Dendam Sabrina 4

cewek amoy


2 minggu 6 hari telah berlalu setelah kejadian Mariana digarap para Gembel.

Di sebuah klinik yang cukup besar.

*Clek suara pintu terbuka. Tampak Mariana keluar dan menujukkan test peek kepada Sabrina.

“Ck.. kau selalu saja beruntung dari dulu.” Sabrian tampak kesal karena Mariana gagal hamil dari benih gembel-gembel tersebut.

“Kalau selalu beruntung, keadaan ku tidak seperti sekarang ini. Haaaa.. mungkin ini juga hukuman untuk ku karena menghianati teman baik ku sendiri.” Begitu pikir Mariana sambil mengikuti Sabrina jalan keluar klinik.

Di klinik ini juga Mariana 1 hari setelah kejadian di ngentot gembel rame-rame melakukan pembersihan memek dan hari ini mereka berdua kembali untuk melakukan check up sekaligus test kehamilan untuk mengetahui seberapa ampuh obat kesuburan Sabrina.

Di dalam mobil,

“Ini masih jam 9:16 pagi, jabwal ku sisa memeriksa dept store di mall itu dan setelah itu kita bisa shopping-shopping seperti kemarin.” Sabrina sudah tak sabar ingin cepat-cepat menikmati waktu bersama sahabatnya tersebut.
“Apa ada sesuatu yang ingin kau beli, Mar?” tanya Sabrina yang melihat Mariana seperti ingin mengatakan sesuatu.
“Ah, tidak, hanya saja.. Sabrina aku minta maaf, tetapi aku tidak bisa lama-lama hari ini, aku sudah janji sama Aditya kalau hari ini aku yang akan menjeputnya pulang nanti sore.” Ucap Mariana dengan pelan.

“Santai saja.. seharusnya masih sempat, Aditya pulangnya sorekan?” Tanya Sabrina.
“Ia, tapi mungkin aku akan agak cepatan jalannya karena takut macet.” Mariana tampak senang karena sahabatnya sedang suasana ceria dan mau mengerti posisi dirinya.

Sesampainya di parkiran Mall,

“Oke.. kalau begitu..”

Kalimat Sabrina tertahan karena ia melihat Manager mall berlari ke arahnya dan ekspresi Sabrina berubah menjadi serius karena ia sadar ada sesuatu yang gawat sedang terjadi.

“Selamat pagi bu, Saya..” Belum sempat pria baru baya tersebut mengucap semua kalimatnya, langsung di potong oleh Sabrina.
“CUKUP! kita bicarakan di dalam ruangan.” Dengan nada ketus Sabrina langsung jalan melewati pria baru baya tersebut yang masih posisi sedikit membungkuk memberi hormat dan Mariana di belakang.

Di dalam Mall Mariana bisa melihat tak terlalu rame.

“Apa karena masih pagi?” begitu pikir positive Mariana.

Semakin jalan dan masuk bagian dept store Mariana bisa melihat kalau sangat sepi hanya ada beberapa orang, bahkan lebih banyak kariawan dari pada pengunjung.

“Kau tunggu saja di sini.” Ucap Sabrina langsung masuk ke dalam ruang kecil bersama bapak tersebut.

Dari luar, sayup-sayup Mariana dapat mendengar bentakan Sabrina hingga membuat Mariana sedikit ketakutan dan memutuskan untuk keliling melihat-lihat pemandagan di dalam mall.

*Plak

“Akkh..” Mariana kaget merasakan seseorang menampar pantatnya dan refleks melihat ke arah belakang.
“Ka.. kalian?”

Mariana heran melihat 2 orang bo*ah yang tak lain adalah Lukman dan Reza pembully Rizky yang dulu sempat menikmati tubuhnya.

“Bukannya ini masih jam sekolah? kenapa kalian ada di sini?” Tanya Mariana yang semakin was-was.
“Tante sendiri saja nih?” Tanya Reza sambil senyum-senyum dan jalan mendekati Mariana bersama Lukman.

Tangan kedua anak itu mulai memegang pantat dan toket Mariana dari luar baju. Mariana berusaha menolak sambil melihat kiri kanan mall yang cukup sepi, tapi apa daya Mariana hanya memiliki 2 tangan sedangkan ia harus menahan 4 tangan.

*Buuukk..

“Dasar bo*ah sialan.” Ucap seorang wanita dengan muka yang sangat merah karena amarah dan baru saja melayangkan kepalan tangan kanannya ke wajah Lukman.

Reza yang kaget melihat Lukman langsung melihat ke belakang, ia bisa melihat Sabrina yang sudah sangat marah, melayangkan tangannya sendiri walau di belakangnya terdapat 4 pria dan 2 di antaranya tak lain adalah pengawal pribadi yang sempat ia liat kemarin.

“Pulanglah selagi masih bisa pulang, sebelum ku ratakan rumah kalian bersama dengan kedua orang tua kalian.” Mata melotot Sabrina seperti menusuk tulang-tulang kedua bo*ah tersebut dan langsung lari secepat mungkin.

Mariana yang melihat Sabrina yang membelanya seperti itu membuat hatinya terharu.

“Ikut aku.” dengan ketus Sabrina menarik tangan Mariana berjalan.

Mariana yang binggung melihat ke belakang berharap seperti mencari jawaban. ia melihat Bobby seperti dengan badan tegapnya, Rony dengan sebuah kotak di tangannya, pak tua tadi yang tampak semakin lesu setelah di maki oleh Sabrina dan terakhir ada Wawan, fotografernya yang biasa mengambil foto sexy dirinya setiap hari kamis sekaligus yang mengurus media social Sally.

Dalam diam hanya terdengar suara hentakan high heels dan sepatu ke lantai, mereka menuju ke lantai 8, lantai paling atas di mall tersebut, lantai 6 adalah tempat parkir dengan sebuah toilet dimana banyak pria-pria yang menunggu atau merokok di sana selagi menunggu istri mereka berbelanja.

“Rony~” Sabrina hanya memanggil nama,

Rony langsung mengerti apa yang harus di lakukan. Rony langsung menyerahkan kotak tersebut ke Mariana.

“Ganti pakaian mu dan dandanlah secepatnya.” perintah Sabrina.

Dalam keadaan binggung Mariana hanya bisa masuk ke kamar mandi wanita dan membuka isi kotak tersebut.

“Apa ini?” Mariana mengangkat seutas kain berwarna merah, seketika Mariana mengerti apa yang harus ia lakukan.

Setelah 8 menit Mariana keluar dengan pakaian berbentuk garis “V” berwarna biru yang hanya menutup kedua pentil toketnya dan memeknya tapi tak dapat menutup bulu memeknya secara keseluruhan. Pak tua Manager walaupun sudah terbiasa melihat wanita dari yang jelek hingga paling cantik sekalipun mondar-mandir di dalam mall, matanya berasa ingin keluar melihat Mariana dengan pakaian sexy seperti itu.

*Plaakk..

“Sudah cukup kau buang-buang waktu ku, Apa mau ku pecat kau?” Bentak Sabrina sambil memukul kepala belakang Pak manager dengan tujuan agar ia sadar.
“i.. iaa.. Maaf bu.” Ucap Pak Manager tersebut sambil membungkukan badannya hingga 90o dan pergi keluar.
“Dasar tak berguna.” Ucap Sabrina dengan kesal.

“Ini pakai.” Ucap Sabrina memberikan sebuah topeng hitam ke Mariana yang masih binggung.
“Maaf, kita gak punya banyak waktu.” Ucap Sabrina sambil mundur, memberikan ruang ke Wawan untuk mengambil foto Mariana.

“Aku yakin kau juga sadar akan situasi mall saat ini, karena kesalahan pak tua satu itu mall menjadi sepi belakagan ini, jadi aku harus melakukan sesuatu.” Sabrina menjelaskan situasi sambil Wawan terus memfoto Mariana dari segala sisi.

Di karenakan waktu yang tak cukup, Wawan langsung keluar melakukan perkerjaannya tanpa banyak ngomong seperti biasa.

“Aku menyuruh Wawan untuk melakukan promosi dimana setiap belanja 5 juta maka mereka bisa dapat kenikmatan, terus aku juga sudah menyuruh pak tua tak berguna itu mulai memancing dari pria-pria di sebelah untuk belanja hingga 5 juta dan mengajak teman-teman mereka yang lainnya, Jadi sekarang tugas mu adalah melayani setiap orang yang berbelanja 5 juta itu” Sabrina menjelaskan sambil tersenyum tanpa beban dan berjalan keluar di ikuti Mariana di belakangnya.

Saat keluar Mariana melihat di sebelah kanan beberapa pria berlari menuju mall secepat yang mereka bisa.

*Plak

“Tunggu apa lagi?” Kembali lagi Sabrina memukul kepala Pak tua manager tersebut karena diam kaku melihat tubuh Mariana dan langsung lari masuk ke dalam mall.
“Kalian jaga dia.” Perintah Sabrina kepada Bobby dan Rony, Sabrina berjalan dengan santai menuju mobilnya.

Mariana melihat sekeliling tak tampak sosok Wawan dan penasaran.

“Mari.” Ucap Bobby yang langsung mempersilakan Mariana menuju kamar mandi pria yang tepat di sebelah kamar mandi wanita.

Di dalam, Mariana melihat Wawan sedang menyetel kamera Canon XF605 kesayangannya.

“Sally, dari pada kau benggong di sana bagus kau melihat sekeliling, pahami latar dan releks, jangan terlalu tegang, ini bukan pertama kalinya kau di depan kamera bukan?” Ucap Wawan sambil menyetel kameranya tanpa melihat ke Mariana yang berdiri binggung di sampingnya

Mariana langsung melihat sekeliling dan bercemin melihat pantulan dirinya yang sudah seperti pelacur, bahkan ia sudah mulai menikmati peran lacur tersebut, terbukti dari napasnya yang mulai berat membayagin apa yang akan ia lakukan bersama orang tak di kenal.

“Wah.. aku tak percaya bapak-bapak yang mengaku manager itu beneran menyediakan wanita secantik ini.” Ucap seorang pria baru baya sekitar umur 50an yang tampak kaku dengan sosok cantik di depannya.

Dengan manjanya Mariana berjalan mendekati pria tersebut.

“Aku bantu ya bang.” tangan lentik Mariana berlahan membelai sisi pipi hingga turun membuka kancing kemeja hingga tampak dada yang rata, tampak pria tak ada olah raga, kurus dan kering.

Berlahan Mariana memutar puting kiri pria tersebut dan menjilat puting kanannya, hingga membuat pria tersebut mengigil seperti habis di terpa dinginnya angin malam.

Tak mau berlama-lama, Mariana langsung membuka celana jeans pria tersebut dan mengeluarkan kontolnya,

“Kontol dan orangnya sama.” pikir Mariana melihat kontol yang memiliki panjan 17 cm tapi tampak kurus.

*Sruupp.. rruupp.. srruup..

Mariana langsung menjilat dan menghisap kontol pria tersebut tanpa membuang-buang waktu, tangan kirinya membantu mengocok selagi mulutnya terus mengulum kepala kontol, sedangkan tangan kanan Mariana memainkan buah zakarnya,

“AAAHH..“ Tubuh pria tersebut bergerat dan memegang kepala erat kepala Mariana.

Langit-langit mulut Mariana merasakan beberapa tembakan sperma yang tak kuat dan langsung meminumnya.

“Aaaahh..” Mariaan membuka mulutnya, memperlihatkan bahwa ia baru saja meminum spermanya di hadapan pria tersebut.
“Siapa yang sangka dengan belanja 5 juta bisa buat aku merasakan lonte kelas atas seperti ini.” Ucap pria tersebut sambil menggeserkan baju Mariana yang menutup toketnya.

“Cukup! waktumu habis.” Ucap seorang pria dengan badan yang tak terlalu besar tetapi tegap sambil memegang leher belakang pria tua yang hendak menghisap toket Mariana.
“Apa-apaan ini?” Pria tua tersebut berusaha memberontak.
“5 juta untuk 1x crot.” Ucap Rony dengan mata menusuk.
“Sekarang keluar.” tanpa menunggu pria tua tersebut berpakaian, Rony langsung mengangkat pria tua tersebut keluar.

Samar-samar Mariana dapat mendengar tawa orang-orang di luar yang sudah pasti karena pria tua tersebut terlanjang dan hanya berusaha menutup tubuhnya dengan pakaiannya.

“Hahahaha pria tua itu lucu sekali.”

Tampak pria asing lain yang masuk, berperawakan pria yang gendut yang sudah telanjang dada dan sedang berusaha membuka celana pendeknya sambil berjalan.

“Wah.. siapa sangka wanita yang di siapkan secantik ini.” Pria gendut tuh melihat Mariana merangkak mendekatinya.

Tanpa berkata apa-apa Mariana yang sudah sangat terangsang langsung menurunkan celana dalam pria tersebut dan melihat kontol yang kecil hanya 9 cm.

*Sruruupp.. ssuuupp rruupp..

Mariana memasukkan semua kontol tersebut ke dalam mulutnya dan memainkan lidahnya mengelilingi kontol tersebut.

“Aaahh.. tunggu.. tungguu..“ Pria gendut tersebut mendorong bahu Mariana.

Pria tersebut melihat kedua toket bulat Mariana yang bisa di bilang tak di tutupin.

“Aku mau melakukan ini.” Pria tersebut langsung menaruk kontolnya di tengah kedua toket Mariana dan menghimpitnya.

Kedua tangan Mariana membantu pria tersebut dan mata Mariana sama sekali tak melihat ujung kontol di belahan toketnya, ia hanya bisa merasakan kontol itu di antara kedua toketnya.

“Aaahh.. akhirnya.. aku selalu mau melakukan ini kepada wanita cantik dan toket yang sangat indah.”

*Crrooott tak butuh waktu lama hingga pria tersebut menumpahkan sperma.

Pria tersebut gak langsung membukanya, ia masih menggesekkan toket Mariana sebari merasakan klimaksnya.

“Aaahh.. nikmat sekali..” Ucap pria tersebut sambil kepalanya menghadap ke atas seakan membuat dia bisa lebih merasakan kenikmatan tersebut.
“Kurasa sudah cukup, aku tidak mau di seret seperti pria tua itu.” Ia pun langsung mengenakan kembali pakaiannya sambil berjalan keluar.

Mariana kembali terduduk, sambil membersihkan bekas sperma di dadanya dengan kain yang di berikan oleh Wawan. Rasa terangsang mulai semakin membasahi memeknya hingga membuat memeknya gatal. Ide gila terbesit di pikirannya, Mariana langsung duduk di samping tempat cuci tangan dan mengangkang, mengarah ke pintu masuk.

“Luar biasa.” terlihat seorang pria berumur 40 tahunan sudah terlanjang dada dan hendak membuka celananya.
“Pria barusan beneran tidak bohong, wanita yang di siapkan sungguh berkualitas.” Ucap pria tersebut sudah terlanjang sepenuhnya, berjalan menghampiri Mariana dan langsung mencium Mariana.

Mariana menggunakan kedua kakinya mengosok-gosok kontol pria tersebut.

“Bagaimana? aku belum pernah melakukannya.” Tanya Mariana dengan menatap pria tersebut dengan menggoda.
“Kalau bergitu aku yang pertama dong? dan boleh aku menganggap aku spesial?” Tanya pria itu balik
“lakukan saja sesuka mu.” balas Mariana.

Kembali Mariana mencium bibir pria tersebut, lidah mereka menari-nari bersama seperti sepasang kekasih yang mabuk asmara, tak lupa kaki Mariana terus mengesekkan kontol pria tersebut.

Samar-samar Mariana mendengar suara ricuh di luar,

“Ada apa di luar?” tanya Mariana.
“Entah..” Jawab pria tersebut singkat.

Mereka kembali berciuman, kali ini pria tersebut tak tinggal diam, kedua tangannya mulai bergerak memainkan toket dan memek Mariana.

“Wah.. wah.. bagi-bagi dong..” Ucap pria asing satu lagi yang tiba-tiba masuk dan sudah telanjang sepenuhnya.

Kedua insan yang sedang berciuman tiba-tiba terkagetkan dengan seorang pria yang datang tiba-tiba, mereka tak menyangka kalau bakalan ada pria lain yang bakalan datang.

“Kenapa kaget? Apa kau tak liat yang antri cukup panjang dan mereka sudah sange semua?” Ucap pria tersebut sambil mendorong bahu kanan pria di depan Mariana, agar dirinya juga bisa menikmati bibir sexy nan menggoda milik Mariana.

Merasa tak senang dirinya di dorong ia pun mendorong pria asing tersebut.

Melihat suasana sudah mulai memanas, Mariana langsung bersujud di samping mereka dan memegang kedua kontol mereka, sentak karena kaget membuat kedua pria tersebut berhenti.

“Aku bisa kok melayani kalian berdua sekaligus.” Ucap Mariana mengocok kedua kontol tersebut dan menghisapnya bergantian.

Dalam diam kedua pria tersebut saling tatap-tatapan, entah apa yang sedang mereka pikirkan.

Merasa kedua kontol tersebut telah tegang sepenuhnya, Mariana langsung mendorong pria yang baru datang tersebut tiduran di atas lantai kamar mandi. Pria tersebut hanya diam tanpa komplain akan kotornya lantai kamar mandi, hanya diam melihat kontolnya di arahkan ke lubang memek wanita yang mendudukinya

“Aaaahh..” Gesekkan kontol pria tersebut di dinding memek Mariana membuatnya merasa releks.
“Kau bisa menggunakan lubang ini.” Mariana mengeser pakainanya, sambil melihat mata pria satu lagi dengan tatapan menggoda dan membuka lubang pantatnya.

Dengan wajah penuh persaingan, pria tersebut memasukkan kontolnya dengan sekali sentak.
“AAAaaahh.. pelan-pelan banggg...” Desah Mariana.

Mendengar desahan Mariana langsung membuat kedua pria tersebut mengoyang kontolnya dengan sangat cepat.

“Aaahh.. haaa.. terusss.. teruss bangg..” Mariana merasa kenikmatan kedua lubangnya terisi penuh dengan kontol.

Pria yang di belakang dengan tiba-tiba memeras kedua toket Mariana seakan pamer kepada pria di depannya. Merasa tak mau kalah, pria tersebut hendak menjilat puting Mariana, tapi pria di belakang menahannya dengan tangannya.

“Berengsek.. Apa masalah kau?” Wajah pria di bawah Mariaan tampak memerah karena marah.
“Kalau tida..” Belum selesai pria tersebut berkata, Mariana langsung mencium bibir pria tersebut agar ia diam.

Mmhhmmm.. mmhh..

“Tungg..” Pria tersebut seperti ingin mengatakan sesuatu tapi Mariana tetap menciumnya tanpa peduli padanya.

*Crroott croott croott

Mariana merasakan cairan sperma di dalam memeknya dan langsung membuat suasana hening. Pria di belakangnya yang sadar langsung mencabut kontolnya dari lubang pantat Mariana dan menarik tubuh Mariana.

“HAHAHA.. sudah keluar saja? dasar lemah.” Ucap pria tersebut sambil memainkan toket kiri Mariana dan membuka memek Mariana, memperlihatkan spermanya yang mengalir keluar.

Berasa di remehin, pria tersebut refleks mengangkat tangannya siap-siap melayangkan pukulan, tapi dia tahan saat melihat ekspresi Mariana yang memejamkan matanya ketakutan.

“Hufff..” Pria tersebut hanya menghembuskan napas dan berdiri untuk kembali berpakaian untuk segera keluar.

Suasana terasa aneh setelah pria tersebut keluar, sayup-sayup Mariana dan pria tersebut langsung mendengar ada suara-suara yang bercampur, antara yang teriak-teriak dan ada juga yang ketawa, tak jelas apa yang mereka bicarakan.

Merasa tak mau ambil pusing, pria tersebut kali ini memasukkan kontolnya ke memek Mariana sambil tangannya memainkan kedua toket Mariana.

“Aaahh.. aaahh.. teruss.. baru kali ini aku.. aaahh.. ngentot dengan suasana secanggung ini.. aahahh..” Desah Mariana.

Di saat Mariana dan pria tersebut sedang asik mencari kenikmatan sendiri, terdengar beberapa langkah kaki.

“Hahahahahaa.. bodoh sekali dia, bukannya urus istrinya dulu, untung saja kita sudah suruh istri kita pulang duluan.” Ucap seorang pria asing menatap ke 4 temannya yang duluan terpanah dengan kecantikkan Mariana.
“Wah.. ini di luar imajinasiku.” Lanjut pria cerewet tersebut melihat Mariana dan membuka semua pakaiannya, di ikutin ke 4 temannya.

Tanpa di atur, mereka seperti mengerti dengan posisi mereka masing-masing, berasa di todong banyak kontol, Mariana hanya bisa pasrah di perlakukan seperti boneka oleh mereka, di mulai dari orang yang memasukkan kontolnya di mulut Mariana, menjepitkan kontolnya di ketiak Mariana, hingga lubang memek dan lubang pantatnya.

Walau mulai terasa capek, tapi perasaan gesekkan kontol pada dinding memek Mariana selalu membuatnya ketagihan, di tambah tembakkan sperma hangat.

“Ahh.. Aaahh.. teruss..”

Entah sudah berapa kali Mariana klimaks dan entah sudah banyak pria yang silang berganti mengentot Mariana. Hingga sampai-sampai rombongan terakhir hanya masuk dan langsung mengocok kontolnya tanpa melepaskan pakaiannya, karena melihat kondisi Mariana yang telah tergeletak, seperti habis di siram dengan seember sperma.

“Sial, walau dia cantik, tapi aku tak selera ngentot dia dengan berlumuran sperma orang.” Ucap Seorang pria sehabis membuang spermanya ke muka Mariana dan meninggalkan Mariana bersamaan dengan Wawan dengan tatapan ngantuknya.

“Hoooaamm.. Akhirnya selesai juga.” Ucap Wawan dengan ekpresi mata sayu ngantuknya, menunggu semua ini berakhir.
“Kalau begitu aku beres-beres dulu.” Lanjutnya yang mulai berdiri dan berberes perlengkapannya tanpa memperdulikan Mariana yang tergeletak di lantai dingin dan sedikit kesulitan bernapas karena sperma di hidungnya menghambat udara masuk.

*Tak.. Tak.. tak.. terdengar suara langkah seroang pria dengan sepatu pantofel.

“Kali ini pun benar-benar berantakan.” Ucap Rony yang selalu membersihkan tubuh Mariana setiap Mariana habis di ngentot oleh orang lain.
“Kalau keadaan mu seperti ini, kontol ku pun tak bersemangat.” Lanjutnya lagi mulai membantu membersihkan tubuh Mariana.

Selagi menunggu Mariana di membersihkan diri di bantu Rony, di dalam mobil. Sabrina yang sedang menutup mata, berlahan membuka matanya saat mendengar suara orang mengetok kaca mobilnya.

*tok.. tok..

Matanya langsung melihat arah suara tersebut dan tampak seorang pria tua manager berdiri sedikit membungkuk dengan sedikit takut.

“Permisi Madam, semua sudah selesai.” Ucap pria tua tersebut, matanya melihat ke arah pintu mobil, tak berani melihat ke dalam mobil tersebut.

*Cleck pintu mobil terbuka.

“Pergilah duluan.” Ucap Sabrina singkat dengan nada tegas.

Mendengar perintah tersebut pria tua tersebut segera memberi hormat dan pergi secepatnya dengan perasaan lega.

*Tak.. tak.. tak.. suara sepatu hak tinggi berbentur dengan lantai yang keras, Sabrina berjalan mendekati Bobby yang berdiri menjaga pintu.

“Masih belum lagi?” Tanya Sabrina.
“Mungkin sebentar...” Ucap Bobby yang belum selesai, tapi berhenti karena mendengar suara langkah kaki beberapa orang dari dalam kamar mandi.

Mariana keluar dengan menggunakan baju V neck lengan panjang berwarna putih dengan motif bunga merah.

“Sudah ku duga kau sangat cantik dengan menggunakan baju tersebut.” Ucap Sabrina sambil tersenyum melihat Mariana yang masih risih memperlihatkan belahan dadanya.
“Makasih, tapi aku masih tidak terbiasa.” Ucap Mariana melihat belahan dadanya.
“Nanti lama-lama juga terbiasa, ayok kita makan dulu.” Sabrina mengandeng tangan Mariana dan berjalan menujut dalam mall.

Kali ini Sabrina dan Mariana berjalan di damping 3 pria di belakangnya.

“Sab, aku dari dulu pengen tanya, kenapa Wawan sepertinya tidak tertarik dengan tubuh ku? apa aku bukan type dia?” Ucap Mariana sambil bisik-bisik mendekat ke telinga Sabrina.
“Oh.. dia? Dia tak suka wanita, dia pecinta pria.” Balas Sabrina mengucap kalimat tersebut dengan sangat santai tanpa peduli apakah Wawan terganggu atau tidak.

Mariana yang kaget dengan jawaban Sabrina, refleks melihat ke arah Wawan yang mengikutinya dengan ekpresi biasa saja. Dari tampilan, Wawan tidak tampak seperti bencong, ia memiliki tubuh yang cukup kekar dengan tubuh tak terlalu tinggi, dan dari nada bicaranya juga tak tampak seperti bencong.

“Kita sudah sampai.”

Sabrina membawa Mariana ke sebuah restauran, semua pegawai membungkukkan tubuhnya menyambut kedatangan Sabrina dan Mariana.

“Kalian bisa pergi.” Perintah Sabrina melihat ke 3 pria yang sedari tadi mengikuti mereka.
“Setelah ini kalian cukup berjaga dari jarak jauh saja. Wawan, kau bisa kembali terlebih dahulu ke kantor.” Lanjut Sabrina berjalan bersama Mariana menuju meja yang telah di siapkan dengan hidangan yang masih hangat.

Kedua sahabat tersebut makan dengan tawa membahas berbaga hal, Mariana sendiri mulai tak peduli dengan tatapan pria-pria yang melihat belahan dadanya. Setelah selesai makan dan tertawa, Sabrina membawa Mariana ke toko pakaian.

“Terima kasih ya Mar, karena kau telah membantu, berkat kau setidaknya orang tolol-tolol itu memiliki waktu tambahan untuk berpikir.” Ucap Sabrina sambil memilih pakaian.

Mariana hanya diam, binggung harus menjawab, di satu sisi ia senang membantu temannya tapi di sisi lain ia di perlakukan seperti pelacur walaupun ia sendiri juga mulai menikmati hal tersebut.

“Coba ini.. ini.. ini.. dan ini.” Sabrina memberikan pasang baju kepada Mariana untuk di cobanya.
“ini?” Mariana merasa binggung bagaimana harus merespon karena baju yang di berikan kepadanya semua cukup terbuka, di mulai dari Tank Top hingga Crop Top memperlihatkan lekukan tubuhnya.

Tanpa bisa menolak, Mariana menuju ke ruang ganti dan mencoba satu persatu baju yang di saranin oleh Sabrina. Tak terasa sudah menunjukkan pukul 14:22.

“Sudah jam segini saja.” Sabrina melihat jam tangan mewahnya, tanpa sadar sudah menghabiskan 1 jam lebih untuk belanja baju.
“Ku rasa cukup segini dulu, ayok Mar.. ada tempat terakhir untuk hari ini.” Kembali Sabrina merangkul lengan Mariana.
“Emang mau kemana lagi? ini belanjaan gimana?” Tanpa Mariana binggung.
“Sudah biarkan saja, nanti Bobby dan Rony yang akan mengurus itu, atau mungkin pegawai toko ini yang akan urus, santai saja.” Jawab Sabrina dengan santai dan membawa Mariana ke tempat SPA.

“Pegel-pegelkan? biar releks dulu..” Sambil tersenyum Sabrina membawa Mariana ke dalam tempat SPA tersebut.

Seperti biasa, di dalam tempat SPA tersebut mereka di sambut oleh para pegawai.

“Selama datang madam.”

Sabrina dengan santainya jalan masuk, entah sudah biasa atau memang tidak peduli dengan sambutan para pegawai tapi berbeda dengan Mariana yang masih canggung dengan sambutan tersebut.

“Permisi madam.” Tiba-tiba terdengar suara pria dari belakang.
“Hmm?” Reflek Sabrina melihat kebelakang.
“Oh ya.. hampir saja lupa.” Ucap Sabrina sambil mengambil sebuah kotak persegi sebesar 2 jengkal dari Bobby.
“Ayok Mar.” Lanjut lagi Sabrina melangka ke dalam tanpa memperdulikan Bobby.

Sabrina dan Mariana masuk ke tempat penggantian baju.

“Ini Mar.” Sabrina menyerahkan kotak yang di bawa Bobby tadi ke Mariana.
“Ini apa?” Tanya Mariana.
“Nanti saja di tempat dalam bukanya, lebih santai.” Jawab Sabrina.

Tak butuh waktu lama karena Sabrina dan Mariana hanya menggunakan handuk memasuki ruang sauna.

“Sudah boleh ku buka?” Tanya Mariana yang penasaran dengan isi dari kotak tersebut.
“Ia.. Bukalah..” Jawab Sabrina dengan senyum lembut dan kaki di silang.

Mariana heran melihat tumpukan kertas yang terlihat seperti surat.

“Surat apa ini?” Tanya Mariana mengambil salah satu surat tersebut dan membacanya dalam hati.

==isi surat==
"Kepada Sally.

Saya menulis surat ini untuk mengungkapkan perasaan cinta saya yang mendalam pada Anda. Saat pertama kali melihat mu saya langsung jatuh cinta pada mu dan langsung memberanikan diri menulis surat ini. Anda adalah orang yang paling cantik dan sexy yang pernah saya temui melibihi istriku sendiri, dan saya tidak bisa menahan diri untuk tidak jatuh cinta pada Anda.

Saya tahu bahwa Anda mungkin menganggap ini hanya lelucon, tapi percayalah, perasaan saya sungguh serius. Saya akan segera menceraikan istriku dan meninggalakan anakku jika anda mau menerima cintaku. Saya harap Anda bisa mempertimbangkan perasaan saya dengan serius, Saya tidak sabar untuk melihat dan bertemu kembali di kemudian hari.

Salam sayang"
==surat end==

Mariana sedikit kaget dengan surat penyataan cinta tersebut.

“Salam sayang katanya.. hahaha” Tawa Sabrina pecah saat dirinya ikut membaca surat tersebut.
“Itu semua dari fans mu.” Lanjut Sabrina menjelaskan.
“kau ingat dengan baju yang kau pakai dengan penuh pehiasan tersebut saat di keroyok sama gembel-gembel? itu dari salah satu fans mu juga.”

Mendengar penjelasan Sabrina, membuat Mariana semakin binggung.

“Aku harus balas apa ke mereka?” Tanya Mariana.
“Tak perlu, itu tugas Wawan dan timnya, tak perlu kau pusingkan, terus aku ingat kalung dan anting mutiara juga? nah.. itu mutiara Mikimoto sedang ku ubah, setelah selesai akan ku berikan kembali padamu.”

Sabrina berencana mengubah mutiara-mutiara inti menjadi bentuk rantai untuk di pakai di lubang pantat dan memek Mariana.

“Karena aku.. rumah tangga seseorang terancam rusak.” Mariana tampak sedikit sedih.
“Tenang saja.. yang mereka suka Sally bukan kau, yang salah itu pria-pria tolol di luar sana yang tidak bisa menjaga ucapahnya, di luar sana banyak wanita yang foto sexy seperti diri mu, kalau dia bisa menjaga ucapannya pasti akan di anggap sebagai hiburan semata saja, jadi jangan terlalu terbebanin ini bawa pulang saja kau baca ketika bosan.” Sabrina berusaha menenangkan temannya.
“Kurasa kau benar.” Ucap Mariana sambil tersenyum dan mengangkat sesuatu dari dalam kotak tersebut.

“Apa ini?” Sebuah dildo berwarna hitam berukuran 19 cm.
“Hahahaha simpan saja.” Ketawa Sabrina sambil bangun dari duduknya.
“Sudah yuk.. kita lanjut.. waktu kita tidak banyak.” Ajak Sabrina keluar menuju ruangan pijat.

Di ruang pijat yang tenang dengan aroma terapi dan lantunan nada-nada yang bikin rileks, Sabrina dan Mariana di pijit sambil memejamkan mata tanpa berkata-kata.

“Oya.. Mar.. bukannya tadi pagi kau bilang ingin menjemput Aditya?” Pertanyaan Sabrina membuat Mariana kaget dan langsung melihat jam dinding di ruangan tersebut.
“Sudah jam 3 lebih saja.“ Ucap Mariana kaget.
“Kau bawa saja mobil aku, seharusnya ada Rony atau Bobby di sana yang sedang mengurus belanjaan mu tadi, suruh mereka panggil seseorang untuk membawa mobil lain dari kantor, sampai jumpa besok.” Ucap Sabrina sambil melambaikan tangannya dengan lemes masih tetap di pijit.
“Terima kasih Sabrina.” Balas Mariana meninggalkan Sabrina.

Perjalanan dari Mall tersebut hingga ke sekolah Aditya walaupun ada macet, untungnya Mariana sampai tepat waktu, pukul 16:00.

Mariana telah memasuki tempat parkir di sekolah tersebut dan segera turun dari mobilnya. Aditya yang biasa pulang dengan bus, pagi tadi merengek minta Mariana untuk menjemputnya hari ini karena dirinya cemburu dengan teman-temannya yang pulang bersama mamanya, sehingga khusus hari ini Mariana datang langsung menjemput putra kesayangannya.

Sore itu Mariana masih dengan baju V neck lengan panjang berwarna putih dengan motif bunga merah dan sepatu hak tingginya berwarna putih. Dari tempat parkir, Mariana terus berjalan menaiki beberapa anak tangga untuk sampai ke halaman sekolahnya.

*Tak.. Tak..

Suara hak tinggi Mariana menaiki tangga, merasa ada yang melihat dan membututinnya, Mariana pun melihat ke belakang, ia bisa melihat 2 anak yang sedang memperhatikan bongkahan pantatnya.

“Yah ampun, masih kecil saja sudah semesum ini.” gerutu Mariana dalam hatinya dan tiba-tiba ide nakal terlintas di pikirannya saat ia melihat tali sepatu salah satu anak tersebut terlepas.

“Hai, adik kelas berapa?” Tanya Mariana menghampiri anak tersebut, berjongkok di depannya untuk membetulkan tali sepatuya.

Kedua anak tersebut sedikit kaget dan takut, tapi pemandangan belahan toket Mariana dari atas membuat mereka konak sehingga Mariana dapat melihat tonjolan di celananya.

“Aaa.. Kelas 2 SMP kak.” Balas salah satu anak sambil tetap menikmati pemandagan di depannya.

Setelah selesai mengikat tali sepatu anak tersebut, Mariana bangkit dari jongkoknya tapi kali ini Mariana membungkukan tubuhnya hingga kepalanya sejajar dengan bo*ah di depannya, sehingga membuat toketnya semakin jelas terlihat oleh bo*ah tersebut.

“Kalau begitu apa kalian kenal anak tante yang bernama Aditya?” Tanya Mariana senyum melihat kedua bo*ah tersebut berusaha menutupi tonjolan di celananya.
“Anak? kami pikir kakaknya Aditya, soalnya tante masih terlihat sangat muda dan cantik.” Puji salah satu bo*ah tersebut.
“Hahaha.. terima kasih.. bisa tolong panggilin Aditya?” Minta Mariana sambil mengedipkan salah satu matanya.

Seperti terhipnotis, kedua bo*ah tersebut langsung lari mencari Aditya.

“Dasar bo*ah mesum.. yah.. setidaknya dengan begini aku tak kesulitan mencari Aditya lagi.” Ucapnya dalam hati.

Benar saja, tak butuh waktu lama hingga Aditya datang bersama kedua bo*ah tadi.

“Mama..“ Aditya berlari dan memeluk Mariana.

*Muaacchh Mariana mencium kening anaknya.

“Gimana hari ini nak?” Tanya Mariana
“Lancar ma hehe..” Jawab Aditya.
“Yaudah.. yuk pulang.” Ajak Mariana sambil memegang tas anaknya.

Setelah berjalan beberapa langkah Mariana melihat kebelakang, kedua anak itu masih menatap seperti menelanjagi tubuhnya dan itu membuat Mariana bangga.

“Siapa sangka mamanya Aditya secantik dan sexy itu? beruntung sekali Adit” Ucap salah satu bo*ah setelah Mariana agak jauh.
“Ia.. sepertinya mulai besok kita harus baik-baik sama Adit, mana tau kita di ajak ke rumahnya dan bisa liat mamanya lagi.” Jawab teman sebelahnya.
“Benar, dan kalau ada kesempatan aku akan curi salah satu celana dalamnya.. Aaaahh.. aku sudah tak tahan.” Lanjut pembicaraan mesum mereka sambil membayagin tubuh bugil Mariana.

Di tempat parkir.

“Wah.. apa tante Sabrina juga ikut?” Tanya Aditya melihat mobil Sabrina.
“Tidak, tante mu lagi sibuk tadi, jadi mama saja.” Ucap Mariana sambil masuk ke dalam mobil.
“Kalau begitu kira-kira kapan Adit bisa main ke tempat tante lagi ma?” Tanya Aditya yang seperti bo*ah tak sabar akan liburan.
“Ia.. nanti coba mama tanya ke tante Sabrina.” Jawab Mariana.

Selama perjalanan ibu dan anak tersebut cerita banyak hal dan ketawa bersama.

Sesampai di rumah, Aditya langsung masuk ke rumah membiarkan Mariana menangkat tas miliknya bersama barang belanjaanya, Mariana benar-benar memanjakan anak semata watangnya itu. Jam sudah menunjukan pukul 16:52.

“Sayang.. mandi saja langsung.. bentar lagi papa mu pulang loh.. mama masak dulu.” Ucap Mariana dengan nada sedikit keras karena posisi Mariana sedang di dapur sedangkan Aditya berada di lantai 2.
“Ia MAA..” Jawab Aditya.

Pukul 18:21,

*Cleck suara pintu terbuka, Hermanto melepas sepatunya dan langsung berjalan menuju arah dapur.

“Sayang.. Mama mana?” Tanya Hermanto yang hanya melihat Aditya yang sedang bermain Nintendo Swith pemberian dari Sabrina.
“Mama di kamar baru siap mandi.” Jawab Aditya tanpa melihat ke arah papanya.

*Cleck pintu kamar terbuka.

“Sayang.. Gimana?” Tanya Mariana yang keluar dari kamarnya yang dengan menggunakan celana pendek memamerkan paha mulusnya dan baju tank top yang seperti tak mampu menampung toketnya.
“Ini di beliin Sabrina tadi siang.” Lanjut Mariana sambil berputar memamerkan tubuh dan baju barunya.

Hermanto merasa kaget dan heran melihat perubahaan Mariana.

“Bukannya kau agak gak suka memakai pakaian seperti ini ya?” Tanya Hermanto.
“Ia.. tapi kan sayang juga kalau sudah di belikan tapi tak di pakai, bagaimana kamu suka?” Tanya Mariana.
“Nak.. gimana? mama cantik dengan baju ini?” Mariana juga ingin tau pendapat anaknya tersebut.
“Cantik ma.” Jawab Aditya singkat seperti tidak peduli, tetapi matanya mulai curi-curi melihat kemolekan tubuh mamanya.

Hermanto yang heran tapi di satu sisi juga nafsu melihat istrinya sendiri hanya bisa menerimanya. Ingin sekali Hermanto melarang istrinya memakai pakaian tersebut di luar rumah tapi di otaknya sudah tau apa yang akan di balas oleh Mariana, seperti “Banyak wanita di luar sana yang memakai pakaian yang sama dengan aku dan kadang mata kau melihatnya juga.” dan hasilnya membuat ia kalah berargumen.

Malam itu Hermanto, Aditya dan Mariana makan bersama sambil cerita kejadian hari ini, tentu Mariana tidak menceritakan dirinya di ngentot rame-rame oleh pria-pria tak di kenal.

Malam jam 22:36, Di atas ranjang pasutri, Hermanto mencium mesra bibir Mariana yang tepat di bawahnya. Sambil berciumman berlahan tangan Mariana membuka baju suaminya dan kancing baju tidurnya.

“Sayang.. tumben kamu semangat sekali hari ini?” Ucap Mariana dengan tatapan menggoda Hermanto.
“Itu karena kau sangat seksi hari ini.”

Perlahan Hermanto membuka celana dirinya, kontolnya berukuran 14 cm sudah berdiri sangat kaku. Kembali Hermanto mencium Mariana sambil tangannya berlahan membuka celana Mariana.

“Jadi kau beneran tak mau mencukur bulu memek mu ya? tapi entah kenapa semakin membuat kau seksi.” Ucap Hermanto langsung mengarahkan kontolnya ke memek Mariana.

Di ruangan Aditya, Aditya yang baru ketiduran samar-samar terdengar suara desahan dari kamar orang tuanya, masa puber di tambah keingintahuan yang berlebihan, Aditya mulai melangkah keluar dari menuju asal suara tersebut, yang membawanya tepat di depan pintu orang tuanya. Aditya pun mencoba membuka pintu.

*Clek ternyata terkunci.

Suara desahan mamanya semakin besar membuatnya semakin penasaran dan mengambil kunci cadangan.

Di balik pintu, Mariana yang sebenarnya tidak terlalu bisa merasakan kontol Hermanto hanya bisa berpura-pura menikmati kontolnya.

“Aaaahh.. aaahh.. terus sayang.. aaahh.. Nikmat sekali..“ Desahnya yang tak ingin membuat Hermanto kecewa yang malam ini tampak semangat sekali.

Dengan posisi Hermanto di bawah dan Mariana yang di atas, tangan Mariana mengarahkan tangan Hermanto ke toketnya.

“Aaaahh.. sayang.. teruss..”

Hermanto tak mau ambil pusing dengan tingkah istrinya yang berubah drastis belakangan ini, yang di pikiran saat ini adalah berusaha memuaskan istrinya.

Desahan demi desahan yang keluar dari mulut Mariana membuat Hermanto dan Mariana tak sadar kalau pintu kamar mereka telah sedikit terbuka dan anak mereka sedang menonton. Walau hanya bisa melihat pundak belakang mamanya entah kenapa itu membuat kontolnya sangat tegang dan otak yang seharusnya memerintahkan dirinya untuk masuk tapi di tahan oleh insting untuk hanya diam di sana. Desahan bercampur dengan suara air dan benturan antar kulit memenuhi ruangan tersebut.

“Sayang.. aku sudah mau keluarr..” Ucap Hermanto yang masih memegangin kedua toket Mariana.
“Aaahh.. ia.. sayang.. keluar.. aahh keluarkan di dalam..“ Desah Mariana.

*Crrooott.. crrooott.. Hermanto langsung menembakkan spermanya di dalam tubuh Mariana.

Mariana bisa merasakan sperma hangat Hermanto menyentuh dinding memeknya dan ia pun mencium bibir suaminya.

Dari belakang Aditya dapat melihat lelehan cairan putih keluar dari memek mamanya dan langsung memilih menutup kembali pintu tersebut dengan sangat pelan kali ini. Setelah kembali ke kamarnya, Aditya kesulitan untuk tidur, otaknya membayangkan adegan yang baru saja ia lihat.

Di kamar lain, Mariana yang juga tak dapat tidur karena suaminya yang tertidur lelap di sampingnya tak bisa memuaskannya.

Berlahan ia pun membuka kotak fans tadi siang dan mengambil dildo tersebut langsung menuju ke kamar mandi di luar ruangan. Memeknya yang masih basah memudahkan dildo tersebut masuk ke dalam memeknya.

“Mmhh.. aaahh..” Mariana berusaha membayangin wajah suaminya.

Tapi yang terbayang malah wajah Dirwanto, Prahmono, Bobby, Rony dan pria-pria yang tak di kenal yang pernah mengentotnya.

“Aaahh.. aaahh..”

Tangan Mariana semakin cepat keluar-masukkan dildo tersebut berusaha secepat mungkin mencari klimaks..

“Aaaaghh..” Tubuh Mariana bergetar menikmati klimaks.
“Aaahh.. sepertinya Hermanto tak akan pernah bisa memuaskan aku lagi.” Air mata Mariana mulai membasahi pipinya.

Malam itu Mariana semakin menerima nasipnya.


===X=X===


Kamis sore di sekolah Aditya, pukul 16:08, Risky tampak sedang menunggu Aditya yang tampak sedang berjalan keluar dengan kedua temannya.

“Kak Risky.” Teriak Aditya yang terus berlari mendekati Risky.
“Ada apa kak?” Tanya Aditya setelah berada di dekat Risky.

“Gak ada hal penting, ini..” Jawab Risky sembari memberikan memory card.
“Ini isinya apa?” Tanya Aditya yang binggung.
“Liat isinya ketika kau sendiri saja dan rahasiakan.” Lanjut Risky yang langsung pergi tanpa menjelaskan apapun.

“Dia siapa dit?” Tanya salah satu teman Aditya bernama Bagas, bo*ah yang tali sepatunya sempat di ikat oleh Mariana.

Sedangkan sebelahnya lagi bernama Galang.

“Dia anaknya tante Sabrina.” Jawab Aditya sambil masih binggung.
“Ya sudah, nanti kita liat saja begitu sampai di rumahmu dit.” Ucap Galang yang sepertinya tak sabar ingin cepat-cepat ketemu Mariana.

Tepat berada di luar sekolah Aditya tampak sebuah mobil yang terparkir berisi 4 orang dimana 3 pria dan 1 wanita.

“Halo madam sepertinya tuan muda pergi bertemu dengan Aditya dan menyerahkan sesuatu.” Ucap salah satu anak buah Sabrina yang di tugaskan memata-matai kehidupan sehari-hari Risky saat di luar rumah.
“Begitu ya.. kalau begitu sekarang kalian ikutin Aditya, Risky pasti langsung pulang ke rumah.” Perintah Sabrina.
“Baik Madam.” Balas anak buah tersebut sembari memutuskan panggilannya.

***

Di rumah Mariana, di karenakan hari kamis, Mariana sudah biasa telat pulang karena ada sesi pemotretan.

“Dit mama mu mana?” Tanya Galang terlihat kecewa tak di sambut oleh Mariana.
“Sepertinya masih di tempat tante Sabrina.” Jawab Aditya yang sepertinya sangat semangat karena pertama kalinya ia membawa teman ke rumah.
“Ayok kita ke atas” Ajak Aditya ke kamarnya.

Selama berjalan menuju kamar Aditya, kedua temannya terus menerus melihat sekeliling mencari dimana tempat cuci baju, kamar mandi atau kamar Mariana.

“Dit kau tak mau check isi memory card itu?” Tanya Bagas.
“Oh.. oke..” Jawab Aditya yang ragu karena ia sempat di ingatkan kalau harusnya ia melihat isinya di saat saat sendiri.

Aditya pun mengambil laptopnya dan memasukkan memory card tersebut.

“Film? gembel? Apa ini?” Aditya yang tampak binggung dan membuka salah satu film tersebut.
“Lama dit.. langsung ke tengah saja.” Saran Galang yang juga ikut nonton.

“Aaaaahh.. aaahh.. teruss..” film itu menayangkan Mariana sedang di ngentot oleh Beni dan Muktar bersamaan.

“MAMA?” Kaget Aditya langsung refleks menutup layar laptop tapi suaranya masih keluar dari laptop tersebut.

“Aaahh.. aaahh.. teruss..”

Suara tersebut langsung membuat suasana kamar tersebut canggung.

“Mmm.. Dit kami ke toilet dulu.” Ucap Bagas yang terus menarik tangan Galang keluar dari kamar Aditya.
“Gila.. aku gak tau tante cantik tuh bisa ngentot dengan gembel.” Ucap Bagas dengan nada kecil.
“Tapi kenapa kau ajak aku keluar? aku masih mau nonton.” Tanya Galang.
“Dasar bodoh, suasana sudah canggung gitu, ini saatnya kita cari celana dalam mamanya Adit.” Ucap Bagas yang sepertinya sudah tau menebak dimana kamar Mariana dan langsung memimpin perjalanan.

Berlahan Bagas membuka pintu kamar Mariana dan masuk ke dalam.

“Aromanya wangi.” Ucap Galang yang menghirup aroma kamar Mariana.
“Stttt.. jangan keras-keras kalau ngomong, cepat cari sebelum Aditya panggil kita.” Perintah Bagas.

Walau Bagas memiliki tubuh lebih pendek dari Galang tapi ia yang paling bisa menjaga fokusnya.

“Ketemu.” Ucap Galang sambil menghirup celana dalam Mariana.

“Sudah cepat kau ambil 1, aku ambil satu.”

Setelah masing-masing dari mereka mengambil celana dalam dan BH Mariana mereka pun keluar dari kamar Mariana.

“Dit.. kami pulang dulu ya..” Teriak Bagas dari luar kamar Aditya.

Suara hening, tak kedengaran balasan dari Aditya dan mereka dua pun langsung berjalan keluar rumah.

“Halo madam, kali ini kedua teman Aditya sudah keluar dari rumah.” Ucap anak buah Sabrina dari dalam mobil yang di parkirkan di depan rumah Mariana.
“Bawa kedua bo*ah itu kantor.” Perintah Sabrina.
“Siap.” Balas anak buat tersebut dengan tegas dan langsung mematikan panggilannya.
“Kita di suruh membawa kedua bo*ah itu ke kantor.” Ucap wanita salah satu anak buah Sabrina.

Seperti sudah hal biasa, kedua pria yang duduk di belakang langsung keluar mobil dan mengejar Bagas dan Galang.

“Permisi adik-adik” Ucap pria tersebut dan saat Bagas dan Galang melihat ke belakang mulut mereka di sumpel dengan kain yang sudah di masukkan Chloroform dosis tinggi.

Di salah satu ruangan kantor Sabrina, Di dalam ruangan sudah terdapat 1 wanita, dan 2 pria anak buah Sabrina yang sudah menangkap Bagas dan Galang tadi.

“Mmmm aku jadi repot karena 1 bo*ah tak berguna itu.” Ucap Sabrina yang sedang melihat isi tas Bagas.
“Wah.. Datang ke rumah sahabatku dan berani mencuri celana dalam dan BH nya, sungguh berani bo*ah-bo*ah ini.” Ucap Sabrina yang langsung melempar ke dua tas tersebut ke pintu

*Bruukkk

“Selidiki latar belakang kedua bo*ah ini.” Perintah Sabrina.
“Siap madam.” Serentak ke 3 anak buah Sabrina menjawab dan langsung keluar membawa tas milik Bagas dan Galang.

“Permisi madam, boleh aku mencoba mencicipinya?” Senyum Liandra assisten Sabrina yang sedari tadi hanya diam saja.

“Aku hampir lupa kalau wanita satu ini punya keinginan bersetubuh dengan bo*ah.” Ucap Sabrina dalam hati dan seketika membuatnya mendapat ide bagus.

“Boleh, sambil kita putar film Mariana, aku yakin kedua bo*ah ini juga sudah sempat menonton film tersebut.” Senyum Sabrina yang langsung keluar dari ruangan tersebut.

Liandra yang punya keingin bersetubuh dengan bo*ah laki-laki sangat senang mendapat izin dari atasannya dan langsung memutar film Mariana di layar proyektor di ruangan tersebut.

“Ugghh.. mmm?” Bagas yang pertama kali sadar merasa sensasi aneh pada kontolnya dan suara bising.
“Kau siapa?” Bagas kaget melihat Liandra yang sedang menghisap kontolnya

*Srruupp.. srrruuupp..

“Oh.. sudah bangun ya? baru juga kakak mainkan kontol mu.” Ucap Liandra.

Bagas yang kaget bukan karena dirinya yang di ikat di kursi, tapi karena melihat film di layar di depannya, adengan dimana Mariana di ngentot dalam kamar mandi.

“kakak gak tau film mana yang sudah kau nonton, tapi yang pasti film yang ini pasti belum kau nonton kan?” kembali Liandra mengisap kontol Bagas yang hanya berukurang 8 cm tersebut.


“Galang bangun.. GALANG..” Bagas berusaha membagunkan Galang yang juga terikat di sebelahnya.
“Uggh.. mm?” Galang yang sadar merasa kepalanya sedikit sakit.
“Galang liat kedepan.” Ucapan Bagas membuat Galang terkaget melihat film dimana Mariana sedang di ngentot oleh 3 pria tak di kenal di kamar mandi.

“Aaahh.. aaahh..”

Seisi ruangan yang berukuran persegi panjang tersebut yang biasa di gunakan untuk ruanga rapat, kini hanya terdengar suara desahan Mariana dan suara air liur yang menyelimuti kontol Bagas dengan mulut Liandra.

Tak mau berlama-lama karena Liandra juga ingin merasakan kontol Galang, ia pun langsung mempercepat memompa kontol Bagas dengan mulutnya.

“Aaahh.. kakak.. tunggu.. aku sudah mau kencing..” Ucap Bagas.

Seperti tidak peduli dengan Bagas, tangan Liandra mulai mengelus buah zakarnya.

“Ugghh.. ugghh.. uugghh..” Cairan sperma menembak di dalam mulut Liandra, seketika membuat Bagas lemes.

Tentu Liandra tak langsung menelan sperma Bagas, ia membuka mulutnya memperlihatkan sperma pertamanya barulah ia menelannya.

“Makasih ya sayang.” Ucap Liandra yang terus mencium kepala kontol Bagas

*Muaachh..

Setelah puas dengan Bagas, ini Liandra beralih ke selengkagan Galang, tangannya yang ramping dan panjang tersebut menurunkan celana Galang hingga tampak kontolnya yang berukuran sekitar 9 cm yang sudah berdiri tegak. Tak mau berlama-lama karena takut wakutnya habis, Liandra pun langsung menjilat kontol Galang. Perasaan geli dan nikmat langsung merangsang otaknya sambil melihat film di depannya.

“Kak, tunggu aku sudah mau kencing.” Tampaknya Galang tak sanggup menahan ejakulasi pertamanya.

Liandra yang belum sempat melahap kontolnya langsung merasakan sperma Galang di mukanya.

*Crroott.. crott..

“Tak apa” Ucap Liandra sambil mengambil sperma Galang di wajahnya dengan jarinya dan di masukkan ke mulutnya.
“Kakak suka kok.”

“Halo madam, sudah selesai.” Liandra menelphon Sabrina memberi laporan.

Setelah Liandra mematikan panggilan, ia pun mematikan film tersebut dan merapikan penampilan Bagas dan Galang. Tak berlama-lama, pintu pun terbuka.

“Bagaimana anak-anak? suka bermain dengan kakak ini?” Tanya Sabrina dengan wajah gembiranya.
“Suka tante.” Jawab Bagas dan Galang dengan wajah berseri-seri.
“Bagus, kalau begitu.” Tiba-tiba wajah Sabrina dari senyum berubah menjadi serius.

*Plak.. plak.. Sabrina bertepuk tangan 2 kali seperti memanggil seseorang.

*Clek.. suara pintu terbuka.

“Permisi” Ucap anak buah Sabrina yang tadi.
“Ini madam.” Sembari menyerahkan 2 buah dokumen.

Tanpa membuka Sabrina melempar dokumen tersebut di depan Bagas dan Galang.

“OI bo*ah.. di dalam dokumen ini tertera siapa mama dan bapak kalian, sebaiknya kalian tidak membicarakan hal ini atau tante akan membunuh mama dan bapak kalian berserta meratakan rumah kalian, PAHAM?”

*Bruukk.. Sabrina membentak sambil tanganya memukul dokumen tersebut.

“Pa.. paham tante.” Bagas dan Galang menjawab dengan bibir gemetar dan hampir nangis.
“Bagus.. kalau begitu antar mereka pulang.” Ucap Sabrina sembari meninggalkan ruangan tersebut.

***

Malam hari di rumah Mariana,

“Bagaimana sekolahnya nak?” Tanya Hermanto yang binggung melihat Aditya yang hanya diam saja.
“Baik pa.” Jawab singkat Aditya membuat Hermanto dan Mariana saling tatap-tatapan.

Aditya yang binggung apakah ia harus menceritakan tentang memory card tersebut atau tidak, tapi di sisi lain ia juga merasa rangsangan yang kuat setiap melihat mamanya.

Pukul 21:53, di kamar pengantin.

“Sayang, itu Aditya diam saja, tak coba kau ajak bicara?” Tanya Mariana yang merasa khawatir dengan anaknya.
“Anak laki-laki harus bisa menghadapi masalahnya sendiri dan kalau dia minta bantuan, barulah kita bantu, kalau di manja terus dia tidak akan pernah bisa dewasa, sudahlah.. beri dia waktu.” Hermanto berusaha menenangkan Mariana sambil mengelus-elus rambutnya.

Di kamar lain pukul 01:55, Aditya yang berusaha tidur tapi tak mampu karena otaknya membayangkan film-film yang terus ia nonton ketika rumah sedang tak ada orang.

“Aduhh..” Aditya merasakan sakit di bagian kontolnya yang berdiri tegang dan instingnnya membawanya ke kamar Mariana menggunakan kunci cadangannya dengan pelan-pelan tanpa menimbulkan suara-suara.

Tangan Aditya mulai berlahan-lahan menyentuh toket mamanya yang sedang tertidur lelap.

“Wah..” Kagumnya dan berlahan ia pun membuka celananya, mengeluarkan kontolnya.
“Kalau tak salah di film itu seperti ini.” Pikirnya dalam hati sambil mengarahkan kontolnya yang berukuran 8cm itu ke mulut Mariana dan di gesek-geseknya kepala kontol itu berlahan di bibir mamanya.

“Aahh.. aku mau kencing.” Pikirnya yang langsung memasukkan kembali kontolnya dalam celana dan keluar dari kamar tersebut, menuju ke kamar mandi.

Malam itu setelah buang air kecil, Aditya baru bisa tertidur.

***

Jumat pagi di ruang ganti GYM di perusahaan Sabrina,

“Mar, kau masih suka binatang?” Tanya Sabrina sambil memakai kembali bajunya sehabis berolah raga.
“Suka, kenapa?” Tanya Mariana yang binggung tiba-tiba di tanya.
“Baguslah.. aku membuka sebuah cafe.. ayok kita pergi liat.” Ajak Sabrina.

Sampailah Mariana dan Sabrina bersama 2 pengawal Sabrina, Bobby dan Rony di sebuah cafe di dalam kebun binatang. Di karenakan hari jumat kebun binatang tampak sepi sehingga Mariana dan Sabrina dapat keliling sebentar terlebih dahulu dengan santai sebelum mereka masuk ke cafenya.

“Selama datang madam.” Seorang wanita menyambut kedatangan Sabrina di dalam café tersebut.

*Guk.. guk.. tak hanya wanita tersebut tapi anjing-anjing juga seperti menyambut kedatangan mereka.

“Semua lancar?” Tanya Sabrina sambil berjalan menuju kursi yang di siapkan.
“Ia madam.” Jawab wanita tersebut.

Mariana yang sangat menyukai binatang langsung mengelus anjing-anjing yang mengelilinginya. Di antara semua anjing tampak ada 2 anjing dengan tingkah yang aneh, kedua anjing tersebut tampak mengesek-gesekkan kontol mereka di kaki Mariana. Mariana yang risih ingin melepaskan diri tapi kedua kakinya ketahan oleh 2 ekor anjing, 1 anjing jenis Golden di kaki kirinya dan lagi berjenis German yang memiliki tampang galak.

Melihat hal tersebut Sabrina tersenyum.

“Ketemu, keluarkan sisanya.” Perintah Sabrina ke wanita penjaga.

Sepertinya Sabrina telah merencanakan sesuau, wanita tersebut langsung membawa satu persatu anjing keluar, menyisahkan anjing Golden dan German tersebut.

“Sabrina, ini ada apa?” Tanya Mariana yang binggung.
“Lakukan.” Perintah Sabrina tanpa peduli dengan pertanyaan Mariana.

Bobby dan Rony langsung maju mendekati anjing tersebut dan menyuntikkan anti rabies ke anjing tersebut satu persatu.

Bayangan seperti apa yang kira-kira bakalan terjadi terlintas di pikiran Mariana yang langsung membuatnya takut.

“Sabrina tolong.. aku tak mau.. tolong.. aku tak sanggup.” Mariana sujud mohon kepada sambil menitikkan air mata.

Tanpa berbelas kasih Sabrina melihat Mariana yang bersujud di bawah kakinya seperti melihat semut dan mendorongnya.

“Tenang saja manusia tidak mungkin melahirkan anak ras lain mau di buahin beratus kali pun" Ucap Sabrina sambil menyemprotkan parfum darah loops anjing betina ke Mariana.

Kedua anjing tersebut mulai mengkibas-kibaskan ekornya sambil guk-guk di sekeliling Mariana. Rasa takut mulai menyelimuti Mariana.

“Ku sarankan untuk kau melepas baju mu, kalau tak mau koyak.” Ucap Sabrina duduk santai.

Mariana pun langsung melepas bajunya, hari itu Mariana menggunakan baju berbahan Wol tanpa lengan dan celana panjang berwarna biru dongker.

Selagi Bobby dalam posisi berjaga, seperti biasa Rony bertugas memasang kamera di setiap sudut.

“Sabrina.. cukup.. aku tak sanggup..” Mariana semakin ketakutan di tambah dengan kedua anjing tersebut seperti siap kapan saja menerjang dirinya.

*Cleck.. Suara pintu terbuka,

“Permisi Madam.” Ucap wanita tadi yang kembali kali ini dengan membawa sebuah botol madu.
“Perkenalkan, namanya adalah Cindy dia yang akan mengajarin apa yang sebaiknya kau lakukan.” Ucap Sabrina.

Cindy dengan tenangnya berjalan ke belakang Mariana, tanpa takut kalau dirinya juga bisa di serang oleh anjing tersebut. Berlahan Cindy menuntun tangan kiri Mariana ke kontol anjing German di sebelah kirinya.

“Tenang, santai, tak perlu tegang begitu.” Ucap Cindy sambil tersenyum.

Saat tangan Mariana mulai menyentuh dan mengelus kontol anjing German tersebut, ia semakin takut karena kontol anjing tersebut memiliki ukuran sekitar 19 cm.

“Yang ini namanya Baden.” Ucap Cindy yang kali ini menuntun tangan kanan Mariana ke kontol anjing Golden.
“Nah.. yang ini namanya Niko.”

Seperti mengerti apa yang di ucapkan Cindy kedua anjing tersebut seperti menyambut Mariana dengan menjilat kedua pipinya.

“Sepertinya kau sangat di sukai mereka, kalau begitu bagaimana kalau kita lanjut.” Ucap Cindy sambil membuka botol madu dan melumuri ke toket Mariana.
“Tenang, sekarang coba berbaring saja.” Jelas Cindy.

Mariana sudah pasrah akan apa yang terjadi kedepannya, ia tak bisa melarikan diri karena pasti tertangkap oleh Bobby dan Rony.

Anjing-anjing tersebut mulai menjilati kedua toket Mariana yang di lumuri madu, setiap madunya tampak kurang Cindy mulai melumurinya lagi, bahkan Cindy juga menggunakan madu tersebut menuntun Niko menjilati memek Mariana.

“Aaahh.. Aaahh..” Desahan Mariana merasakan lidah Niko menyampu memeknya hingga ke dalamnya.

*Guk.. guk.. merasa tidak adil, Baden mulai mengonggong kembali.

“Dasar cemburuan.” Ucap Cindy yang langsung memposisikan Baden di atas kepala Mariana.
“Nah.. coba rasa kontol anjing.” Ucap Cindy memegang kontol Baden mengarahkannya ke mulut Mariana.

“Mmnnnmm mmmnnmm..“ Mariana terus berusaha mengelak dengan mengeser kepalanya.
“Tak apa, rasanya lebih nikmat dari kontol manusia kok, coba dulu.. nanti juga ketagihan.” Cindy mengambil madu dan melumurinya ke kontol Baden.
“Nah, ku bantu deh.” Dengan paksa Cindy membuka mulut Mariana dan memasukkan kontol Baden.
“Gimana? enak kan?” Tanya Cindy sambil memegang kepala Mariana.

Setelah beberapa saat Mariana sudah mulai tak melawan, Cindy berdiri dan berjalan ke belakang Niko.

“Nah.. sekarang gilirang Niko.” Cindy memposisikan kedua kaki Niko di samping perut Mariana dan memasukkan kontol Niko ke memek Mariana.

*Cprattttt.. cpratttt suara cairan memek Mariana yang beradu dengan kulit saat Niko dengan instringnya mengentot Mariana dengan sangat cepat.

*Haaa.. haaa.. haaa suara napas Niko.

*Guk.. Guk.. tiba-tiba Baden melepas kontolnya dari mulut Mariana.

“Benar-benar nih satu anjing.” Cindy menggerutu.

*Guk.. guk.. suara Baden semakin besar.

“Ia.. ia.. sabar..” Lanjut Cindy yang terus menarik Niko menjauh dari Mariana.

*Grrrggghh Auu.. Niko yang kesal berusaha mengigit Cindy, untungnya karena Cindy sudah mengerti tingkah laku anjing, ia pun dapat menghindar dan memeluk leher Niko.

“Sabar ya sayang.. sabar..” Ucapnya sambil mengelus-elus kepala Niko.

Mariana yang sempat takut saat Niko menyerang Cindy membuat tubuhnya lemes.

“Hey kamu.. cepat nungging.” Perintah Cindy.

Kaki Mariana yang masih lemes karena takut dengan berlahan mulai memposisikan dirinya.

“Nah.. Baden sini.” Panggil Cindy ke Baden

Cindy memegang kontolnya dari belakang dan menariknya masuk ke memek Mariana. Kontol anjing memang memiliki kemampuan berputar arah 180°.

Sedangkan Niko di taruk di pundak belakang Mariana dan kontolnya di arahkan ke lubang pantatnya.

“Nah.. Niko di sini ya..” Ucap Cindy yang setelah itu langsung mundur melihat pemandangan dimana Mariana di ngentot oleh 2 kontol anjing di 2 lubang berbeda dengan kecepatan seperti piston motor.
“Aaahh.. haaa.. cukup.. aaahh.. mentar.. aaahh.. aku.. aku.. sudah mau keluar..” Desahan Mariana yang sudah entah berapa kali keluar, tapi Baden dan Niko tidak peduli dan terus memompa kontol mereka.

*Crottt.. Crrooottt..

AAAUHH.. Niko dan Baden menembakkan sperma mereka di dalam tubuh Mariana sambil melonglong.

Tak langsung mencabut kontol mereka, Niko dan Baden membiarkan kontol mereka hingga kembali mengecil.

Ha.. ha.. haa.. tampak Kedua anjing tersebut kini duduk di samping Cindy yang sedang berdiri sedari tadi menonton adegan 2 anjing mengentot 1 manusia.

Mariana tampak tengkurap lemes, memeknya yang berdulu tetap tampak merah sehabis di ngentot oleh kontol anjing dengan sangat cepat serta tampak ada lelehan sperma mereka.

“Bersihkan dia.” Perintah Sabrina sembari keluar dari café tersebut berjalan keluar bersama Bobby, meninggalkan Cindy dan Rony.

***

Malam hari di rumah Mariana, Walau masih agak diam, tapi Aditya mulai berlahan kembali normal. Pukul 22:22

Mariana yang siang tadi habis di ngentot habis-habisan oleh 2 ekor anjing membuatnya lelah.

“Sayang.. Aku sedang ingin.” Hermanto berusaha menrayu Mariana sambil memberikan kecupan pada pundak belakang Mariana.

Rasa capek dan malas membuat Mariana tak mau melayani Hermanto, tapi rasa bersalah membuatnya tak punya pilihan. Sambil tersenyum manis, Mariana berbaring di atas Hermanto dan membuka gaun tidurnya

“Ini untuk mu sayang.” Ucap Mariana sambil mencium bibir suaminya.

Sambil tetap berciuman, Mariana membuka celana Hermanto sebatas paha dan mengeluarkan kontolnya.

“Biar aku saja yang gerak sayang.” Sambil meninggalkan senyum manis Mariana membelakangin Hermanto dan memasukkan kontol Hermanto ke memeknya.
“Aaaahh..“ Karean Mariana takut tak bisa menjaga ekspresi wajahnya.
“Aaah.. aaahh.. aaahh..“ Desahan Mariana terus ia keluarkan dengan halus agar lebih terdengar seksual dan dengan cepat gerakkan pinggangnya mengocok kontol Hermanto.
“Haa.. ha.. sayang.. pelan-pelan..” Hermanto berusaha menahan ejakulasinya.

“Bahkan kontol anjing pun lebih terasa dari pada ini.” Tanpa sadar pikiran tersebut terlintas di pikirannya.

“Aaahh.. sayang.. Ugggghh..”

*Crrooottt.. crooott.. Hermanto menembakkan spermanya dalam memek Mariana dan tertidur pulas.

Malam itu Mariana sambil mengelus Hermanto yang tertidur lelap di sebelahnya sambil menitikkan air mata.

“Entah sampai kapan aku bisa merahasiakan ini semua.”


===X=X===


Pagi hari di ruangan kelas 2 SD setelah sehabis liburan, Pak guru Haludin menyuruh satu persatu murid untuk membacakan jurnal liburan mereka.

“Begitulah liburan ku di rumah kakek-nenekku.” Ucap Wulan yang berada di depan kelas sehabis membacakan jurnalnya.
“Yak.. sangat menarik sekali, Semuanya beri tepuk tangan buat Wulan.” Ajak Pak Haludin sambil bertepuk tangan terlebih dahulu.

*Pok.. pok.. pok..

“Salam buat mama ya.” Lanjut Pak Haludin mendorong pelan tubuh belakang Wulan, mempersilahkan Wulan duduk kembali di tempatnya.

“Mamanya memang kurang cantik, tapi tubuhnya itu.. MONTOK.” Dalam hati Pak Haludin membayangkan tubuh telanjang mamanya Wulan.

“Kalau gitu sekarang siapa ya?” Ucap Pak Haludin melihat murid-muridnya.
“Aditya ! Maju ke depan, bacakan jurnal mu.” Perintah Pak Haludin.

“Mamanya bukan cuma cantik, tapi bodynya pun juara.” Ucap Pak Haludin dalam hati sambil membayangkan tubuh telanjang Mariana di balik senyumannya.

“Aditya selama liburan kemana saja?” Tanya Pak Haludin.
“Saya liburan sekelurga ke pantai Pak.” Balas Aditya.
“Oh.. oke silakan di mulai.” Balas Pak Haludin membayangkan tubuh Mariana di balut baju renang yang seksi.

“Tanggal 2 Juni pagi, Rencananya aku, mama dan papa pergi berlibur bersama, tapi karena papa tiba-tiba ada kerjaan, sehingga kami pergi berdua. Mama yang tampak kesal menarik tangan ku dan meninggalkan papa, sebelum pergi papa sempat bilang kalau ia akan secepatnya menyelesaikan perkerjaannya dan menyusul kami.”

“Aku dan mama naik pesawat yang sangat besar dan itu sangat menyenangkan. Sesampainya di sana kami di sambut oleh seorang pria bernama Pak Madi, kata mama tugasnya adalah memandu perjalanan. Pria itu sangat besar dan hitam, tampak seperti coklat tapi ukuran besar.”

Sentak semua murid ketawa.

“Hey.. tak baik mengejek yang lebih tua.” Ucap Pak Haludin menenangkan kelas.

“Sepanjang perjalanan pria Pak Madi ngoceh terus, aku tak mengerti apa yang dia bicarakan, tapi mama tampak ketawa-ketawa. Setelah agak lama duduk akhirnya kami sampai di hotel yang sangat besar, kata pak Madi semua yang aku mau sudah ada di dalam gedung ini.”

“Setelah menaruk semua koper, aku pergi main di pantai di depan hotel bersama mama dan Pak Madi. Kami bermain bola dan Pak Madi sangat bodoh. Beberapa kali ia melempar bola sangat jauh hingga ke daratan, membuat aku harus bolak balik mengambil bola tersebut. Sampai akhirnya aku malas dan lebih memilih bermain tanah di darat, meninggalkan Pak Madi dan Mama di air.”

“Sore harinya, di kamar mandi umum pantai, aku mandi bersama mama. Aku heran melihat ada rambut di selangkangan mama?” Ucap Aditya yang masih membaca jurnalnya tiba-tiba di tahan oleh Pak Haludin.

“Oke.. CUKUP !! Cukup ya.. kerja bagus.. memang belum selesai, tapi sudah cukup.. selanjutnya siapa ya?” Pak Haludin melihat ke arah murid-murid.
“Yah.. tak adil dong pak..”
“Tak bisa begitu dong pak.”
“Curang bapak nih..”
“Tak Adil..”

Suasana kelas mulai gaduh.

“Lanjutkan.. lanjutkan.. lanjutkan..“ Serantak semua murid bersuara meminta melanjutkan cerita Aditya.

“Oke.. Oke.. Aditya silakan mulai lagi.“ Pak Haludin menyerah.

“Semoga saja tak yang aneh-aneh.” Ucap Pak Haludin dalam hati.

“Mama bilang ini bagian alami dan nanti kalau sudah gede aku juga pasti tumbuh rambut. Mendengar hal tersebut aku tak mengerti. Selesai mandi malamnya kami di naik ke lantai 52 di hotel tersebut, di sana makanannya enak-enak.”

“Karena aku ngantuk dan tertidur, aku pun di angkat oleh Pak Madi ke kamar di temanin mama. Malam itu aku terbangung dan mendengar suara mama di kamar mandi bersama Pak Madi. Mama mendesah tak jelas, karena ngantuk aku kembali tidur.”

“Tanggal 3 Juni, aku sama Mama di ajak naik ke bukit sama Pak Madi. Setelah setengah perjalanan tiba-tiba hujan turun, kami berteduh si sebuah rumah kecil bersama beberapa orang pendaki lainnya. Mama memeluk aku dari belakang agar aku tak kedinginan tapi aku melihat wajah mama mulai merah, tapi kata mama dia baik-baik saja. Tak berapa lama hujan pun meredah, kami memutuskan untuk kembali ke hotel.”

“Setelah selesai mandi bersama mama, Mama tanya soal GYM dan tempat bermain ke Pak Madi yang sedari tadi menunggu kami di luar kamar. Di karenakan hujan yang kembali lebat, dan Mama yang mau GYM, aku pun di titipkan ke tempat bermain."

"Awalnya sangat seru karena di sana banyak permainan, tapi karena terlalu banyak orang aku tak kebagian dan bosah. Aku memutuskan untuk mencari Mama, sambil jalan aku keliling-keliling."

"Akhirnya aku sampai di tempat GYM tersebut, aku bisa melihat Mama yang sedang di krumunin banyak pria, saat sedang ingin ku samperin, seorang kakak menahan aku dan melarang aku sana, katanya berbahaya untuk anak kecil, aku pun di bawa kembali ke tampat bermain tersebut. Malamnya Aku makan bersama Mama, Pak Madi di tambah 3 pria asing yang tak ku kenal, mereka kembali mengobrol hal-hal yang tak ku mengerti kembali hingga aku tertidur kembali."

"Tengah malamnya aku kembali bangun aku tak melihat mama di sebelah kasur ku, karena masih ngantuk aku pun melanjutkan tidur ku.”

“Tanggal 4 Juni, Papa menepati omongannya, pagi itu dia datang, tapi membawa seorang teman namanya Jumaidi, dia sangat keren, tinggi dan kulitnya hitam seperti Pak Madi, kata papa di sini adalah kampung halamannya, sehingga dia ikut dengan papa."

"Setelah makan siang bersama, Aku yang minta di belikkan robot tapi di tunda sama papa karena Pak Jumaidi mengajak kami naik ke kapalnya yang keren. Saat di atas aku mau mencoba mengemudi kapal tersebut tapi malah di usir karena masih kecil, tak mendapatkan robot di tambah tak boleh mengemudi kapal, aku cuma bisa duduk di bagian depan kapal. Papa yang datang dengan bilang berjanji akan membelikkan robot yang besar. aku melihat ke belakang, mama sedang belajar bawa kapal sambil di himpit Pak Madi dan Pak Jumaidi.”

“Malamnya kami makan malam di kapal dan ada kembang api yang sangat banyak."

"*Tuk.. tuk.. aku terbangun karena ada suara ketukan di dinding dari Kamar Pak Jumaidi, tapi aku tak melihat papa dan mama di kasur, saat itu sudah jam 1 malam. Aku mencoba ke kamar Pak Jumaidi yang tepat di sebelah kamarku itu dan ku liat pintunya tak di kunci. Aku melihat papa sedang bersujud lemes dan ada suara mama yang bercampur suara Pak Jumaidi dan Pak Madi. Sepertinya papa buat salah, karena takut aku bakalan kena ikut marah, aku pun kembali ke kamar dan tidur.”

“Tanggal 5 Juni, Kami semua bermain di kolam hotel yang sangat besar dan ada 4 seluncuran yang tinggi. Aku mengajak Papa naik seluncuran karena Papa yang tampaknya masih sedih karena di marah mama tadi malam."

"Dari atas aku melihat Mama bersama Pak Jumaidi dan Pak Madi sedang bersama di dalam kolam, sepertinya mereka semakin akrap dan Mama mulai melupakan aku. Aku sama papa berkali-kali naik seluncuran, sedangkan Mama naik seluncuran bersama Pak Jumaidi dan Pak Madi.”

“Siang harinya kami makan di restoran makanan laut, di sana aku makan kepiting, udang, kerang dan banyak lagi semuanya sangat enak. Pak Jumaidi dan Pak Madi izin ke toilet, tak berapa lama mama juga izin ke kamar mandi."

"Setelah beberapa lama tampak mama yang kembali bersama Pak Jumaidi dan Pak Madi sambil ketawa-tawa. Aku melihat ada cairan putih di rambut mama, katanya itu kena cairan Teripang yang tadi sempat mereka cicipi di belakang. Kata Mama Teripang tuh sangat enak, tapi aku tidak boleh makan.”

“Setelah makan, Aku kembali menagih janji papa yang katanya mau membelikkan robot dan akhirnya aku dan papa pergi membeli robot di pandu oleh Pak Madi, Sedangkan Mama katanya mau merapikan barang bersama Pak Jumaidi yang katanya ikut bersama kami pulang nanti malam. Sesampainya di toko dalam hotel Pak Madi izin sakit perut, tapi tak pernah kembali. Aku memilih robot paling besar di toko tersebut.”

“Malamnya kami pulang naik pesawat, selama di dalam pesawat Mama lebih memilih duduk sama Pak Jumaidi di ruangan sebelah, kata Papa tempat itu hanya untuk orang-orang khusus yang punya uang banyak. Mama kembali saat pesawatnya sudah sampai, sepertinya mama bersenang-senang di sana hingga rambutnya berantakan seperti singa dan ada cairan teripang lagi di mulut Mama.”

“Itu lah cerita liburan ku.”

“Wah.. Bagus sekali, enak ya sudah naik kapal, dapat robot lagi. Ayok semua beri tepuk tangannya untuk Aditya.” Ajak Pak Haludin.

*Pok.. pokkk pokk..

“Gila, aku tak sangka mamanya Aditya ternyata sebinal itu.” Ucap Pak Haludin dalam hati.


===X=X===


Selasa pagi hari di tempat GYM,

“Aaahh.. Teruss.. Aaahh..“

Mariana yang biasanya berolah raga menjaga tubuhnya agar selalu menggoda kaum pria, hari itu di datangin oleh Dirwanto dan Prahmono.

“Ughhh.. uggh.. rasakan ini.” Prahamono dengan semangat mendorong kontolnya masuk ke lubang pantat Mariana

Sedangkan Dirwanto di lubang memeknya, tanpa pedulikan tatapan pelacur-pelacur lain yang sedang melihat mereka sambil mengangkat barbel.

“Kalian ini..” Sabrina datang dengan wajah cemberut.
“Kalau nanti tubuhnya tidak bagus lagi, jangan salahkan aku.” Lanjut Sabrina.

“Kalau sudah tidak bagus lagi tinggal buang dan ganti yang lain. Hahaha..” Tawa Dirwanto dan Prahmono bersamaan.

Karena malas melanjutkan percakapan tersebut, Sabrina pun pergi dari sana.

“Kalian tidak serius mau membuang Mariana kan?” Ucap Mariana sembari mencium Dirwanto di depannya.

Seperti tak ingin menjawab pertanyaan Mariana, Dirwanto dan Prahmono langsung mempercepat mengentot Mariana.

“Aaahhh.. teruss.. Aaaahhh.. aku sudah mau.. Aaahh.. keluarr..” Desahan Mariana semakin menjadi-jadi.

“Aku duluan..”

*Crrrooottt.. croottt..

Prahmono duluan mengeluarkan spermanya di lubang pantat Mariana, setelah itu di ikuti dengan Dirwanto di dalam memek Mariana.

Sperma hangat membuat Mariana mencapai klimaksnya.

“Aaahh..” Kepalanya terdingak ke atas merasakan kenikmatan klimaks di pagi hari.

Dirwanto dan Prahmono langsung melepas kontol mereka dan menurunkan Mariana. Kakinya yang masih lemes tak sanggup menopang tubuhnya sendiri hingga cuma bisa terduduk lemes, cairan sperma mulai mengalir dari memek dan lubang pantatnya membasahi matras GYM tersebut.

“Hehehehe..” Sambil tersenyum kedua pria bandot tua tersebut menodongkan kontol mereka di depan wajah Mariana.

Seperti mengerti apa yang di maksud oleh kedua pria tersebut, Mariana langsung menjilat dan membersihkan kontol tersebut bergantian.

*Srruuupp.. srrupp..

Aahhh..

Srruup.. Srruup..

Setelah itu, Mariana di tarik ke tempat kamar mandi

“Tadinya mau mengentot kau sambil merangkak ke sini.” Ucap Dirwanto meraba toket Mariana dengan di temani guyuran air shower

Prahmono membersihkan pantat Mariana. Tak membutuhkan waktu banyak hingga mereka berciuman dan kembali mengentot bertukar lubang.

Di ruang ganti baju, Mariana yang sudah capek, duduk dan memejamkan matanya berusaha mengembalikan tenaganya.

“Ini.” Tiba-tiba Prahmono muncul sambil memberikan 4 kotak.
“Eh? bapak belum pulang? ini apa?” Tanya Mariana.
“Ini sayur untuk di bawa pulang, anggap saja sebagai hadiah.” Ucap Prahmono yang terus mencium bibir Mariana dengan lembut dan Mariana pun membalas ciuman tersebut.

Tangan Prahmono mulai menjalar ke dalam baju Mariana dan meraba toketnya.

“ha.. ha.. yang tadi masih kurang pak?” Tanya Mariana sambil menatap mesum melihat mata Prahmono.
“Tidak, itu sudah cukup kok sayang.” Ucap Prahmono mencium kening Mariana dengan penuh cinta dan berjalan keluar.
“Oya dan ini ada tiket titipan dari Sabrina untuk keluargamu, katanya cukup tunggu saja, nanti dia bakalan atur semuanya, untuk lebih lengkap kau bisa coba telphone dia. Sampai jumpa lagi.”

Prahamono pun berjalan keluar meninggalkan Mariana yang binggung dengan tiket berwarna hitam yang hanya bertulisan SHOW TIME dan minggu, pukul 14:30 dengan tinta berwarna emas.

***

Malam hari di meja makan rumah Mariana,

“Sayang.. ini ada tiket dari Sabrina, sepertinya dia membuat acara lagi.” Ucap Mariana sembari memberikan 3 tiket kepada Hermanto.
“Hmm? acara apa?” Tanya Hermanto mengambil 3 tiket tersebut dan mencari informasi pada tiket tersebut.
“Tak tau juga, itu tiket punya kamu dan Aditya, katanya nanti kita di jemput jadi cukup siap-siap saja.” Jelas Mariana.

Tanpa menaruh rasa curiga, “Jadi aku pake baju apa nanti di sana?” Tanya Hermanto yang binggung karena tak memiliki bayangan acara seperti yang akan ia hadiri.
“Baju kasual saja, dan sepertinya nanti aku duluan ke sana ya sayang, Sabrina butuh teman katanya.” Ucap Mariana.
“Jadi sayang, nanti kamu pergi sama papa ya.” Ucap Mariana mengelus kepala Aditya yang duduk di sebelahnya.
“Ia ma..” Balas Aditya sambil mengangguk.

***

5 Hari kemudian, Minggu.

“Sudah siap sayang?” Tanya Hermanto dengan baju kemeja dan celana biru dongker berdiri di pintu kamar Aditya.
“Pa, Papa tampak lebih muda dengan baju seperti itu.” Ucap Aditya.
“HAHAHA.. Terima kasih sayang, kau juga cukup rapi.”

Aditya menggunakan baju kaos dengan kancing di atasnya dan celana jeans berwarna cream.

“Yeah.. sebenarnya aku tak ingin ikut.” Ucap Aditya sembari jalan keluar kamarnya dengan muka malas.
“Kenapa?” Tanya Hermanto.
“Tak ada, hanya malas saja.” Balas Aditya,

Ia tak bisa mengatakan kalau ia ingin di rumah saja menonton film mamanya yang sedang di ngentot pria lain.

*Tinggg.. Tonggg..

“IA..” Jawab Hermanto saat dirinya mendengar ada suara bel pintu.
“Yuk sayang.” Ajak Hermanto ke anaknya untuk turun bersama-sama.

Di luar rumah sudah menunggu mobil tipe MPV.

“Kita mau kemana?” Tanya Hermanto yang mulai merasa curiga saat ia melihat 2 orang pria duduk di bagian belakang dan 2 pria lagi duduk di bagian depan, seakan dirinya di kawal.
“Ke tempat madam Sabrina.” Jawab singkat supir yang membawa mobil tersebut.

Perjalan berjalan saat hening, Hermanto yang was-was melihat terus melihat ke jendela luar agar ia selalu tau posisi. Selang beberapa lama, tiba-tiba Hermanto merasakan jarum menusuk lehernya dan ia merasa ngantuk. Uggghh.. Hal yang sama pun terjadi pasa Aditya, kedua ayah anak tersebut di buat tidur dengan suntikkan.

“Halo.. keduanya sudah di tangan.” Lapor seorang yang duduk di sebelah supir.
"..."
“Siap madam.” Jawab pria tersebut dan mematikan panggilan.

“Kita di suruh langsung membawa mereka ke parkiran lantai 37.”

Ternyata Hermanto dan Aditya di bawa ke hotel yang dulu sempat di pakai oleh Hermanto untuk rapat.

Di parkiran lantai 37 tampak Wawan dan Liandra sudah menunggu di pintu masuk dan mobil berhenti tepat di sampaing mereka.

“Aditya sayang, sini sama kakak Lia.” Ucap Liandra mengendong Aditya.

Sedangkan Hermanto di bopong oleh Wawan dan salah satu pengawal dari mobi.

“Kenapa aku harus melakukan hal seperti ini sih? tau begini aku pelan-pelan saja atur camera tadi.” Gerutunya.

Hermanto dan Aditya di bawa ke ruangan terpisah, ruangan Hermanto berukuran seluas 8x7 yang hanya ada AC, telephone kabel, layar projector, cermin besar di sebelahnya dan Hermanto yang duduk terikat.

“Uggghh..” Hermanto terbangun merasakan kepalanya yang sakit.
“Oh.. sudah bangun sayang?” Ucap Sabrina yang tampak sedang menyetel film dari projector.
“Sabrina? ini apa maksud lepaskan aku? kita dimana?” Tanya Hermanto
“O.. o.. oohh.. pelan-pelan sayang, pertama kita sedang berada di hotel ku, ingat yang pernah kau kunjungi itu? terus, maaf ya sayang aku belum bisa melepas ikatannya, nanti kau lasak.” Ucap Sabrina sambil duduk pangkuan Hermanto dan mengelus pipinya.

Hermanto yang mulai marah, berusaha dengan tenaganya melepas ikatan tersebut.

“Adduh.. duh.. maksa banget deh..” Sabrina kembali berdiri.
“Ah.. yang ini saja.” Ucap Sabrina memilih salah satu film.
“Kau ingat hari dimana kau dan kariawan-kariawan mu rapat di sini? setelah itu apa kau ingat apa yang terjadi saat kau tertidur? mau tau?” Ucap Sabrina sambil memegang dagu Hermanto dan menggesernya dengan paksa ke arah kiri, menghadap ke layar projector.

“Aaahhh.. aaahh..“ Suarah desahan Mariana dari layar projector.
"Tapi liatlah sekarang istrimu menerima kontolku ini." Tampak Anton yang sedang mengentot Mariana.

“A..Apa ini?” Mata Hermanto tampak kaget melihat adegan yang sedang tayang di layar.
“Tidak.. ini pasti editan.. aku tidak percaya.. ini pasti settingan.. Ya kan.. hey.. Sabrina..” Mulut Hermanto bergetar tak percaya dengan apa yang ia lihat.

“Hahaha.. editan? settingan? HAHAHA.. itu lah yang benar-benar terjadi saat kau tertidur.” Ucap Sabrina dengan lantang.
“Tapi tenang, ini bukan menu utama hari ini.” Lanjut Sabrina lagi.

Sabrina berjalan ke arah telphone kabel yang tergantung di dinding.

“Suruh dia mulai.” Ucap Sabrina
“SHOW TIME.” Lanjutnya lagi sembari menutup telphone tersebut.

*Cleck suara pintu ruangan sebelah terbuka.

Dari balik kaca Hermanto melihat ada 2 orang anak kecil yang umurnya tampak seperti Aditya, hanya menggunakan celana dalam saja.

“Siapa mereka?” Tanya Hermanto.
“Mereka adalah teman sekolahnya Aditya, dan kau tenang saja, kaca ini adalah kaca khusus yang bisa di atur, 2 arah atau 1 arah, saat ini walau kita bisa melihat mereka, mereka tak bisa melihat kita.” Ucap Sabrina sembari jalan ke samping Hermanto.

*Cleck.. kembali pintu ruangan sebelah kembali terbuka.

Kali ini yang masuk adalah Mariana dengan pakaian lingerie berwarna merah, sepatu hak tinggi dan kata mata, merangkak masuk.

“Mamanya Adit?”

Kedua bo*ah tersebut kaget dengan kedatangan Mariana yang sangat menggoda.

“Kalian suka dengan tante?” Tanya Mariana ke kuping mereka setelah Mariana berhasil merangkak mendekat.
“Suka tante.” Jawab mereka berbarengan.

Berbeda dengan Bagas, Galang melihat Mariana dengan tatapan mesum.

Setelah mendengar jawaban dari kedua bo*ah tersebut, Mariana menurunkan celana Bagas dengan tangan, tapi menurunkan celana Galang dengan mulutnya. Secara bergantian Mariana terus menjilat dan memasukkan kontol tersebut ke mulutnya.

“Aaahhh.. nikmat sekali tante.” Ucap Galang yang memegang kepala Mariana berusaha memonopoli Mariana dan Bagas yang merasa tak puas langsung memukul tangan Galang.
“Kau kok pukul aku?” Tanya Galang dengan nada tak bersalah.

Mariana yang merasa mulai akan terjadi pertengkaran langusng menahan mereka.

“Sudah.. sudah.. Tante bisa puasin kalian berdua sekaligus kok.” Ucapnya sambil memegang erat kontol Bagas dan Galng.

*Cleck suara pintu terbuka

Sabrina dan Liandra kali ini masuk sambil membawa rak dorong yang mengantung banyak baju.

“Anak-anak.. Bagaimana? kalian sukakan?” Tanya Sabrina sambil sedikit membungkuk mengelus kepala kedua bo*ah tersebut dari belakang Mariana, Di saat Mariana yang masing duduk di lantai mengulum kontol kedua bo*ah tersebut.

“Suka Tante, kami sangat ingin mengentot dengan mamanya Aditya dari saat pertama kali jumpa.” Ucap Bagas sambil tangannya merayap ke toket Mariana.

Bagas yang melihat tumpukan rak baju tersebut tiba-tiba terbesit sebuah ide.

“Tante, Adit pernah bilang kalau dulu mamanya adalah seorang ketua Cheerleader ya?” Tanya Bagas.

Mendengar pertanyaan tersebut membuat Sabrina senang, seorang bo*ah bisa mengikuti permainan dengan sangat baik.

“Benar, mamanya Adit bukan hanya ketua, tapi juga sangat menggoda, tak ada pria yang tak suka dengan dia saat sekolah dulu.” Jawab Sabrina sambil berjalan ke rak tersebut dan memilik pakaian Cheerleader dan melemparnya ke kepala Mariana.
“Eh?” Mariana kaget dengan baju yang di lempar ke kepalanya.
“Tante coba pake dong.” Pinta Bagas.

Melihat bo*ah di depannya sangat ingin melihatnya memakai pakaian tersebut, ia pun berdiri.

“Ia.. ia..” Jawab Mariana dan mulai melepas baju lingerie merahnya di depan kedua bo*ah tersebut.

Sambil menggunakan sport bra dan rok pendek. Bagas dan Galang melihat dengan mata berbinar-binar, karena tak menyangka kalau Mariana akan langsung membuka bajunya di depan mereka. Di saat Mariana berganti pakaian, Sabrina dan Liandra berjalan keluar meninggalkan rak baju tersebut.

Maraina yang sudah selesai berpakaian mencoba lompat-lompat memamerkan toketnya naik turun dan menunjukan beberapa gerakan angkat kaki yang bisa memperlihatkan memeknya di depan Bagas dan Galang. Galang yang sudah tak sabar langsung mendekat ke Mariana dan menjilat paha Mariana.

*Srrluuuppp. Bagas yang ketinggalan juga ikut mendekat dan menjilat perut Mariana.
*Srlup.

Tak hanya menjilat, tangan mereka juga mulai menjelajahi tubuh Mariana mulai dari memeras toket Mariana baik dari luar atau dalam bra sportnya hingga ke memek dan pantat Mariana.

“Aku sudah tak tahan lagi tante.” Ucap Bagas yang langsung menarik tangan Mariana menyentuh kontolnya.

Sambil tersenyum Mariana membaringkan Bagas dan langsung memasukkan kontolnya ke memeknya dengan sangat mudahnya karena memeknya sudah sangat basah.

“Curang kok Bagas duluan.” Galang yang tak puas mulai marah.
“Sini sayang.” Mariana memegang kontol Galang dan memasukkannya ke memeknya juga.

Pertama kalinya Mariana merasakan 2 kontol langsung dalam memeknya.

“Aaaahh.. Ahhhaa..“ Desahan Mariana menerima sodokkan kontol kedua anak kecil tersebut.

Di sisi lain ruangan sebelah, Sabrina sedang mengisap kontol Hermanto yang fokus menonton istrinya yang sedang di genjot oleh 2 bo*ah teman sekolah anaknya.

*Srruuppp.. srruuppp..

“Bagaimana? aku lebih jago dari Mariana kan?” Tanya Sabrina kepada Hermanto yang sedang menanggis.

Kenyataan hidup yang datang seperti di hantap Wrecking Ball membuatnya sulit mempertahankan mentalnya. Di layar samping menampilkan 2 anak buahnya Kusnadi dan Anton memasukkan kontol mereka ke lubang pantat dan memek istri. Ingin rasanya ia tertidur dan berharap ini semua adalah mimpi, tapi permainan Sabrina di kontolnya membuatnya selalu terjaga.

*Crrooottt.. crooott.. Hermanto menembakan spermanya ke dalam mulut Sabrina.

“Kenapa? apa salah ku?” Ucap Hermanto yang lemes tapi tak di pedulikan oleh Sabrina yang berjalan keluar ruangan.

*Cleck.. Kembali lagi Sabrina masuk ke ruangan Mariana yang sedang di ngentot oleh 2 bo*ah.

Toket Mariana yang bergoyang-goyang di mainkan oleh Bagas.

“Aaahhh.. tante.. aku sudah tak kuat..”

*Crroott.. croott.. kedua bo*ah tersebut menembakkan sperma mereka bersamaan di dalam memek Mariana.

“Aku masih belum keluar.” Dalam hati Mariana berguman karena walau ia sudah bisa lebih merasakan kenikmatan dari kontol bo*ah-bo*ah tersebut tapi ia belum mencapai klimaks dari tadi.

Tak mau cepat-cepat berakhir, mereka membenamkan kontol mereka di dalam memek Mariana hingga tembakkan sperma terakhir.

“Bagaimana anak-anak? puas?” Tanya Sabrina.
“Belum tante.” Ucap Galang yang melepas kontolnya, lelehan sperma mereka tampak meleleh lebih banyak ke kontol Bagas yang berada di bawah.
“Benerkah? kalau begitu lanjutkanlah.” Ucap Sabrina sambil berbalik badan.
“Tunggu tante.” Panggil Galang
“Ada apa?” Langkah Sabrina tertahan.
“Ini tante.” Ucap Galang sambil menunjuk ke kontolnya yang sudah lemes.

Sabrina langsung mengerti maksud dari Galang, ia melihat Mariana yang sedang menjilat kontol Bagas berusaha agar berdiri lagi, tapi sia-sia.

“Huff.. kalian ini..” Sabrina diam melihat Galang sejenak dan mengambil telepon yang bergantung di dinding.
“Halo, panggil Rony masuk dan bawa obat perangsang untuk dua bo*ah ini.” Perintah Sabrina.
“Yeesss” Galang dan Bagas tampak senang dan Sabrina keluar ruangan tanpa memberi tau efek samping dari obat tersebut.

Di ruangan sebelah. ternyata Aditya yang sedang di ikat dan mulutnya di lakban, sedang menikmati kontolnya di mainkan oleh lidah Liandra, sambil melihat teman-temannya habis mengentot mamanya.

“Ron, Madam suruh kau bawa obat perangsang untuk 2 bo*ah itu.” Ucap Bobby kepada Rony yang juga sedang berada di ruangan tersebut dan ada juga Wawan yang sedang melihat ke layar komputernya menjaga kamera yang sedari tadi merekam ruangan Hermanto, Mariana dan Aditya.

Rony dengan muka malasnya mengangkat sebuah tas dan berjalan keluar.

*Cleck.. Saat Rony masuk dengan badan besar di tambah muka malasnya

Bagas dan Galang mulai merasa ketakutan yang mulai membuat kontol mereka semakin ciut. Tanpa berkata apa pun, Rony menaruk tasnya di lantai yang di lapisi karpet dan memakai sarung tangan karet medisnya. Seperti ibu yang mengantar anaknya untuk pergi vaksin, Mariana mendorong pundak kedua bo*ah tersebut mendekati Rony yang sudah siap dengan jarum suntuknya.

“Ayok.. gak apa.. kan ini kalian yang minta.” Ucap Mariana dengan senyum jailnya.

Rasa takut semakin menyelimuti Bagas dan Galang, Rony yang ingin cepat-cepat langsung memegang kontol Galang dengan tangan kirinya dan menyuntikkannya.

“Uggghh..” Galang yang takut memejamkan matanya tak berani liat, hal yang sama juga terjadi pada Bagas.

Melihat tingkah Bagas dan Galang, Mariana tak tanggup menahan tawanya.

“HAHAHA.. gimana sih? tadi minta.” Ucap Mariana.

Selagi Mariana ketawa, Rony berjalan keluar, kembali ke ruangan sebelah.

Demi menenagkan kedua bo*ah tersebut Mariana mulai memainkan zakar Bagas dan Galang dari belakang. Tanganya merayap dan memutar zakar tersebut hingga ke ujung kontolnya.

“Coba nungging.” Pinta Mariana dan mulai menjilati lubang pantat Bagas dan Galang bergantian.
“Uaaahhh.. tante.. sangat nikmat..” Mata galang merem melek merasakan kenikmatan tersebut.

***

Di ruangan lain,

*Cleck.. Rony yang kembali ke ruangan sebelah, melihat Liandra dengan toketnya menjepit kontol Aditya sambil melihat mamanya menjilat lubang pantat temannya.

“Mmmhhmm.. mmm..”.

Liandra yang melihat tingkat Aditya semakin membuatnya tak tahan untuk menjahilinya.

“Sayang, liat kak Lia dong, masa liat ke mama mu terus sih.” Ucap Liandra semakin menjepit kontol Aditya yang tenggelam di belahan toketnya.

***

Melihat kontol Bagas dan Galang sudah kembali tegang, Mariana kali ini mendorong Galang terlentang.

“Tunggu tante.” Ucap Galang menahan Mariana dengan mendorong toketnya.
“Tante ingat saat pertama kali kita jumpa?” Tanya Galang dengan muka mesumnya.
“Saat itu aku sudah pengen kali ngentot dengan tante.” Lanjut Galang.

Mariana tentu tidak kaget dengan pernyataan itu karena ia ingat dengan kedua bo*ah mesum ini.

“Terus kenapa?” Tanya Mariana sambil mengelus kontol Galang.
“Aku ingin tante menggunakan baju seperti hari itu.” Galang memohon dengan mata berbinar.
“Kalian ini ya.. Baiklah..” Ucap Mariana berjalan menuju rak tersebut dan mengambil baju.

Mariana tentu masih ingat dengan baju yang ia kenakan hari itu, bukan hanya karena baju itu sangat cantik, tapi karena baju itu juga pertama kalinya ia menggoda anak di bawah umur.

“Yang ini saja ya, mirip-mirip lah.” Ucap Mariana memperihatkan baju V neck lengan panjang dan rok berwarna berwarna biru.
“Oke tante.” Jawab Galang yang sebenarnya dirinya sendiri tak mengerti tentang tata busana.

Kembali lagi Mariana bugil di depan kedua bo*ah tersebut, dengan sengaja Mariana menungging membelakagin kedua bo*ah tersebut, agar kedua bo*ah tersebut bisa melihat belahan memeknya saat ia menurunkan roknya. Bagas dan Galang berdiri tak percaya dengan apa yang ia saksikan.

“Gas.. aku masih tak sangka kita benar-benar bisa melihat memeknya mama Adit.” Ucap Galang mematung.
“Benar, aku juga masih tak sangka kita tadi mengentot mamanya.” Bagas yang sama mematung.

Di ruangan lain, Hermanto yang sudah pasrah dengan kenyataan mulai menikmati memek Sabrina yang melahap kontolnya di saat dirinya masih terikat di kursi.

“Bagaimana sayang? memek ku tak kalah dengan istrimu itu kan?” Ucap Sabrina dengan semangat bergoyang naik turun di pangkuan Hermanto.

Sambil di iringin dengan suara desahan Mariana dari layar projector, Hermanto mulai menjilat toket Sabrina yang tepat di depan matanya.

Mariana yang sudah selesai memakai pakaian yang di minta Galang minta pendapatnya.

“Bagaimana? cantik?” Tanya Mariana sambil mendekati Galang.

Mariana kemudian mencium bibir Galang, dan lidahnya mulai bermain di dalam mulut Galang. Dengan berlahan Mariana memposisikan Galang tidur terlentang.

“Kali ini coba lubang ini ya.” Ucap Mariana berbalik badan, menggunakan tangan kiri dan kedua kakinya sebagai tumpuan, lalu mengarahkan kontol Galang ke lubang pantatnya.
“Bagas.” Panggil Mariaan sambil membuka lubang pantatnya lebih lebar.

Bagas yang awalnya mikir ia bisa menikmati memek Mariana sendiri, tapi ia enggan melawan keinginan Mariana, ada hasrat ingin memuaskan wanita di depannya tersebut.

“Aaaaaahhh..” Desahan Mariana saat ia mulai merasakan lubang pantatnya di masukkan dua kontol sekaligus.
“Tante, rasanya aneh.” Ucap Bagas yang sebenarnya sudah merasakan aneh sedari tadi karena kontolnya harus bergesekkan dengan kontol Galang.

Mariana yang seperti tak peduli terus mengerakkan tubuhnnya dengan bantuan kedua kakinya.

“Aaaahhh.. terus.. Aaaahhh.. terus sayang..”

Sambil tangan Mariana bergantian mengesek memeknya dan menahan tubuhnya. Selang beberapa menit, tangan Mariana mulai merasa ke semutan menahan tubuhnya ingin cepat-cepat menyelesaikannya.

“Aaahhh.. keluar.. Aaaaahhh tante mau keluar..” Ucap Mariana yang langsung mencapai klimaks hingga cairan memeknya muncrat ke muka Bagas di depannya.
“Galang, tante sudah tak kuat lagi.” Ucap Mariana yang dengan berlahan membaringkan tubuhnya di atas Galang.
“Berat tante.” Ucap Galang yang juga dengan sedikit mengangkat pantat Mariana ia mempercepat kontolnya.
“Bagas aku sudah mau keluar.” Ucapnya yang langsung menembakkan spermanya di dalam lubang pantat Mariana.
“Aku juga..”

*Crrooott.. Crroottt.. Bagas dan Galang menembakkan spermanya ke lubang pantat Mariana.

Tak sanggup menahan tubuh Mariana lama-lama, Galang langsung menggeser tubuh Mariana ke samping. “Gila.. berat sekali.” Ucap Galang sambil menampar wajah Mariana dengan kontolnya, karena Bagas sudah lebih dulu memasukkan kontolnya ke mulut Mariana.

Tanpa peduli dengan perkataan Galang, Mariana tetap membersihkan kontolnya, karena Mariana merasa wajar jika anak kecil tak sanggup menopang tubuh dewasanya.

Setelah selesai kontolnya di bersihkan Mariana, Bagas mengangkat tangan Mariana yang posisi duduk di atas karpet,

“Ketiak tante ada bulunya, tampak sexy kali.“ Bagas mulai menjilat ketiak Mariana sebelah kanan

Merasa tak mau kalah, Galang pun ikutan menjilat ketiak kiri Mariana.

“Aaaahh.. geli.. Aaaahhh.. “ Mariana sangat menikmati dirinya di permainkan oleh dua bo*ah tersebut.

Saat di liat ketiak Mariana sudah basah dengan air liurnya, Bagas dan Galang menggesekkan kontolnya di ketiak Mariana hingga kontol mereka kembali tegang kembali.

Gilang yang binggung tidak ada ide untuk costum Mariana selanjutnya. “Gas kita mau suruh tante pake baju apa lagi?” Tanya Gilang sambil melihat ke arah rak baju tersebut.

Tetapi bagas hanya diam karena ia sendiri pun tidak ada gambaran dalam otaknya.

"Bagaimana kalau tante yang milih saja?" Ucap Bagas yang melempar kebingguan merkea ke Mariana.
“Benar juga, tadi kan kalian berdua sudah pilih sekarang giliran tante.” Ucap Mariana yang sudah ada gambaran baju apa yang ingin ia kenakan saat pertama kali melihat baju tersebut di gantung di rak.

Di raungan lain.

*Crot.. crot.. Hermanto dan Sabrina mencapai klimaks bersama-sama.

“Sayang, aku selalu ingin melakukan ini dari dulu.” Ucap Sabrina mencium bibir Hermanto sambil merasakan lelehan sperma yang keluar dari cela-cela memeknya

Hermanto hanya diam berusaha tak membalas.

“Dasar munafik.” Ucap Sabrina berdiri saat ciumannya tak di terima.
“Jangan pikir ini sudah berakhir”

Sambil tersenyum Sabrina berjalan ke arah telephone kembali.

“Bawa bo*ah itu ke ruangan tengah.” Perintah Sabrina.
“Tadi kau tanya soal anak mu kan? liat saja sendiri.” Ucap Sabrina yang menyetel kaca dimana Hermanto melihat Mariana menjadi 2 arah,
“Sekarang Mariana juga bisa melihatmu. Hahaha..” Ucap Sabrina sambil pergi meninggalkan Hermanto.

*Cleck..

Sabarina masuk bersamaan dengan Liandra, Rony dan Bobby yang menangkat Aditya bersamaan dengan kursi yang mengikatya.

Maraian yang melihat kedatangan Aditya hanya bisa tersenyum pasrah, setiap malam Mariana tau kalau hari ini pasti akan datang dan ia sudah menyiapkan dirinya.

“Adit !” Ucap Bagas dan Galang yang kaget merasa sedikit bersalah.

Sabrina yang melihat Mariana memberikan kode dengan alis dan matanya untuk Mariana melihat ke arah samping. Refleks Mariana langsung melihat ke arah kaca di sebelahnya, yang ia juga sudah menduga kalau salah satu kaca tersebut pasti ada suaminya dan ia hanya tersenyum, karena sudah bisa membayangkan apa yang akan terjadi saat melihat suaminya terikat dan ada sisa sperma di kontolnya

Seperti tidak peduli, Mariana kembali membuka bajunya di depan semua orang dan mengantinya dengan baju kemeja putih yang sangat tipis di padu dengan rok hitam yang sangat pendek.

“Sayang kurang sepatunya saja.” Ucap Mariana dengan nada kecil dan balik badan memperlihatkan tampilannya.

“Bagaimana? sudah mirip dengan guru kalian di sekolah?” Tanya Mariana melihat Bagas dan Galang.
“Wah.. tante, kalau guru kami seperti ini, pasti aku akan rajin belajar.” Ucap Galang dan Bagas yang hanya menganggung saja.
“Belajar apanya? ada juga kalian goda gurunya.” Ucap Mariana sembari berjalan ke arah kaca Hermanto.
“Gimana sayang? aku cocok pakai ini?” Tanya Mariana sambil berputar hingga roknya terangkat hingga orang-orang bisa melihat dirinya tanpa celana dalam.

Hermanto hanya diam dan tertunduk kecewa melihat istrinya yang sudah seperti lonte tersebut. Merasa tak ada tanggapan dari Hermanto, Mariana pun berjalan ke arah Aditya.

“Bagaimana sayang? mama cocok?” Tanya Mariana yang padahal melihat Aditya yang masih di sumpel mulutnya dengan lakbak
“Mmmmhhh.. mmmm..”

Sambil tersenyum nakal, “Adit sayang bentar ya, Mama mau mengajari Teman-teman mu dulu.” Ucap Mariana berjalan ke arah Bagas dan Galang.

Galang yang merasa dirinya menang dari Aditya memeluk paha Mariana dan menampar pantat Mariana

*Plak.. seperti menunjukkan kalau “mama mu milik kami sekarang.”

Bagas yang tak mau kalah juga mencium bibir Mariana sambil kedua tangannya menarik-narik toket Mariana.

“Kalian semakin ganas saja semenjak ada Adit.” Ucap Mariana sambil tersenyum nakal ke Bagas.

Mariana turun berjongkok, membuka memeknya lebar-lebar dan menjilat kontol Bagas.

“Kok Bagas mulu tante.” Kesal Galang yang kembali mengkibas-kibaskan kontolnya ke muka Mariana.

Karena tak mau ada kesuruhan, Mariana kini berusaha memasukkan kontol Bagas dan Galang bersamaan ke mulutnya.

“Gimana? jangan berantam mulu ya..” Ucap Mariana sambil memainkan buah zakar Bagas dan Galang.
“Ugghhh.. Adit.. mulut Mama mu jago bener, di tambah toketnya ini.. behh.. montok bener.” Ucap Galang memeras toket Mariana memanas-manasin Aditya.
“Mmmmhhh.. mmmmhhh..” Suara Aditya ke tahan.
“Tadi ribut, sekarang ganggu anak tante.” Ucap Mariana mendorong Bagas terlentang dan memasukkan kontolnya ke memeknya.

*Plak.. plak.. Galang berkali-kali memukul pantat Mariana.

“Pantat montok mu yang merah membuat ku semakin semangat.” Ucap Galang yang langsung dengan sekali sentak memasukkan kontolnya ke memek Mariana.
“Terima nih.. hehehee.. Adit.. mama mu sangat sexy.” Lanjut Galang sambil menjilat pipi Mariana dan menatap ke arah Aditya.

Melihat hal tersebut membuat Sabrina geleng kepala “Dasar bo*ah.” Ucap Sabrina.
“Bobby, Rony ambilkan kursi sofa ku.” Perintahnya.
Bobby yang mendengar perintah tersebut langsung keluar untuk mengambil kursi Sabrina.

Liandra yang menonton juga mulai ikut terangsang.

“Kakak iri kali sama mama mu, yang punya kesempatan merasakan kontol teman-teman mu dengan waktu yang lama.” Tangan Liandra mulai mengelus dada Aditya dan memutar-mutar putingnnya.

*Cleck.. tak butuh waktu lama hingga Bobby dan Rony kembali masuk membawakan kursi sofa permintaan Sabrina.

“Aditya.. kalau aku jadi papa mu bagaimana?” Ucap Bagas sambil memegang toket Mariana dari balik baju kemejanya
“Sayang, kau jadi milik ku saja ya.” Lanjut Bagas melihat mata Mariana.

“Sepertinya ini bo*ah beneran serius.” Pikir Mariana tersenyum melihat balik mata Bagas yang penuh harapan itu.

“Aaahhh.. Kau tau, Aaahhh.. dulu tante tak bisa menyesui Aditya Aaahh.. karena sebuah penyakit, jadi bagaimana perasaannya menikmati toket tante sebelum anak tante?” Tanya Mariana membuka kancing kemejanya dan mengoyang-goyangkan toketnya di depan Bagas.

Merasa diri mereka sudah menang, Bagas dan Galang dengan sangat kasar menyentak kontol mereka dengan cepat ke dalam memek Mariana.

“Tante.. aku sudah mau keluar.. Uggghhh..”

*Crrrooott.. Crrooott.. Bagas menembakkan spermanya bersamaan ke dalam memek Mariana.

“Aaaahhh.. tunggu.. tante belum..” Mariana yang merasa sedikit kecewa hanya bisa pasrah.

“Ini gak enaknya kalau main sama bo*ah.” Ucapnya dalam hati.

Galang merasa geli dengan sperma bagas mencabut kontolnya.

“Merusak saja lu gas.” Ngomel Galang dan memasukkan kontolnya yang masih penuh lendir ke mulut Mariana.
“Ini lebih baik.” Sambil memegang kepala Mariana, Galang dengan kasar menyentak kontolnya ke dalam mulut Mariana.
“Terima nih.” Ucap Galang mencabut kontolnya dan menembakkan spermanya ke muka Mariana.

*Croott.. Crooott.. crooott.. Mariana sambil menutup mata menerima sperma Galang.

Mariana dengan tangannya mengambil sperma Galang dan memasukkannya ke mulutnya.

“Tante suka sperma anak kecil, manis.” Sambil matanya menatap Galang menggodannya.

Bagas yang merasa cemburu, mengambil lelehan spermanya dari memek Mariana dan mengarahkannya ke mulut Mariana.

“Jilat !” Perintahnya.

Mariana pun mulai menjilat tangan Bagas hingga ke celah-celah tanggannya. Galang yang sudah lemes, mulai merangkak ke samping.

“Buka ikatannya.” Perintah Sabrina menatap ke arah Liandra.
“Eh?” Liandra kaget dengan perintah tersebut.
“Tapi.. hari ini kan Aditya milikku.” Liandra dengan nada ngambek.

Sabrina yang enggan untuk berdebat hanya menatap tajam ke mata Liandra hingga membuatnya tak punya pelihan lain dan membuka ikatan Aditya.

Rasa marah yang ketutup dengan nafsu membuat Aditya binggung dengan apa yang harus ia lakukan, di satu sisi ia sangat ingin menghajar temannya, tapi ia juga sangat terangsang melihat temannya mengentot mamanya, sehingga ia hanya bisa diam mematung.

“Sini sayang.” Mariana mengulurkan tangannya ke Aditya.

Dengan perasaan binggung Aditya berjalan pelan ke arah Mariana sambil menutup kontolnya yang berdiri tegang. Melihat Aditya datang Bagas bergabung dengan Galang yang duduk istirahat di sudut ruangan.

“Gak apa, sini sama mama.” Mariana memposisikan Aditya tiduran di pangkuannya dan mengarahkannya ke toketnya.

“Bagaimana? apakah kamu puas sudah bisa memegang toket mama?” Tanya Mariana sambil tersenyum.
“Jangan kau kira mama tidak tau kalau kadang malam-malam kau masuk ke kamar dengan kunci cadagang dan memegang toket mama, apa kau lupa kalau di rumah kita sudah di pasang CCTV oleh tante Sabrina?” Lanjut Mariana dengan nada pelan keibuan.

Tangan Aditya tiba-tiba berhenti karena kaget seperti pencuri yang ketahuan.

“Tenang saja.. mama tidak marah kok, malah mama mau minta maaf, Maafin mama ya.. dulu mama tidak bisa memberikan kamu asi karena ada masalah di tubuh mama, tapi sekarang kamu bisa meraskannya kok"

Mariana mengarahkan toketnya ke mulut Aditya dan langsung di lahap Aditya seperti bayi yang nyusu.

Tangan Mariana meraih kontol kecil Aditya yang hanya berukuran 8 cm dan mulai mengocoknya dengan pelan tapi semakin di kocok, kontol Aditya semakin lemes.

“Loh kok?” Binggung Mariana.
“Pufff.. hahahaha..” Sabrina kelepasan ketawa melihat Aditya.

Seisi ruangan melihat ke arah Sabrina dengan tatapan heran.

“Jangan-jangan.” Ucap Liandra yang sepertinya juga sadar.
“Tebakkan mu benar Lia.” Ucap Sabrina.
“Hey kalian berdua.” Panggil Sabrina sambil menatap Bagas dan Galang.
“Maju.” Perintah Sabrina sambil mengerakkan kepalanya seperti menyuruh mereka mendekati Mariana.

Dengan senyum lebar licik mereka berjalan mendekati Mariana dan menodongkan kontol mereka ke muka Mariana. Mariana yang masih binggung mulai menjilat kontol Bagas dan Galang, sambil tangan kirinya masih mengocok kontol Aditya dengan lembut. Aditya sambil menghisap toket Mariana ia bisa melihat mamanya sedang menghisap dan menjilat kontol kedua temannya.

“Loh kok?” Mariana mulai merasa kontol Aditya mulai mengeras.
“Jadi kau suka melihat mama di ngentot2 teman mu?” Tanya Mariana.
“Ti.. tidak.. aku tidak suka.” Jawab Aditya terbata-bata
“Tapi kontol mu berkata lain tuh.” Ucap Mariana dengan nada menggoda dia.
“Sudah ngaku saja Dit, aku mau kok ngentot mama mu setiap malam.” Bagas dengan pelan mengelus rambut Mariana seakan Mariana adalah wanitanya.

“Apa kau bilang?” Aditya yang salah tingkah hanya bisa marah.
“Sudah.. sudah..“ Mariana membaringkan Aditya dan mengarahkan kontol Aditya ke memeknya.

Dengan sekali sentakkan kontol Aditya habis masuk karena sperma Bagas.

“Aaaaahhh.. gimana memek mama?” Tanya Mariana sambil kedua tangannya menyambar kontol Bagas dan Galang.
“Jika kamu sukanya begini.. tak apa kok.. mama gak marah.. mama akan berusaha demi Aditya.” Ucap Mariana mengerakkan pantatnya naik turun sambil mengisap kontol kedua bo*ah tersebut.

Aditya yang merasa salah tingkah hanya bisa diam menikmati memek mamanya.

“Tante kami juga mau.” Galang melepas kontolnya dan berjalan ke belakang Mariana.
“Buka pantat mu.” Perintah Galang sambil menapar pantat Mariana

*Plaakk..

Mariana pun membuka Lubang pantatnya dengan kedua jarinya.

“Lubang ini milik ku sendiri.” Ucap Galang yang naik ke atas butuh Mariana dan memasukkan kontolnya ke lubang pantat Mariana.

Bagas yang tak mau kalah, berjalan ke belakang dan ikut memasukkan kontolnya ke memek Mariana.

“Aaaahhh.. aaahhh.. “ Mariana mulai merasakan ketiga kontol itu mulai mengesek memeknya, walau gerakkan kecil, tapi sangat intens.

“Ayok.. jangan mau kalah sama dua teman mu sayang Aaahhh.. aahhh..” Maraian memberi semangat anaknya yang memejamkan matanya berusaha menahan klimaksnya.

“Tante.. aku sudah tak kuat lagi.” Ucap Bagas yang sudah mau mencapai klimaks.
“Sabar.. tante dikit lagi..” Tangan Mariana mengosok klitorisnya biar klimaks bersamaan dengan mereka.
“Aku tak tahan lagi tante.” Galang yang juga tak tahan lebih dulu menembak spermanya ke lubang pantat Mariana.

*Crroottt.. croott..

“Uggghhh..“ Aditya dan Bagas menembakkan sperma mereka bersamaan di dalam memek Mariana dan membuat Mariana mencapai klimaksnya.

“Aaaaaahh..“

Kaki Mariana yang sudah lemes, langsung melempar tubuhnya ke samping karena tak ingin menimpah Aditya, hingga ke tiga kontol tersebut terlepas dan cairan sperma bercecer di lantai. Sabrina berdiri dari kursi sofanya dan berjalan mendekati Mariana dan ketiga bo*ah tersebut.

“Mulai sekarang kalian, termasuk Aditya, kalau mau bersetubuh dengan Mariana harus ada izin dari tante terlebih dahulu, jika ada yang berani melanggarnya, kalian akan tau sendiri akibatnya.” Mata Sabrina melotot tajam ke Bagas dan Galang, hingga membuat kontol mereka lemes drastis.

“Rony, Liandra.” Panggil Sabrina.
“Kalian bersihkan ketiga bo*ah ini.” Perintah Sabrina.

Liandra yang mendengar perintah itu langsung cepat-cepat lebih dulu membawa Aditya dan Rony membawa Galang dan Bagas.

“Bobby, bawa Hermanto ke sini.” Perintah Sabrina lagi

Tanpa menjawab, Bobby langsung menyeret kursi Hermanto ke hadapan Sabrina. Hermanto tampak tertunduk, lemes, dan matanya masih basah karena air matanya sendiri.

“DASAR WANITA IBLIS.“ bentak Hermanto dengan penuh amarah.
“APA SALAH KAMI?” lanjut Hermanto.

“Wanita iblis? salah kalian? Haaaaa” Sabrina menarik napas dalam-dalam sambil melihat ke langit-langit.

Dengan sekali tarikkan Sabrina teriak “INI SEMUA SALAH KAMU!” membuat Hermanto sempat terkaget.
“Apa kau lupa? aku adalah wanita yang sangat mencintai mu, lebih dari wanita ini.” Sabrina menunjuk ke Mariana.
“tapi kenapa? kenapa kau memilih dia? kau tau perasaan ku saat itu kan?” Lanjut Sabrina.
“Tapi apa salahnya aku memilih wanita yang ku cintai?” Tanya Hermanto.
“Kau masih tak paham perasaan ku, kau tak tau dalamnya cintaku, hari itu setelah kau memilih wanita ini, dunia ku telah hancur, aku menjalanin hidup dengan sangat menderita dan kau sekarang ingin main salah-salahan?” Tanya Sabrina dengan nada amarahnya.

Mariana yang terbaring walau dengan posisi sadar, ia tak berani menatap Hermanto maupun Sabrina, hanya menatap lurus ke dinding ruangan tersebut.

“Kalau ingin main salah-salahan, semua juga bisa salah, kau salah karena tak mengerti aku, dia salah karena walau sudah tau perasaan ku pada mu, tapi tetap menerima lamaran mu, suami ku? anak ku? setiap aku melihat muka mereka aku selalu teringat dengan rasa sakit ini. Terus, sekarang, apa aku salah karena balas dendam?” Pertanyaan dan penyataan Sabrina membuat Hermanto syok dan terdiam.

“Terus siapa yang harus bertanggung jawab? AKU SENDIRIAN? HAH?” Bentak Sabrina
“hhuuffffff.. aku sudah cukup puas, kita semua harus tanggung bagian masing-masing, jangan berharap bisa lari, bercerai atau bunuh diri, terus jalanin hidup dengan beban ini hingga akhir hayat mu Aku akan selalu mengawasi kalian.”

Setelah puas meluapkan emosinya Sabrina balik badan dan ingin keluar.

“Oya, satu lagi, aku sudah memutuskan Aditya akan menjadi penerusku, ini semua juga bagian dari pilihan dari kedua orang tuannya, ia akan melihat gelapnya dunia.” Ucap Sabrina.
“Bobby lepas ikatannya.” Perintah Sabrina melempar kunci mobil dan terus menutup pintu

*Clecck..

Malam itu di dalam mobil yang di pinjam Sabrina, Hermanto yang menyetir dengan kecepatan yang tak terlalu tinggi, suasana hening dimana Aditya yang sudah tertidur di kursi belakang dan Mariana yang duduk di kursi depan hanya melihat ke arah jalan. Dalam hati Mariana ada sedikit rasa lega, setiap malam ia selalu di takutin dan terbayang-bayang hari seperti ini pasti akan datang, dan setelah melewatinya Mariana merasa lega.

“Maaf kan aku.” Ucap Hermanto
“Tidak.. aku yang minta maaf” Ucap Mariana.

Seperti tidak mendengar ucapana Mariana, Hermanto melanjutkan kalimatnya.

“Pasti kau sudah melewati banyak hal, aku tak menyangka keputusan yang ku ambil dulu bisa berakhibat seperti ini.” Hisk.. hisk.. Hermanto berusaha tegar walau menitikan air mata.
“Sekarang yang aku pikirkan hanya masa depan Aditya.” Ucap Mariana.
“Yeaah..” Hermanto hanya menjawab singkat, suasana mobil kembali hening.

***

Setelah hari itu Hermanto dan Mariana hampir tidak mengobrol panjang lebar, walau begitu mereka tetap makan malam bersama walau dalam kesunyian yang menusuk.

Waktu dengan cepat berlalu, tak terasa sudah beberapa bulan terlewati. Hubungan Mariana dan Aditya berlahan sudah kembali hangat, begitu juga dengan Hermanto mulai banyak mengajari Aditya berbagai hal tentang kerasnya dunia dengan berlahan karena ia tak mau Aditya mendapatkan pemahaman yang salah saat melihat dunia.

***

Jumat sore, Wawan seorang kameraman Sabrina yang sedang foto minuman tak sengaja melihat Hermanto bersamaan dengan seorang wanita memasukki hotel berdua dan langsung mengabadikan moment tersebut.

“Wah.. harus segera lapor ke madam nih.” Wawan langsung menelpone Sabrina.

“Halo madam, barusan saya melihat Hermanto masuk ke hotel bersama seorang wanita.” Ucap Wawan.

Sabrina yang mendengar hanya diam tak memberikan kata-kata.

“Halo madam?” Tanya Wawan memastikan karena ia merasa seperti Sabrina tak mendengar perkataannya.
“Yah aku mendengar, sekarang kau tetap berjaga di sana dan langsung cari semua informasi.” Perintah Sabrina yang terus menutup panggilannya.

***

Di ruangan kantor Sabrina,

"Pada akhirnya madam juga tidak bisa mendapatkan Hermanto, Apakah perlu menggunakana kekerasan?" Tanya Liandra.
“Tak perlu, itu juga tak membuat rasa sakit hati ku berkurang, aku penasaran apa kontolnya bisa berdiri melihat wanita itu atau malah kembali lemes karena membayangkan istrinya? hahahaha.” Tawa Sabrina yang di ikutin Liandra.

***

Keesokkan harinya,

*Tok.. tok..

“Madam ini saya wawan.” Ucap Wawan yang memang nadanya sedikit gemulai.
“Masuk.” Perintah Sabrina.

*Cleck.. Wawan membuka pintu dan menyerahkan beberapa foto ke Sabrina.

“Jadi siapa wanita ini?” Tanya Sabrina sambil melihat satu persatu foto-foto yang di berikan Wawan.
“Dia adalah seketaris baru di perusahaan Hermanto, ia memecat beberapa kariawan sebelumnya.” Jelas Wawan.
“Hmmm..” hanya itu respon dari Sabrina.

“Wajar saja dia memecat tua-tua keladi yang sudah mengentot dengan istrinya, sedikit demi sedikit dia mulai merasakan apa yang ku rasakan.” Ucap Sabrina dalam hati.

“Dan 1 lagi madam, sepertinya foto-foto ini dan filenya sempat di salin juga oleh tuan muda Risky.” Jelas Wawan.
“Hmm.. mmm..” Sabrina diam sejenak pikir, apa yang akan di lakukan oleh Risky dengan file-file tersebut.

“Sepertinya dia akan menyerahkan file tersebut ke Mariana. Haa.. sepertinya aku akan melempar dia ke luar negeri.” Ucap Sabrina memegang kepalanya yang mulai sakit sebelah. Liandra dan Wawan saling menatap kebinggunan.
“Liandra, suruh tim yang mengawasi Risky untuk lebih ketat minggu ini.” Perintah Sabrina.

***

Besoknya, Sore hari di sebuah café, Risky dengan tegang menunggu seseorang.

“Hay ky, sudah lama?” Mariana yang datang pakaian yang sedikit terbuka, sepertinya Mariana sudah sangat terbiasa dengan pakaian-pakaian yang memperlihatkan lekukan tubuhnya.

Risky yang diam hanya menyerahkan sebuah amplop berwarna coklat.

“Ini apa?” Tanya Mariana sambil menerima amplop itu dan membuka isinya.

Risky sedikit heran karena ia melihat Mariana dengan tenang dan senyum kecil melihat foto-foto suaminya yang selingkuh.

“Tante, Aku mencintai mu, ayok lari sama aku, kita tinggalin semua ini bersama-sama.” Ucap Risky sambil memegang tangan Mariana.

Mariana menarik napas panjang, menjaga akal sehatnya.

“Risky..” Ucap Mariana mengeleng kepalanya sambil mendorong tangan Risky.
“Tante tak bisa, soal suami tante yang selingkuh, tantelah yang salah dan tante sudah memperkirakannya, lari? apa kau pikir tante atau pun kau bisa lari dari mama mu? mungkin saja sekarang salah satu anak buah mama mu sedang mengawasi kita.” Ucap Mariana sambil melihat sekeliling.
“Kalau pun bisa lari, bagaimana dengan Aditya? anak semata wayang tante? Tante tak bisa meninggalkan anak tante begitu saja, Tante tak tau bakalan sehancur apa lagi dia nantinya.” Ucap Mariana sambil senyum dan mengeleng kepalanya dengan pelan

Mariaan kemudian mengemgam tangan Risky

“Maafin tante ya, tante tak bisa bersama Risky, Risky masih muda, pergilah keluar negeri, lupakan semua kejadian ini di sini, dan mulailah hidup baru, cari pasangan yang baik, jangan kayak tante.” Ucap Mariana terus pergi meninggalkan Risky yang tertunduk.

Dan benar saja, tepat di kursi belakang Risky, salah satu anak buah Sabrina diam-diam merekam pembicaraan tersebut dan mengirimnya ke Sabrina. Di kantor Sabrina,

“Huff.. itu satu anak selalu bikin masalah terus.” Ucap Sabrina sembari berpikir langkah apa yang harus ia lakukan terhadap Risky.

***

Beberapa bulan kemudian, Risky yang telah lulus sekolah di lempar ke luar negeri untuk kuliah seperti keinginanya, Di bandara. Sejahat-jahatnya orang tua, mereka pasti akan tetap mengantar anaknya pergi seperti Dirwanto dan Sabrina, Mereka mengantar kepergian Riksy

“Tumbuhlah menjadi laki sejati.” Ucap Dirwanto memeluk anaknya dan memukul pundak belakang Risky.

Kini giliran Sabrina yang memeluk Risky. Ia melihat Risky dan tersenyum sebelum memeluknya.

“Tenang saja nak, mama akan kirim video-video terbaru tante Mariana.” Bisik Sabrina.

Dan tentu saja setelah beberapa tahun kemudian Risky beneran nikah dengan wanita lokal sana, walau begitu Risky belom bisa melupakan paras cantik Mariana dan selalu masturbasi menggunakan film-film Maraian tanpa sepengetahuan istrinya.

Untuk para pembully Risky, Lukman dan Reza, setelah lulus sekolah mereka mencoba melamar kerja di perusahaan Sabrina dan tentu saja Sabrina menyambut mereka. Sebagai pemuas nafsu istri-istri tua yang kontol suaminya tak bisa berdiri lagi dan nenek-nenek tua.


- TAMAT -

Klik Nomor untuk lanjutannya
novel cerita dewasa sex seks ngocok semprot.com, crot peju didalam liang kewanitaan memek vagina nonok miss v, berita gadis sekolah prawan diperkosa sampai hamil pingsan tragis, janda sange sama ngentot tetangga ketahuan anak, selebgram dan tiktokers live colmek ML ngewe ngentot link viral syur, ketagihan kontol om ayah kakak ipar tiri, biduan dangdut tobrut dikeroyok kontol, fuck my pussy. good dick. Big cock. Yes cum inside. lick my nipples. my tits are tingling. drink my breast. milk nipples. play with my big tits. fuck my vagina until I get pregnant. play "Adult sex games" with me. satisfy your cock in my wet vagina. Asian girl hottes gorgeus. lonte, lc ngentot live, pramugari ngentot, wikwik, selebgram open BO,cerbung,cam show, naked nude, tiktokers viral bugil sange, link bokep viral terbaru
x
x