Seri 1 Petualangan Icha

cewek amoy
Icha


Hai semua, perkenalkan namaku Annisa Syifa, cuma sering dipanggil Icha. Um*rku sekarang 22 thn dan sedang kuliah di sebuah universitas negeri di Kota B. Aku memiliki perwatakn berhijab dengan tinggi 163cm dengan berat 50kg, B cup (hehe). Sebelum aku cerita tentang aku yang sekarang, aku ingin cerita mengenai pengalaman yang merubah hidupku. Semuanya dimulai pas aku muali kuliah. Aku senang sekali, pasalnya aku masuk kuliah via SNMPTN yang artinya aku tidak perlu ikut-ikut tes lagi (hehe). Menurut pemberitahuan dari pihak kampus, maba wajib tinggal di asrama pada thn pertama. Aku sih merasa beruntung soalnya tidak perlu ribet2 nyari kosan di thn pertama. Posisi asramanya ada di dalem kampus dan dibagi menjadi komplek asrama putra dan putri yang jaraknya lumayan dekat hanya dipisahkan oleh lapangan lari aja. Masing-masing komplek punya 6 gedung setinggi 4 lantai yang bentuknya seperti apartemen. Kebetulan aku kebagian di gedung nomor 5 lantai 4 kamar nomor 38 yang jendela kamarnya ngadep asrama cowo.

Aku sempet kaget pas masuk kamarnya soalnya aku baru tau ternyata kamar mandinya digabung untuk satu lantai. Terlebih lagi satu kamar isi berdua, ya sebenernya aku ga masalah punya temen sekamar, masalahnya aku punya kebiasaan tidur yang aneh. Takutnya temen sekamarku nanti ga bisa terima kebiasaanku itu. Ya kurang lebih kamar ini cukup luas untuk dua orang. Dikamar tersebut terdapat 2 tempat tidur, 2 meja belajar, dan 1 lemari besar yang bisa dipakai untuk 2 orang. Karena tidak ingin buang-buang waktu aku segera berberes barang-barang ku istilahnya nge-take tempat (hehe). Kumasukan semua pakaianku kedalam lemari mulai dari daleman2ku, kerudung, baju, celana, dan yang terakhir kotak kayu berukuran sedang.

‘Yap sekarang tempat ini seperti ada yang menghuni’ pikirku ketika selesai merapihkan kamarku tersebut.

”Assalam*alaik*m, permisi kamar 38 kan?” suara dari pintu

Sesosok perempuan berhijab dengan tas yang banyak berdiri didepan pintu kamarku

“Waalaikumsalam, iya bener” jawabku

“Wah pas kalau gitu, kenalin namaku Cindy, asalku dari Kota J aku bakal jadi temen kamar kamu hehe”

“Aku Icha, aku dari kota L salam kenal ya hehe”

“Sama-sama dari kota jauh nih hehe semoga akrab ya Cha”

“Iya Cin, kamu masuk jurusan apa?”

“aku Kelautan, kalau kamu??”

“ih sama hehe”

Itu adalah awal pertemuanku dengan sahabat baikku sampai sekarang, Cindy orang yang menjadi awal perubahan dalam hidupku.

Waktu menjunjukan pukul 7 malam, setelah berkumpul dan berkenalan dengan temen-temen satu lantai aku memutuskan istirahat di kamar. Malam ini menjadi malam pertama aku tinggal sekamar berdua dengan orang yang baru aku kenal. Secara pengelihatanku, Cindy sangat manis dan cantik, tubuhnya memiliki postur yang cukup bagus. Cuma permasalahanku bukan disitu, permasalahanku adalah aku ga biasa pake daleman atau celana di kamar. Ya mungkin karena kebiasaan di kamar sendiri jadi cuma pake kaos atau kemeja aja tanpa celana dan daleman, dan biasanya kalau tidur pasti tanpa sadar aku buka baju. Nah itu yang tadi ku bilang kebiasaan aneh kalau aku tidur, aku takutnya malah Cindy kaget pas bangun-bangun liat aku telanjang. Masih dalam kondisi melamun tiba-tiba aku kaget melihat Cindy membuka kerudung dan gamis yang dia gunakan menyisakan kaos tanpa lengan dengan panjang hingga lutut.

“Eh..” Cindy menengok kearahku yang sedang terpaku melihat dia membuka baju

“maaf kebiasaan sendiri di kamar jadi main asal buka hehe”

“ahh iya hmm gapapa, kalau dirumah emang suka pake kaya gitu?”

“hehe iya nih Cha maaf ya kalau keliatannya agak aneh buat kamu”

“gapapa kok aku juga suka kaya gitu dirumah. Aku daritadi tuh mikir mau kaya dirumah cuma takut kamu nggak suka soalnya kamu keliatannya ukhti banget hehe”

“ah nggak banget kok Cha, ini memang disuruh orang tua pake baju gini hehe”

“yaudah aku juga deh hehe” akupun melepas kerudung, celana dan dalemanku.

“wah Cha badan kamu bagus banget, dan toket kamu kenceng banget” Cindy memujiku sambil memegang kedua payudaraku

“ah.. sss pelan-pelan megangnya Cin hehe, kamu juga ga kalah seksi kok hehe nih toket kamu juga lumayan gede” kubalas memegang kedua toketnya. Saatku pegang aku merasakan kalau Cindy gapake bh. Aku pun berfikir sejak kapan dia lepas bh soalnya aku ga liat dia lepas bh sama sekali.

“Cin, kamu sejak kapan ga pake bh? Perasaan aku galiat kamu lepas bh deh” sambil tanganku asik meremas toketnya yang lumayan besar

“esshh..dari ah, rumah.. sshh Cha.. ahh jangan kenceng-kenceng remesnyahh.. aku sensitif.. di situ ah” Cindy setengah mendesah dan mukanya muali merah, dan aku juga merasakan putingnya mulai mengeras

“jadi kamu ga pake bh dari rumah? wah ternyata kamu nakal juga hehe” karena iseng dan suka liat ekspresinya aku memutuskan ngerjain dia dan tanganku mulai memainkan putingnya

“ahh.. iya shh, ahh” tangannya Cindy mulai masuk keselangkangannya dan mulai memainkan selangkangannya, dan ternyata dia tidak pake cd.

“gila, kamu ga pake cd juga?” dengan reflek aku menarik dan melepas putingnya

“ahh..!”erang Cindy dan jatuh terduduk diatas kasurnya.

Pemandangan yang kulihat selanjutnya sangat erotis, Cindy duduk dan mengang diatas kasur. Tangan kirinya memainkan memeknya dan tangan kanannya masuk kedalam bajunya dan mulai memainkan toketnya. Gerakannya makin intens ditampah dengan erangan-erangan dan desahan-desahan. Sepertinya Cindy sudah masuk dalam dunianya sendiri.

Aku mulai menyaksikan Cindy selama hampir 10 menit hingga akhirnya aku sadar putingku mulai keras dan tanganku mulai memainkannya. Akupun buru-buru membuka lemari dan mengambil barang dari kotak, barang tersebut adalah sebuah dildo berukuran 20 cm dan aku mulai memasukannya dalam mekiku. Setelah 15 menit permainan kami diganggu oleh ketukan pintu yang ternyata teman selantai kami yang ngajak kami untuk keluar keliling kampus pas malam. Aku masih merasa belum puas karena belum keluar dan aku lihat Cindy juga belum puas. Akhirnya aku keluarkan kotak kayu lagi dan sekarang ku keluarkan wireless vibrator.

“ih banyak banget isinya” sahut Cindy

“kamu belum puaskan? Gimana kalau kita lanjut sambil jalan-jalan hehehe” kataku

“maksudnya?”

“kita pake vibrator ini, yang ini lebih kecil dan bisa dipake sambil jalan tanpa harus pake cd tapi getarannya sama kuatnya hehe”

“kamu yakin?”

“yakin lah, aku udah sering pake ini, kadang-kadang pas sekolah juga ku pake hehe”

“wah kamu nakal juga ya hehe”

“ini rahasia kita berdua ya hehe” Dengan memasang senyum nakal aku memasukan egg vibrator tersebut ke masing-masing memek kami

“hmm gimana kalau kita ga usah pake baju, jadi cuma pake rok, jaket sama kerudung, bh juga ga usah” usul Cindy

“remotnya kita tinggal disini aja ya jadi gaada yang bisa matiin, gimana?”

“oke boleh hehe, sekalian taruhan gimana? Yang keluar pertama kalah hehe”

“terus taruhannya apa?”

“yang kalah harus nurutin yang menang”

“oke siapa takut haha”


==x=x==


Kami berdua mulai berjalan mengikuti teman-teman selantai kami mengelilingi kampus. Sesuai perjanjian aku dan cindy hanya menggunakan kerudung, jaket, dan rok saja. Suasana kampus pas malam lumayan menyeramkan, pasalnya sekarang pukul setengah 9 malam dan sudah sedikit kendaraan yang lewat. Kampusku juga penuh dengan pepohonan yang tinggi-tinggi dan minimnya lampus jalan jadi menambah kesan seram. Tapi itu tidak sebanding dengan rasa deg-degan yang aku rasain, berjalan malem-malem dengan vibrator bergetar kencang diselangkanganku dan disampingku ada teman-temanku.

‘aahh..aku pengen telanjang sekarang’ ya pikirku, dan tanpa sadar tanganku mulai menarik releting jaketku kebawah sedikit-dikit.

“Cha, kamu gapapa? Kok keringetan gitu?” pertanyaan mendadak itu menyadarkanku, hampir saja aku buka jaket ku hehe, nanti ketauan deh aku gapake daleman.

“gapapa kok ra hehe, kelamaan jalan jadi keringetan dikit hehe”

“kalau panas buka aja jaketnya, lagian jalan kaki lumayan jauh malah pake jaket”

“gapapa kok, serius deh hehe”

Ya aku keringetan bukan karena jalannya, tapi karena menahan nafsu dan desahan selama jalan. Aku juga sejujurnya mau telanjang sekarang mumpung tempat sepi mungkin gara-gara keseringan nonton bokep kesukaanku hehe.

“lah Cindy kenapa? Kok ngos-ngosan gitu? sakit ya?” kata salah satu temanku

“akuhh..haaah. gapapa kok..haah” aku lihat mukanya Cindy mulai memerah menahan nafsu.

Kalau orang lain lihat mungkin kaya orang sakit demam, cuma aku tahu itu juga sama seperti yang aku rasakan sekarang akibta dorongan nafsu.

“kalau sakit mah ngomong atuh, biar istirahat di kamar aja”

“emm aku bawa Cindy balik ke kamar ya, takut kenapa-apa” ujarku, sebenernya ini alasan saja soalnya aku sendiri udah gatahan dan aku mulai ada yang mengalir diantara selangkanganku. Sejujurnya kalau aku main di kamar akan lebih tahan lama dibanding seperti saat ini. Soalnya kalau main diluar aku selalu masuk kebayangan liarku, selalu ngebayangin jalan sambil telanjang lalu diperkosa oleh cowok yang melihatku. Uhhh membayangkan aku dikasarin seperti itu membuatku makin banjir. Aku sebenernya pede kalau Cindy bakal keluar lebih dulu karena dia main lebih awal daripada aku dan dia belum terbiasa dengan getaran vibratornya. Tetapi cewe ini, meski sensitif, punya daya tahan yang kuat.

Setelah mendapat persetujuan dari temen-temen kami, kami berdua memutuskan untuk jalan balik ke asrama kami. Sebelum itu, aku memutuskan untuk melewati rute yang lebih jauh karena kami berdua belum ada yang keluar jadi taruhan kami belum terselesaikan. Cindy sepertinya sadar akan hal itu dan mengikutiku saja. Kami memutuskan memasuki jalan setapak di dalam area pepohonan yang jarang dilewati mahasiswa. Selain jauh jaraknya, kalau malam penerangannya sedikit jadi terasa seram dan lagi-lagi suasana seram terkalahkan oleh nafsu kami.

“eessshh.. ahh.. gatahan ahh pengen ngedesahh.. dari tadi” erang Cindy sambil tangannya memainkan putingnya dibalik jaketnya

“ssshhh.. emm.. ah ga tahan” akupun membuka jaket dan rokku

“ahh gila Cha ahh.. kamu nekat banget”

“maaf yahh..aku udah gatahan”

“aku jugaaahh” Cindy pun ikut membuka jaket dan roknya

Sekarang dua sosok gadis telanjang hanya menggunakan kerudung memainkan puting mereka diantara pohon-pohon.

“eshh ahh Cha kalau ada yang aahh lewat gimana?”

“biarin aja ahh aku udah gakuat eshh” aku menempelkan punggung mulusku diperkukaan batang pohon yang kasar untuk menompa tubuhku yang mulai melemas

“shhh nanti kita ahh diperkosa gimana essh?”

“esss biarin ahh perkosa aku sampe puas ahh”

“Cha ahh gakuat Aaahh”

“Sama Cin sshh aahh”

Cindy pun mendekatiku dan mendorong tangan dan badanku kepohon. Kini tangan kami saling berpegangan, muka kami saling berhadap2an, dan putting kami saling menempel.

“shh Cha” kami pun berciuman panas ditengan gelapnya hutan. Lidah kami saking bergulat satu sama lain. Hingga akhirnya tubuhku mulai mengejang, aku rasa ini sudah puncaknya dan ‘sruuut’ air mengalir deras dari memek ku dan menyebar kemana mana karena terhalang oleh vibrator seketika itu juga tubuhku lemas.

“ah.. ahh.. Cin.. ahh.. keluar” aku sudah tidak punya tenaga untuk berbicara lagi

Cindy yang merasa belum puas membalikan tubuhku sehingga posisinya sekarang aku menghadap pohon dan membelakangi dia. Cindy pun melepas vibratorku dan memainkan klinoritiku dengan tangan kirinya sedangkan tangan kanannya memainkan putting kanan ku dan mulutnnya beralih mencupang leherku.

“ahh jangan Cin..ahh aku udah ga kuat”

“emm umm amm” Cindy sibuk mencupang leherku

“ahh shh Cinn aaahh “ aku mengeliat dan memohon

“aahh.. maaf cha ahh aku ga tahan ahh” jarinya maikin intens mengesek-gesek klinoritisku dan menarik-narik putingku hingga akhirnya..

“ahh aku ga kuat Cin ahh mau keluar lagi”

“ahh aku jugaa ahh” lalu sekuat tenaga Cindy mendorong tubuhku kepohon dengan tubuhnya dan..

“ahh” aku keluar untuk yang kedua kalinya sedangkan Cindy baru sekali

Rasa lemas kami harus berakhir karena aku mendengar suara orang jalan menuju keposisi kami. Aku dan Cindy serentak kaget dan mengumpulkan baju-baju kami dan langsung lari menuju arah asrama kami sambil mencoba pakai baju. Itu adalah pengalaman yang paling menakjubkan yang aku alami.

Sesampainya di kamar aku langsung menelanjangi diri dan tergeletak di kasur sedangkan Cindy duduk disamping kasurku.

“Cha kamu keluar pertama kan? Berarti kamu kalah taruhan ya”

“oiya, aku lupa kita taruhan” sial gara-gara nafsu aku lupa tentang taruah kami

“jadi kamu bakal nurutin aku ya hehehe” terlihat senyum nakal dari bibir Cindy yang memberikanku firasat buruk sekaligus degdegan

“jadi.. aku harus ngapain?”

“tunggu aja besok mumpung besok belum masuk kampus hehe, sekarang istirahat aja dulu cape kan tadi”

“yaudah aku duluan ya”

Selepas aku tidur, Cindy membuka lemari dan mengambil barang dari dalam sebuah tas bberwarna hitam dengan senyum penuh nafsu menoreh kearahku yang sedang tertidur pulas


==x=x==


Malam itu aku tertidur dengan pulas tanpa memikirkan apapun, bahkan aku tidak sadar kalau aku tidak mengenakan apa-apa ketika tidur. Alhasil paginya ketika aku bangun, aku seperti biasanya jalan ke kamar mandi untuk wudhu. Aku keluar kamar seperti biasa yang ku lakukan di rumah tanpa menyadari bahwa aku belum mengenakan apa-apa. Ya maklum aku kalau tidurnya pules biasanya ngumpulin nyawanya agak lama. Aku berjalan dengan santai menuju kamar mandi, kondisi pagi ini cukup sepi karena memang belum semua mahasiswa tinggal di asrama. Hal tersebut disebabkan waktu registrasi untuk asrama berlangsung 3 hari sehingga mahasiswi yang berasal dari daerah yang jauh datang lebih awal. Lantaiku saja baru sekitar 5 orang termasuk aku yang baru menghuni kamar-kamar dilantai tersebut. Aku baru sadar bahwa aku tidak mengenakan apa-apa setelah berwudhu.

‘gila, jadi dari tadi aku ga pake baju? Untung gaada siapa-apa’ pikirku karena selama masa registrasi satpam akan sering keliling di lantai2 terutama jam-jam larut karena kondisi yang masih sepi jadi takut ada maling yang masuk. Aku pun segera meninggalkan kamar mandi setelah melihat keadaan aman. Ketika aku keluar dari kamar mandi, di seberang kamar mandi yaitu tangga, sesosok pria berbadan tegap dengan seragam putih terlihat. Untungnya asrama ini berbentuk kotak dengan bagian kosong ditengahnya seperti huruf O dan dinding bagian dalamnya cukup sejajar dengan dada orang dewasa, jadi kalau dilihat dari ujung ke ujung aku hanya terlihat sampai pundak saja. Walaupun demikian aku tetep degdegan kalau sampai dia tau aku tidak menggunakan baju.

“pagi neng, aman-aman aja kan semalem?” kata bapak satpam tersebut

“ah iya pak, aman kok hehe”

“bagus deh kalau gitu. Saya lanjut keliling lagi ya neng”

“iya pak, makasih ya”

Sosoknya hilang dari jarak pandangku, jadi aku merasa kondisi sudah aman dan berlari menuju kamarku. Sungguh pengalaman yang membuatku degdegan (hehe). Ternyata sesampaiku di kamar, Cindy sudah bagun dan tertawa melihatku.

“hahaha, kamu pagi-pagi udah bikin ulah aja masa keluar kamar ga pake baju mana ada orang lagi haha” Cindy tertawa terbahak bahak membuatku malu

“ihh bukannya bantuin, kalau bapak satpamnya tau gimana?”

“hahaha cuma kamu kayaknya seneng deh soalnya yang dibawah udah mulai basah tuh” Cindy menunjuk selangkanganku

“aduh hehehe”

Kami pun tertawa terbahak bahak dan saling meledek satu sama lain pagi itu hingga mata hari mulai naik. Aku dan Cindy masih menggunakan mukena karena habis sholat dan karena kami males jadi kami langsung

menggunakannya tanpa menggunakan baju lagi.

“hmm kayaknya udah waktunya buat aku nerima hukuman kemarin deh hehe” kata Cibdy tiba-tiba

“hmm hukumannya apa?”

“udah sekarang kamu berdiri terus tutup mata kamu”

“hemm iya deh” aku pun menutup mataku

‘sreek’ sebuah bunyi seperti besi bergesek dan tiba-tiba tanganku sudah berada dalam keadan terkunci dibelakang badanku

“ehhh Cin ini apaan? kok tanganku diiket gini?” aku sedikit kaget dengan perbuatannya

“Cuma borgol kok, santai aja” kata Cindy dan ‘syut’ dia meloloskan bawahan mukenaku

“aaahh Cin ngapain??”

“udah nurut aja, kan yang kalah nurutin yang menang” katanya sambil mendorong badanku ke atas kasur dan membuat kakiku mengangkang

“iya tapi jangan tiba-tiba gini, kasih tau dulu mau ngapain”

“hmm liat aja nanti, sekarang ikutin aja dulu” katanya sambil mengoleskan semacam krim keatas klinoritis dan anus ku

“ahh Cin itu apaan?” kataku panik

“hehe perangsang” katanya santai sambil jalan menjauhi ku

Aku merasakan panas dibagian yang diolesi krim tersebut. Perangsang yang digunakan oleh Cindy benar-benar cepat reaksinya, aku sudah bisa merasakan mekiku mulai basah. Cindy terlihat sibut mengeluarkan 2 batang dildo karet dari sebuah tas hitam. Aku tau jenis itu, itu yang bisa ditempel didinding karena aku perlah lihat disalah satu film bokep. Cindy menempatkan dildo itu diatas kursi dan dia memanggilku. Ketika aku berdiri, mukenaku cukup untuk menutupi hingga batas lututku. Namun mukena itu berbahan cukup halus sehingga kalau diperhatikan baik-baik putingku bisa terjeplak dengan jelas dipermukaannya.

“kamu duduk sini Cha”

“maksudnya? Sshh” aku mulai merasa terangsang hebat

“iya duduk di kursi, sini aku bantu” Cindy menuntunku untuk duduk, dan perlahan-lahan aku merasakan ujung kedua dildo tersebut meyentuh mulut meki dan anusku.

“ssshh aaahh” erangku panjang ketika 2 dildo masuk perlahan

“enak ya hehehe”

“ahh hmm ahh” aku tidak bisa berkata apa-apa ketika itu, aku merasakan kenikmatan yang luar biasa, mungkin ini karena efek krim tersebut

“nah sekarang kamu tunggu sini ya, jangan banyak suara nanti ada yang dateng hehe” katanya sambil melepas bawahan mukenanya lalu pergi keluar kamar.

Sekarang aku ditinggal sendirian dikamar dalam kondisi hanya menggunakan atasan mukena, tangan terborgol dibelakang badan, dan diperkosa oleh 2 dildo di atas kursi. Aku menggerakan badanku sedikit dan “ahh” aku mendesah kenekan. Cream yang diberikan Cindy ternyata tidak hanya merangsang taoi membuatku sensitif. Aku mulai menaikan dan menurunkan bdan ku perlahan-lahan diiringi desahan-desahan kecil. Naku sangat menikmati seakan-akan memasuki duniaku sendiri ketika aku dikagetkan dengan suara Cindy dibalik pintu dan suara seorang pria. Aku langsung terduduk dengan kaki rapat karena akibat gerakan-akan tadi atasan mukenaku bergerak dari lutut sampai 10cm dibawah selangkangan.

“ini pak kamarnya, mausk aja gapapa” kata Cindy dibalik pintu

“permisi, eh si eneng yang tadi pagi” ucap peria itu yang ternyata satpam yang tadi pagi.

“sshh, iya pak hehe” jawabku menahan desahanku sedikit. Jadi ini maksud hukumannya yang dibilang Cindy

“neng gapapa? mukanya merah gitu, demam?”kata bapak Satpam itu, aku lihat sih dari nama di seragamnya tertulis nama Hari.

“gapapa pak hehe”

“kalau sakit bilang neng,nanti dianterin ke poliklinik”

“iya pak”

“pak, lampunya yang ini nih” tiba-tiba Cindy berkata

“yang ini neng? sebentar ya tak check dulu” kata Pak Hari sambil memainkan saklar. Sepertinya Cindy memanggilnya dengan alasan lampu kamar tidak bisa nyala. Sejenak Cindy melihatku dengan tatapan nakal, lalu mengemut ujung cari telunjuknya sambil berkedip kepadaku. Sungguh dengan muka semanis dan secantik itu kalau aku cowok mungkin aku sudah menyerang dia.

“sshh” desisku pelan-pelan, aku mulai membayangkan yang tidak-tidak dengan kondisiku yang sekarang. Aku membayangkan kalau Pak Hari melihatku sekarang apa yang bakal dia lakukan, mungkin dia akan menyerang ku. Menjilatin dan menciumi setiap inchi bagian badanku, memainkan putingku, memperkosa aku, dan aku hanya bisa pasrah karena tanganku terikat. Tanpa sadar ketika aku membayangkan itu kedua pahaku menjauhi satu sama lain dan aku mulai menggerakan pinggangku baju dan mundur. Aku masih menahan desahan demi desahan karena ada Pak Hari disini dan bisa berabe kalau ketahuan.

“udah neng, Cuma kendor aja lampunya” kata Pak Hari

“aduh makasih pak, maaf jadi ngerepotin” kata Cindy

“ah gapapa neng udah tugas kok, saya pamit dulu ya”

“ah iya pak, sekali lagi makasih ya”

“nengnya juga, pamit dulu ya” melihat kearahku yang duduk mengangkang dengan kepala menunduk kebawah

“ahh” dasahku panjang

“neng serius gapapa? Kayaknya neng ga sehat deh” kata Pak Hari berjalan mendekatiku

“aahh gapapaah pak, Cuma kakinya lemessshh ga bisa bediri” kataku beralasan sambil menahan desahanku

“yaudah sini tak bantu bediri” katanya sambil memegang lengan kananku.

‘aduh gawat, aku rasa kalau dildo ini dicabut aku bakal banjir. Tapi kalau pelan-pelan kataknya ama-----‘ belum selesai aku berfikir, tangan besar Pak Hari menariku dengan kencang sehingga kedua dildo itu terlepas dari lubang-lubangku dengan cepat dan kasar

“Aaahh ahh ahh” aku mengalami squirt dengan desahan panjang akibat itu di depan Pak Hari.

“loh neng??” dia terlihat blngung melihat aku yang banjir, dua buah dildo dikursi dan Cindy yang tersenyum nakal sambil mengunci pintu.

“ahh ahh pak, maaf pak” kataku memelas. Pak Hari hanya bisa terdiam dan mengangkat ujung mukenaku dan melihat tubuh mulusku tanpa daleman dan terborgol tersebut.

“jagan bilang neng juga” menengok kearah Cindy

“hehehe” Cindy tersenyum dan mengangkat mukenanya memperlihatkan toket besarnya yang tidak tertutup apa-apa lagi

“dasar cewe lonte!” geram Pak Hari sambil menusukan 2 jari tangannya di mekiku

“aahh ampun pak” akupun terduduk lemas dilantai akibat kejutan itu. Pak hari pun melangkah mendekati Cindy

“dasar lacur kamu” sambil mendorong toket kiri Cindy hingga badannya bertumu dipintu dan memasukan 2 jari tangannya ke mekinya

“suka kamu diginiin? Iya!?” katanya sambil meremas dan memainkan toketnya Cindy dan menyodok-nyodok mekinya dengang kasar dan cepat

“ahh ahh aahh ahh ahh” Cindy hanya bisa mendesah-desah mendapati tubuhnya dimainkan dengan kasar

“jawab lonte!” Pak Hari membentak sambil menarik putting Cindy sekencang-kencangnya

“ahh iya ahh ahh” jawab Cindy dengan pasrah

Aku yang melihat permainan itu merasa terangsang dan merasa diacuhkan. Aku pun merangkak ketempat mereka berdiri, lalu aku berjongkok tepat didepan selangkangan Pak Hari. Aku menggunakan lidahku mencari resleting celana hitamnya. Pak Hari melihatku dan menarik putting kananku ke atas.

“ngapain kamu!? mau kontol? kalau mau mohon” perintahnya

“aaahh aku mau kontol pak aku udah gatahan pakk”

Pak Hari pun melepaskan tangannya dari putting kami berdua, lalu menelanjangi dirinya dan duduk diatas kasur. Aku lihat tubuh kekarnya dengan kontol berdiri tegak yang aku taksir sekitar 20cm

“nih kontol, ambil nih”

Kami berdua merangkak dan berjongkok diatas telapak kakinya menatap kontolnya dengan penuh nafsu. Aku dan Cindy saling bertukar pandangan dan langsung melahap kontol tegak tersebut. tiba-tiba Pak hari mengangkat kakinya dengan kencang menghantam meki kami.

“ahh” desah kami

“heh lacur, kalian bilang apa? Udah bagus saya kasih kontol dengan cuma-cuma juga”

“ahh makasih pak kontol besar dan tegapnya” Cindy berbicara dengan mulut mengeluarkan liur seakan-akan melihat makanan lezat

“nah gitu, sopan santunnya dijaga dasar lacur”

Mendengar itu kami langsung melahapnya. Aku mengemut dibagian kepala sedangakn Cindy dibagian leher. Tangan Cindy yang bebas tidak sepertiku yang terbogrol memainkan keua buah zakar milik Pak Hari. Pak Hari pun mengelus-elus kedua kepala kami yang masih tertutup atasan mukena.

Kami melakukan aktifitas tersebut hampir 15 menit dampai akhirnya Pak Hari merasa bosan lalu menyuruh aku tiduran di atas Cindy. Putting kami saling bertemu tapi karena aku telalu lemas, aku hanya tergeletak diatas badannya dengan terengah-engah. tiba-tiba Pak Hari mengambil 2 dildo dari kursi tadi.

“hmm jadi kalian demen main ginian ya” kata Pak hari yang langsung memasukan masing-masing dilso kedalam anus kami

“aahh sshhh aahh” erangku dan Cindy

“nah meki kalin bakal ngerasain yang asli” dengan kata-kata itu Pak Hari memasukan kontolnya secara bergantian dengan cepat dan kasar kedalam meki kami yang sudah basah terbanjiri cairan-cairan kewanitaan kami.

“ahh ahh ahh”

“hhmm ahh shhh ahh pak eank aahh”

“haha dasar lonte” gerakan dari Pak hari membuat putting kamis saling bergesek, meki masih tertutup oleh atasan mukena kami. Gesekan2 itu membuat kami sangat terangsang. Kami berdua akhirnya berciuman dengan ganas diiringin dorongan-dorongan dari kontol Pak Hari

“hmm hmm hmm” suara yang keluar dari kami akibat dari ciuman kami

Kami berdua terus dipacu oleh Pak Hari hingga 15 menit yang dihiasi oleh suara daging beradu, suara becek kami, dan suara erangan kami yang tertahan. Semuanya nikmat, bahkan aku sampai keluar 2 kali lagi akibat gerakan Pak hari sedangkan Cindy aku tidak tahu sudah berapa kali dia keluar. Pak Hari pun mencapai klimaks saat menit ke 15 dan dia buru-buru mencabut kontolnya dan bergerak mendekati wajah kami yang sedang berciuman.

“nih buat kalian, ngadep sini lacur-lacur” perintah Pak Hari. Kami pun menghentikan ciuman kami dan melihat ujung kontol besar yang sudah berdenyut-denyut itu dan

‘crot crot crot’ peju keluar dari kontolnya.

Pejunya menyembur membasahi wajahku kebih banyak daripada Cindy, namun karena posisiku yang diatas membuat peju-peju itu turun ke bawah mengenai wajahnya. Aku dan Cindy pun saling menjilati peju yang ada diwajah di depan kami dan mengumpulkannya dimulut lalu saling berciuman memainkan lidah sambil memainkan peju dalam mulu kami. Tangan Cindy yang bebas memainkan klinoritis kami sembari berbagi peju. Pak Hari hanya melihat dan sibuk memakai pakaiannya lagi

“dasar lonte, masih aja lanjut. Udah saya ga bisa lama-lama nanti dicariin temen saya. Kalau kalian lacur-lacur pengen lagi tinggal datng aja ke saya hahaha” Pak Hari pun berjalan meninggalkan kamar dan kami yang asik dengan dunia kami. Dan itulah awal dimana aku manjadi mahasiswa baru, awal aku tinggal di asrama, awal aku bersahabat baik dengan Cindy, dan awal petualanganku


==x=x==


Sudah tiga bulan setelah perkuliahan dimulai dan sejak kejadian dengan Pak Hari, aku dan Cindy berteman baik. Kami mulai mengetahui rahasia satu sama lain. Kami juga saling berbagi koleksi yang kami punya, mulai dari bokep hinggal alat-alat yang kami punya. Dari situ aku tau bahwa Cindy sangat suka permainan hardcore, sejujurnya aku ga masalah dengan hal itu karena aku sendiri suka melakukan eksib jadi aku tidak bisa banyak protes hehe. Kami juga masih sering malakukan taruhan2 seperti sebelumnya. Kami juga kadang-kadang main dengan Pak Hari walau tidak sering tapi kami menyempatkan diri untuk main.

Di kampus, terutama di jurusan kami, aku dan Cindy menjadi cukup populer bukan hanya karena kami cukup akrab tapi karena menurut cowok-cowok wajah kami cukup menarik. Pas ospek saja aku dan Cindy sering sekali di isengin oleh beberapa senior hanya untuk lebih dekat dengan kami. Kami pernah di hukum untuk nari-nari ga jelas karena terlambat baris bahkan pernah disuruh lari-lari dan dijemur karena nggak lepngkap peralatannya. Ya semua hukumannya cuma untuk menambah waktu untuk memperhatikan kami. Aku sebenernya menghargai usaha mereka untuk mendekati kami, tapi aku tidak suka ketika itu membuat aku repot. Disisi lain Cindy merasa senang dihukum seperti itu, ya maklum dia agak suka permainan kaya gitu. Setelah ospek pun beberapa dari mereka masih berusaha mendekati kami berdua. Beberapa dari mereka cukup tampan menurutku, tapi aku dan Cindy sedang tidak tertarik untuk berpacaran saat ini jadi kami hanya sampai berteman saja dengan mereka.

Dalam waktu tiga bulan perkuliahan kami berdua sudah cukup dekat dengan teman-teman satu angkatan di jurusan kami, baik cowok ataupun cewe. Kami memang sering mengadakan kegiatan2 bersama seperti berenang, makan bareng, belajar bareng. Namun meski sering mengadakan belajar bersama, aku masih merasa kurang karena mata kuliah yang diajarkan cukup baru bagiku tidak banyak berhubungan dengan pelajaran di SMA dulu terlebih lagi sudah mendekati waktu UTS. Akhirnya Cindy mengusulkan untuk tutor dengan kakak tingkat kami dan dia bilang dia cukup dekat dengan salah satu kakak tingkat kami karena mereka satu SMA dulu.

“Cin, hari ini jadi tutor sama Kak Rara?” tanyaku yang masih berbalut handuk bersiap-siap untuk mandi

“jadi Cha, abis Dzuhur katanya di kosannya” yang hanya menggunakan CD membereskan kasurnya

“oalah, jauh ga kosannya?”

“nggak jauh banget kok”

“hmm” aku berjalan menuju jendela yang tebuka lebar memperhatikan dengan baik-baik gedung diseberang kami

“kenapa Cha? koko ngeliatinnya gitu banget”

“Cin lu sadar ga dari tadi lu mamerin toket depan cowo?”

“hah? maksudnya?”

“tuh liat kamar disebrang kita” aku menunjuk kamar disebarng kami pada asrama cowo

“ih iya ada cowok nontonin”

Pemandangan yang aku liat diseberang sana adalah seorang cowok sedang asik meperhatikan kami sambil menggoyang-goyangan tangannya, aku yakin dia lagi asik coli sambil melihat Cindy telanjang dada. Aku mendapatkan ide iseng, aku langsung buru-buru mengambil barang dari koleksi Cindy yaitu ballgag dan borgol. Segera aku memborgol tangan Cindy dibelakang tubuhnya dan memasangkan balgag dimulutnya sebelum bisa berbicara.

“aaoo” Cindy mencoba berbicara namun tertahan benda dimulutnya

“kan aku menang taruhan sebelumnya ya, berarti kamu dapet hukuman Cin” aku mendorong meja mendekati jendela

“naik sini Cin, hukuman kamu sekarang pamerin tubuh kamu ke cowok di seberang sana

“aaoo haoo” Cindy mengeleng-gelengkan kepalanya

“kenapa? harus sportif dong, kemaren aku hampir diperkosa loh gara-gara kamu suruh mastrub di kamar mandi cowo”

“haaa aahh” Cindy masih menggeleng-geleng dan aku liat liurnya mulai mengalir dari lubang di ballgag tersebut. Akupun mengambil barang dari koleksi Cindy lagi yaitu sebuah kalung anjing dan tali. Aku memasangnya ke Cindy dengan sedikit memaksa karena dia menolak, akibatnya kalung tersebut cukup ketat pada lehernya.

“sini Cin” aku menarik tali terebut dan naik keatas kursi sehingga memaksanya naik ketas kursi.lalu aku mengikatkan tali tersebut di ventilasi diatas jendela, sehingga kepalanya sedikit menonggak dan aku emaksanya untuk jongkok.

“wah Cin, penonotonya maikn banyak tuh” aku melihat ada sekitar 5 orang yang memperhatikan kamar kami

“aaa aa aaa” Cindy menggeleng-gelengkan kepalanya diikuti liur yang mengalir deras kebawah lehernya

“tenang, muka kamu ga keliatan kok selama kamu nonggak hehe” aku memasngkan penjepit jemuran di kedua putingnya

“aaahh ahh aa” desahan tertahan terdengar dari mulutnya

“ayo CIn, liat tuh pada nontonin. Kamu suka kan disiksa gini” aku meremas-remas kedua toket besarnya itu

“aahh ahh ahh”

“enak ya Cin hehe” aku melihat matanya mulai sayu, memdang dada besar yang menjadi kebanggaannya juga menjadi daerah sensitifnya

“hah haah”

“ayo dong pada nungguin tuh” aku melihat kelima orang itu melihat semakin intens gerakan tangannya, aku pun memutuskan memperintens pemainanku.

Tangan kananku masih meremas-remas toket Cindy dan tangan kiriku melepaskan jepitan di putting kirinya. Aku menggerakan kepalaku mendekati putingnya, lalu dengan lahan ku emut putingnya. Tangan kirinku mengambil vibrator berbentuk dildo yang sudah aku siapkan di sampingku. Aku memasukan dildo tersebut ke meki milik Cindy.

“aaahh ahh ahh” Cindy mengerak keenakan

“hmm ahh, putting lu udah timbul banget nih hehe” aku pun menyalakan vibrator tersebut dan serentak badan Cindy berguncang memantulkan toket2nya yang menggantung bebas.

“kamu boleh geleng-geleng ga mau tapi badan kamu ke enakan disiksa hehe” aku pun lanjut menjilati dan mengigit2 putting kirinya sedangkan tangan kiriku memainkan klinoritisnya

“haahh aahh ahh” liur Cindy yang mengalir sejak dipasangi ballgag kini sudah membasahi hingga perutnya

“hmm! Ahh tanganmu bandel ya” tiba-tiba tangannya Cindy yang terikat kebelakang meraih mekiku dan mengobok2 dengan jari-jari di kedua tangannya

“shhh ahh kan kamu yang dihukum ssshh kenapa kamu ikutan mainin ahh” aku tidak kuat menahan desahan menginggat permainan kami dilihat oleh cowok-cowok di seberang gedung kami.

“haaahh ahh ahh” aku lanjut mengemut putting dan memainkan klinoritis Cindy

“sshhh ahh hmm” Cindy pun makin ganas memainkan meki ku

“haaahh” setelah hampr sepuluh menit kami bergelut, Cindy akhirnya menyerah dan keluar. Cindy melakukan squirt seketika aku melepas vibratornya dan cairannya muncrat keluar jendela menuju halaman di depan lt 1. Cindy tak kuat menahan kakinya untuk jongkok akhirnya berlutut lemas dengan kepalanya tertarik ketas karena kalung yang diikat.

“hah hah hah hah” Cindy terengah-engah akibat permainan itu. Aku melihat cowok-cowok diseberang sudah tidak ada, aku yakin mereka lari ke kamar mandi untuk mengeluarkan luapannya haha. Aku melepaskan iktan kalung dari ventilasi dan menurutnkan Cindy perlahan dari meja ke lantai. Setelah semua dilepaskan, mulai dari borgol, ballgag, dan kalung aku melihat Cindy terduduk lemas di lantai bermandikan kerigat dan liur.

“mandi gih Cin badanlu udah gitu banget haha”

“aku ga kuat berdiri, mandi bareng Cha, lemes banget ini”

“yaudah sebentar, gue juga yang salah sih berlebihan” akupub menmasangkan handuk pada Cindy dan membopongnya ke kamar mandi. Kami pun mandi bersama dan bersiap-siap untuk tutor nanti siang.


==x=x==


Waktu menunjukan pukul 12.30, aku dan Cindy bergegas menuju kontrakan Kak Rara. Kontrakannya lumayan jauh dari asrama ku ya kurang lebih 30 menit jalan kaki. Aku sebenarnya tidak terlalu dekat dengan Kak Rara hanya saja aku dan dia sering ngobrol ketika di kampus ya hanya sekedar untuk basa basi. Dia termasuk mahasiswi yang cukup pintar dan jadi perhatian di angkatannya karena memiliki wajah yang cukup imut. Suaranya pun juga cukup imut makannya banyak yang suka ngobrol dama dia. Secara pribadi aku harap bisa lebih dekat dengan dia karena aku tidak terlalu banyak kenal kakak tingkat jadi seenggaknya aku pengen dekat dengan yang ku kenal.

Kami sampai di kontrakan Kak Rara hampir jam 13.15 dan cuacanya cukup panas hari itu. Berjalan selama 30 menit dengan terik matahari seperti ini membuat kami berkeringat. Kontrakannya sangat bagus, pagar dan dindingnya yang cukup tinggi untuk menahan maling lalu suasanya yang sepi jauh dari keramaian dan perumahan agar konsen belajar, hanya saja lokasinya yang sangat jauh membuatku sangsi. Kalau dilihat dariluar kurang lebih terdapat 4 kamar tidur untuk ukuran kontrakan segitu

“Assalam*alaik*m” aku dan Cindy mengucap salam didepan pager

“Waalaikumsalam, nyari Rara ya? Ayuk masuk” kata sesosok cewe dengan rambut hitam lurus

“ah iya kak” aku dan Cindy masuk melewati pagar dan cukup kaget melihat dia hanya menggunakan kaos basket saja

“maaf ya pakeannya kaya gini soalnya baru pulang latihan basket terus masih mager2an hehe”

“iya kak gapapa, aku cuma kaget aja kakak keluar pake baju kaya gitu” Cindy angkat bicara

“haha abis aku dengernya suara cewe jadi aku reflek langsung keluar, oiya ayuk masuk”

Akhirnya kami masuk dan berkenalan dengan cewe itu. Namanya Michel jurusan ekonomi thn ke dua jadi satu thn diatasku. Tubuhnya sangat bagus, tinggi dan ramping ditambah toketnya yang nonjol-nonjol, aku yang cewe saja hampir nafsu melihat tubuh bagusnya apalagi cowo. Aku dan Kak Michel cepat akrab karena dia suka olahraga sama seperti aku. Aku juga tahu ternyata dia kerja sambilan sebagai model jadi pantas saja badannya bagus sekali.

“eh udah pada dateng, maaf-maaf tadi abis nyuci hehe” terdengar suara imut dari Kak Rara

“iya kak gapapa, kita juga baru sampe”

“ya ampun Chel, bajunya kok gitu? jangan bilang kamu buka pintu pager kaya gitu lagi?”

“hehehe maaf ya abis males”

“kamu tuh ya, yaudah yuk kita belajar di kamarku aja”

“iya kak” kami mengikuti Kak Rara ke kamarnya

Kami belajar cukup lama, kurang lebih hingga maghrib tiba dan itu terasa cepat sekali mungkin karena kita fokus belajar hehe. Di kamar itu kami sudah tidak karuan kondisinya ketas dimana-mana dan pakaian kami juga. Ya karena cuaca yang panas kami terpaksa harus membuka baju kami. Kini aku hanya menggunakan sport bra dan celana ketat diatas lutut, Cindy hanya menggunakan BH dan CDnya saja sedangkan Kak Rara menggunakan tanktop dan celana pendek. Kak Rara sudah paham dengan kelakuan Cindy karena mereka dekat sejak SMA dan sudah seperti ini setiap mereka berdua main bersama. Waktu menunjukan jam 18.30, Kak Rara memutuskan mengajak kami makan hanya saja kami malas berpakaian lagi jadi Kak Rara ingin meminta tolong Kak Michel untuk membelikan makanan. Maklum hari ini hari sabtu, kebanyakan penghuni kontrakannya pulang karena rumah mereka lumayan terjangkau menggunakan kendaraan. Sehingga kontrakan ini hanya ada Kak Michel dan Kak Rara

“Chel, minta tolong boleh ga?” kata kak Rara sambil mengetuk pintu kamarnya Kak Michel

“uwahh” sepertinya Kak Michel kaget mendengar panggilan itu, dan terdengar suara gaduh dari dalem kamar

“Chel gapapa? Aku masuk ya”

“jangan jangan, bentar” Kak Michel terdengar panik

“kenapa sih Chel?”

“gapapa kok, mau minta tolong apahh?” kepala Kak Michel keluar dari pintu kamarnya seakan-akan pintu tersebut sengaja menutupi tubuhnya. Kami lihat rambutnya berantakan dan keringat keluar dari badannya

“Kak beneran gapapa? Keringetan gitu loh” kataku

“demam mungkin kak?” Cindy menambahkan

“ahh gapapa kok ss hehe”katanya sembari tubuhnya sedikit berguncang

“kamu kenapa sih?” Katak Kak Rara curiga dan mencoba menarik pintu agar terbuka

“ahh jangan” pintu itu ditahan oleh Kak Michel

“isshhh” Kak Rara menarik pintu dengan sekuat tenaga

“aaahh”

‘Brak’ pintu terbuka dan kami kaget melihat kamarnya Kak Cindy. Di dalam kamar tersebut, ada seorang cowok berbadan tegap tanpa busana sedang asik menggenjot Kak Michel dari belakang. Jadi selama kita ngobrol tadi dia sedang disodok oleh cowo.

“Ah ah ah ah” desah Kak Michel ketika cowok itu menusuk-nusuknya dari belakang

“shhh kentauan deh, hai Ra hari ini ada 2 cewe baru” kata cowok santai itu

“hai Ton, kok gabilang2 mau dateng? Ini adek tingkatku namanya Cindy dan Icha” ujar Kak Rara yang ikut santai

“ehh??” tiba-tiba kata itu keluar dari mulutku dan Cindy yang bingung dengan kondisi ini

“ahh ahh maaf yahh kalian jadi bingung ahh” katak Kak Michel sambil menengok keatas karena posisi badannya sekarang jatuh kebawah karena lemas

“ini Anton pacarnya Michel, mereka sering gini jadi aku udah ga kaget lagi”

“Hai, aku Anton satu jurusan sama Michel, badan kalian bagus juga” katanya sambil mengangkat badan Kak Michel

“ahh ahh Ton ahh” desah Kak Michel.

Kini kondisi badan Kak Michel bertumbu pada Kak Anton, kedua tangannya melingar kebelakang merangkul kepala Kak Anton dan mereka saling berciuman. Kak Anton mengangkat kedua lutut Kak Michel hingga membentuk huruf M sehingga tubuh Kak Michel tidak menyentuh tanah lagi. Kak Anton mulau mengerakan badan Kak Michel naik dan turun mengekspos toket Kak Michel yang indah memantul2. Kami menonton adegan sex secara live dan close up itu dengan seksama.

“ahh hmm ahh hmm” desahan Kak Michel tertahan oleh ciumannya

“shhh kayaknya kita ga jadi makan deh ahh” ujar Kak Rara

“hmm ahh shh” erang Cindy

“shh kayaknya kita makan yang ada aja deh shhh” kataku yang mana kami bertiga sudah mulai meremas-remas toket kami dan mulai mememainkan meki kami melihat adegan itu.

Aku yang sudah tak tahan melepaskan semua sisa pakaian ku dan mendekati Kak Naton dan Kak Michel yang sedang bergelut. Kak Anton yang melihat itu mulai mundur dan menempelkan badannya di dinding. Aku langsung saja menmakan toket Kak Michel yang menggodaku dari tadi dengan pantulannya diikuti tangan kanan ku yang meremas-remas buah zakar Kak Anton.

“hmmaaahh” desah kedua bersamaan

Cindy pun ikut tak tahan dan mengikuti apa yang ku lakukan, sekarang kedua buah jakar dan buah dada mereka sedang asik kami mainkan.

“ahh” erang Kak Michel ketika aku menggigit dan menarik putingnya dengan gigitu

“shhh” Kak Anton oun ikut mengerang ketika Cindy meremas buah jakarnya dengan kencang

Kami bermain berempat dengan penuh nafsu ketika aku dan Cindy dikagetkan dengan gerayangan tangan dibawah selangkangan menuju meki kami. Tangan itu ternyata milik Kak Rara yang dari tadi menyaksikan dan karena di dorong oleh nafsu permainan kami.

“ahh” erang kami kencang ketika Kak Rara dengan cepat dan kasar memasukan jair2nya kedalam meki kami bahkan kami sampai jinjit karena perlakuan jarinya. Aku yang tidak mau kalah menggunakan tangan kiriku yang bebas mencolok mekinya. Ternyata Cindy memiliki ide yang sama denganku, dan kami menggunakan masing-masing dua jari kami untuk mencolok meki Kak Rara.

“eraahh aahh ahh” desah Kak Rara setelah mendapat reaksi yang sangat nikmat dari mekinya.

“ahh ahh ahh pelan-pelan shhh” desah Kak Rara yang mekinya dihajar oleh 4 jari

“Sshhh ahh enak shhh ahh terus sayang” desah Kak Michel yang tubuhnya digerayangi 3 orang

“shh tangan kalian enak banget” ujar Kak Anton yang buah jakarnya diremas oleh 2 cewe cantik

“hmm gmm!!” erangkku dan Cindy yang dimainkan mekinya secara kasar oleh Kak Rara hingga akhirnya

“hhmpphhh! Cindy keluar dan memuncratkan cairan kebangaannya

“ahh ahh” Diikuti aku dan Kak Rara. Kami bertiga pun terduduk lemas di lantai melihat keatas memperhatikan meki Kak Michel yang masih asik dimainkan oleh Kak Anton ketika..

“ahh ga kuat” jerit Kak Michele diikuti oleh aliran air yang membasahi badan Kak Rara yang berada di tengah

“ahh nikmat benget” ujar Kak Michel yang sekarang ikut bersma kami dibawah memandang kontol besar Kak Anton yang belum keluar.

“ahh belum keluar nih” keluh Kak Anton

Kami berempat saling melempar pandangan dan secara inisiatif berebutan menlahap kontol Kak Anton

“ahh shhh gila enak banget shh” erang Kak Anton

Lidah kami saling berebutan menjilat kontolnya itu, benar-benar pemandangan yang nikmat dari sisi Kak Anton melihat kontolnya dijilat oleh 4 cewe cantik dengan badan yang waw. Hingga akhirnya Kak Anton tidak kuat menahan muatannya..

“aah aku mau keluar” Kak Anton langsung buru-buru merebut penisnya kembali dan mengocoknya. Kami berempat memasang menadahkan mulu terbuka didepan kontolnya berharap dapat muatannya.

“crot crot crot” muatannya keluar dengan deras menyembur keluar. Kak Anton berusaha adil dan menyemprotkan kesemua wajah kami berempat.

“ahh matap banget”

Kami akhirnya saling sibuk menjilati peju dari wajah2 orang disamping kami hingga akhirnya terhenti ketika sebuah mobil berhenti di depan kontrakan mereka.

“kayaknya itu jemputan kita” kata Kak Anton

Kak Michel langsung bediri dan keluar menuju pintu pagar tanpa menggunakan baju terlebih dulu. Lalu dia kembali dengan kedua tangannya terikat oleh tali tis dan dadanya diremas-remas oleh lelaki berbadan besar.

“hoo ada 3 cewe lagi rupanya, hmm badan mereka oke juga, bawa mereka juga” perintah orang berbadan besar tersebut diikuti masuknya 3 orang lainnya yang langsung sigap memegangin badan kami dan mengikat kedua tangan kami dengan tali tis.

“ehh apa-apain nih? Lepasin” kataku

“ini maksudnya apa- ahh” Cindy memberontak ketika jari-jari besar orang tersebut masuk secara paksa ke mekinya membuatnya lemas

“hahaha, udah kalian nurut aja dan ikut kami” kata peria berbadan besar tersebut


==x=x==


Waktu menunjukan pukul19.00 saat pria berbadan besar dan 3 pria lainnya masuk kedalam kontrakan Kak Rara dan Kak Michel. Sekarang posisiku, Cindy dan Kak Rara berdiri dengan tangan terikat tali tis di belakang menghadap pria berbadan besar sedangkan Kak Michel sedak sibuk mengulum kontol milik 3 pria lainnya yang sedang duduk di sofa. Pria berbadan besar itu menatap tubuh kami dengan penuh nafsu seakan-akan menjilati setiap bagian yang dia liat. Secara hati diihati seperti itu membuatku nafsu hanya saja aku mencoba berhati-hati sehingga mencoba menutupi tubuhku.

“hmm bagus juga badan mereka, semuanya mulus2 haha” kata pria tersebut

“bagaimana? mereka bisa ikut?” tanya Kak Anton

“tentu saja, pasti mereka senang, terutama dengan model badan seperti yang ini” ujar pria tersebut sembari menarik dan memutar tubuh Cindy ke arahnya

“aahh” eluh Cindy ketika tangan besar pria tersbut meremas toket kanannya dengan kasar dan memainkan mekinya dengan tangan satunya

“hmm masih ranum toketnya, ukurannya juga lumayan, dan juga suaranya-“ sambil meremas toket Cindy dengan keras

“aahh” Cindy pun mendesah

“-seksi banget”

“apa-apa nih lepasin Cindy” aku mencoba tegas

“sudah kamu ga usah sok jual mahal, aku tau kamu sudah nafsu bukan sejak daritadi aku liatin hahaha?”

“kalian mau apa? Chel jelasin ini apa-apaan?” Kak Rara akhirnya angkat bicara

“hmm, maaf ya ini sebenernya kerjaanku, cuma pas bos denger ada 3 cewe lain dia langsung tertarik” kata Kak Michel disela-sela mengulum kontol-kontol disana

“tenang saja kalian bakal suka kok haha. Ayo semuanya siap-siap” ujar pria berbadan besar tersebut

Kak Anton yang dari tadi diam tiba berdiri membawa semuah tas, ternyata dia keluar mengambil tas dari mobil. Dari dalam tas tersebut, dia mengeluarkan sebuah botol berukuran sekitar 1 liter dipenuhi cairan berwarna coklat. Kami berempat disuruh minum olehnya tapi hanya Kak Michel aja yang nurut sedangkan kami bertiga mencoba menolak. Namun perbuaan kami sia2, cowok-cowok disana berbadan lebih besar dari kami dan lagi tangan kami terikat sehingga kami terpaksa meminumnya. Rasanya sangat pahit dan seperti rasa jamu, aku lihat Kak Rara hampir muntah dibuatnya. Setelah itu mata kami ditutup dan kami digiring kedalam mobil dan dibawa entah kemana. Selama perjalanan aku hanya bisa mendengar tanpa melihat, aku hanya merasakan bahwa badanku sedang digerayangi oleh seorang cowo.

“shh ahh ahh lepasin ahh” erangku ketika putingku ditaring2 oleh tangan yang tak kulihat

“ahh ahh ahh ssaakitt shh pelan-pelan” aku mendengar suara Cindy

“shh ahh emm ahh” begitu pula Kak Rara dan Kak Michel

Sepertinya tak hanya aku, tapi yang lain juga digerayangi selagi mobil melaju. Anehnya semakin aku bergerak dan semakin tubuhku dipegang-pegang, aku merasa makin lemas dan sensitif di seluruh tubuhku. Aku curiga ini adalah ulah dari apa yang ku minum tadi

“hey lampu merah nih, banyak pemotor disamping kita nih haha” kata seorang pria yang mengerayangiku

“ahh ahh ahh” aku tidak bisa berkata apa-apa karena aku benar-benar lemas

‘sjurrr’ aku mendengar suara jendela mobil diturunkan dan aku merasa badan bagian atasku dikeluarkan

“itu kasih sapa dong haha” katanya sambil menyodok mekiku

“ahh!! ahhaaaii” aku tidak sanggup berkata banyak

“wih gila cewe bro, telanjang lagi” kata suara disebrangku

“didalem juga banyak coy gila”

“ini boleh pegang?”

“boleh kok pegang aja, dia juga seneng kalau dipegang-pegang haha” kata suara dibelakangku

“wiss mantap” aku pun merasa banyak tangan meremas-remas toketku dan menarik-narik putingku

“ahh ahh ahh jangan ahh ahh” aku mendesah-desah akibat perlakuan2 itu

“hahaha tuh kan kesenengan haha, udah dulu ya udah hijau” akupun kembali dimasukan kedalam mobil dan melanjutkan perjalanan. Aku benar-benar merasa lemas akibat rangangan2 itu dan akhirnya aku tertidur dalam remasan-remasan tangan yang tidak kulihat.

Dalam kondisi masih lemas, aku terbangun akibat cahaya terang mengenai wajahku ketika penutup mata dibuka. Cahaya tersebut sangat silau sehingga membutuhkan beberapa saat untuk menyesuaikan kondisi mataku. Ternyata aku berada diatas semacam panggung dengan banyak lampu menyorot kearahku. Aku didudukan diatas kursi dengan posisi tangan masih terikat keatas sedangkan betis dan pahaku diikat bersamaan dan dipaksa mengangkang karena tali itu menuju bawah kursi. Aku melihat disekitarku dan kudapatkan Cindy dan Kak Rara dalam posisi yang sama namun aku tidak menemukan Kak Michel. Aku terkejut ketika sadar bahwa disisi depan panggung yang gelap terdapat banyak pasang mata yang melihat kearah kami.

‘tok tok tok’ aku mendengar suara langkah kaki ketas panggung yang ternaya Kak Michel berjalan tanpa menggunakan sepasang heels tanpa selehelai pakaian.

“Selamat datang semuanya, kali ini Michel bawa temen-temen nih” kata Kak Michel

“wuuuu mulus”

“ayo mulai”

”badannya ga nahan” aku mendengar sautan2 dari kerumunan didepanku

“huhuhu udah ga sabar ya? Hehe silahkan diicip” begitu katanya sambil memutar balik badannya menghadap kami dan membungkuk seakan-akan mempersilahkan dirinya untuk dipakai. Kerumunan itu langsung saja naik ketas panggung dan mulai ‘mengicip’ kami. Badan-badan cowok di kerumunan itu beragam muai dari yang kurus, besar hingga berisi namun kontol mereka besar2.

“dek, aku icip ya haha” kata pria di depanku sembari mengangkat tubuhku yang lemas

“shhh ahh” erangku ketika kontol besar itu masuk ke mekiku

“wih mantap mekinya” katanya sambi menggerak-gerakan badanku naik dan turun

“kayaknya belakang nganggur nih” kata pria dibelakangku yang sudah menempelkan ujung kontolnya di lubang pantatku

“ahh jangan disi- aaahh!” belum sempat aku selesai berbicara, akibat gerakan pria yang pertama kontol tersebut langsung tembuh ke lubang pantatku

“shh ahh gila mantap”

“aahh ahh ahh” aku hanya bisa mendesah dalam double penetration tersebut.

“aahh ahh terus ahh ahh” aku mendengar suara Kak Rara yang tertidur dilantai dan digoyang oleh seorang pria berbadan hitam

“shh ahh ahh ahh ahh” sedangakn Cindy yang toketnya paling besar digenjot sembari toketnya ditampar dan diremas-remas oleh banyak orang

“hmmpp hmmp” sementara Kak Michel sedang didoggy oleh seorang pria dan mulutnya sibuk mengulum kontol-kontol didepannya begitu juga tangannya yang sibuk mengocok kontol-kontol.

“ah gila enak banget, gatahan pengen keluar” kata cowok yang menggerak-gerakan badanku

“sama saya juga, keluarin di dalem yuk” ujar orang dibelakangku

“oke sip”

“ahh ahh jangan aahh ahh di dalem” aku sudah tidak punya tenaga untuk melawan dan tubuhku masih sensitif

‘plak plak plak, crot crot’ aku merasakan sesuatu yang hangat di bagian bawahku

“ahh mantap”

“ahh ahh haa” aku cuma bisa mendesah ketika mereka mencabut kontolnya dan menggeletakan ku begitu saja dibawah

“sekarang giliranku” seorang pria kemudia mengangkat pinggangku sehingga selangkanganku lebih tinggi dari kepalaku

“aaahh” pria tersebut menusukan kontolnya di mekiku, dan aku yakin ukurannya lebih besar dari sebelumnya

“ohh yess mantap banget” kata pria tersebut sembari menyodok-nyodok tubuhku dengan kencang

“ahh iya ahh terus ahh” akhirnya aku tak bisa menahan dan tenggelam dalam kenikmatan

“oh yeah, pantatnya kenceng banget” ‘plak’ pria tersebut menampar pantatku hingga aku merasa nyeri

“shh aaahh” aku mengerang ketika seorang pria lainnya menjambak rambutku hingga kepalaku keangkat tepat didepan kontolnya

“isep nih lonte, buru!” hujat pria terbebut

“uhmm” akupun mengemut kontolnya

“heh yang bener, pake lidah!” kata pria tersebut sambil menjambak ramutku lebih tinggi dan ‘plak’ menampar pipiku

“ahh ahh maaf ahh”

‘plak’ kembali lagi dia menamparku “maaf tuan, kita disini semua itu tuan kalian”

“ahh sshh iya tuan sshh ahh maaf tuan” aku memelas

“nah gitu, isep yang bener”

“umm slurp hmmpp” aku memainkan kontol didepanku sembari digenjot dari belakang

Entah berapa lama kami digilir oleh pria-pria itu, aku merasa tidak ada habisnya. Selama itu yang terdengar hanya desahan, erangan, eluhan para cewek-cewek yang ga bisa ngapa-apain selain ngikutin kemauan mereka. Aku melihat Kak Rara yang sudah pingsan namun masih digilir oleh cowok-cowok tersebut. Cindy toketnya sudah tidak karuan lagi sudah berwarna merah hampir seperti apel akibat dijahili oleh pria-pria tersebut. Sedangkan Kak Michel masih kenceng digilir oleh pria-pria yang mengantri di depannya

“oke untuk pertunjukan terakhir” terdengar suara pria dari balik kerumunan

Kami berempat pun dikumpulkan ditengah dan dikeilingi oleh pria-pria yang sudah puas menggilir kami. Merekapun mulai mengocok penis mereka semua seakan-akan akan memuntahkan semua isinya dan ‘crot crot crot’ mereka memuntahkan isinya secara bergantian kepada kami. Badan kami penuh dengan peju seakan-akan kami habis mandi dengannya baik muka, badan, rambut semuanya penuh dengan peju. Kami yang sudah lemaspun akhirnya tertidur dengan badan penuh peju.

“hei bangun, sampai sini aja jemputannya” suara pria yang merupakan pria berbadan besar yang membawa kami

Aku terbangun masih dalam keadaan yang sama sebelum tertidur yaitu tangan masih terikat tali tis dibelakang dan badan penuh peju kering

“aku mau aja nganterin sampe kontrakan kamu, Cuma kayaknya kalau disini lebih asik” kata pria tersebut sambil membuka pintu dan memaksa kami turun. Lokasi kami hampir 100m tari kontrakan Kak Rara dan Kak Michel. Jalan ini lumayan sepi dan memang tidak ada lampu.

“oiya ini oleh2 dari kami” dia memasangkan dildo getar kepada kami

“ahh shh ahh” kami mendesah dan mengeliat, sepertinya badan kami masih sensitif

“hahaha, jangan kenceng-kenceng apa lagi dengan kondisi kalian yang kaya gini pasti digilir lagi nanti”

“asshhh makasih aahh boss” erang Kak Michel

“haha Chel nanti bayarannya aku transfer ya”

“ahh ssshh iya bosssh”

“hahaha kalau gitu aku pergi dulu, dadah” pria terebut berlalu menggunakan mobilnya meninggalkan kami berempat dengan kondisi penuh peju kering, tangan terikat, dan mendesah akibat dildo ini


==x=x==


Kejadian dengan Kak Rara dan Kak Michel sungguh membuatku kaget. Sejujurnya aku sedikit menikmatinya karena bisa melakukan sex seperti diperkosa tersebut. Sejauh ini, yang ku tau kalau pria yang membawa kami adalah manager Kak Michel sedangkan cowok-cowok yang menggilir kami adalah dari sponsor2 yang membiayainya. Bayaran yang diberikan oleh mereka tidak sedikit dan lumayan banyak, Kak Michel juga akan mengajak kami kapan-kapan kalau kami lagi butuh uang katanya. Balik lagi ke keadaan sekarang, hari ini aku melakukan kunjungan salah satu pabrik untuk tugas sebuah mata kuliah. Tapi hari ini aku tidak bersama Cindy, aku dikelompokan dengan teman satu jurusanku yang bernama Ratna. Aku dan dia cukup berteman baik karena kami sama-sama supel satu sama lain. Dia memiliki wajah indo yang khas dan cukup manis. Dia juga cukup akrab dengan cowok-cowok dan yang aku tau dia pacaran dengan temanku yang satu angkatan.

Kami mengunjungi pabrik didaerah yang lumayan jauh dari kampus kami. Dan sejauh mata memandang hanya ada pabrik sehingga tempat ini lumayan seram kalau malam. Tak terasa waktu sudah sangat petang setelah kami menyelesaikan wawancara sehingga kami memutuskan untuk segera pulang. Kami pulang menggunakan kendaraan umum karena aku belum boleh membawa mobilku ke kampus sama ortuku sehingga kami terpaksa menunggu. Suasana cukup gelap mengingat waktu menunjukan pukul 4 sore. Suasana gelap ini sepertinya menunjukan akan hujan dan benar saja belum sampai 2 menit kami meninggalkan gerbang pabrik, hujan turun dengan deras. Aku dan Ratna pun lari secepatnya menuju halte yang lumayan jauh karena disekeliling kami hanya pabrik dengan pagar2 tinggi sehingga tidak ada tempat neduh.

“huuh ga nyangka hujannya langsung gede kaya gitu” kata Ratna sambil mengibas2kan bajunya yang lepek

“iya nih nggak bisa diajak kompromi, mana basah kuyup gini gara-gara halte jauh” aku pun mengibas2kan bajuku

“iya nih jadi lepek gini”

“hoho kamu ga pake daleman ya Na?” kataku setelah aku memperhatikan ada bagian coklat yang menonjol dibalik kemeja putih yang hampir transparan akibat hujan

“aduh aku lupa ga pake soalnya buru-buru” tampisnya

“ah serius dulu hahaha” kamipun tertawa ditengah-tengah hujan ini

Halte ini cukup kecil kemungkinan hanya bisa menampung tidak sampai 10 orang dan tidak butuh waktu lama untuk halte ini penuh karena hujan yang deras ini. Halte ini juga tertutup kaca di bagian depan sehingga air hujan tidak masuk dengan mudah. Kini halte ini diisi oleh kami ber 2 dan 4 orang bapak-bapak yang meneduh dari hujan. bapak-bapak itu sepertinya pekerja pabrik yang shiftnya selesai lebih cepat dan pulang menggunakan motor namun hujan. Kami berdua menjadi pusat perhatian di halte itu pasalnya dua gadis berhijab cantik dalam kondisi basah kuyup hingga bajunya membentuk tubuhnya dikelilingi 4 orang bapak-bapak. Belum lagi Ratna tidak menggunakan daleman dan kemejanya warna putih sehingga putingnya sedikit terlihat sedangkan aku hari ini tidak menggunakan daleman juga ditambah baju terusan yang ku pakai sangat menyerap air sehingga sangat menyeplak tubuhku. Aku pura-pura tidak sadar namun aku tau bapak-bapak itu melihat kami dengan penuh nafsu dan hal itu membuatku tegang.

“dek ga kedinginan?” seorang bapak-bapak membuka obrolan

“dingin sih pak namanya juga hujan, mana baju kita-kita basah gini” kata Ratna sambil mengibas-ibaskan dibagian dadanya membuat toketnya sedikit berguncang

“uhh iya dek keliatan basah banget” kata bapak yang lain fokus dengan bagian dada Ratna yang berguncang

“kira-kira bisa kering ga ya pas hujan kelar soalnya perjalanan kita masih jauh” kataku

“bisa kering kok dek kalau dijemur mah” usul seorang bapak-bapak

“maksudnya dijemur pak?” kataku

“iya adek gantung bajunya diatas situ nanti juga kering” kata bapak-bapak itu sambil menunjuk langit-langit halte

“jadi maksudnya kita harus telanjang gitu?” tiba-tiba Ratna nyamber dengan cepat

“nggak gitu dek, kan Cuma ngasih saran aja dan juga daripada pake baju basah-basah gitu kan” secara logika yang dikatakan bapak-bapak itu ada benarnya juga Cuma masa kita berdua harus telanjang

“yaudah bapak-bapak ngadep ke jalan, jangan lihat-lihat kebelakang” ujar Ratna yang membuatku dan bapak-bapak yang ada disitu kaget

“eh Na, serius?” kataku

“daripada kita pulang bajunya basah gini?”

“hmm” aku berfikir keras

“udah bapak-bapak ngadep ke jalan jangan liat kesini” dan Ratna mulai melepas celana jeansnya memperlihatkan bulu-bulu halus di selangkangannya

“ehhh” aku pun kaget dengan perbuatannya

“udah buruan buka, nanti masuk angin loh basah-basah gitu” katanya dengan santai

Aku lihat keempat bapak-bapak itu mengadap jalan dengan nurut dan tidak nengok jalan. Setelah berfikir lama akhirnya aku memutuskan kalau menjemur bajuku adalah pilihan terbaik. Aku membuka kerudungku dan menyangkutkannya ditiang melintang diatas halte lalu aku mencoba membuka resleting dibagian punggungku namun tidak bisa.

“uhh kok susah ihh”

“kenapa Cha?” tanya Ratna yang sekarang hanya menggunakan kemeja yang sudah tak dikancing memperlihatkan toketnya yang putting coklatnya menonjol-nonjol

“ini susah banget buka resletingnya”

“coba sini” Ratna mencoba membuka releting bajuku namun usahanya sia sia

“neng kenapa??” kata seorang bapak-bapak

“ini pak reletingnya ga bisa dibuka” kataku

“boleh saya coba bukain?”

“hmm boleh pak tapi jangan macem-macem ya pak” kataku yang kemudian berjalan mendepani keempat bapak-bapak itu

“bentar ya dek” Bapak itu berusaha membuka reletingku dengan perlahan-lahan dan ‘srett’ resleteing itu terbuka dan turun dari telengkuk leher hingga pinggangku menampilkan bagian belakang tubuhku yang putih mulus.

“waah” kompak keluar suara itu dari mulut bapak-bapak itu

“Cha kenapa?” kata Ratna langsung buru-buru menghampiriku

“gapapa kok, Na!” aku terkejut melihat dia dengan santainya berdiri disampingku tanpa menggunakan apa-apa

“ups hehe” dia langsung bersembunyi di depan tubuhku

‘gulp’ aku bisa mendengar bapak-bapak itu menelan ludahnya melihat kami

“bapak-bapak pinter ya ga nengok kebelakang, Cuma akunya yang salah malah maju kedepan hehe” kata Ratna

“ah gapapa kok neng, kami juga seneng kok ngeliatnya”

“kalau gitu liat yang lebih ya” Ratna kemudian menarik bajuku hingga jatuh ke lantai dan menampilkan tubuh telanjangku di depan bapak-bapak itu

“Ratna iihhh” kataku seperti orang sebel namun aku menikmati mata-mata dari bapak-bapak itu saat melihatku

“neng, mulus amat badannya” puji salah satu bapak-bapak

“bapak mau liat yang lebih? tapi jemurin bajuku dulu hehe” kataku dipenuhi ide-ide nakal sambil menyerahkan bajuku

aku langsung menempatkan diri dibelakang Ratna sehingga kini bapak-bapak itu dapat melihat tubuhnya yang bagus.akupun memeluknya dari belakang lalu meremas-remas toket mulusnya.

“Cha ssshh ngapain sih ashh” eluh Ratna

“mau ngasih bonus buat bapak-bapaknya abis mereka nurut sih” kataku sambil asik meremas-remas toketnya dan sedikit-dikit menarik putingnya

“shhh Cha ehmm esss” erangnya

“enak ya Na? hehe, tambah lagi ya kasian bapak-bapaknya udah ga tahan tuh” kataku sambil melihat tonjolan-tonjolan dibalik celana bapak-bapak tersebut

“ahh Cha” desah Ratna ketika tangan kiriku menjamah selangkangannya

“empp” aku pun mencupang lehernya Ratna dan tanganku asik memainkan selangkangannya dan meremas-remas toketnya

“shh ehmm Cha shhh” erang Ratna. Kau meliht beberapa bapak-bapak ga tahan sama permainan kami dan mulai mengesek-gesek gundukan di selangkangan mereka

“hmmp!” aku kaget ketika Ratna membalik badannya dan menciumiku.

Kini tubuh telanjang kami berdua saling menempel satu sama lain. Mulut kami sibuk melakukan ciuman panas sedangkan tangan-tangan kami sibuk meremas-remas dada dan mengobel-ngobel selangkan kami. Semua aksi kami disaksikan oleh 4 bapak-bapak yang sekarang sibuk mengocok kontol-kontol mereka secara terang-erangan dalam halte kecil itu. tiba-tiba salah satu bapak menariku dan memisahkan permainan kami.

“neng udah ga tahan nontonin doang” kata bapak itu yang langsung menciumku dari belakang dan meremas-remas toketku. Aku bisa merasakan kontolnya lurus tegak dibawah selangkangan ku. Bapak itu pun mencoba memasukan kontolnya ke mekiku namun sepertinya dia mencoba memasuki anus ku.

“pak jangan disitu...aaahh” aku mengerang kencang menahan sakitnya ketikan kontol itu masuk melalui anusku

“ahh ahh esshh pelan-pelan pak” aku mengerang ketika bapak itu mulai menggerak-gerakan pinggangnya. Ratna yang melihat mekiku yang nganggur pun jongkok dan menjilati mekiku

“ahh shh jangan shhh ahh”

bapak-bapak yang lain mulai ga tahan dan salah satu dari mereka menganggat pinggang Ratna dan menyodoknya membuat posisi kami menjadi sebuah jembatan. Sedangkan bapak-bapak yang lain sibuk dikocoki oleh tanganku dan Ratna yang nganggur. Mereka pun merunah posisi kini aku digerumuh oleh dua orang, meki dan anusku habis digilir sambil berdiri bahkan akibat genjotannya kakiku tidak menempel ditahan sedangkan Ratna digenjot dari belakang dan mulutnya sibuk mengemuti kontol bapak-bapak lainnya.

‘plak plak plak’ tamparan-tamparan mengenai pantat Ratna yang semok

“shh pantatnya sekel banget” kata bapak yang menggenjot Ratna

“mulutnya juga ga nahan, bikin ketagihan aaahh”

“sshhh ahh ahh ahh pelan aahh pelan pak ahh” aku pun tak kuat dan hanya bisa mendesah akibat genjotan-genjotan kuat dari kedua bapak-bapak itu

“hahaha enak banget nih mekinya, emang kalin berdua lonte-lonte”

“kamu suka kan diperkosa gini? makannya mancing-mancing”

“ahh ahh nggak ahh ahh”

“jangan bohong kamu” kata bapak-bapak itu sambil menarik putingku sekuat-kuatnya

“Aaa iya pak ahh aku suka ahh ahh aku lonte”

“hahaha kalau kamu gimana?” kata bapak-bapak yang sedang asik diemut kontolnya oleh Ratna

“ahh aku emang berharap diperkosa hari ini” jawabnnya

“hahah emang kalian lonte”

Kami berduapun digilir oleh keempat pria itu sampai kurang lebih 2 jam hingga akhirnya hujan pun reda. Walaupun hujan reda, baju kami masih basah tapi bukan basah oleh air namun basah oleh peju dari bapak-bapak itu. Akhirnya kami pulang dengan baju dan badan penuh peju menggunakan kendaraan umum. untungnya kendaraan umunya tidak begitu ramai sehingga tidak banyak yang menyadari bahwa kami dipenuhi peju. Sesampainya di kamar aku tidak menemukan Cindy.


==x=x==


Cindy Side of Story

(Cerita apa yang terjadi pada Cindy hari itu)

Hari ini merupakan hari libur, namun aku harus pergi mengerjakan tugas kuliah. Tugas ini merupakan tugas kelompok untuk melakukan pengamatan terhadap aktifitas ekonomi. Aku tidak sekelompok dengan Icha sekarang, aku dikelompokan dengan Dio. Dio merupakan teman satu jurusanku, sekaligus pacar dari temanku yaitu Ratna. Sebagai cewe aku mengakui Dio cukup menarik, badannya tinggi kekar dan wajahnya juga tampan. Terkadang membayangkan dia membuatku basah, tak jarang juga aku membayangkan dimainkan oleh dia. Tapi aku tetap menghargai Ratna, makannya aku tidak berani menggodanya.

Waktu menunjukan pukul 8 pagi, aku berjanji pada Dio untuk berangkat pukul 9 tapi sampai sekarang aku belum ngapa-apain. Aku bahkan baru saja melepas semua pakaian ku dan bersiap-siap untuk mandi ketika hpku berdering. Aku lihat di layar hpku tertera nama Dio yang menelfonku. Aku segera bergegas megangkatnya.

“Assalam*alaik*m Dio”

“Waalaikumsalam Cin, gimana jadi berangkat jam 9?” suara Dio terdengar dari ujung panggilan

“eh. ah iya jadi kok hehe ga usah khawatir gitu” mendengar suaranya membuatku gugup, suaranya benar-benar berat dan membuatku bergetar

“bukan khawatir kok, takutnya belum bagun aja haha”

“haha udah bangun kok eh” aku kaget ketika menengok keluar jendela dan melihat sosok Dio di jendela kamar asrama cowo. Dio tepatnya berada diseberang jendelaku namun 2 lantai dibawahku sehingga aku dapat melihatnya dengan jelas.

“kenapa Cin?”

“anu kotak-kotak” aku gelagapan ketika melihat badan Dio yang hanya berbalut handuk saja, badan yang jadi dipenuhi otot yang proposional membuatku berdebar.

“apanya yang kotak-kotak?” tanya Dio heran

“ah baju maksudnya, baju kotak-kotakku ga ketemu ss” tanpa sadar aku sudah menungging depan jendela sambil memainkan mekiku

“oalah haha kirain apa, yaudah cepetan ya siap-siap nanti takut macet”

“shh iyah Dio” kataku sambil menutup telfon

Setelah menutup telfon, aku masih asik memainkan mekiku sambil memperhatikan Dio dari jendela kamarku. Aku benar-benar dibuat terlena oleh badannya, aku sampai-sampai membayangkan kalau aku sedang digenjot dari belakang oleh dia. Diperkosa dengan kontolnya yang gagah sambil dijambak dan ditampar-tampar pantatku. Lamunanku main menjadi-jadi ketika selongsong dildo masuk kedalam meki ku

“aahh”

“hooo bandel ya, bukannya mandi malah colmek depan jendela” ternyata itu Icha yang menyodok-nyodokan dildo ke mekiku

“ahh ahh ahh Cha ahh”

“apa Cin? Enak ya?”

“ahh iya ahh”

“mau lagi? mau yang lebih?”

“ahh iya Cha shhh”

“coba mohon Cin, minta dipuasin” aku melihat Icha menunjukan senyum nakalnya

“ahh puasin aku Cha, aku mau yang lebih ahh” Bersamaan dengan itu satu buah dildo masuk lagi kedalam anusku. Kini aku dipermainkan dua dildo oleh Icha

“ngapain kamu colmek sambil lihat-lihat dari jendela hah” tanyanya sambil menyodok-nyodok kedua dildo tersebut secara bergantian

“ahh ahh aku ngeliatin badan Dio ahh”

“hoo dasar nakal ya, udah tau pacar orang juga”

“ahh ahh ahh iya aku nakal” seiring dengan pengakuan tersebut aku mengeluarkan cairan kewanitaanku

“Aaahh” aku mengeluh panjang dan tersungkur ke lantai

“udah gih siap-siap Cin, nanti ditungguin Dio lagi hihihi atau mungkin lu kaya gini aja ketemunya” ide Icha itu membuatku bergairah

“ahh boleh juga” jawabku lemas

Akhirnya aku pun bisa siap-siap walau mepet-mepet waktunya. Aku menggunakan baju hitam lengan panjang tanpa bh seperti biasa dan rok abu terang serta kerudung yang senada. Aku menggunakan cd sengaja untuk mengganjal dua dildo yang ku gunakan. Memang menggunakan dua dildo agak susah untuk bergerak namun aku berusaha berjalan senormal mungkin agar Dio tidak curiga.

Kami menggunakan kereta untuk pergi ketempat yang akan kami amati. Tempat tersebut merupakan sebuah pabrik yang memproduksi pakaian, mulai dari daleman hingga luaran. Kereta yang kami naiki cukup padat sehingga kami harus berdiri dan berdempet-dempetan.

Kondisi ini cukup membuatku canggung, pasalnya gerakan-akan yang terjadi membuat selangkanganku makin terangsang terlebih lagi posisiku yang membelakangi Dio. Aku bahkan harus menempelkan punggungku ke dia karena terlalu sempit. tiba-tiba kereta memperlambat lajunya sehingga posisi kami bergerak kearah depan kami. Saat kereta berhenti, badan kami terhempas kebelakang dan aku berusaha mengembalikan posisiku ketika sebuah remasan terjadi pada tokets sebelah kiriku. Tangan itu tidak lain dan tidak bukan adalah tangan Dio yang tanpa sengaja meremas toketku.

“aahh” erangku pelan

“ah sorry Cin” Dio menyadari tangannya meremas toketku dan mencoba melepas genggamannya. Namun penumpang dari stasiun mulai masuk dan kondisi makin padat sehingga tangannya terjebak antara toketku dan punggung orang di depanku.

“Cin maaf tanganku nyangkut ini”

“shhh gapapa” sejujurnya aku terangang ketika tangannya Dio memegang toketku

“aduh bentar ya” Dio berusaha menarik tangannya, namun gerakan yang dia buat malah membuat toketku makin seperti diremas-remas olehnya

“shhh ahh Dio” aku mendesah desah kecil karena kini tangannya Dio berada tepat diatas putingku

“ahh” aku mengerang ketika jarinya tanpa sengaja memencet putingku dan tanganku secara reflek bergerak memegang tonjolan keras di celananya

“ehh Cin”

“kamu kesenengan ya meganginnya sampe ngaceng ssshh”

“maaf Cin abis gede dan menggoda hehe”

Akhirnya aku menghabiskan sisa perjalananku dengan toketku yang habis diremas oleh Dio. Tanpa sadar pun aku mendapati selangkanganku sudah basah dan mengalir kebawah. Aku juga sudah tak kuat sendiri sehigga harus bertumpu pada Dio hingga kami sampai di pabrik tersebut. Aku berusaha mengumpulkan tenaga untuk berjalan dengan kakiku sendiri walau selangkanganku sudah menyerah digerogoti dua dildo ini. Untungnya kunjungan kami berjalan lancar, kami berkeliling pabrik ini ditemani seorang bapak yang bertanggung jawab hari itu. Pabrik ini cukup luas sehingga perjalanan kami cukup melelahkan terutama bagiku yang menahan nafsu akibat setiap gerakan berjalan, menaiki dan menruni tangga. Hingga akhirnya ketika sudah selesai kunjungan aku sudah tidak kuat lagi dan aku lihat Dio yang masih belum puas dengan mempermainkan toketku melihatku dengan penuh nafsu selama perjalanan tadi menarikku menuju kamar mandi cowok yang berada diluar pabrik.

“Aahh Dio aku ga tahan” kataku ketika dia mendorongku kedalam salah satu bilik kamar mandi yang terdapat wc duduknya

“udah diem aku juga ga tahan liat toketmu menari-nari dari tadi” katanya langsung menyambar bibirku dan melumatnya dengan bibirnya

“ehmmpp muahh hmm ahh Dio”

“ahh hmm muah Cin” tangannya mulai bergeriliya di dalam bajuku dan meremas-remas toketku

“aahh Dio ahh” dia pun mulai mencupang leherku

“hmm hmm” aku pun mulai melepaskan celana jenas dan CDnya hingga kudapati batang keras ditanganku

“Ahh panjang banget” akupun mulai menggocok kontol panjangnya tersebut dan tangan Dio berusaha melepas rokku

“wah kamu ternyata demen pake ginian ya, pantesan dari tadi agak ngangkang jalannya, dasar nakal” katanya ketika melihat dua buah dildo dibalik CD ku

“ahh iya aku nakal, mainin dildonya Dio, aku mohon” aku memelas kepadanyaa

“ga ah, kayaknya kamu juga ga butuh ini deh” katanya sambil mencabut dildo dari mekiku dengan cepat

“ahh” aku mendesah panjang diikutin pancuran air dari mekiku

“hahaha, iya kamu ga butuh ini, kamukan punya ini” katanya sambil menyodokan penisnya dalam mekiku

“ahh ahh ahh Dio ahh” aku merasa seperti terbang ketika aku merasakan sodokan demi sodokan pada mekiku

“gila ahh enak banget” katanya sambil menggenjotku yang setengah terbaring di wc duduk tersebut

“ahh Dio ahh ahh terus ahh puasin aku Dio ahh” semuanya keluar begitu saja dari mulutku

“ahh Cin ga tahan” diapun mencabut kontolnya dan secara reflek aku langsung jongkok dihadapannya dan mengulum kontolnya itu

“umm hmm amm slurp” aku mengemut kontolnya seganas-ganasnya seakan-akan sedang mengemut eskrim

“uhh Cin, toketmu mantep, mekimu juga, ditambah mulut kamu ahh”

‘crot crto crot’ bersamaan dengan pujian itu peju menyembur keluar memenuhi liang mulutku

“hmmpph” aku kewalahan menampung semua peju yang dikeluarkannya

Kami berdua terlena oleh hasil permainan kami ketika aku menyadari ada sepasang mata yang memperhatikan kami dari atas bilik kami

“hoo jadi udah selesai mainnya?” kata pria yang memperhatikan kami dankami pun buru-buru menggunakan pakaian kami

“keluar kalian! Ga usah sok-sokan pake baju, keluar buruan” perintah pria tersebut dan kami hanya bisa mengikuti kemauannya. Ternyata di kamr mandi itu ada 5 orang pria dan 1 diantaranya berseragam putih hitam.

“kami punya bukti kalau kalian melakukan haltak senonoh disini, mau kami laporkan ke pihak kampus?” kata pira yang memergoki kami

“ampun pak, kami menyesal” kata Dio, aku hanya bisa menundukan kepala karena malu

“halah banyak alasan kamu, satpam bawa cowok ini ke kantor. Periksa dia, bisa jadi cewe ini diperkosa lagi sama dia”

“baik pak” kata pria berseragam putih hitam tersebut dan Dio pun pergi meninggalakanku bersama 5 orang pria lainnya

“sekarang, giliran kami” kata pria itu tiba-tiba

“hah??” aku terkejut mendengarnya

“ga usah pura-pura bingung, jangan bilang kamu lupa denganku” aku memperhatikan pria itu baik-baik dan berusaha mengingatnya

“jangan-jangan bapak yang waktu itu di kontrakan Kak Michel?” kataku

“hahaha benar sekali, dan sekarang kamu akan jadi mainanku”

Pria tersebut adalah pria berbadan besar yang membawa aku, Icha dan Kak Rara dari kontrakan Kak Rara dan Kak Michel.


==x=x==


Cindy Side

Aku berada dalam posisi yang gawat, pasalnya aku dan Dio ketauan mesum di kamar mandi dan parahnya lagi sekarang aku ditinggalkan bersama 5 orang pria lainnya. Salah seorang pria merupakan pria yang waktu itu membawa ku dari kontrakan Kak Rara. Aku benar-benar tidak bisa bicara apa-apa, aku hanya terdiam dan menunduk saja.

“sekarang kamu akan jadi mainanku” kata pria berbadan besar memecah lamunanku

“kamu ga bisa ngelawan, semua kegiatan kamu tadi sudah direkam di hp ini dan kalau kamu ga mau diadukan ke pihak kampus, kamu musti turutin perintah kami” tambahnya diikuti tawa 4 pria lainnya

“ampun pak, jangan laporin saya” kataku memohon dalam kondisi hanya menggunakan kerudung dan bajuku saja

“tenang kami gabakal ngaduin kamu selama kamu nurutin kemauan kami” kata salah satu pria

“sekarang siniin baju sama rok kamu” perintah salah satu pria

Aku melepaskan bajuku dan mengambil rokku yang tergeletak di dalam bilik dan menyerahkannya kemereka. Kini aku hanya menggunakan kerudungku saja tanpa mengenakan sehelai kain lagi.

“aku pengen liat kamu mastrub dongyang hot ya”

"wih boleh juga tuh, ayo neng buruan"

Aku hanya bisa menuruti perintah mereka dan berjongkok dilantai sambil memainkan kedua dildoku. Aku mulai mengerak-gerakan dildoku masuk dan keluar meki dan anusku dambil menatap mereka dari bawah.

“ahh sshhh ahhh shh” aku mulai mendesah karena masih merasa sensitif akibat permainanku dengan Dio

“heh dasar lonte” kata pria berbadan besar yang sering dipanggil bos itu

“uhh kapan lagi liat hijaber mastrub didepan mata langsung” kata pria yang lain

“ahh shh” aku mulai memperhatikan tonjolan-tonjolan dibalik celana mereka

“ohh kamu ngeliatin apa? Ngeliatin kontol?”

“shhh ahhh nggak” aku mencoba mengelak

“ga usah sok kamu, aku tau kamu pengen ini kan” kata pria itu sambil mengeluarkan kontolnya diikuti teman-temannya

“shh gede” aku tak kuat menahan nafsuku melihat lima buah kontol yang panjang, besar dan keras tersebut

“ayo gimana? Mau apa nggak” katanya sambil mendekatiku dan memukul-mukulkan kontolnya di pipiku

“shhh aaammm” aku yang tak tahan langsung melahap kontol itu tapi ‘plak’ sebuah tamparan mengenai pipiku

“kalau ditanya jawab jangan seenaknya sendiri” kata pria yang menamparku tersebut

“aahh, iya aku mau” jawabku sambil menahan air mata

“mau apa lonte?”

“mau kontol yang besar, keras dan panjang itu” aku akhirnya menelan harga diriku

“hahaha, kalau gitu mohon yang nakal”

“shhh lonte ini boleh minta dipuasin nggak sama kontol-kontol besar, keras dan panjang milik tuan-tuan” aku benar-benar merasa tak punya harga lagi

“hahaha dasar lonte, oy kita kasih lonte ini kenikmatan” perintah pria tersebut

pria-pria itu mulai mengerumuni ku dan menyodorkan kontol-kontol besar mereka. Aku pun sibuk mengulum dan mengocoki semua kontol tersebut secara bergantian. Aku dalam posisi berjongkok dengan dildo menyangkut di anus dan meiku mengulum dan mengocok kelima kontol didepanku dan hanya menggunakan kerudung saja, benar-benar pemandangan yang sangat panas. Beberapa dari mereka pun tak tahan dan mulai mengangkat pinggangku sehingga aku berada dalam konsisi menungging. Sambil sibuk mengulum kontol-kontol aku merasakan dildo di mekiku sudah berganti dengan kontol yang bergerak masuk dan keluar.

“hmmm ahh shh asmmm ahhh” aku tak bisa berkata apa-apa hanya bisa mendesah dan mengerang. ‘plak plak’ pantatku ditampar sejadi-jadinya oleh mereka hingga aku merasakan panas di pantatku. Dildo yang bersarang di anuskupun ditarik keluar dan digantikan dengan kontol yang masuk di mekiku. Badanku didirikan dan kedua kakiku diangkat sehingga aku bergelantungan ditangan pria tersebut. Pria di depanku mulai mendekatiku dan memasukan kontolnya di mekiku dan seketika aku terjepit diantara kedua pria yang aski menggenjot badanku.

Pria didepan asik meremas-remas toketku dan pria dibelakangku asik menggerak-gerakan badanku naik dan turun. pria-pria lainnya dengan santai antri menunggu giliran mereka. Aku benar-benar merasa tak memiliki kuasa akan tubuhku sendiri, aku digilir dengan berbagai gaya semua lubangku dimasukan tanpa istirahat bahkan aku sampai keluar 3 kali sampai ketika hpku berdering kencang. Seorang pria mengambilnya dan menunjukannya padaku yang sedang digerumuh dua orang. Layar hpku menunjukan nama Dio yang menelfonku.

“kamu angkat, bilang kamu baik-baik aja dan kamu udah diperjalanan pulang” perintah pria berbadan besar

“shh Dio?” kataku membuka pembicaraan

“Cin kamu gapapa? Kamu dimana sekarang?” kata Dio di seberang telefon

“aku gapapah kok sshh aku udah di jalan pulang shhh”

“kamu bener-bener gapapa? Aku sempet dimarah-marahin sama satpam-satpam disana dan akhirnya diusir”

“iyahh shh aku gapapaah, kamu balik aja sss”

“Cin? kamu bener-bener gapapa kan?”

“iyahh Dio ahhh”

“yaudah kalau gitu, aku pulang juga ya, maaf buat hari ini”

“iyah shh ahh” aku mendesah kencang ketika akan menutup telfon, aku tidak yakin apakan Dio mendengarnya atau tidak tapi aku tidak bisa memikirkannya.

Pikiranku kini sedang melayang akibat penggiliran yang dilakukan oleh kelima pria ini. Mereka pun melanjutkan penggilaranku setelah aku menutup panggilan tersebut. Aku benar-benar dibuat melayang dengan genjotan-genjotan, sodokan-sodokan, dan remasan-remasan itu hingga akhirnya aku terduduk lemas di lantai dan pria-pria tersebut berdiri didepanku sambil asik mengocok kontolnya.

“ini hadiah dari kami, kamu harus terima haha” kata salah seorang pria yang mendekatiku

“buka mulut kamu sayang” katanya. Dengan lemas aku membuka mulutku dan

‘crot crot crot’ peju pria tersebut keluar memenuhi rongga mulutku

“tampung dimulut, jangan ditelen atau dibuang” kata pria berbadan besar yang selanjutnya berdiri didepanku

“buka mulut kamu, sekarang tampung punyaku” pria tersebut dan meluapkan pejunya didalam mulutku dan aku berusaha menampungnya

Aku sedikit kewalahan karena peju yang ditumpahkan cukup banyak dan aku diperintahkan untuk menampungnya. Jumlah peju tersebut terus bertambah hingga semua pria memuntahkan pejunya didalam mulutku. Aku masih terduduk lemas mengenakan kerudungku dengan mulut penuh menampung sperma ketika kelima pria tersebut mulai berberes-beres.

“kalian balik aja duluan, biar aku yang gurus lonte ini” kata pria berbadan besar

“oke boss, lain kali kalau ada yang kaya ginian lagi ajak-ajak ya” kata meraka sambil meninggalkan kamar mandi tersebut

“nah sekarang kamu ikut aku keruanganku” kata pria tersebut

“hmm hmm hmm” aku mencoba berbicara namun aku tidak bisa karena peju yang sangat banyak tertampung dalam mulutku

“kenapa? Baju? Ga perlu, kamu udah cocok gapake baju hahaha” kata pria itu sambil berjalan meninggalkan kamar mandi.

Sesampainya di kantor pria tersebut, yang akhirnya aku tau bahwa namanya Pak Raka, aku disuruh berdiri ditengah ruangan sementara dia sibuk mengambil sesuati dilacinya. Dia kemudian mengeluarkan lakban hitam, ball gag, dan kalung anjing. Dia pun tersenyum dan menyuruhku mendekatinya.

“kamu malem ini bakal jadi anjingku hahaha” tawanya sambil melakban kedua pegelangan tanganku dan memasangkan kalung anjing dibalik kerudungku

“sekarang buka mulut kamu” perintahnya. Aku pun membuka mulutku yang masih dipenuhi dengan peju

“hahaha bagus, kamu masih nampung pejunya. Sekarang kamu bakal pakek ini” dia pun memasangkan sebuah ball gag dimulutku dan mengikatnya dengan kencang sehingga aku tidak bisa menutup mulutku.

“nah buat pemanis” dia memasangkan vibrator berbentuk dildo yang lumayan panjang kedalam mekiku dan memasukan butt plug berbentuk ekor kedalam anusku. Kini aku benar-benar seperti anjing dimatanya

“hahaha bagus-bagus Cuma kayaknya ada yang kurang, ah iya toket kamu masih nganggur” dia pun mengeluarkan sepasang penjepit yang terhubung dengan pemberat dan memasangkannya pada putingku

“ahhh” aku mengerang karena beban yang diberikan kepada putingku sangat berlebih sehingga langsung tertarik kebawah ditambah dengan sensai getaran dari vibrator di mekiku

“hahaha kamu suka ya ternyata. Sekarang waktunya ngajak jalan-jalan anjing” katanya sambil menarik tali yang terhubung pada kalungku

Aku digiring menuju mobil, sepanjang perjalanan menuju mobil aku hanya bisa mendesah. Gerakan-akan yang ku lakukan membuat beban yang ada dipenjepit ikut bergerak sehingga aku putingku tertarik kesana kemari. Belum lagi sensai getaran dari dildo yang membuatku berjalan mengangkang. Waktu menunjukan pukul 12 malam ketika kami meninggalkan pabrik. Suasana sudah cukup gelap dan sepi, aku tidak tahu apa yang dimaksud dengan jalan-jalan yang di bilang Pak Raka namun aku merasa deg degan penuh nafsu dibuatnya. Setelah 20 menit perjalanan kami berhenti di sebuah taman yang cukup sepi.

“sekarang turun, kita jalan-jalan ditaman” kata Pak Raka

“hmmm hmm” aku menggeleng-gelengan kepala, aku sebenarnya takut kalau harus jalan di taman dalam kondisi seperti ini

“ohh ngelawan ya kamu!” seru pria itu dan ‘plak’ sebuah tamparan kuat mendarat di sisi luar toket kanan ku. Tamparan itu berasal dari batang pemukul sepanjang kurang lebih 30cm

“aaahhh” aku mengerang karena tamparan dan tarikan dari beban di putingku. Luar bercampur peju dari dalam mulutku keluar mengalir melalui lubang-lubang pada ball gag yang mengekang mulutku.

“kamu jangan ngelawan, lonte” kata pria tersebut sambil menarik tali leherku dan menepuk-nepuk halus tongkat tersebut ke pipiku

“hmm hmmm” aku masih menggeleng-geleng takut

“dasar lonte!” seru Pak Raka diiringi dengan tamparan yang bertubi-tubi di kedua toketku

‘plak plak plak plak’ ‘aaahhh ahh ahhh ahhh’ tamparan tersebut terus belanjut hingga satu menit menyisakan warna merah pada kedua toketku. Liur dan peju yang tertampung dimulutku semakin banyak yang mengalir keluar dari lubang-lubang ball gag hingga membasahi kerudung dibawah daguku dan juga mengalir membasahi badanku. Aku yang sudah lemas pun ditarik dengan paksa keluar dari mobil.

“kamu pake ini biar ga bisa lari” Pak Raka pun mengeluarkan sebuah besi sepanjang 1 meter. Kedua pergelangan kakiku diikat dengan kuat menggunakan tali tambang di kedua ujungnya sehingga aku sedikit mengangkang.

“nah sekarang jalan” ‘plak’ sebuah tamparan dari tongkat mengenai pantatku dan menyebabkan aku berjalan

Suasana taman sudah sangat sepi bahkan bisa dibilang tidak ada orang. Penerangan yang minim sehingga terlihat sangat gelap. Aku berjalan dengan agak mengangkang ditengah-tengah gelapnya taman dimana posisi kedua tanganku dilakban di belakang tubuhku, kedua lubang dilengkanganku di sumbat oleh benda-benda asing, mulutku tertahan ball gag dan putingku ditarik oleh beban. Sepanjang jalan aku hanya bisa mendesah dan mengerang. Aku sudah tak bisa memikirkan apa-apa lagi aku hanya bisa pasrah saja dengan perlakukan yang dilakukan oleh Pak Raka di taman waktu itu. Paginya aku terbangun disebuah kamar, kepalaku sangat berat aku tak bisa mengingat apa yang terjadi di taman malam itu. Aku menemukan sebuah set pakaian, uang, dan kertas berisi pesan. Pesan tersebut berbunyi ‘uang dan pakaian itu buat kamu. Kalau kamu tertarik dengan pekerjaan hubungi aku saja, pekerjaannya kurang lebih sama seperti si Michel. Lain kali kita main lagi ya lonte haha’ dan serangkaian nomor. Aku pun tenggelam dalam pikiranku, apakah akan ku ambil pekerjaan dari Pak Raka atau tidak, pasalnya uang yang diberikan lumayan untuk menutupi kuliahku.


==x=x==


Sekarang sedang libur semester 2 dan aku sudah tidak tinggal di asrama. Aku dan Cindy memutuskan untuk ngekos ditempat yangs sama soalnya sudah terlanjur nyaman. Aku memilih kos-kosan yang agak jauh dari kampus supaya lebih tenang dan murah bila dibandingkan dengan kos-kosan yang ada di dekat kampus. Kami menemukan kos-kosan yang cukup bagus, lokasinya tidak terlalu jauh dari kampus dan juga sepi dari lalu lalang kendaraan. kos-kosan ini merupakan kosan campur dengan 2 lantai berbentuk huruf U, kamar mandi luar atau dalam, dan parkiran mobil. Gedungnya kelihatan masih baru, menurut bapak kosannya sih baru dibuka semester lalu jadi belum banyak penghuninya. aku dan Cindy masing-masing menempati kamar yang ada di lantai atas sebelah kanan dari pagar. Kamar kami pun bersebelahan karena belum banyak penghuninya.

Siang itu aku memberhentikan mobil merahku di parkiran kosan dan turun dari mobil bersama Cindy untuk menurunkan barang-barang kami. Oh iya, aku sudah boleh bawa mobil sekarang soalnya kata ayahku biar lebih gampang kalau mau pulang.

“penghuni baru ya? Mau dibantuin?” suara seorang pria terdengar ketika aku membuka bagasi

“ah iya mas baru mau masuk hari ini, makasih ya mas” kataku

“aku Aldi thn ketiga, kalau kalian?” katanya sambil menyodorkan tangan

“aku Icha, thn kedua”

“aku Cindy, sama thn kedua juga”

“wah kalian junior ternyata hehe, kamar kalian dimana biar dibantuin”

“di lantai dua, yang itu sama sebelahnya” kata Cindy sambil menunjuk kamar kami

“oh yang itu, bentar ya biar rame, oy sini bantuin!” seru Aldi memanggil penghuni kosan yang lain

Dari situ kami tau kalau kosan ini baru diisi 6 orang cowo, yaitu Aldi, Reza, Dana, Bagas, Adam, dan Dimas. Mereka semua adalah mahasiswa thn ketiga dan kelihatannya dari jurusan yang berbeda-beda namun merupakan teman main bareng. Mereka pun membantu aku dan Cindy memindahkan barang kami dari mobil ke kamar kami dan kami semua pun ngobrol-ngobrol di kamarku.

Sore hari aku terbangun setelah kecapean membereskan semua barang-barangku dan aku memutuskan untuk mandi namun pas aku buka kamar mandiku ternayata belum aku belum mengisi bak mandi. Aku pun teringkat kalau disini ada kamar mandi di lantai 1. Aku yang masih setengah sadarpun membawa handuk dan alat mandiku menuju lantai satu. Sampai akhirnya didekat kamar mandi aku melihat cowok-cowok penghuni kosan ini sedang duduk2 ngobrol di ruang nonton depan kamar mandi. Mereka yang menyadari kehadiranku melihatku dengan mata yang hampir melotot.

“waw nggak salah tuh” kata Dimas

“mulus bro mana putih lagi” Reza menambahkan

“hmm ujungnya masih pink” Adam menambahkan lagi

“hmm??” aku memasang tampang bingung

“Icha suka jalan-jalan telanjang ya hehe” kata Aldi yang tiba-tiba membuat aku sadar dan melihat tubuhku

“wahh” aku baru sadar bahwa aku tidak mengenakan apa-apa, aku benar-benar lupa sebelum tidur tadi aku melepaskan semua pakaianku. Aku pun berlari menuju kamar mandi di depan dan menutup pintunya dengan cepat tapi ‘brak’ pintu tersebut lepas

“aduhh kok gini sih” kataku panik

“yah Cha, kamar mandi itu ga bisa dikasarin pintunya, soalnya penah dibobol Adam gara-gara kekunci di dalem” kata Reza

“ah iya iya aku inget hahaha” kata Dana

“udah Cha mandi aja gapapa santai aja haha” kata Adam penyebab rusaknya pintu ini

“ih apaan sih kalian” kataku sambil berusaha menutupi tubuhku dengan handuk

“hmm apa kita aja yang mandiin dia? hahaha” usul Bagas diikuti dengan siulan dari teman-temannya yang lain

“ide bagus tuh haha, sekalian juga biar kita ada hiburan di kosan” kata Aldi

“kalian jangan macam-macam nanti aku teriak” kataku, sebenarnya aku sendiri cukup berdebar-debar pasalnya aku baru kali ini sendirian telanjang didepan cowok-cowok

“teriak aja, disekitar sini masih sawah dan udah sore gini ga ada orang yang nyawah. Bapak kos juga ga tinggal disini, kalau si Cindy turun bantuin kamu juga bakal jadi hiburan tambahan buat kami hahaha” seru Dana

“tapi disitu sempit coy, gimana kalau kita pindahin” usul Bagas

“wah ide bagus” jawab Dana

Mereka pun berdiri dan mulai mendekati aku yang berdiri berusaha menutupi tubuhku dengan handuku. Dana dan Bagas yang berbadan cukup besar menarik tanganku dengan paksa sehingga handuk tersebut jauh kelantai. Kini aku dalam kondisi telanjang digiring ke halaman belakang kosan yang dipakai untuk menjemur. Dana pun mengikat tanganku didepan menggunakan tali sisa untuk tempat menjemur dan aku lihat Aldi dan Adam membawa bak penuh berisi air dari kamar mandi kesini. Mereka pun mulai melepas pakaian mereka satu persatu hingga akhirnya benar-benar telanjang bulat memperlihatkan kontol mereka

“nah sekarang mandi ya” kata Bagas sambil menguyur air ke seluruh tubuhku

“hmmm” aku menutup mata menghindari air masuk kedalam mataku

“sini kita bantuin ya” kelima cowok lainnya mulai menggosok-gosokan sabun ke badanku

“hmmm” aku berusaha menahan desahan ketika tangan-tangan mereka mengenai puting dan selangakangan ku

“loh kenapa mukanya merah gitu? Seneng ya diginiin?” ledek Aldi

“hmmm” aku berusaha memalingkan pandanganku nahun Bagas menarik daguku dan mulai menciumku

“hmmm hmm aahh ahh hmmm ahhh” desahanku tak terhankan ketika mereka mulai meremas-remas toketku dan menarik-narik putingku, tak sedikit juga jari-jari yang masuk kedalam mekiku yang menyebabkan badanku bergejolak naik dan turun juga bergerak ke kanan dan ke kiri.

“hoo kenapa?? Kamu suka ya? Udah ga usah malu-malu ayo bilang” kata salah satu dari mereka

“...” Aku hanya diam menahan malu dan nafu yang bergejolak

“ohh masih diam” kata Dimas dan menyuruh teman-temannya berhenti

“eh?” kataku pelan yang sekarang aku terduduk ditingah2 lingkaran kontol yang tegang didepan wajahku

“kenapa? Kecewa?” kata Dimas

“..” aku hanya diam sambil menundukan wajahku

“mohon sama kita-kita, bilang yang sejujurnya apa yang kamu mau” kata Aldi

“..” aku masih terdiam menahan harga diriku

“ayo bilang!” kata Bagas sambil menjambak rambut panjangku

“ahhh” aku menjerit sambil menahan air mata

“ayo bilang cepetan!” kata Adam yang sudah tak sabar

“a..au..in.. am..a..an, a..m..on p..k..a a..”

“hah?? Ga kedengeran oy!” kata Bagas sambil menarik rambutku lebih tinggi lagi

“aku mau dimainin sama kalian, aku mohon perkosa aku” aku akhirnya mengatakannya dengan menelan harga diriku

“Nah gitu dong” kata Bagas sambil melepaskan rambutku

Kini aku benar-benar tak bisa melawan lagi setelah apa yang aku katakan. Aldi mengangkat pantatku dan mulai memasukan kontolnya. Reza melepaskan ikatan pada tanganku dan memasukan kontolnya dimulutku. Tanganku yang bebas diraih oleh Adam dan Bagas menuju kontolnya mengisyarakanku untuk mengocoknya.

‘plok plok plok’

“ahhhmmm hmmmpp ahhh hmm” aku yang sudah hilang akal hanya bisa mendesah mengikuti permainan mereka

“ahh gila aku ga nyangka cewe yang baruku kenal sekarang jadi budak sex” kata Aldi

“iya coy, mantep banget sepongannya” Reza menambahkan

“hmm hmm hmmm” desahanku tertahan oleh kontolnya Reza

Aku dimainkan oleh Reza, Aldi, Adam dan Bagas selama kurang lebih 15 menit hingga akhirnya

‘crot crot crot’ Aldi dan Reza keluar di meki dan mulutku

“jangan ditelen, tahan” perintah Reza

“gila mantep banget” seru Aldi

Kini Adam dan Bagas yang dari adi aku kocok kontolnya berpindah tempat. Bagas mengangkat kedua pahaku sehingga aku megangkang dan bertumpu di tubuh Bagas. Bagas pun memasukan kontolnya kedalam anusku secara perlahan dan Adam yang melihat mekiku yang sepi mulai memasukan kontolnya kedalam memiku. Aku merasakan dua buah kontol bergesakan dalam selangkanganku.

“hmm hmmm ahhh hmmm” aku berusaha mehanan peju yang ada di dalam mulutku

“hmm umm” Adam kini mulai menciumi leher bagian kananku dan meremas-remas toketku dari depan

“hmm” Bagas pun mengikuti Adam dengan menciumi leherku di sisi lainnya sembari menggerakan tubuhku ke atas dan ke bawah

“hmmm hmmm hmmm” aku mengerang-ngerang sambil menahan peju yang ada dalam mulutku.

Dalam pergelutan itu, aku menyadari bahwa hanya Dana dan Dimas yang tidak ada. Aku melihat Aldi dan Reza yang tadi mempermainkan aku duduk sambil menghisap rokok mereka. Sedangkan Adam dan Bagas sibuk mempermainkan aku selama hampir 10 menit hingga mereka keluar dalam selangkanganku. Aku terbaring lepas ditanah sambil menahan peju dalam tubuhku dan di kagetkan dengan suara dari lorong.

“lepasin! Lepasin ih” suara seorang gadis yang tangannya sedang dipegangi oleh Dana dan Dimas

“udah ikut aja, pasti kamu suka kok” ujar Dimas

“temen kamu juga suka kok tuh buktinya” Kata Dana sambil menunjuk kearahku

“Icha!?” ternyata itu ada Cindy yang telanjang bulat ditarik oleh Dana dan Dimas

Jadi selama aku dipermainkan oleh 4 orang disini, Dana dan Dimas naik keatas mengerjai Cindy. Aku tidak bisa memikirkan apa yang akan terjadi pada kami ber dua nanti


==x=x==


Aku kaget ketika mendapati Cindy ditarik oleh Dimas dan Dana. Dari kondisinya terlihat seperti dia habis mandi ketika dia di bawa oleh mereka. Cindy pun ditarik dan dilempar ke arahku yang berada di tanah. Dia pun memeluk badanku seakan-akan memastikan aku tidak apa-apa.

“kalian apa-apaan sih? Cha kamu gapapa?” katanya sambil melihat mukaku yang merah

“hmmm hmm” aku menganggukan kepala sambil menahan peju yang ada di mulutku

“wih gila, yang ini toketnya boleh juga bro, gede punya haha” kata Bagas

“langsung sikat bro haha” seru Reza

“tahan bro, kita buat lebih seru dulu” kata Aldo sambil menghampiri kami dan menarik paksa kedua tangan Cindy

“ahhh lepasin” teriak Cindy mencoba memberontak

“eh budak, mainin temen kamu. Bikin show yang hot buat kita” perintah Aldo sambil melihat ke arahku

Aku yang masih dipenuhi nafsu saat itu pun bergerak mendekati Cindy lalu mencium bibir manisnya itu. Aku mencium bibirnya sembari memasukan lidahku kedalam rongga mulutnya yang menyebabkan mengalirnya peju yang sedari tadi aku tampung dalam mulutku. Tanganku yang dikuasai nafsu pun mulai meremas-remas kedua toket besar milik Cindy sembari mencubit2 pentilnya.

“hmmmuaahh ammpp ahh” erang Cindy ketika tanganku menarik-narik putingnya

“waw mantap sekali shownya”

“terus-terus” terdengar suara cowok-cowok yang asik memperhatikan pergelutan kami sambil mengocok kontol mereka.

“ahh Cha ssshh ahmm” erang Cindy ketika jariku mendarat dimekinya dan memainkan klinoritisnya

“hmmm ahhh hmmm” aku pun mulai menciumi lehernya Cindy

“aahh shhh ahhh Cha shhh ahh jangan ssh” Cindy mulai melemas akibat rangsangan-rangsangan yang diberikan olehku

Tubuh Cindy jauh lebih sensitif dibandingkan tubuhku sehingga membuatnya tak berdaya bukan masalah yang sulit. Apalagi buat aku yang sering ngisengin badannya selama tinggal di asrama. Aldo yang sudah mengetahui bahwa Cindy sudah lemas pun melepaskan pegangan tangannya dan mulai mengocok kontolnya. Kini kami berada dalam lingkaran berisi kontol-kontol yang mengacung kearah kami. Keenam cowok tersebut mulai memisahkan kami dan mulai meraba-raba tubuh kami. Aku dipegangi oleh Dimas, Dana, dan Aldo yang langsung saja memenuhi lubang mekiku dan mulutku. Sedangkan Cindy dipegangi oleh Bagas, Adam, dan Reza yang melakukan hal yang sama dengan kawan-kawan mereka. Kami pun digilir oleh cowok-cowok itu entah sampai berapa jam, hingga akhirnya kami lemas akibat keluar beberapa kali dan tergeletak di tanah.

Dalam kondisiku yang setengah sadar aku mendengarkan pembicaraan mereka.

“belum puas nih bro mainin mereka, kita apain lagi nih?”

“hehe kalau itu tenang bro, aku nemu barang-barang bagus dari kamar mereka”

“widih edan, ternyata mereka nyimpen kaya ginian”

“ah aku punya ide bro”

Setelah itu pun aku tak sadarkan diri. Ketika aku bangun aku berada dalam sebuah mobil yang sedang melaju. Aku masih dalam kondisi telanjang, namun kini kedua tanganku terikat semacam besi dibelakang tubuhku dan mulutku tak bisa kututup seperti ditahan semacam besi berbentuk lingkaran. Aku lihat disampingku terbaring Cindy yang mulai bangun dalam kondisi yang sama denganku, telanjang dan tangannya terikat juga mulutnya ditahan oleh ring gag.

“oohh udah bangun” aku mendengar suara Aldo dari depan

“aaahh ooo aaa” aku berusaha berbicara namun mulutku tertahan oleh ring gaga dimulutku

“ahahaha sumpah gak ngerti kamu ngomong apa” tawa dari Dana

“malam ini kalian akan bersenang-senang haha tapi bukan dengan kami” kata Dimas

“oke kita mulai dari sini aja” Kata Reza sambil memarkirkan mobil dipinggir jalan yang gelap

“sini turun kalian hehe” kata Dimas

“aaa aaahh” Cindy dan Aku berusaha melawan namun kami tak cukup kuat melahawn badan mereka

“sekarang kalian bakal kami tinggal disini dan kalian harus jalan sampe taman yang ada diujung jalan ini” jelas Aldo

“aaahh ooohh aaahh” aku menggeleng-geleng kepalaku berusaha menolak

“kalian ga bisa nolak, ini perintah kami” kata Reza sambil mendorong tubuhku ke kap mobil

“aku ga nyangka kalian punya benda-benda kaya gini” katanya sambil mengeluarkan dildo dengan dua ujung dan memasukan salah satu ujungnya ke mekiku

“aaahh aaa” erangku ketika salah satu ujung dildo itu masuk dengan cepat

“nah sekarang ujung satunya” kata Dana sambil megangkat tubuh Cindy dan meletakannya diatasku

“aaahh” erangku dan Cindy panjang setelah ujung dildo yang megacung keuadara masuk kedalam meki Cindy dan mendorong ujung satunya masuk lebih dalam ke mekiku.

“haha sekarang kita tambahin” kata Dimas sambil memasukan dildo vibrator dalam anus kami

“aahh ahhh” Cindy mengerang

“belom kelar sampai sini” kata Aldo sambil mengeluarkan kalung anjing dan memangkannya kepada kami lalu menghubungkannya dengan tali

“jadi sekarang kalian ga bisa pisah haha” tambhanya

“ini juga boleh nih, kata Dana sambil mengeluarkan sepasang jepitan besi dan menjepit kedua putingku, lalu dia juga mengikatnya dengan tali ke borgol yang mengikat tangan Cindy di depanku

“nah buat kamu yang ini” katanya lagi dengan memasangkan sepasang jepitan yang dihubungkan dengan pemberat di putting Cindy

“ahh ahh” aku mengerang dan mulai mengalirkan liur dari mulutku yang tak tertutup

“ahhh oohh ahh” Cindy yang sedari tadi merunduk akibat beban pada putingnya

“aahh” aku sedikit menjerit ketika Cindy menggerakkan tangannya yang menyebabkan putingku tertarik akibat penjepitnya

“hahaha kalian udah kaya mainan yang bisa dibongkar pasang ahahaha” ledek Dimas

“ini buat penutupan haha” kata Aldo sambil mengeluarkan 2 buah borgol yang rantainya sepanjang kurang lebih 15cm dan menghubungkan kaki kami dengannya

“biar kalian nggak lari-lari hahaha” tambahnya sambil menekan sebuah tombol diremot kontrol

‘bzzzz’ seketika dildo di anus kami mulai bergetar

“aahh ohh aahh” erang kami

“sekarang kami tunggu kalian diujung hahaha” mereka pun naik mobil dan melaju meninggalkan kami.

Di pinggir jalan yang gelap itu kami berusaha berjalan di dalam rangsangan-rangsangan ini. Cindy mencoba maju menggerakan kakinya secara perlahan menjebabkan dildo yang ada di meki kami mulai tertarik.

“ahhh” dia pun mengerang akibat pergerakan dildo terebut dan-

“aahh” aku pun mengerang ketika putingku tertarik akibat gerakan tangan Cindy

Kami pun terdiam sejenak sambil terengah-engah menahan rangsangan yang kami rasakan. Liurpun mulai mengalir melalui mulut kami dan mulai membasahi badan kami. Perjalanan kami pun dilanjutkan dengan menahan nafsu akibat rangsangan-rangsangan yang terjadi. Setiap Cindy maju, putingku tertarik dan dildo di meki kami bergerak menjadi longgar namun ketika aku maju dildo tersebut menjadi erat mendorong kedalam meki kami. Siklus itu terus berulang setiap kami mengambil langkah ditambah borgol yang mengikat kaki kami menyebabkan langkah yang kami ambil tidaklah jauh. Setelah 15 menit kami berjalan dalam kondisi ini aku sudah keluar sebanyak 2 kali sedangkan Cindy sudah keluar sebanyak 3 kali, akhirnya kami pun melihat taman yang di maksud oleh Aldo. Aku pun merasa lega, namun itu tidak berlangsung lama. Aku melihat segerombolan orang dari taman berjalan menuju ke arah kami dan sepertinya Cindy sudah menyadari itu. kami bersuaha mencari tempat bersembunyi, pasalnya kalau kami terlihat dalam kondisi ini aku tak bisa bayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Cindy menyadari ada pohon besar di samping kami dan mulai bergerak ke arah sana.

“aahhh aaa ohh ahhh” aku mengerang akibat gerakan Cindy yang mendadak membuat putingku tertaring dengan cepat.

“ahhh ahhh” Cindy pun menyadari hal itu dan berusaha meminta maaf meski tidak aku mengerti kata-katanya

“ahh ahh ahh ahh” erangan kami keluar dari mulut kami yang tak bisa tertutup ini setiap langkah yang kami.

Dibalik pohon besar itu aku menyandarkan badanku di pohon tersebut sedangkan Cindy menyenderkan punggungnya ke badanku. Badan kami penuh dengan keringat akibat gerakan yang terburu-buru. Getaran dari dildo yang berada di anus kami makin menjadi-jadi akibat pergerakan kami belum lagi tekanan dari dildo yang terhubung gi meki kami membuat kami makin menjadi-jadi. Hingga akhirnya Cindy memundurkan pinggulnya yang membuatnya menekan dildo di meki kami makin masuk dan-

“aaahhh” erangan panjang keluar dari mulut kami seiring dengan carian keluar dari meki kami dan kami pun tersender lemas di batang pohon tersebut.

Kami pun terengah-engah karena lelah setelah keluar untuk yang kesekian kalinya. Ditengah-tengah istirahat kami, tiba-tiba pemandangan menjadi gelap seakan-akan mata kami ditutup oleh sebuah kain.

“selamat kalian sudah berhasil sampai di taman, ayo kita senang-senang” terdengar suara Aldo dari belakang kami.


==x=x==


Setelah kejadian malam itu, kehidupanku dan Cindy benar-benar berubah sepenuhnya. Selama di kosan, kami tidak memiliki kebebasan bahkan kami tidak diperbolehkan menggunakan pakaian tanpa seijin cowok-cowok itu. kami juga dipaksa menggunakan kalung anjing ataupun borgol sesuai dengan perintah mereka. Kami berduasudaha benar-benar menjadi budak mereka. Meskipun begitu mereka tetap memperlakukan kami dengan baik, tidak jarang mereka membelikan kami makan bahkan ada juga yang membelikan kami baju.

Memang masih dua bulan setengah sebelum perkuliahan dimulai, namun akudan Cindy memutuskan untuk tidak pulang. Selain karena nanggung, orang-orang dikosan juga tidak memperbolehkan kami pulang. Sehingga kami beralasan sedang sibuk menyesuaikan diri dengan kosan juga sibuk mengurus berkas untuk daftar ulang. Untungnya ortu kami tidak curiga tapi kalau mereka tau alasan yang sebenarnya mungkin kami tidak dianggap sebagai an*k lagi.

Siang hari itu kosan sedang sepi hanya ada aku, Cindy, dan Aldo. Walau aku bilang sepi, itu hanya orangnya saja sedangkan kondisinya sedang ramai karena Cindy sedang asik-asiknya dimainkan oleh Aldo.

“ahh ahh Do aahhh ahhh” desah Cindy

“uhhh umm ahh toket lu gede banget ahh” kata Aldo disela-sela menainkan toket Cindy dengan mulutnya

“ahh Do shh lepasin Do shh ahh, ga kuat nih ahh tanganku”pelas Cindy yang tangannya terikat dengan tali dari lantai 2 sehingga kakinya hampir tidak meyentuh tanah.

“halah baru 1 jam masa udah ga kuat? padahal waktu itu digilir semaleman kuat kok”

“ahh tapi itu kan beda aahhh-“ jerit Cindy ketika jari Aldo masuk kedalam mekinya

“hahaha padahal udah basah gini, suka kan sebenernya disiksa gini?”

“ahh shh ahh”

“jawab hey!” jari Aldo semakin menjadi-jadi menusuk-nusuk meki Cindy

“ahh!! Iya aku suka! ahh!! Siksa aku Do AHH!” jerit Cindy

“dasar lonte!!” ‘plak’ sebuah tamparan keras mendarat di toketnya

Aldo pun memasangkan vibrator dildo di meki dan anus Cindy juga memasangkan penjepit dengan pemberat di kedua putingnya.Cindypun mulai bergeliat ketikavibrator tersebut distel dengan kekuatan maksimal. Aldo pun memerintahkan Cindy untuk tidak bersuara. Lalu dimana aku? aku dari tadi memperhatikan peristiwa itu sambil duduk ditengah-tengah terik matahari. Yap, aku dijemur dalam kondisi telanjang di tengah tempat parkir ditambah kedua tanganku diborgol di belakang dan diikatan ke masing-masing pergelangan kakiku. Hal tersebut membuatku mustahil berdiri. Aku sudah lebih lama dalam kondisi ini dibandingkan Cindy, mungkin sejak jam 9 pagi. Bahkan cowok-cowok lain masih sempat mengilirku sebelum mereka pergi. Alhasil selain badanku penuh dengan keringat dan pasir, aku juga berlum*ran peju. Kini giliran*ku yang menjadi tontonan Cindy, Aldo mendorong kepalaku ke tanah hingga aku dalam posisi menunggung. Aldo lalu menancapkan kontolnya dalam mekiku dan menggenjotnya.

“shhh ahhh sshhh ahh” aku mengerang begitu Aldo menyodok-nyodokku

“uhh ahh, Cha udah berapakali dikontolin hari ini”

“shhh udah 3 kali ahh”

“waw, sama siapa aja?”

“sama ssshh Dana ss Reza sss terus kamu aahhh” Aldo kemudian membungkukan badannya sehingga kepalanya berada disampingku

“kau cantik loh Cha, aku mau adipacar kamu” Aldo pun serentak menegakkan badannya dan menjambak rambutku membuat kepalaku tertonggk ke atas

“tapi kamu lebih cocok jadi budak ku hahaha!” katanya sambil mempercepat genjotannya

“ahhh! DO ahhh jangan AHhh.. kenceng.. AHH kenceng”

“ga usah belagu lonte! kalau suka bilang suka!” ‘plak pluk plak pluk’ suara hentakan dimekiku beradu dengan suara tamparan yang diberikan di pantatku

“AHH!! Ahh ahhh ahhh” aku mengerang kencang

“aaahhh” suara erangan juga terdengar dari mulut Cindy

Mendengar itu, Aldo secara tiba-tiba berhenti dan mencabut kontolnya dan mulai beranjak dariku. Aldo kemudian mengambil cambuk dari kotak milik Cindy dan beranjak menuju Cindy yang menggeliat akibat reaksi dari vibrator.

“heh lonte, udah dibilangkan jangan bersuara” kata Aldo

“ahhh ahhh maaf Do, abis ga tahan”

“dasar lonte ga guna!!”

‘ctar’ ujung cambuk mendarat di pantat Cindy membuat badannya bergerak-gerak

“AHH!”

“di kasih satu perintah aja ga bisa diselesaikan dengan bener!”

‘ctar’ lagi-lagi cambuk mendarat di pantatnya

“AAAHH!!”

“nih ku kasih hukuman buat kamu”

‘ctar ctar ctar ctar’

Aldo memainkan cambuk tersebut dengan sesuka hatinya. Cambuk tersebut mendarat ditubuh Cindy dengan brutal mulai dari pantat, perut, hingga toketnya. Hal tersebut membuat badan Cindy bergerak terhempas kesana kemari. Aku memperhatikan hal tersebut sembari terdiam di atas tanah. Pasalnya Aldo tiba-tiba berhenti menggenjotku ditambah lagi kata-katanya sebelum itu membuatku tertegun. Aku merasa nanggung akibat perlakuannya. Setelah 15 menit mencambuki Cindy, Aldo pun berhenti dan melepaskan ikatan Cindy. Aldo menggiring tubuh Cindy yang sudah merah-merah penuh dengan bekas cambukan menuju tempatku berada lalu membaringkannya di sampingku. Tubuhku diangkat oleh Aldo dan meletakkannya di atas tubuh Cindy dengan posisi aku menghadap Cindy.

“nah sekarang kita selesaiin apa yang tertunda”

“AHH!!”Aldo tiba-tibamenjambak rambutku dan menusukan kontolnya di mekiku

“heh lonte, bantuin aku jangan cuma tiduran aja” perintahnya kepada Cindy

“ahhh ahh iya tuan” jawab Cindy yang masih lemas akibat cambukan2 tadi

“aaahhh ummaahh ahhh” Cindy pun mulai mencium bibirkudengan ganas dan jarinya menjepit putingku dan putingnya secara bersamaan lalu menarik-nariknya ke arah berlawanan.

“Ahhh ummmahh aahhh Cin ahhh Do ahh” aku tidak bisa memikirkan apa-apa lagi, aku benar-benar seperti melayang dalam kenikmatan yang ku terima

“hahaha dasar lonte-lonte, kalian emang suka di siksa ya hahaha”

Setelah Aldo keluar, dia melepaskan ikatan ke kakiku dan memindakan ikatan borgolnya menjadi di depan badanku. Cindy disuruh mandi dan memandikanku selagi Aldo membeli makan untuk kami. Setelah kami makan, Cindy memakaikan kerudung kepadaku dan aku lihat Cindy sudah berpakaian rapih.

“mau kemana Cin?” tanya ku

“aku mau ketempat foto”katanya, yap Cindy sekarang kerja sebagai model dibawah managemen yang sama dengan Kak Michel

“oalah, emang udah dibolehin pake baju??” Cindy pun mengangkat roknya dan memperlihatkan Dildo ang menyangkut di mekinya

“katanya Aldo baru boleh di lepas sehabis foto”

“ohhh semangat ya, jangan sampe ketauan hehe”

Aldo pun memanggil kami ke bawah, sepertinya dia akan mengantar Cindy soalnya dia sudah kelihatan rapih.namun, sebelum pergi Aldo menarik borgolku dan mengikatkannya pada tali yang digunakan untuk menggantung Cindy.

“aahhh!” jeritku ketika tali tersebut ditarik dengan cepat menyebabkan tubuhku tergantung

“sekarang ini” Aldo kemudian mengikatkan kedua lututku dengan tali dan mengaitkannya keatas tangankuh hingga aku mengangkang

“ahh Do, apa-apaan nih?” kini aku yang hanya mengenakan kerudung saja tergantung dalam kondisi mengangkang

“Ya aku mau ninggalin kamu kaya gini selamaaku nganterin Cindy”

“apa sih do, lepasin ih nanti kalai ada yang dateng gimana??”

“loh bukannya kamu suka ya kalau ditontonin orang??”

“...” Aku tak bisa membantah untuk itu

“tapi ga gini juga Do” aku berusaha menolak

“ohhh, ngelawan? jadi budak ngelawan majikan?” Aldo kemudian naik kelantai dua dan kembali dengan kotak tempat aku menyimpan ‘mainanku’ dan mengeluarkan 6 buah egg vibrator

“Do? kamu mau ngapain sama benda itu?” aku mulai panik

“..” Aldo hanya diam saja dan mulai memasukan satu demi satu egg vibrator itu dalam mekiku

“ssshh Do ahh shhh Do ssshh cukup Do shhahh kebanyakan Do sssahh” kini 6 kabel dari egg vibrator tersebut mengantung bebas di mekiku dan aldo menyelotip mekiku untuk mencegah keluarnyaegg vibrator

“jangan coba-coba ngelawan ya” katanya sambil menarik putingku

“Ahh!!” aku mendesah sekuatku

“nih biar kamu ga takut” Aldo memasangkan peutup mata kepadaku sehingga kiniaku benar-benar tak bisa melihat apa-apa

“Do? Do? Ga lucu Do”

“Siapa yang ngelucu?? Hahaha” kemudian dia menyalakan egg vibrator itu persatu dalam kondisi yang paling kuat

“ahhh ahh ahh ahh ahhh” aku mendesah-desah begitu merasakan keenam vibrator itu saling bergetar dan saling memperkuat getarannya satu sama lain

“kalau aku jadi kamu, aku ga bakal ngeluarin suara biar orang-orang ga ada yang dateng. Oiya ini bonus dari aku” Aldo kemudia melakukan sesuatu pada tubuhku seperti menulis sesuatu diatas tubuhku.

“hmm ahh hmmm” aku pun mencoba menahan desahanku sekuat tenaga

“udah ya, aku pergi dulu nganter Cindy. Tenang aja gerbang ga ku kunci kok hahaha” kata Aldo yang suarnya semakin lama semakin menjauh

Aku benar-benar ditinggal dalam kondisi seperti ini oleh Aldo. Kalau2 ada yang dateng gimana?? Aku bakal diapain?


==x=x==


Sudah hampir setengah jam sejak aku ditinggalkan meskipun aku tidak tahu pasti dengan penutup mata ini. Sejauh ini belum ada kejadian apa-apa, namun aku masih tergantung dengan meki penuh egg vibrator. Aku sudah keluar hampir 4 kali sejak ditinggalkan dan sekarang aku benar-benar lemas. Aku sudah hampir tak bisa merasakan kedua tangan dan kakiku. Keringat juga mengucur deras akibat terik matahari siang itu. Aku benar-benar meratapi nasibku saat ini yang keluar dari mulutku hanyalah desahan dan liur yang menetes dari ujung lidahku yang menjulur. Di tengah-tengah siksaan yang aku alami, sebuah suara seperti bola jatuh terdengar tidak jauh dari tempatku digantung.

“permisi! mau ngambil bola!!”sahutan cowok terdengar dari arah pagar disertai ketukan

“sekali lagi coba” suara cowok yang berbeda

“permisi! Mau ngambil bola!!” kembali sahutan beserta ketukan dari arah pagar

Aku kaget mendengar sahutan tersebut apa lagi dalam kondisiku sekarang. Pagar kosan memang lumayan tinggi sekitar 2 meter jadi kondisiku sekarang tidak terlihat dari luar seharusnya. Masalahnya adalah Aldo tidak mengunci pintu pagar jadi siapa saja bisa masuk. Aku benar-benar panik, bagaimana kalau mereka macam-macam. Namun disisi lain aku merasa deg degan jika kondisiku sekarang dilihat oleh orang-orang. Haduh sepertinya akal sehatku sudah tidak berjalan dengan normal sekarang.

“ga ada orang kayanya coy, panjat aja?”

“jangan nanti dikira maling”

“terus gimana dong? kamu sih main asal tendang aja”

“maaf-maaf, ambil besok aja deh gimana?”

“yaudah deh, gimana lagi”

“eeh tunggu coy, pagernya ga dikunci”

“masuk aja nih?”

“iya masuk aja, Cuma ngambil bola doang kan”

Ketakutanku benar-benar terjadi saat itu. Cowok-cowok yang aku gatau berapa jumlahnya masuk melewati pagar. Aku dapat mendengar pintu pagar terbuka dan langkah-langkah kaki masuk kedalam parkiran kos-kosan. langkah-langkah kaki itu kemudian terdiam sesaat dan terdengar suara siulan. langkah-langkah kaki itu pun bergerak cepat menuju ke arahku. Aku tak bisa melihat apa-apa karena penutup mata ini, tangan dan kakiku pun juga sudah lemas tak bisa digerakan akibat melawan gravitasi, badanku pun penuh dengan keringat yang bercucuran, dan mulutku hanya mengeluarkan desahan dan liur saja.

“widih ada cewe telanjang digantung bro”

“mana badannya mulus coy”

“kayaknya mahasiswi sana nih, mana hijaban lagi”

“ada tulisan diperutnya nih, ‘aku lonte, silahkan pakai aku sesuka hati’”

“gila! Mbak beneran lonte?” tanya salah satu cowo

“aahhh ahhh” aku terlalu lemas untuk merespon

“mbak ditanya itu sama temenku, JAWAB” tiba-tiba toketku diremas dengan kencang

“AAHhh ahhh iiyaaahh” aku sudah tak kuat dengan kondisiku, aku benar-benar lemas dan dilanda birahi

“mbaknya mau dipuasin?” tanya salah seorang cowok lainnya

“ahhh ahh” aku hanya bisa mengangguk saja

“kalau gitu kita puasin SEKARANG” egg vibrator yang dari awal tertanam di mekiku ditarik olehnya secara bersamaan membuatku keluar untuk yang kesekian kalinya

“aaahh” ‘sruuutt’ desahanku dibarengi dengan muncratnya cairan kewanitaanku

Seketika itu juga aku merasakan tubuhku diturunkan hingga menyentuh tanah. Aku mulai bisa merasakan aliran darah di kedua tangan dan kakiku meskipun untuk menggerakkannya membutuhkan waktu. Borgol ditanganku masih terpasang, karena untuk melepasnya dibutuhkan kunci yang dipegang Aldo. Penutup mataku dilepas hingga kini aku bisa melihat 5 an*k seum*ran SMA berdiri mengelilingiku sembari menunjukan kontol mereka. an*k pertama pun mengangkangkan kakiku dan mulai menaikiku layaknya sedang menaiki motor sport.

“ahhh iya ahh ahhh terus ahh” aku sudah tak bisa menahan nafsuku yang terkumpul sejak tadi pagi

“ah iya mbak, uuhhh enak, mbak udah ga perawan ya”

“ahh aaahh iya aahh aku lonte ahhh terus entot aku ahhh”

“ahhh mbak!!”

“terus coy, lebih cepet coy”

“ahhh ahhh ahhh ahh” badanku mulai terangkat-angkat akibat sodokan-sodokan yang dialakukan

“shhh ahh mbak suka disiksa ya? Sshh aahh makannya digantung gitu”

“ahh ahh ahh iya dek, mbak cewe nakal aahhh maknnya suka disiksa ahhh”

“kalau gitu kita ikutan siksa” kata salah satu cowok yang mengelilingi kami

‘gdak’

“AHH hagh hagh hagh” tendangan telak mengenai toket kananku membuatku sulit bernafas

“kurang ya mbak??”

‘gdak’ teman diseberangnya ikutan menendang toket kiriku

“AAAHH hagh-hagh-hug” kini kaki-kaki mereka menginjak toket kecilku.

“toket kecil aja sok-sokan jadi lonte. Untung cakep kamu mbak, aku jadi ga mempermasalhkan”

“ahhggg ahh maaf.. toketku sshh aaahhh nggak bisa.. muasin kalian”

“ah banyak bacot kamu mbak, kalau emang nyesel nih jilat kakiku” salah seorang an*k lainnya menjulurkan kakinya keibirku

Aku pun menjilat kakinya dengan perlahan dan penuh hati-hati diikuti siulan mereka. Aku benar-benar tak bisa memikirkan apapun lagi aku sudah dikuasai sepenuhnya oleh birahiku. Melihat kejadian itu genjotan an*k pertama itu makin kencang diikuti oleh kocokan teman-temannya. Aku lihat salah satu an*k sma itu mulai merekamku dengan hpnya. Aku menutupi wajahku dengan tanganku yang terborgol namun aku masih tersenyum kepada kameranya ditengah-tengah genjotan yang diberikan. an*k berikutnya melakukan threesome kepadaku dalam posisi berdiri. Kedua pahaku dibopong olehnya sehingga dia bisa memasukan kontolnya dalam posisi berdiri. Salah seorang temannya pun berdiri dibelakangku dan mulai memasukan kontolnya di lubang ku yang lainnya. Setelah 5 menit dan merasa kurang puas, an*k yang memasukan kontolnya di anusku mencabutnya dan menarik pundaku ke bawah. Kini aku dalam kondisi tergantung dipaksa kayang dengan mekiku digenjot dan mulutku dimasuki kontol.

Aku merasa seperti jalanan ditengah jembatan dan posisi ini membuat pikiranku melayang. Aku tak pernah berada dalam posisi ini sebelumnya. Toketku yang menonjol bebas berguncang akibat hentakan pada mulut maupun mekiku. Terlihat menganggur an*k-an*k yang lain menggosok-gosokan kontol mereka ditoketku. aaahhh aku benar-benar menjadi objek seks saat itu. Setiap hentakan yang diberikan oleh kontol-kontol mereka membuatku melayang dan ketagihan. Aku diperkosa oleh mereka semua hampir 45 menit hingga akhirnya mereka sudah hampir mencapai klimaks aku dibaringkan ditengah-tengah mereka dan mereka mulai meluapkan pejunya kepadaku.

“aahh ahhh ahh” aku mendesah ditengah-tengah keadaan badanku yang penuh dengan peju

“wih gila coy, ga nyangka bisa dapet servis kaya gini”

“sekarang kita apain nih cewe?” mereka melempar pandangan kearah aku

“aaahhh lagi aaahh mau kontol aahh” aku benar-benar rusak aku hanya terbaring ditanah dengan tanganku memainkan mekiku

“aduh, dibuang sayang nih Cuma di bawa ga bisa”

“woy ngapain kalian” diskusi mereka berhenti setelah sebuah terikan dan mobil masuk ke kosan

“waduh kabur coy!!” mereka pun lari terbirit2 meninggalkan ku yang terbaring penuh peju ini

Sesosok pria keluar dari mobil tersebut yang ternyata adalah Aldo. Aku bahkan sudah tidak ingat keberadaan Aldo yang sedari tadi pergimengantar Cindy namun tidak balik2.

“kamu benar-benar gila. Bisa2nya digilir bocah2 kaya gitu”

“aahhh ahhh tuan ahh mau kontol lagi tuan” aku benar-benar belum bisa mengendalikan pikiranku

“hahaha dasar lonte kamu. Hey turun kalian, liat nih temen kamu”

Dari dalam mobil turunlah Cindy dan sesosok wanita lainnya yang aku tidak tahu. Mereka dalam kondisi telanjang dengan badannya penuh dengan peju sepertiku. Ketika mendekatiku mereka tidakberjalan, melainkan merangkak. Aku benar-benar tidakingintahu apa yang terjadi pada mereka. Setidaknya aku taukalau itu tidak jauh lebih bagus dari yang terjadi padaku


==x=x==


Cindy Side Story

Setelah melihat Icha disiksa oleh Aldo dengan cara digantung, aku diantar oleh Aldo menuju lokasi pemotretan. Lokasi hari ini lumayan jauh di daerah pegunungan karena pesanan dari pihak majalah. Sepanjang perjalanan aku membayangkan apa yang akan terjadi pada Icha. Aku membayangkan tubuh mulusnya yang digantung itu terpapar oleh sinar matahari hingga keringat bercucuran membahasi tubuhnya. Lalu ada beberapa orang melihat Icha dalam kondisi begitu dan mereka mulai memperkosanya. Uhhh mungkin lebih dari itu, mereka mungkin membawa Icha pulang bersama mereka dan menyiksanya habis-habisan.

“kamu kenapa?? pengen ya kaya Icha? haha” tiba-tiba khayalanku terhenti oleh Aldo yang sibuk mengendarai mobil

“ahhh ehmmm nggak kok” aku mencoba mengelak

“ga usah bohong, tuh kamu udah ngangkat rok sambil mainin dildonya” katanya sambil menunjuk ke arah selangkanganku

“ahhh” aku benar-benar malu, tanpa sadaraku mulai memainkan dildo yang disuruhnya ditanam dalam mekiku

“hahaha tenang, abis pemotretan kita main lagi haha. Sebelum itu kita mampir dulu”

Aldo menghentikan mobilnya disebuah rumah di kawasan dekat kampus lalu pergi masuk kedalam rumah itu. Sebelum dia meninggalkan mobil, dia menyuruhku menambah jumlah dildo yang ku pakai sebagai hukuman karena aku asik sendiri tadi. Kini aku mengenakan dua buah dildo, satu di mekiku dan satu di anusku. Dari dalam rumah itu Aldo keluar bersama seorang wanita cantik yang tak ku kenal. Aku kini dirusuh duduk dikursi tengah sedangkan wanita itu duduk di kursi depan.

“oiya kenalin, ini pacar aku” kata Aldo

“Diah” katanya sembari menyulurkan tangannya

“Cindy” sambil membalah uluran tangannya

“ya karena lokasinya didaerah pegunungan jadi aku sekalian mau ngedate sama ceweku, gapapa toh?” kata Aldo

“oh iya gapapa kok hehe”

Sepengelihatanku Diah memiliki tampang yang cantik ditambah dengan badannya yang sangat proposional. Pantas saja Aldo mau sama dia, apa jangan-jangan Aldo mengincar hal yang lain dari Diah. Sepanjang perjalanan aku dan Diah banyak ngobrol berbagai macam hal, mulai dari kuliah, hobi, hingga masalah pakaian. Ketika sudah mendekati daerah pegununggan, jalanan mulai menjadi jelek berbatu. Aku berusaha menahan desahanku sekuat tenaga, pasalnya dua dildo yang bersarang di selangkanganku terus-terusan menyodokku ketika mobil tergunjang. Semua berjalan lancar hingga tiba-tiba Aldo tak sengaja menghantam lubang.

“ahhh”aku mendesah panjang karena hentakannya lebih dari pada yang sebelumnya

“ahhmmm” desahan terdengar juga dari mulut Diah meski dia langsung menutupnya

“kalian kenapa??” tanya Aldo sok-sok polos

“ahh nggak kenapa-apa, Cuma kaget aja tadi, ya kan Cin?” Diah menoleh ke arahku

“ehh iya hehe” aku menahan rasa sakit sekaligus nikmat dari selangkanganku

Setelah kurang lebih 10 menit melewati jalan berbatu, kami sampai di lokasi pemotretan. Aku langsung turun dan berpamitan kepada mereka, aku bilang jemput aku 2 jam lagi. Produserku langsung mengarahkanku untuk berganti pakaian dengan yang telah disediakan. Katanya aku bisa ganti di mobilnya yang ada lumayan jauh dari lokasi pemotretan. Aku pun bergegas menuju kearah mobil tersebut, namun tak ke mobilnya. Aku memutuskan berganti di balik pohon besar di depan mobil karena aku sudah tak tahan lagi. Aku segera menanggalkan seluruh pakaianku hingga aku benar-benar telanjang bulat ditengah-tengah hutan di daerah pegunungan ini. Aku pun jongkok dan mulai menggerakan kedua dildo di selangkanganku.

“shhh ahhh hmmm ga tahan shhh ahhh” aku mulai mendesah kecil.

Aku kemudian memutar badanku dan berlutut serta menempelkan toketku ke pohondan mulai menggeseknya. Putingku kini bergesekan dengan kasarnya permukaan batang pohon sedangkan tanganku asyik memainkan dua dildo tersebut. Aku sesegera mungkin menyelesaikan permainanku karena aku harus segera mengganti bajuku agar produserku tidak curiga. Aku kaget melihat kostum hari ini karena mengharuskanku menggunakan jeans. Bukan masalah jeansnya tapi dildo yang ditanam ini tidak boleh dilepas sesuai perintah Aldo. Aku pun terpaksa mendorong kedua dildo itu lebih dalam dan langsung mengenakan jeans tersebut.

Selama dua jam sesi pemotretan benar-benar siksaan buatku. Gerakan-akan yang diarahkan benar-benar membuatku ingin mendesah sekuatnya. Bagaimana tidak? aku diarahkan untuk berjongkok, menanjak, melompat, dan berguling. Semua gerakan itu seakan-akan memaksa jeans yang ku kenakan untuk mendorong dildo-dildo itu makin masuk ke dalam selangkanganku. Untung saja aku bisa menahan desahan dan nafsuku meski pun itu membuatku benar-benar lelah. Setelah sekian lama akhirnya mobil Aldo pun terlihat, dan dia menyuruhku masuk. Ketika aku masuk dalam mobil, aku tidak melihat Diah di mobil.

“Do, Diah mana? pulang?” tanya ku

“oh, nggak kok dia ada kok di sana” katanya sambil menunjuk kearah hutan dimana mobil ini berhenti setelah berjalan beberapa menit

“maksudnya?”

“udah sekarang kamu turun terus jalan ke arah sana”

Aku menuruti perinahnya dan turun dari mobil menujukearah yang ditunjuk oleh Aldo. Setelah beberapa puluh meter dari mobil, aku berada benar-benar ditengah-tengah hutan dan aku melihat Diah. Iya Diah dalam kondisi tengkurap ditanah dengan tangan terikat di belakang lalu matanya tertutup oleh kain dan hanya menggunakan kerudungnya saja.

“ah! Siapa itu?? Aldo? Itu kamu?" Katanya panik

“Diah ini aku Cindy, kamu gapapa?”

“Cindy? Aldo mana?”

“Aldo ada di mobil, aku lepasin ya” aku pun berjongkok di depannya Diah

‘DUK!’

“AHH” sebuah tendanga telak mengenai dildo-dildo yang ada di selangkanganku membuatku tersungkur ditanah

“siapa yang bilang suruh ngelepasin” kata Aldo tiba-tiba

“Ahh Aldo?? Aldo” Diah merangkak menuju tempat Aldo berdiri

“bagus-bagus kamu udahnurut, ini hadiah buat kamu” katanya sembari mengeluarkan kontolnya

“ahhh Doo hmm ahmm” Diah langsung rakus melahapnya

“nah sekarang kamu buka sama rok kamu” perintah Aldo kepadaku

“ahh” aku masih lemas tersungkur di tanah

“buruan lonte!!” bentak Aldo

‘DUK’ Aldo lagi-lagi menendang tepat di dildoku

“aaahh” aku mendesah karena dorongannya

“aku juga panggil aku lonte sayang” kata Diah

“iya lonte, nih kesuakaan kamu” katanya sembari memukul-mukul kontolnya di muka Diah

Aku pun segera melepas baju dan rokku, menyisakan kerudungku saja. Aldo lalu memasangkan Ball gag kepadaku dan mengikat tanganku didepan. ikatan ditanganku lalu dihubungkan dengan pengikat leher yang ada di leher Diah.

Aldo juga memberikan semacam salep pada bagian puting dan selngkangan kami. Ahhh itu bukan salep itu perangangsang dan efeknya benar-benar kuat, baru sebentar diolehaku mulai merasakan tubuhku mulai memanas

“nah sekarang tugas kamu untuk menuntun pacarku sampai kebawah” kata Aldo sembari menunjukku

“aaahh Do sshhh Do” Diah sudah benar-benar dilanda nafsu

“aaa ahhh ohhh aaa” aku berusaha berbicara namun tak tersampaikan

“hahahah hati-hati kalian, ini masih siang. Meski sepi tapi masih bisa banyak yang lalu lalang” kata Aldo sembari berlalu dari tempat kami berdiri

Kami mulai berjalan menuju tempat yang ditentukan oleh Aldo. Aku memilih untuk melewati jalur hutan karena takut kalau lewat jalur jalanan lagi pula berbahaya karena jalanan penuh batu. Langkah kami agak sulit pasalnya kami menggunakan wedges yang membuat kami sulit berjalan di daerah ini. Belum lagi dua buah dildo yang menyangkut di selangkanganku dan satu dildo di mekinya Diah. Obat perangsang yang dipakaikan Aldobenar-benar ampuh, bahkan di dinginnya udara pegunungan ini aku masih belum merasa kedinginan.

“Ahhh Do ahhh kamu dimana”

“aaahhh oohhh..”

“AAHH” Diah keluar untuk yang ke tiga kalinya setelah kamimulai berjalan

“AAAHH” aku juga ikut keluar dan aku takingat ini untuk yang keberapa kali

Kami sudah mulai lemas karena keluar terus-terusan. Langkah kami juga sudah tak pasti entah aku yang menarik Diah atau dia yang menaik aku karena tanganku danlehernya terhubung. Hingga ketika kami keluar dari semak-semak aku di kagetkan dengan sekumpulan pemuda berjumlah 10 orang berada di hadapan kami. Sepertinya mereka sedang jalan-jalan di hutan ini.

“Cin sshhh kenapa berhenti?”

“ahhh ahhh” aku mencoba memberi tahu tapi mulutku terganjal oleh gag ini

“dia berhenti karena ini sayang” kata salah seorang pemuda sembari mengelus pinggang Diah dari belakang

“aahhh lepasin, jangan pegang-pegang aku”

“loh kenapa? Bukannya kamu telanjang tengah hutan supaya dapet kehangatan”

“ahh shhh lepasin shh” Diah berusaha melawan meskipun dia melemah ketika pemuda itu meremas-remas kedua toketnya tersebut

“gausah sok sokan, tuh teman kamu udah jujur sama badannya” pemuda itupun melepas penutup mata Diah

“Cindy!!” serunya ketika melihatku sudah digerayangi dan diciumi 4 pemuda

“ahhh ahhh ahhh” aku sudah tak peduli dan aku sudah benar-benar pasrah

“dari pada pake ginian mending pake punya ku” kata pemuda itu melepas dildo yang ada di meki Diah

“AAAHH” diah mendesah kuat dan mengangkang menyemburkan cairan kewanitaanya kearahku

“sekarang kamu ya” pemuda yang mempermainkanku bersiap menarik dildo dari meki dan anusku

“tunggu-tunggu, gini biar mantap” kata pemuda yang mengerayangi Diah sembarimendekatkan muka Diah yang sudah lemas keselangkanganku dan-

“AAAHH” aku menyemburkan ciaran kewanitaanku seketika dildo tersebut ditarik

Setelah itu kami diperkosa, digilir, dan disiksa oleh ke 10 pemuda tersebut. Kontol demi kontol bergantian memasuki setiap lubang yang dapat di masuki oleh mereka. Aku sempat diperkosa 3 orang sekaligus bahkan Diah sampai 5 orang sekaligus.

“ahhh terus ahhh terus siksa aku ahh ahh” aku mendesah dan memohon ketika dua kontol memperkosa lubang-lubang selangkanganku

“ahmm ummm ahhh iya ahhh terus perkosa lonte ini ahh umm ahh” Diah yang awalnya menolak akhirnya takluk stelah masuknya kontol yang ke 5 di mekinya

Kami benar-benar diperkosa dengan berbagai gaya dan tak sedikit dari mereka yang mengeluarkan pejunya di dalam meki kami hingga kami benar-benar tak sadarkan diri. Ketika akusadar, aku sudah berada di dalam mobil dengan kondisipenuh peju dan tangan masih terhubung dengan leher Diah. Aku melihat keluar jendela ternyata aku sudah berada di dalam parkiran kosan. Aku lihat Diah juga mulai sadarkan diri, kondisinya tak jauh beda dengan ku.

“hahaha dasar lonte kamu. Hey turun kalian, liat nih temen kamu” aku mendengar teriakan Aldo dan kami pun turun dari mobil

Aku melihat Icha yang terbaring ditanah dengan kondisi yang sama mengenaskannya denganku. Aku benar-benar tak ingin tau apa yang terjadi padanya, tapi aku yakin tidak lebih baik dari kami


==x=x==


Perkuliahan tinggal sebentar lagi dimulai, setelah menyelesaikan semua berkas-berkas aku memutuskan untuk melepas penat dengan berenang. Aku mengajak Cindy dan Ratna mengingat kami harusbisa berenang karena tuntutan dari beberapa matakuliah kami. Akhirnya pada sore hari kami berangkat menuju kolam renang menggunakan mobilku. Kolam renang yang kami tuju lumayan jauh dan juga lumayan sepi, selain itu buka 24 jam. Selain itu kalau ga salah hari ini ada ladies night jadi kami bisa berenang bebas. Disana terdapat 2 macam kolam yaitu kolam an*k dan kolam dewasa selain itu ada seluncuran yang lumayan tinggi dan juga kolamnya dikelilingi pagar tumbuhan yang tinggi jadi cukup tertutup. Sesampainya kami disana kami langsung bergegas masuk. Kondisinya cukup sepi bahkan bisa dibilang hanya kami ber3 saja sekarang. Kami memutuskan memilih tempat yang agak terlihat, takutnya barang kami ada yang ngambil.

“eh ayo buruan ganti baju, udahga sabar nih” seru Cindy

“ayo yuk” kata Ratna yang langsung mencoba melepas bajunya

“eh Na, ngapain kamu?” kataku panik

“loh kan Cuma kita ber3 jadi gapapa lah ganti baju disini” balasnya

“hmm iya sih, sekali-kali gappa kali ya” kataku sembari membuka bajuku

“ih kalian rada-rada nih haha” Cindy mengomentari kami sperti itu namun dia mulai membuka bajunya juga

“huu ngomong gitu tapi ikutan haha”

Kami pun menyegerakan berganti baju, takutnya ada yang datang. Karena Cindy dan Ratna tidak menggunakan baju renang maka aku menyamai merekamenggunakan kaos, celana panjang ketat dan kerudung bergo. Kami pun mulai bermain air, aku lihat lekukan badan kami benar-benar terlihat karena baju yang lepek dan tentu saja badan Cindy lah yang jadi perhatian. Toket besarnya benar-benar menjeplak keluar seakan-akan minta diremas. Ratna juga cukup berani menggunakan kaos berwarna putih sehingga hampir transparan bahkan kalau dilihat baik-baik warna putingnya bisa kelihatan. Kami berenang hampir 1 jam namun tidak ada pengunjung lain yang datang.

“kayaknya ga ada orang yang dateng lagi nih” kata Cindy

“iya nih, kayaknya kita-kita doang” kataku

“gimana kalau kita main game?” usul Ratna tiba-tiba

“game apa?”

“tuh” katanya sambil menunjuk seluncuran

“kita ngeluncur dari atas, selama ngeluncur harus bisa ngelepas semua pakaian kita jadi sampe bawah udah ga pake apa-apa lagi” tambahnya

“ah gila kamu” kata Cindy

“terus yang kalah gimana?” kataku yang mulai tertarik

“hmm yang kalah dapet hukuman dan harus ngelakuin perintah dari yang menang” kata Ratna

“ih ada-ada aja sih, nggak ah” Cindy menolak usul Ratna

“ayolah Cin” bujuknya

“ayo Cin, jarang-jarang kolam renang seginikaya punya pribadi” aku pun mulai membujuknya

“ahh udah lah ayo!” Cindy pun akhirnya menyerah

Kami pun memulai permainan kami dengan urutan Ratna, Aku, dan Cindy. Ratna muli meluncur dari atas dan denan lincahnya dia mulai melepaskan pakaiannya satu persatu dan ketika sampai di bawah dia sudah benar-benar tak menggunakan apa-apa. Selanjutnya giliranku, aku mulai meluncur dan mencoba membuka bajuku satu persatu, emang agak sulit karena harus membukanya dengan cepat dan dipersulit dengan posisi ketika aku meluncur. Meskipun begitu, aku tetap berhasil membuka semua pakaianku ketika sampai dibawah. Yang terakhir adalah Cindy, dia mulai meluncur ke bawah dan dia kelihatannya cukup kesulitan untuk membuka semua pakaiannya hingga akhirnya ketika sampai dibawah dia belum sepenuhnya melepaskan celananya.

“yeee Cindy kalah hahaha” teriak Ratna girang

“kan makannya aku gak mau ikutan tadinya”

“hahaha kasian deh kamu Cin” ledekku sambil mengumpulkan pakaian kami yang berserakan dan meletakkannya ditempat kami menaruh tas

“ih kalian mah”

“ok hukuman pertama, kan kamu modeling kan? Aku mau foto-foto kamu telanjang dong hehe” kata Rana

“Oh gitu doang hehe, jangan disebar ya tapi”

“tenang ini buat kenang-kenangan kita kok haha”

Cindy pun mulai berpose dan diikuti oleh kami berdua yang mulai memotretnya. Semua pose dilakukan oleh Cindy dari pose yang biasa saja seperti duduk, tiduran, telentang hinggaose yang menantang seperti skuat, mengangkang, meremas toketnya. Akhirnya kami berdua ikutan foto dengan Cindy. Kami terus foto-foto hingga hari mulai gelap dan kamipun memutuskan untuk pulang.

“Oh shit” Ratna bereru

“kenapa Na?”

“ada Cowo!”serunya lagi

Kami yang panik langsung bergegas masuk kedalam kolam dewasa. Mata kami langsung tertuju pada segerombolan cowok yang ada sekita 6 orang. Aku heran kenapa ada cowok dijadwal ladies night seharusnya mereka ga boleh masuk. Ah iya aku baru ingat hari ini hari selasa sedangkan ladies night itu besok. Aduh ini benar-benar gawat, kami bertiga saling melempar pandangan. Dalam kondisi gelap seperti ini mereka tak akan melihat kalau kami telanjang selama kami berada dalam air. Kami memperhatikan para cowok itu mulai turun ke kolam setelah melakukan pemanasan. Kami terlalu takut untuk keluar dari kolam hingga sekitar 15 menit cowok-cowok itu mulai menyadari keberadaan kami dan mulai berenang kearah kami.

“hai kakak-kakak, berenang bareng yuk” kata salah satu dari mereka

“ah nggak ah hehe” aku membalas pembicaraan agar mereka tidak merasa curiga

“ayolah kak, temenin kita-kita” mereka mulai mengelilingi kami bertiga

“ih nggak mau dibilangin” kata Ratna

“eh tunggu kayaknya aku pernah liat kakak deh” kata salah satu cowok sembari menunjukku

“eh iya bener kita pernah liat dia”

“ah perasaan kalian doang kali” kataku dan ’blar’ tiba-tiba lampu di dasar kolam menyala

“uwaw pada telanjang”teriak salah satu cowok ketika cahaya lampu tersebut memperlihatkan tubuh polos kami bertiga

“jangan deket-deket!” seru Cindy

“ah gausah malu-malu gitu, lagian salah sendiri telanjang di kolam umum ya kalau nggak minta dientotin apa lagi ya ga??”

“hahaha bener tuh bro” kata mereka yang langsung memegangi tangan kami dan memisahkan kami

“AHH lepasin aaa—“ Seru ku ketika tiba-tiba dia memasukan kepala ku dalam air

“isep nih” katanya sembari mengeluarkan kontolnya dan memaksa aku mengulumnya dalam air

“blahh ammblah” aku kesulitan bernafas karena aku tidak siap ketika ditarik olehnya

Cowo tersebut mengangkat badanku dan membalikkannya dan mulai memasukan kontolnya dalam mekiku. Dia membawaku kepinggir kolam dimana sudah ada satu cowok lainnya yang duduk dipinggi kolam sembari mengacungkan kontolnya.

Aku dipaksakan untuk mengulum kontolnya bahkan tidak hanya aku, Cindy dan Ratna juga berada dalam kondisi yang sama.

“umm ahhh ummm lepasin ahmm” seru Cindy

“ahhh ahh ummm ahh ummm” desah Ratna

“ahhh mmmpp ahh jangan ahh shhh ammm”aku pun ikut mengerang

“kita bikin lebih nikmat aja” kata cowok didepanku yang kemudian masuk kembali kedalam air dan mulai mengelus-elus kontolnya di mekiku yang sedang digagahi

“eh! Kamu ngapain? Kamu mau ngapain? Jangan jangan jangAANN! AAHH” aku menjerit ketika kontolnya ikut masuk kedalam mekiku sehingga kini aku deigagahi dua kontol di satu lubang

“uhhh yeah mantap”

Aku sudah tak bisa menahan sakit di mekiku hingga aku benar-benar lemas dan hanyabisa mendesah-desah. Aku lihat Cindy sudah dinaikan dipinggir kolam dan mendapat double penetration juga tamparan-tamparan dan remasan-remasan di toketbesarnya. Ratna dilain pihak sudah didudukan dipiggir kolam dan sibuk mengulum kedua kontol lainnya juga tangannya asik memainkan toket dan mekinya. Setelah hampir 10 menit dalam kondisi ini aku merasa akan keluar.

“ahh ahhh aku mau keluar ahh”

“ah aku juga kak”

“ahhh shh kita keluar bareng-bareng aja”

“ahhh ahh jangan di dalem ahhh ahhh please jangan ahhh jangan.. jangan.. AAAHH”

“aku keluar AHH”

“aku juga AHH”

Tanpa mendengar permhonnku kami bertiga keluar secara bersamaan dan peju mereka muncrat dalam mekiku. Aku kemudianhanyabisa lemas dan dilempar keatas kolam untuk selanjutnya diperkosa oleh yang lainnya. Aku sudah sakit dan lemas untuk memperhatikan Cindy dan Ratna, yang bisa ku lakukan hanyalah pasrah menjadi bahan mainan bagi mereka. Setelah jam menunjukan pukul 20.00, aku dibopong oleh Cindy dan Ratna yang dalam kondisi penuh dengan peju menjuju mobil. Kami hanya terduduk di dalam mobil untuk 20 menit karena terlalu capek dan lemas. Ahh aku tidak mau lagi berenang dengan mereka.

Klik Nomor untuk lanjutannya
cerita sex yes, fuck my pussy. good dick. Big cock. Yes cum inside my pussy. lick my nipples. my tits are tingling. drink milk in my breast. enjoying my milk nipples. play with my big tits. fuck my vagina until I get pregnant. play "Adult sex games" with me. satisfy your cock in my wet vagina. Asian girl hottes gorgeus. lonte, lc ngentot live, pramugari ngentot, wikwik, selebgram open BO
x
x