SEBELUMNYA..
Seri 1 - Fall of The Guardian
Seri 1 - Fall of The Guardian
“Nnghh” Val terbangun, dia berada di sebuah sel yang terletak di sudut suatu ruangan besar. Saat mencoba melihat sekeliling, terdapat singgasana di tengah ruangan itu, yang menghadap ke jendela dan berbagai monitor.. Val melempar pandangannya ke arah lain dan melihat Lexi berada dalam sel di sampingnya
“Hei, Lexi, bangun” Val coba memanggil sahabatnya itu
Perlahan Lexi mulai tersadar. Ia terlihat panik saat bangun di tempat yang sangat tidak familiar, terlebih lagi saat ia melihat ke arah jendela dan bumi terlihat sangat kecil yang berarti mereka berada di luar angkasa dengan jarak cukup jauh dari planet asalnya
“Selamat pagi budak baruku, bagaimana tidur kalian” Deviant berjalan mendekati sel Lexi dan Val
“Apa kau bilang? Kemarilah dan kuhajar mulutmu itu” Val tidak terima atas panggilan Deviant
“Dasar monster, lepaskan kami sekarang juga” Lexi membentak musuh di depannya itu
“Oh aku tak akan pernah merasa bosan melihat reaksi itu. Bukankah itu sama seperti reaksi kalian saat pertama kali berada di sini?” Taylor dan Liz terlihat berjalan mendekati Deviant dan berdiri di samping kiri dan kanan Lord Deviant
Walaupun sudah menebak skenario terburuk ini, Lexi dan Val tetap terguncang melihat kondisi Taylor dan Liz yang menggelayuti lengan Deviant, persis seperti pelacur
“Ya tuan, aku jadi ingat diriku yang dulu, saat aku masih bodoh, saat aku masih melawanmu. Namun kini aku telah menemukan arti hidupku, yaitu hanya untuk melayanimu” Jawab Liz
Taylor hanya tertawa kecil mendengar pengakuan sahabatnya, ia ikut mengingat masa lalunya sebelum menjadi budak seks. Seketika Taylor merasa bersyukur telah menjadi budak seks. Rasa terima kasihnya itu ia tunjukkan dengan menarik wajah Deviant dan melumat bibirnya, tepat di hadapan Lexi dan Val yang nampak merasa jijik
Hanya sebentar Deviant membiarkan Taylor melumat bibirnya. “Tenang budakku, akan ada waktunya untuk ini, sekarang aku punya tugas untuk kalian” ujar Deviant
“Apapun perintahmu tuanku” Liz dan Taylor kompak menjawab sambil berlutut di depan Deviant.
“Temani Ranger BIru sementara aku berkencan dengan Ranger Hitam” ucap Deviant “Kalian boleh melakukan apapun asal jangan kalian sentuh vaginanya itu bagianku”
“Kau meremehkanku? Kemarilah dan akan kuhajar wajahmu yang buruk rupa itu”” Val mencoba berdiri namun gagal dan kembali ambruk ke lantai. Entah kenapa tubuhnya terasa tak bertenaga sama sekali
“Val, kau tidak apa-apa” Lexi khawatir melihat kondisi Val, ia mencoba mendekati Val walaupun sel mereka terpisah. Namun sama seperti Val, Lexi terjatuh ketika mencoba berdiri
“Hmph, kau pikir aku sama seperti amatiran yang mudah ditipu?” Deviant tertawa melihat kondisi Lexi dan Val. “Ruangan ini penuh dengan gas favoritku”
Seketika Lexi dan Val mencoba menutup hidungnya, tidak ingin menghirup gas beracun itu
Deviant kembali tertawa “tenang saja, kalian sudah menghirupnya dari tadi sebelum sadar, sejak awal kalian dibawa ke ruangan ini”
“Apakah itu berarti kami juga terpengaruh gas ini tuanku” Taylor nampak khawatir
“Tentu saja, budakku, tapi tenang, efek dari gas ini hanyalah melemahkan tubuh sekaligus meningkatkan libidu, semacam afrodisiak namun dosis rendah. Namun semakin lama kalian menghirupnya, maka efeknya akan semakin terakumulasi” Deviant menjelaskan
”Namun kalian yang sudah terlatih karena terbiasa untuk melayaniku setiap hari beberapa bulan ini, tidak akan terlalu terpengaruh, bukankah stamina kalian sudah teruji. Paling efek yang kalian rasakan hanya afrodisiaknya saja” lanjut Deviant
“Oh begitu, tidak heran sedari tadi aku tidak sanggup untuk menahan libidoku, kupikir ini hanya karena aku birahiku belum tuntas saat persiapan panggung tadi” Liz akhirnya memahami mengapa dia merasa begitu terangsang. Sesekali ia mengelap air liurnya yang menetes saat tangan atau tubuhnya menyenggol penis Deviant.
Kondisi Taylor pun tidak terlalu jauh berbeda. Hanya dengan membayangkan atau menyenggol penis Deviant, Taylor dan Liz merasa vagina dan anus mereka berkedut dan semakin basah. Pikiran mereka sudah benar-benar tidak bisa memikirkan apapun selain penis Deviant dan bagaimana cara melayani tuannya itu
“Tunggu, apa maksudmu dengan persiapan panggung?” Lexi berusaha mengulur waktu, menyadari nasib buruk akan menimpanya, sebisa mungkin ia ingin menundanya walaupun hanya untuk sesaat
“Baiklah, karena aku sedang merasa baik hati, akan ku jelaskan sedikit. Namun sebelum itu..”
Deviant menekan bahu Taylor dan Liz ke bawah. Paham akan maksud tuannya, kedua budak itu kompak berlutut di hadapan Deviant, membuka jubahnya, dan mulai memberikan oral seks untuk tuannya itu
Lexi dan Val bergidik ngeri melihat ukuran penis raksasa Deviant. Di sisi lain mereka takjub melihat bagaimana kedua temannya mampu bergantian ‘menelan’ penis jumbo itu sampai bisa masuk seluruhnya, bahkan hingga hidung para budak menempel di bawah perut Deviant
Sambil menikmati mulut kedua budaknya bergantian, Deviant mulai menjelaskan kepada Lexi dan Val, bagaimana Ia mengintai markas Ranger, mengetahui profil dan info lain terkait Lita, Lexi dan Liz serta bagaimana kedua budak seksnya ikut membantu menyiapkan lokasi yang digunakan untuk menjebak Lexi dan Val
“Hei, Lexi, bangun” Val coba memanggil sahabatnya itu
Perlahan Lexi mulai tersadar. Ia terlihat panik saat bangun di tempat yang sangat tidak familiar, terlebih lagi saat ia melihat ke arah jendela dan bumi terlihat sangat kecil yang berarti mereka berada di luar angkasa dengan jarak cukup jauh dari planet asalnya
“Selamat pagi budak baruku, bagaimana tidur kalian” Deviant berjalan mendekati sel Lexi dan Val
“Apa kau bilang? Kemarilah dan kuhajar mulutmu itu” Val tidak terima atas panggilan Deviant
“Dasar monster, lepaskan kami sekarang juga” Lexi membentak musuh di depannya itu
“Oh aku tak akan pernah merasa bosan melihat reaksi itu. Bukankah itu sama seperti reaksi kalian saat pertama kali berada di sini?” Taylor dan Liz terlihat berjalan mendekati Deviant dan berdiri di samping kiri dan kanan Lord Deviant
Walaupun sudah menebak skenario terburuk ini, Lexi dan Val tetap terguncang melihat kondisi Taylor dan Liz yang menggelayuti lengan Deviant, persis seperti pelacur
“Ya tuan, aku jadi ingat diriku yang dulu, saat aku masih bodoh, saat aku masih melawanmu. Namun kini aku telah menemukan arti hidupku, yaitu hanya untuk melayanimu” Jawab Liz
Taylor hanya tertawa kecil mendengar pengakuan sahabatnya, ia ikut mengingat masa lalunya sebelum menjadi budak seks. Seketika Taylor merasa bersyukur telah menjadi budak seks. Rasa terima kasihnya itu ia tunjukkan dengan menarik wajah Deviant dan melumat bibirnya, tepat di hadapan Lexi dan Val yang nampak merasa jijik
Hanya sebentar Deviant membiarkan Taylor melumat bibirnya. “Tenang budakku, akan ada waktunya untuk ini, sekarang aku punya tugas untuk kalian” ujar Deviant
“Apapun perintahmu tuanku” Liz dan Taylor kompak menjawab sambil berlutut di depan Deviant.
“Temani Ranger BIru sementara aku berkencan dengan Ranger Hitam” ucap Deviant “Kalian boleh melakukan apapun asal jangan kalian sentuh vaginanya itu bagianku”
“Kau meremehkanku? Kemarilah dan akan kuhajar wajahmu yang buruk rupa itu”” Val mencoba berdiri namun gagal dan kembali ambruk ke lantai. Entah kenapa tubuhnya terasa tak bertenaga sama sekali
“Val, kau tidak apa-apa” Lexi khawatir melihat kondisi Val, ia mencoba mendekati Val walaupun sel mereka terpisah. Namun sama seperti Val, Lexi terjatuh ketika mencoba berdiri
“Hmph, kau pikir aku sama seperti amatiran yang mudah ditipu?” Deviant tertawa melihat kondisi Lexi dan Val. “Ruangan ini penuh dengan gas favoritku”
Seketika Lexi dan Val mencoba menutup hidungnya, tidak ingin menghirup gas beracun itu
Deviant kembali tertawa “tenang saja, kalian sudah menghirupnya dari tadi sebelum sadar, sejak awal kalian dibawa ke ruangan ini”
“Apakah itu berarti kami juga terpengaruh gas ini tuanku” Taylor nampak khawatir
“Tentu saja, budakku, tapi tenang, efek dari gas ini hanyalah melemahkan tubuh sekaligus meningkatkan libidu, semacam afrodisiak namun dosis rendah. Namun semakin lama kalian menghirupnya, maka efeknya akan semakin terakumulasi” Deviant menjelaskan
”Namun kalian yang sudah terlatih karena terbiasa untuk melayaniku setiap hari beberapa bulan ini, tidak akan terlalu terpengaruh, bukankah stamina kalian sudah teruji. Paling efek yang kalian rasakan hanya afrodisiaknya saja” lanjut Deviant
“Oh begitu, tidak heran sedari tadi aku tidak sanggup untuk menahan libidoku, kupikir ini hanya karena aku birahiku belum tuntas saat persiapan panggung tadi” Liz akhirnya memahami mengapa dia merasa begitu terangsang. Sesekali ia mengelap air liurnya yang menetes saat tangan atau tubuhnya menyenggol penis Deviant.
Kondisi Taylor pun tidak terlalu jauh berbeda. Hanya dengan membayangkan atau menyenggol penis Deviant, Taylor dan Liz merasa vagina dan anus mereka berkedut dan semakin basah. Pikiran mereka sudah benar-benar tidak bisa memikirkan apapun selain penis Deviant dan bagaimana cara melayani tuannya itu
“Tunggu, apa maksudmu dengan persiapan panggung?” Lexi berusaha mengulur waktu, menyadari nasib buruk akan menimpanya, sebisa mungkin ia ingin menundanya walaupun hanya untuk sesaat
“Baiklah, karena aku sedang merasa baik hati, akan ku jelaskan sedikit. Namun sebelum itu..”
Deviant menekan bahu Taylor dan Liz ke bawah. Paham akan maksud tuannya, kedua budak itu kompak berlutut di hadapan Deviant, membuka jubahnya, dan mulai memberikan oral seks untuk tuannya itu
Lexi dan Val bergidik ngeri melihat ukuran penis raksasa Deviant. Di sisi lain mereka takjub melihat bagaimana kedua temannya mampu bergantian ‘menelan’ penis jumbo itu sampai bisa masuk seluruhnya, bahkan hingga hidung para budak menempel di bawah perut Deviant
Sambil menikmati mulut kedua budaknya bergantian, Deviant mulai menjelaskan kepada Lexi dan Val, bagaimana Ia mengintai markas Ranger, mengetahui profil dan info lain terkait Lita, Lexi dan Liz serta bagaimana kedua budak seksnya ikut membantu menyiapkan lokasi yang digunakan untuk menjebak Lexi dan Val
Di tengah penjelasannya, Deviant menarik Liz untuk berdiri dan mendorongnya membungkuk. Tanpa kesulitan ia memasukkan penisya ke dalam Anus Liz dan memimpanya langsung dalam tempo tinggi
“Ahh.. ini.. sung..guh.. nikmat.. teri..ma kasih tuanku.. AAAHH” Liz berteriak kala ia mendapatkan orgasme
“Hey, aku sedang mengobrol, tidak bisakah kau menjaga suaramu?” Deviant menegur budaknya
“Ma..aff.. tuan, tapi.. ini.. nikmat sekali..” libido Liz yang semakin tinggi, ditambah ia sedang dieksekusi di depan teman-temannya ternyata membawa rangsangan yang lebih lagi
“Ahhh.. mmmpph” sebagai budak yang baik, Taylor melumat bibir Liz supaya tuannya tidak terlalu terganggu oleh racauan sahabatnya sesama budak seks itu
“Nah ini lebih baik” Kata Deviant sambil terus memompa tubuh Liz, kali ini di penis Deviant telah pindah ke vagina Liz. “Sampai mana aku tadi?”
Deviant melanjutkan ceritanya, dimulai dari bagaimana ia pada awalnya menculik dan melatih Taylor, sebelum Ia melanjutkan ke bagian tentang Taylor membantunya menculik Liz, Taylor meminta jatah nya. Liz yang mulai merasa lemas pada kakinya merasa sedikit lega. Namun mereka tetap menunggu persetujuan dari tuannya terlebih dahulu
“hhh, dasar budak seks rendahan, tidak bisakah kau menahan libidomu sebentar saja” hardik Deviant.
Namun setelah mengatakan itu, Ia melepaskan cengkraman tangannya dari pinggang Liz, membuatnya tersungkur karena memang kakinya sudah lemas akibat orgasme terus menerus. Lantai tempat Deviant menggempur Liz bahkan sudah becek dibanjiri oleh cairan vagina Liz
Melihat Liz jatuh ke lantai, Taylor dengan sigap memposisikan dirinya membungkuk di depan Deviant, ia bertukar posisi dengan Liz. Tangan Taylor ke belakang meraih penis tuannya itu, setelah dirasa posisinya pas, Taylor mulai memundurkan tubuhnya, membuat penis Deviant perlahan menembus vaginanya
Setelah menahan libidonya begitu lama, ditambah gas yang dihirup, pertunjukan Deviant memompa Liz dengan brutal serta kuluman bibir Liz membuat Taylor tidak bisa menahan orgasmenya. Baru setengah batang Deviant yang masuk, tubuh Taylor bergetar begitu hebat dan vaginanya memuncratkan cairan yang sangat banyak
“Tidakkah kalian melihat betapa bahagianya teman kalian setelah menjadi budak seks? Pernahkan kalian melihat mereka sebahagia ini sebelumnya?” ucap Deviant sebelum kembali memompa penis budaknya. Belajar dari kejadian sebelumnya, Liz melumat bibir Taylor supaya tidak mengganggu cerita tuannya
Lexi dan Val tidak bisa memungkiri bahwa mereka berdua mulai merasa terangsang dan akal sehatnya mulai terganggu. Apalagi pertanyaan pancingan Deviant barusan membuat mereka berpikir “kenapa hal itu terlihat begitu nikmat”
Melihat calon budaknya termenung Deviant merasa step kedua dalam rencananya berhasil. Tentu step pertama adalah bagaimana Ia bisa menculik mereka
Deviant lalu lanjut menceritakan bagaimana Liz yang awalnya begitu jijik dan takut, perlahan menikmati penisnya sampai pada akhirnya ia turut menyerahkan diri menjadi budak sama seperti pendahulunya, Taylor
Sepanjang cerita, Deviant, Taylor dan Liz beberapa kali ganti posisi. Dan selama itu pula penis Deviant hampir tidak pernah terlihat, selalu bersarang di mulut, vagina atau anus Taylor dan Liz
Mendengarkan transformasi Taylor dan Liz menjadi budak seks semakin meningkatkan libido Lexi dan Val. Terlihat dari posisi mereka yang mulai gelisah, terus menggesek-gesekkan pahanya sendiri.
Apalagi mereka disuguhi live action dengan performer temannya sendiri, yang mereka tahu kesehariannya dahulu jauh dari seks, sekarang bisa terlihat begitu menikmati bahkan cenderung kecanduan akan penis Deviant
Merasa Lexi dan Val sudah siap untuk step selanjutnya, Deviant menyudahi threesome nya dengan kedua budak seksnya
Terlihat ekspresi kecewa di wajah Taylor dan Liz
“Tenanglah budak, bukankah kalian sudah berjanji untuk membantuku menjadikan mereka budak yang patuh seperti kalian”
Taylor dan Liz lalu berjalan menuju sel tempat Lexi berada, menjalankan perintah Lord Deviant yang sempat tertunda oleh threesome mereka tadi. Sementara Deviant berjalan ke arah Val
Lexi dan Val bergidik ngeri, masih belum siap menghadapi nasib buruk di depan mata. Perlawanan sempat mereka tunjukkan sudah mulai runtuh akibat gas yang mereka hirup menyebabkan tubuh mereka mulai terangsang, ditambah cerita Deviant dan live action di hadapan mereka yang dibintangi oleh teman mereka sendiri.
===***===
Flashback sedikit sebelum Lexi dan Val diringkus
“Kebetulan sekali, kalau begitu mari kita ‘jemput’ mereka” Deviant tersenyum penuh kemenangan
“Namun sebelum itu..” Deviant menoleh pada kedua budaknya yang berdiam menunggu Tuannya berdiskusi dengan Alpha
Mengerti akan maksud Deviant, Taylor dan Liz berlutut di depan Deviant dan mulai memainkan mulut mereka di batang penis dan biji zakar tuannya itu
“Kalian masih ingat peran kalian bukan?” Deviant ingin memastikan kedua budaknya dapat menjalankan rencana dengan baik
“Tentu kami ingat tuan, pertama-tama aku dan Liz akan berpura-pura tergeletak lemas di sebuah lahan kosong dengan kondisi bersimbah sperma dari penismu yang perkasa ini untuk menjebak mereka. Lalu tuan akan meringkus mereka ketika keduanya lengah” Taylor mencoba mengurai rencana tuannya sambil menunggu giliran mengoral penis Deviant yang sedang dihujamkan ke mulut Liz
“Lalu setelah kita berhasil membawanya ke kapal, mereka akan dimasukkan ke sel yang berbeda namun bersebelahan. Kalau tidak salah supaya mereka masih bisa melihat satu sama lain, sekaligus melipatgandakan rasa tidak berdaya dalam diri mereka, bukan begitu tuanku?” kali ini Liz yang menjelaskan rencana sesuai ingatannya, disambut anggukan kepala Deviant
“Betul budakku yang pintar, namun ada sedikit kekeliruan dalam penjelasan kalian tadi”
“Ahfa ithu huanku glogh gough gogh?” Taylor berusaha bertanya namun dalam posisi mulutnya dan tenggorokannya dihujam oleh penis Deviant berulang kali
“Ahh.. ini.. sung..guh.. nikmat.. teri..ma kasih tuanku.. AAAHH” Liz berteriak kala ia mendapatkan orgasme
“Hey, aku sedang mengobrol, tidak bisakah kau menjaga suaramu?” Deviant menegur budaknya
“Ma..aff.. tuan, tapi.. ini.. nikmat sekali..” libido Liz yang semakin tinggi, ditambah ia sedang dieksekusi di depan teman-temannya ternyata membawa rangsangan yang lebih lagi
“Ahhh.. mmmpph” sebagai budak yang baik, Taylor melumat bibir Liz supaya tuannya tidak terlalu terganggu oleh racauan sahabatnya sesama budak seks itu
“Nah ini lebih baik” Kata Deviant sambil terus memompa tubuh Liz, kali ini di penis Deviant telah pindah ke vagina Liz. “Sampai mana aku tadi?”
Deviant melanjutkan ceritanya, dimulai dari bagaimana ia pada awalnya menculik dan melatih Taylor, sebelum Ia melanjutkan ke bagian tentang Taylor membantunya menculik Liz, Taylor meminta jatah nya. Liz yang mulai merasa lemas pada kakinya merasa sedikit lega. Namun mereka tetap menunggu persetujuan dari tuannya terlebih dahulu
“hhh, dasar budak seks rendahan, tidak bisakah kau menahan libidomu sebentar saja” hardik Deviant.
Namun setelah mengatakan itu, Ia melepaskan cengkraman tangannya dari pinggang Liz, membuatnya tersungkur karena memang kakinya sudah lemas akibat orgasme terus menerus. Lantai tempat Deviant menggempur Liz bahkan sudah becek dibanjiri oleh cairan vagina Liz
Melihat Liz jatuh ke lantai, Taylor dengan sigap memposisikan dirinya membungkuk di depan Deviant, ia bertukar posisi dengan Liz. Tangan Taylor ke belakang meraih penis tuannya itu, setelah dirasa posisinya pas, Taylor mulai memundurkan tubuhnya, membuat penis Deviant perlahan menembus vaginanya
Setelah menahan libidonya begitu lama, ditambah gas yang dihirup, pertunjukan Deviant memompa Liz dengan brutal serta kuluman bibir Liz membuat Taylor tidak bisa menahan orgasmenya. Baru setengah batang Deviant yang masuk, tubuh Taylor bergetar begitu hebat dan vaginanya memuncratkan cairan yang sangat banyak
“Tidakkah kalian melihat betapa bahagianya teman kalian setelah menjadi budak seks? Pernahkan kalian melihat mereka sebahagia ini sebelumnya?” ucap Deviant sebelum kembali memompa penis budaknya. Belajar dari kejadian sebelumnya, Liz melumat bibir Taylor supaya tidak mengganggu cerita tuannya
Lexi dan Val tidak bisa memungkiri bahwa mereka berdua mulai merasa terangsang dan akal sehatnya mulai terganggu. Apalagi pertanyaan pancingan Deviant barusan membuat mereka berpikir “kenapa hal itu terlihat begitu nikmat”
Melihat calon budaknya termenung Deviant merasa step kedua dalam rencananya berhasil. Tentu step pertama adalah bagaimana Ia bisa menculik mereka
Deviant lalu lanjut menceritakan bagaimana Liz yang awalnya begitu jijik dan takut, perlahan menikmati penisnya sampai pada akhirnya ia turut menyerahkan diri menjadi budak sama seperti pendahulunya, Taylor
Sepanjang cerita, Deviant, Taylor dan Liz beberapa kali ganti posisi. Dan selama itu pula penis Deviant hampir tidak pernah terlihat, selalu bersarang di mulut, vagina atau anus Taylor dan Liz
Mendengarkan transformasi Taylor dan Liz menjadi budak seks semakin meningkatkan libido Lexi dan Val. Terlihat dari posisi mereka yang mulai gelisah, terus menggesek-gesekkan pahanya sendiri.
Apalagi mereka disuguhi live action dengan performer temannya sendiri, yang mereka tahu kesehariannya dahulu jauh dari seks, sekarang bisa terlihat begitu menikmati bahkan cenderung kecanduan akan penis Deviant
Merasa Lexi dan Val sudah siap untuk step selanjutnya, Deviant menyudahi threesome nya dengan kedua budak seksnya
Terlihat ekspresi kecewa di wajah Taylor dan Liz
“Tenanglah budak, bukankah kalian sudah berjanji untuk membantuku menjadikan mereka budak yang patuh seperti kalian”
Taylor dan Liz lalu berjalan menuju sel tempat Lexi berada, menjalankan perintah Lord Deviant yang sempat tertunda oleh threesome mereka tadi. Sementara Deviant berjalan ke arah Val
Lexi dan Val bergidik ngeri, masih belum siap menghadapi nasib buruk di depan mata. Perlawanan sempat mereka tunjukkan sudah mulai runtuh akibat gas yang mereka hirup menyebabkan tubuh mereka mulai terangsang, ditambah cerita Deviant dan live action di hadapan mereka yang dibintangi oleh teman mereka sendiri.
===***===
Flashback sedikit sebelum Lexi dan Val diringkus
“Kebetulan sekali, kalau begitu mari kita ‘jemput’ mereka” Deviant tersenyum penuh kemenangan
“Namun sebelum itu..” Deviant menoleh pada kedua budaknya yang berdiam menunggu Tuannya berdiskusi dengan Alpha
Mengerti akan maksud Deviant, Taylor dan Liz berlutut di depan Deviant dan mulai memainkan mulut mereka di batang penis dan biji zakar tuannya itu
“Kalian masih ingat peran kalian bukan?” Deviant ingin memastikan kedua budaknya dapat menjalankan rencana dengan baik
“Tentu kami ingat tuan, pertama-tama aku dan Liz akan berpura-pura tergeletak lemas di sebuah lahan kosong dengan kondisi bersimbah sperma dari penismu yang perkasa ini untuk menjebak mereka. Lalu tuan akan meringkus mereka ketika keduanya lengah” Taylor mencoba mengurai rencana tuannya sambil menunggu giliran mengoral penis Deviant yang sedang dihujamkan ke mulut Liz
“Lalu setelah kita berhasil membawanya ke kapal, mereka akan dimasukkan ke sel yang berbeda namun bersebelahan. Kalau tidak salah supaya mereka masih bisa melihat satu sama lain, sekaligus melipatgandakan rasa tidak berdaya dalam diri mereka, bukan begitu tuanku?” kali ini Liz yang menjelaskan rencana sesuai ingatannya, disambut anggukan kepala Deviant
“Betul budakku yang pintar, namun ada sedikit kekeliruan dalam penjelasan kalian tadi”
“Ahfa ithu huanku glogh gough gogh?” Taylor berusaha bertanya namun dalam posisi mulutnya dan tenggorokannya dihujam oleh penis Deviant berulang kali
“Untuk menjebak mereka, kalian tidak perlu ‘berpura-pura’ atas kondisi kalian” ucap Deviant sambil menyemburkan spermanya ke tenggorokan Taylor. Belum selesai sepenuhnya ejakulasi, Ia menarik penisnya kemudian mengarahkannya ke wajah Liz, menyebabkan rambut wajah hingga payudara kedua budaknya berlumur sperma
“Nah sekarang tinggal kita kondisikan lubang-lubang lacur kalian itu” Taylor berdiri dan mengambil posisi menungging. Liz mengoral penis Deviant sambil membersihkan sisa-sisa sperma yang menempel.
Setelah mulai keras kembali, Deviant mengarahkan penisnya untuk menyetubuhi anus taylor, kali ini langsung dalam tempo cepat
Tidak butuh waktu lama bagi Deviant untuk menyetubuhi dan menyemburkan spermanya sebanyak empat kali, masing masing di vagina dan anus kedua budaknya
Sesuai ucapan Deviant, Taylor dan Liz tidak perlu ‘berpura-pura’ karena mereka langsung jatuh tersungkur dalam genangan sperma tuannya, dengan kondisi vagina dan anus mereka yang menganga lebar. Nampak sperma Deviant masih mengalir dari keempat lubang itu.
===***===
Deviant memasuki sel tempat Val berada lalu menyeret sang Ranger Hitam ke ruang tidurnya. Val berusaha berontak, namun apa daya, tubuhnya sudah lemas ditambah kondisinya yang sangat terangsang membuat perlawanannya hanya seperti sebuah formalitas saja
Sesampainya di sana, tubuh Val yang sudah tak berdaya dihempaskan begitu saja ke tempat tidur Lord Deviant
“Baiklah, sekarang mau kita mulai darimana?” Deviant melempar pandangannya ke wajah, payudara dan selangkangan Val secara bergantian
Tidak butuh lama bagi Deviant untuk menelanjangi tubuh Val lalu memposisikannya telentang di kasur dengan tangan dan kaki diikat ke setiap sudut ranjang membentuk huruf X
Puting payudara Val yang bertindik menarik perhatian Deviant, ia memilin kedua tindikan itu sebelum mulai sambil mengamati wajah Val yang bersemu merah akibat kondisinya yang sudah sangat terangsang
“Nnghh” Val mendesah kecil
“Hmmm, rupanya kau begitu menyukai ini, bagaimana jika aku melakukan ini?” Ucap Deviant dalam sekejap mulutnya melahap payudara kiri Val
“Ooohh ssshh” desah Val semakin kencang. Puting payudaranya yang bertindik memang membuat kedua titik itu menjadi lebih sensitif
Tanpa terasa paha Val mulai bergerak gerak-gerak gelisah seperti menahan sesuatu
“Ada apa calon budakku?”
“Siapa yang sudi jadi budakmu dasar pengecut, lepaskan ikatanku dan lihatlah apa yang akan terjadi”
“Sudahlah Val, lebih baik kau simpan tenagamu untuk memuaskanku” ujar Deviant sambil bangkit duduk di sebelah tubuh Val yang terikat
Tangan kanannya masih memainkan puting payudara Val, sementara tangan kirinya mulai bergerak dari puting, merabai perutnya, hingga tiba di selangkangan Val yang terlihat semakin basah mengkilap
“Mulutmu mungkin menolaknya, namun sepertinya tubuhmu lebih jujur”
“Aku bertaruh cairanmu pasti sangat nikmat” lanjut Deviant sambil mendekatkan wajahnya ke selangkangan Val
Lidah Deviant ditempelkan pada vagina Val dari bawah kemudian menyapu ke atas hingga terakhir ia sentilkan di klitorsnya, membuat tubuh Val bergetar hebat
Hal itu dilakukan Deviant beberapa kali ditambah sesekali lidahnya didorong masuk ke liang vagina Val, sambil tangannya terus memilin-milin puting payudara valon budaknya itu
Semakin lama Deviant menjilati vagina Val, semakin heboh guncangan tubuh Val, sampai suatu ketika
“Sshhh Oohhh, Nghhh” Val hampir mencapai orgasmenya ketika tiba-tiba Deviant menjauhi selangkangan Val
“hhh, mengapa kau berhenti?” Val tampak kecewa
“Oh, kupikir kau tidak menyukainya” jawab Deviant santai ia berniat memainkan libido Val
Val yang telah terpapar afrodisiak menyebabkan libidonya begitu tinggi, ditambah rangsangan yang begitu hebat dari keahlian Deviant memainkan titik sensitif Val tersebut
Namun ketika sudah hampir mencapai puncak, Deviant tiba-tiba menghentikan seluruh rangsangan yang sebelumnya intens ia lancarkan
Val nampak kecewa tidak mendapatkan orgasme yang dinantikannya itu, namun lambat laun libidonya mulai turun
Nafasnya yang tadinya tidak beraturan perlahan kembali normal, melihat hal tersebut Deviant kembali mendekatkan wajahnya ke vagina Val dan melahapnya
Hal itu ia lakukan hingga 2-3 kali, membuat Val semakin tidak mampu mengontrol nafsunya
Dirasa sudah cukup, Deviant berlutut di depan wajah Val, penisnya yang setengah berdiri tampak menjuntai persis di atas wajah Val
“Bukankah tidak adil hanya kau sendiri yang mendapatkan kenikmatan” Deviant mulai memberikan sugesti saat pikiran Val sedang kacau
Yang ada di benaknya saat ini hanya bagaimana caranya mencapai orgasme yang gagal dia dapatkan berulang kali akibat permainan Deviant
“Untuk seorang Ranger tangguh sepertimu, tidak sopan rasanya jika aku hanya menggunakan tangan dan mulutku saja”
“Segera setelah kau bisa membuatku keras, aku akan memberikanmu kenikmatan yang kau nantikan
Val awalnya tidak memperdulikan ucapan Deviant, namun setelah Deviant kembali memancing dan meninggalkan Val dalam kondisi yang hampir mencapai orgasme, pertahanan Val mulai runtuh, pikirannya semakin kacau
Perlahan mulut Val mulai bergerak menciumi penis Deviant, membuat calon tuannya itu tersenyum penuh kemenangan
“Hisap dan jilat, pelacur”
Dalam pikirannya Val masih berusaha untuk menolak, namun di sisi lain ia sangat menantikan orgasmenya itu
“Sekali, hanya butuh orgasme satu kali saja supaya pikiranku dapat lebih tenang” pemikiran itulah yang membuat Val ‘mengalah’ dan mulai mengoral penis Deviant
Val kesulitan mengoral penis raksasa Lord Deviant, ia hanya mampu mengoral kepala penisnya saja
“Dasar pelacur amatir, setidaknya jika menggunakan mulutmu terlalu sulit, cobalah gunakan lidahmu”
Tanpa menunggu lama Val langsung mempraktekan hal tersebut, lidahnya mengitari kepala penis Deviant, lalu berpindah ke arah biji zakarnya dan bergerak menuju kepala penis dan berakhir di ujung lubang pembuangannya
“Nah sekarang tinggal kita kondisikan lubang-lubang lacur kalian itu” Taylor berdiri dan mengambil posisi menungging. Liz mengoral penis Deviant sambil membersihkan sisa-sisa sperma yang menempel.
Setelah mulai keras kembali, Deviant mengarahkan penisnya untuk menyetubuhi anus taylor, kali ini langsung dalam tempo cepat
Tidak butuh waktu lama bagi Deviant untuk menyetubuhi dan menyemburkan spermanya sebanyak empat kali, masing masing di vagina dan anus kedua budaknya
Sesuai ucapan Deviant, Taylor dan Liz tidak perlu ‘berpura-pura’ karena mereka langsung jatuh tersungkur dalam genangan sperma tuannya, dengan kondisi vagina dan anus mereka yang menganga lebar. Nampak sperma Deviant masih mengalir dari keempat lubang itu.
===***===
Deviant memasuki sel tempat Val berada lalu menyeret sang Ranger Hitam ke ruang tidurnya. Val berusaha berontak, namun apa daya, tubuhnya sudah lemas ditambah kondisinya yang sangat terangsang membuat perlawanannya hanya seperti sebuah formalitas saja
Sesampainya di sana, tubuh Val yang sudah tak berdaya dihempaskan begitu saja ke tempat tidur Lord Deviant
“Baiklah, sekarang mau kita mulai darimana?” Deviant melempar pandangannya ke wajah, payudara dan selangkangan Val secara bergantian
Tidak butuh lama bagi Deviant untuk menelanjangi tubuh Val lalu memposisikannya telentang di kasur dengan tangan dan kaki diikat ke setiap sudut ranjang membentuk huruf X
Puting payudara Val yang bertindik menarik perhatian Deviant, ia memilin kedua tindikan itu sebelum mulai sambil mengamati wajah Val yang bersemu merah akibat kondisinya yang sudah sangat terangsang
“Nnghh” Val mendesah kecil
“Hmmm, rupanya kau begitu menyukai ini, bagaimana jika aku melakukan ini?” Ucap Deviant dalam sekejap mulutnya melahap payudara kiri Val
“Ooohh ssshh” desah Val semakin kencang. Puting payudaranya yang bertindik memang membuat kedua titik itu menjadi lebih sensitif
Tanpa terasa paha Val mulai bergerak gerak-gerak gelisah seperti menahan sesuatu
“Ada apa calon budakku?”
“Siapa yang sudi jadi budakmu dasar pengecut, lepaskan ikatanku dan lihatlah apa yang akan terjadi”
“Sudahlah Val, lebih baik kau simpan tenagamu untuk memuaskanku” ujar Deviant sambil bangkit duduk di sebelah tubuh Val yang terikat
Tangan kanannya masih memainkan puting payudara Val, sementara tangan kirinya mulai bergerak dari puting, merabai perutnya, hingga tiba di selangkangan Val yang terlihat semakin basah mengkilap
“Mulutmu mungkin menolaknya, namun sepertinya tubuhmu lebih jujur”
“Aku bertaruh cairanmu pasti sangat nikmat” lanjut Deviant sambil mendekatkan wajahnya ke selangkangan Val
Lidah Deviant ditempelkan pada vagina Val dari bawah kemudian menyapu ke atas hingga terakhir ia sentilkan di klitorsnya, membuat tubuh Val bergetar hebat
Hal itu dilakukan Deviant beberapa kali ditambah sesekali lidahnya didorong masuk ke liang vagina Val, sambil tangannya terus memilin-milin puting payudara valon budaknya itu
Semakin lama Deviant menjilati vagina Val, semakin heboh guncangan tubuh Val, sampai suatu ketika
“Sshhh Oohhh, Nghhh” Val hampir mencapai orgasmenya ketika tiba-tiba Deviant menjauhi selangkangan Val
“hhh, mengapa kau berhenti?” Val tampak kecewa
“Oh, kupikir kau tidak menyukainya” jawab Deviant santai ia berniat memainkan libido Val
Val yang telah terpapar afrodisiak menyebabkan libidonya begitu tinggi, ditambah rangsangan yang begitu hebat dari keahlian Deviant memainkan titik sensitif Val tersebut
Namun ketika sudah hampir mencapai puncak, Deviant tiba-tiba menghentikan seluruh rangsangan yang sebelumnya intens ia lancarkan
Val nampak kecewa tidak mendapatkan orgasme yang dinantikannya itu, namun lambat laun libidonya mulai turun
Nafasnya yang tadinya tidak beraturan perlahan kembali normal, melihat hal tersebut Deviant kembali mendekatkan wajahnya ke vagina Val dan melahapnya
Hal itu ia lakukan hingga 2-3 kali, membuat Val semakin tidak mampu mengontrol nafsunya
Dirasa sudah cukup, Deviant berlutut di depan wajah Val, penisnya yang setengah berdiri tampak menjuntai persis di atas wajah Val
“Bukankah tidak adil hanya kau sendiri yang mendapatkan kenikmatan” Deviant mulai memberikan sugesti saat pikiran Val sedang kacau
Yang ada di benaknya saat ini hanya bagaimana caranya mencapai orgasme yang gagal dia dapatkan berulang kali akibat permainan Deviant
“Untuk seorang Ranger tangguh sepertimu, tidak sopan rasanya jika aku hanya menggunakan tangan dan mulutku saja”
“Segera setelah kau bisa membuatku keras, aku akan memberikanmu kenikmatan yang kau nantikan
Val awalnya tidak memperdulikan ucapan Deviant, namun setelah Deviant kembali memancing dan meninggalkan Val dalam kondisi yang hampir mencapai orgasme, pertahanan Val mulai runtuh, pikirannya semakin kacau
Perlahan mulut Val mulai bergerak menciumi penis Deviant, membuat calon tuannya itu tersenyum penuh kemenangan
“Hisap dan jilat, pelacur”
Dalam pikirannya Val masih berusaha untuk menolak, namun di sisi lain ia sangat menantikan orgasmenya itu
“Sekali, hanya butuh orgasme satu kali saja supaya pikiranku dapat lebih tenang” pemikiran itulah yang membuat Val ‘mengalah’ dan mulai mengoral penis Deviant
Val kesulitan mengoral penis raksasa Lord Deviant, ia hanya mampu mengoral kepala penisnya saja
“Dasar pelacur amatir, setidaknya jika menggunakan mulutmu terlalu sulit, cobalah gunakan lidahmu”
Tanpa menunggu lama Val langsung mempraktekan hal tersebut, lidahnya mengitari kepala penis Deviant, lalu berpindah ke arah biji zakarnya dan bergerak menuju kepala penis dan berakhir di ujung lubang pembuangannya
Improvisasi Val untuk kelas pemula sangat memuaskan bagi Deviant. Sesekali Deviant memajukan selangkangannya hingga biji zakarnya tepat menggantung di hadapan wajah Val
Bagai mengerti maksud Deviant, Val menghisapi biji zakar Deviant, membuat tubuh pemiliknya bergetar nikmat
Setelah dirasa penisnya cukup keras, tangan Deviant kembali memainkan vagina Val
Perlahan nafas Val mulai kembali memburu, tubuhnya bergetar, dadanya naik turun dengan hebat
“Baiklah Ranger Hitam, sekarang akan kuberikan hadiahmu” Deviant bangkit dan berpindah ke selangkangan Val
Digesek-gesekkan kepala penisnya ke belahan vagina Val hingga klitorisnya, membuat Val menggelinjang nikmat
“Ohhh.. hh.. HGGNK” Val terperanjat ketika penis Deviant menerobos masuk hingga ke rahimnya dalam satu sentakan
Sontak seluruh kegagalan Val orgasme berulang kali seperti terbayarkan hanya dalam satu dorongan penis Lord Deviant ke dalam vagina perawan Val
“AAAHH” Tubuh Val menegang, bola matanya berputar ke atas hingga yang nampak hanya bagian putihnya saja, otot vaginanya mencengkram penis Deviant begitu kuat
Walaupun Deviant mendiamkan penisnya dalam posisi mentok, terbenam seluruhnya dalam vagina Val, pijatan dan remasan otot Vagina Val membuatnya hampir berejakulasi
Deviant yang tidak sabar langsung memompa penisnya dengan tempo tinggi, membuat Val mengalami multi orgasme
Hanya dalam waktu beberapa menit, Deviant merasa ia hampir klimaks, selama itu pula Val terus menerus mengalami orgasme
Sampai pada akhirnya penis Deviant dihujamkan sedalam-dalamnya ke vagina Val
Sekali lagi tubuh Val mengejang dan bergetar hebat.
Ia yang awalnya beberapa kali gagal mendapatkan orgasme hingga libidonya memuncak, ditambah akumulasi orgasme tanpa henti tepat setelah ia kehilangan keperawanannya, membuat Val tidak mampu menahan selur kenikmatan itu
Perlahan tubuh Val melemas, masih dalam posisi terikat di ranjang. Pandangan matanya mulai kabur hingga ia tak sadarkan diri
Deviant mencabut penisnya, nampak spermanya mengalir dari vagina Val yang beberapa saat lalu masih perawan
“Baiklah, tinggal satu lubang lagi” Deviant bergumam sebelum bangun dan keluar ruang tidurnya, meninggalkan Val yang tertidur kelelahan.
Sepeninggal Lord Deviant dan Val dari ruang tahta, Taylor dan Liz berjalan mendekati Lexi yang kondisinya tidak jauh berbeda dari Val, dengan tubuh yang lemas akibat afrodisiak namun sangat libidonya sangat tinggi
Taylor dan Liz memapah tubuh Lexi menuju semacam bangku yang ada di salah satu sudut sel tempat Lexi berada dan mendudukkannya di situ
Berbeda dengan Val yang langsung dieksekusi dengan brutal oleh Deviant, eksekusi Lexi oleh Taylor dan Liz berlangsung lebih ‘lembut’
Taylor dan Liz mencoba membujuk Lexi, sang Ranger Biru untuk segera menerima nasibnya dan menyerahkan diri saja, tentu sambil tetap dirangsang sedikit demi sedikit, baik dengan meremas payudara, membelai vagina, atau memilin puting Lexi
Walaupun sudah terangsang berat akibat terpapar afrodisiak ditambah segala pertunjukan yang dipertontonkan Deviant dengan kedua budaknya, Lexi masih bisa mempertahankan akal sehatnya.
Perlahan libido Lexi yang sudah tinggi, semakin memuncak akibat rangsangan dan belaian kedua tangan Taylor dan Liz di berbagai titik sensitif di tubuhnya mulai dari punggung, paha, perut, leher dan tentunya selangkangan dan payudaranya juga tidak luput dari jamahan temannya yang kini sudah menjadi budak seks.
Liz mulai mendekatkan wajahnya ke wajah Lexi dan mulai melumat bibirnya. Sang Ranger Biru masih bisa menahan nafsunya dengan mengatupkan bibirnya rapat-rapat, tidak memberikan kesempatan lidah Liz untuk menerobos masuk.
Sedangkan Taylor memilih untuk menjilati tubuh Lexi lainnya, mulai dari daun telinga, bergeser ke pipi, leher, dada dan terakhir mulut dan lidahnya berhenti di puting payudara Lexi lalu melumatnya, membuat pertahanan Lexi semakin lemah.
Gemas melihat Lexi yang masih belum membalas lumatan Liz pada bibirnya, Taylor Berinisiatif memainkan vagina Lexi, sambil mulutnya masih menghisap puting payudara kiri Lexi dan tangannya yang lain memilin puting payudaranya yang kanan.
Jemari Taylor menyusuri bibir vagina Lexi, dari atas, ke bawah, kembali ke atas lagi beberapa kali hingga cairan vagina Lexi semakin membanjir.
Tanpa aba-aba, jari Taylor yang sedang menstimulasi klitoris Taylor tiba-tiba dimasukkan ke dalam liang vagina Lexi, membuat Lexi sontak menengadahkan wajahnya ke atas dan mulutnya terbuka merasakan orgasme setelah berbagai rangsangan yang diterimanya sedari tadi.
Melihat kesempatan itu Liz langsung melahap mulut Lexi dan mendorong lidahnya mengejar lidah Lexi. Lexi yang sedang hanyut dalam puncak orgasmenya menyambut lidah Liz.
Adegan Lexi dan Liz yang saling melumat bibir dan membelit lidah sungguh sangat mampu membuat libido siapapun yang melihatnya memuncak.
Termasuk Taylor, pemandangan kedua temannya itu membuatnya ikut bernafsu. Taylor lalu keluar dari sel itu, meninggalkan Lexi dan Liz yang masih saling berpagutan.
Tidak lama Taylor kembali ke dalam sel membawa dua buah strap-on, satu berwarna pink dan lainnya berwarna kuning. ia memakai strap-on pink dan memberikan yang kuning kepada Liz.
Liz dan Lexi masih terus saling melumat dengan panas saat Taylor menyodorkan strap-on kuning itu. Liz pun bangkit berdiri untuk memasangnya, terlihat benang liur hasil percumbuan mereka saat Liz menjauhkan wajahnya dari Lexi.
Lexi diam menatap kedua temannya ‘mantan’ Rangers itu memasang strap-on di selangkangan masing-masing.
Ia agak ngeri melihat ukurannya yang memang dibuat mengacu pada ukuran penis Deviant, namun di sudut matanya nampak ia menantikan bagaimana permainan mereka selanjutnya
Taylor dan Liz nampak sedikit mengejang saat selesai memasang strap-on itu. Lexi sempat terheran melihatnya, namun segera sirna ketika saat Taylor dan Liz berjalan ke arahnya dan memposisikan diri di sebelah kiri dan kanan Lexi
Posisi Taylor dan Liz berganti, kini Taylor yang menciumi dan melumat bibir Lexi, sedangkan Liz menghisap payudara Lexi sambil sekali menggigit kecil putingnya, membuat tubuh sang Ranger Biru menggelinjang
Lexi sendiri nampak sudah tidak melakukan perlawanan sama sekali, mungkin selain memang libidonya sudah terlalu tinggi, yang mengerjainya pun temannya sendiri, bukan Lord Deviant, sehingga tanpa terasa Lexi mulai terbawa dan menikmati permainan ini
Masih dalam posisinya mengerjai payudara Lexi, perlahan Liz mulai berpindah ke depannya. Liz sudah bersimpuh di depan Lexi, tanpa melepas lumatannya pada payudara Lexi
Lumatan itu lalu diganti dengan jilatan lidahnya di puting payudara dan sesekali puting Lexi juga disentil-sentil masih menggunakan lidah Liz, yang lalu perlahan turun menuju perut hingga akhirnya berhenti di selangkangan Lexi
Kedua kaki Lexi diangkat oleh Liz ke atas bangku dengan posisi mengangkang. Sejenak Liz memandangi vagina Lexi yang masih terlihat begitu rapat, sudah mulai basah akibat dikerjai jari Taylor tadi
“Aaahhhk” Lexi melepas mulutnya dari lumatan Taylor dan mendesah kencang saat Liz melumat dan menghisap klitorisnya.
Bagai mengerti maksud Deviant, Val menghisapi biji zakar Deviant, membuat tubuh pemiliknya bergetar nikmat
Setelah dirasa penisnya cukup keras, tangan Deviant kembali memainkan vagina Val
Perlahan nafas Val mulai kembali memburu, tubuhnya bergetar, dadanya naik turun dengan hebat
“Baiklah Ranger Hitam, sekarang akan kuberikan hadiahmu” Deviant bangkit dan berpindah ke selangkangan Val
Digesek-gesekkan kepala penisnya ke belahan vagina Val hingga klitorisnya, membuat Val menggelinjang nikmat
“Ohhh.. hh.. HGGNK” Val terperanjat ketika penis Deviant menerobos masuk hingga ke rahimnya dalam satu sentakan
Sontak seluruh kegagalan Val orgasme berulang kali seperti terbayarkan hanya dalam satu dorongan penis Lord Deviant ke dalam vagina perawan Val
“AAAHH” Tubuh Val menegang, bola matanya berputar ke atas hingga yang nampak hanya bagian putihnya saja, otot vaginanya mencengkram penis Deviant begitu kuat
Walaupun Deviant mendiamkan penisnya dalam posisi mentok, terbenam seluruhnya dalam vagina Val, pijatan dan remasan otot Vagina Val membuatnya hampir berejakulasi
Deviant yang tidak sabar langsung memompa penisnya dengan tempo tinggi, membuat Val mengalami multi orgasme
Hanya dalam waktu beberapa menit, Deviant merasa ia hampir klimaks, selama itu pula Val terus menerus mengalami orgasme
Sampai pada akhirnya penis Deviant dihujamkan sedalam-dalamnya ke vagina Val
Sekali lagi tubuh Val mengejang dan bergetar hebat.
Ia yang awalnya beberapa kali gagal mendapatkan orgasme hingga libidonya memuncak, ditambah akumulasi orgasme tanpa henti tepat setelah ia kehilangan keperawanannya, membuat Val tidak mampu menahan selur kenikmatan itu
Perlahan tubuh Val melemas, masih dalam posisi terikat di ranjang. Pandangan matanya mulai kabur hingga ia tak sadarkan diri
Deviant mencabut penisnya, nampak spermanya mengalir dari vagina Val yang beberapa saat lalu masih perawan
“Baiklah, tinggal satu lubang lagi” Deviant bergumam sebelum bangun dan keluar ruang tidurnya, meninggalkan Val yang tertidur kelelahan.
Sepeninggal Lord Deviant dan Val dari ruang tahta, Taylor dan Liz berjalan mendekati Lexi yang kondisinya tidak jauh berbeda dari Val, dengan tubuh yang lemas akibat afrodisiak namun sangat libidonya sangat tinggi
Taylor dan Liz memapah tubuh Lexi menuju semacam bangku yang ada di salah satu sudut sel tempat Lexi berada dan mendudukkannya di situ
Berbeda dengan Val yang langsung dieksekusi dengan brutal oleh Deviant, eksekusi Lexi oleh Taylor dan Liz berlangsung lebih ‘lembut’
Taylor dan Liz mencoba membujuk Lexi, sang Ranger Biru untuk segera menerima nasibnya dan menyerahkan diri saja, tentu sambil tetap dirangsang sedikit demi sedikit, baik dengan meremas payudara, membelai vagina, atau memilin puting Lexi
Walaupun sudah terangsang berat akibat terpapar afrodisiak ditambah segala pertunjukan yang dipertontonkan Deviant dengan kedua budaknya, Lexi masih bisa mempertahankan akal sehatnya.
Perlahan libido Lexi yang sudah tinggi, semakin memuncak akibat rangsangan dan belaian kedua tangan Taylor dan Liz di berbagai titik sensitif di tubuhnya mulai dari punggung, paha, perut, leher dan tentunya selangkangan dan payudaranya juga tidak luput dari jamahan temannya yang kini sudah menjadi budak seks.
Liz mulai mendekatkan wajahnya ke wajah Lexi dan mulai melumat bibirnya. Sang Ranger Biru masih bisa menahan nafsunya dengan mengatupkan bibirnya rapat-rapat, tidak memberikan kesempatan lidah Liz untuk menerobos masuk.
Sedangkan Taylor memilih untuk menjilati tubuh Lexi lainnya, mulai dari daun telinga, bergeser ke pipi, leher, dada dan terakhir mulut dan lidahnya berhenti di puting payudara Lexi lalu melumatnya, membuat pertahanan Lexi semakin lemah.
Gemas melihat Lexi yang masih belum membalas lumatan Liz pada bibirnya, Taylor Berinisiatif memainkan vagina Lexi, sambil mulutnya masih menghisap puting payudara kiri Lexi dan tangannya yang lain memilin puting payudaranya yang kanan.
Jemari Taylor menyusuri bibir vagina Lexi, dari atas, ke bawah, kembali ke atas lagi beberapa kali hingga cairan vagina Lexi semakin membanjir.
Tanpa aba-aba, jari Taylor yang sedang menstimulasi klitoris Taylor tiba-tiba dimasukkan ke dalam liang vagina Lexi, membuat Lexi sontak menengadahkan wajahnya ke atas dan mulutnya terbuka merasakan orgasme setelah berbagai rangsangan yang diterimanya sedari tadi.
Melihat kesempatan itu Liz langsung melahap mulut Lexi dan mendorong lidahnya mengejar lidah Lexi. Lexi yang sedang hanyut dalam puncak orgasmenya menyambut lidah Liz.
Adegan Lexi dan Liz yang saling melumat bibir dan membelit lidah sungguh sangat mampu membuat libido siapapun yang melihatnya memuncak.
Termasuk Taylor, pemandangan kedua temannya itu membuatnya ikut bernafsu. Taylor lalu keluar dari sel itu, meninggalkan Lexi dan Liz yang masih saling berpagutan.
Tidak lama Taylor kembali ke dalam sel membawa dua buah strap-on, satu berwarna pink dan lainnya berwarna kuning. ia memakai strap-on pink dan memberikan yang kuning kepada Liz.
Liz dan Lexi masih terus saling melumat dengan panas saat Taylor menyodorkan strap-on kuning itu. Liz pun bangkit berdiri untuk memasangnya, terlihat benang liur hasil percumbuan mereka saat Liz menjauhkan wajahnya dari Lexi.
Lexi diam menatap kedua temannya ‘mantan’ Rangers itu memasang strap-on di selangkangan masing-masing.
Ia agak ngeri melihat ukurannya yang memang dibuat mengacu pada ukuran penis Deviant, namun di sudut matanya nampak ia menantikan bagaimana permainan mereka selanjutnya
Taylor dan Liz nampak sedikit mengejang saat selesai memasang strap-on itu. Lexi sempat terheran melihatnya, namun segera sirna ketika saat Taylor dan Liz berjalan ke arahnya dan memposisikan diri di sebelah kiri dan kanan Lexi
Posisi Taylor dan Liz berganti, kini Taylor yang menciumi dan melumat bibir Lexi, sedangkan Liz menghisap payudara Lexi sambil sekali menggigit kecil putingnya, membuat tubuh sang Ranger Biru menggelinjang
Lexi sendiri nampak sudah tidak melakukan perlawanan sama sekali, mungkin selain memang libidonya sudah terlalu tinggi, yang mengerjainya pun temannya sendiri, bukan Lord Deviant, sehingga tanpa terasa Lexi mulai terbawa dan menikmati permainan ini
Masih dalam posisinya mengerjai payudara Lexi, perlahan Liz mulai berpindah ke depannya. Liz sudah bersimpuh di depan Lexi, tanpa melepas lumatannya pada payudara Lexi
Lumatan itu lalu diganti dengan jilatan lidahnya di puting payudara dan sesekali puting Lexi juga disentil-sentil masih menggunakan lidah Liz, yang lalu perlahan turun menuju perut hingga akhirnya berhenti di selangkangan Lexi
Kedua kaki Lexi diangkat oleh Liz ke atas bangku dengan posisi mengangkang. Sejenak Liz memandangi vagina Lexi yang masih terlihat begitu rapat, sudah mulai basah akibat dikerjai jari Taylor tadi
“Aaahhhk” Lexi melepas mulutnya dari lumatan Taylor dan mendesah kencang saat Liz melumat dan menghisap klitorisnya.
Tidak hanya di situ saja, Liz lalu menjilat belahan vagina Lexi tanpa terlewat setitik pun, sampai seluruh selangkangan Lexi basah oleh liurnya
Sesekali lidah Liz ditusuk-tusukkan ke dalam vagina Lexi hingga tubuh calon budak baru itu menggelinjang semakin heboh
“Nnghhh.. Ahh” Lexi berteriak saat ia kembali mendapatkan orgasmenya, menyemburkan cairan vagina yang langsung dilahap oleh mulut Liz
Lexi bisa mendesah dan berteriak lepas karena mulut Taylor sudah berpindah mengerjai payudaranya
Sekali lagi Taylor dan Liz bertukar posisi sambil Liz membagi cairan vagina Lexi yang ia tampung di dalam mulutnya ke mulut Taylor
“Hentikan, itu sangat menjijikkan” protes Lexi dengan nafas terengah-engah, saat melihat kedua temannya melakukan sesuatu yang membuatnya risih
“Tidak ada yang menjijikkan tentang ini Lex, yang ada hanya kenikmatan, tinggal bagaimana caramu untuk menikmatinya” ucap Liz mendekati Lexi yang terduduk Lemas masih dalam posisi kaki mengangkang membentuk huruf M
Liz mendekatkan mulutnya ke wajah Lexi dan mulai menciumnya lagi. Mereka berpagutan penuh nafsu. Lexi yang awalnya jijik sudah tidak peduli lagi. Ia dapat menangkap aroma dan rasa dari cairan vaginanya sendiri yang masih belepotan di wajah Liz.
“hmmm, ternyata ini tidak terlalu buruk” pikir Lexi
Taylor tersenyum melihat Liz dan Lexi bergumul dengan begitu panas. Ia lalu mendekat dan mendorong tubuh Lexi lebih rebah, namun kakinya ditahan supaya tetap mengangkang
Perhatian Taylor tertuju pada anus Lexi yang masih terlihat begitu rapat. Ia bersimpuh di depan selangkangan Lexi dan mulai menjilati area sekitar anus Lexi
“Mmmpphhh jangan di situ mphh” Lexi sempat melepas kuluman Liz untuk memprotes Taylor, namun wajahnya kembali ditarik oleh Liz dan bibirnya dilumat dengan penuh nafsu
Rangsangan yang diterimanya semakin bertambah ketika tangan Taylor dan Liz masing-masing memainkan payudara Lexi. Tangan Liz di payudara kanan sedangkan tangan Taylor di payudara kiri
Lengkap sudah seluruh titik sensitif Lexi dimainkan dan terus dirangsang kedua budak seks itu. Mulutnya dilumat Liz, kedua payudara serta putingnya dimainkan Liz dan Taylor bersamaan, klitoris dan vaginanya dilahap Taylor sambil sesekali lidahnya juga berpindah menjilati anus Lexi
Rangsangan demi rangsangan di tubuh Lexi semakin meruntuhkan dinding pertahanannya. Hingga tanpa ia duga, intensitas rangsangan pada anusnya, yang kini ditambah permainan jari Taylor, membawanya pada orgasme berikutnya
“Ahhh ahhh” tubuh Lexi kembali mengejang saat Taylor mengocok brutal anusnya dengan 2 jari. Ia tak menyangka rangsangan di anus dapat senikmat ini, bahkan mengantarkannya pada orgasme
“Sepertinya Ia sudah siap”
Taylor dan Liz berdiri di depan Lexi sambil tersenyum, melihat calon budak baru itu kesulitan mengatur napas sementara badannya basah kuyup, mulai dari keringatnya sendiri, air liur Taylor dan Liz serta cairan vaginanya setelah beberapa kali orgasme
“Apa maksudmu? Siap untuk apa?” Lexi kembali tersadar bahwa semua ini adalah pemerkosaan, tidak seharusnya ia menikmatinya. Namun kenikmatan ini terlalu hebat Lexi yang memang tidak memiliki pengalaman seks
“Tentu saja siap untuk dilatih melayani Tuan Deviant” ucap Liz sambil memberikan kode mengarah ke selangkangannya
Kenikmatan tadi membuat Lexi melupakan strap-on yang menggantung di selangkangan kedua temannya
“Mana yang kau pilih duluan Liz?” Taylor memberi opsi pada temannya
“Kurasa aku akan mulai dari anusnya” jawab Liz
“Baiklah, kalau begitu aku ambil mulutnya” Taylor dan Liz lalu memposisikan Lexi untuk menungging di lantai
Taylor berlutut di depan wajah Lexi, sementara Liz berlutut di belakang selangkangan Lexi
Perlahan Liz menggesek-gesekkan penis strap-on pinknya pada anus Lexi yang disambut dengan erangan tertahan, karena mulut Lexi sudah lebih dulu dijejali oleh strap-on kuning Taylor
“Ooohh..” Taylor dan Liz melenguh bersamaan ketika kedua strap-on itu tenggelam dalam mulut dan anus Lexi. Hal itu bukan tanpa alasan
Strap-on yang mereka gunakan berbeda dengan yang ada di bumi. Yang mereka gunakan adalah strap-on yang beberapa waktu lalu dikirimkan dadi planet asal Deviant
Strap-on tersebut dirancang untuk memberikan sensasi dan pengalaman berejakulasi dari penis untuk para wanita
Saat dikenakan, strap-on itu langsung terhubung dengan berbagai saraf-saraf rangsangan di klitoris dan vagina pemakainya sehingga ketika strap-on itu mendapat rangsangan, otomatis pemakainya dapat mengetahui bagaimana rasanya jika ia memiliki penis
“Ahhh”
“ngghh”
“Ooohhh” desahan demi desahan ketiganya terdengar saling bersahutan
Mereka bertiga sama-sama merasakan kenikmatan baru yang belum pernah dirasakan sebelumnya
Taylor dan Liz seperti kesetanan menghujam-hujamkan strap-on mereka ke mulut dan anus Lexi secara terus menerus dengan tempo bervariasi, kadang pelan kadang cepat
“Jadi ini rasanya bersetubuh menggunakan penis, semakin cepat pompaan gesekan pada dinding strap-on memberikan kenikmatan yang luar biasa. Selain itu kehangatan, kerapatan, dan basahnya lubang, yang dipompa pun memberikan sensasi tersendiri” kurang lebih itu yang ada dalam pikiran kedua budak seks ini
Lexi pun sudah tidak canggung lagi mengoral strap-on Taylor. Ia yang awalnya pasif. Kini mulai aktif menghisap dan mengulum batang di selangkangan Taylor Itu. Ia juga terlihat memaju-mundurkan tubuhnya seirama dengan pompaan Liz di anusnya
“Ini luar biasa Liz, kurasa aku akan ketagihan dengan mulut Lexi” ujar Taylor sambil tetap menghujamkan strap-onnya di mulut Lexi
“Tunggu sampai kau merasakan anusnya” timpal Liz
“Ah ahhh ahh” tubuh Taylor, Liz dan Lexi mengejang bersamaan. Nampak dari mulut dan anus Lexi mengalir cairan putih seperti sperma
Rupanya selain menghubungkan ke saraf-saraf genital untuk menghantarkan rangsangan, penis strap-on itu juga bisa berejakulasi, persis seperti penis pria
Bedanya, setelah ejakulasi tersebut strap-on itu tetap berdiri tegak tanpa perubahan sama sekali
Menyadari hal itu, Liz dan Taylor lalu saling berpandangan. Seperti saling mengerti maksud sama lain, mereka tersenyum dan berdiri untuk bertukar posisi
Kali ini Liz yang berada di hadapan Lexi sedangkan Taylor berada di selangkangan
Sesekali lidah Liz ditusuk-tusukkan ke dalam vagina Lexi hingga tubuh calon budak baru itu menggelinjang semakin heboh
“Nnghhh.. Ahh” Lexi berteriak saat ia kembali mendapatkan orgasmenya, menyemburkan cairan vagina yang langsung dilahap oleh mulut Liz
Lexi bisa mendesah dan berteriak lepas karena mulut Taylor sudah berpindah mengerjai payudaranya
Sekali lagi Taylor dan Liz bertukar posisi sambil Liz membagi cairan vagina Lexi yang ia tampung di dalam mulutnya ke mulut Taylor
“Hentikan, itu sangat menjijikkan” protes Lexi dengan nafas terengah-engah, saat melihat kedua temannya melakukan sesuatu yang membuatnya risih
“Tidak ada yang menjijikkan tentang ini Lex, yang ada hanya kenikmatan, tinggal bagaimana caramu untuk menikmatinya” ucap Liz mendekati Lexi yang terduduk Lemas masih dalam posisi kaki mengangkang membentuk huruf M
Liz mendekatkan mulutnya ke wajah Lexi dan mulai menciumnya lagi. Mereka berpagutan penuh nafsu. Lexi yang awalnya jijik sudah tidak peduli lagi. Ia dapat menangkap aroma dan rasa dari cairan vaginanya sendiri yang masih belepotan di wajah Liz.
“hmmm, ternyata ini tidak terlalu buruk” pikir Lexi
Taylor tersenyum melihat Liz dan Lexi bergumul dengan begitu panas. Ia lalu mendekat dan mendorong tubuh Lexi lebih rebah, namun kakinya ditahan supaya tetap mengangkang
Perhatian Taylor tertuju pada anus Lexi yang masih terlihat begitu rapat. Ia bersimpuh di depan selangkangan Lexi dan mulai menjilati area sekitar anus Lexi
“Mmmpphhh jangan di situ mphh” Lexi sempat melepas kuluman Liz untuk memprotes Taylor, namun wajahnya kembali ditarik oleh Liz dan bibirnya dilumat dengan penuh nafsu
Rangsangan yang diterimanya semakin bertambah ketika tangan Taylor dan Liz masing-masing memainkan payudara Lexi. Tangan Liz di payudara kanan sedangkan tangan Taylor di payudara kiri
Lengkap sudah seluruh titik sensitif Lexi dimainkan dan terus dirangsang kedua budak seks itu. Mulutnya dilumat Liz, kedua payudara serta putingnya dimainkan Liz dan Taylor bersamaan, klitoris dan vaginanya dilahap Taylor sambil sesekali lidahnya juga berpindah menjilati anus Lexi
Rangsangan demi rangsangan di tubuh Lexi semakin meruntuhkan dinding pertahanannya. Hingga tanpa ia duga, intensitas rangsangan pada anusnya, yang kini ditambah permainan jari Taylor, membawanya pada orgasme berikutnya
“Ahhh ahhh” tubuh Lexi kembali mengejang saat Taylor mengocok brutal anusnya dengan 2 jari. Ia tak menyangka rangsangan di anus dapat senikmat ini, bahkan mengantarkannya pada orgasme
“Sepertinya Ia sudah siap”
Taylor dan Liz berdiri di depan Lexi sambil tersenyum, melihat calon budak baru itu kesulitan mengatur napas sementara badannya basah kuyup, mulai dari keringatnya sendiri, air liur Taylor dan Liz serta cairan vaginanya setelah beberapa kali orgasme
“Apa maksudmu? Siap untuk apa?” Lexi kembali tersadar bahwa semua ini adalah pemerkosaan, tidak seharusnya ia menikmatinya. Namun kenikmatan ini terlalu hebat Lexi yang memang tidak memiliki pengalaman seks
“Tentu saja siap untuk dilatih melayani Tuan Deviant” ucap Liz sambil memberikan kode mengarah ke selangkangannya
Kenikmatan tadi membuat Lexi melupakan strap-on yang menggantung di selangkangan kedua temannya
“Mana yang kau pilih duluan Liz?” Taylor memberi opsi pada temannya
“Kurasa aku akan mulai dari anusnya” jawab Liz
“Baiklah, kalau begitu aku ambil mulutnya” Taylor dan Liz lalu memposisikan Lexi untuk menungging di lantai
Taylor berlutut di depan wajah Lexi, sementara Liz berlutut di belakang selangkangan Lexi
Perlahan Liz menggesek-gesekkan penis strap-on pinknya pada anus Lexi yang disambut dengan erangan tertahan, karena mulut Lexi sudah lebih dulu dijejali oleh strap-on kuning Taylor
“Ooohh..” Taylor dan Liz melenguh bersamaan ketika kedua strap-on itu tenggelam dalam mulut dan anus Lexi. Hal itu bukan tanpa alasan
Strap-on yang mereka gunakan berbeda dengan yang ada di bumi. Yang mereka gunakan adalah strap-on yang beberapa waktu lalu dikirimkan dadi planet asal Deviant
Strap-on tersebut dirancang untuk memberikan sensasi dan pengalaman berejakulasi dari penis untuk para wanita
Saat dikenakan, strap-on itu langsung terhubung dengan berbagai saraf-saraf rangsangan di klitoris dan vagina pemakainya sehingga ketika strap-on itu mendapat rangsangan, otomatis pemakainya dapat mengetahui bagaimana rasanya jika ia memiliki penis
“Ahhh”
“ngghh”
“Ooohhh” desahan demi desahan ketiganya terdengar saling bersahutan
Mereka bertiga sama-sama merasakan kenikmatan baru yang belum pernah dirasakan sebelumnya
Taylor dan Liz seperti kesetanan menghujam-hujamkan strap-on mereka ke mulut dan anus Lexi secara terus menerus dengan tempo bervariasi, kadang pelan kadang cepat
“Jadi ini rasanya bersetubuh menggunakan penis, semakin cepat pompaan gesekan pada dinding strap-on memberikan kenikmatan yang luar biasa. Selain itu kehangatan, kerapatan, dan basahnya lubang, yang dipompa pun memberikan sensasi tersendiri” kurang lebih itu yang ada dalam pikiran kedua budak seks ini
Lexi pun sudah tidak canggung lagi mengoral strap-on Taylor. Ia yang awalnya pasif. Kini mulai aktif menghisap dan mengulum batang di selangkangan Taylor Itu. Ia juga terlihat memaju-mundurkan tubuhnya seirama dengan pompaan Liz di anusnya
“Ini luar biasa Liz, kurasa aku akan ketagihan dengan mulut Lexi” ujar Taylor sambil tetap menghujamkan strap-onnya di mulut Lexi
“Tunggu sampai kau merasakan anusnya” timpal Liz
“Ah ahhh ahh” tubuh Taylor, Liz dan Lexi mengejang bersamaan. Nampak dari mulut dan anus Lexi mengalir cairan putih seperti sperma
Rupanya selain menghubungkan ke saraf-saraf genital untuk menghantarkan rangsangan, penis strap-on itu juga bisa berejakulasi, persis seperti penis pria
Bedanya, setelah ejakulasi tersebut strap-on itu tetap berdiri tegak tanpa perubahan sama sekali
Menyadari hal itu, Liz dan Taylor lalu saling berpandangan. Seperti saling mengerti maksud sama lain, mereka tersenyum dan berdiri untuk bertukar posisi
Kali ini Liz yang berada di hadapan Lexi sedangkan Taylor berada di selangkangan
“Tunggu, kalian mau apa lagi? Tubuhku masih sangat lemas..” Lexi berusaha mengiba namun tidak dihiraukan oleh Taylor dan Liz yang masih ketagihan akan sensasi mainan baru mereka
“Ooohh” Taylor dan Liz kembali mengerang saat strap-on di selangkangan mereka kembali memasuki tubuh Lexi
Sedangkan erangan Lexi tertahan oleh strap-on kuning di mulutnya
Atas perintah Deviant, Taylor dan Liz tidak melakukan penetrasi ke vagina Lexi. Deviant memiliki rencana tersendiri untuk bagian tersebut
Namun arahan Deviant hanya sebatas tidak boleh penetrasi, bukan berarti mereka tidak bisa merangsang vagina Lexi. Berulang kali mereka menstimulasi area selangkangan Lexi, namun hanya sebatas meraba bibir vaginanya, memainkan klitoris dan menusuk-nusuk vagina itu dengan jari atau lidah namun tidak terlalu dalam
Threesome sesama jenis ini berlangsung beberapa kali dengan mulut dan anus Lexi terus menerus menjadi objeknya
===***===
“Dari cara kalian bersenang-senang, nampaknya kalian begitu menyukai mainan baru kalian”
Taylor, Liz dan Lexi terkejut ketika mendengar suara Deviant
Posisi Lexi saat ini duduk bersimpuh di lantai, Taylor dan Liz berdiri di kiri dan kanannya sambil menyodorkan strap-on mereka ke mulut Lexi secara bergantian
“Hmmm, Ranger Biru terlihat sudah mahir, sepertinya Ia mendapat tutor yang hebat” puji Deviant kepada kedua budaknya saat melihat Lexi mengoral kedua strap-on itu
Dari caranya memegang, mengulum, hingga menghisap kedua batang itu bergantian, Lexi terlihat seperti pelacur profesional
“Lexi memang punya bakat yang bagus tuan” ucap Taylor.
“Dan Ia juga cepat belajar” sambung Liz
“Baiklah, biarkan aku mencobanya” Deviant mendekati Lexi dengan penis raksasanya yang menjuntai setelah menyetubuhi Val
Berbeda dengan saat mengoral Taylor dan Liz, Lexi menunjukkan sedikit perlawanan saat Deviant berjalan mendekatinya
“Tidak, aku tidak sudi melakukan apapun untukmu” Lexi coba berontak
“Apakah perlu kuingatkan tentang posisimu saat ini? Oh, dan jangan lupa tentang sahabatmu itu.”
Seketika Lexi teringat dengan Val “Dimana dia? Apa yang kau lakukan padanya? Hey, jawab pertanyaanku, brengsek” Lexi terlihat frustasi saat Deviant mengacuhkannya sambil tetap berjalan mendekat
Deviant lalu memegang dagu Lexi yang masih bersimpuh di lantai “Jika kau bisa memuaskanku dengan mulutmu, mungkin akan kupertimbangkan untuk tidak menyentuh Ranger Hitam” ucap Deviant dengan angkuh sambil menyodorkan penisnya ke depan wajah Lexi
Dengan terpaksa Lexi mulai memegang penis Deviant yang masih setengah tegang. Perlahan Ia mendekatkan wajahnya dan mulai menjilati batang penis raksasa milik musuhnya itu
Walaupun Lexi sudah mulai terbiasa memainkan dan mengoral strap-on yang dibuat mengacu pada penis Deviant, rasanya tetap berbeda ketika bertemu dengan penis Lord Deviant yang asli
Batang penis Deviant terasa begitu kokoh dalam genggamannya, ketika ia mulai mengulumnya, terasa lebih hangat dan urat-urat di batang itu mulai berdenyut
“Sudah kubilang ia berbakat” ujar Taylor. Taylor dan Liz nampak telah melepas strap-on mereka
Taylor saat ini berdiri di samping kiri Deviant, ia menciumi tuannya itu sambil tangan kirinya membelai kepala Lexi, sesekali mendorongnya ke selangkangan Deviant supaya batan penis tuannya itu semakin tenggelam dalam mulut Lexi
Sedangkan Liz berpindah ke belakang Lexi, tangannya memainkan kedua puting payudara Lexi, sesekali berpindah ke arah selangkangan tuannya, membelai biji zakar Deviant yang mulai dibasahi oleh air liur Lexi
Lexi merasakan ada rasa aneh yang tidak begitu asing dari penis Deviant. Ia mencoba mengingatnya, rasa ini dirasakannya saat tadi berciuman dengan Liz setelah Liz menampung cairan vaginanya
“Apakah ini cairan vagina Val” Lexi berpikir dalam hati
Lexi nampak tersedak saat tangan Taylor mendorong kepalanya terlalu dalam ke selangkangan Deviant. “Tidak perlu terburu-buru budakku” Deviant menegur Taylor. “Atau setidaknya tunjukkan pada Ranger Biru cara melakukannya dengan baik” lanjutnya
Taylor lalu ikut duduk bersimpuh di hadapan Lord Deviant, disusul Liz yang juga tidak sabar untuk mendapat jatah dari tuannya
Tanpa menunggu lama, Taylor langsung mengambil alih batang penis tuannya dari genggaman Lexi. Ia langsung memberikan oral sex terbaiknya untuk mencontohkan kepada temannya itu
Sedangkan Liz bergerak maju ke arah kantung zakar tuannya. Lexi sendiri bergerak sedikit mundur supaya bisa melihat adegan tutorial ini secara lebih menyeluruh
Lexi begitu menghayati pengamatannya terhadap double blowjob Taylor dan Liz untuk Deviant. Perlahan libidonya kembali naik dan lupa bahwa ia sedang berada di kapal milik musuhnya, dan tidak ada siapapun di sana kecuali dua orang temannya yang statusnya sudah menjadi budak seks, serta sahabatnya yang tadi entah dibawa kemana oleh musuhnya itu
Tanpa ia sadari, tangan Lexi perlahan menggapai ke depan, ia kembali menggenggam pangkal batang penis Deviant, menggerakkannya naik turun masih dengan ragu-ragu
Menyadari itu, Taylor dan Liz kembali menggeser posisinya, memberikan ruang untuk Lexi
Tangan Liz meraih tangan Lexi dan menuntunnya maju. Setelah Lexi berada di hadapan penis Deviant, tangan Taylor mengelus rambut temannya itu, sambil menatapnya sayu. Taylor memberikan dorongan kepala Lexi dengan pelan ke arah selangkangan tuannya
Bagai terhipnotis, Lexi mendekatkan wajahnya ke penis Deviant. Tangannya sedari tadi tidak berhenti mengelus batang penis raksasa itu
Setelah cukup dekat, Lexi membuka mulutnya, kembali melahap penis Deviant. Taylor dan Liz juga tidak tinggal diam, Taylor berjongkok untuk melumat biji zakar Deviant sementara Liz menjilati pangkal batang penis tuannya yang belum bisa masuk sepenuhnya ke dalam mulut Lexi
Mendapat triple blowjob membuat Deviant tidak bisa bertahan cukup lama “Ohh” Deviant mengerang kita mendapatkan klimaksnya
Spermanya menyembur membasahi wajah Lexi, serta ada beberapa cipratan ke arah Taylor dan Liz di sebelahnya. “Jadi ini sperma Deviant, ini berbeda dengan yang keluar dari strap-on mereka tadi. Lebih hangat, tekstur rasa dan aromanya pun lebih khas” pikir Lexi ia mulai ‘menikmati’ bukkake dari Deviant
“Ooohh” Taylor dan Liz kembali mengerang saat strap-on di selangkangan mereka kembali memasuki tubuh Lexi
Sedangkan erangan Lexi tertahan oleh strap-on kuning di mulutnya
Atas perintah Deviant, Taylor dan Liz tidak melakukan penetrasi ke vagina Lexi. Deviant memiliki rencana tersendiri untuk bagian tersebut
Namun arahan Deviant hanya sebatas tidak boleh penetrasi, bukan berarti mereka tidak bisa merangsang vagina Lexi. Berulang kali mereka menstimulasi area selangkangan Lexi, namun hanya sebatas meraba bibir vaginanya, memainkan klitoris dan menusuk-nusuk vagina itu dengan jari atau lidah namun tidak terlalu dalam
Threesome sesama jenis ini berlangsung beberapa kali dengan mulut dan anus Lexi terus menerus menjadi objeknya
===***===
“Dari cara kalian bersenang-senang, nampaknya kalian begitu menyukai mainan baru kalian”
Taylor, Liz dan Lexi terkejut ketika mendengar suara Deviant
Posisi Lexi saat ini duduk bersimpuh di lantai, Taylor dan Liz berdiri di kiri dan kanannya sambil menyodorkan strap-on mereka ke mulut Lexi secara bergantian
“Hmmm, Ranger Biru terlihat sudah mahir, sepertinya Ia mendapat tutor yang hebat” puji Deviant kepada kedua budaknya saat melihat Lexi mengoral kedua strap-on itu
Dari caranya memegang, mengulum, hingga menghisap kedua batang itu bergantian, Lexi terlihat seperti pelacur profesional
“Lexi memang punya bakat yang bagus tuan” ucap Taylor.
“Dan Ia juga cepat belajar” sambung Liz
“Baiklah, biarkan aku mencobanya” Deviant mendekati Lexi dengan penis raksasanya yang menjuntai setelah menyetubuhi Val
Berbeda dengan saat mengoral Taylor dan Liz, Lexi menunjukkan sedikit perlawanan saat Deviant berjalan mendekatinya
“Tidak, aku tidak sudi melakukan apapun untukmu” Lexi coba berontak
“Apakah perlu kuingatkan tentang posisimu saat ini? Oh, dan jangan lupa tentang sahabatmu itu.”
Seketika Lexi teringat dengan Val “Dimana dia? Apa yang kau lakukan padanya? Hey, jawab pertanyaanku, brengsek” Lexi terlihat frustasi saat Deviant mengacuhkannya sambil tetap berjalan mendekat
Deviant lalu memegang dagu Lexi yang masih bersimpuh di lantai “Jika kau bisa memuaskanku dengan mulutmu, mungkin akan kupertimbangkan untuk tidak menyentuh Ranger Hitam” ucap Deviant dengan angkuh sambil menyodorkan penisnya ke depan wajah Lexi
Dengan terpaksa Lexi mulai memegang penis Deviant yang masih setengah tegang. Perlahan Ia mendekatkan wajahnya dan mulai menjilati batang penis raksasa milik musuhnya itu
Walaupun Lexi sudah mulai terbiasa memainkan dan mengoral strap-on yang dibuat mengacu pada penis Deviant, rasanya tetap berbeda ketika bertemu dengan penis Lord Deviant yang asli
Batang penis Deviant terasa begitu kokoh dalam genggamannya, ketika ia mulai mengulumnya, terasa lebih hangat dan urat-urat di batang itu mulai berdenyut
“Sudah kubilang ia berbakat” ujar Taylor. Taylor dan Liz nampak telah melepas strap-on mereka
Taylor saat ini berdiri di samping kiri Deviant, ia menciumi tuannya itu sambil tangan kirinya membelai kepala Lexi, sesekali mendorongnya ke selangkangan Deviant supaya batan penis tuannya itu semakin tenggelam dalam mulut Lexi
Sedangkan Liz berpindah ke belakang Lexi, tangannya memainkan kedua puting payudara Lexi, sesekali berpindah ke arah selangkangan tuannya, membelai biji zakar Deviant yang mulai dibasahi oleh air liur Lexi
Lexi merasakan ada rasa aneh yang tidak begitu asing dari penis Deviant. Ia mencoba mengingatnya, rasa ini dirasakannya saat tadi berciuman dengan Liz setelah Liz menampung cairan vaginanya
“Apakah ini cairan vagina Val” Lexi berpikir dalam hati
Lexi nampak tersedak saat tangan Taylor mendorong kepalanya terlalu dalam ke selangkangan Deviant. “Tidak perlu terburu-buru budakku” Deviant menegur Taylor. “Atau setidaknya tunjukkan pada Ranger Biru cara melakukannya dengan baik” lanjutnya
Taylor lalu ikut duduk bersimpuh di hadapan Lord Deviant, disusul Liz yang juga tidak sabar untuk mendapat jatah dari tuannya
Tanpa menunggu lama, Taylor langsung mengambil alih batang penis tuannya dari genggaman Lexi. Ia langsung memberikan oral sex terbaiknya untuk mencontohkan kepada temannya itu
Sedangkan Liz bergerak maju ke arah kantung zakar tuannya. Lexi sendiri bergerak sedikit mundur supaya bisa melihat adegan tutorial ini secara lebih menyeluruh
Lexi begitu menghayati pengamatannya terhadap double blowjob Taylor dan Liz untuk Deviant. Perlahan libidonya kembali naik dan lupa bahwa ia sedang berada di kapal milik musuhnya, dan tidak ada siapapun di sana kecuali dua orang temannya yang statusnya sudah menjadi budak seks, serta sahabatnya yang tadi entah dibawa kemana oleh musuhnya itu
Tanpa ia sadari, tangan Lexi perlahan menggapai ke depan, ia kembali menggenggam pangkal batang penis Deviant, menggerakkannya naik turun masih dengan ragu-ragu
Menyadari itu, Taylor dan Liz kembali menggeser posisinya, memberikan ruang untuk Lexi
Tangan Liz meraih tangan Lexi dan menuntunnya maju. Setelah Lexi berada di hadapan penis Deviant, tangan Taylor mengelus rambut temannya itu, sambil menatapnya sayu. Taylor memberikan dorongan kepala Lexi dengan pelan ke arah selangkangan tuannya
Bagai terhipnotis, Lexi mendekatkan wajahnya ke penis Deviant. Tangannya sedari tadi tidak berhenti mengelus batang penis raksasa itu
Setelah cukup dekat, Lexi membuka mulutnya, kembali melahap penis Deviant. Taylor dan Liz juga tidak tinggal diam, Taylor berjongkok untuk melumat biji zakar Deviant sementara Liz menjilati pangkal batang penis tuannya yang belum bisa masuk sepenuhnya ke dalam mulut Lexi
Mendapat triple blowjob membuat Deviant tidak bisa bertahan cukup lama “Ohh” Deviant mengerang kita mendapatkan klimaksnya
Spermanya menyembur membasahi wajah Lexi, serta ada beberapa cipratan ke arah Taylor dan Liz di sebelahnya. “Jadi ini sperma Deviant, ini berbeda dengan yang keluar dari strap-on mereka tadi. Lebih hangat, tekstur rasa dan aromanya pun lebih khas” pikir Lexi ia mulai ‘menikmati’ bukkake dari Deviant
Sesaat kemudian Taylor dan Liz berebut menjilati wajah Lexi, berusaha melahap sperma tuan mereka, membuat Lexi bingung sebelum ia mencoba untuk ikut menelannya “hmm tidak buruk”
“Baiklah, karena kau berhasil memuaskanku, akan ku kembalikan Ranger Hitam padamu”
“Astaga, Val” Lexi terperanjat, ia lupa bahwa oral yang tadi dilakukannya adalah untuk membantu Val, namun ia terlalu menikmati dan melupakan tujuan awalnya. Pikirannya kembali berkecamuk
Deviant begitu menikmati melihat wajah Ranger Biru yang nampak kebingungan penuh dengan konflik dalam pikirannya yang berkecamuk itu.
===***===
“Nghhh” Val terbangun setelah sebelumnya ia disetubuhi habis-habisan di ruang tidur Deviant. Ia menatap sekeliling, mendapati dirinya sudah kembali berada di sel tempat awal Ia disekap
Dengan pandangan yang masih buram, Val mencoba mencari keberadaan Lexi dan menemukan sahabatnya itu masih berada di sel sebelah, terbaring memunggungi sel milik Val. Posisi Lexi ada di dekat jeruji pemisah kedua sel mereka
Val mendekati jeruji itu dan membelai rambut Lexi dengan penuh rasa sayang “Aku takut kita tidak mampu melewati ini semua” ucap Val pesimis setelah kemarin ia berulang kali mencapai orgasme saat disetubuhi penis Deviant
Lexi yang ternyata tidak tidur, merasakan air matanya rembes membasahi wajahnya karena Ia mengalami hal yang sama, apalagi di akhir persetubuhannya, Lexi dengan sukarela menikmati batang penis dan sperma Lord Deviant dalam mulutnya.
===***===
“Glookk hog gowg” terdengar suara yang begitu vulgar saat kerongkongan Liz menelan seluruh penis Lord Deviant hingga mentok
Sementara Taylor nampak berada di belakang Liz yang mengoral tuannya sambil menungging
“Ahhh strap-on ini begitu nikmat tuan, rasanya seperti aku memiliki dua alat kelamin sekaligus” Taylor sangat ketagihan dengan mainan barunya itu
“Hahaha, tunggu sampai kau merasakan orgasme dari keduanya bersamaan” ujar Deviant sambil membelai kepala Liz, sebelum ia mendorong kepala budaknya itu semakin dalam ke selangkangannya
“hhhmmm, maksudmu tuan?” Taylor nampak kebingungan sambil tetap memompa anus Liz semakin kencang mengejar klimaksnya
Deviant lalu bangkit dan berpindah ke belakang Taylor
Tubuh Taylor yang masih menyetubuhi Liz dengan posisi doggy style itu didorong sedikit membungkuk. Belahan pantat Taylor kemudian dibuka oleh Deviant yang lalu memposisikan penisnya di mulut vaginya budak pertamanya, lalu..
Blessss..
“OOOHH” Taylor melolong begitu kencang saat penis tuannya itu tenggelam sepenuhnya dalam satu hentakan, membuatnya klimaks seketika
Ditambah ia juga mendapatkan orgasme dari strap-on nya. Cairan kental mirip sperma mengalir dari sela anus Liz sementara cairan bening menyembur dari vagina Taylor, menyebabkan area paha kedua budak itu nampak banjir
Tubuh Taylor menegang, mulutnya terbuka membentuk huruf “O”, serta pupil matanya bergeser ke atas menyisakan bagian putihnya saja
Taylor yang merasakan orgasme dari dua alat kelamin bersamaan seketika ambruk menimpa badan Liz setelah klimaksnya mereda
“Bagaimana budakku Taylor?” Tanya Deviant sambil tetap memompa penisnya, kini dalam anus Taylor.
Kedua tangan Deviant menahan pinggul budaknya yang saat ambruk tadi menyebabkan penisnya sempat tercabut dari vagina Taylor
“Ohh.. ini luar biasa tuan, aku tidak pernah merasakan yang seperti ini sebelumnya” Taylor sangat puas dengan apa yang dirasakannya.
“sepertinya aku akan ketagihan dengan sensasi ini” tambahnya
“Tentu saja budakku. Itulah tujuan alat itu diciptakan. Di planetku berasal, semua budak adalah wanita. Namun tidak semua wanita adalah budak, makanya alat itu diciptakan untuk membantu para mistress melatih budaknya” Deviant mencoba menjelaskan pada budaknya sambil tetap memompa vagina Taylor
“Dan sensasi klimaks dari strap-on itu setara dengan klimaks dari vaginamu, jadi itu tidak bisa dibandingkan dengan klimaks dari double penetration di vagina dan anus. Ini benar-benar seperti kau memiliki dua alat kelamin” lanjut Deviant
Taylor begitu lemas setelah merasakan klimaks luar biasa berkat teknologi alien itu. Dirasakannya strap-on pink miliknya perlahan terlepas dan kemudian dicabut oleh Liz dari vaginanya
Ketika pemakainya sudah mencapai klimaks beberapa kali atau sudah terlalu lemas, strap-on itu memang diprogram untuk otomatis terlepas, menghindari risiko multi orgasme berkepanjangan yang bisa membahayakan kondisi pemakainya
“Kau membuatnya terlihat begitu menggiurkan, kalau begitu kini giliranku mencobanya” ujar Liz sambil memasang strap-on kuning di selangkangannya
Masih dalam posisi di bawah tubuh Taylor, Liz membalik badan menjadi telentang. Ia mengarahkan strap-on kuning ke arah vagina Taylor
“Blessss” strap-on Liz mulai memasuki liang vagina Taylor
Taylor yang masih dalam posisi menungging, kini terisi dua lubangnya secara bersamaan. Dengan begitu bernafsu ia lalu melumat dan melahap bibir Liz di bawahnya
Kedua budak itu berpagutan begitu panas, saling menghisap bibir, mendorong lidah dan bertukar air liur. Nampak wajah Liz yang berada di bawah sudah semakin basah akibat percumbuan panas itu
Taylor setuju dengan penjelasan tuannya beberapa saat lalu. Walaupun saat ini ia menikmati penetrasi di vagina dan anusnya secara bersamaan hingga ia kembali mencapai orgasme, hal ini masih belum bisa dibandingkan dengan orgasme dari vagina dan strap-on pinknya bersamaan tadi
"Berikanlah penismu untuk vagina budakmu ini tuan" pinta Liz yang mulai merasakan klimaks dari strap-on kuningnya sudah semakin dekat
"Dasar pelacur, sekarang kau sudah berani mengaturku?" Deviant menghardik Liz, namun ia tetap mencabut penisnya dari anus Taylor.
Terdengar suara “plop” saat kepala penis Deviant lepas dari anus budaknya itu
Untuk sesaat Deviant mengamati kedua budaknya itu yang masih dalam posisi WOT, Liz berada di bawah, menghujamkan strap-on nya ke vagina Taylor yang berada di atasnya, mereka saling mengadu selangkangan saling mengejar orgasme mereka
“Bukan begitu tuan, aku hanya ingin merasakan sensasi seperti Taylor tadi” Liz mencoba menjelaskan sambil terus memompa vagina Taylor “tapi aku memang pelacurmu” lanjutnya sambil melebarkan pahanya, kedua tangannya bergerak menarik bibir vaginanya, mencoba memancing penis tuannya
“Baiklah, karena kau sudah jujur, ini hadiah untukmu” Deviant menempelkan penisnya di mulut vagina Liz, dan mendorong seluruhnya langsung dalam satu hentakan.
“Baiklah, karena kau berhasil memuaskanku, akan ku kembalikan Ranger Hitam padamu”
“Astaga, Val” Lexi terperanjat, ia lupa bahwa oral yang tadi dilakukannya adalah untuk membantu Val, namun ia terlalu menikmati dan melupakan tujuan awalnya. Pikirannya kembali berkecamuk
Deviant begitu menikmati melihat wajah Ranger Biru yang nampak kebingungan penuh dengan konflik dalam pikirannya yang berkecamuk itu.
===***===
“Nghhh” Val terbangun setelah sebelumnya ia disetubuhi habis-habisan di ruang tidur Deviant. Ia menatap sekeliling, mendapati dirinya sudah kembali berada di sel tempat awal Ia disekap
Dengan pandangan yang masih buram, Val mencoba mencari keberadaan Lexi dan menemukan sahabatnya itu masih berada di sel sebelah, terbaring memunggungi sel milik Val. Posisi Lexi ada di dekat jeruji pemisah kedua sel mereka
Val mendekati jeruji itu dan membelai rambut Lexi dengan penuh rasa sayang “Aku takut kita tidak mampu melewati ini semua” ucap Val pesimis setelah kemarin ia berulang kali mencapai orgasme saat disetubuhi penis Deviant
Lexi yang ternyata tidak tidur, merasakan air matanya rembes membasahi wajahnya karena Ia mengalami hal yang sama, apalagi di akhir persetubuhannya, Lexi dengan sukarela menikmati batang penis dan sperma Lord Deviant dalam mulutnya.
===***===
“Glookk hog gowg” terdengar suara yang begitu vulgar saat kerongkongan Liz menelan seluruh penis Lord Deviant hingga mentok
Sementara Taylor nampak berada di belakang Liz yang mengoral tuannya sambil menungging
“Ahhh strap-on ini begitu nikmat tuan, rasanya seperti aku memiliki dua alat kelamin sekaligus” Taylor sangat ketagihan dengan mainan barunya itu
“Hahaha, tunggu sampai kau merasakan orgasme dari keduanya bersamaan” ujar Deviant sambil membelai kepala Liz, sebelum ia mendorong kepala budaknya itu semakin dalam ke selangkangannya
“hhhmmm, maksudmu tuan?” Taylor nampak kebingungan sambil tetap memompa anus Liz semakin kencang mengejar klimaksnya
Deviant lalu bangkit dan berpindah ke belakang Taylor
Tubuh Taylor yang masih menyetubuhi Liz dengan posisi doggy style itu didorong sedikit membungkuk. Belahan pantat Taylor kemudian dibuka oleh Deviant yang lalu memposisikan penisnya di mulut vaginya budak pertamanya, lalu..
Blessss..
“OOOHH” Taylor melolong begitu kencang saat penis tuannya itu tenggelam sepenuhnya dalam satu hentakan, membuatnya klimaks seketika
Ditambah ia juga mendapatkan orgasme dari strap-on nya. Cairan kental mirip sperma mengalir dari sela anus Liz sementara cairan bening menyembur dari vagina Taylor, menyebabkan area paha kedua budak itu nampak banjir
Tubuh Taylor menegang, mulutnya terbuka membentuk huruf “O”, serta pupil matanya bergeser ke atas menyisakan bagian putihnya saja
Taylor yang merasakan orgasme dari dua alat kelamin bersamaan seketika ambruk menimpa badan Liz setelah klimaksnya mereda
“Bagaimana budakku Taylor?” Tanya Deviant sambil tetap memompa penisnya, kini dalam anus Taylor.
Kedua tangan Deviant menahan pinggul budaknya yang saat ambruk tadi menyebabkan penisnya sempat tercabut dari vagina Taylor
“Ohh.. ini luar biasa tuan, aku tidak pernah merasakan yang seperti ini sebelumnya” Taylor sangat puas dengan apa yang dirasakannya.
“sepertinya aku akan ketagihan dengan sensasi ini” tambahnya
“Tentu saja budakku. Itulah tujuan alat itu diciptakan. Di planetku berasal, semua budak adalah wanita. Namun tidak semua wanita adalah budak, makanya alat itu diciptakan untuk membantu para mistress melatih budaknya” Deviant mencoba menjelaskan pada budaknya sambil tetap memompa vagina Taylor
“Dan sensasi klimaks dari strap-on itu setara dengan klimaks dari vaginamu, jadi itu tidak bisa dibandingkan dengan klimaks dari double penetration di vagina dan anus. Ini benar-benar seperti kau memiliki dua alat kelamin” lanjut Deviant
Taylor begitu lemas setelah merasakan klimaks luar biasa berkat teknologi alien itu. Dirasakannya strap-on pink miliknya perlahan terlepas dan kemudian dicabut oleh Liz dari vaginanya
Ketika pemakainya sudah mencapai klimaks beberapa kali atau sudah terlalu lemas, strap-on itu memang diprogram untuk otomatis terlepas, menghindari risiko multi orgasme berkepanjangan yang bisa membahayakan kondisi pemakainya
“Kau membuatnya terlihat begitu menggiurkan, kalau begitu kini giliranku mencobanya” ujar Liz sambil memasang strap-on kuning di selangkangannya
Masih dalam posisi di bawah tubuh Taylor, Liz membalik badan menjadi telentang. Ia mengarahkan strap-on kuning ke arah vagina Taylor
“Blessss” strap-on Liz mulai memasuki liang vagina Taylor
Taylor yang masih dalam posisi menungging, kini terisi dua lubangnya secara bersamaan. Dengan begitu bernafsu ia lalu melumat dan melahap bibir Liz di bawahnya
Kedua budak itu berpagutan begitu panas, saling menghisap bibir, mendorong lidah dan bertukar air liur. Nampak wajah Liz yang berada di bawah sudah semakin basah akibat percumbuan panas itu
Taylor setuju dengan penjelasan tuannya beberapa saat lalu. Walaupun saat ini ia menikmati penetrasi di vagina dan anusnya secara bersamaan hingga ia kembali mencapai orgasme, hal ini masih belum bisa dibandingkan dengan orgasme dari vagina dan strap-on pinknya bersamaan tadi
"Berikanlah penismu untuk vagina budakmu ini tuan" pinta Liz yang mulai merasakan klimaks dari strap-on kuningnya sudah semakin dekat
"Dasar pelacur, sekarang kau sudah berani mengaturku?" Deviant menghardik Liz, namun ia tetap mencabut penisnya dari anus Taylor.
Terdengar suara “plop” saat kepala penis Deviant lepas dari anus budaknya itu
Untuk sesaat Deviant mengamati kedua budaknya itu yang masih dalam posisi WOT, Liz berada di bawah, menghujamkan strap-on nya ke vagina Taylor yang berada di atasnya, mereka saling mengadu selangkangan saling mengejar orgasme mereka
“Bukan begitu tuan, aku hanya ingin merasakan sensasi seperti Taylor tadi” Liz mencoba menjelaskan sambil terus memompa vagina Taylor “tapi aku memang pelacurmu” lanjutnya sambil melebarkan pahanya, kedua tangannya bergerak menarik bibir vaginanya, mencoba memancing penis tuannya
“Baiklah, karena kau sudah jujur, ini hadiah untukmu” Deviant menempelkan penisnya di mulut vagina Liz, dan mendorong seluruhnya langsung dalam satu hentakan.
“Ooohhh” Liz melolong panjang seperti Taylor tadi. Merasakan kenikmatan yang luar biasa saat penetrasi penis tuannya sekaligus masuk ke dalam vaginanya, sementara Taylor masih terus memompa tubuhnya di atas strap-on Liz
“FFUUUKC.. OOOHHH” Liz seketika orgasme hebat saat penis Deviant mendobrak rahimnya, bersamaan dengan itu ia juga mendapat klimaks dari strap-on kuning yang kini sudah bersarang di anus Taylor
Tubuh Liz mengejang selama beberapa detik, vaginanya menyemburkan cairan bening, sementara strap-on nya menyemburkan cairan putih ke dalam anus Taylor
Menerima semburan dari strap-on Liz di anusnya, Taylor turut mencapai klimaksnya, vaginanya menyemburkan cairan tepat ke tubuh Liz yang mulai melemah, pandangan Liz mulai kabur
Area tempat mereka threesome sungguh berantakan, berbagai cairan mulai dari keringat, cairan vagina, sperma deviant hingga cairan dari strap-on bercampur menggenangi lantai.
===***===
Lexi dan Val terbangun bersamaan ketika pintu ruangan besar itu terbuka. Mereka tertidur dalam posisi bersebelahan dengan berpegangan tangan, namun terpisah oleh jeruji sel tempat mereka ditahan. Sesaat setelah pintu terbuka, terlihat Lord Deviant dan kedua budak seksnya berjalan ke arah sel mereka.
Pada saat yang bersamaan ketika Deviant mendekat, terdengar suara desis gas. “Afrodisiak sialan ini lagi” gumam Val
“Bagaimana istirahat kalian budakku? Kuharap kalian cukup beristirahat karena kegiatan kita hari ini akan menguras stamina kalian” ucap Deviant kepada Lexi dan Val
Ranger Biru dan Ranger Hitam sudah tidak menunjukkan perlawanan dan cenderung pasrah. Mereka telah berjanji apapun yang terjadi, mereka akan tetap bersama
Timbul keinginan Deviant untuk sedikit bermain-main saat ia menangkap kondisi kedua calon budak seks barunya itu yang sudah tidak menunjukkan perlawanan lagi
“Karena kemarin aku belum mencicipi Ranger Biru, kali ini giliran kalian yang akan bermain dengan Ranger Hitam” ujar Deviant kepada kedua budaknya.
Taylor dan Liz lalu berjalan ke arah sel Val, sedangkan Deviant menuju sel Lexi
Tanpa perlawanan Lexi mengikuti Deviant yang menggiringnya menuju ruang tidur, meninggalkan Taylor, Liz serta Val dalam sel sebelahnya
Sepeninggal Lexi dan Deviant, Taylor dan Liz menarik Val berdiri dan membawanya ke bangku di sudut sel dan mendudukkannya di situ
Sama seperti Lexi, Val sudah tidak memberikan perlawanan sama sekali, justru ia nampak s eperti menunggu, penasaran apa yang akan dilakukan kedua budak seks ini
Taylor dan Lexi lalu mengeluarkan strap-on yang sedari tadi mereka bawa, total ada 3 strap-on yang mereka bawa, masing-masing berwarna pink, kuning dan hitam. Taylor menunjukkan strap-on hitam pada Val sementara Liz memasang strap-on kuning pada selangkangannya sendiri
“Kau tahu alat apa ini Val?” Taylor mencoba memancing Val, sambil tangannya menyingkap pakaian Val, membebaskan kedua payudara mungil itu
“Aku tidak bisa bilang tidak tahu, hanya saja..”
“Tidak usah malu begitu Val, tidak ada yang perlu ditutupi sebagai sesama budak seks Tuan Deviant” Liz yang sudah mengenakan strap-on itu lalu duduk di samping kiri Val
Tidak ada penolakan dari Val saat mendengar Liz menyebutnya ‘sesama budak seks’, pikirannya mulai terganggu, tanpa sadar ia mulai menerima Deviant sebagai tuannya
“Aku hanya pernah mengetahui alat bantu seks itu disebut dildo dan biasanya digunakan untuk masturbasi, hanya saja aku tidak pernah melihat yang seperti itu” jawab Val
“Kalau yang seperti ini disebut strap-on Val” Liz mulai menjelaskan sambil tangannya menarik tangan kiri Val, mengarahkannya ke selangkangannya, tepatnya ke strap-on yang ia kenakan.
“Namun yang satu ini tidak seperti yang ada di planet kita. Ini dibuat dengan teknologi dari planet Tuan Deviant” Liz melanjutkan. Val tidak sepenuhnya memahami maksud ucapan Liz, namun ia mengerti maksud Liz mengarahkan tangannya dan mencoba menurutinya, tangan kirinya ia genggamkan ke strap-on Liz
“hhh” Liz mendesah kecil saat Val mulai menggenggam strap-on yang ia pakai. Val terlihat kebingungan atas reaksi Val, mengapa Liz bereaksi demikian padahal yang Ia lakukan hanya menggenggam alat bantu seks itu
Taylor yang menangkap kebingungan di wajah Val seakan mengerti, namun untuk sementara ia biarkan hal tersebut. Saat ini ia ingin bermain dengan temannya si Ranger Hitam itu. Taylor menempatkan diri duduk di samping kanan Val. Dengan salah satu tangan ia menolehkan wajah Val ke arahnya dan langsung mencium bibir Val
Val pasif membiarkan Taylor melumat dan menghisap bibirnya, namun hanya dalam hitungan detik, ia mulai aktif membalas pagutan Taylor. Liz yang tak tahan melihat kedua temannya berpagutan penuh nafsu, mengarahkan tangan kiri Val naik turun, mengajarkan temannya itu melakukan handjob, sedangkan tangan Liz yang lain bergerak ke arah payudara Val dan meremasnya pelan
Sementara Taylor sambil tetap berpagutan dengan Val, tangannya mulai bergerak ke arah selangkangan Val. Ia mengelus pelan bibir vagina Val dari bawah ke atas, berhenti di klitorsi Val dan sedikit menekannya
“Mmhh” Val terdengar mendesah pelan menerima rangsangan di vagina dan payudaranya. Desahan Val tertahan karena mulutnya masih terus dilumat oleh Taylor. Saat Taylor melepaskan pagutannya, terlihat benang liur yang memanjang dari kedua bibir mereka
Taylor kemudian bersimpuh di lantai di hadapan Val. Ia kecup sebentar bibir Val sebelum ciumannya turun perlahan menyusuri telinga, leher, dada, perut dan terakhir selangkangannya. Taylor memposisikan dirinya merangkak di depan selangkangan Val dengan wajahnya tepat berada di depan vagina Val
Perlahan Taylor mulai menjilati vagina Val, mulai dari klitoris, belahan vagina, hingga anus Val tak lepas dari jilatan dan hisapan mulut Taylor. Sesekali Taylor mendorong lidahnya masuk ke liang vagina dan anus Val
Sementara Liz yang melihat mulut Val menganggur, menyudahi permainannya di payudara Val dan bangkit berdiri di samping Val. Ia tarik kepala temannya itu ke arah strap-on kuning di selangkangannya untuk mencoba dan sekaligus melatih skill oral seks Val
“Pertama-tama kau jilati dulu batang penisnya sampai tegak, namun karena benda ini selalu tegak, kau bisa lanjut ke langkah berikutnya..” Liz menjelaskan step by step tutorial teknik oral seks yang disukai tuannya itu kepada Val
“FFUUUKC.. OOOHHH” Liz seketika orgasme hebat saat penis Deviant mendobrak rahimnya, bersamaan dengan itu ia juga mendapat klimaks dari strap-on kuning yang kini sudah bersarang di anus Taylor
Tubuh Liz mengejang selama beberapa detik, vaginanya menyemburkan cairan bening, sementara strap-on nya menyemburkan cairan putih ke dalam anus Taylor
Menerima semburan dari strap-on Liz di anusnya, Taylor turut mencapai klimaksnya, vaginanya menyemburkan cairan tepat ke tubuh Liz yang mulai melemah, pandangan Liz mulai kabur
Area tempat mereka threesome sungguh berantakan, berbagai cairan mulai dari keringat, cairan vagina, sperma deviant hingga cairan dari strap-on bercampur menggenangi lantai.
===***===
Lexi dan Val terbangun bersamaan ketika pintu ruangan besar itu terbuka. Mereka tertidur dalam posisi bersebelahan dengan berpegangan tangan, namun terpisah oleh jeruji sel tempat mereka ditahan. Sesaat setelah pintu terbuka, terlihat Lord Deviant dan kedua budak seksnya berjalan ke arah sel mereka.
Pada saat yang bersamaan ketika Deviant mendekat, terdengar suara desis gas. “Afrodisiak sialan ini lagi” gumam Val
“Bagaimana istirahat kalian budakku? Kuharap kalian cukup beristirahat karena kegiatan kita hari ini akan menguras stamina kalian” ucap Deviant kepada Lexi dan Val
Ranger Biru dan Ranger Hitam sudah tidak menunjukkan perlawanan dan cenderung pasrah. Mereka telah berjanji apapun yang terjadi, mereka akan tetap bersama
Timbul keinginan Deviant untuk sedikit bermain-main saat ia menangkap kondisi kedua calon budak seks barunya itu yang sudah tidak menunjukkan perlawanan lagi
“Karena kemarin aku belum mencicipi Ranger Biru, kali ini giliran kalian yang akan bermain dengan Ranger Hitam” ujar Deviant kepada kedua budaknya.
Taylor dan Liz lalu berjalan ke arah sel Val, sedangkan Deviant menuju sel Lexi
Tanpa perlawanan Lexi mengikuti Deviant yang menggiringnya menuju ruang tidur, meninggalkan Taylor, Liz serta Val dalam sel sebelahnya
Sepeninggal Lexi dan Deviant, Taylor dan Liz menarik Val berdiri dan membawanya ke bangku di sudut sel dan mendudukkannya di situ
Sama seperti Lexi, Val sudah tidak memberikan perlawanan sama sekali, justru ia nampak s eperti menunggu, penasaran apa yang akan dilakukan kedua budak seks ini
Taylor dan Lexi lalu mengeluarkan strap-on yang sedari tadi mereka bawa, total ada 3 strap-on yang mereka bawa, masing-masing berwarna pink, kuning dan hitam. Taylor menunjukkan strap-on hitam pada Val sementara Liz memasang strap-on kuning pada selangkangannya sendiri
“Kau tahu alat apa ini Val?” Taylor mencoba memancing Val, sambil tangannya menyingkap pakaian Val, membebaskan kedua payudara mungil itu
“Aku tidak bisa bilang tidak tahu, hanya saja..”
“Tidak usah malu begitu Val, tidak ada yang perlu ditutupi sebagai sesama budak seks Tuan Deviant” Liz yang sudah mengenakan strap-on itu lalu duduk di samping kiri Val
Tidak ada penolakan dari Val saat mendengar Liz menyebutnya ‘sesama budak seks’, pikirannya mulai terganggu, tanpa sadar ia mulai menerima Deviant sebagai tuannya
“Aku hanya pernah mengetahui alat bantu seks itu disebut dildo dan biasanya digunakan untuk masturbasi, hanya saja aku tidak pernah melihat yang seperti itu” jawab Val
“Kalau yang seperti ini disebut strap-on Val” Liz mulai menjelaskan sambil tangannya menarik tangan kiri Val, mengarahkannya ke selangkangannya, tepatnya ke strap-on yang ia kenakan.
“Namun yang satu ini tidak seperti yang ada di planet kita. Ini dibuat dengan teknologi dari planet Tuan Deviant” Liz melanjutkan. Val tidak sepenuhnya memahami maksud ucapan Liz, namun ia mengerti maksud Liz mengarahkan tangannya dan mencoba menurutinya, tangan kirinya ia genggamkan ke strap-on Liz
“hhh” Liz mendesah kecil saat Val mulai menggenggam strap-on yang ia pakai. Val terlihat kebingungan atas reaksi Val, mengapa Liz bereaksi demikian padahal yang Ia lakukan hanya menggenggam alat bantu seks itu
Taylor yang menangkap kebingungan di wajah Val seakan mengerti, namun untuk sementara ia biarkan hal tersebut. Saat ini ia ingin bermain dengan temannya si Ranger Hitam itu. Taylor menempatkan diri duduk di samping kanan Val. Dengan salah satu tangan ia menolehkan wajah Val ke arahnya dan langsung mencium bibir Val
Val pasif membiarkan Taylor melumat dan menghisap bibirnya, namun hanya dalam hitungan detik, ia mulai aktif membalas pagutan Taylor. Liz yang tak tahan melihat kedua temannya berpagutan penuh nafsu, mengarahkan tangan kiri Val naik turun, mengajarkan temannya itu melakukan handjob, sedangkan tangan Liz yang lain bergerak ke arah payudara Val dan meremasnya pelan
Sementara Taylor sambil tetap berpagutan dengan Val, tangannya mulai bergerak ke arah selangkangan Val. Ia mengelus pelan bibir vagina Val dari bawah ke atas, berhenti di klitorsi Val dan sedikit menekannya
“Mmhh” Val terdengar mendesah pelan menerima rangsangan di vagina dan payudaranya. Desahan Val tertahan karena mulutnya masih terus dilumat oleh Taylor. Saat Taylor melepaskan pagutannya, terlihat benang liur yang memanjang dari kedua bibir mereka
Taylor kemudian bersimpuh di lantai di hadapan Val. Ia kecup sebentar bibir Val sebelum ciumannya turun perlahan menyusuri telinga, leher, dada, perut dan terakhir selangkangannya. Taylor memposisikan dirinya merangkak di depan selangkangan Val dengan wajahnya tepat berada di depan vagina Val
Perlahan Taylor mulai menjilati vagina Val, mulai dari klitoris, belahan vagina, hingga anus Val tak lepas dari jilatan dan hisapan mulut Taylor. Sesekali Taylor mendorong lidahnya masuk ke liang vagina dan anus Val
Sementara Liz yang melihat mulut Val menganggur, menyudahi permainannya di payudara Val dan bangkit berdiri di samping Val. Ia tarik kepala temannya itu ke arah strap-on kuning di selangkangannya untuk mencoba dan sekaligus melatih skill oral seks Val
“Pertama-tama kau jilati dulu batang penisnya sampai tegak, namun karena benda ini selalu tegak, kau bisa lanjut ke langkah berikutnya..” Liz menjelaskan step by step tutorial teknik oral seks yang disukai tuannya itu kepada Val
“Ssshhh, benar begitu, sekarang, coba kau buka mulutmu dan menghisapnya, tidak perlu terburu-buru, lakukan perlahan dan biasakan dirimu. Aku tahu di awal ini tidak mudah, namun kau tidak perlu khawatir karena strap-on ini didesain mengacu pada penis tuan kita, sehingga apabila kamu sudah lancar mempraktikan oral seks pada strap-on ini, tuan pasti menyukai skillmu hh” Liz lalu menjelaskan panjang lebar mengenai cara memuaskan Deviant dengan oral seks
Val masih tidak mengerti mengapa Liz berulang kali mendesis dan bereaksi demikian ketika ia mengoral strap-on temannya mantan Ranger Kuning itu. Reaksi Liz hampir sama dengan reaksi Deviant ketika ia melahap dan menghisapi penisnya tempo hari
Taylor yang kembali menangkap kebingungan Val mencoba ‘menjelaskan’
“Daripada pikiranmu bertanya-tanya, mengapa tidak kau coba sendiri saja Val” ucap Taylor sembari menyudahi oral seksnya di vagina Val. Ia lalu memasangkan strap-on hitam di selangkangan Val yang nampak basah oleh air liurnya tadi
Sambil terus mengoral strap-on kuning milik Liz, Val sedikit mengangkat pantatnya untuk memudahkan Taylor memasang strap-on hitam itu. Ada rasa menggelitik yang menjalar dari klitoris dan liang vaginanya saat strap-on itu telah terpasang
“Bagaimana Val? Apakah kau siap?” Tanya mantan Ranger Pink itu kepada Val
“Ngghhkk.. Puahhh.. Maksudmu?” Tanya Val setelah melepas cengkraman Liz pada kepalanya, yang menyebabkan strap-on milik Liz sempat masuk hingga ke tenggorokannya saat Liz menumpahkan cairan klimaksnya ke mulut Val. Nampak cairan putih menetes dari pinggir mulut Val
“Siap untuk ap.. HMMHH” Pertanyaan Val terhenti seketika karena Taylor memasukkan strap-on hitam itu ke dalam mulutnya. Dalam satu gerakan, Taylor mampu menelan seluruh batang strap-on itu. Membuat Val merasakan sensasi deepthroat yang tidak mungkin ia rasakan sebagai wanita
Val langsung mengerti penyebab dari seluruh reaksi Liz saat strap-on yang dipakai Ranger Kuning itu mendapatkan rangsangan dari tangan dan mulutnya tadi
“Perasaan apa ini, kenapa sentuhan dan hisapan mulut Taylor di benda itu begitu nikmat seperti saat ada stimulasi di vaginaku..” pikiran Val yang mulai kacau perlahan menikmati sensasi mulut Taylor
Val terhanyut dalam kenikmatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya membuatnya melupakan strap-on milik Liz di depan wajahnya
Merasa tidak sabar, Liz kembali menarik kepala Val ke selangkangannya, dan memompa strap-onnya secara brutal ke mulut Val
Kondisi Val kini terduduk di bangku selnya, dengan Taylor yang bersimpuh dan mengoral strap-on hitam di selangkangannya, sementara Liz memompa strap-on kuningnya di mulut Val
Posisi itu berlangsung tidak lama, karena pompaan brutal Liz membuatnya tidak bisa menahan klimaks terlalu lama, hingga “Ooohh, terima cairanku ini Vaalll” Liz klimaks dari oral seks Val
Sambil tetap menahan kepala Val, Liz membenamkan strap-on itu ia sedalam mungkin di mulut Val, menyebabkan cairan klimaksnya dari strap-on mengalir deras ke kerongkongan Val
Val yang awalnya terkejut menerima semburan itu, mencoba menelan seluruhnya agar tidak tersedak. Walaupun sebagian cairan nampak tetap mengalir keluar dari mulutnya
Setelah klimaksnya reda, Liz terduduk lemas di samping Val, berusaha mengatur nafasnya “bagaimana? Kau suka?” Tanya Liz kepada Val
“Aku masih tidak mengerti mengapa wanita sepertimu bisa menyemburkan cairan yang rasanya mirip seperti sperma Deviant”
“Sperma TUAN Deviant” Liz mengkoreksi perkataan Val “dan aku juga tidak mengerti cara kerja benda ini, anggap saja semua ini adalah teknologi alien yang tidak mungkin kita pahami. Yang ku tahu mainan ini rasanya nikmat sekali, bukankah itu yang terpenting?” Lanjut Liz
Val tidak bisa membantah pernyataan Liz, apalagi ia masih menikmati bagaimana Taylor terus melahap dan menghisap strap-on yang ada di selangkangannya
Pikiran Val yang memang sudah mulai rusak, mulai terbawa oleh kenikmatan baru dari strap on hitam di selangkangannya itu
Liz yang sudah mencapai klimaksnya lalu kembali duduk di samping kiri Val, mengamati bagaimana Val begitu menikmati sensasi oral seks Taylor pada strap-on hitamnya. Val yang tenggelam dalam kenikmatan baru itu menengadahkan kepalanya, punggungnya melengkung ke belakang hingga dadanya terlihat membusung
Val masih tidak mengerti mengapa Liz berulang kali mendesis dan bereaksi demikian ketika ia mengoral strap-on temannya mantan Ranger Kuning itu. Reaksi Liz hampir sama dengan reaksi Deviant ketika ia melahap dan menghisapi penisnya tempo hari
Taylor yang kembali menangkap kebingungan Val mencoba ‘menjelaskan’
“Daripada pikiranmu bertanya-tanya, mengapa tidak kau coba sendiri saja Val” ucap Taylor sembari menyudahi oral seksnya di vagina Val. Ia lalu memasangkan strap-on hitam di selangkangan Val yang nampak basah oleh air liurnya tadi
Sambil terus mengoral strap-on kuning milik Liz, Val sedikit mengangkat pantatnya untuk memudahkan Taylor memasang strap-on hitam itu. Ada rasa menggelitik yang menjalar dari klitoris dan liang vaginanya saat strap-on itu telah terpasang
“Bagaimana Val? Apakah kau siap?” Tanya mantan Ranger Pink itu kepada Val
“Ngghhkk.. Puahhh.. Maksudmu?” Tanya Val setelah melepas cengkraman Liz pada kepalanya, yang menyebabkan strap-on milik Liz sempat masuk hingga ke tenggorokannya saat Liz menumpahkan cairan klimaksnya ke mulut Val. Nampak cairan putih menetes dari pinggir mulut Val
“Siap untuk ap.. HMMHH” Pertanyaan Val terhenti seketika karena Taylor memasukkan strap-on hitam itu ke dalam mulutnya. Dalam satu gerakan, Taylor mampu menelan seluruh batang strap-on itu. Membuat Val merasakan sensasi deepthroat yang tidak mungkin ia rasakan sebagai wanita
Val langsung mengerti penyebab dari seluruh reaksi Liz saat strap-on yang dipakai Ranger Kuning itu mendapatkan rangsangan dari tangan dan mulutnya tadi
“Perasaan apa ini, kenapa sentuhan dan hisapan mulut Taylor di benda itu begitu nikmat seperti saat ada stimulasi di vaginaku..” pikiran Val yang mulai kacau perlahan menikmati sensasi mulut Taylor
Val terhanyut dalam kenikmatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya membuatnya melupakan strap-on milik Liz di depan wajahnya
Merasa tidak sabar, Liz kembali menarik kepala Val ke selangkangannya, dan memompa strap-onnya secara brutal ke mulut Val
Kondisi Val kini terduduk di bangku selnya, dengan Taylor yang bersimpuh dan mengoral strap-on hitam di selangkangannya, sementara Liz memompa strap-on kuningnya di mulut Val
Posisi itu berlangsung tidak lama, karena pompaan brutal Liz membuatnya tidak bisa menahan klimaks terlalu lama, hingga “Ooohh, terima cairanku ini Vaalll” Liz klimaks dari oral seks Val
Sambil tetap menahan kepala Val, Liz membenamkan strap-on itu ia sedalam mungkin di mulut Val, menyebabkan cairan klimaksnya dari strap-on mengalir deras ke kerongkongan Val
Val yang awalnya terkejut menerima semburan itu, mencoba menelan seluruhnya agar tidak tersedak. Walaupun sebagian cairan nampak tetap mengalir keluar dari mulutnya
Setelah klimaksnya reda, Liz terduduk lemas di samping Val, berusaha mengatur nafasnya “bagaimana? Kau suka?” Tanya Liz kepada Val
“Aku masih tidak mengerti mengapa wanita sepertimu bisa menyemburkan cairan yang rasanya mirip seperti sperma Deviant”
“Sperma TUAN Deviant” Liz mengkoreksi perkataan Val “dan aku juga tidak mengerti cara kerja benda ini, anggap saja semua ini adalah teknologi alien yang tidak mungkin kita pahami. Yang ku tahu mainan ini rasanya nikmat sekali, bukankah itu yang terpenting?” Lanjut Liz
Val tidak bisa membantah pernyataan Liz, apalagi ia masih menikmati bagaimana Taylor terus melahap dan menghisap strap-on yang ada di selangkangannya
Pikiran Val yang memang sudah mulai rusak, mulai terbawa oleh kenikmatan baru dari strap on hitam di selangkangannya itu
Liz yang sudah mencapai klimaksnya lalu kembali duduk di samping kiri Val, mengamati bagaimana Val begitu menikmati sensasi oral seks Taylor pada strap-on hitamnya. Val yang tenggelam dalam kenikmatan baru itu menengadahkan kepalanya, punggungnya melengkung ke belakang hingga dadanya terlihat membusung
Walaupun payudara Val tidak terlalu besar, pemandangan itu cukup membuat Liz kembali bergairah. Ia mendekatkan wajahnya ke arah payudara Val dan mulai menjilati dan menghisapi payudara serta puting temannya itu
Mendapat kenikmatan tambahan di payudaranya, Val seperti kesetanan, kedua tangannya ia pindahkan ke belakang kepala Taylor yang masih berada di selangkangannya. Seketika itu juga ia dorong kepala Taylor semakin dalam bersamaan dengan pinggulnya dihujamkan begitu cepat ke mulut Taylor
“Tenanglah sedikit Val, Taylor masih butuh bernapas, jangan sampai ia pingsan, permainan kita masih panjang” Liz mencoba mengingatkan Val sambil tangannya membimbing tangan Val kembali ke arah strap-on kuningnya. Selain untuk mengurangi aksi Val yang berlebihan terhadap Taylor, Liz masih belum puas dengan klimaksnya pada mulut Val tadi
Taylor yang memahami temannya mencoba untuk memberikan oral seks terbaiknya ke strap-on hitam itu. Ia berulang kali menelan seluruh batang strap-on ke dalam mulutnya, dengan variasi tempo sedang hingga cepat. Semakin heboh reaksi pada tubuh Val, semakin cepat juga tempo oral seks Taylor, hingga akhirnya..
“Ohhh..” Val mendesah penuh kenikmatan saat strap-on hitamnya memuncratkan cairan ke dalam mulut Taylor
Sebagian besar cairan itu langsung ditelan oleh Taylor, namun tetap menyisakan sebagian kecil, kurang lebih semulut penuh hingga terlihat pipinya agak menggembung untuk menadahi cairan itu
Setelah dirasa cairan dari strap-on Val tidak keluar lagi, Taylor lalu bangkit di hadapan Val yang masih terduduk lemas di bangku. Ia menengadahkan wajah Val, lalu menciumnya dari atas karena posisinya yang berdiri. Di sela pagutannya Taylor mendorong cairan dari mulutnya masuk ke mulut Ranger Hitam yang langsung diterima dan ditelan oleh Val tanpa sisa.
===***===
Sesampainya di ruang tidur, Lord Deviant menghempaskan tubuh Lexi ke tempat tidurnya. Deviant lalu membuka jubahnya, mempertontonkan penis raksasanya itu
Lexi sedikit melirik ke arah penis Deviant. Melihat batang penis berukuran jumbo walaupun masih dalam keadaan lemas itu membuat darah Lexi berdesir, namun ia berusaha menyembunyikan reaksinya
Masih tanpa perlawanan, Lexi hanya terdiam dengan ekspresi datar ketika Deviant mulai membentangkan tangan dan kakinya membentuk huruf X dan mengikatnya ke setiap sudut tempat tidur
“Kulihat kau sudah tidak berontak sama sekali Ranger Biru, ini jadi terasa sedikit hambar. Atau kau sudah siap untuk bersumpah menjadi budak seksku?” Tanya Lord Deviant memecah keheningan
“Jangan harap semua ini akan berjalan sesuai keinginanmu” Lexi rupanya belum menyerah sepenuhnya. “Perlawananku hanya akan menjadi hiburanmu”
“Lagipula jika aku berontak pun, pengecut sepertimu akan menggunakan cara licik seperti sebelumnya, menggunakan gas afrodisiak untuk melemahkanku dan Val” tambahnya lagi
“Biar ku beri tahu sesuatu Ranger kecil” Deviant sedikit terkekeh saat ingin mengatakan sesuatu
“Tempo hari aku memang mengisi ruangan itu dengan gas untuk melemahkan pertahanan kalian, tapi kau salah akan dua hal”
“Pertama, aku melakukan itu bukan karena takut, bukankah morpher kalian sudah diamankan? Dan lihatlah keadaanmu, kau berada di kapalku, di luar bumi. Aku hanya ingin menghemat waktu sambil bersenang-senang saja”
“Kedua, gas itu hanyalah gas bius biasa, dosisnya pun rendah. Aku berbohong tentang afrodisiak itu supaya kalian tidak menyadari bahwa kalian sebenarnya menginginkan nasib yang sama seperti Ranger Pink dan Ranger Kuning”
“Maksudmu? Apa yang kurasakan kemarin itu..” ekspresi datar Lexi mulai berubah menunjukkan kebingungan di wajahnya
“Betul sekali Ranger Biru, kau menikmati semua itu bukan karena terangsang akibat afrodisiak, namun memang karena memang menginginkannya”
Deviant mendekatkan selangkangannya ke kepala Lexi. Melihat penis Deviant tepat di depan wajahnya, Lexi nampak menelan ludah
“Tapi bagaimana dengan Taylor dan Liz, mereka bilang mereka juga terangsang dan tidak dapat menahannya” Lexi masih mencoba membantah
“Ayolah, argumen bodoh macam apa itu. Kedua pelacur itu sudah menjadi budak seks milikku. Mereka memang selalu terangsang apabila melihat tuannya, terlebih mereka akan mendapat teman budak seks baru”
Lexi yang awalnya berencana untuk sekedar mengikuti keinginan Deviant tanpa harus menyerah, mulai terguncang atas fakta yang baru diterimanya ini
Terlebih Iagi Lexi memang menikmati perlakuan Taylor dan Liz pada mulut dan anusnya. Ia bahkan menyukai sensasi saat Deviant ‘memaksa’ nya mengoral penis raksasa itu
Semula Lexi menyalahkan semua itu pada afrodisiak yang dihirupnya, namun jika apa yang Deviant katakan itu sepenuhnya benar, berarti Lexi sendiri lah yang telah menyerahkan dirinya dengan suka rela
Perlahan air mata merembes dari mata Lexi bersamaan dengan runtuhnya pertahanan terakhir sang Ranger Biru “tolong jangan, aku masih perawan..” ucap Lexi sambil terisak
“Tenang Ranger Biru, aku punya rencana lain untuk itu, saat ini aku hanya ingin menikmati anusmu yang telah dilatih kedua budakku, mereka bilang kau punya anus yang enak, namun sebelum itu..”
Deviant menarik kepala Lexi ke selangkangannya “kita perlu membuatnya keras terlebih dahulu supaya aku bisa mencicipi anusmu itu”
Lexi benar-benar tidak punya pilihan hanya pasrah saat penis Deviant didorong masuk ke mulutnya hingga penuh sesakVal masih mencoba mengatur nafas setelah mencapai klimaks melalui strap-on hitamnya saat dioral Taylor beberapa saat lalu. Taylor dan Liz duduk di sebelah kiri dan kanan Val
Taylor masih mencoba kembali memasang strap-on hitam itu pada selangkangan Val. Namun hal itu berulang kali gagal menandakan sensor strap-on membaca tubuh Val masih terlalu lemah
Memahami hal tersebut, Taylor dan Liz mencoba memancing nafsu Val perlahan dengan cara memainkan payudaranya dengan tangan mereka
Kesadarannya yang sedikit kembali setelah mencapai klimaksnya tadi, membuat Val mencoba menghalau tangan kedua temannya
Taylor dan Liz awalnya mengira Val berhasil memulihkan akal sehatnya, coba memancing Val dengan cara lain, seperti mengelus dan meraba lengan, perut dan punggungnya
Mendapat kenikmatan tambahan di payudaranya, Val seperti kesetanan, kedua tangannya ia pindahkan ke belakang kepala Taylor yang masih berada di selangkangannya. Seketika itu juga ia dorong kepala Taylor semakin dalam bersamaan dengan pinggulnya dihujamkan begitu cepat ke mulut Taylor
“Tenanglah sedikit Val, Taylor masih butuh bernapas, jangan sampai ia pingsan, permainan kita masih panjang” Liz mencoba mengingatkan Val sambil tangannya membimbing tangan Val kembali ke arah strap-on kuningnya. Selain untuk mengurangi aksi Val yang berlebihan terhadap Taylor, Liz masih belum puas dengan klimaksnya pada mulut Val tadi
Taylor yang memahami temannya mencoba untuk memberikan oral seks terbaiknya ke strap-on hitam itu. Ia berulang kali menelan seluruh batang strap-on ke dalam mulutnya, dengan variasi tempo sedang hingga cepat. Semakin heboh reaksi pada tubuh Val, semakin cepat juga tempo oral seks Taylor, hingga akhirnya..
“Ohhh..” Val mendesah penuh kenikmatan saat strap-on hitamnya memuncratkan cairan ke dalam mulut Taylor
Sebagian besar cairan itu langsung ditelan oleh Taylor, namun tetap menyisakan sebagian kecil, kurang lebih semulut penuh hingga terlihat pipinya agak menggembung untuk menadahi cairan itu
Setelah dirasa cairan dari strap-on Val tidak keluar lagi, Taylor lalu bangkit di hadapan Val yang masih terduduk lemas di bangku. Ia menengadahkan wajah Val, lalu menciumnya dari atas karena posisinya yang berdiri. Di sela pagutannya Taylor mendorong cairan dari mulutnya masuk ke mulut Ranger Hitam yang langsung diterima dan ditelan oleh Val tanpa sisa.
===***===
Sesampainya di ruang tidur, Lord Deviant menghempaskan tubuh Lexi ke tempat tidurnya. Deviant lalu membuka jubahnya, mempertontonkan penis raksasanya itu
Lexi sedikit melirik ke arah penis Deviant. Melihat batang penis berukuran jumbo walaupun masih dalam keadaan lemas itu membuat darah Lexi berdesir, namun ia berusaha menyembunyikan reaksinya
Masih tanpa perlawanan, Lexi hanya terdiam dengan ekspresi datar ketika Deviant mulai membentangkan tangan dan kakinya membentuk huruf X dan mengikatnya ke setiap sudut tempat tidur
“Kulihat kau sudah tidak berontak sama sekali Ranger Biru, ini jadi terasa sedikit hambar. Atau kau sudah siap untuk bersumpah menjadi budak seksku?” Tanya Lord Deviant memecah keheningan
“Jangan harap semua ini akan berjalan sesuai keinginanmu” Lexi rupanya belum menyerah sepenuhnya. “Perlawananku hanya akan menjadi hiburanmu”
“Lagipula jika aku berontak pun, pengecut sepertimu akan menggunakan cara licik seperti sebelumnya, menggunakan gas afrodisiak untuk melemahkanku dan Val” tambahnya lagi
“Biar ku beri tahu sesuatu Ranger kecil” Deviant sedikit terkekeh saat ingin mengatakan sesuatu
“Tempo hari aku memang mengisi ruangan itu dengan gas untuk melemahkan pertahanan kalian, tapi kau salah akan dua hal”
“Pertama, aku melakukan itu bukan karena takut, bukankah morpher kalian sudah diamankan? Dan lihatlah keadaanmu, kau berada di kapalku, di luar bumi. Aku hanya ingin menghemat waktu sambil bersenang-senang saja”
“Kedua, gas itu hanyalah gas bius biasa, dosisnya pun rendah. Aku berbohong tentang afrodisiak itu supaya kalian tidak menyadari bahwa kalian sebenarnya menginginkan nasib yang sama seperti Ranger Pink dan Ranger Kuning”
“Maksudmu? Apa yang kurasakan kemarin itu..” ekspresi datar Lexi mulai berubah menunjukkan kebingungan di wajahnya
“Betul sekali Ranger Biru, kau menikmati semua itu bukan karena terangsang akibat afrodisiak, namun memang karena memang menginginkannya”
Deviant mendekatkan selangkangannya ke kepala Lexi. Melihat penis Deviant tepat di depan wajahnya, Lexi nampak menelan ludah
“Tapi bagaimana dengan Taylor dan Liz, mereka bilang mereka juga terangsang dan tidak dapat menahannya” Lexi masih mencoba membantah
“Ayolah, argumen bodoh macam apa itu. Kedua pelacur itu sudah menjadi budak seks milikku. Mereka memang selalu terangsang apabila melihat tuannya, terlebih mereka akan mendapat teman budak seks baru”
Lexi yang awalnya berencana untuk sekedar mengikuti keinginan Deviant tanpa harus menyerah, mulai terguncang atas fakta yang baru diterimanya ini
Terlebih Iagi Lexi memang menikmati perlakuan Taylor dan Liz pada mulut dan anusnya. Ia bahkan menyukai sensasi saat Deviant ‘memaksa’ nya mengoral penis raksasa itu
Semula Lexi menyalahkan semua itu pada afrodisiak yang dihirupnya, namun jika apa yang Deviant katakan itu sepenuhnya benar, berarti Lexi sendiri lah yang telah menyerahkan dirinya dengan suka rela
Perlahan air mata merembes dari mata Lexi bersamaan dengan runtuhnya pertahanan terakhir sang Ranger Biru “tolong jangan, aku masih perawan..” ucap Lexi sambil terisak
“Tenang Ranger Biru, aku punya rencana lain untuk itu, saat ini aku hanya ingin menikmati anusmu yang telah dilatih kedua budakku, mereka bilang kau punya anus yang enak, namun sebelum itu..”
Deviant menarik kepala Lexi ke selangkangannya “kita perlu membuatnya keras terlebih dahulu supaya aku bisa mencicipi anusmu itu”
Lexi benar-benar tidak punya pilihan hanya pasrah saat penis Deviant didorong masuk ke mulutnya hingga penuh sesakVal masih mencoba mengatur nafas setelah mencapai klimaks melalui strap-on hitamnya saat dioral Taylor beberapa saat lalu. Taylor dan Liz duduk di sebelah kiri dan kanan Val
Taylor masih mencoba kembali memasang strap-on hitam itu pada selangkangan Val. Namun hal itu berulang kali gagal menandakan sensor strap-on membaca tubuh Val masih terlalu lemah
Memahami hal tersebut, Taylor dan Liz mencoba memancing nafsu Val perlahan dengan cara memainkan payudaranya dengan tangan mereka
Kesadarannya yang sedikit kembali setelah mencapai klimaksnya tadi, membuat Val mencoba menghalau tangan kedua temannya
Taylor dan Liz awalnya mengira Val berhasil memulihkan akal sehatnya, coba memancing Val dengan cara lain, seperti mengelus dan meraba lengan, perut dan punggungnya
Rangsangan lain yang mereka coba ternyata tetap diterima Val, perlahan nafasnya kembali terdengar berat. Namun tangan Liz kembali menepis tangan Taylor dan Liz ketika akan mengarah ke payudaranya
Setelah dipancing oleh Liz, akhirnya Val mengakui kalau dia merasa minder dengan ukuran payudaranya yang lebih kecil dibanding temannya sesama Ranger yang lain
“Ya ampun Val, ku kira kenapa” Taylor sedikit lega mendengar penjelasan Val. “Tenang saja, aku punya solusi untukmu, tapi sebelum itu..”
Taylor kembali mencoba memasang strap-on hitam di selangkangan Val, namun masih belum berhasil. “Seharusnya Val sudah cukup beristirahat, ini berarti dia kurang bergairah, apakah mungkin karena cerita mindernya tadi” Taylor coba menganalisis dalam pikirannya
Liz yang mengetahui Taylor kesulitan memasangkan strap-on Val coba membantu untuk memancing nafsu Val kembali naik
“Jadi bagaimana rasanya memiliki penis sekaligus dioral oleh budak profesional Val?” Liz mulai mengorek keterangan dari Val
“Aku bingung menjelaskannya, tapi itu tadi sangat nikmat” Val menjawab sambil tersipu malu
“Tentu saja, ini bukanlah sesuatu yang bisa kau dapat dan rasakan jika terus menjadi Ranger” Taylor menambahkan sugesti untuk menghasut Val
“Bayangkan Val, dengan strap-on itu kau bisa bersetubuh dengan Lexi” Liz tidak mau kalah untuk menghasut Val
“Bersetubuh dengan Lexi..” tiga kata itu bergema dalam kepala Val, menyetubuhi Lexi, menggunakan alat bantu yang dapat memberikan sensasi sama seperti penis seorang pria..
Melihat Val termakan umpan mereka, Taylor dan Liz semakin mengompori Ranger Hitam itu “bayangkan saja, kau dan Lexi bersetubuh, bukan dengan menggesekkan vagina kalian atau salah satu mengalah dan menggunakan dildo. Kalian bisa bersetubuh secara normal, selayaknya pria dan wanita dan kalian berdua menikmatinya..”
Val terhanyut dalam lamunannya bersetubuh dengan Lexi, lalu muncul pertanyaan darinya “Tapi strap-on kalian tadi bisa mengeluarkan cairan ketika klimaks, apakah cairan itu sama seperti sperma?” Val berusaha memastikan
“Entahlah” jawab Liz singkat “seperti yang kubilang tadi, yang terpenting adalah alat ini bisa membuat kita merasakan kenikmatan yang hebat” lanjutnya lagi
Melihat kondisi Val yang sudah semakin terjerumus, Taylor mencoba memberikan satu dorongan terakhir “Lagipula jika memang cairan itu sperma, bukankah itu hal yang bagus Val? Dengan itu kau bisa menghamili Lexi..”
BUM, dua kata terakhir dari Taylor membuat nafsu Val seketika kembali memuncak “menghamili Lexi..”. Bersamaan dengan itu tembok pertahanan terakhirnya pun hancur, terbukti saat Taylor langsung berhasil ketika kembali mencoba memasang strap-on hitam itu di selangkangan Val
“Kurasa dia sudah siap” ucap Liz kepada Taylor
Taylor pun merubah posisinya, kali ini Ia memposisikan dirinya di pangkuan Val. Satu tangannya berpegangan pada pundak Val sedangkan tangan lainnya memegang strap-on hitam di selangkangan Val, mengarahkannya ke pintu vaginanya dan..
“Ooohhh” Val dan Taylor mendesah bersamaan saat seluruh batang strap-on hitam Val menembus vagina Taylor dalam satu hentakan
Val yang pikirannya sudah benar-benar kacau, berinisiatif mengejar bibir Taylor dan memagutnya. Lumatan dan hisapan antara bibir dan lidah satu sama lain membuat wajah Val yang berada di posisi lebih rendah dibasahi air liur mereka berdua yang bahkan menetes sampai ke kedua payudara Val
Liz yang gemas melihatnya lalu meratakan air liur kedua temannya itu ke seluruh permukaan dada Val, membuat payudara Val terlihat mengkilap
“Solusi apa yang tadi kau maksud?” Tanya Liz kepada Taylor
“Ahh.. akan kujelaskan nanti.. ahh ah aaahhh..” Taylor nampak kesulitan menjawab karena Ia sedang fokus mengejar kenikmatan dari strap-on Val “biarkan aku mendapatkan orgasmeku dulu..” lanjut Taylor sambil terus memompa vaginanya naik turun di pangkuan Val
Liz yang sedikit kesal mendengarnya sekaligus penasaran dengan jawaban Taylor, lalu berpindah ke belakang Taylor. Ia memposisikan Taylor sedikit lebih membungkuk ke arah Val, membuat payudara Taylor menggantung indah persis di hadapan wajah Val. Tanpa basa-basi, Val langsung melumat payudara Taylor bergantian, Ia begitu gemas sekaligus iri dengan payudara temannya itu
Setelah memposisikan Taylor lebih membungkuk, Liz mengarahkan strap-on kuningnya ke anus Taylor. Setelah dirasa tepat, perlahan Liz mendorongnya hingga sebatas kepala penis strap-on kuning miliknya masuk ke anus Taylor
“Ohhh” Taylor begitu menikmati ketika kedua lubangnya terisi oleh strap-on milik kedua temannya.
“OOOHHH” seketika Liz mendorong pinggulnya menyebabkan seluruh strap-on miliknya tenggelam dalam anus Taylor
Mendapat hujaman strap-on di kedua lubangnya secara bersamaan, ditambah dengan Val yang masih terus menikmati payudaranya, membuat Taylor seperti kesetanan
Tidak lama kemudian Taylor pun mendapatkan orgasmenya, namun bukannya membiarkan Taylor menikmatinya, Liz dan Val justru kompak semakin meningkatkan tempo pompaan mereka
“Oohhh.. kalian..” Taylor tidak mampu menyelesaikan kalimatnya sebelum ia dilanda multi orgasme yang sangat dahsyat membuat kedua lubangnya berdenyut meremas strap-on kedua temannya
Belum reda Taylor multi orgasme Taylor, kini giliran Val yang mencapai klimaksnya, ia tak tahan dengan sensasi remasan vagina Taylor, disusul Liz yang juga klimaks dalam anus Taylor
Nampak cairan putih mengalir deras dari kedua lubang di selangkangan Taylor, ditambah dengan cairan vaginanya sendiri yang begitu deras menyembur saat orgasme berkepanjangannya tadi, menyebabkan lantai sel Val tergenang oleh campuran cairan mereka
Masih dengan nafas tersengal, Taylor mencoba menjelaskan ‘solusi’ yang sempat ditawarkannya pada Val
Taylor menceritakan bahwa Ia menyusun, atau lebih tepatnya menyempurnakan alat di laboratorium Lord Deviant yang bisa memodifikasi tubuh seorang budak seks. Ia bisa menggunakan itu untuk sedikit memodifikasi payudara Val
“Alat itu sudah ada sejak aku pertama kali di sini. Sebetulnya alat itu digunakan untuk seorang majikan memodifikasi tubuh budak sesuai keinginannya. Kau akan takjub begitu mengetahui apa saja yang bisa dilakukan alat itu” Taylor menjelaskan kegunaan alat itu yang ia ketahui dari Alpha
“Apakah itu aman?” Val terlihat ragu
“Efek samping dari alat itu adalah budak seks yang telah dimodifikasi tubuhnya akan sangat mudah merasa terangsang, terutama jika menerima stimulasi pada bagian tubuh yang dimodifikasi” Taylor kembali menjelaskan
“Aku jadi sedikit takut..” Val agak ragu mendengar penjelasan Taylor
“Oh ayolah, efek samping seperti itu bukanlah hal yang buruk. Bukankah kita memang harus selalu siap untuk melayani Tuang Deviant?” Liz mulai gemas melihat Val yang labil
Setelah dipancing oleh Liz, akhirnya Val mengakui kalau dia merasa minder dengan ukuran payudaranya yang lebih kecil dibanding temannya sesama Ranger yang lain
“Ya ampun Val, ku kira kenapa” Taylor sedikit lega mendengar penjelasan Val. “Tenang saja, aku punya solusi untukmu, tapi sebelum itu..”
Taylor kembali mencoba memasang strap-on hitam di selangkangan Val, namun masih belum berhasil. “Seharusnya Val sudah cukup beristirahat, ini berarti dia kurang bergairah, apakah mungkin karena cerita mindernya tadi” Taylor coba menganalisis dalam pikirannya
Liz yang mengetahui Taylor kesulitan memasangkan strap-on Val coba membantu untuk memancing nafsu Val kembali naik
“Jadi bagaimana rasanya memiliki penis sekaligus dioral oleh budak profesional Val?” Liz mulai mengorek keterangan dari Val
“Aku bingung menjelaskannya, tapi itu tadi sangat nikmat” Val menjawab sambil tersipu malu
“Tentu saja, ini bukanlah sesuatu yang bisa kau dapat dan rasakan jika terus menjadi Ranger” Taylor menambahkan sugesti untuk menghasut Val
“Bayangkan Val, dengan strap-on itu kau bisa bersetubuh dengan Lexi” Liz tidak mau kalah untuk menghasut Val
“Bersetubuh dengan Lexi..” tiga kata itu bergema dalam kepala Val, menyetubuhi Lexi, menggunakan alat bantu yang dapat memberikan sensasi sama seperti penis seorang pria..
Melihat Val termakan umpan mereka, Taylor dan Liz semakin mengompori Ranger Hitam itu “bayangkan saja, kau dan Lexi bersetubuh, bukan dengan menggesekkan vagina kalian atau salah satu mengalah dan menggunakan dildo. Kalian bisa bersetubuh secara normal, selayaknya pria dan wanita dan kalian berdua menikmatinya..”
Val terhanyut dalam lamunannya bersetubuh dengan Lexi, lalu muncul pertanyaan darinya “Tapi strap-on kalian tadi bisa mengeluarkan cairan ketika klimaks, apakah cairan itu sama seperti sperma?” Val berusaha memastikan
“Entahlah” jawab Liz singkat “seperti yang kubilang tadi, yang terpenting adalah alat ini bisa membuat kita merasakan kenikmatan yang hebat” lanjutnya lagi
Melihat kondisi Val yang sudah semakin terjerumus, Taylor mencoba memberikan satu dorongan terakhir “Lagipula jika memang cairan itu sperma, bukankah itu hal yang bagus Val? Dengan itu kau bisa menghamili Lexi..”
BUM, dua kata terakhir dari Taylor membuat nafsu Val seketika kembali memuncak “menghamili Lexi..”. Bersamaan dengan itu tembok pertahanan terakhirnya pun hancur, terbukti saat Taylor langsung berhasil ketika kembali mencoba memasang strap-on hitam itu di selangkangan Val
“Kurasa dia sudah siap” ucap Liz kepada Taylor
Taylor pun merubah posisinya, kali ini Ia memposisikan dirinya di pangkuan Val. Satu tangannya berpegangan pada pundak Val sedangkan tangan lainnya memegang strap-on hitam di selangkangan Val, mengarahkannya ke pintu vaginanya dan..
“Ooohhh” Val dan Taylor mendesah bersamaan saat seluruh batang strap-on hitam Val menembus vagina Taylor dalam satu hentakan
Val yang pikirannya sudah benar-benar kacau, berinisiatif mengejar bibir Taylor dan memagutnya. Lumatan dan hisapan antara bibir dan lidah satu sama lain membuat wajah Val yang berada di posisi lebih rendah dibasahi air liur mereka berdua yang bahkan menetes sampai ke kedua payudara Val
Liz yang gemas melihatnya lalu meratakan air liur kedua temannya itu ke seluruh permukaan dada Val, membuat payudara Val terlihat mengkilap
“Solusi apa yang tadi kau maksud?” Tanya Liz kepada Taylor
“Ahh.. akan kujelaskan nanti.. ahh ah aaahhh..” Taylor nampak kesulitan menjawab karena Ia sedang fokus mengejar kenikmatan dari strap-on Val “biarkan aku mendapatkan orgasmeku dulu..” lanjut Taylor sambil terus memompa vaginanya naik turun di pangkuan Val
Liz yang sedikit kesal mendengarnya sekaligus penasaran dengan jawaban Taylor, lalu berpindah ke belakang Taylor. Ia memposisikan Taylor sedikit lebih membungkuk ke arah Val, membuat payudara Taylor menggantung indah persis di hadapan wajah Val. Tanpa basa-basi, Val langsung melumat payudara Taylor bergantian, Ia begitu gemas sekaligus iri dengan payudara temannya itu
Setelah memposisikan Taylor lebih membungkuk, Liz mengarahkan strap-on kuningnya ke anus Taylor. Setelah dirasa tepat, perlahan Liz mendorongnya hingga sebatas kepala penis strap-on kuning miliknya masuk ke anus Taylor
“Ohhh” Taylor begitu menikmati ketika kedua lubangnya terisi oleh strap-on milik kedua temannya.
“OOOHHH” seketika Liz mendorong pinggulnya menyebabkan seluruh strap-on miliknya tenggelam dalam anus Taylor
Mendapat hujaman strap-on di kedua lubangnya secara bersamaan, ditambah dengan Val yang masih terus menikmati payudaranya, membuat Taylor seperti kesetanan
Tidak lama kemudian Taylor pun mendapatkan orgasmenya, namun bukannya membiarkan Taylor menikmatinya, Liz dan Val justru kompak semakin meningkatkan tempo pompaan mereka
“Oohhh.. kalian..” Taylor tidak mampu menyelesaikan kalimatnya sebelum ia dilanda multi orgasme yang sangat dahsyat membuat kedua lubangnya berdenyut meremas strap-on kedua temannya
Belum reda Taylor multi orgasme Taylor, kini giliran Val yang mencapai klimaksnya, ia tak tahan dengan sensasi remasan vagina Taylor, disusul Liz yang juga klimaks dalam anus Taylor
Nampak cairan putih mengalir deras dari kedua lubang di selangkangan Taylor, ditambah dengan cairan vaginanya sendiri yang begitu deras menyembur saat orgasme berkepanjangannya tadi, menyebabkan lantai sel Val tergenang oleh campuran cairan mereka
Masih dengan nafas tersengal, Taylor mencoba menjelaskan ‘solusi’ yang sempat ditawarkannya pada Val
Taylor menceritakan bahwa Ia menyusun, atau lebih tepatnya menyempurnakan alat di laboratorium Lord Deviant yang bisa memodifikasi tubuh seorang budak seks. Ia bisa menggunakan itu untuk sedikit memodifikasi payudara Val
“Alat itu sudah ada sejak aku pertama kali di sini. Sebetulnya alat itu digunakan untuk seorang majikan memodifikasi tubuh budak sesuai keinginannya. Kau akan takjub begitu mengetahui apa saja yang bisa dilakukan alat itu” Taylor menjelaskan kegunaan alat itu yang ia ketahui dari Alpha
“Apakah itu aman?” Val terlihat ragu
“Efek samping dari alat itu adalah budak seks yang telah dimodifikasi tubuhnya akan sangat mudah merasa terangsang, terutama jika menerima stimulasi pada bagian tubuh yang dimodifikasi” Taylor kembali menjelaskan
“Aku jadi sedikit takut..” Val agak ragu mendengar penjelasan Taylor
“Oh ayolah, efek samping seperti itu bukanlah hal yang buruk. Bukankah kita memang harus selalu siap untuk melayani Tuang Deviant?” Liz mulai gemas melihat Val yang labil
“Lagipula ada kami, temanmu sesama budak seks yang bisa membantumu jika efek samping itu muncul” Taylor menambahkan
“Dan ingat, kau juga bisa melampiaskannya bersama Lexi..” Taylor dan Liz sudah mendapatkan ‘kunci’ untuk membujuk Val. Selama mereka membawa Lexi dalam hasutannya, Val seolah tidak akan bisa menolak.
===***===
“Ohh” Deviant kembali berejakulasi di anus Lexi.
Posisi Lexi saat ini menungging dengan kepala menempal pada tempat tidur Deviant, seperti sedang bersujud, namun pantatnya diangkat begitu tinggi
Setelah Deviant mencabut penisnya, terlihat spermanya mengalir keluar dari anus Lexi yang kembali tak sadarkan diri
Entah berapa kali Deviant mengisi mulut dan anus Lexi dengan spermanya, yang jelas saat ini perut Lexi terlihat seperti seorang wanita yang tengah hamil muda
Bedanya isi perut Lexi adalah sperma Deviant yang selalu dibuang salam mulut dan anusnya
Deviant yang merasa cukup puas dengan sesi ini, terlebih Lexi sudah semakin menunjukkan penyerahan dirinya, membuat Deviant memutuskan untuk menyudahi permainannya untuk saat ini
Tubuh Lexi yang tak sadarkan diri ia angkat dan dibawa untuk dimasukkan kembali ke sel yang ada di suduh ruang tahtanya
Sesampainya di ruang tahta, Deviant tidak mendapati siapapun di sana, kedua budak seksnya serta Ranger Hitam, bahkan Alpha yang biasanya stand by di ruang tahta pun ikut menghilang
Setelah meninggalkan Lexi di dalam sel, Deviant yang penasaran pun mencoba mengecek monitor dan menemukan mereka semua sedang berada di laboratorium
Dari pengamatannya sekilas, nampak Val yang terbaring dalam alteration pod, sebuah alat berbentuk kapsul yang terhubung dengan serangkaian mesin dan sebuah panel kontrolnya
Di planet asal Deviant, alteration pod adalah alat yang lazim dimiliki oleh seseorang kolektor budak seks. Alat itu mampu memodifikasi tubuh budak seks sesuai keinginan tuannya
Modifikasi yang bisa dilakukan pun sangat beragam. Fungsi yang paling sederhana adalah mengubah volume tubuh seperti membesarkan atau mengecilkan bagian tubuh, mengubah bentuk organ seperti mengubah telinga manusia menjadi lancip seperti telinga elf, menambahkan kumis agar terlihat seperti humanoid kucing atau bahkan memanjangkan lidah menyerupai humanoid anjing sampai dengan fungsi yang paling ekstrim yaitu mengubah fungsi tubuh itu sendiri, seperti dapat mengeluarkan asi, membuat budak orgasme dengan mudah hanya dengan hal kecil seperti memilin puting atau meniup telinganya saja
Berbagai macam fetish majikan terhadap budaknya dapat direalisasikan menggunakan alat ini, namun Deviant yang cenderung menyukai budaknya tetap alami, sangat jarang menggunakan alteration pod itu. “Semoga mereka tidak melakukan hal yang terlalu ekstrim” gumam Deviant
Alpha nampaknya sedang mengajari Taylor cara mengoperasikan alteration pod tersebut, sedangkan Liz hanya menonton saja. Setelah beberapa saat, Taylor mulai menekan tombol pada panel untuk memulai proses modifikasi tubuh Val
Tak sabar hanya menunggu di ruang tahta, Deviant lalu bangkit dan berjalan menuju laboratorium itu
Sesampainya Lord Deviant di laboratorium, Ia disambut oleh Liz yang memang berada lebih dekat pintu. Persis seperti seorang pelacur, Liz langsung memeluk lengan tuannya itu menyebabkan kedua payudaranya menjepit lengan tuannya
Kemudian disusul oleh Taylor yang juga menyambut tuannya dan mulai menjelaskan mengapa mereka ada di laboratorium dan Val yang berada di dalam alteration pod untuk mengatasi kegelisahan Val tentang ukuran payudaranya. Lord Deviant yang memang menyukai payudara besar pun menyetujuinya
Deviant sedikit lega saat mengetahui Taylor ‘hanya’ sedikit memodifikasi tubuh Val. Taylor dan Liz juga menceritakan bagaimana Val sudah jauh lebih patuh dan mereka sepakat untuk mengambil sumpah Val segera setelah proses alteration pod ini usai.
===***===
“hhnng” Lexi terbangun di dalam sel.
Kepalanya begitu berat, seluruh tubuhnya terasa nyeri akibat pada sesi sebelumnya tangan dan kakinya terikat dalam posisi terbentang membentuk huruf X begitu lama
Dari seluruh tubuhnya, yang rasa ngilu paling terasa di anusnya. Ketika kesadarannya sudah lebih terkumpul, Lexi baru menyadari di lantai selnya tepatnya di tempat pantatnya tadi ada genangan sperma Deviant. Sperma yang berulang kali disemburkan ke anus Lexi dan mengisi perutnya itu
Perut Lexi yang semula nampak seperti hamil muda sudah kembali ke ukuran semula. Ia bergidik ngeri menyadari seluruh genangan sperma itu berasal dari anusnya
Hal kedua yang disadari Lexi adalah Val tidak ada dalam selnya
“Akhirnya kau bangun juga”.
Lexi mencari sumber suara yang mengagetkannya itu, rupanya datang dari Taylor yang berdiri di depan selnya, sepertinya menunggu ia bangun
“Kemarilah, ada yang perlu kau saksikan” Taylor membuka pintu sel, lalu menarik Lexi keluar menuju singgasana Lord Deviant yang berada di tengah ruangan
Lexi tercekat saat melihat Val berlutut di depan Lord Deviant yang sedang duduk di singgasananya. Liz nampak sedang duduk di pangkuan tuannya itu, sambil menciumi dan saling melumat bibir, sambil menyodorkan payudaranya untuk dimainkan kedua tangan Deviant
Val mengenakan pakaian serba hitam mulai dari korset, rok, stocking hingga sepatu hak tingginya. Rambut Ungu Val dibiarkan tergerai indah. Korset yang ia kenakan begitu ketat membentuk lekuk tubuhnya
Lexi sempat terheran, sejak kapan payudara Val jadi sebesar itu, atau itu hanya efek dari korsetnya saja
Sementara Liz dan Taylor menggunakan kostum yang hampir sama dengan Val, hanya berbeda warna saja, Taylor bernuansa pink sedangkan Liz cenderung ke kuning
“Ranger Biru sudah bangun tuanku” ucap Taylor sebelum ia meninggalkan Lexi untuk berlutut di samping kanan Val, sementara Liz bangkit dari pangkuan tuannya dan berlutut di samping kiri Val. Taylor dan Liz berlutut selangkah di belakang Val, menandakan bahwa Val adalah bintang utama dari entah prosesi apa yang akan berlangsung ini
“Selamat pagi tuan putri, bagaimana istirahatmu?” Sapa Deviant sambil mengejek Lexi
“Apa maksud dari semua ini?” Lexi yang belum lama sadar masih mencoba mencerna semua yang ada di hadapannya saat ini
“Hanya prosesi sumpah budak biasa” ucap Deviant “aku ingin kau menyaksikannya supaya nanti tiba giliranmu, kau tidak terlalu kaku” lanjutnya
“Baiklah budak-budakku, mari kita mulai”
“Siapa yang harus kau layani budak?”
“Anda, tuan kami, Lord Deviant” jawab Taylor, Liz dan Val bersamaan sambil menunduk di hadapan singgasana Lord Deviant
Lexi masih berdiri terpaku di sebelah singgasana Deviant. Terlalu banyak hal yang ia proses
“Apakah kedua seniormu sesama budak seks sudah memberitahumu tentang benda ini?” Deviant mengeluarkan kalung budak seks 3.0 dan menunjukkannya pada Val
Val melihat kalung hitam dengan batu berwarna putih itu dengan mata berbinar “Ya tuan, mereka telah memberitahuku dan aku berharap bisa memakainya”
“Bagus, kemarilah”
Val maju mendekati singgasana tuannya dan kembali berlutut, merapikan rambut ungunya ke belakang san menunduk di hadapan tuannya
“Dan ingat, kau juga bisa melampiaskannya bersama Lexi..” Taylor dan Liz sudah mendapatkan ‘kunci’ untuk membujuk Val. Selama mereka membawa Lexi dalam hasutannya, Val seolah tidak akan bisa menolak.
===***===
“Ohh” Deviant kembali berejakulasi di anus Lexi.
Posisi Lexi saat ini menungging dengan kepala menempal pada tempat tidur Deviant, seperti sedang bersujud, namun pantatnya diangkat begitu tinggi
Setelah Deviant mencabut penisnya, terlihat spermanya mengalir keluar dari anus Lexi yang kembali tak sadarkan diri
Entah berapa kali Deviant mengisi mulut dan anus Lexi dengan spermanya, yang jelas saat ini perut Lexi terlihat seperti seorang wanita yang tengah hamil muda
Bedanya isi perut Lexi adalah sperma Deviant yang selalu dibuang salam mulut dan anusnya
Deviant yang merasa cukup puas dengan sesi ini, terlebih Lexi sudah semakin menunjukkan penyerahan dirinya, membuat Deviant memutuskan untuk menyudahi permainannya untuk saat ini
Tubuh Lexi yang tak sadarkan diri ia angkat dan dibawa untuk dimasukkan kembali ke sel yang ada di suduh ruang tahtanya
Sesampainya di ruang tahta, Deviant tidak mendapati siapapun di sana, kedua budak seksnya serta Ranger Hitam, bahkan Alpha yang biasanya stand by di ruang tahta pun ikut menghilang
Setelah meninggalkan Lexi di dalam sel, Deviant yang penasaran pun mencoba mengecek monitor dan menemukan mereka semua sedang berada di laboratorium
Dari pengamatannya sekilas, nampak Val yang terbaring dalam alteration pod, sebuah alat berbentuk kapsul yang terhubung dengan serangkaian mesin dan sebuah panel kontrolnya
Di planet asal Deviant, alteration pod adalah alat yang lazim dimiliki oleh seseorang kolektor budak seks. Alat itu mampu memodifikasi tubuh budak seks sesuai keinginan tuannya
Modifikasi yang bisa dilakukan pun sangat beragam. Fungsi yang paling sederhana adalah mengubah volume tubuh seperti membesarkan atau mengecilkan bagian tubuh, mengubah bentuk organ seperti mengubah telinga manusia menjadi lancip seperti telinga elf, menambahkan kumis agar terlihat seperti humanoid kucing atau bahkan memanjangkan lidah menyerupai humanoid anjing sampai dengan fungsi yang paling ekstrim yaitu mengubah fungsi tubuh itu sendiri, seperti dapat mengeluarkan asi, membuat budak orgasme dengan mudah hanya dengan hal kecil seperti memilin puting atau meniup telinganya saja
Berbagai macam fetish majikan terhadap budaknya dapat direalisasikan menggunakan alat ini, namun Deviant yang cenderung menyukai budaknya tetap alami, sangat jarang menggunakan alteration pod itu. “Semoga mereka tidak melakukan hal yang terlalu ekstrim” gumam Deviant
Alpha nampaknya sedang mengajari Taylor cara mengoperasikan alteration pod tersebut, sedangkan Liz hanya menonton saja. Setelah beberapa saat, Taylor mulai menekan tombol pada panel untuk memulai proses modifikasi tubuh Val
Tak sabar hanya menunggu di ruang tahta, Deviant lalu bangkit dan berjalan menuju laboratorium itu
Sesampainya Lord Deviant di laboratorium, Ia disambut oleh Liz yang memang berada lebih dekat pintu. Persis seperti seorang pelacur, Liz langsung memeluk lengan tuannya itu menyebabkan kedua payudaranya menjepit lengan tuannya
Kemudian disusul oleh Taylor yang juga menyambut tuannya dan mulai menjelaskan mengapa mereka ada di laboratorium dan Val yang berada di dalam alteration pod untuk mengatasi kegelisahan Val tentang ukuran payudaranya. Lord Deviant yang memang menyukai payudara besar pun menyetujuinya
Deviant sedikit lega saat mengetahui Taylor ‘hanya’ sedikit memodifikasi tubuh Val. Taylor dan Liz juga menceritakan bagaimana Val sudah jauh lebih patuh dan mereka sepakat untuk mengambil sumpah Val segera setelah proses alteration pod ini usai.
===***===
“hhnng” Lexi terbangun di dalam sel.
Kepalanya begitu berat, seluruh tubuhnya terasa nyeri akibat pada sesi sebelumnya tangan dan kakinya terikat dalam posisi terbentang membentuk huruf X begitu lama
Dari seluruh tubuhnya, yang rasa ngilu paling terasa di anusnya. Ketika kesadarannya sudah lebih terkumpul, Lexi baru menyadari di lantai selnya tepatnya di tempat pantatnya tadi ada genangan sperma Deviant. Sperma yang berulang kali disemburkan ke anus Lexi dan mengisi perutnya itu
Perut Lexi yang semula nampak seperti hamil muda sudah kembali ke ukuran semula. Ia bergidik ngeri menyadari seluruh genangan sperma itu berasal dari anusnya
Hal kedua yang disadari Lexi adalah Val tidak ada dalam selnya
“Akhirnya kau bangun juga”.
Lexi mencari sumber suara yang mengagetkannya itu, rupanya datang dari Taylor yang berdiri di depan selnya, sepertinya menunggu ia bangun
“Kemarilah, ada yang perlu kau saksikan” Taylor membuka pintu sel, lalu menarik Lexi keluar menuju singgasana Lord Deviant yang berada di tengah ruangan
Lexi tercekat saat melihat Val berlutut di depan Lord Deviant yang sedang duduk di singgasananya. Liz nampak sedang duduk di pangkuan tuannya itu, sambil menciumi dan saling melumat bibir, sambil menyodorkan payudaranya untuk dimainkan kedua tangan Deviant
Val mengenakan pakaian serba hitam mulai dari korset, rok, stocking hingga sepatu hak tingginya. Rambut Ungu Val dibiarkan tergerai indah. Korset yang ia kenakan begitu ketat membentuk lekuk tubuhnya
Lexi sempat terheran, sejak kapan payudara Val jadi sebesar itu, atau itu hanya efek dari korsetnya saja
Sementara Liz dan Taylor menggunakan kostum yang hampir sama dengan Val, hanya berbeda warna saja, Taylor bernuansa pink sedangkan Liz cenderung ke kuning
“Ranger Biru sudah bangun tuanku” ucap Taylor sebelum ia meninggalkan Lexi untuk berlutut di samping kanan Val, sementara Liz bangkit dari pangkuan tuannya dan berlutut di samping kiri Val. Taylor dan Liz berlutut selangkah di belakang Val, menandakan bahwa Val adalah bintang utama dari entah prosesi apa yang akan berlangsung ini
“Selamat pagi tuan putri, bagaimana istirahatmu?” Sapa Deviant sambil mengejek Lexi
“Apa maksud dari semua ini?” Lexi yang belum lama sadar masih mencoba mencerna semua yang ada di hadapannya saat ini
“Hanya prosesi sumpah budak biasa” ucap Deviant “aku ingin kau menyaksikannya supaya nanti tiba giliranmu, kau tidak terlalu kaku” lanjutnya
“Baiklah budak-budakku, mari kita mulai”
“Siapa yang harus kau layani budak?”
“Anda, tuan kami, Lord Deviant” jawab Taylor, Liz dan Val bersamaan sambil menunduk di hadapan singgasana Lord Deviant
Lexi masih berdiri terpaku di sebelah singgasana Deviant. Terlalu banyak hal yang ia proses
“Apakah kedua seniormu sesama budak seks sudah memberitahumu tentang benda ini?” Deviant mengeluarkan kalung budak seks 3.0 dan menunjukkannya pada Val
Val melihat kalung hitam dengan batu berwarna putih itu dengan mata berbinar “Ya tuan, mereka telah memberitahuku dan aku berharap bisa memakainya”
“Bagus, kemarilah”
Val maju mendekati singgasana tuannya dan kembali berlutut, merapikan rambut ungunya ke belakang san menunduk di hadapan tuannya
Deviant memasangkan benda itu ke leher Val
Setelah terpasang, Val mengambil beberapa langkah mundur dan kembali berlutut, kali ini sejajar dengan kedua budak lainnya. Batu putih di leher Val perlahan berubah warna menjadi hitam
“Budakku yang baru, apakah kau mau membantuku untuk menjadikan seluruh ranger sebagai budak seks ku, sebelum aku menguasai planetmu?”
“Apapun permintaanmu akan kupenuhi tuan. Aku bersumpah untuk melayanimu” jawab Val sambil menunduk. Ia telah menerima nasibnya sebagai budak seks ketiga Lord Deviant. Val benar-benar ketagihan akan kenikmatan yang ia dapatkan dari Deviant beserta kedua budak seks pendahulunya.
Val bersedia melakukan apapun untuk kembali dan terus mendapatkan kenikmatan itu, meskipun ia harus mengkhianati bumi dan seluruh penghuninya
“Bagus, kalau begitu, aku memiliki hadiah untukmu budak baruku” ucap Lord Deviant sambil menengok ke sisi singgasana tempat Lexi masih berdiri terpaku
Sumpah yang diucapkan Val untuk menjadi budak Lord Deviant sungguh memberikan guncangan hebat untuk Lexi. Tanpa sadar ia jatuh terduduk di lantai ruang tahta.
===***===
“Masih dua minggu lagi” Lita bergumam saat melihat angka di layar monitor yang menunjukkan hitung mundur 13 hari plus beberapa jam hingga seluruh persiapan Voltron selesai
“Bertahanlah dua minggu lagi, aku akan segera menyelamatkan kalian” Lita kembali menguatkan tekadnya untuk menolong Val Lexi yang menghilang lima hari lalu
Sedangkan untuk Taylor dan Liz, bisa membawanya pulang saja sudah bagus. Mereka berdua sudah menghilang selama dua bulan. Bahkan Voltron pun pesimis akan nasib Taylor dan Liz, jika mereka memang sudah menjadi budak seks
“Huff.. Huff..” Lita sedang berlatih di fasilitas GYM yang ada di markas Power Rangers. Seluruh persiapan yang dilakukan Voltron menggunakan teknologi bawaan Voltron, yang membuat Lita tidak bisa banyak membantu
Untuk mengurangi rasa frustasinya, Lita hanya bisa melampiaskannya pada samsak di depannya saat ini.
“Masih dua belas hari lagi..” Lita benar-benar tidak sabar untuk menyelesaikan ini semua.
===***===
Lord Deviant duduk di singgasana ruang tahtanya sambil menyusun rencana terakhir untuk menghadapi calon budak terakhir yang masih tersisa. Dari lima Power Rangers, tiga telah berhasil Ia rubah menjadi budak seks, satu masih ada di bumi melakukan persiapan dan satu lagi tinggal menunggu waktu untuk mengeksekusinya
Dari ketiga budak seks, satu sedang menaik turunkan tubuhnya di pangkuan Deviant, memompa anusnya yang penuh terisi penis Lord Deviant, sementara satu budak lainnya menjilati kantung zakar Deviant dan budak terakhir mengerjai calon budaknya
Sejak Val bersumpah untuk menjadi budak seks, Lord Deviant belum menyentuh Lexi sama sekali. Ia ingin menunggu Lexi siap dan mengucap sumpahnya secara sukarela
Namun bukan berarti Lexi dibiarkan begitu saja. Sudah dua hari ini tubuh lexi terbentang di sisi Deviant. Tubuh telanjang Lexi terpasang pada papan yang dibentuk seperti sebuah salib, dengan mulut tersumpal mouth gag berbentuk bola
Selama dua hari itu pula libido Lexi terus dipermainkan oleh Deviant dan tiga budaknya. Seperti saat ini, Lexi dipaksa menyaksikan Val memompa anusnya pada posisi reverse cowgirl, dipangku oleh Deviant di singgasana, sementara Liz bersimpuh di depan singgasana, lidahnya nampak menjilati batang penis tuannya yang keluar masuk dari anus Val. Sesekali Liz juga menghisap kantung zakar tuannya, diselingi menjilati dan menghisap klitoris Val
Lexi yang terikat pada salib tidak bisa berbuat banyak ketika Taylor menjilati vagina dan menggunakan kedua tangannya untuk memainkan payudara Lexi. Setiap Lexi akan mencapai orgasme, seluruh rangsangan akan dihentikan sama sekali, sehingga libido Lexi berada dalam posisi tanggung, ingin dipuaskan namun tangan dan kakinya terikat hingga ia tidak bisa melakukan apa-apa
Terlebih selain rangsangan dari mulut Taylor, Lexi juga dipaksa untuk menonton bagaimana Val, calon kekasihnya, begitu menikmati penis Deviant yang saat ini timbul-tenggelam di anus Val. Mata Lexi tidak bisa lepas dari indahnya payudara baru Val yang bergerak naik turun mengikuti gerakan tubuhnya
Saat ini Lexi yakin payudara Val telah mengalami perubahan. Sebelumnya ia ragu apakah payudara Val tampak lebih besar karena efek dari korset yang dikenakannya saat Ia menyerahkan diri pada Lord Deviant, namun setelah melihat tubuh telanjang Val tanpa tertutup sehelai benang pun, Lexi dapat memastikan kecurigaannya
Rangsangan dan live action di hadapannya membuat libido Lexi terus memuncak, namun di sisi lain ia tidak bisa mendapatkan klimaksnya. Hal itu membuat Lexi menjadi sangat frustasi, apalagi ia orgasmenya telah tertunda selama dua hari penuh. Rasa frustasi akibat gagal mencapai orgasme terus terakumulasi mengikis pertahanan mental Lexi
Secara berkala Deviant memerintahkan budaknya untuk melepas mouth gag Lexi dan memastikan apakah Ia sudah siap menerima nasib untuk menyusul ketiga temannya yang sudah menjadi budak seks Lord Deviant
Sejauh ini Lexi masih berhasil menolak pertanyaan itu, ia masih bisa mempertahankan akal sehatnya walaupun sudah sangat tipis yang tersisa. Liz yang mulai tidak sabar, memberikan kode kepada Taylor untuk bertukar posisi. Saat ini Taylor telah bersimpuh di hadapan singgasana, menstimulasi penis Lor Deviant beserta vagina budak seks terbarunya, sedangkan Liz berada tidak jauh dari Lexi
Liz yang memang pintar menghasut, mencoba membisikkan beberapa hal untuk menghancurkan sisa-sisa akal sehat Lexi
“Bagaimana Lexi? Apakah kau sudah siap untuk menyerahkan dirimu pada tuan kami?” Liz bertanya sambil meraba tubuh Lexi.
Liz menggunakan ujung kukunya untuk mengelus selangkangan, perut dan dada Lexi
“Mpphh” Lexi tidak bisa menjawab dengan mulutnya yang masih tersumpal mouthgag.
Namun gerakan kepalanya yang menggeleng menunjukkan bahwa ia masih mampu menolak, walaupun penolakan itu setengah hati
Hal itu terbukti dari pinggul Lexi yang langsung aktif untuk mencoba menggesekkan selangkangannya saat tangan Liz bergerak mendekati vagina Lexi
Menyadari hanya butuh satu dorongan lagi, Liz memancing Lexi dengan taktik yang sama ketia Ia meruntuhkan pertahanan Val
“Ayolah Lexi, apalagi yang kau tunggu? Coba lihat kekasihmu itu sedang asik menikmati penis Tuan Deviant dalam anusnya, lihatlah wajah Val, betapa bahagianya Ia menjadi budak seks” Liz mulai menghasut Lexi
Setelah terpasang, Val mengambil beberapa langkah mundur dan kembali berlutut, kali ini sejajar dengan kedua budak lainnya. Batu putih di leher Val perlahan berubah warna menjadi hitam
“Budakku yang baru, apakah kau mau membantuku untuk menjadikan seluruh ranger sebagai budak seks ku, sebelum aku menguasai planetmu?”
“Apapun permintaanmu akan kupenuhi tuan. Aku bersumpah untuk melayanimu” jawab Val sambil menunduk. Ia telah menerima nasibnya sebagai budak seks ketiga Lord Deviant. Val benar-benar ketagihan akan kenikmatan yang ia dapatkan dari Deviant beserta kedua budak seks pendahulunya.
Val bersedia melakukan apapun untuk kembali dan terus mendapatkan kenikmatan itu, meskipun ia harus mengkhianati bumi dan seluruh penghuninya
“Bagus, kalau begitu, aku memiliki hadiah untukmu budak baruku” ucap Lord Deviant sambil menengok ke sisi singgasana tempat Lexi masih berdiri terpaku
Sumpah yang diucapkan Val untuk menjadi budak Lord Deviant sungguh memberikan guncangan hebat untuk Lexi. Tanpa sadar ia jatuh terduduk di lantai ruang tahta.
===***===
“Masih dua minggu lagi” Lita bergumam saat melihat angka di layar monitor yang menunjukkan hitung mundur 13 hari plus beberapa jam hingga seluruh persiapan Voltron selesai
“Bertahanlah dua minggu lagi, aku akan segera menyelamatkan kalian” Lita kembali menguatkan tekadnya untuk menolong Val Lexi yang menghilang lima hari lalu
Sedangkan untuk Taylor dan Liz, bisa membawanya pulang saja sudah bagus. Mereka berdua sudah menghilang selama dua bulan. Bahkan Voltron pun pesimis akan nasib Taylor dan Liz, jika mereka memang sudah menjadi budak seks
“Huff.. Huff..” Lita sedang berlatih di fasilitas GYM yang ada di markas Power Rangers. Seluruh persiapan yang dilakukan Voltron menggunakan teknologi bawaan Voltron, yang membuat Lita tidak bisa banyak membantu
Untuk mengurangi rasa frustasinya, Lita hanya bisa melampiaskannya pada samsak di depannya saat ini.
“Masih dua belas hari lagi..” Lita benar-benar tidak sabar untuk menyelesaikan ini semua.
===***===
Lord Deviant duduk di singgasana ruang tahtanya sambil menyusun rencana terakhir untuk menghadapi calon budak terakhir yang masih tersisa. Dari lima Power Rangers, tiga telah berhasil Ia rubah menjadi budak seks, satu masih ada di bumi melakukan persiapan dan satu lagi tinggal menunggu waktu untuk mengeksekusinya
Dari ketiga budak seks, satu sedang menaik turunkan tubuhnya di pangkuan Deviant, memompa anusnya yang penuh terisi penis Lord Deviant, sementara satu budak lainnya menjilati kantung zakar Deviant dan budak terakhir mengerjai calon budaknya
Sejak Val bersumpah untuk menjadi budak seks, Lord Deviant belum menyentuh Lexi sama sekali. Ia ingin menunggu Lexi siap dan mengucap sumpahnya secara sukarela
Namun bukan berarti Lexi dibiarkan begitu saja. Sudah dua hari ini tubuh lexi terbentang di sisi Deviant. Tubuh telanjang Lexi terpasang pada papan yang dibentuk seperti sebuah salib, dengan mulut tersumpal mouth gag berbentuk bola
Selama dua hari itu pula libido Lexi terus dipermainkan oleh Deviant dan tiga budaknya. Seperti saat ini, Lexi dipaksa menyaksikan Val memompa anusnya pada posisi reverse cowgirl, dipangku oleh Deviant di singgasana, sementara Liz bersimpuh di depan singgasana, lidahnya nampak menjilati batang penis tuannya yang keluar masuk dari anus Val. Sesekali Liz juga menghisap kantung zakar tuannya, diselingi menjilati dan menghisap klitoris Val
Lexi yang terikat pada salib tidak bisa berbuat banyak ketika Taylor menjilati vagina dan menggunakan kedua tangannya untuk memainkan payudara Lexi. Setiap Lexi akan mencapai orgasme, seluruh rangsangan akan dihentikan sama sekali, sehingga libido Lexi berada dalam posisi tanggung, ingin dipuaskan namun tangan dan kakinya terikat hingga ia tidak bisa melakukan apa-apa
Terlebih selain rangsangan dari mulut Taylor, Lexi juga dipaksa untuk menonton bagaimana Val, calon kekasihnya, begitu menikmati penis Deviant yang saat ini timbul-tenggelam di anus Val. Mata Lexi tidak bisa lepas dari indahnya payudara baru Val yang bergerak naik turun mengikuti gerakan tubuhnya
Saat ini Lexi yakin payudara Val telah mengalami perubahan. Sebelumnya ia ragu apakah payudara Val tampak lebih besar karena efek dari korset yang dikenakannya saat Ia menyerahkan diri pada Lord Deviant, namun setelah melihat tubuh telanjang Val tanpa tertutup sehelai benang pun, Lexi dapat memastikan kecurigaannya
Rangsangan dan live action di hadapannya membuat libido Lexi terus memuncak, namun di sisi lain ia tidak bisa mendapatkan klimaksnya. Hal itu membuat Lexi menjadi sangat frustasi, apalagi ia orgasmenya telah tertunda selama dua hari penuh. Rasa frustasi akibat gagal mencapai orgasme terus terakumulasi mengikis pertahanan mental Lexi
Secara berkala Deviant memerintahkan budaknya untuk melepas mouth gag Lexi dan memastikan apakah Ia sudah siap menerima nasib untuk menyusul ketiga temannya yang sudah menjadi budak seks Lord Deviant
Sejauh ini Lexi masih berhasil menolak pertanyaan itu, ia masih bisa mempertahankan akal sehatnya walaupun sudah sangat tipis yang tersisa. Liz yang mulai tidak sabar, memberikan kode kepada Taylor untuk bertukar posisi. Saat ini Taylor telah bersimpuh di hadapan singgasana, menstimulasi penis Lor Deviant beserta vagina budak seks terbarunya, sedangkan Liz berada tidak jauh dari Lexi
Liz yang memang pintar menghasut, mencoba membisikkan beberapa hal untuk menghancurkan sisa-sisa akal sehat Lexi
“Bagaimana Lexi? Apakah kau sudah siap untuk menyerahkan dirimu pada tuan kami?” Liz bertanya sambil meraba tubuh Lexi.
Liz menggunakan ujung kukunya untuk mengelus selangkangan, perut dan dada Lexi
“Mpphh” Lexi tidak bisa menjawab dengan mulutnya yang masih tersumpal mouthgag.
Namun gerakan kepalanya yang menggeleng menunjukkan bahwa ia masih mampu menolak, walaupun penolakan itu setengah hati
Hal itu terbukti dari pinggul Lexi yang langsung aktif untuk mencoba menggesekkan selangkangannya saat tangan Liz bergerak mendekati vagina Lexi
Menyadari hanya butuh satu dorongan lagi, Liz memancing Lexi dengan taktik yang sama ketia Ia meruntuhkan pertahanan Val
“Ayolah Lexi, apalagi yang kau tunggu? Coba lihat kekasihmu itu sedang asik menikmati penis Tuan Deviant dalam anusnya, lihatlah wajah Val, betapa bahagianya Ia menjadi budak seks” Liz mulai menghasut Lexi
Lexi yang terus menerus berada dalam puncak libidonya mulai mengikuti sugesti Liz, nampak matanya kosong menatap tumbukan antara pantat Val dengan penis raksasa Deviant yang bersarang di anus budak terbarunya itu
Liz berpindah posisi ke belakang Lexi sambil terus melancarkan hasutan lainnya.
“menyerahlah dan terima takdirmu Lexi” bisik Liz di telinga kiri Lexi sebelum ia menjilat bagian tengkuk Ranger Biru yang terikat tak berdaya itu.
Tangan Liz juga tidak tinggal diam, ia memainkan puting Lexi bergantian dengan klitorisnya
Lexi semakin tidak bisa berpikir jernih, ia kembali merasakan libidonya memuncak, namun sesaat sebelum ia mencapai klimaks, Liz menjauhkan dirinya namun masih berada di belakang Lexi yang mulai menangis
“Ooohhh penismu sangatlah nikmat tuan” perhatian Lexi dan Liz teralihkan saat Val kembali melolong ketika ia mencapai orgasmenya entah untuk kali keberapa
Posisi Val saat ini sedang berjongkok di penis Deviant yang kini menancap di vaginanya, dan Taylor masih bersimpuh di depan singgasana Deviant, menjilati batang penis tuannya hingga merammbah ke klitoris temannya itu
Cairan vagina Val menyembur deras seakan bermaksud memandikan Taylor yang kini rambut, wajah serta dadanya dibasahi cairan bening itu
Liz kembali mengalihkan perhatiannya ke Lexi yang sedang terisak. Namun Lexi masih menggeleng saat Liz kembali memintanya untuk menyerahkan diri
“Baiklah, ini penawaranku yang terakhir” Liz mencoba menggunakan teknik yang berhasil membuat Val menyerah
“Ini sebenarnya rahasia, tapi Tuan Deviant berjanji untuk memberikan perawanmu pada Val” Liz mencoba memberikan hasutan pamungkasnya
Lexi yang awalnya masih menolak, mulai nampak kebimbangan pada wajahnya. Hal itu ditangkap oleh Liz yang kemudian memberikan satu dorongan terakhir
“Dan aku tidak tahu jika ini memungkinkan, namun kau masih ingat dengan strap-on kami yang bisa menembakkan cairan seperti sperma itu kan?” Lexi mengangguk, mendengarkan dengan seksama, menunggu arah pertanyaan Liz
“Entah itu memungkinkan atau tidak, tapi dengan cairan itu, Val berniat untuk menghamilimu. Bukankah itu terdengar mengesankan? Val, orang yang kau cintai, akan meng - ha - mi - li - mu” Liz mengulang dan memberikan penekanan pada kelemahan Lexi
Pertahanan terakhir Lexi pun runtuh. Dari vaginanya merembes cairan yang begitu deras membayangkan Val menyetubuhi dan menghamilinya
Liz tersenyum, ia akhirnya berhasil menambahkan Lexi ke dalam koleksi budak seks Tuannya. “Bagaimana? Apakah kau siap?” Liz mencoba memastikan, disambut dengan anggukan lemah dari Lexi
Ia melepaskan mouth gag dari mulut Lexi yang nampak begitu kewalahan menahan libidonya. Liz lalu membuka rantai yang mengikat kedua tangan dan kaki Lexi. Setelah terikat dalam posisi itu selama dua hari, tubuh Lexi yang sudah begitu lemas otomatis ambruk ke lantai
“Hei, siapa yang menyuruhmu melepaskan Ranger Biru” protes Deviant saat melihat budaknya melepaskan Lexi dari salibnya, ia sedikit terkejut melihat Liz budaknya yang begitu lancang, namun Deviant lebih terkejut ketika Lexi yang terjatuh di lantai kemudian merangkak menuju singgasananya
Deviant baru saja berejakulasi dalam vagina Val yang masih berjongkok di pangkuannya. Perlahan penis Deviant yang sudah tidak begitu tegang, keluar dari vagina Val, diikuti spermanya yang menetes di singgasananya
Suasana ruang tahta begitu hening, Deviant Taylor dan Val menunggu apa yang akan dilakukan Ranger Biru, sedangkan Liz berjalan di belakang Lexi yang masih merangkak
Sesampainya di hadapan singgasana Deviant, Lexi memegang penis jumbo itu dengan kedua tangannya, perlahan ia membuka mulut untuk membersihkan sisa-sisa sperma dan cairan vagina Val yang masih menempel di batang penis Deviant “aku milikmu” ucap Lexi pelan
Deviant tertawa penuh kemenangan, ia lalu menatap Liz yang sedang berlutut di hadapannya “kerja bagus budakku, aku tidak menyangka akan secepat ini” pujinya pada Liz
“Apapun untukmu, tuanku” Liz berusaha tetap tenang dan menyembunyikan kegembiraannya saat tuannya memberikan pujian itu
“Baiklah, mari kita berpindah venue, di sini terlalu berantakan” ucap Deviant sebelum bangkit dari singgasananya dan berjalan menuju ruang tidurnya diikuti keempat budak seksnya
===***===
“Dengan kuasaku, saat ini kunyatakan kalian sebagai pasangan yang sah” ucap Lord Deviant pada Lexi dan Val yang berlutut di hadapannya, sedangkan agak jauh di belakang Taylor dan Liz menjadi ‘tamu’
Deviant dan keempat budaknya sedang berada di ruang tidur, roleplay pernikahan ini adalah usulan dari Taylor untuk mempercepat penyerahan diri Lexi pada tuannya. Deviant yang cukup tertarik dengan ide itu pun menyetujuinya
“Silakan cium pasanganmu dan penis tuanmu” Deviant berimprovisasi dan langsung dituruti kedua budak terbarunya
Lexi dan Val berpagutan dengan sangat panas, mereka saling melumat bibir dan lidah. Setelah selesai, mereka kompak menciumi kepala penis Deviant, lalu batangnya dan terus menjalar ke kantung zakarnya
“Baiklah, sesuai yang telah kujanjikan sebelumnya” Deviant lalu berpindah ke tempat tidur, diikuti keempat budaknya
Di satu sisi tempat tidur Lexi dan Val bergumul mesra menikmati ‘bulan madu’ mereka, sementara Deviant merangkul Taylor dan Liz di sisi lainnya kedua tangan Deviant mendarat di payudara Taylor dan Liz, sementara tangan kedua budaknya kompak hinggap di batang penis tuannya. Mereka bertiga menyaksikan dengan seksama persetubuhan pertama antara Lexi dan Val
Lexi yang sampai terlebih dahulu di tempat tidur, memposisikan dirinya telentang menyambut Val yang kemudian membungkuk di atas tubuh Lexi. Mereka berpagutan cukup lama hingga Val menghentikan lumatan Lexi pada bibirnya
“Terima kasih sudah mau menungguku Lexi, sekarang aku sudah siap” Val tersenyum manis, ia bermaksud melanjutkan topik pembahasan mereka di apartemen Val yang sempat tertunda “Sekarang aku ingin mendengar jawaban darimu” lanjutnya
“Teganya kamu Val, apakah semua ini masih belum cukup?” Lexi nampak tersipu, bahkan setelah prosesi ‘akad’ dipimpin oleh Deviant tadi, Val masih menanyakan hal tersebut.
“Aku mau..” ucap Lexi pelan
“Namun kondisinya saat ini telah berbeda, aku hanya bisa menerimamu untuk yang kedua, yang pertama dan utama tetap Tuan Deviant, apakah kau keberatan?” Val berusaha memastikan “Aku tidak mengira kekasihku sepolos ini” jawab Lexi singkat “Bukankah kita semua sama, yang terpenting hanyalah untuk melayani Tuan Deviant” lanjutnya lagi
Mendengar itu Deviant terkekeh pelan, posisinya saat ini sedang dioral oleh Liz, sementara Taylor bersimpuh di sampingnya, menyodorkan payudaranya itu ke mulut tuannya. Namun fokus mereka bertiga masih tertuju kepada Lexi dan Val
Saat ini Val sedang bangkit berdiri untuk memasang strap-on hitamnya. Lexi menunggu sambil memainkan vaginanya dengan jarinya sendiri, mempersiapkan lubang perawannya itu untuk kekasihnya yang kini berstatus budak seks musuh bebuyutan mereka
Setelah strap-onnya terpasang, Val kembali merangkak ke atas tubuh Lexi, keduanya kembali berpagutan hangat sambil sesekali tangan mereka saling merangsang pasangannya. Tangan Val mengelus dan meraba vagina Lexi, sementara tangan Lexi menggenggam dan mengocok strap-on Val
“Kau siap?” tanya Val setelah merasa vagina Lexi sudah cukup basah, yang dijawab Lexi dengan anggukan lemah. Dada Lexi begitu berdebar menantikan momen saat strap-on Val akan membelah vagina perawannya
Liz berpindah posisi ke belakang Lexi sambil terus melancarkan hasutan lainnya.
“menyerahlah dan terima takdirmu Lexi” bisik Liz di telinga kiri Lexi sebelum ia menjilat bagian tengkuk Ranger Biru yang terikat tak berdaya itu.
Tangan Liz juga tidak tinggal diam, ia memainkan puting Lexi bergantian dengan klitorisnya
Lexi semakin tidak bisa berpikir jernih, ia kembali merasakan libidonya memuncak, namun sesaat sebelum ia mencapai klimaks, Liz menjauhkan dirinya namun masih berada di belakang Lexi yang mulai menangis
“Ooohhh penismu sangatlah nikmat tuan” perhatian Lexi dan Liz teralihkan saat Val kembali melolong ketika ia mencapai orgasmenya entah untuk kali keberapa
Posisi Val saat ini sedang berjongkok di penis Deviant yang kini menancap di vaginanya, dan Taylor masih bersimpuh di depan singgasana Deviant, menjilati batang penis tuannya hingga merammbah ke klitoris temannya itu
Cairan vagina Val menyembur deras seakan bermaksud memandikan Taylor yang kini rambut, wajah serta dadanya dibasahi cairan bening itu
Liz kembali mengalihkan perhatiannya ke Lexi yang sedang terisak. Namun Lexi masih menggeleng saat Liz kembali memintanya untuk menyerahkan diri
“Baiklah, ini penawaranku yang terakhir” Liz mencoba menggunakan teknik yang berhasil membuat Val menyerah
“Ini sebenarnya rahasia, tapi Tuan Deviant berjanji untuk memberikan perawanmu pada Val” Liz mencoba memberikan hasutan pamungkasnya
Lexi yang awalnya masih menolak, mulai nampak kebimbangan pada wajahnya. Hal itu ditangkap oleh Liz yang kemudian memberikan satu dorongan terakhir
“Dan aku tidak tahu jika ini memungkinkan, namun kau masih ingat dengan strap-on kami yang bisa menembakkan cairan seperti sperma itu kan?” Lexi mengangguk, mendengarkan dengan seksama, menunggu arah pertanyaan Liz
“Entah itu memungkinkan atau tidak, tapi dengan cairan itu, Val berniat untuk menghamilimu. Bukankah itu terdengar mengesankan? Val, orang yang kau cintai, akan meng - ha - mi - li - mu” Liz mengulang dan memberikan penekanan pada kelemahan Lexi
Pertahanan terakhir Lexi pun runtuh. Dari vaginanya merembes cairan yang begitu deras membayangkan Val menyetubuhi dan menghamilinya
Liz tersenyum, ia akhirnya berhasil menambahkan Lexi ke dalam koleksi budak seks Tuannya. “Bagaimana? Apakah kau siap?” Liz mencoba memastikan, disambut dengan anggukan lemah dari Lexi
Ia melepaskan mouth gag dari mulut Lexi yang nampak begitu kewalahan menahan libidonya. Liz lalu membuka rantai yang mengikat kedua tangan dan kaki Lexi. Setelah terikat dalam posisi itu selama dua hari, tubuh Lexi yang sudah begitu lemas otomatis ambruk ke lantai
“Hei, siapa yang menyuruhmu melepaskan Ranger Biru” protes Deviant saat melihat budaknya melepaskan Lexi dari salibnya, ia sedikit terkejut melihat Liz budaknya yang begitu lancang, namun Deviant lebih terkejut ketika Lexi yang terjatuh di lantai kemudian merangkak menuju singgasananya
Deviant baru saja berejakulasi dalam vagina Val yang masih berjongkok di pangkuannya. Perlahan penis Deviant yang sudah tidak begitu tegang, keluar dari vagina Val, diikuti spermanya yang menetes di singgasananya
Suasana ruang tahta begitu hening, Deviant Taylor dan Val menunggu apa yang akan dilakukan Ranger Biru, sedangkan Liz berjalan di belakang Lexi yang masih merangkak
Sesampainya di hadapan singgasana Deviant, Lexi memegang penis jumbo itu dengan kedua tangannya, perlahan ia membuka mulut untuk membersihkan sisa-sisa sperma dan cairan vagina Val yang masih menempel di batang penis Deviant “aku milikmu” ucap Lexi pelan
Deviant tertawa penuh kemenangan, ia lalu menatap Liz yang sedang berlutut di hadapannya “kerja bagus budakku, aku tidak menyangka akan secepat ini” pujinya pada Liz
“Apapun untukmu, tuanku” Liz berusaha tetap tenang dan menyembunyikan kegembiraannya saat tuannya memberikan pujian itu
“Baiklah, mari kita berpindah venue, di sini terlalu berantakan” ucap Deviant sebelum bangkit dari singgasananya dan berjalan menuju ruang tidurnya diikuti keempat budak seksnya
===***===
“Dengan kuasaku, saat ini kunyatakan kalian sebagai pasangan yang sah” ucap Lord Deviant pada Lexi dan Val yang berlutut di hadapannya, sedangkan agak jauh di belakang Taylor dan Liz menjadi ‘tamu’
Deviant dan keempat budaknya sedang berada di ruang tidur, roleplay pernikahan ini adalah usulan dari Taylor untuk mempercepat penyerahan diri Lexi pada tuannya. Deviant yang cukup tertarik dengan ide itu pun menyetujuinya
“Silakan cium pasanganmu dan penis tuanmu” Deviant berimprovisasi dan langsung dituruti kedua budak terbarunya
Lexi dan Val berpagutan dengan sangat panas, mereka saling melumat bibir dan lidah. Setelah selesai, mereka kompak menciumi kepala penis Deviant, lalu batangnya dan terus menjalar ke kantung zakarnya
“Baiklah, sesuai yang telah kujanjikan sebelumnya” Deviant lalu berpindah ke tempat tidur, diikuti keempat budaknya
Di satu sisi tempat tidur Lexi dan Val bergumul mesra menikmati ‘bulan madu’ mereka, sementara Deviant merangkul Taylor dan Liz di sisi lainnya kedua tangan Deviant mendarat di payudara Taylor dan Liz, sementara tangan kedua budaknya kompak hinggap di batang penis tuannya. Mereka bertiga menyaksikan dengan seksama persetubuhan pertama antara Lexi dan Val
Lexi yang sampai terlebih dahulu di tempat tidur, memposisikan dirinya telentang menyambut Val yang kemudian membungkuk di atas tubuh Lexi. Mereka berpagutan cukup lama hingga Val menghentikan lumatan Lexi pada bibirnya
“Terima kasih sudah mau menungguku Lexi, sekarang aku sudah siap” Val tersenyum manis, ia bermaksud melanjutkan topik pembahasan mereka di apartemen Val yang sempat tertunda “Sekarang aku ingin mendengar jawaban darimu” lanjutnya
“Teganya kamu Val, apakah semua ini masih belum cukup?” Lexi nampak tersipu, bahkan setelah prosesi ‘akad’ dipimpin oleh Deviant tadi, Val masih menanyakan hal tersebut.
“Aku mau..” ucap Lexi pelan
“Namun kondisinya saat ini telah berbeda, aku hanya bisa menerimamu untuk yang kedua, yang pertama dan utama tetap Tuan Deviant, apakah kau keberatan?” Val berusaha memastikan “Aku tidak mengira kekasihku sepolos ini” jawab Lexi singkat “Bukankah kita semua sama, yang terpenting hanyalah untuk melayani Tuan Deviant” lanjutnya lagi
Mendengar itu Deviant terkekeh pelan, posisinya saat ini sedang dioral oleh Liz, sementara Taylor bersimpuh di sampingnya, menyodorkan payudaranya itu ke mulut tuannya. Namun fokus mereka bertiga masih tertuju kepada Lexi dan Val
Saat ini Val sedang bangkit berdiri untuk memasang strap-on hitamnya. Lexi menunggu sambil memainkan vaginanya dengan jarinya sendiri, mempersiapkan lubang perawannya itu untuk kekasihnya yang kini berstatus budak seks musuh bebuyutan mereka
Setelah strap-onnya terpasang, Val kembali merangkak ke atas tubuh Lexi, keduanya kembali berpagutan hangat sambil sesekali tangan mereka saling merangsang pasangannya. Tangan Val mengelus dan meraba vagina Lexi, sementara tangan Lexi menggenggam dan mengocok strap-on Val
“Kau siap?” tanya Val setelah merasa vagina Lexi sudah cukup basah, yang dijawab Lexi dengan anggukan lemah. Dada Lexi begitu berdebar menantikan momen saat strap-on Val akan membelah vagina perawannya
Val memposisikan strap-onnya tepat di depan bibir vagina Lexi lalu digeseknya perlahan untuk sedikit membasahi strap-on hitamnya itu. “Nghhh” Lexi melenguh ketika dirasakannya strap-on berukuran besar yang memang dibuat seukuran penis Deviant itu mulai membelah bibir vaginanya dan masuk sedikit demi sedikit
“Sakit sayang?” Val menghentikan penetrasinya sejenak, Ia sedikit tidak tega melihat ekspresi kekasihnya.
“Lanjutkan saja sayang, aku masih bisa menahannya” tanpa sadar Lexi ikut terbawa memanggil Val dengan sebutan ‘sayang’
Setelah bertahun-tahun saling memendam perasaan, mereka berdua kini bisa bebas mengekspresikannya, walaupun dalam kondisi menjadi budak seks. Rasa senang yang dirasakan Lexi mampu mengalahkan rasa sakit di selangkangannya
Val terus mendorong strap-onnya perlahan hingga terasa menabrak sesuatu dalam liang vagina Lexi. Ia menatapnya dalam-dalam lalu memastikan “kau siap sayang? Ini akan terasa sakit” Val masih ingat saat beberapa hari lalu perawannya direnggut oleh tuan mereka
Pertanyaan Val kembali dijawab oleh anggukan kecil dari Lexi sambil tersenyum, senyum yang begitu manis, ditujukan pada kekasih yang begitu dicintainya
“Hnng.. Ooohh” Lexi mendesah panjang saat Val mendorong seluruh penisnya dalam satu hentakan. Cairan vagina Lexi menyembur begitu kencang membasahi perut Val. Orgasme yang didapatkan saat kehilangan perawan oleh Val terasa begitu nikmat, ditambah selama dua hari ke belakang libidonya berada dalam kondisi memuncak namun tidak bisa klimaks
Beberapa saat mereka terdiam dalam posisi itu, Val mencoba menggelitik klitoris Lexi dengan tangannya, untuk meredakan rasa sakit yang dialami kekasihnya yang baru saja kehilangan selaput daranya.
Setelah memastikan tidak ada ekspresi kesakitan pada wajah Lexi, Val mulai memompa strap-onnya dengan tempo pelan, lama kelamaan menjadi cepat. Keduanya terlarut dalam persutubuhan perdana mereka yang begitu hangat
Seiring berjalannya waktu, Lexi mulai aktif mencari kenikmatannya, ia menyambut hentakan strap-on Val dengan ikut memajukan selangkangannya, membuat strap-on itu tenggelam semakin dalam ke liang vaginanya
Sementara itu, di sisi lain tempat tidur, Deviant dan dua budaknya yang lain juga sudah mengalihkan fokus mereka dari Lexi dan Val. Saat ini mereka sedang threesome dengan Liz di-sandwich Taylor dan tuan mereka
Deviant berbaring telentang, di atas tubuhnya Liz dalam posisi merangkak dengan penis tuannya tertancap dalam vaginanya, sementara strap-on pink milik Taylor mengacak-acak anusnya. Ruang tidur Deviant dipenuhi oleh erangan dan desahan penuh kenikmatan dari empat budak seks yang saling mengejar kenikmatannya masing-masing
Lexi yang semakin bergairah lalu mendorong tubuh Val hingga telentang. Saat ini mereka sedang dalam posisi cowgirl atau WOT, Lexi yang berada di atas membungkukkan badannya untuk memagut bibir Val. Posisi ini membuat kedua payudara mereka beradu dengan indah
Menyadari Deviant yang berpindah ke belakangnya, Lexi bergidik ngeri. Ia masih belum membayangkan bagaimana rasanya dua lubang di selangkangannya dimasuki batang raksasa secara bersamaan. Namun saat ia melihat Liz di-sandwich di sebelahnya tad, Ia nampak begitu menikmatinya, tanpa sadar Lexi sekarang menantikan Lord Deviant untuk segera membobol anusnya kembali
Namun rupanya perkiraan Lexi salah, Deviant menempelkan kepala penisnya bukan ke anusnya, melainkan ke mulut vagina Val yang sedang dalam posisi telentang di bawah, menikmati Lexi yang bergoyang di atasnya
Dalam sekali dorongan, penis Deviant berhasil menembus vagina Val, menyebabkan budak ketiganya itu meraih orgasme seketika. Val nampak seperti orang kesurupan, pupilnya tidak terlihat menyisakan bagian putihnya saja, punggungnya melengkung indah dan kedua tangannya mencengkram tempat tidur dengan erat
Klimaks yang Ia dapatkan dari penis tuannya membuat tubuhnya semakin sensitif, strap-onnya yang sedari tadi masih ditunggangi oleh Lexi mendadak terasa lebih nikmat dalam vagina kekasihnya itu, membuat Val kembali dilanda orgasme, kali ini dari strap-on hitamnya yang menyemburkan cairan putih yang sangat deras ke dalam vagina Lexi
Merasakan ada semburan hangat dalam vaginanya, Lexi pun ikut mencapai klimaksnya beberapa detik kemudian
“Kupikir Val akan ketagihan sensasi ini juga” Entah sejak kapan Taylor dan Liz sudah selesai bersetubuh dan berbaring di sisi kiri dan kanan Val. Mengamati bagaimana tuan mereka mampu membuat kedua budak barunya orgasme dalam reaksi berantai
===***===
Lita sedang memandangi hitung mundur di monitor ruang kontrol markas Power Rangers
“Masih sepuluh hari..”
Ia benar-benar gusar akan nasib keempat temannya. Berulang kali Voltron mengingatkan Lita untuk menjaga kondisi selalu prima, baik fisik maupun psikisnya
“Jika tidak bisa mempercepat persiapan, setidaknya aku harus bisa melakukan sesuatu untuk meningkatkan kemungkinan menyelamatkan mereka” Lita telah membulatkan tekadnya tanpa menghiraukan peringatan dari Voltron.
===***===
Deviant dan ketiga budaknya sedang berada di ruang laboratorium, mereka berempat mengamati alteration pod, menunggu hasilnya keluar. Taylor, Liz, dan Val yang tidak mengetahui rencana Deviant hanya bisa menunggu dengan rasa penasaran apa yang akan tuan mereka ubah pada tubuh Lexi yang sedang berada di alteration pod itu
Setelah menunggu beberapa saat, alteration pod akhirnya terbuka. Ketiga budak lainnya memperhatikan Lexi yang teruduk di alteration pod, mereka nampak kebingungan karena sama sekali tidak terlihat perubahan pada tubuh budak seks ‘junior’ mereka
Lexi yang merasa diperhatikan Val dan dua budak lain hanya tersenyum lalu turun dari alteration pod, menghampiri tuannya. Ia lalu mendekap lengan Deviant, menggoda tuannya itu lalu berkata “mari kita lanjutkan tuan, aku sudah tidak sabar”
Deviant tersenyum melihat budak terbarunya itu, ia lalu mengajak seluruh budaknya untuk kembali ke ruang tahta. Taylor, Liz dan Val yang masih kebingungan menuruti perintah tuannya dan berjalan mengikuti Deviant yang masih digandeng oleh Lexi
“Sakit sayang?” Val menghentikan penetrasinya sejenak, Ia sedikit tidak tega melihat ekspresi kekasihnya.
“Lanjutkan saja sayang, aku masih bisa menahannya” tanpa sadar Lexi ikut terbawa memanggil Val dengan sebutan ‘sayang’
Setelah bertahun-tahun saling memendam perasaan, mereka berdua kini bisa bebas mengekspresikannya, walaupun dalam kondisi menjadi budak seks. Rasa senang yang dirasakan Lexi mampu mengalahkan rasa sakit di selangkangannya
Val terus mendorong strap-onnya perlahan hingga terasa menabrak sesuatu dalam liang vagina Lexi. Ia menatapnya dalam-dalam lalu memastikan “kau siap sayang? Ini akan terasa sakit” Val masih ingat saat beberapa hari lalu perawannya direnggut oleh tuan mereka
Pertanyaan Val kembali dijawab oleh anggukan kecil dari Lexi sambil tersenyum, senyum yang begitu manis, ditujukan pada kekasih yang begitu dicintainya
“Hnng.. Ooohh” Lexi mendesah panjang saat Val mendorong seluruh penisnya dalam satu hentakan. Cairan vagina Lexi menyembur begitu kencang membasahi perut Val. Orgasme yang didapatkan saat kehilangan perawan oleh Val terasa begitu nikmat, ditambah selama dua hari ke belakang libidonya berada dalam kondisi memuncak namun tidak bisa klimaks
Beberapa saat mereka terdiam dalam posisi itu, Val mencoba menggelitik klitoris Lexi dengan tangannya, untuk meredakan rasa sakit yang dialami kekasihnya yang baru saja kehilangan selaput daranya.
Setelah memastikan tidak ada ekspresi kesakitan pada wajah Lexi, Val mulai memompa strap-onnya dengan tempo pelan, lama kelamaan menjadi cepat. Keduanya terlarut dalam persutubuhan perdana mereka yang begitu hangat
Seiring berjalannya waktu, Lexi mulai aktif mencari kenikmatannya, ia menyambut hentakan strap-on Val dengan ikut memajukan selangkangannya, membuat strap-on itu tenggelam semakin dalam ke liang vaginanya
Sementara itu, di sisi lain tempat tidur, Deviant dan dua budaknya yang lain juga sudah mengalihkan fokus mereka dari Lexi dan Val. Saat ini mereka sedang threesome dengan Liz di-sandwich Taylor dan tuan mereka
Deviant berbaring telentang, di atas tubuhnya Liz dalam posisi merangkak dengan penis tuannya tertancap dalam vaginanya, sementara strap-on pink milik Taylor mengacak-acak anusnya. Ruang tidur Deviant dipenuhi oleh erangan dan desahan penuh kenikmatan dari empat budak seks yang saling mengejar kenikmatannya masing-masing
Lexi yang semakin bergairah lalu mendorong tubuh Val hingga telentang. Saat ini mereka sedang dalam posisi cowgirl atau WOT, Lexi yang berada di atas membungkukkan badannya untuk memagut bibir Val. Posisi ini membuat kedua payudara mereka beradu dengan indah
Menyadari Deviant yang berpindah ke belakangnya, Lexi bergidik ngeri. Ia masih belum membayangkan bagaimana rasanya dua lubang di selangkangannya dimasuki batang raksasa secara bersamaan. Namun saat ia melihat Liz di-sandwich di sebelahnya tad, Ia nampak begitu menikmatinya, tanpa sadar Lexi sekarang menantikan Lord Deviant untuk segera membobol anusnya kembali
Namun rupanya perkiraan Lexi salah, Deviant menempelkan kepala penisnya bukan ke anusnya, melainkan ke mulut vagina Val yang sedang dalam posisi telentang di bawah, menikmati Lexi yang bergoyang di atasnya
Dalam sekali dorongan, penis Deviant berhasil menembus vagina Val, menyebabkan budak ketiganya itu meraih orgasme seketika. Val nampak seperti orang kesurupan, pupilnya tidak terlihat menyisakan bagian putihnya saja, punggungnya melengkung indah dan kedua tangannya mencengkram tempat tidur dengan erat
Klimaks yang Ia dapatkan dari penis tuannya membuat tubuhnya semakin sensitif, strap-onnya yang sedari tadi masih ditunggangi oleh Lexi mendadak terasa lebih nikmat dalam vagina kekasihnya itu, membuat Val kembali dilanda orgasme, kali ini dari strap-on hitamnya yang menyemburkan cairan putih yang sangat deras ke dalam vagina Lexi
Merasakan ada semburan hangat dalam vaginanya, Lexi pun ikut mencapai klimaksnya beberapa detik kemudian
“Kupikir Val akan ketagihan sensasi ini juga” Entah sejak kapan Taylor dan Liz sudah selesai bersetubuh dan berbaring di sisi kiri dan kanan Val. Mengamati bagaimana tuan mereka mampu membuat kedua budak barunya orgasme dalam reaksi berantai
===***===
Lita sedang memandangi hitung mundur di monitor ruang kontrol markas Power Rangers
“Masih sepuluh hari..”
Ia benar-benar gusar akan nasib keempat temannya. Berulang kali Voltron mengingatkan Lita untuk menjaga kondisi selalu prima, baik fisik maupun psikisnya
“Jika tidak bisa mempercepat persiapan, setidaknya aku harus bisa melakukan sesuatu untuk meningkatkan kemungkinan menyelamatkan mereka” Lita telah membulatkan tekadnya tanpa menghiraukan peringatan dari Voltron.
===***===
Deviant dan ketiga budaknya sedang berada di ruang laboratorium, mereka berempat mengamati alteration pod, menunggu hasilnya keluar. Taylor, Liz, dan Val yang tidak mengetahui rencana Deviant hanya bisa menunggu dengan rasa penasaran apa yang akan tuan mereka ubah pada tubuh Lexi yang sedang berada di alteration pod itu
Setelah menunggu beberapa saat, alteration pod akhirnya terbuka. Ketiga budak lainnya memperhatikan Lexi yang teruduk di alteration pod, mereka nampak kebingungan karena sama sekali tidak terlihat perubahan pada tubuh budak seks ‘junior’ mereka
Lexi yang merasa diperhatikan Val dan dua budak lain hanya tersenyum lalu turun dari alteration pod, menghampiri tuannya. Ia lalu mendekap lengan Deviant, menggoda tuannya itu lalu berkata “mari kita lanjutkan tuan, aku sudah tidak sabar”
Deviant tersenyum melihat budak terbarunya itu, ia lalu mengajak seluruh budaknya untuk kembali ke ruang tahta. Taylor, Liz dan Val yang masih kebingungan menuruti perintah tuannya dan berjalan mengikuti Deviant yang masih digandeng oleh Lexi
Setibanya di ruang tahta, Deviant langsung duduk di singgasananya, sementara Lexi sedang ‘dipersiapkan’ oleh ketiga budak lainnya
Sambil menunggu, Deviant memanggil Alpha untuk memberikan laporan hasil pengamatannya pada markas Power Rangers yang sekarang hanya tersisa Voltron dan Lita saja
“Di monitor ruang kontrol mereka terpampang angka hitung mundur yang menunjukkan perhitungan 10 hari 16 jam tuan” Alpha mulai melaporkan hasil temuannya “Sepertinya itu waktu persiapan mereka untuk menyergap kapal kita” lanjutnya
“Bagus, itu masih dalam lingkup persiapan rencanaku. Bagaimana dengan lokasi jebakan yang telah kuminta beberapa hari lalu?”
“Sudah siap kapanpun akan kau gunakan tuan” jawab Alpha
“Ada hal lain yang perlu kau laporkan?”
“Satu hal lagi tuan, saat aku mengamati beberapa ruangan lain di markas Rangers dan menemukan Voltron sedang menganalisis kalung budak seks. Namun sepertinya itu model lama, kalung budak seks 1.0, sementara yang kita gunakan pada Ranger Pink dan Kuning saat menangkapnya adalah versi 2.0 dan yang saat ini mereka pakai sudah 3.0. Menurut analisisku, seharusnya ini bisa tuan gunakan untuk rencana terakhir kita”
Deviant tertawa sangat kencang “bagus, bagus sekali. Tidak kusangka akan semudah ini. Dengan ini maka kemenanganku sudah di depan mata, kita tinggal menunggu Lita mengantarkan hadiah utamanya. Ranger Merah, budak seks terakhir..”
Pembahasan Deviant dan Alpha terhenti saat keempat budak seksnya kembali ke ruang tahta. Alpha lalu menyingkir untuk memberikan ruang pada Deviant dan keempat budak seksnya
Mereka berempat mengenakan kostum khas budak seks, korset, rok pendek yang ketat, stocking dan sepatu high heels dengan warna masing-masing sesuai ranger suit mereka
Taylor mengenakan warna pink, Liz warna kuning, Val warna hitam dan terakhir Lexi mengenakan warna biru
Jika dibandingkan dengan ketiga budak lain, hanya ada satu perbedaan pada Lexi, ia tidak mengenakan ikat leher
Sesampainya di hadapan singgasana tuan mereka, keempat budak seks itu berlutut. Lexi berada di depan sementara ketiga budak lainnya berada beberapa langkah di belakang Lexi
“Aku sudah siap tuanku” ucap Lexi singkat. Ia sudah menantikan momen ini untuk dapat menerima ikat leher budak seks agar sama seperti teman dan kekasihnya
“Bagus, kalau begitu, katakan, siapa yang harus kau layani, Ranger Biru?”
“Hanya kau seorang, tuanku”
“Bagaimana dengan ranger hitam kekasihmu itu?”
“Dia tidak lebih dari nomer dua untukku tuan. Yang pertama dan utama hanyalah tuanku Lord Deviant. Dan aku yakin Val juga berpikiran sama sepertiku” jawab Lexi yang disusul anggukan pelan namun terlihat sangat mantap dari Val di belakangnya
“Budak pintar” puji Deviant “Kau pasti sudah mengetahui tentang kalung ini” lanjutnya sambil menunjukkan sebuah ikat leher dengan batu berwarna putih
“Ya Tuan, mereka sudah menceritakannya padaku. Aku tidak sabar untuk bisa memakainya”
“Kalau begitu kemarilah budakku” ucap Deviant
Lexi bangkit, mendekati singgasana Deviant, lalu bersimpuh di hadapan tuannya untuk menerima ikat leher itu. Ia merapikan rambutnya sebelum memasang ikat leher tersebut lalu mundur beberapa langkah dan berlutut kembali
Deviant mengamati batu pada ikat leher Lexi perlahan berubah warna dari putih menjadi biru.
“Kalau begitu apakah kau sudah siap untuk melayaniku budak?”
“Kapanpun kau inginkan tuan, aku milikmu, segalanya kupersembahkan hanya untukmu”
“Apa yang bisa kau persembahkan untukku saat ini? Deviant coba memancing
“Bagaimana dengan vaginaku yang telah perawan kembali tuan?” Lexi coba menawarkan, diiringi oleh ketiga budak lain di belakangnya yang mengangguk kompak seolah mereka akhirnya mendapat jawaban atas rasa penasaran mereka saat di laboratorium tadi
Rupanya proses alteration pod Lexi sebelumnya adalah untuk memodifikasi vaginanya menjadi perawan kembali. Pantas saja Taylor, Liz dan Val tidak melihat perubahan pada diri Lexi antara sebelum dan setelah ia keluar dari alteration pod
“Bagus, kalau begitu kemarilah dan persembahkan vagina perawanmu itu untukku” Deviant lalu menyibakkan jubahnya, memamerkan penis jumbonya yang menggantung
Lexi lalu bangkit dan berjalan menuju singgasana Deviant. Ia berjongkok di depan selangkangan tuannya lalu mulai melahap penis raksasa itu
Ketiga budak lainnya ikut maju mendekati singgasana tuan mereka. Taylor dan Liz berdiri di samping kiri dan kanan Lord Deviant, bergantian mencium dan menyodorkan payudara mereka untuk dilumat tuannya, sementara Val berjongkok di belakang Lexi dan memeluk kekasihnya itu
“Dasar pelacur, kupikir perawanmu hanya untukku” Val berbisik ke telinga Lexi sembari tangannya memainkan payudara Lexi dari belakang dan tangan lainnya hinggap dan mengelus kantung zakar tuannya
Walaupun terdengar seperti memprotes keputusan kekasihnya, sama sekali tidak ada sedikitpun rasa tidak suka yang terlihat di wajahnya
“Sluurrp.. puah itu kan kemarin sayang, saat aku belum menjadi budak seks tuan kita. Sekarang setelah menjadi budak seks, aku juga ingin diperawani oleh penis ini sama seperti kalian” jawab Lexi disela-sela hisapannya pada penis tuannya
Setelah dirasa cukup keras, Lexi lalu bangkit memposisikan dirinya berjongkok di atas singgasana, membelakangi tuannya. Tangannya mengatur posisi penis tuannya itu di mulut vaginanya
Taylor dan Liz saat ini ‘membekap’ wajah tuan mereka dengan dua pasang payudara mereka. Deviant sedikit mendorong tubuh kedua budaknya itu untuk menikmati momen Lexi menyerahkan perawannya
Sedangkan Val sudah siap berjongkok di hadapan selangkangan tuannya, lidahnya ia arahkan ke vagina Lexi untuk membantu kekasihnya
Setelah dirasa pas, Lexi perlahan menurunkan pantatnya. “Ooohh ini besar sekali” erangnya. Meskipun telah beberapa kali merasakan penis Deviant di anusnya, serta strap-on Val di vaginanya tempo hari, Lexi masih terlena akan momen pertama kalinya penis Deviant menembus vagina perawannya
Saat merasa penisnya menabrak sesuatu, Deviant tanpa sabar langsung menghujamkan penisnya, membuat Lexi orgasme seketika, seolah ingin memandikan Val dengan cairan vaginanya yang begitu deras
Rasa sakit yang dirasakan tidak sebanding dengan kenikmatan dari penis Deviant, ditambah lidah Val yang terus menjilati klitorisnya seperti anjing yang sedang menjilati tulang favoritnya
“Ini adalah perawan Ranger keempat yang kunikmati, sebentar lagi vagina perawan Ranger kelima sekaligus terakhir akan menjadi milikku juga” ucap Deviant sambil menikmati Lexi yang memompa tubuhnya naik turun di atas penis tuannya. “Dan kalian lah yang akan membawanya padaku”
“Oohhh.. apapunhh.. keinginanhh.. muuhhh.. tuann..” Lexi menjawab terbata-bata sambil terus memompa tubuhnya, mengejar orgasme yang telah membutakannya dari akal sehat
“Sesuai keinginanmu, Tuan” ketiga budak lainnya kompak menjawab sambil terus memberikan rangsangan pada tuannya.
BERSAMBUNG..
Sambil menunggu, Deviant memanggil Alpha untuk memberikan laporan hasil pengamatannya pada markas Power Rangers yang sekarang hanya tersisa Voltron dan Lita saja
“Di monitor ruang kontrol mereka terpampang angka hitung mundur yang menunjukkan perhitungan 10 hari 16 jam tuan” Alpha mulai melaporkan hasil temuannya “Sepertinya itu waktu persiapan mereka untuk menyergap kapal kita” lanjutnya
“Bagus, itu masih dalam lingkup persiapan rencanaku. Bagaimana dengan lokasi jebakan yang telah kuminta beberapa hari lalu?”
“Sudah siap kapanpun akan kau gunakan tuan” jawab Alpha
“Ada hal lain yang perlu kau laporkan?”
“Satu hal lagi tuan, saat aku mengamati beberapa ruangan lain di markas Rangers dan menemukan Voltron sedang menganalisis kalung budak seks. Namun sepertinya itu model lama, kalung budak seks 1.0, sementara yang kita gunakan pada Ranger Pink dan Kuning saat menangkapnya adalah versi 2.0 dan yang saat ini mereka pakai sudah 3.0. Menurut analisisku, seharusnya ini bisa tuan gunakan untuk rencana terakhir kita”
Deviant tertawa sangat kencang “bagus, bagus sekali. Tidak kusangka akan semudah ini. Dengan ini maka kemenanganku sudah di depan mata, kita tinggal menunggu Lita mengantarkan hadiah utamanya. Ranger Merah, budak seks terakhir..”
Pembahasan Deviant dan Alpha terhenti saat keempat budak seksnya kembali ke ruang tahta. Alpha lalu menyingkir untuk memberikan ruang pada Deviant dan keempat budak seksnya
Mereka berempat mengenakan kostum khas budak seks, korset, rok pendek yang ketat, stocking dan sepatu high heels dengan warna masing-masing sesuai ranger suit mereka
Taylor mengenakan warna pink, Liz warna kuning, Val warna hitam dan terakhir Lexi mengenakan warna biru
Jika dibandingkan dengan ketiga budak lain, hanya ada satu perbedaan pada Lexi, ia tidak mengenakan ikat leher
Sesampainya di hadapan singgasana tuan mereka, keempat budak seks itu berlutut. Lexi berada di depan sementara ketiga budak lainnya berada beberapa langkah di belakang Lexi
“Aku sudah siap tuanku” ucap Lexi singkat. Ia sudah menantikan momen ini untuk dapat menerima ikat leher budak seks agar sama seperti teman dan kekasihnya
“Bagus, kalau begitu, katakan, siapa yang harus kau layani, Ranger Biru?”
“Hanya kau seorang, tuanku”
“Bagaimana dengan ranger hitam kekasihmu itu?”
“Dia tidak lebih dari nomer dua untukku tuan. Yang pertama dan utama hanyalah tuanku Lord Deviant. Dan aku yakin Val juga berpikiran sama sepertiku” jawab Lexi yang disusul anggukan pelan namun terlihat sangat mantap dari Val di belakangnya
“Budak pintar” puji Deviant “Kau pasti sudah mengetahui tentang kalung ini” lanjutnya sambil menunjukkan sebuah ikat leher dengan batu berwarna putih
“Ya Tuan, mereka sudah menceritakannya padaku. Aku tidak sabar untuk bisa memakainya”
“Kalau begitu kemarilah budakku” ucap Deviant
Lexi bangkit, mendekati singgasana Deviant, lalu bersimpuh di hadapan tuannya untuk menerima ikat leher itu. Ia merapikan rambutnya sebelum memasang ikat leher tersebut lalu mundur beberapa langkah dan berlutut kembali
Deviant mengamati batu pada ikat leher Lexi perlahan berubah warna dari putih menjadi biru.
“Kalau begitu apakah kau sudah siap untuk melayaniku budak?”
“Kapanpun kau inginkan tuan, aku milikmu, segalanya kupersembahkan hanya untukmu”
“Apa yang bisa kau persembahkan untukku saat ini? Deviant coba memancing
“Bagaimana dengan vaginaku yang telah perawan kembali tuan?” Lexi coba menawarkan, diiringi oleh ketiga budak lain di belakangnya yang mengangguk kompak seolah mereka akhirnya mendapat jawaban atas rasa penasaran mereka saat di laboratorium tadi
Rupanya proses alteration pod Lexi sebelumnya adalah untuk memodifikasi vaginanya menjadi perawan kembali. Pantas saja Taylor, Liz dan Val tidak melihat perubahan pada diri Lexi antara sebelum dan setelah ia keluar dari alteration pod
“Bagus, kalau begitu kemarilah dan persembahkan vagina perawanmu itu untukku” Deviant lalu menyibakkan jubahnya, memamerkan penis jumbonya yang menggantung
Lexi lalu bangkit dan berjalan menuju singgasana Deviant. Ia berjongkok di depan selangkangan tuannya lalu mulai melahap penis raksasa itu
Ketiga budak lainnya ikut maju mendekati singgasana tuan mereka. Taylor dan Liz berdiri di samping kiri dan kanan Lord Deviant, bergantian mencium dan menyodorkan payudara mereka untuk dilumat tuannya, sementara Val berjongkok di belakang Lexi dan memeluk kekasihnya itu
“Dasar pelacur, kupikir perawanmu hanya untukku” Val berbisik ke telinga Lexi sembari tangannya memainkan payudara Lexi dari belakang dan tangan lainnya hinggap dan mengelus kantung zakar tuannya
Walaupun terdengar seperti memprotes keputusan kekasihnya, sama sekali tidak ada sedikitpun rasa tidak suka yang terlihat di wajahnya
“Sluurrp.. puah itu kan kemarin sayang, saat aku belum menjadi budak seks tuan kita. Sekarang setelah menjadi budak seks, aku juga ingin diperawani oleh penis ini sama seperti kalian” jawab Lexi disela-sela hisapannya pada penis tuannya
Setelah dirasa cukup keras, Lexi lalu bangkit memposisikan dirinya berjongkok di atas singgasana, membelakangi tuannya. Tangannya mengatur posisi penis tuannya itu di mulut vaginanya
Taylor dan Liz saat ini ‘membekap’ wajah tuan mereka dengan dua pasang payudara mereka. Deviant sedikit mendorong tubuh kedua budaknya itu untuk menikmati momen Lexi menyerahkan perawannya
Sedangkan Val sudah siap berjongkok di hadapan selangkangan tuannya, lidahnya ia arahkan ke vagina Lexi untuk membantu kekasihnya
Setelah dirasa pas, Lexi perlahan menurunkan pantatnya. “Ooohh ini besar sekali” erangnya. Meskipun telah beberapa kali merasakan penis Deviant di anusnya, serta strap-on Val di vaginanya tempo hari, Lexi masih terlena akan momen pertama kalinya penis Deviant menembus vagina perawannya
Saat merasa penisnya menabrak sesuatu, Deviant tanpa sabar langsung menghujamkan penisnya, membuat Lexi orgasme seketika, seolah ingin memandikan Val dengan cairan vaginanya yang begitu deras
Rasa sakit yang dirasakan tidak sebanding dengan kenikmatan dari penis Deviant, ditambah lidah Val yang terus menjilati klitorisnya seperti anjing yang sedang menjilati tulang favoritnya
“Ini adalah perawan Ranger keempat yang kunikmati, sebentar lagi vagina perawan Ranger kelima sekaligus terakhir akan menjadi milikku juga” ucap Deviant sambil menikmati Lexi yang memompa tubuhnya naik turun di atas penis tuannya. “Dan kalian lah yang akan membawanya padaku”
“Oohhh.. apapunhh.. keinginanhh.. muuhhh.. tuann..” Lexi menjawab terbata-bata sambil terus memompa tubuhnya, mengejar orgasme yang telah membutakannya dari akal sehat
“Sesuai keinginanmu, Tuan” ketiga budak lainnya kompak menjawab sambil terus memberikan rangsangan pada tuannya.
BERSAMBUNG..
cerita sex yes, fuck my pussy. good dick. Big cock. Yes cum inside. lick my nipples. my tits are tingling. drink my breast. milk nipples. play with my big tits. fuck my vagina until I get pregnant. play "Adult sex games" with me. satisfy your cock in my wet vagina. Asian girl hottes gorgeus. lonte, lc ngentot live, pramugari ngentot, wikwik, selebgram open BO,cerbung,cam show, naked nude, tiktok viral bugil sange, link bokep viral terbaru