Siapa yang tidak suka dengan sate? Sate makanan asli dari Indonesia tetapi asal kata sate itu sendiri bukan dari Indonesia. Sate ternyata juga makanan pembawa kanker lho, tetapi semua itu bisa di atasi jika pada saat makan sate kita tidak lupa makan mentimun setelahnya yang berfungsi sebagai anti kanker. Pokoknya mau ngomong apapun, sate tetap number one for me. Oleh sebab itulah, malam ini aku sedang menuju tempat penjual sate langgananku.
Langit bertabur bintang. Indahnya bulan yang sudah setengah penuh mengawalku menempuh jarak beberapa kilometer menuju tukang sate langgananku. Dengan mengendarai motor matic hitamku yang aku pacu di kecepatan 40 km/jam. Sampailah aku disebuah gang besar, tempat penjual sate langgananku membuka warung. Kepulan asap pembakaran sate sudah mengetuk hidungku.
Hmmppp… aromanya khas sekali.
Deretan motor-motor pelanggan sudah berjejer didepan warung itu. Tanpa membuang waktu lagi, aku segera memarkirkan motor ditempat yang masih kosong dan langsung menuju abang tukang sate yang sibuk membolak-baik sate-satenya.
"Bang, satenya sepuluh tusuk ya". Aku memesan.
"Pakai timun nggak, Nay?". Bang Ono sudah hafal dengan wajahku.
"Pake dong… Aku duduk disana ya bang".
Aku menunjuk bangku kosong dipojok dalam warungnya.
"Tunggu ya Nay. Minumnya apa nih?".
"Es teh aja bang". Aku pun menuju bangku yang aku tunjuk tadi.
Beberapa menit kemudian pesananku sudah terhidang dimeja. Wah… aroma sate dan sambal kacangnya membuat aku benar-benar tidak dapat menahan lebih lama lagi untuk tidak mencicipinya. Aku ambil satu tusuk sate itu kemudian aku gigit. Sambil makan, aku juga mengutak-atik hape-ku dan membalas sms dari bang Wando. entah sejak kapan, aku juga tidak sadar, tahu-tahu disebelahku sudah berdiri seorang Polisi berbaju kaos khas polisi yang sedang membawa sepiring sate dan minumannya.
"Permisi dek. Boleh saya duduk disini?", tanya polisi itu ramah.
"Oh… boleh pak. Silahkan", jawabku.
Aku memantau seluruh ruangan itu dan memang ternyata hanya bangku disampingku ini yang kosong. Bangku-bangku lain sudah penuh ditempati pelanggan. Wah, ramai banget malam ini warung sate bang Ono. Mungkin karena cuacanya cerah kali ya?
Awalnya aku hanya diam saja menikmati sateku. Walau disampingku sudah duduk seorang polisi ganteng, tetapi aku tidak berani macam-macam dulu.
Polisi ganteng itu semakin gagah dengan brewok tipis dirahang, dagu dan mengelilingi mulutnya. Kayaknya baru beberapa hari setelah dicukur. Wajahnya seperti model, hidungnya lumayan mancung dan senyumnya menawan.
Aku taksir tingginya sekitar 187 cm dengan berat yang ideal. Kulit polisi itu agak coklat dan rambutnya yang pendek dibikin berjambul. Keren!
"Ramai sekali ya malam ini". Dia membuka pembicaraan.
"Iya pak. Tumben-tumbennya", jawabku agak tersipu.
"Kamu sering kesini juga ya?".
"Jarang sih pak, cuman kalau lagi pengen makan sate aja. Bapak sendiri?".
"Saya juga sama. Oh, iya kenalkan nama saya Adit Gunawan". Polisi itu menjulurkan tangannya kepadaku.
Aku raih tangannya dan bersalaman.
"Arina Nayla pak".
Sabar Nay… Aku kayaknya gemetaran deh saat menjabat tangan polisi gagah dan tinggi itu. Aku benar-benar dag-dig-dug! Wow! Huhhhh… Aku buru-buru melepas jabatan tanganku agar dia tidak tahu betapa aku gugup dipandanginya dengan senyuman manis tanpa memperlihatkan giginya itu.
Kami mulai berbincang-bincang santai dan aku suka cara dia ngomong. Sangat jantan dan terlihat macho. Apalagi brewok tipisnya yang bikin aku nggak tahan.
"Pak kayaknya sudah jam sembilan nih. Aku mau pulang dulu ya, takutnya kemalaman".
"Oh, iya. Kebetulan aku juga mau pulang. Bareng yuk!", ajaknya.
Pak Adit baik sekali. Dia juga memNayarkan makananku. Kami pun pulang bareng dengan mengendarai motor masing-masing.
"Rumah kamu dimana Nay?", tanya pak Adit.
"Di jalan ****** pak. Mau mampir?".
"Kapan-kapan aja. Padahal rumahku tidak jauh dari gang ini lho. Kamu mau mampir?".
Nah, kesempatan emang nggak datang dua kali Nay. Maka aku mengiyakan saja tawaran dari pak Adit. Itung-itung aku tahu rumahnya terlebih dahulu.
Kami akhirnya sampai dirumah pak Adit. Tapi kayaknya dia tinggal sendiri. Apa jangan-jangan dia belum berkeluarga? Masa sih orang segagah dan seganteng pak Adit masih sendiri.
"Lho, emangnya istri bapak kemana? Kok rumahnya dikunci dari luar?", tanyaku melihat pak Adit membuka pintu rumahnya.
"Udah masuk aja. Aku bujangan kok".
WUHUYYYY!!!! HORE!!!! Ternyata pak Adit memang masih sendiri alias belum berkeluarga. Padahal melihat usianya yang udah matang, kayaknya aneh deh kalau beliau belum berkeluarga.
Aku pun masuk dan duduk diruang tamunya.
"Wah… rumah segede gini ditinggali sendirian aja. Apa nggak kesepian pak?".
"Kesepian juga sih, apalagi kalau malam. Nggak ada yang nemenin tidur".
"Bapak kok belum menikah? Padahal bapak ganteng dan macho banget". Aku sengaja memuji dia.
"Masa sih? Belum dapat yang srek aja Nay. Kamu mau minum?".
"Nggak perlu pak".
"jangan panggil aku bapak dong. Walau usia udah kepala tiga tetapi aku keliahatan keren kan? Panggil aku kakak aja".
"Iya deh…. Kakak polisi ganteng… hehehe…".
"Bisa aja kamu Nay. Kalau mau makan di warung bang Ono, bareng ya".
"Iya bang. Tenang aja…".
"Kamu suka banget sama sate ya, Nay?", tanya kak Adit.
"Suka dong. Tapi tadi kayaknya sate aku lupa di kasih timun deh sama bang Ono. Jadi kurang mantap deh makan satenya".
"Hmpppp… Mau makan timun nih ceritanya?".
"Nggak. Kalau mau makan timun juga nggak ada kan disini?".
"Ada kok. Ayo ikut aku", ajak kak Adit sambil bangkit berdiri dari kursi.
Aku mengikuti langkahnya.
Langit bertabur bintang. Indahnya bulan yang sudah setengah penuh mengawalku menempuh jarak beberapa kilometer menuju tukang sate langgananku. Dengan mengendarai motor matic hitamku yang aku pacu di kecepatan 40 km/jam. Sampailah aku disebuah gang besar, tempat penjual sate langgananku membuka warung. Kepulan asap pembakaran sate sudah mengetuk hidungku.
Hmmppp… aromanya khas sekali.
Deretan motor-motor pelanggan sudah berjejer didepan warung itu. Tanpa membuang waktu lagi, aku segera memarkirkan motor ditempat yang masih kosong dan langsung menuju abang tukang sate yang sibuk membolak-baik sate-satenya.
"Bang, satenya sepuluh tusuk ya". Aku memesan.
"Pakai timun nggak, Nay?". Bang Ono sudah hafal dengan wajahku.
"Pake dong… Aku duduk disana ya bang".
Aku menunjuk bangku kosong dipojok dalam warungnya.
"Tunggu ya Nay. Minumnya apa nih?".
"Es teh aja bang". Aku pun menuju bangku yang aku tunjuk tadi.
Beberapa menit kemudian pesananku sudah terhidang dimeja. Wah… aroma sate dan sambal kacangnya membuat aku benar-benar tidak dapat menahan lebih lama lagi untuk tidak mencicipinya. Aku ambil satu tusuk sate itu kemudian aku gigit. Sambil makan, aku juga mengutak-atik hape-ku dan membalas sms dari bang Wando. entah sejak kapan, aku juga tidak sadar, tahu-tahu disebelahku sudah berdiri seorang Polisi berbaju kaos khas polisi yang sedang membawa sepiring sate dan minumannya.
"Permisi dek. Boleh saya duduk disini?", tanya polisi itu ramah.
"Oh… boleh pak. Silahkan", jawabku.
Aku memantau seluruh ruangan itu dan memang ternyata hanya bangku disampingku ini yang kosong. Bangku-bangku lain sudah penuh ditempati pelanggan. Wah, ramai banget malam ini warung sate bang Ono. Mungkin karena cuacanya cerah kali ya?
Awalnya aku hanya diam saja menikmati sateku. Walau disampingku sudah duduk seorang polisi ganteng, tetapi aku tidak berani macam-macam dulu.
Polisi ganteng itu semakin gagah dengan brewok tipis dirahang, dagu dan mengelilingi mulutnya. Kayaknya baru beberapa hari setelah dicukur. Wajahnya seperti model, hidungnya lumayan mancung dan senyumnya menawan.
Aku taksir tingginya sekitar 187 cm dengan berat yang ideal. Kulit polisi itu agak coklat dan rambutnya yang pendek dibikin berjambul. Keren!
"Ramai sekali ya malam ini". Dia membuka pembicaraan.
"Iya pak. Tumben-tumbennya", jawabku agak tersipu.
"Kamu sering kesini juga ya?".
"Jarang sih pak, cuman kalau lagi pengen makan sate aja. Bapak sendiri?".
"Saya juga sama. Oh, iya kenalkan nama saya Adit Gunawan". Polisi itu menjulurkan tangannya kepadaku.
Aku raih tangannya dan bersalaman.
"Arina Nayla pak".
Sabar Nay… Aku kayaknya gemetaran deh saat menjabat tangan polisi gagah dan tinggi itu. Aku benar-benar dag-dig-dug! Wow! Huhhhh… Aku buru-buru melepas jabatan tanganku agar dia tidak tahu betapa aku gugup dipandanginya dengan senyuman manis tanpa memperlihatkan giginya itu.
Kami mulai berbincang-bincang santai dan aku suka cara dia ngomong. Sangat jantan dan terlihat macho. Apalagi brewok tipisnya yang bikin aku nggak tahan.
"Pak kayaknya sudah jam sembilan nih. Aku mau pulang dulu ya, takutnya kemalaman".
"Oh, iya. Kebetulan aku juga mau pulang. Bareng yuk!", ajaknya.
Pak Adit baik sekali. Dia juga memNayarkan makananku. Kami pun pulang bareng dengan mengendarai motor masing-masing.
"Rumah kamu dimana Nay?", tanya pak Adit.
"Di jalan ****** pak. Mau mampir?".
"Kapan-kapan aja. Padahal rumahku tidak jauh dari gang ini lho. Kamu mau mampir?".
Nah, kesempatan emang nggak datang dua kali Nay. Maka aku mengiyakan saja tawaran dari pak Adit. Itung-itung aku tahu rumahnya terlebih dahulu.
Kami akhirnya sampai dirumah pak Adit. Tapi kayaknya dia tinggal sendiri. Apa jangan-jangan dia belum berkeluarga? Masa sih orang segagah dan seganteng pak Adit masih sendiri.
"Lho, emangnya istri bapak kemana? Kok rumahnya dikunci dari luar?", tanyaku melihat pak Adit membuka pintu rumahnya.
"Udah masuk aja. Aku bujangan kok".
WUHUYYYY!!!! HORE!!!! Ternyata pak Adit memang masih sendiri alias belum berkeluarga. Padahal melihat usianya yang udah matang, kayaknya aneh deh kalau beliau belum berkeluarga.
Aku pun masuk dan duduk diruang tamunya.
"Wah… rumah segede gini ditinggali sendirian aja. Apa nggak kesepian pak?".
"Kesepian juga sih, apalagi kalau malam. Nggak ada yang nemenin tidur".
"Bapak kok belum menikah? Padahal bapak ganteng dan macho banget". Aku sengaja memuji dia.
"Masa sih? Belum dapat yang srek aja Nay. Kamu mau minum?".
"Nggak perlu pak".
"jangan panggil aku bapak dong. Walau usia udah kepala tiga tetapi aku keliahatan keren kan? Panggil aku kakak aja".
"Iya deh…. Kakak polisi ganteng… hehehe…".
"Bisa aja kamu Nay. Kalau mau makan di warung bang Ono, bareng ya".
"Iya bang. Tenang aja…".
"Kamu suka banget sama sate ya, Nay?", tanya kak Adit.
"Suka dong. Tapi tadi kayaknya sate aku lupa di kasih timun deh sama bang Ono. Jadi kurang mantap deh makan satenya".
"Hmpppp… Mau makan timun nih ceritanya?".
"Nggak. Kalau mau makan timun juga nggak ada kan disini?".
"Ada kok. Ayo ikut aku", ajak kak Adit sambil bangkit berdiri dari kursi.
Aku mengikuti langkahnya.
Setelah sampai di dapur…
"Mana timunnya kak? Becanda nih…".
"Siapa yang bercanda".
Set! Kak Adit mendekat kearahku dan menekan tubuhku ke arah meja masak. Dia menempelkan tubuhnya ketubuhku dan menatap mataku. Wajah berjambangnya menunduk karena kami memang memiliki selisih tinggi 27 cm.
"Nay. Kamu mau mentimun? Aku punya mentimun besar nih. Enak lagi. Mau nggak?".
"Maksud kakak?".
"Aku horny lihat kamu Nay".
Dia mendekatkan bibirnya kearah bibirku dan kami pun berciuman mesra.
Walau aku masih dalam keadaan kaget, tetapi aku berusaha mencelemoti lidahnya untuk mengimbangi ciuman kak Adit. Aku merasakan ada benda yang lunak menyentuh bibirku. Tidak hanya menyentuh, benda itu juga sudah melumat bibirku dengan halus. Aku langsung tahu, kak Adit tengan menciumku dengan penuh cinta. Wajah kak Adit sangat dekat dengan wajahku dan tangannya merangkul pinggangku.
Untuk beberapa lama, kak Adit masih melumat bibirku. Kalau mau jujur aku juga ikut menikmatinya. Bahkan beberapa saat secara refleks aku juga membalas melumat bibir Adit. Sampai kemudian aku tersadar, lalu aku dorong dada bidang kak Adit hingga dia terjengkang kebelakang.
"Kak seharusnya ini gak boleh terjadi", kataku dengan nada bergetar menahan rasa malu dan sungkan yang menggumpal dihatiku.
" Maaf Nay, mungkin aku terlalu nekat. Seharusnya aku sadar ini tidak wajar. Tapi inilah kenyataannya, aku suka sama kamu", ujarnya lirih sambil duduk di kursi meja makan.
Aku melunak dan mendekatinya.
"Kakak nggak mempermainkan aku kan?", tanyaku.
"Tidak Nay. Apa aku terlihat bercanda?", tanya kak Adit dengan wajah serius.
Aku tertunduk.
Kak Adit kembali berdiri dan menggenggam tanganku lalu membawa aku kekamarnya. Sesampainya di kamar dia lepaskan tanganku dan dia duduk ditepi tempat tidur.
Kami terdiam sejenak.
Tiba-tiba kak Adit menarik tanganku sehingga aku terduduk dipangkuannya. Tanpa berkata apa-apa dia langsung mencium bibirku lagi. Aku tidak sempat menghindar, bahkan aku juga membiarkannya ketika bibir dan kumisnya menempel kebibirku hingga beberapa saat. Dadaku semakin berdegub kencang ketika kurasakan bibir halus kak Adit melumat mulutku.
Lidah kak Adit menelusup kecelah bibirku dan menggelitik hampir semua rongga mulutku. Mendapat serangan itu darahku seperti berdesir, sementara bulu tengkukku merinding.
Aku lepaskan bibirku dari bibir kak Adit dan aku dorong dadanya supaya dia melepaskan pelukannya pada diriku.
" Kak, jangan Kak. Ini nggak pan-tas kita lakuakan! " kataku terbata-bata.
Kak Adit memang melepas ciumannya dibibirku, tetapi kedua tangannya yang kekar dan kuat masih tetap memeluk pinggangku denagn erat. Aku juga masih terduduk dipangkuannya.
" Memang benar. Tetapi aku suka kamu Nay. Kamu mau kan jadi pacarku?". Ujar kak Adit yang terdengar seperti desahan.
Aku terdiam dan tampaknya kebisuanku ini memberikan jawaban bahwa aku juga menginginkannya.
Setelah itu kak Adit kembali mendaratkan ciuman. Dia menjilati dan menciumi seluruh wajahku, lalu merambat keleher dan telingaku. Aku memang pasif dan diam, namun perlahan tapi pasti nafsu birahi semakin kuat menguasaiku. Harus kuakui, kak Adit sangat pandai mengobarkan birahiku. Jilatan demi jilatan lidahnya keleherku benar-benar telah membuatku terbakar dalam kenikmatan.
Kak Adit sendiri tampaknya juga mulai terangsang. Aku dapat merasakn nafasnya mulai terengah-engah. Sementara aku semakin tak kuat untuk menahan erangan. Maka aku pun mendesis-desis untuk menahan kenikmatan yang mulai membakar kesadaranku. Setelah itu tiba-tiba tangan kak Adit yang kekar itu membuka kancing bajuku. Tampaklah tubuhku yang berwarna putih bersih itu terbuka didepannya. Secara refleks aku masih coba berontak, jual mahal.
" Cukup Kak! Jangan sampai kesitu.." Kataku sambil agak meronta dari pelukannya.
" Takut dengan siapa Nay? Toh gak ada yang tahu, percaya sama kakak. Aku akan memuaskan Nayla." Jawab kak Adit dengan nafas memburu.
Seperti tidak perduli dengan protesku, Polisi itu telah melepas bajuku.
Meskipun aku berusaha meronta, namun tidak berguna sama sekali. Sebab tubuh tinggi kak Adit yang tegap dan kuat itu mendekapku dengan sangat erat.
Kini, dipelukan kak Adit, tubuh atasku terbuka tanpa tertutup sehelai kainpun. Tanganku direntangkannya. Setelah itu kak Adit mengangkat dan merebahkan tubuhku ditempat tidur. Tanpa membuang waktu, bibirnya melumat salah satu putingku sementara salah satu tangannya juga langsung memelintir putingku yang satunya. Bagaikan seekor singa buas dia menjilati dan memilin-milin putingku.
Kini aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain megap-megap dan mengerang karena kenikmatan yang mencengkeramku. Aku menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan karena rasa geli dan nikmat ketika bibir dan lidah kak Adit menjilat dan melumat putingku.
" Kamu manis sekali kalau kayak gini.. A.. aku makin nggak ta.. tahan.. ,sayang.. ".
Kata-kata kak Adit terputus-putus karena nafsu birahi yang kian memuncak.
"Mana timunnya kak? Becanda nih…".
"Siapa yang bercanda".
Set! Kak Adit mendekat kearahku dan menekan tubuhku ke arah meja masak. Dia menempelkan tubuhnya ketubuhku dan menatap mataku. Wajah berjambangnya menunduk karena kami memang memiliki selisih tinggi 27 cm.
"Nay. Kamu mau mentimun? Aku punya mentimun besar nih. Enak lagi. Mau nggak?".
"Maksud kakak?".
"Aku horny lihat kamu Nay".
Dia mendekatkan bibirnya kearah bibirku dan kami pun berciuman mesra.
Walau aku masih dalam keadaan kaget, tetapi aku berusaha mencelemoti lidahnya untuk mengimbangi ciuman kak Adit. Aku merasakan ada benda yang lunak menyentuh bibirku. Tidak hanya menyentuh, benda itu juga sudah melumat bibirku dengan halus. Aku langsung tahu, kak Adit tengan menciumku dengan penuh cinta. Wajah kak Adit sangat dekat dengan wajahku dan tangannya merangkul pinggangku.
Untuk beberapa lama, kak Adit masih melumat bibirku. Kalau mau jujur aku juga ikut menikmatinya. Bahkan beberapa saat secara refleks aku juga membalas melumat bibir Adit. Sampai kemudian aku tersadar, lalu aku dorong dada bidang kak Adit hingga dia terjengkang kebelakang.
"Kak seharusnya ini gak boleh terjadi", kataku dengan nada bergetar menahan rasa malu dan sungkan yang menggumpal dihatiku.
" Maaf Nay, mungkin aku terlalu nekat. Seharusnya aku sadar ini tidak wajar. Tapi inilah kenyataannya, aku suka sama kamu", ujarnya lirih sambil duduk di kursi meja makan.
Aku melunak dan mendekatinya.
"Kakak nggak mempermainkan aku kan?", tanyaku.
"Tidak Nay. Apa aku terlihat bercanda?", tanya kak Adit dengan wajah serius.
Aku tertunduk.
Kak Adit kembali berdiri dan menggenggam tanganku lalu membawa aku kekamarnya. Sesampainya di kamar dia lepaskan tanganku dan dia duduk ditepi tempat tidur.
Kami terdiam sejenak.
Tiba-tiba kak Adit menarik tanganku sehingga aku terduduk dipangkuannya. Tanpa berkata apa-apa dia langsung mencium bibirku lagi. Aku tidak sempat menghindar, bahkan aku juga membiarkannya ketika bibir dan kumisnya menempel kebibirku hingga beberapa saat. Dadaku semakin berdegub kencang ketika kurasakan bibir halus kak Adit melumat mulutku.
Lidah kak Adit menelusup kecelah bibirku dan menggelitik hampir semua rongga mulutku. Mendapat serangan itu darahku seperti berdesir, sementara bulu tengkukku merinding.
Aku lepaskan bibirku dari bibir kak Adit dan aku dorong dadanya supaya dia melepaskan pelukannya pada diriku.
" Kak, jangan Kak. Ini nggak pan-tas kita lakuakan! " kataku terbata-bata.
Kak Adit memang melepas ciumannya dibibirku, tetapi kedua tangannya yang kekar dan kuat masih tetap memeluk pinggangku denagn erat. Aku juga masih terduduk dipangkuannya.
" Memang benar. Tetapi aku suka kamu Nay. Kamu mau kan jadi pacarku?". Ujar kak Adit yang terdengar seperti desahan.
Aku terdiam dan tampaknya kebisuanku ini memberikan jawaban bahwa aku juga menginginkannya.
Setelah itu kak Adit kembali mendaratkan ciuman. Dia menjilati dan menciumi seluruh wajahku, lalu merambat keleher dan telingaku. Aku memang pasif dan diam, namun perlahan tapi pasti nafsu birahi semakin kuat menguasaiku. Harus kuakui, kak Adit sangat pandai mengobarkan birahiku. Jilatan demi jilatan lidahnya keleherku benar-benar telah membuatku terbakar dalam kenikmatan.
Kak Adit sendiri tampaknya juga mulai terangsang. Aku dapat merasakn nafasnya mulai terengah-engah. Sementara aku semakin tak kuat untuk menahan erangan. Maka aku pun mendesis-desis untuk menahan kenikmatan yang mulai membakar kesadaranku. Setelah itu tiba-tiba tangan kak Adit yang kekar itu membuka kancing bajuku. Tampaklah tubuhku yang berwarna putih bersih itu terbuka didepannya. Secara refleks aku masih coba berontak, jual mahal.
" Cukup Kak! Jangan sampai kesitu.." Kataku sambil agak meronta dari pelukannya.
" Takut dengan siapa Nay? Toh gak ada yang tahu, percaya sama kakak. Aku akan memuaskan Nayla." Jawab kak Adit dengan nafas memburu.
Seperti tidak perduli dengan protesku, Polisi itu telah melepas bajuku.
Meskipun aku berusaha meronta, namun tidak berguna sama sekali. Sebab tubuh tinggi kak Adit yang tegap dan kuat itu mendekapku dengan sangat erat.
Kini, dipelukan kak Adit, tubuh atasku terbuka tanpa tertutup sehelai kainpun. Tanganku direntangkannya. Setelah itu kak Adit mengangkat dan merebahkan tubuhku ditempat tidur. Tanpa membuang waktu, bibirnya melumat salah satu putingku sementara salah satu tangannya juga langsung memelintir putingku yang satunya. Bagaikan seekor singa buas dia menjilati dan memilin-milin putingku.
Kini aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain megap-megap dan mengerang karena kenikmatan yang mencengkeramku. Aku menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan karena rasa geli dan nikmat ketika bibir dan lidah kak Adit menjilat dan melumat putingku.
" Kamu manis sekali kalau kayak gini.. A.. aku makin nggak ta.. tahan.. ,sayang.. ".
Kata-kata kak Adit terputus-putus karena nafsu birahi yang kian memuncak.
Kemudian kak Adit juga menciumi perut dan pusarku. Dengan lidahnya, dia pandai sekali mengelitik puting hingga perutku. Sekali lagi aku hanya mendesis-desis mendapat rangsangan yang menggelora itu. Kemudian tanpa kuduga, dengan cepat kak Adit melepas celana dan celana dalamku dalam sekali tarikan. Lagi-lagi aku berusaha melawan, tetapi dengan tubuh besar 187 cm-nya dan tenaga kuat yang dimiliki polisi gagah itu, dengan mudah dia menaklukkan perlawananku.
Sekarang tubuhku yang kecil dan putih itu benar-benar telanjang bulat dihadapan kak Adit. Kak Adit berhasil memaksaku. Sementara aku seperti pasrah tanpa daya diatas kasur tersebut.
"Kak.. aku belum kasih kabar ke orang tuaku kalau aku pulang larut malam. Sudah ya kak… " Pintaku sambil meringkuk diatas tempat tidur.
" Nay.. apa.. kamu.. nggak kasihan padaku sayang? Aku sudah terlanjur terbakar.. Aku nggak kuat lagi sayang. Please aku.. mohon " Kata kak Adit masih dengan terbata-bata dan wajah yang memelas.
Entah karena tidak tega atau karena aku sendiri juga telah terlanjur terbakar birahi memandangi wajahnya yang maskulin abis, aku diam saja ketika kak Adit kembali menggarap tubuhku. Bibir dan salah satu tangannya menggarap kedua putingku, sementara tangan yang satunya lagi mengusap-usap paha dan selangkangan kakiku. Mataku benar-benar merem-melek merasakan kenikamatan itu. Sementara nafasku juga semakin terengah-engah.
Tiba-tiba kak Adit beranjak dan dengan cepat melepas semua pakaian yang menempel ditubuhnya. Kini dia sama denganku, telanjang bulat. Ya ampun, aku tidak dapat percaya, kini aku telanjang dalam satu kamar dengan laki-laki yang mirip aktor film itu, ohhhhhh... Aku melihat tubuh Adit yang memang benar-benar atletis, besar dan kekar walau perutnya tidak six packs tetapi rata dan tidak buncit. Dia lebih tinggi dan lebih besar dibandingkan dengan pacar-pacar polisiku yang lain.
Tetapi yang membuat dadaku berdegub lebih keras adalah benda diselangkangan kak Adit. Benda yang besarnya hampir sama denagn lenganku itu berwarna coklat muda dan kini tegak mengacung. Panjangnya aku taksir tidak kurang dari 22 cm, sementara diameternya sekitar 5 cm. Sungguh aku tidak percaya bisa merasakan kontol kak Adit yang besar dan sepanjang ini. Perasaanku bercampur baur antara ngeri, gemes dan penasaran.
Kini tubuh telanjang kak Adit mendekapku. Darahku seperti terkesiap ketika merasakan dada bidangnya menempel erat dadaku. Ada sensasi hebat yang melandaku, ketika dada yang kekar itu merapat dengan tubuhku. Ohh, baru kali ini kurasakan dekapan yang begitu mendebarkan. Dia masih meciumi sekujur tubuhku, sementara tangannya juga tidak kenal lelah memilin-milin putingku yang semakin keras. Sekali lagi, sebelumnya tidak pernah kurasakan sensasi dan rangsangan sedahsyat ini.
Kakiku diangkatnya agar mempermudah kontolnya masuk. Aku tersentak ketika kurasakan ada benda yang masuk dan menggelitik lubang memekku.
Ternyata kak Adit nekat memasukkan jari tangannya kedalam memekku. Dia memutar-mutar telunjuknya didalam lubang memekku, sehingga aku benar-benar hampir tidak kuat lagi menahan kenikmatan yang menderaku.
Mendapat serangan yang luar biasa nikmat itu, secara refleks aku memutar-muatarkan pantatku. Toh, aku masih berusaha menolaknya.
"Kak, jangan sampai dimasukkan jarinya, cukup diluaran saja! " Pintaku.
Tetapi lagi-lagi kak Adit tidak menggubrisku. Selanjutnya dia menelusupkan kepalanya di memekku, lalu bibir dan lidahnya melumat habis memekku. Aku tergetar hebat mendapatkan rangsangan ini. Tidak kuat lagi menahan kenikmatan itu, tanpa sadar tanganku menjambak rambut berjambul kak Adit yang masih terengah-engah di memekku. Kini aku telah benar-benar tenggelam dalam birahi.
Ketika kenikmatan birahi benar-benar menguasaiku, dengan tiba-tiba, kak Adit melepaskanku dan berdiri di tepi tempat tidur. Dia mengocok-ngok batang penisnya yang berukuran luar biasa tersebut.
" Udah hampir setengah jam, dari tadi aku terus yang aktif, capek nih. Sekaran gantian Nayla dong yang aktif.. ", pinta kak Adit dengan senyum manja.
"Nayla nggak bisa kak, lagian Nayla masih takut dengan mentimun kakak yang gede banget itu", jawabku dengan malu-malu.
"Oke kalau gitu pegang aja iniku. Please, kumohon sayang..", ujarnya sambil menyodorkan batang penis besar itu kehadapanku.
Sekarang tubuhku yang kecil dan putih itu benar-benar telanjang bulat dihadapan kak Adit. Kak Adit berhasil memaksaku. Sementara aku seperti pasrah tanpa daya diatas kasur tersebut.
"Kak.. aku belum kasih kabar ke orang tuaku kalau aku pulang larut malam. Sudah ya kak… " Pintaku sambil meringkuk diatas tempat tidur.
" Nay.. apa.. kamu.. nggak kasihan padaku sayang? Aku sudah terlanjur terbakar.. Aku nggak kuat lagi sayang. Please aku.. mohon " Kata kak Adit masih dengan terbata-bata dan wajah yang memelas.
Entah karena tidak tega atau karena aku sendiri juga telah terlanjur terbakar birahi memandangi wajahnya yang maskulin abis, aku diam saja ketika kak Adit kembali menggarap tubuhku. Bibir dan salah satu tangannya menggarap kedua putingku, sementara tangan yang satunya lagi mengusap-usap paha dan selangkangan kakiku. Mataku benar-benar merem-melek merasakan kenikamatan itu. Sementara nafasku juga semakin terengah-engah.
Tiba-tiba kak Adit beranjak dan dengan cepat melepas semua pakaian yang menempel ditubuhnya. Kini dia sama denganku, telanjang bulat. Ya ampun, aku tidak dapat percaya, kini aku telanjang dalam satu kamar dengan laki-laki yang mirip aktor film itu, ohhhhhh... Aku melihat tubuh Adit yang memang benar-benar atletis, besar dan kekar walau perutnya tidak six packs tetapi rata dan tidak buncit. Dia lebih tinggi dan lebih besar dibandingkan dengan pacar-pacar polisiku yang lain.
Tetapi yang membuat dadaku berdegub lebih keras adalah benda diselangkangan kak Adit. Benda yang besarnya hampir sama denagn lenganku itu berwarna coklat muda dan kini tegak mengacung. Panjangnya aku taksir tidak kurang dari 22 cm, sementara diameternya sekitar 5 cm. Sungguh aku tidak percaya bisa merasakan kontol kak Adit yang besar dan sepanjang ini. Perasaanku bercampur baur antara ngeri, gemes dan penasaran.
Kini tubuh telanjang kak Adit mendekapku. Darahku seperti terkesiap ketika merasakan dada bidangnya menempel erat dadaku. Ada sensasi hebat yang melandaku, ketika dada yang kekar itu merapat dengan tubuhku. Ohh, baru kali ini kurasakan dekapan yang begitu mendebarkan. Dia masih meciumi sekujur tubuhku, sementara tangannya juga tidak kenal lelah memilin-milin putingku yang semakin keras. Sekali lagi, sebelumnya tidak pernah kurasakan sensasi dan rangsangan sedahsyat ini.
Kakiku diangkatnya agar mempermudah kontolnya masuk. Aku tersentak ketika kurasakan ada benda yang masuk dan menggelitik lubang memekku.
Ternyata kak Adit nekat memasukkan jari tangannya kedalam memekku. Dia memutar-mutar telunjuknya didalam lubang memekku, sehingga aku benar-benar hampir tidak kuat lagi menahan kenikmatan yang menderaku.
Mendapat serangan yang luar biasa nikmat itu, secara refleks aku memutar-muatarkan pantatku. Toh, aku masih berusaha menolaknya.
"Kak, jangan sampai dimasukkan jarinya, cukup diluaran saja! " Pintaku.
Tetapi lagi-lagi kak Adit tidak menggubrisku. Selanjutnya dia menelusupkan kepalanya di memekku, lalu bibir dan lidahnya melumat habis memekku. Aku tergetar hebat mendapatkan rangsangan ini. Tidak kuat lagi menahan kenikmatan itu, tanpa sadar tanganku menjambak rambut berjambul kak Adit yang masih terengah-engah di memekku. Kini aku telah benar-benar tenggelam dalam birahi.
Ketika kenikmatan birahi benar-benar menguasaiku, dengan tiba-tiba, kak Adit melepaskanku dan berdiri di tepi tempat tidur. Dia mengocok-ngok batang penisnya yang berukuran luar biasa tersebut.
" Udah hampir setengah jam, dari tadi aku terus yang aktif, capek nih. Sekaran gantian Nayla dong yang aktif.. ", pinta kak Adit dengan senyum manja.
"Nayla nggak bisa kak, lagian Nayla masih takut dengan mentimun kakak yang gede banget itu", jawabku dengan malu-malu.
"Oke kalau gitu pegang aja iniku. Please, kumohon sayang..", ujarnya sambil menyodorkan batang penis besar itu kehadapanku.
Dengan malu-malu kupegang batang yang besar dan berotot itu. Lagi-lagi berdebar-debar dan darahku berdesir ketika tanganku mulai memegang penis kak Adit. Sejenak aku sempat membayangkan bagaimana nikmatnya jika penis yang besar dan keras itu dimasukkan kelubang memekku, uhhh...
" Besaran mana sama milik pacar kamu…??", goda kak Adit.
Aku tidak menjawab walau dalam hati aku mengakui, penis kak Adit jauh lebih panjang dan lebih besar dibandingkan milik pacar ku.
" Diapakan nih kak? Sumpah Nayla nggak tahu menahu masalah kayak beginian", kataku berbohong sambil memegang penis kak Adit.
" Oke, biar gampang, dikocok aja sayang. Bisakan? " Jawabnya dengan lembut.
Dengan dada berdegub kencang, kukocok perlahan-lahan penis yang besar milik kak Adit. Ada sensasi tersendiri ketika aku mulai mengocok kontol kak Adit yang sangat besar tersebut. Gila, tanganku hampir tidak cukup memegangnya. Aku berharap dengan kukocok penisnya, sperma Polisi tampan ini cepat muncrat, sehingga dia tidak berbuat lebih jauh kepada diriku.
Kak Adit yang kini telentang disampingku memejamkan matanya ketika tanganku mulai naik turun mengocok batang kontolnya.
Napasnya mendengus-dengus, tanda kalau nafsunya sudah meningkat lagi. Aku sendiri juga terangsang melihat tubuh tinggi besar dihadapanku seperti tidak berdaya dikuasai rasa nikmat.
Tiba-tiba dia memutar tubuhnya, sehingga kepalanya kini tepat berada di selangkanganku dan mulai mencari memekku sebaliknya kepalaku juga tepat menghadap selangkangannya.
Adit kembali melumat lubang memekku. Lidahnya menjilat-jilat tanpa henti dimemekku. Sementara aku masih terus mengocok batang penis kak Adit dengan tanganku.
Kini kami berdua berkelejotan, sementara nafas kami juga saling memburu.
Setelah itu kak Adit beranjak dan dengan cepat dia menindihku. Dari kaca lemari yang terletak disebelah samping tempat tidur, aku bisa melihat tubuh kecilku seperti tenggelam dikasur busa ketika tubuh kak Adit yang tinggi besar mulai menindihku.
Dadaku deg-degan melihat adegan kami melalui kaca lemari itu. Gila batinku, kini aku yang telanjang digumuli oleh lelaki yang juga sedang telanjang.
Kak Adit kembali melumat bibirku. kali ini teramat lembut. Gilanya lagi, aku tanpa malu lagi membalas ciumannya. Lidahku kujulurkan untuk menggelitik rongga mulutnya. Kak Adit terpejam merasakan seranganku, sementara tangan kekarnya masih erat memelukku, seperti tidak akan dilepas lagi.
Bermenit-menit kami terus berpagutan saling memompa birahi masing-masing. Peluh kami mengucur deras dan berbaur ditubuhku dan tubuh
kak Adit. Dalam posisi itu tiba-tiba kurasakan ada benda yang kenyal mengganjal diatas perutku. Ohh, aku semakin terangsang luar biasa ketika kusadari benda yang mengganjal itu adalah batang kemaluan kak Adit.
Tiba-tiba kurasakan batang zakar itu mengganjal tepat dibibir memekku. Rupanya kak Adit nekat berusaha memasukkan batang penisnya kememekku. Tentu saja aku tersentak.
"Kak.. jangan dimasukkan..! " Kataku sambil tersengal-sengal menahan nikmat.
Aku tidak tahu apakah permintaan aku itu tulus, sebab disisi hatiku yang lain sejujurnya aku juga ingin merasakan betapa nikmatnya ketika batang kemaluan yang besar itu masuk kelubang memekku.
" Oke.. kalau nggak boleh diamasukkan, kakak gesek-gesekkan dibibirnya saja ya? " Jawab kak Adit juga dengan nafas yang terengah-engah.
Kemudian kak Adit kembali memasang ujung penisnya tepat dicelah memekku. Sungguh aku deg-degan luar biasa ketika merasakan kepala batang kontol itu menyentuh bibir memekku. Namun karena batang kontol kak Adit memang berukuran super besar, dia sangat sulit memasukkannnya kedalam memekku.
Setelah sedikit dipaksa, akhirnya ujung kemaluan kak Adit berhasil menerobos memekku. Ya ampun, aku menggeliat hebat ketika ujung penis yang besar itu mulai menerobos masuk.
Walaupun mulanya sedikit perih, tetapi selanjutnya rasa nikmatnya sungguh tada tiara. Seperti janji kak Adit, penisnya berukuran jumbo itu hanya digesek-gesekan dibibir memekku saja. Meskipun hanya begitu, kenikmatan yang kurasa betul-betul membuatku hampir teriak histeris. Sungguh batang zakar kak Adit itu luar biasa nikmatnya.
Kak Adit terus menerus mamaju-mundurkan batang penis sebatas dibibir memekku. Keringat kami berdua semakin deras mengalir, semenatara mulut kami masih terus berpagutan.
" Ayoohh.. ngoommoong saayang, giimaanna raasaanyaa..?? ahhhhhh… " Kata kak Adit tersengal-sengal.
" Oohh.. teeruuss.. Kakkk.. teeruss..!", ujarku sama-sama tersengal.
Entah bagaimana awal mulanya, tiba-tiba kurasakan batang kemaluan yang besar itu telah amblas semua kedalam memekku. Bless, perlahan tapi pasti batang kemaluan yang besar itu melesak kedalam lubang kenikmatanku.
" Besaran mana sama milik pacar kamu…??", goda kak Adit.
Aku tidak menjawab walau dalam hati aku mengakui, penis kak Adit jauh lebih panjang dan lebih besar dibandingkan milik pacar ku.
" Diapakan nih kak? Sumpah Nayla nggak tahu menahu masalah kayak beginian", kataku berbohong sambil memegang penis kak Adit.
" Oke, biar gampang, dikocok aja sayang. Bisakan? " Jawabnya dengan lembut.
Dengan dada berdegub kencang, kukocok perlahan-lahan penis yang besar milik kak Adit. Ada sensasi tersendiri ketika aku mulai mengocok kontol kak Adit yang sangat besar tersebut. Gila, tanganku hampir tidak cukup memegangnya. Aku berharap dengan kukocok penisnya, sperma Polisi tampan ini cepat muncrat, sehingga dia tidak berbuat lebih jauh kepada diriku.
Kak Adit yang kini telentang disampingku memejamkan matanya ketika tanganku mulai naik turun mengocok batang kontolnya.
Napasnya mendengus-dengus, tanda kalau nafsunya sudah meningkat lagi. Aku sendiri juga terangsang melihat tubuh tinggi besar dihadapanku seperti tidak berdaya dikuasai rasa nikmat.
Tiba-tiba dia memutar tubuhnya, sehingga kepalanya kini tepat berada di selangkanganku dan mulai mencari memekku sebaliknya kepalaku juga tepat menghadap selangkangannya.
Adit kembali melumat lubang memekku. Lidahnya menjilat-jilat tanpa henti dimemekku. Sementara aku masih terus mengocok batang penis kak Adit dengan tanganku.
Kini kami berdua berkelejotan, sementara nafas kami juga saling memburu.
Setelah itu kak Adit beranjak dan dengan cepat dia menindihku. Dari kaca lemari yang terletak disebelah samping tempat tidur, aku bisa melihat tubuh kecilku seperti tenggelam dikasur busa ketika tubuh kak Adit yang tinggi besar mulai menindihku.
Dadaku deg-degan melihat adegan kami melalui kaca lemari itu. Gila batinku, kini aku yang telanjang digumuli oleh lelaki yang juga sedang telanjang.
Kak Adit kembali melumat bibirku. kali ini teramat lembut. Gilanya lagi, aku tanpa malu lagi membalas ciumannya. Lidahku kujulurkan untuk menggelitik rongga mulutnya. Kak Adit terpejam merasakan seranganku, sementara tangan kekarnya masih erat memelukku, seperti tidak akan dilepas lagi.
Bermenit-menit kami terus berpagutan saling memompa birahi masing-masing. Peluh kami mengucur deras dan berbaur ditubuhku dan tubuh
kak Adit. Dalam posisi itu tiba-tiba kurasakan ada benda yang kenyal mengganjal diatas perutku. Ohh, aku semakin terangsang luar biasa ketika kusadari benda yang mengganjal itu adalah batang kemaluan kak Adit.
Tiba-tiba kurasakan batang zakar itu mengganjal tepat dibibir memekku. Rupanya kak Adit nekat berusaha memasukkan batang penisnya kememekku. Tentu saja aku tersentak.
"Kak.. jangan dimasukkan..! " Kataku sambil tersengal-sengal menahan nikmat.
Aku tidak tahu apakah permintaan aku itu tulus, sebab disisi hatiku yang lain sejujurnya aku juga ingin merasakan betapa nikmatnya ketika batang kemaluan yang besar itu masuk kelubang memekku.
" Oke.. kalau nggak boleh diamasukkan, kakak gesek-gesekkan dibibirnya saja ya? " Jawab kak Adit juga dengan nafas yang terengah-engah.
Kemudian kak Adit kembali memasang ujung penisnya tepat dicelah memekku. Sungguh aku deg-degan luar biasa ketika merasakan kepala batang kontol itu menyentuh bibir memekku. Namun karena batang kontol kak Adit memang berukuran super besar, dia sangat sulit memasukkannnya kedalam memekku.
Setelah sedikit dipaksa, akhirnya ujung kemaluan kak Adit berhasil menerobos memekku. Ya ampun, aku menggeliat hebat ketika ujung penis yang besar itu mulai menerobos masuk.
Walaupun mulanya sedikit perih, tetapi selanjutnya rasa nikmatnya sungguh tada tiara. Seperti janji kak Adit, penisnya berukuran jumbo itu hanya digesek-gesekan dibibir memekku saja. Meskipun hanya begitu, kenikmatan yang kurasa betul-betul membuatku hampir teriak histeris. Sungguh batang zakar kak Adit itu luar biasa nikmatnya.
Kak Adit terus menerus mamaju-mundurkan batang penis sebatas dibibir memekku. Keringat kami berdua semakin deras mengalir, semenatara mulut kami masih terus berpagutan.
" Ayoohh.. ngoommoong saayang, giimaanna raasaanyaa..?? ahhhhhh… " Kata kak Adit tersengal-sengal.
" Oohh.. teeruuss.. Kakkk.. teeruss..!", ujarku sama-sama tersengal.
Entah bagaimana awal mulanya, tiba-tiba kurasakan batang kemaluan yang besar itu telah amblas semua kedalam memekku. Bless, perlahan tapi pasti batang kemaluan yang besar itu melesak kedalam lubang kenikmatanku.
Memekku terasa penuh sesak oleh batang penis kak Adit yang sangat-sangat besar itu.
"Lohh..? Kakkk..! Dimaassuukiin seemmuanya yah..? " Tanyaku.
" Taanguung, saayang. Aku nggak tahhan..! " Ujarnya dengan terus memompa memekku secara perlahan.
Entahlah, kali ini aku tidak protes. Ketika batang penis itu amblas semua didalam memekku, aku hanya dapat terengah-engah dan merasakan kenikmatan yang kini semakin tak tertahankan. Begitu besarnya penis si Polisi brewok itu, sehingga lubang memekku terasa sangat sempit.
Sementara karena tubuhnya yang berat, batang penis kak Adit semakin tertekan kedalam memekku dan melesak hingga kedasar usus besarku. Sangat terasa sekali bagaimana rasanya batang kontol menggesek-gesek dinding memekku.
Tanpa sadar aku pun mengimbangi genjotan kak Adit dengan menggoyang pantatku. Kini tubuh rampingku seperti timbul tenggelam diatas kasur busa ditindih oleh tubuh besar, tinggi dan kekarnya kak Adit. Semakin lama, genjotan kak Adit semakin cepat dan keras, sehingga badanku tersentak-sentak dengan hebat.
Plak.. , plok.. ,plak.. , plak.. ,
begitulah bunyi batang kontol kak Adit yang terus memompa memekku.
" Teerruss kak.. Aakuu.. auhhh… enakkkkk". Erangku berulang-ulang.
Sungguh ini permainan seks yang paling nikmat yang pernah kurasakan dalam sepuluh hari ini. Aku sudah tidak berpikir lagi tentang pacar ku. Kak Adit benar-benar telah menenggelamkan aku dalam gelombang kenikmatan.
Tidak berapa lama kemudian, aku merasakan nikmat yang luar biasa disekujur tubuhku. Badanku mengelepar-gelepar dibawah genjetan tubuh kak Adit. Seketika itu seperti tidak sadar, kuciumi lebih berani bibir kak Adit dan kupeluk erat-erat.
"Kak.. aakkuu.. haampiir.. keluarrr..! " desahku ketika hampir mencapai puncak kenikamatan.
Aku mencapai orgasme.
Tahu aku hampir orgasme, kak Adit semakin kencang menghunjam-hunjamkan batang kejantanannya keselangkanganku. Saat itu tubuhku semakin meronta-ronta dibawah dekapan kak Adit yang kuat. Akibatnya, tak lama kemudian aku benar-benar mencapai klimaks.
" Kalau kamu puas.. saayaang... aakuu.. juga… ikuut.. puuaas.!" Desah kak Adit.
" ooh.. aauuhh.. aakkuu.. keluar kakkkk..! " Jawabku.
Seketika dengan refleks tangan kananku menjambak rambut kak Adit, sedangkan tangan kiriku memeluknya erat-erat. Pantatku kunaikkan keatas agar batang kemaluan kak Adit dapat menancap sedalam-dalamnya.
Setelah kenikmatan puncak itu, tubuhku melemas dengan sendirinya. Adit juga menghentikan genjotannya.
" Aku belum keluar sayang.. Tahan sebentar ya.. Aku terusin dulu..! " Ujarnya lembut sambil mengecup pipiku.
Gila aku bisa orgasme. Tentu saja ini semua karena kak Adit yang perkasa. Selain itu batang kejantanannya memang sangat luar biasa besar dan nikmat untuk memekku.
Meskipun kurasakan sedikit ngilu, kubiarkan kak Adit memompa terus lubang memekku. Karena lelah, aku pasif saja saat kak Adit terus menggumuliku. Tanpa perlawanan, kini badanku yang kecil benar-benar tenggelam ditindih tubuh atletis kak Adit.
Clep.. clep.. clep.. clep.
Kulirik kebawah untuk melihat gerakan kontol kak Adit yang menghajar lubang memekku. Gila, memekku dimasuki penis sebesar itu. Dan yang lebih gila lagi, batang zakar besar seperti itu nikmatnya tiada terkira.
Kak Adit semakin lama semakin kencang memompa penisnya.
Sementara mulutnya tidak henti-hentinya menciumi pipi, bibir dan putingku. Mendapat rangsangan tanpa henti seperti itu tiba-tiba nafsuku bangkit kembali. Kurasakan kenikmatan mulai merambat lagi. Memekku dengan kencang dipompa kak Adit. Maka aku balik membalas ciumannya, semantara pantatku kembali berputar-putar mengimbangi penis kak Adit yang masih perkasa menusuk-nusuk lubang Memekku.
"Nayla suka? " Tanya kak Adit.
" E ehh.." Hanya itu jawabku.
Kini kami kembali mengelapar-gelepar bersama.
"Lohh..? Kakkk..! Dimaassuukiin seemmuanya yah..? " Tanyaku.
" Taanguung, saayang. Aku nggak tahhan..! " Ujarnya dengan terus memompa memekku secara perlahan.
Entahlah, kali ini aku tidak protes. Ketika batang penis itu amblas semua didalam memekku, aku hanya dapat terengah-engah dan merasakan kenikmatan yang kini semakin tak tertahankan. Begitu besarnya penis si Polisi brewok itu, sehingga lubang memekku terasa sangat sempit.
Sementara karena tubuhnya yang berat, batang penis kak Adit semakin tertekan kedalam memekku dan melesak hingga kedasar usus besarku. Sangat terasa sekali bagaimana rasanya batang kontol menggesek-gesek dinding memekku.
Tanpa sadar aku pun mengimbangi genjotan kak Adit dengan menggoyang pantatku. Kini tubuh rampingku seperti timbul tenggelam diatas kasur busa ditindih oleh tubuh besar, tinggi dan kekarnya kak Adit. Semakin lama, genjotan kak Adit semakin cepat dan keras, sehingga badanku tersentak-sentak dengan hebat.
Plak.. , plok.. ,plak.. , plak.. ,
begitulah bunyi batang kontol kak Adit yang terus memompa memekku.
" Teerruss kak.. Aakuu.. auhhh… enakkkkk". Erangku berulang-ulang.
Sungguh ini permainan seks yang paling nikmat yang pernah kurasakan dalam sepuluh hari ini. Aku sudah tidak berpikir lagi tentang pacar ku. Kak Adit benar-benar telah menenggelamkan aku dalam gelombang kenikmatan.
Tidak berapa lama kemudian, aku merasakan nikmat yang luar biasa disekujur tubuhku. Badanku mengelepar-gelepar dibawah genjetan tubuh kak Adit. Seketika itu seperti tidak sadar, kuciumi lebih berani bibir kak Adit dan kupeluk erat-erat.
"Kak.. aakkuu.. haampiir.. keluarrr..! " desahku ketika hampir mencapai puncak kenikamatan.
Aku mencapai orgasme.
Tahu aku hampir orgasme, kak Adit semakin kencang menghunjam-hunjamkan batang kejantanannya keselangkanganku. Saat itu tubuhku semakin meronta-ronta dibawah dekapan kak Adit yang kuat. Akibatnya, tak lama kemudian aku benar-benar mencapai klimaks.
" Kalau kamu puas.. saayaang... aakuu.. juga… ikuut.. puuaas.!" Desah kak Adit.
" ooh.. aauuhh.. aakkuu.. keluar kakkkk..! " Jawabku.
Seketika dengan refleks tangan kananku menjambak rambut kak Adit, sedangkan tangan kiriku memeluknya erat-erat. Pantatku kunaikkan keatas agar batang kemaluan kak Adit dapat menancap sedalam-dalamnya.
Setelah kenikmatan puncak itu, tubuhku melemas dengan sendirinya. Adit juga menghentikan genjotannya.
" Aku belum keluar sayang.. Tahan sebentar ya.. Aku terusin dulu..! " Ujarnya lembut sambil mengecup pipiku.
Gila aku bisa orgasme. Tentu saja ini semua karena kak Adit yang perkasa. Selain itu batang kejantanannya memang sangat luar biasa besar dan nikmat untuk memekku.
Meskipun kurasakan sedikit ngilu, kubiarkan kak Adit memompa terus lubang memekku. Karena lelah, aku pasif saja saat kak Adit terus menggumuliku. Tanpa perlawanan, kini badanku yang kecil benar-benar tenggelam ditindih tubuh atletis kak Adit.
Clep.. clep.. clep.. clep.
Kulirik kebawah untuk melihat gerakan kontol kak Adit yang menghajar lubang memekku. Gila, memekku dimasuki penis sebesar itu. Dan yang lebih gila lagi, batang zakar besar seperti itu nikmatnya tiada terkira.
Kak Adit semakin lama semakin kencang memompa penisnya.
Sementara mulutnya tidak henti-hentinya menciumi pipi, bibir dan putingku. Mendapat rangsangan tanpa henti seperti itu tiba-tiba nafsuku bangkit kembali. Kurasakan kenikmatan mulai merambat lagi. Memekku dengan kencang dipompa kak Adit. Maka aku balik membalas ciumannya, semantara pantatku kembali berputar-putar mengimbangi penis kak Adit yang masih perkasa menusuk-nusuk lubang Memekku.
"Nayla suka? " Tanya kak Adit.
" E ehh.." Hanya itu jawabku.
Kini kami kembali mengelapar-gelepar bersama.
Tiba-tiba kak Adit bergulung, sehingga posisinya kini berbalik, aku diatas, kak Adit dibawah.
" Ayoohh gaantiian! Nayla seekaarang di ataass..", pinta kak Adit.
Dengan posisi tubuh diatas kak Adit, pantatku aku putar-putar, maju-mundur, kiri-kanan, untuk mengocok batang penis kak Adit yang masih mengacung dilubang Memekku.
Dengan masih malu-malu aku juga ganti menjilati leher dan puting kak Adit. Kak Adit yang telentang dibawahku hanya dapat merem-melek karena kenikmatan yang kuberikan.
"Tuuh.. biisaa kaan! Kaatanya taa.. dii.. nggak.. bisa.. , " Kata kak Adit sambil membalas menciumku dan meremas-remas pantatku.
Aku semakin kuat menghunjam-hunjamkan memekku kebatang penis kak Adit. Tubuhku yang kecil makin erat mendekap kak Adit. Aku juga semakin liar membalas ciumannya.
Tiba-tiba kak Adit langsung bergulung membalikku, sehingga aku kembali dibawah. Dengan nafas yang terengah-engah, kak Adit yang telah berada diatas tubuhku semakin cepat memompa memekku. Tak ayal lagi, rasa nikmat tiada tara terasa disekujur tubuhku. Dia kupeluk sekuat tenaga, sementara nafasku semakin tak menentu.
" Teruss.. , teruss.. ,kakkkkk ahhhh! " Desahku yang dalam tindihan tubuh kak Adit.
Belum reda kenikmatan yang kurasakan, tiba-tiba kak Adit mendengus-dengus semakin cepat. Tangan kekarnya mendekapku erat-erat seperti ingin meremukkan tulang-tulangku. Dia benar-benar membuatku tak bisa bergerak, dan napasnya terus memburu. Genjotannya di Memekku semakin cepat dan keras. Kemudian tubuhnya bergetar hebat.
" Nayyy.. , akuu.. , maauu.. , keluuarr sayang..! " Erangnya tidak tertahankan lagi.
Melihat kak Adit yang hampir keluar, pantatku kuputar-putar semakin cepat. Aku juga semakin erat memeluknya.
Crot.. crot.. crot..!
Sperma kak Adit terasa sangat deras muncrat dilubang Memekku. Kak Adit memajukan pantatnya sekuat tenaga, sehingga batang kejantanannya benar-benar menancap sedalam-dalamnya di lubang Memekku. Aku merasa lubang memekku terasa sangat hangat oleh cairan sperma yang mengucur dari kemaluan kak Adit.
Gila, sperma kak Adit luar biasa banyaknya, sehingga seluruh lubangku terasa basah kuyup. Bahkan karena sangking banyaknya, sperma kak Adit belepotan hingga ke bibir Memek dan pantatku. Berangsur-angsur gelora kenikmatan itu mulai menurun.
Untuk beberapa saat kak Adit masih menindihku, keringat kami pun masih bercucuran. setelah itu dia berguling kesampingku. Aku termenung menatap langit-langit kamar. Begitu pun dengan kak Adit.
" Maafkan aku Nay. Aku telah khilaf dan memaksamu melakukan perbuatan ini " Ujar kak Adit dengan lirih.
Aku tidak menjawab, kami berdua kembali termenung dalam alam pikiran masing-masing. Bermenit-menit kemudian tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut kami berdua.
Aku mengirim sms ke ibuku dan memberitahunya kalau aku menginap ditempat temanku. Kami pun tertidur kelelahan dan kak Adit memeluk tubuhku erat.
Seminggu sejak kejadian itu aku masih belum bisa melupakan kak Adit.
Rasa rindu pada kak Adit muncul begitu saja. Dadaku sering berdebar-debar kalau mengingat kenikamatan luar biasa yang telah diberikan polisi Adit. Aku selalu terNayang keperkasaan kak Adit diatas ranjang, yang itu semua tidak dimiliki oleh para pacar-ku. Sementara aku yang rajin merawat tubuh malah makin ingin merasakan kenikmatan yang lebih.
Maka sejak itu aku sering jalan-jalan dengan kak Adit yang gagah itu. Bahkan hampir rutin sebulan 2 sampai 4 kali aku melepas hasrat pada kak Adit yang selalu melayaniku. Dan di setiap kencan selalu saja ada hal-hal baru yang membuatku semakin terikat oleh keperkasaannya.
Saat menulis cerita ini pun beberapa kali harus terhenti karena Briptu Adit dan aku sudah sangat terangsang dan langsung mendesah keenakan.
Uhhh….
" Ayoohh gaantiian! Nayla seekaarang di ataass..", pinta kak Adit.
Dengan posisi tubuh diatas kak Adit, pantatku aku putar-putar, maju-mundur, kiri-kanan, untuk mengocok batang penis kak Adit yang masih mengacung dilubang Memekku.
Dengan masih malu-malu aku juga ganti menjilati leher dan puting kak Adit. Kak Adit yang telentang dibawahku hanya dapat merem-melek karena kenikmatan yang kuberikan.
"Tuuh.. biisaa kaan! Kaatanya taa.. dii.. nggak.. bisa.. , " Kata kak Adit sambil membalas menciumku dan meremas-remas pantatku.
Aku semakin kuat menghunjam-hunjamkan memekku kebatang penis kak Adit. Tubuhku yang kecil makin erat mendekap kak Adit. Aku juga semakin liar membalas ciumannya.
Tiba-tiba kak Adit langsung bergulung membalikku, sehingga aku kembali dibawah. Dengan nafas yang terengah-engah, kak Adit yang telah berada diatas tubuhku semakin cepat memompa memekku. Tak ayal lagi, rasa nikmat tiada tara terasa disekujur tubuhku. Dia kupeluk sekuat tenaga, sementara nafasku semakin tak menentu.
" Teruss.. , teruss.. ,kakkkkk ahhhh! " Desahku yang dalam tindihan tubuh kak Adit.
Belum reda kenikmatan yang kurasakan, tiba-tiba kak Adit mendengus-dengus semakin cepat. Tangan kekarnya mendekapku erat-erat seperti ingin meremukkan tulang-tulangku. Dia benar-benar membuatku tak bisa bergerak, dan napasnya terus memburu. Genjotannya di Memekku semakin cepat dan keras. Kemudian tubuhnya bergetar hebat.
" Nayyy.. , akuu.. , maauu.. , keluuarr sayang..! " Erangnya tidak tertahankan lagi.
Melihat kak Adit yang hampir keluar, pantatku kuputar-putar semakin cepat. Aku juga semakin erat memeluknya.
Crot.. crot.. crot..!
Sperma kak Adit terasa sangat deras muncrat dilubang Memekku. Kak Adit memajukan pantatnya sekuat tenaga, sehingga batang kejantanannya benar-benar menancap sedalam-dalamnya di lubang Memekku. Aku merasa lubang memekku terasa sangat hangat oleh cairan sperma yang mengucur dari kemaluan kak Adit.
Gila, sperma kak Adit luar biasa banyaknya, sehingga seluruh lubangku terasa basah kuyup. Bahkan karena sangking banyaknya, sperma kak Adit belepotan hingga ke bibir Memek dan pantatku. Berangsur-angsur gelora kenikmatan itu mulai menurun.
Untuk beberapa saat kak Adit masih menindihku, keringat kami pun masih bercucuran. setelah itu dia berguling kesampingku. Aku termenung menatap langit-langit kamar. Begitu pun dengan kak Adit.
" Maafkan aku Nay. Aku telah khilaf dan memaksamu melakukan perbuatan ini " Ujar kak Adit dengan lirih.
Aku tidak menjawab, kami berdua kembali termenung dalam alam pikiran masing-masing. Bermenit-menit kemudian tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut kami berdua.
Aku mengirim sms ke ibuku dan memberitahunya kalau aku menginap ditempat temanku. Kami pun tertidur kelelahan dan kak Adit memeluk tubuhku erat.
Seminggu sejak kejadian itu aku masih belum bisa melupakan kak Adit.
Rasa rindu pada kak Adit muncul begitu saja. Dadaku sering berdebar-debar kalau mengingat kenikamatan luar biasa yang telah diberikan polisi Adit. Aku selalu terNayang keperkasaan kak Adit diatas ranjang, yang itu semua tidak dimiliki oleh para pacar-ku. Sementara aku yang rajin merawat tubuh malah makin ingin merasakan kenikmatan yang lebih.
Maka sejak itu aku sering jalan-jalan dengan kak Adit yang gagah itu. Bahkan hampir rutin sebulan 2 sampai 4 kali aku melepas hasrat pada kak Adit yang selalu melayaniku. Dan di setiap kencan selalu saja ada hal-hal baru yang membuatku semakin terikat oleh keperkasaannya.
Saat menulis cerita ini pun beberapa kali harus terhenti karena Briptu Adit dan aku sudah sangat terangsang dan langsung mendesah keenakan.
Uhhh….
Klik Nomor untuk lanjutannya