Sapitri Siswi SMA Di Garap 8 orang

cewek amoy
Sapitri


Pagi sekali sekitar pukul 06. 30 dia sudah menunggu angkutan kota menuju sekolahan nya, jarak sekolahnya tidak terlalu jauh sekitar 5 km. Apalagi nanti ada upacara. Tiba-tiba ketika Sapitri sedang asyik-asyiknya jalan sendiri sambil baca buku pelajaran, ada seorang naik mobil menghampirinya.

"Halo Sapitri kok jalan?", tanya si pengendara mobil itu yang ternyata adalah Pak Bambang guru Fisikanya.

"Lho Bapak kok jam segini sudah berangkat?" tanya Sapitri spontan.

"Iya saya habis nginap di tempat saudara, takutnya telat. Kalo mo ke sekolah, ayo ikut Bapak saja" ajak Pak Bambang.

Karena Sapitri sudah kenal benar dengan yang namanya Pak Bambang. Akhirnya mau juga nebeng Pak Bambang. Tapi Sapitri nggak tahu disitulah awal bencana bagi Sapitri.

"Dik Sapitri nggak keberatan khan kalau kita mampir dulu ke rumah adik saya, soalnya saya baru ingat kalau buku laporan saya tertinggal di sana?" Pak Bambang membuat alasan.

"Iya Pak tapi cepetan yah, biar nggak telat"

Tiba-tiba Pak Bambang mempercepat kecepatan mobilnya dengan sangat tinggi dan arahnya ke rumah kosong di pedesaan yang jarang terjamah orang.

Sesampainya disitu Sapitri ditarik dengan paksa masuk ke dalam rumah kosong dan disitu sudah ada Pak Wahyu, Pak Joko yang merupakan wali kelas Sapitri yang sudah lama mengamati Sapitri dan nggak ketinggalan kepala sekolah Pak Budi dan wakil kepala sekolahnya yang namanya Pak Lono. Mereka semua nampaknya sudah menunggu semenjak tadi.

"Halo Sapitri, sudah ditunggu dari tadi lho?", seru salah seorang dari mereka.

"Apa-apaan nih? Apa yang Bapak-Bapak lakukan disini?", Sapitri mulai kebingungan.

Sapitri menjerit karena dia mulai digerayangi.

"Bangsat tua bangka jangan coba-coba sentuh saya".

"Diam, kamu pengin lulus nggak? Berani melawan perintah gurumu yah", kata Pak Budi selaku guru Matematika.

Sapitri mencoba melawan dengan memukuli dan menendang gurunya. Tapi Sapitri kalah setelah ia dihantam perutnya oleh Pak Joko guru olahraganya, dan di gampar pipinya berkali-kali sampai Sapitri kelenger hingga merah dan bibirnya berdarah. Sapitri meringis kesakitan.

"Nah sekarang emut dan hisep kontol saya, kontol Pak Andi, kontol Pak Joko dan Pak Lono yang kenceng nyedotnya, kalo nggak saya obrak-abrik rahim kamu biar nggak bisa punya anak Mau?",

Karena ketakutan akhirnya Sapitri mengulum kontol para gurunya. Sapitri menyedot penis mereka satu-persatu dengan bibirnya yang merah dan mulutnya yang mungil, sambil tangannya menggenggam penis para Bapak guru sambil mengocok-ngocoknya.

"Nah gitu terus yang enak ayo jangan berhenti, telen pejuhnya biar kamu tambah pinter", seru Pak Bambang.

"Mmmphh, slerrpp, mmhh" Dengan terpaksa Sapitri menghisap kontol-kontol mereka sampe mereka semua pada orgasme.

"Edan, nih cewek nyepongnya mantep banget Sapitri, lo pasti sudah sering nyepongin kontol temen-temen lo yah? haa, ha, ha, ha".

Guru Sapitri satu persatu menyemburkan sperma mereka ke dalam mulut Sapitri, dan mengalir ke tenggorokannya. Walaupun Sapitri hampir muntah dia memaksakan untuk menelan pejuh kelima orang itu. Dia masih tak percaya dioral oleh gurunya sendiri. Wajah Sapitri mulai terlihat kelenger lagi, sepertinya ia mabuk sperma, merasakan mual pada perutnya.

Setelah mereka puas memperkosa mulut Sapitri ternyata mereka langsung menelanjangi Sapitri. Pak Lono memegang kedua tangan Sapitri, Pak Budi memelorotkan rok abu-abunya, Pak Joko merobek pakaian dan kutang Sapitri.

"Nih murid teteknya putih banget, gede lagi, putingnya coklat pasti manis nih Wahh, kenyal sekali, lembut banget Bapak-Bapak" Pak Joko mengomentari payudara Sapitri, sambil mulai meremas-remas payudara Sapitri.

Dalam sekejap Sapitri sudah dalam keadaan tanpa busana.

"Jangan Pak jangan, atau saya akan melapor ke polisi", seru Sapitri sambil teriak.

"Ooo, coba saja nanti, sekarang sebaiknya kamu persiapkan diri kamu untuk menerima pelajaran khusus" Seru Pak Budi sambil menjambak rambut Sapitri.

Sapitri sekarang hanya mengenakan celana dalam putih saja.

Ketika Pak Budi hendak beraksi tiba-tiba Pak Bambang protes, "karena saya yang dapat perek ini maka saya duluan yang memperkosanya."

Tanpa membuang waktu lagi kini diputarnya tubuh Sapitri menjadi tengkurap, kedua tangannya yang ditarik kebelakang menempel dipunggung sementara dada dan wajahnya menyentuh kasur. Kedua tangan kasar Pak Bambang itu kini mengusap-usap bagian pantat Sapitri, dirasakan olehnya pantat Sapitri yang sekal. Sesekali tangannya menyabet pantat Sapitri dengan keras, bagai seorang Ibu yang tengah menyabet pantat anaknya yang nakal.

"Plak, Plak.".

"Wah sekal sekali pantat kamu Sapitri, kenyal, gila nih Don, paha murid kita satu ini gede amat. Putihnya ya ampun, banyak bulu-bulu halusnya lagi di pahanya" ujar Pak Bambang sambil terus mengusap-usap dan memijit-mijit pantat Sapitri sambil sesekali mencabuti bulu-bulu di paha Sapitri yang putih gempal itu.

Sapitri mengaduh kesakitan.

"Bakal mabuk nih kita nikmatin pantat segede gini, seperti bokong sapi aja."

"Montoknya, ya ampun, gede, kenyal lagi" sambil memijat pantat Sapitri yang memerah karena tamparan tangan Pak Bambang.

Pak Lono lalu menjilati dan menggigiti bongkahan pantat si Sapitri.

"Aakhh, bangsat, keparat, jangan sentuh pantat gue", Sapitri membentak mereka.

"Plakk" sebuah tamparan sangat keras ke pipi Sapitri.

"Diam kamu, pelacur pengin gue rontokin gigi putih loe", Pak Lono balas membentak.

Sapitri hanya diam pasrah, sementara tangisannya mulai terdengar. Tangisnya terdengar semakin keras ketika tangan kanan Pak Bambang secara perlahan-lahan mengusap kaki Sapitri mulai dari betis naik terus kebagian paha lalu mengelus-elus paha mulus putih Sapitri dan akhirnya menyusup masuk kedalam roknya hingga menyentuh kebagian selangkangannya.

"Jangan paak, saya mohon, saya masih perawan pakk", Sapitri teriak ketakutan.

Sesampainya dibagian itu, salah satu jari tangan kanan Pak Bambang, yaitu jari tengahnya menyusup masuk kecelana dalamnya dan langsung menyentuh kemaluannya. Kontan saja hal ini membuat badan Sapitri agak menggeliat, dia mulai sedikit meronta-ronta, namun jari tengah Pak Bambang tadi langsung menusuk lobang kemaluan Sapitri.

"Egghhmm, oohh, shitt, shitt"

Sapitri menjerit badannya mengejang tatkala jari telunjuk Pak Bambang masuk kedalam liang kewanitaannya itu. Badan Sapitri pun langsung menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan, ketika Pak Bambang memainkan jarinya itu didalam lobang kemaluan Sapitri. Nafas Sapitri terengah-engah sambil mengerang kesakitan.

Dengan tersenyum terus dikorek-koreknyalah lobang kemaluan Sapitri, sementara itu badan Sapitri menggeliat-geliat jadinya, matanya merem-melek, mulutnya mengeluarkan rintihan-rintihan yang keluar dari mulutnya itu Pak Bambang menciumi bibir vagina Sapitri sambil sesekali memasukkan lidahnya kedalam liang vagina Sapitri, kepala Pak Bambang menghilang di bawah selangkangan Sapitri sambil kedua tangannya dari bawah meremas -remas pantat Sapitri. Sementara Pak Lono meremas payudara kanan Sapitri, dan mulutnya mengulum payudara Sapitri satunya lagi.

"Pak Bambang, susu murid kesayanganmu ini gurih sekali, harum lagi, kualitas nomer satu". Pak Lono asyik menyantap payudara Sapitri, yang ranum padat dan kenyal sekali.

"Ehhmmpphh, mmpphh, ouughh, sakii..iit, paa..ak".

Sapitri terus mengerang kesakitan pada kedua buah dadanya dan kenikmatan pada kemaluannya. Setelah beberapa menit lamanya, kemaluan Sapitripun menjadi basah oleh cairan kewanitaannya, Pak Bambang kemudian mencabut jarinya.

Melihat Sapitri yang meronta-ronta, Pak Bambang semakin bernafsu dan dia segera menghunjamkan penisnya ke dalam vagina Sapitri yang masih perawan. Walaupun vagina Sapitri sudah basah oleh air liur Pak Bambang dan cairan vagina Sapitri yang keluar, namun Pak Bambang masih merasakan kesulitan saat memasukkan penisnya, karena vagina Sapitri yang perawan masih sangat sempit. Sapitri hanya dapat menangis dan berteriak kesakitan karena keperawanannya yang telah dia jaga selama ini akan direnggut dengan paksa seperti itu oleh gurunya sendiri. Lalu dengan ngacengnya Pak Bambang memasukkan batang penisnya lagi.

"Auw aduh duh sshh, saakkii..iitt, pakk.. ammpuu..uunn", terdengar suara dari mulut Sapitri yang terlihat kesakitan. Dia mulai menangis sambil mendesah menikmati kontol Pak Bambang yang mengaduk-aduk liang peranakannya.

Terlihat jelas raut wajah Sapitri yang menahan sakit luar biasa pada selangkangannya.

Sapitri sekarang lebih terdengar suara tertahan ketika penis disodok-sodokkan ke lubang memeknya.

"Huek, hek, hek aah oohh jangan, uh, duh, ampunn pakk", ternyata Sapitri telah orgasme.

Sungguh mengasyikan melihat expresi Sapitri yang merem-merem sambil menggigit bibir bawahnya. Pak Bambang terus menggenjot memek Sapitri. Menit-menitpun berlalu dengan cepat, masih dengan sekuat tenaga Pak Bambang terus menggenjot tubuh Sapitri, Sapitripun nampak semakin kepayahan karena sekian lamanya Pak Bambang menggenjot tubuhnya. Rasa pedih dan sakitnya seolah telah hilang, erangan dan rintihanpun kini melemah, matanya mulai setengah tertutup dan hanya bagian putihnya saja yang terlihat, sementara itu bibirnya menganga mengeluarkan alunan-alunan rintihan lemah,

"Ahh, ahh, oouuhh".

Lalu Pak Bambang memposisikan tubuh Sapitri menungging. Pantat Sapitri sekarang terlihat kokoh menantang, ditopang paha panjangnya yang putih dan tegak. Pak Bambang memasukkan kejantanannya yang berukuran 20 cm lebih itu ke vagina Sapitri hingga terbenam seluruhnya, lalu dia menariknya lagi dan dengan tiba-tiba sepenuh tenaga dihujamkannya benda panjang itu ke dalam rongga vagina Sapitri hingga membuatnya tersentak kaget dan kesakitan sampai matanya membelalak disertai teriakan panjang.

"Aaahh, Stoop, kumohon jangan".

Kedua tangan Pak Bambang memegang pantat Sapitri, sedangkan pinggulnya bergoyang-goyang berirama. Sesekali tangan Pak Bambang mengelus-elus pantat Sapitri dan sesekali meremas payudara Sapitri dari belakang.

Beberapa menit kemudian, Pak Bambang kembali mempercepat goyangan pinggulnya, kemudian dia menarik kedua tangan Sapitri. Jadi sekarang persis seperti menunggangi kuda lumping, kedua tangan Sapitri dipegang dari belakang sedangkan pantatnya digoyang seirama sodokan penis Pak Bambang. Karena tidak disangga kedua tangannya lagi, kini buah dada Sapitri tergencet di atas tikar tipis sebagai alas Sapitri disetubuhi. Sedangkan wajah Sapitri menghadap keatas dengan mulut menganga mengerang kesakitan. Melihat keadaan Sapitri seperti itu, Pak Bambang semakin bersemangat mengebor liang vagina Sapitri.

"Anjing, bangsat, perek lo Sapitri ngentot, gue entotin loo".

Pak Bambang merancau tak jelas. Dan akhirnya Pak Bambangpun berejakulasi di lobang kemaluan Sapitri, kemaluannya menyemburkan cairan kental yang luar biasa banyaknya memenuhi rahim Sapitri.

"Aa, aakkhh, oohh", sambil mengejan Pak Bambang melolong panjang bak serigala, tubuhnya mengeras dengan kepala menengadah keatas.

"Aoohh, oouuhh, bangsat, shitt, shitt".

Sapitri mengumpat sambil mendesah, tubuhnya mengejang merasakan air mani Pak Bambang membanjiri rahimnya. Puas sudah dia menyetubuhi Sapitri, rasa puasnya berlipat-lipat baik itu puas karena telah mencapai klimaks dalam seksnya, puas dalam menyetubuhi Sapitri, puas dalam merobek keperawanan Sapitri dan puas dalam memberi pelajaran kepada gadis nomor satu di sekolah itu.

Sapitri menyambutnya dengan mata yang secara tiba-tiba terbelalak, dia sadar bahwa gurunya telah berejakulasi karena dirasakannya ada cairan-cairan hangat yang menyembur membanjiri vaginanya. Cairan kental hangat yang bercampur darah itu memenuhi lobang kemaluan Sapitri sampai sampai meluber keluar membasahi paha dan sprei kasur. Sapitri yang menyadari itu semua, mulai menangis namun kini tubuhnya sudah lemah sekali.

Setelah itu Pak Andi maju untuk mengambil giliran. Kali ini Pak Andi mengangkat kedua kaki Sapitri ke atas pundaknya, dan kemudian dengan tidak sabar dia segera menancapkan penisnya yang sudah tegang ke dalam vagina Sapitri. Pak Andi masih mengalami kesulitan saat memasukkan penisnya, meskipun vagina Sapitri kini sudah licin oleh sperma Pak Bambang dan juga cairan vagina Sapitri. Vagina Sapitri masih sangat sempit.

Kembali vagina Sapitri diperkosa secara brutal oleh Pak Andi, dan Sapitri lagi-lagi hanya dapat berteriak kesakitan.

"Bangsat, akkhh, bajingan, sudah, sudah, keparat"

Namun kali ini Sapitri tidak berontak lagi, karena dia pikir itu hanya akan membuat gurunya semakin bernafsu saja.

Sementara itu Pak Andi terus memompa vagina Sapitri dengan cepat sambil satu tangannya meremas-remas payudara Sapitri yang bulat kenyal dan tidak lama kemudian dia mencapai puncaknya dan mengeluarkan seluruh spermanya di dalam vagina Sapitri.

"Ooohh, makan nih pejuh gue".

Sapitri hanya dapat meringis kesakitan, tubuhnya telentang tidak berdaya di lantai. Walaupun tangan dan kakinya sudah tidak dipegangi lagi, dan membayangkan dirinya akan hamil karena saat ini adalah masa suburnya. Dia dapat merasakan ada cairan hangat yang masuk ke dalam vaginanya. Darah perawan Sapitri dan sebagian sperma Pak Andi mengalir lagi keluar dari vaginanya.

"Hmmpphh, hhmmpp, oohhkk, oughh", Sapitri menjerit dengan tubuhnya yang mengejang ketika Pak Budi mulai menanamkan batang kemaluannya didalam lobang kemaluan Sapitri.

Mata Sapitri terbelalak menahan rasa sakit dikemaluannya, tubuhnya menggeliat-geliat sementara Pak Budi terus berusaha menancapkan seluruh batang kemaluannya. Memang agak sulit selain meskipun sudah dimasuki dua penis tadi, usia Sapitri juga masih tergolong muda sehingga kemaluannya masih sangat sempit.

Akhirnya dengan sekuat tenaganya, Pak Budi berhasil menanamkan seluruh batang kemaluannya didalam vagina Sapitri. Tubuh Sapitri berguncang-guncang disaat itu karena dia menangis merasakan sakit dan pedih tak terkirakan dikemaluannya itu. Diapun terus memohon kepada Pak Budi agar mau melepaskannya.

"Ahh, rasain loe, akhirnya aku bisa ngerasain jepitan memek kamu sayang", bisiknya ketelinga Sapitri.

"Oouuhh, Paakk, saakiitt, Paak, ampuunn", rintih Sapitri dengan suara yang megap-megap.

Jelas Pak Budi tidak perduli. Dia malahan langsung menggenjot tubuhnya memompakan batang kemaluannya keluar masuk lobang kemaluan Sapitri.

"Aakkhh, oohh, oouuhh, oohhggh", Sapitri merintih-rintih, disaat tubuhnya digenjot Oleh Pak Budi, badannya pun semakin menggeliat-geliat.

Otot-otot dinding vagina Sapitri semakin kuat mengurut-urut batang kemaluan Pak Budi yang tertanam didalamnya, karenanya Pak Budi merasa semakin nikmat. Sambil memukuli perut Sapitri dengan tangannya, berharap agar vagina Sapitri mencengkram penisnya dengan lebih erat karena lobang vagina Sapitri semakin mengendur.

Tiba-tiba Pak Budi mencabut penisnya dan dia duduk di atas dada Sapitri. Pak Budi mendempetkan kedua buah payudara Sapitri yang kecil dengan kedua tangannya dan menggosok-gosokkan penisnya di antara celah kedua payudara Sapitri, sampai akhirnya dia memuncratkan spermanya ke arah wajah Sapitri.

Sapitri gelagapan karena sperma Pak Budi mengenai bibir dan juga matanya.

Setelah itu Pak Budi masih sempat membersihkan sisa sperma yang menempel di penisnya dengan mengoleskan penisnya ke payudara Sapitri dan ke puting susunya. Kemudian Pak Budi menampar payudara Sapitri yang kiri dan kanan berkali-kali, sehingga payudara Sapitri berwarna kemerahan dan membuat Sapitri merasa perih dan kesakitan.

Selanjutnya dua orang, Pak Joko dan Pak Lono maju. Mereka kini menyuruh Sapitri untuk mengambil posisi seperti merangkak. Kemudian Pak Joko berlutut di belakang pantat Sapitri dan mulai mencoba memasukkan penisnya ke lubang anus Sapitri yang sangat sempit.

"Gila nih cewek, bokongnya montok banget kenyal lagi, lihat nih Tin paha si Sapitri. Gempal, gede, Putih banget. Bener kata Pak Bambang" Kata Pak Joko.

"Ampuunn, jangan sodomi saya paakk, saya mohoonn".

Membayangkan kesakitan yang akan dialaminya, Sapitri mencoba untuk berdiri, tetapi kepalanya dipegang oleh Pak Lono yang segera mendorong wajah Sapitri ke arah penisnya. Kini Sapitri dipaksa mengulum dan menjilat penis Pak Lono. Penis Pak Lono yang tidak terlalu besar tertelan semuanya di dalam mulut Sapitri.

Sementara itu, Pak Joko masih berusaha membesarkan lubang anus Sapitri dengan cara menusuk-nusukkan jarinya ke dalam lubang anus Sapitri.

"Akkhh, oohh, aahh, sshh, perihh, pakk"

Sesekali Pak Joko menampar pantat Sapitri dengan keras, sehingga Sapitri merasakan pantatnya panas.

"Gila nih perek, bokongnya gede tapi lobangnya kecil banget"

Kemudian Pak Joko juga berusaha melicinkan lubang anus Sapitri dengan cara menjilatinya.

Sapitri merasakan sensasi aneh yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya saat lidah Pak Joko menjilati lubang anusnya. Ia berada dibelakang Sapitri dengan posisi menghadap punggung Sapitri.

Ketika lobang dubur Sapitri agak terbuka, Pak Joko menuang sebotol minyak goreng kedalam lobang dubur Sapitri. Setelah itu kembali direntangkannya kedua kaki Sapitri selebar bahu, dan,

"Aaakkhh.",

Sapitri melolong panjang, badannya mengejang dan terangkat dari tempat tidur disaat Pak Jokol menanamkan batang kemaluannya didalam lobang anus Sapitri. Rasa sakit tiada tara kembali dirasakan didaerah selangkangannya, dengan agak susah payah kembali Pak Joko berhasil menanamkan batang kemaluannya didalam lobang anus Sapitri, meskipun baru masuk setengahnya. Setelah itu tubuh Sapitri kembali disodok-sodok, kedua tangan Pak Joko meraih payudara Sapitri serta meremas-remasnya.

Tidak lama kemudian Sapitri kembali menjerit kesakitan. Rupanya anusnya sudah jebol oleh penis Pak Joko yang berhasil masuk seluruhnya dengan paksa. Kini Pak Joko memperkosa anus Sapitri perlahan-lahan, karena lubang anus Sapitri masih sangat sempit dan kering. Ketika Pak Joko menarik penisnya, mulut dubur Sapitri ikut tertarik sehingga terlihat monyong keluar. Lalu Pak Joko menyodokkan lagi penisnya, sehingga kini dubur pantat Sapitri mengempot.

"Aaakkhh, ouughh, sakii..iitt, pak, periihh, akuu, nggakk.. kuatt, pakk, periihh, sakiitt". Sapitri menjerit keras sekali, ia baru saja merasakan rasa sakit yang teramat-sangat yang pernah dirasakannya.

Pak Joko merasakan kesakitan sekaligus kenikmatan yang luar biasa saat penisnya dijepit oleh anus Sapitri. Pak Joko merasa penisnya lecet didalam pantat Sapitri. Kenikmatan yang terus-menerus dirasakannya ketika menunggangi pantat Sapitri. Tak terbayang bagaimana wajah orang tua Sapitri, jika menyaksikan persetubuhan yang tidak manusiawi yang dialami putrinya. Anak perempuan yang mereka rawat dengan kasih sayang hingga remaja dan dibiayai, sekarang tubuhnya sedang menungging telanjang bulat, pantatnya disodomi oleh gurunya sendiri.

Seperempat jam lamanya Pak Joko menyodomi Sapitri, waktu yang lama bagi Sapitri yang semakin tersiksa itu.

"Eegghh, aakkhh, oohh". Dengan mata merem-melek serta tubuh tersodok-sodok, Sapitri merintih-rintih, sementara itu kedua payudaranya diremas-remas oleh kedua tangan Pak Joko.

Saat Sapitri berteriak, kembali Pak Lono mendorong penisnya ke dalam mulut Sapitri, sehingga kini Sapitri hanya dapat mengeluarkan suara erangan yang tertahan, karena mulutnya penuh oleh penis Pak Lono. Tubuh Sapitri terdorong ke depan dan ke belakang mengikuti gerakan penis di anus dan mulutnya.

Kedua payudara Sapitri yang menggantung dengan indah bergoyang-goyang karena gerakan tubuhnya diremas-remas dengan brutal oleh Pak Joko. Sapitri berteriak-teriak kesakitan.

"Aakkhh, oohh, oouhh, aammp, uunn, pakk"

Keadaan ini terus berlangsung sampai akhirnya Pak Joko dan Pak Lono mencapai klimaks hampir secara bersamaan. Pak Joko yang sudah tidak tahan karena seret dan panasnya dubur Sapitri menyemburkan spermanya di dalam anus Sapitri, Sapitri merasakan perih pada rongga duburnya yang lecet tersiram sperma Pak Joko. Dan Pak Lono menyemburkan spermanya di dalam mulut Sapitri. Sapitri terpaksa menelan semua sperma Pak Lono agar dia dapat tetap bernafas.

Sapitri hampir muntah merasakan sperma itu masuk ke dalam kerongkongannya, namun tidak dapat karena penis Pak Lono masih berada di dalam mulutnya. Sapitri membiarkan saja penis Pak Lono berada di dalam mulutnya untuk beberapa saat sampai Pak Lono menarik keluar penisnya dari mulut Sapitri. Sebagian sisi sperma Pak Lono yang tidak tertelan meluber keluar bercampur dengan air liur Sapitri.

Kemudian Pak Lono memaksa Sapitri untuk membersihkan penisnya dari sperma dengan cara menjilatinya. Pak Joko juga masih membiarkan penisnya di dalam anus Sapitri dan sesekali masih menggerak-gerakkan penisnya di dalam anus Sapitri, mencoba untuk merasakan kenikmatan yang lebih banyak. Sapitri dapat merasakan kehangatan sperma di dalam lubang anusnya yang secara perlahan mengalir keluar dari lubang anusnya. Perih yang luar biasa dirasakan lobang pantat Sapitri yang lecet-lecet.

Setelah Pak Joko mencabut penisnya dari anus Sapitri, lalu Pak Dion mengambil kursi dan duduk di atasnya. Dia menarik Sapitri mendekati dan mengangkat tubuh Sapitri lalu memposisikan mengangkangi penisnya menghadap dirinya. Pak Dion kemudian mengarahkan penisnya ke vagina Sapitri, dan kemudian memaksa Sapitri untuk duduk di atas pangkuannya, sehingga seluruh penis Pak Dion langsung masuk ke dalam vagina Sapitri.

"Aohh, oouuhh, sakii..itt, udahh, Paak, ngiluu paakk", Sapitri mengerang kesakitan.

Setelah itu, Sapitri dipaksa bergerak naik turun, sementara Pak Dion meremas dan menjilati kedua payudara dan puting susu Sapitri. Sesekali Pak Dion menyuruh Sapitri untuk menghentikan gerakannya untuk menahan orgasmenya. Pak Dion dapat merasakan vagina Sapitri berdenyut-denyut seperti memijat penisnya, dan dia juga dapat merasakan kehangatan vagina Sapitri yang sudah basah.

Pak Dion masih belum puas. Dia memiringkan tubuh Sapitri lalu mengangkat kaki kanan Sapitri ke bahunya dan mulai menyodok-nyodokan penisnya di liang kemaluan Sapitri. Sapitri menahan sakit bercampur nikmat itu dengan menggigit bibirnya sendiri hingga berdarah, wajahnya yang sudah penuh air mata dan memar bekas tamparan itu tidak membuat iba gurunya itu.

Pak Dion tanpa kenal ampun berkali-kali menghujamkan senjatanya dengan sepenuh tenaga. Temannya yang gendut itu juga menjilati payudara Sapitri yang bergoyang-goyang akibat irama pinggul Pak Dion, lidahnya bermain-main di ujung putingnya yang sudah sangat keras. Pak Dion tidak dapat bertahan lama, karena dia sudah sangat terangsang sebelumnya ketika melihat Sapitri diperkosa oleh para rekannya, sehingga dia langsung memuncratkan spermanya ke dalam vagina Sapitri. Sapitri kembali merasakan kehangatan yang mengalir di dalam vaginanya.

Selanjutnya, Pak Gatot yang mengambil giliran untuk memperkosa Sapitri. Dia menarik Sapitri dari pangkuan Pak Dion, kemudian dia sendiri tidur telentang di lantai. Sapitri disuruh untuk berlutut dengan kaki mengangkang di atas penis Pak Gatot. Kemudian secara kasar Pak Gatot menarik pantat Sapitri turun, sehingga vagina Sapitri langsung terhunjam oleh penis Pak Gatot yang sudah berdiri keras.

"Akkhh, aakkhh, oogghh,". teriakan memilukan keluar dari mulut Sapitri.

Penis Pak Gatot, yang jauh lebih besar daripada penis-penis sebelumnya meskipun tubuhnya pendek yang memasuki vagina Sapitri, masuk semuanya ke dalam vagina Sapitri, membuat Sapitri kembali merasakan kesakitan karena ada benda keras yang masuk jauh ke dalam vaginanya. Sapitri merasa vaginanya dikoyak-koyak oleh penis Pak Gatot. Pak Gatot memaksa Sapitri untuk terus menggerakkan pinggulnya naik turun, sehingga penis Pak Gatot dapat bergerak keluar masuk vagina Sapitri dengan leluasa. Kedua Payudara Sapitri besar menggantung bebas, naik turun seirama tubuhnya.

Kemudian Pak Gatot menjepit kedua puting susu Sapitri dan menariknya ke arah dadanya, sehingga kini payudara Sapitri berhimpit dengan dada Pak Gatot. Pak Gatot benar-benar terangsang saat merasakan kedua payudara Sapitri yang kenyal dan hangat menempel rapat ke dadanya. Melihat posisi seperti itu, Pak Joko melepas ikat pinggangnya dan mulai mencambuk punggung dan bongkahan pantat Sapitri beberapa kali.

"Akkhh, aakhh, damn, shitt", Sapitri kembali merasakan perih luar biasa pada punggung, pantat, dan pahanya.

Cambukan Pak Joko sangat keras sehingga membuat garis lurus merah di kulit punggung pantat, dan paha Sapitri.

Walaupun cambukan itu tidak terlalu keras, namun Sapitri tetap merasakan perih dan panas di punggung dan pantatnya, sehingga dia berhenti menggerakkan pinggulnya. Merasakan bahwa gerakan Sapitri terhenti, Pak Gatot marah. Kemudian dia mencengkeram kedua belah pantat Sapitri dengan tangannya, dan memaksanya bergerak naik turun sampai akhirnya Sapitri menggerakkan sendiri pantatnya naik turun secara refleks. Pak Gatot mencengkram pinggul Sapitri, lalu membuat goyangan memutar sehingga ia merasakan sensasi luar biasa dengan goyangan mengebor Sapitri itu.

"Oohh, sshh, shh", Pak Gatot mendesah kenikmatan, sambil merasakan pantat Sapitri yang empuk basah menduduki selangkanganya.

Ketika Pak Gatot hampir mencapai klimaks, dia memeluk Sapitri dan berguling, sehingga posisi mereka kini bertukar, Sapitri tidur di bawah dan Pak Gatot di atasnya. Sambil mencium bibir Sapitri dengan sangat bernafsu dan meremas payudara Sapitri, Pak Gatot terus menggenjot vagina Sapitri. Tidak lama kemudian gerakan Pak Gatot terhenti. Pak Gatot mencabut penisnya keluar dari vagina Sapitri dan segera menyemprotkan spermanya di sekitar bibir vagina Sapitri. Kemudian dia menarik tangan kanan Sapitri dan memaksa Sapitri untuk meratakan sperma yang ada di sekitar vaginanya dengan tangannya sendiri.

Setelah itu Pak Heru, guru kimianya maju mengambil giliran memperkosa vagina Sapitri. Ia mengangkat kedua kaki Sapitri dan menyandarkannya diatas bahunya, Pak Heru menempelkan kepala penisnya di mulut vagina Sapitri. Dengan kasar Pak Heru menyodokkan Penisnya dengan keras kedalam liang peranakan Sapitri. Lalu ia mulai menggenjotnya.

Hampir sepuluh menit Pak Heru memompa vagina Sapitri dengan kasar, membuat vagina Sapitri semakin terasa licin dan longgar. Sebelum mencapai puncaknya, Pak Heru mencabut penisnya dari vagina Sapitri dan memaksa Sapitri untuk membuka mulutnya lebar-lebar untuk menampung spermanya. Setelah itu, Pak Heru memaksa Sapitri untuk berkumur dengan spermanya dan kemudian menelannya. Semua orang disitu tertawa senang melihat itu, sementara Sapitri menahan jijik dan rasa malu yang luar biasa karena diperlakukan dengan hina seperti itu. Kini wajah Sapitri terlihat mBLenger oleh sperma milik Pak Heru.

Semua posisi yang mungkin dibayangkan dalam hubungan seks sudah dipraktekkan oleh para Guru Sapitri terhadap tubuh Sapitri. Kali ini Sapitri tidak kuat lagi menahan orgasmenya yang ke 20, dan dia mengalami orgasme hebat, namun tidak sehebat yang pertama. Cairan Vaginanya sudah mulai habis. Rongga vaginanya mulai mengering, karena cairan vaginanya sudah hampir habis dkeluarkan.

Sapitri merasakan sakit luar biasa pada rongga vaginanya. Ditambah penis para gurunya yang tak henti-hentinya menyodok dan menggesek rongga vaginanya yang kering, sehingga membuat rongga vaginanya lecet dan sobek. Hanya darah dari luka di rongga vaginanya lah yang membasahi daging kemaluannya dan burung yang tengah bersarang didalamnya.

Setelah delapan gurunya selesai memperkosa dirinya untuk kesekian kalinya, Sapitri akhirnya pingsan karena kecapaian dan karena kesakitan yang menyerang seluruh tubuhnya terutama di vagina, anus dan juga kedua buah payudaranya. Sapitri telah diperkosa secara habis-habisan selama empat jam lebih oleh gurunya sendiri. Dan semua kejadian itu direkam oleh Pak Bambang.

lebih-lebih ketika posisi kedua tangan Sapitri yang terikat digantung keatas. Pak Andi menjilati dan menciumi ketiak Sapitri.

"Mmuuahh, ketek lo montok banget sih, rasanya asin tapi gurih dan baunya haruumm" Liur Pak Andi membasahi ketiak Sapitri.

Sapitri kembali disetubuhi dari 2 arah, tentu saja lubang anus dan vaginanya. Sapitri kini hanya bisa menggigit bibir sambil kakinya menendang-nendang ke segala arah, sambil sesekali seperti orang mengejang.

"Ouughh, arrkhh, ouhh, udah paa..ak perih, sakiitt, ouughh, aa, akh" Sapitri terus berontak seperti orang kesetanan.

Karena dubur Sapitri mulai mengering, Pak Andi kembali membasahi dubur Sapitri dan batang penisnya sendiri dengan minyak goreng agar licin. Pak Andi menyodomi Sapitri untuk ke 4 kalinya. Dilanjutkan dengan Pak Joko lagi, yang senang sekali main sodomi. Apalagi dapat pantat semontok pantat Sapitri, ia semakin bernafsu menghancurkan anus Sapitri (Anal Destruction).

Kemudian mereka kembali menelentangkan Sapitri di lantai, lalu mereka maju semua mencari bagian-bagian tubuh Sapitri yang bisa di gunakan untuk memuaskan penis mereka. Pak Joko memasukkan penisnya ke dalam mulut Sapitri, dan memaksa mengulumnya. Pak Bambang menyarangkan Penisnya ke dalam memek Sapitri yang berdarah-darah. Pak Andi melesakkan penisnya yang super besar dan panjang itu ke dalam lobang pantat Sapitri yang sudah hancur. Pak Gatot menjepitkan penisnya di antara belahan payudara Sapitri, kemudian menggosok-gosoknya sambil memelintir dan menarik puting susu Sapitri yang coklat mungil dan membengkak.

Pak Lono menaruh penisnya di tengah-tengah ketiak kanan Sapitri yang gemuk putih dengan beberapa helai rambutnya, lalu menjepitnya dan memaju mundurkan penisnya di dalam jepitan ketiak Sapitri. Sedangkan Pak Budi melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Pak Lono dengan Menjepitkan penisnya ke ketiak Sapitri yang sebelah kiri. Sedangkan Pak Heru Meraih tangan kanan Sapitri, kemudian memaksa tangannya mencengkram penisnya lalu membantu tangan Sapitri untuk mengocoknya. Yang terakhir yaitu Pak Dion, melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Pak Heru dengan tangan Kiri Sapitri.

Akhirnya Sapitri yang sudah tidak kuatpun pingsan, dengan Vagina dan anusnya yang dalam keadaan rusak parah, dan terus mengeluarkan darah, sisa sperma, dan sisa cairan vagina dan duburnya. Kedua payudaranya bengkak memerah dan lecet-lecet, puting susunya yang coklat mungil sobek. Darah dan sperma berceceran dimana-mana. Sudah puas para guru tersebut, mereka membersihkan diri lalu meninggalkan tubuh Sapitri yang bugil dan berlepotan darah dan sperma dalam keadaan pingsan.

====

Setelah para guru Sapitri pergi, muncullah beberapa siswa pria di sekolah Sapitri yang diam-diam mengikuti gurunya. Ketika menemui tubuh Sapitri yang pingsan dalam keadaan telanjang bulat. Mereka mulai memperkosa tubuh Sapitri yang masih tidak sadar. Satu diantara mereka menelepon teman-temannya di sekolah. Sekitar 20 menit kemudian datanglah sekitar 40 siswa laki-laki di sekolah Sapitri. Lalu mereka mulai menikmati tubuh Sapitri secara bergantian ataupun bersama-sama. Ketika sadar, Sapitri hanya bisa teriak dan memohon, ia tidak punya cukup tenaga untuk melawan. Ia hanya bisa menyaksikan dirinya diperkosa oleh teman-temannya sendiri. Teman-temannya yang sudah lama bermimpi bisa menyetubuhi Sapitri, akhirnya tercapai juga.

Setelah puas semua, mereka meninggalkan tubuh Sapitri yang pingsan lagi untuk kesekian kalinya itu. Liang vaginanya sudah menganga sangat lebar, merah membengkak, dan sudah tidak berbentuk lagi. Dengan darah segar yang terus mengalir dari lobang vaginanya. Lobang duburnya pun sudah sangat lebar dengan keadaan rusak parah dengan bentuk berantakan, dengan darah, sperma dan cairan kekuningan yang keluar terus menerus dari liang duburnya. Dan dari sela-sela bibirnya mengalir sperma dan air liur dari dalam mulutnya. Wajahnya tetap cantik dengan masih mengenakan kacamata selama ia diperkosa. Tetapi menampakkan penderitaan yang begitu berat.

Karena merasa kasihan, beberapa temannya mengantarkan Sapitri ke kostnya. Sapitri selalu merasakan perih dan rasa sakit yang teramat sangat ketika ia harus buang air kecil. Karena liang pengeluaran air seninya masih bengkak dan agak tertutup lipatan daging mulut vaginanya yang sobek. Dan juga ketika buang air besar, karena lobang duburnya membuka sangat lebar dan belum mau menutup kembali. Jadi setiap saat, anusnya mengeluarkan kotorannya tanpa Sapitri sadari.

Klik Nomor untuk lanjutannya
cerita sex yes.. ahhh.. fuck my pussy... oh.. good dick.. Big cock... Yes cum inside my pussy.. lick my nipples... my tits are tingling.. drink milk in my breast.. enjoying my milk nipples... play with my big tits.. fuck my vagina until I get pregnant.. play "Adult sex games" with me.. satisfy your cock in my wet vagina..
x
x