Cerita Dewasa - Mamah Muda BINAL OPEN BO

cewek amoy Silvia Roy Shita (@silviaroyshita_) bugil sange live
RASTI


Namanya Rasti. Seorang ibu muda yang baru berus*ia 27 thn. Wajahnya yang cantik dengan tubuh bersih terawat membuat semua pelanggannya enggan berpaling darinya.

Pelanggan?? Benar! pelanggan! Karena Rasti berkerja sebagai seorang lonte, Wanita open BO, PSK, Perek, dan Avail Angel Sex.

Terlebih lagi, dia sudah memiliki 7 orang anak! Dan dia tidak memiliki suami sama sekali. Keenam anaknya itu semuanya tidak jelas bapaknya siapa dan yang mana, karena saking banyaknya laki-laki yang dibiarkan menanam benihnya untuk membuahi rahimnya.

Ya, Dia doyan dihamili oleh laki-laki yang berbeda tanpa nikah!

Hanya Tedi, anak pertamanya saja yang dia ketahui siapa bapaknya. Si sulung Tedi lahir saat Rasti baru berum*r 13 thn, kelas 1 S-M-P.

Waktu itu dia tergoda dengan rayuan sopir tetangganya, hingga akhirnya merekapun berhubungan badan. Namun saat Rasti diketahui hamil, sopir itu malah kabur. Setelah itu hampir dua tahun sekali atau bahkan tidak lama sehabis melahirkan, Rasti sudah positif hamil lagi. Sampai saat us*ianya yang baru 27 thn seperti sekarang ini, dia sudah mempunyai tujuh anak tanpa suami.

Rasti menghidupi anak-anaknya dengan cara melacurkan diri (jual diri), hal itu sudah dianggap biasa di keluarga mereka. Dia mengelola websitenya sendiri dan menerima tamu langsung di rumahnya, bahkan tidak jarang ia melayani tamunya dihadapan anak-anaknya.

Saat ini Rasti kedatangan pelanggan, sudah sange berat dan saip menghjam memek Rasti.

“Kalian jangan nakal yah.. Mama mau kerja dulu. Ntar kalau kalian diam, pasti papa bakal kasih kalian uang jajan juga, hihihi” ujar Rasti dengan entengnya berkata begitu pada anak-anaknya, bahkan menyebut si pria hidung belang itu ‘papa’ di depan mereka.

“Iya Ma..” jawab anak-anaknya polos.

Maka setelah itu, dengan secepat kilat pria itu melucuti pakaiannya sendiri, mengobrak abrik baju Rasti. Tanpa buang waktu, dia tabrak dan digenjotlah memek Rasti di depan anak-anaknya. Adegan yang tidak pantas ditunjukkan oleh seorang ibu.

Dia bersetubuh dengan pria hidung belang saat anak-anaknya sedang bikin pe-er, atau saat anaknya sedang makan. Entah apa jadinya anak-anaknya ini besok kelak melihat kelakuan binal ibu mereka ini.

Anak bungsunya yang sedang dalam tahap menyusui, sering harus berbagi air susu sang ibu dengan para pria hidung belang. Kadang anaknya sendiri tidak kebagian jatah karena tidak ada kesempatan menyusui karena Rasti asik melonte.

Eh, si pria hidung belang ini malah keenakan mengentoti Rasti, dia pikir kapan lagi ada seorang ibu yang bisa dia entotin seenak hatinya di depan anak-anaknya.

Di lingkungan sekitar, jelas dia menjadi bahan cibiran dan cemoohan tetangga terutama ibu-ibu, tapi dia cuek saja. Pak RT dan pejabat setempat juga membiarkan dia di situ, secara dia tidak melanggar hukum dan lebih-lebih lagi Pak RT dan pejabat-pejabat itu juga langganan setianya, tentu dengan diskon spesial hampir 100%.

Teman-teman anaknya, terutama teman-teman si sulung yang masih S-M-P bertiga orang itu, Riko, Romi dan Jaka sering bermain ke rumahnya, bahkan mereka sering main ke sana saat Tedi tidak ada di rumah. Mereka main memang cuma pengen menggoda ibu temannya yang seksi itu.

Awalnya tentu saja mereka terkejut saat Tedi memperkenalkan ibunya. Tedi dengan entengnya menyebut ibunya lonte, dan ternyata memang benar.

Hampir beberapa hari sekali mereka pasti ke sana, seperti hari ini.

“Siang tante..” sapa mereka.

“Eh, kalian.. yuk masuk” sahut Rasti sambil tersenyum manis.

Mereka terpana saat menyaksikan Rasti membukakan pintu hanya mengenakan handuk. Rambutnya terlihat basah, butiran air terlihat meluncur di kulitnya yang mulus. Membuat darah muda mereka bergejolak karenanya. Terang saja penis mereka langsung menegang. Dalam kondisi Rasti yang hanya dililit handuk begitu, merekapun berebut untuk mencium tangannya.

“Maaf yah lama, tante sedang mandi” kata Rasti menerima ciuman tangan mereka dengan ramah meski dia tahu mata mereka kelayapan kurang ajar melihat dirinya.

Rasti tidak mempermasalahkan tingkah mereka yang sering curi-curi pandang ke arahnya. Dia sangat terbuka sekali di rumahnya. Tidak ada privasi sama sekali!

Rasti cuek saja, cuma pake handuk kek, telanjang basah-basahan habis mandi kek, sedang menyusui kek. Dia tidak peduli cuma nutupi tubuh dengan selimut habis ngelayani tamu dan mengantarnya keluar sambil kecup-kecup di depan teman-teman anaknya ini.

Tidak salah kalau sejak mereka mengenal Rasti, ibu muda jadi lonte inilah yang selalu menjadi objek onani mereka tiap coli.

“Ngmm.. tapi kalian jangan berisik yah, tante lagi ada tamu” kata Rasti kemudian sambil menempelkan telunjuk di bibirnya, lalu tersenyum dengan manisnya.

“I-iya tante” tentu saja mereka paham kalau yang dimaksud tamu oleh Rasti ini adalah pelanggannya, si pria hidung belang.

Ya, Rasti saat itu sedang melayani tamunya saat teman-teman anaknya itu datang.

“Mumpung kalian ada di sini, tolong jagain anak-anak tante dulu yah.. tante mau ngentot dulu. Kalau kalian lapar makan saja.. Tuh ada nasi dan ayam goreng di meja makan” ujar Rasti ramah pada mereka. Rasti lalu masuk ke kamar meninggalkan mereka yang sedang mupeng berat terhadap dirinya.

Ingin sekali sebenarnya anak-anak itu mengintip apa yang terjadi di dalam kamar, tapi mereka masih belum berani. Merekapun hanya menjaga anak-anaknya Rasti yang masih kecil selama Rasti ‘berkerja’. Berkali-kali mereka mendengar suara desahan dan erangan kenikmatan si ibu itu.

Setelah menjaga anak-anak Rasti, mereka akan mendapatkan hadiah pemandangan Rasti yang telanjang dengan bebasnya di rumah. Dengan kondisi Rasti yang acak-acakan dan penuh keringat setelah bersetubuh, tentunya membuat nafsu mereka mentok di ubun-ubun. Rasti tentunya mengetahui hal itu.

“Hayooo.. kalian ngaceng ya lihat tante telanjang? Horni ya? Sana lepasin nafsu kalian di kamar mandi.. buang dulu peju kalian sana, gak baik dipendam-pendam terus, hihihi” suruh Rasti sambil tertawa melihat mereka gelisah.

Mereka tentu semakin malu, meski akhirnya mereka turuti juga anjuran ibu temannya ini untuk mengocok di kamar mandi untuk membuang peju mereka.

Rasti memang sangat baik. Saat teman-teman anaknya itu ingin tahu lebih tentang pekerjaannya sebagai lonte, tarifnya dia, pelayanannya, bapak-bapaknya si anak, Rasti akan menjawabnya dengan enteng. Anak-anak itu bertanya banyak hal dan Rastipun bercerita banyak. Jika sudah begitu, mereka pasti ngobrol dengan asiknya.

“Terus, sedia main lewat pantat juga gak tante?” tanya mereka penasaran.

Saat itu mereka asik mengobrol dimana Rasti masih telanjang bulat dan sedang menyusui bayinya! Rasti sendiri tahu kalau dia terus diperhatikan mata nakal anak-anak ini dari tadi. Tapi dia tidak ambil pusing dan terus saja menyusui bayinya dalam keadaan begitu.

“Anal maksudnya? hayo.. Romi, kamu suka yang main-main belakang gitu yah?”

“Suka sih tante kalau liat di bokep, hehe” kata Romi mengakui.

“Iya tuh tante, si Romi kalau minta bokep sama aku nanyanya yang anal-anal mulu, hahaha” timpal Riko.

“Kalau digangbang pernah nggak tante?” kini Jaka bertanya.

“Pernah, tuh sehari sebelum Tedi kenalin kalian ke tante, tante digangbang di sini sama 5 cowok. Rumah tante jadi rame banget hari itu”

“Yah.. bro.. si Tedi telat nih ngajak kita” ucap Jaka pada teman-temannya.

“Dasar kalian, pengen lihat tante digangbang yah? Kapan-kapan yah.. hihihi” kata Rasti cekikikan. Dia menanggapi omongan mereka dengan riangnya.

“Pengen banget tante, hehe” jawab mereka, Rasti lagi-lagi tertawa geli.

“Terus anak-anak tante gimana tuh? Mereka ngelihat dong kemarin mama mereka dipake rame-rame?”

“Iya, anak tante yang kecil sampai nangis-nangis liat mamanya digituin rame-rame..” jawab Rasti tanpa merasa bersalah sama sekali.

“Wah.. Enak yah si Tedi, punya mama kaya tante” ujar Riko.

“Hmm? Kenapa emang? Tedinya belum pernah macam-macam kok sama tante, paling cuma liatin mamanya ini ngentot doang..”

“Udah bisa liat adegan ngentot langsung aja udah enak benar tuh tante, benar gak bro?”

“Iya tante.. kita juga pengen”

“Huuu.. Dasar kalian ini”

Rasti kemudian meletakkan bayinya yang sudah tertidur itu ke sebelahnya. Dia gunakan bantal kursi untuk menutupi buah dadanya. Tentu saja hanya seadanya saja yang tertutupi, malah hampir tidak ada gunanya sama sekali karena buah dada dan putingnya yang masih menetes-neteskan air susu itu dapat terlihat dengan jelasnya. Yang ada hanya makin membuat anak-anak remaja itu makin mupeng melihat pemandangan itu. Penis mereka yang tadi baru saja menumpahkan pejunya kini ngaceng kembali dibuatnya.

“Ayo, mau tanya-tanya apa lagi nih? tanya aja” kata Rasti yang memang tertarik ngobrol hal seperti ini dengan mereka.

“Itu.. emangnya Tedi gak ada rasa pengen gituan yah tante?” tanya Jaka.

“Maksud kalian.. ngentotin tante?”

“Iya tante, itu maksudnya, ngentotin mamanya sendiri, hehe”

“Hahaha, ada-ada aja sih pertanyaan kalian ini. Kalau itu kalian tanya langsung sama Tedi dong. Hmm.. tapi tante udah janji kok sama dia, kalau dia bisa masuk SMA favorit, tante bakal kasih dia hadiah boleh ngentotin tante” terang Rasti.

“Hah??” tentu saja mereka terkejut bukan main mendengarnya.

“Soalnya tante merasa gak enak juga sama Tedi, tuh anak tante yang nomor dua aja udah pernah berkali-kali” sambung Rasti lagi yang membuat mereka semakin terkejut.

“Maksudnya si Norman udah pernah ngentot sama tante? Yang masih kelas 5 S-D itu?” tanya Romi tercengang.

“Iyaa.. si Norman itu seharusnya udah kelas 2 S-M-P, tapi dia itu goblok dan sering gak naik kelas. Kalian lihat aja tuh kan kemarin gayanya, preman dan urakan banget. Susah tante ngatur anak tante yang satu itu. Pulang ke rumah cuma untuk minta duit, makan dan tidur doang” terang Rasti.

“Kok bisa sih tante?” tanya Romi lagi, dia masih tidak menyangka kalau ternyata wanita ini juga pernah ngeseks dengan anak kandungnya sendiri.

“Iya, waktu itu dia pulang mabuk. Itu anak kebangetan banget, kecil-kecil udah ngerokok dan minum”

“Te..terus tante?”

“Ya itu, tante gak bisa ngelawan waktu dia mabuk dan memaksa minta ngentot, akhirnya tante kasih juga sekali. Gak tahunya sekali dikasih akhirnya dia minta terus. Ya tante pasrah saja digituin terus sama anak tante sendiri. Bandel banget kan dia?”

“Kok bisa nakal gitu yah tante si Norman?”

“Duh, gak tahu juga tuh.. keturunan bapaknya mungkin. Waktu itu tante hamil dia kan karena habis dikeroyok preman-preman pasar, mungkin nurunin sifat bapaknya tuh, hihihi” Sungguh binal, dengan santainya Rasti menceritakan hal segila itu sambil tertawa-tawa.

“Tapi kalau ntar tante hamil sama anak tante sendiri gimana tuh?” tanya Riko.

“Ya mau gimana lagi, terima aja.. Berarti ntar mereka jadi ayah sekaligus kakak tuh..” ujarnya sambil tertawa, santai sekali Rasti mengatakannya. Dia seperti tidak menganggap hal itu masalah besar bila sampai dihamili oleh anak-anak kandungnya sendiri!

“Eh, kalian mau nginap di sini tidak? Besok hari minggu kan? Tedi lagi di rumah pamannya, jadi gak ada yang jagain tante” tanya Rasti.

Tentu saja mereka langsung menyetujuinya. Mana tahu bisa dapat durian runtuh nanti malam, soalnya mereka selama ini cuma bisa onani sendirian saja.

Tiba-tiba pintu depan terbuka. Norman, anak kedua Rasti yang bengal si calon preman itu pulang.


***


Norman ini betul-betul acak-acakan penampilannya. Rambut kusut yang sebagian diberi warna pirang makin membuat dirinya tampak seperti preman pasar. Berkali-kali dia ditegur di sekolahnya karena rambutnya yang panjang dan berwarna itu, tapi berkali-kali juga dia membandel.

Rasti sendiri sudah capek mengingatkan anaknya ini, hingga akhirnya dia pasrah saja melihat tingkah Norman. Meski begitu dia masih tetap sayang padanya. Buktinya dia memang tidak menolak segala permintaan Norman, baik yang meminta uang jajan sampai permintaan ngentot dengannya.

Dibesarkan tanpa seorang ayah, pemandangan ibunya yang melonte sehari-hari, serta pergaulan yang kacau membuat Norman menjadi seperti ini. Tedi yang abangnya saja bahkan banyak mengalah pada Norman.

“Udah pulang sayang? ” tanya Rasti pada Norman.

“Iya.. Ma, minta uang jajan dong.. mau beli rokok sama main warnet” pintanya seenaknya. Pulang-pulang langsung minta duit.

“Kamu ini.. udah makan belum? Makan dulu gih..”

“Cerewet nih lonte.. Gue udah makan di luar tadi. Kasih gue duit buruan!” hardiknya.

Sungguh kurang ajar! Berbicara seperti itu pada ibu kandungnya sendiri. Memanggil hina ibunya sendiri dengan sebutan lonte. Meski itu benar adanya tapi tentunya sangat tidak pantas memanggil ibu sendiri seperti itu, tapi begitulah Norman.

Teman-teman Tedi bahkan geleng-geleng melihatnya. Ingin sekali mereka menonjok mulut Norman karena geram.

Uang yang diminta Norman jumlahnya gak tanggung-tanggung pula, 500 ribu! Entah apa yang akan digunakan Norman dengan uang sebanyak itu. Katanya cuma mau beli rokok dan main warnet, tapi kok sampai 500 ribu? Pasti bakal dipakai judi, pikir Rasti.

“Kamu ini kok kecil-kecil sudah butuh duit segitu banyak, kalau emang udah sebutuh itu mending kamu cari kerja. Toh sekolah juga udah gak mau..” ujar Rasti menolak.

Bukan karena dia tidak punya duit, uang hasil melontenya jauh lebih dari cukup, tapi karena merasa itu tidak baik. Uang sebanyak itu bisa dipakai untuk kebutuhan adik-adiknya yang lain.

Norman nyengir, “Gue udah dapat kerjaan, banyak orderan. Malam ini saja ada yang mau datang 2 orang ambil barangnya, hehe” jawabnya.

“Emang kamu jualan apa?” tanya Rasti penasaran sekaligus senang karena ternyata anaknya punya kegiatan di luar.

“Jualan Mama.. Nanti bagi Norman 50% ya Ma..” jawab Norman sambil nyengir, tentu saja Rasti kaget.

Awalnya Rasti terlihat tersinggung Norman menjual dirinya. Dia tampak kesal dan merasa terlecehkan, meminta jatah 50% untuknya pula. Tapi ternyata yang terjadi adalah Rasti dan Norman saling tawar menawar.

Pembahasan antara ibu dan anak yang sangat ganjil. Mana adegan itu dilihat dan didengar langsung oleh teman-teman Tedi dan anak-anak Rasti yang masih kecil.

“Emang kamu jual mama berapa sayang?” tanya Rasti.

“Karena Norman masih baru, jadi Norman gak berani jual mahal. Promo-promo dulu lah.. 100 ribu sekali ngentot. Karena mereka berdua, cukup bayar 150 ribu” terang Norman.

Rasti benar-benar merasa direndahkan dengan harga semurah itu, tapi Norman sudah terlanjur menjualnya dengan harga segitu dan sudah deal dengan calon pelanggannya. Akhirnya Rasti mengalah, diapun setuju.

“Kamu ini.. Konsultasi dulu dong sama mama kalau pengen bantu ngejual mama. Jadi soal harga kita bisa bicarakan. Jangan sampai menjatuhkan harga gitu. Bisa-bisa mama dimusuhin sama lonte-lonte yang lain” Katanya sambil mengusap-ngusap lembut rambut Norman.

“Dasar lonte! Gue udah capek-cepek cariin orang, hargain kek!” kata Norman kasar.

“Gak kamu bantu cariin juga pelanggan mama sudah banyak, mama sampai kewalahan” balas Rasti.

“Banyak pelanggan apaan?? Banyak yang mama kasih gratis gitu, dasar lonte murahan! Dientotin orang cuma-cuma saja mau!” makinya. Ya ampun anak ini.

“Mereka itu kan bukan cuma pelanggan, tapi juga ada teman-teman mama. Lagian sekali-kali kasih gratis kan gak apa biar pelanggan mama tidak lari” kata Rasti membela diri.

"Ya sudah deh ma, nanti yang mau make mama itu teman-temannya Norman. Kita taruhan deh.. Kalau temen Norman gak berhasil bikin mama ngecrot sampe 3 kali, duitnya buat mama. Tapi kalo berhasil, duitnya buat Norman semua, 100%" kata Norman.

Sungguh gila! Bukan hanya menjual ibunya, tapi uang hasil ngelacur ibunya juga ingin diambil. Namun Rasti malah tertawa mendengarnya.

"Beneran ya? 2 orang kan? Oke deh, deal.. Mama sanggup kok..” kata Rasti setuju.

Siap memberikan tubuhnya pada dua orang hanya dengan seharga 150 ribu nanti malam.

Rasti lalu memberikan uang 500 ribu yang Norman minta tadi, yang entah akan digunakan untuk apa oleh anaknya itu, dia pasrah saja. Sungguh Ibu yang baik.

Namun perangai buruk anaknya belum berhenti sampai di sana. Dia lalu minta ngentot dengan Rasti, memintanya di depan teman-teman Tedi pula. Dia juga menarik tangan ibunya dengan kasar.

Sungguh anak yang biadab! Siapa sih bapaknya? Pikir teman-teman Tedi yang semakin geram.

“Nanti saja ya sayang.. mama ada tamu..” kata Rasti berusaha menolak.

“Dasar Ibu doyan kontol! Gue pengen ngentot sama lu itu sekarang! Bukan nanti! Gak dengar apa gue ngomong?!” balas Norman sambil mengata-ngatai ibunya sendiri.

Alhasil Rasti pun hanya bisa pasrah.

“Ya sudah, mama turuti permintaanmu.. dasar anak nakal” kata Rasti mencubit hidung anaknya.

Setelah diperlakukan kasar dan hina begitu Rasti masih saja berlaku baik pada Norman.

“Bentar yah.. tante mau dientotin dulu” ujar Rasti pamit pada teman-teman Tedi.

Mereka bertiga hanya mengangguk, tertegun melihat semua perlakuan bejat Norman pada ibunya. Rasti lalu diseret anaknya itu ke kamar.

Setelah beberapa saat, teman-teman Tedi mulai mendengar erangan dan rintihan si ibu. Mereka yang penasaran akhirnya mencoba mengintip apa yang ibu dan anak itu lakukan di dalam melalui celah pintu yang tidak tertutup sempurna.

Rasti dan anaknya sedang berdoggy-ria! Jelas terlihat kalau Norman mengenjoti ibunya dengan kasar. Bagaimana dia menghujamkan penisnya bertubi-tubi ke liang vagina tempat dia dilahirkan dulu.

Tentunya pemandangan yang sangat langka dan ganjil bagi teman-teman Tedi. Melihat orang bersetubuh secara langsung saja ini baru pertama kali, apalagi ini adalah pemandangan seorang ibu muda cantik, wanita dewasa dengan kulit bersih yang sedang digenjot kewanitaannya oleh seorang remaja tanggung lusuh yang tidak lain adalah anak kandungnya sendiri.

Khayalan teman-teman Tedi yang menonton persetubuhan tabu ini sampai melayang-layang dibuatnya. Di antara mereka bahkan ada yang berandai-andai jika ibunya juga seorang lonte yang doyan kontol seperti tante Rasti. Sambil menonton, mereka tentu saja beronani mengocok penisnya masing-masing.

Kapan lagi coba bisa melihat yang lebih hot dari film bokep kayak gini? Pikir mereka.

“Sshhh.. sayang.. pelan-pelan.. sakit.. argghhh” rintih Rasti karena Norman menggenjotnya dengan kasar.

“Biarin, padahal mama suka kan Norman giniin? Dasar lonte!” balas Norman.

“Dasar kamu ini bandel banget.. aahhh.. anak mama ini nakalnya gak ketolongan.. sshhh”

Lebih dari setengah jam Rasti dan anaknya bersenggama. Meski dikasari, Rasti tetap melayani nafsu binatang anaknya itu dengan tulus dan penuh kasih sayang. Dia betul-betul menjadi ibu, kekasih sekaligus budak seks anaknya yang susah diatur itu. Bahkan membolehkan anaknya muncrat di dalam, mempersilahkan menyiram rahimnya dengan peju anak kandungnya. Entah apa jadinya bila dia benar hamil dari anaknya sendiri.

“Dasar kamu.. ibu sendiri dipejuin, liar banget sih?” ujar Rasti gemas mencubit hidung anaknya.

Norman hanya cengengesan. Setelah puas menggenjot ibunya, dia lalu seenaknya ingin pergi keluar rumah. Dan seperti biasanya, dia baru akan pulang kalau sudah tengah malam.

“Sayang..” panggil Rasti kencang memanggil Norman yang sudah ada di teras. Rasti menyusul anaknya ke depan.

“Nih, duit kamu kelupaan” kata Rasti sambil menyerahkan duit 500 ribu tadi. Rasti menyerahkannya di teras rumah, yang mana dia masih telanjang bulat dan bermandikan peluh.

“Hati-hati, jangan nakal, juga jangan berantam-berantam lagi..” ucap Rasti tulus.

Norman lalu memagut bibir ibu kandungnya, yang dibalas Rasti dengan penuh sayang.

Mereka berciuman selama beberapa saat. Mempertontonkan kemesraan mereka di depan teman-teman Tedi, bahkan karena melakukannya di teras rumah bisa saja perbuatan mereka itu juga terlihat oleh orang-orang.

Beginikah keseharian mereka di rumah? Pikir Riko, Romi dan Jaka menyaksikan adegan demi adegan yang sangat ganjil dari tadi.

Tapi semua hal ini malah semakin membuat nafsu mereka menaik. Jantung mereka berdegup dengan kencangnya.


***


“Itu si Noman kok kurang ajar banget sih tante? Masa perlakukan tante sebagai ibu kandung kaya gitu?” tanya Riko setelah Rasti kembali ke tengah-tengah mereka.

Rasti sudah mandi dan mengenakan daster sekarang. Dia sedang menyuapi makan anak kelima dan keenamnya saat ini sambil ngobrol dengan teman-teman Tedi. Anak ketiga dan keempatnya juga duduk di dekat mereka dan juga sedang makan, namun makan sendiri.

“Kalian ngintip ya?” tanya Rasti.

“Iya tante.. hehehe”

“Hmm.. Ya mau gimana lagi.. Norman ya kaya gitu. Kalau ngentoin tante pasti kasar, gak cuma mulutnya tapi sifatnya juga. Apalagi kalau gak tante turutin maunya, panjang deh urusannya. Meski gitu tante tetap sayang sama dia. Norman kan tetap anak tante. Kalau dia pengen minta duit tante kasih, kalau pengen ngentotin mamanya sendiri juga tante kasih. Tante cuma berharap anak-anak tante yang lain gak seperti dia. Terutama tedi, Tedi itu rajin dan baik, beda banget sama Norman” ungkap Rasti sambil menyuapi anaknya.

Mungkinkah hal itu benar-benar terjadi? Bisakah anak-anaknya yang lain tidak meniru perilaku Norman bila mereka semua tetap dibesarkan dengan cara begini? Bahkan besar kemungkinan anak-anak gadisnya jika sudah gede akan mengikuti jejak sang ibu sebagai lonte.

Mereka melihat bagaimana Rasti menyuapai anak-anaknya dengan kasih sayang. Tapi siapa sangka kalau setiap suapan nasi itu berasal dari hasil ngelacur si ibu.

“Kenapa kalian lihat-lihat? Pengen juga?” tanya Rasti tersenyum pada mereka.

Senyum yang sangat manis. Sungguh sosok ibu yang sempurna. Muda, cantik, dan berkepribadian menarik. Siapa yang gak bakal gregetan bila dekat-dekat dengan Rasti.

“Iya tante.. kita kepengen nih.. hehe” jawab mereka.

“Sini-sini tante suapin.. Aaaa..” kata Rasti bergurau. Rasti tentu saja tahu kalau yang mereka maksud sebenarnya adalah pengen ngerasin bersenggama dengan dirinya, bukan pengen ikutan makan.

“Bu..bukan tante. Pengen yang itu.. gitu-gituan, hehe” kata Riko.

“Huuu.. Pengen, pengen. Dasar kalian sama aja mesumnya. Emang kalian sanggup bayar tante apa? hihihi” balas Rasti menggoda mereka.

“Be..berapaan tante? Kita patungan deh..” kata Jaka antusias.

Kemudian Jaka mengeluarkan recehan dari uang sakunya, teman-temannya yang lain juga ikutan. Mereka letakkan semua recehan lecek itu ke atas meja. Hanya 13 ribu jumlah uang mereka bertiga. Jauh tentunya dari harga yang seharusnya dibayar untuk dapat menikmati tubuh seindah dan secantik Rasti, bahkan untuk shorttime sekalipun.

“Hahaha.. Aduh.. kalian ini. Segitu pengennya sih sampai patungan segala” Rasti ketawa lepas melihatnya. Bukan karena jumlah uang yang jauh kurangnya, tapi tingkah mereka yang ngebet banget pengen ngerasain ngentotin dirinya.

“Kurang yah tante?” tanya Jaka.

“Banget malah.. hihihi. Sana, ambil lagi uang kalian. Ntar kalian gak ada ongkos pulang lagi, atau mending kalian tabung saja”

“Yaaaah..” Rungut mereka kecewa.

“Huuu.. Kalian itu belum cukup umur. Gak boleh ngeseks sebelum 18 thn.. ngerti?” lanjut Rasti.

“Kok gitu sih tante.. Tante aja tadi barusan ngentot sama Norman” kata Romi.

“Beda dong.. kan sudah tante bilang tadi kenapa alasan Norman ngentotin tante”

“Iya.. tapi kita kan mau juga”

“Dasar.. Mending kalian coli lagi deh sana”

“Yah.. masa coli lagi sih tante?” kata mereka malas.

“Terus? Mau tante coliin nih?” goda Rasti.

“Mau banget tante..”

“Huuu.. mau kalian banget itu mah.. Dasar anak sekarang cepat gedenya” ujar Rasti tertawa-tawa sambil bangkit dari duduknya.

Dia sudah selesai menyuapi anak-anaknya. Rasti letakkan piring itu ke dapur, lalu kembali duduk di antara mereka tidak lama kemudian.

“Emang kalian gak ada pacar?” tanya Rasti.

“Belum sih tante.. gak ada yang cocok, hehe” jawab Riko.

“Gak ada yang cocok atau gak ada yang mau sama kalian nih?” goda Rasti yang membuat mereka malu, karena memang itulah kenyataannya.

“Terus pelampiasan kalian cuma coli dong?”

“Mau gimana lagi tante. Tante sih.. kami mau coba gak boleh.. hehe”

“Kalian ini, Tedi saja juga masih rajin coli.. masa kalian yang tante kasih duluan”

“Tante sendiri gak punya pacar? Gak pengen nikah?” tanya Romi.

Rasti tersenyum kecil sebentar.

“Gak usah deh.. tante bisa hidupin semua anak-anak tante sendiri. Lagian pilih mana, anak-anak tante cuma punya satu ayah atau punya banyak ayah? Hihihi.. Iya kan sayang..” kata Rasti sambil ketawa memangku anak ke tiganya, seorang anak perempuan berus*ia 11 thn yang masih kelas 5 S-D, setingkat kelasnya dengan Norman yang bandel. Dia mirip mamanya, cantik dan berkulit bersih.

“Yang ini bapaknya siapa tante? Kok cakep sih?” tanya Jaka.

“Cindy? Tante gak ingat siapa bapaknya. Tapi yang jelas bukan bapaknya yang cakep, tapi cakep karena keturunan mamanya dong.. hihihi“ kata Rasti tertawa memuji diri sendiri, tidak salah memang.

“Kakak-kakak ini mau nginap di rumah kita ya Ma?” tanya Cindy ke mamanya.

“Iya sayang”

“Mereka mau ngehimpit mama juga? Telanjang-telanjang sama mama kayak papa-papa yang lain?” tanya Cindy polos. Tentunya yang dimaksud Cindy ‘ngehimpit’ itu adalah ngentotin ibunya.

“Hahaha.. bukan Cindy sayang. Mereka bukannya pengen ngehimpit mama kayak papa-papa kamu, cuma nemenin mama saja kok..” balas Rasti.

Yah.. bukan, teman-teman Tedi tentunya berharap bisa benar-benar ngentotin Rasti.

“Cindy, kamu kalau udah gede mau jadi apa?” tanya Riko mencoba akrab.

“Mau jadi kaya mama..” jawab anak perempuannya polos.

Mereka tentu terkejut mendengarnya. Entah anak perempuannya itu tahu atau tidak apa yang sebenarnya mamanya ini kerjakan. Gilanya, Rasti bahkan cekikikan mendengar jawaban polos anak perempuannya ini. Entah apa jadinya bila benar-benar terjadi.

“Hihihi.. kamu mau jadi kaya mama ya sayang?” tanya Rasti.

“Iya..”

“Gak pengen jadi dokter atau guru?” tanya Rasti lagi.

“Enggak. Bu guru jahat suka kasih banyak pe-er. Pak dokter juga sering nyuntik orang” jawabnya polos.

Rasti kembali tertawa, teman-teman Tedi juga tertawa.

“Sudah sana kalian juga mandi dulu, kalian jadi pengen nginap di sini kan?” suruh Rasti pada Riko, Romi dan Jaka.

“Ja..jadi tante”

“Ya sudah, berarti sampai besok tante bakal jadi mama kalian. Berarti ditambah dengan kalian jadinya tante punya 10 anak dong ya..” kata Rasti tersenyum manis sambil membuka jari-jarinya seperti menghitung.

Alangkah senangnya mereka waktu mendengar Rasti berkata seperti itu, wanita cantik ini akan menjadi ibu mereka sampai besok. Angan merekapun kembali terbang kemana-mana membayangkannya. Andai saja ibu mereka secantik dan semuda tante Rasti. Andai saja Rasti memang ibu mereka, pikir bocah-bocah itu.

“Sana mandi, nanti tante ambilkan bajunya Tedi untuk kalian pakai” ujar Rasti.

Anak-anak itu nurut-nurut saja. Merekapun mandi sambil coli bareng, menghayal sedang ngentot dengan tante Rasti ibu teman mereka itu.

“Oughh.. tante Rasti..” erang mereka sahut menyahut.

Hal itu tentu saja terdengar oleh Rasti dari luar kamar mandi, Rasti hanya tersenyum sendiri.

Hingga akhirnya sperma merekapun muncrat-muncrat dengan hebatnya meski hanya bisa berimajinasi bersetubuh dengan Rasti, menghantam tembok kamar mandi si punya rumah dengan peju-peju muda mereka.

Meski sudah coli pun bagaimana bisa nafsu akan turun bila terus berada di sini, pasti tidak lama bakal horni lagi. Saat Rasti mengantarkan handuk dan baju ke kamar mandi, penis-penis mereka kembali bangun hanya karena ada Rasti di dekat mereka.

Mana Rasti menggoda mereka lagi, “Wah.. udah coli kan? tapi kok masih gede aja.. hihihi” kata Rasti sambil tersenyum manis.

Makin gregetan lah para remaja itu. Rasanya mereka tidak ingin berhenti coli bila terus berada di sana. Seandainya mereka bisa dapat lebih dari sekedar coli sendiri, seandainya dicoliin tante Rasti, pikir mereka.

Sepanjang sore hingga malam itu, mereka asik ngobrol bersama. Mereka sangat akrab seperti benar-benar ibu dan anak.

Rasti juga melakukan aktifitas di rumah seperti biasa. Menyapu, ngepel lantai, mencuci baju, membantu anak-anaknya bikin pe-er dan sebagainya. Untuk hal-hal yang seharusnya perlu dijaga privasinya pun Rasti tetap cuek, sehingga bebaslah para remaja itu melihat bagaimana dirinya ganti baju, menyusui bayinya, sampai melihat tante Rasti pipis.

Kadang mereka hanya ngobrol hal-hal biasa, tapi lebih sering menyerepet ke hal-hal berbau porno. Lebih banyak membahas tentang pengalaman-pengalaman melontenya tante Rasti. Seperti sehari berapa kali ngentot dan berapa pemasukannya. Tentu saja dijawab semua oleh Rasti dengan ceria dan ramah.

“Tante kalau dientotin pelanggan sukanya gaya apa?” tanya mereka.

“Hmm.. apa ya.. Yang penting apapun yang pelanggaan suka tante juga harus suka. Mau tante telentang kek, diatas kek, didoggy kek” jawabnya santai.

“Ohh..”

“Emang kalian udah tahu gaya ngentot apa-apa aja? Sering nonton bokep ya kaliannya? Dasar” kata Rasti mencubit pelan salah satu dari mereka.

“Iya tante.. sering. Tuh si Jaka yang paling banyak koleksinya”

“Hihihi.. kalian ini. Oh iya.. Tante kemarin ini dapat tawaran shooting film bokep, diterima atau nggak ya enaknya?” tanya Rasti berkonsultasi dengan teman-teman Tedi.

“Terima tante! Terima aja!” ujar mereka cepat.

“Huuu.. Dasar kalian itu maunya aja. Di negara kita hal begitu masih ilegal. Gimana kalau ketahuan terus tante dipenjara?”

“Iya ya.. tapi kan keren tante.. pasti bakal laku, hehe”

“Jadi tante terima saja nih?”

“Iya tante..”

“Ya sudah, kalau begitu nanti kalian masing-masing dapat vcd film tante deh..” ujar Rasti.

Mereka tentunya semakin mupeng tidak sabaran, pasti bakal jadi film bokep terbaik yang pernah mereka tonton nantinya.

Si Jaka yang sangat bersemangat bahkan berkata pengen jadi bintang film bokep tersebut, tapi tentu saja tidak mungkin. Rasti sampai cekikikan mendengar omongannya itu.

Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam.

Semakin malam suasana semakin memanas. Pembahasan porno terus mengalir tanpa henti. Bahas onani lah, rasanya ngentot lah.

Mereka juga kembali berkali-kali ‘menawar’ Rasti untuk dapat mereka setubuhi, tapi Rasti tetap tegas dengan prinsipnya, tidak boleh ngeseks sebelum 18 thn!

Semua obrolan dan pemandangan indah di depan mereka tentu saja membuat nafsu mereka terus meninggi, dan semakin meninggi. Rasanya penis mereka ingin menumpahkan pejunya lagi.

Meski mulai mengantuk, tapi Riko, Romi dan Jaka masih pengen terus ngecengin ibu temannya ini.

Rasti tentu tahu kalau nafsu anak-anak remaja ini semakin menjadi-jadi padanya. Namun begitu, dia tetap meladeni obrolan dan candaan mereka yang selalu condong ke arah cabul itu dengan ramah.

“Dasar abg, penasaran banget dengan rasanya memek. Bukannya pergi tidur..” gumam Rasti dalam hati.

Sedang asik-asiknya bercengkrama, tiba-tiba ada yang menggedor pintu.

Rasti teringat kalau dia punya janji dengan para pelanggan. Tidak lain adalah teman-temannya Norman yang katanya akan memakainya malam ini. Rastipun segera bangkit. Dia sedikit merapikan daster dan rambutnya terlebih dahulu agar tampak cantik di hadapan calon pelanggannya, barulah kemudian membukakan pintu.

Norman berdiri di sana, di belakangnya ada 3 orang pria yang terlihat lebih tua us*ianya dari Norman. Bukannya janjinya cuma 2 orang? Kok yang datang ada 3 orang sih? Rasti tentu saja protes.

“Sayang, kamu bawa 3 orang?” tanya Rasti.

“Iya Ma”

“Kamu ini gimana sih? Janjinya kan hanya 2 orang, kok bawa 3 orang gini sih?”

“Mau gimana lagi ma, tadi pas ngumpul-ngumpul ada satu teman gabung, padahal kita udah mau ke sini. Masa dia ditinggalin? Ya udah kita ajak saja” jawab Norman santai, sungguh seenaknya saja.

“Tapi kan..”

“Tapi apa sih ma?” potong Norman, “toh gak ada bedanya mau dua atau tiga atau sepuluh orang sekalian. Perek kok sok suci banget sih?” ucap Norman menghina.

Rasti menghela nafas. Dia tidak bisa berkata apa-apa lagi kalau sudah berhadapan dengan anaknya yang satu ini.

“Ya sudah sayang.. mama layanin mereka. Tapi soal tarif gimana?”

“Mata duitan banget sih ma!? Udah dibilang kan kalau tadi mendadak banget. Dia tiba-tiba gabung waktu kita udah mau kesini. Ya udah langsung aja kita ajak, gak ada nego-negoan. Udah deh mama kasih gratis dulu, itung-itung buat promosi. Dia dekat sama kepala geng kita lho.. Kalo mama bisa muasin dia, pasti dia bakal rekomendasiin ke banyak temen-temennya. Seneng kan memek mama bakal dipake terus? anggota geng kita banyak lho.. hehe”

Rasti lagi-lagi hanya bisa menghela nafas, dia cuma bisa pasrah. Padahal tanpa direkomendasikanpun sudah banyak pria hidung belang yang mencari-cari dia. Mulai dari mahasiswa sampai pejabat daerah. Ini malah anggota geng sempak yang tidak jelas.

“Udah ah sana, mama siap-siap deh dientot” suruh Norman.

“Iya sayang, mama udah siap dari tadi kok.. Udah mandi, udah wangi, sini deh temen-temenmu mama puasin..” kata Rasti sambil tersenyum manis.

“Ingat ya ma, taruhannya tetep. Kalo mama dibuat ngecrot sampe lebih dari 3 kali, uangnya buat norman 100%!" kata Norman terkekeh.

“Iih.. Kamu curang deh, kalo lawan 3 orang ya jelas mama bakal K.O, udah deh anggap aja mama udah kalah, ambil deh sana uangnya untukmu semua” kata Rasti mendengus manja.

Norman makin terkekeh. Uang jualan ibu kandungnya betul-betul untuk dirinya semua malam ini!

“Gitu dong mamaku sayang, itu baru lonte yang baik.." ujarnya sambil menowel susu Rasti. Lalu mengecup bibir ibunya sendiri.

Rasti pura-pura menolak dan merajuk manja.

“Udah sini suruh temenmu masuk” kata Rasti kemudian.

Norman dan teman-temannyapun masuk. Teman-teman Tedi yang tadi mengantuk kini jadi melek kembali, mereka penasaran dengan apa yang akan terjadi di sini.

Rasti berkenalan dengan ketiga pelanggannya ini, Toyo, Baron dan Suib.

Tampang mereka tentunya jauh dari kata tampan. Mereka tidak memiliki pekerjaan tetap, lebih sering hanya menagih uang setoran dari para pedagang pasar. Mereka adalah senior-senior di gengnya Norman.

Norman sebenarnya ngasih ibunya supaya bisa diterima dengan posisi yang lebih baik di geng itu.

Orang-orang yang sudah membuat rusak anaknya kini malah akan dilayani Rasti setulus hati menggunakan tubuhnya. Rasti yang memang sangat ramah bahkan menyuguhkan minuman kepada para berandal itu layaknya tamu istimewa.

Sebelum masuk ke kamar, Rasti berpamitan pada teman-teman Tedi.

“Kalian tidur gih, udah malam.. Tante mau dientotin mereka dulu”

“Be..belum ngantuk tante” jawab Riko, yang lain ikut mengangguk.

“Lho, kalian tadi kayaknya sudah ngantuk berat, tapi denger tante mau dientot kok kayaknya jadi melek begini..?” ujar Rasti tertawa.

“Tante mau digangbang ya?” tanya Jaka.

“Hihihi.. Gak tau deh mereka mau menggilir tante atau mau langsung ngeroyok. Tante sih nurut-nurut aja mau diapain. Kenapa? pingin liat ya?”

“I..iya tante.. kan tadi janji kapan-kapan boleh liat tante digangbang, hehe.. Boleh ya tante? Please.." ujar mereka memohon.

Tentunya akan menjadi pengelaman luar biasa bagi mereka bila bisa melihat ibu muda secantik Rasti dientotin rame-rame, di rumahnya sendiri pula.

“Duh.. jangan dulu deh, kapan-kapan aja yah.. Kalian kan tadi udah ngantuk berat, tidur aja gih. Jangan macem-macem lho..! nanti malah gak bisa tidur repot. Lagian ini kan pelanggan baru tante, tante gak tau gimana orangnya. Kalo tante sih dilihat mau aja, tapi kan belum tentu mereka mau? Pelanggan tu biasanya mintanya privasi.. Udah deh kalian ini segitunya amat sih? besok tante ceritain deh.."

“Yaahh tante..” sungut mereka kecewa.

Rasti tersenyum saja sambil meninggalkan mereka, lalu masuk ke dalam kamarnya bersama ketiga pelanggannya.

Malam itu Rasti tegas melarang teman-teman Tedi menonton dirinya. Teman-teman Tedipun pasrah, mereka akhirnya juga masuk ke dalam kamar mereka untuk tidur, tapi tetap saja mereka tidak bisa tidur karena membayangkan apa yang terjadi di kamar Rasti. Suara erangan serta rintihan nikmat Rasti menggema sampai ke kamar mereka.

Jam 2 pagi anak bungsu Rasti yang masih bayi terbangun dan menangis keras. Teman-teman Tedi itu berebut mengintip keluar kamar ingin melihat apa yang akan terjadi. Mereka melihat si bungsu digendong oleh kakaknya, Bram, anak kelima Rasti yang masih berum*r 5 thn. Bram sambil terkantuk-kantuk mengetuk pintu kamar Rasti memanggil mamanya.

“Ma.. mama..?”

Norman yang juga ikut terbangun karena terganggu suara tangisan Bobi dengan kesal mencegahnya, "Gangguin aja kamu dek, mama lagi kerja tau gak? Tuh suruh diem dulu, kasih susu pake dot kek!”

“Susu di dotnya habis kak..”

Karena berisik dan tidak enak sama tamunya, Rasti pun keluar kamar dalam kondisi telanjang bulat.

Melihat hal itu teman-teman Tedi langsung konak lagi. Rasti terlihat agak berantakan dengan rambut kusut dan badan berkeringat, namun hal itu malah semakin membuat Rasti terlihat menggairahkan.

“Bobi nangis ya?” tanya Rasti.

"Iya.. Mama belum selesai dientotnya?" tanya Bram.

Ternyata anak Rasti yang satu ini sudah hafal kata 'entot', tidak seperti Cindy yang menyebut mamanya sedang himpit-himpitan.

"Belum, masih nanggung nih sayang.. Tuh teman-teman kakakmu nakal banget, Mama dikeroyok..”

“Masih lama ma?”

“Iya.. kamu bisa gak jagain adekmu dulu? Kayaknya dia bukannya mau nenen deh, paling kebangun aja. Coba deh kamu tidurin lagi.."

"Tapi ma.." Bram hendak memprotes, tapi salah satu teman Norman keluar dan menarik Rasti.

"Lama amat lu lonte.. ngapain aja sih? ayo lanjut!" hardiknya sambil mengocok penis besarnya. Pria itu tidak mau peduli kalau anaknya Rasti sangat membutuhkan ibunya saat ini.

"Bisa kan ya sayang? Kamu gendong-gendong dulu ya.. Ini papa-papamu belum puas ngentotin mama.. Tolong ya.. nanti mama kasih kamu tambahan uang jajan deh.." ujar Rasti cepat karna dia ngomong begitu sambil tangannya ditarik masuk kamar dengan kasar.

Pintu kamar Rasti pun dibanting oleh pria itu, tepat di depan kedua anak Rasti. Si bungsu semakin keras saja tangisnya karena terkejut kerasnya suara bantingan pintu.

Mau tak mau Bram harus mendiamkan adiknya bersama kakak-kakaknya yang lain yang juga ikut terbangun. Kecuali Norman yang kembali tidur ke kamarnya, semua anak-anak Rasti kini sedang sibuk mengurusi si kecil Bobi, sedangkan si ibu kewalahan melayani nafsu binatang para pria hidung belang.

Teman-teman Tedi kembali menghempaskan diri ke kasur. Pikiran mereka makin melayang-layang. Meski miris, namun kejadian itu juga membuat penis mereka bertiga ereksi maksimal. Mereka konak berat dan ingin beronani namun rasanya tidak ada tenaga. Meski merasa susah tidur karna terus terbayang-bayang, toh akhirnya tanpa sadar mereka tertidur juga.


===x0x===


Pagi-pagi mereka (teman-teman Tedi) terbangun mendapati Rasti sedang menyusui bayinya. Rasti terlihat segar, tampaknya dia baru saja selesai mandi. Rasti menyapa mereka ramah,

“Udah bangun kalian? Mandi dulu gih sana, nih sarapannya udah tante siapin”

“I..iya tante”

Mereka terkagum-kagum, Rasti benar-benar ibu yang hebat, pikir mereka.

Setelah mandi mereka semua siap di meja makan. Rasti tampak baru hendak selesai menyusui bayinya.

"Duh, enaknya pagi-pagi sarapan susu segar" ujar Jaka nyeletuk. Romi dan Riko juga berkata hal yang sama.

Rasti tersenyum mendengarnya, “tuh kalian juga udah tante siapin susu," katanya menunjuk beberapa gelas susu di atas meja.

“Yaah, kan beda susunya tante..”

"Hihihi.. Kalau susu yang ini sih buat anak-anak tante aja.. dasar kalian!" balas Rasti tertawa.

Tak disangka-sangka setelah si bungsu selesai menyusu, anak Rasti yang lain, Kiki, berlari dari dalam kamar dan menubruk Rasti lalu memeluknya, "Ma.." panggilnya.

Mulutnya mencaplok susu Rasti dan mengenyotnya. Rasti tertawa dan melayaninya, membiarkan Kiki juga menetek padanya.

"Duh.. anak mama yang satu ini sudah besar” ucap Rasti.

Teman-teman Tedi terbelalak. Mereka terkejut bukan main. Anak itu mungkin kelas 1 atau 2 S-D, seharusnya sih sudah tidak menyusu lagi pada ibunya, pikir mereka. Sungguh pemandangan yang ganjil, yang tentunya membuat mereka sangat konak!

Mereka semakin terheran lagi ketika anak-anak Rasti yang lain, Dion, Bram, bahkan Cindy juga datang dan minta nenen juga.

“Sabar ya sayang.. susu mama kan cuma dua.." ucap Rasti sambil tertawa.

Dia kemudian dengan sabar menyusui anak-anaknya secara bergantian, 2 anak sekaligus dalam sekali waktu. Selesai 2 orang, segera diganti dengan 2 anak Rasti yang berikutnya.

Mata teman-teman Tedi sangat dimanjakan dengan pemandangan ini. Sangat ganjil tapi begitu erotis. Apa Tedi si sulung juga masih menyusu ke ibunya? tanya mereka dalam hati. Sepertinya sih iya. Mereka sungguh iri pada anak-anak Rasti. Ingin sekali mereka ikutan, merasakan nikmatnya air susu segar dari sumbernya langsung.

"Ngapain kalian malah nontonin anak-anak tante sarapan? sarapan kalian tuh dianggurin, ayo dimakan! Nanti dingin.. tante udah capek-capek masakin.." kata Rasti pura-pura merajuk.

"I..iyaa tante" jawab mereka tergagap.

Mereka hampir lupa kalau sedang lapar. Karena saat ini yang mereka rasakan memang cuma satu, horni. Namun begitu, mereka tetap menghabiskan sarapan mereka meski ada perasaan tidak nyaman dari balik celana.

Selesai sarapan, teman-teman Tedi membantu membereskan meja makan dan mencuci piring. Memang sepatutnya mereka sedikit membantu karena telah banyak diberikan banyak ‘kesenangan’ oleh Rasti.

“Duh, rajinnya.. makasih ya.." ucap Rasti tulus sambil masih menyusui anaknya. Tinggal Bram yang masih asik menetek.

Setelah selesai membereskan meja, teman-teman Tedi kembali ke meja makan dan asyik nontonin Rasti yang memanjakan anaknya dengan susu. Setelah beberapa lama, Bram pun melepaskan kulumannya dari buah dada sang ibu.

"Sudah sayang? sana sekarang mandi ya.." ucap Rasti pada anaknya itu.

Bram masih saja bermanja-manja pada Rasti dan enggan beranjak dari pelukannya. Bibir dan pipi anaknya itu sesekali masih mengelus-ngelus ke puting buah dada Rasti. Teman-teman Tedi yang melihatnya masih juga berhayal, mereka ingin merekalah giliran selanjutnya.

“Sudah ya sayang.. mandi dulu gih..” bujuk Rasti sekali lagi pada anaknya ketika salah seorang dari teman Norman, Baron, keluar kamar telanjang dada.

Baron hanya memakai celana kolor. Rambutnya masih acak-acakan baru bangun tidur. Karena memang setelah menggangbang Rasti tadi malam, mereka kecapekan lalu tidur di kamar Rasti.

Rasti tersenyum pada Baron, “Sudah bangun? mau sarapan?" tanyanya ramah.

Melihat kondisi Rasti yang payudaranya masih terekspos, Baron lalu menghampiri Rasti. Mengelus payudaranya dan memagut bibir Rasti. Rasti melayaninya tanpa segan. Bibir mereka saling berpagutan, sementara anak Rasti masih berada di pelukan Rasti!

Baron berusaha menyingkirkan Bram dari pelukannya. Anak Rasti ini meski enggan menyingkir, tapi tenaganya tentunya kalah kuat. Rasti sendiri tidak mencegah anaknya dienyahkan dari pelukannya oleh Baron.

Bram akhirnya terpaksa mengalah, hanya bisa melihat mamanya dicumbui Baron setelah dia disingkirkan seenaknya oleh pria hidung belang ini. Bram pun pergi mandi tidak lama kemudian.

Setelah memagut beberapa saat, Baron mengeluarkan penis besarnya dan menyodorkan pada Rasti. Rasti tersenyum dan melirik teman-teman Tedi yang melongo.

"Giliran tante yang sarapan nih.." ucapnya binal mengedipkan mata pada teman-teman Tedi.

Adegan blowjob pun terjadi tanpa tedeng aling-aling. Di depan teman-teman Tedi dan di depan anak-anak Rasti. Hanya saja, anak-anak Rasti sudah biasa dan tidak memperhatikannya. Mereka telah asik dengan kegiatannya masing-masing. Ada yg mandi, nonton TV, main, dan sebagainya. Ada juga yang berebut mainan dan hampir berkelahi. Rasti berhenti sejenak dari blowjobnya dan meneriaki anak yang mau berkelahi itu.

"Hayooo jangan nakal ya.. kakak ngalah sama adik.. Pagi-pagi kok sudah ribut sih?" tukasnya kesal, kemudian melanjutkan nyepong sampai si Baron ngecrot di mulutnya.

Rasti menelan peju kental itu, beberapa muncratan ada yang mengenai wajahnya dan ada yang meleleh keluar dari mulutnya. Dengan jari tangannya Rasti mengusap lelehan sperma itu, memasuk-masukannya ke mulutnya dan menelannya. Pemandangan yang sangat menggetarkan dada. Teman-teman Tedi cuma bisa menelan ludah dan menahan konak dibuatnya.

“Kalian lihat apaan? Kalau sarapan tante harus mengandung protein tinggi kayak gini nih, biar tante gak gendut.. biar tetep seksi, hihihi.." ucap Rasti pada teman-teman Tedi.

"Enak ya Ma?" tak disangka Cindy memperhatikan juga dari tadi.

Rasti agak terkejut, lalu tersenyum menjawab pertanyaan anaknya sambil sedikit tertawa.

"Enak dong sayang, tapi ini hanya untuk orang dewasa ya.. Cindy belum boleh.." ucap Rasti.

Cindy manggut-manggut polos.

Baron sesudah puas menuntaskan birahinya ngeloyor begitu saja setelah mengecup Rasti. Dia pergi merokok di teras depan, yang mana tetangga-tetangga Rasti tentu bisa melihatnya dan tahu kalo dia adalah salah satu pria hidung belang yang baru saja ‘mempermak’ Rasti semalam. Tapi Rasti cuek saja tidak mencegahnya, si berandal hidung belang ini juga cuek.

“Tante, cerita dong ngapain aja semalam..” pinta salah satu teman Tedi. Rasti tersenyum kecil.

“Iih, pagi-pagi sudah nagih cerita mesum aja.. Ntar ya.. Tante masih mau beres-beres rumah. Kalian bantu gih.." tolak Rasti halus yang membuat remaja ini semakin penasaran.

Pagi itu teman-teman Tedi sekali lagi melihat ketangguhan Rasti sebagai ibu rumah tangga dan single mother. Dia membereskan rumah, beberapa anaknya yang sudah cukup besar dikomando membantunya. Rasti bisa tegas memerintah mereka sehingga mereka menuruti segala yang diminta Rasti. Menyapu, membereskan kamar, dan sebagainya.

Sementara anak-anaknya yg masih kecil sedang asik bermain dan menonton TV, kadang rewel. Di sela-sela kesibukannya Rasti meladeni kerewelan mereka dengan sabar dan sayang.

Sementara Norman si calon preman dengan nikmatnya ngorok di kamarnya. Rasti membiarkannya saja. Yah.. untuk Norman, Rasti memang tidak berdaya mengurusnya.

Teman-teman Tedi pun ikut membantu, tentu sambil cuci mata. Karena pemandangan ibu muda secantik Rasti yang sedang beres-beres rumah seperti ini sangat sayang untuk mereka lewatkan. Kadang Rasti harus basah-basahan mencuci, ngepel, dan sebagainya. Semua itu Rasti lakukan hanya mengenakan daster tipis minim dan tanpa dalaman sama sekali. Sehingga di beberapa bagian membuat lekuk tubuhnya tercetak, memperlihatkan apa yang ada di balik daster tipis itu, terutama buah dadanya.

Di tengah-tengah kesibukan beberes rumah, teman-teman Norman kini semua sudah bangun lalu memakan sarapan yang sudah dipersiapkan Rasti untuk mereka. Selesai sarapan, mereka lalu bersama-sama ngeloyor pulang setelah sebelumnya menjamahi Rasti dengan nakal.

Rasti membiarkan saja perlakuan mereka, bahkan Rasti berinisiatif memagut bibir mereka sebagai salam perpisahan. Rasti biasa melakukannya pada semua hidung belang saat mereka hendak pamit.

"Makasih ya, kalian puas kan? Datang lagi ya.. Kapanpun kangen ngegenjotin memekku" ucap Rasti sambil kecup-kecup mesra di teras depan rumah, dan lagi-lagi hal itu dapat dilihat oleh tetangga-tetangganya.

Semua pekerjaan rumah kini sudah beres. Rasti menghela napas panjang agak capek.

“Huuuh.. capeknya” katanya sambil mengipas-ngipas wajahnya dengan tangannya. Keringatnya bercucuran.

Dia beranjak ke ruang tamu, membuka pintu lebar-lebar membiarkan angin masuk. Rasti melepaskan dasternya begitu saja hingga tubuhnya pun polos tanpa sehelai benang pun.

Kemudian Rasti menghempaskan dirinya ke sofa di ruang tamu. Mengistirahatkan dirinya di situ sambil mengeringkan keringat dengan membiarkan angin dari luar membelai-belai tubuh bugilnya.

Teman-teman Tedi menahan napas melihatnya. Penis mereka menegang sejadi-jadinya.

Siapa yang tidak tahan melihat wanita secantik Rasti telanjang bulat? Apalagi bermandikan keringat begitu yang membuat tubuh Rasti menjadi mengkilap.

Dengan malu-malu mereka menghampiri Rasti, ragu hendak ikut duduk di ruang tamu.

"Hayo.. udah mupeng lagi? Tante gerah tahu, pengen bugil.. Sini duduk sini temenin tante telanjang.." ajaknya ramah sambil tersenyum manis pada mereka.

Tanpa perlu disuruh dua kali mereka pun berebut duduk di kursi tamu, tapi tidak berani menjejeri Rasti karna salah satu anak Rasti, Dion, sudah mendahului menghampiri mamanya dan ngelendot manja di sampingnya, menyandarkan kepalanya di atas payudara Rasti yang terbuka. Rasti merangkul dan membelai-belai anaknya itu dengan penuh kasih sayang.

Teman-teman Tedi menghela napas. Hari masih pagi. Hari minggu ini masih panjang. Apa yang akan terjadi hari ini?

***

Suasana ini sungguh membuat tegang mereka bertiga. Dengan pintu terbuka lebar begitu, tentunya ketelanjangan Rasti bisa saja terlihat oleh orang lain. Jika orang itu menoleh ke dalam, pastinya akan terlihat seorang ibu muda cantik lagi berbugil ria. Namun teman-teman Tedi melihat tante Rasti ini sepertinya cuek saja, bahkan seakan menikmati ketelanjangannya.

“Duh.. Panasnya. Sayang.. tolong arahkan kipas anginnya ke mama dong..” pinta Rasti pada anak-anaknya yang sedang asik nonton tv di sebelah sana yang langsung dituruti oleh mereka.

Aahh.. kibasan rambut tante Rasti yang tertiup angin semakin membuatnya mempesona, pikir teman-teman Tedi.

Mata mereka rasanya tidak ingin beranjak dari sosok indah di depan mereka. Wajah memerah tante Rasti yang kepanasan, tubuh telanjang berkeringatnya, pokoknya semuanya. Apalagi terpaan sinar matahari pagi membuat tubuh berkeringat ibu muda itu tampak mengkilap yang semakin menambah erotis suasana.

Perlahan keringat-keringat itu mulai mengering, namun masih menyisakan beberapa bulir yang masih mengalir di kulitnya yang mulus. Pemandangan yang membuat mereka tidak tahan. Ingin sekali rasanya mereka coli saat itu juga sambil menatapi ibu temannya ini.

Mereka melihat bagaimana tante Rasti asik bercengkerama dengan Dion. Aura kecantikannya semakin tampak dengan sifat keibuan yang dimiliki Rasti. Memang sejak hamil pertama kali saat mengandung Tedi, aura keibuannya sudah muncul meski waktu itu Rasti masih remaja. Dia tetap menyayangi anaknya sepenuh hati meski sang ayah kabur tak bertanggung jawab.

Mereka melihat sorot mata Rasti yang penuh kasih sayang mendalam pada anaknya. Senyum manisnya, tertawa renyahnya. Sungguh wanita yang sempurna, baik sebagai seorang ibu, maupun sebagai tempat pelampiasan nafsu. Mereka semakin terobsesi saja pada wanita ini.

“Lho? kok pada diam saja? mikirin apa sih?” goda Rasti membuyarkan lamunan bocah-bocah itu.

“Eh, ng..nggak kok tante” jawab mereka tersipu. Lagi-lagi mereka kedapatan sedang memperhatikan dirinya.

Rasti tertawa, dia tentu tahu apa ang sebenarnya bocah-bocah itu pikirkan. “Dasar abg, masa sama ibu teman sendiri nafsu? Tapi wajar sih.. Hihihi..” katanya dalam hati.

Bagi Rasti sendiri, ditatapi penuh nafsu begitu juga membuat jiwa binal Rasti semakin bergejolak. Mana si Dion dari tadi terus mainin puting susunya lagi, dipegang-pegang, dicubit-cubit, namun tidak menyusu. Rasti sih tidak keberatan, tapi putingnya lama-lama jadi mengeras dibuatnya. Jelas saja Rasti terangsang. Teman-teman Tedi yang melihat puting Rasti mengeras juga dibikin tambah mupeng karenanya.

“Eeeh, kok dimainin sih sayang? Itu kan tempat minum kamu..” ucap Rasti pada Dion.

“Kok jadi kelas Ma?” tanya anaknya itu polos.

“Hihihi.. itu tandanya mama teransang sayang..”

“Telancang?”

“Iya.. teransang itu artinya mama pengen ditunggangi,” jawab Rasti santai.

Teman-teman Tedi langsung tegang full mendengarnya.

“Ditunggangi?”

“Iya.. ditunggangi kaya kuda, hihihi. Duh.. siapa ya yang mau tunggangi mama? Papa-papa kalian lagi ga ada, kak Norman juga sedang tidur,” gumam Rasti pura-pura bingung.

Rasti lalu melirik teman-teman Tedi sambil senyum-senyum. Terang saja mereka jadi blingsatan, jantung mereka berdetak cepat tidak karuan. Mereka berharap tante Rasti akan mengajak mereka gitu-gituan. Tapi tentu saja Rasti sebenarnya cuma sekedar menggoda mereka.

Melihat mereka jadi salah tingkah Rasti sampai tertawa terbahak-bahak. “Hahaha.. mikirin apaan sih kalian? Jangan ngarep ya.. sana coli,” ujar Rasti merasa puas mengerjai mereka, meskipun sebenarnya Rasti juga sedag terangsang saat ini.

“Tante.. jangan php-in kita dong..” protes mereka bersungut-sungut. Padahal mereka sudah beranggapan bakal beneran dikasih ngentot oleh ibu teman mereka ini. Sial.

“Sorry deh.. Kalian sih, ngelihatin mulu dari tadi,” kata Rasti sambil berusaha menahan tawa.

Beberapa saat kemudian Norman keluar dari kamarnya, dia baru bangun. Sesudah semua orang capek-capek ngebersihin rumah baru dia bangun!! geram teman-teman Tedi kesal. Dengan wajah masih kusut, dia seenaknya langsung menyantap sarapan.

Selesai sarapan, Normanpun ikut bergelayutan manja ke Rasti. Dia duduk di samping Rasti dan merebahkan diri di pelukan ibunya. Di luar dugaan teman-teman Tedi, kali ini Norman menampakkan sifatnya yang sangat kekanak-kanakan, sangat berbeda dengan sisi lainnya yang bandel dan susah diatur. Sebenarnya justru ini sisi yang normal sebagaimana harusnya seorang anak pada ibunya. Apalagi meski terlihat bongsor, Norman sendiri baru barus*ia 13 thn. Sulit dipercaya di us*ia yang semuda itu dia sudah bisa berkali-kali menikmati indahnya seks, dengan wanita yang sangat sempurna pula!! Yang tidak lain adalah ibu kandungnya sendiri.

Betul-betul iri teman-teman Tedi dibuatnya. Bagaimanapun Norman memang anaknya Rasti juga, sangat wajar bila ingin bermanja-manjaan dengan ibunya sendiri. Rasti juga mengelus-ngelus rambut anaknya itu dengan sayang.

“Abang bau iih.. belon mandi..” protes Dion yang saat itu juga masih di pelukan Rasti di sisi yang lain.

“Biarin!! Weee..!!!” cibir Norman sambil menjulurkan lidahnya. “Udah sana pergi!! Main kek, nonton tivi atau ngapain..!!” Norman malah mengusirnya.

Dion mau tak mau menuruti omongan Norman, dengan bersungut-sungut Dionpun beranjak dari sisi Rasti.

“Mama cantik” panggil Norman sambil mencium pipi Rasti dengan bibirnya yang masih berminyak.

“Iya.. sayang.. Duh, kamu ini gosok gigi dulu gih sana..”

“Ntar deh ma. Ma.. mama kok cantik banget sih..?” gumam norman manja yang kemudian menciumi pipi ibunya lagi berkali-kali dengan gemas.

Makin berminyaklah pipi dan bagian wajah Rasti lainnya gara-gara ulah Norman ini.

“Duh.. anak mama ini. Kamu juga ganteng kok, cuma kamu ini bandelnya gak ketolongan.. nakal ke ibunya juga..” balas Rasti mencium kening anaknya.

Mereka pamer kemesraan di depan teman-teman Tedi. Namun sulit dibedakan antara mesra sebagai ibu dan anak dengan kemesraan sepasang kekasih. Sekali lagi mereka bertiga merasa iri, mereka sungguh ingin mempunyai ibu seperti Rasti. Norman nyengir-nyengir saja diomelin oleh Rasti, tampak jelas kalau Rasti tidak sungguh-sungguh memarahinya.

“Biarin, siapa suruh mama cantik begini..” ucap Norman gemas sambil meremas-remas buah dada ibunya.

“Uuuuh..” Rasti melenguh pelan, terdengar sangat indah di telinga semua remaja yang ada di sana. Dengan manja disingkirkannya tangan Norman dari dadanya.

Tangan Norman yang disingkirkan turun kini malah mengelus-ngelus sambil menjambak-jambak kecil rambut kemaluan Rasti. Sesekali tangannya juga membelai bibir vaginanya. Tampak sekali kalau Norman sangat gemas dengan kesempurnaan tubuh ibu kandungnya itu. Hampir-hampir teman-teman Tedi lupa bernafas melihat pemandangan ini. Rastipun tidak kelihatan keberatan sama sekali.

Sambil melakukan itu, kini Norman mengecup gemas bibir Rasti. Tidak sampai mengulumnya, hanya mengecupi saja.

“Mamaaah..” ucap Norman lagi dengan gemas.

“Apa sayang?”

“Mama kok cantiknya gak ketulungan sih?”

“Iiih.. apaan sih kamu ngengombalin mama terus?” Rasti tersipu.

“Aawwhh..” tiba-tiba Rasti memekik pelan.

Ternyata tangan Norman tengah memijit-mijit klirotisnya yang juga mengeras. Semua tampak jelas di depan mata teman-teman Tedi yang mulai kering kerontang tenggorokannya.

Setelah puas menciumi wajah ibunya, tiba-tiba Norman bangkit hendak ngeloyor pergi begitu saja.

Rasti spontan menahan tangannya. “Lho, kamu mau kemana sayang?”

“Ada apa sih Ma?” tanya Norman pura-pura bego.

“Eh.. ng..nggak.. ng..ngentot yuk sayang..” pinta Rasti ragu dan malu-malu.

Wow.. Teman-teman Tedi jelas terperangah, kali ini Rasti yang meminta duluan untuk dientotin anaknya!!

“Hahaha.. pagi-pagi udah nafsu ya ma? Dasar mama nakal.. tapi Norman buru-buru nih.. ada urusan,” tolak norman tak diduga, Norman lalu mencium bibir Rasti gemas.

“Ga puas apa ma dikerjain teman-teman Norman semalam? Apa perlu Norman panggil lagi mereka ke sini? hehehe” lanjut Norman menggoda Rasti.

“Mmmhh..!!” Rasti mendengus kesal, Norman terkekeh lagi.

“Kan kamu tuh yang bikin mama horni!!” protes Rasti sambil cemberut. Wajahnya yang merona makin membuat dirinya semakin cantik, tentunya juga semakin menggairahkan.

“Tuh, teman-teman bang Tedi kayaknya mau deh ngentotin mama..” ledek Norman lagi sambil melirik teman-teman Tedi yang langsung berbinar matanya.

“Wuahahahaha..!” Norman tertawa terbahak-bahak. “Muke-muke lu ngarep banget pengen ngentotin mama gue, kalau pengen nyicipin mama, lu pada harus bayar harga normal!! Hahahaha” cibirnya pada mereka bertiga.

“Hussshhh.. nakal kamu ah! Udah sana kalau mau pergi..” ujar Rasti merengut manja. “Perlu uang jajan lagi gak kamunya?” tanya Rasti kemudian.

“Perlu dong Ma.. hehehe”

“Dasar kamu ini.. Kemarin kan uang ngejual mama kamu ambil semua, masa sekarang masih perlu lagi? Nih, segini aja yah untuk hari ini..” kata Rasti sambil menyerahkan uang dua puluh ribu pada Norman.

“Mama emang yang paling baik deh.. iya gak?” tanyanya sambil melirik ke teman-teman Tedi, lalu ngeloyor pergi.

Rasti mengehela nafas. Dia benar-benar horni karena ulah Norman tadi, dia butuh pelampiasan. Tapi tidak mungkin dengan teman-teman Tedi.

“Tante beneran lagi horni ya?” tanya Riko yang masih berharap.

“Huuu.. pengen tahu aja!!” jawab Rasti cuek.

Rasti lalu bangkit dan mengenakan dasternya kembali, bertepatan dengan itu terdengar suara parau tukang sayur langganan Rasti.

“Tuh, ada tukang sayur. Minta ngentot aja sana sama dia, hehehe” ledek Jaka yang ikut menggoda Rasti. Ucapan yang sebenarnya terdengar sangat kurang ajar itu malah ditanggapi ramah oleh Rasti.

“Iiih.. ogah. Masak tante dientotin tukang sayur.. Emang dia mau bayar tante pake apa? Masa dibayar pake sayur-sayuran? Enak aja..”

“Emang tante gak pengen belanja? Gak pengen beli sayur? hehe”

“Hmm? Kenapa? Kalian nantangin tante?” ujar Rasti balik nanya, dia tahu apa yang mereka inginkan.

Mereka ingin melihat dirinya menggoda tukang sayur. Namun tiba-tiba Rasti terpikir ide nakal untuk menuntaskan birahinya. Dia ingin bermasturbasi dengan sayur-sayuran.

“Ya udah, tante belanja deh.. Tante perlu membeli sayur untuk masak makan siang,” setujunya akhirnya.

“Baaang.. beli bang!” Teriak Rasti lalu melangkah keluar.

“T..tante.. cuma pakai pakaian itu aja?” seru teman-teman Tedi heran.

Mengingat daster yang dipakai Rasti sangat-sangat minim, mengekspos paha dan juga belahan dadanya.

Belum lagi daster itu sangat tipis, kecantol duri saja kayaknya bakal sobek.

Rasti menjawab cuek, “duh, kalian ini.. tante kan lonte.. emang tante harus make apa? jilbab?” sahutnya geli lalu menghampiri tukang sayur.

Teman-teman Tedi makin panas dingin. Mereka mengintip saja dari kejauhan apa yang akan terjadi. Tentunya tidak hanya mereka yang sedang berdegub kencang jantungnya saat ini, namun juga si tukang sayur. Si tukang sayur ini memang sudah sering juga menjual dagangannya pada Rasti. Setiap Rasti belanja padanya dia pasti ngaceng bukan main. Dia penasaran pengen merasakan tubuh Rasti. Hanya saja tempat tinggalnya tidak jauh dari sini. Bisa kena hajar bininya kalau dia sampai ketahuan.

“Masih seger kan bang sayur-sayurnya?” tanya Rasti.

“Ma..masih dong non.. Non Rasti mau beli apa?”

“Tolong terong, timun dan parenya dong bang.. eh, sama jagungnya sekalian. Pilihin yang gede dan panjang ya bang..” kata Rasti.

Namun bukannya langsung mengambilkan pesanan, si tukang sayur itu malah terpaku melihat pemandangan di depannya ini. Puting Rasti tercetak dengan jelas, membuat si otong semakin keras. Oh.. seandainya bininya gak mengawasi, mungkin dia udah make Rasti dari dulu.

“Bang.. kok bengong sih?”

“Eh, I..iya Non..” katanya tersadar lalu segera mengambilkan sayuran tersebut.

“Mau masak apa non? Kok sayurnya panjang-panjang semua? hehe”

“Ya gitu deh bang..”

“Gitu gimana non maksudnya?”

“Pokoknya mau dibikin enak..”

“Oh.. benar non.. sayur itu emang enak, bikin sehat, apalagi kalau gede dan panjang. Tambah enak deh..” ujar tukang sayur itu menggoda. Otaknya mulai ngeres berpikir yang tidak-tidak.

Beberapa saat kemudian ada ibu-ibu tetangga yang ikut berbelanja. Ibu itu membawa anak laki-lakinya yang masih S-D. Melihat Rasti berpakaian minim, ibu itu langsung menutup mata anaknya sembari memaki-maki.

“Dasar lonte! Cewek murahan! Gak bermoral! Kenapa sih perempuan ini dibolehkan tinggal di sini? Mengganggu saja!”

Tukang sayur itu mencoba menenangkan si ibu itu. Rasti sendiri tidak terlalu menanggapinya. Setelah Rasti membayar sayuran, dia lalu kembali ke dalam.

Rasti masuk rumah sambil nyengir-nyengir. Teman-teman Tedi heran.

“Tante gak marah dihina begitu?”

“Lah, kan emang benar tante lonte? Kenapa musti marah?” jawab Rasti sambil meletakkan belanjaannya di atas meja ruang tamu.

“Tapi kan tante direndah-rendahkan begitu? Gak kesal tante? Balas dong..!” hasut Jaka.

“Iih.. kalian ini, emang mau dibalas gimana coba? Jangan cari perkara deh..”

“Yaa.. godain tukang sayur itu lebih hot lagi, biar ibu itu makin sewot, hehe”

“Dasar, kalian ini maunya ya..” ujar Rasti geleng-geleng kepala saja mendengar ide mereka.

“Sebenarnya tante kasihan sama ibu itu. Suaminya itu anggota DPR yang suka foya-foya, main perempuan, istrinya ada tiga. Sebagai istri pertama, ibu itu sering ditinggal pergi dan disia-siakan” terang Rasti.

“Suaminya suka main perempuan? Berarti suka mainin tante juga yah? hehe..” Teman-teman Tedi bertanya dengan nakal.

“Menurut loooh...?” jawab Rasti sambil menjulurkan lidah.

Mereka kemudian tertawa bebarengan. Tapi ternyata Rasti merasa tertantang juga. Di sini lain dia juga selalu merasa horny ketika harus menuruti fantasi teman-teman Tedi.

“Hmm.. Jadi kalian pengen nih lihat tante bikin kesal ibu-ibu itu lagi?”

“iya!! iya tante..!!” jawab mereka bersemangat.

“Dasar. Ya udah.. Nih, tante wujudkan fantasi mesum kalian..” ujar Rasti sambil mengedipkan mata kirinya dengan nakal. Teman-teman Tedi menelan ludah dibuatnya.

Rasti lalu keluar lagi menemui penjual sayur. Dia cari-cari alasan ada yang lupa dibeli. Terang saja ibu-ibu tadi sewot dan mendelik.

“Ngapain lagi lu lonte? Dasar gak tahu malu..” makinya.

Rasti cuek saja.

Teman-teman Tedi yang mengintip dari balik pagar melihat Rasti diam-diam mengaitkan daster tipisnya pada sebuah paku yang menancap di gerobak sayur. Jantung mereka berdegup keras melihatnya. Mereka penasaran apa yang akan dilakukan ibu temannya ini. Rasti malah mengedipkan mata segala ke arah teman-teman Tedi, seakan memberitahu mereka untuk menyaksikan baik-baik apa yang akan terjadi.

Setelah selesai belanja, Rasti kemudian tampak berjalan pulang pura-pura lugu, dan

“Breeett...!!” sobeklah daster tipisnya. Membuat daster itu terlepas dari tubuhnya yang tidak memakai apapun lagi di baliknya.

Rasti bugil total di tengah jalan!! Tubuh indah dengan kulit putih mulusnya tidak tertutupi apapun di hadapan mereka. Tukang sayur itu melotot, sedangkan ibu-ibu itu merah padam mukanya, berusaha keras menutup mata anak laki-lakinya sementara si anak malah terlihat meronta berusaha melihat.

Rasti pura-pura terkejut dan menutupi tubuhnya sebisanya dengan tangan dan kain sobekan dasternya. Tentu saja itu tidak cukup, vagina dan buah dadanya terpampang dengan jelas.

“aduuuh, maaf bang.. Iih.. paku nakal!!” kata Rasti.

Rasti kemudian berlari bugil masuk ke dalam rumah sambil menenteng belanjaan dan daster sobeknya.

Di dalam rumah, Rasti dan teman-teman Tedi tertawa lepas. Puas sekali rasanya. Terlebih bagi Rasti, baru kali ini dia berbuat seperti itu. Apalagi dia berbuat demikian demi memuaskan fantasi teman-teman anaknya. Ada sensasi luar biasa yang dia rasakan.

“Tante gila ih!! Gimana kalau ada orang lain yang melihat??” seru teman-teman Tedi.

“Huuu.. kalian ini. Tadinya nantangin tante, kok sekarang malah protes sih?”

“Gak protes kok tante.. kita suka malah, bikin tambah ngaceng. Cuma gak nyangka aja, hehe”

“Dasar kalian mesum!! Iya.. kan biar makin sewot tuh ibu-ibu, hihihi.. Gimana? Puas?”

“Puas tante.. tapi si otong kayaknya belum puas nih, hehe” kata Jaka mengelus celana depannya sambil menatap tubuh Rasti yang masih bertelanjang bulat.

“Porno!! Coli lagi gih sana..” jawab Rasti senyum-senyum manja sambil melempar dasternya tadi ke arah Jaka.

Jaka langsung memperhatikan daster itu, sobekannya sangat parah. Dia yakin ini bukan daster murahan dilihat dari bahannya yang halus dan lembut. Tapi ibu temannya ini mau saja merelakannya demi memuaskan fantasi mereka.

“Yaah.. coli mulu.. pelit”

“Biarin..!!”

“Tapi kasihan juga tuh tukang sayurnya, dia pasti makin horni sekarang pengen ngentotin tante. Kasih aja tante.. siapa tahu nanti tante bakal hamil lagi, hamil anaknya tukang sayur, hehehe” ujar Jaka kurang ajar.

“Huuuu.. dasar kalian ini pikirannya nakal, masa tante cantik-cantik gini dihamili tukang sayur sih?” balas Rasti cekikikan geli.

“Udah ah, tante mau mandi lagi nih.. habis itu masak makan siang. Kalian di sini sampai sore kan nungguin Tedi pulang?”

“I..iya tante..”

“Kalau gitu tolong jagain anak-anak tante dulu ya.. pokoknya nanti tante buatin makan siang yang enak deh buat kalian. Mau tante buatin pecel ayam? Mumpung sayurannya banyak nih buat lalapan..”

“Bo..boleh tante.. makasih” jawab mereka serempak.

Rasti hanya tersenyum manis. Dia lalu pergi ke kamar mandi. Baru beberapa langkah dia kembali berbalik badan mengambil isi bungkusan belanjaannya.

“Ups, kelupaan,” katanya dengan gaya nakal mengambil terong, timun, pare dan jagung masing-masing satu buah di depan teman-teman Tedi.

Tentu saja mereka langsung berpikir yang tidak-tidak. Untuk apa membawa sayur-sayur itu ke dalam kamar mandi? Tapi mereka tidak menanyakannya secara langsung. Karena sepertinya mereka tahu apa yang akan ibu temannya itu lakukan dengan sayur-sayuran itu.

Rasti sendiri hanya senyum-senyum saja melihat mereka, seakan membenarkan apa yang sedang ada di dalam pikiran mereka saat ini. Seakan ingin memberitahu mereka kalau dirinya memang ingin bersenang-senang di dalam kamar mandi dengan sayuran itu. Rasti memang sudah sangat terangsang saat ini, apalagi setelah aksinya barusan.

Rastipun segera masuk ke kamar mandi, tidak sabaran ingin menuntaskan nafsunya yang tanggung tadi.

“Sekarang kalian tolong bantu puasin aku ya.. papa anak-anak lagi gak ada, si Norman juga gak mau bantuin mamanya, jahat banget kan mereka biarin aku sendiri? makanya kalian temani aku ya..” kata Rasti mengajak bicara sayuran yang sudah dia susun berurutan dengan rapi di atas bak mandi.

Mulai dari yang paling halus teksturnya yaitu terong, lalu timun, pare hingga jagung yang memiliki tekstur paling unik. Tentunya sayur-sayuran pilihan Rasti ini sudah dia pilah dulu. Tidak terlalu besar namun juga tidak terlalu kecil, yang dia kira-kira bakal pas di dalam vaginanya.

“Mulai dari kamu ya sayang.. mau kan masuk ke sana? mau dong yah.. hihihi” ucapnya sambil mengecup manja batang terong. Lalu mengarahkannya ke vaginanya.

Maka dimulailah aktifitas masturbasi Rasti di dalam kamar mandi. Dia gunakan sayur-sayur itu bergantian untuk mengganjal vaginanya yang sedari tadi sudah gatal untuk dimasuki. Rintihan kenikmatannya tidak sanggup dia tahan hingga sampai terdengar oleh anak-anaknya dan juga teman-teman Tedi yang ada di luar. Terang saja teman-teman Tedi makin mupeng.

Tidak diragukan lagi kalau tante Rasti sedang bermasturbasi-ria sekarang. Bahkan terhadap sayuran seperti terong dan teman-temannya saja mereka iri. Mereka kalah beruntung dengan sayuran itu karena sayuran saja sudah bisa menikmati vagina ibu temannya yang cantik dan seksi ini.

“Ssshh.. aaahh.. Pelan-pelan dong nyodoknya..” racaunya. Dia sampai menungging-nungging dan kejang-kejang kenikmatan di atas lantai kamar mandi.

Berkali-kali Rasti mendapatkan orgasme karena ulah sayur-sayur yang disodok-sodok ke rahimnya oleh tangannya sendiri.

“Nghh.. Udah dapat bagian masing-masing kan kaliannya?” katanya ngos-ngosan sambil meletakkan kembali si jagung berjejer dengan teman-temannya yang lain.

“Apa? masih kurang? Masih mau lagi? belum puas yah? Gak usah yah..”

“Ih.. kok kalian maksa sih? beraninya keroyokan.. huuu”

“Ya udah.. sekali lagi ya.. dasar kalian nakal-nakal, hihihi”

Rasti bicara dan tertawa sendiri, seakan sayuran itu punya pikiran dan bisa ngomong. Tentunya bukan karena Rasti gila, dia merasa lucu saja dengan perbuatannya itu, mengecup-ngecup dan mengajak bercanda sayuran bagaikan mereka adalah makhluk yang menggemaskan.

Diapun melakukannya sekali lagi. Rasti bener-benar terpuaskan, tubuhnya sangat lemas karena berkali-kali orgasme.

“Fiuh.. makasih yah sayang-sayang.. untung ada kalian,” ucap Rasti sambil mengecup kembali sayur-sayuran itu. Bedanya, baik terong, timun, pare hingga jagung kini sudah berlumuran cairan vaginanya.

Barulah setelah itu Rasti benar-benar mandi untuk menyegarkan tubuhnya. Letih yang dia rasakan lebih disebabkan oleh aksi masturbasinya barusan, bukan karena beres-beres rumah tadi.

Teman-teman Tedi yang dibikin horni akhirnya juga memutuskan untuk coli di kamar mandi, tentunya setelah Rasti selesai mandi. Ahh.. seandainya tadi bisa coli barengan dengan tante Rasti, gumam mereka.


***


“Makan yang banyak ya.. kalau kalian pengen nambah boleh kok..”

“Kayaknya enak banget, duh.. pengen deh tinggal di sini terus, hehe” ujar Jaka.

“Ngmmhh.. iya bro.. masakan tante Rasti emang enak banget..” sahut Riko dan Romi setuju sambil mulai menyantap makan siang yang sudah disediakan Rasti. Rasti sendiri juga sedang sibuk menyuapi anak-anaknya.

“Kalian ini bisa aja mujinya.. Tante gitu lho.. Ya iyalah enak.. kan sayurnya udah bercampur cairan tante.. ups..!!”

“Hah..??”

Mereka yang terkejut dengan apa yang dikatakan Rasti tetap saja melanjutkan makan mereka. Justru tambah semangat bersantap siang, meski mereka sendiri tidak tahu benar apa tidak yang dikatakan Rasti, kalau sayur-sayuran itu sudah bercampur cairan vaginanya. Rasti juga hanya senyum-senyum sendiri membiarkan mereka berandai-andai.

Tidak ada kejadian mesum lainnya setelah makan siang itu. Mereka terus ada di sana sampai Tedi pulang. Setelah beberapa saat ngobrol dan bermain. Barulah ketiga remaja itu pamit. Tentunya dengan niat akan segera kembali lagi. Mereka tidak akan pernah bosan untuk sering-sering main ke sana.


BERSAMBUNG..


SELANJUTNYA..

Seri 1 - Mamah Muda BINAL OPEN BO

Klik Nomor untuk lanjutannya
cerita sex yes, fuck my pussy. good dick. Big cock. Yes cum inside. lick my nipples. my tits are tingling. drink my breast. milk nipples. play with my big tits. fuck my vagina until I get pregnant. play "Adult sex games" with me. satisfy your cock in my wet vagina. Asian girl hottes gorgeus. lonte, lc ngentot live, pramugari ngentot, wikwik, selebgram open BO,cerbung,cam show, naked nude,
x
x