PART I : AKIBAT SERING DILILIT HANDUK
==x=x=x=x==
Kejadian yang tak pernah aku lupa sebab, telah menjadi pengalaman pertamaku yang tidak pernah terduga dan terencana. Ketika itu usiaku masih 14 th, kelas 2 S-M-P.
Ketika duduk di bangku kelas 2 S-M-P, aku sek*lah pukul 12.00 WIB. Jadi, pagi-pagi aku menemani adikku yang masih kecil sebelum berangkat ke sek*lah. Jam 09.30 WIB seperti biasa, aku titipkan adik kecilku ke rumah nenekku yang letaknya tidak seberapa jauh. Dan biasanya setelah mengantar adikku, aku selalu bermalas-malasan di kursi sambil nonton televisi dengan badan dililit handuk tanpa memakai celana dalam dan baju.
Seperti biasanya pula, tetanggaku sering ikut mandi atau buang air di rumahku pada jam 09.00 atau jam 10.00 WIB. Meski di rumahnya memiliki kamar mandi tapi persediaan airnya kurang. Berbeda dengan rumahku, selain ibuku menggunakan mata air yang mengaliri setiap rumah warga, ibuku juga memasang air PDAM. Sehingga air di rumahku tidak pernah kosong jika air dari pegunungan mampet atau kering.
Walaupun tetanggaku ini sering ikut mandi atau buang air di rumahku, tidak ada rasa iseng dalam pikiranku untuk mengintip atau tindakan-tindakan cabul lainnya. Walaupun di usiaku yang sudah 14 th, film porno sudah tidak asing bagiku.
Sebab, pergaulan di sek*lah yang mengenalkanku bukan hanya pada minuman keras, rokok, tetapi juga pada film porno baik bokef barat maupun asia. Sungguh, ketika itu tidak ada terlintas sedikitpun dalam benakku untuk melakukan hal-hal yang berbau seks terhadap tetanggaku ini yang usianya sudah lebih tua dari ayahku. Usianya sekitar 48 th ketika aku iseng bertanya kepadanya.
Sambil menunggu tetanggaku keluar dari kamar mandi, aku tetap tiduran di kursi sambil nonton televisi dengan tubuh bugil yang hanya dililit handuk.
Sampai akhirnya, tetanggaku selesai buang air dan keluar dari kamar mandi. Secara tiba-tiba, handuk yang melilit ditubuhku ditariknya dengan paksa namun, tanganku dengan refleks dan kuat menahan supaya handuk tidak sepenuhnya terlepas dan menampakan kelaminku.
Hal tersebut membuat tetanggaku menjadi malu karena hendak memaksa melepas handukku dan langsung pergi ke luar rumahku.
Aku yang kaget dengan pengalaman tersebut mulai mengingat kembali kejadian yang mengejutkan itu. Betapa anehnya wajah seorang wanita yang sudah memiliki cucu tersebut dengan sorot mata seperti wanita dalam film bokef. Penuh nafsu dan menggairahkan. Maka tanpa pikir panjang, aku rapihkan kembali handukku dan segera melesat menuju rumahnya.
Di rumahnya, Bu Suti, aku mendapati ia sedang duduk di kursi panjang yang sudah tak karuan bentuknya sambil merokok. Aku beranikan diri duduk di sebelahnya.
“Bu, tadi ibu mau ngapain?”
“eng, eng, enggak cuma mau lihat burung kamu saja!” jawab Bu Suti dengan wajah so cuek.
“ooh. Kirain mau apa. Aku kaget sekali dengan perlakuan ibu yang tiba-tiba seperti itu.”
“udahlah, Dek Puji lupakan saja kejadian itu, ya!” jawabnya sambil menghembuskan asap rokoknya.
“bu, kalau ibu pengen lihat burungku, ayo bu di rumahku saja.” jawabku sambil berlalu dari rumahnya.
Di rumahku, aku duduk di kursi sambil menyalakan rokok yang sebelumnya aku ambil dari dalam tas sek*lah di dalam kamarku. Sambil menghisap rokok, aku heran dengan ucapanku yang tadi aku ucapkan ke Bu Suti.
Dag dig dug jantungku membayangkan bagaimana kalau Bu Suti nanti datang lagi ke rumahku ingin melihat kontolku?
Membayangkan hal tersebut malah membuat kontolku menegang dan mengeras. Dengan refleks aku elus kontolku dari luar handuk sambil membayangkan bersetubuh dengan tetanggaku, Bu Suti.
Sedang asik dengan kelaminku, tiba-tiba pintu rumahku dibuka oleh Bu Suti. Aku kaget, langsung tegak berdiri beranjak dari kursi karena takut perbuatanku itu diketahuinya.
Bu Suti pun menghampiriku. Dengan wajah so cuek dia menagih ucapanku yang hendak memperlihatkan burungku.
Namun, aku diam saja sambil tetap berdiri dan berkata, “silakan ibu buka sendiri handukku! aku malu.” jawabku dengan jujur dan polos, maklum ketika itu usiaku masih 14 th.
Bu Suti mendekat ke hadapanku. Tanpa ragu dia angkat handukku dan nampaklah kontolku yang berkulit bersih dan berwarna sawo matang yang masih tegang dan keras gara-gara birahi yang melanda.
==x=x=x=x==
Kejadian yang tak pernah aku lupa sebab, telah menjadi pengalaman pertamaku yang tidak pernah terduga dan terencana. Ketika itu usiaku masih 14 th, kelas 2 S-M-P.
Ketika duduk di bangku kelas 2 S-M-P, aku sek*lah pukul 12.00 WIB. Jadi, pagi-pagi aku menemani adikku yang masih kecil sebelum berangkat ke sek*lah. Jam 09.30 WIB seperti biasa, aku titipkan adik kecilku ke rumah nenekku yang letaknya tidak seberapa jauh. Dan biasanya setelah mengantar adikku, aku selalu bermalas-malasan di kursi sambil nonton televisi dengan badan dililit handuk tanpa memakai celana dalam dan baju.
Seperti biasanya pula, tetanggaku sering ikut mandi atau buang air di rumahku pada jam 09.00 atau jam 10.00 WIB. Meski di rumahnya memiliki kamar mandi tapi persediaan airnya kurang. Berbeda dengan rumahku, selain ibuku menggunakan mata air yang mengaliri setiap rumah warga, ibuku juga memasang air PDAM. Sehingga air di rumahku tidak pernah kosong jika air dari pegunungan mampet atau kering.
Walaupun tetanggaku ini sering ikut mandi atau buang air di rumahku, tidak ada rasa iseng dalam pikiranku untuk mengintip atau tindakan-tindakan cabul lainnya. Walaupun di usiaku yang sudah 14 th, film porno sudah tidak asing bagiku.
Sebab, pergaulan di sek*lah yang mengenalkanku bukan hanya pada minuman keras, rokok, tetapi juga pada film porno baik bokef barat maupun asia. Sungguh, ketika itu tidak ada terlintas sedikitpun dalam benakku untuk melakukan hal-hal yang berbau seks terhadap tetanggaku ini yang usianya sudah lebih tua dari ayahku. Usianya sekitar 48 th ketika aku iseng bertanya kepadanya.
Sambil menunggu tetanggaku keluar dari kamar mandi, aku tetap tiduran di kursi sambil nonton televisi dengan tubuh bugil yang hanya dililit handuk.
Sampai akhirnya, tetanggaku selesai buang air dan keluar dari kamar mandi. Secara tiba-tiba, handuk yang melilit ditubuhku ditariknya dengan paksa namun, tanganku dengan refleks dan kuat menahan supaya handuk tidak sepenuhnya terlepas dan menampakan kelaminku.
Hal tersebut membuat tetanggaku menjadi malu karena hendak memaksa melepas handukku dan langsung pergi ke luar rumahku.
Aku yang kaget dengan pengalaman tersebut mulai mengingat kembali kejadian yang mengejutkan itu. Betapa anehnya wajah seorang wanita yang sudah memiliki cucu tersebut dengan sorot mata seperti wanita dalam film bokef. Penuh nafsu dan menggairahkan. Maka tanpa pikir panjang, aku rapihkan kembali handukku dan segera melesat menuju rumahnya.
Di rumahnya, Bu Suti, aku mendapati ia sedang duduk di kursi panjang yang sudah tak karuan bentuknya sambil merokok. Aku beranikan diri duduk di sebelahnya.
“Bu, tadi ibu mau ngapain?”
“eng, eng, enggak cuma mau lihat burung kamu saja!” jawab Bu Suti dengan wajah so cuek.
“ooh. Kirain mau apa. Aku kaget sekali dengan perlakuan ibu yang tiba-tiba seperti itu.”
“udahlah, Dek Puji lupakan saja kejadian itu, ya!” jawabnya sambil menghembuskan asap rokoknya.
“bu, kalau ibu pengen lihat burungku, ayo bu di rumahku saja.” jawabku sambil berlalu dari rumahnya.
Di rumahku, aku duduk di kursi sambil menyalakan rokok yang sebelumnya aku ambil dari dalam tas sek*lah di dalam kamarku. Sambil menghisap rokok, aku heran dengan ucapanku yang tadi aku ucapkan ke Bu Suti.
Dag dig dug jantungku membayangkan bagaimana kalau Bu Suti nanti datang lagi ke rumahku ingin melihat kontolku?
Membayangkan hal tersebut malah membuat kontolku menegang dan mengeras. Dengan refleks aku elus kontolku dari luar handuk sambil membayangkan bersetubuh dengan tetanggaku, Bu Suti.
Sedang asik dengan kelaminku, tiba-tiba pintu rumahku dibuka oleh Bu Suti. Aku kaget, langsung tegak berdiri beranjak dari kursi karena takut perbuatanku itu diketahuinya.
Bu Suti pun menghampiriku. Dengan wajah so cuek dia menagih ucapanku yang hendak memperlihatkan burungku.
Namun, aku diam saja sambil tetap berdiri dan berkata, “silakan ibu buka sendiri handukku! aku malu.” jawabku dengan jujur dan polos, maklum ketika itu usiaku masih 14 th.
Bu Suti mendekat ke hadapanku. Tanpa ragu dia angkat handukku dan nampaklah kontolku yang berkulit bersih dan berwarna sawo matang yang masih tegang dan keras gara-gara birahi yang melanda.
Terlihat sungging senyum di wajahnya. Memperhatikan kontolku yang berkedut-kedut karena birahiku yang semakin memuncak.
“Usiamu berapa, Dek Puji?” tanyanya tiba-tiba.
“sudah 14 th, sebulan yang lalu, bu!” jawabku dengan suara agak bergetar.
“wah, 14 th tapi burungnya sudah gede dan panjang.” dengan suara yang agak bergetar pula.
Ketika itu aku tidak tahu kalau Bu Suti juga telah terbakar birahinya.
“eh kamu merokok, ya?” tanya Bu Suti, sambil matanya melihat rokok di jemari tangan kananku.
“iya, bu. Habisnya, aku kaget banget soalnya baru kali ini diginiin. Ibu jangan bilang-bilang sama mamah ya kalau aku ngerokok!” jawabku yang mulai takut jika diadukan oleh tetanggaku ini pada ibuku.
“iya, gak bakalan dibilangin kok!” jawabnya sambil beranjak hendak ke luar rumahku.
Dengan nafsu yang sudah cenat-cenut di ubun-ubun, aku tarik tangan kiri Bu Suti. Tampak kaget wajahnya memandang ke arah wajahku.
“Dek Puji kenapa?”
“anu bu, usia ibu berapa?” aku balik bertanya padanya.
“sekitar 48 th, udah tua, ya?” jawabnya sambil cekikikan.
“toket ibu gak tobrut, tapi pantatnya montok, bu. Boleh gak, aku lihat memek perempuan yang udah tua kaya ibu?” tanyaku dengan polos.
“haha.. iyalah toketnya gak tobrut, udah agak kendor pula. kan ibu udah punya 5 anak dan sudah punya cucu juga. Jangan, kamu gak boleh liat kan nanti kalau kamu udah besar kamu juga pasti bisa liat memek perempuan!” jawabnya sambil melepaskan tangannya dari genggamanku.
“yah, ibu. Sekali aja bu. Bolehlah!” rengekku sambil menarik tangannya lagi.
Cukup lama juga ketika itu aku memelas supaya dapat ijin melihat memek perempuan. Sampai akhirnya Bu Suti pun menyerah dan setuju untuk memperlihatkan memeknya kepadaku. Sungguh, senang rasanya ketika rengekanku berbuah hasil.
Dag dig dug jantungku ketika Bu Suti melorotkan celana pendek berwarna biru tua sekaligus celana dalamnya yang berwarna coklat muda sampai setengah pahanya. Terlihat lebat dan hitamnya bulu-bulu memeknya.
“sudah ya!”
“tunggu bu, gak keliatan memek itu seperti apa.” jawabku dengan suara bergetar.
“ya ini, memek tu begini!” kata Bu Suti sambil menunjuk memeknya sendiri.
“aku liatnya cuma bulu aja, bu. Gak tau kalau di tengah-tengahnya gimana!” sanggahku berusaha melihat lubang memek kayak di film bokef yang menampakkan itil dan lubang memek dengan jelas.
Akhirnya Bu Suti beranjak menuju kursi. Kakinya di rentangkan sehingga begitu jelas lubangnya yang menganga bulat sebesar uang koin Rp.100 perak. Aku pun mendekat, sehingga wajahku berjarak mungkin sejengkal dari memeknya. Ketika itu, pertama kali aku dapat mencium bau memek perempuan. Baunya begitu khas dan hampir mirip bau ikan asin walaupun tidak setajam bau ikan asin.
Tanpa komando, aku dekatkan mulutku pada memeknya seperti dalam adegan film bokef yang cukup sering aku tonton bersama kawan-kawan sek*lahku. Tangan Bu Suti, menjambak rambutku dan berusaha menjauhkan mulut dan lidahku dari memeknya yang dagingnya berwarna coklat gelap. Tapi, seperti seekor anjing, aku tetap bertahan dalam posisi berjongkok di depan memeknya dan terus melakukan jilatan-jilatan pada lubang memek dan itilnya yang menyembul di balik daging-daging memeknya.
“ssshhh aaah ooohhh hhmm. ssu sssudaaah aduuhh hmm.” ceracau Bu Suti yang semakin membuatku bergairah menjilat dengan cepat memeknya.
Lidahku begitu lincah dan lentur menjilat lubang memek dan itilnya. Perlakuanku yang demikian membuat Bu Suti semakin mendesah dengan diikuti gerakan pada pinggulnya, bergoyang, dengan pinggang yang melengkung-lengkung di atas kursi. Aku tetap dengan gairah menjilati dan berusaha meremas susunya yang masih dibalut kutang dan baju kaos berwarna ungu.
Hingga akhirnya, desahan hebat dan menjadi-jadi yang ke luar dari mulut Bu Suti menyadarkanku. Karena takut didengar tetangga, aku pun membimbing tubuh Bu Suti yang kurus dengan tinggi hampir sama denganku menuju kamarku. Waktu itu tinggiku masih 158 cm. Tanpa penolakan seperti sebelumnya, Bu Suti merelakan dirinya dibimbing menuju kamarku. Aku pun mempersilakan Bu Suti untuk rebahan di kasur milikku.
“Usiamu berapa, Dek Puji?” tanyanya tiba-tiba.
“sudah 14 th, sebulan yang lalu, bu!” jawabku dengan suara agak bergetar.
“wah, 14 th tapi burungnya sudah gede dan panjang.” dengan suara yang agak bergetar pula.
Ketika itu aku tidak tahu kalau Bu Suti juga telah terbakar birahinya.
“eh kamu merokok, ya?” tanya Bu Suti, sambil matanya melihat rokok di jemari tangan kananku.
“iya, bu. Habisnya, aku kaget banget soalnya baru kali ini diginiin. Ibu jangan bilang-bilang sama mamah ya kalau aku ngerokok!” jawabku yang mulai takut jika diadukan oleh tetanggaku ini pada ibuku.
“iya, gak bakalan dibilangin kok!” jawabnya sambil beranjak hendak ke luar rumahku.
Dengan nafsu yang sudah cenat-cenut di ubun-ubun, aku tarik tangan kiri Bu Suti. Tampak kaget wajahnya memandang ke arah wajahku.
“Dek Puji kenapa?”
“anu bu, usia ibu berapa?” aku balik bertanya padanya.
“sekitar 48 th, udah tua, ya?” jawabnya sambil cekikikan.
“toket ibu gak tobrut, tapi pantatnya montok, bu. Boleh gak, aku lihat memek perempuan yang udah tua kaya ibu?” tanyaku dengan polos.
“haha.. iyalah toketnya gak tobrut, udah agak kendor pula. kan ibu udah punya 5 anak dan sudah punya cucu juga. Jangan, kamu gak boleh liat kan nanti kalau kamu udah besar kamu juga pasti bisa liat memek perempuan!” jawabnya sambil melepaskan tangannya dari genggamanku.
“yah, ibu. Sekali aja bu. Bolehlah!” rengekku sambil menarik tangannya lagi.
Cukup lama juga ketika itu aku memelas supaya dapat ijin melihat memek perempuan. Sampai akhirnya Bu Suti pun menyerah dan setuju untuk memperlihatkan memeknya kepadaku. Sungguh, senang rasanya ketika rengekanku berbuah hasil.
Dag dig dug jantungku ketika Bu Suti melorotkan celana pendek berwarna biru tua sekaligus celana dalamnya yang berwarna coklat muda sampai setengah pahanya. Terlihat lebat dan hitamnya bulu-bulu memeknya.
“sudah ya!”
“tunggu bu, gak keliatan memek itu seperti apa.” jawabku dengan suara bergetar.
“ya ini, memek tu begini!” kata Bu Suti sambil menunjuk memeknya sendiri.
“aku liatnya cuma bulu aja, bu. Gak tau kalau di tengah-tengahnya gimana!” sanggahku berusaha melihat lubang memek kayak di film bokef yang menampakkan itil dan lubang memek dengan jelas.
Akhirnya Bu Suti beranjak menuju kursi. Kakinya di rentangkan sehingga begitu jelas lubangnya yang menganga bulat sebesar uang koin Rp.100 perak. Aku pun mendekat, sehingga wajahku berjarak mungkin sejengkal dari memeknya. Ketika itu, pertama kali aku dapat mencium bau memek perempuan. Baunya begitu khas dan hampir mirip bau ikan asin walaupun tidak setajam bau ikan asin.
Tanpa komando, aku dekatkan mulutku pada memeknya seperti dalam adegan film bokef yang cukup sering aku tonton bersama kawan-kawan sek*lahku. Tangan Bu Suti, menjambak rambutku dan berusaha menjauhkan mulut dan lidahku dari memeknya yang dagingnya berwarna coklat gelap. Tapi, seperti seekor anjing, aku tetap bertahan dalam posisi berjongkok di depan memeknya dan terus melakukan jilatan-jilatan pada lubang memek dan itilnya yang menyembul di balik daging-daging memeknya.
“ssshhh aaah ooohhh hhmm. ssu sssudaaah aduuhh hmm.” ceracau Bu Suti yang semakin membuatku bergairah menjilat dengan cepat memeknya.
Lidahku begitu lincah dan lentur menjilat lubang memek dan itilnya. Perlakuanku yang demikian membuat Bu Suti semakin mendesah dengan diikuti gerakan pada pinggulnya, bergoyang, dengan pinggang yang melengkung-lengkung di atas kursi. Aku tetap dengan gairah menjilati dan berusaha meremas susunya yang masih dibalut kutang dan baju kaos berwarna ungu.
Hingga akhirnya, desahan hebat dan menjadi-jadi yang ke luar dari mulut Bu Suti menyadarkanku. Karena takut didengar tetangga, aku pun membimbing tubuh Bu Suti yang kurus dengan tinggi hampir sama denganku menuju kamarku. Waktu itu tinggiku masih 158 cm. Tanpa penolakan seperti sebelumnya, Bu Suti merelakan dirinya dibimbing menuju kamarku. Aku pun mempersilakan Bu Suti untuk rebahan di kasur milikku.
Segera aku buka handuk yang melilit pinggangku. Kemudiah aku beranjak mengarahkan kontol yang menurut Bu Suti gede dan panjang ke arah mulutnya. Tapi, Bu Suti hanya diam kaget dengan wajah melongo ketika aku dengan tiba-tiba menggesek-gesekan kontolku ke bibirnya. Ia pun menggeleng-gelengkan kepalanya tanda tidak setuju dengan perbuatanku.
“ayo bu dihisap!” pintaku dengan suara bergetar dan sedikit terbata.
“iih ibu belum pernah begituan. Pengalaman ibu paling cuma netein suami dan langsung enjot aja memek ibu.” jawabnya dengan suara bergetar pula sambil tangannya menahan perutku supaya kontolku tak sampai pada bibirnya lagi.
Dengan perasaan kecewa, segera aku mengangkangkan kakinya lebar-lebar. Aku jilatin dengan liar memeknya. Terasa asam dan sedikit bau pesing memeknya di lidah dan hidungku. Aku kombinasikan antara jilatan, sedot perlahan dan sedotan kencang pada lubang memek dan itilnya. Bu Suti tampak semakin bernafsu. Terlihat dari gerakannya memutar-mutar pinggulnya, menaik-turunkan pantatnya, dengan pinggang melengkung-lengkung di atas kasurku.
“ooouuhhh ssshhh ennnaaakkk. Baaarruu peerrtaaamaaa ibbuu diigiinniiinnn emmhhh” desahnya.
Mendapat respon demikian, aku semakin bernafsu dan semakin menjadi-jadi memainkan lidah dan mulutku di memeknya.
“emmhhh deeekkk ayyooo masssuukkiiinn ddooongg!” pintanya dengan mata merem melek.
Tanpa pikir panjang, aku pun beringsut ke atas tubuhnya yang sudah ia bugilin sendiri. Dengan posisi push up di atas tubuhnya, aku berusaha memasukan kontolku ke dalam memeknya. Tapi berkali-kali aku coba, berkali-kali juga kontolku meleset kadang ke atas, kadang ke bawah duburnya.
Dengan bernafsu birahi tingkat dewa, Bu Suti menggenggam kontolku dan mengarahkan pada liang memeknya yang basah penuh lendir memeknya. Dengan hentakan kuat, kontolku masuk ke dalam liang memeknya.
“ooouuhhh ssshhh pelaaan-peeellaaannn dooongg. aaauuww saaakiiittt.” desahnya sambil meringis.
Karena hentakan yang tak sabar itu, aku pun merasakan pedih di kepala kontolku. Maklum pengalaman pertama. Sambil merasakan pedih di kontolku tiba-tiba Bu Suti mulai menggerakan pinggulnya memutar, naik-turun dengan berirama. Aku yang merasakan kenikmatan akibat gerakannya sacara natural merespon dengan memaju-mundurkan kontolku dalam memeknya.
“emmhhh nikkkmaaattt yaaa oouuhhh emmhhh ssshhh aaahhh” desahnya yang membuatku semakin liar memompa kontolku. sehingga semakin lama kontolku semakin jauh terbenam dalam liang memeknya.
Terasa begitu nikmatnya, memek perempuan yang sudah punya lima orang anak dan sudah punya cucu ini. Memeknya mengempot-empot, dinding memeknya seolah meremas-remas kontolku. Jauh lebih nikmat jika dibandingkan dipompa dengan telapak tangan. Hangat dan agak lengket memeknya, membuatku seperti melayang-layang.
Keringat bercucuran di seluruh tubuhku. Pantatku pun terasa basah dan hangat oleh butir-butir keringat. Begitu juga Bu Suti, tubuhnya dibanjiri keringat. Wajahnya semakin cemerlang dengan peluh yang berbutir-butir mengaliri kening wajahnya.
Tercium aroma keringatnya begitu menggairahkan. Dengan tetap menggenjot memeknya, aku hisap, jilat, dan kenyot-kenyot payudaranya, dan sedikit kendor itu dengan rakus. Mungkin ukurannya hanya 32 b saja.
“eemmhhh aaahhh ooouuhhh emmhhh aaahh.” erangannya.
Tak henti-hentinya ia mendesah, membuatku terus mengocok dan mengobok-obok memeknya dengan kontolku. Walaupun pegal terasa pada kedua tangan karena harus menahan badanku dalam posisi push up, aku tetap bertahan merasakan sensasi nikmat pengalaman pertamaku ini.
“emmhhh aaahhh leeebbiiihhh ceeeppaaattt deeekkk akuu keeelluuaaarr ssshhh!” desah pintanya dengan suara bergetar. Dengan pantatnya semakin liar bergerak, dan mata merem melek merasakan sensasi nikmat tak berkesudahan.
“aaahhh iiiyyaaa buu aaakkkuu jugaaa maaauu..” jawabku sambil mempercepat gerakanku.
Akibat gerakan Bu Suti yang menjadi-jadi, kepala kontolku terasa begitu geli dan gatal dibuatnya. Membuat aku tak sangguh menahan nikmatnya gelombang syaraf yang mengalir sampai ubun-ubun.
“aaahhh keeeluaaarr buu” desahku.
“eeemm eeennnaaakkk, ibbuu keeelluuaaar bannnyyaaakkk aaahhh!” celotehnya sambil memeluk erat tubuhku merasakan orgasme dahsyatnya.
Terasa kontolku seperti diremas, diperas habis spermanya oleh memeknya yang terus berkedut-kedut dan mengempot-empot.
“ayo bu dihisap!” pintaku dengan suara bergetar dan sedikit terbata.
“iih ibu belum pernah begituan. Pengalaman ibu paling cuma netein suami dan langsung enjot aja memek ibu.” jawabnya dengan suara bergetar pula sambil tangannya menahan perutku supaya kontolku tak sampai pada bibirnya lagi.
Dengan perasaan kecewa, segera aku mengangkangkan kakinya lebar-lebar. Aku jilatin dengan liar memeknya. Terasa asam dan sedikit bau pesing memeknya di lidah dan hidungku. Aku kombinasikan antara jilatan, sedot perlahan dan sedotan kencang pada lubang memek dan itilnya. Bu Suti tampak semakin bernafsu. Terlihat dari gerakannya memutar-mutar pinggulnya, menaik-turunkan pantatnya, dengan pinggang melengkung-lengkung di atas kasurku.
“ooouuhhh ssshhh ennnaaakkk. Baaarruu peerrtaaamaaa ibbuu diigiinniiinnn emmhhh” desahnya.
Mendapat respon demikian, aku semakin bernafsu dan semakin menjadi-jadi memainkan lidah dan mulutku di memeknya.
“emmhhh deeekkk ayyooo masssuukkiiinn ddooongg!” pintanya dengan mata merem melek.
Tanpa pikir panjang, aku pun beringsut ke atas tubuhnya yang sudah ia bugilin sendiri. Dengan posisi push up di atas tubuhnya, aku berusaha memasukan kontolku ke dalam memeknya. Tapi berkali-kali aku coba, berkali-kali juga kontolku meleset kadang ke atas, kadang ke bawah duburnya.
Dengan bernafsu birahi tingkat dewa, Bu Suti menggenggam kontolku dan mengarahkan pada liang memeknya yang basah penuh lendir memeknya. Dengan hentakan kuat, kontolku masuk ke dalam liang memeknya.
“ooouuhhh ssshhh pelaaan-peeellaaannn dooongg. aaauuww saaakiiittt.” desahnya sambil meringis.
Karena hentakan yang tak sabar itu, aku pun merasakan pedih di kepala kontolku. Maklum pengalaman pertama. Sambil merasakan pedih di kontolku tiba-tiba Bu Suti mulai menggerakan pinggulnya memutar, naik-turun dengan berirama. Aku yang merasakan kenikmatan akibat gerakannya sacara natural merespon dengan memaju-mundurkan kontolku dalam memeknya.
“emmhhh nikkkmaaattt yaaa oouuhhh emmhhh ssshhh aaahhh” desahnya yang membuatku semakin liar memompa kontolku. sehingga semakin lama kontolku semakin jauh terbenam dalam liang memeknya.
Terasa begitu nikmatnya, memek perempuan yang sudah punya lima orang anak dan sudah punya cucu ini. Memeknya mengempot-empot, dinding memeknya seolah meremas-remas kontolku. Jauh lebih nikmat jika dibandingkan dipompa dengan telapak tangan. Hangat dan agak lengket memeknya, membuatku seperti melayang-layang.
Keringat bercucuran di seluruh tubuhku. Pantatku pun terasa basah dan hangat oleh butir-butir keringat. Begitu juga Bu Suti, tubuhnya dibanjiri keringat. Wajahnya semakin cemerlang dengan peluh yang berbutir-butir mengaliri kening wajahnya.
Tercium aroma keringatnya begitu menggairahkan. Dengan tetap menggenjot memeknya, aku hisap, jilat, dan kenyot-kenyot payudaranya, dan sedikit kendor itu dengan rakus. Mungkin ukurannya hanya 32 b saja.
“eemmhhh aaahhh ooouuhhh emmhhh aaahh.” erangannya.
Tak henti-hentinya ia mendesah, membuatku terus mengocok dan mengobok-obok memeknya dengan kontolku. Walaupun pegal terasa pada kedua tangan karena harus menahan badanku dalam posisi push up, aku tetap bertahan merasakan sensasi nikmat pengalaman pertamaku ini.
“emmhhh aaahhh leeebbiiihhh ceeeppaaattt deeekkk akuu keeelluuaaarr ssshhh!” desah pintanya dengan suara bergetar. Dengan pantatnya semakin liar bergerak, dan mata merem melek merasakan sensasi nikmat tak berkesudahan.
“aaahhh iiiyyaaa buu aaakkkuu jugaaa maaauu..” jawabku sambil mempercepat gerakanku.
Akibat gerakan Bu Suti yang menjadi-jadi, kepala kontolku terasa begitu geli dan gatal dibuatnya. Membuat aku tak sangguh menahan nikmatnya gelombang syaraf yang mengalir sampai ubun-ubun.
“aaahhh keeeluaaarr buu” desahku.
“eeemm eeennnaaakkk, ibbuu keeelluuaaar bannnyyaaakkk aaahhh!” celotehnya sambil memeluk erat tubuhku merasakan orgasme dahsyatnya.
Terasa kontolku seperti diremas, diperas habis spermanya oleh memeknya yang terus berkedut-kedut dan mengempot-empot.
Dalam pelukan Bu Suti, aku coba melihat jam dinding di kamarku. Jam sudah menunjukkan pukul 11.19 WIB. Artinya, lebih dari 1 setengah jam aku bergumul. Aku kaget sekali begitu lamanya melakukan persetubuhan ini. Padahal rasanya hanya sebentar. Maka aku segera melepaskan diri dari pelukan Bu Suti dan memakai handuk kembali menuju kamar mandi.
Sambil membenahi handuk, Bu Suti berkata padaku, bahwa aku anak hebat. Baru pertama bersetubuh tapi kuat bertahan sangat lama. Dengan bangga aku berjalan ke luar kamar untuk mandi.
Setelah selesai mandi, aku segera bergegas. Ketika masuk kamar, Bu Suti sudah tidak ada di kamarku. Aku pun langsung memakai serag4m S-M-Pku dan cepat-cepat biar tidak terlambat masuk sek*lah.
Sambil lewat depan rumahnya, ku lihat Bu Suti sedang bersandar di kursi. Nampak wajahnya yang lelah dan bahagia ketika aku menyapanya. Sambil pamit berangkat sek*lah dan menitipkan kunci rumah.
aku bisikkan di telinganya, “nanti kita begituan lagi ya, bu!” pintaku sambil berlalu tanpa menunggu jawaban darinya.
==x=x=x=x==
PART II : KETAGIHAN NGENTOT BU SUTI
==x=x=x=x==
Setelah mendapat pengalaman pertama, aku menjadi ketagihan melakukan hubungan layaknya suami istri lagi. Tak sia-sia rasanya keperjakaanku diberikan kepadanya. Sebab, Bu Suti tidak pernah menolak ketika aku ajak untuk bersetubuh.
Bu Suti memiliki toket ukuran 32 B, badan langsing dengan tinggi badan 158 cm, dan memiliki pantat bahenol. Kulitnya tidak seputih kulitku dan kulitnya pun tidak semulus dan sekencang kulit abg. Maklum sudah 48 th. Tapi, darinya aku selalu memperoleh kenikmatan yang tiada tara.
Keluarga Bu Suti, setiap pagi selalu sepi sebab, kedua cucu yang tinggal bersamanya sek*lah pagi dan biasa berangkat bareng suaminya yang hendak pergi bekerja. Di rumahnya hanya Bu Sutilah perempuan satu-satunya. Sebab, kedua cucunya adalah laki-laki. Kedua cucunya itu dititipkan oleh anaknya dengan alasan kalau tinggal bersama mereka di kampung tidak ada yang mengurus anaknya. Suami istri itu keduanya bekerja pagi pulang sore.
Pagi itu, adikku yang masih berusia satu thn menangis terus. Maka, walaupun belum jam 09.30 WIB (jam biasa aku mengantar adikku) aku antarkan saja adikku itu ke rumah nenekku. Ketika lewat rumah Bu Suti terlihat ia sedang menyapu halaman rumahnya. Dengan iseng sambil menggendong adikku, aku remas pantat bahenolnya. Bu Suti cemberut sambil menatapku yang berjalan sambil cengengesan.
Setelah menitipkan adikku dan memberikan uang untuk jajan adikku pada nenekku. Aku segera bergegas kembali ke rumah. Aku lihat Bu Suti masih menyapu halaman rumahnya. Dengan sedikit berbisik, aku ajak Bu Suti ke rumah. Ketika Bu Suti sudah mengiyakan akan menyusul ke rumahku, aku pun segera ke rumah dengan perasaan senang dan deg degan menunggu apa yang akan terjadi sebagai pengalaman keduaku.
Seperti biasa, aku lucuti seluruh pakaianku sampai telanjang bulat. Kemudian aku lilitkan handuk untuk menutup kontolku yang sudah tegang dan keras membayangkan persetubuhan yang bakal terjadi antara aku dan Bu Suti.
Tak lama, pintu rumahku terbuka. Jantungku berdetak kencang sekali. Aku menjadi bingung mesti bagaimana dan mulai dari mana.
Antara aku dan Bu Suti hanya saling menatap. Ku lihat Bu Suti, sesekali memandang ke arah kontolku yang sudah tegang dan mengeras di balik handuk. Tersungging senyum di wajahnya, membuat ketegangan yang aku alami berangsur-angsur menjadi lebih tenang.
“ayo, Dek Puji ada perlu apa manggil ibu ke rumah?” tanya Bu Suti yang seolah senang mempermainkan perasaanku yang serba salah.
“eemm ini bu. Aku boleh ngulangin kayak kemarin?” pintaku penuh harap.
“idih, ibu kan sudah tua. Sudah loyo. Kalau setiap hari begituan mana sanggup!” jawabnya sambil tetap tersenyum menatapku.
“ah, ibu belum juga dicoba kok sudah bilang tidak sanggup!” sergahku.
“yaudah deh, tunggu sebentar ya. Ibu mau ke rumah dulu ngambil handuk biar nanti kalau udah begituan biar langsung mandi.” jawabnya dengan sedikit genit.
Aku menggangguk mengiyakan sambil terus menatap pantat bahenolnya ketika ia berjalan ke luar pintu rumahku. Bongkahan pantatnya itu membuatku berkali-kali menelan ludah. Betapa bahenolnya pantat Bu Suti sampai membuat hasrat birahiku naik sampai ke ubun-ubun.
Sambil membenahi handuk, Bu Suti berkata padaku, bahwa aku anak hebat. Baru pertama bersetubuh tapi kuat bertahan sangat lama. Dengan bangga aku berjalan ke luar kamar untuk mandi.
Setelah selesai mandi, aku segera bergegas. Ketika masuk kamar, Bu Suti sudah tidak ada di kamarku. Aku pun langsung memakai serag4m S-M-Pku dan cepat-cepat biar tidak terlambat masuk sek*lah.
Sambil lewat depan rumahnya, ku lihat Bu Suti sedang bersandar di kursi. Nampak wajahnya yang lelah dan bahagia ketika aku menyapanya. Sambil pamit berangkat sek*lah dan menitipkan kunci rumah.
aku bisikkan di telinganya, “nanti kita begituan lagi ya, bu!” pintaku sambil berlalu tanpa menunggu jawaban darinya.
==x=x=x=x==
PART II : KETAGIHAN NGENTOT BU SUTI
==x=x=x=x==
Setelah mendapat pengalaman pertama, aku menjadi ketagihan melakukan hubungan layaknya suami istri lagi. Tak sia-sia rasanya keperjakaanku diberikan kepadanya. Sebab, Bu Suti tidak pernah menolak ketika aku ajak untuk bersetubuh.
Bu Suti memiliki toket ukuran 32 B, badan langsing dengan tinggi badan 158 cm, dan memiliki pantat bahenol. Kulitnya tidak seputih kulitku dan kulitnya pun tidak semulus dan sekencang kulit abg. Maklum sudah 48 th. Tapi, darinya aku selalu memperoleh kenikmatan yang tiada tara.
Keluarga Bu Suti, setiap pagi selalu sepi sebab, kedua cucu yang tinggal bersamanya sek*lah pagi dan biasa berangkat bareng suaminya yang hendak pergi bekerja. Di rumahnya hanya Bu Sutilah perempuan satu-satunya. Sebab, kedua cucunya adalah laki-laki. Kedua cucunya itu dititipkan oleh anaknya dengan alasan kalau tinggal bersama mereka di kampung tidak ada yang mengurus anaknya. Suami istri itu keduanya bekerja pagi pulang sore.
Pagi itu, adikku yang masih berusia satu thn menangis terus. Maka, walaupun belum jam 09.30 WIB (jam biasa aku mengantar adikku) aku antarkan saja adikku itu ke rumah nenekku. Ketika lewat rumah Bu Suti terlihat ia sedang menyapu halaman rumahnya. Dengan iseng sambil menggendong adikku, aku remas pantat bahenolnya. Bu Suti cemberut sambil menatapku yang berjalan sambil cengengesan.
Setelah menitipkan adikku dan memberikan uang untuk jajan adikku pada nenekku. Aku segera bergegas kembali ke rumah. Aku lihat Bu Suti masih menyapu halaman rumahnya. Dengan sedikit berbisik, aku ajak Bu Suti ke rumah. Ketika Bu Suti sudah mengiyakan akan menyusul ke rumahku, aku pun segera ke rumah dengan perasaan senang dan deg degan menunggu apa yang akan terjadi sebagai pengalaman keduaku.
Seperti biasa, aku lucuti seluruh pakaianku sampai telanjang bulat. Kemudian aku lilitkan handuk untuk menutup kontolku yang sudah tegang dan keras membayangkan persetubuhan yang bakal terjadi antara aku dan Bu Suti.
Tak lama, pintu rumahku terbuka. Jantungku berdetak kencang sekali. Aku menjadi bingung mesti bagaimana dan mulai dari mana.
Antara aku dan Bu Suti hanya saling menatap. Ku lihat Bu Suti, sesekali memandang ke arah kontolku yang sudah tegang dan mengeras di balik handuk. Tersungging senyum di wajahnya, membuat ketegangan yang aku alami berangsur-angsur menjadi lebih tenang.
“ayo, Dek Puji ada perlu apa manggil ibu ke rumah?” tanya Bu Suti yang seolah senang mempermainkan perasaanku yang serba salah.
“eemm ini bu. Aku boleh ngulangin kayak kemarin?” pintaku penuh harap.
“idih, ibu kan sudah tua. Sudah loyo. Kalau setiap hari begituan mana sanggup!” jawabnya sambil tetap tersenyum menatapku.
“ah, ibu belum juga dicoba kok sudah bilang tidak sanggup!” sergahku.
“yaudah deh, tunggu sebentar ya. Ibu mau ke rumah dulu ngambil handuk biar nanti kalau udah begituan biar langsung mandi.” jawabnya dengan sedikit genit.
Aku menggangguk mengiyakan sambil terus menatap pantat bahenolnya ketika ia berjalan ke luar pintu rumahku. Bongkahan pantatnya itu membuatku berkali-kali menelan ludah. Betapa bahenolnya pantat Bu Suti sampai membuat hasrat birahiku naik sampai ke ubun-ubun.
Sambil bersantai di kursi menunggu Bu Suti, aku mencoba mengingat segala adegan film porno yang sering aku tonton. Namun, aku pun menjadi ragu apakah Bu Suti akan mau diajak bersetubuh dengan berbagai gaya.
Ketika aku mulai terlena dengan lamunanku, Bu Suti masuk rumah membawa handuk dan perlengkapan mandi. Baju warna hitam tanpa lengan dengan belahan dada rendah dan agak longgar menambah seksi penampilannya walaupun toketnya ukuran gak tobrut. Dari bawah makin membuat panas penampilannya sebab, legging cream yang dipakainya begitu mencetak setiap lekuk kaki, paha, dan pantatnya yang bahenol. Tak hanya itu, saking ketat legging yang dipakainya membuat garis memeknya tercetak dengan indah dan menggiurkan naluri kelelakianku.
Bu Suti pun menawarkan diri untuk memulai persetubuhan di dalam kamarku. Tanpa banyak basa basi aku gandeng ia menuju kamarku.
Di dalam kamar, tanganku mulai bergerilia menjamah setiap lekuk tubuhnya, terutama toket dan pantat bahenol yang lebih sering jadi sasaran kenakalan kedua telapak tanganku. Aku elus, aku remas, aku usap, dan remas lagi toket dan pantatnya dengan halus. Bu Suti menikmati dan membalas mengelus punggungku serta kontol yang sedari tadi tegak mengacung di balik handukku.
aku jilat dan kenyot halus lehernya yang jenjang. Terasa gurih keringat lehernya dilidahku yang semakin bernafsu melakukan tugasnya. Hingga akhirnya, bibirku sudah mencaplok bibirnya. Kami berpagutan dengan liar. Tak lupa, lidah kami saling kenyot saling lilit dan saling memberi jilatan-jilatan penuh gairah. Entah berapa banyak liur kami yang tertukar dan tertelan habis. Sehingga nafsu kami semakin lama semakin menjadi-jadi. Erangan demi erangan, ke luar dari mulut Bu Suti. Matanya merem melek seiring erangan yang keluar dari mulutnya.
“emmhhh ssshhh deeek puujiii suusssuu ibbuu diiikenyyooott yaaa!” pintanya dengan suara bergetar sambil membuka baju dan kutang cream yang melekat di tubuhnya.
Tanpa banyak bicara, aku jilat melingkar bagian hitam toketnya, aku kenyot-kenyot puting hitam yang sudah mengeras. Ukuran putingnya seukuran kelingking. Sungguh menggairahkan sekali. Kedua telapak tanganku bergantian menjamah toketnya. Meremas lembut. Sampai akhirnya sebelah tanganku aku arahkan ke tengah selangkangannya. Aku gesek-gesekan jari tengahku diantara memeknya sambil lidahku terus menjilati toket dan mengeyot lembut puting toketnya.
“eemm ddeeek maaasssuukkiiinnn uuddaaahhh gaaakkk taaahaaann ggaaattteeell memmeeekkk ibbuu!” pintanya sambil mengerang.
Sesuai pintanya aku mulai turunkan legging cream dan celana dalamnya langsung. Tampak bulu-bulut hitam memeknya. Aku bimbing ia untuk berbaring di atas kasurku. Aku amati sebentar memeknya dan mulai mengarahkan wajahku pada memeknya. Aku jilat liang memeknya, aku kenyot-kenyot itilnya. Ia semakin menggelinjang merespon kelincahan lidah dan mulutku.
Tangan Bu Suti menjambak rambutku. Ditekan-tekannya kepalaku pada memeknya sampai akhirnya kepalaku ditekannya kuat-kuat terbenam di memeknya. Terasa cairan hangat mengalir dari liang memeknya.
“ssshhh aaahhh keeelluaaarr deeekkk!” erangannya sambil tetap menekan kepalaku dalam-dalam pada memeknya.
Dengan perlahan ia menaik turunkan pantatnya pada wajahku yang ia tekan diantara memeknya. Tampak mulai kendur cengkramannya pada kepalaku. Sehingga aku mulai menegakan badanku. Terlihat senyum Bu Suti penuh kepuasan. Aku pun tersenyum sambil mengarahkan telapak tanganku untuk meremas toketnya. Aku jilat dan kenyot toketnya. Bu Suti membalas mengusap-usap kepalaku dengan lembut sehingga aku merasa begitu disayanginya.
Tangan Bu Suti kini menggapai kontolku dikocoknya perlahan dan mulai mengarahkannya pada lubang memeknya. Dengan perlahan tak seperti pengalaman pertamaku dengan Bu Suti, aku dorong perlahan-lahan kontolku. Terasa nikmat dan hangat lubang memeknya. Kontolku terasa dipijit di dalam memeknya.
Bu Suti mulai menggoyangkan pinggulnya memutar. Kontolku terasa diempot-empot. Nikmat sekali. Aku mulai semakin membenamkan kontolku lebih dalam dengan memaju mundurkan dengan perlahan.
“ssshhh deeekkk leeebbiiihhh cceeepppaaattt eeemmhhh eeennnaaakkk.” pintanya sambil terus mendesah.
Aku mulai menambah kecepatan gerakan kontolku. Sehingga bunyi “plok plok plok” semakin keras terdengar.
Ketika aku mulai terlena dengan lamunanku, Bu Suti masuk rumah membawa handuk dan perlengkapan mandi. Baju warna hitam tanpa lengan dengan belahan dada rendah dan agak longgar menambah seksi penampilannya walaupun toketnya ukuran gak tobrut. Dari bawah makin membuat panas penampilannya sebab, legging cream yang dipakainya begitu mencetak setiap lekuk kaki, paha, dan pantatnya yang bahenol. Tak hanya itu, saking ketat legging yang dipakainya membuat garis memeknya tercetak dengan indah dan menggiurkan naluri kelelakianku.
Bu Suti pun menawarkan diri untuk memulai persetubuhan di dalam kamarku. Tanpa banyak basa basi aku gandeng ia menuju kamarku.
Di dalam kamar, tanganku mulai bergerilia menjamah setiap lekuk tubuhnya, terutama toket dan pantat bahenol yang lebih sering jadi sasaran kenakalan kedua telapak tanganku. Aku elus, aku remas, aku usap, dan remas lagi toket dan pantatnya dengan halus. Bu Suti menikmati dan membalas mengelus punggungku serta kontol yang sedari tadi tegak mengacung di balik handukku.
aku jilat dan kenyot halus lehernya yang jenjang. Terasa gurih keringat lehernya dilidahku yang semakin bernafsu melakukan tugasnya. Hingga akhirnya, bibirku sudah mencaplok bibirnya. Kami berpagutan dengan liar. Tak lupa, lidah kami saling kenyot saling lilit dan saling memberi jilatan-jilatan penuh gairah. Entah berapa banyak liur kami yang tertukar dan tertelan habis. Sehingga nafsu kami semakin lama semakin menjadi-jadi. Erangan demi erangan, ke luar dari mulut Bu Suti. Matanya merem melek seiring erangan yang keluar dari mulutnya.
“emmhhh ssshhh deeek puujiii suusssuu ibbuu diiikenyyooott yaaa!” pintanya dengan suara bergetar sambil membuka baju dan kutang cream yang melekat di tubuhnya.
Tanpa banyak bicara, aku jilat melingkar bagian hitam toketnya, aku kenyot-kenyot puting hitam yang sudah mengeras. Ukuran putingnya seukuran kelingking. Sungguh menggairahkan sekali. Kedua telapak tanganku bergantian menjamah toketnya. Meremas lembut. Sampai akhirnya sebelah tanganku aku arahkan ke tengah selangkangannya. Aku gesek-gesekan jari tengahku diantara memeknya sambil lidahku terus menjilati toket dan mengeyot lembut puting toketnya.
“eemm ddeeek maaasssuukkiiinnn uuddaaahhh gaaakkk taaahaaann ggaaattteeell memmeeekkk ibbuu!” pintanya sambil mengerang.
Sesuai pintanya aku mulai turunkan legging cream dan celana dalamnya langsung. Tampak bulu-bulut hitam memeknya. Aku bimbing ia untuk berbaring di atas kasurku. Aku amati sebentar memeknya dan mulai mengarahkan wajahku pada memeknya. Aku jilat liang memeknya, aku kenyot-kenyot itilnya. Ia semakin menggelinjang merespon kelincahan lidah dan mulutku.
Tangan Bu Suti menjambak rambutku. Ditekan-tekannya kepalaku pada memeknya sampai akhirnya kepalaku ditekannya kuat-kuat terbenam di memeknya. Terasa cairan hangat mengalir dari liang memeknya.
“ssshhh aaahhh keeelluaaarr deeekkk!” erangannya sambil tetap menekan kepalaku dalam-dalam pada memeknya.
Dengan perlahan ia menaik turunkan pantatnya pada wajahku yang ia tekan diantara memeknya. Tampak mulai kendur cengkramannya pada kepalaku. Sehingga aku mulai menegakan badanku. Terlihat senyum Bu Suti penuh kepuasan. Aku pun tersenyum sambil mengarahkan telapak tanganku untuk meremas toketnya. Aku jilat dan kenyot toketnya. Bu Suti membalas mengusap-usap kepalaku dengan lembut sehingga aku merasa begitu disayanginya.
Tangan Bu Suti kini menggapai kontolku dikocoknya perlahan dan mulai mengarahkannya pada lubang memeknya. Dengan perlahan tak seperti pengalaman pertamaku dengan Bu Suti, aku dorong perlahan-lahan kontolku. Terasa nikmat dan hangat lubang memeknya. Kontolku terasa dipijit di dalam memeknya.
Bu Suti mulai menggoyangkan pinggulnya memutar. Kontolku terasa diempot-empot. Nikmat sekali. Aku mulai semakin membenamkan kontolku lebih dalam dengan memaju mundurkan dengan perlahan.
“ssshhh deeekkk leeebbiiihhh cceeepppaaattt eeemmhhh eeennnaaakkk.” pintanya sambil terus mendesah.
Aku mulai menambah kecepatan gerakan kontolku. Sehingga bunyi “plok plok plok” semakin keras terdengar.
Kedua tangan Bu Suti mulai meraba, meremas lembut dadaku. Aku semakin bergairah. Mempercepat kocokanku. Sampai akhrinya, terasa memeknya berkedut-kedut.
“aaahhh aaahhh ssshhh!” erangannya menikmati orgasme kedua sambil tangannya menahan tubuhku supaya menghentikan gerakan dalam memeknya.
Peluh membanjiri tubuh kami. Ku lihat wajahnya tersenyum puas. Aku cabut kontolku dalam memeknya. Sambil berbisik ku minta ia menungging agak tinggi dengan di topang lututnya dan badan atas telungkup di kasur. Tanpa ada penolakan ia menuruti permintaanku.
Dengan posisi nungging, pantat bahenolnya terlihat bulat. Aku amati liang memeknya yang semakin merekah. Dan aku mulai maju mengarahkan kontolku ke lubang memeknya. Bles kontolku terbenam di dalamnya. Dengan kontol yang sudah terbenam dalam, aku mulai atur gerakan cepat dan perlahan memaju mundurkan kontolku.
Tiba-tiba muncul pikiran lain dalam otakku ketika melihat lubang duburnya. Aku jiati jari tengah tangan kiriku dengan ludah. Aku arahkan jari tersebut mengusap-usap lubang duburnya. Bu Suti semakin liar melenguh, mendesah, dan mengerang. Aku semakin liar mengocok memeknya dengan kontolku yang lincah di dalamnya. Aku coba menusuk duburnya dengan jari tengahku yang basah. Ia pun makin melenguh.
“aaahhh ssshhh ssshhh.” lenguhnya sambil memutar-mutar pantatnya.
Tak terasa jari tengahku sudah masuk setengahnya. Suara Bu Suti mendesah dan meringis karena perih nikmat pada duburnya. Aku semakin cepat mengocok kontolku. sedangkan jari tengah di duburnya aku biarkan karena peret dan tercengkram kuat otot duburnya.
Tubuh kami semakin banyak dibanjiri peluh. Bu Suti semakin cepat memutar dan menekan-nekan pantatnya. Kontolku terempot-empot di dalam memeknya sehingga aku merasakan kepala kontolku mulai gatal dan geli. Hingga akhirnya Bu Suti mendahului orgasme akibat kocokan kontolku yang brutal pada memeknya.
“ssshh aaahhh keeelluaaar laaaggiii!” lenguhannya begitu enak terdengar.
Memeknya berkedut-kedut sehingga kontolku yang sudah gatal dan geli memuntahkan banyak sperma di dalam liang memeknya. Aku biarkan sperma tumpah dan terkuras habis di dalam memeknya. Sampai akhirnya badanku ambruk menindih tubuhnya dengan kontol yang masih terbenam di memeknya.
Ketika sudah surut gelora yang membakar hasrat birahi. Aku cabut kontolku dari dalam memek Bu Suti. Aku rebahkan tubuhku di sampingnya. Bu Suti membalikan badannya mengarah padaku. Wajahku ia cium-cium dengan lembut. Sedangkan aku diam saja sambil terus ngos-ngosan. Tangan Bu Suti dengan lembut mengusap dadaku.
Mungkin sudah 10 menit kita berbaring bersama di atas kasur. Akhirnya Bu Suti bangkit dan melilitkan handuk pada tubuhnya untuk pergi mandi.
Sungguh penampilan Bu Suti walau sudah tua tapi membuatku begitu nyaman berada di sampingnya. Dengan berbekal handuk aku pun mengikuti Bu Suti ke kamar mandi.
Di dalam kamar mandi kita pipis bareng sambil tanganku iseng meremas-remas toket milik Bu Suti. Bu Suti geleng-geleng kepala sambil tersenyum melihat ulahku.
“udah ah, ibu capek. Nanti kamu mau lagi.” katanya tanpa menghindarkan tanganku pada toketnya.
“iya bu, aku masih mau! soalnya aku pengen nyobain begituan di kamar mandi.” jawabku sambil memperlihatkan kontolku yang sudah tegak berdiri.
“tapi ibu sudah gak kuat. Kalau ibu begituan lagi ibu bisa kelelahan dan ketiduran. Mana pekerjaan ibu masih banyak di rumah.” bantahnya mencoba menenangkan hasratku.
“ya udah deh bu. bagaimana kalau ini ibu hisap atau dijilatin aja?” pintaku sambil mengarahkan kontolku ke arahnya.
“iya deh ibu coba, tapi cuci dulu burungnya!” jawab Bu Suti.
Sungguh senang sekali Bu Suti mau melakukannya. Tidak seperti kemarin ia menolak untuk menghisap kontolku. Dengan semangat aku cuci kontolku dari sisa-sisa lendir yang lengket.
Setelah melap kontolku dengan handuk, aku arahkan kontolku pada mulut Bu Suti yang setia berjongkok dihadapanku. Dengan ragu-ragu ia membuka mulutnya dan mendorong kepalanya perlahan. Akhirnya, dengan perlahan kontolku masuk ke dalam mulutnya. Terasa nikmat, geli, dan hangat.
Secara natural, Bu Suti mulai memaju mundurkan mulutnya. Agak ngilu ketika kepala kontolku berkali-kali mengenai giginya.
“emmhhh enaaakk bu. Tolong sambil kepala burungku dikenyot pelan-pelan bu.” pintaku sambil merasakan sensasi yang baru aku alami dioral perempuan.
“aaahhh aaahhh ssshhh!” erangannya menikmati orgasme kedua sambil tangannya menahan tubuhku supaya menghentikan gerakan dalam memeknya.
Peluh membanjiri tubuh kami. Ku lihat wajahnya tersenyum puas. Aku cabut kontolku dalam memeknya. Sambil berbisik ku minta ia menungging agak tinggi dengan di topang lututnya dan badan atas telungkup di kasur. Tanpa ada penolakan ia menuruti permintaanku.
Dengan posisi nungging, pantat bahenolnya terlihat bulat. Aku amati liang memeknya yang semakin merekah. Dan aku mulai maju mengarahkan kontolku ke lubang memeknya. Bles kontolku terbenam di dalamnya. Dengan kontol yang sudah terbenam dalam, aku mulai atur gerakan cepat dan perlahan memaju mundurkan kontolku.
Tiba-tiba muncul pikiran lain dalam otakku ketika melihat lubang duburnya. Aku jiati jari tengah tangan kiriku dengan ludah. Aku arahkan jari tersebut mengusap-usap lubang duburnya. Bu Suti semakin liar melenguh, mendesah, dan mengerang. Aku semakin liar mengocok memeknya dengan kontolku yang lincah di dalamnya. Aku coba menusuk duburnya dengan jari tengahku yang basah. Ia pun makin melenguh.
“aaahhh ssshhh ssshhh.” lenguhnya sambil memutar-mutar pantatnya.
Tak terasa jari tengahku sudah masuk setengahnya. Suara Bu Suti mendesah dan meringis karena perih nikmat pada duburnya. Aku semakin cepat mengocok kontolku. sedangkan jari tengah di duburnya aku biarkan karena peret dan tercengkram kuat otot duburnya.
Tubuh kami semakin banyak dibanjiri peluh. Bu Suti semakin cepat memutar dan menekan-nekan pantatnya. Kontolku terempot-empot di dalam memeknya sehingga aku merasakan kepala kontolku mulai gatal dan geli. Hingga akhirnya Bu Suti mendahului orgasme akibat kocokan kontolku yang brutal pada memeknya.
“ssshh aaahhh keeelluaaar laaaggiii!” lenguhannya begitu enak terdengar.
Memeknya berkedut-kedut sehingga kontolku yang sudah gatal dan geli memuntahkan banyak sperma di dalam liang memeknya. Aku biarkan sperma tumpah dan terkuras habis di dalam memeknya. Sampai akhirnya badanku ambruk menindih tubuhnya dengan kontol yang masih terbenam di memeknya.
Ketika sudah surut gelora yang membakar hasrat birahi. Aku cabut kontolku dari dalam memek Bu Suti. Aku rebahkan tubuhku di sampingnya. Bu Suti membalikan badannya mengarah padaku. Wajahku ia cium-cium dengan lembut. Sedangkan aku diam saja sambil terus ngos-ngosan. Tangan Bu Suti dengan lembut mengusap dadaku.
Mungkin sudah 10 menit kita berbaring bersama di atas kasur. Akhirnya Bu Suti bangkit dan melilitkan handuk pada tubuhnya untuk pergi mandi.
Sungguh penampilan Bu Suti walau sudah tua tapi membuatku begitu nyaman berada di sampingnya. Dengan berbekal handuk aku pun mengikuti Bu Suti ke kamar mandi.
Di dalam kamar mandi kita pipis bareng sambil tanganku iseng meremas-remas toket milik Bu Suti. Bu Suti geleng-geleng kepala sambil tersenyum melihat ulahku.
“udah ah, ibu capek. Nanti kamu mau lagi.” katanya tanpa menghindarkan tanganku pada toketnya.
“iya bu, aku masih mau! soalnya aku pengen nyobain begituan di kamar mandi.” jawabku sambil memperlihatkan kontolku yang sudah tegak berdiri.
“tapi ibu sudah gak kuat. Kalau ibu begituan lagi ibu bisa kelelahan dan ketiduran. Mana pekerjaan ibu masih banyak di rumah.” bantahnya mencoba menenangkan hasratku.
“ya udah deh bu. bagaimana kalau ini ibu hisap atau dijilatin aja?” pintaku sambil mengarahkan kontolku ke arahnya.
“iya deh ibu coba, tapi cuci dulu burungnya!” jawab Bu Suti.
Sungguh senang sekali Bu Suti mau melakukannya. Tidak seperti kemarin ia menolak untuk menghisap kontolku. Dengan semangat aku cuci kontolku dari sisa-sisa lendir yang lengket.
Setelah melap kontolku dengan handuk, aku arahkan kontolku pada mulut Bu Suti yang setia berjongkok dihadapanku. Dengan ragu-ragu ia membuka mulutnya dan mendorong kepalanya perlahan. Akhirnya, dengan perlahan kontolku masuk ke dalam mulutnya. Terasa nikmat, geli, dan hangat.
Secara natural, Bu Suti mulai memaju mundurkan mulutnya. Agak ngilu ketika kepala kontolku berkali-kali mengenai giginya.
“emmhhh enaaakk bu. Tolong sambil kepala burungku dikenyot pelan-pelan bu.” pintaku sambil merasakan sensasi yang baru aku alami dioral perempuan.
Kontolku merasakan sensasi luar biasa. Hangat, geli, dan basah ketika berkali-kali ke luar masuk mulutnya. Apalagi Bu Suti mulai memainkan lidahnya yang terasa dingin di kulit kontolku. “emmhhh” rasanya seperti melayang di awang-awang. Sesekali kepala kontolku dikenyotnya pelan-pelan dan menggemaskan. uh rasanya, menenangkan jiwa.
“haduh dek, leher ibu pegel. Kamu lama banget ke luarnya.” keluhnya sambil tangannya mengocok-ngocok kontolku.
“iya nih bu. Nikmat sih tapi kayanya aku gak akan ke luar kalau sama mulut ibu.” jawabku.
“aduh, terus gimana biar kamu cepet ke luar?” tanyanya dengan gemas sambil tidak berhenti mengocok kontolku.
“ya, burung aku masukin ke memek ibu aja biar cepet ke luar.” jawabku.
“yaudah deh ayo. padahal ibu udah cape ini lutut udah gemeter kayak mau copot.” ujar Bu Suti sambil nyengir.
Perlahan aku duduk di lantai kamar mandi sambil bersandar pada dinding. Aku minta Bu Suti untuk naik di atas pangkuanku. Awalnya ia terlihat bingung tapi dengan sabar aku arahkan badannya supaya dia leluasa memasukan kontolku ke dalam memeknya. Sampai akhirnya ia paham dan mulai menggoyang pantatnya memutar. Terasa, cairan hangatnya mulai membasahi memeknya sehingga terasa licin dan membuat kontolku leluasa.
Aku minta Bu Suti untuk mengkolaborasikan gerakan memutar, maju mundur, dan turun naik. Hasilnya, kontolku merasakan kenikmatan yang tiada duanya. Dinding memeknya terasa mencengkram dan meremas-remas kontolku. Sungguh enak sekali memek wanita tua ini. Tanganku yang sedari tadi berada di pinggangnya mulai aku naikan untuk meremas-remas toket dan memilin-milin putingnya sehingga Bu Suti mulai merem melek dan mendesah dengan penuh kenikmatan.
“ehhhmm aaahhh aaahhh ssshhh.” desahnya merasakan sensasi kontol dan kenakalan kedua tanganku.
Aku dekatkan lidahku menjilati lehernya yang sudah basah oleh keringat. Terasa bau persenggamaan tercium hidungku membuatku semakin bergairah oleh sensasi tersebut. Emm nikmatnya.
“deeekkk aaahhh ssshhh ibuu caaapppeeekk eeemmhhh peeeggeeell ouuhhh.” ujarnya sambil mendesah menikmati.
“gantian aja bu, aku di atas. Ibu rebahan aja di lantai.” jawabku.
Bu Suti mulai mencabut kontolku dan merebahkan badannya di lantai sambil mengangkangkan kakinya lebar-lebar. Aku mulai menghujamkan kontolku. Dengan gerakan cepat aku kocokan kontolku keluar masuk memeknya. Bu Suti mendesah dan mengerang hebat akibat gerakan maju mundur secara cepat yang aku lakukan.
Kontolku merasakan geli dan gatal. Tidak akan lama lagi aku akan mencapai orgasme, Aku semakin buas menambah kecepatan maju mundur. Sampai akhirnya, kedua telapak tangan Bu Suti mencengkram kuat punggungku. Desahannya semakin menjadi-jadi. Dan akhirnya kita sama-sama orgasme.
Nafasku ngos-ngosan. Cape tapi nikmat sekali. Aku cabut kontolku yang sudah dibalut lendir dari memeknya lalu duduk bersandar pada dinding kamar mandi. Bu Suti dengan perlahan bangkit dan menggapai gayung untuk membersihkan memeknya.
Pengalaman kedua bersama Bu Suti diakhiri dengan acara mandi bareng. Usai kita mandi, aku lihat jam dinding menunjukan pukul 11.38 WIB. Aku pasti kesiangan tiba di sek*lah. Tak terasa sungguh, ternyata lebih dari 3 jam setengah kita habiskan untuk bersenggama memburu kenikmatan. Namun, walaupun demikian aku tak menyesal karena Bu Suti selalu memberikan kepuasan padaku dan selalu bersedia jika aku ajak ia ngentot.
==x=x=x=x==
PART III : BOHONG KARENA KEBELET NGENTOT
==x=x=x=x==
Sudah tak terhitung berapa kali aku dan Bu Suti melakukan hubungan layaknya suami istri. Sudah lebih dari satu thn, kita bercumbu dan saling memberi kepuasan. Dari Bu Suti, aku tahu bahwa suaminya sudah lebih dari 2 thn tidak bisa memberinya kepuasaan. Akibat dari suaminya yang sudah tua dan sering pulang sore dengan keadaan yang lelah setelah bekerja sebagai kuli. Maka dari itu, diusianya yang sudah tua yang kini sudah 49 th ia masih begitu liar bersetubuh.
Seringkali Bu Suti memintaku supaya setiap kali ngentot, ia ingin di atas (WOT) terlebih dahulu. Aku tak pernah menolak walaupun dengan posisi itu ia sering kelelahan dan orgasme. Tapi perlahan dan tanpa paksaan aku setubuhi ia dalam posisi berbaring miring, kadang telentang, kadang tengkurap, dan kadang kalau Bu Suti masih kuat ada sisa-sisa tenaga bisa bervariasi sampai ke dogystyle. Dan walaupun Bu Suti kelelahan ia selalu bersedia memberikan tubuhnya untuk aku nikmati sampai aku mencapai orgasme dan puas.
“haduh dek, leher ibu pegel. Kamu lama banget ke luarnya.” keluhnya sambil tangannya mengocok-ngocok kontolku.
“iya nih bu. Nikmat sih tapi kayanya aku gak akan ke luar kalau sama mulut ibu.” jawabku.
“aduh, terus gimana biar kamu cepet ke luar?” tanyanya dengan gemas sambil tidak berhenti mengocok kontolku.
“ya, burung aku masukin ke memek ibu aja biar cepet ke luar.” jawabku.
“yaudah deh ayo. padahal ibu udah cape ini lutut udah gemeter kayak mau copot.” ujar Bu Suti sambil nyengir.
Perlahan aku duduk di lantai kamar mandi sambil bersandar pada dinding. Aku minta Bu Suti untuk naik di atas pangkuanku. Awalnya ia terlihat bingung tapi dengan sabar aku arahkan badannya supaya dia leluasa memasukan kontolku ke dalam memeknya. Sampai akhirnya ia paham dan mulai menggoyang pantatnya memutar. Terasa, cairan hangatnya mulai membasahi memeknya sehingga terasa licin dan membuat kontolku leluasa.
Aku minta Bu Suti untuk mengkolaborasikan gerakan memutar, maju mundur, dan turun naik. Hasilnya, kontolku merasakan kenikmatan yang tiada duanya. Dinding memeknya terasa mencengkram dan meremas-remas kontolku. Sungguh enak sekali memek wanita tua ini. Tanganku yang sedari tadi berada di pinggangnya mulai aku naikan untuk meremas-remas toket dan memilin-milin putingnya sehingga Bu Suti mulai merem melek dan mendesah dengan penuh kenikmatan.
“ehhhmm aaahhh aaahhh ssshhh.” desahnya merasakan sensasi kontol dan kenakalan kedua tanganku.
Aku dekatkan lidahku menjilati lehernya yang sudah basah oleh keringat. Terasa bau persenggamaan tercium hidungku membuatku semakin bergairah oleh sensasi tersebut. Emm nikmatnya.
“deeekkk aaahhh ssshhh ibuu caaapppeeekk eeemmhhh peeeggeeell ouuhhh.” ujarnya sambil mendesah menikmati.
“gantian aja bu, aku di atas. Ibu rebahan aja di lantai.” jawabku.
Bu Suti mulai mencabut kontolku dan merebahkan badannya di lantai sambil mengangkangkan kakinya lebar-lebar. Aku mulai menghujamkan kontolku. Dengan gerakan cepat aku kocokan kontolku keluar masuk memeknya. Bu Suti mendesah dan mengerang hebat akibat gerakan maju mundur secara cepat yang aku lakukan.
Kontolku merasakan geli dan gatal. Tidak akan lama lagi aku akan mencapai orgasme, Aku semakin buas menambah kecepatan maju mundur. Sampai akhirnya, kedua telapak tangan Bu Suti mencengkram kuat punggungku. Desahannya semakin menjadi-jadi. Dan akhirnya kita sama-sama orgasme.
Nafasku ngos-ngosan. Cape tapi nikmat sekali. Aku cabut kontolku yang sudah dibalut lendir dari memeknya lalu duduk bersandar pada dinding kamar mandi. Bu Suti dengan perlahan bangkit dan menggapai gayung untuk membersihkan memeknya.
Pengalaman kedua bersama Bu Suti diakhiri dengan acara mandi bareng. Usai kita mandi, aku lihat jam dinding menunjukan pukul 11.38 WIB. Aku pasti kesiangan tiba di sek*lah. Tak terasa sungguh, ternyata lebih dari 3 jam setengah kita habiskan untuk bersenggama memburu kenikmatan. Namun, walaupun demikian aku tak menyesal karena Bu Suti selalu memberikan kepuasan padaku dan selalu bersedia jika aku ajak ia ngentot.
==x=x=x=x==
PART III : BOHONG KARENA KEBELET NGENTOT
==x=x=x=x==
Sudah tak terhitung berapa kali aku dan Bu Suti melakukan hubungan layaknya suami istri. Sudah lebih dari satu thn, kita bercumbu dan saling memberi kepuasan. Dari Bu Suti, aku tahu bahwa suaminya sudah lebih dari 2 thn tidak bisa memberinya kepuasaan. Akibat dari suaminya yang sudah tua dan sering pulang sore dengan keadaan yang lelah setelah bekerja sebagai kuli. Maka dari itu, diusianya yang sudah tua yang kini sudah 49 th ia masih begitu liar bersetubuh.
Seringkali Bu Suti memintaku supaya setiap kali ngentot, ia ingin di atas (WOT) terlebih dahulu. Aku tak pernah menolak walaupun dengan posisi itu ia sering kelelahan dan orgasme. Tapi perlahan dan tanpa paksaan aku setubuhi ia dalam posisi berbaring miring, kadang telentang, kadang tengkurap, dan kadang kalau Bu Suti masih kuat ada sisa-sisa tenaga bisa bervariasi sampai ke dogystyle. Dan walaupun Bu Suti kelelahan ia selalu bersedia memberikan tubuhnya untuk aku nikmati sampai aku mencapai orgasme dan puas.
Memang, aku kecewa karena setelah aku duduk di kelas 3 S-M-P hubungan ngentotku dengan Bu Suti menjadi sulit terealisasi. Sebab, sek*lahku masuk pagi. Tak ayal, aku seringkali sakit kepala menahan birahi yang membuat pusing bukan kepalang.
Namun, pada suatu hari ketika aku sudah di caturwulan 3 (maklum dulu masih caturwulan bukan semester) yaitu caturwulan terakhir keluargaku mendapat jatah liburan ke Pangandaran. Aku menolak ikut dengan alasan mau ikut pelatihan untuk persiapan ujian dan banyak tugas yang mesti dipenuhi sebagai syarat kelulusan. Akhirnya keluarga membolehkan aku tinggal di rumah. Aku pun menyarankan kepada ibuku, untuk urusan makan, biar Bu Suti yang menyiapkan untukku dan mengurusku selama keluarga berlibur. Ibuku setuju tanpa banyak bertanya ini itu. Sebab, nenekku yang biasa diandalkan jika keluarga bepergian kini ikut berlibur ke Pangandaran menggantikan jatahku. Sungguh senang hatiku. Artinya aku punya kesempatan untuk ngentot lagi dengan Bu Suti.
Hari jumat pukul 7 malam keluargaku berangkat. Sambil bersantai di kursi dan nonton televisi, aku membayangkan ngentot dengan Bu Suti lagi. Teringat kembali kenangan-kenangan ngentotku yang liar bersamanya. Sungguh menjadi kenangan yang indah.
Sekitar pukul setengah 8, Bu Suti masuk ke rumahku. Dag dig dug jantungku. Bingung memulainya tapi aku pun sudah kebelet ingin segera ngentot.
“dek puji sama mama sudah dibuatkan makan malam?” tanyanya.
“belum, bu. Mama gak sempet masak soalnya sedari siang mama ribet ngurus perlengkapan dan barang yang akan dibawa berlibur untuk keluarga.” jawabku.
“oh yaudah, biar ibu yang masakin buat kamu. Tadi sebelum berangkat mama ke rumah ibu memberikan uang untuk keperluan kamu selama mama berlibur.”ujarnya penuh perhatian.
“asik dimasakin Bu Suti. Bikin nasi goreng udang aja, bu. Itu di lemari es ada persediaan udang.” pintaku pada Bu Suti.
“iya, boleh. Tapi tunggu bentar ya. Ibu mau ke rumah dulu ijin sama suami takut nyariin.” jawabnya sambil beranjak ke luar rumah ketika aku menganggukan kepala pertanda mengiayakan.
Sambil menunggu Bu Suti, aku bersantai kembali di kursi sambil tiduran. Aku masih bingung, bagaimana caranya memulai persetubuhan yang sudah lebih dari 9 bulan tidak aku lakukan bersama Bu Suti. Semakin berpikir, semakin sakit kepalaku. Padahal birahiku sudah tak dapat aku bendung lagi.
Tanpa menunggu lama, Bu Suti telah kembali. Dalam keadaan bingung, aku hanya bengong ketika Bu Suti melintas dihadapanku menuju dapur. Antara birahi dan kebingungan memulai akhirnya aku beranikan diri beranjak dari kursi menuju dapur. Tampak Bu Suti tengah menyiapkan bahan-bahan masakan.
Akibat nafsu yang besar, tanpa banyak cakap aku peluk tubuh Bu Suti sambil mengesek-gesekan kontolku pada pantatnya yang bahenol. Sambil mencium dan menjilati lehernya, kedua telapak tanganku pun bergerilia pada kedua toketnya. Toket 32C dengan puting sebesar kelingking itu selalu aku ingat.
“ssshhh dek, ibu udah gak bisa begituan. ibu udah menopause ssshhh.” ucapnya sambil mendesah pelan tanpa menghindari tindakanku yang penuh nafsu.
“emang kenapa kalau menopause?” tanyaku polos sambil terus bergerilya di tubuhnya karena memang tidak tahu dan baru mendengar kata asing tersebut.
“ibu udah gak menstruasi jadi memek ibu udah kering!” jawabnya sambil diselingi desah karena terbawa nafsu birahi.
“oh itu, nanti pakai ludah aja, bu!” saranku sambil terus bergerilya.
“gak bisa, ludah gampang kering. Memek ibu pasti perih kalau dimasukin kontol kamu” sergahnya masih disertai desahan pelan.
Dengan kecewa, aku beranjak pergi dari dapur. Aku tak bisa memaksa Bu Suti untuk melakukan persetubuhan. Karena aku tidak mau menyakitinya.
Namun, pada suatu hari ketika aku sudah di caturwulan 3 (maklum dulu masih caturwulan bukan semester) yaitu caturwulan terakhir keluargaku mendapat jatah liburan ke Pangandaran. Aku menolak ikut dengan alasan mau ikut pelatihan untuk persiapan ujian dan banyak tugas yang mesti dipenuhi sebagai syarat kelulusan. Akhirnya keluarga membolehkan aku tinggal di rumah. Aku pun menyarankan kepada ibuku, untuk urusan makan, biar Bu Suti yang menyiapkan untukku dan mengurusku selama keluarga berlibur. Ibuku setuju tanpa banyak bertanya ini itu. Sebab, nenekku yang biasa diandalkan jika keluarga bepergian kini ikut berlibur ke Pangandaran menggantikan jatahku. Sungguh senang hatiku. Artinya aku punya kesempatan untuk ngentot lagi dengan Bu Suti.
Hari jumat pukul 7 malam keluargaku berangkat. Sambil bersantai di kursi dan nonton televisi, aku membayangkan ngentot dengan Bu Suti lagi. Teringat kembali kenangan-kenangan ngentotku yang liar bersamanya. Sungguh menjadi kenangan yang indah.
Sekitar pukul setengah 8, Bu Suti masuk ke rumahku. Dag dig dug jantungku. Bingung memulainya tapi aku pun sudah kebelet ingin segera ngentot.
“dek puji sama mama sudah dibuatkan makan malam?” tanyanya.
“belum, bu. Mama gak sempet masak soalnya sedari siang mama ribet ngurus perlengkapan dan barang yang akan dibawa berlibur untuk keluarga.” jawabku.
“oh yaudah, biar ibu yang masakin buat kamu. Tadi sebelum berangkat mama ke rumah ibu memberikan uang untuk keperluan kamu selama mama berlibur.”ujarnya penuh perhatian.
“asik dimasakin Bu Suti. Bikin nasi goreng udang aja, bu. Itu di lemari es ada persediaan udang.” pintaku pada Bu Suti.
“iya, boleh. Tapi tunggu bentar ya. Ibu mau ke rumah dulu ijin sama suami takut nyariin.” jawabnya sambil beranjak ke luar rumah ketika aku menganggukan kepala pertanda mengiayakan.
Sambil menunggu Bu Suti, aku bersantai kembali di kursi sambil tiduran. Aku masih bingung, bagaimana caranya memulai persetubuhan yang sudah lebih dari 9 bulan tidak aku lakukan bersama Bu Suti. Semakin berpikir, semakin sakit kepalaku. Padahal birahiku sudah tak dapat aku bendung lagi.
Tanpa menunggu lama, Bu Suti telah kembali. Dalam keadaan bingung, aku hanya bengong ketika Bu Suti melintas dihadapanku menuju dapur. Antara birahi dan kebingungan memulai akhirnya aku beranikan diri beranjak dari kursi menuju dapur. Tampak Bu Suti tengah menyiapkan bahan-bahan masakan.
Akibat nafsu yang besar, tanpa banyak cakap aku peluk tubuh Bu Suti sambil mengesek-gesekan kontolku pada pantatnya yang bahenol. Sambil mencium dan menjilati lehernya, kedua telapak tanganku pun bergerilia pada kedua toketnya. Toket 32C dengan puting sebesar kelingking itu selalu aku ingat.
“ssshhh dek, ibu udah gak bisa begituan. ibu udah menopause ssshhh.” ucapnya sambil mendesah pelan tanpa menghindari tindakanku yang penuh nafsu.
“emang kenapa kalau menopause?” tanyaku polos sambil terus bergerilya di tubuhnya karena memang tidak tahu dan baru mendengar kata asing tersebut.
“ibu udah gak menstruasi jadi memek ibu udah kering!” jawabnya sambil diselingi desah karena terbawa nafsu birahi.
“oh itu, nanti pakai ludah aja, bu!” saranku sambil terus bergerilya.
“gak bisa, ludah gampang kering. Memek ibu pasti perih kalau dimasukin kontol kamu” sergahnya masih disertai desahan pelan.
Dengan kecewa, aku beranjak pergi dari dapur. Aku tak bisa memaksa Bu Suti untuk melakukan persetubuhan. Karena aku tidak mau menyakitinya.
Ketika aku hendak duduk, aku melihat ada baby oil di dalam perlengkapan mandi adikku. Rupanya ibu lupa membawanya. Dengan secepat kilat, aku ambil dan segera menuju dapur.
“bu, ada ini! Nah, kalau pakai ini pasti licin dan ibu gak akan merasa perih memeknya!” ucapku sambil menunjukan botol baby oil.
Bu Suti mengangguk menandakan bahwa ia setuju dengan inginku. Maka, aku segera menghampirinya dan kembali bergerilya ditubuh Bu Suti yang sedang sibuk mengiris bahan masakan. Sampai akhirnya Bu Suti terbawa bernafsu kembali. Dengan secepat kilat ia membalikan badan dan langsung menyosor bibirku sambil tangannya meremas rambut serta kepalaku. Aku tak tinggal diam, aku balas ciumannya sampai lidah kami saling hisap, saling jilat, saling lilit dan bertukaran air liur.
Sambil berciuman dan saling remas, aku tuntun tubuh Bu Suti menuju meja makan. Aku tarik kursi, aku dudukan ia. Terlihat mata Bu Suti begitu sayu karena terbakar nafsu birahi. Aku naikan daster hijau dengan belalahan dada rendah milik Bu Suti sampai ke perutnya. Aku Turunkan perlahan celana dalam berwarna hitam yang ia kenakan. Tampak bulu hitam memeknya. Segera aku arahkan kepalaku untuk melakukan jilatan dan hisapan pada liang memeknya sampai ke klitorisnya. Aku kenyot-kenyot itilnya. Terdengar desahan dan erangan saat lidahku dengan lincah menari-nari pada memeknya.
“emmhhh aaahhh ahhh ouuhhh ssshhh.” desahnya membuat suasana menjadi semakin mesum.
“bagaimana bu, masih enak?” tanyaku disela-sela kesibukan menjilat dan mengenyot-ngenyot memeknya.
“aaahhh ssshhh iiyyaaa deeek eeennaaakkk baangeeett!” jawabnya sambil meracau dengan erangan nikmat.
Aku terus lakukan aktivitas lidahku di memeknya. Terlihat ia semakin bernafsu, wajahnya memerah, dan matanya semakin mengecil sehingga terlihat warna putih matanya saja sambil tangannya meremas-remas toketnya sendiri. Maka, aku bantu ia menelanjangi dirinya sampai tak ada sehelai benangpun melekat pada tubuhnya.
Setelah telanjang bulat, aku jilat dan kenyot-kenyot kedua toketnya dengan penuh nafsu. Ia tampak begitu menikmati ulahku.
Perlahan kepalaku mulai terbenam kembali pada memeknya. Aku jilat, aku hisap, aku kenyot liang memeknya sampai pada itilnya. Bu Suti tampak menggelinjang-gelinjang karena geli dan nikmat.
Rupanya, menopause membuat dinding memeknya menjadi semakin tebal dan memang kering memeknya. Beruntung, ludahku cukup banyak sehingga memeknya menjadi basah.
“oouuhhh ssshhh deeekkk maaasssuukkkiiinnn meeemmeeekkk uuddaaahhh gaaattteeell!” rintihnya disertai desahan penuh gairah.
Aku menuruti kemauannya, aku tak mau menyiksanya dengan ulahku. Maka aku lebarkan kakinya. Tapi Bu Suti menolak. Ia meminta untuk duduk di atasku. Maka setelah membaluri kontolku dengan baby oil cukup banyak, Bu Suti mulai menurunkan pantatnya dan membimbing kontolku supaya bisa masuk ke dalam memeknya. Dengan perlahan dan hati-hati akhirnya kontolku terbenam dalam di memeknya. Bu Suti terdiam sejenak supaya kontolku bisa menyesuaikan diri dengan memeknya.
Ketika kontolku sudah bisa beradaptasi, Bu Suti mulai menggoyang memutar serta menaik turunkan pantatnya. Terasa nikmat, kontolku bagai ada yang mengurut-urut. Membuat kami saling mendesah, mengerang, dan melenguh akibat nikmat yang tak terhingga.
“ooouuhhh aaahhh aaahhh ssshhh eeemmhhh.” desahnya sambil terus menggoyang dan menaik turunkan pantatnya pada pangkuanku.
Tangan kananku, aku gunakan untuk memilin puting dan meremas-remas toketnya secara bergantian. Sedang tangan kiriku yang sudah aku beri baby oil aku arahkan ke liang duburnya. Bu Suti tidak menolak ketika jari tangan kiriku menjamah liang duburnya.
“eeemmhhh deeekkk ssshhh eeennnaaakkk aaahhh.” desahnya merasakan sensasi dari kontol dan jari tengahku pada memek dan duburnya.
Sampai akhirnya, Bu Suti melenguh cukup lama. Badannya meliuk-liuk dan bergetar. Sedangkan liang memeknya berkedut-kedut pertanda bahwa ia mencapai orgasme.
“bu, ada ini! Nah, kalau pakai ini pasti licin dan ibu gak akan merasa perih memeknya!” ucapku sambil menunjukan botol baby oil.
Bu Suti mengangguk menandakan bahwa ia setuju dengan inginku. Maka, aku segera menghampirinya dan kembali bergerilya ditubuh Bu Suti yang sedang sibuk mengiris bahan masakan. Sampai akhirnya Bu Suti terbawa bernafsu kembali. Dengan secepat kilat ia membalikan badan dan langsung menyosor bibirku sambil tangannya meremas rambut serta kepalaku. Aku tak tinggal diam, aku balas ciumannya sampai lidah kami saling hisap, saling jilat, saling lilit dan bertukaran air liur.
Sambil berciuman dan saling remas, aku tuntun tubuh Bu Suti menuju meja makan. Aku tarik kursi, aku dudukan ia. Terlihat mata Bu Suti begitu sayu karena terbakar nafsu birahi. Aku naikan daster hijau dengan belalahan dada rendah milik Bu Suti sampai ke perutnya. Aku Turunkan perlahan celana dalam berwarna hitam yang ia kenakan. Tampak bulu hitam memeknya. Segera aku arahkan kepalaku untuk melakukan jilatan dan hisapan pada liang memeknya sampai ke klitorisnya. Aku kenyot-kenyot itilnya. Terdengar desahan dan erangan saat lidahku dengan lincah menari-nari pada memeknya.
“emmhhh aaahhh ahhh ouuhhh ssshhh.” desahnya membuat suasana menjadi semakin mesum.
“bagaimana bu, masih enak?” tanyaku disela-sela kesibukan menjilat dan mengenyot-ngenyot memeknya.
“aaahhh ssshhh iiyyaaa deeek eeennaaakkk baangeeett!” jawabnya sambil meracau dengan erangan nikmat.
Aku terus lakukan aktivitas lidahku di memeknya. Terlihat ia semakin bernafsu, wajahnya memerah, dan matanya semakin mengecil sehingga terlihat warna putih matanya saja sambil tangannya meremas-remas toketnya sendiri. Maka, aku bantu ia menelanjangi dirinya sampai tak ada sehelai benangpun melekat pada tubuhnya.
Setelah telanjang bulat, aku jilat dan kenyot-kenyot kedua toketnya dengan penuh nafsu. Ia tampak begitu menikmati ulahku.
Perlahan kepalaku mulai terbenam kembali pada memeknya. Aku jilat, aku hisap, aku kenyot liang memeknya sampai pada itilnya. Bu Suti tampak menggelinjang-gelinjang karena geli dan nikmat.
Rupanya, menopause membuat dinding memeknya menjadi semakin tebal dan memang kering memeknya. Beruntung, ludahku cukup banyak sehingga memeknya menjadi basah.
“oouuhhh ssshhh deeekkk maaasssuukkkiiinnn meeemmeeekkk uuddaaahhh gaaattteeell!” rintihnya disertai desahan penuh gairah.
Aku menuruti kemauannya, aku tak mau menyiksanya dengan ulahku. Maka aku lebarkan kakinya. Tapi Bu Suti menolak. Ia meminta untuk duduk di atasku. Maka setelah membaluri kontolku dengan baby oil cukup banyak, Bu Suti mulai menurunkan pantatnya dan membimbing kontolku supaya bisa masuk ke dalam memeknya. Dengan perlahan dan hati-hati akhirnya kontolku terbenam dalam di memeknya. Bu Suti terdiam sejenak supaya kontolku bisa menyesuaikan diri dengan memeknya.
Ketika kontolku sudah bisa beradaptasi, Bu Suti mulai menggoyang memutar serta menaik turunkan pantatnya. Terasa nikmat, kontolku bagai ada yang mengurut-urut. Membuat kami saling mendesah, mengerang, dan melenguh akibat nikmat yang tak terhingga.
“ooouuhhh aaahhh aaahhh ssshhh eeemmhhh.” desahnya sambil terus menggoyang dan menaik turunkan pantatnya pada pangkuanku.
Tangan kananku, aku gunakan untuk memilin puting dan meremas-remas toketnya secara bergantian. Sedang tangan kiriku yang sudah aku beri baby oil aku arahkan ke liang duburnya. Bu Suti tidak menolak ketika jari tangan kiriku menjamah liang duburnya.
“eeemmhhh deeekkk ssshhh eeennnaaakkk aaahhh.” desahnya merasakan sensasi dari kontol dan jari tengahku pada memek dan duburnya.
Sampai akhirnya, Bu Suti melenguh cukup lama. Badannya meliuk-liuk dan bergetar. Sedangkan liang memeknya berkedut-kedut pertanda bahwa ia mencapai orgasme.
“auuhhh ooouuww ssshhh keeelluuaaarr!” lenguhnya cukup panjang sambil sesekali menghentak-hentakan pinggulnya.
Bu Suti menikmati sisa-sisa orgasmenya sambil melingkarkan tangannya pada pundakku. Dengan posisi demikian, bau keringat penuh birahinya menusuk hidungku. Sungguh baunya membuatku mabuk kepayang.
Setelah nafas ngos-ngosan Bu Suti agak mereda, aku bimbing ia menuju tempat cucian piring. Aku arahkan tangannya supaya bertumpu pada pinggir bak cuci. Aku kangkangkan kakinya. Dan setelah menambah baby oil pada kontolku, aku mulai masukan kontolku pada liang memeknya. Dengan perlahan aku mulai maju mundurkan kontolku pada liang memeknya yang setengah menungging.
“aaahhh ooouuhhh ssshhh heeemm.” desahnya kembali membahana.
Aku menggoyang-goyangkan pinggul dan mengocok dengan memaju mundurkan kontolku dengan cepat. Jari tengah tangan kiriku yang basah oleh baby oil mulai aku arahkan kembali menuju duburnya. Perlahan-lahan mulai aku tusukkan jari tengahku pada duburnya.
“emmhhh ssshhh deeekkk eeemmhhh peeerriiihhh.” erangnya yang bercampur dengan desahan.
Aku diamkan jari tengahku yang sudah masuk setengah di dalam liang duburnya. Dengan tangan kanan aku raih botol baby oil dan kemudian mengucurkannya pada duburnya. Perlahan, jari tengahku mulai sedikit mudah masuk lebih dalam. Tersentuh daging-daging kenyal di dalam liang duburnya. Sungguh nikmat sekali.
Bu Suti semakin mendesah serta mengerang-erang mendapat perlakuan jari tengah tangan kiriku pada liang duburnya dan kontolku yang semakin lincah pada liang memeknya karena cairan baby oil yang mengucur dari duburnya.
Sampai akhirnya, aku sudah tak tahan lagi menahan geli serta gatal pada kepala kontolku. Dengan gerakan cepat aku kocok memeknya dengan kontolku.
“bbuu aku keluaaarr aaahhh!” lenguhanku yang disambut lenguhan panjang Bu Suti yang mencapai orgasmenya lagi.
“ooouuhhh ssshhh aaahhh iibbuu juuggaaa heeemm aaahhh eeennnaaakkk!” lenguhnya panjang.
Setelah usai bersetubuh, aku dan Bu Suti sama-sama masuk kamar mandi membersihkan diri. Kemudian aku beranjak menuju kursi tempatku menonton televisi.
Hampir 15 menit, nasi goreng udang pesananku selesai dibuatkan oleh Bu Suti. Ketika aku hendak makan di meja makan, aku ajak Bu Suti makan bersama. Tetapi Bu Suti menolak karena sebelumnya sudah makan di rumah bersama suami dan kedua cucunya. Maka Bu Suti memilih pamit pulang. Aku mengangguk mengiyakan sambil memberikan kecupan pada bibir dan keningnya. Tak lupa aku ucapkan banyak terima kasih atas segala pelayanannya.
Bu Suti berjanji akan kembali besok pagi-pagi sekali. Namun aku katakan padanya jangan terlalu pagi sebab, besok hari sabtu sek*lahku libur untuk siswa kelas 3 untuk mempersiapkan diri ikut pra ujian. Setelah mendapat informasi demikian ia pun mengerti dan mohon diri.
Ketika berjalan ke luar dapur untuk pulang, aku lihat Bu Suti berjalan agak gemetar. Mungkin ia lemas setelah dua kali mendapat orgasme.
Besoknya, aku bangun agak siang. Sekitar pukul 8 pagi. Aku segera membuka kunci rumah kemudian beranjak mandi. Selesai mandi, ketika aku ke luar kamar mandi tampak Bu Suti tengah membuatkanku sarapan. Dengan perasaan riang, aku sibak rambut sepunggung Bu Suti kemudian aku ciumi tengkuk dan pundaknya.
Bu Suti tersenyum ketika membalikan badannya. Aku sosor bibirnya dan kami pun berciuman dengan saling rangkul dan peluk.
“emhhh sudah pakai baju dulu. Sarapan dulu.” ujarnya sambil tersenyum penuh perhatian.
“yah ibu, aku pengen nih bu!” jawabku sambil meremas-remas toket miliknya.
“yaudah deh, mumpung lagi sepi. Jangan lupa baby oilnya.” ujarnya.
Dengan masih berbalut handuk aku mengambil baby oil dan menunjukan padanya. Bu Suti tersenyum penuh arti. Maka aku tuntun tangannya meninggalkan dapur menuju kamar tidurku.
Di dalam kamar, aku mulai serang bibirnya. Kami pun berciuman dengan liar. Em nikmatnya. Tanganku mulai membuka kancing daster warna putih yang di kenakan Bu Suti. Sampai akhirnya daster putih itu kandas dari tubuhnya sehingga terlihat kutang cream dan celana dalam berwarna merah yang dikenakannya.
Bu Suti menikmati sisa-sisa orgasmenya sambil melingkarkan tangannya pada pundakku. Dengan posisi demikian, bau keringat penuh birahinya menusuk hidungku. Sungguh baunya membuatku mabuk kepayang.
Setelah nafas ngos-ngosan Bu Suti agak mereda, aku bimbing ia menuju tempat cucian piring. Aku arahkan tangannya supaya bertumpu pada pinggir bak cuci. Aku kangkangkan kakinya. Dan setelah menambah baby oil pada kontolku, aku mulai masukan kontolku pada liang memeknya. Dengan perlahan aku mulai maju mundurkan kontolku pada liang memeknya yang setengah menungging.
“aaahhh ooouuhhh ssshhh heeemm.” desahnya kembali membahana.
Aku menggoyang-goyangkan pinggul dan mengocok dengan memaju mundurkan kontolku dengan cepat. Jari tengah tangan kiriku yang basah oleh baby oil mulai aku arahkan kembali menuju duburnya. Perlahan-lahan mulai aku tusukkan jari tengahku pada duburnya.
“emmhhh ssshhh deeekkk eeemmhhh peeerriiihhh.” erangnya yang bercampur dengan desahan.
Aku diamkan jari tengahku yang sudah masuk setengah di dalam liang duburnya. Dengan tangan kanan aku raih botol baby oil dan kemudian mengucurkannya pada duburnya. Perlahan, jari tengahku mulai sedikit mudah masuk lebih dalam. Tersentuh daging-daging kenyal di dalam liang duburnya. Sungguh nikmat sekali.
Bu Suti semakin mendesah serta mengerang-erang mendapat perlakuan jari tengah tangan kiriku pada liang duburnya dan kontolku yang semakin lincah pada liang memeknya karena cairan baby oil yang mengucur dari duburnya.
Sampai akhirnya, aku sudah tak tahan lagi menahan geli serta gatal pada kepala kontolku. Dengan gerakan cepat aku kocok memeknya dengan kontolku.
“bbuu aku keluaaarr aaahhh!” lenguhanku yang disambut lenguhan panjang Bu Suti yang mencapai orgasmenya lagi.
“ooouuhhh ssshhh aaahhh iibbuu juuggaaa heeemm aaahhh eeennnaaakkk!” lenguhnya panjang.
Setelah usai bersetubuh, aku dan Bu Suti sama-sama masuk kamar mandi membersihkan diri. Kemudian aku beranjak menuju kursi tempatku menonton televisi.
Hampir 15 menit, nasi goreng udang pesananku selesai dibuatkan oleh Bu Suti. Ketika aku hendak makan di meja makan, aku ajak Bu Suti makan bersama. Tetapi Bu Suti menolak karena sebelumnya sudah makan di rumah bersama suami dan kedua cucunya. Maka Bu Suti memilih pamit pulang. Aku mengangguk mengiyakan sambil memberikan kecupan pada bibir dan keningnya. Tak lupa aku ucapkan banyak terima kasih atas segala pelayanannya.
Bu Suti berjanji akan kembali besok pagi-pagi sekali. Namun aku katakan padanya jangan terlalu pagi sebab, besok hari sabtu sek*lahku libur untuk siswa kelas 3 untuk mempersiapkan diri ikut pra ujian. Setelah mendapat informasi demikian ia pun mengerti dan mohon diri.
Ketika berjalan ke luar dapur untuk pulang, aku lihat Bu Suti berjalan agak gemetar. Mungkin ia lemas setelah dua kali mendapat orgasme.
Besoknya, aku bangun agak siang. Sekitar pukul 8 pagi. Aku segera membuka kunci rumah kemudian beranjak mandi. Selesai mandi, ketika aku ke luar kamar mandi tampak Bu Suti tengah membuatkanku sarapan. Dengan perasaan riang, aku sibak rambut sepunggung Bu Suti kemudian aku ciumi tengkuk dan pundaknya.
Bu Suti tersenyum ketika membalikan badannya. Aku sosor bibirnya dan kami pun berciuman dengan saling rangkul dan peluk.
“emhhh sudah pakai baju dulu. Sarapan dulu.” ujarnya sambil tersenyum penuh perhatian.
“yah ibu, aku pengen nih bu!” jawabku sambil meremas-remas toket miliknya.
“yaudah deh, mumpung lagi sepi. Jangan lupa baby oilnya.” ujarnya.
Dengan masih berbalut handuk aku mengambil baby oil dan menunjukan padanya. Bu Suti tersenyum penuh arti. Maka aku tuntun tangannya meninggalkan dapur menuju kamar tidurku.
Di dalam kamar, aku mulai serang bibirnya. Kami pun berciuman dengan liar. Em nikmatnya. Tanganku mulai membuka kancing daster warna putih yang di kenakan Bu Suti. Sampai akhirnya daster putih itu kandas dari tubuhnya sehingga terlihat kutang cream dan celana dalam berwarna merah yang dikenakannya.
”wow, ibu seksi sekali!” bisikku memujinya.
Ia tersenyum membalas ucapanku. Kami kembali berciuman dengan penuh birahi. Lidah kami kembali saling lilit, saling jilat, saling hisap dan saling menukar air liur. emm sungguh nikmat rasanya.
Aku buka kutang creamnya dan mulai meremas serta memilin puting toketnya yang sebesar kelingking. Sedangkan tanganku yang lain meremas-remas pantat bahenolnya dengan gemas. Bu Suti melepaskan ciumannya dan mendesah-desah seperti orang makan sambal. Sungguh menggairahkan sekali. Sehingga, mulutku yang menganggur aku gunakan untuk menjilat toket dan mengenyot puting susunya yang menggairahkan. Tanganku mulai aku mainkan menggosok memeknya yang masih dibalut celana dalam merahnya.
“aaahhh ssshhh heeemm.” desahnya membuat suasana semakin panas.
Aku buka handukku sedangkan ia membuka celana dalam merahnya sehingga kami sama-sama bugil. Aku rebahkan badanku di kasur. Aku bimbing Bu Suti untuk melakukan 69. Awalnya ia tidak mengerti namun setelah aku jelaskan ia pun paham dan mulai naik di atasku dengan memeknya yang sudah berada tepat di wajahku. Dengan rakus aku lahap memeknya, aku sedot-sedot itilnya. Bu Suti pun tak hanya mengocok kontolku dengan tangannya tapi ia mulai mengulum kontolku pada mulutnya. Sungguh sensasi 69 yang aku lihat di film bokef emang mantap. Nikmat rasanya.
Aku semakin liar melakukan kenyotan, jilatan serta hisapan pada seluruh permukaan memek, liang memek, dan itilnya. Begitupun Bu Suti yang mengulum lebih bervariasi dengan menjilat dan mengenyot kepala dan batang kontolku. Kontolku ia jilat dan hisap dari kepala sampai ke biji pelerku. Rasanya sungguh luar biasa, walaupun ketika kepala Bu Suti naik turun saat mengulum kontolku masih sering kena gigi yang mengakibatkan rasa ngilu pada kontolku. Memang, selama berhubungan dengan Bu Suti bisa di hitung berapa kali ia mengoral kontolku. Sebab, kerapkali Bu Suti gatel memeknya dan memintaku segera memasukan kontol pada memeknya.
“emmhhh ssshhh aaahhh maaasssuukkkiiinnn deeekkk!” pintanya sambil mendesah yang terdegar begitu sensual.
Aku pun meminta supaya aku di atasnya. Ia pun setuju dan mulai berbaring telentang membuka kakinya lebar-lebar supaya aku lebih leluasa memasukan kontolku. Setelah memberi pelumas (baby oil) yang cukup banyak pada kontolku dengan perlahan aku masukan kontolku pada liang memeknya. Secara perlahan kontolku mulai masuk melewati gerbang memeknya, perlahan lebih dalam dan lebih dalam lagi.
Aku memaju mundurkan kontolku denga perlahan. plok plok plok, suara yang khas itu menggema di ruang kamarku. Aku remas-remas toketnya itu secara bergantian. Aku pun memilin dengan gemas puting sebesar kelingking yang bergelayutan.
Bu Suti yang sudah sangat birahi kemudian menarik kepalaku dan mencium bibirku. kami pun saling pagut, saling jilat, saling hisap, saling kenyot. Liur kami saling bertukar. Mulutnya sesekali menganga saat sedang berciuman untuk mengeluarkan desah atau erangan.
Semakin lama, kocokan kontolku semakin kencang dan cepat. Sampai akhirnya badan Bu Suti melengkung-lengkung. Erangan dan desahannya semakin menggema dan panjang. Badannya bergetar dengan wajah memerah. Memeknya berkedut-kedut.
“aaahhh ssshhh.” lenguhnya ketika mendapat orgasme.
Aku hentikan gerakanku. Aku sedot kuat-kuat toketnya sambil lidahku menjepit kuat-kuat puting susunya di mulutku. Bu Suti mencengkram kepalaku begitu kuat dengan kedua tangannya merasakan orgasmenya yang dahsyat.
Ketika orgamsenya mereda, aku pinta Bu Suti untuk posisi dogystyle. Ia menuruti kemauanku sambil mengambil posisi nungging di atas kasurku. Aku mulai mengucurkan baby oil pada duburnya. Dengan perlahan dan hati-hati aku mulai tusuk liang duburnya dengan jari tengahku. Bu Suti mengerang mungkin terasa pedas di liang duburnya. Namun ia tidak berontak dan mencegah perbuatanku. Sampai akhirnya jari tengahku amblas semuanya di liang duburnya.
Perlahan aku kembali mengucurkan baby oil pada duburnya. Setelah baby oil itu cukup banyak, aku mulai masukan jari telunjukku berbarengan dengan jari tengahku. Bu Suti kembali mengerang. Dengan perlahan aku kocok pelan supaya tidak terlalu terasa pedih.
Bu Suti mengerang dan mendesah ketika kedua jariku mengocok-ngocok liang duburnya. Liang duburnya kini telah menyesuaikan diri dengan kedua jariku.
Ia tersenyum membalas ucapanku. Kami kembali berciuman dengan penuh birahi. Lidah kami kembali saling lilit, saling jilat, saling hisap dan saling menukar air liur. emm sungguh nikmat rasanya.
Aku buka kutang creamnya dan mulai meremas serta memilin puting toketnya yang sebesar kelingking. Sedangkan tanganku yang lain meremas-remas pantat bahenolnya dengan gemas. Bu Suti melepaskan ciumannya dan mendesah-desah seperti orang makan sambal. Sungguh menggairahkan sekali. Sehingga, mulutku yang menganggur aku gunakan untuk menjilat toket dan mengenyot puting susunya yang menggairahkan. Tanganku mulai aku mainkan menggosok memeknya yang masih dibalut celana dalam merahnya.
“aaahhh ssshhh heeemm.” desahnya membuat suasana semakin panas.
Aku buka handukku sedangkan ia membuka celana dalam merahnya sehingga kami sama-sama bugil. Aku rebahkan badanku di kasur. Aku bimbing Bu Suti untuk melakukan 69. Awalnya ia tidak mengerti namun setelah aku jelaskan ia pun paham dan mulai naik di atasku dengan memeknya yang sudah berada tepat di wajahku. Dengan rakus aku lahap memeknya, aku sedot-sedot itilnya. Bu Suti pun tak hanya mengocok kontolku dengan tangannya tapi ia mulai mengulum kontolku pada mulutnya. Sungguh sensasi 69 yang aku lihat di film bokef emang mantap. Nikmat rasanya.
Aku semakin liar melakukan kenyotan, jilatan serta hisapan pada seluruh permukaan memek, liang memek, dan itilnya. Begitupun Bu Suti yang mengulum lebih bervariasi dengan menjilat dan mengenyot kepala dan batang kontolku. Kontolku ia jilat dan hisap dari kepala sampai ke biji pelerku. Rasanya sungguh luar biasa, walaupun ketika kepala Bu Suti naik turun saat mengulum kontolku masih sering kena gigi yang mengakibatkan rasa ngilu pada kontolku. Memang, selama berhubungan dengan Bu Suti bisa di hitung berapa kali ia mengoral kontolku. Sebab, kerapkali Bu Suti gatel memeknya dan memintaku segera memasukan kontol pada memeknya.
“emmhhh ssshhh aaahhh maaasssuukkkiiinnn deeekkk!” pintanya sambil mendesah yang terdegar begitu sensual.
Aku pun meminta supaya aku di atasnya. Ia pun setuju dan mulai berbaring telentang membuka kakinya lebar-lebar supaya aku lebih leluasa memasukan kontolku. Setelah memberi pelumas (baby oil) yang cukup banyak pada kontolku dengan perlahan aku masukan kontolku pada liang memeknya. Secara perlahan kontolku mulai masuk melewati gerbang memeknya, perlahan lebih dalam dan lebih dalam lagi.
Aku memaju mundurkan kontolku denga perlahan. plok plok plok, suara yang khas itu menggema di ruang kamarku. Aku remas-remas toketnya itu secara bergantian. Aku pun memilin dengan gemas puting sebesar kelingking yang bergelayutan.
Bu Suti yang sudah sangat birahi kemudian menarik kepalaku dan mencium bibirku. kami pun saling pagut, saling jilat, saling hisap, saling kenyot. Liur kami saling bertukar. Mulutnya sesekali menganga saat sedang berciuman untuk mengeluarkan desah atau erangan.
Semakin lama, kocokan kontolku semakin kencang dan cepat. Sampai akhirnya badan Bu Suti melengkung-lengkung. Erangan dan desahannya semakin menggema dan panjang. Badannya bergetar dengan wajah memerah. Memeknya berkedut-kedut.
“aaahhh ssshhh.” lenguhnya ketika mendapat orgasme.
Aku hentikan gerakanku. Aku sedot kuat-kuat toketnya sambil lidahku menjepit kuat-kuat puting susunya di mulutku. Bu Suti mencengkram kepalaku begitu kuat dengan kedua tangannya merasakan orgasmenya yang dahsyat.
Ketika orgamsenya mereda, aku pinta Bu Suti untuk posisi dogystyle. Ia menuruti kemauanku sambil mengambil posisi nungging di atas kasurku. Aku mulai mengucurkan baby oil pada duburnya. Dengan perlahan dan hati-hati aku mulai tusuk liang duburnya dengan jari tengahku. Bu Suti mengerang mungkin terasa pedas di liang duburnya. Namun ia tidak berontak dan mencegah perbuatanku. Sampai akhirnya jari tengahku amblas semuanya di liang duburnya.
Perlahan aku kembali mengucurkan baby oil pada duburnya. Setelah baby oil itu cukup banyak, aku mulai masukan jari telunjukku berbarengan dengan jari tengahku. Bu Suti kembali mengerang. Dengan perlahan aku kocok pelan supaya tidak terlalu terasa pedih.
Bu Suti mengerang dan mendesah ketika kedua jariku mengocok-ngocok liang duburnya. Liang duburnya kini telah menyesuaikan diri dengan kedua jariku.
Aku lumasi kontolku dengan baby oil cukup banyak dan mulai mengarahkannya pada liang duburnya. Tampak Bu Suti kaget ketika kepala kontolku telah masuk secara perlahan pada liang duburnya. Namun, dengan gerakanku yang perlahan ia mulai lebih santai.
Sedikit demi sedikit kontolku semakin dalam memasuki liang duburnya. Kontolku merasakan sensasi luar biasa nikmat. Kontolku tercengkram kuat otot duburnya. Aku mulai melenguh merasakan kenikmatan yang baru. Rasanya nikmat sekali walau memang agak sakit sedikit sebab, kontolku seperti terjepit di dalam duburnya. Perlahan-lahan liang duburnya telah beradaptasi dan mulai menerima kehadiran kontolku. Maka dengan menambahkan lagi baby oil membuat aku menjadi lebih leluasa memaju mundurkan kontolku.
Memang fantasy untuk ngentot dubur muncul ketika aku dan kawan-kawan sek*lahku menonton bokef yang memasukan kontol secara bergantian pada memek dan dubur. Akibat tontonan itu, muncul keinginan untuk mencobanya. Sampai akhirnya dapat terealisasikan. Dan memang luar biasa sensasinya.
Kini kocokan dalam duburnya aku naikan temponya dengan lebih cepat. Desah dan erangan Bu Suti sambil menahan perih terdengar menggema di seluruh ruangan kamarku.
“aaahhh ssshhh aaauuww ssshhh.” desah dan erangan Bu Suti merasakan sensasi baru yang aku berikan.
Cukup lama aku mengentot duburnya, Bu Suti tiba-tiba mengejang-ngejang sambil melenguh panjang. Aku baru tahu kalau dengan cara mengentot liang dubur pun ternyata dapat membuat orgasme. Duburnya ikut berkedut-kedut dan mencengkram kuat-kuat kontolku. Sehingga aku pun merasakan sensasi gatal dan geli menggelitik kontolku. Hingga aku kembali mempercepat gerakanku untuk memburu orgasme.
“ooouuwwhhh aaahhh ssshhh.” lenguhan Bu Suti yang dilanda orgasme.
“aaahhh ooouuhhh!” lenguhanku sambil memuncratkan sperma sebanyak-banyaknya dalam dubur Bu Suti.
Usai sperma terkuras habis, aku cabut perlahan kontolku ke luar dari duburnya. Terlihat cairan spermaku mengalir dari liang duburnya begitu banyaknya.
Aku merasakan badanku cukup lemas sehingga aku baringkan tubuhku di samping Bu Suti. Kemudian ia berbalik badan mengarahku. Seperti yang pernah ia lakukan dahulu, ia menciumi pipi dan wajahku. Aku tersenyum dan balas mengecup bibirnya sambil merasakan pegal dan agak ngilu di kontolku akibat ngentot duburnya.
Tiba-tiba, telephone rumahku berdering. Aku segera bangkit untuk mengangkat telephone. Rupanya temanku Dendy yang telphone. Ia menelphone sebab, aku tidak masuk sek*lah. Sungguh perhatian sekali kawan dekatku ini.
Ketika asik berbincang di telphone dengan kawanku, Bu Suti kemudian ke luar dari kamar. Ketika melintas di belakangku, ia berbisik, “pinjam handuknya ya dek, ibu mau mandi dulu. Ini sprei kasurnya basah biar ibu cuciin sekalian.”
Aku menggangguk mengiyakan. Bu Suti kemudian berlalu meninggalkanku yang masih asik berbincang dengan kawanku.
Setelah menutup telphone, aku segera ke kamar mandi. Pintunya tidak di kunci oleh Bu Suti. Segera aku buka dan masuk. Bu Suti sedang menyabuni tubuhnya. Seksi sekali.
“bu, nanti kawanku Dendy akan menginap di sini.” ujarku memberitahukan pada Bu Suti.
“oh iya, gampang nanti ibu masakin buat kalian berdua.” jawabnya santai sambil menggosok-gosok badannya.
“kayaknya enak bu jika begituan bertiga.” kataku sambil nyengir.
“ah kamu, aneh-aneh aja. Begituan sama kamu aja ibu udah kewalahan apalagi ditambah satu lagi.” jawabnya sambil ikut-ikutan nyengir.
“ya kita coba aja ya bu. Kalau gak malam ini, mungkin besok pagi!” pintaku dengan sungguh-sungguh.
“gimana nanti ajak dek. Jika ibu udah gak lemes.” jawabnya sambil geleng-geleng kepala.
Senangnya hatiku walaupun belum mendapat kepastian dari Bu Suti. Setelah mencuci tangan dan kelamin, aku segera ke luar kamar mandi untuk sarapan. Perut lumayan keroncongan setelah melakukan kegiatan mengentot yang banyak makan energy.
==x=x=x=x==
Sedikit demi sedikit kontolku semakin dalam memasuki liang duburnya. Kontolku merasakan sensasi luar biasa nikmat. Kontolku tercengkram kuat otot duburnya. Aku mulai melenguh merasakan kenikmatan yang baru. Rasanya nikmat sekali walau memang agak sakit sedikit sebab, kontolku seperti terjepit di dalam duburnya. Perlahan-lahan liang duburnya telah beradaptasi dan mulai menerima kehadiran kontolku. Maka dengan menambahkan lagi baby oil membuat aku menjadi lebih leluasa memaju mundurkan kontolku.
Memang fantasy untuk ngentot dubur muncul ketika aku dan kawan-kawan sek*lahku menonton bokef yang memasukan kontol secara bergantian pada memek dan dubur. Akibat tontonan itu, muncul keinginan untuk mencobanya. Sampai akhirnya dapat terealisasikan. Dan memang luar biasa sensasinya.
Kini kocokan dalam duburnya aku naikan temponya dengan lebih cepat. Desah dan erangan Bu Suti sambil menahan perih terdengar menggema di seluruh ruangan kamarku.
“aaahhh ssshhh aaauuww ssshhh.” desah dan erangan Bu Suti merasakan sensasi baru yang aku berikan.
Cukup lama aku mengentot duburnya, Bu Suti tiba-tiba mengejang-ngejang sambil melenguh panjang. Aku baru tahu kalau dengan cara mengentot liang dubur pun ternyata dapat membuat orgasme. Duburnya ikut berkedut-kedut dan mencengkram kuat-kuat kontolku. Sehingga aku pun merasakan sensasi gatal dan geli menggelitik kontolku. Hingga aku kembali mempercepat gerakanku untuk memburu orgasme.
“ooouuwwhhh aaahhh ssshhh.” lenguhan Bu Suti yang dilanda orgasme.
“aaahhh ooouuhhh!” lenguhanku sambil memuncratkan sperma sebanyak-banyaknya dalam dubur Bu Suti.
Usai sperma terkuras habis, aku cabut perlahan kontolku ke luar dari duburnya. Terlihat cairan spermaku mengalir dari liang duburnya begitu banyaknya.
Aku merasakan badanku cukup lemas sehingga aku baringkan tubuhku di samping Bu Suti. Kemudian ia berbalik badan mengarahku. Seperti yang pernah ia lakukan dahulu, ia menciumi pipi dan wajahku. Aku tersenyum dan balas mengecup bibirnya sambil merasakan pegal dan agak ngilu di kontolku akibat ngentot duburnya.
Tiba-tiba, telephone rumahku berdering. Aku segera bangkit untuk mengangkat telephone. Rupanya temanku Dendy yang telphone. Ia menelphone sebab, aku tidak masuk sek*lah. Sungguh perhatian sekali kawan dekatku ini.
Ketika asik berbincang di telphone dengan kawanku, Bu Suti kemudian ke luar dari kamar. Ketika melintas di belakangku, ia berbisik, “pinjam handuknya ya dek, ibu mau mandi dulu. Ini sprei kasurnya basah biar ibu cuciin sekalian.”
Aku menggangguk mengiyakan. Bu Suti kemudian berlalu meninggalkanku yang masih asik berbincang dengan kawanku.
Setelah menutup telphone, aku segera ke kamar mandi. Pintunya tidak di kunci oleh Bu Suti. Segera aku buka dan masuk. Bu Suti sedang menyabuni tubuhnya. Seksi sekali.
“bu, nanti kawanku Dendy akan menginap di sini.” ujarku memberitahukan pada Bu Suti.
“oh iya, gampang nanti ibu masakin buat kalian berdua.” jawabnya santai sambil menggosok-gosok badannya.
“kayaknya enak bu jika begituan bertiga.” kataku sambil nyengir.
“ah kamu, aneh-aneh aja. Begituan sama kamu aja ibu udah kewalahan apalagi ditambah satu lagi.” jawabnya sambil ikut-ikutan nyengir.
“ya kita coba aja ya bu. Kalau gak malam ini, mungkin besok pagi!” pintaku dengan sungguh-sungguh.
“gimana nanti ajak dek. Jika ibu udah gak lemes.” jawabnya sambil geleng-geleng kepala.
Senangnya hatiku walaupun belum mendapat kepastian dari Bu Suti. Setelah mencuci tangan dan kelamin, aku segera ke luar kamar mandi untuk sarapan. Perut lumayan keroncongan setelah melakukan kegiatan mengentot yang banyak makan energy.
==x=x=x=x==
PART IV : Bu Suti Keenakan Main Bertiga
==x=x=x=x==
Badanku terasa lemas walau hasrat birahiku masih menggebu-gebu. Sambil bersantai mendengarkan musik di dalam kamar tidur, tiba-tiba terlintas lamunan birahi. Aku membayangkan tubuh Bu Suti yang tingginya 158 cm, susu ukuran 32C dengan puting sebesar kelingking, rambut panjang sepunggung, serta pantat yang bahenol itu aku gempur bersama kawan sek*lahku.
Kawan baikku yang bernama Dendy itu mesti bisa merasakan tubuh Bu Suti sebab, sensasi memeknya yang mengempot nikmat walau sudah punya 5 orang anak dan 2 orang cucu tapi masih sangat menggairahkan. Jadi, ia gak bakalan rugi memberikan keperjakaanya pada Bu Suti.
Aku lihat, jam dinding kamarku menunjukkan pukul 1 siang lebih. Teringat telphone dari kawanku yang mengabarkan bahwa ia akan tidur di rumahku. Jantungku berdebar-debar sebab, aku tidak tahu bagaimana caranya mengajak kawanku itu ngentot dan aku pun bingung bagaimana supaya Bu Suti mau aku entot bersama dengan Dendy.
Memang aku ingin bersetubuh threesome tapi aku bingung bagaimana caranya supaya mereka mau dan tidak menolak. Jika yang menolak Bu Suti tidak jadi masalah, nah, kalau yang nolak Dendy bagaimana? Bisa malu oleh kawan-kawan sek*lahku karena ngajak-ngajak temennya ngentot.
Memang aku menjadi ragu, karena hal ini terlalu beresiko terutama untuk hubungan pertemananku dengan Dendy. Hubungan kami bisa baik jika ia menerima ajakanku tapi sebaliknya jika ia menolak.
Haduh, mungkin ini gara-gara aku dan kawan sek*lahku terlalu sering menonton bokef barat yang dalam adegannya satu wanita dihajar 2 laki-laki. Otakku jadi terpengaruh untuk melakukan hal yang sama. Aku menjadi pusing sendiri memikirkannya.
Ketika sedang gelisah bergelut dengan pikiranku sendiri, pintu kamarku ada yang mengetuk. Aku kira Dendy tapi ternyata Bu Suti dengan kedua cucunya yang masuk karena rumahku tidak dikunci, datang sambil membawakan makan siang.
“dek, ini makan siang dulu.” kata Bu Suti sambil menunjukkan nasi dan lauk pauknya.
“aduh bu, repot-repot segala. Padahal aku belum lapar. Cukup makan nanti malam aja.” jawabku karena memang biasa makan cuma 2 kali sehari.
“lho, udah ibu buatin untuk kamu. Dimakan, ya!” katanya sambil tersenyum manis yang aku jawab dengan anggukan kepala.
Akhirnya aku mengikuti langkah Bu Suti yang diiringi kedua cucunya munuju meja makan.
“heh deni, riki, mau maen PS gak?” tanyaku pada kedua cucu Bu Suti.
“mau, kak!” jawab si Riki tanpa malu-malu, berbeda sama kakaknya si Deni yang cuma nyengir kemalu-maluan.
“ayo ikut!” kataku sambil menggiring kedua anak itu menuju kamarku.
Aku nyalakan TV dan PS. Mereka memilih cd game CTR, aku bantu memasangkannya. Setelah mereka bermain PS, aku kembali ke meja makan. Tampak Bu Suti sedang duduk menunggu.
“ayo bu, makan bareng-bareng.” pintaku pada Bu Suti.
“Ibu udah makan tadi sama Deni dan Riki. Silakan Dek Puji aja makan yang banyak biar ibu temenin di sini sambil nunggu mereka selesai main PS.” kata Bu Suti sambil mengambilkan nasi untukku.
Aku pun makan sendiri sambil ditemani ngobrol oleh Bu Suti. Dia bercerita banyak tentang keluarganya. Ia bercerita tentang kesulitan hidup ia dan kelima anaknya yang semuanya sudah menikah dan berpencar tempat tinggalnya. Hanya kedua cucu dan suaminya saja yang kini memberi warna di rumahnya. Walau demikian, ia masih saja merasa kesepian sebab, kelima anaknya jarang sekali datang untuk menjenguknya.
Bu Suti pun bercerita mengenai hubungan asmaranya. Ternyata ia dahulu menikah karena ia dihamili oleh lelaki yang kini jadi suaminya ketika usianya baru 14 th. Bu Suti hanya lulusan sek*lah Dasar. Ketika itu di usia 14 th ia berkenalan dan akhirnya menjalin hubungan cinta dengan seorang lelaki yang usianya 15 th lebih tua darinya.
==x=x=x=x==
Badanku terasa lemas walau hasrat birahiku masih menggebu-gebu. Sambil bersantai mendengarkan musik di dalam kamar tidur, tiba-tiba terlintas lamunan birahi. Aku membayangkan tubuh Bu Suti yang tingginya 158 cm, susu ukuran 32C dengan puting sebesar kelingking, rambut panjang sepunggung, serta pantat yang bahenol itu aku gempur bersama kawan sek*lahku.
Kawan baikku yang bernama Dendy itu mesti bisa merasakan tubuh Bu Suti sebab, sensasi memeknya yang mengempot nikmat walau sudah punya 5 orang anak dan 2 orang cucu tapi masih sangat menggairahkan. Jadi, ia gak bakalan rugi memberikan keperjakaanya pada Bu Suti.
Aku lihat, jam dinding kamarku menunjukkan pukul 1 siang lebih. Teringat telphone dari kawanku yang mengabarkan bahwa ia akan tidur di rumahku. Jantungku berdebar-debar sebab, aku tidak tahu bagaimana caranya mengajak kawanku itu ngentot dan aku pun bingung bagaimana supaya Bu Suti mau aku entot bersama dengan Dendy.
Memang aku ingin bersetubuh threesome tapi aku bingung bagaimana caranya supaya mereka mau dan tidak menolak. Jika yang menolak Bu Suti tidak jadi masalah, nah, kalau yang nolak Dendy bagaimana? Bisa malu oleh kawan-kawan sek*lahku karena ngajak-ngajak temennya ngentot.
Memang aku menjadi ragu, karena hal ini terlalu beresiko terutama untuk hubungan pertemananku dengan Dendy. Hubungan kami bisa baik jika ia menerima ajakanku tapi sebaliknya jika ia menolak.
Haduh, mungkin ini gara-gara aku dan kawan sek*lahku terlalu sering menonton bokef barat yang dalam adegannya satu wanita dihajar 2 laki-laki. Otakku jadi terpengaruh untuk melakukan hal yang sama. Aku menjadi pusing sendiri memikirkannya.
Ketika sedang gelisah bergelut dengan pikiranku sendiri, pintu kamarku ada yang mengetuk. Aku kira Dendy tapi ternyata Bu Suti dengan kedua cucunya yang masuk karena rumahku tidak dikunci, datang sambil membawakan makan siang.
“dek, ini makan siang dulu.” kata Bu Suti sambil menunjukkan nasi dan lauk pauknya.
“aduh bu, repot-repot segala. Padahal aku belum lapar. Cukup makan nanti malam aja.” jawabku karena memang biasa makan cuma 2 kali sehari.
“lho, udah ibu buatin untuk kamu. Dimakan, ya!” katanya sambil tersenyum manis yang aku jawab dengan anggukan kepala.
Akhirnya aku mengikuti langkah Bu Suti yang diiringi kedua cucunya munuju meja makan.
“heh deni, riki, mau maen PS gak?” tanyaku pada kedua cucu Bu Suti.
“mau, kak!” jawab si Riki tanpa malu-malu, berbeda sama kakaknya si Deni yang cuma nyengir kemalu-maluan.
“ayo ikut!” kataku sambil menggiring kedua anak itu menuju kamarku.
Aku nyalakan TV dan PS. Mereka memilih cd game CTR, aku bantu memasangkannya. Setelah mereka bermain PS, aku kembali ke meja makan. Tampak Bu Suti sedang duduk menunggu.
“ayo bu, makan bareng-bareng.” pintaku pada Bu Suti.
“Ibu udah makan tadi sama Deni dan Riki. Silakan Dek Puji aja makan yang banyak biar ibu temenin di sini sambil nunggu mereka selesai main PS.” kata Bu Suti sambil mengambilkan nasi untukku.
Aku pun makan sendiri sambil ditemani ngobrol oleh Bu Suti. Dia bercerita banyak tentang keluarganya. Ia bercerita tentang kesulitan hidup ia dan kelima anaknya yang semuanya sudah menikah dan berpencar tempat tinggalnya. Hanya kedua cucu dan suaminya saja yang kini memberi warna di rumahnya. Walau demikian, ia masih saja merasa kesepian sebab, kelima anaknya jarang sekali datang untuk menjenguknya.
Bu Suti pun bercerita mengenai hubungan asmaranya. Ternyata ia dahulu menikah karena ia dihamili oleh lelaki yang kini jadi suaminya ketika usianya baru 14 th. Bu Suti hanya lulusan sek*lah Dasar. Ketika itu di usia 14 th ia berkenalan dan akhirnya menjalin hubungan cinta dengan seorang lelaki yang usianya 15 th lebih tua darinya.
Perkenalan mereka di mulai saat suaminya yang bekerja sebagai buruh bangunan sering mampir di warung nasi milik orang tuanya Bu Suti untuk makan. Karena sering bertemu, Bu Suti menjadi lebih akrab dengan suaminya tersebut. Sering diajak jalan-jalan dan sepulangnya dari jalan-jalan, Bu Suti sering diajak mampir pada sebuah bedeng.
Selama menikah, memang ia sering disetubuhi suaminya namun, ia jarang mendapat kepuasan. Walau demikian, tidak pernah terpikir olehnya untuk berselingkuh.
Sedari 2 thn lalu, birahi Bu Suti sering menggebu-gebu. Tetapi sang suami sudah tidak berdaya lagi setelah seharian bekerja tubuh tuanya terlalu lelah untuk melakukan hubungan suami istri. Sejak saat itu, Bu Suti sangat kesepian namun, sejak setahun yang lalu ia merasa terbantu olehku karena aku bisa memberinya kepuasan.
Aku kaget, ketika Bu Suti mengatakan alasannya mengapa dulu ia nekat ingin membuka handuk yang aku pakai. Dan ternyata akibat ia sering mendengar dari para tetangga yang sering membicarakan kontolku, para tetanggaku itu bergosip ria menyebarkan obrolan mengenai kontolku yang gede dan panjang.
Makanya Bu Suti yang udah lama tidak bersetubuh dengan suami menjadi ingin membuktikan dengan melihat langsung biar gak penasaran karena memang kebetulan ia sering numpang buang air atau mandi di rumahku dan sering melihat aku pagi-pagi cuma pakai handuk sebelum berangkat sek*lah. Aku yang sempat terkaget-kaget dengan pengakuannya akhirnya tak mampu membendung tawa.
Aku ingat, dulu ketika aku dan teman-teman sedang bermain di dekat rumah Tante Susi tiba-tiba Tante Susi ke luar dari rumahnya karena kami yang sedang bermain membuat kegaduhan. Ia kemudian membuka bajunya memperlihatkan susunya yang montok. Walaupun waktu itu usia kami masih kecil. Baru masuk S-M-P. Tapi kami sudah punya ketertarikan pada tubuh lawan jenis.
Tapi yang naas, sesudah Tante Susi memperlihatkan susunya yang montok, Tante Susi yang bekerja sebagai terapis di spa itu memaksa kami untuk memperlihatkan kontol kami kepadanya. Kami masih polos sehingga dengan dipaksa olehnya, satu persatu dari kami membuka celana dan memperlihatkan kontol kami padanya.
Aku menduga, pasti yang menyebarkan berita ini awalnya adalah Tante Susi. Sebab, selain ia tidak ada lagi yang pernah melihat kontolku. Ibuku saja, terakhir melihat kontolku ketika aku di sunat pada saat duduk di kelas 2 S-D. Karena sesudah di sunat, aku tidak mau dimandikan lagi oleh ibuku.
Sungguh tak menduga sebelumnya, akibat aku memperlihatkan kontolku pada Tante Susi ternyata jadi buah bibir. Walaupun aku sedikit bangga karena menurut pendapat para tetanggaku khususnya Tante Susi, kontolku gede dan panjang. Tetapi secara manusia, malu juga karena telah menjadi buah bibir.
Akhirnya aku selesai makan dan minum. Aku beranjak menuju ke dalam kamar mengambil rokok dan kemudian kembali menemui Bu Suti.
“bu, rokok?” tanyaku sambil menawarkan rokok mild pada Bu Suti.
“boleh, dek.” jawab Bu Suti sambil mengambil sebatang.
Bu Suti kemudian duduk di kursi sebelahku.
“bu, bagaimana dengan rencana begituan bertiga, apa ibu udah siap?” tanyaku memberanikan diri biar kepala tidak terlalu pusing.
“aduh Dek Puji, ini dubur ibu masih sakit dan agak perih akibat begituan yang tadi pagi aja belum ilang.” jawabnya dengan wajah agak cemas.
“untuk sementara paling ibu kulum burung sama ngasih memek aja gimana, bu?” saranku pada Bu Suti.
“emang harus malam ini ya, dek? tanya Bu Suti.
“jika ibu siap malam ini kenapa enggak!” jawabku sambil tersenyum penuh harapan.
“iya deh. Tapi ingat, dubur ibu jangan diapa-apain!” ucapnya dengan wajah serius.
“iya bu, aku janji gak akan ngapa-ngapin duburnya.” jawabku tak kalah serius.
Lama kita ngobrol dan kedua cucunya pun masih asik bermain PS di kamarku. Tak terasa jam sudah menunjukan pukul 3 sore. Sambil minum kopi dan merokok bersama Bu Suti, tiba-tiba pintu ada yang mengetuk. Segera aku beranjak menuju pintu.
Ternyata Dendy kawan sek*lahku yang datang. Usianya sama denganku yaitu 15 th. Badannya lebih tinggi dan lebih besar. Tingginya sekitar 163 cm sedangkan tinggiku paling 160/161 cm. Ia teman terdekatku. Makanya, aku sering pergi atau bermain bersamanya. Minum-minum bareng sampai nonton bokef bareng.
“katanya di rumah kamu sendiri. Itu ada suara yang main ps!” keluhnya merasa dibohongi.
Selama menikah, memang ia sering disetubuhi suaminya namun, ia jarang mendapat kepuasan. Walau demikian, tidak pernah terpikir olehnya untuk berselingkuh.
Sedari 2 thn lalu, birahi Bu Suti sering menggebu-gebu. Tetapi sang suami sudah tidak berdaya lagi setelah seharian bekerja tubuh tuanya terlalu lelah untuk melakukan hubungan suami istri. Sejak saat itu, Bu Suti sangat kesepian namun, sejak setahun yang lalu ia merasa terbantu olehku karena aku bisa memberinya kepuasan.
Aku kaget, ketika Bu Suti mengatakan alasannya mengapa dulu ia nekat ingin membuka handuk yang aku pakai. Dan ternyata akibat ia sering mendengar dari para tetangga yang sering membicarakan kontolku, para tetanggaku itu bergosip ria menyebarkan obrolan mengenai kontolku yang gede dan panjang.
Makanya Bu Suti yang udah lama tidak bersetubuh dengan suami menjadi ingin membuktikan dengan melihat langsung biar gak penasaran karena memang kebetulan ia sering numpang buang air atau mandi di rumahku dan sering melihat aku pagi-pagi cuma pakai handuk sebelum berangkat sek*lah. Aku yang sempat terkaget-kaget dengan pengakuannya akhirnya tak mampu membendung tawa.
Aku ingat, dulu ketika aku dan teman-teman sedang bermain di dekat rumah Tante Susi tiba-tiba Tante Susi ke luar dari rumahnya karena kami yang sedang bermain membuat kegaduhan. Ia kemudian membuka bajunya memperlihatkan susunya yang montok. Walaupun waktu itu usia kami masih kecil. Baru masuk S-M-P. Tapi kami sudah punya ketertarikan pada tubuh lawan jenis.
Tapi yang naas, sesudah Tante Susi memperlihatkan susunya yang montok, Tante Susi yang bekerja sebagai terapis di spa itu memaksa kami untuk memperlihatkan kontol kami kepadanya. Kami masih polos sehingga dengan dipaksa olehnya, satu persatu dari kami membuka celana dan memperlihatkan kontol kami padanya.
Aku menduga, pasti yang menyebarkan berita ini awalnya adalah Tante Susi. Sebab, selain ia tidak ada lagi yang pernah melihat kontolku. Ibuku saja, terakhir melihat kontolku ketika aku di sunat pada saat duduk di kelas 2 S-D. Karena sesudah di sunat, aku tidak mau dimandikan lagi oleh ibuku.
Sungguh tak menduga sebelumnya, akibat aku memperlihatkan kontolku pada Tante Susi ternyata jadi buah bibir. Walaupun aku sedikit bangga karena menurut pendapat para tetanggaku khususnya Tante Susi, kontolku gede dan panjang. Tetapi secara manusia, malu juga karena telah menjadi buah bibir.
Akhirnya aku selesai makan dan minum. Aku beranjak menuju ke dalam kamar mengambil rokok dan kemudian kembali menemui Bu Suti.
“bu, rokok?” tanyaku sambil menawarkan rokok mild pada Bu Suti.
“boleh, dek.” jawab Bu Suti sambil mengambil sebatang.
Bu Suti kemudian duduk di kursi sebelahku.
“bu, bagaimana dengan rencana begituan bertiga, apa ibu udah siap?” tanyaku memberanikan diri biar kepala tidak terlalu pusing.
“aduh Dek Puji, ini dubur ibu masih sakit dan agak perih akibat begituan yang tadi pagi aja belum ilang.” jawabnya dengan wajah agak cemas.
“untuk sementara paling ibu kulum burung sama ngasih memek aja gimana, bu?” saranku pada Bu Suti.
“emang harus malam ini ya, dek? tanya Bu Suti.
“jika ibu siap malam ini kenapa enggak!” jawabku sambil tersenyum penuh harapan.
“iya deh. Tapi ingat, dubur ibu jangan diapa-apain!” ucapnya dengan wajah serius.
“iya bu, aku janji gak akan ngapa-ngapin duburnya.” jawabku tak kalah serius.
Lama kita ngobrol dan kedua cucunya pun masih asik bermain PS di kamarku. Tak terasa jam sudah menunjukan pukul 3 sore. Sambil minum kopi dan merokok bersama Bu Suti, tiba-tiba pintu ada yang mengetuk. Segera aku beranjak menuju pintu.
Ternyata Dendy kawan sek*lahku yang datang. Usianya sama denganku yaitu 15 th. Badannya lebih tinggi dan lebih besar. Tingginya sekitar 163 cm sedangkan tinggiku paling 160/161 cm. Ia teman terdekatku. Makanya, aku sering pergi atau bermain bersamanya. Minum-minum bareng sampai nonton bokef bareng.
“katanya di rumah kamu sendiri. Itu ada suara yang main ps!” keluhnya merasa dibohongi.
“itu cucu tetanggaku. Yuk, aku kenalin sama Bu Suti!” jawabku sambil membawa Dendy ke dapur bertemu Bu Suti.
Tampak Bu Suti sedang mencuci piring. Melihat Bu Suti dari belakang memang menggairahkan sekali. Sebab, pantatnya sungguh bahenol dan menonjol sekali.
“bu, kenalin ini Dendy teman sek*lah Puji.”
Mereka pun berkenalan. Dengan penuh rasa hormat Dendi mencium tangan Bu Suti.
Setelah piring-piring selesai dicuci dan basa basi dengan kami, Bu Suti pamit pulang.
Dendy segera menyalakan rokok yang dibawanya. Tampak wajahnya lebih tenang.
“ji, aku bawa vodka. Aman gak?” kata Dendy.
“aman. Udah gak ada siapa-siapa ini di rumah! Lagian gak apa-apa kalau ketahuan Bu Suti juga, aku udah cerita banyak tentang kebiasaanku dengan kawan-kawan di sek*lah.” jawabku penuh keyakinan.
“wah mantap, ji!” ujar Dendy sambil membuka botol vodka.
Kami pun ngobrol-ngobrol sambil menikmati vodka yang dibawa oleh Dendy. Karena terbantu oleh efek vodka, aku menjadi leluasa menceritakan segala pengalamanku bersama Bu Suti.
Terbuai dengan ceritaku, Dendy hanya diam melongo. Mungkin dia kurang percaya dengan apa yang aku ceritakan.
Aku pun menyampaikan keinginanku untuk menyetubuhi Bu Suti bersama dengannya. Dendy agak terkejut tapi ia pun mulai menampakan ketertarikan. Walaupun ia merasa bahwa aku becanda. Di samping itu, ia merasa ragu karena takut Bu Suti enggan.
Maka aku katakan bahwa sebelumnya, aku telah membicarakan semuanya dengan Bu Suti dan ia telah setuju. Sampai akhirnya Dendy pun yakin dengan perkataanku dan ia setuju, mau ngentot bertiga. Dengan demikian, hilang semua beban pikiranku.
Sekitar pukul 7 malam, Bu Suti kembali ke rumahku untuk membuatkan makan malam. Jantungku berdebar. Tiba-tiba sekali perasaanku jadi tidak karuan. Sebisa mungkin aku mencoba biasa-biasa saja. Aku coba basa-basi terlebih dahulu dengan Bu Suti.
“bu, padahal ajak aja suami sama cucu-cucu ibu makan bareng-bareng di sini.” kataku pada Bu Suti untuk menghilangkan grogi.
“suami sama cucu udah pada makan tadi. Malah sesudah makan suami ibu langsung tidur. Mungkin cape pulang kuli.” jawab Bu Suti.
Seolah mendapat kode dari Bu Suti, aku segera menghampirinya. Aku peluk ia dari belakang. Ia tak mempedulikan perbuatanku karena ia sedang sibuk menyiapkan bumbu-bumbu untuk membuat masakan. Aku sibak rambutnya lalu aku cium leher dan tengkuknya sambil tanganku meremas-remas susunya dari balik daster merah yang sudah bladus warnanya.
Dendy hanya diam menyaksikan ulahku. Terlihat wajahnya melongo melihat aksi yang bukan omong kosong belaka. Ia menjadi yakin, bahwa aku memang sering ngentot dengan Bu Suti.
Aku balikan tubuh Bu Suti supaya berhadap-hadapan denganku. Tampak keraguan di wajah Bu Suti. Aku tahu bahwa ia merasa risih karena keberadaan kawanku. Tapi dengan penuh nafsu aku ciumi leher jenjangnya sampai akhirnya bibir kami bertemu dan kami berciuman. Tubuh Bu Suti sedikit gemetar mungkin ia masih merasa risih dan tidak nyaman.
Tanpa mengindahkan kondisi Bu Suti, aku bimbing ia menuju kamar tidurku. Sebab, aku merasa tidak begitu nyaman jika ngentot di dapur. Sambil beranjak dari dapur aku memberi kode pada Dendy supaya ia ikut menuju kamar tidurku.
Di dalam kamar, kami kembali berciuman. Lidah kami saling melilit, saling menjilat, saling mengenyot lidah dengan lembut. Kini aku merasakan Bu Suti sudah jauh lebih tenang dan santai. Aku minta Dendy yang sedari tadi berdiam diri untuk menelanjangi Bu Suti. Dengan agak ragu-ragu ia mulai membuka kancing-kancing daster Bu Suti.
Aku mulai membuka bhnya. Sehingga susu ukuran 32C dengan puting sebesar kelingking itu bergantungan dengan bebas. Aku lahap toket sebelah kirinya sedang toket sebelah kanan sudah menjadi bulan-bulanan lidah serta mulut Dendy.
Tampak Bu Suti sedang mencuci piring. Melihat Bu Suti dari belakang memang menggairahkan sekali. Sebab, pantatnya sungguh bahenol dan menonjol sekali.
“bu, kenalin ini Dendy teman sek*lah Puji.”
Mereka pun berkenalan. Dengan penuh rasa hormat Dendi mencium tangan Bu Suti.
Setelah piring-piring selesai dicuci dan basa basi dengan kami, Bu Suti pamit pulang.
Dendy segera menyalakan rokok yang dibawanya. Tampak wajahnya lebih tenang.
“ji, aku bawa vodka. Aman gak?” kata Dendy.
“aman. Udah gak ada siapa-siapa ini di rumah! Lagian gak apa-apa kalau ketahuan Bu Suti juga, aku udah cerita banyak tentang kebiasaanku dengan kawan-kawan di sek*lah.” jawabku penuh keyakinan.
“wah mantap, ji!” ujar Dendy sambil membuka botol vodka.
Kami pun ngobrol-ngobrol sambil menikmati vodka yang dibawa oleh Dendy. Karena terbantu oleh efek vodka, aku menjadi leluasa menceritakan segala pengalamanku bersama Bu Suti.
Terbuai dengan ceritaku, Dendy hanya diam melongo. Mungkin dia kurang percaya dengan apa yang aku ceritakan.
Aku pun menyampaikan keinginanku untuk menyetubuhi Bu Suti bersama dengannya. Dendy agak terkejut tapi ia pun mulai menampakan ketertarikan. Walaupun ia merasa bahwa aku becanda. Di samping itu, ia merasa ragu karena takut Bu Suti enggan.
Maka aku katakan bahwa sebelumnya, aku telah membicarakan semuanya dengan Bu Suti dan ia telah setuju. Sampai akhirnya Dendy pun yakin dengan perkataanku dan ia setuju, mau ngentot bertiga. Dengan demikian, hilang semua beban pikiranku.
Sekitar pukul 7 malam, Bu Suti kembali ke rumahku untuk membuatkan makan malam. Jantungku berdebar. Tiba-tiba sekali perasaanku jadi tidak karuan. Sebisa mungkin aku mencoba biasa-biasa saja. Aku coba basa-basi terlebih dahulu dengan Bu Suti.
“bu, padahal ajak aja suami sama cucu-cucu ibu makan bareng-bareng di sini.” kataku pada Bu Suti untuk menghilangkan grogi.
“suami sama cucu udah pada makan tadi. Malah sesudah makan suami ibu langsung tidur. Mungkin cape pulang kuli.” jawab Bu Suti.
Seolah mendapat kode dari Bu Suti, aku segera menghampirinya. Aku peluk ia dari belakang. Ia tak mempedulikan perbuatanku karena ia sedang sibuk menyiapkan bumbu-bumbu untuk membuat masakan. Aku sibak rambutnya lalu aku cium leher dan tengkuknya sambil tanganku meremas-remas susunya dari balik daster merah yang sudah bladus warnanya.
Dendy hanya diam menyaksikan ulahku. Terlihat wajahnya melongo melihat aksi yang bukan omong kosong belaka. Ia menjadi yakin, bahwa aku memang sering ngentot dengan Bu Suti.
Aku balikan tubuh Bu Suti supaya berhadap-hadapan denganku. Tampak keraguan di wajah Bu Suti. Aku tahu bahwa ia merasa risih karena keberadaan kawanku. Tapi dengan penuh nafsu aku ciumi leher jenjangnya sampai akhirnya bibir kami bertemu dan kami berciuman. Tubuh Bu Suti sedikit gemetar mungkin ia masih merasa risih dan tidak nyaman.
Tanpa mengindahkan kondisi Bu Suti, aku bimbing ia menuju kamar tidurku. Sebab, aku merasa tidak begitu nyaman jika ngentot di dapur. Sambil beranjak dari dapur aku memberi kode pada Dendy supaya ia ikut menuju kamar tidurku.
Di dalam kamar, kami kembali berciuman. Lidah kami saling melilit, saling menjilat, saling mengenyot lidah dengan lembut. Kini aku merasakan Bu Suti sudah jauh lebih tenang dan santai. Aku minta Dendy yang sedari tadi berdiam diri untuk menelanjangi Bu Suti. Dengan agak ragu-ragu ia mulai membuka kancing-kancing daster Bu Suti.
Aku mulai membuka bhnya. Sehingga susu ukuran 32C dengan puting sebesar kelingking itu bergantungan dengan bebas. Aku lahap toket sebelah kirinya sedang toket sebelah kanan sudah menjadi bulan-bulanan lidah serta mulut Dendy.
Kami mulai semakin lincah bermain dengan toket Bu Suti. Kami jilat-jilat lingkaran hitam di tengan susunya, kami pilin-pilin puting panjang Bu Suti dengan lidah.
“sshhh, aaahhh.” desah Bu Suti sambil tangannya mencengkram lembut rambutku dan Dendy.
Aku jilat-jilat, aku hisap, aku kenyot-kenyot toket Bu Suti dengan lembut dan perlahan. Berbeda dengan Dendy, ia begitu bernafsu bermain di toket kanan Bu Suti. Ia menjilat, menghisap, dan mengenyot susu itu dengan begitu rakus sampai liur dari mulutnya begitu basah pada toket Bu Suti dan menetes membasahi perut Bu Suti dan lantai kamarku.
Mendapat aksi yang berbeda, Bu Suti semakin menjadi-jadi. Ia mendesah disertai erangan-erangan penuh kenikmatan sambil tangannya tak lepas mencengkram dan menjambak rambutku dan Dendy dengan cukup kuat.
Aku mulai turunkan celana dalam abu-abunya sampai terlepas dari tubuhnya. Terlihat bulu-bulu lebat menghiasi memeknya. Dengan perlahan aku tuntun Bu Suti untuk berbaring di atas kasurku. Dengan begitu Dendy terpaksa menghentikan gerilyanya pada toket kanan Bu Suti. Dendy memanfaatkan kondisi tersebut untuk menelanjangi dirinya sendiri.
Dengan lembut aku cium memek Bu Suti. Aku lakukan jilatan perlahan-lahan dan lembut pada itilnya. Aku kenyot-kenyot kecil itilnya secara lembut. Sedangkan Dendy sudah menikmati kuluman mulut Bu Suti pada kontolnya yang besarnya tidak sebesar punyaku tapi panjangnya hampir sama.
Sambil merasakan kuluman, hisapan, dan kenyotan pada kontolnya, dengan penuh nafsu Dendy meremas-remas kedua toket Bu Suti. Sedangkan aku menikmati bermain pada liang memek dan itil Bu Suti. Aku jilat-jilat dan kenyot-kenyot itil beserta liang memeknya. Aku tidak berani bermain-main dengan duburnya selain sudah berjanji pada Bu Suti, tampak pula duburnya merah dan agak bengkak akibat aku entot dengan buas tadi pagi.
“aaauuhhh, ooouuhhh, eeehhhmm.” desah Bu Suti disela-sela kesibukannya melahap kontol Dendy.
Dendy pun mengerang-ngerang dan meringis. Mungkin merasakan ngilu pada kepala kontolnya yang sering bersentuhan dengan gigi Bu Suti. Sungguh kamar ini menjadi terasa penuh sesak dengan nuansa-nuansa birahi.
“Ouuhhh, aaauuww, eeehhhm, ayo masukin kontolnya ehmm, ooouuhhh!” pinta Bu Suti disertai desahan penuh kenikmatan.
Tampak Bu Suti sudah tidak tahan dengan aktivitas ini. Maka aku segera melucuti seluruh pakaianku dan mempersilakan Dendy untuk mengentot memek Bu Suti terlebih dahulu.
Dengan gaya WOT, Bu Suti mulai mengarahkan kontol Dendy yang sudah licin oleh baby oil ke dalam memeknya. Dengan perlahan Bu Suti menurunkan pantatnya hingga sedikit demi sedikit kontol Dendy telah tertelan ke dalam liang memek Bu Suti. Aku yang sudah telanjang bulat segera memberikan kontolku untuk dimainkan oleh mulut Bu Suti yang lumayan tebal bibirnya.
Bu Suti mulai bergoyang memutar-mutar pinggulnya, memaju-mundurkan pantatnya, dan bergerak naik-turun untuk mengocok kontol Dendy yang sudah terbenam di dalam memeknya. Sedangkan kontolku yang berada dalam mulutnya, ia hisap, ia jilat, ia kulum, dan ia kenyot-kenyot dengan perlahan. Terasa basah dan hangat kontolku di dalam mulut Bu Suti.
“aaaooouu, ssshhh, aaahhh.” desah Bu Suti sambil melepas kontolku dari dalam mulutnya untuk ia kocok-kocok menggunakan tangannya dengan agak gemas.
Dendy begitu menikmati permainan Bu Suti sehingga desahannya membahana seiring desahan yang ke luar dari mulut Bu Suti. Dendy dan Bu Suti berciuman sambil saling berpelukan. Aku segera mengambil posisi di belakang pantat Bu Suti yang masih mengocok-ngocok kontol Dendy di dalam memeknya.
Dengan perlahan aku dorong kontolku yang sudah sangat licin oleh baby oil ke dalam liang memeknya yang sudah terisi kontol Dendy. Bu Suti terdiam sesaat, memberi kesempatan padaku untuk memasukan kontolku ke dalam memeknya. Susah payah kontolku menekan dan mendorong supaya bisa masuk ke dalam lubang memeknya.
“sshhh, aaahhh.” desah Bu Suti sambil tangannya mencengkram lembut rambutku dan Dendy.
Aku jilat-jilat, aku hisap, aku kenyot-kenyot toket Bu Suti dengan lembut dan perlahan. Berbeda dengan Dendy, ia begitu bernafsu bermain di toket kanan Bu Suti. Ia menjilat, menghisap, dan mengenyot susu itu dengan begitu rakus sampai liur dari mulutnya begitu basah pada toket Bu Suti dan menetes membasahi perut Bu Suti dan lantai kamarku.
Mendapat aksi yang berbeda, Bu Suti semakin menjadi-jadi. Ia mendesah disertai erangan-erangan penuh kenikmatan sambil tangannya tak lepas mencengkram dan menjambak rambutku dan Dendy dengan cukup kuat.
Aku mulai turunkan celana dalam abu-abunya sampai terlepas dari tubuhnya. Terlihat bulu-bulu lebat menghiasi memeknya. Dengan perlahan aku tuntun Bu Suti untuk berbaring di atas kasurku. Dengan begitu Dendy terpaksa menghentikan gerilyanya pada toket kanan Bu Suti. Dendy memanfaatkan kondisi tersebut untuk menelanjangi dirinya sendiri.
Dengan lembut aku cium memek Bu Suti. Aku lakukan jilatan perlahan-lahan dan lembut pada itilnya. Aku kenyot-kenyot kecil itilnya secara lembut. Sedangkan Dendy sudah menikmati kuluman mulut Bu Suti pada kontolnya yang besarnya tidak sebesar punyaku tapi panjangnya hampir sama.
Sambil merasakan kuluman, hisapan, dan kenyotan pada kontolnya, dengan penuh nafsu Dendy meremas-remas kedua toket Bu Suti. Sedangkan aku menikmati bermain pada liang memek dan itil Bu Suti. Aku jilat-jilat dan kenyot-kenyot itil beserta liang memeknya. Aku tidak berani bermain-main dengan duburnya selain sudah berjanji pada Bu Suti, tampak pula duburnya merah dan agak bengkak akibat aku entot dengan buas tadi pagi.
“aaauuhhh, ooouuhhh, eeehhhmm.” desah Bu Suti disela-sela kesibukannya melahap kontol Dendy.
Dendy pun mengerang-ngerang dan meringis. Mungkin merasakan ngilu pada kepala kontolnya yang sering bersentuhan dengan gigi Bu Suti. Sungguh kamar ini menjadi terasa penuh sesak dengan nuansa-nuansa birahi.
“Ouuhhh, aaauuww, eeehhhm, ayo masukin kontolnya ehmm, ooouuhhh!” pinta Bu Suti disertai desahan penuh kenikmatan.
Tampak Bu Suti sudah tidak tahan dengan aktivitas ini. Maka aku segera melucuti seluruh pakaianku dan mempersilakan Dendy untuk mengentot memek Bu Suti terlebih dahulu.
Dengan gaya WOT, Bu Suti mulai mengarahkan kontol Dendy yang sudah licin oleh baby oil ke dalam memeknya. Dengan perlahan Bu Suti menurunkan pantatnya hingga sedikit demi sedikit kontol Dendy telah tertelan ke dalam liang memek Bu Suti. Aku yang sudah telanjang bulat segera memberikan kontolku untuk dimainkan oleh mulut Bu Suti yang lumayan tebal bibirnya.
Bu Suti mulai bergoyang memutar-mutar pinggulnya, memaju-mundurkan pantatnya, dan bergerak naik-turun untuk mengocok kontol Dendy yang sudah terbenam di dalam memeknya. Sedangkan kontolku yang berada dalam mulutnya, ia hisap, ia jilat, ia kulum, dan ia kenyot-kenyot dengan perlahan. Terasa basah dan hangat kontolku di dalam mulut Bu Suti.
“aaaooouu, ssshhh, aaahhh.” desah Bu Suti sambil melepas kontolku dari dalam mulutnya untuk ia kocok-kocok menggunakan tangannya dengan agak gemas.
Dendy begitu menikmati permainan Bu Suti sehingga desahannya membahana seiring desahan yang ke luar dari mulut Bu Suti. Dendy dan Bu Suti berciuman sambil saling berpelukan. Aku segera mengambil posisi di belakang pantat Bu Suti yang masih mengocok-ngocok kontol Dendy di dalam memeknya.
Dengan perlahan aku dorong kontolku yang sudah sangat licin oleh baby oil ke dalam liang memeknya yang sudah terisi kontol Dendy. Bu Suti terdiam sesaat, memberi kesempatan padaku untuk memasukan kontolku ke dalam memeknya. Susah payah kontolku menekan dan mendorong supaya bisa masuk ke dalam lubang memeknya.
Agak kecewa, aku tarik ke luar kontolku yang masih licin oleh baby oil dari dalam liang memeknya. Akhirnya Bu Suti menegakan badannya dan leluasa kembali menggoyang-goyangkan pinggulnya untuk mengocok kontol Dendy. Dengan posisi WOT di atas tubuh Dendy yang telentang, aku yang berada di belakang punggung Bu Suti mengarahkan kontolku untuk dijepit oleh ketiak Bu Suti yang dipenuhi bulu lebat dan hitam.
Terasa, walaupun bukan liang memek tetapi sensasinya luar biasa, apalagi keteknya yang berbulu begitu menggelitik kontolku. Dengan perlahan supaya kontolku tetap terjepit di ketiaknya, aku mulai memaju mundurkan kontolku.
“aaahhh, ssshhh, ooouuhhh!” desah Bu Suti merasakan sensasi nikmat pada liang memek dan rasa geli nikmat pada ketiaknya.
Apalagi tangan Dendy dengan penuh nafsu tak henti-hentinya meremas kedua toketnya yang bergelantungan.
Dendy yang sudah terbakar birahi mulai menghentak-hentakan pinggulnya turun naik sehingga, tubuh Bu Suti yang berada di atasnya ikut terhentak-hentak. Aku lepaskan kontolku dari ketiak Bu Suti supaya Dendy leluasa mencapai orgasmenya.
“aaahhh, ooouuhhh!” erang Dendy bersamaan dengan Bu Suti mencapai orgasmenya.
“emhhh, aaauuhhh, aaauuhhh.” lenguhan Bu Suti sambil telungkup menindih dan memeluk tubuh Dendy erat-erat.
15 menit sudah Dendy ngentot akhirnya Dendy dan Bu Suti mencapai klimaks. Kini Bu Suti membaringkan tubuhnya di atas kasur. Dendy langsung bangkit mengambil tisu basah untuk melap cairan-cairan birahi pada kontol dan juga memek Bu Suti yang semakin merekah.
Ku lihat Bu Suti kembali bergairah setelah Dendy menghisap, menjilat, dan mengenyot kedua toketnya. Bu Suti merentangkan kakinya lebar-lebar. Aku mendekat dan segera menghujamkan perlahan kontolku pada liang memeknya. Baby oil yang banyak ditumpahkan pada kontolku sangat membantuku dalam melakukan penetrasi ke dalam liang memeknya.
Aku mulai menggoyang pinggul dan perlahan memaju-mundurkan kontolku. Terasa kontolku tercengkram di dalam liang memeknya dan memek Bu Suti pun mulai mengempot-empot kontolku. Sungguh nikmat sekali rasanya.
“aaahhh, ssshhh, aaahhh!” desah Bu Suti agak keras membahana sambil tangannya mengocok-ngocok kontol Dendy yang sudah mengeras kembali dengan gerakan cukup cepat.
Aku tetap menjaga gerakan memaju-mundurkan kontolku di dalam lubang memeknya secara perlahan dan lembut. Sesekali Bu Suti memutar-mutarkan pinggulnya sambil tak henti-hentinya mendesah dan mengerang.
“eeehhhm, dek, eeehhhmm, ooouuhhh, ssshhh, agak cepat dek! Oouuhhh.” pintanya sambil terus mendesah.
Sesuai pintanya, aku mulai percepat gerakan memaju-mundurkan kontolku mengocok ke dalam lubang memeknya. Ku lihat itil Bu Suti sudah mengeras merah dan sambil tetap memaju mundurkan kontolku, aku usap-usap lembut itilnya.
Tak Butuh waktu lama, di bawah 15 menit Bu Suti kembali mencapai orgasme. Terasa memeknya berkedut-kedut dan mencengkram kuat kontolku yang masih terbenam di dalam memeknya. Aku hentikan genjotanku untuk menikmati kenikmatan kedutan dan cengkraman kuat memeknya pada kontolku.
Setelah mereda gelombang orgasme Bu Suti, aku minta ia untuk mengambil posisi berbaring menyamping. Aku ikut berbaring di belakangnya. Dengan perlahan aku masukan kontolku dari arah belakang ke dalam memeknya. Aku angkat sebelah kakinya supaya lebih mudah memaju mundurkan kontolku lebih dalam di liang memeknya.
Dendy yang berlutut di depan Bu Suti mendapat kocokan tangan dan kuluman mulut Bu Suti. Melihat keadaan tersebut membuatku semakin bersemangat memaju mundurkan kontolku dengan cepat.
“aaaeeehhh, ooouuhhh, aaahhh.” desahan Bu Suti merasakan kelincahan gerakan kontolku di dalam lubang memeknya.
Badan kami sudah semakin terlihat bercahaya karena basah oleh keringat di sekujur tubuh. Dengan bernafsu aku remas-remas toket Bu Suti sehingga erangan dan desahannya semakin keras ke luar dari mulutnya.
Terasa, walaupun bukan liang memek tetapi sensasinya luar biasa, apalagi keteknya yang berbulu begitu menggelitik kontolku. Dengan perlahan supaya kontolku tetap terjepit di ketiaknya, aku mulai memaju mundurkan kontolku.
“aaahhh, ssshhh, ooouuhhh!” desah Bu Suti merasakan sensasi nikmat pada liang memek dan rasa geli nikmat pada ketiaknya.
Apalagi tangan Dendy dengan penuh nafsu tak henti-hentinya meremas kedua toketnya yang bergelantungan.
Dendy yang sudah terbakar birahi mulai menghentak-hentakan pinggulnya turun naik sehingga, tubuh Bu Suti yang berada di atasnya ikut terhentak-hentak. Aku lepaskan kontolku dari ketiak Bu Suti supaya Dendy leluasa mencapai orgasmenya.
“aaahhh, ooouuhhh!” erang Dendy bersamaan dengan Bu Suti mencapai orgasmenya.
“emhhh, aaauuhhh, aaauuhhh.” lenguhan Bu Suti sambil telungkup menindih dan memeluk tubuh Dendy erat-erat.
15 menit sudah Dendy ngentot akhirnya Dendy dan Bu Suti mencapai klimaks. Kini Bu Suti membaringkan tubuhnya di atas kasur. Dendy langsung bangkit mengambil tisu basah untuk melap cairan-cairan birahi pada kontol dan juga memek Bu Suti yang semakin merekah.
Ku lihat Bu Suti kembali bergairah setelah Dendy menghisap, menjilat, dan mengenyot kedua toketnya. Bu Suti merentangkan kakinya lebar-lebar. Aku mendekat dan segera menghujamkan perlahan kontolku pada liang memeknya. Baby oil yang banyak ditumpahkan pada kontolku sangat membantuku dalam melakukan penetrasi ke dalam liang memeknya.
Aku mulai menggoyang pinggul dan perlahan memaju-mundurkan kontolku. Terasa kontolku tercengkram di dalam liang memeknya dan memek Bu Suti pun mulai mengempot-empot kontolku. Sungguh nikmat sekali rasanya.
“aaahhh, ssshhh, aaahhh!” desah Bu Suti agak keras membahana sambil tangannya mengocok-ngocok kontol Dendy yang sudah mengeras kembali dengan gerakan cukup cepat.
Aku tetap menjaga gerakan memaju-mundurkan kontolku di dalam lubang memeknya secara perlahan dan lembut. Sesekali Bu Suti memutar-mutarkan pinggulnya sambil tak henti-hentinya mendesah dan mengerang.
“eeehhhm, dek, eeehhhmm, ooouuhhh, ssshhh, agak cepat dek! Oouuhhh.” pintanya sambil terus mendesah.
Sesuai pintanya, aku mulai percepat gerakan memaju-mundurkan kontolku mengocok ke dalam lubang memeknya. Ku lihat itil Bu Suti sudah mengeras merah dan sambil tetap memaju mundurkan kontolku, aku usap-usap lembut itilnya.
Tak Butuh waktu lama, di bawah 15 menit Bu Suti kembali mencapai orgasme. Terasa memeknya berkedut-kedut dan mencengkram kuat kontolku yang masih terbenam di dalam memeknya. Aku hentikan genjotanku untuk menikmati kenikmatan kedutan dan cengkraman kuat memeknya pada kontolku.
Setelah mereda gelombang orgasme Bu Suti, aku minta ia untuk mengambil posisi berbaring menyamping. Aku ikut berbaring di belakangnya. Dengan perlahan aku masukan kontolku dari arah belakang ke dalam memeknya. Aku angkat sebelah kakinya supaya lebih mudah memaju mundurkan kontolku lebih dalam di liang memeknya.
Dendy yang berlutut di depan Bu Suti mendapat kocokan tangan dan kuluman mulut Bu Suti. Melihat keadaan tersebut membuatku semakin bersemangat memaju mundurkan kontolku dengan cepat.
“aaaeeehhh, ooouuhhh, aaahhh.” desahan Bu Suti merasakan kelincahan gerakan kontolku di dalam lubang memeknya.
Badan kami sudah semakin terlihat bercahaya karena basah oleh keringat di sekujur tubuh. Dengan bernafsu aku remas-remas toket Bu Suti sehingga erangan dan desahannya semakin keras ke luar dari mulutnya.
Kontol Dendy dikocok dan dikulum mulut Bu Suti dengan cepat. Terdengar nafas Bu Suti yang terengah-engah disertai desah dan erangan. Terasa kontolku sudah mulai gatal dan geli.
“bu, aku mau keluar! ooouuhhh!” eranganku sambil terus mempercepat gerakanku memburu orgasme.
“tahan, deek! eeehmm, ibu bentar lagi keluar sshhh, aaahhh!”
Aku tahan rasa gatel dan geli di kontolku. Tampak tubuh Dendy sedikit bergetar menikmati kuluman mulut dan kocokan tangan Bu Suti dengan cepat. Tak lama berselang Dendy pun menumpahkan semua spermanya di mulut Bu Suti.
“ooouuhhh, aaahhh, aaahhh, ibu keluar, dek! ooouuhhh, eeehhhmm.” erangan Bu Suti membuat sperma Dendy yang berada dalam mulutnya meleleh membasahi pipi dan kasur.
Merasakan kedutan hebat, kontolku yang terasa dicengkram di dalam memeknya tak kuat menahan geli dan gatal yang begitu nikmat. Hingga akhirnya tubuhku bergetar dan tumpahlah spermaku sebanyak-banyaknya di dalam lubang memek Bu Suti.
Aku peluk tubuh Bu Suti erat-erat sambil menciumi punggungnya. Sebelum akhirnya aku cabut kontolku dari dalam memeknya dan berbaring telentang. Sungguh rasa lelah yang nikmat.
Bu Suti berdiri dan segera beranjak dari kamar tidurku untuk membersihkan cairan yang membasahi tubuhnya di kamar mandi. Aku memandang Dendy dan kami pun tersenyum puas.
Dendy duduk di kursi kamarku. Ia mulai bercerita mengenai pengalamannya. Dendy mengatakan, bahwa ini bukan pengalaman ngentot yang pertama baginya tapi, ngentot bertiga baru kali ini dia mendapatkan kesempatannya. Dan Ia sangat menikmatinya. Rasanya lebih nikmat dan lebih mendebarkan daripada cuma ngentot berdua.
“emang kamu udah pernah ngentot sebelumnya?” tanyaku karena tak yakin ia pernah ngentot. Sebab, walau ia teman terdekat dan sering nonton bokef bareng tapi ia tidak pernah cerita mengenai aktivitas yang berbau seks.
“aku udah sering, makanya aku bisa ngentot cukup lama kan? kalau pengalaman pertama gak mungkin bertahan cukup lama.” jawabnya tanpa ada ragu sedikitpun.
Mendapati jawaban Dendy, aku menjadi ingat pengalaman pertamaku dengan Bu Suti. Waktu itu Bu Suti memujiku sebab, untuk pengalaman pertama aku kuat dan mampu bertahan lama. Maka, ada kemungkinan Dendy pun dipengalaman pertamanya kini, tak jauh berbeda dengan pengalamanku yang mampu bertahan gak cepet ke luar sperma.
Karena tak yakin bahwa Dendy pernah ngentot sebelumnya, aku meragukan jawabannya. Sampai akhirnya Dendy menceritakan semuanya dan tidak ada yang ditutup-tutupi. Ia juga menyampaikan bahwa wanita yang sering ngentot dengannya adalah pembantu dan ibunya sendiri. Oleh karena ia sering ngentot dengan pembantu dan ibunya sendiri maka, ia gak berani ajak teman-teman main ke rumahnya.
Akhirnya Dendy berjanji, akan mencoba membicarakan perihal ngentot bertiga dengan ibunya. Seperti yang aku lakukan pada Bu Suti. Jika ibunya tidak berkenan ngentot bertiga, Dendy akan mengupayakan membujuk pembantunya supaya mau ngentot bertiga. Walau aku masih belum yakin, aku menyetujui niatnya biar kawan baikku itu senang.
Akhirnya Bu Suti kembali dengan berbalut handuk. Ia segera meraih daster, bh, dan celana dalamnya yang berserakan di dalam kamarku. Aku bangkit dan mencium pipi Bu Suti sambil mengucapkan terima kasih. Dendy pun ikut mencium pipi Bu Suti.
Malam itu, kami ngobrol sambil makan-makanan yang dibuatkan oleh Bu Suti. Sekitar pukul 10 malam, Bu Suti pamit pulang karena khawatir cucu dan suami mencarinya.
...SESI BU SUTI TAMAT...
SESI TANTE CICI
“bu, aku mau keluar! ooouuhhh!” eranganku sambil terus mempercepat gerakanku memburu orgasme.
“tahan, deek! eeehmm, ibu bentar lagi keluar sshhh, aaahhh!”
Aku tahan rasa gatel dan geli di kontolku. Tampak tubuh Dendy sedikit bergetar menikmati kuluman mulut dan kocokan tangan Bu Suti dengan cepat. Tak lama berselang Dendy pun menumpahkan semua spermanya di mulut Bu Suti.
“ooouuhhh, aaahhh, aaahhh, ibu keluar, dek! ooouuhhh, eeehhhmm.” erangan Bu Suti membuat sperma Dendy yang berada dalam mulutnya meleleh membasahi pipi dan kasur.
Merasakan kedutan hebat, kontolku yang terasa dicengkram di dalam memeknya tak kuat menahan geli dan gatal yang begitu nikmat. Hingga akhirnya tubuhku bergetar dan tumpahlah spermaku sebanyak-banyaknya di dalam lubang memek Bu Suti.
Aku peluk tubuh Bu Suti erat-erat sambil menciumi punggungnya. Sebelum akhirnya aku cabut kontolku dari dalam memeknya dan berbaring telentang. Sungguh rasa lelah yang nikmat.
Bu Suti berdiri dan segera beranjak dari kamar tidurku untuk membersihkan cairan yang membasahi tubuhnya di kamar mandi. Aku memandang Dendy dan kami pun tersenyum puas.
Dendy duduk di kursi kamarku. Ia mulai bercerita mengenai pengalamannya. Dendy mengatakan, bahwa ini bukan pengalaman ngentot yang pertama baginya tapi, ngentot bertiga baru kali ini dia mendapatkan kesempatannya. Dan Ia sangat menikmatinya. Rasanya lebih nikmat dan lebih mendebarkan daripada cuma ngentot berdua.
“emang kamu udah pernah ngentot sebelumnya?” tanyaku karena tak yakin ia pernah ngentot. Sebab, walau ia teman terdekat dan sering nonton bokef bareng tapi ia tidak pernah cerita mengenai aktivitas yang berbau seks.
“aku udah sering, makanya aku bisa ngentot cukup lama kan? kalau pengalaman pertama gak mungkin bertahan cukup lama.” jawabnya tanpa ada ragu sedikitpun.
Mendapati jawaban Dendy, aku menjadi ingat pengalaman pertamaku dengan Bu Suti. Waktu itu Bu Suti memujiku sebab, untuk pengalaman pertama aku kuat dan mampu bertahan lama. Maka, ada kemungkinan Dendy pun dipengalaman pertamanya kini, tak jauh berbeda dengan pengalamanku yang mampu bertahan gak cepet ke luar sperma.
Karena tak yakin bahwa Dendy pernah ngentot sebelumnya, aku meragukan jawabannya. Sampai akhirnya Dendy menceritakan semuanya dan tidak ada yang ditutup-tutupi. Ia juga menyampaikan bahwa wanita yang sering ngentot dengannya adalah pembantu dan ibunya sendiri. Oleh karena ia sering ngentot dengan pembantu dan ibunya sendiri maka, ia gak berani ajak teman-teman main ke rumahnya.
Akhirnya Dendy berjanji, akan mencoba membicarakan perihal ngentot bertiga dengan ibunya. Seperti yang aku lakukan pada Bu Suti. Jika ibunya tidak berkenan ngentot bertiga, Dendy akan mengupayakan membujuk pembantunya supaya mau ngentot bertiga. Walau aku masih belum yakin, aku menyetujui niatnya biar kawan baikku itu senang.
Akhirnya Bu Suti kembali dengan berbalut handuk. Ia segera meraih daster, bh, dan celana dalamnya yang berserakan di dalam kamarku. Aku bangkit dan mencium pipi Bu Suti sambil mengucapkan terima kasih. Dendy pun ikut mencium pipi Bu Suti.
Malam itu, kami ngobrol sambil makan-makanan yang dibuatkan oleh Bu Suti. Sekitar pukul 10 malam, Bu Suti pamit pulang karena khawatir cucu dan suami mencarinya.
...SESI BU SUTI TAMAT...
SESI TANTE CICI
Klik Nomor untuk lanjutannya