Cerita Dewasa - The Annisa Febrianti

Klik Next/Nomor untuk membaca kelanjutannya.


Annisa Febrianti



"Abi sayang.. udah jam 5, ayo bangun... Kita sholat subuh bareng" ucapku mengoyang bahu badan suamiku yang masih tertidur pulas.

"Emmm.. iya yank sebentar lagi.. hzzzz" dengan mata masih tertutup suamiku menjawab pertanyaanku lalu kembali tertidur dengan lelapnya.

"Ya udah umi sholat duluan yah. Sehabis sholat umi langsung ke pasar belanja untuk sarapan Abi ya. Muah" ucapku lalu berdiri beranjak keluar kamar.


=====00=====


Namaku Annisa Febrianti biasa dipanggil Nisa, tahun ini usia ku 23 tahun. Usia yang tergolong muda untuk menjadi seorang istri. Sebenarnya banyak yang menanyakan kenapa aku menikah secepat ini. Kata orang-orang, parasku cantik dengan body yang menjadi dambaan bagi wanita lain. Kulitku putih kemerahan tinggi 160cm dengan berat 55kg, dadaku berukuran lumayan besar sehingga aku sering memakai pakaian longgar agar tidak terlalu keliatan berbentuk. Rambutku hitam lebat panjang di bawah bahu tapi selalu kututupi dengan hijab apabila hendak keluar rumah.

Kami tinggal di sebuah kota dengan udara sejuk yamg biasanya menjadi sasaran orang untuk berkuliah. Aku sendiri adalah tamatan dari universitas ternama dikota ini. Mas Farhan adalah seorang perantauan dari salah satu kota di pulau Sumatera. Dahulu kami bertemu saat kantornya mengadakan sebuah event di kampusku. Disitu kami bertemu, berteman, dan terus menjadi semakin dekat. Kami tidak sempat pacaran karena begitu aku tamat kuliah, ia langsung melamarku.

Saat itu orang tuaku langsung menerima pinangan mas Farhan karena bagi mereka, pamali menolak sebuah lamaran dari lelaki yang sudah mumpuni. Dengan ajakan menikah dan desakan dari orang tua, akupun luluh mengiyakan ajakan menikah dari mas Farhan yang diakuinya saat itu, saking senangnya ia jadi tidak bisa tidur selama seminggu. Saat ini pernikahan kami memasuki tahun ke 2, kami belum dikaruniai seorang anak meski kami sudah mencoba berbagai cara, mungkin karena belum rejeki.

Aku bekerja sebagai model dan digital marketing pada sebuah brand otomotif ternama dikota ku. hobiku adalah menonton film series detektif seperti detektif conan atau film sherlock Holmes, detektif terkenal dari Inggris pada jamannya. Tak jarang semangatku meninggi ketika mendengar permasalahan orang terdekatku seperti rekan kerja atau tetangga sekitar. Tidak ada hubungannya dengan pekerjaanku sih tapi aku senang aja berlagak seperti detektif seperti tokoh kesukaan ku. Ok, cukup sekian perkenalan diriku. Hehe

Saat aku sedang berjalan ke pasar yang jaraknya tidak begitu jauh dari rumah, mungkin sekitar 10 menit berjalan kaki. Kenapa jalan? Hitung2 sebagai olahraga pagi agar tubuhku sehat dan energik.

"Pagi neng Nisa. Pagi ini cakep tenan atuh" sapa Agus, seorang pemuda yang sering keliling komplek tempat tinggal kami untuk menjaga keamanan.

"Pagi juga bang. Hehe" aku hanya menjawab singkat seperti yang biasa aku lakukan.

Bukan karena dia hanya security, tapi lebih menjaga marwahku sebagai istri dan wanita yang Sholehah. Akupun berjalan melalui bang Agus dengan melparkan senyum indah yang membuatnya semakin semangat menjaga komplek kami.

Selama di pasar, berinteraksi dengan banyak orang, tidak jarang ada bapak2 yang suka sok kenal sok dekat, sksd ya namanya.. dengan mengajakku ngobrol. Agar tidak dibilang sombong, aku tentu meladeni siapapun yang mengajakku ngobrol tapi hanya ku balasan seadanya saja. Setelah aku membeli sayur dan belanjaan lainnya, aku segera pulang kerumah memasak sarapan untuk suami sekalian menyiapkan bekal yang akan dibawanya ke kantor.



"Sayang hari ini pulang jam berapa? nanti sore Rani, teman kuliahku dulu akan berkunjung kemari.. boleh yank?" Tanyaku ke mas Farhan

Setelah teringat bahwa semalam Rani berencana menemuiku hari ini karena ingin membicarakan sebuah hal penting.

"Rani? Kalau cewek ya datang aja yank. tapi kalau cowok, apalagi cuma sendiri, gak enak nanti diliat tetangga. jadi kalau bisa jangan yank" jawab suamiku sambil mengunyah makanan di mulutnya.

"Kalau teman cowokku pasti gak kubolehin datang apalagi kalo cuma sendirian yank. Eh, ayang takut ya istrinya yang cantik jelita ini diapa-apain sama org lain? Hayoo ngaku hehehe" ucap ku seloro sambil memijit pundak suamiku yang sedang makan

"Hehe iya pasti umi.. umi kan cantik. Pasti org2 yang liat umi gampang terpikat. Kalo terpikat bisa2 malah jadi napsu dan usil kayak gini ke umi" ucapnya sambil mencolek dadaku yang membuat aku kaget dan langsung mencubitnya.

"Nakal ih. Mau pergi kerja pun sempat-sempatnya usil gini ke umi. " Ucapku sambil memeluk lengannya.

Suamiku pun kembali tersenyum lalu melanjutkan makannya dengan lahap. Semoga pekerjaan suamiku ini lancar dan berkah. Itulah doa yang kupanjatkan dalam hati setiap pagi sebelum suamiku pergi bekerja.

"Mas berangkat ya umi sayang. Muaah" ucap suamiku menyodorkan tangan untuk kusalim dan kukecup. "Hati2 dalam perjalanan sayang. Love u" balasku sambil mengecup tangan lalu kedua pipinya.

"Love u too Nisa" balasnya sambil mengecup keningku mesra. Ya tuhan semoga kebahagiaan ini berlangsung selamanya. Ucapku dalam hati sambil melambaikan tangan melihat suamiku pergi dengan menggunakan mobil kesayangannya.



Rani


Jam 13.00

"Tok tok tok"

Terdengar suara ketukan pintu. Aku yang sedang tiduran di kamar segera beranjak dari tempat tidurku membukakan pintu yang aku yakin tamu tersebut adalah Rani temanku.

"Assalamualaikum Nisa.. maaf ya tiba2 aku datang" ucap Rani seketika aku membuka pintu.

"Waalaikumsalam Rani.. hehe iya gapapa kok. Kamu kenapa kok mukanya sedih begitu? Yuk masuk duduk dulu, biar ku buatkan teh hangat" ucapku mengajak Rani masuk. Dari mimik wajahnya dapat kulihat Rani sedang ketakutan seperti sedang dilanda teror batin.

"Ini ran. Tehnya diminum dulu.. biar mukanya Segaran dikit. Kalo jutek gitu ntar cantiknya hilang loh." Ucapku agar temanku ini lebih ceria.

"Ah kamu niss bisa aja.. tapi makasih ya" Rani mengambil teh yang aku berikan lalu meminumnya beberapa teguk.

"Jadi gimana ran? Kenapa kamu kelihatan kusut banget. Cerita aja samanaku. Mungkin aku bisa berikan solusi dan bisa sedikit membantumu ran" ucapku sembari duduk disampingnya mengambil tangannya lalu mengelus halus tangan dari temanku yang sedang gundah ini..

Rani pun mulai menangis seraya menatap kearahku.

"A..Aku mau minta tolong nis. Aku di ancam sama orang yang gak dikenal. Aku takut. Hiks.... Nisa kan orangnya pintar dan suka serial detektif. Makanya aku datang ke Nisa berharap Nisa bisa nolongin aku.. hiksss" ujar Rani mulai membuka percakapan tentang masalah yang dialaminya.

"Iya ran.. Mungkin aku bisa bantu. tapi kamu harus cerita detail ke aku biar aku tau pokok permasalahannya ran.. bisa?" Ucapku meyakinkannya

"Seminggu lalu ada chat dari anonim masuk ke wa aku nis. Aku buka ternyata isinya foto-foto sexy ku. Aku takut niss" ucapnya gemetaran sambil menunjukkan layar hp nya.

Di layar tampak sebagian foto yang menjadi bahan ancaman serta chat dengan si pelaku.


"Eh kok bisa? Gimana bisa dia dapetin foto2 itu ran? Terus... Apa yang dia minta darimu?" Tanyaku

"Aku gak tau dia dapat dari mana Nissa. Dia ngancam aku make foto itu nis. Awalnya dia cuma minta tebusan 1 juta terus dia janji bakal hapus fotoku. Tapi dia bohong Nissa. Setelah aku kirim 1jt dia tetap ingin aku temuin dia." Ujar Rani menatap wajah cantik Annisa.

Seketika otakku berusaha mencari solusi untuk Rani. Aku gak mau Rani kenapa-kenapa nantinya. Tapi jika mau menemukan pelakunya, Rani harus menemui nya.

"Gimana kalo kamu temui aja ran. Untuk jaga-jaga nanti aku ikutin diam2. Kalo aku rasa kamu dalam bahaya, aku akan bertindak ran" ujarku

"Emang harus ya nis? tapi kamu janji ya jangan ninggalin waktu aku ketemuan sama dia?" Ucap Rani dengan wajah memelas

"Iyah Rani sayang.. kamu jangan kwahatir ya" balasku meyakinkannya.

*Ting....

Hp Rani berbunyi. Mata kami berdua langsung mengarah kearah sumber suara. Rani dengan sigap segera membuka pesan yang masuk.

# hari Minggu nanti di lapangan Saday*na pukul 20.00. Pakai gamis ketat tapi tetap berkerudung. Kata kuncinya adalah BAHAN CANDUNYA KAMU. Kamu harus nurut ke setiap orang yang mengatakan kalimat itu #

Setelah membaca pesan tersebut mata Rani langsung berkaca-kaca.

"Gimana ini niss? Aku makin takut" ucapnya sendu

"Yakin lah. Aku pasti bantu kamu. Setiap orang yang dekatin kamu akan aku tandai dan aku cari siapa pelaku sebenarnya. Aku yakin ran si pelaku adalah salah satu yang akan mengucapkan kalimat itu ke kamu nantinya" ucapku dengan penuh keyakinan

"Aku serahin urusan ini ke kamu ya Nisa. Aku akan ke tempat yang dia alamatkan " ucap rani.

"Nanti aku akan datang lebih cepat supaya bisa mantau kamu ran.. tenang aja yah" ucapku.

Setelahnya Rani pun pamit pulang. Aku mengantarnya sampai depan gerbang. Saat hendak menutup gerbang, seorang lelaki yang mengenakan jaket ojol pun datang.

"Atas nama Mba Annisa? Ada paket dari sho*ee" ucapnya memberikan sebuah paket berukuran 20cm x 20cm yang bisa kutebak isinya adalah kardigan yang 3 hari lalu aku pesan.

"Tanda tangan disini dan boleh mba nya saya foto sebagai tanda bukti paket telah diterima?" Ucapnya menyodorkan sebuah pena.

"Iya bang." Jawabku seraya menghampirinya

Lalu menandatangani form yang ia berikan. Bukan tidak tahu, aku menyadari saat menuliskan tanda tangan, si abang kurir sengaja mendekatkan wajahnya kearahku lalu diam-diam mengendus.

"Mas ini udah aku tandatangani" ucapku mengagetkannya.

"Aku bau ya bang sampe abangnya ngendus2 gitu ke aku?" Tanyaku penasaran

"E eh gak gitu mba. Malah aku rasa si mba nya harum banget. Aku langsung suka dengan aroma mba nya hehe" jawabnya cengengesan.

"Jadi mba kalo boleh foto terima paketnya, kita selfie ya. Biar lebih terbukti paketnya udah mba terima lansung dari saya hehe" sambung si Abang kurir dengan wajah berharap

"Eh harus gitu ya bang? Tapi ya udah deh." Ucapku mengiyakan permintaan nya.

Si Abang kurir segera mengambil hp lalu membuka kameranya.

"Sini mba.. pose pertama mba angkat paketnya sebatas dada ya" dia mengarahkan pose yang harus aku lakukan lalu

*Cekrek* *cekrek*. 2 foto telah d jepret olehnya.

Lalu ia membuka kamera depan. Ia memintaku berdiri di sampingnya. Paketku diambilnya diletak di lengannya seolah2 sedang ia rangkul.

"Mba berdiri disni" ucapnya menunjuk agar aku berdiri tepat d sampingnya.



Akupun memposisikan diri disebelahnya. Cukup rapat agar kamera depannya dapat memotret kami berdua. Tanpa kusadari, karena posisi yang seperti ini, siku tangan si Abang kurir yang sedang memegang paketku menyentuh bagian payudara kananku.

"Mba kurang rapat lagi. Belum keliatan d kamera" pintanya membuatku harus lebih merapatkan badanku lagi kearahnya.

Alhasil siku tangannya pun menjadi lebih menekan payudara kananku.

"sudah ya.. "

1.. 2.. 3.. *cekrek*..

"sekali lagi ya mba" ucapnya sambil sedikit menggerakkan sikunya sedikit kekiri bagian payudara ku.

Saat ini siku tangannya tepat berada di antara payudaraku.

"Dia pasti lagi cari-cari kesempatan ni" Ucapku dalam hati.

"Sekarang 1 pose lagi ya mba." Dia menurunkan paketku ke lantai

Lalu kembali menempatkan lengannya diantara kedua payudaraku.

*Cekrek* *cekrek*

2 foto diambilnya. Foto yang kalo ini diambilnya tidak tampak seperti foto kurir menyerahkan paket namun seperti sepasang kekasih yang sedang berselfie ria.

"Makasih ya mba.. mba nya udah cantik.. harum.. baik .. itunya besar lagi. Haha" ucapnya kegirangan seperti baru memenangkan hadiah.

Ia pun menuju sepeda motornya menutup keranjang barang lalu menaikinya.

"Itunya apa y bang?" Tanyaku.

Si abg kurir pun menghidupkan motornya. Bukannya langsung pergi, ia kembali menjalankan motornya menghampiriku yang sedang berdiri tepat di gerbang.

"Gemesin banget tau si mba nya.. masa gak tau.. ini loh.. muah" ucapnya tiba-tiba meremas payudara kananku lalu menariknya.

"Hmppph... Eh... Bang ngapain... Jangan kurang aj.... Hmpppphhh" sebelum menyelesaikan kalimatku, ia memperkuat remasannya lalu mencium payudaraku yang ia tarik.

"Hmpp.. Sakiittt.." ucapku

Darahku langsung berdesir akibat perlakuan kurang ajarnya terhadapku. Ditambah lagi ini adalah jalan umum yang sering dilalui kendaraan. Bagaimana kalo ada orang lain yang melihat?

"Makasih ya suguhannya mba cantik. dadah" ucapnya dengan senyum lalu pergi meninggalkanku.

"Kenapa tadi aku tidak bisa berteriak atau langsung menepis tangannya ya? Duh.. maafin umi, Abi.. payudara istrimu telah d sentuh oleh laki-laki lain." Ucapku dalam hati sambil menutup gerbang lalu buru-buru masuk ke dalam rumah.

"Jangan sampai terulang lagi. Aku harus lebih hati2 terhadap ojol atau kurir yang datang. yang td biarlah. Rejeki bagi dia bisa menyentuh payudara empukku" ucapku sambil meraba payudara kanan yang td d remas oleh Abang kurir.



Skip



Waktu sudah pukul 10 malam. Dikamar, Aku tengah menyenderkan diri di pelukan suamiku.

"Abi sayang...menurut Abi, umi menarik gak?" Tanyak spontan mengingat kejadian tadi.

"Tumben umi nanya gitu?" Jawabnya sambil mengelus rambutku.

"Iss Abi... Jawab aja udah. Kok ini malah nanya balik.. sebel deh" rengekku mencubit perutnya

"Aih umi.. istriku ini pastilah menarik. Cantik. Manis. Manja lagi.. liat aja nih sekarang." Jawab suami ku.

"Iya yah? Hihi.. pantes banyak yang naksir sama umi ya bi.." tanyaku melanjutkan

"Biar aja banyak yang naksir kamu sayang.. tapi hati kamu kan cuma utk Abi" balas suamiku lembut sambil mengecupku

"Bisa aja ah si Abi.. bener ya gapapa istri Abi ini byk yang naksir. Oia Abi.. ada yang mau omongin" ucapku menengadahkan pandangan ke arah wajahnya

"Apa sayang?" Jawabnya singkat

"Sabtu ini umi ijin ke lapangan Saday*na ya Abi. Teman umi, Rani minta umi bantuin dia" ucapku.

Lalu aku memberikan penjelasan lebih lanjut ke suami ku agar suamiku paham dan mengizinkan ku.

"Yaudah sayang hati2 ya disana. Kalo ada apa2 segera telpon Abi" kata suamiku.

"Ya sayangku" balasku.

Kami pun tertidur.



Lapangan Saday*na berada cukup jauh dari rumahku, mungkin sekitar 45 menit perjalanan menggunakan sepeda motor.

Yang kutahu pada pagi dan sore hari, lapangan ini biasa dijadikan tempat joging, ketika malam tiba, akan banyak muda mudi yang memadu kasih. Maklum tempatnya tergolong indah, rindang banyak pepohonan serta memiliki banyak kursi taman yang nyaman dijadikan dudukan ketika pacaran. Selain itu banyak pedagang cemilan yang berjualan disekitar taman, jadi kalau lapar bisa jajan dengan mudah.



Pukul 16.00wib

Aku sudah selesai mandi dan berias. Saat ini aku memakai gamis motif bunga dengan hijab berwarna abu.

"Eh ini gamisnya kok jadi sempit ya? Padahal dulu waktu beli berasa longgar" ucapku dalam hati.

Terlihat di cermin, gamis yang saat ini kupakai terlihat sedikit sempit di body ku, terkesan seperti aku hendak menunjukkan bentuk tubuhku yang proporsional ke orang-orang yang akan menemuiku nanti.


*Krieeek*

Pintu kamar terbuka. Mas Farhan yang baru selesai mencabuti rumput d pekarangan rumah masuk.

"Umi udah selesai dandannya? Cakepnya istriku ini. jadi pengen cium deh sini" ucap suamiku mendekat.

"Ih Abi jangan dekat2 dulu. Basah tu badannya keringetan. Mandi dulu baru boleh cium umi." kataku melangkahkan kaki mundur 1 langkah.

"Umi gak asik ih. Sukur abi lagi rajin makanya mau cabut rumput. Btw umi penampilannya kayak anak kuliahan. Jadi pergi sama Rani?" Tanya suamiku

"Jadi Abi.. ini umi mau berangkat. Menurut Abi baju umi ngepas gak ya? Apa umi ganti baju yang lain aja?" Tanyaku sambil memutar badan.

"Agak ngepas umi. Nenennya umi jadi nantang gitu. Hehe. tapi gapapa kan cuma pergi sama Rani. Pakai aja. Kalo kalian nanti ketemu orang, paling umi dikirain masih lajang." balas suamiku.

"Jadi umi pakai aja ya bi? Ya udah deh.. kalo gitu umi pamit ya bi. Mungkin umi malam pulangnya. Itu di meja makan, makanan Abi udah umi siapkan. Tinggal dimakan aja. Assalamualaikum abii" ucapku.

"Waalaikumsalam umi. Inget ya pulangnya jangan kemaleman" jawab suamiku sambil mengelus kepalaku.



Skip.



Sepanjang perjalan, aku merasa banyak sekali pandangan menatapku. Hanya saja ketika ku pandang balik, ada beberapa yang mengalihkan pandangannya, ada juga yang tetap memandang ke arahku. Mungkin bener kata suamiku, istrinya yang cantik ini dikira lajang oleh mereka.

Di lampu merah, aku berhenti tepat disebelah mobil avan*a warna hitam. Tiba2 kaca belakangnya terbuka.

"Hai neng cantik.. mau kemana? Ikut dong" ucap seorang pria dari dalam mobil tersebut.

Akupun menoleh kearah sumber suara. Tenyata yang menegurku adalah seorang pria berkumis tebal yang kutaksir berumur 40an tahun.

"Hush!! Gak bisa liat cewek cantik kau ni. Asal aja!" Ucap seorang pria yang tidak bisa kulihat rupanya.

Lampu yang tadinya merah pun sudah hijau, aku memberikan senyumku kepada pria berkumis tersebut lalu mengucapkan "permisi pak" lalu menarik pedal gas motorku.


Pukul 17.00wib



Sesampainya di lapangan Saday*na aku mengambil hp ku lalu membuka What's*pp. Kontak yang kucari tidak lain adalah Rani, temanku yang akan ku awasi dan ku jaga dari penguntit jahat yang sedang mengancamnya. Kondisi di lapangan saat ini terpantau cukup ramai orang yang sedang berolah raga ataupun hanya berekreasi sekedar menikmati suasana sore hari.

*assalamualaikum Rani. Aku udah di lokasi ya. Kamu dimana?* lalu kukirim pesan tersebut ke Rani.

Tidak lama berselang, kuterima balasan pesan dari Rani. "Cepat bgt kamu sampai Nisa. Aku masih menunggu ojol. Ntar kalo sampai aku kabarin".



"Ok ran. Sebaiknya kita jangan sampai ketemu ya. Kalau ketemu kita pura2 tidak saling kenal. Aku khawatir kamu pasti ada yang ngawasin" balasku ke Rani.

"Iya Nisa.." balas Rani singkat.

Waktu yang ditetapkan adalah pukul 20.00 dan saat ini masih 17.00. Karena masih lama, aku memutuskan pergi ke masjid yang jaraknya sekitar 5 menit dari lapangan sembari menunggu waktunya Maghrib.



Pukul 19.00

*Ping* hp ku berbunyi.

"Nisa. Kamu dimana? Aku sudah sampai di lokasi"

"Aku masih di masjid ran. Kamu jangan masuk ke lapangan dulu. Aku otw ran" balasku

Aku yang masih di masjid langsung bergegas menuju ke lapangan. Di pintu masuk lapangan aku melihat seorang wanita memakai baju putih ketat berlengan panjang yang dia tak lain adalah Rani.

Rani adalah salah satu teman kuliahku. Anaknya manis dan mudah bergaul. Bodynya lebih semok dari pada bodyku sehingga ia sering di dekati kakak kelas.


Rani melihatku datang. Aku sengaja memberi kode kedipan mata agar ia masuk ke lapangan agar aku bisa mengikutinya. Ia pun mulai berjalan masuk. Kulihat Rani berulangkali melihat ke hp nya, mungkin ia sedang mencari lokasi yang menjadi tempat perjanjiannya.

Setelah berjalan beberapa saat mengitari taman, Rani berhenti disalah satu bangku lalu ia duduki. Akupun tentunya jarus memilih kursi yang dapat melihat aktivitas Rani. Alhamdulillah dapat. Aku memilih bangku di dekat pohon besar di tepi lapangan. Dari sini aku bisa memantau di Rani.


=============

Pukul 20.00

Ini adalah waktu yang dijanjikan. Pastinya akan ada orang yang mendekati Rani lalu menyebutkan kata sandi yang akan membuat Rani harus menuruti kemauannya. Bangku yang aku tempati berjarak sekitar 20 meter dari bangkunya Rani. Bangku Rani menghadap ke arah tengah lapangan sementara bangkuku menghadap ke arah bangku Rani.

Sudah 20 menit berlalu, belum ada tanda-tanda. Aku menghela napas panjang.

"Mungkinkah anonim tsb cuma iseng aja?." Pikirku dalam hati terus mengamati Rani.

Rani pun hanya duduk termenung, kadang sembari memainkan hp yang ada di genggaman tangannya.

Tanpa kusadari, ada sepasang kekasih mendekat.

"Misi neng.. boleh kami duduk disebelah?" Tanya seorang pria yang mengagetkanku.

"Eh.. i-iya bang.. boleh silahkan" jawabku melirik pasangan tersebut.

Mereka masih muda ku perkirakan usia 20an tahun.

"Maaf ya kak kami disini dulu. Bangku lain view nya gak enak hehe" cewenya ikut menimpali.

Akupun mengangguk setuju. Tapi didalam hati aku menggerutu.

"Duh.. mereka malah disini. Ganggu aja. Kan aku jadi kurang konsen mengamati Rani"

Waktu terus berlalu. Sudah 40 menit berlalu yang artinya sekarang hampir jam 9 malam. Perutku keroncongan. Aku yang sedari tadi hanya fokus ke Rani baru teringat kalo aku belum makan malam. Tanganku mengarah ke arah perut lalu mengelusnya, sementara mataku mencari jajanan terdekat yang bisa di beli. Namun yang terlihat kebanyakan adalah pasangan muda mudi yang sedang memadu kasih seperti pasangan disebelahku. Akupun terpaksa menahan lapar karena jika aku pergi dari bangku ini, pasangan sebelahku pasti akan menguasai bangku ini.




POV 3rd

Disuatu tempat di lapangan, 2 orang pria misterius sedang mengobrol. Yang 1 nya terlihat seperti menuangkan semacam serbuk ke minuman mineral.

"Bahaha! Yang kita pancing ikan mujair yang datang ikan mujair plus ikan gurami. Kita pancing 1 yang datang 2. Bahaha" ucapnya sambil tertawa disertai senyuman jahat.

"Nah ni minuman lu kasih ke pedagang nasi goreng sana. Suruh dia menjejalkan dagangannya ke arah Annisa. Terus gimana caranya supaya minuman ini sampai ke Annisa. Terserah lu.." Perintah pria tersebut menyodorkan minuman yang sudah ditaburi serbuk dan uang Rp500.000.

"Uangnya kasih ke pedagang itu sebagai imbalan. Kalo gak terjual, jangan kasih uangnya" lanjut pria tersebut

"Siap bos!" Ucap pria satunya yang berbadan kurus.

Saking kurusnya ia terlihat seperti tinggal tulang. Rambutnya keriting, dan hanya memakai celana pendek dan sweater. Setelah menerima minuman botol dan uangnya. Ia segera menuju pedagang nasi goreng tersebut.

Pria kurus itu terlihat mengobrol dengan si pedagang, setelah beberapa menit terlihat pedagang tersebut memberikan tanda setuju. Ia akan berusaha melakukan yang pria itu perintahkan.



POV Annisa



*Ting Ting Ting* "nasi goreng!"

Mataku langsung menuju kearah sebuah gerobak yang sedang mendekat.

"Kebetulan ada penjual nasi goreng yang lewat. Beli ah.." ucapku dalam hati.

"Bapaak.. beli.. beli nasgornya 1" teriakku ke arah penjual nasi goreng itu.

Gerobak tersebut langsung di arahkan penjual tersebut ke arahku.

"Saya neng. Mau beli apa?" Tanya penjual nasi goreng itu.

"Nasi goreng aja pak 1. Jangan pake sambal ya pak" ucapku..

"Makan sini neng? Atau dibungkus?" Tanya nya kembali sambil mempersiapkan nasi yang akan di goreng.

"Bungkus aja bapak. Nanti saya minta 1 sendok pelastiknya ya pak" jawabku

Si bapak penjual nasi goreng melanjutkan proses memasak.

"Neng sendirian aja?" Tanyanya sambil memperhatikan pasangan disebelahku .

"Belum dateng pak. Ini masih ditungguin hehe" balasku berbohong.

Tidak mungkin aku menceritakan yang sebenarnya ke pada si bapak penjual nasi goreng.

"Kasihan.. padahal si enengnya mah cakep bener dah" kata si bapak.

"Bisa aja si bapak. Biasa aja kok pak. Hehe" jawabku sambil melirik ke arah rani



Beberapa menit kemudian, nasi goreng pun selesai dimasak dan dibungkus di dalam kotak streofoam.

"Ini neng nasi gorengnya. Minumnya gak sekalian neng?" Ucapnya menyodorkan kotak streofoam dan sebotol minuman mineral.

"Eh iya bapak. Saya beli minumannya juga. Jadi berapa semua pak?" Tanyaku sambil membuka tas mengambil uang pecahan 50rb

"Khusus ke Eneng mah 20rb aja. Saya kasih diskon spesial" jawab si bapak sambil tersenyum lebar kearahku.

"Makasih pak" Akupun membalas senyumannya sembari memberi uang 20rb.

Setelah menerimanya, si bapak melanjutkan mendorong gerobaknya meninggalkanku.

Dengan laparnya aku segera membuka bungkusan tersebut dan mulai memakan nasi goreng tsb. Ternyata rasanya enak. Ntah karena bumbunya pas atau memang aku yang lagi kelaperan jd apapun yang kumakan jd enak rasanya. Tak perlu lama, nasi goreng itu pun habis kulahap, perutku terasa kenyang, lalu kusantap minuman mineral yang diberikan oleh si bapak penjual nasi goreng tadi.



Sekitar Pukul 21.30 WIB



Seorang pria datang menghampiri Rani. Mereka tampak mengobrol singkat.

"Apakah ia orangnya?" Tanyaku dalam hati.

Ingin aku mengirim pesan ke Rani tapi malah akan menimbulkan kecurigaan nantinya. Tak lama berselang, kulihat lelaki tersebut pergi meninggalkan Rani.

"Eh, bukan dia ya?" Pikirku lagi.



Pukul 22.00 WIB



Dalam tempo 30 menit ini, sudah 4 lelaki yang menghampiri Rani tapi tidak ada gelagat yang menunjukkan bahwa ia lah orang yang kami cari.

Sementara disebelahku, pasangan ini terlihat semakin intens yang membuat aku gusar. Mereka sudah berani berciuman, bahkan tangan si cowo sudah berada tepat di payudara cewenya sedang merasakan kekenyalannya. Bukan hanya pasangan ini, tapi pasangan lain juga seperti itu. Mereka tidak hanya sekedar ngobrol tapi sudah ke tindakan mesum.



"Jangan2 pria2 yang dekati Rani tadi karena dia duduk sendiri? Berarti mereka adalah pria yang sedang mencari mangsa dong. Gawat.." ucapku dalam hati.

Mataku yang terus memandang ke arah rani sesekali melirik ke arah pasangan sebelahku. Ntah kenapa saat ini ada yang aneh dari tubuhku. Udara disini sejuk tapi aku malah merasakan panas yang aneh.

"Ada apa denganku?" Tanyaku dalam hati.


Aku merasakan keanehan pada tubuhku. Didalam terasa panas padahal suhu diluar dingin. Tanpa sadar tubuhku menunjukkan gelagat kegelisahan yang ternyata disadari oleh pasangan sebelahku.

"Ada apa neng? Gelisah amat" Tanya cowo yang sedang meremas-remas bongkahan melon milik ceweknya.

Aku mengacuhkan pertanyaannya. Bukan tidak ingin menjawab, hanya saja melihat tindakannya yang sedang ia lakukan membuat tubuhku semakin panas.

"Idiih sok cuek. Marah ni ye pasangannya gak datang. wkwk" ucap cowo itu melanjutkan

"Mas udah.. ngapain mas caper gitu ke dia. Biar aja dia mupeng liat kita haha" ucap cewenya

Aku tetap tidak menggubris setiap perkataan mereka. Aku tetap berusaha fokus memperhatikan Rani. Berulang kali kuganti posisi kakiku. Semakin lama aku semakin yakin, yang kurasakan saat ini adalah rasa yang biasa timbul ketika di rangsang oleh suamiku, yaitu nafsu.

"Abi.. umi kok jadi gini? Kenapa ditempat seperti ini? " Tanyaku merasakan syahwatku meninggi.

Nafsuku membara bara vaginaku seperti mulai mengeluarkan lendir pelumasnya.

Aku berencana menelpon suamiku agar ia segera kemari. Menemaniku dalam mengawasi Rani. Setidaknya aku akan ditemani oleh pasangan halalku selama aku lokasi yang dipenuhi oleh pasangan yang sudah pasti bukan pasangan muhrimnya. Tinggal selangkah lagi sebelum menekan tombol call, Rani kulihat tiba2 berdiri seperti terkejut.

Setelah kuperhatikan lebih seksama, ternyata didepannya ada seorang pria yang sudah mengeluarkan alat kejantanannya. Alat kelaminnya sudah berdiri tegak menantang Rani yang tepat berdiri didepannya. Kulihat Rani sedang membuka hp lalu mengetik, setelahnya ia simpan. Tangan rani yang sebelumnya memegang hp dituntun oleh si pria untuk memegang kelaminnya.

"Apa dia orangnya? Atau dia hanya pria lain yang sedang mencari mangsanya di taman ini?" Pikiranku sedang kacau,

Sulit untuk membaca situasi karena pikiranku sedang tak menentu, akibat nafsuku yang sedang meninggi ini.

Dalam kondisi bimbang, aku memutuskan mendekat ke Rani. Berharap setidaknya bisa melihat siapa orang yang sedang bersama rani. Aku hanya bisa melangkahkan kakiku dengan pelan, jalanku sedikit sempoyongan.

*Ting.. Ting*

Tiba-tiba hp ku berbunyi. Aku langsung mengeceknya dan ternyata itu adalah pesan dari Rani.

*Maafin aku Annisa. Sepertinya aku menyeretmu kedalam bahaya. Kamu pulang aja nis.. cowok yang sedang bersamaku ini telah menyebutkan kata kuncinya tapi aku yakin dia bukan si penguntit yang kita cari. Pria ini hanyalah om-om yang mencari mangsa dan dia membeli kode tersebut dari sipenguntit sebenarnya. Si penguntit pasti sedang mengawasi ku dan dia juga pasti sedang mengawasi kamu nis. Maafin aku. tapi kamu secepatnya pulang aja. Biar aku yang urus dari sini*


Aku terhenyak membaca pesan dari Rani. Di satu sisi aku bisa saja meninggalkan Rani yang telah menyuruhku untuk pergi dari sini. Disisi lain aku ingin menyelamatkan Rani yang sekarang sudah meletakkan hpnya kedalam saku celananya dan sedang mengoral kelamin cowo itu.

"Apa-apan yang kamu perbuat ran? Kok kamu begitu di tempat umum begini?" Ucapku dalam hati sambil membulatkan tekad menghampiri Rani, Berniat mengajaknya pulang saja.

Perasaanku makin tidak menentu melihat adanya sebuah penis yang keluar masuk mulut temanku. Rani sepertinya menikmati sepongannya.

"Apakah rasanya enak?" pikirku



"Hmmpp" aku berdesir..

Ketika langkahku sudah setengah jalan menuju Rani, Tiba2 tanganku ditarik dengan cepat oleh seseorang. Aku ditariknya ke balik pohon besar yang ada didekat bangku tempat aku tadi duduk. Posisiku kembali menjauh dari rani. Secepat mungkin aku melirik siapa yang menarik tanganku yang ternyata adalah seorang cowok bertubuh kurus dengan rambut kribonya. Kulitnya kuning Langsat tidak terawat dengan bibir hitam.

"Eh mas.. apa apaan ini mas?!" Ucapku tegas

Matanya melihatku seperti harimau yang akan menerkam mangsanya. Tangannya dengan kuat menggenggam tanganku yang ditariknya.

Dia memandangku mulai dari ujung hijabku hingga ke ujung kakiku.

"Kalo dari dekat kamu kelihatan lebih cantik neng Annisa. Jadi gak sabar" ucapnya menarikku

Aku yang ketakutan seakan kehilangan kekuatan. Dengan sekali tarikan ia mendekap tubuhku. Hidung dan bibirnya menyentuh kupingku. Tangan kanannya memegang tanganku sementara tangan kirinya mendekap punggungku agar aku menempel ke tubuhnya yang kurus.

"Mas lepasin.. apaan kamu mas!" Ucapku masih berusaha melepaskan diri dari cengkraman nya. Ia menciumi rambutku dari bagian luar hijabku.

"Kok garang banget sih neng.. wong mau dapat enak kok kek kucing di tarik ekornya. Galak bener. kekeke" ucapnya mendekatkan mukanya ke wajahku sampai ujung hidung kami saling menyentuh.

Ia tersenyum lebar. Dari dekat dapat jelas kulihat wajahnya yang jelek dengan flek bekas jerawat di sekujur muka bahkan hidungnya dipenuhi dengan komedo. Giginya kuning dengan dengan banyak karang gigi, napasnya sangat , bisa dipastikan dia perokok berat sehingga bau mulut dan bau rokok menyatu.

"Apa mau mu mas? Aku bisa beri kamu uang mas.. jangan sakiti aku mas" ucapku dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

Air mataku mengumpul di kelopak bawah mataku bersiap mengalir jatuh melalui pipiku.

Jemarinya yang kurus serta kasar diarahkannya ke pipiku. Dielusnya pipiku, disekanya air mataku yang mulai menetes.

"Aku gak perlu uangmu neng. Cukup ini aja" jemarinya yang tadi dipipiku perlahan turun kebawah lalu mencapai dadaku.

"Engghh mas... jangannnn di remas susuku" ucapku reflex.

Ia meremas remas payudaraku dengan kencang dari luar gamisku. walaupun payudaraku masih tertutup kain gamis dan bh, aku yakin telapak tangannya tetap dapat merasakan tekstur payudara indahku ini. Remasan sekencang ini biasanya akan menimbulkan sakit tapi anehnya remasannya malah membuat syahwatku yang tadi sempat tertidur karena takut kini bangkit kembali.

"Emmh maasss udah cukup emhh" ucapku lirih sambil melihat wajahnya yang kegirangan sedang meremas payudaraku.

"Kira-kira lebih besar tetekmu atau tetek temanmu yang disana ya? Penasaran kekeke" dia terus meremas payudaraku dengan kuat.

Dengan sisa akal sehatku, aku langsung sadar pria kurus jelek ini pasti ada hubungannya dengan penguntit yang mengerjai Rani. Setelahnya akal sehatku kembali memudar tergantikan hawa nafsuku yang semakin meninggi. yang masih kusadari, dia adalah pria ke 3 yang pernah meremas dadaku.

Seperti tak ada bosannya selama 5 menit ia terus melakukan remasannya menggerayangi kedua bongkahan daging kenyal payudaraku.

"Ini seleting cuma nutupin doang." Ucapnya sambil menarik turun resleting yang berada di bagian depan gamisku.

Bagian atas gamisku ia gulung sampai memperlihatkan pundak dan belahan dadaku yang masih terbungkus bh bewarna hitam. Ia mencium pundakku lalu bibirnya naik menciumi kulit leherku yang masih tertutupi hijab.

"Bau tubuhmu jg harum banget neng. Bikin makin pengen kekeke"

"Mass jangan ... please mas .. uhhhh" ucapanku tertahan karena tiba-tiba ia meremas payudaraku secara langsung lalu mengeluarkannya dari bh.

Saat ini sudah terpampang dengan jelas kedua melon kembarku yang selama ini aku tutupi dengan hijab serta style gamis yang aku selalu kenakan.



Matanya tertahan sesaat melihat payudara ku yang bulat dengan kulit putih dengan puting bewarna cokelat muda tepat di ujungnya. Selama ini aku memang selalu merawat kulit dan payudaraku. Aku sering ikut kelas yoga yang tujuannya adalah mengencangkan kulit dan tentunya menyehatkan

"Keliatannya sih enak. tapi ya belom tentu yang menarik gini rasanya enak to neng.." jarinya diarahkan ke putingku, ia gesek gesek lalu ia cubit pelan.

"Saatnya tak rasain susu mengkel mu ini neng happpp.. emmhh" ia langsung melumat puting kananku.

Ia hisap dengan kencang. Putingku ia tarik-tarik pakai bibirnya yang hitam. Tampak sangat kontras, perpaduan antara bibirnya yang hitam karena rokok dengan kulit payudaraku yang putih bak buah pir ini.

"Enak to rasanya.. asin asin keringet kekeke" Setelah puas mulutnya bermain di tetek sebelah kanan, ia pindahkan mulutnya ke puting sebelah kiri ku.

"Kenyalnya.. sayang tau susu semengkel ini disimpan mulu. harus di pamerin ini kekeke" ucapnya kembali meraih kedua payudaraku dan mempermainkan keduanya.

"Mass.. hmmp.. kamu hanya dapat dosa setelah melakukan ini mas. Sekarang masih belum terlambat untuk berhenti mashhhh" ucapku dengan segala sisa keimananku sambil terus merasakan sensasi dari setiap permainan yang ia lakukan di payudaraku.

Ia lalu menurunkan tangan kanannya kebawah untuk mengangkat bawahan gamis yang kukenakan, jemarinya dengan lihai mengelus pahaku yang membuatku geli. Seraya mengelus, jemarinya perlahan naik dari paha hingga sampai ke spot utama seorang wanita.

"Si neng sok meronta-ronta tapi memeknya udah basah aja kekeke..." ucap pria kurus itu.

Jemarinya dapat merasakan rembesan cairan cinta di permukaan celana dalamku. Ia gesek gesek dengan perlahan.

"Hmmmpp emhhh..." desahku yang masih kutahan dengan menutupkan mulutku rapat2.

"Jaim bet dah. kalo emang pengen bilang aja neng biar tak entot. kekeke..." ucapnya.

Tangan kirinya tetap meremas dan mempermainkan payudara kananku sementara tangan kanannya sudah berhasil menyelip dibalik celana dalamku. Saat ini jemarinya dapat merasakan langsung bulu halus dan kulit luar dari vaginaku. Vagina yang selalu kujaga agar tetap terawat demi mas Farhan suamiku.

"Hmmpp masss... uhhhh... hmmpp..." aku hanya bisa menahan desahanku.

Ia begitu pandai dalam merangsang syahwatku. Jarinya mempermainkan klirotisku. Ia usap2 lalu ia tekan pelan lalu ia tarik .

Pertahananku semakin runtuh di serang oleh syahwatku sendiri. Dilihatnya aku sudah tidak berontak seperti tadi, ia mulai menurunkan celana dalamku. Ia lepas dari sela kaki ku yang kuangkat lalu melemparkannya ke arah pasangan yang sedang ikut asik di bangku taman tempatku tadi. Saking asiknya, pasangan itu tidak menyadari kalau celana dalamku mendarat dengan indah di sudut bangku.

Pria kurus itu berjongkok lalu memperhatikan vaginaku dengan seksama. Terpampang di depan matanya vagina putih tembam dengan sedikit bulu halus disekitarnya yang aku yakin dari jarak sedekat itu ia dapat menghirup aroma kewanitaan ku.

"Cantik banget memekmu neng. Beda sama memek si endang. Hitam mengkerut. Punyamu Tembem kayak bakpau.. harum juga.. pasti enakk kekeke sluurppp" aku tak memperdulikan siapa endang.

Mungkin saja itu nama pacar yang biasa ia pake.

Pria itu semakin mendekatkan mukanya, bibirnya iya monyongkan, lidahnya sudah keluar perlahan melahap vaginaku. Lidahnya menjilati permukaan vaginaku, lalu perlahan membelah masuk ke lubang surgawi milikku ini.

"Uhhhh mass .. geli mashhh ahhhh" desahku semakin tidak bisa kutahan.

Harus aku akui, permainan pria kurus ini lebih hebat dari suamiku sendiri. Ntah mengapa juga aku masih bisa terpikir soal suamiku. Meski saat ini keimananku sudah kalah dari syahwatku.


"Rasa memekmu jg lebih gurih daripada lonte yang biasa kupake neng. Memekmu asem asemnya bikin nagih. Beda kelas lah kekeke" ucapnya lagi.

Barulah aku mengerti, endang yang ia sebutkan tadi mungkin adalah lonte yang biasa ia pake.

Ia mengangkat tangan kanannya keatas kearah wajahku, 2 jarinya yakni jari tengah dan jari manis ia arahkan ke bibirku. Kukunya hitam dengan panjang yang tak beraturan. Pastinya jorok dari sudut pandang kebersihan. Tapi itu semua sudah tak masuk ke akalku, takk mengerti kenapa, aku paham kalau ia ingin jarinya aku basahi pakai liurku.

Aku buka mulutku lalu mengemut jari kotornya. Aku hisap seakan jarinya itu es krim batangan rasa strawbery yang aku suka. Sampai terlumuri semua, lalu ia menarik keluar jarinya dari mulutku, menurunkannya kembali lalu mengarahkannya ke vaginaku.

"Bleshh"...

2 jarinya langsung memasuki liang senggama ku. Jarinya yang basah akibat liurku dan vaginaku yang basah akibat lendir kenikmatan memudahkan jarinya untuk masuk menancap sedalam mungkin. Ia mendiamkan jarinya sesaat merasakan betapa sempit dan hangatnya lubang surgawi milikku.

"Jepitan memekmu yahud banget. Memek ukhti cantek emang beda . Kekeke" ucapnya lagi.

Setelah beberapa saat didiamkan, ia perlahan mengeluarkan kembali jarinya sampai seujung kuku lalu menusuknya masuk kembali sampai terbenam semuanya. Awalnya ia lakukan dengan perlahan lalu mulai meningkatkan rpm nya. Semakin kencang sampai keluar suara erotis dari vaginaku.

*cplok.. cplokk..cplokkkk*



"Aahhh ouuuh masss ahhhh hpppp"

Suara kocokan jarinya di vaginaku berbanding lurus dengan suara desahan yang aku keluarkan dari mulutku.

Mataku merem melek menikmati pelecehan yang sedang ia lakukan. Andai ada org lain yang memergoki kami, pastilah ia akan bingung bagaimana bisa seorang pria kurus berwajah jelek sedang mempermainkan liang kehormatan seorang wanita, bahkan akhwat cantik di taman yang sedang ramai di kunjungi oleh muda mudi yang asik pacaran.

Selama beberapa menit ia terus mengocok ku dengan kencang. Cairan cintaku terus mengalir membasahi jari dan merembes ke telapak tangannya bahkan ada beberapa tetes yang sudah jatuh ke tanah. Tubuhku terus merasakan nikmat yang tak terbayangkan akibat kocokan jarinya di vaginaku hingga akhirnya

"Auuuh maasshh.. aku ahh mauh pipishhh"

Tanganku tanpa dikomandoin memegang dan meremas pundak pria kurus itu. Badanku mulai membungkuk merasakan adanya gelombang yang akan meledak.

"Ssshhh masss akuh pipissss" jeritku genit

*Crrt... crrttt.. Crrrrtt*

klimaks melandaku. Pupil mataku naik ke atas. Vaginaku 3x menyemprot kan cairan cinta nya. Sangat deras sehingga seperti pipis yang sedang keluar. 1 semburannya membasahi sebagian gamisku, 1 semburan lagi membasahi sweater yang dipakai pria kurus itu, dan 1 nya menyemprot lurus jatuh ke tanah. baru ini aku mengalami squirt begini hebat.

"Deras amat neng semprotanmu kekeke" ucap pria itu sambil mengibaskan tangannya yang basah karena cairan cintaku.

Telapak tangannya tidak langsung kering sepenuhnya, bagian yang masih basah ia lap kan ke payudaraku. Alhasil payudaraku jg sedikit basah kena cairan cintaku sendiri.

"Haahh.. hahhhh. Haahhhh..." aku yang dilanda orgasme seketika merasa lemas dan hampir terjatuh.

Untungnya pria kurus itu sigap memegangku untuk tetap berdiri.

"Apa ini kenikmatan yang sesungguhnya?" Tanyaku dalam hati.

Napasku seperti habis berlari jauh, vaginaku kedut2an setelah orgasme tadi, tapi badanku uring-uringan seperti masih belum menuntaskan semua birahinya.

"Maafkan aku ya Tuhan.. aku tak menyangka akan begini.."



Saat sedang menikmati sisa-sisa orgasmeku, perlahan akal sehat kembali muncul.

"Rani! Gimana Rani?" Ucapku secara refleks sambil mengitari pohon besar ini.

Aku tidak melihat Rani di bangku tempat terakhir kali aku melihatnya. Aku mencari ke segala arah tanpa menyadari kalau saat ini pakaian yang kukenakan masih seperti tadi. Gamisku sudah ia loloskan sebatas lengan. Pundakku terekspos, Payudara ku yang keluar dari sarangnya membusung tinggi seakan menantang siapapun yang melihatnya untuk menyentuhnya, hanya hijabku yang masih rapi kukenakan.

"Nyariin apa neng Annisa?" Tanya pria kurus yang berhasil membuatku orgasme.

"Mas.. Pasti mas kan yang menjebak Rani? Rani mana mas??" Tanyaku

"Kasih tau gak eaaa" jawabnya seakan mengejekku.

Aku kesal. Aku juga semakin khawatir akan kondisi Rani. Tetap di tempat yang sama tapi aku fokuskan pandanganku mencari ke setiap sudut yang dapat dijangkau oleh mataku, akan tetapi aku tetap tak menemukannya.

"Aku bisa bantu kamu neng asal...." ujarnya

"Asal apa mas??!" Tanyaku balik..

"Lah tau sendiri baru Eneng yang dapat enak. Gimana dengan sampean iki" ucapnya dengan menunjukkan batang kelaki-lakiannya yang sudah sangat keras keluar dari boxernya.

Aku kaget bukan main. Batang itu adalah batang kedua yang kulihat selain batang milik suamiku. Bentuknya panjang dan sedikit bengkok dengan urat2 disekujurnya. ukurannya lebih besar dari dari penis mas Farhan.

"Mass apa aja asal jangan itu mass.. ya mass" pintaku dengan sedikit merengek padanya

"Kekeke gak semudah itu neng Annisa yang cantik jelita" katanya sambil tangannya kembali mendekat mendarat di puting kanan bewarna cokelat ku.

Putingku ia pelintir halus lalu menariknya agar aku tubuhku mendekat.

"Auuhh mas sakitt pentilku. Jangan ditarik mass" pekikku sedikit kesakitan.

"Kalo neng bisa bikin aku nembak 2x make memek lonte neng. Baru aku kasih tau dimana teman neng berada kekeke" katanya sambil terus memainkan putingku.

Seenaknya saja dia menyebut vaginaku dengan vagina lonte. Harusnya aku marah tapi tidak bisa.Aku seperti kehabisan akal, tidak tahu harus gimana lagi. Apalagi saat ini rangsangannya di putingku perlahan menaikkan kembali syahwatku.

"Apakah aku harus menyerah? Apakah aku harus rela digarap olehnya? Semua demi Rani nis.. kamu udah janji bakal bantu dia" ucap ku dalam hati.

Mataku menatap sayu ke wajahnya yang jelek.

"Oia neng. Kita belum kenalan kan.. Aku Parjo. Orang yang akan memuaskanmu. Kekeke" Ucap nya dengan senyum lebar.

=======0=======


POV 3rd


Pukul 23.00
Malam ini sangat cerah. Dilangit tidak ada awan yang kelihatan, bulan bersinar terang, bintang2 berkilauan, bunyi jangkrik terdengar merdu di seantero kota ini. Tapi malam yang indah ini tidak mewakili hati Farhan yang sedang khawatir terhadap istri cantiknya, Annisa yang tak kunjung pulang. Tidak biasanya istrinya pulang selarut ini, pernahpun pasti ia akan memberikan kabar terlebih dahulu. Ia tampak gusar dan hanya menonton pertandingan sepak bola yang sedang tayang di salah satu tv swasta.

"Umi sayang lagi apa? Kok telepon dan pesan Abi gak di respon? Mungkin sedang dijalan. Mungkin juga malam ini umi tidur di tempat Rani ya?. Daripada ia pulang tengah malam. Kan bahaya" ucapnya berusaha menenangkan pikirannya


=========0=======

Disuatu tempat di lapangan Saday*na


*Plokk plokk plok plok*

Terdengar bunyi yang jarang terdengar ditempat umum, bunyi dari benturan antara kulit selangkangan dan kulit pantat dari 2 insan yang berbeda.

"Ahhhhh aaaaahhhh ouughgghh yahhhh"

Terdengar juga bunyi desahan sexy dari rani. Terlihat matanya memejam menahan gempuran dari sebuah batang hitam panjang berukuran sekitar 20cm diameter 5 cm yang tampak keluar masuk liang senggamanya. Batang itu tampak kilat terolesi cairan cinta dari vagina rani.

"Enak lontee?!" Tanya sang pejantan

"En... ouhhh e-nakk.. terushhh sodok yang kencang.. a-aku mau sampee" balas rani.

Kepalanya sedikit mendongak ke atas, jilbabnya sudah terbuka, rambutnya yang terurai sedang mengejang efek dari tarikan pada rambut belakangnya. Ia sedang disetubuhi dengan gaya dogy style, gaya hewan khususnya anjing kawin.

"Aahhhhh yaahhh oouuuhh hmmmpp aahhh"

Desahanya menguat diambang klimaksnya.

*Plakk*

sebuah tamparan mendarat di bongkahan pantat rani. Kulitnya yang putih tampak kemerahan akibat beberapa tamparan yang telah mendarat sebelumnya.

"Ouuhhh" ia kembali mendesah.

"Akuuh keluar ouuuuhh" tubuhnya mengejang mendapati orgasmenya yang ke 2x malam ini.

Tidak mempedulikan rani, si pejantan yang belum mendapatkan kepuasan tetap menggenjot kencang vaginanya yang masih dilanda orgasme.

"Hahh siapa suruh keluar lagi hahhh?!" Ucap si pejantan.

"Terima hukumanmu lonte!!!" Lanjutnya

" aahhh aahhhhh tungguu.. jangan di sodok dulu ahhhh" jawab rani merasakan ngilu pada vaginanya.

Sang pejantan tetap tidak memperdulikannya. Ia tetap menyodokkan penisnya sekuat tenaga dan sekencang mungkin ke dalam vagina rani. Tusukannya yang kuat membuat tubuh rani maju mundur. Kedua payudaranya terayun kedepan kebelakang.

"Aaahhh aaahhhh sshhhh auuhhh" desis rani

Rani yang merasakan ngilu dan nikmat secara bersamaan hanya bisa mendesah dengan mata merem melek dan mulut nya yang terbuka.

Tidak butuh waktu lama si pejantan terlihat akan ikut menuntaskan birahinya. Sodokannya yang kencang ia dipercepat lagi sampai bunyi hantaman antara selangkangannya dan pantat rani terdengar nyaring kesekitarnya

Penisnya sudah terasa berkedut kedut. Ia terus melakukan genjotannya sampai akhirnya semburan yang dinantikan terjadi.

*Crott... crott.... crottt...crottt*

Penisnya mengeluarkan 4 semburan sperma langsung kedalam rahim vagina rani.

"Hmppp Penuh memekku ouuuhhh" ucap rani merasakan hangatnya sperma si pejantan yang telah bersarang di rahimnya.

"Enak x memek kau lonte.. sekali aja mana cukup. tapi daya tahanku cuma segini. Sialan" umpat si pejantan yang sebenarnya masih ingin lanjut ronde ke 2.

Penisnya masih bersarang. Ia sengaja tidak buru-buru mengeluarkannya karena diposisi saat ini pun, dinding vagina rani masih memberikan jepitan nikmat ke penisnya.

5 menit berlalu hingga akhirnya penis besar itu keluar dari vagina rani dalam keadaan mengkerut kecil.



Mukanya bersinar sangat puas. Si pejantan langsung menyenderkan badannya ke pohon untuk istirahat. Sementara rani berusaha bangun duduk kembali sudah membetulkan posisinya, dalam posisi ikut duduk menyender ke pohon juga. Dari vaginanya terlihat lelehan sperma putih kental merembes keluar. Ia terlihat masih lemas, tampak dari matanya yang masih sayu dan napasnya yang ngos-ngosan.

"Kamu sudah puas kan memakaiku?" ucap rani dengan suaranya yang masih lemas.

"Iya. Terima kasih" ucap si pejantan menjawab pertanyaan rani. Sejujurnya ia kaget menerima ucapan terima kasih dari seseorang yang telah memakai tubuhnya.

Bibirnya sedikit tersenyum.

"Iya..." balasnya sambil memalingkan muka menghindari kontak mata dari pejantanya.

lalu mengambil tas lalu mengeluarkan hp nya tetapi tidak ada pesan atau panggilan terbaru, ia tidak menemukan yang ia cari.

"Mungkin dia sudah pulang. Baguslah.." ucapnya dalam hati seraya mengumpulkan tenaga untuk berdiri.

Ia pun mengambil pakaiannya yang berserakan di tanah. Kaos lengan panjang ia pakai kembali. Celana dalam dan Celana panjangnya yang tadi dilepas jg sudah ia pasang kembali. tapi bh nya yang tadi dilepas tidak dapat ia temukan sehingga saat ini ia tidak memakai apa-apa dibalik kaosnya. Payudaranya yang berlemak tampak jelas dengan puting hitam yang nyeplak dari kaos warna putihnya.

"Biarlah. Mendingan gini daripada gak pake baju sama sekali" ucapnya dalam hati.

Ia tampak terdiam sesaat seperti memikirkan sesuatu. "Sebaiknya aku telepon saja untuk memastikan. Jangan sampe dia khawatir dan malah menungguku disni. Aku gak mau Annisa kenapa-kenapa" ucap Rani.


Rani kemudian berjalan menjauhi pejantan yang telah memenuhi rahimnya, ia berencana balik ke bangku tempat ia duduk ketika tiba-tiba seseorang memegang bahunya.

Ia dengan sigap langsung mengarahkan pandangannya ke sebelah kanan.

"Jangan kesana dulu mba. Temanmu sedang asik tuh. Nanti malah ganggu" ucap pria tersebut.

Mata Rani yang tadi tampak sayu langsung membulat.

"Jangan macam-macam ya. Pergi sana!" Ucap Rani dengan lantang sambil mendorong lepas pegangan tangan pria itu dari bahunya.

Rani melanjutkan langkahnya menjauhi pria itu namun tiba-tiba langkahnya terhenti ketika mendengar "BAHAN CANDANYA KAMU" terlontar dari mulut pria tersebut.

Rani membalikan tubuhnya. Ia kaget mendengarnya.

Pria tersebut kali ini mendekat ke Rani. Rani yang tidak bisa berkata-kata hanya bisa memandangnya dengan takut.

"Sekarang ikuti saya kalo kamu dan temanmu gak mau kenapa napa" ucapnya yang membuat Rani semakin ketakutan. Meski takut ia tetap mencuri pandang ke arah bangku tempat Annisa tadi berada. Ia berusaha untuk tidak mempercayai ucapan pria tersebut.

Tempat Annisa harusnya sedikit lagi bisa dilihat dari posisi Rani sekarang. Dengan beberapa langkah lagi, akhirnya Rani dapat melihat Annisa. Namun yang ia cari membuatnya syok. Secara refleks tangannya menutup mulutnya yang menganga.

"Apa yang telah kuperbuat. Maafin aku Annisa. Karenaku kamu jadi celaka" Batin Rani menyesal.

Air matanya membasahi pipinya. Ia melihat pemandangan yang tidak seharusnya terjadi andai ia tidak mengajak Annisa.

=======0=======


"Aku Parjo, orang yang akan memuaskanmu. Kekeke" ucap pria itu. dengan bangganya ia menjulurkan tangannya seperti hendak mengajak berkenalan.

"Aku Annisa mas.. Annisa Febrianti" balasku


"Mass apa tidak ada pilihan lain lagi??" Aku kembali bertanya berharap ia akan memberikan jawaban yang berbeda.

Walaupun syahwat sedang menguasaiku, aku masih tak ingin menyerahkan tubuhku ke pria yang bukan suami ku.

"Deal ya deal neng.. no tukar tukar kekeke" balasnya menyeringai

"Iya mass. Janji harus ditepati." Ucap Annisa menatap ke parjo

Aku mengecek jam tanganku. Waktu sudah jam 23.12 WIB. Hari Minggu ini sebentar lagi akan berganti menjadi hari Senin sementara aku belum ada memberi kabar ke suamiku, mas Farhan.

"Aku izin memberi kabar ke suamiku dulu mas.. dia pasti lagi khawatir mas.." ucapku meminta izin ke pria kurus ini.

Ia memandang ke arah wajahku, lalu pandangannya beralih ke hp ku, lalu kembali memandang wajahku.

"Kekeke mau ngentot ma orang laen kok minta ijin suami segala dah. Set dah" ucapnya tertawa

"Bukan mass. Gak mungkin lah" balasku

"Disini aja. Telepon suami mu disini. Dan jangan macam2. Keselamatan teman neng ada di tanganku" ucapnya.

Kata-katanya itu seperti memberikan ancaman. Artinya Rani emang sedang disuatu tempat dan dia pasti tau itu dimana.

"Iya mass aku gak akan kabur atau macam-macam. Kan kita udah deal mass" Kataku meyakinkannya.

Aku mulai mencari kontak suamiku. Saat ini aku masih bimbang, sebaiknya menelpon atau hanya chat saja. tapi kalau chat, belum tentu Abi langsung balas pesanku. Kalau aku meneleponnya, aku takut akan di usilin sama mas Parjo.

"Aku telepon sajalah. Biar bisa langsung ijin ke Abi" pikirku.

Aku langsung menekan tombol *call* yang tadi tak sempat kutekan karena tanganku ditarik oleh mas Parjo.

*Tutt..tuutt.*

call sudah aku lakukan. Dirumahku sana, aku yakin hp suamiku sedang berdering.

"Halo assalamualaikum umi sayang.. " sahut suamiku.

Suamiku dengan cepat mengangkat panggilanku seperti sudah menunggu telepon dariku.

"Waalaikumsalam Abi. Maaf Abi. Umi baru sempat ngabarin Abi. Sepertinya umi harus menginap dirumah Rani. Boleh kan Abi?" Ucapku berbohong ke suamiku.

Tidak mungkin aku mengatakan yang sebenarnya kalau aku akan tidur dengan laki-laki lain. Ditambah lagi sebenarnya aku tidak tau apakah aku bisa pulang malam ini.

Suamiku diam sejenak.

"Abii halo abii sayang"

"Eh iya umi. tapi kenapa sampai nginap dirumah Rani? Apa urusan kalian belum beres?" Tanya suamiku

"Belum abii. Rencananya besok mau kami lanjutin lagi. Eh? Ouuuhh" jawabku reflex menutup mulut.

Ku panglingkan pandanganku ke mas parjo.

"Sstttt. Jangan bersuara... muah" bisik mas Parjo di telingaku lalu mencium pipiku.

Seperti yang ku sangka sebelumnya Parjo pasti akan mengerjai ku yang teleponan dengan mas farhan.

Ketika suamiku terus mencari tau alasan ku, parjo mengelus vaginaku sehingga aku kaget dan mendesah.

"Oouhhhh mass" desisku kutahan sepelan mungkin. tapi ternyata suamiku tetap mendengarnya.

"Loh.. umi kenapa suaranya gitu?" Tanya suamiku dengan nada heran.

"Iya abi. Umi dan Rani lagi duduk di kursi pijet punyanya rani. Getarannya enak banget bi. Badan umi berasa dipijat. emhhh" jawabku kembali berbohong.

Tanganku menepuk nepuk pundak mas Parjo memberi isyarat menghentikan keusilannya namun tak berhasil. Desisku tidak bisa kutahan, kurasakan saat ini jari Parjo sudah kembali masuk kedalam vaginaku. Pelan-pelan ia mengobok kembali vagina ku yang masih basah.

"Oh umi lagi sama Rani.. yaudah umi malam ini jangan kelamaan tidurnya ya. Besok kabarin Abi kalo umi mau pulang ya." Ucap suamiku dengan polos.

Ia tidak tahu apa yang sedang istri cantiknya alami. tapi lebih baik begitu. Jangan sampai suamiku tahu.




"Sshhhh... Iya abi sayang.. love u Abi. Abi jg jangan begadang nonton bola mulu ya.. ssshhhh" ucapku berdesir menahan rangsangan di vaginaku

"Love u too umi sayang. Assalamualaikum" ucap suamiku.

"Waalaikusal ouuuhhhhh" pekikku.

Sebelum sempat menuntaskan kalimat salam, mulutku sanpa sadar mengeluarkan desahannya. Utg saja teleponnya dapat langsung aku matikan. Dari selangkanganku, kulihat tiba2 Parjo mengobok vaginaku dengan kencangnya yang membuat aku tak mampu menahan desahanku.

"Cplokk cplookk cploookk"

Selangkangan ku kembali mengeluarkan suara erotisnya yang menandakan kalo cairan cinta vaginaku telah kembali membanjiri.

"Udah telponannya neng?" Tanya mas Parjo sambil terus mengobok vaginaku kencang

"Iyaahhh masss... ouhhhdahh masss... ahhhh"

Tubuhku kembali bergetar. "Kenapa kocokannya sangat nikmat? Ini masih jarinya.. belum batang penisnya yang akan mengaduk lubang vaginaku..." batinku

Mas Parjo menghentikan kocokannya. Ia menarik keluar 2 jarinya yang tadi mengaduk vaginaku. Jarinya mengkilap pertanda basah terkena lendir kenikmatan ku.

"Nih bersihin!" Perintah Parjo mengarahkan jarinya yang basah itu ke mulutku.

"Iya mass" Akupun memberi anggukan.

Aku mendekatkan mulutku lalu melahap jari itu. Rasanya asin. Ternyata seperti inilah rasa dari cairan cintaku.

"Ayo neng kita kesitu" mas parjo menarik tanganku.

Tak perlu dengan tenaga seperti tadi ia menarikku. Kini aku dengan suka rela mengikuti ajakannya. Kami bergandengan tangan seperti sepasang kekasih, beauty dan the beast tepatnya.Ia mengajakku kembali ke kursi tempatku tadi menunggu dan mengawasi Rani.

Pasangan yang bersamaku tadi ternyata sudah tidak ada lagi. Aku yakin mereka sudah pulang karena malam sudah semakin larut. Mas Parjo duduk dikursi beton itu. Saat aku akan ikut duduk, ia melarangku.

"Sekarang neng Nisa yang harus bikin enak kontolku. Sepong ni. Kekeke" ucapnya melirik kearah selangkangan nya.

"Mass aku belum pernah" ucapku.

Aku memang belum pernah sekalipun memberi sepongan. Mas Farhan dulu pernah memintanya tapi selalu kutolak dengan berbagai alasan

"Kalo ga bisa ya belajar neng. Sini kuajarin." Ia menarik tanganku menuju lipatan boxernya.

"Nih pelorotin dulu celananya. Pegang kontolnya. Lalu kocokin. Gitu aja gak bisa to kekeke" kata Parjo mengajarkanku

Dengan berat hati aku menurunkan celananya, batang kontolnya yang sudah tegang langsung lompat menyambutku. Seketika tercium aroma keringat dan Pesing. Mungkin aku akan muntah kalau ini dalam keadaan biasa-biasa saja.

"Jangan cuma diliat aja to neng. Pegang. Kekeke" perintahnya

Aku mengangguk. Kusentuh batang haram milik laki-laki lain ini. Tentunya ini adalah penis laki-laki lain pertama yang kusentuh selain milik mas Farhan. Ukurannya berbeda, mungkin penis suamiku hanya setengahnya saja. Saking besarnya, kepalan tanganku hanya menutupi setengah penisnya yang sedang kugenggam.

Suatu pertanyaan terbesit dipikiran ku, apa muat penis ini memasuki vagina sempitku?

Perlahan tanganku kunaik turun kan, mulai kukocok penis besar ini. Mas Parjo dengan seksama memperhatikanku.

"Cantikmu bertambah kalo lg ngocok kontol. Keg jilboob binal kekeke" katanya sambil membelai kepalaku yang masih terbungkus hijab.

Aku gak tau perkataan sebelumnya adalah sebuah pujian atau hinaan. yang jelas aku malah senang mendengar ucapannya tadi.

"Mass... mas Parjo sering ya diginiin??" Tanpa sadar aku mempertanyakan hal yang tak perlu aku ketahui.

"Kekeke ya gak lah. Mana ada cewe selaen lonte yang mau melayaniku. Lonte pun harus dibayar dulu baru mau dia. Kekeke" jawabnya lagi.

Ntah kenapa aku menaruh rasa iba atas jawabannya. Aku mempercepat kocokanku. Sesekali aku elus ujung gundulnya, lalu aku kocok kembali. Aku dekatkan bibirku dengan lubang kencingnya, aroma pesingnya kian terasa di hidungku. tapi tak masalah, aku malah seperti tertantang untuk memasukkannya ke dalam mulutku.



Tak lama, kubuka mulutku. Aku julurkan lidahku mulai menjilati penisnya. Rasanya asin, baunya jg sangat tidak sedap. Namun syahwatku merubahnya menjadi rasa ingin. Aku melakukan jilatan yang pasti membuat siapapun keenakan. Mulai dari ujung gundulnya lalu jilatanku turun sampai ke buah zakarnya yang tertutupi semak belukar. Bulu kemaluannya panjang dan lebat seperti tidak pernah di cukur membuatku kesulitan menjilat 2 bola kembarnya. Mataku menatap genit kearahnya. Kulihat ia tersenyum.

"Nah gitu..uuh pinter" puji Parjo.

Dia sedikit mendesah karena jilatanku. Pujian yang ia lontarkan kembali membuatku senang. Kali ini kucoba memasukkan penisnya ke dalam mulutku, mencoba bisa sedalam apa mulutku bisa menampung penisnya yang besar.

"Haummmpp uummpphh"

Meski sudah maksimal sampai ke kerongkongan ku, ternyata hanya masuk 3/4 nya saja dan tidak bisa aku lanjutkan karena akan membuatku muntah.

Kepalaku mulai aku maju mundurkan. Sebisa mungkin aku berusaha agar gigiku tak mengenai kulit penisnya.

Jadi ini rasanya menyepong penis. Seperti yang Rani lakukan tadi. Aku melirik genit ke arah mas Parjo yang kulihat sedang merem melek ku sepong.

"Enakk maasshh?" Tanya ku ke mas Parjo.

Aku yakin suaraku tak jelas karena mulutku masih tersumpal penis..

"Mulutmu enak neng. De Besss kekeke" jawabnya yang ternyata ia mengerti apa yang kutanyakan.

Ia memegang kepalaku yang sedang maju mundur. Aku melanjutkan seponganku.

Sesekali aku melepas kulumanku, kuganti dengan jilatan disepanjang batang penisnya hingga dari pangkal hingga ujung gundul nya, tampak basah berkilat karena liurku.

Aku melirik keatas ke arah mas Parjo.

"Kok bisa penisnya mas Parjo segede ini mass? Happp" Tanyaku lagi lalu langsung kembali melahap penis tersebut dari ujung gundulnya.

"Kekeke segini mah masih kecil. Banyak yang lebih gede . Kekeke" jawabnya.

"Hah? Segede ini kecil? yang besarnya bakal segede apa?" Tanyaku dalam hati.

Tubuhku bergedik mengetahui ternyata banyak penis yang lebih besar dari miliknya.

"Ini namanya kontol. Bukan penis.. ok neng. Kontol.. coba bilang" perintahnya.

Penisnya yang tadi ku sepong ia tarik keluar lalu menamparkanya ke bibir dan pipiku.

"Iya masss.. Kon... kontol happp" ucapku

Saat ia menamparkan penisnya di bibirku, seperti ikan yang hendak menyambar umpannya, akupun reflek menyambutnya masuk untuk ku kulum lagi.

"Kekeke si eneng baru sebentar udah pande kali" ucapnya senang melihat tingkahku

Setelah beberapa menit kusepong, mas Parjo menyuruhku berhenti. Akupun melepas penisnya dari mulutku. Terlihat adanya liurku di penisnya yang seakan tak mau pisah dari pemiliknya, sampai beberapa cm barulah liur tersebut putus.

"Buka semua bajumu neng. Aku mau liat badan polosmu" perintah mas Parjo.

Dia sudah mupeng bener dan ingin segera merasakan sempitnya vaginaku.

Aku pun memberikan pemandangan menarik ke mas Parjo. Aku menyingkapkan gamisku, aku loloskan dari kepalaku hingga hanya tersisa bh yang sudah diturunkan sehingga sedang menopang kedua payudaraku yang sudah keluar dari sarangnya sedari tadi.

"Udah.. gitu aja. Hijabnya biarin jangan dilepas" perintahnya saat melihat aku akan membuka hijab yang kupakai .

"Iya mass" jawabku.

Tak kusangka aku akan berdiri telanjang hanya menyisakan hijab didepan orang selain suamiku, di taman, di tempat umum. Untungnya karena sudah malam, lapangan ini sudah sepi sehingga mengurangi rasa khawatirku untuk terlihat oleh orang lain lagi.

"Sini dekat neng. Ngapain cuma berdiri doang disitu? Ini ada kontol yang harus Eneng puasi. Kekeke" ucapnya memanggilku sambil mengocok halus penisnya sendiri.



Aku mendekat, mataku tak mampu kualihkan dari memandang penis yang sedang terpampang didepanku. Apakah ini saatnya? Penis itu sebentar lg akan memasuki liang kehormatan yang sedari dulu aku jaga dan rawat.

Mas Parjo saat ini sedang dalam posisi duduk, kakinya sedikit mengangkang, Ia memberikan instruksi agar aku menaikinya. Akupun mengangkat kakiku naik keatas pangkuannya, perlahan aku turunkan pinggulku yang membuat jarak antara penis besar yang sedang menegak dan vaginaku semakin dekat. Sesaat sebelum bersentuhan, kurasakan tiba2 tangan mas Parjo kembali menyentuh vaginaku. Ia rabaraba lalu memasukkan jarinya.

"Sipp memekmu masih basah. Kekeke" ucapnya lalu mengeluarkan jarinya tersebut.

Tangannya kirinya hinggap di pinggang ku, di tuntunya pinggulku turun tepat ke penisnya.

Tak perlu waktu lama penisnya yang menjulang tinggi tiba di depan pintu surgawi milikku. Posisi kami yang sedang depan depanan, membuat mas Parjo dapat dengan jelas melihat wajah ku, yang sedang menyiratkan ekspresi ketakutan.

"Jangan gitu mukanya neng. Rilex aja. Nikmati kontolku. Kekeke" ucapnya.

Bibirnya ia dekatkan ke bibirku sehingga bertemu. Kami sedang berciuman. Bukan berciuman biasa, tapi French kiss dimana ia lebih dahulu mengeluarkan lidahnya masuk untuk bertemu lidahku.

Tangan kanannya ia lepas dari pinggulku, ia meraih penisnya sendiri untuk bisa diarahkan tepat ke lubang vaginaku. Tangan kirinya yang masih di pinggulku kembali menekan agar aku semakin menurunkan pinggulku.

"Ssshhhh.... ouuhhh masssss" desisku sambil memejamkan mata.

Ku rasakan saat ini ada sebuah benda tumpul yang sedang berusaha masuk ke vaginaku.

"Sssshh sakit masss" erangku.

Karena besarnya penis mas Parjo, walaupun sudah dilumuri lendirnya, vaginaku belum mampu menerima masuk batang haram tersebut.

Kuangkat kembali pinggulku sehingga ujung gundul penis mas Parjo yang sudah sempat setengahnya masuk, kini kembali ditarik keluar.

Tanpa sadar aku mengalungkan kedua tanganku ke lehernya agar posisi ku lebih nyaman. Lalu tanpa diperintah aku turunkan kembali pinggulku.

"Ouuuhhhhh ssshhhh penis mass kebesaran masssh sssshhh" desisku.

Meski sakit, aku berusaha untuk tetap menurunkan pinggulku agar penisnya masuk lebih dalam. Saat kepala penisnya udah masuk seutuhnya, aku terpaksa mengangkat kembali pinggulku karena tidak tahan sakitnya. Setelahnya aku ulang lagi, aku turunkan kembali pinggulku. Setelah beberapa kali mencoba, kudengar kali ini mas Parjo yang mengeluarkan desahan.

"Ah iyah.. teruss.. makan habis kontolku erghh" desisnya memejam merasakan jepitan dinding vaginaku.

"Sshhh masss... iyaah.. ouuhhhhhh" jawabku terus berusaha menerima masuk seluruh batang penisnya.

*Krekkk*

"Ouuhhhhhhhh uuuhhhh" aku meringis kesakitan.

seperti ada sobekan didalam vaginaku. Rasa yang sama seperti dahulu saat aku kehilangan keperawanan ku. Pasti lah penis besar mas Parjo penyebabnya. Rasanya seperti diperawani 2 kali.

Setelahnya pinggulku naik lagi turun lalu naik lagi lalu turun lagi. Perlahan namun pasti, penisnya yang besar dan panjang berhasil masuk tertanam seutuhnya.

"Aahhhh masss... ssshhhhh" rintihku

Vaginaku terasa penuh. Tidak ada ruang tersisa diaalamnya. Aku berusaha merilekskan diri agar vaginaku cepat terbiasa. Mas Parjo sendiripun tidak mau buru2. Ia paham kalau aku sedang kesakitan jadi ia mendiamkan dulu penisnya.

Aku menundukkan kepalaku ke pundaknya mencoba istirahat sebentar. Lalu mas Parjo membisikkan sesuatu di kupingku

"Sempit beut memekmu neng Annisa. Baru ini aku rasa kontolku keg dijepitjepit gini." Katanya sambil menatapku.

Aku tak memperdulikan ucapannya.

5 menit berlalu tanpa ada tindakan apa-apa dari kami berdua. Aku hanya bisa berdesis. Penisnya tetap menancap kokoh, sementara vaginaku mulai terbiasa dengan keberadaan penisnya.

"Emmhhhh shhhhhhh" desisku.

Mataku yang dari tadi kupejamkan kini mulai bisa ku buka. Rangkulan tanganku dilehernya juga sudah aku longgarkan, tidak seerat tadi. Aku sudah siap sedia menerima genjotannya.

"Bisa kita mulai neng? Kekeke" bisiknya sambil tertawa dikupingku.

"Euuummpphh... sssshhh .. bisaaa masss... Pelaan pelaan ya massshh empph" jawabku




Flashback

"Si bos yakin ni? Ntar nyesal loh. Kekeke" ucap Parjo.

"Banyak omong Lo. Semua udah kuatur! Cukup kerjaan yang aku suruh udah. Beres!" Jawab seorang pria.

Tampak di kegelapan sesosok pria, sedang memakan nasi goreng namun wajahnya tidak terlihat.

"Kekeke dengan senang hati bos. Annisa pasti kubuat takluk. Kekeke" balas Parjo.

Lalu pergi meninggalkan pria misterius itu.

Skip

Parjo mengamati Annisa dari kejauhan menunggu saat yang tepat untuk beraksi.

"Mayannn.. dpt 100rb dari si bos. Besok bisa beli rokok dan kamput. Kekeke" ucap Parjo terus mengamati buruannya.

Sebelumnya seorang pria dengan umur berkisar 40an tahun mendatangi Parjo dan bos nya yang misterius. Mereka bertransaksi. Pria tersebut memberikan uang senilai 500rb yang ditukarkan dengan sebuah kode. Kode tersebut yaitu "BAHAN CANDANYA KAMU".

Ternyata pria tersebut merupakan hidung belang langganannya. Setelah mendapatkan kode, pria misterius itu mengangkat tangannya, lalu menunjuk ke arah rani.

Dari uang 500rb tersebut Parjo kebagian 100rb. dengan cengengesan, Parjo gak sabar untuk mendapatkan buruannya.

"Baru ini kulihat cantik banget mangsanya si bos. tapi biasanya yang cantik-cantik pasti si bos duluan yang nyicipin. Kok ini gak ya?" Tanya Parjo sambil menggaruk kepalanya penasaran

Sembari memantau Annisa, Parjo sesekali mengecek Rani. Terlihat pria hidung belang yang tadi melakukan transaksi sudah disisinya siap menikmati tubuh Rani.

"Kekeke si Rani itu cantik jg. tapi jauh lebih cantik Annisa. Wajar si bos bilang si Rani mujair sementara si Annisa gurame. Kekeke" ucap Parjo

Setelah beberapa saat, Annisa tampak berdiri. Ia berjalan ke arah rani temannya. Namun setiap langkahnya begitu lambat.

"Kekeke. Pasti neng Nisa udah meminum obat perangsang yang di tabur si bos di botol minum tadi. Saatnya aku beraksi! Kekeke" ucap Parjo lalu dengan cepat berjalan menuju arah Annisa.

Flashback end


POV pihak ketiga

Annisa ternodai.
Sebuah batang penis yang berukuran 2 kali lipat penis suaminya tengah bersarang diliang kawinnya. Penis itu begitu besar sehingga tidak menyisakan ruang lagi disekitarnya.

"Uuhh Gila memekmu sempit kali neng. Bisa cepat ngecrot aku kalau gini.. hhhh" Ucap Parjo mengerang keenakan.

Dengan posisi berhadapan, ia memangku annisa. dengan lembut ia menaik turunkan pinggulnya menggenjot Annisa dari bawah

*Cplookk..... cplookk.... cplookk"

Meski pompaan penisnya lembut, vagina Annisa yang begitu basah mengeluarkan bunyi erotisnya.

"Ahhhh bukann mass .. ahhh.. penis nya mass yang ke ahh. Kebesaran mashhh aahhh" jawab Annisa terbata-bata.

Ia masih menahan sakit meski tidak sesakit diawal tadi. Tangannya masih mengalung dileher Parjo, Kepalanya yang masih dibalut hijab masih ia senderkan ke lengannya yang sedang mengalung tersebut. Sesekali Parjo mengecup kening Annisa.

Sementara itu dibawah, batang penis parjo telihat mengkilap basah karena lendir vagina Annisa. Lendir kenikmatan itulah yang membantu Parjo memuluskan penetrasi nya, dan lendir kenikmatan itu juga yang membuat Annisa tidak terlalu kesakitan.

Meski tubuh Parjo tidak terlalu besar, ia dapat membuat tubuh Annisa seakan naik turun karena genjotannya. Termasuk payudaranya yang gondal gandul naik turun mengikuti irama tubuhnya.

*Happ. Mmmm*

Tak tahan godaannya, Parjo menangkap payudara kanan Annisa lalu mengisapnya kencang. Ia jilatin setiap cm kulit daging kenyal itu seperti rasanya begitu enak. Ia begitu bernafsu. Seumur hidupnya baru ini merasa bercinta senikmat ini.

"Uhhh Enak neng kontolku?" Tanya Parjo

"Shhhh masih ngiluu mashhhh" jawab Annisa yang sepertinya belum terlalu bisa menikmati persetubuhannya.

Baru 2 menit berlalu sejak pertanyaannya, Terasa pompaan Parjo mengencang, matanya ia cipitkah. Bibirnya ia dekatkan ke leher Annisa lalu menciuminya.

"Hhhh neng Nisa.. aku mau keluar.. gak tahan aku.... hhhhgg" Parjo mengerang.



Diluar dugaan, Parjo akan terlebih dahulu menuntaskan klimaksnya. Jepitan dinding vagina Annisa di batang penisnya membuatnya melayang. Jepitannya terasa seperti memijit lembut alat kejantanannya itu.

"Iyaahh masss. Ouuhhh.. keluarin aja... didalam masss" jawab Annisa mendesah nikmat.

Pompaan Parjo mulai terasa nikmat baginya.

"Kok udah mau keluar aja si mas... aku baru mulai enak mass!" Batin Annisa menggerutu.

Tapi secuil kesadarannya mengiyakan, agar Parjo segera klimaks. Makin cepat Parjo klimaks semakin cepat ia akan diantarkan menuju Rani.

*Plokk plokkk plokkk.*

"Ouhhhhh massss dikencangin lagi ajaah masshh" ucap Annisa agar pejantanya mempercepat sodokan di vaginanya.

"Huuhhh.. iya neng hengghhh" ucap Parjo mempercepat sodokannya.

*Plok ploookkh plloookk"

"Aaauuhh aaahhhh yaahhh masss.. teruss massh.. enaakk masshhh aahhhh"

Bunyi pertempuran mereka semakin indah. Annisa terlihat semakin menikmati batang haram itu. Desahan demi desahan terus keluar dari mulut mungilnya yang indah.

"Henghh... terima pejuhku di rahimmu neng Annisa!!! Henghhhh!"

penisnya sudah berkedut akan segera menyemprotkan spermanya, tiba tiba dari arah samping datang seseorang.

"Heii parjo!"

*Crottt crotttttt crottt*


Masih di malam hari yang cerah, udara semakin terasa sejuk membuat banyak orang semakin nyaman untuk beristirahat, seperti halnya Farhan yang sedang bersiap tidur. Tv telah ia matikan meskipun pertandingan bola yang tadi ditontonya belum mencapai peluit akhir pertandingan.

disisi lain, di lapangan Saday*na terdapat banyak pasangan mesum yang masih melanjutkan aktifitasnya tidak peduli dinginnya malam menerpa. Malah beberapa diantaranya tengah bermandikan keringat karena olahraga malam yang mereka lakukan.




POV pihak ketiga


Disuatu sudut lapangan Saday*na, Parjo berhasil memuntahkan seperma yang telah ia kumpulkan selama sebulan. Ya.. ia telah menahan jajan selama sebulan karena tidak memiliki uang sebelum sekarang, bosnya memberi uang 100rb atas bagi hasil yang diterimanya. Bak ketiban durian runtuh, Parjo dalam satu waktu ini telah mendapat jajan uang dan jajan wanita yang ia dambakan dengan sabar.

*ploooph*

Begitulah suara yang timbul saat Parjo dengan tega mengeluarkan penisnya dari dalam vagina Annisa.

Lalu Parjo memindahkan Annisa yang tadi berada di pangkuannya untuk duduk disebelahnya.

Lahar hangat yang ia tumpahkan sangat banyak sampai tidak bisa ditampung seluruhnya di rahim Annisa. Tampak dari vaginanya mengalir cairan putih kental yang turun perlahan menyusuri pahanya yang putih bersih.

Sebenarnya Parjo tidak ingin segera mencabut penisnya namun dengan kedatangan seseorang yang ia kenal, dengan terpaksa ia mengurungkan niatnya.

"hei Parjo! Oi!" Ucap seseorang menghampiri Parjo dan Annisa.


"Sialan kau Cong datang disaat yang gak pas" umpat parjo ke orang tersebut.

"Hehehe maaf lah gua tak tahu Lo.. eh btw ini sapa? Lonte baru? Cakep juga yak?.." kata orang itu sambil melirik ke arah Annisa yang masih mengatur napas .



cewek amoy
Annisa Febrianti

POV ANNISA FEBRIANTI



"Haahhh hahhhh hahhh"

Aku masih mengatur napasku saat orang itu mendatangiku. Rambutnya panjang, kulitnya hitam dengan bibir bewarna merah menyala.

"Kekeke. Kenalin dulu neng. Dia Cong alias bencong. Kekeke" ujar Parjo sambil tertawa

"Eits sialan lu rus. Singkatan dari Kurus wakaka" balasnya kembali mengejek.

"Biar kurus daripada lu. kurus iya bencong iya.kekeke" balas Parjo lagi sambil tertawa.

Mereka berdua saling ejek mengejek namun aku tahu pasti tidak ada emosi yang terlibat diantara keduanya. Karena hanya teman akrab yang bisa saling mengejek lalu tertawa bareng.

"Aku Annisa bang.. eh kak... maaf" ucapku memperkenalkan diri.

Jujur aku masih bingung harus memanggil dia Abang atau kakak atau mas atau bapak atau malah ibuk karena dandanannya yang menor aku tidak bisa mengetahui kisaran umurnya.

"Panggil kak lah. Jangan bang. Gak liat apa?? Secantik ini u panggil bang" ucapnya tegas. Suaranya sedikit meninggi membuatku sedikit takut.

"Maafin Annisa kak.." jawabku.

"Udah gak perlu marah lah Cong. Wajar aja dia manggil Lo bang. Kan lu sebenarnya Abang Abang. Ya kan neng? Kekeke" ucap Parjo sambil mengulurkan tangganya ke pundak untuk merangkul ku.

Kami duduk bersebelahan. Ia menarik pundakku agar mendekat lalu menyuruh agar aku menyenderkan kepalaku ke pundaknya. Akupun mengikuti perintahnya.

"Dasar lu sementang dia cantik terus lu belain terus. Hiih" balas si bencong

"Btw lu belum jawab pertanyaanku tadi Parjo bangsat. Jawab cepat!" Lanjut si bencong


"Kan udah neng ini jawab tadi. Namanya Annisa. Dia mainan baru si bos loh Cong" jawab Parjo kembali memperkenalkanku.

Sebelum si bencong kembali berucap,

"Eh.. si bos? mainan baru? Apa maksudnya mas??" Tanya ku ke Parjo penasaran memandang dengan wajah serius ke parjo.

Parjo hanya menjawab dengan senyuman. Tangannya yang berada di pundakku menyosor turun kebawah sampai ke bongkahan melon kembarku lalu langsung diremas kencang olehnya.

"Ehhhmmmmhhh massh.. pelan.. sakitt mashhhh" pekikku kesakitan karena remasannya.

"Maaf ya neng pertanyaan tadi tak bisa kujawab. Kekeke" ucapnya yang menjawab pertanyaanku tadi.

Parjo terus meremas-remas payudaraku. Perlahan syahwat kembali menguasaiku. Remasannya terasa sangat nikmat membuat bulu kuduku berdiri dan darahku berdesir.

Sepertinya mas Parjo juga menyadari itu. Kemudian ia mencium ku. Mulai dari kepalaku turun ke keningku, turun ke pipiku, lalu hinggap di bibirku. Akupun meladeni cumbuannya. Bibir kami saling mengecup, lidahnya masuk ke dalam mulutku mencari lidahku lalu melilitnya.

"Eh bangsat malah aku dicuekin" ucap si bencong kesal.

Mas Parjo lalu melepas ciumannya.

"Ganggu aja sih lu nyet. Daripada lu cuma gangguin kita. Pergi lu sana cari pelanggan." Ucap mas Parjo kemudian melanjutkan ciumannya ke bibirku.

"Mmhhhhh mass... remasannya enakk mashh" ucapku merasakan kenikmatan ditengah ciuman dan remasan tangannya di dadaku.

"Lagi sunyi Cok. Jancokk. Daripada aku cuma mangkal sendiri mending aku nunggu disini sama kalian" balasnya

"Terserah lo dah cong" jawab mas parjo

Si bencong mendekat lalu duduk disebelahku. Saat ini aku berada ditengah-tengah. Dikananku ada mas Parjo lalu disebelah kiri ku ada bencong.

"Apa mungkin dia emang tidak nafsu kepadaku?" Aku bertanya dalam hati.

Sedari tadi dia sudah melihat tubuh telanjangku bahkan ia melihat ketika mas Parjo tadi menyetubuhiku tapi ia seperti tidak menganggapku ada, ia cuma memperdulikan mas Parjo.

"Neng ini isap kontolku. Biar cepat tegang lagi" ucap mas Parjo menyuruhku.

"Iyah mass" jawabku.

Akupun menurunkan kepalaku. Kuraih batang haramnya lalu mengocoknya dengan halus. Kepalaku terus turun sampai akhirnya sampai di kepala penisnya. Tanpa menjilati terlebih dahulu ujung gundulnya langsung aku lahap, aku mengulumnya dan menghisapnya dengan lembut.

"Mmppphhhhhh ehmmmmmpphhh"

Desisku terus menghisap penisnya mas Parjo seakan bertujuan menarik keluar spermanya yang tersimpan di testisnya.


"Eh satt bangsat. Di memeknya masih ada sperma lo" ucap si bencong.



Tanpa kusadari ternyata si bencong memperhatikanku bahkan sampai ke vaginaku yang masih dibanjiri sperma mas Parjo. Memang dari tadi aku masih merasakan ada aliran sperma yang merembes keluar tapi aku menghiraukannya.

Tiba-tiba aku merasakan dia memegang kaki kiri ku, diangkatnya lalu ia turunkan di pundaknya.Jadilah aku seperti mengangkang dihadapan si bencong ini..

"Hmmpphhhhh ngapain kakak.. eumhhhh.. emhhhhhhh" desahku.

Si bencong mendadak menyolok vaginaku dengan jarinya. Ia mengorek ngorek isi dalam vaginaku yang membuat sisa sperma mas Parjo makin deras keluar dari vaginaku.

"Eh Cong. Kenapa lu korek memeknya. Sperma yang kutanam jadi keluar tu!" Ucap mas Parjo kecut.

"Biar memeknya ngegrip lagi lah sat bangsat! Bukannya makasih udah dibantuin malah bacot.."balas si bencong ke mas Parjo.

2 jari tangan kanannya masih terus mengorek vaginaku. Sesekali ia menggunakan 2 jari tangan kirinya untuk membuka lebar vaginaku ia renggangkan agar isi dalam vaginaku lebih jelas kelihatan, lalu di koreknya lagi memakai 2 jari kanannya.



"nah gini kan bagus. Memeknya jadi bisa dipake lagi" ucap si bencong

"Halah macem lu mau make nya aja cong dibersihin segala" balas parjo

Kulihat si bencong seperti mengambil sesuatu dari bawah bangku. Tanpa kutahu, ternyata sperma mas Parjo yang tadinya bersarang di vaginaku bukanlah dibuang olehnya melainkan ia tampung di sebuah daun.

"Slerpppp".

"Dasar bencong lu ya. Kekeke" ucap mas Parjo melihat si bencong malah meminum sperma dari daun tersebut

"Diem lu Parjo bangsat. Amis bet dah sperma lu" ucap Parjo



Aku masih memberikan servis mulutku di penisnya mas Parjo. Penisnya sudah kembali menegang yang membuat ukurannya bertambah 2x lipat. Kepalaku kugerakkan naik turun sambil melahap penisnya. Terlihat pipiku mengempot setiap aku tarik kepalaku lalu menggembung setiap aku majukan kembali kepalaku. Mas Farhan saja behkan belum pernah merasakan seponganku, sementara mas Parjo sedang menikmati servis mulut terbaikku. Walaupun ini terlarang, namun syahwatku menuntunku agar aku memuaskan mas Parjo.

"Masshh..mphhhh" kucoba memanggil mas Parjo di tengah seponganku

"Daripada ladeni lu mending aku fokus ke neng Nisa...... ya neng.. manggil yaa? Kekeke" sahut mas Parjo.

Aku sementara menghentikan seponganku. Lagi kuberanikan diri untuk mengatakan

"Mass... kon-kontol nya udah tegang" ucapku memberikan isyarat bahwa batangnya udah siap sedia untuk bersarang kembali di liang kawinku.

"Emang.. terus?? Sepong terus dong neng. Kok berhenti" balasnya.

Ia tidak menyadari isyaratku. Seperti patah hati rasanya mendengar jawabannya itu.

"Oi Parjo Bodoh... makanya lu sekolah biar pintar.. maksud si neng tu dia pengen lu entot lagi sat.. Bodoh amat si gak ngerti isyarat wanita" ucap si bencong.

"Beghh sok ngerti tentang wanita aja lu Cong" jawab mas Parjo.

Di selangkangan nya aku kembali memasukkan penisnya ke mulutku untuk ku oral. Kepalaku kembali naik turun di penisnya.

"Kalo gak Caya cak kau tanya langsung ke orangnya aja sat bangsatt. Ya kan neng" sahut si bencong

"Betul kata dia kah neng? Kekeke" tanya mas Parjo sambil membelai kepalaku yang sedang naik turun menyepong nya.

"Eehhmmmmm mmmmhhhpp"

Dengan bibir monyong, pipi mengempot, dan mata yang sayu aku memberikan jawaban berupa anggukan ke mas Parjo.

"Kekeke kalo mau ya bilang langsung neng jangan kode kode gitu" ucap mas Parjo sambil mulai berdiri mengambil posisi.

"Awas lu Cong. Aku mau ngentot dulu" kata mas Parjo ke si bencong agar ia beranjak dari bangku dan memberikan ruang kepadaku.



Mas Parjo memposisikan aku tiduran di ujung bangku. Lalu ia mengangkat kedua kakiku untuk di taruh di pundaknya, lalu ia mengarahkan kepala penisnya ke arah vaginaku.

Ntah mengapa aku merasa deg-degan mengetahui sesaat lagi batang kejantanan mas parjo akan kembali ia masukkan ke liang kawinku.

"Aku masukin ya neng kekeke" ucapnya mulai mendorong masuk penisnya

"Sssshhhhh massss.. ouuuuhhhhh" desisku merasakan dinding vaginaku tergesek penisnya yang perlahan masuk.

Liang kawinku dipaksa kembali merenggang akibat penetrasi penis besar mas Parjo.

"Uhh masih sempit aja memekmu padahal dah ku entot neng. Hiiuuuhhhh" mas Parjo ikut mendesah sembari terus mendorong.

Setelah masuk 3/4 penisnya tibatiba mas marjo menarik keluar penisnya.

"Ouuhhh masss.... kenapa dikeluarin mas??" Tanyaku

"Kenapa? Ya untuk dimasukkan balek neng!!" Jawab mas Parjo tiba-tiba menghentakkan keras sehingga dalam satu dorongan penisnya terbenam semua di vagina ku.

*Blesssssh!*

"Aaaaaaahhhhhhhh masssssss!" desahku dengan suara yang kuat. Aku kaget dengan perbuatannya itu. Badanku sampai terdorong ke atas.

Kali ini tidak memerlukan usaha ekstra seperti pertama tadi untuk melakukan penetrasi. Vaginaku sudah mengenal penisnya ditambah lagi cairan cintaku sudah keluar membasahi setiap inch vaginaku.



"Ouuhhhh aahhhh massss... penuh vagina ku masss.. aahhhhh" desahku merasakan mas Parjo mulai memberikan sodokan

"Namanya memek bukan vagina neng.. memek sempit neng yang lg tak entot" jawab mas parjo

"Sshhhhh iyaahhh masss.. memekku lg mass entot sshhhhh ouuuhhhh" balasku dengan desahan

Aku mencoba mengangkat kepalaku lalu melihat ke bawah, penasaran melihat bagaimana batang sebesar itu bisa keluar masuk di vaginaku yang masih sempit.

"Ternyata memekku bisa.. punya mas Parjo yang besar aja bisa. Gimana punya orang lain yang lebih besar yahh?" Batin Annisa bertanya

Perlahan mas Parjo mempercepat pompaannya. Kembali suara cipratan air terdengar dari vaginaku yang sudah basah.

*Splokk splokk plokkkk splokkkk*



"Hhhhah enak kali..... memek kau neng" katanya sambil terus menggenjotku

"Oouuuhhh yah massss kontol nya mass jg enak masss ahhhhh" balasku.

Penis mas Parjo yang berukuran besar juga pasti ikut andil dalam kenikmatan yang kurasakan saat ini.

10 menit mas Parjo menggenjotku dengan gaya seperti ini hingga sepertinya kali ini aku yang akan mencapai orgasmeku.

"Masshhhh ouuuhhhh aku mau pipish lagii masss ahhhh" desisku memberitahu mas Parjo

"Iya uhh pipis aja neng" sahut mas Parjo terus menggenjotku

"Hmmpphhh iyaahh masss . Enak....kontolnya masss bikin aku pipisshh ahhhhh"

*Crrttttt crrtttt Crrrrtt*

Aku orgasme. Tubuhku mengejang seperti terangkat keatas. Kurasakan semprotan cairan cinta kembali menyembur dari vaginaku. Ini kali kedua aku orgasme malam ini. Rasanya luar biasa enak..



Mas Parjo kembali menarik keluar penisnya. Kali ini penisnya tampah basah, beberapa tetes cairan cintaku yang menempel di penisnya tampak jatuh kebawah

"Kekeke si Eneng kalo nembak bukan mainmain ya kekeke" balasnya sambil kembali memasukkan penisnya ke vaginaku.

"Ouuhhhhh massssh kok udah dimasukin lagiih?? Aahhhhhh penuhhhhh mass" ucapku menggelinjang.

Liang kawinku yang sedang sensitif karena baru saja orgasme terpaksa menahan ngilu akibat sodokan penis mas Parjo yang besar.

"Eneng kan udah nembak sekarang giliran ku kekeke" katanya sambil terus memgawiniku.



*splokk splokk splokk*



"Ahh Neng. Nungging. Aku mau ngentot neng dari belakang" perintahnya sambil terus menggenjotku



Bagai anjing yang sudah jinak dan terlatih aku menuruti keinginannya. Aku berdiri lalu membalikkan tubuhku membelakanginya. Aku menungging agar tanganku menumpu pada bangku taman.

*Plak*

"Uhhhhh masss" tiba-tiba mas Parjo menampar bongkahan pantatku lalu meremasinya.

Aku merasakan sebuah benda tumpul kembali menyentuh vaginaku yang sudah sangat becek. Kali ini penis mas Parjo bisa masuk dengan mudah.

*Blesshh*



"Ouhhhhh massss.. ahhhhhhh aahhhhh" aku kembali mendesah karena dari posisi ini penisnya masuk begitu dalam hingga terasa menyentuh rahimku.

"Uhhh ini ni neng namanya posisi anjing kawin. Enak kan kekeke" ucap mas Parjo terus menggempur ku. Sesekali sambil menggenjotku ia raih payudaraku yang menggantung lalu dremasnya. Leher dan punggungku di cumbuinya.

" ouuhhh enak... iyaahh mas ... enak ngentot kayak gini masss... enaakkkk" aku semakin mendesah karena merasa sangat enak disetubuhi dalam posisi ini.

Kaki kananku diangkat oleh mas Parjo lalu diletakkan di atas bangku sehingga hanya kaki kiriku saja yang saat ini menopang tubuhku agar tetap menungging.

"Masss.. ssshhhh masss... aku mau pipish lagiihhh ouhhhhh" ucapku berdesir seperti akan mencapai klimaksku lagi.

"Kekeke apa kubilang. Aku akan memuaskanmu neng Annisa" kata mas Parjo terus menggempur ku

"Aahhhh masss Iyah mass puasi aku masss.. aku ingin mass puaskan... aahhhhh" desahku sambil berusaha memandangi pria yang sedang menyetubuhiku ini

*Kring kring*

Tiba-tiba kudengar dari kantung nya terdengar bunyi telepon. Mas Parjo melepas tangannya dari payudaraku dan sambil menyodok ku, ia merogoh sakunya mengambil ponsel miliknya.

"Halo bos... kekeke mantap kali betina nya si bos kali ini.. hmm? Ya bos.. oh.. iyaa. Oke bos. Laksanakan." Ucap mas Parjo di telepon. Hawa nafsuku yang sedang dipuncak puncaknya membuatku tidak memperdulikan percakapan mas Parjo dan terus menikmati sodokannya di vaginaku.

"Ouhhhhh ssshhhh aahhhhhh massss.. enaakkk massss... terus masss yang kencaaang masss" erangku mendesah. Aku memejamkan mata menyambut ledakan orgasme yang akan tiba.

"Huhgg nambah jepit memekmu kalo mau nembak.. uhhh enak" erang Parjo ikut mendesah.



"Shhhhh massss pipisss lagi massss.. aku pipisssss! Ahhhhhh"

*Crrrttttttt crrrtttttt crrrtttttt*



"Agggghh aku juga neng.. terima pejuh ku lagi uuuggghhh!"

*Crott crott crott*

aku meraih orgasmeku yang ke 3x untuk hari ini dan kali ini tidak hanya aku, mas Parjo juga meraih puncak kenikmatan nya. Rahimku kembali menerima semprotan sperma kental mas Parjo yang begitu hangat.

6 semburan ditanamkannya di dalam rahimku. Meski masih tegang, setelahnya mas Parjo langsung mengeluarkan penisnya tidak seperti sebelumnya yang ia biarkan dulu beberapa saat didalam.

Aku langsung bersimpuh dibangku beton yang menjadi senderanku tadi. Kurasakan kulit payudaraku terjepit di betonnya yang dingin. "kenapa rasanya senikmat ini. Rasanya mau lagi.. jangan.. aku harus bisa melawan hawa nafsuku! Iya. Harus!" Tegasku dalam hati



"Makasi neng udah bikin aku enak" ucapnya mengecup bibirku yang langsung kubalas.

"Iyaah mass sama sama... hahhh hahhh" aku kembali harus mengatur napas karena orgasme ku barusan terasa menghabiskan sangat banyak tenaga



"Tapi tugas neng Annisa belum selesai kekeke. Neng harus melakukan 1 tugas lagi sebelum aku antar ke temannya" ucapnya mengagetkanku. Aku yang masih menyender langsung menaikkan badan berusaha mencerna apa yang barusan mas Parjo bilang.

"Mass udah janji tadi kalau bisa bikin mas nembak 2x, mas antar aku ketempat Rani!" Ucapku dengan nada meninggi. Jujur aku paling tidak suka dengan orang yang ingkar. Apalagi dengan orang yang telah mendapat nikmat dari tubuhku, ternyata malah mengkhianati ku.

"Eits bentar jangan marah dulu neng. Ntar cakepnya hilang loh. Biar aku jelasin Kekeke" ucap mas Parjo berusaha menenangkanku

"Jelasin apa mas?? Aku harus secepatnya nemuin Rani mas" balasku



"Jadi gini neng.. eh ya. Cong lu pun sini. Aku ada tugas buat lu Cong. Jadi gini..........."

Mas Parjo menjelaskan sesuatu yang masuk diakal namun membuatku takut.

"Bhahaha ada-ada aja kemauan bos mu tu sat bangsat. tapi betul ya 200rb. Okeh aku terima"

"Neng gimana? Deal jg kan? Ayo jgn jawab lama. Si bos nungguin". Ucapnya dengan muka serius.

Dengan segala keterpaksaan, ditambah lagi saat ini syahwatku masih memburu. aku dengan terpaksa memberi anggukan setuju.

"Iya mass".


Pukul 02.30wib



Wajahnya tampak lemas, matanya yang sayu sedikit terbuka lalu kembali memejam lalu terbuka kembali, bibirnya mengeluarkan desahan-desahan seksi yang dapat menaikkan syahwat setiap lelaki yang mendengarnya. Annisa masih tak percaya bahwa dirinya saat ini sudah sangat kotor karena memenuhi permintaan Parjo, lelaki jelek bertubuh kurus kering yang telah menyetubuhinya.

Di vaginanya saat ini tampak sebuah penis berwarna hitam megkilap berukuran lebih dari 20cm sedang keluar masuk.

"Aahhhh bapak.. pakk tolong pelani pakk.. pelannn akhhh.. aahhh ouuuuhhh" racau Annisa ditengah gempuran dari seorang bapak tua berusia sekitar 60an. Dibelakangnya tampak seorang wanita bukan, seorang pria berpenampilan wanita sedang menggendong Annisa.

Bencong tersebut dengan kuatnya mampu mengangkat annisa dengan posisi menghadap kedepan. Kakinya ia lebarkan agar siapapun dapat melihat langsung tubuhnya yang begitu proporsional. Wajah yang cantik, perut yang ramping, payudara yang bulat, dan vagina legit yang indah. Selain di vaginanya, ternyata sebuah penis lain ikut menancap di anusnya dengan alasan agar sipenggendong lebih tahan dalam membopong tubuhnya kesana kemari. Ya.. saat ini Annisa sedang di sandwichh oleh 2 batang haram milik orang yang tak dikenalnya.





1 jam sebelumnya



Annisa menyetujui perintah Parjo. Meski awalnya tidak yakin dengan keputusannya, demi Rani ia rela melakukan apapun sekarang.

"Neng... aku dapat perintah untuk memperintahmu dan si bencong ini. Perintahnya adalah neng Annisa harus mengikuti kemauan si bencong jelek ini. Si bencong ini nanti yang akan menuntun Eneng ke teman neng" ucap Parjo menjelaskan dengan detail

"Nah Cong. Sekarang giliran lu yang jelasin apa yang lu mau. yang tadi lu bilang ke aku" lanjut Parjo meminta Parjo menjelaskan keinginannya ke Annisa.

Annisa melihat ke arah bencong tersebut. Barulah tergedik di hatinya, ternyata bodynya lebih kekar daripada suaminya Farhan apalagi Parjo yang kurus.

"Aku tu ya maunya neng Nisa jadi sumber spermaku. Tau kan aku suka minum sperma? Tadi liat juga kan aku minum sperma si bngsat ini? Nah. Jadi Tugas neng adalah membuat pejantan disini memuntahkan spermanya untuk ku minum. Terserah. Bebas.. mau sperma langsung dari kontolnya atau dari mulutmu atau dari memekmu. yang penting aku bisa puas minum sperma." Jelas si bencong.

Annisa terdiam mendengarkan keinginan bencong tersebut. Nampaknya ia tak mempercayai apa yang baru dia dengar.



"Gimana neng. Oi neng.. mau gak?" Tanya bencong memperhatikan Annisa hanya diam tanpa ekspresi

"Eh... i-iya kak.. aku mau" jawab Annisa pelan

"Mau apa? Lu melamun ya? Hadeh" lanjut si bencong

"Nisa mau jadi barangnya kakak buat bikin orang lain nembak kak" jawab Annisa. Karena bingung menjelaskan kata apa yang tepat untuk mendeskripsikan dirinya sesuai keinginan bencong

"Cepat paham juga lu neng. Kalo gitu yok sekarang. Btw lu pernah anal gak" Tanya bencong itu

"Belum kak" jawab Annisa singkat

"Kalo gitu sini biar tak perawani dulu lubang boolmu" ucap si bencong yang mengeluarkan penisnya. Ia juga mengambil suatu botol dari tasnya yang tak lain adalah minyak pelumas

"Tenang. Tak pakein pelumas supaya gak terlalu sakit" ujar si bencong mengambil punggung Annisa. Ia menunggingkannya hingga bongkahan pantat semok nya menjulang ke atas sementara bongkahan nenen tembemnya menempel di tanah. Kemudian minyak tersebut ia tuangkan di sekitar anus milik Annisa, lalu menuangkan nya ke penis miliknya sendiri.



"Maaf kan umi ya Abi.. anus umi bakal diperawani sama bencong. Maafin umi" batin Annisa. Bencong itu sudah mengambil posisi dengan menempelkan penis berminyak nya ke lubang pembuangan Annisa.

" ai mulai ya. Hengkkkk" ucap si bencong langsung mendorongkan penisnya. Namun karena sempitnya anus Annisa, penis tersebut tidak bisa masuk dan malah dorongan tersebut membuat arah hujaman penisnya melenceng hingga langsung melesak masuk kedalam vagina Annisa.

"Oouuuhhhhhhh sssshhhhhhhhhh" desah Annisa kaget ternyata penis bencong tersebut telah bersarang ke vaginanya.

"Sial malah masuk ke lobang ini pula" kata si bencong dengan kesal. Tidak kehabisan ide, bencong itu membiarkan penisnya tetap didalam liang kawin Annisa sementara ia mengoleskan minyak tadi ke jemarinya.

Tak lama Annisa merasakan adanya sentuhan lagi di aera anusnya. Rupanya jemari si bencong tengah merabaraba lalu mencongkel anus Annisa.

"Mmpphhhhh kak... jangan di congkel gitu kak.." desis Annisa yang vaginanya masih tersumpal kontol.

Tidak mempedulikannya bencong itu tetap mengobel anus Annisa. Ia tuangkan lagi pelumas ia kobel kembali lalu ia tusuk perlahan memakai jemarinya.

Nampak 1 jarinya perlahan masuk ke lobang pembuangan wanita cantik itu. Didiamkan sebentar sebelum ia tarik lalu ia masukkan kembali.



"Mmmphh aahhhh" desis Annisa merintih seperti kesakitan



Seperti tak mau menunggu terlalu lama si bencong kembali memasukkan jarinya yang lain sehingga saat ini ada 2 jari rebenam di anus Annisa.



"Ouuuhhhhh kak.. ssshhh" rintih Annisa kembali merasakan sensasi yang belum pernah ia temui



"Ya elah ni anak tadi meringis sekarang mendesah. Enak ya? Wkwk" kata si bencong mulai menggerakkan 2 jarinya bermain di dalam anus Annisa

"Iyahh kak mulai enak sshhh. Kalau pake kontol bakalan lebih enak gak ya kak" desis Annisa bertanya. Sakit yang tadi ia derita sudah hilang langsung tergantikan oleh rasa ingin mencoba hal baru



"Gak tau. Ni kita coba ya" balas si bencong.

Ia lalu mulai memaju mundurkan kontolnya di dalam vagina Annisa yang membuat Annisa merem melek keenakan.



"Sshhhh Aaahhhh enakkkk mmmmppphhh"



*Plooop*

Setelah mendorong penisnya hingga mentok bencong itu dengan cepat mengeluarkan kontolnya sehingga menimbulkan suara.

Dengan cepat pula ia mengarahkan kontolnya yang sangat basah berlumuran lendir cinta ke arah anus Annisa lalu mulai menekannya masuk..



"Ouuuuhhhhhhhhhh kak..... mmmpppphhhh"

*Blessh*

Kontol yang lumayan besar itu akhirnya berhasil memperawani anus Annisa.

"Uhhhh lu harusnya bangga karena gue yang perawani bool lu. Sebenarnya aku gak Sudi maen ma cewe.. ouh tapi gue akui lubang memek sama lubang bool lu Mayan juga sich" kata si bencong merasakan jepitan dinding anus Annisa mencekik kontolnya.



"Sssshhh ahhhh aaaahhhhh kakkk ssssshhhg" desah Annisa ketika si bencong mulai memompa kontolnya keluar masuk

*Splokk splokkk splokkk*



Selama 5 menit penis si bencong menggempur liang anus Annisa, anehnya sodokan pada anus Annisa tutur membuat vaginanya banjir. Lelehan lendir kenikmatan merembes mengalir keluar dari sarangnya.



"Dah ah.. lu yang enak gue kagak.. uuuh." Kata si bencong menarik keluar kontolnya dari anus Annisa

"Ouhhhhhhhh" Annisa mendesis saat batang itu lepas dari anusnya



"Yok kita ke rencana awal. Pake memek mu yang murahan itu untuk menyedot sperma lelaki jantan" ucap si bencong.

"Iyaahh kakak" jawab annisa

"Sekarang lu rapiin dulu tu hijab terus berjongkok" ujar si bencong menyuruh Annisa



Lantas Annisa segera membenarkan posisi hijabnya. Ia buka dahulu sehingga menampakkan rambut hitam lebatnya yang ia ikat lalu ia pakai ulang hijabnya.



"Uuh cakep bener neng Annisa" tiba-tiba Parjo sudah disitu langsung memuji kecantikan Annisa sambil meremas payudara nya

"Eh masss.. tadi kemana aja mass?? Sshhh" tanya Annisa menikmati remasan tangan Parjo di payudaranya

"Kesana. Ketempat temanlu. Memastikan keselamatannya. Kekeke. Jgn khawatir selama neng patuh teman neng gak kenapa napa" kata Parjo terus meremasi Annisa

"Oi Parjo ganggu aja lu." Kata si bencong ke Parjo

"Dah.. sekarang jongkok lu" kata si bencong ke Annisa

Annisa pun langsung berjongkok. Dari bawah ia melihat ke arah Parjo dan si bencong yang berdiri di depannya.

"Ternyata kakak bencong ni badannya lebih kekar drpd mas Parjo. Malah ototnya keliatan loh" batin Annisa memperhatikan si bencong dan Parjo bersamaan



Si bencong berjalan mengitari Annisa lalu tiba-tiba ia menyelipkan tangannya ke paha bawah Annisa lalu mulai mengangkat nya.

"Ehh kak kok di gendong kak? Ouuuuhhhh" Tanya Annisa keheranan lalu mendesah kaget karena anusnya kembali di masukin kontol.

"Biar gue bantu lu" jawab si bencong santai.

"Malu kak.. aku malu" ucap Annisa. Ntah darimana bencong itu mendapat kekuatannya. Ia dengan mudah mengendong Annisa dan membawanya keliling lapangan Saday*na.

mereka terus berjalan hingga ia melihat ada seorang pengamen yang sedang menghitung hasil ngamennya. ia pun mendekat.

"Kak... aku bisa jalan sendiri" ucap annisa lirih.

"Udah diam aja" balas si bencong



"Bang oo bang..." panggil si bencong ke pengamen itu.

Saat menoleh, pengamen itu kaget sampai uang logam yang sedang ia hitung jatuh dari tangannya. Ia melihat pemandangan langka dimana seorang wanita cantik mengenakan hijab namun bertelanjang badan sedang di gendong oleh bencong dengan bibir merah dan berdandanan menor.

"Eh.. eh mau apa kalian?" Tanya pengamen itu

"Namanya siapa bang? Aku mau nawarin cewe ini ke Abang. Mau kagak?" Kata si bencong sambil mendekatkan Annisa ke si pengamen.

"A-aku Andi. Serius kak?" Sahut Andi menjawab seakan tidak percaya

"Cius lah masa kagak. Abang boleh pake betina ini asal nanti kalo udah nembak sperma nya Abang aku minum" kata si bencong lagi.

"Maksudnya kakak mau sepong kontolnya aku gitu?" Tanya pengamen yang bernama Andi itu lagi

"Kagak perlu aku sepong kontol elu bang. Maksudku sperma yang nanti lu buang di betina ini itu jadi hak milik aku. Mau aku apain terserah gitu" balas si bencong

"Oh gitu kak. Iya aku mau. Gratis kan?"

"Iya gratis"

"Kapan lagi dapat kesempatan ngentot cewe cantik gratis hahaha" ucap Andi langsung merebut Annisa dari si bencong

Ia melorotkan celananya hingga terpampang lah kontolnya yang tidak terlalu panjang namun memiliki diameter cukup besar.



Dengan lincah Andi mulai mencumbui Annisa yang hanya bisa pasrah. Seluruh tubuhnya diciumin tanpa ada bagian tersisa.

"Harum juga wangi mu kak. Bikin tambah sange" katanya

Lalu tangannya meremas bongkahan daging kenyal di dada Annisa.

"Ssshhhh masss" desis Annisa

"Gile ya cewe secantik kakak bisa jadi budak bencong " ucap Andi terus meremas lalu menghisap puting payudaraku.

"Hmmmpppp aaahhhhh Akku bukan budak nya mass.. shhhhh" desah Annisa mencoba memberi jawaban

"Yah aku gak peduli sih. yang penting bisa dapat memek gratis." Ucap Andi mengarahkan kontolnya ke liang kawin Annisa.


*Blesssh*

Dengan 1 dorongan kontol Andi berhasil masuk seutuhnya.

"Anjingg bisa-bisanya memek lu masih jepit gini kak.. kirain dah longgar" ucap Andi merasakan sempitnya vagina Annisa

"Ouuuhhh masss.. memek aku masih enakk kan... belum longgar ouhhhh" jawab Annisa mendesah nikmat

Andi dengan cepat dan kuat mengentot vagina Annisa dengan gaya misionaris dimana Annisa ia baringkan disebuah sarung bekas.


"Aah ahh huuggh jepitan memekmu terasa banget. Bisa kecanduan aku. Nanti kapan-kapan boleh pake lagi kan? Hegggh" ucap Andi

"Aaaahhhh iyaaahhhh aaahhhhh sodok teruss masss... enakkk masss... memekk ku enak disodok kontolnya mass Andi. Kapan mass mauu silahkan mas pake memekku masss ahhh" desah Annisa meracau

10 menit berlalu. Andi sepertinya mencapai puncaknya

"Ooggghh aku keluarin di dalam memek sempit mu ya. Keluaarrrr!!!" Jerit Andi mencapai klimaksnya

*Crotttt crotttt* .

5x semburan sperma mengisi rahim Annisa. Setelah menuntaskan semburannya Andi mencabut kontolnya dari vagina Annisa.

Bersamaan dengan itu Annisa yang hampir mencapai orgasmenya malah kentang. Mukanya tampak kesal ke Andi.

"Hahaha lemah lu bet.. betinanya belum nembak lu udah nembak aja. Banyak belajar sex sana hahaha" tawa si bencong mendekati Annisa yang masih berbaring.

Ia renggangkan kaki Annisa lalu menjamah vaginanya yang berisikan sperma Andi.

Ia masukkan 2 jarinya mengorek kedalam lalu menghisap dengan mulutnya.

"Anjayy dikit banget sperma lu njing.. pasti sering ngocok kau ni.. dah ah.. ayo kita pergi" nampak si bencong kesal karena hanya bisa meminum sedikit sperma Andi dari vagina Annisa.

"Mau di gendong lagi atau jalan sendiri??" Tanya si bencong masih dengan muka bete

" Nisa Jalan aja kak.. plisss" jawab Annisa memelas.

Kembali mereka berjalan menyusuri lapangan Saday*na yang begitu luas. Annisa mengekori kemana si bencong berjalan. Sesampainya kedekat pintu masuk Annisa tampak kaget melihat seseorang. Orang itu adalah pak kifli, pemulung yang biasa mengambil sampah di kantornya.

Semoga dia tidak mengenaliku. Begitu kira2 doa yang di panjatkan Annisa. Bisa berbahaya jika ia melihatku lalu mengatakan ini ke siapa-siapa.

"Halo pak.. siapa nama nya?" Tanya si bencong

Pak kifli atau si pemulung tidak menjawab.

"Aku tanya sekali lagi. Namanya siapa pak?" Ya udah kalo ga mau jawab gak boleh entotin betina yang ku bawa"

Annisa pun menunjukkan muka ke pak kifli.

Pak kifiki memandang wajah Annisa seperti berusaha mengenalinya karena dipikirannya, wanita yang ada didepannya sekarang tampak tidak asing.

"Saya boleh entot gratis cewe cakep ini?" Tanya kifli ke bencong

"Gak gratis. Ada bayarannya. Bayar dengan pejuh mu!* jawab bencong sambil menambah penjelasan

"Hahaha ayo sini mbak." Pak kifli memanggilku mendekatinya

Tampaknya ia sudah sangat bergairah. Kontolnya sudah sangat tegang siap dimasukkan ke sarangnya.

"Kayak pernah liat kamu. Dimana ya? " ucap pak kifli memegang pipi Annisa sambil mengingat ingat

"Mungkin perasaan bapak aja pak. Saya tidak pernah melihat bapak" jawab Annisa bohong.



Karena Annisa khawatir pak kifli akan mengenalinya, ia berinisiatif untuk langsung memegang kontol pak kifli, memutar balik badannya lalu dengan membelakanginya penis itu diarahkan masuk ke vagina sempitnya.

"Ssssshhhh. aaahhhhhh" Annisa langsung mendesah. Ini adalah penis ke 4 nya hari ini.

"Aahhhh dasar lonte gak di minta malah dimasukin sendiri. Ahhh" desah pak kifli karena didepannya Annisa sedang memaju mundurkan pinggulnya

"Ouuuhhhh aaahhhh bapakk yang mulai duluan.. kan kontolnya bapakk udah tegang jadi.. Jadii aahhhh ahhhhh" kata Annisa terpotong saat pak kifli dengan bringasnya ikut memompa batang penisnya dengan cepat

"Jadi apa hah?" Tanya nya lagi

"Ssshhh Jadii bikiin aku penasaran pakkk.. makanya langsung aku masukin ajahhh aaaahhh hmpppp" jawab Annisa kembali berbohong.

"Oh gitu to.. yowes dah.. yang penting memekmu enak. Jadi gak masalah." Kata nya lagi .

"Ouuhhh iyahh pak.. kontol bapakk jg enak.. bikin memekk aku banjirr" desah Annisa kenikmatan.

10 menit sudah mereka kawin. Pemulung tua yang biasanya hanya bisa ngiler melihat wanita2 cantik di kantor Annisa kali ini bisa menyetubuhi salah satu yang paling cantik di kantor itu.

"Aahhhh pak .. sodok yang kencang pakk. Aahhhh. Bikin aku keluar pakkk aahhhh ouhhhh" desah Annisa memburu

"Ahh iya.. bapak kuatin ya genjotannya uhhh gini kan? Uhhh" balas pak kifli mencengkram pinggul Annisa lalu memperkuat sodokannya. Secara tidak sadar, hal itu juga membuat pak kifli makin keenakan. Nafas dan desahannya ikut memburu

"Iyaahh pakkk. Aaahhh benar kayak gini ahhhhh.. berasa mentok di memek akuh pak... ahhhhh ahhhh" desah Annisa memejam seperti ada yang akan keluar dari dalam rahimnya

*plokkk splokkkkk splokkkk*

"Aaahhh pakk.. aku mau nyampe... dikit lagi pak... sodok terus memek aku pakk.. aahhhh yahhhh ahhhh!"

Desah Annisa yang memejam sambil menggigit bibir bawahnya begitu menikmati

"Houhhh houhhhhh Iyah keluarin aja. Bapak jg mau nyampe. Ayo bareng.. houhhhh" timpal pak kifli semakin terlarut dalam birahinya

" ouhhhhhh pak enaakk.. ahhhhh ahhhh terusss pak.. pejuhin memek aku pak.. ahh keluarin pak. Ahhhhhhh!" Pekik Annisa menggelinjang. Vaginanya kembali menyemprotkan cairan cinta yang membanjiri liang kawinnya.

Pak kifli secepat kilat menarik keluar penisnya hingga cairan cinta Annisa menyemprot keluar. Sambil mengocok sendiri kontolnya dengan pak kifli buruburu menuju muka Annisa yang sedang memejam merasakan puncak kenikmatannya. Mulutnya yang menganga menjadi sasaran empuk.

"Terima pejuh bapak. Aggghhhh!"

*Crottt crottt crotttttt*

Pak kifli memuntahkan spermanya di mulut Annisa yang membuka paska orgasmenya. Ia terus mengurut batang penisnya sampai tidak ada semburan yang tersisa.

Annisa terus membuka mulutnya. Ia merasa cairan hangat yang lengket memenuhi rongga mulutnya. Rasanya teramat amis namun memiliki cita rasa keunikannya sendiri yang membuat akhwat tersebut ingin menelannya. Namun ia buru-buru membatalkan niatnya karena mengingat keinginan si bencong. Ia pun menahan sperma itu tetap di mulutnya lalu segera bangkit melangkah menuju si bencong.

"Hhmmm hmmpp" ujar Annisa tidak jelas karena tidak bisa membuka mulutnya untuk berbicara.

Si bencong yang mengetahui adanya sperma di mulut Annisa langsung mencaplok mulut Annisa. Lidahnya menyeruak masuk mengambil apa yang menjadi haknya. Sementara Annisa dengan sukarela menyerahkan sperma pak kifli yang ada di mulutnya, malah dengan lidahnya ia membantu si bencong dengan ikut mendorong sperma tersebut mengalir ke mulut si bencong.

"Slerpppp enak.. gurih.. beda sama sperma pengamen tadi" kata si bencong sambil menyeka sela bibirnya yang basah menggunakan lengan nya.

Pak kifli yang telah menuntaskan birahinya ikut mendekat.

"Makasih mbak bikin bapak enak. Memeknya mbak juara. Baru kali ini bapak ngecrot begitu banyak" ucapnya mengecup pipi Annisa.

"Ehh Iyah pak terima kasih kembali" ucap Annisa malu. Ia tersipu akan pujian dari pemulung dekil itu.

"Kalo gitu kami lanjut ya pak bye" kata si bencong menarik tangan Annisa untuk melanjutkan perjalanan.

*Plakk*



"Auuhhhh" desis Annisa tiba-tiba menerima tamparan perpisahan dari pak kifli di pantatnya. Bukannya marah, ia malah membalasnya dengan melayangkan sebuah senyuman manis.


Skip


"Oi neng. Siapa tadi nama kamu? Lupa ai." Tanya si bencong sambil berjalan

"Annisa kak. Annisa Febrianti" jawab Annisa

"Ai mau tanya. Jawab jujur ya." Katanya

"He'em iya kak" jawab Annisa

Enak dientot??" Tanya nya kembali

Annisa terdiam sejenak, dari raut mukanya nampak ia bingung akan menjawab apa. Di satu sisi, dirinya yang sekarang hanyalah untuk membantu temannya. Ia sangat membenci perselingkuhan dan perzinahan. dalam suatu kasus di kantornya, salah satu temannya yang sudah beristri selingkuh. Perselingkuhan itu juga terbongkar Karena kemampuan analisis yang annisa miliki. Karena masih menghormati temannya itu, dengan amat tegas ia memarahi orang itu, mengajaknya untuk kembali ke istrinya dan segera bertaubat. Seperti itu lah Annisa.

Namun apakah yang terjadi saat ini murni karena ingin menolong temannya atau ia baru menyadari sisi lain dirinya sendiri? Sisi binal yang membuatnya ingin terus dipuasin oleh pejantan tangguh. Ia semakin bingung sampai tanpa sadar kedua tangannya terangkat memegang pipinya sendiri.

"Suka kak.. Khusus malam ini Nisa suka kak" jawabnya mengingat betapa penis parjo dan pak kifli berhasil membuatnya merasakan nikmat duniawi.

Saat itu Annisa sudah memutuskan. Sampai bisa menyelamatkan rani, ia nikmati aja apa yang akan terjadi padanya.

"Daripada terus menyangkal dan membuat diriku stres sendiri. Apa salahnya mencoba menikmati kan? Iya.. sampai aku bisa selamatin Rani!" Tegasnya dalam hati

Si bencong tiba-tiba sudah berdiri didepan Annisa. Ia mengeluarkan penisnya dari dalam rok yang ia kenakan.

"Aku mau coba make memekmu jg. Ayok ngentot" kata si bencong

"Eh... ngentot kak? Tapi...." ucapan Annisa terpotong

"Tapi aku bencong? Jg gak suka sama memek? Ya emang gak suka. tapi aku penasaran aja sama memekmu. Mau kubandingkan sama anus pria lain, enakan lobang mana." Kata si bencong semakin mendekat hingga dadanya yang masih tertutupi tengtop tipis menyentuh daging kenyal Annisa



Tanpa menunggu jawaban dari Annisa, ia mengangkat kaki kanan Annisa lalu menuntun penisnya yang sudah tegak masuk ke dalam lubang kenikmatan Annisa.

*Blessh!*

Penis milik si bencong memang tidaklah sepanjang, sebesar, dan seperkasa milik Parjo tapi batang haram itu tetap membuat vagina sempit milik Annisa kembali merenggang.

"Shhhhhh kak... udah masuk ajah kakak hmpppp" desah Annisa melirik kebawah melihat penetrasi yang dilakukan si bencong.

"Hengkkk.. hmmm jadi gini rasanya.. tadi udah pernah masukin sih tapi memekmu masih menjepit. Sebelum sama Parjo jarang dipake ya?" Tanya si bencong.

"Aaahhhh iyaah kak... sebelumnya cumah sama suami Nisa ajah hmppp" balas Annisa sambil mendesah nikmat.

Ukurannya yang tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar membuat akhwat ternoda itu kembali merasakan kenikmatan. Ukurannya seperti pas di vagina Annisa.

"Hmmpphh Baru jadi lacur tohh pantas memeknya njepit gini. Ntar melar sendiri. Rasanya jadi keg rasa anus juga.. uhhh" kata si bencong dengan muka sok.

"Hmpphhhh iyahh kak. Kalo sering di entot pasti melar memekku kak..ahhhhh" jawab Annisa terus mendesah

"Kapan-kapan ai boleh icip bojomu ya" kata si bencong yang penasaran dengan suami yang annisa miliki

"Aahhhh kakak... cari yang lain ajah ya.. mas Farhan milik Nisa seorang aaahhh ouhhhhh" jawab Annisa dengan mata merem melek terus mendesah disetiap dorongan yang dilakukan penis si bencong



"Ooo namanya Farhan. Pasti ganteng ya makanya lu mau sama dia? Ughhh" tanya si bencong berimajinasi rupa suaminya annisa. Muncul sosok lelaki tampan dengan badan kekar di pikirannya yang membuat Perlahan-lahan dari selangkangannya, ia merasa penisnya sudah mencapai batasnya dan akan memuntahkan isi nya.

"Hugghh udah mau keluar aku neng.. uhhh nitip dulu spermanya di memekmu nanti serahin ke suamimu ya..." ucap si bencong makin mengencangkan tempo

"Ahhhh masa untuk suami ku kak?? Harusnya sperma itu dari laki-laki untuk wanitanya kak ahhhhh bukan laki-laki ke laki-laki ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh!!"

*Crrrrrtttt ccrrrrrttt!*

Tiba-tiba tubuh Annisa mengejang menandakan dirinya mencapai orgasme. Si bencong yang mengetahui itu terus mempercepat sodokannya sehingga ketika penisnya ditusuk dalam, rahim Annisa yang sudah berisi cairan cinta yang sudah meledak tadi seakan tertahan untuk menyemprot.

*Spretttt*

Ketika penis itu ditarik untuk di majukan lagi, menyembur sedikit cairan cinta Annisa. Ketika penisnya ia mentokkan lg, semprotan itu tertahan, ketika di tarik lagi, semprotan dari vagina Annisa muncul kembali. Sampai akhirnya penis si bencong berkedut lalu menyemprotkan spermanya.

"Nitip ya neng. Uuuhhhhhhhh!" Jerit si bencong mendapati dirinya mencapai puncaknya

" ouhhhh iyaaaah kak... ouuhhhhh aaahhhhh" balas Annisa kembali memejam merasa vaginanya kembali menjadi tempat pembuangan sperma dari pejantan yang tersesat

Tidak lama berselang, tanpa disadari dari arah belakang Annisa datang seorang bapak-bapak berusia 60an tahun mendekat. Rambutnya sudah memutih dengan keriput disekujur kulitnya yang hitam. Ia memakai kemeja berlengan pendek dengan sarung menutupi kejantanannya.

"Asik ya malam gini memadu cinta di tempat umum??" Tanya bapak tua yang mengagetkan Annisa dan si bencong. Secara bersamaan mereka langsung melihat ke arah bapak tua itu.

"Ngapain kesini kek? Bukannya tidur dirumah malah keluyuran" kata si bencong bertanya balik.

"Boleh bapak pake mbak nya ini nduk?? Dah lama bapak gak tahan. Makanya malam ini bapak nyari lonte dimari" jawabnya

"Oh gitu. Ntar kek" jawab si bencong. Ia pun menarik keluar penisnya dari dalam vagina Annisa. Kaki Annisa yang tadi ia angkat kembali di turunkan.

"Dah.. sekarang neng yang laksanakan tugasnya" kata si bencong sambil menunjuk ke arah bapak tua tersebut.

Annisa yang paham maksud dari perkataan si bencong langsung mendekati bapak tua tersebut. Dengan lihai ia membuka ikatan sarung yang dipakai, ia pelorotkan hingga terpampang lah sebuah batang yang meskipun belum menegang, tapi ukurannya sudah besar.

"Nama kamu siapa ndukk??" Tanya bapak tua itu sambil tangannya mengelusi kepala Annisa yang masih terbalut hijab.

Annisa yang sempat terdiam sejenak melihat penis jumbo milik bapak tua itu menatap ke atas.

"An.. Annisa pak.." jawab Annisa singkat.

Dalam dirinya ia masih tidak menyangka, bapak tua seperti ini memiliki penis yang besar.

"Belum tegang aja udah sebesar ini apalagi kalo tegang ya?? Penasaran sebesar apa deh.." batinnya bertanya sambil menengguk ludah.



Si bencong yang sudah menumpahkan spermanya sedikit menjauh. Ia menyalakan sebatang rokok lalu menghirupnya santai.
kenapa kok diliatin aja nduk? Baru ini liat kontol super ya? Hehe” tanya bapak tua itu sambil terus mengelus kepala annisa.

“ehh... i-iya pak.. punya bapak besar banget. Padahal kan udah tu... eh.. maaf pak engga sengaja” kata annisa yang hampir keceplosan dan takut menyinggung perasaan si bapak tua.

Sampai detik itu annisa masih sulit percaya dengan penis besar yang didepannya.

“besar sih memang. tapi bisa tegang engga ya. Mana udah keriput.” Tanya annisa dalam hati sambil terus memperhatikan.

“jangan Cuma dipandang nduk. di kocokin to biar tegang.” Ucap bapak tua itu yang membuat darah annisa kembali berdesir.

“eh.. iya bapakk” jawab annisa menuntun tangannya memegang penis jumbo tersebut lalu mulai mengelusnya pelan.

“wohh enak.. halus banget tanganmu nduk.. beda ama istriku dulu yang tangannya kasar” gumamnya merasakan kemulusan tangan dan jemari annisa di batangnya.

Karena birahi tuannya yang mulai meninggi, penis yang mulanya layu tersebut perlahan menegangkan otot-otot sendi sekitarnya lalu membuat sedikit demi sedikit kelayuannya berubah menjadi keperkasaan.

“bapakk.. besarnya kontol bapak!!” ucap annisa kaget mendapati tangannya sedang membetot sebuah penis jumbo yang perlahan menegang.

“jangan kaget dulu sampe nanti bapak entot to nduk bwoahaha” kata si bapak tua tersebut menyombongkan diri.

“iya bapakk.. tapi apa muat ya pak??” kata annisa terus mengocoki penis jumbo yang akan memasuki vaginanya itu.

Dengan mata sayu annisa terus menaik turunkan tangannya mengocok penis yang lebih besar dari penis parjo. Birahinya pun tersulut membayangkan saat dirinya disodok-sodok oleh batang haram tersebut.

“bapakk... ijin aku emut ya kontolnyaa.. heuummpphhh” kata annisa dengan sopan meminta ijin terlebih dahulu lalu dengan binal ia menjulurkan lidahnya memasukkan penis tersebut ke mulutnya.

‘Ughh hangetnya mulut akhwat...uhhh” desis bapak tua itu.

Dengan mulutnya yang kecil, penis jumbo itu hanya bisa masuk setengahnya saja membuat hanya dari ujung gundul sampai ke batangnya saja yang dapat dikulum annisa.

“bweehhh... besar kali kontol bapakkk sampe gak muat di mulut nisa pakk.. heummhhh” kata annisa melepaskan kulumannya lalu mengulumnya kembali.

Syahwatnnya kembali meninggi. Tanpa sadar tangan kirinya yang sedari tadi berada di paha di bapak tua, perlahan turun menuju vaginanya yang ternyata sudah kembali membasah. Jarinya ia gunakan untuk mengusap-usap sendiri klirotisnya.

“binal amat dirimu nduk... akhwat binal doyan kontol bwahaha” tawa bapak tua itu melihat kebinalan annisa mengocok penisnya sambil mengocok sndiri vagina miliknha.

Kedua tangannya yang daritadi mengelusi kepala annisa yang sedang naik turun di penisnya ia pindahkan ke pundak annisa seakan bertumpu. Bukan tanpa alasan, ternyata bapak tua itu sudah melepaskan sandal pada kaki kanannya lalu dengan sedikit kesulitan, ia mengarahkan kakinya menuju vagina annisa..

“ hemmmppphh.. jangan bapakk... jorokkk eummmppph” desis annisa saat merasakan garukan jempol kaki bapak tua itu di bibir vaginanya yang tembam.

Tangan kirinya berusaha menepis kaki bapak tua yang dengan kurang ajarnya menyentuh pintu gerbang kehormatannya, namun usahanya sia-sia. Setiap menepis, bapak tua itu dengan sengaja memajukan pinggulnya sehingga membuat annisa yang sedang mengulum kontolnya kelonjotan. Selanjutnya iapun hanya bisa pasrah. Tangan kirinya yang sebelumnya berada di vagina, saat ini kembali ke paha bapak tua itu untuk menahan pinggulnya agar tidak lebih menyodok kedepan.

“ssshhhhh hmmppphhhh jangan pake kaki bapak... tolongg pakkkk” mohon annisa ditengah rangsangan kaki bapak tua itu di vaginanya



Tak mengindahkan permohonan dari akhwat cantik yang berada dibawah sedang menyepongnya, bapak tua itu malah makin bernafsu mempermainkan annisa dengan kakinya. Jempol kakinya ia gesek-gesek di area bibir vagina annisa lalu secara perlahan mencari lobang untuk masuk. Sedikit demi sedikit jempol kaki bapak tua itu menghilang dari pandangan karena dimakan oleh vagina annisa.

“aaahhhhhh bapakk.. kotorr pak... keluarin pak jarinya pakk nisa mohon...” lirih annisa memelas menatap pejantan tuanya

“ enak aja wong seumur hidup baru ini kakiku bisa masuk ke memek cewek keg kamu nduk. Nih rasakan. Nikmatin aja boahaha” ucap bapak tua.

Bukannya mengeluarkan jempol kakinya dari vagina annisa, ia malah dengan tega menusukkannya dalam-dalam.

“auuhhh pakkkkk... aaahhhhh” desah annisa merasa tusukan demi tusukan dari jempol kaki bapak tua itu.

Walau dari mulutnya ia ingin jempol itu segera keluar dari liang kawinnya, tapi liang kawinnya tidak merespon hal yang sama. Vaginanya dengan sempit mengempot jempol tua itu seakan mengundangnya untuk masuk lebih dalam. Lendir kewanitaannya membanjir, membuat jempol tersebut dengan mudah bergerak maju mundur didalam lubang milik annisa tersebut.

“mulut bawahnya aja ngempot kok mulut atasnya minta udahan, beda amat. Isap ndukk kontolnya bapak” suruh bapak tua itu. Annisa yang sempat memberhentikan sepongannya kembali menaik turunkan kepalanya. Liurnya kembali membasahi batang hitam berukuran jumbo itu.

“uhhhhhh udah ndukk jangan lagiii uhhhhhhh” erang bapak tua itu merasakan akan keluar apabila annisa terus menyepongnya lebih lama.

5 menit annisa menyepong kontol bapak tua itu yang berarti 5 menit juga vaginanya menjadi bahan sodokan jempol kaki. Saat dikeluarkan, jempol kakinya sangat basah dibaluri oleh lendir kewanitaan annisa.

Selanjutnya annisa diarahkan untuk berdiri membelakanginya, dari belakang kaki kiri annisa diangkatnya naik sehingga vaginanya dapat terlihat dengan jelas. Dengan posisi sedikit menungging, dari belakang bapak tua itu mulai menyundul nyudul gerbang vagina annisa dengan kontolnya. Saking besarnya, penis tersebut tidak dapat masuk dengan mudah. Diperlukan waktu sekitar 3 menit untuk tarik ulur penisnya di vagina annisa sehingga bisa masuk seluruhnya.



“ouhhhhhh bapakkk.. penuh memekku... aaaahhhh aahhhhh” desah annisa.

Ia mengerang lantaran merasakan sakit dan nikmat disaat yang sama. Penis jumbo itu berhasil membuat vaginanya meregang ekstra lebar.

Tak lama kemudian, bapak itu mulai memaju mundurkan pinggulnya dengan pelan. Annisa yang memejam seakan tidak bisa berkata-kata lagi selain mendesah.

“sssshhhhhh oouuhhhhhh aahhhhhhh..... ahhhhhhh.. Oouuhhhhhh hmppphhhh.”

Dengan tangannya, annisa menutup mulutnya berusaha agar tidak menjerit menahan sodokan penis bapak tua itu.

“saking kagetnya jadi gak bisa ngomong kan neng?? Boahahaha” kata bapak itu sambil menikmati jepitan dinding vagina annisa.

“sssshhhhh mmmppphhhhh aaaahhhhhh hmmmppphhh”

Annisa hanya bisa terus mendesah. Matanya memejam dan mulutnya menutup. Badannya seakan maju mundur, payudaranya bergoncang, Penis jumbo itu terus keluar masuk dari vaginanya yang sempit.

Si bencong yang telah menghabiskan 3 batang rokoknya medekat.

“si eneng dah di entot ajah. Nikmati neng jangan di lawan” ucapnya agar annisa menikmati penis jumbo itu.

“ssshhhhh hhmmmmpppppp iyyyaaahhh kak... ouuuhhhh” jawab annisa sambil terus berdesah.

Setelah 5 menit sebenarnya annisa sudah merasakan kenikmatan dari batang raksasa itu, malah vaginanya sudah merespon dengan mengeluarkan cairan cintanya.

“jepittt kali memekmu ndukk.... bisa ketagihan bapak.. uhhh.. rasain sodokan bapak uhh” ucap bapak tua itu terus memompa penisnya di vagina annisa

“aaaaaaaahhhh iiyaaahh pakk... terasa banget sodokan bapakkk di mekeh akutuh... aahhhhh” desah annisa menikmati, dari semula yang hanya memejam saat ini pupilnya membulat, matanya sayu menikmati setiap sodokan di vagina sempitnya



10 menit annisa digenjot dengan gaya seperti itu sebelum akhirnya annisa akan mencapai klimaksnya.

“ssshhhhhh aaahhhhhhh bapakkkk... nisaa mau pipiss bapakkk ahhhhh” racau annisa ditengah gempuran penis menyodok memeknya.

“terusss pakkk ahhhh iyaahhh... ahhhhh bapakkk.. nisa keluar paakkkk!” pekik annisa orgasme.

*crrrrrttttt cccrrttttt*

Bapak tua itu langsung menarik lepas penisnya dari vagina annisa.

*plopph*

*sseeerrrrrrr* squirt annisa lepas tidak terkendali menyemprot ke rerumputan dibawahnya

“bisa tambah subur ni rumput habis kamu sirami nduk boahaha” ejek bapak tua itu.

“hahh.. hah... hahh... nikmatnya” desis annisa menumpu ke pahanya. Ia nyaris terjatuh saat orgasmenya tadi.

“ayo lanjut!”

Bapak tua itu kembali mengangkat kaki kanan annisa, namu kali ini posisinya berhadapan. Vaginanya kembali ditusuk oleh penis berukuran jumbo milik bapak tua itu.

“aahhhhh aooouuuhhh penuuhh lagi memek akuu bapakkk”

Annisa kembali mendesah hebat. Sodokan dari penis jumbo itu tersa begitu nikmat.

Sementara bapak tua itu justru menunjukkan sebaliknya, umurnya memang tidak berbohong. Meski nafsunya sangat besar bahkan kontolnya juga sangat besar, tapi tidak dengan tenaganya. Ia seperti kesulitan menggempur vagina annisa. Sodokan kuat yang tadi ia lakukan berubah menjadi sodokan pelan. Annisa yang sedang disodokpun menyadari hal itu..

“sshhhhhh bapak kenapa?? Cape ya pakk? Hmmppph” tanya annisa sambil merasakan sodokan di vaginanya

“gapapa nduk” jawabnya berbohong padahal ia sudah sangat kecapean.

“sini pak ai bantu”

Tiba-tiba si bencong menyodorkan bantuan.

“bantu gimana to?” tanya si bapak tua

“udah percaya aja sama ai pak.. jgn takut”

Jawab si bencong sambil menarik mundur annisa sampai kontol jumbo milik bapak tua itu terlepas dari vaginanya.

Annisa yang masih bingung dengan bantuan apa yang akan disodorkan si bencong perlahan mulai mendapatkan jawabanya.

“nungging neng” perintah bencong itu ke annisa. Ia pun segera menungging mengarahkan pantat semoknya ke selangkangan si bencong.

*blesssh*

“auuuuuhhhh kakkkk”

Kaget annisa tiba-tiba ia merasakan anusnya dimasukin oleh penisnya si bencong yang tidak terlalu besar. Sebagai perbandingan, ukuran penis si bencong hanya separuh ukuran penis bapak tua itu.

Annisa lalu diangkatnya dengan menghadap kedepan. Kakinya ia pegang dan lebarkan sampai seperti mengangkang.

“nah pak.. masukin” kata si bencong menyodorkan vagina legit yang telah menganga ke bapak tua itu.

Tanpa buang waktu ia pun langsung memsukkan kembali penisnya ke dalam lubang kawin annisa.

“Sshhhhhhh... ouuuhhhh.... aaahhhhh”

Annisa semakin mendesah hebat, kedua lubangnya telah tersumbat kontol. Jelas ini adalah pengalaman perdana bagi annisa yang kesehariannya adalah seorang istri yang baik serta seseorang yang dianggap highclass dimata teman-teman kantornya.

“enak ndukk di entot ginii hah?” tanya bapak itu sambil melihat kecantikan annisa dari dekat.

“ouuuhhhhhh yahh pakkk... enakk pakk.. rasanya mau pipissss lagi pak...” desah annisa meram melek

“ kalo pipis yang keluarin” ucap bapak tua itu sambil mendorong penis jumbonya semakin dalam sampai menyentuh dinding rahim annisa

“sshhhhh hmmppphhhh iyaaahh pakkkkkk enakkkk ouuuuhhhhhh... enakkk... ouuuhhhhh dikit lagi pakk... dikit lagiiiii... aaahhhhh pipissss lagi!!” jerit annisa kembali mendapatkan orgasmenya

*crrttttt crrtttttt*

Kembali orgasmenya menyemprot keluar. Penis jumbo milik si bapak tua itu kembali bermandikan cairan cinta annisa.

Karena sudah sangat bernafku, tanpa memperdulikan annisa yang sedang menikmati sisa-sisa orgasmenya, bapak tua itu kembali memasukkan penisnya lalu menggenjot annisa dengan kekuatan penuh.

*splokk splokkk splokkkkkk!”

Suara benturannya sangat kencang. Si bapak tua dan annisa sama-sama merem melek merasakan kenimatan, hanya saja annisa yang baru meluapkan klimaksnya merasa sedkikit nyeri pada vaginanya.

"Aahhhh bapak.. pakk tolong pelani pakk.. pelannn akhhh.. aahhh ouuuuhhh" desah annisa.



“mana bisa bapak pelani ndukk. Bapak udah mau keluar” bapak mau buatmu hamil ndukk” ucap si bapak terus menggempur rahim annisa dengan kencangnya.

Dari belakang annisa, si bencong hanya berusaha menahan sodokan bapak tua itu ke vagina annisa. Ia berusaha menahan tubuhnya agar tidak mundur.

*Crotttt!! Crotttt! Croooottt!!*

Tidak lama berselang, bapak itu akhirnya mencapai ketitik puncak dan menyemprotkan spermanya langsung ke rahim annisa.

Lagi dan lagi. Rahim annisa terisi oleh sperma haram yang bukan milik suaminya.

“ouuhhhhh bapaakkk... nanti kalo aku hamil gimana pak??” tanya annisa pura-pura khawatir. Padahal dari tadi sudah banyak lakilaki lain yang telah membuang sperma ke dalam rahimnya.

“kalo hamil ya bapak tanggung jawab. Kamu jadi istri bapak saja ndukk” jawab bapak tua itu yang membuat kaget annisa.

“eh masa aku jadi istri bapak?? Ntar yang ada aku di entot terus sama si bapak dong. Hihihi” ucap annisa dengan binalnya.

“enak ya kalian asik sendiri. Ai di anggurin. Nih rasain!!” ucap si bencong yang merasa dirinya tidak dianggap.

“aaauuhhhhh kak” annisa kembali mendesah. Ia baru menyadari ternyata anusnya masih terjejal penis si bencong yang masih menegang.

“aahhhh kakk maaf... aahhhh ahhhhh” desah annisa kembali mendapatkan dirinya disodok. Kali ini bukan vaginanya yang disodok melainkan anusnya.

Padahal belum lagi penis besar bapak tua itu dicabut, syahwatnya kembali meninggi akibat genjotan si bencong pada vaginanya.

"Aaahhhhh kak... enakkkk kakkk.. enak di genjot kayak ginii" racau Annisa terus mendesah keenakan.

Di depan Annisa, bapak tua yang terlihat sudah sangat lemas dengan terpaksa menarik keluar kontolnya dari vagina Annisa.

*Ploooppp*

Saat penisnya ditarik keluar tampak sebagian dari vagina Annisa ikut tertarik bersamanya.

"Ouuhhhhhh bapakkkk" lenguh Annisa merasakan tarikan penis jumbo tersebut dan sodokan penis si bencong di anusnya..

Si bapak tua itu langsung terduduk di rerumputan. Napasnya tersengal-sengal, keringatnya mengucur deras, tapi dari mukanya tampak ia begitu puas menikmati percintaan ternikmatnya.

"Liat gegara u bapak tu sampe keg gitu. Tanggung jawab dong" kata si bencong yang masih terus memompa anus Annisa

"Ssshhhh aaahhh tanggung jawab gimanaah kakak?* jawab Annisa melirik ke arah si bapak tua lalu melihat ke belakang tepat k wajah si bencong

"Jadi istrinya dia lah neng. Masa istri ai?? Gak selera!" kata si bencong.

Annisa yang sedang tidak fokus akibat sodokan di anusnya hanya bisa merem melek. Kenikmatan yang ia rasa sekarang emang tidak senikmat ketika dientot di liang kawinnya, namun tetap saja membuatmya merasa enak.



"Sshhhh... hmmmpppp Nisa udah punya suami kak.. aahhh Nisa ga bisa jadi istri siapapun lagi kak euhhmmmp" kata Annisa menikmati sodokan.

"Biarin. Ugghhhh... makin jepit aja anusmu gegara bahas statusmu. Jangan-jangan u senang di ewe depan lakikmu??" Tanya si bencong

"Aahhh aaaahhhhh engga kakkk.. jangan sampai suamiku tau aku gini kakkkk. Mas Farhan pasti kecewa banget sama akuuuhh aaahhhhhh aahhhh" kata Annisa menggelengkan kepala

"U lucu ya.. uuhhhh enak banget anusmu neng.... aku pejuhin yaahh hengkkk!"

Si bencong mengencangkan sodokannya sebelum ia mendorong sedalam-dalamnya lalu memuntahkan spermanya didalam anus Annisa



"Oouuhhhhhh kakkkk aaahhhhhh" annisa ikut mendesah karena dalamnya sodokan yang ia rasa.

Si bencong akhirnya berhasil 2x menyetubuhi Annisa dengan 1x memenuhi vaginanya dan 1x di anusnya.

"Dahhh dengan ini ai udah puas.. capek ai.. ayok kita ke tempat temanmu" ajak si bencong menarik tangan Annisa yang membuatnya kaget karena ia masih merasakan lelehan sperma yang keluar dari anusnya

"Iyahh kakakk..." wajah Annisa tiba-tiba menjadi riang, senyumnya melebar. Dengan sengaja ia malah merangkul lengan si bencong hingga kedua susunya terhimpit lengan kekar si bencong.



Annisa dibawa si bencong pergi meninggalkan bapak tua itu dan keluar dari gerbang utama taman Saday*na.

"Kak Annisa malu. Jangan lewat jalan ini kakak" ucap Annisa menutup tubuhnya menggunakan 1 tangan walau ia tahu usahanya itu tidak berguna.

Untungnya jalanan malam itu sangat sepi sehingga tidak ada yang menyaksikan mereka.

Setelah melewati taman, Annisa dibawa memasuki sebuah Gg sempit yang hanya bisa di lalui dengan berjalan kaki menuju sebuah rumah yang tidak berpenghuni. Disitu ia melihat bayangan seseorang yang pria yang sedang menggenjot seorang wanita dengan gaya dogy. dari belakang ia tidak bisa langsung mengetahui siapa pasangan tersebut. Bencong tersebut terus menarik Annisa masuk ke rumah kosong tersebut, setelah memasuki terasnya barulah Annisa menyadari ternyata orang yang sedang mengentot tersebut adalah Parjo dan temannya Rani!.

"Raniii!!" Jerit Annisa memanggil temannya yang sedang disetubuhi itu sambil melepas rangkulannya dari tangan si bencong lalu dengan cepat menuju temannya tampak sangat lemas.

Rani nenungging dengan pipi menempel di lantai keramik terlihat maju mundur karena sodokan Parjo di vaginanya, ia terlihat begitu pasrah dengan kondisinya saat ada panggilan dari seseorang yang ia kenal suaranya.

"Nissa?!!" Rani terkejut melihat temannya.

Disaat bersamaan Parjo yang masih menggempur vagina Rani meraih orgasmenya..

"Uuhhhhhhh keluar aku nenggg ugghhhh"

"Eeehhhhh??!"

Ucap Annisa kaget saat Parjo tiba-tiba melepas penisnya dari vagina Rani lalu dengan sangat cepat menancapkannya di vagina Annisa .

*Crotttt crottttt crooottttt!*

"Ouuuhhhhhh masssssss"

Penis Parjo yang begitu basah karena lendir vagina Rani memudahkan penetrasinya di vagina Annisa. Saat penis itu terbenam sepenuhnya, spermanya langsung menyembur menghangati rahim Annisa yang masih kaget atas perlakuan Parjo tersebut.

Setelahnya Parjo langsung terduduk lemas yang membuat penisnya terlepas dari vagina Annisa. Sementara Annisa langsung bergegas memeluk Rani.

"Maafin aku nisaa. Gara-gara aku kamu jadi.. jadiii huuuuuu"

Rani menangis sejadi-jadinya tanpa memperdulikan sekitarnya. Suara tangisannya amat keras. Annisa yang sedang memeluk Rani ikut meneteskan air mata.

"Udah ran.. yang penting kita keluar dulu dari situasi ini. Kita kabur dulu" bisik Annisa dikuping Rani.

Ia tidak mau Parjo mendengarmya.

Rani yang masih tidak bisa menahan tangisannya hanya bisa mengangguk pelan lalu terus tersedu-sedu. Disebelahnya Parjo ikut tersenyum memandang kedua wanita cantik yang telah ia pake sedang berpelukan.

"Beruntungnya aku bisa make cewe secantik kalian. Kekeke" ucapnya dalam hati sambil terus menatap

"Dah ya.. ai cape.. selanjutnya terserah lu sat bgsat. Ai pulang dulu" ucap si bencong pamit ke Parjo yang masih bengong.

"Cepat amat. Belum pagi Cong.. tapi ya udah deh ni jatah lu Cong" kata Parjo merogoh kantongnya lalu menyerahkan 2 lembar uang 100rb.

Si bencong lantas menerima uang tersebut lalu langsung pergi meninggalkan mereka. Ia pun menghilang seiring langkahnya pergi meninggalkan rumah kosong tersebut.

Disatu sisi, Annisa dan Rani tampak membicarakan sesuatu. Sembari mengobrol, Annisa terus menyeka air mata Rani yang menangis merasa bersalah karena melibatkan Annisa.

"Neng Annisa dan neng Rani kita istirahat dulu disini sambil nunggu si bos datang. Huuhhhh" ucap Parjo yang kali ini mencoba merebahkan badannya di lantai.

Tubuhnya terasa sangat lemas setelah melakukan pergumulan dengan wanita2 cantik didepannya.

"Iyaah mass.." jawab Annisa.

5 menit kemudian Parjo tampak tertidur dengan tas selempang yang berada di pelukannya.

"Rani.. aku mau ambil hp mas Parjo. Hp nya pasti ada di tas yang ia jaga itu." Ucap Annisa kembali berbisik di telinga Rani.

"Jangan Nisa.. bahaya. Nanti kalo dia terbangun gimana?" Ucap Rani merasa takut seandainya rencana Annisa gagal.



"Kalau gak dicoba kita gak akan tau Rani. Kamu tenang aja ya" ucap Annisa meyakinkan Rani.

"Jangan.. nanti kalo dia bangun terus marah terus ngapa2in kamu gimana ??? Bahaya nisaa jangan ya" kembali Rani menyatakan ketakutannya

"Kita udah dibuat seperti pelacur ran. Kita udah diapa-apain. Apalagi yang membuatmu takut ran? Aku lebih milih mencoba kabur selagi ada kesempatan seperti ini daripada menunggu bos nya mas Parjo datang, dan kembali memperlakukan kita seperti pelacur, ranii" kata Annisa sangat yakin ia harus keluar dari situasinya saat ini.

Rani terdiam. Ia baru menyadari perlakuan yang dibuat oleh Parjo dan rekannya sangat mencoreng kehormatannya.

"Iya Annisa. Hati-hati ya jangan sampe parjo terbangun" ucap Rani kali yang kali ini menyetujui saran Annisa.



Annisa menguatkan tekad. Ia berdiri lalu dengan sangat hati-hati dalam melangkah agar tidak ada sedikitpun suara yang terdengar. Ia merayap mendekat membelakangi tembok dinding hingga tiba di samping Parjo yang sedang terlelap. Tangannya dengan lembut menyingkirkan salah satu tangan Parjo hingga tas selempangnya tidak terhalangi. Perlahan Annisa membuka seleting tas tersebut lalu mengambil sebuah handphone yang berada didalamnya.

"Ehhmmm" gumam Parjo dalam tidurnya yang membuat Annisa kaget. Parjo yang sedang lelapnya tanpa sadar merogoh sesuatu dari balik boxernya lalu seperti menggaruk. Karena tidak puas, ia menurunkan boxernya lalu melanjutkan garukan di daerah selangkangan nya yang hitam.

"Bikin kaget aja deh. Aku kira mas Parjo bangun. Hufft.. eh itunya ikutan tidur ternyata. Hihi" batin Annisa menatap ke arah selangkangan lelaki yang telah berulang kali mengisi rahimnya

Annisa akhirnya berhasil mengambil tujuannya. Ia dengan lihai mengutak-atik hp tersebut mencari sesuatu.

"Nahh ini dia." Annisa ternyata melihat ke galeri hp Parjo. Didalamnya terdapat beberapa foto yang diambil Parjo secara diam-diam selama ia terperdaya. Annisa seakan tak percaya wanita yang ada di foto tersebut adalah dirinya .

Setelah melihat beberapa foto Annisa segera menghapusnya agar tidak menjadi Boomerang suatu saat nanti. Lalu ia mencari-cari info tentang si bos yang sering disebutkan Parjo.

"Ehhmmmm" gumam Parjo kembali. Nanum kalo ini ia tampak sedikit membuka matanya.

Annisa yang masih memegang hp tersebut langsung menyembunyikannya di balik punggungnya agar tidak terlihat oleh Parjo.

"Neng Annisa to. Kirain siapa yang mendekat." Kata Parjo sambil menggaruk kembali selangkangannya

"Iyaah mass.. hehe" jawab Annisa

"Pasti neng udah pengen lagi ya? Mumpung aku istirahat neng enakin aja sendiri. Bikin dirimu puas. Kekeke" kata Parjo mengurut urut penisnya yang masih layu dengan mata yang masih memejam. Parjo sepertinya salah paham dengan maksud Annisa mendekatinya.

Annisa yang telah berhasil menyembunyikan hp milik Parjo merasa tersudut. Tidak mungkin ia menghindar karena akan menimbulkan pertanyaan dibenak parjo yang saat ini berusaha kembali tidur. Ia kembali menoleh ke arah selangkangan Parjo, melihat sebuah batang layu yang belum menunjukkan keperkasaannya sedang diurut urut oleh tuannya.

"Apa aku puasi aja dia lagi?? Ehh.. jangan deh.. tapi apa alasanku untuk menjauhinya?? Duhhh kok kayaknya kontol mas parjo manggil manggil aku deh" ucap Annisa tidak sadar mendaratkan jarinya ke bibirnya sendiri. Syahwatnya kembali meninggi melihat penis milik Parjo.

"Ya udah deh kali ini aja. Ini pun karena gak mungkin aku tiba-tiba menjauh. Kan mas Parjo bisa curiga" batin Annisa sembari tangan halusnya kembali mendekap penis layu Parjo.

"Nah gitu.. puaskan dirimu neng. Kekeke" ucap Parjo yang kemudian kembali terlelap.



Annisa yang setengahnya dikuasai nafsu dan yang setengahnya dikuasai oleh akal sehat dalam satu waktu melakukan dua tindakan yakni tangan kanannya membetot penis layu milik Parjo sementara tangan kirinya kembali mengoperasikan hp milik Parjo. Secepat mungkin ia mencari informasi tentang si bos tapi tidak kunjung menemukannya sampai akhirnya ia menyerah dan memilih mereset hp milik Parjo agar semua datanya hilang lalu mengembalikannya ke tempat semula yakni tas selempang milik Parjo.



Pukul 04.00wib

Penis itu perlahan menegang walau pemiliknya sedang tertidur pulas, ukurannya kembali menjulang menunjukkan keperkasaannya. Annisa yang terus memberikan rangsangan dari tangan halusnya berhasil menuntaskan misinya.

"Huffft 20 menit di kocokin baru tegang. Mana yang punya tidurnya keg orang mati" kata Annisa menghela napas.

Terbesit dalam hatinya kekecewaan karena sang pemilik tak kunjung bangun manakala ia telah berhasil membuat tegang penisnya.

"Padahal memek aku udah gatal lagi. Emhh" desis Annisa mengecek vaginanya yang ternyata sudah kembali basah.

Annisa berusaha menghindar dari syahwatnya dengan menjauh dari tubuh Parjo. Ia kini kembali ke sisi temannya, Rani.

"Yang Nissa cari ada??" Tanya Rani

Annisa hanya menggelengkan kepala.

"Tapi semua fotoku dan foto kamu yang di jepretnya tadi udah ku hapus kok. Hp nya aku instal ulang. Biar tau rasa dia udah ngelecehin kita hihi" kata Annisa sedikit tersenyum

"Iya tuh. Biarin aja data pentingnya hilang" kata Rani ikut menyeringai

Saat mereka asik, tiba-tiba hp Parjo berdering yang membuat Parjo kaget dan langsung terbangun. Seperti linglung Parjo berusaha mengangkat telepon dari seseorang yang nomornya tidak tersimpan di memory hp nya itu.

"Dasar jancukkk! Ganggu orang mimpi indah aja. Nomor siapa sih ini berani-beraninya nelpon aku jam segini!!" Umpat parjo melihat nomor tidak dikenal menelponnya.

"Halo siapa ni?!!" Parjo mengangkat telepon dengan suara yang keras.

"Dasar ******. Cepat kabur!!" Teriak seorang lelaki dari telepon tersebut

"Hah apaan sih bgsat?!! Siapa ini hah??" Kembali Parjo mengumpat tanpa menyadari situasinya saat ini.

*Bruakk!!*

Tiba-tiba pintu rumah yang harusnya kosong tersebut terdobrak dari arah dalam. Dobrakannya begitu keras sehingga menghempaskan daun pintu tersebut kearah luar. Annisa, Rani, terlebih Parjo kaget bukan main ketika muncul beberapa sosok yang memakai pakaian hitam dengan rompi dan helm di kepalanya.

"Angkat tangan dan Jangan bergerak!!" Ucap salah seorang dari mereka sambil menodongkan sebuah pistol ke arah Parjo.

Parjo masih linglung. Ia tidak bisa mencerna kondisi saat ini dimana sebuah tim khusus datang untuk meringkusnya.

Rupanya tim tersebut adalah tim pol*si khusus yang dibentuk untuk memberantas tindak kejahatan malam seperti begal, penjualan narkotika, bahkan perbudakan wanita.

"Hah?? Iya pak ampun. Ampun pak" ucap Parjo mengangkat kedua tangannya.

Dengan sigap pol*si itu memegang kedua tangan Parjo lalu mengalungkan sebuah borgol.

"Kamu kami tahan karena telah terbukti melakukan penjualan obat terlarang! Kamu ikut saya ke kantor untuk dimintai keterangan lebih lanjut!!" Kata polisi yang meringkus Parjo.

"Ampuunn pak. Jangan tembak akuu" teriak Parjo berharap dikasihani

Di depannya terdapat 4 orang lagi yang terus mengarahkan ujung pistolnya ke Parjo siapa tau ia berniat melawan atau kabur.

Di sisi lain, Annisa dan Rani juga tampak ketakutan atas penyergapan yang dilakukan tim khusus tersebut.

Mereka tidak mempercayai kejadian yang ada didepannya dimana tidak sampai 5 menit, keadaan telah berubah drastis. Parjo sudah digiring masuk ke sebuah mobil Innova hitam yang ternyata sudah parkir diujung Gang sempit ini dari sore oleh 4 orang pol*si. Sementara 1 orang lagi menghampiri Annisa dan Rani.



"Kalian sudah aman sekarang. Kalian bebas." Ucapnya memberikan sepotong pakaian untuk dipakai. Annisa saat ini masih mengenakan hijabnya yang bewarna abu-abu sementara Rani saat ini hanya mengenakan sebuah BH yang diturunkan untuk menopang payudaranya.

Annisa lebih dahulu segera mengambil pakaian itu dan langsung memakainya disusul Rani melakukan hal yang sama.
Semua lelaki ternyata emang sama tidak terkecuali pol*si itu. Ia sebenarnya dibuat takjub oleh menatap kemolekan tubuh 2 orang bidadari telanjang yang sedang berpakaian didepannya.

"Ehmm Terima kasih bapak.. u-udah selamatin kami" ucap Annisa yang menyadarkan pol*si tersebut dari lamunannya.

Dengan mata yang berkaca-kaca, ia mendekati pol*si tersebut lalu menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan lalu menempelkan punggung tangan pol*si tersebut di keningnya

"Kalo bapak engga muncul. Kami gak tau nasib kami bakal gimana pak.. terima kasih ya pakkk. Terima kasih.. haaaaaa hiksss hiksss" Annisa tidak bisa menahan tangisnya. Ia yang dari awal mencoba tegar dengan keadaanya saat ini meledakkan tangisnya disaat merasa keadaan sudah aman. Air matanya keluar membasahi punggung tangan penyelamatnya.

Pol*si tersebut tersentuh dengan yang Annisa lakukan. Semua pikiran mesumnya seketika hilang melihat tangisan dari seorang akhwat cantik di punggung tangannya. Ia menggunakan tangan yang satunya untuk mengelus kepala Annisa.
"Udah udah.. kamu sekarang gak perlu takut lagi dek. Sisanya biar kami yang urus. Biar kami juga yang antar kalian pulang" kata pria itu menyarankan untuk ikut bersamanya.

"Ehh?? Gak mungkin aku pulang sekarang kan? Aku udah pamit ijin ke mas Farhan menginap dirumah Rani. Kalo pulang sekarang, pasti ketahuan terjadi apa-apa. Jangan sampai mas Farhan tau aku keadaan aku saat ini. Aku kotor banget mas.. maafin aku" batin Annisa menyesal

"Iyah pak.. kalo boleh kami minta tolong diantar pulang kerumah teman saya." Ucap Annisa.
"Baik. Ayo kita berangkat.." ucap pol*si itu


Skip..


Annisa dan Rani sedang di perjalanan pulang menggunakan sebuah mobil sedan hitam yang dikemudikan oleh pol*si tadi.
Mereka berdua tampak diam dan tidak mengeluarkan kata-kata.

"Maaf kami terlambat." Ucap pol*si itu memecah keheningan

"Ehh iya pak gapapa.. yang penting kami selamat pak" jawab Annisa

"Jadi kita udah lama mengintai dia. Sejak 6 bulan lalu malah, tapi kami belum punya bukti kuat untuk menangkapnya. Saat ini buktinya sudah dapat jadi kami bisa langsung bergerak"

"Maaf kalo bisa boleh tau, buktinya apa yah?" Tanya Annisa.

"Buktinya adalah air mineral yang kamu minum sebelumnya. Kami memungut botol yang telah kamu buang di tong sampah. Kami mengambil sisa airnya lalu menguji dengan alat yang kami miliki dan ternyata hasilnya sesuai dugaan kami" ucapnya

"Air yang aku minum kenapa pak??" Tanya Annisa penasaran.

"Didalamnya terdapat kandungan narkotika. Efek yang ditimbulkan pun beragam tapi sepertinya di kamu, efeknya adalah meningkatnya gairah atau birahi yang kamu rasakan. Singkatnya obat tersebut seperti obat perangsang."

Annisa terdiam. Ia baru menyadari keanehan yang dirasakan tubuhnya malam ini ternyata efek dari obat yang dimasukkan kedalam air mineral yang ia minum.

"Jadi itu yang membuatku malam ini jadi seperti ini?" Ucap Annisa tiba2 mengingat sosok penjual nasi goreng yang menawarkan minuman tersebut.

"Lalu pak. Bapak penjual nasi goreng nya gimana pak?" Tanya Annisa

"Bapak penjual nasi goreng nya tidak salah apapa dek. Ia hanya disuruh oleh Parjo untuk memberikan minuman itu ke kamu " jawab pol*si itu.

"Bapak... mas Parjo tidak sendiri. Masih ada 1 orang lagi pak" ucap Annisa



"Ya memang tidak hanya Parjo. Kami akan mencari sisanya. Darimana obat itu berasal, siapa pengedarnya, siapa penjualnya, semua akan kami cari. Jadi kamu tenang aja dek" jawab pol*si itu sambil melemoarkan senyuman

"Kalian berdua cantik. Saya turut perihatin atas yang kalian alami malam ini. Tapi saya harap kalian bisa segera move on lalu kembali ke kehidupan kalian yang biasa jalani" ucapnya kembali berusaha menenangkan kami.

"Iyah pak. Kami yang harusnya terima kasih. Ya kan rann??" Ucap Annisa menegur Rani yang dari tadi hanya diam sambil menatap ke arah luar jendela.

"E-eh iya Nisa.. maaf aku ngelamun. Hehe" jawab Rani santai. Dari matanya tampak lega, tidak adalagi ketakutan.

Sesampainya dirumah Rani, pol*si itu langsung pamit meninggalkan Annisa dan Rani yang langsung masuk kedalam sebuah rumah kost yang Rani tempati.



POV Annisa Febrianti

Aku langsung mengguyur seluruh tubuhku dengan air, kubersihkan setiap jengkal kulitku, bahkan aku beranikan mengorek lubang vaginaku menggunakan jemari lentik ku. Aku ingin mengeluarkan semua sperma yang tertimbun didalam rahimku, ada yang keluar namun aku yakin lebih banyak yang bersemayam didalam.

"Ehhmmm Kok enak ya?? Hushh.. pasti ini efek dari obat itu." Ucapku merasakan nikmat akibat korekan yang kulakukan di vaginaku

Aku berusaha menolak rasa itu namun tetap ada, aku berusaha sekuat tenaga menahan birahiku.
Setelah dirasa cukup, aku segera melanjutkan mandiku.

Seberes mandi, aku langsung mengenakan piyama milik Rani yang lebih dahulu kupinjam. Sebelumnya Rani sudah bersih bersih lebih dulu daripada aku.

Sebelum membaringkan badan, aku menanyakan ke Rani apa yang ia alami selama aku tidak ada namun ia memilih tidak menjawab. Akupun mengerti keadannnya.

Rani masih merasa syok, tidak mungkin membahas hal itu sekarang. Namun kami tetap bercerita hal lain yang berkaitan hingga kami menyepakati suatu hal yaitu Cerita malam ini hanya kami yang tahu. Ini rahasia kami berdua. Tidak ada seorangpun yang boleh tau apa yang telah kami alami bahkan suami ku sendiri.
Kami terus mengobrol hingga akhirnya tanpa sadar, Rani sudah memejamkan matanya tertidur dengan pulas.

"Alhamdulillah cerita malam ini telah usai. Semalam tidur Rani. Selamat tidur buat kita. Selamat tidur buat mas Farhan." ucapku pelan menatap Rani lalu menatap wajah mas Farhan melalu
wallpaper di hpku.

Lalu akupun ikut tertidur dengan pulasnya.

Bersambung..!!




Cerita ini panjang sehingga di bagi dalam beberapa page. Klik Next untuk membaca kelanjutannya.

Related Posts