Seri 3 Nyonya Nayla Akhwat Bercadar


CERITA SEBELUMNYA..


Nyonya Nayla Akhwat Bercadar 1

Nyonya Nayla Akhwat Bercadar 2

cewek amoy


Ia mendekat sambil menatap sang akhwat yang telah tertidur dalam posisi miring ke kiri. Dilihatnya laptop yang menyala dihadapannya. Dilihatnya hape yang tergeletak tepat di samping wajahnya. Sosok itu pun tersenyum. Ia mulai membuka kausnya lalu memelorotkan celana kolornya.

“Dasar ceroboh.. Mau dientot kok malah naruh barang sembarangan.. Nanti kalau barangnya jatuh jangan salahin saya yah.. Aku suka barbar soalnya kalau lagi ngentot” Lirihnya sambil mengocok batang penisnya.

Sosok itu pun menaruh laptop beserta hape yang akhwat itu tinggalkan ke atas meja kecil yang berada di samping ranjang tidur Nayla.

Saat diatas ranjang tidur itu hanya terdapat tubuh sang akhwat yang sudah terbaring pasrah. Sosok itu pun mendekat lalu memposisikan Nayla dalam posisi terlentang.

“Tidurnya yang lurus yah.. Biar saya bisa ngeliat keindahan tubuhmu dari atas” Ucap sosok itu sambil mendekap dagu Nayla yang masih tertutupi cadarnya.

Sosok itu pun berdiri. Ditatapnya tubuh sang akhwat yang telah siap untuk ia genjot. Ia menatap tubuh Nayla dari atas ke bawah. Dari ujung hijab sampai ke ujung jemari kakinya. Ia menatap hijab hitamnya lalu kaus berlengan panjangnya. Ia tersenyum melihat gundukan dada yang menonjol saat akhwat bercadar itu berbaring terlentang. Lalu saat pandangannya diturunkan lagi. Ia melihat kaki jenjangnya yang dilapisi celana kain berukuran longgar. Sosok itu jadi tak sabar ingin membugilinya. Sosok itu semakin tak sabar untuk melihat apa yang tersembunyi di balik pakaian Nayla.

“Pasti sangat indah!!” Ucapnya tertawa sambil mengocoki penisnya.

Sosok itu berlutut. Kedua tangannya mendekap celana kain Nayla lalu memelorotkannya pelan – pelan. Sosok itu tersenyum senang saat dapat melihat paha mulus sang akhwat. Lidahnya keluar tuk menjilati tepi bibirnya. Pelan – pelan celananya hampir terlepas melewati telapak kakinya. Akhirnya, celananya itu benar – benar terlepas hingga menyisakan celana dalamnya saja yang menutupi sebagian selangkangannya.

Sosok itu tertawa dalam diam. Ia sangat puas melihat keseksian tubuh sang akhwat yang sudah setengah telanjang. Gemas, akan mulusnya paha sang akhwat. Tangannya mulai mendekat untuk meraba – raba paha mulusnya menggunakan tangan keriputnya.

“Waahhh gilaaa.. Mulus bangett.. Uhhh.. Kulitnya udah kayak kulit bayi aja.. Pasti sering banget perawatan yah sayang?” Tawanya saat mengusap paha mulusnya.

Rabaannya pun naik hingga mendekap selangkangannya. Wajahnya juga mendekat untuk menghirup aroma kemaluan sang akhwat. Hidungnya telah menempel dari luar celana dalamnya. Ia menarik nafasnya lalu kemudian tertawa setelah mencium aromanya.

“Mantappp bangett.. Bisa mabok nih kalau keseringan nyium” Ucapnya puas.

Tangan nakalnya kembali beraksi. Sosok itu mulai menurunkan celana dalam sang akhwat dengan cepat. Dalam sekejap, celana dalamnya sudah turun hingga melewati kedua lututnya. Sosok itu kembali menariknya hingga terlepas melewati kedua kaki jenjangnya.

Ditatapnya bulu tipisnya yang tumbuh disekitar goa kenikmatan itu. Ditatapnya pintu masuk goa kenikmatan itu yang berwarna pink.. Sosok itu jadi kian bernafsu untuk segera menggagahinya. Ia tersenyum. Ia sangat puas karena rencananya berjalan mulus semulus tubuh akhwat yang akan ia nikmati sebentar lagi.

“Ssllrrppp.. Slllrrppp.. Sssllrrppp”

Terdengar suara seruputan saat lidah sosok itu menjilati kemaluan Nayla.

Sosok itu meludahinya. Lalu lidahnya masuk untuk menjilati dinding vaginanya. Kedua jemarinya pun membantu dengan membuka pintu masuk lubang kenikmatan itu. Lidahnya pun masuk semakin dalam. Lidahnya menggeliat meraba – raba dinding kenikmatan itu dengan penuh nafsu. Lagi, sosok itu meludahinya. Lalu giginya mendekat tuk menggigit biji kecil yang menggantung diatas goa kenikmatan itu.

“mmpphhh” Desah Nayla dalam mimpinya.

“Keenakan yah?” Tanya sosok itu tertawa.

Sosok itu kembali menjilati vaginanya. Bagian jemarinya juga menekan – nekan klitorisnya hingga membuat lubang kemaluan itu semakin basah.

“Cuihhh.. Nikmatnya memek lonte satu ini.. Jadi gak sabar tuk menjadikanmu pemuas nafsuku” Ucapnya berdiri lalu menaikan kaus yang Nayla kenakan saat itu.

Pelan – pelan perut Nayla mulai terlihat. Pusarnya pun menyusul tak lama kemudian. Semakin ia menaikannya, semakin indah pula pemandangan yang dilihat oleh sosok yang bejo itu.

Sosok itu kembali tertawa lalu menaikan kaus Nayla hingga melewati gundukan besar yang ada di dada sang akhwat. Tak lupa, ia juga menaikan beha hingga putingnya yang berwarna pink terlihat jelas dihadapan matanya.

“Indahnyaaa” Ucap sosok itu terpukau dengan bulatnya dada yang terbaring pasrah dihadapannya.

Tanpa menunggu lama, sosok itu langsung meremas – remas dada bulat sang akhwat. Ia mencengkramnya dengan penuh nafsu. Ia memilin putingnya dengan penuh nafsu. Bahkan ia menarik pentilnya lalu mencubitnya sebelum tangannya kembali menggenggam erat buah dada bulat yang dimiliki oleh sang akhwat.

“Ouhhh.. Ouhhh.. Puas sekaliii.. Puas sekali rasanya bisa remes susumu, sayanggg” Desahnya penuh nafsu.

Sosok itu kembali meremas susu Nayla dengan beringas. Ia meremasnya hingga merubah warna susu Nayla menjadi warna merah. Lalu kepalanya turun. Lidahnya keluar untuk menjilati putingnya. Mulutnya pun membuka tuk mengatup pentil susunya. Sosok itu menyusu disana. Sosok itu menyeruputnya dengan rakus.

“Sssllrrppp.. Mmpphhh.. Sssllrrppp.. Mmpphhh” Desah sosok itu saat menyusu.

Dikala mulutnya menyusu maka kedua tangannya meremasnya kuat – kuat. Perutnya juga telah menempel di perut rata Nayla. Sosok itu tengah menindihinya. Sosok itu juga menempelkan penisnya ke bibir vaginanya.

“aaahhh yahhh.. Mmpphhh.. Mmpphhh.. Slrrpp.. Ouhhh” Desah sosok itu saat menyusu, meremas bahkan menggesek – gesek penisnya di bibir vagina sang akhwat.

Terlihat pinggul sosok itu maju mundur. Sosok itu menggesak penisnya hingga vagina Nayla semakin banjir terisi oleh cairan cintanya. Sosok itu tertawa puas. Sosok itu tertawa lepas. Siapa yang menyangka di hari ini, dirinya bisa telanjang bulat sambil menikmati sosok selebgram yang sehari – harinya biasa menggunakan cadar.

“Ouuhhh.. Ouhhh.. Ouhhh yaahhh” Desahnya saat bangkit duduk sambil menggesek – gesek bibir vagina sang akhwat.

Matanya memejam saat penisnya melakukan petting dengan cepat. Mulutnya mengerang tuk mengekspresikan kepuasan yang ia dapat. Tubuhnya kembali menunduk tuk meremas dada bulatnya. Mulutnya sampai membuka. Ia benar – benar terpuaskan dengan keindahan yang dimiliki oleh Nayla.

“Aaahhh.. Gilaaa.. Aaahhh enak bangettt.. Aahhh puasss bangettt.. Padahal baru digesek” Desahnya menikmati.

Karena tak tahan lagi. Sosok itu akhirnya bersiap untuk melahap menu utamanya. Sosok itu kembali mengangkat kaus Nayla agar susu bulatnya dapat terlihat semakin jelas. Ia juga menyingkirkan cadar yang menghalangi pemandangan gunung kembarnya sebelum dirinya bersiap untuk menyoblos liang kenikmatan duniawinya.

“Akhirnyaa.. Setelah kemarin gak kesampean.. Kesempatan untuk nyodok memekmu kesampean juga” Ucapnya dengan penuh nafsu.

Kedua tangannya pun mendekap pinggang mulus sang akhwat. Matanya dengan binar menatap lubang kenikmatan itu. Pinggulnya pun mengarahkan. Penis besarnya dengan gagah telah siap untuk ditembakkan menuju liang terdalam dari rahim sang akhwat.

“Rasakan ini sayaanngg” Serunya sambil mengambleskan penisnya langsung hingga menyundul dinding rahimnya.

Jleeebbb!!

“aaahhh mantaaappp” Desahnya dengan sangat puas.

Sodokannya yang kuat sempat membuat susu Nayla bergetar. Jepitan vagina Nayla membuat nafsu birahinya juga bergetar. Jantungnya pun berdebar. Ia tak sabar untuk melakukan genjotan pertamanya dengan semangatnya yang berkobar.

“Ouuhhh yaahhh.. Oouhhh mantaappp.. Ouuhhh nikmat banget.. Mmpphhh yaahhh” Desahnya saat ia memulai memperkosa Nayla dengan kecepatan yang cukup lambat.

Bukannya ia tak mampu menggenjotnya dengan cepat. Bukannya ia tak mampu menggenjotnya dengan kuat. Tapi ia lebih berhati – hari agar dirinya tidak keluar duluan karena kuatnya jepitan vagina Nayla yang ia rasakan. Berulang kali ia berusaha mengatur nafasnya. Berulang kali ia mencoba menekan nafsunya. Namun tiap kali penisnya bergesekan dengan dinding vaginanya, terasa rangsangan yang membuat nafsunya bergairah. Ia pun berhati – hati. Ia berusaha menikmati tubuh akhwat bercadar ini lebih lama lagi.

“Aaahhh yaahhh.. Aahhh nikmatnyaaa.. Aahhh” Desah sosok itu sambil memandang wajah Nayla yang sedang memejam.

Sosok itu tersenyum. Ada kepuasan yang ia dapat tiap kali membayangkan dirinya bisa bersetubuh dengan selebgram bercadar itu. Saking nafsunya, lama – lama ia pun mempercepat sodokannya. Gerakannya diperkuat. Susu Nayla sampai meloncat – loncat. Tubuh rampingnya terdorong maju – mundur dengan cepat. Diusapnya perut rata sang akhwat. Dielusnya paha mulus sang akhwat. Elusannya turun hingga ke kaki jenjangnya lalu naik lagi ke paha lalu naik lagi ke pinggang rampingnya.

“Aaahhh yaahhh.. Aaahhh nikmat bangettt nonn” Desahnya dengan puas hingga membuatnya tak sanggup menahan tawanya lagi. Ia ingin tertawa dengan bebas. Ia ingin tertawa menikmati kemenangan yang ia dapatkan.

“Hakhakhak.. Puas sekaliii.. Puasss sekali rasanya bisa menyetubuhimu, sayanggg” Tawa pria tambun itu dengan nadanya yang khas.

Yaps sosok bejat yang sudah melecehkan tubuh Nayla dua kali itu tidak lain adalah pembantunya sendiri. Siapa lagi kalau bukan pak Urip lah pelakunya. Pria tua bertubuh tambun itu tak henti – hentinya mendesah sambil menatap dada indah sang akhwat yang meloncat – loncat.

Ia pun mempercepat gerakannya. Ia menambah kecepatannya lagi yang membuat ranjang tidur Nayla ikut bergoyang.

“Aaahhh.. Aaahhh.. Dari siang tadi saya menunggumu meminum minuman buatan saya.. Aahhh.. Aahhh.. Akhirnya, akhirnya kesampean juga.. Penantianku.. Penantian untuk menyetubuhi dirimu” Ucapnya dengan puas sambil menatap dada sang akhwat.

Tergoda oleh gerakan payudara Nayla yang bergoyang kencang. Pak Urip menjatuhkan tubuhnya tuk menindihi majikannya. Perut tambunnya menekan perut rata Nayla. Dada berlemaknya menekan susu empuk Nayla. Kedua tangannya meremas susu bulatnya. Lidahnya pun menjilati dada bagian atasnya sambil mencium aroma tubuhnya yang merangsang nafsu birahi.

Plokkk.. Plokkk.. Plookkk..

Pinggul pak Urip bergerak naik turun. Kecepatannya semakin cepat. Powernya semakin kuat. Pinggulnya menghempas selangkangan majikannya hingga menimbulkan suara yang terdengar keras.

“Mmpphhh.. Sssllrrpp.. Mmpphhh” Desah Pak Urip saat menyusu sambil menggenjot tubuh seksinya itu.

Pak Urip dengan rakusnya melahap susu bulat sang akhwat. Giginya menjepit. Bibirnya menyeruput. Tangannya meremas dan pinggulnya menusuk tajam dengan sangat kejam. Pak Urip sampai ngos – ngosan saat menikmati tubuh akhwat yang sudah setengah telanjang itu. Lidahnya kembali menari – nari diatas tubuh majikannya seorang diri.

“Aaahhh.. Aahhh.. Aaahhh.. Sayanggg mmpphhh” Desah pak Urip saat mengangkat cadar Nayla lalu mencumbu bibirnya.

Pak Urip mencumbunya. Pak Urip mengapit bibirnya. Ia mendorong bibirnya hingga wajah Nayla terbenam ke dalam kasurnya. Lidahnya juga bermain – main dengan membuka pintu masuk ke dalam rongga mulutnya. Saat lidahnya masuk, lidah pak Urip langsung menggeliat merangsang tiap sudut yang ada di dalam mulutnya. Tak lupa ia mengirimkan ludah sebagai hadiah ke dalam mulutnya. Ia juga berusaha tuk mengulum lidahnya tuk memuaskan nafsu yang menggelora di tubuhnya. Tubuh pak Urip semakin panas. Nafsunya telah berkobar laksana bendera merah putih yang berkibar diatas gunung tertinggi di Nusantara. Tak akan ada yang bisa menurunkannya. Begitu juga, tak ada yang mampu mencegah nafsu pak Urip untuk menghamili majikannya.

“mmpphhh.. mmpphhh.. Rasakan tusukan kontol saya.. Rasakan iniii.. Rasakannn iniiii” Desahnya semakin mempercepat tusukannya.

Plokkk.. Plookkk.. Plokkk!!

“Haahh.. Hah.. Hahh.. Gilaaa sampai keringetan gini.. Puas bangettt rasanyaaa.. Aahhh puas banget bisa ngentotin selebgram bercadar kayak kamu, sayanggg” Desah pak Urip begitu bernafsu.

Tulalit.. Tulalit..

Saat sedang asyik – asyiknya pria tua itu mengentot tubuh akhwat bercadar dihadapannya. Tiba – tiba terdengar bunyi telpon yang berasal dari hape Nayla. Sontak pia tua itu terkejut hingga mencabut penisnya keluar dengan cepat. Saat tahu kalau rupanya itu cuma notif telpon dari hape Nayla. Ia dengan kesal langsung menghampiri hape tersebut.

“Kampreett ganggu aja lu!!” Ketus pak Urip sambil menatap layar hapenya.

“Hah? Putri? Siapa Putri? Bodo amat.. Pokoknya akan saya akhiri sekarang!” Ucap pak Urip berambisi untuk menuntaskan hasratnya sekarang. Pak Urip pun mengecilkan bahkan mematikan suara hingga tidak lagi terdengar suara notif dari hape Nayla.

Ia pun kembali menghampiri majikannya. Ia tersenyum menatap tubuh majikannya yang semakin mengencang.

“Hakhakhak.. Makin nafsu yah sayang? Bodimu makin kenceng gini.. Susumu jadi bulet banget hakhakhak.. Maaf yah tadi ada gangguan, sekarang kita selesaikan yuk” Ucap pak Urip kembali menusuk vagina Nayla menggunakan penisnya.

“Aaahhh nikmatnya hakhakhak” Tawa pak Urip bersiap untuk serangan terakhir demi memejuhi rahim majikannya.

Kedua tangan pak Urip telah siap dengan mencengkram pinggang majikannya. Ia menarik nafasnya demi mengumpulkan seluruh sisa tenaganya. Bokongnya ia perkencang. Ia pun menarik pinggulnya pelan – pelan sebelum mementokkan ujung gundulnya hingga menabrak dinding rahimnya.

Jleeebbb!!

“Uuuhhh!” Desah pak Urip puas.

Lagi, pak Urip menarik pinggulnya sebelum menusuknya kuat – kuat hingga keseluruhan penis besarnya masuk ke dalam lubang kemaluan majikannya.

Jleeebbb!!

“Aahhh nikmatnyaaa!” Desah pak Urip sampai merinding.

Belum puas, lagi – lagi ia menarik pinggulnya lagi sebelum menghunuskan pedang tumpulnya hingga tubuh Nayla terdorong ke depan.

Jlleeebbb!!

“Puassnyaaa” Desah pak Urip sampai ngos – ngosan.

Baru setelah itu Pak Urip mulai stabil dalam memaju – mundurkan pinggulnya. Tubuh Nayla mulai bergerak. Susunya kembali bergoyang. Mata pembantu tua itu pun dimanjakan oleh keindahan yang dimiliki oleh majikannya. Nafsunya yang semakin memuncak membuat gerakannya semakin dipercepat. Ia mempercepatnya. Ia juga memperkuatnya yang membuat tubuh Nayla semakin bergoyang cepat.

“Aaahhh.. Aaahhh rasakan kontolku ini.. Rasakann.. Rasakaaann!!” Desah pak Urip bernafsu.

Tiap kali gerakan pinggulnya maju. Ia memperkuatnya hingga ujung gundulnya menyundul rahim majikannya. Tiap kali ia menarik pinggulnya ke belakang. Ia hanya menyisakan ujung gundulnya saja di dalam yang membuatnya merasakan kenikmatan yang luar biasa.

“Aaahhh Aaahhh sayaangg” Desah pria tua berperut tambun itu.

Pinggulnya bergerak maju mundur dengan cepat. Gerakannya terlihat beringas. Wajahnya seperti hewan buas yang siap menerkam mangsanya sampai puas. Itu yang dilakukan oleh pak Urip sekarang. Wajahnya sangat bernafsu ingin memejuhi tubuh indah majikannya itu. Ia mempercepatnya. Ia menguatkan hujamannya.

“aaahhh.. Aaahhh.. Aku gak kuat lagii.. Aku mau keluarr..” Desah pak Urip tak tahan lagi.

Dengan sisa energi yang dimilikinya. Dengan tarikan nafas yang dihirupnya. Pak Urip menghempakan tubuh Nayla hingga terdengar bunyi koplokan yang sangat keras. Kepalanya ia geleng – gelengkan. Dadanya mulai sesak. Lututnya melemas saat birahinya semakin memanas.

“Aaahhh.. Aaahhh ini diaa.. Ini diaaa.. aaahhh kelluuaarr” Desah pak Urip sambil mengangkat pinggang Nayla lalu mementokkan penisnya sedalam – dalamnya.

Crroot..!! Crroot..!! Crroot..!!

“aaahhh mantaaappp!” Desah pak Urip dengan begitu puas.

Semburan sperma pak Urip dengan deras memenuhi rahim kehangatan majikannya. Meski sudah mentok, pinggulnya terus mendorong hingga dirinya mendapatkan kenikmatan double yang susah untuk ia jelaskan.

Tubuh tuanya sampai kelojotan. Nafasnya ngos – ngosan tak karuan. Matanya merem melek keenakan. Wajahnya tersenyum penuh kepuasan.

“Hah.. Hah.. Nikmat banget.. Hah.. Hah..” Desah pak Urip ngos – ngosan.

Matanya dengan tajam menatap wajah majikannya. Nayla memang masih memejam. Hal itu lah yang membuat pak Urip tersenyum senang.

“Hakhakhak.. Sebentar lagi sayang.. Sebentar lagi dirimu akan berubah menjadi lonte bercadar yang akan menjadi pemuas nafsu saya.. Uhhh” Desah pak Urip saat mencabut penisnya secara berhati – hati agar tidak mengeluarkan spermanya dari dalam vagina majikannya.

Dengan berhati – hati pak Urip menurunkan cup bra serta kaus majikannya yang tadi ia naikan. Ia juga mengangkat kedua kaki Nayla naik lalu mengambil celana dalamnya yang kemudian ia masukan ke kaki – kakinya.

“Awas jangan sampai tumpah.. Hakhakhak” Tawa pak Urip setelah mencabut penisnya lalu buru – buru memasangkan celana dalam hingga vagina majikannya tertutupi celana dalamnya.

Sambil mengangkat kedua kaki majikannya, ia juga memasangkan celana panjang Nayla untuk menutupi kaki jenjangnya. Dalam sekejap Nayla sudah kembali berpakaian seperti semula.

Ia juga menumpuk bantal lalu menaruh kaki Nayla ke atas bantal itu hingga posisi kaki Nayla lebih tinggi dari posisi pinggulnya. Akibatnya, sperma yang ia keluarkan tadi tersimpan dengan baik di rahim majikannya tanpa khawatir akan tumpah keluar.

“Hakhakhak.. Semoga jadi bayi yah, sayang” Tawa pak Urip membayangkan spermanya yang tersimpan begitu banyak di rahim majikannya berubah menjadi seorang bayi yang lucu suatu hari nanti.

Tak lupa ia juga menaruh kembali laptop serta hape yang ia singkirkan tadi ke atas ranjang tidur majikannya. Ia pun buru – buru mengenakan pakaian. Ia sangat bangga dengan kejahatan yang baru saja ia lakukan. Ia merasa kejahatannya begitu sempurna. Ia pun tak sabar membayangkan bagaimana ekspresi wajah majikannya saat menyadari rahimnya telah penuh oleh pejuh saat terbangun nanti.

“Non Naylaaa” Ucap pak Urip mendekat ke arah wajah cantiknya. Ia pun memberikan ciuman perpisahan ke bibirnya sebagai hadiah karena sudah memuaskannya di hari ini.

“Jangan bilang ini akhir dari kisah kita yah.. Ini baru permulaan.. Maafkan saya yang sangat pemalu ini.. Aku baru berani sembunyi – sembunyi untuk memuasi tubuh indahmu.. Tapi lain kali, saya akan menampakkan diri.. Aku akan menunjukkan siapa pejantan terhebat yang mampu memuasi tubuhmu.. Tunggu besok yah.. Aku akan menghujami memekmu lagi dan lagi sampai dirimu hamil!” Ucap pak Urip bersumpah.

Ia dengan bangga pun pergi bersembunyi setelah menutup mulut Nayla dengan cadarnya. Ia pun tak sabar. Ia tak sabar untuk mendengar desahannya besok saat penisnya masuk memejuhi rahimnya.

“Siapkan dirimu sayang.. Besok kita akan pesta besar – besaran.. Hakhakhakhak” Tawa pria tua bajingan berperut tambun itu.



=== XPARTX ===



Tokkk.. Tokk.. Tokkk..

“Assalamualaikum” Sapa seseorang.

Tokkk.. Tokk.. Tokkk..

“Assalamualaikum, mbak” Terdengar suara ketukan pintu lagi yang membuat Nayla terbangun lalu mengulet diatas ranjang tidurnya.

“Ehhh.. Siapa itu yah?” Ucap Nayla setengah tidur.

Wajahnya melihat ke sekitar. Nayla melihat ke arah jam dinding rumahnya dan menyadari kalau jam sudah menunjukkan pukul tiga lebih sepuluh menit saja.

“Astaga.. Aku ketiduran yah?” Tanya Nayla pada diri sendiri.

Ia pun bangkit dalam posisi duduk. Lalu ia buru – buru mencari hapenya dan melihat adanya panggilan tak terjawab dari Putri sekitar beberapa menit yang lalu.

“Astaga Putri.. berarti tadi yang salam Putri yah?” Lirih Nayla yang kemudian melihat ke arah laptopnya.

“Padahal tadi niatnya mau nyiapin foto, eh malah ketiduran” Ucap Nayla terbangun lalu berusaha berjalan menuju pintu masuk meski terpincang – pincang karena pijakan kakinya tidak seimbang.

“Duhhh kok dadaku sakit yah? Apa gara – gara tadi tidur tengkurep? Eh perasaan enggak deh.. Selangkanganku juga kenapa yah?” Lirih Nayla mengeluhkan tubuhnya yang terasa sakit saat bangun dari tidurnya.

“Assalamualaikum, mbak”

Tokkk.. Tokkk.. Tokkk..

Terdengar ketukan suara pintu untuk yang ketiga kalinya yang baru membuat Nayla menjawab salamnya.

“Walaikumsalam Put.. Iya sebentar” Jawab Nayla saat mendekati pintu masuknya.

Pintu pun dibuka, terlihat Putri yang keheranan dengan kondisi pakaian Nayla yang acak – acakan.

“Eh mbak.. Mbak habis bangun tidur yah?” Tanya Putri saat melihat kondisi pakaian Nayla.

“Heheheh iyya Put.. Maaf yah tadi gak sempet jawab panggilan telponnya.. Aku ketiduran” Ucap Nayla sambil mengucek matanya.

“Hihihih aduh jadi gak enak udah ganggu waktu istirahatnya” Ucap Putri tersenyum canggung.

“Ehhh gak usah gitu.. Aku yang seharusnya gak enak karena kan sebelumnya kamu udah janjian dulu mau kesini.. Oh yah yuk masuk” Ucap Nayla mengajak tamunya untuk masuk.

Saat Putri memasuki rumahnya. Tiba – tiba Nayla merasakan sesuatu yang mengalir keluar dari dalam vaginanya. Nayla sampai merinding. Tubuhnya bergidik. Kakinya bahkan bergetar. Matanya memejam nikmat merasakan sesuatu yang keluar dari dalam vaginanya.

“Apa ini?” Lirih Nayla sambil memegangi kemaluannya dari luar celananya.

Betapa terkejutnya Nayla saat menyadari celana dalamnya terasa lembap yang membuatnya buru – buru ingin ke kamar mandi untuk memeriksanya.

“Oh yah Put.. Tunggu disini sebentar yah.. Aku mau ke kamar mandi dulu.. Itu ada beberapa jajanan toples kalau mau, makan aja yah” Ucap Nayla lalu berlari ke kamar mandi.

“Iyya mbak.. Aku..” Jawab Nayla terpotong saat melihat Nayla sudah berlari ke kamar mandi.

“Mbak Nayla kenapa yah? Kebelet kali yah abis bangun tidur, hihihihi” Tawa Putri sambil membuka salah satu jajanan toples yang ada disana.

Sesampainya Nayla di kamar mandi. Nayla membuka celananya lalu menggantungnya di pintu kamar mandi. Ia kemudian juga menurunkan celana dalamnya lalu melepasnya. Saat kakinya ia buka lebar – lebar. Ia merasakan adanya cairan kental yang keluar dari dalam vaginanya. Masalahnya, cairan itu terhitung banyak. Nayla pun sampai heran saat melihatnya.

Tes.. Tes.. Tes..

“Uuuhhh.. Apa ini?” Desah Nayla merinding.

Ia pun mendekatkan celana dalamnya ke wajahnya. Saat ia mencoba menghirupnya, ia langsung menjauhkan celana dalam itu karena aromanya yang sangat menyengat. Ia pun membuang celana dalam itu ke dalam ember berisi pakaian – pakaian kotor yang berada di dekat pintu kamar mandi.

Jemari kirinya lalu masuk ke dalam vaginanya untuk mengorek cairan yang tertinggal disana.

“Apa sih ini? aaahhh” desah Nayla merinding saat mengorek cairan kental itu dari dalam vagiannya.

Saat ia mendekatkan jemarinya untuk melihat cairan apa yang baru saja ia korek dari vaginanya. Ia menemukan cairan kental berwarna putih yang membuat pikiran Nayla mengarah seketika pada sperma seorang pria.

“Ini, gak mungkin kan?” Tanya Nayla bergetar hingga tubuhnya bersandar pada pintu kamar mandi.

Kedua kaki Nayla melemas menyadari kalau ada sperma yang tertinggal di dalam rahimnya. Seketika ia teringat payudaranya yang terasa sakit serta selangkangannya yang terasa perih.

“Jangan – jangan?” Lirih Nayla sampai banjir air mata. Ia pun menduga kalau ada seseorang yang telah memperkosanya. Ia pun merenung memikirkan kegiatannya selepas pulang menemui Andri. Seingatnya, ia langsung masuk ke dalam rumahnya tanpa sempat menutup pintu rumahnya. Ya, ia sangat yakin. Ia membiarkan pintu depan rumahnya terbuka setelah membuka kunci pintunya. Lalu ia menaruh helmnya lalu meminum air lemon seperti biasa. Ia tertidur tapi kenapa pas bangun pintu depan rumahnya malah tertutup?

“Astaga.. Siapa? Siapa orang yang tega melakukan ini ke aku?” Lirih Nayla dengan suara bergetar menyadari ada sperma seseorang yang tertinggal di dalam rahimnya.

Sambil menangis, ia mengambil selang air yang berada di dekat toilet duduknya. Ia mengangkangkan kakinya lalu menyemprotkan air ke rahimnya untuk membersihkan noda sperma yang tersisa di dalam.

“Bantal itu? Sudah berapa lama sperma ini ada di dalam rahimku? Astaga tolonggg.. Tollonggg jangan sampe aku hamil gara – gara sperma ini” Lirih Nayla sambil menangis saat teringat tumpukan bantal yang ada diatas kakinya saat terbangun dari tidurnya.

Posisi kakinya yang lebih tinggi memaksa sperma itu untuk tetap tinggal di dalam. Ia pun ketakutan. Ia tidak mau hamil hasil dari pemerkosaan seseorang.

Nayla terus menangis sambil membersihkan noda spermanya. Ia menyesali perbuatannya yang tertidur setelah pergi menemui Andri. Ia tidak menyangka kalau tubuhnya yang kelelahan langsung dimanfaatkan oleh orang yang tak bertanggung jawab untuk menodainya. Pikirannya pun bertanya – tanya. Siapa? Siapa yang tega melakukan ini kepadanya?

"Andai pak Urip ada disini! Pasti ia sudah melindungiku dari pemerkosaan ini, haruskah aku menceritakan ini kepadanya nanti?" Batin Nayla ditengah tangisannya.



*-*-*-*



Di ruang tamu rumah Nayla, Putri menunggu dengan anteng sambil melihat – lihat kondisi rumah rekan kerjanya yang cukup besar. Putri pun tersenyum dibalik maskernya. Ia pun berambisi mempunyai rumah sebesar ini setelah menikah nanti. Ia pun makin tak sabar dengan pernikahannya. Seketika ia terbayang wajah Andri yang nantinya akan menjadi lelaki yang dihalalkan untuknya.

“Maaf Put.. Agak lama hehe” Ucap Nayla tak lama kemudian.

“Eh mbak.. Gapapa kok” Ucap Putri saat terbangun dari lamunannya.

Nayla yang baru saja menangis kembali mendatangi tamunya untuk menyambutnya. Ia pun terpaksa menemui Putri tanpa mengenakan celana dalam. Ia terpaksa melakukannya karena celana dalamnya sudah sangat tak layak pakai dengan banyaknya noda sperma disana. Nayla merinding jijik saat melihatnya. Ia pun berusaha tetap tegar dengan menyembunyikan kesedihannya di depan tamu istimewanya.

“Bentar yah, aku ambilin laptopnya dulu” Ucap Nayla lalu kemudian pergi ke dalam kamarnya.

“Iyya mbak” Jawab Putri kalem.

“Ini laptopnya.. Ini fotonya.. Silahkan mau ngopi yang mana” Ucap Nayla sambil menunjukan folder galeri berisikan foto – foto yang Putri minta.

“Wahhh banyak banget.. Makasih yah mbak” Jawab Putri tersenyum.

Disaat kedua akhwat cantik itu terduduk fokus di sofa panjang ruang tamu. Tiba – tiba datanglah seseorang dari arah pintu masuk yang membuat kedua akhwat itu menoleh untuk melihat siapa sosok yang baru datang itu.

“Permisi non.. Maaf saya baru dateng” Ucap Pria tua berperut tambun dengan wajah yang sumringah itu.

“Eh pak Urip.. Kan udah aku kasih libur, kok tetep dateng” Ucap Nayla terkejut saat melihat pelindungnya kembali datang.

“Hakhakhak.. Gak enak saya non kalau gak dateng kerja.. Eh siapa nih? Cantik amat” Puji pak Urip pada akhwat bermasker yang duduk di sebelah Nayla. Mendengar dirinya dipuji, Putri pun tersipu yang membuatnya hanya menunduk malu.

“Oh ini Putri pak.. Temen kerja aku.. Dia sebentar lagi mau nikah loh” Ucap Nayla mengenalkan Putri pada pak Urip.

“Waahhh selebgram juga dong.. Pantes cantik kayak mbak Nayla” Puji pak Urip sambil mengamati kecantikannya dari atas ke bawah.

“Hihihih enggak kok pak.. Aku masih jauh dari kata itu.. Gak pantes aku disamain sama mbak Nayla” Ucap Putri merendah.

“Ihhh apaan.. Orang followers kamu aja udah banyak loh.. Tiap orang juga pasti akan bilang kamu cantik” Ucap Nayla yang membuat Putri semakin tersipu.

“Hakhakhak.. Duh jadi gugup nih kalau kerja dihadapan dua akhwat cantik” Ucap Pak Urip yang membuat kedua akhwat itu tertawa. Bahkan Nayla ikut tertawa, entah kenapa hatinya membaik saat pak Urip memuji kecantikannya juga teman di sebelahnya. Ia pun kagum dengan cara pak Urip yang dapat menghiburnya meski ia belum sempat mengutarakan masalahnya.

“Oh yah pak.. Istri bapak udah sehat?” Tanya Nayla teringat istri pak Urip.

“Sudah non.. Kayaknya cuma kecapekan aja.. Mungkin saya yang terlalu khawatir makanya sampai ngebawa dia ke rumah sakit” Ucap Pak Urip yang membuat Nayla lega.

“Huft syukurlah kalau gitu” Ucap Nayla tersenyum yang membuat pak Urip kepikiran mesum. Ia pun teringat perbuatan yang baru saja dilakukannya pada tubuh akhwat majikannya. Seketika wajahnya ia alihkan pada selebgram cantik yang duduk disebelah majikannya. Ia tersenyum puas. Ia pun terpesona pada kecantikan akhwat yang katanya sebentar lagi akan menikah itu.

"Gileee temennya non Nayla ini.. Udah cantik, kepalanya mungil, suka pake baju kebesaran dan yang terpenting dari itu semua.. Masih perawan lagi!.. Hakhakhak.. Gimana yah rasanya memek seorang akhwat perawan?" Batin Pak Urip bernafsu.

Ia pun mulai memasukan nama Putri ke dalam target berikutnya. Tapi yang lebih ia utamakan sekarang adalah bagaimana caranya untuk membinalkan majikannya.

"Gak sabar buat nunggu hari esok.. Penasaran saya gimana reaksi wajah non Nayla kalau tahu ternyata selama ini saya yang sudah melecehkannya.. Hakhakhakhak.." Batin pak Urip tersenyum saja.

“Anu non.. Permisi, saya mau lanjut kerja dulu yah” Izin pak Urip pada majikannya.

“Oh iya pak.. Silahkan” Jawab Nayla tersenyum manis.

Pria tua itu pun berjalan keluar. Ia pun memikirkan sebuah rencana untuk menunjukkan jati driinya pada akhwat majikannya.

“Hakhakhak.. Gimana yah caranya yang keren yang bisa membuatmu kaget sekaget – kagetnya nanti.. Ahhh jadi gak sabar kontol ini buat masuk ke dalam memekmu lagi” Ucap Pak Urip sambil mengelus penisnya yang sudah melemah setelah menggenjot rahim Nayla habis – habisan tadi.

Disaat Putri sedang fokus memilih foto yang akan ia kopi, tiba – tiba Nayla yang kembali kepikiran bertanya pada akhwat bermasker itu.

“Oh yah Put.. Tadi pas kamu kesini, kamu lihat seseorang yang ada disekitar sini gak?” Tanya Nayla penasaran.

“Maksudnya mbak?” tanya Putri sambil menatap Nayla.

“Kamu lihat laki – laki yang ada di sekitar rumahku gak? Mungkin yang lewat apa gimana” Tanya Nayla menjelaskan.

“Ohhh tadi sih ada deh” Jawab Putri mengejutkan Nayla.

“Eh siapa?” Tanya Nayla penasaran.

“Eh ada apa sih mbak? Anu itu loh, orang yang kemaren ngasih roti.. Tadi aku lihat dia lewat di depan rumah mbak.. Tapi..” Ucap Putri terpotong tanpa sempat melanjutkan kata – katanya.

“Ohhh yaudah, makasih yah Put” Jawab Nayla yang membuat Putri heran.

“Emang ada apa mbak?” Tanya Putri yang kali ini penasaran.

“Hehehe enggak kok.. Gak ada apa – apa” Jawab Nayla. Putri yang paham kalau Nayla tidak ingin membahasnya lagi memilih untuk melanjutkan pemilihan foto – fotonya lagi. Nayla pun merenung. Entah kenapa ia jadi semakin membenci sosok tukang sapu jalanan itu.

"Tega sekali bapak sampai memperkosaku disaat aku tertidur!" Batin Nayla sangat kecewa.

*-*-*-*



Malam harinya selepas makan malam



“Gimana soal hari ini? Ada cerita apa dek?” Tanya Miftah saat duduk bersama istrinya sambil merangkul bahunya di ruang tamu ketika menonton acara televisi malam.

“Gak ada mas.. Semua aman – aman aja” Jawab Nayla berbohong.

“Oh yah gak ada gangguan dari pak Beni lagi?” Tanya Miftah sambil menatap istrinya.

“Gak ada mas.. Iya gak ada” Jawab Nayla yang saat itu mengenakan daster tipis memperlihatkan sedikit bahunya juga sebagian paha mulusnya. Rambutnya yang panjang sebahu juga terlihat. Senyumannya yang manis juga terlihat. Nayla pun menatap suaminya sambil tersenyum saat menjawab pertanyaan dari suaminya.

“Mas.. Aku pindah ke kamar boleh? Bosen daritadi lihat bola terus” Ucap Nayla meminta izin.

“Hahahha yaudah, maaf yah mas gak bisa nemenin.. Lagi seru nih pertandingannya” Ucap Miftah yang begitu fokus menatap ajang AFC cup antara Bali United vs Vissakha.

“Iyya mas gapapa” Jawab Nayla lalu berpindah menuju kamar tidurnya.

Sesampainya Nayla di kamarnya. Ia pun tiduran dalam posisi miring sambil menatap hape yang dipegangnya. Matanya menatap kosong layar hapenya. Ia masih termenung. Ia terpikirkan kejadian yang telah terjadi di hari ini.

“Kenapa pak Beni sampai tega memperkosaku? Kenapa juga aku gak terbangun saat diperkosa oleh orang itu? Selelah itu kah aku saat itu?” Lirih Nayla heran.

Telapak tangan kirinya menggenggam payudara kanannya. Rasanya masih sedikit nyeri. Bahkan liang vaginanya juga masih terasa sakit semenjak terbangun dari tidurnya di siang tadi.

“Astaga.. Salah apa sih aku ini? Kenapa ia tega melakukan ini ke aku?” Lirih Nayla sambil memejam merenungi dosa apa yang membuatnya harus menjalani kehidupan seperti ini.

Saat sedang merenung, tiba – tiba ia terpikirkan sesuatu.

“Eh tunggu sebentar” Lirih Nayla teringat sesuatu.

Tak sengaja, ia teringat saat dirinya terlelap di ruang tamunya lalu terbangun dan melihat ada pak Beni dihadapannya. Ia teringat saat mulutnya dibanjiri oleh sperma pak Beni saat itu.

“Jangan – jangan aku tadi tertidur bukan karena kecapekan.. Tapi aku tertidur karena kembali diracun oleh orang itu.. Kalau beneran iya, apa yah yang membuat aku terlelap tadi? Apa yah yang membuat aku mengantuk tadi?” Ucap Nayla berfikir.

Seketika Nayla kembali teringat sesuatu.

“Lemon? Eh, masa sih? Tapi kayaknya iya deh.. Seingatku, aku cuma minum air lemon itu saat aku pulang menemui Andri.. Eh beneran nih gara – gara lemon itu? Masa sih?” Tanya Nayla tak percaya.

“Harus aku cek nih” Ucap Nayla beranjak dari ranjang tidurnya.

Saat dirinya hendak bangkit untuk memeriksa air lemon yang tersimpan di kulkasnya. Tiba – tiba notif hapenya berbunyi.

“Eh ada pesan, dari siapa?” Tanya Nayla penasaran. Ia kembali tiduran di atas ranjangnya sambil memeriksa pesan di hapenya.

“Assalamu’alaikum Nay, apa kabar? Ini aku” Balas seseorang.

“Eh Andri?” Lirih Nayla.

“Walaikumsalam Ndri.. Aku baik” Balas Nayla.

“Makasih yah soal tadi.. Aku seneng banget bisa ketemu langsung di luar urusan pekerjaan kita” Balas Andri sambil menambahkan emot senyum.

“Ihhh lebay.. Aku kali yang harusnya berterima kasih karena kamu udah mau jadi pendengar yang baik buat aku” Balas Nayla sambil tersenyum.

“Hahahah padahal baru tadi loh kita ngobrol bareng, kok aku udah kangen pengen ngobrol lagi sama kamu yah” Balas Andri.

“Ihhh awas nanti dimarahin Putri loh” Balas Nayla.

“Gak lah.. Kan kita cuma ngobrol biasa.. Apa mau yang luar biasa?” Balas Andri sambil memberikan emot ketawa.

“Maksud? Luar biasa gimana coba?” Balas Nayla bingung.

“Hahaha gak jadi” Balas Andri yang membuat Nayla kesal.

“Ihhh dasar gak jelas” Balas Nayla.

“Hahaha maaf.. Aku cuma mau bilang kangen kamu.. Oh yah? Kamu bisa vcall sama aku gak? Aku pengen ngeliat wajahmu lagi” Pinta Andri.

“Heh buat apa? Ini udah malem Ndri.. Aku juga udah pake baju dinas” Balas Nayla heran.

“Yaahhh.. Pasti beruntung banget yah suamimu bisa ngeliatmu pake baju dinas” Balas Andri semakin aneh – aneh yang membuat Nayla merasa tak nyaman.

“Ihhh apaan sih.. Maaf yah Ndri.. Suamiku dateng.. Aku mau tidur” Balas Nayla berbohong demi bisa menutup chattannya dengan Andri.

“Oh yaudah.. Selamat tidur yah.. Mimpi indah.. Semoga kita bisa bertemu di mimpi” Balas Andri yang membuat Nayla mengernyitkan dahi.

“Aneh deh.. Kenapa sih Andri ini?” Lirih Nayla sambil menekan layar hapenya hingga memunculkan sebuah pilihan.

Tap!!

Nayla kembali menekan layar hapenya. Dalam sekejap isi chattannya dengan Andri pun menghilang seketika. Nayla hanya geleng – geleng kepala. Ia pun terpikirkan sesuatu di kepalanya.

“Apa jangan – jangan Andri menyukaiku yah? Ihhh masa sih? Padahal dia aja mau nikah sebentar lagi.. Aku harus jaga jarak deh dengannya” Ucap Nayla.

Tak lama kemudian, suaminya pun datang dari pintu masuk kamarnya sambil menunjukkan ekspresi wajah yang cemberut.

“Eh mas kenapa mukanya begitu?” Tanya Nayla tersenyum.

“Kalah dek.. Tim yang mas dukung kalah.. Lemes deh rasanya” Jawab Miftah yang membuat Nayla tertawa.

“Hihihihi kasian amat.. Sini – sini mas” Ucap Nayla sambil merentangkan tangannya. Miftah dengan manja pun mendekat untuk memeluk istrinya. Istrinya dengan penuh kasih sayang memeluk suaminya. Ia menghibur suaminya ketika suaminya kehilangan semangat.

“Makasih yah dek.. Nyaman banget deh rasanya dipeluk adek.. Apalagi bisa senderan di tempat yang empuk ini” Ucap Miftah tersenyum merasakan keempukan dada istrinya.

“Hihihihi dasar.. Untung udah halal, mas aku bolehin deh senyamannya senderan di dada aku” Ucap Nayla sambil mengusap belakang kepala suaminya.

“Beruntung banget deh mas punya istri secantik kamu dek.. Udah cantik, sholehah, alim & terjaga lagi” Ucap Miftah yang membuat senyum di wajah Nayla hilang seketika. Nayla pun tak bisa menjawab apa – apa saat itu. Ia hanya terdiam sambil terus memeluk kepala suaminya.

“Aminin aja deh mas.. Oh yah mas adek ngantuk, tidur aja yuk” Ucap Nayla sambil memaksakan senyum.

“Ngantuk yah.. Tapi mas sambil ngelonin adek yah” Ucap suaminya menggoda yang membuat Nayla tersenyum saja.

“Hihihii boleh mas” Ucap Nayla.

Mereka berdua pun tidur dalam posisi miring ke kanan. Nayla didepan membelakangi suaminya. Ketika suaminya sudah tertidur, mata Nayla justru terjaga saat memikirkan kata – kata yang suaminya ucapkan.

"Aku bukan wanita alim yang dulu kamu kenal lagi mas.. Aku sudah ternoda.. Aku bukan wanita yang baik – baik lagi.." Batin Nayla menyesali dirinya. Semakin ia memikirkan pelecehan yang dialami olehnya. Ia semakin membenci pak Beni yang ia duga menjadi dalang utamanya. Ia merasa kesal. Ia kesal karena pak Beni sudah menjadikannya wanita yang ternoda.

Tiba – tiba tangan Miftah mendekapnya erat. Nayla pun terkejut hingga mengeluarkan suara.

“Belum tidur dek?” Lirih Miftah sambil memejamkan mata.

“Belum mas” Jawab Nayla.

“Tidur.. Gak usah mikirin apa – apa.. Mas pasti akan menjagamu kalau terjadi sesuatu” Ucap Miftah yang membuat Nayla terharu diam – diam.

“Makasih mas” Lirih Nayla sambil mengeluarkan air matanya.

*-*-*-*



Keesokan harinya setelah Miftah berangkat ke kantornya.

“Udah jam 8 aja.. Mana jam 9 harus ada disana lagi” Lirih Nayla terburu – buru saat duduk di depan meja riasnya.

Nayla sedang berdandan. Dirinya tengah bersiap – siap untuk melakukan sesi pemotretan. Di depan cerminnya, Nayla dengan berhati – hati melentikkan bulu matanya menggunakan maskara. Berulang kali ia mengedipkan matanya untuk mengecek hasil lentikannya. Setelah ia merasa cantik dengan hasil riasannya. Ia tersenyum puas meski senyumannya tertutupi oleh cadar berwarna coklat muda.

“Yaudah deh.. Beres kan? Apa lagi yah? Mbok ada yang ketinggalan” Ucap Nayla saat berdiri sambil melihat sekitar.

Sekali lagi, akhwat bercadar itu menatap cermin untuk mengecek penampilannya. Sungguh sempurna penampakan akhwat bercadar yang sudah menjadi istri orang itu. Posturnya yang tinggi ditutupi dengan blazer panjang berwarna coklat muda. Hijabnya juga berwarna coklat muda bahkan cadarnya juga. Sementara di dalamnya, ia menggunakan gamis panjang berwarna putih yang menutupi tubuh indahnya hingga ke mata kaki. Sekilas siapapun yang melihatnya akan membuka mulutnya karena terkagum akan keindahannya. Kelas Nayla memang berbeda. Penampilan seorang selebgram memang selalu memanjakan mata.



“Loh non mau kemana? Cantik amat” Puji pak Urip yang langsung ngiler saat melihat keindahan majikan alimnya. Pembantu tua yang saat itu tengah mengenakan singletnya langsung kesengsem. Penisnya yang sudah sempat mencicipi serabi lempitnya diam – diam langsung berdiri tegak. Secara sembunyi – sembunyi, pak Urip pun berusaha menyembunyikan tonjolan di celananya yang terlihat cukup besar.

“Hihihi aku mau foto pak.. Mau kerja dulu” Ucap Nayla sambil menenteng tas kecilnya.

Pria tua itu hanya terdiam sambil menganga saat melihat majikannya lewat di depannya. Tangannya pun gemas ingin memeluknya. Tangannya gemas ingin menampar bokongnya. Tangannya gemas ingin menculiknya ke kamarnya lalu menggenjotnya sepuas – puasnya.

“Astaga” Lirih Nayla teringat.

“Aku belum beli sayur buat besok” Ucap Nayla menaruh tasnya lalu mengeluarkan dompetnya dari dalam.

“Titip tasnya sebentar yah pak” Ucap Nayla sambil berjalan cepat menuju pintu keluar.

Namun saat teringat kalau penjual sayurnya adalah mang Yono, kakinya langsung terhenti. Ia berhenti melangkah saat teringat kejadian di kemarin pagi. Kejadian saat wajahnya dipejuhi oleh tukang sayur itu gara – gara ketelodorannya.

“Mang Yono bisa nepatin janjinya gak yah? Duh mana rame lagi disana” Lirih Nayla khawatir kalau mang Yono akan menceritakan kisah memalukannya kemarin sehingga semua orang tahu mengenai aib terbesarnya.

Namun saat ia melihat ke arah jam tangan yang ada di tangan kirinya. Nayla langsung bergegas mendekat ke arah mang Yono untuk membeli sayur disana. Ia tak mempunyai waktu untuk menunda – nunda lagi.

“Assalamu’alaikum” Sapa Nayla pada ibu – ibu yang ada disana.

“Walaikumsalam wuihhh cantik banget mbak Nayla” Puji seorang ibu disana.

“Cantik amat, udah kayak seorang putri raja nih” Puji ibu – ibu lainnya.

“Andai kamu belum nikah, mbak.. Pasti udah ibu nikahin sama putra ibu.. Putra ibu ganteng loh, kaya lagi” Puji ibu lainnya yang hanya membuat Nayla tertawa.

“Hush ngawur.. Pak Miftah juga ganteng & kaya loh” Ucap ibu lainnya.

“Iyya kan namanya kan juga seandainya hihihi” Ucap ibu – ibu itu yang membuat ibu – ibu disana tertawa semuanya.

Nayla pun ikut tertawa, namun saat wajahnya menoleh ke kanan. Ia melihat mang Yono tengah menatapnya dengan tatapan mesum. Reflek Nayla menundukkan wajahnya dan berpura – pura tidak melihat sosoknya.

“Gak nyangka saya.. Cantik banget sih mbak.. Aku masih gak percaya kalau kemarin saya..” Lirih mang Yono terpotong saat Nayla membuka mulutnya.

“Mamang udah janji kan? Tolong jangan ungkit lagi.. Aku mohon” Lirih Nayla dengan tegas yang membuat mang Yono tersenyum saja.

“Huahahaha oke oke.. Aku cuma gak tahan ingin memuji penampilanmu, mbak” Ucap mang Yono yang tak dihiraukan oleh Nayla.

Nayla pun melanjutkan pilah – pilih sayurnya. Ia pun menemukan terong berkualitas tinggi. Nayla pun membelinya lalu pergi secepat – cepatnya menjauhi mang Yono.

“Huahahaha gilaa tuh akhwat.. Ketutup gini aja udah nafsuin banget.. Apalagi kebuka kayak kemarin.. Hah.. Tau gini mending kemaren trobos aja yak, genjot memeknya sampe puas” Lirih mang Yono tampak menyesali perbuatannya kemarin karena hanya bisa memejuhi wajahnya saja. Padahal Nayla sudah telanjang. Kesempatan untuk menyetubuhinya pun amat sangat besar.

“Lain kali lagi yah mbak.. Lain kali kita pasti bisa enak – enak kok di ranjang” Lirih mang Yono penuh harap.

“Hushhh ngelamun.. Pasti mikirin yang enggak – enggak ke mbak Nayla yah?” Ucap ibu – ibu lainnya menyadarkan mang Yono.

“Hehe dikit” Ucap mang Yono jujur yang membuat tangannya dicubit oleh ibu – ibu tersebut.

“Aawwww sakitttt” Jerit mang Yono yang membuat Nayla menoleh sejenak.

“Huft untung aja mang Yono gak cerita banyak.. Astaga kenapa sih aku kemarin..? Rendah banget sih perbuatanku.. Bisa – bisanya aku masturbasi sambil bayangin pak Beni” Lirih Nayla teringat kemarin. Ia pun melanjutkan perjalanannya ke rumah sambil menunduk malu. Ia merenung. Ia terus menyesali perbuatannya kemarin.

Mendadak ia semakin benci pada pak Beni. Secara tak langsung ia merasa pak Beni telah mempermalukannya. Semua bermula gara – gara sepotong roti waktu itu.

“Permisi mbak” Ucap seseorang yang membuat Nayla menaikan wajahnya.

Saat Nayla menyadari siapa yang ada di hadapannya. Emosi Nayla langsung meluap seketika.

Sosok yang membuatnya ternoda hingga kehilangan harga dirinya berada tepat di hadapannya. Nayla mendadak kesal. Apalagi saat melihat wajahnya yang tengah tersenyum seolah sosok itu tidak memiliki dosa apapun kepadanya.

“Ini ada roti buat mbak.. Lumayan buat bekal nanti” Ucap pak Beni sambil tersenyum. Senyumannya semakin merekah saat Nayla pelan – pelan menerima roti pemberiannya. Betapa bahagianya pak Beni saat Nayla menerima pemberian hadiahnya lagi.

Braaakkk!!

Tiba – tiba Nayla membanting roti itu ke tanah.

Plaaakkk!!

Wajah pak Beni tiba – tiba ditampar oleh Nayla. Pria tua yang sehari – harinya bekerja sebagai tukang sapu jalanan itu terkejut. Ia lebih terkejut lagi saat melihat wajah Nayla yang begitu murka kepadanya.

“Bapak masih berani menemui aku? Bapak masih berani menunjukkan muka bapak di depan aku?” Ucap Nayla penuh amarah.

“Mbaakkk.. Mbakkk kenapaaa?” Ucap pak Beni heran sambil memegangi pipinya.

“Kenapa? Aku kenapa? Setelah apa yang sudah bapak lakukan ke aku bapak masih nanya kenapa?” Ucap Nayla terlihat menahan emosinya. Matanya berkaca – kaca. Ia benar – benar ingin marah dan melampiaskan semuanya kepadanya.

“Mbaaakkk.. Mbakk gapapa?” Tanya pak Beni terlihat polos seolah tak tahu apa – apa yang membuat Nayla semakin kesal.

“Gapapa? Aku gapapa? BAPAK GAK TAU DIRI YAH? BAPAK SUDAH MENODAI AKU.. BAPAK SUDAH MERUSAK HARGA DIRI AKU.. AKU HANCUR PAK.. AKU RUSAK OLEH BAPAK..” Teriak Nayla sambil menunjuk – nunjukkan jemarinya ke arah pak Beni.

Suara Nayla yang keras membuat ibu – ibu yang tadi mengelilingi gerobak sayur mang Yono menoleh. Mang Yono juga ikut menoleh. Mereka semua penasaran saat melihat Nayla marah – marah kepada pak Beni.

“Mbakkk.. Sadar mbak.. Mbak kenapa?” Tanya pak Beni sambil memegangi kedua bahu Nayla.

“MINGGIIRRR!! JANGAN SENTUH AKU! PERGI!! JANGAN PERNAH TUNJUKKIN MUKA BAPAK LAGI DIHADAPAN AKU” Teriak Nayla sambil menghalau tangan pak Beni yang menyentuh bahunya.

Ibu – ibu yang melihat pak Beni berani menyentuh Nayla langsung marah – marah. Segerombolan ibu – ibu itu pun berdatangan mendekati pak Beni. Melihat Nayla tengah menangis membuat ibu – ibu itu semakin murka pada pak Beni.

Nayla pun berusaha pergi namun pak Beni yang penasaran mengenai alasan Nayla bersikap seperti ini malah memegangi tangannya seolah menahannya yang membuat ibu – ibu yang mendekat itu semakin marah.

“LEPASKAAANNNN!!” Teriak Nayla dengan penuh amarah.

“Lepasin pak! Berani banget bapak menggangu mbak Nayla” Ucap ibu – ibu itu sambil menampar punggung telanjang pak Beni.

Jangan berani – berani mengganggu warga sini yah pak.. Lepaskan tangan mbak Nayla” Ucap ibu – ibu lainnya sambil memukulkan sayur bayam yang ia beli ke lengan pak Beni.

“Aahhh.. Aahhh maafff.. Maaafff” Jerit pak Beni merasakan punggungnya sakit setelah dipukuli ibu – ibu kompleks.

Keadaan yang semakin ramai membuat pak Urip yang berada di halaman rumah pun penasaran ikut keluar. Menyadari kalau majikannya tengah menangis dan ada pak Beni dibelakangnya membuat pak Urip langsung murka.

“WOYYYY PAK BENIII.. PERGI DARI SINIII!!” Ucap pak Urip dengan lantang yang suaranya membuat ibu – ibu itu terkaget mendengarnya.

Pak Beni yang sedari tadi dipukuli ibu – ibu semakin tidak nyaman. Ia pun lalu kabur karena tak mau dirinya dipukuli lagi oleh ibu – ibu yang ada disana.

“YA PERGI AJA SANA YANG JAUH!! GAK USAH BALIK LAGI KESINI!! Ucap pak Urip saat melihat pak Beni berlari terbirit – birit. Ibu – ibu yang ada disana juga mensyukuri sosok yang mereka duga sebagai pembuat onar itu telah pergi.

” Mbak gapapa?” Tanya pak Urip setelah menghampiri.

“Gapapa pak.. Makasih” Ucap Nayla menangis sambil memaksakan senyum.

“Mohon maaf ibu – ibu.. Ibu boleh melanjutkan kegiatan masing – masing lagi yah.. Makasih yang udah belain mbak Nayla.. Mbak Naylanya gapapa kok.. Silahkan lanjutkan kegiatannya lagi” Ucap Pak Urip meminta warga untuk bubar dengan cara yang paling halus.

Ibu – ibu itu pun bubar. Namun mulut mereka masih membicarakan sikap pak Beni yang semakin berani mengganggu warga – warga disini.

“Mbak gapapa? Masuk rumah dulu yuk” Ucap pak Urip yang hanya dijawab senyuman oleh Nayla.

Mereka berdua pun berjalan beriringan memasuki rumah Nayla. Nampak wajah pak Urip tersenyum saat mengantar Nayla menuju rumahnya. Matanya pun melirik ke arah tonjolan dada yang ada dibalik blazer yang Nayla kenakan. Pak Urip tak sabar. Ia pun membatin di dalam hati.

"Sebentar lagi non, non akan menemui pemuas nafsu non.." Batin pak Urip tertawa sambil mengelusi penisnya yang semakin mengeras.

Sesampainya mereka di dalam rumah. Pak Urip dan Nayla pun duduk di sofa panjang ruang tamu rumahnya. Nayla segera mengambil tisu yang ada di meja, ia pun mengelap air matanya sambil sesekali sesenggukan menangisi kekecewaannya.

“Non, ada apa? Kenapa tadi non marah – marah ke pak Beni? Pak Beni bertindak kurang ajar lagi yah?” Tanya pak Urip dengan penuh perhatian.

“Enggak sih pak.. Hiks.. Hiks” Jawab Nayla sesenggukan.

“Lalu? Apa yang membuat non murka kayak tadi?” Tanya pak Urip.

“Gak pak.. Gapapa” Jawab Nayla memaksakan senyum.

“Gapapa? Non, ini saya.. Aku sudah beristri dan saya paham banget soal urusan hati wanita.. Non pasti ada apa – apa kan? Ayo non cerita.. Aku akan dengar semua keluh kesah non” Ucap pak Urip membujuknya.

“Tapi paakk.. Aku..” Ucap Nayla agak ragu untuk menceritakan penyebab amarahnya.

“Non..” Ucap pak Urip sambil tersenyum yang membuat Nayla entah kenapa jadi ingin menceritakannya.

“Tapi bapak janji jangan cerita ke siapa – siapa yah.. Apalagi ke mas Miftah.. Tolong rahasiain cerita ini baik – baik” Ucap Nayla penuh harap sambil menatap pak Urip.

“Iya non, janji.. Aku akan merahasiakannya sebaik mungkin” Ucap pak Urip sambil mengangkat jemari kelingkingnya untuk berjanji pada majikannya.

“Sebenarnya kemarin.. Saat bapak nemenin istri bapak di rumah sakit...” Ucap Nayla terpotong.

“Iyya? Teruss?” Ucap pak Urip penuh perhatian.

“Aku kan sendirian di rumah.. Aku gak sadar pak.. Aku gak tau.. Tiba – tiba aku ngantuk banget dan akhirnya tertidur” Ucap Nayla menatap kosong ke arah meja tuk mengingat momen kesedihannya. Tak sadar air matanya kembali turun. Nayla kembali menangis saat mengingat pemerkosaannya kemarin.

“Heem terus?” Tanya pak Urip sambil menenangkan Nayla dengan mengusap punggung bahunya.

“Tapi pak pas aku bangun.. Aku ngerasain ada sperma pak di rahim aku.. Aku udah diperkosa pak.. Aku yakin banget pasti pak Beni pak, pelakunya!” Ucap Nayla histeris hingga menunjuk ke arah luar rumah yang dimaksudkan kepada pak Beni.

“Eh yang bener? Non udah yakin kalau pak Beni pelakunya?” Ucap pak Urip berpura – pura terkejut.

“Iya pak aku yakin banget.. Putri sendiri saksinya.. Ia ngeliat pak Beni ada di depan rumahku sebelum dirinya datang ke rumah.. Aku yakin pak.. Pasti pak Beni pelakunya!!” Ucap Nayla kembali menangis yang harus ditenangkan oleh pak Urip.

“Jahat banget sih dia.. Yang tenang non.. Yang sabar.. Yah, yang sabar” Ucap Pak Urip sambil mengusap punggung Nayla.

“Tapi paakkk.. Kenapa harus aku? Kenapa aku sampai diperkosa olehnya? Apa salahku sampai aku harus menanggung semua ini pakkk?” Jerit Nayla yang kemudian menunduk sambil menutupi wajahnya menggunakan telapak tangannya.

Nayla terlihat kecewa, ia sangat kecewa karena harus menjadi korban pemerkosaan oleh tetangganya.

“Sudahhh.. Sudah non, yang tenang.. Jangan nangis lagi.. Eh yah, bentar yah” Ucap Pak Urip sambil berdiri lalu menutup pintu depan rumahnya. Melihat Nayla masih menangis membuat pak Urip diam – diam mengunci pintu depan rumah majikannya. Ia lalu beranjak ke dapur untuk membuka kulkas majikannya. Ia mengeluarkan botol lemon yang masih penuh lalu mengambil gelas kaca sebelum kembali mendatangi majikannya.

“Ini non.. Diminum dulu biar tenang” Ucap pak Urip sambil menuangkan air lemon itu ke dalam gelas.

Saat pak Urip menuangkan air lemon itu ke gelas. Sekilas Nayla memperhatikan botol yang sedang dituangkan oleh pembantunya itu.

"Loh kok tiba – tiba udah full.. Perasaan kemarin tinggal dikit deh?" Batin Nayla heran.

“Makasih pak.. Bapak buat baru yah?” Tanya Nayla sambil menerima gelas dari pembantunya.

“Hehe iyya non.. Aku sengaja buat spesial untuk non.. Eh non butuh sedotan yah.. Bentar yah” Ucap pak Urip ngeluyur ke dapur untuk mengambilkan sedotan itu untuk majikannya.

“Makasih” Jawab Nayla merasakan perhatian dari pembantunya.

Nayla pun mengangkat sedikit cadarnya. Sedotannya ia masukan ke dalam mulutnya. Nayla pun menyeruputnya hingga habis karena saking hausnya.

“Mau lagi non?” Tanya pak Urip menawarkan air lemon itu ke majikannya. Nayla pun mengangguk.

“Iyya pak.. Makasih” Ucap Nayla setelah mengisi ulang air lemonnya.

Pak Urip pun tersenyum sambil menatap wajah majikannya. Apalagi saat melihat majikannya dengan lahap menghabiskan dua gelas air lemon itu dengan segera. Dalam sekejap botol minuman yang ia pegang tinggal tersisa seperempatnya saja.

“Lagi non, biar habis sekalian” Ucap pak Urip tersenyum.

“Boleh pak” Jawab Nayla mempersilahkan pembantunya itu mengisi ulang lagi gelasnya. Nayla pun kembali meminumnya. Lagi, Nayla pun menghabiskan minuman di gelasnya.

“Aaahhh segernya.. Makasih yah pak..” Lirih Nayla sambil memaksakan senyum.

“Non kayaknya suka banget minum lemon yah?” Tanya Pak Urip sambil tersenyum.

“Hehe iyya pak.. Aku suka banget” Jawab Nayla malu – malu sambil menyeka air matanya menggunakan tisu yang ada didepannya.

“Hakhakhak.. Tau gak? Aku juga suka loh” Ucap pak Urip mengagetkan Nayla.

“Eh bapak juga suka minum air lemon?” Tanya Nayla.

“Bukan, tapi saya suka kalau ngeliat non minum lemon buatan saya.. Hakhakak” Tawa khas pak Urip.

“Eh maksudnya? Emang kenapa?” Tanya Nayla penasaran sambil menaruh gelasnya di atas meja.

Seketika Nayla merapatkan kedua kakinya. Bersentuhanlah vaginanya. Ia merasakan gairah yang meluap – luap di dalam tubuhnya. Dadanya terasa gatal. Susunya terasa meminta untuk diremas olehnya. Nayla pun terkejut. Tangan kirinya sampai reflek meremas dada kanannya.

"Perasaan ini? Ada apa lagi ini?Ada apa dengan tubuhku? Apa yang terjadi denganku?" batin Nayla hingga matanya terbuka lebar.

“Itu alasan saya non” Jawab Pak Urip mengejutkan Nayla.

“mmppphhh.. Maksudnya?” Tanya Nayla dengan gelisah sambil menatap pembantunya.

Seketika pak Urip berdiri dari tempat duduknya. Dengan berani ia mengangkat naik singletnya. Ia melepas kaus singletnya lalu pria tambun itu juga melepas celana dalamnya berikut celana kolornya. Betapa terkejutnya Nayla ketika melihat pembantunya itu sudah bertelanjang bulat dihadapan matanya.

“Astaga pak.. Bapak kenapa? Pakai lagi pak bajunya!” Ucap Nayla yang langsung memalingkan wajahnya sambil menutupi matanya menggunakan telapak tangannya.

Namun nafsunya yang tengah bergejolak memaksa matanya untuk melirik penampakan tubuh pak Urip yang sudah telanjang. Nayla melihat dari atas ke bawah. Ia pun tak menemukan adanya sisi yang menarik di tubuh pembantunya. Wajah pak Urip tidak ada tampan – tampannya. Tubuhnya pun tambun, perutnya maju bahkan dadanya sampai jatuh akibat kebanyakan lemak. Warna kulitnya pun gelap. Bulu jembutnya juga tebal bak hutan amazon yang berada di benua Amerika.

Namun saat wajahnya menatap penis pembantunya. Barulah Nayla terkagum akan ukurannya yang sungguh luar biasa.

"Gedeee bangeeettt.. Itu titit apa pentungan?" batin Nayla tanpa sadar saat melihat ukuran penis pembantunya.

Penis pak Urip warnanya gelap. Ukurannya jumbo serta memanjang ke depan. Diameternya sekitar 5 cm. Ukurannya hampir menyerupai lengan Nayla yang ramping. Seketika pikirannya menjadi keruh membayangkan andai penis sebesar itu masuk ke dalam kemaluannya. Bukankah itu sama saja dengan memasukan lengannya ke dalam vaginanya?

“Hakhakhak.. Indah kan tubuh saya, non?” Tawa pak Urip sambil mengocok – ngocok penisnya untuk menggoda majikannya.

Suara serta tawa yang pak Urip keluarkan seketika menyadarkan Nayla dari lamunannya. Nayla yang masih bingung dan terkejut bertanya – tanya. Ia dengan polos menanyakan sikap pembantunya yang tiba – tiba bugil dihadapannya.

“Apa maksud semua ini pak? Kenapa bapak telanjang? Hah.. Hah.. Hah” Desah Nayla sambil menahan gairah birahi yang semakin tak terkendali.

"Astaga.. Kenapa aku terangsang lagi? Kenapa aku tiba – tiba terangsang lagi?" Batin Nayla menyadari keanehan tubuhnya. Seketika matanya menatap botol lemon yang telah kosong. Seketika ia teringat kalau semalam dirinya lupa untuk mengecek botol lemon itu.

"Jangan – jangan!" Batin Nayla merasa kalau hal buruk akan terjadi padanya.

“Hakhakhak.. Non kayaknya kaget yah.. Inget gak sewaktu non tidur di sofa ruang tamu setelah makan roti di sore itu?” Tanya pak Urip sambil mengocok – ngocok penisnya. Nayla yang mulai ketakutan melangkah mundur dengan menyeret bokongnya diatas sofa rumahnya. Meski nafsunya tengah bergairah, ia berusaha tuk melawan meski penis itu berulang kali menggodanya dengan ukurannya yang besar.

“Bapaaakkk.. Jangan mendekat pakkk.. Tolonggg!” Lirih Nayla menyadari niatan buruk dari pembantunya yang berwajah buruk rupa.

“Hakhakhak.. Bukan karena roti yang membuat non mengantuk.. Tapi karena minuman jus yang saya buat waktu itu!” Ucap pak Urip mengejutkan Nayla.

"Sudah kuduga.. Jangan – jangan pak Urip ini?" Batin Nayla sangat terkejut hingga terlihat dengan jelas di wajahnya.

“Inget sewaktu di siang kemarin saat non ngeliat serbuk yang ada di gelas saya? Itu bukan kopi loh.. Tapi itu obat yang baru saya beli untuk membuatmu jadi seperti ini!” Ucap Pak Urip saat mendekat hingga menaikan kedua lututnya diatas sofa panjang rumah majikannya.

“Paakkk.. Tolloongg jangan mendekat.. Jangan mendekaattt!” Desah Nayla semakin ketakutan saat pria tua itu semakin mendekat ke arahnya.

“Hakhakhak.. Inget gak kemarin sore sewaktu non bangun terus ngerasain ada pejuh di memek non? Tau itu punya siapa? Itu pejuh saya!” Ucap Pak Urip sambil menyentuh bahu kiri Nayla lalu wajahnya mendekat tuk menatap wajah cantik akhwat bercadar itu. Mata Nayla pun terbuka lebar. Hati Nayla terasa sakit. Rasanya seperti sudah dikhianati. Ia sangat terkejut bahwa orang yang ia percaya justru menjadi pelaku dibalik pemerkosaannya. Nampak mata Nayla berkaca – kaca. Ia benar – benar kecewa akan kenyataan yang sebenarnya.

“Hakhakhak.. Ya saya orangnya.. Aku adalah orang yang sudah memperkosamu! Aku yang sudah mengentot memekmu.. Aku yang sudah menggenjot tubuh indahmu.. Aku yang sudah menyimpan pejuh di rahimmu.. Puas banget rasanya bisa memejuhi akhwat sealim dirimu, sayaanggg” Ucap pak Urip sambil tersenyum lalu meremas dada Nayla dari luar gamis yang dikenakan olehnya.

“Mmpphhh pakkk hentikaannn.. Aaahhh sakitttt” Desah Nayla kesakitan menyadari kuatnya remasan yang pak Urip lakukan.

“Hakhakhak.. Ouhhh jadi ini suara desahanmu.. Beruntung sekali saya bisa mendengarnya langsung dari bibir indahmu” Ucap Pak Urip menghentikan remasannya sambil menatap wajah Nayla yang matanya berkaca – kaca.

“Kenapa bapak tega melakukan ini ke aku pak? Apa salahku? Kenapa bapak malah memperkosaku? Bukannya kemarin istri bapak sedang sakit? Kenapa bapak tega meninggalkan istri bapak lalu memperkosaku!” Tanya Nayla sambil menangis.

“Istri saya gak sakit kok non.. Istri saya baik – baik aja di rumah.. Kemarin saya itu buru – buru mau beli obat tidur yang sangat kuat untuk aksi kemarin sore.. Hakhakhak.. Sekarang saya gak mau main diem – diem lagi.. Aku mau main jantan.. Aku akan menunjukkan siapa diri saya dihadapanmu.. Bersiap – siaplah tuk menjadi pemuas nafsuku, sayaaanggg!!” Ucap Pak Urip mendorong Nayla kemudian melebarkan blazer yang Nayla kenakan lalu meremas dadanya lagi sekuat – kuatnya.

“aaahhh paakkk hentikaaannnn” Jerit Nayla hingga memejam. Kedua payudara Nayla diremas dengan begitu kejam. Gamisnya sampai lecek. Giginya pun meringis menahan perih dari balik cadar yang tertutupi.

Meski nafsu Nayla sedang tinggi, namun akal sehatnya berusaha bertahan dengan mendorong tubuh tambun yang sudah telanjang itu menjauh dari tubuhnya.

“Hakhakhak.. Ini yang saya suka non.. Akhirnya.. Akhirnya saya bisa mendengar suaramu saat saya memperkosamu” Ucap pak Urip bersemangat hingga memperkuat remasannya.

“aaahhh bapaaakkk hentikaaannn” Desah Nayla sambil memegangi tangan pak Urip.

Nayla terbaring pasrah akibat kuatnya remasan yang dilakukan pak Urip. Saat bulatan dadanya teremas, terasa darahnya berdesir ke seluruh tubuhnya. Ia langsung merinding. Matanya pun memejam. Terdengar suara tawa pak Urip yang begitu puas. Pria tambun itu pun langsung menindihi tubuhnya. Wajahnya yang jelek langsung mendekat untuk mencumbu bibir manisnya dari luar cadar yang masih dikenakan selebgram cantik itu.

“Diaaamm nonnn.. Mmppphhh” Desah Pak Urip saat menekan bibirnya dari luar cadarnya.

Bibir Nayla terdorong. Bibirnya lagi – lagi kena sepong. Liur busuk pembantunya itu mulai mengalir membasahi kain cadarnya. Sekilas Nayla membuka mata. Ia pun menatap wajah tua pembantunya yang hancur. Tangannya pun reflek mendorongnya karena jijik harus dinodai oleh pembantu yang sudah ia percayai. Namun semua percuma. Tenaganya tak sebanding dengan keinginannya yang ingin lepas dari cengkraman pak Urip. Ia pun ingin menjerit namun bibirnya tertahan oleh cumbuan pak Urip. Nayla pun sedih hingga kembali menangis. Namun nafsu birahinya yang kian bangkit membuat tubuhnya diam – diam menikmati pemerkosaan kali ini.

“Mmpphh.. Mmpphhh.. Ayo lawan non.. Semakin non melawan saya akan semakin bernafsu untuk mencumbuimu” Desah pak Urip sambil meremas kembali payudara bulat majikannya.

“mmpphhh paakkk.. Hentikaaannn.. Mmpphhh sakitttt” Jerit Nayla diam – diam merasakan birahinya memuncak saat terkena remasan tangan pak Urip.

Mereka terus bercumbu. Bibir mereka saling sentuh dengan penuh nafsu. Bibir pak Urip membuka lalu mengapit bibir atas Nayla dari luar cadarnya. Pak Urip menghisapnya. Lidahnya juga bergerak dengan mengorek – ngorek cadar Nayla hingga masuk ke dalam mulutnya.

Sedangkan tangannya juga tak henti – hentinya meremas susu bulat Nayla dari luar gamisnya. Sungguh pemandangan yang tak masuk akal ketika pria tua berwajah buruk rupa dengan tubuh gempal tengah menindihi seorang akhwat bercadar bertubuh ramping yang masih lengkap mengenakan pakaiannya. Terlihat wajah pria tua itu begitu senang bisa menikmati keindahan tubuh sang akhwat. Apalagi sang akhwat telah bersiap untuk melakukan perfotoan. Membayangkan hal itu membuat pak Urip semakin bernafsu. Akhirnya ia mengangkat cadarnya untuk menikmati bibir tipisnya secara langsung.

“Mmpphhh” Desah mereka bersamaan.

Pak Urip menyeruput bibirnya. Pak Urip menghisap bibirnya. Meski Nayla berulang kali bertahan dengan menutup rapat mulutnya. Remasan yang ia terima memaksa mulutnya untuk terbuka mengeluarkan desahan yang tak sanggup ia tahan. Saat itulah lidah pak Urip merengsek masuk. Lidahnya berkeliaran di dalam mulut akhwat bercadar itu. Lidahnya pun bertemu dengan lidah Nayla. Lidah mereka saling jilat. Lidah mereka saling silat. Lidah mereka saling dorong. Lidah mereka saling bergesekan.

Akibatnya liur Nayla pun tumpah keluar dari sela – sela mulutnya. Pak Urip pun semakin beringas dengan menjepit bibir bawah Nayla lalu menariknya. Ia mengulum bibir bawah Nayla dan menikmatinya sepuas – puasnya.

“Mmpphhh.. Mmpphhh.. Mmpphhh” Nayla bertahan. Ia berusaha bertahan mempertahankan harga dirinya. Namun kenikmatan yang ia rasakan membuat mulutnya tak tahan. Tak sengaja bibirnya mengapit. Hal itu membuat lidah pak Urip terjepit. Nayla yang udah terlanjur nafsu diam – diam menghisap lidah pak Urip. Pak Urip yang menyadari pun tersenyum. Ia membiarkan majikannya itu menghisap lidahnya kuat – kuat.

“Mmpphhh aahhh.. Mmpphhh aaahhh” desah pak Urip menikmati cumbuannya dengan Nayla.

"Astaga!" Batin Nayla saat akal sehatnya mulai kembali. Ia pun membuka mulutnya membiarkan lidah pak Urip kembali terbebas. Namun lidah tua itu justru mengajak lidah Nayla keluar mulutnya. Anehnya Nayla tak sanggup menahan lidahnya hingga manut saja keluar. Lidah Nayla gantian disepong. Lidah Nayla dihisapnya sepuas – puasnya. Nampak wajah pak Urip maju mundur saat menyepong lidahnya. Pria tua itu benar – benar puas. Ia pun melepas cumbuannya lalu menurunkan cadarnya lagi tuk menatap wajah majikannya.

“Gimana? Nikmat kan? Hakhakhak” tawa Pak Urip yang membuat Nayla merasa malu karena sampai hanyut dalam buaian nafsu birahi pria tua itu.

“Ayo duduk!” Ucap pak Urip sambil menarik lengan Nayla.

“Paakkk cukuppp.. Sudahhh pakkk hentikann semua iniii” Pinta Nayla dengan sisa – sisa harga dirinya.

“Hakhakhak.. Sudah? Bukannya non sendiri menikmati? iya kan?” Tanya pak Urip yang membuat Nayla terkejut. Nayla heran kenapa pria tua itu bisa tau. Namun imannya terus bertahan dengan menolak ajakan pria tua jelek itu untuk berzina.

“Enggaakkk!!” Ucap Nayla berbohong meski tubuhnya semakin terangsang akibat minuman lemon yang ia tenggak.

“Dasar pembohong!” Ucap pak Urip sambil memegangi penisnya lalu mengarahkannya tepat ke hadapan wajah Nayla.

“Ayo non.. Sepong!” Pinta pak Urip sambil memegangi kepala Nayla menggunakan tangan kirinya sementara tangan kanannya mengocok penisnya dihadapan wajah Nayla.

Melihat penis besar itu dikocok – kocok tepat dihadapan wajahnya membuat nafsu Nayla semakin tinggi. Namun ia enggan menuruti. Ia tidak mau menodai mulutnya menggunakan penis nista ini. Seumur – umur ia menikah dengan suaminya. Ia saja tak pernah memasukan penis suaminya ke dalam mulutnya. Nayla merasa jijik. Ia enggan menodai mulutnya yang biasa berkata baik dengan penis keriput yang kemarin telah menodai rahimnya.

“Hakhakhak.. Jangan diliatin doang non.. Ayo seponggg!” Ucap pak Urip memaksa dengan menaikan cadar Nayla lalu mendorong penisnya hingga ujung gundulnya mengenai bibir majikannya yang mengatup rapat.

“mmppphhh.. Mmpphhh” Desah Nayla sambil menggelengkan kepala menolak penis itu masuk ke dalam mulutnya.

“Hakhakhak.. suka nih saya yang kayak gini.. Aku semakin tertantang.. Lihat saja.. Aku akan berusaha untuk meruntuhkan imanmu, non.. Hakhakhak” Tawa pak Urip sambil terus mendorong pinggulnya hingga penisnya itu semakin menusuk bibir majikannya.

“Mmpphhh paakkk.. Mmppphhh” desah Nayla tertahan dengan mulut mengatup rapat.

Cairan precum yang perlahan mulai keluar membuat Nayla dapat merasakan cairan asin yang tiba – tiba jatuh di tepi bibrnya. Aroma busuk yang berasal dari selangkangan pria tua itu membuat Nayla semakin tak tahan untuk bertahan. Nayla ingin menjauh. Ia ingin mendorong pria tua itu.

Namun saat kedua tangannya mendorong pinggul pak Urip. Pak Urip malah memegangi kedua pergelangan tangan Nayla lalu mengangkatnya ke atas.

“aaahhh” Jerit Nayla merasakan sakit.

Hal itu tak disia – siakan oleh pak Urip untuk beraksi. Penisnya langsung melesat tajam ke dalam mulut sang akhwat. Penis busuknya berhasil masuk. Penis jumbonya berhasil menusuk. Pak Urip langsung mendorong pinggulnya hingga ujung gundulnya menyundul pangkal kerongkongan sang akhwat.

“Mmppphhh” desah Nayla pasrah hingga mengeluarkan rintihan yang merangsang gairah pak Urip.

“Hakhakhak.. Aaahhh nikmatnyaaa.. Anget banget mulutmu sayaaangg” Desah pak Urip puas.

Pak Urip pun menundukkan wajahnya tuk menatap wajah majikannya. Terlihat mata Nayla memelas ingin dilepaskan. Kedua tangannya yang terangkat membuatnya terlihat pasrah. Mulutnya yang dijejali penis pak Urip membuatnya terlihat semakin nafsuin. Pak Urip tertawa puas. Ia tertawa melihat penisnya sedikit tertutupi cadar majikannya saat sedang menjebol mulut sang akhwat.

“aaahhh.. Aaahhh.. Aaahhh” Desah pak Urip saat pinggulnya bergerak maju mundur merasakan gesekan dari mulut akhwat bercadar itu.

“Mmpphhh.. Mmpphhh” desah Nayla menggelengkan kepala merasakan aroma menyengat yang berasal dari semak – semak belukar yang tumbuh disekitar batang penis raksasa penis tua itu. Aroma keringat yang keluar ditambah aroma kejantanan yang dikeluarkan oleh pria tua itu membuat Nayla semakin jijik. Namun anehnya hal itu juga meningkatkan nafsu birahinya. Belum lagi dengan efek air lemon yang semakin kuat membuat Nayla kebingungan harus bagaimana. Nafsunya memintanya untuk menikmati pelecehan ini. Namun imannya memintanya untuk bertahan dan terus berjuang menolak perzinahan yang dilakukan oleh pembantu tuanya itu.

“aaahhh.. Aaahhh nikmattnyaaa.. Aahhh yaahhh” desah pak Urip sambil memejam menatap langit – langit ruangan.

Terasa penisnya semakin lembap. Terasa penisnya semakin basah terlapisi air liurnya. Gesekan penisnya saat terkena tepi bibir majikannya benar – benar memberikan sensasi tersendiri baginya. Bagaimana bisa mulut Nayla yang biasanya tertutupi cadar malah sedang dimasuki oleh penis tuanya yang maju mundur menodainya?

Pak Urip merasa sangat beruntung. Ia seperti sedang menikmati budaknya saat mengangkat kedua tangan Nayla naik ke atas. Pak Urip tertawa senang. Ia jadi semakin beringas dalam memperkosa mulut majikannya.

Plokkk.. Plokkk.. Plokkk..

Gerakan pinggul pak Urip dipercepat. Kecepatannya cenderung dahsyat bahkan tergolong kuat. Tiap kali pak Urip mendorong pinggulnya maju. Ia berusaha memasukan seluruh penisnya sampai mentok. Nayla kewalahan. Terlihat mulutnya mengerang tiap kali kerongkongannya tertusuk penis pembantunya. Nayla ingin melawan tapi ia bingung dengan cara apa. Kedua tangannya dipegangi. Kedua kakinya diduduki. Nayla sampai terdorong jatuh hingga kepalanya berada diatas tepi sofanya. Nampak pria tua itu bergerak maju mundur. Ia menikmatinya. Ia menikmati pemerkosannya.

Hakhakhakhak.. Nikmatnyaaa.. Nikmatnyaaa” Desah pak Urip penuh nafsu.

"Paakkk tolloongg hentikaannn.. Hentikaannn pakkk.. Mmpphhh.. Mpphhh.. mmpphhh.." Batin Nayla penuh harap sambil memejam menahan tusukan pembantunya.

"Mmpphhh kenapa ini? Kenapa kemaluanku malah semakin gatal? Aaahhh kenapa juga pikiranku semakin kotor membayangkan pelecehanku ini?" Batin Nayla yang kebingungan kenapa dirinya semakin menikmati pemerkosaannya.

"Sekuat inikah pengaruh obat terangsangnya? Benar juga, gara – gara ini aku sampai menjadikan pak Beni fantasiku.. Eh tunggu dulu, kalau pak Urip pelakunya berarti pak Beni bukan pelakunya dong? Apa yang sudah kulakukan pada pak Beni?" Batin Nayla menyesali perbuatannya.

“aaahhh nikmatnyaaa” desah pak Urip menyudahi aksinya dalam menusuk mulut majikannya.

Saat penisnya ditarik keluar, penisnya terlihat berkilauan terkena liur majikannya. Bahkan saat penisnya ditarik tadi, liur majikannya masih menempel seolah tak rela penisnya itu keluar dari dalam mulut majikannya. Pak Urip menatap Nayla sambil tersenyum. Nayla pun merasakan aura buruk yang sedang diberikan oleh pria tua itu.

“Nikmat kan non?” Tanya pak Urip sambil menarik lengan Nayla hingga akhwat bercadar itu terpaksa berdiri dihadapan pembantunya.

“Sudaahhh pakkk.. Toloonggg.. Aku mohoonnn” desah Nayla penuh harap.

“Yakinnn.. Bukankah non menikmatinya?” Tanya Nayla sambil tersenyum menatap mata Nayla dengan penuh nafsu. Tinggi pak Urip yang lebih tinggi sedikit dari Nayla membuat mata mereka sejajar saat sedang berdiri berhadapan. Nayla pun membuang muka karena malu. Sikapnya yang malu – malu itu membuat pak Urip semakin geregetan ingin menaklukan imannya.

“Enggaakkk.. Gak mungkin akuuuu aaahhh” desah Nayla terkejut saat tiba – tiba gamisnya diangkat lalu jemari tangan pak Urip masuk menyentuh vaginanya secara langsung.

Seperti tersengat arus listrik yang kecil. Tubuh Nayla mengejang merasakan kenikmatan yang tak dapat ia jelaskan. Baru kali ini vaginanya disentuh oleh pria lain selain suaminya. Kesan pertamanya pun dahsyat. Nafsunya semakin tinggi. Matanya bahkan langsung menatap pak Urip seolah heran kenapa pak Urip begitu hebat dalam membuat tubuhnya bernafsu.

“Tuhh kan enakkk?” Kata pak Urip yang membuat Nayla merasa malu.

“Enggakk pakk.. Aku gak aaahhh” desah Nayla sambil mendorong tangan pak Urip menjauh dari vaginanya akibat tak kuat menahan sentuhan yang semakin nikmat.

“Hakhakhak.. Gak usah munafik non.. Gak usah malu.. Kalau enak ya bilang aja.. Nanti saya tambahin nikmatnya” Ucap pak Urip yang semakin menekan klitoris Nayla yang membuat tubuh akhwat bercadar itu kelojotan merasakan sensasinya.

“Aaahhh paakkk.. Aaahhh.. Aaahhh” Desah Nayla hingga pinggulnya bergoyang menahan rangsangan pembantunya.

Tangan pak Urip pun ditarik keluar. Ia menatap jemarinya yang rupanya sudah basah terkena bibir vagina majikannya. Pak Urip tersenyum puas. Ia lalu menjilat jemarinya sendiri sambil menunjukkan ke hadapan majikannya.

“Hah.. Hah.. Hah.. Hah” Nayla hanya mendesah ngos – ngosan. Ia tak menduga kalau rasanya akan senikmat ini. Melihat pak Urip menjilati cairan cintanya membuat pikirannya semakin kemana – mana.

"Astaga.. Hah.. Hah.. Hah.. Ada gak sih cara lain buat lepas dari nafsuku ini? Kenapa makin kesini aku makin menikmati? Astaga mas, tolongg.. Tolllongg selamatkan aku dari nafsu bejat pak Urip, mas!" Batin Nayla yang ingin lepas namun juga menikmati pelecehannya kali ini.

Tiba – tiba pak Urip melepas blazer majikannya. Tangannya juga meraba – raba punggung majikannya untuk menurunkan resleting yang ada disana.

Pak Urip dengan paksa melepas gamis yang Nayla kenakan. Nayla yang lemas hanya bisa pasrah saja. Padahal hatinya tidak ingin. Namun nafsunya ingin telanjang untuk memperlihatkan keindahan tubuhnya pada pembantu bejat yang tengah memperkosanya.

"Astaga.. Kenapa aku gak bisa melawan? Kenapa aku pasrah pas ditelanjangi?" Batin Nayla yang bingung sendiri.

"Hah.. Hah.. Hah.. Bapaaakkk!" Batin Nayla yang diam – diam tak kuat hingga menatap penis jantan pembantunya.

“Hakhakhak.. Indahnya.. Ini dia.. Ini dia tubuh yang saya idam – idamkan” Ucap pak Urip saat menurunkan gamis Nayla hingga terlepas melewati kaki – kakinya.

Nayla dalam sekejap tinggal mengenakan pakaian dalamnya saja. Terlihat Nayla seperti sedang mengenakan bikininya saja. Nampak lekuk pinggangnya yang aduhai ditambah dengan susu bulatnya yang bohai serta bokong montoknya yang semlohay. Pak Urip terkagum – kagum akan bentuk fisiknya. Pak Urip pun memelorotkan celana dalam Nayla lalu menurunakan cup branya hingga puting susu majikannya itu terlihat di hadapan matanya.

“Aaahhh paaakkk” Jerit Nayla berusaha melawan dengan menahan tangan pak Urip saat hendak menelanjanginya. Namun tangan pak Urip yang cepat membuat Nayla hanya bisa pasrah saja. Nayla pun sudah semi telanjang menyisakan hijab serta cadarnya dan juga behanya yang itupun sudah diturunkan cupnya.

“Masih mau bilang non gak menikmati rangsangan saya?” Ucap pak Urip sambil mendekap pinggang rampingnya lalu mengusapnya naik ke arah kedua payudaranya.

“aaahhh lepaskannn.. Aaahhh enggakk.. Aku enggaakk aahhh.. Menikmatinyaaa aaahhh” desah Nayla merinding saat kulit keriput pria tua itu menyentuh tubuh indahnya. Rasanya benar – benar menakjubkan. Nayla sangat menikmati belaian di tubuhnya. Akhwat bercadar itu pun memejam secara tak sadar. Reaksi wajah Nayla yang keenakan membuat pak Urip puas melihatnya.

“Oh yah.. Kalau gitu gimana dengan ini?” Ucap pak Urip saat jemari kirinya kembali menyentuh vagina majikannya.

“aaahhh paakkk jangaannnn” desah Nayla merinding.

“Kalau ini? mmppphhh sslllrrppp” Ucap pak Urip saat mengincar pentil susunya lalu menyeruputnya yang membuat mulut Nayla terbuka lebar dari balik cadarnya.

“aaahhh bapppaaakkk” desah Nayla sampai merinding dibuatnya. Rasanya sungguh nikmat merasakan kedua titik tersensitifnya dirangsang secara bersamaan. Nampak jemari kiri pak Urip mengorek – ngorek lubang vaginanya. Vaginanya yang semakin basah memudahkan jemari pak Urip berkeliaran di dalam. Telapak tangannya juga tak tinggal diam dengan menekan – nekan klitorisnya. Nayla blingsatan. Nayla mendesah keenakan tak karuan. Berulang kali pinggulnya bergoyang sedangkan tangannya berusaha mendorong tubuh pak Urip meski dirinya sangat menikmati pelecehannya kali ini.

“Mmpphhh sllrrppp.. Mmpphh slrrppp nikmatnya menyusu di susu bulatmu, non” Desah pak Urip sambil meremas payudara kiri Nayla sedangkan mulutnya menghisap puting kirinya sepuas – puasya.

“aaahhh iyaahhh” desah Nayla tanpa sadar yang membuat pak Urip tersenyum puas.

Pak Urip menjulurkan lidahnya tuk menjilati puting sensitif majikannya. Terkadang bibirnya ikut bermain dengan menjepitnya lalu lidahnya menoel – noel putingnya yang memberikan efek kenikmatan yang luar biasa bagi akhwat bercadar itu. Terkadang giginya mendekat untuk mengigitnya pelan. Terkadang lidahnya bermain – main dengan menjilati areolanya yang membuat Nayla merinding hebat. Tangannya juga tak tinggal diam, tangannya itu meremasnya kadang juga mencengkramnya. Tangannya juga menjepit putingnya kadang juga menariknya. Ia benar – benar menjadikan Nayla boneka seksnya. Ia pun terus – terusan merangsang susu Nayla dan juga vagina sempitnya.

“Aaahhh.. Aahhh.. Aaahhh” desah Nayla merasakan kenikmatan yang luar biasa. Berulang kali payudaranya secara bergantian dirangsang oleh pak Urip. Meski awalnya ia berusaha mendorong tubuhnya agar menjauh namun kini kedua tangannya hanya memegangi bahunya saja. Kedua tangannya hanya menyentuh bahunya sambil menikmati jilatan serta colekan di kemaluannya saja.

Nafsunya yang semakin memuncak membuatnya tak mampu melawan. Meski hatinya daritadi ingin memaki namun kenikmatan yang ia dapatkan membuatnya diam menikmati. Nayla malah memejam. Nafsunya benar – benar terlalu kuat untuk ia lawan. Nayla pun hanyut dalam buain nafsu birahi. Apalagi saat merasakan gelombang orgasme akan datang sebentar lagi.

“aaahhh.. Aahhh pakkk.. Sudahhh aaahhh.. Aaahhh” desah Nayla yang bingung antara harus menikmati atau menolak.

Pak Urip pun tersenyum. Ia merasakan vagina Nayla berdenyut. Nafas Nayla juga semakin berat pertanda nafsunya semakin memuncak hingga akan mendapatkan orgasmenya.

“Aaahhh.. Aahhh.. aaahhh” desah Nayla semakin keras saat kocokan di vaginanya semakin kuat.

Terdengar bunyi cipratan air di dalam. Nayla menikmatinya. Nayla benar – benar hanyut dalam buaian nafsu birahinya.

“Gimana non? Semakin enak kan?” tanya pak Urip yang membuat Nayla semakin benci mengakui. Nayla pun tak menjawab. Ia hanya mendesah membiarkan pria tua itu membantunya mendapatkan orgasmenya.

“Aaahhh bapaakkk.. Aahhh.. aaahhh” desah Nayla merasakan gelombang orgasmenya semakin dekat.

Namun saat sedang asyik – asyiknya dirangasang oleh pembantunya. Tiba – tiba pembantunya itu menghentikan colmeknya yang membuat Nayla terkejut hingga menatap pak Urip heran.

“Kenapa? Kok mukanya gitu? Hakhakhak” Tawa pak Urip yang membuat Nayla semakin kesal. Padahal ia sudah berharap ingin mendapatkan orgasme yang begitu nikmat. Namun pak Urip menghentikannya. Nayla ingin marah tapi itu hanya akan menurunkan harga dirinya. Nayla pun hanya bisa menatapnya benci karena menahan dirinya untuk berorgasme.

“Hakhakhak enak aja.. Aku tau non mau ngecrot kan.. Enak aja! Gak semudah itu non.. Ayo nungging hadap dinding” Ucap pak Urip menarik tubuh Nayla lalu memposisikannya seperti apa yang ia ucapkan.

“aaahhh paaakkk“ desah Nayla saat tubuh telanjangnya dipaksa menungging memunggungi pembantunya.

Nayla yang masih ngos – ngosan hanya bisa pasrah menanti apa lagi yang akan dilakukan oleh pembantunya. Namun saat dirinya merasakan adanya satu benda tumpul yang terlampau besar ingin memasuki vaginanya membuat matanya melotot terkejut hingga menoleh menatap pembantunya.

“Kenapa non? Hakhakhak.. Ya saya akan mengentotmu.. Aku akan memuasi memekmu lagi!” Ucap Pak Urip sambil tersenyum. Kedua tangannya pun mendekap pinggang ramping Nayla lalu pinggulnya pelan – pelan maju membelah liang senggama Nayla yang semakin basah itu.

“Tapii pakk tolllongg jangaann.. aaahhh” desah Nayla merinding hingga wajahnya kembali menghadap depan kemudian memejam menikmati penetrasi pembantunya.

“Ouuhhh sempitnyaaa.. Aaahh masih rapet aja memekmu non.. Ouhhh” Desah pak Urip saat penisnya secara perlahan memaksa masuk membelah liang senggama akhwat bercadar itu.

“Paaakkk gakkk muaattt aaahhh” desah Nayla merinding hingga tubuhnya terdorong ke arah dinding.

Sungguh itu adalah gesekan ternikmat yang pernah Nayla rasakan seumur hidupnya. Ditengah nafsunya yang membara, ia merasakan gesekan yang membuat gairah birahinya menyala – nyala. Nayla terus saja memejam sambil membuka mulutnya lebar – lebar.

“Hakhakhakhak.. Lebih enak kan non rasanya pas lagi sangek – sangeknya? Ouhhh saya tarik lagi yah non.. Ouhhh makin enak aja rasanyaaa” desah pak Urip saat menarik pinggulnya lagi lalu menusuknya lagi.

Ia memaju mundurkan pinggulnya secara perlahan tuk menikmati barang berkualitas tinggi yang tengah ia cicipi. Kedua tangannya pun membelai tubuh indahnya. Telinganya dimanjakan dengan desahan suaranya. Matanya juga dimanjakan dengan penampakan punggung mulusnya. Akhwat bercadar yang tinggal mengenakan hijab serta cadar dan behanya itu semakin terangsang dengan rangsangan yang pak Urip berikan.

“Ouuhhh.. paakkk.. Mmppphhh” desah Nayla tak tahan hingga mulutnya mendesah secara tak sadar.

“Hakhakhak.. Ngaku aja non.. Gak usah munafik.. Tunjukkan kalau non emang bener – bener menikmati tusukan saya!” Ucap pak Urip ingin membuat Nayla membuang harga dirinya.

“Aaahhh.. Aahhh enggakkk pakk.. Mana mungkin aku menikmatinyaa.. Sudaaahhh.. Cukuppp paakkk.. Akuuuu aaahhh” desah Nayla saat pak Urip tiba – tiba membenamkan penisnya seluruhnya ke dalam vaginanya.

“Uuuuhhh enaknya bisa mentok gini” Ucap pak Urip lalu menarik penisnya lagi.

“Tunggguuuu.. Tungguuu pakkk.. Akuuuu aaahhh” Jerit Nayla saat pak Urip lagi – lagi menusuk penisnya hingga batang tumpul itu melesat tajam menyundul rahimnya.

“aaahhh gilaaa.. aaahhh” desah pak Urip puas.

Namun lagi – lagi pak Urip menarik penisnya hingga hanya menyisakan ujung gundulnya saja. Lagi – lagi kedua tangannya mengusap tubuh mulusnya. Usapannya pun maju ke depan tuk membelai perut ratanya. Nampak Nayla merinding keenakan menikmati belaiannya. Lalu usapannya semakin naik hingga tiba di payudara bulatnya. Kedua tangan Nayla yang masih bertumpu pada dinding tak bisa berbuat apa – apa selain membiarkannya. Jujur, Nayla menikmatinya. Apalagi tadi saat tubuhnya nyaris mendapatkan orgasme namun ditunda oleh pembantunya. Nafsunya kian melonjak apalagi saat tiba – tiba kedua tangan pak Urip mencengkram kuat susu bulatnya yang membuat mata Nayla melek merasakan sensasinya.

“aaahhh”

Tidak hanya diremas rupanya. Disaat yang bersamaan, penis pak Urip kembali ambles menusuk tajam rahim majikannya yang membuat kaki – kaki Nayla lemas tak berdaya.

Jleeebbb!!

“aaah mantapnyaaa!!” desah pak Urip puas.

Maju mundur, maju mundur, maju mundur. Pinggul pak Urip mulai stabil dalam mengorek – ngorek liang senggama majikannya menggunakan penisnya. Kecepatannya pun lumayan cepat hingga payudara Nayla meloncat – loncat meski masih tertahan oleh behanya. Pak Urip pun menarik lepas ikatan di behanya. Setelah beha itu terjatuh. Barulah payudara Nayla bisa terbebas hingga membuatnya meloncat semakin cepat. Sodokan pak Urip pun diperkuat. Tubuh Nayla sampai terlonjak – lonjak. Rasanya semakin nikmat. Mereka berdua pun mengerang sepuas – puasnya.

“aaahhh.. Aahahhh.. Aaahhh non.. Aaahhh” desah pak Urip sambil memegangi pinggang Nayla.

“Aaahhh bapaakkk.. aaahhh.. aaahhh” desah Nayla sambil geleng – geleng kepala.

"Ini gak mungkin.. Ini gak mungkin.. Kenapa aku gak sanggup melawan? Kenapa aku malah diam membiarkan?" Batin Nayla saat ia semakin menikmati sodokan pembantunya.

Sodokan pak Urip semakin cepat. Berulang kali tangannya menampar – nampar bokong Nayla yang membuat akhwat bercadar itu menjerit – jerit merasakan sensasinya.

Plaaakkk.. Plaaakkk.. Plaaakkk!

“Aaahhh sakitt.. Aahhh paakkk.. Aaahhh”

“Hakhakhak.. Dasar lonte nakal! Dasar lonte bercadar! Bisa – bisanya lonte sepertimu menggoda saya yah!” Ucap pak Urip sambil menampar bokong Nayla.

Plaaakkk!

“Aaahhh paakkk.. Aku bukan wanita nakal” Jerit Nayla.

Plaaakkk!

“Aahhh paakkk amppuunnnn!” Jeritnya lagi.

Plaaakkk!!

“Dasar lonte mesum.. Terima lah sodokan saya ini!” Jerit pak Urip sambil menamparnya yang membuatnya tertawa puas.

“Aahhh sakittt.. Aahhh pakkk.. Aku bukaannn.. Aku bukann lon.. aaahhh” Jerit Nayla saat berulang kali dirinya dilecehi secara verbal dan fisik.

Berulang kali vaginanya disodok dengan kuat. Berulang kali dirinya dituduh seorang lonte bercadar yang membuatnya semakin kecewa. Meski demikian, ia merasakan adanya gairah saat dirinya dituduh sebagai lonte. Ia pun heran. Ia bertanya – tanya apa penyebabnya.

"Aaahhh.. Apa gara – gara nafsuku ini? Minuman itu? Minuman itu membuatku kehilangan akal sehatku.. Aahhh tolonggg.. Aaahhh kenapa aku semakin menikmati ini?" Batin Nayla yang sudah diracun oleh minuman perangsang itu.

Setelah berulang kali disetubuhi dengan kontol besar pak Urip. Akhwat bercadar itu kembali merasakan adanya tanda – tanda orgasme setelah tadi digagalkan oleh pak Urip. Vaginanya kembali berdenyut. Tubuhnya semakin mengejang hingga kedua payudara bulatnya semakin mengencang. Desahan nafas Nayla juga semakin kencang. Jeritannya semakin kencang. Akhwat bercadar itu sudah berada diambang klimaks untuk mendapatkan orgasme pertamanya.

“Aaahhh.. Aaahhh.. Aaahhh paaakkk.. Akuuuuu” desah Nayla yang ingin cepat – cepat mendapatkan orgasmenya karena tidak tahan lagi.

Namun lagi – lagi pak Urip mencabut penisnya tepat setelah mendengar desahan Nayla. Saat pak Urip mencabut penisnya, Nayla langsung menoleh tak percaya kalau dirinya lagi – lagi dipermainkan oleh pembantu bejat itu.

“Paaakkk” Rengek Nayla tanpa sadar hingga kedua lututnya melemas nyaris terjatuh. Untungnya kedua tangan Nayla dengan kuat bertumpu pada dindingnya. Sikap Nayla yang tak tahan membuat pak Urip tertawa terbahak – bahak.

“Kenapa? Mau crot? Katanya tadi gak menikmati, kok mau crot?” kata pak Urip yang membuat Nayla semakin kesal.

Akhwat bercadar itu pun lalu diseret oleh pak Urip menuju sofa ruang tamu. Pria tua berperut tambun itu duduk diatas sofa lalu Nayla diminta duduk diatas pangkuannya dalam posisi saling berhadapan.

“Hakhakhak.. Udah gak nahan pengen keluar yah?” Tanya pak Urip saat penisnya kembali dimasuki vagina akhwat bercadar yang sudah semakin basah itu.

“mmppphhh” desah Nayla sambil membuang muka.

Sikap jual mahal yang Nayla tunjukkan membuat pak Urip tertawa puas. Sikap Nayla yang sok jual mahal tapi menikmati benar – benar sesuai dengan fantasinya. Kalau Nayla langsung liar mungkin pak Urip tidak terlalu tertarik lagi. Pak Urip pun bersiap untuk menikmatinya lagi. Mungkin ini gaya terakhirnya karena sejujurnya ia juga tak tahan ingin membuang pejuhnya di dalam rahim kehangatannya lagi.

“Siap untuk ronde terakhirnya, sayangg?” Lirih pak Urip sambil menatap majikannya.

Nayla hanya acuh mendengar pertanyaan itu. Nayla sedang benci – bencinya pada pembantu tuanya. Namun pinggul pak Urip yang bergerak tiba – tiba membuat Nayla terkejut saat tubuhnya meloncat – loncat diatas pangkuannya.

“aaahhh paakkk” Desah Nayla saat tubuhnya melonjak – lonjak diatas pangkuannya.

“Hakhakhak indahnyaaa.. Indahnya gerakan susu bulatmu ini sayaangggg” ucap pak Urip yang membuat wajah Nayla memerah.

Nayla yang sedang nafsu – nafsunya memilih pasrah membiarkan pak Urip menikmati tubuhnya. Ia pasrah bukan karena ia menyerah dalam menyerahkan harga dirinya. Tapi ia lebih karena tak tahan lagi setelah dirangsang seharian. Ia juga wanita yang tak bisa menolak ketika diberi kepuasan yang tak terkira. Ia tak sanggup menahannya. Apalagi otaknya semakin keruh sehingga membuatnya kesulitan untuk mendapatkan akal sehatnya. Matanya pun sesekali menatap wajah tuanya. Namun wajah pak Urip yang juga sedang menatap wajahnya membuat Nayla jijik hingga membuang muka ke samping.

NAYLA MENOLEH KE SAMPING

“Mmpphhh.. Mmphhh.. Aaahhh yaaahhh” desah Nayla tak kuat lagi.

“Aaahhh.. Aaahhh masih belum puas non?” Tanya pak Urip bermaksud untuk mengejeknya.

Nayla lagi – lagi membuang muka karena enggan untuk berbicara dengan pria tua itu.

“Hakhakhak.. Dasar sok suci.. Hennkgghhh!!” Desah pak Urip memperkuatnya hingga tubuh Nayla semakin meloncat tinggi ke angkasa.

“aaahhh paakkk.. aaahhh” desah Nayla ketakutan karena khawatir tubuhnya akan terjatuh akibat terloncat terlalu tinggi.

“Hakhakhak aaahhh nikmatnyaaa.. Aaahhh nikmatnyaaa” desah pak Urip tertawa puas.

“Aaahhh paakkk pelaannn.. Pelaaannn.. aaahhh” desah Nayla merasakan hujaman yang sangat kuat yang menembus vaginanya. Seketika ia kembali merasakan dirinya hendak kembali berorgasme. Ia merasakan cairan cintanya dengan deras mengalir ke lubang kencingnya.

"Aaahhh sebentar laggiii.. Sebentar lagi.. Ayo pakkk yang cepaat.. Cepaatt akhiri semua ini!" Batin Nayla yang ingin cepat – cepat keluar.

“aaahhh paaakkk.. Aahhh” desah Nayla saat keinginannya nyaris terwujudkan.

Sodokan pak Urip semakin kuat. Kedua payudara Nayla juga bergoyang cepat. Jeritan Nayla semakin keras. Tubuhnya meloncat semakin tinggi hingga saat tubuhnya turun, penis pak Urip semakin dalam saat menusuk vaginanya.

"aaahhh.. Aaahhh.. Dikittt lagiiii.. Aayyooo!!" Batin Nayla sambil menunjukkan wajah sangeknya tanpa sadar.

“Hakhakhak” Tawa pak Urip menyadari betapa nafsunya akhwat bercadar di hadapannya.

"Udah gak tahan lagi yah non? Gak tahan pengen ngentotin saya?" Batin pak Urip terpikirkan ide.

“aaahhh.. Aaahhh.. aaahhh pakkk” desah Nayla memejam saat asyik – asyiknya dipuasi oleh pak Urip.

Tiba – tiba pak Urip menghentikan laju pinggulnya. Gerakannya yang tadi cepat tiba – tiba melambat bahkan berhenti saat Nayla sedang asyik – asyiknya dipuasi.

Sontak Nayla membuka matanya. Ia menatap pak Urip tak percaya karena lagi – lagi pria tua itu menghentikan dirinya yang nyaris berogasme. Nayla hanya diam menatap pembantunya tak percaya. Ia ingin protes namun ia takut ucapannya itu hanya akan membuat dirinya terlihat murahan dihadapan pembantunya.

“Kenapa?” Tanya pak Urip cengengesan yang membuat Nayla semakin benci.

“Hakhakhak.. Kalau non pengen ngecrot kenapa non gak coba goyang sendiri? Usaha dong” Ucap pak Urip yang membuat Nayla terkejut mendengar.

"Apa? Aku? Goyang sendiri?" Batin Nayla merasa tak sudih untuk melakukannya.

“Ayo non goyang dong.. Goyang dongg” Ucap pak Urip sambil menghentak – hentakkan tubuhnya sesekali yang membuat tubuh Nayla terlonjak – lonjak lagi.

“Aaahhh pakkk hentikann.. Aahh enggakk.. Akuu gak mau melakukannyyaa” Ucap Nayla berusaha bertahan.

“Hakhakhak.. Yakin?” Tanya pak Urip saat tiba – tiba ia menggenjot tubuh Nayla lagi yang membuat tubuh Nayla kembali meloncat – loncat cukup cepat.

.”Aaahhh pakkk cukuupp.. aaahhh.. aaahhh” desah Nayla hingga birahinya kembali terpanggil menguasai diri.

Namun saat giliran orgasmenya mau keluar. Pak Urip lagi – lagi berhenti. Nayla pun kecewa sambil menatap pak Urip lagi.

“Makanya goyang hakhakhak” Ejek pak Urip yang membuat Nayla semakin kesal.

"Hah.. Hah.. Hah.. Haruskah aku bergoyang?" Batin Nayla mulai tergoda.

Jujur, ia sudah tak sanggup lagi. Ia ingin menyudahi siksaan birahi ini.

“aaahhh” desah Nayla saat pak Urip tiba – tiba menghentakkan tubuhnya lagi.

Namun baru satu kali hentakan pak Urip tidak melanjutkannya lagi. Nayla semakin tersiksa. Nafasnya yang terengah – engah menatap pak Urip sambil berfikir sekali lagi.

"Cuma bergoyang kan? Gak masalah kan? Toh ini demi diri sendiri.. Jujur aku gak tahan lagi.. Aku mau keluar.. Aku mau menyudahi perzinahan ini.." Batin Nayla saat hatinya bergejolak.

“Ayo mau goyang gak? Kalau gak mau yaudah.. Aku udahan” Ucap pak Urip menunjukkan langkah berani saat tiba – tiba dirinya hendak menarik lepas penisnya dari dalam rahim Nayla.

Sontak Nayla terkejut hingga reflek menahan pak Urip untuk tidak melakukannya.

“Tunggu paaakkk” Ucap Nayla yang membuat pak Urip tersenyum. Senyuman penuh nafsu yang pak Urip tunjukkan saat itu benar – benar membuatnya malu. Bagaimana bisa dirinya menahan seorang pria tua yang ingin menyudahi aksi perzinahannya?

“Gimana, mau goyang?” Tanya pak Urip yang membuat Nayla mau tak mau mengangguk malu.

“Hakhakhak.. Itu baru pinter.. Pilihan yang bijak non.. Ayo sekarang goyang.. Aku akan memegangi pinggulmu agar non gak terjatuh” Ucap pak Urip yang membuat Nayla mendesah keras.

"Maafin aku mas.. Bukan bermaksud mengkhianatimu.. Tapi aku udah gak tahan lagi untuk melampiaskan nafsuku ini.." Batin Nayla saat mulai menaikan tubuhnya.

“Aaahhh nikmatnyaaa” desah pak Urip saat pinggul Nayla kembali turun ke dalam pangkuannya.

"Maafin aku mass.. Maaafin.." Batin Nayla sambil memejam saat pinggulnya kembali naik lalu turun lagi.

“aaahhh puasnyaaa hakhakhak” Tawa pak Urip yang membuat hati Nayla semakin tersakiti. Entah kenapa rasanya seperti sedang memuasi pak Urip saja. Meski Nayla melakukannya untuk diri sendiri, desahan yang pak Urip keluarkan membuat dirinya merasa tak sudih.

“aaahhh yahh.. Ayoo lagii non.. Lagii..” desah pak Urip tertawa saat Nayla mulai stabil saat bergoyang diatas pangkuannya.

Nayla bergoyang. Tubuhnya naik turun semakin kencang. Ia pun merasakan kenikmatan yang menendang – nendang. Gesekan yang ia terima di vaginanya serta rabaan yang ia terima di pinggangnya. Nayla pun memejam menikmati itu semua kendati hatinya merasa dikecewakan oleh nafsu yang tak sanggup ia pendam.

Susu Nayla bergoyang. Gerakannya yang naik turun memanjakan mata pak Urip. Pak Urip berulang kali menjilati bibirnya sendiri sambil menatap pergerakan susu bulat itu. Gemas, Pak Urip pun menaikan tangannya tuk meremas – remas dada bulatnya. Nayla mengerang. Ia pun membuka matanya dan mendapati wajah jelek itu dengan penuh nafsu tengah menikmati keindahan tubuhnya.

"Aaahhh.. Maafin aku masss.. Maafin aku yang sudah berzina dengan pembantumu.." Batin Nayla yang kembali memejam demi mengurangi kekecewaannya. Semakin ia menatap pria tua yang menjadi rekan zinanya. Ia semakin kecewa karena terpikirkan sudah mengkhianati suaminya. Ia pun fokus bergoyang naik turun agar dirinya cepat selesai dan cepat menjauh dari pelukan pria tua itu.

“aaahhh.. Aaahhh.. Aaahhh” desah Nayla bergoyang cepat.

“aaahhh teruss non.. Terusss.. Terusss.. Hakhakhak” tawa pak Urip yang terpuaskan oleh goyangan nikmat Nayla.

“aaahhh.. aaahhh.. Maasss.. aaahhh” desah Nayla kebablasan hingga menyebut suaminya.

"Hakhakhak.. Lagi mikirin suamimu yah non? Bayangin aja terus.. Lakukan sesukamu.. Jangan lupa buka matamu tuk mencari tahu siapa yang sedang berzina denganmu saat ini!" Batin pak Urip tertawa.

“aaahhh paakkk aahhh jangann digituinnnn” desah Nayla semakin terangsang saat putingnya ditarik oleh pak Urip lalu dipelintirnya.

“Hakhakhak.. Goyangnya lebih cepat makanyaaa.. Yang cepaaattt!” Desah pak Urip yang membuat Nayla mau tak mau menuruti.

“aaahhh.. Aaahhh.. Seperti ini? aaahhh” desah Nayla semakin cepat bergoyang yang membuat pak Urip tertawa.

“Hakhakhak.. Ya, lakukan variasi.. Lakukan gerakan memutar!” Ucap pak Urip yang segera dituruti Nayla.

“aaahhh seperti ini? Aaahhh.. Aaahhh sakittt” Desah Nayla menurutinya lalu menjerit saat putingnya kembali dicubit.

Nayla pun bergoyang maju mundur dengan cepat. Terkadang ia juga bergoyang memutar yang diawali gerakan maju lalu ke kiri lalu ke kanan lalu ke belakang sebelum ke depan. Terkadang ia juga melakukan gerakan memutar sesuai arah jarum jam. Kadang ia melakukannya secara acak. Yang terpenting ia merasakan kepuasan yang membuat Nayla semakin bebas bergoyang.

"aaahhh.. Aaahhh.. Kenapa semakin nikmat.. Aaahhh.." Batin Nayla yang tanpa sadar meremasi payudaranya sendiri.

Hakhakhak.. Makin sangek yah non? Ayoo yang kencengg.. Ayo yang binal! Batin pak Urip melihat nafsu Nayla yang semakin memuncak.

“aaahhh.. aaahhh.. aaahhh” Desah Nayla semakin manja. Nafsu yang semakin tak tahan membuat tangannya mengusapi tubuhnya dari atas kebawah. Ia membelai tubuhnya sendiri saat turun ke pinggang lalu ke perut lalu ke payudaranya lagi. Gerakan Nayla yang semakin binal membuat pak Urip merasa tak sanggup menahannya lagi.

“aaahhh terusss non.. Terusss.. Aaahhh lebih binal lagi!” Desah pak Urip merem melek.

“aaahhh kenapa ini? Kenapa tubuhku ini? aaahhh.. Aaahhh.. aaahhh” desah Nayla saat meremasi payudaranya dengan kuat.

“Aaahh yahh seperti itu.. Binalkan dirimu.. Lampiaskan semua nafsumu sayaaangg” Desah pak Urip.

“aaahhh iyyaahhh.. iyyaahhh.. Aaahhh iyyaaahhh” desah Nayla sambil bergoyang maju mundur.

Nafsu Nayla yang semakin tak tertahankan membuat dirinya semakin liar dalam bergoyang. Tak peduli dengan siapa ia melakukannya ia hanya ingin melampiaskan nafsunya. Tubuhnya bergoyang maju mundur. Gerakannya cepat tanpa pernah mengendur. Tangannya dengan nakal meremasi susunya. Jemarinya ikut bermain dengan menarik pentilnya. Matanya memejam sambil merasakan tusukan yang semakin menghujam. Ia pun melakukan gerakan lain. Gerakannya berubah menjadi naik turun lagi. Ia ingin meraskan hujaman penis itu lagi. Ia bergerak naik turun. Ia bergoyang tanpa ampun. Saat dirinya hendak turun, ia membenamkannya sedalam – dalamnya demi mendapatkan kenikmatan yang maksimal. Dinding rahimnya pun tertusuk ujung gundulnya. Namun Nayla tak peduli karena yang ia inginkan adalah kepuasan yang berulang kali gagal ia dapatkan. Nayla menggila. Nayla sudah seperti pelacur murahan saja.

“aaahhh.. Aaahhh.. Aaahhh paaakkk” desah Nayla tak sanggup lagi.

“aaahhh non.. Aaahhh terusss.. Aaahhh saya gak kuat lagi” desah pak Urip yang juga sudah tak sanggup menahannya lagi.

Plokkk.. Plokkk.. Plokkk!!

Pinggul mereka bertubrukan hingga menimbulkan suara yang keras. Nafsu yang tertahan membuat mereka bercinta semakin ganas. Nayla yang mengendalikan permainan terus saja bergoyang hingga tubuhnya semakin memanas. Nayla tak sanggup bertahan. Ia terus bergoyang tanpa memikirkan apapun lagi.

“aaahhh.. Aaahhh akkuu mauu kelluaarr.. Aakkuu mauu kelluaaar” Desah Nayla yang nyaris terjatuh sebelum pak Urip sigap memegangi. Kedua tangan mereka pun saling mendekap. Jemari – jemari mereka pun saling memegang erat.

“aaahhh keluarkan non.. Keluarkaaannn.. Lampiaskan nafsumu itu.. Aahhh” desah pak Urip menyemangati.

“aaahhh iyaahhh.. Iyyyaaahhh.. Iyyaahhh” desah Nayla semakin liar. Goyangannya semakin barbar. Rasanya jauh lebih nikmat dibandingkan saat disetubuhi oleh suaminya.

Nayla tak tahan lagi. Nafsunya sudah menggebu dan tak sanggup ia tahan – tahan lagi. Ia ingin berorgasme. Ia ingin mendapatkan kenikmatan melalui goyangannya kali ini. Begitu juga pak Urip, ia tak menduga kalau goyangan Nayla akan senikmat ini. Ia tak tahan lagi. Spermanya sudah sampai di ujung gundulnya dan telah bersiap untuk menembakkan seisinya.

“Aaahhh.. Aahhh.. Aaahhh” desah mereka berdua bersamaan.

Dada mereka berdua semakin sesak. Mata mereka berkunang – kunang. Nayla yang tak sanggup lagi pun membuka matanya tuk menatap wajah pria tua yang ada dihadapannya.

“aaahhh.. Aaahhh bapaakk.. Akuuuu aaahhh” desah membuka mulutnya sambil menatap wajah pria tua berperut tambun itu.

“Aaahhh nonnnn saya jugaa.. Aku jugaaa.. aaahhh.. aaahhh” desah pak Urip sambil menatap mata majikannya.

“aaahhh” Desah mereka berbarengan saat penis pak Urip ambles begitu dalam di rahin Nayla.

Crrrooottt.. Crroott.. Crrooottt!!

“Keellluuaaarrrr!!” Desah mereka berdua bersamaan.

Diluar dugaan Nayla lebih dahulu keluar sambil menatap wajah pembantunya. Tubuhnya bergetar puas. Matanya merem melek penuh kepuasan. Nafasnya terengah – engah, ia pun ambruk sambil memeluk tubuh pembantunya itu.

Pak Urip pun menyusul kemudian. Rasanya lebih puas saat ngecrot sambil menatap mata majikannya, Ya, mereka sama – sama mendapatkan kepuasan ketika mata mereka bertemu. Suka atau tidak suka mereka telah melakukannya. Rasanya jauh lebih puas saat tahu siapa seseorang yang membantu mereka tuk mendapatkan orgasme kali ini.

“Hah.. Hah.. Hah” Desah Nayla ngos – ngosan saat ada di pelukan pembantunya.

“Hah.. Hah.. Puas banget.. Hah” desah pak Urip sambil memeluk punggung Nayla lalu menekannya hingga merasakan empuknya dada majikannya.

Mata mereka masih merem melek. Mereka masih terengah – engah sambil menikmati sisa orgasme mereka.

Hah gila puas banget.. Puas banget bisa ngecrot setelah digoyang non Nayla! Batin pak Urip puas. Penisnya pun masih mengeluarkan sisa – sisa spermanya. Terasa vagina Nayla semakin penuh hingga menumpahkan sperma melalui sela – sela vaginanya.

“Oouuhhh.. Ooouuhhh.. Hah.. Hah” desah Nayla saat merasakan sperma pembantunya keluar melalui sela – sela vaginanya.

Puas banget.. Puas banget rasanyaa.. Akhirnya selesai juga! Batin Nayla ngos – ngosan dibuatnya.

Perlahan setelah nafsunya terpuaskan, akal sehatnya kembali datang membawa jati dirinya sebagai seorang akhwat. Lambat laun ia menyadari apa yang baru saja dibuatnya. Matanya masih memejam namun masih terbayang di benaknya bagaimana liarnya dirinya saat bergoyang diatas pangkuan pembantunya.

Apa ini? Apa yang sudah aku lakukan? Hah.. Hah.. Hah.. Batin Nayla menyadari apa yang baru saja dibuatnya.

Aku sudah berzina? Aku sudah mengkhianati cinta suamiku? Batinnya lagi benar – benar kecewa.

Sambil ngos – ngosan Nayla teringat saat tubuhnya bergerak sendiri saat menggoyang pembantunya. Padahal bisa saja dirinya pergi namun ia malah memilih bergoyang demi melampiaskan nafsu birahinya.

Bodohnya aku? Apa yang sudah aku lakukan? Bukannya pak Urip tadi mau menyudahi? Kenapa aku malah menahannya? Batin Nayla semakin kecewa.

“Hakhakhak.. Tega yah non.. Non tega banget sudah memperkosa saya” Lirih pak Urip di telinga Nayla yang membuat Nayla semakin kecewa.

Nayla pun mengangkat wajahnya tuk menatap wajah pembantunya. Ia berfikir. Gerakannya tadi memang terlihat seolah dirinya baru saja memperkosa pak Urip. Nayla sedih. Tak sadar air matanya turun setelah mengingat semua tindakannya tadi.

“Gapapa, sekarang skornya 1 – 1 yah.. Kemarin saya yang mempekrosa non sekarang giliran non yang memperkosa saya.. Besok saya janji yang akan memperkosa non terus besoknya non lagi yah.. Kita lihat siapa yang paling banyak memperkosa diantara kita berdua” Ucap pak Urip sambil menatap wajah majikan bercadarnya.

Nayla pun merasa malu hingga menangis memikirkan semua itu. Ditengah tangisannya, pak Urip kembali menekan punggung Nayla hingga tubuh mereka kembali berpelukan. Nayla yang lemas tak berdaya tak bisa melawan. Ia hanya menangis sambil mengutuk perbuatan yang baru saja dilakukannya itu.

“Mulai sekarang, non akan menjadi pemuas nafsu saya.. Non gak akan bisa lepas karena saya akan menagih jatah untuk terus menyetubuhimu hingga dirimu hanyut ke dalam aliran nafsu yang mengalir di tubuhmu.. Lihat saja nanti, pasti non yang akan meminta bahkan merengek – rengek meminta dipuasi oleh saya” Ucap pak Urip yang membuat Nayla menangis semakin kencang.

“Engggaakkk.. Aku gakk mauuuu” Jerit Nayla sambil menangis.

“Hakhakhak.. Terima saja takdirmu itu, sayaaanggg” tawa pak Urip sambil memeluk erat tubuh majikannya agar tidak kabur darinya.

*-*-*-*



BEBERAPA JAM KEMUDIAN



Nayla tengah terbaring di ranjangnya sambil menangisi nasibnya. Ia masih tak menyangka kalau justru pak Urip adalah pelaku dari semuanya. Wajahnya sembap, tubuhnya lemas, bajunya pun lecek karena terlalu lama berbaring diatas ranjang tidurnya.

Terhitung sejak pagi setelah dirinya disetubuhi pembantunya, ia langsung mandi lagi lalu mengurung diri di kamar. Ya, ia telah mengunci kamarnya karena takut pria tua itu kembali melecehkan tubuhnya. Ia ingat betul saat dirinya mandi bersama pembantunya. Berulang kali pria gempal itu meremasi dadanya dan meraba – raba tubuh mulusnya. Beruntung, ia berhasil kabur setelah berpura – pura mengambil handuk. Ia pun belum bertemu lagi dengan pak Urip sejak saat itu. Ia pun berharap kalau dirinya tidak akan bertemu lagi dengan pria bejat tersebut.

“Udah jam dua yah? Aku laper banget” Ucap Nayla yang belum menyentuh makanan ataupun minuman setelah diperkosa pembantunya.

Nayla yang saat itu mengenakan kaus berlengan panjangnya serta celana longgarnya pun bangkit sambil menyeka air matanya. Ia berjalan sejenak mendekati pintu masuk sambil menaruh telinganya disana.

“Gak ada suara? Pak Urip sedang pergi apa yah?” Tanya Nayla pada diri sendiri.

Ia pun kembali menuju ranjangnya sambil berfikir keras. Ia ingin keluar tapi terlalu takut untuk melakukannya. Ia kepikiran pak Urip sedang menunggunya di luar. Ia pun mondar – mandir di dalam sambil memikirkan sesuatu.

“Eh, itu?” Tanya Nayla saat melihat ke arah luar jendela.

Ia melihat pria tua berbadan kekar yang ia duga telah memperkosa dirinya. Ia jadi menyesal telah menuduhnya. Ia pun teringat kejadian di pagi tadi. Ia telah menuduh buta. Ia jadi merasa tidak enak padanya.

“Pasti pak Beni kecewa padaku.. Pasti ia merasa malu karena perlakuanku pagi tadi” Ucap Nayla kepikiran.

Ia pun kembali berjalan mendekati pintu masuk. Tak sengaja ia melihat kalender yang terpasang di dinding samping pintu masuk.

“Besok tanggal merah yah? Alhamdulillah.. Setidaknya besok aku bisa aman karena ada mas Miftah yang menjagaku” Lirih Nayla dengan lega.

Kruwek.. Kruwek.. Kruwek..

Perut Nayla berbunyi. Nayla merasa lapar dan kerongkongannya benar – benar kering ingin meminum sesuatu.

Ia pun buru – buru menuju almarinya untuk mengambil hijab simpelnya berikut masker untuk menutupi sebagian wajahnya. Ia memberanikan diri membuka kunci pintu kamarnya. Ia pun menoleh ke kanan dan ke kiri lalu mengendap – ngendap di dalam rumahnya sendiri.

Saat tiba di ruang tamu rumahnya. Ia melihat pak Urip sedang tertidur. Wajahnya tengah tersenyum mungkin karena memimpikan perbuatannya pagi tadi. Wajah Nayla terlihat benci namun kemudian berubah menjadi lega karena setidaknya pria bejat itu tengah tertidur pulas.

Nayla pun meminum segelas air sejenak lalu berlari keluar secara perlahan agar tidak membangunkan pembantunya.

“Alhamdulillah bisa keluar rumah” Ucap Nayla sambil memegangi dadanya.

Wajahnya pun seketika menoleh ke kanan. Ia melihat ke arah rumah pak Beni. Entah kenapa hatinya memintanya untuk menuju kesana. Ia pun berlari secepat – cepatnya untuk menjauh dari posisi dimana pembantunya berada.

Kaki Nayla melangkah cepat. Ia terlihat buru – buru mendatangi suatu rumah. Setibanya ia disana, ia langsung mengetuk pintu rumahnya dengan tergesa – gesa karena takut pria tua itu terbangun dan memergokinya ada disana.

Tokkk.. Tokkk.. Tokkk..

“Assalamualaikum pak Beni!”

Nayla terlihat gelisah. Berulang kali ia menoleh ke kanan juga ke kiri. Untungnya jalanan begitu sepi. Ia pun kembali menoleh ke arah rumahnya untuk melihat kejadian disana.



=== XPARTX ===



“Aasssalamualaikum.. Paaakkk”

Tokkk.. Tokk.. Tokkk..

Nayla kembali memberi salam dan mengetuk pintu rumah tetangganya. Tapi lagi – lagi tak terdengar suara balasan dari dalam. Nayla terlihat semakin gelisah hingga langsung mengetuk pintu rumahnya sekali lagi.

Tokkk.. Tokk.. Tookk..

“Assalamualaikum”

Untungnya kali ini terdengar suara langkah kaki dari dalam. Nayla lega karena setidaknya ia mendengar suara dari dalam. Tak lama kemudian pintu terbuka, pria tua berbadan kekar yang keluar dari dalam rumah itu terkejut saat melihat siapa tamu yang mendatangi rumahnya.

“Mbak Nayla?” Lirih pak Beni tak menyangka.

“Aku boleh masuk pak? Ada yang mau aku omongin” Ucap Nayla tergesa – gesa yang membuat pak Beni mantuk – mantuk saja.

“Ohh.. Iya iya” Jawab pak Beni sambil mempersilahkan tamunya masuk.

Pak Beni dengan ramah menyambut kehadiran tamunya. Ia pun mempersilahkan tamunya itu untuk duduk di ruang tamunya.

“Silahkan mbak” Ucap Pak Beni saat mempersilahkannya duduk.

“Makasih” Jawab Nayla tersenyum lalu duduk diatas sofa sederhana dari rumah pria tua kekar itu.

Kemudian terjadi keheningan disana. Pak Beni dengan sabar menanti apa yang ingin tamunya ucapkan saat berkunjung ke rumahnya. Sedangkan Nayla merasa canggung untuk berbicara dengan seseorang yang telah dicurigai aneh oleh warga sekomplek rumahnya. Pikirannya sudah menyiapkan kata tapi lidahnya kelu untuk berbicara. Ia pun sedari tadi menatap ke bawah karena tak sanggup tuk memulai pembicaraan.

“Oh yah.. Aku buatkan teh dulu yah mbak” Ucap pak Beni untuk meredakan kecanggungan diantara mereka.

“Makasih” Jawab Nayla sambil mengangguk.



BERSAMBUNG..

Nyonya Nayla Akhwat Bercadar 4


cerita sex yes.. ahhh.. fuck my pussy... oh.. good dick.. Big cock... Yes cum inside my pussy.. lick my nipples... my tits are tingling.. drink milk in my breast.. enjoying my milk nipples... play with my big tits.. fuck my vagina until I get pregnant.. play "Adult sex games" with me.. satisfy your cock in my wet vagina..
Klik Nomor untuk lanjutannya

Related Posts