Cerita Dewasa - Dephut Binal Suka Crot sampai Lemes B

Dephut Binal Suka Crot sampai Lemes A

cewek amoy




Part VI : Toilet Kantor Selalu Jadi Saksi Bisu Perbuatanku

Senin pagi, rutinitasku bekerja akhirnya kembali kujalani setelah melewati dua hari weekend saat kejadian pemerkosaan sekaligus perbudakan diriku. Seperti hari-hari biasanya akupun tetap menjaga penampilanku dengan jilbab yang menutup kepalaku, lengkap dengan kemeja kerja warna coklat, rok panjang serta heels yang biasa kupakai. Meski saat ini aku bukan lagi gadis perawan, tapi sebisa mungkin aku terus berusaha menutup aib tersebut. Begitu menyelesaikan dandananku, aku kemudian menstarter sepeda motorku dan berangkat ke kantor.

Tepat pukul 06.00 WIB akupun sampai di kantor.

"Sepertinya aku datang terlalu pagi, tapi ya sudahlah" pikirku karena melihat situasi parkiran di kantor masih sangat sepi.

Hanya beberapa mobil milik pegawai eselon yang tampak sudah terparkir di beberapa tempat, sedangkan parkir sepeda motor banyak yang masih kosong. Sempat kulihat pula mobil milik atasanku, ya siapa lagi kalau bukan pak Surya. Lelaki yang sudah merenggut keperawananku.

"Hmm, huftd.. mudah-mudahan hari ini pak Surya gak berbuat macam-macam lagi" gumamku menghela nafas saat melihat mobilnya diparkiran.

Selesai memarkirkan motorku, aku lalu melangkahkan kakiku ke ruangan humas untuk meletakkan tas yang kubawa. Ku buka pintu secara perlahan, namun anehnya tak seorang pun pegawai maupun honorer yang ada di ruangan tersebut. Bahkan aku juga tak menemukan keberadaan pak Surya.

"Tumben pak Surya nggak ada, kemana dia ya. Padahal mobilnya ada. Apa ada urusan sama pegawai di ruangan lain. Tapi biar ajalah, ngapain juga mikirin dia" ucapku dalam hati bercampur sesalku pada atasanku yang cabul itu.

Beranjak dari ruangan humas, selanjutnya aku bergegas ingin sarapan menuju kantin sambil menunggu teman-temanku datang sekalian menunggu jam kerja dimulai. Namun sama halnya seperti di ruangan humas dan parkiran, pagi saat aku datang suasana kantin kantorku juga masih kelihatan sepi.

Tak banyak pegawai yang terlihat duduk menikmati hidangan kopi serta sarapan pagi. Tanpa terasa dinginnya suasana pagi membuatku jadi kebelet pipis sehingga kutunda sebentar sarapanku yang hampir saja kupesan.

Sempat terbesit di otakku agar aku buang air kecil di toilet humas yang jaraknya paling dekat, tapi niat itu langsung kubatalkan karena kalau aku bertemu pak Surya aku bisa saja dicabulinya lagi. Agak kupercepat langkahku dan aku akhirnya memilih tempat yang menurutku aman, toilet lantai III bidang keuangan. Kuperhatikan sekitar ruangan bid keuangan tersebut juga agak ramai dibandingkan ruangan pegawai lain di lantai I, II ataupun lantai dasar.

"Kayaknya aman" senyumku ketika memasuki toilet.

Kuangkat rokku sambil duduk di closet dan langsung kutuntaskan hajatku. Tak lupa kusiram closet toilet itu lalu kubersihkan vaginaku.

"Sekarang lanjutin sarapan lagi" legaku.

Dengan girang kutinggalkan toilet tersebut agar bisa melanjutkan sarapanku yang tertunda tadi. Namun baru saja sampai di pintu keluar, tiba-tiba saja kurasakan mulutku dibekap oleh tangan seseorang. Sontak akupun menjadi panik dan meronta-meronta karena ketakutan.

"Ughhhm.. mmpthh.. Mmmpthh" teriakanku tertahan.

Disela kepanikanku, tubuhku digiring masuk kembali ke dalam toilet dengan masih dalam posisi berdiri dengan mulut dibekap. Pintu pun langsung ditutupnya. Dibalikkannya badanku dan disandarkan ke dinding.

"SSsstt jangan ribut manis. Aku lagi pengen mencicipimu sekarang" kata pria itu yang ternyata dia adalah pak Surya.

"Ppaak Sssuryaa ngapain di sini pak. Ini toilet perempuan. Ntar kalau ketahuan orang lain gimana pak" tanyaku kaget bercampur heran karena kemunculannya.

"PlaaaakK.. plaak.."

bukannya dijawab, wajahku justru ditamparnya dengan agak kuat.

"Apa kamu lupa Phut?? Kamu harus memanggilku tuan?" hardiknya.

"Iyaa maaf ttuan... tuaan lepasin Dephut, Dephut takut ketahuan tuan" rengekku meminta pengertiannya.

"Kalau kamu nggak mau ketahuan, kamu harus layani aku dulu. Aku tadi sengaja mengikutimu diam-diam sampai ke sini..." ujarnya yang langsung menciumi bibirku secara bernafsu.

Mmmuuuachh... Mmmuaahh

Bukannya menolak, aku yang masih dilanda kecemasan pelan-pelan terbawa arus permainan pak Surya. Sejak sering disentuh laki-laki, tubuhku kini serasa sangat mudah terangsang. Meski aku tahu ini adalah hari kerja dan kantor pasti akan ramai, tapi lama-lama hal itu seolah tak memberikan pengaruh padaku. Untuk kesekian kalinya, aku kembali ditaklukkan nafsuku.

Tak cuma menciumi bibir merahku, tangan pak Surya juga mulai aktif menggerayangi dadaku. Dibukanya kancing kemejaku, dilepasnya pengait braku lalu terpampanglah payudaraku dengan seketika.

"Kita quick seks aja ya manis.. aku sudah tidak tahan. Kamu benar-benar menggoda Phut.” tawarnya disertai ciuman dan kuluman di bibirku.

SLhhh... Uuccmpthh... Mmuaach.. SSsLppthh..."
Puas melumat bibirku yang basah oleh air liur kami, lidah pak Surya melanjutkan kulumannya di payudaraku. Dihisapnya payudaraku dan disedot-sedot sampai kemerah-merahan. Sesekali digigitnya pelan-pelan putingku. Perlakuannya itupun semakin menaikkan gairahku.



"Ttuuuaaan, aaarhh ennaak.. isap susu Phut ttuaan, aaagh" desahku.

Tak kupedulikan lagi resiko atas perbuatanku ini, yang kupikirkan saat ini hanyalah kepuasan.

"Cepat nungging jalang" perintahnya yang langsung kuturuti.

Kubalikkan badanku menghadap dinding, kusingkap rokku dan kulepaskan celana dalamku.

Plaaaak..

“kenapa diaam Phut. Kamu ngapain sekarang nungging kayak anjing betina gini" tanya pak Surya diiringi tamparan di pantatku.

"Aaaargh ttuaan, Phut juga udah nggak tahan. Cepat masukin ttuann" jawabku.

Plaaaak.. plaaak,

“nggak tahan apa, masukin apa. Aku belum mengerti" tanyanya lagi mempermainkanku sambil menampar pantatku untuk kedua kalinya.

"Uuughhh, siaaaal" gerutuku menghadapi kelakuannya tersebut.

"Phut nggak tahan pengen dientot sama ttuaaan. Cepat masukin kontolmu tuan, masukin kontolmu ke lubang memekku" teriakku agak kuat tanpa bisa kubendung lagi.

SLEeebhh....

“ouughh... memekmu sudah banjir Phut, enak banget rasanya jepitan memekmu jalang.. Eeeghhh..." ceracau pak Surya sambil memompa vaginaku.

Ploook... Pploghh.. Plokkhh....

"Aaaargh... genjott teruss ttuaan... genjotin memek Phut.”

“…”

“aaaargh... tuaaan aaah kkontolmuu bbesaar... enaaak.. mentok ddirahimkuu... ooohh" ceracau mulutku mengikuti ritme goyangannya.

Ploook... poookkh... Jleebbh...

"memekmu bikiiin ketagihaaan Phut... aargh... memek lontee. Kamu berjilbab tapi lontee, pelacuurr kamu Phut.. aaaah" hinanya diikuti hentakan keras penisnya di dalam vaginaku.

"SssHhh... aaahh akkuu aaah memang lontemu tuaan... Aku PelacUurr. Lebiih cepaaat ttuaaan, lebih cepaaat goyangin kontolmuuu... zinahii aku..aaaahh" erangku tak kalah liar.

Bunyi benturan selangkangan pak Surya dan selangkanganku ditambah desahan serta kata-kata kotor kami berdua terus menggema di toilet yang menjadi tempat kami bersetubuh. Hinaan dan cacian yang dilontarkan pak Surya terhadapku bahkan telah menjadi bumbu kenikmatan bagi persetubuhan yang kami lakukan.

Bisa kurasakan vaginaku pun saat ini semakin basah dan gatal menerima tusukan penis pak Surya.

Ploookk... Plokk...

“memekmuuu tetap sempitt Phut. Aaaarhh..”

“…”

Jleebh...

“padahal ssudah dientot berkali-kaliii... aaah aaahHh..." tuturnya ngos-ngosan.

"Lebiiih dalaaaam ttuaaan, Phut maaau nyampai..Phut mau kkeeluaar" mohonku merasakan orgasme yang sudah terujung.

"Keluarin dimana Phut, keluarin dimana spermaku" katanya.

"Jangaaan ccaabut kontolmu ttuaaan, keluariin spermamu di dalam memekmu, di rahimkuuuu... aaah... Phut keluaaar ttuaaan... lontemuu ini mauu Kkeeluaaaar aarghhh..”

"Aku juga keluaaaar Phut.. aku sampaiiii... rrasakaan spermakuu lonteee. Kuhamili kamu lonte, lonteee murahaaaan aaaah…

jeritan kami disertai tubuh kami mengejang merasakan ledakan orgasme masing-masing.

CrroOothh... Ccrroothh... Ccrrotth... Sssrrhh.. Ccroothhhh..

Setelah semburan pejunya selesai, penis pak Surya tak langsung mengecil. Penisnya masih berkedut cukup lama memberi sesnasi nikmat didalam vaginaku.

Mungkin inilah salah satu kehebatan pak Surya sehingga aku jadi ketagihan dengan penisnya. Seluruh liang senggamaku pun penuh oleh penisnya saat kami bersetubuh.

Usai meneguk kenikmatan bersama, aku dan pak Surya selanjutnya buru-buru membersihkan diri serta merapikan pakaian kami yang sudah acak-acakan. Tapi baru saja akan mengenakan celana dalam dan braku, pintu toilet mendadak terbuka dari luar.

Dan.. Braaaak..

hempasan pintu tersebut langsung membuatku gemetaran. Pak Surya pun tak kalah kaget, wajahnya terlihat melongo menatap kedatangan dua orang dibalik pintu itu.



Part VII : Dipergoki Dua Cleaning Service


Braaaak, pintu toilet yang menjadi saksi bisu perzinahanku dengan pak Surya tiba-tiba terhempas. Sontak kami berdua pun kaget, apalagi aku dan pak Surya baru saja selesai menuntaskan hasrat liar kami masing-masing.

Tubuhku gemetaran, sedangkan pak Surya langsung melongo begitu melihat dua laki-laki masuk ke dalam toilet untuk menghampiri kami berdua. Mereka adalah Ranto dan Darsiman, cleaning service yang sudah belasan tahun bekerja di kantorku.

Dengan tubuh yang masih sama-sama telanjang, aku maupun pak Surya tak dapat berbuat apa-apa. Bahkan aku tak jadi memasang bra dan cd ku karena masih shock akibat dipergoki oleh mereka berdua.

"Wah... wah.. wah.. Nto, coba lihat ternyata ada skandal di kantor ini. Bakal jadi berita bagus ini Nto, apalagi kalau orang sekantor di sini pada tahu semua" kata Darsiman memecah keheningan.

"Iya Man, kayaknya seru banget skandalnya. Hahahaha..." tawa Ranto mengiyakan.

Seketika aku langsung bergidik ngeri membayangkan apa yang dikatakan oleh Darsiman. Apa jadinya jika mereka berdua membocorkan kemesumanku bersama pak Surya kepada semua pegawai di kantorku.

Bukan hanya menanggung malu, aku bahkan pasti bisa dipecat dari pekerjaanku.

"Apa maksud kalian, dan sedang apa kalian di sini!?" tanya pak Surya kepada mereka berdua.

"Kami yang seharusnya bertanya sama anda pak Surya. Ngapain bapak sama Dephut telanjang di WC berdua. Pasti kalian habis mesum, habis ngentot kan" celoteh Darsiman yang bertanya balik kepada pak Surya.

"mm bukan.. bukan Man.. tadi aku sebenarnya berdua di sini karena itu.. anu.." jawab pak Surya tergagap-gagap tanpa menyelesaikan perkataannya.

"Anu.. anu apa pak. Sudahlah pak, anda tidak usah berbohong. Lagian aku dan Ranto punya bukti rekaman kalian berdua mesum di WC ini. Apa anda mau pegawai di sini atau istri anda tahu perbuatan kalian berdua" bentak Darsiman.

"Jangan Man, ok kalian mau minta apa. Uang? bilang saja berapa angkanya, pasti aku kasih" tawar pak Surya.

"Hahahahaha... kami tidak tertarik dengan uangmu pak Surya. Kami bisa saja tutup mulut, tapi ada syaratnya" sambung Darsiman.

"Apa.. apa syaratnya?? " tanya pak Surya lagi dengan penasaran.

"Kami berdua juga mau nyicipin tuh lonte, ya gak Nto. Hahahaha..." sebut Darsiman sambil menunjuk ke arahku yang masih telanjang dan hanya mengenakan jilbab.

"Baiklah, tapi ingat kejadian ini cukup kalian saja yang tahu. Awas kalau kalian buka mulut sama orang lain" tegas pak Surya.

"Eits, anda mau mengancam kami berdua. Coba saja kalau berani, hahaha... Oh ya, mulai detik ini dia jadi milik kami berdua, terserah mau kami apain aja" tantang Darsiman tak mau kalah.

"Anda tunggu apa lagi pak Surya. Sana jagain di luar, kami mau bersenang-senang dulu. Hehehe.." perintah Ranto tersenyum licik.

Mendengar percakapan mereka bertiga badanku serasa lemas dan tak bertenaga. Akibat kecerobohanku dengan pak Surya, kini aku harus menjadi pelampiasan untuk ke dua cleaning service di kantorku.

Berat rasanya bagiku, apalagi penampilan mereka sangat amburadul, Darsiman dengan perawakan tinggi besar dan kulit hitam sangat dikenal dengan kebiasaan bau badannya. Ditambah pula Ranto yang tak jauh berbeda, bibir dower dan kaki kudisan.

"Oh tidaaak.. kenapa harus mereka" sesalku dalam hati.

"Ayo Dephut, sini cantik layani kami..." tutur Ranto sambil mendekatiku.

"Jjangaan paak..Dephut nggak mau. Dephut mau kerja, nanti bisa telat" tolakku dengan halus.

“kamu berani menolak Phut. Kamu mau perbuatan mesummu tadi kami laporkan" bentaknya marah diselingi tamparan di pipiku.

Plaaak..

"Phut, kamu turuti saja permintaan mereka. Kamu jangan melawan, ingat Phut rahasia kita berdua ada sama mereka" pesan pak Surya yang hanya bisa melihatku ditampar oleh Ranto.

Ingin rasanya aku teriak menghadapi situasi ini. Tapi ketidak berdayaanku mencegahku agar tak berbuat nekat. Akupun pasrah, dan berharap situasi ini cepat berlalu. Melihat diriku tak lagi berontak, secara bersamaan Ranto dan Darsiman mendekatiku lagi. Mereka mulai meraba-raba tubuhku, payudaraku, pantatku serta vaginaku.

"Gitu dong Phut, kan kita sama-sama enak. Kamu cantik sekali sayang.." rayu Ranto diiringi ciumannya di bibirku.

mm MmmUuacChh.. Mmmpthh..

"CccUupthh..SsLLhhh..Eggmpth..."

suara kuluman Darsiman di payudaraku juga semakin membuat tubuhku kembali panas dingin.

"OoUuh.. Dephut nggaak kkuaat pak.. aaah.. aaaah" desahku refleks.

Bukannya menghentikan ciumannya di bibirku, Ranto justru semakin bernafsu mengulum bibirku saat mendengar desahanku. Dilumatnya lidahku dan sesekali diludahinya mulutku. Ingin muntah aku rasanya mencium bau mulut Ranto.



Tapi karena terus mendapat rangsangan dari tangan-tangan jahil mereka, aku pun seperti terhipnotis dan berbalik menikmati setiap sentuhan mereka di tubuhku. Sambil menggerayangi tubuhku, mereka berdua selanjutnya telanjang bulat di depanku. Dengan jelas terlihat olehku penis mereka yang sudah tegang mengeras.

"Berlutut Phut. Emut kontol kami dengan mulutmu" pinta Darsiman memaksaku berlutut dihadapan dirinya dan Ranto.

Mulut mungilku langsung dijejali oleh penis mereka.

GgLLookkghh...GgLoghh...Cggh...Uumpthhh...HhLoghh...

"Sssshh Oooowh enaknya kulumanmu Phut. Dasar Lonteee kamu Phut aaaah... telan kontolku sampai habis, masukkan semua kontolku di mulutmu Lonteee" ceracau Darsiman menekan-nekan kepalaku dan memasukkan batang penisnya ke dalam mulutku.

Sementara itu di luar pintu toilet, terlihat pak Surya hanya bisa menatapku digilir dua cleaning service kurang ajar tersebut. Terkadang kulihat juga tangannya memegang penisnya dari balik celana panjangnya.

"Gila Man, enak banget sepongan nih cewek. Aarrghh..." pekik Ranto merem melek menikmati servisku.

"Iya Nto, cocok banget kalau si Dephut ini kita jadikan lonte di kantor ini. Makan kontolku lontee.. rasakaaan.. heeEghh..." geram Darsiman menghentakkan kuat kontolnya ke kerongkonganku.

Gelagapan aku menghadapi ulah mereka berdua, tanpa rasa kasihan mereka terus menghujami mulutku dengan kasar. Setelah merasa puas membuatku sesak napas, mereka lalu memintaku nungging di lantai. Sedangkan Ranto berada persis di bawahku, bersiap memasukkan penisnya ke dalam vaginaku.

SsLeeebHH...

“uughhh... memekmu sudah basah banget Phut.. Aaaah...”

Pllookh..Ploookkh...

“ayo Man, pake anusnya. Kita entot nih lonte sama-sama..”

Plookhh..

Oh tidak, aku di threesome oleh Darsiman dan Ranto, mereka berdua kini berencana menggilir tubuhku. Tapi aku tak sanggup melawan lagi, tenagaku rasanya sudah habis merasakan rangsangan demi rangsangan cabul mereka. Apalagi tenagaku juga belum pulih setelah sebelumnya lebih dulu disetubuhi pak Surya.

Jjleebh.. BbLeesShh...

"aaagh... boolmu sempittt Phut..”

"jarang dipakai ya.. aaah” tutur Darsiman mulai menggenjoti anusku.

"Ssaaaakitt paak.. aawwh.. jangan di anusku.. .kontolmuu Bbeesaar.. anusku bisa kkoyaaak... aah..Aaah...ampun.." jeritku merasakan perih di lubang anusku menerima paksa penis Darsiman yang berukuran besar.

Ploookh...PpLoook...pPloook...CcLeePph...

“aaahh...Ssshh...Ooouuwhh...”

desahan demi desahan kami bertiga pun menggema di toilet yang baru saja kugunakan saat bersetubuh dengan pak Surya. Selain itu, keringat kami bertiga juga ikut membanjiri tubuh kami masing-masing.

Ploook...pPlokkh...

“apa anusmu masih sakit jalang. Gimana rasanya kontolKkuu...aaaHhh..." selidik Darsiman melihat perubahan diriku yang ikut bergoyang menerima tusukan penisnya.

"MmmHhh...nggak pak. Nggak ssAakiit lagi..aaaah..Ennak pak..lagii" jawabku mantap.

"Hahahaha.. lihat kan pak Surya. Dephut sekarang sudah menikmati kontol kami berdua" tutur Darsiman menunjukkan kepiawaiannya menaklukkan diriku.

Sementara itu, dibawahku Ranto dengan buasnya menggenjoti liang senggamaku, ditamparinya pantatku sampai kemerah-kemerahan.

"Kamu suka kan Phut dientoti banyak kontol. Kamu itu perempuan baik-baik apa lonte murahan sih. Kamu sukka kerja di kantoran apa suka melacur di jalanan. Tarik rambutnya Man.. aaahH..Aargh.." tanya Ranto yang disusul jambakan Darsiman pada rambutku.

Pplook...Ploookh..

"Jawab pertanyaan Ranto tadi Phut. Jawaab..!" paksa Darsiman menampari pipiku.

Plaaaak..Plaaaakh..

Di lain sisi, mereka berdua sama sekali tak mengendurkan tusukannya di vagina dan anusku. Genjotan mereka bahkan terasa semakin kencang sehingga membuatku kewalahan.

"Ssaakiit pak..Ampuuun..hiks..hikss..Aku lontee Mmurahaaan ppaak.. Phut bukan perempuan baik-baik lagi Aaaah...Ahhh...Phut Ssukaa melacurr paaak.." ujarku yang langsung membuat mereka terbahak-bahak.

"Aaaahh.. kkaamu mmaau kan kami jadikannn lontee.. Jadi Ppelacuur buat dientotinn setiaaap hariiii.. ..." tanya Ranto lagi mencoba menghilangkan harga diriku.

Ploookh...Jleeeph

"MmaauU paak. Dephut mauu. Entot lagi pak, Dephut maaaau nyampaii aaahh" erangku memelas untuk orgasme.

Plaaaak....plaaak...

“kalau kamu mau keluar, memohonlah pada kammi berdua Phut" seru Darsiman sambil menampar pipiku kesekian kalinya.

"Dephut mohon pak.. Dephut pengen orgasme. Phut gak tahan lagii..Mmmpth...Phut lontEemu paak...aaaaHhh..." lirihku dengan mata sayu menanti orgasme diambang pintu.

Ppplookh..Ppoookkh

suara benturan selangkanganku dengan selangkangan mereka berdua semakin menggema nyaring. Nafsu Darsiman maupun Ranto juga ikut terpancing begitu mendengar permohonanku yang terdengar nakal.

Keduanya pun menggebu-gebu menghentak-hentakkan penisnya menerebos liang peranakanku serta anusku.

"Akuu mau keluaaar Phut.."

"akuuu jugaaa Phutttt, pejuku dikeluariiin dimanaaaa aarghh" sahut mereka bergantian.

"Di dalaaam ajjaa paaak. Keluarin pejumu di dalam memek dan anuskuuuu. Phutt nyampaaaiii...aaarghh.."racauku tak terbendung menikmati muntahan orgasmeku.

Aaah..

"Terimaaa pejukuuu lonteee... argghh..hamil lah lontee aaaaggh..”

"Rasakaaan spermakuuu di anusmu pelacUur.. " suara Ranto dan Darsiman serentak membahana kuat di toilet saat masing-masing dari mereka juga menumpahkan spermanya di dalam rahimku serta di liang duburku.

CcrrOoottttth...

Ccrrothh..

Ssrr..

Croootttt....

Croooth...

Ssrooothhh... Sssrhhh...

"Gilaa Man, nih lonte berjilbab benar-benar nafsuin. Kapan-kapan kamu kami entot lagi ya Phut. Hahahaha..." hina Ranto lalu berdiri membiarkanku yang masih lemas di lantai toilet.

"Iya Nto, besok-besok kita garap lagi nih cewek. Bikin ketagihan. Eh pak Surya, kami sudah puas nih, kalau kami pengen lagi, kami pinjam ya Dephut nya. Kami pergi dulu. Rahasia anda pasti aman" ejek Darsiman pada pak Surya.

Setelah selesai melampiaskan nafsu hewannya padaku, Darsiman dan Ranto lalu pergi meninggalkan aku dan pak Surya. Tak terasa satu jam lebih aku bergumul ganti-gantian dengan tiga orang laki-laki di toilet kantorku, satu atasanku dan dua cleaning service.

Entah bagaimana aku harus memulai pekerjaanku di hari pertama ini. Semua pakaian kerjaku bahkan sudah lusuh bercampur keringat.

"Ayo Phut buruan, kita sudah telat. Cepat pakai bajumu, aku tunggu di luar" celetuk pak Surya tiba-tiba yang hanya ku diamkan saja.

Bermodalkan sisa tenaga yang masih ada, aku pun perlahan-lahan bangkit mengenakan kembali kemeja serta rok panjangku. Termasuk semua pakaian dalamku. Entah apalagi yang harus kualami di hari-hari berikutnya.

Tak hanya akan melayani pak Surya atau pak RT, Ranto maupun Darsiman pasti nantinya juga kembali meminta jatahnya padaku.

Part VIII : Mamaku Ternyata Lebih Binal

Lemas tak bertenaga sangat kurasakan betul setelah mengalami pergumulan hebat dengan atasanku, pak Surya dan dua cleaning service di toilet kantorku. Kondisi itupun membuatku menjadi tidak bersemangat, apalagi pakaian kerjaku juga terlihat kusut sehingga membuatku kurang nyaman memakainya. Ditambah lagi suasana di kantor juga masih pagi, sedangkan jam pulang masih lama. Ingin rasanya melihat jarum jam bisa berputar cepat agar aku bisa pulang untuk beristirahat di rumah. Di depan komputer meja kerjaku, aku hanya melamun memikirkan hal tersebut sehingga membuyarkan konsentrasiku terhadap semua pekerjaanku. Sampai akhirnya pak Surya pun tiba-tiba datang menegurku.

"Phut, kamu kenapa. Kamu sakit ya, atau jangan-jangan kamu masih kepikiran kejadian di toilet tadi" tanyanya pelan agar tak terdengar oleh pegawai dan honorer yang lain.

"Mmhhh Dephut lemas banget tuan, rasanya pengen tidur, istirahat di rumah. Baju Phut juga kusut, nggak nyaman makainya" jelasku.

"Ya udah gini aja, hari ini kamu pulang aja. Istirahat. Nanti biar saya buat surat izinnya. Tapi jangan lupa kapan-kapan kamu harus tetap layani saya lagi. Hehehe.." gumamnya cengengesan.

"Dasar cabul, pikirannya pasti selangkangan terus" gerutuku dalam hati.

"Phut, gimana kamu jadi izin pulang nggak...kok ngelamun lagi" tanyanya lagi.

"Eh maaf ttuan. Iya ttuan jadi, Phut beneran pengen pulang, istirahat. Terima kasih tuan ssudah mengizinkan Phut nggak ngantor untuk hari ini" jawabku kaget.

"Tapi besok kamu mesti kerja lagi" tegasnya.

"Baik tuan" singkatku.

Huftd...lega rasanya bisa dapat izin pulang untuk hari ini. Tak kusangka pak Surya mau mengizinkanku pulang. Tanpa membuang-buang waktu, aku kemudian langsung bergegas merapikan kembali meja kerjaku dan mengambil tas bawaanku. Berpamitan dengan pak Surya, lalu melangkah ke parkiran mengambil sepeda motor.

"Untung nggak ada pegawai lain yang curiga dan nanyain kenapa aku cepat pulang hari ini" batinku. Sesampainya di parkiran, dengan mantap kunyalakan mesin motorku dan berangkat menuju rumah.

Menyusuri setiap keramaian dan kemacetan kota. Kurang lebih 30 menit lamanya di perjalanan, aku akhirnya sampai ke rumah. Kuperhatikan keadaan sekeliling dan pandanganku tiba-tiba mengarah pada satu unit motor matic yang sedang terparkir di depan teras rumahku. Motor yang pemiliknya sangat kukenal.

"Itu kan motor mama. Hmmm, mama kok nggak bilang-bilang ya kalau mau datang" tanyaku dalam hati. Penasaran dengan kedatangan mama, aku selanjutnya bergegas menemuinya dan mencarinya ke dalam rumah.

"Mama kebiasaan, datang nggak ngasih tahu dulu" batinku lagi. Namun ketika baru saja menginjakkan kaki masuk ke rumah, sayup-sayup kudengar percakapan dua insan berlainan jenis disertai tawa dan rintihan dari arah ruang tengah rumahku.

"Mama lagi sama siapa ya, kok ada suara laki-laki" gumamku semakin penasaran. Secara diam-diam kudekati ke arah suara tersebut dan mendadak mataku seakan tak ingin berkedip menyaksikan apa yang kulihat. Mamaku, wanita yang selama ini kuketahui sangat alim luar dalam ternyata sedang memacu birahi dengan pak Broto, ketua RT di tempat tinggalku yang juga pernah menggauliku. "

"Astaga, mama....apa yang mama lakukan dengan pak Broto. Apakah mamaku selingkuh..!" pikirku berkecamuk saat menonton secara live pergumulan mamaku dengan pak Broto.

"Jauwana, aaahHh terima kontolkuuu..."

ploookk..Pplookk...

"memekmuUu bikin aku ketagihaNnn...Ouugh.." racau pak Broto saat memaju mundurkan penisnya menindih tubuh mamaku.

Tak henti-hentinya pak Broto menyebut-nyebut nama mamaku, Jauwana, sambil dengan kasar menyetubuhinya. Bisa kulihat pula mama justru menerima semua perlakuan kasar pak Broto tanpa melawan sedikit pun.

Ingin sekali aku melabrak mama dan pak Broto, tapi tubuhku rasanya kaku tak bisa bergerak sama sekali. Aku hanya bisa bersembunyi dan melihat mamaku dicumbui pak Broto.

"Paaakk, tusukkan lagi kontolmuuu.. memekku masih gataal. Puasin aku Ppaaak aarghh..." desah mama.

Gila, mama meminta pak Broto agar mau memompa vaginanya.

"Apa aku tidak salah dengar, apa aku tidak bermimpi. Mama dizinahi sama pak Broto di rumah kak Memi. Mama juga masih pakai jilbab, kenapa mama bisa sebinal ini. Kenapa mama selingkuh dari papa" kataku membuatku bertanya-tanya.

"Nungging Jau, aku pengen entot memekmu dari belakang. Cepat nungging kayak anjing. Plaaaakh.." perintah pak Broto disertai tamparan di pantat mamamu. Permintaan pak Broto pun langsung dituruti oleh mama.

JJLeebhhh...

"uUughh hangat lubang memekmu Jau.. ini yang kau mau kan Jau, kau mau kontolku kan..."

plaaak...

"kau suka kuentot kan??" geramnya menghujami vagina mama.

"Aaaaghhh Ppeelaaan pakk.. iiyaaa pak, Jauwana Ssukaa.. lagiii.. aaahh.. goyangin llaaagi kontolmuu paaak. Ppunyaamu bbesaaar.. Eghhh aaaah.." jawab mama.

Erangan pak Broto dan mama pun terasa memenuhi rumahku saat keduanya saling meraih kenikmatan syahwat. Entah apa yang terjadi jika papa sampai mengetahui hal ini, melihat istrinya selingkuh dan mengkhianatinya. Belum lagi kalau kak Memi juga tahu atau datang memergoki mama dan pak RT lagi bersetubuh di rumahnya. Kak Memi pasti akan marah dan melaporkan perbuatan mama ke papaku. Sejuta pertanyaan kembali muncul di dalam benakku, tapi yang bisa kulakukan hanya melihat tanpa bisa berbuat apa-apa.

"Jau, kau memang istri jalang...aaargh..."

plookk.. ploookk... plaaaak...

"pelaCcuuurr.. kau lebih panntaass jadi pelacuUur, jau. Aaahh..." rintih pak Broto memaki-maki mamaku.

"SssHhh.. ooUugh ppaaak Brotoo, kontolmu nyentuh rahimkuUuu.. aaahHh.. tterruUuss pak.. TerrUss entot akuU.. lakukan apapun yyang kamuU maUu paak Aaaghhh.. aaah.." ujar mamaku keenakan.

"Lihaaat dirimu JaaaU, berjilbab tapi suka berzinaaaa.. PelaccUur.. aaaaHh.. Kau memang sama dengan Dephut, pelacur berjilbab.. Ibu dan anak sama aja, sama-sama pelacUur.. anakMuu juga sudah pernah kuentot. Hahaha..." sebutnya menghinaku dan mama

plooghh..Plookhh..

"Ppaaaak Brooto ssUdaah pernah entot anaak sayaa aaahHh...?" selidik mama sedikit terkejut.

"Iyaaa Jau, anakmu Sudah pernah ku genjot memeknya. Dia sSsudaah tidak perawan lagi. Kau tanya saja sama anakmu langsung. Uuughh..." tegasnya pada mama.

plok..plok..plok...

Oh.. tidak, pak Broto sudah membeberkan kelakuanku pada mama dan mama sekarang sudah tahu kalau aku tidak perawan lagi. Tanpa sempat memikirkan apa yang akan mama lakukan padaku setelah mengetahui aku sudah tidak perawanan lagi, di hadapanku permainan mama dan pak Broto kian menjadi panas dan liar.

Tak terasa vaginaku ikut berdenyut dan basah karena terangsang menyaksikan adegan perselingkuhan mama kandungku. Masih dalam posisi menungging, setelah puas merasakan vagina mama, pak Broto kemudian mengajak mama melakukan anal seks.

"AaaaHhh, JaaU.. aku Mau cobain anusmu.. pastii maSsih semPiitt.. Uuuughhh.." ucap pak Broto sambil mencabut kontolnya dari memek mama

"lubang anusmu memang sempit Jau.. aaaah.." erangnya merasakan jepitan anus mama.

sellbh... selleeebh...

"Paaaak, Aaa.. Ssaaakiit, Jauwana belum ppernaaah maain di anus..aaaahh ammpuun paakK.. saaKiitt, ccabut kontolmu Paak" pinta mama mengiba merasakan pedih di anusnya karena baru pertama kali melakukan anal.

"Diaaam lontee.. nanti kau juga keenakan.. Uugmphh.." hardiknya tanpa memperdulikan mamaku.

pOogh.. Ploogh...

"PpaaaakK, aaaHhh perih aNuusku..oooohh..." teriak mama.

"Perih apa enaaak Jau..." bentaknya yang diteruskan dengan menampar pantat mama

plaakk..!

"Dduaa-duanyaa paaaKk.. aaarghhh.. aaah.. .Ssshh..." lirih mama.

"Dasaar istri murahan, lontEe kau Jau.."

plaaaaK..!!

"kau lebih suka kontolku apa kontol suamimUu.. kau aaaah.. suka jadi istri untuk suamimU apa jadi Lontee..aaaarggHhh..." tanyanya bernafsu mempermainkan birahi mama.

"Akuu Ssukaa kontolMuu ppaak.. akuUu sukaaa jadii lonteee paaaak.. aku rela cerai sama suamikuuU.. jadikan aku lonteee, paaak.. Jauwana mau jadi LONTEE..." jawab mamaku yang semakin tak terkendali terbuai kenikmatan.

"Jadilah lontekuu Jau.. kau lonteKu.. Aaaakuu mau keluaaaar" sambung pak Broto sambil mengeluarkan kontolnya dari dalam anus mama dan mengarahkannya ke mulut mama.

"Keluariin dimulutku pak, keluarin pejumu" pinta mama menggoda.

"Minuuum pejuku Jau.. aaaaghh..CcrrOothh..Sssrhh CrrOott...." pekiknya memuntahkan sperma ke mulut dan wajah mama.

Dengan rakusnya, mama pun menelan semua sperma pak Broto sampai habis. Bahkan sesekali dikuluminya juga penis Broto hingga tak ada sperma yang tersisa. Benar-benar liar mamaku sekarang. Bersamaan dengan muncratnya sperma pak Broto, aku pun ikut terbawa suasana dan vaginaku muncrat di dalam celana dalamku.

"UuughHh..." desahku pelan.

Sialnya, saat hendak beranjak dari tempat persembunyianku, kakiku tak sengaja menyenggol guci.

Praaang....

"Hai siapa itu" panggil pak Broto dengan suara lantang.

Part IX : Meraih Kepuasan Bersama Mama

Gara-gara kecerobohanku menyenggol guci, keberadaanku akhirnya dipergoki oleh pak Broto. Begitu mendengar suara pecahan guci tersebut, pak Broto pun langsung melangkah cepat ke tempat persembunyianku. Tak butuh waktu lama bagi pak Broto untuk menemukanku. Raut wajahnya juga langsung kaget ketika melihat diriku sedang mengendap-endap di ruang tamu.

"Dephut...! Ternyata kamu.. kamu ngapain di sini, bukannya kamu lagi kerja" tanyanya.

Dengan perasaan bingung dan campur aduk, aku hanya bisa gugup menjawabnya.

"Mmm.. iitttu pak.. ttadi Phut izin di kantor karena kurang enak badan.. tapii.. mmh.." kataku terputus karena pak Broto mendadak memegang tanganku dan membawaku menemui mama.

"Kamu nggak usah bohong Phut. Saya tahu, kamu tadi ngintipin saya sama mamaku kan. Mendingan kamu ikut saya sekarang..." gumamnya yang semakin membuatku salah tingkah.

Bagaimana kalau mama tahu perselingkuhannya sekarang sudah diketahui olehku, anaknya. Apa yang mesti kuperbuat di depan mama. Akankah mama marah, akankah mama melarangku buka mulut dengan siapapun. Beragam pertanyaan kembali muncul dalam pikiranku, namun apalah daya, pertanyaan dipikiranku itu lagi-lagi tak bisa terjawab olehku. Ditambah pula kondisiku yang masih canggung untuk bertemu dengan mama di saat situasi yang tidak tepat seperti ini.

"Jau, lihat siapa ini.. ternyata anakmu.. inilah yang dari tadi ngintip kita berdua.." sebutnya saat aku sudah berada di depan mama.

Kehadiranku tentu membuat mama terkejut dan bengong. Apalagi mama juga masih setengah telanjang usai berhubungan intim dengan pak Broto.

"Phut, kamu...? Jadi tadi kamu melihat semuanya nak. Kamu lihat mama sama pak Broto gituan" kata mama pelan.

"Jau sepertinya anakmu terangsang melihat kita ngentot. Mungkin dia juga pengen ngentot bareng mamanya, hahahaha..." tawa pak Broto yang kurang ajar merendahkanku dan mamaku.

"Paak.. jangan ngomong kotor gitu pak. Di sini ada anakku" tegas mama.

Bukannya memperdulikan kata-kata mama, pak Broto justru mengambil kesempatan mengulangi kelakuan cabulnya kepada mama sambil disaksikan olehku yang kini sudah tidak bersembunyi lagi. Dipeluknya mama, lalu diciuminya bibir mama. Lidah mereka kemudian beradu dan saling membelit, anehnya mama ikut terbuai dengan perlakuan tidak senonoh yang dirasakannya itu. Bahkan mama juga tak merasa malu dihadapanku.

Sekejap saja, dengan mudahnya mama pun ditelanjangi oleh pak Broto. Sambil terus menciumi bibir mama, secara bersamaan tangan jahil pak Broto juga meremas payudara mama dan mengobel-ngobel vagina mama.

Akibat diserang dengan rangsangan bertubi-tubi, mama juga semakin liar dan tak terkendali. Dikulumnya lidah pak Broto dan dirabainya penis besar milik Broto. Sesekali terdengar pula desahan vulgar dari bibir tipis mama.

"Paaaak, mmh entot Jau sekarang. Jau udah nggak tahan. Jauwana pengen kontolmu" ceracau mamaku.

Mama benar-benar sudah berubah 180 derajat dari sosok mama yang selama ini kukenal. Sosok mama yang alim sekarang tak ubahnya seperti pelacur pemuas birahi.

"Keraskan suaramu Jau, bilang ke Dephut anakmu, siapa kamu sekarang dan apa yang kamu mau sekarang.. tunjukkan pada anakmu siapa dirimu Jau...!" perintah pak Broto.

"Mmmhh pak.. uuughh.. lihat mama nak, mama aaaah lagi pengen dientot sama pak Broto. Mama pengen dizinahi pak Broto, pengen kontol pak Broto. Uuughhh Dephut anakku, mamaaa mmm udah jadi PELACUR..." teriak mama dengan mata sayu melirik ke arahku.

"Hahaha, kamu dengar kan Phut, mamamu ini pelacurr. Kalian ibu dan anak sama-sama pelacuur. Terima kontolku ini Jauwana, rasakaaan sundal.." maki pak Broto menusukkan batang penisnya ke dalam vagina mama.

SssLEebbhhh...

"Ah... sshh.."

"Ouh.. mmmssh.."

Plok..!! Plok..!! Plok..!!

"Uuuhhh.."

"Ah.. Enaakknya.."

Desahan demi desahan yang membahana di rumahku pun seolah menjadi irama penyemangat pertempuran birahi antara mama dan pak Broto.

"Teruuuus pakk, beenamkan semua kontolmu. Genjot memekku, genjooott.. aaaah" racau mama menjadi-jadi.

Meski sedang menikmati hujaman penis pak Broto, tapi dapat kulihat pula mama juga mengarahkan pandangannya menatapku. Tak bisa kupingkiri, pergumulan panas mamaku dengan pak Broto ikut membuat libidoku naik. Entah keberanian darimana, tubuhku seakan bergerak sendiri melepaskan semua pakaianku, termasuk cd dan bhku. Seketika itu juga, aku pun sudah bugil di depan mamaku yang sedang digenjoti pak Broto. Kudekati mama perlahan, semakin dekat hingga akhirnya aku sudah berada di samping wajah mama.

"Phut, memek mamamu enak. Jepitannya sama seperti memekmu.. aaaahh.."

"Jau, anakmu liatin kita ngentot..oouugh, plok...PlOokk..JLeebbh..." desah pak Broto yang terus bersemangat menggenjoti vagina mama.

Disela penglihatanku yang masih terpukau sekaligus deg-degan menyaksikan keintiman mama dan pak Broto, tiba-tiba mama menarikku mendekatkan wajahku ke wajahnya. Bahkan jarak wajahku dan wajah mama hanya hitungan sentimeter.

"Phut.." bisiknya pelan.

Sedetik kemudian,

CcUuupth..

bibir mama mendarat di bibirku.

"SssLLhhh....Uuucccmpthh.. Mmmhh.. SLhHh.. MmmuuuaChh.. aaahhh.. maafin mama Phut, tapi mmmaa..mama benar-benar nggak bisa menolak perbuatan pak Broto. Mama.. mmhhh" tuturnya yang langsung ku potong dengan mengulum lidahnya.

Birahiku benar-benar terbakar, tak hanya suka dengan lawan jenis, saat ini bahkan aku sudah menyukai sesama jenis yang tak lain adalah mama kandungku sendiri.

"Mamaa.. nikmati aja ya.. Phut juga Ssukaaa.. aaah.. Uuummpth.. SsrrUuupthhh.. SUurph..." balasku kepada mama.

Sementara itu, pak Broto yang menyaksikan hubungan sedarah terlarangku dengan mama disambutnya dengan senyum puas. Dibalikkan tubuh mama sampai menungging dan digenjotnya lagi vagina mama secara kasar.

Plaaaak...

"lonteee, ku entot kau di depan anakmu. Maznan, istri dan anakmu sudah ku jadikan lonte. aaah, aaaah.." maki pak Broto kepada mama dan aku sambil menyebut nama ayah.

plokk..Plookh...

Diperlakukan sekasar itu, mama hanya merem melek dan mulutnya cuma mendesah keenakan. Tak ada penolakan dari mama.

"aaah iya pak, aku lontemu, pelacurmu.. Phut, mama sudah jadi lonte.. mamaaa Ssukaaa aaah enaaak.. aaaah..." teriak mama di depan wajahku.

Aku pun semakin berani karena terbawa keadaan, vaginaku ikut berdenyut dan basah. Kupalingkan wajahku ke arah penis pak Broto yang sedang memompa vagina mama, selanjutnya kujilat-jilati penis yang masih maju mundur di lubang peranakan tempat aku dilahirkan tersebut.

Plop...

"bagus pelacuur kecilku, hisap kontolku, jilaaat.. heeghhh.. anakmu ngemut kontolku Jau, aaahHh Dephut jalaaaang" geramnya usai mencabut penis besar itu dan menghentakkannya ke tenggorokanku.

"Gggglllokkh.. Ggghh.. Uuhuk..GgLOokkghh..." hanya suara tertahan yang keluar dari mulutku sambil memainkan penis Broto.

Kini giliran mama yang melihat aksi kejalanganku.

Ku sedot penis pak Broto dalam-dalam sampai mulutku mengeluarkan air ludah yang sangat banyak.

Tak berapa lama kemudian, tubuhku ditunggingkannya di sofa. Mengangkang dan siap untuk disetubuhi di samping mama.

SLeeebh...

"uuughh.. Phuuutt, lonteee anakmu Jau, aaah" hinanya memakiku seperti sebelum-sebelumnya.

plaaak..

Ppookhh..Pookhh...

sleeebh..

jleebh..

Menggoyangkan penisnya di lubang vaginaku, menampar pantatku, menjambak rambutku

"oooughh..." desahku

"Phut, ternyata kamu memang udah nggak perawan nak.. kamu juga suka seperti ini di luaran sana ya. Kamu lebih nakal dari mama. Kamuuu mmmh...." kata mama mengocok vaginanya pakai jari.

"Iyaaa maaa. Phut diperawani sama pak Surya di kantor, Phut dientot pak Broto di rumah. Phut jugaaa aaaahh ppernaaah digilir sama teman-teman pak Surya. Phut memang nakaaaal, Phut pelacuurrr yang lahir dari rahim mama. Mama Jauwana,, induknya pelacuuuuurr aaaah" jawabku sambil mengatai mamaku pelacur.

"Kaliaan bikiiin nafssuuu.. dasar keluargaaaa pelacuuur, lontee..."

plaaaak..plaaak..Jleebh...

"saya keluaaar Phuutttt aaarrrghh...." teriaknya lebih kuat, mencabut penisnya lalu mengarahkannya ke mulut serta wajahku dan wajah mama.

"Terimaa pejuku PelacUurr murahaaaan...Aaahh.." pekiknya disertai semburan sperma ke wajahku dan mama.

Ccroooothh.. Croooooth....

Belepotan sudah wajah kami berdua menerima tumpahan sperma hangat pak Broto. Gilanya lagi, karena masih sama-sama bernafsu, mama dan aku berganti-gantian saling mengecup dan menjilati wajah kami masing-masing. Kadang mama juga meludahi wajahku dan kubalas dengan tindakan yang sama.

Plaaaak!!

"bilang sama mama, siapa kamu nak.?? Kamu anak siapa..??" bentak mama namun sambil mengedipkan matanya.

"Aku Defi Wahyuni ma, anakmu. Anak Jauwana pelacur betina..." jelasku tak kalah binal.

Setelah itu kami berciuman kembali dengan ganas, saling meraba dan menggesekkan vagina satu sama lain sampai akhirnya tertidur karena kelelahan. Di sisi lain, pak Broto sendiri sudah tumbang di sofa sesaat setelah selesai menuntaskan hasrat birahinya denganku dan mama.

Part X : Party Bareng Mama dan Pria-pria Perkasa

Sudah hampir seminggu berlalu sejak permainan panas antara aku, mamaku Jauwana dan pak Broto, saat ini semua kehidupan keluargaku berubah dengan drastis. Terutama aku dan mama. Ditambah pula papaku yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya, sering pergi ke luar kota sehingga jarang memperhatikan keluarganya dan tentunya jarang pula menafkahi birahi mama.

Kondisi itu membuat Mama menjadi tidak betah di P******** dan lebih suka berada di kota B**** bersamaku dan kak Memi. Dan perubahan mama pun semakin terasa setelah takluk oleh pak Broto. Mama sering keluyuran sampai pulang malam, bahkan jika kakakku tidak ada dirumah, pasti aku selalu memergoki mama berduaan dengan pak Broto di rumah.

Hanya denganku, mama berani terang-terangan bermesraan dengan pak Broto, sedangkan di depan kakak, mama menyembunyikan affairnya rapat-rapat. Pernah juga mama berpesan kepadaku agar kegilaan kami berdua jangan sampai diketahui oleh kakakku ataupun papaku. Cukup hanya aku dan mama saja yang tahu.

Sampai suatu hari tepat di Sabtu sore, affair itu untuk kesekian kalinya kupergoki lagi tanpa sengaja ketika mama dan pak Broto baru saja selesai berhubungan intim. Keduanya terlihat olehku sedang memakai pakaiannya masing-masing sambil berciuman mesra. Kualihkan pandanganku dan melangkah menuju kamar. Tapi baru beberapa langkah berjalan, pak Broto tiba-tiba memanggilku.

"Wah.. wah.. ada Dephut rupanya Jau. Baru pulang kerja ya manis. Sini dulu dong manis" kata pak Broto mencoba menyapaku.

"Dephut capek pak. Mau istirahat" singkatku padanya.

Mendengar jawabanku, pak Broto bukannya membiarkan ku masuk ke kamar, dia malah mendekatiku. Dipeluknya tubuhku, diremasnya pantatku, lalu dilumatnya bibirku dengan ganas.

"mmhhh.. MmUuach.. SLLhh... Uurphthh... kamu mau melawanku Phut. Kamu dan mamamu Jauwana sudah jadi budakku. Rahasia kalian berdua bisa kapan saja aku bongkar kalau aku mau" bisiknya ditelingaku.

"Aaah amppun pak.. jangan.. apa bapak belum puas bikin Dephut dan mama jadi pelacur.. Bapak mau apa lagi" ibaku memohon.

"Kalau gitu turuti semua kemauanku.. Jangan membantah lagi.. Paham!!" tegasnya.

"Ppahaam pak. Tapi Dephut beneran capek pak. Mau istirahat. Tadi banyak kerjaan numpuk di kantor" kilahku beralasan.

"Tidak ada tapi-tapian. Hari ini saya punya kejutan untuk kalian berdua. Kejutan spesial untuk kamu dan mamamu. Sekarang kalian berdua ikut saya" ujarnya.

"Memangnya kita mau kemana pak" tanyaku.

"Ntar kamu tahu sendiri. Ayo buruan.. Jau, kamu juga harus ikut.." perintahnya.

Tanpa bisa mengelak lagi, aku dan mama hanya bisa menuruti permintaan pak Broto. Meski tak tahu apa yang sedang direncanakan pak Broto, tapi feeling ku berkata sesuatu yang buruk pasti akan terjadi lagi denganku dan mama. Aku sendiri belum sempat mengganti pakaian kerjaku, mengenakan jilbab biru, kemeja biru dan rok hitam panjang dan heels. Sedangkan mama mengenakan jilbab hitam, baju terusan panjang putih dan sepatu wedges putih.

Sambil diam seribu bahasa, perlahan tapi pasti aku dan mama mengikuti setiap langkah kaki pak Broto menuju garasi. Dipakainya mobil mama lalu disuruhnya kami masuk ke mobil. Tak sampai 10 menit perjalanan, kami bertiga pun telah sampai ke sebuah tempat yang hanya berjarak 1 km dari rumah kakakku. Ku perhatikan banyak buruh lalu lalang bekerja di tempat tersebut.

Setelah melihat situasi sekitar, aku baru tersadar kalau pak Broto ternyata membawaku dan mama ke pabrik somel. Pabrik somel yang terbilang besar karena mempekerjakan 122 karyawan.

"Astaga. Iniii.. jangan-jangan.." batinku dalam hati.

Terlintas dibenakku saat pertama kalinya pak Broto menggagahi tubuhku di rumah kak Memi. Ia pernah menyebut-nyebut pabrik somel ini untuk memberikan pelajaran kepada pelacur manapun agar diperkosa beramai-ramai. Apalagi pekerja di pabrik ini mayoritasnya adalah laki-laki yang kuketahui kerja berminggu-minggu sebelum pulang ke rumahnya masing-masing. Hal itu tentu membuat mereka haus akan sentuhan perempuan, terutama bagi pekerja yang sudah berumah tangga.

"Phut, Jau, ayo kita ke dalam" ajak pak Broto setelah kami turun dari mobil.

Kedatangan kami bertiga sontak saja menjadi perhatian pekerja pabrik tersebut, lirikan mata mereka bahkan tak henti-hentinya mengarah ke aku dan mama. Apalagi, pak Broto bersikap sok mesra terhadapku dan mama. Dirangkulnya pinggang kami berdua dan terus berjalan menuju ke ruangan di lantai 2 pabrik.

"Kita di sini mau ngapain pak?" tanya mamaku.

"Saya mau ngasi kejutan buat kamu dan anakmu Jau" jawab pak Broto tersenyum nakal.

Sesampainya di ruangan lantai 2 itu, pak Broto kemudian mengetuk pintu.

"Ya silahkan masuk" kata suara dari dalam.

"Selamat sore pak. Sesuai janji saya, saya sudah membawa pesanan seperti yang anda minta" jelas pak Broto ke pria yang sedang duduk di ruangan itu.

Mau copot rasanya jantungku melihat pria lawan bicara pak Broto. Tak kusangka, dia adalah sosok yang sangat kukenal. Sosok kurang ajar yang telah merenggut keperawananku, memperkosaku dan menjadikanku pemuas nafsu birahinya. Dan kini sosok itu muncul lagi tepat di depanku, di depan mamaku bahkan yang lebih mengejutkan lagi, sosok itu ternyata juga sangat akrab dengan pak Broto. Siapa lagi kalau bukan pak Surya.

"Ttuaaan...kenapa tuan ada di sini" tanyaku bingung.

"Kenapa Phut, kamu kaget ya. Jangan kaget manisku, pabrik ini adalah milikku. Pak Broto juga sudah cerita banyak tentang kamu dan mamamu. Selama ini saya sengaja merahasiakannya padamu. Dulu saya juga sempat kaget saat pak Broto menceritakan tentang kamu, tentang kenakalanmu, kebinalanmu, tentang kebinalan mamamu. Dunia memang sempit Phut, kebetulan sekali pak Broto ini adalah ketua RT ditempat tinggalmu. Jadi saya sangat beruntung" urainya panjang lebar.

Makin lemas rasanya badanku mendengar penjelasan pak Surya. Aku tak habis pikir ternyata pak Broto dan pak Surya sudah saling mengenal satu sama lain. Kini lengkap sudah dua sosok pria cabul yang benar-benar telah menjerumuskanku.

"Siapa dia Phut. Kamu kenal" ujar mamaku penasaran.

"Kenal ma. mm pak Surya ini kepala humas di kantor Dephut" jawabku tergagap.

"Bagaimana pak, bisa kita mulai sekarang" celetuk pak Broto tiba-tiba memutus pembicaraanku dengan mama.

"Tentu saja. Mari.." sambut pak Surya bersemangat.

Oh tuhan. Apalagi yang akan mereka lakukan padaku dan mama. Usai mengakhiri perkenalan sekaligus perbincangan singkat di ruangan pak Surya, kami berempat selanjutnya kembali turun ke bawah. Ke tempat para pekerja yang masih disibukkan dengan kerjaannya.

Setibanya di bawah, pak Surya pun memberikan isyarat agar semua pekerja menghentikan aktivitasnya. Mengarahkan mereka berkumpul di tengah-tengah ruangan pabrik yang paling luas.

Aku dan mama juga ikut berada di tengah ruangan tersebut, diapit oleh pak Broto dan pak Surya serta ditengah kerumunan ratusan pekerja pabrik.

"Phut, sekarang nikmatilah pesta yang sesungguhnya ini sepuasnya. Kamu tidak sendiri karena mamamu juga ikut di dalam pesta ini" gumam pak Surya disertai remasan di payudaraku.

Perbuatan itu dilakukannya di depan mama dan tentunya di depan ratusan pekerjanya.

"aaaah.. paaak... gelii.. Dephut nggak sanggup. Jangaan gini dong pak..." pintaku tak berdaya antara menolak dan menerima perlakuan pak Surya.

Kuperhatikan mamaku nasibnya juga tak jauh berbeda denganku. Tubuhnya mulai diraba-raba oleh pak Broto. Bibirnya diciumi, dilumat dan mereka berdua saling beradu lidah.

Pelan tapi pasti, bajuku mulai dilucuti oleh pak Surya. Tangannya semakin gerilya bergerak menjamah tubuhku. Bra ku serta celana dalamku ikut terlepas semuanya. Telanjang sudah tubuhku di depan ratusan laki-laki haus birahi yang siap menerkamku kapan saja. Sementara mamaku justru sudah telanjang sambil mengulumi penis pak Broto.

Pekerja pabrik yang awalnya hanya melihat ketelanjangan kami berdua, kini mulai berani menggerayangi tubuhku dan mama. Tubuhku juga dipaksa berlutut, sama halnya dengan yang dilakukan mama, mulutku pun mulai dijejali penis mereka.

"Aaaakhh.. GggLoooghh.. Ggghh.. mmPthhh.. SsSUuurphhh.. Ggloookhh..." hanya suara itu yang keluar dari mulutku dan mama.

Secara bergantian mulutku disodok dengan penis berbagai ukuran. Bisa kucium pula aroma penis mereka yang amis, bau keringat dan semacamnya. Tapi ketidakberdayaanku hanya membuatku kembali pasrah menerima keadaan.

Setengah jam mengoral penis mereka berganti-gantian, tubuhku dan tubuh mama kini ditelentangkan bersebelahan. Giliran vagina dan payudara kami berdua jadi serangan lidah mereka. Terasa lidah kasar mereka menyapu puting payudaraku. Kadang putingku digigit dengan gemas sampai aku merintih kesakitan.

Puas memainkan tubuh telanjangku, kurasakan salah satu penis mereka tiba-tiba menyeruak masuk ke dalam vaginaku.

"aaah, ssaaakit paaaak. Pelan-pelaaaan.. aaah.." desahku merasakan besarnya penis berukuran besar menjebol liang senggamaku. Di sela pergumulanku dengan mama bersama ratusan pria cabul di pabrik ini, pak Surya bersama pak Broto justru mengalah dan lebih memilih melihat sambil merekam setiap adegan demi adegan yang kami lakukan.

"Lihatlah Phut, sekarang koleksi film hot mu bertambah lagi.. hahahaha" tawa puas pak Surya ketika menyorot wajahku dengan handycam yang dulu pernah digunakannya ketika merekam persetubuhanku di rumahnya dan di kantor.

Ploook.. plokk...

"aaargh.. boss, memeknyaaaa nikmat banget.. terima kontolkuuu lonteee.. dasar lonteee jilbab.. aaaah bos Surya memang hebat milih lontee" teriak salah satu pekerja pabrik yang menggenjot vaginaku dengan nikmat.

"Uuughh... memek mamanya juga enak bro.. ooughhh.. kau suka entotanku kan pelacuuur.. siapa namamu...??" sahut pekerja lain yang sedang asik menggoyang mamaku dan dengan kasarnya menampar pipi mama.

plaaak...!!

"Saya Jauwana paaaak. Ampun jangan tampar pak. Sakiiit.. aaah.. aaah.. aaah..." ucap mama.

"Ayo lihat ke kamera.. kami mau dengar siapa kamu. jalang aaghh..." ancamnya lagi.

Plok.. ploookh..

"Saya Jauwana pak.. sayaa mmh.. aaah.. aaaargh.. tekan lagi pak.. tekan kontolmuuu..." ceracau mama diluar kendalinya.

Plaaaak...

"jawab jalang.. kamu siapa..?" tampar pria itu lagi dan terus memaju mundurkan penisnya dalam-dalam ke vagina mama.

ploook.. plooook...

Plaaaak...

"Saya Jauwana.. Wanita pelacuurrr Lontee paaaak.. aaah saakiit, jangan tampar wajah saya.. oohh Phut, mama.. aaaah.. mamaamu ini pelacuur nakk.. memekku gatal pak" pekik mama diwarnai gelak tawa seluruh pekerja pabrik yang mendengarkan kata-kata mama.



"Hahahah.."

Semua ucapan mama juga terekam dengan sempurna di handycam milik pak Surya.

Aku yang semula kasihan melihat mama diperkosa secara brutal malah ikut-ikutan menjadi bertambah horny. Selain vaginaku, mulut dan anusku juga jadi sasaran sodokan penis mereka.

"oooh.. paaak.. Sssshhh.. maaaa, aaah.. aaah.. yyyaaah.. jangan berhenti pak.. tekan kontolmuu.. mentokin ke rahimku pak.. aaah.. Kontooollll" jeritku meminta.

"Dasar anak pelacur. Kamu dan mamamu sama jalangnya. Hahahahaha" ejek pak Surya dan pak Broto bersamaan dibalik sorotan kameranya.

"aaaah Phut memang anak pelacuur paaaak.. Phut anaknya Jauwana pelacur aaah enaaaak.. Phut lontee..." lirihku merespon ejekan mereka dan tetap menghadap ke kamera.

Pria-pria itu secara bertubi-tubi menikmati tubuh kami dengan berbagai posisi. Aku dan mamaku terus menerus digarap secara beramai-ramai oleh mereka. Entah sudah berapa jam pesta seks tersebut berlangsung, yang jelas lebih dari 100 penis silih berganti mengoyak vagina serta anus kami berdua. Berkali-kali pula aku dan mama pingsan. Ketika sadar, kami kembali digagahi bergiliran. Begitu seterusnya sampai lebih dari 24 jam.

Minggu malam, barulah gangbang party itu benar-benar berakhir. Tubuhku kebas terasa tak bisa bergerak sama sekali. Sperma pun lengket-lengket disekujur tubuhku mulai dari rambut, wajah, payudara, vagina, anus hingga ke ujung kaki. Vaginaku sendiri terasa perih, begitu pula anusku.

Sementara itu mamaku belum sadarkan diri. Mama pingsan disebelahku dengan posisi tertelungkup dan sedikit menungging. Dengan sisa tenaga yang ada, aku mencoba bangun semampuku, kuperhatikan dengan seksama keadaan di sekitarku sudah tampak sunyi. Tak ada lagi satupun pekerja yang terlihat. Pak Surya dan pak Broto juga lenyap entah kemana.

Sambil tertatih-tatih, kucoba mengumpulkan semua pakaianku dan pakaian mama. Kubangunkan mama yang belum sadarkan diri. Meski agak susah membangunkannya, namun tak berapa lama kemudian mama akhirnya membuka matanya.

"eeghm..Phut.." katanya pelan.

Tanpa menunggu mama sadar sepenuhnya, aku segera memapah tubuhnya menuju mobil untuk selanjutnya pulang ke rumah. Aku bahkan tak sempat mengenakan pakaianku dan masih telanjang sambil menyetir.

Di rumah, kami juga tak sempat mandi dan membersihkan badan. Karena terlalu lelah bergerak, aku dan mama pun langsung tertidur.

Sebulan Kemudian...

Di sebuah lokalisasi ternama di kota B****...

"aaah terussss paaak.. entot memekku. Tussukkan kontolmu.. enaaak aaah.. aaaah" desahku bermandikan keringat

"Ooouhhh.. memekmuu banjir lonte berjilbab. Masih menggigit. Nggak percuma kubayar mahal sama si Surya.. aaaah.. lontee.. aku keluaaar..." racau seorang pria merasakan kenikmatan tubuhku.

"Di dalam pak.. keluarkan aja di dalam memekku.. hamilii lonteeemu ini. Aku memang lontee.. lontee berjilbab.. aaaah.. buahi rahimkuu paaaak" sahutku.

"Terima pejuhku Defi. Defi Wahyuni Lonteee.. kuhamili kaaaau..aaargh" teriaknya menumpahkan berliter-liter sperma ke dalam rahimku.

Crroootth.. crooottth..crootth..

Rahimku yang sekarang juga sudah berisi janin bayi hasil perzinahanku selama ini, kembali mendapatkan donor dari sperma.

Sebulan sudah aku menggeluti profesi baruku sebagai pemuas lelaki hidung belang. Sejak kejadian di pabrik itu, aku resmi mengundurkan diri dari kantorku. Sedangkan mamaku resmi bercerai dengan papa dan menyandang status janda. Meski demikian, kami berdua tidaklah menganggur karena pak Surya memberikan pekerjaan baru buat aku dan mamaku. Pekerjaan yang menurutnya pantas untuk kami jalani, menjadi pemuas birahi di lokalisasi. Aku dan mama pun menyukainya.



TAMAT?? / BERSAMBUNG..??

cerita sex yes.. ahhh.. fuck my pussy... oh.. good dick.. Big cock... Yes cum inside my pussy.. lick my nipples... my tits are tingling.. drink milk in my breast.. enjoying my milk nipples... play with my big tits.. fuck my vagina until I get pregnant.. play "Adult sex games" with me.. satisfy your cock in my wet vagina..
Klik Nomor untuk lanjutannya

Related Posts