Liani siswi Polos tapi Binal

cewek amoy
Liani


Pada suatu hari sekitar pukul 3 sore di salah satu SMU swasta terkenal



Siswi kelas 2 SMU itu segera bersiap-siap untuk pulang setelah praktikum berakhir. Tiba-tiba ada WA masuk. Ternyata dari papanya yang memberitahu kalau sore itu mendadak mobil harus masuk bengkel. Jadi, ia harus menunggu kira-kira 30 menit lagi sebelum mobil jemputan datang. Dengan agak kesal, ia menunggu di dalam kompleks sekolah sambil menonton murid sekolah siang yang sedang olahraga.Kira-kira 30 menit kemudian, ada WA masuk lagi. isinya,

“Papi ada urusan mendadak. Kamu pulang naik OJOL/GRAB aja ya. Daripada nunggu nanti takutnya kemalaman.”

Huh, lagi-lagi naik OJOL/GRAB, gerutunya. Kalo tahu gini, kenapa nggak bilang dari tadi, jadi ia bisa nebeng ikut temannya.

Sebenarnya ia sama sekali tak keberatan naik OJOL/GRAB karena telah beberapa kali ia naik OJOL/GRAB sendirian. Karena OJOL/GRAB disini cukup aman, bahkan untuk gadis muda seperti dia yang naik sendirian.

Namun yang tidak menyenangkannya adalah ia harus memesan OJOL/GRAB di jalan besar yang berjarak beberapa ratus meter dari sekolahnya. Dan untuk kesana ia harus melewati STM yang jam segini suka bergerombol cowok-cowok murid STM yang suka iseng dengan cewek-cewek yang lewat, apalagi kalau ceweknya cakep. Mungkin karena mereka jarang bergaul dengan cewek. Dan telah beberapa kali ia jadi sasaran korban celotehan-celotehan dan pandangan-pandangan iseng mereka. Hal yang membuat risih dirinya. Dan ternyata perkiraannya benar.

Saat ia melewati STM itu, ada beberapa cowok yang duduk bergerombol di depan, lagi asyik ngobrol dan tertawa-tawa. Saat ia lewat, seketika perhatian mereka semua langsung tertuju ke dirinya.

Cowok yang tampangnya paling jelek dari ketiganya memulai dengan godaannya.

“Wah, ada cewek cakep lewat.”

“Suitt suiittt.”

“Mau pergi kemana Non?”

“ayuk, aku aku bonceng naik motor, mau?”

“Kayaknya mending dipangku di depan deh.”

“hahaha.”

Mereka semua tertawa-tawa sambil menggodanya. Semuanya memelototi wajah dan seluruh tubuh cewek itu.

Memang ia adalah cewek yang cakep dan berpenampilan menarik. Baju seragamnya tertata rapi di dalam roknya. Kulitnya putih. Dan body-nya juga sexy. Pinggangnya ramping dan pantatnya cukup berisi. Tak heran kalau cowok-cowok liar itu jadi makin ganas menggoda cewek ini.

“Suiit, suiitt.”

“aduuh, cantiknya.”

“Putih lagi.”

“Mulusnya ga ketulungan.”

“Sexy.”

“Kayak aktris Jepang.”

“Wah, maen film apaan yah?”

“ah, pura-pura kaga tau loe. Yang pasti gua mau dah jadi aktornya.”

“Huahahaha”

Memang cewek itu kulitnya putih dan wajahnya oriental. Cakepnya ga kalah dengan artis-artis Mandarin atau Jepang. Dan body-nya juga sexy.

Namun, meskipun punya daya tarik seksual yang tinggi tapi cewek ini nampak seperti cewek baik-baik. Tampangnya cakep tapi innocent jadi bikin makin menggemaskan mereka. Dan ternyata, komentar mereka menjadi makin kurang ajar.

“ayo mampir sini dulu, yuk. Kita main pangku-pangkuan yuk.”

“Mending maen dokter-dokteran aja.”

“Huuuu.”

“Yuk, kita mandi sama-sama.”

“Huahaha.”

“eh, cewek ini body-nya sexy juga ya. Liat. Dadanya boleh juga tuh.”

“hahaha.”

Memang bagian dadanya nampak menonjol, tanda bahwa gadis belia ini telah mencapai usia dewasa. apalagi saat itu tas sekolahnya dicangklongkan di bahunya dan talinya diselempangkan secara diagonal dan menekan diantara belahan dadanya, sehingga tonjolan payudaranya nampak makin jelas saja.

“Hehehe.”

“eh, doi kayaknya masih polos tuh. Masih perawan ya? Hehehehe.”

“ah, masa sih? Bukannya kemarin sudah gua dicicipin.”

“hahahaha.”

“Kalo masih perawan, bisa diperawanin dong.”

“hahahaha”.

“Mau perawan mau nggak, gue juga kagak nolak koq.”

“hahahaha.”

“Loe kaga nolak, tapi dianya yang nolak.”

....

Mendengar komentar yang makin kurang ajar itu, wajah cantik cewek ini jadi merah padam dan hampir menangis dibuatnya. Namun ia cuma bisa mendiamkan saja sambil cepat-cepat berjalan meninggalkan mereka. untunglah, meski menggodanya dengan kata-kata dan pandangan kurang ajar, mereka tidak sampai berbuat kurang ajar atau menyentuh secara fisik.

Akhirnya sampailah ia di jalan besar dan tak lama kemudian ia memanggil OJOL/GRAB yang mengantarnya sampai di rumah dengan selamat.


---x-x-x---


Siapakah cewek itu? Cewek cakep itu namanya Liani. usianya 19 tahun lewat beberapa bulan. ia anak kelas 2 IPA di SMU favorit di kotanya itu. ia adalah siswi terkenal di sekolah itu. Dan memang, boleh dikata ia adalah cewek yang memiliki segalanya.

Selain cantik dan penampilannya yang menarik, ia termasuk salah satu siswi berprestasi di sekolahnya. Dua kelebihan yang jarang terjadi. Ditambah lagi ia berasal dari keluarga kaya. Bokapnya adalah pengusaha yang kaya dan sering muncul di koran-koran. apalagi ia adalah cewek yang pandai membawa diri karena memang sejak kecil orang tuanya cukup keras mendidiknya untuk berperilaku dengan baik dan sopan santun. oleh karena itu pula, ia termasuk cewek yang polos dan innocent.

Tidak hanya wajahnya saja yang innocent, tapi kelakuannya juga tanpa cela sesuai dengan wajahnya. Tidak pernah ada gosip-gosip miring tentang dirinya. Bahkan sampai sekarang, ia belum pernah pacaran. Padahal banyak banget teman cowoknya yang suka kepadanya sejak SMP.


===x0x===


Beberapa hari setelah itu, sekitar pukul 4.30 sore

Liani berjalan keluar dari sekolahnya. Hari itu lagi-lagi ia pulang dengan naik OJOL/GRAB. Saat itu langit nampak mendung gelap. Dan tak lama kemudian, turunlah hujan dengan lebatnya. untungnya ia selalu membawa payung kecil di dalam tasnya.

Saat itu tidak ada anak STM yang suka menggodanya, mungkin karena hujan lebat. Namun ia menghadapi masalah lain.

Telah beberapa saat lamanya ia menunggu di tepi jalan hendak memesan OJOL/GRAB yang kosong. Namun entah karena hujan atau sebab lain, saat itu tidak ada OJOL/GRAB kosong yang bisa ia pesan.

Sementara kalau menunggu mobil jemputan, bisa-bisa hari sudah gelap baru mobilnya datang. Sedangkan kini dirinya telah mulai basah karena payung kecilnya tak mampu melindungi dari hujan yang disertai angin cukup kencang.

Saat ia kebingungan, tiba-tiba, ada sepeda motor besar dan butut yang mendekat dan berhenti di depannya. Pengemudinya membuka helmnya.

“Hai, hujan-hujan berdiri disini. Lagi tunggu jemputan ya?” tanyanya.

Liani mengenal cowok itu. ia termasuk salah satu cowok STM yang suka menggodanya yang tampangnya paling jelek itu. oleh karena itu ia tidak menghiraukan cowok itu.

“Mau aku antar pulang ga?”

Liani tidak menghiraukan cowok itu.

“Serius nih, mau ga? Mending aku antar pulang daripada kamu berdiri disini kehujanan kayak gini.”

“Nggak usah deh. aku bisa naik OJOL/GRAB,” katanya singkat.

“Hujan-hujan gini nggak gampang dapet OJOL/GRAB lho. Lagian sebentar lagi bakalan gelap. Kalo nggak dapat OJOL/GRAB sampai malam nanti gimana?”

“Nggak mungkin. Sebentar lagi pasti ada OJOL/GRAB,” kata Liani namun dalam hati ia takut kalo apa yang dikatakan cowok itu bakalan terjadi.

“Sudahlah, tidak perlu malu-malu. Mending aku antar kamu pulang aja.. Daripada nunggu disini kehujanan, apalagi kalo sudah gelap nggak aman buat cewek sendirian”.

Kali ini Liani tak bisa menyangkal lagi, karena dalam hati ia juga mulai gelisah.

“Nih, kamu boleh pake ini supaya nggak basah,” kata cowok itu sambil melepas jas hujannya dan memberikan ke Liani. Sehingga kini cowok itu jadi langsung basah kuyup kehujanan.

Mula-mula Liani ragu, namun karena terdesak situasi dan cowok itu terus memaksa, akhirnya ia mau juga membonceng ke sepeda motor cowok itu.

Daripada menunggu sampai gelap dan diganggu orang jahat atau jalan kaki di jalan dengan pakaian basah kuyup dan mengundang perhatian semua orang, mending diantar pulang rumah oleh cowok berandalan ini, pikirnya. Kalau pun cowok itu berniat jahat, ia bisa berteriak minta tolong di jalanan, pikirnya. Dan siapa tahu kalau cowok ini memang berniat tulus.

Akhirnya ia mengenakan juga jas hujan itu untuk menutupi tubuhnya supaya ia tidak jadi perhatian orang-orang di jalanan karena baju seragam putihnya yang basah kuyup melekat di badannya. Kini melajulah sepeda motor butut itu melintasi kemacetan kota, dengan penumpangnya dua anak muda berlawanan jenis yang kontras sekali perbedaannya.

Hati cowok itu tentu gembira bisa membawa cewek cakep murid SMU favorit yang sangat kontras dengan dirinya yang hitam jelek, hanya sekolah STM serta ugal-ugalan. Sengaja ia beberapa kali mengerem mendadak supaya bisa bersentuhan dengan tubuh cewek itu.

Sesampainya di tujuan, langit telah mulai cerah dan hujan hanya turun rintik-rintik.

“oh, jadi ini rumah kamu,” kata cowok itu dalam hati mengagumi kemegahan rumah cewek ini.

“eeh, terima kasih ya,” kata Liani dengan perasaan tidak enak. ia melepas jas hujan itu dan memberikannya kepada pemiliknya.

Dirinya kini benar-benar basah kuyup karena jas hujan itu ternyata tidak waterproof. Ya karena itu adalah jas hujan murahan.

“ok, nggak masalah. omong2, sorry ya waktu itu gue ngegodain loe.”

Liani hanya diam saja karena ia merasa tidak enak masalah itu disebut-sebut oleh cowok ini.

“Tapi bukan gua yang sampe ngomong yang nggak-nggak itu, tapi teman-teman gua. Memang kadang mereka kelewatan. Beneran lho. Gua cuman yang mulai aja.”

“Ya, sudahlah nggak usah diomongin lagi,” kata Liani tidak ingin membicarakan hal itu lagi.

“oh ya, boleh tahu nama kamu? aku biasa dipanggil Dodo,” katanya sambil mengulurkan tangannya.

“Liani,” kata Liani sambil mau tak mau menyambut juga tangan Dodo.

“Sorry, aku masuk dulu ya. Terima kasih sudah diantar. Sorry banget, kamu jadi basah kuyup,” kata Liani tak mau berlama-lama.

Meski sudah diantar, tapi ia merasa risih juga terlalu lama bersama dengan cowok berandalan yang tak dikenalnya itu. apa kata tetangga kalau mereka melihatnya. Berduaan dengan cowok ini aja sudah aneh. apalagi dalam keadaan sama-sama basah kuyup seperti ini.

Kini baju seragam putihnya yang dari kain agak tipis telah menempel di tubuhnya yang putih, membuatnya nampak seperti setengah telanjang aja.

“oh, nggak apa-apa. aku sudah terbiasa koq kena hujan seperti ini. Yang penting sekarang kamu selamat sampai di rumah.”

Liani hanya diam saja. Dalam hati ia berpikir, meski tampangnya kayak berandalan gini, cowok ini ternyata cukup baik juga.

“eh, Liani, kapan-kapan aku boleh mampir kan?”

“ehm, boleh saja sih, tapi aku jarang di rumah,” kata Liani berusaha mengelak.

“Hmm, ok, tak apa-apa,” kata Dodo dengan agak kecewa.

Meski begitu, ia terkesima dengan pandangan yang ada di depan matanya itu. Rambut Liani yang basah kuyup dan wajahnya yang juga basah makin menambah kecantikannya.

Tidak hanya cantik, tapi juga sexy! Karena Liani saat itu boleh dikata seperti setengah telanjang saja. Bagian tubuh atasnya tercetak dengan jelas. untung bra-nya cukup tebal sehingga mampu menutupi payudaranya yang indah.

Namun lekuk dan tonjolan ‘body’ cewek itu nampak jelas sekali membuat Dodo bisa dengan mudah mengira-ngira besarnya ukuran payudara Liani. Sementara bra-nya berwarna biru tua nampak jelas sekali tercetak dan kontras dengan warna baju seragam dan kulitnya yang putih.

Melihat itu, tanpa dicegah lagi penis Dodo langsung menegang. Sambil berbicara, beberapa kali ekor matanya mencuri-curi pandang ke arah dada Liani.

“eh, Liani,” kata Dodo tiba-tiba.

“ada apa lagi?” tanya Liani menoleh ke belakang sambil memiringkan tubuhnya sehingga dadanya nampak lebih menonjol.

“Boleh minta no HP kamu?”

“ehmm, nomorku xxxxxxx15,” Liani mula-mula ragu, namun akhirnya ia memberikan nomornya juga kepada Dodo. Setelah itu ia langsung masuk ke dalam rumah.

Begitu masuk ke dalam rumah, ia segera masuk ke kamar mandi. Setelah sebelumnya kedinginan gara-gara kehujanan, kini ia ingin merendam seluruh tubuhnya di dalam bath tub jacuzzi yang besar dengan air hangat.

Tak lama kemudian ia asyik merendam tubuhnya yang telanjang bulat di dalam air hangat sambil merasakan semprotan air di bak jacuzzi yang mengenai beberapa bagian tubuhnya. Sambil ia membayangkan peristiwa yang barusan terjadi. itu adalah pengalaman baru baginya.

Seumur-umur ia tak pernah naik motor besar dan butut seperti itu apalagi dengan membonceng cowok tak dikenal dan kelas rendahan yang mirip berandalan. Sementara ia dari kalangan keluarga kaya dan elit. ada mixed feeling di dalam dirinya.

Di satu sisi ia merasa malu kalau sampai ketahuan orang, namun disisi lain ia merasa excited apalagi saat membayangkan reaksi papanya kalau tahu akan hal ini. Pasti papanya jadi sewot habis. Memang sejak dari kecil ia terlalu dituntut oleh orangtua maupun keluarga dekatnya untuk berprestasi dan untuk berperilaku dengan baik dan tepat. Sehingga diam-diam timbul semangat pemberontak di dalam hatinya, terutama sejak ia melewati masa puber. Namun hal itu hanya bisa dipendamnya di dalam hati.

Membayangkan reaksi papanya, ia jadi makin excited, malah ia jadi membayangkan kalau seandainya tiba-tiba pintu kamar mandinya terbuka dan cowok itu masuk ke dalam dan melihat dirinya yang telanjang bulat di dalam air. ah, gila kamu ya! Kok jadi mikir yang nggak-nggak gini, pikirnya dengan malu.

Sementara itu disaat Liani sedang asyik merendam tubuh mulusnya yang telanjang bulat di kolam air panas, pada saat yang sama, melajulah motor butut itu kembali melintasi kemacetan kota dengan pengendaranya seorang diri yang basah kuyup dan menggigil kedinginan. Memang kontras sekali perbedaan diantara keduanya.

Sejak pertemuan itu, Dodo begitu gencar mencoba menjalin hubungan lebih dekat dengan Liani. Namun ia tak mendapat tanggapan berarti. Memang ia menyadari perbedaan yang sangat kontras antara Liani dan dirinya.

Liani adalah tipe cewek kelas satu sedangkan dirinya dari kelas yang sama sekali nggak masuk hitungan. ia dari keluarga pas-pasan yang broken home. ia cuma sekolah di STM yang tak bermutu, itu pun beberapa kali ia tak naik kelas sehingga kini umurnya telah 20 tahun padahal ia masih kelas 3.

Dan tampangnya juga termasuk jelek, kulitnya coklat kehitaman karena dari sononya ditambah lagi karena seringnya terbakar matahari. Rambutnya yang keriting dibiarkan gondrong awut-awutan. Penampilannya kayak berandalan karena memang ia cowok liar dan ugal-ugalan. urusan berantem, kebut-kebutan di jalan, atau mabuk-mabukan bukanlah hal asing baginya.

Bahkan ia telah beberapa kali berhubungan intim dengan beberapa tetangganya yang kebetulan janda berumur 30-an. Mungkin janda-janda itu suka dengan dia karena merupakan daun muda yang liar dan gagah perkasa. Sementara janda-janda itu mengajarinya bermacam teknik bercinta yang membuatnya ketagihan.

Dan sekarang, sejak ia mendapat kesempatan berdekatan dengan Liani, ia jadi bernafsu terhadapnya dan berpikir keras bagaimana caranya bisa membuat Liani mau bertekuk lutut sama seperti janda-janda yang sering ditidurinya itu. Bukan perkara yang mudah. Namun ia jadi makin terobsesi untuk mendapatkan Liani.

Sementara Dodo terus menghubungi Liani, cewek itu terus berusaha menghindar.. Namun karena terus-menerus tak kenal menyerah dan lama-lama tak enak menolaknya terus-menerus, pada suatu hari akhirnya Liani memperbolehkan Dodo datang ke rumahnya.

Sore itu Dodo sengaja memakai pakaian terbaik yang dimilikinya. Karena ia telah janjian untuk datang ke rumah Liani. Sesampainya di depan pintu pagar rumah Liani, ia segera menekan bel. Ding Dong..Tak lama kemudian, pintu segera terbuka, keluarlah seorang pria setengah baya. Tentu ini bokapnya si Liani, pikir Dodo.

“Sore, oom. Saya..."

“Mau apa lagi? kan uang iuran sampah bulan ini sudah dibayar.”

(Sialan, masa gua dipikir tukang sampah, pikir Dodo!)

Memang tak heran, karena ia memakai baju hem butut dengan warna norak serta celana jins belel dan sepertinya lama nggak dicuci. Sekilas, pakaiannyanya memang mirip dengan pakaian tukang sampah yang sering datang kesitu. Dan itu adalah baju terbaik yang dimilikinya!

“oh, bukan begitu oom. Saya mau ketemu Liani.”

“Mau apa kamu ketemu Liani?” tanyanya curiga kok orang dengan tampang begini mau ketemu dengan putrinya.

“Saya temannya Liani oom. Kita sudah janji, saya mau pinjam buku catatannya..”

“Kamu bisa kenal Liani dari mana?” katanya dengan nada penuh curiga.

“anu oom, saya kenal karena sekolah saya dekat dengan sekolah Liani..”

“ooh, begitu. Hmm. Tunggu sebentar yah,” jawabnya sambil masuk ke dalam.

“Nik, di luar ada yang nyari kamu. Katanya temanmu tapi tampangnya kok kayak berandalan. Kok kamu bisa temenan sama orang kayak gitu sih?” tanya bokapnya Liani.

“oh, itu temannya teman,” kata Liani berbohong.

Tentu ia tak bisa menjelaskan kalau kenalnya karena sebelumnya pernah berboncengan naik motor dengan cowok itu.

“Tampangnya kayak berandalan gitu kok ya kamu bolehin datang ke rumah sih.”

“Hihihi, iya ya Pi. Tampangnya kayak preman. Tapi dia bukan teman dekat Nonik sih, Pi. Cuman pernah ngobrol sekali aja,” kata Liani tanpa berbohong namun juga tak menceritakan keseluruhannya.

“Lha trus, kenapa kok dibolehin datang. Dari penampilannya Papi sudah nggak suka.

“Soalnya dia maksa terus, pengin pinjam catatan Nonik. Sudah beberapa kali ditolak, tapi dia maksa terus, jadinya nggak enak dong Pi.”

“Hati-hati lho. Bisa-bisa dia suka sama kamu.”

“Ya biarin aja Pi.”

“Lho kok biarin gimana? Masa Papi biarin anak cewek Papi pacaran sama cowok kayak gitu. Jangankan pacaran, kamu temenan aja Papi sudah nggak suka.”

“orang suka masa nggak boleh Pi? Yang penting kan Nonik nggak mau sama dia.. Memang Papi kirain aku mau sama dia?” kata Liani sambil merajuk.

“Ya udah. asal kamu hati-hati aja. Lagian ingat, kamu harus hati-hati dalam berteman. Jangan bergaul dengan orang sembarangan. Nanti apa kata saudara-saudara dan teman-teman Papi, kalo mereka tahu anak Papi berteman dengan anak berandalan. Dan karena kamu anak cewek, kalo mesti bisa menjaga nama baik kamu. Jangan sampai nama kamu rusak gara-gara temenan sama orang yang nggak benar. Mengerti? “

“iih, Papi mulai deh kuliahnya,” kata Liani merajuk.

“Kamu dinasehati orang tua kok malah begitu jawabnya.”

“Soalnya Papi selalu deh, ngebedain anak cowok dan cewek.”

“Ya udah, cepat kamu temuin dia dan jangan lama-lama, kalo sudah selesai, segera suruh dia pulang.”

“oK, boss,” kata Liani dengan agak kesal karena merasa Papinya mulai membedakan perlakuan dirinya dengan saudara cowoknya.

Tak lama kemudian, muncullah pembantu yang membukakan pintu dan menyilahkan Dodo duduk di ruang tamu. Wah, enak bener nih sofanya, malah lebih empuk dibanding ranjang di rumahnya. Maklumlah, karena ia memang orang kampung yang tak pernah merasakan sofa senyaman itu.

Setelah beberapa saat, muncullah Liani. Ia memakai baju kaos berlengan warna putih tanpa krah dan celana selutut berwarna biru. Diam-diam Dodo mengamati ukuran payudara Liani yang nampak cukup menonjol di balik kaos putihnya. Serta tak lepas dari perhatiannya branya berwarna coklat tanpa tali di bahunya di balik kaosnya.

Wah, gila nih cewek. Begitu muncul langsung bikin gue ngaceng abis dah, katanya dalam hati.

Memang tak salah kalau bokapnya Liani nggak suka dengannya karena memang diam-diam ia memendam nafsu birahi terhadap putrinya yang masih polos dan perawan itu.

“eh, sori ya, nunggu agak lama,” kata Liani.

“oh, nggak apa-apa kok.”

Mereka tak sempat ngobrol lama, karena beberapa kali bokap Liani memanggilnya untuk urusan ini itu sepertinya untuk mengingatkannya untuk segera menyuruh tamunya pergi. Tak lama kemudian akhirnya ia pamit pulang sambil membawa buku catatan itu. Namun ia sempat melihat bagian atas dada Liani dari balik kausnya yang sedikit terbuka saat ia sedang duduk dan membungkuk untuk menjelaskan catatannya.

ah, lumayanlah, mampir beberapa menit bisa ngeliat gunung kembarnya, pikirnya.

Sejak saat itu, makin lama mereka jadi sering ketemuan, meski awalnya Liani selalu mencoba mengelak. Dan tentu kebanyakan ketemuannya disaat sang bokap nggak ada. Malah Liani jadi sering curhat dengannya tentang Papinya yang sibuk dengan bisnisnya dan lebih mementingkan saudara cowoknya dibanding dirinya.

Hmm, bagus, semakin dekat menuju sasaran, pikirnya.

Sebenarnya Liani juga merasa kalau Dodo belakangan ini jadi makin sering mendekatinya. Meski tahu kalau Dodo tipe cowok berandalan dan adanya perbedaan yang besar diantara mereka, namun tak disangkal ia menyukai kepribadiannya yang macho dan apa adanya walau seringkali konyol.

Sehingga dalam hal tertentu (misalnya curhat tentang Papinya atau keluarganya) ia merasa bisa ngobrol lebih terbuka dengan Dodo dibanding dengan teman dekatnya atau saudaranya. Karena terhadap mereka, ia harus menjaga citranya sebagai anak baik di keluarga. Sementara dengan Dodo ia bisa lebih bebas bicara atau bertindak semaunya. Lagipula, tidak ada yang mengenal Dodo. oleh karena itu, meskipun tahu kalau Dodo adalah dari kalangan rendahan, namun ia tetap mau berhubungan dengannya.

Kalau bokap tahu aku sering ketemu sama dia, bisa sewot dia, hihihi. pikirnya.

Membayangkan dirinya melakukan hal yang dilarang bokapnya dengan sembunyi-sembunyi membuatnya excited.

ah, biarin aja, pikir Liani, yang penting kan gua nggak ada apa-apa sama dia. Jadi sebenarnya gua nggak melanggar aturan, pikirnya.

Dan memanglah betul. Meski keduanya makin sering bertemu, namun mereka tak berpacaran. Karena Dodo memang tak pernah mengungkapkan hal itu. Baginya hal itu bukan tujuan utamanya. Yang lebih penting adalah bagaimana caranya supaya bisa membuat Liani yang polos tapi sexy itu bertekuk lutut kepadanya. Dan semakin lama ia makin percaya diri bahwa ia semakin dekat dengan mangsanya.

Naluri Dodo memanglah betul. Karena belakangan ini semakin sering Liani membayangkan kalau seandainya ia ingin melakukan hal gila-gilaan, ia akan melakukannya dengan Dodo. apalagi citranya sebagai cewek baik-baik yang kontras banget dengan Dodo yang cowok berandalan. Perbedaan yang kontras itu makin membuatnya excited.

Tapi itu hanyalah berandai-andai saja. Karena ia masih sadar akan status dirinya sebagai seorang cewek baik-baik yang harus menjaga dirinya dan nama baiknya. Meskipun kadang timbul keinginan aneh untuk melakukan sesuatu yang ekstrem yang bertolak 180 derajat dengan citranya sebagai anak baik-baik sejak dari kecil dulu. Hal itu dipendamnya dalam-dalam di dalam hatinya.

Tanpa disadarinya hal itu ibarat pegas yang tertekan semakin kuat seiring dengan waktu. Dalam keadaan normal, di permukaan kelihatan tenang-tenang saja. Namun apabila sampai terlepas dari penahannya, pegas itu akan melesat dengan kuat dan cepat tanpa ada yang mampu

menahannya.

===x0x===

Sore itu kembali Dodo datang ke rumah Liani. Liani memakai kaus kuning tanpa lengan dan celana abu-abu selutut.

“Kok nggak kedengeran suara bokap. apa dia masih di kantor?

“Nggak. Sudah sejak 4 hari lalu ia pergi ke aussie menjenguk Ko andi (kakak Liani) yang sekolah disana.”

“Wah jadi sendirian dong.”

“iya. Cuman sama si Minah doang. Nyebelin deh.”

Minah adalah pembantunya yang umurnya sekitar 50-an.

Saat itu mereka duduk bersebelahan. Diam-diam Dodo memperhatikan dada Liani.. Karena belahan kausnya agak rendah dan karena dia lebih tinggi dari Liani, jadi ia dapat melihat belahan dadanya, terutama kalau lagi menunduk. Seketika ia jadi terangsang. apalagi tercium olehnya aroma tubuh Liani yang harum.

“Ya udah, lupain aja. kan sekarang ada gue,” kata Dodo,” Terus sekarang mau ngapain?”

“Terusin aja belajarnya. Masih ada yang mau lu tanyain ga?” tanya Liani.

Memang sejak belakangan, Liani jadi lebih sering menjelaskan matematika kepada Dodo.

“oh, ya ada dong. Gua ada pertanyaan yang mau gua tanyain ke loe.”

“apa itu?”

“Kok hari ini loe tambah cakep dibanding biasanya?”

“ah, ngaco loe! Jangan ngomong sembarangan ah,” kata Liani.

Memang kadang ia suka bercanda yang aneh-aneh atau ngomong hal-hal yang nggak jelas juntrungannya dengan Dodo.

“iya bener. Gua serius nih. Belum pernah gua liat loe secakep ini,” kata Dodo dengan muka serius.

“iih, gombal dah loe. udah ah jangan ngomong kayak gini lagi,” kata Liani namun diam-diam ingin tahu apa kelanjutan yang bakal dilakukan Dodo.

“Beneran! Ngapain gua bohong. Malah loe adalah cewek paling cakep yang pernah gua temuin,” kata Dodo dengan wajah makin serius.

“Masa sih?”

“Dan nggak cuman itu, loe juga cewek paling menarik yang pernah gua tahu. Lihat nih, kulit loe halus,” kata Dodo langsung memegang tangan Liani.

Melihat Liani tak bereaksi apa-apa, ia jadi semakin berani.

“Dan muka loe juga halus,” kata Dodo sambil mengelus pipinya,

”Pasti semua cowok pada tertarik sama loe.”

“omong2, loe tahu ga apa yang ada di pikiran gua sekarang?” kata Dodo.

“iih loe ada-ada aja,” kata Liani,

“udah ah jangan kayak gini,” kata Liani lagi sambil berusaha melepaskan dirinya dari Dodo.

Namun Dodo tak menanggapi lagi ucapan Liani, malah tiba-tiba ia merengkuh Liani dan berusaha mencium bibirnya. Liani kaget dengan reaksi mendadak Dodo. Karena gerakan Dodo yang tiba-tiba dan ia tak bisa melawannya, mau tak mau ia membiarkan bibirnya diciumi Dodo.

Ia berusaha berontak, namun malah Dodo semakin bernafsu dengan ciumannya. Sampai-sampai dengan berat tubuhnya ia mendorong Liani sehingga terbaring. Lalu dengan penuh nafsu Dodo menciumi leher Liani yang putih mulus. Setelah itu kembali ia mengunci dan melumat habis bibir Liani sampai-sampai Liani dibuatnya bernapas terengah-engah.

Tiba-tiba dengan kekuatan yang tak disangka-sangka Liani mampu mendorong tubuh Dodo sehingga ia terlepas dari sergapan Dodo. Napas Liani masih terengah-engah dan ia masih setengah terbaring, ketika tiba-tiba, plakkkk, sebuah tamparan keras mendarat di pipi Dodo. Ketika Liani ingin menampar pipi Dodo yang satunya lagi..namun kali ini tangannya berhasil ditangkap Dodo.

“Jangan sembarang main tampar Non, sakit. Mending kayak gini deh,” kata Dodo yang kemudian kembali mencium bibir Liani, sepertinya ia ingin membalas tamparannya yang keras tadi.

Kali ini Liani berusaha mengelak namun karena kalah tenaga dan ia dalam posisi yang kalah (ia dalam posisi terbaring sementara Dodo duduk dan satu tangannya terpegang), lagi-lagi bibir Dodo berhasil menyentuh bibir Liani.

Liani berusaha meronta-ronta, sesekali ia berhasil melepaskan diri dari ciuman Dodo, namun ia masih dalam posisi tertindih.

Akhirnya Dodo melepaskan tangan Liani dan kini kedua tangannya memegang kedua pipinya sehingga kini kepala Liani tak bisa bergerak lagi. Lalu dengan bebasnya kini ia bisa memagut bibir Liani sepuas hatinya. Bahkan bibirnya kini melumat habis bibir gadis yang ditindihnya itu.

Mula-mula Liani berusaha memberontak, kedua tangannya memukul-mukul punggung Dodo. Namun apa daya, rupanya Dodo tak bergeming. Sepertinya pukulan-pukulan Liani malah merupakan pijitan di punggungnya.

Makin lama pukulan Liani melemah, sampai akhirnya ia menghentikan sama sekali, entah karena menyadari kalau tidak ada hasilnya atau karena ia mulai merasakan nikmatnya ciuman bibir Dodo. Sampai akhirnya tubuh Liani melemas dan pasrah saja menikmati apa yang dilakukan Dodo terhadapnya.

Merasakan bahwa Liani telah menghentikan perlawanannya, Dodo juga melepaskan kedua tangannya dari pipi Liani. Kini dengan bebasnya ia menciumi dan melumat habis seluruh bibir Liani. Sementara Liani kini ikut larut dalam irama permainan Dodo dan sesekali terdengar lenguhannya.

Setelah puas menciumi Liani, Dodo melepaskan ciumannya.

Liani mendapat kesempatan untuk duduk. Lalu ia berkata, ”Yang loe lakukan tadi benar-benar brengsek! Loe benar-benar cowok brengsek!!”

Namun tak diduga-duga, setelah selesai mengatakan itu, tiba-tiba Liani mencium bibir Dodo dan melumatnya.

Hal yang tak disangka-sangka ini tentu membuat Dodo membalas lumatan Liani. Sehingga kini keduanya dengan liar saling berciuman dan berpagutan di atas sofa yang empuk itu. Bahkan kedua lidah mereka beberapa kali saling bersentuhan. Beberapa saat setelah itu, tiba-tiba Liani melepaskan dirinya dari Dodo.

“Sebentar. Mending kita “belajar” di kamar gua aja yuk. Gua nggak mau ketahuan Minah,” kata Liani. (Sebenarnya ia tak perlu takut ketahuan Minah, karena Minah berada di dalam kamarnya terus dan sama sekali nggak tahu akan perbuatan nona majikannya itu. Malah ia tidak tahu ketika Dodo datang karena ia tertidur saat Dodo datang).

Tapi yang jelas, memang lebih nikmat untuk melakukannya di dalam kamar. apalagi ranjang Liani yang empuk dan berukuran besar. Dan lagi, bercinta dengan Liani, anak gadis orang kaya di dalam kamarnya yang mewah, tentu merupakan sensasi tambahan bagi Dodo. Tentu hati Dodo jadi berbunga-bunga mendengar kata-kata indah itu.

Setelah mereka masuk, Liani langsung mengunci kamarnya. Tentu itu adalah suatu isyarat yang tak perlu dijelaskan lagi maknanya.

Kini hanya mereka berdua saja di dalam kamar yang terkunci rapat. Tak ada yang bisa mencegah apa yang akan dilakukannya. ia benar-benar mengagumi isi kamar itu. Semuanya tertata rapi dan mewah. Sementara ranjangnya ukuran king size yang empuk. Namun, ia tak mau lama-lama menghabiskan waktu mengagumi kamar Liani, mending fokus ke penghuninya.

Kembali Dodo mencium bibir Liani. Liani kali ini tidak menolak malah ia membalas dengan ciuman yang tak kalah hangatnya. Sejenak mereka berpagutan sambil melakukan french kissing, bibir bertemu bibir, lidah bertemu lidah.

Setelah puas, lalu Dodo menciumi leher Liani sambil mengecup-ngecup. Karena terlalu bernafsu, Dodo menekan tubuh Liani sampai akhirnya ia tertidur ke atas ranjangnya. Dengan leluasa Dodo menindihnya dan terus mengecup-ngecup leher Liani bergantian kiri dan kanan. Sampai di lehernya membekas kemerahan bekas kecupan Dodo.

Setelah itu mulai tangan Dodo bergerilya meraba-raba seluruh bagian tubuh Liani, terutama paha dan dadanya. ia meraba dan meremas-remas dengan lembut kedua dadanya bergantian. Tak puas sebelum betul-betul meraba kulit tubuh Liani, tangan Dodo menuju ke pinggang, meraih sabuk yang dikenakan dan seketika melepaskannya. Segera ia membuka retsleting celana Liani dan meloloskannya sehingga nampaklah pahanya yang putih mulus dan celana dalamnya berwarna coklat muda menutupi bagian rahasianya.

Tak puas dengan itu, ia membuka kaus kuning yang dikenakan Liani. Tanpa perlawanan sama sekali, ia berhasil melakukan itu. Kini nampaklah di depannya tubuh Liani yang putih mulus yang bagian-bagian terpentingnya masih tertutup. Bra-nya juga berwarna coklat muda yang coraknya sama dengan celana dalamnya. akan tetapi ini tak berlangsung lama.

Sesaat kemudian ia membangunkan Liani dan tanpa basa basi lagi segera tangannya merengkuh punggung Liani untuk melepaskan kait bra-nya. Sekali lagi, tanpa perlawanan, ia berhasil melakukan itu dan dengan agak terburu-buru ia menjauhkan bra tersebut dari tubuh Liani, sehingga kini dengan bebasnya ia dapat melihat payudara Liani.

Hmm, sungguh indah. ukurannya 34c. Bentuknya sempurna dan kencang berdiri dengan tegaknya. Wilayah areolanya tidak terlalu besar namun putingnya menonjol. Kulit dadanya yang putih mulus kontras dengan kedua putingnya yang merah muda. Sementara Liani dengan wajahnya yang innocent menatap dengan pasrah.

Segera ia mencoba kekenyalan payudara Liani itu. Kedua tangannya merengkuh kedua payudaranya, meraba-rabanya, dan meremas-remasnya dengan lembut.

Hmm, benar-benar kenyal dan padat. Benar-benar masih segar dan muda. Tubuh gadis usia belasan tahun sungguh berbeda dengan janda berumur 30-an tahun. apalagi gadis ini bukanlah gadis biasa namun dari keluarga berada yang rajin merawat tubuhnya dari sejak kecil.

Ditambah pula belum pernah sebelumnya ia beginian dengan cewek yang sekelas Liani ataupun dengan cewek berwajah oriental dan berkulit putih seperti ini. Sungguh semuanya ini adalah sensasi yang sungguh nikmat bagi Dodo. Membuat hormon kejantanannya bereaksi dengan kuatnya dan membuatnya merasa lebih macho.

Sementara itu bagi Liani, tindakan Dodo yang meraba-raba payudaranya ini juga membuatnya terangsang. Bagaimana pun, ia adalah gadis normal yang tentunya menjadi terangsang dengan sentuhan-sentuhan erotis seperti itu dari seorang cowok. apalagi cowok macho seperti Dodo yang tak mengenal sopan santun.

"Ahh.. ssshh.."

Ia mulai mendesah-desah ketika Dodo meraba-raba dan meremas-remas payudaranya yang sungguh kencang, kenyal dan padat berisi.

Dodo segera menyambutnya dengan ciumaan di bibirnya yang juga dibalas oleh Liani. Liani jadi makin terangsang, lebih-lebih lagi ketika jari-jari Dodo bergeser-geser diatas putingnya. Karena putingnya sangat sensitif dan payudaranya adalah titik nyala seksnya.

Setelah beberapa saat Dodo melakukan ini, kini tanpa dapat dicegah vaginanya menjadi basah oleh cairan. Beberapa saat lamanya Dodo menikmati bibir dan payudara Liani. Ia juga menikmati sentuhan-sentuhan kurang ajar (tapi sungguh nikmat) dari Dodo terhadap dirinya.

Setelah itu Dodo melepaskan tangannya dan menuju ke celana dalamnya. Sekali lagi, tanpa basa basi lagi, ia menurunkan celana dalam coklat tersebut menuruni paha, lutut, kaki bagian bawah, sampai telapak kaki, dan akhirnya ia melemparkan ke lantai. Hal itu dilakukan tanpa ada perlawanan sama sekali dari Liani. Sepertinya diam-diam ia juga mengharapkan Dodo melakukan hal itu..

Seluruh baju yang semula dikenakan Liani kini nampak berserakan di lantai. Dari sabuk, baju atasan, celana luar, bra, dan juga cd-nya. Pandangan Dodo kini terfokus ke vagina Liani. Bulu-bulu kemaluannya termasuk lebat apalagi kalau diingat bahwa cewek itu masih muda, umurnya antara 19-21 tahun. Sungguh tak disangka-sangka bahwa Liani, cewek dengan tampang polos dan innocent itu ternyata mempunyai bulu kemaluan yang lebat. Vaginanya yang kemerahan nampak rapat. untuk dapat melihat vaginanya dengan lebih jelas, Dodo sengaja membuka kedua kaki Liani lebar-lebar. Nampak terlihat vaginanya yang masih tertutup rapat serta klitorisnya. Vaginanya berwarna kemerahan segar, dibawah bulu vaginanya yang lebat. Dan Liani membiarkan Dodo melihat vaginanya tanpa berusaha menutup kedua kakinya. Sepertinya kini Liani telah pasrah dan urat malunya telah putus dihadapan Dodo. ia membiarkan saja apa pun perlakuan Dodo terhadapnya. Setelah itu giliran Dodo membuka seluruh pakaiannya. Liani nampak kaget saat melihat penisnya. Karena selain ia tak pernah melihat penis cowok dewasa sebelumnya. Dan juga karena penis Dodo kini berdiri dengan tegaknya. Warnanya nampak lebih hitam dibanding kulit tubuhnya. ukurannya pun cukup besar dan nampak berurat berdiri tegak. Nampak lekukan di leher penisnya dan kepalanya yang disunat terlihat lebih besar dibanding dengan badannya. Dodo tak memberi kesempatan Liani lebih lama untuk melihat penisnya, karena ia telah terbungkus oleh nafsu birahi yang menggelora menyaksikan tubuh putih mulus Liani yang telanjang bulat. ia menindih tubuh Liani dan menciumi bibirnya. Bibirnya merasakan nikmatnya bibir Liani, dadanya yang hitam namun tegap menempel ke payudara Liani yang padat berisi dengan putingnya yang kemerahan. Sementara penisnya menempel di bulu-bulu vagina Liani yang lebat, seakan bagaikan bantal empuk yang menyangga penisnya yang menegang sangat keras itu. Dan sebagian buah pelirnya menempel ke lubang vagina Liani.

Kedua tangan Liani yang putih memeluk punggung Dodo seolah tak ingin melepaskannya.

Sejenak sepasang cowok dan cewek muda yang berbeda segalanya itu saling memagut, saling meraba dan merangsang bagian-bagian sensitif lawan jenisnya. Nampak kontras perbedaan fisik mereka. Liani yang putih halus ditindih Dodo yang hitam legam. Liani yang berambut lurus sementara Dodo berambut keriting. Liani yang cantik, Dodo yang jelek rupanya. Liani yang berwajah polos innocent, Dodo yang berwajah berandalan.

Dodo kembali bergerilya ke tubuh Liani, kali ini dengan menggunakan mulutnya. ia mulai mengecupi leher dan kedua pundak Liani. Namun yang menjadi sasaran utamanya adalah payudaranya, karena ia ingin merasakan nikmatnya rasa payudara cewek putih mulus ini.

Mula-mula dikecupinya bagian pangkal payudaranya, setelah itu bergerak makin ke atas sampai akhirnya sampai di putingnya. Kedua putingnya yang kemerahan membuat gemas dirinya. Segera dikecupinya, dikenyot-kenyot dan dijilat-jilat, awalnya lidahnya melingkar-lingkar di sekeliling putingnya, kemudian benar-benar kedua putingnya yang dijilat-jilat oleh gerakan lidah Dodo yang lincah itu sambil sesekali diselingi oleh kecupan-kecupan hangat.

Kehangatan kecupan Dodo yang menyedot-nyedot putingnya dan kelincahan lidah Dodo yang memainkan kedua putingnya, menggerak-gerakkannya kesana kemari, membuat Liani menggelinjang kegelian. Membuatnya jadi makin terangsang.

Tanpa sadar ia mengeluarkan suara mendesah-desah dengan cukup keras, “ohhh ahhh ahhh”

Desahan Liani membuat Dodo makin bernapsu memainkan payudaranya. Sementara vagina Liani jadi basah kuyup dibuatnya.

“ahhh, ahhh, emmhhh”, desah Liani sambil kedua tangannya memeluk erat tubuh Dodo dan tanpa sadar membuka kakinya lebar-lebar dan mendesak-desakkan vaginanya ke badan Dodo.

Dodo yang mengerti akan body language Liani segera memulai gerilyanya ke bawah. Mula-mula dikecupinya pahanya terutama bagian pangkalnya. Setelah itu tangannya bergerak ke tengah menuju ke antara kedua pahanya. Vaginanya diraba-raba, klitorisnya sengaja digesek-geseknya.

“ohhh, Dodo, ohhh, ohhh”

Dodo merasakan tangannya yang jadi berlendir. Dalam hati ia tersenyum gembira. Rupanya cewek ini sudah terangsang hebar sehingga tidak mempedulikan hal-hal lainnya. Namun ia tidak langsung melakukannya. Toh tinggal masalah waktu saja, pikirnya. Lalu ia menjilati vaginanya, menyedot-nyedotnya, dan memainkan lidahnya di sekitarnya. Lalu ia menjilati klitorisnya yang tentu saja membuat vagina Liani jadi makin basah kuyup. ia tidak selalu mau berbuat begini. Namun terhadap Liani yang putih bersih ini, ia sama sekali tak keberatan melakukan itu. apalagi ia punya dugaan kuat kalo Liani masih perawan. Sementara tangan Dodo tak mau ketinggalan segera merengkuh payudara Liani, meremas-remasnya dan kembali memainkan jari jemarinya ke kedua putingnya.

“ahhh, ohhh, aaahhh.”

Tubuh Liani jadi menggelinjang-gelinjang kenikmatan.

Dodo menghentikan aksinya. ia membuka kaki Liani lebar-lebar. Rupanya ia telah siap dengan hadiah utamanya. Kemudian ia memposisikan penisnya ke antara kedua paha Liani.

Sementara Liani yang sudah sangat terangsang, ia sudah tidak peduli lagi dengan apa yang akan dilakukan Dodo. ia telah pasrah total dengan apapun yang dilakukan Dodo.

Melihat gayung bersambut, segera Dodo menempelkan penisnya ke mulut vagina Liani. Dan kemudian mendorong dirinya ke depan, memasukkan penisnya ke dalam vagina Liani. uggh, sempitnya.

Namun dengan dorongan yang kedua yang lebih kuat sebagian kepala penisnya berhasil masuk ke dalam. Dorong sekali lagi, kini seluruh kepala penisnya amblas ke dalam vagina Liani. Dan,

Bleessh.

Sekali dorong lagi memasukkan seluruh penisnya ke dalam vagina Liani.

Setelah berhasil memerawani Liani, lalu, cleeb, cleeeb, cleeeb, dengan gaya missionaris segera ia memaju mundurkan penisnya, mengocoknya di dalam vagina Liani, merasakan jepitan vagina Liani yang sempit.

Tubuh Liani yang putih mulus ditindih dan dikocok-kocok memeknya oleh Dodo yang hitam dan kasar, sementara kedua tangan Liani yang putih memeluk punggung Dodo yang hitam. Payudaranya bergerak berputar-putar akibat kocokan kontol Dodo di memeknya.

Dodo merasa gemas juga untuk meremas-remas toketnya.

Liani jadi meracau tak karuan ia sudah lupa segalanya. Sungguh ia menikmati penis Dodo yang menembus keperawanannya dan mengocok vaginanya. Dan, inilah kelakuan cewek yang terkenal “alim” itu yang masih kelas 2 SMU!! Setelah petting yang dilakukan sebelumnya, rupanya tak perlu waktu lama lagi buat Dodo untuk membuat Liani orgasme. Tubuh Liani jadi menggelinjang-gelinjang.

Sementara Dodo mengocoknya terus beberapa saat dengan irama yang tetap. Tubuh Liani berguncang-guncang. Payudaranya jadi bergerak berputar-putar mengikuti arah maju mundur hunusan penisnya. Sampai akhirnya tanpa dapat dicegah lagi,

“ohhhh, yesss, ahhh, Dodooo, ahhh”

Serr.. Serr.. Liani mencapai orgasmenya.

Sementara Dodo tetap terus mengocok penisnya, membiarkan Liani menikmati turunnya ritme setelah puncak orgasmenya sambil ia merasakan nikmatnya jepitan liang vagina Liani yang sempit.

Setelah Liani mulai tenang, segera Dodo menghentikannya dan menarik penisnya keluar. ia masih belum selesai dan belum cukup puas menikmati Liani yang baru saja diperawaninya dan dibuatnya orgasme itu. ia melihat adanya sedikit darah dari vagina Liani. Sungguh bangga hatinya karena berhasil menikmati keperawanan gadis cantik dengan tampang innocent itu.

Setelah itu kembali ia “menghajar” tubuh mulus Liani dengan menyetubuhinya ala doggy style. Penisnya yang gagah menembus maju mundur liang vagina Liani. Membuat seluruh tubuh Liani terguncang keras dan payudaranya bergerak-gerak dengan lebih hebat lagi. Kini malah seluruh ranjang jadi ikut bergoyang-goyang.

“ahhh, ahhh, ahhh,” Liani mendesah-desah.

Lalu berganti posisi, ditelentangkan Liani di atas ranjang dan diangkatnya kedua kakinya ditaruh di pundaknya sendiri. Kemudian dimasukkan penisnya ke vagina Liani dan dikocok-kocoknya di dalamnya. Dodo ingin Liani memainkan penisnya. Digunakan tangan Liani yang mungil meraih batang penisnya Dodo, mulai dari buah zakarnya sampai ke ujung kepala penisnya.

Rupanya cewek ini walaupun pemula namun cukup “berbakat” untuk hal kayak ginian. Terbukti tak lama kemudian jari-jemarinya bergerak sendiri dengan cekatan mengelus-elus dan memijit-mijit seluruh bagian penis Dodo. Sepertinya ia sangat menyayangi penis Dodo yang hitam besar yang sebelumnya telah memberikan kepuasan tiada tara kepadanya.

Jari-jarinya yang halus dan mungil kini bergerak-gerak disekelilin leher penis Dodo, dilanjutkan dengan ibu jari dan telunjuknya yang meraba-raba kepala penis Dodo yang membesar dan tak disunat itu. Kemudian ia mengocok-ngocok dengan tangannya, meremas-remasnya, sampai-sampai membuat Dodo menahan supaya tidak keluar.

Merasa tak puas dengan itu, Dodo ingin Liani, yang beberapa saat sebelumnya masih perawan itu, untuk meng-oral penisnya. Namun sebelum itu, dijepitnya penisnya diantara payudara Liani. Digosok-gosok penisnya di tengah-tengah dada kenyal Liani. Digerakkan maju mundur di antara dua bukit itu. Setelah itu, didekatkannya penisnya yang basah ke dekat mulut Liani.

Mula-mula Liani menolaknya. Namun Dodo tetap menyuruhnya untuk “mencobanya”,

“anggap aja seperti jamur” katanya sambil mengelus-elus rambut Liani.

Akhirnya Liani mau juga mengulum “jamur yang hitam besar itu”.

Dan rupanya, ia tak perlu terlalu lama diajari urusan kayak gini. Membuat Dodo merasakan kenikmatan luar biasa saat penisnya dikulum di dalam mulut gadis berwajah oriental itu. Lidahnya di dalam mulut dengan lincahnya bermain-main di sekitar leher penis Dodo. Tampangnya yang innocent dengan polosnya menatap Dodo, sementara mulutnya sedang asyik mengulum penis Dodo yang sebelumnya telah menembus vaginanya untuk pertama kali dan memberikan orgasme kepadanya.

Sementara kedua tangan Dodo tak mau menganggur, segera meremas-remas buah dada Liani. Sehingga keduanya saling merangsang satu sama lain.

Wajah Liani yang innocent dengan polosnya menatap Dodo ketika mulut dan lidahnya sibuk memainkan penisnya. Sungguh kontras sekali pemandangan itu! Sehingga menggemaskan hati Dodo. Sampai akhirnya ia tak bisa menahan lebih lama lagi. Dengan memberi isyarat kepada Liani untuk mengocok penisnya dengan tangannya di luar mulutnya, akhirnya tak lama kemudian:

“Crot, croot, croot..”

Dengan perasaan penuh kepuasan, muncratlah sperma Dodo dalam jumlah yang banyak. Sebagian besar mengenai wajah Liani, sebagian lagi ke rambutnya yang dicat kepirangan. Sehingga wajah Liani kini jadi belepotan dibuatnya.

Namun Liani dengan patuh terus mengocok penis Dodo sampai seluruh spermanya habis keluar. Sebagian spermanya mengalir ke bawah membasahi leher dan dada Liani.

Sesaat setelah “pertempuran” itu, mereka berdua nampak berbaring dengan napas masih terengah-engah. Hati Dodo penuh rasa puas karena akhirnya berhasil memerawani Liani di dalam kamar tidurnya sendiri. Sementara Liani, meskipun tak menduga kalau bakal sampai terjadi sejauh ini, namun tak dapat disangkalnya bahwa malam itu ia mendapatkan kepuasan luar biasa dari Dodo.

Pada saat itu Dodo sedang membelai-belai rambut Liani dan tangan yang satunya meraba-rabai payudara Liani. Tiba-tiba HP Liani berbunyi. Karena masih rada kecapean, awalnya Liani enggan mengangkatnya. Namun karena HP-nya berbunyi terus menerus, dengan terpaksa ia mengangkatnya.

“Halo.”

“Halo Nik, ini Papi. Papi pulang hari ini. Sekarang lagi mampir beli bihun goreng di restoran XXX (restoran di deket rumah mereka), kamu mau nitip apa?”

“Lho! Kok Papi sudah pulang? Bukannya harusnya pulangnya hari Minggu?”

“iya soalnya tadi pagi customer Papi telpon, meeting-nya diubah besok. eh, kok napas kamu ngos-ngosan sih Nik?”

“i-iya Pi, lagi asyik treadmill nih, trus Papi telpon.”

“ooh, makanya tadi nggak diangkat-angkat. Kirain lagi mandi tadi. Gimana, mau nitip makanan nggak?”

“ehhm, boleh deh. Kwetiauw goreng deh Pi. Pake telor ya.”

“OK deh. Papi beliin. Bentar lagi juga nyampe rumah kok.”

“OK deh Pi. Byee.”

“Bye.”

“Wah, gawat. Papi sudah mau nyampe rumah. Yuk, kita mesti buruan beres-beres,” kata Liani sambil buru-buru mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai dan wajah serta dadanya masih dibasahi sperma Dodo.

“Tunggu dulu. Kita mesti bicara dulu. Sorry ya atas perbuatan gua tadi. Gua bener-bener lupa daratan.”

“ah, udahlah. Sudah kejadian kok, mau diapain lagi.”

“Loe nggak marah sama gua?”

“Kenapa mesti marah? Lagian..lagian, gua tadi juga mau kok,” kata Liani sambil mukanya memerah.

“Jadi kalo gitu, ntar kapan-kapan mau lagi donk?”

“Iiih, elu malah ngelunjak ya,” kata Liani yang mukanya makin memerah.

“eh, gua nggak nyangka lu bisa jadi cewek brengsek juga,” kata Dodo menirukan kata-kata Liani sebelumnya.

“idiih, elu deh,” kata Liani sambil memerah mukanya, “ini semua gara-gara loe, tahu.” “awas, lu jangan bilang siapa-siapa ya.”

“Siip deh, asal jangan lupa “iuran hariannya” aja.”

“Iiih, elu dech.., kata Liani kehilangan kata-kata.

Namun tiba-tiba Liani tersadar kembali.

“eh, yuk kita mesti cepat-cepat beres-beres dan keluar. entar keburu Papi datang. Kalo ketahuan Papi bisa gawat deh,” kata Liani sambil mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai satu persatu.

“Loe kalo mau bersihin muka buruan deh. ayo cepat, kita mesti ke luar sebelum Papi datang,” kata Liani lagi.

“oK.” Kata Dodo mengiyakan.

Ia juga tak mau tertimpa masalah kalau sampai bokap cewek yang baru diperawaninya itu tahu apa yang barusan dilakukan terhadap anak gadisnya. Bisa berabe ntar gue, pikirnya. ia lalu membersihkan dirinya dan buru-buru mengenakan pakaiannya sambil matanya tak lepas memandangi Liani yang buru-buru mengenakan pakaiannya lagi. Sepertinya matanya ingin menikmati keindahan tubuh Liani sampai saat-saat terakhir.


===x0x===


Tak lama kemudian, kedua remaja itu telah keluar dari kamar dan Liani menyuruh Dodo duduk di ruang tamu sementara dia akan mandi dulu supaya tampangnya kembali segar.

“Bi Minaaah!”

Tak ada jawaban.

“Bi Minaaah!”

tak ada jawaban.

“Bi Minaaaaah!”

“iya, iya Non. ada apa?”

“Lama bener sih. Lagi tidur ya? Bi, ada tamu datang. Tolong suguhkan minuman. aku mau di kamar dan mandi dulu.”

“Baik Non.”

Nah, ini adalah strategi Liani. Mulanya ia ingin menyuruh Dodo langsung pulang, sebelum Papinya datang. Namun hal itu dibatalkannya, karena ia tidak tahu kapan saat Papinya datang. apalagi rumah makan yang didatanginya sudah dekat dengan rumahnya. Kalau sampai berpapasan dengan Dodo yang meninggalkan rumah itu, tentu akan menimbulkan kecurigaan. Kemana lagi Dodo di daerah situ kalau nggak mampir ke rumahnya. Sejak kapan Dodo datang? Padahal sebelumnya ia bilang sedang treadmill. Lebih baik diatur seolah-olah ketika ia sedang treadmill, Dodo datang.

Sementara Dodo menunggu di ruang tamu, ia mandi dulu sehabis threadmill. Habis itu baru ia menemui Dodo. Pada saat itu, sudah tidak menjadi masalah lagi apakah Papinya sudah datang ataupun belum. apalagi sekarang dia ada “saksi” Bi Minah yang menyuguhkan minuman kepada tamu yang “baru datang.” inilah akal bulus Liani. Tak salah kalau ia termasuk salah satu siswi cerdas di sekolahnya. Karena memang otaknya encer dan banyak akal bulusnya.

Dan ternyata, persis seperti perkiraan Liani, tak lama setelah Liani masuk ke kamar mandi, Papinya datang. Mula-mula ia heran melihat motor butut di halaman depan, namun Bi Minah menerangkan kalau itu motor teman Liani yang baru datang. Sementara Liani sekarang sedang mandi saat ia menyuguhkan minuman buat tamunya yang baru datang. ia sebenarnya kurang senang melihat Dodo, namun tetap menyapanya sebagai basa-basi.

“ooh, baru datang ya? ayo silakan diminum dulu.”

“Makasih oom. oom baru datang juga ya?”

“Saya baru sampai dari australia. Kamu sudah makan?”

“Belum oom.”

“Kamu tunggu disini dulu ya. Liani masih sibuk di dalam. Tapi dia sudah tahu kok kalo kamu datang. Nanti kalau urusannya sudah selesai, dia pasti keluar nemuin kamu. Sorry ya, oom sudah lapar, mau makan dulu.”

Dalam hati Papinya Liani, ia membatin, ”Rasain lu, ngapain malam-malam kesini. Sekarang siap-siap aja nunggu lama disini. Belum tahu kalo Liani itu mandinya lama banget. Biar kapok lu supaya jangan kesini lagi.”

“oh, silakan oom. Nggak apa-apa saya tunggu disini. Lama juga nggak masalah..”

Dalam hati Dodo membatin, ”Lagi sibuk apaan sih? Hehehe, pasti lagi sibuk bersihin mukanya yang barusan gua semprot ama peju”.

Tak lama kemudian, keluarlah Liani dengan wajahnya yang innocent dengan senyum manisnya. Rupanya ia barusan mandi dan keramas. ia memakai t-shirt berkerah warna biru tua dengan rok bawahan warna putih.

“eh, Papi udah datang.”

“iya. Makanannya ada di meja tuh. oh ya, ada temanmu tuh di depan. udah lama nunggunya.

“Sorry ya, lama nunggunya.”

“oh, nggak apa-apa kok,” kata Dodo sambil mengedipkan matanya.

Melihat Liani dengan wajah segar dan baju baru dengan dadanya yang menonjol membuatnya jadi ngaceng kembali. Namun kini ia boleh berbangga diri karena barusan ia telah menjadi saksi hidup betapa indahnya payudara yang menonjol di balik t-shirt birunya. Dan betapa nikmatnya bercinta dengan cewek cakep dan sexy yang ada di depannya ini.

“Nik, kamu mau makan jam berapa? Teman kamu apa mau dibeliin makanan juga?”

Dodo membatin, ”Sialan, mau ngusir secara halus, pake basa-basa segala. Kalo memang mau beliin makanan kenapa ga dari tadi-tadi? Tapi sialan, kenapa sih loe pulang cepat? Kalau nggak kan gua bisa dapet ronde kedua.”

“Makasih deh. Nggak usah repot-repot oom. Saya sudah mau pulang. Badan saya agak cape, soalnya dari tadi “naik turun bukit dan menerobos gang sempit”.”

“Soalnya rumah kamu jauh ya dan masuk gang pula. untung saja motor kamu nggak mogok.”

“oh kalo itu pasti nggak deh oom. Soalnya gitu-gitu “motor” saya kuat lho oom.”

Batin Dodo, ”Sekarang loe kaga ngerti kan apa yang gue maksud. Hehehehe. Kalo pengin tau, tanya tuh sama anak cewek loe. Dia barusan udah ngerasaain kuatnya “motor” gue.”

“Biiik, tolong bukain pintu. Tamunya Nonik sudah mau pulang.”

Batinnya,” akhirnya pulang juga loe.”

“Permisi oom, saya pulang dulu.”

“Liani, yuk gua pulang dulu. Thank you banget ya”, katanya sambil mengedipkan matanya.

Tak lama kemudian melajulah Dodo dengan motor bututnya di jalan, dengan naik turun bukit dan menerobos gang sempit. Kali ini dalam arti sebenarnya. Sementara itu Liani dan Papinya asyik menikmati makanannya. Kembali Papinya menguliahinya supaya tidak bergaul apalagi sampai pacaran dengan Dodo.

“Malam-malam kesini. Papi yakin dia ada maunya sama kamu, Nik. Jangan sampai anak Papi pacaran sama berandalan kayak gitu.”

Dalam hati Liani membatin, “ah, sudahlah, jangan banyak kasih petuah. Memangnya aku nggak tahu kalo Papi punya simpanan di luar.”

Namun ia tidak mengungkapkan hal itu. ia cuma berkata, ”iya, iya, Pi.. Nonik sudah tahu. Papi nggak usah kuatir, nonik nggak bakalan mau pacaran sama dia.”

Lalu Papinya melanjutkan lagi, ”iya, Papi juga tahu itu. Tapi bagaimana pun, kamu mesti hati-hati lho, Nik. Kadang orang bisa berbuat nekat. Dan kalau sampai ada apa-apa, yang rugi juga kamu sendiri. Soalnya kamu kan cewek. Mending jangan temenan atau ketemu sama anak itu lagi. Mengerti?”

“Yah, kalo itu sih udah telat, Pi. Tapi aku nggak merasa rugi kok,” kata Liani di dalam hati.


---x-x-x---


Keesokan paginya..

Pagi itu seperti biasanya, dengan wajah ceria Liani turun dari mobil dan masuk ke kompleks sekolahnya. Seperti biasa, beberapa murid cowok yang melihatnya segera menyapanya, yang tidak berani menegurnya hanya mencuri-curi pandang ke arahnya. Semuanya tertarik oleh daya tarik cewek yang berwajah cakep innocent itu.

Namun ia tak bisa berlama-lama berbincang-bincang, karena ia harus mengebut meneyelesaikan PR matematika yang harus diserahkan hari itu. Beruntung baginya, matematika adalah jam pelajaran yang terakhir. Sehingga ia bisa mengerjakannya pagi itu sebelum kelas dimulai dan juga waktu jam istirahat.

Seharusnya ia mengerjakan semuanya kemarin. Namun saat ia sedang mengerjakannya setengah jalan, tiba-tiba Dodo muncul yang setelah itu membuatnya “sibuk dengan hal yang lain”. Setelah semuanya itu berakhir dan Papinya mendadak pulang, ia jadi nggak konsen lagi buat mengerjakan PR.

Hari itu tidak ada seorang pun di sekolahnya yang mengetahui adanya perbedaan di dalam diri Liani dibanding hari sebelumnya, yaitu bahwa ia sudah bukan perawan lagi. Tidak ada seorang pun yang mengira hal itu, bahkan di dalam fantasi mereka yang paling liar sekalipun. Bagi mereka, Liani adalah gadis yang cakep, innocent, cerdas, bla-bla-bla..

Hanya Liani sendiri dan Dodo – cowok yang memerawani dirinya – lah yang tahu, bahwa usia 19 tahun bagi Liani adalah usia dimana ia kehilangan keperawanannya. Buat Liani, nineteen is the age of innocence, ehmm..or maybe not, depending on who you ask


===x0x===


Resepsi peresmian perusahaan itu berlangsung meriah. Banyak karangan bunga dipajang di sana yang dikirim oleh orang-orang penting. Semua tamu berpakaian rapi dan necis. Selain kerabat-kerabat, turut diundang pula sejumlah rekan bisnis, staf-staf penting, pejabat pemerintah setempat, dan tamu-tamu penting lainnya. Bahkan ada pula beberapa orang wartawan yang datang meliput.

Kini tiba saatnya acara simbolis peresmian itu yaitu pemotongan pita. Saat itu seluruh pandangan mata tertuju ke arah seorang pria setengah baya yang tampan, rapi dan sukses yang sedang berbicara. Ia adalah pemilik perusahaan tersebut.

Dengan wajah ceria ia berkata, ”Sekali lagi saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas kehadiran bapak-bapak dan ibu-ibu disini. Untuk pemotongan pita ini, saya akan diwakili oleh putri saya yang cantik, yaitu Liani!”

Di tengah-tengah tepuk tangan orang-orang itu, majulah seorang gadis muda dan cantik ke depan. Ia mengenakan gaun pesta warna merah jambu yang sungguh pas di tubuhnya. Dengan senyum mengembang di wajahnya, tangannya yang mungil menggerakkan gunting itu untuk memotong pita tersebut. Para juru foto tak melewatkan kesempatan itu untuk melakukan aksinya.

Sekali lagi, terdengar tepuk tangan yang meriah dari para hadirin. Entah apa yang ada di benak para juru foto itu saat mereka sibuk memotret. Apakah mereka memotret melulu untuk upacara pemotongan pita itu, ataukah juga karena kecantikan gadis muda itu.

Ya, gadis itu adalah Liani. Ia menghadiri upacara pembukaan anak perusahaan milik Papinya. Penampilannya sangat menarik dengan gaun pesta merah jambu tanpa lengan itu.

Selain karena wajahnya yang cakep dari sononya, apalagi dengan make up dan dandanannya malam itu, membuatnya tak kalah cantik dan menarik dibanding bintang film Hongkong. Juga kulitnya putih bersih. Usianya masih muda sekali,17 tahun lewat hampir 18 tahun, dan ia masih kelas 2 SMU. Bodi tubuhnya juga menarik kalau tak boleh dikatakan menggiurkan (terutama untuk para mupengers).

Apalagi gaun pesta mahal dengan kualitas kain sangat bagus yang dikenakannya begitu pas menempel di tubuhnya. Nampak terlihat lekuk liku body curve yang nyaris sempurna di balik gaun mahal yang dikenakannya. Pinggangnya ramping, pinggulnya menonjol. Dadanya juga nampak menonjol dan berisi. Sementara potongan gaunnya berleher agak rendah yang memperlihatkan sebagian kecil belahan payudaranya. Membuat penasaran para lelaki yang ingin melihat lebih banyak lagi.

Upacara peresmian malam itu berlangsung dengan sukses. Sementara kehadiran Liani malam itu berhasil mencuri perhatian banyak orang. Banyak yang mengaguminya, karena kecantikannya, penampilannya, kepercayaan dirinya, maupun juga prestasinya di sekolah, dan lain-lainnya. Banyak orang yang tahu bahwa ia adalah siswi berprestasi di sekolah favorit di kota itu. Banyak pula orang tua yang diam-diam iri karena anaknya kalah segalanya dari Liani.

Ada pula beberapa rekan bisnis Papinya yang ingin menjodohkan anaknya dengan Liani. Dan banyak pula cowok-cowok muda yang tertarik kepadanya. Namun juga diam-diam banyak lelaki – muda maupun tua – yang berpikiran kotor. Yah, namanya juga cowok. Dimana pun dan siapa pun sama saja kalo ngeliat cewek muda, cantik, dan sexy. Tapi tentu semua pikiran itu hanya disimpan di dalam hati masing-masing.


---x-x-x---


Keesokan harinya..

Liani sedang asyik menonton tv dengan masih memakai seragam SMU putih abu-abunya. Memang ia baru pulang dari sekolahnya.

Begitu selesai makan siang, ia langsung duduk di sofa sambil menonton tv. Wajahnya tampak segar. Mungkin karena hari itu jam pelajaran sekolah cuma 3 jam. Oleh karena paginya ada rapat yang melibatkan semua guru, maka jadwal sekolah dimulai lebih siang dari biasanya.

Liani, semenjak diperawani oleh Dodo waktu itu, telah beberapa kali melakukan hal yang sama lagi. Meski sadar bahwa itu adalah perbuatan terlarang, namun tetap saja dilakukannya karena ia juga menikmatinya. Apalagi melakukannya sambil sembunyi-sembunyi sehinga menambah ketegangan dan sebagai tambahan bumbu kenikmatan.

Kini ia jadi semakin mahir dalam hal gituan, mungkin karena memang pada dasarnya “punya bakat tinggi” dalam hal ini ditambah lagi Dodo yang memang lebih berpengalaman mengajaknya melakukan berbagai macam variasi.

Selain Dodo dan Liani sendiri, tidak ada orang lain yang tahu akan hal ini. Karena, ini hebatnya Liani, ia tetap saja masih bisa mempertahankan prestasinya di sekolah (malah ranking-nya tambah naik). Sehingga tak ada orang yang menyangka atau merasakan adanya perubahan dalam diri Liani.

Sementara Dodo sendiri juga bisa menjaga rahasia. Mungkin bagi dia yang lebih penting adalah asalkan Liani mau melayaninya kapan pun ia mau. Untuk mencegah supaya tidak hamil, diam-diam Liani menyimpan pil anti hamil yang mujarab. Ia berhasil mendapatkan informasi tentang itu dengan memancing salah satu tantenya yang telah menikah. Tanpa curiga sama sekali, tantenya itu berhasil dipancingnya untuk memberitahu dan menjelaskannya secara lengkap dan detail.

Saat itu tiba-tiba ada WA masuk dari Dodo yang bilang kalo sebentar lagi ia sampai kesana. Liani langsung kaget karena saat itu Papinya lagi di rumah.. (Papinya punya kantor sendiri untuk usaha bisnisnya. Namun selain itu, ada satu kamar di rumah itu yang khusus dipakai sebagai kantor kerjanya. Letaknya di bagian belakang rumah. Sebagai gambaran, memang rumah Liani ini cukup besar dan luas serta mempunyai beberapa kamar). Sehingga kadang Papinya kerja di rumah seperti hari ini. Karena takut ketahuan, ia langsung menelpon Dodo memberitahu agar jangan datang saat itu.

Namun rupanya Dodo tak menggubrisnya karena tak lama kemudian ada WA masuk dari Dodo yang isinya,

”Gua udah di depan pintu rumah loe!”

Awalnya Liani berniat menyuruhnya pergi. Namun dipikirnya lagi, biasanya Papinya kalo lagi kerja gitu bisa sampe sore di dalam ruangnya.

Saat itu Dodo tidak membawa motornya. Ia naik kendaraan umum. Tanpa sepengetahuan siapa pun, diajaknya Dodo masuk ke dalam dan mereka duduk di sofa di ruang tamu depan (yang jaraknya agak jauh dari ruang kerja Papinya).

Begitu melihat Liani yang masih memakai seragam dengan rapi, seketika Dodo langsung terangsang. Terbayang-bayang tubuhnya yang putih mulus dan sexy yang sudah pernah ia rasakan sebelumnya namun makin lama makin membuatnya ketagihan itu. Apalagi dengan memakai seragam SMU gini, Liani makin kelihatan seperti cewek baik-baik dan innocent. Tentu enak sekali rasanya kalau bisa menikmati cewek kayak gini. Membuat Dodo makin gemas dibuatnya.

Begitu duduk berdua di sofa, Dodo segera memulai aksinya. Tangannya langsung menggerayangi tubuh Liani. Diraba-rabanya dada Liani dan disusupkannya tangannya di dalam rok abu-abunya. Lalu sejenak mereka berciuman bibir. Kemudian kedua tangannya mulai melucuti pakaian gadis itu.

Tak perlu waktu lama, pakaian seragam Liani yang sebelumnya rapi jadi amburadul. Baju seragam dan branya masih menempel di tubuhnya, tapi sudah tak berfungsi sebagaimana mestinya. seluruh kancing bajunya telah terlepas dan baju seragamnya terbuka lebar.

Bra warna hijau muda yang harusnya berfungsi menutupi payudara gadis putih mulus itu malah telah terbuka kaitan depannya. Sehingga kini dadanya yang putih dan padat berisi terbuka telanjang di depan mata Dodo. Kedua putingnya yang kemerahan nampak menonjol dan menggairahkan.

Rok abu-abunya tersingkap keatas. Nampak pahanya yang putih mulus. Hanya celana dalamnya saja, yang juga berwarna hijau muda, yang masih berada di posisi sebagaimana mestinya. Namun itu pun tak lama. Karena sesaat kemudian, Dodo meloloskan celana dalam itu dari tubuh cewek itu.

Kini Liani dalam posisi duduk dengan sebagian besar pakaiannya masih menempel di ubuhnya, akan tetapi sudah tak berfungsi menutupi bagian-bagian tubuh seorang gadis yang seharusnya tidak diperlihatkan kepada cowok, apalagi cowok kelas rendahan seperti Dodo gini.

Nampak jelas bulu-bulu vaginanya yang lebat dan hitam, kontras banget dengan kulit tubuhnya yang putih.

Tak heran kalau Dodo jadi bernapsu melihat Liani dalam keadaan seperti itu. Segera diciuminya cewek putih itu dengan penuh napsu. Kedua tangannya yang hitam merengkuh dan meraba-raba payudaranya yang terbuka bebas.

Ketika ia sedang asyik meraba-raba payudara Liani dan memilin-milin kedua putingnya yang kemerahan itu dengan kedua jari telunjuknya, tiba-tiba:

“Lianiii!,” terdengar suara Papinya memanggilnya.

Bagi Liani, suara itu bagaikan guntur yang menggelegar.

“Kamu dimana?” tanya Papinya dari kejauhan.

“Anu, Liani di sofa ruang tamu depan, Pi,” kata Liani agak lega karena dari jarak suaranya ternyata Papinya masih di dekat ruang kerjanya (sehingga masih jauh dari dirinya).

“Ngapain kamu disana?”

“Eh, anu, aku lagi tiduran disini,” katanya agak gelagapan karena pada saat itu payudaranya yang telanjang berada dalam genggaman Dodo dan diremas-remasnya.

“Memang kenapa Pi?”

“Kamu mau sup jamur nggak? Papi mau nyuruh Bi Minah untuk manasin.”

“Nggak deh Pi. A-aku masih kenyang koq.”

“Beneran kamu nggak mau?”

“Beneran Pi. Nanti kalo aku mau, aku langsung kesana deh. Sekarang Papi terusin aja kerjanya,” kata Liani sementara payudaranya masih terus diremas-remas Dodo.

“OK deh kalo gitu,” katanya sambil masuk ke ruangannya.

Setelah Papinya masuk ke ruang kerjanya kembali, mereka berdua jadi bebas merdeka.

Kini Liani dalam posisi menungging. Dodo memasukkan kepalanya di dalam rok Liani. Didalamnya, mulutnya sedang asyik menjilati dan menghisap-hisap vagina Liani. Lidahnya menari-nari merangsang klitorisnya. Sementara kedua tangannya meraba-rabai sekujur tubuh Liani.

“Ehhmm, ehmm, ehmm,” Liani mulai mendesah-desah. Tak lama kemudian vaginanya mulai basah.

Kemudian mereka melakukannya dengan berganti posisi. Liani dalam posisi berdiri. Dodo berlutut di depannya. Kepalanya masuk di dalam rok abu-abunya. Dijilatinya bulu-bulu vagina serta vagina cewek itu dari depan. Vagina Liani dibuat basah kuyup karenanya.

“Ooh.. ohhh.. ohhh,” Liani mendesah-desah lirih.

Setelah itu gantian, giliran Liani membuka retsleting celana panjang Dodo dan dibukanya celana berikut celana dalamnya. Batang penisnya yang hitam (lebih hitam dari kulitnya) menegang keras. Kepalanya besar telah basah karena cairan pre-cum yang keluar karena terangsang sejak ia menggrepe-grepe tubuh Liani.

Dengan bersimpuh di depan Dodo yang sedang duduk, Liani mendekatkan mulutnya diantara kedua paha Dodo kemudian meng-oral penis hitam besar dan berurat milik Dodo itu. Bagaikan gadis manis yang patuh, disepongnya penis Dodo dengan konsentrasi penuh.

Kini Liani sudah lebih pandai dalam melakukan hal ini. Dikulum dan diemut-emutnya penis hitam berurat itu. Di dalam mulutnya, dimainkannya lidahnya terutama di bagian kepala dan leher penis Dodo yang nampak Seperti jamur itu.

Rambut Liani yang panjang agak keriting dan berwarna kecoklatan itu menyentuh dan menggelitik paha dan sebagian perut Dodo, membuatnya makin keasyikan. Dodo yang sedang duduk di sofa itu jadi keenakan menikmati penisnya disepong oleh Liani.

Betapa kontras dan kontradiktif pemandangan itu. Cowok yang hitam jelek dari kalangan rendahan duduk santai di sofa mahal sementara di depan kakinya duduk bersimpuh anak cewek dari keluarga kaya yang putih cakep dan sexy yang dengan asyiknya mengulum penisnya yang hitam besar dan berurat itu. Liani, anak pengusaha kaya yang malam sebelumnya tampil mempesona seluruh tamu, kini dengan sukarela dan sepenuh hati melakukan pelayanan oral sex kepada Dodo, cowok kelas rendahan! Kondisi pakaiannya pun juga amburadul.

Dan hebatnya lagi, semua itu dilakukan dibalik punggung bokapnya yang sedang berada di dalam rumah itu juga. Sungguh ini adalah peristiwa langka dan aneh!

Beberapa saat kemudian Dodo menghentikan aksi Liani. Biarpun ia sangat menikmati kejadian kontradiktif itu, namun kalau begini terus-terusan nggak lama lagi bisa keluar spermanya. Rugi kalau belum menikmati tubuh cewek putih mulus itu.

Setelah “cooling down” sejenak, segera diatur posisi tubuh Liani supaya vaginanya di atas penisnya sendiri. Supaya bisa,..

Bbleesss, masuklah penisnya yang hitam di dalam liang vagina Liani.

Berat tubuh Liani membuat penis Dodo jadi masuk seluruhnya ke dalam vagina gadis putih itu (hukum gravitasi, man!). Meski begitu, vaginanya masih sempit dan seret. Setelah itu Liani menggerakkan dirinya naik turun, membuat penis Dodo yang keras dan hangat menembusi dan mengocok-ngocok vaginanya.

Dodo menjilati dan menyedot-nyedot kedua putingnya. Ekspresi wajah Liani sungguh nampak kalau ia sangat menikmati itu. Apalagi ia juga mendesah-desah dengan erotis meski harus dengan menahan suaranya. Pada saat itu, terdengar suara pintu kamar kerja Papinya terbuka dan Papinya berkata,

“Liani, sup jamurnya Papi taruh di meja makan. Nanti kalo kamu mau, langsung dimakan aja.”

“Ehmm, ehmm, OK deh, Pi,” kata Liani sementara ia juga lagi asyik-asyiknya merasakan nikmatnya “jamur” Dodo yang mengocok vaginanya.

“Buruan lho makannya, ntar keburu dingin nggak enak.”

“Oh, oh, OK, OK, Pi,” kata Liani agak terengah-engah sambil tetap meneruskan irama naik turun tubuhnya di atas penis Dodo.

Pada saat Liani berbicara itu, Dodo kembali menjilati dan menghisap-hisap puting payudara Liani. Matanya memandang ke wajah Liani yang mengekspresikan kenikmatan luar biasa saat ia menggoyang tubuhnya sendiri di atas penis Dodo, sambil sesekali menjawab pertanyaan Papinya.

“Oh ya, abis ini Papi mau telpon sama client, jadi kamu jangan masuk ke kamar Papi ya,” kata Papinya.

“OK, OK,” katanya sambil tubuhnya terus bergoyang-goyang dan menatap Dodo.

“Beneran lho. Papi nggak mau diskusi Papi diganggu.”

“Iya, Iya. Pi. Aku udah ngerti ga perlu diulang-ulang gitu. Udah sekarang Papi kerja aja lagi. Aku juga ga bisa konsentrasi kalo diganggu gini terus,” kata Liani mulai kesal dengan terus menggoyang tubuhnya.

“Ooh, kamu lagi belajar tho. Ya udah Papi masuk dulu. Kamu terusin aja belajarnya,” katanya sambil masuk ke dalam ruang kerjanya.

Setelah itu mereka mengubah posisi ke doggy style, dimana penis Dodo menyodok-nyodok vagina Liani dari belakang. Sementara kedua tangannya menepuk-nepuk dan meremas-remas payudara Liani yang tergantung bebas diantara baju seragamnya yang terbuka.

Setelah itu mereka berganti beberapa posisi.

Meski sempat terganggu beberapa kali, akhirnya Liani bisa mendapatkan orgasme-nya saat Dodo menyetubuhinya dalam posisi ia tiduran dan kedua kakinya ditekuk keatas (nggak tahu apa nama posisi ini). Semuanya itu dilakukan dengan baju seragamnya masih melekat di tubuhnya. Ia sengaja tidak mau melepas baju seragamnya dari tubuhnya, supaya di saat emergency (apabila Papinya datang ke tempatnya), ia bisa langsung cepat membereskan pakaiannya.

Sementara bagi Dodo, hal ini membuat diri Liani jadi semakin menggairahkan. Belum pernah sebelumnya ia menggarap cewek yang putih cakep dan sexy dengan masih memakai seragam sekolah. Sesaat setelah Liani orgasme, Dodo juga sudah ingin segera memuntahkan seluruh isi penisnya. Ia menidurkan Liani di sofa empuk itu, membuka kedua pahanya lebar-lebar, lalu ia segera akan memasukkan penisnya ke dalam vagina Liani, ketika tiba-tiba,

“Liani!”

“Ada apa lagi sih, EHHH.. Pi?” Pada saat Liani mengeluarkan suara “EHHH” itu adalah saat dimana Dodo dengan tak sabar lagi memasukkan penisnya ke dalam vagina Liani.

Liani sedang menatap Dodo yang mengocok penisnya di dalam vaginanya, ketika ia mendengar Papinya berkata,”Ada yang mau Papi omongin ke kamu. Papi kesitu bentar ya.”

“Eh! Jangan Pi. EHHH. Aku aja yang ke tempat EHHH Papi. Tunggu bentar deh Pi EHHH,” kata Liani panik mendengar Papinya akan kesana sementara itu Dodo lagi asyiknya menggoyang tubuhnya.

Liani memukul-mukul lengan Dodo, memberi isyarat supaya menghentikan aksinya, namun Dodo yang sudah hampir keluar ogah menghentikannya malah dengan cuek terus saja menggenjot dirinya.

“Nggak apa-apa Papi aja yang kesana. Cuman mau ngomong sebentar aja kok,” katanya sambil berjalan ke depan menuju ke sofa.

Liani mulai panik ketika ia mendengar langkah kaki Papinya mendekati dirinya.

“Nanti aja, Pi.” (Cleeb, cleeeb, cleeeb, sementara penis Dodo terus mengocok vaginanya)

Namun suara langkah kaki itu semakin mendekatinya..

Ah, sudah terlambat, pikirnya pasrah. Sekarang sudah tak sempat lagi beresin pakaian. Apalagi posisi dirinya yang “dikunci” oleh Dodo seperti ini.

Mati deh, gua.

Udah deh pasrah nasib aja, batin Liani dengan lemas.

Suara langkah Papinya semakin dekat aja..sementara penis Dodo masih berada di dalam vaginanya dan menggenjotnya.

Persis pada saat Papinya hendak melangkah masuk ke ruang tamu itu dan Liani sudah bisa melihat bayangan Papinya dari lantai..

Tiba-tiba,

“Kriiiinngg, Kriiinnngg,” telepon Papinya di ruang kerjanya berbunyi.

“Ah, itu pasti client Papi lagi. Sebentar ya Papi terima telpon dulu,” kata Papinya sambil setengah berlari berbalik ke ruang kerjanya.

Aduuuh, leganya, batin Liani seolah terbebas dari himpitan beban puluhan ton.

Sementara itu, Dodo terus mengocok penisnya di dalam tubuh Liani, sampai akhirnya..

Crot! Crot! Crot! muntahlah seluruh spermanya di dalam vagina Liani. Entah ikutan tegang atau exciting, ia mengeluarkan sperma dalam jumlah yang amat banyak.

Setelah mengeluarkan seluruhnya akhirnya melemaslah penis Dodo dan dikeluarkannya dari vagina Liani. Sementara itu Liani merasakan vaginanya berdenyut-denyut rasanya karena masih fresh baru dikocok oleh Dodo apalagi dikocok abis seperti itu.

Ia mendengar Papinya telah selesai bicara di telepon dan kembali berjalan menuju ke arahnya. Kali ini, tak mau ketangkap basah, buru-buru ia merapikan pakaiannya. Dikaitkannya kembali branya, dikancingkan seluruh kancing bajunya.

Sebelum Papinya sampai ke tempatnya, ia cepat-cepat mendahului keluar dari ruang tamu itu. Ia sudah tak sempat lagi memakai celana dalamnya yang saat itu tergeletak di atas meja kecil di dekat sofa (yang biasanya untuk menaruh minuman buat tamu).

Biarin aja nggak usah pake celana dalam. Kalo mesti pake celana dalam lagi, salah-salah entar ga keburu. Toh gini juga Papi nggak akan tahu kalau sekarang aku nggak pake celana dalam, pikirnya.

“Memang Papi mau ngomong apa sih ke Liani,” tanya Liani kepada Papinya yang seketika menghentikan langkahnya begitu melihat Liani muncul.

Hati Liani deg-degan dan waswas kalau-kalau Papinya tahu apa yang baru dilakukannya. Tapi ia sok pede aja. Saat itu jarak diantara keduanya kira-kira 4 meter.

“Papi ada urusan bisnis mendadak dan harus keluar kota besok pagi-pagi. Papi perlu pergi kira-kira seminggu. Karena itu Papi minta Tante Frida untuk nenemin kamu selama Papi nggak ada. Nggak baik anak cewek ditinggal lama-lama cuma dengan pembantu. Jadi nanti kamu mesti nurut sama omongan Tante Frida, ok?"

“OK, nggak masalah Pi,” kata Liani tanpa berpikir banyak.

Sementara ia sedang berbicara itu, Liani merasa vaginanya masih berdenyut-denyut mungkin akibat baru selesai dikocok habis-habisan oleh Dodo. Oleh karena sperma yang dimuntahkan di dalam vaginanya cukup banyak, ia merasakan kalau vaginanya kini “dripping” yaitu mengeluarkan sebagian sperma di dalamnya seirama dengan denyutan-denyutan yang dirasakan di vaginanya itu. Apalagi dalam posisinya yang berdiri begini dan tidak memakai celana dalam.

Liani merasakan ada lelehan sperma yang keluar dari vaginanya menetes turun ke bawah membentuk anak sungai mengalir ke bawah membasahi bagian dalam pahanya di balik rok abu-abunya, bahkan ada yang turun ke bawah sampai kakinya dan diresap oleh kaus kakinya.

Karena takut Papinya memperhatikan adanya cairan yang mengalir dari selangkangannya itu, ia merapatkan kedua kakinya sehingga sperma yang selanjutnya keluar tertahan oleh pahanya. Ia menggunakan rok seragam abu-abunya untuk meresap cairan itu. Sehingga kini rok abu-abunya menjadi basah berlendir di bagian belakangnya.

Namun rupanya Papinya tidak memperhatikan hal itu. Karena tak lama setelah itu, Papinya kembali masuk ke ruang kerjanya.

“Sialan lu! Lu bikin gua ketakutan setengah mati tadi. Udah tahu mau jalan kesini, bukannya berhenti malah sengaja diterusin,” kata Liani sewot sambil memukul tubuh Dodo dengan tangannya.

“Ya gimana ya, soalnya tanggung sih,” kata Dodo cengengesan, “Udah hampir keluar masak kok diputus di tengah jalan.”

“Untung tadi ada telpon, kalo sampe ketauan Papi gimana?,” kata Liani masih sewot.

“Ga bakalan lah. Buktinya barusan ga ketauan kan?” kata Dodo dengan enteng..

“Kacau dah lu. Lain kali jangan gitu deh.”

“Udaah, jangan marah terus. kan sekarang udah aman. Lagian tadi gimana, enak kan?” kata Dodo sambil senyum-senyum.

Liani masih cemberut, di dalam hati mengakui kalau pengalaman barusan sungguh menegangkan dan menakjubkan.

“Jangan lupa, ini dipake lagi,” kata Dodo sambil menyodorkan celana dalam hijau muda ke arah cewek itu,”Nanti kasihan tamu bokap lu jadi kaget ngeliat ada cd lu tergeletak disini,” katanya cengengesan.

“Gokil deh lu,” kata Liani sambil segera merebut celana dalam miliknya itu dari tangan cowok itu.

Tak lama kemudian Dodo meninggalkan rumah itu. Sehingga tidak ada orang lain yang tahu selain mereka berdua kalau saat itu Dodo menyusup masuk ke dalam rumah itu (dan juga menyusup masuk ke dalam vagina anak cewek penghuni rumah itu).


BERSAMBUNG...

Klik Nomor untuk lanjutannya
cerita sex yes, fuck my pussy. good dick. Big cock. Yes cum inside. lick my nipples. my tits are tingling. drink my breast. milk nipples. play with my big tits. fuck my vagina until I get pregnant. play "Adult sex games" with me. satisfy your cock in my wet vagina. Asian girl hottes gorgeus. lonte, lc ngentot live, pramugari ngentot, wikwik, selebgram open BO,cerbung,cam show, naked nude,
close