Pagi sekali sekitar pukul 06. 30 dia sudah menunggu angkutan kota menuju sekolahan nya, jarak sekolahnya tidak terlalu jauh sekitar 5 km. Apalagi nanti ada upacara. Tiba-tiba ketika Sapitri sedang asyik-asyiknya jalan sendiri sambil baca buku pelajaran, ada seorang naik mobil menghampirinya.
"Halo Sapitri kok jalan?", tanya si pengendara mobil itu yang ternyata adalah Pak Bambang guru Fisikanya.
"Lho Bapak kok jam segini sudah berangkat?" tanya Sapitri spontan.
"Iya saya habis nginap di tempat saudara, takutnya telat. Kalo mo ke sekolah, ayo ikut Bapak saja" ajak Pak Bambang.
Karena Sapitri sudah kenal benar dengan yang namanya Pak Bambang. Akhirnya mau juga nebeng Pak Bambang. Tapi Sapitri nggak tahu disitulah awal bencana bagi Sapitri.
"Dik Sapitri nggak keberatan khan kalau kita mampir dulu ke rumah adik saya, soalnya saya baru ingat kalau buku laporan saya tertinggal di sana?" Pak Bambang membuat alasan.
"Iya Pak tapi cepetan yah, biar nggak telat"
Tiba-tiba Pak Bambang mempercepat kecepatan mobilnya dengan sangat tinggi dan arahnya ke rumah kosong di pedesaan yang jarang terjamah orang.
Sesampainya disitu Sapitri ditarik dengan paksa masuk ke dalam rumah kosong dan disitu sudah ada Pak Wahyu, Pak Joko yang merupakan wali kelas Sapitri yang sudah lama mengamati Sapitri dan nggak ketinggalan kepala sekolah Pak Budi dan wakil kepala sekolahnya yang namanya Pak Lono. Mereka semua nampaknya sudah menunggu semenjak tadi.
"Halo Sapitri, sudah ditunggu dari tadi lho?", seru salah seorang dari mereka.
"Apa-apaan nih? Apa yang Bapak-Bapak lakukan disini?", Sapitri mulai kebingungan.
Sapitri menjerit karena dia mulai digerayangi.
"Bangsat tua bangka jangan coba-coba sentuh saya".
"Diam, kamu pengin lulus nggak? Berani melawan perintah gurumu yah", kata Pak Budi selaku guru Matematika.
Sapitri mencoba melawan dengan memukuli dan menendang gurunya. Tapi Sapitri kalah setelah ia dihantam perutnya oleh Pak Joko guru olahraganya, dan di gampar pipinya berkali-kali sampai Sapitri kelenger hingga merah dan bibirnya berdarah. Sapitri meringis kesakitan.
"Nah sekarang emut dan hisep kontol saya, kontol Pak Andi, kontol Pak Joko dan Pak Lono yang kenceng nyedotnya, kalo nggak saya obrak-abrik rahim kamu biar nggak bisa punya anak Mau?",
Karena ketakutan akhirnya Sapitri mengulum kontol para gurunya. Sapitri menyedot penis mereka satu-persatu dengan bibirnya yang merah dan mulutnya yang mungil, sambil tangannya menggenggam penis para Bapak guru sambil mengocok-ngocoknya.
"Nah gitu terus yang enak ayo jangan berhenti, telen pejuhnya biar kamu tambah pinter", seru Pak Bambang.
"Mmmphh, slerrpp, mmhh" Dengan terpaksa Sapitri menghisap kontol-kontol mereka sampe mereka semua pada orgasme.
"Edan, nih cewek nyepongnya mantep banget Sapitri, lo pasti sudah sering nyepongin kontol temen-temen lo yah? haa, ha, ha, ha".
Guru Sapitri satu persatu menyemburkan sperma mereka ke dalam mulut Sapitri, dan mengalir ke tenggorokannya. Walaupun Sapitri hampir muntah dia memaksakan untuk menelan pejuh kelima orang itu. Dia masih tak percaya dioral oleh gurunya sendiri. Wajah Sapitri mulai terlihat kelenger lagi, sepertinya ia mabuk sperma, merasakan mual pada perutnya.
Setelah mereka puas memperkosa mulut Sapitri ternyata mereka langsung menelanjangi Sapitri. Pak Lono memegang kedua tangan Sapitri, Pak Budi memelorotkan rok abu-abunya, Pak Joko merobek pakaian dan kutang Sapitri.
"Nih murid teteknya putih banget, gede lagi, putingnya coklat pasti manis nih Wahh, kenyal sekali, lembut banget Bapak-Bapak" Pak Joko mengomentari payudara Sapitri, sambil mulai meremas-remas payudara Sapitri.
Dalam sekejap Sapitri sudah dalam keadaan tanpa busana.
"Jangan Pak jangan, atau saya akan melapor ke polisi", seru Sapitri sambil teriak.
"Ooo, coba saja nanti, sekarang sebaiknya kamu persiapkan diri kamu untuk menerima pelajaran khusus" Seru Pak Budi sambil menjambak rambut Sapitri.
Sapitri sekarang hanya mengenakan celana dalam putih saja.
Ketika Pak Budi hendak beraksi tiba-tiba Pak Bambang protes, "karena saya yang dapat perek ini maka saya duluan yang memperkosanya."
Tanpa membuang waktu lagi kini diputarnya tubuh Sapitri menjadi tengkurap, kedua tangannya yang ditarik kebelakang menempel dipunggung sementara dada dan wajahnya menyentuh kasur. Kedua tangan kasar Pak Bambang itu kini mengusap-usap bagian pantat Sapitri, dirasakan olehnya pantat Sapitri yang sekal. Sesekali tangannya menyabet pantat Sapitri dengan keras, bagai seorang Ibu yang tengah menyabet pantat anaknya yang nakal.
"Plak, Plak.".
"Wah sekal sekali pantat kamu Sapitri, kenyal, gila nih Don, paha murid kita satu ini gede amat. Putihnya ya ampun, banyak bulu-bulu halusnya lagi di pahanya" ujar Pak Bambang sambil terus mengusap-usap dan memijit-mijit pantat Sapitri sambil sesekali mencabuti bulu-bulu di paha Sapitri yang putih gempal itu.
Sapitri mengaduh kesakitan.
"Bakal mabuk nih kita nikmatin pantat segede gini, seperti bokong sapi aja."
"Montoknya, ya ampun, gede, kenyal lagi" sambil memijat pantat Sapitri yang memerah karena tamparan tangan Pak Bambang.
Pak Lono lalu menjilati dan menggigiti bongkahan pantat si Sapitri.
"Aakhh, bangsat, keparat, jangan sentuh pantat gue", Sapitri membentak mereka.
"Plakk" sebuah tamparan sangat keras ke pipi Sapitri.
"Diam kamu, pelacur pengin gue rontokin gigi putih loe", Pak Lono balas membentak.
Sapitri hanya diam pasrah, sementara tangisannya mulai terdengar. Tangisnya terdengar semakin keras ketika tangan kanan Pak Bambang secara perlahan-lahan mengusap kaki Sapitri mulai dari betis naik terus kebagian paha lalu mengelus-elus paha mulus putih Sapitri dan akhirnya menyusup masuk kedalam roknya hingga menyentuh kebagian selangkangannya.
"Jangan paak, saya mohon, saya masih perawan pakk", Sapitri teriak ketakutan.
Sesampainya dibagian itu, salah satu jari tangan kanan Pak Bambang, yaitu jari tengahnya menyusup masuk kecelana dalamnya dan langsung menyentuh kemaluannya. Kontan saja hal ini membuat badan Sapitri agak menggeliat, dia mulai sedikit meronta-ronta, namun jari tengah Pak Bambang tadi langsung menusuk lobang kemaluan Sapitri.
"Egghhmm, oohh, shitt, shitt"
Sapitri menjerit badannya mengejang tatkala jari telunjuk Pak Bambang masuk kedalam liang kewanitaannya itu. Badan Sapitri pun langsung menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan, ketika Pak Bambang memainkan jarinya itu didalam lobang kemaluan Sapitri. Nafas Sapitri terengah-engah sambil mengerang kesakitan.
Dengan tersenyum terus dikorek-koreknyalah lobang kemaluan Sapitri, sementara itu badan Sapitri menggeliat-geliat jadinya, matanya merem-melek, mulutnya mengeluarkan rintihan-rintihan yang keluar dari mulutnya itu Pak Bambang menciumi bibir vagina Sapitri sambil sesekali memasukkan lidahnya kedalam liang vagina Sapitri, kepala Pak Bambang menghilang di bawah selangkangan Sapitri sambil kedua tangannya dari bawah meremas -remas pantat Sapitri. Sementara Pak Lono meremas payudara kanan Sapitri, dan mulutnya mengulum payudara Sapitri satunya lagi.
"Pak Bambang, susu murid kesayanganmu ini gurih sekali, harum lagi, kualitas nomer satu". Pak Lono asyik menyantap payudara Sapitri, yang ranum padat dan kenyal sekali.
"Ehhmmpphh, mmpphh, ouughh, sakii..iit, paa..ak".
Sapitri terus mengerang kesakitan pada kedua buah dadanya dan kenikmatan pada kemaluannya. Setelah beberapa menit lamanya, kemaluan Sapitripun menjadi basah oleh cairan kewanitaannya, Pak Bambang kemudian mencabut jarinya.
"Halo Sapitri kok jalan?", tanya si pengendara mobil itu yang ternyata adalah Pak Bambang guru Fisikanya.
"Lho Bapak kok jam segini sudah berangkat?" tanya Sapitri spontan.
"Iya saya habis nginap di tempat saudara, takutnya telat. Kalo mo ke sekolah, ayo ikut Bapak saja" ajak Pak Bambang.
Karena Sapitri sudah kenal benar dengan yang namanya Pak Bambang. Akhirnya mau juga nebeng Pak Bambang. Tapi Sapitri nggak tahu disitulah awal bencana bagi Sapitri.
"Dik Sapitri nggak keberatan khan kalau kita mampir dulu ke rumah adik saya, soalnya saya baru ingat kalau buku laporan saya tertinggal di sana?" Pak Bambang membuat alasan.
"Iya Pak tapi cepetan yah, biar nggak telat"
Tiba-tiba Pak Bambang mempercepat kecepatan mobilnya dengan sangat tinggi dan arahnya ke rumah kosong di pedesaan yang jarang terjamah orang.
Sesampainya disitu Sapitri ditarik dengan paksa masuk ke dalam rumah kosong dan disitu sudah ada Pak Wahyu, Pak Joko yang merupakan wali kelas Sapitri yang sudah lama mengamati Sapitri dan nggak ketinggalan kepala sekolah Pak Budi dan wakil kepala sekolahnya yang namanya Pak Lono. Mereka semua nampaknya sudah menunggu semenjak tadi.
"Halo Sapitri, sudah ditunggu dari tadi lho?", seru salah seorang dari mereka.
"Apa-apaan nih? Apa yang Bapak-Bapak lakukan disini?", Sapitri mulai kebingungan.
Sapitri menjerit karena dia mulai digerayangi.
"Bangsat tua bangka jangan coba-coba sentuh saya".
"Diam, kamu pengin lulus nggak? Berani melawan perintah gurumu yah", kata Pak Budi selaku guru Matematika.
Sapitri mencoba melawan dengan memukuli dan menendang gurunya. Tapi Sapitri kalah setelah ia dihantam perutnya oleh Pak Joko guru olahraganya, dan di gampar pipinya berkali-kali sampai Sapitri kelenger hingga merah dan bibirnya berdarah. Sapitri meringis kesakitan.
"Nah sekarang emut dan hisep kontol saya, kontol Pak Andi, kontol Pak Joko dan Pak Lono yang kenceng nyedotnya, kalo nggak saya obrak-abrik rahim kamu biar nggak bisa punya anak Mau?",
Karena ketakutan akhirnya Sapitri mengulum kontol para gurunya. Sapitri menyedot penis mereka satu-persatu dengan bibirnya yang merah dan mulutnya yang mungil, sambil tangannya menggenggam penis para Bapak guru sambil mengocok-ngocoknya.
"Nah gitu terus yang enak ayo jangan berhenti, telen pejuhnya biar kamu tambah pinter", seru Pak Bambang.
"Mmmphh, slerrpp, mmhh" Dengan terpaksa Sapitri menghisap kontol-kontol mereka sampe mereka semua pada orgasme.
"Edan, nih cewek nyepongnya mantep banget Sapitri, lo pasti sudah sering nyepongin kontol temen-temen lo yah? haa, ha, ha, ha".
Guru Sapitri satu persatu menyemburkan sperma mereka ke dalam mulut Sapitri, dan mengalir ke tenggorokannya. Walaupun Sapitri hampir muntah dia memaksakan untuk menelan pejuh kelima orang itu. Dia masih tak percaya dioral oleh gurunya sendiri. Wajah Sapitri mulai terlihat kelenger lagi, sepertinya ia mabuk sperma, merasakan mual pada perutnya.
Setelah mereka puas memperkosa mulut Sapitri ternyata mereka langsung menelanjangi Sapitri. Pak Lono memegang kedua tangan Sapitri, Pak Budi memelorotkan rok abu-abunya, Pak Joko merobek pakaian dan kutang Sapitri.
"Nih murid teteknya putih banget, gede lagi, putingnya coklat pasti manis nih Wahh, kenyal sekali, lembut banget Bapak-Bapak" Pak Joko mengomentari payudara Sapitri, sambil mulai meremas-remas payudara Sapitri.
Dalam sekejap Sapitri sudah dalam keadaan tanpa busana.
"Jangan Pak jangan, atau saya akan melapor ke polisi", seru Sapitri sambil teriak.
"Ooo, coba saja nanti, sekarang sebaiknya kamu persiapkan diri kamu untuk menerima pelajaran khusus" Seru Pak Budi sambil menjambak rambut Sapitri.
Sapitri sekarang hanya mengenakan celana dalam putih saja.
Ketika Pak Budi hendak beraksi tiba-tiba Pak Bambang protes, "karena saya yang dapat perek ini maka saya duluan yang memperkosanya."
Tanpa membuang waktu lagi kini diputarnya tubuh Sapitri menjadi tengkurap, kedua tangannya yang ditarik kebelakang menempel dipunggung sementara dada dan wajahnya menyentuh kasur. Kedua tangan kasar Pak Bambang itu kini mengusap-usap bagian pantat Sapitri, dirasakan olehnya pantat Sapitri yang sekal. Sesekali tangannya menyabet pantat Sapitri dengan keras, bagai seorang Ibu yang tengah menyabet pantat anaknya yang nakal.
"Plak, Plak.".
"Wah sekal sekali pantat kamu Sapitri, kenyal, gila nih Don, paha murid kita satu ini gede amat. Putihnya ya ampun, banyak bulu-bulu halusnya lagi di pahanya" ujar Pak Bambang sambil terus mengusap-usap dan memijit-mijit pantat Sapitri sambil sesekali mencabuti bulu-bulu di paha Sapitri yang putih gempal itu.
Sapitri mengaduh kesakitan.
"Bakal mabuk nih kita nikmatin pantat segede gini, seperti bokong sapi aja."
"Montoknya, ya ampun, gede, kenyal lagi" sambil memijat pantat Sapitri yang memerah karena tamparan tangan Pak Bambang.
Pak Lono lalu menjilati dan menggigiti bongkahan pantat si Sapitri.
"Aakhh, bangsat, keparat, jangan sentuh pantat gue", Sapitri membentak mereka.
"Plakk" sebuah tamparan sangat keras ke pipi Sapitri.
"Diam kamu, pelacur pengin gue rontokin gigi putih loe", Pak Lono balas membentak.
Sapitri hanya diam pasrah, sementara tangisannya mulai terdengar. Tangisnya terdengar semakin keras ketika tangan kanan Pak Bambang secara perlahan-lahan mengusap kaki Sapitri mulai dari betis naik terus kebagian paha lalu mengelus-elus paha mulus putih Sapitri dan akhirnya menyusup masuk kedalam roknya hingga menyentuh kebagian selangkangannya.
"Jangan paak, saya mohon, saya masih perawan pakk", Sapitri teriak ketakutan.
Sesampainya dibagian itu, salah satu jari tangan kanan Pak Bambang, yaitu jari tengahnya menyusup masuk kecelana dalamnya dan langsung menyentuh kemaluannya. Kontan saja hal ini membuat badan Sapitri agak menggeliat, dia mulai sedikit meronta-ronta, namun jari tengah Pak Bambang tadi langsung menusuk lobang kemaluan Sapitri.
"Egghhmm, oohh, shitt, shitt"
Sapitri menjerit badannya mengejang tatkala jari telunjuk Pak Bambang masuk kedalam liang kewanitaannya itu. Badan Sapitri pun langsung menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan, ketika Pak Bambang memainkan jarinya itu didalam lobang kemaluan Sapitri. Nafas Sapitri terengah-engah sambil mengerang kesakitan.
Dengan tersenyum terus dikorek-koreknyalah lobang kemaluan Sapitri, sementara itu badan Sapitri menggeliat-geliat jadinya, matanya merem-melek, mulutnya mengeluarkan rintihan-rintihan yang keluar dari mulutnya itu Pak Bambang menciumi bibir vagina Sapitri sambil sesekali memasukkan lidahnya kedalam liang vagina Sapitri, kepala Pak Bambang menghilang di bawah selangkangan Sapitri sambil kedua tangannya dari bawah meremas -remas pantat Sapitri. Sementara Pak Lono meremas payudara kanan Sapitri, dan mulutnya mengulum payudara Sapitri satunya lagi.
"Pak Bambang, susu murid kesayanganmu ini gurih sekali, harum lagi, kualitas nomer satu". Pak Lono asyik menyantap payudara Sapitri, yang ranum padat dan kenyal sekali.
"Ehhmmpphh, mmpphh, ouughh, sakii..iit, paa..ak".
Sapitri terus mengerang kesakitan pada kedua buah dadanya dan kenikmatan pada kemaluannya. Setelah beberapa menit lamanya, kemaluan Sapitripun menjadi basah oleh cairan kewanitaannya, Pak Bambang kemudian mencabut jarinya.
cerita sex yes.. ahhh.. fuck my pussy... oh.. good dick.. Big cock... Yes cum inside my pussy.. lick my nipples... my tits are tingling.. drink milk in my breast.. enjoying my milk nipples... play with my big tits.. fuck my vagina until I get pregnant.. play "Adult sex games" with me.. satisfy your cock in my wet vagina..