Seri 1 Bu Suti
Tante Cici the series I: Bermain dengan ADIK IBUKU
Namaku Puji. Usiaku 16 thn ketika kejadian bersama adik ibuku bermula. Aku sudah duduk di bangku SMA kelas 1. Tubuhku sudah menjadi lebih tinggi, yaitu sudah mencapai 165 cm. Badanku tidak kurus dan tidak besar, biasa-biasa saja layaknya tubuh remaja yang cuma getol olah raga paling banyak seminggu 2 kali.
Ketika aku masuk SMA, aku bahagia sebab, aku kebagian masuk sekolah siang. Artinya aku bisa bebas bersetubuh dengan tetanggaku yang bernama BU Suti. Bu Suti merupakan Binor seksi 50 thn walaupun sudah punya 5 orang anak dan kini cucunya telah bertambah menjadi 3. Tingginya 158 cm, susunya 32C dengan puting panjang sebesar kelingking, serta pantatnya bulat dan bahenol sekali.
Namun, semua kurang sesuai dengan yang diharapkan. Makanya, persetubuhanku dengan Bu Suti jarang terealisasi. Sebab, adik ibuku yang berkuliah di kotaku kini tinggal bersama keluargaku. Kamarnya berada di samping kamarku. Adik ibuku ini biasa aku panggil Tante Cici. Dia orangnya baik sekali, perhatian, dan terbuka.
Aku baru tahu, kalau kuliah itu enak karena dari seminggu cuma 4 hari berkuliah, sisanya libur karena tidak ada mata kuliah. Jadi Tante Cici sering berada di rumah menemani aku dan adik kecilku yang kini usianya sudah 3 thn untuk bermain.
Usia antara aku dan Tante Cici hanya berbeda 3 thn saja. Makanya, walau baru sebentar tinggal di rumahku, aku dan tanteku cepat menjadi akrab. Tinggi badan Tante Cici lebih pendek sedikit dari Bu Suti. Mungkin 155/156cm. Tapi susunya yang bulat terlihat lebih menonjol dan lebih besar dari Bu Suti, mungkin sekitar 34C/D.
Aku pernah melihatnya lansung, ketika itu, nyelonong membuka pintu kamar Tante Cici karena mau meminjam cd musik. Aku kaget sebab, Tante Cici hendak berganti baju. Terlihat ia hanya mengenakan kutang hitam serta celana dalam hitam yang melekat pada tubuhnya. Pemandangan yang menggiurkan sekali. Namun, aku pun menjadi malu dan langsung menutup kembali pintu kamarnya.
Setiap pagi seringkali aku melihat tanteku ini menyapu dan mengepel rumah jika sedang libur kuliah atau kuliah di jam siang. Aku sering melihat dua susu montoknya itu bergelayut di balik bajunya yang berbelahan dada rendah baik pada saat sedang menyapu rumah maupun pada saat ia mengepel. Sungguh pemandangan yang indah walaupun melihat hal itu membuatku tersiksa akibat harus menahan konak dan gelora birahi.
Jika tanteku sedang menyapu atau mengepel rumah, aku sering iseng. Sengaja aku biarkan kakiku berada di lantai walaupun berkali-kali tanteku menyuruhku menaikan kaki ke atas kursi tempat aku duduk berdua bersama adikku tapi dengan sengaja aku tidak menuruti perintahnya. Hal tersebut sering membuat tanteku agak kesal walaupun tidak pernah ia marah.
Aku sering membalas menggelitiki pinggang tanteku sampai akhirnya kita berdua duduk sambil tertawa bersama sesudahnya. Ketika aku menggelitiki pinggangnya ia sering meronta ke sana ke mari sehingga, jari-jariku sering menyentuh susu montoknya secara tidak sengaja dan badannya sering pula berlabuh dipangkuanku akibat kegelian karena aku gelitiki.
Aku sering gelisah ketika badan tanteku yang sedang aku gelitiki menindih pahaku sehingga posisi badan bagian atasnya berada dalam pangkuanku. Posisi demikian membuatku gelisah sebab, aku takut kontolku yang mengeras tegang diketahuinya.
Aku tidak pernah menyangka bahkan tidak pernah merencanakan untuk bersetubuh dengan tanteku yang tak lain adalah adik kandung ibuku sendiri. Selain seleraku lebih tertuju pada wanita tua seperti Bu Suti, aku pun menghormati ia sebagai adik ibuku. Tapi ternyata semuanya telah terjadi, aku menggauli tanteku hampir setiap ada kesempatan.
Kejadian awal bermula ketika nenekku (ibu dari ayahku yang rumahnya tak jauh dari rumahku) pergi dengan membawa serta adikku untuk berbelanja. Maka, pada pagi itu rumahku sepi hanya tinggal aku berdua dengan tanteku. Ibu dan ayahku sudah berangkat bekerja pagi-pagi.
Seperti pagi-pagi biasanya, tanteku menyapu lantai dan mengepel rumah. Aku yang duduk sambil menonton tv kembali iseng dengan tak mau menaikan kakiku. Tanteku yang menyaksikan ulahku itu langsung menyerangku.
“aduh Puji, kamu bandel ih!” ucapnya sambil mengeluarkan jurus menggelitiki pinggangku.
Aku yang mendapat serangan tak tinggal diam, aku balas menggelitiki pinggangnya. Ia tertawa kegelian sambil menggelinjang tak karuan. Akhirnya ia memeluk pinggangku erat dengan kepala berada tepat di perutku. Posisi demikian membuat kontolku yang sudah tegang dan keras tertindih oleh susunya yang montok.
Namaku Puji. Usiaku 16 thn ketika kejadian bersama adik ibuku bermula. Aku sudah duduk di bangku SMA kelas 1. Tubuhku sudah menjadi lebih tinggi, yaitu sudah mencapai 165 cm. Badanku tidak kurus dan tidak besar, biasa-biasa saja layaknya tubuh remaja yang cuma getol olah raga paling banyak seminggu 2 kali.
Ketika aku masuk SMA, aku bahagia sebab, aku kebagian masuk sekolah siang. Artinya aku bisa bebas bersetubuh dengan tetanggaku yang bernama BU Suti. Bu Suti merupakan Binor seksi 50 thn walaupun sudah punya 5 orang anak dan kini cucunya telah bertambah menjadi 3. Tingginya 158 cm, susunya 32C dengan puting panjang sebesar kelingking, serta pantatnya bulat dan bahenol sekali.
Namun, semua kurang sesuai dengan yang diharapkan. Makanya, persetubuhanku dengan Bu Suti jarang terealisasi. Sebab, adik ibuku yang berkuliah di kotaku kini tinggal bersama keluargaku. Kamarnya berada di samping kamarku. Adik ibuku ini biasa aku panggil Tante Cici. Dia orangnya baik sekali, perhatian, dan terbuka.
Aku baru tahu, kalau kuliah itu enak karena dari seminggu cuma 4 hari berkuliah, sisanya libur karena tidak ada mata kuliah. Jadi Tante Cici sering berada di rumah menemani aku dan adik kecilku yang kini usianya sudah 3 thn untuk bermain.
Usia antara aku dan Tante Cici hanya berbeda 3 thn saja. Makanya, walau baru sebentar tinggal di rumahku, aku dan tanteku cepat menjadi akrab. Tinggi badan Tante Cici lebih pendek sedikit dari Bu Suti. Mungkin 155/156cm. Tapi susunya yang bulat terlihat lebih menonjol dan lebih besar dari Bu Suti, mungkin sekitar 34C/D.
Aku pernah melihatnya lansung, ketika itu, nyelonong membuka pintu kamar Tante Cici karena mau meminjam cd musik. Aku kaget sebab, Tante Cici hendak berganti baju. Terlihat ia hanya mengenakan kutang hitam serta celana dalam hitam yang melekat pada tubuhnya. Pemandangan yang menggiurkan sekali. Namun, aku pun menjadi malu dan langsung menutup kembali pintu kamarnya.
Setiap pagi seringkali aku melihat tanteku ini menyapu dan mengepel rumah jika sedang libur kuliah atau kuliah di jam siang. Aku sering melihat dua susu montoknya itu bergelayut di balik bajunya yang berbelahan dada rendah baik pada saat sedang menyapu rumah maupun pada saat ia mengepel. Sungguh pemandangan yang indah walaupun melihat hal itu membuatku tersiksa akibat harus menahan konak dan gelora birahi.
Jika tanteku sedang menyapu atau mengepel rumah, aku sering iseng. Sengaja aku biarkan kakiku berada di lantai walaupun berkali-kali tanteku menyuruhku menaikan kaki ke atas kursi tempat aku duduk berdua bersama adikku tapi dengan sengaja aku tidak menuruti perintahnya. Hal tersebut sering membuat tanteku agak kesal walaupun tidak pernah ia marah.
Aku sering membalas menggelitiki pinggang tanteku sampai akhirnya kita berdua duduk sambil tertawa bersama sesudahnya. Ketika aku menggelitiki pinggangnya ia sering meronta ke sana ke mari sehingga, jari-jariku sering menyentuh susu montoknya secara tidak sengaja dan badannya sering pula berlabuh dipangkuanku akibat kegelian karena aku gelitiki.
Aku sering gelisah ketika badan tanteku yang sedang aku gelitiki menindih pahaku sehingga posisi badan bagian atasnya berada dalam pangkuanku. Posisi demikian membuatku gelisah sebab, aku takut kontolku yang mengeras tegang diketahuinya.
Aku tidak pernah menyangka bahkan tidak pernah merencanakan untuk bersetubuh dengan tanteku yang tak lain adalah adik kandung ibuku sendiri. Selain seleraku lebih tertuju pada wanita tua seperti Bu Suti, aku pun menghormati ia sebagai adik ibuku. Tapi ternyata semuanya telah terjadi, aku menggauli tanteku hampir setiap ada kesempatan.
Kejadian awal bermula ketika nenekku (ibu dari ayahku yang rumahnya tak jauh dari rumahku) pergi dengan membawa serta adikku untuk berbelanja. Maka, pada pagi itu rumahku sepi hanya tinggal aku berdua dengan tanteku. Ibu dan ayahku sudah berangkat bekerja pagi-pagi.
Seperti pagi-pagi biasanya, tanteku menyapu lantai dan mengepel rumah. Aku yang duduk sambil menonton tv kembali iseng dengan tak mau menaikan kakiku. Tanteku yang menyaksikan ulahku itu langsung menyerangku.
“aduh Puji, kamu bandel ih!” ucapnya sambil mengeluarkan jurus menggelitiki pinggangku.
Aku yang mendapat serangan tak tinggal diam, aku balas menggelitiki pinggangnya. Ia tertawa kegelian sambil menggelinjang tak karuan. Akhirnya ia memeluk pinggangku erat dengan kepala berada tepat di perutku. Posisi demikian membuat kontolku yang sudah tegang dan keras tertindih oleh susunya yang montok.
Masih dalam posisi demikian, tanteku akhirnya menyerah dan memintaku menghentikan menggelitik pinggangnya. Aku pun berhenti. Ia kemudian melepaskan pelukannya pada pinggangku. Lalu ia bersandar di kursi sambil terengah-engah kecapean akibat digelitikin. Tampak keringat membasahi wajahnya. Aku memang suka kepada wanita saat berkeringat.
Ia mengusap-usap lembut kepalaku sambil tetap duduk bersandar. Aku pun tak tinggal diam, aku lap keringat di wajah dan keningnya. Ia tersenyum manis melebihi biasanya. Tiba-tiba entah dorongan dari mana, aku berani mencium kening tanteku sendiri. Yang aku rasakan, secara tiba-tiba aku menjadi sayang kepada tanteku dan menjadi ingin lebih dekat dengannya.
Mendapat perlakuan demikian, tanteku tidak marah malah ia menyentuh lembut pipiku sampai akhirnya ia mencium lembut bibirku. Karena mendapat rambu tersebut, aku pun balas mencium bibirnya sampai akhirnya kita berciuman.
Awalnya memang berciuman biasa saja, tapi setelah cukup lama tiba-tiba lidah tanteku menerobos masuk ke dalam mulutku. Hal tersebut tidak aku sia-siakan untuk mengusap-usap lidahnya dengan lidahku dan mengenyot lidahnya dengan lembut. Tante Cici kemudian melingkarkan kedua tangannya melingkari leherku.
“ssshhh eeehhhmmm.” desah tanteku terasa hangat desahnya saat ia melepas bibir bawah untuk membuka mulutnya yang tak tahan untuk mendesah di tengah kesibukan berciuman liar denganku.
Aku hentikan ciuman liar. Aku cium dan jilati lehernya yang sudah basah oleh keringatnya. Tante Cici menjadi semakin bernafsu sehingga tangannya tak lagi melingkari leherku melainkan sudah meremas-remas kepala serta rambutku.
Secara perlahan, aku buka kaos putih yang dipakai tanteku. Sehingga tampak kutang hitam yang pernah aku lihat ketika aku nyelonong membuka pintu kamarnya dan mendapati ia hanya mengenakan kutang tersebut serta celana dalam berwarna hitam. Segera aku jilati bagian atas susunya yang tidak tertutup kutang.
Tanteku kemudian membukakan kutangnya untuk memudahkanku bermain secara leluasa dengan susunya. Kulitnya yang putih membuat areola melingkar di tengah susunya tampak menggiurkan dengan warna coklat muda kemerah-merahan. Namun sayang, putingnya kecil sehingga hanya sedikit menonjol walaupun sudah menjadi keras di tengah susunya yang padat dan kenyal.
Aku hisap, aku jilat, aku kenyot-kenyot dengan lembut susu dan putingnya. Tanteku bergerak-gerak gelisah menandakan birahinya sudah semakin memuncak. Sampai akhirnya tangannya sudah berada di atas kontolku di luar celana pendek yang aku kenakan.
Tanteku mengusap-usap kontolku sedikit kasar. Namun, walau mendapat perlakuan demikian aku tetap liar memainkan lidah dan mulutku pada kedua susunya yang montok, kenyal, serta padat itu.
Tanteku kemudian berdiri melucuti celana pendek dan menurunkan celana dalamnya sendiri. Tampak memeknya begitu tembem tanpa ada bulu sedikitpun. “wow, seksinya!” bisikku di dalam hati.
Ia kemudian memintaku berdiri dan langsung menurunkan celana pendekku langsung dengan celana dalamnya sehingga kontolku yang sudah sangat keras menunjuk-nunjuk ke depan. Tampak ia kaget melihat kontolku yang besar dan panjang seperti Ibu Suti pernah katakan. Wajah tanteku semakin memerah tanpa berkedip melihat ke arah kontolku.
Tante Cici semakin liar bermain dengan kontolku. Ia mulai menjilati dan memaju mundurkan kepalanya. Tidak seperti Bu Suti, Tante Cici lebih mahir sehingga kontolku tidak pernah menyentuh giginya. Tak terlewatkan kepala kontolku ia kenyot-kenyot lembut sambil tangannya meremas biji pelerku secara lembut.
Tampak ia begitu berpengalaman mengoral kelamin laki-laki. Sehingga muncul berbagai pikiran dalam otakku, “aneh, tanteku yang terlihat sebagai wanita baik-baik yang tidak suka keluyuran serta lugu ini begitu pandai mengoral kontol. Apa mungkin ia sering menonton film bokef? Jika begitu, tidak mungkin dari hasil menonton ketika baru mempraktekannya bisa sedemikian handalnya mengoral kontol laki-laki!
Melihat Tanteku sudah kelelahan, aku beranjak menuju pintu untuk mengunci pintu rumah karena khawatir ada orang yang masuk. Setelah mengunci pintu, aku suruh Tante Cici duduk sambil membuka kakinya lebar-lebar. Ia pun menuruti kemauanku.
Terlihat memeknya yang tanpa bulu dan tembem. Aku segera menjilati memeknya dengan perlahan dan lembut dari mulai liang memeknya yang kecil sampai itilnya. Hampir seluruh kulit tubuhnya menjadi merah ketika aku mulai sedikit-sedikit mempermainkan lidah dan mulutku pada memeknya.
“aaaaeeehhh ssshhh” desahnya sambil tubuhnya tak bisa diam bergerak kian kemari mendapat sensasi nikmat pada memeknya.
Aku coba mencolokan jari tengahku ke liang memeknya yang sudah sangat basah oleh cairan yang ke luar dari memeknya. Peret sekali dan agak sulit memasukan jariku pada liang memeknya yang kecil. Aku kocokan jari tengahku perlahan-lahan sambil mulutku mengenyot dan menjilati itilnya yang sudah sangat mengeras.
Ia mengusap-usap lembut kepalaku sambil tetap duduk bersandar. Aku pun tak tinggal diam, aku lap keringat di wajah dan keningnya. Ia tersenyum manis melebihi biasanya. Tiba-tiba entah dorongan dari mana, aku berani mencium kening tanteku sendiri. Yang aku rasakan, secara tiba-tiba aku menjadi sayang kepada tanteku dan menjadi ingin lebih dekat dengannya.
Mendapat perlakuan demikian, tanteku tidak marah malah ia menyentuh lembut pipiku sampai akhirnya ia mencium lembut bibirku. Karena mendapat rambu tersebut, aku pun balas mencium bibirnya sampai akhirnya kita berciuman.
Awalnya memang berciuman biasa saja, tapi setelah cukup lama tiba-tiba lidah tanteku menerobos masuk ke dalam mulutku. Hal tersebut tidak aku sia-siakan untuk mengusap-usap lidahnya dengan lidahku dan mengenyot lidahnya dengan lembut. Tante Cici kemudian melingkarkan kedua tangannya melingkari leherku.
“ssshhh eeehhhmmm.” desah tanteku terasa hangat desahnya saat ia melepas bibir bawah untuk membuka mulutnya yang tak tahan untuk mendesah di tengah kesibukan berciuman liar denganku.
Aku hentikan ciuman liar. Aku cium dan jilati lehernya yang sudah basah oleh keringatnya. Tante Cici menjadi semakin bernafsu sehingga tangannya tak lagi melingkari leherku melainkan sudah meremas-remas kepala serta rambutku.
Secara perlahan, aku buka kaos putih yang dipakai tanteku. Sehingga tampak kutang hitam yang pernah aku lihat ketika aku nyelonong membuka pintu kamarnya dan mendapati ia hanya mengenakan kutang tersebut serta celana dalam berwarna hitam. Segera aku jilati bagian atas susunya yang tidak tertutup kutang.
Tanteku kemudian membukakan kutangnya untuk memudahkanku bermain secara leluasa dengan susunya. Kulitnya yang putih membuat areola melingkar di tengah susunya tampak menggiurkan dengan warna coklat muda kemerah-merahan. Namun sayang, putingnya kecil sehingga hanya sedikit menonjol walaupun sudah menjadi keras di tengah susunya yang padat dan kenyal.
Aku hisap, aku jilat, aku kenyot-kenyot dengan lembut susu dan putingnya. Tanteku bergerak-gerak gelisah menandakan birahinya sudah semakin memuncak. Sampai akhirnya tangannya sudah berada di atas kontolku di luar celana pendek yang aku kenakan.
Tanteku mengusap-usap kontolku sedikit kasar. Namun, walau mendapat perlakuan demikian aku tetap liar memainkan lidah dan mulutku pada kedua susunya yang montok, kenyal, serta padat itu.
Tanteku kemudian berdiri melucuti celana pendek dan menurunkan celana dalamnya sendiri. Tampak memeknya begitu tembem tanpa ada bulu sedikitpun. “wow, seksinya!” bisikku di dalam hati.
Ia kemudian memintaku berdiri dan langsung menurunkan celana pendekku langsung dengan celana dalamnya sehingga kontolku yang sudah sangat keras menunjuk-nunjuk ke depan. Tampak ia kaget melihat kontolku yang besar dan panjang seperti Ibu Suti pernah katakan. Wajah tanteku semakin memerah tanpa berkedip melihat ke arah kontolku.
Tante Cici semakin liar bermain dengan kontolku. Ia mulai menjilati dan memaju mundurkan kepalanya. Tidak seperti Bu Suti, Tante Cici lebih mahir sehingga kontolku tidak pernah menyentuh giginya. Tak terlewatkan kepala kontolku ia kenyot-kenyot lembut sambil tangannya meremas biji pelerku secara lembut.
Tampak ia begitu berpengalaman mengoral kelamin laki-laki. Sehingga muncul berbagai pikiran dalam otakku, “aneh, tanteku yang terlihat sebagai wanita baik-baik yang tidak suka keluyuran serta lugu ini begitu pandai mengoral kontol. Apa mungkin ia sering menonton film bokef? Jika begitu, tidak mungkin dari hasil menonton ketika baru mempraktekannya bisa sedemikian handalnya mengoral kontol laki-laki!
Melihat Tanteku sudah kelelahan, aku beranjak menuju pintu untuk mengunci pintu rumah karena khawatir ada orang yang masuk. Setelah mengunci pintu, aku suruh Tante Cici duduk sambil membuka kakinya lebar-lebar. Ia pun menuruti kemauanku.
Terlihat memeknya yang tanpa bulu dan tembem. Aku segera menjilati memeknya dengan perlahan dan lembut dari mulai liang memeknya yang kecil sampai itilnya. Hampir seluruh kulit tubuhnya menjadi merah ketika aku mulai sedikit-sedikit mempermainkan lidah dan mulutku pada memeknya.
“aaaaeeehhh ssshhh” desahnya sambil tubuhnya tak bisa diam bergerak kian kemari mendapat sensasi nikmat pada memeknya.
Aku coba mencolokan jari tengahku ke liang memeknya yang sudah sangat basah oleh cairan yang ke luar dari memeknya. Peret sekali dan agak sulit memasukan jariku pada liang memeknya yang kecil. Aku kocokan jari tengahku perlahan-lahan sambil mulutku mengenyot dan menjilati itilnya yang sudah sangat mengeras.
“eeemmhhh, ooouuuhhh, eeessshhh.” desah dan erangannya membuat suasana semakin birahi.
Aku terus jilat, hisap, dan kenyot itilnya dengan lembut dan terkadang dengan kenyotan kuat pada itilnya. Sedangkan jari tengahku sudah semakin leluasa mengocok liang memeknya. Perlakuan demikian berlangsung hampir 15 menit sehingga tanteku mencapai orgamsenya.
“aaahhh, ooouuuhhh jjiii!” erangannya mendapat orgasme sambil tangannya mencengkram kuat menekan kepalaku pada memeknya yang berkedut-kedut hebat sambil tubuhnya menggelinjang-gelinjang akibat orgasme yang melandanya.
Cairan orgasmenya membasahi tangan serta daguku. Perlahan kutarik jari tengah dari dalam lubang memeknya. Terdengar nafas Tante Cici masih terengah-engah. Aku pinta ia untuk nungging. Tanpa banyak basa-basi ia segera mengambil posisi nungging di atas kursi. Posisiku yang berdiri di bawah kursi menjadi lebih leluasa melakukan penetrasi kontolku ke dalam liang memeknya.
Sambil tangan kananku mencengkram pantat bulatnya yang lembut, aku arahkan kontolku menuju lubang memeknya dengan bantuan satu tangan kiriku. Cukup sulit kepala kontolku memasuki lubang memeknya yang peret. Namun, dengan dorongan agak kuat, aku dorong perlahan kontolku sampai akhirnya kontolku bisa terbenam di dalam liang memeknya dengan bantuan cairan memek dan sisa cairan orgasmenya.
Akhirnya, liang memek Tante Cici sudah dapat menyesuaikan dengan kontol besar dan panjang milikku. Sehingga aku menjadi lebih leluasa memaju mundurkan kontolku di dalam liang memeknya.
“eeemmm jjiii eeemmmhhh enak jjiii!” desah Tante Cici.
Aku semakin semangat memompa kontolku. Aku mulai menambah kecepatan sehingga bunyi “plok plok plok” menjadi semakin gencar dan keras terdengar.
“aaaahhh, aaaeeehhh, ssshhh, ooouuuhhh!” desah tanteku seiring gerakanku yang semakin cepat.
Sambil memaju mundurkan kontolku ke dalam memeknya, kini kedua tanganku ikut meremas-remas agak kuat pantat bulatnya. Terdengar desahan dan erangan tanteku semakin liar membahana. Karena nafsu birahi yang melanda kami, tak kami pedulikan suara-suara birahi ini walau akan terdengar oleh tetangga rumahku.
Tampak Tante Cici mulai menggoyang-goyangkan pantatnya. Dengan kecepatan penuh aku kocok terus memeknya dengan kontolku.
“jjiii! aku keluar! aaaooouuuhhh, ooouuuwww, ssshhh!” erangannya saat mendapat orgasme keduanya.
Aku hentikan gerakanku, menikmati kedutan-kedutan memeknya pada kontolku yang masih terbenam kuat di dalam memeknya. Terasa kontolku pun tercengkram di dalamnya. Sungguh nikmat sekali.
Ketika gelora orgasme tanteku mereda, aku segera menelentangkan tubuh tanteku. Kemudian dengan penuh pengertian ia merentangkan kakinya lebar-lebar supaya aku lebih leluasa menusukan kontolku ke dalam lubang memeknya.
Bibir memeknya masih memerah. Dengan memandang memeknya membuatku menelan ludah sendiri. Sungguh indah memeknya. Tanpa bulu, tembem, dan merah.
Dengan mudah aku masukan kontolku. Sehingga setelah kontolku terbenam semakin dalam pada liang memeknya, aku mulai gerakan maju mundur dengan cepat. Gerakanku yang cepat membuat kedua susu montok dan kenyal tanteku bergoyang-goyang turun naik. Emh indah sekali susunya walaupun putingnya kecil dan tidak sebesar puting susu Bu Suti.
“aaaeeehhh, eeehhhmmm, ooouuuhhh!” Desah Tante Cici.
Aku terus mengocok memaju mundurkan kontol dengan cepat ke dalam liang memeknya. Terlihat mata tanteku terpejam dengan mulut menganga sambil tak henti-hentinya mengeluarkan desahan-desahan yang sangat sensual ditelingaku.
Aku raih kedua susunya yang bergoyang-goyang indah itu. Aku mulai remas-remas kedua susu montok, padat, dan kenyal tanteku itu dengan mengkombinasikan remasan lembut dan cengkraman agak kuat sambil terus memaju mundurkan kontolku dengan cepat di dalam lubang memeknya. Membuat tanteku menggelinjang-gelinjang di atas kursi dengan mata yang terus terpejam, pipi semakin merah, dan mulut menganga yang tak henti-hentinya mengeluarkan desahan serta erangan.
“aaaooouuuwww, aaahhh, jiii, aku keluaaaar!” erang tanteku. sambil memeluk tubuhku dengan erat.
Hampir berbarengan dengan orgasme tanteku, akhirnya aku pun mencapai orgasme. Aku cabut kontolku dari dalam lubang memeknya. Terlihat begitu banyak sperma tertumpah di atas perut tanteku.
Aku terus jilat, hisap, dan kenyot itilnya dengan lembut dan terkadang dengan kenyotan kuat pada itilnya. Sedangkan jari tengahku sudah semakin leluasa mengocok liang memeknya. Perlakuan demikian berlangsung hampir 15 menit sehingga tanteku mencapai orgamsenya.
“aaahhh, ooouuuhhh jjiii!” erangannya mendapat orgasme sambil tangannya mencengkram kuat menekan kepalaku pada memeknya yang berkedut-kedut hebat sambil tubuhnya menggelinjang-gelinjang akibat orgasme yang melandanya.
Cairan orgasmenya membasahi tangan serta daguku. Perlahan kutarik jari tengah dari dalam lubang memeknya. Terdengar nafas Tante Cici masih terengah-engah. Aku pinta ia untuk nungging. Tanpa banyak basa-basi ia segera mengambil posisi nungging di atas kursi. Posisiku yang berdiri di bawah kursi menjadi lebih leluasa melakukan penetrasi kontolku ke dalam liang memeknya.
Sambil tangan kananku mencengkram pantat bulatnya yang lembut, aku arahkan kontolku menuju lubang memeknya dengan bantuan satu tangan kiriku. Cukup sulit kepala kontolku memasuki lubang memeknya yang peret. Namun, dengan dorongan agak kuat, aku dorong perlahan kontolku sampai akhirnya kontolku bisa terbenam di dalam liang memeknya dengan bantuan cairan memek dan sisa cairan orgasmenya.
Akhirnya, liang memek Tante Cici sudah dapat menyesuaikan dengan kontol besar dan panjang milikku. Sehingga aku menjadi lebih leluasa memaju mundurkan kontolku di dalam liang memeknya.
“eeemmm jjiii eeemmmhhh enak jjiii!” desah Tante Cici.
Aku semakin semangat memompa kontolku. Aku mulai menambah kecepatan sehingga bunyi “plok plok plok” menjadi semakin gencar dan keras terdengar.
“aaaahhh, aaaeeehhh, ssshhh, ooouuuhhh!” desah tanteku seiring gerakanku yang semakin cepat.
Sambil memaju mundurkan kontolku ke dalam memeknya, kini kedua tanganku ikut meremas-remas agak kuat pantat bulatnya. Terdengar desahan dan erangan tanteku semakin liar membahana. Karena nafsu birahi yang melanda kami, tak kami pedulikan suara-suara birahi ini walau akan terdengar oleh tetangga rumahku.
Tampak Tante Cici mulai menggoyang-goyangkan pantatnya. Dengan kecepatan penuh aku kocok terus memeknya dengan kontolku.
“jjiii! aku keluar! aaaooouuuhhh, ooouuuwww, ssshhh!” erangannya saat mendapat orgasme keduanya.
Aku hentikan gerakanku, menikmati kedutan-kedutan memeknya pada kontolku yang masih terbenam kuat di dalam memeknya. Terasa kontolku pun tercengkram di dalamnya. Sungguh nikmat sekali.
Ketika gelora orgasme tanteku mereda, aku segera menelentangkan tubuh tanteku. Kemudian dengan penuh pengertian ia merentangkan kakinya lebar-lebar supaya aku lebih leluasa menusukan kontolku ke dalam lubang memeknya.
Bibir memeknya masih memerah. Dengan memandang memeknya membuatku menelan ludah sendiri. Sungguh indah memeknya. Tanpa bulu, tembem, dan merah.
Dengan mudah aku masukan kontolku. Sehingga setelah kontolku terbenam semakin dalam pada liang memeknya, aku mulai gerakan maju mundur dengan cepat. Gerakanku yang cepat membuat kedua susu montok dan kenyal tanteku bergoyang-goyang turun naik. Emh indah sekali susunya walaupun putingnya kecil dan tidak sebesar puting susu Bu Suti.
“aaaeeehhh, eeehhhmmm, ooouuuhhh!” Desah Tante Cici.
Aku terus mengocok memaju mundurkan kontol dengan cepat ke dalam liang memeknya. Terlihat mata tanteku terpejam dengan mulut menganga sambil tak henti-hentinya mengeluarkan desahan-desahan yang sangat sensual ditelingaku.
Aku raih kedua susunya yang bergoyang-goyang indah itu. Aku mulai remas-remas kedua susu montok, padat, dan kenyal tanteku itu dengan mengkombinasikan remasan lembut dan cengkraman agak kuat sambil terus memaju mundurkan kontolku dengan cepat di dalam lubang memeknya. Membuat tanteku menggelinjang-gelinjang di atas kursi dengan mata yang terus terpejam, pipi semakin merah, dan mulut menganga yang tak henti-hentinya mengeluarkan desahan serta erangan.
“aaaooouuuwww, aaahhh, jiii, aku keluaaaar!” erang tanteku. sambil memeluk tubuhku dengan erat.
Hampir berbarengan dengan orgasme tanteku, akhirnya aku pun mencapai orgasme. Aku cabut kontolku dari dalam lubang memeknya. Terlihat begitu banyak sperma tertumpah di atas perut tanteku.
Setelah usai kami memperoleh orgasme, aku gendong tubuh tanteku sambil berciuman kembali menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuh dari segala cairan dan lendir birahi.
Setelah tubuh kami bersih, kami pun bersantai di kursi sambil berpelukan dan berbagi cerita. Sampai akhirnya, pertanyaan-pertanyaan dikepalaku menemukan jawabannya.
Ternyata tanteku sudah tidak perawan sedari kelas 3 SMA. Awalnya pacarnya hanya sering mengajak tanteku menonton film bokef dan meminta ia melakukan oral saja. Tapi, karena oral terlalu sering yaitu hampir 1 thn maka, pacarnya meminta lebih. Tanteku menolak sampai akhirnya pacarnya memperkosanya.
Tanteku merasa hancur tapi setelah melakukan perbuatan itu, pacarnya tidak lantas meninggalkannya. Hingga akhirnya Tante Cici lama-kelamaan menjadi percaya dan yakin bahwa pacarnya orang yang setia dan tidak akan menelantarkannya. Tetapi anggapannya salah, setelah cukup sering Tante Cici ngentot dengan pacarnya, si pacar tiba-tiba pergi begitu saja meninggalkannya dan menjadi sulit dihubungi.
Aku pun terbuka kepada Tante Cici bukan hanya bercerita tentang pergaulan dengan kawan-kawan sekolahku saja, melainkan aku pun menceritakan bahwa sedari kelas 2 SMP aku sudah kehilangan keperjakaan. Aku sudah sering nonton bokef dan aku pun sering ngentot dengan Bu Suti yang tak lain adalah tetanggaku sendiri yang sering menumpang ikut ke kamar mandi rumahku.
Mendengar pengakuanku, Tante Cici kaget awalnya. Tapi ia pun paham dengan kondisi dan keadaanku sehingga kami berjanji tidak akan membocorkan aib ini pada keluarga.
===x=x=x=x===
Tante Cici The Series II: Tak Puas Dengan Kekasih
Hampir setiap hari aku jarang di rumah. Dan sekalinya pulang ke rumah pun paling hanya untuk tidur, ganti baju, atau minta uang untuk bekal sekolah. Selebihnya aku habiskan untuk nongkrong bersama teman-teman sekolah atau keluyuran bersama Dendy. Jika Dendy mengajakku bermain ke rumahnya, sudah pasti di rumahnya akan ada acara ngentot ibunya.
Setelah ke luar dari gerbang sekolah, aku lihat ke tempat biasa Dendy menjemput ternyata ia tidak ada di sana. Ia tidak menjemputku hari ini. Maka aku putuskan untuk pulang saja ke rumah. Lagi pula, orang tuaku sudah sering marah-marah setiap pagi. Mereka kecewa karena aku jarang di rumah dan menjadi sering keluyuran.
Sengaja aku singgah dulu di tempat biasa aku dan kawan-kawan nongkrong sepulang sekolah. Namun tak lama aku pamit pada kawan-kawan dengan alasan yang aku buat-buat. Mereka ada pula yang mencibir tapi aku santai saja sambil tertawa renyah.
Di perjalanan pulang menggunakan angkot, aku berpikir bahwa aku memang salah karena sering membuat orang tuaku khawatir. Hampir setiap hari aku keluyuran dan pulang malam. Tapi aku pun tak bisa menolak ajakan teman-temanku untuk nongkrong atau menolak ajakan Dendy sahabatku untuk keluyuran.
Setibanya di depan rumah, aku melihat ada sepeda motor terparkir di halaman rumahku. Entah motor siapa. Tak pakai pikir lama-lama, aku pun segera masuk ke dalam rumah. Terlihat ada sepasang sepatu kulit berwarna hitam di teras rumah. Rupanya di rumah sedang ada tamu. Namun, ketika aku membuka pintu rumah keadaan di dalam sepi sekali.
Ketika hendak membuka pintu kamar, aku mendengar suara orang. Aku pun melangkah mencari sumber suara tersebut. Rupanya suara itu berasal dari dalam kamar Tante Cici. Ia adalah adik kandung ibuku yang sudah hampir setahun ikut tinggal di rumahku untuk meneruskan kuliah di kotaku.
Aku dekati pintu kamarnya. Suaranya semakin jelas terdengar sedang bicara sambil cekikikan. Rupanya Tante Cici tidak kuliah hari ini. “Tapi siapa yang sedang bersamanya di dalam kamar?”
Aku pun segera mengambil kursi. Aku gunakan kursi itu untuk melihat orang di dalam kamar Tante Cici melalui lubang ventilasi kamarnya.
Saat aku mengarahkan pandangan melalui ventilasi, terlihat di dalam kamar Tante Cici sedang telentang di atas kasur. Wajahnya merah dengan mata sayu. Tak ada sehelai benang pun yang melekat di tubuh Tante Cici. Tangannya menjambak rambut seorang lelaki yang sedang membenamkan kepalanya diantara selangkangan Tante Cici.
Setelah tubuh kami bersih, kami pun bersantai di kursi sambil berpelukan dan berbagi cerita. Sampai akhirnya, pertanyaan-pertanyaan dikepalaku menemukan jawabannya.
Ternyata tanteku sudah tidak perawan sedari kelas 3 SMA. Awalnya pacarnya hanya sering mengajak tanteku menonton film bokef dan meminta ia melakukan oral saja. Tapi, karena oral terlalu sering yaitu hampir 1 thn maka, pacarnya meminta lebih. Tanteku menolak sampai akhirnya pacarnya memperkosanya.
Tanteku merasa hancur tapi setelah melakukan perbuatan itu, pacarnya tidak lantas meninggalkannya. Hingga akhirnya Tante Cici lama-kelamaan menjadi percaya dan yakin bahwa pacarnya orang yang setia dan tidak akan menelantarkannya. Tetapi anggapannya salah, setelah cukup sering Tante Cici ngentot dengan pacarnya, si pacar tiba-tiba pergi begitu saja meninggalkannya dan menjadi sulit dihubungi.
Aku pun terbuka kepada Tante Cici bukan hanya bercerita tentang pergaulan dengan kawan-kawan sekolahku saja, melainkan aku pun menceritakan bahwa sedari kelas 2 SMP aku sudah kehilangan keperjakaan. Aku sudah sering nonton bokef dan aku pun sering ngentot dengan Bu Suti yang tak lain adalah tetanggaku sendiri yang sering menumpang ikut ke kamar mandi rumahku.
Mendengar pengakuanku, Tante Cici kaget awalnya. Tapi ia pun paham dengan kondisi dan keadaanku sehingga kami berjanji tidak akan membocorkan aib ini pada keluarga.
===x=x=x=x===
Tante Cici The Series II: Tak Puas Dengan Kekasih
Hampir setiap hari aku jarang di rumah. Dan sekalinya pulang ke rumah pun paling hanya untuk tidur, ganti baju, atau minta uang untuk bekal sekolah. Selebihnya aku habiskan untuk nongkrong bersama teman-teman sekolah atau keluyuran bersama Dendy. Jika Dendy mengajakku bermain ke rumahnya, sudah pasti di rumahnya akan ada acara ngentot ibunya.
Setelah ke luar dari gerbang sekolah, aku lihat ke tempat biasa Dendy menjemput ternyata ia tidak ada di sana. Ia tidak menjemputku hari ini. Maka aku putuskan untuk pulang saja ke rumah. Lagi pula, orang tuaku sudah sering marah-marah setiap pagi. Mereka kecewa karena aku jarang di rumah dan menjadi sering keluyuran.
Sengaja aku singgah dulu di tempat biasa aku dan kawan-kawan nongkrong sepulang sekolah. Namun tak lama aku pamit pada kawan-kawan dengan alasan yang aku buat-buat. Mereka ada pula yang mencibir tapi aku santai saja sambil tertawa renyah.
Di perjalanan pulang menggunakan angkot, aku berpikir bahwa aku memang salah karena sering membuat orang tuaku khawatir. Hampir setiap hari aku keluyuran dan pulang malam. Tapi aku pun tak bisa menolak ajakan teman-temanku untuk nongkrong atau menolak ajakan Dendy sahabatku untuk keluyuran.
Setibanya di depan rumah, aku melihat ada sepeda motor terparkir di halaman rumahku. Entah motor siapa. Tak pakai pikir lama-lama, aku pun segera masuk ke dalam rumah. Terlihat ada sepasang sepatu kulit berwarna hitam di teras rumah. Rupanya di rumah sedang ada tamu. Namun, ketika aku membuka pintu rumah keadaan di dalam sepi sekali.
Ketika hendak membuka pintu kamar, aku mendengar suara orang. Aku pun melangkah mencari sumber suara tersebut. Rupanya suara itu berasal dari dalam kamar Tante Cici. Ia adalah adik kandung ibuku yang sudah hampir setahun ikut tinggal di rumahku untuk meneruskan kuliah di kotaku.
Aku dekati pintu kamarnya. Suaranya semakin jelas terdengar sedang bicara sambil cekikikan. Rupanya Tante Cici tidak kuliah hari ini. “Tapi siapa yang sedang bersamanya di dalam kamar?”
Aku pun segera mengambil kursi. Aku gunakan kursi itu untuk melihat orang di dalam kamar Tante Cici melalui lubang ventilasi kamarnya.
Saat aku mengarahkan pandangan melalui ventilasi, terlihat di dalam kamar Tante Cici sedang telentang di atas kasur. Wajahnya merah dengan mata sayu. Tak ada sehelai benang pun yang melekat di tubuh Tante Cici. Tangannya menjambak rambut seorang lelaki yang sedang membenamkan kepalanya diantara selangkangan Tante Cici.
Aku pun turun dari kursi yang aku jadikan pijakan untuk melihat ke dalam kamar Tante Cici. Segera aku menuju ke dalam kamar.
Setelah berganti baju, aku ambil rokok dalam tasku dan segera menuju kursi di ruangan tempat biasa menonton tv. Aku pun duduk dan bersantai. Tapi sengaja tv tidak aku nyalakan supaya tidak menimbulkan kecurigaan dari Tante Cici yang sedang bercinta.
Selama merokok pikiranku tak karuan. Aku merasa jengkel dan tiba-tiba merasa dikhianati pula atas apa yang dilakukannya bersama lelaki lain di dalam kamarnya. Tapi aku coba merenung dan meredakan suasana hatiku. “benar, aku tak punya hak untuk marah apalagi melarang-larang Tante Cici.” bisikku dalam hati.
Aku mendengar dari arah kamar Tante Cici suara desahan-desahan semakin sering terdengar cukup nyaring. Tapi aku biarkan saja walaupun ada keinginan dalam batinku untuk mengetahui apa yang sedang mereka lakukan.
Semakin lama aku duduk semakin bertambah besar pula desakan batinku untuk melihat keadaan di dalam kamar Tante Cici. Akhirnya aku putuskan untuk mengintip kembali.
Melalui ventilasi aku melihat sosok pria yang berada dalam kamar Tante Cici. Pria itu berkulit putih dan memiliki perut yang buncit. Aku lihat wajahnya cukup berumur walaupun rupanya rapih tanpa kumis dan jenggot. Ia telentang di atas kasur. Sedangkan Tante Cici bergerak turun naik mengocok kontol lelaki itu ke dalam liang memeknya.
Aku mendengar desahan lelaki yang tidak aku kenal itu beradu dengan desahan yang ke luar dari mulut Tante Cici. Mereka saling memburu gelombang-gelombang birahi.
Tangan lelaki itu menggapai kedua susu Tante Cici yang berukuran cukup besar. Aku masih ingat benar, susu Tante Cici yang lembut, padat, dan kenyal itu terasa nikmat sekali dalam telapak tanganku. Dengan kedua telapak tangannya, lelaki itu meremas-remas dengan gemas kedua susu Tante Cici.
“ssshhh ooouuuhhh.” desah Tante Cici sambil memutar-mutar pinggulnya.
Mata lelaki itu terpejam dan terkadang kelopaknya terbuka sedikit menggambarkan betapa nikmatnya goyangan yang diberikan Tante Cici. Sungguh permainan yang panas walaupun aku berpendapat bahwa lelaki itu tak bisa mengimbangi keliaran nafsu birahi Tante Cici.
Mungkin kurang dari 10 menit aku berdiri di atas kursi mengintip melalui ventilasi ke dalam kamar Tante Cici. Tiba-tiba lelaki itu mengeluarkan lenguhan-lenguhan cukup panjang sambil ia menghentak-hentakan pinggulnya naik turun. Tak lama terlihatlah cairan putih kental ke luar dari dalam lubang memek Tante Cici membasahi batang sampai ke biji kontol lelaki itu.
Walau lelaki itu sudah orgasme, Tante Cici terus memutar-mutar pinggulnya. Tapi semakin lama Tante Cici berbuat demikian, terlihat kontol si lelaki itu malah menciut dan ke luar dengan sendirinya dari dalam liang memek Tante Cici.
Tante Cici pun turun dari atas tubuh lelaki itu. Terlihat wajah Tante Cici muram. Sepertinya Tante Cici kecewa karena dirinya tidak mendapat kepuasan. Berbeda halnya dengan Tante Cici, lelaki buncit itu tetap berbaring dengan mata terpejam dan menyunggingkan senyuman setelah beroleh kenikmatan. Aku merasa kasihan juga melihat Tante Cici sampai demikian.
Tiba-tiba lelaki itu melihat jam tangannya yang mewah, ia segera bangkit melap cairan spermanya yang melekat di kontol dan biji pelernya. Melihat hal itu, aku segera turun dari kursi dan kemudian membawa kursi tersebut ke tempat semula.
Aku kembali duduk di kursi ruangan tempat menonton tv. Aku nyalakan sebatang rokok sambil duduk bersandar.
Kurang dari 2 menit, mereka pun ke luar dari dalam kamar dengan pakaian lengkap. Tawa mereka terhenti ketika mata mereka beradu pandang denganku. Terlihat wajah mereka berubah menjadi gugup. Apalagi wajah lelaki itu sepertinya malu karena telah ngentot Tante Cici di rumahku.
“ji, ini pacar tante. Sini kenalin.” kata Tante Cici dengan agak gugup.
Aku pun segera menghampiri mereka dan berkenalan. Tubuh lelaki itu rupanya pendek, badannya agak besar, dan perutnya buncit terlihat sesak dari balik kemeja yang dipakainya. Lelaki itu bernama Toni.
Setelah berganti baju, aku ambil rokok dalam tasku dan segera menuju kursi di ruangan tempat biasa menonton tv. Aku pun duduk dan bersantai. Tapi sengaja tv tidak aku nyalakan supaya tidak menimbulkan kecurigaan dari Tante Cici yang sedang bercinta.
Selama merokok pikiranku tak karuan. Aku merasa jengkel dan tiba-tiba merasa dikhianati pula atas apa yang dilakukannya bersama lelaki lain di dalam kamarnya. Tapi aku coba merenung dan meredakan suasana hatiku. “benar, aku tak punya hak untuk marah apalagi melarang-larang Tante Cici.” bisikku dalam hati.
Aku mendengar dari arah kamar Tante Cici suara desahan-desahan semakin sering terdengar cukup nyaring. Tapi aku biarkan saja walaupun ada keinginan dalam batinku untuk mengetahui apa yang sedang mereka lakukan.
Semakin lama aku duduk semakin bertambah besar pula desakan batinku untuk melihat keadaan di dalam kamar Tante Cici. Akhirnya aku putuskan untuk mengintip kembali.
Melalui ventilasi aku melihat sosok pria yang berada dalam kamar Tante Cici. Pria itu berkulit putih dan memiliki perut yang buncit. Aku lihat wajahnya cukup berumur walaupun rupanya rapih tanpa kumis dan jenggot. Ia telentang di atas kasur. Sedangkan Tante Cici bergerak turun naik mengocok kontol lelaki itu ke dalam liang memeknya.
Aku mendengar desahan lelaki yang tidak aku kenal itu beradu dengan desahan yang ke luar dari mulut Tante Cici. Mereka saling memburu gelombang-gelombang birahi.
Tangan lelaki itu menggapai kedua susu Tante Cici yang berukuran cukup besar. Aku masih ingat benar, susu Tante Cici yang lembut, padat, dan kenyal itu terasa nikmat sekali dalam telapak tanganku. Dengan kedua telapak tangannya, lelaki itu meremas-remas dengan gemas kedua susu Tante Cici.
“ssshhh ooouuuhhh.” desah Tante Cici sambil memutar-mutar pinggulnya.
Mata lelaki itu terpejam dan terkadang kelopaknya terbuka sedikit menggambarkan betapa nikmatnya goyangan yang diberikan Tante Cici. Sungguh permainan yang panas walaupun aku berpendapat bahwa lelaki itu tak bisa mengimbangi keliaran nafsu birahi Tante Cici.
Mungkin kurang dari 10 menit aku berdiri di atas kursi mengintip melalui ventilasi ke dalam kamar Tante Cici. Tiba-tiba lelaki itu mengeluarkan lenguhan-lenguhan cukup panjang sambil ia menghentak-hentakan pinggulnya naik turun. Tak lama terlihatlah cairan putih kental ke luar dari dalam lubang memek Tante Cici membasahi batang sampai ke biji kontol lelaki itu.
Walau lelaki itu sudah orgasme, Tante Cici terus memutar-mutar pinggulnya. Tapi semakin lama Tante Cici berbuat demikian, terlihat kontol si lelaki itu malah menciut dan ke luar dengan sendirinya dari dalam liang memek Tante Cici.
Tante Cici pun turun dari atas tubuh lelaki itu. Terlihat wajah Tante Cici muram. Sepertinya Tante Cici kecewa karena dirinya tidak mendapat kepuasan. Berbeda halnya dengan Tante Cici, lelaki buncit itu tetap berbaring dengan mata terpejam dan menyunggingkan senyuman setelah beroleh kenikmatan. Aku merasa kasihan juga melihat Tante Cici sampai demikian.
Tiba-tiba lelaki itu melihat jam tangannya yang mewah, ia segera bangkit melap cairan spermanya yang melekat di kontol dan biji pelernya. Melihat hal itu, aku segera turun dari kursi dan kemudian membawa kursi tersebut ke tempat semula.
Aku kembali duduk di kursi ruangan tempat menonton tv. Aku nyalakan sebatang rokok sambil duduk bersandar.
Kurang dari 2 menit, mereka pun ke luar dari dalam kamar dengan pakaian lengkap. Tawa mereka terhenti ketika mata mereka beradu pandang denganku. Terlihat wajah mereka berubah menjadi gugup. Apalagi wajah lelaki itu sepertinya malu karena telah ngentot Tante Cici di rumahku.
“ji, ini pacar tante. Sini kenalin.” kata Tante Cici dengan agak gugup.
Aku pun segera menghampiri mereka dan berkenalan. Tubuh lelaki itu rupanya pendek, badannya agak besar, dan perutnya buncit terlihat sesak dari balik kemeja yang dipakainya. Lelaki itu bernama Toni.
Setelah basa-basi dan memberikan uang Rp. 100.000 padaku yang katanya untuk membeli rokok karena melihatku sedang memegang rokok, ia pun pamit hendak kembali ke kantornya. Aku pun mempersilakannya sambil ikut dengan Tante Cici mengiringi Toni sampai ke depan rumah.
Setelah lelaki itu berlalu dari rumahku. Aku kembali bersantai di kursi. Aku nyalakan tv biar tidak terlalu sumpek dan penat. Sedangkan Tante Cici dengan berbekal handuk langsung menuju kamar mandi.
Hampir satu jam aku duduk menonton tv, tiba-tiba Tante Cici yang sudah wangi dan berpakaian seksi menghampiri dan duduk di sebelahku. Mataku tergoda melihat Tante Cici memakai celana legging hitam dan tangtop putih. Tapi sebisa mungkin aku tahan supaya aku tidak terlihat bernafsu dengan tatapan mesum oleh Tante Cici.
“ji, itu tadi pacar Tante yang sekarang. Orangnya lumayan dan udah mapan. Kemarin uang semesteran kuliah tante juga dia yang bayarin.” kata Tante Cici tiba-tiba tanpa aku tanya.
“ya baguslah berarti Toni baik sama tante. Tapi dia serius gak sama tante?” tanyaku pada Tante Cici.
“gak tau sih, tapi dia pernah ngajakin tante tunangan.” jawab Tante Cici.
“oh gitu. Nanti kalau tante ada firasat Toni gak serius lebih baik tante akhiri hubungan tante biar gak ketipu lagi sama lelaki dan gak sakit hati terus-terusan.” kataku so dewasa.
Tante Cici pun manggut-manggut. Tak lama kemudian ia bersandar di pundakku. Dengan spontan aku langsung mengusap-usap lembut kepala Tante Cici yang berbau harum sampo.
“ji, tumben sih ada di rumah? Biasanya kamu keluyuran dan baru pulang malam. Itupun langsung tidur. Aku tuh sebenernya kangen pengen ngobrol-ngobrol sama kamu tapi sepertinya kamu gak ada waktu karena gak pernah ada di rumah.” kata Tante Cici sambil tetap menyandarkan kepalanya di bahuku.
“iya, kemarin-kemarin kan emang teman-teman sering ngajak nongkrong dan kadang-kadang si Dendy sering ngajakin pergi juga. Gak tau kenapa, agak sulit nolak ajakan temen, takut dan gak enak sama mereka.” jawabku.
Lama bercakap-cakap, aku pun mulai memberanikan bertanya mengenai aktivitas seksnya dengan Tony.
“tan, maaf tadi aku intipin ketika tante lagi gituan sama Toni.” kataku dengan jujur membuat Tante Cici kaget mendengarnya.
“ih kamu, ji! Kamu kan udah sering gituan ma tante. Masa sih masih suka ngintip-ngintip segala?” jawab Tante Cici sambil terheran-heran bertanya.
“ya kan tadinya cuma mau mastiin di rumah ada siapa. Eh denger suara yang sedang mesum. Penasaran dengan asal suara ya aku liat aja ke dalam kamar tante.” kataku dengan apa adanya.
“jangan bilang-bilang ke mamah kamu ya!” pinta Tante Cici padaku.
“santai aja kali tan. Puji gak akan bilang-bilang kok.” kataku pada Tante Cici sehingga membuat matanya berbinar kembali dan langsung mencium gemas pipiku.
“oh iya, tan. Tadi aku lihat ketika Toni udah orgasme, wajah tante kok terlihat kecewa, kenapa tan?” tanyaku.
“ah tau deh, beda sama kamu. Dia tuh udah itunya kecil, cepet loyo lagi. Mana udah ke luar dia tuh suka langsung buru-buru pergi.” jawab Tante Cici kecewa.
“mungkin dia buru-buru takut ada apa-apa di kantornya. Jadi gak bisa lama-lama apalagi ngasih kepuasan sama tante, bisa-bisa ia terlambat datang ke kantor.” kataku mencoba mengobati kekecewaan Tante Cici.
“ji, kita gituan yu! kamu udah lama juga gak gituan ma tante, pasti udah kebelet pengen!” pinta Tante Cici.
Aku pun mengangguk mengiyakan walaupun Tante Cici salah menebak dan begitu so tau mengatakan aku kebelet pengen ngentot. Padahal selama ini hasrat seksualku selalu tersalurkan. Dengan Tante Meta ibunya Dendy yang selalu menjadi pelampiasan birahiku dan Dendy, aku selalu puas dalah hal ngentot. Sehingga aku tidak merasa bahwa aku kebelet pengen ngentot.
Dengan liar, Tante Cici mencium dan menjilati leherku. Bulu kudukku sampai berdiri merasakan kegelian yang nikmat di kulit leherku. Baru kali ini aku mendapat perlakuan demikian. Sungguh nikmat rasanya.
Penuh nafsu, Tante Cici menarik bajuku ke atas tapi aku hentikan perbuatannya sambil mengajaknya pindah ke dalam kamar tidurku. Tante Cici pun menuruti ajakanku dan ikut melangkahkan kaki ke dalam kamarku.
Setelah lelaki itu berlalu dari rumahku. Aku kembali bersantai di kursi. Aku nyalakan tv biar tidak terlalu sumpek dan penat. Sedangkan Tante Cici dengan berbekal handuk langsung menuju kamar mandi.
Hampir satu jam aku duduk menonton tv, tiba-tiba Tante Cici yang sudah wangi dan berpakaian seksi menghampiri dan duduk di sebelahku. Mataku tergoda melihat Tante Cici memakai celana legging hitam dan tangtop putih. Tapi sebisa mungkin aku tahan supaya aku tidak terlihat bernafsu dengan tatapan mesum oleh Tante Cici.
“ji, itu tadi pacar Tante yang sekarang. Orangnya lumayan dan udah mapan. Kemarin uang semesteran kuliah tante juga dia yang bayarin.” kata Tante Cici tiba-tiba tanpa aku tanya.
“ya baguslah berarti Toni baik sama tante. Tapi dia serius gak sama tante?” tanyaku pada Tante Cici.
“gak tau sih, tapi dia pernah ngajakin tante tunangan.” jawab Tante Cici.
“oh gitu. Nanti kalau tante ada firasat Toni gak serius lebih baik tante akhiri hubungan tante biar gak ketipu lagi sama lelaki dan gak sakit hati terus-terusan.” kataku so dewasa.
Tante Cici pun manggut-manggut. Tak lama kemudian ia bersandar di pundakku. Dengan spontan aku langsung mengusap-usap lembut kepala Tante Cici yang berbau harum sampo.
“ji, tumben sih ada di rumah? Biasanya kamu keluyuran dan baru pulang malam. Itupun langsung tidur. Aku tuh sebenernya kangen pengen ngobrol-ngobrol sama kamu tapi sepertinya kamu gak ada waktu karena gak pernah ada di rumah.” kata Tante Cici sambil tetap menyandarkan kepalanya di bahuku.
“iya, kemarin-kemarin kan emang teman-teman sering ngajak nongkrong dan kadang-kadang si Dendy sering ngajakin pergi juga. Gak tau kenapa, agak sulit nolak ajakan temen, takut dan gak enak sama mereka.” jawabku.
Lama bercakap-cakap, aku pun mulai memberanikan bertanya mengenai aktivitas seksnya dengan Tony.
“tan, maaf tadi aku intipin ketika tante lagi gituan sama Toni.” kataku dengan jujur membuat Tante Cici kaget mendengarnya.
“ih kamu, ji! Kamu kan udah sering gituan ma tante. Masa sih masih suka ngintip-ngintip segala?” jawab Tante Cici sambil terheran-heran bertanya.
“ya kan tadinya cuma mau mastiin di rumah ada siapa. Eh denger suara yang sedang mesum. Penasaran dengan asal suara ya aku liat aja ke dalam kamar tante.” kataku dengan apa adanya.
“jangan bilang-bilang ke mamah kamu ya!” pinta Tante Cici padaku.
“santai aja kali tan. Puji gak akan bilang-bilang kok.” kataku pada Tante Cici sehingga membuat matanya berbinar kembali dan langsung mencium gemas pipiku.
“oh iya, tan. Tadi aku lihat ketika Toni udah orgasme, wajah tante kok terlihat kecewa, kenapa tan?” tanyaku.
“ah tau deh, beda sama kamu. Dia tuh udah itunya kecil, cepet loyo lagi. Mana udah ke luar dia tuh suka langsung buru-buru pergi.” jawab Tante Cici kecewa.
“mungkin dia buru-buru takut ada apa-apa di kantornya. Jadi gak bisa lama-lama apalagi ngasih kepuasan sama tante, bisa-bisa ia terlambat datang ke kantor.” kataku mencoba mengobati kekecewaan Tante Cici.
“ji, kita gituan yu! kamu udah lama juga gak gituan ma tante, pasti udah kebelet pengen!” pinta Tante Cici.
Aku pun mengangguk mengiyakan walaupun Tante Cici salah menebak dan begitu so tau mengatakan aku kebelet pengen ngentot. Padahal selama ini hasrat seksualku selalu tersalurkan. Dengan Tante Meta ibunya Dendy yang selalu menjadi pelampiasan birahiku dan Dendy, aku selalu puas dalah hal ngentot. Sehingga aku tidak merasa bahwa aku kebelet pengen ngentot.
Dengan liar, Tante Cici mencium dan menjilati leherku. Bulu kudukku sampai berdiri merasakan kegelian yang nikmat di kulit leherku. Baru kali ini aku mendapat perlakuan demikian. Sungguh nikmat rasanya.
Penuh nafsu, Tante Cici menarik bajuku ke atas tapi aku hentikan perbuatannya sambil mengajaknya pindah ke dalam kamar tidurku. Tante Cici pun menuruti ajakanku dan ikut melangkahkan kaki ke dalam kamarku.
Aku buka kaos hitamku dan berbaring di atas kasur. Tante Cici memulai kembali serangannya. Ia menindih tubuhku dan langsung melumat bibirku sehingga aku pun membalas ciuman liarnya sambil tangan kananku mendekap mengusap punggungnya serta tangan kiri membelai lembut kepalanya.
Kami berciuman dengan liar. Lidah kami saling usap, saling jilat, dan saling mengemut lidah serta bibir sampai ludah kami belepotan di pipi serta dagu kami.
Kemudian Tante Cici mendaratkan ciuman dan sapuan lidahnya di leherku lagi. Kembali bulu kudukku meremang mendapat rangsangan geli yang nikmat tersebut. Ia terus menurunkan lidahnya pada dadaku. Dijilat dan diemut-emutnya dengan lembut susu serta putingku. Terasa lidahnya yang dingin menyapu kulit serta susuku.
Aku biarkan Tante Cici memperlakukanku demikian sebab, aku ingin tahu sejauh mana kenikmatan terasa dan tercipta. Biar aku pun semakin tahu di mana serta bagaimana titik-titik kenikmatan itu. Dengan merasakannya sendiri tak menutup kemungkinan aku menjadi semakin tahu dan mngerti yang harus aku lakukan untuk memuaskan wanita.
Kini sapuan lidah Tante Cici telah berada di udelku. Agak eneg memang namun aku masih bisa merasakan kenikmatan serta sensasi yang menggelitik. Di korek-korek udelku dengan lidahnya sebelum ia mengenyot-ngenyot udelku dengan gemas.
Akhirnya Tante Cici membuka celana jeans biru yang aku pakai. Dengan penuh nafsu ia turunkan juga celana dalam yang melekat menutup kontolku sehingga kontolku yang sedari awal telah terangsang menjulang keras dengan gagahnya.
Tante Cici langsung mengusap-usap lembut kepala kontolku sebelum ia melahapnya untuk dikulum di dalam mulutnya. Kepala Tante Cici mulai turun naik mengulum kontolku sambil sebelah tangannya meremas-remas lembut biji pelerku. Sensasi hangat dan nikmat tak henti-hentinya menjalar keseluruh tubuhku.
Tak sampai di situ aksi Tante Cici. Ia kemudian menjilati kontolku dari mulai lubang kencing sampai pangkal kontol dengan lidahnya yang liar menyapu dan memutar-mutar di seluruh permukaan kulit kontolku. Biji pelerku pun ia kenyot-kenyot lembut dengan mulutnya membuatku sedikit menggelinjang karena sensasi nikmat yang aku rasakan.
Lama bermain dengan kuluman, jilatan, dan hisapan lidah serta mulutnya di kontolku, Tante Cici memintaku tetap berbaring sambil sedikit mengangkat pinggul. Karena penasaran akan diapakan, aku pun menuruti perintah Tante Cici dengan mengangkat pinggul sambil memegang kedua kakiku.
Mulut Tante Cici kembali mengemut-emut biji pelerku sambil tangannya mengocok-ngocok turun naik dari kepala sampai pangkal kontolku. Sebelum akhirnya lidah Tante Cici menjilati area duburku. Dengan spontan aku kembali bergelinjang di atas kasur. Ketika lidahnya menyentuh dubur, aku bagai tersengat arus kenikmatan yang terus merambat keseluruh tubuh.
Lidah Tante Cici begitu lentur bergerak memutar menjilati seluruh permukaan duburku. Sambil sebelah tangannya tidak berhenti mengocok dan meremas-remas lembut kontol serta piji pelerku yang bulat penuh. Diperlakukan demikian aku menjadi mabuk kepayang.
Berkali-kali aku menggelinjang sambil mengerang karena sensasi geli nikmat yang terus menjalar ke seluruh tubuhku. Namun, Tante Cici tak menghentikan aksinya malah ia semakin asik menyiksaku dengan sapuan lidah yang lincah dan kelembutan tangannya bermain dengan dubur, kontol, serta biji pelerku.
Kini lidah Tante Cici terasa meruncing menusuk-nusuk duburku. Sehingga aku merasakan sensasi aneh yang nikmat membuat mataku sesekali merem sesekali terbelalak merespons setiap aksi Tante Cici. Sensasi aneh menggelitik sampai ke ubun-ubun.
Hampir 10 menit aku dipermainkan Tante Cici, kini aku balas mempermainkan dia. Aku lucuti seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya sampai tak ada sehelai benangpun ditubuhnya. Aku mulai aksiku menjilati dan mencium-cium kecil lehernya yang putih dan mulus itu. Sehingga Tante Cici merespon dengan membelai rambut dan punggungku.
Aku telusuri lehernya dengan lidah dan mulutku sampai akhirnya aku jilati bagian belakang telinganya. Tante Cici tampak menggelinjang akibat sensasi nikmat yang menjalar ditubuhnya. Berulang-ulang aku berbuat demikian dari leher ke belakang telinga kirinya kemudian balik lagi ke leher dan naik lagi kebagian belakang telinga kanannya secara lembut dan berulang-ulang dengan sapuan lembut lidahku dan ciuman kecil bibirku.
Kami berciuman dengan liar. Lidah kami saling usap, saling jilat, dan saling mengemut lidah serta bibir sampai ludah kami belepotan di pipi serta dagu kami.
Kemudian Tante Cici mendaratkan ciuman dan sapuan lidahnya di leherku lagi. Kembali bulu kudukku meremang mendapat rangsangan geli yang nikmat tersebut. Ia terus menurunkan lidahnya pada dadaku. Dijilat dan diemut-emutnya dengan lembut susu serta putingku. Terasa lidahnya yang dingin menyapu kulit serta susuku.
Aku biarkan Tante Cici memperlakukanku demikian sebab, aku ingin tahu sejauh mana kenikmatan terasa dan tercipta. Biar aku pun semakin tahu di mana serta bagaimana titik-titik kenikmatan itu. Dengan merasakannya sendiri tak menutup kemungkinan aku menjadi semakin tahu dan mngerti yang harus aku lakukan untuk memuaskan wanita.
Kini sapuan lidah Tante Cici telah berada di udelku. Agak eneg memang namun aku masih bisa merasakan kenikmatan serta sensasi yang menggelitik. Di korek-korek udelku dengan lidahnya sebelum ia mengenyot-ngenyot udelku dengan gemas.
Akhirnya Tante Cici membuka celana jeans biru yang aku pakai. Dengan penuh nafsu ia turunkan juga celana dalam yang melekat menutup kontolku sehingga kontolku yang sedari awal telah terangsang menjulang keras dengan gagahnya.
Tante Cici langsung mengusap-usap lembut kepala kontolku sebelum ia melahapnya untuk dikulum di dalam mulutnya. Kepala Tante Cici mulai turun naik mengulum kontolku sambil sebelah tangannya meremas-remas lembut biji pelerku. Sensasi hangat dan nikmat tak henti-hentinya menjalar keseluruh tubuhku.
Tak sampai di situ aksi Tante Cici. Ia kemudian menjilati kontolku dari mulai lubang kencing sampai pangkal kontol dengan lidahnya yang liar menyapu dan memutar-mutar di seluruh permukaan kulit kontolku. Biji pelerku pun ia kenyot-kenyot lembut dengan mulutnya membuatku sedikit menggelinjang karena sensasi nikmat yang aku rasakan.
Lama bermain dengan kuluman, jilatan, dan hisapan lidah serta mulutnya di kontolku, Tante Cici memintaku tetap berbaring sambil sedikit mengangkat pinggul. Karena penasaran akan diapakan, aku pun menuruti perintah Tante Cici dengan mengangkat pinggul sambil memegang kedua kakiku.
Mulut Tante Cici kembali mengemut-emut biji pelerku sambil tangannya mengocok-ngocok turun naik dari kepala sampai pangkal kontolku. Sebelum akhirnya lidah Tante Cici menjilati area duburku. Dengan spontan aku kembali bergelinjang di atas kasur. Ketika lidahnya menyentuh dubur, aku bagai tersengat arus kenikmatan yang terus merambat keseluruh tubuh.
Lidah Tante Cici begitu lentur bergerak memutar menjilati seluruh permukaan duburku. Sambil sebelah tangannya tidak berhenti mengocok dan meremas-remas lembut kontol serta piji pelerku yang bulat penuh. Diperlakukan demikian aku menjadi mabuk kepayang.
Berkali-kali aku menggelinjang sambil mengerang karena sensasi geli nikmat yang terus menjalar ke seluruh tubuhku. Namun, Tante Cici tak menghentikan aksinya malah ia semakin asik menyiksaku dengan sapuan lidah yang lincah dan kelembutan tangannya bermain dengan dubur, kontol, serta biji pelerku.
Kini lidah Tante Cici terasa meruncing menusuk-nusuk duburku. Sehingga aku merasakan sensasi aneh yang nikmat membuat mataku sesekali merem sesekali terbelalak merespons setiap aksi Tante Cici. Sensasi aneh menggelitik sampai ke ubun-ubun.
Hampir 10 menit aku dipermainkan Tante Cici, kini aku balas mempermainkan dia. Aku lucuti seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya sampai tak ada sehelai benangpun ditubuhnya. Aku mulai aksiku menjilati dan mencium-cium kecil lehernya yang putih dan mulus itu. Sehingga Tante Cici merespon dengan membelai rambut dan punggungku.
Aku telusuri lehernya dengan lidah dan mulutku sampai akhirnya aku jilati bagian belakang telinganya. Tante Cici tampak menggelinjang akibat sensasi nikmat yang menjalar ditubuhnya. Berulang-ulang aku berbuat demikian dari leher ke belakang telinga kirinya kemudian balik lagi ke leher dan naik lagi kebagian belakang telinga kanannya secara lembut dan berulang-ulang dengan sapuan lembut lidahku dan ciuman kecil bibirku.
Melihat Tante Cici semakin terangsang, aku mulai menurunkan sapuan lidahku menyusuri leher sampai di area susunya yang cukup besar. Susu Tante Cici terasa halus, berkulit putih dengan urat-urat hijau yang nampak menghiasi kedua susunya, lingkaran tengahnya berwarna coklat kemerah-merahan, sedangkan putingnya kecil dan kurang menonjol.
Tante Cici tak henti mendesah sambil tangannya tak lagi membelai rambutku melainkan telah mencengkram rambut cukup erat. Sedangkan matanya terpejam dan sesekali kelopaknya terbuka sedikit, memperlihatkan hanya warna putih biji bola matanya.
Kulit putih Tante Cici sudah agak kemerah-merahan, rupanya Tante Cici sudah sangat terangsang. Aku terus telusuri tubuhnya dengan lidahku. Aku gunakan lidahku untuk menjilat-jilat udelnya secara memutar-mutar perlahan. Sedangkan kedua tanganku meremas-remas lembut kedua susu Tante Cici yang montok dan halus.
Berkali-kali Tante Cici mengelinjang-gelinjang di atas kasur. Aku segera menurunkan perlahan sapuan lidahku pada memeknya yang tebal dan tembem.
Kini memek putih dan mulus tanpa bulu milik Tante Cici, aku jilat-jilat mulai dari lubang memek sampai itilnya. Secara lembut aku sapukan lidahku menyusuri liang memek dan kemudian menjilat secara melingkar pada itilnya. Dengan demikian, kepalaku menjadi sasaran kedua tangan Tante Cici yang terkadang menekan kepalaku dan terkadang mendorong kepalaku dari memeknya yang basah dan berlendir.
Aku mulai kombinasikan antara menjilat dan mengenyot-ngenyot seluruh area memeknya. Sampai akhirnya aku mulai tusukan jari tengahku ke dalam liang memeknya yang basah oleh lendir dan terasa hangat dijariku. Sedangkan mulutku, aku gunakana untuk mengemut secara lembut itil Tante Cici. Sambil mengemut itilnya dengan lembut, lidahku bergerak berputar mengusap-usap itilnya yang berada dalam mulutku.
Tubuh Tante Cici semakin bergelinjang-gelinjang diiringi desah serta lenguhan. Aku hentikan sejenak aksiku untuk meminta Tante Cici menaikkan pinggulnya. Tanpa berkata apa-apa, Tante Cici mulai mengangkat pinggulnya sambil menahan kedua kakinya. Persis apa yang aku lakukan sebelumnya.
Aku mulai telusuri kembali area memeknya dengan lidah sampai akhirnya lidahku telah sampai di anusnya.
“ooouuuhhh ssshhh.” Desah dan lenguhan Tante Cici ketika lidahku menyapu memek dan duburnya.
Sambil terus menjilati dubur Tante Cici, jari tengahku tak berhenti ke luar masuk liang memeknya. Dan tak lama kemudian, Tante Cici terus menggelinjang, melenguh, dan tubuhnya mengejang-ngejang. Tarasa di jari tengahku, memek Tante Cici berkedut dan mengempot-empot sambil melelehkan cairan orgasmenya ke luar dari liang memeknya membasahi jari dan tanganku.
Aku lihat senyum mengembang di wajah Tante Cici. Aku dekatkan wajahku mengecup lembut keningnya.
Tidak lama setelah orgasmenya reda, Tante Cici menaiki tubuhku yang telentang di atas kasur. Dengan lembut ia kocok-kocok kontolku sebelum akhrinya secara perlahan ia masukkan kontolku ke dalam liang memeknya yang terasa sempit dan hangat.
Walaupun memeknya penuh dengan lendir dan telah diguyur cairan orgasmenya, tetap saja tak mudah bagi kontolku untuk masuk ke dalam liang memeknya. Sehingga sambil menggoyang-goyang pinggulnya, Tante Cici perlahan-lahan menekan pinggulnya turun supaya kontolku bisa masuk lebih dalam.
Ketika kontolku sudah terbenam lebih dalam di liang memeknya, Tante Cici kembali bergerak memutar pinggulnya sambil mulutnya terus mengeluarkan desahan-desahan yang menurutku sangat sensual. Sampai akhirnya bergantian ia bergerak memutar-mutar pinggulnya dengan mengocok kontolku turun naik secara lembut.
“aaahhh ssshhh, aaaahhh ssshhh.” desah Tante Cici sambil tangannya meremas-remas susuku yang bidang.
Semakin lama gerakan Tante Cici memutar dan naik turun mengocok kontolku semakin cepat. Sehingga aku pun berbuat hal yang sama untuk mengimbangi gerakannya dengan menaik turunkan pinggulku.
Sampai akhirnya tubuh Tante Cici meliuk-liuk di atas tubuhku. Kemudian ia mulai menghentak-hentakan pinggulnya. Terasa oleh kontolku bahwa memek Tante Cici mulai berkedut dan mengempot-empot kontolku seiring cairan hangat orgasmenya meleleh ke luar dari dalam liang memeknya.
“ooouuuhhh ssshhh, ooouuuhhh ssshhh, aaahhh.” lenguhan Tante Cici sedikit berteriak mendapatkan orgasmenya.
Tubuhnya mengkilat oleh peluh. Kemudian ketika gelombang orgasme Tante Cici mereda, ia menelungkup di atas tubuhku tanpa melepas kontolku yang masih terbenam di dalam lubang memeknya. Aku usap-usap lembut punggungnya. Aku belai-belai lembut rambutnya.
Sampai akhirnya mata kami saling menatap. Terlihat wajahnya berseri penuh kepuasan. Aku pun kembali mengusap lembut kening dan pipinya yang berkeringat.
Tante Cici kemudian mendaratkan ciumannya di bibirku. Dengan lembut aku kenyot bibirnya perlahan. Lidahnya terjulur menerobos masuk ke dalam mulutku. Tak aku sia-siakan, aku jilati lidahnya di dalam mulutku sambil mengulumnya secara lembut.
Tante Cici tak henti mendesah sambil tangannya tak lagi membelai rambutku melainkan telah mencengkram rambut cukup erat. Sedangkan matanya terpejam dan sesekali kelopaknya terbuka sedikit, memperlihatkan hanya warna putih biji bola matanya.
Kulit putih Tante Cici sudah agak kemerah-merahan, rupanya Tante Cici sudah sangat terangsang. Aku terus telusuri tubuhnya dengan lidahku. Aku gunakan lidahku untuk menjilat-jilat udelnya secara memutar-mutar perlahan. Sedangkan kedua tanganku meremas-remas lembut kedua susu Tante Cici yang montok dan halus.
Berkali-kali Tante Cici mengelinjang-gelinjang di atas kasur. Aku segera menurunkan perlahan sapuan lidahku pada memeknya yang tebal dan tembem.
Kini memek putih dan mulus tanpa bulu milik Tante Cici, aku jilat-jilat mulai dari lubang memek sampai itilnya. Secara lembut aku sapukan lidahku menyusuri liang memek dan kemudian menjilat secara melingkar pada itilnya. Dengan demikian, kepalaku menjadi sasaran kedua tangan Tante Cici yang terkadang menekan kepalaku dan terkadang mendorong kepalaku dari memeknya yang basah dan berlendir.
Aku mulai kombinasikan antara menjilat dan mengenyot-ngenyot seluruh area memeknya. Sampai akhirnya aku mulai tusukan jari tengahku ke dalam liang memeknya yang basah oleh lendir dan terasa hangat dijariku. Sedangkan mulutku, aku gunakana untuk mengemut secara lembut itil Tante Cici. Sambil mengemut itilnya dengan lembut, lidahku bergerak berputar mengusap-usap itilnya yang berada dalam mulutku.
Tubuh Tante Cici semakin bergelinjang-gelinjang diiringi desah serta lenguhan. Aku hentikan sejenak aksiku untuk meminta Tante Cici menaikkan pinggulnya. Tanpa berkata apa-apa, Tante Cici mulai mengangkat pinggulnya sambil menahan kedua kakinya. Persis apa yang aku lakukan sebelumnya.
Aku mulai telusuri kembali area memeknya dengan lidah sampai akhirnya lidahku telah sampai di anusnya.
“ooouuuhhh ssshhh.” Desah dan lenguhan Tante Cici ketika lidahku menyapu memek dan duburnya.
Sambil terus menjilati dubur Tante Cici, jari tengahku tak berhenti ke luar masuk liang memeknya. Dan tak lama kemudian, Tante Cici terus menggelinjang, melenguh, dan tubuhnya mengejang-ngejang. Tarasa di jari tengahku, memek Tante Cici berkedut dan mengempot-empot sambil melelehkan cairan orgasmenya ke luar dari liang memeknya membasahi jari dan tanganku.
Aku lihat senyum mengembang di wajah Tante Cici. Aku dekatkan wajahku mengecup lembut keningnya.
Tidak lama setelah orgasmenya reda, Tante Cici menaiki tubuhku yang telentang di atas kasur. Dengan lembut ia kocok-kocok kontolku sebelum akhrinya secara perlahan ia masukkan kontolku ke dalam liang memeknya yang terasa sempit dan hangat.
Walaupun memeknya penuh dengan lendir dan telah diguyur cairan orgasmenya, tetap saja tak mudah bagi kontolku untuk masuk ke dalam liang memeknya. Sehingga sambil menggoyang-goyang pinggulnya, Tante Cici perlahan-lahan menekan pinggulnya turun supaya kontolku bisa masuk lebih dalam.
Ketika kontolku sudah terbenam lebih dalam di liang memeknya, Tante Cici kembali bergerak memutar pinggulnya sambil mulutnya terus mengeluarkan desahan-desahan yang menurutku sangat sensual. Sampai akhirnya bergantian ia bergerak memutar-mutar pinggulnya dengan mengocok kontolku turun naik secara lembut.
“aaahhh ssshhh, aaaahhh ssshhh.” desah Tante Cici sambil tangannya meremas-remas susuku yang bidang.
Semakin lama gerakan Tante Cici memutar dan naik turun mengocok kontolku semakin cepat. Sehingga aku pun berbuat hal yang sama untuk mengimbangi gerakannya dengan menaik turunkan pinggulku.
Sampai akhirnya tubuh Tante Cici meliuk-liuk di atas tubuhku. Kemudian ia mulai menghentak-hentakan pinggulnya. Terasa oleh kontolku bahwa memek Tante Cici mulai berkedut dan mengempot-empot kontolku seiring cairan hangat orgasmenya meleleh ke luar dari dalam liang memeknya.
“ooouuuhhh ssshhh, ooouuuhhh ssshhh, aaahhh.” lenguhan Tante Cici sedikit berteriak mendapatkan orgasmenya.
Tubuhnya mengkilat oleh peluh. Kemudian ketika gelombang orgasme Tante Cici mereda, ia menelungkup di atas tubuhku tanpa melepas kontolku yang masih terbenam di dalam lubang memeknya. Aku usap-usap lembut punggungnya. Aku belai-belai lembut rambutnya.
Sampai akhirnya mata kami saling menatap. Terlihat wajahnya berseri penuh kepuasan. Aku pun kembali mengusap lembut kening dan pipinya yang berkeringat.
Tante Cici kemudian mendaratkan ciumannya di bibirku. Dengan lembut aku kenyot bibirnya perlahan. Lidahnya terjulur menerobos masuk ke dalam mulutku. Tak aku sia-siakan, aku jilati lidahnya di dalam mulutku sambil mengulumnya secara lembut.
Tak lama kemudian, Tante Cici kembali bangkit dan mulai memutar-mutar pinggulnya sehingga kontolku yang terbenam di dalam lubang memeknya kembali merasakan cengkraman otot memeknya.
Namun, dengan lembut aku pinta Tante Cici untuk melanjutkan bercinta dengan gaya doggy style. Tante Cici pun menuruti kemauanku segera melepas kontolku dari dalam liang memeknya.
Tante Cici nungging di atas tempat tidurku tampak sudah siap aku tusuk memeknya yang putih mulus dan tembem itu dengan kontolku. Aku arahkan kontolku ke dalam liang memeknya. Tanpa kesulitan, kontolku yang telah basah oleh lendir dan cairan orgasmenya menerobos ke dalam liang memeknya.
Aku mulai memaju mundurkan kontolku dengan cepat. “plok plok plok” bunyi selangkanganku beradu dengan pantatnya yang bulat padat semakin keras terdengar seiring gerakan maju mundur pinggul secara cepat mengocokan kontolku ke luar masuk ke dalam lubang memeknya yang merekah.
“aaahhh ssshhh, aaaahhh ssshhh.” desah Tante Cici sambil kedua tangannya mencengkram erat sprei tempat tidurku.
Aku terus mengocok memaju mundurkan pinggulku dengan cepat. Sambil terus gerak maju mundur, aku meminta ijin kepada Tante Cici untuk mencoba melakukan anal seks. Tapi Tante Cici menolak karena takut sakit dan perih. Tapi ia berjanji padaku, jika ia sudah siap, ia mau melakukan anal seks denganku.
Sempat aku kecewa namun, karena mendengar Tante Cici berjanji akan memberiku anal seks maka hilanglah kekecewaanku. Sehingga gairahku memburu kenikmatan tidak surut.
Dengan penuh gairah memburu puncak kenikmatan, aku terus menggenjot secara cepat. Sedangkan Tante Cici semakin keras mendesah sambil tetap mencengkram sprei kasurku.
“aaaahhh ssshhh, aaaahhh ssshhh.” desah Tante Cici terdengar memenuhi ruangan kamarku.
Kontolku ke luar masuk liang memek Tante Cici dengan cepat. Sampai akhirnya, aku mulai merasakan kegelian dan rasa gatel pada kontolku. Tak lama lagi spermaku akan mendesak hendak ke luar. Maka aku tidak mengendurkan aksi memaju mundurkan pinggul mengocok kontol ke luar masuk di liang memek Tante Cici.
Sesaat aku akan orgasme, Tante Cici mendahului dengan kembali orgasme. Memeknya berkedut-kedut sambil mengempot-empot sehingga kontolku yang sudah gatel dan merasakan geli terasa dicengkram dengan kuat.
Sambil merasakan cengkraman kuat otot memeknya Tante Cici, aku hentak-hentak pinggulku menghantam pantatnya yang bulat padat sampai akhirnya aku berhenti menghentakan pinggulku untuk menyemburkan spermaku ke dalam liang memek Tante Cici.
“aaahhh ssshhh, ooouuuhhh ssshhh, eeemmmhhh ssshhh.” lenguhan Tante Cici ketika orgasmenya melanda sambil menikmati hangatnya spermaku di dalam memeknya.
Setelah gelombang orgasme kami mereda, aku cabut perlahan kontolku dari dalam liang memek Tante Cici. Sehingga cairan orgasme kami yang tertinggal di dalam liang memeknya ikut meleleh ke luar membasahai sprei tempat tidurku.
Aku merebahkan tubuhku di samping Tante Cici. Sambil mengatur nafas yang terasa terengah-engah. Tante Cici kemudian merebahkan kepalanya di atas dadaku sambil tangan kirinya mengusap-usap secara lembut perutku yang basah oleh keringat.
“tan, apa gak takut kalau tante nanti hamil?” tanyaku sambil membelai-belai lembut rambutnya.
“ya mudah-mudahan aja gak hamil dulu, makanya setiap mau melakukan hubungan seks, aku pasti minum pil terlebih dahulu.” jawab Tante Cici sambil tangannya tetap mengusap-usap perutku dengan lembut.
Sambil tetap berbaring di atas kasur, Tante Cici bercerita banyak. Awalnya ia merasa cemas karena takut kalau-kalau ia hamil setelah ngentot pertama kali denganku. Namun, seminggu setelah ngentot denganku, ia kembali mens.
Makanya karena sering dilanda cemas setelah ngentot, untuk berjaga agar ia tidak hamil dan masih bisa ngentot dengan menumpahkan sperma di dalam memeknya, Tante Cici pun sering pergi ke bidan dan memilih menggunakan pil kb.
Ketika asik ngobrol dengan Tante Cici, aku sedikit terperanjat ketika melihat jam dinding menunjukkan pukul 4 sore. Sebab, orang tuaku pasti sudah pada pulang bekerja. Aku berdoa dalah hati mudah-mudahan aksiku dengan Tante Cici tidak diketahui oleh orang tuaku.
Puji Seri 3 Tante Meta
Namun, dengan lembut aku pinta Tante Cici untuk melanjutkan bercinta dengan gaya doggy style. Tante Cici pun menuruti kemauanku segera melepas kontolku dari dalam liang memeknya.
Tante Cici nungging di atas tempat tidurku tampak sudah siap aku tusuk memeknya yang putih mulus dan tembem itu dengan kontolku. Aku arahkan kontolku ke dalam liang memeknya. Tanpa kesulitan, kontolku yang telah basah oleh lendir dan cairan orgasmenya menerobos ke dalam liang memeknya.
Aku mulai memaju mundurkan kontolku dengan cepat. “plok plok plok” bunyi selangkanganku beradu dengan pantatnya yang bulat padat semakin keras terdengar seiring gerakan maju mundur pinggul secara cepat mengocokan kontolku ke luar masuk ke dalam lubang memeknya yang merekah.
“aaahhh ssshhh, aaaahhh ssshhh.” desah Tante Cici sambil kedua tangannya mencengkram erat sprei tempat tidurku.
Aku terus mengocok memaju mundurkan pinggulku dengan cepat. Sambil terus gerak maju mundur, aku meminta ijin kepada Tante Cici untuk mencoba melakukan anal seks. Tapi Tante Cici menolak karena takut sakit dan perih. Tapi ia berjanji padaku, jika ia sudah siap, ia mau melakukan anal seks denganku.
Sempat aku kecewa namun, karena mendengar Tante Cici berjanji akan memberiku anal seks maka hilanglah kekecewaanku. Sehingga gairahku memburu kenikmatan tidak surut.
Dengan penuh gairah memburu puncak kenikmatan, aku terus menggenjot secara cepat. Sedangkan Tante Cici semakin keras mendesah sambil tetap mencengkram sprei kasurku.
“aaaahhh ssshhh, aaaahhh ssshhh.” desah Tante Cici terdengar memenuhi ruangan kamarku.
Kontolku ke luar masuk liang memek Tante Cici dengan cepat. Sampai akhirnya, aku mulai merasakan kegelian dan rasa gatel pada kontolku. Tak lama lagi spermaku akan mendesak hendak ke luar. Maka aku tidak mengendurkan aksi memaju mundurkan pinggul mengocok kontol ke luar masuk di liang memek Tante Cici.
Sesaat aku akan orgasme, Tante Cici mendahului dengan kembali orgasme. Memeknya berkedut-kedut sambil mengempot-empot sehingga kontolku yang sudah gatel dan merasakan geli terasa dicengkram dengan kuat.
Sambil merasakan cengkraman kuat otot memeknya Tante Cici, aku hentak-hentak pinggulku menghantam pantatnya yang bulat padat sampai akhirnya aku berhenti menghentakan pinggulku untuk menyemburkan spermaku ke dalam liang memek Tante Cici.
“aaahhh ssshhh, ooouuuhhh ssshhh, eeemmmhhh ssshhh.” lenguhan Tante Cici ketika orgasmenya melanda sambil menikmati hangatnya spermaku di dalam memeknya.
Setelah gelombang orgasme kami mereda, aku cabut perlahan kontolku dari dalam liang memek Tante Cici. Sehingga cairan orgasme kami yang tertinggal di dalam liang memeknya ikut meleleh ke luar membasahai sprei tempat tidurku.
Aku merebahkan tubuhku di samping Tante Cici. Sambil mengatur nafas yang terasa terengah-engah. Tante Cici kemudian merebahkan kepalanya di atas dadaku sambil tangan kirinya mengusap-usap secara lembut perutku yang basah oleh keringat.
“tan, apa gak takut kalau tante nanti hamil?” tanyaku sambil membelai-belai lembut rambutnya.
“ya mudah-mudahan aja gak hamil dulu, makanya setiap mau melakukan hubungan seks, aku pasti minum pil terlebih dahulu.” jawab Tante Cici sambil tangannya tetap mengusap-usap perutku dengan lembut.
Sambil tetap berbaring di atas kasur, Tante Cici bercerita banyak. Awalnya ia merasa cemas karena takut kalau-kalau ia hamil setelah ngentot pertama kali denganku. Namun, seminggu setelah ngentot denganku, ia kembali mens.
Makanya karena sering dilanda cemas setelah ngentot, untuk berjaga agar ia tidak hamil dan masih bisa ngentot dengan menumpahkan sperma di dalam memeknya, Tante Cici pun sering pergi ke bidan dan memilih menggunakan pil kb.
Ketika asik ngobrol dengan Tante Cici, aku sedikit terperanjat ketika melihat jam dinding menunjukkan pukul 4 sore. Sebab, orang tuaku pasti sudah pada pulang bekerja. Aku berdoa dalah hati mudah-mudahan aksiku dengan Tante Cici tidak diketahui oleh orang tuaku.
Puji Seri 3 Tante Meta
Klik Nomor untuk lanjutannya