Seorang pria tua, setengah botak sedang melihat sehelai kertas nilai ujian semester rata-rata salah seorang mahasiswa yang akan pindah ke tempatnya mengajar.
Pria itu hanya melihat nilai-nilai itu sekedarnya saja, matanya terlalu sering melirik, atau mengintip seorang wanita cantik yang duduk di depan mejanya. Pria itu memang sangat menyukai wanita itu, parasnya sangat cantik dengan body yang aduhai. Meskipun wanita itu telah menikah, namun pesonanya sungguh menawan hati.
Wanita itu bernama Rita, dia adalah seorang dosen ilmu komunikasi, sedangkan pria itu adalah Pak John, dosen sekaligus rektor di universitas Redstone.
"Jadi bagaimana Pak John? Apakah bisa dia belajar disini?" Sahut Rita dengan senyuman yang mampu membuat setiap pria mabuk kepalang terhadapnya.
Pak John yang sudah tua itu melirik dan menatap Rita dengan birahi yang mulai meningkat. Rita pun sepertinya sudah sangat kenal akan tatapan tersebut, dirinya malah bergerak santai, duduk di sofa putih, memperlihatkan pahanya yang sangat mulus.
Rita memang senang mengenakan pakaian kasual dan rok mini. Rita memiliki sifat penggoda, hampir setiap laki-laki, mahasiswanya dan juga dosen-dosen yang lain, tergila-gila dengannya.
Rambut hitam panjangnya bagaikan benang sutra yang terbaik dan tubuh jenjangnya juga seperti tubuh para model terkenal.
"Kenapa Pak? Kok melihatku seperti itu sih? Hehehe.. Bapak bisa kan menerima keponakanku Eddy disini?" Sahutnya dengan senyuman yang menawan hati, memperlihatkan pahanya yang panjang dan sangat mulus.
"Oh? I..iya Bu Rita.. dia bisa kuliah disini." Jawab Pak John dengan wajah yang merah padam. Jakunnya naik turun, menelan ludahnya berkali-kali karena keseksian Rita yang benar-benar telah menggoda imannya.
"Kalau begitu, terimakasih ya Pak." Sahut Rita dengan genit. "Aku pergi dulu." Sambungnya kembali.
Pak John melongo dengan bodoh. "Huft..!! Dia itu..!! Selalu saja menggoda imanku. Lagipula, kenapa dia langsung pergi? Memangnya aku toilet umum kalau datang kepadaku pas butuh saja..?! Sial..!!" Pikir Pak John dengan kesal.
Dirinya telah tertipu mentah-mentah oleh keseksian Rita. Padahal, nilai-nilai ujian semester rata-rata keponakannya sangat jauh dari kata cukup kalau dia mau kuliah di sini. Sebab, Universitas Redstone adalah kampus terbaik di kota Orchid, dan rata-rata mahasiswanya cerdas dan berprestasi.
****
Tommy, seorang pria berambut jarang, alias hampir botak, masih muda, tampan dan tinggi sedang berjalan kaki dengan senewen. Kakinya tidak bisa diam, selalu menendang batu kerikil kecil yang menghalangi jalannya.
Hari ini dirinya sedang sewot. Kesal terhadap kekasihnya, Linda yang tidak mau mentraktirnya makan lagi. Tommy memang orang yang suka dengan gratisan. Tommy memang pria yang tidak mempunyai harga diri.
Linda yang tidak mau mentraktirnya lagi itu bukanlah tanpa sebab. Memang Linda kesal juga atas kelakuan kekasihnya itu yang lebih mirip lintah darat, namun saat ini Linda benar-benar marah kepadanya.
Bagaimana tidak? Dirinya melihat dengan mata kepala sendiri, Tommy sedang asyik menciumi seorang gadis di belakang taman kampus.
Tommy memang sudah terkenal sebagai seorang playboy kelas ekonomi, alias tidak mau modal. Cuma hanya bermodalkan dengkul, wajahnya yang tampan, dan juga mungkin kontolnya.
Meskipun begitu, entah kenapa Linda masih saja termakan rayuan gombalnya. Padahal, Tommy telah berjanji kepadanya kalau dia tidak akan melirik wanita lain lagi. Namun hasilnya gagal total, dirinya melihat Tommy sedang selingkuh di belakangnya.
Dan kejadian itu bukan hanya kali ini saja, tetapi sudah berkali-kali, lebih tepatnya sudah lima kali. Bahkan Tommy melakukannya dengan gadis yang berbeda-beda pula. Namun anehnya, Tommy selalu bisa meredakan emosinya, dan lagi-lagi mengeluarkan janji busuknya, yaitu dia tidak akan pernah bermain wanita lagi, hanya Linda lah cinta matinya.
Saat itu, Linda yang sudah marah besar langsung berjalan ke arah Tommy yang sedang sibuk main karate lidah dengan seorang gadis yang juga mahasiswa di Universitas Redstone, namun baru tahun pertama, beda satu tahun dengan Tommy.
"Hebat ya? Lagi-lagi kamu selingkuh di belakangku." Sahut Linda dengan pedas.
Tommy kaget, tangannya otomatis bergerak mendorong gadis yang sedang diselingkuhinya. Gadis itu terperosok jatuh ke dalam semak-semak. Gadis itu bangkit berdiri dengan wajah yang memerah karena marah, namun dia langsung pergi meninggalkan playboy cap orang-aring tersebut.
"Ah? Masih hebatan kamu Lin, hehehehe.. kamu bisa tau kalau aku selingkuh. Kamu berbakat jadi spionase ya?" Sahut Tommy dengan enteng, sambil tertawa cengengesan.
"Ahh, kamu bisa aja deh Yank. Kita makan yuk?" Sahut Linda sambil tersenyum kejam. "Eh? Boleh deh Beib. Kebetulan, aku juga udah laper berat nih." Sahut Tommy kegirangan.
Kemudian Linda mengajaknya makan di restoran burger yang berada di kampusnya. Namun Linda tidak hanya mengajak Tommy saja, melainkan juga mengajak seluruh anak kelas manajemen bisnis.
"Ayo makan gratis..!! Hari ini aku ulang tahun..!!" -
Dan semua orang akhirnya ikut makan gratis, bahkan ada beberapa orang yang tidak dikenal, diam-diam juga ikut makan di restoran, lumayan, mumpung gratis.
Saat itu, Tommy bahkan ikut memesan tiga buah burger untuk dibawanya pulang. Tommy memang tidak tahu diri, motto hidupnya adalah 'Gratisan selamanya..!!'. Namun dirinya tidak tahu, kalau ternyata Linda sudah memiliki rencana yang licik.
"Kekasih yang licik, harus dibalas dengan kelicikan pula." Pikir Linda.
Linda pergi ke konter restoran, Tommy berpikir kalau Linda akan membayar semuanya. Namun tebakan Tommy meleset.
"Berapa semuanya Mbak?"
"Semuanya 478 dollar." Jawab sang kasir. "Oke, berikan kepadaku bonnya Mbak." Sahut Linda sambil tersenyum penuh arti.
"Oh iya Yank? Aku punya hadiah untuk kamu lho?" Sahut Linda sambil duduk manis di depan Tommy.
"Eh? Hadiah apa nih Lin? Bukankah orang yang sedang ultah itu malah dikasih hadiah? Hehehe..!!" Jawab Tommy sambil mengunyah burgernya.
"Memang betul Yank. Tetapi hari ini bukan hari ultahku. Kamu pasti tidak ingat kan kalau aku ultah tanggal 17 Juli?"
Mata Tommy tiba-tiba melebar.
"Jadi, ini adalah hadiah untukmu, karena kehebatanmu selingkuh berkali-kali di belakangku." Sahut Linda sambil mengulurkan bon senilai 478 dollar kepadanya lalu pergi meninggalkannya. Tommy sampai tersedak burgernya dan kini kesulitan bernafas, air sodanya sudah habis sehingga dia merampok soda milik teman kelasnya.
Itulah yang menyebabkan mood Tommy menjadi berantakan dan berjalan dengan kaki yang marah, menendang-nendang batu kerikil yang menghalangi jalannya.
Kerikil-kerikil itu beterbangan ke segala arah. Menghantam tembok, kursi, tempat sampah, tiang lampu, pokoknya semua yang ada di halaman kampus.
Satu buah kerikil meluncur dengan kecepatan tinggi, karena tendangan Tommy yang dipenuhi kekesalan. Kerikil itu melambung tinggi dan akhirnya mendarat tepat di kepala seseorang,
'Bletakk..!!'
"Duuh..!!"
Seorang pemuda menggaruk-garukkan kepalanya. Batu kerikil jatuh di hadapannya, dahinya berkerut-merut dan memandang ke langit biru di atasnya.
"Apa ada hujan batu?" Pikirnya dengan bodoh.
Saat itu Tommy menghampirinya. Wajahnya terlihat gembira, licik sekaligus senang. Dia tahu kalau pria itu adalah mahasiswa baru di kampusnya, sebab, dirinya kenal semua orang yang ada di kampusnya, ingatannya memang sangat tajam, apalagi, jumlah laki-laki tidak begitu banyak di kampusnya, kebanyakan wanita. Jadi dia hafal betul setiap laki-laki yang ada di kampusnya, termasuk para dosen.
"Mahasiswa baru ya?" Sahut Tommy sambil cengar-cengir.
"Eh? Iya Mas. Aku mau pindah kuliah disini." Jawab pemuda tersebut.
"Memangnya sebelumnya kamu kuliah dimana?"
"aku di Universitas Dale Mas. Oh iya, namaku Eddy Thompson, panggil saja aku Ed." Sahut pemuda tersebut.
"Memangnya siapa yang minta kenalan denganmu? Aku kan cuma tanya kamu dulu kuliah dimana, lagipula, bukankah universitas Dale itu kampus untuk orang biasa-biasa saja? Berbeda dengan disini, kampus Redstone kan kampus pilihan, anak-anaknya cerdas-cerdas, sama sepertiku.." sahut Tommy sambil membusungkan dadanya.
"Kamu kalau bisa masuk sini berarti kamu punya kelebihan khusus, atau kamu kenal dengan dosen disini, iya kan?" Sambung Tommy kembali.
"Iya Mas." Jawab Eddy sambil melongo.
"Terus..?"
"Terus apa Mas?" Tanya Eddy dengan bodoh.
"Ya kamu punya kelebihan khusus atau kamu kenal dengan dosen disini?" Tanya Tommy dengan tidak sabar.
"Eh? Aku tidak punya kelebihan khusus Mas. Kebetulan, Tanteku adalah dosen disini."
"Siapa?" Tanya Tommy dengan dahi yang naik 20 derajat.
"Tante Rita." Jawab Eddy dengan lugu.
Pria itu hanya melihat nilai-nilai itu sekedarnya saja, matanya terlalu sering melirik, atau mengintip seorang wanita cantik yang duduk di depan mejanya. Pria itu memang sangat menyukai wanita itu, parasnya sangat cantik dengan body yang aduhai. Meskipun wanita itu telah menikah, namun pesonanya sungguh menawan hati.
Wanita itu bernama Rita, dia adalah seorang dosen ilmu komunikasi, sedangkan pria itu adalah Pak John, dosen sekaligus rektor di universitas Redstone.
"Jadi bagaimana Pak John? Apakah bisa dia belajar disini?" Sahut Rita dengan senyuman yang mampu membuat setiap pria mabuk kepalang terhadapnya.
Pak John yang sudah tua itu melirik dan menatap Rita dengan birahi yang mulai meningkat. Rita pun sepertinya sudah sangat kenal akan tatapan tersebut, dirinya malah bergerak santai, duduk di sofa putih, memperlihatkan pahanya yang sangat mulus.
Rita memang senang mengenakan pakaian kasual dan rok mini. Rita memiliki sifat penggoda, hampir setiap laki-laki, mahasiswanya dan juga dosen-dosen yang lain, tergila-gila dengannya.
Rambut hitam panjangnya bagaikan benang sutra yang terbaik dan tubuh jenjangnya juga seperti tubuh para model terkenal.
"Kenapa Pak? Kok melihatku seperti itu sih? Hehehe.. Bapak bisa kan menerima keponakanku Eddy disini?" Sahutnya dengan senyuman yang menawan hati, memperlihatkan pahanya yang panjang dan sangat mulus.
"Oh? I..iya Bu Rita.. dia bisa kuliah disini." Jawab Pak John dengan wajah yang merah padam. Jakunnya naik turun, menelan ludahnya berkali-kali karena keseksian Rita yang benar-benar telah menggoda imannya.
"Kalau begitu, terimakasih ya Pak." Sahut Rita dengan genit. "Aku pergi dulu." Sambungnya kembali.
Pak John melongo dengan bodoh. "Huft..!! Dia itu..!! Selalu saja menggoda imanku. Lagipula, kenapa dia langsung pergi? Memangnya aku toilet umum kalau datang kepadaku pas butuh saja..?! Sial..!!" Pikir Pak John dengan kesal.
Dirinya telah tertipu mentah-mentah oleh keseksian Rita. Padahal, nilai-nilai ujian semester rata-rata keponakannya sangat jauh dari kata cukup kalau dia mau kuliah di sini. Sebab, Universitas Redstone adalah kampus terbaik di kota Orchid, dan rata-rata mahasiswanya cerdas dan berprestasi.
****
Tommy, seorang pria berambut jarang, alias hampir botak, masih muda, tampan dan tinggi sedang berjalan kaki dengan senewen. Kakinya tidak bisa diam, selalu menendang batu kerikil kecil yang menghalangi jalannya.
Hari ini dirinya sedang sewot. Kesal terhadap kekasihnya, Linda yang tidak mau mentraktirnya makan lagi. Tommy memang orang yang suka dengan gratisan. Tommy memang pria yang tidak mempunyai harga diri.
Linda yang tidak mau mentraktirnya lagi itu bukanlah tanpa sebab. Memang Linda kesal juga atas kelakuan kekasihnya itu yang lebih mirip lintah darat, namun saat ini Linda benar-benar marah kepadanya.
Bagaimana tidak? Dirinya melihat dengan mata kepala sendiri, Tommy sedang asyik menciumi seorang gadis di belakang taman kampus.
Tommy memang sudah terkenal sebagai seorang playboy kelas ekonomi, alias tidak mau modal. Cuma hanya bermodalkan dengkul, wajahnya yang tampan, dan juga mungkin kontolnya.
Meskipun begitu, entah kenapa Linda masih saja termakan rayuan gombalnya. Padahal, Tommy telah berjanji kepadanya kalau dia tidak akan melirik wanita lain lagi. Namun hasilnya gagal total, dirinya melihat Tommy sedang selingkuh di belakangnya.
Dan kejadian itu bukan hanya kali ini saja, tetapi sudah berkali-kali, lebih tepatnya sudah lima kali. Bahkan Tommy melakukannya dengan gadis yang berbeda-beda pula. Namun anehnya, Tommy selalu bisa meredakan emosinya, dan lagi-lagi mengeluarkan janji busuknya, yaitu dia tidak akan pernah bermain wanita lagi, hanya Linda lah cinta matinya.
Saat itu, Linda yang sudah marah besar langsung berjalan ke arah Tommy yang sedang sibuk main karate lidah dengan seorang gadis yang juga mahasiswa di Universitas Redstone, namun baru tahun pertama, beda satu tahun dengan Tommy.
"Hebat ya? Lagi-lagi kamu selingkuh di belakangku." Sahut Linda dengan pedas.
Tommy kaget, tangannya otomatis bergerak mendorong gadis yang sedang diselingkuhinya. Gadis itu terperosok jatuh ke dalam semak-semak. Gadis itu bangkit berdiri dengan wajah yang memerah karena marah, namun dia langsung pergi meninggalkan playboy cap orang-aring tersebut.
"Ah? Masih hebatan kamu Lin, hehehehe.. kamu bisa tau kalau aku selingkuh. Kamu berbakat jadi spionase ya?" Sahut Tommy dengan enteng, sambil tertawa cengengesan.
"Ahh, kamu bisa aja deh Yank. Kita makan yuk?" Sahut Linda sambil tersenyum kejam. "Eh? Boleh deh Beib. Kebetulan, aku juga udah laper berat nih." Sahut Tommy kegirangan.
Kemudian Linda mengajaknya makan di restoran burger yang berada di kampusnya. Namun Linda tidak hanya mengajak Tommy saja, melainkan juga mengajak seluruh anak kelas manajemen bisnis.
"Ayo makan gratis..!! Hari ini aku ulang tahun..!!" -
Dan semua orang akhirnya ikut makan gratis, bahkan ada beberapa orang yang tidak dikenal, diam-diam juga ikut makan di restoran, lumayan, mumpung gratis.
Saat itu, Tommy bahkan ikut memesan tiga buah burger untuk dibawanya pulang. Tommy memang tidak tahu diri, motto hidupnya adalah 'Gratisan selamanya..!!'. Namun dirinya tidak tahu, kalau ternyata Linda sudah memiliki rencana yang licik.
"Kekasih yang licik, harus dibalas dengan kelicikan pula." Pikir Linda.
Linda pergi ke konter restoran, Tommy berpikir kalau Linda akan membayar semuanya. Namun tebakan Tommy meleset.
"Berapa semuanya Mbak?"
"Semuanya 478 dollar." Jawab sang kasir. "Oke, berikan kepadaku bonnya Mbak." Sahut Linda sambil tersenyum penuh arti.
"Oh iya Yank? Aku punya hadiah untuk kamu lho?" Sahut Linda sambil duduk manis di depan Tommy.
"Eh? Hadiah apa nih Lin? Bukankah orang yang sedang ultah itu malah dikasih hadiah? Hehehe..!!" Jawab Tommy sambil mengunyah burgernya.
"Memang betul Yank. Tetapi hari ini bukan hari ultahku. Kamu pasti tidak ingat kan kalau aku ultah tanggal 17 Juli?"
Mata Tommy tiba-tiba melebar.
"Jadi, ini adalah hadiah untukmu, karena kehebatanmu selingkuh berkali-kali di belakangku." Sahut Linda sambil mengulurkan bon senilai 478 dollar kepadanya lalu pergi meninggalkannya. Tommy sampai tersedak burgernya dan kini kesulitan bernafas, air sodanya sudah habis sehingga dia merampok soda milik teman kelasnya.
Itulah yang menyebabkan mood Tommy menjadi berantakan dan berjalan dengan kaki yang marah, menendang-nendang batu kerikil yang menghalangi jalannya.
Kerikil-kerikil itu beterbangan ke segala arah. Menghantam tembok, kursi, tempat sampah, tiang lampu, pokoknya semua yang ada di halaman kampus.
Satu buah kerikil meluncur dengan kecepatan tinggi, karena tendangan Tommy yang dipenuhi kekesalan. Kerikil itu melambung tinggi dan akhirnya mendarat tepat di kepala seseorang,
'Bletakk..!!'
"Duuh..!!"
Seorang pemuda menggaruk-garukkan kepalanya. Batu kerikil jatuh di hadapannya, dahinya berkerut-merut dan memandang ke langit biru di atasnya.
"Apa ada hujan batu?" Pikirnya dengan bodoh.
Saat itu Tommy menghampirinya. Wajahnya terlihat gembira, licik sekaligus senang. Dia tahu kalau pria itu adalah mahasiswa baru di kampusnya, sebab, dirinya kenal semua orang yang ada di kampusnya, ingatannya memang sangat tajam, apalagi, jumlah laki-laki tidak begitu banyak di kampusnya, kebanyakan wanita. Jadi dia hafal betul setiap laki-laki yang ada di kampusnya, termasuk para dosen.
"Mahasiswa baru ya?" Sahut Tommy sambil cengar-cengir.
"Eh? Iya Mas. Aku mau pindah kuliah disini." Jawab pemuda tersebut.
"Memangnya sebelumnya kamu kuliah dimana?"
"aku di Universitas Dale Mas. Oh iya, namaku Eddy Thompson, panggil saja aku Ed." Sahut pemuda tersebut.
"Memangnya siapa yang minta kenalan denganmu? Aku kan cuma tanya kamu dulu kuliah dimana, lagipula, bukankah universitas Dale itu kampus untuk orang biasa-biasa saja? Berbeda dengan disini, kampus Redstone kan kampus pilihan, anak-anaknya cerdas-cerdas, sama sepertiku.." sahut Tommy sambil membusungkan dadanya.
"Kamu kalau bisa masuk sini berarti kamu punya kelebihan khusus, atau kamu kenal dengan dosen disini, iya kan?" Sambung Tommy kembali.
"Iya Mas." Jawab Eddy sambil melongo.
"Terus..?"
"Terus apa Mas?" Tanya Eddy dengan bodoh.
"Ya kamu punya kelebihan khusus atau kamu kenal dengan dosen disini?" Tanya Tommy dengan tidak sabar.
"Eh? Aku tidak punya kelebihan khusus Mas. Kebetulan, Tanteku adalah dosen disini."
"Siapa?" Tanya Tommy dengan dahi yang naik 20 derajat.
"Tante Rita." Jawab Eddy dengan lugu.
Mata Tommy langsung berbinar-binar. Bu Rita adalah dosen favorit Tommy. Tubuhnya benar-benar sempurna, bagaikan penari India. Setiap kali Tommy mendapatkan pelajaran darinya, kontolnya selalu berdenyut-denyut, apalagi Bu Rita memang seorang dosen yang modis, senang memakai rok mini.
"Kenalkan, aku Tommy. Salah satu mahasiswa terpenting, paling pintar, sekaligus juga ketua badan eksekutif mahasiswa Redstone, Tommy Jedive." Sahut Tommy pura-pura akrab, padahal tidak ada satupun dari perkataannya yang benar, kecuali namanya.
Eddy menyambut uluran tangannya dengan senyum sopan.
Namun Tommy malah merangkulnya, seakan-akan Eddy adalah sahabat terdekatnya, seorang kawan yang lama tidak berjumpa.
"Jadi? Kamu siapanya Bu Rita?" Tanya Tommy sambil tersenyum ramah.
"Eh? Emm? Tante Rita itu ya Tanteku Mas Tommy."
"Iya aku tahu. Tapi silsilah keluarganya bagaimana? Kenapa Bu Rita bisa dipanggil Tante olehmu?" Sahut Tommy dengan tidak sabar.
"Oh? Tante Rita adalah adik dari ayahku, Mas."
"Jadi dia bibimu dong? Terus kenapa kamu panggil Tante?" Tanya Tommy.
"Memangnya nggak boleh ya Mas?"
"Hmm.. ya boleh sih." Sahut Tommy. "Bu Rita memang pantas menyandang gelar itu. Bu Rita benar-benar seorang hot woman, MILF (Mother I Like To Fuck..!!)" Pikir Tommy.
"Oh iya? Jadi? Kamu mengambil jurusan apa?" Tanya Tommy.
"Aku jurusan Manajemen Mas."
"Panggil namaku saja. Karena kebetulan kita sekelas nanti. Aku juga mengambil Manajemen. Manajemen Bisnis." Sahut Tommy.
"Oh iya, sebelum kamu masuk ke kelasku. Kami punya tradisi. Seperti ospek sih, tapi lebih ringan, karena kamu bukan mahasiswa baru." Sahut Tommy.
"Tradisi apa Mas?"
"Kamu harus melakukan sesuatu.." sahut Tommy sambil berpikir dengan keras. Ini adalah kesempatan untuk menjahilinya.
Saat itu suara seorang wanita yang sudah sangat dikenal oleh Tommy memanggilnya. "Tommy? Apakah kamu sedang berkenalan dengan Eddy?" Sahut Rita dari belakang.
"Eh Bu Rita. Iya nih. Hehehe.. Dia akan bergabung di kelas kami ya Bu?"
"Iya Tom. Mulai besok dia akan mulai belajar disini. Ingat ya Tom. Jangan galak-galak dengan Eddy." Sahut Bu Rita sambil tersenyum nakal dan berjalan pergi.
Tommy menganggukkan kepalanya. Pandangan matanya masih tertuju ke arah pantat Bu Rita yang bergoyang-goyang, sungguh sebuah pemandangan yang sangat indah.
"Jadi? Bagaimana Mas?" Tanya Eddy yang mengagetkan Tommy.
"Oh iya. Soal itu? Hmm.. nanti saja. Ayo kukenalkan kamu dengan kelas Manajemen." Sahut Tommy yang pada saat itu sulit untuk berpikir, karena bayangan pantat Bu Rita yang benar-benar menggoda iman.
Mereka berdua naik ke lantai tiga, gedung kampus Redstone. Letak kelas Manajemen Bisnis berada di paling pojok.
Ada seorang gadis manis disana. Gadis itu sedang menatap kebawah, ke sebuah ruang gedung kelas lama yang akan di hancurkan. Tempatnya persis di depan kampus Redstone.
"Ngapain kamu Jen?" Tanya Tommy.
"Eh? Kamu baru datang Tom. Aku sedang melihat kelas yang akan dihancurkan itu. Dulu kan kita pernah memakai kelas itu." Sahut gadis itu sambil tersenyum.
Sementara itu Eddy tersentak hatinya. Gadis itu sangat cantik dan imut. Jantungnya berdebar-debar dengan kecepatan denyut nadi mencapai 150 km/jam.
Namun kemudian Eddy melihat gedung yang akan dibongkar tersebut dengan perasaan sedih. "Oh My God..!! Sayang sekali..!!"
"Eh? Kenapa kamu Ed?" Tanya Tommy dengan heran. "Oh iya, kenalkan. Dia ini mahasiswa baru di kelas kita Jen. Eddy namanya. Dan cewek jutek ini namanya Jenny." Sahut Tommy.
Eddy mengulurkan tangannya dengan gemetaran. Terasa lembut sekali tangan Jenny ketika menyambut tangannya.
"Jangan hiraukan perkataan Tommy Ed. Dia cuma playboy kadal." Sahut Jenny.
"Aku tahu perasaan kamu Ed. Bangunan seperti itu dihancurkan, memang sulit untuk dilihat. Banyak kenangan disana. Lagipula, gedung itu termasuk gedung bersejarah, karena gedung itulah yang pertama kali dibangun dan menjadi kampus Redstone." Sambung Jenny.
"Ah, gedung itu kan memang sudah tua dan reot. Jadi pantas saja kalau dihancurkan." Sambung Tommy.
"Jangan hiraukan Tommy, Ed. Dia memang begitu, nggak tau sejarah." Sahut Jenny dengan sebal.
"Iya Jen. Tetapi ini lebih buruk dari itu." Sahut Eddy yang kini merasa sangat sedih. Jenny dan Tommy sama-sama mengerutkan keningnya.
"Tadi aku meninggalkan motorku di dalam sana." Sahut Eddy dengan tiba-tiba.
Jenny dan Tommy serentak bilang..
"Whatt..!!"
*****
Suasana kelas Manajemen Bisnis sangat ramai. Ada seorang gadis yang sedang mengepang rambut temannya dari belakang, menggunakan kaki. Ada yang main lempar-lemparan sepatu, terkadang buku, botol, sampai meja. Ada juga gadis yang sibuk berfoto selfi ria, sambil memegang sendok dan garpu, rupanya dia sedang ikut kelas memasak, cuma bedanya yang ada di depannya hanyalah burger yang tadi dikasih gratis oleh Linda.
Linda sendiri sama sekali tidak terlihat. Entah kemana dia. Sepertinya Linda masih masih kesal kepada Tommy karena ketahuan selingkuh dibelakangnya, untuk yang kelima kalinya..!!
Sementara itu, di tengah-tengah ruangan seperti tempat duduk stadion lapangan bola, duduk tiga orang. Jenny, gadis manis nan imut tengah duduk di apit oleh Eddy dan Tommy.
Jenny sedang sibuk menulis sesuatu di bukunya, Jenny memang orang yang suka sibuk. Sementara itu, Eddy masih tampak sedih. Tatapan matanya kosong. Rupanya dia masih teringat akan nasib motornya yang mungkin sekarang sudah menjadi kaleng kerupuk, tertimpa bangunan tua yang ada di depan kampus.
Sementara itu Tommy masih sibuk dengan handphonenya. Rupanya dia mendapatkan sebuah ide untuk mengerjai sang mahasiswa baru, yaitu Eddy.
Dirinya sedang berusaha menelpon Nita, salah satu mahasiswa dari jurusan kedokteran hewan. Seorang gadis yang cantik, juga pernah menjadi pacar Tommy.
Namun sialnya, nomor handphone Nita sudah diganti. Jadi, Tommy harus menghubungi teman-teman dekatnya untuk mengetahui nomor barunya.
Dan setelah tujuh kali salah sambung, salah satunya nyambung ke kios daging potong, akhirnya Tommy mendengar suara Nita yang merdu. Tommy memang ingat betul dengan suara Nita, karena ingatannya setajam silet.
"Hallo selamat siang Mbak. Bisa bicara dengan Nita?" Dengan gaya yang sopan. "Iya, saya sendiri." Jawab Nita.
"Wah? Saya juga sendiri Mbak. Jangan-jangan kita berjodoh." Celetuk Tommy.
"Sialan..!! Ini kamu ya Tommy..!!" Semprot Nita yang langsung mengenali salah satu model rayuannya.
"Iya Nit. Kamu tau aja deh."
"Mau apa kamu?" Sahut Nita dengan sewot.
"Ah, jangan begitu dong Nit. Kamu masih punya perasaan nggak sama aku?"
"Hmm.. perasaan? Oh iya. Kamu kan masih punya hutang 140 dollar. Apa kamu mau membayarnya sekarang?" Sahut Nita.
"Oh shitt..!! Aku lupa. Hehehe.. nanti saja kubayar hutangku Nit. Aku sekarang sedang kesulitan uang. Baru saja uangku habis untuk membayar burger senilai 478 dollar." Sahut Tommy.
"Eh? Burger apa seharga 400 dollar? Kamu mau mencoba membohongiku ya?"
"Aku tidak bohong Nit. Burgernya sih murah, tapi aku belinya bukan cuma satu, tapi orang sekampung aku belikan semua. Aku kan orangnya dermawan." Sahut Tommy.
"Ah, itu cuma alasan saja untuk menghindar dari hutangmu."
"Nggak kok. Aku jujur Nit. Oh iya? Apa sapi-sapi mu masih ada Nit?" Tanya Tommy.
Nita mengerutkan keningnya, "Masih ada. Memangnya kenapa? Kamu mau membelinya?"
"Nggak kok. Maksudku sapi-sapi itu masih hidup? Tidak mati karena sudah menjadi bahan praktekmu?" - sahut Tommy.
"Tentu saja masih hidup. Hanya tinggal satu saja, ada di kandang belakang kelas biologi hewan." Sahut Nita.
"Kalau begitu bagus deh." Sahut Tommy sambil cepat-cepat menutup teleponnya. Wajahnya tampak riang gembira.
Pelajaran akuntansi umum di kelas Manajemen Bisnis selesai pukul tiga siang. Saat itu, Jenny dan Eddy sedang berjalan bersamaan. Sementara Tommy pergi entah kemana, tetapi dia telah memberitahu Eddy bahwa kegiatan ospek kecilnya akan berlangsung sore ini.
"Jadi, Bu Rita itu Bibimu ya Ed?" Tanya Jenny.
"Iya Jen. Dulu aku kuliah di universitas Dale. Dan karena ayahku pindah ke kota Orchid, jadinya aku disuruh masuk ke sini. Hal itu juga atas dasar keinginan Tanteku." Sahut Eddy.
"Oh jadi begitu. Hmm.. enak ya? Punya Bibi Bu Rita. Jadi kamu bisa masuk kesini. Dulu saja, aku dan Tommy harus ikut berbagai macam tes supaya bisa masuk disini." Sahut Jenny.
"Eh? Emm? Apakah aku boleh tanya sesuatu kepadamu Jen?" Tanya Eddy tiba-tiba.
"Kenapa Ed?"
"Emm? Apakah kamu dan Tommy berpacaran?" Tanya Eddy ingin tahu.
"Tidak Ed, hehehehe.. kami hanya sekedar teman saja. Kami berdua memang sudah menjadi sahabat sejak kecil. Jadi, aku tahu siapa dia." Sahut Jenny sambil tertawa.
"Oh? Jadi..?? Siapa Tommy?" Sahut Eddy dengan lega.
"Tommy? Hmm.. dia adalah laki-laki playboy kelas teri, punya banyak kekasih, dan otaknya mesum. Hanya ada seks saja di otaknya." Sahut Jenny.
"Heh? Benarkah itu? Lalu? Kok bisa dia diterima disini?" Tanya Eddy yang terkejut mendengarnya.
"Oh? Itu karena dia memang pintar Ed. Bahkan dia lebih pintar daripada aku. Cuma saja, kelakuannya itu yang aku tidak suka. Dia suka mempermainkan hati wanita, dan satu lagi, dia itu pelit." Sahut Jenny.
Kemudian langkah kaki Eddy terhenti di depan reruntuhan bangunan. Sebuah setang motor bengkok terlihat di bawah reruntuhan. Eddy menarik nafasnya dengan sedih.
"Itu motormu ya Ed?" Tanya Jenny. Eddy mengangguk sedih. Jenny juga ikut merasa kasihan kepadanya. "Sabar ya Ed. Mungkin motor itu belum rejekimu." Sahut Jenny.
"Kenalkan, aku Tommy. Salah satu mahasiswa terpenting, paling pintar, sekaligus juga ketua badan eksekutif mahasiswa Redstone, Tommy Jedive." Sahut Tommy pura-pura akrab, padahal tidak ada satupun dari perkataannya yang benar, kecuali namanya.
Eddy menyambut uluran tangannya dengan senyum sopan.
Namun Tommy malah merangkulnya, seakan-akan Eddy adalah sahabat terdekatnya, seorang kawan yang lama tidak berjumpa.
"Jadi? Kamu siapanya Bu Rita?" Tanya Tommy sambil tersenyum ramah.
"Eh? Emm? Tante Rita itu ya Tanteku Mas Tommy."
"Iya aku tahu. Tapi silsilah keluarganya bagaimana? Kenapa Bu Rita bisa dipanggil Tante olehmu?" Sahut Tommy dengan tidak sabar.
"Oh? Tante Rita adalah adik dari ayahku, Mas."
"Jadi dia bibimu dong? Terus kenapa kamu panggil Tante?" Tanya Tommy.
"Memangnya nggak boleh ya Mas?"
"Hmm.. ya boleh sih." Sahut Tommy. "Bu Rita memang pantas menyandang gelar itu. Bu Rita benar-benar seorang hot woman, MILF (Mother I Like To Fuck..!!)" Pikir Tommy.
"Oh iya? Jadi? Kamu mengambil jurusan apa?" Tanya Tommy.
"Aku jurusan Manajemen Mas."
"Panggil namaku saja. Karena kebetulan kita sekelas nanti. Aku juga mengambil Manajemen. Manajemen Bisnis." Sahut Tommy.
"Oh iya, sebelum kamu masuk ke kelasku. Kami punya tradisi. Seperti ospek sih, tapi lebih ringan, karena kamu bukan mahasiswa baru." Sahut Tommy.
"Tradisi apa Mas?"
"Kamu harus melakukan sesuatu.." sahut Tommy sambil berpikir dengan keras. Ini adalah kesempatan untuk menjahilinya.
Saat itu suara seorang wanita yang sudah sangat dikenal oleh Tommy memanggilnya. "Tommy? Apakah kamu sedang berkenalan dengan Eddy?" Sahut Rita dari belakang.
"Eh Bu Rita. Iya nih. Hehehe.. Dia akan bergabung di kelas kami ya Bu?"
"Iya Tom. Mulai besok dia akan mulai belajar disini. Ingat ya Tom. Jangan galak-galak dengan Eddy." Sahut Bu Rita sambil tersenyum nakal dan berjalan pergi.
Tommy menganggukkan kepalanya. Pandangan matanya masih tertuju ke arah pantat Bu Rita yang bergoyang-goyang, sungguh sebuah pemandangan yang sangat indah.
"Jadi? Bagaimana Mas?" Tanya Eddy yang mengagetkan Tommy.
"Oh iya. Soal itu? Hmm.. nanti saja. Ayo kukenalkan kamu dengan kelas Manajemen." Sahut Tommy yang pada saat itu sulit untuk berpikir, karena bayangan pantat Bu Rita yang benar-benar menggoda iman.
Mereka berdua naik ke lantai tiga, gedung kampus Redstone. Letak kelas Manajemen Bisnis berada di paling pojok.
Ada seorang gadis manis disana. Gadis itu sedang menatap kebawah, ke sebuah ruang gedung kelas lama yang akan di hancurkan. Tempatnya persis di depan kampus Redstone.
"Ngapain kamu Jen?" Tanya Tommy.
"Eh? Kamu baru datang Tom. Aku sedang melihat kelas yang akan dihancurkan itu. Dulu kan kita pernah memakai kelas itu." Sahut gadis itu sambil tersenyum.
Sementara itu Eddy tersentak hatinya. Gadis itu sangat cantik dan imut. Jantungnya berdebar-debar dengan kecepatan denyut nadi mencapai 150 km/jam.
Namun kemudian Eddy melihat gedung yang akan dibongkar tersebut dengan perasaan sedih. "Oh My God..!! Sayang sekali..!!"
"Eh? Kenapa kamu Ed?" Tanya Tommy dengan heran. "Oh iya, kenalkan. Dia ini mahasiswa baru di kelas kita Jen. Eddy namanya. Dan cewek jutek ini namanya Jenny." Sahut Tommy.
Eddy mengulurkan tangannya dengan gemetaran. Terasa lembut sekali tangan Jenny ketika menyambut tangannya.
"Jangan hiraukan perkataan Tommy Ed. Dia cuma playboy kadal." Sahut Jenny.
"Aku tahu perasaan kamu Ed. Bangunan seperti itu dihancurkan, memang sulit untuk dilihat. Banyak kenangan disana. Lagipula, gedung itu termasuk gedung bersejarah, karena gedung itulah yang pertama kali dibangun dan menjadi kampus Redstone." Sambung Jenny.
"Ah, gedung itu kan memang sudah tua dan reot. Jadi pantas saja kalau dihancurkan." Sambung Tommy.
"Jangan hiraukan Tommy, Ed. Dia memang begitu, nggak tau sejarah." Sahut Jenny dengan sebal.
"Iya Jen. Tetapi ini lebih buruk dari itu." Sahut Eddy yang kini merasa sangat sedih. Jenny dan Tommy sama-sama mengerutkan keningnya.
"Tadi aku meninggalkan motorku di dalam sana." Sahut Eddy dengan tiba-tiba.
Jenny dan Tommy serentak bilang..
"Whatt..!!"
*****
Suasana kelas Manajemen Bisnis sangat ramai. Ada seorang gadis yang sedang mengepang rambut temannya dari belakang, menggunakan kaki. Ada yang main lempar-lemparan sepatu, terkadang buku, botol, sampai meja. Ada juga gadis yang sibuk berfoto selfi ria, sambil memegang sendok dan garpu, rupanya dia sedang ikut kelas memasak, cuma bedanya yang ada di depannya hanyalah burger yang tadi dikasih gratis oleh Linda.
Linda sendiri sama sekali tidak terlihat. Entah kemana dia. Sepertinya Linda masih masih kesal kepada Tommy karena ketahuan selingkuh dibelakangnya, untuk yang kelima kalinya..!!
Sementara itu, di tengah-tengah ruangan seperti tempat duduk stadion lapangan bola, duduk tiga orang. Jenny, gadis manis nan imut tengah duduk di apit oleh Eddy dan Tommy.
Jenny sedang sibuk menulis sesuatu di bukunya, Jenny memang orang yang suka sibuk. Sementara itu, Eddy masih tampak sedih. Tatapan matanya kosong. Rupanya dia masih teringat akan nasib motornya yang mungkin sekarang sudah menjadi kaleng kerupuk, tertimpa bangunan tua yang ada di depan kampus.
Sementara itu Tommy masih sibuk dengan handphonenya. Rupanya dia mendapatkan sebuah ide untuk mengerjai sang mahasiswa baru, yaitu Eddy.
Dirinya sedang berusaha menelpon Nita, salah satu mahasiswa dari jurusan kedokteran hewan. Seorang gadis yang cantik, juga pernah menjadi pacar Tommy.
Namun sialnya, nomor handphone Nita sudah diganti. Jadi, Tommy harus menghubungi teman-teman dekatnya untuk mengetahui nomor barunya.
Dan setelah tujuh kali salah sambung, salah satunya nyambung ke kios daging potong, akhirnya Tommy mendengar suara Nita yang merdu. Tommy memang ingat betul dengan suara Nita, karena ingatannya setajam silet.
"Hallo selamat siang Mbak. Bisa bicara dengan Nita?" Dengan gaya yang sopan. "Iya, saya sendiri." Jawab Nita.
"Wah? Saya juga sendiri Mbak. Jangan-jangan kita berjodoh." Celetuk Tommy.
"Sialan..!! Ini kamu ya Tommy..!!" Semprot Nita yang langsung mengenali salah satu model rayuannya.
"Iya Nit. Kamu tau aja deh."
"Mau apa kamu?" Sahut Nita dengan sewot.
"Ah, jangan begitu dong Nit. Kamu masih punya perasaan nggak sama aku?"
"Hmm.. perasaan? Oh iya. Kamu kan masih punya hutang 140 dollar. Apa kamu mau membayarnya sekarang?" Sahut Nita.
"Oh shitt..!! Aku lupa. Hehehe.. nanti saja kubayar hutangku Nit. Aku sekarang sedang kesulitan uang. Baru saja uangku habis untuk membayar burger senilai 478 dollar." Sahut Tommy.
"Eh? Burger apa seharga 400 dollar? Kamu mau mencoba membohongiku ya?"
"Aku tidak bohong Nit. Burgernya sih murah, tapi aku belinya bukan cuma satu, tapi orang sekampung aku belikan semua. Aku kan orangnya dermawan." Sahut Tommy.
"Ah, itu cuma alasan saja untuk menghindar dari hutangmu."
"Nggak kok. Aku jujur Nit. Oh iya? Apa sapi-sapi mu masih ada Nit?" Tanya Tommy.
Nita mengerutkan keningnya, "Masih ada. Memangnya kenapa? Kamu mau membelinya?"
"Nggak kok. Maksudku sapi-sapi itu masih hidup? Tidak mati karena sudah menjadi bahan praktekmu?" - sahut Tommy.
"Tentu saja masih hidup. Hanya tinggal satu saja, ada di kandang belakang kelas biologi hewan." Sahut Nita.
"Kalau begitu bagus deh." Sahut Tommy sambil cepat-cepat menutup teleponnya. Wajahnya tampak riang gembira.
Pelajaran akuntansi umum di kelas Manajemen Bisnis selesai pukul tiga siang. Saat itu, Jenny dan Eddy sedang berjalan bersamaan. Sementara Tommy pergi entah kemana, tetapi dia telah memberitahu Eddy bahwa kegiatan ospek kecilnya akan berlangsung sore ini.
"Jadi, Bu Rita itu Bibimu ya Ed?" Tanya Jenny.
"Iya Jen. Dulu aku kuliah di universitas Dale. Dan karena ayahku pindah ke kota Orchid, jadinya aku disuruh masuk ke sini. Hal itu juga atas dasar keinginan Tanteku." Sahut Eddy.
"Oh jadi begitu. Hmm.. enak ya? Punya Bibi Bu Rita. Jadi kamu bisa masuk kesini. Dulu saja, aku dan Tommy harus ikut berbagai macam tes supaya bisa masuk disini." Sahut Jenny.
"Eh? Emm? Apakah aku boleh tanya sesuatu kepadamu Jen?" Tanya Eddy tiba-tiba.
"Kenapa Ed?"
"Emm? Apakah kamu dan Tommy berpacaran?" Tanya Eddy ingin tahu.
"Tidak Ed, hehehehe.. kami hanya sekedar teman saja. Kami berdua memang sudah menjadi sahabat sejak kecil. Jadi, aku tahu siapa dia." Sahut Jenny sambil tertawa.
"Oh? Jadi..?? Siapa Tommy?" Sahut Eddy dengan lega.
"Tommy? Hmm.. dia adalah laki-laki playboy kelas teri, punya banyak kekasih, dan otaknya mesum. Hanya ada seks saja di otaknya." Sahut Jenny.
"Heh? Benarkah itu? Lalu? Kok bisa dia diterima disini?" Tanya Eddy yang terkejut mendengarnya.
"Oh? Itu karena dia memang pintar Ed. Bahkan dia lebih pintar daripada aku. Cuma saja, kelakuannya itu yang aku tidak suka. Dia suka mempermainkan hati wanita, dan satu lagi, dia itu pelit." Sahut Jenny.
Kemudian langkah kaki Eddy terhenti di depan reruntuhan bangunan. Sebuah setang motor bengkok terlihat di bawah reruntuhan. Eddy menarik nafasnya dengan sedih.
"Itu motormu ya Ed?" Tanya Jenny. Eddy mengangguk sedih. Jenny juga ikut merasa kasihan kepadanya. "Sabar ya Ed. Mungkin motor itu belum rejekimu." Sahut Jenny.
Sebuah mobil sedan hitam berhenti di depan mereka, "Diinnn..!! Diiinn..!!"
"Hei Ed? Kamu mau pulang bersamaku?"
Sahut Rita sambil menurunkan kaca mobilnya.
Rita mengerutkan keningnya sekaligus heran karena tampang Eddy yang tampak sedih. "Kamu kenapa Ed?"
"Motorku hancur Tante." Jawabnya dengan lemas.
Rita melihat sisa stang motor Eddy yang berada di bawah tumpukan reruntuhan dan ikut sedih juga.
"Sudahlah Ed. Kamu nggak salah. Yang salah itu petugas kebersihan. Dia seharusnya memasang tanda bahwa gedung itu akan dihancurkan. Ayo, pulang saja denganku. Nanti aku yang menjelaskan kepada Papamu supaya kamu tidak kena semprot." Sahut Rita.
Eddy langsung naik ke mobil Rita dan Jenny herannya tampak terkejut.
"Eh? Oh? Ed..??!!" Sahut Jenny dengan gagap. Tetapi mobil Rita telah jalan meninggalkannya. Padahal hari itu masih ada pelajaran, yaitu kelas Manajemen Risiko pada pukul tujuh malam.
Saat itu, Tommy baru saja datang menghampiri Jenny dengan nafas yang terengah-engah. "Dimana anak baru itu Jen?"
"Dia dijemput pulang oleh Bu Rita." Jawab Jenny.
"Sial. Padahal aku sudah menyiapkan kegiatan ospek kecil untuknya." Sahut Tommy. Jenny memandangi Tommy dengan curiga, di tangannya ada sebuah bungkus kecil yang berisikan obat-obatan.
"Mau apa kamu Tom? Jangan lakukan yang aneh-aneh ya."
"Ah, nggak kok Jen. Sebenarnya tugasnya cukup mudah. Hanya memeras susu, hehehehe.." sahut Tommy dengan santai.
"Heh? Susu? Susunya siapa? Apa kamu mau ajarkan Eddy untuk menjadi cabul sepertimu?" Sahut Jenny khawatir.
"Ah, nggak kok. Aku mau pergi dulu." Jawab Tommy singkat.
"Hei..?! Tunggu dulu.. kamu mau kemana? Nanti ada kelas Tom..!!"
"Aku tahu. Kelas Manajemen Risiko kan? Sekarang aku mau menyusul Eddy ke rumah Bu Rita.." sahut Tommy yang sudah semakin jauh.
Sementara itu Rita dan Eddy telah sampai di rumah Rita.
"Dimana Om Ronald Tante?" Tanya Eddy sambil melihat sekeliling rumahnya yang besar.
"Ronald sedang ada bisnis di luar kota Ed. Minggu depan dia baru akan pulang." Sahut Rita sambil duduk manis di depan sofa.
"Hmm.. sudah berapa lama kita tidak bertemu Ed? Kamu jadi makin ganteng aja deh." Sahut Rita sambil tersenyum genit.
"Bukankah kita baru kemarin bertemu Tante? Di bandara."
"Iya sih. Tapi kan saat itu ada Papa dan Mamamu disana. Maksudku itu, sudah lama kita tidak bertemu sendirian seperti saat ini." Sahut Rita.
"Oh? Itu.." jawab Eddy dengan gugup.
"Emmm? Mungkin baru tiga atau empat bulan yang lalu Tante. Menurutku itu tidak lama kok." Sahut Eddy kembali.
"Tapi..? Menurutku itu waktu yang lama sayang. Apalagi aku selalu terbayang-bayang dirimu di waktu tidurku..!! Hmm.. soalnya.. kamu sangat tampan Ed..!!" Sahut Rita sambil berdiri dan menarik tangan Eddy.
Jantung Eddy pun berdetak kencang. Dirinya tahu kemana hal ini akan membawanya. Eddy tidak bisa ataupun sanggup menolak godaan tantenya meskipun Eddy tahu kalau hal ini adalah perbuatan yang sangat salah.
"Aku masih punya pil biru Ed. Kamu mau?" Sahut Rita dengan wajah yang menggoda.
Wajah Eddy menjadi tegang. Dirinya tahu kalau pil itu adalah sebuah pil yang akan membuatnya menjadi ganas di atas ranjang. Tantenya memang sering mencekokinya dengan pil berwarna biru tersebut.
"Tidak usah Tante." Jawab Eddy dengan gugup.
"Heh? Apa kamu yakin? Hehehe.. Apa kamu sekarang sudah menjadi semakin hebat ya sayang?" Tanya Rita dengan wajah yang gembira.
"Eh? I..iya.. Tante.." jawab Eddy semakin gugup.
Perlahan-lahan Rita menarik tangan Eddy hingga ke kamarnya. Seperti sebuah kekuatan yang sangat besar, Eddy tidak mampu untuk menolak Tantenya.
Rita menyudutkan keponakannya itu di dinding kamarnya. Tangannya membelai wajahnya yang tampan.
"Aku sangat kangen kepadamu sayang..!! Soalnya kamu benar-benar tampan dan perkasa..!! Emmhh..!!" Sahut Rita sambil menciuminya dengan birahi yang semakin hebat.
Eddy pun tak kuasa untuk menolak ciuman dan lumatan bibir tantenya yang buas. Eddy membalasnya dengan tidak kalah panasnya..!!
Bahkan Eddy mengajak tantenya untuk pergi ke ranjang dan duduk sambil memagut lidah dengan nafsu yang menggelora.
Birahi mereka berdua memanas. Rita duduk di atas pangkuan Eddy dengan mulut yang kelaparan, melumat habis mulut Eddy sehingga mereka berdua menjadi kesulitan untuk bernafas.
Rita menurunkan pakaiannya. Teteknya yang bulat dan padat itu langsung menyembul keluar.
Untuk sesaat Eddy memandangi tetek Tantenya itu dengan nafsu yang semakin menggelora. Kemudian tatapan mata mereka bersatu, seakan-akan mereka berdua tengah bersiap-siap melakukan perang birahi yang maha dahsyat.
Rita lah yang pertama kali memulainya. Mulutnya langsung memagut bibir Eddy dan memainkan lidahnya dengan sangat bernafsu. Eddy pun tidak mau kalah, tangannya menyingkap baju tantenya dan mulai meremas-remas pantatnya. Gelora birahi mereka berduapun perlahan-lahan mulai meningkat.
Rita mendorong keponakannya agak kebelakang dan tangannya mulai menggerayangi selangkangan Eddy.
Jantung Eddy berdetak semakin cepat tatkala Tantenya mulai mengeluarkan batang kontolnya yang sudah mulai keras dengan lincahnya.
Rita mulai mengocok-ngocok batang kontolnya. Eddy pun mendesah tertahan seiring dengan batang kontolnya yang mulai semakin mengeras karena sentuhan lembut tangan Tantenya.
Lagi-lagi Rita menyerang mulut keponakannya. Eddy menjadi semakin melayang di alam surga dunia karena perbuatan Tantenya yang benar-benar nikmat.
Tante Rita benar-benar seorang wanita yang sangat luar biasa kalau soal seks. Dirinya benar-benar tahu bagaimana caranya membuat seorang pria merasakan kenikmatan yang tiada taranya.
Tangannya yang halus itu menggenggam dan mengocok batang kontol Eddy dengan perlahan-lahan, sementara mulutnya terus melumat bibir dan mulut keponakannya itu dengan penuh gairah. Benar-benar sangat memanjakan Eddy.
Tiba-tiba saja Rita berhenti saat jantung Eddy berdebar-debar semakin kencang. Untuk sesaat Eddy nampak kecewa, namun wajahnya kembali lagi ceria.
Ternyata Tantenya bergerak turun dan mulai fokus terhadap batang kontolnya yang sudah berdiri tegak layaknya paku bumi.
Rita mengecup kepala kontolnya dan mulai menjilati batangnya mulai dari pangkal hingga ke ujung. Rasa geli sekaligus nikmat mulai dirasakan Eddy.
Rasa nikmat itu masih berlanjut, bahkan menjadi semakin hebat tatkala Eddy merasakan kehangatan pada batang kontolnya.
Ternyata Tantenya telah mulai memasukkan batang kontolnya yang keras itu kedalam mulutnya dan mengenyotnya dengan kuat.
Eddy mendesah dengan suara yang agak kuat. Rita merasa semakin senang karena perbuatannya itu mampu membuat keponakannya itu semakin tenggelam ke dalam arus birahi yang memabukkan.
Untuk sesaat Rita memandangi wajah keponakannya yang sedang keenakan, kemudian tiba-tiba saja dirinya melakukan hal yang lebih gila lagi. Yaitu melahap seluruh batang kontol keponakannya sehingga menyentuh ujung tenggorokannya.
Mata Eddy langsung terbelalak karena kenikmatan yang tiada taranya akibat perbuatan Tantenya tersebut.
Kontolnya menjadi berdenyut-denyut semakin kuat, dan Eddy sudah benar-benar melayang ke alam surga dunia. Air pejunya pun sudah sangat siap untuk menyemprot keluar karena kenikmatan yang tiada taranya.
"OOGGH..!! hentikan Tante..!! Aku..!! Aku sudah tidak sanggup lagi..!!" Teriak Eddy dengan sekujur tubuh yang sudah menegang hebat.
Untung saja saat Tantenya menghentikan perbuatannya dan kini mengecup kembali batang kontolnya dan mengocok-ngocoknya dengan wajah yang sangat puas.
"Apakah kamu sudah mau mengentot sayang?" Tanya Rita sambil mengocok-ngocok batang kontol Eddy yang terus berdenyut-denyut nikmat.
"Iya Tante. Ayo kita lakukan sekarang." Jawab Eddy dengan penuh semangat.
Rita tersenyum senang. Dirinya langsung menanggalkan seluruh pakaiannya di depan keponakannya tanpa malu-malu sementara Eddy pun juga tampak sangat senang sekaligus bergairah sambil memandangi tubuh indah Tantenya yang sangat menggairahkan.
Rita menarik lepas celana keponakannya dan merayap naik ke atas tubuhnya sambil menggenggam batang kontolnya.
"Eh? Tante? Aku tidak bawa kondom?" sahut Eddy dengan wajah yang tampak khawatir.
"Ah? Itu tidak masalah kan? Lagipula lebih nikmat kalau mengentot langsung tanpa pengaman." Jawab Rita dengan nafsu yang sudah mendidih.
"Tapi? Bagaimana kalau nanti..?"
"kamu tidak usah khawatir. Aku tidak akan hamil. Aku sedang memakai pil KB kok. Jadi, kamu bebas mengeluarkan spermamu di dalam, kapanpun kamu mau." Sahut Rita.
Eddy menganggukkan kepalanya dengan patuh.
Rita telah memulai kegiatan utama mereka dengan tanpa ragu-ragu lagi.
Tangannya mulai mengarahkan batang kontol Eddy ke dalam liang memeknya.
"Sreett..!! OWHHHH..!! Sresseett..!! OOWWHH..!!"
Rita mendesah dengan kuat tatkala merasakan sodokan batang kontol keponakannya yang besar di dalam liang persenggamaannya.
Rasanya sungguh nikmat, bahkan liang memeknya pun sampai berdenyut-denyut ketika mulai melahap batang kontol keponakannya.
Eddy pun juga merasakan sebuah sensasi kenikmatan yang benar-hebat. Liang memek Tantenya itu benar-benar erat dan rapat. Mencengkeram batang kontolnya dengan sangat kuat, seperti memek seorang perawan saja. Padahal Tantenya itu sudah tidak lagi muda.
Kemudian Rita mulai menggerakkan pantatnya naik-turun di atas tubuh keponakannya sambil mendesah-desah keenakan.
Eddy pun merasakan kenikmatan yang semakin hebat. Gerakan Tantenya itu benar-benar telah menimbulkan sensasi nikmat yang tiada taranya. Batang kontolnya terasa hangat dan semakin berdenyut-denyut karena gerakan cepat liang memek Tantenya yang naik turun di atas tubuhnya mengocok batang kontolnya dengan cengkeraman yang sangat kuat.
Birahi Rita dan Eddy semakin berkobar. Rita mempercepat genjotan pantatnya sambil mendesah-desah semakin liar.
"OWWHH..!! EDD..!! OH MY GOD..!! ini benar-benar nikmat sayang..!! Sudah lama sekali kita tidak seperti ini Ed.. ternyata kontolmu semakin nikmat saja..!! OOWWHH..!!"
Rita merasakan sesuatu yang benar-benar dahsyat merayap ke seluruh tubuhnya. Rita semakin mempercepat genjotannya sambil mendesah semakin liar.
"Hei Ed? Kamu mau pulang bersamaku?"
Sahut Rita sambil menurunkan kaca mobilnya.
Rita mengerutkan keningnya sekaligus heran karena tampang Eddy yang tampak sedih. "Kamu kenapa Ed?"
"Motorku hancur Tante." Jawabnya dengan lemas.
Rita melihat sisa stang motor Eddy yang berada di bawah tumpukan reruntuhan dan ikut sedih juga.
"Sudahlah Ed. Kamu nggak salah. Yang salah itu petugas kebersihan. Dia seharusnya memasang tanda bahwa gedung itu akan dihancurkan. Ayo, pulang saja denganku. Nanti aku yang menjelaskan kepada Papamu supaya kamu tidak kena semprot." Sahut Rita.
Eddy langsung naik ke mobil Rita dan Jenny herannya tampak terkejut.
"Eh? Oh? Ed..??!!" Sahut Jenny dengan gagap. Tetapi mobil Rita telah jalan meninggalkannya. Padahal hari itu masih ada pelajaran, yaitu kelas Manajemen Risiko pada pukul tujuh malam.
Saat itu, Tommy baru saja datang menghampiri Jenny dengan nafas yang terengah-engah. "Dimana anak baru itu Jen?"
"Dia dijemput pulang oleh Bu Rita." Jawab Jenny.
"Sial. Padahal aku sudah menyiapkan kegiatan ospek kecil untuknya." Sahut Tommy. Jenny memandangi Tommy dengan curiga, di tangannya ada sebuah bungkus kecil yang berisikan obat-obatan.
"Mau apa kamu Tom? Jangan lakukan yang aneh-aneh ya."
"Ah, nggak kok Jen. Sebenarnya tugasnya cukup mudah. Hanya memeras susu, hehehehe.." sahut Tommy dengan santai.
"Heh? Susu? Susunya siapa? Apa kamu mau ajarkan Eddy untuk menjadi cabul sepertimu?" Sahut Jenny khawatir.
"Ah, nggak kok. Aku mau pergi dulu." Jawab Tommy singkat.
"Hei..?! Tunggu dulu.. kamu mau kemana? Nanti ada kelas Tom..!!"
"Aku tahu. Kelas Manajemen Risiko kan? Sekarang aku mau menyusul Eddy ke rumah Bu Rita.." sahut Tommy yang sudah semakin jauh.
Sementara itu Rita dan Eddy telah sampai di rumah Rita.
"Dimana Om Ronald Tante?" Tanya Eddy sambil melihat sekeliling rumahnya yang besar.
"Ronald sedang ada bisnis di luar kota Ed. Minggu depan dia baru akan pulang." Sahut Rita sambil duduk manis di depan sofa.
"Hmm.. sudah berapa lama kita tidak bertemu Ed? Kamu jadi makin ganteng aja deh." Sahut Rita sambil tersenyum genit.
"Bukankah kita baru kemarin bertemu Tante? Di bandara."
"Iya sih. Tapi kan saat itu ada Papa dan Mamamu disana. Maksudku itu, sudah lama kita tidak bertemu sendirian seperti saat ini." Sahut Rita.
"Oh? Itu.." jawab Eddy dengan gugup.
"Emmm? Mungkin baru tiga atau empat bulan yang lalu Tante. Menurutku itu tidak lama kok." Sahut Eddy kembali.
"Tapi..? Menurutku itu waktu yang lama sayang. Apalagi aku selalu terbayang-bayang dirimu di waktu tidurku..!! Hmm.. soalnya.. kamu sangat tampan Ed..!!" Sahut Rita sambil berdiri dan menarik tangan Eddy.
Jantung Eddy pun berdetak kencang. Dirinya tahu kemana hal ini akan membawanya. Eddy tidak bisa ataupun sanggup menolak godaan tantenya meskipun Eddy tahu kalau hal ini adalah perbuatan yang sangat salah.
"Aku masih punya pil biru Ed. Kamu mau?" Sahut Rita dengan wajah yang menggoda.
Wajah Eddy menjadi tegang. Dirinya tahu kalau pil itu adalah sebuah pil yang akan membuatnya menjadi ganas di atas ranjang. Tantenya memang sering mencekokinya dengan pil berwarna biru tersebut.
"Tidak usah Tante." Jawab Eddy dengan gugup.
"Heh? Apa kamu yakin? Hehehe.. Apa kamu sekarang sudah menjadi semakin hebat ya sayang?" Tanya Rita dengan wajah yang gembira.
"Eh? I..iya.. Tante.." jawab Eddy semakin gugup.
Perlahan-lahan Rita menarik tangan Eddy hingga ke kamarnya. Seperti sebuah kekuatan yang sangat besar, Eddy tidak mampu untuk menolak Tantenya.
Rita menyudutkan keponakannya itu di dinding kamarnya. Tangannya membelai wajahnya yang tampan.
"Aku sangat kangen kepadamu sayang..!! Soalnya kamu benar-benar tampan dan perkasa..!! Emmhh..!!" Sahut Rita sambil menciuminya dengan birahi yang semakin hebat.
Eddy pun tak kuasa untuk menolak ciuman dan lumatan bibir tantenya yang buas. Eddy membalasnya dengan tidak kalah panasnya..!!
Bahkan Eddy mengajak tantenya untuk pergi ke ranjang dan duduk sambil memagut lidah dengan nafsu yang menggelora.
Birahi mereka berdua memanas. Rita duduk di atas pangkuan Eddy dengan mulut yang kelaparan, melumat habis mulut Eddy sehingga mereka berdua menjadi kesulitan untuk bernafas.
Rita menurunkan pakaiannya. Teteknya yang bulat dan padat itu langsung menyembul keluar.
Untuk sesaat Eddy memandangi tetek Tantenya itu dengan nafsu yang semakin menggelora. Kemudian tatapan mata mereka bersatu, seakan-akan mereka berdua tengah bersiap-siap melakukan perang birahi yang maha dahsyat.
Rita lah yang pertama kali memulainya. Mulutnya langsung memagut bibir Eddy dan memainkan lidahnya dengan sangat bernafsu. Eddy pun tidak mau kalah, tangannya menyingkap baju tantenya dan mulai meremas-remas pantatnya. Gelora birahi mereka berduapun perlahan-lahan mulai meningkat.
Rita mendorong keponakannya agak kebelakang dan tangannya mulai menggerayangi selangkangan Eddy.
Jantung Eddy berdetak semakin cepat tatkala Tantenya mulai mengeluarkan batang kontolnya yang sudah mulai keras dengan lincahnya.
Rita mulai mengocok-ngocok batang kontolnya. Eddy pun mendesah tertahan seiring dengan batang kontolnya yang mulai semakin mengeras karena sentuhan lembut tangan Tantenya.
Lagi-lagi Rita menyerang mulut keponakannya. Eddy menjadi semakin melayang di alam surga dunia karena perbuatan Tantenya yang benar-benar nikmat.
Tante Rita benar-benar seorang wanita yang sangat luar biasa kalau soal seks. Dirinya benar-benar tahu bagaimana caranya membuat seorang pria merasakan kenikmatan yang tiada taranya.
Tangannya yang halus itu menggenggam dan mengocok batang kontol Eddy dengan perlahan-lahan, sementara mulutnya terus melumat bibir dan mulut keponakannya itu dengan penuh gairah. Benar-benar sangat memanjakan Eddy.
Tiba-tiba saja Rita berhenti saat jantung Eddy berdebar-debar semakin kencang. Untuk sesaat Eddy nampak kecewa, namun wajahnya kembali lagi ceria.
Ternyata Tantenya bergerak turun dan mulai fokus terhadap batang kontolnya yang sudah berdiri tegak layaknya paku bumi.
Rita mengecup kepala kontolnya dan mulai menjilati batangnya mulai dari pangkal hingga ke ujung. Rasa geli sekaligus nikmat mulai dirasakan Eddy.
Rasa nikmat itu masih berlanjut, bahkan menjadi semakin hebat tatkala Eddy merasakan kehangatan pada batang kontolnya.
Ternyata Tantenya telah mulai memasukkan batang kontolnya yang keras itu kedalam mulutnya dan mengenyotnya dengan kuat.
Eddy mendesah dengan suara yang agak kuat. Rita merasa semakin senang karena perbuatannya itu mampu membuat keponakannya itu semakin tenggelam ke dalam arus birahi yang memabukkan.
Untuk sesaat Rita memandangi wajah keponakannya yang sedang keenakan, kemudian tiba-tiba saja dirinya melakukan hal yang lebih gila lagi. Yaitu melahap seluruh batang kontol keponakannya sehingga menyentuh ujung tenggorokannya.
Mata Eddy langsung terbelalak karena kenikmatan yang tiada taranya akibat perbuatan Tantenya tersebut.
Kontolnya menjadi berdenyut-denyut semakin kuat, dan Eddy sudah benar-benar melayang ke alam surga dunia. Air pejunya pun sudah sangat siap untuk menyemprot keluar karena kenikmatan yang tiada taranya.
"OOGGH..!! hentikan Tante..!! Aku..!! Aku sudah tidak sanggup lagi..!!" Teriak Eddy dengan sekujur tubuh yang sudah menegang hebat.
Untung saja saat Tantenya menghentikan perbuatannya dan kini mengecup kembali batang kontolnya dan mengocok-ngocoknya dengan wajah yang sangat puas.
"Apakah kamu sudah mau mengentot sayang?" Tanya Rita sambil mengocok-ngocok batang kontol Eddy yang terus berdenyut-denyut nikmat.
"Iya Tante. Ayo kita lakukan sekarang." Jawab Eddy dengan penuh semangat.
Rita tersenyum senang. Dirinya langsung menanggalkan seluruh pakaiannya di depan keponakannya tanpa malu-malu sementara Eddy pun juga tampak sangat senang sekaligus bergairah sambil memandangi tubuh indah Tantenya yang sangat menggairahkan.
Rita menarik lepas celana keponakannya dan merayap naik ke atas tubuhnya sambil menggenggam batang kontolnya.
"Eh? Tante? Aku tidak bawa kondom?" sahut Eddy dengan wajah yang tampak khawatir.
"Ah? Itu tidak masalah kan? Lagipula lebih nikmat kalau mengentot langsung tanpa pengaman." Jawab Rita dengan nafsu yang sudah mendidih.
"Tapi? Bagaimana kalau nanti..?"
"kamu tidak usah khawatir. Aku tidak akan hamil. Aku sedang memakai pil KB kok. Jadi, kamu bebas mengeluarkan spermamu di dalam, kapanpun kamu mau." Sahut Rita.
Eddy menganggukkan kepalanya dengan patuh.
Rita telah memulai kegiatan utama mereka dengan tanpa ragu-ragu lagi.
Tangannya mulai mengarahkan batang kontol Eddy ke dalam liang memeknya.
"Sreett..!! OWHHHH..!! Sresseett..!! OOWWHH..!!"
Rita mendesah dengan kuat tatkala merasakan sodokan batang kontol keponakannya yang besar di dalam liang persenggamaannya.
Rasanya sungguh nikmat, bahkan liang memeknya pun sampai berdenyut-denyut ketika mulai melahap batang kontol keponakannya.
Eddy pun juga merasakan sebuah sensasi kenikmatan yang benar-hebat. Liang memek Tantenya itu benar-benar erat dan rapat. Mencengkeram batang kontolnya dengan sangat kuat, seperti memek seorang perawan saja. Padahal Tantenya itu sudah tidak lagi muda.
Kemudian Rita mulai menggerakkan pantatnya naik-turun di atas tubuh keponakannya sambil mendesah-desah keenakan.
Eddy pun merasakan kenikmatan yang semakin hebat. Gerakan Tantenya itu benar-benar telah menimbulkan sensasi nikmat yang tiada taranya. Batang kontolnya terasa hangat dan semakin berdenyut-denyut karena gerakan cepat liang memek Tantenya yang naik turun di atas tubuhnya mengocok batang kontolnya dengan cengkeraman yang sangat kuat.
Birahi Rita dan Eddy semakin berkobar. Rita mempercepat genjotan pantatnya sambil mendesah-desah semakin liar.
"OWWHH..!! EDD..!! OH MY GOD..!! ini benar-benar nikmat sayang..!! Sudah lama sekali kita tidak seperti ini Ed.. ternyata kontolmu semakin nikmat saja..!! OOWWHH..!!"
Rita merasakan sesuatu yang benar-benar dahsyat merayap ke seluruh tubuhnya. Rita semakin mempercepat genjotannya sambil mendesah semakin liar.
Tetapi saat itu Eddy lah yang sudah sangat tegang. Rasa-rasanya dirinya sudah tidak lagi mampu menahan gempuran Tantenya yang begitu liar dan brutal.
Kenikmatan yang dirasakannya sudah memuncak dan batang kontolnya sudah tidak sanggup lagi menahannya.
"OGHH..!! Crot! Crot! Crot!"
Rita merasakan semprotan air peju hangat keponakannya di dalam liang memeknya. Rita berhenti sejenak dan menatap Eddy dengan sedikit sewot.
"Kamu sudah keluar ya Ed?"
"Iya Tante. Maaf, soalnya tadi enak banget sih.." jawab Eddy dengan wajah yang bersalah.
"Terus bagaimana dong? Aku kan masih tanggung..??" Sahut Rita dengan jengkel.
Keringat mulai mengalir di dahi Eddy. Dirinya tahu kalau dia sudah kalah telak dengan Tantenya yang memang sangat buas di atas ranjang. Apalagi batang kontolnya telah menciut dan tidak mau mengeras kembali.
Menyuruh Tantenya untuk menghisapnya kembali jelas sama saja dengan bunuh diri. Soalnya, Tante Rita sama sekali tidak suka dengan air peju. Dia akan merasa jijik untuk menghisap kontol yang sudah berlumur sperma, berbeda kalau kontolnya masih bersih, Tantenya akan dengan senang hati menghisapnya.
Kemudian tiba-tiba saja Eddy teringat akan sesuatu, "Oh iya? Tadi Tante kan bilang kalau Tante masih punya pil biru?"
Wajah Rita kembali sumringah. "Iya sayang, hehehehe.. Tante ambilkan dulu ya. Kamu cuci dulu kontolmu sayang." Sahut Rita.
"Sialan. Tante Rita benar-benar maniak kalau soal seks." Pikir Eddy sambil membasuh seluruh tubuhnya dengan air di kamar mandi dalam, di dalam kamar Tantenya.
"Tetapi, aku juga tidak sanggup untuk menolaknya. Tante Rita benar-benar memiliki tubuh yang hot dan wajahnya juga sangat cantik. Hmm.. apakah Om Ronald sudah tidak mampu lagi untuk memuaskannya sehingga Tante Rita mencari pelampiasannya denganku? Ah.. nggak usah dipikirkan deh. Lagipula, Tante Rita memang wanita yang sangat buas, aku saja terpaksa harus minum pil biru kalau sedang menghadapinya." Pikir Eddy.
Setelah selesai mandi, Eddy langsung meminum pil biru pemberian Tantenya. Namun belum juga sampai lima menit, Rita langsung mengajak Eddy untuk bersenggama kembali, padahal batang kontolnya belum benar-benar keras karena reaksi dari pil biru sangatlah lambat.
Rita langsung naik kembali ke atas tubuh Eddy dan mulai menggenjot batang kontol keponakannya. Meskipun kontol Eddy belum mengeras dengan sempurna, namun kontolnya sudah bisa untuk di ajak bersenggama.
Rita bergerak naik turun di atas tubuh keponakannya seperti cacing kepanasan. Mulutnya terus mendesah-desah keenakan karena batang kontol Eddy yang semakin besar dan keras di dalam liang memeknya.
"OWHHH..!! seharusnya sejak tadi kamu meminum pil birunya sayang..!! Jadi..!! OWWHH..!! Aku tidak sampai terputus seperti tadi..!! EMMPHH..!!" sahut Rita sambil mendesah-desah keenakan dan juga melumat mulut keponakannya dengan sangat bernafsu.
Kontol Eddy kini sudah kembali keras seperti semula akibat genjotan Tantenya yang cepat dan kuat. Rita pun juga menjadi semakin liar dan ganas karena birahinya yang sudah mendidih.
Liang memeknya kini berdenyut-denyut dengan cepat, birahinya sudah memuncak.
"OOWWHH..!! EDDD..!!! OH MY..!!"
Creeett..!!
"OWWWHH..!!"
Cret! Cret! Cret!
Rita akhirnya terjerembab di atas tubuh keponakannya. Wajahnya tampak luar biasa puas karena telah berhasil mencapai puncak orgasmenya yang sangat nikmat.
Namun saat itu birahi Eddy baru memanas. Eddy memiringkan tubuhnya dan melanjutkan permainan mereka. Kini Eddy lah yang mengentot Tantenya dengan posisi miring.
Birahi Rita kembali lagi dengan sangat cepat. Rita memang seorang wanita yang haus akan seks,
"OWWHH..!! ENAK SAYANG..!! OH MY GOD..?!! TERUSKAN SAYANG..!! OWWHH..!! OWWWWHH..!!"
"OH YEAH..!! INI BARU NAMANYA MENGENTOT SAYANG..!! SODOK TERUS ED..!! OOWWHH..!! LEBIH DALAM LAGI..!! OWWHH..!!"
Eddy bangun dan kini mengentot Tantenya dengan posisi misionaris, salah satu posisi favoritnya, meskipun sebenarnya Eddy juga menyukai semua posisi seks yang pernah dilakukannya bersama dengan Tantenya.
Sementara itu Rita menjadi semakin melambung ke alam surga dunia. Sodokan batang kontol keponakannya itu sudah terlampau nikmat untuknya.
"OOWWHH..!! EDDDYY..!! OWWHH..!!"
Cret! Cret!
"OWWHH..!!"
Cret! Cret! Cret!
Rita baru saja mendapatkan multi orgasme yang memberinya kenikmatan yang tiada taranya. Seluruh tubuhnya bergetar dengan hebat seiring dengan nafasnya yang memburu.
Namun Rita juga bisa dibilang seorang pendekar kalau diatas ranjang. Nafsunya dan juga birahinya seakan-akan tidak pernah padam. Bahkan Rita bisa dibilang sebagai seorang master seks dan Eddy adalah muridnya, sebab Rita lah yang pertama kali mengajarkan Eddy tentang seks.
Sambil tertawa Rita berguling ke atas tubuh Eddy, dengan batang kontol Eddy yang masih menancap di dalam liang memeknya.
"Nah, begini baru namanya mengentot sayang, hehehehe.. kamu mau lanjut lagi kan? Hehehe.. aku tahu kamu masih sanggup Ed.." sahut Rita dengan wajah yang nampak gembira.
Rita kembali memegang kendali permainan. Dirinya menggenjotkan pantatnya kembali naik turun di atas tubuh keponakannya sambil berpegangan tangan.
Liang memeknya bergerak cepat naik turun, terkadang menggoyang batang kontol keponakannya dengan jurus bor pasak bumi, sehingga membuat Eddy menjadi cukup kewalahan menghadapinya karena goyangan Tantenya itu benar-benar telah menggetarkan seluruh tubuhnya akibat kenikmatan yang sudah semakin hebat.
Eddy pun tidak mau kalah, apalagi sekarang dirinya sudah mendapatkan asupan doping pil biru. Sekarang Eddy lah yang menggerakkan batang kontolnya, lebih cepat lagi dari genjotan Tantenya sehingga Rita terpaksa harus mencondongkan tubuhnya ke depan karena sodokan kontol keponakannya yang sangat cepat terhadap liang memeknya.
2
Pertempuran mereka berdua sangatlah dahsyat sehingga membuat ranjang ikut bergetar. Mereka berdua pun sudah mencapai puncak dari segala kenikmatan birahi yang begitu panas dan liar.
"OWWHH..!! EDDD..!! AKUU..!! OOWWHH..!!"
Cret! Cret! Cret! Cret!
"OGGHH..!! AKU JUGA TANTE..!!"
Crot! Crot! Crot! Crot!
Rita menciumi dan melumat mulut keponakannya dengan perasaan yang luar biasa puas. Dirinya tidak henti-hentinya mendesah karena puncak orgasmenya masih berlanjut, padahal mereka sudah berhenti mengentot.
Kontol Eddy melejit keluar dengan sendirinya dari dalam liang memek Tantenya karena liang itu sudah menjadi sangat licin karena air peju dan air pelumas keduanya.
Air peju yang berwarna putih susu itu pun meleleh keluar dari dalam liang memek Rita, pertanda bahwa pertempuran seks yang dahsyat telah berakhir dengan kedudukan imbang.
Senyum puas telah terukir di wajah mereka berdua. Padahal yang mereka lakukan itu sangatlah tabu dan terlarang, tetapi mereka seperti sudah biasa melakukannya. Itu lah guru dan murid, yang benar-benar telah terpengaruh akan nafsu birahi yang sulit untuk dikendalikan.
Sementara itu Tommy memacu motornya tanpa GPS. Dia sudah hafal betul letak rumah Ibu Rita karena Tommy pernah (sering sebenarnya) mengikuti Bu Rita sampai ke rumahnya, meskipun Bu Rita sama sekali tidak mengetahuinya.
Bu Rita adalah salah satu fantasi seks Tommy yang belum kesampaian. Oleh karena itu dia rajin membuntutinya, sambil membayangkan betapa nikmatnya kalau bisa mengentot dengannya.
"Kalau bocah baru itu pergi bersama dengan Bu Rita, pasti akan dibawanya ke rumahnya. Bukan ke rumah Bu Rita. Tetapi kenapa aku malah ke rumah Bu Rita ya? Aneh." Pikir Tommy yang terus memacu motornya pergi ke rumah Bu Rita seakan-akan GPS di dalam otaknya telah menentukan tujuan yang sebenarnya.
Sementara itu Eddy dan Tantenya sudah selesai menuntaskan permainan birahinya,
"Nanti malam, kamu menginap disini ya Ed?" Sahut Rita.
"Eh? Emm, sepertinya nggak bisa Tante. Aku.. aku harus..?? Eh.. aku punya banyak tugas." Sahut Eddy mencoba untuk berbohong.
Sebab kalau Eddy menginap di rumah Tantenya, pasti dia akan dipaksa untuk berhubungan seks lagi dengannya lagi. Walaupun mengentot bersamanya sangatlah nikmat dan menyenangkan, tetapi kalau dalam satu hari sampai beberapa ronde, dia tidak akan kuat, apalagi dia baru masuk kuliah di Redstone, setidaknya dia membutuhkan staminanya untuk hal yang lebih penting daripada sekedar seks.
"Tugas apa? Kamu kan baru masuk hari ini?" Sahut Rita yang langsung mengetahui kebohongan Eddy.
Eddy benar-benar bodoh memberinya alasan seperti itu, padahal Rita sekarang juga adalah dosennya.
"Eh? Emm.. maaf Tante.. nanti malam aku mau tidur sendiri, soalnya aku.."
"Iya.. aku tahu maksudmu sayang.. Ya sudah tidak apa-apa. Tapi besok kamu mau kan menginap disini?" Sahut Rita penuh pengertian.
"Iya Tante." Jawab Eddy. Rita pun mengecup bibir Eddy dengan mesra lalu Eddy berbalik menuruni tangga, dan keluar dari rumah besar Rita yang memiliki dua lantai.
Setelah berada di luar, Eddy kembali lagi dipanggil oleh Rita melalui jendela kamarnya,
"Ed..?! Eddy..!!" Sahut Rita dengan sedikit berteriak.
"Iya Tante..? Kenapa?" Tanya Eddy sambil melihat Tantenya dari bawah.
"Nanti malam aku ke rumahmu." Sahut Rita. "Eh? Kenapa Tante?" Tanya Eddy bingung.
"Kamu lupa ya? Nanti aku akan membantumu berbicara dengan Papamu soal motormu yang hancur kejatuhan gedung." Sahutnya.
"Oh iya. Aku lupa." Sahut Eddy yang benar-benar lupa. Rupanya seks tadi dengan Tantenya sangatlah nikmat sehingga mampu membuat dirinya lupa akan tragedi menyedihkan mengenai motornya.
Pada saat itu sebuah motor mendekat dan berhenti di depannya. Tommy melepaskan helmnya dan menyapa Eddy.
"Hai Ed. Aku tahu kalau aku bisa menemukanmu disini." Sahut Tommy tersenyum senang lalu menatap Bu Rita yang berada di kamarnya dengan otak mesum yang semakin menjadi-jadi.
Kenikmatan yang dirasakannya sudah memuncak dan batang kontolnya sudah tidak sanggup lagi menahannya.
"OGHH..!! Crot! Crot! Crot!"
Rita merasakan semprotan air peju hangat keponakannya di dalam liang memeknya. Rita berhenti sejenak dan menatap Eddy dengan sedikit sewot.
"Kamu sudah keluar ya Ed?"
"Iya Tante. Maaf, soalnya tadi enak banget sih.." jawab Eddy dengan wajah yang bersalah.
"Terus bagaimana dong? Aku kan masih tanggung..??" Sahut Rita dengan jengkel.
Keringat mulai mengalir di dahi Eddy. Dirinya tahu kalau dia sudah kalah telak dengan Tantenya yang memang sangat buas di atas ranjang. Apalagi batang kontolnya telah menciut dan tidak mau mengeras kembali.
Menyuruh Tantenya untuk menghisapnya kembali jelas sama saja dengan bunuh diri. Soalnya, Tante Rita sama sekali tidak suka dengan air peju. Dia akan merasa jijik untuk menghisap kontol yang sudah berlumur sperma, berbeda kalau kontolnya masih bersih, Tantenya akan dengan senang hati menghisapnya.
Kemudian tiba-tiba saja Eddy teringat akan sesuatu, "Oh iya? Tadi Tante kan bilang kalau Tante masih punya pil biru?"
Wajah Rita kembali sumringah. "Iya sayang, hehehehe.. Tante ambilkan dulu ya. Kamu cuci dulu kontolmu sayang." Sahut Rita.
"Sialan. Tante Rita benar-benar maniak kalau soal seks." Pikir Eddy sambil membasuh seluruh tubuhnya dengan air di kamar mandi dalam, di dalam kamar Tantenya.
"Tetapi, aku juga tidak sanggup untuk menolaknya. Tante Rita benar-benar memiliki tubuh yang hot dan wajahnya juga sangat cantik. Hmm.. apakah Om Ronald sudah tidak mampu lagi untuk memuaskannya sehingga Tante Rita mencari pelampiasannya denganku? Ah.. nggak usah dipikirkan deh. Lagipula, Tante Rita memang wanita yang sangat buas, aku saja terpaksa harus minum pil biru kalau sedang menghadapinya." Pikir Eddy.
Setelah selesai mandi, Eddy langsung meminum pil biru pemberian Tantenya. Namun belum juga sampai lima menit, Rita langsung mengajak Eddy untuk bersenggama kembali, padahal batang kontolnya belum benar-benar keras karena reaksi dari pil biru sangatlah lambat.
Rita langsung naik kembali ke atas tubuh Eddy dan mulai menggenjot batang kontol keponakannya. Meskipun kontol Eddy belum mengeras dengan sempurna, namun kontolnya sudah bisa untuk di ajak bersenggama.
Rita bergerak naik turun di atas tubuh keponakannya seperti cacing kepanasan. Mulutnya terus mendesah-desah keenakan karena batang kontol Eddy yang semakin besar dan keras di dalam liang memeknya.
"OWHHH..!! seharusnya sejak tadi kamu meminum pil birunya sayang..!! Jadi..!! OWWHH..!! Aku tidak sampai terputus seperti tadi..!! EMMPHH..!!" sahut Rita sambil mendesah-desah keenakan dan juga melumat mulut keponakannya dengan sangat bernafsu.
Kontol Eddy kini sudah kembali keras seperti semula akibat genjotan Tantenya yang cepat dan kuat. Rita pun juga menjadi semakin liar dan ganas karena birahinya yang sudah mendidih.
Liang memeknya kini berdenyut-denyut dengan cepat, birahinya sudah memuncak.
"OOWWHH..!! EDDD..!!! OH MY..!!"
Creeett..!!
"OWWWHH..!!"
Cret! Cret! Cret!
Rita akhirnya terjerembab di atas tubuh keponakannya. Wajahnya tampak luar biasa puas karena telah berhasil mencapai puncak orgasmenya yang sangat nikmat.
Namun saat itu birahi Eddy baru memanas. Eddy memiringkan tubuhnya dan melanjutkan permainan mereka. Kini Eddy lah yang mengentot Tantenya dengan posisi miring.
Birahi Rita kembali lagi dengan sangat cepat. Rita memang seorang wanita yang haus akan seks,
"OWWHH..!! ENAK SAYANG..!! OH MY GOD..?!! TERUSKAN SAYANG..!! OWWHH..!! OWWWWHH..!!"
"OH YEAH..!! INI BARU NAMANYA MENGENTOT SAYANG..!! SODOK TERUS ED..!! OOWWHH..!! LEBIH DALAM LAGI..!! OWWHH..!!"
Eddy bangun dan kini mengentot Tantenya dengan posisi misionaris, salah satu posisi favoritnya, meskipun sebenarnya Eddy juga menyukai semua posisi seks yang pernah dilakukannya bersama dengan Tantenya.
Sementara itu Rita menjadi semakin melambung ke alam surga dunia. Sodokan batang kontol keponakannya itu sudah terlampau nikmat untuknya.
"OOWWHH..!! EDDDYY..!! OWWHH..!!"
Cret! Cret!
"OWWHH..!!"
Cret! Cret! Cret!
Rita baru saja mendapatkan multi orgasme yang memberinya kenikmatan yang tiada taranya. Seluruh tubuhnya bergetar dengan hebat seiring dengan nafasnya yang memburu.
Namun Rita juga bisa dibilang seorang pendekar kalau diatas ranjang. Nafsunya dan juga birahinya seakan-akan tidak pernah padam. Bahkan Rita bisa dibilang sebagai seorang master seks dan Eddy adalah muridnya, sebab Rita lah yang pertama kali mengajarkan Eddy tentang seks.
Sambil tertawa Rita berguling ke atas tubuh Eddy, dengan batang kontol Eddy yang masih menancap di dalam liang memeknya.
"Nah, begini baru namanya mengentot sayang, hehehehe.. kamu mau lanjut lagi kan? Hehehe.. aku tahu kamu masih sanggup Ed.." sahut Rita dengan wajah yang nampak gembira.
Rita kembali memegang kendali permainan. Dirinya menggenjotkan pantatnya kembali naik turun di atas tubuh keponakannya sambil berpegangan tangan.
Liang memeknya bergerak cepat naik turun, terkadang menggoyang batang kontol keponakannya dengan jurus bor pasak bumi, sehingga membuat Eddy menjadi cukup kewalahan menghadapinya karena goyangan Tantenya itu benar-benar telah menggetarkan seluruh tubuhnya akibat kenikmatan yang sudah semakin hebat.
Eddy pun tidak mau kalah, apalagi sekarang dirinya sudah mendapatkan asupan doping pil biru. Sekarang Eddy lah yang menggerakkan batang kontolnya, lebih cepat lagi dari genjotan Tantenya sehingga Rita terpaksa harus mencondongkan tubuhnya ke depan karena sodokan kontol keponakannya yang sangat cepat terhadap liang memeknya.
2
Pertempuran mereka berdua sangatlah dahsyat sehingga membuat ranjang ikut bergetar. Mereka berdua pun sudah mencapai puncak dari segala kenikmatan birahi yang begitu panas dan liar.
"OWWHH..!! EDDD..!! AKUU..!! OOWWHH..!!"
Cret! Cret! Cret! Cret!
"OGGHH..!! AKU JUGA TANTE..!!"
Crot! Crot! Crot! Crot!
Rita menciumi dan melumat mulut keponakannya dengan perasaan yang luar biasa puas. Dirinya tidak henti-hentinya mendesah karena puncak orgasmenya masih berlanjut, padahal mereka sudah berhenti mengentot.
Kontol Eddy melejit keluar dengan sendirinya dari dalam liang memek Tantenya karena liang itu sudah menjadi sangat licin karena air peju dan air pelumas keduanya.
Air peju yang berwarna putih susu itu pun meleleh keluar dari dalam liang memek Rita, pertanda bahwa pertempuran seks yang dahsyat telah berakhir dengan kedudukan imbang.
Senyum puas telah terukir di wajah mereka berdua. Padahal yang mereka lakukan itu sangatlah tabu dan terlarang, tetapi mereka seperti sudah biasa melakukannya. Itu lah guru dan murid, yang benar-benar telah terpengaruh akan nafsu birahi yang sulit untuk dikendalikan.
Sementara itu Tommy memacu motornya tanpa GPS. Dia sudah hafal betul letak rumah Ibu Rita karena Tommy pernah (sering sebenarnya) mengikuti Bu Rita sampai ke rumahnya, meskipun Bu Rita sama sekali tidak mengetahuinya.
Bu Rita adalah salah satu fantasi seks Tommy yang belum kesampaian. Oleh karena itu dia rajin membuntutinya, sambil membayangkan betapa nikmatnya kalau bisa mengentot dengannya.
"Kalau bocah baru itu pergi bersama dengan Bu Rita, pasti akan dibawanya ke rumahnya. Bukan ke rumah Bu Rita. Tetapi kenapa aku malah ke rumah Bu Rita ya? Aneh." Pikir Tommy yang terus memacu motornya pergi ke rumah Bu Rita seakan-akan GPS di dalam otaknya telah menentukan tujuan yang sebenarnya.
Sementara itu Eddy dan Tantenya sudah selesai menuntaskan permainan birahinya,
"Nanti malam, kamu menginap disini ya Ed?" Sahut Rita.
"Eh? Emm, sepertinya nggak bisa Tante. Aku.. aku harus..?? Eh.. aku punya banyak tugas." Sahut Eddy mencoba untuk berbohong.
Sebab kalau Eddy menginap di rumah Tantenya, pasti dia akan dipaksa untuk berhubungan seks lagi dengannya lagi. Walaupun mengentot bersamanya sangatlah nikmat dan menyenangkan, tetapi kalau dalam satu hari sampai beberapa ronde, dia tidak akan kuat, apalagi dia baru masuk kuliah di Redstone, setidaknya dia membutuhkan staminanya untuk hal yang lebih penting daripada sekedar seks.
"Tugas apa? Kamu kan baru masuk hari ini?" Sahut Rita yang langsung mengetahui kebohongan Eddy.
Eddy benar-benar bodoh memberinya alasan seperti itu, padahal Rita sekarang juga adalah dosennya.
"Eh? Emm.. maaf Tante.. nanti malam aku mau tidur sendiri, soalnya aku.."
"Iya.. aku tahu maksudmu sayang.. Ya sudah tidak apa-apa. Tapi besok kamu mau kan menginap disini?" Sahut Rita penuh pengertian.
"Iya Tante." Jawab Eddy. Rita pun mengecup bibir Eddy dengan mesra lalu Eddy berbalik menuruni tangga, dan keluar dari rumah besar Rita yang memiliki dua lantai.
Setelah berada di luar, Eddy kembali lagi dipanggil oleh Rita melalui jendela kamarnya,
"Ed..?! Eddy..!!" Sahut Rita dengan sedikit berteriak.
"Iya Tante..? Kenapa?" Tanya Eddy sambil melihat Tantenya dari bawah.
"Nanti malam aku ke rumahmu." Sahut Rita. "Eh? Kenapa Tante?" Tanya Eddy bingung.
"Kamu lupa ya? Nanti aku akan membantumu berbicara dengan Papamu soal motormu yang hancur kejatuhan gedung." Sahutnya.
"Oh iya. Aku lupa." Sahut Eddy yang benar-benar lupa. Rupanya seks tadi dengan Tantenya sangatlah nikmat sehingga mampu membuat dirinya lupa akan tragedi menyedihkan mengenai motornya.
Pada saat itu sebuah motor mendekat dan berhenti di depannya. Tommy melepaskan helmnya dan menyapa Eddy.
"Hai Ed. Aku tahu kalau aku bisa menemukanmu disini." Sahut Tommy tersenyum senang lalu menatap Bu Rita yang berada di kamarnya dengan otak mesum yang semakin menjadi-jadi.
Namun reaksi Bu Rita sama sekali tidak menyenangkan, "Ngapain kamu kesini Tom?" Sahut Rita dari atas kamarnya dengan perasaan yang sedikit terganggu.
"Masih ada kelas Bu Rita..!! Aku kesini mau menjemput Eddy." Teriak Tommy.
"Ya sudah. Tetapi.. awas ya kalau kamu macam-macam dengannya..!! Ingat, jangan lakukan hal yang aneh-aneh." Sahut Rita kemudian.
Rita telah kenal betul akan tabiat Tommy yang nakal dan selalu aneh-aneh. Meskipun begitu, Rita sebenarnya juga menyukainya, karena Tommy juga tidak kalah tampannya dengan Eddy. Selain itu, hanya Tommy lah satu-satunya mahasiswanya yang berani merayu dan menggodanya terang-terangan meskipun Rita tidak pernah menanggapinya dengan serius.
"Siiip. Siap Bu Rita cantik..!! Hehehe.." sahut Tommy sambil tertawa cengengesan dan langsung membawa Eddy pergi.
"Jadi..? Kamu tinggal dengan Bu Rita Ed?" Tanya Tommy sambil mengendarai motornya.
"Eh? Enggak kok Mas Tommy."
"Jangan panggil aku Mas. Panggil namaku saja. Sudah berkali-kali aku katakan itu kepadamu." Jawab Tommy.
"Iya maaf Tom."
"Terus? Tadi kamu ngapain di rumah Bu Rita?" Tanya Tommy kembali.
Eddy mendadak gugup dan keringat kecil mulai mengalir di dahinya. "Aku disuruh Tante untuk mengambil surat-surat kepindahanku ke Redstone." Jawabnya kikuk.
Untung saja Tommy sama sekali tidak mencurigai Eddy. "Oh iya? Bagaimana dengan motormu? Apakah rusak parah? Barangkali aku bisa membetulkannya. Karena aku juga kenal dengan langganan bengkel yang hebat." Sahut Tommy.
"Entahlah Tom, sepertinya rusak berat. Aku tidak tahu bagaimana bisa membetulkannya." Sahut Eddy.
Kemudian tiba-tiba saja Eddy teringat sesuatu. Tas dan buku-bukunya tertinggal di rumah Tantenya, padahal kata Tommy tadi ada lagi pelajaran hari ini. Seks dengan Tantenya tadi itu benar-benar sangat luar biasa, sehingga mampu membuatnya mabuk dan melupakan urusan duniawi.
"Tadi katamu ada kelas lagi hari ini Tom? Makanya kamu menjemput aku?" Tanya Eddy.
"Iya benar. Hari ini ada kelas Manajemen Risiko. Tetapi, sebelum itu, kamu harus mengikuti kegiatan ospek kecil kelas Manajemen dulu." Sahut Tommy sambil tersenyum girang.
"Kalau aku nggak ikut bagaimana Tom?"
"Ya, kamu harus siap dikejar-kejar ama satu kampus karena mereka semua siap untuk mengeroyok kamu..!!" Sahut Tommy dengan kejam.
Eddy terdiam. Dirinya merasa seperti akan mendapatkan sebuah nasib yang buruk. Padahal tadi dia baru saja mendapatkan nasib yang sangat baik. Roda kehidupan benar-benar cepat cepat berputar.
Jam lima sore keduanya tiba di kampus. Tommy langsung berjalan ke arah gedung fakultas kedokteran hewan dengan diikuti Eddy. Tommy berjalan dengan sangat cepat, setengah berlari.
"Tunggu Tom, eh? Kita nggak masuk ke sini?" Tanya Eddy yang heran karena Tommy malah melewati gedung fakultas kedokteran dan terus berjalan menuju hutan yang ada di belakang kampus.
"Sudah dekat kok Ed. Ada disini. Ayo." Sahut Tommy yang kini berlari-lari kecil penuh semangat.
Sementara itu Jenny tengah berada di taman ketika dirinya melihat Tommy dan Eddy yang berjalan ke arah belakang gedung fakultas kedokteran hewan.
"Eh? Mereka mau ngapain?" Pikir Jenny dengan curiga.
Jenny pun akhirnya mengikuti keduanya dengan berlarian. Dirinya takut kalau Eddy akan dikerjai habis-habisan oleh Tommy yang memang liar dan nakal.
*****
Satu jam sebelumnya di sebuah kandang sapi yang berada di belakang gedung fakultas kedokteran hewan, Tommy sedang berjongkok di depan bak makanan sapi. Dirinya sedang asyik menaburkan serbuk putih ke dalam bak tersebut. Itu adalah obat perangsang yang sudah dihaluskan dalam jumlah yang banyak.
Untuk satu orang manusia saja, satu butir 500 gram sudah cukup membuat nafsu birahinya naik, sedangkan Tommy telah menghaluskan lima butir obat perangsang yang berarti total 2500 gram untuk sapi jantan yang berada di kandang. Bisa dibayangkan bagaimana nasib sapi tersebut.
Sambil tertawa cekikikan, Tommy mencampur serbuk obat perangsang tersebut ke dalam rumput-rumput kering kemudian memberikannya kepada sapi jantan yang berukuran cukup besar tersebut.
"Hehehe.. Ayo makan yang banyak Bro..!! Biar sehat dan kuat. Sebentar lagi akan datang pasanganmu, hehehehe..!!" Pikir Tommy sambil terkikik geli.
Kemudian tiba-tiba saja Tommy mendengar suara langkah kaki. Tommy langsung mencari tempat persembunyian yang aman di belakang kandang sapi tersebut.
Ternyata yang datang adalah Nita, seorang mahasiswi kelas kedokteran hewan. Nita adalah seorang gadis cantik, berambut hitam lurus sebahu, perawakannya cukup tinggi dan tubuh yang sangat seksi. Dulu Nita adalah mantan kekasih Tommy.
Saat itu Nita terlihat sangat menggairahkan. Dia hanya mengenakan sepotong singlet putih dan celana hotpants berwarna merah. Mata Tommy pun menjadi semakin melotot dibuatnya. Memang dulu Nita adalah seorang gadis yang sangat seksi, dan sekarang malah bertambah seksi saja, membuat Tommy ingin merasakan kembali betapa nikmatnya mengentot dengan mantan kekasihnya itu.
Saat itu Tommy hendak keluar dari persembunyiannya namun tiba-tiba saja dirinya mengurungkannya. Satu lagi langkah kaki terdengar mendekat ke arah kandang sapi.
"Hari ini banyak sekali orang yang ke kandang sapi? Sialan." Pikir Tommy sambil mengumpat-umpat tidak jelas.
Beberapa detik kemudian Bu Rita muncul di sana. Tommy mengerutkan keningnya. Kini ada dua orang wanita yang sangat cantik dan seksi berada di kandang sapi, entah apa yang mereka lakukan disana.
Tommy pun berusaha mendekat, menguping pembicaraan mereka.
"Sudah mekar bunga veratrumnya Nit?" Tanya Rita.
"Sepertinya sih sudah Bi. Sekarang sudah hampir tiga bulan, apalagi saat ini musim semi. Pohon veratrum akan tumbuh sempurna pada musim seperti ini." Jawab Nita.
Tommy mendengar suara percakapan mereka dengan jelas dan dahinya berkerut-merut mendengarnya.
Veratrum termasuk salah satu tanaman yang beracun. Tommy pernah membacanya dulu sewaktu masih sekolah, bahkan tanaman tersebut pernah ditemukannya di belakang sekolah.
Bijinya lah yang paling beracun, dapat mengakibatkan kematian seketika karena sesak nafas dan kejang-kejang. Biasanya tumbuhan Veratrum mulai berbunga pada musim semi, dan bunga itu akan menghasilkan biji-biji yang sangat beracun tersebut.
Entah kenapa dosen Ilmu Komunikasi, Bu Rita berbicara tentang tanaman tersebut, padahal itu bukanlah bidangnya. Sementara Nita juga sama mengherankannya, Nita adalah mahasiswa kedokteran hewan, kenapa dia menanam tumbuhan yang berbahaya tersebut? Apakah untuk obat hewan? Sepertinya tidak mungkin, pikir Tommy.
"Kita lihat yuk sekarang." Ajak Bu Rita.
Nita menganggukkan kepalanya dan mereka berdua melangkahkan kakinya pergi menuju sebuah hutan yang ada di belakang kampus.
Tommy ikut bergerak pula. Dirinya mulai mengikuti keduanya dari jarak yang cukup jauh. Tommy harus memastikan supaya dirinya tidak ketahuan oleh mereka. Instingnya mengatakan bahwa ada sesuatu rahasia diantara mereka berdua, dan Tommy menjadi penasaran.
Dua puluh menit kemudian, Rita dan Nita tiba di sebuah lapangan luas, penuh dengan bunga Veratrum. Tommy yang mengikutinya sangat terkejut.
Setidaknya ada satu hektar tanaman Veratrum yang sudah berbunga. Dan letaknya itu berada di tengah-tengah hutan. "Mereka berdua pasti memiliki rencana yang tidak baik tentang ini." Pikir Tommy dengan jantung yang berdebar-debar kencang.
Sementara itu Rita tampak sangat bahagia. Dirinya mengambil beberapa buah biji Veratrum yang terjatuh di tanah.
"Sepertinya ini sudah cukup untuk sekarang." Sahut Rita sambil tersenyum penuh kemenangan.
Nita juga ikut tersenyum senang, "Yah, rencana kita pasti berhasil Bi." Jawab Nita.
"Eh? Apa aku tidak salah dengar? Nita memanggil Bu Rita dengan sebutan Bi? Apa Bu Rita itu Bibinya?" Pikir Tommy sambil menggaruk-garuk kepalanya.
"Terlalu banyak misteri disini. Apa sebenarnya yang mereka berdua lakukan?" Pikir Tommy kembali dengan heran.
"Tenang saja Nit. Kamu pasti akan mendapatkan bagianmu. By the way, good job telah menanam Veratrum sebanyak ini. Walaupun kita hanya membutuhkannya sedikit saja karena keluarga Thompson hanya terdiri dari tiga orang saja." Sahut Rita.
Setelah itu, Rita pergi sendirian, meninggalkan Nita yang masih berada disana. Nita sedang tersenyum-senyum sendiri dan wajahnya nampak sangat puas akan hasil perbuatannya menanam Veratrum dalam jumlah besar.
Nita meraih bunga Veratrum yang berwarna ungu tersebut dan menghirup aromanya yang sangat melegakan.
Aroma bunga Veratrum memang sangat unik, aromanya tidak berbahaya. Selain itu aromanya juga cukup wangi dan mampu membuat rileks dan tenang, meskipun sebenarnya tanaman tersebut termasuk ke dalam jenis tanaman yang sangat beracun, yaitu bijinya yang keluar dari kelopak bunganya.
Setelah itu Nita pun beranjak pergi dari ladang bunga tersebut. Sementara Tommy telah berjalan mengikutinya kembali.
Tommy berjalan dengan sangat hati-hati di dalam hutan lebat tersebut. Namun kali ini dia tidak beruntung. Kaki Tommy terjerat oleh akar liar dan dirinya langsung terjatuh kedepan, dengan muka yang mendarat di atas dedaunan kering.
"Kedebukkk..!!"
Saat itu Nita menoleh karena mendengar suara benda jatuh yang cukup keras. Nita mengerutkan keningnya lalu berjalan ke arah sumber suara.
Nita menjadi semakin heran ketika melihat tubuh Tommy yang menungging dengan kepala berada di atas tanah.
"Tommy? Sedang apa kamu disini?" Tanya Nita dengan curiga.
"Eh? Tadi aku melihatmu berjalan ke arah hutan. Aku mengikutimu tetapi aku tersasar." Jawab Tommy santai sambil berjalan ke arah sungai kecil dan membasuh wajahnya yang penuh dengan dedaunan kering.
"Kenapa kamu mengikutiku?" Tanya Nita semakin curiga.
"Kenapa? Tentu saja karena sapi. Tadi kan aku sudah bilang kepadamu kalau aku membutuhkan seekor sapi." Jawab Tommy.
Rasa curiga di benak Nita mulai berkurang.
"Masih ada kelas Bu Rita..!! Aku kesini mau menjemput Eddy." Teriak Tommy.
"Ya sudah. Tetapi.. awas ya kalau kamu macam-macam dengannya..!! Ingat, jangan lakukan hal yang aneh-aneh." Sahut Rita kemudian.
Rita telah kenal betul akan tabiat Tommy yang nakal dan selalu aneh-aneh. Meskipun begitu, Rita sebenarnya juga menyukainya, karena Tommy juga tidak kalah tampannya dengan Eddy. Selain itu, hanya Tommy lah satu-satunya mahasiswanya yang berani merayu dan menggodanya terang-terangan meskipun Rita tidak pernah menanggapinya dengan serius.
"Siiip. Siap Bu Rita cantik..!! Hehehe.." sahut Tommy sambil tertawa cengengesan dan langsung membawa Eddy pergi.
"Jadi..? Kamu tinggal dengan Bu Rita Ed?" Tanya Tommy sambil mengendarai motornya.
"Eh? Enggak kok Mas Tommy."
"Jangan panggil aku Mas. Panggil namaku saja. Sudah berkali-kali aku katakan itu kepadamu." Jawab Tommy.
"Iya maaf Tom."
"Terus? Tadi kamu ngapain di rumah Bu Rita?" Tanya Tommy kembali.
Eddy mendadak gugup dan keringat kecil mulai mengalir di dahinya. "Aku disuruh Tante untuk mengambil surat-surat kepindahanku ke Redstone." Jawabnya kikuk.
Untung saja Tommy sama sekali tidak mencurigai Eddy. "Oh iya? Bagaimana dengan motormu? Apakah rusak parah? Barangkali aku bisa membetulkannya. Karena aku juga kenal dengan langganan bengkel yang hebat." Sahut Tommy.
"Entahlah Tom, sepertinya rusak berat. Aku tidak tahu bagaimana bisa membetulkannya." Sahut Eddy.
Kemudian tiba-tiba saja Eddy teringat sesuatu. Tas dan buku-bukunya tertinggal di rumah Tantenya, padahal kata Tommy tadi ada lagi pelajaran hari ini. Seks dengan Tantenya tadi itu benar-benar sangat luar biasa, sehingga mampu membuatnya mabuk dan melupakan urusan duniawi.
"Tadi katamu ada kelas lagi hari ini Tom? Makanya kamu menjemput aku?" Tanya Eddy.
"Iya benar. Hari ini ada kelas Manajemen Risiko. Tetapi, sebelum itu, kamu harus mengikuti kegiatan ospek kecil kelas Manajemen dulu." Sahut Tommy sambil tersenyum girang.
"Kalau aku nggak ikut bagaimana Tom?"
"Ya, kamu harus siap dikejar-kejar ama satu kampus karena mereka semua siap untuk mengeroyok kamu..!!" Sahut Tommy dengan kejam.
Eddy terdiam. Dirinya merasa seperti akan mendapatkan sebuah nasib yang buruk. Padahal tadi dia baru saja mendapatkan nasib yang sangat baik. Roda kehidupan benar-benar cepat cepat berputar.
Jam lima sore keduanya tiba di kampus. Tommy langsung berjalan ke arah gedung fakultas kedokteran hewan dengan diikuti Eddy. Tommy berjalan dengan sangat cepat, setengah berlari.
"Tunggu Tom, eh? Kita nggak masuk ke sini?" Tanya Eddy yang heran karena Tommy malah melewati gedung fakultas kedokteran dan terus berjalan menuju hutan yang ada di belakang kampus.
"Sudah dekat kok Ed. Ada disini. Ayo." Sahut Tommy yang kini berlari-lari kecil penuh semangat.
Sementara itu Jenny tengah berada di taman ketika dirinya melihat Tommy dan Eddy yang berjalan ke arah belakang gedung fakultas kedokteran hewan.
"Eh? Mereka mau ngapain?" Pikir Jenny dengan curiga.
Jenny pun akhirnya mengikuti keduanya dengan berlarian. Dirinya takut kalau Eddy akan dikerjai habis-habisan oleh Tommy yang memang liar dan nakal.
*****
Satu jam sebelumnya di sebuah kandang sapi yang berada di belakang gedung fakultas kedokteran hewan, Tommy sedang berjongkok di depan bak makanan sapi. Dirinya sedang asyik menaburkan serbuk putih ke dalam bak tersebut. Itu adalah obat perangsang yang sudah dihaluskan dalam jumlah yang banyak.
Untuk satu orang manusia saja, satu butir 500 gram sudah cukup membuat nafsu birahinya naik, sedangkan Tommy telah menghaluskan lima butir obat perangsang yang berarti total 2500 gram untuk sapi jantan yang berada di kandang. Bisa dibayangkan bagaimana nasib sapi tersebut.
Sambil tertawa cekikikan, Tommy mencampur serbuk obat perangsang tersebut ke dalam rumput-rumput kering kemudian memberikannya kepada sapi jantan yang berukuran cukup besar tersebut.
"Hehehe.. Ayo makan yang banyak Bro..!! Biar sehat dan kuat. Sebentar lagi akan datang pasanganmu, hehehehe..!!" Pikir Tommy sambil terkikik geli.
Kemudian tiba-tiba saja Tommy mendengar suara langkah kaki. Tommy langsung mencari tempat persembunyian yang aman di belakang kandang sapi tersebut.
Ternyata yang datang adalah Nita, seorang mahasiswi kelas kedokteran hewan. Nita adalah seorang gadis cantik, berambut hitam lurus sebahu, perawakannya cukup tinggi dan tubuh yang sangat seksi. Dulu Nita adalah mantan kekasih Tommy.
Saat itu Nita terlihat sangat menggairahkan. Dia hanya mengenakan sepotong singlet putih dan celana hotpants berwarna merah. Mata Tommy pun menjadi semakin melotot dibuatnya. Memang dulu Nita adalah seorang gadis yang sangat seksi, dan sekarang malah bertambah seksi saja, membuat Tommy ingin merasakan kembali betapa nikmatnya mengentot dengan mantan kekasihnya itu.
Saat itu Tommy hendak keluar dari persembunyiannya namun tiba-tiba saja dirinya mengurungkannya. Satu lagi langkah kaki terdengar mendekat ke arah kandang sapi.
"Hari ini banyak sekali orang yang ke kandang sapi? Sialan." Pikir Tommy sambil mengumpat-umpat tidak jelas.
Beberapa detik kemudian Bu Rita muncul di sana. Tommy mengerutkan keningnya. Kini ada dua orang wanita yang sangat cantik dan seksi berada di kandang sapi, entah apa yang mereka lakukan disana.
Tommy pun berusaha mendekat, menguping pembicaraan mereka.
"Sudah mekar bunga veratrumnya Nit?" Tanya Rita.
"Sepertinya sih sudah Bi. Sekarang sudah hampir tiga bulan, apalagi saat ini musim semi. Pohon veratrum akan tumbuh sempurna pada musim seperti ini." Jawab Nita.
Tommy mendengar suara percakapan mereka dengan jelas dan dahinya berkerut-merut mendengarnya.
Veratrum termasuk salah satu tanaman yang beracun. Tommy pernah membacanya dulu sewaktu masih sekolah, bahkan tanaman tersebut pernah ditemukannya di belakang sekolah.
Bijinya lah yang paling beracun, dapat mengakibatkan kematian seketika karena sesak nafas dan kejang-kejang. Biasanya tumbuhan Veratrum mulai berbunga pada musim semi, dan bunga itu akan menghasilkan biji-biji yang sangat beracun tersebut.
Entah kenapa dosen Ilmu Komunikasi, Bu Rita berbicara tentang tanaman tersebut, padahal itu bukanlah bidangnya. Sementara Nita juga sama mengherankannya, Nita adalah mahasiswa kedokteran hewan, kenapa dia menanam tumbuhan yang berbahaya tersebut? Apakah untuk obat hewan? Sepertinya tidak mungkin, pikir Tommy.
"Kita lihat yuk sekarang." Ajak Bu Rita.
Nita menganggukkan kepalanya dan mereka berdua melangkahkan kakinya pergi menuju sebuah hutan yang ada di belakang kampus.
Tommy ikut bergerak pula. Dirinya mulai mengikuti keduanya dari jarak yang cukup jauh. Tommy harus memastikan supaya dirinya tidak ketahuan oleh mereka. Instingnya mengatakan bahwa ada sesuatu rahasia diantara mereka berdua, dan Tommy menjadi penasaran.
Dua puluh menit kemudian, Rita dan Nita tiba di sebuah lapangan luas, penuh dengan bunga Veratrum. Tommy yang mengikutinya sangat terkejut.
Setidaknya ada satu hektar tanaman Veratrum yang sudah berbunga. Dan letaknya itu berada di tengah-tengah hutan. "Mereka berdua pasti memiliki rencana yang tidak baik tentang ini." Pikir Tommy dengan jantung yang berdebar-debar kencang.
Sementara itu Rita tampak sangat bahagia. Dirinya mengambil beberapa buah biji Veratrum yang terjatuh di tanah.
"Sepertinya ini sudah cukup untuk sekarang." Sahut Rita sambil tersenyum penuh kemenangan.
Nita juga ikut tersenyum senang, "Yah, rencana kita pasti berhasil Bi." Jawab Nita.
"Eh? Apa aku tidak salah dengar? Nita memanggil Bu Rita dengan sebutan Bi? Apa Bu Rita itu Bibinya?" Pikir Tommy sambil menggaruk-garuk kepalanya.
"Terlalu banyak misteri disini. Apa sebenarnya yang mereka berdua lakukan?" Pikir Tommy kembali dengan heran.
"Tenang saja Nit. Kamu pasti akan mendapatkan bagianmu. By the way, good job telah menanam Veratrum sebanyak ini. Walaupun kita hanya membutuhkannya sedikit saja karena keluarga Thompson hanya terdiri dari tiga orang saja." Sahut Rita.
Setelah itu, Rita pergi sendirian, meninggalkan Nita yang masih berada disana. Nita sedang tersenyum-senyum sendiri dan wajahnya nampak sangat puas akan hasil perbuatannya menanam Veratrum dalam jumlah besar.
Nita meraih bunga Veratrum yang berwarna ungu tersebut dan menghirup aromanya yang sangat melegakan.
Aroma bunga Veratrum memang sangat unik, aromanya tidak berbahaya. Selain itu aromanya juga cukup wangi dan mampu membuat rileks dan tenang, meskipun sebenarnya tanaman tersebut termasuk ke dalam jenis tanaman yang sangat beracun, yaitu bijinya yang keluar dari kelopak bunganya.
Setelah itu Nita pun beranjak pergi dari ladang bunga tersebut. Sementara Tommy telah berjalan mengikutinya kembali.
Tommy berjalan dengan sangat hati-hati di dalam hutan lebat tersebut. Namun kali ini dia tidak beruntung. Kaki Tommy terjerat oleh akar liar dan dirinya langsung terjatuh kedepan, dengan muka yang mendarat di atas dedaunan kering.
"Kedebukkk..!!"
Saat itu Nita menoleh karena mendengar suara benda jatuh yang cukup keras. Nita mengerutkan keningnya lalu berjalan ke arah sumber suara.
Nita menjadi semakin heran ketika melihat tubuh Tommy yang menungging dengan kepala berada di atas tanah.
"Tommy? Sedang apa kamu disini?" Tanya Nita dengan curiga.
"Eh? Tadi aku melihatmu berjalan ke arah hutan. Aku mengikutimu tetapi aku tersasar." Jawab Tommy santai sambil berjalan ke arah sungai kecil dan membasuh wajahnya yang penuh dengan dedaunan kering.
"Kenapa kamu mengikutiku?" Tanya Nita semakin curiga.
"Kenapa? Tentu saja karena sapi. Tadi kan aku sudah bilang kepadamu kalau aku membutuhkan seekor sapi." Jawab Tommy.
Rasa curiga di benak Nita mulai berkurang.
"Kenapa kamu membutuhkan sapi itu Tom? Kamu punya rencana jahil ya?" Tanya Nita.
Tommy tertawa kecil, "ah, enggak kok Nit. Kamu tenang saja, sapimu itu aman kok, nggak bakal aku usik. Aku cuma ingin meminjamnya sebentar." Jawab Tommy.
Saat itu Nita memandangi wajah Tommy yang sudah bersih dari dedaunan dengan senyum bergairah.
Ternyata mantan kekasihnya ini semakin bertambah ganteng saja, meskipun Nita sebenarnya tidak suka akan sifatnya yang pelit dan cuek tersebut.
"Dimana sapimu Nit?" Tanya Tommy tiba-tiba.
"Bukankah sudah kubilang, sapinya ada di kandang belakang gedung fakultas kedokteran hewan." Jawab Nita.
"Oh iya. Aku lupa Nit. Kalau begitu ayo kesana." Sahut Tommy kembali.
"Tunggu sebentar Tom." Sahut Nita sambil bergerak mendekat ke arah Tommy dengan senyuman yang penuh birahi.
Tommy memandanginya dengan heran, Tommy mengenal tatapan itu, itu adalah tatapan nafsu. Dan tiba-tiba saja Tommy tersenyum senang.
Nita tiba-tiba saja meraba dada Tommy yang bidang, "Hmm.. siapa pacarmu sekarang Tom?" Tanya Nita.
"Tidak ada. Aku masih memikirkanmu dan mengharapkanmu. Seperti anak burung yang merindukan Ibunya." Sahut Tommy sambil tersenyum senang.
Nita pun tertawa sesaat, "aku tahu kamu berbohong Tom. Ngomongin soal burung, pasti burungmu ini sudah sering masuk sarang yang lain ya?" Sahut Nita dengan nada menggoda dan mengajak Tommy untuk duduk di bangku kecil di samping sungai.
"Tidak kok Nit. Sumpah deh. Biar di samber geledek deh." Sahut Tommy.
Dan tiba-tiba saja suara petir terdengar di kejauhan.
"Sudahlah, jangan memperbanyak dosa Tom. Aku tahu kamu sekarang sedang berpacaran dengan Linda kan? Hati-hati dengannya Tom. Kudengar kakaknya seorang polisi. Kamu bisa ditangkap nanti kalau selingkuh." Sahut Nita sambil naik ke atas pangkuan Tommy dengan manja.
"Aku tidak takut. Karena Linda kan hanya sahabatku saja, sedangkan cintaku ya hanya untukmu. Dan juga, aku mempunyai prioritas, yaitu cinta di atas persahabatan. Jadi jelas aku lebih memilih dirimu." Jawab Tommy.
Lagi-lagi Nita tertawa mendengar omong kosong Tommy. Namun Nita sudah sangat bergairah.
"Hmm.. hentikan omong kosong mu itu Tom. Sarangku sudah lama tidak di datangi burungmu, hehehehe.. kamu mau mendatanginya?" Sahut Nita menggoda.
"Maauu..Nit..!!" Jawaban Tommy langsung terputus karena Nita langsung melumat bibir Tommy dengan birahi yang meluap-luap.
Lidah Nita langsung menjelajah ke dalam mulut Tommy dan menjepit bibir Tommy dengan sedotan yang kuat dari mulutnya.
Tommy sudah sangat kenal akan tabiat Nita yang memang sangat menyukai seks. Dulu, Tommy dan Nita merupakan pasangan yang serasi, karena mereka berdua adalah orang-orang yang gemar melakukan hubungan seks. Mereka melakukan seks kapan saja dan dimana saja, bahkan dalam sehari mereka pernah melakukan seks hingga lima kali di tempat yang berbeda.
Tommy tidak mau kalah. Kini dirinya mulai menciumi dada Nita. Bahkan Tommy melepas pakaiannya dan mengemut teteknya yang sangat montok itu sambil meremas-remasnya.
Birahi Nita pun semakin terpancing. Remasan tangan dan kenyotan mulut Tommy terhadap teteknya benar-benar telah membuatnya melambung ke alam penuh dengan kenikmatan.
Kemudian tiba-tiba saja Tommy berhenti. Dirinya menyuruh Nita untuk berdiri dan membalikkan tubuhnya.
Untuk sejenak mata Tommy tampak terkagum-kagum akan keindahan tubuh Nita. Namun Tommy sudah tidak sabar lagi. Kedua tangannya langsung menarik celana pendek Nita dan menurunkannya.
Mata Tommy semakin melotot ketika melihat pantat Nita yang sangat mulus. Ternyata, Nita menjadi semakin cantik dan menggairahkan saja. Pantatnya juga menjadi semakin montok dan seksi. Tangan Tommy pun tak kuasa lagi untuk meremas-remasnya dengan gemas.
Namun Nita membalikkan tubuhnya dan kini berjongkok di hadapan Tommy. Tommy menjadi semakin senang karena dia tahu apa yang akan dilakukan oleh Nita.
Nita akan melakukan sesuatu yang sangat disukai oleh Tommy, yaitu menghisap batang kontolnya.
Nita mulai membuka celana Tommy. Yang pertama ditujunya adalah biji kontol Tommy. Dirinya mulai mencium, mengemut dan menghisap batang kontol Tommy.
Tommy mendesah tertahan, perbuatan Nita terhadapnya benar-benar telah menimbulkan sebuah kenikmatan yang unik. Geli namun nikmat. Tommy benar-benar menyukainya dan batang kontolnya pun langsung mengeras dengan cepat.
Beberapa menit kemudian, Nita mengubah permainannya. Kali ini Nita mulai menghisap batang kontol Tommy, kepalanya maju mundur sehingga batang kontol Tommy bergerak keluar masuk mulutnya.
Tommy bagaikan berada di surga. Kenikmatan ini benar-benar tidak ada bandingannya. Nita benar-benar seorang gadis yang patut di kagumi. Karena selain cantik, skill blowjobnya juga sangat luar biasa.
Kini Tommy berdiri, dirinya sudah tidak sabar lagi ingin segera mengentot dengan Nita karena kontolnya saat ini sudah benar-benar keras. Sementara itu Nita rupanya masih tidak mau untuk melepaskan batang kontol Tommy dari mulutnya. Hisapannya bahkan menjadi semakin kuat sambil terus mengocok-ngocok batang kontolnya.
Namun Tommy sudah benar-benar tidak sabar. Dirinya mengangkat tubuh Nita dan membalikkannya, "Nungging Nit..!! Aku sudah nggak sabar lagi nih pengen nusuk memekmu..!!".
Nita mematuhi perintah Tommy. Dirinya juga sudah tidak sabar lagi ingin segera merasakan batang kontol mantan kekasihnya itu di dalam liang memeknya. Rasanya sudah sangat lama sekali mereka tidak berhubungan intim lagi semenjak mereka berdua putus.
Tommy mengarahkan batang kontolnya yang sangat keras itu ke dalam liang memek Nita yang kini menungging sambil mendesah-desah keenakan.
Tommy mulai menekan dan mendorong batang kontolnya menembus sela-sela sempit liang memek Nita yang terasa hangat.
"Sreekk..!!""
"Uuhh..!!" Nita mendesah tertahan.
Mereka berdua mendapatkan sensasi kenikmatan yang tiada taranya. Apalagi ketika Tommy mendorong batang kontolnya dengan sekuat tenaga hingga amblas seluruhnya ke dalam liang memek Nita. Rasanya benar-benar tidak dapat dibayangkan.
"Sleeeeebbbb..!!""
"AAAAHH..!!"
Kini Tommy menggerakkan batang kontolnya keluar masuk liang memek Nita dengan perlahan-lahan. Kenikmatan yang mereka berdua rasakan menjadi semakin hebat.
"Uufftt..!! AAAHH..!! Oh My..?!! Enak Tom..!! OH SHITT..!!"
Nita pun mulai mengimbangi gerakan Tommy. Dirinya mulai ikut bergerak naik turun, seiring dengan genjotan Tommy yang semakin kuat.
Kemudian sebuah getaran yang teramat hebat mulai terasa di dalam diri Nita. Nita pun mendesah semakin kuat tatkala puncak orgasmenya datang dengan waktu yang sangat cepat.
"OOWWHH..?! TOMMY..!! Cret! OOWWWHH..!!"
cret! Cret! Cret!
Tommy melepaskan batang kontolnya dan mengusap-usap liang memek Nita yang sudah sangat basah.
Sementara itu tubuh Nita seakan-akan kehilangan tenaganya akibat datangnya puncak orgasmenya yang begitu cepat.
Memang Nita belum berhubungan seks lagi dalam waktu yang lama, jadi puncak orgasmenya yang tadi rasanya sangat hebat, bagaikan orang yang kehausan di padang gurun dan langsung mendapatkan air dingin yang sejuk.
Sementara Nita sedang asyik menikmati sisa puncak orgasmenya, Tommy malah menusukkan kembali batang kontolnya dari belakang.
Sresseett..!!
"OOWWHH..!! TOOMM..!! OH MY GODDD..!!"
Sleeebb..!!
Tommy mulai mengentot Nita kembali dengan gaya Doggy Style. Batang kontolnya mulai berdenyut-denyut nikmat akibat dari sentuhan gesekan antara batang kontolnya dengan dinding liang memek Nita yang seret.
"OOWWHH..!! pelan-pelan Tom..!! Jangan keras-keras, OWWHH..!! Aku sudah lama tidak mengentot Tom..!! OWWHH..!!"
Kemudian Tommy mulai merasakan sesuatu yang sangat nikmat ingin mendesak keluar. Rupanya air pejunya sudah tidak sabar lagi ingin segera menyemprot keluar karena liang memek Nita yang sangat nikmat.
"OGH SHITT..??!! Nit..?? Apa kamu minum pil?"
"Kenapa Tom? OWH..!!" Tanya Nita sambil terus mendesah-desah keenakan.
Namun rupanya sudah terlambat, Tommy sudah tidak lagi mampu menahan kenikmatan yang semakin memuncak..
"Crot! Crot! Crot!"
Nita merasakan semburan hangat air peju Tommy di dalam liang memeknya hingga sampai ke perutnya. Rasanya hangat dan menyenangkan.
Meskipun begitu, Nita tampak tidak begitu perduli. Padahal saat ini dirinya sedang tidak memakai pil anti hamil karena kejadian ini tidak direncanakan olehnya.
Sementara itu dengkul Tommy pun ikut bergetar akibat mengeluarkan air peju yang lumayan banyak. Tommy berbaring di atas bangku kecil, menggeser Nita sambil mengocok-ngocok batang kontolnya yang terasa ngilu.
Sementara itu pula, Nita berjalan ke arah sungai kecil dan mencuci liang memeknya yang penuh dengan air peju Tommy.
"Air pejumu sepertinya tadi masuk ke rahimku Tom. Bagaimana kalau aku hamil nanti?" Sahut Nita.
"Hmm.. bagaimana ya? Sepertinya aku akan keluar uang lebih banyak lagi deh." Jawab Tommy dengan santai.
Nita tersenyum sinis, dirinya sangsi kalau Tommy akan mau bertanggung jawab, hutangnya saja belum sempat dibayar. "Ya itu memang sudah kewajibanmu Tom. Kan, kamu sendiri yang menyemprotkan spermamu ke dalam rahimku." Sahut Nita.
"Memang sih. Tetapi aku juga mempunyai hak dong. Hak dan kewajiban kan memang beriringan." Sahut Tommy.
"Maksud kamu apa Tom?" Tanya Nita tidak mengerti.
"Begini ya, setiap orang itu harus mendapatkan hak dan kewajiban. Itu perlu dalam kehidupan. Seperti sekarang, kewajibanku adalah menanggung biaya melahirkan dan menikahimu, itupun kalau kamu mau." Sahut Tommy sambil cengengesan sementara Nita ikut tertawa sinis, menurutnya Tommy sudah seperti guru PPKN saja.
"Selain kewajiban, aku juga berhak mendapatkan hak-hakku. Jadi, aku mau anaknya nanti wanita. Itu tuntutanku." Sahut Tommy.
"Lalu? Kalau yang lahir nanti anaknya laki-laki bagaimana?" Sanggah Nita.
"Ya, kalau yang keluar laki-laki, berarti perjanjian kita batal. Atau, kalau bisa sih, kamu masukin aja lagi ke dalam perutmu, dan tunggu 9 bulan lagi, hehehe.." sahut Tommy asal saja.
Tommy tertawa kecil, "ah, enggak kok Nit. Kamu tenang saja, sapimu itu aman kok, nggak bakal aku usik. Aku cuma ingin meminjamnya sebentar." Jawab Tommy.
Saat itu Nita memandangi wajah Tommy yang sudah bersih dari dedaunan dengan senyum bergairah.
Ternyata mantan kekasihnya ini semakin bertambah ganteng saja, meskipun Nita sebenarnya tidak suka akan sifatnya yang pelit dan cuek tersebut.
"Dimana sapimu Nit?" Tanya Tommy tiba-tiba.
"Bukankah sudah kubilang, sapinya ada di kandang belakang gedung fakultas kedokteran hewan." Jawab Nita.
"Oh iya. Aku lupa Nit. Kalau begitu ayo kesana." Sahut Tommy kembali.
"Tunggu sebentar Tom." Sahut Nita sambil bergerak mendekat ke arah Tommy dengan senyuman yang penuh birahi.
Tommy memandanginya dengan heran, Tommy mengenal tatapan itu, itu adalah tatapan nafsu. Dan tiba-tiba saja Tommy tersenyum senang.
Nita tiba-tiba saja meraba dada Tommy yang bidang, "Hmm.. siapa pacarmu sekarang Tom?" Tanya Nita.
"Tidak ada. Aku masih memikirkanmu dan mengharapkanmu. Seperti anak burung yang merindukan Ibunya." Sahut Tommy sambil tersenyum senang.
Nita pun tertawa sesaat, "aku tahu kamu berbohong Tom. Ngomongin soal burung, pasti burungmu ini sudah sering masuk sarang yang lain ya?" Sahut Nita dengan nada menggoda dan mengajak Tommy untuk duduk di bangku kecil di samping sungai.
"Tidak kok Nit. Sumpah deh. Biar di samber geledek deh." Sahut Tommy.
Dan tiba-tiba saja suara petir terdengar di kejauhan.
"Sudahlah, jangan memperbanyak dosa Tom. Aku tahu kamu sekarang sedang berpacaran dengan Linda kan? Hati-hati dengannya Tom. Kudengar kakaknya seorang polisi. Kamu bisa ditangkap nanti kalau selingkuh." Sahut Nita sambil naik ke atas pangkuan Tommy dengan manja.
"Aku tidak takut. Karena Linda kan hanya sahabatku saja, sedangkan cintaku ya hanya untukmu. Dan juga, aku mempunyai prioritas, yaitu cinta di atas persahabatan. Jadi jelas aku lebih memilih dirimu." Jawab Tommy.
Lagi-lagi Nita tertawa mendengar omong kosong Tommy. Namun Nita sudah sangat bergairah.
"Hmm.. hentikan omong kosong mu itu Tom. Sarangku sudah lama tidak di datangi burungmu, hehehehe.. kamu mau mendatanginya?" Sahut Nita menggoda.
"Maauu..Nit..!!" Jawaban Tommy langsung terputus karena Nita langsung melumat bibir Tommy dengan birahi yang meluap-luap.
Lidah Nita langsung menjelajah ke dalam mulut Tommy dan menjepit bibir Tommy dengan sedotan yang kuat dari mulutnya.
Tommy sudah sangat kenal akan tabiat Nita yang memang sangat menyukai seks. Dulu, Tommy dan Nita merupakan pasangan yang serasi, karena mereka berdua adalah orang-orang yang gemar melakukan hubungan seks. Mereka melakukan seks kapan saja dan dimana saja, bahkan dalam sehari mereka pernah melakukan seks hingga lima kali di tempat yang berbeda.
Tommy tidak mau kalah. Kini dirinya mulai menciumi dada Nita. Bahkan Tommy melepas pakaiannya dan mengemut teteknya yang sangat montok itu sambil meremas-remasnya.
Birahi Nita pun semakin terpancing. Remasan tangan dan kenyotan mulut Tommy terhadap teteknya benar-benar telah membuatnya melambung ke alam penuh dengan kenikmatan.
Kemudian tiba-tiba saja Tommy berhenti. Dirinya menyuruh Nita untuk berdiri dan membalikkan tubuhnya.
Untuk sejenak mata Tommy tampak terkagum-kagum akan keindahan tubuh Nita. Namun Tommy sudah tidak sabar lagi. Kedua tangannya langsung menarik celana pendek Nita dan menurunkannya.
Mata Tommy semakin melotot ketika melihat pantat Nita yang sangat mulus. Ternyata, Nita menjadi semakin cantik dan menggairahkan saja. Pantatnya juga menjadi semakin montok dan seksi. Tangan Tommy pun tak kuasa lagi untuk meremas-remasnya dengan gemas.
Namun Nita membalikkan tubuhnya dan kini berjongkok di hadapan Tommy. Tommy menjadi semakin senang karena dia tahu apa yang akan dilakukan oleh Nita.
Nita akan melakukan sesuatu yang sangat disukai oleh Tommy, yaitu menghisap batang kontolnya.
Nita mulai membuka celana Tommy. Yang pertama ditujunya adalah biji kontol Tommy. Dirinya mulai mencium, mengemut dan menghisap batang kontol Tommy.
Tommy mendesah tertahan, perbuatan Nita terhadapnya benar-benar telah menimbulkan sebuah kenikmatan yang unik. Geli namun nikmat. Tommy benar-benar menyukainya dan batang kontolnya pun langsung mengeras dengan cepat.
Beberapa menit kemudian, Nita mengubah permainannya. Kali ini Nita mulai menghisap batang kontol Tommy, kepalanya maju mundur sehingga batang kontol Tommy bergerak keluar masuk mulutnya.
Tommy bagaikan berada di surga. Kenikmatan ini benar-benar tidak ada bandingannya. Nita benar-benar seorang gadis yang patut di kagumi. Karena selain cantik, skill blowjobnya juga sangat luar biasa.
Kini Tommy berdiri, dirinya sudah tidak sabar lagi ingin segera mengentot dengan Nita karena kontolnya saat ini sudah benar-benar keras. Sementara itu Nita rupanya masih tidak mau untuk melepaskan batang kontol Tommy dari mulutnya. Hisapannya bahkan menjadi semakin kuat sambil terus mengocok-ngocok batang kontolnya.
Namun Tommy sudah benar-benar tidak sabar. Dirinya mengangkat tubuh Nita dan membalikkannya, "Nungging Nit..!! Aku sudah nggak sabar lagi nih pengen nusuk memekmu..!!".
Nita mematuhi perintah Tommy. Dirinya juga sudah tidak sabar lagi ingin segera merasakan batang kontol mantan kekasihnya itu di dalam liang memeknya. Rasanya sudah sangat lama sekali mereka tidak berhubungan intim lagi semenjak mereka berdua putus.
Tommy mengarahkan batang kontolnya yang sangat keras itu ke dalam liang memek Nita yang kini menungging sambil mendesah-desah keenakan.
Tommy mulai menekan dan mendorong batang kontolnya menembus sela-sela sempit liang memek Nita yang terasa hangat.
"Sreekk..!!""
"Uuhh..!!" Nita mendesah tertahan.
Mereka berdua mendapatkan sensasi kenikmatan yang tiada taranya. Apalagi ketika Tommy mendorong batang kontolnya dengan sekuat tenaga hingga amblas seluruhnya ke dalam liang memek Nita. Rasanya benar-benar tidak dapat dibayangkan.
"Sleeeeebbbb..!!""
"AAAAHH..!!"
Kini Tommy menggerakkan batang kontolnya keluar masuk liang memek Nita dengan perlahan-lahan. Kenikmatan yang mereka berdua rasakan menjadi semakin hebat.
"Uufftt..!! AAAHH..!! Oh My..?!! Enak Tom..!! OH SHITT..!!"
Nita pun mulai mengimbangi gerakan Tommy. Dirinya mulai ikut bergerak naik turun, seiring dengan genjotan Tommy yang semakin kuat.
Kemudian sebuah getaran yang teramat hebat mulai terasa di dalam diri Nita. Nita pun mendesah semakin kuat tatkala puncak orgasmenya datang dengan waktu yang sangat cepat.
"OOWWHH..?! TOMMY..!! Cret! OOWWWHH..!!"
cret! Cret! Cret!
Tommy melepaskan batang kontolnya dan mengusap-usap liang memek Nita yang sudah sangat basah.
Sementara itu tubuh Nita seakan-akan kehilangan tenaganya akibat datangnya puncak orgasmenya yang begitu cepat.
Memang Nita belum berhubungan seks lagi dalam waktu yang lama, jadi puncak orgasmenya yang tadi rasanya sangat hebat, bagaikan orang yang kehausan di padang gurun dan langsung mendapatkan air dingin yang sejuk.
Sementara Nita sedang asyik menikmati sisa puncak orgasmenya, Tommy malah menusukkan kembali batang kontolnya dari belakang.
Sresseett..!!
"OOWWHH..!! TOOMM..!! OH MY GODDD..!!"
Sleeebb..!!
Tommy mulai mengentot Nita kembali dengan gaya Doggy Style. Batang kontolnya mulai berdenyut-denyut nikmat akibat dari sentuhan gesekan antara batang kontolnya dengan dinding liang memek Nita yang seret.
"OOWWHH..!! pelan-pelan Tom..!! Jangan keras-keras, OWWHH..!! Aku sudah lama tidak mengentot Tom..!! OWWHH..!!"
Kemudian Tommy mulai merasakan sesuatu yang sangat nikmat ingin mendesak keluar. Rupanya air pejunya sudah tidak sabar lagi ingin segera menyemprot keluar karena liang memek Nita yang sangat nikmat.
"OGH SHITT..??!! Nit..?? Apa kamu minum pil?"
"Kenapa Tom? OWH..!!" Tanya Nita sambil terus mendesah-desah keenakan.
Namun rupanya sudah terlambat, Tommy sudah tidak lagi mampu menahan kenikmatan yang semakin memuncak..
"Crot! Crot! Crot!"
Nita merasakan semburan hangat air peju Tommy di dalam liang memeknya hingga sampai ke perutnya. Rasanya hangat dan menyenangkan.
Meskipun begitu, Nita tampak tidak begitu perduli. Padahal saat ini dirinya sedang tidak memakai pil anti hamil karena kejadian ini tidak direncanakan olehnya.
Sementara itu dengkul Tommy pun ikut bergetar akibat mengeluarkan air peju yang lumayan banyak. Tommy berbaring di atas bangku kecil, menggeser Nita sambil mengocok-ngocok batang kontolnya yang terasa ngilu.
Sementara itu pula, Nita berjalan ke arah sungai kecil dan mencuci liang memeknya yang penuh dengan air peju Tommy.
"Air pejumu sepertinya tadi masuk ke rahimku Tom. Bagaimana kalau aku hamil nanti?" Sahut Nita.
"Hmm.. bagaimana ya? Sepertinya aku akan keluar uang lebih banyak lagi deh." Jawab Tommy dengan santai.
Nita tersenyum sinis, dirinya sangsi kalau Tommy akan mau bertanggung jawab, hutangnya saja belum sempat dibayar. "Ya itu memang sudah kewajibanmu Tom. Kan, kamu sendiri yang menyemprotkan spermamu ke dalam rahimku." Sahut Nita.
"Memang sih. Tetapi aku juga mempunyai hak dong. Hak dan kewajiban kan memang beriringan." Sahut Tommy.
"Maksud kamu apa Tom?" Tanya Nita tidak mengerti.
"Begini ya, setiap orang itu harus mendapatkan hak dan kewajiban. Itu perlu dalam kehidupan. Seperti sekarang, kewajibanku adalah menanggung biaya melahirkan dan menikahimu, itupun kalau kamu mau." Sahut Tommy sambil cengengesan sementara Nita ikut tertawa sinis, menurutnya Tommy sudah seperti guru PPKN saja.
"Selain kewajiban, aku juga berhak mendapatkan hak-hakku. Jadi, aku mau anaknya nanti wanita. Itu tuntutanku." Sahut Tommy.
"Lalu? Kalau yang lahir nanti anaknya laki-laki bagaimana?" Sanggah Nita.
"Ya, kalau yang keluar laki-laki, berarti perjanjian kita batal. Atau, kalau bisa sih, kamu masukin aja lagi ke dalam perutmu, dan tunggu 9 bulan lagi, hehehe.." sahut Tommy asal saja.
Nita pun ikut tertawa terbahak-bahak setelah mendengar lelucon Tommy yang agak ngawur. Namun saat itu pula, gairahnya juga kembali lagi mendidih setelah melihat kembali batang kontol Tommy yang masih saja berdiri.
Nita langsung mendekati Tommy yang tengah berbaring sambil mengocok-ngocok batang kontolnya yang masih agak ngilu.
Nita beranjak naik ke atas tubuh Tommy,
"Eh? Nit? Kamu ngapain? OGHH..!!" Tommy mendesah keenakan tatkala Nita mulai menindih dan menelan batang kontolnya dengan liang memeknya.
Sreeett..!! Sresseett..!!
"OWWWHH..!!"
Sleeeesseebb..!!
Nita mulai bergerak naik turun dan mengocok batang kontol Tommy dengan gerakan yang cepat. Birahi Nita pun semakin meningkat karena kenikmatan yang benar-benar hebat. Nita pun mendesah semakin tidak terkendali lagi.
"OOWWHH..!! TOMM..!! Kontolmu ini memang selalu bisa membuatku melayang Tomm..!! OWWHH..!!"
Tidak butuh waktu lama bagi Nita untuk mendapatkan puncak kenikmatannya kembali. Liang memeknya sudah sangat nikmat dan mulai berdenyut-denyut dengan sangat kuat.
Nita pun menambah tensi ransangannya dengan memainkan jari-jarinya di pangkal memeknya.
Tubuh Nita kembali bergetar dengan hebat seiring datangnya gelombang dahsyat puncak orgasme yang sangat luar biasa.
"OWWWHH..!! OWWWWHH..!!"
Cret! Cret! Cret!
Nita benar-benar merasakan puncak orgasme yang berkali-kali lipat nikmatnya. Seakan-akan seluruh kenikmatan yang ada di dunia ini berkumpul menjadi satu di liang memeknya yang masih berdenyut-denyut.
Namun lagi-lagi Tommy lah yang belum selesai menuntaskan nafsu birahinya. Tommy memang selalu terlambat.
Dirinya kini membaringkan tubuh Nita terlentang di atas kursi lalu menancapkan batang kontolnya kembali ke dalam liang memek Nita yang masih megap-megap karena masih dalam pengaruh puncak orgasmenya.
Tidak butuh lama bagi Tommy untuk segera mendapatkan puncak orgasmenya. Memek Nita memang nikmat sekali karena masih sangat rapat seperti memek seorang perawan saja.
Tubuh Tommy menegang dan kenikmatan itu sudah tidak mungkin tertahankannya lagi.
"OGHH..!!"
Crot! Crot! Crot!
Tommy akhirnya kembali lagi menyemprotkan air pejunya di dalam liang memek Nita. Mereka berdua sepertinya tidak memperdulikan akibat dari perbuatannya.
*****
Sementara itu di ruangan kantornya, Rita telah menghancurkan beberapa buah biji bunga Veratrum. Kemudian Rita mengeluarkan sebuah pil berwarna biru. Pil itu adalah obat perangsang nafsu birahi.
Rita membuka pil tersebut dan mengeluarkan isinya yang berupa bubuk hingga setengahnya.
Kemudian Rita menambahkan serbuk biji bunga Veratrum ke dalam pil biru dan merekatkan kembali pil tersebut dengan wajah yang penuh dengan kemenangan.
Rita mengambil kunci mobilnya dan pergi keluar dari kantornya, dengan rencana busuk yang telah berada di dalam kepalanya selama satu tahun terakhir ini.
"Akhirnya tibalah saatnya. Tunggu saja, aku pasti akan memiliki semuanya." Pikir Rita dengan tersenyum sadis.
Sementara itu Tommy telah kembali dari hutan. Dirinya berpisah dengan Nita di belakang gedung fakultas kedokteran hewan. Nita ingin pergi tidur di asramanya yang berada di samping fakultas. Nita merasa sangat lelah setelah berhubungan seks dengan Tommy.
Sementara Tommy masih saja tampak segar, dan berjalan dengan riang. Rupanya hatinya sangat bahagia karena telah berhasil melepaskan nafsu birahinya kepadanya mantan kekasihnya yang sangat cantik dan seksi tersebut.
Tommy teringat kembali rencana ospek kecilnya. Kemudian dirinya berlari ke kelasnya untuk mencari Eddy, mahasiswa baru, objek ospeknya.
Namun Tommy tidak menemukan Eddy disana. Kemudian Tommy melihat Jenny yang berada di bawah dan langsung berlari kepadanya.
"Dimana anak baru itu Jen?" Tanya Tommy dengan nafas yang terengah-engah.
"Dia dijemput pulang oleh Bu Rita." Jawab Jenny.
"Sial. Padahal aku sudah menyiapkan kegiatan ospek kecil untuknya." Sahut Tommy. Jenny memandangi Tommy dengan curiga, di tangannya ada sebuah bungkus kecil yang berisikan obat-obatan.
"Mau apa kamu Tom? Jangan lakukan yang aneh-aneh ya."
"Ah, nggak kok Jen. Sebenarnya tugasnya cukup mudah. Hanya memeras susu, hehehehe.." sahut Tommy dengan santai.
"Heh? Susu? Susunya siapa? Apa kamu mau ajarkan Eddy untuk menjadi cabul sepertimu?" Sahut Jenny khawatir.
"Ah, nggak kok. Aku mau pergi dulu." Jawab Tommy singkat.
"Hei..?! Tunggu dulu.. kamu mau kemana? Nanti ada kelas Tom..!!"
"Aku tahu. Kelas Manajemen Risiko kan? Sekarang aku mau menyusul Eddy ke rumah Bu Rita.." sahut Tommy yang sudah semakin jauh.
****
Tommy berdiri dengan wajah yang amat senang dan bertolak pinggang.
Tommy dan Eddy sedang berada di depan kandang sapi yang berada di belakang gedung fakultas kedokteran hewan.
"Itulah ospek kecilmu Ed, hehehehe.." sahut Tommy dengan senang.
"Itu kan sapi Tom?" Tanya Eddy dengan heran.
"Aku harus ngapain?" Tanyanya kembali dengan gugup.
"Tugasmu gampang Ed. Kamu hanya harus memeras susunya." Jawab Tommy santai.
"Ini kaleng susunya. Tugasmu hanyalah membuat kaleng ini menjadi penuh dengan susu. Bagaimana? Apa kamu mengerti?" Tanya Tommy.
"Iya deh. Kalau begitu aja sih gampang." Jawab Eddy santai.
Tommy tertawa cekikikan, "Oke deh. Kalau begitu, aku tinggal dulu. Nanti kalau sudah selesai, SMS aja. Nanti aku kesini lagi." Jawab Tommy dengan senyum nakalnya.
Eddy berdiri menatap sapi tersebut. Dirinya tidak tahu kalau sapi itu adalah sapi jantan yang tidak mungkin untuk menghasilkan susu.
Sapi itu tampak kalem dan matanya yang besar menatap balik kepadanya.
Tiba-tiba saja nafas Eddy terasa sedikit sesak,
"Mungkin aku terlalu lelah setelah berhubungan seks dengan Tante Rita." Pikir Eddy.
Kemudian Eddy mulai berjongkok di hadapan sapi jantan yang terlihat kalem tersebut. Eddy mulai meraih susu sapi itu yang sebenarnya adalah kontol dari sapi tersebut.
Eddy mulai mengocok-ngocok batang kontolnya dan sapi itu mulai terlihat agak tidak nyaman, sepertinya sapi itu malah terangsang oleh perbuatan Eddy.
Eddy merasa nafasnya semakin sesak. Eddy akhirnya melonggarkan ikat pinggangnya supaya bisa bernafas dengan lega.
Eddy melanjutkan kembali meremas dan mengocok-ngocok batang kontol sapi itu yang dikiranya teteknya untuk mengeluarkan susunya.
Tentu saja air susu tidak mungkin keluar dari situ, dan yang ada hanya membuat sapi itu tidak tenang dan menjadi semakin terangsang.
Kaki-kaki nya kini menjadi semakin tidak tenang, menendang-nendang kesana kemari.
Eddy akhirnya memutuskan untuk mengikat kaki sapi jantan tersebut. Namun sialnya, hanya ada sebuah tali disana. Eddy pun langsung mengikat sebelah kaki belakang sapi tersebut dan melanjutkan kembali pekerjaannya.
Sementara itu Tommy bertemu dengan Jenny di depan gedung fakultas kedokteran hewan.
"Dimana Eddy Tom?" Tanya Jenny dengan curiga.
"Dia ada di belakang. Di kandang sapi. Biarkan saja dia." Sahut Tommy santai.
"Eh? Ngapain dia disana Tom? Aku harap kamu jangan melakukan hal yang aneh-aneh terhadapnya." Sahut Jenny.
"Tenang saja Jen. Dia hanya memeras susu kok." Sahut Tommy dengan santai.
"Aku tidak percaya." Jawab Jenny yang langsung berjalan menuju kandang sapi.
Sementara itu di kandang sapi Eddy mulai kewalahan menghadapi sapi yang sudah horny tersebut.
Rupanya satu ikatan di salah satu kaki belakang sapi itu tidak mampu untuk membuat sapi tersebut diam. Padahal Eddy belum juga bisa mendapatkan susunya.
Eddy menjadi tidak sabar lagi. Dirinya akhirnya melepaskan ikat pinggangnya dan mengikat satu kaki belakang sapi itu dengan ikat pinggangnya.
Dan karena Eddy sudah tidak memakai ikat pinggangnya, maka celananya pun ikut melorot. Pada saat itu batang kontolnya yang besar terlihat menggantung di selangkangannya. Eddy lupa untuk mengenakan celana dalamnya setelah habis mengentot dengan tantenya.
Dan pemandangan yang dihasilkan pun sungguh tidak terbayangkan.
Seekor sapi dalam keadaan terikat kedua kaki belakangnya, meraung-raung seperti orang yang tersiksa dan Eddy berdiri di hadapannya dengan kontol yang tergantung bebas di selangkangannya.
Situasi pun semakin memburuk tatkala Jenny mendatangi kandang sapi tersebut. Mata Jenny langsung melotot melihat pemandangan yang sangat aneh tersebut.
"OH MY GOD..??!! EDDY..?? APA YANG SEDANG KAMU LAKUKAN..?? APA KAMU MAU MEMPERKOSA SAPI ITU HEH..??" Jerit Jenny dengan histeris.
"Eh? Oh? Bukan Jen..!! Aku bisa menjelaskannya.. aku ohh..?? OGGHH..!!" Tiba-tiba saja Eddy merasa dadanya sangat sesak dan tidak bisa bernafas. Eddy langsung terjatuh pingsan di kandang sapi tersebut.
Jenny menjadi semakin panik.
""EDD..??! EDDY..!!" Teriak Jenny sambil mengguncang-guncangkan tubuhnya. Namun Eddy tetap tidak bergeming.
Akhirnya Jenny berlari keluar untuk mencari pertolongan.
"TOM..!! Eddy Tomm..!!"
"Eh? Kenapa kamu Jen?" Tanya Tommy dengan heran.
"Eddy pingsan di kandang sapi..!!" Sahut Jenny dengan kalut.
"Heh?! Kok bisa?" Jawab Tommy dengan heran, dan sedetik kemudian Tommy langsung berlari ke arah kandang sapi.
Ternyata benar Eddy pingsan di samping sapi jantan tersebut. Sapi itu terlihat sedang menjilati kepalanya seakan-akan sapi itu sangat takut akan kehilangan Eddy.
Tommy berjongkok di hadapan Eddy, tangannya mengecek nadi di lehernya yang masih berdenyut-denyut, namun semakin lama menjadi semakin lemah.
Otaknya yang cerdas langsung menghubungkan kejadian tadi di hutan.
Gejala Eddy sama persis seperti orang keracunan dan firasat Tommy mengatakan bahwa ini adalah akibat dari biji Veratrum.
Nita langsung mendekati Tommy yang tengah berbaring sambil mengocok-ngocok batang kontolnya yang masih agak ngilu.
Nita beranjak naik ke atas tubuh Tommy,
"Eh? Nit? Kamu ngapain? OGHH..!!" Tommy mendesah keenakan tatkala Nita mulai menindih dan menelan batang kontolnya dengan liang memeknya.
Sreeett..!! Sresseett..!!
"OWWWHH..!!"
Sleeeesseebb..!!
Nita mulai bergerak naik turun dan mengocok batang kontol Tommy dengan gerakan yang cepat. Birahi Nita pun semakin meningkat karena kenikmatan yang benar-benar hebat. Nita pun mendesah semakin tidak terkendali lagi.
"OOWWHH..!! TOMM..!! Kontolmu ini memang selalu bisa membuatku melayang Tomm..!! OWWHH..!!"
Tidak butuh waktu lama bagi Nita untuk mendapatkan puncak kenikmatannya kembali. Liang memeknya sudah sangat nikmat dan mulai berdenyut-denyut dengan sangat kuat.
Nita pun menambah tensi ransangannya dengan memainkan jari-jarinya di pangkal memeknya.
Tubuh Nita kembali bergetar dengan hebat seiring datangnya gelombang dahsyat puncak orgasme yang sangat luar biasa.
"OWWWHH..!! OWWWWHH..!!"
Cret! Cret! Cret!
Nita benar-benar merasakan puncak orgasme yang berkali-kali lipat nikmatnya. Seakan-akan seluruh kenikmatan yang ada di dunia ini berkumpul menjadi satu di liang memeknya yang masih berdenyut-denyut.
Namun lagi-lagi Tommy lah yang belum selesai menuntaskan nafsu birahinya. Tommy memang selalu terlambat.
Dirinya kini membaringkan tubuh Nita terlentang di atas kursi lalu menancapkan batang kontolnya kembali ke dalam liang memek Nita yang masih megap-megap karena masih dalam pengaruh puncak orgasmenya.
Tidak butuh lama bagi Tommy untuk segera mendapatkan puncak orgasmenya. Memek Nita memang nikmat sekali karena masih sangat rapat seperti memek seorang perawan saja.
Tubuh Tommy menegang dan kenikmatan itu sudah tidak mungkin tertahankannya lagi.
"OGHH..!!"
Crot! Crot! Crot!
Tommy akhirnya kembali lagi menyemprotkan air pejunya di dalam liang memek Nita. Mereka berdua sepertinya tidak memperdulikan akibat dari perbuatannya.
*****
Sementara itu di ruangan kantornya, Rita telah menghancurkan beberapa buah biji bunga Veratrum. Kemudian Rita mengeluarkan sebuah pil berwarna biru. Pil itu adalah obat perangsang nafsu birahi.
Rita membuka pil tersebut dan mengeluarkan isinya yang berupa bubuk hingga setengahnya.
Kemudian Rita menambahkan serbuk biji bunga Veratrum ke dalam pil biru dan merekatkan kembali pil tersebut dengan wajah yang penuh dengan kemenangan.
Rita mengambil kunci mobilnya dan pergi keluar dari kantornya, dengan rencana busuk yang telah berada di dalam kepalanya selama satu tahun terakhir ini.
"Akhirnya tibalah saatnya. Tunggu saja, aku pasti akan memiliki semuanya." Pikir Rita dengan tersenyum sadis.
Sementara itu Tommy telah kembali dari hutan. Dirinya berpisah dengan Nita di belakang gedung fakultas kedokteran hewan. Nita ingin pergi tidur di asramanya yang berada di samping fakultas. Nita merasa sangat lelah setelah berhubungan seks dengan Tommy.
Sementara Tommy masih saja tampak segar, dan berjalan dengan riang. Rupanya hatinya sangat bahagia karena telah berhasil melepaskan nafsu birahinya kepadanya mantan kekasihnya yang sangat cantik dan seksi tersebut.
Tommy teringat kembali rencana ospek kecilnya. Kemudian dirinya berlari ke kelasnya untuk mencari Eddy, mahasiswa baru, objek ospeknya.
Namun Tommy tidak menemukan Eddy disana. Kemudian Tommy melihat Jenny yang berada di bawah dan langsung berlari kepadanya.
"Dimana anak baru itu Jen?" Tanya Tommy dengan nafas yang terengah-engah.
"Dia dijemput pulang oleh Bu Rita." Jawab Jenny.
"Sial. Padahal aku sudah menyiapkan kegiatan ospek kecil untuknya." Sahut Tommy. Jenny memandangi Tommy dengan curiga, di tangannya ada sebuah bungkus kecil yang berisikan obat-obatan.
"Mau apa kamu Tom? Jangan lakukan yang aneh-aneh ya."
"Ah, nggak kok Jen. Sebenarnya tugasnya cukup mudah. Hanya memeras susu, hehehehe.." sahut Tommy dengan santai.
"Heh? Susu? Susunya siapa? Apa kamu mau ajarkan Eddy untuk menjadi cabul sepertimu?" Sahut Jenny khawatir.
"Ah, nggak kok. Aku mau pergi dulu." Jawab Tommy singkat.
"Hei..?! Tunggu dulu.. kamu mau kemana? Nanti ada kelas Tom..!!"
"Aku tahu. Kelas Manajemen Risiko kan? Sekarang aku mau menyusul Eddy ke rumah Bu Rita.." sahut Tommy yang sudah semakin jauh.
****
Tommy berdiri dengan wajah yang amat senang dan bertolak pinggang.
Tommy dan Eddy sedang berada di depan kandang sapi yang berada di belakang gedung fakultas kedokteran hewan.
"Itulah ospek kecilmu Ed, hehehehe.." sahut Tommy dengan senang.
"Itu kan sapi Tom?" Tanya Eddy dengan heran.
"Aku harus ngapain?" Tanyanya kembali dengan gugup.
"Tugasmu gampang Ed. Kamu hanya harus memeras susunya." Jawab Tommy santai.
"Ini kaleng susunya. Tugasmu hanyalah membuat kaleng ini menjadi penuh dengan susu. Bagaimana? Apa kamu mengerti?" Tanya Tommy.
"Iya deh. Kalau begitu aja sih gampang." Jawab Eddy santai.
Tommy tertawa cekikikan, "Oke deh. Kalau begitu, aku tinggal dulu. Nanti kalau sudah selesai, SMS aja. Nanti aku kesini lagi." Jawab Tommy dengan senyum nakalnya.
Eddy berdiri menatap sapi tersebut. Dirinya tidak tahu kalau sapi itu adalah sapi jantan yang tidak mungkin untuk menghasilkan susu.
Sapi itu tampak kalem dan matanya yang besar menatap balik kepadanya.
Tiba-tiba saja nafas Eddy terasa sedikit sesak,
"Mungkin aku terlalu lelah setelah berhubungan seks dengan Tante Rita." Pikir Eddy.
Kemudian Eddy mulai berjongkok di hadapan sapi jantan yang terlihat kalem tersebut. Eddy mulai meraih susu sapi itu yang sebenarnya adalah kontol dari sapi tersebut.
Eddy mulai mengocok-ngocok batang kontolnya dan sapi itu mulai terlihat agak tidak nyaman, sepertinya sapi itu malah terangsang oleh perbuatan Eddy.
Eddy merasa nafasnya semakin sesak. Eddy akhirnya melonggarkan ikat pinggangnya supaya bisa bernafas dengan lega.
Eddy melanjutkan kembali meremas dan mengocok-ngocok batang kontol sapi itu yang dikiranya teteknya untuk mengeluarkan susunya.
Tentu saja air susu tidak mungkin keluar dari situ, dan yang ada hanya membuat sapi itu tidak tenang dan menjadi semakin terangsang.
Kaki-kaki nya kini menjadi semakin tidak tenang, menendang-nendang kesana kemari.
Eddy akhirnya memutuskan untuk mengikat kaki sapi jantan tersebut. Namun sialnya, hanya ada sebuah tali disana. Eddy pun langsung mengikat sebelah kaki belakang sapi tersebut dan melanjutkan kembali pekerjaannya.
Sementara itu Tommy bertemu dengan Jenny di depan gedung fakultas kedokteran hewan.
"Dimana Eddy Tom?" Tanya Jenny dengan curiga.
"Dia ada di belakang. Di kandang sapi. Biarkan saja dia." Sahut Tommy santai.
"Eh? Ngapain dia disana Tom? Aku harap kamu jangan melakukan hal yang aneh-aneh terhadapnya." Sahut Jenny.
"Tenang saja Jen. Dia hanya memeras susu kok." Sahut Tommy dengan santai.
"Aku tidak percaya." Jawab Jenny yang langsung berjalan menuju kandang sapi.
Sementara itu di kandang sapi Eddy mulai kewalahan menghadapi sapi yang sudah horny tersebut.
Rupanya satu ikatan di salah satu kaki belakang sapi itu tidak mampu untuk membuat sapi tersebut diam. Padahal Eddy belum juga bisa mendapatkan susunya.
Eddy menjadi tidak sabar lagi. Dirinya akhirnya melepaskan ikat pinggangnya dan mengikat satu kaki belakang sapi itu dengan ikat pinggangnya.
Dan karena Eddy sudah tidak memakai ikat pinggangnya, maka celananya pun ikut melorot. Pada saat itu batang kontolnya yang besar terlihat menggantung di selangkangannya. Eddy lupa untuk mengenakan celana dalamnya setelah habis mengentot dengan tantenya.
Dan pemandangan yang dihasilkan pun sungguh tidak terbayangkan.
Seekor sapi dalam keadaan terikat kedua kaki belakangnya, meraung-raung seperti orang yang tersiksa dan Eddy berdiri di hadapannya dengan kontol yang tergantung bebas di selangkangannya.
Situasi pun semakin memburuk tatkala Jenny mendatangi kandang sapi tersebut. Mata Jenny langsung melotot melihat pemandangan yang sangat aneh tersebut.
"OH MY GOD..??!! EDDY..?? APA YANG SEDANG KAMU LAKUKAN..?? APA KAMU MAU MEMPERKOSA SAPI ITU HEH..??" Jerit Jenny dengan histeris.
"Eh? Oh? Bukan Jen..!! Aku bisa menjelaskannya.. aku ohh..?? OGGHH..!!" Tiba-tiba saja Eddy merasa dadanya sangat sesak dan tidak bisa bernafas. Eddy langsung terjatuh pingsan di kandang sapi tersebut.
Jenny menjadi semakin panik.
""EDD..??! EDDY..!!" Teriak Jenny sambil mengguncang-guncangkan tubuhnya. Namun Eddy tetap tidak bergeming.
Akhirnya Jenny berlari keluar untuk mencari pertolongan.
"TOM..!! Eddy Tomm..!!"
"Eh? Kenapa kamu Jen?" Tanya Tommy dengan heran.
"Eddy pingsan di kandang sapi..!!" Sahut Jenny dengan kalut.
"Heh?! Kok bisa?" Jawab Tommy dengan heran, dan sedetik kemudian Tommy langsung berlari ke arah kandang sapi.
Ternyata benar Eddy pingsan di samping sapi jantan tersebut. Sapi itu terlihat sedang menjilati kepalanya seakan-akan sapi itu sangat takut akan kehilangan Eddy.
Tommy berjongkok di hadapan Eddy, tangannya mengecek nadi di lehernya yang masih berdenyut-denyut, namun semakin lama menjadi semakin lemah.
Otaknya yang cerdas langsung menghubungkan kejadian tadi di hutan.
Gejala Eddy sama persis seperti orang keracunan dan firasat Tommy mengatakan bahwa ini adalah akibat dari biji Veratrum.
Tommy mempercayai firasatnya karena firasatnya tidak pernah salah. Kemudian otak terangnya kembali lagi berputar. Dirinya harus menyelamatkan Eddy.
Tommy pernah membaca obat penawar racun, khususnya tentang tanaman berbahaya. Dan obat penawar dari racun biji Veratrum adalah, tidak salah lagi..
"Sperma sapi jantan..!!"
"Kenapa semuanya serba kebetulan?" Pikir Tommy sambil menggaruk-garuk kepalanya.
"Sial sekali. Acara ngerjain mahasiswa baru, malah aku sendiri yang kena batunya." Pikir Tommy dengan sewot.
Tommy berdiri di depan sapi jantan tersebut sambil tersenyum sinis.
"Awas ya sapi..!! Jangan bilang kepada siapa-siapa kalau aku melakukan hal ini." Sahut Tommy.
Kemudian Tommy berjongkok, dan mulai melakukan kegiatannya. Sungguh tidak disangka malah dirinya lah yang kini melakukan handjob terhadap kontol sapi itu.
Kemudian sebuah jeritan yang cukup memekakkan telinga telah terdengar.
"NGAPAIN KAMU ITU TOM..!! KAMU ITU IDIOT YA? MATAMU TIDAK LIHAT YA KALAU EDDY ADA DISAMPINGMU? MALAH KAMU BERMAIN MESUM DENGAN..?!! OH MY GOD..!!" Jerit Jenny.
"Sudahlah Jen, tutup mulutmu dan bantu aku. Sepertinya Eddy terkena racun biji Veratrum. Satu-satunya penawar racun tersebut adalah sperma sapi ini." Sahut Tommy.
"Heh? Apa katamu?" Jenny terperanjat.
"Iya. Sudahlah, bantu aku. Ambilkan ember itu. Sepertinya sapi ini sebentar lagi akan ejakulasi." Sahut Tommy.
Jenny langsung menyerahkan ember kepada Tommy. Dirinya tahu benar wajah serius Tommy, itu artinya dia tidak sedang bercanda. Tetapi, kok bisa Eddy terkena racun biji tumbuhan yang sangat beracun tersebut? Apakah Tommy yang memberikannya? Tetapi sepertinya itu tidak mungkin. Otak Jenny menjadi semakin semrawut dibuatnya.
Sementara itu sang sapi telah mulai melenguh panjang. Rupanya sapi tersebut merasakan sebuah kenikmatan yang benar-benar luar biasa.
Kenikmatan itu semakin memuncak,
"Mooo..!! Mooo..!! Mooo..!!
Kemudian dari kontol binatang tersebut sepercik cairan putih menyemprot keluar, membasahi wajah Tommy yang terlihat sangat amat jijik sambil menutup kedua belah matanya.
Untung saja masih ada sebagian sperma sapi itu yang tertampung di dalam ember.
"Berikan ini kepada Eddy Jen. Cepat..!!" Sahut Tommy sambil mengulurkan ember yang berisi air peju sapi.
Jenny pun terlihat amat jijik. Namun Jenny harus mengambilnya.
Kemudian Jenny menarik kepala Eddy ke pangkuannya, membuka mulutnya dan menuangkan ember yang berisi air peju sapi itu ke dalam mulutnya. Pemandangan seperti ini sungguh aneh bin ajaib.
Sementara itu air peju sapi telah mengalir masuk ke dalam tenggorokan Eddy. Sel-sel yang berada di dalam air peju itu langsung menyerang sel-sel racun Veratrum dan membuat pertahanan di dalam tubuh Eddy.
Tubuh Eddy pun langsung terasa sangat panas. Namun beberapa saat kemudian panas itu menurun dan Eddy mulai terlihat bernafas.
Saat itu petugas medis datang ke kandang sapi. Jenny lah yang telah memanggilnya tadi. Petugas itu memandangi kejadian yang sangat aneh di hadapannya, seorang pria, setengah telanjang, berbaring di atas paha gadis cantik, ada pula pria lain yang mukanya berlumur cairan berwarna putih, dan yang paling aneh adalah seekor sapi yang berbaring telentang di sampingnya.
Benar-benar pemandangan yang sangat aneh dan menakjubkan.
TAMAT
Tommy pernah membaca obat penawar racun, khususnya tentang tanaman berbahaya. Dan obat penawar dari racun biji Veratrum adalah, tidak salah lagi..
"Sperma sapi jantan..!!"
"Kenapa semuanya serba kebetulan?" Pikir Tommy sambil menggaruk-garuk kepalanya.
"Sial sekali. Acara ngerjain mahasiswa baru, malah aku sendiri yang kena batunya." Pikir Tommy dengan sewot.
Tommy berdiri di depan sapi jantan tersebut sambil tersenyum sinis.
"Awas ya sapi..!! Jangan bilang kepada siapa-siapa kalau aku melakukan hal ini." Sahut Tommy.
Kemudian Tommy berjongkok, dan mulai melakukan kegiatannya. Sungguh tidak disangka malah dirinya lah yang kini melakukan handjob terhadap kontol sapi itu.
Kemudian sebuah jeritan yang cukup memekakkan telinga telah terdengar.
"NGAPAIN KAMU ITU TOM..!! KAMU ITU IDIOT YA? MATAMU TIDAK LIHAT YA KALAU EDDY ADA DISAMPINGMU? MALAH KAMU BERMAIN MESUM DENGAN..?!! OH MY GOD..!!" Jerit Jenny.
"Sudahlah Jen, tutup mulutmu dan bantu aku. Sepertinya Eddy terkena racun biji Veratrum. Satu-satunya penawar racun tersebut adalah sperma sapi ini." Sahut Tommy.
"Heh? Apa katamu?" Jenny terperanjat.
"Iya. Sudahlah, bantu aku. Ambilkan ember itu. Sepertinya sapi ini sebentar lagi akan ejakulasi." Sahut Tommy.
Jenny langsung menyerahkan ember kepada Tommy. Dirinya tahu benar wajah serius Tommy, itu artinya dia tidak sedang bercanda. Tetapi, kok bisa Eddy terkena racun biji tumbuhan yang sangat beracun tersebut? Apakah Tommy yang memberikannya? Tetapi sepertinya itu tidak mungkin. Otak Jenny menjadi semakin semrawut dibuatnya.
Sementara itu sang sapi telah mulai melenguh panjang. Rupanya sapi tersebut merasakan sebuah kenikmatan yang benar-benar luar biasa.
Kenikmatan itu semakin memuncak,
"Mooo..!! Mooo..!! Mooo..!!
Kemudian dari kontol binatang tersebut sepercik cairan putih menyemprot keluar, membasahi wajah Tommy yang terlihat sangat amat jijik sambil menutup kedua belah matanya.
Untung saja masih ada sebagian sperma sapi itu yang tertampung di dalam ember.
"Berikan ini kepada Eddy Jen. Cepat..!!" Sahut Tommy sambil mengulurkan ember yang berisi air peju sapi.
Jenny pun terlihat amat jijik. Namun Jenny harus mengambilnya.
Kemudian Jenny menarik kepala Eddy ke pangkuannya, membuka mulutnya dan menuangkan ember yang berisi air peju sapi itu ke dalam mulutnya. Pemandangan seperti ini sungguh aneh bin ajaib.
Sementara itu air peju sapi telah mengalir masuk ke dalam tenggorokan Eddy. Sel-sel yang berada di dalam air peju itu langsung menyerang sel-sel racun Veratrum dan membuat pertahanan di dalam tubuh Eddy.
Tubuh Eddy pun langsung terasa sangat panas. Namun beberapa saat kemudian panas itu menurun dan Eddy mulai terlihat bernafas.
Saat itu petugas medis datang ke kandang sapi. Jenny lah yang telah memanggilnya tadi. Petugas itu memandangi kejadian yang sangat aneh di hadapannya, seorang pria, setengah telanjang, berbaring di atas paha gadis cantik, ada pula pria lain yang mukanya berlumur cairan berwarna putih, dan yang paling aneh adalah seekor sapi yang berbaring telentang di sampingnya.
Benar-benar pemandangan yang sangat aneh dan menakjubkan.
TAMAT
cerita sex yes, fuck my pussy. good dick. Big cock. Yes cum inside my pussy. lick my nipples. my tits are tingling. drink milk in my breast. enjoying my milk nipples. play with my big tits. fuck my vagina until I get pregnant. play "Adult sex games" with me. satisfy your cock in my wet vagina. Asian girl hottes gorgeus. lonte, lc ngentot live, pramugari ngentot, wikwik, selebgram open BO