Aku hidup bahagia bersama istri dan ke-2 anak-anaku, laki2 dan perempuan walopun aku hanya pegawai rendahan di suatu instansi pemerintah di kota B. Kami menempati rumah tipe 45, cicilan rumah BTN, yang kemudian di renov secara sederhana sehingga mempunyai 3 kamar tidur yang berukuran tidak terlalu besar.
Suatu hari, di tahun 1992, kami kedatangan ibu mertua bersama adik ipar saya yang paling kecil, sebut saja Nengsih, baru lulus SLA. Atas permintaan ibu mertua, untuk sementara ikut kami sambil mencari pekerjaan. Perbedaan umur Aku dan Nengsih cukup jauh, sekitar 10 tahun. Karena kami dari daerah Jawa Barat, Nengsih memanggilku dengan sebutan Aa (yang artinya kakak laki2).
Sementara belum mendapatkan pekerjaan, Nengsih mengikuti berbagai kursus, Bahasa Inggris, Komputer, Akutansi, dan atas ijin serta perintah istriku, Aku kebagian untuk antar jemput menggunakan motor ‘bekjul’ ku. Bekjul maksudnya motor bebek 70 cc.
Mungkin karena nasib baik atau memang wajah Nengsih cukup cantik, tidak sampai seminggi, Nengsih mendapat tawaran pekerjaan sebagai pelayan toko yang cukup bonafide denga pembagian kerja, seminggu bagian pagi dan seminggu kebagian malam, demikian silih berganti. dan kalau kebagian kerja malam, aku bertugas untuk menjemputnya, biasanya toko tutup pukul 21.00 dan pegawai baru bisa pulang sekitar 21.30. Perjalanan dari toko ke rumah tidak begitu jauh, bisanya ditempuh sekitar 30 menitan.
Nengsih anaknya manja, mungkin karena bungsu, setiap kali di bonceng motor, apalagi kalo malam pulang kerja, dia akan memelukku dengan erat, mungkin juga karena hawa malam yang dingin. Entah sengaja atau tidak, payudaranya yang sudah cukup besar akan menempel di punggungku. Hal ini selalu terjadi setiap kali aku menjemput Nengsih pulang kerja malam, tapi yang heran, kelihatannya Nengsih tidak ada rasa bersalah ataupun rikuh sedikitpun setiap kali payudara nempel di punggungku, mungkin dianggapnya hal ini suatu konsekuensi logis bila berboncengan naik motor. Akulah yang sering berhayal yang tidak-tidak, seringkali dengan sengaja motor kukemudikan dengan kecepatan rendah, kadangkala sengaja mencari jalan yang memutar agar bisa merasakan gesekan-gesekan nikmat di punggungku lebih lama.
Pada suatu malam, seperti biasanya Aku menjemput Nengsih pulang kerja malem, sampai rumah sekitar pukul 22.15 dan seperti biasanya istriku yang membukakan pintu, setelah itu dia akan kembali ke kamar untuk melanjutkan tidurnya.
Malam itu aku tidak langsung tidur, aku ke dapur, memanaskan air untuk membuat kopi karena berniat untuk menonton pertandinga sepak bola di TV, kalau tidak salah saat itu kesebelasan paforitku main, Brazil. Saat aku keluar dari dapur, secara bersamaan Nengsih juga keluar dari kamar mandi, sehingga kami sama berada di lorong depan kamar mandi, entah apa penyebabnya, malam itu kami sama-sama berhenti dan saling pandang tanpa sepatah katapun keluar dari mulut kami masing-masing.
Tiba-tiba ada suatu dorongan, secara cepat aku rangkul dan aku kecup bibirnya selama beberapa detik. Setelah itu Nengsih melepaskan diri dari rangkulanku dan dengan tergesa masuk ke kamarnya. Aku kembali ke ruang tengah untuk melihat pertandingan bola, tapi perasaanku kacau, tidak konsen pada acara di TV. Saat itu ada perasaan takut menghantuiku, takut Nengsih ngadu ke istriku, bisa-bisa perang dunia ke tiga.
Saat pikiranku kacau, aku dikejutkan suara peluit dari dapur yang menandakan air telah mendidih, bergegas aku ke dapur untuk membuat kopi. Aku kembali keruang tengan sambil membawa secangkir kopi yang nikmat sekali, tetapi tetap saja pikiranku kacau. kok bisa-bisanya tadi aku mengecup bibir Nengsih?
Dalam kegalauan perasaanku, kembali dikejutkan dengan suara lonceng yang menunjukkan pukul 23.30. Saat itu aku melihat kamar Nengsih lampunya masih nyala, yang menandakan penghuninya belum tidur, karena aku tau Nengsih selalu mematikan lampunya apabila tidur. Terpikirkan olehku, harus memastikan bahwa Nengsih tidak marah oleh ulahku tadi dan berharap istriku tidak sampai tau insiden tersebut.
Dengan pelahan, aku buka kamarku untuk melihat istriku, ternyata dia sudah pulas, tergambar dari dengkurannya yang halus disertasi helaan nafar yang teratur. Dengan pelahan kututup kembali pintu kamar dan secara pelahan pula kubuka pegangan pintu kamar Nengsih, ternyata tidak dikunci, pelahan tapi pasti pintu kubuka dan kudapati Nengsih duduk di atas tempat tidur sambil memeluk bantal menghadap tembok. Perlahan aku dekati, tiba-tiba Nengsih menoleh kearahku, kulihat matanya merah berkaca-kaca, aku bertambah khawatir, Nengsih pasti marah dengan kelakuanku tadi. Diluar dugaan, Nengsih berdiri mendekatiku dan tiba-tiba memelukku dengan erat sambil kembali menangis lirih. Tambah bingung aku dibuatnya, kemudian utnuk memastikan apa yang terjadi sebenarnya, dengan pelahan dan hati-hati aku raih mukanya dan aku tengadahkan,
“Kamu marah?”, pertanyaan konyol tiba-tiba keluar dari mulutku.
Nengsih menggelengkan kepala sambil tajam menatapku. Kami beradu pandang, dan entah dorongan dari mana, secara pelahan kudekatkan bibirku ke bibirnya, ketika tidak ada usaha tolakan dari Nengsih, dengan lembut kembali kukecup bibirnya.
Setelah beberapa lama, terasa ada reaksi dari Nengsih, rupanya dia juga menikmati kecupan tersebut. Akhirnya kecupan ini berlangsung lebih lama dan kami saling memeluk dengan erat, saling mengeluarkan emosi yang kami sendiri tidak tau bagaimana menggambarkannya. Tetapi kemesraan ini harus segera diakhiri, sebelum dipergoki oleh isi rumah yang lain, terutama istriku. Segera aku keluar kamar, kembali keruang tengah untuk melanjutkan melihat sepak bola yang ternyata sudah berakhir dengan skor yang tidak aku ketahui. Akhirnya TV ku matikan dan aku masuk kekamarku untuk tidur dengan perasaan yang sangat bahagia.
Hubungan kami tambah erat dan tambah mesra, setiap kali ada kesempatan kejadian malam itu selalu kami ulangi, dan tentunyanya makin hari kualitasnya makin bertambah mesra.
Suatu hari, aku pulang kerja lebih awal dan kudapati di rumah hanya ada adikku Nengsih dan pembantu. Pembantuku anak perempuan lulusan SMP yang tidak melanjutkan sekolah karena biaya, rumahnya tidak jauh dari rumahku, jadi pagi-pagi datang dan sore hari pulang. Badan pembantuku termasuk bongsor, kulitnya sawo matang dengan muka yang cukup manis untuk ukuran pembantu.
Kembali kepokok cerita, rupanya istriku sedang pergi dengan ke 2 anakku, berdasarkan surat yang diditipkan ke Nengsih, sedang berkunjung ketempat Tante yang katanya sedang mengadakan syukuran.
Sore itu sekitar pk 16.00 pembantuku ijin pulang, maka tinggallah kami berdua, aku dan Nengsih, sementara istri dan anak-anakku masih dirumah tante.
Tanpa dikomando, rupanya kami sama-sama memendam kerinduan, sepeninggal pembantu, setelah pintu depan dikunci, kami saling berpelukan dengan erar dan berpagutan untuk menumpahkan perasaan masing-masing. Setelah beberapa lama kami berpagutan sambil berdiri, secara perlahan aku menuntun Nengsih sambil masih berpelukan ke arah kamar dan melanjutkan pergulatan di atas tempat tidur.
abibir kami saling berpagutan sambil saling sedot dan saling menggelitik menggunakan lidah, tanganku mencoba meraba payudaranya dari balik kaos yang dipakai, rupanya ulahku sangat mengejutkan.
"sstt.. sst.." terdengar erangan seperti orang kepedasan pada saat aku permainkan putingnya.
Aku tambah agresip, kuangkat kaos yang dipakainya, telihatlah payudaranya yang masih ditutupi BH tipis, dengan tergesa aku singkap BH-nya dan dengan rakus aku kecup dan aku permainkan putingnya dengan lidah.
"sstt.. oohh.. aahh.. sstt.." rintihan panjang Nengsih, hal ini terjadi karena belum pernah ada laki-laki yang menjamah, ternyata akulah laki-laki pertama yang mencium bibirnya dan pembermainkan payudaranya.
Suatu hari, di tahun 1992, kami kedatangan ibu mertua bersama adik ipar saya yang paling kecil, sebut saja Nengsih, baru lulus SLA. Atas permintaan ibu mertua, untuk sementara ikut kami sambil mencari pekerjaan. Perbedaan umur Aku dan Nengsih cukup jauh, sekitar 10 tahun. Karena kami dari daerah Jawa Barat, Nengsih memanggilku dengan sebutan Aa (yang artinya kakak laki2).
Sementara belum mendapatkan pekerjaan, Nengsih mengikuti berbagai kursus, Bahasa Inggris, Komputer, Akutansi, dan atas ijin serta perintah istriku, Aku kebagian untuk antar jemput menggunakan motor ‘bekjul’ ku. Bekjul maksudnya motor bebek 70 cc.
Mungkin karena nasib baik atau memang wajah Nengsih cukup cantik, tidak sampai seminggi, Nengsih mendapat tawaran pekerjaan sebagai pelayan toko yang cukup bonafide denga pembagian kerja, seminggu bagian pagi dan seminggu kebagian malam, demikian silih berganti. dan kalau kebagian kerja malam, aku bertugas untuk menjemputnya, biasanya toko tutup pukul 21.00 dan pegawai baru bisa pulang sekitar 21.30. Perjalanan dari toko ke rumah tidak begitu jauh, bisanya ditempuh sekitar 30 menitan.
Nengsih anaknya manja, mungkin karena bungsu, setiap kali di bonceng motor, apalagi kalo malam pulang kerja, dia akan memelukku dengan erat, mungkin juga karena hawa malam yang dingin. Entah sengaja atau tidak, payudaranya yang sudah cukup besar akan menempel di punggungku. Hal ini selalu terjadi setiap kali aku menjemput Nengsih pulang kerja malam, tapi yang heran, kelihatannya Nengsih tidak ada rasa bersalah ataupun rikuh sedikitpun setiap kali payudara nempel di punggungku, mungkin dianggapnya hal ini suatu konsekuensi logis bila berboncengan naik motor. Akulah yang sering berhayal yang tidak-tidak, seringkali dengan sengaja motor kukemudikan dengan kecepatan rendah, kadangkala sengaja mencari jalan yang memutar agar bisa merasakan gesekan-gesekan nikmat di punggungku lebih lama.
Pada suatu malam, seperti biasanya Aku menjemput Nengsih pulang kerja malem, sampai rumah sekitar pukul 22.15 dan seperti biasanya istriku yang membukakan pintu, setelah itu dia akan kembali ke kamar untuk melanjutkan tidurnya.
Malam itu aku tidak langsung tidur, aku ke dapur, memanaskan air untuk membuat kopi karena berniat untuk menonton pertandinga sepak bola di TV, kalau tidak salah saat itu kesebelasan paforitku main, Brazil. Saat aku keluar dari dapur, secara bersamaan Nengsih juga keluar dari kamar mandi, sehingga kami sama berada di lorong depan kamar mandi, entah apa penyebabnya, malam itu kami sama-sama berhenti dan saling pandang tanpa sepatah katapun keluar dari mulut kami masing-masing.
Tiba-tiba ada suatu dorongan, secara cepat aku rangkul dan aku kecup bibirnya selama beberapa detik. Setelah itu Nengsih melepaskan diri dari rangkulanku dan dengan tergesa masuk ke kamarnya. Aku kembali ke ruang tengah untuk melihat pertandingan bola, tapi perasaanku kacau, tidak konsen pada acara di TV. Saat itu ada perasaan takut menghantuiku, takut Nengsih ngadu ke istriku, bisa-bisa perang dunia ke tiga.
Saat pikiranku kacau, aku dikejutkan suara peluit dari dapur yang menandakan air telah mendidih, bergegas aku ke dapur untuk membuat kopi. Aku kembali keruang tengan sambil membawa secangkir kopi yang nikmat sekali, tetapi tetap saja pikiranku kacau. kok bisa-bisanya tadi aku mengecup bibir Nengsih?
Dalam kegalauan perasaanku, kembali dikejutkan dengan suara lonceng yang menunjukkan pukul 23.30. Saat itu aku melihat kamar Nengsih lampunya masih nyala, yang menandakan penghuninya belum tidur, karena aku tau Nengsih selalu mematikan lampunya apabila tidur. Terpikirkan olehku, harus memastikan bahwa Nengsih tidak marah oleh ulahku tadi dan berharap istriku tidak sampai tau insiden tersebut.
Dengan pelahan, aku buka kamarku untuk melihat istriku, ternyata dia sudah pulas, tergambar dari dengkurannya yang halus disertasi helaan nafar yang teratur. Dengan pelahan kututup kembali pintu kamar dan secara pelahan pula kubuka pegangan pintu kamar Nengsih, ternyata tidak dikunci, pelahan tapi pasti pintu kubuka dan kudapati Nengsih duduk di atas tempat tidur sambil memeluk bantal menghadap tembok. Perlahan aku dekati, tiba-tiba Nengsih menoleh kearahku, kulihat matanya merah berkaca-kaca, aku bertambah khawatir, Nengsih pasti marah dengan kelakuanku tadi. Diluar dugaan, Nengsih berdiri mendekatiku dan tiba-tiba memelukku dengan erat sambil kembali menangis lirih. Tambah bingung aku dibuatnya, kemudian utnuk memastikan apa yang terjadi sebenarnya, dengan pelahan dan hati-hati aku raih mukanya dan aku tengadahkan,
“Kamu marah?”, pertanyaan konyol tiba-tiba keluar dari mulutku.
Nengsih menggelengkan kepala sambil tajam menatapku. Kami beradu pandang, dan entah dorongan dari mana, secara pelahan kudekatkan bibirku ke bibirnya, ketika tidak ada usaha tolakan dari Nengsih, dengan lembut kembali kukecup bibirnya.
Setelah beberapa lama, terasa ada reaksi dari Nengsih, rupanya dia juga menikmati kecupan tersebut. Akhirnya kecupan ini berlangsung lebih lama dan kami saling memeluk dengan erat, saling mengeluarkan emosi yang kami sendiri tidak tau bagaimana menggambarkannya. Tetapi kemesraan ini harus segera diakhiri, sebelum dipergoki oleh isi rumah yang lain, terutama istriku. Segera aku keluar kamar, kembali keruang tengah untuk melanjutkan melihat sepak bola yang ternyata sudah berakhir dengan skor yang tidak aku ketahui. Akhirnya TV ku matikan dan aku masuk kekamarku untuk tidur dengan perasaan yang sangat bahagia.
Hubungan kami tambah erat dan tambah mesra, setiap kali ada kesempatan kejadian malam itu selalu kami ulangi, dan tentunyanya makin hari kualitasnya makin bertambah mesra.
Suatu hari, aku pulang kerja lebih awal dan kudapati di rumah hanya ada adikku Nengsih dan pembantu. Pembantuku anak perempuan lulusan SMP yang tidak melanjutkan sekolah karena biaya, rumahnya tidak jauh dari rumahku, jadi pagi-pagi datang dan sore hari pulang. Badan pembantuku termasuk bongsor, kulitnya sawo matang dengan muka yang cukup manis untuk ukuran pembantu.
Kembali kepokok cerita, rupanya istriku sedang pergi dengan ke 2 anakku, berdasarkan surat yang diditipkan ke Nengsih, sedang berkunjung ketempat Tante yang katanya sedang mengadakan syukuran.
Sore itu sekitar pk 16.00 pembantuku ijin pulang, maka tinggallah kami berdua, aku dan Nengsih, sementara istri dan anak-anakku masih dirumah tante.
Tanpa dikomando, rupanya kami sama-sama memendam kerinduan, sepeninggal pembantu, setelah pintu depan dikunci, kami saling berpelukan dengan erar dan berpagutan untuk menumpahkan perasaan masing-masing. Setelah beberapa lama kami berpagutan sambil berdiri, secara perlahan aku menuntun Nengsih sambil masih berpelukan ke arah kamar dan melanjutkan pergulatan di atas tempat tidur.
abibir kami saling berpagutan sambil saling sedot dan saling menggelitik menggunakan lidah, tanganku mencoba meraba payudaranya dari balik kaos yang dipakai, rupanya ulahku sangat mengejutkan.
"sstt.. sst.." terdengar erangan seperti orang kepedasan pada saat aku permainkan putingnya.
Aku tambah agresip, kuangkat kaos yang dipakainya, telihatlah payudaranya yang masih ditutupi BH tipis, dengan tergesa aku singkap BH-nya dan dengan rakus aku kecup dan aku permainkan putingnya dengan lidah.
"sstt.. oohh.. aahh.. sstt.." rintihan panjang Nengsih, hal ini terjadi karena belum pernah ada laki-laki yang menjamah, ternyata akulah laki-laki pertama yang mencium bibirnya dan pembermainkan payudaranya.
Pakaian kami makin awut-awutan, aku berharap istriku tidak pulang cepat. kami melanjutkan kemesaraan, kali ini aku kembali mencium bibirnya sambil meremas-remas payudara dan sesekali mempermainkan putingnya. kali ini aku memesrai Nengsih sambil menindih badannya, perlahan tapi pasti aku berusaha menggesekkan adik kecilku yang sudah sangat keras ke kemaluannya yang rupanya juga sudah mulai lembab.
Kembali terdengar eranga-erangan nikmat,
"sstt.. oohh.."
Bibirku dengan cekatan menyedot payudaranya silih berganti sambil menggesekkan adik kecilku yang sudah sangat keras ke kemaluannya, kami masih sama-sama pakai baju. Nengsih pakai bawahan dan kaos, aku masih memakai pakain kerja.
Aku makin bernafsu, aku singkap bawahan Nengsih sehingga nampak celana dalamnya yang sudah lembab kemudian kembali aku gesek-gesekan adik kecilku sambi tidak henti-hentinya mengecup payudara dan mempermainkan putingnya.
Erangan-erangan panjang kembali terdengan dan tiba-tiba Nengsih memeluku dengan sangat erat dan terdengar erangan panjang.
"aahh.. aduh.." rupanya Nengsih mengalami orgasme.
Mungkin ini adalah orgasme yang pertama yang pernah dialaminya. Lama-lama cengekeraman Nengsih makin mengendur dan lepas seiiring dengan selesainya orgasme.
Aku?? belum tersalurkan, tapi merasakan kebahagiaanya yang amat sangat karena telah berhasil membuat Nengsih yang sangat ku sayangi bisa mendapatkan orgasme yang ternyata baru dialami saat itu dan merupakan orgasme yang pertama.
Sejak kejadian itu, maksudnya sejak Nengsih mendapatkan orgasme yang pertama, kami selalu mencari-cari kesempatan untuk mengulanginya. Tetapi kesempatannya tidak mudah, karena kami tidak mau menanggung resiko sampai kepergok oleh istriku.
Pada suatu malam, sekitar pukul 23.00.
Saat aku berada dalam kamar bersama istriku, terdengar suara pintu kamar sebelah terbuka, dan terdengar langkah-langkah halus menuju kamar mandi, aku dapat menebak dengan pasti, itu adalah Nengsih yang ada keperluan ke kamar mandi, ku perhatikan istriku sudah tertidur dengan nyenyak yang ditandai dengan dengkuran halus yang teratur.
Dengan sangat hati-hati, aku buka pintu kamar sehalus mungkin dengan harapan tidak ada suara yang dapat menyebabkan istriku terbangun, lalu dengan perlahan pula pintu kututup kembali dan secara pelahan aku menuju lorong yang menghubungkan ke kamar mandi. Aku berdiri di lorong sambil memperhatikan pintu kamarku bagian bawah, kalau-kalau ada lintasan bayangan yang menandakan istriku bangun, sementara telingaku tidak lepas mendengarkan apa yang terjadi di kamar mandi.
Tidak lama kemudian pintu kamar mandi terbuka, dan benar dugaanku, Nengsih keluar dari kamar mandi dengan memakai baju tidur warna kuning kesukaannya. Baju tidur yang dipakai adalah model terusan dengan bukaan di bagian dada dan bagian bawah sebatas lutut.
“Ngapain A berdiri di situ” tegur Nengsih memecah kesunyian
“Nungguin kamu” jawabku.
Tanpa dikomando, ku raih lengannya dan wajah kami saling mendekat, tak ayal lagi kami berpagutan melampiaskan kerinduan kami. Beberapa saat kemudian kami melepaskan pagutan sambil tersengal.
“A, Nengsih pengen..” bisiknya lirih di telingaku.
Aku maklum apa yang diinginkan Nengsih, kembali ku kecup bibirnya sambil kuremas halus payudaranya, rupanya Nengsih kali ini tidak memakai BH. Aku buka satu kancing baju tidurnya, dan nongolah payudaranya yang putih disertai tonjolan coklat kemerahan. Tak ayal lagi, bibirku berpindah ke payudaranya dengan disertai sedotan dan gigitan-gigitan lembut pada tonjolan halus yang coklat kemerahan itu.
“Sstt.. aahh” terdengar desahan-desahan halus, menandakan Nengsih mulai terangsang.
Tanganku turun, meraba pinggang, terus turun lagi, lagi dan sampailah kegundukan di bawah pusar, kuusap halus sambil kadang meremas sampai jari tengahku menemui lekukan di balik baju tidur dan celana dalam.
“aahh.. aahh ” rupanya rabaan itu menambah rangsangan.
“A, pengen..” kembali bisikan lirih di telingaku
Aku jongkok sehingga kemaluan Nengsih tepat di mukaku, Kuangkat rok baju tidur, terlihat celana dalam warna putih yang tipis dan agak lembab, dengan bernafsu aku mulai menjilati kemaluan Nengsih yang masih dibungkus celana dalam.
“aahh.. sstt.. aahh” kembali terdengar erangan-erangan kenikmatan yang menambah nafsuku makin bergejolak.
Kucoba menyingkap celana dalamnya, terlihatlah gumpalah daging yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Untuk pertama kali aku melihat langsung kemaluan Nengsih, aroma khas mulai tercium, tanpa membuang waktu aku mulai mencium gundukan daging yang sangat menimbulkan minat itu, sampai akhirnya aku menemukan lekukan yang lembab berwarna kemerah-merahan. Aku makin semangat menjilat-jilat lekukan yang sudah sangat lembab itu.
“aahh.. aahh.. sst.. aahh” suara erangan makin keras dan terasa rambutku dipegang dengan keras dengan gerakan menekan.
Hal ini semakin membuat nafsuku berkobar-kobar dan makin inten lidahku menjilati lekukan itu, keluar – masuk, ke kiri – kana, ke atas – bawah, demikian berulang ulang sampai pada suatu saat terasa jambakan pada rambutku makin keras disertai himpitan kaki dikepalaku.
Mukaku terasa dihimpit keras sekali sampai-sampai kesulitan untuk bernafas.
“aahh.. Aahh..” terdengan erangan panjang disertai keluarya cairan yang cukup banyak membasahi mulut dan mukaku.
“aahh.. Aahh” kembali erangan panjang terdengar disertai dengan himpitan dan gerataran yang khas, menandakan orgasme telah dicapai oleh Nengsih disertai semprotan cairan yang cukup banyak membasahi mukaku. Aku peluk dengan kuat kakinya disertai himpitan dan tekanan mukaku ke kemaluan Nengsih, karena aku maklum hal seperti inilah yang diinginkan wanita pada saat mencapai puncak orgasmenya.
Beberapa lama kemudian, mulai mengendur himpitan pada mukaku, sampai akhirnya tenang kembali. Aku berdiri dan ku peluk Nengsih dengan mesra.
“Terima kasih ya A” terdengar bisikan di telingaku.
Kejadian-kejadian ini terus kami ulangi kalau ada kesempatan, tapi karena niatku yang tidak ingin merusak adiku sendiri, sampai akhirnya Nengsih menemukan jodoh dan menikah masih dalam keadaan perawan. Demikian sebagian pengalamanku dengan adik iparku yang cantik.
Kembali terdengar eranga-erangan nikmat,
"sstt.. oohh.."
Bibirku dengan cekatan menyedot payudaranya silih berganti sambil menggesekkan adik kecilku yang sudah sangat keras ke kemaluannya, kami masih sama-sama pakai baju. Nengsih pakai bawahan dan kaos, aku masih memakai pakain kerja.
Aku makin bernafsu, aku singkap bawahan Nengsih sehingga nampak celana dalamnya yang sudah lembab kemudian kembali aku gesek-gesekan adik kecilku sambi tidak henti-hentinya mengecup payudara dan mempermainkan putingnya.
Erangan-erangan panjang kembali terdengan dan tiba-tiba Nengsih memeluku dengan sangat erat dan terdengar erangan panjang.
"aahh.. aduh.." rupanya Nengsih mengalami orgasme.
Mungkin ini adalah orgasme yang pertama yang pernah dialaminya. Lama-lama cengekeraman Nengsih makin mengendur dan lepas seiiring dengan selesainya orgasme.
Aku?? belum tersalurkan, tapi merasakan kebahagiaanya yang amat sangat karena telah berhasil membuat Nengsih yang sangat ku sayangi bisa mendapatkan orgasme yang ternyata baru dialami saat itu dan merupakan orgasme yang pertama.
Sejak kejadian itu, maksudnya sejak Nengsih mendapatkan orgasme yang pertama, kami selalu mencari-cari kesempatan untuk mengulanginya. Tetapi kesempatannya tidak mudah, karena kami tidak mau menanggung resiko sampai kepergok oleh istriku.
Pada suatu malam, sekitar pukul 23.00.
Saat aku berada dalam kamar bersama istriku, terdengar suara pintu kamar sebelah terbuka, dan terdengar langkah-langkah halus menuju kamar mandi, aku dapat menebak dengan pasti, itu adalah Nengsih yang ada keperluan ke kamar mandi, ku perhatikan istriku sudah tertidur dengan nyenyak yang ditandai dengan dengkuran halus yang teratur.
Dengan sangat hati-hati, aku buka pintu kamar sehalus mungkin dengan harapan tidak ada suara yang dapat menyebabkan istriku terbangun, lalu dengan perlahan pula pintu kututup kembali dan secara pelahan aku menuju lorong yang menghubungkan ke kamar mandi. Aku berdiri di lorong sambil memperhatikan pintu kamarku bagian bawah, kalau-kalau ada lintasan bayangan yang menandakan istriku bangun, sementara telingaku tidak lepas mendengarkan apa yang terjadi di kamar mandi.
Tidak lama kemudian pintu kamar mandi terbuka, dan benar dugaanku, Nengsih keluar dari kamar mandi dengan memakai baju tidur warna kuning kesukaannya. Baju tidur yang dipakai adalah model terusan dengan bukaan di bagian dada dan bagian bawah sebatas lutut.
“Ngapain A berdiri di situ” tegur Nengsih memecah kesunyian
“Nungguin kamu” jawabku.
Tanpa dikomando, ku raih lengannya dan wajah kami saling mendekat, tak ayal lagi kami berpagutan melampiaskan kerinduan kami. Beberapa saat kemudian kami melepaskan pagutan sambil tersengal.
“A, Nengsih pengen..” bisiknya lirih di telingaku.
Aku maklum apa yang diinginkan Nengsih, kembali ku kecup bibirnya sambil kuremas halus payudaranya, rupanya Nengsih kali ini tidak memakai BH. Aku buka satu kancing baju tidurnya, dan nongolah payudaranya yang putih disertai tonjolan coklat kemerahan. Tak ayal lagi, bibirku berpindah ke payudaranya dengan disertai sedotan dan gigitan-gigitan lembut pada tonjolan halus yang coklat kemerahan itu.
“Sstt.. aahh” terdengar desahan-desahan halus, menandakan Nengsih mulai terangsang.
Tanganku turun, meraba pinggang, terus turun lagi, lagi dan sampailah kegundukan di bawah pusar, kuusap halus sambil kadang meremas sampai jari tengahku menemui lekukan di balik baju tidur dan celana dalam.
“aahh.. aahh ” rupanya rabaan itu menambah rangsangan.
“A, pengen..” kembali bisikan lirih di telingaku
Aku jongkok sehingga kemaluan Nengsih tepat di mukaku, Kuangkat rok baju tidur, terlihat celana dalam warna putih yang tipis dan agak lembab, dengan bernafsu aku mulai menjilati kemaluan Nengsih yang masih dibungkus celana dalam.
“aahh.. sstt.. aahh” kembali terdengar erangan-erangan kenikmatan yang menambah nafsuku makin bergejolak.
Kucoba menyingkap celana dalamnya, terlihatlah gumpalah daging yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Untuk pertama kali aku melihat langsung kemaluan Nengsih, aroma khas mulai tercium, tanpa membuang waktu aku mulai mencium gundukan daging yang sangat menimbulkan minat itu, sampai akhirnya aku menemukan lekukan yang lembab berwarna kemerah-merahan. Aku makin semangat menjilat-jilat lekukan yang sudah sangat lembab itu.
“aahh.. aahh.. sst.. aahh” suara erangan makin keras dan terasa rambutku dipegang dengan keras dengan gerakan menekan.
Hal ini semakin membuat nafsuku berkobar-kobar dan makin inten lidahku menjilati lekukan itu, keluar – masuk, ke kiri – kana, ke atas – bawah, demikian berulang ulang sampai pada suatu saat terasa jambakan pada rambutku makin keras disertai himpitan kaki dikepalaku.
Mukaku terasa dihimpit keras sekali sampai-sampai kesulitan untuk bernafas.
“aahh.. Aahh..” terdengan erangan panjang disertai keluarya cairan yang cukup banyak membasahi mulut dan mukaku.
“aahh.. Aahh” kembali erangan panjang terdengar disertai dengan himpitan dan gerataran yang khas, menandakan orgasme telah dicapai oleh Nengsih disertai semprotan cairan yang cukup banyak membasahi mukaku. Aku peluk dengan kuat kakinya disertai himpitan dan tekanan mukaku ke kemaluan Nengsih, karena aku maklum hal seperti inilah yang diinginkan wanita pada saat mencapai puncak orgasmenya.
Beberapa lama kemudian, mulai mengendur himpitan pada mukaku, sampai akhirnya tenang kembali. Aku berdiri dan ku peluk Nengsih dengan mesra.
“Terima kasih ya A” terdengar bisikan di telingaku.
Kejadian-kejadian ini terus kami ulangi kalau ada kesempatan, tapi karena niatku yang tidak ingin merusak adiku sendiri, sampai akhirnya Nengsih menemukan jodoh dan menikah masih dalam keadaan perawan. Demikian sebagian pengalamanku dengan adik iparku yang cantik.
cerita sex yes, fuck my pussy. good dick. Big cock. Yes cum inside my pussy. lick my nipples. my tits are tingling. drink milk in my breast. enjoying my milk nipples. play with my big tits. fuck my vagina until I get pregnant. play "Adult sex games" with me. satisfy your cock in my wet vagina. Asian girl hottes gorgeus. lonte, lc ngentot live, pramugari ngentot, wikwik, selebgram open BO