sekarang memeluk Ayu lebih erat. Aku memberanikan diri untuk lebih aggresif. Lidah gua sekarang mulai bergerak liar dalam mulut Ayu. Sesekali lidah Ayu juga mulai membalas dalam mulutku. Bibir kami menyatu, sesekali terlepas, kemudian bersatu kembali. Tanpa sadar, Ayu sudah mencium gua dengan penuh nafsu. Aku sendiri, sudah khilaf. Ini ciuman pertamaku. Nafsu gua mengambil alih kontrol ciuman ini.

Kami beradu lidah dengan liar. Sesekali Ayu mendesah lembut :

“Mmmf.. ahhh..” Desah Ayu.

Mulutnya sudah sibuk meraup bibirku. Sekitar 15 menit, gua mulai bisa mengontrol diri, perlahan gua melepas bibirku. Kami kembali bertatap-tatapan. Aku memecah keheningan dengan desah pendek:

“Ayu.. I love u”

Mata Ayu berkaca-kaca mendengarku.

“Ko..”

Dalam gerakan pendek, Ayu mengambil langkah aggresif untuk kembali melumat bibirku. Tangannya mendekap erar punggungku, tanganku mendekap erat kepalanya. Bibir kami kembali berpadu mesra.

10 menit kemudian, Ayu melepas bibirnya. Nafasnya terengah-engah. Wajahnya kelihatan berseri dan bersemangat. Aku hanya tersenyum kecil sambil membelai rambutnya.

“Jadi.. Udah ga bisa tidur.. Gimana donk sekarang?”

Ayu hanya tersipu malu, membenamkan mukanya di dadaku. Aku membelainya lembut, melanjutkan plan berikutnya.

“Mau kupijet kah biar ketiduran?” tanyaku lembut

Ayu menatapku kaget. Tidak lama dia mengangguk kecil malu. Aku membalas dengan senyuman kecil, lalu beranjak pergi ke kamar gua.

Tidak lama, gua udah kembali ke kamar Ayu sambil membawa “alat pijet elektrik” kesukaannya. Ayu tersenyum malu, kemudian membaringkan diri. Aku menyalakan alat tersebut, perlahan mengusap-usapkan di punggungnya. Sesekali Ayu mendesah menikmati pijatan gua. Tidak lama kemudian, Ayu akhirnya mulai berbicara :

“Ko.. Ayu mau pengakuan jujur..”

“Hmm? Apa mbak?” Balas gua pendek

“Sebenernya.. A-ayu.. ketagihan pake alat koko bukan buat pijet.. Tapi..” Suara Ayu mengecil.

“Tapi apa mbak?” tanyaku penasaran

“Ayu.. ayu.. P-pake b-buat geli-geliin selangkangan A-a-ayu ko..” Katanya sambil membenamkan mukanya dalam bantal

“Oya? Emang gimana?” tanyaku dengan nada pura-pura datar

“M-m-m-mmmm.. g-gi-gini ko..”

Ayu membalikan badan perlahan. Tangannya meraih tanganku, perlahan mengarahkannya ke bagian celananya. Ujung vibrator mulai menempel ke bagian selangkangannya. Ayu mendesis

“M-mmhh.. Sshh..”

“Oh.. Enak kah diginiin?” tanyaku lembut menatap matanya. Ayu mengangguk pelan.

Perlahan tanganku mengambil kontrol vibrator kembali. Gerakkan gua memutar, dengan sesekali menekan ujung memek Ayu. Kali ini desisan Ayu sudah menjadi desahan nikmat.

“Uukkhh.. mmsshhmm..”

Aku dengan lembut menggerak-gerakkan kembali vibrator tersebut. Ayu dengan sadar, perlahan membuka kedua kakinya. Yang awalnya pahanya menutup erat, kali ini dia sudah membuka lebar selangkangannya. Aku mengambil inisiatif untuk menggerakkan vibrator menelusuri selangkangannya. Ayu menahan desahannya dengan menutup mulut. Perlahan, bagian selangkangan celana Ayu membasah.

“Mbak.. Ini basah loh.. Mau kubantu bukain celananya aja?” tanyaku ramah

Ayu kaget.

Namun selang beberapa detik ia menggangguk kecil malu. Sambil menutupi mukanya, Ayu menyodorkan pinggulnya keatas, seakan mempersilahkan gua membuka celananya. Ga buang waktu, gua membuka celananya satu persatu.

Terpampanglah memek Ayu secara nyata di hadapan gua. Bibir memeknya yang dihiasi bulu bulu halus yang tipis, serta daging memek orange pucat yang berkedut-kedut penuh nafsu. Sesekali cairan putih bening menetes kental mengalir ke arah lubang pantatnya.

“Indah sekali mbak..” Gumamku memuji. Ayu sedikit tersentak, diiringi kedutan memeknya. Tanpa sadar Ayu menggerakkan daging kemaluannya saat merasa malu.

Perlahan gua kembali memijat memeknya dengan vibrator. Kali ini bibir memeknya langsung beradu dengan ujung vibrator. Ayu semakin erat menutup mulutnya. Aku menelusuri dengan perlahan bibir memeknya dengan vibrator, sesekali menekankan pada dindingnya langsung. Badan Ayu sesekali menggelinjang, namun terlihat kalo dia berusaha menahan agar badannya tetap diam tenang.

Di ujung bibir memeknya, kelihatan “puting” Kecil berwarna pink pucat. Ini adalah klitoris Ayu yang menyembul. Aku bergerak perlahan. Ujung vibrator kugesekkan pada clitoris Ayu. Sesekali. Dua kali...

“K-K-KOOO LEOOO!!”

tiba-tiba pada gesekkan ketiga, Ayu melonjak hebat. Tangannya meraih leher gua, membenamkan bibir gua pada lumatan bibirnya. Pinggulnya terangkat tinggi. Cairan bening keluar deras dari ujung memeknya. Terasa air mata Ayu mengalir di pipi gua, sambil bibirnya terus melumat bibir gua. Aku dengan lembut membelai Ayu.

Beberapa menit kemudian, Ayu kembali tenang. Tangannya mulai melepas cengkramannya di punggungku. Bibir kami mulai terlepas. Desah tidak teratur keluar dari mulut Ayu

“Hhhmmmmff.. sssshh.. hhaaaahhh..”

Aku menenangkan Ayu dengan membelai kepalanya lembut.

“Hhhmmmsshh.. K-kooo... Mfffsshh.. E-enak b-b-banggeeett..” Kata Ayu terbata- bata.

Aku tersenyum kecil.

Perlahan gua kembali melumat bibirnya. Ayu kini sudah terbiasa menyambut bibir gua, merespon lebih agressif dengan lidahnya. Perlahan tanganku mengusap payudaranya. Ayu terlihat tidak bergeming. Sesekali gua mengusap payudara kirinya, meremasnya kecil. Jari gua dengan nakal menelusuri putingnya dari luar. Nafas Ayu memburu lebih cepat. Namun dia seakan tidak peduli. Ia masih sibuk melumat bibirku dengan lidahnya. Kali ini gua memberanikan diri.

Perlahan gua mulai melepas kancing piyama Ayu satu persatu. Ketika semua kancing terlepas, gua berusaha membukanya dari bahu Ayu. Seakan mengerti, Ayu melepaskan pegangannya dari bahu gua, membiarkan piyamanya terlucur dari pundaknya. Terlihar Bra hijau olive menempel pada payudaranya. Aku kembali meremasnya. Sesekali jari gua menelusup perlahan di balik branya, mengusap putingnya. Ayu seakan berpengelaman, tiba-tiba meraih pengaitnya dan membukanya. Dengan bergegas ia melepaskan tali BHnya dari bahu, dan menjatuhkan BHnya di bawah kasur. Aku menarik bibir gua dari Ayu. Kedua tanganku mendorong bahu Ayu rebah di kasur.

Kali ini gua melihat Ayu terbaring menatapku, dengan payudaranya yang terpampang jelas. Ukuran 42E dengan ujung puting coklat muda, terlihat kencang dan kenyal. Ayu terdiam menatapku sendu. Nafasnya sama terburunya dengan nafasku.

Karena ini pengalaman pertama gua, perlahan gua mendekati puting kiri Ayu. Lidah gua menjulur menyentuhnya. Ayu bergidik sedikit. Matanya memejam. Bibirnya mengatup berusaha menahan desahannya. Melihat Ayu mulai menikmatinya, gua memberanikan lidah gua bergerak liar. Sesekali gua menghisap dan menyedot putingnya. Tangan kanan Ayu bergegas menutup mulutnya. Aku perlahan menarik tangan kanan Ayu. Sambil berhenti menjilati putingnya, gua menatap Ayu lembut.

“Gapapa mbak.. Rileks..” Bisik gua lembut.

Ayu menatapku dengan sendu. Matanya berkaca-kaca. Pipinya merona merah karena malu. Aku kembali menjilati puting Ayu. Jari tangan kanan gua, kali ini mulai meraba-raba puting kanan Ayu. Kali ini Ayu memejamkan mata sambil mendesah pelan.

“Oooohhhmmmff.. Mssshhm.. kkoooohh.. e-e-eennnaakk..” Gumamnya lirih.

Aku mempercepat jilatan gua. Kali ini bibir gua menghisap kencang putingnya. Sesekali gua menggigit kecil ujung putingnya. Jari gua mulai menarik-narik puting kanannya. Ayu mulai meracau kencang

“Hhooosshhh.. Mmmfffphh.. T-terruussinnn kooohh.. Aaassshhh”

Tangan kanan gua berhenti memilin puting Ayu. Dengan cepat jari gua berpindah menelusuri klitoris Ayu. Ayu sudah tidak perduli. Ia semakin meracau kacau tenggelam dalam kenikmatan. Perlahan gua mengarahkan jari tengah gua dalam lubang memek Ayu. Dengan gerakan cepat gua memasukkan jari gua dalam lubangnya

SLEEBBHHH

“OOOWHWHHH KOOO.. EEENNAAAKKK!!” teriak Ayu membelalak menatapku.

Aku membalas tatapannya sambil sibuk menghisap putingnya dan menggerakkan jari gua keluar masuk memeknya.
Tangan Ayu di kepala dan rambut gua, setengah menelusuri, setengah menjambak.

"KOOHHH.. MMFFF.. PPHHHEENAAAKKK!!” katanya kacau.

Pinggulnya bergerak liar, seakan memaksa jari gua masuk lebih dalam.

“KKKOOOHH.. K-K-KKOOOHHH!! AKKKUUU!!...”

SPRUUUTT!

CROOOTT!

Belum selesai kalimatnya, Ayu menggelinjang hebat. Kedua tangannya membekapkan mukaku ke payudaranya. Memeknya mengeluarkan cairan bening deras. Pinggulnya tertahan tegang di udara beberapa detik sebelum akhirnya jatuh lemas. Nafasnya memburu kencang diiringi desisan

“AAAHHH.. SSSHHH.. SSSMM.. KKOOOHHH..” Desisnya sambil menatapku tajam.

Aku tersenyum lembut sambil membelai dia. Ayu perlahan kembali tenang. Aku kembali melumat bibir Ayu beberapa detik, sebelum akhirnya Ayu memberanikan diri bertanya :

“Mmmmssshh.. K-k-kooohh.. Itu.. Tadi.. Ayu.. K-kenapaah..?” Katanya terbata-bata

“Gapapa mbak.. Itu mbak tadi orgasme.. Klimaks.. Normal kok.. Enak kan?”

Ayu ngangguk bersemangat

“G-g-ggaak pernah.. mmfhhh.. Sebelumnya.. kek gini koohh.. Eeennnaakkk banggeett.. Ssshhhmmm” Katanya sambil gemetar.

Cairan bening sesekali masih keluar dari lubang memeknya. Aku mengusap-usap Ayu lembut. Dari kepalanya, pinggang, ke pantat. Melihat Ayu kembali tenang, gua berbisik di telinga Ayu.

“Mau.. Yang lebih enak..?”

Ayu menatapku binggung dan mengangguk kecil.

Aku mengangkat badan gua, menarik turun celana gua, dan menunjukkan penisku yang sudah berdiri tegak dan keras. Ayu tersentak kaget. Sekilas dia memandang penisku lalu kembali menatapku ragu. Aku menahan pandangan gua tertuju tajam ke mata Ayu. Ayu menggigit pelan bibirnya, sebelum akhirnya mengangguk kecil.

Aku berdiri. Memposisikan kedua kaki Ayu memanjang di depan dada gua. Perlahan gua mengarahkan ujung penisku di bibir memek Ayu. Terdengar nafas Ayu memburu. Perlahan gua menggesek-gesek penisku di bibir memeknya supaya ia lebih rileks. Beberapa detik, Ayu terlihat lebih tenang. Aku mengarahkan penisku masuk perlahan. Ujung kontolku masuk. Ayu mendesis pelan. Aku menahan gerakan gua. Perlahan gua gerakkan maju mundur pinggul gua, membiarkan Ayu menikmati getaran kontolku. Ayu mulai memejamkan mata menikmati. Perlahan gua dorong lagi pinggul gua. Sekarang setengah batang kontolku sudah masuk. Ayu terlihat diam. Tidak mau terburu-buru, gua kembali menarik kontolku, menggerakkan maju mundur. Ayu mulai mendesis pelan :

“Ssshhmmmm.. mffffhh.. Aaahhh..”

Melihat Ayu sudah terbiasa dan menikmatinya, gua mulai menancapkan kontolku lebih dalam. Tiba-tiba Ayu tersentak kaget. Kakinya bergerak liar. Aku ketakutan, buru-buru menarik pinggul gua. Tiba-tiba kaki Ayu melingkar di pinggul gua dan berusaha menarik gua.

“KKKOOO.. GATEELL BANGETT DALEEMMKUUU!” suara Ayu setengah menjerit setengah mendesah.

Melihat respon Ayu, gua langsung menancapkan kontolku seutuhnya dalam memek Ayu

BLESSSHHH

Ayu mengerang liar. Aku ga fokus. Karena ini pengalaman seks pertama, gua memfokuskan diri mengontrol supaya tidak cepat klimaks. Tanpa sadar gua dan Ayu sudah tenggelam dalam nafsu dan insting.

Pinggul gua bergerak. Ayu menggerakkan pinggulnya seirama dengan ritme gua. Terdengar derit kayu dipan kasur Ayu beriringan dengan bunyi hujaman penisku di memeknya. Ayu mengerang-erang.

“AAAKHHH!! OOOHHH!! KOKOOOHHH!! AAAKKHH!”

sambil berteriak, pinggulnya ga berhenti bergerak.

Aku mengatur nafas sambil mempertahankan ritme gerakan gua. Sesekali dinding memek Ayu meremas kencang batang penisku. kontolku terasa mau meledak. Ayu semakin ganas menggerakan pantatnya. Tangan dan kakinya kali ini sudah melilit erat badan gua. Satu-satunya bagian badannya yang bergerak hanya pantatnya, yang sudah bergerak liar tidak beraturan. Aku yang kalap dengan nafsu, sudah tidak kuat mengontrol diri. Gerakan gua mulai kacau. penisku mau meledak. Tidak kuasa menahan diri, tiba-tiba gua mendengar Ayu berteriak nyaring.

“KOKOOOHHH!!”

CRUUUTT

CRUUUTT

Aku merasa memeknya yang menyemburkan cairan. Dinding memeknya mencengkram rapat penisku. Aku kalap. kontolku memuntahkan lahar putih dalam memek Ayu.

CROOOTT

CRRROOOTT

Di tengah ledakan emosi kami berdua, bibir kami saling berpanggut. Suara yang tersisa hanya bibir kami diiringi desah, dan suara cairan diantara selangkangan kami. Sesekali Ayu menggerakkan kedua kaki dan pantatnya berusaha menghujamkan penisku lebih dalam. Aku merespon dengan melumat habis bibirnya. Sesekali gua melepas ciuman, mengganti dengan tarian lidah gua yang disambut lidah Ayu dengan semangat.

Beberapa menit kami terdiam dalam posisi terhubung, perlahan Ayu mulai melepaskan cengkramannya. Aku mulai bangkit berdiri dan melepaskan kontolku dari cengkraman memeknya. Cairan putih kental menyembur keluar dari memeknya. Ayu terlihat lemas, binggung, namun puas. Aku mengatur nafasku. Perlahan gua mendekati Ayu dan mencium keningnya. Ayu memeluk erat gua. Kami berpelukkan dalam sunyi hingga larut dalam heningnya malam. Sesekali gua mendengar desahan lembut Ayu dalam pelukan gua.

Ko.. I love you..

Keesokan harinya kami terbangun cukup pagi. Gua cukup shock melihat kondisi sprei ayu yang basah kuyup. Terlihat jelas bekas basah hampir di semua bagian bawah sprei, sambil beberapa bekas cairan kental putih di beberapa bagian. Bagian selangkangan gua dan Ayu cukup berantakan. Bulu-bulu halus bertebaran di kasur. Beberapa flek kering putih menempel di sekeliling bibir memeknya. Ayu menatapku lembut. Gua memberi kecupan selamat pagi di keningnya. Kami menghabiskan waktu pagi itu membersihkan kekacauan yang kami buat semalam.

Sekitar jam 10, gua keluar dari kamar mandi lantai 1. Ayu terlihat baru selesai mandi dan turun dari tangga. Pandangan kami bertemu. Ayu tersenyum kecil, dan bergegas menghampiri gua di depan kamar mandi. Gua membalas senyumannya, dan mengecup pelan bibirnya. Ayu tersipu. Ia melanjutkan langkahnya mengambil sapu, bersiap kembali memulai harinya. Sedangkan gua melangkah kembali ke kamar gua.

Gua menghabiskan waktu seharian penuh di kamar. Selain ini hari pertama gua ospek online, gua juga mengedit semua video yang gua rekam semalam. Video ini terlalu panjang hingga terpaksa gua split menjadi 3 video berdurasi 1 jam. Segera gua mengirimkan hasilnya ke Donato, sebagai bukti Ayu yang sudah terkorupt

Sekitar jam 2 pintu gua diketok lembut. Sosok kecil Ayu terlihat saat gua membuka pintu. Kedua tangannya memegang piring berisi nasi, sayur, dan ayam. Ayu menatapku dengan mata bulatnya yang besar, sebelum akhirnya kembali menunduk tak kuasa menahan malu. Gua tersenyum kecil. Piring beserta tangan Ayu gua tarik perlahan masuk dalam kamar, dan pintu kembali gua tutup

Dalam kamar, sembari ospek online dan makan, gua cerita-cerita dengan Ayu. Ayu kebanyakan bertanya soal kuliah, dan gua banyak menjelaskan background gua.

Secara status, kami berdua menyadari ketidakjelasan status kami. Namun seakan mabuk oleh nafsu yang jadi cinta, kami seakan tidak mempedulikannya. Gua yang akhirnya mendapat persetujuan dari Ayu untuk memanggil nama aja tanpa embel-embel “mbak” (Ayu sempat tersipu merah waktu gua membisikkan namanya dikupingnya), juga mengajarkan Ayu untuk sekedar memanggil gua “ko” Atau “leo”.

Setelah makan gua selesai, Ayu mengambil piring gua dan bergegas keluar. Bersamaan dengan pintu gua tertutup, gua mendapat notif chat. Donato. Isi pesannya singkat:

Can we meet online

Gua yang setuju, menyalakan discrod gua dan memberi link ke Donato. Selang beberapa menit, panggilan video call masuk. Gua menerima panggilan itu.

Terlihat jelas seorang pria berumur 29-32an, bertampang gahar dengan brewok yang well-groomed, berkacamata, berkharisma abis. Mata abu-abunya memandang gua dengan senyum yang lebar.

“Hi, akhirnya kita ketemu ya” katanya dalam aksen yang kental

Gua menyapa balik Donato. Inti pembicaraan kami saat itu adalah appresiasi dia atas cara gua memanipulasi Ayu. Gua nyengar nyengir senang aja, sebelum akhirnya si Donato request hal yang cukup gila.

“Can u do me favor? I want to see live proof” Pintanya polos.

Gua yang binggung. Donato meyakinkan gua

“Bukannya dia sudah takluk seutuhnya ke lu? Harusnya bisa donk lu kendaliin?” katanya dengan senyum kecil.

Gua paham. Donato ngetest gua. Dia berusaha mengklarifikasi apakah hasil gua otentik bukan. Oke. Gua sanggupin.

“Okey, vidcall gua di handphone” Perintah gua.

Vidcall gua pindah di handphone. Setelah meletakkan handphone gua di lokasi yang strategis, gua memanggil Ayu.

Gak lama Ayu sudah masuk duduk di samping gua di kasur. Gua menatapnya lembut sambil membelai pipinya.

“Ayu.. Boleh ga aku minta tolong?” ujarku dengan nada memelas.

“Mau minta tolong apa?” Tanya Ayu penasaran

“Kamu.. Tau blowjob?”
“Hmm.. Engga. Apa itu ?” Jawab Ayu polos.

“Blowjob itu.. Kamu.. isepin penisku pake mulut”

Ayu tersentak kaget. Ekspresinya binggung tanpa mengeluarkan suara apapun.

“Boleh ya? Please?” kataku dengan nada memohon.

Ayu terlihat enggan. Namun beberapa detik kemudian Ayu mengangguk kecil.

Ayu berpindah duduk di bawah lantai. Gua melebarkan kaki gua. Dengan perlahan Ayu melepaskan kancing celana gua. Saat dia menarik celana dalam gua, penisku yang sudah tegang menyembul keluar. Mata Ayu sedikit terbelalak. Tangannya perlahan menyentuh penisku. Bersiap memasukkan seutuhnya kontolku di mulutnya, gua menahan kepalanya.

“Emm.. Pelan-pelan aja Yu, jangan tegang”

Ayu menatapku dan mengangguk kecil.

Sehabjs mengambil napas lebih dalam, Ayu mulai melumat ujung kontolku. Gua sendiri, yang baru pertama kali di blowjob, rada kesusahan menahan nikmat. Perlahan gua merasakan bibir Ayu merambah ujung penisku. Sesekali penisku bergesekkan dengan lidahnya. Selang beberapa waktu, Ayu memperdalam hisapannya. Sekarang batang kontolku sudah ditelan 50% oleh bibir Ayu. Tiba-tiba Ayu tersedak.

“U-u-uhuk.. G-ga..bisa ko.. G-g-ga muat..” Katanya sambil menyeka air liurnya. Gua tersenyum lembut

“Gapapa Yu.. Hehe..” kataku menghibur sambil membelai rambutnya.

Ayu terlihat murung. Terlihat seakan mau mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara pria diluar pagar.

“Astaga, sorry ko bentar. Ayu tadi pesen LPG. Bentar ya”. Katanya sambil bergegas merapikan diri dan berlari keluar.

Gua berdiri dan membereskan celana gua. Gua kembali ke vidcall handphone gua

“That was good you know” Kata Donato sambil nyengir. Gua cuma menaikkan bahu. Beberapa menit Andrei memuji kepiawaian gua, Ayu kembali masuk.

Kaget karena gua lagi vidcall dengan bule, Ayu setengah mau kabur. Gua menahan tangannya. Dengan smooth gua mengenalkan Ayu dengan Donato sebagai rekan kerja gua. Ayu yang ga bisa bahasa Inggris cuma nunduk-nunduk senyum aja. Beberapa menit vidcall, Andrei pamit untuk kembali bekerja. Telpon dimatikan.

Gua kembali memeluk Ayu dan melumat bibirnya sebelum akhirnya membiarkan dia kembali bekerja (‘ko.. Sorry.. Aku mesti nyuci dulu.. Banyak eh..’)

Setelah gua menutup pintu gua, notifikasi muncul dalam layar gua.

$ 1,000 have sent to your account


BERSAMBUNG...

Klik Nomor untuk lanjutannya
cerita sex yes, fuck my pussy. good dick. Big cock. Yes cum inside. lick my nipples. my tits are tingling. drink my breast. milk nipples. play with my big tits. fuck my vagina until I get pregnant. play "Adult sex games" with me. satisfy your cock in my wet vagina. Asian girl hottes gorgeus. lonte, lc ngentot live, pramugari ngentot, wikwik, selebgram open BO,cerbung,cam show, naked nude,
x
x