CERITA SEBELUMNYA..
Nyonya Nayla Akhwat Bercadar 1
Nyonya Nayla Akhwat Bercadar 2
Nyonya Nayla Akhwat Bercadar 3
Nyonya Nayla Akhwat Bercadar 4
Nyonya Nayla Akhwat Bercadar 5
Jam sudah menunjukkan pukul 22.30 tepat.
Nayla sedang berada diatas ranjangnya bersama suaminya. Terlihat suaminya sudah bersiap untuk tidur. Suaminya itu pun menjatuhkan tubuhnya diatas ranjang sambil memeluk tubuh Nayla.
“Tidur yuk.. Gak sabar deh buat liburan bareng besok” Ucap Miftah tersenyum.
“Iya mas sama.. Adek juga” Jawab Nayla berpura-pura tersenyum.
“Yaudah selamat tidur yah..” Ucap Mfitah dengan lembut.
“Iya mas, sudah”
Setelah itu mereka berdua pun sama-sama memejamkan mata. Dalam keadaan lampu yang agak remang-remang. Miftah tertidur sambil mengeloni istrinya dengan erat. Seketika terdengar suara ngorok dari mulut suaminya. Nayla pun menyadari kalau suaminya sudah tertidur pulas. Masalahnya ia harus menemui pak Urip di depan rumahnya demi menghindari ancamannya. Apakah bisa dirinya terbebas dari pelukan suaminya terlebih dahulu?
Untungnya dengan sedikit pergerakan. Nayla bisa terbebas dari pelukan suaminya.
“Maafin adek mas.. Adek cinta mas kok” Lirih Nayla.
Diam-diam Nayla mengganti piyamanya dengan kaus berlengan panjang berwarna abu-abu. Ia juga mengenakan hijab beserta cadar berwarna abu-abu. Ia menatap cermin sejenak sambil mengira-ngira apa rencana yang akan pak Urip lakukan kepadanya. Tapi ia tak menemukan adanya kemungkinan lain selain pak Urip pasti akan memperkosanya lagi. Nayla pun hanya bisa pasrah. Meski hatinya berat, ia harus menjalaninya ketimbang mengorbankan tubuh Putri.
Mengingat cuacanya cukup dingin. Nayla pun mengenakan jaket hoodie berwarna merah lalu memasangkan tudungnya demi menutupi identitasnya. Nayla diam-diam keluar kamar lalu melihat ke arah jam dinding yang berada di ruang tamunya.
“Sudah mau jam 11.. Mau apa sih pak Urip minta aku keluar?” tanya Nayla kesal.
Saat Nayla sudah keluar dari dalam rumahnya. Terlihat pak Urip sedang nyantai di depan rumahnya sendiri sambil meminum secangkir kopi. Nayla pun menutup pintu rumahnya sendiri lalu menguncinya dari luar. Tak lupa ia menaruh kuncinya di ventilasi atas pintu yang kebetulan tidak terlalu tinggi. Ia pun berjalan keluar sambil menunduk ke arah pintu gerbang rumahnya. Pelan-pelan ia membuka gerbangnya sebagian lalu berjalan ke depan rumah pak Urip.
Pak Urip tersenyum melihat ada akhwat cantik yang mengenakan jaket merah sedang mendekat ke arahnya. Pak Urip menenggak habis kopinya, lalu berjalan mendekat ke arahnya.
“Sayang.. Yuk kita mulai kencannya” Ucap pak Urip sambil merangkul pinggang Nayla.
“Kencan?” tanya Nayla.
“Iya, tapi kencan ini bukan sembarang kencan.. Coba deh pakai ini dulu” Ucap pak Urip sambil memberikan sesuatu yang bentuknya mirip sayur tauge berwarna pink yang mana ada kepalanya juga ekornya.
“Apa ini pak?” tanya Nayla penasaran.
“Udah nurut aja.. Masukan ke dalam memekmu” Ucap pak Urip mengejutkan Nayla.
“Apa?” Tanya Nayla kaget.
“Udah buruan.. Apa perlu aku yang masukin!?” ancam pak Urip.
Dengan terpaksa Nayla memasukan benda aneh itu ke dalam vaginanya. Rasanya geli nikmat saat benda itu mulai membelah vaginanya. Tapi ia juga jadi kesulitan berjalan. Walau Nayla merasa tidak nyaman saat benda itu berada di dalam vaginanya. Namun ia tetap membiarkannya demi mematuhi perkataan pak Urip.
“Yuk kita jalan” Ucap pak Urip sambil tersenyum.
Pak Urip bahkan sampai menggandeng lengannya. Meski Nayla merasa risih dengan senyuman busuk itu. Setidaknya kalau cuma diajak jalan-jalan itu lebih baik daripada diajak bercinta.
Kedua insan yang berbeda zaman itu berjalan bersama-sama. Pak Urip tampak sumringah bisa menggandeng lengan akhwat bercadar yang memiliki tubuh sempurna. Ia sesekali juga merangkul pinggang Nayla. Senyumnya yang lebar merekah, terlihat bahagia. Bahkan saat melewati pasangan muda-mudi yang asyik berpacaran, Pak Urip tampak bangga seolah akhwat bercadar yang sedang digandengnya itu adalah pasangannya.
Jalan di malam itu agak ramai. Hari libur di keesokan harinya menjadi penyebabnya. Tak heran banyak pasangan muda-mudi yang berjalan-jalan untuk berpacaran. Pak Urip pun memanfaatkan kesempatan itu untuk memamerkan pasangannya. Tak jarang ia berbicara dengan sendiri seolah mengatakan “ini loh pacarku”.
Nayla sampai malu. Sedari tadi wajahnya terus menunduk. Ia pun diam-diam menggelengkan kepala. Ia merasa dipermalukan. Untungnya ia mengenakan jaket hoodie. Ia pun mengenakan tutup kepalanya demi menyembunyikan identitasnya.
Sabar Nayla.. Sabar.. Setidaknya ini lebih baik daripada diperkosa.. Batin Nayla mencoba berfikir positif.
“Non aku laper.. Makan yuk” Ucap pak Urip saat melihat ada sebuah warung nasi goreng.
“Eh laper?” Tanya Nayla terkejut.
“Tuh aromanya enak banget..” kata pak Urip.
“Ehh iya.. Iya sih nasgornya pak Tomi emang terkenal.. Tapi, bapak mau makan disana?” Nayla agak ragu.
Nayla merasa ragu karena sebetulnya dia dan suaminya cukup sering makan bersama disitu. Nayla pun merasa tak nyaman andai nanti pak Tomi curiga melihat dirinya berjalan berdua bersama pembantunya malam-malam.
“Iya lah.. Yookkk” Ucap pak Urip sambil menarik lengan Nayla.
Nayla pun terpaksa ngikut saja. Sebisa mungkin ia mencoba menutupi wajahnya agar pak Tomi tidak mengenalinya.
“Pak.. Nasgornya dua yah.. Es tehnya juga dua” Ucap pak Urip pada pak Tomi.
“Dua porsi yah pak.. Loh eh, pak Urip sama mbak Nayla rupanya” Ucap pak Tomi yang seketika langsung mengenali mereka berdua.
Nayla yang sudah ketahuan tidak memiliki alasan lain untuk menyembunyikan wajahnya. Ia pun mengangkat wajahnya. Ia hanya tersenyum malu menyadari dirinya ketahuan oleh pak Tomi.
“Iyya dong pak.. Hakhakhak” Tawa Pak Urip.
Pak Urip tampak bangga. Apalagi tangan pak Urip masih mendekap jemari Nayla. Dekapannya sangat erat seolah tak mau melepaskan dirinya.
“Oh yah pak.. Mau makan disini apa dibawa pulang?” tanya pak Tomi sambil memanaskan minyak.
“Disini aja pak.. Kapan lagi bisa makan enak di luar rumah” jawab pak Urip.
Nayla yang terus diam sedari tadi hanya bisa memperhatikan sekitar. Di dalam warung itu terdapat sepasang pasangan muda yang sedang makan bersama. Mereka terlihat seperti anak SMA. Si laki-laki dari pasangan itu terus memperhatikannya. Nayla pun membuang muka sambil mencoba bersikap biasa saja.
“Hakhakhak” Tawa pak Urip saat mengambil sesuatu dari saku celananya.
Nayla yang sedang bersikap cuek tiba-tiba merapatkan kakinya saat merasakan adanya getaran yang merangsang vaginanya.
“Aaahh” desah Nayla cukup keras yang membuat semua orang di warung itu menatapnya.
“Eh mbak kenapa?” Tanya pak Tomi sambil menatap Nayla.
“Gapapa pak.. Gapapa.. Tadi aku..” Ucap Nayla terpotong.
“Aduhhh buruan pak.. Lihat kan mbak Nayla jadi sakit perut.. Mbak Nayla udah laper banget tuh” Ucap pak Urip sambil tersenyum.
“Oalah.. Iya iyya.. Tahan bentar yah mbak” Ucap pak Tomi sambil melanjutkan memasaknya.
Terlihat pasangan dari laki-laki itu ditampar oleh pasangannya. Nampaknya pandangan dari lelaki itu tak bisa dipalingkan dari keindahan Nayla. Apalagi tadi saat mendengar desahan suaranya yang menggoda. Siapa lelaki yang tidak terangsang mendengar suaranya. Itu juga yang dialami oleh lelaki dari pasangan muda itu juga yang dirasakan oleh pak Tomi.
Mbak Nayla kalau laper kok malah mendesah yah? Kaget tadi aku pas dengernya.. Batin pak Tomi sambil memasak.
“Apa yang bapak lakukan?” Bisik Nayla kepada pak Urip.
“Nikmati saja, non” Ucap pak Urip yang menambah volume getarannya.
“Aaauhh” Nayla mendesah lebih keras.
Tangan kirinya memegangi vaginanya dari luar celananya. Tangan kanannya memegangi gerobak nasgor milik pak Tomi. Tubuhnya agak menunduk. Kedua kakinya semakin rapat.
“Heh jangan lihat!” Terdengar suara perempuan dari pasangan muda itu saat menegur pacarnya.
“Iya maaf sayang” Jawab laki-laki itu meski sesekali masih melirik Nayla.
Duuhh kenapa getarannya kuat banget? Batin Nayla kesal.
Pak Urip diam-diam berjalan ke arah belakang Nayla. Matanya pun melihat ke sekitar untuk memeriksa keadaan. Setelah dirasa aman. Tangan kanannya tiba-tiba menepuk bokong Nayla lalu meremasnya dengan kuat.
Nayla menoleh menatap pak Urip dengan kesal, namun ia tak bisa berbuat apa-apa.
Sudah kuduga pasti ada yang gak beres dari rencana pak Urip.. Tapi aku gak menduga kalau rencananya akan seperti ini. Tapi.. Mmpphh enak banget.. Batin Nayla.
Laki-laki dari pasangan muda itu diam-diam menganga saat melihat tangan dari pak Urip berada di bokong Nayla. Perempuan yang duduk disebelahnya juga menyadari aksi pak Urip. Tangannya pun ia naikan untuk menutup pandangan pacarnya.
“Jangan diliat!” Tegur si perempuan kesal.
“Gimna non! Enak kan rasanyaa? Aaahh pasti enak.. Gimana rasanya? Rasanya kayak lagi diobok-obok yah memeknya?” bisik pak Urip yang membuat Nayla semakin kesal.
“Hentikan pak.. Toloong!” Pinta Nayla dengan gelisah.
“Ohh tidak bisa” Ucap pak Urip tersenyum.
Tiba-tiba pak Urip kembali menekan remotnya yang membuat getaran di vagina Nayla semakin kuat.
“Aahh pak” desah Nayla kali ini sampai berlutut disamping gerobak itu.
“Mbak.. Ini udah mau mateng mbak nasgornya.. Tahan bentar yah” Ucap pak Tomi kaget mendengar desahan Nayla lagi.
Pak Urip hanya tersenyum melihat keadaan Nayla.
Nayla pun merasa tak sanggup lagi dipermalukan. Ia begitu murka. Namun getaran di vaginanya malah membuatnya semakin sange. Nafasnya memberat. Tangannya membelai payudaranya sendiri. Rasanya amat nikmat. Meski ia tak ingin melakukannya, ia pun terpaksa melakukannya sambil menatap wajah pembantunya.
Kedua pasangan muda-mudi itu melongo melihat Nayla yang sedang meremasi payudaranya sendiri.
Rasa enak di memeknya sampai membuat Nayla menaruh kepalanya ke tanah, nungging. Tangan kirinya memegangi selangkangannya.
Enak banget! Batin Nayla.
“Tahan non.. Tahan.. Bentar lagi nasinya mau jadi” Bisik pak Urip secara diam-diam sambil mengusap bokong Nayla.
Pasangan muda yang melihat kejadian itu langsung berdiri. Terutama si perempuan yang tak tahan lagi melihat pacarnya terus melihat kejadian yang terjadi pada akhwat bercadar dan pria tua itu.
“Sayang pergi yuk” Ucap si perempuan sambil menarik lengan pacarnya.
“Ehh sayang, tapi nasinya belum abis” Ucap si laki-laki tak ingin meninggalkan tempat ini.
Selagi mereka berjalan keluar, mata si laki-laki terus melihat aksi mesum pak Urip. Ia hanya bisa geleng-geleng kepala melihat betapa beruntungnya pria tua itu bisa gerayangin bokong akhwat bercadar.
Nayla sedang berada diatas ranjangnya bersama suaminya. Terlihat suaminya sudah bersiap untuk tidur. Suaminya itu pun menjatuhkan tubuhnya diatas ranjang sambil memeluk tubuh Nayla.
“Tidur yuk.. Gak sabar deh buat liburan bareng besok” Ucap Miftah tersenyum.
“Iya mas sama.. Adek juga” Jawab Nayla berpura-pura tersenyum.
“Yaudah selamat tidur yah..” Ucap Mfitah dengan lembut.
“Iya mas, sudah”
Setelah itu mereka berdua pun sama-sama memejamkan mata. Dalam keadaan lampu yang agak remang-remang. Miftah tertidur sambil mengeloni istrinya dengan erat. Seketika terdengar suara ngorok dari mulut suaminya. Nayla pun menyadari kalau suaminya sudah tertidur pulas. Masalahnya ia harus menemui pak Urip di depan rumahnya demi menghindari ancamannya. Apakah bisa dirinya terbebas dari pelukan suaminya terlebih dahulu?
Untungnya dengan sedikit pergerakan. Nayla bisa terbebas dari pelukan suaminya.
“Maafin adek mas.. Adek cinta mas kok” Lirih Nayla.
Diam-diam Nayla mengganti piyamanya dengan kaus berlengan panjang berwarna abu-abu. Ia juga mengenakan hijab beserta cadar berwarna abu-abu. Ia menatap cermin sejenak sambil mengira-ngira apa rencana yang akan pak Urip lakukan kepadanya. Tapi ia tak menemukan adanya kemungkinan lain selain pak Urip pasti akan memperkosanya lagi. Nayla pun hanya bisa pasrah. Meski hatinya berat, ia harus menjalaninya ketimbang mengorbankan tubuh Putri.
Mengingat cuacanya cukup dingin. Nayla pun mengenakan jaket hoodie berwarna merah lalu memasangkan tudungnya demi menutupi identitasnya. Nayla diam-diam keluar kamar lalu melihat ke arah jam dinding yang berada di ruang tamunya.
“Sudah mau jam 11.. Mau apa sih pak Urip minta aku keluar?” tanya Nayla kesal.
Saat Nayla sudah keluar dari dalam rumahnya. Terlihat pak Urip sedang nyantai di depan rumahnya sendiri sambil meminum secangkir kopi. Nayla pun menutup pintu rumahnya sendiri lalu menguncinya dari luar. Tak lupa ia menaruh kuncinya di ventilasi atas pintu yang kebetulan tidak terlalu tinggi. Ia pun berjalan keluar sambil menunduk ke arah pintu gerbang rumahnya. Pelan-pelan ia membuka gerbangnya sebagian lalu berjalan ke depan rumah pak Urip.
Pak Urip tersenyum melihat ada akhwat cantik yang mengenakan jaket merah sedang mendekat ke arahnya. Pak Urip menenggak habis kopinya, lalu berjalan mendekat ke arahnya.
“Sayang.. Yuk kita mulai kencannya” Ucap pak Urip sambil merangkul pinggang Nayla.
“Kencan?” tanya Nayla.
“Iya, tapi kencan ini bukan sembarang kencan.. Coba deh pakai ini dulu” Ucap pak Urip sambil memberikan sesuatu yang bentuknya mirip sayur tauge berwarna pink yang mana ada kepalanya juga ekornya.
“Apa ini pak?” tanya Nayla penasaran.
“Udah nurut aja.. Masukan ke dalam memekmu” Ucap pak Urip mengejutkan Nayla.
“Apa?” Tanya Nayla kaget.
“Udah buruan.. Apa perlu aku yang masukin!?” ancam pak Urip.
Dengan terpaksa Nayla memasukan benda aneh itu ke dalam vaginanya. Rasanya geli nikmat saat benda itu mulai membelah vaginanya. Tapi ia juga jadi kesulitan berjalan. Walau Nayla merasa tidak nyaman saat benda itu berada di dalam vaginanya. Namun ia tetap membiarkannya demi mematuhi perkataan pak Urip.
“Yuk kita jalan” Ucap pak Urip sambil tersenyum.
Pak Urip bahkan sampai menggandeng lengannya. Meski Nayla merasa risih dengan senyuman busuk itu. Setidaknya kalau cuma diajak jalan-jalan itu lebih baik daripada diajak bercinta.
Kedua insan yang berbeda zaman itu berjalan bersama-sama. Pak Urip tampak sumringah bisa menggandeng lengan akhwat bercadar yang memiliki tubuh sempurna. Ia sesekali juga merangkul pinggang Nayla. Senyumnya yang lebar merekah, terlihat bahagia. Bahkan saat melewati pasangan muda-mudi yang asyik berpacaran, Pak Urip tampak bangga seolah akhwat bercadar yang sedang digandengnya itu adalah pasangannya.
Jalan di malam itu agak ramai. Hari libur di keesokan harinya menjadi penyebabnya. Tak heran banyak pasangan muda-mudi yang berjalan-jalan untuk berpacaran. Pak Urip pun memanfaatkan kesempatan itu untuk memamerkan pasangannya. Tak jarang ia berbicara dengan sendiri seolah mengatakan “ini loh pacarku”.
Nayla sampai malu. Sedari tadi wajahnya terus menunduk. Ia pun diam-diam menggelengkan kepala. Ia merasa dipermalukan. Untungnya ia mengenakan jaket hoodie. Ia pun mengenakan tutup kepalanya demi menyembunyikan identitasnya.
Sabar Nayla.. Sabar.. Setidaknya ini lebih baik daripada diperkosa.. Batin Nayla mencoba berfikir positif.
“Non aku laper.. Makan yuk” Ucap pak Urip saat melihat ada sebuah warung nasi goreng.
“Eh laper?” Tanya Nayla terkejut.
“Tuh aromanya enak banget..” kata pak Urip.
“Ehh iya.. Iya sih nasgornya pak Tomi emang terkenal.. Tapi, bapak mau makan disana?” Nayla agak ragu.
Nayla merasa ragu karena sebetulnya dia dan suaminya cukup sering makan bersama disitu. Nayla pun merasa tak nyaman andai nanti pak Tomi curiga melihat dirinya berjalan berdua bersama pembantunya malam-malam.
“Iya lah.. Yookkk” Ucap pak Urip sambil menarik lengan Nayla.
Nayla pun terpaksa ngikut saja. Sebisa mungkin ia mencoba menutupi wajahnya agar pak Tomi tidak mengenalinya.
“Pak.. Nasgornya dua yah.. Es tehnya juga dua” Ucap pak Urip pada pak Tomi.
“Dua porsi yah pak.. Loh eh, pak Urip sama mbak Nayla rupanya” Ucap pak Tomi yang seketika langsung mengenali mereka berdua.
Nayla yang sudah ketahuan tidak memiliki alasan lain untuk menyembunyikan wajahnya. Ia pun mengangkat wajahnya. Ia hanya tersenyum malu menyadari dirinya ketahuan oleh pak Tomi.
“Iyya dong pak.. Hakhakhak” Tawa Pak Urip.
Pak Urip tampak bangga. Apalagi tangan pak Urip masih mendekap jemari Nayla. Dekapannya sangat erat seolah tak mau melepaskan dirinya.
“Oh yah pak.. Mau makan disini apa dibawa pulang?” tanya pak Tomi sambil memanaskan minyak.
“Disini aja pak.. Kapan lagi bisa makan enak di luar rumah” jawab pak Urip.
Nayla yang terus diam sedari tadi hanya bisa memperhatikan sekitar. Di dalam warung itu terdapat sepasang pasangan muda yang sedang makan bersama. Mereka terlihat seperti anak SMA. Si laki-laki dari pasangan itu terus memperhatikannya. Nayla pun membuang muka sambil mencoba bersikap biasa saja.
“Hakhakhak” Tawa pak Urip saat mengambil sesuatu dari saku celananya.
Nayla yang sedang bersikap cuek tiba-tiba merapatkan kakinya saat merasakan adanya getaran yang merangsang vaginanya.
“Aaahh” desah Nayla cukup keras yang membuat semua orang di warung itu menatapnya.
“Eh mbak kenapa?” Tanya pak Tomi sambil menatap Nayla.
“Gapapa pak.. Gapapa.. Tadi aku..” Ucap Nayla terpotong.
“Aduhhh buruan pak.. Lihat kan mbak Nayla jadi sakit perut.. Mbak Nayla udah laper banget tuh” Ucap pak Urip sambil tersenyum.
“Oalah.. Iya iyya.. Tahan bentar yah mbak” Ucap pak Tomi sambil melanjutkan memasaknya.
Terlihat pasangan dari laki-laki itu ditampar oleh pasangannya. Nampaknya pandangan dari lelaki itu tak bisa dipalingkan dari keindahan Nayla. Apalagi tadi saat mendengar desahan suaranya yang menggoda. Siapa lelaki yang tidak terangsang mendengar suaranya. Itu juga yang dialami oleh lelaki dari pasangan muda itu juga yang dirasakan oleh pak Tomi.
Mbak Nayla kalau laper kok malah mendesah yah? Kaget tadi aku pas dengernya.. Batin pak Tomi sambil memasak.
“Apa yang bapak lakukan?” Bisik Nayla kepada pak Urip.
“Nikmati saja, non” Ucap pak Urip yang menambah volume getarannya.
“Aaauhh” Nayla mendesah lebih keras.
Tangan kirinya memegangi vaginanya dari luar celananya. Tangan kanannya memegangi gerobak nasgor milik pak Tomi. Tubuhnya agak menunduk. Kedua kakinya semakin rapat.
“Heh jangan lihat!” Terdengar suara perempuan dari pasangan muda itu saat menegur pacarnya.
“Iya maaf sayang” Jawab laki-laki itu meski sesekali masih melirik Nayla.
Duuhh kenapa getarannya kuat banget? Batin Nayla kesal.
Pak Urip diam-diam berjalan ke arah belakang Nayla. Matanya pun melihat ke sekitar untuk memeriksa keadaan. Setelah dirasa aman. Tangan kanannya tiba-tiba menepuk bokong Nayla lalu meremasnya dengan kuat.
Nayla menoleh menatap pak Urip dengan kesal, namun ia tak bisa berbuat apa-apa.
Sudah kuduga pasti ada yang gak beres dari rencana pak Urip.. Tapi aku gak menduga kalau rencananya akan seperti ini. Tapi.. Mmpphh enak banget.. Batin Nayla.
Laki-laki dari pasangan muda itu diam-diam menganga saat melihat tangan dari pak Urip berada di bokong Nayla. Perempuan yang duduk disebelahnya juga menyadari aksi pak Urip. Tangannya pun ia naikan untuk menutup pandangan pacarnya.
“Jangan diliat!” Tegur si perempuan kesal.
“Gimna non! Enak kan rasanyaa? Aaahh pasti enak.. Gimana rasanya? Rasanya kayak lagi diobok-obok yah memeknya?” bisik pak Urip yang membuat Nayla semakin kesal.
“Hentikan pak.. Toloong!” Pinta Nayla dengan gelisah.
“Ohh tidak bisa” Ucap pak Urip tersenyum.
Tiba-tiba pak Urip kembali menekan remotnya yang membuat getaran di vagina Nayla semakin kuat.
“Aahh pak” desah Nayla kali ini sampai berlutut disamping gerobak itu.
“Mbak.. Ini udah mau mateng mbak nasgornya.. Tahan bentar yah” Ucap pak Tomi kaget mendengar desahan Nayla lagi.
Pak Urip hanya tersenyum melihat keadaan Nayla.
Nayla pun merasa tak sanggup lagi dipermalukan. Ia begitu murka. Namun getaran di vaginanya malah membuatnya semakin sange. Nafasnya memberat. Tangannya membelai payudaranya sendiri. Rasanya amat nikmat. Meski ia tak ingin melakukannya, ia pun terpaksa melakukannya sambil menatap wajah pembantunya.
Kedua pasangan muda-mudi itu melongo melihat Nayla yang sedang meremasi payudaranya sendiri.
Rasa enak di memeknya sampai membuat Nayla menaruh kepalanya ke tanah, nungging. Tangan kirinya memegangi selangkangannya.
Enak banget! Batin Nayla.
“Tahan non.. Tahan.. Bentar lagi nasinya mau jadi” Bisik pak Urip secara diam-diam sambil mengusap bokong Nayla.
Pasangan muda yang melihat kejadian itu langsung berdiri. Terutama si perempuan yang tak tahan lagi melihat pacarnya terus melihat kejadian yang terjadi pada akhwat bercadar dan pria tua itu.
“Sayang pergi yuk” Ucap si perempuan sambil menarik lengan pacarnya.
“Ehh sayang, tapi nasinya belum abis” Ucap si laki-laki tak ingin meninggalkan tempat ini.
Selagi mereka berjalan keluar, mata si laki-laki terus melihat aksi mesum pak Urip. Ia hanya bisa geleng-geleng kepala melihat betapa beruntungnya pria tua itu bisa gerayangin bokong akhwat bercadar.
“Makan ditempat lain aja.. Disini ada lontenya” Ucap si perempuan dengan lirih namun terdengar di telinga Nayla.
Pasangan muda-mudi itu pun pergi meninggalkan luka di hati Nayla.
“Denger kan, Mereka aja tahu siapa dirimu” Ucap pak Urip sambil mematikan remot dildo.
Nayla yang agak baikan pelan-pelan mulai berdiri. Matanya berkaca-kaca saat menahan getaran tadi. Ia pun menatap benci pak Urip meski sebenarnya sangat menikmati.
pak Urip hanya tersenyum sambil menunjukkan remot yang sedang ia pegang. Ia seolah berkata kalau berani maka tombol remot akan ditekan lagi.
“Tolong jangan permalukan aku lagi!” Ucap Nayla dengan kesal.
“Kita lihat saja nanti” Bisik Pak Urip.
“Fiyuhhh maaf agak lama mbak.. Ini nasinya.. Mau duduk dimana?” Ucap pak Tomi yang terlalu fokus memasak sehingga melewatkan aksi mesum pak Urip.
“Disini aja pak.. Di dekat gerobak aja biar gak kejauhan” Ucap pak Urip sambil mempersilahkan Nayla untuk duduk duluan.
“Ayo dimakan non.. Non kelaperan kan” kata pak Urip yang langsung menyantap nasi gorengnya.
Nayla yang kesal terpaksa memakan nasi goreng itu. Sambil makan, tak sengaja ia teringat kejadian memalukan itu lagi. Wajahnya memerah. Ia pun merasa sedih karena disebut lonte oleh anak yang masih berada di bangku SMA.
“Hah dasar anak-anak.. Masa nasi seenak ini gak dihabisin” Ucap Pak Tomi kesal melihat nasi buatannya tak dihabiskan oleh pasangan muda-mudi itu.
Pak Tomi pun terpaksa membuang nasi itu ke ember. Ia pun membersihkan piring tersebut.
“Gimana? Enak kan non?” Tanya pak Urip yang sudah menghabiskan setengah porsi dari nasi gorengnya.
“Diem!” Ucap Nayla kesal.
“Mau aku aktifin lagi nih?” Ancam pak Urip sambil menunjukkan remotnya.
Nayla pun hanya menggelengkan kepalanya dengan lemah.
Hah.. Sabar Nay.. Sabar.. Habis selesai makan semuanya bakal selesai kok.. Batin Nayla menyemangati diri sendiri.
Setelah pak Urip menghabiskan nasi gorengnya. Ia melihat piring Nayla yang tinggal menyisakan sekitar 2 suap lagi. Pak Urip berdiri lalu merogoh sakunya.
“Mmmpphh!”
Nayla langsung berdiri lalu membungkuk, memegangi selangkangannya.
“Ehh mbak Nayla kenapa lagi?” Tanya pak Tomi yang terkejut saat sedang mencuci piring.
“Non kenapa?” Tanya pak Urip seolah tidak tahu apa-apa.
“Hentikan pak.. Mmpphh” Tubuh Nayla gemetar merasakan kenikmatan yang tak tertandingi.
“Loh kok sampai gemeteran gitu? Apa yang salah, bokongnya yah?” Tanya pak Urip sambil menampar bokong Nayla.
Plak!
“Aaahh pak” suara Nayla.
“Ehh bapak kok gitu!” tegur pak Tomi terkejut melihat sikap pak Urip.
“Loh bukan yah?” Tanya pak Urip kali ini sambil meremas-remas bokong Nayla.
“Aahh..” desah Nayla sambil menahan tangan pak Urip agar tidak meremas bokongnya lagi.
“Pak.. Bapak kok..??” Ucap pak Tomi yang hanya bisa membeku melihat kejadian didepannya. Di lain sisi ia kebingungan harus berbuat apa tapi di lain sisi ia juga terangsang gara-gara mendengar suara Nayla.
“Aahh.. pak tolong hentikan..” protes Nayla.
“Oalah memeknya yah? Memek non kenapa emangnya?” Ucap pak Urip kali ini sambil menekan vagina Nayla dari belakang.
“Aahh.. jangan digituin”.
Pak Tomi pun menganga lebar melihat aksi pak Urip pada Nayla.
Nayla berdiri bersandar pada dada pak Urip. Mulutnya menganga lebar dari balik cadarnya.
Tekanan jemari pak Urip di vaginanya menambah rangsangan yang menggetarkan birahinya. Tapi Nayla sangat menikmatinya. Ia pun tak peduli lagi pada keadaan sekitar akibat nafsunya yang semakin membara.
“Kenapa sih? Coba aku cek yah” Ucap pak Urip, dengan berani memasukan tangannya ke dalam CD Nayla.
“Ehh bapak!” Ucap pak Tomi terkejut untuk kesekian kalinya.
“Aaahh.. iya..” desah Nayla menikmati aksi jemari pak Urip.
“Gatel yah memek non?” Tanya pak Urip sambil tersenyum.
“Aaahh.. He’em” Jawab Nayla mengangguk.
“Aku garuk boleh?” Tanya pak Urip mengejutkan pak Tomi.
Nayla mengangguk lagi.
“Oke deh.. Tapi aku garuknya pake kontol yah” Ucap pak Urip sambil memelorotkan celananya kemudian mengeluarkan penisnya.
Sontak Nayla dan pak Tomi yang berada disana terkejut saat mendengarnya. Belum hilang rasa terkejut yang mereka terima. Tiba-tiba pak Urip menurunkan celana Nayla lalu menarik benda aneh yang tadi ia selipkan ke dalam vagina Nayla.
Nayla menggelinjang saat vibrator itu dikeluarkan dari dalam vaginanya.
“Oalah pantes ada ginian di dalam memek non.. Lihat deh geter-geter gitu.. Gimana sekarang, udah gak gatel lagi kan?” Tanya pak Urip sambil tersenyum.
“Masih.. Masih pak” Nayla.
“Ah yang bener.. Tapi ini kan udah dikeluarin.. Yaudah aku naikin lagi yah celananya” Ucap pak Urip sambil menaikan celana Nayla.
“Tapi pak.. Aku aahh” balas Nayla, tangan kirinya mengusap-ngusap vaginanya dari luar celananya, sambil menatap wajah pak Urip.
“Ohhh minta digaruk aja nih, Yaudah, aku garuk pake kontol aja yah” Ucap pak Urip.
“Ehh.. Tapi..” Ucap Nayla.
Pak Urip memelorotkan celana Nayla hingga ke lutut lalu menekan klitorisnya yang membuat pinggul Nayla bergoyang. Tubuhnya juga menggelinjang. Mulutnya mendesah girang.
“Aaahh iyaahh.. Terserah bapak aja..” Ucap Nayla yang sange berat.
Pak Tomi diam termangu melihat aksi mereka berdua. Ia tak menyangka kalau Nayla selama ini menggunakan vibrator di dalam vaginanya. Ia jadi bertanya-tanya, apa benar selama ini Nayla menggunakan vibrator di kehidupan kesehariannya? Lalu apa benar pak Urip biasa melakukan hal seperti ini kepada Nayla? Ditengah-tengah pertanyaan yang muncul dikepalanya. Ia terkejut saat melihat pak Urip sedang mendekatkan penisnya yang mengeras ke dalam vagina Nayla. Penis itu mulai masuk membelah liang senggama Nayla. Nayla pun mendesah manja. Akhwat bercadar itu nungging sambil bertumpu pada meja makan yang ada di hadapannya.
Sambil memegangi pinggul Nayla, Pak Urip mendorong pinggulnya sendiri dengan kuat hingga terasa ujung kontolnya menyundul rahim dari akhwat bercadar itu.
“Aaahh bapak” desah Nayla keenakan.
“Aaahh mantapnya” desah pak Urip sampai merinding.
Gila.. Batin pak Tomi.
Nayla yang sudah kehilangan akal sehatnya hanya mendesah saat penis pak Urip keluar masuk menggaruk vaginanya. Mata Nayla merem melek keenakan.
Plakk!
“Aaahh.. Dasar lonte sukanya kontol!” Ucap pak Urip sambil menampar bokong Nayla hingga memerah.
Pak Tomi diam-diam mulai terangsang. Ia tak sanggup bertahan dari tontonan langsung yang terjadi di depan matanya. Diam-diam ia mengelusi penisnya dari luar celananya. Ia benar-benar takjub melihat Nayla yang sangat terkenal di kompleksnya sedang disetubuhi oleh pembantunya sendiri.
“Aaahh.. pak” desah Nayla dengan manja.
“Kurang keras yah?” Tanya pak Urip.
“Aaahh iyaahh..” Nayla malu-malu mengakui.
pak Urip memperkuat sodokannya hingga tubuh Nayla terdorong maju mundur dengan cepat.
Kedua tangan pak Urip menarik bahu Nayla ke belakang. Nayla jadi agak berdiri. Kedua tangan pak Urip kemudian masuk ke dalam kaus yang Nayla kenakan. Resleting jaketnya yang sudah turun sedari tadi membuat pak Tomi bisa melihat pergerakan tangan pak Urip yang sedang meremasi dada bulat Nayla. Pak Tomi tak tahan lagi. Ia pun mengeluarkan penisnya terus mengocoknya.
pak Urip kali ini sambil menaikan kaus Nayla hingga susu bulatnya terlihat.
Tubuh Nayla ditundukkan. Nayla memegangi tepi meja, BH yang dikenakannya sudah turun membuat susunya bebas bergoyang.
Suara desahan Nayla menambah sensasi gairah Pak Tomi, dia semakin bersemangat mengocok penisnya, benar-benar terpana akan keindahan persetubuhan mereka berdua.
“Aaahh.. Paak akuu mauu keluar” desah Nayla.
“Keluarkan aja non.. Jangan ditahan-tahan!” Ucap pak Urip
Pak Urip memperkuat hujaman penisnya. Ia juga mempercepat frekuensi genjotannya.
“Aaahh.. Ppak.. Akuu mmpphhh” desah Nayla tak kuat lagi.
pak Urip bersemangat menyodokkan penisnya sedalam-dalamnya kemudian mencabut penisnya keluar. dan..
Ser! Ser!
Cairan cinta Nayla dengan deras menyembur membasahi CDnya dan celana tidurnya yang masih menyangkut di kedua lututnya.
“Hah.. Hah.. Akhirnya, selesai juga” Ucap Nayla menunduk sambil menaruh kedua sikunya di meja warung tersebut.
“Selesai? Enak aja!” Ucap pak Urip kembali memasukan batang penisnya.
“pak.. Tunggu dulu.. Aku mau istirahat dulu” Ucap Nayla memohon.
“Enak aja.. Ini lagi nanggung.. Aku lagi dapet enak-enaknya nih” Ucap pak Urip yang kembali menggempur rahim majikannya.
“Aaahh.. tunggu pak..” Pinta Nayla.
“Pak.. Aaahh.. tolong jangan iihhh..”
“Akua akan keluar..” pak Urip sudah tak kuat lagi.
Pak Urip memperkuat cengkramannya pada pinggang Nayla. Pinggulnya bergerak cepat. Sodokannya semakin kencang.
Pak Urip pun menarik kedua tangan Nayla ke belakang. Tubuh Nayla jadi terangkat naik. Susu bulatnya gondal-gandul dengan baik. Desahan mereka semakin keras. Persetubuhan mereka semakin memanas.
Pak Tomi terpana. Pak Tomi ikut mengocok penisnya dengan cepat.
“Nonnn.. Aaahh.. Akuu keluar.. Henkkgghhh!” pak Urip mementokkan ujung kontolnya hingga mengenai rahim dari bidadari bercadar itu.
Crott.. Crott..
Nayla merasakan rahimnya tersiram oleh cairan cinta pembantunya. Rahimya kembali terisi oleh pejuh pembantunya itu. Tubuh Nayla ambruk diatas meja makan. Tubuh pak Urip juga ambruk menindihi punggung Nayla.
“Waduhhh.. Udah keluar kah?” tanya pak Tomi.
Pak Urip tersenyum puas melihat spermanya tumpah melalui rahim sempit majikannya.
“Puasnya.. Oh yah, berapa pak?” tanya pak Urip pada pak Tomi.
“Berapa?” tanya pak Tomi kebingungan sambil memegangi penisnya.
“Nasgornya pak.. Nasgor..” Ucap pak Urip menyadarkan pak Tomi.
“Oalah.. Dua porsi nasgor sama es teh manis yah.. 44rb pak” Ucap pak Tomi gugup.
“Nih, aku bayar pake ini cukup gak?” tanya pak Urip sambil melempar CD Nayla.
Pak Tomi pun menangkapnya. Dengan segera ia menciumnya untuk menghirup aroma vagina Nayla yang tersisa disana. Nayla yang melihatnya hanya bisa pasrah.
“Masih kurang yah? Nih, gimana?” Tanya pak Urip melepas bra dari balik kaus Nayla lalu memberikannya ke pak Tomi.
“Pak..” Rengek Nayla kesal.
“Cukup pak.. Ini sudah cukup” Ucap pak Tomi senang mendapat hadiah dari pak Urip.
Pasangan muda-mudi itu pun pergi meninggalkan luka di hati Nayla.
“Denger kan, Mereka aja tahu siapa dirimu” Ucap pak Urip sambil mematikan remot dildo.
Nayla yang agak baikan pelan-pelan mulai berdiri. Matanya berkaca-kaca saat menahan getaran tadi. Ia pun menatap benci pak Urip meski sebenarnya sangat menikmati.
pak Urip hanya tersenyum sambil menunjukkan remot yang sedang ia pegang. Ia seolah berkata kalau berani maka tombol remot akan ditekan lagi.
“Tolong jangan permalukan aku lagi!” Ucap Nayla dengan kesal.
“Kita lihat saja nanti” Bisik Pak Urip.
“Fiyuhhh maaf agak lama mbak.. Ini nasinya.. Mau duduk dimana?” Ucap pak Tomi yang terlalu fokus memasak sehingga melewatkan aksi mesum pak Urip.
“Disini aja pak.. Di dekat gerobak aja biar gak kejauhan” Ucap pak Urip sambil mempersilahkan Nayla untuk duduk duluan.
“Ayo dimakan non.. Non kelaperan kan” kata pak Urip yang langsung menyantap nasi gorengnya.
Nayla yang kesal terpaksa memakan nasi goreng itu. Sambil makan, tak sengaja ia teringat kejadian memalukan itu lagi. Wajahnya memerah. Ia pun merasa sedih karena disebut lonte oleh anak yang masih berada di bangku SMA.
“Hah dasar anak-anak.. Masa nasi seenak ini gak dihabisin” Ucap Pak Tomi kesal melihat nasi buatannya tak dihabiskan oleh pasangan muda-mudi itu.
Pak Tomi pun terpaksa membuang nasi itu ke ember. Ia pun membersihkan piring tersebut.
“Gimana? Enak kan non?” Tanya pak Urip yang sudah menghabiskan setengah porsi dari nasi gorengnya.
“Diem!” Ucap Nayla kesal.
“Mau aku aktifin lagi nih?” Ancam pak Urip sambil menunjukkan remotnya.
Nayla pun hanya menggelengkan kepalanya dengan lemah.
Hah.. Sabar Nay.. Sabar.. Habis selesai makan semuanya bakal selesai kok.. Batin Nayla menyemangati diri sendiri.
Setelah pak Urip menghabiskan nasi gorengnya. Ia melihat piring Nayla yang tinggal menyisakan sekitar 2 suap lagi. Pak Urip berdiri lalu merogoh sakunya.
“Mmmpphh!”
Nayla langsung berdiri lalu membungkuk, memegangi selangkangannya.
“Ehh mbak Nayla kenapa lagi?” Tanya pak Tomi yang terkejut saat sedang mencuci piring.
“Non kenapa?” Tanya pak Urip seolah tidak tahu apa-apa.
“Hentikan pak.. Mmpphh” Tubuh Nayla gemetar merasakan kenikmatan yang tak tertandingi.
“Loh kok sampai gemeteran gitu? Apa yang salah, bokongnya yah?” Tanya pak Urip sambil menampar bokong Nayla.
Plak!
“Aaahh pak” suara Nayla.
“Ehh bapak kok gitu!” tegur pak Tomi terkejut melihat sikap pak Urip.
“Loh bukan yah?” Tanya pak Urip kali ini sambil meremas-remas bokong Nayla.
“Aahh..” desah Nayla sambil menahan tangan pak Urip agar tidak meremas bokongnya lagi.
“Pak.. Bapak kok..??” Ucap pak Tomi yang hanya bisa membeku melihat kejadian didepannya. Di lain sisi ia kebingungan harus berbuat apa tapi di lain sisi ia juga terangsang gara-gara mendengar suara Nayla.
“Aahh.. pak tolong hentikan..” protes Nayla.
“Oalah memeknya yah? Memek non kenapa emangnya?” Ucap pak Urip kali ini sambil menekan vagina Nayla dari belakang.
“Aahh.. jangan digituin”.
Pak Tomi pun menganga lebar melihat aksi pak Urip pada Nayla.
Nayla berdiri bersandar pada dada pak Urip. Mulutnya menganga lebar dari balik cadarnya.
Tekanan jemari pak Urip di vaginanya menambah rangsangan yang menggetarkan birahinya. Tapi Nayla sangat menikmatinya. Ia pun tak peduli lagi pada keadaan sekitar akibat nafsunya yang semakin membara.
“Kenapa sih? Coba aku cek yah” Ucap pak Urip, dengan berani memasukan tangannya ke dalam CD Nayla.
“Ehh bapak!” Ucap pak Tomi terkejut untuk kesekian kalinya.
“Aaahh.. iya..” desah Nayla menikmati aksi jemari pak Urip.
“Gatel yah memek non?” Tanya pak Urip sambil tersenyum.
“Aaahh.. He’em” Jawab Nayla mengangguk.
“Aku garuk boleh?” Tanya pak Urip mengejutkan pak Tomi.
Nayla mengangguk lagi.
“Oke deh.. Tapi aku garuknya pake kontol yah” Ucap pak Urip sambil memelorotkan celananya kemudian mengeluarkan penisnya.
Sontak Nayla dan pak Tomi yang berada disana terkejut saat mendengarnya. Belum hilang rasa terkejut yang mereka terima. Tiba-tiba pak Urip menurunkan celana Nayla lalu menarik benda aneh yang tadi ia selipkan ke dalam vagina Nayla.
Nayla menggelinjang saat vibrator itu dikeluarkan dari dalam vaginanya.
“Oalah pantes ada ginian di dalam memek non.. Lihat deh geter-geter gitu.. Gimana sekarang, udah gak gatel lagi kan?” Tanya pak Urip sambil tersenyum.
“Masih.. Masih pak” Nayla.
“Ah yang bener.. Tapi ini kan udah dikeluarin.. Yaudah aku naikin lagi yah celananya” Ucap pak Urip sambil menaikan celana Nayla.
“Tapi pak.. Aku aahh” balas Nayla, tangan kirinya mengusap-ngusap vaginanya dari luar celananya, sambil menatap wajah pak Urip.
“Ohhh minta digaruk aja nih, Yaudah, aku garuk pake kontol aja yah” Ucap pak Urip.
“Ehh.. Tapi..” Ucap Nayla.
Pak Urip memelorotkan celana Nayla hingga ke lutut lalu menekan klitorisnya yang membuat pinggul Nayla bergoyang. Tubuhnya juga menggelinjang. Mulutnya mendesah girang.
“Aaahh iyaahh.. Terserah bapak aja..” Ucap Nayla yang sange berat.
Pak Tomi diam termangu melihat aksi mereka berdua. Ia tak menyangka kalau Nayla selama ini menggunakan vibrator di dalam vaginanya. Ia jadi bertanya-tanya, apa benar selama ini Nayla menggunakan vibrator di kehidupan kesehariannya? Lalu apa benar pak Urip biasa melakukan hal seperti ini kepada Nayla? Ditengah-tengah pertanyaan yang muncul dikepalanya. Ia terkejut saat melihat pak Urip sedang mendekatkan penisnya yang mengeras ke dalam vagina Nayla. Penis itu mulai masuk membelah liang senggama Nayla. Nayla pun mendesah manja. Akhwat bercadar itu nungging sambil bertumpu pada meja makan yang ada di hadapannya.
Sambil memegangi pinggul Nayla, Pak Urip mendorong pinggulnya sendiri dengan kuat hingga terasa ujung kontolnya menyundul rahim dari akhwat bercadar itu.
“Aaahh bapak” desah Nayla keenakan.
“Aaahh mantapnya” desah pak Urip sampai merinding.
Gila.. Batin pak Tomi.
Nayla yang sudah kehilangan akal sehatnya hanya mendesah saat penis pak Urip keluar masuk menggaruk vaginanya. Mata Nayla merem melek keenakan.
Plakk!
“Aaahh.. Dasar lonte sukanya kontol!” Ucap pak Urip sambil menampar bokong Nayla hingga memerah.
Pak Tomi diam-diam mulai terangsang. Ia tak sanggup bertahan dari tontonan langsung yang terjadi di depan matanya. Diam-diam ia mengelusi penisnya dari luar celananya. Ia benar-benar takjub melihat Nayla yang sangat terkenal di kompleksnya sedang disetubuhi oleh pembantunya sendiri.
“Aaahh.. pak” desah Nayla dengan manja.
“Kurang keras yah?” Tanya pak Urip.
“Aaahh iyaahh..” Nayla malu-malu mengakui.
pak Urip memperkuat sodokannya hingga tubuh Nayla terdorong maju mundur dengan cepat.
Kedua tangan pak Urip menarik bahu Nayla ke belakang. Nayla jadi agak berdiri. Kedua tangan pak Urip kemudian masuk ke dalam kaus yang Nayla kenakan. Resleting jaketnya yang sudah turun sedari tadi membuat pak Tomi bisa melihat pergerakan tangan pak Urip yang sedang meremasi dada bulat Nayla. Pak Tomi tak tahan lagi. Ia pun mengeluarkan penisnya terus mengocoknya.
pak Urip kali ini sambil menaikan kaus Nayla hingga susu bulatnya terlihat.
Tubuh Nayla ditundukkan. Nayla memegangi tepi meja, BH yang dikenakannya sudah turun membuat susunya bebas bergoyang.
Suara desahan Nayla menambah sensasi gairah Pak Tomi, dia semakin bersemangat mengocok penisnya, benar-benar terpana akan keindahan persetubuhan mereka berdua.
“Aaahh.. Paak akuu mauu keluar” desah Nayla.
“Keluarkan aja non.. Jangan ditahan-tahan!” Ucap pak Urip
Pak Urip memperkuat hujaman penisnya. Ia juga mempercepat frekuensi genjotannya.
“Aaahh.. Ppak.. Akuu mmpphhh” desah Nayla tak kuat lagi.
pak Urip bersemangat menyodokkan penisnya sedalam-dalamnya kemudian mencabut penisnya keluar. dan..
Ser! Ser!
Cairan cinta Nayla dengan deras menyembur membasahi CDnya dan celana tidurnya yang masih menyangkut di kedua lututnya.
“Hah.. Hah.. Akhirnya, selesai juga” Ucap Nayla menunduk sambil menaruh kedua sikunya di meja warung tersebut.
“Selesai? Enak aja!” Ucap pak Urip kembali memasukan batang penisnya.
“pak.. Tunggu dulu.. Aku mau istirahat dulu” Ucap Nayla memohon.
“Enak aja.. Ini lagi nanggung.. Aku lagi dapet enak-enaknya nih” Ucap pak Urip yang kembali menggempur rahim majikannya.
“Aaahh.. tunggu pak..” Pinta Nayla.
“Pak.. Aaahh.. tolong jangan iihhh..”
“Akua akan keluar..” pak Urip sudah tak kuat lagi.
Pak Urip memperkuat cengkramannya pada pinggang Nayla. Pinggulnya bergerak cepat. Sodokannya semakin kencang.
Pak Urip pun menarik kedua tangan Nayla ke belakang. Tubuh Nayla jadi terangkat naik. Susu bulatnya gondal-gandul dengan baik. Desahan mereka semakin keras. Persetubuhan mereka semakin memanas.
Pak Tomi terpana. Pak Tomi ikut mengocok penisnya dengan cepat.
“Nonnn.. Aaahh.. Akuu keluar.. Henkkgghhh!” pak Urip mementokkan ujung kontolnya hingga mengenai rahim dari bidadari bercadar itu.
Crott.. Crott..
Nayla merasakan rahimnya tersiram oleh cairan cinta pembantunya. Rahimya kembali terisi oleh pejuh pembantunya itu. Tubuh Nayla ambruk diatas meja makan. Tubuh pak Urip juga ambruk menindihi punggung Nayla.
“Waduhhh.. Udah keluar kah?” tanya pak Tomi.
Pak Urip tersenyum puas melihat spermanya tumpah melalui rahim sempit majikannya.
“Puasnya.. Oh yah, berapa pak?” tanya pak Urip pada pak Tomi.
“Berapa?” tanya pak Tomi kebingungan sambil memegangi penisnya.
“Nasgornya pak.. Nasgor..” Ucap pak Urip menyadarkan pak Tomi.
“Oalah.. Dua porsi nasgor sama es teh manis yah.. 44rb pak” Ucap pak Tomi gugup.
“Nih, aku bayar pake ini cukup gak?” tanya pak Urip sambil melempar CD Nayla.
Pak Tomi pun menangkapnya. Dengan segera ia menciumnya untuk menghirup aroma vagina Nayla yang tersisa disana. Nayla yang melihatnya hanya bisa pasrah.
“Masih kurang yah? Nih, gimana?” Tanya pak Urip melepas bra dari balik kaus Nayla lalu memberikannya ke pak Tomi.
“Pak..” Rengek Nayla kesal.
“Cukup pak.. Ini sudah cukup” Ucap pak Tomi senang mendapat hadiah dari pak Urip.
Pak Tomi yang sedang nafsu-nafsunya segera mengocok penisnya menggunakan celana dalam Nayla. Ia juga menghirup beha Nayla yang membuatnya jadi bersemangat dalam mengocok.
“Aaahh.. mbak Naylaaa” Desah pak Tomi yang akhirnya berhasil mendapatkan orgasme ternikmatnya.
Crot.. Crot!!
Celana dalam Nayla dipenuhi sperma pak Tomi begitu banyak. Terlihat pak Tomi begitu lemas. Ia bahkan sampai terduduk sambil mengelap keringat di dahinya menggunakan beha Nayla.
“Hah.. Puas banget.. Beruntung banget bapak bisa ngentot memeknya.. Gak nyangka, ternyata mbak Nayla ini entotable juga.. Tau gini udah dari dulu aku ngantri buat genjot.. Dari dulu loh aku nafsu ke mbak hehehe” Ucap pak Tomi.
“Jelas.. Lonteku ini.. Eh, majikanku ini emang sangean orangnya.. Aku aja kewalahan tiap kali non Nayla minta digenjot kontolku” Ucap pak Urip.
“Aku!” Ucap Nayla.
“Iya kan sayang” pak Urip sambil menampar bokong Nayla lagi.
Plakk!
“Aaahh” suara Nayla dengan manja.
== X=X=X ==
“Tolong jangan permalukan aku lagi pak.. Jangan juga melakukannya di tempat umum.. Aku gak mau orang-orang melihatku sebagai wanita rendahan” Pinta Nayla pada pak Urip.
“Kenyataannya non emang cewek rendahan. Coba pikir-pikir lagi, siapa yang minta digenjot disana? Hayoo!” Ucap pak Urip.
“Aku tahu, tapi tolong” Pinta Nayla yang hanya membuat pak Urip tertawa.
“Sudah jangan banyak protes.. Nikmati aja semuanya.. Sekarang non istirahat aja biar besok non masih punya tenaga untuk kontolku.. Nih pegang! Jangan sampai hilang!” Ucap pak Urip sambil memberikan vibratornya ke Nayla.
besok selama liburan. Ia berharap bisa dekat-dekat dengan suaminya agar pak Urip tidak memiliki kesempatan untuk menganggu dirinya.
Tapi masalahnya dengan benda ini, bagaimana nanti kalau suaminya melihatnya terangsang ketika benda ini bergetar! Ia pasti akan merasa malu. Ia jadi teringat perbuatannya saat terangsang di warung pak Tomi tadi.
Semoga besok aku akan baik-baik aja? Batin Nayla sambil mengangkat wajahnya tuk menatap bulan purnama.
=== X=X=X ===
Hari liburan, sekitaran jam delapan pagi.
Terlihat sebuah mobil sedang dipanaskan. Mesin mobil itu sudah menyala sedangkan di dalamnya terdapat barang-barang yang akan dibawa. Nayla sebenarnya tak tahu mau berlibur kemana? Tapi ia manut saja dan mengikuti apa yang sudah direncakana oleh suaminya.
“Dek, tikarnya ada di sebelah mana yah?” Tanya Miftah pada istrinya yang tengah sibuk memasukkan barang ke bagasi.
“Eh bukannya di kamar ada mas?” Jawab Nayla.
“Gak ada dek, apa keselip di gudang yah?”
“Eh bakalan kotor dong.. Banyak debunya loh mas” balas Nayla.
“Makanya, biar mas cari di kamar lagi” Ucap Miftah kembali pergi.
“Huft dasar.. Sukanya mendadak terus sih” Ketus Nayla menyikapi sikap suaminya.
Nayla kembali menata barang yang akan ia masukan ke bagasi. Koper-koper berisi pakaian juga tas-tas kecil berisi jajanan serta snack selama perjalanan telah ia masukan ke dalam bagasi. Ia merasa barang-barang yang akan mereka bawa sudah cukup untuk perjalanan selama dua hari.
Ketika sedang asyik-asyiknya menata barang. Tiba-tiba ia merasakan adanya sentuhan di bokongnya.
“Eh.. Lepaskan, pak” Ucap Nayla.
“Hakhakhak.. Pagi-pagi udah wangi aja nih.. Gimana? Udah dipake?” Tanya pak Urip tanpa berbasa-basi lagi.
“Sudah” Jawab Nayla.
“Masa? Coba aku cek” Ucap Pak Urip sambil meraba-raba vagina Nayla.
“bapak.. Aku udah bilang udah ya udah..” Ucap Nayla risih.
“Hakhakhak.. Angkat gamisnya sekarang.. Aku mau lihat sendiri” Ucap pak Urip kekeh.
Padahal tadi tangannya sudah merasakan tonjolan aneh di vagina Nayla. Tapi ia masih ingin mengeceknya dengan menggunakan kedua matanya sekalian bisa melihat pemandangan indah yang ada di balik celana dalam majikan alimnya itu.
“Tapi pak.. Ini di..”
“Mau aku angkat paksa gamis non?” Ancam pak Urip.
Nayla tak mempunyai pilihan. Matanya melihat sekitar untuk memeriksa keadaan. Ia juga menatap ke arah pintu rumahnya yang terbuka khawatir suaminya akan datang dan memergokinya. Pelan-pelan ia mulai menarik roknya.
“Buka CDnya?” Ucap pak Urip.
Nayla terpaksa melakukannya. Ia pun menurunkan CDnya sampai ke lutut hingga nampaklah suatu benda yang menyumpal vaginanya.
“Bagus.. non sudah memakainya” Ucap pak Urip tampak bangga.
“Sudah kan pak?” Ucap Nayla hendak menaikan CDnya.
“Eh tunggu dulu!” Ucap pak Urip menahannya.
Pak Urip melepas vibrator itu pelan-pelan. Wajah mendekat lalu menghirup aroma dari vagina Nayla. Tercium aroma nikmat yang membuatnya selalu ingin menusukkan lubang sempit itu lagi menggunakan batang penisnya. Lidahnya kemudian keluar lalu menjilati bibir vagina Nayla.
“Aaahh paaak” desah Nayla dengan manja sambil menahan kepala pembantunya agar tidak lebih dekat lagi.
“Ayo desah lagi” Ucap pak Urip sambil menjilati lubang vaginanya yang membuat akhwat bercadar itu merinding nikmat.
“Aaahh bapak.. Jangan” desah Nayla menggelinjang.
Jemari pak Urip yang gemas ikut masuk untuk mengorek-ngorek liang senggama milik majikannya itu. Terdengar suara desahan yang membuat pak Urip ketagihan untuk melakukannya. Ia pun terus mengoreknya. Ia tersenyum senang tiap kali pemilik dari goa itu menjerit dengan penuh kenikmatan.
“pak.. Aaahh hentikan..”
“sial jariku gak sampe.. Coba pake benda laen ah” Ucap pak Urip berdiri tegak lalu tiba-tiba menurunkan resleting celananya.
Sontak mata Nayla terbuka lebar. Kontol besar berwarna hitam, tegak, keras, telah keluar dari dalam resleting itu.
“Pak.. Ini masih pagi pak.. ada suamiku..” Nayla panik.
“Tenang, gak bakalan ngentot non sekarang kok.. Aku cuma mau cek ombak aja” Ucap pak Urip sambil memegangi kedua paha Nayla lalu menariknya untuk memposisikan lubang vagina majikannya itu berada tepat dihadapan penis hitamnya.
“Cek ombak.. Maksudnya?” Tanya Nayla merinding melihat benda hitam itu sudah bersiap meluncur ke dalam vaginanya.
“Maksudnya ya kaya gini..? Hekgghh?!” pak Urip menusukkan penisnya ke memek Nayla.
“Aaahh mmpphhh” desah Nayla yang nyaris menjerit keras, namun ditahan oleh kedua tangannya sendiri menutupi mulutnya. Nayla memejam nikmat. Ia terkejut pembantunya itu benar-benar membenamkan penisnya ke dalam vagina dirinya.
“Aaahh nikmatnya.. Coba lagi.. Hennkgghhh!!” Desah pak Urip kembali mendorong pinggulnya.
“Aaahh.. tolong pak.. Mmmphh” Nayla sampai menggelinjang.
Akhwat bercadar yang saat itu mengenakan gamis putih dengan motif bunga-bunga serta hijab & cadar berwarna biru muda itu semakin tak berdaya. Padahal dirinya cuma baru ditusuk saja. Ia belum merasakan genjotan dari pembantu tuanya. Namun itu sudah cukup untuk membuatnya lemas tak berdaya. Apalagi saat pria tua itu kembali menusukkan penisnya hingga penis hitam itu semakin terbenam di dalam vaginanya.
“Cukup pak..” desah Nayla sampai ngos-ngosan.
“Enak?”.
“Cukup pak.. aku mohon”
“okelah” Ucap pak Urip menuruti.
Ditariknya lagi penis besarnya secara perlahan yang gesekannya memberikan kenikmatan bagi pemilik goa sempit itu.
Nayla menggelinjang.
Saat ujung gundulnya nyaris terlepas dari goa kenikmatan itu. Tiba-tiba pak Urip menghantamkan pinggulnya hingga kembali mentok ke dalam rahim akhwat bercadar itu.
“Paak!!”
Mata Nayla berkunang-kunang. Vaginanya semakin basah setelah ditusuk oleh tongkat sakti milik pembantunya.
Tiba-tiba pak Urip menarik keluar penisnya hingga terbebas dari dalam rahim sempit itu. Nampak penis hitamnya sangat basah.
“Itu pembukaan dariku non.. Duh sayang waktu kita sempit banget.. Kalau kita cuma berdua pasti sudah aku pejuhi lagi.. Hakhakhak” Tawa pak Urip sambil mengelap penisnya dengan gamis Nayla.
Pak Urip pun memasukan penis itu lagi ke dalam resleting celananya. Ia lalu memasukan vibrator lagi ke dalam vaginanya.
“Ini jangan lupa.. Dipake yah” Ucap pak Urip tersenyum.
“Mmmphh” desah Nayla dengan wajah memelas.
“Oh yah.. Coba cek.. Masih berfungsi kan?” Ucap pak Urip sambil menyalakan remot kontrolnya.
“Aaahh bapak..” Desah Nayla.
“Masih berfungsi ternyata.. Yaudah aku sibuk.. Lanjutkan kegiatanmu yah non” Ucap pak Urip sambil meninggalkan Nayla begitu saja.
Nayla tak percaya dengan apa yang sudah pembantunya itu lakukan. Ia sudah dipermainkan. Ia tak menyangka pak Urip memainkan nafsunya dengan begitu mudahnya.
Kakinya mendadak lemas hingga tak sanggup berdiri. Rasa gairah yang berapi-api perlahan kembali menguasai. Nafsunya telah memuncak. Ia pun ditinggalkan begitu saja saat lagi sange-sangenya.
“Hah.. Aku mmpphh” Lirih Nayla yang diam-diam butuh pemuas.
Nayla pun bingung harus berbuat apa. Dengan tertatih-tatih ia mencoba berdiri sambil memegangi tepi mobilnya. Setelah berdiri, ia pelan-pelan membuka pintu mobilnya lalu duduk di dalam sambil menunggu kedatangan suaminya.
“Mass.. Jangan masuk dulu yah” Ucap Nayla tak kuat lagi.
Tangannya lagi-lagi mengangkat gamisnya. Lalu pelan-pelan mengusapi vaginanya untuk melampiaskan nafsu yang tak sanggup ia tahan.
Tanpa sepengetahuan Nayla dari arah rumah sebelah. Terpantau pak Beni yang baru saja keluar dari dalam rumahnya melihat ada mobil Miftah yang sedang dinyalakan. Tepat saat itu ia melihat Nayla baru saja masuk ke dalam mobilnya. Meski ia tak melihat dengan jelas apa yang sedang Nayla lakukan di dalam. Ia merasa kalau Nayla pasti akan bepergian bersama suaminya.
Diam-diam ia ingin sekali mendekat untuk mengucapkan salam atau sekedar mengobrol dengannya. Ia ingin berbicara dengan Nayla untuk meredakan rasa rindunya. Tapi pandangan warga sekitar yang sudah terlanjur buruk kepadanya membuatnya harus mengurungkan niatnya. Pak Beni hanya bisa memperhatikan Nayla dari kejauhan. Hanya sebatas itu dirinya mampu menjaganya.
Untungnya tak lama kemudian terlihat Miftah mendekat lalu duduk di sebelah kursi pengemudi. Nampak di dalam siluet Nayla yang terkejut saat suaminya datang. Entah apa yang dipikirkan, Pak Beni merasa pasti Nayla baru saja terlelap lalu terbangun saat mendengar suara pintu mobil yang terbuka. Pak Beni tertawa lepas. Ia merasa lega setelah melihat dua pasangan suami istri itu memasuki mobil secara bersamaan.
“Aaahh.. mbak Naylaaa” Desah pak Tomi yang akhirnya berhasil mendapatkan orgasme ternikmatnya.
Crot.. Crot!!
Celana dalam Nayla dipenuhi sperma pak Tomi begitu banyak. Terlihat pak Tomi begitu lemas. Ia bahkan sampai terduduk sambil mengelap keringat di dahinya menggunakan beha Nayla.
“Hah.. Puas banget.. Beruntung banget bapak bisa ngentot memeknya.. Gak nyangka, ternyata mbak Nayla ini entotable juga.. Tau gini udah dari dulu aku ngantri buat genjot.. Dari dulu loh aku nafsu ke mbak hehehe” Ucap pak Tomi.
“Jelas.. Lonteku ini.. Eh, majikanku ini emang sangean orangnya.. Aku aja kewalahan tiap kali non Nayla minta digenjot kontolku” Ucap pak Urip.
“Aku!” Ucap Nayla.
“Iya kan sayang” pak Urip sambil menampar bokong Nayla lagi.
Plakk!
“Aaahh” suara Nayla dengan manja.
== X=X=X ==
“Tolong jangan permalukan aku lagi pak.. Jangan juga melakukannya di tempat umum.. Aku gak mau orang-orang melihatku sebagai wanita rendahan” Pinta Nayla pada pak Urip.
“Kenyataannya non emang cewek rendahan. Coba pikir-pikir lagi, siapa yang minta digenjot disana? Hayoo!” Ucap pak Urip.
“Aku tahu, tapi tolong” Pinta Nayla yang hanya membuat pak Urip tertawa.
“Sudah jangan banyak protes.. Nikmati aja semuanya.. Sekarang non istirahat aja biar besok non masih punya tenaga untuk kontolku.. Nih pegang! Jangan sampai hilang!” Ucap pak Urip sambil memberikan vibratornya ke Nayla.
besok selama liburan. Ia berharap bisa dekat-dekat dengan suaminya agar pak Urip tidak memiliki kesempatan untuk menganggu dirinya.
Tapi masalahnya dengan benda ini, bagaimana nanti kalau suaminya melihatnya terangsang ketika benda ini bergetar! Ia pasti akan merasa malu. Ia jadi teringat perbuatannya saat terangsang di warung pak Tomi tadi.
Semoga besok aku akan baik-baik aja? Batin Nayla sambil mengangkat wajahnya tuk menatap bulan purnama.
=== X=X=X ===
Hari liburan, sekitaran jam delapan pagi.
Terlihat sebuah mobil sedang dipanaskan. Mesin mobil itu sudah menyala sedangkan di dalamnya terdapat barang-barang yang akan dibawa. Nayla sebenarnya tak tahu mau berlibur kemana? Tapi ia manut saja dan mengikuti apa yang sudah direncakana oleh suaminya.
“Dek, tikarnya ada di sebelah mana yah?” Tanya Miftah pada istrinya yang tengah sibuk memasukkan barang ke bagasi.
“Eh bukannya di kamar ada mas?” Jawab Nayla.
“Gak ada dek, apa keselip di gudang yah?”
“Eh bakalan kotor dong.. Banyak debunya loh mas” balas Nayla.
“Makanya, biar mas cari di kamar lagi” Ucap Miftah kembali pergi.
“Huft dasar.. Sukanya mendadak terus sih” Ketus Nayla menyikapi sikap suaminya.
Nayla kembali menata barang yang akan ia masukan ke bagasi. Koper-koper berisi pakaian juga tas-tas kecil berisi jajanan serta snack selama perjalanan telah ia masukan ke dalam bagasi. Ia merasa barang-barang yang akan mereka bawa sudah cukup untuk perjalanan selama dua hari.
Ketika sedang asyik-asyiknya menata barang. Tiba-tiba ia merasakan adanya sentuhan di bokongnya.
“Eh.. Lepaskan, pak” Ucap Nayla.
“Hakhakhak.. Pagi-pagi udah wangi aja nih.. Gimana? Udah dipake?” Tanya pak Urip tanpa berbasa-basi lagi.
“Sudah” Jawab Nayla.
“Masa? Coba aku cek” Ucap Pak Urip sambil meraba-raba vagina Nayla.
“bapak.. Aku udah bilang udah ya udah..” Ucap Nayla risih.
“Hakhakhak.. Angkat gamisnya sekarang.. Aku mau lihat sendiri” Ucap pak Urip kekeh.
Padahal tadi tangannya sudah merasakan tonjolan aneh di vagina Nayla. Tapi ia masih ingin mengeceknya dengan menggunakan kedua matanya sekalian bisa melihat pemandangan indah yang ada di balik celana dalam majikan alimnya itu.
“Tapi pak.. Ini di..”
“Mau aku angkat paksa gamis non?” Ancam pak Urip.
Nayla tak mempunyai pilihan. Matanya melihat sekitar untuk memeriksa keadaan. Ia juga menatap ke arah pintu rumahnya yang terbuka khawatir suaminya akan datang dan memergokinya. Pelan-pelan ia mulai menarik roknya.
“Buka CDnya?” Ucap pak Urip.
Nayla terpaksa melakukannya. Ia pun menurunkan CDnya sampai ke lutut hingga nampaklah suatu benda yang menyumpal vaginanya.
“Bagus.. non sudah memakainya” Ucap pak Urip tampak bangga.
“Sudah kan pak?” Ucap Nayla hendak menaikan CDnya.
“Eh tunggu dulu!” Ucap pak Urip menahannya.
Pak Urip melepas vibrator itu pelan-pelan. Wajah mendekat lalu menghirup aroma dari vagina Nayla. Tercium aroma nikmat yang membuatnya selalu ingin menusukkan lubang sempit itu lagi menggunakan batang penisnya. Lidahnya kemudian keluar lalu menjilati bibir vagina Nayla.
“Aaahh paaak” desah Nayla dengan manja sambil menahan kepala pembantunya agar tidak lebih dekat lagi.
“Ayo desah lagi” Ucap pak Urip sambil menjilati lubang vaginanya yang membuat akhwat bercadar itu merinding nikmat.
“Aaahh bapak.. Jangan” desah Nayla menggelinjang.
Jemari pak Urip yang gemas ikut masuk untuk mengorek-ngorek liang senggama milik majikannya itu. Terdengar suara desahan yang membuat pak Urip ketagihan untuk melakukannya. Ia pun terus mengoreknya. Ia tersenyum senang tiap kali pemilik dari goa itu menjerit dengan penuh kenikmatan.
“pak.. Aaahh hentikan..”
“sial jariku gak sampe.. Coba pake benda laen ah” Ucap pak Urip berdiri tegak lalu tiba-tiba menurunkan resleting celananya.
Sontak mata Nayla terbuka lebar. Kontol besar berwarna hitam, tegak, keras, telah keluar dari dalam resleting itu.
“Pak.. Ini masih pagi pak.. ada suamiku..” Nayla panik.
“Tenang, gak bakalan ngentot non sekarang kok.. Aku cuma mau cek ombak aja” Ucap pak Urip sambil memegangi kedua paha Nayla lalu menariknya untuk memposisikan lubang vagina majikannya itu berada tepat dihadapan penis hitamnya.
“Cek ombak.. Maksudnya?” Tanya Nayla merinding melihat benda hitam itu sudah bersiap meluncur ke dalam vaginanya.
“Maksudnya ya kaya gini..? Hekgghh?!” pak Urip menusukkan penisnya ke memek Nayla.
“Aaahh mmpphhh” desah Nayla yang nyaris menjerit keras, namun ditahan oleh kedua tangannya sendiri menutupi mulutnya. Nayla memejam nikmat. Ia terkejut pembantunya itu benar-benar membenamkan penisnya ke dalam vagina dirinya.
“Aaahh nikmatnya.. Coba lagi.. Hennkgghhh!!” Desah pak Urip kembali mendorong pinggulnya.
“Aaahh.. tolong pak.. Mmmphh” Nayla sampai menggelinjang.
Akhwat bercadar yang saat itu mengenakan gamis putih dengan motif bunga-bunga serta hijab & cadar berwarna biru muda itu semakin tak berdaya. Padahal dirinya cuma baru ditusuk saja. Ia belum merasakan genjotan dari pembantu tuanya. Namun itu sudah cukup untuk membuatnya lemas tak berdaya. Apalagi saat pria tua itu kembali menusukkan penisnya hingga penis hitam itu semakin terbenam di dalam vaginanya.
“Cukup pak..” desah Nayla sampai ngos-ngosan.
“Enak?”.
“Cukup pak.. aku mohon”
“okelah” Ucap pak Urip menuruti.
Ditariknya lagi penis besarnya secara perlahan yang gesekannya memberikan kenikmatan bagi pemilik goa sempit itu.
Nayla menggelinjang.
Saat ujung gundulnya nyaris terlepas dari goa kenikmatan itu. Tiba-tiba pak Urip menghantamkan pinggulnya hingga kembali mentok ke dalam rahim akhwat bercadar itu.
“Paak!!”
Mata Nayla berkunang-kunang. Vaginanya semakin basah setelah ditusuk oleh tongkat sakti milik pembantunya.
Tiba-tiba pak Urip menarik keluar penisnya hingga terbebas dari dalam rahim sempit itu. Nampak penis hitamnya sangat basah.
“Itu pembukaan dariku non.. Duh sayang waktu kita sempit banget.. Kalau kita cuma berdua pasti sudah aku pejuhi lagi.. Hakhakhak” Tawa pak Urip sambil mengelap penisnya dengan gamis Nayla.
Pak Urip pun memasukan penis itu lagi ke dalam resleting celananya. Ia lalu memasukan vibrator lagi ke dalam vaginanya.
“Ini jangan lupa.. Dipake yah” Ucap pak Urip tersenyum.
“Mmmphh” desah Nayla dengan wajah memelas.
“Oh yah.. Coba cek.. Masih berfungsi kan?” Ucap pak Urip sambil menyalakan remot kontrolnya.
“Aaahh bapak..” Desah Nayla.
“Masih berfungsi ternyata.. Yaudah aku sibuk.. Lanjutkan kegiatanmu yah non” Ucap pak Urip sambil meninggalkan Nayla begitu saja.
Nayla tak percaya dengan apa yang sudah pembantunya itu lakukan. Ia sudah dipermainkan. Ia tak menyangka pak Urip memainkan nafsunya dengan begitu mudahnya.
Kakinya mendadak lemas hingga tak sanggup berdiri. Rasa gairah yang berapi-api perlahan kembali menguasai. Nafsunya telah memuncak. Ia pun ditinggalkan begitu saja saat lagi sange-sangenya.
“Hah.. Aku mmpphh” Lirih Nayla yang diam-diam butuh pemuas.
Nayla pun bingung harus berbuat apa. Dengan tertatih-tatih ia mencoba berdiri sambil memegangi tepi mobilnya. Setelah berdiri, ia pelan-pelan membuka pintu mobilnya lalu duduk di dalam sambil menunggu kedatangan suaminya.
“Mass.. Jangan masuk dulu yah” Ucap Nayla tak kuat lagi.
Tangannya lagi-lagi mengangkat gamisnya. Lalu pelan-pelan mengusapi vaginanya untuk melampiaskan nafsu yang tak sanggup ia tahan.
Tanpa sepengetahuan Nayla dari arah rumah sebelah. Terpantau pak Beni yang baru saja keluar dari dalam rumahnya melihat ada mobil Miftah yang sedang dinyalakan. Tepat saat itu ia melihat Nayla baru saja masuk ke dalam mobilnya. Meski ia tak melihat dengan jelas apa yang sedang Nayla lakukan di dalam. Ia merasa kalau Nayla pasti akan bepergian bersama suaminya.
Diam-diam ia ingin sekali mendekat untuk mengucapkan salam atau sekedar mengobrol dengannya. Ia ingin berbicara dengan Nayla untuk meredakan rasa rindunya. Tapi pandangan warga sekitar yang sudah terlanjur buruk kepadanya membuatnya harus mengurungkan niatnya. Pak Beni hanya bisa memperhatikan Nayla dari kejauhan. Hanya sebatas itu dirinya mampu menjaganya.
Untungnya tak lama kemudian terlihat Miftah mendekat lalu duduk di sebelah kursi pengemudi. Nampak di dalam siluet Nayla yang terkejut saat suaminya datang. Entah apa yang dipikirkan, Pak Beni merasa pasti Nayla baru saja terlelap lalu terbangun saat mendengar suara pintu mobil yang terbuka. Pak Beni tertawa lepas. Ia merasa lega setelah melihat dua pasangan suami istri itu memasuki mobil secara bersamaan.
“Syukurlah.. Kayaknya mereka mau pergi liburan.. Mumpung tanggal merah juga kan? Setidaknya mbak Nayla bisa berekreasi tanpa adanya gangguan dari pak Urip.. Selamat bersenang-senang yah mbak” Ucap pak Beni tersenyum.
Tak lupa ia juga mendoakan Nayla agar bisa lebih fresh saat berlibur bersama suaminya. Ia pun lekas masuk ke rumahnya setelah itu.
Namun baru saja pak Beni masuk ke dalam rumah. Terlihatlah pak Urip yang membuka pintu mobil untuk duduk di kursi pengemudi. Pak Urip kemudian duduk sambil memegangi setir mobil majikannya. Wajahnya tersenyum senang. Matanya pun menatap ke arah spion tengah untuk menatap wajah indah Nayla yang sedang tersiksa. Nampak Nayla membuang wajahnya ke samping. Tatapannya terlihat seperti ada yang mengganjal sambil melihat ke arah jendela luar.
“Oh yah pak, emangnya jalan ke puncak lagi gak ramai yah?” Ucap pak Urip membocorkan lokasi liburan mereka.
“Loh pak, kok dikasih tau.. Harusnya rahasia aja pak biar surprise.. Tapi udah terlanjur gini ya udah hahaha.. Harusnya sih agak ramai makanya ayo kita harus cepat” jawab Miftah santai.
Nayla pun jadi tahu kalau mereka akan berlibur ke puncak. Nayla pun merasa lega. Setidaknya disana ia bisa menghirup udara segara sambil menetralisir pikirannya yang sedang kotor-kotornya. Seketika ia teringat sesuatu yang membuatnya segera membuka tasnya.
“Oh yah, obatnya” Lirih Nayla dengan sangat pelan.
Ia pun buru-buru membuka tutup botolnya lalu menenggak air ramuan itu. Diam-diam pak Urip tersenyum saat melihat Nayla sedang minum. Ia pun merogoh saku kemejanya dan memegangi remot kontrolnya. Ia sangat tak sabar untuk bermain-main dengan bidadari pemuasnya itu. Ia pun tersenyum kegirangan. Ia menatap kaca spion tengah lalu mulai menjalankan mobilnya.
Silahkan istirahat dulu yah non.. Nanti kalau kita udah deket.. Kita bakalan main-main lagi.. Hakhakhak.. Batin pak Urip.
*-*-*-*
Beberapa jam kemudian di lingkungan sekitar rumah Nayla. Terlihat sebuah motor mendekat. Motor itu memperlambat kecepatannya. Saat motor itu tiba di depan pintu gerbang rumah Nayla, motor itu berhenti. Akhwat yang menungganginya melongok ke dalam untuk melihat keadaan.
“Kok sepi yah? Kayaknya gak ada orang sama sekali deh” Ucapnya sambil melihat sekitaran halaman rumah Nayla.
Terlihat pintu tertutup rapat. Terlihat garasi rumah juga tertutup rapat. Bahkan pintu gerbang masuk ke halaman rumah juga tertutup rapat. Akhwat itu merasa ada yang aneh. Padahal biasanya pintu akan dibuka, setidaknya pintu gerbang rumah akan dibuka.
“Apa jangan-jangan mbak Nayla sedang pergi yah? Hmm apa lagi kan sekarang tanggal merah” Ucap akhwat cantik bernama Putri itu.
Putri pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya. Ia pun segera pergi menuju tempat yang ingin ia datangi sejak awal. Ia melajukan motornya sejenak lalu tiba-tiba membelokkannya ke arah kanan menuju sebuah rumah. Ya, rumah yang letaknya berada tepat di sebelah kanan rumah Nayla. Rumah yang dihuni seorang pria tua yang kesehariannya bekerja sebagai tukang sapu jalanan.
Tok.. Tok.. Tok..
“ass*l*mual*ikum” Ucap Putri setelah mengetuk pintu rumahnya.
Tak berselang lama, pintu dibuka. Muncullah seorang pria tua yang sedang bertelanjang dada menyisakan celana kolornya saja. Putri pun terkejut saat pertama kali melihatnya. Reflek tangannya ia angkat untuk menutupi wajah cantiknya. Demikian juga dengan pak Beni, ia tak menyangka bahwa wanita yang baru saja ia jadikan bahan coli kemarin tiba-tiba datang ke rumahnya.
“Aaahh bapak.. Kok gak pake baju” Ucap Putri terkejut.
“Ehhh mbak Putri.. Maaf aku gak tau mbak yang dateng.. Silahkan masuk dulu.. Aku mau pake baju sebentar” Ucap pak Beni mempersilahkan masuk lalu ngeluyur pergi untuk mengambil kaus santainya.
Putri pun berjalan masuk kemudian berdiri di tempat sambil memperhatikan keadaan ruang tamunya. Cukup lama Putri berdiri disana sebelum pak Beni datang setelah mengenakan kausnya.
“Silahkan duduk mbak” Ucap pak Beni mempersilahkan Putri dengan sopan.
“Makasih” Jawab Putri sambil tersenyum.
Pak Beni memperhatikan penampilan akhwat yang baru saja menjadi wanita dewasa di depannya.
Dengan gamis berwarna cream yang dikenakan oleh Putri. Dengan hijab yang memiliki warna serupa dengan gamis yang dikenakan olehnya. Juga masker serta tas yang melengkapi asesoris yang dipakai olehnya. Putri terlihat cantik. Penampilannya juga modis. Pakaiannya terlihat bergaya. Tatapan matanya begitu mempesona. Diam-diam pak Beni pun jatuh hati kepadanya.
“Eehhemm anu.. Mbak sehat? Udah gapapaa kan?” Tanya pak Beni berbasa-basi.
“Alh*md*l*ll*h pak.. Aku udah mendingan.. Udah gak terlalu sakit, aku juga udah bisa berjalan kok” Jawab Putri dengan lembut.
Terlihat tatapannya yang malu-malu. Jemarinya terlihat gelisah karena selalu meremas-remas jemari lainnya saat diajak mengobrol dengan pak Beni.
“Ehhmm emang ada keperluan apa yah mbak kemari?” Tanya pak Beni penasaran.
“Hehe enggak.. Eh iya itu mbak Nayla pergi yah? Kok rumahnya sepi” Jawab Putri yang tidak langsung mengungkapkan alasan kedatangannya.
“Iya mbak.. Tadi sih aku lihat mbak Nayla sama suaminya kayak mau liburan gitu.. Mereka pergi naik mobil.. Tadi juga aku ngeliat ada koper di dalam mobilnya.. Kurang tau sih mau kemana tapi ya setidaknya itu baik lah buat mbak Nayla sendiri.. Setidaknya hari ini mbak Nayla bisa terbebas dari pak Urip” Ucap pak Beni tersenyum.
Mendengar nama pak Urip disebut membuat Putri langsung menunduk. Jujur nama itu masih membuatnya merasa kecewa. Nama itu masih membuatnya merasa trauma. Menyadari hal itu terjadi, pak Beni pun langsung meminta maaf kepadanya.
“Eh maaf mbak, bukan bermaksud apa-apa.. Maaf kalau aku malah membuat mbak teringat kejadian kemarin” Ucap pak Beni menyesal.
“Gapapa pak.. Bapak gak salah kok.. Aku aja yang masih belum move on dari kejadian itu.. Oh yah terima kasih yah kemarin bapak udah jagain aku.. Aku bersyukur banget bapak mau jagain aku selagi mbak Nayla pergi bekerja” Ucap Putri tersenyum.
“Itu bukan apa-apa kok mbak.. Lagipula aku enggak melakukan apa-apa kok kemarin.. Aku cuma menunggu di ruang tamu.. Aku ikut seneng denger kabar mbak yang gak kenapa-kenapa sekarang” Ucap Pak Beni yang membuat Putri tersenyum.
“Oh yah.. Mbak mau minum apa, biar aku buatkan?” Ucap pak Beni menyadari tak ada sesuatu untuk menyambut keadatangan bidadari bermasker itu.
“Eh gak usah pak.. Aku cuma sebentar kok disini.. Udah, gak perlu pak” Ucap Putri menolak halus.
“Udah gapapa.. Setidaknya mbak minum teh sebentar yah.. Bentar aku buatkan dulu” Ucap pak Beni memaksa.
Melihat tuan rumah yang sudah pergi membuat Putri tak bisa menolak lagi. Selagi pak Beni membuat minuman teh untuknya. Tiba-tiba ia teringat kejadian kemarin. Kejadian setelah dirinya diperkosa oleh pak Urip.
“Apa kubilang.. Pak Beni orangnya emang baik yah” Ucap Putri sambil memangku dagunya menggunakan telapak tangannya.
Sikunya ia sandarkan pada lututnya. Tubuhnya agak ditundukkan ke depan. Tatapannya terfokus ke arah tubuh kekar pak Beni yang sedang menyiapkah teh untuknya.
Ia teringat bagaimana perlakukan pria tua itu kemarin kepadanya. Ia ingat betul bagaimana pak Beni justru memberinya selimut setelah tubuh telanjangnya terungkap setelah diperkosa pak Urip. Menurutnya, itu merupakan perbuatan yang jantan dari seorang pria. Alih-alih mengikuti jejak pak Urip dengan memperkosa dirinya. Pak Beni malah menutupi tubuhnya yang membuat sebagian auratnya kembali tersingkap. Lalu ia teringat bagaimana cara pak Beni saat menggendongnya menuju rumah ini.
Saat itu, dengan malu-malu ia menatap wajah pak Beni saat menggendong dirinya. Terlihat aura kebapakan yang membuat Putri merasa aman & nyaman saat berada disisinya. Pak Beni pun menggendong tubuhnya dengan mudah dan membawanya menuju rumahnya.
Disana Putri dijaga hampir seharian olehnya. Ketika ia membutuhkan sesuatu, pak Beni dengan sigap datang untuk memenuhi kebutuhannya. Ketika ia menginginkan ini dan itu. Pak Beni dengan sigap memenuhi hajatnya. Bahkan saat Putri ingin pergi ke kamar mandi, Pak Beni dengan sigap membantunya berjalan dan mengantarnya menuju ke kamar mandi. Jujur cara pak Beni dalam merawatnya membuat Putri merasa kenyamanan pada dirinya. Putri merasa seperti sudah mengenal pak Beni sejak lama.
“Kok jadi deg-degan yah” Ucap Putri dengan lirih lalu menegakkan tubuhnya kembali.
“Ini tehnya buat mbak” Ucap pak Beni sopan.
“Makasih” Ucap Putri sambil memegangi telinga cangkir itu.
“Oh yah.. Mbak Putri gak liburan juga.. Bukannya hari ini libur?” Tanya pak Beni.
“Enggak pak.. Aku sekarang tinggal di kontrakan sendiri.. Aku juga masih kuliah jadi ya agak susah mau kemana-mana.. Belum lagi kemarin.. “ Ucap Putri sambil tersenyum sedih.
“Eh udah gak usah diceritain.. Aku paham kok perasaan mbak” Ucap pak Beni yang membuat Putri tersenyum.
“Bapak sendiri gak liburan?” Tanya Putri gentian.
“Hehe liburan kemana mbak.. Aku juga gak punya siapa-siapa.. Istri gak ada.. Anak apalagi.. Mau pulang ke rumah ortu juga ngapain.. Jauh, mending disini aja yakan” Ucap pak Beni tersenyum.
“Eh masa.. Bapak belum nikah? Kirain bapak merantau kesini ninggalin keluarga di kampung sana” Ucap Putri terkejut.
“Hehe seperti yang aku katakan tadi mbak.. Istri gak ada.. Anak apalagi hahaha.. Udah nasibku kayaknya” Jawab Pak Beni menertawakan nasib hidupnya yang masih begini-begini saja.
“Ehhh bukannya gak ada.. Tapi belum ada.. Bapak pasti bisa nikah kok” Ucap Putri menyemangati.
“Hehe makasih.. Walau gak tau sama siapa nanti hahahah” Tawa pak Beni malu saat mengingat usianya yang sudah tua tapi masih betah menjomblo saja.
“Pasti ada kok.. Pasti” Jawab Putri sambil memperhatikan wajah pak Beni yang sedang tertawa.
Mereka pun terus mengobrol saat itu untuk mengakrabkan diri. Mereka jadi lebih mengenal satu sama lain. Tak jarang mereka berdua tertawa bersama. Tak jarang hanya Putri yang tertawa ataupun pak Beni yang tertawa. Putri pun merasa seperti sedang mengobrol dengan teman ayahnya saja. Pak Beni rupanya cukup asyik juga untuk diajak berbicara.
Putri pun memperhatikan. Terdengar suara pak Beni cukup jantan. Bahkan tingkah lakunya cukup sopan. Entah kenapa semakin lama ia mengobrol dengan pak Beni membuat jantungnya semakin berdebar kencang. Diam-diam ia memperhatikan tubuh pak Beni yang cukup kekar. Meski tubuhnya tertutupi kaus bola berlogo Barcelona. Otot di lengannya sudah cukup untuk membuat Putri terpesona. Seketika ia teringat kejadian kemarin saat dijaga oleh pak Beni.
Saat tiduran di atas ranjang pak Beni. Diam-diam ia mendengar suara desahan dari arah luar kamar. Saat ia diam-diam berjalan melihat keadaan di luar, ia mendapati pak Beni sedang beronani sambil menyebutkan nama dirinya. Putri terkejut saat itu. Ia pun buru-buru kembali tiduran diatas ranjang seolah tidak terjadi apa-apa.
Alih-alih marah, ia justru kagum pada pilihan pak Beni saat kemarin. Padahal bisa saja pak Beni memperkosanya apalagi tidak ada orang lain selain diri mereka berdua saat itu. Tubuhnya juga sedang lemah. Pasti ia tidak mampu melawan andai kembali diperkosa oleh seseorang. Namun pak Beni lebih memilih untuk beronani saja.
Putri memaklumi. Apalagi pak Beni baru saja melihat tubuh telanjangnya. Putri pun semakin yakin bahwa pak Beni adalah seorang lelaki yang jantan. Ia bukan lelaki yang suka bertindak kasar. Sikapnya cenderung sopan. Sikapnya lemah lembut ketika bercengkrama dengan seorang perempuan. Putri pun tersenyum sambil memperhatikan wajah pak Beni saat pria tua itu sedang menceritakan sesuatu kepadanya. Memang terdengar aneh, tapi rasanya Putri telah jatuh cinta kepadanya.
“Hihihih” tawa Putri dengan lirih.
“Mbakk.. Mbakk kok ketawa sih?” Tanya pak Beni heran kepada Putri.
“Ehh enggak hihih.. Oh yah.. Bapak punya pulpen sama selembar kertas gak?” Tanya Putri mengejutkan pak Beni.
Tak lupa ia juga mendoakan Nayla agar bisa lebih fresh saat berlibur bersama suaminya. Ia pun lekas masuk ke rumahnya setelah itu.
Namun baru saja pak Beni masuk ke dalam rumah. Terlihatlah pak Urip yang membuka pintu mobil untuk duduk di kursi pengemudi. Pak Urip kemudian duduk sambil memegangi setir mobil majikannya. Wajahnya tersenyum senang. Matanya pun menatap ke arah spion tengah untuk menatap wajah indah Nayla yang sedang tersiksa. Nampak Nayla membuang wajahnya ke samping. Tatapannya terlihat seperti ada yang mengganjal sambil melihat ke arah jendela luar.
“Oh yah pak, emangnya jalan ke puncak lagi gak ramai yah?” Ucap pak Urip membocorkan lokasi liburan mereka.
“Loh pak, kok dikasih tau.. Harusnya rahasia aja pak biar surprise.. Tapi udah terlanjur gini ya udah hahaha.. Harusnya sih agak ramai makanya ayo kita harus cepat” jawab Miftah santai.
Nayla pun jadi tahu kalau mereka akan berlibur ke puncak. Nayla pun merasa lega. Setidaknya disana ia bisa menghirup udara segara sambil menetralisir pikirannya yang sedang kotor-kotornya. Seketika ia teringat sesuatu yang membuatnya segera membuka tasnya.
“Oh yah, obatnya” Lirih Nayla dengan sangat pelan.
Ia pun buru-buru membuka tutup botolnya lalu menenggak air ramuan itu. Diam-diam pak Urip tersenyum saat melihat Nayla sedang minum. Ia pun merogoh saku kemejanya dan memegangi remot kontrolnya. Ia sangat tak sabar untuk bermain-main dengan bidadari pemuasnya itu. Ia pun tersenyum kegirangan. Ia menatap kaca spion tengah lalu mulai menjalankan mobilnya.
Silahkan istirahat dulu yah non.. Nanti kalau kita udah deket.. Kita bakalan main-main lagi.. Hakhakhak.. Batin pak Urip.
*-*-*-*
Beberapa jam kemudian di lingkungan sekitar rumah Nayla. Terlihat sebuah motor mendekat. Motor itu memperlambat kecepatannya. Saat motor itu tiba di depan pintu gerbang rumah Nayla, motor itu berhenti. Akhwat yang menungganginya melongok ke dalam untuk melihat keadaan.
“Kok sepi yah? Kayaknya gak ada orang sama sekali deh” Ucapnya sambil melihat sekitaran halaman rumah Nayla.
Terlihat pintu tertutup rapat. Terlihat garasi rumah juga tertutup rapat. Bahkan pintu gerbang masuk ke halaman rumah juga tertutup rapat. Akhwat itu merasa ada yang aneh. Padahal biasanya pintu akan dibuka, setidaknya pintu gerbang rumah akan dibuka.
“Apa jangan-jangan mbak Nayla sedang pergi yah? Hmm apa lagi kan sekarang tanggal merah” Ucap akhwat cantik bernama Putri itu.
Putri pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya. Ia pun segera pergi menuju tempat yang ingin ia datangi sejak awal. Ia melajukan motornya sejenak lalu tiba-tiba membelokkannya ke arah kanan menuju sebuah rumah. Ya, rumah yang letaknya berada tepat di sebelah kanan rumah Nayla. Rumah yang dihuni seorang pria tua yang kesehariannya bekerja sebagai tukang sapu jalanan.
Tok.. Tok.. Tok..
“ass*l*mual*ikum” Ucap Putri setelah mengetuk pintu rumahnya.
Tak berselang lama, pintu dibuka. Muncullah seorang pria tua yang sedang bertelanjang dada menyisakan celana kolornya saja. Putri pun terkejut saat pertama kali melihatnya. Reflek tangannya ia angkat untuk menutupi wajah cantiknya. Demikian juga dengan pak Beni, ia tak menyangka bahwa wanita yang baru saja ia jadikan bahan coli kemarin tiba-tiba datang ke rumahnya.
“Aaahh bapak.. Kok gak pake baju” Ucap Putri terkejut.
“Ehhh mbak Putri.. Maaf aku gak tau mbak yang dateng.. Silahkan masuk dulu.. Aku mau pake baju sebentar” Ucap pak Beni mempersilahkan masuk lalu ngeluyur pergi untuk mengambil kaus santainya.
Putri pun berjalan masuk kemudian berdiri di tempat sambil memperhatikan keadaan ruang tamunya. Cukup lama Putri berdiri disana sebelum pak Beni datang setelah mengenakan kausnya.
“Silahkan duduk mbak” Ucap pak Beni mempersilahkan Putri dengan sopan.
“Makasih” Jawab Putri sambil tersenyum.
Pak Beni memperhatikan penampilan akhwat yang baru saja menjadi wanita dewasa di depannya.
Dengan gamis berwarna cream yang dikenakan oleh Putri. Dengan hijab yang memiliki warna serupa dengan gamis yang dikenakan olehnya. Juga masker serta tas yang melengkapi asesoris yang dipakai olehnya. Putri terlihat cantik. Penampilannya juga modis. Pakaiannya terlihat bergaya. Tatapan matanya begitu mempesona. Diam-diam pak Beni pun jatuh hati kepadanya.
“Eehhemm anu.. Mbak sehat? Udah gapapaa kan?” Tanya pak Beni berbasa-basi.
“Alh*md*l*ll*h pak.. Aku udah mendingan.. Udah gak terlalu sakit, aku juga udah bisa berjalan kok” Jawab Putri dengan lembut.
Terlihat tatapannya yang malu-malu. Jemarinya terlihat gelisah karena selalu meremas-remas jemari lainnya saat diajak mengobrol dengan pak Beni.
“Ehhmm emang ada keperluan apa yah mbak kemari?” Tanya pak Beni penasaran.
“Hehe enggak.. Eh iya itu mbak Nayla pergi yah? Kok rumahnya sepi” Jawab Putri yang tidak langsung mengungkapkan alasan kedatangannya.
“Iya mbak.. Tadi sih aku lihat mbak Nayla sama suaminya kayak mau liburan gitu.. Mereka pergi naik mobil.. Tadi juga aku ngeliat ada koper di dalam mobilnya.. Kurang tau sih mau kemana tapi ya setidaknya itu baik lah buat mbak Nayla sendiri.. Setidaknya hari ini mbak Nayla bisa terbebas dari pak Urip” Ucap pak Beni tersenyum.
Mendengar nama pak Urip disebut membuat Putri langsung menunduk. Jujur nama itu masih membuatnya merasa kecewa. Nama itu masih membuatnya merasa trauma. Menyadari hal itu terjadi, pak Beni pun langsung meminta maaf kepadanya.
“Eh maaf mbak, bukan bermaksud apa-apa.. Maaf kalau aku malah membuat mbak teringat kejadian kemarin” Ucap pak Beni menyesal.
“Gapapa pak.. Bapak gak salah kok.. Aku aja yang masih belum move on dari kejadian itu.. Oh yah terima kasih yah kemarin bapak udah jagain aku.. Aku bersyukur banget bapak mau jagain aku selagi mbak Nayla pergi bekerja” Ucap Putri tersenyum.
“Itu bukan apa-apa kok mbak.. Lagipula aku enggak melakukan apa-apa kok kemarin.. Aku cuma menunggu di ruang tamu.. Aku ikut seneng denger kabar mbak yang gak kenapa-kenapa sekarang” Ucap Pak Beni yang membuat Putri tersenyum.
“Oh yah.. Mbak mau minum apa, biar aku buatkan?” Ucap pak Beni menyadari tak ada sesuatu untuk menyambut keadatangan bidadari bermasker itu.
“Eh gak usah pak.. Aku cuma sebentar kok disini.. Udah, gak perlu pak” Ucap Putri menolak halus.
“Udah gapapa.. Setidaknya mbak minum teh sebentar yah.. Bentar aku buatkan dulu” Ucap pak Beni memaksa.
Melihat tuan rumah yang sudah pergi membuat Putri tak bisa menolak lagi. Selagi pak Beni membuat minuman teh untuknya. Tiba-tiba ia teringat kejadian kemarin. Kejadian setelah dirinya diperkosa oleh pak Urip.
“Apa kubilang.. Pak Beni orangnya emang baik yah” Ucap Putri sambil memangku dagunya menggunakan telapak tangannya.
Sikunya ia sandarkan pada lututnya. Tubuhnya agak ditundukkan ke depan. Tatapannya terfokus ke arah tubuh kekar pak Beni yang sedang menyiapkah teh untuknya.
Ia teringat bagaimana perlakukan pria tua itu kemarin kepadanya. Ia ingat betul bagaimana pak Beni justru memberinya selimut setelah tubuh telanjangnya terungkap setelah diperkosa pak Urip. Menurutnya, itu merupakan perbuatan yang jantan dari seorang pria. Alih-alih mengikuti jejak pak Urip dengan memperkosa dirinya. Pak Beni malah menutupi tubuhnya yang membuat sebagian auratnya kembali tersingkap. Lalu ia teringat bagaimana cara pak Beni saat menggendongnya menuju rumah ini.
Saat itu, dengan malu-malu ia menatap wajah pak Beni saat menggendong dirinya. Terlihat aura kebapakan yang membuat Putri merasa aman & nyaman saat berada disisinya. Pak Beni pun menggendong tubuhnya dengan mudah dan membawanya menuju rumahnya.
Disana Putri dijaga hampir seharian olehnya. Ketika ia membutuhkan sesuatu, pak Beni dengan sigap datang untuk memenuhi kebutuhannya. Ketika ia menginginkan ini dan itu. Pak Beni dengan sigap memenuhi hajatnya. Bahkan saat Putri ingin pergi ke kamar mandi, Pak Beni dengan sigap membantunya berjalan dan mengantarnya menuju ke kamar mandi. Jujur cara pak Beni dalam merawatnya membuat Putri merasa kenyamanan pada dirinya. Putri merasa seperti sudah mengenal pak Beni sejak lama.
“Kok jadi deg-degan yah” Ucap Putri dengan lirih lalu menegakkan tubuhnya kembali.
“Ini tehnya buat mbak” Ucap pak Beni sopan.
“Makasih” Ucap Putri sambil memegangi telinga cangkir itu.
“Oh yah.. Mbak Putri gak liburan juga.. Bukannya hari ini libur?” Tanya pak Beni.
“Enggak pak.. Aku sekarang tinggal di kontrakan sendiri.. Aku juga masih kuliah jadi ya agak susah mau kemana-mana.. Belum lagi kemarin.. “ Ucap Putri sambil tersenyum sedih.
“Eh udah gak usah diceritain.. Aku paham kok perasaan mbak” Ucap pak Beni yang membuat Putri tersenyum.
“Bapak sendiri gak liburan?” Tanya Putri gentian.
“Hehe liburan kemana mbak.. Aku juga gak punya siapa-siapa.. Istri gak ada.. Anak apalagi.. Mau pulang ke rumah ortu juga ngapain.. Jauh, mending disini aja yakan” Ucap pak Beni tersenyum.
“Eh masa.. Bapak belum nikah? Kirain bapak merantau kesini ninggalin keluarga di kampung sana” Ucap Putri terkejut.
“Hehe seperti yang aku katakan tadi mbak.. Istri gak ada.. Anak apalagi hahaha.. Udah nasibku kayaknya” Jawab Pak Beni menertawakan nasib hidupnya yang masih begini-begini saja.
“Ehhh bukannya gak ada.. Tapi belum ada.. Bapak pasti bisa nikah kok” Ucap Putri menyemangati.
“Hehe makasih.. Walau gak tau sama siapa nanti hahahah” Tawa pak Beni malu saat mengingat usianya yang sudah tua tapi masih betah menjomblo saja.
“Pasti ada kok.. Pasti” Jawab Putri sambil memperhatikan wajah pak Beni yang sedang tertawa.
Mereka pun terus mengobrol saat itu untuk mengakrabkan diri. Mereka jadi lebih mengenal satu sama lain. Tak jarang mereka berdua tertawa bersama. Tak jarang hanya Putri yang tertawa ataupun pak Beni yang tertawa. Putri pun merasa seperti sedang mengobrol dengan teman ayahnya saja. Pak Beni rupanya cukup asyik juga untuk diajak berbicara.
Putri pun memperhatikan. Terdengar suara pak Beni cukup jantan. Bahkan tingkah lakunya cukup sopan. Entah kenapa semakin lama ia mengobrol dengan pak Beni membuat jantungnya semakin berdebar kencang. Diam-diam ia memperhatikan tubuh pak Beni yang cukup kekar. Meski tubuhnya tertutupi kaus bola berlogo Barcelona. Otot di lengannya sudah cukup untuk membuat Putri terpesona. Seketika ia teringat kejadian kemarin saat dijaga oleh pak Beni.
Saat tiduran di atas ranjang pak Beni. Diam-diam ia mendengar suara desahan dari arah luar kamar. Saat ia diam-diam berjalan melihat keadaan di luar, ia mendapati pak Beni sedang beronani sambil menyebutkan nama dirinya. Putri terkejut saat itu. Ia pun buru-buru kembali tiduran diatas ranjang seolah tidak terjadi apa-apa.
Alih-alih marah, ia justru kagum pada pilihan pak Beni saat kemarin. Padahal bisa saja pak Beni memperkosanya apalagi tidak ada orang lain selain diri mereka berdua saat itu. Tubuhnya juga sedang lemah. Pasti ia tidak mampu melawan andai kembali diperkosa oleh seseorang. Namun pak Beni lebih memilih untuk beronani saja.
Putri memaklumi. Apalagi pak Beni baru saja melihat tubuh telanjangnya. Putri pun semakin yakin bahwa pak Beni adalah seorang lelaki yang jantan. Ia bukan lelaki yang suka bertindak kasar. Sikapnya cenderung sopan. Sikapnya lemah lembut ketika bercengkrama dengan seorang perempuan. Putri pun tersenyum sambil memperhatikan wajah pak Beni saat pria tua itu sedang menceritakan sesuatu kepadanya. Memang terdengar aneh, tapi rasanya Putri telah jatuh cinta kepadanya.
“Hihihih” tawa Putri dengan lirih.
“Mbakk.. Mbakk kok ketawa sih?” Tanya pak Beni heran kepada Putri.
“Ehh enggak hihih.. Oh yah.. Bapak punya pulpen sama selembar kertas gak?” Tanya Putri mengejutkan pak Beni.
“Eh buat apa? Kayaknya ada deh.. Bentar yah aku ambilkan” Jawab pak Beni dengan sopan.
Putri lagi-lagi tersenyum sambil memperhatikan sikapnya.
“Ini mbak” Ucap pak Beni setelah memberikan benda itu ke Putri.
Tiba-tiba Putri menuliskan beberapa angka disana. Putri juga memberikan tanda tangannya. Tak lupa ia juga menuliskan nama lengkapnya dibawah tanda tangan yang sudah ia bubuhkan disana.
“Ini nomor hape aku.. Tolong telpon balik ke aku yah biar bisa aku save” Ucap Putri malu-malu.
“Eh nomor mbak.. Kenapa mbak ngasih nomor hape mbak ke aku?” Tanya pak Beni heran.
“Gapapa.. Itung-itung aku bisa nanya ke bapak kalau aku mau ke rumah mbak Nayla untuk ngecek ada pak Urip apa enggak” Jawab Putri beralasan.
“Oh.. Kalau gitu aku telpon balik yah” Ucap Pak Beni sambil mengambil hapenya.
Seketika Putri tersenyum saat menerima panggilan dari pak Beni. Ia segera menyimpannya. Akhirnya ia mendapatkan tujuan dari perjalanannya hari ini. Dengan malu-malu ia berdiri. Ia tiba-tiba izin pamit dari rumah pak Beni.
“Aku mau pulang dulu yah pak.. Makasih untuk tehnya juga nomor teleponnya” Ucap Putri malu-malu.
“Eh iya bukan apa-apa kok mbak.. Hati-hati di jalan yah mbak” Ucap Pak Beni saat Putri hendak pergi.
“Iyya makasih” Ucap Putri reflek melambaikan tangan saat hendak keluar dari pintu rumah pak Beni.
Pak Beni pun membalasnya. Entah kenapa Putri semakin senang setelah mendapatkan balasan lambaian tangan dari pak Beni.
Pintu telah ditutup. Putri sudah keluar dari rumah pak Beni. Pak Beni seketika heran pada sikap Putri. Sikapnya sedikit aneh. Bahkan ia merasa kalau Putri sedari tadi terus menatap wajahnya sambil tersenyum.
“Hmm mbak Putri kenapa yah tadi? Gak tau ah” Ucap Pak Beni yang masih belum peka padahal Putri sudah memberikan banyak sinyal kalau ia menyukai dirinya.
“Ngomong-ngomong mbak Nayla lagi ngapain yah sekarang? Kangen deh.. Hah bisa-bisanya dari kemarin aku gak minta nomor hapenya.. Kok gak kepikiran yah? Kalau punya kan bisa tukeran kabar sekarang..” Ucap pak Beni.
Ia lalu memperhatikan display picture dari nomor whatsapp yang baru saja ia dapatkan. Terlihat wajah cantik Putri disana. Ia memperhatikan foto Putri cukup lama. Ia pun tiduran di sofa sambil memperhatikan DP WA itu terus.
“Mbak Putri gak kalah cantik juga yah dari mbak Nayla.. Sayang banget dia udah gak perawan lagi.. Sialan emang si Urip itu.. Hah kok aku jadi nafsu yah.. Kalau iseng aku ajak mbak Putri bercinta mau gak yah? Pasti mau kali yah.. Mbak Nayla aja mau kok masa mbak Putri enggak?” Ucap pak Beni sambil membelai penisnya saat menatap wajah cantik Putri.
PAK BENI
PUTRI
*-*-*-*
Kembali ke perjalanan liburan Nayla.
Sesuai dugaan, jalanan cukup macet saat itu. Di jalanan menanjak, banyak mobil yang tak bisa bergerak akibat padatnya mobil yang memenuhi jalanan.
Udara cukup panas. Banyak pengendara berkeringat yang akhirnya membuka kaca jendela untuk mencari angin segar. Sama halnya dengan mobil-mobil lainnya. Mobil yang dinaiki oleh Nayla juga demikian. Berulang kali Nayla melihat ke arah luar untuk menikmati pemandangan sekitar. Miftah sendiri tengah tertidur pulas. Sedangkan pak Urip sesekali memperhatikan Nayla dari kaca spion tengah lalu tersenyum penuh kepuasan.
“Non” Panggil pak Urip yang membuat Nayla menengok ke depan.
Seketika Nayla melihat benda tak asing yang sedang pak Urip pegang. Matanya membuka lebar. Sebuah kejutan kembali melanda saat benda yang berada di dalam vaginanya kembali bergetar merangsang birahinya.
“Mmmphh”
Tubuh Nayla mengejang. Punggungnya ia sandarkan pada sandaran kursi belakang. Matanya juga memejam. Namun suaranya ia tahan agar tidak terdengar oleh orang-orang sekitar.
“Bappaaakk.. Mmmphh” desah Nayla merasakan getaran yang cukup kuat di vaginanya.
“Hakhakhak.. Keenakan yah non? Yaudah nikmati aja yah.. Non bakal kayak gini terus kok sampe kita tiba di vila nanti” Ucap pak Urip mengejutkan Nayla.
“Pak.. tolong.. Mmmphh” desah Nayla kembali menekan vaginanya tuk menahan getaran yang semakin kuat.
“Ohhh kurang kuat yah.. Aku tambahin yah” Ucap pak Urip lalu menambah getaran vibratornya.
“Apa? Aaahh Mmmphh” desah Nayla yang telat menutupi mulutnya.
Terlihat suaminya hampir terbangun saat mendengar jeritan Nayla. Untungnya suaminya kembali tertidur. Namun getaran di vaginanya yang semakin kuat membuatnya semakin resah tak berdaya. Nayla gelisah.
Nayla mengerang dengan manja menahan siksaan penuh kepuasan yang ia dapatkan. Tubuhnya terus bersandar. Kedua kakinya tanpa sadar membuka lebar. Nafasnya semakin berat. Kedua tangannya pun meremasi dadanya juga memegangi vaginanya dari luar gamis yang dikenakannya.
“Pak hentiikkannn.. Tolong mmpphhh” desah Nayla berusaha terus bertahan.
“Kenapaaa sihhh? Masih belum kerasa yah?” Ucap pak Urip yang lagi-lagi menambah kekuatan getarannya.
“Apa? Bapak tollonggg.. Aaahh..” Jerit Nayla sekuat-kuatnya sambil menggoyangkan pinggulnya yang tak sanggup ia tahan.
Suaranya yang cukup keras kali ini membangunkan Miftah yang tertidur di kursi depan. Pak Urip panik, ia segera mematikan getarannya lalu berpura-pura fokus menyetir ke depan.
“Hah.. Hah..” Desah Nayla ngos-ngosan.
Dadanya sampai naik turun tak karuan. Punggung tangannya ia taruh di dahinya. Ia seperti baru saja berlari berjam-jam yang membuatnya terlihat begitu kelelahan.
“Dek.. Ada apa?” Tanya Miftah setengah tertidur saat mendengar jeritan istrinya.
“Gapapa pak.. Tenang aja.. Non Nayla tadi baru aja mimpi buruk kok.. Bapak tidur lagi aja” Ucap pak Urip tersenyum.
“Oalah? Gitu?” Ucap Miftah yang untungnya kembali tertidur.
Nayla yang masih ngos-ngosan hanya bisa menatap wajah pak Urip tak percaya. Bisa-bisanya pembantu tuanya itu berbohong dengan tenang seolah tak terjadi apa-apa. Nayla kesal. Ia begitu kelelahan. Tapi setidaknya ia bisa beristirahat saat vibrator itu tidak bergetar lagi di dalam vaginanya.
“Apa? Mmmphh.. bapak” Lirih Nayla sambil menatap kaca spion tengah ke arah wajah pembantunya.
“Hakhakhak” Tawa Pak Urip yang lagi-lagi menambah kekuatan vibratornya.
“Aaahh..” desah Nayla dengan lirih sambil meremasi kedua payudaranya karena tak tahan.
“Ya seperti itu non.. Ouhhh seksi sekali dirimu.. Ayo remas lagi.. Remas yang binall!” Lirih pak Urip memuji sikap Nayla saat sedang terangsang-terangsangnya.
“Aaahh.. pak tolong hentikaann.. Aaahh yaahhh.. Aaahh bapak” desah Nayla semakin binal saat meremas payudaranya sendiri.
Dua susu bulatnya jadi semakin gatal. Nayla berulang kali meremasnya juga menekan-nekan puting susunya dari luar. Terlihat wajah Nayla yang begitu bernafsu. Matanya memejam. Ia sangat menikmati getaran yang terus merangsang vaginanya. Nayla sudah seperti lonte binal yang sedang menggoda pria-pria yang berada di sekitarnya. Termasuk pengendara motor yang tak sengaja berada di samping mobil Nayla.
Dari luar kaca mobil yang sudah terbuka setengahnya. Terlihat pengendara motor itu terkejut melihat ada akhwat bercadar yang tengah meremasi dadanya sambil mengeluarkan suara desahan yang menggoda. Matanya pun tak bisa ia alihkan dari keindahan tubuh Nayla. Nayla benar-benar menggoda. Pengendara motor itu bahkan sampai memegangi penisnya saat melihat Nayla bahkan memasukan jemarinya sendiri ke dalam mulutnya.
“Gila.. Itu akhwat lagi sange berat kayaknya.. Baru tau akhwat bisa sebinal itu pas terangsang.. Emang bener apa kata orang, akhwat kalau lagi sangek emang gak ada lawannya” Lirih pengendara motor itu saat melihat aksi solo Nayla.
Untungnya mobil yang Nayla kendarai sudah bisa kembali berjalan. Diam-diam pengendara motor itu pun menghafal plat mobil yang tertulis di bagian belakang mobil Nayla.
“Dari ibukota rupanya, Jakarta emang gak pernah kehabisan stok cewek cantik” Ucap pengendara motor itu yang diam-diam mengikuti mobil yang Nayla naiki.
*-*-*-*
Sesampainya di dekat Vila yang sudah mereka sewa. Terlihat Nayla masih mendesah menahan getaran yang membuatnya menjadi semakin bergairah. Hampir selama satu jam terakhir dirinya disiksa oleh getaran yang juga memberinya sebuah kenikmatan. Getaran yang diterimanya cenderung pelan. Namun itu yang justru membuatnya semakin tersiksa. Pak Urip sengaja untuk tidak memberi Nayla kepuasan berupa orgasme sehingga hanya menyetel getaran itu dengan pelan.
Terlihat wajah Nayla yang begitu tak tahan. Terlihat mata Nayla yang begitu bernafsu setelah diberi kepuasan. Terlihat tubuh Nayla yang semakin gatal akan rasa dari belaian seorang pria. Nayla kembali ingin bercinta. Nafsunya telah merenggut akal sehat di pikirannya. Yang Nayla inginkan sekarang hanyalah kepuasan. Berulang kali ia ngos-ngosan tak karuan. Tangannya terus meraba dadanya bahkan masuk ke dalam rok gamisnya. Nayla tak kuat lagi. Ia ingin bercinta. Ia ingin kembali merasakan keperkasaan seorang pria.
“Akhirnya kita sampai juga pak” Ucap pak Urip yang membuat Miftah terbangun di sebelahnya.
Nayla yang masih bernafsu jadi kesulitan untuk menyembunyikan gairah birahinya. Ia pun mencoba untuk bersikap biasa saja sambil membuang pandangannya ke arah luar. Saat pandangannya melihat keluar, ia mendapati seorang pria tua yang mengenakan hoodie berwarna hitam juga celana jeans panjang yang tengah duduk di depan vila yang sudah mereka sewa.
“Eehh mas Miftah.. Akhirnya sampe juga.. Sudah aku tunggu-tunggu daritadi” Ucap pria tua itu yang seolah tengah menyambut kedatangannya.
“Hahaha pak Rudi, apa kabar?” Tanya Miftah yang baru saja keluar dari dalam mobilnya.
“Baik kok mas.. Mas Miftah sendiri gimana? Katanya liburan bareng sekeluarga yah?” Tanya Pak Rudi sambil melihat ke dalam mobil Miftah.
“Iyya.. Ini bareng pak Urip sama istriku.. Ayo dek sini keluar” Ucap Miftah meminta Nayla tuk keluar.
“Ehhh bapak.. Apa kabar hakhakhak” Tawa pak Urip yang terlihat akrab saat baru saja keluar dari kursi kemudinya.
“Eh pak Urip.. Masih keliatan muda aja nih.. Gak ada yang berubah” Canda pak Rudi.
“Hakhakhak.. Maklum lah bahagia terus kerja di rumah pak Miftah” Ucap Pak Urip yang langsung menjabat tangan pak Rudi.
“Oh yah pak Rudi, kenalin.. Ini istri saya.. Nayla namanya” Ucap Miftah mengenalkan Nayla kepada pak Rudi.
Putri lagi-lagi tersenyum sambil memperhatikan sikapnya.
“Ini mbak” Ucap pak Beni setelah memberikan benda itu ke Putri.
Tiba-tiba Putri menuliskan beberapa angka disana. Putri juga memberikan tanda tangannya. Tak lupa ia juga menuliskan nama lengkapnya dibawah tanda tangan yang sudah ia bubuhkan disana.
“Ini nomor hape aku.. Tolong telpon balik ke aku yah biar bisa aku save” Ucap Putri malu-malu.
“Eh nomor mbak.. Kenapa mbak ngasih nomor hape mbak ke aku?” Tanya pak Beni heran.
“Gapapa.. Itung-itung aku bisa nanya ke bapak kalau aku mau ke rumah mbak Nayla untuk ngecek ada pak Urip apa enggak” Jawab Putri beralasan.
“Oh.. Kalau gitu aku telpon balik yah” Ucap Pak Beni sambil mengambil hapenya.
Seketika Putri tersenyum saat menerima panggilan dari pak Beni. Ia segera menyimpannya. Akhirnya ia mendapatkan tujuan dari perjalanannya hari ini. Dengan malu-malu ia berdiri. Ia tiba-tiba izin pamit dari rumah pak Beni.
“Aku mau pulang dulu yah pak.. Makasih untuk tehnya juga nomor teleponnya” Ucap Putri malu-malu.
“Eh iya bukan apa-apa kok mbak.. Hati-hati di jalan yah mbak” Ucap Pak Beni saat Putri hendak pergi.
“Iyya makasih” Ucap Putri reflek melambaikan tangan saat hendak keluar dari pintu rumah pak Beni.
Pak Beni pun membalasnya. Entah kenapa Putri semakin senang setelah mendapatkan balasan lambaian tangan dari pak Beni.
Pintu telah ditutup. Putri sudah keluar dari rumah pak Beni. Pak Beni seketika heran pada sikap Putri. Sikapnya sedikit aneh. Bahkan ia merasa kalau Putri sedari tadi terus menatap wajahnya sambil tersenyum.
“Hmm mbak Putri kenapa yah tadi? Gak tau ah” Ucap Pak Beni yang masih belum peka padahal Putri sudah memberikan banyak sinyal kalau ia menyukai dirinya.
“Ngomong-ngomong mbak Nayla lagi ngapain yah sekarang? Kangen deh.. Hah bisa-bisanya dari kemarin aku gak minta nomor hapenya.. Kok gak kepikiran yah? Kalau punya kan bisa tukeran kabar sekarang..” Ucap pak Beni.
Ia lalu memperhatikan display picture dari nomor whatsapp yang baru saja ia dapatkan. Terlihat wajah cantik Putri disana. Ia memperhatikan foto Putri cukup lama. Ia pun tiduran di sofa sambil memperhatikan DP WA itu terus.
“Mbak Putri gak kalah cantik juga yah dari mbak Nayla.. Sayang banget dia udah gak perawan lagi.. Sialan emang si Urip itu.. Hah kok aku jadi nafsu yah.. Kalau iseng aku ajak mbak Putri bercinta mau gak yah? Pasti mau kali yah.. Mbak Nayla aja mau kok masa mbak Putri enggak?” Ucap pak Beni sambil membelai penisnya saat menatap wajah cantik Putri.
PAK BENI
PUTRI
*-*-*-*
Kembali ke perjalanan liburan Nayla.
Sesuai dugaan, jalanan cukup macet saat itu. Di jalanan menanjak, banyak mobil yang tak bisa bergerak akibat padatnya mobil yang memenuhi jalanan.
Udara cukup panas. Banyak pengendara berkeringat yang akhirnya membuka kaca jendela untuk mencari angin segar. Sama halnya dengan mobil-mobil lainnya. Mobil yang dinaiki oleh Nayla juga demikian. Berulang kali Nayla melihat ke arah luar untuk menikmati pemandangan sekitar. Miftah sendiri tengah tertidur pulas. Sedangkan pak Urip sesekali memperhatikan Nayla dari kaca spion tengah lalu tersenyum penuh kepuasan.
“Non” Panggil pak Urip yang membuat Nayla menengok ke depan.
Seketika Nayla melihat benda tak asing yang sedang pak Urip pegang. Matanya membuka lebar. Sebuah kejutan kembali melanda saat benda yang berada di dalam vaginanya kembali bergetar merangsang birahinya.
“Mmmphh”
Tubuh Nayla mengejang. Punggungnya ia sandarkan pada sandaran kursi belakang. Matanya juga memejam. Namun suaranya ia tahan agar tidak terdengar oleh orang-orang sekitar.
“Bappaaakk.. Mmmphh” desah Nayla merasakan getaran yang cukup kuat di vaginanya.
“Hakhakhak.. Keenakan yah non? Yaudah nikmati aja yah.. Non bakal kayak gini terus kok sampe kita tiba di vila nanti” Ucap pak Urip mengejutkan Nayla.
“Pak.. tolong.. Mmmphh” desah Nayla kembali menekan vaginanya tuk menahan getaran yang semakin kuat.
“Ohhh kurang kuat yah.. Aku tambahin yah” Ucap pak Urip lalu menambah getaran vibratornya.
“Apa? Aaahh Mmmphh” desah Nayla yang telat menutupi mulutnya.
Terlihat suaminya hampir terbangun saat mendengar jeritan Nayla. Untungnya suaminya kembali tertidur. Namun getaran di vaginanya yang semakin kuat membuatnya semakin resah tak berdaya. Nayla gelisah.
Nayla mengerang dengan manja menahan siksaan penuh kepuasan yang ia dapatkan. Tubuhnya terus bersandar. Kedua kakinya tanpa sadar membuka lebar. Nafasnya semakin berat. Kedua tangannya pun meremasi dadanya juga memegangi vaginanya dari luar gamis yang dikenakannya.
“Pak hentiikkannn.. Tolong mmpphhh” desah Nayla berusaha terus bertahan.
“Kenapaaa sihhh? Masih belum kerasa yah?” Ucap pak Urip yang lagi-lagi menambah kekuatan getarannya.
“Apa? Bapak tollonggg.. Aaahh..” Jerit Nayla sekuat-kuatnya sambil menggoyangkan pinggulnya yang tak sanggup ia tahan.
Suaranya yang cukup keras kali ini membangunkan Miftah yang tertidur di kursi depan. Pak Urip panik, ia segera mematikan getarannya lalu berpura-pura fokus menyetir ke depan.
“Hah.. Hah..” Desah Nayla ngos-ngosan.
Dadanya sampai naik turun tak karuan. Punggung tangannya ia taruh di dahinya. Ia seperti baru saja berlari berjam-jam yang membuatnya terlihat begitu kelelahan.
“Dek.. Ada apa?” Tanya Miftah setengah tertidur saat mendengar jeritan istrinya.
“Gapapa pak.. Tenang aja.. Non Nayla tadi baru aja mimpi buruk kok.. Bapak tidur lagi aja” Ucap pak Urip tersenyum.
“Oalah? Gitu?” Ucap Miftah yang untungnya kembali tertidur.
Nayla yang masih ngos-ngosan hanya bisa menatap wajah pak Urip tak percaya. Bisa-bisanya pembantu tuanya itu berbohong dengan tenang seolah tak terjadi apa-apa. Nayla kesal. Ia begitu kelelahan. Tapi setidaknya ia bisa beristirahat saat vibrator itu tidak bergetar lagi di dalam vaginanya.
“Apa? Mmmphh.. bapak” Lirih Nayla sambil menatap kaca spion tengah ke arah wajah pembantunya.
“Hakhakhak” Tawa Pak Urip yang lagi-lagi menambah kekuatan vibratornya.
“Aaahh..” desah Nayla dengan lirih sambil meremasi kedua payudaranya karena tak tahan.
“Ya seperti itu non.. Ouhhh seksi sekali dirimu.. Ayo remas lagi.. Remas yang binall!” Lirih pak Urip memuji sikap Nayla saat sedang terangsang-terangsangnya.
“Aaahh.. pak tolong hentikaann.. Aaahh yaahhh.. Aaahh bapak” desah Nayla semakin binal saat meremas payudaranya sendiri.
Dua susu bulatnya jadi semakin gatal. Nayla berulang kali meremasnya juga menekan-nekan puting susunya dari luar. Terlihat wajah Nayla yang begitu bernafsu. Matanya memejam. Ia sangat menikmati getaran yang terus merangsang vaginanya. Nayla sudah seperti lonte binal yang sedang menggoda pria-pria yang berada di sekitarnya. Termasuk pengendara motor yang tak sengaja berada di samping mobil Nayla.
Dari luar kaca mobil yang sudah terbuka setengahnya. Terlihat pengendara motor itu terkejut melihat ada akhwat bercadar yang tengah meremasi dadanya sambil mengeluarkan suara desahan yang menggoda. Matanya pun tak bisa ia alihkan dari keindahan tubuh Nayla. Nayla benar-benar menggoda. Pengendara motor itu bahkan sampai memegangi penisnya saat melihat Nayla bahkan memasukan jemarinya sendiri ke dalam mulutnya.
“Gila.. Itu akhwat lagi sange berat kayaknya.. Baru tau akhwat bisa sebinal itu pas terangsang.. Emang bener apa kata orang, akhwat kalau lagi sangek emang gak ada lawannya” Lirih pengendara motor itu saat melihat aksi solo Nayla.
Untungnya mobil yang Nayla kendarai sudah bisa kembali berjalan. Diam-diam pengendara motor itu pun menghafal plat mobil yang tertulis di bagian belakang mobil Nayla.
“Dari ibukota rupanya, Jakarta emang gak pernah kehabisan stok cewek cantik” Ucap pengendara motor itu yang diam-diam mengikuti mobil yang Nayla naiki.
*-*-*-*
Sesampainya di dekat Vila yang sudah mereka sewa. Terlihat Nayla masih mendesah menahan getaran yang membuatnya menjadi semakin bergairah. Hampir selama satu jam terakhir dirinya disiksa oleh getaran yang juga memberinya sebuah kenikmatan. Getaran yang diterimanya cenderung pelan. Namun itu yang justru membuatnya semakin tersiksa. Pak Urip sengaja untuk tidak memberi Nayla kepuasan berupa orgasme sehingga hanya menyetel getaran itu dengan pelan.
Terlihat wajah Nayla yang begitu tak tahan. Terlihat mata Nayla yang begitu bernafsu setelah diberi kepuasan. Terlihat tubuh Nayla yang semakin gatal akan rasa dari belaian seorang pria. Nayla kembali ingin bercinta. Nafsunya telah merenggut akal sehat di pikirannya. Yang Nayla inginkan sekarang hanyalah kepuasan. Berulang kali ia ngos-ngosan tak karuan. Tangannya terus meraba dadanya bahkan masuk ke dalam rok gamisnya. Nayla tak kuat lagi. Ia ingin bercinta. Ia ingin kembali merasakan keperkasaan seorang pria.
“Akhirnya kita sampai juga pak” Ucap pak Urip yang membuat Miftah terbangun di sebelahnya.
Nayla yang masih bernafsu jadi kesulitan untuk menyembunyikan gairah birahinya. Ia pun mencoba untuk bersikap biasa saja sambil membuang pandangannya ke arah luar. Saat pandangannya melihat keluar, ia mendapati seorang pria tua yang mengenakan hoodie berwarna hitam juga celana jeans panjang yang tengah duduk di depan vila yang sudah mereka sewa.
“Eehh mas Miftah.. Akhirnya sampe juga.. Sudah aku tunggu-tunggu daritadi” Ucap pria tua itu yang seolah tengah menyambut kedatangannya.
“Hahaha pak Rudi, apa kabar?” Tanya Miftah yang baru saja keluar dari dalam mobilnya.
“Baik kok mas.. Mas Miftah sendiri gimana? Katanya liburan bareng sekeluarga yah?” Tanya Pak Rudi sambil melihat ke dalam mobil Miftah.
“Iyya.. Ini bareng pak Urip sama istriku.. Ayo dek sini keluar” Ucap Miftah meminta Nayla tuk keluar.
“Ehhh bapak.. Apa kabar hakhakhak” Tawa pak Urip yang terlihat akrab saat baru saja keluar dari kursi kemudinya.
“Eh pak Urip.. Masih keliatan muda aja nih.. Gak ada yang berubah” Canda pak Rudi.
“Hakhakhak.. Maklum lah bahagia terus kerja di rumah pak Miftah” Ucap Pak Urip yang langsung menjabat tangan pak Rudi.
“Oh yah pak Rudi, kenalin.. Ini istri saya.. Nayla namanya” Ucap Miftah mengenalkan Nayla kepada pak Rudi.
“Waahhh cantik amat.. Pinter yah nyari istri” Ucap pak Rudi terpana melihat kecantikan Nayla.
Apalagi sikap akhwat bercadar itu hanya tersenyum malu-malu sambil menundukkan pandangannya. Pak Rudi ikut tersenyum. Ia merasa kagum pada Miftah karena bisa mendapatkan istri yang cantik dan sealim Nayla.
Nayla yang masih merasakan gatal di vaginanya kesulitan untuk berdiri tegak. Untungnya vibrator sudah dimatikan. Tapi tetap saja efeknya masih terasa hingga sekarang.
“Hehe aku Rudi mbak.. Panggil aja pak Rudi” Ucap pak Rudi hendak menjulurkan tangannya.
“Heh enak aja pengen salaman.. Akhwat nih pak.. Gak boleh asal pegang” Tegur pak Urip yang membuat pak Rudi merasa malu.
“Hahaha.. Bener banget bapak.. Maaf yah pak Rudi.. Gak boleh bersentuhan sama istri saya” Ucap Miftah tertawa yang membuat pak Rudi pun ikut tertawa.
“Oh iya juga yah hahaha.. Gapapa mas, salah saya.. Jadi malu saya” Ucap pak Rudi tertawa.
Pak Urip pun ikut tertawa tak lama kemudian.
Namun Nayla hanya diam menatap pak Urip. Ia tak percaya dengan apa yang ia dengar. Terlebih atas apa yang sudah pembantu tua itu lakukan padanya.
Gak boleh asal pegang yah? Hah.. Hahh.. Hah.. Gak inget apa yang udah bapak lakuin ke aku semalam juga pagi tadi? Batin Nayla yang masih ngos-ngosan menahan nafsu birahinya.
Pak Rudi pun kemudian menyalami Nayla dengan cara yang syar’i yakni hanya merapatkan kedua telapak tangannya lalu mendekatkannya tanpa menyentuhnya ke arah tangan akhwat bercadar itu. Nayla tersenyum membalas salamannya. Ia dengan malu-malu mengeluarkan suaranya untuk mengenalkan dirinya.
“Aku Nayla.. Salam kenal yah pak” Jawab Nayla tersenyum.
“Oh yah dek.. Dulu sewaktu mas kecil.. Sering banget mas berkunjung ke vila ini bareng keluarga.. Kebetulan mas udah akrab banget sama pak Rudi.. Hahaha.. Saking seringnya dulu kesini, kalau sekarang-sekarang ini pengen booking vila.. Bisa pesen jauh-jauh dari hari sebelumnya.. Untungnya sekarang dapet.. Kalau gak bisa kebingungan kita mau nginep dimana” Ucap Miftah menjelaskan siapa pak Rudi ke Nayla.
“Ohhh begitu” Jawab Nayla mantuk-mantuk.
“Yahh begitulah.. Dulu ini suamimu agak pecicilan orangnya.. Lihat pohon kelapa di sana kan? Suamimu suka manjat-manjat coba” Ucap pak Rudi yang membuat Miftah dan Nayla tertawa.
“Hahahha bisa aja pak.. Mumpung di vila.. Di rumah mana bisa” Jawab Miftah malu.
“Hahaha gak nyangka sekarang mas Miftah bisa sukses.. Udah gitu dapet istri cantik lagi” Puji pak Rudi sambil menatap Nayla.
Nayla pun tertunduk malu. Miftah dengan bangga pun tertawa melihat keadaan nasibnya sekarang.
“Oh yah dek, mau istirahat dulu gak? Udah jam satuan nih.. Mas mau ngobrol-ngobrol sama pak Rudi dulu.. Sekalian nanya, mana aja sih tempat yang bisa buat kita jalan-jalan sore nanti” Ucap Miftah pada istrinya.
“Iyya mas.. Adek juga capek hehe” Jawab Nayla yang ingin beristirahat setelah dirangsang habis-habisan oleh pembantunya di mobil tadi.
Nayla pun berjalan ke arah bagasi untuk mengeluarkan barang-barang bawaannya. Namun tiba-tiba pak Urip mendekat lalu melarang majikannya untuk membawanya.
“Biar aku aja” Ucap pak Urip yang membuat Miftah tersenyum dari kejauhan.
Saat pak Rudi mengajak ngobrol Miftah. Tiba-tiba pak Urip meremas bokong Nayla lalu tersenyum menatapnya.
“Mmmphh” Desah Nayla tertahan sambil menatap wajah pak Urip.
“Aku tunggu di kamar.. Aku udah gak tahan pengen dengerin desahan manjamu lagi, sayaangg” Ucap pak Urip yang tiba-tiba menyalakan vibratornya lagi.
“Mmmphh.. pak.. Sudah..” Lirih Nayla.
“Jangan lupa.. Non harus bisa memuaskan aku yah nanti” Ucap pak Urip sambil mematikan vibratornya.
Nayla tak percaya kalau pembantunya langsung ingin dilayani tanpa memberinya waktu istirahat terlebih dahulu. Ia pun pasrah. Nampaknya ia harus mengangkangkan kakinya membiarkan penis pria tua itu keluar masuk di dalam vaginnya lagi.
Terlihat pria tua bertubuh gendut itu berjalan memasuki vila sambil membawa koper beserta tas yang mereka bawa. Nayla masih berdiam di samping mobil sambil mengamati pembicaraan suaminya. Nayla ingin sekali berbicara dengan suaminya. Namun suaminya terlihat asyik berbincang bersama penjaga vila bernama Rudi itu. Nayla pun melihat ke arah langit. Langit memang sedang cerah-cerahnya. Ia pun merenung di dalam hati sambil memandang langit biru tersebut.
Hah.. Maafin aku mas.. Kayaknya gak lama lagi aku bakal berselingkuh lagi.. Jujur aku udah gak kuat lagi.. Aku udah sange berat.. Aku butuh kontol seseorang mas.. Batin Nayla yang kemudian menatap wajah suaminya lagi.
Saat wajahnya berbalik ke arah gerbang luar, ia mendapati ada pengendara motor yang sedang mengintip ke dalam. Saat dirinya memergokinya, terlihat pengendara motor itu seperti buru-buru pergi menjauh darinya.
Siapa dia? Ehhh.. Jangan-jangan orang itu tadi ngeliat aku diremes pak Urip dong? Batin Nayla deg-degan.
Terlihat pak Urip sudah memindahkan semua barang bawaannya ke dalam vila. Nayla pun mulai bergerak. Ia dengan pasrah ingin merelakan harga dirinya lagi demi membebaskan dirinya dari jeratan nafsu birahi.
Hah.. Hah.. Aku udah gak tahan lagi.. Aku butuh kepuasan.. Aku butuh kontol yang bisa membebaskanku sekarang.. Batin Nayla semakin bernafsu.
Dengan perasaan gelisah, Nayla berjalan memasuki vila. Dengan hati yang dipenuhi keraguan, ia tak yakin untuk kembali melakukan perzinahan. Namun nafsunya terus menggerutu dan memaksanya untuk kembali menikmati penis kekar pembantunya. Tatapan Nayla kosong, pikirannya membayangkan bentuk penis pembantunya yang sudah berulang kali keluar masuk di dalam vaginanya. Pikirannya semakin keruh. Ditengah tubuhnya yang semakin bernafsu. Nayla menggelengkan kepala. Nafasnya memberat. Ia pun menaikan wajahnya saat memasuki vila yang sudah mereka sewa.
“Luas juga vilanya.. Aku pasti bisa bermain dimana aja” Lirih Nayla yang justru kepikiran hal itu.
Ruang tamunya cukup mewah. Terdapat aquarium berisi ikan-ikan yang berenang didalam. Terdapat juga bantal-bantal yang tersedia diatas sofa vila tersebut. Kakinya pun terus melangkah, hingga dirinya tiba di suatu ruangan dimana pak Urip sedang duduk di tepi ranjang seolah menanti kehadirannya.
Nampak pak Urip tersenyum. Tangan kanannya ia angkat. Terlihat jemarinya memegang sesuatu yang membuat mata Nayla menyipit seketika. Jemarinya pun menekan benda itu. Mata Nayla langsung merem melek seketika. Pinggulnya bergoyang. Tangan kirinya menekan vaginanya dan tangan kanannya meremasi payudaranya. Nayla menatap pak Urip dengan tatapan penuh nafsu. Tatapannya begitu bergairah. Terlihat Nayla sudah tak kuat dan ingin menyerahkan tubuhnya pada pembantu tua yang sudah menjadi pejantannya.
Pak Urip tersenyum melihat akhwat itu mendekat dari kejauhan. Pak Urip ikut berdiri. Pak Urip pun bersiap untuk menyambut kedatangan sang dewi.
“Pak” Ucap Nayla yang tiba-tiba mendekap penis pak Urip dari luar celananya.
Sedangkan tangan satunya membimbing tangan kanan pak Urip untuk mendekap payudaranya. Terlihat tatapannya yang begitu binal. Terdengar deru nafasnya yang berat. Pak Urip pun tersenyum. Tangannya reflek meremas dada bulat Nayla yang membuat akhwat bercadar itu mendesah.
“Mmmphh” desah Nayla dengan manja.
“Ada perlu apa non mendatangi saya?” Tanya pak Urip berpura-pura tidak tahu sambil meremasi dada Nayla juga menikmati cengkraman tangan majikannya itu pada penisnya.
“Aku gak kuat lagi.. Kontolin memeku..” Ucap Nayla memohon yang membuat pak Urip tertawa puas.
“Caranya?” Tanya pak Urip lagi yang membuat Nayla kesal.
“Pak tolong.. Aku butuh ini.. Keluarkan pak..” Ucap Nayla sambil terus meremas dan mengusap penis pembantunya.
“Ini? Apa ini? Sebutkan namanya dong non, biar aku paham maksud non” Ucap pak Urip yang terus bermain-main yang membuat akhwat bercadar itu semakin resah.
“Pak aku butuh.. Konn.. Konn” Ucap Nayla agak ragu-ragu tuk mengucapkannya.
Sepertinya ia sudah bertindah kejauhan. Namun rasa gairah ini terus menyiksanya yang membuatnya terpaksa melakukannya.
“Kon? Kon apa non? Konfederasi? Konsumsi? Kontingen? Hakhakhak” Tawa pak Urip.
“Kontol.. Kontol paak.. Aku butuh kontol bapak.. Keluarkan pak.. Aku mau” desah Nayla saat payudaranya kembali diremas kuat.
“Kalau non mau, keluarin sendiri” Ucap pak Urip sambil mendorong bahu Nayla ke bawah hingga Nayla pun berjongkok di depan selangkangan pembantunya.
“Iya.. Akan aku keluarkann kontol bapak” Ucap Nayla yang sudah tak kuat lagi.
Namun telapak tangannya masih terus mengusap-ngusap tonjolan indah dari luar celana pembantunya. Matanya tampak mengagumi kebesaran penis pembantunya. Kedua tangannya secara bergantian membelai penis pembantunya dari luar celananya.
“Aaahh keluarkan cepat!” Ucap pak Urip yang membuat akhwat bercadar itu langsung menurutinya.
Nayla patuh, resleting celana pembantunya itu mulai ia turunkan. Pelan-pelan tangan kanannya menyelinap masuk ke celana dalam pembantunya untuk mengeluarkan tongkat sakti. Namun Nayla malah mengocoknya di dalam. Padahal pak Urip ingin melihat kulit bening Nayla yang sedang mengocoki penis hitamnya.
Pak Urip yang kesal kembali menekan remotnya yang membuat vibrator yang tersimpan di vagina Nayla semakin bergetar kuat.
“Aaahh.. pak jangan dikuatin getarannya pak..” Desah Nayla yang membuat pak Urip tersenyum saja.
“Cepat.. Keluarkan kontolku.. Terus kulum!” Ucap pak Urip setelah menurunkan frekuensi getarannya kembali.
“Iyah paak.. mmpphhh” Desah Nayla patuh.
Sesuai perintah pembantunya, Nayla langsung mengangkat cadarnya lalu mengulum kontol pak Urip.
“Aaahh.. seperti itu non..” desah pak Urip puas.
“Aaahh.. Ayo non.. Lebih binal lagi!” Ucap pak Urip yang segera dipatuhi oleh majikannya.
“Iyyah pak..“ Nayla mengangkat penis itu hingga berdiri tegak.
Meski matanya sudah tertutupi kain cadarnya. Lidahnya dengan liar mampu menjilati sisi bagian bawah penis pembantunya yang sudah berdiri tegak. Lidahnya bergerak naik turun menjilati penis itu. Kadang lidahnya hanya menjilati ujung gundulnya saja. Kadang lidahnya menyentil-nyentil lubang kencingnya yang membuat pemiliknya merinding keenakan. Kadang lidahnya melilit batang penis itu lalu bibirnya mendekat untuk mencumbu ujung gundulnya. Kadang jilatannya juga turun hingga mendekati lubang anusnya. Kadang ia kembali mengulumnya. Kadang ia kembali meletehkannya. Kadang ia kembali mengulumnya lalu menghisapnya kuat-kuat yang membuat pemiliknya mendesah kegirangan.
“Aaahh.. yaahh“ desah pak Urip sambil berkecak pinggang.
Nayla yang semakin bernafsu.
Entah darimana ia mempelajari teknik oral ini. Yang jelas Nayla semakin liar dalam melampiaskan nafsunya. Terlihat penis itu semakin basah. Bahkan Nayla kedapatan meludahi penisnya sebelum mengocoknya lagi sembari menatap wajah tua pejantannya.
Apalagi sikap akhwat bercadar itu hanya tersenyum malu-malu sambil menundukkan pandangannya. Pak Rudi ikut tersenyum. Ia merasa kagum pada Miftah karena bisa mendapatkan istri yang cantik dan sealim Nayla.
Nayla yang masih merasakan gatal di vaginanya kesulitan untuk berdiri tegak. Untungnya vibrator sudah dimatikan. Tapi tetap saja efeknya masih terasa hingga sekarang.
“Hehe aku Rudi mbak.. Panggil aja pak Rudi” Ucap pak Rudi hendak menjulurkan tangannya.
“Heh enak aja pengen salaman.. Akhwat nih pak.. Gak boleh asal pegang” Tegur pak Urip yang membuat pak Rudi merasa malu.
“Hahaha.. Bener banget bapak.. Maaf yah pak Rudi.. Gak boleh bersentuhan sama istri saya” Ucap Miftah tertawa yang membuat pak Rudi pun ikut tertawa.
“Oh iya juga yah hahaha.. Gapapa mas, salah saya.. Jadi malu saya” Ucap pak Rudi tertawa.
Pak Urip pun ikut tertawa tak lama kemudian.
Namun Nayla hanya diam menatap pak Urip. Ia tak percaya dengan apa yang ia dengar. Terlebih atas apa yang sudah pembantu tua itu lakukan padanya.
Gak boleh asal pegang yah? Hah.. Hahh.. Hah.. Gak inget apa yang udah bapak lakuin ke aku semalam juga pagi tadi? Batin Nayla yang masih ngos-ngosan menahan nafsu birahinya.
Pak Rudi pun kemudian menyalami Nayla dengan cara yang syar’i yakni hanya merapatkan kedua telapak tangannya lalu mendekatkannya tanpa menyentuhnya ke arah tangan akhwat bercadar itu. Nayla tersenyum membalas salamannya. Ia dengan malu-malu mengeluarkan suaranya untuk mengenalkan dirinya.
“Aku Nayla.. Salam kenal yah pak” Jawab Nayla tersenyum.
“Oh yah dek.. Dulu sewaktu mas kecil.. Sering banget mas berkunjung ke vila ini bareng keluarga.. Kebetulan mas udah akrab banget sama pak Rudi.. Hahaha.. Saking seringnya dulu kesini, kalau sekarang-sekarang ini pengen booking vila.. Bisa pesen jauh-jauh dari hari sebelumnya.. Untungnya sekarang dapet.. Kalau gak bisa kebingungan kita mau nginep dimana” Ucap Miftah menjelaskan siapa pak Rudi ke Nayla.
“Ohhh begitu” Jawab Nayla mantuk-mantuk.
“Yahh begitulah.. Dulu ini suamimu agak pecicilan orangnya.. Lihat pohon kelapa di sana kan? Suamimu suka manjat-manjat coba” Ucap pak Rudi yang membuat Miftah dan Nayla tertawa.
“Hahahha bisa aja pak.. Mumpung di vila.. Di rumah mana bisa” Jawab Miftah malu.
“Hahaha gak nyangka sekarang mas Miftah bisa sukses.. Udah gitu dapet istri cantik lagi” Puji pak Rudi sambil menatap Nayla.
Nayla pun tertunduk malu. Miftah dengan bangga pun tertawa melihat keadaan nasibnya sekarang.
“Oh yah dek, mau istirahat dulu gak? Udah jam satuan nih.. Mas mau ngobrol-ngobrol sama pak Rudi dulu.. Sekalian nanya, mana aja sih tempat yang bisa buat kita jalan-jalan sore nanti” Ucap Miftah pada istrinya.
“Iyya mas.. Adek juga capek hehe” Jawab Nayla yang ingin beristirahat setelah dirangsang habis-habisan oleh pembantunya di mobil tadi.
Nayla pun berjalan ke arah bagasi untuk mengeluarkan barang-barang bawaannya. Namun tiba-tiba pak Urip mendekat lalu melarang majikannya untuk membawanya.
“Biar aku aja” Ucap pak Urip yang membuat Miftah tersenyum dari kejauhan.
Saat pak Rudi mengajak ngobrol Miftah. Tiba-tiba pak Urip meremas bokong Nayla lalu tersenyum menatapnya.
“Mmmphh” Desah Nayla tertahan sambil menatap wajah pak Urip.
“Aku tunggu di kamar.. Aku udah gak tahan pengen dengerin desahan manjamu lagi, sayaangg” Ucap pak Urip yang tiba-tiba menyalakan vibratornya lagi.
“Mmmphh.. pak.. Sudah..” Lirih Nayla.
“Jangan lupa.. Non harus bisa memuaskan aku yah nanti” Ucap pak Urip sambil mematikan vibratornya.
Nayla tak percaya kalau pembantunya langsung ingin dilayani tanpa memberinya waktu istirahat terlebih dahulu. Ia pun pasrah. Nampaknya ia harus mengangkangkan kakinya membiarkan penis pria tua itu keluar masuk di dalam vaginnya lagi.
Terlihat pria tua bertubuh gendut itu berjalan memasuki vila sambil membawa koper beserta tas yang mereka bawa. Nayla masih berdiam di samping mobil sambil mengamati pembicaraan suaminya. Nayla ingin sekali berbicara dengan suaminya. Namun suaminya terlihat asyik berbincang bersama penjaga vila bernama Rudi itu. Nayla pun melihat ke arah langit. Langit memang sedang cerah-cerahnya. Ia pun merenung di dalam hati sambil memandang langit biru tersebut.
Hah.. Maafin aku mas.. Kayaknya gak lama lagi aku bakal berselingkuh lagi.. Jujur aku udah gak kuat lagi.. Aku udah sange berat.. Aku butuh kontol seseorang mas.. Batin Nayla yang kemudian menatap wajah suaminya lagi.
Saat wajahnya berbalik ke arah gerbang luar, ia mendapati ada pengendara motor yang sedang mengintip ke dalam. Saat dirinya memergokinya, terlihat pengendara motor itu seperti buru-buru pergi menjauh darinya.
Siapa dia? Ehhh.. Jangan-jangan orang itu tadi ngeliat aku diremes pak Urip dong? Batin Nayla deg-degan.
Terlihat pak Urip sudah memindahkan semua barang bawaannya ke dalam vila. Nayla pun mulai bergerak. Ia dengan pasrah ingin merelakan harga dirinya lagi demi membebaskan dirinya dari jeratan nafsu birahi.
Hah.. Hah.. Aku udah gak tahan lagi.. Aku butuh kepuasan.. Aku butuh kontol yang bisa membebaskanku sekarang.. Batin Nayla semakin bernafsu.
Dengan perasaan gelisah, Nayla berjalan memasuki vila. Dengan hati yang dipenuhi keraguan, ia tak yakin untuk kembali melakukan perzinahan. Namun nafsunya terus menggerutu dan memaksanya untuk kembali menikmati penis kekar pembantunya. Tatapan Nayla kosong, pikirannya membayangkan bentuk penis pembantunya yang sudah berulang kali keluar masuk di dalam vaginanya. Pikirannya semakin keruh. Ditengah tubuhnya yang semakin bernafsu. Nayla menggelengkan kepala. Nafasnya memberat. Ia pun menaikan wajahnya saat memasuki vila yang sudah mereka sewa.
“Luas juga vilanya.. Aku pasti bisa bermain dimana aja” Lirih Nayla yang justru kepikiran hal itu.
Ruang tamunya cukup mewah. Terdapat aquarium berisi ikan-ikan yang berenang didalam. Terdapat juga bantal-bantal yang tersedia diatas sofa vila tersebut. Kakinya pun terus melangkah, hingga dirinya tiba di suatu ruangan dimana pak Urip sedang duduk di tepi ranjang seolah menanti kehadirannya.
Nampak pak Urip tersenyum. Tangan kanannya ia angkat. Terlihat jemarinya memegang sesuatu yang membuat mata Nayla menyipit seketika. Jemarinya pun menekan benda itu. Mata Nayla langsung merem melek seketika. Pinggulnya bergoyang. Tangan kirinya menekan vaginanya dan tangan kanannya meremasi payudaranya. Nayla menatap pak Urip dengan tatapan penuh nafsu. Tatapannya begitu bergairah. Terlihat Nayla sudah tak kuat dan ingin menyerahkan tubuhnya pada pembantu tua yang sudah menjadi pejantannya.
Pak Urip tersenyum melihat akhwat itu mendekat dari kejauhan. Pak Urip ikut berdiri. Pak Urip pun bersiap untuk menyambut kedatangan sang dewi.
“Pak” Ucap Nayla yang tiba-tiba mendekap penis pak Urip dari luar celananya.
Sedangkan tangan satunya membimbing tangan kanan pak Urip untuk mendekap payudaranya. Terlihat tatapannya yang begitu binal. Terdengar deru nafasnya yang berat. Pak Urip pun tersenyum. Tangannya reflek meremas dada bulat Nayla yang membuat akhwat bercadar itu mendesah.
“Mmmphh” desah Nayla dengan manja.
“Ada perlu apa non mendatangi saya?” Tanya pak Urip berpura-pura tidak tahu sambil meremasi dada Nayla juga menikmati cengkraman tangan majikannya itu pada penisnya.
“Aku gak kuat lagi.. Kontolin memeku..” Ucap Nayla memohon yang membuat pak Urip tertawa puas.
“Caranya?” Tanya pak Urip lagi yang membuat Nayla kesal.
“Pak tolong.. Aku butuh ini.. Keluarkan pak..” Ucap Nayla sambil terus meremas dan mengusap penis pembantunya.
“Ini? Apa ini? Sebutkan namanya dong non, biar aku paham maksud non” Ucap pak Urip yang terus bermain-main yang membuat akhwat bercadar itu semakin resah.
“Pak aku butuh.. Konn.. Konn” Ucap Nayla agak ragu-ragu tuk mengucapkannya.
Sepertinya ia sudah bertindah kejauhan. Namun rasa gairah ini terus menyiksanya yang membuatnya terpaksa melakukannya.
“Kon? Kon apa non? Konfederasi? Konsumsi? Kontingen? Hakhakhak” Tawa pak Urip.
“Kontol.. Kontol paak.. Aku butuh kontol bapak.. Keluarkan pak.. Aku mau” desah Nayla saat payudaranya kembali diremas kuat.
“Kalau non mau, keluarin sendiri” Ucap pak Urip sambil mendorong bahu Nayla ke bawah hingga Nayla pun berjongkok di depan selangkangan pembantunya.
“Iya.. Akan aku keluarkann kontol bapak” Ucap Nayla yang sudah tak kuat lagi.
Namun telapak tangannya masih terus mengusap-ngusap tonjolan indah dari luar celana pembantunya. Matanya tampak mengagumi kebesaran penis pembantunya. Kedua tangannya secara bergantian membelai penis pembantunya dari luar celananya.
“Aaahh keluarkan cepat!” Ucap pak Urip yang membuat akhwat bercadar itu langsung menurutinya.
Nayla patuh, resleting celana pembantunya itu mulai ia turunkan. Pelan-pelan tangan kanannya menyelinap masuk ke celana dalam pembantunya untuk mengeluarkan tongkat sakti. Namun Nayla malah mengocoknya di dalam. Padahal pak Urip ingin melihat kulit bening Nayla yang sedang mengocoki penis hitamnya.
Pak Urip yang kesal kembali menekan remotnya yang membuat vibrator yang tersimpan di vagina Nayla semakin bergetar kuat.
“Aaahh.. pak jangan dikuatin getarannya pak..” Desah Nayla yang membuat pak Urip tersenyum saja.
“Cepat.. Keluarkan kontolku.. Terus kulum!” Ucap pak Urip setelah menurunkan frekuensi getarannya kembali.
“Iyah paak.. mmpphhh” Desah Nayla patuh.
Sesuai perintah pembantunya, Nayla langsung mengangkat cadarnya lalu mengulum kontol pak Urip.
“Aaahh.. seperti itu non..” desah pak Urip puas.
“Aaahh.. Ayo non.. Lebih binal lagi!” Ucap pak Urip yang segera dipatuhi oleh majikannya.
“Iyyah pak..“ Nayla mengangkat penis itu hingga berdiri tegak.
Meski matanya sudah tertutupi kain cadarnya. Lidahnya dengan liar mampu menjilati sisi bagian bawah penis pembantunya yang sudah berdiri tegak. Lidahnya bergerak naik turun menjilati penis itu. Kadang lidahnya hanya menjilati ujung gundulnya saja. Kadang lidahnya menyentil-nyentil lubang kencingnya yang membuat pemiliknya merinding keenakan. Kadang lidahnya melilit batang penis itu lalu bibirnya mendekat untuk mencumbu ujung gundulnya. Kadang jilatannya juga turun hingga mendekati lubang anusnya. Kadang ia kembali mengulumnya. Kadang ia kembali meletehkannya. Kadang ia kembali mengulumnya lalu menghisapnya kuat-kuat yang membuat pemiliknya mendesah kegirangan.
“Aaahh.. yaahh“ desah pak Urip sambil berkecak pinggang.
Nayla yang semakin bernafsu.
Entah darimana ia mempelajari teknik oral ini. Yang jelas Nayla semakin liar dalam melampiaskan nafsunya. Terlihat penis itu semakin basah. Bahkan Nayla kedapatan meludahi penisnya sebelum mengocoknya lagi sembari menatap wajah tua pejantannya.
Pak Urip pun menurunkan cadar majikannya hingga ia dapat melihat tatapan matanya lagi. Terlihat Nayla sudah bernafsu ingin merasakan kepusaan yang lebih. Seolah paham, pak Urip pun tiba-tiba menelanjangi dirinya lalu berbalik badan kemudian menungging dimana kedua tangannya bertumpu pada tepi ranjang vila itu. Kedua kakinya yang masih berdiri di lantai membuat bokongnya menjorok ke arah Nayla. Pak Urip melebarkan kedua kakinya. Ia agak menundukkan punggungnya hingga lubang duburnya nampak dihadapan wajah Nayla.
“Non mau aku genjot kan? Ayo jilat anus aku dulu” Ucap pak Urip yang membuat Nayla terkejut mendengarnya.
“Eehhh tapiii” Ucap Nayla yang meski bernafsu, ia tetap tahu kalau anus merupakan lubang tempat pembuangan kotoran.
Bagaimana mungkin lidahnya yang biasa mengucapkan hal-hal baik diminta untuk menjilati lubang dubur itu? Nayla agak menolak namun tiba-tiba getaran yang ia rasakan membuatnya menjerit dengan begitu nikmat.
“Aaahh.. Ammpunnn pak jangan lagiii.. iya aku akan..” desah Nayla bergoyang saat berjongkok dihadapan bokong pembantunya.
“Hakhakhak.. Cepat lakukan sebelum suamimu itu datang” Ucap pak Urip yang menyadarkan Nayla.
Nayla pun terpaksa mendekati lubang dubur itu. Meski ia merasa jijik. Meski ia tak ingin untuk menuruti perintah anehnya itu. Lama-lama wajahnya semakin dekat ke arah dubur pembantunya. Tercium aroma pantat yang membuat Nayla merasa muak. Namun ia memaksanya. Ia menarik nafasnya yang justru membuatnya semakin menghirup aroma pantat pembantunya. Ia menahan nafasnya. Cadarnya kembali ia angkat lalu lidahnya keluar untuk menyentuh lubang dubur pembantunya.
“Aaahh.. Nonn..” desah Pak Urip sampai merinding.
Rasanya sungguh nikmat saat duburnya dijilati oleh lidah seorang akhwat. Kedua tangannya pun mencengkram sprei ranjang tidur vila dengan kuat. Mata pak Urip sampai merem melek keenakan. Lidah itu menjilati tepi duburnya dan terkadang menjilati lubang duburnya yang belum terbuka lebar. Namun itu sudah cukup untuk membuatnya bergidik nikmat. Pak Urip pun ingin meminta lebih. Ia mulai mengeluarkan instruksinya lagi.
“Lebarkan bokong aku non.. Masukan lidahmu ke dalam” Ucap pak Urip yang mau tak mau harus dituruti oleh Nayla.
Akhwat bercadar yang masih berpakaian lengkap itu pun terpaksa melebarkan lubang dubur pembantunya yang sudah bertelanjang bulat. Sungguh pemandangan yang sangat absurd ketika ada akhwat cantik yang sedang menjilati lubang dubur pria tua yang memiliki wajah buruk rupa. Kedua tangannya melebarkan bokong pembantunya dengan memegangi bongkahan pantatnya. Saat lubang dubur itu semakin terbuka, terpaksa lidahnya bergerak masuk untuk menjilati lubang duburnya.
“Aaahh.. nonnn” desah Pak Urip tersenyum senang.
“Slrp..”
Lidah Nayla terus aktif meski ia terus merasakan sensasi jijik ketika diminta menjilati dubur pembantunya itu. Ia berulang kali merasakan rasa pahit di lidahnya. Belum juga dengan aroma memuakkan yang terhirup di hidungnya. Namun ia terus memaksa diri untuk melakukannya agar dirinya dapat dihadiahi tusukan nikmat oleh pembantu bejatnya.
Lidah Nayla mendorong-dorong dinding anus pak Urip agar bisa masuk lebih dalam lagi. Lidahnya juga sesekali keluar lalu menjilati tepi duburnya saja. Nayla merasa jitjik. Ia sudah tak kuat lagi hingga membuatnya terbatuk-batuk menghadap ke lantai kamar vilanya.
“Uhuk.. Uhuk..” Nayla merasa muak dengan aroma pantatnya.
Ia bahkan mengelap lidahnya sesekali menggunakan cadarnya. Ia tak sanggup lagi. Ia tak sanggup untuk menjilati dubur pembantunya lagi.
“Hakhakhak.. Makasih non.. Mulai sekarang, non udah boleh goyang diatas tubuh saya.. Ayo sini” Ucap pak Urip yang langsung mengambil posisi tiduran terlentang diatas ranjang empuk vila tersebut.
Bagai budak yang sudah diperintah tuannya. Nayla tanpa mengucapkan apa-apa langsung berdiri menatap penis tegak yang sudah basah berlumuran air liurnya tersebut. Tangannya kembali meremas dada bulatnya sendiri dari arah luar gamisnya. Ia terdiam sejenak menatap benda keras itu. Ia merenung. Ia merenungi dirinya yang sudah seperti ini.
Seperti inikah takdirku pada akhirnya? Batin Nayla sambil melepas celana dalam yang dikenakannya hingga turun melewati kedua kakinya.
Ia lalu menarik keluar vibratornya. Lalu menjatuhkannya ke lantai begitu saja.
Menjadi seorang budak yang selalu menghamba pada kontol seseorang? Batin Nayla sambil berjalan mendekat ke arah ranjang tidur vila tersebut.
Yang haus akan nafsu, yang selalu membutuhkan seorang pemuas yang bisa mengatasi rasa sangekku? Batin Nayla mulai menaiki ranjang vila tersebut.
Nampak pak Urip tersenyum puas. Akhwat bercadar itu mulai mendekat tuk menaiki penis kekarnya.
Nayla, dimana ilmu agama yang dulu kamu sempat pelajari? Apakah semuanya sudah terlupakan oleh nafsu birahimu sendiri? Batin Nayla yang sudah mengambil posisi untuk menunggangi pria tua berperut tambun itu. Tinggal ia menurunkan tubuhnya maka penis itu langsung ambles menembus vaginanya.
Entahlah, jangan tanya diriku! Aku ini bukan seorang santriwati lagi.. Aku ini, adalah.. Lonte pemuas yang selalu menghamba pada nafsu birahi.. Batin Nayla yang langsung menurunkan tubuhnya hingga penis kekar itu ambles seluruhnya ke dalam vagina Nayla yang sudah sangat basah.
“Aaahh bapak” desah Nayla yang kehilangan akal sehatnya.
“Aaahh nonn.. Nikmat sekali” Desah pak Urip dengan suara memberat.
Nayla yang sudah sangat terangsang justru malah ambruk diatas tubuh tambun pembantunya. Mata mereka bertemu. Nampak pak Urip tersenyum menatapnya. Nayla dengan penuh nafsu pun membalas tatapannya sambil menegakkan tubuhnya kembali.
Maafkan aku suamiku.. Maaf aku sudah memilih jalan ini.. Sepertinya, berkali-kali pun aku mencoba melawan, aku selalu ditakdirkan untuk menjadi seperti ini.. Aku seorang pemuas.. Ah tidak, aku adalah lonte yang selalu haus akan kepuasan.. Tolong selamatkan aku pak.. Selamatkan aku dengan kejantanan kontolmu! Batin Nayla yang mulai menaikkan tubuhnya lalu menurunkannya dengan segera hingga dirinya merasakan gesekan ternikmat yang ia rasakan di dinding vaginanya.
“Aaahh iya.. Aaahh enakkk sekali” Desah Nayla yang mulai konsisten saat naik turun diatas penis pembantunya.
Nayla angkat tinggi lalu menurunkannya dengan cepat. Ia angkat lagi lalu ia benamkan lagi. Terkadang pinggulnya bergoyang memutar. Terkadang pinggulnya bergerak maju mundur. Rasa nikmat yang ia rasakan membuatnya tak sanggup berhenti untuk bergoyang diatas tubuh pembantunya ini.
Tubuh Nayla ditegakkan. Kedua tangannya ia geletakkan saja di kiri kanannya. Pinggulnya bergerak maju mundur. Matanya menatap wajah pembantunya dengan penuh nafsu. Mulutnya berulangkali mendesah nikmat. Rasa gatal di vaginanya membuatnya ingin terus menggaruknya hingga membuat goyangannya semakin terasa luar biasa.
“Aaahh.. enak banget pak..” desah Nayla.
“Iya kan? Non mulai mengakuinya kan?” Tanya pak Urip ditengah-tengah desahannya.
Namun kali ini Nayla menjawab. Hatinya kembali teringat perbuatan baik suaminya. Namun rasa nikmat membuatnya ingin terus menggoyangnya. Meski batinnya sudah memilih jalannya untuk menjadi lonte pemuas. Namun hati kecilnya selalu mengingatkan kalau ini adalah perbuatan yang salah. Nayla bingung. Ia ingin kepuasan tapi hatinya malah berbicara tidak, ini hanyalah kepuasan yang fana. Ketika ia ingin menuruti hatinya namun nafsunya justru berkata tidak, jangan berhenti, nanti kamu akan tersiksa selamanya.
Kata-kata itu terus bergelut di pikirannya. Hatinya bergejolak. Ia bingung harus memutuskan apa namun pinggulnya terus bergoyang merangsang nafsu birahi pembantunya. Rasa nikmat itu membuatnya ingin meremas dadanya.
Tanpa diperintah oleh pak Urip, Nayla menurunkan resleting gamisnya hingga gamisnya jatuh di sekitar pinggangnya. Nampak beha yang Nayla kenakan terlihat. Ia menurunkan cup branya lalu tangannya meremasi susunya sambil terus bergoyang menikmati kepuasan yang ia dapatkan.
“Aaahh.. bapak” desah Nayla yang membuat pak Urip tertawa puas.
“Remes seperti itu non.. Binalkan dirimu.. remas susumu kuat-kuat!” Ucap pak Urip yang membuat Nayla semakin bersemangat.
“Aaahh iya.. Akan kulakukan pak.. Aaahh..” desah Nayla sambil memelintir putingnya sendiri.
Naik turun, naik turun, naik turun. Tubuh Nayla terus naik turun diatas tubuh pejantannya yang tambun. Terasa penis itu menggaruk vaginanya. Terasa nafsunya terpuaskan oleh goyangannya. Terasa susunya terpuaskan oleh remasannya yang membuatnya semakin liar dalam memuaskan nafsunya.
Pak Urip sendiri tidak sanggup berdiam lebih lama lagi. Ia ingin aktif menggenjot vagina majikannya. Sudah cukup baginya membiarkan Nayla bergerak sendiri ditengah persetubuhan mereka yang semakin panas. Kedua tangannya tiba-tiba mencengkram pinggang Nayla yang masih tertutupi gamisnya. Pinggulnya mulai bergerak naik. Tubuh Nayla sampai meloncat saat penis tua itu mulai aktif bergerak menggempur vaginanya.
“Aaahh.. pak..” desah Nayla terkejut akan penetrasi pembantunya.
“Aaahh aku gak sanggup diem lagi non.. Aku mau ikut genjot.. Ayo sini.. Aku akan memberimu kepuasan yang tidak terkira” Ucap pak Urip sambil menarik tubuh Nayla hingga berbaring diatas tubuh telanjangnya.
Puting mereka bertemu. Kulit mereka bersatu. Mereka terlihat seperti kopi dan susu. Saat Nayla terjatuh diatas tubuh pembantunya, pak Urip dengan sigap langsung menggempur vaginanya yang membuat tubuh Nayla bergerak maju mundur diatas tubuhnya.
“Aaahh..” Desah Nayla dengan keras.
Kulit mereka bergesekan. Pentil mereka juga bergesekan. Telapak tangan pak Urip menekan punggung mulus majikannya ke arahnya. Penisnya pun bergerak kencang. Ibarat pengeboran, penisnya bergerak keluar masuk untuk mengebor minyak yang tersimpan di dalam vagina Nayla.
Vagina Nayla semakin basah. Penis pak Urip jadi semakin mudah untuk keluar masuk ke dalam. Suara pinggul mereka yang berbenturan semakin keras. Wajah Nayla yang berada tepat diatas wajah pembantunya hanya bisa memejam tuk menahan hujaman yang semakin keras.
Plok.. Plok..!!
“Aaahh.. gak bosan ngewe memek rapetmu non” Ucap pak Urip ditengah kepuasannya.
“yaahhh.. pak.. aku..”
Nayla kesulitan untuk mengatakan “Aku juga”.
Harga diri masih menghalangi dirinya untuk mengucapkan kalimat simpel itu. Sebagai akhwat bercadar, tentu ia tak mau dirinya kehilangan harga dirinya dengan begitu mudah. Meski tubuhnya sudah menerima untuk menjadi lonte pemuas. Hatinya terus bertahan untuk menjaga batasan. Namun seiring sodokan pembantunya yang semakin kuat. Semakin goyahlah hatinya untuk menuruti apa yang diinginkan oleh tubuh indahnya.
Aku lonte.. Aku ini lonte.. Ah tidak, apa gak malu sama hijab & cadar yang kamu kenakan Nay? Batin hatinya terus bergejolak. Entahlah.. Aku bingungg.. Aku gak tau lagi.. Pokoknya aku sekarang mau terbebas dari siksaaan ini.. Ayo pakk terus.. Sodok akuu pak.. Beri aku kepuasan yang aku inginkaann! Batin Nayla berteriak.
“Non mau aku genjot kan? Ayo jilat anus aku dulu” Ucap pak Urip yang membuat Nayla terkejut mendengarnya.
“Eehhh tapiii” Ucap Nayla yang meski bernafsu, ia tetap tahu kalau anus merupakan lubang tempat pembuangan kotoran.
Bagaimana mungkin lidahnya yang biasa mengucapkan hal-hal baik diminta untuk menjilati lubang dubur itu? Nayla agak menolak namun tiba-tiba getaran yang ia rasakan membuatnya menjerit dengan begitu nikmat.
“Aaahh.. Ammpunnn pak jangan lagiii.. iya aku akan..” desah Nayla bergoyang saat berjongkok dihadapan bokong pembantunya.
“Hakhakhak.. Cepat lakukan sebelum suamimu itu datang” Ucap pak Urip yang menyadarkan Nayla.
Nayla pun terpaksa mendekati lubang dubur itu. Meski ia merasa jijik. Meski ia tak ingin untuk menuruti perintah anehnya itu. Lama-lama wajahnya semakin dekat ke arah dubur pembantunya. Tercium aroma pantat yang membuat Nayla merasa muak. Namun ia memaksanya. Ia menarik nafasnya yang justru membuatnya semakin menghirup aroma pantat pembantunya. Ia menahan nafasnya. Cadarnya kembali ia angkat lalu lidahnya keluar untuk menyentuh lubang dubur pembantunya.
“Aaahh.. Nonn..” desah Pak Urip sampai merinding.
Rasanya sungguh nikmat saat duburnya dijilati oleh lidah seorang akhwat. Kedua tangannya pun mencengkram sprei ranjang tidur vila dengan kuat. Mata pak Urip sampai merem melek keenakan. Lidah itu menjilati tepi duburnya dan terkadang menjilati lubang duburnya yang belum terbuka lebar. Namun itu sudah cukup untuk membuatnya bergidik nikmat. Pak Urip pun ingin meminta lebih. Ia mulai mengeluarkan instruksinya lagi.
“Lebarkan bokong aku non.. Masukan lidahmu ke dalam” Ucap pak Urip yang mau tak mau harus dituruti oleh Nayla.
Akhwat bercadar yang masih berpakaian lengkap itu pun terpaksa melebarkan lubang dubur pembantunya yang sudah bertelanjang bulat. Sungguh pemandangan yang sangat absurd ketika ada akhwat cantik yang sedang menjilati lubang dubur pria tua yang memiliki wajah buruk rupa. Kedua tangannya melebarkan bokong pembantunya dengan memegangi bongkahan pantatnya. Saat lubang dubur itu semakin terbuka, terpaksa lidahnya bergerak masuk untuk menjilati lubang duburnya.
“Aaahh.. nonnn” desah Pak Urip tersenyum senang.
“Slrp..”
Lidah Nayla terus aktif meski ia terus merasakan sensasi jijik ketika diminta menjilati dubur pembantunya itu. Ia berulang kali merasakan rasa pahit di lidahnya. Belum juga dengan aroma memuakkan yang terhirup di hidungnya. Namun ia terus memaksa diri untuk melakukannya agar dirinya dapat dihadiahi tusukan nikmat oleh pembantu bejatnya.
Lidah Nayla mendorong-dorong dinding anus pak Urip agar bisa masuk lebih dalam lagi. Lidahnya juga sesekali keluar lalu menjilati tepi duburnya saja. Nayla merasa jitjik. Ia sudah tak kuat lagi hingga membuatnya terbatuk-batuk menghadap ke lantai kamar vilanya.
“Uhuk.. Uhuk..” Nayla merasa muak dengan aroma pantatnya.
Ia bahkan mengelap lidahnya sesekali menggunakan cadarnya. Ia tak sanggup lagi. Ia tak sanggup untuk menjilati dubur pembantunya lagi.
“Hakhakhak.. Makasih non.. Mulai sekarang, non udah boleh goyang diatas tubuh saya.. Ayo sini” Ucap pak Urip yang langsung mengambil posisi tiduran terlentang diatas ranjang empuk vila tersebut.
Bagai budak yang sudah diperintah tuannya. Nayla tanpa mengucapkan apa-apa langsung berdiri menatap penis tegak yang sudah basah berlumuran air liurnya tersebut. Tangannya kembali meremas dada bulatnya sendiri dari arah luar gamisnya. Ia terdiam sejenak menatap benda keras itu. Ia merenung. Ia merenungi dirinya yang sudah seperti ini.
Seperti inikah takdirku pada akhirnya? Batin Nayla sambil melepas celana dalam yang dikenakannya hingga turun melewati kedua kakinya.
Ia lalu menarik keluar vibratornya. Lalu menjatuhkannya ke lantai begitu saja.
Menjadi seorang budak yang selalu menghamba pada kontol seseorang? Batin Nayla sambil berjalan mendekat ke arah ranjang tidur vila tersebut.
Yang haus akan nafsu, yang selalu membutuhkan seorang pemuas yang bisa mengatasi rasa sangekku? Batin Nayla mulai menaiki ranjang vila tersebut.
Nampak pak Urip tersenyum puas. Akhwat bercadar itu mulai mendekat tuk menaiki penis kekarnya.
Nayla, dimana ilmu agama yang dulu kamu sempat pelajari? Apakah semuanya sudah terlupakan oleh nafsu birahimu sendiri? Batin Nayla yang sudah mengambil posisi untuk menunggangi pria tua berperut tambun itu. Tinggal ia menurunkan tubuhnya maka penis itu langsung ambles menembus vaginanya.
Entahlah, jangan tanya diriku! Aku ini bukan seorang santriwati lagi.. Aku ini, adalah.. Lonte pemuas yang selalu menghamba pada nafsu birahi.. Batin Nayla yang langsung menurunkan tubuhnya hingga penis kekar itu ambles seluruhnya ke dalam vagina Nayla yang sudah sangat basah.
“Aaahh bapak” desah Nayla yang kehilangan akal sehatnya.
“Aaahh nonn.. Nikmat sekali” Desah pak Urip dengan suara memberat.
Nayla yang sudah sangat terangsang justru malah ambruk diatas tubuh tambun pembantunya. Mata mereka bertemu. Nampak pak Urip tersenyum menatapnya. Nayla dengan penuh nafsu pun membalas tatapannya sambil menegakkan tubuhnya kembali.
Maafkan aku suamiku.. Maaf aku sudah memilih jalan ini.. Sepertinya, berkali-kali pun aku mencoba melawan, aku selalu ditakdirkan untuk menjadi seperti ini.. Aku seorang pemuas.. Ah tidak, aku adalah lonte yang selalu haus akan kepuasan.. Tolong selamatkan aku pak.. Selamatkan aku dengan kejantanan kontolmu! Batin Nayla yang mulai menaikkan tubuhnya lalu menurunkannya dengan segera hingga dirinya merasakan gesekan ternikmat yang ia rasakan di dinding vaginanya.
“Aaahh iya.. Aaahh enakkk sekali” Desah Nayla yang mulai konsisten saat naik turun diatas penis pembantunya.
Nayla angkat tinggi lalu menurunkannya dengan cepat. Ia angkat lagi lalu ia benamkan lagi. Terkadang pinggulnya bergoyang memutar. Terkadang pinggulnya bergerak maju mundur. Rasa nikmat yang ia rasakan membuatnya tak sanggup berhenti untuk bergoyang diatas tubuh pembantunya ini.
Tubuh Nayla ditegakkan. Kedua tangannya ia geletakkan saja di kiri kanannya. Pinggulnya bergerak maju mundur. Matanya menatap wajah pembantunya dengan penuh nafsu. Mulutnya berulangkali mendesah nikmat. Rasa gatal di vaginanya membuatnya ingin terus menggaruknya hingga membuat goyangannya semakin terasa luar biasa.
“Aaahh.. enak banget pak..” desah Nayla.
“Iya kan? Non mulai mengakuinya kan?” Tanya pak Urip ditengah-tengah desahannya.
Namun kali ini Nayla menjawab. Hatinya kembali teringat perbuatan baik suaminya. Namun rasa nikmat membuatnya ingin terus menggoyangnya. Meski batinnya sudah memilih jalannya untuk menjadi lonte pemuas. Namun hati kecilnya selalu mengingatkan kalau ini adalah perbuatan yang salah. Nayla bingung. Ia ingin kepuasan tapi hatinya malah berbicara tidak, ini hanyalah kepuasan yang fana. Ketika ia ingin menuruti hatinya namun nafsunya justru berkata tidak, jangan berhenti, nanti kamu akan tersiksa selamanya.
Kata-kata itu terus bergelut di pikirannya. Hatinya bergejolak. Ia bingung harus memutuskan apa namun pinggulnya terus bergoyang merangsang nafsu birahi pembantunya. Rasa nikmat itu membuatnya ingin meremas dadanya.
Tanpa diperintah oleh pak Urip, Nayla menurunkan resleting gamisnya hingga gamisnya jatuh di sekitar pinggangnya. Nampak beha yang Nayla kenakan terlihat. Ia menurunkan cup branya lalu tangannya meremasi susunya sambil terus bergoyang menikmati kepuasan yang ia dapatkan.
“Aaahh.. bapak” desah Nayla yang membuat pak Urip tertawa puas.
“Remes seperti itu non.. Binalkan dirimu.. remas susumu kuat-kuat!” Ucap pak Urip yang membuat Nayla semakin bersemangat.
“Aaahh iya.. Akan kulakukan pak.. Aaahh..” desah Nayla sambil memelintir putingnya sendiri.
Naik turun, naik turun, naik turun. Tubuh Nayla terus naik turun diatas tubuh pejantannya yang tambun. Terasa penis itu menggaruk vaginanya. Terasa nafsunya terpuaskan oleh goyangannya. Terasa susunya terpuaskan oleh remasannya yang membuatnya semakin liar dalam memuaskan nafsunya.
Pak Urip sendiri tidak sanggup berdiam lebih lama lagi. Ia ingin aktif menggenjot vagina majikannya. Sudah cukup baginya membiarkan Nayla bergerak sendiri ditengah persetubuhan mereka yang semakin panas. Kedua tangannya tiba-tiba mencengkram pinggang Nayla yang masih tertutupi gamisnya. Pinggulnya mulai bergerak naik. Tubuh Nayla sampai meloncat saat penis tua itu mulai aktif bergerak menggempur vaginanya.
“Aaahh.. pak..” desah Nayla terkejut akan penetrasi pembantunya.
“Aaahh aku gak sanggup diem lagi non.. Aku mau ikut genjot.. Ayo sini.. Aku akan memberimu kepuasan yang tidak terkira” Ucap pak Urip sambil menarik tubuh Nayla hingga berbaring diatas tubuh telanjangnya.
Puting mereka bertemu. Kulit mereka bersatu. Mereka terlihat seperti kopi dan susu. Saat Nayla terjatuh diatas tubuh pembantunya, pak Urip dengan sigap langsung menggempur vaginanya yang membuat tubuh Nayla bergerak maju mundur diatas tubuhnya.
“Aaahh..” Desah Nayla dengan keras.
Kulit mereka bergesekan. Pentil mereka juga bergesekan. Telapak tangan pak Urip menekan punggung mulus majikannya ke arahnya. Penisnya pun bergerak kencang. Ibarat pengeboran, penisnya bergerak keluar masuk untuk mengebor minyak yang tersimpan di dalam vagina Nayla.
Vagina Nayla semakin basah. Penis pak Urip jadi semakin mudah untuk keluar masuk ke dalam. Suara pinggul mereka yang berbenturan semakin keras. Wajah Nayla yang berada tepat diatas wajah pembantunya hanya bisa memejam tuk menahan hujaman yang semakin keras.
Plok.. Plok..!!
“Aaahh.. gak bosan ngewe memek rapetmu non” Ucap pak Urip ditengah kepuasannya.
“yaahhh.. pak.. aku..”
Nayla kesulitan untuk mengatakan “Aku juga”.
Harga diri masih menghalangi dirinya untuk mengucapkan kalimat simpel itu. Sebagai akhwat bercadar, tentu ia tak mau dirinya kehilangan harga dirinya dengan begitu mudah. Meski tubuhnya sudah menerima untuk menjadi lonte pemuas. Hatinya terus bertahan untuk menjaga batasan. Namun seiring sodokan pembantunya yang semakin kuat. Semakin goyahlah hatinya untuk menuruti apa yang diinginkan oleh tubuh indahnya.
Aku lonte.. Aku ini lonte.. Ah tidak, apa gak malu sama hijab & cadar yang kamu kenakan Nay? Batin hatinya terus bergejolak. Entahlah.. Aku bingungg.. Aku gak tau lagi.. Pokoknya aku sekarang mau terbebas dari siksaaan ini.. Ayo pakk terus.. Sodok akuu pak.. Beri aku kepuasan yang aku inginkaann! Batin Nayla berteriak.
Ditengah sodokan yang semakin nikmat, tiba-tiba pak Urip menghentikan gerakan pinggulnya. Nayla kecewa menatap wajah pembantunya tak percaya. Namun pak Urip hanya tersenyum.
“Tenang non.. Aku juga gak mau persetubuhan kita berhenti begitu aja kok.. Ayo ganti gaya.. Cepat nungging.. Aku ingin menggenjotmu pake gaya anjing kawin!” Ucap pak Urip.
Nayla mengambil posisi menungging diatas ranjang.
pak Urip menampar bokong majikannya.
Plakk!!
“Aaahh bapak!” Jerit Nayla dengan manja.
“Non udah siap?” Tanya pak Urip sambil mengusap-ngusap bongkahan pantat majikannya.
“Aku siap pak” Ucap Nayla.
Pak Urip langsung menyobloskan penisnya kembali hingga akhwat bercadar itu menjerit merasakan kepuasan yang kembali ia dapatkan.
Tanpa jeda dengan nafsu yang sudah meluap-luap, pria tua yang sangat beruntung itu langsung menggerakkan pinggulnya maju mundur tanpa ampun. Kedua tangannya mencengkram gamis yang masih melingkar di pinggang majikannya. Matanya menatap punggung mulus majikannya yang begitu halus. Mulutnya mengerang nikmat. Jepitan vagina majikannya begitu terasa menghimpit penis besarnya.
“Aaahh.. Aaahh mantap sekali memekmu, non” Desah pak Urip puas.
“Aaahh.. Iya.. Aaahh terus pak..” desah Nayla merasakan kepuasan yang tak terkira.
Vaginanya yang gatal disodok berulang kali tanpa henti. Gairah birahi yang meledak dipuaskan oleh sodokan penis yang setajam belati. Vaginanya terus diobok-obok. Vaginanya terus diuleg-uleg. Rahimnya semakin basah oleh penis kekar yang membuatnya tak lagi merasa gelisah.
Aaahh.. Enak sekali perzinahan ini.. Batin Nayla yang sudah tak tahan lagi.
Mendengar majikannya terus mendesah membuat pria tua itu semakin tertawa. Ia pun mengejek majikannya. Ia menganggap majikannya seorang munafik karena enggan mengungkapkan kenikmatan yang sudah majikannya dapatkan.
“Aaahh.. Jangan malu-malu.. Ungkapkan semuanya.. Desah yang keras non.. Luapkan nafsumu..” kata pak Urip sambil terus menyodok rahim majikannya.
“Aaahh.. iya.. Aaahh puass bangett pak..” desah Nayla malu-malu.
“Hakhakhak.. terus.. Jangann malu-malu.. Ungkapkan semuanyaa.. Lonte itu gak pernah malu-malu selama mendesah” Ejek pak Urip yang anehnya justru membuat Nayla semakin bernafsu saat itu.
“Aaahh.. Aaahh iya.. Aku gak akan.. Aaahh.. Maluu-maluu pak.. Cepat sodok lagi.. Hujami rahimku lebih keras lagii paaakkk” desah Nayla meluapkan gairah birahinya.
“Hakhakhak.. Kalau itu maumu, baiklah!” Ucap pak Urip yang benar-benar memperkuat hujamannya.
“Aaahh.. iya..” desah Nayla dengan sangat manja.
Tubuhnya terdorong maju mundur. Payudara bulatnya terus bergondal-gandul. Matanya merem melek penuh kepuasan. Kemulusan tubuhnya membuat tangan pembantunya terus bergerak tuk mengusapi kulit punggungnya yang begitu halus.
Lalu tubuh pak Urip ditundukkan. Tangan kanannya mendekap tangan kanan majikannya lalu ditariknya ke belakang. Begitu juga dengan apa yang terjadi pada tangan kiri majikannya. Seketika tubuh Nayla terangkat. Dadanya membusung ke depan. Disaat hujamannya semakin keras, maka semakin indahlah penampakan dada Nayla yang sedang disodok dari belakang.
“Aaahh.. “desah Nayla dengan manja.
“Aaahh yaahhh.. Ahhh.. Masih kurang puas? Haruskah aku perkuat lagi non?” Ucap pak Urip tersenyum sambil melirik ke sisi kanan tubuhnya. Tepatnya ke sudut ruangan yang ada di seberang.
“Aaahh iya.. tolong lagiii.. tolong hujami aku lebih keras lagiii” Pinta Nayla yang membuat pak Urip tertawa.
“Hakhakhak.. Kalau itu mau non.. Rasakan iniii!”
“Aaahh..” desah Nayla menjerit keras.
Hampir dua menit mereka bersetubuh dengan posisi seperti itu. Wajah Nayla sampai geleng-geleng tak percaya. Ia sangat bersyukur bisa merasakan persetubuhan sepuas ini. Vaginanya semakin panas. Cairan cintanya semakin memenuhi isi rahimnya. Tubuhnya mengejang. Susu bulatnya mengencang. Terlihat susu bulatnya juga membesar. Tubuh Nayla sudah berada di fase sempurna. Fase dimana tubuhnya terlihat paling menggoda ketika dirinya berada di puncak kenikmatannya.
“Aaahh.. Hebaattt banget yah non ini.. Aku hampir keluar” Ucap pak Urip puas.
“Aaahh akuu jugaaa.. Akuu jugaa pak..” desah Nayla saat tiba-tiba kedua tangannya dilepas hingga membuatnya tak memiliki tumpuan di depan.
Tubuhnya ambruk ke ranjang. Wajahnya jatuh ke atas sprei ranjang tersebut. Susu bulatnya terjepit. Pak Urip menabok bokong Nayla sekali tuk menghadiahi kepuasan yang ia dapatkan dari vagina majikannya yang begitu sempit.
“Ayooo buka semuanya non” Ucap pak Urip saat menarik penisnya keluar lalu memelorotkan gamis yang masih melekat melalui kedua kakinya.
“Aaahh” desah Nayla yang akhirnya bisa telanjang sempurna menyisakan hijab, cadar, serta stockingnya saja.
“Hakhakhak” Tawa pak Urip sejenak sambil melirik ke arah sudut ruangan.
Pak Urip pun tersenyum sebelum memulai kembali aksi pembinalannya.
“Ayo tiduran.. Kita akhiri sekarang” Ucap pak Urip yang hanya dijawab Nayla dengan anggukan saja.
Nayla yang sudah telanjang bulat diposisikan tiduran terlentang menghadap ke atas. Pak Urip pun membuka kedua kaki Nayla melebar. Penisnya kembali ia arahkan. Dengan satu tusukan yang begitu nikmat. Ia membenamkan penisnya sedalam-dalamnya hingga menyundul dinding rahim kehangatannya.
“Aahh pak” Desah Nayla manja.
“Aaahh yah..Ayo selesaikan.. Akan aku hamili dirimu sekarang!” Ucap pak Urip bernafsu saat pinggulnya kembali bergoyang tuk mengakhiri semua persetubuhan ternikmatnya,
“Uuh pak.. iya” jerit Nayla merasakan tusukan nikmat dari pembantu tuanya itu.
Saking kuatnya, kedua tangannya sampai mencengkram kuat sprei ranjang tidurnya. Matanya memejam. Ia tak sabar untuk merasakan orgasme dari persetubuhannya sekarang.
Ketika nafsu sudah berada di puncak kenikmatan. Maka tak ada alasan bagi tubuh untuk menahan setiap sodokan. Itulah yang dirasakan oleh pak Urip. Ia tidak menahan diri lagi. Dirinya langsung menggempur rahim majikannya tanpa henti.
Ditatapnya payudara majikannya yang bergoyang. Gerakannya yang begitu indah membuat pembantu tua itu semakin terangsang. Lidahnya pun keluar sendiri untuk menjilati lidahnya yang kering. Ia terpesona oleh warna puting majikannya yang begitu pink.
Tangannya yang gemas jadi ingin mengelus tubuh polos majikannya. Mulai dari pinggang ia berpindah ke paha. Dari paha naik lagi ke perut. Dari perut ia mengelus susu bulatnya. Disana ia menekan puting susunya. Lalu menariknya. Lalu mencubitnya. Ia kembali mengusap perutnya sambil menatap wajah sangek majikannya.
“Aaahh.. Jangan.. Jangan ditarik-tarik pak.. Aaahh” desah Nayla terangsang.
“Hakhakhak.. Lohhh kok ngatur.. Suka-suka aku dong.. Hennkgghhh!!” Desah pak Urip yang malah meremas payudara Nayla sekuat-kuatnya.
“Aaahh bapak” Jerit Nayla penuh kepuasan.
Mendengar jeritan Nayla yang menggoda ditambah dengan tubuh mulusnya yang lebih menggoda membuat nafsu pak Urip semakin membara. Ia kembali mencengkram pinggangnya lalu mempercepat hujamannya sehingga susu bulatnya semakin bergoyang sempurna.
“Aaahh.. Akan aku akhiri sebentar lagiii.. Tunggu sebentaaar.. Tungguu sebentaar lagi yah non.. Aku akannn aahhh”
“Aaahh iiyah.. Cepaatt keluuaarkkannn.. Aku udah gak tahannn lagiii.. Ayooo pak selesaikannn”
Ranjang tidur yang mereka tempati bergoyang. Tubuh Nayla terdorong maju mundur semakin kencang. Wajah pak Urip terlihat senang. Ia begitu girang bisa menyetubuhi akhwat bercadar yang kini sudah telanjang.
Disaat nafsu sudah mendekati puncak. Pak Urip merasakan penisnya semakin terjepit. Lubang vagina majikannya semakin menyempit. Dinding vagina majikannya menghimpit yang membuat penisnya semakin tercekik.
Pak Urip tidak kuat lagi. Ia terus menggempur vagina Nayla dengan sisa tenaga yang ia punya.
“Aaahh..” jerit Nayla yang juga sudah mendekati batas maksimalnya.
Sodokan pembantunya yang begitu kuat membuat payudaranya terus meloncat-loncat. Tubuhnya juga terangkat. Ia tak mengira persetubuhannya kali ini begitu dahsyat.
Plok.. Plok..!!
Pinggul Pak Urip terus menggempur. Ia tak memberikan waktu istirahat sedikitpun kepada majikannya itu. Suara benturan pinggul mereka juga terdengar kuat. Suara jeritan mereka juga bercampur memenuhi seisi ruangan.
“Aaahh.. Puas sekali rasanya bisa menikmati tubuhmu non.. Aaahh terima ini.. Terima kontolku ini!” Desah pak Urip saat menghentakkan pinggulnya.
Plok.. Plok..
“Aaahh.. lebih kuat lagiii.. Ayoo pakk sebentar lagiii” desah Nayla saat merasakan vaginanya berdenyut.
“Aaahh.. Rasakan ini.. Terimaaa inniii!!” Desah pak Urip.
“Aaahh iyyaahhh.. iya” desah Nayla tak tahan lagi.
“Aaahh.. Aku mau keluar” Desah pak Urip sambil merem melek keenakan.
“Aaahh.. Aku juga pakk.. Aku Aaahh” desah Nayla sambil meremas sprei ranjang tidurnya semakin kuat.
Tubuh pak Urip menunduk. Mulutnya membuka tuk menyusu pada puting indah itu. Pinggulnya tak berhenti menggempur. Lidahnya tak berhenti menjilat. Mulutnya juga tak berhenti menghisap.
“Mmmphh.. Aku mauu keluar.. Akuu mau keluar” Desah pak Urip mengangkat wajahnya lagi tuk menatap mata indah majikannya.
“Aaahh pak.. Akuu juga.. Aku juga” desah Nayla membalas tatapan mata pembantunya.
Akhirnya dengan satu tusukan yang begitu kuat. Penis pak Urip menembus rahim terdalam yang membuat Nayla puas tak tertahankan. Tubuh gembrot pak Urip jatuh menindihi tubuh ramping majikannya. Dada mereka bersentuhan. Wajah mereka saling bertatapan. Pak Urip pun memeluk tubuh ramping majikannya saat cairan cintanya mulai keluar membasahi rahim majikannya.
“Aaahh keluar!”
“Aaahh akkuuu juga?!”
Crott.. Crott..
Rahim Nayla basah. Rahimnya telah penuh. Ketika rahimnya diisi oleh pejuh maka tubuh mereka diselimuti oleh peluh. Mata mereka merem melek penuh kepuasan.
Sedangkan tubuh mereka kelojotan penuh kepuasan. Deru nafas mereka pun bersatu setelah mengakhiri persetubuhan ternikmat mereka yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya. Hanya suara ngos-ngosan yang tersisa. Hanya senyuman penuh kepuasan yang mereka tinggalkan. Atau mungkin hanya salah satu dari mereka yang tersenyum penuh kepuasan.
“Hah.. Hah.. Puas sekali yah non.. Hakhakhak” Tawa pak Urip sambil beristirahat sejenak tanpa mencabut penisnya dari vagina majikannya.
Sedangkan Nayla menyesali apa yang sudah diperbuatnya. Ia hanya menatap kosong ke arah langit-langit ruangan. Ia merenungi perbuatannya lagi. Ia merasa aneh pada dirinya. Ketika dirinya sedang nafsu-nafsunya, ia merasa sudah berubah menjadi orang lain. Ia pun heran kenapa lisannya sampai berucap seperti tadi.
Ketika nafsu terselesaikan. Ia kembali menjadi dirinya yang sebenarnya. Nayla hanya memejam pasrah. Nasi sudah menjadi bubur. Sperma telah tertanam di dalam rahimnya lagi. Nayla pun takut kalau dirinya hamil hasil dari cocok tanam pembantunya lagi.
Padahal aku sudah meminum ramuannya.. Tapi kenapa aku masih kayak gini? Bahkan tambah parah.. Bisa-bisanya aku bercinta disini juga di warung pak Tomi.. Batin Nayla merenung.
Bahkan tadi aku.. Terang-terangan pasrah ingin mengambil jalan tadi? Bukan, aku bukan lonte.. Kenapa aku malah kayak tadi sihhh! Batin Nayla ingin menangisi dirinya sendiri.
Namun rasa lelah yang menderanya sejak tadi membuat rasa kantuk perlahan datang menghampiri. Padahal tubuhnya masih telanjang. Bagaimana nanti kalau suaminya datang dan memergokinya sedang telanjang dan pembantunya ada di seberang?
Tapi rasa kantuknya ternyata lebih kuat. Dalam pelukan pembantunya, Nayla pun tertidur setelah mendapatkan kenikmatan yang tidak tertahankan.
“Tenang non.. Aku juga gak mau persetubuhan kita berhenti begitu aja kok.. Ayo ganti gaya.. Cepat nungging.. Aku ingin menggenjotmu pake gaya anjing kawin!” Ucap pak Urip.
Nayla mengambil posisi menungging diatas ranjang.
pak Urip menampar bokong majikannya.
Plakk!!
“Aaahh bapak!” Jerit Nayla dengan manja.
“Non udah siap?” Tanya pak Urip sambil mengusap-ngusap bongkahan pantat majikannya.
“Aku siap pak” Ucap Nayla.
Pak Urip langsung menyobloskan penisnya kembali hingga akhwat bercadar itu menjerit merasakan kepuasan yang kembali ia dapatkan.
Tanpa jeda dengan nafsu yang sudah meluap-luap, pria tua yang sangat beruntung itu langsung menggerakkan pinggulnya maju mundur tanpa ampun. Kedua tangannya mencengkram gamis yang masih melingkar di pinggang majikannya. Matanya menatap punggung mulus majikannya yang begitu halus. Mulutnya mengerang nikmat. Jepitan vagina majikannya begitu terasa menghimpit penis besarnya.
“Aaahh.. Aaahh mantap sekali memekmu, non” Desah pak Urip puas.
“Aaahh.. Iya.. Aaahh terus pak..” desah Nayla merasakan kepuasan yang tak terkira.
Vaginanya yang gatal disodok berulang kali tanpa henti. Gairah birahi yang meledak dipuaskan oleh sodokan penis yang setajam belati. Vaginanya terus diobok-obok. Vaginanya terus diuleg-uleg. Rahimnya semakin basah oleh penis kekar yang membuatnya tak lagi merasa gelisah.
Aaahh.. Enak sekali perzinahan ini.. Batin Nayla yang sudah tak tahan lagi.
Mendengar majikannya terus mendesah membuat pria tua itu semakin tertawa. Ia pun mengejek majikannya. Ia menganggap majikannya seorang munafik karena enggan mengungkapkan kenikmatan yang sudah majikannya dapatkan.
“Aaahh.. Jangan malu-malu.. Ungkapkan semuanya.. Desah yang keras non.. Luapkan nafsumu..” kata pak Urip sambil terus menyodok rahim majikannya.
“Aaahh.. iya.. Aaahh puass bangett pak..” desah Nayla malu-malu.
“Hakhakhak.. terus.. Jangann malu-malu.. Ungkapkan semuanyaa.. Lonte itu gak pernah malu-malu selama mendesah” Ejek pak Urip yang anehnya justru membuat Nayla semakin bernafsu saat itu.
“Aaahh.. Aaahh iya.. Aku gak akan.. Aaahh.. Maluu-maluu pak.. Cepat sodok lagi.. Hujami rahimku lebih keras lagii paaakkk” desah Nayla meluapkan gairah birahinya.
“Hakhakhak.. Kalau itu maumu, baiklah!” Ucap pak Urip yang benar-benar memperkuat hujamannya.
“Aaahh.. iya..” desah Nayla dengan sangat manja.
Tubuhnya terdorong maju mundur. Payudara bulatnya terus bergondal-gandul. Matanya merem melek penuh kepuasan. Kemulusan tubuhnya membuat tangan pembantunya terus bergerak tuk mengusapi kulit punggungnya yang begitu halus.
Lalu tubuh pak Urip ditundukkan. Tangan kanannya mendekap tangan kanan majikannya lalu ditariknya ke belakang. Begitu juga dengan apa yang terjadi pada tangan kiri majikannya. Seketika tubuh Nayla terangkat. Dadanya membusung ke depan. Disaat hujamannya semakin keras, maka semakin indahlah penampakan dada Nayla yang sedang disodok dari belakang.
“Aaahh.. “desah Nayla dengan manja.
“Aaahh yaahhh.. Ahhh.. Masih kurang puas? Haruskah aku perkuat lagi non?” Ucap pak Urip tersenyum sambil melirik ke sisi kanan tubuhnya. Tepatnya ke sudut ruangan yang ada di seberang.
“Aaahh iya.. tolong lagiii.. tolong hujami aku lebih keras lagiii” Pinta Nayla yang membuat pak Urip tertawa.
“Hakhakhak.. Kalau itu mau non.. Rasakan iniii!”
“Aaahh..” desah Nayla menjerit keras.
Hampir dua menit mereka bersetubuh dengan posisi seperti itu. Wajah Nayla sampai geleng-geleng tak percaya. Ia sangat bersyukur bisa merasakan persetubuhan sepuas ini. Vaginanya semakin panas. Cairan cintanya semakin memenuhi isi rahimnya. Tubuhnya mengejang. Susu bulatnya mengencang. Terlihat susu bulatnya juga membesar. Tubuh Nayla sudah berada di fase sempurna. Fase dimana tubuhnya terlihat paling menggoda ketika dirinya berada di puncak kenikmatannya.
“Aaahh.. Hebaattt banget yah non ini.. Aku hampir keluar” Ucap pak Urip puas.
“Aaahh akuu jugaaa.. Akuu jugaa pak..” desah Nayla saat tiba-tiba kedua tangannya dilepas hingga membuatnya tak memiliki tumpuan di depan.
Tubuhnya ambruk ke ranjang. Wajahnya jatuh ke atas sprei ranjang tersebut. Susu bulatnya terjepit. Pak Urip menabok bokong Nayla sekali tuk menghadiahi kepuasan yang ia dapatkan dari vagina majikannya yang begitu sempit.
“Ayooo buka semuanya non” Ucap pak Urip saat menarik penisnya keluar lalu memelorotkan gamis yang masih melekat melalui kedua kakinya.
“Aaahh” desah Nayla yang akhirnya bisa telanjang sempurna menyisakan hijab, cadar, serta stockingnya saja.
“Hakhakhak” Tawa pak Urip sejenak sambil melirik ke arah sudut ruangan.
Pak Urip pun tersenyum sebelum memulai kembali aksi pembinalannya.
“Ayo tiduran.. Kita akhiri sekarang” Ucap pak Urip yang hanya dijawab Nayla dengan anggukan saja.
Nayla yang sudah telanjang bulat diposisikan tiduran terlentang menghadap ke atas. Pak Urip pun membuka kedua kaki Nayla melebar. Penisnya kembali ia arahkan. Dengan satu tusukan yang begitu nikmat. Ia membenamkan penisnya sedalam-dalamnya hingga menyundul dinding rahim kehangatannya.
“Aahh pak” Desah Nayla manja.
“Aaahh yah..Ayo selesaikan.. Akan aku hamili dirimu sekarang!” Ucap pak Urip bernafsu saat pinggulnya kembali bergoyang tuk mengakhiri semua persetubuhan ternikmatnya,
“Uuh pak.. iya” jerit Nayla merasakan tusukan nikmat dari pembantu tuanya itu.
Saking kuatnya, kedua tangannya sampai mencengkram kuat sprei ranjang tidurnya. Matanya memejam. Ia tak sabar untuk merasakan orgasme dari persetubuhannya sekarang.
Ketika nafsu sudah berada di puncak kenikmatan. Maka tak ada alasan bagi tubuh untuk menahan setiap sodokan. Itulah yang dirasakan oleh pak Urip. Ia tidak menahan diri lagi. Dirinya langsung menggempur rahim majikannya tanpa henti.
Ditatapnya payudara majikannya yang bergoyang. Gerakannya yang begitu indah membuat pembantu tua itu semakin terangsang. Lidahnya pun keluar sendiri untuk menjilati lidahnya yang kering. Ia terpesona oleh warna puting majikannya yang begitu pink.
Tangannya yang gemas jadi ingin mengelus tubuh polos majikannya. Mulai dari pinggang ia berpindah ke paha. Dari paha naik lagi ke perut. Dari perut ia mengelus susu bulatnya. Disana ia menekan puting susunya. Lalu menariknya. Lalu mencubitnya. Ia kembali mengusap perutnya sambil menatap wajah sangek majikannya.
“Aaahh.. Jangan.. Jangan ditarik-tarik pak.. Aaahh” desah Nayla terangsang.
“Hakhakhak.. Lohhh kok ngatur.. Suka-suka aku dong.. Hennkgghhh!!” Desah pak Urip yang malah meremas payudara Nayla sekuat-kuatnya.
“Aaahh bapak” Jerit Nayla penuh kepuasan.
Mendengar jeritan Nayla yang menggoda ditambah dengan tubuh mulusnya yang lebih menggoda membuat nafsu pak Urip semakin membara. Ia kembali mencengkram pinggangnya lalu mempercepat hujamannya sehingga susu bulatnya semakin bergoyang sempurna.
“Aaahh.. Akan aku akhiri sebentar lagiii.. Tunggu sebentaaar.. Tungguu sebentaar lagi yah non.. Aku akannn aahhh”
“Aaahh iiyah.. Cepaatt keluuaarkkannn.. Aku udah gak tahannn lagiii.. Ayooo pak selesaikannn”
Ranjang tidur yang mereka tempati bergoyang. Tubuh Nayla terdorong maju mundur semakin kencang. Wajah pak Urip terlihat senang. Ia begitu girang bisa menyetubuhi akhwat bercadar yang kini sudah telanjang.
Disaat nafsu sudah mendekati puncak. Pak Urip merasakan penisnya semakin terjepit. Lubang vagina majikannya semakin menyempit. Dinding vagina majikannya menghimpit yang membuat penisnya semakin tercekik.
Pak Urip tidak kuat lagi. Ia terus menggempur vagina Nayla dengan sisa tenaga yang ia punya.
“Aaahh..” jerit Nayla yang juga sudah mendekati batas maksimalnya.
Sodokan pembantunya yang begitu kuat membuat payudaranya terus meloncat-loncat. Tubuhnya juga terangkat. Ia tak mengira persetubuhannya kali ini begitu dahsyat.
Plok.. Plok..!!
Pinggul Pak Urip terus menggempur. Ia tak memberikan waktu istirahat sedikitpun kepada majikannya itu. Suara benturan pinggul mereka juga terdengar kuat. Suara jeritan mereka juga bercampur memenuhi seisi ruangan.
“Aaahh.. Puas sekali rasanya bisa menikmati tubuhmu non.. Aaahh terima ini.. Terima kontolku ini!” Desah pak Urip saat menghentakkan pinggulnya.
Plok.. Plok..
“Aaahh.. lebih kuat lagiii.. Ayoo pakk sebentar lagiii” desah Nayla saat merasakan vaginanya berdenyut.
“Aaahh.. Rasakan ini.. Terimaaa inniii!!” Desah pak Urip.
“Aaahh iyyaahhh.. iya” desah Nayla tak tahan lagi.
“Aaahh.. Aku mau keluar” Desah pak Urip sambil merem melek keenakan.
“Aaahh.. Aku juga pakk.. Aku Aaahh” desah Nayla sambil meremas sprei ranjang tidurnya semakin kuat.
Tubuh pak Urip menunduk. Mulutnya membuka tuk menyusu pada puting indah itu. Pinggulnya tak berhenti menggempur. Lidahnya tak berhenti menjilat. Mulutnya juga tak berhenti menghisap.
“Mmmphh.. Aku mauu keluar.. Akuu mau keluar” Desah pak Urip mengangkat wajahnya lagi tuk menatap mata indah majikannya.
“Aaahh pak.. Akuu juga.. Aku juga” desah Nayla membalas tatapan mata pembantunya.
Akhirnya dengan satu tusukan yang begitu kuat. Penis pak Urip menembus rahim terdalam yang membuat Nayla puas tak tertahankan. Tubuh gembrot pak Urip jatuh menindihi tubuh ramping majikannya. Dada mereka bersentuhan. Wajah mereka saling bertatapan. Pak Urip pun memeluk tubuh ramping majikannya saat cairan cintanya mulai keluar membasahi rahim majikannya.
“Aaahh keluar!”
“Aaahh akkuuu juga?!”
Crott.. Crott..
Rahim Nayla basah. Rahimnya telah penuh. Ketika rahimnya diisi oleh pejuh maka tubuh mereka diselimuti oleh peluh. Mata mereka merem melek penuh kepuasan.
Sedangkan tubuh mereka kelojotan penuh kepuasan. Deru nafas mereka pun bersatu setelah mengakhiri persetubuhan ternikmat mereka yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya. Hanya suara ngos-ngosan yang tersisa. Hanya senyuman penuh kepuasan yang mereka tinggalkan. Atau mungkin hanya salah satu dari mereka yang tersenyum penuh kepuasan.
“Hah.. Hah.. Puas sekali yah non.. Hakhakhak” Tawa pak Urip sambil beristirahat sejenak tanpa mencabut penisnya dari vagina majikannya.
Sedangkan Nayla menyesali apa yang sudah diperbuatnya. Ia hanya menatap kosong ke arah langit-langit ruangan. Ia merenungi perbuatannya lagi. Ia merasa aneh pada dirinya. Ketika dirinya sedang nafsu-nafsunya, ia merasa sudah berubah menjadi orang lain. Ia pun heran kenapa lisannya sampai berucap seperti tadi.
Ketika nafsu terselesaikan. Ia kembali menjadi dirinya yang sebenarnya. Nayla hanya memejam pasrah. Nasi sudah menjadi bubur. Sperma telah tertanam di dalam rahimnya lagi. Nayla pun takut kalau dirinya hamil hasil dari cocok tanam pembantunya lagi.
Padahal aku sudah meminum ramuannya.. Tapi kenapa aku masih kayak gini? Bahkan tambah parah.. Bisa-bisanya aku bercinta disini juga di warung pak Tomi.. Batin Nayla merenung.
Bahkan tadi aku.. Terang-terangan pasrah ingin mengambil jalan tadi? Bukan, aku bukan lonte.. Kenapa aku malah kayak tadi sihhh! Batin Nayla ingin menangisi dirinya sendiri.
Namun rasa lelah yang menderanya sejak tadi membuat rasa kantuk perlahan datang menghampiri. Padahal tubuhnya masih telanjang. Bagaimana nanti kalau suaminya datang dan memergokinya sedang telanjang dan pembantunya ada di seberang?
Tapi rasa kantuknya ternyata lebih kuat. Dalam pelukan pembantunya, Nayla pun tertidur setelah mendapatkan kenikmatan yang tidak tertahankan.
“Loh.. Loh.. Loh.. Udah tidur? Capek yah non.. Hakhakhak” Tawa pak Urip yang kali ini berhati-hati saat mencabut penisnya.
Kebetulan ia melihat bantal di sebelahnya. Ia pun menaruh bantal itu diatas paha Nayla agar membiarkan spermanya tetap menetap didalam.
Dengan santai ia berjalan menuju sudut ruangan. Ia mengambil handycam yang rupanya sudah ada disana sejak lama. Ia pun memeriksa hasil rekamannya. Terlihat di rekaman itu seolah Nayla yang datang untuk menggodanya.
“Hakhakhak.. Gak sia-sia aku beli benda ini.. Apa sih namanya? Helikem? Ah bodo amat sama namanya.. pokoknya dengan ini non Nayla pasti gak akan berani nolak lagi.. Untungnya sebelum beli sempat diajarin dulu sama yang jualan.. Kalau gak, mana paham aku make benda modern kayak gini.. Hakhakhak” Tawa pak Urip tertawa senang.
Seketika ia mendengar suara langkah kaki mendekat. Pak Urip mendadak panik. Ia menoleh ke ranjang dan mendapati majikannya masih telanjang. Ia pun mengambil selimut lalu menutupi tubuh majikannya menyisakan kepalanya saja yang tidak tertutupi. Ia juga lekas sembunyi. Ia pun memilih kolong ranjang untuk menyembunyikan tubuh gembrotnya.
“Eh iya baju saya” Ucap pak Urip kembali keluar untuk memungut pakaiannya yang berserakan di lantai.
Setelah kembali masuk ke kolong ranjang. Terlihat sepasang kaki seseorang yang berdiri di pintu masuk kamar.
“Loh adek udah tidur yah.. Kasian pasti capek di perjalanan” Ucap Miftah saat melihat istrinya tertidur pulas.
Tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Miftah naik ke atas ranjang untuk tiduran di sebelahnya.
Jantung pak Urip pun deg-degan mendapati Miftah berada di sebelah istrinya. Bagaimana kalau nanti Miftah menarik selimutnya dan mendapati tubuh istrinya sudah telanjang bulat? Bagaimana kalau nanti Miftah melihat ke arah vagina istrinya dan mendapati ada lendir sperma di dalam?
Duhhh piyye iki? Batin pak Urip kebingungan.
“Dekk.. Dek.. Siang-siang gini kok malah pake selimut sih.. Tuh kan keringetan” Terdengar suara Miftah yang membuat jantung pak Urip semakin berdegup kencang.
Nahh lohh kan.. Piye iki? Kalau ketahuan bisa-bisa aku gak bisa ngentot non Nayla lagi ini! Batin Pak Urip panik.
“Lohhh!” Terdengar suara Miftah yang membuat pak Urip semakin panik.
Pak Urip menaikan wajahnya ke atas. Ia begitu khawatir kalau Miftah menarik selimut yang menutupi tubuh istrinya.
“Cakep banget pemandangannya.. Sayang banget kalau waktunya dipake buat tidur-tiduran” Ucap Miftah yang rupanya terkejut melihat pemandangan di jendela vilanya.
Miftah pun turun dari ranjang dan berjalan ke arah jendela. Ia mengamati pemandangan sekitar. Ia lalu tersenyum kegirangan.
“Mending aku keluar aja.. Mau nyari tempat untuk jalan-jalan nanti sore” Ucap Miftah tersenyum yang lalu keluar dari dalam kamarnya.
“Fiyyuuhhh.. Udah keluar kan?” Tanya pak Urip saat kepalanya melongok keluar dari dalam kolong ranjang.
“Untungnya kolong ranjangnya gak kotor.. Hebat sih pak Rudi.. Orangnya detil banget.. Sampe kolong juga gak luput dibersihin sama dia” Ucap pak Urip sambil berdiri lalu hendak mengenakan celananya lagi.
“Hakhakhak.. Gara-gara non, aku hampir jantungan tadi.. Ayo perlihatkan lagi tubuh indahmu” Ucap pak Urip sambil menarik selimutnya tuk melihat tubuh indah telanjangnya.
“Hah.. Beruntung aku bisa mengisi rahimmu berulang kali.. Kok bisa yah aku kepikiran buat nanem benih di rahimmu, non.. Kok bisa juga yah rencana mesum aku berjalan sempurna, sehingganya hingga detik ini.. Hakhakhak.. Gak habis thinking pokoknya.. Harus sering-sering bersyukur ke bapak nih.. Gak salah bapak aku ngasih nama Untung Urip Bejo ke saya.. Hidupku jadi beruntung terus pokoknya.. Hakhakhak” Tawa pak Urip puas.
Selagi mengamati lekuk tubuh Nayla yang sudah telanjang bulat. Tiba-tiba terdengar suara benda jatuh yang berasal dari arah pintu masuk kamar.
Sontak pak Urip terkejut sambil menolehkan wajahnya ke arah pintu masuk.
“Pak Urip? Apa yang bapak lakukan? Mbak Naylaa?” Ucap pria tua yang mengenakan hoodie itu.
Pak Urip yang awalnya sangat terkejut langsung mengelusi dadanya sambil tersenyum. Ia merasa lega, ia mengira Miftah yang baru saja masuk mengejutkannya.
“Walah pak Rudi.. Hufftt” Ucap Pak Urip lega.
“Kalian? Habis? Lohhh” Ucap pak Rudi sampai melongo saat mendapati banyaknya sperma yang mulai tumpah dari dalam vagina Nayla.
“Kenapa pak? Ada apa pak Rudi? Ada yang bisa aku bantu?” Tanya pak Urip sambil tersenyum.
“Kalian? Kalian habis? Kok bisa?” Ucap pak Rudi yang masih tak percaya dengan apa yang aku lihat.
“Hakhakhak.. Mau gimana lagi? Non Nayla sendiri yang minta.. Nih lihat deh” Ucap pak Urip yang akhirnya terpaksa menunjukkan rekaman handycam-nya agar pak Rudi tidak membocorkan rahasia.
Pak Rudi pun menatap pak Urip tidak percaya setelah melihat rekaman barusan. Pak Urip sambil tersenyum pun merangkul pundak pak Rudi. Pak Urip kemudian mengajak pak Rudi melihat ke arah tubuh telanjang Nayla.
“Hah sebenarnya ini rahasia.. Sebenarnya non Nayla ini terus memaksa aku buat memuasin nafsunya.. Jujur aku gak sanggup melayani nafsunya sendiri.. Bapak malam ini ada acara? Mau bantuin aku gak?” Ucap pak Urip yang membuat pak Rudi menenggak ludah.
“Apa? Apa yang bisa aku bantu?” Ucap pak Rudi yang tiba-tiba bersemangat.
Pak Urip tidak menjawab apa-apa. Ia malah tersenyum sambil menatap wajah pak Rudi.
=== X=X=X ===
Di sebuah gubug yang berada di tepian sawah. Terdapat sepasang suami istri yang tengah duduk sambil menikmati angin segar serta pemandangan hijau di depan mata. Kedua kaki mereka berayun-ayun. Kedua mata mereka disejukkan oleh pemandangan asri yang sangat menyegarkan. Nampak kepala sang istri bersandar pada pundak sang suami. Bibir mereka tersenyum. Hati mereka begitu bahagia ketika sedang menikmati waktu berdua.
“Sejuk banget yah disini.. Kapan-kapan kalau kita pindah ke desa gimana? Adek mau gak?” Tanya Miftah tiba-tiba.
“Eehhh apa mas?” Tanya Nayla terkejut.
“Adek mau gak kalau kita tinggal di desa yang punya pemandangan kayak gini?” Tanya Miftah lagi.
“Ohhh.. Boleh mas.. Boleh kok boleh.. Tapi pekerjaan mas nanti gimana?” Tanya Nayla bingung.
“Hahaha bukannya rejeki udah diatur, dek? Kalau mas kerja jadi petani aja gimana?” Tanya Miftah bercanda.
“Ihh seriusan? Emang mas mau?” Tanya Nayla tak percaya.
“Gak juga sih.. Mas gak mau jadi item gara-gara kena sinar matahari soalnya.. Hahahah” jawab Miftah tertawa.
“Ihhh dasar, gimana sih!” Ucap Nayla tersenyum.
Mereka pun terus mengobrol sambil bermanja-manja di tengah gubuk sawah.
Tak terasa waktu sudah hampir mendekati pukul 5 sore. Sejak pukul tiga tadi, mereka hanya berjalan-jalan di sekitar vila untuk menikmati suasana asri di daerah Puncak. Memang mereka sengaja tidak mengunjungi tempat wisata demi menghemat biaya pengeluaran ditengah kondisi perekonomian yang belum stabil.
Meski demikian, mereka terlihat bahagia selama berjalan-jalan menikmati waktu berdua. Mereka akhirnya bisa mengobrolkan banyak hal. Sesuatu yang jarang mereka lakukan ketika berada di rumah. Banyak hal yang akhirnya bisa mereka obrolkan terutama soal masa depan. Terutama soal perencanaan mereka dalam memiliki anak.
Namun, terlihat Nayla justru kembali melamun ditengah obrolan yang sedang suaminya bicarakan. Ia tak mendengar apapun yang suaminya ucapkan. Ia masih terpikirkan sebuah kejadian yang baru saja terjadi saat dirinya tiba disini. Kejadian yang membuatnya merasa sangat terpuaskan oleh rangsangan yang dilakukan oleh pembantunya di siang tadi.
Kenapa yah, kok aku bisa sampai kayak tadi? Kok bisa-bisanya aku lepas kendali kayak tadi? Kok bisa sih aku kayak jadi orang lain pas aku dilanda nafsu birahi di siang tadi? Batin Nayla heran.
Tapi jujur, aku mengakuinya.. Pak Urip memang hebat dalam memuaskan nafsuku di siang tadi.. Batinnya saat mengenang persetubuhannya di siang tadi.
Gara-gara dari pagi aku dirangsang pake benda ini.. Aku pun sampai lepas kendali lagi.. Batinnya sambil menekan-nekan sebuah benda yang menyumpal di dalam vaginanya.
Ini aneh? Kenapa benda ini gak bergetar lagi yah? Anehnya lagi, kok aku malah pengen benda ini bergetar lagi yah? Batinnya sambil memejam membayangkan saat-saat di mobil tadi disaat perjalanannya menuju kesini.
Rasanya nikmat sekali.. Ouhhh bapak.. Kenapa bapak hebat banget saat memainkan nafsu birahiku ini? Batin Nayla yang pelan-pelan mulai terangsang gara-gara membayangkan momen di setiap pelecehan yang dilakukan oleh pak Urip.
Ini gawat.. Ohh tidak aku mulai pengen lagii.. Kenapa tiba-tiba nafsuku kembali lagi? Batin Nayla sambil menggerakkan tangannya menuju bibir vaginanya dari luar gamisnya.
Seketika ia memejam yang malah membuatnya teringat persetubuhan ternikmatnya saat di ranjang tadi.
Gara-gara bapak.. Aku jadi terangsang terus tiap kali ngebayangin bapak pas nakalin aku.. Batin Nayla sambil menekan-nekan vaginanya dari luar gamisnya.
Mmpphh.. Ini aneh? Kenapa benda ini gak bergetar lagi yah? Padahal aku pengen ngerasain getaran itu lagi.. Aku mau benda ini bergetar merangsang nafsu birahiku lagi.. Batin Nayla sambil terus menekan-nekan bibir vaginanya.
Ouhhh kenapa belakangan aku makin kayak gini yah? Aku udah kayak lonte beneran.. Aku gak bisa berpikir jernih.. Yang ada di pikiranku hanyalah kepuasan dan kepuasan terus.. Ini aneh, kenapa aku kayak gini yah? Batin Nayla heran saat menyandarkan kepalanya pada bahu suaminya.
Apa mungkin karena ini sudah takdirku? Ya, ini pasti karena sudah menjadi jalan takdirku.. Aku udah berusaha melawan tapi yang ada pak Urip selalu berhasil memberikanku kepuasan.. Aku sudah berusaha menghindar tapi yang ada nafsu itu kembali datang mengacaukan pikiranku lagi dan lagi.. Meski aku mencoba terus tuk melawan tapi yang ada aku malah keenakan sendiri.. Ini aneh, kenapa setiap pak Urip memperkosaku, aku malah keenakan terus yah? Apa yang kualami belakangan ini, sepertinya bukan pemerkosaan deh? Kalau iya kenapa aku malah bersikap seperti tadi? Aku justru yang memintanya untuk menyetubuhiku lebih keras lagi.. Batin Nayla sampai ngos-ngosan gara-gara nafsunya yang bangkit ini.
Bisa gak yah pak Urip memberikanku kepuasan lebih dari apa yang kurasakan di siang tadi? Kalau ya, aku mau disetubuhi lagi.. Aku mau kontolnya menodai memekku lagi.. Duhh kenapa aku malah sangek lagi sih? Sepertinya, obat ramuan yang kudapat gak bereaksi sama sekali deh.. Aaahh bapak.. tolong.. Aku butuh pemuas lagi saat ini.. Batin Nayla yang diam-diam meremasi dadanya sendiri.
“Dek.. Pulang yukk, Udah sore” Ucap Miftah mengejutkan Nayla.
“Ehhh apa mas?” Tanya Nayla terkejut hingga buru-buru menarik tangannya dari area dadanya.
“Hahaha gatel yah? Pulang yuk.. Mandi, terus siap-siap maghriban” ucap Miftah yang mengira istrinya baru saja menggaruk-garuk dadanya karena gatal belum mandi.
“Hehe iya mas.. Yuk pulang” ucap Nayla malu-malu saat turun dari gubuk sawah tersebut.
Mereka berdua pun saling berpegangan tangan saat berjalan pulang menuju vila yang sudah mereka sewa. Namun lagi, Nayla kembali melamun sambil berbicara sendiri di dalam pikirannya.
Bentar lagi aku bakal menemui pak Urip lagi.. Ini aneh, kenapa aku malah mengharapkan pak Urip bakal nakalin aku lagi yah? Ada apa dengan otakmu ini Nay? Apa sih yang merubahmu jadi seperti ini belakangan ini? Ujar Nayla di dalam hati.
Akhwat bercadar itu pun terus membatin saat berbincang dengan dirinya sendiri. Pelan-pelan nafasnya semakin berat. Otaknya semakin keruh saat dipenuhi oleh pikiran-pikiran yang mesum.
Bapak.. Aku.. Hah.. Hah.. Batin Nayla sambil menekan-nekan vaginanya sendiri secara diam-diam. Ia terus menekan vibrator yang semakin terselip di dalam vaginanya. Ia sangat berharap benda itu kembali bergetar agar dirinya bisa merasakan kepuasan seperti yang siang tadi ia dapatkan.
*-*-*-*
Sementara itu di halaman depan vila.
Terdapat dua pria tua yang tengah duduk di kursi teras depan. Mereka tengah bersandar sambil meneguk secangkir kopi yang dibuat oleh pak Rudi. Tampak penjaga vila itu menatap pak Urip dengan serius. Sepertinya penjaga vila itu menginginkan sesuatu dari pria tua berperut tambun itu.
Kebetulan ia melihat bantal di sebelahnya. Ia pun menaruh bantal itu diatas paha Nayla agar membiarkan spermanya tetap menetap didalam.
Dengan santai ia berjalan menuju sudut ruangan. Ia mengambil handycam yang rupanya sudah ada disana sejak lama. Ia pun memeriksa hasil rekamannya. Terlihat di rekaman itu seolah Nayla yang datang untuk menggodanya.
“Hakhakhak.. Gak sia-sia aku beli benda ini.. Apa sih namanya? Helikem? Ah bodo amat sama namanya.. pokoknya dengan ini non Nayla pasti gak akan berani nolak lagi.. Untungnya sebelum beli sempat diajarin dulu sama yang jualan.. Kalau gak, mana paham aku make benda modern kayak gini.. Hakhakhak” Tawa pak Urip tertawa senang.
Seketika ia mendengar suara langkah kaki mendekat. Pak Urip mendadak panik. Ia menoleh ke ranjang dan mendapati majikannya masih telanjang. Ia pun mengambil selimut lalu menutupi tubuh majikannya menyisakan kepalanya saja yang tidak tertutupi. Ia juga lekas sembunyi. Ia pun memilih kolong ranjang untuk menyembunyikan tubuh gembrotnya.
“Eh iya baju saya” Ucap pak Urip kembali keluar untuk memungut pakaiannya yang berserakan di lantai.
Setelah kembali masuk ke kolong ranjang. Terlihat sepasang kaki seseorang yang berdiri di pintu masuk kamar.
“Loh adek udah tidur yah.. Kasian pasti capek di perjalanan” Ucap Miftah saat melihat istrinya tertidur pulas.
Tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Miftah naik ke atas ranjang untuk tiduran di sebelahnya.
Jantung pak Urip pun deg-degan mendapati Miftah berada di sebelah istrinya. Bagaimana kalau nanti Miftah menarik selimutnya dan mendapati tubuh istrinya sudah telanjang bulat? Bagaimana kalau nanti Miftah melihat ke arah vagina istrinya dan mendapati ada lendir sperma di dalam?
Duhhh piyye iki? Batin pak Urip kebingungan.
“Dekk.. Dek.. Siang-siang gini kok malah pake selimut sih.. Tuh kan keringetan” Terdengar suara Miftah yang membuat jantung pak Urip semakin berdegup kencang.
Nahh lohh kan.. Piye iki? Kalau ketahuan bisa-bisa aku gak bisa ngentot non Nayla lagi ini! Batin Pak Urip panik.
“Lohhh!” Terdengar suara Miftah yang membuat pak Urip semakin panik.
Pak Urip menaikan wajahnya ke atas. Ia begitu khawatir kalau Miftah menarik selimut yang menutupi tubuh istrinya.
“Cakep banget pemandangannya.. Sayang banget kalau waktunya dipake buat tidur-tiduran” Ucap Miftah yang rupanya terkejut melihat pemandangan di jendela vilanya.
Miftah pun turun dari ranjang dan berjalan ke arah jendela. Ia mengamati pemandangan sekitar. Ia lalu tersenyum kegirangan.
“Mending aku keluar aja.. Mau nyari tempat untuk jalan-jalan nanti sore” Ucap Miftah tersenyum yang lalu keluar dari dalam kamarnya.
“Fiyyuuhhh.. Udah keluar kan?” Tanya pak Urip saat kepalanya melongok keluar dari dalam kolong ranjang.
“Untungnya kolong ranjangnya gak kotor.. Hebat sih pak Rudi.. Orangnya detil banget.. Sampe kolong juga gak luput dibersihin sama dia” Ucap pak Urip sambil berdiri lalu hendak mengenakan celananya lagi.
“Hakhakhak.. Gara-gara non, aku hampir jantungan tadi.. Ayo perlihatkan lagi tubuh indahmu” Ucap pak Urip sambil menarik selimutnya tuk melihat tubuh indah telanjangnya.
“Hah.. Beruntung aku bisa mengisi rahimmu berulang kali.. Kok bisa yah aku kepikiran buat nanem benih di rahimmu, non.. Kok bisa juga yah rencana mesum aku berjalan sempurna, sehingganya hingga detik ini.. Hakhakhak.. Gak habis thinking pokoknya.. Harus sering-sering bersyukur ke bapak nih.. Gak salah bapak aku ngasih nama Untung Urip Bejo ke saya.. Hidupku jadi beruntung terus pokoknya.. Hakhakhak” Tawa pak Urip puas.
Selagi mengamati lekuk tubuh Nayla yang sudah telanjang bulat. Tiba-tiba terdengar suara benda jatuh yang berasal dari arah pintu masuk kamar.
Sontak pak Urip terkejut sambil menolehkan wajahnya ke arah pintu masuk.
“Pak Urip? Apa yang bapak lakukan? Mbak Naylaa?” Ucap pria tua yang mengenakan hoodie itu.
Pak Urip yang awalnya sangat terkejut langsung mengelusi dadanya sambil tersenyum. Ia merasa lega, ia mengira Miftah yang baru saja masuk mengejutkannya.
“Walah pak Rudi.. Hufftt” Ucap Pak Urip lega.
“Kalian? Habis? Lohhh” Ucap pak Rudi sampai melongo saat mendapati banyaknya sperma yang mulai tumpah dari dalam vagina Nayla.
“Kenapa pak? Ada apa pak Rudi? Ada yang bisa aku bantu?” Tanya pak Urip sambil tersenyum.
“Kalian? Kalian habis? Kok bisa?” Ucap pak Rudi yang masih tak percaya dengan apa yang aku lihat.
“Hakhakhak.. Mau gimana lagi? Non Nayla sendiri yang minta.. Nih lihat deh” Ucap pak Urip yang akhirnya terpaksa menunjukkan rekaman handycam-nya agar pak Rudi tidak membocorkan rahasia.
Pak Rudi pun menatap pak Urip tidak percaya setelah melihat rekaman barusan. Pak Urip sambil tersenyum pun merangkul pundak pak Rudi. Pak Urip kemudian mengajak pak Rudi melihat ke arah tubuh telanjang Nayla.
“Hah sebenarnya ini rahasia.. Sebenarnya non Nayla ini terus memaksa aku buat memuasin nafsunya.. Jujur aku gak sanggup melayani nafsunya sendiri.. Bapak malam ini ada acara? Mau bantuin aku gak?” Ucap pak Urip yang membuat pak Rudi menenggak ludah.
“Apa? Apa yang bisa aku bantu?” Ucap pak Rudi yang tiba-tiba bersemangat.
Pak Urip tidak menjawab apa-apa. Ia malah tersenyum sambil menatap wajah pak Rudi.
=== X=X=X ===
Di sebuah gubug yang berada di tepian sawah. Terdapat sepasang suami istri yang tengah duduk sambil menikmati angin segar serta pemandangan hijau di depan mata. Kedua kaki mereka berayun-ayun. Kedua mata mereka disejukkan oleh pemandangan asri yang sangat menyegarkan. Nampak kepala sang istri bersandar pada pundak sang suami. Bibir mereka tersenyum. Hati mereka begitu bahagia ketika sedang menikmati waktu berdua.
“Sejuk banget yah disini.. Kapan-kapan kalau kita pindah ke desa gimana? Adek mau gak?” Tanya Miftah tiba-tiba.
“Eehhh apa mas?” Tanya Nayla terkejut.
“Adek mau gak kalau kita tinggal di desa yang punya pemandangan kayak gini?” Tanya Miftah lagi.
“Ohhh.. Boleh mas.. Boleh kok boleh.. Tapi pekerjaan mas nanti gimana?” Tanya Nayla bingung.
“Hahaha bukannya rejeki udah diatur, dek? Kalau mas kerja jadi petani aja gimana?” Tanya Miftah bercanda.
“Ihh seriusan? Emang mas mau?” Tanya Nayla tak percaya.
“Gak juga sih.. Mas gak mau jadi item gara-gara kena sinar matahari soalnya.. Hahahah” jawab Miftah tertawa.
“Ihhh dasar, gimana sih!” Ucap Nayla tersenyum.
Mereka pun terus mengobrol sambil bermanja-manja di tengah gubuk sawah.
Tak terasa waktu sudah hampir mendekati pukul 5 sore. Sejak pukul tiga tadi, mereka hanya berjalan-jalan di sekitar vila untuk menikmati suasana asri di daerah Puncak. Memang mereka sengaja tidak mengunjungi tempat wisata demi menghemat biaya pengeluaran ditengah kondisi perekonomian yang belum stabil.
Meski demikian, mereka terlihat bahagia selama berjalan-jalan menikmati waktu berdua. Mereka akhirnya bisa mengobrolkan banyak hal. Sesuatu yang jarang mereka lakukan ketika berada di rumah. Banyak hal yang akhirnya bisa mereka obrolkan terutama soal masa depan. Terutama soal perencanaan mereka dalam memiliki anak.
Namun, terlihat Nayla justru kembali melamun ditengah obrolan yang sedang suaminya bicarakan. Ia tak mendengar apapun yang suaminya ucapkan. Ia masih terpikirkan sebuah kejadian yang baru saja terjadi saat dirinya tiba disini. Kejadian yang membuatnya merasa sangat terpuaskan oleh rangsangan yang dilakukan oleh pembantunya di siang tadi.
Kenapa yah, kok aku bisa sampai kayak tadi? Kok bisa-bisanya aku lepas kendali kayak tadi? Kok bisa sih aku kayak jadi orang lain pas aku dilanda nafsu birahi di siang tadi? Batin Nayla heran.
Tapi jujur, aku mengakuinya.. Pak Urip memang hebat dalam memuaskan nafsuku di siang tadi.. Batinnya saat mengenang persetubuhannya di siang tadi.
Gara-gara dari pagi aku dirangsang pake benda ini.. Aku pun sampai lepas kendali lagi.. Batinnya sambil menekan-nekan sebuah benda yang menyumpal di dalam vaginanya.
Ini aneh? Kenapa benda ini gak bergetar lagi yah? Anehnya lagi, kok aku malah pengen benda ini bergetar lagi yah? Batinnya sambil memejam membayangkan saat-saat di mobil tadi disaat perjalanannya menuju kesini.
Rasanya nikmat sekali.. Ouhhh bapak.. Kenapa bapak hebat banget saat memainkan nafsu birahiku ini? Batin Nayla yang pelan-pelan mulai terangsang gara-gara membayangkan momen di setiap pelecehan yang dilakukan oleh pak Urip.
Ini gawat.. Ohh tidak aku mulai pengen lagii.. Kenapa tiba-tiba nafsuku kembali lagi? Batin Nayla sambil menggerakkan tangannya menuju bibir vaginanya dari luar gamisnya.
Seketika ia memejam yang malah membuatnya teringat persetubuhan ternikmatnya saat di ranjang tadi.
Gara-gara bapak.. Aku jadi terangsang terus tiap kali ngebayangin bapak pas nakalin aku.. Batin Nayla sambil menekan-nekan vaginanya dari luar gamisnya.
Mmpphh.. Ini aneh? Kenapa benda ini gak bergetar lagi yah? Padahal aku pengen ngerasain getaran itu lagi.. Aku mau benda ini bergetar merangsang nafsu birahiku lagi.. Batin Nayla sambil terus menekan-nekan bibir vaginanya.
Ouhhh kenapa belakangan aku makin kayak gini yah? Aku udah kayak lonte beneran.. Aku gak bisa berpikir jernih.. Yang ada di pikiranku hanyalah kepuasan dan kepuasan terus.. Ini aneh, kenapa aku kayak gini yah? Batin Nayla heran saat menyandarkan kepalanya pada bahu suaminya.
Apa mungkin karena ini sudah takdirku? Ya, ini pasti karena sudah menjadi jalan takdirku.. Aku udah berusaha melawan tapi yang ada pak Urip selalu berhasil memberikanku kepuasan.. Aku sudah berusaha menghindar tapi yang ada nafsu itu kembali datang mengacaukan pikiranku lagi dan lagi.. Meski aku mencoba terus tuk melawan tapi yang ada aku malah keenakan sendiri.. Ini aneh, kenapa setiap pak Urip memperkosaku, aku malah keenakan terus yah? Apa yang kualami belakangan ini, sepertinya bukan pemerkosaan deh? Kalau iya kenapa aku malah bersikap seperti tadi? Aku justru yang memintanya untuk menyetubuhiku lebih keras lagi.. Batin Nayla sampai ngos-ngosan gara-gara nafsunya yang bangkit ini.
Bisa gak yah pak Urip memberikanku kepuasan lebih dari apa yang kurasakan di siang tadi? Kalau ya, aku mau disetubuhi lagi.. Aku mau kontolnya menodai memekku lagi.. Duhh kenapa aku malah sangek lagi sih? Sepertinya, obat ramuan yang kudapat gak bereaksi sama sekali deh.. Aaahh bapak.. tolong.. Aku butuh pemuas lagi saat ini.. Batin Nayla yang diam-diam meremasi dadanya sendiri.
“Dek.. Pulang yukk, Udah sore” Ucap Miftah mengejutkan Nayla.
“Ehhh apa mas?” Tanya Nayla terkejut hingga buru-buru menarik tangannya dari area dadanya.
“Hahaha gatel yah? Pulang yuk.. Mandi, terus siap-siap maghriban” ucap Miftah yang mengira istrinya baru saja menggaruk-garuk dadanya karena gatal belum mandi.
“Hehe iya mas.. Yuk pulang” ucap Nayla malu-malu saat turun dari gubuk sawah tersebut.
Mereka berdua pun saling berpegangan tangan saat berjalan pulang menuju vila yang sudah mereka sewa. Namun lagi, Nayla kembali melamun sambil berbicara sendiri di dalam pikirannya.
Bentar lagi aku bakal menemui pak Urip lagi.. Ini aneh, kenapa aku malah mengharapkan pak Urip bakal nakalin aku lagi yah? Ada apa dengan otakmu ini Nay? Apa sih yang merubahmu jadi seperti ini belakangan ini? Ujar Nayla di dalam hati.
Akhwat bercadar itu pun terus membatin saat berbincang dengan dirinya sendiri. Pelan-pelan nafasnya semakin berat. Otaknya semakin keruh saat dipenuhi oleh pikiran-pikiran yang mesum.
Bapak.. Aku.. Hah.. Hah.. Batin Nayla sambil menekan-nekan vaginanya sendiri secara diam-diam. Ia terus menekan vibrator yang semakin terselip di dalam vaginanya. Ia sangat berharap benda itu kembali bergetar agar dirinya bisa merasakan kepuasan seperti yang siang tadi ia dapatkan.
*-*-*-*
Sementara itu di halaman depan vila.
Terdapat dua pria tua yang tengah duduk di kursi teras depan. Mereka tengah bersandar sambil meneguk secangkir kopi yang dibuat oleh pak Rudi. Tampak penjaga vila itu menatap pak Urip dengan serius. Sepertinya penjaga vila itu menginginkan sesuatu dari pria tua berperut tambun itu.
“Yaahhh.. Masa gak nyampe masuk sih pak? Ayolah, sebagai sesama pembantu.. Boleh yah aku diizinin nyoblos memeknya mbak Nayla juga?” Ucap pak Rudi memohon.
“Hakhakhak.. Loh kok enak? Kirain gampang apa buat aku untuk menaklukan akhwat bercadar itu? Aku butuh modal duit dan waktu untuk membuatnya jadi sekarang ini, pak.. Sudah bagus aku izinin bapak buat gesek-gesek kelaminnya, masa masih belum cukup sih?” Tanya pak Urip sambil meneguk kopinya lagi. Z
“Hehehe mana bisa cukup pak? Lihat bodinya yang asoy gitu mana mungkin cukup pak kalau cuma kebagian gesek-gesek doang.. Dengan tubuh selangsing itu, seharusnya aku kudu bisa nyodok memeknya juga dong hehehe.. Boleh yah pak?” Ucap pak Rudi terus menego.
“Hakhakhak.. Wani piro? Lagian belum dicoba aja udah protes duluan.. Dah lah kalau gak mau yaudah.. Mending gak usah sekalian” Ucap pak Urip sambil meminum secangkir kopinya lagi.
“Eh.. Eh.. Eh.. Kok gitu? Aku laporin mas Miftah loh kalau aku gak diizinin!” Ancam pak Rudi.
Byuuurrr!
Kopi yang sedang diminum oleh pak Urip pun muncrat keluar dari dalam mulutnya saat terkejut mendengar ucapan penjaga vila itu.
“Apa? Ngelaporin? Hakhakhak.. Apa untungnya buat bapak? Bapak mau lapor? Palingan aku cuma dipecat dan non Nayla bakal mengandung malu seumur hidup.. Itupun kalau bapak punya buktinya? Kebayang gak gimana bakalan hubungan mereka berdua? Bakal merenggang dan bisa-bisa berujung pada perceraian.. Terus bapak sendiri dapet apa? Gak dapet apa-apa kan? Hakhakhak.. Lebih pilih mana sama tawaran aku tadi? Masa gak mau sih ngegesek memeknya non Nayla? Hayooo.. Enak loh.. Licin-licin gimana gitu!” Ucap pak Urip yang membuat pak Rudi cengengesan.
“Hehehe maaf pak.. Iyya maaf tadi aku bercanda kok.. Aku tadi kebawa nafsu.. Tapi lain kali boleh yah.. Aku penasaran memeknya akhwat bercadar itu kayak apa rasanya” Ucap pak Rudi takut dirinya gagal mendapatkan kesempatan emas ini.
“Hakhakhak kayak bakal ketemu lagi aja setelah ini” Ucap pak Urip merasa diatas angin saat mengobrol dengan pak Rudi.
“Ya nanti aku maen ke rumah deh.. Apapun bakal aku lakuin demi bisa ngontolin memeknya mbak Nayla” Ucap pak Rudi yang sudah pengen banget ngerasain jepitan vagina majikannya.
“Hakhakhak ya lihat aja nanti.. Jadi gimana pak? Deal yah gesek-gesek doang?” Ucap pak Urip sambil menjulurkan tangannya.
“Hehehe boleh lah buat perkenalan” Ucap pak Rudi sambil menjabat tangan pak Urip.
“Hakhakhak.. Akhirnya, pelan-pelan dirimu bakalan makin binal non Nayla.. Oh yah, sejujurnya aku ada rencana buat nge-DP non Nayla sih suatu saat nanti” Ucap pak Urip sambil meminum kopinya lagi.
“DP? Bayar di awal gitu? Maksudnya pak?” Ucap pak Rudi gagal paham.
“yah.. Dobel penetresiyen pak! Intinya aku butuh orang lain buat nyumpel memeknya non Nayla sementara aku nanti bakal nyumpel anusnya pake kontolkuhakhakhak” Tawa pak Urip setelah menjelaskan istilah sulit tadi dengan gaya ndesonya.
“Oalah.. Mantep tuh pak.. Kalau bisa cari orang lain juga buat nyumpel mulutnya” Ucap pak Rudi bersemangat ketika sedang membicarakan hal mesum tentang majikan mereka.
“Hakhakhak gak sekalian nyari orang laen buat ngeremes susunya sama dikocokin pake tangan mulusnya?” Tanya pak Urip yang membuat pak Rudi bersemangat.
“Hahahha.. Kok aku jadi ngaceng yah pak.. Gara-gara bapak nih.. Duh makin gak nahan deh pengen ngentot tuh cewek.. Dah dari pandangan pertama tadi aku langsung nafsu kepadanya.. Beruntung banget sih mas Miftah punya istri secantik mbak Nayla” Ucap pak Rudi sambil mengelus-ngelus penisnya.
“Hakhakhak.. Lebih beruntung aku yang sudah berulang kali mejuhin memeknya” Ucap pak Urip dengan bangga.
“Hahahha sial banget dah.. Aku disini cuma kedapetan ngeliatin cewek-cewek bening yang jalan bareng pacarnya doang.. Sedangkan bapak? Aihhh bikin iri aja?” Ucap pak Rudi kesal.
“Hakhakhak.. Makanya punya nama itu Untung Urip Bejo.. Yakin deh bapak bakalan beruntung terus” Ucap pak Urip membanggakan namanya lagi.
Ditengah pembicaraan mereka yang semakin liar. Tiba-tiba kedua pasangan suami istri itu pun datang dari arah gerbang masuk vila tersebut. Pak Rudi yang menyadari langsung berdiri menyambut kedatangan kedua majikannya itu. Pak Urip juga demikian, ia berdiri lalu tersenyum kepada Miftah.
“Oh yah, air di kamar mandi gimana pak? Dingin gak?” Tanya Miftah kepada pak Rudi.
“Tenang mas.. Sudah siap kok air panasnya.. Bapak tinggal nyalain mesinnya aja otomatis bapak bisa mandi pake air anget” Ucap pak Rudi menjelaskan.
“Oalah hahaha.. Okelah.. Bisa tolong tunjukkin cara makenya gak? Udah lupa aku cara makenya gimana” Ucap Miftah.
“Ohh pasti boleh mas.. Mari aku tunjukkan” Ucap Pak Rudi memimpin Miftah menuju ke kamar mandi untuk menunjukkan cara kerja mesin pembuat air panas tersebut.
Sebelum mereka berdua masuk ke dalam vila. Pak Urip diam-diam memperhatikan gerak-gerik Nayla. Akhwat cantik yang saat itu mengenakan gamis berwarna putih yang dilengkapi dengan hijab serta cadar yang juga berwarna putih. Juga tambahan jaket berwarna cream terlihat begitu mencurigakan.
Wajahnya terus ia tundukkan. Tangannya terus mengusap-ngusap bibir vaginanya dari luar rok gamisnya. Saat pak Urip memperhatikannya lagi, Akhwat bercadar itu rupanya bukan menunduk. Nayla rupanya sedang menatap selangkangan pembantunya yang masih tertutupi celana pendeknya. Pak Urip yang sadar kalau Nayla sedang sangek-sangeknya tiba-tiba mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celananya.
Ia mengeluarkan sebuah remot lalu mengarahkannya ke selangkangannya agar Nayla bisa melihat apa yang sedang dipegang olehnya. Sontak Nayla menaikan pandangannya lalu menatap wajah pembantunya. Pak Urip yang sedang tersenyum penuh kemenangan tiba-tiba menggerakkan bibirnya untuk mengucapkan sesuatu.
Mau?
Diluar dugaan Nayla mengangguk setuju. Wajahnya terlihat putus asa karena menahan nafsu yang lagi-lagi mengganggu kehidupannya. Saat pak Urip menekan remot itu, tiba-tiba pinggul Nayla langsung bergoyang lalu wajahnya ia naikkan sementara matanya memejam merasakan sensasi yang lagi-lagi ia dapatkan.
“Hah.. Hah..” Desah Nayla yang tiba-tiba menjatuhkan badannya lalu bertumpu pada meja di teras vila itu.
Dalam posisi menungging, wajahnya menatap pak Urip lalu dianggukkannya naik dan turun. Nayla seolah berkata bahwa inilah yang ia tunggu-tunggu sedari tadi.
Menyadari kalau pak Rudi dan Miftah sedang asyik mengobrol tentang mesin pembuat air panas. Pak Urip dengan berani bergerak membelakangi mereka berdua lalu Ia memposisikan berdirinya menghadap ke arah Nayla. Lalu dengan berani ia mengeluarkan penisnya dari balik celana pendeknya.
“Mau? Sayanggg?” Lirih pak Urip mengejutkan Nayla.
Namun Nayla yang sudah dilanda nafsu birahi malah menganggukkan kepalanya.
Saat Miftah dan pak Rudi sudah masuk ke dalam vila, jemari pak Urip pun mengajak Nayla untuk mendekat agar bisa memainkan penis besarnya.
“Hah.. Hah.. Lebih keras lagi pak.. Tolong” Lirih Nayla yang sudah tak sanggup lagi.
“Hakhakhak.. Segini? Cukup belum?” Ucap pak Urip setelah menaikan frekuensi getarannya lalu menatap wajah Nayla yang sudah berjongkok dihadapannya.
“Aaahh.. Iyah seperti ini..” desah Nayla sambil mendekap penis pak Urip yang sudah mengeras.
“Hakhakhak sudah aku duga.. Cepat atau lambat pasti non akan sadar juga.. Padahal daritadi aku sengaja gak nyalain vibratornya agar non bisa beristirahat.. Eh non sendiri malah yang minta aku buat nyalain lagi” Ucap Pak Urip agak mendesah saat penisnya mulai dikocok oleh Nayla.
“Hah.. Hah.. Entahlah pak.. Aku, Aaahh.. Juga gak tau.. Apa yang sudah bapak lakukan padaku? Kenapa aku berubah jadi seperti ini? Kenapa aku malah terangsang lagi?” Tanya Nayla sambil mendesah saat tangannya terus mengocok penis pembantunya.
“Loh, bukannya udah aku jawab dari dulu? Non itu lonte.. Mau ada perangsang apa enggak pasti non akan terangsang dengan sendirinya.. Terima takdirmu itu non.. Jangan dibikin ribet lah hakhakhak” tawa pak Urip keenakan saat penisnya terus diurut oleh majikan alimnya.
“Hah.. Hah.. Apa? Lonte?” Tanya Nayla agak ragu meski sebelumnya ia telah menebak jawaban apa yang akan pembantunya berikan itu.
“Ya dirimu itu lonte.. Sudah lah jangan banyak berkilah lagi.. Sudah lah non, terima aja.. Jangan mencari-cari alasan lain.. Tempatmu itu disini.. Tugasmu itu cuma mengangkang untuk membiarkan kontolkumasuk menembus lubang memekmu itu” Ucap pak Urip yang membuat Nayla semakin bergairah saat mendengarnya.
“Aku.. Lonte? Hah.. Hah..” Desah Nayla seolah terhipnotis. Ia pun mempercepat kocokannya yang membuat pak Urip tertawa penuh kemenangan.
Hakhakhak.. Gak nyangka ternyata efek lemonnya bisa sekuat ini? Tau kayak gini mah, udah dari dulu aku beri minuman itu, non.. Aaahh nikmatnya.. Aaahh bahagianya bisa dikocok seenak ini oleh tangan lembutmu non.. Ayooo terus.. terus kocok lagiii.. Batin pak Urip tersenyum senang.
“Aaahh.. Kocok yang cepat non!, Non lagi sangek berat kan? Non butuh pemuas kan? Non butuh kontolku kan?” Tanya pak Urip sambil tertawa puas.
“Iyah pak.. Aku butuh itu semuah.. tolong.. tolong selamatkan aku dari gairah birahiku ini pak” Desah Nayla ngos-ngosan lalu mengangguk setuju.
“Kalau gitu puasi kontolku.. Lampiaskan nafsumu pada kontolku.. Lakukan terserah dirimu.. Kalau aku nanti merasa puas.. Non baru aku izinin buat ngentot dengan saya.. Hanya itu syarat yang harus non penuhi agar bisa ngentot dengan saya” Ucap pak Urip jual mahal demi menaklukan harga diri sang akhwat.
“Hah.. Hah.. Cuma itu syaratnya pak? Baiklah pak.. Akan aku lakukan.. Aku akan memuaskan kontol bapak agar aku bisa ngentot dengan bapak” Ucap Nayla dengan begitu vulgarnya karena tak sanggup menahan gairah birahinya sendiri.
Akhwat bercadar itu pun mempercepat kocokannya pada penis pembantunya. Tangannya dengan lihai bergerak maju mundur. Ia melakukannya dengan suka rela karena tak memiliki pilihan lagi.
Mau bagaimana lagi? Ia tak memiliki kuasa atas tubuhnya sendiri. Meski ia sudah menyadari kalau perbuatannya ini bukan perbuatan yang bisa dibenari. Ia tak memiliki pilihan lain selain melayani penis yang sedang ia kocok demi kepuasan yang ia cari. Hanya kepuasan yang ia butuhkan demi keluar dari situasi ini. Tangannya pun mempercepat kocokannya. Tangannya pun membetot penis itu dengan begitu kuatnya. Penis hitam nan gemuk itu terus dikocoknya hingga lama-lama penis itu semakin membesar juga mengeras. Mata Nayla pun teralihkan pada lubang kencing penis pembantunya itu. Lidahnya ingin keluar tuk menjilatinya. Nafsunya telah memaksanya untuk melakukan perbuatan yang menjijikkan itu lagi.
“Pak.. Aku boleh?” Pinta Nayla tak kuat lagi hingga menaikkan sebagian cadarnya.
“Apa? Mau nyepong yah? Hakhakhak.. Sepong aja kalau non pengen” Ucap pak Urip mengizinkan.
“Hakhakhak.. Loh kok enak? Kirain gampang apa buat aku untuk menaklukan akhwat bercadar itu? Aku butuh modal duit dan waktu untuk membuatnya jadi sekarang ini, pak.. Sudah bagus aku izinin bapak buat gesek-gesek kelaminnya, masa masih belum cukup sih?” Tanya pak Urip sambil meneguk kopinya lagi. Z
“Hehehe mana bisa cukup pak? Lihat bodinya yang asoy gitu mana mungkin cukup pak kalau cuma kebagian gesek-gesek doang.. Dengan tubuh selangsing itu, seharusnya aku kudu bisa nyodok memeknya juga dong hehehe.. Boleh yah pak?” Ucap pak Rudi terus menego.
“Hakhakhak.. Wani piro? Lagian belum dicoba aja udah protes duluan.. Dah lah kalau gak mau yaudah.. Mending gak usah sekalian” Ucap pak Urip sambil meminum secangkir kopinya lagi.
“Eh.. Eh.. Eh.. Kok gitu? Aku laporin mas Miftah loh kalau aku gak diizinin!” Ancam pak Rudi.
Byuuurrr!
Kopi yang sedang diminum oleh pak Urip pun muncrat keluar dari dalam mulutnya saat terkejut mendengar ucapan penjaga vila itu.
“Apa? Ngelaporin? Hakhakhak.. Apa untungnya buat bapak? Bapak mau lapor? Palingan aku cuma dipecat dan non Nayla bakal mengandung malu seumur hidup.. Itupun kalau bapak punya buktinya? Kebayang gak gimana bakalan hubungan mereka berdua? Bakal merenggang dan bisa-bisa berujung pada perceraian.. Terus bapak sendiri dapet apa? Gak dapet apa-apa kan? Hakhakhak.. Lebih pilih mana sama tawaran aku tadi? Masa gak mau sih ngegesek memeknya non Nayla? Hayooo.. Enak loh.. Licin-licin gimana gitu!” Ucap pak Urip yang membuat pak Rudi cengengesan.
“Hehehe maaf pak.. Iyya maaf tadi aku bercanda kok.. Aku tadi kebawa nafsu.. Tapi lain kali boleh yah.. Aku penasaran memeknya akhwat bercadar itu kayak apa rasanya” Ucap pak Rudi takut dirinya gagal mendapatkan kesempatan emas ini.
“Hakhakhak kayak bakal ketemu lagi aja setelah ini” Ucap pak Urip merasa diatas angin saat mengobrol dengan pak Rudi.
“Ya nanti aku maen ke rumah deh.. Apapun bakal aku lakuin demi bisa ngontolin memeknya mbak Nayla” Ucap pak Rudi yang sudah pengen banget ngerasain jepitan vagina majikannya.
“Hakhakhak ya lihat aja nanti.. Jadi gimana pak? Deal yah gesek-gesek doang?” Ucap pak Urip sambil menjulurkan tangannya.
“Hehehe boleh lah buat perkenalan” Ucap pak Rudi sambil menjabat tangan pak Urip.
“Hakhakhak.. Akhirnya, pelan-pelan dirimu bakalan makin binal non Nayla.. Oh yah, sejujurnya aku ada rencana buat nge-DP non Nayla sih suatu saat nanti” Ucap pak Urip sambil meminum kopinya lagi.
“DP? Bayar di awal gitu? Maksudnya pak?” Ucap pak Rudi gagal paham.
“yah.. Dobel penetresiyen pak! Intinya aku butuh orang lain buat nyumpel memeknya non Nayla sementara aku nanti bakal nyumpel anusnya pake kontolkuhakhakhak” Tawa pak Urip setelah menjelaskan istilah sulit tadi dengan gaya ndesonya.
“Oalah.. Mantep tuh pak.. Kalau bisa cari orang lain juga buat nyumpel mulutnya” Ucap pak Rudi bersemangat ketika sedang membicarakan hal mesum tentang majikan mereka.
“Hakhakhak gak sekalian nyari orang laen buat ngeremes susunya sama dikocokin pake tangan mulusnya?” Tanya pak Urip yang membuat pak Rudi bersemangat.
“Hahahha.. Kok aku jadi ngaceng yah pak.. Gara-gara bapak nih.. Duh makin gak nahan deh pengen ngentot tuh cewek.. Dah dari pandangan pertama tadi aku langsung nafsu kepadanya.. Beruntung banget sih mas Miftah punya istri secantik mbak Nayla” Ucap pak Rudi sambil mengelus-ngelus penisnya.
“Hakhakhak.. Lebih beruntung aku yang sudah berulang kali mejuhin memeknya” Ucap pak Urip dengan bangga.
“Hahahha sial banget dah.. Aku disini cuma kedapetan ngeliatin cewek-cewek bening yang jalan bareng pacarnya doang.. Sedangkan bapak? Aihhh bikin iri aja?” Ucap pak Rudi kesal.
“Hakhakhak.. Makanya punya nama itu Untung Urip Bejo.. Yakin deh bapak bakalan beruntung terus” Ucap pak Urip membanggakan namanya lagi.
Ditengah pembicaraan mereka yang semakin liar. Tiba-tiba kedua pasangan suami istri itu pun datang dari arah gerbang masuk vila tersebut. Pak Rudi yang menyadari langsung berdiri menyambut kedatangan kedua majikannya itu. Pak Urip juga demikian, ia berdiri lalu tersenyum kepada Miftah.
“Oh yah, air di kamar mandi gimana pak? Dingin gak?” Tanya Miftah kepada pak Rudi.
“Tenang mas.. Sudah siap kok air panasnya.. Bapak tinggal nyalain mesinnya aja otomatis bapak bisa mandi pake air anget” Ucap pak Rudi menjelaskan.
“Oalah hahaha.. Okelah.. Bisa tolong tunjukkin cara makenya gak? Udah lupa aku cara makenya gimana” Ucap Miftah.
“Ohh pasti boleh mas.. Mari aku tunjukkan” Ucap Pak Rudi memimpin Miftah menuju ke kamar mandi untuk menunjukkan cara kerja mesin pembuat air panas tersebut.
Sebelum mereka berdua masuk ke dalam vila. Pak Urip diam-diam memperhatikan gerak-gerik Nayla. Akhwat cantik yang saat itu mengenakan gamis berwarna putih yang dilengkapi dengan hijab serta cadar yang juga berwarna putih. Juga tambahan jaket berwarna cream terlihat begitu mencurigakan.
Wajahnya terus ia tundukkan. Tangannya terus mengusap-ngusap bibir vaginanya dari luar rok gamisnya. Saat pak Urip memperhatikannya lagi, Akhwat bercadar itu rupanya bukan menunduk. Nayla rupanya sedang menatap selangkangan pembantunya yang masih tertutupi celana pendeknya. Pak Urip yang sadar kalau Nayla sedang sangek-sangeknya tiba-tiba mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celananya.
Ia mengeluarkan sebuah remot lalu mengarahkannya ke selangkangannya agar Nayla bisa melihat apa yang sedang dipegang olehnya. Sontak Nayla menaikan pandangannya lalu menatap wajah pembantunya. Pak Urip yang sedang tersenyum penuh kemenangan tiba-tiba menggerakkan bibirnya untuk mengucapkan sesuatu.
Mau?
Diluar dugaan Nayla mengangguk setuju. Wajahnya terlihat putus asa karena menahan nafsu yang lagi-lagi mengganggu kehidupannya. Saat pak Urip menekan remot itu, tiba-tiba pinggul Nayla langsung bergoyang lalu wajahnya ia naikkan sementara matanya memejam merasakan sensasi yang lagi-lagi ia dapatkan.
“Hah.. Hah..” Desah Nayla yang tiba-tiba menjatuhkan badannya lalu bertumpu pada meja di teras vila itu.
Dalam posisi menungging, wajahnya menatap pak Urip lalu dianggukkannya naik dan turun. Nayla seolah berkata bahwa inilah yang ia tunggu-tunggu sedari tadi.
Menyadari kalau pak Rudi dan Miftah sedang asyik mengobrol tentang mesin pembuat air panas. Pak Urip dengan berani bergerak membelakangi mereka berdua lalu Ia memposisikan berdirinya menghadap ke arah Nayla. Lalu dengan berani ia mengeluarkan penisnya dari balik celana pendeknya.
“Mau? Sayanggg?” Lirih pak Urip mengejutkan Nayla.
Namun Nayla yang sudah dilanda nafsu birahi malah menganggukkan kepalanya.
Saat Miftah dan pak Rudi sudah masuk ke dalam vila, jemari pak Urip pun mengajak Nayla untuk mendekat agar bisa memainkan penis besarnya.
“Hah.. Hah.. Lebih keras lagi pak.. Tolong” Lirih Nayla yang sudah tak sanggup lagi.
“Hakhakhak.. Segini? Cukup belum?” Ucap pak Urip setelah menaikan frekuensi getarannya lalu menatap wajah Nayla yang sudah berjongkok dihadapannya.
“Aaahh.. Iyah seperti ini..” desah Nayla sambil mendekap penis pak Urip yang sudah mengeras.
“Hakhakhak sudah aku duga.. Cepat atau lambat pasti non akan sadar juga.. Padahal daritadi aku sengaja gak nyalain vibratornya agar non bisa beristirahat.. Eh non sendiri malah yang minta aku buat nyalain lagi” Ucap Pak Urip agak mendesah saat penisnya mulai dikocok oleh Nayla.
“Hah.. Hah.. Entahlah pak.. Aku, Aaahh.. Juga gak tau.. Apa yang sudah bapak lakukan padaku? Kenapa aku berubah jadi seperti ini? Kenapa aku malah terangsang lagi?” Tanya Nayla sambil mendesah saat tangannya terus mengocok penis pembantunya.
“Loh, bukannya udah aku jawab dari dulu? Non itu lonte.. Mau ada perangsang apa enggak pasti non akan terangsang dengan sendirinya.. Terima takdirmu itu non.. Jangan dibikin ribet lah hakhakhak” tawa pak Urip keenakan saat penisnya terus diurut oleh majikan alimnya.
“Hah.. Hah.. Apa? Lonte?” Tanya Nayla agak ragu meski sebelumnya ia telah menebak jawaban apa yang akan pembantunya berikan itu.
“Ya dirimu itu lonte.. Sudah lah jangan banyak berkilah lagi.. Sudah lah non, terima aja.. Jangan mencari-cari alasan lain.. Tempatmu itu disini.. Tugasmu itu cuma mengangkang untuk membiarkan kontolkumasuk menembus lubang memekmu itu” Ucap pak Urip yang membuat Nayla semakin bergairah saat mendengarnya.
“Aku.. Lonte? Hah.. Hah..” Desah Nayla seolah terhipnotis. Ia pun mempercepat kocokannya yang membuat pak Urip tertawa penuh kemenangan.
Hakhakhak.. Gak nyangka ternyata efek lemonnya bisa sekuat ini? Tau kayak gini mah, udah dari dulu aku beri minuman itu, non.. Aaahh nikmatnya.. Aaahh bahagianya bisa dikocok seenak ini oleh tangan lembutmu non.. Ayooo terus.. terus kocok lagiii.. Batin pak Urip tersenyum senang.
“Aaahh.. Kocok yang cepat non!, Non lagi sangek berat kan? Non butuh pemuas kan? Non butuh kontolku kan?” Tanya pak Urip sambil tertawa puas.
“Iyah pak.. Aku butuh itu semuah.. tolong.. tolong selamatkan aku dari gairah birahiku ini pak” Desah Nayla ngos-ngosan lalu mengangguk setuju.
“Kalau gitu puasi kontolku.. Lampiaskan nafsumu pada kontolku.. Lakukan terserah dirimu.. Kalau aku nanti merasa puas.. Non baru aku izinin buat ngentot dengan saya.. Hanya itu syarat yang harus non penuhi agar bisa ngentot dengan saya” Ucap pak Urip jual mahal demi menaklukan harga diri sang akhwat.
“Hah.. Hah.. Cuma itu syaratnya pak? Baiklah pak.. Akan aku lakukan.. Aku akan memuaskan kontol bapak agar aku bisa ngentot dengan bapak” Ucap Nayla dengan begitu vulgarnya karena tak sanggup menahan gairah birahinya sendiri.
Akhwat bercadar itu pun mempercepat kocokannya pada penis pembantunya. Tangannya dengan lihai bergerak maju mundur. Ia melakukannya dengan suka rela karena tak memiliki pilihan lagi.
Mau bagaimana lagi? Ia tak memiliki kuasa atas tubuhnya sendiri. Meski ia sudah menyadari kalau perbuatannya ini bukan perbuatan yang bisa dibenari. Ia tak memiliki pilihan lain selain melayani penis yang sedang ia kocok demi kepuasan yang ia cari. Hanya kepuasan yang ia butuhkan demi keluar dari situasi ini. Tangannya pun mempercepat kocokannya. Tangannya pun membetot penis itu dengan begitu kuatnya. Penis hitam nan gemuk itu terus dikocoknya hingga lama-lama penis itu semakin membesar juga mengeras. Mata Nayla pun teralihkan pada lubang kencing penis pembantunya itu. Lidahnya ingin keluar tuk menjilatinya. Nafsunya telah memaksanya untuk melakukan perbuatan yang menjijikkan itu lagi.
“Pak.. Aku boleh?” Pinta Nayla tak kuat lagi hingga menaikkan sebagian cadarnya.
“Apa? Mau nyepong yah? Hakhakhak.. Sepong aja kalau non pengen” Ucap pak Urip mengizinkan.
Nayla yang tak kuat lagi langsung menaikan cadarnya. Lidahnya yang sudah gemas sedari tadi langsung menjilati ujung gundul penis pembantunya. Pak Urip sampai merinding keenakan merasakan jilatan sang majikan. Lidah Nayla bergerak naik turun. Lidahnya menyapu ujung gundul itu dari atas ke bawah.
Lagi, lidahnya bergerak naik turun. Lidahnya kembali bergerak naik turun dalam menjilati ujung gundul majikannya itu. Lalu lidahnya berhenti di ujung pucuknya. Ia menjilati lubang kencingnya. Lidahnya menggelitik titik sensitif itu. Pak Urip sampai merem melek keenakan. Tubuhnya bergidik nikmat. Tubuhnya juga merinding saat merasakan kepuasan yang tiada tanding. Baru setelah itu mulut Nayla membuka lebar-lebar demi melahap batang penis yang berwarna hitam legam.
“Nafsu banget sih non, kayaknya.. Aaahh kontolku sampe hampir ketelen loh non hakhakhak” Tawa pak Urip dengan bangga.
“Mmmphh..”
Namun Nayla tidak menjawab. Selain karena tak ingin harga dirinya jatuh lebih dalam lagi dihadapan pembantunya. Ia juga ingin fokus menikmati benda tumpul itu lebih lama lagi. Kepalanya terus maju mundur sedari tadi. Lidahnya dengan lihai juga menggelitiki penis itu sedari tadi. Kedua tangannya bahkan ikut membantu. Dikala mulutnya hanya mengulumi ujung gundulnya. Maka kedua tangannya mengocoki batang penisnya secara bergantian.
Kedua tangan Nayla terus mengocok batang penis pembantunya secara maju mundur. Kepala Nayla juga terus bergerak maju mundur saat meyepong penis tua yang berwarna hitam itu.
Saat penis itu terlepas dari mulut Nayla. Tangannya terus mengocok batang penisnya sedangkan matanya menatap wajah pembantunya dengan penuh kepuasan. Nayla yang terpengaruh obat perangsang itu jadi semakin bernafsu. Ia lepas kendali. Ia bukanlah Nayla yang kita kenal lagi.
“Aaahh.. Suka sekali aku dengan tatapan penuh nafsumu itu non.. Gimana? Non puas? Non puas bisa mainin kontol saya?” Tanya pak Urip sambil menatap mata binal akhwat bercadar itu.
“Iya.. Akuu sukaa..” balas Nayla.
“Ya seperti itu sayang.. Ayooo kulumm kontolku sepuasmu non.. Hakhakhakh” Tawa pak Urip saat berdiri menikmati kuluman majikannya yang berjongkok dihadapannya.
Saat mereka berdua sedang menikmati perzinahan yang sedang mereka lakukan. Tiba-tiba pak Rudi datang dari arah belakang yang langsung terkejut saat melihat apa yang dilakukan oleh Nayla juga pak Urip.
Pak Urip yang menyadari kehadiran pak Rudi langsung menoleh ke belakang lalu memberi isyarat untuk diam. Ia pun menggerakkan jemarinya seolah meminta pak Rudi untuk pindah ke arah belakang Nayla. Pak Rudi hanya mengangguk setuju. Ia pun berpindah sambil menggeleng-gelengkan kepala melihat betapa rakusnya Nayla nyepong penis tua pembantunya.
Kayaknya mbak Nayla emang binal deh.. Aku kira tadi mbak Nayla dipaksa.. Kayaknya mbak Nayla yang justru meminta agar bisa diberi kepuasan oleh pak Urip.. Beruntung banget sih pak Urip.. Sial, kapan yah ada cewek cantik yang kayak gitu bisa jadi budak kontolku? Batin pak Rudi iri.
“Cukup non.. Aku puas.. Sekarang telanjang non” Ucap pak Urip penuh kepuasan.
“Mmmphh.. Akhirnyaa.. Akuuu..” Ucap Nayla yang akhirnya diberi kesempatan untuk melampiaskan nafsu seksualnya lagi.
Tanpa menyadari kehadiran pak Rudi di belakangnya, Nayla langsung melepas pakaiannya, menyisakan hijab, cadar serta pakaian dalamnya saja.
Akhwat bercadar yang sudah sange hebat itu mendekati pak Urip. Ia menurunkan celana dalamnya lalu melepas behanya begitu saja. Ia membuangnya jauh-jauh akibat sudah terlalu bernafsu. Kedua tangannya pun merangkul leher bagian belakang pembantunya. Sedangkan pak Urip merangkulkan tangan gemuknya pada pinggang majikannya. Mata mereka saling menatap dengan penuh nafsu. Nayla merasa semakin binal.
Sementara itu pak Rudi mulai memelorotkan celananya lalu mengocok sambil melihat pemandangan langka yang ada di hadapannya.
Gila mbak Nayla nafsuin banget.. Bodinya itu, Aaahh.. Batin pak Rudi ditengah kocokannya.
“Indah sekali tubuhmu ini non, mirip lonte kelas VVIP, mirip lontenya para pejabat BRJAT.. Alangkah beruntungnya non sudi menggoyang kontolku” Puji pak Urip.
Nayla merasa senang dipuji sevulgar ini oleh seseorang. Ditambah nafsunya yang tengah bergejolak membuatnya jadi semakin terbang ke awang-awang.
“Benarkah? Apa yang bapak suka dariku?” Ucap Nayla menurunkan satu tangannya untuk membelai penis hitam pembantunya.
“Tentu non.. Aku sangat menyukai susumu ini.. Bentuknya pas untuk tubuh seksimu ini.. Terus, sempitnya memekmu ini non” Puji pak Urip saat membelai payudaranya lalu turun meraba vagiannya.
Nayla semakin bergairah yang membuatnya jadi menarik-narik penis pembantunya itu.
“Memek non cocok dengan kontolku.. Memek non sempit sedangkan kontolku besar..” Ucap pak Urip yang membuat Nayla semakin terangsang dibuatnya.
Pak Urip sendiri juga lebih terangsang karena dirinya bisa sebebas ini saat mengobrol dengan begitu vulgarnya bersama akhwat bercadar yang dikenal alim oleh orang-orang.
“Aaahh bapak.. Aku jadi tambah sange pengen segera ngerasain gesekan kontol bapak lagi..” Ucap Nayla agak mendesah sambil tangannya mendorong tubuh gempal pak Urip hingga terduduk di kursi teras vila tersebut.
“Hakhakhak.. Lakukan non.. Lebarkan kakimu.. Lampiaskan semua nafsumu itu..” Ucap pak Urip sambil menaikan kausnya lalu melepasnya karena sudah tak tahan dengan keindahan yang dimiliki oleh majikannya.
Nayla yang mulai menurunkan tubuhnya pelan-pelan hingga vaginanya mulai dimasuki penis hitam pembantunya secara pelan-pelan.
“Aaahh mantapnya..” Desah pak Urip merem melek keenakan.
“Gede banget pak.. Aaahh gak muat” Desah Nayla dengan manja merasakan nikmatnya tusukan penis hitam itu.
Dia sadar kalau satu-satunya cara agar terlepas dari siksaan birahi ini adalah dengan memuaskan penis pak Urip. Hanya penis pak Urip lah yang bisa tahan lama dalam menyenagkan nafsu besarnya. Ia pun tidak menahan diri lagi. Ia benar-benar merubah dirinya menjadi seorang lonte agar dirinya bisa segera terbebas dari serangan birahi ini.
Pak Urip memegangi pinggang Nayla saat penisnya sudah masuk seluruhnya di dalam vagina majikannya. Nayla semakin bergairah, kedua tangannya meremas-remas payudaranya dengan kuat dihadapan mata pembantunya.
Mendengar desahan yang amat sangat manja dari mulut Nayla membuat pak Rudi pun mempercepat kocokannya. Ia geleng-geleng kepala melihat betapa binalnya akhwat bercadar yang sedang menunggangi penis pria tua berperut tambun itu.
“Hakhakhak.. Binal sekali non..” Puji pak Urip
Tanpa menjawab pujian pembantunya. Nayla bergoyang naik turunkan. Kedua tangannya bertumpu pada pundak pria tua itu. Ia benar-benar menikmati goyangannya tanpa peduli dengan siapa ia melakukannya.
“Aaahh..” desah Nayla.
Nayla benar-benar merasakan nikmatnya gesekan penis pak Urip pada dinding vaginanya. Penis perakasa itu benar-benar menyumpal vagina sempitnya. Tubuhnya terus ia naik turunkan. Ia naikkan tubuhnya hingga menyisakan ujung gundul penis itu pada bibir vaginanya. Saat tubuhnya turun ia membenamkan tubuhnya hingga penis itu menyundul dinding rahimnya. Susu Nayla bergondal-gandul. Nayla juga bergerak memutar. Pinggulnya ia putarkan yang membuat penis pembantunya teraduk-aduk di dalam vaginanya. Rasanya sungguh memuaskan. Ia pun terus melakukannya lagi dan lagi tanpa peduli dengan siapa ia melakukannya.
Wajah pak Urip pun tersenyum lalu tangannya datang untuk meremas susu.
“Aaahh paakkk” desah Nayla.
“Ini susu bulat.. Ouhh kenyalnya..” pak Urip saat tangan meremas susu bulat Nayla yang menganggur.
“Enaakk pak..” desah Nayla
Nayla menikmati remasan tangan keriput pembantunya pada payudara mulusnya. Apalagi saat tangan pak Urip memelintir, mencubit, menarik putingnnya yang membuat akhwat bercadar itu geleng-geleng penuh kepuasan.
Mulut pak Urip membuka lalu melahap payudara sebelah kiri Nayla. Belum puas dengan itu, tiba-tiba pinggul pak Urip bergerak naik turun dengan cepat, menusuk-nusuk vagina Nayla dengan kecepatan penuh, memborbardir rahim Nayla.
Nayla hanya bisa menjerit keras merasakan kenikmatan double itu.
Gila.. Gila.. Mbak Nayla digempur kayak gitu.. Pasti puas banget pak Urip bisa genjot mbak Nayla kayak gitu.. Batin pak Rudi saat menontonnya.
Tangannya pun mempercepat kocokan penisnya. Ia begitu puas meski belum sempat mencicipi kelezatan rahim dari akhwat bercadar itu.
“Non ganti gaya..” Ucap pak Urip meminta Nayla menungging.
Tanpa banyak kata. Nayla segera berdiri hingga penis itu terlepas dari dalam vaginanya. Saat ia hendak membalikkan tubuhnya. Ia dikejutkan oleh kehadiran pria tua berhoodie yang sudah memelorotkan celananya dihadapan matanya.
“Ast*ghf*r*ll*h pak Rudiii!” Jerit Nayla hingga tangannya refleks menutupi dadanya.
Seketika hawa nafsu yang tadi menyerangnya langsung menghilang setelah melihat pak Rudi yang tiba-tiba sudah berada di hadapannya.
“Waahhh aku gak nyangka ternyata mbak binal juga yah.. Beruntung banget pak Urip bisa digoyang mbak Nayla berulang kali” Ucap pak Rudi mengejutkan Nayla.
“Hakhakhak.. Itu belum seberapa pak.. Cepat nungging” Ucap pak Urip berdiri lalu mendorong punggung Nayla hingga nungging.
“Pak, jangan.. Didepan ada..” Tanya Nayla terpotong.
“Aku tau kok non.. Aku juga lihat.. Oh yah pak, tolong ambilin handycamnya disana” Ucap pak Urip sambil menunjuk ke suatu tempat.
“Apa?” Ucap Nayla semakin terkejut.
Matanya menatap pak Rudi yang berjalan mengambil sesuatu. Setelah pak Rudi mendapatkan barang yang ia cari, langsung memberikan barang itu ke pak Urip.
“Lihat ini non.. Lihat kebinalanmu di video ini” Ucap pak Urip saat memperlihatkan persetubuhan.
Mata Nayla langsung terbuka lebar. Ia tak menyangka kalau pembantu tuanya itu merekam persetubuhan mereka.
“Mulai sekarang non gak boleh ngelawan perintahku lagi.. Kalau aku mau A ya non harus ngelakuin A.. Kalau aku mau B ya non juga harus ngelakuin B.. Coba bayangin kalau pak Miftah ngeliat video ini.. Apa yang bakal suamimu pikirin pas ngeliat video ini?” Tanya pak Urip.
Nayla tak sanggup membayangkan apa yang bakal suaminya ucapkan.
“Pasti suamimu bakal bilang kayak gini.. Wah ternyata dek Nayla selama ini sukanya ngentot sama pak Urip yah? Mas gak nyangka kalau adek sukanya main sama pembantu tua rendahan kayak pak Urip.. Hakhakhak” Tawa pak Urip.
Lagi, lidahnya bergerak naik turun. Lidahnya kembali bergerak naik turun dalam menjilati ujung gundul majikannya itu. Lalu lidahnya berhenti di ujung pucuknya. Ia menjilati lubang kencingnya. Lidahnya menggelitik titik sensitif itu. Pak Urip sampai merem melek keenakan. Tubuhnya bergidik nikmat. Tubuhnya juga merinding saat merasakan kepuasan yang tiada tanding. Baru setelah itu mulut Nayla membuka lebar-lebar demi melahap batang penis yang berwarna hitam legam.
“Nafsu banget sih non, kayaknya.. Aaahh kontolku sampe hampir ketelen loh non hakhakhak” Tawa pak Urip dengan bangga.
“Mmmphh..”
Namun Nayla tidak menjawab. Selain karena tak ingin harga dirinya jatuh lebih dalam lagi dihadapan pembantunya. Ia juga ingin fokus menikmati benda tumpul itu lebih lama lagi. Kepalanya terus maju mundur sedari tadi. Lidahnya dengan lihai juga menggelitiki penis itu sedari tadi. Kedua tangannya bahkan ikut membantu. Dikala mulutnya hanya mengulumi ujung gundulnya. Maka kedua tangannya mengocoki batang penisnya secara bergantian.
Kedua tangan Nayla terus mengocok batang penis pembantunya secara maju mundur. Kepala Nayla juga terus bergerak maju mundur saat meyepong penis tua yang berwarna hitam itu.
Saat penis itu terlepas dari mulut Nayla. Tangannya terus mengocok batang penisnya sedangkan matanya menatap wajah pembantunya dengan penuh kepuasan. Nayla yang terpengaruh obat perangsang itu jadi semakin bernafsu. Ia lepas kendali. Ia bukanlah Nayla yang kita kenal lagi.
“Aaahh.. Suka sekali aku dengan tatapan penuh nafsumu itu non.. Gimana? Non puas? Non puas bisa mainin kontol saya?” Tanya pak Urip sambil menatap mata binal akhwat bercadar itu.
“Iya.. Akuu sukaa..” balas Nayla.
“Ya seperti itu sayang.. Ayooo kulumm kontolku sepuasmu non.. Hakhakhakh” Tawa pak Urip saat berdiri menikmati kuluman majikannya yang berjongkok dihadapannya.
Saat mereka berdua sedang menikmati perzinahan yang sedang mereka lakukan. Tiba-tiba pak Rudi datang dari arah belakang yang langsung terkejut saat melihat apa yang dilakukan oleh Nayla juga pak Urip.
Pak Urip yang menyadari kehadiran pak Rudi langsung menoleh ke belakang lalu memberi isyarat untuk diam. Ia pun menggerakkan jemarinya seolah meminta pak Rudi untuk pindah ke arah belakang Nayla. Pak Rudi hanya mengangguk setuju. Ia pun berpindah sambil menggeleng-gelengkan kepala melihat betapa rakusnya Nayla nyepong penis tua pembantunya.
Kayaknya mbak Nayla emang binal deh.. Aku kira tadi mbak Nayla dipaksa.. Kayaknya mbak Nayla yang justru meminta agar bisa diberi kepuasan oleh pak Urip.. Beruntung banget sih pak Urip.. Sial, kapan yah ada cewek cantik yang kayak gitu bisa jadi budak kontolku? Batin pak Rudi iri.
“Cukup non.. Aku puas.. Sekarang telanjang non” Ucap pak Urip penuh kepuasan.
“Mmmphh.. Akhirnyaa.. Akuuu..” Ucap Nayla yang akhirnya diberi kesempatan untuk melampiaskan nafsu seksualnya lagi.
Tanpa menyadari kehadiran pak Rudi di belakangnya, Nayla langsung melepas pakaiannya, menyisakan hijab, cadar serta pakaian dalamnya saja.
Akhwat bercadar yang sudah sange hebat itu mendekati pak Urip. Ia menurunkan celana dalamnya lalu melepas behanya begitu saja. Ia membuangnya jauh-jauh akibat sudah terlalu bernafsu. Kedua tangannya pun merangkul leher bagian belakang pembantunya. Sedangkan pak Urip merangkulkan tangan gemuknya pada pinggang majikannya. Mata mereka saling menatap dengan penuh nafsu. Nayla merasa semakin binal.
Sementara itu pak Rudi mulai memelorotkan celananya lalu mengocok sambil melihat pemandangan langka yang ada di hadapannya.
Gila mbak Nayla nafsuin banget.. Bodinya itu, Aaahh.. Batin pak Rudi ditengah kocokannya.
“Indah sekali tubuhmu ini non, mirip lonte kelas VVIP, mirip lontenya para pejabat BRJAT.. Alangkah beruntungnya non sudi menggoyang kontolku” Puji pak Urip.
Nayla merasa senang dipuji sevulgar ini oleh seseorang. Ditambah nafsunya yang tengah bergejolak membuatnya jadi semakin terbang ke awang-awang.
“Benarkah? Apa yang bapak suka dariku?” Ucap Nayla menurunkan satu tangannya untuk membelai penis hitam pembantunya.
“Tentu non.. Aku sangat menyukai susumu ini.. Bentuknya pas untuk tubuh seksimu ini.. Terus, sempitnya memekmu ini non” Puji pak Urip saat membelai payudaranya lalu turun meraba vagiannya.
Nayla semakin bergairah yang membuatnya jadi menarik-narik penis pembantunya itu.
“Memek non cocok dengan kontolku.. Memek non sempit sedangkan kontolku besar..” Ucap pak Urip yang membuat Nayla semakin terangsang dibuatnya.
Pak Urip sendiri juga lebih terangsang karena dirinya bisa sebebas ini saat mengobrol dengan begitu vulgarnya bersama akhwat bercadar yang dikenal alim oleh orang-orang.
“Aaahh bapak.. Aku jadi tambah sange pengen segera ngerasain gesekan kontol bapak lagi..” Ucap Nayla agak mendesah sambil tangannya mendorong tubuh gempal pak Urip hingga terduduk di kursi teras vila tersebut.
“Hakhakhak.. Lakukan non.. Lebarkan kakimu.. Lampiaskan semua nafsumu itu..” Ucap pak Urip sambil menaikan kausnya lalu melepasnya karena sudah tak tahan dengan keindahan yang dimiliki oleh majikannya.
Nayla yang mulai menurunkan tubuhnya pelan-pelan hingga vaginanya mulai dimasuki penis hitam pembantunya secara pelan-pelan.
“Aaahh mantapnya..” Desah pak Urip merem melek keenakan.
“Gede banget pak.. Aaahh gak muat” Desah Nayla dengan manja merasakan nikmatnya tusukan penis hitam itu.
Dia sadar kalau satu-satunya cara agar terlepas dari siksaan birahi ini adalah dengan memuaskan penis pak Urip. Hanya penis pak Urip lah yang bisa tahan lama dalam menyenagkan nafsu besarnya. Ia pun tidak menahan diri lagi. Ia benar-benar merubah dirinya menjadi seorang lonte agar dirinya bisa segera terbebas dari serangan birahi ini.
Pak Urip memegangi pinggang Nayla saat penisnya sudah masuk seluruhnya di dalam vagina majikannya. Nayla semakin bergairah, kedua tangannya meremas-remas payudaranya dengan kuat dihadapan mata pembantunya.
Mendengar desahan yang amat sangat manja dari mulut Nayla membuat pak Rudi pun mempercepat kocokannya. Ia geleng-geleng kepala melihat betapa binalnya akhwat bercadar yang sedang menunggangi penis pria tua berperut tambun itu.
“Hakhakhak.. Binal sekali non..” Puji pak Urip
Tanpa menjawab pujian pembantunya. Nayla bergoyang naik turunkan. Kedua tangannya bertumpu pada pundak pria tua itu. Ia benar-benar menikmati goyangannya tanpa peduli dengan siapa ia melakukannya.
“Aaahh..” desah Nayla.
Nayla benar-benar merasakan nikmatnya gesekan penis pak Urip pada dinding vaginanya. Penis perakasa itu benar-benar menyumpal vagina sempitnya. Tubuhnya terus ia naik turunkan. Ia naikkan tubuhnya hingga menyisakan ujung gundul penis itu pada bibir vaginanya. Saat tubuhnya turun ia membenamkan tubuhnya hingga penis itu menyundul dinding rahimnya. Susu Nayla bergondal-gandul. Nayla juga bergerak memutar. Pinggulnya ia putarkan yang membuat penis pembantunya teraduk-aduk di dalam vaginanya. Rasanya sungguh memuaskan. Ia pun terus melakukannya lagi dan lagi tanpa peduli dengan siapa ia melakukannya.
Wajah pak Urip pun tersenyum lalu tangannya datang untuk meremas susu.
“Aaahh paakkk” desah Nayla.
“Ini susu bulat.. Ouhh kenyalnya..” pak Urip saat tangan meremas susu bulat Nayla yang menganggur.
“Enaakk pak..” desah Nayla
Nayla menikmati remasan tangan keriput pembantunya pada payudara mulusnya. Apalagi saat tangan pak Urip memelintir, mencubit, menarik putingnnya yang membuat akhwat bercadar itu geleng-geleng penuh kepuasan.
Mulut pak Urip membuka lalu melahap payudara sebelah kiri Nayla. Belum puas dengan itu, tiba-tiba pinggul pak Urip bergerak naik turun dengan cepat, menusuk-nusuk vagina Nayla dengan kecepatan penuh, memborbardir rahim Nayla.
Nayla hanya bisa menjerit keras merasakan kenikmatan double itu.
Gila.. Gila.. Mbak Nayla digempur kayak gitu.. Pasti puas banget pak Urip bisa genjot mbak Nayla kayak gitu.. Batin pak Rudi saat menontonnya.
Tangannya pun mempercepat kocokan penisnya. Ia begitu puas meski belum sempat mencicipi kelezatan rahim dari akhwat bercadar itu.
“Non ganti gaya..” Ucap pak Urip meminta Nayla menungging.
Tanpa banyak kata. Nayla segera berdiri hingga penis itu terlepas dari dalam vaginanya. Saat ia hendak membalikkan tubuhnya. Ia dikejutkan oleh kehadiran pria tua berhoodie yang sudah memelorotkan celananya dihadapan matanya.
“Ast*ghf*r*ll*h pak Rudiii!” Jerit Nayla hingga tangannya refleks menutupi dadanya.
Seketika hawa nafsu yang tadi menyerangnya langsung menghilang setelah melihat pak Rudi yang tiba-tiba sudah berada di hadapannya.
“Waahhh aku gak nyangka ternyata mbak binal juga yah.. Beruntung banget pak Urip bisa digoyang mbak Nayla berulang kali” Ucap pak Rudi mengejutkan Nayla.
“Hakhakhak.. Itu belum seberapa pak.. Cepat nungging” Ucap pak Urip berdiri lalu mendorong punggung Nayla hingga nungging.
“Pak, jangan.. Didepan ada..” Tanya Nayla terpotong.
“Aku tau kok non.. Aku juga lihat.. Oh yah pak, tolong ambilin handycamnya disana” Ucap pak Urip sambil menunjuk ke suatu tempat.
“Apa?” Ucap Nayla semakin terkejut.
Matanya menatap pak Rudi yang berjalan mengambil sesuatu. Setelah pak Rudi mendapatkan barang yang ia cari, langsung memberikan barang itu ke pak Urip.
“Lihat ini non.. Lihat kebinalanmu di video ini” Ucap pak Urip saat memperlihatkan persetubuhan.
Mata Nayla langsung terbuka lebar. Ia tak menyangka kalau pembantu tuanya itu merekam persetubuhan mereka.
“Mulai sekarang non gak boleh ngelawan perintahku lagi.. Kalau aku mau A ya non harus ngelakuin A.. Kalau aku mau B ya non juga harus ngelakuin B.. Coba bayangin kalau pak Miftah ngeliat video ini.. Apa yang bakal suamimu pikirin pas ngeliat video ini?” Tanya pak Urip.
Nayla tak sanggup membayangkan apa yang bakal suaminya ucapkan.
“Pasti suamimu bakal bilang kayak gini.. Wah ternyata dek Nayla selama ini sukanya ngentot sama pak Urip yah? Mas gak nyangka kalau adek sukanya main sama pembantu tua rendahan kayak pak Urip.. Hakhakhak” Tawa pak Urip.
“Pak.. tolong jangan” Ucap Nayla berharap pak Urip tidak akan menunjukkan video rekaman ini pada suaminya.
“Makanya.. Turuti apa kataku yah.. Tolong pak taruh disana” Ucap pak Urip pada Nayla lalu meminta pak Rudi untuk menaruh kamera itu disudut yang tepat agar bisa merekam persetubuhan mereka dengan baik.
“Apa lagi yang bapak rencakan? Apa maksud semua ini pak?” Ucap Nayla jadi panik saat melihat pak Rudi menaruh handycam itu di suatu tempat.
“Apa? Ya sudah jelas kan, kalau aku akan mengabadikan momen ini.. Ayo pak, bapak boleh gabung dengan kita” Ucap pak Urip
“Akhirnya” pak Rudi senang.
“Apa pak.. Aku gak mau..” protes Nayla.
Namun sudah keburu ditusuk lagi rahimnya oleh penis pak Urip.
“Aku boleh masukin ke mulut mbak kan?” tanya pak Rudi yang langsung menaikan cadar Nayla lalu menyumpalkan penisnya ke dalam mulut akhwat bercadar itu.
“Mmmphh” Nayla saat dipaksa mengulum penis pak Rudi.
Akhirnya untuk pertama kalinya, Nayla harus merasakan dirinya melayani dua pria sekaligus dalam satu waktu. Rahimnya telah penuh oleh penis gempal pembantunya. Mulutnya juga penuh oleh penis bau milik penjaga vila yang ia sewa.
Saat pak Urip mendorong pinggulnya maju, tubuh Nayla juga terdorong maju hingga memaksa mulutnya menelan penis pak Rudi yang menyumpal mulutnya. Pak Rudi juga mendorong pinggulnya hingga membuat tubuh Nayla terdorong ke belakang memaksa penis pak Urip menusuk vaginanya begitu dalam.
Mereka secara kompak menyodok dua lubang itu dengan penuh nafsu. Nayla pasrah.
“Ouhh mantapnya mulutmu mbak..” pak Rudi penuh kepuasan.
“Hakhakhak aahhh itu belum seberapa pak Rudi.. Memeknya ini mantep rasanya..” Ucap pak Urip.
“Emang gimana rasanya pak? mulutnya aja seenak ini” pak Rudi penasaran.
“Nikmat banget pokoknya.. Gak ada yang bisa nandingin rasanya memek lezat ini.. bikin nagih pokoknya..” balas pak Urip.
Nayla yang hanya bisa pasrah saat itu.
Pak Rudi pun juga demikian. Pinggulnya terus bergerak memaksa mulut Nayla menelan keseluruhan penisnya. Saat kedua tangannya memegangi kepala mungil Nayla. Maka pinggulnya bergerak maju hingga mentok di mulut akhwat bercadar itu. Pak Rudi tersenyum senang. Ia tertawa penuh kepuasan merasakan hangatnya mulut Nayla saat mengulum penis besarnya.
“Aaahh.. Telen yang dalem mbak.. Telen terus kontolku?” Desah pak Rudi tersenyum puas.
“Aaahh.. gimana pak Rudi rasa mulutnya?” Tanya pak Urip ditengah sodokannya.
“Aaahh.. Mantap pak.. Mantap banget” Desah pak Rudi menjawab soal pak Urip.
“Aaahh.. Mau tukeran?” Tanya pak Urip tersenyum.
“Aaahh.. Mau banget pak” Desah pak Rudi yang langsung melepas penisnya dari mulut Nayla.
“Aaahh.. Hentikan pak..” Desah Nayla yang akhirnya bisa menghirup udara segar lagi.
“Hakhakhak.. Diem non.. Non gak berhak ngomong.. Non itu cuma lonte.. Tugas non itu ya muasin kita-kita aja.. Santai aja, kita juga profesional kok.. Kita pasti bakal memuaskan nafsu non” Ucap pak Urip sambil terus menggenjot majikannya.
“Aaahh tapi..” desah Nayla saat tiba-tiba pak Urip menarik lepas penisnya hingga membuatnya terjatuh dalam posisi berlutut di lantai.
Tubuh Nayla pun menunduk. Kedua tangannya ia jatuhkan pada lantai dihadapannya.
“Hah.. Hah.. Capek banget.. Capek banget uhuk.. Uhuk” desah Nayla sampai terbatuk-batuk.
“Hakhakhak.. Non pasti kedinginan kan? Ayo dipakai lagi jaketnya?” Ucap pak Urip memaksa Nayla mengenakan jaket yang tadi dikenakannya.
“Ayo berdiri.. Waktunya kita akhiri semua ini!” Ucap pak Urip sambil berkedip pada pak Rudi.
“Hahaha siap pak.. Akhirnya kesampean juga” Ucap pak Rudi memeluk Nayla untuk membantunya berdiri membelakangi dirinya.
“Tunggu pak.. Aku capek.. Aku.. mmpphhh” desah Nayla saat merasakan vaginanya disentuh oleh benda tumpul yang ingin memaksa masuk.
“Eh pak inget perjanjian kita” Ucap pak Urip mengingatkan.
“Hahaha iyya.. iya.. Aku tau kok” Ucap pak Rudi yang kemudian menyelipkan penisnya diantara paha Nayla yang sudah ia rapatkan.
“Aaahh apa ini?” Tanya Nayla sambil menoleh ke belakang.
“Sebenarnya aku tuh pengen banget ngentot sama mbak.. Tapi karena aku gak dapet izin dari pak Urip, akhirnya aku cuma bisa kayak gini deh.. Ayo saatnya kita gesek-gesekkin kelamin kita” Ucap pak Rudi sambil menarik kedua tangan Nayla ke belakang.
“Eeehh paak.. Tunggu.. Aku gak mau pak..” desah Nayla yang sedang menungging dalam posisi berdiri dengan kedua tangan ditarik ke belakang. Nayla terlihat sangat menggiurkan. Jaketnya pun turun hingga ke kedua lengannya.
“Hakhakhak.. Ayo pak.. Waktunya kita pesta?” Ucap pak Urip sambil mendekap handycamnya untuk merekam aksi petting mereka.
“Hahaha siap pak.. Terima ini.. Hennkgghhh!” Desah pak Rudi saat menghempaskan pinggulnya maju.
“Pak aku gak mau.. Aaahh” desah Nayla saat pinggulnya ditabrak oleh pinggul pak Rudi dengan keras.
“Aaahh ternyata rasanya lumayan juga.. Aaahh rasakan ini.. Rasakan kontolku ini” desah pak Rudi yang mulai memaju mundurkan pinggulnya menggesekkan penisnya pada bibir vagina Nayla.
“Aaahh.. bapak” desah Nayla saat tubuhnya terdorong maju mundur.
Saat kedua tangan Nayla ditarik ke belakang. Dada Nayla jadi terdorong maju ditengah persetubuhan mereka. Terlihat payudaranya bergoyang sangat cepat. Terlihat payudaranya bergoyang sangat indah. Pak Urip yang melihatnya sampai tertawa puas melihat keindahan yang ada di hadapannya. Belum lagi dengan suara desahannya. Pak Urip pun berulang kali bergerak mengelilingi mereka untuk mencari sudut yang tepat untuk merekam persetubuhan ini agar terlihat sempurna.
Setiap pak Rudi mendorong maju pinggulnya maka bergeseklah penisnya pada bibir vagina Nayla yang sudah sangat basah. Terasa penis bagian atasnya semakin basah saat terkena cairan cinta Nayla yang semakin mengucur deras. Saat pinggulnya ia mundurkan, rasanya ia ingin memasukan ujung gundulnya ke dalam vagina sempitnya. Tapi ia teringat janjinya pada pak Urip. Ia mengurungkannya. Ia pun kembali menggesek bibir vagina Nayla menggunakan sisi bagian atas penisnya.
“Hakhakhak.. Aku jadi gak tahan lagi.. Ayo sini non.. Kulum kontolkujugaa” Ucap pak Urip yang ingin bergabung ke pesta mereka.
“Enggak.. Aku gak mau.. Bukan ini yang aku mau tadi pak.. Mmmphh” Desah Nayla saat mulutnya kembali dipaksa mengulum penis seseorang.
“Aaahh mantapnya” desah pak Urip saat menusuk mulut majikannya menggunakan batang penisnya.
Tanpa menunggu lama, pinggulnya langsung bergoyang maju mundur menikmati kuluman mulut majikannya. Saat penisnya menusuk ke dalam, terasa kehangatan dan kelembapan yang menambah gairah birahinya. Saat penisnya ia tarik hingga nyaris terlepas dari mulutnya, terasa bibir majikannya menjepit penis tuanya dengan begitu erat. Pak Urip pun tertawa puas. Ia terus menusuk-nusukkan penisnya tuk menikmati mulut majikannya.
“Mmmphh..” desah Nayla sambil memejam menahan semuanya.
Hampir selama tujuh menit mereka bersetubuh dengan gaya seperti itu. Pak Rudi yang sedari tadi terus menggesek-gesek bibir vagina Nayla akhirnya mulai merasakan adanya tanda-tanda orgasme sebentar lagi. Penisnya mulai berdenyut pelan. Kedua lututnya juga melemah merasakan nikmatnya jepitan selangkangan Nayla kepada penis tuanya.
“Aaahh.. Sebentar lagiii mbak.. Sebentarr laggiii” desah pak Rudi tak kuat lagi.
“Aaahh.. Aaahh nonn aku jugaa.. Aku mauu kelluaaarr” desah pak Urip yang rupanya juga sudah tak kuat lagi setelah menahan goyangan Nayla tadi.
Nayla terkejut saat mengetahui penis yang sedang merangsangnya dari depan sekaligus belakang hampir mencapai orgasmenya. Ia pun tak sanggup membayangkan andai kedua penis itu memuncratkan spermanya mengotori mulut serta bibir vaginanya. Ia ingin bergerak tapi tak bisa. Ia ingin menghentikan aksi mereka tapi tangannya dipegangi oleh penjaga vilanya.
Rasanya benar-benar menyebalkan. Tapi ia memang tak bisa berbuat apa-apa ditengah situasi yang menggairahkan ini.
“Aaahh.. sebentar lagi” Desah pak Urip penuh nafsu.
Pak Urip memperkuat hujaman penisnya. Ia juga mempercepat frekuensi genjotannya. Mulut Nayla semakin tersiksa saat tenggorokannya dipaksa menahan serangan nafsu dari pria tambun itu. Nayla ingin batuk. Matanya terus memejam. Ia merasakan penis di mulutnya semakin berdenyut. Ia juga merasakan rasa asin dari cairan precum yang mulai membasahi lidahnya.
“Aaahh.. Aku jugaa mbak..” Desah pak Rudi melepaskan pegangannya pada tangan Nayla lalu menampari bokong Nayla sebelum tangannya mengusapi punggung mulusnya.
“mmppphh..” Desah Nayla yang ingin menjerit namun tertahan oleh tusukan penis pak Urip. Tangannya pun bertumpu pada paha pak Urip untuk menahan sodokan pak Rudi yang semakin cepat.
Plakk.. Plaakkk.. Plakk..
Bokong Nayla memerah. Ia juga tak berdaya saat menahan gesekan penis pak Rudi yang semakin bergairah. Ketika tangan pak Rudi mendekap pinggul Nayla. Diperkencanglah gesekan pinggulnya yang membuat payudara Nayla bergoyang semakin cepat.
Kedua pria tua itu sudah berada di ambang batas. Mereka tak sanggup menahan gairah birahi yang sudah berada di atas. Mereka sama-sama menahan nafas. Mereka berdua melampiaskan semuanya untuk menodai tubuh bidadari bercadar tersebut.
“Aaahh.. non” Desah pak Urip.
“Aaahh.. mbak” Desah pak Rudi.
Apaaa? Jangan.. Jangan dikeluarin di mulutku..! Batin Nayla berharap.
Namun harapannya itu buyar seketika saat pak Urip tiba-tiba mementokkan pinggulnya hingga penis tua itu menusuk tenggorokannya saat hendak mengeluarkan lahar hangatnya.
“Aaahh aku gak kuat lagiii.. Terima ini nonnn.. Hennkgghhh!” desah pak Urip sambil menahan kepala Nayla dengan erat.
Disaat yang bersamaan, pak Rudi juga tidak kuat lagi dalam menahan gesekan paha mulus akhwat bercadar itu.
“Aaahh aku juga non.. Terima ini..” desah pak Rudi saat menghempaskan pinggulnya hingga Nayla sekilas terlihat seperti memiliki penis dari bawah vaginanya.
“Keluar!!” Desah kedua pria tua itu secara bersamaan.
“mmpphhh” desah Nayla pasrah saat mulutnya dipaksa menerima lendir hangat dari pria tambun itu.
Spermanya yang keluar begitu deras memaksa Nayla untuk menelannya karena tak sanggup menahan aromanya yang begitu memuakkan. Nayla pun menelan sperma pak Urip dengan begitu lahap. Ia terpaksa melakukannya tanpa menyisakan satu tetespun di dalam mulutnya.
“Aaahh yah teleenn teruss nonn.. Telen semuanya jangan sampai ada yang netes keluar” Ucap pak Urip sampai merinding keenakan saat bisa mendapatkan orgasme keduanya di hari ini.
Sedangkan pak Rudi juga merinding bahkan matanya sampai merem melek saat spermanya menetes keluar mengenai paha bagian dalam akhwat bercadar itu. Rasanya begitu memuaskan saat beorgasme ditengah rasa sangeknya. Pak Rudi pun menepuk pantat Nayla berulang kali. Ia juga meremasnya bahkan mencengkramnya yang hanya bisa dibalas erangan oleh Nayla.
“mmpphhmm” Desah Nayla tertahan.
Tiba-tiba..
“Dek.. Mas udah mandi.. Gantian sana mandi dulu” Ucap Miftah dari dalam yang mengejutkan mereka bertiga.
“Gawat pak Miftah udah selesai mandi” Ucap pak Urip yang segera menarik lepas penisnya dari dalam mulut Nayla.
“Gawat gimana ini?” Ucap pak Rudi yang juga sudah menarik keluar penisnya lalu buru-buru menaikkan celananya kembali.
“Makanya.. Turuti apa kataku yah.. Tolong pak taruh disana” Ucap pak Urip pada Nayla lalu meminta pak Rudi untuk menaruh kamera itu disudut yang tepat agar bisa merekam persetubuhan mereka dengan baik.
“Apa lagi yang bapak rencakan? Apa maksud semua ini pak?” Ucap Nayla jadi panik saat melihat pak Rudi menaruh handycam itu di suatu tempat.
“Apa? Ya sudah jelas kan, kalau aku akan mengabadikan momen ini.. Ayo pak, bapak boleh gabung dengan kita” Ucap pak Urip
“Akhirnya” pak Rudi senang.
“Apa pak.. Aku gak mau..” protes Nayla.
Namun sudah keburu ditusuk lagi rahimnya oleh penis pak Urip.
“Aku boleh masukin ke mulut mbak kan?” tanya pak Rudi yang langsung menaikan cadar Nayla lalu menyumpalkan penisnya ke dalam mulut akhwat bercadar itu.
“Mmmphh” Nayla saat dipaksa mengulum penis pak Rudi.
Akhirnya untuk pertama kalinya, Nayla harus merasakan dirinya melayani dua pria sekaligus dalam satu waktu. Rahimnya telah penuh oleh penis gempal pembantunya. Mulutnya juga penuh oleh penis bau milik penjaga vila yang ia sewa.
Saat pak Urip mendorong pinggulnya maju, tubuh Nayla juga terdorong maju hingga memaksa mulutnya menelan penis pak Rudi yang menyumpal mulutnya. Pak Rudi juga mendorong pinggulnya hingga membuat tubuh Nayla terdorong ke belakang memaksa penis pak Urip menusuk vaginanya begitu dalam.
Mereka secara kompak menyodok dua lubang itu dengan penuh nafsu. Nayla pasrah.
“Ouhh mantapnya mulutmu mbak..” pak Rudi penuh kepuasan.
“Hakhakhak aahhh itu belum seberapa pak Rudi.. Memeknya ini mantep rasanya..” Ucap pak Urip.
“Emang gimana rasanya pak? mulutnya aja seenak ini” pak Rudi penasaran.
“Nikmat banget pokoknya.. Gak ada yang bisa nandingin rasanya memek lezat ini.. bikin nagih pokoknya..” balas pak Urip.
Nayla yang hanya bisa pasrah saat itu.
Pak Rudi pun juga demikian. Pinggulnya terus bergerak memaksa mulut Nayla menelan keseluruhan penisnya. Saat kedua tangannya memegangi kepala mungil Nayla. Maka pinggulnya bergerak maju hingga mentok di mulut akhwat bercadar itu. Pak Rudi tersenyum senang. Ia tertawa penuh kepuasan merasakan hangatnya mulut Nayla saat mengulum penis besarnya.
“Aaahh.. Telen yang dalem mbak.. Telen terus kontolku?” Desah pak Rudi tersenyum puas.
“Aaahh.. gimana pak Rudi rasa mulutnya?” Tanya pak Urip ditengah sodokannya.
“Aaahh.. Mantap pak.. Mantap banget” Desah pak Rudi menjawab soal pak Urip.
“Aaahh.. Mau tukeran?” Tanya pak Urip tersenyum.
“Aaahh.. Mau banget pak” Desah pak Rudi yang langsung melepas penisnya dari mulut Nayla.
“Aaahh.. Hentikan pak..” Desah Nayla yang akhirnya bisa menghirup udara segar lagi.
“Hakhakhak.. Diem non.. Non gak berhak ngomong.. Non itu cuma lonte.. Tugas non itu ya muasin kita-kita aja.. Santai aja, kita juga profesional kok.. Kita pasti bakal memuaskan nafsu non” Ucap pak Urip sambil terus menggenjot majikannya.
“Aaahh tapi..” desah Nayla saat tiba-tiba pak Urip menarik lepas penisnya hingga membuatnya terjatuh dalam posisi berlutut di lantai.
Tubuh Nayla pun menunduk. Kedua tangannya ia jatuhkan pada lantai dihadapannya.
“Hah.. Hah.. Capek banget.. Capek banget uhuk.. Uhuk” desah Nayla sampai terbatuk-batuk.
“Hakhakhak.. Non pasti kedinginan kan? Ayo dipakai lagi jaketnya?” Ucap pak Urip memaksa Nayla mengenakan jaket yang tadi dikenakannya.
“Ayo berdiri.. Waktunya kita akhiri semua ini!” Ucap pak Urip sambil berkedip pada pak Rudi.
“Hahaha siap pak.. Akhirnya kesampean juga” Ucap pak Rudi memeluk Nayla untuk membantunya berdiri membelakangi dirinya.
“Tunggu pak.. Aku capek.. Aku.. mmpphhh” desah Nayla saat merasakan vaginanya disentuh oleh benda tumpul yang ingin memaksa masuk.
“Eh pak inget perjanjian kita” Ucap pak Urip mengingatkan.
“Hahaha iyya.. iya.. Aku tau kok” Ucap pak Rudi yang kemudian menyelipkan penisnya diantara paha Nayla yang sudah ia rapatkan.
“Aaahh apa ini?” Tanya Nayla sambil menoleh ke belakang.
“Sebenarnya aku tuh pengen banget ngentot sama mbak.. Tapi karena aku gak dapet izin dari pak Urip, akhirnya aku cuma bisa kayak gini deh.. Ayo saatnya kita gesek-gesekkin kelamin kita” Ucap pak Rudi sambil menarik kedua tangan Nayla ke belakang.
“Eeehh paak.. Tunggu.. Aku gak mau pak..” desah Nayla yang sedang menungging dalam posisi berdiri dengan kedua tangan ditarik ke belakang. Nayla terlihat sangat menggiurkan. Jaketnya pun turun hingga ke kedua lengannya.
“Hakhakhak.. Ayo pak.. Waktunya kita pesta?” Ucap pak Urip sambil mendekap handycamnya untuk merekam aksi petting mereka.
“Hahaha siap pak.. Terima ini.. Hennkgghhh!” Desah pak Rudi saat menghempaskan pinggulnya maju.
“Pak aku gak mau.. Aaahh” desah Nayla saat pinggulnya ditabrak oleh pinggul pak Rudi dengan keras.
“Aaahh ternyata rasanya lumayan juga.. Aaahh rasakan ini.. Rasakan kontolku ini” desah pak Rudi yang mulai memaju mundurkan pinggulnya menggesekkan penisnya pada bibir vagina Nayla.
“Aaahh.. bapak” desah Nayla saat tubuhnya terdorong maju mundur.
Saat kedua tangan Nayla ditarik ke belakang. Dada Nayla jadi terdorong maju ditengah persetubuhan mereka. Terlihat payudaranya bergoyang sangat cepat. Terlihat payudaranya bergoyang sangat indah. Pak Urip yang melihatnya sampai tertawa puas melihat keindahan yang ada di hadapannya. Belum lagi dengan suara desahannya. Pak Urip pun berulang kali bergerak mengelilingi mereka untuk mencari sudut yang tepat untuk merekam persetubuhan ini agar terlihat sempurna.
Setiap pak Rudi mendorong maju pinggulnya maka bergeseklah penisnya pada bibir vagina Nayla yang sudah sangat basah. Terasa penis bagian atasnya semakin basah saat terkena cairan cinta Nayla yang semakin mengucur deras. Saat pinggulnya ia mundurkan, rasanya ia ingin memasukan ujung gundulnya ke dalam vagina sempitnya. Tapi ia teringat janjinya pada pak Urip. Ia mengurungkannya. Ia pun kembali menggesek bibir vagina Nayla menggunakan sisi bagian atas penisnya.
“Hakhakhak.. Aku jadi gak tahan lagi.. Ayo sini non.. Kulum kontolkujugaa” Ucap pak Urip yang ingin bergabung ke pesta mereka.
“Enggak.. Aku gak mau.. Bukan ini yang aku mau tadi pak.. Mmmphh” Desah Nayla saat mulutnya kembali dipaksa mengulum penis seseorang.
“Aaahh mantapnya” desah pak Urip saat menusuk mulut majikannya menggunakan batang penisnya.
Tanpa menunggu lama, pinggulnya langsung bergoyang maju mundur menikmati kuluman mulut majikannya. Saat penisnya menusuk ke dalam, terasa kehangatan dan kelembapan yang menambah gairah birahinya. Saat penisnya ia tarik hingga nyaris terlepas dari mulutnya, terasa bibir majikannya menjepit penis tuanya dengan begitu erat. Pak Urip pun tertawa puas. Ia terus menusuk-nusukkan penisnya tuk menikmati mulut majikannya.
“Mmmphh..” desah Nayla sambil memejam menahan semuanya.
Hampir selama tujuh menit mereka bersetubuh dengan gaya seperti itu. Pak Rudi yang sedari tadi terus menggesek-gesek bibir vagina Nayla akhirnya mulai merasakan adanya tanda-tanda orgasme sebentar lagi. Penisnya mulai berdenyut pelan. Kedua lututnya juga melemah merasakan nikmatnya jepitan selangkangan Nayla kepada penis tuanya.
“Aaahh.. Sebentar lagiii mbak.. Sebentarr laggiii” desah pak Rudi tak kuat lagi.
“Aaahh.. Aaahh nonn aku jugaa.. Aku mauu kelluaaarr” desah pak Urip yang rupanya juga sudah tak kuat lagi setelah menahan goyangan Nayla tadi.
Nayla terkejut saat mengetahui penis yang sedang merangsangnya dari depan sekaligus belakang hampir mencapai orgasmenya. Ia pun tak sanggup membayangkan andai kedua penis itu memuncratkan spermanya mengotori mulut serta bibir vaginanya. Ia ingin bergerak tapi tak bisa. Ia ingin menghentikan aksi mereka tapi tangannya dipegangi oleh penjaga vilanya.
Rasanya benar-benar menyebalkan. Tapi ia memang tak bisa berbuat apa-apa ditengah situasi yang menggairahkan ini.
“Aaahh.. sebentar lagi” Desah pak Urip penuh nafsu.
Pak Urip memperkuat hujaman penisnya. Ia juga mempercepat frekuensi genjotannya. Mulut Nayla semakin tersiksa saat tenggorokannya dipaksa menahan serangan nafsu dari pria tambun itu. Nayla ingin batuk. Matanya terus memejam. Ia merasakan penis di mulutnya semakin berdenyut. Ia juga merasakan rasa asin dari cairan precum yang mulai membasahi lidahnya.
“Aaahh.. Aku jugaa mbak..” Desah pak Rudi melepaskan pegangannya pada tangan Nayla lalu menampari bokong Nayla sebelum tangannya mengusapi punggung mulusnya.
“mmppphh..” Desah Nayla yang ingin menjerit namun tertahan oleh tusukan penis pak Urip. Tangannya pun bertumpu pada paha pak Urip untuk menahan sodokan pak Rudi yang semakin cepat.
Plakk.. Plaakkk.. Plakk..
Bokong Nayla memerah. Ia juga tak berdaya saat menahan gesekan penis pak Rudi yang semakin bergairah. Ketika tangan pak Rudi mendekap pinggul Nayla. Diperkencanglah gesekan pinggulnya yang membuat payudara Nayla bergoyang semakin cepat.
Kedua pria tua itu sudah berada di ambang batas. Mereka tak sanggup menahan gairah birahi yang sudah berada di atas. Mereka sama-sama menahan nafas. Mereka berdua melampiaskan semuanya untuk menodai tubuh bidadari bercadar tersebut.
“Aaahh.. non” Desah pak Urip.
“Aaahh.. mbak” Desah pak Rudi.
Apaaa? Jangan.. Jangan dikeluarin di mulutku..! Batin Nayla berharap.
Namun harapannya itu buyar seketika saat pak Urip tiba-tiba mementokkan pinggulnya hingga penis tua itu menusuk tenggorokannya saat hendak mengeluarkan lahar hangatnya.
“Aaahh aku gak kuat lagiii.. Terima ini nonnn.. Hennkgghhh!” desah pak Urip sambil menahan kepala Nayla dengan erat.
Disaat yang bersamaan, pak Rudi juga tidak kuat lagi dalam menahan gesekan paha mulus akhwat bercadar itu.
“Aaahh aku juga non.. Terima ini..” desah pak Rudi saat menghempaskan pinggulnya hingga Nayla sekilas terlihat seperti memiliki penis dari bawah vaginanya.
“Keluar!!” Desah kedua pria tua itu secara bersamaan.
“mmpphhh” desah Nayla pasrah saat mulutnya dipaksa menerima lendir hangat dari pria tambun itu.
Spermanya yang keluar begitu deras memaksa Nayla untuk menelannya karena tak sanggup menahan aromanya yang begitu memuakkan. Nayla pun menelan sperma pak Urip dengan begitu lahap. Ia terpaksa melakukannya tanpa menyisakan satu tetespun di dalam mulutnya.
“Aaahh yah teleenn teruss nonn.. Telen semuanya jangan sampai ada yang netes keluar” Ucap pak Urip sampai merinding keenakan saat bisa mendapatkan orgasme keduanya di hari ini.
Sedangkan pak Rudi juga merinding bahkan matanya sampai merem melek saat spermanya menetes keluar mengenai paha bagian dalam akhwat bercadar itu. Rasanya begitu memuaskan saat beorgasme ditengah rasa sangeknya. Pak Rudi pun menepuk pantat Nayla berulang kali. Ia juga meremasnya bahkan mencengkramnya yang hanya bisa dibalas erangan oleh Nayla.
“mmpphhmm” Desah Nayla tertahan.
Tiba-tiba..
“Dek.. Mas udah mandi.. Gantian sana mandi dulu” Ucap Miftah dari dalam yang mengejutkan mereka bertiga.
“Gawat pak Miftah udah selesai mandi” Ucap pak Urip yang segera menarik lepas penisnya dari dalam mulut Nayla.
“Gawat gimana ini?” Ucap pak Rudi yang juga sudah menarik keluar penisnya lalu buru-buru menaikkan celananya kembali.
Nayla yang terjatuh dalam posisi berlutut dibiarkan begitu saja bagai barang yang baru saja dibuang setelah dipakai. Ia yang masih kelelahan hanya bisa ngos-ngosan sambil melihat sekitar. Tangannya pun berusaha mengambil roknya dengan menggunakan sisa tenaga yang dimilikinya.
Nampak pak Urip sudah mengenakan pakaiannya kembali. Kedua pria yang tidak bertanggung jawab itu langsung kabur meninggalkan Nayla sendiri.
“Dek.. Adek dimana yah?” Tanya Miftah yang suaranya terdengar semakin dekat.
Hah.. Hah.. Tunggu mas.. Jangann kesini dulu.. Batin Nayla yang buru-buru mengenakan roknya lagi.
Ia pun berusaha berdiri lalu menaikkan roknya tanpa sempat mengenakan pakaian dalamnya.
Saat Nayla baru saja mengenakan roknya. Tiba-tiba ia melihat Miftah sudah berada di pintu vilanya. Sontak Nayla langsung membalikkan badan. Untungnya ia masih mengenakan jaket yang membuatnya langsung menaikkan resleting jaket itu ke atas.
“Dek mandi sana? Airnya hangat loh” Ucap Miftah sambil mendekap bahu Nayla dari belakang.
“Hehe iyya mas.. Tunggu sebentar” Kata Nayla dengan penuh kelegaan karena masih sempat menutupi ketelanjangan tubuhnya
“Nunggu apa? Hari sudah semakin gelap loh” Ucap Miftah sambil melihat langit sore di puncak.
“Hehe iya habis ini adek bakal mandi kok” Ucap Nayla sambil menyembunyikan rasa lelahnya agar tidak dicurigai lebih oleh suaminya.
“Yaudah tapi jangan kemaleman yah? Mas mau mesen makanan dulu biar pas maghrib dateng kita bisa langsung makan.. Eh yah pak Rudi mana yah? Pak.. Pak Rudi?” Ucap Miftah lalu melangkah pergi untuk mencari pak Rudi.
Menyadari kalau suaminya sudah pergi menjauh membuat Nayla segera memegangi dadanya untuk memeriksa denyut jantungnya. Jantungnya berdegup dengan sangat cepat. Jantungnya rasanya seperti mau copot saat hampir ketahuan setelah dipaksa melayani kedua pria tua tersebut.
“Ast*ghf*r*ll*h.. Aku” Lirih Nayla sambil duduk di kursi teras vila.
Matanya menatap gamisnya yang tergeletak begitu saja di lantai. Ia lega karena suaminya tidak sempat melihat gamisnya itu. Wajahnya lalu ia tolehkan ke halaman untuk melihat pakaian dalamnya. Lalu wajahnya ia tolehkan untuk menatap handycam yang masih merekam di sore hari itu.
Alh*md*l*ll*h semuanya gak ketahuan.. Tapi kali ini kamu bener-bener keterlaluan, Nay! Batin Nayla yang sangat menyesali perbuatannya.
Ia masih gak ngira saat tadi ketika dirinya malah ingin bercinta dengan pak Urip saat dirinya sedang nafsu-nafsunya. Untungnya kehadiran pak Rudi tadi sempat menghambat peredaran nafsu birahinya. Meski hasilnya ia tetap dinodai dengan dipaksa menelan sperma pak Urip tadi, setidaknya ia tidak sampai bergorgasme oleh perbuatan pembantunya tadi.
Setidaknya itulah harga diri yang bisa ia selamatkan dari terjangan nafsu pak Urip. Tapi tetap, ia menyesali perbuatannya. Ia pun hanya bisa menunduk malu sambil mengingat-ngingat perbuatannya tadi itu.
“Hakhakhak.. Terima kasih sudah datang untuk memuasi nafsu kami non lonte” Ucap pak Urip semakin berani saat mendatanginya untuk mengambil kamera handycamnya.
“Lain kali aku boleh ngentot memeknya yah pak” Ucap pak Rudi yang berada di belakangnya yang membuat Nayla hanya mengernyitkan dahinya.
“Hakhakhak.. Bilang aja sendiri ke non Nayla kalau emang diizinin.. Kalau aku sendiri sih jelas gak perlu izin dong buat nggenjot memeknya” Ucap pak Urip yang langsung pergi setelah mengambil kamera handycamnya.
“WAaahh beneran? Aku boleh yah mbak? Aku boleh kan ikut nggenjot memek mbak?” Tanya pak Rudi tanpa tahu situasi.
Nayla pun tak memilih menjawab. Ia langsung pergi ke dalam vila setelah memungut gamis yang tadi dipakainya. Ia benar-benar tak menyangka dengan obrolan yang mereka dua bicarakan tadi. Ia sudah seperti objek milik pak Urip saja sehingga pak Rudi sampai harus meminta izin pada pria tua itu untuk menyetubuhi dirinya.
“Memang siapa dia? kenapa harus minta izin ke dia?” Lirih Nayla kesal.
Ia pun segera memasuki kamarnya. Ia menutup pintu kamarnya rapat-rapat lalu menyandarkan tubuhnya pada pintu masuk kamarnya. Ditengah waktu sendirinya, ia kembali merenung memikirkan nasibnya.
“Kenapa sih, makin hari kok malah makin rumit? Masalahnya, setiap nafsuku bangkit.. Aku tuh mesti mencari seseorang yang sanggup melampiaskan nafsuku.. Tapi siapa? Mas Miftah jelas-jelas gak bisa memuasi nafsuku ini.. Pak Urip? Itu pilihan yang sangat buruk.. Ia bahkan sampai mengajak pak Rudi dan entah mungkin akan ada orang lain lagi untuk menyetubuhiku suatu saat nanti.. Pak Beni? Sepertinya cuma itu pilihannya.. Tapi masalahnya, gimana caranya? Ia jauh di rumahnya sana.. Bagaimana kalau nanti nafsuku bangkit lagi? Aku jadi ingin cepat-cepat pulang deh.. Aku gak mau lama-lama disini” Lirih Nayla yang lalu berjalan menuju almari pakaian untuk mengambil pakaian bersih untuk mandi di sore hari.
“Oh yah, ini gawat.. Mana nafsuku di sore tadi belum terlampiaskan lagi.. Moga aja aku gak sangek lagi.. Moga aja nafsuku gak bangkit lagi di sisa hari ini” Lirih Nayla penuh harap saat memasuki kamar mandi vila itu.
*-*-*-*
Sementara itu di saat yang sama namun di tempat yang berbeda.
“Gimana makanannya, Put.. Enak kan?”
“Enak banget mas.. Aku baru tau kalau ada warung makan seenak ini disekitar sini”
“Hahaha aku juga baru tau pas gak sengaja lewat di jalan ini.. Pas nyoba-nyoba, eh rupanya enak.. Makanya deh aku ajak kamu makan disini”
“Hihihi makasih yah mas.. Buat traktirannya”
“Gak masalah Put.. Aku malah seneng kok bisa makan bareng kamu”
Akhwat bercadar bernama Putri itu pun hanya tersenyum. Setelah melahap nasi + ayam bakar yang berada di warung pinggir jalan. Ia lekas mengambil hapenya untuk mengirim kabar pada seseorang.
“ass*l*mual*ikum pak.. Bapak lagi apa?” Balas Putri secara diam-diam.
Sekilas ia menatap Andri. Andri juga terlihat sedang memainkan hapenya setelah menyantap nasi + ayam bakarnya.
Aneh deh.. Ini Nayla daritadi ngapain sih? Kok dikirim chat malah gak dibales-bales.. Di read doang malah.. Batin Andri merasa kecewa.
Seketika notif Putri berbunyi yang membuatnya buru-buru menurunkan volume hapenya. Ia agak terkejut karena volumenya cukup keras. Namun setidaknya ia lega karena Andri tidak mencurigainya. Saat wajahnya menatap layar hapenya, ia pun tersenyum saat menemukan balasan pesan dari sebuah nomor yang baru didapatinya di pagi hari tadi.
“Lagi mau pulang mbak.. Ini lagi diperjalanan” balas pak Beni.
“Oh yah? Bapak lagi dimana emang? Siapa tau kita ada di lokasi yang gak terlalu jauh” balas Putri sambil tersenyum.
“Ada di sekitar kampus A deh mbak” balas pak Beni yang membuat Putri terkejut.
“Eh yang bener? Aku juga lagi di sekitar kampus A loh pak.. Aku ada di dalem warung makan tepatnya” balas Putri sambil melihat sekitar siapa tau menemukan pria tua itu
“Wah yang bener mbak? Ini aku kebetulan lagi di depan warung makan mbok Yati deh” balas pak Beni yang membuat jantung Putri berdebar kencang.
“Eh” lirih Putri lalu berdiri menghadap ke pintu masuk warung makan.
Eh itu dia pak Beni! Batin Putri senyum-senyum sendiri.
“Eh Put ada apa berdiri? Kenapa?” Tanya Andri heran pada sikap calon istrinya itu.
“Enggak kok mas.. Enggak” jawab Putri sambil tersenyum lalu kembali duduk lesehan untuk membalas pesan dari pria tua itu.
“Bapak udah makan? Bapak punya makanan gak buat entar malem? Aku beliin yah” balas Putri.
“Eh gak usah.. Gak perlu mbak.. Gak mau ngerepotin” balas pak Beni.
“Udah gapapa” balas Putri memaksa.
“Oh yah mas.. Makanan kita udah dibayar belum?” Tanya Putri pada calon suaminya.
“Belum kok Put.. Ada apa emangnya?” Tanya Andri heran dengan raut wajah calon istrinya itu.
Kenapa Putri keliatan seneng banget yah tiba-tiba? Batin Andri penasaran.
“Aku pesen satu porsi lagi boleh.. Dibungkus yah tapi” ucap Putri sambil tersenyum.
“Oalah.. Hahaha enak yah? Mau nambah?” Tanya Andri.
“Hihihi bukan buatku sih mas.. Tapi buat orang itu tuh” ucap Putri sambil malu-malu menunjuk seseorang yang berdiri di luar warung makan.
“Eh siapa dia?” Tanya Andri penasaran pada orang asing yang dikenal oleh calon istrinya itu.
“Hihihi dia tetangganya mbak Nayla.. Dia udah baik banget ke aku sama mbak Nayla.. Aku gak enak kalau gak bales perbuatan dia” ucap Putri beralasan.
Tetangganya Nayla? Batin Andri curiga.
“Oh yaudah.. Aku ke kasir dulu yah buat bayar sekalian pesen satu porsi lagi.. Kamu mau nemenin gak? Kasian bapak itu berdiri sendirian di luar” ucap Andri bersikap baik.
“Wah ide bagus tuh mas.. Yaudah aku temenin bapak itu dulu yah” ucap Putri yang terlihat begitu bersemangat untuk menemui pria tua itu.
Sekilas Andri melihat ekspresi wajah calon istrinya. Terlihat memang kalau mereka berdua cukup dekat. Andri pun terus memperhatikan mereka dari kejauhan. Entah kenapa Andri merasa cemburu. Bukan cemburu atas kedekatan Putri dan Pria tua itu. Melainkan fakta bahwa pria tua itu adalah tetangga dari Nayla yang membuatnya cemburu.
“Hahaha apaan sih? Dia cuma bapak-bapak tua.. Kenapa juga aku harus cemburu?” Ucap Andri menertawakan dirinya sendiri.
Tapi entah kenapa perasaannya terus-terusan tidak enak. Ia pun terus memperhatikan pria tua itu sekalian untuk mengingat bentuk wajahnya.
Siapa yah namanya dia? Batin Andri yang sudah mengaktifkan mode cemburunya.
BERSAMBUNG..
Nampak pak Urip sudah mengenakan pakaiannya kembali. Kedua pria yang tidak bertanggung jawab itu langsung kabur meninggalkan Nayla sendiri.
“Dek.. Adek dimana yah?” Tanya Miftah yang suaranya terdengar semakin dekat.
Hah.. Hah.. Tunggu mas.. Jangann kesini dulu.. Batin Nayla yang buru-buru mengenakan roknya lagi.
Ia pun berusaha berdiri lalu menaikkan roknya tanpa sempat mengenakan pakaian dalamnya.
Saat Nayla baru saja mengenakan roknya. Tiba-tiba ia melihat Miftah sudah berada di pintu vilanya. Sontak Nayla langsung membalikkan badan. Untungnya ia masih mengenakan jaket yang membuatnya langsung menaikkan resleting jaket itu ke atas.
“Dek mandi sana? Airnya hangat loh” Ucap Miftah sambil mendekap bahu Nayla dari belakang.
“Hehe iyya mas.. Tunggu sebentar” Kata Nayla dengan penuh kelegaan karena masih sempat menutupi ketelanjangan tubuhnya
“Nunggu apa? Hari sudah semakin gelap loh” Ucap Miftah sambil melihat langit sore di puncak.
“Hehe iya habis ini adek bakal mandi kok” Ucap Nayla sambil menyembunyikan rasa lelahnya agar tidak dicurigai lebih oleh suaminya.
“Yaudah tapi jangan kemaleman yah? Mas mau mesen makanan dulu biar pas maghrib dateng kita bisa langsung makan.. Eh yah pak Rudi mana yah? Pak.. Pak Rudi?” Ucap Miftah lalu melangkah pergi untuk mencari pak Rudi.
Menyadari kalau suaminya sudah pergi menjauh membuat Nayla segera memegangi dadanya untuk memeriksa denyut jantungnya. Jantungnya berdegup dengan sangat cepat. Jantungnya rasanya seperti mau copot saat hampir ketahuan setelah dipaksa melayani kedua pria tua tersebut.
“Ast*ghf*r*ll*h.. Aku” Lirih Nayla sambil duduk di kursi teras vila.
Matanya menatap gamisnya yang tergeletak begitu saja di lantai. Ia lega karena suaminya tidak sempat melihat gamisnya itu. Wajahnya lalu ia tolehkan ke halaman untuk melihat pakaian dalamnya. Lalu wajahnya ia tolehkan untuk menatap handycam yang masih merekam di sore hari itu.
Alh*md*l*ll*h semuanya gak ketahuan.. Tapi kali ini kamu bener-bener keterlaluan, Nay! Batin Nayla yang sangat menyesali perbuatannya.
Ia masih gak ngira saat tadi ketika dirinya malah ingin bercinta dengan pak Urip saat dirinya sedang nafsu-nafsunya. Untungnya kehadiran pak Rudi tadi sempat menghambat peredaran nafsu birahinya. Meski hasilnya ia tetap dinodai dengan dipaksa menelan sperma pak Urip tadi, setidaknya ia tidak sampai bergorgasme oleh perbuatan pembantunya tadi.
Setidaknya itulah harga diri yang bisa ia selamatkan dari terjangan nafsu pak Urip. Tapi tetap, ia menyesali perbuatannya. Ia pun hanya bisa menunduk malu sambil mengingat-ngingat perbuatannya tadi itu.
“Hakhakhak.. Terima kasih sudah datang untuk memuasi nafsu kami non lonte” Ucap pak Urip semakin berani saat mendatanginya untuk mengambil kamera handycamnya.
“Lain kali aku boleh ngentot memeknya yah pak” Ucap pak Rudi yang berada di belakangnya yang membuat Nayla hanya mengernyitkan dahinya.
“Hakhakhak.. Bilang aja sendiri ke non Nayla kalau emang diizinin.. Kalau aku sendiri sih jelas gak perlu izin dong buat nggenjot memeknya” Ucap pak Urip yang langsung pergi setelah mengambil kamera handycamnya.
“WAaahh beneran? Aku boleh yah mbak? Aku boleh kan ikut nggenjot memek mbak?” Tanya pak Rudi tanpa tahu situasi.
Nayla pun tak memilih menjawab. Ia langsung pergi ke dalam vila setelah memungut gamis yang tadi dipakainya. Ia benar-benar tak menyangka dengan obrolan yang mereka dua bicarakan tadi. Ia sudah seperti objek milik pak Urip saja sehingga pak Rudi sampai harus meminta izin pada pria tua itu untuk menyetubuhi dirinya.
“Memang siapa dia? kenapa harus minta izin ke dia?” Lirih Nayla kesal.
Ia pun segera memasuki kamarnya. Ia menutup pintu kamarnya rapat-rapat lalu menyandarkan tubuhnya pada pintu masuk kamarnya. Ditengah waktu sendirinya, ia kembali merenung memikirkan nasibnya.
“Kenapa sih, makin hari kok malah makin rumit? Masalahnya, setiap nafsuku bangkit.. Aku tuh mesti mencari seseorang yang sanggup melampiaskan nafsuku.. Tapi siapa? Mas Miftah jelas-jelas gak bisa memuasi nafsuku ini.. Pak Urip? Itu pilihan yang sangat buruk.. Ia bahkan sampai mengajak pak Rudi dan entah mungkin akan ada orang lain lagi untuk menyetubuhiku suatu saat nanti.. Pak Beni? Sepertinya cuma itu pilihannya.. Tapi masalahnya, gimana caranya? Ia jauh di rumahnya sana.. Bagaimana kalau nanti nafsuku bangkit lagi? Aku jadi ingin cepat-cepat pulang deh.. Aku gak mau lama-lama disini” Lirih Nayla yang lalu berjalan menuju almari pakaian untuk mengambil pakaian bersih untuk mandi di sore hari.
“Oh yah, ini gawat.. Mana nafsuku di sore tadi belum terlampiaskan lagi.. Moga aja aku gak sangek lagi.. Moga aja nafsuku gak bangkit lagi di sisa hari ini” Lirih Nayla penuh harap saat memasuki kamar mandi vila itu.
*-*-*-*
Sementara itu di saat yang sama namun di tempat yang berbeda.
“Gimana makanannya, Put.. Enak kan?”
“Enak banget mas.. Aku baru tau kalau ada warung makan seenak ini disekitar sini”
“Hahaha aku juga baru tau pas gak sengaja lewat di jalan ini.. Pas nyoba-nyoba, eh rupanya enak.. Makanya deh aku ajak kamu makan disini”
“Hihihi makasih yah mas.. Buat traktirannya”
“Gak masalah Put.. Aku malah seneng kok bisa makan bareng kamu”
Akhwat bercadar bernama Putri itu pun hanya tersenyum. Setelah melahap nasi + ayam bakar yang berada di warung pinggir jalan. Ia lekas mengambil hapenya untuk mengirim kabar pada seseorang.
“ass*l*mual*ikum pak.. Bapak lagi apa?” Balas Putri secara diam-diam.
Sekilas ia menatap Andri. Andri juga terlihat sedang memainkan hapenya setelah menyantap nasi + ayam bakarnya.
Aneh deh.. Ini Nayla daritadi ngapain sih? Kok dikirim chat malah gak dibales-bales.. Di read doang malah.. Batin Andri merasa kecewa.
Seketika notif Putri berbunyi yang membuatnya buru-buru menurunkan volume hapenya. Ia agak terkejut karena volumenya cukup keras. Namun setidaknya ia lega karena Andri tidak mencurigainya. Saat wajahnya menatap layar hapenya, ia pun tersenyum saat menemukan balasan pesan dari sebuah nomor yang baru didapatinya di pagi hari tadi.
“Lagi mau pulang mbak.. Ini lagi diperjalanan” balas pak Beni.
“Oh yah? Bapak lagi dimana emang? Siapa tau kita ada di lokasi yang gak terlalu jauh” balas Putri sambil tersenyum.
“Ada di sekitar kampus A deh mbak” balas pak Beni yang membuat Putri terkejut.
“Eh yang bener? Aku juga lagi di sekitar kampus A loh pak.. Aku ada di dalem warung makan tepatnya” balas Putri sambil melihat sekitar siapa tau menemukan pria tua itu
“Wah yang bener mbak? Ini aku kebetulan lagi di depan warung makan mbok Yati deh” balas pak Beni yang membuat jantung Putri berdebar kencang.
“Eh” lirih Putri lalu berdiri menghadap ke pintu masuk warung makan.
Eh itu dia pak Beni! Batin Putri senyum-senyum sendiri.
“Eh Put ada apa berdiri? Kenapa?” Tanya Andri heran pada sikap calon istrinya itu.
“Enggak kok mas.. Enggak” jawab Putri sambil tersenyum lalu kembali duduk lesehan untuk membalas pesan dari pria tua itu.
“Bapak udah makan? Bapak punya makanan gak buat entar malem? Aku beliin yah” balas Putri.
“Eh gak usah.. Gak perlu mbak.. Gak mau ngerepotin” balas pak Beni.
“Udah gapapa” balas Putri memaksa.
“Oh yah mas.. Makanan kita udah dibayar belum?” Tanya Putri pada calon suaminya.
“Belum kok Put.. Ada apa emangnya?” Tanya Andri heran dengan raut wajah calon istrinya itu.
Kenapa Putri keliatan seneng banget yah tiba-tiba? Batin Andri penasaran.
“Aku pesen satu porsi lagi boleh.. Dibungkus yah tapi” ucap Putri sambil tersenyum.
“Oalah.. Hahaha enak yah? Mau nambah?” Tanya Andri.
“Hihihi bukan buatku sih mas.. Tapi buat orang itu tuh” ucap Putri sambil malu-malu menunjuk seseorang yang berdiri di luar warung makan.
“Eh siapa dia?” Tanya Andri penasaran pada orang asing yang dikenal oleh calon istrinya itu.
“Hihihi dia tetangganya mbak Nayla.. Dia udah baik banget ke aku sama mbak Nayla.. Aku gak enak kalau gak bales perbuatan dia” ucap Putri beralasan.
Tetangganya Nayla? Batin Andri curiga.
“Oh yaudah.. Aku ke kasir dulu yah buat bayar sekalian pesen satu porsi lagi.. Kamu mau nemenin gak? Kasian bapak itu berdiri sendirian di luar” ucap Andri bersikap baik.
“Wah ide bagus tuh mas.. Yaudah aku temenin bapak itu dulu yah” ucap Putri yang terlihat begitu bersemangat untuk menemui pria tua itu.
Sekilas Andri melihat ekspresi wajah calon istrinya. Terlihat memang kalau mereka berdua cukup dekat. Andri pun terus memperhatikan mereka dari kejauhan. Entah kenapa Andri merasa cemburu. Bukan cemburu atas kedekatan Putri dan Pria tua itu. Melainkan fakta bahwa pria tua itu adalah tetangga dari Nayla yang membuatnya cemburu.
“Hahaha apaan sih? Dia cuma bapak-bapak tua.. Kenapa juga aku harus cemburu?” Ucap Andri menertawakan dirinya sendiri.
Tapi entah kenapa perasaannya terus-terusan tidak enak. Ia pun terus memperhatikan pria tua itu sekalian untuk mengingat bentuk wajahnya.
Siapa yah namanya dia? Batin Andri yang sudah mengaktifkan mode cemburunya.
BERSAMBUNG..
Klik Nomor untuk lanjutannya