Cerita Dewasa - Vani Gadis Idaman diKampus

Cerita Dewasa - Vani Gadis Idaman diKampus tobrut cewek amoy
Vani


Kejadian ini aku alami saat kuliah di semester 4, diman aku mendapat pengalam seks bersama temanku di kampus, saat itu aku mendapat kuliah sampai pukul enam malam ada seorang temanku yang bernama Vani dia habis kuliah juga karena tidak ada yang jemput dia terpakas naik halte, dia merasa kurang nyaman karena disana banyak cowok cowok yang memandanginya dengan nafsu.

Tersadarlah Vani bahwa hari itu dia memakai pakaian yang sangat sexy. T-shirt putih lengan pendek dengan belahan rendah bertuliskan WANT THESE?, sehingga tokednya yang berukuran 36C seolah hendak melompat keluar, akibat hari itu Vani menggunakan BH ukuran 36B.

Apalagi kulit Vani memang putih mulus. Di tambah rok jeans mini yang digunakannya saat itu, mempertontonkan kaki jenjang & paha mulusnya karena Vani memang cukup tinggi, 173cm.

“Buset, baru sadar gue kalo hari ini gue pake uniform sexy gue demi ngadepin ujiannya si Hutabarat, biar dia gak konsen”, pikir Vani.

Biasanya Vani bila naik angkot menggunakan pakaian t-shirt atau kemeja yang lebih tertutup dan celana panjang jeans, demi menghindari tatapan dan ulah usil cowok-cowok di jalan. Siang tadi Vani ke kampus datang numpang mobil temannya, Angel. Tapi si Angel sudah pulang duluan karena kuliahnya lebih sedikit.

Vani tambah salah tingkah karena cowok-cowok di halte tersebut mulai agak berani ngliatin belahan tokednya yang nongol lebih dekat lagi.

“Najis, berani amat sih nih cowok-cowok mlototin toked gw”, membatin lagi si Vani.

Vani menggunakan bukunya untuk menutupi dadanya, tapi mereka malah mengalihkan pandangan mesumnya ke pantat Vani yang memang bulat sekal dan menonjol.

Makin salah tingkahlah si Vani. Mau balik ke kampus, pasti sudah gelap dan orang sudah pada pulang. Mau tetap di halte nungguin angkot, gerah suasananya. Apalagi kalo naik bus yang pasti penuh sesak jam segini, Vani tidak kebayang tangan-tangan usil yang akan cari-cari kesempatan untuk menjamahi tubuhnya. Sudah kepikiran untuk naik taxi, tapi uang tidak ada.

Jam segini di kos juga kosong, mau pinjam uang sama siapa bingung. Vani coba alternatif terakhir dengan menelpon Albert cowoknya atau si Angel atau Dessy teman2nya yang punya mobil, eh sialnya HP mereka pada off.

“Buset, sial banget sih gue hari ini.”

Mulailah celetukan mesum cowok-cowok di halte dimulai

“Neng, susunya mau jatuh tuh, abang pegangin ya. Kasihan, pasti eneng keberatan hehe”.

Pias! Memerahlah muka Vani.

Dipelototin si tukang ojek yang berani komentar, eh dianya malah balas makin pelototin toked si Vani. Makin jengahlah si Vani.

Tiba-tiba sebuah sedan BMW hitam berhenti tepat di depan Vani. Jendelanya terbuka, dan nongolah seraut wajah hitam manis berambut cepak sambil menyeringai, si Nathan. Cowok fakultas Ekonomi satu tahun di atas Vani, berkulit hitam, tinggi besar, hampir 180cm.

“Van, jualan lo disini? Hehe”.Vani membalas

“Sialan lo, gue ga ada tumpangan neh, terpaksa tunggu bus. Than, anter gue ya” pinta Vani.

Vani sebenarnya enggan ikut bersama si Nathan karena dia terkenal suka main cewek. Tapi, dilihat dari kondisi sekarang, paling baik memang naik mobil si Nathan. Tapi si Nathan malah bilang

“Wah sory Van, gue harus pergi jemput nyokap gue. Arahnya beda sama kosan elo”.

“Than, please anter gue ya. Ntar gw traktir deh lo” rajuk Vani.

Sambil nyengir mesum Nathan berucap “Wah kalo ada bayarannya sih gue bisa pertimbangin”.

“Iya deh, ntar gue bayar” Vani asal ucap, yang penting bisa pergi segera dari halte tersebut.

“Hehe sip” kata Nathan sambil membuka pintu untuk Vani.

Vani masuk ke dalam mobil Nathan, diiringi oleh pandangan sebel para cowok-cowok di halte yang kehilangan santapan rohani.Mobil Nathan mulai menembus kemacetan ibu kota.

“Buset dah lo Van, sexy amat hari ini”.

Kata Vani “Gue sengaja pake uniform andalan gue, karena hari ini ada ujian lisannya si Hutabarat, Akuntasi Biaya. Biar dia ga konsen, n kasi gw nilai bagus hehe”.

“Gila lo, gue biarin bentar lagi, lo udh dientotin sama tu abang-abang di halte haha” balas Nathan.

“Sial, enak aja lo ngomong Than” maki Vani.

Sambil mengerling ke Vani, Nathan berucap

“Van, bayaran tumpangan ini, bayar sekarang aja ya”.

“Eh, gue bawa duit cuma dikit Than. Kapan2 deh gue bayarin bensin lo” balas Vani.

“Sapa yang minta diduitin bensin, Non” jawab Nathan.

“Trus lo mau apa? Traktir makan” tanya Vani bingung.

“Ga. Ga perlu keluar duit kok. Tenang aja” ucap Nathan misterius.

Semakin bingung si Vani.

Sambil menggerak-gerakan tangan kirinya si Nathan berkata “Cukup lo puasin tangan kiri gue ini dengan megangin toked lo. Nepsong banget gue liatnya”.

Seringai mesum Nathan menghiasi wajahnya. Seperti disambar petir Vani kaget dan berteriak

“BANGSAT LO THAN. LO PIKIR GUE CEWE APAAN!!”.

Pandangan tajam Vani pada wajah Nathan yang tetap cengar-cengir.

“Yah terserah lo. Cuma sekenyot dua kenyot doang. Apa lo gue turunin disini” kata Nathan.

Pada saat itu mereka telah sampai di daerah yang gelap dan banyak gubuk gelandangan. Vani jelas ogah.

“Bisa makin runyam kalo gue turun disini. Bisa2 gue digangbang” Vani bergidik sambil melihat sekitarnya.

“Ya biarlah si Nathan bisa seneng-seneng bentar nggranyangi toked gue. Itung-itung amal. Kampret juga si Nathan ini”.

Akhirnya Vani ngomong “Ya udah, cuma pegang susu gue doang kan. Jangan lama-lama” Vani ketus.

“Ga kok Van, cuma sampe kos lo doang” kata Nathan penuh kemenangan.

“Sialan, itu sih bisa setengah jam sendiri. Ya udhlah, biar cepet beres nih urusan sialan” pikir Vani.

Tangan kiri Nathan langsung terjulur meraih toked Vani sebelah kanan bagian atas yang menonjol dari balik t-shirtnya. Vani merasakan jari-jari kasar Nathan dikulit tokednya mulai membelai-belai pelan. Darah Vani agak berdesir ketika merasakan belaian itu mulai disertai remasan-remasan lembut pada toked kanan bagian atasnya.

Sambil tetap menyetir, Nathan sesekali melirik ke sebelah menikmati muka Vani yang menegang karena sebal tokednya diremas-remas. Nathan sengaja jalanin mobil agak pelan, sementara Vani tidak sadar kalau laju mobil tidak secepat sebelumnya, karena konsen ke tangan Nathan yang mulai meremas-remas aktif secara bergiliran kedua bongkahan tokednya.

Nafas Vani mulai agak memburu, tapi Vani masih bisa mengontrol pengaruh remasan-remasan tokednya pada nafsunya

“Enak aja kalo gue sampe terangsang gara-gara ini” pikir Vani.

Tapi Nathan lebih jago lagi, tiba-tiba jari-jarinya menyelusup kedalam t-shirt Vani, bahkan langsung masuk kedalam BH-nya yg satu ukuran lebih kecil.

Toked Vani yang sebelah kanan terasa begitu penuh di telapak tangan Nathan yang sebenarnya lebar juga.

“Ahh…!” Vani terpekik kaget karena manuver Nathan.

“Hehe buset toked lo Van, gede banget. Kenyal lagi. Enak banget ngeremesinnya. Tangan gue aja ga cukup neh hehe” ujar Nathan penuh nafsu.

Nathan melanjutkan gerakannya dengan menarik tangan kirinya beserta toked Vani keluar dari BH-nya. Toked sebelah kanan Vani kini nongol keluar dari wadahnya dan terekspos full.

“Wuah..buset gedenya. Pentilnya juga gede neh. Sering diisep ya Van” kata Nathan vulgar.

“Bangsat lo Than. Kok sampe gini segala” protes Vani berusaha mengembalikan tokednya kedalam BH-nya.

Tangan Vani langsung ditahan oleh Nathan

“Eh, inget janji lo. Gue boleh ngremesin toked lo. Mo didalam BH kek, di luar kek, terserah gue”.

Sambil cemberut Vani menurunkan tangannya. Penuh kemenangan, Nathan kembali menggarap toked Vani yang kini keluar semuanya.

Remasan-remasan lembut di pangkal toked, dilanjutkan dengan belaian memutar disekitar puting, membuat Vani semakin kehilangan kendali. Nafasnya mulai memburu lagi. Apalagi Nathan mulai memelintir-melintir puting Vani yang besar dan berwarna pink.

Gerakan memilin-milin puting oleh jari-jari Nathan yang kasar memberikan sensasi geli dan nikmat yang mulai menjalari toked Vani. Perasaan nikmat itu mulai muncul juga disekitar selangkangan. Perasaan geli dan getaran-getara nikmat mulai menjalar dari bawah puser menuju ujung selangkangan Vani.

“Ngehek nih cowok. Puting gue itu tempat paling sensitif gue. Harus bisa nahan!” membatin si Vani.

Tapi puting Vani yang mulai menegang dan membesar tidak bisa menipu Nathan yang berpengalaman.

“Hehe mulai horny juga nih lonte. Rasain lo” pikir Nathan kesenangan.

Karena berusaha menahan gairah yang semakin memuncak, Vani tidak sadar kalau Nathan sudah mengeluarkan kedua bongkah tokednya.

Tangan kiri Nathan semakin ganas meremas-remas toked dan memilin-milih kedua puting Vani. Ucapan-ucapan mesum pun mulai mengalir dari Nathan

“Nikmatin aja Van, remasan-remasan gue. Puting lo aja udh mulai ngaceng tuh. Ga usah ditahan birahi lo. Biarin aja mengalir. memek lo pasti udah mulai basah sekarang”.

Vani sebal mendengar ucapan-ucapan vulgar Nathan, tapi pada saat yang sama ucapan-ucapan tersebut seperti menghipnotis Vani untuk mengikuti libidonya yang semakin memuncak. Vani juga mulai merasakan bahwa celana dalamnya mulai lembab.

“Sial..memek gue mulai gatel. Gue biarin keluar dulu kali, biar gue bisa jadi agak tenangan. Jadi habis itu, gue bisa nanganin birahi gue walopun si Nathan masih ngremesin toked gue” pikir Vani yang mulai susah menahan birahinya.

Berpikir seperti itu, Vani melonggarkan pertahanannya, membiarkan rasa gatal yang mulai menjalari memeknya menguat. Efeknya langsung terasa. Semakin Nathan mengobok-ngobok tokednya, rasa gatal di memek Vani semakin memuncak.

“BUSETT. Cuma diremes-remes toked gue, gue udah mo keluar”.

Vani menggigit bibir bawahnya agar tidak mendesah, ketika kenikmatan semakin menggila di bibir memeknya. Nathan yang sudah memperhatikan dari tadi bahwa Vani terbawa oleh birahinya, semakin semangat menggarap toked Vani.

Ketika melihat urat leher Vani menegang tanda menahan rasa yang akan meledak di bawahnya, jari telunjuk dan jempol Nathan menjepit kedua puting Vani dan menarik agak keras kedepan. Rasa sakit mendadak di putingnya, membawa efek besar pada rasa gatal yang memuncak di memiaw Vani.

Kedua tangan Vani meremas jok kuat-kuat, dan keluar lenguhan tertahan Vani

“Hmmmffhhhhhhh….”.

Pada saat itu, memek Vani langsung banjir oleh cairan pejunya. Pantat Vani mengangkat dan tergoyang-goyang tidak kuat menahan arus orgasmenya.

“Oh..oh..hmmffhh”

Vani masih berusaha menahan agar suaranya tidak keluar semua, tapi sia-sia saja. Karena Nathan sudah melihat bagaimana Vani orgasme, keenakan karena tokednya dipermainkan.

“Hahaha dasar lonte lo Van. Sok ga suka. Tapi keluarnya sampe kelonjotan gitu” Ngakak Nathan penuh kemenangan.

Nafas Vani masih tidak beraturan, dan agak terbungkuk-bungkuk karena nikmatnya gelombang orgasme barusan.

“Kampret lo Than” maki Vani perlahan.

“Lo boleh seneng sekarang. Tapi berikut ga bakalan gue keluar lagi. Gue udah ga horny lagi” tambah Vani yang berpikir setelah dipuasin sekali maka libidonya akan turun.

Tapi, ternyata inilah kesalahan terbesarnya. Beberapa saat setelah memeknya merasakan orgasme sekali, sekarang malah semakin berkedut-kedut, makin gatal rasanya ingin digesek-gesek.

“Lho, kok memek gue makin gatel. Berkedut-kedut lagi. Aduuuh..gue pengen memek gue dikontolin sekaraangg..siaall..” sesal Vani dalam hati.

Nathan seperti tahu apa yang berkecamuk dalam diri (dan memek) Vani. Walaupun Vani bilang dia tidak horny lagi, tapi nafasnya yang memburu dan putingnya yang semakin ngaceng mengatakan lain.

Nathan menghentikan mobilnya mendadak di pinggir jalan bersemak yang memang sangat sepi, dan tangannya langsung bergerak ke setelan kursi Vani.

Tangan satunya langsung menekan kursi Vani agar tertidur. Vani yang masih memakai seatbealt, langsung ikut terlentang bersama kursi.

“EEHHH…APA-APAAN LO THAN??” Teriak Vani.

Tidak peduli teriakan Vani, tangan kiri Nathan langsung meremas toked Vani lagi, sedang tangan kanannya langsung meremas memek Vani.

“OOUUHHHH……….!!” lenguh Vani keras,

Dia tidak menyangka memeknya yang semakin gatel dan berkedut-kedut keras akan langsung merasakan gesekan, bahkan remasan. Akibatnya, Vani langsung orgasme untuk kedua kalinya.

Nathan tidak tinggal diam, ketika badan Vani masih mengejang-ngejang, jari-jarinya menggesek-gesek permukaan celana dalam Vani kuat-kuat. Akibatnya, gelombang orgasme Vani terjadi terus-menerus.

“Oouuuhh…Aghhhh…Ouhhhhhhhh hh Ethaannnnn…!! Teriak Vani makin keras

Disaat kenikmatan mendadak yang menyerang seluruh selangkangan dan tubuhnya. Kedua tangan Vani semakin kuat meremas jok, mata memejam erat dan urat-urat leher menonjol akibat kenikmatan yang melandanya.

Ketika gelombang orgasme mulai berlalu, Vani mulai membuka matanya dan mengatur pernafasannya. Rasanya jengah banget karena keluar begitu hebatnya di depan si Nathan.

“Aseem, napa gue keluar sampe kaya gitu sih. Bikin tengsin aja. Tapi, emang enak banget. Udah semingguan gue ga ngentot” batin Vani.

Saat Vani masih enjoy rasa nikmat yang masih tersisa, Nathan sudah bergerak di atas Vani, mengangkat t-shirt Vani serta menurunkan BH-nya kekecilan sehingga toked Vani yang bulat besar terpampang jelas di depan hidung Nathan.

G sTersenyum puas dan napsu banget Nathan berucap

“Gilaa..toked lo Van. Gede banget, mengkal lagi. Harus gue puas-puasin ngenyotinnya ni malem”.

Nathan langsung menyergap kedua toked Vani yang putingnya masih mengacung tegak. Mulutnya mengenyot toked yang sebelah kanan, sambil tangan kanannya meremas-remas & memilin-milin puting yang sebelah kiri. Diisap-isap, lidah Nathan juga piawai menjilat-jilat dan memainkan kedua puting Vani.

Gigitan-gigitan kecil dipadu remasan-remasan gemas jemari Nathan, membuat Vani terpekik

“Ehhgghh ahh.. ahh.. Ehhtanhnn.. kahtanya.. kahtanya cuma pegang-pegang..kok.. kok sekarangg.. loh ngeyotin tohked guehh…ahh..ahh..” kata Vani sambil tersengal-sengal nahan birahi yang naik lagi akibat rangsangan intensif di kedua tokednya.

Nathan sudah tidak ambil pusing

“Hajar bleh. Kapan lagi gue bisa nikmatin toked kaya gini bagusnya”.

Sekarang kedua tangan Nathan menekan kedua toked Vani ketengah, sehingga kedua putingnya saling mendekat. Kedua puting Vani langsung dikenyot, dihisap & dimainin oleh lidah Nathan. Sensasinya luar biasa, Vani semakin terhanyut oleh birahinya.

Desahan pelan tertahan mulai keluar dari bibir ranum Vani. Lidah Nathan mulai turun menyusuri perut Vani yang putih rata, berputar-putar sejenak di pusernya. Tangan kanan Nathan aktif membelai-belai dan meremas paha bagian dalam Vani.

“Aah..ah.. emhh.. emh..Than.. lo ngapahin sihh..” keluh Vani tak jelas.

Dengan sigap Nathan menyingkap rok mini Vani tinggi-tinggi. Memperlihatkan mini panty La Senza Vani berwarna merah. Agak transparan, dibantu cahaya lampu jalan samar-samar memperlihatkan isinya yang menggembung montok. Jembi Vani yang tipis terlihat hanya diatas saja, dengan alur jembi ke arah pusernya.

“Buseett..sexxyy bangett.. bikin konak gue ampir ga ketahan.” syukur Nathan dalam hati.

Tanpa babibu lagi jari-jari Nathan langsung menekan belahan memiek Vani, dan Nathan langsung mengetahui betapa horny-nya Vani

“Wah Van, memek lo udah becek banget neh. Panty lo aja ampe njeplak gini hehe”.

Vani cuma bisa menggeleng-geleng lemah, sambil tetap menggigit bibir bawahnya, karena jemari Nathan menenekan dan menggesek-gesek memeknya dari atas panty.

“Thaan..than..singkirinn tangan lo doong….emh..emh..” keluh Vani perlahan, tapi matanya memejam dan gelengannya semakin cepat.

“Wah, harus cepat gw beri teknik lidah gue neh, biar si Vani makin konak hehe” pikir Nathan napsu.

Cepat Nathan ambil posisi di depan selangkangan Vani yang terbuka. Kursi Vani dimundurkan agar beri ruang cukup untuk manuver barunya. Paha Vani dibuka semakin lebar, dan Vani nurut saja. Jemari Nathan meraup panty mungil Vani, dan membejeknya jadi bentuk seperti seutas tali sehingga masuk kedalam belahan memek Vani.

Nathan mulai menggesek-gesekkan panty Vani ke belahan memiawnya dengan gerakan naik turun dan kiri kanan yang semakin cepat.

“Aah.. aahh…ehmm..ehhmm.. uuh.. hapaan itu Etthann ahh…”

desah Vani keenakan, karena gesekan panty tersebut menggesek-gesek bibir dalam memeknya sekaligus clitorisnya. Nathan juga semakin konak melihat memek Vani yang terpampang jelas.

Dua gundukan tembem seperti bakpau, mulus tanpa ada jembi di sekelilingnya, cuma ada dibagian atasnya saja.

“Van, memek lo ternyata mantap & montok banget. Pasti enak kalo gue makan neh. Apalagi sampe gue genjot nanti hehe” ujar Nathan penuh nafsu.

Panty Vani dipinggirkan sehingga lidah Nathan dengan mudah mulai menjilati bibir memiaw Vani. Tapi sebentar saja Nathan tidak betah dengan panty yang mengesek pipinya. Langsung diangkatnya pantat Vani, dan dipelorotkan panty-nya.

Kini antara Nathan dan memek Vani yang tembem dan mulus, sudah tidak ada penghalang apa-apa lagi. Nathan langsung menyosorkan mulutnya untuk mulai melumat bakpao montok itu. Tapi, Vani yang tiba-tiba memperoleh kesadarannya, karena ada jeda sesaat ketika Nathan melepaskan pantynya, berusaha menahan kepala Nathan dengan kedua tanggannya.

“Gila lo Than, mo ngapain lo?? Jangan kurang ajar ya. Bukan gini perjanjian kita!” ujar Vani agak keras.

Tapi kedua tangan Vani dengan mudah disingkirkan oleh tangan kiri Nathan, dan tanpa dapat dicegah lagi mulut Nathan langsung mencaplok memek Vani.

Nathan melumatnya dengan gemas, sambil sekali lidah menyapu-nyapu clitoris dan menusuk-nusuk kedalam memiaw. Bunyi kecipakan ludah dan peju Vani terdengar jelas. Konak Vani yang sempat turun, langsung naik lagi ke voltase tinggi. Kepala Vani mengangkat dan dari bibirnya yang sexy keluar lenguhan agak keras.

“Ouuuffhhh….eeahh…ah. .ah lo apain mehmmek gue Thann..” erang Vani nyaris setengah sadar.

Rasa gatal yang hebat menyeruak dari sekitar selangkangannya menuju bibir-bibir memeknya. Rasa gatal itu mendapatkan pemuasannya dari lumatan bibir, jilatan lidah dan gigitan kecil Nathan.

Tapi, semakin Nathan beringas mengobok-obok memek Vani dengan mulut, dibantu dengan ketiga jarinya yang mengocok lubang memek Vani, rasa gatal nikmat itu malah semakin hebat. Vani sudah tidak dapat membendung konaknya sehingga desahan dan erangannya sudah berubah menjadi lenguhan.

” OUUHHHHG….. HMMPPHH… ARRGGHH.. HAHHH.. OUHHH..”.

Kepala Vani menggeleng ke kiri dan kanan dengan hebatnya. Kedua tangannya menekan kepala Nathan semakin dalam ke selangkangannya. Pantatnya naik turun tidak kuat menahan rangsangan yang langsung menyentuh titik tersensitif Vani. Rasa ogah & jaim sudah hilang sama sekali. Yang ada hanya kebutuhan untuk dipuaskan.

“ETHAANN…GILLAA… HOUUUHHH.. ENAAKK…. THANN…AHHH” Vani semakin keenakan.

Nathan yang sedang mengobok-obok memek Vani semakin semangat karena memek Vani sudah betul-betul banjir. Peju dan cairan pelumas Vani membanjir di mulut dan jok mobil Nathan. Jempol kiri Nathan menggesek-gesek clitoris Vani, sedang jari-jari Nathan mengocok-ngocok lubang memek dan G-spot Vani dengan cepat.

“Heh, ternyata lo lonte juga ya Van. Mulut lo bilang nggak-nggak mulu. Tapi memek lo banjir kaya gini. Becek banget” kata Nathan dengan semangat sambil tetap ngocok memiaw Vani.

Dalam beberapa kocokan saja Vani sudah mulai merasakan bahwa gelombang orgasme sudah diujung memeknya. Ketika Nathan melihat mata Vani yang mulai merem melek, otot-otot tangan mulai mengejang sambil meremas jok mobil kuat-kuat dan pantat Vani yang mulai mengangkat, Nathan tau bahwa Vani akan sampai klimaksnya.

Langsung saja Nathan menghentikan seluruh aktivitasnya di wilayah selangkangan Vani. Vani jelas saja langsung blingsatan

” Ah..ah napa brentii…” sambil tangannya mencoba mengocok memeknya sendiri.

Nathan dengan tanggap menangkap tangan Vani, dan berujar

“Lo mau dituntasin?”.

Vani merajuk “Hiyah.. Than.. gue udah konak banggett nih. Pleasee.. kocokin lagi gue ya”.

“Kalo gitu lo nungging sekarang” kata Nathan sambil menidurkan kursi sopir agar lebih lapang lagi dan ada pijakan buat Vani nungging.

“Napa harus nungging Than” Vani masih merajuk dan tangannya masih berusaha untuk menjamah memeknya sendiri.

“Ayo, jangan bantah lagi” kata Nathan sambil mengangkat pantat Vani agar segera menungging.

Vani dengan patuh menaruh kedua tangannya di jok belakang, dengan kedua lutut berada di jok depan yang sudah ditidurkan. Posisi yang sangat merangsang Nathan, demi melihat bongkahan pantat yang bulat, dan memek tembem yang nongol mesum di bawahnya.

Cepat Nathan melepas sabuk dan celana panjangnya, lalu meloloskan celana dalamnya. Langsung saja kontol hitam berurat sepanjang 17cm dan berdiameter 4.5cm itu melompat tegak mengacung, mengangguk-ngangguk siap untuk bertempur.

Vani yang mendengar suara-suara melepas celana di belakangnya, menengok dan langsung kaget melihat kontol Nathan sudah teracung dengan gagahnya.

“Buset, gede juga tu kontol, hampir sama dg punya Albert” pikir Vani reflek.

“Eh, lo mo ngontolin gue Than. Enak aja!” teriak Vani dan mencoba untuk membalik badan.

Tapi Nathan lebih cepat lagi langsung menindih punggung Vani, sehingga Vani harus bertelekan lagi dengan kedua sikunya ke jok belakang. Nathan menggerakkan maju mundur pantatnya sehingga kontolnya yang ngaceng, menggesek-gesek bibir memek Vani.

“Sshh…Than…mmhh.. jangan macem-macem lo ya!” ujar Vani masih berupaya galak, tidak mau dikentot oleh Nathan.

Kedua tangan Nathan meraih kedua toked besar Vani yang menggantung dan meremas-remasnya dengan ganas. Sambil menciumi dan menggigit tengkuk Vani, Nathan berkata

“Udah deh, lo ga usah sok ga doyan kontol gitu. Kan lo yang mau dituntasin. Ini gue tuntasin sekalian dengan kontol gue. Lebih mantep timbang cuma jari & lidah hehe”.

Remasan & pilinan di kedua toket dan serbuan di tengkuk dan telinga membuat gairah Vani mulai naik lagi. Nafas Vani mulai memburu.

Tapi Vani masih mencoba untuk bertahan. Namun, gesekan kontol yang makin intense di bibir memek Vani, betul-betul membuat pertahanan Vani makin goyah. Kepalanya mulai terasa ringan, dan rasa gatal kembali menyerang memeknya dengan hebat.

“Hmffh…shh…awas lo Than kalo sampe hhemm.. sampe berani masukin kontol lo, lo bakal gue..hmff..gue….OUUHHHHH” omongan Vani terputus lenguhannya,

karena tiba-tiba Nathan mengarahkan pal-kon nya ke lubang memek Vani yang sudah basah kuyup dan langsung mendorongnya masuk, hingga kepala kontol Nathan yang besar kaya jamur merah amblas dalam memek tembem Vani, sehingga ada peju Vani yang muncrat keluar.

“Hah..hah…shhh…brengs ek lo Nathannn. kontol lo…kontol lo…itu mo masuk ke memek guee…” erang Vani kebingungan, antara gengsi dan birahi.

Nathan diam saja, tapi memajukan lagi pantatnya sehingga tongkolnya yang besar masuk sekitar 2 cm lagi, tapi kemudian ditarik perlahan keluar lagi sambil membawa cairan pelumas memek Vani. Sekarang pantat Nathan maju mundur perlahan, mengocok memiaw Vani tapi tidak dalam-dalam, hanya dengan pal-konnya aja. Tapi, hal ini malah membuat Vani blingsatan, keenakan.

“HMFPHH….HEEMMFFHH…SS HH AAHH…Nathannn kontol lo… kontol lo… ngocokin memek guee….hhmmmff”.

Rasa gatal yang mengumpul di memek Vani, serasa digaruk-garuk dengan enaknya. Vani yang semula tidak mau dikontolin, jadi kepengen dikocok terus oleh kontol Nathan.

Kata Nathan “Jadi mau lo gimana? Gue stop neh”.

Nathan langsung mencabut kontolnya, dan hanya menggesek-gesekkan di bibir memek Vani.

“Ethaan…pleasee.. kentot gue. Masukin kontol lo ke memek gue. Gue udah ga tahan gatelnya..gue pengen dikenttooott!!!” rengek Vani sambil menggoyang-goyangkua pinggulnya, berusaha memundurkan pantatnya agar kontol Nathan yang dibibir memeknya bisa masuk lagi.

“Hahahaha sudah gue duga, elo emang lonte horny Van. Dari tampang & body elo aja gue tau, kalo elo itu haus tongkol” tawa Nathan penuh kemenangan.

“Ayo buka paha lebih lebar lagi” perintah Nathan.

Vani langsung menurutinya, membuka pahanya lebih lebar sehingga memeknya makin terpampang. Nathan tanpa tedeng aling-aling langsung menusukkan kontolnya kuat-kuat ke memek Vani. Dan…

BLESHH…

seluruh tongkol hitam itu ditelan oleh memek montok Vani.

Air peju Vani terciprat keluar akibat tekanan tiba-tiba benda tumpul besar.

“AUUGGHHHH…………!!! ” pekik Vani yang kaget dan kesakitan.

“Hehehe gimana rasa kontol gue Van” kekeh Nathan yang sedang menikmati hangat dan basahnya memek Vani.

Vani masih shock dan agak tersengal-sengal berusaha menyesuaikan diri dengan benda besar yang sekarang menyesaki liang memeknya.

“Buseet..tebel banget nih kontol, memek gue penuh banget, keganjel. Mo buka paha lebih lebar lagi udah ga bisa.. mhhmff” erang Vani dalam hati.

Karena Vani diam saja, hanya nafasnya saja yang terdengar memburu.

Nathan mulai menarik keluar kontolnya sampai setengahnya, kemudian mendorongnya masuk lagi. Demikian terus menerus dengan ritme yang tepat.

“Hehh..heh…mmm legit banget memek lo Vannn..” desah Nathan keenakan ngentotin memek Vani yang peret tapi basah itu.

Hanya butuh tiga kocokan, Vani mulai didera rasa konak dan kenikmatan yang luar biasa. Menjalari seluruh tangan, pundak, tokednya, sampai selangkangan dan seluruh memeknya. Rasa gatal yang sangat digemari oleh Vani seperti mengumpul dan menjadi berkali lipat gatalnya di memeke Vani.

Vani sudah tidak mendesah lagi, tapi melenguh dengan hebat. Hilang sudah gengsi, tinggal rasa konak yang dahsyat.

“UUHHHHH…..UHHH……OUUHHGG GG… ENNAAKKNYAA…”

“OH GODD..memek GUE…memek GUE..”

Vani terbata-bata disela lenguhannya yang memenuhi mobil..

“memek GUE..GATELLL BANGETT….KENTTOOTTT GUE TTHANN…ARGGHH…”

Lenguhan Vani semakin keras dan omongan vulgar keluar semua dari bibir sexy-nya. Kepalan tangan Vani menggegam keras, kepalanya menggeleng semakin cepat, pinggulnya bergerak heboh berusaha menikmati seluruh kontol Nathan.

Nathan pun terbawa napsunya yang sudah diubun-ubun. Tangannya meremas-remas toked Vani tanpa henti dengan kasarnya, dan Nathan sudah tidak menciumi pundak & tengkuk Vani, melainkan menggigitnya meninggalkan bekas-bekas merah. Pantatnya bergerak maju mundur dengan ritme yang berantakan, cepat lalu perlahan, kemudian cepat lagi, membuat kontol Nathan mengocok memek Vani seperti kesetanan.

Bunyi pejuh Vani yang semakin membanjir menambah nafsu mereka berdua semakin menggila.

SLEPP..

SLEPP..

SLEPP..

PLAK..

PLA K…

suara kontol yang keluar masuk memek dan benturan pantat Vani dengan pangkal kontol Nathan terdengar di sela-sela lenguhan Vani & Nathan.

Tak sampai 10 menit Vani merasakan aliran darah seluruh tubuhnya mengalir ke memeknya. Rasa gatal sepertinya meruncing dan semakin memuncak di tempat-tempat yang dikocok oleh tongkol Nathan.

“GUEE KELUAARRRR THANNN……OUUUHHHHHHHHH….A HHHHHHH…” teriak Vani melampiaskan rasa nikmat yang tiba-tiba meledak dari memeknya.

Nathan merasakan semburan hangat pada tongkolnya dari dalam memek Vani.

Karena Nathan tetap mengocokkan kontolnya, bahkan lebih cepat ketika Vani mencapai klimaksnya, Vani bukan saja dilanda satu orgasme, melainkan beberapa orgasme sekaligus bertubi-tubi.

“OAHHH…OHHH….UUUHH..KOK..K OK.. KLUAR TERUSSS NIIIHHH…” erang Vani dalam klimaksnya yang berkali-kali sekaligus.

Hal ini membuat Vani berada dalam kondisi extacy dalam 30 detik lamanya. Badan Vani berkelonjotan, air pejunya muncrat keluar dari dalam memeknya.

“Gilaa..enak bener than… gue sampe keluar berkali-kali” ujar Vani agak bergetar karena Nathan masih dengan nafsunya mompain memek Vani.

“Hehehe demen banget liat lo keluar kaya gitu Van. Betul-betul nafsuin. Tapi ini baru setengah jalan. Gue bikin lo lebih kelonjotan lagi. Gue kentot lo sampai peju lo keluar semua” kata Nathan.

Vani hanya bisa merutuk dalam hati, karena memang dia merasa keenakan dientot Nathan dengan cara sekasar itu. Kemudian Nathan membalik tubuh Vani agar terlentang dan bersandar di jok belakang. Kedua kaki Vani diangkat dan mengangkang lebar sehingga Nathan bisa dengan jelas melihat memek Vani yang chubby itu berleleran dengan peju Vani.

“Than, udahan dulu ya. Gue lemes banget” Vani terengah-engah minta time-out.

Tapi bukan Nathan namanya kalo nurutin kemauan si cewek. Bagi Nathan, si cewek harus digenjot terus sampai betul-betul lemes, baru disitu si cewek dapat klimaksnya yang paling hebat.

Tidak pedulian rengekan Vani, Nathan langsung mengarahkan kontolnya ke memek Vani yang menganga, dan langsung BLEESHH..!! Dengan mudahnya memek Vani menelan kontol Nathan.

“Hmmffpp..sshiitt..”

Vani cuma bisa mengumpat perlahan karena tiba-tiba saja (lagi) kontol Nathan sudah amblas kedalam memeknya. Nathan langsung menggenjot Vani dengan kecepatan tinggi.

SLLEPP…

SLEEPP…

SLLEPPP…

SLEPP….

kontol Nathan keluar masuk memek Vani dengan cepat.

Vani yang sudah lemes dan kehabisa energy, tiba-tiba mulai merasakan sensasi horny lagi.

“Oh shit..gue kok horny lagi. Lagi-lagi memek gue minta digaruk shhhh..” mengumpat Vani dalam hati.

Nathan yang kini berhadapan dengan Vani, bisa melihat perubahan mimik muka Vani yang dari lemes dan ogah-ogahan, menjadi mimik orang keenakan dan horny abis.

“Hehehe gue kata juga apa. Elo memang harus dikentot terus, dasar memek lonte” ujar Nathan sambil terus memompa memek Vani.

Kedua tangan Nathan kini bertelekan di toked Vani, dan meremasnya seperti meremas balon.

“AAHH…AHH…AHH..EEMMPPHH… .EKKHH….” erang Vani yang merem melek keenakan dientot.

Kali ini tidak sampai 5 menit, seluruh otot tubuh Vani sudah mengejang. Kedua tangan Vani memeluk dan mencakar punggung Nathan kuat-kuat. Lenguhan yang keluar dari mulut Vani semakin keras.

“HOUUUHH….HOOOHH….UUUGGHHH …ENNAAKKKKK..TERUSSS THANN…. GENJOTTT TERUSS…. GUE AMPIIRR NEEHHH……..”.

“Woe, lonte, lo udah mo keluar lagi? Tunggu gue napa” damprat Nathan dan mempercepat genjotannya.

Tanpa dapat dihalangi lagi, memek Vani kembali berkedut-kedut keras dan meremas-remas kontol Nathan yang berada didalamnya. Diiringi pekikan keras, Vani mencapai klimaksnya yang kesekian.

“AAGGGHHHHHHHHHHHHH……….. ………GUE KLUUAARRR ……..”.

Vani merasakan gelombang kenikmatan yang luar biasa itu lagi, dan seluruh tulangnya serasa diloloskan.

“Hhhh…..enak bangetttttt. Lemes banget gue” membatin si Vani.

Melihat Vani yang sudah keluar lagi, kali si Nathan agak kesal karena dia sebenernya juga sudah hampir keluar. Tapi kalo si cewek sudah nggak binal lagi, si Nathan merasa kurang puas.

“Sialan, lo Van. Main keluar aja lo. Kalo gitu gue entot diluar aja lo. Di sini sempit banget”.

Maka Nathan langsung membuka pintu mobil, keluar dan menarik Vani keluar.

“Eh..eh.. apa-apaan ni Than. Gue mo dibawa kemana?” tanya Vani lemes.

“Kaki gue lemes banget Than, susah banget berdiri” tambah Vani.

Nathan langsung bopong Vani keluar dari mobil. Langsung dibawa kedepan mobil. Lantas badan Vani ditenkurapkan di kap depan BMW-nya.

Posisinya betul-betul merangsang. Pinggang ke atas tengkuran di kap mobil, dengan kedua tangan terpentang. Kedua kaki Vani yang lemes menjejak tanah, dibuka lebar-lebar pahanya oleh Nathan. Vani jengah sekali karena kini dia bugil di tempat terbuka. Siapa saja bisa melihat mereka.

“Than, balik dalam lagi aja yuk” ujar Vani sambil berupaya berdiri.

Tapi dengan kuatnya tangan Nathan menahan punggung Vani agar tetap tengkurap di kap mobil, sehinggu pantatnya tetap nungging.

“Kan gue udah bilang, gue bakal kentotin lo sampai habis peju lo Van” ujar Nathan yang nafsunya makin berkobar melihat posisi Vani.

Hawa dingin malam malah membuat Nathan merasa energinya kembali lagi. Kedua tangan Nathan meremas bongkahan semok pantat Vani, dan membukanya sehingga memek Vani yang masih berleleran peju ikut membuka. Nathan langsung melesakkan kontolnya dalam-dalam ke memek Vani.

“AHHHH…” pekik Vani tertahan.

Kali ini Nathan betul-betul seperti kesetanan. Tidak ada gigi 1, atau 2, bahkan 3. Langsung ke gigi 4 dan 5. Genjotan maju mundurnya dilakukannya sangat cepat, dan ketika menusukkan tongkolnya dilakukan dengan penuh tenaga.

PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK..

bunyi pantat Vani yang beradu dengan badan Nathan semakin keras terdengar.

“GILAA…ENAKKK BANGET NIH memekKK…..” Nathan mengerang keenakan.

Tangannya mencengkram pantat Vani kuat-kuat, dan kepala Nathan mendongak ke atas, keenakan. Vani yang mula-mula kesakitan, mulai terangsang lagi. Entah karena kocokan Nathan, atau karena sensasi ngentot di areal terbuka seperti ini. Perasaan seperti dilihat orang, membuat memek Vani berkedut-kedut dan gatel lagi. Maka lenguhannya pun kembali terdengar.

“OUUHHH….HHHMMFFPPPPP….OHH H..UOOHH…ENAK..ENAK..ENAAKKK ….” Vani meceracau.

Mendengar lenguhan Vani, Nathan tambah nafsu lagi

“Ooo.. lo demen ya dikentot kasar gini ya Van..Gue tambahin lagi kalo gitu” kata Nathan dengan nafas memburu.

Jari-jari Nathan tetap mencengkram bongkahan montok pantat Vani, tapi bedanya kedua jari jempolnya dilesakkan kedalam lubang pantatnya.

Dan digerakkan berputar-putar didalamnya. Lubang pantat Vani adalah juga merupakan titik sensitif bagi Vani, sehingga mendatangkan sensasi baru lagi. Apalagi 2 jari jempol yang langsung mengobok-oboknya. Vani makin blingsatan dan makin heboh lenguhannya.

“GILAA LO THAN… UUHHHHHH.. UHH.. UHH.. OUUUUUUHHHHHHH…..!

Vani sudah tidak bisa berkata-kata lagi, cuma lenguhan yang kluar dari mulutnya. Nathan tidak sadar bahwa setelah hampir 10 menit mengocok Vani dari belakang, Vani sudah dua kali keluar lagi. Vani yang sudah agak lewat sensasi orgasmenya, mulai menyadari bahwa gerakan Nathan mulai tidak beraturan dan tongkolnya jadi membesar.

“Oh shit, Nathan mo keluar. Pasti dia pengen nyemprot dalam memek gue. Harus gue cegah” pikir Vani panik.

Tapi, pikiran tinggal pikiran. Badan Vani tidak mau diajak kerja sama. Mulutnya meneriakkan

“THAAN, JANGAN NGECRET DIDALLAMM….PLEASEE!!!”.

Tapi Nathan yang memang sudah berniat menyemprotkan pejunya dalam memek Vani, malah semakin semakin semangat menggenjot dalam-dalam memek Vani. Vani sendiri karena memeknya semakin disesaki oleh kontol Nathan yang membesar karena hendak ngecret, jadi terangsang lagi dan langsung hendak ngecret juga.

Maka, ketika Nathan mencapai klimaksnya, tangannya mencengkram pantat Vani kuat-kuat, dan kontolnya ditekan dalam-dalam dalam memek Vani, Nathan meraung keras.

“HMMUUUUAHHHHH….AAHHHH”

cairan peju hangat Nathan menyemprot berkali-kali dalam liang memek Vani.

Vani pun bereteriak keras

” OUUUAAHHHH….GUE KELUARRRRR….” dan pejunya pun ikut muncrat lagi.

Kedua mahluk lain jenis itu berkelonjotan menikmati setiap tetes peju yang mereka keluarkan. Cairan peju Nathan dan Vani berleleran keluar dari sela-sela jepitan kontol & memek Vani. Banyak sekali cairan yang keluar meleleh dari memek Vani turun ke pahanya.

Nathan puas sekali bisa menembakkan pejunya dalam memek cewek sesexy Vani. Apalagi si Vani ikutan keluar juga.

“Komplet dah” pikir Nathan.

Karena lemas, Nathan ikut tengkurap, menindih tubuh Vani di atas kap mobil. kontolnya yang mulai mengecil, masih dibiarkan di dalam memek Vani.

Sedang Vani sendiri, masih memejamkan mata menikmati setiap sensasi extasy kenikmatan orgasme yang masih menjalarinya seluruh tubuhnya. Belum pernah ia ngentot sampai keluar lebih dari 4 kali seperti ini. Apalagi sebelumnya dia sempat menolak. Rasa tengsin dan malu mulai menjalar lagi, setelah gelombang kenikmatan orgasmenya memudar.

Nathan yang masih menindihnya berkata

“Hehehe enak kan. Gue demen banget ngentot sama lo Van. Betul-betul binal & liar. Memek lo ga ada matinya, nyemprot peju mulu” kata Nathan seenaknya.

Vani cuma bisa diam dan ngedumel dalam hati.

“Udah, bangun lo. Anter gue pulang sekarang. Berlebih banget nih gue bayarnya” ujar Vani ketus.

“Heheh ok..ok gue udah dapet apa yang gue mau. Sekarang gue anter lo pulang” balas Nathan.

Nathan pun bangun dari punggung Vani dan beranjak ke pintu mobil dan mulai memakai pakaian dan celananya. Tapi kemudian dia heran, kok si Vani masih tengkurapan aja di kap mobil.

“Hei, katanya mo pulang. Kok masih tengkurapan aja” tanya Nathan.

Vani tidak menjawab, hanya terdenger dengusan nafas saja. Ketika Nathan menghampiri, terlihatlah betapa merahnya muka Vani, karena menahan malu.

“Than, bantuin gue bangun dong. Kaki gue lemes banget.

Selangkangan gue rasanya kaya masih ada yang ngganjel” ujar Vani malu-malu.

“Hahaha…KO juga lo ya, cewe paling bahenol di kampus” tawa Nathan membahana.

Bertambahlah merahlah muka si Vani. Ketika mau bopong Vani, tiba-tiba pikiran mesum Nathan keluar lagi.

Dikeluarkanlah HP-nya yang berkamera. Nathan ambil beberapa shot posisi Vani yang mesum banget itu plus dua close up memek Vani yang berleleran peju.

Karena Vani memejamkan mata untuk mengatur nafas, dia tidak sadar akan tindakan Nathan. Akhirnya Nathan kasihan juga, tubuh Vani dibopong masuk kedalam mobil. Bahkan dibantuin memakai pakaian dan roknya lagi.

Tapi ketika Vani meminta panty-nya, Nathan berkata

“Ini buat gue aja. Kenang-kenangan. Lo ga usah pake aja. Memek lo butuh udara segar kelihatannya, habis tadi gue sumpalin pake kontol gue terus”.

“Sial lo Than. Ya udah, ambil dah sana” ketus Vani.

Vani langsung tertidur di kursi mobil. Baru terbagun ketika mobil Nathan sudah sampai di depan pagar kos-kosan Vani.

“Lo bisa jalan ga Van? Kalo masih lemes, gue papah deh masuk ke kamar lo. Itung-itung ucapan terima kasih sudah mau ngentot ama gue malam ini hehe” kata Nathan nakal.

Vani tidak bisa menolak tawaran itu, karena memang dia masih merasa lemas dikedua kakinya. Maka Nathan pun memapah Vani berjalan menuju kosnya.

Kamar Vani ada di lantai 2. Kamar-kamar di lantai 1 sudah pada tertutup semua. Tidak ada penghuninya yang nongkrong di luar. Diam-diam Vani merasa lega. Apa kata orang kalo dia pulang dipapah seperti ini. Kalo ga dibilang lagi mabok, bisa dibilang yang enggak-enggak lainnya.

Tapi sialnya, ketika dilantai 2 mereka berpapasan dengan si Mirna yang baru dari kamar mandi. Mirna yang selama ini jealous dengan kesexy-an Vani, perhatiin Vani dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Tiba-tiba si Mirna ketawa sinis

“Napa lo Van”.

“Sedikit mabok Mir” jawab Vani sekenanya.

“Mabok apa lo? Mabok peju kelihatannya” kata Mirna nyelekit sambil mandangi paha Vani.

Reflek Vani nengok kebawah, betapa kagetnya Vani, karena dia baru sadar tadi belum bersihin leleran peju Nathan dan pejunya sendiri. Lelehan peju mengalir dari dalam memek Vani, sampai lututnya. Cukup banyak, sehingga kelihatan jelas.

PIASS! Muka Vani langsung memerah. Vani langsung berpaling, sedang Mirna terkekeh senang.

“Kalo elo kelihatannya malah kekurangan peju neh. Mana ada cowo yang ikhlas kasi pejunya ke cewe kerempeng kayo elo?” tiba-tiba Nathan nyeletuk pedes.

Muka Mirna berubah dari merah, kuning sampai jadi ungu.

“Heh, gue juga punya cowok yang mau ngentot sama gue tanpa gue minta” balas Mirna ketus.

“Nah, berarti kan lo bedua sama, sama-sama butuh kontol & pejunya. Napa saling hina. Urus aja urusan lo masing-masing, dan kenikmatan lo masing-masing. Ga usah saling sindir” tandas Nathan.

Mirna langsung terdiam, dan ngloyor masuk dalam kamarnya. Vani sedikit terkejut, ga nyangka kalo si bejat Nathan bisa ngomong cerdas seperti itu. Betul-betul penyelamatnya. Setelah ditidurkan di ranjangnya Nathan pamit

“Gue cao dulu ya Van. Thanks buat malam ini. Betul-betul sex yang hebat. Baru kali ini gue ngrasain. Kalo lo pengen, call gue aja ya. kontoll gue selalu siap melayani hehe”.

“Enak aja. Ini pertama dan terakhir Than. Kapok gue naik mobil lo” balas Vani pedas.

Nathan cuma tartawa saja, lalu berbalik menutup pintu dan pergi. Sebenarnya Vani merasakan hal yang sama dengan Nathan, betul-betul sex yang luar biasa malam ini. Vani ragu-ragu, bila Nathan ngajak lagi, emang dia bakal langsung nolak. Kok ga yakin ya? Sialan maki Vani pada diri sendiri. Sekarang gue butuh tidur. Dalam sekejap Vani langsung terlelap, tanpa berganti pakaian.

Klik Nomor untuk lanjutannya
x
x