Cerita Dewasa Puji Seri 3 - Tante Meta ibu temanku Dendy

Seri 1 Bu Suti

Seri 2 Tante Cici



cewek amoy tobrut


Tante Meta the series I: IBU TEMANKU MENJADI GARAPAN SEGAR



Sudah 7 bulan aku dan Dendy tidak bertemu. Dendy adalah teman terdekatku sedari SMP. Terakhir bertemu ketika kelulusan di sekolah, setelah itu tidak berjumpa lagi karena aku dan Dendy tidak bersekolah di sekolah yang sama lagi.

Tak terasa, kini aku sudah berada di kelas 1 SMA semester 2. Dulu ketika SMP sistemnya caturwulan tapi kini sudah berganti ke kurikulum 2004 maka, sistemnya pun berubah menjadi semester. Memang agak beda, dulu ketika SMP dengan sistem caturwulan rasanya lama tapi kini setelah berganti jadi sistem semester waktu menjadi tidak terasa.

Terakhir 3some, adalah ketika aku dan Dendy ngentot Bu Suti setelah itu belum pernah lagi. Agak sedikit kecewa, karena dulu Dendy pernah menjanjikan akan mengajakku ngentot ibunya atau pembantunya. Tapi kekecewaan itu takan menjadi masalah sebab, aku memang tidak terlalu berharap untuk hal itu.

Soal ngentot, aku masih tetap melakukannya. Memang, ngentot Bu Suti sudah sangat jarang sekali karena terbentur kondisi dan juga keadaan. Tapi ngentot Tante Cici adik kandung ibuku sendiri masih tetap berlangsung. Oleh sebab itu, untuk urusan ngentot tidak terlalu membuatku pusing sebab masih dapat tersalurkan dengan baik walaupun hanya 2 atau 3 kali dalam seminggu itupun bergantung pada mood tanteku dan kondisi di rumah.

Kebiasaan ngentot dengan wanita yang lebih tua cukup berpengaruh pada kehidupanku. Walaupun tampangku gak jelek-jelek amat tapi aku belum punya pacar. Memang ada beberapa wanita di sekolahku yang sering menggoda dan cari-cari perhatian tapi aku biarkan saja karena memang terbentur persoalan selera.

Tidak ada diantara teman cewek di sekolah yang menjadi seleraku malah aku lebih tertarik sama guru sosiologiku. Emh, ketika di rumah aku sering sekali membayangkan susu montok dan pantatnya yang bahenol. Ingin rasanya aku menyentuh dan meremasnya.

Ketika itu hari minggu, tiba-tiba Dendy datang menggunakan sepeda motor ke rumahku. Kangen juga aku sama dia. Walaupun setiap bertemu dengan dia pasti saja aku dicekoki minuman. Tapi dibalik itu semua, dia satu-satunya teman yang paling baik, paling peduli, dan paling mau aku susahkan.

“Puji! apa kabarnya?” tanya Dendy.

“Baik Den. Ke mana aja gak pernah keliatan?” jawabku balik bertanya.

Aku ajak ia masuk ke rumahku langsung menuju kamarku. Tubuh kawanku ini sekarang semakin tinggi dan atletis. Mungkin tingginya sekitar 170cm dengan kulit yang agak hitam sekarang.

Ia duduk di kursi kamarku. Aku menawarinya minum tapi ia menolak sambil mengeluarkan vodka yang biasa kita minum. Melihat kebiasaannya itu aku hanya bisa tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepala.

“mau gak?” katanya sambil menunjukan botol vodka.

“bolehlah.” jawabku tanpa ragu.

Sambil minum dan merokok di kamarku, Dendy bercerita banyak mengenai sekolahnya dan tidak ketinggalan cerita-cerita ngentotnya bersama ibu, pembantu, dan pacarnya di sekolah. Rupanya kawanku ini sudah punya pacar, pantas aja selama 7 bulan sulit sekali bertemu.

Aku pikir ia telah lupa dengan janjinya ternyata sama sekali ia tidak lupa. Bahkan kedatangannya ke rumahku untuk mengabarkan berita baik itu. Ibunya sudah berhasil ia bujuk tinggal meminta kepastian kapan aku siap ikut ngentot ibunya.

Setelah waktu dan harinya sudah kita sepakati, ia mulai bercerita awal mula ia bisa ngentot ibunya.

Ternyata, ibunya yang seorang janda itu ia perkosa dengan cara memborgol kedua tangannya ketika ibunya sedang tidur. Ibunya ketika itu marah dan geram padanya sampai hendak melaporkan perbuatannya pada polisi. Mendapat ancaman demikian, Dendy cuek aja bahkan esoknya ia melakukan hal yang sama. Ia perkosa lagi ibunya dengan cara yang sama bahkan ia merekam semua adegan tersebut.

Ternyata ibunya keras kepala sehingga Dendy benar-benar tidak melepas borgol yang terpasang dikedua tangan dibelakag pinggang ibunya seharian penuh. Sampai akhirnya, ibunya menyerah. Walaupun ibunya sudah pasrah tetapi ibunya masih tidak rela ketika tubuhnya berkali-kali dilahap oleh anaknya sendiri.

Tenggorokan ku sampai kering mendengar pengakuan temanku. Sungguh aku tidak menyangka dibalik tampangnya yang baik dan santai ternyata ia begitu nekat dan gila.

Jam dinding kamarku menunjukkan pukul 4 sore. Sebelum Dendy pamit ia memaksa ingin memphoto kontolku.

”Bangs4d..! enggak ah, ngapain photo-photo kontol segala!” ucapku sambil bergurau memukul perutnya.

“untuk bukti, ji! Biar mamah percaya bahwa kontol kamu tu gede!” jawabnya sambil cengengesan.

“gak mau! kayak homo aja minta photo kontol! Tar aja, mamahmu liat langsung aja!” kataku sambil membukakan pintu kamar untuk Dendy.

Sambil tertawa-tawa, aku antarkan Dendy sampai ke depan rumah. Ia berjanji, akan menjemputku besok seusai pulang sekolah. Setelah aku mengiyakan, ia pun pergi dari rumahku yang sedang sepi karena keluargaku sedang pergi ke rumah saudara.

Tanteku yang ada di rumah sedari pagi tidak kelihatan, makanya setelah mengantar Dendy ke depan rumah aku bergegas menuju kamar Tante Cici yang berada di sebelah kamarku.

Di dalam kamarnya, Tante Cici tampak sedang sibuk mengerjakan tugas kuliahnya. Tak berani mengganggu aku tutup lagi pintu kamarnya dan segera menuju kamar mandi karena sedari pagi belum mandi.

Esoknya, sepulang bubaran sekolah, Dendy sudah berada di depan sekolahku menunggu disebuah kios rokok. Aku segera menghampirinya dan langsung pergi menuju rumahnya menggunakan sepeda motornya.

Aku kaget, ternyata Dendy anak orang kaya. Rumahnya besar dan mewah. Agak ragu-ragu aku ikuti langkah Dendy masuk ke dalam rumahnya. Terlihat segala perabotan mewah menghiasi rumahnya. Aku hanya mampu berdecak kagum.

Dendy mengajak menuju kamar tidurnya di lantai 2. Terlihat dan terasa, kamarnya luas dan nyaman sekali. Aku diam tak banyak bicara. Sampai akhirnya Dendy mengajakku ke meja makan di lantai bawah untuk makan siang.

Semua hidangan telah siap di meja makan disiapkan oleh pembantunya yang sudah cukup tua. Aku taksir umurnya antara 45/46 tahun. Bodynya masih yahut. Dadanya besar, tubuhnya agak gemuk dan agak pendek.

“nah ini pembantu yang sering aku entot, Ji!” kata Dendy ketika pembantunya menuangkan air ke dalam gelas untuk minum.

Aku tercekat kaget dengan ucapan Dendy. Aku tak tahu apa maksudnya sampai selantang itu ia berkata demikian. Pembantunya pun terlihat begitu malu dengan wajah memerah dan terlihat ia menjadi salah tingkah.

Selesai makan, Dendy tampak sibuk dengan hpnya. Pada tahun 2004, hp masih jarang dimiliki anak sekolah walaupun ayah dan mamahku sudah memiliki benda canggih tersebut dan pernah menyarankan agar aku juga memliki hp supaya bisa setiap saat menanyakan keberadaanku yang sering pulang terlambat. Tapi aku belum tertarik dengan benda tersebut dan akan tidak nyaman jika benar fungsinya untuk memantauku.

Pukul 5 sore ibunya pulang. Dendy segera mengenalkanku pada ibunya.

“saya Puji, tante. Teman SMPnya Dendy.” kataku memperkenalkan diri sambil mencium punggung tangan ibunya dengan penuh rasa hormat.

“saya, Meta. Ibunya Dendy.” jawabnya sambil tersenyum manis dengan gaya khas orang kaya yang elegan.

Seusai perkenalan denganku, ibunya langsung menuju kamarnya karena hendak ganti baju dan mandi. Sungguh beruntung Dendy memiliki ibu yang cantik, badannya montok, dadanya besar, pantatnya semok, kulitnya putih, dan rambutnya yang hitam berkilau di potong pendek sebahu. Seksi sekali.

“gimana, ji? cakep gak tuh?” tanya Dendy seolah paham aku yang sedang terpana.

“cantik banget, den!” jawabku dengan jujur.

“kita mulai bermain sekarang, ji!” ajak Dendy sambil menarikku menuju kamar tidur ibunya.

Di dalam kamar, tampak Tante Meta sedang membersihkan wajahnya di depan meja rias. Ia hanya mengenakan kutang ungu dan rok hitam selutut. Ia sedikit kaget ketika aku dan Dendy tiba-tiba masuk kamarnya.

“mah, temanku ini gak bisa lama-lama di sini. Soalnya besok ia harus sekolah pagi-pagi.” kata Dendy menginformasikan pada ibunya.

“oh begitu.” jawab Tante Meta singkat sambil terus membersihkan make upnya dengan kapas.

“gimana, mah, dengan rencana yang pernah aku obrolin? bisa dimulai sekarang?” tanya Dendy pada ibunya. Sedangkan aku hanya diam saja sambil memperhatikan tubuh Tante Meta dari belakang.

“yaudah, tunggu dulu. Mamah cuci muka dulu ya!” jawab Tante Meta sambil beranjak dari meja riasnya menuju kamar mandi yang berada di dalam kamarnya.

Aku dan Dendy duduk di sofa merah empuk dan lembut yang berada di dalam kamar tidur ibunya.

“gimana, ji? kamu siap?” tanyanya kepadaku.

“aku malu, den. Gak tau juga gimana memulainya. Lagian aku baru pertama kali bertemu ibumu. Belum akrab, dan yang pasti bakalan canggung.” jawabku apa adanya.

“gampang, nanti kita garap aja bareng-bareng! Mamahku juga pasti canggung, makanya sebisa mungkin kamu jangan canggung-canggung.” sarannya kepadaku.

Mendapat pernyataan dari Dendy tak membuatku menjadi tenang. Jantungku tetap berdebar kencang. Aku gelisah sekali antara malu, takut, canggung, khawatir, pokoknya segala macam perasaan dan pikiran campur aduk sampai membuat badanku menjadi panas dingin.

Ketika pikiran dan perasaanku sedang tidak menentu, Dendy tiba-tiba beranjak dari sofa menuju kamar mandi ibunya sambil mengeluh.

“haduh, lama banget nih mamah di kamar mandi!” ucapnya sambil melangkahkan kakinya menuju kamar mandi ibunya.

Tak lama, Dendy ke luar dari kamar mandi ibunya disertai Tante Meta yang hanya mengenakan handuk berwarna putih. Aku terpana melihat kemolekan tubuh Tante Meta yang berbalut handuk menutupi sebagian dada dan pahanya. Sungguh menggairahkan sekali. Susunya yang besar terlihat menggelembung di balik handuknya.

Melihat pemandangan yang hot tersebut, kontolku langsung tegang dan mengeras. Aku agak meringis sebab, kontolku yang mengeras posisinya mengarah ke bawah jadi ketika tegang seperti ini lumayan agak sakit dan menyiksa.

Dendy langsung membuka permainan. Ia berciuman dengan ibunya sambil tangannya menggerayangi kedua susu ibunya yang montok dan masih berbalut handuk.

Aku masih canggung sehingga aku tak bisa berbuat apa-apa selain menonton adegan panas tersebut. Dengan perlahan aku benahi posisi kontolku, aku posisikan kontolku mengarah ke atas supaya agak bebas dan tidak terlalu menyiksa sambil tetap tak beranjak dari tempat duduk.

Dengan agak kasar, Dendy melepas handuk yang melilit tubuh ibunya. Aku kembali tercengang, mataku tidak berkedip melihat susu besar ibunya bergelantungan tanpa tertutup sehelai benangpun. Susu Tante Meta mungkin sekitar 38C karena ukurannya benar-benar super persis pepaya dengan lingkaran merah agak besar disekitar putingnya yang besar.

Aku pandangi tubuh Tante Meta dari ujung kepala sampai ke ujung kaki. Benar-benar putih dan mulus tanpa ada sedikitpun bekas luka atau apapun. Sungguh wanita yang sempurna. Perutnya tak seperti perut ibu-ibu pada umumnya. Perutnya rata walaupun tubuh Tante Meta terbilang montok.

Melihat Tante Meta telanjang tanpa sehelai benangpun di tubuhnya membuatku berkali-kali mesti menelan ludah. Aku belum pernah melihat tubuh seindah dan seseksi ini secara nyata ada dihadapanku sebelumnya. Sungguh tubuh yang tidak ada bandingannya.

Dendy kemudian memintaku untuk mendekat. Dengan ragu-ragu, aku melangkahkan kaki mendekati mereka yang sedang asik berciuman dan saling remas.

Tanganku kemudian dibimbing Dendy dan diletakan pada susu ibunya yang besar. Terasa kulit susunya begitu lembut seperti kulit bayi dan tak kalah mencengangkan adalah susu itu terasa begitu kenyal. Dengan ragu aku usap sambil remas dengan lembut dan perlahan.

Dendy menghentikan ciuman pada bibir ibunya. Ia kemudian menyusuri leher menuju susu besar ibunya dengan mulut dan lidahnya. Dengan rakus Dendy menjilati dan mengenyot-ngenyot susu ibunya. Agak ragu-ragu akhirnya aku pun mengikuti Dendy bermain dengan susu ibunya dengan mulut dan lidahku. Namun, aku tidak seperti Dendy yang begitu rakus dan lahap menjilat dan mengenyot-ngenyot susu ibunya.

Aku julurkan lidahku, menjilati mengikuti lingkaran merah susu ibunya dengan perlahan dan penuh kelembutan. Mendapat sensasi berbeda pada kedua susunya, ibunya menjadi menggelinjang-gelinjang sambil mulutnya mendesis dan terkadang mendesah dengan suara yang begitu seksi.

“ssshhh, ooouuuhhh, eeemmhhh, aaauuuhhh.” Desah Tante Meta sambil tangannya mengusap-usap kepalaku dan kepala Dendy.

Aku mulai mengkombinasikan mulut serta lidahku untuk menjilati lingkaran merah susu Tante Meta, menghisap, dan mengenyot-ngenyot puting susunya yang besar dengan lembut dan perlahan-lahan. Sedangkan Dendy masih asik menjilati dan mengenyot-ngenyot susu serta puting ibunya dengan rakus sampai air liurnya menetes dari mulutnya membasahi susu, perut, dan lantai kamar tidur Tante Meta.

Perlahan lahan aku arahkan tangan kiriku menuju memek Tante Meta yang tanpa bulu serta tembem. Terasa memeknya hangat dan basah. Perlahan aku usap-usap lembut bibir vaginanya.

“ooouuuhhh, ssshhh, aaaooouuuhhh.” desahnya sambil tubuhnya sedikit terguncang karena merasakan sensasi nikmat pada kedua susu dan memeknya.

Dendy kemudian menghentikan aksinya pada susu ibunya. Ia kemudian memintaku telanjang sambil ia pun membuka satu persatu pakaian yang melekat di tubuhnya.

Dengan agak canggung, aku menuruti perintah Dendy dan mulai menelanjangi diriku. Satu persatu baju dan celanaku bertumpuk di lantai.

Kini aku, Dendi, dan Tante Meta sudah bugil tanpa sehelai benangpun. Wajah Tante Meta semakin memerah ketika matanya lekat memandang kontolku yang sudah tegang dan mengeras sejak awal melihatnya. Kemudian Dendy merebahkan tubuh ibunya dan langsung mengintruksikan supaya aku segera menjilati memek tembem ibunya.

Entah mengapa, walau aku sudah sangat bernafsu, rasa canggung dan malu masih saja ada. Dengan bercampur ragu, perlahan-lahan aku menuruti intruksi Dendy kemudian mulai menjilati liang memek, bibir vagina tembem, dan itil Tante Meta dengan lembut dan perlahan. Tercium aroma wangi memeknya. Aku menjadi memiliki spekulasi bahwa memek orang kaya memang harum dan legit.

Tubuh Tante Meta terlihat mulai resah, pinggangnya sesekali terangkat naik sambil pahanya ia gunakan untuk menjepit kepalaku yang terbenam menikmati kelezatan memeknya.

“ooouuuhhh, ooouuuhhh, aaahhh, ehhhmmm, aaahhh.” desahnya sambil mulutnya mengocok dan menjilat kontol anaknya.

Tak peduli kepalaku dijepit pahanya, aku terus menjilat-jilat liang memek sampai itilnya. Perlahan-lahan, aku hisap dan kenyot-kenyot liang memek, bibir memeknya yang tembem, dan itilnya berkali-kali dengan lembut.

Sambil merasakan kontolnya dihisap dan dijilat-jilat ibunya, Dendy dengan penuh nafsu meremas-remas dan memilin puting susu ibunya. Sehingga Tante Meta semakin terbakar api birahi.

Tak sampai 10 menit, Tante Meta akhirnya mencapai orgasmenya. Terasa cairan kental, hangat, dan lengket ke luar dari dalam liang memeknya mengenai lidah serta daguku. Mendapat orgasmenya, paha Tante Meta semakin kencang menghimpit kepalaku dan menekan-nekan memeknya pada mulutku.

“ooouuuhhh, aaaeeehhh.” lenguh Tante Meta mendapat sensasi orgasme sambil menjepit erat kepalaku dengan pahanya yang sekal.

Setelah surut gelombang orgasme Tante Meta, perlahan aku bangkit sambil melap cairan orgasme Tante Meta pada daguku. Aku usapkan cairan itu pada kontolku yang masih tegang dan keras.

Tante Meta bangkit dan melepaskan kontol Dendy dari mulutnya. Dendy kemudian mempersilakanku untuk mengentot ibunya terlebih dahulu.

“kamu berbaring aja, ji.” pinta Tante Meta ketika aku dengan ragu-ragu mengangkangkan pahanya hendak melakukan penetrasi ke liang memeknya.

Aku pun segera menelentangkan tubuhku di atas kasurnya yang empuk dan lembut dengan perasaan malu. Ternyata Tante Meta suka WOT. Tante Meta mulai menaiki tubuhku dan menduduki kontolku. Ia kemudian bergerak maju mundur sehingga kontolku yang panjangnya sampai ke udel itu bergesekan dengan memeknya yang tembem.

Terlihat memek gundulnya Tante Meta mengkilat karena cairan birahi yang membasahi. Perlahan Tante Meta mulai mengarahkan kontolku yang panjang dan besar ke dalam liang memeknya. Ditekan tubuhnya turun secara perlahan. Tampak ia sedikit meringis. Namun, dengan perlahan-lahan ia menggoyang-goyang pinggulnya sambil menurunkan pantatnya supaya kontolku bisa terbenam lebih dalam di liang memeknya.

Sungguh nikmat sekali. Otot lubang memeknya begitu kuat mencengkram kontolku.

Sambil mulut Tante Meta tak berhenti mendesah, ia terus menggoyang-goyang pinggulnya dan menekannya supaya kontolku terbenam lebih dalam secara perlahan. Sampai akhirnya, kontolku amblas di dalam lubang memeknya yang lembab dan hangat.

“ooouuuhhh ssshhh, ooouuuhhh ssshhh.” desah Tante Meta sambil menggoyang-goyang pinggulnya memutar.

Perlahan-lahan ia mulai menaik turunkan pinggulnya mengocok kontolku yang terbenam di lubang memeknya. Dendy mulai mendekat dan mengarahkan kontolnya ke mulut ibunya.

Tante Meta mulai mengulum kontol anaknya sambil tubuhnya naik turun mengocok kontolku di lubang memeknya. Sesekali ia kembali menggoyang memutar pinggulnya membuatku merasakan nikmatnya cengkraman otot memeknya.

“ooouuuhhh ssshhh, ooouuuhhh ssshhh.” desahnya di sela-sela kesibukannya mengulum kontol anaknya.

Sampai akhirnya Tante Meta berhenti mengulum kontol anaknya dan hanya mengocok-ngocok kontol anaknya dengan tangan kirinya. Tante Meta terus menduduki kontolku, bergoyang-goyang memutar, dan menaik turunkan tubuhnya mengocok kontolku yang terbenam di lubang memeknya.

Dendy segera bangkit menuju belakang punggung ibunya. Sehingga Tante Meta menghentikan sejenak aksinya mengocok kontolku. Perlahan-lahan Dendy mulai menusukan kontolnya yang sudah dibasahi oleh ludahnya ke liang dubur ibunya.

Tante Meta meringis merasakan duburnya ditusuk kontol anaknya sambil mendekap erat tubuhku yang ditindih tubuh montoknya. Perlahan-lahan Dendy menekan kontolnya supaya bisa masuk lebih dalam di liang dubur ibunya.

“ooouuu sss, ooouuuhhh ssshhh, aaauuu.” erangnya sambil meringis ketika perlahan kontol anaknya masuk dan terbenam di lubang duburnya.

Perlahan-lahan Dendy mulai memaju mundurkan tubuhnya mengocokan kontolnya yang berada di lubang dubur ibunya. Tante Meta yang berhenti mengocok kontolku yang terbenam di dalam lubang memeknya hanya diam sambil mendesah dan mengerang-erang. Terasa oleh kontolku yang terbenam di memeknya dan kontol Dendy yang terbenam di lubang duburnya membuat kontolku merasakan sensasi sesak yang nikmat.

“aaaooouuu ssshhh, aaahhh ssshhh, ooouuuhhh ssshhh, eeehhhmmm.” desah Tante Meta menikmati tusukan di lubang memek dan duburnya.

Sambil terus menaik turunkan kontolku yang terbenam di lubang memeknya, aku arahkan tanganku untuk meremas-remas susu besarTante Meta. Terasa begitu kenyal dengan puting besar yang sudah sangat mengeras. Aku mainkan jari-jemariku memilin-milin puting susunya. Sehingga tubuh Tante Meta kembali ambruk menindih tubuhku sambil mencium dan menjilati wajahku.

Nafasnya terasa hangat menyentuh kulit wajahku. Dengan desah yang semakin seksi dan sarat akan suasana birahi.

“ooouuuhhh ssshhh, aaahhh ssshhh, mamah keluaaarr!” lenguh Tante Meta sambil badannya mengejang-ngejang.

Terasa memeknya berkedut-kedut dan mencengkram erat kontolku. Sehingga aku hentikan gerakan menaik turunkan kontolku demi merasakan kedutan dan cengkraman yang terasa nikmat pada kontolku.

Dendy pun berhenti memaju mundurkan kontolnya ke dalam lubang dubur ibunya memberikan memberikan kesempatan pada Tante Meta menikmati orgasmenya.

Setelah gelombang orgasme Tante Meta mereda, Dendy mulai kembali mengocokan kontolnya di dalam lubang dubur ibunya. Aku pun mulai mengikuti gerakan Dendy dengan menaik turunkan kontolku di dalam lubang memek Tante Meta.

Lebih dari 15 menit, hingga akhirnya Dendy mempercepat gerakannya memompa ke dalam lubang dubur ibunya. Dendy mulai memburu orgasmenya.

“ooouuuhhh ssshhh.” erang Dendy dengan tubuh licin berkeringat.

“aaahhh ssshhh, ooouuuhhh ssshhh.” desah Tante Menta mendapat kocokan cepat di lubang duburnya.

Sampai akhirnya Dendy mencabut kontolnya dari lubang dubur ibunya. Menyemburlah sperma Dendy di atas punggung ibunya. Aku melanjutkan menaik turunkan kontolku ke dalam lubang memek Tante Meta.

Tante Meta kini lebih leluasa mulai mengimbangi gerakanku dengan menggoyang-goyang memutar. Matanya terlihat terpejam sambil mulut sedikit menganga mengeluarkan desah-desah yang membakar birahiku.

Tampak gerakan pinggul Tante Meta mulai mengendur sehingga aku minta ia untuk berbari telentang. Tanpa banyak bicara, Tante Meta mulai melepas kontolku dari dalam lubang memeknya kemudian telentang di atas kasur. Aku tarik tubuhnya ke tepian kasur. kemudian aku angkat kedua kakinya ke atas. Tangan Tante Meta kemudian menggenggam kontolku yang licin penuh cairan memeknya untuk diarahkan ke dalam lubang memeknya.

Terlihat memeknya yang tembem semakin memerah. Tak hanya memeknya yang semakin memerah, susu, dada atas, leher, dan wajahnya pun semakin memerah.

Aku mulai memaju mundurkan kontolku ke dalam lubang memeknya dengan cepat. Tubuh Tante Meta ikut terhentak-hentak akibat gerakan maju mundurku yang cepat mengocok kontol ke dalam lubang memeknya. Sehingga mulut Tante Meta terus menganga mengeluarkan desahan dan erangan kenikmatan.

“ssshhh aaahhh, ooouuuhhh eeehmmm, ooouuuhhh ssshhh aaahhh.” desahnya dengan mulut menganga dan mata terus terpejam.

Di bawah 5 menit aku kocok dengan cepat memeknya, kembali Tante Meta mendapat orgasmenya. Tangannya mencengkram kuat tanganku yang sedang memegangi kakinya.

“ooouuuhhh ssshhh, ooouuuhhh ssshhh, ooouuuhhh.” lenguh Tante Meta sambil tubuhnya mengejang-ngejang.

Kedutan dan cengkraman memeknya kembali terasa. Aku hentikan gerakanku menikmati kembali sensasi nikmat pada kontolku akibat orgasme Tante Meta.

Nafas Tante Meta masih terengah-engah. Sesudah Tante Meta sudah menguasai dirinya kembali, aku balikan tubuhnya yang telentang untuk tengkurap. Aku tarik kembali tubuhnya ke tepian kasur. Dengan posisi berdiri, aku mulai menusukan kontolku dengan perlahan ke lubang duburnya. Agak sulit karena posisinya terlalu rendah.

Perlahan aku tusuk kembali lubang duburnya setelah aku beri ludah dengan kontolku yang sudah basah oleh lendir memeknya. Walaupun Dendy sudah mengentot dubur ibunya, aku masih merasa kesulitan memasukkan kontolku ke dalam lubang duburnya yang peret.

Dengan agak kuat aku dorong kontolku perlahan-lahan. Tante Meta mengerang sambil tangannya mencengkram kuat sprei tempat tidurnya.

“aaauuuhhh ssshhh, ooouuuwww ssshhh.” erang Tante Meta sungguh seksi sekali terdengar di telinga.

Setelah kontolku terbenam seluruhnya di dalam dubur Tante Meta, aku mulai memaju mundurkan kontolku mengocok duburnya secara perlahan. Tante Meta terus mengerang dan mendesah sambil tangannya tetap mencengkram kuat sprei kasurnya yang empuk dan lembut.

“ooouuuhhh ssshhh, ooouuuhhh ssshhh.” desah Tante Meta semakin sering dan cukup keras.

Dendy yang sudah orgasme hanya duduk di sofa merah sambil melihatku ngentot ibunya. Tersungging senyum mengembang di wajahnya ketika matanya beradu pandang denganku.

Dubur Tante Meta sudah terasa licin sehingga aku leluasa mempercepat gerakan memaju mundurkan kontolku. Sambil terus bergerak memaju mundurkan kontol dengan cepat, aku remas-remas pantat montoknya yang menggemaskan.

Semakin cepat aku memaju mundurkan kontolku ke dalam dubur Tante Meta, aku semakin merasakan kenikmatan pada kontolku. Sehingga kontolku mulai terasa gatel dan geli nikmat. Sampai akhirnya, aku tak kuat lagi menahan gelombang yang membuat syaraf menegang. Aku hentak-hentakan tubuhku menghantam pantat montok Tante Meta sambil menyemprotkan spermaku ke dalam lubang duburnya.

Belum usai spermaku terkuras habis, tubuh Tante Meta mengejang-ngejang. Pantatnya ia tekan-tekankan sambil kepalanya mendongak ke atas. Sehingga kontolku kembali terbenam lebih dalam di dalam duburnya. Meluncurlah lenguhan panjang dari mulutnya.

“ooouuuhhh ssshhh, aaahhh!” lenguh Tante Meta mendapatkan orgasmenya lagi.

Dengan nafas ngos-ngosan, aku tahan tubuhku supaya tidak ambruk menindih tubuh Tante Meta. Setelah usai gelombang orgasmeku dan orgasme Tante Meta, perlahan aku cabut kontolku dari liang duburnya.

Keringat membasahi sekujur tubuhku. Aku duduk di tepi kasur. Melihat permainan telah usai Dendy bangkit dari tempat duduknya menuju kamar mandi yang berada di dalam kamar tidur ibunya.

Tante Meta duduk di sampingku sambil bertanya mengenai sekolahku, di mana aku tinggal, sampai bertanya tentang pacar.

Sambil menunggu Dendy ke luar dari kamar mandi, aku ngobrol dengan Tante Meta. Sambil mengakrabkan diri.

Seusai makan malam di rumah Dendy, Tante Meta memberiku hp tanpa sepengetahuan Dendy. Dengan malu-malu aku terima hp tersebut.

“nih, buat puji. Ini kartu nama tante. Nanti kalau udah di pasang kartu, kamu segera hubungi tante, ya!” kata Tante Meta sambil menyodorkan hp dan kartu namanya.

“iya, tante. Terima kasih banyak.” jawabku dengan malu-malu.

Sekitar pukul setengah 9 malam, Dendy mengantarkanku pulang dengan sepeda motornya. Aku pun pamit ke Tante Meta dan bergegas meninggalkan rumah Dendy yang besar dan mewah.


==x=x=x=x==

Tante Meta the series II: TANTE META DIGEBER 4 BATANG



Setelah aku menggempur ibunya Dendy yang bernama Tante Meta, Dendy jadi semakin sering bersama-sama denganku. Sehingga aku tidak berani menghubungi Tante Meta sebab aku takut jika aku menghubungi Tante Meta akan terjadi hubungan istimewa antara aku dan Tante Meta. Dan jika itu terjadi besar kemungkinan hubungan aku dan Dendy akan menjadi buruk.

Siang itu Dendy kembali menjemputku di depan sekolah. Setelah bercakap sebentar aku pun langsung naik ke atas sepeda motornya. Di perjalanan tak ada sepatah katapun yang ke luar dari mulutnya. Makanya aku pun santai saja dan gak peduli mau dibawa kemana pun juga.

Ternyata aku dibawa menuju rumahnya. Rumah besar dan mewah yang hanya dihuni oleh Dendy, Tante Meta, dan Bu Inah pembantunya. Walau aku belum pernah bercakap-cakap dengan Bu Inah tapi aku merasa sudah kenal baik sebab, Dendy kerap bercerita tentang pembantunya tersebut.

Masuklah aku bersama Dendy ke dalam rumahnya yang mewah tersebut. Di ruangan bersantai tempat menonton tv terlihat Tante Meta sedang duduk sambil membaca majalah. Aku menjadi menduga-duga, “pasti Dendy ngajakin aku ngentot ibunya lagi! makanya ia langsung ajak aku ke rumahnya.” bisikku dalam hati.

Kami pun berjalan mendekat menghampiri Tante Meta. Kemudian Tante Meta pun tersadar dengan kehadiran kami dan segera menyimpan majalahnya. Pipi Dendy dikecupnya dengan lembut. Begitu juga aku, ketika aku hendak mencium tangannya, Tante Meta dengan cepat mencium pipiku pula. Senang bukan main sebab, dengan begitu berarti aku dan Dendy disayangi oleh Tante Meta.

Dendy langsung pergi menuju kamarnya. Sedangkan aku ikut duduk bersama Tante Meta di sofa putih yang lembut dan empuk.

“kamu kok gak ngehubungi tente. Apa hp yang tante kasih rusak atau hilang?” tanya Tante Meta.

“ada tante hpnya baik-baik saja. Cuma beberapa hari ini Dendy kan sering sama-sama aku terus. Makanya aku belum ngehubungi tante karena takut Dendy tahu, nanti jadi salah paham.” jawabku dengan polos.

“oh begitu. Kamu sudah makan?”

“belum tante. Tar aja aku belum lapar kok.” jawabku sambil menonton tv.

Dendy sudah berganti pakaian. Ia segera duduk dan ikut ngobrol sambil meluk dan meremas-remas tubuh serta susu Tante Meta. Aku yang melihat hal tersebut cuma bisa geleng-geleng kepala saja sambil tersenyum agak geli. Walaupun aku sebernarnya sangat terangsang melihat baju daster kuning yang dipakai Tante Meta terangkat karena ulah Dendy sehingga celana dalam hitam yang dikenakan ibunya itu terlihat mataku.

“mam, di belakang ada orang yang lagi kerja ya?” tanya Dendy pada Tante Meta.

“iya, kebetulan mamah kan libur hari ini jadi mamah suruh orang betulin pintu dan jendela belakang. Kayunya udah rapuh dan ada dinding yang udah retak juga. Kebetulan Bu Inah kenal sama tukang bangunan jadi dipanggil aja ke sini suruh betulin.” jawab Tante Meta.

Setelah bincang-bincang itu Dendy segera nyelonong ke belakang. Aku dan ibunya ditinggalkan berduaan lagi. Kami pun ngobrol-ngobrol.

Ketika sedang asik ngobrol dengan Tante Meta, Dendy muncul disertai dua orang lelaki yang rupanya kuli bangunan yang sedang bekerja di rumahnya. Badan kuli itu hitam dengan wajah yang terlihat garang. Tapi tubuh mereka berbeda, yang satu sudah agak tua, tubuhnya tinggi dan perutnya agak buncit sedangkan yang satu tingginya sama denganku dengan badan kurus tapi berotot dan mungkin usianya 4 atau 5 tahun lebih tua dariku.

“liat bang, seksi gak tuh?” tanya Dendy kepada kedua kuli bangunan tersebut.

Kedua kuli itu tak menjawab apa-apa. Terlihat wajah mereka yang hitam dan garang itu menjadi padam karena malu. Namun, mata mereka sesekali tampang mencuri-curi pandang ke arah tubuh Tante Meta yang putih, seksi, dan mulus.

“kenapa bang diem aja? mau ngentot gak?” tanya Dendy pada kedua kuli tersebut.

Aku yang mendengar itu kaget bukan main. Mengapa Dendy sampai berbuat demikian? Aku tatap wajah Tante Meta dan tampaklah kulit wajahnya semakin pucat pasi. Aku tahu bahwa ibunya merasa dipermalukan oleh anaknya sendiri sekaligus gelisah karena memikirkan rencana anaknya.

“mah, buka dong bajunya, biar mereka bisa liat tubuh indah mamah!” pinta Dendy pada ibunya.

Tante Meta diam saja sambil matanya melotot buas ke arah Dendy. Sedangkan Dendy dengan tenang membalas tatapan tajam ibunya itu dengan wajah biasa-biasa saja sambil cengengesan. Aku menjadi merasa tidak nyaman berada dalam kondisi demikian. Awalnya aku merasa nyaman ngobrol dengan Tante Meta sampai kenyamanan itu hilang karena ulah Dendy yang membawa dua kuli bangunan itu ke dalam rumah dan meminta ibunya untuk telanjang.

Aku sesungguhnya kasihan pada Tante Meta karena pasti batinnya tertekan. Dengan santai, Dendy mendekati ibunya dan duduku di sampingnya.

“ayo dong mah, buka baju mamah. Biar mereka bisa liat tubuh seksi mamah. Aku janji tidak akan aneh-aneh lagi. Ini yang terakhir mah!” desak Dendy pada Tante Meta dengan suara agak berbisik.

“enggak den! mamah gak mau! kamu pikir mamah itu wanita murahan?” jawab mamahnya.

“mah, sekali ini aja. Udah ini Dendy gak minta macem-macem lagi. Dendy janji!” kata Dendy terus mendesak ibunya.

Tante Meta yang berada di sampingku terus berdebat dengan Dendy. Aku serba salah sehingga aku lebih memilih diam karena bingung harus berbuat apa. Terlihat Tante Meta sampai mengeluarkan air matanya. Ingin rasanya aku pergi karena aku pun merasa sangat tidak nyaman dengan kondisi demikian.

Setelah perdebatan itu usai, akhirnya Tante Meta menuruti kemauan Dendy dengan syarat bahwa ini yang terakhir meminta Tante Meta menuruti kemauan Dendy. Dendy pun setuju dan berjanji bahwa ia tidak akan meminta yang macam-macam lagi.

Wajah Tante Meta tampak kacau ketika ia melepas dasternya. Tampaklah ia yang kini hanya mengenakan bh dan celana dalam berwarna hitam. Aku lihat kedua kuli itu melongo melihat Tante Meta.

“bang pada nunggu apa sih? ayo dong bang pada di buka juga bajunya!” pinta Dendy pada kedua kuli bangunan yang tak berkedip melihat keindahan tubuh Tante Meta.

Seolah tersadarkan oleh ucapan Dendy, kedua kuli itu kemudian membuka pakaiannya hingga tersisa celana dalam saja yang melekat ditubuh mereka. Dendy pun lantas menginstruksikan mereka untuk mendekat ke arah ibunya yang berada di sampingnya.

Dengan ragu-ragu kedua kuli itu berjalan mendekati Tante Meta. Setelah mereka berdiri dihadapan Tante Meta, Dendy menyuruh ibunya untuk mengoral kontol kedua kuli tersebut. Dengan wajah tak karuan, Tante Meta pun langsung melorotkan celana dalam kedua kuli itu dengan agak kasar. Tampaklah kedua kontol hitam di hadapan Tante Meta.

Ragu-ragu Tante Meta mulai mengoral kontol kuli itu bergantian. Ketika mengoral kontol kuli yang sudah agak tua yang tubuhnya tinggi dan perutnya agak buncit, tangan Tante Meta mengocok-ngocok kontol kuli yang muda yang tubuhnya kurus tapi berotot. Begitu aksi Tante Meta secara bergantian memanjakan kedua kontol kuli tersebut.

Ketika Tante Meta sedang mengoral bergantian kontol kedua kuli bangunan yang sedang bekerja di rumahnya, Dendy pun melepaskan bh hitam yang dipakai Tante Meta sehingga susu besar dengan puting besar itu mulai bergelayut mengiringi gerakan Tante Meta memaju mundurkan kepalanya mengoral kontol. Tangan Dendy dengan gemas meremas-remas susu Tante Meta sambil tersenyum penuh gairah kemenangan.

Dendy pun membimbing tubuh Tante Meta agar berdiri agak menungging. Tante Meta pun menuruti dan mulai menunggingkan pantatnya sambil terus mengoral kontol kedua kuli itu secara bergantian. Dengan agak gemas Dendy meremas-remas pantat montok ibunya sebelum akhirnya mempersilakan aku untuk bermain dengan memek Tante Meta.

Entah mengapa, aku yang awalnya merasa tidak nyaman dan agak kesal karena ulah Dendy yang tega pada ibunya, kini dengan penuh gairah birahi mulai menurunkan celana dalam Tante Meta. Terlihat memek tembem dengan kulit putih mulus tanpa bulu itu begitu menggoda birahiku. Dengan perlahan kudekatkan wajahku untuk mencium, menjilat liang memeknya.

Memek Tante Meta basah oleh lendir birahinya. Dengan perlahan-lahan aku jilati itilnya, aku kenyot-kenyot perlahan, dan ku putar-putar lidahku perlahan di liang memeknya yang merah menggoda. Sehingga tubuh Tante Meta bergetar mendapat sensasi di memeknya.

“ssshhh ooouuuhhh.” desah Tante Meta sambil terus mengoral kontol kedua kuli itu secara bergantian.

Aku terus melakukan aksi menghisap, menjilat, dan mengenyot itil serta liang memek Tante Meta secara perlahan. Terlihat Dendy sudah bugil dan kemudian berdiri di antara kedua kuli itu untuk mendapat oral dari Tante Meta.

Setelah semakin basah memek Tante Meta oleh lendir birahi yang bercampur dengan liurku, aku mulai mempercepat gerakan lidah serta mulutku untuk menghisap, menjilat, dan mengenyot liang memeknya sampai itilnya yang sudah menonjol mengeras.

Aku semakin hanyut dalam birahi. Kini aku mulai menjilati dan menusuk-nusuk liang dubur Tante Meta dengan lidahku sambil jari tengah tangan kiri aku tusukkan ke dalam liang memek Tante Meta. Terdengar erangan dan desahan Tante Meta berkali-kali ke luar dari mulutnya. Aku kobel-kobel liang memeknya dengan jari tengahku.

Belum sampai 10 menit, Dendy memintaku menghentikan aksiku yang sedang asik bermain dengan memek dan dubur ibunya. Aku pun menuruti dan segera bangkit berdiri. Kemudian Dendy menyuruh kuli yang masih muda untuk duduk di sofa. Ketika kuli itu sudah duduk di sofa, Dendy mengintruksikan ibunya untuk memasukkan kelamin kuli itu ke liang memeknya.

Dengan lincahnya, Tante Meta mulai mengoyang pinggulnya dan dikombinasi dengan kocokan naik turun dengan agak cepat. Sehingga kuli tersebut mengerang-erang penuh kenikmatan.

Dendy kembali berdiri dihadapan ibunya di ikuti oleh kuli yang agak tua. Dengan penuh nafsu Tante Meta mengulum kontolnya anaknya sambil sebelah tangannya mengocok-ngocok dengan cepat kontol kuli yang perutnya agak buncit itu.

Ketika aku hendak melangkah mendekat ke hadapan Tante Meta, aku lihat Bu Inah bengong melihat ke arah kontolku. Aku pun diam dan tak jadi melangkahkan kaki. Sampai akhirnya, mata kami saling tatap dan dengan wajah malu karena ketahuan sedang memperhatikan kontolku, ia pun segera menghilang ke dalam dapur.

Ketika aku berada di hadapan Tante Meta yang sedang mengoral secara bergantian kontol Dendy dan kuli itu, kontolku pun dikocok-kocok oleh tangan kirinya Tante Meta.

Tak sampai 5 menit, kuli kurus yang sedang ngentot memek Tante Meta itu telah mencapai orgasme sambil mengerang penuh kenikmatan. Ketika orgasme kuli yang masih muda itu surut perlahan-lahan Tante Meta melepaskan memeknya dari kontol pria tersebut. Terlihat sperma yang begitu banyak meleleh dari liang memek membasahi paha dan lantai rumahnya.

Kemudian Dendy meminat ibunya duduk di sofa sambi mengangkangkan kedua kakinya. Sehingga memek merah merekah itu terlihat begitu indah dengan bibir memeknya yang tembem. Dendy pun menyuruh kuli yang agak tua untuk memasukan kontolnya ke liang memek ibunya. Dengan penuh nafsu, kuli itu langsung mengarahkan kontolnya ke liang memek Tante Meta.

Setelah kontolnya terbenam, segeralah kuli itu menggenjot maju mundur dengan cepat. Tampak wajah Tante Meta menikmati genjotan kontol di dalam liang memeknya sehingga ia pun kembali mendesah-desah.

Aku dan Dendy segera naik ke atas sofa. Sambil berlutut di sebelah kiri Tante Meta, aku arahkan kontolku ke mulut Tante Meta sedangkan Dendy yang berlutut di sebelah kanan Tante Meta mendapat giliran dikocok oleh tangan kanan Tante Meta.

Terasa nikmat dan hangat sekali kontolku di dalam mulut Tante Meta. Sungguh rasanya enak sekali ketika kontolku dijilat, dikulum, dan disedot-sedot dengan lembut oleh Tante Meta. Begitulah secara bergantian Tante Meta memberikan oral dan kocokan pada kontolku dan kontol Dendy.

“ssshhh aaahhh, ssshhh ooouuuhhh. eeehhhmmm.” desah Tante Meta mendapat genjotan sangar dari kuli bangunan sambil mulut dan tangannya tetap mengoral dan mengocok kontolku dan Dendy secara bergantian.

Terlihat tubuh kuli itu sudah bercucuran keringat. Sehingga kulit hitamnya mengkilat. Ia begitu bernafsu menggenjot dengan cepat kontolnya masuk ke dalam liang memek Tante Meta yang tembem dan mulus tanpa bulu.

Ku lihat mulut kuli yang agak tua itu menganga karena desah yang ke luar karena merasakan nikmat pada kontolnya. Sehingga ia pun menghentikan gerakannya dan membiarkan kontolnya terbenam di dalam liang memek Tante Meta. Rupanya Tante Meta mendapat orgasme. Badannya meliuk-liuk kemudian mengejang-ngejang sambil tangannya mencengkram agak kuat kontolku dan kontol Dendy.

“ooouuuhhh ssshhh, aaauuuhhh ssshhh. ooouuuhhh ssshhh.” lenguh Tante Meta ketika mendapat orgasme.

Ketika mereda orgasme Tante Meta, pria yang menindihnya kembali memompakan kontolnya ke dalam liang memek Tante Meta dengan cepat. “plok plok plok” bunyi khas tersebut kian nyaring terdengar.

Kontolku kembali mendapat kuluman, jilatan dan kenyotan lembut dari Tante Meta yang sudah kembali bernafsu sambil tangannya mengocok-ngocok kontol anaknya. kembali secara bergantian kontolku dan kontol Dendy dioral dan di kocok oleh tangannya.

Tak lama sesudah Tante Meta orgasme, pria kuli yang agak buncit perutnya itu kian mempercepat memaju mundurkan kontolnya ke dalam liang memek Tante Meta. Rupanya pria kuli itu kini sedang memburu orgasmenya. Dan akhirnya sambil mengerang cukup nyaring, pria itupun mendapatkan orgasmenya. Tubuhnya mengejang sambil menurunkan kecepatan maju-mundurnya dengan perlahan ia menghentak-hentakkan pinggulnya seiring sperma yang meluncur dari lubang kencingnya ke dalam liang memek Tante Meta.

Tersungging senyum penuh kepuasan di wajah pria hitam setelah puas mengentot Tante Meta. Sedangkan nafasnya terengah-engah karena persetubuhan yang liar tersebut.

Dengan perlahan, pria tersebut mencabut kontolnya dari dalam liang memek Tante Meta. Spermanya pun ikut meleleh ke luar dari dalam liang memek Tante Meta.

“sudah puas bang? ayo tunggu apalagi silakan abang berdua kerja lagi di belakang!” perintah Dendy pada kedua kuli bangunan itu.

Setelah mengenakan pakaiannya kembali, kedua kuli itu pun segera melangkahkan kakinya menuju halaman belakang rumah Dendy untuk bekerja kembali.

Kini Dendy yang sudah sangat bernafsu, mengarahkan tubuh ibunya menuju pangkuannya. sambil saling mendekap, mereka ngentot dengan gaya WOT di atas sofa. Perlahan-lahan Tante Meta mengarahkan kontol anaknya ke dalam liang memeknya. Ketika kontol Dendy sudah berada di mulut liang memeknya, Tante Meta pun menurunkan pinggulnya perlahan-lahan membenamkan kontol anaknya ke dalam liang memeknya.

“aaahhh, ssshhh.” desah Tante Meta saat kontol anaknya terbenam seluruhnya di dalam liang memeknya.

Aku segera bangkit berdiri di atas sofa menghadapkan kontolku kehadapan wajah Tante Meta. Tante Meta mengerti dengan maksudku, ia pun langsung mengoral kontolku dengan gemas. “Wow” mataku terbelalak ketika ujung lidah Tante Meta mengorek-ngorek liang kencingku. Walaupun agak ngilu tapi kenikmatannya sungguh luar biasa.

Tante Meta menggoyang pinggulnya dengan liar serta mengkombinasikan gerakannya dengan naik turun secara cepat mengocok kontol Dendy. Sambil tetap mengoral dan meremas biji pelerku dengan lembut, mulutnya terus mengeluarkan desah dan erangan.

Aku minta pada Tante Meta untuk membasahi kontolku dengan ludahnya. Tante Meta pun meludahi kontolku sambil diratakan oleh tangannya ke seluruh kontolku dari kepala sampai pangkal kontol.

Setelah cukup banyak ludah di kontolku aku segera turun dari sofa. Aku ludahi liang dubur Tante Meta dan meratakan ludahku diduburnya dengan jari tangan kiriku. Aku mulai arahkan kontolku ke dalam liang dubur Tante Meta. Aku mulai tekan pinggulku supaya kontolku dapat masuk ke dalam liang duburnya degan perlahan-lahan.

Perlahan-lahan aku mulai memaju mundurkan pinggulku mengocok kontolku ke dalam liang duburnya yang peret dan mencengkram itu. Terasa sesak sekali. Sehingga aku merasakan kenikmatan tiada tara.

Ketika liang duburnya telah dapat menyesuaikan dengan kontolku, aku mulai maju mundur dengan agak cepat. Sehingga Tante Meta tak henti-hentinya mendesah dan mengerang ketika ia mencapai orgasme dengan kedua kontol yang tertancap di memek dan duburnya.

Terasa kedutan liang dubur dan cengkraman kuat pada kontolku yang terbenam didalam liang duburnya. Tubuhnya mengejang-ngejang. lenguhannya membahana karena agak keras ke luar dari mulutnya.

“ooouuuhhh ssshhh.” lenguhnya ketika Tante Meta orgasme.

Dendy memintaku mencabut kontol dari dalam lubang dubur ibunya sekaligus meminta ibunya untuk turun dari pangkuannya. Kemudian aku duduk di sofa dan Tante Meta pun segera bangkit kembali duduk di pangkuanku sambil memunggungiku. Dengan perlahan ia memasukan kontolku kembali pada liang duburnya. Tanpa kesulitan kontolku sudah terbenam di liang duburnya.

Dendy kemudian mengangkat kedua kaki ibunya sehingga punggung Tante Meta rapat dengan dadaku. Kulit punggunggunya yang basah dengan keringat terasa lembut menyentuh kulit dada dan perutku.

Kemudian Dendy mengarahkan kontolnya ke dalam liang memek Tante Meta. Setelah masuk, Dendy mulai mengocok maju mundur dengan cepat sedangkan aku dengan susah payah mulai menaik turunkan pinggulku menancapkan kontolku mengocok ke dalam liang dubur.

Walaupun cukup sulit, aku tetap merasakan desakan kontolku di dalam liang dubur Tante Meta yang peret dan mencengkram. Hangat liang dubur Tante Meta menjalar dari kepala kontol sampai pangkal kontolku.

Hampir 15 menit Dendy dan aku mengocok liang memek dan dubur Tante Meta dengan kontol kami, akhirnya Dendy mendapat orgasmenya. Dendy pun menghentikan gerakan maju mundurnya menikmati luncuran sperma dari kontolnya ke dalam memek ibunya.

Usai terkuras spermanya, Dendy kemudian melepas kontolnya dari dalam liang memek Tante Meta. Ia langsung pergi ke dapur tanpa mengenakan bajunya kembali.

Tante Meta kemudian turun dari pangkuanku setelah melepas ke luar kontolku dari dalam liang duburnya.

“ji, kita lanjut di kamar tante ya! cepet ambil baju kamu.” ajak Tante Meta padaku.

Aku segera bangkit dan memunguti bajuku yang berserakan di lantai. Kemudian mengikuti langkah Tante Meta menuju kamarnya.

Di dalam kamarnya, Tante Meta memintaku duduk dulu di kasurnya yang empuk dan dibalut sprei kasur yang lembut. Aku pun menuruti perintahnya sedangkan ia langsung menuju kamar mandi yang berada di dalam kamarnya untuk pipis dan membersihkan sperma di dalam liang memeknya.

Tak begitu lama menunggu, Tante Meta telah kembali. Ia langsung mendaratkan ciumannya di bibirku. Aku pun segera membalasnya sehingga kami berciuman dengan buas. Lidah kami saling lilit, saling hisap. Sehingga tak terasa liur meleleh dari dalam mulut dan membasahi dagu kami.

Perlahan aku mulai telusuri lehernya dengan lidahku. Aku kenyot-kenyot perlahan supaya tidak meninggalkan bekas merah pada lehernya. Sambil menjilat dan mengenyot-ngenyot lembut leher Tante Meta, aku mulai arahkan tanganku untuk meremas dan memilin susu besar dengan puting merah yang cukup besar dan keras.

Aku terunkan lidahku ke arah susunya yang besar dan kenyal itu. Aku jilati, aku hisap, dan aku kenyot-kenyot dengan gemas. Sehingga cukup banyak bekas cupanganku di kedua susu Tante Meta.

Tante Meta yang sudah sangat bernafsu sudah tidak tahan lagi sehingga tubuhku didorongnya cukup keras membuatku telentang di atas kasurnya. Dengan ganas ia naik di atasku. Tapi aku balas membanting tubuhnya sehingga Tante Meta telentang di sampingku.

Aku segera berjongkok di depan memek Tante Meta dan memikul kedua kakinya pada pundakku. Kemudian aku arahkan kontolku ke dalam liang memeknya dan mendorong kontolku secara perlahan-lahan masuk ke dalam liang memeknya. Terasa liang memeknya begitu sempit untuk ukuran kontolku yang panjangnya sampai ke udel dengan besar sekitar empat jari.

Ketika kontolku sudah terbenam, aku mulai memaju mundurkan kontolku dengan perlahan. Gayaku berjongkok memompa maju mundur pinggulku persis kodok yang hendak melompat. Sedangkan tanganku berpegangan sambil meremas-remas kedua susu Tante Meta yang besar dan kenyal.

“ooouuuhhh jiii, ssshhh ooouuuhhh.” desah Tante Meta menikmati kocokan kontolku pada memeknya.

Semakin lama, aku menambah kecepatan kocokan kontolku. Sampai akhirnya lebih dari 5 menit aku minta Tante Meta berganti gaya bercinta.

Sambil sama-sama berbaring miring, aku tusukkan kontolku ke dalam liang memek Tante Meta. Sebelah Tanganku aku gunakan untuk mengangkat sebelah kaki Tante Meta supaya aku lebih mudah melakukan tusukan maju mundur dengan leluasa dan cepat. Tapi belum sampai 5 menit, Tante Meta mengajakku berganti gaya bercinta lagi sebab ia merasa sulit bergerak mengimbangi gerakanku.

Doggy style menjadi alternatif kami. Tante Meta pun segera nungging di atas kasur sedangkan aku berlutut di belakang pantatnya. Aku mulai bimbing kontolku untuk masuk kembali ke dalam liang memeknya. Aku tusukkan kontolku dan memaju mundurkan pinggulku dengan cepat sambil kedua tanganku memegang kedua bongkahan pantatnya yang montok.

“ooouuuhhh ssshhh, ooouuuhhh ssshhh.” desah Tante Meta yang tak henti-hentinya ke luar dari mulutnya.

Tante Meta mulai mengikuti gerakanku dengan menggoyang-goyang pinggulnya memutar-mutar. Terasa kontolku bagai diremas-remas. aku terus memaju mundurkan kontolku dengan cepat. Kurang dari 3 menit dengan gaya doggy style, Tante Meta mendapatkan orgasme kembali. Tubuhnya mengejang dengan pinggang meliuk-liuk seksi.

“aaahhh ssshhh ooouuuhhh.” lenguh Tante Meta menikmati orgasmenya.

Aku berhenti memaju mundurkan pinggulku supaya Tante Meta lebih menikmati orgasmenya. Terasa hangat cairan orgasmenya pada kontol dan membasahi sampai pangkal kontolku.

Ketika kedutan dan cengkraman memeknya sudah surut, aku segera mengocok kembali liang memeknya dengan cepat. Sehingga Tante Meta kembali mendesah. Tanganku yang sedari tadi diam di atas pantatnya yang montok, kini aku gunakan untuk meremas-remas dengan gemas kedua bongkahan pantat Tante Meta.

Tubuh kami sudah semakin memerah dan basah oleh keringat yang terus bercucuran. Sedangkan pinggulku terus mengocok maju mundur ke dalam liang memeknya.

Tampak dari gerakannya, Tante Meta sudah kelelahan sehingga aku menyarankan untuk berganti gaya.

Tante Meta setuju dan segera telentang sambil membuka pahanya lebar-lebar. Aku segera menindihnya dan memasukan kontolku ke dalam liang memeknya lagi. Sambil berpelukan aku genjot dengan cepat.

Kedua kaki Tante Meta saling silang di atas pinggangku. Sambil saling memeluk kami pun berciuman kembali tanpa menghentikan genjotan ke dalam liang memeknya.

“ssshhh aaahhh ssshhh, aaahhh.” desah Tante Meta terasa hangat menjamah pipiku.

Aku percepat gerakanku ketika kontolku mulai merasakan gatal dan geli di dalam liang memek Tante Meta. Sehingga mulut Tante Meta pun terus mengeluarkan desahan diiringi erangan sambil memejamkan matanya. Sedangkan kedua tangannya mencengkram erat punggungku.

Tubuhnya mulai gelisah dan mengejang-ngejang. Aku rasakan kontolku dicengkram di dalam liang memeknya. Sedangkan kedutan-kedutan memeknya semakin kuat terasa. Dan kami pun sama-sama orgasme.

“aaahhh ssshhh, eeehhmmm ssshhh.” lenguhan orgasme Tante Meta terasa hangat nafasnya menyentuh kulit pipiku.

Aku hentikan genjotanku untuk menikmati sensasi orgasme kontolku yang menyemprotkan sperma sambil merasakan kedutan dan cengkraman memeknya yang hangat karena mengeluarkan cairan orgasmenya Tante Meta. Sungguh nikmatnya orgasme bersamaan.

Akhirnya, orgasme kami mereda. Sambil tetap berpelukan aku kecup bibir dan jidat Tante Meta dengan lembut. Perbuatanku itu ternyata direspon dengan senyum yang menawan dari Tante Meta yang cantik. Sungguh-sungguh cantik Tante Meta dengan senyum menawannya.

Perlahan-lahan, aku cabut kontolku dari lubang memeknya. Mengalirlah cairan spermaku dan cairan orgasme Tante Meta ke luar dari lubang memeknya membasahi sprei kasurnya yang lembut.

Aku pun segera bangkit dan meminta ijin menggunakan kamar mandi Tante Meta untuk mandi membersihkan tubuhku.

Setelah selesai mandi, aku lihat Tante Meta tertidur pulas di kasur. Aku pun menghampirinya dan menyelimuti tubuhnya yang masih telanjang. Kemudian dengan lembut aku kecup keningnya sebelum meninggalkan kamarnya.

Aku segera mencari Dendy di dalam kamarnya. Tampak ia sedang bersantai merokok sambil bertelanjang dada.

Kami pun menghabiskan waktu untuk merokok sambil bermain PS di kamar Dendy.

Sekitar pukul 9 malam, sesudah ikut makan malam bersama Tante Meta dan Dendy, aku pamit pulang. Selama makan malam, Tante Meta enggan bicara dengan anaknya. Rupanya Tante Meta masih kesal terhadap Dendy.



cerita sex yes.. ahhh.. fuck my pussy... oh.. good dick.. Big cock... Yes cum inside my pussy.. lick my nipples... my tits are tingling.. drink milk in my breast.. enjoying my milk nipples... play with my big tits.. fuck my vagina until I get pregnant.. play "Adult sex games" with me.. satisfy your cock in my wet vagina..
Klik Nomor untuk lanjutannya

Related Posts