POV Ryan Perkenalkan namaku Ryan Hardjadinata Koehler, 21 thn. Aku sendiri adalah anak pertama dari 3 bersaudara. adik pertamaku cowok bernama Sergi sekarang dia kuliah di perguruan tinggi di Jakarta semester 3 19 thn berwajah tampan warisan dari papaku, sedangkan adik keduaku cewek bernama Natasha masih duduk di bangku SMA kelas 3 17 thn mirip dengan mamaku terutama dari segi kecantikan.
Papaku sendiri bernama Rudi Hardjadinata Koehler keturunan Jerman-Sunda 44 thn tinggi 175 cm masih tampan dan segar, sedangkan mamaku bernama Ratna Juwita Assegaf keturunan Arab-Jawa 43 thn dengan kulit putih, tinggi 170 cm dan payudara yang aduhai khas keturunan Arab yaitu 38D. Perpaduan darah Jerman-Arab-Sunda-Jawa rupanya berperngaruh pada fisikku. Tinggi tubuhku saat ini 180cm, berat 75kg, ukuran penis 21 cm ditambah dengan kulit putih, hidung mancung dan mata kebiruan membuatku jadi rebutan para wanita.
Namun karena saat aku sedang menyelesaikan skripsiku, aku memutuskan untuk tidak pacaran dulu. Oh ya saat ini berkuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di Kota Bandung.
POV Ratna
Perkenalkan namaku Ratna Juwita Assegaf seorang wanita ibu rumah tangga peranakan Arab-Jawa 43 thn. Aku adalah ibu dari 3 orang anak yang tampan dan cantik yaitu Ryan 21 thn, Sergi 19 thn, dan Natasha 17 thn. Suamiku bernama Rudi 44 thn yang kunikahi 22 thn yang lalu adalah seorang insinyur yang sering mendapatkan kontrak proyek di luar kota ataupun luar negeri yang membuatnya sering berada di luar rumah. Sebenarnya selama ini hubunganku dengan suamiku cukup harmonis dan setiap kali berhubungan intim aku selalu mendapat kepuasan yang cukup.
Namun dikarenakan dia sering berada di luar kota atau luar negeri, frekuensi hubungan intimku dengannya menjadi tidak terlalu sering, terkadang kalo tidak sedang banyak proyek kami bisa melakukannya seminggu dua kali layaknya pasangan normal, namun ketika dia sedang sibuk bisa hanya sebulan sekali atau dua bulan sekali kami berhubungan intim. Sebulan yang lalu tepat pada ulang tahun pernikahan kami yang ke 22 thn, suamiku memberikanku hadiah sepasang anting emas cantik yang membuatku senang sekali karena ternyata suamiku masih ingat dengan ulang tahun pernikahan kami. aku pun memakai anting emas itu dengan bangga karena sebagai wanita pada umumnya aku memang senang dengan perhiasan seperti kalung, cincin, gelang, anting yang sebagiannya aku simpan di rumah dalam bentuk kotak perhiasan biasa dan sisanya aku simpan di bank dalam bentuk Safe Deposit Box. hadiah dari suamiku Rudi?
Pada saat hari ulang tahun pernikahan itu aku menyampaikan niatku pada suami untuk melepas KB Spiral yang aku pakai selama ini. Aku beralasan karena sudah 43 thn ini semakin kecil kemungkinan untuk hamil lagi, lagipula frekuensi hubungan intimku dengan suamiku tidak terlalu sering jadi menurutku aman jika untuk melepas KB Spiral di usia dan keadaan yang sekarang. Suamiku pun langsung menyetujuinya saat itu, toh dia berpendapat di usia sebegini sangat kecil kemungkinan bagi kami untuk memiliki momongan lagi. beberapa hari kemudian aku pun pergi ke dokter kandungan untuk melepas KB Spiralku dan semuanya berjalan lancar tanpa masalah.
Aku pun tidak sadar bahwa keputusan melepas KB Spiral itulah yang pada akhirnya akan berakibat fatal pada diriku di kemudian hari.
***
POV Ryan
Seperti biasa liburan kuliah kali ini kuhabiskan dengan jalan-jalan hangout bersama teman-teman SMA. Hari Sabtu menjelang sore yang cukup gerah ini aku pun memutuskan pulang ke rumah untuk beristirahat karena kecapaian. ketika aku turun dari grab car di depan gerbang rumah berpagar tembok. Pintu pagar berderit ketika kubuka, hmm, agak aneh, biasanya aku harus teriak-teriak atau memencet bel minta dibukakan. Memasuki halaman sempat tertegun melihat dua sepeda motor parkir di halaman, aku tak mengenalinya karena aku tahu persis jenis sepeda motor apa yang dimiliki teman-teman semasa SMA yang biasanya ngumpul kalau aku pulang. Dan rasa heranku belum habis ketika memasuki rumah dengan amat terkejut kudapati mama tengah duduk terikat di kursi dengan mulut dibekap sehelai kain. Kedua kakinya terikat di masing-masing kaki kursi dan tangannya terlipat di belakang.
“Mam..?!” teriakku tertahan
Ketika mendadak sebatang logam dingin menempel di leherku dan tanganku dipiting seseorang, jangan bergerak atau gue gorok, ujar seseorang dengan suara parau.
Sadarlah aku kalau ini adalah perampokan dan yang menempel di leherku saat ini adalah sebuah belati, kulirik dan kudapati dua orang menggunakan zebo untuk menutup wajah. Mamaku saat itu hanya mampu membelalak dan mengeluarkan air mata sambil mengeluarkan suara tersendat. Dan segera tanganku diikat salah satu perampok dengan seutas tali dan menyuruhku berlutut. Seorang lagi mendekati mama dan membuka selubung yang menutupi mulutnya,
“katakan dimana ibu menyimpan perhiasan dan uang atau kita gebukin anak ibu,” ujarnya seraya menjambak rambut mama,
Ingin kuterjang dia namun posisiku tidak menguntungkan dengan posisi tangan terikat dan dibawah ancaman senjata tajam
Tak lama si perampok pergi ke lantai atas dan turun dengan ngomel-ngomel,
“masa cuma segini,” ujarnya kepada mama sambil membanting kotak perhiasan kecil di hadapannya.
“Kami gak pernah nyimpan uang cash di rumah kecuali sekedarnya, perhiasan juga saya simpan di bank,” ujar mama terbata-bata dengan wajah kian memucat.
“wah, kayaknya harus kita kasih pelajaran nih Har,” ujar si perampok yang kecewa dengan perolehannya.
Ia mendekati mama, menghunus pisaunya..
“jangan, tolong jangan lukai kami,” mama memohon setengah menangis.
Aku pun sangat geram namun tak bisa berbuat banyak. Tapi yang terjadi di luar dugaan, si perampok menyelipkan pisaunya di lengan kaus mama hingga batas kerah dan
preekk-prekk,
kaus T shirt mama di robek dan tersingkap hingga menampakan bahunya yang putih bersih dan tali BH nya, lalu bak tukang kuliti hewan, ia robek bagian depan kaus mama, kembali suara sobekan kain terdengar dan dengan kasar dia renggut kaus itu dari bagian punggung sehingga nampaklah payudara mama yang masih tertutup BH, mama hanya bisa memohon dengan suara lirih campur isak tangis.
“Kurang ajar kalian!!,” teriakku sambil berusaha berdiri..
“eit-eit.. sabar anak mama, permainan belum selesai,” ujar si Har, perampok yang sedari tadi memegangku.
Mama memberi isyarat dengan gelengan kepala agar aku menyerah. Aku kembali terduduk dengan wajah tertunduk lesu dan marah, namun melihat mama setengah telanjang membuat sekilas pikiran nakal melintas, dalam hati aku memuji betapa mama masih sangat sexy dan memang masih cantik serta layak menjadi obyek khayalan banyak lelaki tak terkecuali rekan-rekanku pun kerap berkomentar nakal soal mama.
Si perampok dengan kasar segera meremas-remas payudara mama yang cukup besar itu, mengeluarkan dari mangkuk BH nya dan membetot-betot ringan putingnya yang kecoklatan itu, mama hanya bisa meringis dan terisak. Lalu kembali ia sisipkan pisau di tali BH mama hingga terputus dan terlepas & terhempas ringan di pangkuan mama.
Kembali ia remas-remas payudara mama dan mempermainkan putingnya. Cukup lama ia mempermainkan payudara mama di hadapanku dan rekannya sambil tertawa-tawa dan memberi komentar nakal soal mama. Membuatku kian marah namun.. juga perlahan benda di selangkanganku bergerak-gerak hingga mendesak celanaku.
Mama melakukan perlawanan dengan menegangkan otot lehernya dan menutup rapat-rapat bibirnya,
“Har.. hajar,” perintahnya,
Si Har tiba-tiba memukul perutku membuatku terbatuk-batuk, mengetahui mereka mulai menyakiti anaknya, perlahan mama menyerah dan dengan wajah jijik membuka bibirnya dan dengan paksa si perampok mendesakan batang kontolnya ke mulut mama membuatnya terbatuk-batuk dan kian deras mengeluarkan airmata.
“ooh.. terus bu, hisap terus.. ahhh,” erangnya
Sambil menjambak rambut mama dan satu tangan lain meremas-remas kasar payudara mama sambil sesekali memelintir putingnya. Mama tak punya pilihan lain selain menuruti kemauan bejat si perampok, mengulum dan menjilat batang kemaluan dan biji pelir si perampok sampai akhirnya si perampok menarik kepala mama, menahannya hingga mama nyaris tak bisa bernafas dan menghujamkan kontolnya dalam-dalam sambil mengerang..
“ahhh.. ahhh.. hisap sampai habis bu.. ahhhss,” teriaknya dengan tubuh mengejang.
Sadarlah aku kalau ia tengah ejakulasi di dalam mulut mama yang matanya hanya menampakan putihnya saja, dan mama mau tak mau harus menampungnya dengan paksa. Sekian menit berlalu ketika si perampok melepaskan kepala mama, mama dengan berlinang air mata dan wajah memerah terbatuk-batuk dan memuntahkan cairan putih kental ke lantai.
Papaku sendiri bernama Rudi Hardjadinata Koehler keturunan Jerman-Sunda 44 thn tinggi 175 cm masih tampan dan segar, sedangkan mamaku bernama Ratna Juwita Assegaf keturunan Arab-Jawa 43 thn dengan kulit putih, tinggi 170 cm dan payudara yang aduhai khas keturunan Arab yaitu 38D. Perpaduan darah Jerman-Arab-Sunda-Jawa rupanya berperngaruh pada fisikku. Tinggi tubuhku saat ini 180cm, berat 75kg, ukuran penis 21 cm ditambah dengan kulit putih, hidung mancung dan mata kebiruan membuatku jadi rebutan para wanita.
Namun karena saat aku sedang menyelesaikan skripsiku, aku memutuskan untuk tidak pacaran dulu. Oh ya saat ini berkuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di Kota Bandung.
POV Ratna
Perkenalkan namaku Ratna Juwita Assegaf seorang wanita ibu rumah tangga peranakan Arab-Jawa 43 thn. Aku adalah ibu dari 3 orang anak yang tampan dan cantik yaitu Ryan 21 thn, Sergi 19 thn, dan Natasha 17 thn. Suamiku bernama Rudi 44 thn yang kunikahi 22 thn yang lalu adalah seorang insinyur yang sering mendapatkan kontrak proyek di luar kota ataupun luar negeri yang membuatnya sering berada di luar rumah. Sebenarnya selama ini hubunganku dengan suamiku cukup harmonis dan setiap kali berhubungan intim aku selalu mendapat kepuasan yang cukup.
Namun dikarenakan dia sering berada di luar kota atau luar negeri, frekuensi hubungan intimku dengannya menjadi tidak terlalu sering, terkadang kalo tidak sedang banyak proyek kami bisa melakukannya seminggu dua kali layaknya pasangan normal, namun ketika dia sedang sibuk bisa hanya sebulan sekali atau dua bulan sekali kami berhubungan intim. Sebulan yang lalu tepat pada ulang tahun pernikahan kami yang ke 22 thn, suamiku memberikanku hadiah sepasang anting emas cantik yang membuatku senang sekali karena ternyata suamiku masih ingat dengan ulang tahun pernikahan kami. aku pun memakai anting emas itu dengan bangga karena sebagai wanita pada umumnya aku memang senang dengan perhiasan seperti kalung, cincin, gelang, anting yang sebagiannya aku simpan di rumah dalam bentuk kotak perhiasan biasa dan sisanya aku simpan di bank dalam bentuk Safe Deposit Box. hadiah dari suamiku Rudi?
Pada saat hari ulang tahun pernikahan itu aku menyampaikan niatku pada suami untuk melepas KB Spiral yang aku pakai selama ini. Aku beralasan karena sudah 43 thn ini semakin kecil kemungkinan untuk hamil lagi, lagipula frekuensi hubungan intimku dengan suamiku tidak terlalu sering jadi menurutku aman jika untuk melepas KB Spiral di usia dan keadaan yang sekarang. Suamiku pun langsung menyetujuinya saat itu, toh dia berpendapat di usia sebegini sangat kecil kemungkinan bagi kami untuk memiliki momongan lagi. beberapa hari kemudian aku pun pergi ke dokter kandungan untuk melepas KB Spiralku dan semuanya berjalan lancar tanpa masalah.
Aku pun tidak sadar bahwa keputusan melepas KB Spiral itulah yang pada akhirnya akan berakibat fatal pada diriku di kemudian hari.
***
POV Ryan
Seperti biasa liburan kuliah kali ini kuhabiskan dengan jalan-jalan hangout bersama teman-teman SMA. Hari Sabtu menjelang sore yang cukup gerah ini aku pun memutuskan pulang ke rumah untuk beristirahat karena kecapaian. ketika aku turun dari grab car di depan gerbang rumah berpagar tembok. Pintu pagar berderit ketika kubuka, hmm, agak aneh, biasanya aku harus teriak-teriak atau memencet bel minta dibukakan. Memasuki halaman sempat tertegun melihat dua sepeda motor parkir di halaman, aku tak mengenalinya karena aku tahu persis jenis sepeda motor apa yang dimiliki teman-teman semasa SMA yang biasanya ngumpul kalau aku pulang. Dan rasa heranku belum habis ketika memasuki rumah dengan amat terkejut kudapati mama tengah duduk terikat di kursi dengan mulut dibekap sehelai kain. Kedua kakinya terikat di masing-masing kaki kursi dan tangannya terlipat di belakang.
“Mam..?!” teriakku tertahan
Ketika mendadak sebatang logam dingin menempel di leherku dan tanganku dipiting seseorang, jangan bergerak atau gue gorok, ujar seseorang dengan suara parau.
Sadarlah aku kalau ini adalah perampokan dan yang menempel di leherku saat ini adalah sebuah belati, kulirik dan kudapati dua orang menggunakan zebo untuk menutup wajah. Mamaku saat itu hanya mampu membelalak dan mengeluarkan air mata sambil mengeluarkan suara tersendat. Dan segera tanganku diikat salah satu perampok dengan seutas tali dan menyuruhku berlutut. Seorang lagi mendekati mama dan membuka selubung yang menutupi mulutnya,
“katakan dimana ibu menyimpan perhiasan dan uang atau kita gebukin anak ibu,” ujarnya seraya menjambak rambut mama,
Ingin kuterjang dia namun posisiku tidak menguntungkan dengan posisi tangan terikat dan dibawah ancaman senjata tajam
Tak lama si perampok pergi ke lantai atas dan turun dengan ngomel-ngomel,
“masa cuma segini,” ujarnya kepada mama sambil membanting kotak perhiasan kecil di hadapannya.
“Kami gak pernah nyimpan uang cash di rumah kecuali sekedarnya, perhiasan juga saya simpan di bank,” ujar mama terbata-bata dengan wajah kian memucat.
“wah, kayaknya harus kita kasih pelajaran nih Har,” ujar si perampok yang kecewa dengan perolehannya.
Ia mendekati mama, menghunus pisaunya..
“jangan, tolong jangan lukai kami,” mama memohon setengah menangis.
Aku pun sangat geram namun tak bisa berbuat banyak. Tapi yang terjadi di luar dugaan, si perampok menyelipkan pisaunya di lengan kaus mama hingga batas kerah dan
preekk-prekk,
kaus T shirt mama di robek dan tersingkap hingga menampakan bahunya yang putih bersih dan tali BH nya, lalu bak tukang kuliti hewan, ia robek bagian depan kaus mama, kembali suara sobekan kain terdengar dan dengan kasar dia renggut kaus itu dari bagian punggung sehingga nampaklah payudara mama yang masih tertutup BH, mama hanya bisa memohon dengan suara lirih campur isak tangis.
“Kurang ajar kalian!!,” teriakku sambil berusaha berdiri..
“eit-eit.. sabar anak mama, permainan belum selesai,” ujar si Har, perampok yang sedari tadi memegangku.
Mama memberi isyarat dengan gelengan kepala agar aku menyerah. Aku kembali terduduk dengan wajah tertunduk lesu dan marah, namun melihat mama setengah telanjang membuat sekilas pikiran nakal melintas, dalam hati aku memuji betapa mama masih sangat sexy dan memang masih cantik serta layak menjadi obyek khayalan banyak lelaki tak terkecuali rekan-rekanku pun kerap berkomentar nakal soal mama.
Si perampok dengan kasar segera meremas-remas payudara mama yang cukup besar itu, mengeluarkan dari mangkuk BH nya dan membetot-betot ringan putingnya yang kecoklatan itu, mama hanya bisa meringis dan terisak. Lalu kembali ia sisipkan pisau di tali BH mama hingga terputus dan terlepas & terhempas ringan di pangkuan mama.
Kembali ia remas-remas payudara mama dan mempermainkan putingnya. Cukup lama ia mempermainkan payudara mama di hadapanku dan rekannya sambil tertawa-tawa dan memberi komentar nakal soal mama. Membuatku kian marah namun.. juga perlahan benda di selangkanganku bergerak-gerak hingga mendesak celanaku.
Mama melakukan perlawanan dengan menegangkan otot lehernya dan menutup rapat-rapat bibirnya,
“Har.. hajar,” perintahnya,
Si Har tiba-tiba memukul perutku membuatku terbatuk-batuk, mengetahui mereka mulai menyakiti anaknya, perlahan mama menyerah dan dengan wajah jijik membuka bibirnya dan dengan paksa si perampok mendesakan batang kontolnya ke mulut mama membuatnya terbatuk-batuk dan kian deras mengeluarkan airmata.
“ooh.. terus bu, hisap terus.. ahhh,” erangnya
Sambil menjambak rambut mama dan satu tangan lain meremas-remas kasar payudara mama sambil sesekali memelintir putingnya. Mama tak punya pilihan lain selain menuruti kemauan bejat si perampok, mengulum dan menjilat batang kemaluan dan biji pelir si perampok sampai akhirnya si perampok menarik kepala mama, menahannya hingga mama nyaris tak bisa bernafas dan menghujamkan kontolnya dalam-dalam sambil mengerang..
“ahhh.. ahhh.. hisap sampai habis bu.. ahhhss,” teriaknya dengan tubuh mengejang.
Sadarlah aku kalau ia tengah ejakulasi di dalam mulut mama yang matanya hanya menampakan putihnya saja, dan mama mau tak mau harus menampungnya dengan paksa. Sekian menit berlalu ketika si perampok melepaskan kepala mama, mama dengan berlinang air mata dan wajah memerah terbatuk-batuk dan memuntahkan cairan putih kental ke lantai.
Si perampok dengan puas segera merapikan kembali pakaiannya namun pesta belumlah usai.
“gantian Riz!!,” ujar si Har.
“giliran lo sekarang” ujarnya sembari mengambil alih tugas rekannya mengawalku.
Kembali mama harus mengoral paksa lelaki yang bukan suaminya tersebut walau memohon-mohon sebelumnya.
Dan aku pun terpaksa menyaksikan dengan marah dan.. terangsang.
“Gimana bro? Lo mau gak diemut nyokap lo? Kekekke..”, ujar si Riz sambil terkekeh-kekeh,
Ucapannya membuatku kian geram namun dalam hati seolah-olah mengiyakan pertanyaannya, selama ini aku kerap marah jika rekan-rekanku rada ngeres kalau mengomentari mama, namun di sisi lain aku pikir memang mama sangat menarik walau sudah 43 thn, mirip seorang artis jav kategori MILF.
Mama kembali terbatuk-batuk menelan benda asing di mulutnya dan kembali payudaranya diremas-remas dan dibetot-betot hingga mama kerap menjerit ringan. Dan tak lama, kembali mama harus menelan paksa cairan sperma pria asing walau sebagian kembali dimuntahkannya dan meleleh di sekitar dagunya. Kupikir peristiwa memalukan ini berakhir, namun ternyata tidak.
Si Riz, entah Riz atau siapa, menyuruhku berdiri dan kembali tertawa-tawa,
“hahaha.. liat Har, anak kesayangan ternyata ngaceng liat mamanya ngemut kontol.. hahahaha,” ujarnya,
“hahaha... kayaknya dia pengen juga tuh.” Balas riz
Dengan paksa mereka membuka celanaku dan kali ini aku tak melawan karena kupikir tak ada gunanya. Kini aku telanjang separuh badan ke bawah, dengan wajah tertunduk malu karena di depan ibuku sendiri walau aku tahu ia sering melihat kemaluanku ketika aku kecil. Dengan ujung pisau menempel di pinggang mereka mendorongku ke arah mama.
“maafkan aku mah,” ujarku lemah,
“ini bukan salahmu Yan,” jawab mama pelan setengah menangis.
“ayo, gak usah pake lama, kulum cepat,” ujar si Riz
Sambil merapatkan bagian bawah tubuhku ke wajah mama sampai ujung kontolku menyentuh pipinya.
“Ayo bu, kulum!!” perintah si Har.
Mama menatap wajahku dan mengangguk seolah menyuruhku tenang lalu perlahan membuka mulutnya, aku memejam merasakan kepala penisku masuk ke rongga yang basah, hangat dan rapat.
Bohong besar kalau aku tak merasakan kenikmatan yang luar biasa. Dan mama melakukannya dengan perlahan namun pasti seolah-olah ikut menikmatinya atau karena wujud kasih sayang karena kali ini batang kemaluan anaknya yang harus ia hisap.
“mama.. oohss.. aku mau keluar mah.. ahhs”, erangku
Mama menatapku, lalu matanya kembali menyipit dan kembali menangguk..
“mamaaaah...” teriakku di barengi semburan spermaku di rongga mulut mama .
Mama terus menghisap batang kontolku sehingga aku yakini semua spermaku pun habis ditelan mama.
“Nah.. ini baru mantap.. hahaha,” ujar perampok sambil tertawa-tawa puas.
Dan mama baru melepaskan kontolku ketika kembali ke ukurannya semula
Kemudian mereka menyuruh kami berjalan keluar ke halaman samping rumah, agak sulit kami berjalan dengan kondisi seperti itu dan beberapa kali nyaris terjatuh namun dua perampok jahanam itu membantu memapah kami, dan setibanya di teras mereka membaringkan kami, memutar piringan CD di ruang tamu dengan volume yang cukup keras lalu kemudian pergi. Tinggal kami berbaring dengan posisi menyamping pasrah, keringat mulai bercucuran membasahi tubuhku dan mama, apalagi perlahan matahari mulai menyinari kami. Sempat aku berdiskusi dengan mama agar berteriak minta tolong, namun suara musik akan meredam suara teriakan kami ditambah kamipun merasa malu jika orang-orang mendapati posisi kami seperti ini.
“kita tunggu Pak Udin dan Bi Ira aja sampai besok pagi, biarlah kita sabar nungguin, tembok pagar rumah kita kan tinggi jadi mustahil ada tetangga yang liat”, ujar mama.
Dan sepertinya kami tak punya pilihan lain selain menunggu sepasang suami isteri paruh baya yang bekerja sebagai tukang kebun dan tukang cuci kami yang biasa bekerja dari pagi hingga siang hari. Hanya mereka berdua lah harapan kami karena papa masih berada di luar negeri sementara adik-adikku tengah berlibur dengan neneknya.
“Mama kita harus bergerak biar gak kepanasan dan dehidrasi,” ujarku.
“iya Yan, tapi bagaimana?”, tanya mama.
“Hmmm.. iya juga” pikirku.
Keringat kian membanjiri tubuh kami hingga akhirnya terlintas ide,
“ma.. kita berguling aja ya sampai bisa masuk ke dalam”, ujarku.
Mama mengangguk setuju, lalu dengan susah payah akhirnya kami bisa berguling sekali, dua kali, terus hingga mendekati pintu. Namun kini muncul hal lain, gerakan tadi kembali memicu ereksi batang kontolku dan perlahan memanjang dan mengeras mendesak lubang kewanitaan mama,
“maafin aku ma,” ujarku lirih.
”, gak pa-pa Yan, udah gak usah minta maaf, ini bukan salah kamu, ”, jawab mama mencoba menenangkanku.
Kami beristirahat sebentar dengan posisi kembali menyamping, dan kunikmati jepitan erat liang senggama mama walau tak bergerak. Setidaknya posisi kami aman dari terpaan sinar terik matahari. Persoalan adalah bagaimana memasuki pintu ke ruangan dalam tersebut.
Maka kembali gerakan mendorong ke atas yang bisa kami lakukan. Kembali gerakan bagai ulat sutera kami lakukan dan tepat beberapa meter kemudian kembali aku menghunjamkan dalam-dalam batang kontolku ke memek mama, kali ini aku tak mengucapkan apapun selain mengerang menikmati denyutan demi denyutan orgasmeku..
“sshhh gak apa-apa Yan, keluarin aja.. nikmatin aja” bisik mama.
Akhirnya karena kelelahan, kami berdua tertidur, walau tidak nyenyak, karena sesekali kami harus berguling bertukar posisi, menyamping, mama di atas, aku di bawah, lalu aku di atas, mama di bawah.. dengan kontolku yang masih menancap di dalam vagina mama.
Dan sebagai lelaki normal dan masih muda dimana hormon kelelakianku bergejolak, harus berpelukan bertelanjang bulat dengan seorang wanita dewasa yang menarik kendati itu ibu kandungku sendiri, tak mampu aku mencegah semalaman batang kontolku mengeras didalam genggaman erat liang vagina mama walau spermaku nyaris habis. Namun, sekali lagi demi menghormati mama, aku tak melakukan gerakan apapun.
“Yan lakukan aja, mama ikhlas kok, daripada kamu gak tidur,” bisik mama seolah-olah mengerti apa yang aku inginkan.
“Enggak ma, itu berarti aku sengaja mencabuli mama,” jawabku.
“Enggak apa-apa Yan, mama mengerti kok, lakukan aja,” bisiknya lagi.
“Mama,” ujarku setengah protes,
namun sekian detik kemudian kugulingkan tubuhku sehingga aku berada di atas mama, tanpa berkata-kata aku mulai mengayunkan pantatku ke bawah. Kali ini dengan sengaja aku menyetubuhi ibu kandungku, dan karena beberapa kali mengalami orgasmeku maka kali ini hubungan haram itu berlangsung cukup lama. Gerakanku yang tadinya halus kini mulai liar dan cepat, mama hanya merintih-rintih dan justru menyemangatiku,
“sshh.. terus Yan, ayun terus.. nnnghh.. terus sampe kamu keluar.. ssshh,” ujar mama
Entah mama menikmati atau tidak, aku terus menghunjam-hunjamkan batang kontolku mengobrak-abrik memek mama, perlahan Hawa dingin malam mulai terusir oleh hawa panas tubuh kami sampai akhirnya setengah jam kemudian kembali tubuhku mengejang dan semburan spermaku kembali mengisi setiap sudut rongga vagina mama.
Teriakan panik Bi Ira dan Pak Udin membangunkan kami pagi hari itu. Kami beritahukan kalau kami berdua kemarin dirampok dan menyuruh mereka untuk tidak panik apalagi lapor polisi. Dengan wajah jengah, dua orang itu membantu melepas ikatan kami, mama segera berlari ke lantai atas menuju kamarnya, sementara aku tanpa mempedulikan kondisiku yang telanjang berlari ke dapur menuju kulkas, haus ini tiada terkira sehingga satu botol besar air kemasan kureguk habis hingga tumpah membasahi dadaku, lalu kuambil satu botol lain dan berlari menyusul mama.
Di dalam kamar mandi mama tengah mengeramas rambutnya, kusodori botol minuman tersebut dan segera disambut mama setelah terlebih dulu membilas rambutnya hingga tiada lagi busa di kepalanya lalu mereguk isi botol tersebut sampai habis.
“Kamu juga mandi sini Yan,” perintah mama sambil menarik lenganku.
Tanpa di suruh kuambil sabun dan mulai menyabuni punggung mama sampai pantatnya yang montok itu terus hingga betis, lalu bagian depan tubuh mama, bahu, payudaranya yang besar dan masih menantang itu dan kali ini dengan nakal kuremas-remas dan mama sama sekali tidak protes, terus ke perutnya yang putih mulus dan sedikit membuncit sexy sampai ke bagian bawah pusarnya yang berbulu lebat itu, lama kusabuni daerah tersebut dan perlahan mama membuka pahanya, dengan sengaja kuselipkan satu jariku mencoba menggali liang memeknya, dan ketika kutarik keluar maka lelehan demi lelehan spermaku berjatuhan ke lantai bath tub, aku tak menyangka sedemikian banyak produksiku tadi malam.
“Aduh banyak banget sperma kamu nak,” ujar mama dengan wajah serius.
“Ryan mama lupa kalo bulan kemaren mama udah lepas spiral, mama takut hamil anak kamu,” ujarnya lagi sambil khawatir dengan isak tangisnya yang pelan.
“maafkan aku ma, mungkin ini sudah jadi takdir kita, tapi yang jelas kalo mama beneran hamil aku bakal bertanggung jawab kok” kataku sambil menenangkannya.
“Tapi kan kamu belum lulus kuliah nak” ujar mama.
“sebentar lagi kan skripsian aku selesai, setelah lulus nanti aku bakalan cari kerja untuk bahagiain mama”. balasku
Mendengar itu, mama pun langsung memelukku dengan erat dan bilang
“makasih ya nak, kamu memang anak yang berbakti sama mama” ujarnya lembut.
setelah itu mama melepas pelukannya dan kembali kusabuni vagina mama dan sengaja berlama-lama mempermainkan klitorisnya, mama kembali merintih..
“udah, jangan nakal kamu, terus ke bawah,” ujarnya lagi.
Lalu aku mulai menyabuni paha hingga betis mama, kini ganti aku yang disabuni mama, mulai dari mengeramasi rambutku, kemudian menyabuni bahu, dada, tangan, perut sampai.. alat kelaminku.
Mama melakukannya dengan lembut, jari jemarinya mengeramasi bulu-bulu kemaluanku, menyabuni biji pelirku sambil meremas-remasnya pelan, lalu batang kontolku pun disabuninya sambil dipijit-pijit pelan sehingga tak menunggu lama kembali tegak mengeras menjulang.
“gantian Riz!!,” ujar si Har.
“giliran lo sekarang” ujarnya sembari mengambil alih tugas rekannya mengawalku.
Kembali mama harus mengoral paksa lelaki yang bukan suaminya tersebut walau memohon-mohon sebelumnya.
Dan aku pun terpaksa menyaksikan dengan marah dan.. terangsang.
“Gimana bro? Lo mau gak diemut nyokap lo? Kekekke..”, ujar si Riz sambil terkekeh-kekeh,
Ucapannya membuatku kian geram namun dalam hati seolah-olah mengiyakan pertanyaannya, selama ini aku kerap marah jika rekan-rekanku rada ngeres kalau mengomentari mama, namun di sisi lain aku pikir memang mama sangat menarik walau sudah 43 thn, mirip seorang artis jav kategori MILF.
Mama kembali terbatuk-batuk menelan benda asing di mulutnya dan kembali payudaranya diremas-remas dan dibetot-betot hingga mama kerap menjerit ringan. Dan tak lama, kembali mama harus menelan paksa cairan sperma pria asing walau sebagian kembali dimuntahkannya dan meleleh di sekitar dagunya. Kupikir peristiwa memalukan ini berakhir, namun ternyata tidak.
Si Riz, entah Riz atau siapa, menyuruhku berdiri dan kembali tertawa-tawa,
“hahaha.. liat Har, anak kesayangan ternyata ngaceng liat mamanya ngemut kontol.. hahahaha,” ujarnya,
“hahaha... kayaknya dia pengen juga tuh.” Balas riz
Dengan paksa mereka membuka celanaku dan kali ini aku tak melawan karena kupikir tak ada gunanya. Kini aku telanjang separuh badan ke bawah, dengan wajah tertunduk malu karena di depan ibuku sendiri walau aku tahu ia sering melihat kemaluanku ketika aku kecil. Dengan ujung pisau menempel di pinggang mereka mendorongku ke arah mama.
“maafkan aku mah,” ujarku lemah,
“ini bukan salahmu Yan,” jawab mama pelan setengah menangis.
“ayo, gak usah pake lama, kulum cepat,” ujar si Riz
Sambil merapatkan bagian bawah tubuhku ke wajah mama sampai ujung kontolku menyentuh pipinya.
“Ayo bu, kulum!!” perintah si Har.
Mama menatap wajahku dan mengangguk seolah menyuruhku tenang lalu perlahan membuka mulutnya, aku memejam merasakan kepala penisku masuk ke rongga yang basah, hangat dan rapat.
Bohong besar kalau aku tak merasakan kenikmatan yang luar biasa. Dan mama melakukannya dengan perlahan namun pasti seolah-olah ikut menikmatinya atau karena wujud kasih sayang karena kali ini batang kemaluan anaknya yang harus ia hisap.
“mama.. oohss.. aku mau keluar mah.. ahhs”, erangku
Mama menatapku, lalu matanya kembali menyipit dan kembali menangguk..
“mamaaaah...” teriakku di barengi semburan spermaku di rongga mulut mama .
Mama terus menghisap batang kontolku sehingga aku yakini semua spermaku pun habis ditelan mama.
“Nah.. ini baru mantap.. hahaha,” ujar perampok sambil tertawa-tawa puas.
Dan mama baru melepaskan kontolku ketika kembali ke ukurannya semula
Kemudian mereka menyuruh kami berjalan keluar ke halaman samping rumah, agak sulit kami berjalan dengan kondisi seperti itu dan beberapa kali nyaris terjatuh namun dua perampok jahanam itu membantu memapah kami, dan setibanya di teras mereka membaringkan kami, memutar piringan CD di ruang tamu dengan volume yang cukup keras lalu kemudian pergi. Tinggal kami berbaring dengan posisi menyamping pasrah, keringat mulai bercucuran membasahi tubuhku dan mama, apalagi perlahan matahari mulai menyinari kami. Sempat aku berdiskusi dengan mama agar berteriak minta tolong, namun suara musik akan meredam suara teriakan kami ditambah kamipun merasa malu jika orang-orang mendapati posisi kami seperti ini.
“kita tunggu Pak Udin dan Bi Ira aja sampai besok pagi, biarlah kita sabar nungguin, tembok pagar rumah kita kan tinggi jadi mustahil ada tetangga yang liat”, ujar mama.
Dan sepertinya kami tak punya pilihan lain selain menunggu sepasang suami isteri paruh baya yang bekerja sebagai tukang kebun dan tukang cuci kami yang biasa bekerja dari pagi hingga siang hari. Hanya mereka berdua lah harapan kami karena papa masih berada di luar negeri sementara adik-adikku tengah berlibur dengan neneknya.
“Mama kita harus bergerak biar gak kepanasan dan dehidrasi,” ujarku.
“iya Yan, tapi bagaimana?”, tanya mama.
“Hmmm.. iya juga” pikirku.
Keringat kian membanjiri tubuh kami hingga akhirnya terlintas ide,
“ma.. kita berguling aja ya sampai bisa masuk ke dalam”, ujarku.
Mama mengangguk setuju, lalu dengan susah payah akhirnya kami bisa berguling sekali, dua kali, terus hingga mendekati pintu. Namun kini muncul hal lain, gerakan tadi kembali memicu ereksi batang kontolku dan perlahan memanjang dan mengeras mendesak lubang kewanitaan mama,
“maafin aku ma,” ujarku lirih.
”, gak pa-pa Yan, udah gak usah minta maaf, ini bukan salah kamu, ”, jawab mama mencoba menenangkanku.
Kami beristirahat sebentar dengan posisi kembali menyamping, dan kunikmati jepitan erat liang senggama mama walau tak bergerak. Setidaknya posisi kami aman dari terpaan sinar terik matahari. Persoalan adalah bagaimana memasuki pintu ke ruangan dalam tersebut.
Maka kembali gerakan mendorong ke atas yang bisa kami lakukan. Kembali gerakan bagai ulat sutera kami lakukan dan tepat beberapa meter kemudian kembali aku menghunjamkan dalam-dalam batang kontolku ke memek mama, kali ini aku tak mengucapkan apapun selain mengerang menikmati denyutan demi denyutan orgasmeku..
“sshhh gak apa-apa Yan, keluarin aja.. nikmatin aja” bisik mama.
Akhirnya karena kelelahan, kami berdua tertidur, walau tidak nyenyak, karena sesekali kami harus berguling bertukar posisi, menyamping, mama di atas, aku di bawah, lalu aku di atas, mama di bawah.. dengan kontolku yang masih menancap di dalam vagina mama.
Dan sebagai lelaki normal dan masih muda dimana hormon kelelakianku bergejolak, harus berpelukan bertelanjang bulat dengan seorang wanita dewasa yang menarik kendati itu ibu kandungku sendiri, tak mampu aku mencegah semalaman batang kontolku mengeras didalam genggaman erat liang vagina mama walau spermaku nyaris habis. Namun, sekali lagi demi menghormati mama, aku tak melakukan gerakan apapun.
“Yan lakukan aja, mama ikhlas kok, daripada kamu gak tidur,” bisik mama seolah-olah mengerti apa yang aku inginkan.
“Enggak ma, itu berarti aku sengaja mencabuli mama,” jawabku.
“Enggak apa-apa Yan, mama mengerti kok, lakukan aja,” bisiknya lagi.
“Mama,” ujarku setengah protes,
namun sekian detik kemudian kugulingkan tubuhku sehingga aku berada di atas mama, tanpa berkata-kata aku mulai mengayunkan pantatku ke bawah. Kali ini dengan sengaja aku menyetubuhi ibu kandungku, dan karena beberapa kali mengalami orgasmeku maka kali ini hubungan haram itu berlangsung cukup lama. Gerakanku yang tadinya halus kini mulai liar dan cepat, mama hanya merintih-rintih dan justru menyemangatiku,
“sshh.. terus Yan, ayun terus.. nnnghh.. terus sampe kamu keluar.. ssshh,” ujar mama
Entah mama menikmati atau tidak, aku terus menghunjam-hunjamkan batang kontolku mengobrak-abrik memek mama, perlahan Hawa dingin malam mulai terusir oleh hawa panas tubuh kami sampai akhirnya setengah jam kemudian kembali tubuhku mengejang dan semburan spermaku kembali mengisi setiap sudut rongga vagina mama.
Teriakan panik Bi Ira dan Pak Udin membangunkan kami pagi hari itu. Kami beritahukan kalau kami berdua kemarin dirampok dan menyuruh mereka untuk tidak panik apalagi lapor polisi. Dengan wajah jengah, dua orang itu membantu melepas ikatan kami, mama segera berlari ke lantai atas menuju kamarnya, sementara aku tanpa mempedulikan kondisiku yang telanjang berlari ke dapur menuju kulkas, haus ini tiada terkira sehingga satu botol besar air kemasan kureguk habis hingga tumpah membasahi dadaku, lalu kuambil satu botol lain dan berlari menyusul mama.
Di dalam kamar mandi mama tengah mengeramas rambutnya, kusodori botol minuman tersebut dan segera disambut mama setelah terlebih dulu membilas rambutnya hingga tiada lagi busa di kepalanya lalu mereguk isi botol tersebut sampai habis.
“Kamu juga mandi sini Yan,” perintah mama sambil menarik lenganku.
Tanpa di suruh kuambil sabun dan mulai menyabuni punggung mama sampai pantatnya yang montok itu terus hingga betis, lalu bagian depan tubuh mama, bahu, payudaranya yang besar dan masih menantang itu dan kali ini dengan nakal kuremas-remas dan mama sama sekali tidak protes, terus ke perutnya yang putih mulus dan sedikit membuncit sexy sampai ke bagian bawah pusarnya yang berbulu lebat itu, lama kusabuni daerah tersebut dan perlahan mama membuka pahanya, dengan sengaja kuselipkan satu jariku mencoba menggali liang memeknya, dan ketika kutarik keluar maka lelehan demi lelehan spermaku berjatuhan ke lantai bath tub, aku tak menyangka sedemikian banyak produksiku tadi malam.
“Aduh banyak banget sperma kamu nak,” ujar mama dengan wajah serius.
“Ryan mama lupa kalo bulan kemaren mama udah lepas spiral, mama takut hamil anak kamu,” ujarnya lagi sambil khawatir dengan isak tangisnya yang pelan.
“maafkan aku ma, mungkin ini sudah jadi takdir kita, tapi yang jelas kalo mama beneran hamil aku bakal bertanggung jawab kok” kataku sambil menenangkannya.
“Tapi kan kamu belum lulus kuliah nak” ujar mama.
“sebentar lagi kan skripsian aku selesai, setelah lulus nanti aku bakalan cari kerja untuk bahagiain mama”. balasku
Mendengar itu, mama pun langsung memelukku dengan erat dan bilang
“makasih ya nak, kamu memang anak yang berbakti sama mama” ujarnya lembut.
setelah itu mama melepas pelukannya dan kembali kusabuni vagina mama dan sengaja berlama-lama mempermainkan klitorisnya, mama kembali merintih..
“udah, jangan nakal kamu, terus ke bawah,” ujarnya lagi.
Lalu aku mulai menyabuni paha hingga betis mama, kini ganti aku yang disabuni mama, mulai dari mengeramasi rambutku, kemudian menyabuni bahu, dada, tangan, perut sampai.. alat kelaminku.
Mama melakukannya dengan lembut, jari jemarinya mengeramasi bulu-bulu kemaluanku, menyabuni biji pelirku sambil meremas-remasnya pelan, lalu batang kontolku pun disabuninya sambil dipijit-pijit pelan sehingga tak menunggu lama kembali tegak mengeras menjulang.
“dasar anak muda,” ujar mama sambil menyunggingkan senyuman manis.
Lalu mulai mengocok-ngocoknya pelan dengan genggaman erat jari jemarinya.
“Punyamu lebih besar dari punya papamu,” ujar mama sambil menatapku
“ahhss.. mama, gak tahan nih” erangku.
Mama membilas tubuhku dengan siraman shower, usai bebas dari busa mama kembali memegang dan mengocok pelan batang kontolku, lalu membelakangiku dan satu kakinya diangkat diatas tepi bath tub, mengarahkan kepala penisku ke belahan pantatnya yang montok itu, dengan surprise aku segera paham apa yang mama inginkan, kuarahkan batang kontolku ke rongga memek mama, dan perlahan mulai memasukinya dimana wajah mama mengerinyit ketika proses infiltrasi itu terjadi, persetubuhan haram dengan gaya doggy style pun berlangsung dahsyat di bawah siraman air hangat.
Kali ini atas permintaan mama yang juga mulai menampakan karakter aslinya dari wanita sopan santun menjadi wanita liar ketika berhubungan seks, erangannya sangat ribut sehingga kerap kubekap mulutnya takut terdengar bi Ira atau pak Udin di lantai bawah meski aku tahu itu tak munkin. Lalu kami berpindah ke toilet, dalam posisi duduk kembali lubang vagina mama kugali dalam-dalam hingga ke ujungnya, hingga akhirnya mama tiba-tiba memelukku erat-erat dan menggigit bahuku, tak perlu jadi jenius untuk memahami kalau mama tengah orgasme.
Dan pagi itu paling tidak 3 kali aku membuat mama menggapai puncak kepuasan sampai akhirnya kubaringkan ia di lantai kamar mandi hingga aku rebah di sampingnya usai memberikan semprotan spermaku di atas payudaranya.
Batas hubungan ibu dan anak telah kami langgar dengan sengaja. Kembali kami mandi dan akhirnya kembali ke kamar masing-masing setelah saling berjanji bahwa apa yang terjadi dari kemarin hingga pagi itu menjadi rahasia kami berdua.
Selama satu minggu kemudian, ketelanjangan di antara kami menjadi hal lumrah. Mama tak lagi menutup pintu kamar ketika berganti pakaian dan keluar kamar mandi tanpa sehelai benangpun kecuali handuk yang melilit di kepala. Masih satu hari lagi week end ini usai dan aku harus kembali ke kampus. Malamnya kami menonton tv bersama di ruang keluarga tanpa mengucap sepatah katapun, tenggelam dalam pikiran masing-masing mengenang kejadian memalukan namun juga erotis kemarin.
“kapan kamu balik Yan? ”, mama membuka percakapan.
“Besok pagi ma, kalau siangan dikit keburu macet,” jawabku.
“ya udah, malam ini kamu tidur di kamar mama ya?” pinta mama.
Aku sedikit terkejut namun merasa pucuk dicinta ulam pun tiba.
Malam itu hingga menjelang pagi kuhabiskan sisa-sisa spermaku di lubang tempat aku lahir, mama entah berapa kali melonjak-lonjak menikmati orgasmenya sampai tenaga kami habis dan kami bangun kesiangan, saling berpelukan.. telanjang.
***
Keesokan harinya ketika akan pamit ke Bandung untuk melanjutkan skripsiku, sebagai tanda perpisahan aku pun melayangkan ciuman ke seluruh bagian wajahnya seperti kening, pipi, bibir, dan tidak lupa sepasang anting-anting emas cantik di kedua telinganya juga tidak luput dari ciumanku. Aku berjanji pada mama akan pulang setelah urusan akademik kuliahku selesai. POV Ratna Setelah perampokan tragis itu hingga menjelang kembalinya Ryan ke Bandung untuk menyelesaikan studinya seminggu kemudian, selama satu minggu kami berdua terus melakukan hubungan seks layaknya pasangan suami istri.
Pada awalnya aku merasa sangat bersalah dan berdosa karena melakukan hubungan incest dengan anakku. Namun karena kenikmatan yang diberikan Ryan jauh lebih hebat dari papanya ditambah lagi dia masih muda dimana tenaganya yang masih sangat kuat dan spermanya begitu banyak dan kental membuat diriku tak bisa menahan diri untuk menikmati cinta terlarang ini. Hal ini ditambah dengan suamiku yang masih berada di luar negeri sedangkan Sergi dan Natasha masih berada di rumah neneknya membuat kami berdua lebih bebas melakukan hubungan intim terutama pada malam hari karena waktu pagi sampai sore ada Pak Udin dan Bi Ira yang bekerja di rumahku, selebihnya kami bebas berhubungan seks.
Sebenarnya jauh di dalam lubuk hatiku aku merasakan ketakutan yang mendalam mengingat aku telah melepas KB Spiral dan parahnya setiap kali berhubungan Ryan selalu mengeluarkan spermanya di dalam rahimku. Pada awalnya aku memintanya untuk mengeluarkan spermanya di luar namun rupanya anakku kesulitan menahan gejolak birahinya sehingga permintaanku tidak pernah diturutinya, lagipula belakangan aku juga merasakan kenikmatan yang amat sangat ketika dia menyemburkan spermanya yang kental ke dalam rahimku sehingga aku pun seakan-akan lupa bahwa hubungan seks ini sangat beresiko karena aku sudah tidak memakai pengaman apapun lagi.
Ada satu kebiasaan unik dari anakku Ryan, setiap kali akan memulai ataupun selesai berhubungan intim, dia suka sekali mencium dan memegang anting-anting emasku seperti layaknya anak kecil yang mendapat mainan baru. Di sewaktu malam sehabis berhubungan seks aku pun bertanya padanya
“Ryan kenapa kamu suka banget cium-cium sama pegang-pegang anting mama? “ tanyaku
“Karena mama cantik banget kalo pake anting, mama keliatan lebih muda”. Jawab Ryan
“Yang bener kamu?” ujarku.
“Sebenarnya ma sewaktu peristiwa perampokan pas kita diikat erat sama dua penjahat itu, di saat tubuh kita menyatu dengan erat, sewaktu bisa ngeliat anting mama dari dekat lalu mulai saat itu aku sadar kalo mama memang cantik banget kalo pake anting ini” ujarnya seraya memegang dan mencium antingku.
“Mama tau kamu sebenarnya ngeres kan liat mama pakai anting ini bukan karena suka? kataku tersenyum.
“Ma, aku janji setelah selesai skripsi dan dapat pekerjaan aku bakalan nabung buat ganti perhiasan mama yang dirampok kemaren dan beliin mama anting emas yang lebih bagus dari yang mama pakai sekarang” kata Ryan.
“Memangnya kamu punya uang berapa? Kan perhiasan itu harganya lumayan mahal nak?” tanyaku.
“Mama gak usah bingung, intinya aku bakalan kerja keras dan nabung buat kumpulin uang sebanyak itu karena aku sebenarnya udah jatuh cinta sama mama semenjak peristiwa perampokan itu” ujar Ryan sambil mencium dan menggerayangi tubuhku.
Setelah Ryan kembali ke Bandung aku pun melanjutkan aktivitasku sebagai ibu rumah tangga. Kedua anakku yang lain Sergi dan Natasha juga sudah kembali dari rumah neneknya kecuali suamiku yang masih berada di luar negeri. Walaupun kedua anakku sudah pulang kau tetap merasakan kesepian karena mereka berdua sibuk dengan urusannya masing-masing.
Sergi mahasiswa kedokteran di Perguruan Tinggi Negeri di Salemba Jakarta Pusat lebih sering menghabiskan waktu bersama teman-temannya untuk bermain dan mengerjakan tugas sehingga seringkali dia baru pulang pada larut malam. Sedangkan Natasha adalah siswa SMA kelas 3 yang sedang mempersiapkan diri untuk UN SMA dan SBMPTN karena itulah dia lebih sering menghabiskan waktunya belajar intensif di tempat bimbingan belajar swasta yang kupilih dengan kualitas terbaik agar dia berhasil UN SMA dan SBMPTN. Namun, sebulan setelah kejadian tragis itu hal yang kutakutkan pun terjadi. Aku terlambat datang bulan dan mulai merasa pusing, mual, dan muntah-muntah.
Sebagai ibu yang telah memiliki tiga anak aku cukup hafal bahwa ada gejala kehamilan pada diriku. Aku pun membeli 3 buah testpack dari apotik yang berada di dekat rumahku untuk mengecek apakah aku hamil atau tidak. Sesampainya di rumah aku pun mengecek sampel urineku memakai tiga testpack yang aku beli di apotik tadi. Hasil mengejutkan, AKU POSITIF HAMIL! sudah dua bulan aku tidak berhubungan intim dengan suamiku, terakhir kali kami berhubungan intim ketika ulang thn pernikahan kami yang ke 22 dan saat itu aku belum melepas KB Spiralku dan besoknya setelah perayaan tersebut dia langsung pergi tugas ke luar negeri.
Untuk lebih meyakinkan, keesokan harinya aku pun pergi ke dokter kandungan untuk mengecek kondisiku. Jawaban dokter kandungan pun sama dengan hasil testpack, aku positif hamil, dan bayi yang kukandung adalah kembar. Dokter pun memberikanku ucapan selamat dan memintaku untuk menjaga kondisi kesehatan mengingat sudah tidak muda lagi. Sampai dirumah, aku shock dan menangis. tidak kusangka hubungan seks yang kulakukan bersama anakku Ryan sebulan yang lalu sanggup menghasilkan janin kembar yang mendekam di rahimku saat ini.
Ingin rasanya aku memberi tahu Ryan perihal kehamilanku ini karena bagaimanapun dia adalah ayah dari anak yang kukandung ini, namun aku berpikir jika aku memberitahukannya sekarang itu akan mengganggu skripsinya yang sebentar lagi akan selesai. Aku pun mengurungkan niatku untuk memberitahunya dan akan menunggu sampai Ryan pulang baru aku akan mengatakan padanya. Di tengah kebingunganku, untungnya dua hari kemudian setelah tes kehamilan dari dokter suamiku pulang ke rumah. Aku pun memanfaatkan ini untuk mengelabuinya dengan mengajaknya berhubungan intim di kamar kami, setelah selesai berhubungan intim ronde pertama suamiku pun dengan agak heran bertanya
“Mama kok keliatan lebih ganas sih setelah papa pulang”. Tanya ryan
“Soalnya papa kan udah 2 bulan gak gituin mama, kan mama jadinya kangen berat sama papa”. balasku
Suamiku pun tersenyum dan kami bermain sampai 3 ronde pada malam itu dan tentu saja sperma suamiku sudah tidak berpengaruh apa-apa karena sudah ada benih dari Ryan yang mendekam di rahimku. Kemudian sebulan kemudian baru aku memberitahukan kehamilanku kepada suami dan kedua anakku yang lain Sergi dan Natasha. mereka semua pun merespon dengan senang perihal kehamilanku karena bakal ada anggota baru di keluarga kami.
Aku pun senang mereka tidak curiga bahwa kehamilan ini sebenarnya dari Ryan anak sulungku yang sedang kuliah di Bandung. Selama masa kehamilanku aku selalu mengidam masakan kesukaan Ryan seperti rendang, ayam goreng, buah melon, buah mangga dll. Seringkali ketika tidak ada orang dirumah aku menyelinap ke kamar Ryan yang kosong sembari merapikan barang-barang pribadinya yang ada di kamar itu. Setelah merapikan kamarnya aku selalu menyempatkan diri untuk mengambil dan memegang foto Ryan yang ada di kamar tersebut lalu aku mencium dan menaruhnya di perutku
“Ryan, anak kamu sekarang udah ada di rahim mama cepat pulang ya sayang mama udah kangen banget sama kamu” kataku sambil menangis menitikkan air mata karena memendam rindu padanya.
Lalu mulai mengocok-ngocoknya pelan dengan genggaman erat jari jemarinya.
“Punyamu lebih besar dari punya papamu,” ujar mama sambil menatapku
“ahhss.. mama, gak tahan nih” erangku.
Mama membilas tubuhku dengan siraman shower, usai bebas dari busa mama kembali memegang dan mengocok pelan batang kontolku, lalu membelakangiku dan satu kakinya diangkat diatas tepi bath tub, mengarahkan kepala penisku ke belahan pantatnya yang montok itu, dengan surprise aku segera paham apa yang mama inginkan, kuarahkan batang kontolku ke rongga memek mama, dan perlahan mulai memasukinya dimana wajah mama mengerinyit ketika proses infiltrasi itu terjadi, persetubuhan haram dengan gaya doggy style pun berlangsung dahsyat di bawah siraman air hangat.
Kali ini atas permintaan mama yang juga mulai menampakan karakter aslinya dari wanita sopan santun menjadi wanita liar ketika berhubungan seks, erangannya sangat ribut sehingga kerap kubekap mulutnya takut terdengar bi Ira atau pak Udin di lantai bawah meski aku tahu itu tak munkin. Lalu kami berpindah ke toilet, dalam posisi duduk kembali lubang vagina mama kugali dalam-dalam hingga ke ujungnya, hingga akhirnya mama tiba-tiba memelukku erat-erat dan menggigit bahuku, tak perlu jadi jenius untuk memahami kalau mama tengah orgasme.
Dan pagi itu paling tidak 3 kali aku membuat mama menggapai puncak kepuasan sampai akhirnya kubaringkan ia di lantai kamar mandi hingga aku rebah di sampingnya usai memberikan semprotan spermaku di atas payudaranya.
Batas hubungan ibu dan anak telah kami langgar dengan sengaja. Kembali kami mandi dan akhirnya kembali ke kamar masing-masing setelah saling berjanji bahwa apa yang terjadi dari kemarin hingga pagi itu menjadi rahasia kami berdua.
Selama satu minggu kemudian, ketelanjangan di antara kami menjadi hal lumrah. Mama tak lagi menutup pintu kamar ketika berganti pakaian dan keluar kamar mandi tanpa sehelai benangpun kecuali handuk yang melilit di kepala. Masih satu hari lagi week end ini usai dan aku harus kembali ke kampus. Malamnya kami menonton tv bersama di ruang keluarga tanpa mengucap sepatah katapun, tenggelam dalam pikiran masing-masing mengenang kejadian memalukan namun juga erotis kemarin.
“kapan kamu balik Yan? ”, mama membuka percakapan.
“Besok pagi ma, kalau siangan dikit keburu macet,” jawabku.
“ya udah, malam ini kamu tidur di kamar mama ya?” pinta mama.
Aku sedikit terkejut namun merasa pucuk dicinta ulam pun tiba.
Malam itu hingga menjelang pagi kuhabiskan sisa-sisa spermaku di lubang tempat aku lahir, mama entah berapa kali melonjak-lonjak menikmati orgasmenya sampai tenaga kami habis dan kami bangun kesiangan, saling berpelukan.. telanjang.
***
Keesokan harinya ketika akan pamit ke Bandung untuk melanjutkan skripsiku, sebagai tanda perpisahan aku pun melayangkan ciuman ke seluruh bagian wajahnya seperti kening, pipi, bibir, dan tidak lupa sepasang anting-anting emas cantik di kedua telinganya juga tidak luput dari ciumanku. Aku berjanji pada mama akan pulang setelah urusan akademik kuliahku selesai. POV Ratna Setelah perampokan tragis itu hingga menjelang kembalinya Ryan ke Bandung untuk menyelesaikan studinya seminggu kemudian, selama satu minggu kami berdua terus melakukan hubungan seks layaknya pasangan suami istri.
Pada awalnya aku merasa sangat bersalah dan berdosa karena melakukan hubungan incest dengan anakku. Namun karena kenikmatan yang diberikan Ryan jauh lebih hebat dari papanya ditambah lagi dia masih muda dimana tenaganya yang masih sangat kuat dan spermanya begitu banyak dan kental membuat diriku tak bisa menahan diri untuk menikmati cinta terlarang ini. Hal ini ditambah dengan suamiku yang masih berada di luar negeri sedangkan Sergi dan Natasha masih berada di rumah neneknya membuat kami berdua lebih bebas melakukan hubungan intim terutama pada malam hari karena waktu pagi sampai sore ada Pak Udin dan Bi Ira yang bekerja di rumahku, selebihnya kami bebas berhubungan seks.
Sebenarnya jauh di dalam lubuk hatiku aku merasakan ketakutan yang mendalam mengingat aku telah melepas KB Spiral dan parahnya setiap kali berhubungan Ryan selalu mengeluarkan spermanya di dalam rahimku. Pada awalnya aku memintanya untuk mengeluarkan spermanya di luar namun rupanya anakku kesulitan menahan gejolak birahinya sehingga permintaanku tidak pernah diturutinya, lagipula belakangan aku juga merasakan kenikmatan yang amat sangat ketika dia menyemburkan spermanya yang kental ke dalam rahimku sehingga aku pun seakan-akan lupa bahwa hubungan seks ini sangat beresiko karena aku sudah tidak memakai pengaman apapun lagi.
Ada satu kebiasaan unik dari anakku Ryan, setiap kali akan memulai ataupun selesai berhubungan intim, dia suka sekali mencium dan memegang anting-anting emasku seperti layaknya anak kecil yang mendapat mainan baru. Di sewaktu malam sehabis berhubungan seks aku pun bertanya padanya
“Ryan kenapa kamu suka banget cium-cium sama pegang-pegang anting mama? “ tanyaku
“Karena mama cantik banget kalo pake anting, mama keliatan lebih muda”. Jawab Ryan
“Yang bener kamu?” ujarku.
“Sebenarnya ma sewaktu peristiwa perampokan pas kita diikat erat sama dua penjahat itu, di saat tubuh kita menyatu dengan erat, sewaktu bisa ngeliat anting mama dari dekat lalu mulai saat itu aku sadar kalo mama memang cantik banget kalo pake anting ini” ujarnya seraya memegang dan mencium antingku.
“Mama tau kamu sebenarnya ngeres kan liat mama pakai anting ini bukan karena suka? kataku tersenyum.
“Ma, aku janji setelah selesai skripsi dan dapat pekerjaan aku bakalan nabung buat ganti perhiasan mama yang dirampok kemaren dan beliin mama anting emas yang lebih bagus dari yang mama pakai sekarang” kata Ryan.
“Memangnya kamu punya uang berapa? Kan perhiasan itu harganya lumayan mahal nak?” tanyaku.
“Mama gak usah bingung, intinya aku bakalan kerja keras dan nabung buat kumpulin uang sebanyak itu karena aku sebenarnya udah jatuh cinta sama mama semenjak peristiwa perampokan itu” ujar Ryan sambil mencium dan menggerayangi tubuhku.
Setelah Ryan kembali ke Bandung aku pun melanjutkan aktivitasku sebagai ibu rumah tangga. Kedua anakku yang lain Sergi dan Natasha juga sudah kembali dari rumah neneknya kecuali suamiku yang masih berada di luar negeri. Walaupun kedua anakku sudah pulang kau tetap merasakan kesepian karena mereka berdua sibuk dengan urusannya masing-masing.
Sergi mahasiswa kedokteran di Perguruan Tinggi Negeri di Salemba Jakarta Pusat lebih sering menghabiskan waktu bersama teman-temannya untuk bermain dan mengerjakan tugas sehingga seringkali dia baru pulang pada larut malam. Sedangkan Natasha adalah siswa SMA kelas 3 yang sedang mempersiapkan diri untuk UN SMA dan SBMPTN karena itulah dia lebih sering menghabiskan waktunya belajar intensif di tempat bimbingan belajar swasta yang kupilih dengan kualitas terbaik agar dia berhasil UN SMA dan SBMPTN. Namun, sebulan setelah kejadian tragis itu hal yang kutakutkan pun terjadi. Aku terlambat datang bulan dan mulai merasa pusing, mual, dan muntah-muntah.
Sebagai ibu yang telah memiliki tiga anak aku cukup hafal bahwa ada gejala kehamilan pada diriku. Aku pun membeli 3 buah testpack dari apotik yang berada di dekat rumahku untuk mengecek apakah aku hamil atau tidak. Sesampainya di rumah aku pun mengecek sampel urineku memakai tiga testpack yang aku beli di apotik tadi. Hasil mengejutkan, AKU POSITIF HAMIL! sudah dua bulan aku tidak berhubungan intim dengan suamiku, terakhir kali kami berhubungan intim ketika ulang thn pernikahan kami yang ke 22 dan saat itu aku belum melepas KB Spiralku dan besoknya setelah perayaan tersebut dia langsung pergi tugas ke luar negeri.
Untuk lebih meyakinkan, keesokan harinya aku pun pergi ke dokter kandungan untuk mengecek kondisiku. Jawaban dokter kandungan pun sama dengan hasil testpack, aku positif hamil, dan bayi yang kukandung adalah kembar. Dokter pun memberikanku ucapan selamat dan memintaku untuk menjaga kondisi kesehatan mengingat sudah tidak muda lagi. Sampai dirumah, aku shock dan menangis. tidak kusangka hubungan seks yang kulakukan bersama anakku Ryan sebulan yang lalu sanggup menghasilkan janin kembar yang mendekam di rahimku saat ini.
Ingin rasanya aku memberi tahu Ryan perihal kehamilanku ini karena bagaimanapun dia adalah ayah dari anak yang kukandung ini, namun aku berpikir jika aku memberitahukannya sekarang itu akan mengganggu skripsinya yang sebentar lagi akan selesai. Aku pun mengurungkan niatku untuk memberitahunya dan akan menunggu sampai Ryan pulang baru aku akan mengatakan padanya. Di tengah kebingunganku, untungnya dua hari kemudian setelah tes kehamilan dari dokter suamiku pulang ke rumah. Aku pun memanfaatkan ini untuk mengelabuinya dengan mengajaknya berhubungan intim di kamar kami, setelah selesai berhubungan intim ronde pertama suamiku pun dengan agak heran bertanya
“Mama kok keliatan lebih ganas sih setelah papa pulang”. Tanya ryan
“Soalnya papa kan udah 2 bulan gak gituin mama, kan mama jadinya kangen berat sama papa”. balasku
Suamiku pun tersenyum dan kami bermain sampai 3 ronde pada malam itu dan tentu saja sperma suamiku sudah tidak berpengaruh apa-apa karena sudah ada benih dari Ryan yang mendekam di rahimku. Kemudian sebulan kemudian baru aku memberitahukan kehamilanku kepada suami dan kedua anakku yang lain Sergi dan Natasha. mereka semua pun merespon dengan senang perihal kehamilanku karena bakal ada anggota baru di keluarga kami.
Aku pun senang mereka tidak curiga bahwa kehamilan ini sebenarnya dari Ryan anak sulungku yang sedang kuliah di Bandung. Selama masa kehamilanku aku selalu mengidam masakan kesukaan Ryan seperti rendang, ayam goreng, buah melon, buah mangga dll. Seringkali ketika tidak ada orang dirumah aku menyelinap ke kamar Ryan yang kosong sembari merapikan barang-barang pribadinya yang ada di kamar itu. Setelah merapikan kamarnya aku selalu menyempatkan diri untuk mengambil dan memegang foto Ryan yang ada di kamar tersebut lalu aku mencium dan menaruhnya di perutku
“Ryan, anak kamu sekarang udah ada di rahim mama cepat pulang ya sayang mama udah kangen banget sama kamu” kataku sambil menangis menitikkan air mata karena memendam rindu padanya.
Anehnya, setiap kali aku melakukan hal tersebut, janin kembar yg ada di rahimku selalu bereaksi menendang-nendang perutku secara pelan seakan-akan mengerti kerinduan yang aku rasakan terhadap “kakak sekaligus ayahnya” yg sedang berkuliah di Bandung. Hal tersebut selalu aku lakukan hingga akhirnya Ryan berhasil menyelesaikan skripsinya dan pulang ke rumah.
POV Ryan
8 bulan kemudian setelah menyelesaikan skripsi dan mendaftar wisuda aku pun pulang ke rumah sembari menunggu giliran panggilan wisuda dari kampusku. Aku yang sudah memendam rindu yang teramat sangat terhadap mama terutama dengan ingatan kejadian perampokan tragis itu sudah tidak sabar untuk menginjakkan kaki di rumahku itu. pada hari sabtu pagi, setelah memencet bel dan mengucap salam, akhinya pintu rumahku pun terbuka. Aku melihat mamaku membuka pintu dengan senyuman manisnya sambil memegang perutnya yang telah membesar. Aku pun kaget dan memeluknya dengan erat lalu mamaku dengan tersenyum mengajakku ke kamarnya karena ada hal yang ingin disampaikan mamaku. Di kamar aku pun bertanya pada mama
“Mama kenapa gak bilang sama aku kalo mama sekarang lagi hamil dan sebenarnya siapa ayah dari anak yang mama kandung ini”.
“sebelumnya mama mau minta maaf sama kamu karena gak ngasih tau soal kehamilan mama ini karena mama takut mengganggu skripsimu nak, mama gak mau kabar kehamilan mama ini ngebuat kamu gak fokus nyelesain skripsimu yang akhirnya bisa ngebuat skripsimu nanti berantakan” ujar mama.
Aku pun terharu dan menangis mendengar pengertian mamaku yang begitu dalam saking tidak ingin anaknya gagal dalam menyelesaikan skripsi sanggup menyembunyikan berita kehamilannya dan baru memberitahukannya ketika aku pulang ke rumah. aku pun menghadiahinya dengan pelukan yang erat sambil menciumi wajahnya.
“Oh ya jadi begini Yan”. mama melanjutkan obrolannya setelah melepaskan pelukanku
“Sebulan setelah kejadian naas tersebut mama mulai merasa mual dan muntah-muntah nak, setelah mama periksa ke dokter ternyata mama positif hamil dan mama hamilnya kembar laki-laki nak, dan selama sebulan setelah kejadian itu mama gak pernah berhubungan intim dengan papa kamu makanya anak yang mama kandung ini murni dari benihmu”. ujar mamaku.
“Tapi apa papa gak curiga dengan kehamilan mama ini?” tanyaku.
“Enggak sayang, mama ngasih tau papa kamu satu bulan setelah mama dinyatakan hamil oleh dokter dan biar papa gak curiga mama pun melakukan sempat melakukan hubungan intim dengan papa kamu untuk mengakalinya agar dia percaya kalo ini anaknya”.
Mendengar hal tersebut, sontak aku pun senang bukan main karena aku akan menjadi “Papa sekaligus kakak” dari bayi kembar di kandungan mama. Gairahku pun meninggi mendengar hal itu dan aku langsung menindih mama di ranjang kamarnya.
Kubuka bajunya, kujilati payudaranya dan tidak lupa kucium anting-anting emas indah miliknya yang mengingatkanku pada kejadian naas tersebut dan mulai menggenjot vaginanya secara perlahan mengingat kondisinya yang sedang hamil. Kuhabiskan waktuku mulai sabtu pagi hingga malam minggu untuk bercinta dengan mamaku sepuasnya sampai spermaku tumpah ruah dari dalam rahimnya yang telah terisi anak kembarku.
keesokan harinya di hari minggu kamipun bercinta hanya sampai sore mengingat papaku akan kembali pada malam harinya. Saat makan malam, papaku Rudi yang baru pulang mengingatkan padaku untuk menjaga mama yang sedang hamil mengingat dirinya yang sering ada proyek ke luar kota dan menasihatiku untuk cepat mencari kerja demi masa depanku. Sekitar sebulan lebih setelah aku kembali ke rumah. Akhirnya mamaku berhasil melahirkan bayi kembar laki-laki hasil hubungannya denganku. Aku pun menciumi anak tersebut begitu juga dengan papa. Kami berlima berembuk dan akhirnya memberi nama mereka Ivan dan Igor. saat papa pergi keluar ruangan untuk menerima telfon dari rekan bisnisnya, aku berucap pada mama yang tengah terbaring sehabis melahirkan
“Ma makasih ya udah ngelahirin anakku”.
“Kalo kamu mau, mama mau kok punya anak lagi dari kamu tapi kamu harus dapet kerja dulu ya biar nanti bisa ngebiayain “adik-adik” kamu, kan kamu tau sendiri papamu juga udah mau pensiun makanya kamu yang sekarang biayain mereka” kata mama.
“Iya ma nanti aku cari kerja biar bisa biayain sekolah mereka” ujarku.
Dua bulan kemudian ketika aku wisuda di bandung. Papa, mama, Sergi, Natasha dan beserta “kedua adikku” Igor dan Ivan yang masih bayi hadir meramaikan wisudaku. aku begitu senang melihat mereka semua hadir di hari yang paling membahagiakan bagiku ini. Igor dan Ivan ditaruh di dalam kereta bayi oleh papa dan mama, mereka berdua terlihat sangat tampan, berkulit putih, berhidung mancung dan bermata kebiruan karena perpaduan darah Jerman-Sunda dari papaku darah Arab-Jawa dari mamaku.
Ketika papaku sedang pamit keluar sebentar menerima telfon dari rekannya dan kedua adikku sibuk berselfie ria, aku mengangkat Igor dari kereta bayi untuk menggendongnya lengkap dengan pakaian wisudaku sementara mama juga melakukan hal yang sama pada Ivan yaitu mengangkatnya dari kereta bayi untuk menggendongnya, ia pun berbisik padaku
“Yan jangan lupa sama janjimu, kalo nanti udah kerja nanti kita nambah anak lagi ya” kata mama sambil tersenyum manis.
Begitulah kisahku, berawal dari perampokan tragis sampai akhirnya berbuah manis dengan lahirnya anak kembar dari rahim mamaku.
TAMAT
POV Ryan
8 bulan kemudian setelah menyelesaikan skripsi dan mendaftar wisuda aku pun pulang ke rumah sembari menunggu giliran panggilan wisuda dari kampusku. Aku yang sudah memendam rindu yang teramat sangat terhadap mama terutama dengan ingatan kejadian perampokan tragis itu sudah tidak sabar untuk menginjakkan kaki di rumahku itu. pada hari sabtu pagi, setelah memencet bel dan mengucap salam, akhinya pintu rumahku pun terbuka. Aku melihat mamaku membuka pintu dengan senyuman manisnya sambil memegang perutnya yang telah membesar. Aku pun kaget dan memeluknya dengan erat lalu mamaku dengan tersenyum mengajakku ke kamarnya karena ada hal yang ingin disampaikan mamaku. Di kamar aku pun bertanya pada mama
“Mama kenapa gak bilang sama aku kalo mama sekarang lagi hamil dan sebenarnya siapa ayah dari anak yang mama kandung ini”.
“sebelumnya mama mau minta maaf sama kamu karena gak ngasih tau soal kehamilan mama ini karena mama takut mengganggu skripsimu nak, mama gak mau kabar kehamilan mama ini ngebuat kamu gak fokus nyelesain skripsimu yang akhirnya bisa ngebuat skripsimu nanti berantakan” ujar mama.
Aku pun terharu dan menangis mendengar pengertian mamaku yang begitu dalam saking tidak ingin anaknya gagal dalam menyelesaikan skripsi sanggup menyembunyikan berita kehamilannya dan baru memberitahukannya ketika aku pulang ke rumah. aku pun menghadiahinya dengan pelukan yang erat sambil menciumi wajahnya.
“Oh ya jadi begini Yan”. mama melanjutkan obrolannya setelah melepaskan pelukanku
“Sebulan setelah kejadian naas tersebut mama mulai merasa mual dan muntah-muntah nak, setelah mama periksa ke dokter ternyata mama positif hamil dan mama hamilnya kembar laki-laki nak, dan selama sebulan setelah kejadian itu mama gak pernah berhubungan intim dengan papa kamu makanya anak yang mama kandung ini murni dari benihmu”. ujar mamaku.
“Tapi apa papa gak curiga dengan kehamilan mama ini?” tanyaku.
“Enggak sayang, mama ngasih tau papa kamu satu bulan setelah mama dinyatakan hamil oleh dokter dan biar papa gak curiga mama pun melakukan sempat melakukan hubungan intim dengan papa kamu untuk mengakalinya agar dia percaya kalo ini anaknya”.
Mendengar hal tersebut, sontak aku pun senang bukan main karena aku akan menjadi “Papa sekaligus kakak” dari bayi kembar di kandungan mama. Gairahku pun meninggi mendengar hal itu dan aku langsung menindih mama di ranjang kamarnya.
Kubuka bajunya, kujilati payudaranya dan tidak lupa kucium anting-anting emas indah miliknya yang mengingatkanku pada kejadian naas tersebut dan mulai menggenjot vaginanya secara perlahan mengingat kondisinya yang sedang hamil. Kuhabiskan waktuku mulai sabtu pagi hingga malam minggu untuk bercinta dengan mamaku sepuasnya sampai spermaku tumpah ruah dari dalam rahimnya yang telah terisi anak kembarku.
keesokan harinya di hari minggu kamipun bercinta hanya sampai sore mengingat papaku akan kembali pada malam harinya. Saat makan malam, papaku Rudi yang baru pulang mengingatkan padaku untuk menjaga mama yang sedang hamil mengingat dirinya yang sering ada proyek ke luar kota dan menasihatiku untuk cepat mencari kerja demi masa depanku. Sekitar sebulan lebih setelah aku kembali ke rumah. Akhirnya mamaku berhasil melahirkan bayi kembar laki-laki hasil hubungannya denganku. Aku pun menciumi anak tersebut begitu juga dengan papa. Kami berlima berembuk dan akhirnya memberi nama mereka Ivan dan Igor. saat papa pergi keluar ruangan untuk menerima telfon dari rekan bisnisnya, aku berucap pada mama yang tengah terbaring sehabis melahirkan
“Ma makasih ya udah ngelahirin anakku”.
“Kalo kamu mau, mama mau kok punya anak lagi dari kamu tapi kamu harus dapet kerja dulu ya biar nanti bisa ngebiayain “adik-adik” kamu, kan kamu tau sendiri papamu juga udah mau pensiun makanya kamu yang sekarang biayain mereka” kata mama.
“Iya ma nanti aku cari kerja biar bisa biayain sekolah mereka” ujarku.
Dua bulan kemudian ketika aku wisuda di bandung. Papa, mama, Sergi, Natasha dan beserta “kedua adikku” Igor dan Ivan yang masih bayi hadir meramaikan wisudaku. aku begitu senang melihat mereka semua hadir di hari yang paling membahagiakan bagiku ini. Igor dan Ivan ditaruh di dalam kereta bayi oleh papa dan mama, mereka berdua terlihat sangat tampan, berkulit putih, berhidung mancung dan bermata kebiruan karena perpaduan darah Jerman-Sunda dari papaku darah Arab-Jawa dari mamaku.
Ketika papaku sedang pamit keluar sebentar menerima telfon dari rekannya dan kedua adikku sibuk berselfie ria, aku mengangkat Igor dari kereta bayi untuk menggendongnya lengkap dengan pakaian wisudaku sementara mama juga melakukan hal yang sama pada Ivan yaitu mengangkatnya dari kereta bayi untuk menggendongnya, ia pun berbisik padaku
“Yan jangan lupa sama janjimu, kalo nanti udah kerja nanti kita nambah anak lagi ya” kata mama sambil tersenyum manis.
Begitulah kisahku, berawal dari perampokan tragis sampai akhirnya berbuah manis dengan lahirnya anak kembar dari rahim mamaku.
TAMAT
Klik Nomor untuk lanjutannya