Di tahun 1999, di sebuah ruangan kelas kampus yang sepi di karena orang-orang sedang berada di aula penerimaan toga wisuda, seorang pria bersujud di hadapan wanita, “Maukah kau menikah dan menghabiskan sisa hidupmu bersama ku?”.
Hermanto nama pria yang sedang bersujud sambil memegang sebuah cincin permata di hadapan seorang wanita cantik bernama Mariana yang telah lama ia taksir.
“Aku mau.” Jawab Mariana sambil tangannya berlahan mengambil cincin dari tangan Hermanto sebagai tanda penerimaannya.
Hermanto yang senang cintanya di terima spontan memeluk Mariana, senyum bahagia tampak di wajahnya.
“Minggu depan, 2 Hari lagi keluargaku akan pindah kota, beri tau keluargamu kalau besok malam aku dan keluarga ku akan mampir.” Ucap Hermanto sambil tetap memeluk wanita yang barusan menerima cintanya.
“Tidakkah ini terlalu cepat? aku tau keluarga kita juga sudah dekat tapi kan..”
Mariana yang belum sempat menyelesaikan kalimatnya langsung di potong Hermanto sambil mendorong sedikit bahu Mariana agar ia bisa melihat kedua bola mata Mariana.
“Aku tidak ingin kehilanganmu, jika tidak begini, entah kapan lagi aku bisa melihatmu.” kata Hermanto.
Mariana seperti terhipnotis saat melihat keseriusan Hermanto dari matanya spontan menjawab “Baiklah”.
Tanpa kedua orang yang sedang berbahagia ini sadari ada seorang wanita yang memetikkan air mata di balik pintu, berjalan kearah keluar kampus, tangannya mengusap air matanya.
*****
18 Tahun kemudian, 2017.
*Ting (Suara pesan masuk)
“Aku sudah sampai, meja nomor 27, kamu sudah sampai mana?” pesan dari seorang wanita kepada sahabatnya yang baru balik dari luar kota.
Setelah membaca pesan wanita tersebut langsung tersenyum sumringah mencari meja nomor 27.
“Sabrina!” panggilan dari wanita sambil berjalan mendekati meja no 27 adalah yang tak lain Mariana.
“Wah.. Tidak terasa sudah 18 tahun sejak kita terakhir bertemu. Kamu tampak jauh berbeda dari dulu!” sambung Mariana yang kaget melihat perubahaan fashion Sabrina.
“Kamu tau Mar. wanita muda memang senang di bilang begitu tapi untuk wanita tua seperti aku lebih senang di bilang tidak berubah loh.” jawab Sabrina sambil tersenyum.
Sabrina dan Mariana dulu hanya berpakaian celana panjang dan baju lengan panjang yang serba ketutup, sehingga membuat Mariana pangling saat melihat Sabrina untuk pertama kali setelah sekian lama.
“Tapi kan kenyataan begitu, kamu tampak keren sekali. Oh Iya, ini Aditya, anakku yang berusia 14 tahun. Aditya, ini tante Sabrina, sahabat ibu sejak lama.” kata Mariana sambil memperkenalkan anaknya yang sedari tadi memainkan Smartphonenya.
“Halo tante” jawab Aditya sambil melihat ke arah Sabrina dan sedikit menurunkan kepalanya tanda hormat.
“Halo sayang.” sapa balik Sabrina sambil senyum ke arah Aditya.
Aditya yang merasa canggung kembali melihat layar Smartphonenya.
“Ah.. Ini anakku, Rizky” giliran Sabrina yang memperkenalkan anaknya.
“Halo tante” tampak sedikit merah di muka Rizky saat menyapa Mariana.
“Wah.. kamu tampak keren seperti mamamu.” Senyum manis manis Mariana terpancar saat memuji Rizky yang membuat Rizky semakin salting, menunduk.
“Jadi Mar, kapan sampainya?” tanya Sabrina.
“Baru kemarin, Capek banget pindahan.” jawab Mariana sambil melihat ke langit membayangi apa yang telah ia lalui.
“Ini juga mau mendaftarkan Aditya sekolah Cinta kasih semester 2.” lanjut keluh Mariana.
"Wah.. bersebelahan doang dong dengan sekolah Rizky, ia kan ky" ucap Sabrina melihat ke arah anaknya
"A.. a..ah.. ia.. ia.. sebelah.." jawab Rizky tergagap-gagap.
Hermanto nama pria yang sedang bersujud sambil memegang sebuah cincin permata di hadapan seorang wanita cantik bernama Mariana yang telah lama ia taksir.
“Aku mau.” Jawab Mariana sambil tangannya berlahan mengambil cincin dari tangan Hermanto sebagai tanda penerimaannya.
Hermanto yang senang cintanya di terima spontan memeluk Mariana, senyum bahagia tampak di wajahnya.
“Minggu depan, 2 Hari lagi keluargaku akan pindah kota, beri tau keluargamu kalau besok malam aku dan keluarga ku akan mampir.” Ucap Hermanto sambil tetap memeluk wanita yang barusan menerima cintanya.
“Tidakkah ini terlalu cepat? aku tau keluarga kita juga sudah dekat tapi kan..”
Mariana yang belum sempat menyelesaikan kalimatnya langsung di potong Hermanto sambil mendorong sedikit bahu Mariana agar ia bisa melihat kedua bola mata Mariana.
“Aku tidak ingin kehilanganmu, jika tidak begini, entah kapan lagi aku bisa melihatmu.” kata Hermanto.
Mariana seperti terhipnotis saat melihat keseriusan Hermanto dari matanya spontan menjawab “Baiklah”.
Tanpa kedua orang yang sedang berbahagia ini sadari ada seorang wanita yang memetikkan air mata di balik pintu, berjalan kearah keluar kampus, tangannya mengusap air matanya.
*****
18 Tahun kemudian, 2017.
*Ting (Suara pesan masuk)
“Aku sudah sampai, meja nomor 27, kamu sudah sampai mana?” pesan dari seorang wanita kepada sahabatnya yang baru balik dari luar kota.
Setelah membaca pesan wanita tersebut langsung tersenyum sumringah mencari meja nomor 27.
“Sabrina!” panggilan dari wanita sambil berjalan mendekati meja no 27 adalah yang tak lain Mariana.
“Wah.. Tidak terasa sudah 18 tahun sejak kita terakhir bertemu. Kamu tampak jauh berbeda dari dulu!” sambung Mariana yang kaget melihat perubahaan fashion Sabrina.
“Kamu tau Mar. wanita muda memang senang di bilang begitu tapi untuk wanita tua seperti aku lebih senang di bilang tidak berubah loh.” jawab Sabrina sambil tersenyum.
Sabrina dan Mariana dulu hanya berpakaian celana panjang dan baju lengan panjang yang serba ketutup, sehingga membuat Mariana pangling saat melihat Sabrina untuk pertama kali setelah sekian lama.
“Tapi kan kenyataan begitu, kamu tampak keren sekali. Oh Iya, ini Aditya, anakku yang berusia 14 tahun. Aditya, ini tante Sabrina, sahabat ibu sejak lama.” kata Mariana sambil memperkenalkan anaknya yang sedari tadi memainkan Smartphonenya.
“Halo tante” jawab Aditya sambil melihat ke arah Sabrina dan sedikit menurunkan kepalanya tanda hormat.
“Halo sayang.” sapa balik Sabrina sambil senyum ke arah Aditya.
Aditya yang merasa canggung kembali melihat layar Smartphonenya.
“Ah.. Ini anakku, Rizky” giliran Sabrina yang memperkenalkan anaknya.
“Halo tante” tampak sedikit merah di muka Rizky saat menyapa Mariana.
“Wah.. kamu tampak keren seperti mamamu.” Senyum manis manis Mariana terpancar saat memuji Rizky yang membuat Rizky semakin salting, menunduk.
“Jadi Mar, kapan sampainya?” tanya Sabrina.
“Baru kemarin, Capek banget pindahan.” jawab Mariana sambil melihat ke langit membayangi apa yang telah ia lalui.
“Ini juga mau mendaftarkan Aditya sekolah Cinta kasih semester 2.” lanjut keluh Mariana.
"Wah.. bersebelahan doang dong dengan sekolah Rizky, ia kan ky" ucap Sabrina melihat ke arah anaknya
"A.. a..ah.. ia.. ia.. sebelah.." jawab Rizky tergagap-gagap.
Sabrina melihat rizky gagap menjadi yakin kalau Rizky suka dengan temannya Mariana.
"Kalau begitu tolong sekalian jagain anak tante yah" Ucap Mariana sambil senyum ke arah Rizky yang semakin membuat Rizky salting.
Pembicaraan antara Sabrina dan Mariana terus berlanjut, Aditya tetap sibuk dengan Smartphonenya, dan Rizky sibuk menunduk sambil sesekali mencuri pandang ke arah Mariana.
“Maaa.. Pulang yuk..” Rengek Aditya yang sudah sanggat jenuh dengan pertemuan ini.
“Eh.. sudah jam segini saja.. Sab.. kita lanjut lain waktu ya..” Ucap Mariana.
“Ah ~ Gimana kalau kita lanjut di kantorku saja besok?“ tanya Sabrina.
Belum sempat Mariana menjawab, “nanti aku kirim alamatnya.” lanjut sabrina
“Baiklah ku rasa itu ide bagus. Sampai jumpa di kantormu Sab, Risky tante duluan ya” Ucap Mariana sendari berdiri berjalan keluar cafe.
Dari belakang Sabrina tersenyum sinis melihat Mariana.
***
Malam harinya di meja makan Mariana bercerita “Herman, kamu masih ingat Sabrina? tadi aku ketemuan dengan dia.”
“Masihlah, Gimana kabar dia? sudah lama sekali aku tidak jumpa dia, lain kali aku harus ikut.” ucap Hermanto semangat.
“Dia sehat-sehat saja, sudah nikah dan punya anak..“ kata Mariana.
Mariana pun mencerikan panjang lebar dengan semangat tentang pertemuan kembalinya dia dengan sahabatnya, sedangkan Aditya hanya diam menikmati makan malamnya sambil mendengar mamanya cerita.
***
Keesokan harinya di perusahaan Sabrina, Mariana datang bersama Aditya.
“Wahhh.. Ma, Gedung punya tante Sabrina besar sekali” kagum Aditya melihat gedung bertingkat 62 lantai.
“ia, tante Sabrina pasti berkerja sangat keras untuk ini.” ucap Mariana sambil memegang tangan Aditya berjalan masuk ke dalam kantor tersebut.
“Maarr” terdengar teriakan dari arah kanan yang tak lain adalah Sabrina yang sedari tadi menunggu kedatangan sahabatnya.
“Gimana sayang? kamu suka gedung tante?” tanya Sabrina ke Aditya sambil sedikit membungkukkan badannya.
“Besar sekalinya tante, Keren” balas Aditya.
“Ini belum apa-apa, tunggu saja apa yang akan tante tunjukan nanti.” Ucap Sabrina
“Liandra.” Sambung Sabrina menyebut nama tersebut dengan tegas.
Seketika seorang wanita yang dari tadi berdiri di belakang Sabrina melangkah maju kedepan.
“Ini seketaris tante, Panggil saja kak Lia, Dia yang akan membawa kamu ke ruangan bermain dan yang terpenting tante punya konsole game terbaru yang belum keluar loh” Sabrina mencoba membuat Aditya semangat menanti apa yang ada di ruangan bermain nantinya.
“Lia bawa Aditya, sekalian kamu jaga. jika ia lapar, biarkan dia pesan apa pun yang ia mau.” Perintah Sabrian.
“Baik madam. Mari.” Jawab Liandra sambil menjulurkan tangannya dan membawanya ke elevator sebelah kanan.
“Oke sekarang kita bisa ngobrol sepuasnya” Ucap Sabrina dengan nada puas.
Mariana sedari tadi melihat ke 2 orang pria yang berdiri tegap di belakang Sabrina.
“Oh.. meraka 2 nih pengawalku tidak apa kok” Ucap Sabrina yang menyadari mata Mariana merasa tidak nyaman dengan 2 pria pengawalnya.
Mata Mariana melihat papan kecil di baju pengawal berbadan besar tersebut bertulisan Bobby dan yang bertubuh kurus bernama Rony.
“Yuk Mar kita ngobrol di ruanganku saja.” Ajak Sabrina sambil berjalan menuju elevator yang berbeda dengan yang di naikkan Liandra dan Aditya tadi.
"Kalau begitu tolong sekalian jagain anak tante yah" Ucap Mariana sambil senyum ke arah Rizky yang semakin membuat Rizky salting.
Pembicaraan antara Sabrina dan Mariana terus berlanjut, Aditya tetap sibuk dengan Smartphonenya, dan Rizky sibuk menunduk sambil sesekali mencuri pandang ke arah Mariana.
“Maaa.. Pulang yuk..” Rengek Aditya yang sudah sanggat jenuh dengan pertemuan ini.
“Eh.. sudah jam segini saja.. Sab.. kita lanjut lain waktu ya..” Ucap Mariana.
“Ah ~ Gimana kalau kita lanjut di kantorku saja besok?“ tanya Sabrina.
Belum sempat Mariana menjawab, “nanti aku kirim alamatnya.” lanjut sabrina
“Baiklah ku rasa itu ide bagus. Sampai jumpa di kantormu Sab, Risky tante duluan ya” Ucap Mariana sendari berdiri berjalan keluar cafe.
Dari belakang Sabrina tersenyum sinis melihat Mariana.
***
Malam harinya di meja makan Mariana bercerita “Herman, kamu masih ingat Sabrina? tadi aku ketemuan dengan dia.”
“Masihlah, Gimana kabar dia? sudah lama sekali aku tidak jumpa dia, lain kali aku harus ikut.” ucap Hermanto semangat.
“Dia sehat-sehat saja, sudah nikah dan punya anak..“ kata Mariana.
Mariana pun mencerikan panjang lebar dengan semangat tentang pertemuan kembalinya dia dengan sahabatnya, sedangkan Aditya hanya diam menikmati makan malamnya sambil mendengar mamanya cerita.
***
Keesokan harinya di perusahaan Sabrina, Mariana datang bersama Aditya.
“Wahhh.. Ma, Gedung punya tante Sabrina besar sekali” kagum Aditya melihat gedung bertingkat 62 lantai.
“ia, tante Sabrina pasti berkerja sangat keras untuk ini.” ucap Mariana sambil memegang tangan Aditya berjalan masuk ke dalam kantor tersebut.
“Maarr” terdengar teriakan dari arah kanan yang tak lain adalah Sabrina yang sedari tadi menunggu kedatangan sahabatnya.
“Gimana sayang? kamu suka gedung tante?” tanya Sabrina ke Aditya sambil sedikit membungkukkan badannya.
“Besar sekalinya tante, Keren” balas Aditya.
“Ini belum apa-apa, tunggu saja apa yang akan tante tunjukan nanti.” Ucap Sabrina
“Liandra.” Sambung Sabrina menyebut nama tersebut dengan tegas.
Seketika seorang wanita yang dari tadi berdiri di belakang Sabrina melangkah maju kedepan.
“Ini seketaris tante, Panggil saja kak Lia, Dia yang akan membawa kamu ke ruangan bermain dan yang terpenting tante punya konsole game terbaru yang belum keluar loh” Sabrina mencoba membuat Aditya semangat menanti apa yang ada di ruangan bermain nantinya.
“Lia bawa Aditya, sekalian kamu jaga. jika ia lapar, biarkan dia pesan apa pun yang ia mau.” Perintah Sabrian.
“Baik madam. Mari.” Jawab Liandra sambil menjulurkan tangannya dan membawanya ke elevator sebelah kanan.
“Oke sekarang kita bisa ngobrol sepuasnya” Ucap Sabrina dengan nada puas.
Mariana sedari tadi melihat ke 2 orang pria yang berdiri tegap di belakang Sabrina.
“Oh.. meraka 2 nih pengawalku tidak apa kok” Ucap Sabrina yang menyadari mata Mariana merasa tidak nyaman dengan 2 pria pengawalnya.
Mata Mariana melihat papan kecil di baju pengawal berbadan besar tersebut bertulisan Bobby dan yang bertubuh kurus bernama Rony.
“Yuk Mar kita ngobrol di ruanganku saja.” Ajak Sabrina sambil berjalan menuju elevator yang berbeda dengan yang di naikkan Liandra dan Aditya tadi.
“Yuk..” Mariana tanpa bertanya hanya mengikuti Maraiana sambil di belakangnya di ikuti oleh 2 pengawal tersebut memasuki elevator.
“Hari ini kamu ada acara apa mar?” tanya Sabrina membuka pembicaraan.
“Tak ada, Harmanto nanti malam baru pulang, sedangkan aku kepikiran tentang mencari pekerjaan untuk mengisi waktu luang saja. Apa kamu ada perkerjaan yang sesuai untuk aku Sab?” Tanya balik Mariana.
“Tentu, Aku bisa mengaturnya” Jawab Sabrina.
“Sab apa kita tidak salah? kenapa elevatornya turun ya?” tanya Mariana dengan nada heran.
Sabrina yang tidak mengubris memberi kode angukan ke aras Rony dari pantulan elevator.
Rony yang menerima kode dari bosnya mengambil Stun Gun dan mengarahkan ke atas tunguk Mariana.
“Aggkk” kaget Mariana yang seketika tidak sadarkan diri.
***
"Ughh.." Suara lemas Mariana yang mulai sadar.
Berlahan matanya melihat dirinya sudah telanjang dari ujung kaki hingga bajunya sudah terlepas semua dan sadar kedua tanggannya sedang di ikat dengan tali yang di gantung pada gancu ke atas.
Mariana walau merasa lemas tetapi tetap berusaha melepas ikatan tersebut, berlahan matanya mulai melihat sekeliling dimana sudah ada Sabrina yang berdiri sambil membaca selembar kertas, 2 pengawal yang salah satunya sedang merekam, di sisi kiri kanan seperti penjara dimana setiap selnya berisikan 1 orang wanita yang menggunakan lingerie yang menggoda.
"Sab.. lepaskan aku, ada apa ini?" Tanya Mariana yang masih bingung dengan apa yang terjadi.
Sabrina dengan tersenyum sinis melangkahkan sepatu hak heelsnnya 'Tak Tak Tak' mendekati Mariana, Mata Sabrina melihat ke atas Mariana.
“Mariana, Tinggi 168 cm, Berat badan 62 kg.”
Sambil mata Sabrina berlahan-lahan menerawagin tubuh Mariana dari atas hingga bawah. “Puting pink kecoklatan anak 1”.
Sesaat Sabrina terdiam “Apakah Aditya bukan anak kamu? kok bisa?” lanjut Sabrina sambil bertanya.
Mariana hanya bisa menahan malu dengan lemas “Aku mohon Sab cukup, Kenapa kamu melakukan ini?”
Sabrina kembali melihat mata Mariana, dengan tatapan tajam “BERHENTI KAU BILANG? KAU SUDAH LUPA APA YANG KAU LAKUKAN?” kemarahan Sabrina beledak.
Semua mata yang ada di ruangan itu termasuk wanita-wanita yang berada di dalam sel melihat ke arah Sabrina, suasana menjadi hening dan tegang.
Huff.. kembali Sabrina mengatur napas dan kemarahannya.
“Baiklah kalau kau sudah melupakannya, Akan ku buat kau ingat kembali, 18 tahun yang lalu di sebuah ruangan kosong hari kelulusan kita, aku melihat kau di lamar oleh Hermanto dan kau menerimanya. Kau Mariana, Sahabat yang paling ku percaya, kau yang paling tau perasaanku pada Hermanto, 9 tahun aku mencintai dia, kau yang paling tau kondisi keluargaku yang kelilit utang sana sini, tapi kau juga yang mendorong aku ke jurang kehancuran ini.”
Mariana teringat akan kenangan itu hanya bisa menangis tanpa berkata-kata.
“Kau sudah mengigatnya? baguslah mari kita lanjutkan lagi” ucap Sabrina sambil senyum seperti tidak ada apa-apa.
“Bra cup 36C bulat padat, Jadi kenapa bisa puting tokedmu bisa se-sexy ini? Apakah Aditya adalah anak angkat?” kembali Sabrina bertanya ke Mariana.
“Aditya adalah anakku, hanya saja saat itu ada kelainan hormon yang membuat aku tidak bisa menyusi dia.“
“Hmm.. Baiklah.” Ucap Sabrian seperti tidak peduli.
“Lanjut, lingkar pinggang 71cm, lingkar pantat 94cm, Wah bulu memek berbentuk segitiga, apakah ini kesukaan Hermanto? seakan memberi tau di sinilah lubangnya, mesum juga ternyata dia.“
“Hari ini kamu ada acara apa mar?” tanya Sabrina membuka pembicaraan.
“Tak ada, Harmanto nanti malam baru pulang, sedangkan aku kepikiran tentang mencari pekerjaan untuk mengisi waktu luang saja. Apa kamu ada perkerjaan yang sesuai untuk aku Sab?” Tanya balik Mariana.
“Tentu, Aku bisa mengaturnya” Jawab Sabrina.
“Sab apa kita tidak salah? kenapa elevatornya turun ya?” tanya Mariana dengan nada heran.
Sabrina yang tidak mengubris memberi kode angukan ke aras Rony dari pantulan elevator.
Rony yang menerima kode dari bosnya mengambil Stun Gun dan mengarahkan ke atas tunguk Mariana.
“Aggkk” kaget Mariana yang seketika tidak sadarkan diri.
***
"Ughh.." Suara lemas Mariana yang mulai sadar.
Berlahan matanya melihat dirinya sudah telanjang dari ujung kaki hingga bajunya sudah terlepas semua dan sadar kedua tanggannya sedang di ikat dengan tali yang di gantung pada gancu ke atas.
Mariana walau merasa lemas tetapi tetap berusaha melepas ikatan tersebut, berlahan matanya mulai melihat sekeliling dimana sudah ada Sabrina yang berdiri sambil membaca selembar kertas, 2 pengawal yang salah satunya sedang merekam, di sisi kiri kanan seperti penjara dimana setiap selnya berisikan 1 orang wanita yang menggunakan lingerie yang menggoda.
"Sab.. lepaskan aku, ada apa ini?" Tanya Mariana yang masih bingung dengan apa yang terjadi.
Sabrina dengan tersenyum sinis melangkahkan sepatu hak heelsnnya 'Tak Tak Tak' mendekati Mariana, Mata Sabrina melihat ke atas Mariana.
“Mariana, Tinggi 168 cm, Berat badan 62 kg.”
Sambil mata Sabrina berlahan-lahan menerawagin tubuh Mariana dari atas hingga bawah. “Puting pink kecoklatan anak 1”.
Sesaat Sabrina terdiam “Apakah Aditya bukan anak kamu? kok bisa?” lanjut Sabrina sambil bertanya.
Mariana hanya bisa menahan malu dengan lemas “Aku mohon Sab cukup, Kenapa kamu melakukan ini?”
Sabrina kembali melihat mata Mariana, dengan tatapan tajam “BERHENTI KAU BILANG? KAU SUDAH LUPA APA YANG KAU LAKUKAN?” kemarahan Sabrina beledak.
Semua mata yang ada di ruangan itu termasuk wanita-wanita yang berada di dalam sel melihat ke arah Sabrina, suasana menjadi hening dan tegang.
Huff.. kembali Sabrina mengatur napas dan kemarahannya.
“Baiklah kalau kau sudah melupakannya, Akan ku buat kau ingat kembali, 18 tahun yang lalu di sebuah ruangan kosong hari kelulusan kita, aku melihat kau di lamar oleh Hermanto dan kau menerimanya. Kau Mariana, Sahabat yang paling ku percaya, kau yang paling tau perasaanku pada Hermanto, 9 tahun aku mencintai dia, kau yang paling tau kondisi keluargaku yang kelilit utang sana sini, tapi kau juga yang mendorong aku ke jurang kehancuran ini.”
Mariana teringat akan kenangan itu hanya bisa menangis tanpa berkata-kata.
“Kau sudah mengigatnya? baguslah mari kita lanjutkan lagi” ucap Sabrina sambil senyum seperti tidak ada apa-apa.
“Bra cup 36C bulat padat, Jadi kenapa bisa puting tokedmu bisa se-sexy ini? Apakah Aditya adalah anak angkat?” kembali Sabrina bertanya ke Mariana.
“Aditya adalah anakku, hanya saja saat itu ada kelainan hormon yang membuat aku tidak bisa menyusi dia.“
“Hmm.. Baiklah.” Ucap Sabrian seperti tidak peduli.
“Lanjut, lingkar pinggang 71cm, lingkar pantat 94cm, Wah bulu memek berbentuk segitiga, apakah ini kesukaan Hermanto? seakan memberi tau di sinilah lubangnya, mesum juga ternyata dia.“
Pertanyaan Sabrina hanya di balas diam oleh Mariana sambil memejamkan matanya berharap ini semua cepat berakhir.
“Tidak mau menjawab? baiklah, kau ku larang untuk mencukur bulu memek mulai sekarang.” perintah Sabrina
Mendengar itu Mariana melihat Sabrina dengan tatapan memelas ingin membantah tetapi berasa di cekek, suaranya tidak bisa keluar dari tenggorokannya dan Mariana kembali memalingkan mukanya dan pasrah.
“Hmm.. kayaknya aku akan buat bulu memek ku seperti ini.” ucap Sabrina sambil senyum sinis karena beberapa ide gila terlintah di kepalanya.
*Ting bunyi lift telah sampai.
“Wah.. wah.. jadi ini wanita yang telah membuatmu memendam dendam selama belasan tahun? cantik sekali.” suara laki-laki berperawakan tua, tinggi, gendut dan menggunakan jas hitam.
Mariana hanya bisa diam menahan malu dan memejamkan matanya.
“Kenapa kau di sini.” Tanya Sabrina dengan nada ketus.
“jangan begitu, perkenalkan aku suami Sabrina, Dirwanto.” Ucap Dirwanto sambil membenahi jas hitamnya.
“Sayang boleh aku mencobanya?” sambung Dirwanto sambil memelas kepada Sabrina.
Sabrina yang awalnya melotot melihat Dirwanto tiba-tiba tersenyum sinis.
“Boleh saja, Tapi dengan syarat kau harus membantu aku memperluas perdanganan obat dunia bawah milikku.” ucap Sabrina
“HAHAHAHA SEPAKAT!” ucap Dirwanto sambil ketawa.
Sabrina mengangkat tangannya dan tanpa berkata apa pun memberi tanda maju.
Seperti sudah mengerti Boddy langsung melangkah maju membawa sebuah tas di tangan kirinya di bantu oleh seorang cewek bernama Meli yang sedari tadi berdiri bersama di belakang.
Selagi Bobby menggunakan sarung tangan, Meli terlihat menyiapakn suntik yang berisi cairan dan memberikannya kepada Bobby. Dengan muka seriusnya Bobby langsung mengarahkan suntik tersebut ke pembuluh darah bagian leher Mariana.
Mariana yang sedari tadi takut menjadi semakin takut saat jarum suntuk tersebut di suntikan kedalam darahnya.
“Tenang saja, setelah ini akan bikin kamu merasakan enak tiada tara kok.” Ucap Sabrina sambil berlahan membelai wajah, toked hingga memek Mariana.
Berlahan mata Mariana mulai reliks tetapi jatungnya berdetak kencang, keringan yang mulai keluar dari tubuh putih mulusnya.
“jadi sudah bisa di santap?” tanya Dirwanto yang sedari tadi telah telanjang tanpa sehelai benang pada tubuhnya.
Kini tampak jelas perut buncitnya dengan kontol lemas karena usia. Sabrina melihat kontol Dirwanto sambil senyum meremehkan.
“Sudah, langsugn saja” ajak Sabrina.
Dirwanto mendekati tubuh mulus Mariana dan menjilat pipi turun ke leher.
“Lezat.. ini sangat lezat.. HAHAHA..” ucap Dirwanto sambil tangan kanannya di toket kanan Mariana dan mengesek-gesekkan kontolnya yang sepanjang 11cm di antara paha Mariana.
Sedangkan Sabrina mulai mencari titik rangsangan di area telinga dan tangannya berada toket kiri Mariana. Di serang rangsangan yang bertubi-tubi Mariana tidak bisa menahan desahan pada mulutnya. Bobby, Rony dan Meli hanya bisa diam menahan terangsang melihat tingkah bossnya.
“Ahhh..”
Crot.. crott.. di karenakan umur yang tidak muda lagi Dirwanto menembakan pejunya di antara paha Mariana.
“Dasar tua bangka lemah.” ledek Sabrina
“BOBBY” lanjut Sabrina memanggil Bobby.
“Tidak mau menjawab? baiklah, kau ku larang untuk mencukur bulu memek mulai sekarang.” perintah Sabrina
Mendengar itu Mariana melihat Sabrina dengan tatapan memelas ingin membantah tetapi berasa di cekek, suaranya tidak bisa keluar dari tenggorokannya dan Mariana kembali memalingkan mukanya dan pasrah.
“Hmm.. kayaknya aku akan buat bulu memek ku seperti ini.” ucap Sabrina sambil senyum sinis karena beberapa ide gila terlintah di kepalanya.
*Ting bunyi lift telah sampai.
“Wah.. wah.. jadi ini wanita yang telah membuatmu memendam dendam selama belasan tahun? cantik sekali.” suara laki-laki berperawakan tua, tinggi, gendut dan menggunakan jas hitam.
Mariana hanya bisa diam menahan malu dan memejamkan matanya.
“Kenapa kau di sini.” Tanya Sabrina dengan nada ketus.
“jangan begitu, perkenalkan aku suami Sabrina, Dirwanto.” Ucap Dirwanto sambil membenahi jas hitamnya.
“Sayang boleh aku mencobanya?” sambung Dirwanto sambil memelas kepada Sabrina.
Sabrina yang awalnya melotot melihat Dirwanto tiba-tiba tersenyum sinis.
“Boleh saja, Tapi dengan syarat kau harus membantu aku memperluas perdanganan obat dunia bawah milikku.” ucap Sabrina
“HAHAHAHA SEPAKAT!” ucap Dirwanto sambil ketawa.
Sabrina mengangkat tangannya dan tanpa berkata apa pun memberi tanda maju.
Seperti sudah mengerti Boddy langsung melangkah maju membawa sebuah tas di tangan kirinya di bantu oleh seorang cewek bernama Meli yang sedari tadi berdiri bersama di belakang.
Selagi Bobby menggunakan sarung tangan, Meli terlihat menyiapakn suntik yang berisi cairan dan memberikannya kepada Bobby. Dengan muka seriusnya Bobby langsung mengarahkan suntik tersebut ke pembuluh darah bagian leher Mariana.
Mariana yang sedari tadi takut menjadi semakin takut saat jarum suntuk tersebut di suntikan kedalam darahnya.
“Tenang saja, setelah ini akan bikin kamu merasakan enak tiada tara kok.” Ucap Sabrina sambil berlahan membelai wajah, toked hingga memek Mariana.
Berlahan mata Mariana mulai reliks tetapi jatungnya berdetak kencang, keringan yang mulai keluar dari tubuh putih mulusnya.
“jadi sudah bisa di santap?” tanya Dirwanto yang sedari tadi telah telanjang tanpa sehelai benang pada tubuhnya.
Kini tampak jelas perut buncitnya dengan kontol lemas karena usia. Sabrina melihat kontol Dirwanto sambil senyum meremehkan.
“Sudah, langsugn saja” ajak Sabrina.
Dirwanto mendekati tubuh mulus Mariana dan menjilat pipi turun ke leher.
“Lezat.. ini sangat lezat.. HAHAHA..” ucap Dirwanto sambil tangan kanannya di toket kanan Mariana dan mengesek-gesekkan kontolnya yang sepanjang 11cm di antara paha Mariana.
Sedangkan Sabrina mulai mencari titik rangsangan di area telinga dan tangannya berada toket kiri Mariana. Di serang rangsangan yang bertubi-tubi Mariana tidak bisa menahan desahan pada mulutnya. Bobby, Rony dan Meli hanya bisa diam menahan terangsang melihat tingkah bossnya.
“Ahhh..”
Crot.. crott.. di karenakan umur yang tidak muda lagi Dirwanto menembakan pejunya di antara paha Mariana.
“Dasar tua bangka lemah.” ledek Sabrina
“BOBBY” lanjut Sabrina memanggil Bobby.
Dan seperti sudah mengerti apa maksud dari bosnya, ia pun langsung menyuntikan sesuatu kepada kontol Dirwanto.
Berlahan kontol Dirwanto mulai membenkak dan memanjang hingga 16 cm, Walau kontolnya menjadi semakin besar tetapi tidak jauh berbeda dengan kontol Hermanto.
“Sabrina aku sudah tidak sabar, boleh aku mulai duluan?” mohon Dirwanto lagi.
“lakukan sesukamu” ketus Sabrina.
Mendapat izin penuh dari Sabrina, Dirwanto langsung berdiri di depan Mariana dan mengangkat paha kirinya.
“Tidak.. ku mohon.. jangan..” Ucap Mariana yang memelas.
Walau mulut dan akal sehat Mariana menolak tetapi berbeda dengan tubuh dan memeknya yang sudah basah karena efek obat dan ransangsang yang di terima.
“Mulutmu bilang begitu tapi memekmu sepertinya punya keinginnanya sendiri” ucap Sabrina sambil mengunakan jari telunjuk dan tengahnya mengolesin memek Mariana dan mengarahkan ke depan mata Mariana.
“Nah ini buktinya.” ucap Sabrina terus memasukkannya ke mulut Mariana dengan paksa.
Dirwanto yang sudah tidak sabar sedari tadi mengosokkan kontolnya di belahan memek Mariana mulai membelah memek Mariana dengan kontolnya.
“Aaahhh..” Desahan keluar dari mulut Mariana.
Nafsu Mariana telah mengambil alih tubuhnya, yang di pikirannya sekarang hanya bagaimana ia mendapatkan kenikmatan pada memeknya.
"Kau gak tau bertapa aku ingin menjamah tubuhmu saat pertama kali melihat fotomu" Kata Dirwanto yang menyadari Mariana sudah mulai menikmati kontolnya.
Dirwanto langsung mengunakan tangan kananya memegang rambut Mariana dan meyambar bibir sexy Mariana, Lidah Dirwanto bermain-main di dalam mulut Maraina dengan lihat sedangkan Mariana yang tidak mengerti hanya pasrah lidahnya di mainkan oleh Dirwanto.
Plok.. plok..
“Ah.. henti.. kan.. aahh.. hmm..” Ucap Mariana yang masih mengeluarkan usaha yang sia-sia tersebut sedangkan kontol Dirwanto terus menerus menyodok ke memeknya.
Di sisi lain Sabrina menjilati leher Mariana sambil kedua tangannya memaikan puting pink kecoklatan Mariana dari belakang.
“Meli ambilkan celana itu” perintah Sabrina.
“Baik madam” balas Meli yang langsung mengambil celana dalam yang terdapat dildo berukuran 19 cm lebih panjang dari kontol Dirwanto.
“ini madam” ujar Meli.
Berlahan Sabrina melepaskan pakaiannya dan megunakan celana dalam dildo tersebut. Mariana yang sedang memejamkan matanya menikmati memeknya di aduk kontol Dirwanto tidak melihat apa yang menghampirinya.
Sabrina berjalan ke belakang Mariana sambil mengoleskan pelumas kepada dildonya.
“Mengigat dulu kau juga pernah baik padaku, akan ku gunakan pelumas ini.” Guman Sabrina.
Dan emang benar Sabrina terkenal akan kekejamannya tidak mengunakan pelumas ketika hendak mengunakan dildo tersebut.
“Baiklah, waktunya bermain” guman Sabrina sambil mengarahkan dildo tersebut ke lubah pantat Mariana.
Mariana yang sadar ada benda asing pada pantatnya langsung berusaha melihat kebelakang. Dirwanto yang sudah tidak dapat menikmati bibir Mariana beralih menikmati puting toked Mariana. Dengan posisi tangan terikat Mariana tidak dapat melihat ke belakang apa yang sedang berusaha masuk ke lubang pantatnya.
“Tidak.. Sab.. Ku mohon jangan..” Ucap Mariana yang berusaha menarik simpati Sabrina.
Tetapi Sabrina tetap tidak peduli apa yang di katakan Mariana berlahan ia memasukkan kepala kontol dildo tersebut ke lubang pantat Mariana.
Berlahan kontol Dirwanto mulai membenkak dan memanjang hingga 16 cm, Walau kontolnya menjadi semakin besar tetapi tidak jauh berbeda dengan kontol Hermanto.
“Sabrina aku sudah tidak sabar, boleh aku mulai duluan?” mohon Dirwanto lagi.
“lakukan sesukamu” ketus Sabrina.
Mendapat izin penuh dari Sabrina, Dirwanto langsung berdiri di depan Mariana dan mengangkat paha kirinya.
“Tidak.. ku mohon.. jangan..” Ucap Mariana yang memelas.
Walau mulut dan akal sehat Mariana menolak tetapi berbeda dengan tubuh dan memeknya yang sudah basah karena efek obat dan ransangsang yang di terima.
“Mulutmu bilang begitu tapi memekmu sepertinya punya keinginnanya sendiri” ucap Sabrina sambil mengunakan jari telunjuk dan tengahnya mengolesin memek Mariana dan mengarahkan ke depan mata Mariana.
“Nah ini buktinya.” ucap Sabrina terus memasukkannya ke mulut Mariana dengan paksa.
Dirwanto yang sudah tidak sabar sedari tadi mengosokkan kontolnya di belahan memek Mariana mulai membelah memek Mariana dengan kontolnya.
“Aaahhh..” Desahan keluar dari mulut Mariana.
Nafsu Mariana telah mengambil alih tubuhnya, yang di pikirannya sekarang hanya bagaimana ia mendapatkan kenikmatan pada memeknya.
"Kau gak tau bertapa aku ingin menjamah tubuhmu saat pertama kali melihat fotomu" Kata Dirwanto yang menyadari Mariana sudah mulai menikmati kontolnya.
Dirwanto langsung mengunakan tangan kananya memegang rambut Mariana dan meyambar bibir sexy Mariana, Lidah Dirwanto bermain-main di dalam mulut Maraina dengan lihat sedangkan Mariana yang tidak mengerti hanya pasrah lidahnya di mainkan oleh Dirwanto.
Plok.. plok..
“Ah.. henti.. kan.. aahh.. hmm..” Ucap Mariana yang masih mengeluarkan usaha yang sia-sia tersebut sedangkan kontol Dirwanto terus menerus menyodok ke memeknya.
Di sisi lain Sabrina menjilati leher Mariana sambil kedua tangannya memaikan puting pink kecoklatan Mariana dari belakang.
“Meli ambilkan celana itu” perintah Sabrina.
“Baik madam” balas Meli yang langsung mengambil celana dalam yang terdapat dildo berukuran 19 cm lebih panjang dari kontol Dirwanto.
“ini madam” ujar Meli.
Berlahan Sabrina melepaskan pakaiannya dan megunakan celana dalam dildo tersebut. Mariana yang sedang memejamkan matanya menikmati memeknya di aduk kontol Dirwanto tidak melihat apa yang menghampirinya.
Sabrina berjalan ke belakang Mariana sambil mengoleskan pelumas kepada dildonya.
“Mengigat dulu kau juga pernah baik padaku, akan ku gunakan pelumas ini.” Guman Sabrina.
Dan emang benar Sabrina terkenal akan kekejamannya tidak mengunakan pelumas ketika hendak mengunakan dildo tersebut.
“Baiklah, waktunya bermain” guman Sabrina sambil mengarahkan dildo tersebut ke lubah pantat Mariana.
Mariana yang sadar ada benda asing pada pantatnya langsung berusaha melihat kebelakang. Dirwanto yang sudah tidak dapat menikmati bibir Mariana beralih menikmati puting toked Mariana. Dengan posisi tangan terikat Mariana tidak dapat melihat ke belakang apa yang sedang berusaha masuk ke lubang pantatnya.
“Tidak.. Sab.. Ku mohon jangan..” Ucap Mariana yang berusaha menarik simpati Sabrina.
Tetapi Sabrina tetap tidak peduli apa yang di katakan Mariana berlahan ia memasukkan kepala kontol dildo tersebut ke lubang pantat Mariana.
“Agghhh Sakiiitt Sabrina.. hentikan..” Teriak Mariana dan air mata mulai bercucuran di matanya.
“Apa yang kau rasakan belum seberapa dengan penderitaan yang selama ini ku rasakan.” Ucap Sabrina sambil memegang pinggang Mariana dan menekan dildonya masuk ke lubang pantat hingga kandas.
“AAARGH!!“
Teriak Mariana semakin keras karena ulah Sabrina hingga semua orang yang bersada di sana bisa mendengar teriakan tersebut tetapi bukan merasa iba, malah sebaliknya mereka melihat dengan tatapan sange karena hal tersebut sudah sering di lakukan oleh Sabrina di masa lalu.
Setelah dildo terbenam habis, Sabrina sengaja membiarkan sesaat untuk Mariana mengambil napas dan berlahan Sabrina menjilat pundah Mariana hingga ke telinga mencoba memberikan kenikmatan – kenikmatan yang bisa menutupi rasa sakit di pantatnya.
“Gimana kontol mainanku Mar, Enak bukan?” bisik Sabrina dari belakang.
Mariana membalas dengan mengelengkan kepalanya “Ampun Sab.. Hisk.. Sakit sekali.. aku tidak sanggup Hisk..” ucap Mariana naggis tersedu-sedu.
“Buset, jadi ini rasanya double penetration? Nikmat sekali.. bersasa semakin sempit memeknya” ucap Dirwanto yang sedari tadi terus menerus menyodokkan kontolnya di memek Mariana.
Plok.. Plok.. Plok..
“Ah.. Ahhh..” desah Dirwanto
Semakin lama ritme yang di mainkan semakin kencang dan lambat laut Mariana sudah tidak merasakan perih pada bagian lubang pantatnya.
Sabrina yang menyadari Mariana sudah dalam permainan ritmenya memegang dagu Mariana dan mencium bibir Mariana. Serantak mata Mariana melotot kaget karena ini pertama kalinya ia berciuman sesama wanita. Sensasi lembut antar bibir wanita, permainan lidah Sabrina di dalam mulut Mariana semua itu membuat biraninya bertambah beledak-ledak.
“Uggh.. aku sudah mau keluar, Boleh di dalam?” Ucap Dirwanto memejamkan matanya berusaha menahan spermanya selagi menunggu jawaban dari Sabrina.
Sabrina lantas melepas ciumannya dan menjawab.
“Boleh saja.” sambil tersenyum ke arah Mariana.
Mariana yang takut akan hamil langsung berusaha memberontak tetapi usahanya itu sia-sia karena Dirwanto yang sudah mendapatkan izin dari Sabrina langsung menggerakkan pinggulnya sekencang mungkin.
“Uggghhh.. Ahhh.. Nikmat sekali..” Ucap Dirwanto sambil menutup mata menghadap ke langit-langit dan tetap membenamkan kontolnya sedalam mungkin ke memek Mariana.
“Dasar makhluk gak ada harapan, sudah ku berikan obat bagus juga tidak bisa bertahan lama” Ejek Sabrina ke arah Dirwanto sambil mentapanya dengan tatapan merendahkan.
“Maaf aku tidak sanggup menahan diri karena melihat adegan tadi.” Balas Dirwanto sambil menundukan kepalanya dan berlahan melankah mundur melepas kontolnya.
Mariana mulai merasa iba melihat Dirwanto yang diperlakukan tidak punya harga diri.
“Aaahh”
*Plop Suara dildo Sabrina yang di tarik dengan cepat dari lubang pantat Mariana. Sabrina terus melangka ke depan mendorong dada Dirwanto dan mengambil posisinya.
“Sudah puaskan? Minggir.” Ucap Sabrina.
Sabrina menatap wajah Mariana yang masih keadaan sange, kenangan-kenangan pahit yang selama ini ia rasakan mulai terlintah kembali dalam pikirannya.
“Ugggkk” Suara yang keluar dari mulut Mariana ketika tangan kiri Sabrina mencekek lehernya karena emosi.
Berlahan tangan kanan Sabrina membelai dari wajah hingga toketnya.
“Apa yang kau rasakan belum seberapa dengan penderitaan yang selama ini ku rasakan.” Ucap Sabrina sambil memegang pinggang Mariana dan menekan dildonya masuk ke lubang pantat hingga kandas.
“AAARGH!!“
Teriak Mariana semakin keras karena ulah Sabrina hingga semua orang yang bersada di sana bisa mendengar teriakan tersebut tetapi bukan merasa iba, malah sebaliknya mereka melihat dengan tatapan sange karena hal tersebut sudah sering di lakukan oleh Sabrina di masa lalu.
Setelah dildo terbenam habis, Sabrina sengaja membiarkan sesaat untuk Mariana mengambil napas dan berlahan Sabrina menjilat pundah Mariana hingga ke telinga mencoba memberikan kenikmatan – kenikmatan yang bisa menutupi rasa sakit di pantatnya.
“Gimana kontol mainanku Mar, Enak bukan?” bisik Sabrina dari belakang.
Mariana membalas dengan mengelengkan kepalanya “Ampun Sab.. Hisk.. Sakit sekali.. aku tidak sanggup Hisk..” ucap Mariana naggis tersedu-sedu.
“Buset, jadi ini rasanya double penetration? Nikmat sekali.. bersasa semakin sempit memeknya” ucap Dirwanto yang sedari tadi terus menerus menyodokkan kontolnya di memek Mariana.
Plok.. Plok.. Plok..
“Ah.. Ahhh..” desah Dirwanto
Semakin lama ritme yang di mainkan semakin kencang dan lambat laut Mariana sudah tidak merasakan perih pada bagian lubang pantatnya.
Sabrina yang menyadari Mariana sudah dalam permainan ritmenya memegang dagu Mariana dan mencium bibir Mariana. Serantak mata Mariana melotot kaget karena ini pertama kalinya ia berciuman sesama wanita. Sensasi lembut antar bibir wanita, permainan lidah Sabrina di dalam mulut Mariana semua itu membuat biraninya bertambah beledak-ledak.
“Uggh.. aku sudah mau keluar, Boleh di dalam?” Ucap Dirwanto memejamkan matanya berusaha menahan spermanya selagi menunggu jawaban dari Sabrina.
Sabrina lantas melepas ciumannya dan menjawab.
“Boleh saja.” sambil tersenyum ke arah Mariana.
Mariana yang takut akan hamil langsung berusaha memberontak tetapi usahanya itu sia-sia karena Dirwanto yang sudah mendapatkan izin dari Sabrina langsung menggerakkan pinggulnya sekencang mungkin.
“Uggghhh.. Ahhh.. Nikmat sekali..” Ucap Dirwanto sambil menutup mata menghadap ke langit-langit dan tetap membenamkan kontolnya sedalam mungkin ke memek Mariana.
“Dasar makhluk gak ada harapan, sudah ku berikan obat bagus juga tidak bisa bertahan lama” Ejek Sabrina ke arah Dirwanto sambil mentapanya dengan tatapan merendahkan.
“Maaf aku tidak sanggup menahan diri karena melihat adegan tadi.” Balas Dirwanto sambil menundukan kepalanya dan berlahan melankah mundur melepas kontolnya.
Mariana mulai merasa iba melihat Dirwanto yang diperlakukan tidak punya harga diri.
“Aaahh”
*Plop Suara dildo Sabrina yang di tarik dengan cepat dari lubang pantat Mariana. Sabrina terus melangka ke depan mendorong dada Dirwanto dan mengambil posisinya.
“Sudah puaskan? Minggir.” Ucap Sabrina.
Sabrina menatap wajah Mariana yang masih keadaan sange, kenangan-kenangan pahit yang selama ini ia rasakan mulai terlintah kembali dalam pikirannya.
“Ugggkk” Suara yang keluar dari mulut Mariana ketika tangan kiri Sabrina mencekek lehernya karena emosi.
Berlahan tangan kanan Sabrina membelai dari wajah hingga toketnya.
“Dulu dari kita SMA hingga Kuliah banyak pria yang mengejar-gejar kau, sangkin banyaknya hingga bisa langsung kau pilih dan kau ajak nikah, tetapi KENAPA KAU REBUT SATU-SATUNYA HARAPANKU?!” Ucap Sabrina ambil menambah kekuatan pada cekekannya.
Berlahan Sabrina memainkan puting Mariana.
“Tubuhmu juga sangat indah, Tidak ada satu pun pria di dunia ini yang tidak berdiri kontolnya melihat tubuh ini” Ucap Sabrina sambil menampar toket kiri Mariana.
*Plaakk!
“Ahh.. ampun Sab..” Balas Mariana dengan nada memelas.
Sebenarnya Mariana ingin menjelaskan bahwa dulu ia juga mencintai Hermanto tetapi ia tak berani untuk mengucapkannya, yang di sampaikan oleh Sabrina benar adanya, banyak pria yang mengejar-gejar ia tetapi saat itu ia malah memilih Hermanto pujaan hati sahabatnya tersebut.
“Gimana rasa kontol lain selain milih Hermanto? Aku berani bertaruh wanita seperti kau pasti tidak pernah merasakan kontol lain selain milik Hermanto itu.” Ucap Sabrina sambil berlahan menurunkan belaianny dari toket ke perut.
Mariana hanya diam memalingkan mukanya karena malu.
“Tidak mau menjawab?” Sabrina yang sedikit kesal mengunakan 2 jari mengobok-obok memek Mariana mengambil sperman Dirmanto dan memasukkan ke mulut Mariana dengan paksa.
“hmmm.. mmmhhmm..” Mariana berusaha melawan dengan mengeleng-gelengkan kepalanya, tetapi sia-sia karena kembali Sabrina menaikkan kekuatan pada cemkraman di leher Mariana yang membuat ia mau tak mau membuka mulutnya.
“Bagaimana rasanya?” Tanya Sabrina.
Mariana tetap tidak ingin menjawab Mariana.
*Plak Sabrina menggunakan tangan kanannya menapar pipi kiri Mariana.
“JAWAB!” bentak Sabrina.
“Rasanya asem pahit.” Balas Mariana dengan nada datar dan pasrah.
"HAHAHA.." ketawa Sabrina seperti habis menang judi.
Berlahan tangan kiri Sabrina melepas cekikan pada leher Mariana, mengarah pada puting kanan Mariana, membelai berlahan, di pelintirin dan Sabrina menjilatin puting kanan Mariana.
“Ahhh.. haa.. ahh..”
Kejolak birahi Mariana kembali naik dan berlahan ia mulai membuka pahanya selebar mungkin. Sabrina yang mendengar eragan Mariana langsung menggunakan tangan kanannya memegang dildo pada celananya di gerek ini pada kulit memek Mariana.
Sabrina merasa memek Mariana sudah cukup becek langsung dengan satu hentakan membelah memek Mariana dengan dildonya.
“AAAHH.. hmmm..” Erangan Mariana tertahan dengan sigapnya Sabrina yang langsung menyumbat dengan bibirnya.
Seperti kesetanan Sabrina kali ini memaju mundurkan pinggulnya tanpa peduli akan perasaan Mariana.
“hmmm.. hmmm.. “
Mata Mariana melotot seperti memberi kode karena ia mulai kehabisan napas tetapi Sabrina tidak memperdulikan dan dengan kedua tangannya ia menahan kepala Mariana yang memberontak ingin mengambil napas.
Bola mata Mariana berlahan mulai ke arah atas pertanya ia mulai kehilangan kesadarannya. Sabrina yang sadar akan hal tersebut bukan melepaskan ciumannya dan menurunkan kecepatan pinggulnya malah semakin menambah kecepatannya pinggulnya.
Semua orang yang saat itu melihat kejadian itu semakin terangsang akan kejadian tersebut, bisa di liat tonjolan kontol pada Bobby, Rony dan Dirwanto. Tak berapa saat kemudian Mariana merasa kejang-kejang, klimak hebat menghapirinya bermasaan dengan kesadaranya mulai hilang.
Berlahan Sabrina memainkan puting Mariana.
“Tubuhmu juga sangat indah, Tidak ada satu pun pria di dunia ini yang tidak berdiri kontolnya melihat tubuh ini” Ucap Sabrina sambil menampar toket kiri Mariana.
*Plaakk!
“Ahh.. ampun Sab..” Balas Mariana dengan nada memelas.
Sebenarnya Mariana ingin menjelaskan bahwa dulu ia juga mencintai Hermanto tetapi ia tak berani untuk mengucapkannya, yang di sampaikan oleh Sabrina benar adanya, banyak pria yang mengejar-gejar ia tetapi saat itu ia malah memilih Hermanto pujaan hati sahabatnya tersebut.
“Gimana rasa kontol lain selain milih Hermanto? Aku berani bertaruh wanita seperti kau pasti tidak pernah merasakan kontol lain selain milik Hermanto itu.” Ucap Sabrina sambil berlahan menurunkan belaianny dari toket ke perut.
Mariana hanya diam memalingkan mukanya karena malu.
“Tidak mau menjawab?” Sabrina yang sedikit kesal mengunakan 2 jari mengobok-obok memek Mariana mengambil sperman Dirmanto dan memasukkan ke mulut Mariana dengan paksa.
“hmmm.. mmmhhmm..” Mariana berusaha melawan dengan mengeleng-gelengkan kepalanya, tetapi sia-sia karena kembali Sabrina menaikkan kekuatan pada cemkraman di leher Mariana yang membuat ia mau tak mau membuka mulutnya.
“Bagaimana rasanya?” Tanya Sabrina.
Mariana tetap tidak ingin menjawab Mariana.
*Plak Sabrina menggunakan tangan kanannya menapar pipi kiri Mariana.
“JAWAB!” bentak Sabrina.
“Rasanya asem pahit.” Balas Mariana dengan nada datar dan pasrah.
"HAHAHA.." ketawa Sabrina seperti habis menang judi.
Berlahan tangan kiri Sabrina melepas cekikan pada leher Mariana, mengarah pada puting kanan Mariana, membelai berlahan, di pelintirin dan Sabrina menjilatin puting kanan Mariana.
“Ahhh.. haa.. ahh..”
Kejolak birahi Mariana kembali naik dan berlahan ia mulai membuka pahanya selebar mungkin. Sabrina yang mendengar eragan Mariana langsung menggunakan tangan kanannya memegang dildo pada celananya di gerek ini pada kulit memek Mariana.
Sabrina merasa memek Mariana sudah cukup becek langsung dengan satu hentakan membelah memek Mariana dengan dildonya.
“AAAHH.. hmmm..” Erangan Mariana tertahan dengan sigapnya Sabrina yang langsung menyumbat dengan bibirnya.
Seperti kesetanan Sabrina kali ini memaju mundurkan pinggulnya tanpa peduli akan perasaan Mariana.
“hmmm.. hmmm.. “
Mata Mariana melotot seperti memberi kode karena ia mulai kehabisan napas tetapi Sabrina tidak memperdulikan dan dengan kedua tangannya ia menahan kepala Mariana yang memberontak ingin mengambil napas.
Bola mata Mariana berlahan mulai ke arah atas pertanya ia mulai kehilangan kesadarannya. Sabrina yang sadar akan hal tersebut bukan melepaskan ciumannya dan menurunkan kecepatan pinggulnya malah semakin menambah kecepatannya pinggulnya.
Semua orang yang saat itu melihat kejadian itu semakin terangsang akan kejadian tersebut, bisa di liat tonjolan kontol pada Bobby, Rony dan Dirwanto. Tak berapa saat kemudian Mariana merasa kejang-kejang, klimak hebat menghapirinya bermasaan dengan kesadaranya mulai hilang.
Baru pertama kali ini Mariana merasakan klimak yang luar biasa hingga memeknya memuncratkan cairan yang sangat banyak.
“Hahahaha bisa muncrat juga ternyata ini cewek.” ucap Sabrina dengan tatapan mengejek yang langsung melepas dildonya dengan satu sentakan.
Mariana yang merasakan kesemutan di seluruh tubuhnya sudah tidak bisa meraskaan apa-apa lagi, tetapi ia berusahaan untuk mempertahankan kesadarannya.
“Mulai sekarang nama panggungmu Sally, UNTUK SEMUA ORANG YANG ADA DI SINI AKAN MENJADI SAKSI HARI INI DIA ADALAH PELACUR PRIBADI KU, BAGI SIAPA YANG BERANI MENYENTUHNYA TANPA SEIJINKU AKAN KU HANCURKAN HIDUPNYA.” ucap Sabrina dengan lantang.
Kontol Dirwanto yang awalnya berdiri langsung tertunduk lemas mendengar suara lantang istrinya.
“Rony, Meli bersihkan dia terus Bobby suntikan anti hamil padanya dan antar dia ke lobby, aku tak ingin punya masalah tentang kemahilan.” perintah Sabrina.
“Siap madam.” Balas mereka bertiga serentak.
“Oh iya tadi kau bertanya apakah ada perkejaan yang sesuai untukmu bukan? ada kok, mulai saat ini kau adalah talent model sexyku, setiap kamis akan ada pemotretan, Rony buatkan akun social atas nama Sally dan kembangkan itu” lanjut Sabrina.
“Siap madam” balas Rony.
Rony dan meli langsung melepaskan ikatan Mariana dan langsung mengangkatnya ke kamar mandi, sedangkan Dirwanto dan Sabrina berpakaian rapi menuju arah elevator.
Di ruangan kamar mandi dengan tubuh lemas dan efek obat yang telah habis Mariana memohon “Tolong hapus video itu, aku akan melakukan apa pun, ku mohon.”
Kontol Rony yang masih berdiri tegak membuatnya ingin menyetubuhi Mariana, ia melihat tubuh sexy tersebut hanya berjarak kurang dari 40cm yang bisa ia sergap sekarang, tetapi ia melihat ke arah Meli yang mengelengkan kepalanya melihat ke arahnya seakan memberi kode jangan lakukan apa pun yang ada dalam pikiran mu. Rony yang mengerti hanya mengangguk.
"Hari ini aku membantumu besok kontolku bakalan di tusuk-tusuk dengan jarum dan di potong terus di kasih makan anjing"
Kontol Rony yang awalnya berdiri tegang seketika lemas karena membayangkannya. Dalam kesunyian yang hanya kedengar suara air Rony dan Meli membersihkan Mariana.
Di lobby Mariana duduk merenung apa yang bakalan ia hadapi mulai saat ini.
“Dulu aku berpikira saat emosi amarah terisi di hati manusia, seharusnya akan berkurang seiring waktu. makanya aku kembali ke kota ini, tapi ternyata itu tidak berlaku pada Sabrina.” pikir Mariana mulai menitikkan air mata.
“MAMA..” teriak Aditya melambaikan tangan sambil didampigi oleh Liandra.
Mariana mendengar suara anaknya ia cepat-cepat menghapus air matanya.
“Huss.. jangan teriak-teriak menggangu orang lain.” ucap Mariana sambil tersenyum ke Liandra.
“Mama kenapa nanggis?” tanya Aditya dengan polosnya.
“Mama cuma ngantuk saja kok, gimana tadi di sana? enak?.” tanya Mariana yang berusaha menujukan mimik wajah yang bahagia.
“Seru sekali ma, 1 ruangan penuh dengan game bahkan ada yang terbaru, kita kapan ke sini lagi ma?” ucap Aditya dengan nada kegirangan.
“Kapan-kapan saja ya, sekarang kita pulang yuk.” Ajak Mariana sambil memegang tangan Aditya menuju mobil yang sudah di siapkan oleh Bobby.
===X=X===
Senin pagi, 2 hari telah berlalu sejak kejadian itu, Mariana sama sekali tidak mendapatkan kabar apa pun dari Sabrina, Sabtu – Minggu yang selalu ia nanti-nanti untuk bersantai dengan keluarga pun ia lewati dengan berusahan tetap tersenyum walau bayang-bayang Sabrina menghantui pikirannya, dia hanya bisa berharap kejadian itu hanyalah mimpi.
“Hahahaha bisa muncrat juga ternyata ini cewek.” ucap Sabrina dengan tatapan mengejek yang langsung melepas dildonya dengan satu sentakan.
Mariana yang merasakan kesemutan di seluruh tubuhnya sudah tidak bisa meraskaan apa-apa lagi, tetapi ia berusahaan untuk mempertahankan kesadarannya.
“Mulai sekarang nama panggungmu Sally, UNTUK SEMUA ORANG YANG ADA DI SINI AKAN MENJADI SAKSI HARI INI DIA ADALAH PELACUR PRIBADI KU, BAGI SIAPA YANG BERANI MENYENTUHNYA TANPA SEIJINKU AKAN KU HANCURKAN HIDUPNYA.” ucap Sabrina dengan lantang.
Kontol Dirwanto yang awalnya berdiri langsung tertunduk lemas mendengar suara lantang istrinya.
“Rony, Meli bersihkan dia terus Bobby suntikan anti hamil padanya dan antar dia ke lobby, aku tak ingin punya masalah tentang kemahilan.” perintah Sabrina.
“Siap madam.” Balas mereka bertiga serentak.
“Oh iya tadi kau bertanya apakah ada perkejaan yang sesuai untukmu bukan? ada kok, mulai saat ini kau adalah talent model sexyku, setiap kamis akan ada pemotretan, Rony buatkan akun social atas nama Sally dan kembangkan itu” lanjut Sabrina.
“Siap madam” balas Rony.
Rony dan meli langsung melepaskan ikatan Mariana dan langsung mengangkatnya ke kamar mandi, sedangkan Dirwanto dan Sabrina berpakaian rapi menuju arah elevator.
Di ruangan kamar mandi dengan tubuh lemas dan efek obat yang telah habis Mariana memohon “Tolong hapus video itu, aku akan melakukan apa pun, ku mohon.”
Kontol Rony yang masih berdiri tegak membuatnya ingin menyetubuhi Mariana, ia melihat tubuh sexy tersebut hanya berjarak kurang dari 40cm yang bisa ia sergap sekarang, tetapi ia melihat ke arah Meli yang mengelengkan kepalanya melihat ke arahnya seakan memberi kode jangan lakukan apa pun yang ada dalam pikiran mu. Rony yang mengerti hanya mengangguk.
"Hari ini aku membantumu besok kontolku bakalan di tusuk-tusuk dengan jarum dan di potong terus di kasih makan anjing"
Kontol Rony yang awalnya berdiri tegang seketika lemas karena membayangkannya. Dalam kesunyian yang hanya kedengar suara air Rony dan Meli membersihkan Mariana.
Di lobby Mariana duduk merenung apa yang bakalan ia hadapi mulai saat ini.
“Dulu aku berpikira saat emosi amarah terisi di hati manusia, seharusnya akan berkurang seiring waktu. makanya aku kembali ke kota ini, tapi ternyata itu tidak berlaku pada Sabrina.” pikir Mariana mulai menitikkan air mata.
“MAMA..” teriak Aditya melambaikan tangan sambil didampigi oleh Liandra.
Mariana mendengar suara anaknya ia cepat-cepat menghapus air matanya.
“Huss.. jangan teriak-teriak menggangu orang lain.” ucap Mariana sambil tersenyum ke Liandra.
“Mama kenapa nanggis?” tanya Aditya dengan polosnya.
“Mama cuma ngantuk saja kok, gimana tadi di sana? enak?.” tanya Mariana yang berusaha menujukan mimik wajah yang bahagia.
“Seru sekali ma, 1 ruangan penuh dengan game bahkan ada yang terbaru, kita kapan ke sini lagi ma?” ucap Aditya dengan nada kegirangan.
“Kapan-kapan saja ya, sekarang kita pulang yuk.” Ajak Mariana sambil memegang tangan Aditya menuju mobil yang sudah di siapkan oleh Bobby.
===X=X===
Senin pagi, 2 hari telah berlalu sejak kejadian itu, Mariana sama sekali tidak mendapatkan kabar apa pun dari Sabrina, Sabtu – Minggu yang selalu ia nanti-nanti untuk bersantai dengan keluarga pun ia lewati dengan berusahan tetap tersenyum walau bayang-bayang Sabrina menghantui pikirannya, dia hanya bisa berharap kejadian itu hanyalah mimpi.
Mariana pergi ke kamar anaknya untuk membangunkan Aditya.
"Nak.. bangun.. kamu harus sudah mulai biasain bangun pagi loh.. bulan depan sudah mulai sekolah kan? yuk bangun.."
"Entar lagi deh ma.." jawab Aditya malas "kan tidak tau mau ngapain juga" lanjutnya.
*Tringgg.. *Tringgg.. ( Bunyi nada dering hp )
Mariana menjulurkan tangannya ke kantong celana untuk mengambil hpnya. Di layar hp tersebut bertulisan SABRINA yang seketika membuat Mariana pucat, tetapi ia juga tidak bisa tidak menjawab panggilan tersebut.
"Ha.. Halo?”
"Mar.. kamu lagi ngapain? bisa mampir? sekalian makan siang" Ucap Sabrina dengan semangat.
"ini lagi bangunkan Aditya, sepertinya tidak bisa karena ada sesuatu yang harus ku lakukan" jawab Mariana dengan berusaha senormal mungkin menolak ajakan tersebut di depan anaknya yang masih berusaha tidur.
"Sally!" ucab Sabrina dengan nada sedikit di tekan.
"Baiklah" jawab Mariana berusaha menutupi ketakutannya.
"Baiklah.. kamu bisa ajak Aditya sekalian, serahkan hp mu ke dia, aku ingin ngobrol sebentar"
Dengan ragu-ragu Mariana menyerahkan hp nya ke telinga anaknya "Nak.. tante Sabrina mau ngobrol.. ayok bangun"
"Sayang.. tante punya permainan keluaran terbaru loh.."
Seketika mata Aditya melotot "serius tante"
"iya sayang.. datang ya, sama mamamu ke kantor tante, kamu bisa main di sini"
"kalau begitu aku siap-siap dulu tante" kata Aditya langsung menepis selimut yang menyelimutinya lalu menyerahkan hp tersebut ke mamanya kembali.
Sabrina senyum karena umpannya termakan.
"Yah halo sab.." Ucap Mariana sambil mengarahkan hpnya kembali ke daun telinganya.
“Mar, saat pernikahan kalian, apakah Hermanto membelikanmu gaun? atau kalian meminjamnya?” Tanya Sabrina yang seketika membuat Mariana takut akan apa yang di rencanakan temannya itu.
“Ti.. Tidak ada, kami meminjamnya.” Kata Mariana.
“Huff.. Mar.. kita uda berteman lama, aku tau nada bicaramu kalau lagi bohong.” Kata Sabrina terus diam sejenak berpikir.
“Hermanto adalah tipe pria yang bakalan membeli baju pengantin sebagai kenang-kenangan dari pada sekedar pinjam. tapi tak apa.” pikir Sabrina sambil tersenyum karena ia sudah mempersiapkan rencana cadangan.
"Yah sudah.. Mar berdandan ya.. ada tamu penting yang harus kamu temui" kata Sabrina yang langsung mematikan palinggan tersebut.
"Siapa?" balum sempat Mariana tertanya panggilan telah di matikan.
"Nak.. kamu langsung mandi, sarapan, baru kita pergi ya, mama siap-siap dulu" Ucap Mariana berusaha tersenyum walau ia sudah lemas membayangkan apa yang akan terjadi.
"Oke ma.." semangat Aditya yang langsung mengambil handuk dan menuju kamar mandi.
***
Sesampainya di kantor Del Corsa, Sabrina berserta seketaris dan 2 pengawalnya menyambut kehadiran Mariana dan Aditya.
“Halo sayang, sudah tidak sabar ya?” ucap Sabrina sambil sedikit membungkukan badannya di depan Aditya yang menganguk karena sudah tidak sabar.
"Lia antar tuan muda satu ini ke Ruang bermain." Perintah Sabrina.
"Sayang.. Tante ada urusan sama mamamu, nanti di sana ada banyak console game.. kamu bebas mau main yang mana saja.. jika lapar ada manu makanan.. tunjuk saja.. nanti kak Lia akan membawakannya.. tetapi.. kamu di larang keluar dari sana.. nanti menganggun kariawan tante.. ngerti sayang?" Lanjut Sabrina sambil tersenyum ke pada Aditya.
"Wah.. ngerti tante.." jawab aditya sambil mengguk kepala dan mata berbinar-binar tidak sabar.
"Nak.. bangun.. kamu harus sudah mulai biasain bangun pagi loh.. bulan depan sudah mulai sekolah kan? yuk bangun.."
"Entar lagi deh ma.." jawab Aditya malas "kan tidak tau mau ngapain juga" lanjutnya.
*Tringgg.. *Tringgg.. ( Bunyi nada dering hp )
Mariana menjulurkan tangannya ke kantong celana untuk mengambil hpnya. Di layar hp tersebut bertulisan SABRINA yang seketika membuat Mariana pucat, tetapi ia juga tidak bisa tidak menjawab panggilan tersebut.
"Ha.. Halo?”
"Mar.. kamu lagi ngapain? bisa mampir? sekalian makan siang" Ucap Sabrina dengan semangat.
"ini lagi bangunkan Aditya, sepertinya tidak bisa karena ada sesuatu yang harus ku lakukan" jawab Mariana dengan berusaha senormal mungkin menolak ajakan tersebut di depan anaknya yang masih berusaha tidur.
"Sally!" ucab Sabrina dengan nada sedikit di tekan.
"Baiklah" jawab Mariana berusaha menutupi ketakutannya.
"Baiklah.. kamu bisa ajak Aditya sekalian, serahkan hp mu ke dia, aku ingin ngobrol sebentar"
Dengan ragu-ragu Mariana menyerahkan hp nya ke telinga anaknya "Nak.. tante Sabrina mau ngobrol.. ayok bangun"
"Sayang.. tante punya permainan keluaran terbaru loh.."
Seketika mata Aditya melotot "serius tante"
"iya sayang.. datang ya, sama mamamu ke kantor tante, kamu bisa main di sini"
"kalau begitu aku siap-siap dulu tante" kata Aditya langsung menepis selimut yang menyelimutinya lalu menyerahkan hp tersebut ke mamanya kembali.
Sabrina senyum karena umpannya termakan.
"Yah halo sab.." Ucap Mariana sambil mengarahkan hpnya kembali ke daun telinganya.
“Mar, saat pernikahan kalian, apakah Hermanto membelikanmu gaun? atau kalian meminjamnya?” Tanya Sabrina yang seketika membuat Mariana takut akan apa yang di rencanakan temannya itu.
“Ti.. Tidak ada, kami meminjamnya.” Kata Mariana.
“Huff.. Mar.. kita uda berteman lama, aku tau nada bicaramu kalau lagi bohong.” Kata Sabrina terus diam sejenak berpikir.
“Hermanto adalah tipe pria yang bakalan membeli baju pengantin sebagai kenang-kenangan dari pada sekedar pinjam. tapi tak apa.” pikir Sabrina sambil tersenyum karena ia sudah mempersiapkan rencana cadangan.
"Yah sudah.. Mar berdandan ya.. ada tamu penting yang harus kamu temui" kata Sabrina yang langsung mematikan palinggan tersebut.
"Siapa?" balum sempat Mariana tertanya panggilan telah di matikan.
"Nak.. kamu langsung mandi, sarapan, baru kita pergi ya, mama siap-siap dulu" Ucap Mariana berusaha tersenyum walau ia sudah lemas membayangkan apa yang akan terjadi.
"Oke ma.." semangat Aditya yang langsung mengambil handuk dan menuju kamar mandi.
***
Sesampainya di kantor Del Corsa, Sabrina berserta seketaris dan 2 pengawalnya menyambut kehadiran Mariana dan Aditya.
“Halo sayang, sudah tidak sabar ya?” ucap Sabrina sambil sedikit membungkukan badannya di depan Aditya yang menganguk karena sudah tidak sabar.
"Lia antar tuan muda satu ini ke Ruang bermain." Perintah Sabrina.
"Sayang.. Tante ada urusan sama mamamu, nanti di sana ada banyak console game.. kamu bebas mau main yang mana saja.. jika lapar ada manu makanan.. tunjuk saja.. nanti kak Lia akan membawakannya.. tetapi.. kamu di larang keluar dari sana.. nanti menganggun kariawan tante.. ngerti sayang?" Lanjut Sabrina sambil tersenyum ke pada Aditya.
"Wah.. ngerti tante.." jawab aditya sambil mengguk kepala dan mata berbinar-binar tidak sabar.
"Nak, jadi anak baik ya.. jangan ngerepotin kak Lia ya.." Nasehat mariana sebelum melepaskan anaknya seperti ia akan menuju ke medan perang.
“Mari..” Ucap Liandra mengarahkan Aditya menuju ke arah elevator.
Di dalam elevator Aditya melambaikan tangannya ke arah Mariana dan di balas oleh Mariana sambil tersenyum yang di paksakan sebelum pintu elevator tertutup.
“Yap, mari kita ke tujuan pertama kita.” ucap Sabrina tersenyum ke arah Mariana.
“Kita mau ketemu siapa?” tanya Mariana.
*Tingg bunyi elevator
“Sudah nanti juga tau.” balas Sabrina sambil masuk ke dalam elevator di ikuti Mariana dan 2 pengawal lainnya juga.
Di dalam elevator yang sunyi tanpa pembahasan apapun naik menuju lantai 18.
*Ting bunyi pertanya elevator telah sampai tujuan dan pintu pun terbuka. Tampak suasana berasa seperti di hotel, di mulai dari alas karpet.. wallpaper.. hingga tata ruangan.
“Selamat datang Madam.” tanpa seorang pria dengan gaya rambut dan pakaian yang nyentrik membungkuk menyambut kedatangan Sabrina.
“Ini orang yang kita bicarakan tadi, kalian urus persiapannya, jangan sampai ada yang salah.” Perintah Sabrina.
“Baik madam.” jawab Pria tersebut dengan nada gemulai.
“Mar selanjutnya dia yang akan menuntunmu.” Ucap Sabrina sambil melangkah meninggalkan semua orang termasuk pengawalnya.
Sedangkan Mariana binggung tidak tau harus ngapain dan menjawab apa hanya mengikuti arahan pria tersebut ke sebuh ruangan.
“Namaku Branden, Kepala utama bagian tata busana perusahaan Del Corsa ini,” Ucap pria tersebut sambil mempersilakan Mariana duduk di kursi yang sudah di siapkan.
“Aku Mariana, Kalau boleh tau ini ada apa ya?” tanya Mariana.
“Cantik kamu tak perlu banyak tanya, binggung, sudah ikutin saja ya.” Ucap Branden dengan nada gemulai dan mulai beraksi dengan peralatan kecantikannya.
Karena pada dasarnya Mariana sudah cantik dan sudah berdandan sebelumnya sehingga tidak butuh banyak usaha untuk membuat Mariana seperti yang di minta Sabrina.
“Oke tinggal ganti busana saja.” Ucap Branden sambil berjalan mengambil sebuah koper dan memberikannya ke Mariana.
Mariana terus membuka koper tersebut tampak 1 set gaun penganti berserta aksesoris pengantin wanita berwarna putih yang membuat Mariana seketika sadar apa maksud Sabrina tadi.
“Kena bengong saja?” Tanya Branden.
Mariana hanya diam sambil melihat Bobby dan Rony yang sedari tadi berdiri di samping pintu.
“Huff.. Dasar pemula.. kalian berdua tolong keluar dulu kasih ruang ya.” ucap Branden sambil tersenyum yang di paksakan ke arah Bobby dan Rony.
Bobby dan Rony yang mengerti segera keluar dan menjaga di pintu luar.
“Oke sudahkan? “ tanya Branden.
“Kamu?” Balas Mariana.
“Sudah sama aku tak apa.” Ucap Branden sambil melangka mendekati Mariana membuka baju blousenya.
Mariana yang binggung hanya terdiam membiarkan Branden membuka satu persatu kancing pada bajunya.
“Wah.. tubuh mu bagus sekali, tak heran madam Sabrina sangat sayang sama kamu.” ucap Branden yang membuat Mariana refleks menutup kedua toketnya.
“Walah tak apa, aku sudah punya cowok, santai saja.” Ucap Branden berusaha menenangkan Mariana agar mempermudah pekerjaannya.
Tak butuh waktu lama hingga Mariana telah siap dengan gaun pengantin berserta sarung tangan, stocking, dan kerudung berwarna putih berenda.
“Mari..” Ucap Liandra mengarahkan Aditya menuju ke arah elevator.
Di dalam elevator Aditya melambaikan tangannya ke arah Mariana dan di balas oleh Mariana sambil tersenyum yang di paksakan sebelum pintu elevator tertutup.
“Yap, mari kita ke tujuan pertama kita.” ucap Sabrina tersenyum ke arah Mariana.
“Kita mau ketemu siapa?” tanya Mariana.
*Tingg bunyi elevator
“Sudah nanti juga tau.” balas Sabrina sambil masuk ke dalam elevator di ikuti Mariana dan 2 pengawal lainnya juga.
Di dalam elevator yang sunyi tanpa pembahasan apapun naik menuju lantai 18.
*Ting bunyi pertanya elevator telah sampai tujuan dan pintu pun terbuka. Tampak suasana berasa seperti di hotel, di mulai dari alas karpet.. wallpaper.. hingga tata ruangan.
“Selamat datang Madam.” tanpa seorang pria dengan gaya rambut dan pakaian yang nyentrik membungkuk menyambut kedatangan Sabrina.
“Ini orang yang kita bicarakan tadi, kalian urus persiapannya, jangan sampai ada yang salah.” Perintah Sabrina.
“Baik madam.” jawab Pria tersebut dengan nada gemulai.
“Mar selanjutnya dia yang akan menuntunmu.” Ucap Sabrina sambil melangkah meninggalkan semua orang termasuk pengawalnya.
Sedangkan Mariana binggung tidak tau harus ngapain dan menjawab apa hanya mengikuti arahan pria tersebut ke sebuh ruangan.
“Namaku Branden, Kepala utama bagian tata busana perusahaan Del Corsa ini,” Ucap pria tersebut sambil mempersilakan Mariana duduk di kursi yang sudah di siapkan.
“Aku Mariana, Kalau boleh tau ini ada apa ya?” tanya Mariana.
“Cantik kamu tak perlu banyak tanya, binggung, sudah ikutin saja ya.” Ucap Branden dengan nada gemulai dan mulai beraksi dengan peralatan kecantikannya.
Karena pada dasarnya Mariana sudah cantik dan sudah berdandan sebelumnya sehingga tidak butuh banyak usaha untuk membuat Mariana seperti yang di minta Sabrina.
“Oke tinggal ganti busana saja.” Ucap Branden sambil berjalan mengambil sebuah koper dan memberikannya ke Mariana.
Mariana terus membuka koper tersebut tampak 1 set gaun penganti berserta aksesoris pengantin wanita berwarna putih yang membuat Mariana seketika sadar apa maksud Sabrina tadi.
“Kena bengong saja?” Tanya Branden.
Mariana hanya diam sambil melihat Bobby dan Rony yang sedari tadi berdiri di samping pintu.
“Huff.. Dasar pemula.. kalian berdua tolong keluar dulu kasih ruang ya.” ucap Branden sambil tersenyum yang di paksakan ke arah Bobby dan Rony.
Bobby dan Rony yang mengerti segera keluar dan menjaga di pintu luar.
“Oke sudahkan? “ tanya Branden.
“Kamu?” Balas Mariana.
“Sudah sama aku tak apa.” Ucap Branden sambil melangka mendekati Mariana membuka baju blousenya.
Mariana yang binggung hanya terdiam membiarkan Branden membuka satu persatu kancing pada bajunya.
“Wah.. tubuh mu bagus sekali, tak heran madam Sabrina sangat sayang sama kamu.” ucap Branden yang membuat Mariana refleks menutup kedua toketnya.
“Walah tak apa, aku sudah punya cowok, santai saja.” Ucap Branden berusaha menenangkan Mariana agar mempermudah pekerjaannya.
Tak butuh waktu lama hingga Mariana telah siap dengan gaun pengantin berserta sarung tangan, stocking, dan kerudung berwarna putih berenda.
“Oke.. cantik.. aku tinggal ya.. sisanya sudah bukan urusan aku..” ucap Branden keluar kamar.
Kemudian Bobby dan Rony yang masuk membawa tali yang terbuat dari kulit sintetis.
“Ap..Apa yang mau kalian lakukan?” tanya Mariana merasa was-was.
Bobby dan Rony hanya diam melihat kecantikan Mariana berpadu dengan gaun pengantin yang sangat sexy.
Melihat mata 2 pria tersebut, refleks Mariana membalikkan badannya yang seketika membuat Bobby dan Rony tersadar.
“Sudah diam saja.” Ucap Bobby yang langsung mengikat kedua tangan Mariana ke langit-langit.
Sedangkan Rony mengikat pergelangan lutut kanan Mariana ke langit-langit sehingga Mariana hanya berdiri mengunakan kaki kiri dan memperlihatkan ketiaknya yang mulus, tubuh indah yang di balut baju pengantin sexy dan paha mulus yang terbuka.
“Sial kali nasip kita, tubuh seindah ini tidak bisa kita nikmati.” Ucap Rony mengomel.
“Huff.. sudahlah tak perlu di ungkit lagi, aku lebih memilih nyawa dari pada kenikmatan sesaat setelah itu penderitaan sebelum kematian.” Balas Bobby sambil menghela napas sambil menyuntikkan cairan anti hamil dan perangsang seperti sebelumnya.
Bobby dan Rony melangkah mundur melihat hasil ikatan mereka pada tubuh Mariana yang terpampang sangat sexy, kontol mereka berdua berasa ingin keluar menikmati memek yang terbuka di depan mereka tetapi ketakutan yang tertanam di otak mereka membuat mereka tak berani melangkah maju.
“Sudah cukup ayok lapor.”
Ajak Bobby yang langsung keluar kamar di ikutin Rony meninggalkan Mariana yang terikat sendirian di ruangan yang sunyi.
Samar-samar kedengaran suara langkah kaki mendekati.
*Ceklek suara pintu terbuka
Tampak seorang pria berbadan besar, tegak walau perutnya tampak agak berbuncit. Mariana yang mengenali siapa pria tersebut setak kaget.
“Pak.. Ku mohon.. tolong selamatkan aku..“ Ucap Mariana memelas kepada pria yang tak lain adalah mantan presiden sebelumnya, Bapak Prahmono.
“HAHAHA..” Ketawa Sabrina pecah yang sedari tadi menahan tawanya di balik dinding.
“Sabrina.. Sabrina.. kau emanglah paling ngerti aku.” Ucap Prahmono sambil tangan kirinya merangkul ke pantat Sabrina.
“ia doang.. kita kan saling mengisi, sewajarnya aku selalu perhatian sama bapak dong.” Ucap Sabrina merangkul pinggang belakang Prahmono.
Melihat kemesrahan orang di depannya seketika membuat Mariana patah harapan seperti cermin yang di lempari sebongkah batu realitas. Jika mantan presiden orang yang punya kuasa berada di pihak Sabrina, siapa lagi di negeri ini yang bisa menolongnya.
“Minggu lalu aku menghadiri pernikahan anakku. Dia menikahi wanita yang sangat cantik, selama acara pernikahan itu aku menerawang tubuhnya dari atas hingga bawah, Tapi kenapa tidak bilang-bilang sih, kan aku bisa pinjam gaun penganti menantu ku.” Ucap Prahmono sambil melangkah masuk ke ruangan bersama Sabrina.
Bobby menutup pintu dan berdiri menjaga di luar bersama Rony dan 2 pengawal Prahmono lainnya.
“Kalau dikasih tau namanya bukan kejutan lagi dong.” ucap Sabrina sambil mencium bibir Prahmono dan di balas mesrah oleh Prahmono.
“Cantik.. namanya siapa?” Tanya Prahmono sambil tangan kanannya membelai wajah Mariana yang telah pasrah dengan keadaannya.
“Ma.. Sally.. “ Ucap Mariana yang hampir mengucap nama aslinya sendiri.
Kemudian Bobby dan Rony yang masuk membawa tali yang terbuat dari kulit sintetis.
“Ap..Apa yang mau kalian lakukan?” tanya Mariana merasa was-was.
Bobby dan Rony hanya diam melihat kecantikan Mariana berpadu dengan gaun pengantin yang sangat sexy.
Melihat mata 2 pria tersebut, refleks Mariana membalikkan badannya yang seketika membuat Bobby dan Rony tersadar.
“Sudah diam saja.” Ucap Bobby yang langsung mengikat kedua tangan Mariana ke langit-langit.
Sedangkan Rony mengikat pergelangan lutut kanan Mariana ke langit-langit sehingga Mariana hanya berdiri mengunakan kaki kiri dan memperlihatkan ketiaknya yang mulus, tubuh indah yang di balut baju pengantin sexy dan paha mulus yang terbuka.
“Sial kali nasip kita, tubuh seindah ini tidak bisa kita nikmati.” Ucap Rony mengomel.
“Huff.. sudahlah tak perlu di ungkit lagi, aku lebih memilih nyawa dari pada kenikmatan sesaat setelah itu penderitaan sebelum kematian.” Balas Bobby sambil menghela napas sambil menyuntikkan cairan anti hamil dan perangsang seperti sebelumnya.
Bobby dan Rony melangkah mundur melihat hasil ikatan mereka pada tubuh Mariana yang terpampang sangat sexy, kontol mereka berdua berasa ingin keluar menikmati memek yang terbuka di depan mereka tetapi ketakutan yang tertanam di otak mereka membuat mereka tak berani melangkah maju.
“Sudah cukup ayok lapor.”
Ajak Bobby yang langsung keluar kamar di ikutin Rony meninggalkan Mariana yang terikat sendirian di ruangan yang sunyi.
Samar-samar kedengaran suara langkah kaki mendekati.
*Ceklek suara pintu terbuka
Tampak seorang pria berbadan besar, tegak walau perutnya tampak agak berbuncit. Mariana yang mengenali siapa pria tersebut setak kaget.
“Pak.. Ku mohon.. tolong selamatkan aku..“ Ucap Mariana memelas kepada pria yang tak lain adalah mantan presiden sebelumnya, Bapak Prahmono.
“HAHAHA..” Ketawa Sabrina pecah yang sedari tadi menahan tawanya di balik dinding.
“Sabrina.. Sabrina.. kau emanglah paling ngerti aku.” Ucap Prahmono sambil tangan kirinya merangkul ke pantat Sabrina.
“ia doang.. kita kan saling mengisi, sewajarnya aku selalu perhatian sama bapak dong.” Ucap Sabrina merangkul pinggang belakang Prahmono.
Melihat kemesrahan orang di depannya seketika membuat Mariana patah harapan seperti cermin yang di lempari sebongkah batu realitas. Jika mantan presiden orang yang punya kuasa berada di pihak Sabrina, siapa lagi di negeri ini yang bisa menolongnya.
“Minggu lalu aku menghadiri pernikahan anakku. Dia menikahi wanita yang sangat cantik, selama acara pernikahan itu aku menerawang tubuhnya dari atas hingga bawah, Tapi kenapa tidak bilang-bilang sih, kan aku bisa pinjam gaun penganti menantu ku.” Ucap Prahmono sambil melangkah masuk ke ruangan bersama Sabrina.
Bobby menutup pintu dan berdiri menjaga di luar bersama Rony dan 2 pengawal Prahmono lainnya.
“Kalau dikasih tau namanya bukan kejutan lagi dong.” ucap Sabrina sambil mencium bibir Prahmono dan di balas mesrah oleh Prahmono.
“Cantik.. namanya siapa?” Tanya Prahmono sambil tangan kanannya membelai wajah Mariana yang telah pasrah dengan keadaannya.
“Ma.. Sally.. “ Ucap Mariana yang hampir mengucap nama aslinya sendiri.
“Ho.. nama itu bakalan lebih sesuai jika rambutnya di kuncir” Ucap Prahmono yang tangannya sekarang telah mengelus leher Mariana.
“Apa mau kita ubah?” tanya Sabrina.
“Tak usah.. aku sudah tidak sabar ingin mencicipinya.” Ucap Prahmono yang kemudian menjilati leher Mariana.
*Srupplll
“Aaahhh.. kau mirip sekali dengan menantuku, Setiap malam aku selalu curi-curi kesempatan menerawang tubuhnya dan selalu membayangkan bisa mengentotnya, tetapi siapa sangka hari ini aku bisa menikmati tubuh wanita yang mirip dengan dia, HAHAHA.. aku bersyukur punya kamu Sabrina.” Ucap Prahmono yang hanya di balas senyum oleh Sabrina.
Tubuh Mariana yang lemas karena tidak ada harapan membuat obat perangsang bereaksi lebih cepat dan kuat, Mariaan memejamkan mata menerima perlakukan Prahmono, Haa.. Haa.. hembusan napas yang semakin berat, Sabrina yang sadar Mariana sudah mulai masuk dalma alur permainan mulai berlahan membuka jas, kemeja hingga celana dalam Prahmono tanpa mengganggu yang ternyata memiliki fetish ketiak.
*Srrupplll..
"Bahkan semua pelacur yang sudah pernah ku coba tidak ada yang punya ketiak sewangi ini.. Aaah.. “ Ucap Prahmono yang sudah bugil sambil tangan kirinya mulai memaikan memek Mariana.
“Di tambah memeknya yang sanggat sexy dan gampang becek begini, Dimana kamu menemuka barang sebagus ini Sabrina?” tanya Prahmono dan lagi-lagi Sabrina hanya tersenyum saja.
Mariana yang sudah pasrah dengan keadaan berlahan membuka matanya melihat Prahmono yang sedang menjilati ketiak kirinya dan kaget melihat kontol Prahmono sebesar 18Cm.
“Kenapa kaget begitu Sally? Walau umur Prahmono sudah kepala 7 tetapi kontolnya masih besar begitu pikir mu?” Ucap Sabrina yang memeluk Prahmono dari belakang.
“Bapak Prahmono adalah mantan atlet sepak bola yang menghabiskan masa mudanya dengan olah raga.” Sambung Sabrina.
Merasa bangga akan kontolnya di puji-puji oleh wanita, Prahmono mengemgam kontolnya dan mengesekkannya ke belahan memek Mariana.
“Wah.. nih memek sudah becek saja, sudah tidak sabar ingin menikmati kontol ini ya?” Ucap Prahmono
Mariana yang merasa takut melihat kontol Prahmono ternyata lebih besar dari milik suaminya dan Dirwanto mulai memberontak dan mengelengkan kepalanya.
“Tidak.. jangan.. aku mohon.. itu tidak akan muat.” Ucap Mariana melihat kontol Prahmono.
“Itu? Muat? Hahaha.. masih pemula ternyata, tenang saja cantik setelah kau merasakan kontol ini kau pasti akan ketagihan.” Ucap Prahmono yang ketawa di ikuti dengan Sabrina.
“Jangan dong, kalau dia ketagihan aku gimana?” Ucap Sabrina dengan nada merayu.
Tak ada yang menyangka bahwa pemilik perusahaan terbesar dengan mantan Presiden memiliki hubungan lebih dari bisnis.
“Tenang saja sayang aku masih cukup kuat buat kalian berdua” Balas Prahmono sambil kembali berciuman dengan Sabrina.
Mariana yang melihat adegan mesrah itu semakin membuat tubuhnya panas akan birahi tetapi ia juga takut akan kontol Prahmono.
"Aaah.. Aaahh.."
Napas Mariana yang semakin berat mencoba memasukkan udara lebih banyak ke paru-parunya dari mulutnya sehingga membuat lidahnya menjulur keluar seperti anjing yang kecapekkan. Prahmono yang melihat situasi Mariana langsung melepas ciumannya pada Sabrina dan menghisap lidah Mariana.
Bluurrttt..
Spluut..
Scchuulp..
Seketika mata Mariana melotot kaget.
"Ngghhh.. mmmhh.."
“Apa ini? kenapa rasanya sangat nikmat” pikir Mariana.
“Apa mau kita ubah?” tanya Sabrina.
“Tak usah.. aku sudah tidak sabar ingin mencicipinya.” Ucap Prahmono yang kemudian menjilati leher Mariana.
*Srupplll
“Aaahhh.. kau mirip sekali dengan menantuku, Setiap malam aku selalu curi-curi kesempatan menerawang tubuhnya dan selalu membayangkan bisa mengentotnya, tetapi siapa sangka hari ini aku bisa menikmati tubuh wanita yang mirip dengan dia, HAHAHA.. aku bersyukur punya kamu Sabrina.” Ucap Prahmono yang hanya di balas senyum oleh Sabrina.
Tubuh Mariana yang lemas karena tidak ada harapan membuat obat perangsang bereaksi lebih cepat dan kuat, Mariaan memejamkan mata menerima perlakukan Prahmono, Haa.. Haa.. hembusan napas yang semakin berat, Sabrina yang sadar Mariana sudah mulai masuk dalma alur permainan mulai berlahan membuka jas, kemeja hingga celana dalam Prahmono tanpa mengganggu yang ternyata memiliki fetish ketiak.
*Srrupplll..
"Bahkan semua pelacur yang sudah pernah ku coba tidak ada yang punya ketiak sewangi ini.. Aaah.. “ Ucap Prahmono yang sudah bugil sambil tangan kirinya mulai memaikan memek Mariana.
“Di tambah memeknya yang sanggat sexy dan gampang becek begini, Dimana kamu menemuka barang sebagus ini Sabrina?” tanya Prahmono dan lagi-lagi Sabrina hanya tersenyum saja.
Mariana yang sudah pasrah dengan keadaan berlahan membuka matanya melihat Prahmono yang sedang menjilati ketiak kirinya dan kaget melihat kontol Prahmono sebesar 18Cm.
“Kenapa kaget begitu Sally? Walau umur Prahmono sudah kepala 7 tetapi kontolnya masih besar begitu pikir mu?” Ucap Sabrina yang memeluk Prahmono dari belakang.
“Bapak Prahmono adalah mantan atlet sepak bola yang menghabiskan masa mudanya dengan olah raga.” Sambung Sabrina.
Merasa bangga akan kontolnya di puji-puji oleh wanita, Prahmono mengemgam kontolnya dan mengesekkannya ke belahan memek Mariana.
“Wah.. nih memek sudah becek saja, sudah tidak sabar ingin menikmati kontol ini ya?” Ucap Prahmono
Mariana yang merasa takut melihat kontol Prahmono ternyata lebih besar dari milik suaminya dan Dirwanto mulai memberontak dan mengelengkan kepalanya.
“Tidak.. jangan.. aku mohon.. itu tidak akan muat.” Ucap Mariana melihat kontol Prahmono.
“Itu? Muat? Hahaha.. masih pemula ternyata, tenang saja cantik setelah kau merasakan kontol ini kau pasti akan ketagihan.” Ucap Prahmono yang ketawa di ikuti dengan Sabrina.
“Jangan dong, kalau dia ketagihan aku gimana?” Ucap Sabrina dengan nada merayu.
Tak ada yang menyangka bahwa pemilik perusahaan terbesar dengan mantan Presiden memiliki hubungan lebih dari bisnis.
“Tenang saja sayang aku masih cukup kuat buat kalian berdua” Balas Prahmono sambil kembali berciuman dengan Sabrina.
Mariana yang melihat adegan mesrah itu semakin membuat tubuhnya panas akan birahi tetapi ia juga takut akan kontol Prahmono.
"Aaah.. Aaahh.."
Napas Mariana yang semakin berat mencoba memasukkan udara lebih banyak ke paru-parunya dari mulutnya sehingga membuat lidahnya menjulur keluar seperti anjing yang kecapekkan. Prahmono yang melihat situasi Mariana langsung melepas ciumannya pada Sabrina dan menghisap lidah Mariana.
Bluurrttt..
Spluut..
Scchuulp..
Seketika mata Mariana melotot kaget.
"Ngghhh.. mmmhh.."
“Apa ini? kenapa rasanya sangat nikmat” pikir Mariana.
Sambil menghisap lidah Mariana, Prahmono mengarahkan kontolnya ke belahan memek Mariana sedikit demi sedikit ia mengesekkannya dan memasukkannya.
“Ngghhh.. nngg..” Suara Mariana ketahan.
Sedikit demi sedikit Prahmono memasukkan kontolnya.
“Ngghhh.. ngghhh” semakin kuat suara dari Mariana.
Entah sejak kapan Sabrina sudah berdiri di belakang Mariana sambil mendorong Mariana dengan tubuhnya membantu kontol Prahmono agar masuk semua.
“Aaahhh.. semua yang ada pada mu sangat lezat sayang.” Ucap Prahmono.
Kemudian dengan satu setakkan, Prahmono memasukkan semua kontolnya membelah memek Mariana.
"Aaagghhh mmhhh.." teriak Mariana ketahan tangan kiri Sabrina
“BERISIK! Lihat nih!” Ucap Sabrina menggunakan tangan kananya mengarahkan kepala Mariana kebawah melihat memeknya sendiri di masukkan dengan kontol Prahmono.
Prahmono yang melihat ekpresi Mariana yang kaget malah membuatnya semakin bernafsu, tanpa memberi waktu Mariana untuk adaptasi dengan ukuran kontolnya ia pun menggunakan kedua tangannya mengangkat kedua kaki Mariana dan memaju mundurkan kontolnya dengan cepat.
"Mhhhmm mmhhm.." air mata Mariana mulai bercucuran.
“Gimana rasanya? nikmat bukan? awalnya aku juga takut akan kontolnya tetapi dendamku padamu menutupinya.” Bisik Sabrina pada telinga Mariana.
Hal itu membuat Mariana berpikir apa separah itu akibat dari perbuatannya hingga membuat temannya rela melakukan hal seperti ini demi mencapai tujuannya. Air matanya Mariana kini berjatuhan tetapi sudah bukan karena perih pada memeknya tetapi karena rasa bersalahnya pada Sabrina.
“Sudah nikmati saja.” Ucap Sabrina sambil melepaskan tangan kirinya dan mulai meraba kedua toket Mariana.
"Aaahh.. Ahh.."
Suara eragan Maraina bercampur dengan suara hentakan memeknya dan kontol Prahmono memenuhi seisi ruangan. Sabrina yang sedari tadi pasif, berjalan kembali ke belakang Prahmono membisikkan sesuatu sedangkan Mariana yang binggung di campur perasaan hampa kehilangan kontol Prahmono hanya bisa diam.
“Aku suka itu.” Ucap Prahmono sambil tersenyum terus melangkah mendekati Mariana bersamaan dengan Sabrina di sampingnya.
Bukannya takut, hal itu malah membuat Mariana semakin nafsu.
"Aaah.. Aaahh.."
Prahmono kali ini berdiri di belakang Mariana kembali memasukkan kembali kontolnya ke memeknya Mariana.
"Ugghhh Aaahhh.." wajah Mariana seperti berkata ini lah yang ku inginkan.
Sabrina berdiri di depan Mariana menjilati toket kiri Mariana sambil tangan kiri membelai lembut memek dan memaikan klitoris Mariana.
“Gimana sally? apakah nikmat?” tanya Sabrina dengan nada mengejek.
Mariana tidak membalas dan hanya menatap Sabrina dengan ekpesi nafsu yang sudah di ubun-ubun.
Biasanya Sabrina akan merasa kesal saat ada orang yang tidak menjawab pertanyaanya tetapi kali ini ia hanya tersenyum dan menganggukan kepalannya ke arah Prahmono. Prahmono yang mengerti code itu langsung menambah kecepatan pada kontolnya.
“Aaahhh.. Aaahhh.. Aaah.. keluar.. aku mau keluarr..“ Ucap Mariana menatap langit-langit kamar tersebut.
Prahmono mencabut kontolnya dari memek Mariana.
“Aaahh.. kenapa?” tanya Mariana yang menandakan akal sehatnya telah di kalahkan oleh nafsu sehingga berani untuk bertanya.
Sabrina dan Prahmono terus melepaskan seluruh ikatan yang ada pada Mariana.
“Ada apa ini?” Tanya Mariana yang merasa binggung terduduk di lantai karena kaki kirinya kesemutan.
“Ngghhh.. nngg..” Suara Mariana ketahan.
Sedikit demi sedikit Prahmono memasukkan kontolnya.
“Ngghhh.. ngghhh” semakin kuat suara dari Mariana.
Entah sejak kapan Sabrina sudah berdiri di belakang Mariana sambil mendorong Mariana dengan tubuhnya membantu kontol Prahmono agar masuk semua.
“Aaahhh.. semua yang ada pada mu sangat lezat sayang.” Ucap Prahmono.
Kemudian dengan satu setakkan, Prahmono memasukkan semua kontolnya membelah memek Mariana.
"Aaagghhh mmhhh.." teriak Mariana ketahan tangan kiri Sabrina
“BERISIK! Lihat nih!” Ucap Sabrina menggunakan tangan kananya mengarahkan kepala Mariana kebawah melihat memeknya sendiri di masukkan dengan kontol Prahmono.
Prahmono yang melihat ekpresi Mariana yang kaget malah membuatnya semakin bernafsu, tanpa memberi waktu Mariana untuk adaptasi dengan ukuran kontolnya ia pun menggunakan kedua tangannya mengangkat kedua kaki Mariana dan memaju mundurkan kontolnya dengan cepat.
"Mhhhmm mmhhm.." air mata Mariana mulai bercucuran.
“Gimana rasanya? nikmat bukan? awalnya aku juga takut akan kontolnya tetapi dendamku padamu menutupinya.” Bisik Sabrina pada telinga Mariana.
Hal itu membuat Mariana berpikir apa separah itu akibat dari perbuatannya hingga membuat temannya rela melakukan hal seperti ini demi mencapai tujuannya. Air matanya Mariana kini berjatuhan tetapi sudah bukan karena perih pada memeknya tetapi karena rasa bersalahnya pada Sabrina.
“Sudah nikmati saja.” Ucap Sabrina sambil melepaskan tangan kirinya dan mulai meraba kedua toket Mariana.
"Aaahh.. Ahh.."
Suara eragan Maraina bercampur dengan suara hentakan memeknya dan kontol Prahmono memenuhi seisi ruangan. Sabrina yang sedari tadi pasif, berjalan kembali ke belakang Prahmono membisikkan sesuatu sedangkan Mariana yang binggung di campur perasaan hampa kehilangan kontol Prahmono hanya bisa diam.
“Aku suka itu.” Ucap Prahmono sambil tersenyum terus melangkah mendekati Mariana bersamaan dengan Sabrina di sampingnya.
Bukannya takut, hal itu malah membuat Mariana semakin nafsu.
"Aaah.. Aaahh.."
Prahmono kali ini berdiri di belakang Mariana kembali memasukkan kembali kontolnya ke memeknya Mariana.
"Ugghhh Aaahhh.." wajah Mariana seperti berkata ini lah yang ku inginkan.
Sabrina berdiri di depan Mariana menjilati toket kiri Mariana sambil tangan kiri membelai lembut memek dan memaikan klitoris Mariana.
“Gimana sally? apakah nikmat?” tanya Sabrina dengan nada mengejek.
Mariana tidak membalas dan hanya menatap Sabrina dengan ekpesi nafsu yang sudah di ubun-ubun.
Biasanya Sabrina akan merasa kesal saat ada orang yang tidak menjawab pertanyaanya tetapi kali ini ia hanya tersenyum dan menganggukan kepalannya ke arah Prahmono. Prahmono yang mengerti code itu langsung menambah kecepatan pada kontolnya.
“Aaahhh.. Aaahhh.. Aaah.. keluar.. aku mau keluarr..“ Ucap Mariana menatap langit-langit kamar tersebut.
Prahmono mencabut kontolnya dari memek Mariana.
“Aaahh.. kenapa?” tanya Mariana yang menandakan akal sehatnya telah di kalahkan oleh nafsu sehingga berani untuk bertanya.
Sabrina dan Prahmono terus melepaskan seluruh ikatan yang ada pada Mariana.
“Ada apa ini?” Tanya Mariana yang merasa binggung terduduk di lantai karena kaki kirinya kesemutan.
“Tenang saja cantik.” Ucap Sabrina yang sudah memegang sebuah suntikan.
“Ini akan membuatmu merasa nikmat lebih dari yang sebelumnya kok.” Lanjutnya Sabrina sambil menyuntikan cairan perangsang pada pembuluh darah Mariana.
Sabrina terus kembali mendorong Prahmono hingga tubuhnya jatuh ke atas kasur yang membuat Prahmono mengerti apa yang Sabrina inginkan dan tersenyum “Dasar anak nakal” Ucap Prahmono kepada wanita yang umurnya hampir berbeda setengah abad darinya. Sabrina menurunkan celana dalam G-Stringnya berjalan menaiki tubuh Prahmono masih menggunakan baju kemeja V-neck buatan luar negeri dan celana rok pendeknya.
“Aku mulai ya sayang.” Ucap Sabrina sambil menurunkan memeknya.
“Aaah.. Sudah lama aku tak merasakan kontol ini.“ ucap Sabrina sambil menaik turunkan tubuhnya.
Tangan Sabrina membuka kancing kemeja dan menurunkan bra memperlihatkan toket berukuran 34B yang walau pun tidak sebesar milik Mariana tetapi masih bisa menarik mata pria-pria.
Mariana terduduk di lantai dengan perasaan tanggung karena nafsunya berada di ujung mulai menggunakan tanggan kanannya memainkan memeknya dan tangan kirinya memainkan putingnya. Sabrina tersenyum melihat tingkah Mariana yang sesuai dengan harapannya.
“Sally berdiri” Perintah Sabrina.
“Taruh kedua tangan mu di belakang dan buka paha mu” lanjut Sabrina.
Raut wajah Mariana yang awalnya senang karena ia pikir bisa mendapatkan kenikmatan klimaks saat di panggil berubah menjadi sedih ketika mendengar perintah tersebut, tetapi ia pun tak bisa membantah perintah tersebut dan hanya menurutinya sambil berharap ia bisa merasakan kontol Prahmono kembali.
Paaapp Pooopp Paaapp Poopp Suara kulit Prahmono beradu dengan Sabrina mengisi ruangan.
*Plak.. Plak.. Plak..
“Pantat mu masih montok saja seperti anak remaja.” Ucap Prahmono sambil menampar pantat Sabrina berulang kali.
“Aauuu Oohh.. Aaauuuhhh.. ugghhh Lagii.. teruss.. Aaahh.. aahh..” Ucap Sabrina menikmati tamparan pada pantatnya.
Mata Mariana terlihat sayu pertanda ia sudah di kuasai nafsunya yang besar.
“Sabrina.. aku mohon.. aku juga mau.” Ucap Mariana.
“Aaah.. mau? mau apa? Aaah.. Aahhh..” Balas Sabrina sambil menggerakan pantatnya naik turun.
“It.. Itu.. Ko.. Kon.. Tol..” Ucap Mariana dengan suara pelan.
“Tunggu sayang.” Ucap Sabrina memegang dada Prahmono menyuruhnya berhenti.
“Apa kamu bilang Sally? gak kedengaran.” lanjut Sabrina.
“KONTOL! aku mau KONTOL.. aku akan melakukan apa pun, biarkan aku merasakan kontolnya juga.” Ucap Mariana memohon pada Sabrina.
Mendengar itu membuat hati Sabrina sangat senang akhirnya ia menaklukkan Mariana, dengan bantuan kedua lututnya Sabrina memutar posisinya menghadap Mariana sambil tetap membiarkan kontol Prahmono di dalam memeknya.
“Kalau begitu kemarilah, Jilat memekku” perintah Sabrina.
Mendengar perintah itu Mariana mulai melangkahkan kakinya mendekat ke memek Sabrina yang masih ada kontol Prahmononya. Dari arah atas Sabrina dengan senyum merendahkan melihat Mariana yang menjulurkan lidahnya dengan ragu-ragu, ia tidak pernah melakukan hal tersebut sebenyumnya dan hanya pernah melihat sekali di video bokep yang dulu ia tonton, bahkan Hermanto suaminya sekalipun tidak pernah menyuruh itu tetapi semakin ia mendekatkan lidahnya pada memek Sabrina membuat ia penasaran.
Melihat Mariana yang ragu-ragu tersebut Sabrina menggunakan tangan kanannya menarik ke memeknya.
“Lama.” Ucap Sabrina mulai kembali mengerakkan kedua pantatnya naik turun.
“Ini akan membuatmu merasa nikmat lebih dari yang sebelumnya kok.” Lanjutnya Sabrina sambil menyuntikan cairan perangsang pada pembuluh darah Mariana.
Sabrina terus kembali mendorong Prahmono hingga tubuhnya jatuh ke atas kasur yang membuat Prahmono mengerti apa yang Sabrina inginkan dan tersenyum “Dasar anak nakal” Ucap Prahmono kepada wanita yang umurnya hampir berbeda setengah abad darinya. Sabrina menurunkan celana dalam G-Stringnya berjalan menaiki tubuh Prahmono masih menggunakan baju kemeja V-neck buatan luar negeri dan celana rok pendeknya.
“Aku mulai ya sayang.” Ucap Sabrina sambil menurunkan memeknya.
“Aaah.. Sudah lama aku tak merasakan kontol ini.“ ucap Sabrina sambil menaik turunkan tubuhnya.
Tangan Sabrina membuka kancing kemeja dan menurunkan bra memperlihatkan toket berukuran 34B yang walau pun tidak sebesar milik Mariana tetapi masih bisa menarik mata pria-pria.
Mariana terduduk di lantai dengan perasaan tanggung karena nafsunya berada di ujung mulai menggunakan tanggan kanannya memainkan memeknya dan tangan kirinya memainkan putingnya. Sabrina tersenyum melihat tingkah Mariana yang sesuai dengan harapannya.
“Sally berdiri” Perintah Sabrina.
“Taruh kedua tangan mu di belakang dan buka paha mu” lanjut Sabrina.
Raut wajah Mariana yang awalnya senang karena ia pikir bisa mendapatkan kenikmatan klimaks saat di panggil berubah menjadi sedih ketika mendengar perintah tersebut, tetapi ia pun tak bisa membantah perintah tersebut dan hanya menurutinya sambil berharap ia bisa merasakan kontol Prahmono kembali.
Paaapp Pooopp Paaapp Poopp Suara kulit Prahmono beradu dengan Sabrina mengisi ruangan.
*Plak.. Plak.. Plak..
“Pantat mu masih montok saja seperti anak remaja.” Ucap Prahmono sambil menampar pantat Sabrina berulang kali.
“Aauuu Oohh.. Aaauuuhhh.. ugghhh Lagii.. teruss.. Aaahh.. aahh..” Ucap Sabrina menikmati tamparan pada pantatnya.
Mata Mariana terlihat sayu pertanda ia sudah di kuasai nafsunya yang besar.
“Sabrina.. aku mohon.. aku juga mau.” Ucap Mariana.
“Aaah.. mau? mau apa? Aaah.. Aahhh..” Balas Sabrina sambil menggerakan pantatnya naik turun.
“It.. Itu.. Ko.. Kon.. Tol..” Ucap Mariana dengan suara pelan.
“Tunggu sayang.” Ucap Sabrina memegang dada Prahmono menyuruhnya berhenti.
“Apa kamu bilang Sally? gak kedengaran.” lanjut Sabrina.
“KONTOL! aku mau KONTOL.. aku akan melakukan apa pun, biarkan aku merasakan kontolnya juga.” Ucap Mariana memohon pada Sabrina.
Mendengar itu membuat hati Sabrina sangat senang akhirnya ia menaklukkan Mariana, dengan bantuan kedua lututnya Sabrina memutar posisinya menghadap Mariana sambil tetap membiarkan kontol Prahmono di dalam memeknya.
“Kalau begitu kemarilah, Jilat memekku” perintah Sabrina.
Mendengar perintah itu Mariana mulai melangkahkan kakinya mendekat ke memek Sabrina yang masih ada kontol Prahmononya. Dari arah atas Sabrina dengan senyum merendahkan melihat Mariana yang menjulurkan lidahnya dengan ragu-ragu, ia tidak pernah melakukan hal tersebut sebenyumnya dan hanya pernah melihat sekali di video bokep yang dulu ia tonton, bahkan Hermanto suaminya sekalipun tidak pernah menyuruh itu tetapi semakin ia mendekatkan lidahnya pada memek Sabrina membuat ia penasaran.
Melihat Mariana yang ragu-ragu tersebut Sabrina menggunakan tangan kanannya menarik ke memeknya.
“Lama.” Ucap Sabrina mulai kembali mengerakkan kedua pantatnya naik turun.
"Ugghh.. mmhhmmm.." Suara Mariana yang berusahan menahan napas dan kaget karena ia belum siap.
Plok.. Plok suara hentakan kulit Sabrina dan Prahmono kembali terdengar.
“Aaah.. Ah..Ayok jilat.. tunggu apa lagi?” Perintah Sabrina.
Lidah Mariana mulai bersentuhan dengan klitoris Sabrina.
“Aaah.. yah.. begitu.. lagi..” Ucap Sabrina menikmati lidah Mariana yang mulai menjalan ke sekeliling memeknya hingga sesekali lidahnya menyentuh kontol Prahmono dan mukanya basah dengan cairan memek Sabrina.
“Sabrina aku keluar Uggh.” Ucap Prahmono mengerakan pinggulnya dengan cepat.
“Aahhh.. Aaahh.. Ia.. Aah.. aku juga.” Balas Sabrina yang membantu dengan mengerakkan pantatnya naik turun dengan cepat.
"Tu.. Tunggu” Ucap Mariana ketahan karena sperma Prahmono muncrah mengenai mukanya.
"Haahhh.. haaa.." suara Sabrina dan Prahmono berbaring di atas kasur sehabis klimaks bersamaan.
Mariana terduduk lemas dan terlihat sedih seperti anak kecil permennya di rebut orang. ia berpikir orang tua seperti prahmono masih bisa membuat kontolnya tegang saja sudah luar biasa tidak mungkin bisa berdiri untuk kedua kalinya.
“Jangan berwajah sepert itu.” Ucap Prahmono bangkit dari kasur terus mengambil suntikan dari balik jasnya dan menyuntikkannya ke pembuluh darah tangan kirinya.
“Aku sudah siapkan yang special untuk kamu sayang.” Lanjut Prahmono sambil berjalan ke arah Mariana.
Kontol Prahmono yang mengkilat karena cairan spermanya tadi berlahan mulai bangkit kembali.
“Gimana?” tanya Prahmono menamparkan kontolnya ke wajab takjub Mariana.
“Sudah bisa kita mulai kembali?” Tanya Prahmono.
Dia kemudian mendorong tubuh Mariana ke lantai dengan pelan hingga tampak memeknya yang masih basah. Prahmono mengemgam kontolnya yang ia bangakan itu di hentakan ke belahan memek Maraian.
“Aaahh.. aaah.. masukkan.. tolong masukkan kontol mu ke memek ku” Ucap Mariana membuka pahanya lebar-lebar dan jari tangan kanannya membuka memeknya.
Prahmono yang merasa bergairan dengan pose Mariana langsung menghentakkan kontolnya dengan satu kali sentakakn ke memek Mariana.
"Aaahhh.." Klimaks yang di tunngu Mariana akhirnya datang membuatnya kejang-kejang dan lemas.
“Belum juga apa-apa segitu sukanya dengan kontolku ini?” ucap Prahmono.
Dia mengangkat tubuh Mariana ke atas kasur dengan posisi kontolnya masih terbenam di lubang memek Mariana, tanpa menunggu Mariana menikmati klimaksnya Prahmono memaju mundurkan kontolnya di di dalam memek Mariana.
“Aaah.. terusss.. aaahh.. laggii..” Ucap Mariana menerima kontol Prahmono walau memeknya masih sangat sensitive.
Sabrina tersenyum sinis melihat Mariana sangat menikmati kontol Prahmono seperti pelacur berhari-hari tidak merasakan kontol, mulai mengangkat pantatnya untuk memurunkan roknya dan menduduki wajah Mariana menghadap ke Prahmono.
“Jilat.” Ucap Sabrina memerintahkan Mariana menjilati memeknya dengan sperma Prahmono yang berlahan memeleleh ke mulut Maraiana.
Karena sadar tidak ada pilihan lain ia pun melakukannya.
*Slurrpp.. luurrpp.. Aaahh.. haaaa sambil sesekali mengambil napas.
“Stamina mu masih belum cukup, jangan berpikir menjadi pelacur adalah perkerjaan mudah, jabwal mu akan ku kirim besok.” Ucap Sabrina.
Plok.. Plok suara hentakan kulit Sabrina dan Prahmono kembali terdengar.
“Aaah.. Ah..Ayok jilat.. tunggu apa lagi?” Perintah Sabrina.
Lidah Mariana mulai bersentuhan dengan klitoris Sabrina.
“Aaah.. yah.. begitu.. lagi..” Ucap Sabrina menikmati lidah Mariana yang mulai menjalan ke sekeliling memeknya hingga sesekali lidahnya menyentuh kontol Prahmono dan mukanya basah dengan cairan memek Sabrina.
“Sabrina aku keluar Uggh.” Ucap Prahmono mengerakan pinggulnya dengan cepat.
“Aahhh.. Aaahh.. Ia.. Aah.. aku juga.” Balas Sabrina yang membantu dengan mengerakkan pantatnya naik turun dengan cepat.
"Tu.. Tunggu” Ucap Mariana ketahan karena sperma Prahmono muncrah mengenai mukanya.
"Haahhh.. haaa.." suara Sabrina dan Prahmono berbaring di atas kasur sehabis klimaks bersamaan.
Mariana terduduk lemas dan terlihat sedih seperti anak kecil permennya di rebut orang. ia berpikir orang tua seperti prahmono masih bisa membuat kontolnya tegang saja sudah luar biasa tidak mungkin bisa berdiri untuk kedua kalinya.
“Jangan berwajah sepert itu.” Ucap Prahmono bangkit dari kasur terus mengambil suntikan dari balik jasnya dan menyuntikkannya ke pembuluh darah tangan kirinya.
“Aku sudah siapkan yang special untuk kamu sayang.” Lanjut Prahmono sambil berjalan ke arah Mariana.
Kontol Prahmono yang mengkilat karena cairan spermanya tadi berlahan mulai bangkit kembali.
“Gimana?” tanya Prahmono menamparkan kontolnya ke wajab takjub Mariana.
“Sudah bisa kita mulai kembali?” Tanya Prahmono.
Dia kemudian mendorong tubuh Mariana ke lantai dengan pelan hingga tampak memeknya yang masih basah. Prahmono mengemgam kontolnya yang ia bangakan itu di hentakan ke belahan memek Maraian.
“Aaahh.. aaah.. masukkan.. tolong masukkan kontol mu ke memek ku” Ucap Mariana membuka pahanya lebar-lebar dan jari tangan kanannya membuka memeknya.
Prahmono yang merasa bergairan dengan pose Mariana langsung menghentakkan kontolnya dengan satu kali sentakakn ke memek Mariana.
"Aaahhh.." Klimaks yang di tunngu Mariana akhirnya datang membuatnya kejang-kejang dan lemas.
“Belum juga apa-apa segitu sukanya dengan kontolku ini?” ucap Prahmono.
Dia mengangkat tubuh Mariana ke atas kasur dengan posisi kontolnya masih terbenam di lubang memek Mariana, tanpa menunggu Mariana menikmati klimaksnya Prahmono memaju mundurkan kontolnya di di dalam memek Mariana.
“Aaah.. terusss.. aaahh.. laggii..” Ucap Mariana menerima kontol Prahmono walau memeknya masih sangat sensitive.
Sabrina tersenyum sinis melihat Mariana sangat menikmati kontol Prahmono seperti pelacur berhari-hari tidak merasakan kontol, mulai mengangkat pantatnya untuk memurunkan roknya dan menduduki wajah Mariana menghadap ke Prahmono.
“Jilat.” Ucap Sabrina memerintahkan Mariana menjilati memeknya dengan sperma Prahmono yang berlahan memeleleh ke mulut Maraiana.
Karena sadar tidak ada pilihan lain ia pun melakukannya.
*Slurrpp.. luurrpp.. Aaahh.. haaaa sambil sesekali mengambil napas.
“Stamina mu masih belum cukup, jangan berpikir menjadi pelacur adalah perkerjaan mudah, jabwal mu akan ku kirim besok.” Ucap Sabrina.
Dia merasa kecewa dengan Mariana yang walaupun ia adalah mantan ketua Cheerleader tetapi setelah bertahun-tahun tidak latihan membuatnya kehilangan stamina.
*Slurrpp slurrpp.. tidak cuma menjilat dan menghisap semua sisa sperma tetapi karena sesama wanita Mariana juga memasukkan lidahnya ke memek Sabrina.
“Aaah.. ya.. seperti itu Aaahh.. teruss..” Ucap Sabrina merasakan lidah lembut Mariana di memeknya.
“Kedua tokednya sangat besar dan indah naik turun mengikuti iramaku” Ucap Prahmono
*Plaakk sambil menampar toked kiri Mariana
“Hahahaha.. Terima kasih Sabrina hari ini aku sangat senang sekali.” lanjut Prahmono.
“Suatu kehormatan bagi saya” Balas Sabrina
*Plak.. Plak.. berulang-ulang kali Prahamono menampar toket Mariana hingga merah.
“Aaah.. aaaah.. lagi..” Rasa perih malah berubah menjadi nikmat pada Mariana.
“jilat lubang pantat ku” Ucap Sabrina yang tiba-tiba mengereskan lubang pantatnya mengarah ke mulut Mariana.
Entah karena di kendalikan nafsu atau Mariaan yang sadar tidak bisa menghindar dari perintah Sabrina, ia pun menjilati lubang pantat Sabrina dan memasukkan lidahnya lubang pantat Sabrina
*Srrullpp Srlluupp..
“Aaahhh.. “ Ucap Sabrina sambil bola matanya ke atas merasakan kenikmatan pada lubang pantatnya.
"Haa.. Haaa.."
Napas Prahmono mulai merasa berat karena usianya yang tidak bisa berbohong.
“Sabrina.. haa.. Ganti posisi.. haa..” Ucap Prahmono yang langsung mencabut kontolnya dan berbaring di samping Mariana.
Tanpa di perintah Mariana segera bangkit setelah Sabrina bangkit dari wajahnya. Mariana lansung memegang kontol Prahmono mengarahkannya ke memeknya.
“Agghhh nikmat sekali saat kontol mu mencium bibir rahimku." Ucap Mariana sambil melihat ke langit-langit.
Prahmono kali ini benar-benar seperti raja yang hanya berbaring tanpa harus bergerak sama sekali. Sabrina yang melihat itu mengerti apa maksud dan keinginan pak tua satu itu, ia pun mulai ke berjalan ke belakang Mariana menempelkan dadanya ke belakang bahu Mariana dan memeras kedua toket Mariana dari bawah ketiaknya.
“Ayok.. waktunya gerak.” Ucap Sabrina sambil memegang kedua toket Mariana.
Mariana menaik turunkan tubuhnya dengan cepat.
*Plok.. plok.. plokk.. plookk..
“Aaah.. Aaahh.. Aku mau keluar..” Ucap Mariana.
“Aku duluan.. Ugghhh..” Ucap Prahmono yang langsung mengerluarkan spermannya dalam memek Mariana di ikuti Mariana yang juga klimaks saat merasakan sperma panas Prahmono menyentuh rahimnya dan ambruk di sebelah Prahmono.
“Yah.. baru juga mau di mulai.” Ucap Sabrina dengan tampang kecewa.
“Aku ha.. ha.. sudah tidak.. ha.. muda lagi. ha..” Ucap Prahmono sambil terengah-engah.
Merasa permainan telah berakhir Sarina pun memugut semua pakaian dan mulai merapikan diri di ikuti Prahmono yang walau masih merasa capek.
“Ini pak.” Ucap Sabrina sambil menyerahkan selembar keras dan pulpen ke Prahmono.
“Oh.. yah.. ya.. hampir lupa.” Ucap Prahmono mengambil pulpen tersebut dan tanda tangan pada kertas tersebut.
“Mulai sekarang Sally akan berada dalam penjagaanku, jika kedepan terjadi sesuatu ia kan ku lindungi.” Ucap Prahmono.
“Oh ya aku juga ada sesuatu untuk mu.” sambung Prahmono berjalan mendekati Mariana sambil mengeluarkan sebuah kalung Ruby.
*Slurrpp slurrpp.. tidak cuma menjilat dan menghisap semua sisa sperma tetapi karena sesama wanita Mariana juga memasukkan lidahnya ke memek Sabrina.
“Aaah.. ya.. seperti itu Aaahh.. teruss..” Ucap Sabrina merasakan lidah lembut Mariana di memeknya.
“Kedua tokednya sangat besar dan indah naik turun mengikuti iramaku” Ucap Prahmono
*Plaakk sambil menampar toked kiri Mariana
“Hahahaha.. Terima kasih Sabrina hari ini aku sangat senang sekali.” lanjut Prahmono.
“Suatu kehormatan bagi saya” Balas Sabrina
*Plak.. Plak.. berulang-ulang kali Prahamono menampar toket Mariana hingga merah.
“Aaah.. aaaah.. lagi..” Rasa perih malah berubah menjadi nikmat pada Mariana.
“jilat lubang pantat ku” Ucap Sabrina yang tiba-tiba mengereskan lubang pantatnya mengarah ke mulut Mariana.
Entah karena di kendalikan nafsu atau Mariaan yang sadar tidak bisa menghindar dari perintah Sabrina, ia pun menjilati lubang pantat Sabrina dan memasukkan lidahnya lubang pantat Sabrina
*Srrullpp Srlluupp..
“Aaahhh.. “ Ucap Sabrina sambil bola matanya ke atas merasakan kenikmatan pada lubang pantatnya.
"Haa.. Haaa.."
Napas Prahmono mulai merasa berat karena usianya yang tidak bisa berbohong.
“Sabrina.. haa.. Ganti posisi.. haa..” Ucap Prahmono yang langsung mencabut kontolnya dan berbaring di samping Mariana.
Tanpa di perintah Mariana segera bangkit setelah Sabrina bangkit dari wajahnya. Mariana lansung memegang kontol Prahmono mengarahkannya ke memeknya.
“Agghhh nikmat sekali saat kontol mu mencium bibir rahimku." Ucap Mariana sambil melihat ke langit-langit.
Prahmono kali ini benar-benar seperti raja yang hanya berbaring tanpa harus bergerak sama sekali. Sabrina yang melihat itu mengerti apa maksud dan keinginan pak tua satu itu, ia pun mulai ke berjalan ke belakang Mariana menempelkan dadanya ke belakang bahu Mariana dan memeras kedua toket Mariana dari bawah ketiaknya.
“Ayok.. waktunya gerak.” Ucap Sabrina sambil memegang kedua toket Mariana.
Mariana menaik turunkan tubuhnya dengan cepat.
*Plok.. plok.. plokk.. plookk..
“Aaah.. Aaahh.. Aku mau keluar..” Ucap Mariana.
“Aku duluan.. Ugghhh..” Ucap Prahmono yang langsung mengerluarkan spermannya dalam memek Mariana di ikuti Mariana yang juga klimaks saat merasakan sperma panas Prahmono menyentuh rahimnya dan ambruk di sebelah Prahmono.
“Yah.. baru juga mau di mulai.” Ucap Sabrina dengan tampang kecewa.
“Aku ha.. ha.. sudah tidak.. ha.. muda lagi. ha..” Ucap Prahmono sambil terengah-engah.
Merasa permainan telah berakhir Sarina pun memugut semua pakaian dan mulai merapikan diri di ikuti Prahmono yang walau masih merasa capek.
“Ini pak.” Ucap Sabrina sambil menyerahkan selembar keras dan pulpen ke Prahmono.
“Oh.. yah.. ya.. hampir lupa.” Ucap Prahmono mengambil pulpen tersebut dan tanda tangan pada kertas tersebut.
“Mulai sekarang Sally akan berada dalam penjagaanku, jika kedepan terjadi sesuatu ia kan ku lindungi.” Ucap Prahmono.
“Oh ya aku juga ada sesuatu untuk mu.” sambung Prahmono berjalan mendekati Mariana sambil mengeluarkan sebuah kalung Ruby.
“Aku akan menunggu hari dimana kau ingin menjadi selirku.” Bisik Prahmono terus mencium toket kiri Mariana dan berjalan ke pintu keluar.
Sabrina membungkuk memberikan hormat saat presiden keluar kamar sedangkan Mariana tergeletak lemas di atas kasur.
"Mau sampai kapan aku seperti ini? hisk.. hiskk.." Dalam keadaan lemas Mariana bertanya sambil menangis.
“SAMPAI KAPAN KAU TANYA? 7 TAHUN HARAPAN KU KAU REBUT, 18 TAHUN PENDERITAAN YANG TELAH KU LEWATI, APA KAU MENGERTI PENDERITAAN KU?” Amarah Sabrina meledak melihat Mariana yang bertanya seperti itu sambil menangis seakan dirinyalah korban dalam situasi ini.
"dan tentunya, sampai aku PUAS!" lanjut Sabrina meninggalkan ruangan.
Tersisa Mariana sendiri di dalam kamar berbaring meratapi nasipnya kedepan bakalan seperti apa.
Selesai Mariana bersih-bersih, waktu telah menujutkan jam 4 sore, Mariana keluar kamar yang ternyata telah di tunggu oleh Sabrina dan kedua pengawalnya.
“Ini ada sedikit cemilan, pulang makanlah.” Ucap Sabrina sambil memberikan 2 kotak yang berisikan ayam gorang dan sayur-sayuran.
“Ia.. terima kasih” Jawab Mariana dengan nada datas.
“Bobby bawa dia dan anaknya pulang.” Ucap Sabrina yang terus meninggalkan Mariana di ikuti Rony.
*Ting pintu elevator pun terbuka
“Mari” Ucap Bobby mempersilakan Mariana melangkah terlebih dahulu.
Di dalam elevator Bobby mencium Aroma wangi pada rambut Mariana serta tubuh Mariana yang sexy dari pantulan dinding elevator membuat kontolnya mengeras di balik celananya, tetapi apa daya ia tak punya keberanian untuk menyentuhnya. Mariana sadar kalau Bobby sedang menerawang tubuhnya dan tersenyum manis ke Bobby melalui pantulan pintu elevator yang seketika membuat Bobby salah tingkah.
*Ting pintu elevator terbuka.
“Mamaaa” Ucap Aditya saat melihat mamanya keluar dari elevator.
“Mama kenapa lama sekali sih?” Tanya Aditya menghampiri Mariana di ikuti Liandra.
“Tunggu dulu.. liat mama ada apa ini?” Ucap Mariana
“Ayam goreng special dari tante Sabrina.” Lanjut Mariana sambil tersenyum.
“Yeeaaaahhh ayam goreng.. ayok ma pulang.. papa bentar lagi pasti sampai rumah.” Ajak Aditya.
“ia.. ia.. sabar.. Makasih ya Liandra udah temanin Aditya.” Ucap Mariana ke arah Liandra.
“Ia makasih yah kak Lia, tadi seru sekali.” Ucap Aditya sambil tersenyum lebar.
“Ia.. kakak juga senang kok, datang lagi ya kapan-kapan, Dahhh..“ Ucap Liandra
***
Malam hari di meja makan,
"wah.. ayam gorengnya enak nih.. beli dimana?" tanya Hermanto.
"di kasih sama sabrina" jawab Mariana singkat
"ah.. sahabat baik mu tuh.. gimana kabar dia? walau kita sudah kembali ke kota ini.. aku belom sempat menjumpai dia, mungkin sebaiknya aku sisikan waktu untuk berterima kasih padanya nanti." Ucap Hermanto sambil menyantap makanan yang berada di atas meja.
"Dia juga sibuk mengurus perusahaannya itu dan bukannya kamu juga masih tahap pengembangan di sini?" Ucap Mariana berusaha tidak ingin mempertemukan suami dengan sabrina.
"Perusahan? dia mendirikan perusahaan? wahh.. baguslah." Ucap Hermanto
"Del Korsa? aku juga tidak begitu ingat namanya" Jawab Mariana.
"Del Korsa yang itu? wah.. itu perusahaan paling besar saat ini.” Ucap Hermanto terkagum.
“Ia pa.. gedung tante sabrina besar sekali di dalamnya lengkap game-gamenya.. mau main ini itu tinggal tunjuk.. mau makan tinggal tunjuk.. enak banget di sana pa" Ucap Aditya tidak kalah menunjukkan ekpresi senangnya selama di sana.
Sabrina membungkuk memberikan hormat saat presiden keluar kamar sedangkan Mariana tergeletak lemas di atas kasur.
"Mau sampai kapan aku seperti ini? hisk.. hiskk.." Dalam keadaan lemas Mariana bertanya sambil menangis.
“SAMPAI KAPAN KAU TANYA? 7 TAHUN HARAPAN KU KAU REBUT, 18 TAHUN PENDERITAAN YANG TELAH KU LEWATI, APA KAU MENGERTI PENDERITAAN KU?” Amarah Sabrina meledak melihat Mariana yang bertanya seperti itu sambil menangis seakan dirinyalah korban dalam situasi ini.
"dan tentunya, sampai aku PUAS!" lanjut Sabrina meninggalkan ruangan.
Tersisa Mariana sendiri di dalam kamar berbaring meratapi nasipnya kedepan bakalan seperti apa.
Selesai Mariana bersih-bersih, waktu telah menujutkan jam 4 sore, Mariana keluar kamar yang ternyata telah di tunggu oleh Sabrina dan kedua pengawalnya.
“Ini ada sedikit cemilan, pulang makanlah.” Ucap Sabrina sambil memberikan 2 kotak yang berisikan ayam gorang dan sayur-sayuran.
“Ia.. terima kasih” Jawab Mariana dengan nada datas.
“Bobby bawa dia dan anaknya pulang.” Ucap Sabrina yang terus meninggalkan Mariana di ikuti Rony.
*Ting pintu elevator pun terbuka
“Mari” Ucap Bobby mempersilakan Mariana melangkah terlebih dahulu.
Di dalam elevator Bobby mencium Aroma wangi pada rambut Mariana serta tubuh Mariana yang sexy dari pantulan dinding elevator membuat kontolnya mengeras di balik celananya, tetapi apa daya ia tak punya keberanian untuk menyentuhnya. Mariana sadar kalau Bobby sedang menerawang tubuhnya dan tersenyum manis ke Bobby melalui pantulan pintu elevator yang seketika membuat Bobby salah tingkah.
*Ting pintu elevator terbuka.
“Mamaaa” Ucap Aditya saat melihat mamanya keluar dari elevator.
“Mama kenapa lama sekali sih?” Tanya Aditya menghampiri Mariana di ikuti Liandra.
“Tunggu dulu.. liat mama ada apa ini?” Ucap Mariana
“Ayam goreng special dari tante Sabrina.” Lanjut Mariana sambil tersenyum.
“Yeeaaaahhh ayam goreng.. ayok ma pulang.. papa bentar lagi pasti sampai rumah.” Ajak Aditya.
“ia.. ia.. sabar.. Makasih ya Liandra udah temanin Aditya.” Ucap Mariana ke arah Liandra.
“Ia makasih yah kak Lia, tadi seru sekali.” Ucap Aditya sambil tersenyum lebar.
“Ia.. kakak juga senang kok, datang lagi ya kapan-kapan, Dahhh..“ Ucap Liandra
***
Malam hari di meja makan,
"wah.. ayam gorengnya enak nih.. beli dimana?" tanya Hermanto.
"di kasih sama sabrina" jawab Mariana singkat
"ah.. sahabat baik mu tuh.. gimana kabar dia? walau kita sudah kembali ke kota ini.. aku belom sempat menjumpai dia, mungkin sebaiknya aku sisikan waktu untuk berterima kasih padanya nanti." Ucap Hermanto sambil menyantap makanan yang berada di atas meja.
"Dia juga sibuk mengurus perusahaannya itu dan bukannya kamu juga masih tahap pengembangan di sini?" Ucap Mariana berusaha tidak ingin mempertemukan suami dengan sabrina.
"Perusahan? dia mendirikan perusahaan? wahh.. baguslah." Ucap Hermanto
"Del Korsa? aku juga tidak begitu ingat namanya" Jawab Mariana.
"Del Korsa yang itu? wah.. itu perusahaan paling besar saat ini.” Ucap Hermanto terkagum.
“Ia pa.. gedung tante sabrina besar sekali di dalamnya lengkap game-gamenya.. mau main ini itu tinggal tunjuk.. mau makan tinggal tunjuk.. enak banget di sana pa" Ucap Aditya tidak kalah menunjukkan ekpresi senangnya selama di sana.
"Wah.. kayaknya aku benar-benar harus menyisihkan waktu untuk berterima kasih" Ucap Hermanto terlihat senang akan kesuksesan Sabrina.
"Tak apa kok, nanti biar aku yang sampaikan saja, jangan terlalu di paksain" kata Mariana yang masih terus berusaha tidak ingin mempertemukan suaminya pada Sabrina.
***
Jam sudah menunjukan pukul 11:47 tetapi Mariana masih belum bisa tidur, melihat ke arah Hermanto yang sudah tertidur pulas.
Di otaknya kepikiran, “Apakah pilihan yang ku ambil saat itu salah? kira-kira bagaimana jadinya jika aku tidak terima Hermanto saat itu? yah.. mungkin sekarang yang berada di kasur ini adalah Sabrina, dan aku? haaa.. mungkin aku bersama cowok lain yang tidak tau apakah lebih baik dari Hermanto atau lebih buruk.” tak terasa pipinya telah basah karena air matanya hisk.. hisk..
“Sekrang situasi sudah seperti ini, Aku sudah tidak sanggup lagi, siapa lagi yang bisa menolongku jika mantan Presiden sekalipun berdiri di sisi Sabrina.” Hisk.. hisk..
Mariana melangkah keluar menuju dapur dengan pelan agar tidak membagunkan suaminya, dalam langkahnya menujur dapur Mariana sempat berpikir untuk mengakhir hidupnya karena ia yakin kejadian seperti ini pasti akan lebih parah lagi yang tidak bisa ia bayangkan tetapi langkahnya terhenti di depan pintu kamar anaknya.
*Clek Mariana membuka pintu anaknya air matanya mengalir semakin desar melihat anaknya yang tertidur polos.
“Hal tolol apa yang barusan ku pikirkan? Anak ini ku tarik ke dunia ini tidak salah apa-apa, ini semua salah aku dan Hermanto, setidaknya aku harus bertahan memberikan kasih sayangku sepenuhnya untuk anakku.” Pikir Mariana terus mecium kening Aditya.
Malam itu Mariana tidur di sebelah anaknya sambil menangis.
===X=X===
Keesokan pagi harinya..
*Tringgggg.. *Tringgg.. ( Bunyi nada dering hp )
“Sabrina? pagi-pagi ada keperluan apa dia?” Pikir Mariana ketakutan setiap menerima panggilan telphone dari Sabrina.
“Ya halo.. “ Ucap Mariana.
“Halo Mar kamu lagi dimana? aku ingin menyerahkan jabwal serta kontrak kerja.” Tanya Sabrina.
“Oh.. ku kira bakalan ada hal yang terjadi” begitu pikir Mariana menenangkan hatinya.
“Aku sedang berada di sekolah Aditya ini mau mendaftarkan dia” Ucap Mariana.
“Kalau begitu aku ke tempatmu saja.” Ucap Sabrina yang langsung mematikan telphonenya.
***
Saat Sabrina di depan sekolah Aditya, Sabrina melihat ada 2 bo*ah seumuran aditya yang duduk melihat mariana dengan mata seperti melenjangin pakaian mariana.
“Haha Masih kecil kelakukan matanya sudah seperti om-om saja” Ucap Sabrina heran melihat tingkat laku anak zaman sekarang.
Mariana menggunakan baju kemeja lengan panjang berwarna putih di tambah mini syal pada lehernya dan rok berwana merah muda sederhana tidak ada unsur sexy pada pakaian Mariana yang menarik perhatiaan kedua bo*ah tersebut tak lain dan tak bukan adalah kedua toket yang besar dan tubuh sexy Mariana yang tidak bisa di sembunyikan.
“Aha.. Gimana kalau aku membuat kedua bo*ah itu mengentot Mariana di depan Aditya yang terikat ya? hehehe pasti seru.” Ucap Sabrian sambil tersenyum karena ide gilanya itu.
“Ah.. baru membayangkannya saja sudah membuat aku semangat dan bergairah.” lanjutnya lagi sambil melanjutkan langkahnya ke arah Mariana dan Aditya.
"Tak apa kok, nanti biar aku yang sampaikan saja, jangan terlalu di paksain" kata Mariana yang masih terus berusaha tidak ingin mempertemukan suaminya pada Sabrina.
***
Jam sudah menunjukan pukul 11:47 tetapi Mariana masih belum bisa tidur, melihat ke arah Hermanto yang sudah tertidur pulas.
Di otaknya kepikiran, “Apakah pilihan yang ku ambil saat itu salah? kira-kira bagaimana jadinya jika aku tidak terima Hermanto saat itu? yah.. mungkin sekarang yang berada di kasur ini adalah Sabrina, dan aku? haaa.. mungkin aku bersama cowok lain yang tidak tau apakah lebih baik dari Hermanto atau lebih buruk.” tak terasa pipinya telah basah karena air matanya hisk.. hisk..
“Sekrang situasi sudah seperti ini, Aku sudah tidak sanggup lagi, siapa lagi yang bisa menolongku jika mantan Presiden sekalipun berdiri di sisi Sabrina.” Hisk.. hisk..
Mariana melangkah keluar menuju dapur dengan pelan agar tidak membagunkan suaminya, dalam langkahnya menujur dapur Mariana sempat berpikir untuk mengakhir hidupnya karena ia yakin kejadian seperti ini pasti akan lebih parah lagi yang tidak bisa ia bayangkan tetapi langkahnya terhenti di depan pintu kamar anaknya.
*Clek Mariana membuka pintu anaknya air matanya mengalir semakin desar melihat anaknya yang tertidur polos.
“Hal tolol apa yang barusan ku pikirkan? Anak ini ku tarik ke dunia ini tidak salah apa-apa, ini semua salah aku dan Hermanto, setidaknya aku harus bertahan memberikan kasih sayangku sepenuhnya untuk anakku.” Pikir Mariana terus mecium kening Aditya.
Malam itu Mariana tidur di sebelah anaknya sambil menangis.
===X=X===
Keesokan pagi harinya..
*Tringgggg.. *Tringgg.. ( Bunyi nada dering hp )
“Sabrina? pagi-pagi ada keperluan apa dia?” Pikir Mariana ketakutan setiap menerima panggilan telphone dari Sabrina.
“Ya halo.. “ Ucap Mariana.
“Halo Mar kamu lagi dimana? aku ingin menyerahkan jabwal serta kontrak kerja.” Tanya Sabrina.
“Oh.. ku kira bakalan ada hal yang terjadi” begitu pikir Mariana menenangkan hatinya.
“Aku sedang berada di sekolah Aditya ini mau mendaftarkan dia” Ucap Mariana.
“Kalau begitu aku ke tempatmu saja.” Ucap Sabrina yang langsung mematikan telphonenya.
***
Saat Sabrina di depan sekolah Aditya, Sabrina melihat ada 2 bo*ah seumuran aditya yang duduk melihat mariana dengan mata seperti melenjangin pakaian mariana.
“Haha Masih kecil kelakukan matanya sudah seperti om-om saja” Ucap Sabrina heran melihat tingkat laku anak zaman sekarang.
Mariana menggunakan baju kemeja lengan panjang berwarna putih di tambah mini syal pada lehernya dan rok berwana merah muda sederhana tidak ada unsur sexy pada pakaian Mariana yang menarik perhatiaan kedua bo*ah tersebut tak lain dan tak bukan adalah kedua toket yang besar dan tubuh sexy Mariana yang tidak bisa di sembunyikan.
“Aha.. Gimana kalau aku membuat kedua bo*ah itu mengentot Mariana di depan Aditya yang terikat ya? hehehe pasti seru.” Ucap Sabrian sambil tersenyum karena ide gilanya itu.
“Ah.. baru membayangkannya saja sudah membuat aku semangat dan bergairah.” lanjutnya lagi sambil melanjutkan langkahnya ke arah Mariana dan Aditya.
“Bagaimana pendaftaran Adityanya? Apakah ada halangan?” Tanya Sabrina.
“Aman kok sudah selesai.” Balas Mariana.
“Baguslah, Aditya sayang, tante kesepian di sekolah bang Risky sendirian.“ Ucap Sabrina dengan nada pura-pura sedih.
“Karena itu tante mau ajak mamamu temanin tante, kamu mau ikut? atau kamu mau ke perusahaan tante bermain game lagi?” Sambung Sabrina sambil tersenyum memberikan jebakan ke Aditya.
“Perusahaan tante lah.” dengan cepat Aditya menjawab.
“Tapi Sab, Aku tidak bisa meninggalkan Aditya sendiri.” Ucap Mariana yang sadar apa maksud dari Sabrina berusaha menahannya.
"Tenang.. ada Liandra di mobil" kata Sabrina langsung menujuk mobilnya.
Tak jauh dari sana ada sebuah mobil memantau, kaca mobil di turunkan nampak Liandra, Bobby, Rony dan 1 pria asing lainnya sedikit menurunkan kepalanya ke arah Mariana.
Tampak setelah memberikan hormat Liandra turun dari mobil membawa beberapa dokumen mendekati Sabrina.
“Ini madam.” Ucap Liandra menyerahkan 1 dokumen ke arah Sabrina “dan ini jabwalnya...” lanjut Liandra pada Mariana.
“Panggil saja kak Mari” Ucap Mariana terseyum ke Liandra.
“kak? hahaha Mar kamukan sudah tidak muda.” Ngeledek Sabrina
“Yee.. justru kalau di panggil tante sama Liandra seperti umurku sudah masuk kepala 5 tau.” Balas Mariana.
“Yah.. yah.. terserahlah, ini tanda tangan dulu di sini dan di sini.” Ucap Sabrina sambil menyerahkan pulpen dan dokumen.
Dokumen tersebut lansung di tanda tangan Mariana tanpa membaca apa isi dari dokumen tersebut.
“Kalau begitu Liandra bawa Aditya balik ke kantor seperti biasa bersama yang lainnya dan cukup suruh Bobby saja yang kembali tunggu aku di pakiran, mengerti?” Perintah Sabrina dengan nada yang berwibawa.
“Mengerti madam.” balas Liandra.
Liandra lalu memberi hormat dan mengajak Aditya ke mobil.
“Ayok Mar, temanin aku mengambil rapot anakku.” Ajak Sabrina ke Mariana berjalan ke sekolah Risky.
“Apa nilai Risky baik-baik saja?” tanya Mariana.
“Apa arti baik-baik saja? yah.. selama dia naik kelas dan tidak buat masalah selama di sekolah saja sudah bagus.” Ucap Sabrina yang tidak berusaha menjadi orang tua yang tidak mengekang anaknya seperti yang di lakukan orang tuanya dulu harus ini itu.
***
Di sekolah Risky..
“Kemana anak satu tuh? sudah di bilangin tunggu di sini. Haaaahhh..” Sabrina menghela napas karena Risky seperti tidak ada di tempat saat dia kembali.
“Yah sudahlah kita ke kamar kecil dulu yuk Mar, nanti baru telphone dia.” ajak Sabrina seperti kebanyakan wanita-wanita yang selalu lebih senang ke kamar kecil bersama temannya.
“Yuk..” Jawab Mariana mengikuti Sabrina.
Di Kamar mandi Sabrina menarik tangan Mariana ke salah satu bilik kamar mandi.
“Kenapa Sab?” tanya Mariana mulai panik.
“Suutt.. tenang, santai cantik,” Ucap Sabrina memegang dagu Mariana dan menciumnya.
Mmm.. tangan kiri Sabrina berlahan mengarah pada toketnya dan tangan kanannya turun ke paha meneglus hingga ke memeknya. Wajah Mariana mulai memerah dan napasnya mulai berat.
"ha.. haaa.."
“Cepat horny ya kamu, apa obatnya masih tersisa di tubuhmu sayang?” ledek Sabrina yang terus mengeluarkan vibrator berbentuk telur kecil.
“angkat rok mu.” perintah Sabrina yang langsung memposisikan vibrator tersebut di tengah memek Mariana.
“Yuk Mar, Risky pasti sudah tunggu di luar.” Ajak Sabrina seperti tidak terjadi apa-apa.
“Aman kok sudah selesai.” Balas Mariana.
“Baguslah, Aditya sayang, tante kesepian di sekolah bang Risky sendirian.“ Ucap Sabrina dengan nada pura-pura sedih.
“Karena itu tante mau ajak mamamu temanin tante, kamu mau ikut? atau kamu mau ke perusahaan tante bermain game lagi?” Sambung Sabrina sambil tersenyum memberikan jebakan ke Aditya.
“Perusahaan tante lah.” dengan cepat Aditya menjawab.
“Tapi Sab, Aku tidak bisa meninggalkan Aditya sendiri.” Ucap Mariana yang sadar apa maksud dari Sabrina berusaha menahannya.
"Tenang.. ada Liandra di mobil" kata Sabrina langsung menujuk mobilnya.
Tak jauh dari sana ada sebuah mobil memantau, kaca mobil di turunkan nampak Liandra, Bobby, Rony dan 1 pria asing lainnya sedikit menurunkan kepalanya ke arah Mariana.
Tampak setelah memberikan hormat Liandra turun dari mobil membawa beberapa dokumen mendekati Sabrina.
“Ini madam.” Ucap Liandra menyerahkan 1 dokumen ke arah Sabrina “dan ini jabwalnya...” lanjut Liandra pada Mariana.
“Panggil saja kak Mari” Ucap Mariana terseyum ke Liandra.
“kak? hahaha Mar kamukan sudah tidak muda.” Ngeledek Sabrina
“Yee.. justru kalau di panggil tante sama Liandra seperti umurku sudah masuk kepala 5 tau.” Balas Mariana.
“Yah.. yah.. terserahlah, ini tanda tangan dulu di sini dan di sini.” Ucap Sabrina sambil menyerahkan pulpen dan dokumen.
Dokumen tersebut lansung di tanda tangan Mariana tanpa membaca apa isi dari dokumen tersebut.
“Kalau begitu Liandra bawa Aditya balik ke kantor seperti biasa bersama yang lainnya dan cukup suruh Bobby saja yang kembali tunggu aku di pakiran, mengerti?” Perintah Sabrina dengan nada yang berwibawa.
“Mengerti madam.” balas Liandra.
Liandra lalu memberi hormat dan mengajak Aditya ke mobil.
“Ayok Mar, temanin aku mengambil rapot anakku.” Ajak Sabrina ke Mariana berjalan ke sekolah Risky.
“Apa nilai Risky baik-baik saja?” tanya Mariana.
“Apa arti baik-baik saja? yah.. selama dia naik kelas dan tidak buat masalah selama di sekolah saja sudah bagus.” Ucap Sabrina yang tidak berusaha menjadi orang tua yang tidak mengekang anaknya seperti yang di lakukan orang tuanya dulu harus ini itu.
***
Di sekolah Risky..
“Kemana anak satu tuh? sudah di bilangin tunggu di sini. Haaaahhh..” Sabrina menghela napas karena Risky seperti tidak ada di tempat saat dia kembali.
“Yah sudahlah kita ke kamar kecil dulu yuk Mar, nanti baru telphone dia.” ajak Sabrina seperti kebanyakan wanita-wanita yang selalu lebih senang ke kamar kecil bersama temannya.
“Yuk..” Jawab Mariana mengikuti Sabrina.
Di Kamar mandi Sabrina menarik tangan Mariana ke salah satu bilik kamar mandi.
“Kenapa Sab?” tanya Mariana mulai panik.
“Suutt.. tenang, santai cantik,” Ucap Sabrina memegang dagu Mariana dan menciumnya.
Mmm.. tangan kiri Sabrina berlahan mengarah pada toketnya dan tangan kanannya turun ke paha meneglus hingga ke memeknya. Wajah Mariana mulai memerah dan napasnya mulai berat.
"ha.. haaa.."
“Cepat horny ya kamu, apa obatnya masih tersisa di tubuhmu sayang?” ledek Sabrina yang terus mengeluarkan vibrator berbentuk telur kecil.
“angkat rok mu.” perintah Sabrina yang langsung memposisikan vibrator tersebut di tengah memek Mariana.
“Yuk Mar, Risky pasti sudah tunggu di luar.” Ajak Sabrina seperti tidak terjadi apa-apa.
“Rasanya aneh sekali, Apa aku boleh melepasnya sekarang?” Tanya Mariaan.
“Tentu saja tidak boleh, bodoh,” jawab Sabrina sambil tersenyum seperti malaykat tanpa rasa dosa.
Setiap langkah kaki Mariana selalu memberikan kesan gesekkan antara vibrator dan kulit memeknya.
“SERAHKAN UANGMU!” derdengar suara anak laki-laki yang berbicara cukup keras yang menarik perhatian Mariana dan Sabrina.
Tampak 2 orang anak sedang membully seorang anak yang tak lain adalah Risky.
“Pantes saja tuh anak tidak kelihatan di sana, ternyata di situ dia.” ucap Sabrina santai seperti bukan hal besar melihat anaknya sendiri di bully.
“Sabrina itu anakmu sering di bully.” Ucap Mariana khawatir.
“Santai saja, Jika anak itu memang anakku dia harus bisa melewati hal kecil seperti ini, kelak perusahaan dan semua yang ku punya akan jatuh ke dia, jika mental dan kelakukannya seperti pengecut begini bagaimana aku bisa menyerahkan ke dia?.” Ucap Sabrina santai.
Mariana yang tidak tega langsung melangkah saat itu di karenakan emosi amarah yang berlebihan membuatnya tidak merasakan vibrator tersebut.
“Hey kalian berhenti membully teman kalian.” Ucap Mariana dengan lantang.
Mata Risky berkaca-kaca melihat Mariana seperti malaykat datang menolongnya.
“Hah? Siapa sih tante ini.” Ucap salah satu anak.
“Tunggu tante ini cantik juga, toketnya gede pula tuh. fiuuuww..” Ucap anak satunya lagi mengarahkan tangannya ke toket kiri Mariana sentak membuat Sabrina marah besar.
“Cukup sampai di sana!” Ucap Sabrina.
“Satu lagi nih, Tante yang ini juga cukup cantik hehe..” Ucap anak yang satu lagi mendekati Sabrina ingin memegang toket Sabrina.
Tapi belum sempat menyentuhnya tanggannya di tahan oleh seorang pria.
KLEK!
“Uggh.. Aaakk tanganku patah.” Ucap anak ku saat tangannya di remuk pria yang tak lain adalah Bobby.
“Lapor madam, maaf terlambat.” Ucap Bobby sambil masih memegang tangan anak tersebut.
“Tangkap mereka.” Perintah Sabrina.
Tak butuh banyak gerakan untuk Bobby memegang kedua anak tersebut di hadapan Sabrina.
“Yang satu Reza dan yang satu Lukman.” Ucap Sabrina membaca nama pada kemeja sekolah mereka dan membisikkan sesuatu, "...."
“Serius tante?” Ucap Reza dan Lukman tiba-tiba semangat.
Entah apa yang di bisikkan Sabrina tetapi mata kedua bo*ah itu tertuju pada Mariana, yang seketika membuat perasaan tidak enak.
“baiklah, sekarang pergilah kalian.” Ucap Sabrina sambil mengoyangkan tangan kanannya sebagai tanda ke Bobby untuk melepas mereka dan menyuruh mereka pergi.
Dengan cepat kedua bo*ah tersebut berlari meninggalkan Sabrina, Mariana, Bobby dan Risky.
“Ayo.. Risky tunjukkan mana kelas mu.” Perintah Sabrina.
“Sabrina, tadi itu apa yang kamu katakan pada mereka?” Tanya Mariana sambil jalan mengikuti Risky.
“Bukan apa-apa kok.” Balas Sabrina sambil tersenyum ke arah Mariana.
Di depan kelas Risky, Sabrina melihat jam tangan mewah miliknya.
“Seperti sudah waktunya.” Ucap Sabrina sambil mengerakakn jari telunjuknya memanggil Bobby mendekat dan membisikkan beberapa perintah ke Bobby.
“Mengertikan?” Tanya Sabrina.
“Mengerti madam.” Jawab tegas Bobby.
“kalau begitu laksanakan, jangan kecewakan aku.” Ucap Sabrina yang langsung membuat Bobby putar arah dan berjalan dengan cepat meninggalkan Mariana, Sabrina dan Risky.
Di dalam Kelas tampak seorang pria kisaran umur 40 akhir dengan rambut botak tengah.
“Tentu saja tidak boleh, bodoh,” jawab Sabrina sambil tersenyum seperti malaykat tanpa rasa dosa.
Setiap langkah kaki Mariana selalu memberikan kesan gesekkan antara vibrator dan kulit memeknya.
“SERAHKAN UANGMU!” derdengar suara anak laki-laki yang berbicara cukup keras yang menarik perhatian Mariana dan Sabrina.
Tampak 2 orang anak sedang membully seorang anak yang tak lain adalah Risky.
“Pantes saja tuh anak tidak kelihatan di sana, ternyata di situ dia.” ucap Sabrina santai seperti bukan hal besar melihat anaknya sendiri di bully.
“Sabrina itu anakmu sering di bully.” Ucap Mariana khawatir.
“Santai saja, Jika anak itu memang anakku dia harus bisa melewati hal kecil seperti ini, kelak perusahaan dan semua yang ku punya akan jatuh ke dia, jika mental dan kelakukannya seperti pengecut begini bagaimana aku bisa menyerahkan ke dia?.” Ucap Sabrina santai.
Mariana yang tidak tega langsung melangkah saat itu di karenakan emosi amarah yang berlebihan membuatnya tidak merasakan vibrator tersebut.
“Hey kalian berhenti membully teman kalian.” Ucap Mariana dengan lantang.
Mata Risky berkaca-kaca melihat Mariana seperti malaykat datang menolongnya.
“Hah? Siapa sih tante ini.” Ucap salah satu anak.
“Tunggu tante ini cantik juga, toketnya gede pula tuh. fiuuuww..” Ucap anak satunya lagi mengarahkan tangannya ke toket kiri Mariana sentak membuat Sabrina marah besar.
“Cukup sampai di sana!” Ucap Sabrina.
“Satu lagi nih, Tante yang ini juga cukup cantik hehe..” Ucap anak yang satu lagi mendekati Sabrina ingin memegang toket Sabrina.
Tapi belum sempat menyentuhnya tanggannya di tahan oleh seorang pria.
KLEK!
“Uggh.. Aaakk tanganku patah.” Ucap anak ku saat tangannya di remuk pria yang tak lain adalah Bobby.
“Lapor madam, maaf terlambat.” Ucap Bobby sambil masih memegang tangan anak tersebut.
“Tangkap mereka.” Perintah Sabrina.
Tak butuh banyak gerakan untuk Bobby memegang kedua anak tersebut di hadapan Sabrina.
“Yang satu Reza dan yang satu Lukman.” Ucap Sabrina membaca nama pada kemeja sekolah mereka dan membisikkan sesuatu, "...."
“Serius tante?” Ucap Reza dan Lukman tiba-tiba semangat.
Entah apa yang di bisikkan Sabrina tetapi mata kedua bo*ah itu tertuju pada Mariana, yang seketika membuat perasaan tidak enak.
“baiklah, sekarang pergilah kalian.” Ucap Sabrina sambil mengoyangkan tangan kanannya sebagai tanda ke Bobby untuk melepas mereka dan menyuruh mereka pergi.
Dengan cepat kedua bo*ah tersebut berlari meninggalkan Sabrina, Mariana, Bobby dan Risky.
“Ayo.. Risky tunjukkan mana kelas mu.” Perintah Sabrina.
“Sabrina, tadi itu apa yang kamu katakan pada mereka?” Tanya Mariana sambil jalan mengikuti Risky.
“Bukan apa-apa kok.” Balas Sabrina sambil tersenyum ke arah Mariana.
Di depan kelas Risky, Sabrina melihat jam tangan mewah miliknya.
“Seperti sudah waktunya.” Ucap Sabrina sambil mengerakakn jari telunjuknya memanggil Bobby mendekat dan membisikkan beberapa perintah ke Bobby.
“Mengertikan?” Tanya Sabrina.
“Mengerti madam.” Jawab tegas Bobby.
“kalau begitu laksanakan, jangan kecewakan aku.” Ucap Sabrina yang langsung membuat Bobby putar arah dan berjalan dengan cepat meninggalkan Mariana, Sabrina dan Risky.
Di dalam Kelas tampak seorang pria kisaran umur 40 akhir dengan rambut botak tengah.
“Silakan duduk. Bu.” Ucap Pria tersebut mempersilahkan Sabrina untuk duduk dengan hormat.
Sudah sewajarnya pria bernama Sulaiman tersebut memperlakukan Sabrina sebagai salah satu donatur terbesar dengan hormat.
“Kalau boleh tau ini siapa ya?” Lanjut Sulaiman cengegesan melihat toket Mariana.
“Oh.. ini tantenya Risky.” Ucap Sabrina sambil menaikkan sedikit kecepatan pada dildo di memek Mariana.
Mmmhh.. suara Mariana berusaha menahan desahannya sambil mengesekkan kedua pahanya.
“Bisa kita langsung saja pak? saya tidak punya banyak waktu.” Ucap Sabrina.
“Oh.. ya tentu, Jadi Risky dari segi sosialisasi dia sangat kurang, walau segi nilai ia biasa-biasa saja ini akan membuat dia kesulitan kedepannya.” Ucap Sulaiman berusaha tidak melirik toket Mariana.
“kalau memang anak itu tidak sanggup, yah berarti memang segitu kemampuan dia.” Balas Sabrina dengan nada dingin.
Walaupun Risky adalah anaknya sendiri, sudah menjadi rahasia umum walau Sabrina adalah donatur di sekolah tetapi dia dengan sengaja membiarkan anaknya di bully.
Sabrina pelan-pelan mengambil pulpen di dekat Sulaiman dan menjatuhkannya.
“Ah maaf aku menjatuhkannya, boleh tolong ambilkan.” Ucap Sabrina sambil tersenyum ke Sulaiman.
Walau merasa kesal dengan kelakukan Sabrina, Sulaiman tidak bisa memasang ekpresi kesal dan bilang tidak, yang ia bisa lakukan hanya tersenyum dan bilang “Tentu.” dan mengambil pulpen yang di jatuhkan Sabrina.
Sabrina kembali menaikkan kecepatan pada dildo Mariana dan membuka paksa paha Mariaan.
“Aaah.. mmhh.” Desahan Mariana spontan.
Hal itu membuat Sulaiman yang di bawah meja reflek melihat ke arah Mariana yang berusaha menutupi roknya dan membuat dia kaget melihat paha mulus Mariana terlebih celana dalam putih dengan benjolan yang ia tau itu benda apa.
Sulaiman kembali ke kursinya..
“Terima kasih.” Ucap Sulaiman yang sudah mengerti situasinya, “Untuk masalah Risky akan saya atur.” Lanjutnya lagi.
“Tidak perlu, biar saja. kalau begitu kami permisi dulu.” Ucap Sabrina berdiri di ikuti Mariana dengan wajah yang sudah merah keluar meninggalkan Sulaiman.
Di luar kelas tak terlihat Risky, hanya ada Bobby yang berdiri memberi hormat kepada Sabrina.
“Sudah selesai madam.” Ucap Bobby.
“Ho, cepat juga, bawa kami ke sana.” Ucap Sabrina
“Baik.” Jawab Bobby.
Boby kemudian memandu Sabrina dan Mariana yang berjalan dengan risih tapi enak dengan ulah benda yang ada pada memeknya.
Selama perjalanan hati Mariana tidak tenang, jantung yang terus berdetak kencang, “Apa lagi yang di rencanakan Sabrina? Dimana Risky yang seharusnya menunggu? kenapa ia membiarkan anaknya sendiri di bully padahal ia bisa membantunya.” pikir itu berputar-putar di otak Mariana selama mengikuti Bobby hingga sampai di gedung olahraga.
“Silakan.” Ucap Bobby membuka pintu mempersilakan Sabrina dan Mariana masuk terlebih dahulu.
Di dalam terlihat kedua bo*ah yang mebully Risky tadi sedang bersantai di atas matras seperti kasur, kamera yang sudah terpasang di berbagai sisi dan Risky yang terikat dengan tampang muka yang memerah bekas tamparan dan baju yang kotor bercap sepatu, sepertinya kedua anak tersebut kembali membully Risky di saat Bobby menjemput Mariana dan Sabrina.
“Risky?” Ucap Mariana sambil berlari ke arah Risky.
Sudah sewajarnya pria bernama Sulaiman tersebut memperlakukan Sabrina sebagai salah satu donatur terbesar dengan hormat.
“Kalau boleh tau ini siapa ya?” Lanjut Sulaiman cengegesan melihat toket Mariana.
“Oh.. ini tantenya Risky.” Ucap Sabrina sambil menaikkan sedikit kecepatan pada dildo di memek Mariana.
Mmmhh.. suara Mariana berusaha menahan desahannya sambil mengesekkan kedua pahanya.
“Bisa kita langsung saja pak? saya tidak punya banyak waktu.” Ucap Sabrina.
“Oh.. ya tentu, Jadi Risky dari segi sosialisasi dia sangat kurang, walau segi nilai ia biasa-biasa saja ini akan membuat dia kesulitan kedepannya.” Ucap Sulaiman berusaha tidak melirik toket Mariana.
“kalau memang anak itu tidak sanggup, yah berarti memang segitu kemampuan dia.” Balas Sabrina dengan nada dingin.
Walaupun Risky adalah anaknya sendiri, sudah menjadi rahasia umum walau Sabrina adalah donatur di sekolah tetapi dia dengan sengaja membiarkan anaknya di bully.
Sabrina pelan-pelan mengambil pulpen di dekat Sulaiman dan menjatuhkannya.
“Ah maaf aku menjatuhkannya, boleh tolong ambilkan.” Ucap Sabrina sambil tersenyum ke Sulaiman.
Walau merasa kesal dengan kelakukan Sabrina, Sulaiman tidak bisa memasang ekpresi kesal dan bilang tidak, yang ia bisa lakukan hanya tersenyum dan bilang “Tentu.” dan mengambil pulpen yang di jatuhkan Sabrina.
Sabrina kembali menaikkan kecepatan pada dildo Mariana dan membuka paksa paha Mariaan.
“Aaah.. mmhh.” Desahan Mariana spontan.
Hal itu membuat Sulaiman yang di bawah meja reflek melihat ke arah Mariana yang berusaha menutupi roknya dan membuat dia kaget melihat paha mulus Mariana terlebih celana dalam putih dengan benjolan yang ia tau itu benda apa.
Sulaiman kembali ke kursinya..
“Terima kasih.” Ucap Sulaiman yang sudah mengerti situasinya, “Untuk masalah Risky akan saya atur.” Lanjutnya lagi.
“Tidak perlu, biar saja. kalau begitu kami permisi dulu.” Ucap Sabrina berdiri di ikuti Mariana dengan wajah yang sudah merah keluar meninggalkan Sulaiman.
Di luar kelas tak terlihat Risky, hanya ada Bobby yang berdiri memberi hormat kepada Sabrina.
“Sudah selesai madam.” Ucap Bobby.
“Ho, cepat juga, bawa kami ke sana.” Ucap Sabrina
“Baik.” Jawab Bobby.
Boby kemudian memandu Sabrina dan Mariana yang berjalan dengan risih tapi enak dengan ulah benda yang ada pada memeknya.
Selama perjalanan hati Mariana tidak tenang, jantung yang terus berdetak kencang, “Apa lagi yang di rencanakan Sabrina? Dimana Risky yang seharusnya menunggu? kenapa ia membiarkan anaknya sendiri di bully padahal ia bisa membantunya.” pikir itu berputar-putar di otak Mariana selama mengikuti Bobby hingga sampai di gedung olahraga.
“Silakan.” Ucap Bobby membuka pintu mempersilakan Sabrina dan Mariana masuk terlebih dahulu.
Di dalam terlihat kedua bo*ah yang mebully Risky tadi sedang bersantai di atas matras seperti kasur, kamera yang sudah terpasang di berbagai sisi dan Risky yang terikat dengan tampang muka yang memerah bekas tamparan dan baju yang kotor bercap sepatu, sepertinya kedua anak tersebut kembali membully Risky di saat Bobby menjemput Mariana dan Sabrina.
“Risky?” Ucap Mariana sambil berlari ke arah Risky.
Sabrina yang melihat itu langsung menaikkan kecepatan dildo hingga mentok hingga membuat Mariana terjatuh karena getaran kencang pada area memeknya.
“Aagghhh.. Tunggu.. Aaah.. aah.. Sabrina.. Risky dia..” Ucap Mariana sambil menahan serangan pada memeknya.
“Tunggu? Risky? kenapa dia? kau mau bertanya kenapa dia bonyok begini? kenapa aku yang seorang donatur dan punya uang banyak membiarkan anakku sendiri di bully?” Ucap Sabrina sambil melangkah dengan santai ke kursi yang telah di siapkan oleh Bobby.
“Jawabannya karena kau Mariana! karena kau pandangan ku pada dunia ini berubah, jika kau lemah kau akan di injak, jadi kau harus kuat. Bapak dia adalah seorang ketua mafia, aku ibunya seroang pengusaha yang naik ke atas dengan tumpukan mayat orang-orang. apa kau pikir dengan sifatnya yang lembek itu bisa mewarisi semua ini?” Lanjut Sabrina sambil duduk menyilangkan kakinya.
“Aku sempat kepikiran ingin Aditya, anakmu yang mengambil alih perusahaan ku. Hahaha Bagaimana menurutmu Mar?” tanya Sabrina sambil tersenyum sinis ke Mariana.
“Aaah.. ah..” Mariana tertunduk diam sulit berpikir antara memilih Risky atau Aditya anaknya sendiri untuk mewarisi perusahaan berdarah itu di tambah dengan dildo pada memeknya yang masih bergetar mengesek klitorisnya.
“Cukup, karena kau sudah menggangu ku dengan menolong dia, maka kau yang harus menanggungnya, sekarang puasin kedua bo*ah itu.” Ucap Sabrina sambil menunjuk ke arah Lukman dan Reza.
Mariana melihat ke arah kedua bo*ah tersebut, terus ke arah Risky dan kembali ke arah Sabrina.
“Aaah.. Di.. Di depan anak.. haa.. di ba*ah um*r ini mmhh..?” Tanya Mariana ragu.
Sabrina yang mendengar pertanyaan itu hanya membalas dengan tatapan rajam ke arah Mariana hingga membuat Mariana gemetar ketakutan.
Dengan perasaan campur aduk Mariana berusaha berdiri mulai membuka syal kecil yang melilitnya.
“Wiiuuwww..” Ucap Lukman melihat leher Mariana sambil mulai melangkah mendekati Mariana, di ikuti Reza di belakangnya.
Mariana mulai membuka kancing roknya dan menurunkan roknya, memperlihatkan paha mulusnya ke Lukman, Reza serta Risky yang melihat dengan jantung berdetak kencang karena wanita yang ia sukain mulai telanjang di depan orang yang membully dia.
Mariana memasukkan tangannya ke dalam celana dalam yang sudah basah untuk mengeluarkan dildo tersebut. Sabrina hanya tersenyum melihat Mariana mengeluarkan dildo tersebut dengan berlahan.
“ha.. ha..“ Mariana berusaha mengatur kembali napasnya walau dengan ekpresi malu memalingkan wajahnya dari 2 bo*ah yang menatapnya seperti binatang buas.
“Belum apa-apa sudah becek saja tante cantik kita ini.” Ucap Reza sambil berdiri si sisi kiri Mariana.
Dia menggunakan tangan kirinya mengelus memek Mariana berlapis celana dalam tersebut dan memeras pantat montok Mariana.
Lukman memilik tinggi 169 cm hampir setara dengan Mariana yang 168 cm sedangkan Reza hanya 152 cm yang membuatnya tidak bisa menikmati leher Mariana seperti yang di lakukan Lukman sambil meraba toket Mariana di sisi kanan.
“Aaah.. haaa.. haa..” Erangan Mariana mulai keluar sambil memejamkan mata menikmati permainan tangan kedua bo*ah itu pada tubuhnya.
Nafsu yang melanda membuat Mariana mulai tidak memikirkan nasip Risky yang terikat dengan kontol yang mengeras di balik celana kainnya tersebut. Tangan Mariana yang sedari tadi pasif mulai mengelus kontol Reza dan Lukman dari balik celananya.
“Aagghhh.. Tunggu.. Aaah.. aah.. Sabrina.. Risky dia..” Ucap Mariana sambil menahan serangan pada memeknya.
“Tunggu? Risky? kenapa dia? kau mau bertanya kenapa dia bonyok begini? kenapa aku yang seorang donatur dan punya uang banyak membiarkan anakku sendiri di bully?” Ucap Sabrina sambil melangkah dengan santai ke kursi yang telah di siapkan oleh Bobby.
“Jawabannya karena kau Mariana! karena kau pandangan ku pada dunia ini berubah, jika kau lemah kau akan di injak, jadi kau harus kuat. Bapak dia adalah seorang ketua mafia, aku ibunya seroang pengusaha yang naik ke atas dengan tumpukan mayat orang-orang. apa kau pikir dengan sifatnya yang lembek itu bisa mewarisi semua ini?” Lanjut Sabrina sambil duduk menyilangkan kakinya.
“Aku sempat kepikiran ingin Aditya, anakmu yang mengambil alih perusahaan ku. Hahaha Bagaimana menurutmu Mar?” tanya Sabrina sambil tersenyum sinis ke Mariana.
“Aaah.. ah..” Mariana tertunduk diam sulit berpikir antara memilih Risky atau Aditya anaknya sendiri untuk mewarisi perusahaan berdarah itu di tambah dengan dildo pada memeknya yang masih bergetar mengesek klitorisnya.
“Cukup, karena kau sudah menggangu ku dengan menolong dia, maka kau yang harus menanggungnya, sekarang puasin kedua bo*ah itu.” Ucap Sabrina sambil menunjuk ke arah Lukman dan Reza.
Mariana melihat ke arah kedua bo*ah tersebut, terus ke arah Risky dan kembali ke arah Sabrina.
“Aaah.. Di.. Di depan anak.. haa.. di ba*ah um*r ini mmhh..?” Tanya Mariana ragu.
Sabrina yang mendengar pertanyaan itu hanya membalas dengan tatapan rajam ke arah Mariana hingga membuat Mariana gemetar ketakutan.
Dengan perasaan campur aduk Mariana berusaha berdiri mulai membuka syal kecil yang melilitnya.
“Wiiuuwww..” Ucap Lukman melihat leher Mariana sambil mulai melangkah mendekati Mariana, di ikuti Reza di belakangnya.
Mariana mulai membuka kancing roknya dan menurunkan roknya, memperlihatkan paha mulusnya ke Lukman, Reza serta Risky yang melihat dengan jantung berdetak kencang karena wanita yang ia sukain mulai telanjang di depan orang yang membully dia.
Mariana memasukkan tangannya ke dalam celana dalam yang sudah basah untuk mengeluarkan dildo tersebut. Sabrina hanya tersenyum melihat Mariana mengeluarkan dildo tersebut dengan berlahan.
“ha.. ha..“ Mariana berusaha mengatur kembali napasnya walau dengan ekpresi malu memalingkan wajahnya dari 2 bo*ah yang menatapnya seperti binatang buas.
“Belum apa-apa sudah becek saja tante cantik kita ini.” Ucap Reza sambil berdiri si sisi kiri Mariana.
Dia menggunakan tangan kirinya mengelus memek Mariana berlapis celana dalam tersebut dan memeras pantat montok Mariana.
Lukman memilik tinggi 169 cm hampir setara dengan Mariana yang 168 cm sedangkan Reza hanya 152 cm yang membuatnya tidak bisa menikmati leher Mariana seperti yang di lakukan Lukman sambil meraba toket Mariana di sisi kanan.
“Aaah.. haaa.. haa..” Erangan Mariana mulai keluar sambil memejamkan mata menikmati permainan tangan kedua bo*ah itu pada tubuhnya.
Nafsu yang melanda membuat Mariana mulai tidak memikirkan nasip Risky yang terikat dengan kontol yang mengeras di balik celana kainnya tersebut. Tangan Mariana yang sedari tadi pasif mulai mengelus kontol Reza dan Lukman dari balik celananya.
“Wah.. si tante sudah tidak sabaran saja pengen melihat kontol kita, Za.“ Ucap Lukman yang langsung membuka semua pakaiannya di ikuti dengan Reza
“Hari ini akan ku keluarkan semua jurus yang sudah ku pelajari dari film bokep yang ku nonton selama ini.” Ucap Reza dengan nada sangat percaya diri.
Terpampang kontol kedua bo*ah yang tak jauh berbeda dalam segi ukuran, Reza 14,1 cm sedangkan Lukman 14,5 cm sedikit lebih panjang dan lebih gemuk.
“sujud” Ucap Reza sambil tangannya dengan tidak sopan menekan kepala Mariana ke bawah.
“Jilat.” Perintah Reza seakan ia lah yang berkuasa sambil matanya melihat ke arah Risky yang terikat menyediahkan.
“Risky apa kau pernah menikmati wanita ini? ku rasa kau tidak pernah” Ucap Lukman memprovokasi Risky.
Saat ini Mariana bersujud mengemgam kedua kontol tersebut, Kontol yang mulai tumbuh bulu-bulu halus dan bau yang khas dari kontol mulai memasuki hidungnya tetapi bukan merasa jijik malam semakin meningkatkan gairah Mariana, Reza yang memang memiliki sifat tidak sabaran langsung memajukan kontolnya ke mulut Mariana.
“Tunggu apa lagi?” Ucap Reza mengelus-elus rambut Mariana seperti pacaranya sendiri.
“ggghhh” Ucap Reza yang merasa geli saat kontol perjakanya bersentuhan dengan lidah Mariana.
slurp.. slurpp.. Mariana berlahan menjilat kontol Reza sambil membuka kemeja putihnya.
“Aku juga.” Ucap Lukman memegang kepala Mariana mengarahkan ke kontolnya.
“ggghhh” Lukman yang merasa geli hingga membuatnya ingin muncrat berusaha ia tahan.
“Uggh.. huuu.. huuu..“ Lukman berusaha mengendalikan kontol perjakanya agar tidak muncrat karena permainan baru di mulai sambil tangannya memeras toket Mariana di balik bra putih bermotif bunganya.
“Gimana rasa kontol kami? tidak kalah dengan om2 di luar sana kan?“ Tanya Reza yang merasa mengamgap Mariana adalah pelacur di luar sana.
Mariana tidak peduli dengan apa yang di katakan bo*ah tersebut, secara bergantian menjilati kedua kontol itu dengan tersenyum sambil sesekali ia masukkan ke dalam mulutnya.
“Uggh.. Maaf Za, aku sudah tidak tahan.” Ucap Lukman yang langsung menarik rambut Mariana ke arah matras.
“Ayok tante, aku ingin tante cantik mengambil perjakaku dengan gaya kesukaanku.” Ucap Lukman berbaring ingin Mariana yang bergerak dari atas.
Mariana yang mengerti maksud dari bo*ah satu itu, langsung menaiki tubuh Lukman, membuka celana dalam putihnya dan mengarahkan kontolnya ke memeknya tidak sekalipun Mariana berani mengarahkan matanya ke arah Risky karena ia takut melihat tatapan Risky yang melihatnya dengan menyedihkan.
“Risky, hari ini tante cantik mu ini akan merasakan kontol ku ini.” Ucap Lukman melihat ke Risky dengan tatapan meremehkan.
Sabrina dan Bobby melihat dari belakang camera seperti sutradara.
“Ck.. kenapa jadi kau pula yang pertama.” Ucap Reza dengan nada kesal.
“Uggh..” Ucap Lukman menahan rasa geli saat kontol saat Mariana mulai memasukkan kontolnya ke memeknya.
“Aaah.. aah..” Ucap Mariana menikmati kontol yang tidak terlalu besar tetapi tidak juga kecil, Ukuran kontol Lukman dan Reza memang lah tidak tidak sebesar milik Dirwanto dan Prahmono tetapi Mariana merasa kalau kontol bo*ah ini ukurannya berasa pas di dalam memeknya.
Reza yang tidak sabaran berdiri di belakang Mariana.
“Ludahin ke sini” Ucapnya sambil menyodorkan tangan kanannya seperti ingin menampung sesuatu.
“Hari ini akan ku keluarkan semua jurus yang sudah ku pelajari dari film bokep yang ku nonton selama ini.” Ucap Reza dengan nada sangat percaya diri.
Terpampang kontol kedua bo*ah yang tak jauh berbeda dalam segi ukuran, Reza 14,1 cm sedangkan Lukman 14,5 cm sedikit lebih panjang dan lebih gemuk.
“sujud” Ucap Reza sambil tangannya dengan tidak sopan menekan kepala Mariana ke bawah.
“Jilat.” Perintah Reza seakan ia lah yang berkuasa sambil matanya melihat ke arah Risky yang terikat menyediahkan.
“Risky apa kau pernah menikmati wanita ini? ku rasa kau tidak pernah” Ucap Lukman memprovokasi Risky.
Saat ini Mariana bersujud mengemgam kedua kontol tersebut, Kontol yang mulai tumbuh bulu-bulu halus dan bau yang khas dari kontol mulai memasuki hidungnya tetapi bukan merasa jijik malam semakin meningkatkan gairah Mariana, Reza yang memang memiliki sifat tidak sabaran langsung memajukan kontolnya ke mulut Mariana.
“Tunggu apa lagi?” Ucap Reza mengelus-elus rambut Mariana seperti pacaranya sendiri.
“ggghhh” Ucap Reza yang merasa geli saat kontol perjakanya bersentuhan dengan lidah Mariana.
slurp.. slurpp.. Mariana berlahan menjilat kontol Reza sambil membuka kemeja putihnya.
“Aku juga.” Ucap Lukman memegang kepala Mariana mengarahkan ke kontolnya.
“ggghhh” Lukman yang merasa geli hingga membuatnya ingin muncrat berusaha ia tahan.
“Uggh.. huuu.. huuu..“ Lukman berusaha mengendalikan kontol perjakanya agar tidak muncrat karena permainan baru di mulai sambil tangannya memeras toket Mariana di balik bra putih bermotif bunganya.
“Gimana rasa kontol kami? tidak kalah dengan om2 di luar sana kan?“ Tanya Reza yang merasa mengamgap Mariana adalah pelacur di luar sana.
Mariana tidak peduli dengan apa yang di katakan bo*ah tersebut, secara bergantian menjilati kedua kontol itu dengan tersenyum sambil sesekali ia masukkan ke dalam mulutnya.
“Uggh.. Maaf Za, aku sudah tidak tahan.” Ucap Lukman yang langsung menarik rambut Mariana ke arah matras.
“Ayok tante, aku ingin tante cantik mengambil perjakaku dengan gaya kesukaanku.” Ucap Lukman berbaring ingin Mariana yang bergerak dari atas.
Mariana yang mengerti maksud dari bo*ah satu itu, langsung menaiki tubuh Lukman, membuka celana dalam putihnya dan mengarahkan kontolnya ke memeknya tidak sekalipun Mariana berani mengarahkan matanya ke arah Risky karena ia takut melihat tatapan Risky yang melihatnya dengan menyedihkan.
“Risky, hari ini tante cantik mu ini akan merasakan kontol ku ini.” Ucap Lukman melihat ke Risky dengan tatapan meremehkan.
Sabrina dan Bobby melihat dari belakang camera seperti sutradara.
“Ck.. kenapa jadi kau pula yang pertama.” Ucap Reza dengan nada kesal.
“Uggh..” Ucap Lukman menahan rasa geli saat kontol saat Mariana mulai memasukkan kontolnya ke memeknya.
“Aaah.. aah..” Ucap Mariana menikmati kontol yang tidak terlalu besar tetapi tidak juga kecil, Ukuran kontol Lukman dan Reza memang lah tidak tidak sebesar milik Dirwanto dan Prahmono tetapi Mariana merasa kalau kontol bo*ah ini ukurannya berasa pas di dalam memeknya.
Reza yang tidak sabaran berdiri di belakang Mariana.
“Ludahin ke sini” Ucapnya sambil menyodorkan tangan kanannya seperti ingin menampung sesuatu.
Seisi ruangan di buat binggung dengan tingkah Reza kecuali Sabrina.
“yah.. kau boleh melakukannya.” Ucap Sabrina memerintah seperti mengerti apa yang ingin di lakukan Reza.
Mariana yang binggung hanya menuruti perintah Reza
*Phuii Puii Puiii Mariana meludah ke tangan Reza
“kurang lebih banyak lagi.” Perintah Reza.
*Phuuii.. puiii.. berkali-kali Mariana meludahin ke tangan Reza hingga ada yang tumpah dari tangannya.
Merasa cukup Reza mengunakan tangan kirinya mendorong pundah Mariana hingga telungkup di atas tubuh Lukman. Reza kemudian melumuri semua ludah barusan ke lubang anus Mariana dan mencolokkan kedua jarinya ke lubang tersebut.
“Aaggghh.. tunggu.. jangan..” Ucap Mariana menggunakan tangannya berusaha mendorok Reza walau tidak sampak, karena masih merasa takut walau ini bukan pertama kalinya lubang pantatnya di masukkan benda asing.
Kesempatan ini tidak di sia-siakan Lukman untuk mengendalikan napas.
“huuu huuu..”
Jari Reza mulai mengobok-obok lubang Mariana yang lumayan becek karena ludah Mariana.
“Aaggh.. haa..” Nikmat dan perih mulai bercampur pada diri Mariana.
“Ah.. lama” Ucap Reza meludahin kontolnya sendiri kali ini.
*Phuii.. puii.. dan langsung mengarahkannya ke lubang pantat Mariana.
“Aaah.. tung.. UGGH.. AAAHH..” Ucapan Mariana terhenti karena Reza yang langsung memasukkan kontolnya.
“jangan takut, semakin takut semakin perih.. nikmati saja.” Ucap Reza yang mulai kembali membenamkan kontolnya ke dalam lubang pantat Mariana.
“Risky, Lubang Pantat tante mu ternyata nikmat juga berasa seperti di emek-emek (pijit-pijit) kontolku” Ucap Reza melihat Risky sambil menjilat pundah Mariana.
“Man kau sudah siap?” Tanya Reza yang melihat Lukman yang kesusahan menahan napasnya karena akan keluar.
“Tentu.” Ucap Lukman yang berlagak seakan semua baik-baik saja.
Mendengar persetujuan temannya Reza langsung berlahan mengerakkan kontolnya.
“Aaahh.. ha.. aaah.. “ Erangan Mariana untuk kedua kalinya memek dan anusnya di masukin secara bersamaan.
Wajah sange Mariana terlihat jelas oleh Lukman yang berada di bawahnya.
“Tante siapa namanya?” Tanya Lukman yang terpesona melihat Mariana.
“Sally namanya bo*ah.” Ucap Sabriana
“Tapi tadi bukannya Tante memanggilnya dengan Mar.. Mar.. begitu.” Tanya Reza.
“Jika kalian tidak percaya setelah ini tante akan memberikan kalian informasi social medianya, jangan lupa untuk mendukungnya ya.” Ucap Sabrina sekalian mempromosikan media social Mariana sebagain Sally.
“Baik tante.” Ucap Reza ambil tetap mengerakkan kontolnya.
“Aaah.. haa.. haa..” Mariana terlihat sangat menikmati permainan pada memek dan lubang pantatnya hingga menjatuhkan air liurnya ke muka Lukman yang di bawahnya.
Lukman yang terpesona melihat Mariana memegang kepala Mariana dan mencoba menciumnya tetapi di tepis Mariana dengan cara menahan muka Lukman dengan tangan kanannya.
“Ck.. sombong kali satu lonte ini.” UCap Lukman yang kesal langsung memeras kedua toket Mariana dan mengerakan kontolnya dengan sangat cepat.
“yah.. kau boleh melakukannya.” Ucap Sabrina memerintah seperti mengerti apa yang ingin di lakukan Reza.
Mariana yang binggung hanya menuruti perintah Reza
*Phuii Puii Puiii Mariana meludah ke tangan Reza
“kurang lebih banyak lagi.” Perintah Reza.
*Phuuii.. puiii.. berkali-kali Mariana meludahin ke tangan Reza hingga ada yang tumpah dari tangannya.
Merasa cukup Reza mengunakan tangan kirinya mendorong pundah Mariana hingga telungkup di atas tubuh Lukman. Reza kemudian melumuri semua ludah barusan ke lubang anus Mariana dan mencolokkan kedua jarinya ke lubang tersebut.
“Aaggghh.. tunggu.. jangan..” Ucap Mariana menggunakan tangannya berusaha mendorok Reza walau tidak sampak, karena masih merasa takut walau ini bukan pertama kalinya lubang pantatnya di masukkan benda asing.
Kesempatan ini tidak di sia-siakan Lukman untuk mengendalikan napas.
“huuu huuu..”
Jari Reza mulai mengobok-obok lubang Mariana yang lumayan becek karena ludah Mariana.
“Aaggh.. haa..” Nikmat dan perih mulai bercampur pada diri Mariana.
“Ah.. lama” Ucap Reza meludahin kontolnya sendiri kali ini.
*Phuii.. puii.. dan langsung mengarahkannya ke lubang pantat Mariana.
“Aaah.. tung.. UGGH.. AAAHH..” Ucapan Mariana terhenti karena Reza yang langsung memasukkan kontolnya.
“jangan takut, semakin takut semakin perih.. nikmati saja.” Ucap Reza yang mulai kembali membenamkan kontolnya ke dalam lubang pantat Mariana.
“Risky, Lubang Pantat tante mu ternyata nikmat juga berasa seperti di emek-emek (pijit-pijit) kontolku” Ucap Reza melihat Risky sambil menjilat pundah Mariana.
“Man kau sudah siap?” Tanya Reza yang melihat Lukman yang kesusahan menahan napasnya karena akan keluar.
“Tentu.” Ucap Lukman yang berlagak seakan semua baik-baik saja.
Mendengar persetujuan temannya Reza langsung berlahan mengerakkan kontolnya.
“Aaahh.. ha.. aaah.. “ Erangan Mariana untuk kedua kalinya memek dan anusnya di masukin secara bersamaan.
Wajah sange Mariana terlihat jelas oleh Lukman yang berada di bawahnya.
“Tante siapa namanya?” Tanya Lukman yang terpesona melihat Mariana.
“Sally namanya bo*ah.” Ucap Sabriana
“Tapi tadi bukannya Tante memanggilnya dengan Mar.. Mar.. begitu.” Tanya Reza.
“Jika kalian tidak percaya setelah ini tante akan memberikan kalian informasi social medianya, jangan lupa untuk mendukungnya ya.” Ucap Sabrina sekalian mempromosikan media social Mariana sebagain Sally.
“Baik tante.” Ucap Reza ambil tetap mengerakkan kontolnya.
“Aaah.. haa.. haa..” Mariana terlihat sangat menikmati permainan pada memek dan lubang pantatnya hingga menjatuhkan air liurnya ke muka Lukman yang di bawahnya.
Lukman yang terpesona melihat Mariana memegang kepala Mariana dan mencoba menciumnya tetapi di tepis Mariana dengan cara menahan muka Lukman dengan tangan kanannya.
“Ck.. sombong kali satu lonte ini.” UCap Lukman yang kesal langsung memeras kedua toket Mariana dan mengerakan kontolnya dengan sangat cepat.
“Uggh.. Man bentar, jangan cepat-cepat, aku sudah mau keluar.” Ucap Reza.
“Aaaah.. aaah.. terus.. lagi.. haaa.. haa..” Gerakan cepat Lukman membuat Mariana semakin menikmati permainan hingga hampir mencapai puncaknya.
“Aku keluarr..” Ucap Lukman yang langsung memuntahkan spermannya di dalam memek Mariana
“aku juga.” Di ikuti Reza di dalam lubang pantatnya dan ambruk di atas tubuh Mariana.
“Uggghhh.. Za berat.” Ucap Lukman yang merasa sesak di timpa dua tubuh langsung mendorong tubuh Mariana ke samping kiri tanpa menunggu Reza menikmati klimaksnya hingga sperma mereka keluar dari kedua lubang Mariana.
Mariana sudah di ujung klimaks tetapi tidak kesampaian melihat kedua kontol bo*ah tersebut yang sudah lemas di sampingnya.
Dan tiba-tiba..
*Brrukk
“APA YANG KALIAN LAKUKAN” Teriak seorang pria botak tengah yang tak lain adalah Sulaiman Wali kelas yang tadi.
“Mhhhmm” Ucap Reza yang ingin meminta tolong pada pak Sulaiman.
Bobby yang merasa ada yang menggangu siap-siap ingin menghajar Sulaiman tetapi Sabrina mengangkat tangan kanannya seakan menyuruh Bobby untuk berhenti.
“Dari pada teriak-teriak, kenapa tidak bapak ikut dalam pesta saja? bukankah bapak juga ingin menikmati tubuh wanita itu?” Ucap Sabrina dengan santai membuat suasana kembali tenang.
Sulaiman melihat dengan tatapan mesum ke arah Mariana yang membalikkan tubuhnya berusaha menutupi dirinya yang hanya bersisa bra putih dari Suliman.
“Sejak pertama aku melihat tubuh mu aku sudah ingin sekali merabanya.” Ucap Sulaiman melangkah mendekati Mariana sambil membuka semua pakaiannya.
“Kalian dua bo*ah minggir sana, sekarang waktunya orang dewasa yang beraksi.” Ucap Sulaiman sudah telanjang di depan Mariana yang masih berbaring di atas mataras.
Tangan kiri Sulaiman menarik tangan Mariana agar posisi duduk di atas matras, dan menggunakan tangan kanannya menghantamkan kontol berbulu lebat tak terawat tepat di atas muka Mariana. Kontol Sulaiman memiliki panjang 17,8 cm yang mengigatkan Mariana pada kontol milik Prahmono.
“Buka saja bra mu, nanti kulit mulus mu lecet” Ucap Sulaiman membantu Mariana membuak pengait di belakang Mariana.
Muka Mariana memerah karena malu di tambah nafsu yang masih di puncak. Kontol Sulaiman yang berada tepat di atas mukanya membuat ia bisa mencium aroma khas kontol yang membuat nafsu Mariana tak tertahankan.
“Aaah.. Aah.. haa..”
Cuuhh muuaahhh Mariana mulai mencium telor Sulaiman sedangkan tangannya mengemgam dan mengocok pelan kontol Sulaiman.
“Bagus.. Ugggh.. Bagus sekali permainan mu.” Ucap Sulaiman menikmati permainan Mariana.
Mariana yang di puji mulai menjilat dan memasukkan telor berbulu Sulaiman ke mulutnya.
Risky yang melihat adegan tersebut di depannya membuat kontolnya berdiri keras hingga membuatnya tidak nyaman pada area celana, sedangkan Reza dan Lukman yang berbaring di atas matras berusaha membuat kontol mereka kembali berdiri.
*Srrupp.. Sruup.. Mariana berlahan menjilat kontol Sulaiman dari telor hingga kepala kontolnya.
“Jago sekali, siapa sangka wajah cantik ini memiliki kemampuan seperti pelacur yang berpengalaman, Suami mu pasti bangga punya istri sempurna seperti kamu.” Ucap Sulaiman mengelus rambut Mariana seperti istrinya sendiri.
Perlakukan lembut Sulaiman membuat Mariana semakin bernafsu, ia pun mulai memasukkan kontol berdiameter 6cm tersebut ke dalam mulutnya dan menghisap dengan kuat.
“Aaaah.. aaah.. terus.. lagi.. haaa.. haa..” Gerakan cepat Lukman membuat Mariana semakin menikmati permainan hingga hampir mencapai puncaknya.
“Aku keluarr..” Ucap Lukman yang langsung memuntahkan spermannya di dalam memek Mariana
“aku juga.” Di ikuti Reza di dalam lubang pantatnya dan ambruk di atas tubuh Mariana.
“Uggghhh.. Za berat.” Ucap Lukman yang merasa sesak di timpa dua tubuh langsung mendorong tubuh Mariana ke samping kiri tanpa menunggu Reza menikmati klimaksnya hingga sperma mereka keluar dari kedua lubang Mariana.
Mariana sudah di ujung klimaks tetapi tidak kesampaian melihat kedua kontol bo*ah tersebut yang sudah lemas di sampingnya.
Dan tiba-tiba..
*Brrukk
“APA YANG KALIAN LAKUKAN” Teriak seorang pria botak tengah yang tak lain adalah Sulaiman Wali kelas yang tadi.
“Mhhhmm” Ucap Reza yang ingin meminta tolong pada pak Sulaiman.
Bobby yang merasa ada yang menggangu siap-siap ingin menghajar Sulaiman tetapi Sabrina mengangkat tangan kanannya seakan menyuruh Bobby untuk berhenti.
“Dari pada teriak-teriak, kenapa tidak bapak ikut dalam pesta saja? bukankah bapak juga ingin menikmati tubuh wanita itu?” Ucap Sabrina dengan santai membuat suasana kembali tenang.
Sulaiman melihat dengan tatapan mesum ke arah Mariana yang membalikkan tubuhnya berusaha menutupi dirinya yang hanya bersisa bra putih dari Suliman.
“Sejak pertama aku melihat tubuh mu aku sudah ingin sekali merabanya.” Ucap Sulaiman melangkah mendekati Mariana sambil membuka semua pakaiannya.
“Kalian dua bo*ah minggir sana, sekarang waktunya orang dewasa yang beraksi.” Ucap Sulaiman sudah telanjang di depan Mariana yang masih berbaring di atas mataras.
Tangan kiri Sulaiman menarik tangan Mariana agar posisi duduk di atas matras, dan menggunakan tangan kanannya menghantamkan kontol berbulu lebat tak terawat tepat di atas muka Mariana. Kontol Sulaiman memiliki panjang 17,8 cm yang mengigatkan Mariana pada kontol milik Prahmono.
“Buka saja bra mu, nanti kulit mulus mu lecet” Ucap Sulaiman membantu Mariana membuak pengait di belakang Mariana.
Muka Mariana memerah karena malu di tambah nafsu yang masih di puncak. Kontol Sulaiman yang berada tepat di atas mukanya membuat ia bisa mencium aroma khas kontol yang membuat nafsu Mariana tak tertahankan.
“Aaah.. Aah.. haa..”
Cuuhh muuaahhh Mariana mulai mencium telor Sulaiman sedangkan tangannya mengemgam dan mengocok pelan kontol Sulaiman.
“Bagus.. Ugggh.. Bagus sekali permainan mu.” Ucap Sulaiman menikmati permainan Mariana.
Mariana yang di puji mulai menjilat dan memasukkan telor berbulu Sulaiman ke mulutnya.
Risky yang melihat adegan tersebut di depannya membuat kontolnya berdiri keras hingga membuatnya tidak nyaman pada area celana, sedangkan Reza dan Lukman yang berbaring di atas matras berusaha membuat kontol mereka kembali berdiri.
*Srrupp.. Sruup.. Mariana berlahan menjilat kontol Sulaiman dari telor hingga kepala kontolnya.
“Jago sekali, siapa sangka wajah cantik ini memiliki kemampuan seperti pelacur yang berpengalaman, Suami mu pasti bangga punya istri sempurna seperti kamu.” Ucap Sulaiman mengelus rambut Mariana seperti istrinya sendiri.
Perlakukan lembut Sulaiman membuat Mariana semakin bernafsu, ia pun mulai memasukkan kontol berdiameter 6cm tersebut ke dalam mulutnya dan menghisap dengan kuat.
*Srrup.. .srruupp srrupp..
Tangan kanan Mariana dengan lentiknya memainkan kedua telor Sulaiman dan tangan kirinya memainkan memeknya sendiri mencari kenikmatan.
“Ug.. aku sudah mau keluar.” Ucap Sulaiman menggunakan kedua tangannya memegang kepala Mariana dan memaju mundurkan kontolnya dengan cepat hingga membuat Mariana melotot sulit bernapas.
"Uggh.."
*Crottt.. Croott Sulaiman menumpahkan sperma panasnya di atas muka cantik Mariana.
“AAAGHH.." Mariana juga ikut keluar saat merasakan sperman panas di wajahnya dan terkapar di atas matras di samping Reza dan Lukman.
“Cepat sekali, ini masih permulaan.” Ucap Sulaiman menaikki tubuh Mariana dan mengarahkan kontol dengan sisa spermanya di mulut Mariana.
Tubuh Mariana masih lemas dan kesemutan karena klimaks tadi tetapi ia tetap berusaha menjilat membersihkan kontol Sulaiman.
“Khee heee.. segitu sukanya kah kau pada kontol.” Ucap Sulaiman tersenyum melihat wanita secantik Mariana tak di sangka-sangka akan menjilati kontolnya seperti dalam imajinasinya.
“Sudah cukup mari kita lanjutkan.” Ucap Sulaiman kembali menghentak-hentakkan kontolnya pada muka Mariana.
Mariana yang masih kelelahan, kaget melihat kontol Sulaiman masih bisa tegang padahal baru saja keluar.
“yah ampun staminamu buruk sekali.” Ucap Sulaiman sambil menungingkan pantat Mariana tepat di harapan Risky yang terikat.
Mariana yang masih terdunduk lemas tidak menyadari apa yang di rencanakan Sulaiman padanya.
*Plak.. plak.. Plak..
“Pantat ini sungguh selalu membuat kontol ku semangat.” Ucap Lukman menampar pantat Mariana berkali-kali.
Setelah puas dia arahkan kontolnya pada memek Mariana dan dengan perlahan memasukkan kontolnya ke dalam memek Mariana.
“Aaaah.. ha.. ha..“ Erangan Mariana pelan memejamkan mata menikmati kontol Sulaiman.
*Plok.. Plok Plok seisi ruangan bergema suara hentakan kontol Sulaiman pada Memek Mariana berulang kali.
“Bagaimana rasanya kontolku? Berbeda dengan bo*ah-bo*ah nakal ini kan?” Ucap Sulaiman sambil menampar pantat Mariana sekali dengan sangat kuat.
*Plak..
“Aaaah.. ha.. ha..” Mariana tidak mengubrisnya.
“JAWAB !” Bentak Sulaiman sambil menghentakakan kontolnya dengan kuat ke dalam memek Mariana.
“Aaagghhh.. ia.. lebih nikmat dari punya mereka.” Ucap Mariana terkaget karena hentakan barusan.
Reza dan Lukman yang melihat Mariana di siksa oleh guru mereka mulai kembali bernafsu.
“Hehehe.. kalau begitu bagimana dengan rasa sperma ku?” Tanya Sulaiman lagi sambil meraba pantat Mariana yang sudah memerah seperti memberi peringatan jika Mariana tidak menjawab ia akan menampar pantatnya lagi.
“Haa.. Aaah.. ha.. pa.. Pahit..” Ucap Mariana.
“Hahahaha.. kali ini mulut bawah mu yang kanan merasakan sperma ku.” Ucap Sulaiman meraih kedua tangan Mariana untuk menegakkan tubuhnya, hingga Mariana bisa melihat Risky yang sedang duduk menatapnya dengan nafsu.
“Aaaahh.. tidak.. tung.. tunggu..” Ucap Mariana mengelengkan kepalanya.
Sulaiman yang merasa senang dan bangga akan dirinya sendiri langsunng menghentakankan kontolnya dengan kecepatan penuh.
*Plok.. Plok..
“Risky, bapak harus berterima kasih pada mu, karena kamu lah, bapak bisa merasakan memek berkualitas ini.” Ucap Sulaiman sambil menghentakan kontolnya dengan sangat kuat.
“Ti.. Aaah.. Tidak.. ha.. haaa.. Cukup..” Ucap Mariana ketahan dengan erangannya sendiri.
Tangan kanan Mariana dengan lentiknya memainkan kedua telor Sulaiman dan tangan kirinya memainkan memeknya sendiri mencari kenikmatan.
“Ug.. aku sudah mau keluar.” Ucap Sulaiman menggunakan kedua tangannya memegang kepala Mariana dan memaju mundurkan kontolnya dengan cepat hingga membuat Mariana melotot sulit bernapas.
"Uggh.."
*Crottt.. Croott Sulaiman menumpahkan sperma panasnya di atas muka cantik Mariana.
“AAAGHH.." Mariana juga ikut keluar saat merasakan sperman panas di wajahnya dan terkapar di atas matras di samping Reza dan Lukman.
“Cepat sekali, ini masih permulaan.” Ucap Sulaiman menaikki tubuh Mariana dan mengarahkan kontol dengan sisa spermanya di mulut Mariana.
Tubuh Mariana masih lemas dan kesemutan karena klimaks tadi tetapi ia tetap berusaha menjilat membersihkan kontol Sulaiman.
“Khee heee.. segitu sukanya kah kau pada kontol.” Ucap Sulaiman tersenyum melihat wanita secantik Mariana tak di sangka-sangka akan menjilati kontolnya seperti dalam imajinasinya.
“Sudah cukup mari kita lanjutkan.” Ucap Sulaiman kembali menghentak-hentakkan kontolnya pada muka Mariana.
Mariana yang masih kelelahan, kaget melihat kontol Sulaiman masih bisa tegang padahal baru saja keluar.
“yah ampun staminamu buruk sekali.” Ucap Sulaiman sambil menungingkan pantat Mariana tepat di harapan Risky yang terikat.
Mariana yang masih terdunduk lemas tidak menyadari apa yang di rencanakan Sulaiman padanya.
*Plak.. plak.. Plak..
“Pantat ini sungguh selalu membuat kontol ku semangat.” Ucap Lukman menampar pantat Mariana berkali-kali.
Setelah puas dia arahkan kontolnya pada memek Mariana dan dengan perlahan memasukkan kontolnya ke dalam memek Mariana.
“Aaaah.. ha.. ha..“ Erangan Mariana pelan memejamkan mata menikmati kontol Sulaiman.
*Plok.. Plok Plok seisi ruangan bergema suara hentakan kontol Sulaiman pada Memek Mariana berulang kali.
“Bagaimana rasanya kontolku? Berbeda dengan bo*ah-bo*ah nakal ini kan?” Ucap Sulaiman sambil menampar pantat Mariana sekali dengan sangat kuat.
*Plak..
“Aaaah.. ha.. ha..” Mariana tidak mengubrisnya.
“JAWAB !” Bentak Sulaiman sambil menghentakakan kontolnya dengan kuat ke dalam memek Mariana.
“Aaagghhh.. ia.. lebih nikmat dari punya mereka.” Ucap Mariana terkaget karena hentakan barusan.
Reza dan Lukman yang melihat Mariana di siksa oleh guru mereka mulai kembali bernafsu.
“Hehehe.. kalau begitu bagimana dengan rasa sperma ku?” Tanya Sulaiman lagi sambil meraba pantat Mariana yang sudah memerah seperti memberi peringatan jika Mariana tidak menjawab ia akan menampar pantatnya lagi.
“Haa.. Aaah.. ha.. pa.. Pahit..” Ucap Mariana.
“Hahahaha.. kali ini mulut bawah mu yang kanan merasakan sperma ku.” Ucap Sulaiman meraih kedua tangan Mariana untuk menegakkan tubuhnya, hingga Mariana bisa melihat Risky yang sedang duduk menatapnya dengan nafsu.
“Aaaahh.. tidak.. tung.. tunggu..” Ucap Mariana mengelengkan kepalanya.
Sulaiman yang merasa senang dan bangga akan dirinya sendiri langsunng menghentakankan kontolnya dengan kecepatan penuh.
*Plok.. Plok..
“Risky, bapak harus berterima kasih pada mu, karena kamu lah, bapak bisa merasakan memek berkualitas ini.” Ucap Sulaiman sambil menghentakan kontolnya dengan sangat kuat.
“Ti.. Aaah.. Tidak.. ha.. haaa.. Cukup..” Ucap Mariana ketahan dengan erangannya sendiri.
Sulaiman menggunakan kedua tangannya menarik tubuh Mariana lebih mendekat ke dirinya, mengarahkan tangan kirinya ke toket kanan Mariana agar Mariana tidak jatuh dan tangan kanannya memegang dagu Mariana ingin mencium bibirnya.
“Mmmhhmm Mmmm”
Mariana berusaha menolak tetapi Suliman tidak menyerah, Lidah Suliman berusaha menembus pertahana Mariana sambil tangan kanannya mencekek leher Mariana.
“Mmmnn.. mmmnn.. Aagghh..” Refleks mulut Mariana terbuka berusaha memasukkan udara melalui tenggorakannya yang di cekek Sulaiman.
Sulaiman yang merasa lidahnya sudah bersentuhkan dengan lidah Mariana langsung melonggarkan tangan kanannya dan menikmati seluruh bibir Mariana.
“Aku sudah mau keluar..” Ucap Sulaiman memejamkan matanya dan semakin mempercepat temponya.
“Aaagghhh.. Terima ini.” Lanjut Sulaiman yang langsung menghentakan kontolnya sedalam mungkin berbarengan dengan Mariana yang juga mencapai klimaksnya.
“Aaahh..”
Crot! Crot! Crot!
Sulaiman langsung melepas tubuh Mariana yang langsung membuat Mariana terjatuh lemas di atas kasur kembali dan melepas kontolnya dari memek Mariana hingga ia bisa melihat lelehan spemaya di memek Mariana.
“Kalau kau sampai hamil aku rela meninggalkan istriku untuk mu cantik.”
Plak.. Ucap Sulaiman kembali menampar pantat Mariana. Risky yang melihat adegan itu hanya bisa berusaha mengesekkan kontolnya yang tegang sedikit-sedikit.
“Pak boleh kami gantian sekarang?” Tanya Lukman kepada Sulaiman yang masih di depan memek Mariana.
“Gantian? apa kau pikir aku ini selemah itu?” Ucap Sulaiman yang ternyata kontolnya masih berdiri.
“Hoo.. Bobby cari tau latar belakang dia.” perintah Sabrina yang sepertinya merencanakan sesuatu.
“Siap madam.” Ucap Bobby melihat Sulaiman untuk mengigat mukanya.
“Ayok lah pak.. kami juga mau.” Ucap Reza dan Lukman berdiri di atas matras sambil menunjukan kontolnya yang sudah berdiri tegak.
“Cih.. Dasar bo*ah.. tapi kalian hanya boleh bagian tangan dan mulutnya saja.” Ucap Sulaiman berusaha menguasai Mariana untuk dirinya sendiri.
“Yesss..” Ucap Reza dan Lukman serentak tanpa menutupi kesengan mereka.
Sulaiman menggunakan tangan kanannya menampar pantat Mariana yang sudah merah padam dengan sangat kuat hingga ia terbalik dari posisi nunggingnya dan Sulaiman membuka kedua paha Mariana hingga ia bisa melihat sisa spermanya yang masih mengalir dari memek Mariana yang kembang kempis.
“Kontol.. hee.. Kontol.. heee..” Lantur Mariana yang sepertinya pikirannya sudah ngambang dan tatapan kosongnya melihat ke arah kontol Reza dan Lukman.
“Bu Sabrina sepertinya pelacurmu sudah rusak.” Ucap Sulaiman ke Sabrina yang duduk di belakangnya.
Sabrina hanya diam tersenyum seperti tidak peduli.
“Ck.. Dasar orang kaya, tidak peduli dengan perasaan orang kecil.” Grutu Sulaiman dengan nada kecil takut kedengaran Sabrina.
Reza dan Lukman yang sudah tidak sabar langsung mengarahkan kontolnya di atas wajah Mariana.
“Tante cantik cari ini?” Ujar Reza sambil mengarahkan kontolnya ke wajah Mariana dan di ikuti Lukamn sambil ketawa cengegesan.
Mariana yang sudah tidak peduli akan sekeliling dan hanya mencari kenikmatan, mulai mengemgam kedua kontol tersebut sambil menjilati kepala kontolnya bersamaan dengan lidahnya.
“Mmmhhmm Mmmm”
Mariana berusaha menolak tetapi Suliman tidak menyerah, Lidah Suliman berusaha menembus pertahana Mariana sambil tangan kanannya mencekek leher Mariana.
“Mmmnn.. mmmnn.. Aagghh..” Refleks mulut Mariana terbuka berusaha memasukkan udara melalui tenggorakannya yang di cekek Sulaiman.
Sulaiman yang merasa lidahnya sudah bersentuhkan dengan lidah Mariana langsung melonggarkan tangan kanannya dan menikmati seluruh bibir Mariana.
“Aku sudah mau keluar..” Ucap Sulaiman memejamkan matanya dan semakin mempercepat temponya.
“Aaagghhh.. Terima ini.” Lanjut Sulaiman yang langsung menghentakan kontolnya sedalam mungkin berbarengan dengan Mariana yang juga mencapai klimaksnya.
“Aaahh..”
Crot! Crot! Crot!
Sulaiman langsung melepas tubuh Mariana yang langsung membuat Mariana terjatuh lemas di atas kasur kembali dan melepas kontolnya dari memek Mariana hingga ia bisa melihat lelehan spemaya di memek Mariana.
“Kalau kau sampai hamil aku rela meninggalkan istriku untuk mu cantik.”
Plak.. Ucap Sulaiman kembali menampar pantat Mariana. Risky yang melihat adegan itu hanya bisa berusaha mengesekkan kontolnya yang tegang sedikit-sedikit.
“Pak boleh kami gantian sekarang?” Tanya Lukman kepada Sulaiman yang masih di depan memek Mariana.
“Gantian? apa kau pikir aku ini selemah itu?” Ucap Sulaiman yang ternyata kontolnya masih berdiri.
“Hoo.. Bobby cari tau latar belakang dia.” perintah Sabrina yang sepertinya merencanakan sesuatu.
“Siap madam.” Ucap Bobby melihat Sulaiman untuk mengigat mukanya.
“Ayok lah pak.. kami juga mau.” Ucap Reza dan Lukman berdiri di atas matras sambil menunjukan kontolnya yang sudah berdiri tegak.
“Cih.. Dasar bo*ah.. tapi kalian hanya boleh bagian tangan dan mulutnya saja.” Ucap Sulaiman berusaha menguasai Mariana untuk dirinya sendiri.
“Yesss..” Ucap Reza dan Lukman serentak tanpa menutupi kesengan mereka.
Sulaiman menggunakan tangan kanannya menampar pantat Mariana yang sudah merah padam dengan sangat kuat hingga ia terbalik dari posisi nunggingnya dan Sulaiman membuka kedua paha Mariana hingga ia bisa melihat sisa spermanya yang masih mengalir dari memek Mariana yang kembang kempis.
“Kontol.. hee.. Kontol.. heee..” Lantur Mariana yang sepertinya pikirannya sudah ngambang dan tatapan kosongnya melihat ke arah kontol Reza dan Lukman.
“Bu Sabrina sepertinya pelacurmu sudah rusak.” Ucap Sulaiman ke Sabrina yang duduk di belakangnya.
Sabrina hanya diam tersenyum seperti tidak peduli.
“Ck.. Dasar orang kaya, tidak peduli dengan perasaan orang kecil.” Grutu Sulaiman dengan nada kecil takut kedengaran Sabrina.
Reza dan Lukman yang sudah tidak sabar langsung mengarahkan kontolnya di atas wajah Mariana.
“Tante cantik cari ini?” Ujar Reza sambil mengarahkan kontolnya ke wajah Mariana dan di ikuti Lukamn sambil ketawa cengegesan.
Mariana yang sudah tidak peduli akan sekeliling dan hanya mencari kenikmatan, mulai mengemgam kedua kontol tersebut sambil menjilati kepala kontolnya bersamaan dengan lidahnya.
“Rasanya aneh sekali, aku mengentot seorang pelacur tercantik, tetapi bersamaan dengan 2 murit ku sendiri yang nakal ini.” Ucap Sulaiman mulai memasukkan kontolnya ke memek Mariana berlahan.
“Aaaah.. haa.. teruss.. lebih dalam.." Ucap Mariana sambil melihat Sulaiman dengan tatapan menggoda.
Srruppp mmmhh.. Srrupp
Sulaiman yang merasa memek Mariana sudah sangat licin karena spermanya sebelumnya langsung menghentakkan kontolnya sedalam mungkin.
“AAaaggghhh kontolmu menyentuh ujung memek ku.” Ucap Mariana tersentak karena kontol Sulaiman menyentuh dinding rahimnya.
“INI KAN YANG KAU MAU!?” Bentak Sulaiman sambil mengerakan kontolnya dengan cepat dan keras menghantam dinding rahim Mariana.
“Ia.. aaaah.. iaaa.. teruss.. laggii.. lebih kuatt.. Aaah.. ha..“ Erangan Mariana menerima permainan Sulaiman sambil menghisap kontol Reza dan Lukman bergantian dengan cepat.
Srrruuppl.. srruupp
“Pak pelan-pelan nanti kami cepat keluar.” Ucap Lukman memejamkan matanya berusaha menahan sedotan mulut Mariann pada kontolnya.
“Hahaha.. Dasar bo*ah, Anggap ini sebagai pengalaman buat kalian.” Ucap Sulaiman yang tidak peduli dengan keluhan muritnya terus menghantam kontolnya ke memek Mariana.
“Man, aku sudah mau keluar,” Ucap Reza merasa kontolnya ingin beledak.
“Aku juga.” balas Lukman.
“Dasar bo*ah-bo*ah lemah, kalian keluarin saja di toket nih lacur.” Ucap Sulaiman sambil mengeplak kepala Reza dan Lukman.
“Ck..” hanya itu yang keluar dari mulut Reza dan Lukman yang langsung mengeluarkan sperma mereka di toket Mariana.
Crrooott.. Crott.. sperma kental yang tidak lebih banyak dari yang pertama.
“Aaaaahh.. sudah gak sanggup lagi aku.” Ucap Lukman
“sama..” Balas Reza yang langsung terduduk di atas matras.
“Aaaahhh.. haa.. haa.. lebih.. ha.. kuat..” Mariana mendesah sambil meratakan spema kedua bo*ah itu di toketnnya hingga putingnya dan menjilati tangan bekas sperma tersebut sambil menatap genit ke Sulaiman.
“Ugggh.. dasar lonte, Risky andai tantemu ini jadi istri ku, pasti tiap malam akan ku entot sampai doer memenya.” Ucap Sulaiman melihat ke Risky yang bergetar mengeluarkan sperma.
Sentak Reza dan Lukman ketawa “Hahaha apa itu? terikat saja bisa keluar kau melihat kita-kita?”
Risky yang hanya bisa menutup matanya menanggis dan pasrah.
“Sampai segitunya kah kau membayangkan bapak menjadi istri tantemu yang lacur ini?” Tanya Sulaiman sambil semakin kencang menyodokkan kontolnya.
“Aaahh.. haaa. ah.. aku.. keluarrr” Jawab Mariana mencapai klimaks sambil menjulurkan lidahnya.
“Aaahh..“ Tubuhnya bergetar kuat.
*Serr Serr Serr
“kalau begitu aku juga.” Ucap Sulaiman yang langsung melepas kontolnya dan menumpahkan spermanya di muka Mariana.
“Aaahh.. nikmatnya.” Ucap Sulaiman sambil membenamkan kontolnya di mulut Mariana.
Kondisi Mariana lemas dengan bau sperma di tubuhnya dan paha terbuka lebar hingga nampak cairan sperma keluar membanjiri matras.
“Ayok foto dulu.” Ucap Reza sambil memegang hpnya.
“Ide bagus.” Ucap Sulaiman yang langsung duduk di belakang.
Sulaiman menyandarkan Mariana yang lemas di dadanya dan Reza dan Lukman duduk di sisi kiri dan kanan Mariana.
“1.. 2.. 3.. yeaaahhh..” Ucap Reza yang langsung mengambil gambar di hpnya.
Di ujung ruangan Sabrina melihat dengan tatapan tidak senang, mengangkat tanganya seakan menyuruh Bobby untuk maju. Bobby yang mengerti maksud dari Sabrina langsung mengambil hp tersebut dan menginjaknya.
“Aaaah.. haa.. teruss.. lebih dalam.." Ucap Mariana sambil melihat Sulaiman dengan tatapan menggoda.
Srruppp mmmhh.. Srrupp
Sulaiman yang merasa memek Mariana sudah sangat licin karena spermanya sebelumnya langsung menghentakkan kontolnya sedalam mungkin.
“AAaaggghhh kontolmu menyentuh ujung memek ku.” Ucap Mariana tersentak karena kontol Sulaiman menyentuh dinding rahimnya.
“INI KAN YANG KAU MAU!?” Bentak Sulaiman sambil mengerakan kontolnya dengan cepat dan keras menghantam dinding rahim Mariana.
“Ia.. aaaah.. iaaa.. teruss.. laggii.. lebih kuatt.. Aaah.. ha..“ Erangan Mariana menerima permainan Sulaiman sambil menghisap kontol Reza dan Lukman bergantian dengan cepat.
Srrruuppl.. srruupp
“Pak pelan-pelan nanti kami cepat keluar.” Ucap Lukman memejamkan matanya berusaha menahan sedotan mulut Mariann pada kontolnya.
“Hahaha.. Dasar bo*ah, Anggap ini sebagai pengalaman buat kalian.” Ucap Sulaiman yang tidak peduli dengan keluhan muritnya terus menghantam kontolnya ke memek Mariana.
“Man, aku sudah mau keluar,” Ucap Reza merasa kontolnya ingin beledak.
“Aku juga.” balas Lukman.
“Dasar bo*ah-bo*ah lemah, kalian keluarin saja di toket nih lacur.” Ucap Sulaiman sambil mengeplak kepala Reza dan Lukman.
“Ck..” hanya itu yang keluar dari mulut Reza dan Lukman yang langsung mengeluarkan sperma mereka di toket Mariana.
Crrooott.. Crott.. sperma kental yang tidak lebih banyak dari yang pertama.
“Aaaaahh.. sudah gak sanggup lagi aku.” Ucap Lukman
“sama..” Balas Reza yang langsung terduduk di atas matras.
“Aaaahhh.. haa.. haa.. lebih.. ha.. kuat..” Mariana mendesah sambil meratakan spema kedua bo*ah itu di toketnnya hingga putingnya dan menjilati tangan bekas sperma tersebut sambil menatap genit ke Sulaiman.
“Ugggh.. dasar lonte, Risky andai tantemu ini jadi istri ku, pasti tiap malam akan ku entot sampai doer memenya.” Ucap Sulaiman melihat ke Risky yang bergetar mengeluarkan sperma.
Sentak Reza dan Lukman ketawa “Hahaha apa itu? terikat saja bisa keluar kau melihat kita-kita?”
Risky yang hanya bisa menutup matanya menanggis dan pasrah.
“Sampai segitunya kah kau membayangkan bapak menjadi istri tantemu yang lacur ini?” Tanya Sulaiman sambil semakin kencang menyodokkan kontolnya.
“Aaahh.. haaa. ah.. aku.. keluarrr” Jawab Mariana mencapai klimaks sambil menjulurkan lidahnya.
“Aaahh..“ Tubuhnya bergetar kuat.
*Serr Serr Serr
“kalau begitu aku juga.” Ucap Sulaiman yang langsung melepas kontolnya dan menumpahkan spermanya di muka Mariana.
“Aaahh.. nikmatnya.” Ucap Sulaiman sambil membenamkan kontolnya di mulut Mariana.
Kondisi Mariana lemas dengan bau sperma di tubuhnya dan paha terbuka lebar hingga nampak cairan sperma keluar membanjiri matras.
“Ayok foto dulu.” Ucap Reza sambil memegang hpnya.
“Ide bagus.” Ucap Sulaiman yang langsung duduk di belakang.
Sulaiman menyandarkan Mariana yang lemas di dadanya dan Reza dan Lukman duduk di sisi kiri dan kanan Mariana.
“1.. 2.. 3.. yeaaahhh..” Ucap Reza yang langsung mengambil gambar di hpnya.
Di ujung ruangan Sabrina melihat dengan tatapan tidak senang, mengangkat tanganya seakan menyuruh Bobby untuk maju. Bobby yang mengerti maksud dari Sabrina langsung mengambil hp tersebut dan menginjaknya.
“Dasar tidak tau diri.” Ucap Sabrina memandang Reza, Lukman dan Sulaiman dengan tatapan merendahkan.
“Sudah ku kasih kenikmatan, malah kau seenaknya..” Marah Sabrina membuat suasana menjadi tegang.
Sabrina kemudian melemparkan segepok uang ke muka Reza.
"beli lah hp baru yang lebih bagus, terus lebih baik salah satu dari kalian tidak membicarakan tentang semua ini mulai sekarang, jika kalian berani, aku akan meratakan rumah sekaligus orang tua kalian dengan tanah.” Ucap Sabrina sambil melotot melihat ke mereka tiga.
Ketiga kontol mereka lansung menciut entah takut dengan Sabrina atau memang kelelahan habis keluar berkali-kali.
“Ah.. dan soal Rizky anak tante.. tante bisa saja langsung menghajar kalian.. tetapi tante cukup bermurah hati.. jadi jangan melewati batasmu anak muda.." Ucap Sabrina sambil tersenyum berjalan ke atah pintu keluar.
“Kunci mobil?” Tanya Sabrina yang langsung di serahkan sama Bobby.
"Ah.. hampir lupa.. jangan lupa untuk support sally dan jika kalian sudah tamat sekolah bisa mampir ke tempat tante." Ucap Sabrina sambil menyerahkan sebuah kertas ke Lukman.
“Bobby bereskan sisanya dan antar Mariana langsung pulang, Aditya akan aku antar sendiri.” Ucap Sabrina meninggalakn ruangan tersebut.
Bobby membalikan badannya melihat kekacauan yang harus ia bereskan sendiri.
***
Malam harinya di rumah Dirwanto, Sabrina sedang makan malam keluarga, suasana sepi sunyi, mengerikan.
"Ma.. tolong lepaskan tante Mariana.” Ucap Risky dengan nada kecil dan pelan.
“cukup, Itu bukan urusanmu.” Ucap Sabrina singkat padat dan tegas.
“Ma aku mohon..” Ucap Risky yang kali ini dengan nada lebih tinggi.
“AKU BILANG CUKUP ! “ Bentak Sabrina sambil melempar garpu dari tangannya ke arah Risky dan hampir mengenainya.
“jangan pernah bahas Mariana lagi mulai sekarang, bikin selera makan ku hilang saja.” Ucap Sabrina yang langsung meninggalkan ruangan dan membanting pintu
*BUKKK.
“Sudahlah, menyerah saja, Segila dan kejam papa ini, tetap lebih gila dan kejam mama mu itu, di tambah lagi dengan dendamnya selama belasan tahun itu.” Dirwanto berusaha membujuk anaknya tanpa tau kalau anaknya jatuh cinta pada Mariana.
Malam hari di rumah Mariana sekitar pukul 11:24 malam, Aditya telah tertidur lelap setelah seharian bermain lagi di ruangan game perusahaan Sabrina.
“Aaahhh.. ha.. aku keluar..” Ucap seorang pria sedang menyodok kontolnya yang tak lain tak bukan adalah Hermanto sedang bercinta dengan Mariana.
“Maaf ya.. aku keluar duluan.” Ucap Hermanto yang terus mencium kening Mariana dan berbalik tidur.
Mariana yang sudah kecapekan di ngentot oleh kedua bo*ah di tambah kontol Sulaiman yang lebih besar dari kontol Hermanto hanya bisa pura-pura menikmati permainan Hermanto dan ikut tidur sambil membiarkan sperma Hermanto di dalam memeknya.
BERSAMBUNG...
SELANJUTNYA..
Seri 2 - Dendam Sabrina
“Sudah ku kasih kenikmatan, malah kau seenaknya..” Marah Sabrina membuat suasana menjadi tegang.
Sabrina kemudian melemparkan segepok uang ke muka Reza.
"beli lah hp baru yang lebih bagus, terus lebih baik salah satu dari kalian tidak membicarakan tentang semua ini mulai sekarang, jika kalian berani, aku akan meratakan rumah sekaligus orang tua kalian dengan tanah.” Ucap Sabrina sambil melotot melihat ke mereka tiga.
Ketiga kontol mereka lansung menciut entah takut dengan Sabrina atau memang kelelahan habis keluar berkali-kali.
“Ah.. dan soal Rizky anak tante.. tante bisa saja langsung menghajar kalian.. tetapi tante cukup bermurah hati.. jadi jangan melewati batasmu anak muda.." Ucap Sabrina sambil tersenyum berjalan ke atah pintu keluar.
“Kunci mobil?” Tanya Sabrina yang langsung di serahkan sama Bobby.
"Ah.. hampir lupa.. jangan lupa untuk support sally dan jika kalian sudah tamat sekolah bisa mampir ke tempat tante." Ucap Sabrina sambil menyerahkan sebuah kertas ke Lukman.
“Bobby bereskan sisanya dan antar Mariana langsung pulang, Aditya akan aku antar sendiri.” Ucap Sabrina meninggalakn ruangan tersebut.
Bobby membalikan badannya melihat kekacauan yang harus ia bereskan sendiri.
***
Malam harinya di rumah Dirwanto, Sabrina sedang makan malam keluarga, suasana sepi sunyi, mengerikan.
"Ma.. tolong lepaskan tante Mariana.” Ucap Risky dengan nada kecil dan pelan.
“cukup, Itu bukan urusanmu.” Ucap Sabrina singkat padat dan tegas.
“Ma aku mohon..” Ucap Risky yang kali ini dengan nada lebih tinggi.
“AKU BILANG CUKUP ! “ Bentak Sabrina sambil melempar garpu dari tangannya ke arah Risky dan hampir mengenainya.
“jangan pernah bahas Mariana lagi mulai sekarang, bikin selera makan ku hilang saja.” Ucap Sabrina yang langsung meninggalkan ruangan dan membanting pintu
*BUKKK.
“Sudahlah, menyerah saja, Segila dan kejam papa ini, tetap lebih gila dan kejam mama mu itu, di tambah lagi dengan dendamnya selama belasan tahun itu.” Dirwanto berusaha membujuk anaknya tanpa tau kalau anaknya jatuh cinta pada Mariana.
Malam hari di rumah Mariana sekitar pukul 11:24 malam, Aditya telah tertidur lelap setelah seharian bermain lagi di ruangan game perusahaan Sabrina.
“Aaahhh.. ha.. aku keluar..” Ucap seorang pria sedang menyodok kontolnya yang tak lain tak bukan adalah Hermanto sedang bercinta dengan Mariana.
“Maaf ya.. aku keluar duluan.” Ucap Hermanto yang terus mencium kening Mariana dan berbalik tidur.
Mariana yang sudah kecapekan di ngentot oleh kedua bo*ah di tambah kontol Sulaiman yang lebih besar dari kontol Hermanto hanya bisa pura-pura menikmati permainan Hermanto dan ikut tidur sambil membiarkan sperma Hermanto di dalam memeknya.
BERSAMBUNG...
SELANJUTNYA..
Seri 2 - Dendam Sabrina
novel cerita dewasa sex seks ngocok semprot.com, crot peju didalam liang kewanitaan memek vagina nonok miss v, berita gadis sekolah prawan diperkosa sampai hamil pingsan tragis, janda sange sama ngentot tetangga ketahuan anak, selebgram dan tiktokers live colmek ML ngewe ngentot link viral syur, ketagihan kontol om ayah kakak ipar tiri, biduan dangdut tobrut dikeroyok kontol, fuck my pussy. good dick. Big cock. Yes cum inside. lick my nipples. my tits are tingling. drink my breast. milk nipples. play with my big tits. fuck my vagina until I get pregnant. play "Adult sex games" with me. satisfy your cock in my wet vagina. Asian girl hottes gorgeus. lonte, lc ngentot live, pramugari ngentot, wikwik, selebgram open BO,cerbung,cam show, naked nude, tiktokers viral bugil sange, link bokep viral terbaru