Cerita Dewasa - Bidadari Diskotik

cewek amoy


Tommy sedang berdiri di depan taman yang terletak di dalam sebuah rumah sakit. Sudah dua hari ini dirinya kurang tidur. Saat ini dirinya sedang mengawasi sebuah ruang rawat inap yang berada di seberang taman. Disana, sahabatnya Eddy masih terbaring lemah akibat keracunan sebuah tanaman yang mematikan.

Tommy merasa bersalah. Dia merasa bahwa dirinya lah yang telah meracuni sahabatnya itu, meskipun secara tidak langsung. Seharusnya dia menyadarinya, tingkah laku aneh Bu Rita dan Nita yang sengaja menanam Veratrum, sebuah tanaman yang sangat beracun.

"Aku yakin, Bu Rita atau Nita lah pelakunya. Nita telah mengetahui kalau aku akan mengadakan ospek kecil dengan meminjam sapinya. Tetapi masih ada yang janggal. Bagaimana cara Nita meracuni Eddy dengan Veratrum? Racun itu kan harus di telan ke dalam mulutnya. Sepertinya Nita tidak mempunyai kesempatan itu, soalnya aku dan Nita kan waktu itu menghabiskan waktu dengan berhubungan seks. Jadi, satu-satunya orang yang mungkin melakukan itu hanyalah Bu Rita. Iya.. benar. Kalau dipikir-pikir lagi, saat itu Eddy kan berada di rumah Bu Rita, sebelum aku jemput dia ke kandang sapi. Disana pasti Eddy telah diberi minum air yang telah dicampur biji Veratrum. Tidak salah lagi, dia lah pelakunya." Pikir Tommy.

Dan disaat pikiran Tommy tengah tertuju ke Bu Rita, tiba-tiba saja orang itu datang. Bu Rita datang menjenguk keponakannya. Wajah Tommy menjadi tegang.

Namun hatinya masih menguatkannya. "Tenang saja, di sana ada kedua orangtuanya. Sudah beberapa hari ini mereka berada disana. Aku yakin mereka akan melindungi anaknya." Pikir Tommy.

Memang benar, kedua orang tua Eddy, yaitu Ardo dan Selina bergantian menjaga putra mereka satu-satunya di ruang rawat inap. Mereka berdua sepertinya tahu bahwa putranya itu sedang dalam bahaya.

Yang menjadi bahan pemikiran Tommy adalah jarak umur diantara kedua orangtua Eddy. Ayahnya, Ardo adalah lelaki yang sudah sangat tua, rambutnya hampir putih semua. Sedangkan Ibunya, Selina, bisa dibilang jauh lebih muda, cukup cantik meskipun tubuhnya tampak agak kurus.

"Kalau orang kaya sih bebas-bebas aja. Sepertinya ayah Eddy lah yang kaya raya, bisa mendapatkan istri yang jauh lebih muda seperti itu." Pikir Tommy.

Namun tiba-tiba saja sebuah kegemparan terjadi di ruang rawat Eddy. Kedua orangtuanya bertengkar dengan Bu Rita dengan suara yang agak keras, sampai terdengar oleh Tommy, padahal Tommy berdiri lumayan jauh dari ruang rawat.

"APA MAUMU DATANG KESINI HEH? INI PERBUATANMU KAN?" bentak ayah Eddy.

"Kenapa Kak Ardo selalu memiliki pikiran jahat kepadaku? Aku kan keluargamu juga..?!!" Jawab Rita dengan suara yang tidak kalah lantangnya.

"Aku sudah tidak lagi menganggapmu sebagai keluargaku. Kamu ingat itu? Semenjak kamu menikah dengan orang itu, aku sudah tidak pernah lagi menganggapmu sebagai keluarga." Jawab Ardo.

Namun Rita tersenyum sinis, "hehehe.. tetapi ingat ya. Aku disini juga membantumu lari dari jeratan hukum. Aku lah yang menyediakan tempat untukmu di Orchid City ini." Sahut Rita sambil berjalan pergi meninggalkan mereka, dia mengalah.

Tommy mengerutkan keningnya, "Sebenarnya apa sih yang terjadi di keluarga Eddy? Semuanya membingungkan. Dan? Apakah Ayah Eddy sedang terkena masalah hukum sehingga harus pindah kesini? Hmm.. sepertinya memang ada sebuah kejanggalan yang besar di dalam keluarga Eddy." Pikir Tommy.

Tommy melihat jam tangannya, ternyata sudah menunjukkan pukul 11 siang. Dirinya harus pergi ke kampus. Tommy berjalan keluar rumah sakit dan di depan halaman tiba-tiba saja dirinya bertemu dengan Jenny dan Nikita.

Nikita adalah gadis muda, imut yang pada waktu lalu sempat main karate lidah dengan Tommy dan ketahuan oleh kekasihnya Linda. Nikita termasuk salah satu korban rayuan Tommy.

"Loh? Niki? Jen? Kok kalian ada disini?" Tanya Tommy dengan heran.

"Aku mau memberitahu kamu kalau kelas Ilmu Komunikasi Bisnis dibatalkan. Katanya sih Bu Rita sakit." Sahut Jenny.

Tommy mengerutkan keningnya. Padahal tadi dia baru saja melihat Bu Rita yang datang menjenguk Eddy, namun akhirnya bertengkar hebat dengan kedua orangtua Eddy.

"Dan kamu Niki? Kok datang kesini? Apa kamu kangen sama aku ya? Hehehe..!!" Sahut Tommy dengan santai.

"Ah sudah deh Kak Tommy. Nanti Kak Linda marah lho. Aku kesini karena diajak sama Kak Jenny. Soal hubungan kita itu, sudah berakhir. Soalnya kamu playboy kelas cabe rawit. Ternyata kamu sudah punya Kak Linda, dan masih saja membohongiku. Sudah lupakan saja ya, hehehe.." sahut Nikita dengan santai.

"Waduh? Berat Nit." Jawab Tommy.

"Lho? Berat kenapa Kak?" Tanya Nikita dengan heran.

"Berat kalau disuruh untuk melupakanmu, soalnya aku kan harus pergi ke kelurahan dulu." Celetuk Tommy.

"Eh? Kok ke kelurahan segala sih?" Sahut Nikita semakin heran.

"Kan aku harus minta surat keterangan tidak mampu dulu, hehehe," jawab Tommy sambil tertawa terbahak-bahak.

"Sialan." Sahut Nikita dengan muka masam.

"Sudahlah. Biarkan saja Tommy Nik. Ayo sekarang kita lihat keadaan Eddy." Sahut Jenny.

Mereka bertiga akhirnya pergi mengunjungi sahabat baru mereka. Mereka disambut oleh kedua orang-tuanya dengan gembira sementara Eddy masih tertidur.

"Maaf ya, Eddy tidak bisa bangun. Tubuhnya masih lemah kata dokter." Sahut Selina, Ibu Eddy.

"Ah, tidak apa-apa kok Bu. Kami hanya sekedar berkunjung saja." Jawab Tommy sambil tersenyum penuh birahi.

Sepertinya Tommy mulai tertarik dengan Selina yang memiliki tubuh tinggi semampai, walaupun agak kurus.

Jenny menyadari tatapan sahabatnya itu dan mencubit perutnya. "Jadi? Apakah keadaan Eddy sudah membaik Bu?" Tanya Jenny sambil tersenyum.

"Sudah kok." Ayah Eddy lah yang menjawab lalu dia melihat ke arah jam tangannya.

"Oh iya, maaf nih adik-adik semuanya. Saya mau pamit pulang dulu. Saya mau istirahat dulu. Soalnya, hehehe.. saya sudah tidak lagi muda." Sahut ayah Eddy sambil tersenyum sopan.

Sepeninggal ayah Eddy, kini hanya tinggal lima orang saja disana. Ada Eddy yang masih tertidur dan tiga orang wanita yang cantik dan seksi. Otak mesum Tommy mulai melambung ke alam dunia hasrat, membayangkan mengentot dengan Nikita dan Jenny yang memiliki wajah super imut, beserta Ibu Eddy, Selina yang sudah sangat dewasa dengan tubuh tingginya. Tommy pun tersenyum-senyum sendiri.

Kemudian tiba-tiba saja perutnya terasa sakit kembali. Jenny mencubitnya kembali lalu memutarnya 180 derajat.

"Hei, Tom. Mungkin kamu bisa membelikan minuman untuk Ibunya Tommy." Sahut Jenny.

"Ah kalian tidak usah repot-repot. Panggil saja aku Bu Lina." Sahut Selina.

"Nggak apa-apa kok Bu." Jawab Tommy sambil tersenyum kesakitan.

"Sebentar Kak. Aku ikut denganmu." Sahut Nikita kemudian.

Sementara Jenny sedang asyik mengobrol dengan Selina, Tommy telah turun pergi untuk membeli minuman bersama dengan Nikita.

Kemudian tiba-tiba saja Nikita mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Itu adalah undangan pernikahan.

"Eh? Apa ini Niki?" Tanya Tommy bingung.

"Itu undangan pernikahanku Kak." Jawab Nikita sambil tersenyum.

"Lho? Kamu serius Niki?" Tanya Tommy tidak percaya.

"Iya Kak. Aku akan menikah dengan pria yang dipilih oleh Papaku." Sahut Nikita.

Tommy mengerutkan keningnya, "Apakah ini memang adat dari negaranya?" Pikir Tommy. Nikita memang berasal dari sebuah negara di Asia, dan sepertinya adat perjodohan masih berlaku disana.

"Kamu tidak sayang Nik? Bukankah kamu masih sangat muda? Berapa umurmu? 19 tahun?"

"18 tahun Kak. Tapi, kalau Papa sudah menentukan, ya aku harus mau Kak." Jawab Nikita sambil tersenyum.

Tommy menjadi semakin heran, biasanya seorang gadis tidak akan suka kalau dijodohkan. Rumus ini sepertinya tidak berlaku terhadap Nikita. Kecuali..

"Hmm... Apakah kamu sudah bertemu dengan jodohmu itu ya? Kamu suka ya?" Goda Tommy.

"Belum Kak. Aku belum pernah melihat wajahnya sih. Tetapi, kalau pilihan Papa, aku tidak akan ragu lagi kak, hehehe.." jawab Nikita dengan riang.

"Whatt? Kamu aneh Niki."

"Apanya yang aneh Kak?" Tanya Nikita dengan heran.

"Ya, seharusnya kamu bertemu dulu dengan calon suamimu itu dan menanyakannya sesuatu."

"Tanya apa Kak?" Sahut Nikita.

"Kamu tanya.. 'hari ini mau kemana?' gitu. Nah kalau jawabannya nggak kemana-mana, itu artinya dia benar jodoh kamu Nik. Soalnya kalau jodoh kan nggak akan kemana-mana." Sahut Tommy sambil tersenyum jenaka.

Hasilnya, Nikita tertawa terpingkal-pingkal.

Dalam hatinya, Nikita sebenarnya sangat menyukai Tommy yang jenaka. Namun Papanya telah menentukan jodohnya dan dia yakin dan percaya akan keputusan Papanya. Meskipun kalau misalkan Papanya menunjuk Tommy sebagai jodohnya, Nikita akan dengan sangat senang hati menerimanya.

Satu minggu kemudian, hari itu adalah hari senin pagi. Di kampus Redstone rupanya tengah gempar. Karena salah satu mahasiswinya yang bernama Nita Allison Taylor, salah seorang mahasiswi fakultas kedokteran hewan Redstone di tangkap oleh polisi karena memiliki satu hektar ladang Veratrum.

Banyak para mahasiswa dan mahasiswi yang membicarakannya. Mereka semua mengaitkan peristiwa tersebut dengan kejadian di kandang sapi yang menyebabkan Eddy, seorang mahasiswa baru semaput.

Sementara itu, Jenny sedang mengabsen teman-temannya di kampus. Jenny sama sekali tidak terpengaruh dengan kabar berita tersebut. Jenny sudah mengetahui akan kejadian yang sebenarnya, karena dirinya pada saat kejadian juga berada di sana, di kandang sapi.

Hari itu ada pelajaran ilmu komunikasi bisnis. Bu Rita lah yang akan menjadi dosennya. Jenny adalah tipe orang yang kelewat rajin. Meskipun absen sekarang sudah berdasarkan tanda tangan dan sidik jari, namun Jenny masih saja senang untuk menghitung jumlah mahasiswa yang berada disana.

Selang beberapa menit kemudian, Eddy memasuki ruangan. Sepertinya Eddy sudah mulai terlihat agak sehat.

"Hai Ed. Kamu sudah sehat ya?" Sahut Jenny dengan senang.

"Iya Jen. Tommy dimana?" Tanya Eddy.

"Entahlah. Paling dia datang terlambat. Sudah menjadi tabiatnya untuk selalu telat. Dia itu siput." Jawab Jenny dengan sedikit sewot.

"Sudah jam delapan. Hari ini pelajarannya Tante eh Bu Rita kan?" Tanya Eddy kembali.

"Iya sih. Sepertinya Bu Rita terlambat datang. Oh iya, apakah kamu sudah benar-benar sehat Ed?"

"Sebenarnya sih belum. Tetapi aku bosan dirumah terus Jen. Mending pergi ke kampus aja." Jawab Eddy.

Sementara itu dari arah belakang, tiba-tiba saja datang seorang gadis berambut pirang putih. Gadis itu adalah Linda, kekasih Tommy yang sekarang.

"Dimana Tommy Jen?" Tanya Linda dengan angkuh sambil bertolak pinggang.

"Kenapa kamu tanya aku? Memangnya aku ngantongin Tommy apa?" Jawab Jenny dengan pedas. Jenny memang tidak menyukai Linda yang terkenal sombong.

"Ah sudahlah, berbicara denganmu sama saja berbicara dengan tembok. Nanti Tommy juga akan mencariku." Sahut Linda dengan pede-nya.

Jenny mengerucutkan bibirnya, "Apa kamu pikir Tommy akan mencarimu? Kamu kan cuma salah satu dari sekian banyaknya kekasih Tommy." Pikir Jenny.

"Oh iya? Kamu anak baru itu ya? Yang kemarin bikin heboh di kandang sapi?" Tanya Linda.

Eddy menganggukkan kepalanya dengan malu.

"Nanti kakakku mau berbicara kepadamu. Eh? Itu dia datang." Sahut Linda kembali sambil tersenyum senang dan Eddy beserta Jenny langung mengarahkan pandangannya ke depan pintu masuk kelas.

Saat itu datang seorang pria bertubuh tegap, memakai kemeja berwarna pink dengan sebuah lencana kepolisian di pinggangnya. Sebenarnya pria itu cukup tampan dan maskulin, namun kemejanya yang berwarna pink itu telah membuat Jenny terkikik geli. Pria yang disebut Linda sebagai kakaknya itu sepertinya tidak mahir dalam soal berpakaian.

"Selamat pagi." Sahut Pria itu sambil tersenyum ramah.

"Pagi.." jawab Jane dan Eddy berbarengan.

"Ah? Kamu pasti Eddy ya? Dimana temanmu Tommy? Oh iya, maaf. Perkenalkan dulu, saya Alex, saya seorang polisi di bagian narkotika dan obat-obatan, dan juga, kakak dari adik saya yang paling manis disana, Linda." Sahut Alex dengan ramah.

Linda mencibirkan bibirnya lalu pergi menghilang.

"Ada apa Pak? Kenapa mencari Tommy?" Tanya Eddy dengan jantung yang berdebar-debar. Karena Pak Polisi ini pasti ingin mencari tahu tentang penyebabnya pingsan di kandang sapi tempo hari.

"Ah, sebetulnya saya mencari kamu Ed. Kalau Tommy sih , aku sudah sering bertemu dengannya. Kebetulan dia adalah kekasih adikku." Jawab Alex ramah.

"Eh? Mencari aku? Memangnya ada apa Pak?" Tanya Eddy.

"Sebenarnya sih hanya untuk formalitas saja. Sebab, Tommy sudah menjelaskan semua kejadiannya secara detail. Aku hanya ingin bertanya kepadamu tentang beberapa hal yang masih sedikit mengganggu." Sahut Alex.

"Boleh kan?" Tanya Alex kembali.

"Iya, Boleh Pak." Jawab Eddy dengan gugup.

"Oke. Yang pertama, mengenai keluargamu. Apakah kamu anak pertama? Tidak mempunyai adik?" Tanya Alex.

"Eh? Iya Pak. Betul." Jawab Eddy.

"Kamu masuk di kampus Redstone ini, karena ada Bibimu disini ya?" Tanya Alex kembali.

"Iya. Bu Rita adalah Bibiku Pak. Bahkan saat ini adalah mata pelajarannya. Bapak bisa tanyakan langsung kepadanya saja nanti kalau Bu Rita sudah datang." Jawab Edy.

Alex mengangguk-anggukan kepalanya,

"Maaf jika sebelumnya aku bertanya tentang hal yang sangat pribadi. Apakah Bibimu itu, adalah adik kandung dari ayahmu Vans Ardo Thompson?"

"iya Pak." Jawab Eddy.

"Apakah Ayahmu itu memiliki masalah khusus dengan Bibimu?" Tanya Alex kembali.

"Setahuku sih tidak Pak. Mereka berdua akur-akur saja. Malah, Tante Rita yang mengajak keluarga kami pindah ke kota Orchid." Sahut Eddy.

"Hmm.. begitu ya. Tinggal satu hal lagi. Emm, aku tidak dapat menemukan catatan tentang sejarah keluarga kalian di kantor catatan sipil. Aku sudah bertanya kepada ayahmu, tetapi dia bilang catatan itu telah terbakar. Dan ketika aku tanya ayahmu dulu tinggal dimana, dia menjadi seperti orang pikun. Lalu ketika kutanya Ibumu, dia menjawabnya kalau keluarga kalian berasal dari sebuah kota kecil dan Ibumu juga tidak dapat mengingat nama kota tersebut. Apakah kamu ingat dimana kamu tinggal ketika waktu kecil?" Tanya Alex.

Eddy mengerutkan keningnya, aneh rasanya kalau Mamanya tidak mengingat kota asal mereka. "Apakah Mama sudah benar-benar menjadi pikun?" Pikir Eddy.

"Bagaimana Ed? Apakah kamu mengingatnya?" Sahut Alex kembali.

"Oh? Iya Pak. Dulu aku tinggal di kota Vinca." Sahut Eddy.

Alex tersenyum lebar, "Baiklah kalau begitu, terimakasih." Sahutnya sambil berjalan pergi.

"Sepertinya memang ada orang yang sengaja menutup asal muasal keluarga itu. Hmm.. tidak usah dipikirkan lagi deh. Yang terpenting tugasku sekarang sudah selesai. Aku sudah menangkap Nita." Pikir Alex.

"Keluarga Thompson memang keluarga yang aneh. Sepertinya keluarga mereka termasuk ke dalam keluarga bangsawan, soalnya mereka benar-benar memiliki banyak uang. Rumahnya saja seperti istana. Sebenarnya, keluarganya itu kerjanya apa sih? Hmm.." pikir Alex sambil berjalan pergi meninggalkan kampus Redstone.

"Kamu tidak apa-apa Ed?" Tanya Jenny yang kini mendekatinya setelah selesai di interogasi oleh Alex.

"Nggak apa-apa kok Jen. Aku hanya memikirkan Mamaku. Sepertinya Mamaku mulai menjadi pikun sekarang. Aku harus lebih memperhatikannya mulai dari sekarang." Sahut Eddy.

Jenny tiba-tiba saja tersenyum. Dirinya mulai menyukai Eddy yang sangat perhatian terhadap Mamanya. Berbeda dengan Tommy yang kerjaannya setiap hari hanya menggoda dan mempermainkan hati wanita.

"Sudah hampir setengah jam nih Ed. Sepertinya Bu Rita tidak akan datang. Kita main ke rumahku yuk Ed? Rumahku ada di dekat sini kok. Nanti aku akan memberikanmu pelajaran-pelajaran yang tertinggal ketika kamu sakit." Sahut Jenny.

Eddy tersenyum senang, "Baiklah. Ayo kita kesana.".


*****


Sementara itu, Tommy yang tidak jelas dimana rimbanya, ternyata saat ini sedang berada di sebuah panti pijat. Beberapa hari yang lalu Tommy bertemu dengan seorang wanita cantik yang ternyata bekerja sebagai terapis pijat di sebuah diskotik.

Dan bisa ditebak kelanjutannya, wanita itu dengan sukses terjun bebas ke dalam rayuan maut Tommy yang memang sangat menggoda. Apalagi pekerjaan wanita itu adalah seorang terapis pijat di sebuah diskotik, pastinya dia juga bisa melayani lebih dari sekedar pijat saja.

Nama wanita itu adalah Sofia Rianna. Seorang wanita yang berumur 24 tahun, cukup cantik, tinggi dan memiliki rambut lurus pirang keputihan. Wanita seperti ini termasuk ke dalam kategori wanita idaman Tommy. Sebenarnya, asalkan wanita itu cantik dan seksi, Tommy akan langsung menyergapnya.

Dan malam itu, Tommy berhasil mendapatkannya. Skala berhasil bagi Tommy adalah berhasil untuk menyetubuhinya, gratis tis..!! Hal itu sebenarnya karena Sofia memang sudah menyukai Tommy. Padahal, Sofia termasuk salah satu wanita yang memasang harga yang cukup tinggi untuk hanya sekedar memijat saja. Apalagi kalau sampai harus berhubungan intim, harus orang yang benar-benar berduit kalau mau mengentot dengannya. Selain itu, Sofia juga termasuk ke dalam lima bidadari Diskotik VW.

Diskotik yang bernama 'VW' itu sebenarnya adalah sebuah tempat khusus untuk orang-orang yang super kaya. Gadis-gadis disana sangat cantik-cantik, bahkan pemiliknya, Vera Willow masih bisa dibilang lumayan hot dan seksi.

Tommy berhasil masuk ke dalam diskotik VW hanya berkat kecerdikan dan ketampanannya. Dan Tommy langsung terperangah ketika dirinya menginjak lantai diskotik VW untuk yang pertama kalinya. Menurutnya, diskotik VW adalah surganya dunia, penuh dengan bidadari-bidadari cantik. Tommy saja sampai bingung kalau disuruh untuk memilih.

Namun sialnya, Tommy tidak bisa memilih karena dirinya memang tidak mempunyai uang. Selain itu, Tommy sudah terikat dengan Sofia. Akhirnya, Tommy menjadi seperti burung yang di potong sayapnya, tidak bebas bergerak.

Namun bukan Tommy namanya kalau otak mesumnya nggak jalan. Diam-diam Tommy membawa lima buah kamera kecil. Benda itu mirip seperti sebuah alat penyadap. Tommy memang mesum, targetnya adalah kelima orang bidadari diskotik VW, yaitu Mia, Maya, Layla, Tammy dan tentu saja, kekasihnya yang baru yaitu Sofia.

Mereka berlima adalah para wanita yang paling cantik di diskotik VW. Semuanya memiliki rambut pirang dan tubuh seksi bagaikan seorang model. Tarif merekapun sangat mahal, dan yang paling mahal adalah Layla dan Maya.

"Kalau Layla sih memang sangat cantik. Tetapi kalau Maya? Hmm.. kupikir masih lebih cantik kamu kok. Kenapa ya harganya mahal?" Tanya Tommy kepada Sofia.

Saat itu mereka berdua sedang duduk di sebuah mini bar.

"Itu karena Maya adalah adik dari Bu Vera, pemilik diskotik ini." Jawab Sofia.

"Eh? Yang benar nih? Kenapa Bu Vera membiarkannya? Maksudku, memiliki diskotik sebesar ini, pasti Bu Vera sudah memiliki banyak uang kan? Kenapa Maya tidak mencari pekerjaan yang lain saja?" Sahut Tommy.

"Maya memang orangnya seperti itu Tom. Dia memang suka bekerja disini. Dia itu wanita yang nakal. Selain itu, dia juga pilih-pilih kalau soal pelanggan. Jangankan Maya, Bu Vera saja terkadang masih suka melayani pelanggan, tentunya harganya jauh lebih mahal daripada semua wanita yang bekerja dengannya." Sahut Sofie.

Tommy mengangguk-anggukan kepalanya.

"Kita ke kamar aja yuk Tom." Ajak Sofie sambil tersenyum penuh arti.

"Daripada disini, nanti kamu malah tergoda dengan yang lain, hehehe.." sambungnya kembali.

Jelas saja Tommy tidak akan menolak ajakan itu, "Baiklah, ayo." Jawab Tommy dengan gegap gempita.

Kemudian mereka berdua pergi ke bawah. Letak kamar Sofie berada di paling ujung, lantai dasar. Disini ada enam buah kamar. Yang paling depan adalah kamar milik Vera, sementara kelima lainnya milik Layla, Mia, Maya, Tammy, dan Sofia.

"Ini adalah kamar khusus tamu VIP Tom." Sahut Sofia.

Tommy mengangguk-anggukkan kepalanya dengan senang.

"Eh? Pil Pinky Fun ku sudah habis. Aku ke atas dulu ya sebentar. Kamu ke kamarku saja. Kamarku ada di paling ujung." Sahut Sofia.

Pinky Fun adalah obat terlarang, termasuk ke dalam kategori narkoba, dapat memberikan efek menyenangkan sekaligus horny. Selain itu, pil tersebut dapat membuat penggunanya ketagihan. -

Sementara Sofia pergi, Tommy langsung beraksi.

Kamar-kamar itu tidak ada penghuninya. Mereka semua masih berada di atas. Ini adalah kesempatan emas buat Tommy.

Lalu dirinya memasuki kamar-kamar itu satu-persatu dan meletakkan sebuah kamera kecil yang terhubung wireless ke handphonenya. Tommy menaruh kamera itu di sudut-sudut yang tersembunyi.

Dan setelah selesai, Tommy akhirnya tersenyum mesum. Besok pagi di handphonenya akan penuh dengan video seks mereka.

"Hahahaha.. walaupun aku tidak berkesempatan untuk mengentot mereka semua, setidaknya aku bisa melihat video seks mereka. Lumayan buat bahan coli." Pikir Tommy.

Sementara itu, di lantai atas, Sofia telah menaburkan pil Pinky Fun ke dalam minuman. Dirinya ingin memberikannya kepada Tommy tanpa sepengetahuannya.

"Setidaknya, ini akan dapat membuatnya menjadi lebih ganas, hehehe.." pikir Sofia.


*****


Di keesokan paginya, Tommy terbangun setelah mendengar suara alarm yang berbunyi dari handphonenya.

Tommy berusaha mematikan alarm tersebut namun tidak berhasil. Hal ini karena Tommy memang sebelumnya mengatur alarmnya sampai 7 kali dengan jeda waktu 30 detik. Jadi, dirinya harus menekan-nekan tombol di handphonenya sampai 7 kali.

Hal ini dia lakukan karena dirinya memang susah untuk bangun pagi. Apalagi hari ini hari Senin, dan pagi ini dirinya ada kuliah, yaitu ilmu komunikasi bisnis dengan dosen favoritnya, yaitu Bu Rita.

Setelah memencet-mencet handphonenya dengan marah beberapa kali, akhirnya nyawa Tommy terkumpul juga, setelah berkeliaran kemana saja.

Ternyata saat itu Tommy bangun dengan keadaan telanjang bulat. Rupanya semalam dirinya telah mendapatkan durian runtuh, yaitu bisa mengentot dengan Sofia. Dan dirinya juga terbangun di dalam kamarnya.

Loading di otaknya sudah hampir 100 persen. Dirinya teringat kembali akan kamera-kamera kecil yang diletakkannya pada kamar-kamar VIP. Dirinya kini mulai dijalari perasaan senang dan mesum.

Kemudian kepala Tommy menengok ke kiri dan ke kanan.

"Eh? Dimana Sofia?" Pikir Tommy sambil menggaruk-garukkan kepalanya.

Kemudian dirinya memandang ke bawah, ke arah kontolnya yang sudah sangat keras.

"Heh? Tidak biasa-biasanya kontolku sekeras ini pagi-pagi. Pasti semalam dia mencampur obat ke minumanku." Pikir Tommy.

Tommy memang ingat semalam dia merasa dirinya adalah Superman, bisa terbang dan mengentot dengan gaya burung elang. Entah seperti apa gaya burung elang itu, pastinya sangat sulit. Lagipula, itu kan hanya imajinasi Tommy saja yang terpengaruh pil Pinky Fun.

Dirinya masih telanjang bulat ketika pergi ke kamar mandi. Ternyata, disana dia menemukan Sofia. Saat itu Sofia juga berniat untuk mandi.

"Pagi sayang. Kamu baru bangun ya?" Sahut Sofia sambil tersenyum kemudian memandangi batang kontol Tommy yang sudah sangat keras. Tommy tersenyum senang.

"Kenapa kamu tidak membangunkan aku Sof?" Tanya Tommy.

"Ah, kamu tidur seperti bayi Tom. Aku tidak tega untuk membangunkanmu." Jawab Sofia sambil mengecup lembut bibirnya.

"Emmh? Kemarin kamu mencampurkan obat ya ke minumanku?" Tanya Tommy kembali.

"Iya, hehehe.. tetapi semalam kita have fun kan?" Jawab Sofia sambil tertawa riang.

"Iya juga sih. Tapi, sekarang kontolku jadi keras banget nih Sof." Sahut Tommy.

Sofia berjongkok di hadapan kontol Tommy, "Kalau soal itu sih gampang obatnya Tom, hehehe." Sahutnya sambil mengocok-ngocok batang kontolnya dan tersenyum penuh birahi.

Kemudian Sofia mulai membuka mulutnya. Tiba-tiba saja Tommy merasakan sentuhan nikmat dan lembut. Ternyata Sofia mulai mengulum dan menghisap batang kontolnya.

Pagi-pagi Tommy sudah mendapatkan sarapan yang jauh lebih nikmat daripada sekedar roti dan telur gosong.

Hisapan dan kuluman Sofia terhadap kontolnya benar-benar hebat, seperti seorang profesional saja. Mulutnya tidak hanya menghisap dan mengulum saja, tetapi lidahnya juga ikut bermain, menari dan menggelitik kepala kontolnya. Mungkin seperti ini lah rasanya mendapatkan blowjob dari seorang PSK tingkat VIP.

Namun Tommy tidak hanya ingin merasakan nikmatnya permainan blowjob Sofia. Tommy juga ingin merasakan mengentot liang memeknya karena semalam dirinya benar-benar terpesona akan betapa nikmatnya dan rapatnya liang memek Sofia.

"Sudah Sof, sekarang aku ingin mengentot. Kamu nungging ya?" Sahut Tommy dengan terburu-buru.

Sofia menuruti permintaannya. Dirinya berdiri, melepaskan celana dalamnya dan mulai menungging membelakangiTommy.

Tommy tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Tommy langsung mengarahkan batang kontolnya yang sangat keras ke depan liang memek Sofia dan mulai menusuknya.

Sreeett..!! Sresseett..!!

"OWWHH..!!"

Sleeseeebb..!!

"OWWWHH..!!"

Kontol Tommy langsung amblas masuk seluruhnya ke dalam liang memek Sofia dengan disertai desahannya yang menggoda.

Perasaan nikmat yang maha dahsyat telah menghantam Tommy. Ternyata, memek Sofia memang benar-benar nikmat. Rapat, dan peret sekali. Mungkin seperti inilah rasanya memek seorang PSK VIP.

Tommy tidak diam disitu saja. Dirinya langsung mulai menggenjot Sofia dengan gerakan yang cepat dan kuat.

Kenikmatan yang dirasakannya pun menjadi semakin hebat. Sementara itu Sofia terus saja mendesah dengan suara yang semakin kuat. Rupanya Sofia juga merasakan kenikmatan yang luar biasa dari sodokan batang kontol Tommy yang memang berukuran di atas rata-rata.

Namun Tommy sudah tidak sanggup lagi untuk menahan gelombang dahsyat kenikmatan yang semakin memuncak.

Tubuhnya dengan cepat menegang. Untung saja Tommy masih sempat untuk mencabut kontolnya dari dalam liang memek Sofia.

Croott..!! Croott..!! Croott..!!

"Kamu sudah keluar Tom? Kok cepat sekali sih?" Sahut Sofia dengan wajah yang terlihat kurang puas.

"Iya nih. Maaf Sof. Soalnya aku ada kuliah pagi ini." Jawab Tommy.


*****


Seorang pria tua, mungkin sudah berumur lima puluh tahun lebih, sedang mengendarai mobil mewahnya. Kakek-kakek itu adalah Vans Ardo Thompson, ayah Eddy.

Sudah dua minggu dirinya tidak mendapatkan jatah dari istri mudanya yang cantik, Selina. Hal itu disebabkan karena putra satu-satunya mereka, Eddy jatuh sakit karena keracunan. Mereka berdua terpaksa harus menunggui Eddy di rumah sakit bergantian, karena mereka berdua takut kalau Rita akan melakukan sesuatu lagi yang dapat membahayakan nyawa putra mereka.

Oleh karena itulah, sang kakek membutuhkan pelampiasan hawa nafsunya. Meskipun usianya sudah senja, tetapi nafsu birahinya masih berapi-api. Apalagi terhadap daun muda.

Kakek Vans melajukan mobilnya ke diskotik AW. Padahal hari itu masih pagi dan diskotik AW juga belum dibuka.

Tetapi hanya tempat itulah yang disukai oleh Kakek Vans. Dirinya juga sudah sering kesana, dan wanita-wanita disana memang tidak pernah mengecewakannya.

Namun saat ini Kakek Vans merasa mulai bosan. Dirinya membutuhkan wanita yang lebih muda lagi. Hampir seluruh penghuni diskotik AW sudah pernah di setubuhinya namun kakek Vans tetap tidak dapat terpuaskan. Kakek Vans sedang mencari darah baru, yang muda, cantik juga dengan tubuh yang indah.

"Nanti aku akan berbicara dengan Vera. Mudah-mudahan dia bisa mencarikanku yang seperti itu. Wanita yang sangat muda, cantik dan menggairahkan." Pikir kakek Vans.

Sementara itu, di diskotik VW, Sofia baru saja selesai mandi sementara Tommy masih saja sibuk di kamar mandi. Entah apa saja yang dikerjakan Tommy disana. Padahal, dia dan Sofia baru saja mandi bareng.

Tommy memang seperti wanita kalau soal waktu mandi. Bahkan, Tommy lebih lelet lagi. Shampoan saja bisa memakan waktu lima belas menit, apalagi sabunan.

Saat itu Sofia sedang mengibas-ngibaskan rambutnya supaya kering. Sebuah handuk putih kecil melilit di pinggangnya.

Setelah rambutnya kering, Sofia melepaskan handuknya dan mulai berpakaian.

"Tommy? Kamu sudah belum sih mandinya? Kamu itu seperti wanita deh kalau mandi." Sahut Sofia.

Namun Tommy tidak menjawab. Sepertinya Tommy semaput di dalam kamar mandi.

"Hei Tom, kamu kuliah di Redstone kan? Ayo pergi sama-sama. Kebetulan, aku juga mau mengantar anakku pergi ke sekolah." Sahut Sofia sambil memakai sepatunya.

Sementara itu kakek Vans telah tiba di diskotik VW dan disambut dengan senyuman ramah Vera.

"Eh ada Om Vans. Mau pijat ya?" Tanya Vera sambil tersenyum ramah.

"Iya nih Ver. Apa ada stok baru? Maksudku kamu punya pegawai baru hehehe.."

"Belum ada Om, memangnya Om sudah bosan ya dengan anak-anakku hehehe.." sahut Vera.

"Ah enggak kok Ver. Hanya saja, aku senang dengan hal-hal yang baru. Oh iya, aku mempunyai sedikit permintaan nih Ver."

"Apa Om? Bilang saja kepadaku, hehehe," jawab Vera sambil tersenyum senang.

"Hmm.. apakah kamu bisa mencarikanku daun muda? hehehe.." sahut Kakek Vans sambil tersenyum malu.

"Wah? Bagaimana ya? hehehe.. apakah anak-anak ku masih kurang muda ya Om? Hehehe.."

"Mereka memang muda-muda Ver, tetapi aku sudah mulai bosan, hehehe.." jawab Kakek Vans sambil tertawa terkekeh-kekeh.

"Ah Om ini bisa aja. Kalau soal itu, sepertinya sih bisa aku usahakan. Tetapi aku tidak janji lho ya? Dan harganya juga jauh lebih mahal." Sahut Vera.

"Kalau soal harga tidak masalah Ver, hehehe.. asalkan wajar saja." Sahut Kakek Vans.

Otak bisnis Vera mulai berputar kencang, "Hmm.. sepertinya aku bisa mendapatkannya Om. Tetapi, kalau harganya 200 juta bagaimana?" Sahut Vera dengan hati-hati. Karena harga segitu, sudah sangat mahal, jauh di atas tarif para anak buahnya.

Untuk sejenak kakek Evans tampak sedang memikirkan sesuatu. Memang 200 juta itu adalah uang yang cukup banyak.

"Hmm.. 200 juta ya? Oke lah nggak apa-apa. Asalkan dia benar-benar masih sangat muda." Sahut Kakek Vans.

"Kalau umurnya 17 tahun tidak apa-apa Om?" Sahut Vera sambil memikirkan sebuah nama yang telah melintas di kepalanya.

"Iya. Bagus itu." Sahut Kakek Vans.

"Oke. Kalau begitu, kita deal ya Om, hehehe.." jawab Vera sambil tersenyum senang.

"Iya deal. Nah sekarang, aku ingin di pijat nih Ver. Tubuhku pegal-pegal setelah dua minggu ini menunggui putraku di rumah sakit. Ada siapa saja Ver?" Tanya kakek Vans.

"Hmm.. sepertinya, semuanya masih berada di luar Om. Semalam tamu mereka membawa mereka semua menginap diluar. Oh iya, kalau nggak salah sih sepertinya Sofia masih ada." Sahut Vera.

"Wanita yang berwajah bulat itu ya? Hmm.. oke deh nggak apa-apa." Sahut Kakek Vans.

"Tunggu sebentar ya Om, aku akan panggilkan Sofia dulu." Sahut Vera.

"Sof? Sofia?" Sahut Vera sambil mengetuk pintu kamarnya.

"Iya Bu. Masuk saja. Tidak dikunci kok." Jawab Sofia yang saat itu sedang mengenakan sepatunya.

"Tamumu sudah pulang Sof?"

"Belum Bu. Masih ada di kamar mandi. Kenapa Bu?" Tanya Sofia sambil menyilangkan kakinya.

"Ada Om Vans. Apakah kamu bisa melayaninya?" Tanya Vera.

"Oh Om Vans ya. Hmm.. maaf Bu. Aku tidak bisa. Pagi ini Aku mau mengantarkan anakku pergi ke sekolah." Jawab Sofia.

"Oh begitu. Baiklah." Sahut Vera sambil menutup pintunya.

Sofia mengela nafasnya dengan lega. Sofia memang kurang suka kalau disuruh untuk melayani kakek-kakek itu. Tubuhnya yang keriput dan batang kontolnya yang beraroma aneh, seperti susu basi, membuat Sofia jijik.

Padahal, kakek-kakek itu kalau memberikan uang tips sangatlah banyak. Namun Sofia sepertinya sudah tidak sanggup lagi untuk melayaninya.

Sementara itu Vera telah kembali lagi ke depan untuk menemui Kakek Vans, namun dirinya tidak menemukannya disana.

"Eh? Kemana Om Vans? Mobilnya masih ada. Hmm.. sepertinya dia sudah berada di dalam." Pikir Vera.

Kakek Vans memang sudah menjadi agak pikun. Dia sudah memasuki salah satu kamar yang berada di lorong VIP. Kamar itu adalah kamar milik Maya. Padahal Kakek Vans sebenarnya bermaksud untuk masuk ke kamar Sofia.

"Lho? Om Vans? Ngapain disini? hehehe.." Tanya Vera sambil bersandar di pundaknya.

"Pastinya aku menunggu anak buahmu Ver. Dimana Sofia?"

"Soal itu, maaf nih Om Vans. Aku lupa kalau Sofia biasanya pagi ini mengantarkan anaknya pergi ke sekolah. Bagaimana kalau hari ini aku saja yang melayanimu, hehehe.." sahut Vera.

"Hmm.. Baiklah tidak apa-apa Ver." Sahut Kakek Vans.

Kakek tua itu sempat berpikir juga, soalnya kalau yang melayaninya Vera, harganya pasti dua kali lipat Sofia ataupun yang paling cantik di diskotik VW yaitu Layla.

Namun kakek tua itu sudah tidak sanggup lagi untuk membendung hasrat birahinya yang sudah ditahan-tahannya selama dua minggu.

"Uang adalah soal gampang. Yang terpenting sekarang adalah aku harus memuaskan birahiku." Pikir Kakek Vans.

Lalu kakek tua itu membuka seluruh pakaiannya, hanya tinggal menyisakan celana dalamnya saja. Tentu saja dengan harga yang sangat mahal, Kakek Vans menginginkan service yang komplit, mulai dari pijat hingga seks.

Kakek tua itu kini berbaring telungkup di atas ranjang sementara Vera mulai menuangkan cairan pelumas dan mulai memijit punggungnya.

Kakek Vans merasakan sentuhan lembut tangan Vera dan dirinya mulai merasa senang dan rileks.

"Ah.. ternyata aku kangen dengan pijatanmu Ver, hehehe.."

"Masa sih Om? Kalau begitu, kenapa baru sekarang Om Vans datang kesini?" Sahut Vera.

"Putraku sakit Ver. Dia diracun seseorang."

"Hah? kok bisa? Siapa dia Om? Apa Om tahu pelakunya?" Sahut Vera.

"Aku tahu. Pelakunya ya orang yang mempunyai masalah denganku." Sahut Kakek Vans sambil tertawa santai.

"Hmm.. memangnya Om Vans mempunyai masalah apa dengan orang itu?"

"Ah tidak apa-apa Ver. Hanya soal kecil saja. Sepertinya hal itu akan segera teratasi." Sahut Kakek Vans sambil tersenyum penuh arti.

Vera hanya tersenyum sinis. Dirinya tahu kalau kakek tua itu sangat pintar untuk menyimpan rahasia dan dirinya memang tidak ingin tahu lebih banyak lagi tentang kakek tua itu yang memang sangat kaya dan uangnya selalu saja banyak, entah darimana.

"Dibuka dulu ya Om celananya."

"Eh? Apakah sudah selesai pijatnya? Perasaan baru 10 menit deh Ver. Apa kamu mau berhubungan seks sekarang?" Tanya Kakek Vans.

"Enggak kok Om. Masih diteruskan kok pijatannya. Tetapi..? apakah Om yang sudah mau melakukannya sekarang?" Goda Vera.

"Ya aku mau dipijat dulu sama tanganmu Ver. Soalnya aku benar-benar menyukai tanganmu yang lembut. Berbeda dengan yang lain." Jawab Kakek Vans.

"Oh iya Om Vans. Apakah Om tidak berkeberatan kalau aku meminta uang deposit dulu untuk permintaan Om yang tadi?" Tanya Vera.

"Kamu minta berapa Ver?" Tanya Kakek Vans.

Vera kini pindah di depan kepala kakek Vans sambil terus memijit dan punggungnya.

"Tidak banyak kok Om. Hanya 50 juta saja." Tiba-tiba saja Kakek Vans terbatuk-batuk.

"Baiklah. Tetapi, nanti aku transfer saja ya Ver. Soalnya aku tidak membawa uang sebanyak itu." Sahut Kakek Vans.

"Oke Om, hehehe.." sahut Vera dengan wajah gembira.


*****


Sementara itu, di lorong paling ujung, di kamar Sofia, Tommy baru saja selesai mandi. Dirinya sedang mengenakan celana pendeknya. Namun sialnya, batang kontolnya tiba-tiba saja mengeras kembali.

"Heh? Kok begini terus sih? Wah? Gawat nih. Memangnya aku di kasih obat apa sih semalam sama Sofia?" Pikir Tommy dengan khawatir setelah melihat celana dalamnya yang agak menyembul karena batang kontolnya.

"Aku tidak bisa pergi ke kampus dengan ereksi terus seperti ini. Gawat nih." Pikir Tommy.

Kemudian Tommy mendekati Sofia yang tengah berdandan di meja rias. Rupanya Sofia sudah rapi dan siap untuk pergi mengantarkan anaknya pergi sekolah.

Tommy mengeluarkan batang kontolnya yang keras lalu berbisik di telinganya, "Kok kontolku keras terus ya Sof? Semalam kamu kasih aku obat apa? Gawat nih kalau seperti ini terus." Sahutnya.

"Memangnya gawat kenapa Tom? hehehe.." jawab Sofia sambil tertawa girang.

"Ya, aku malu dong Sof. Masa pergi ke kampus dengan kontol yang ereksi seperti ini?"

"Hmm.. terus mau kamu bagaimana? Apa kamu mau mengajakku untuk mengentot lagi ya? Hmm.. sorry ya Tom. Aku sudah rapi dan siap untuk pergi." Sahut Sofia.

"Ini kan gara-gara kamu Sof. Jadi kamu harus bertanggung jawab."

"Eh? Kamu ya? Aku sudah rapi Tom..!!" Sahut Sofia yang kaget karena tiba-tiba saja Tommy menurunkan celananya.

Namun Tommy tidak perduli. Malah kini Tommy mulai menjilati dan memainkan lidahnya di liang memek Sofia. Aromanya sangat harum, seperti bunga mawar. Tommy sangat menyukainya.

Sementara itu Sofia mulai mendesah tertahan. Ternyata dirinya tidak mampu untuk menolak perbuatan Tommy karena rasanya benar-benar sangat nikmat.

"Owwhhh..!! Tommy..?! Kamu nakal sekali Tom hehehe..!! Sudah Tom..!! OWWHH..!! OH MY GOD..!! OWHHH....!!"

Ternyata perbuatan Tommy tersebut mampu untuk memancing gairah Sofia dan akhirnya Sofia memutuskan untuk meneruskannya dan menuntaskannya sampai dirinya puas.

Sofia kini berbalik dan mulai mengocok-ngocok batang kontol Tommy.

"Kamu benar-benar nakal sayang.. emmhh..!!" Sahut Sofia sambil menciumi mulut Tommy dengan birahi yang mulai mendidih.

Tommy melepaskan celananya dan mengangkat kaki kanan Sofia ke atas pundaknya. Dirinya kini mulai mengarahkan batang kontolnya ke dalam liang memek Sofia.

"Kamu sudah tidak tahan lagi ya sayang? hehehe..!!" Sahut Sofia dengan wajah yang senang dan dipenuhi birahi yang meluap-luap.

Tommy tidak menjawab namun mulai mendorong batang kontolnya ke dalam liang memeknya.

"Sresseett..!!"

"OWWHH..!!"

"Sreeessseett..!!"

"Uuhhh..!! TOOMM..!!"

Tommy mulai mengocok batang kontolnya keluar masuk liang memek Sofia. Sebuah gelombang kenikmatan yang dahsyat langsung dirasakan oleh mereka berdua.

Keduanya lalu saling berciuman dengan birahi yang semakin meningkat, seiring dengan gerakan mengentot Tommy yang juga semakin cepat.

Namun posisi seperti ini kurang disukai oleh Tommy.

"Emmhh..? Kenapa sayang? Eh? Kamu mau ngapain sayang? hehehe..!!" Sahut Sofia dengan sedikit kaget karena tiba-tiba saja Tommy mengangkat dan menggendong tubuhnya.

Ternyata Tommy membawanya ke atas ranjang.

"Oh jadi kamu mau mengentot di sini ya? hehehe..!!"

"iya Sof. Aku lebih suka di atas ranjang. Empuk." Sahut Tommy.

Kemudian Tommy mulai kembali mengentot Sofia dengan gerakan yang cepat dan kuat sambil menciumi bibirnya.

Meskipun memek Sofia terasa sangat nikmat, tetapi belum ada tanda-tanda bahwa Tommy akan segera mencapai puncak orgasmenya.

Sementara itu, Sofia malah sebaliknya. Dirinya mulai merasakan kenikmatan yang semakin memuncak.

"Owwhh..!! Tomm..!! Teruskan Tomm..!! Oh My God..!! Nikmat sekali Tom..!! Owwhh..!!"

Tommy menjadi agak kesal karena ini akan memakan waktu yang lebih lama. Tidak biasa-biasanya dirinya menjadi sulit untuk mencapai puncak orgasmenya, padahal, saat ini dirinya sudah terlambat untuk pergi ke kampus.

Oleh karena itu Tommy membalikkan tubuh Sofia sehingga posisinya kini menungging. Tommy ingin mencoba mengentotnya dengan gaya doggy style. Mungkin dengan gaya seperti ini akan membuatnya semakin cepat mendapatkan puncak orgasmenya.

Sementara itu Sofia terus mendesah semakin liar. Tommy sebenarnya senang mendengar suara desahan Sofia karena hal itu akan sangat membantunya untuk mencapai puncak orgasmenya.

Tommy menciumi pipi dan mulut Sofia dengan sangat bernafsu. Namun meskipun mengentot Sofia sangatlah nikmat, akan tetapi hal itu masih belum mampu untuk membuatnya mencapai puncak orgasmenya.

Sementara itu Sofia telah mulai merasakan getaran kenikmatan yang sudah semakin memuncak.

"OWWHH..!! TOOMM..!! teruskan Tomm..!! OWWWHH..!!"

Creett..!! Creett..!! Creett..!!

Seluruh tubuh Sofia bergetar hebat karena puncak orgasmenya yang luar biasa nikmat. Sofia sampai jatuh tengkurap di atas ranjang.

Namun Tommy belum selesai. Tommy masih meneruskan menggenjot Sofia meskipun Sofia sudah mencapai puncak orgasmenya terlebih dahulu.

Sofia pun hanya bisa meringis dan mendesah-desah kembali. Sofia merasa dirinya dipaksa untuk merasakan kenikmatan yang bertubi-tubi atas perbuatan Tommy. Meskipun liang memeknya sudah menjadi agak licin, namun kenikmatan yang dirasakannya menjadi semakin hebat.

Tommy terus memompa tubuh Sofia sambil menciuminya dengan brutal. Berharap untuk meraih puncak orgasmenya yang ternyata sangat sulit untuk didapatkannya.

Akhirnya kondisi tubuh Tommy mengalahkan nafsu birahinya. Meskipun saat ini nafsunya sedang berapi-api, namun rasa lelah yang parah telah mendera tubuhnya. Entah berapa kali dirinya sudah mengentot dengan Sofia sejak malam tadi. Tommy sulit untuk menghitungnya.

Namun Sofia benar-benar seorang wanita yang sangat pengertian. Dirinya tahu kalau Tommy sudah kelelahan. Oleh karena itu sekarang dirinya lah yang bergantian memegang kendali permainan.

Kini Sofia berada di atas tubuh Tommy dan Tommy pun langsung mengarahkan batang kontolnya kembali ke dalam liang memeknya.

"Sleeseeebb..!!!"

Sofia mulai menggenjot batang kontol Tommy. Pantatnya bergerak naik-turun dengan gerakan yang cepat sambil mendesah-desah keenakan.

Tommy terkejut, ternyata gerakan Sofia sangatlah hebat sehingga dirinya mulai merasakan kenikmatan yang semakin memuncak.

"Kenapa nggak dari tadi saja begini? Sial. Ternyata, Sofia memang benar-benar seorang wanita yang sangat hebat kalau soal seks. Pantas saja dia menyandang predikat lima bidadari diskotik VW." Pikir Tommy.

Kemudian gelombang dahsyat kenikmatan yang teramat hebat telah menghantam tubuh Tommy. Tubuh Tommy pun sampai bergetar karenanya. Dan akhirnya Tommy pun sampai juga ke puncak orgasmenya.

"OGGHH...!!"

Croott..!! Croott..!! Croott..!!

"Kamu sudah keluar Tom?" Tanya Sofia sambil terengah-engah dan mendesah-desah.

"Sudah Sof.. Oh My God..!! Nikmat sekali Sof..!!" Jawab Tommy juga sambil mendesah-desah. Batang kontolnya berdenyut-denyut, agak sakit, namun air pejunya masih terus meluap keluar.


*****


Sementara itu, di kamar sebelah, Vera sedang mengambil spray pengharum ruangan dan menyemprotkannya ke sebuah batang kontol yang terlihat kecil dan layu. Sepertinya kakek Vans sudah ingin mengentot.

Vera, sama seperti Sofia, kurang menyukai aroma batang kontol kakek Vans yang berbau kurang sedap. Oleh karena itu lah dirinya membutuhkan spray tersebut. Sementara itu Kakek Vans terlihat tidak begitu perduli.

Sofia kini mulai mengusap-usap batang kontol Kakek Vans yang sudah mulai berbau aroma lavender.

Kemudian Sofia melepaskan pakaiannya dan mulai menghisap batang kontol kakek Vans yang masih layu seperti bunga yang belum mekar.

Vera adalah seorang wanita yang sudah sangat mahir dan professional dalam hal seks. Kalau diukur dari pendidikan, mungkin dirinya sudah sarjana S3 dalam hal menghisap batang kontol.
Kenyotannya dan kulumannya sangatlah hebat. Batang kontol kecil milik seorang kakek-kakek pun bisa dibuatnya sangat tegang dengan waktu yang tidak lama.

Batang kontol kakek Vans mulai mengeras dan Kakek-kakek itu mulai mendesah-desah keenakan. Apalagi ditambah oleh jilatan lidah Vera yang terasa menggelitik, semakin menambah gairah nafsu kakek Vans.

Kakek Vans memang seorang kakek-kakek yang memiliki otak mesum. Meskipun usianya sudah uzur, namun kemesumannya semakin menjadi-jadi.

Kemudian Kakek Vans menyuruh Vera untuk naik ke atas ranjang bersamanya. Rupanya dia ingin mencoba posisi 69.

Vera tentu saja menuruti setiap keinginannya karena Vera menyukai uangnya, bukan orangnya.

Sekarang Vera mulai menjilati dan menghisap batang kontol kakek Vans sambil berbaring diatasnya sementara kakek-kakek itu mulai sibuk mencium dan menjilati liang memek Vera.

Kakek Vans sangat menyukai aroma liang memek Vera yang harum seperti aroma kayu manis. Bahkan Kakek Vans menyukai semua aroma memek wanita-wanita diskotik VW yang memiliki keunikannya masing-masing.

Kemudian, setelah puas dengan posisi 69, kakek Vans akhirnya ingin menu utamanya, yaitu mengentot.

Kakek Vans melahap bibir dan mulut Vera dengan rakusnya sambil meremas-remas teteknya dengan gemas.

Vera mendorong Kakek Vans perlahan-lahan lalu mulai mengentot batang kontol tua tersebut dengan gaya woman on top.

Kakek Vans yang mesum itu langsung merasakan sebuah kenikmatan yang tiada taranya akibat genjotan Vera.

Vera memang sudah sangat mahir dalam menggoyang batang kontol. Selain itu, memeknya juga masih sangat keset dan rapat karena Vera memang merawatnya dengan baik.

Kakek Vans yang mesum itu juga tidak tinggal diam. Tangannya ikut meremas-remas tetek Vera yang membusung dengan sangat gemas.

Namun Kakek Vans langsung merasakan kenikmatan yang semakin memuncak dengan cepat. Padahal Vera baru saja mulai terangsang dan mulai menyukai batang kontol kakek Vans yang kecil.

Vera pun meremas-remas teteknya sendiri karena kakek Vans sudah semakin hanyut ke dalam arus kenikmatan yang semakin dahsyat.

Kakek Vans sudah tidak kuat lagi. Genjotan Vera kini sudah terlalu nikmat baginya.

"OGHH..!! OGHH..!! Croott..!! Croot..!! Croott..!! Croott..!!"

Akhirnya kakek Vans bisa melampiaskan nafsu birahinya setelah selama dua minggu dirinya tidak mendapatkan jatah dari istrinya.

Sementara itu kegiatan kakek Vans ternyata terekam oleh kamera kecil milik Tommy dan langsung mengirimkannya secara wireless ke handphone Tommy.

Saat itu Tommy sudah berpakaian lengkap dan siap untuk pergi ke kampus sementara Sofia malah menarik selimut.

"Kamu nggak jadi menjemput anakmu Sof?"

"Biarkan saja Tom, hehehe.. hari ini aku libur dulu. Aku lagi malas. Biarkan saja Rianna bersama dengan Nikita. Ini gara-gara kamu sih, hehehe.." jawab Sofia.

"Hmm.. ya sudah kalau begitu. Aku pergi dulu." Jawab Tommy.

"Kamu bolos saja hari ini Tom, hehehe.. kita tidur aja sama-sama." Ajak Sofia.

Tommy tersenyum sedih. Sebenarnya dirinya juga ingin bergabung bersamanya, namun dirinya harus pergi kuliah. Tommy tahu mana yang harus diprioritaskan.

"Kapan-kapan saja Sof." Sahut Tommy singkat.

Tommy langsung keluar dari dalam kamar Sofia dan berjalan menuju ke luar diskotik VW tanpa menyadari kalau di salah satu kamar tersebut ada ayah dari sahabatnya yaitu Eddy.

Kemudian setelah dirinya tiba di luar diskotik VW, ternyata dirinya bertemu dengan salah satu bidadari diskotik VW yaitu Tammy Kelci.

Meskipun umurnya nampak jauh di atas Sofia, namun bagi Tommy, Tammy terlihat lumayan cantik. Namun ada yang merusak pemandangan, yaitu laki-laki tua yang berada disampingnya.

"Sepertinya dia baru saja pulang bersama kliennya." Pikir Tommy.

Tommy pun menyapa Tammy sambil tersenyum dan melanjutkan perjalanannya sambil berjalan kaki.

"Siapa dia Tam?" Tanya laki-laki tua disampingnya.

"Entahlah. Aku tidak mengenalnya. Mungkin dia salah satu klien diskotik." Jawab Tammy.

Meskipun begitu, hati Tammy tergetar juga setelah melihat ketampanan Tommy yang berada di atas rata-rata.

Sementara itu, Tommy terus berjalan kaki menjauhi diskotik VW, menuju halte bus yang terletak tidak jauh dari sana.

Sementara itu juga, kamera kecil yang dibawa oleh Tommy sebelumnya ternyata sudah hampir selesai mengirim data-datanya. Padahal Tommy sudah lupa sama sekali tentang perbuatannya semalam. Hal ini akibat dari efek samping pil Pinky Fun.

Dan setelah kamera kecil itu selesai mengirimkan file video hasil rekamannya, handphone Tommy pun langsung berdering dengan nada dering yang khusus.

Tommy langsung terlihat gembira dan melihat handphonenya. Akhirnya dirinya sukses mendapatkan video seks kelima bidadari diskotik VW.

Namun tiba-tiba saja mata Tommy langsung melotot sekaligus kaget.

"Eh? Bukankah ini ayahnya Eddy? Heh..??!! Oh My God..!! Mataku pediihh...!!" Sahut Tommy dengan terkejut.

Jelas saja mata Tommy sakit. Harapannya untuk mendapatkan video seks kelima bidadari diskotik VW menjadi sirna, tergantikan dengan video kakek-kakek yang sudah uzur sedang di entot oleh Bu Vera.

Namun pada saat itu juga dirinya bertabrakan dengan seorang gadis manis. Handphonenya langsung terbanting ke trotoar. Tommy kalau sedang berjalan memang suka mode auto, tidak lihat kanan-kiri-depan-belakang.

"Eh? Maaf Mbak." Sahut Tommy cengengesan.

"Nggak apa-apa kok Mas. Lain kali kalau jalan dilihat-lihat ya? hehehe.." sahut gadis itu sambil tersenyum.

"Iya Mbak. Padahal, kaki ku kan sudah punya mata sendiri, yaitu mata kaki, hehehe.."

"itu sih memang namanya mata kaki Mas, hehehe.." jawab gadis itu sambil tertawa geli.

Kemudian tiba-tiba saja sebuah mobil sedan berwarna hitam melaju kencang dari arah belakang.

Tommy mengerutkan keningnya, firasatnya telah mengatakan bahwa mobil itu berbahaya.

Dan benar saja, jendela mobil itu terbuka dengan sebuah senapan terlihat keluar ke arah gadis itu. Tommy dengan refleks yang cukup gesit langsung menangkap gadis itu dan memeluknya.

Mereka berdua terjatuh secara bersamaan sementara orang yang berada di dalam mobil telah melepaskan pelurunya...

“Duarr...!!”

Peluru itu meleset, mengenai jendela kaca rumah yang berada di samping Tommy.

Sementara itu Tommy sengaja memutar tubuhnya sehingga dirinya lah yang mendarat di trotoar dengan gadis itu yang berada di atas tubuhnya.

Naas bagi Tommy, kepalanya terbentur undakan kecil yang berada di samping trotoar. Tommy pun langsung pingsan seketika.

Gadis itu panik dan menangis.

Lalu gadis itu berlari ke diskotik VW yang berada tidak jauh dari sana.

"Mama...!! Mah..?!!" Sahut gadis itu dengan histeris.

"Eh? Mila? Kenapa kamu?" tanya Tammy yang saat itu berada di loby diskotik.

"Mama dimana Kak?" Tanya gadis itu.

Namun pada saat itu Vera keluar setelah mendengar teriakannya, "Kenapa kamu Mila?" Tanya Vera yang sudah berada di lobby. Di belakangnya menyusul kakek Evans.

"Tadi aku di tembak oleh senjata api oleh orang yang tidak dikenal Mah. Dari dalam mobil dia menembakkannya." Sahut gadis itu dengan terbata-bata.

"Heh?? Apa kamu tidak apa-apa?" Sahut Vera dengan nada khawatir.

"Aku nggak apa-apa Mah. Ada seorang laki-laki yang menyelamatkanku. Tetapi, sekarang laki-laki itu pingsan Mah.. ayo tolong dia Mah..!!" Sahut gadis itu.

Vera, Tammy dan gadis itu langsung pergi ke tempat Tommy tergeletak pingsan. Kakek Vans juga mengikutinya dari belakang.

"Heh? Itu kan Tommy?" Sahut Kakek Vans.

"Lho? Om Vans mengenalnya?" Tanya Vera dengan heran.

"Iya. Dia adalah sahabat putraku. Dia orang baik. Ayo kita bawa dia ke rumah sakit." Sahut Kakek Vans.

Sementara itu di dalam sebuah sedan berwarna hitam yang sedang melaju kencang, seorang pria tampak sedang mengutuk dirinya sendiri.

"Sial sekali aku hari ini..!! Dua kali sudah aku salah sasaran. Ah, sudahlah. Seharusnya aku pensiun saja." Pikir laki-laki itu.

TAMAT

Klik Nomor untuk lanjutannya
cerita sex yes, fuck my pussy. good dick. Big cock. Yes cum inside my pussy. lick my nipples. my tits are tingling. drink milk in my breast. enjoying my milk nipples. play with my big tits. fuck my vagina until I get pregnant. play "Adult sex games" with me. satisfy your cock in my wet vagina. Asian girl hottes gorgeus. lonte, lc ngentot live, pramugari ngentot, wikwik, selebgram open BO
x
x