Seri 6 Nyonya Nayla Akhwat Bercadar


CERITA SEBELUMNYA..


Nyonya Nayla Akhwat Bercadar 1

Nyonya Nayla Akhwat Bercadar 2

Nyonya Nayla Akhwat Bercadar 3

Nyonya Nayla Akhwat Bercadar 4

Nyonya Nayla Akhwat Bercadar 5


cewek amoy


Jam sudah menunjukkan pukul 22.30 tepat.

Nayla sedang berada diatas ranjangnya bersama suaminya. Terlihat suaminya sudah bersiap untuk tidur. Suaminya itu pun menjatuhkan tubuhnya diatas ranjang sambil memeluk tubuh Nayla.

“Tidur yuk.. Gak sabar deh buat liburan bareng besok” Ucap Miftah tersenyum.

“Iya mas sama.. Adek juga” Jawab Nayla berpura-pura tersenyum.

“Yaudah selamat tidur yah..” Ucap Mfitah dengan lembut.

“Iya mas, sudah”

Setelah itu mereka berdua pun sama-sama memejamkan mata. Dalam keadaan lampu yang agak remang-remang. Miftah tertidur sambil mengeloni istrinya dengan erat. Seketika terdengar suara ngorok dari mulut suaminya. Nayla pun menyadari kalau suaminya sudah tertidur pulas. Masalahnya ia harus menemui pak Urip di depan rumahnya demi menghindari ancamannya. Apakah bisa dirinya terbebas dari pelukan suaminya terlebih dahulu?

Untungnya dengan sedikit pergerakan. Nayla bisa terbebas dari pelukan suaminya.

“Maafin adek mas.. Adek cinta mas kok” Lirih Nayla.

Diam-diam Nayla mengganti piyamanya dengan kaus berlengan panjang berwarna abu-abu. Ia juga mengenakan hijab beserta cadar berwarna abu-abu. Ia menatap cermin sejenak sambil mengira-ngira apa rencana yang akan pak Urip lakukan kepadanya. Tapi ia tak menemukan adanya kemungkinan lain selain pak Urip pasti akan memperkosanya lagi. Nayla pun hanya bisa pasrah. Meski hatinya berat, ia harus menjalaninya ketimbang mengorbankan tubuh Putri.

Mengingat cuacanya cukup dingin. Nayla pun mengenakan jaket hoodie berwarna merah lalu memasangkan tudungnya demi menutupi identitasnya. Nayla diam-diam keluar kamar lalu melihat ke arah jam dinding yang berada di ruang tamunya.

“Sudah mau jam 11.. Mau apa sih pak Urip minta aku keluar?” tanya Nayla kesal.

Saat Nayla sudah keluar dari dalam rumahnya. Terlihat pak Urip sedang nyantai di depan rumahnya sendiri sambil meminum secangkir kopi. Nayla pun menutup pintu rumahnya sendiri lalu menguncinya dari luar. Tak lupa ia menaruh kuncinya di ventilasi atas pintu yang kebetulan tidak terlalu tinggi. Ia pun berjalan keluar sambil menunduk ke arah pintu gerbang rumahnya. Pelan-pelan ia membuka gerbangnya sebagian lalu berjalan ke depan rumah pak Urip.

Pak Urip tersenyum melihat ada akhwat cantik yang mengenakan jaket merah sedang mendekat ke arahnya. Pak Urip menenggak habis kopinya, lalu berjalan mendekat ke arahnya.

“Sayang.. Yuk kita mulai kencannya” Ucap pak Urip sambil merangkul pinggang Nayla.

“Kencan?” tanya Nayla.

“Iya, tapi kencan ini bukan sembarang kencan.. Coba deh pakai ini dulu” Ucap pak Urip sambil memberikan sesuatu yang bentuknya mirip sayur tauge berwarna pink yang mana ada kepalanya juga ekornya.

“Apa ini pak?” tanya Nayla penasaran.

“Udah nurut aja.. Masukan ke dalam memekmu” Ucap pak Urip mengejutkan Nayla.

“Apa?” Tanya Nayla kaget.

“Udah buruan.. Apa perlu aku yang masukin!?” ancam pak Urip.

Dengan terpaksa Nayla memasukan benda aneh itu ke dalam vaginanya. Rasanya geli nikmat saat benda itu mulai membelah vaginanya. Tapi ia juga jadi kesulitan berjalan. Walau Nayla merasa tidak nyaman saat benda itu berada di dalam vaginanya. Namun ia tetap membiarkannya demi mematuhi perkataan pak Urip.

“Yuk kita jalan” Ucap pak Urip sambil tersenyum.

Pak Urip bahkan sampai menggandeng lengannya. Meski Nayla merasa risih dengan senyuman busuk itu. Setidaknya kalau cuma diajak jalan-jalan itu lebih baik daripada diajak bercinta.

Kedua insan yang berbeda zaman itu berjalan bersama-sama. Pak Urip tampak sumringah bisa menggandeng lengan akhwat bercadar yang memiliki tubuh sempurna. Ia sesekali juga merangkul pinggang Nayla. Senyumnya yang lebar merekah, terlihat bahagia. Bahkan saat melewati pasangan muda-mudi yang asyik berpacaran, Pak Urip tampak bangga seolah akhwat bercadar yang sedang digandengnya itu adalah pasangannya.

Jalan di malam itu agak ramai. Hari libur di keesokan harinya menjadi penyebabnya. Tak heran banyak pasangan muda-mudi yang berjalan-jalan untuk berpacaran. Pak Urip pun memanfaatkan kesempatan itu untuk memamerkan pasangannya. Tak jarang ia berbicara dengan sendiri seolah mengatakan “ini loh pacarku”.

Nayla sampai malu. Sedari tadi wajahnya terus menunduk. Ia pun diam-diam menggelengkan kepala. Ia merasa dipermalukan. Untungnya ia mengenakan jaket hoodie. Ia pun mengenakan tutup kepalanya demi menyembunyikan identitasnya.

Sabar Nayla.. Sabar.. Setidaknya ini lebih baik daripada diperkosa.. Batin Nayla mencoba berfikir positif.

“Non aku laper.. Makan yuk” Ucap pak Urip saat melihat ada sebuah warung nasi goreng.

“Eh laper?” Tanya Nayla terkejut.

“Tuh aromanya enak banget..” kata pak Urip.

“Ehh iya.. Iya sih nasgornya pak Tomi emang terkenal.. Tapi, bapak mau makan disana?” Nayla agak ragu.

Nayla merasa ragu karena sebetulnya dia dan suaminya cukup sering makan bersama disitu. Nayla pun merasa tak nyaman andai nanti pak Tomi curiga melihat dirinya berjalan berdua bersama pembantunya malam-malam.

“Iya lah.. Yookkk” Ucap pak Urip sambil menarik lengan Nayla.

Nayla pun terpaksa ngikut saja. Sebisa mungkin ia mencoba menutupi wajahnya agar pak Tomi tidak mengenalinya.

“Pak.. Nasgornya dua yah.. Es tehnya juga dua” Ucap pak Urip pada pak Tomi.

“Dua porsi yah pak.. Loh eh, pak Urip sama mbak Nayla rupanya” Ucap pak Tomi yang seketika langsung mengenali mereka berdua.

Nayla yang sudah ketahuan tidak memiliki alasan lain untuk menyembunyikan wajahnya. Ia pun mengangkat wajahnya. Ia hanya tersenyum malu menyadari dirinya ketahuan oleh pak Tomi.

“Iyya dong pak.. Hakhakhak” Tawa Pak Urip.

Pak Urip tampak bangga. Apalagi tangan pak Urip masih mendekap jemari Nayla. Dekapannya sangat erat seolah tak mau melepaskan dirinya.

“Oh yah pak.. Mau makan disini apa dibawa pulang?” tanya pak Tomi sambil memanaskan minyak.

“Disini aja pak.. Kapan lagi bisa makan enak di luar rumah” jawab pak Urip.

Nayla yang terus diam sedari tadi hanya bisa memperhatikan sekitar. Di dalam warung itu terdapat sepasang pasangan muda yang sedang makan bersama. Mereka terlihat seperti anak SMA. Si laki-laki dari pasangan itu terus memperhatikannya. Nayla pun membuang muka sambil mencoba bersikap biasa saja.

“Hakhakhak” Tawa pak Urip saat mengambil sesuatu dari saku celananya.

Nayla yang sedang bersikap cuek tiba-tiba merapatkan kakinya saat merasakan adanya getaran yang merangsang vaginanya.

“Aaahh” desah Nayla cukup keras yang membuat semua orang di warung itu menatapnya.

“Eh mbak kenapa?” Tanya pak Tomi sambil menatap Nayla.

“Gapapa pak.. Gapapa.. Tadi aku..” Ucap Nayla terpotong.

“Aduhhh buruan pak.. Lihat kan mbak Nayla jadi sakit perut.. Mbak Nayla udah laper banget tuh” Ucap pak Urip sambil tersenyum.

“Oalah.. Iya iyya.. Tahan bentar yah mbak” Ucap pak Tomi sambil melanjutkan memasaknya.

Terlihat pasangan dari laki-laki itu ditampar oleh pasangannya. Nampaknya pandangan dari lelaki itu tak bisa dipalingkan dari keindahan Nayla. Apalagi tadi saat mendengar desahan suaranya yang menggoda. Siapa lelaki yang tidak terangsang mendengar suaranya. Itu juga yang dialami oleh lelaki dari pasangan muda itu juga yang dirasakan oleh pak Tomi.

Mbak Nayla kalau laper kok malah mendesah yah? Kaget tadi aku pas dengernya.. Batin pak Tomi sambil memasak.

“Apa yang bapak lakukan?” Bisik Nayla kepada pak Urip.

“Nikmati saja, non” Ucap pak Urip yang menambah volume getarannya.

“Aaauhh” Nayla mendesah lebih keras.

Tangan kirinya memegangi vaginanya dari luar celananya. Tangan kanannya memegangi gerobak nasgor milik pak Tomi. Tubuhnya agak menunduk. Kedua kakinya semakin rapat.

“Heh jangan lihat!” Terdengar suara perempuan dari pasangan muda itu saat menegur pacarnya.

“Iya maaf sayang” Jawab laki-laki itu meski sesekali masih melirik Nayla.

Duuhh kenapa getarannya kuat banget? Batin Nayla kesal.

Pak Urip diam-diam berjalan ke arah belakang Nayla. Matanya pun melihat ke sekitar untuk memeriksa keadaan. Setelah dirasa aman. Tangan kanannya tiba-tiba menepuk bokong Nayla lalu meremasnya dengan kuat.

Nayla menoleh menatap pak Urip dengan kesal, namun ia tak bisa berbuat apa-apa.

Sudah kuduga pasti ada yang gak beres dari rencana pak Urip.. Tapi aku gak menduga kalau rencananya akan seperti ini. Tapi.. Mmpphh enak banget.. Batin Nayla.

Laki-laki dari pasangan muda itu diam-diam menganga saat melihat tangan dari pak Urip berada di bokong Nayla. Perempuan yang duduk disebelahnya juga menyadari aksi pak Urip. Tangannya pun ia naikan untuk menutup pandangan pacarnya.

“Jangan diliat!” Tegur si perempuan kesal.

“Gimna non! Enak kan rasanyaa? Aaahh pasti enak.. Gimana rasanya? Rasanya kayak lagi diobok-obok yah memeknya?” bisik pak Urip yang membuat Nayla semakin kesal.

“Hentikan pak.. Toloong!” Pinta Nayla dengan gelisah.

“Ohh tidak bisa” Ucap pak Urip tersenyum.

Tiba-tiba pak Urip kembali menekan remotnya yang membuat getaran di vagina Nayla semakin kuat.

“Aahh pak” desah Nayla kali ini sampai berlutut disamping gerobak itu.

“Mbak.. Ini udah mau mateng mbak nasgornya.. Tahan bentar yah” Ucap pak Tomi kaget mendengar desahan Nayla lagi.

Pak Urip hanya tersenyum melihat keadaan Nayla.

Nayla pun merasa tak sanggup lagi dipermalukan. Ia begitu murka. Namun getaran di vaginanya malah membuatnya semakin sange. Nafasnya memberat. Tangannya membelai payudaranya sendiri. Rasanya amat nikmat. Meski ia tak ingin melakukannya, ia pun terpaksa melakukannya sambil menatap wajah pembantunya.

Kedua pasangan muda-mudi itu melongo melihat Nayla yang sedang meremasi payudaranya sendiri.

Rasa enak di memeknya sampai membuat Nayla menaruh kepalanya ke tanah, nungging. Tangan kirinya memegangi selangkangannya.

Enak banget! Batin Nayla.

“Tahan non.. Tahan.. Bentar lagi nasinya mau jadi” Bisik pak Urip secara diam-diam sambil mengusap bokong Nayla.

Pasangan muda yang melihat kejadian itu langsung berdiri. Terutama si perempuan yang tak tahan lagi melihat pacarnya terus melihat kejadian yang terjadi pada akhwat bercadar dan pria tua itu.

“Sayang pergi yuk” Ucap si perempuan sambil menarik lengan pacarnya.

“Ehh sayang, tapi nasinya belum abis” Ucap si laki-laki tak ingin meninggalkan tempat ini.

Selagi mereka berjalan keluar, mata si laki-laki terus melihat aksi mesum pak Urip. Ia hanya bisa geleng-geleng kepala melihat betapa beruntungnya pria tua itu bisa gerayangin bokong akhwat bercadar.

cerita sex yes.. ahhh.. fuck my pussy... oh.. good dick.. Big cock... Yes cum inside my pussy.. lick my nipples... my tits are tingling.. drink milk in my breast.. enjoying my milk nipples... play with my big tits.. fuck my vagina until I get pregnant.. play "Adult sex games" with me.. satisfy your cock in my wet vagina..
Klik Nomor untuk lanjutannya

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13